analisis tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku...

9

Click here to load reader

Upload: dangthu

Post on 06-Feb-2018

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku …jitpi.fpt.unram.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/6.-RUSMAN-Eff... · masyarakat yang berpotensi untuk tertular flu ... hubungan

Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia

Rusman Effendi, Adji Santoso Dradjat, Made Sriasih (Analisis Tingkat Pengetahuan …… )

Analisis Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Peternak UnggasTerhadap Upaya Pencegahan Penyakit Flu Burung

(Analysis of Knowledge, Attitude and Practice of the Poultry FarmersinPreventing Avian Influenza Diseases)

Rusman Effendi¹), Adji Santoso Dradjat²), Made Sriasih3)

1) Mahasiswa Magister Sumber Daya Peternakan, Program Pasca Sarjana Universitas Mataram2) Laboratorium Reproduksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Mataram

3) Laboratorium Mikro-biotek Fakultas Peternakan Universitas MataramFakultas Peternakan Universitas Mataram Jl. Majapahit 62. Mataram 83125 NTB. Telpon (0370) 633603; Fax

(0370) 640592email: [email protected]

Diterima 1November 2015/ Disetujui :10 Januari 2016

ABSTRACT

The aim of this research was to describe and to correlate knowledge, attitude and practice (KAP) of thepoultry breeders in preventing Avian Influenza (AI). This research used face-to-face interview, cross sectionaldesign study with a questionnaire for 100 respondentsand data were analyzed with Rho Spearman. The resultshowed that 82% of respondents washed their hands with soap after handling poultry but only 5% ofrespondents used mask when contacting with poultry. Chickens were kept by respondents most. The cagelocation near to the house accounted for 71%, most of respondents cleaned the cage routinely but there were11% of respondents who did not keep their poultry into the cage. All respondents revealed that the poultrywere not vaccinated periodically. It was about 37.3% of respondents burned dead poultry, and 55.2% and 22.4% buried and throw away to the river respectively. They disagreed with stamping out accounted for 48% andonly 16% of respondents agreed to sell their unhealthy poultry. No respondents informed to the authority ofsub-village when suddent death of the chickens was found. Respondent’s knowledge, attitude and practicewere suffient in preventing Avian Influenza and there was significant correlation between knowledge, attitudeand practice (P<0,05).Key-words: avian influenza, poultry, knowledge, attitude and practice.

PENDAHULUAN

Flu burung atau Avian Influenza (AI) adalahsuatu penyakit menular pada unggas yangdisebabkan oleh virus influenza tipe A dengansubtype H5N1 (H=Hemaglutinin;N=Neuraminidase). Sampai saat ini kasus fluburung masih menjadi perhatian dunia karenavirus AI memiliki kemampuan untuk terusmenerus bermutasi sehingga dalamperkembangannya virus ini dapat menular dariunggas ke manusia (zoonosis) dan berpotensiterjadinya pandemik (Kemenkes RI, 2013).Penyakit flu burung sangat berbahaya danmematikan, baik pada unggas maupun manusia.Gejala klinis yang ditimbulkan sangat bervariasimulai infeksi ringan sampai infeksi yangberakibat fatal dan bersifat multisistemik (Swayneand Suarez, 2000). PenularankasusfluburungH5N1 dari unggas ke manusiapertamakali

dilaporkandi Hongkong pada tahun1997 (Maines etal., 2005; Mounts et al., 1999; Muramoto et al.,2006; Peiris et al., 2004; Shortridge et al.,2000),selanjutnya menyebar tidak hanya kekawasan Asia, tetapi juga di kawasan Eropa danAfrika. Di Indonesia terdapat 163 kematian dari195 kasus denganCaseFatalityRatesebesar 83,6%(Kemenkes RI, 2013).Di Propinsi NTB, kasus fluburung pada unggas sudah terlaporkan sejakTahun 2004. Setiap tahun terjadi peningkatankasus hingga tahun 2008 tercatat 7 kabupaten telahtertular virus H5N1. Di Kabupaten Lombok Baratkasus positif flu burung pada manusia terlaporkanpada tahun 2012 yaitu di Kecamatan Lingsar(Dinkes Prop. NTB, 2012). Tingkat kematianakibat penyakit flu burung yang tinggi biasanyaterjadi bersamaan dengan potensi epidemik padamanusia, sehingga perhatian lebih besardifokuskan pada manusia karena virus flu burungsangat patogen pada manusia (Hewajuli dan

Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia Volume 2 (1): 116- 124; Juni 2016ISSN: 2460-6669

http://jurnal.unram.ac.id/ dan jitpi.fpt.unram,ac,id116

Page 2: Analisis Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku …jitpi.fpt.unram.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/6.-RUSMAN-Eff... · masyarakat yang berpotensi untuk tertular flu ... hubungan

Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia

Rusman Effendi, Adji Santoso Dradjat, Made Sriasih (Analisis Tingkat Pengetahuan …… )

Dharmayanti, 2014). Salah satu kelompokmasyarakat yang berpotensi untuk tertular fluburung adalah peternak unggas karena merekaadalah ujung tombak yang kontak langsungdengan unggas (Beigel and Farrar, 2005).Pengetahuan yang terbatas tentang flu burung padapeternak unggas dapat menyebabkan peternaktidak bisa menyikapi atau mengambil tindakanyang tepat serta perilaku yang mendukung ke arahupaya pencegahan flu burung baik dari unggas keunggas maupun dari unggas ke manusia.Penelitianini bertujuan untuk mengetahui gambaran danhubungan tingkat pengetahuan, sikap dan perilakupeternak terhadap upaya pencegahan penularan fluburung dengan harapan dapat memberikanmasukan kepada semua pihak khususnya instansiterkait dalam melakukan penyebarluasan informasidan pembinaan kepada peternak sehingga dapatmeningkatkan kewaspadaan dini terhadap fluburung.

METODE

Penelitian ini dilakukanpada BulanMaret s/dMei 2015 di Desa Batu Kumbung KecamatanLingsar Kabupaten Lombok Barat. Jenis penelitianini adalah deskriptif korelatif dengan pendekatancross sectional. Pengambilan data dilakukanmelalui wawancara tatap muka dengan bantuankuesioner. Peternak unggas bebas memilih untukmenjadi responden tanpa ada paksaan dan telahmendapatkan persetujuan komite etik dari FakultasKedokteran Universitas Mataram No:39/UN18.8/ETIK/2015. Jumlah responden seba-nyak 100 orang peternak unggas dengan kriteriainklusi: umur ≥15 tahun, pengalaman beternakunggas >2 tahun, memelihara unggas (ayam,itik/bebek, entok, burung dan sejenisnya) ≥ 20ekor, bersedia menjadi respondendenganmenanda-tangani lembar persetujuan.Sedangkan kriteria eksklusi: umur <15 tahun,pengalaman beternak unggas < 2 tahun,memelihara unggas < 20 ekor dan tidak bersediamenjadi responden.

Data yang diperoleh dikumpulkan dandilakukan penilaian atau scoring pada lembarkuesioner. Total nilai dari masing-masingkomponen pengetahuan, sikap dan perilakuselanjutnya di kelompokkan menjadi 3 kategori(tinggi/baik, cukup/cukup baik dan kurang/kurangbaik) dengan menggunakan interval (I) dan range(R). Range adalah total nilai tertinggi dikurangitotal nilai terendah dan interval adalah rangedibagi jumlah kategori (Tabel 2). Analisa datadilakukan secara univariat untuk memperoleh

prosentase responden berdasarkan umur, jeniskelamin, jenis pendidikan serta prosentase masing-masing tingkat pengetahuan, sikap dan perilakudari responden. Hubungan ketiga komponenpengetahuan, sikap dan perilaku dilakukan analisabivariat menggunakan metode Rho Spearman padaprogram SPSS 17.00.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan Gambar 1, semua respondenpernah mendengar informasi tentang flu burungdengan sumber informasi masing-masing: 86 %mendapatkan informasi dari televisi dan 12 % darilain-lain (tetangga, teman di pasar hewan). Dari100 orangresponden, tidak ada di antara merekayang mendapatkan informasi darikoranmaupunradio. Hasil penelitian Pracoyo et al. (2008) padaresponden penjamah unggas juga menunjukkanbahwa sebagian besar responden (57%) mendapat-kan informasi tentang flu burung melalui televisi.Hal ini disebabkan karena televisi merupakanmedia yang banyak dipilih untuk mengkomu-nikasikan pesan-pesan pembangunan termasuk didalamnya promosi kesehatan (Widiastuti, 2012).

Tabel 2menunjukkan tingkat pengetahuanresponden sebagian besar (61%) sudah cukup danselebihnya (29 %) dengan kategori kurang. Hasilini berbeda dengan penelitian Cahyaningsih danDuana (2013) yang menemukan sebagian besarresponden (64,3%) memiliki tingkat pengetahuantinggi. Demikian juga temuan Lestari et al. (2010)pada 62,2 % responden ibu rumah tangga, remaja,tokoh agama, tokoh masyarakat dan peternakmemiliki pengetahuan baik tentang flu burung.Kurangnya pengetahuan responden tersebut dapatdilihat dari sejumlah hasil penelitian berikut: 60%tidak mengetahui virus sebagai penyebab fluburung; dan 24% memiliki anggapan bahwa fluburung hanya menyerang hewan saja. Rendahnyapendidikan responden menjadi faktor utamapenyebab dari kurangnya pengetahuan tersebutsehingga penggunaan istilah-istilah biologi tidakfamiliar bagi mereka karena sebagian besar diantara mereka (34 %) tidak tamat SD/tidaksekolah.

Tabel 2 juga menunjukkan bahwa sikapresponden dalam mendukung upaya pencegahanpenyakit flu burung sebagian besar sudah baik(89%). Responden yang kurang mendukungditunjukkan pada sikap yang tidak setuju terhadappemusnahan unggas secara menyeluruh (48%)dan menjual unggas yang sakit (16%) denganalasan takut mengalami kerugian (Gambar 2).

117

Page 3: Analisis Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku …jitpi.fpt.unram.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/6.-RUSMAN-Eff... · masyarakat yang berpotensi untuk tertular flu ... hubungan

Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia

Rusman Effendi, Adji Santoso Dradjat, Made Sriasih (Analisis Tingkat Pengetahuan …… )

Gambar 1. Grafik sumber informasi responden tentang flu burung

0

20

40

60

80

100

%

Tabel 1. Karakteristik respondenNo Karakteristikresponden %1 Umur (tahun):

15-2425-3435-50>50

10253926

2 Jenis kelamin:Laki-lakiPerempuan

6733

3 Pendidikan:Tidak tamat SDTamat SD tamat SMPTamat SMATamat D3/S1

34221430

Keterangan: SD = Sekolah Dasar, SMP = Sekolah Menengah Pertama, SMA= Sekolah Menengah Atas, D3 = Diplomatiga, S1 = Strata satu

Tabel 2. Deskripsi kategori tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku(PSP) responden

No Kategori PSP % Interval nilai Range1 Pengetahuan

TinggiCukupKurang

106129

63-9036-629-35

27

2 SikapBaikCukup baikKurang baik

89110

49-7028-487-28

21

3 PerilakuBaikCukup baikKurang baik

36928

42-6024-416-23

18

118

Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia

Rusman Effendi, Adji Santoso Dradjat, Made Sriasih (Analisis Tingkat Pengetahuan …… )

Gambar 1. Grafik sumber informasi responden tentang flu burung

Tabel 1. Karakteristik respondenNo Karakteristikresponden %1 Umur (tahun):

15-2425-3435-50>50

10253926

2 Jenis kelamin:Laki-lakiPerempuan

6733

3 Pendidikan:Tidak tamat SDTamat SD tamat SMPTamat SMATamat D3/S1

34221430

Keterangan: SD = Sekolah Dasar, SMP = Sekolah Menengah Pertama, SMA= Sekolah Menengah Atas, D3 = Diplomatiga, S1 = Strata satu

Tabel 2. Deskripsi kategori tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku(PSP) responden

No Kategori PSP % Interval nilai Range1 Pengetahuan

TinggiCukupKurang

106129

63-9036-629-35

27

2 SikapBaikCukup baikKurang baik

89110

49-7028-487-28

21

3 PerilakuBaikCukup baikKurang baik

36928

42-6024-416-23

18

118

Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia

Rusman Effendi, Adji Santoso Dradjat, Made Sriasih (Analisis Tingkat Pengetahuan …… )

Gambar 1. Grafik sumber informasi responden tentang flu burung

Tabel 1. Karakteristik respondenNo Karakteristikresponden %1 Umur (tahun):

15-2425-3435-50>50

10253926

2 Jenis kelamin:Laki-lakiPerempuan

6733

3 Pendidikan:Tidak tamat SDTamat SD tamat SMPTamat SMATamat D3/S1

34221430

Keterangan: SD = Sekolah Dasar, SMP = Sekolah Menengah Pertama, SMA= Sekolah Menengah Atas, D3 = Diplomatiga, S1 = Strata satu

Tabel 2. Deskripsi kategori tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku(PSP) responden

No Kategori PSP % Interval nilai Range1 Pengetahuan

TinggiCukupKurang

106129

63-9036-629-35

27

2 SikapBaikCukup baikKurang baik

89110

49-7028-487-28

21

3 PerilakuBaikCukup baikKurang baik

36928

42-6024-416-23

18

118

Page 4: Analisis Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku …jitpi.fpt.unram.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/6.-RUSMAN-Eff... · masyarakat yang berpotensi untuk tertular flu ... hubungan

Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia

Rusman Effendi, Adji Santoso Dradjat, Made Sriasih (Analisis Tingkat Pengetahuan …… )

Gambar 2. Grafik deskripsi sikap dan perilaku responden dalam pencegahan fluburung.

Virus influenza disekresikan bersamafesesungags yang terinfeksi flu burung danpenularannya dapat terjadi secara langsungmaupun tidak langsung (Harimoto andKawaoka, 2001; Yamamoto et al., 2008).Penularan flu burung dapat terjadi melaluimediakotoran(faeces)danlendirdariunggasyangterinfeksi ataupun melalui udara yang terkandungvirus dari kotoran dan lender tersebut, apabilasudah terdapat unggas yang terinfeksi maka akansangat cepat menular kesesama unggas yangberada ditempat yang sama, akibatnya dapatmenimbulkan kematian mendadak dan massal(penularan setempat). Oleh karena itu, perludilakukan pemusnahan unggas secara menyeluruh(Tsani, 2006). Demikian juga dengan peternakyang menjual unggas yang sakit berpeluang untukmenularkan virus flu burung kepada masyarakatyang membeli (penularan ke luar wilayah).Adanyakepanikan peternakakan mengalamikerugian sebenarnya bias dikurangi apabilapengetahuan dan informasi tentang virus fluburung dipahami secara lengkap dan benar olehpeternak sehingga akan mendukung biosekuritiyang merupakan salah satu cara pencegahanpenyebaran virus flu burung (Tsani, 2006). Suarthaet al. (2011) melaporkan dengan adanyapenyuluhan yang intensif membuktikan bahwapemahaman masyarakat meningkat dan mengetahuiakan bahaya flu burung lebih besar nilainya jikaada anggota keluarga yang terserang dibandingkanharga ayamnya. Disamping itu, perludipertimbangkan juga adanya dana kompensasi

yang diberikan pemerintah kepada peternakdengan memperhatikan jenis unggas yangdipelihara (Lestari dan Paramita, 2007). Denganadanyadanakompensasi tersebut diharapkandapat mengurangi beban kerugian daripeternak.

Perilaku manusia dalam berinteraksi denganunggas dapat menjadi penyebab menularnya fluburung diantara unggas, baik pada peternakanmodern maupun tradisional (Antara et al., 2009).Data pada Tabel 2 menunjukkan tingkat perilakuresponden sebagian besar cukup baik (69%) dan28% responden perilakunya kurang baik. Perilakuresponden yang baik ditujukkan pada perlakuanterhadap unggas yang mati yaitu denganmembakar 37,3% dan mengubur 55,2% (Grafik2). Memusnahkan unggas yang mati dengan caramembakar atau mengubur merupakan bagian daripenerapan biosekuriti yang mendukung upayapencegahan penyebaran agen penyakit berbahayakhususnya virus AI ke ternak yang sehat lainnya(Graham et al., 2008; Nerlich et al., 2009).Perilaku yang kurang baik sebagian besar terdapatpada responden yang tidak menggunakan maskerpada saatkontak dengan unggas (95%), semuaresponden tidak melakukan vaksinasi unggas secaraberkala dan tidak melapor ke aparat desa (RT/RW)atau instansi terkait bila menemukan unggas yangmati secara mendadak. Termasuk letak kandangunggas yang dekat dengan rumah (<10 m)sebanyak 71%, bahkan ada responden yang tidakmengkandangkan unggasnya (11%) dan 17%responden tidak rutin membersihkan kandang.

Tidak setuju untuk pemusnahan unggas secara…

Menjual unggas yang sakit

Kandang di luar rumah, jarak < 10 m

Tidak mengkandangkan unggas (di umbar)

Tidak rutin membersihkan kandang

Tidak CTPS setelah kontak dengan unggas

Tidak memakai masker saat kontak dengan unggas

Melaporkan ke aparat desa dan instansi terkait

Membuang unggas yang mati ke sungai

Membakar unggas yang mati

Mengubur unggas yang mati

119

Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia

Rusman Effendi, Adji Santoso Dradjat, Made Sriasih (Analisis Tingkat Pengetahuan …… )

Gambar 2. Grafik deskripsi sikap dan perilaku responden dalam pencegahan fluburung.

Virus influenza disekresikan bersamafesesungags yang terinfeksi flu burung danpenularannya dapat terjadi secara langsungmaupun tidak langsung (Harimoto andKawaoka, 2001; Yamamoto et al., 2008).Penularan flu burung dapat terjadi melaluimediakotoran(faeces)danlendirdariunggasyangterinfeksi ataupun melalui udara yang terkandungvirus dari kotoran dan lender tersebut, apabilasudah terdapat unggas yang terinfeksi maka akansangat cepat menular kesesama unggas yangberada ditempat yang sama, akibatnya dapatmenimbulkan kematian mendadak dan massal(penularan setempat). Oleh karena itu, perludilakukan pemusnahan unggas secara menyeluruh(Tsani, 2006). Demikian juga dengan peternakyang menjual unggas yang sakit berpeluang untukmenularkan virus flu burung kepada masyarakatyang membeli (penularan ke luar wilayah).Adanyakepanikan peternakakan mengalamikerugian sebenarnya bias dikurangi apabilapengetahuan dan informasi tentang virus fluburung dipahami secara lengkap dan benar olehpeternak sehingga akan mendukung biosekuritiyang merupakan salah satu cara pencegahanpenyebaran virus flu burung (Tsani, 2006). Suarthaet al. (2011) melaporkan dengan adanyapenyuluhan yang intensif membuktikan bahwapemahaman masyarakat meningkat dan mengetahuiakan bahaya flu burung lebih besar nilainya jikaada anggota keluarga yang terserang dibandingkanharga ayamnya. Disamping itu, perludipertimbangkan juga adanya dana kompensasi

yang diberikan pemerintah kepada peternakdengan memperhatikan jenis unggas yangdipelihara (Lestari dan Paramita, 2007). Denganadanyadanakompensasi tersebut diharapkandapat mengurangi beban kerugian daripeternak.

Perilaku manusia dalam berinteraksi denganunggas dapat menjadi penyebab menularnya fluburung diantara unggas, baik pada peternakanmodern maupun tradisional (Antara et al., 2009).Data pada Tabel 2 menunjukkan tingkat perilakuresponden sebagian besar cukup baik (69%) dan28% responden perilakunya kurang baik. Perilakuresponden yang baik ditujukkan pada perlakuanterhadap unggas yang mati yaitu denganmembakar 37,3% dan mengubur 55,2% (Grafik2). Memusnahkan unggas yang mati dengan caramembakar atau mengubur merupakan bagian daripenerapan biosekuriti yang mendukung upayapencegahan penyebaran agen penyakit berbahayakhususnya virus AI ke ternak yang sehat lainnya(Graham et al., 2008; Nerlich et al., 2009).Perilaku yang kurang baik sebagian besar terdapatpada responden yang tidak menggunakan maskerpada saatkontak dengan unggas (95%), semuaresponden tidak melakukan vaksinasi unggas secaraberkala dan tidak melapor ke aparat desa (RT/RW)atau instansi terkait bila menemukan unggas yangmati secara mendadak. Termasuk letak kandangunggas yang dekat dengan rumah (<10 m)sebanyak 71%, bahkan ada responden yang tidakmengkandangkan unggasnya (11%) dan 17%responden tidak rutin membersihkan kandang.

0 20 40 60 80

Tidak setuju untuk pemusnahan unggas secara…

Menjual unggas yang sakit

Kandang di luar rumah, jarak < 10 m

Tidak mengkandangkan unggas (di umbar)

Tidak rutin membersihkan kandang

Tidak CTPS setelah kontak dengan unggas

Tidak memakai masker saat kontak dengan unggas

Melaporkan ke aparat desa dan instansi terkait

Membuang unggas yang mati ke sungai

Membakar unggas yang mati

Mengubur unggas yang mati

%

119

Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia

Rusman Effendi, Adji Santoso Dradjat, Made Sriasih (Analisis Tingkat Pengetahuan …… )

Gambar 2. Grafik deskripsi sikap dan perilaku responden dalam pencegahan fluburung.

Virus influenza disekresikan bersamafesesungags yang terinfeksi flu burung danpenularannya dapat terjadi secara langsungmaupun tidak langsung (Harimoto andKawaoka, 2001; Yamamoto et al., 2008).Penularan flu burung dapat terjadi melaluimediakotoran(faeces)danlendirdariunggasyangterinfeksi ataupun melalui udara yang terkandungvirus dari kotoran dan lender tersebut, apabilasudah terdapat unggas yang terinfeksi maka akansangat cepat menular kesesama unggas yangberada ditempat yang sama, akibatnya dapatmenimbulkan kematian mendadak dan massal(penularan setempat). Oleh karena itu, perludilakukan pemusnahan unggas secara menyeluruh(Tsani, 2006). Demikian juga dengan peternakyang menjual unggas yang sakit berpeluang untukmenularkan virus flu burung kepada masyarakatyang membeli (penularan ke luar wilayah).Adanyakepanikan peternakakan mengalamikerugian sebenarnya bias dikurangi apabilapengetahuan dan informasi tentang virus fluburung dipahami secara lengkap dan benar olehpeternak sehingga akan mendukung biosekuritiyang merupakan salah satu cara pencegahanpenyebaran virus flu burung (Tsani, 2006). Suarthaet al. (2011) melaporkan dengan adanyapenyuluhan yang intensif membuktikan bahwapemahaman masyarakat meningkat dan mengetahuiakan bahaya flu burung lebih besar nilainya jikaada anggota keluarga yang terserang dibandingkanharga ayamnya. Disamping itu, perludipertimbangkan juga adanya dana kompensasi

yang diberikan pemerintah kepada peternakdengan memperhatikan jenis unggas yangdipelihara (Lestari dan Paramita, 2007). Denganadanyadanakompensasi tersebut diharapkandapat mengurangi beban kerugian daripeternak.

Perilaku manusia dalam berinteraksi denganunggas dapat menjadi penyebab menularnya fluburung diantara unggas, baik pada peternakanmodern maupun tradisional (Antara et al., 2009).Data pada Tabel 2 menunjukkan tingkat perilakuresponden sebagian besar cukup baik (69%) dan28% responden perilakunya kurang baik. Perilakuresponden yang baik ditujukkan pada perlakuanterhadap unggas yang mati yaitu denganmembakar 37,3% dan mengubur 55,2% (Grafik2). Memusnahkan unggas yang mati dengan caramembakar atau mengubur merupakan bagian daripenerapan biosekuriti yang mendukung upayapencegahan penyebaran agen penyakit berbahayakhususnya virus AI ke ternak yang sehat lainnya(Graham et al., 2008; Nerlich et al., 2009).Perilaku yang kurang baik sebagian besar terdapatpada responden yang tidak menggunakan maskerpada saatkontak dengan unggas (95%), semuaresponden tidak melakukan vaksinasi unggas secaraberkala dan tidak melapor ke aparat desa (RT/RW)atau instansi terkait bila menemukan unggas yangmati secara mendadak. Termasuk letak kandangunggas yang dekat dengan rumah (<10 m)sebanyak 71%, bahkan ada responden yang tidakmengkandangkan unggasnya (11%) dan 17%responden tidak rutin membersihkan kandang.

80 100

119

Page 5: Analisis Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku …jitpi.fpt.unram.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/6.-RUSMAN-Eff... · masyarakat yang berpotensi untuk tertular flu ... hubungan

Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia

Rusman Effendi, Adji Santoso Dradjat, Made Sriasih (Analisis Tingkat Pengetahuan …… )

Terdapat 18% responden tidak melakukan cucitangan pakai sabun (CTPS) setelah kontakdengan unggas. Terhadap unggas yang matimendadak ditemukan 22,4% respondenmembuang ke sungai (Gambar 2)

Dalam hubungannya dengan fluburung, makaperilaku merupakan bagian dari sistemkewaspadaan dini yang harus mendapat perhatian.Kasnodihardjo dan Friskarni (2013) meng-ungkapkan bahwa perilaku hidup dapat menjadisalah satu penyebab terjadinya penularan fluburung dari unggas ke manusia dan manusia kemanusia. Masker merupakan salah satu alatpelindung diri (APD) yang sangat penting untukmenghindari penularan flu burung terutama ketikapenanganan terhadap kotoran unggas (Sukoco danPranata, 2012). Sedangkan perilaku yang tidakmelapor disebabkan karena respondenberanggapan bahwa kematian unggas merupakanhal yang biasa terjadi di lapangan terutama jikaterjadi perubahan cuaca. Kondisi ini dapatberdampak pada terhambatnya sistemkewaspadaan dini (SKD) pada level masyarakatterhadap upaya pencegahan penularan flu burungkarena adanya informasi yang terputus daripeternak kepada instansi terkait. Dengan kemajuantekhnologi saat ini, peternak semestinya dapatmelaporkan kematian unggas melalui handphonevia pesan singkat (SMSgateway) kepada ketuaRT/RW atau aparat desa lainnya. Hasil penelitianMuryani et al. (2012) menye-butkan bahwapeternak yang menyampaikan laporan jika adaunggas mati memiliki peluang tertular yang lebihkecil dibandingkan peternak yang tidakmelaporkan. Peternak seharusnya melakukanvaksinasi terhadap unggas peliharaan. Tindakanvaksinasi dilakukan selain untuk mencegahpenularan flu burung pada unggas yang lainyang masih sehat, juga menggambarkan sejauhmana kepedulian peternak terhadap potensibahaya/risiko unggas yang dimilikinya dapatmenyebarkan virus flu burung secara luas dimasyarakat (Kasnodihardjo dan Friskarni, 2013).Letak kandang ternak yang sangat berdekatandengan rumah tinggal berdampak padapeningkatan resiko penularan flu burung dariunggas ke manusia karena kotoran unggas yangmengandung virus flu burung beterbangan,menempel, dan ikut melayang bersama partikeldebu dan akhirnya terhirup pemilik ternakataupun masyarakat yang tinggal di sekitar(Achmadi, 1990). Penelitian Natsir et al. (2010)juga mendapatkan bahwa letak kandang yangterlalu dekat dengan rumah dan kebersihan yangtidak terjaga dapat berpotensi mencemari

lingkungan dan beresiko lebih besar terjadi fluburung dibandingkan peternakan yang lingkungansekitar kandangnya bersih. Adanya peternak yangtidak mengkandangkan unggasnya (pemeliharaandiumbar) juga beresiko tinggi terhadap penularanvirus flu burung, karena ternak unggas mudahkontak antar unggas yang berlainan jenis danmanusia (Temaja et al., 2013). Dengan sistempemeliharaan diumbar, virus flu burung akan tetaplestari di lingkungan (Monne et al., 2008) terutamapada unggas jenis itik karena dapat menjadireservoir virus yang potensial (Hulse-Post et al.,2005; Strum-Ramirez, 2005). Peternak yangmembuang unggas mati ke sungai adalah tindakanyang kurang tepat karena masih memungkinkanvirus flu burung dapat berpindah ke unggas yanglain bahkan ke manusia (penularan ke luarwilayah) karena salah satu sifat virus flu burungdapat bertahan hidup di air sampai 4 hari padasuhu 22°C (Kemenkes RI, 2010). Pemerintahmenganjurkan apabila menjumpai unggas matisecara mendadak maka dilarang membuangbangkai unggas ke tempat sampah, kebun, sungaiatau memanfaatkan sebagai pakan hewan atau ikan(Sukoco dan Pranata, 2012). Peternak seharusnyamelakukan CTPS setelah kontak dengan unggas.Cuci tangan pakai sabun (CTPS) adalah salah satudari sepuluh perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)dan sudah menjadi Gerakan Nasional sejak tahun2006. CTPS merupakan perilaku positif untukmenjaga kesehatan pribadi (personal hygine) daripenyakit menular termasuk flu burung. Kendatitangan tidak berbau atau tidak terlihat kotor, bukanberarti bersih dari virus (Kemenkes RI., 2013).

Hasil analisa bivariat untuk mengetahuihubungan antara pengetahuan dan sikapmenunjukkan sebagian besar hubungan terjadiantara pengetahuan dengan kategori cukup dansikap dengan kategori baik yaitu 54% (Tabel 3).Uji statistik dengan Rho Spearmanmenunjukkanhubungan yang signifikan (P<0,05) dengankoefesien korelasi sebesar 0,419. Nilai positif padakoefesien korelasi menandakan bahwa semakintinggi pengetahuan akandiikuti oleh sikap yangsemakin baik. Hasil ini sejalan dengan Miftahudindan Kartinah (2008) yang menyatakan bahwasemakin tinggi penge-tahuan responden makasikap responden akan semakin baik pula. Untukmempertahankan sikap yang baik selain melaluipenyuluhan yang intensif, diperlukan pembinaanberkala baik secara langsung ke peternak unggasmaupun melalui diskusi kelompok. Melalui diskusikelompok, terjadi interaksi berbagicerita/pengalaman antar anggota sehingga dapat

120

Page 6: Analisis Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku …jitpi.fpt.unram.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/6.-RUSMAN-Eff... · masyarakat yang berpotensi untuk tertular flu ... hubungan

Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia

Rusman Effendi, Adji Santoso Dradjat, Made Sriasih (Analisis Tingkat Pengetahuan …… )

menambah wawasan peternak dalam pemeliharaan ternak yang sehat.Tabel 3. Tabel silang hubungan pengetahuan dengan sikap

KategoriSikap

Baik (%) Cukup baik (%) Kurang baik (%) Jumlah (%)

PengetahuanTinggi 10 0 0 10

Cukup 54 7 0 61

Kurang 25 4 0 29Jumlah 89 11 0 100

Tabel 4 menyajikan hubungan antara penge-tahuan responden tentang flu burungdenganperilaku responden dalam mendukungupaya pencegahan flu burung. Sebagian besarhubungan terjadi antara pengetahuan dengankategori cukup dan perilaku dengan kategoricukup baik yaitu 42%. Uji statistik dengan RhoSpearmanmenunjukkan hubungan yang signifikandimana nilai probabilitas 0,001 (P<0,05), dengankoefesien korelasi sebesar 0,341. Nilai positif padakoefesien korelasi menandakan bahwapengetahuan mempunyai pengaruh positif terhadapperilaku. Menurut Notoatmodjo (2003) bahwasalah satu faktor yang mempengaruhi perilakuadalah pengetahuan. Karminiasih et al. (2014)mengungkapkan bahwa pengetahuan yang baikdiasumsikan dapat terjadi akibat adanyasosialisasi tentang flu burung yang telah

dilaksanakan. Dengan dukungan pengetahu-anyang baik responden dapat melakukan upayapencegahan penularan flu burung secara tepat.Pengetahuan tentang flu burung memerlukaninformasi yang cukup dan intensif sehinggamasyarakat dapat berperilaku yang baik.Disamping itu, untuk meningkatkan perilakukearah yang lebih baik perlu juga dilakukanpelatihan biosekuriti dan manajemen pemelihara-an ternak sehat yang nantinya akan mendukungupaya pencegahan penyebaran agen penyakit(Cardona et al., 2009).

Data pada Tabel 4 menunjukkan sebagianbesar hubungan terjadi antara sikap dengankategori baikdan perilaku dengan kategori cukupbaik yaitu 65%. Uji statistik dengan Rho Spearmanmenunukkan

Tabel 4. Tabel silang hubungan pengetahuan dengan perilaku

KategoriPerilaku

Baik (%) Cukup baik (%) Kurang baik (%) Jumlah (%)

PengetahuanTinggi 0 8 2 10Cukup 0 42 19 61Kurang 2 20 7 29

Jumlah 2 70 28 100

Tabel 5. Tabel silang hubungan sikap dengan perilaku

KategoriPerilaku

Baik (%) Cukup Baik (%) Kurang Baik (%) Jumlah (%)

SikapBaik 2 65 22 89Cukup Baik 0 5 6 11Kurang Baik 0 0 0 0

Jumlah 3 69 28 100

hubunganyang signifikan antara sikap denganperilaku responden dimana nilai probabilitas 0,003(P<0,05), dengan koefesien korelasi sebesar 0,290.Hal ini juga berarti bahwa semakin baik sikap

responden maka semakin baik pula perilaku dalampencegahan flu burung. Hasil yang serupadiperoleh Karminiasih et al. (2014) dimanaterdapat hubungan yang signifikan antara sikap

121

Page 7: Analisis Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku …jitpi.fpt.unram.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/6.-RUSMAN-Eff... · masyarakat yang berpotensi untuk tertular flu ... hubungan

Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia

Rusman Effendi, Adji Santoso Dradjat, Made Sriasih (Analisis Tingkat Pengetahuan …… )

dengan perilaku menjaga sanitasi kandang dalampencegahan flu burung dengan nilai probabilitassebesar 0,005 (P<0,05).

Beberapa penelitian menunjukkan adanyapengaruh pengetahuan terhadap sikap danperilaku, tergantung pada tema atau obyek yangditeliti. Untuk melakukan perubahan sikap danperilaku kearah yang lebih baik dalam upayapencegahan flu burung tidak cukup denganpeningkatan pengetahuan saja. Widiastuti (2012)melaporkan bahwa pengetahuan saja belummemadai untuk merubah sikap dan perilaku hidupsehat, diperlukan faktor-faktor penguat(reinforcing factors) seperti advokasi, dukungansosial, pemberdayaan masyarkat melalui pelatihan-pelatihan, adanya kebijakan dan lingkungan yangmendukung. Disamping itu, pesan-pesanpenyuluhan yang disampaikan agar mudahdipahami dan bersifat persuasive, dilaksanakandengan komunikasi yang berkesinambungan,motivasi dan edukasi serta disesuaikan dengankemauan dan kemampuan dari khalayak sasaran.Dengan pengetahuan yang tinggi, sikap danperilaku yang baik, peternak diharapkan lebihmemperhatikan berbagai upaya pencegahan fluburung.

SIMPULAN DAN SARAN

SimpulanTingkat pengetahuan responden sebagian besar

cukup baik dan tercermin pada sikap dan perilakuresponden dalam upaya pencegahan flu burung.Upaya pencegahan penularan flu burung dapatdilakukan dengan menjaga kebersihan pribadi,menjaga kebersihan kandang, vaksinasi unggassecara berkala, mengubur dan membakar unggasyang mati, tidak menjual unggas yang sakit, tidakmembuang unggas mati ke sungai, serta melaporke aparat desa (RT/RW) bila menemukan unggasmati mendadak. Terdapat hubungan yangsignifikan antara pengetahuan, sikap dan perilakuresponden dalam pencegahan penyakit flu burung.

SaranDiperlukan penelitian lebih lanjut untuk

melihat aspek yang lebih luas dalam pencegahanflu burung seperti menejemen pemeliharaanunggas yang sehat dan pola penjualan unggas dimasyarakat. Bagi instansi terkait selain melakukanpenyuluhan melalui media KIE (Komunikasi,Informasi, Edukasi), perlu juga dilakukanpembinaan/pelatihan secara berkala melaluidiskusi kelompok untuk menambah wawasan/ketrampilan peternak dalam pemeliharaan unggas.

Bagi peternak agar menerapkan biosekuriti yanglebih ketat dalam mewaspadai penyakit unggastermasuk flu burung.

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, U.F. 1990.Pedoman Penerapan PolaPembinaan Kesehatan Lingkungan MelaluiPosyandu. Direktorat Bina Peran SertaMasyarakat Departemen Kesehatan RepublikIndonesia, Badan Koordinasi KeluargaBerencana NasionalRepublik Indonesia,Jakarta.

Antara, I.M.S., I.N. Suartha, I.K.S.Wiryana, I.M.Sukada, I.W. Wirata, I.G.N.D.Prasetya,N.M.R.K. Dewi, T.K. Sari dan Mahardika,I.G.N.K. 2009. Pola distribusi unggas daripasar tradisional berperan dalam penyebaranvirus flu burung. Jurnal Veteriner, 10 (2): 104-110.

Beigeland J.H.J. Farrar. 2005. Avian influenza A(H5N1) infectionsinhumans. Journal Medicine.353(3):1374-1385.

Cahyaningsih, N.M.D. dan M.K. Duana. 2013.Tingkat pengetahuan dan upaya pencegahanpenularan Flu Burung pada peternak unggas didesa Babahan, Tabanan. Community Health, 1(2): 131-142.

Cardona,C.,K..Yee, and T.Carpenter. 2009. Arelivebird market sreservoirs of avianinfluenza?Poultry Science:4 (88):856-859.

Dinkes Propinsi NTB. 2012. Rekap Laporan KasusAI masing-masing Kabupaten se-PropinsiNTB. Bidang P2PL. Mataram.

Graham, J.P., J.H. Leibler, L.B. Price, J.M. Otte,D.U.Pfeiffer,T. Tiensin and E.K. Silbergeld.2008. The animal-human interfae and infectiousdisease in industrial food animalproduction: Rethinking Biosecurity and Biocontainment. Public Health Reports,123: 282-299.

Harimoto, T. and Y. Kawaoka. 2001. Pandemicthreat posed by avian influenza. ClinicMicrobiology. Review. 14: 129-149.

Hewajuli, D.A. and N.L.P.I. Dharmayanti. 2014.Identifikasi flu burung H5N1 pada unggas disekitar kasus flu burung pada manusia tahun2011 di Bekasi. Jurnal Veteriner, 15 (1): 68-67.

Hulse-Post,D.J.,K.M. Strum-Ramirez, J. Humberd,P. Seiller, E.A. Govorkova, S. Krauss, G.Yuan,J.S.M.Peiris and R.G. Webster.2005. Roleof

1227

Page 8: Analisis Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku …jitpi.fpt.unram.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/6.-RUSMAN-Eff... · masyarakat yang berpotensi untuk tertular flu ... hubungan

Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia

Rusman Effendi, Adji Santoso Dradjat, Made Sriasih (Analisis Tingkat Pengetahuan …… )

domestic duck in the propagation andbiological evolution of highly pathogenicH5N1 influenza virus in Asia. Proceding ofNationalAcademicScience.USA.102: 10682-10687.

Karminiasih, N.L.P., N.M. Marwati danI.W.S.Asmara. 2014. Hubungan pengetahuan,sikap dan tindakan pekerja ternak unggasdengan keadaan sanitasi kandang dalam upayapencegahan penyakit flu burung. JurnalKesehatan Lingkungan, 4 (1): 50-56.

Kasnodihardjo dan K. Friskarni. 2013. SanitasiLingkungan Kandang, Perilaku dan FluBurung. Jurnal Kesehatan MasyarakatNasional, 8 (3): 125-132.

Kementerian Kesehatan R.I., 2010. PedomanTatalaksana Klinis Flu Burung (H5N1) diRumah Sakit. Jakarta.

Kementerian Kesehatan R.I., 2013. Buku Saku FluBurung. Ditjen PP & PL, Jakarta.

Kencana, G.A.Y., I.G.N.K. Mahardika, I.B.K.Suardana, I.N.M. Astawa, N.M.K. DewidanG.N.N.Putra. 2012. Pelacakan kasus fluburung pada ayam dengan reverse transcriptasepolymerase chain reaction. Jurnal Veteriner, 13(3): 303-308.

Lestari, A.A.W. 2009. Sosialisasi Flu Burung sertapemeriksaan jumlah sel darah putih dantrombosit penduduk desa beraban kabupatenTabanan. Jurnal Udayana Mengabdi, 8 (1): 1-5.

Lestari, S.O., Zakianis dan W.A. Sapta. 2010.Upaya pencegahan Flu Burung masyarakat dikabupaten Tangerang. Jurnal KesehatanMasyarakat Nasional, 5 (2): 84-89.

Lestari, W. dan A. Paramita. 2007. KebijakanPemberantasan Penyebaran Virus Flu Burungdan Eksistensi Budaya Masyarakat. BuletinPenelitian Sistem Kesehatan, 10 (4): 356-364.

Maines, T.R., X.H.Lu, S.M.Erb, L. Edwards, J.Guarner, P.W. Greer, D.C .Nguyen, K.J. Szretter,L.M. Chen, P. Thawatsupha,M. Chittaganpitch,S. Waicharoen, D.T. Nguyen., T. H.H. Nguyen,J.H. Kim, L.T. Hoang, C. Kang, L.S. Phuongm,W. Lim, S . Zaki, R . O . Donis, N . J . Cox,J.M. Katz, and T.M. Tumpey. 2005. AvianInfluenza (H5N1) viruses isolated fromhumansin Asia in 2004 exhibitin crease virulence inmammals. Journal of Virology, 79(18): 11788-11800.

Miftahudin A.A. dan Kartinah, 2008. Hubunganpengetahuan tentang flu burung dengan sikapmasyarakat yang memelihara unggas di

wilayah Mojogedang. Jurnal Berita IlmuKeperawatan, 1 (4): 157-162.

Monne,I., T.M. Joannis, A. Fusaro, P.D. Benedictis,L.H. Lombin, H. Ularamu, A. Egbuji,P.Solomon,T.U. Obi, G. Cattoli and I.Capua.2008. Reassortant avian influenza virus(H5N1) in poultry, Nigeria, 2007.Emerging Infectious Diseases,14 (4):637-640.

Mounts,A.W., H./ Kwong, H.S. Izurieta, Y.Y. Ho,T.K.. Au, M. Lee, C.B. Bridges, S.W. Williams,K.H. Mak, J.M. Katz, W.W. Thompson, N.J.Cox, and F. Fukuda. 1999. Case control studyof risk factors for Avian Influenza A (H5N1)disease, HongKong. Journal Infectious Disease.180: 505-508.

Muramoto,Y.,T.Q.M. Le, L.S. Phuong, T.Nguyen, T.H. Nguyen, Y. Sakai-Tagawa, K.Iwatsuki-Horimoto,T . Horimoto, H . Kida andY. Kawaoka. 2006. Molecular characterizationof the hemagglutinin and neuraminidase genesof H5N1 influenza aviruses isolated frompoultry in Vietnam from 2004-2005. TheJournal of Veterinary Medical Science. 68 (5):527-531.

Muryani, D.B. Hakim, B. Sanim, Y. Syaukat danD. Hartono. 2012. Dampak flu burungterhadap perekonomian: tinjauan aspeklingkungan, sosial dan ekonomi nasional.Majalah Ekonomi. Vol. 22, No. 2.

Natsir, M.,A.Z. Abdullah dan R.M. Thaha. 2010.Faktor risiko kejadian flu burung padapeternakan unggas rakyat komersialdikabupaten Sidenreng, Rappang. JurnalMedia Kesehatan Masyarakat Indonesia, 6 (3):124-128.

Nerlich,B.,B. Brown and P. Crawford.2009.Health,hygiene and biosecurity: Tribal knowledgeclaims in the UK poultry industry. Health, Risk& Society, 6 (11): 561-577.

Notoatmodjo. 2003. Pendidikan dan PerilakuKesehatan. RinekaCipta. Jakarta.

Peiris,J.S., W.C.Yu, C.W. Leung,C.Y. Cheung,W.F.Ng,J . M . Nicholls, T.K.Ng,K . H . Chan,S.T. Lai,W.L.Lim,K.Y.Yuen andY.Guan. 2004.Re-emergence of fatal human influenza A subtype H5N1 disease. Lancet. 363 (9409):617-619.

Pracoyo, N.E., Riajuni, L., Sukarso, T., Subangkit,S. dan Putranto, R.H. 2008. Sero survei dananalisa pengetahuan, sikap penjamah unggasterhadap penyakit flu burung di Indonesia.Media Litbang Kesehatan, 22 (4): 181-189.

1237

Page 9: Analisis Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku …jitpi.fpt.unram.ac.id/wp-content/uploads/2016/10/6.-RUSMAN-Eff... · masyarakat yang berpotensi untuk tertular flu ... hubungan

Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia

Rusman Effendi, Adji Santoso Dradjat, Made Sriasih (Analisis Tingkat Pengetahuan …… )

Said, R.M., Thaha, M.R. dan Syafar, M. 2010. KIEuntuk peningkatan pengetahuan, sikap danpraktik pencegahan dan penanggulanganpenyakit flu burung di Kabupaten Gowa,Sulawesi Selatan. Jurnal Kesehatan MasyarakatNasional, 5 (1): 23-28.

Shortridge,K.F.,P. Gao,Y.Guan,T.Ito, Y.Kawaoka,D. Markwell, A . TakadaandR . D . Webster.2000. Inter species transmission of influenzaviruses: H5N1 virus and Hong Kong SARperspective.Veteriner Microbiology. 74:141-147.

Strum-Ramirez, K.M. 2005. Are duckcontributing to the endemicity of highlypathogenic H5N1 influenza virus inAsia?.Journal of Virology.79: 11269-11279.

Suartha, N., Widana, K., Anthara, M.S., WirataW., Sukada, M. dan Mahardika, G.N.K. 2011.Efektivitas penyuluhan terhadap pemahamanFlu Burung. Majalah Ilmiah Peternakan, 14 (1):22-27.

Sukoco, N.E.W. dan S. Pranata. 2012. Perilakuberesiko peternak unggas dan kejadian Flu

Burung Di Desa Mojotamping KecamatanBangsal Kabupaten Mojokerto Propinsi JawaTimur. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 15(1): 47-54.

Swayne, D.E. and D.L. Suarez. 2000. Highlypathogenic Avian Influenza. Rev. Sci. Tech.19:463–482.

Temaja, I.G.N.B., Suartha, I.N. dan I.G.N.KMahardika,. 2013. Faktor-faktor resiko tertularflu burung di desa-desa Kabupaten Klungkung,Bali. Jurnal Veteriner, 14 (2): 184-189.

Tsani, T. 2006. Dampak isu Flu Burung padakehidupan sosial ekonomi. Balaba, 3 (2): 15.

Widiastuti, T. 2012. Strategi pesan promosikesehatan cegah flu burung. Jurnal Sosial danPembangunan (MIMBAR), 28 (2): 163-172.

Yamamoto, Y., K.Nakamura, M. Okamatsu,M.Yamada, and M. Mare. 2008. Avian InfluenzaVirus (H5N1). Reflication in domestic waterfowl. Emerging infectious disesae, 14(1):149-150.

1247