analisis terhadap putusan kppu madiun

26
Analisis terhadap Putusan KPPU Perkara Nomor: 39/KPPU-L/2008 berkaitan dengan tender Pengadaan Alat Peraga, Buku Pengayaan/Referensi Dan Sarana Multi Media di Dinas Pendidikan Kota Madiun Tahun Anggaran 2007 POSISI KASUS Pada tanggal 20 November 2007, KPPU Mendapatkan laporan bahwa telah terjadi pelanggaran terhadap UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dalam lelang Pengadaan Alat Peraga, Buku Pengayaan/Referensi Dan Sarana Multi Media oleh panitia lelang yang dibentuk oleh Dinas Pendidikan Kota Madiun. Para pihak yang dilaporkan kepada KPPU yang selanjutnya disebut sebagai terlapor adalah: 1. PT. Damata Sentra Niaga, Alamat Jalan Ngagel Jaya Selatan (Komplek RMI Blok E-22) Surabaya, untuk selanjutnya disebut terlapor I; 2. CV. Fajar Jaya, Alamat Jalan Kertajaya IX-C No. 26 Surabaya, untuk selanjutnya disebut terlapor II; 3. CV. Eka Jaya, Alamat Jalan Dharmawangsa VII No.30 Surabaya, untuk selanjutnya disebut terlapor III; 4. Panitia Pengadaan Barang/Jasa Kegiatan Pembangunan Pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Madiun Tahun Anggaran 2007, Alamat Jalan Mastrip No.21 Madiun, untuk selanjutnya disebut terlapor IV.

Upload: bayooe0118

Post on 23-Jun-2015

486 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Terhadap Putusan KPPU Madiun

Analisis terhadap Putusan KPPU Perkara Nomor: 39/KPPU-L/2008 berkaitan dengan

tender Pengadaan Alat Peraga, Buku Pengayaan/Referensi Dan Sarana Multi Media di

Dinas Pendidikan Kota Madiun Tahun Anggaran 2007

POSISI KASUS

Pada tanggal 20 November 2007, KPPU Mendapatkan laporan bahwa telah

terjadi pelanggaran terhadap UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli

dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dalam lelang Pengadaan Alat Peraga, Buku

Pengayaan/Referensi Dan Sarana Multi Media oleh panitia lelang yang dibentuk oleh

Dinas Pendidikan Kota Madiun. Para pihak yang dilaporkan kepada KPPU yang

selanjutnya disebut sebagai terlapor adalah:

1. PT. Damata Sentra Niaga, Alamat Jalan Ngagel Jaya Selatan (Komplek RMI

Blok E-22) Surabaya, untuk selanjutnya disebut terlapor I;

2. CV. Fajar Jaya, Alamat Jalan Kertajaya IX-C No. 26 Surabaya, untuk

selanjutnya disebut terlapor II;

3. CV. Eka Jaya, Alamat Jalan Dharmawangsa VII No.30 Surabaya, untuk

selanjutnya disebut terlapor III;

4. Panitia Pengadaan Barang/Jasa Kegiatan Pembangunan Pada Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan Kota Madiun Tahun Anggaran 2007, Alamat

Jalan Mastrip No.21 Madiun, untuk selanjutnya disebut terlapor IV.

Pada tanggal 18 September 2007 panitia pelelangan mengumumkan adanya

tender yang diumumkan di harian Media Indonesia, di papan pengumuman Dinas

Pendidikan Kota Madiun dan Kantor Pemerintah Kota Madiun. Pendaftaran dan

pengambilan dokumen lelang dilakukan pada tanggal 19 – 28 September 2007, pada

tahap ini pendaftar mencapai 27 perusahaan. Pada tanggal 24 September dilakukan

proses aanwijzing yang dihadiri oleh 12 peserta tender, dalam proses aanwijzing

tersebut panitia Tender menyampaikan Harga Perkiraan Sendiri sebesar

Rp.3.286.770.000,-. Didalam proses pemasukan dokumen penawaran dihadiri oleh 16

perusahaan termasuk terlapor I, II, dan III. Pada tanggal 25 Oktober 2007 panitia tender

mengumumkan calon pemenang yang terdiri dari terlapor I, II, dan III. Pada tanggal 27

Page 2: Analisis Terhadap Putusan KPPU Madiun

Oktober 2007 pemimpin kegiatan mengumumkan terlapor I sebagai pemenang tender.

Antara terlapor I, II dan III Terdapat suatu hubungan, hubungan diantara terlapor

I, II, dan III tersebut adalah hubungan kekeluargaan yang dimiliki oleh satu keluarga,

yang terdiri dari Bapak, Istri dan anak. Untuk menjadikan terlapor III sebagai pemenang

tender, maka terlapor I, II, dan III membentuk suatu kerjasama yang ditandatangani

pada tanggal 20 September 2007. Namun pada tanggal 1 Oktober 2007 terlapor II

mengakhiri perjanjian tersebut, sehingga diantara terlapor I, II, dan III maju sendiri-

sendiri untuk mendapatkan tender. Ternyata dalam dokumen penawaran terlapor I, II,

dan III terjadi kemiripan dan kesamaan, yaitu kesalahan pengetikan pada bagian yang

sama, kesamaan nomor fax, kesamaan surat dukungan, kesamaan judul buku dan

kuantitas harga dalam dokumen penawaran, dan kemiripan harga penawaran.

Pelanggaran yang ditemukan ada dalam persyaratan, RKS yang dibuat oleh

panitia lelang mewajibkan persyaratan harus dipenuhi oleh peserta tender, yaitu

mewajibkan peserta tender memiliki pengalaman 5x pengalaman tertinggi selama kurun

waktu 7 tahun, dalam hal ini PT. Damanta Sentra Niaga belum pernah menjadi

pemenang lelang tender yang seharusnya tidak memenuhi syarat sebagai pemenang

lelang. Tetapi oleh panitia lelang PT. Damanta Sentra Niaga dipilh menjadi pemenang.

Didalam posisi kasus diatas telah terdapat beberapa indikasi pelanggaran UU No.5

Tahun 1999 khususnya mengenai persekongkolan tender. Untuk selanjutnya mengenai

analisis yuridis mengenai putusan Perkara Nomor: 39/KPPU-L/2008 dalam Lelang

Pengadaan Alat Peraga, Buku Pengayaan/Referensi Dan Sarana Multi Media oleh

panitia lelang yang dibentuk oleh Dinas Pendidikan Kota Madiun akan dibahas pada

bab Analisis Putusan.

KAJIAN PUSTAKA

Persekongkolan mempunyai karakteristik tersendiri, karena dalam

persekongkolan (conspiracy/konspirasi) terdapat kerjasama yang melibatkan dua atau

lebih pelaku usaha yang secara bersama-sama melakukan tindakan melawan hukum.

Istilah persekongkolan (conspiracy) pertama kali ditemukan pada Antitrust Law di USA

yang didapat melalui Yurisprudensi Mahkamah Tertinggi Amerika Serikat, berkaitan

dengan ketentuan Pasal 1 The Sherman Act 1890, dimana dalam pasal tersebut

Page 3: Analisis Terhadap Putusan KPPU Madiun

dinyatakan ; “….. persekongkolan untuk menghambat perdagangan ….. (….conspiracy

in restraint of trade…..) ”. Mahkamah Tertinggi USA juga menciptakan istilah “concerted

action” untuk mendefinisikan istilah persekongkolan dalam hal menghambat

perdagangan, dan kegiatan saling menyesuaikan berlandaskan pada persekongkolan

guna menghambat perdagangan serta pembuktiannya dapat disimpulkan dari kondisi

yang ada. Berdasarkan pengertian di USA itulah, maka persekongkolan merupakan

suatu perjanjian yang konsekuensinya adalah perilaku yang saling menyesuaikan

(conspiracy is an agreement which has consequence of concerted action).

Namun demikian ada juga yang menyamakan istilah persekongkolan

(conspiracy/konspirasi) dengan istilah Collusion (kolusi), yakni sebagai : “A secret

agreement between two or more people for deceiful or produlent purpose “. Artinya,

bahwa dalam kolusi tersebut ada suatu perjanjian rahasia yang dibuat oleh 2 (dua)

orang atau lebih dengan tujuan penipuan atau penggelapan yang sama artinya dengan

konspirasi dan cenderung berkonotasi negatif/buruk. Secara yuridis pengertian

persekongkolan usaha atau conspiracy ini diatur dalam Pasal 1 angka 8 UU No. 5

Tahun 1999, yakni “sebagai bentuk kerjasama yang dilakukan oleh pelaku usaha

dengan pelaku usaha lain dengan maksud untuk menguasai pasar bersangkutan bagi

kepentingan pelaku usaha yang bersekongkol“. Bentuk kegiatan persekongkolan ini

tidak harus dibuktikan dengan adanya perjanjian, tetapi bisa dalam bentuk kegiatan lain

yang tidak mungkin diwujudkan dalam suatu perjanjian.1

Salah satu bentuk tindakan yang dapat mengakibatkan persaingan tidak sehat

adalah persekongkolan dalam tender, yang merupakan salah satu bentuk kegiatan

yang dilarang oleh UU No. 5/1999. Prinsip-prinsip umum yang perlu diperhatikan dalam

tender adalah transparansi, penghargaan atas uang, kompetisi yang efektif dan

terbuka, negosiasi yang adil, akuntabilitas dan proses penilaian, dan non-diskriminatif.

Sejalan dengan hal tersebut, UU No. 5/1999 juga mengatur tentang larangan

persekongkolan dalam tender sebagaimana digariskan pada Pasal 22.2

Penjelasan Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 menyatakan, bahwa tender

merupakan tawaran untuk mengajukan harga, untuk memborong suatu pekerjaan,

1 Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan Konteks2 Pedoman pasal 22 UU No. 5 tahun 1999 tentang “Larangan Persekongkolan dalam Tender” Komisi Pengawas Persaingan Usaha.

Page 4: Analisis Terhadap Putusan KPPU Madiun

untuk mengadakan barang-barang atau untuk menyediakan jasa. Kegiatan

bersekongkol menentukan pemenang tender jelas merupakan perbuatan curang,

karena pada dasarnya tender dan pemenangnya tidak diatur dan bersifat rahasia.3

Persekongkolan dalam tender tersebut dapat terjadi melalui kesepakatan-kesepakatan,

baik tertulis maupun tidak tertulis. Persekongkolan ini mencakup jangkauan perilaku

yang luas, antara lain usaha produksi dan atau distribusi, kegiatan asosiasi

perdagangan, penetapan harga, dan manipulasi lelang atau kolusi dalam tender

(collusive tender) yang dapat terjadi melalui kesepakatan antar pelaku usaha, antar

pemilik pekerjaan maupun antar kedua pihak tersebut. Kolusi atau persekongkolan

dalam tender ini bertujuan untuk membatasi pesaing lain yang potensial untuk berusaha

dalam pasar bersangkutan dengan cara menentukan pemenang tender.

Persekongkolan tersebut dapat terjadi di setiap tahapan proses tender, mulai dari

perencanaan dan pembuatan persyaratan oleh pelaksana atau panitia tender,

penyesuaian dokumen tender antara peserta tender, hingga pengumuman tender.

Berdasarkan kamus hukum, persekongkolan adalah suatu kerjasama antara dua

pihak atau lebih yang secara bersama-sama melakukan tindakan yang melanggar

hukum. Pengertian tentang persekongkolan dalam tender menurut beberapa negara

adalah suatu perjanjian antara beberapa pihak untuk memenangkan pesaing dalam

suatu tender. Sejalan pengertian-pengertian tersebut, persekongkolan dalam tender

sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999 adalah kerjasama

antara dua pihak atau lebih dalam rangka memenangkan peserta tender tertentu.

Persekongkolan dalam tender dapat dilakukan secara terang-terangan maupun diam-

diam melalui tindakan penyesuaian, penawaran sebelum dimasukkan, atau

menciptakan persaingan semu, atau menyetujui dan atau memfasilitasi, atau pemberian

kesempatan ekslusif, atau tidak menolak melakukan suatu tindakan meskipun

mengetahui bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk mengatur dalam rangka

memenangkan peserta tender tertentu. Persekongkolan dalam tender dapat dibedakan

pada tiga jenis, yaitu persekongkolan horizontal, persekongkolan vertikal, dan

gabungan persekongkolan vertikal dan horizontal.

3 Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan Konteks

Page 5: Analisis Terhadap Putusan KPPU Madiun

Praktek persekongkolan dalam tender ini dilarang karena dapat menimbulkan

persaingan tidak sehat dan bertentangan dengan tujuan dilaksanakannya tender

tersebut, yaitu untuk memberikan kesempatan yang sama kepada pelaku usaha agar

dapat ikut menawarkan harga dan kualitas yang bersaing. Sehingga pada akhirnya

dalam pelaksanaan proses tender tersebut akan didapatkan harga yang termurah

dengan kualitas yang terbaik. Melihat beragamnya praktek persekongkolan dalam

tender yang terjadi di lapangan dan dapat menghalangi terciptanya persaingan usaha

yang sehat, maka diperlukan adanya suatu Pedoman yang mampu memberikan

pemahaman yang lebih baik mengenai larangan persekongkolan dalam tender

sebagaimana dimaksud dalam UU No. 5/1999.

Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 melarang perbuatan pelaku usaha yang

bertujuan menghambat atau bertentangan dengan prinsip persaingan usaha yang

sehat, antara lain seperti pembatasan akses pasar, kolusi, dan tindakan lain yang

bertujuan untuk menghilangkan persaingan. Tindakan lain yang dapat berakibat kepada

terjadinya persaingan usaha tidak sehat adalah tindakan persekongkolan untuk

mengatur dan atau menentukan pemenang tender sebagaimana diatur oleh Pasal 22

UU No. 5/1999. Pengaturan pemenang tender tersebut banyak ditemukan pada

pelaksanaan pengadaan barang dan atau jasa yang dilaksanakan oleh pemerintah

pusat atau pemerintah daerah (government procurement), BUMN, dan perusahaan

swasta. Untuk itu Pasal 22 UU No. 5/1999 tidak hanya mencakup kegiatan pengadaan

yang dilakukan oleh Pemerintah, tetapi juga kegiatan pengadaan yang dilakukan oleh

perusahaan negara (BUMN/BUMD) dan perusahaan swasta. Berdasarkan Penjelasan

Pasal 22 UU No. 5/1999, tender adalah tawaran mengajukan harga untuk memborong

suatu pekerjaan, untuk mengadakan barang-barang atau untuk menyediakan jasa.

Dalam hal ini tidak disebut jumlah yang mengajukan penawaran (oleh beberapa atau

oleh satu pelaku usaha dalam hal penunjukan/pemilihan langsung). Pengertian tender

tersebut mencakup tawaran mengajukan harga untuk:

1. Memborong atau melaksanakan suatu pekerjaan.

2. Mengadakan barang dan atau jasa.

3. Membeli suatu barang dan atau jasa.

4. Menjual suatu barang dan atau jasa.

Page 6: Analisis Terhadap Putusan KPPU Madiun

Unsur Bersekongkol

Bersekongkol adalah:

“Kerjasama yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan pihak lain atas inisiatif

siapapun dan dengan cara apapun dalam upaya memenangkan peserta tender

tertentu.“

Unsur bersekongkol antara lain dapat berupa:

a. kerjasama antara dua pihak atau lebih;

b. secara terang-terangan maupun diam-diam melakukan tindakan penyesuaian

dokumen dengan peserta lainnya;

c. membandingkan dokumen tender sebelum penyerahan;

d. menciptakan persaingan semu;

e. menyetujui dan atau memfasilitasi terjadinya persekongkolan;

f. tidak menolak melakukan suatu tindakan meskipun mengetahui atau sepatutnya

mengetahui bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk mengatur dalam rangka

memenangkan peserta tender tertentu;

g. pemberian kesempatan eksklusif oleh penyelenggara tender atau pihak terkait

secara langsung maupun tidak langsung kepada pelaku usaha yang mengikuti

tender, dengan cara melawan hukum.

Indikasi Persekongkolan Dalam Tender

Tender yang berpotensi menciptakan persaingan usaha tidak sehat atau

menghambat persaingan usaha adalah:

1. Tender yang bersifat tertutup atau tidak transparan dan tidak diumumkan secara

luas, sehingga mengakibatkan para pelaku usaha yang berminat dan memenuhi

kualifikasi tidak dapat mengikutinya;

2. Tender bersifat diskriminatif dan tidak dapat diikuti oleh semua pelaku usaha

dengan kompetensi yang sama;

Page 7: Analisis Terhadap Putusan KPPU Madiun

3. Tender dengan persyaratan dan spesifikasi teknis atau merek yang mengarah

kepada pelaku usaha tertentu sehingga menghambat pelaku usaha lain untuk

ikut.

Dampak Persekongkolan Dalam Tender

Dilihat dari sisi konsumen atau pemberi kerja, persekongkolan dalam tender

dapat merugikan dalam bentuk antara lain;

1. Konsumen atau pemberi kerja membayar harga yang lebih mahal dari pada yang

sesungguhnya.

2. Barang atau jasa yang diperoleh (baik dari sisi mutu, jumlah, waktu, maupun

nilai) seringkali lebih rendah dari yang akan diperoleh apabila tender dilakukan

secara jujur.

3. Terjadi hambatan pasar bagi peserta potensial yang tidak memperoleh

kesempatan untuk mengikuti dan memenangkan tender.

4. Nilai proyek (untuk tender pengadaan jasa) menjadi lebih tinggi akibat mark-up

yang dilakukan oleh pihak-pihak yang bersekongkol. Apabila hal tersebut

dilakukan dalam proyek Pemerintah yang pembiayaannya melalui Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara, maka persekongkolan tersebut berpotensi

menimbulkan ekonomi biaya tinggi.4

ANALISA KASUS

Perbuatan yang dilakukan Terlapor (PT. Damata Sentra Niaga sebagai terlapor

1, CV. Fajar Jaya sebagai terlapor 2, CV. Eka Jaya sebagai terlapor 3, Panitia

Pengadaan Alat Peraga, Buku Pengayaan/Referensi Dan Sarana Multi Media Di

Dinas Pendidikan Kota Madiun Tahun Anggaran 2007 sebagai terlapor 4 )

dinyatakan oleh KPPU telah melanggar pasal 22 UU No. 5/1999 tentang larangan

praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat melalui Putusan KPPU Perkara

Nomor: 39/KPPU-L/2008 dimana perbuatan tersebut dilarang karena ada indikasi

4 Pedoman pasal 22 UU No. 5 tahun 1999 tentang “Larangan Persekongkolan dalam Tender” Komisi Pengawas Persaingan Usaha.

Page 8: Analisis Terhadap Putusan KPPU Madiun

melakukan persengkokolan tender baik secara horizontal maupun vertikal. Menurut

pasal 22 UU No.5/1999 yaitu : “Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain

untuk mengatur dan atau menentukan pemenang tender sehingga dapat

mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat”. Dalam pasal 22 UU

No.5/1999 terdapat lima unsur yaitu unsur pelaku usaha, unsur bersekongkol, unsur

pihak lain, unsur mengatur dan menentukan pemenang tender, dan terakhir unsur

persaingan usaha tidak sehat5.

Unsur Pelaku usaha dalam kasus ini terdiri dari :

- PT. Damata Sentra Niaga

- CV. Fajar Jaya

- CV. Eka Jaya

- Panitia Pengadaan Alat Peraga, Buku Pengayaan/Referensi Dan Sarana Multi

Media Di Dinas Pendidikan Kota Madiun Tahun Anggaran 2007.

Unsur bersekongkol dalam kasus ini terdiri dari persekongkolan horizontal dan

vertikal.

Persekongkolan Horizontal Merupakan persekongkolan yang terjadi antara

pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa dengan sesama pelaku usaha atau

penyedia barang dan jasa pesaingnya6. Persekongkolan ini dapat dikategorikan

sebagai persekongkolan dengan menciptakan persaingan semu di antara peserta

tender. Dalam kasus ini persekongkolan horizontal terjadi dengan indikasi sebagai

berikut yaitu :

Adanya hubungan keluarga diantara pemilik dan direksi PT. Damata Sentra

Niaga, CV. Fajar Jaya dan CV. Eka Jaya, menunjukkan masih adanya komunikasi

dalam rangka mengatur dan menentukan pemenang lelang yaitu PT. Damata Sentra

5 Pedoman pasal 22 UU No. 5 tahun 1999 tentang “Larangan Persekongkolan dalam Tender” Komisi Pengawas Persaingan Usaha.6 Pedoman pasal 22 UU No. 5 tahun 1999 tentang “Larangan Persekongkolan dalam Tender” Komisi Pengawas Persaingan Usaha.

Page 9: Analisis Terhadap Putusan KPPU Madiun

Niaga. hubungan kekeluargaan di antara pemilik PT. Damata Sentra Niaga, CV. Fajar

Jaya dan CV. Eka Jaya yaitu Saudara Sugeng merupakan orang tua dari Direktur CV.

Fajar Jaya dan Direktur Utama PT. Damata Sentra Niaga. Sedangkan Direktur CV. Eka

Jaya merupakan istri dari Saudara Sugeng.

Dari bagan di atas jelas terlihat adanya hubungan keluarga yang erat antara

orangtua dan anak. Dengan adanya hubungan keluarga sebagai pemilik atau direksi

memudahkan dalam persengkongkolan tender karena mempunyai satu tujuan dan rasa

saling percaya yang tinggi di antara keluarga yang sama yaitu memenangkan salah

satu badan usaha milik keluarga dalam lelang.

Adanya hubungan kepemilikan antara PT. Damata Sentra Niaga, CV. Fajar Jaya

dan CV. Eka Jaya dimana :

- Alfie Rahman sebagai Komisaris di PT. Damata Sentra Niaga dan Direktur CV.

Fajar Jaya,

- Sugeng sebagai Komisaris di PT. Damata Sentra Niaga, Wakil Direktur CV. Fajar

Jaya Komanditer di CV. Eka Jaya.

PT DAMATA SENTRA

NIAGA

CV. FAJAR JAYA CV. EKA JAYA

ALFIE RAHMAN : KOMISARIS

SUGENG : KOMISARIS

ALFIE RAHMAN : DIREKTUR

SUGENG : WAKIL DIREKTUR

ISTRI SUGENG : DIREKTUR

SUGENG: KOMANDITER

SUGENG ISTRI SUGENG

ALFIE RAHMAN

ORANG TUA

ANAK

Page 10: Analisis Terhadap Putusan KPPU Madiun

Dari hal ini terdapat kesamaan nama kepemilikan dimana semua usaha yang

dimiliki merupakan subyek dalam tender Pengadaan Alat Peraga, Buku

Pengayaan/Referensi dan Sarana Multi Media di Dinas Pendidikan Kota Madiun yang

dimiliki oleh satu keluarga.

Adanya kesepakatan kerjasama dalam mengikuti Lelang Pengadaan Alat

Peraga, Buku Pengayaan/Referensi dan Sarana Multi Media di Dinas Pendidikan Kota

Madiun Tahun Anggaran 2007 mengindikasikan adanya kerjasama antara PT. Damata

Sentra Niaga, CV. Fajar Jaya dan CV. Eka Jaya dalam menyusun dokumen penawaran

dan pengaturan untuk menentukan pemenang. Dalam Putusan KPPU Perkara Nomor:

39/KPPU-L/2008 dituliskan kesepakatan kerjasama antara PT. Damata Sentra Niaga,

CV. Fajar Jaya dan CV. Eka Jaya yang dilakukan pada 20 September 2007 ini terdapat

pembagian tugas sebelum dimulainya tender yaitu CV. Fajar Jaya bertugas

mempersiapkan seluruh dokumen lelang CV. Eka Jaya, sedangkan PT. Damata Sentra

Niaga mengatur harga penawaran agar CV. Eka Jaya sebagai pemenang. Kewajiban

CV. Eka Jaya adalah memberikan uang kompensasi kepada CV. Fajar Jaya dan PT.

Damata Sentra Niaga sebesar Rp.150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah).

Uang kompensasi tersebut wajib diserahkan selambat-lambatnya tanggal 1

Oktober 2007 atau sebelum pemasukan dokumen penawaran. Tetapi sampai tanggal 1

Oktober 2007 CV. Eka Jaya tidak memenuhi kewajibannya membayar kompensasi

kepada PT. Damata Sentra Niaga dan CV. Fajar Jaya. Dan ketiga badan usaha ini

berjalan sendiri-sendiri dalam pengajuan penawaran lelang/tender. Jika dilihat dari

keterangan di atas seolah-olah ada ketidakwajaran yaitu wanprestasi karena tindakan

tidak membayar kompensasi dari CV. Eka Jaya kepada PT. Damata Sentra Niaga dan

CV. Fajar Jaya dan tidak ada hubungan antara ketiga badan usaha, baik hubungan

kepemilikan dalam direksi maupun hubungan keluarga. Meskipun adanya kesepakatan

kerjasama tetapi sebenarnya ketiga badan usaha ini mempunyai kesamaan

kepemilikan dan ada hubungan keluarga di antara pemilik dan direksi. Hal ini dilakukan

sebagai rencana supaya PT. Damata Sentra Niaga memenangkan tender dan CV. Eka

Jaya dan CV. Fajar Jaya sebagai penghalang badan usaha lain dalam peringkat lelang.

Page 11: Analisis Terhadap Putusan KPPU Madiun

Buktinya adalah adanya kesamaan penyusunan dokumen penawaran untuk PT.

Damata Sentra Niaga, CV. Fajar Jaya dan CV. Eka Jaya saat pengajuan secara

sendiri-sendiri sehingga terdapat persesuaian dokumen yang meliputi kesamaan format

penulisan, nomor fax, surat dukungan dan kesalahan pengetikan pada dokumen

penawaran, dimana hal ini mengindikasikan masih ada kerjasama dalam proses lelang

tersebut. Lebih lengkapnya dapat dilihat di bawah ini :

- Dokumen Surat Penawaran, Daftar Kuantitas dan harga, formulir isian

penilaian kualifikasi, surat pernyataan tidak masuk dalam daftar sanksi/ daftar

hitam, surat pernyataan tidak melanggar HAKI, Surat Pernyataan buku yang

ditawarkan/diserahkan tidak mengandung SARA

- Kesamaan kesalahan dalam pengetikan yang terdapat dalam dokumen

penawaran yaitu “(dua0”.

- Kesamaan nomor fax antara PT. Damata Sentra Niaga, CV.Fajar Jaya dan CV.

Eka Jaya yaitu (031) 5030383.

- Kesamaan surat dukungan dari distributor dan nomor yang berurutan terhadap

PT. Damata Sentra Niaga, CV. Fajar Jaya dan CV. Eka Jaya.

- Kemiripan harga penawaran yaitu :

PT. Damata Sentra Niaga Rp 3.283.335.000,-

CV. Fajar Jaya Rp 3.285.480.000,-

CV . Eka Jaya Rp 3.286.470.000,-

- Kesamaan judul buku pada daftar kuantitas dan harga dalam dokumen

penawaran milik PT. Damata Sentra Niaga, CV. Eka Jaya, CV. Fajar Jaya.

Kesamaan atau kemiripan dari data-data di atas membuktikan bahwa adanya

kerjasama dan hubungan antara ketiga badan usaha tersebut dalam mencapai tujuan

memenangkan tender. Karena tidak mungkin jika tidak ada hubungan yang khusus

(keluarga) dan rasa kepercayaan yang tinggi dalam merencanakan sesuatu antara

ketiga badan usaha tersebut terjadi kesamaan atau kemiripan lebih dari satu.

Walaupun sudah ada pembatalan kesepakatan kerja bersama antara PT.

Damata Sentra Niaga, CV. Eka Jaya dan CV. Fajar Jaya dalam Putusan KPPU Perkara

Nomor: 39/KPPU-L/2008 yang menjadi pemenang lelang pengadaan Alat Peraga, Buku

Pengayaan/Referensi dan Sarana Multi Media di Dinas Pendidikan Kota Madiun Tahun

Page 12: Analisis Terhadap Putusan KPPU Madiun

Anggaran 2007 adalah PT. Damata Sentra Niaga yang merupakan salah satu pihak

yang membuat kesepakatan. Tidak ada bukti yang mendukung adanya perubahan

harga sebelum dan sesudah pembatalan kesepakatan kerja bersama. Hal ini

menunjukkan masih adanya kerjasama diantara para peserta lelang.

Kemudian Persekongkolan Vertikal Merupakan persekongkolan yang terjadi

antara salah satu atau beberapa pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa dengan

panitia tender atau panitia lelang atau pengguna barang dan jasa atau pemilik atau

pemberi pekerjaan7. Persekongkolan ini dapat terjadi dalam bentuk dimana panitia

tender atau panitia lelang atau pengguna barang dan jasa atau pemilik atau pemberi

pekerjaan bekerjasama dengan salah satu atau beberapa peserta tender. Berikut

bagan persekongkolan tersebut. Persekongkolan tender dalam kasus ini dilihat dari

bukti-bukti kenyataan yang ada yaitu :

Panitia telah meloloskan PT. Damata Sentra Niaga sebagai pemenang lelang

meskipun Kemampuan Dasarnya belum mencukupi sebagaimana

dipersyaratkan dalam RKS (Rencana Kerja dan Syarat). Panitia telah

memberikan perlakuan istimewa kepada PT. Damata Sentra Niaga sehingga

lolos menjadi pemenang lelang.

Panitia telah menfasilitasi PT. Damata Sentra Niaga yang tidak memenuhi

persyaratan evaluasi administrasi sehingga lolos menjadi pemenang lelang.

Unsur Pihak Lain

Pihak Lain adalah: “para pihak (vertikal dan horizontal) yang terlibat dalam

proses tender yang melakukan persekongkolan tender baik pelaku usaha sebagai

peserta tender dan atau subjek hukum lainnya yang terkait dengan tender tersebut”8.

Dalam Putusan KPPU Perkara Nomor: 39/KPPU-L/2008 terdapat pihak lain yang

menyanggah penetapan hasil lelang tender Pengadaan Alat Peraga, Buku

Pengayaan/Referensi Dan Sarana Multi Media di Dinas Pendidikan Kota Madiun Tahun

Anggaran 2007 oleh pemimpin kegiatan yaitu :

- UD. Dwi Tunggal,

- CV. Sentra Informatika,7 Pedoman pasal 22 UU No. 5 tahun 1999 tentang “Larangan Persekongkolan dalam Tender” Komisi Pengawas Persaingan Usaha.8 Pedoman pasal 22 UU No. 5 tahun 1999 tentang “Larangan Persekongkolan dalam Tender” Komisi Pengawas Persaingan Usaha.

Page 13: Analisis Terhadap Putusan KPPU Madiun

- PT. Bengawan Ilmu.

Unsur Mengatur dan atau Menentukan Pemenang Tender

Mengatur dan atau menentukan pemenang tender adalah: “suatu perbuatan para

pihak yang terlibat dalam proses tender secara bersekongkol yang bertujuan untuk

menyingkirkan pelaku usaha lain sebagai pesaingnya dan/atau untuk memenangkan

peserta tender tertentu dengan berbagai cara”. Pengaturan dan atau penentuan

pemenang tender tersebut antara lain dilakukan dalam hal penetapan kriteria

pemenang, persyaratan teknik, keuangan, spesifikasi, proses tender, dan sebagainya.9

Hal ini terlihat jelas ketiga badan usaha yaitu PT. Damata Sentra Niaga, CV. Eka Jaya,

CV. Fajar Jaya melakukan persekongkolan dalam penawaran lelang dengan bertujuan

memenangkan PT. Damata Sentra Niaga sebagai pemenang lelang atau tender tetapi

dalam Putusan KPPU Perkara Nomor: 39/KPPU-L/2008 diterangkan bahwa

kesepakatan kerjasama antara PT. Damata Sentra Niaga, CV. Fajar Jaya dan CV. Eka

Jaya yang dilakukan pada 20 September 2007 dan terdapat pembagian tugas sebelum

dimulainya tender/lelang yaitu CV. Fajar Jaya bertugas mempersiapkan seluruh

dokumen lelang CV. Eka Jaya, sedangkan PT. Damata Sentra Niaga mengatur harga

penawaran agar CV. Eka Jaya sebagai pemenang. Kewajiban CV. Eka Jaya adalah

memberikan uang kompensasi kepada CV. Fajar Jaya dan PT. Damata Sentra Niaga

sebesar Rp.150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah). Uang kompensasi tersebut

wajib diserahkan selambat-lambatnya tanggal 1 Oktober 2007 atau sebelum

pemasukan dokumen penawaran.

Namun sampai tanggal 1 Oktober 2007 CV. Eka Jaya tidak memenuhi

kewajibannya membayar kompensasi kepada PT. Damata Sentra Niaga dan CV. Fajar

Jaya. Dan ketiga badan usaha ini berjalan sendiri-sendiri dalam pengajuan penawaran

lelang/tender. Meskipun pada akhirnya melakukan pengajuan secara sendiri-sendiri

tetapi dari keterangan di atas, terdapat ketidakwajaran karena ketiga badan usaha ini

adalah milik satu keluarga namun di buat seolah-olah ada wanprestasi karena tindakan

tidak membayar kompensasi dari CV. Eka Jaya kepada PT. Damata Sentra Niaga dan

9 Pedoman pasal 22 UU No. 5 tahun 1999 tentang “Larangan Persekongkolan dalam Tender” Komisi Pengawas Persaingan Usaha.

Page 14: Analisis Terhadap Putusan KPPU Madiun

CV. Fajar Jaya dan tidak ada hubungan, baik kepemilikan dalam direksi maupun

hubungan keluarga. Akan tetapi, sebenarnya ketiga badan usaha ini mempunyai

kesamaan kepemilikan dan ada hubungan keluarga di antara pemilik dan direksi (dapat

dilihat dalam bukti diatas/dalam putusan KPPU no. 39/2008). Hal ini dilakukan sebagai

rencana supaya PT. Damata Sentra Niaga memenangkan tender dan CV. Eka jaya dan

CV. Fajar Jaya sebagai penghalang badan usaha lain dalam peringkat lelang. Yang

akhirnya pada tanggal 25 Oktober 2007 Panitia mengusulkan calon pemenang kepada

Pemimpin Kegiatan yaitu :

1. PT. Damata Sentra Niaga sebagai Calon pemenang Pertama dengan nilai

895199,4573.

2. CV. Fajar Jaya sebagai Calon pemenang Kedua dengan nilai 895072,0169.

3. CV. Eka Jaya sebagai Calon pemenang Kedua dengan nilai 895013,2543.

Kemudian pada tanggal 26 Oktober 2007 Bahwa pada tanggal 26 Oktober 2007

Pimpinan Kegiatan menetapkan PT Damata Sentra Niaga menjadi pemenang.

Unsur Persaingan Usaha Tidak Sehat

Persaingan usaha tidak sehat adalah: “persaingan antarpelaku usaha dalam

menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang

dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan

usaha”10. Dalam Putusan KPPU Perkara Nomor: 39/KPPU-L/2008 terdapat unsur-unsur

persaingan usaha tidak sehat yaitu PT. Damata Sentra Niaga, CV. Eka Jaya, CV. Fajar

Jaya melakukan persekongkolan dengan melakukan kesepakatan kerjasama dimana

ketiga badan usaha ini dimiliki oleh satu keluarga untuk memenangkan tender atas

Pengadaan Alat Peraga, Buku Pengayaan/Referensi Dan Sarana Multi Media di Dinas

Pendidikan Kota Madiun Tahun Anggaran 2007. Hal ini dapat dibuktikan dari adanya

kesamaan penyusunan dokumen penawaran untuk PT. Damata Sentra Niaga, CV.

Fajar Jaya dan CV. Eka Jaya seperti yang dijelaskan di atas dan adanya hubungan

kepemilikan baik dalam badan usaha maupun hubungan keluarga.

10 Pedoman pasal 22 UU No. 5 tahun 1999 tentang “Larangan Persekongkolan dalam Tender” Komisi Pengawas Persaingan Usaha.

Page 15: Analisis Terhadap Putusan KPPU Madiun

Dampak dari timbulnya persekongkolan tender Pengadaan Alat Peraga, Buku

Pengayaan/Referensi Dan Sarana Multi Media di Dinas Pendidikan Kota Madiun Tahun

Anggaran 2007 yaitu Ada beberapa dampak yang ditimbulkan oleh persekongkolkan

tender Dilihat dari sisi konsumen atau pemberi kerja, antara lain;

1. Konsumen atau pemberi kerja membayar harga yang lebih mahal dari pada yang

sesungguhnya.

2. Barang atau jasa yang diperoleh (baik dari sisi mutu, jumlah, waktu, maupun

nilai) seringkali lebih rendah dari yang akan diperoleh apabila tender dilakukan

secara jujur.

3. Terjadi hambatan pasar bagi peserta potensial yang tidak memperoleh

kesempatan untuk mengikuti dan memenangkan tender.

4. Nilai proyek (untuk tender pengadaan jasa) menjadi lebih tinggi akibat mark-up

yang dilakukan oleh pihak-pihak yang bersekongkol. Apabila hal tersebut

dilakukan dalam proyek Pemerintah yang pembiayaannya melalui Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara, maka persekongkolan tersebut berpotensi

menimbulkan ekonomi biaya tinggi.

Dari hal-hal diatas dan melihat tentang putusan kasus ini maka dapat dilihat dengan

jelas dampak yang nyata dari persekongkolan tender seperti yang tertulis diatas karena

pihak-pihak yang ada bersepakat untuk memenangkan CV. Eka Jaya sehingga CV.

tersebut bisa memenangkan tender tetapi dari kronologi kasus PT. Damata Sentra

Niaga lah yang memenangkan permainan tender tersebut namun dapat dilihat bahwa

ada hubungan antara keluarga antara pemilik PT dan CV tersebut dimana ketika PT

dan CV mendapatkan keuntungan maka sama saja akan masuk kedalam harta

keluarga yaitu harta bersama sehingga dampaknya akan terjadi sama seperti yang

tercantum diatas dan pihak-pihak yang bersekongkol akan diuntungkan dalam hal ini.

Page 16: Analisis Terhadap Putusan KPPU Madiun

KESIMPULAN

Dari analisa tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pihak terlapor I,II, dan III

telah melanggar pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan

Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Karena lima unsur dari pasal 22

tersebut telah terpenuhi, yaitu unsur pelaku usaha, unsur bersekongkol, unsur pihak

lain, unsur mengatur dan menentukan pemenang tender, dan terakhir unsur persaingan

usaha tidak sehat. Dari unsure pelaku dapat kita lihat yang menjadi pelakunya ialah :

- PT. Damata Sentra Niaga

- CV. Fajar Jaya

- CV. Eka Jaya

- Panitia Pengadaan Alat Peraga, Buku Pengayaan/Referensi Dan Sarana Multi

Media Di Dinas Pendidikan Kota Madiun Tahun Anggaran 2007.

Sedangkan unsur bersekongkol dalam kasus ini terdiri dari persekongkolan

horizontal dan vertikal. Dapat dilihat bahwa untuk persengkongkolan horizontalnya yaitu

dilakukan antara pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa dengan sesama pelaku

usaha atau penyedia barang dan jasa pesaingnya yang dalam hal ini adalah PT.

Damata Sentra Niaga, CV. Fajar Jaya, dan CV. Eka Jaya. Sedangkan

persengkongkolan vertikalnya yaitu panitia tender atau panitia lelang atau pengguna

barang dan jasa atau pemilik atau pemberi pekerjaan bekerjasama dengan salah satu

atau beberapa peserta tender yang dalam hal ini adalah ketiga pemenang tender

dengan Panitia Pengadaan Alat Peraga, Buku Pengayaan/Referensi Dan Sarana Multi

Media Di Dinas Pendidikan Kota Madiun Tahun Anggaran 2007.

Kemudian unsur Pihak Lain disini yaitu Dalam Putusan KPPU Perkara Nomor:

39/KPPU-L/2008 terdapat pihak lain yang menyanggah penetapan hasil lelang tender

Pengadaan Alat Peraga, Buku Pengayaan/Referensi Dan Sarana Multi Media di Dinas

Pendidikan Kota Madiun Tahun Anggaran 2007 oleh pemimpin kegiatan yaitu :

Page 17: Analisis Terhadap Putusan KPPU Madiun

- UD. Dwi Tunggal,

- CV. Sentra Informatika,

- PT. Bengawan Ilmu.

Setelah itu, adalah unsur mengatur dan menentukan pemenang tender yaitu PT.

Damata Sentra Niaga, CV. Eka Jaya, CV. Fajar Jaya melakukan persekongkolan dalam

penawaran lelang dengan bertujuan memenangkan PT. Damata Sentra Niaga sebagai

pemenang lelang atau tender tetapi dalam Putusan KPPU Perkara Nomor: 39/KPPU-

L/2008 diterangkan bahwa kesepakatan kerjasama antara PT. Damata Sentra Niaga,

CV. Fajar Jaya dan CV. Eka Jaya yang dilakukan pada 20 September 2007 dan

terdapat pembagian tugas sebelum dimulainya tender/lelang yaitu CV. Fajar Jaya

bertugas mempersiapkan seluruh dokumen lelang CV. Eka Jaya, sedangkan PT.

Damata Sentra Niaga mengatur harga penawaran agar CV. Eka Jaya sebagai

pemenang.

Terakhir ialah unsur persaingan usaha tidak sehat yaitu PT. Damata Sentra

Niaga, CV. Eka Jaya, CV. Fajar Jaya melakukan persekongkolan dengan melakukan

kesepakatan kerjasama dimana ketiga badan usaha ini dimiliki oleh satu keluarga untuk

memenangkan tender atas Pengadaan Alat Peraga, Buku Pengayaan/Referensi Dan

Sarana Multi Media di Dinas Pendidikan Kota Madiun Tahun Anggaran 2007. Sehingga

menimbulkan dampak yang nyata dari persekongkolan tender seperti yang tertulis

diatas karena pihak-pihak yang ada bersepakat untuk memenangkan CV. Eka Jaya

sehingga CV. tersebut bisa memenangkan tender tetapi dari kronologi kasus PT.

Damata Sentra Niaga lah yang memenangkan permainan tender tersebut namun dapat

dilihat bahwa ada hubungan antara keluarga antara pemilik PT dan CV tersebut dimana

ketika PT dan CV mendapatkan keuntungan maka sama saja akan masuk kedalam

harta keluarga yaitu harta bersama sehingga dampaknya akan terjadi sama seperti

yang tercantum diatas dan pihak-pihak yang bersekongkol akan diuntungkan dalam hal

ini.

Page 18: Analisis Terhadap Putusan KPPU Madiun

Saran

- Dimasukkan syarat-sayrat yang menyatakan bahwa perusahaan tidak pernah

melakukan perbuatan melawan hukum

- Sanksi kurang berat seharusnya tidak sekedar Menyatakan Terlapor I, Terlapor

II, Terlapor III dan Terlapor IV terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar

Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dan Melarang Terlapor I, Terlapor

II dan Terlapor III untuk mengikuti tender diseluruh instansi Pemerintah Daerah

Kota Madiun selama 2 (dua) tahun sejak Putusan ini memiliki kekuatan hukum

tetap akan tetapi diberikan sanksi ganti rugi atau kompensasi kepada

perusahaan yang dirugikan akibat adanya persekongkolan tender

DAFTAR PUSTAKA

Kasus diambil dan download dari : Buku Penjelasan PUTUSAN KATALOG

KPPU Periode 2000 – September 2009 dan Salinan Putusan Nomor : 39/KPPU-L/2008.

Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Pedoman pasal 22 UU No. 5 tahun 1999 tentang “Larangan Persekongkolan

dalam Tender” Komisi Pengawas Persaingan Usaha.

Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan Konteks.