analisis tentang perilaku hidup bersih dan sehat pada anak kelas 1
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR.HAMKA
ANALISIS TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA/SISWI KELAS IV V DAN VI di SD NEGERI PENINGGILAN 01
CILEDUG TANGERANG TAHUN 2011
OLEH :
NURUL QURROTUL AINI
NIM : 0905015051
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
JAKARTA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk
keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk pembangunan kesehatan diarahkan untuk
mencapai Indonesia Sehat, yaitu suatu keadaan dimana setiap orang hidup dalam
lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat, mempunyai akses
terhadap pelayanan kesehatan serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya (Dinkes, 2008). Kebijakan Indonesia Sehat 2010 menetapkan tiga pilar
utama yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan bermutu adil
dan merata.
PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran
atas hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong
dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakat (Dinkes, 2008). Pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
dilakukan melalui pendekatan tatanan yaitu: PHBS di rumah tangga, PHBS di
sekolah, PHBS di tempat kerja, PHBS di institusi kesehatan dan PHBS di tempat
umum.
PHBS di Sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta
didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan
kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat.
Tidak jarang istilah PHBS terdengar di masyarakat. Jika dilihat dari
kepanjangannya yakni Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, tentu kita langsung
mengetahui apa itu PHBS, singkat katamengenai perilaku seseorang menyangkut
kebersihan yang dapat mempengaruhi kesehatannya.Banyak penyakit dapat dihindari
dengan PHBS, mulai dari Diare, DBD, dll.
Menurut Lawrence Green (1980) kesehatan sesorang dipengaruhioleh 3 faktor
faktor predisposisi (predisposing factors), faktor pemungkin (enabling factors), faktor
Penguat (reinforcing factors).
Saat ini penerapan phbs pada siswa/siswi di SD Negeri Peninggilan 01 masih
jauh dari harapan karena masih kurangnya kesadaran dan pengetahuan guru dan
siswa/siswi tentang phbs itu sendiri dan sebagian besar anak-anak masih
mengkonsumsi jajanan yang kurang sehat dan sarana atau fasilitas untuk mencuci
tangan masih kurang baik dan masih kurang memahami bagaimana cara mencuci
tangan yg baik dan benar serta tidak membuang sampah pada tempatnya,dll, sehingga
menimbulkan penyakit seperti diare, kecacingan, dll.
Badan kesehatan dunia atau who setiap tahun ada 100.000 anak Indonesia
meninggal akibat diare, sedangkan menurut data departemen kesehatan diantara 1000
penduduk terdapat 300 orang yang terjangkit penyakit diare sepanjang tahun.
Sedangkan 5.000 anak meninggal dunia setiap hari akibat serangan diare, prevalensi
anemia 11,1 − 50,9% di tiap sekolah (Republika, 2007). Data tersebut menunjukkan
perlunya suatu dukungan yang kuat dari lingkungan dalam pembentukan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di kalangan anak sekolah.
1.2. Rumusan Masalah
Perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah adalah yang sangat penting untuk
diterapkan untuk anak-anak. Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan
masalah yang ada adalah kurang pengetahuannya guru maupun siswa akan pola hidup
bersih dan sehat, dan sarana atau fasilitas sekolah untuk mencuci tangan siswa masih
kurang baik dan siswa masih mengkonsumsi jajanan yg tidak sehat, serta masih
banyak siswa/siswi yang membuang sampah tidak pada tempatnya.
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Diketahui analisis tentang perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa/siswi
kelas IV V dan kelas VI di SD Negeri Peninggilan 01 ciledug Tangerang Tahun
2011.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran perilaku hidup bersih dan sehat pada anak kelas IV V
dan kelas VI di sd Negeri Peninggilan 01 ciledug Tangerang Tahun 2010.
2. Diketahuinya gambaran faktor perilaku hidup bersih dan sehat ( Usia, jenis
Kelamin) pada anak di sd Negeri Peninggilan 01 Ciledug Tangerang Tahun
2010.
3. Diketahuinya hubungan faktor perilaku hidup bersih dan sehat ( usia dan jenis
kelamin)
1.4. Manfaat
1. Bagi peneliti
a. Sebagai sarana pembelajaran secara teori yang didapatkan diperkuliahan
dengan praktek dilapangan.
b. Sebagai bahan masukan untuk pelaksanaan penelitian selanjutnya.
2. Bagi Institusi ( sekolah )
a. Sebagai bahan masukan agar dapat dilaksanakannya program phbs di
sekolah dan lebih memahami lagi akan hidup bersih dan sehat.
b. Sebagai bahan masukan informasi mengenai pentingnya phbs disekolah
agar prestasi belajar siswa meningkat.
3. Bagi Fakultas
Untuk menjalin kerjasama antara Fakultas dengan sekolah SDN
Peninggilan 01 sebagai salah satu alternative untuk penelitian selanjutnya.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam Penelitian ini penulis membatasi pada analisis perilaku hidup bersih
dan sehat yaitu pada faktor predisposisi, faktor pemungkin, faktor Penguat. Penelitian
ini dilakukan pada siswa kelas IV V dan kelas VI pada sekolah dasar. Perilaku hidup
bersih dan sehat masih kurang diterapkan disekolah ini, dan siswa masih jajan
sembarangan selain itu tmpat mencuci tangannya juga kurang baik. Lokasi yang
dipilih peneliti ialah di SD Negeri Peninggilan 01 ciledug Tangerang. Waktu
penelitiannya 13 februari 2011. Cara saya memperoleh data ialah dengan cara
wawancara dan memberi kuesioner.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran
atas hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong
dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakat (Dinkes, 2008). Pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
dilakukan melalui pendekatan tatanan yaitu: PHBS di rumah tangga, PHBS di
sekolah, PHBS di tempat kerja, PHBS di institusi kesehatan dan PHBS di tempat
umum.
Menyadari bahwa perilaku adalah sesuatu yang rumit. Perilaku tidak hanya
menyangkut dimensi kultural yang berupa sistem nilai dan norma, melainkan juga
dimensi ekonomi, yaitu hal-hal yang mendukung perilaku, maka promosi kesehatan
dan PHBS diharapkan dapat melaksanakan strategi yang bersifat paripurna
(komprehensif), khususnya dalam menciptakan perilaku baru.
Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar
promosi kesehatan dan PHBS yaitu :
1. Gerakan Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan
berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran
agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek
knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu
melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice). Sasaran utama dari
pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta kelompok masyarakat. Bilamana
sasaran sudah akan berpindah dari mau ke mampu melaksanakan, boleh jadi akan
terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang bersangkutan dapat
diberikan bantuan langsung, tetapi yang seringkali dipraktikkan adalah dengan
mengajaknya ke dalam proses pengorganisasian masyarakat (community
organisation) atau pembangunan masyarakat (community development). Untuk itu
sejumlah individu yang telah mau, dihimpun dalam suatu kelompok untuk
bekerjasama memecahkan kesulitan yang dihadapi. Tidak jarang kelompok ini pun
masih juga memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari pemerintah atau dari
dermawan). Disinilah letak pentingnya sinkronisasi promosi kesehatan dan PHBS
dengan program kesehatan yang didukungnya. Hal-hal yang akan diberikan kepada
masyarakat oleh program kesehatan sebagai bantuan,hendaknya disampaikan pada
fase ini, bukan sebelumnya. Bantuan itu hendaknya juga sesuai dengan apa yang
dibutuhkan oleh masyarakat.
2.Binasuasana
Binasuasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong
individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan.
Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial
dimana pun ia berada (keluarga di rumah, orangorang yang menjadi
panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lain, dan bahkan
masyarakat umum) menyetujui atau mendukung perilaku tersebut. Oleh karena itu,
untuk mendukung proses pemberdayaan masyarakat,khususnya dalam upaya
meningkatkan para individu dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan Bina
Suasana. Terdapat tiga pendekatan dalam
Bina Suasana, yaitu :
a. Pendekatan Individu
b. Pendekatan Kelompok
c. Pendekatan Masyarakat Umum
3.Advokasi
Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk
mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders).
Pihak-pihak yang terkait ini bisa berupa tokoh masyarakat formal yang umumnya
berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan penyandang dana pemerintah.
Juga dapat berupa tokoh-tokoh masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh
pengusaha, dan lain-lain yang umumnya dapat berperan sebagai penentu ”kebijakan”
(tidak tertulis) dibidangnya dan atau sebagai penyandang dana non pemerintah. Perlu
disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui advokasi jarang
diperoleh dalam waktu singkat.
Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung tahapan-tahapan, yaitu (1)
mengetahui atau menyadari adanya masalah, (2) tertarik untuk ikut mengatasi
masalah, (3) peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan
berbagai alternatif pemecahan masalah, (4) sepakat untuk memecahkan masalah
dengan memilih salah satu alternatif pemecahan masalah, dan (5) memutuskan tindak
lanjut kesepakatan. Dengan demikian, maka advokasi harus dilakukan secara
terencana, cermat, dan tepat. Bahan-bahan advokasi harus disiapkan dengan matang,
yaitu :
- Sesuai minat dan perhatian sasaran advokasi
- Memuat rumusan masalah dan alternatif pemecahan masalah
- Memuat peran si sasaran dalam pemecahan masalah
- Berdasarkan kepada fakta atau evidence-based
- Dikemas secara menarik dan jelas
- Sesuai dengan waktu yang tersedia.
2.2. Faktor Yang Mempengaruhi
Hal-hal yang mempengaruhi PHBS:
1. Faktor interen, sebagian terletak di dalam diri individu itu sendiri
a. Keturunan
Seseorang berperilaku tertentu karena memang sudah demikianlah diturunkan
dari orangtuanya. Sifat-sifat yang dimilikinya adalah sifat-sifat yang diperoleh dari
orang tua atau neneknya dan lain sebagainya.
b. Motif
Manusia berbuat sesuatu karena adanya dorongan atau motif tertentu. Motif
atau dorongan ini timbul karena dilandasi oleh adanya kebutuhan, yang oleh Maslow
dikelompokkan menjadi kebutuhan biologis, kebutuhan sosial, dan kebutuhan rohani.
2. Faktor ekstern (faktor lingkungan), sebagian terletak di luar dirinya yang
mempengaruhi individu sehingga di dalam diri individu timbul unsurunsur dan
dorongan untuk berbuat sesuatu.
2.3. Tatanan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Sasaran PHBS di tatanan institusi pendidikan adalah seluruh anggota
keluarga institusi pendidikan dan terbagi dalam :
1) Sasaran Primer
Adalah sasaran utama dalam institusi pendidikan yang akan dirubah
perilakunya atau murid dan guru yang bermasalah (individu/kelompok
dalam institusi pendidikan yang bermasalah).
2) Sasaran Sekunder
Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam institusi
pendidikan yang bermasalah misalnya, kepala sekolah, guru, orang tua
murid, kader kesehatan sekolah, tokoh masyarakat, petugas kesehatan
dan lintas sektor terkait.
3) Sasaran Tersier
Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam
menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk
tercapainya pelaksanaan PHBS di institusi pendidikan misalnya, kepala
desa, lurah, camat, kepala Puskesmas, Diknas, guru, tokoh masyarakat
dan orang tua murid.
PHBS untuk Sekolah Dasar meliputi:
1. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun ketika berada di sekolah
2. Menggunakan jamban jika buang air kecil (BAK) dan buang air besar
(BAB) ketika di sekolah.
3. Membuang sampah pada tempatnya
4.Mengikuti kegiatan olahraga
5.Jajan di kantin sekolah
6. Memberantas jentik nyamuk
7. Mengukur berat badan dan tinggi badan setiap bulan
8. Membuang sampah pada tempatnya
2.4. Perilaku
Perilaku yaitu suatu fungsi dari interaksi antara seseorang individu dengan
lingkungannya, baik yang diamati secara langsung ataupun yang diamati secara tidak
langsung. Pada umumnya perilaku manusia berbeda, karena dipengaruhi oleh
kemampuan yang tidak sama. Pada dasarnya kemampuan ini amat penting diketahui
untuk memahami mengapa seseorang berbuat dan berperilaku berbeda dengan yang
lain. Jadi dengan kata lain perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme yang
bersangkutan( Thoha, 1979). Menurut Notoadmodjo (2003) seseorang yang
menerima atau mengadopsi perilaku baru dalam kehidupannya dalam 3 tahap, yaitu :
pengetahun, sikap, praktek atau tindakan (practice).
Menurut Skinner (1999), prosedur pembentukan perilaku dalam operant
conditioning adalah sebagai berikut :
a. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau
reinfoncer
berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi pelaku yang akan dibentuk.
b. Melakukan analisis untuk mengidentifikasikan komponen-komponen kecil
yang membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen-komponen
tersebut
disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya perilaku
yang dibentuk.
c. Menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan
sementara.
d. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen
yang telah lama tersusun itu.
Menurut Lawrence Green (1980) kesehatan sesorang dipengaruhi faktor
perilaku dan faktor non perilaku. Perilaku sendiri dipengaruhi oleh 3 domain utama,
yaitu pengetahuan, sikap, nilai, kepercayaan, factor demografis. Faktor Enabling
terkait dengan akses terhadap pelayanan dan informasi kesehatan. Faktor Enabling
juga berasal dari komitmen pemerintah dan masyarakat terhadap suatu objek perilaku
kesehatan. Faktor reinforcing berasal dari kelompok atau individu yang dekat dengan
seseorang, termasuk keluarga, teman, guru, dan petugas kesehatan. Green mencoba
menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan.
Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :
a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors)
Faktor-faktor ini mencakup : pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan,
tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan, sistem yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial
ekonomi,
b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors)
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan
bagi masyarakat, Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan
terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung atau
faktor pemungkin.
c. Faktor-faktor Penguat (reinforcing factors)
Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat. tokoh agama
(toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Disamping itu
undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut.
Perilaku seseorang menurut World Health Organization/WHO (1984) adalah
karena adanya alasan pemikiran dan perasaan dalam bentuk pengetahuan,
persepsi,sikap, kepercayaan-kepercayaan dan penilaian-penilaian seseorang terhadap
objek. Pengetahuan dapat membuat keyakinan tertentu sehingga seseorang
berperilaku sesuai dengan keyakinan tersebut yaitu dapat diperoleh dari pengalaman
bemacammacam sumber misalnya media massa, media cetak, media elektronik, buku
petunjuk, petugas kesehatan, media, poster, brosur, teman dan sebagainya.
BAB III
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP
3.1. KERANGKA TEORI
Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka tentang perilaku hidup
bersih dan sehat, diperoleh variabel-variabel atau faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku hidup bersih dan sehat. Terdapat 3 variabel independen
( faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat ) dan satu variabel
dependen yaitu perilaku hidup bersih dan sehat. ( Green, 1980 ).
3.2. KERANGKA KONSEP
Berdasarkan kerangka teori di atas dan uraian pada bab sebelumnya serta
sesuai dengan tujuan penelitian, maka sebagai kerangka konsep dalam penelitian
ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.2
Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Independen Variabel
Dependen
3.3.
3.4. Variabel dan Definisi Oprasional
Tabel 3.3
Variabel dan Definisi Oprasional
No Variabel Definisi Oprasional Kategori Skala
1 Perilaku Hidup
Bersih dan
Sehat
Faktor Predisposisi
1. Umur2. Jenis Kelamin
Faktor Pemungkin
1. Sarana dan prasarana
Faktor Penguat
1. Petugas kebersihan
Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat