analisis struktur mikro dan sifat kelistrikan material...
TRANSCRIPT
ANALISIS STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT KELISTRIKAN MATERIAL
PEROVSKITE La0.7(Sr1-xBax)0.3MnO3 MANGANIT (x=0, 0.3, 0.6, 0.9)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains
(S.Si)
Oleh:
DESTY ADELLA PRATIWI
NIM. 11150970000010
PROGRAM STUDI FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019 M/ 1441 H
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
ANALISIS STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT KELISTRIKAN MATERIAL
PEROVSKITE La0.7(Sr1-xBax)0.3MnO3 MANGANIT (x=0, 0.3, 0.6, 0.9)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)
Oleh:
DESTY ADELLA PRATIWI
NIM. 11150970000010
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN
Skripsi yang berjudul “Analisis Struktur Mikro Dan Sifat Kelistrikan Material
Perovskite La0.7(Sr1-xBax)0.3MnO3 Manganit (x=0, 0.3, 0.6, 0.9)” yang ditulis oleh
Desty Adella Pratiwi dengan NIM 11150970000010 telah diuji dan dinyatakan
lulus dalam sidang Munaqasyah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 01 Oktober 2019. Skripsi ini
telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1)
Program Studi Fisika.
Jakarta, 01 Oktober 2019
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan karya saya yang dibuat untuk memenuhi salah
satu persyaratan saya memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si) di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 01 Oktober 2019
Desty Adella Pratiwi
NIM: 11150970000010
v
ABSTRAK
Penelitian mengenai perovskite manganit telah banyak dilakukan untuk melihat
sifat kelistrikan dan efek magnetoresistansinya. Material berbasis perovskite
manganit La0.7(Sr1-xBax)0.3MnO3 (x=0, 0.3, 0.6, 0.9) telah berhasil disintesis
dengan menggunakan metode sol-gel. Sampel dikarakterisasi dengan
menggunakan XRD (X-ray Diffractometer) menunjukkan bahwa sampel memiliki
struktur rhombohedral dengan space group R -3c. subtitusi ion Ba2+
tidak
menyebabkan perubahan struktur melainkan ditandai dengan adanya perubahan
parameter kisi, ukuran Kristal rata-rata, panjang ikatan serta sudut ikatan antara
Mn-O-Mn. Karakterisasi menggunakan SEM (Scanning Electron Microscope)
menunjukkan adanya perubahan ukuran grain dan terbentuk aglomerasi setiap
pertambahan konsentrasi Ba2+
. Karakterisasi menggunakan cryogenic
magnetometer pada variasi x = 0 menunjukkan nilai resistivitas minimum yaitu
0.00128 Ωm dan maksimum pada variasi x = 0.9 yaitu 0.1851 Ωm.
Kata kunci: LSBMO, sol-gel, resistivitas
vi
ABSTRACT
Research on perovskite manganite has been carried to get more information
about the electrical characteristic and collosal magnetoresistance. Perovskite
based on manganite La0.7(Sr1-xBax)0.3MnO3 (x=0, 0.3, 0.6, 0.9) has been
successfully synthesized using by sol-gel method. Samples characterized using
XRD (X-ray Diffraction) showed that all sample had rhombohedral structure with
space group R -3c. Subtitution of Ba2+
did not cause changes in structure but was
marked by changes in lattice parameters, cell unit volume, average crystal size,
bond lenght and bond angle at Mn-O-Mn. Characterized using SEM (Scanning
Electron Microscope) shows that substitution of Ba2+
ions makes increasing the
grain size and make agglomeration. Characterized using cryogenic magnetometer
in the concentration x = 0 has minimum resistivity that 0.00128 Ωm and the
maximum resistivity in the concentration x = 0.9 is 0.1851 Ωm.
Keyword: LSBMO, sol-gel, resistivity
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil Alamin. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam,
karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan tugas
akhir ini yang berjudul “Analisis Struktur Mikro Dan Sifat Kelistrikan Material
Perovskite La0.7(Sr1-xBax)0.3MnO3 Manganit (x=0, 0.3, 0.6, 0.9)” dengan baik,
benar dan tepat waktu. Tak lupa shalawat dan salam selalu tercurah kepada
Rasulullah S.A.W, keluarganya, serta sahabat-sahabatnya.
Tugas akhir ini dapat selesai tidak lepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Teruntuk kedua almarhum orang tua saya yang sentiasa menemani masa
kecil penulis.
2. Keluarga besar penulis, Mas, Mba, Abang, Kakak serta keponakan yang
telah mendukung penulis baik dalam doa, moril maupun materiil.
3. Ibu Dr. Sitti Ahmiatri Saptari, M.Si, selaku pembimbing pertama yang
dengan sabar selalu memberikan saran dan bimbingannya dalam penelitian
dan penulisan laporan tugas akhir ini.
4. Bapak Arif Tjahjono, S.T, M. Si, sebagai pembimbing kedua yang selalu
memberikan pengetahuan dan arahannya dalam penelitian.
5. Ibu Tati Zera, M.Si selaku Ketua Prodi Fisika Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Prof. Dr. Lily Surraya Eka Putri, M.Env.Stud. selaku Dekan Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Bapak Edi Sanjaya, M.Si dan Dr. Ir. Agus Budiono selaku dosen penguji
dalam sidang Munaqasyah.
viii
8. Seluruh Dosen Prodi Fisika, yang telah membimbing penulis selama
menempuh kuliah di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Bang Ryan Rizaldi, M. Si dan Ka Ikhwan Nur Rahman, M.Si yang selalu
memberikan arahan serta support untuk penulis.
10. Rekan-rekan tim penelitian Juli, Ratna dan Redho serta teman-teman
Fisika Material angkatan 2015.
11. Teman-teman Fisika kelas UIN Jakarta 2015 terkhususkan Ela, Lina, Leni,
Sri, Lulu serta Ulry yang telah memberikan dukungan kepada penulis.
Penulis telah berusaha menyusun laporan tugas akhir ini dengan sebaik-
baiknya. Namun demikian, pasti masih banyak terdapat kekurangan di sana-sini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa
yang akan datang, dan penulis berharap agar penelitian ini dapat dikembangkan
dengan apa yang sudah dilakukan oleh penulis. Diskusi, kritik serta saran yang
membangun dari pembaca dapat disampaikan melalui alamat surat elektronik
penulis, [email protected]. Semoga laporan tugas akhir ini bermanfaat
bagi penulis pribadi maupun bagi siapa pun yang membacanya.
Jakarta, 01 Oktober 2019
Penulis
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN ....................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
ABSTRACT ........................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4
1.4 Batasan Masalah ............................................................................................ 4
1.5 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 5
1.6 Sistematika Penulisan .................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 7
2.1 Perovskite Manganit ...................................................................................... 7
2.2 Teori Crystal Field dan Efek Jahn Teller ..................................................... 8
2.3 Double Exchange .......................................................................................... 9
2.4 Struktur Kristal Lantanum Manganit........................................................... 10
x
2.5 Pengaruh Subtitusi Ion Divalent Terhadap Morfologi Lantanum Manganit ..
........................................................................................................................... 14
2.6 Diagram Fasa La1-xSrxMnO3 dan La1-xBaxMnO3......................................... 17
2.7 Resistivitas Material Lantanum Manganit .................................................. 18
2.8 Metode Sol-Gel ........................................................................................... 20
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 22
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................... 22
3.2 Alat dan Bahan Penelitian ........................................................................... 22
3.3 Tahapan Penelitian ...................................................................................... 24
3.4 Variabel dan Parameter Penelitian .............................................................. 25
3.5 Prosedur Penelitian ...................................................................................... 25
3.5.1 Perhitungan Stoikiometri dan Penimbangan Bahan ............................. 25
3.5.2 Sintesis dengan Metode Sol-Gel ........................................................... 27
3.5.3 Pengujian Sampel ................................................................................ 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 34
4.1 Hasil Karakterisasi XRD (X-ray Diffraction) ............................................. 34
4.2 Hasil Karakterisasi SEM (Scanning Electron Microscope) ........................ 42
4.3 Hasil Karakterisasi Cryogenic Magnetometer............................................. 44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 49
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 49
5.2 Saran ............................................................................................................ 49
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 50
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jari-jari ion [14, 15] ....................................................................... 11
Tabel 3.1 Bahan dasar penyusun La0.7(Sr1-xBax)0.3MnO3 .............................. 23
Tabel 3.2 Massa atom relatif setiap unsur ..................................................... 23
Tabel 3.3 Massa relatif senyawa pada masing-masing variasi x ................... 26
Tabel 3.4 Massa bahan dasar yang digunakan untuk pembentukan
sampel La0.7(Sr1-xBax)0.3MnO3 ....................................................... 27
Tabel 4.1 Parameter hasil analisis material La0.7(Sr1-xBax)0.3MnO3 .............. 38
Tabel 4.2 Rata-rata ukuran grain La0.7(Sr1-xBax)0.3MnO3 hasil
karakerisasi SEM ........................................................................... 44
Tabel 4.3 Hasil pengukuran nilai resistivitas sampel La0.7(Sr1-
xBax)0.3MnO3 .................................................................................. 47
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur kristal perovskite [12] ................................................. 7
Gambar 2.2 Crystal field splitting orbital 3d [15] ........................................ 8
Gambar 2.3 Skema teori double exchange [20] ............................................ 10
Gambar 2.4 Grafik pola XRD material La1-xBaxMnO3 dengan variasi
( ) [27] ..................................................................... 13
Gambar 2.5 Hasil karakterisasi SEM pada material La1-xSrxMnO3 (a) x
= 0.1, (b) x = 0.2 dan (c) x = 0.3 [4] ......................................... 15
Gambar 2.6 Hasil karakterisasi SEM, (a) LaMnO3, (b) La0.7Ba0.3MnO3
sebelum kalsinasi dan (c) La0.7Ba0.3MnO3 setelah
dikalsinasi (900 , 6 jam) [27] .................................................. 16
Gambar 2.7 Diagram fasa pada material La1-xSrxMnO3 [28] ....................... 17
Gambar 2.8 Diagram fasa La1-xBaxMnO3 [29] ............................................ 18
Gambar 2.9 Hubungan antara resistivitas terhadap temperatur saat
diberikan medan magnet 0 dan 8 T pada material La1-
xBaxMnO3 dengan variasi a) x = 0.25, b) x = 0.30 dan c) x
= 0.35 [26] ................................................................................. 19
Gambar 2.10 Grafik hubungan antara resistivitas terhadap konsentrasi x
pada material La0.7(Ba1-xSrx)0.3MnO3 dengan variasi x = 0,
0.2, 0.4, 0.6, 0.8 dan 1 ............................................................... 20
Gambar 3.1 Tahapan penelitian .................................................................... 24
Gambar 3.2 Larutan masing-masing prekursor setelah dicampur
dengan aquabides ...................................................................... 28
Gambar 3.3 La2O3 sebelum dan setelah ditetesi asam nitrat......................... 28
Gambar 3.4 Sintesis material dengan metode sol-gel ................................... 29
Gambar 3.5 Setelah proses dehidrasi sampel .................................................. 29
Gambar 3.6 (a) Sebelum dan (b) setelah proses kalsinasi............................... 30
Gambar 3.7 Sampel yang telah (a) dikalsinasi dan (b) proses kompaksi
dan sintering .............................................................................. 31
Gambar 3.8 X-ray Diffraction (XRD) ........................................................... 32
xiii
Gambar 3.9 Scanning Electron Microscope (SEM) ........................................ 32
Gambar 3.10 Cryogenic magnetometer............................................................. 33
Gambar 4.1 Grafik pola XRD pada material La0.7(Sr1-xBax)0.3MnO3
dengan variasi x = 0, 0.3, 0.6 dan 0.9 .......................................... 34
Gambar 4.2 Pergeseran puncak difraksi terhadap 2 ...................................... 35
Gambar 4.3 Grafik pola difraksi XRD La0.7(Sr1-xBax)0.3MnO3 hasil
rietvield refinement saat x = 0 ..................................................... 36
Gambar 4.4 Grafik pola difraksi XRD La0.7(Sr1-xBax)0.3MnO3 hasil
rietvield refinement saat x = 0.3 .................................................. 36
Gambar 4.5 Grafik pola difraksi XRD La0.7Sr0.3-xBaxMnO3 hasil rietvield
refinement saat x = 0.6 ................................................................ 37
Gambar 4.6 Grafik pola difraksi XRD La0.7Sr0.3-xBaxMnO3 hasil rietvield
refinement saat x = 0.9 ................................................................ 37
Gambar 4.7 Grafik perubahan volume unit cell material terhadap variasi
x ................................................................................................... 39
Gambar 4.8 Grafik ukuran rata-rata kristalit terhadap variasi x ...................... 39
Gambar 4.9 Grafik hubungan antara panjang ikatan (dMn-O) dan sudut
ikatan <Mn – O – Mn> terhadap variasi x .................................. 40
Gambar 4.10 Grafik nilai Bandwidth terhadap variasi x ................................... 41
Gambar 4.11 Visualisasi struktur Kristal pada material La0.7(Sr1-
xBax)0.3MnO3 .................................................................................................................... 41
Gambar 4.13 Hasil karakterisasi SEM menggunakan metode SE dengan
perbesaran 5,000 kali pada variasi x = 0 .................................... 42
Gambar 4.14 Hasil karakterisasi SEM menggunakan metode SE dengan
perbesaran 5,000 kali pada variasi x = 0.3 .................................. 42
Gambar 4.15 Hasil karakterisasi SEM menggunakan metode SE dengan
perbesaran 5,000 kali pada variasi x = 0.6 .................................. 43
Gambar 4.16 Hasil karakterisasi SEM menggunakan metode SE dengan
perbesaran 5,000 kali pada variasi x = 0.9 .................................. 43
Gambar 4.17 Grafik hubungan antara arus listrik (I) terhadap tegangan
(V)................................................................................................ 45
Gambar 4.18 Grafik hubungan antara arus listrik (I) terhadap tegangan
(V) pada variasi x = 0 .................................................................. 45
xiv
Gambar 4.19 Grafik hubungan antara arus listrik (I) terhadap tegangan
(V) pada variasi x = 0.3 ............................................................... 46
Gambar 4.20 Grafik hubungan antara arus listrik (I) terhadap tegangan
(V) pada variasi x = 0.6 ............................................................... 46
Gambar 4.21 Grafik hubungan antara arus listrik (I) terhadap tegangan
(V) pada variasi x = 0.9 ............................................................... 47
Gambar 4.22 Grafik nilai resistivitas terhadap variasi x ................................... 48
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Beberapa dekade terakhir penggunaan terhadap teknologi terus meningkat.
Peningkatan ini membuat banyak peneliti yang mengembangkan material
sehingga bisa diaplikasikan pada teknologi terkini. Mengembangkan suatu
material dapat dilakukan dengan cara merekayasa material. Hal yang dapat
dilakukan dalam merekayasa material yaitu dengan mensubtitusi suatu ion ke
dalam material ataupun dengan memadukan material satu dengan lainnya. Salah
satu material yang banyak dikembangkan saat ini ialah material perovskite.
Material perovskite manganit telah menarik minat peneliti karena memiliki
sifat magnet dan listrik yang unik terutama pada efek magnetoresistannya, dimana
material akan mengalami fenomena tersebut ketika material diberikan medan
magnet [1]–[3]. Perovskite manganit memiliki formula RE1-xAExMnO3 (RE
merupakan elemen dari logam tanah jarang dan AE merupakan ion divalent dari
logam alkali tanah). Perovskite manganit saat ini banyak dilakukan rekayasa
dengan mensubtitusikan suatu ion pada material dengan tujuan menghasilkan
suatu material yang dapat diaplikasikan baik dari segi kemagnetan, kelistrikan
maupun kemampuannya dalam menyerap gelombang mikro.
Material berbasis perovskite manganit dapat diaplikasikan sebagai
perangkat elektronik seperti sensor magnetik, hardisk, teknologi pendingin
magnetic (magnetic refrigeration), fuel sel, sensor, perangkat infrared, perangkat
2
spintronik, CMR serta perangkat penyerap gelombang mikro [4, 5]. Salah satu hal
yang menjadikan material tersebut berpotensi menjadi material penyerap
gelombang mikro adalah karena nilai permitivitas yang tinggi pada material ini
[6]
G. H. Jonker dan Van Santen pertama kali melakukan penelitian terhadap
material perovskite manganit pada tahun 1950. Material ini memiliki rumus
umum yaitu ABO3 dimana A merupakan trivalent tanah jarang seperti La yang
nantinya dapat disubtitusi oleh ion divalent seperti Sr, Ba maupun Ca, dimana
dengan adanya subtitusi tersebut dapat mempengaruhi sifat material tersebut [7].
Material LaMnO3 ketika disubtitusi dengan ion Sr memiliki sifat listrik
dan magnet yang berbeda dibandingkan dengan LaMnO3 yang tidak disubtitusi
[1]. Pada LaMnO3 hanya terdapat ion Mn3+
, sehingga material tersebut bersifat
antiferromagnetic-insulator. Sedangkan pada material LSMO yang disubtitusi
dengan Sr menyebabkan ion Mn menjadi 2, yaitu Mn3+
dan Mn4+
dimana hal ini
terjadi untuk memenuhi hukum kekekalan muatan pada ion Mn [8, 9]. Disinilah
terjadi interaksi double exchange, dimana fenomena ini menjelaskan adanya
transfer elektron yang terjadi antara ion Mn3+
dan Mn4+
melalui ion O2-
. Adanya
subtitusi oleh ion divalent tersebut, maka material akan mengalami perubahan
sifat fisis seperti parameter struktur, morfologi, distribusi ukuran butir yang
nantinya akan mempengaruhi sifat kelistrikan dan kemagnetan pada material ini
[10].
3
Pada penelitian yang dilakukan oleh Widyaiswari et al mengenai
pengukuran resistivitas terhadap material La0.67Sr0.33Mn1-xNixO3 menggunakan
alat cryogenic magnetometer yang menggunakan prinsip kerja Four Point Probe
(FPP). Hasil yang ditunjukan dalam penelitian ini adalah sampel yang dihasilkan
bersifat isolator ketika temperatur diturunkan dari temperatur ruang (300 K)
menuju temperatur 10 K. Nilai resistivitas sampel mengalami peningkatan seiring
dengan bertambahnya subtitusi Ni. Peningkatan nilai resistivitas tersebut diiringi
dengan ukuran kristalit yang semakin mengecil [1].
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian ini bertujuan
untuk mengkaji struktur mikro dan sifat kelistrikan material La0.7(Sr1-
xBax)0.3MnO3 (x = 0, 0.3, 0.6 dan 0.9). Metode yang digunakan pada penelitian ini
adalah sol-gel, kemudian dikarakterisasi menggunakan XRD untuk mengetahui
fasa, struktur Kristal serta parameternya. Dilanjutkan dengan karakterisasi SEM
untuk mengetahui morfologi pada sampel dan cryogenic magnetometer untuk
mengetahui sifat kelistrikan sampel.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah mensintesis material
La0.7(Sr1-xBax)0.3MnO3 (x = 0, 0.3, 0.6 dan 0.9) dengan metode sol-gel, kemudian
sampel akan dikarakterisasi untuk mengidentifikasi fasa, struktur Kristal,
parameter kisi, morfologi permukaan serta sifat kelistrikannya.
4
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Mensintesis material La0.7(Sr1-xBax)0.3MnO3 (x = 0, 0.3, 0.6 dan 0.9)
dengan metode sol-gel.
2. Menentukan pengaruh subtitusi ion Ba2+
terhadap struktur kristal,
parameter kisi serta morfologi permukaan material La0.7(Sr1-xBax)0.3MnO3
dengan variasi x = 0, 0.3, 0.6 dan 0.9.
3. Menentukan pengaruh subtitusi ion Ba2+
terhadap sifat kelistrikan material
La0.7(Sr1-xBax)0.3MnO3 dengan variasi x = 0, 0.3, 0.6 dan 0.9.
1.4 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Metode yang digunakan untuk mensintesis material La0.7(Sr1-xBax)0.3MnO3
adalah metode sol-gel.
2. Material La0.7(Sr1-xBax)0.3MnO3 divariasikan dengan x = 0, 0.3, 0.6 dan
0.9.
3. Karakterisasi struktur Kristal material La0.7(Sr1-xBax)0.3MnO3
menggunakan X-ray Diffraction (XRD).
4. Karakterisasi morfologi material La0.7(Sr1-xBax)0.3MnO3 menggunakan
Scanning Electron Microscope (SEM).
5
5. Karakterisasi sifat kelistrikan material La0.7(Sr1-xBax)0.3MnO3
menggunakan cryogenic magnetometer.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah mengetahui pengaruh subtitusi ion Ba2+
terhadap struktur mikro, parameter kisi, morfologi permukaan serta nilai
resistivitas material La0.7(Sr1-xBax)0.3MnO3 dengan variasi x = 0, 0.3, 0.6 dan 0.9.
1.6 Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini berisi lima bab dengan beberapa sub-sub bab yang telah
dipaparkan agar mempermudah, dengan uraian sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang penelitian, perumusan masalah, batasan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi teori-teori dari penelitian yang telah dilaksanakan, dimulai
dari informasi tentang material yang digunakan, metode penelitian, hingga
karakterisasi yang dilakukan.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi langkah-langkah yang dilakukan saat penelitian, dimulai dari
informasi tentang waktu dan tempat penelitian, alat dan bahan yang
digunakan, hingga prosedur kerja yang dilakukan dari awal hingga akhir
penelitian.
6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi data yang diperoleh dari penelitian beserta analisisnya.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian serta saran untuk penelitian-
penelitian selanjutnya.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dari semua hasil penelitian yang menjawab
tujuan penelitian. Juga berisi saran untuk penelitian dan pengembangan
selanjutnya berdasarkan pada hasil dan kesimpulan yang diperoleh pada
penelitian ini.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perovskite Manganit
Perovskite memiliki rumus umum ABO3 dimana “A” merupakan ion tanah
jarang valensi tiga (trivalent) seperti La3+
, Nd3+
, Pr3+
dan sebagainya, sedangkan
“B” merupakan ion logam transisi. Ion pada site A menempati posisi yang berada
pada sudut-sudut kisi yang menandakan ion berasal dari ion tanah jarang.
Sementara ion pada site B menempati posisi yang berada pada tengah kisi serta
ion O2-
yang berada pada setiap sisi permukaan kisi. Dalam struktur perovskite,
kation A berdekatan dengan dua belas ion oksigen dan kation B berdekatan
dengan enam ion oksigen [11]. Struktur Kristal perovskite idealnya merupakan
kubus seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Struktur kristal perovskite [12]
Material perovskite manganit telah menjadi subjek penelitian yang sangat
diminati oleh para peneliti terkait beberapa fenomena yang terjadi pada material
ini seperti Colossal Magnetoresistance (CMR), Magnetocaloric Effect (MCE) dan
8
penyerap gelombang mikro. Penelitian yang dilakukan terhadap material
perovskite manganit RE1-xAExMnO3 (dimana RE merupakan elemen rare-earth
trivalent seperti La, Nd atau Pr dan AE merupakan ion divalent seperti Sr, Ca atau
Ba) menujukkan fenomena CMR. Adanya subtitusi terhadap ion trivalent dapat
menyebabkan terbentuknya dua muatan pada ion Mn, yaitu ion Mn3+
dan Mn4+
sehingga fenomena CMR dapat terjadi pada material ini [13]. Fenomena CMR
juga diteliti pada material manganit ini pada fasa transisi antara ferromagnetic-
metal dan paramagnetic-insulator [14].
2.2 Teori Crystal Field dan Efek Jahn Teller
Ion Mn pada Lantanum manganat yang tidak disubtitusi dikelilingi oleh
oktahedron oksigen. Konfigurasi elektron atom Mn yaitu 3d5 4s2, karenanya ion
Mn3+
memiliki elektron 3d. Orbital d yang terdegenerasi terpecah menjadi dua
tingkat orbital yaitu orbital rendah t2g dan orbital tinggi eg seperti yang
ditunjukkan pada gambar berikut ini.
Gambar 2.2 Crystal field splitting orbital 3d [15]
Jarak antara orbital rendah t2g dan orbital tinggi eg dalam kisaran 1-1.5 eV
[15]. Pada tingkat energi yang lebih tinggi atau eg, elektron cenderung lebih
mudah melakukan lompatan dari ion Mn satu ke ion Mn lain melalui ion oksigen.
9
Namun hal ini dapat menyebabkan level eg ter-removed karena keadaannya yang
tidak stabil. Dengan kondisi tersebut, maka empat elektron Mn3+
akan menempati
level t2g dengan membentuk simetri yang berlawanan arah dan mengakibatkan
terjadinya breaking degenerasi. Breaking degenerasi yang disebabkan adanya
interaksi antara orbital-kisi disebut Jahn-Teller splitting [16].
Distorsi Jahn Teller menyebabkan terjadinya penurunan terhadap energi
terhadap salah satu maupun kedua orbital. Ketika ion La3+
disubtitusi dengan ion
divalent maka ion Mn akan terbentuk terbentuk menjadi dua valensi yaitu ion
Mn3+
dan Mn4+
. Adanya distorsi pada material akan mempengaruhi proses
perpindahan elektron pada double exchange. Sudut antara ikatan <Mn – O – Mn>
akan mengalami penurunan kurang dari 180 dan panjang ikatan antara <Mn - O>
mengalami perubahan ketika terjadi distorsi. Hal ini akan menyebabkan
perpindahan elektron semakin sulit. Michev V dan Karchev N mengungkapkan
bahwa temperatur curie akan semakin kecil ketika energi yang disebabkan oleh
Jahn Teller distortion semakin besar [17].
2.3 Double Exchange
Double exchange merupakan teori yang memprediksi perpindahan
elektron antara dua ion. Dalam perpindahan elektron ini, elektron terus berpindah
dari satu ion ke ion lain dengan cara hopping (melompat) [18]. Ketika material
perovskite manganit disubtitusi dengan ion divalent, maka akan mengakibatkan
Mn berubah menjadi ion Mn3+
dan Mn4+
. Ion Mn3+
dan Mn4+
akan berinteraksi
dengan adanya transfer elektron dari ion Mn3+
ke ion Mn4+
. Perpindahan elektron
dalam material dipengaruhi oleh ion yang disubtitusi pada site A. Ion tersebut
10
menyebabkan distorsi kisi dan peningkatan interaksi double exchange. Hal inilah
yang mempegaruhi sifat perpindahan dalam material [19].
Gambar 2.3 Skema teori double exchange [20]
Elektron yang mengalami perpindahan membutuhkan waktu yang lama
agar elektron tersebut sampai ke ion Mn4+
, namun dalam teori double exchange
menjelaskan bahwa elektron yang berpindah harus melewati atom perantara [18].
Pada material perovskite manganit, elektron yang berpindah dari ion Mn3+
menuju
Mn4+
akan melalui atom O yang berada di tengah kedua ion tersebut. Interaksi
double exchange inilah yang dapat mempermudah perpindahan elektron tersebut.
2.4 Struktur Kristal Lantanum Manganit
Struktur ideal pada perovskite ialah kubus. Dalam lantanum manganit
kedudukan A akan diisi dengan ion La3+
, apabila nilai x > 0 maka akan disubtitusi
dengan kation Ba2+
, Ca2+
atau Sr2+
dan kedudukan B akan diisi dengan ion Mn.
Lantanum manganit merupakan turunan dari struktur perovskite yang memiliki
formula umum RE1-xAExMnO3. Struktur perovskite akan stabil bergantung pada
ukuran ion antara site RE dan AE. Coey dan Viret menunjukkan oktahedron
memanjang dibeberapa arah yang disebabkan oleh adanya distorsi pada efek Jahn
11
Teller [21]. Distorsi pada kisi dapat menyebabkan perubahan struktur Kristal yang
dapat ditentukan berdasarkan faktor toleransi Goldscmidht seperti persamaan
berikut:
√ (2.1)
rA, rB dan rO masing-masing merupakan rata-rata jari-jari ion A, B dan O. tabel 2.1
menunjukan nilai jari-jari ion yang digunakan pada penelitian sebelumnya.
Tabel 2.1 Jari-jari ion [14, 15]
Sr2+
1.27 Å
Ba2+
1.61 Å
La3+
1.34 Å
Mn3+
0.645 Å
Mn4+
0.53 Å
O2-
1.32 Å
Perovskite memiliki struktur stabil ketika 0.89 < t < 1.02, dengan t = 1
akan membentuk struktur kubik. Struktur rhombohedral maupun ortorombik akan
terbentuk ketika adanya pergeseran nilai t. penelitian yang dilakukan oleh
Manjunatha et al. menyatakan bahwa apabila nilai t kurang dari 0.96 maka
perovskite akan memiliki struktur orthorombik, sementara untuk material dengan
nilai t yaitu 0.96 < t < 1, maka material tersebut memiliki strukur rhombohedral
[22].
Norby dkk melaporkan bahwa material lantanum manganit memiliki
struktur Kristal ortorombik ketika temperatur ruang [23]. Penelitian yang
12
dilakukan oleh Cheng, pada material La0.6Sr0.4MnO3 yang disintesis menggunakan
metode sol-gel dan disinter selama 6 jam pada temperatur 700 menghasilkan
fasa tunggal dan memiliki struktur Kristal rhombohedral dengan grup ruang R-3c
[24]. Gupta et al melakukan penelitian pada material La1-xSrxMnO3 dengan variasi
x = 0.3, 0.33 dan 0.4 yang disintesis dengan sol-gel menghasilkan fasa tunggal
pada semua sampel dan memiliki struktur Kristal rhombohedral dengan space
group R -3c [25].
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Mansuri, pada material La1-
xBaxMnO3 dengan konsentrasi x = 0.25, 0.30 dan 0.35 yang disintesis
menggunakan metode solid-state reaction memiliki struktur Kristal kubik pada x
= 0.25. sedangkan pada x = 0.30 dan 0.35 material tersebut memiliki struktur
Kristal rhombohedral dengan space group R -3c [26].
Lantanum manganit yang disubtitusi oleh ion divalent dapat merubah
struktur Kristal, parameter kisi, serta ukuran Kristal material tersebut sesuai
dengan subtitusi yang diberikan. Dalam menentukan ukuran rata-rata kristalit
material lanthanum manganit dapat dihitung menggunakan persamaan Scherrer
sebagai berikut:
(2.1)
Dimana D merupakan ukuran rata-rata kristalit (nm), k merupakan nilai faktor
yang mempengaruhi bentuk kristalit dengan nilai 0.9, λ merupakan panjang
gelombang sebesar 1.54056 Å untuk radius Cu kλ, merupakan lebar
13
setengah nilai maksimum dari puncak difraksi (FWHM) dan merupakan puncak
pada pola difraksi.
Penelitian yang dilakukan oleh Nagabushana pada material La1-xBaxMnO3
dengan variasi ( ) menunjukkan hasil pada sampel dengan variasi x =
0 dan 0.1 sampel memiliki fasa tunggal, sementara untuk sampel dengan variasi x
= 0.2 dan 0.3 terdapat impuritas pada puncak 2 [27]. Berikut merupakan
grafik pola XRD material La1-xBaxMnO3 dengan variasi ( ).
Gambar 2.4 Grafik pola XRD material La1-xBaxMnO3 dengan variasi
( ) [27]
Berdasarkan gambar diatas, terdapat pergeseran puncak difraksi setiap
penambahan subtitusi ion Ba2+
. Berdasarkan persamaan hukum Bragg yaitu:
(2.2)
14
Dimana n merupakan bilangan bulat, merupakan panjang gelombang sinar-X, d
merupakan jarak antarplanar yang menghasilkan difraksi dan merupakan sudut
bias sinar. Berdasarkan persamaan diatas, adanya pergeseran puncak difraksi
menuju 2theta yang lebih rendah disebabkan karena adanya subtitusi ion Ba2+
yang memiliki jari-jari ion yang lebih besar dibandingkan dengan ion Sr2+
.
2.5 Pengaruh Subtitusi Ion Divalent Terhadap Morfologi Lantanum
Manganit
Penelitian yang dilakukan Shinde pada material La1-xSrxMnO3 (
) yang dilakukan dengan metode solution combustion menunjukkan butiran-
butiran pada setiap sampel dalam jangka submikron [4]. Ketiga sampel yang
disintering dengan temperatur 600 menunjukkan kenaikkan pada kandungan Sr
seperti terlihat pada Gambar 2.5.
15
Gambar 2.5 Hasil karakterisasi SEM pada material La1-xSrxMnO3 (a) x =
0.1, (b) x = 0.2 dan (c) x = 0.3 [4]
Hasil karakterisasi morfologi yang dilakukan oleh Nagabhushana [27]
ditunjukkan pada Gambar 2.5. Pada gambar (a) menunjukkan morfologi pada
sampel LaMnO3 yang tidak disubtitusi memiliki ukuran partikel yang berada pada
kisaran 0.5 - 4.0 mm. gambar (b) dan (c) menunjukkan morfologi pada masing-
masing sampel La0.7Ba0.3MnO3 sebelum dan setelah dikalsinasi (900 , 6 jam).
16
Gambar 2.6 Hasil karakterisasi SEM, (a) LaMnO3, (b) La0.7Ba0.3MnO3
sebelum kalsinasi dan (c) La0.7Ba0.3MnO3 setelah dikalsinasi (900 , 6 jam) [27]
Hasil yang ditunjukkan pada ketiga sampel dapat diamati bahwa material
lantanum manganit yang disubtitusi dengan ion Ba2+
memiliki ukuran grain yang
lebih kecil dibandingkan dengan material yang belum disubtitusi. Setelah
dilakukan proses kalsinasi terlihat bahwa ukuran grain lebih besar dibandingkan
dengan sampel yang belum dikalsinasi. Grain material cenderung memperluas
ukurannya ketika diberikan temperatur, hal inilah yang menyebabkan setelah
proses kalsinasi grain material lebih besar dibandingkan sebelum kalsinasi [20].
17
2.6 Diagram Fasa La1-xSrxMnO3 dan La1-xBaxMnO3
Material lantanum manganat tanpa doping memiliki sifat
antiferromagnetic. Pada Gambar ketika lantanum manganat disubtitusi dengan ion
Sr2+
dengan variasi 0.175 < x < 0.5, terjadi perubahan sifat menjadi
ferromagnetic. Pada x = 0.3 merupakan variasi x yang paling mendekati dengan
suhu transisi atau temperature curie (Tc). Pada variasi 0.3 < x < 0.5 adanya
transisi sifat dari ferromagnetic menjadi paramagnetic. Semakin material tersebut
mendekati temperatur ruang maka magnetoresistance material tersebut semakin
besar.
Gambar 2.7 Diagram fasa pada material La1-xSrxMnO3 [28]
Ju et al [29] melakukan penelitian terhadap keramik paduan La1-xBaxMnO3
dengan variasi (x = 0; 0,06; 0,13; 0,19; 0,25; 0,31; 0,38; 0,44; 0,5; 0,63; 0,75;
0,88; 1,0) yang disintesis menggunakan metode solid state reaction. Hasil
menunjukkan pada material yang dikalsinasi pada temperature 1400 - 1550
tersebut bersifat ferromagnetic untuk seluruh harga x namun terdapat tiga fase
seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.
18
Gambar 2.8 Diagram Fasa La1-xBaxMnO3 [29]
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa material dengan variasi x 30%
memiliki sifat ferromagnetic ketika temperature curie (Tc).
2.7 Resistivitas Material Lantanum Manganit
Resistivitas merupakan nilai hambatan jenis suatu resistansi yang ada pada
suatu material yang sebanding dengan panjang material namun berbanding
terbalik dengan luas penampang. Sementara untuk resistansi didefinisikan sebagai
hasil bagi antara tegangan (V) dan arus listrik (I), sehingga dapat dituliskan:
(2.3)
Resistansi dapat diartikan sebagai kemampuan suatu material dalam menghambat
arus listrik. Maka nilai resistansi suatu material adalah:
(2.4)
Dimana merupakan resistansi (Ω), merupakan nilai resistivitas material (Ωm),
merupakan panjang material penghantar (m) dan merupakan luas penampang
pada material (m2).
19
Penelitian yang dilakukan oleh Mansuri pada material La1-xBaxMnO3
dengan variasi x = 0.25, 0.30 dan 0.35 menunjukkan nilai resistivitas sampel
ketika diberi medan magnet 0 dan 8 T dengan rentang temperature antara 250 –
300 K seperti pada gambar dibawah ini [26].
Gambar 2.9 Hubungan antara resistivitas terhadap temperatur saat
diberikan medan magnet 0 dan 8 T pada material La1-xBaxMnO3 dengan variasi a)
x = 0.25, b) x = 0.30 dan c) x = 0.35 [26]
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat pada sampel yang tidak diberikan medan
magnet, sampel mengalami peningkatan nilai resistivitas seiiring dengan
penambahan subtitusi Ba pada temperature 300 K. Ion Ba2+
memiliki ukuran jari-
jari ion yang lebih kecil dibandingkan dengan ion La3+
sehingga resistivitas
sampel mengalami kecenderungan peningkatan seiring dengan bertambahnya
subtitusi ion Ba2+
.
20
Jinhui et al [30] melakukan penelitian pada material La0.7(Ba1-
xSrx)0.3MnO3 dengan variasi x = 0, 0.2, 0.4, 0.6, 0.8 dan 1 menunjukkan nilai
resistivitas sampel mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya
konsentrasi x ketika berada pada temperatur 300 K tanpa diberi medan magnet
seperti pada gambar berikut.
Gambar 2.10 Grafik hubungan antara resistivitas terhadap konsentrasi x
pada material La0.7(Ba1-xSrx)0.3MnO3 dengan variasi x = 0, 0.2, 0.4, 0.6, 0.8 dan 1
[30]
2.8 Metode Sol-Gel
Material lantanum manganit dapat disintesis dengan menggunakan
beberapa metode yang ada. Beberapa metode yang pernah digunakan pada
penelitian sebelumnya seperti solid state reaction, metode kopresitipasi dan
metode sol-gel [4]. Pada penelitian ini metode yang digunakan untuk membuat
material La0,7Sr0,3-xBaxMnO3 dengan variasi adalah metode sol-gel.
21
Metode sol-gel atau dikenal juga sebagai “wet method” merupakan metode
sintesis nanopartikel yang melibatkan larutan sebagai medianya. Penambahan
katalis dalam metode ini menyebabkan larutan mengalami perubahan fasa menjadi
sol yang kemudian menjadi gel. Katalis yang umumnya digunakan dalam
penelitian ini ialah ammonia solution, alkohol atau asam sitrat. Penelitian yang
dilakukan oleh Hue [31] pada material LaSrMnO3 dengan menggunakan metode
sol-gel. Dilakukan variasi penyesuaian pH dalam penambahan larutan ammonia
terhadap sampel yaitu pH ~3, 5, 7 dan 9 saat dipanaskan pada suhu sekitar 70 -
75 . Pada penelitian tersebut diberikan perlakuan kalsinasi dengan suhu 500
dan sintering dengan suhu 650 - 1450 . Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa
sampel dengan kandungan pH 7 memiliki sifat listrik yang lebih baik dibanding
dengan sampel lainnya.
Material yang disintesis menggunakan metode sol-gel memiliki beberapa
kelebihan dibandingkan dengan menggunakan metode lainnya yaitu material yang
dihasilkan lebih homogen dan cocok digunakan dalam skala laboratorium.
berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya, metode sol-gel dapat
meningkatkan sifat fisik material dan menghasilkan distribusi ukuran yang
homogen [16].
22
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lingkungan, Pusat Laboratorium
Terpadu (PLT) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Laboratorium milling Dept.
Fisika FMIPA Universitas Indonesia dan Laboratorium Metalurgi dan Ilmu
Material LIPI PUSPIPTEK Serpong pada bulan Februari 2019 sampai Oktober
2019.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah beaker glass, mortar,
neraca digital, pipet, batang pengaduk kaca, spatula, furnace, hot plate, magnetic
stirrer, kertas timbangan, obeng, krusibel keramik, oven, thermometer, XRD (X-
ray Diffraction), cryogenic magnetometer.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lantanum(III) Oxide
(La2O3), Barium Nitrate (Ba(NO3)2), Strontium Nitrate (Sr(NO3)2), Manganese(II)
Nitrate Tetrahydrate (Mn(NO3)2.4H2O), Citric Acid Monohydrate (C6H8O7),
Nitrid Acid 25% (HNO3), Ammonia Solution 65%, Aquabides dan alkohol 70%.
Berikut merupakan daftar bahan dasar penyusun La0.7(Sr1-x Ba x)0.3MnO3.
23
Tabel 3.2 Bahan dasar penyusun La0.7(Sr1-x Ba x)0.3MnO3
No. Nama Senyawa Formula Kimia Mr
(gram/mol) Produk Kemurnian
1 Lanthanum(III)
Oxide La2O3 325.809 Merck 99.9%
2 Strontium Nitrate Sr(NO3)2 211.6274 Merck 99.0%
3 Barium Nitrate Ba(NO3)2 261.3344 Merck 99.0%
4 Manganese(II)
Nitrate Tetrahydrate Mn(NO3)2.4H2O 251.0046 Merck 98.5%
5 Citric Acid
Monohydrate C6H8O7.H2O 210.1352 Merck 99.5%
Tabel 3.2 Massa atom relatif setiap unsur
No Unsur Massa Atom Relatif (gram/mol)
1 Lanthanum (La) 138.906
2 Barium (Ba) 87.62
3 Strontium (Sr) 137.327
4 Manganese (Mn) 54.938
5 Oxigen (O) 15.999
24
3.3 Tahapan Penelitian
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
Studi literatur
Semua prekursor ditimbang sesuai
dengan perhitungan stokiometri
Melarutkan prekusor (Ba(NO3)2, Sr(NO3)2,
Mn(NO3)2.4H2O, C6H8O7.H2O) dengan aquabidest
Campurkan prekusor menjadi satu larutan
Panaskan sambil diaduk sampai ± 80°C
Tambahkan ammonia solution hingga pH 7
Proses dehidrasi 120°C sampai gel mengering
Kalsinasi 650°C selama 6 jam
Kalsinasi ulang 1000°C
selama 6 jam
Kompaksi,
tekanan 10
ton
Karakterisasi XRD, SEM
dan cryogenic
magnetometer
Analisa dan
pembahasan Kesimpulan
Sintering pada
1200°C selama 12
jam
Prekursor La2O3 + aquabidest, Kemudian ditetesi
dengan asam nitrat
Gambar 3.1 Tahapan penelitian
25
3.4 Variabel dan Parameter Penelitian
Variabel dari penelitian ini adalah variasi subtitusi Ba pada material
La0.7(Sr1-x Ba x)0.3MnO3 dengan x = 0, 0.3, 0.6 dan 0.9 untuk membuat sampel
sebesar 12 gram lantanum stronsium barium manganit. Pengujian dan
karakterisasi dalam penelitian ini meliputi analisis struktur Kristal menggunakan
X-ray Diffraction (XRD), morfologi dari mikrostruktur material dengan
menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM) dan nilai resistivitas pada
keempat sampel menggunakan cryogenic magnetometer dengan menggunakan
prinsip kerja Four Point Probe (FPP).
3.5 Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mensintesis material lantanum stronsium
barium manganat (LSBMO) menggunakan metode sol-gel dengan tahapan awal
melakukan perhitungan stoikiometri pada masing-masing variasi doping x terlebih
dahulu untuk membuat sampel sebesar 12 gram. Kemudian bahan-bahan dasar
akan ditimbang berdasarkan perhitungan stoikiometri, dilanjutkan dengan
mensintesis sampel dengan menggunakan metode sol-gel serta dilakukan
pengujian dan karakterisasi sampel berupa analisa struktur Kristal menggunakan
XRD dan menganalisis nilai resistivitas material menggunakan cryogenic
magnetometer.
3.5.1 Perhitungan Stoikiometri dan Penimbangan Bahan
Pada penelitian ini, material La0.7(Sr1-xBa x)0.3MnO3 dengan x = 0, 0.3, 0.6 dan
0.9 akan dibuat dengan perhitungan stoikiometri pada setiap variasi doping x.
26
Secara umum, persamaan reaksi untuk membentuk bahan La0.7(Sr1-x Ba x)0.3MnO3
dapat ditulis dengan formula sebagai berikut:
Berdasarkan variasi nilai x, diperoleh Massa relatif senyawa pada setiap
material sebagai berikut:
Tabel 3.3 Massa relatif senyawa pada masing-masing variasi x
X Senyawa Mr Senyawa
0 La0.7Sr0.3MnO3 226.4552
0.3 La0.7Sr0.21Ba0.09MnO3 230.92883
0.6 La0.7Sr0.12Ba0.18MnO3 235.40246
0.9 La0.7Sr0.03Ba0.27MnO3 239.87609
Dengan menggunakan perhitungan stoikiometri dapat diketahui massa
masing-masing prekursor untuk membuat material La0.7(Sr1-x Ba x)0.3MnO3
sebesar 12 gram. Tahap pertama yaitu menghitung persentase massa pada masing-
masing unsur menggunakan persamaan berikut:
(3.1)
Kemudian menghitung massa masing-masing unsur logam yang dibutuhkan
menggunakan persamaan berikut:
(3.2)
27
Setelah menghitung massa x, selanjutnya menghitung massa prekursor yang
sesuai dengan massa unsur logam yang dibutuhkan dengan persamaan:
(3.3)
Berdasarkan Tabel 3.1, setiap prekursor memiliki kemurnian di bawah
100% sehingga untuk mendapatkan massa sebenarnya digunakan persamaan:
(3.4)
Berikut merupakan hasil akhir massa precursor berdasarkan kemurnian
yang akan digunakan dalam proses pembuatan material La0,7Sr0,3-xBaxMnO3.
Tabel 3.4 Massa bahan dasar yang digunakan untuk pembentukan sampel
La0.7(Sr1-x Ba x)0.3MnO3
No X Massa Prekusor (gram)
La2O3 Sr(NO3)2 Ba(NO3)2 Mn(NO3)2.4H2O C6H8O7
1 0 6.0487 3.3982 0 13.5034 26.8588
2 0.3 5.9316 2.3327 1.2345 13.2418 26.3384
3 0.6 5.8188 1.3076 2.4222 12.9902 25.8379
4 0.9 5.7103 0.3208 3.5655 12.7479 25.3560
3.5.2 Sintesis dengan Metode Sol-Gel
Material La0.7(Sr1-x Ba x)0.3MnO3 dengan x = 0, 0.3, 0.6 dan 0.9 akan
disintesis dengan menggunakan metode sol-gel. Sebelum dilakukan proses
sintesis, bahan akan ditimbang sesuai dengan perhitungan stoikiometri untuk
sampel sebesar 12 gram. La2O3, Sr(NO3)2, Ba(NO3)2, Mn(NO3)2.4H2O,
C6H8O7.H2O akan dilarutkan dengan aquabides agar menjadi homogen seperti
pada gambar berikut:
28
Gambar 3.2 Larutan masing-masing prekursor setelah dicampur dengan
aquabides
Kemudian La2O3 diletakkan pada hot plate dengan ditetesi NHO3 sampai
larutan menjadi bening. La2O3 yang ditetesi dengan NHO3 akan membentuk
senyawa La(NO3)2. Selanjutnya bahan-bahan yang lain dapat dimasukkan ke
dalam larutan La2O3 dan di stirrer dengan magnetic stirrer sampai suhu diantara
70-80 . Ketika suhu telah mendekati suhu tersebut tetesi larutan tersebut dengan
ammonia solution sampai pH larutan mencapai 7 (netral). Ammonia solution akan
bereaksi pada suhu sekitar 70-80 . Setelah suhu netral, larutan akan di stirrer
sampai bahan menjadi gel dan magnetic stirrer sudah tidak bisa bergerak.
Gambar 3.3 La2O3 sebelum dan setelah ditetesi asam nitrat
29
Gambar 3.4 Sintesis material dengan metode sol-gel
Bahan yang telah menjadi gel akan di dehidrasi selama 6 jam di dalam oven
dengan suhu 120 dan ditutupi dengan alumunium foil yang diberi lubang-lubang
udara.
Gambar 3.5 Setelah proses dehidrasi sampel
30
Selanjutnya material ditumbuk sampai menjadi serbuk kemudian diletakkan
dalam krusibel yang diwadahi wadah stainless steel dan dikalsinasi dengan
temperatur 650 selama 6 jam dengan menggunakan furnace. Kemudian sampel
yang telah dikalsinasi dihaluskan, kemudian dilakukan kalsinasi ulang pada
temperature 1000 selama 6 jam dan selanjutnya dilakukan proses sintering
selama 12 jam dengan suhu 1200 dengan menggunakan furnace.
(a) (b)
Gambar 3.6 (a) Sebelum dan (b) setelah proses kalsinasi
Sampel yang telah melewati beberapa tahapan di atas akan dikarakterisasi
dengan XRD untuk mengetahui struktur kristal sampel dan mengetahui apakah
sampel tersebut membentuk fasa tunggal dan setelah itu dilakukan pengujian
cryogenic magnetometer.
31
(a) (b)
Gambar 3.7 Sampel yang telah (a) dikalsinasi dan (b) proses kompaksi dan
sintering
3.5.3 Pengujian Sampel
Pada penelitian ini, sampel akan dilakukan 3 proses pengujian yaitu X-ray
Diffraction (XRD), Scanning Electron Microscope (SEM) dan cryogenic
magnetometer.
a. Karakterisasi X-ray Diffraction (XRD)
Setelah sampel selesai dibuat, selanjutnya akan dilakukan proses pengujian
berupa XRD. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah sampel tersebut
menghasilkan fasa tunggal atau terdapat pengotor di dalam sampel tersebut.
Kemudian pengujian ini juga dapat mengetahui struktur Kristal yang terbentuk
dari sampel yang telah dibuat. Pengujian XRD ini dilakukan di Universitas
Indonesia.
32
Gambar 3.8 X-ray Diffraction (XRD)
b. Karakterisasi Scanning Electron Microscope (SEM)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui morfologi dari mikrostruktur
material yang akan diuji. Pengujian ini akan dilakukan di Pusat Penelitian Fisika
(P2F), LIPI Serpong.
Gambar 3.9 Scanning Electron Microscope (SEM)
33
c. Karakterisasi cryogenic magnetometer
Sampel yang telah di karakterisasi dengan XRD kemudian dilakukan
pengujian selanjutnya yaitu cryogenic magnetometer. Pengujian ini dilakukan
untuk memperoleh nilai tegangan (V), arus listrik (A) dan nilai resistansi (Ω) yang
nantinya akan diketahui nilai resistivitas pada material tersebut. Pengujian ini
dilakukan di Laboratorium Metalurgi dan Ilmu Material BPPT Puspiptek,
Serpong.
Gambar 3.10 Cryogenic magnetometer
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Karakterisasi XRD (X-ray Diffraction)
Pada penelitian ini material La0.7(Sr1-x Ba x)0.3MnO3 telah disintesis dengan
variasi x = 0, 0.3, 0.6 dan 0.9 dengan metode sol-gel. Dilakukan pengujian berupa
XRD (X-ray Diffractometer) untuk mengetahui fasa, struktur Kristal, parameter
kisi dan ukuran kristalit pada material yang telah dibuat. Hasil karakterisasi XRD
terhadap keempat sampel ditunjukkan pada Gambar 4.1 sebagai berikut:
Gambar 4.1 Grafik pola XRD pada material La0.7(Sr1-xBa x)0.3MnO3 dengan
variasi x = 0, 0.3, 0.6 dan 0.9
Pada Gambar 4.1 menunjukkan tidak adanya perubahan terhadap pola
XRD ketika material disubtitusi dengan ion Ba2+
. Apabila gambar di atas kita
perbesar pada posisi puncak difraksi terhadap 2 , menunjukkan adanya
pergeseran puncak difraksi ke arah kiri seperti yang terlihat pada Gambar 4.2.
x=0
x=0.9
x=0.6
x=0.3
35
Gambar 4.2 Pergeseran puncak difraksi terhadap 2
Pada gambar di atas, nilai theta semakin mengecil ketika variasi x
meningkat sesuai dengan persamaan 2.1. Subtitusi ion Ba terhadap sampel
membuat pergeseran terhadap pola difraksi. Semakin banyak subtitusi ion Ba
yang diberikan pola difraksi semakin bergeser ke arah 2theta yang lebih rendah.
Hal ini terjadi karena, ketika kita mensubtitusi ion Ba2+
yang memiliki jari-jari
yang lebih besar dibandingkan dengan ion Sr2+
menyebabkan jari-jari ion dan
jarak antar bidang Kristal membesar. Parameter kisi meningkat dengan
peningkatan subtitusi ion Ba. Pergeseran ini menunjukan akomodasi ion Ba2+
ke
dalam struktur kisi.
Hasil karakterisasi menggunakan XRD dianalisis menggunakan metode
rietvield refinement untuk mengetahui fasa yang terbentuk pada keempat material
dan mengetahui hasil kualitatif maupun kuantitatif. Hasil pola difraksi XRD pada
keempat sampel menunjukkan fasa tunggal (single phase) dengan tidak adanya
x=0.3
x=0.6
x=0
x=0.9
36
impuritas (pengotor). Hasil refinement pada setiap variasi x dalam dilihat pada
gambar berikut ini:
Gambar 4.3 Grafik pola difraksi XRD La0.7(Sr1-xBa x)0.3MnO3 hasil rietvield
refinement saat x = 0
Gambar 4.4 Grafik pola difraksi XRD La0.7(Sr1-xBa x)0.3MnO3 hasil rietvield
refinement saat x = 0.09
37
Gambar 4.5 Grafik pola difraksi XRD La0.7(Sr1-xBa x)0.3MnO3 hasil rietvield
refinement saat x = 0.18
Gambar 4.6 Grafik pola difraksi XRD La0.7(Sr1-xBa x)0.3MnO3 hasil rietvield
refinement saat x = 0.27
38
Hasil refinement pola difraksi XRD di atas menghasilkan data analisis
yang digunakan untuk mengetahui parameter yang terbentuk pada setiap sampel
yang ditunjukkan pada Tabel 4.1. Berdasarkan analisis yang dilakukan pada setiap
sampel, struktur Kristal yang terbentuk merupakan rhombohedral dengan space
group R -3c. Struktur Kristal yang terbentuk sesuai dengan perhitungan faktor
toleransi Goldscmidht yang berkisar antara 0.97 sampai 0.98.
Tabel 4.1 Parameter Hasil Analisis Material La0.7(Sr1-xBa x)0.3MnO3
Parameter x = 0 x = 0.3 x = 0.6 x = 0.9
Space Group R -3c
a (Å) 5.4930 5.5060 5.5215 5.5539
b (Å) 5.4930 5.5060 5.5215 5.5539
c (Å) 13.3340 13.3600 13.4089 13.4560
V (Å3) 348.43 350.76 355.35 357.53
Average Cristallite size (nm) 69.59 61.43 48.16 65.56
Discrepancy factors
RwP (%) 6.32 7.97 9.23 8.82
Rp (%) 4.93 5.81 6.56 6.37
GoF 1.04 1.42 1.68 1.39
Bondlenghts (Å)
< Mn – O > 1.953 1.959 1.963 1.969
Bondangles (
< Mn – O - Mn > 167.371 166.545 166.358 165.789
Bandwidth (u.a)
W (10-2
) 9.54 9.44 9.37 9.26
Tolerance factor
Goldscmidth 0.973 0.978 0.984 0.989
Berdasarkan tabel di atas, subtitusi ion Ba2+
tidak merubah struktur
material La0.7(Sr1-xBax)0.3MnO3. Peningkatan nilai konsentrasi ion Ba akan
memberi dampak peningkatan terhadap parameter kisi dan volum unit cell.
Peningkatan nilai tersebut disebabkan karena adanya subtitusi ion Ba2+
yang
39
memiliki jari-jari atom yang lebih besar dibandingkan dengan jari-jari atom ion
Sr2+
.
Gambar 4.7 Grafik perubahan volume unit cell material terhadap variasi x
Dalam menentukan ukuran rata-rata kristalit material La0.7(Sr1-
xBax)0.3MnO3 dapat dihitung menggunakan persamaan 2.2. Berdasarkan hasil
perhitungan pada ukuran rata-rata kristalit, nilai tersebut mengalami penurunan
ketika konsentrasi x meningkat dan akan meningkat kembali ketika konsentrasi x
= 0.27.
Gambar 4.8 Grafik ukuran rata-rata kristalit terhadap variasi x
40
Perubahan nilai parameter kisi ketika adanya subtitusi ion Ba akan
menyebabkan material mengalami distorsi. Hal ini akan mengakibatkan adanya
perubahan terhadap proses perpindahan elektron. Proses perpindahan tersebut
dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu, panjang ikatan antara Mn – O (bondlenght) dan
sudut yang terbentuk antara ikatan < Mn – O - Mn > (bondangle). Faktor tersebut
dapat mempengaruhi nilai bandwidth yang dinyatakan pada persamaan berikut:
(4.1)
Nilai bandwidth akan mengalami penurunan ketika panjang ikatan antara Mn – O
meningkat dan sudut yang terbentuk antara ikatan < Mn – O - Mn > menurun.
Hal ini dapat menyebabkan kemampuan double exchange material tersebut akan
menurun, dimana elektron semakin sulit mengalami perpindahan. Nilai bandwidth
berkaitan dengan sifat magnetisasi yang ada pada sampel. Apabila nilai bandwidth
mengalami penurunan maka dapat mempengaruhi sifat listrik dan sifat magnetik
suatu material.
Gambar 4.9 Grafik hubungan antara panjang ikatan (dMn-O) dan sudut ikatan
<Mn – O – Mn> terhadap variasi x
41
Gambar 4.10 Grafik nilai Bandwidth terhadap variasi x
Material La0.7(Sr1-xBa x)0.3MnO3 memiliki struktur Kristal rhombohedral
dengan space group R -3c yang divisualisasikan pada Gambar 4.3, hasil
refinement pada sampel akan diperoleh data dalam bentuk cif. dimana data
tersebut digunakan pada software VESTA (Visualization for Electronic and
Structural Analysis).
Gambar 4.11 Visualisasi struktur Kristal pada material La0.7(Sr1-xBa
x)0.3MnO3
42
4.2 Hasil Karakterisasi SEM (Scanning Electron Microscope)
Karakterisasi menggunakan SEM dilakukan untuk mengetahui morfologi
permukaan sampel. Hasil morfologi permukaan sampel menggunakan metode
Secondary Electron (SE) dengan perbesaran 5,000 kali dapat dilihat pada gambar
berikut ini:
Gambar 4.13 Hasil karakterisasi SEM menggunakan metode SE dengan
perbesaran 5,000 kali pada variasi x = 0
Gambar 4.14 Hasil karakterisasi SEM menggunakan metode SE dengan
perbesaran 5,000 kali pada variasi x = 0.3
43
Gambar 4.15 Hasil karakterisasi SEM menggunakan metode SE dengan
perbesaran 5,000 kali pada variasi x = 0.6
Gambar 4.16 Hasil karakterisasi SEM menggunakan metode SE dengan
perbesaran 5,000 kali pada variasi x = 0.9
Dari hasil SEM diatas dapat dilihat pada sampel dengan variasi x = 0 dan 0.3
menunjukkan morfologi permukaan sampel terlihat jelas antara grain dengan
grain boundary. Dapat dilihat pada gambar di atas, sampel yang belum disubtitusi
dengan Ba memiliki ukuran grain yang lebih besar dibandingkan sampel pertama.
44
Berikut merupakan ukuran rata-rata ukuran grain pada variasi x = 0 dan 0.3 yang
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.2 Rata-rata ukuran grain La0.7Sr0.3-xBaxMnO3 hasil karakterisasi SEM
Konsentrasi x Ukuran grain rata-rata ( )
0 5.5355
0.3 4.1656
Ukuran grain pada material sangat berpengaruh terhadap proses transfer elektron.
Apabila ukuran grain suatu material lebih besar, maka elektron lebih mudah
dalam proses transfer elektron sehingga nilai resistivitas pada material ini akan
menjadi lebih kecil.
Untuk sampel dengan variasi x = 0.6 dan 0.9, grain pada kedua sampel ini
mulai tidak terlihat karena adanya aglomerasi yang terbentuk sehingga tidak dapat
ditentukan ukuran grain rata-rata pada kedua sampel ini. Menurut Bhavani,
subtitusi ion Ba2+
dapat membuat terjadinya aglomerasi [32].
4.3 Hasil Karakterisasi Cryogenic Magnetometer
Hasil pengukuran nilai resistivitas menggunakan cryogenic magnetometer
dengan prinsip kerja Four Point Probe (FPP). Data yang diperoleh berupa nilai
arus listrik (I) dan tegangan (V). Berikut merupakan grafik hubungan nilai arus
listrik (I) terhadap tegangan (V) seperti gambar dibawah ini.
45
Gambar 4.17 Grafik hubungan antara arus listrik (I) terhadap tegangan
(V)
Selanjutnya data tersebut akan di plot berdasarkan variasi x untuk mengetahui
nilai resistansi sampel (Ω) menggunakan nilai slope yang diperoleh pada
persamaan linier tersebut.
Gambar 4.18 Grafik hubungan antara arus listrik (I) terhadap tegangan
(V) pada variasi x = 0
x=0 x=0.3
x=0.6
x=0.9
46
Gambar 4.19 Grafik hubungan antara arus listrik (I) terhadap tegangan
(V) pada variasi x = 0.3
Gambar 4.20 Grafik hubungan antara arus listrik (I) terhadap tegangan
(V) pada variasi x = 0.6
47
Gambar 4.21 Grafik hubungan antara arus listrik (I) terhadap tegangan
(V) pada variasi x = 0.9
Menentukan nilai resistivitas material dapat diketahui dengan
menggunakan persamaan 2.7. Berikut merupakan tabel hasil pengolahan data
pada nilai resistivitas.
Tabel 4.3 Hasil pengukuran nilai resistivitas sampel La0.7(Sr1-xBa
x)0.3MnO3
Parameter x
0 0.3 0.6 0.9
A (m2) 0.324 0.196 0.165 0.253
l (m) 0.15 0.1 0.15 0.15
ρ (Ωm) 0.00128 0.00722 0.00156 0.1851
R (Ω) 0.059 0.368 0.142 10.976
48
Pengujian sampel pada penelitian ini dilakukan pada temperatur ruang.
Berdasarkan tabel di atas, nilai resistivitas pada material yang disubtitusi dengan
ion Ba2+
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.22 Grafik nilai resistivitas terhadap variasi x
Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa adanya kecenderungan
peningkatan nilai resistivitas seiring dengan penambahan konsentrasi x. Nilai
resistivitas maksimum yang diperoleh pada penelitian ini yaitu pada sampel
dengan variasi x = 0.9. Menurut Widyaiswari et al [1] nilai resistivitas yang
meningkat dikaitkan dengan semakin sulit proses tunnel elektron ketika ukuran
kristalit menurun. Pada data hasil refinement XRD sebelumnya dapat dilihat
bahwa kemampuan double exchange menurun seiring dengan meningkatnya
konsentrasi x. Menurunnya kemampuan double exchange tersebut dipengaruhi
oleh penurunan interaksi antara ion Mn3+
dan Mn4+
sehingga elektron semakin
sulit untuk melakukan perpindahan. Hal inilah yang menyebabkan nilai
resistivitas pada variasi x = 0.9 bernilai maksimum.
49
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya telah diuraikan,
maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah:
1. Material telah berhasil disintesis dengan menggunakan metode sol-
gel dengan variasi Ba yaitu x = 0, 0.3, 0.6 dan 0.9.
2. Material yang disubtitusi dengan ion Ba tidak mengalami perubahan
struktur Kristal, semua sampel memiliki struktur rhombohedral, akan
tetapi material ini mengalami perubahan parameter kisi, volume unit
cell, ukuran rata-rata kristalit, panjang ikatan dan sudut ikatan Mn–O.
3. Sifat kelistrikan material La0.7(Sr1-xBax)0.3MnO3 memiliki nilai
resistivitas minimum pada variasi x = 0 dan maksimum pada variasi x
= 0.9.
5.2 Saran
Penelitian selanjutnya diharapkan dilakukan dengan melakukan variasi
temperatur terhadap R, untuk melihat mekanisme transport elektronnya.
50
DAFTAR PUSTAKA
[1] U. Widyaiswari, B. Kurniawan, A. Imaduddin, and S. A. Saptari, “Pengaruh
Doping Ni Terhadap Resistivitas Senyawa La0.67Sr0.33Mn1-xNixO3,”
Spektra J. Fis. Dan Apl., vol. 1, no. 2, pp. 143–148, Dec. 2016.
[2] Manh, T. V. and et al, “Critical Behavior and Magnetocaloric Effect in
La0.7Ba0.25Nd0.05Mn1-xCuxO3,” AIP Adv, vol. 9, no. 3, p. 035345, 2019.
[3] Arunachalam, M., Thamilmaran, P., and sakthipandi, K., “Tunning of Metal-
Insulator Phase Transition Temperature in La0.3Ca0.7MnO3 Perovskite
Material,” Mater. Lett., vol. 218, pp. 270–273, May 2018.
[4] K. P. Shinde, S. S. Pawar, P. M. Shirage, and S. H. Pawar, “Studies on
Morphological and Magnetic Properties of La1−xSrxMnO3,” Appl. Surf. Sci.,
vol. 258, no. 19, pp. 7417–7420, Jul. 2012.
[5] R. Pratama et al., “Effect of Various Sintering Temperature on Resistivity
Behaviour and Magnetoresistance of La0.67Ba0.33MnO3,” presented at the
International Symposium on Current Progress In Mathematics and Sciences
2015 (ISCPMS 2015): Proceedings of the 1st International Symposium on
Current Progress in Mathematics and Sciences, p. 020028, 2016.
[6] A. M. B. K. Sitti Ahmiatri Saptari, “Microwave Absorbing Properties of
jijijiLa0.67Ba0.33Mn1-xNixO3,” JUSAMI 2014.
[7] G. H. Jonker and J. H. Van Santen, “Ferromagnetic Compounds of
Manganese with Perovskite Structure,” Physica, vol. 16, pp. 337–349, 1950.
[8] S. and Youn, M. B., “Effect of Dopping and Magnetic Field on the Half-
Metallic Electronic Structures,” vol. 56, pp. 12046–12049, 1997.
51
[9] Setyawan, H., “Pengaruh Dopping Fe Terhadap Nilai Magnetisasi dan Rasio
Magnetoresistansi pada Sampel La0.67Sr0.33Mn1-xFexO3
(x=0;0.05;0.10;0.15 dan 0.50),” Universitas Indonesia, Depok, Indonesia,
2012.
[10] D. R. Munazat, B. Kurniawan, and D. S. Razaq, “A Comparative Study on
Structure La 0.7 Sr 0.2 Ba 0.1 MnO 3 Prepared by Sol-Gel and Wet-Mixing
Methods,” IOP Conf. Ser. Mater. Sci. Eng., vol. 546, p. 042026, Jun. 2019.
[11] C. Moure and O. Peña, “Recent Advances in Perovskites: Processing and
properties,” Prog. Solid State Chem., vol. 43, no. 4, pp. 123–148, Dec. 2015.
[12] Yukuai, Liu, Yuewei, Yin, and Xiaoguang, Li, “Colossal Magnetoresistance
Manganites and Related Prototype Devices,” Hefei Natl. Lab. Phys. Sci.
Microscale Dep. Phys. Univ. Sci. Tecnol. China.
[13] B. M. Nagabhushana, R. P. Sreekanth Chakradhar, K. P. Ramesh, V. Prasad,
C. Shivakumara, and G. T. Chandrappa, “Magnetoresistance Studies on
Barium Doped Nanocrystalline Manganite,” J. Alloys Compd., vol. 450, no.
1–2, pp. 364–368, Feb. 2008.
[14] S. M. Ramay, A. Mahmood, S. Atiq, and A. N. AlHazaa, “Study of Divalent
Elements (Mg, Sr and Ba)-Doped LaMnO 3 Nano-Manganites,” Int. J. Mod.
Phys. B, vol. 30, no. 06, p. 1650020, Mar. 2016.
[15] V. Markovich, A. Wisniewski, and H. Szymczak, “Magnetic Properties of
Perovskite Manganites and Their Modifications,” in Handbook of Magnetic
Materials, vol. 22, Elsevier, 2014, pp. 1–201.
52
[16] Winarsih, S., “Karakteristik Magnetoresistansi dan Efek Magnetokalorik
(Mcc) Material Karakteristik Magnetoresistansi dan Efek,” vol. 7, 2016.
[17] Michev, V. and Karchev, N., “Effect of Jahn-teller coupling on Curie
temperature in the double-exchange model,” Phys. B Condens. Matter, vol.
80, no. 1, Aug. 2009.
[18] Sipayung, Maryana, “Struktur Kristal La0.67Ca0.33Mn1-xTixO3 dengan ( x
= 0.04; x = 0.10) Variasi Suhu Pemanasan (1000 , 1100 , 1200 ) Selama
12 Jam,” Universitas Indonesia, Depok, Indonesia, 2009.
[19] S. Winarsih, B. Kurniawan, A. Manaf, S. A. Saptari, and D. Nanto, “Effect of
Ca-Doping on the Structure and Morphology of Polycrystalline La 0.7 (Ba 1-x
Ca x ) 0.3 MnO 3 (x = 0; 0.03; and 0.05),” J. Phys. Conf. Ser., vol. 776, p.
012058, Nov. 2016.
[20] Anderson, P. W. and Hasegawa, H., “Consideration on double exchange,”
Phys. Rev., vol. 100, no. pp, pp. 675–681, 1955.
[21] M. V., S., and Coey, M. J. M. D., “Mixed-Valence Manganites,” Adv. Phys.,
vol. 48, no. 2, pp. 167–293, 1999.
[22] S. O. Manjunatha, A. Rao, T.-Y. Lin, C.-M. Chang, and Y.-K. Kuo, “Effect
of Ba substitution on structural, electrical and thermal properties of La 0.65
Ca 0.35 − x Ba x MnO 3 (0 ⩽ x ⩽ 0.25) manganites,” J. Alloys Compd., vol.
619, pp. 303–310, Jan. 2015.
[23] Norby, P., Krogh anderson, I. G., Anderson, E. K., and Anderson, N. H.,
“The crystal structure of lanthanum manganate (III), LaMnO3, at room
53
temperature and at 1273 K under N2,” J. Solid State Chem., vol. 119, pp. 191–
196, 1995.
[24] Cheng, Y. L., Dong, W., Yang, J., Bai, W., and Chen, Y., “Structure,
Magnnetic and Transport properties of La0.7Ca0.3-xSrxMnO3 Thin Films by
Sol-Gel Method,” Ceram. Int., vol. 41, pp. S381–S386, 2010.
[25] M. Gupta, P. Yadav, W. Khan, A. Azam, A. H. Naqvi, and R. K. Kotnala,
“Low Temperature Synthesis and Magnetoresistance Study of Nano La1-
xSrxMnO3 (X=0.3, 0.33, and 0.4,” Adv. Mater. Lett., vol. 3, pp. 220–225,
2012.
[26] I. Mansuri, and D. Varshney, “Structure and electrical resistivity of La1-
xBaxMnO3 (0.25≤x≤0.35) perovskites,” J. Alloys Compd., vol. 513, pp. 256–
265, 2012.
[27] B. M. Nagabhushana, G. T. Chandrappa, R. P. S. Chakradhar, K. P. Ramesh,
and C. Shivakumara, “Synthesis, structural and transport properties of
nanocrystalline La1−xBaxMnO3 (0.0≤x≤0.3) powders,” Solid State Commun.,
vol. 136, no. 7, pp. 427–432, Nov. 2005.
[28]A. Urushibara, Y. Moritomo, T. Arima, A. Asamitsu, G. Kido, and Y. Tokura,
“Insulator-metal transition and giant magnetoresistance in La 1 − x Sr x MnO
3,” Phys. Rev. B, vol. 51, no. 20, pp. 14103–14109, May 1995.
[29] Ju, H. L., Nam, Y. S., and Lee, J. E., “Anomalous magnetic properties and
magnetic phase diagram of La1-xBaxMnO3,” J. Magn. Magn. Mater., vol.
219, no. , pp. 1–8, 2000.
54
[30] W. Jinhui, W. Wei, L. Yang, and Q. Feng, "Effect of cation size and disorder
the on the power loss of La0.7(Ba1-xSrx)0.3MnO3," J. Magn. Magn. Mater., vol.
laai322, 1884-1888, 2010.
[31] Hue, D. M., Manh, T. V., Anh, L. H., Hong, L. V., Phan, M. H., and Huyen,
P. T., “Sol-Gel Synthesis, Characterization, and Magnetic Properties of
Double-Layered Perovskite Manganite La1.25Sr1.75Mn2O7,” IEEE Trans.
Magn., vol. 50, 2014.
[32] A. G. Bhavani, W. Y. Kim, and J. S. Lee, “Barium Substituted Lanthanum
Manganite Perovskite for CO 2 Reforming of Methane,” ACS Catal., vol. 3,
no. 7, pp. 1537–1544, Jul. 2013.