analisis status pendidikan terhadap mobilitas sosial ...repository.utu.ac.id/441/1/i-v.pdf · dalam...

59
ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL MASYARAKAT DI GAMPONG AMARABU KECAMATAN SIMEULUE CUT KABUPATEN SIMEULUE SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sosial OLEH Hajrul Amin 09c20210026 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU SOSIOLOGI UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH-ACEH BARAT 2016

Upload: others

Post on 31-Oct-2020

21 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS

SOSIAL MASYARAKAT DI GAMPONG AMARABU

KECAMATAN SIMEULUE CUT

KABUPATEN SIMEULUE

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan

Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial

OLEH

Hajrul Amin

09c20210026

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU SOSIOLOGI

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH-ACEH BARAT

2016

Page 2: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan
Page 3: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

ix

ABSTRAK

Hajrul Amin Nim 09c20210026 dengan judul : Mobilitas Sosial Masyarakat

di Gampong Amarabu Kecamatan Simeulue Cut Kabupaten Simeulue. di

Bawah Bimbingan Sudarman Alwy dan Triyanto.

Dalam perspektif masyarakat Simeulue pada umumnya beranggapan jika

pendidikan seseorang lebih tinggi maka akan tinggi pula derajat sosialnya dalam

masyarakat dan biasanya ditempuh lewat pendidikan di jenjang-jenjang hasil

belajar dari pendidikan formal tersebut. Makin tinggi pendidikannya maka makin

tinggi pula tingkat penguasaan ilmunya sehingga dipandang memiliki status yang

tinggi dalam masyarakat Simeulue. Tujuan penelitian ini adalah Untuk

mengetahui persepsi masyarakat terhadap tingkat pendidikan dan mengapa

masyarakat di Gampong Amarabu Kecamatan Simeulue Cut Kabupaten Simeulue

melakukan mobilitas pendidikan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian

kualitatif dengan teknik pengumpulan sumber data menggunakan teknik

purposive sampling, dengan sumber data primer dan data sekunder. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa Pendidikan merupakan jalan bagi mobilitas sosial.

Pendidikan dipandang sebagai jalan untuk mencapai kedudukan yang lebih baik

dalam masyarakat. Pendidikan merupakan hal terpenting pada banyak dunia kerja,

karena jika tanpa ijazah pendidikan tinggi, mendapat pekerjaan yang layak dalam

struktur sosial masyarakat adalah sesuatu yang jarang terjadi. Hampir pada

umumnya dalam pandangan masyarakat luas memiliki ijazah perguruan tinggi

merupakan bukti akan kesanggupan intelektualnya dapat memperluas pandangan

dan pemahamanya mengenai masalah-masalah dunia. Masyarakat Amarabu dalam

melakukan mobilitas karena dengan pendidikan status sosial akan naik ke yang

lebih baik dalam masyarakat. Tingginya tingkat pendidikan berpeluang besar

terhadap kenaikan status sosial dalam masyarakat. Hal ini terlihat dengan

banyaknya perbedaan antara status sosial seseorang dibandingkan dengan orang

tuanya dalam masyarakat Amarabu.

Kata Kunci: Mobilitas, Sosial, Masyarakat, Perspektif, Intelektualnya

Page 4: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam tiap masyarakat terdapat mobilitas sosial atau perpindahan

golongan yang cukup banyak. Naik atau turun statusnya dalam berbagai sistem

dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan,

kekayaan dan sebagainya. Perpindahan orang dari golongan sosial yang lain, yang

lebih tinggi atau lebih rendah disebut mobilitas sosial vertikal. (S. Nasution, h. 35-

36). Mobilitas sebagai salah satu indikator bahwa masyarakat mengalami

kamajuan atau tidak cukup pantas kiranya dijadikan sebuah orientasi dari

pendidikan. Sebab, tanpa adanya mobilitas sosial masyarakat tidak mungkin untuk

mencapai kemajuan dan kesejahteraan.

Manusia memerlukan kedudukan dan peranan dalam kehidupan

masyarakat sehingga terjadi pelapisan masyarakat dan mobilitas sosial, karena

dengan adanya gejala tersebut sekaligus dapat memecahkan masalah yang

dihadapi masyarakat, yaitu penempatan individu pada tempat-tempat yang

tersedia dalam struktur sosial dan mendorong individu-individu tersebut agar

melaksanakan kewajiban yang sesuai dengan kedudukan dan peranannya,

pengisian tempat-tempat tersebut merupakan daya dorong agar masyarakat

bergerak sesuai dengan fungsinya.

Pendidikan merupakan hal terpenting pada banyak dunia kerja, karena jika

tanpa ijazah pendidikan tinggi, mendapat pekerjaan yang layak dalam struktur

sosial masyarakat adalah sesuatu yang jarang terjadi. Hal ini disebabkan karena

Page 5: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

2

perguruan tinggi masih dapat memberi perluasan mobilitas, meskipun jaminan

ijasah belum tentu meningkat untuk status sosial.

Dalam temuan sementara peneliti menemukan Gampong Amabaru

merupakan salah satu Gampong di Provinsi Aceh tepatnya di Kecamatan

Simeulue Cut Kabupaten Simeulue yang tingkat pendidikannya tampak terjadi

perubahan ke arah yang lebih baik. Dalam persektif lain masyarakat Simeulue

pada umumnya beranggapan jika pendidikan seseorang lebih tinggi maka akan

tinggi pula derajat sosialnya dalam masyarakat dan biasanya ditempuh lewat

pendidikan di jenjang-jenjang hasil belajar dari pendidikan formal tersebut. Makin

tinggi pendidikannya maka makin tinggi pula tingkat penguasaan ilmunya

sehingga dipandang memiliki status yang tinggi dalam masyarakat Simeulue.

Namun dengan perkembangan pada dunia usaha di Simeulue banyak yang mulai

mempercayai bahwa skill atau kemampuan lebih diutamakan dari pada ijasah

yang kadang kala tidak sesuai dengan kompetensi tanda lulus tersebut.

Beberapa lembaga baik negeri maupun swasta di Simeulue yang memiliki

pekerja yang dipekerjakan karena melihat skill bukan dari ijazahnya, seperti pada

dua sekolah tingkat pertama dan sekolah tingkat atas yang ada di Gampong

Amarabu yang mengupayakan mengangkat guru dari tenaga honorer menjadi guru

tetap dengan alasan guru tersebut menguasai komputer karena saat ini segala hal

mengenai data guru harus di olah dan dikirim melalui internet, sehingga sekolah

tersebut sangat membutuhkan guru tersebut karena memiliki skill dibidang

komputer untuk mengakses internet demi kelancaran administrasi yang

dibutuhkan oleh sekolah, padahal ijazah terakhirnya bukan dari latar belakang

sebagai pendidik.

Page 6: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

3

Hal ini juga ditemukan pada bidang kesehatan, seperti salah seorang

mantri (orang yang bergerak dibidang medis tetapi bukan dokter) yang mengobati

banyak orang, dan banyak orang yang merasa berhasil diobati, padahal latar

belakang mantri tersebut bukan dari kalangan medis melainkan seorang pensiunan

pegawai negeri sipil dengan ijazah terakhir bergelar Insyiur. Namun berkat

pekerjaan sebagai mantri ini, mampu membiayai bersekolah lagi dibidang medis

untuk mendukung karir yang sedang dijalani. Dari hasil temuan sementara di

Gampong Amarabu membuktikan bahwa skill sekarang ini merupakan salah satu

peluang seseorang agar bisa menduduki strata sosial yang diinginkan di dalam

masyarakat.

“Kesempatan pakerjaan antara satu daerah dengan daerah lainnya berbeda-

beda karena mobilitas sosial dipengaruhi adanya pendidikan, sehingga hubungan

dengan mobilitas sosial dipengaruhi kesempatan memperoleh pekerjaan sesuai

dengan kualifikasi pendidikannya” (Jalal, Faisal, et.al, h. 34). Sehingga apabila

ingin mobilitas sosial semakin baik maka kesempatan memperoleh pendidikan

semakin baik, dan hasil pendidikan sesuai dengan kebutuhan lapangan pekerjaan.

Berdasarkan uraian di atas yang menjadi latar belakang masalah maka penulis

terdorong untuk mengungkap fakta-fakta lebih jauh dan mengangkat suatu

penelitian dengan judul: ”Analisis status pendidikan terhadap mobilitas sosial

masyarakat di Gampong Amarabu Kecamatan Simeulue Cut Kabupaten

Simeulue”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah:

Page 7: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

4

1. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap tingkat pendidikan di Gampong

Amarabu Kecamatan Simeulue Cut Kabupaten Simeulue?

2. Bagaimana masyarakat Gampong Amarabu Kecamatan Simeulue Cut

Kabupaten Simeulue melakukan mobilitas pendidikan?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari studi ini adalah:

1. Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap tingkat pendidikan di

Gampong Amarabu Kecamatan Simeulue Cut Kabupaten Simeulue.

2. Untuk mengetahui mengapa masyarakat di Gampong Amarabu Kecamatan

Simeulue Cut Kabupaten Simeulue melakukan mobilitas pendidikan.

1.4 Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini selesai, peneliti berharap dapat mengambil beberapa

manfaat yaitu sebagai berikut :

1.4.1 Manfaat Teoritis

Sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir

ilmiah dengan sistematis dan metodologis sebagai wacana baru guna memperkaya

aspek kognitif, akdemisnya, Agar menjadi masukan secara langsung maupun

tidak bagi perpustakaan depatemen ilmu sosiologi mengingat minimnya wacana

sepert ini, dan juga sebagai referensi bagi penulis dan bagi pihak-pihak lain yang

ingin melakukan penelitian ini lebih lanjut.

1.4.2 Manfaat praktis

Dapat memberikan konstribusi mengenai data dan imformasi yang dapat

membantu penelitian labih lanjut dari peneliti-peneliti lainnya terutama mobilitas

sosial masyarakat.

Page 8: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

5

1.5 Sistematika Pembahasan

Bab I : Pendahuluan.

Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika

pembahasan.

Bab II : Tinjauan Pustaka

Bab ini membahas mengenai landasan teori sebagai pijakan

dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan acuan

teori teori yang relevansi dengan hal yang diteliti.

Bab III : Metodologi Penelitian

Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, teknik

pengumpulan data, teknik analisis data serta jadwal penelitian.

Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini membahas mengenai hasil penelitian yang ditemui

dilapangan, yang menyangkut dengan penelitian serta relevansi

dengan landasan teori sebagai pijakan serta pembahasan

mengenai hasil penelitian keseluruhan.

Bab V : Kesimpulan dan Saran

Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari hasil penelitian

secara keseluruhan dan berisi saran-saran untuk kedepan.

Page 9: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan

beberapa hasil kajian terdahulu serta relevan yang digunakan oleh peneliti yaitu:

Kajian dari Indera Ratna Megawati 2010. Universitas Indonesia, Penelitian

ini menggunakan metode kuantitatif, menggunakan model socio economic index

dari Ducan dan teori kajian Marx dan Weber, dengan judul penelitian Mobilitas

Sosial Antar Generasi, dengan rumusan masalah bagaimanakah mobilitas relatif

antara orang tua dan anak dilihat baik secara keseluruhan maupun mobilitas ayah

dan anak serta ibu dan anak?. Dalam lembaga pendidikan seperti sekolah, pada

umumnya merupakan saluran mobilitas sosial vertikal. Bahkan sekolah-sekolah

dapat dianggap sebagai social elevator yang bergerak dari kedudukan-kedudukan

yang paling rendah kepada kedudukan yang paling tinggi. kesimpulan kajiannya

menyebutkan bahwa berubahnya kedudukan secara vertikal disebabkan oleh

adanya proses alamiah, yaitu adanya proses pergantian generasi maupun proses-

proses kultural yang berlangsung melalui saluran pendidikan, politik, maupun

yang bersifat sosiokultural.

Selanjutnya kajian Wardah Hanafie 2009. Universitas Sumatra Utara

dengan judul kajian pendidikan, stratifikasi sosial, dan mobilitas sosial, dengan

rumusan masalah apakah faktor pendidikan, mempengaruhi mobilitas vertikal

naik?. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis interaktif.

Teori yang dipakai kajian Marx dan Weber. Dari hasil kajian diperoleh

Page 10: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

7

kesimpulan bahwa pendidikan dapat memperkokoh stratifikasi sosial dalam

masyarakat, dan dapat mendorong mobilitas sosial yang utama yaitu vertikal.

Pendidikan berfungsi untuk menyiapkan peserta didik untuk beradaptasi dalam

konteks sosial, dan generasi ini akan membawa pada stratifikasi dan mobilitas

sosial di dalam masyarakat.

Terdapat perbedaan antara kajian penelitian terdahulu dengan yang dikaji

dalam penelitian ini yang lebih menitik beratkan kajian mengenai mobilitas sosial

yang terjadi (dalam pendidikan) berpengaruh terhadap perubahan masyarakat di

tilik dari teori struktural fungsional. Dimana individu dari masyarakat

memerlukan kedudukan dan peranan dalam kehidupan masyarakat sehingga

terjadi pelapisan masyarakat dan mobilitas sosial, penempatan individu pada

tempat-tempat yang tersedia dalam struktur sosial dan merupakan daya dorong

agar masyarakat bergerak sesuai dengan fungsinya.

2.2 Pengertian Mobilitas Sosial

Menurut tinjauan etimologis konsep mobilitas sosial berasal dari kata

mobilis (latin) yang berarti bergerak, dan kata sosial (Inggris), yang artinya

masyarakat. Jadi secara etimologis mobilitas sosial adalah gerakan masyarakat.

Menurut pakar sosiologi Indonesia (Soerjono, 2000, h. 34), mobilitas sosial adalah

suatu gerak dalam struktur sosial, yaitu pola-pola tertentu yang mengatur

organisasi suatu kelompok sosial. Setiap kedudukan yang ada di dalam

masyarakat mempunyai sejumlah peranan yang berisi tentang hak-hak maupun

kewajiban yang harus dilakukan seseorang berkaitan dengan kedudukannya.

Mobilitas sosial dalam pengertian sosiologi secara umum merupakan

perubahan status sosial atau status pekerjaan seseorang. Giddens mendefinisikan

Page 11: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

8

mobilitas sosial sebagai “pergerakan individu-individu dan kelompok-kelompok

diantara kelompok sosial ekonomi yang berbeda” (Giddens, 2001, h. 30). Hal

senada dinyatakan oleh Lipset dan Bendix bahwa dalam (Giddens, 2001, h. 36)

bahwa mobilitas sosial merujuk pada proses dimana para individu berpindah dari

satu posisi ke posisi lain dalam masyarakat – posisi tersebut telah diberikan nilai

hirarkis tertentu secara khusus berdasarkan kesepakatan dalam masyarakat. Proses

perpindahan individu-individu tersebut terjadi dari posisi rendah ke posisi yang

lebih tinggi, ataupun sebaliknya. Maka dapat disimpulkan bahwa mobilitas sosial

adalah perpindahan seorang atau sekelompok orang dari kedudukannya yang satu

ke kedudukan lain. Kedudukan dapat berarti, situasi tempat, dapat pula berarti

status.

2.3 Pengertian Pendidikan

2.3.1 Pendidikan dalam Analisis Sosiologis

Setiap individu, kelompok, komunitas, masyarakat, atau Negara yang

menjalankan program pendidikan formal melakukannya dengan sengaja dan untuk

alasan tertentu. Alasan itu berasal dari keyakinan umum yang mengikat individu-

individu terkait pada situasi pertemuan khusus yang menghendaki adanya

keputusan dan tindakan kelompok. Ketika masyarakat yakin bahwa mereka

memiliki cara hidup yang tak ternilai harganya, mereka mengupayakan sarana

untuk meneruskan cara hidup itu kepada anak turunannya, dan hasrat inilah yang

meningkat menjadi pendidikan formal. (SPA Teamwork, 2005, h. 15).

Pendidikan formal menjadi pusat pelestarian dan pengembangan nilai-

nilai, sebuah proses penyiapan peserta didik untuk hidup bermasyarakat. Tugas

utama pendidikan, termasuk pendidikan di sekolah, yang paling utama ialah

Page 12: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

9

menanamkan nilai-nilai. Internalisasi nilai-nilai tentunya adalah nilai yang positif

yang dapat membantu peserta didik untuk hidup bermasyarakat.

Sesuai dengan konteks misi kemanusiaan, pendidikan merupakan usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri, kepribadian

kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan

masyarakat. (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 bab 1

ayat 1 tentang Sistim Pendidikan Nasional) Kegiatan pendidikan sebagai upaya

membentuk manusia sebagaimana mestinya agar dapat menjalankan misinya

sebagai anggota masyarakat.

Pendidikan dalam kehidupan manusia senantiasa berjalan dalam berbagai

aspek, apakah aspek hukum, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan sebagainya. Hal

ini menegaskan pendidikan tidak melihat manusia sebagai sosok yang sama,

karena manusia memiliki karakteristik yang penuh variatif antara yang satu

dengan yang lain. Keanekaragaman manusia dapat dipertemukan dalam konteks

pendidikan dan memang pendidikan mestinya perlu memfasilitasi ‘perbedaan’

agar bisa berkembang. (Ramayulis, 2009, h. 15) Setting sosial yang efektif di

dalam pendidikan akan menumbuhkan interaksi positif dan efektif dalam

kehidupan sosial.

Masyarakat yang dinamis dan melangkah maju yang di dalamnya domain

pendidikan mendapat apresiasi. Tugas utama pendidikan adalah mengidentifikasi

dan memisahkan orang-orang yang terlahir sebagai pemimpin dari orang-orang

yang menjadi pengikut, dan menyiapkan masing-masing dari mereka untuk

mengemban peran sosial mereka yang sebenarnya. (Tilaar, 2002, h. 58) Pemimpin

Page 13: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

10

yang lahir dari pendidikan akan mendapatkan kelas sosial yang ilmiah dan mampu

melakukan mobilisasi sosial dengan kesadaran yang rasional.

Era sekarang ini, kemajuan suatu masyarakat, intensitas mobilisasi sosial

yang tinggi apabila di dalamnya mutu dan pemerataan pendidikan yang tinggi.

Pendidikan menciptakan stratifikasi sosial dalam skala makro yakni munculnya

istilah negara maju dan negara berkembang. Negara maju dikonotasikan sebagai

komunitas yang terdidik sedang Negara berkembang sebagai komunitas yang rata-

rata rendah pendidikannya. Pendidikan yang bermutu di sini dilihat dengan

indikator sekolah yang berkualitas, yang di dalamnya dikelola oleh tenaga yang

profesional, didukung infrastruktur yang lengkap, dan ditopang oleh dana yang

tinggi.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal sasaran utamanya membantu

peserta didik mengembangkan potensinya dan menjaga dan menginternalisasi

nilai-nilai budaya yang positif. Dengan demikian, pendidikan dikembangkan

sesuai dengan semangat kebudayaan masyarakat setempat. Kebudayaan

masyarakat jika dikaitkan dengan pendidikan maka ditemukan sejumlah konsep

pendidikan.

a. Keberadaan sekolah tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat

sekitarnya.

b. Perlu dibentuk badan kerjasama antara sekolah dengan tokoh-tokoh

masyarakat termasuk wakil orang tua siswa untuk ikut memajukan

pendidikan

c. Proses sosialisasi anak-anak perlu ditingkatkan

d. Dinamika kelompok dimanfaatkan untuk belajar

Page 14: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

11

e. Kebudayaan menyangkut seluruh cara hidup dan kehidupan manusia

yang diciptakan oleh manusia ikut mempengaruhi pendidikan atau

perkembangan anak. Sebaliknya pendidikan juga dapat mengubah

kebudayaan anak (Muis, 2004, h. 2)

Konsep pendidikan yang berbasis masyarakat tentunya dapat menjadi

wadah pengembangan kearifan lokal, dan begitu juga kearifan lokal menjadi

inspirator dalam mengembangkan pendidikan. Pendidikan diarahkan untuk

menjaga stabilitas sosial pada satu sisi dan mendorong melakukan mobilisasi

sosial pada sisi lain. Stabilitas sosial dimaksudkan sebagai nilai-nilai sosial,

prilaku sosial positif, keamanan, dan sebagainya. Kemudian mobilisasi sosial

sebagai upaya proses pendidikan untuk melakukan yang terbaik dari yang kurang

baik, meningkatkan taraf hidup layak, dinamika komunikasi sosial yang lebih

efektif, dan seterusnya. Hal inilah sasaran pendidikan yang cukup mempengaruhi

kondisi sosial kemasyarakatan.

2.4 Tinjauan Pendidikan Terhadap Stratifikasi dan Mobilitas Sosial

Manusia sebagai makhluk sosial selalu ingin hidup dan eksis dalam

masyarakat. Salah satu institusi sosial yang dapat membantu eksistensi manusia

dalam masyarakat adalah institusi pendidikan. Sebagai sistem sosial, lembaga

pendidikan harus memiliki fungsi dan peran dalam perubahan masyarakat menuju

ke arah perbaikan dalam segala lini. Dalam hal ini lembaga pendidikan memiliki

dua karakter secara umum.

a. melaksanakan peranan fungsi dan harapan untuk mencapai tujuan dari

sebuah sistem. Kedua, mengenali individu yang berbeda-beda dalam

peserta didik yang memiliki kepribadian dan disposisi kebutuhan.

Page 15: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

12

b. karakter umum lembaga pendidikan tersebut menunjukkan bahwa

intitusi pendidikan juga sebagai institusi sosial. (Oemar, 2005, h. 23)

Dalam pendidikan, dikenal tripusat lingkungan pendidikan, yaitu

lingkungan pendidikan keluarga (informal), lingkungan sekolah (formal), dan

lingkungan masyarakat (nonformal). Ketiga klasifikasi tersebut dalam

pergumulanya di masyarakat memiliki peran yang berbeda-beda, lembaga

pendidikan pertama, yaitu informal atau keluarga, ranah garapanya adalah lebih

banyak diarahkan dalam pembentukan karakter atau keyakinan dan norma.

Lembaga pendidikan formal atau sekolah, peran besarnya lebih banyak di

arahkan pada pengembangan penalaran peserta didik, dan lembaga pendidikan

ketiga, yaitu masyarakat, peranya lebih banyak pada pembentukan karakter sosial.

Ketiga lingkungan pendidikan tersebut mestinya sinergi dalam upaya penguatan

sistim sosial secara universal (Abu, 2002, h. 183-184).

Pedagogik tradisional memandang lembaga pendidikan sebagai salah satu

dari struktur sosial dan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Oleh sebab itu,

lembaga pendidikan seperti sekolah perlu disiapkan agar lembaga tersebut

berfungsi sesuai dengan perubahan sosial yang terjadi. Apabila lembaga sekolah

tidak dapat mengikuti perubahan sosial maka dia kehilangan fungsinya dan

kemungkinan besar dia ditinggalkan masyarakat. Olehnya itu, fungsi sosial

sekolah tetap menjadi elan vital bagi proses dinamika sosial menuju cita-cita yang

ideal yaitu masyarakat equilibrium. (Tilaar, 2002, h. 5)

Pendidikan yang berbasis masyarakat akan dapat menjadi faktor

pendorong pemicu solution bagi problem masyarakat. Masyarakat dipandang

sebagai laboratorium di mana anak belajar, menyelidiki dan turut serta dalam

Page 16: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

13

usaha-usaha masyarakat yang mengandung unsur pendidikan. Sekolah

mengikutsertakan orang banyak dalam proses pendidikan dalam mempelajari

problem-problem sosial. (Abu, 2007, h. 133)

Terkait dengan hal tersebut, pemerintah telah menetapkan arah baru

pendidikan nasional, yaitu kesetaraan sektor pendidikan dengan sektor lain,

pendidikan berorientasi rekonstruksi sosial, pendidikan dalam rangka

pemberdayaan sosial, pemberdayaan infrastuktur sosial untuk kemajuan

pendidikan nasional, pembentukan kemandirian dan keberdayaan untuk kemajuan

pendidikan, penciptaan iklim kondusif untuk tumbuhnya toleransi dan iconsensus

dalam kemajemukan, perencanaan terpadu secara horizontal dan vertikial,

pendidikan berorientasi peserta didik, pendidikan multikiultural, dan pendidikan

dengan perfektif global. (Syarifuddin, 2005, h. 22)

Sebagai lembagai lembaga sosial, maka proses belajar di dalam sekolah

haruslah disesuaikan pula dengan fungsi dan peranan lembaga pendidikan. Fungsi

sekolah ialah mentransmisikan nilai-nilai yang hidup di dalam masyarakat dan

kebudayaan pada saat itu. Di dalam pedagogik tradisional, tempat individu adalah

sebagai obyek perubahan sosial. Individu tersebut mempelajari peranan yang baru

di dalam kehidupan sosial yang berubah. Sekolah adalah tempat yang

memperoleh legitimasinya dari kehidupan masyarakat atau pemerintah yang

mempunyainya. (Idi, 2006, h. 56), karena legitimasi dari masyarakat dan

pemerintah, maka sekolah seyogyanya berfungsi untuk memperkuat institusi

sosial, melestarikan dan memperbaiki nilai-nilai sosial, mendorong mobilisasi

vertikal yang efektif, dan seterusnya.

Page 17: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

14

Sekolah mempersiapkan individu-individu untuk hidup dalam konteks

sosial kemasyarakatan. Individu tidak dapat berkembang apabila diisolasikan dari

dunia sosial budaya di mana di mana dia hidup. Hal ini berarti adanya suatu

pengakuan peran aktif partisipatif dari individu yang menjadi dalam tatanan

kehidupan sosial dan budayanya. Individu bukanlah sekedar menerima nilai-nilai

tersebut hanya dapat dimilikinya melalui peranannya yang aktif partisipatif di

dalam aktivitas sosial budaya dalam lingkungannya. Jadi, berbeda dengan

pandangan pedagogik tradisional yang melihat individu sebagai suatu makhluk

yang pasif reaktif, yang hanya berkembang karena pengaruh-pengaruh dari luar,

termasuk pengaruh dari perubahan sosial yang terjadi dalam lingkungannya.

(Syarifuddin, 2005, h. 32) kondisi ini menjadikan masyarakat menjadi pengikut

tanpa ada inisiasi untuk melakukan dinamika sosial.

Konteks pendidikan yang transformative mempersiapkan individu-

individu yang peka dengan lingkungannya, inisiatif, dan terdorong untuk

melakukan dinamika. Pedagogik transformatif terhadap individu bukanlah sebagai

suatu entity yang telah jadi, tetapi yang sedang menjadi. Individu mempunyai

peran emansipasif di dalam kehidupan sosial budaya, termasuk melalui proses

pendidikan dalam lingkungan keluarga dan sekolah. Di dalamnya peranannya

yang emansipatif tersebut maka individu bukan hanya sebagai obyek dari

perubahan sosial, tetapi sekaligus pula berperan sebagai faktor dari pengubah dan

pengarah dari perubahan sosial atau agen of change (individu-individu pengubah).

(Tilaar, 2002, h. 6)

Sekolah sebagai insitusi sosial diharapkan dapat melahirkan luaran yang

mampu melakukan rekayasa sosial. Sebelum melakukan dinamika dan perjuangan

Page 18: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

15

social, maka harus dimulai dari sendiri. Terminology diri sebagai lokomotif

perjuangan sosialakan dapat mendorong masyarakat untuk ikut dalam perjuangan

tersebut. Olehnya itu, di sekolah dituntut para pendidiknya mampu bersikap

secara professional dalam mengarahkan peserta didik tersebut. Dengan demikian,

para pendidik perlu menjadi fasilitator agar dorongan dan bimbingan dapat

terwujud dalam perubahan perilaku peserta didik. Tugas berat pendidik ini tetap

menjadi sebuah harapan dari masyarakat dan pemerintah. (Yulaelawati, 2004, h.

2)

Secara filosofis, setiap manusia wajib belajar untuk sebuah kemandirian

dan eksistensi dalam kehidupan social. Kewajiban belajar telah merupakan

keputusan bersama umat manusia dan tuntutan tersebut bukan hanya tuntutan

formal tetapi juga menuntut perubahan yang radikal dari isi dan proses dalam

lembaga-lembaga pendidikan formal tersebut. Bahkan berbagai perubahan dunia

dipelopori dari perubahan lingkungan pendidikan formal, seperti pemberontakan

mahasiswa Perancis tahun 1968 yang mengubah kehidupan politik, sosial, bahkan

kebudayaan dari masyarakat Perancis. (Tilaar, 2002, h. 85)

Bukti sejarah ini mempertegas bahwa pendidikan memiliki elan vital bagi

sebuah dinamika social, memperkokoh struktur social, stratifikasi social,

mobilitas sosial, perubahan social, dan seterusnya. Tampaknya pendidikan dapat

mereduksi stratifikasi sosial atas dasar prestise tetapi memperkuat stratifikasi

sosial atas dasar prestasi. Begitu juga mobilitas sosial lebih cepat terjadi secara

vertikal karena dorongan institusi pendidikan yang efektif.

Page 19: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

16

2.5 Hubungan Pendidikan dan Mobilitas Sosial

Berbagai wacana teoritis dan penelitian terdahulu menempatkan

pendidikan sebagai faktor yang berpengaruh dalam mobilitas sosial. Secara

teoritis para penganut paradigma struktural-fungsional berpendapat bahwa

pendidikan berperan penting, dan bahkan meningkat, dalam menerangkan

mobilitas kelas antar-generasi (Jackson et.al., 2005, h. 56).

Pendidikan dipandang sebagai jalan untuk mencapai kedudukan yang lebih

baik di dalam masyarakat. Makin tinggi pendidikan yang diperoleh makin besar

harapah untuk mencapai tujuan itu. Dengan demikian terbuka kesempatan untuk

ke golongan sosial yang lebih tinggi. Pendidikan dilihat sebagai kesempatan untuk

beralih dari golongan yang satu kegolongan yang lebih tinggi. Dikatakan bahwa

pendidikan merupakan jalan bagi mobilitas sosial. Pada zaman dahulu

keturunanlah yang menentukan status sosial seseorang yang sukar ditembus karna

sistem golongan yang ketat.

Para tokoh-tokoh pendidikan banyak yang menaruh kepercayaan akan

keampuhan pendidikan untuk mengubah dan memperbaiki nasib seseorang.

Dengan memperluas dan meratakan pendidikan diharapkan dicairkannya batas-

batas golongan-golongan sosial. Diharapkan kesempatan belajar yang sama

membuka jalan bagi seriap peserta didik untuk memperoleh pekerjaan yang

diinginkannya. Kewajiban belajar atau pendidikan universal memberikan

penetahuan dan keterampilan yang sama bagi semua peserta didik dari semua

golongan sosial. Dengan demikian perbedaan golongan sosial akan dikurangi

sekalipun tidak dapat dihapuskan sepenuhnya. Dalam kenyataan cita-cita itu tidak

mudah diwujutkan (Nasution, 2011, h. 38)

Page 20: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

17

1. Mobilitas sosial melalui pendidikan

Pendidikan merupakan anak tangga mobilitas yang penting. Bahkan jenis

pekerjaan kasar yang berpeng hasilan baik pun sukar diperoleh, kecuali jika

seseorang mampu membaca petunjuk dan mengerjakan soal hitungan yang

sederhana. Pada banyak dunia usaha dan perusahaan industri, bukan hanya

terdapat satu, melainkan dua tangga mobilitas.Yang pertama berakhir pada jabatan

mandor, yang lainnya bermula dari kedudukan “program pengembangan

eksekutif,” dan berakhir pada kedudukan pimpinan. Menaiki tangga mobilitas

yang kedua tanpa ijasah pendidikan tinggi adalah sesuatu hal yang jarang terjadi.

Hal ini di duga bahwa bertambah tingginya taraf pendidikan makin besarnya

kemungkinan mobilitas bagi anak-anak golongan rendah dan menengah. Ternyata

ini tidak selalu benar bila pendidikan itu terbatas pada pendidikan tingkat

menengah. Jadi walaupun kewajiban belajar ditingkatkan sampai SMU masih

menjadi pertanyaan apakah mobilita ssosial dengan sendirinya akan meningkat.

Mungkin sekal tidak akan terjadi perluasan mobilitas sosial, seperti

dikemuka kan di atas ijasah SMU tidak lagi memberikan mobilitas yang lebih

besar kepada seseorang. Akan tetapi pendidikan tinggi masih dapat memberikan

mobilitas itu walaupun dengan bertambahnya lulusan perguruan tinggi makin

berkurang jaminan ijasah untuk meningkat dalam status sosial

2. Strategi Pembaharuan Pendidikan Demi tercapainya Mobilitas Sosial

Pada dasarnya, pendidikan itu hanya salah satu standar saja. Dari tiga “jenis

pendidikan” yang tersedia yakni pendidikan informal, pendidikan formal dan

pendidikan nonformal, tampaknya dua dari jenis yang terakhir lebih bisa

diandalkan. Pada pendidikan formal dunia pekerjaan dan dunia status lebih

Page 21: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

18

mempercayai kepemilikan ijasah tanda lulus seseorang untuk naik jabatan dan

naik status. Akan tetapi seiring dengan perkembangan kemudian mereka lebih

mempercayai kemampuan atau skill individu yang bersifat praktis dari pada harus

menghormati kepemilikan ijasah yang kadang tidak sesuai dengan kompetensi

sang pemegang syarat tanda lulus itu. Inilah yang akhirnya memberikan peluang

bagi tumbuhnya pendidikan-pendidikan non formal, yang lebih bisa memberikan

keterampilan praktis pragramatis bagi kebutuhan dunia kerja yang tentunya

berpengaruh pada pencapaian status seseorang. Dalam perspektif lain, dari sisi

intelektualitas, memang orang-orang berpendidikan lebih tinggi derajat sosialnya

dalam masyarakat dan biasanya ini lebih terfokus pada jenjang-jenjang hasil

keluaran pendidikan formal. Makin tinggi sekolahnya makin tinggi tingkat

penguasaan ilmunya sehingga dipandang memiliki status yang tinggi dalam

masyarakat.

Strategi pembaharuan pendidikan merupakan perspektif baru dalam dunia

pendidikan yang mulai dirintis sebagai alternatif untuk memecahkan masalah-

masalah pendidikan yang belum diatasi secara tuntas. Jadi pembaharuan

pendidikan dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada dalam dunia

pendidikan dan menyongsong arah perkembangan dunia pendidikan yang lebih

memberikan harapan kemajuan kedepan.

Dalam proses perubahan pendidikan paling tidak memiliki dua peran yang

harus diperhatikan, yaitu:

1. Pendidikan akan berpengaruh terhadap perubahan masyarakat

2. Pendidikan harus memberikan sumbangan optimal terhadap proses

transformasi menuju terwujudnya masyarakat madani.

Page 22: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

19

2.6 Teori Struktural Fungsional

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori Struktural Fungsional

Talcott Parsons yang dianggap relevan digunakan dalam penelitian ini. Menurut

Parsons ada empat fungsi penting yang mutlak dibutuhkan bagi semua sistem

sosial, meliputi adaptasi (A), pencapaian tujuan atau goal attainment (G),

integrasi (I), dan Latensi (L). Empat fungsi tersebut wajib dimiliki oleh semua

sistema agar tetap bertahan (survive), penjelasannya sebagai berikut:

a. Adaptation (A) : fungsi yang amat penting disini sistem harus dapat

beradaptasi dengan cara menanggulangi situasi eksternal yang gawat, dan

sistem harus bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan juga dapat

menyesuaikan lingkungan untuk kebutuhannnya.

b. Goal attainment (G) : pencapainan tujuan sangat penting, dimana sistem

harus bisa mendifinisikan dan mencapai tujuan utamanya.

c. Integrastion (I) : artinya sebuah sistem harus mampu mengatur dan

menjaga antar hubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya,

selain itu mengatur dan mengelola ketiga fungsi (AGL).

d. Latency (L) : laten berarti sistem harus mampu berfungsi sebagai

pemelihara pola, sebuah sistem harus memelihara dan memperbaiki

motivasi pola-pola individu dan cultural .

Pertama adaptasi dilaksanakan oleh organisme prilaku dengan cara

melaksanakan fungsi adaptasi dengan cara menyesuaikan diri dan mengubah

lingkungan eksternal. Sedangkan fungsi pencapaian tujuan atau Goal attainment

difungsikan oleh sistem kepribadian dengan menetapkan tujuan sistem dan

memolbilisai sumber daya untuk mencapainya. Fungsi integrasi di lakukan oleh

Page 23: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

20

sistem sosial, dan laten difungsikan sistem kultural. Bagaimana sistem kultural

bekerja Jawabannya adalah dengan menyediakan aktor seperangkat norma dan

nilai yang memotivasi aktor untuk bertindak. Tingkat integrasi terjadi dengan dua

cara, masing-masing tingkat yang paling bawah menyediakan kebutuhan kondisi

maupun kekuatan yang dibutuhkan untuk tingkat atas. Sedangkan tingkat yang

diatasnya berfungsi mengawasi dan mengendalikan tingkat yang ada dibawahnya.

Parson memberikan jawaban atas masalah yang ada pada fungsionalisme

structural dengan menjelaskan beberapa asumsi sebagai berikut:

1. sistem mempunyai property keteraturan dan bagian-bagian yang saling

tergantung.

2. sistem cenderung bergerak kearah mempertahankan keteraturan diri atau

keseimbangan.

3. sistem bergerak statis, artinya ia akan bergerak pada proses perubahan yang

teratur.

4. sifat dasar bagian suatu sistemakan mempengaruhi begian-bagian lainnya.

5. sistem akam memelihara batas-batas dengan lingkungannya.

6. alokasi dan integrasi merupakan dua hal penting yang dibutuhkan untuk

memelihara keseimbangan sistem.

7. sistem cenderung menuju kerah pemeliharaan keseimbangan diri yang

meliputi pemeliharaan batas dan pemeliharaan hubungan antara bagian-

baguan dengan keseluruhan sistem, mengendalikan lingkungan yang berbeda

dan mengendalikan kecendrungan untuk merubah sistem dari dalam.

Pada pembahasannya Parson mendefinisikan sistem sosial sebagai berikut:

sistem sosial terdiri dari sejumlah aktor-aktor individual yang saling berinteraksi

Page 24: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

21

dalam situasi yang sekurang-kurangnya mempunyai aspek lingkungan atau fisik,

aktor-aktor yang mempunyai motivasi dalam arti mempunyai kecendrungan untuk

mengoptimalkan kepuasan yang hubungannya dengan situasi mereka

didefinisikan dan dimediasi dalam term sistem simbol bersama yang terstruktur

secara kultural. (Parsons, 1951, h. 5-6) kunci masalah yang dibahas pada sistem

sosial ini meliputi aktor, interaksi, lingkungan, optimalisasi, kepuasan, dan

cultural. Hal yang paling penting pada sistemsosialyang dibahasnya Parsons

mengajukan persyaratan fungsional dari sistem sosial diantaranya:

1. sistem sosial harus terstuktur (tertata) sehingga dapat beroperasi dalam

hubungan yang harmonis dengan sisten lain.

2. untuk menjaga kelangsungan hidupnya

3. sistem sosial harus mendapatkan dukungan dari sistem lain. sistem sosial

harus mampu memenuhi kebutuhan aktornya dalam proporsi yang

signifikan.

4. sistem sosial harus mampu melahirkan partisipasi yang memadai dari para

anggotanya.

5. sistem sosial harus mampu mengendalikan prilaku yang berpotensi

menggangu.

6. bila konflik akan menuimbulkan kekacauan maka harus bisa dikendalikan.

7. sistem sosial memerlukan bahasa.

Secara lebih rinci, prinsip-prinsip dasar teori fungsionalisme menurut

Sanderson dapat dikemukakan kembali sebagai berikut:

Page 25: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

22

a. bahwa masyarakat itu merupakan sistem yang kompleks yang terdiri dari

bagian-bagian yang berhubungan dan tergantung satu sama lain, dan setiap

bagian tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap bagian lainnya.

b. Bahwa setiap bagian dari masyarakat itu eksis karena bagian tersebut

memiliki fungsi penting dalam memelihara eksistensi dan stabilitas

masyarakat secara keseluruhan.

c. Bahwa semua masyarakat memiliki mekanisme untuk mengintegrasikan

dirinya, yaitu mekanisme yang dapat mengikatkannya menjadi satu dan salah

satu bagian penting dari mekanisme tersebut adalah komitmen para anggota-

anggota masyarakat terhadap serangkaian kepercayaan dan nilai-nilai yang

sama (kebudayaan).

d. Bahwa masyarakat cenderung mempertahankan suatu kondisi yang

berimbang atau harmoni agar tercapai stabilitas kehidupan bersama.

e. Bahwa perubahan sosial adalah merupakan peristiwa yang tidak biasa dalam

masyarakat, tetapi jika hal itu terjadi juga, maka perubahan tersebut pada

umumnya akan mengarah pada konsekuensi-konsekuensi yang

menguntungkan masyarakat secara keseluruhan (Sanderson, 1995, h. 9).

Page 26: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

23

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Sesuai dengan masalah yang penulis ajukan, maka penulis menggunakan

metode penelitian kualitatif. yaitu suatu proses penelitian dan pemahaman yang

berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan

masalah manusia yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Bogdan dan Taylor dalam

Moleong 2001, h. 3).

Tujuan penelitian adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan

secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta

hubungan antar fenomena yang diselidiki (Emzir 2009, h. 63). Adapun Sasaran

yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu mengidentifikasikan fenomena sosial

masyarakat yang berhubungan dengan mobilitas sosial di Gampong Amarabu,

Kabupaten Simeulue.

3.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah:

a. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data.

1. Hasil observasi, yaitu hasil yang di dapat dari hasil penelitian langsung

dilapangan (lokasi penelitian) yang juga merupakan bukti yang berupa

panduan observasi.

Page 27: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

24

2. Wawancara, yaitu hasil wawancara peneliti dengan beberapa nara

sumber yang dipilih dalam penelitian.

b. Sumber data sekunder yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data

kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.

(Sugiyono 2011, h. 225).

Dalam penelitian ini data yang diperoleh dari informan dikumpulkan dan

dihubungkan, kemudian data tersebut dikelompokkan berdasarkan permasalahan

yang mencuat, jadi penelitian ini bersifat induktif.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi adalah suatu proses yang komplek, suatu proses yang tersusun

dari berbagai proses biologis dan psikologis, dua diantara yang terpenting adalah

proses-proses pengamatan dan ingatan. (Sutrisno dalam Sugiyono 2009, h. 203)

”Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik observasi non partisipan.

Observasi non partisipan merupakan suatu proses pengamatan menempatkan

peneliti sebagai pengamat tanpa ikut dalam kehidupan orang yang diobservasi dan

secara terpisah berkedudukan sebagai pengamat (Margono, 2005 , h. 161-162).

b. Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan

ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik

tertentu. Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara mendalam (in depth

interview), wawancara mendalam adalah wawancara yang dipergunakan untuk

memperoleh informasi yang lebih mendalam dari informan. (Esterberg dalam

Sugiyono 2009, h. 317).

Page 28: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

25

Peneliti juga menggunakan wawancara semi terstruktur, yang juga sudah

termasuk katagori in depth interview yaitu untuk menemukan permasalahan

secara lebih terbuka dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan

ide-idenya, dengan langsung dan terbuka yang berhubungan dengan penelitian

dan merupakan bukti dalam lapangan yang merupakan bagian kecil dari populasi

yang dimaksudkan untuk memperoleh data tentang permasalahan yang

berhubungan dengan penelitian.

c. Dokumentasi.

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah lalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan misal, catatan harian, sejarah kehidupan, biografi, cerita,

peraturan dan kebijakan, berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa

dan lain-lain atau karya-karya monumental dari seseorang misalnya film, patung,

gambar dan lain-lain. (Sugiyono, 2011, h. 240). Hasil dari observasi dan

wawancara didokumentasikan, baik berupa catatan di lapangan maupun berupa

gambar (foto).

3.4 Informan Penelitian

Peneliti memilih Informan guna mendapat informasi lebih dalam dan

akurat mengenai hal yang akan di bahas, sedangkan informan dipilih melalui

Purposive sampling.

Purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan

pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini atas dasar orang tersebut

dianggap mengetahui dan berhubungan atau orang tersebut sebagai penguasa

sehingga memudahkan peneliti menjelajah obyek/situasi sosial yang diteliti.

(Sugiyono 2011, h. 218).

Page 29: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

26

Untuk kelengkapan data yang menjadi informan pada penelitian ini

berjumlah 10 (sepuluh) informan, yang terdiri dari:

1. Keuchik Gampong Amarabu Kecamatan Simeulue Cut Kabupaten

Simeulue yang merupakan pimpinan dalam Gampong yang dianggap lebih

mengetahui mengenai data Gampong dan permasalahan yang terjadi di

dalam Gampong

2. Tokoh masyarakat Gampong Amarabu 9 (sembilan) orang, yang

merupakan bagian dari masyarakat secara luas dalam penelitian ini, yang

dimintai tanggapannya sebagai masyarakat dan yang menilai dan

menanggapi fenomena yang terjadi di Gampong Amarabu.

3.5 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode analisis data

yaitu analisis model interaktif. Analisis data berlangsung stimulan yang dilakukan

bersamaan dengan proses pengumpulan data dengan alur tahapan, pengumpulan

data (data collection), reduksi data (data reduction), penyajian data (data display)

dan kesimpulan atau verifikasi data (conclution drawing and verifying),

Karenanya pengumpulan data dan analisis data menjadi satu kesatuan yang tidak

mungkin dipisahkan keduanya berlangsung stimulan dan serempak yang

dilakukan ketika di lapangan.

1. Reduksi Data

Yaitu peneliti melakukan perangkuman dengan memilih dan memilih data

dan hal-hal yang pokok dan penting, memfokuskan pada hal-hal penting dan

mencari tema serta polanya, seperti memfokuskan pada mobilisasi, pendidikan

dan status sosial dalam masyarakat, peneliti juga melakukan diskusi dengan teman

Page 30: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

27

serta beberapa orang yang mengetahui mengenai hal yang diteliti.

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi, selanjutnya penyajian data melalui uraian singkat

dalam bentuk teks naratif sehingga memudahkan peneliti untuk memahami yang

sedang terjadi saat ini. Karena penelitian ini melakukan penelitian dalam

fenomena sosial sangat kompleks data dapat selalu berupah mulai dari awal

memasuki lapangan, kemudian setelah berlangsung agak lama mengalami

perkembangan data, maka data yang peneliti peroleh harus selalu teruji apakah

data masih tetap sama atau tidak, yaitu dilakukan melalui wawancara, pengamatan

dan dokumentasi.

3. Kalkulasi dan verifikasi data

Yaitu peneliti melakukan perumusan pada kesimpulan-kesimpulan sebagai

temuan sementara yang dilakukan dengan cara mensintesiskan semua data yang

terkumpul. Dan data akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya, tetapi apabila bukti-bukti

data serta temuan di lapangan yang peneliti temukan pada tahap awal konsisten

serta valid maka kesimpulan yang didapat adalah kredibel dan kesimpulan itu

berupa temuan yang bersifat deskripsi atau gambaran mengenai hal yang diteliti

yang masih remang-remang sehingga setelah diteliti menjadi jelas. Miles dan

Huberman dalam (Sugiyono 2011, h. 243).

3.6 Pengujian Kredibilitas Data

Uji kredibilitas data atau kepercayaan data hasil penelitian kualitatif antara

lain dilakukan dengan, perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam

penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif serta

Page 31: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

28

membercheck. Digunakan uji ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lebih

mendalam mengenai subyek penelitian. (Sugiyono 2009, h. 270).

Adapun pengujian kredibilitas data adalah sebagai berikut:

1. Perpanjangan pengamatan perlu dilakukan, dirasakan data yang diperoleh

masih kurang memadai. Perpanjangan pengamatan berarti peneliti tinggal

di lapangan penelitian sampai titik kejenuhan pengumpulan data tercapai.

(Moleong 2002, h. 237).

2. Peningkatan ketekunan. Meningkatkan ketekunan berarti melakukan

pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan, dengan cara

tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa dapat direkam secara

pasti dan sistematis. (Sugiyono 2011, h. 272). Yaitu peneliti membaca

referensi baik dari buku atau hasil penelitian yang lain serta dokumentasi-

dokumentasi terkait dengan hal yang diteliti, sehingga dengan

pengetahuan yang peneliti dapat nantinya dari hasil membaca tersebut

berguna untuk memeriksa data yang ditemukan itu benar atau salah.

3. Triangulasi, dalam pengujian kredibilitas data ini diartikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai

waktu.

Dari berbagai sumber, peneliti mengecek data baik dari informan kunci

dan informan biasa, bacaan referensi dan lain sebagainya, dilakukan dengan

berbagi teknik yang berbeda-beda guna mendapat informasi dan dilakukan pada

berbagai waktu yang memungkinkan jawaban tidak berdasarkan pada kelelahan

dan lain sebagainya. William dalam (Sugiyono 2011, h. 273)

Page 32: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

29

3.7 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Gampong Amarabu Kecamatan Simeulue

Cut, Kabupaten Simeulue. Peneliti memilih Gampong Amarabu sebagai obyek

penelitian karena adanya fenomena paradigma sosial yang terlihat mengenai

mobilitas pendidikan terhadap perubahan sosial di Gampong Amarabu.

3.8 Jadwal Penelitian

Adapun Jadwal penelitian untuk pengumpulan data mengenai mobilitas

pendidikan terhadap perubahan sosial di Gampong Amarabu Kecamatan Simeulue

Cut Kabupaten Simeulue selama enam bulan atau satu semester dimulai pada

bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2014.

Tabel 1. Jadwal Penelitian

No Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6

1 Persiapan Kebutuhan untuk proses di lapangan

Perizinan √

Pemilihan beberapa orang sebagai

informan √

Pemilihan instrumen yang digunakan

dalam penelitian

2 Penelitian

Mengamati faktor yang mendorong

terjadinya mobilisasi dalam masyarakat

Mengamati hubungan mobilitas,

pendidikan dan status sosial dalam

masyarakat Amarabu Simeulue

Mengamati pengaruh pendidikan

terhadap status sosial dalam masyarakat

Amarabu Simeulue

3

Pengolahan data dan pembuatan laporan hasil

penelitian

4 Persiapan Ujian

Page 33: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

30

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Letak Geografis

Gampong Amarabu adalah salah satu Gampong yang terdapat di

Kabupaten Simeulue tepatnya pada Kecamatan Simeulue Cut. Luas Gampong

Amarabu kurang lebih 200 (dua ratus) hektar, dan terbagi empat Dusun yaitu,

Dusun Loya, Dusun Koneng-koneng, Dusun Wel Sawah dan Dusun Tabi. Yang di

dalamnya terdapat masyarakat yang tumbuh dan hidup berdampingan dalam

lingkungan rasa sosial yang tinggi, rukun dan damai satu dengan yang lainnya.

Gampong Amarabu memiliki batasan Gampong sebagai berikut:

Sebelah Barat berbatas dengan Samudra Hindia

Sebelah Timur berbatas dengan Gampong Aie

Sebelah Utara berbatas dengan Gampong Kuta Inang

Sebelah Selatan berbatas dengan Samudra Hindia

Tabel 2. Data luas wilayah Gampong Amarabu

Gampong Luas wilayah Kebun Sawah Pemukiman

Amarabu

4 Km/segi

10Ha

7Ha

8Ha

Sumber: Profil Gampong Amarabu, 2014

4.1.2 Penduduk

Gampong Amarabu memiliki kepadatan penduduk sebanyak 658 (enam

ratus lima puluh delapan) jiwa, dengan banyak jumlah kepala keluarga 198

Page 34: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

31

(seratus sembilan puluh delapan) kk. Dengan perincian menurut jenis kelamin

dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3. Klasifikasi penduduk Gampong Amarabu berdasarkan jenis kelamin

No Jenis kelamin jumlah

1 Laki-laki 309

2 Perempuan 349

Jumlah 658

Sumber: Profil Gampong Amarabu, 2014

Untuk jumlah penduduk berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel berikut

ini.

Tabel 4. Jumlah Penduduk berdasarkan umur

No Uraian Perempuan Laki-laki Jumlah

(jiwa)

1 0 Bulan – 1 Tahun 15 16 31

2 2 Tahun – 4 Tahun 20 21 41

3 5 Tahun – 10 Tahun 34 27 61

4 11 Tahun – 15 Tahun 36 35 71

5 16 Tahun – 20 Tahun 38 34 72

6 21 Tahun – 30 Tahun 49 44 93

7 31 Tahun – 40 Tahun 49 43 92

8 41 Tahun – 50 Tahun 36 42 78

9 51 Tahun – 60 Tahun 38 23 61

10 Di atas 61Tahun 34 24 58

TOTAL 349 309 658

Sumber: Profil Gampong Amarabu 2014

4.1.3 Pedidikan

Jika ditilik dari segi pendidikan, masyarakat Gampong Amarabu sekarang

ini secara keseluruhan tampak adanya perkembangan dalam bidang pendidikan,

naiknya antusias masyarakat di bidang pendidikan terlihat dari keinginan untuk

melanjutkan menimba ilmu sampai pada jenjang Perguruan Tinggi, ini satu hal

yang sangat patut diberi apresiasi positif bagi kelangsungan pembangunan

pendidikan di Aceh, khususnya Kabupaten Simeulue .

Page 35: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

32

Tabel 5. Data Penduduk Gampong Amarabu Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Jumlah Informan

1 Tidak Sekolah 152

2 Tamat SD/SR 92

3 Tamat SLTP/Sederajat 125

4 Tamat SLTA/Sederajat 196

5 Akademi/Diploma 41

6 Sarjana/S1 52

Total 658 Sumber: Profil Gampong Amarabu, 2014

4.1.4 Mata Pencaharian.

Jika ditilik dari aspek mata pencaharian Masyarakat yang ada di

Gampong Amarabu pada umumnya bermata pencaharian pada sektor perikanan.

Tabel 6. Data Penduduk Gampong Amarabu Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah

1 Tidak bekerja 276

2 Perikanan 151

3 PNS 65

4 Perdagang 57

5 Supir 30

6 Petani 69

7 Tukang Jahit 10

Total 658 Sumber: Profil Gampong Amarabu, 2014

Dari data tersebut diatas terlihat bahwa masyarakat Gampong Amarabu

pada umumnya menggantungkan hidupnya dari mata pencaharian perikanan.

4.1.5 Sarana dan Prasarana

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan di lapangan bahwa

selain keadaan penduduk, dan mata pencaharian. Di Gampong Amarabu juga

dilengkapi oleh beberapa fasilitas atau berupa sarana dan prasarana umum, dan

tentunya dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat di Gampong Amarabu,

antara lain sarana peribadatan, sarana dan prasarana kesehatan, sarana pendidikan,

Page 36: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

33

sarana umum lainnya, dan pengelola sarana dan prasarana. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 7. Sarana dan Prasarana Umum Gampong Amarabu

No Fasilitas Umum Jumlah

1 Masjid 2

2 Pesantren 1

3 TK 1

4 MIN 1

5 SMP 1

6 SMA -

7 Posyandu 1

8 Lapangan Olahraga :

a. Sepak Bola

1

Total 8 Sumber: Profil Gampong Amarabu, 2014

4.1.6 Agama dan Kepercayaan

Masyarakat Gampong Amarabu memiliki 1 (satu) Masjid sebagai sarana

peribadatan, dimana masyarakat Gampong Amarabu menganut agama islam. Pada

setiap kegiatan keagamaan salah satunya majelis ta’lim, wirit yasiin setiap hari

Jumat. Masyarakat Gampong tersebut aktif dalam setiap kegiatan, karena menurut

mereka agama dan kepercayaan merupakan unsur yang paling utama yang harus

dijalankan dalam kehidupan masyarakat.

4.1.7 Karakteristik Informan.

Dalam karakteristik informan akan tampak pada tabel yang akan

diklasifikasi berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan berikut

ini.

Page 37: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

34

Tabel 8. Data informan berdasarkan jenis kelamin

No Jenis kelamin Jumlah Informan

1 Laki-laki 6

2 Perempuan 4

Total 10

Sumber: Penelitian 2014

Pada tabel di atas dapat kita lihat daftar informan berdasarkan jenis

kelamin, laki-laki sebanyak enam orang sedangkan perempuan sebanyak empat

orang pemilihan diambil secara acak tanpa maksud tertentu. Data usia untuk

informan diambil mulai usia dua puluh tahun sampai lima puluh tahun ke atas

untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 9. Data informan berdasarkan usia

No Usia Informan Jumlah Informan

1 30 – 39 Tahun 3

2 40 – 45 Tahun dst 7

Total 10

Sumber: Penelitian 2014

Penulis menetapkan Usia informan dimulai dari usia tiga puluh tahun

karena dimana seseorang bisa memberikan konstribusi yang besar mengenai apa

yang dirasakan, gagasan dan fikiran dalam permasalahan yang terjadi dalam

Gampong.

Adapun data mengenai tingkat pendidikan informan dapat dilihat pada

tabel berikut ini.

Page 38: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

35

Tabel 10. Data informan berdasarkan tingkat pendidikan

No Pendidikan Jumlah Informan

1 Tamat SLTP/Sederajat 2

2 Tamat SLTA/Sederajat 3

3 Akademi/Diploma 1

4 Sarjana/S1 4

Total 10

Sumber: Penelitian 2014

Data yang terlihat pada tabel di atas menunjukkan Tingkat pendidikan

informan yang beragam, dimulai dari Tamat SLTP sebanyak dua, Tamat SLTA

sebanyak tiga, Tamat Akademi/Diploma sebanyak satu serta Sarjana/S1 sebanyak

empat.

Adapun data mengenai pekerjaan informan dapat dilihat pada tabel di

bawah ini

Tabel 11. Data informan berdasarkan pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah Informan

1 PNS 2

2 Wiraswasta 2

3 Petani 2

4 Guru 2

5 Nelayan 2

Total 10

Sumber: Penelitian 2014

Dari data yang terdapat pada tabel di atas dapat kita lihat klasifikasi

informan berdasarkan pekerjaan dan diperoleh data bahwa informan yang bekerja

sebagai PNS sebanyak dua, sebagai wiraswasta sebanyak dua, petani sebanyak

dua, nelayan dua dan guru dua.

Page 39: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

36

4.1.8 Persepsi Masyarakat Terhadap Tingkat Pendidikan Di Gampong

Amarabu Kecamatan Simeulue Cut Kabupaten Simeulue

Kesenjangan sosial merupakan keadaan yang tumbuh tanpa disadari, yang

dimanfaatkan oleh masyarakat untuk lebih memberi jaminan bagi terisinya

jabatan-jabatan penting oleh orang-orang yang paling cakap, berikut pernyataan

Noni Purwanti mengenai tingkat pendidikan.

“Menurut saya tingkat pendidikan saat ini sangat mempengaruhi seseorang dalam

menentukan perolehan pekerjaan serta jabatan, orang yang berpendidikan rendah

hanya akan mengisi jabatan rendah dan orang yang berpendidikan tinggi

berkemungkinan memperoleh pekerjaan serta jabatan yang lebih baik”.

(Wawancara: 22 Mei 2014)

Pendidikan merupakan hal terpenting pada banyak dunia kerja, karena jika

tanpa ijazah pendidikan tinggi, mendapat pekerjaan yang layak dalam struktur

sosial masyarakat adalah sesuatu yang jarang terjadi seperti pernyataan beberapa

masyarakat Amarabu, salah satunya Aminin.

“Saya pribadi menganggap pendidikan itu merupakan hal yang sangat penting,

karena dengan pendidikan dapat menaikkan status dalam masyarakat seperti

beberapa orang yang ada di Amarabu yang sekolah tinggi itu di segani orang”

(Wawancara: 22 Mei 2014)

Tidak selalu jelas diketahui alasan orang tua mengizinkan seseorangnya ke

sekolah, seperti penuturan Hermansyah dan Khairil salah seorang masyarakat

Amarabu masyarakat Amarabu berikut ini.

“Pendidikan yang tinggi itu perlu setidaknya dapat memperoleh

pekerjaan yang layak baginya karena sekarang dimana-mana ijazah

masih menjadi syarat penting walaupun ijazah itu belum menjamin

kesiapan seseorang untuk melakukan pekerjaan tertentu makin

Page 40: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

37

tinggi pendidikan makin besar harapan memperoleh pekerjaan yang

baik” (Wawancara: 24 Mei 2014)

Setiap individu pada umumnya menginginkan pendidikan yang dimaksud

disini adalah pendidikan formal, menurut masyarakat Amarabu makin banyak dan

makin tinggi pendidikan akan semakin baik, seperti pernyataan Siswati berikut

ini.

“Menurut saya makin banyak pendidikan yang diterima seseorang

maka semakin baik karena pendidikan dapat membentuk pola pikir

yang lebih maju karena memperoleh berbagai macam pengetahuan,

dapat memperoleh pekerjaan dengan pengetahuannya, yang

pastinya akan menaikkan status seseorang dalam masyarakat”

(wawancara: 23 Mei 2014)

Hampir pada umumnya dalam pandangan masyarakat luas memiliki ijazah

perguruan tinggi merupakan bukti akan kesanggupan intelektualnya untuk

menyelesaikan studinya yang tidak mungkin dicapai oleh orang yang rendah

kemampuannya. Orang yang telah bersekolah memiliki ketrampilan dasar setidak-

tidaknya pandai membaca dan berhitung yang diperlukan dalam kehidupan

masyarakat di era dewasa ini. Selanjutnya dapat memperluas pandangan dan

pemahamanya mengenai masalah-masalah dunia.

Hal ini disebabkan karena perguruan tinggi masih dapat memberi

perluasan mobilitas, meskipun jaminan ijazah belum tentu meningkat untuk status

sosial. Sekolah juga dipandang sebagai jalan bagi mobilitas sosial. Melalui

pendidikan orang dari golongan rendah dapat meningkat ke golongan status yang

lebih tinggi. Hal ini dinyatakan oleh Suwardi tokoh masyarakat Amarabu.

“Pada zaman sekarang ini tamatan sekolah rakyat seperti saya ini

sudah tidak berarti lagi dalam memperbaiki status sosial, tetapi

gelar akademis akan sangat membantu dalam pencapaian

menduduki tempat yang penting dalam dunia pekerjaan, karena

mereka yang sudah tinggi kedudukannya memandang pendidikan

tinggi sebagai syarat mutlak untuk mempertahankan status

Page 41: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

38

sosialnya, ini bisa saya lihat sendiri contohnya pada seseorang

saya” (Wawancara: 25 Mei 2014)

Begitu juga yang dirasakan oleh Sukirman tokoh masyarakat Amarabu

Lainnya yang menyatakan berkat pendidikan yang meningkatkan status sosialnya.

“Keluarga saya dulunya adalah orang yang kurang mampu, bapak

saya meninggal ketika saya SD kelas 5, ibu nyuci baju kerumah-

rumah tetangga tetapi keinginan ibu sangat kuat untuk

menyekolahkan saya, SMA saya sudah kerja bersih-bersih sekolah

yang kebetulan ada didekat tempat tinggal kami, uangnya saya

tabung alhasil saya bisa masuk perguruan tinggi, saya kuliah sambil

bekerja jadi tukang sapu di Fakultas tempat saya kuliah, saya tidak

malu tekadnya saya harus berhasil. Karena melihat kemampuan

Fakultas menawarkan beasiswa S2 di Malaysia. Lulus dengan

waktu yang telah ditentukan dan sekarang Alhamdulillah semua

jerih payah keluarga saya terbayar, dan status sosial keluarga kami

juga naik di mata masyarakat” (Wawacara: 28 Mei 2014)

Dilihat dari beberapa pernyataan dari masyarakat Amarabu mengenai

tingkat pendidikan yang mana masyarakat mulai sadar pentingnya pendidikan

dalam kehidupan sosial masyarakat, hal ini terlihat makin banyaknya masyarakat

di Gampong Amarabu yang menyekolahkan seseorang sampai perguruan tinggi

negeri dengan segala usaha.

Kecepatan perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat berbeda-beda,

Perubahan dalam masyarakat terpencil berjalan lambat, akan tetapi bila

terbukanya komunikasi dan transportasi daerah dengan daerah yang sudah maju

maka masyarakat di dalamnya akan berkembang dengan lebih cepat.

4.1.9 Mobilitas Pendidikan Masyarakat Gampong Amarabu Kecamatan

Simeulue Cut Kabupaten Simeulue Melakukan

Dari persepsi masyarakat Amarabu dapat disimpulkan bahwa pendidikan

merupakan jalan bagi mobilitas sosial. Pendidikan dipandang sebagai jalan untuk

mencapai kedudukan yang lebih baik dalam masyarakat. Makin tinggi pendidikan

Page 42: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

39

yang diperoleh makin besar harapan untuk mencapai tujuan itu. Dengan demikian

terbuka kesempatan meningkat ke golongan yang lebih tinggi. Hal ini dinyatakan

oleh Herman selaku Keuchik di Amarabu.

“Tingginya antusias masyarakat dalam meningkatkan status sosial

melalui pendidikan sangat jelas terlihat dalam lima tahun terakhir,

dari yang dulunya hanya sedikit yang sadar pentingnya pendidikan

sekarang terus bertambah yang bersekolah, hal ini disebabkan

syarat lamaran pekerjaan yang menuntut tingkat pendidikan dan

kemampuan yang lebih tinggi sesuai dengan kualifikasi

pendidikannya”.

(Wawancara: 29 Mei 2014)

Data tingkat pendidikan penduduk yang terus meningkat sejak lima tahun

terakhir dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 12. Data Tingkat Pendidikan Penduduk Lima Tahun Terakhir

No Tingkat Pendidikan Tahun

2010 2011 2012 2013 2014

1 Tidak Sekolah 369 329 278 195 62

2 TK Sederajat 52 52 60 64 88

3 SD Sederajat 55 63 70 78 92

4 SLTP Sederajat 88 87 110 110 125

5 SLTA Sederajat 89 112 111 135 196

6 Perguruan Tinggi 5 15 29 76 93

Total Jumlah Penduduk 658 Jiwa Sumber: Profil (RPJM) Gampong Amarabu 2014

Masyarakat Amarabu melakukan mobilitas pendidikan karena dengan

pendidikan status sosial akan naik ke yang lebih baik dalam masyarakat.

Tingginya tingkat pendidikan berpeluang besar terhadap kenaikan status sosial.

Hal ini terlihat dengan banyaknya perbedaan antara status sosial seseorang

dibandingkan dengan orang tuanya. Seperti pernyataan Darman selaku Tokoh

masyarakat Amarabu berikut ini.

“Zaman ayah saya dulu tamat SR saja sudah begitu bangga, beliau

bisa mendapatkan kerja di pemerintahan dan mendapatkan

kedudukan sosial yang terhormat. Tetapi lain halnya zaman

sekarang ini saya yang lulusan STM untuk melamar kerja susah,

Page 43: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

40

hampir semua tempat yang saya lamar kerja membutuhkan

karyawannya yang ijazah S1, akhirnya saya membuka sebuah

bengkel sesuai kemampuan yang saya terima di STM”

(Wawancara: 28 Mei 2014)

Makin tinggi taraf pendidikan semakin besar pula kemungkinan mobilitas

bagi seseorang-seseorang golongan rendah dan menengah tidak selalu benar bila

pendidikan itu hanya sebatas pada pendidikan tingkat menengah. Pendidikan SD

bahkan SMA hampir tidak ada pengaruhnya dalam mobilitas sosial. Untuk

menjadi pesuruh kantor saja harus melamar pakai ijazah SMA. Namun apabila

kewajiban belajar ditingkatkan sampai SMA maka ijazah SMA tidak ada artinya

lagi dalam mencari kedudukan yang tinggi atau berpindah ke kedudukan yang

lebih tinggi.

Pendidikan tinggi kini dianggap suatu syarat bagi mobilitas sosial. Bagi

lulusan Perguruan Tinggi pun kini sudah bertambah sukar untuk memperoleh

kedudukan yang tinggi. Hal ini dinyatakan oleh Herman selaku Keuchik di

Amarabu “Dewasa ini jangankan ijazah SMA yang punya ijazah perguruan tinggi

pun saat ini sukar memperoleh pekerjaan, dimana-mana pendidikan tinggi sudah

menjadi syarat tes untuk melamar kerja”.(Wawancara: 29 Mei 2014)

Pendidikan tinggi masih sangat selektif. Tidak semua orang tua mampu

membiayai seseorangnya diperguruan Tinggi seperti pada kasus Sukirman salah

satu masyarakat Amarabu. Menggunakan komputer untuk menilai tes seleksi

masuk menjadi obyektif artinya tidak lagi dipengaruhi kedudukan orang tua atau

orang yang memberikan rekomendasi. Cara itu membuka kesempatan yang luas

bagi seseorang-seseorang golongan rendah dan menengah untuk memasuki

perguruan tinggi atas dasar prestasinya masuk tes itu. Biaya yang cukup banyak

selalu menjadi hambatan bagi golongan rendah menengah untuk menyekolahkan

Page 44: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

41

seseorangnya pada tingkat Universitas. Beasiswa dari pemerintah dan kesempatan

untuk mengadakan pinjaman dari bank dapat memperluas kesempatan belajar bagi

mereka yang berbakat akan tetapi ekonomi rendah.

Bagi orang tua yang memandang pendidikan merupakan hal yang sangat

penting akan berupaya demi terjaminnya keberlangsungan pendidikan agar anak

tetap sekolah seperti pernyataan Hermansyah salah seorang masyarakat Amrabu

“Saya adalah seorang nelayan bagi saya pendidikan sangat penting

agar masa depan anak saya dapat lebih baik keadaannya dibanding

saya sekarang ini, demi pendidikan anak agar tetap sekolah saya

selalu menabung dari tergantung berapa banyak pendapatan saya

perhari, awalnya agak sulit namun saya harus yakin agar anak saya

berhasil” (Wawancara: 23 Mei 2014)

Pernyataan yang lainnya juga diutarakan oleh Danil Saputra salah seorang

masyarakat Amarabu lainnya.

“Sebagai seorang petani yang pendapatannya tidak menentu

tergantung hasil panen memang sulit untuk menjamin anak tetap

sekolah tinggi, namun saya punya kiat tersendiri setiap hasil panen

selalu saya sisihkan untuk menabung, selain itu saya membuka kios

pulsa, yang kebetulan di tempat saya tinggal agak jauh dari kota,

keuntungannya lumanyan bisa ditabung” (Wawancara: 23 Mei

2014).

4.2 Pembahasan

4.2.1 Persepsi Masyarakat Terhadap Tingkat Pendidikan Di Gampong

Amarabu Kecamatan Simeulue Cut Kabupaten Simeulue

Dari hasil temuan mengenai persepsi masyarakat terhadap tingkat

pendidikan di Gampong Amarabu Kecamatan Simeulue Cut Kabupaten Simeulue,

hampir pada umumnya masyarakat memiliki persepsi bahwa pendidikan

seseorang merupakan tangga mobilitas bagi status dalam masyarakat. Pendidikan

merupakan hal terpenting pada banyak dunia kerja, karena jika tanpa ijazah

pendidikan tinggi, mendapat pekerjaan yang layak dalam struktur sosial

Page 45: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

42

masyarakat. Bahkan jenis pekerjaan kasar yang berpenghasilan baik pun sukar

diperoleh, dunia usaha dan perusahaan industri, bukan hanya terdapat satu,

melainkan dua tangga mobilitas bawahan dan pimpinan. Menaiki tangga mobilitas

yang kedua tanpa ijasah pendidikan tinggi adalah sesuatu hal yang jarang terjadi.

Hal ini diduga bahwa bertambah tingginya taraf pendidikan makin besarnya

kemungkinan mobilitas bagi seseorang golongan rendah dan menengah. Ternyata

ini tidak selalu benar bila pendidikan itu terbatas pada pendidikan tingkat

menengah. Jadi walaupun kewajiban belajar ditingkatkan sampai SMU masih

menjadi pertanyaan apakah mobilitas sosial dengan sendirinya akan meningkat.

Mungkin sekali tidak akan terjadi perluasan mobilitas sosial, seperti

dikemukakan di atas ijasah SMU tidak lagi memberikan mobilitas yang lebih

besar kepada seseorang. Akan tetapi pendidikan tinggi masih dapat memberikan

mobilitas itu walaupun dengan bertambahnya lulusan perguruan tinggi makin

berkurang jaminan ijasah untuk meningkat dalam status sosial. Pada dasarnya,

pendidikan itu hanya salah satu standar saja. Dari tiga “jenis pendidikan” yang

tersedia yakni pendidikan informal, pendidikan formal dan pendidikan nonformal,

tampaknya dua dari jenis yang terakhir lebih bisa diandalkan.

Pada pendidikan formal dunia pekerjaan dan dunia status lebih

mempercayai kepemilikan ijasah tanda lulus seseorang untuk naik jabatan dan

naik status. Akan tetapi seiring dengan perkembangan kemudian masyarakat lebih

mempercayai kemampuan atau skill individu yang bersifat praktis daripada harus

menghormati kepemilikan ijasah yang kadang tidak sesuai dengan kompetensi

sang pemegang syarat tanda lulus itu. Inilah yang akhirnya memberikan peluang

bagi tumbuhnya pendidikan pendidikan nonformal, yang lebih bisa memberikan

Page 46: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

43

keterampilan praktis pragramatis bagi kebutuhan dunia kerja yang tentunya

berpengaruh pada pencapaian status seseroang di Amarabu.

Dalam perspektif lain, dari sisi intelektualitas, memang orang-orang

berpendidikan lebih tinggi derajat sosialnya dalam masyarakat dan biasanya ini

lebih terfokus pada jenjang-jenjang hasil keluaran pendidikan formal. Makin

tinggi sekolahnya makin tinggi tingkat penguasaan ilmunya sehingga dipandang

memiliki status yang tinggi dalam masyarakat Amarabu , seperti halnya perguruan

tinggi masih dapat memberi perluasan mobilitas, meskipun jaminan ijazah belum

tentu meningkat untuk status sosial. Sekolah juga dipandang sebagai jalan bagi

mobilitas sosial. Melalui pendidikan orang dari golongan rendah dapat meningkat

ke golongan status yang lebih tinggi.

Mobilitas sosial dapat diartikan sebagai suatu gerak perpindahan dari suatu

kelas sosial ke kelas sosial yang lainnya (Horton & Hunt, 1999, h. 89).

Masyarakat dengan sistem stratifikasi terbuka memilki tingkat mobilitas yang

tinggi dibanding masyarakat dengan sistem stratifikasi sosial yang tertutup. Dalam

dunia modern seperti sekarang ini, banyak negara mengupayakan peningkatan

mobilitas sosial dalam masyarakatnya, karena masyarakat yakin bahwa hal

tersebut akan membuat orang melakukan jenis pekerjaan yang paling cocok bagi

individu. Apabila tingkat mobilitas tinggi, meskipun latar belakang sosial individu

berbeda, maka masyarakat tetap dapat merasa mempunyai hak yang sama dalam

mencapai kedudukan sosial yang lebih tinggi. Apa bila tingkat mobilitas sosial

rendah, maka tentu saja kebanyakan orang akan terkungkung dalam status para

nenek moyang.

Page 47: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

44

Clark (1944, h.67) dalam bukunya yang berjudul, An Investment in People,

menyatakan bahwa, “experiments in law-income communities show cleary that

education can be used to help people obtain a higher standard of living through

their own efforts”. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan dapat dipergunakan

untuk membantu penduduk dalam meningkatkan taraf hidupnya ke tingkat yang

lebih tinggi melalui usaha mereka sendiri. Penegasan ini berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan terhadap masyarakat yang berpenghasilan rendah.

Hal ini tidak sukar untuk dipahami karena dengan bekal pengetahuan yang

mantap dan lebih-lebih lagi secara sengaja meteri yang berhubungan dengan

masalah ekonomi mendapat tekanan lebih berat, maka out put dari pendidikan

akan dapat berusaha lebih baik dalam menghadapi segala persoalan tentang

kesejahteraannya. Sebaliknya perkembangan ekonomi juga dapat membantu

proses pendidikan karena dengan meningkatnya ekonomi baik nasional maupun

masyarakat sekitar tempat di gelarnya pendidikan berarti meningkat pula kekuatan

untuk memikul biaya pendidikan.

Masalah ekonomi mempunyai pengaruh yang sangat jelas terhadap

kelancaran kegiatan pendidikan dan bahkan ditekankan bahwa kurikulum juga

dipengaruhi oleh tuntutan-tuntutan dari pekerjaan perdagangan dan industri.

Kenyataannya memang demikian, berbagai masalah yang berhubungan dengan

perburuhan, perdagangan dan industri memang harus dipertimbangkan dalam

menyusun kurikulum. Kurikulum yang baik memang memperhatikan kenyataan-

kenyataan yang ada di masyarakat.

Page 48: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

45

Signifikansi antara tingkat pendidikan dengan tingkat keadaan ekonomi

atau hubungan antara tingkat pendidikan dan tingkat sosial ekonomi seseorang

oleh Clark (1944, h. 68) tersebut bisa diutarakan sebagai berikut.

1. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin tinggi pula tingkat

penghasilannya (tamatan sekolah dasar maksimal antara empat dan

lima ribu dolar setahun; tingkat sekolah menengah atas maksimal

antara lima dan enam ribu dolar setahun dan tingkat perguruan tinggi

maksimal antara delapan dan sembilan ribu dolar setahun)

2. Tamatan sekolah dasar (atau sekolah menengah pertama) akan

mendapat penghasilan maksimal pada usia sekitar 35-34 tahun;

tamatan sekolah menengah atas akan mendapatkan penghasilan

maksimal pada usia sekitar 35-44 tahun dan tamatan perguruan tinggi

akan mendapat hasil maksimal pada usia sekitar 45-54 tahun.

3. Tamatan sekolah dasar dan sekolah menengah pertama pada usia tua

mendapat hasil yang lebih rendah dari hasil ketika mereka mulai

bekerja. Tamatan sekolah menengah atas pada usia tua mendapat hasil

yang seimbang dengan hasil ketika mereka mulai bekerja. Tamatan

perguruan tinggi pada usia tua mendapat hasil yang lebih besar ketika

mereka mulai bekerja. Walau demikian tentulah dimaklumi bahwa

tidak semua orang mengalami atau memiliki korelasi antara tingkat

pendidikan dan penghasilan seperti diatas, penyimpangan tentu ada

sebagaimana dalam masalah sosial lainnya.

Dalam keterkaitannya dengan mobilitas sosial manusia sebagai mahluk

sosial yang mana setiap kehidupan manusia selalu mengalami perubahan,

Page 49: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

46

perubahan dapat terjadi dengan cepat (revolusi) dan perubahan secara lambat

(evolusi), perubahan dapat terjadi diberbagai kehidupan manusia, salah satunya

terjadi mobilitas sosial sehingga perubahan yang terjadi membuat masyarakat

melakukan perubahan mengenai hak dan kewajibannya sesuai dengan perubahan

peranannya dalam lingkungan sosial masyarakat. Tanpa disadari perubahan dari

status sosial sebagai orang dari golongan menegah ke bawah berubah menjadi

golongan atas dalam pandangan status sosial masyarakat Amarabu di ikuti dengan

peran dan fungsinya yang baru pula.

Hal ini relevan dengan teori struktural fungsional Talcott Parsons dalam

(Ratna, 2005, h. 56) yang mengasumsikan bahwa masyarakat merupakan sebuah

sistem yang terdiri dari berbagai bagian atau subsistem yang saling berhubungan.

Bagian-bagian tersebut berfungsi dalam segala kegiatan yang dapat meningkatkan

kelangsungan hidup dari sistem. Fokus utama adalah mendefinisikan kegiatan

yang dibutuhkan untuk menjaga kelangsungan hidup sistem sosial. Yang di dalam

menjaga kelangsungan tersebut terdapat mobilitas sosial yang terus berjalan

seiring perkembangan kebutuhan hidup masyarakat didalamnya.

Terdapat empat fungsi penting yang mutlak dibutuhkan bagi semua sistem

sosial, meliputi adaptasi (A), pencapaian tujuan atau goal attainment (G),

integrasi (I), dan Latensi (L). Empat fungsi tersebut wajib dimiliki oleh semua

sistema agar tetap bertahan (survive). Pada masa adaptasi (Adaption) seseorang

mulai mengadakan penyesuaian diri dengan lingkungannya. Reaksi yang

dilakukannya tidak hanya datang dari dalam dirinya, melainkan datang dari luar.

Hukuman dan penghargaan mengenai sikap yang harus dilakukan dan perbuatan

yang harus ditinggalkan. Pada fase pencapaian tujuan (goal attainment), seorang

Page 50: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

47

seseorang bertindak dengan tujuan tertentu dan lebih terarah. Kemudian berusaha

untuk melakukan perbuatan yang menyebabkannya mendapat penghargaan dari

orang lain.

Pada fase integrasi (integration), perbuatan seorang seseorang sudah lebih

mendalam, yaitu setiap tindakan yang dilakukannya merupakan bagian dari

hidupnya. Norma-norma yang dilakukan merupakan bagian dari hidupnya di

tengah-tengah masyarakat.

Pada fase latensi, perbuatan seseorang hanya didasarkan atas respon orang

lain di luar dirinya. Di sini seseorang belum mampu merumuskan apa yang

dilakukan karena pengenalan terhadap dirinya belum jelas. Oleh karena itu,

lingkungan tempat tinggalnya belum menganggap dirinya sebagai individu yang

perlu diajak berinteraksi.

Sosialisasi pada masa remaja seseorang berada pada masa transisi, yaitu

meninggalkan masa anak-anak dan masuki usia remaja. Masa ini disebut juga

sebagai reserve socialization, yaitu orang yang lebih muda dapat menggunakan

pengaruh mereka kepada orang yang lebih tua. Dengan kata lain, reserve

socialization berarti orang yang seharusnya disosialisasikan, tetapi justru

menyosisalisasikan. Proses ini terjadi pada masyarakat yang mengalami

perubahan cepat. (Piotr Sztomka, 2007, h. 78)

Agen sosialisasi pada masa remaja bukan lagi orang tua, melainkan teman

sebaya. Pada masa ini, sangat sedikit ketergantungan kepada orang tua sebab dia

mendapatkan nilai-nilai baru secara lebih luas di luar. Proses sosialisasi dialami

orang dewasa pada saat mendapatkan peran yang baru, peran itu dapat berupa

mendapatkan pekerjaan, menikah, dan memiliki seseorang. Tiga bentuk peran itu

Page 51: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

48

menuntut seseorang melakukan pembelajaran. semua peran baru ini menuntut

orang dewasa memulainya lagi dari nol sebab ia belajar bersosialisasi kembali.

Ketika perubahan pada suatu masyarakat terjadi dengan sendirinya

mobilitas sosial pun terjadi karena perpindahan golongan, status dan peran

seseorang dalam masyarakat dari suatu tingkat yang rendah ke suatu tingkat yang

lebih tinggi atau sebaliknya. Zaman dahulu seseorang mendapat status tinggi

dalam sistem stratifikasi dalam masyarakatnya karena faktor keturunan dan inipun

akan berlangsung selama seumur hidup tanpa ada proses kompetisi untuk

menggapai ataupun mempertahankan status tertentu (kecuali atas dasar

pengkhianatan terhadap golongan kelas dan perkawinan). Ini pun sangat jarang

terjadi, kini pada masyarakat industri modern kesempatan-kesempatan untuk

berkompetisi meraih status pada kelas-kelas atas sangat terbuka sekali.

4.2.2 Mobilitas Pendidikan Masyarakat Gampong Amarabu Kecamatan

Simeulue Cut Kabupaten Simeulue Melakukan

Dalam masyarakat Dewasa ini yang lebih dihargai pada diri seseorang

adalah prestasi, kecakapan, keahlian dan faktor determinan utama, yakni struktur

sosial yang menentukan jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang terdistribusi

dan kemudahan untuk memperolehnya. Ketika individu yang ada di dalamnya

adalah pemainnya yang akan menentukan siapa yang berhasil mencapai

kedudukan tertentu dalam masyarakat. Dalam hasil penelitian tampak pada

umumnya masyarakat Amarabu melakukan mobilitas sosial melalui pendidikan,

namun menempuh pendidikan bukannya tanpa rintangan, hal yang paling utama

adalah biaya pendidikan yang terus meningkat.

Page 52: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

49

Pendidikan tinggi masih sangat selektif. Tidak semua orang tua mampu

membiayai seseorangnya diperguruan Tinggi seperti pada kasus Sukirman salah

satu masyarakat Amarabu. Menggunakan komputer untuk menilai tes seleksi

masuk menjadi obyektif artinya tidak lagi dipengaruhi kedudukan orang tua atau

orang yang memberikan rekomendasi. Cara itu membuka kesempatan yang luas

bagi seseorang-seseorang golongan rendah dan menengah untuk memasuki

perguruan tinggi atas dasar prestasinya masuk tes itu. Biaya yang cukup banyak

selalu menjadi hambatan bagi golongan rendah menengah untuk menyekolahkan

seseorangnya pada tingkat Universitas. Beasiswa dari pemerintah dan kesempatan

untuk mengadakan pinjaman dari bank dapat memperluas kesempatan belajar bagi

mereka yang berbakat akan tetapi ekonomi rendah.

Bagi orang tua yang memandang pendidikan merupakan hal yang sangat

penting akan berupaya demi terjaminnya keberlangsungan pendidikan agar anak

tetap sekolah. Dalam masyarakat juga terdapat saluran-saluran tertentu bagi

mobilitas sosial, melalui saluran-saluran ini status seseorang warga bisa bergerak

naik dari lapisan yang rendah ke dalam lapisan yang lebih tinggi. Saluran

mobilitas sosial ini antara lain organisasi pemerintahan, lembaga keagamaan,

lembaga ekonomi dan lembaga pendidikan.

Di samping itu perbedaan hak merupakan konsekuensi kompleksitas

budaya yang juga tidak dapat dihindari, pada dasarnya setiap individu dalam suatu

masyarakat mempunyai kesempatan untuk menaikan kelas sosial mereka dalam

struktur sosial masyarakat yang bersangkutan. Termasuk dalam masyarakat yang

menganut sistem pelapisan yang tertutup atau kaku. Inilah yang biasa disebut

dengan mobilitas sosial. Sebagaimana orang berhasil mencapai status yang tinggi,

Page 53: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

50

namun beberapa orang mengalami kegagalan, dan selebihnya tetap tinggal pada

tingkat status yang dimiliki oleh orang tua mereka, bahkan turun lebih rendah dari

pada itu.

Mobilitas jenis di atas merupakan bentuk mobilitas dalam lingkup antar

generasi yakni kita bisa memperbandingkan status pekerjaan ayah dan seseorang,

selain itu kita juga bisa mengetahui sampai sejauh mana sang seseorang mengikuti

jejak sang ayah dalam hal pekerjaan. Mobilitas juga bisa ditelaah dari segi gerak

“intra generasi”, yakni kita bisa mengukur sejauh mana individu yang sama

mengalami perubahan sosial dalam masa hidupnya sendiri. Kembali seperti

pembahasan sebelumnya, dalam kedua hal itu yang diperhatikan adalah tingkat

keterbukaan masyarakat secara ekstrim, suatu masyarakat terbuka adalah

masyarakat di mana hubungan antara pekerjaan ayah dan pekerjaan seseorang,

umpamanya, sama sekali acak sifatnya. Ini adalah sebuah masyarakat di mana

status diperoleh, berkat prestasi (achievement), di mana mengetahui pekerjaan

seorang ayah tidak akan membantu kita untuk meramalkan pekerjaan seseorang-

seseorangnya.

Di ujung ekstrtim lainnya, sebuah masyarakat yang tertutup sama sekali

adalah masyarakat dimana status sudah merupakan bawaan (ascribed) sejak lahir,

penyapu jalan melahirkan (calon) penyapu jalan, juru rawat melahirkan (calon)

juru rawat, pengemis melahirkan (calon) pengemis pula. Akan tetapi, dalam setiap

masyarakat terdapat suatu campuran antara prestasi dan askripsi, hubungan timbal

balik antara usaha sendiri dan keturunan adalah kompleks dan berubah-ubah.

Meskipun mobilitas sosial memungkinkan masyarkat untuk mengisi kursi

jabatan dengan orang yang paling ahli dan memberikan kesempatan bagi orang

Page 54: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

51

untuk mencapai tujuan hidupnya, namun mobilitas sosialpun mengakibatkan

konsekuensi-konsekuensi yang sebenarnya tidak diinginkan, seperti rasa

ketegangan pada pribadi yang berusaha untuk naik status, rasa ketidakpuasan akan

kegagalan, sikap angkuh dan sombong atas keberhasilan, rasa khawatir akan

turunnya status, dan secara sosial bisa memperlemah solidaritas kelompok sebagai

akibat dari dinamika antargolongan sosial dalam masyarakat. Hal ini relevan

dengan yang dikiemukakan oleh SPA Teamwork, (2005, h. 15) yang mengatakan

bahwa Ketika masyarakat yakin bahwa mereka memiliki cara hidup yang tak

ternilai harganya, mereka mengupayakan sarana untuk meneruskan cara hidup itu

kepada anak turunannya, dan hasrat inilah yang meningkat menjadi pendidikan

formal.

Tilaar, (2002, h. 6) mengemukakan Konteks pendidikan yang

transformative mempersiapkan individu-individu yang peka dengan

lingkungannya, inisiatif, dan terdorong untuk melakukan dinamika. Pedagogik

transformatif terhadap individu bukanlah sebagai suatu entity yang telah jadi,

tetapi yang sedang menjadi. Individu mempunyai peran emansipasif di dalam

kehidupan sosial budaya, termasuk melalui proses pendidikan dalam lingkungan

keluarga dan sekolah. Di dalamnya peranannya yang emansipatif tersebut maka

individu bukan hanya sebagai obyek dari perubahan sosial, tetapi sekaligus pula

berperan sebagai faktor dari pengubah dan pengarah dari perubahan sosial atau

agen of change (individu-individu pengubah).

Dalam masyarakat berkasta, bisa temui contoh-contoh ekstrim dari

konsekuensi-konsekuensi mobilitas sosial di atas, di sana perbedaan antara

golongan yang menduduki tingkat tertentu dalam masyarakat sangat menonjol

Page 55: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

52

sekali dengan garis pembatas yang jelas. Norma-norma, nilai dan gaya hidup dari

masing-masing kelompok juga sangat mencolok perbedaannya. Jadi menjadi hal

yang biasa pada seseorang, rasa kekhawatiran orang kasta atas timbul saat

posisinya terancam untuk turun ke kasta bawah. Bahkan orang kasta tertentupun

jika melakukan pelanggaran atas norma yang berlaku dengan serta merta akan

dikeluarkan dari kelompoknya dan dikucilkan oleh orang-orang sekasta bahkan

keluarga sendiri.

Dalam masyarakat yang struktur sosial dan politiknya menciptakan

kemungkinan mobilitas sosial yang tidak sehat akan lebih memperparah

konsekuensi nagatif atas proses dinamika sosial dan bahkan bisa menimbulkan

sebuah antagonisme sosial yang tinggi antarkelompok. Kemajuan teknologi

memang tidak menghilangkan ketidakadilan sosial, akan tetapi ia memperlemah

efeknya. Masyarkat modern adalah masyarakat yang kompleks, dimana

keragaman jenis pekerjaan yang berbeda-beda kepentingannya membawa

penghasilan yang tidak sama serta kondisi kerja yang tidak sama pula.

Di sini di tuntut harus memahami situasi ini secara jelas. Adalah mungkin

untuk menampilkan dua pandangan yang berbeda tentang evolusi masyarakat

industri. Pada satu pihak, bisalah ditunjukkan bahwa mereka bergerak ke arah

stratifikasi sosial yang kompleks, menuju diversifikasi pekerjaan dan jenis

pekerjaan, akan tetapi, di pihak lain kita dapat melukiskan suatu situasi yang

persis sebaliknya, penguburan garis-garis kelas yang ada dalam masyarakat.

Page 56: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

53

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1. Persepsi masyarakat terhadap tingkat pendidikan di Gampong Amarabu

Kecamatan Simeulue Cut Kabupaten Simelue sebagai berikut:

a. Pendidikan dipandang sebagai jalan bagi mobilitas sosial, untuk

mencapai kedudukan ke golongan yang lebih tinggi.

b. Pendidikan yang tinggi merupakan hal terpenting untuk memperoleh

ijazah karena perguruan tinggi masih dapat memberi perluasan

mobilitas, meskipun jaminan ijazah belum tentu meningkat untuk

status sosial.

c. Hampir pada umumnya dalam pandangan masyarakat luas memiliki

ijazah perguruan tinggi merupakan bukti akan kesanggupan

intelektualnya untuk menyelesaikan studinya

2. Masyarakat Amarabu melakukan mobilitas pendidikan dengan cara

menyisihkan penghasilan baik gaji maupun hasil panen dengan menabung

serta bagi yang berprestasi baik berupaya memperoleh beasiswa dari

pemerintah serta mengadakan pinjaman dari bank agar dapat memperluas

kesempatan bagi masyarakat dari golongan ekonomi rendah.

5.2 Saran

Bagi masyarakat Amarabu patut diberi apresiasi positif karena

meningkatnya antusias masyarakat dalam meningkatkan pendidikan, sehingga

Page 57: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

54

dengan sendirinya akan terjadi mobilitas sosial yang akan mengaburkan

kesenjangan antara golongan rendah dan golongan tinggi dalam masyarakat

Bagi pemerintah setempat hendaknya dapat membantu mewujudkan

apresiasi masyarakat dalam hal pendidikan dengan kebijakan-kebijakan

pemberian beasiswa bagi masyarakat Amarabu khususnya yang ingin melanjutkan

pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, mengingat pendidikan tinggi merupakan

syarat terpenting agar memperoleh pekerjaan.

Page 58: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

55

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, H. Abu. 2007, Sosiologi Pendidikan, Cet. II, Jakarta: Rineka Cipta

Abdullah Idi, 2011. Sosiologi Pendidikan, Jakarta : Rajawali Pers

Ary. H. Gunawan, 2000. Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta

David Jarry dan Julia Jary, Dictionary of Sociology, (The Harper Collins

Publisher)

Emzir. 2010. Metode penelitian kualitatif, analisis data. Jakarta: Rajawali pers

Hamalik, Oemar, 2005 Perencanaan Pegajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem,

cet V, Jakarta: Bumi Aksara

Idi, Abdullah., dan Toto Suharto, 2006, Revitalisasi Pendidikan Islam,

Yogyakarta: Tiara Wacana

Iman, Muis Sad, 2004, Pendidikan Partisipatif, Yogyakarta: Safiria Insania Press

Jalal, Faisal., dan Dedi Supriadi, 2001, Reformasi Pendidikan Dalam Konteks

Otonomi Daerah, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa

Maryati, Kun dan Juju Suryawati 2006, Sosiologi, Jilid II, Jakarta, Esis

Moloeng,lexy J. (2001). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Penerbit

Remaja Rosdakarya.

Nasution, S. 2004. Sosiologi Pendidikan. Jakarta, Bumi Aksara

Nazir. 2005. Metode penelitian.Bogor: Ghalia Indonesia

Nur Uhbiyati 2002, Ilmu Pendidikan, Cet.II, Jakarta: Rumka cipta

Pidarta, Made, 2000, Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak

Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta

Parsons, Talcott. 1970. Social Strurcture and Personality. London: The Free Press

Sanderson, Stephen K, 1995, Sosiologi Makro, Rajawali Press Jakarta.

Sarwono, Sarlito. 2001, Psikologi Sosial – Psikologi Kelompok dan Psikologi

Terapan, Cet. II, Jakarta: Balai Pustaka

Sugiyono 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung:

Alfabeta

Page 59: ANALISIS STATUS PENDIDIKAN TERHADAP MOBILITAS SOSIAL ...repository.utu.ac.id/441/1/I-V.pdf · dalam masyarakat itu yang didasarkan atas golongan sosial, kekayaan jabatan, kekayaan

56

Soekanto, Soerjono. 2000, Sosiologi Suatu Pengantar, Cet. Revisi VII, Jakarta: UI

Press

Suhartono, Suparlan, 2009, FIlsafat Pendidikan, Cet. IV, Jogjakarta: Ar-Ruzz

Media

Susanto, A. Budi, 2003, Identitas dan Poskolonialitas di Indonesia, Yogyakarta:

Kanisius

Thut, I.N., dan Don Adams, 2005, “Educational Pattern in Contemporary

Societies”, diterjemahkan oleh SPA Teamwork dengan judul Pola-pola

Pendidikan dalam Masyarakat Kontemporer – Seri Pendidikan

Perbandingan, Cet. I, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Tilaar, H.A.R, 2002, Perubahan Sosial dan Pendidikan: Pengantar Pedagogik

untuk Indonesia, Jakarta: Gramedia

Tilaar, 2003, Kekuasaan dan Pendidikan, Jakarta: Indonesia Tera

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistim

Pendidikan Nasional.

Yulaelawati, Ella, 2004, Kurikulum dan Pembelajaran. Filosofi, Teori, dan

Aplikasi, Bandung: Pakar Raya