analisis sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

Upload: teti-azril

Post on 07-Jul-2018

245 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    1/118

    ANALISIS SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN

    KESEHATAN KERJA DI PABRIK KELAPA SAWIT (PKS)

    TANJUNG MEDAN PTPN V PROVINSI RIAU

    T E S I S

    Oleh

    ZAMAAN TARIGAN067010023/KK

    SEKOLAH PASCASARJANA

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 

    MEDAN

    2008

    Zamaan Tarigan : Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Pabrik Kelapa Sawit (PKS)Tanjung Medan PTPN V Propinsi Riau, 2008USU Repository © 2008 

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    2/118

    ANALISIS SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN

    KESEHATAN KERJA DI PABRIK KELAPA SAWIT (PKS)

    TANJUNG MEDAN PTPN V PROVINSI RIAU

    TESIS

    Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)

    dalam Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Kekhususan Kesehatan

    Kerja pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

    Oleh

    ZAMAAN TARIGAN

    067010023/KK

    SEKOLAH PASCASARJANA

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 

    MEDAN

    2008

    Zamaan Tarigan : Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Pabrik Kelapa Sawit (PKS)Tanjung Medan PTPN V Propinsi Riau, 2008USU Repository © 2008 

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    3/118

    Judul Tesis : ANALISIS SISTEM MANAJEMEN

    KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

    DI PABRIK KELAPA SAWIT (PKS) TANJUNGMEDAN PTPN V PROVINSI RIAU

    Nama Mahasiswa : Zamaan Tarigan

    Nomor Pokok : 067010023

    Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat

    Kekhususan Kesehatan Kerja

    Menyetujui

    Komisi Pembimbing

    (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE) (Ir. Kalsum, M.Kes)

    Ketua Anggota

    Ketua Program Studi Direktur

    (Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc) 

    Tanggal lulus: 11 Desember 2008

    Zamaan Tarigan : Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Pabrik Kelapa Sawit (PKS)Tanjung Medan PTPN V Propinsi Riau, 2008USU Repository © 2008 

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    4/118

    Telah diuji pada

    Tanggal 11 Desember 2008

    PANITIA PENGUJI TESIS:

    Ketua : Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE

    Anggota : 1. Ir. Kalsum, M.Kes

    2. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM

    3. dr. Halinda, MKKK

    Zamaan Tarigan : Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Pabrik Kelapa Sawit (PKS)Tanjung Medan PTPN V Propinsi Riau, 2008USU Repository © 2008 

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    5/118

    Zamaan Tarigan : Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Pabrik Kelapa Sawit (PKS)Tanjung Medan PTPN V Propinsi Riau, 2008USU Repository © 2008 

    PERNYATAAN

    ANALISIS SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN

    KESEHATAN KERJA DI PABRIK KELAPA SAWIT (PKS)

    TANJUNG MEDAN PTPN V PROVINSI RIAU

    TESIS

    Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernahdiajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

    sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya yang pernah ditulis atau

    diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dandisebutkan dalam daftar pustaka.

    Medan, 13 Desember 2008

    (Zamaan Tarigan)

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    6/118

     

    ABSTRAK

    Penelitian ini mencoba memberikan jawaban tentang program-program

    apakah dari sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang telahdilaksanakan penyelia pengelola pabrik kelapa sawit Tanjung Medan, berapakah

     persentasi penggunaan alat pelindung diri yang dilaksanakan pekerja, dan lokasi kerja

    manakah yang paling sering terjadi kecelakaan kerja.Populasi penelitian ini adalah sebanyak 152 orang yaitu seluruh pekerja pada

     pabrik kelapa sawit Tanjung Medan Provinsi Riau. Penganalisaan permasalahandianalisis secara deskriptif, dilengkapi dengan penyajian dalam bentuk tabelfrekwensi tangensi.

    Hasil penelitian: Program sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerjatelah diterapkan di pabrik kelapa sawit Tanjung Medan seperti rekruitmen,

     pendidikan dan pelatihan, penyuluhan, penggunaan alat pelindung diri, papan peringatan/rambu-rambu kecelakaan kerja, sanksi dan penghargaan, sehingga

    diharapkan kinerja, keselamatan dan kesehatan kerja semakin meningkat. Namun segi

     pengontrolan masih kurang sehingga masih ditemukan kecelakaan kecil yang tidakmengakibatkan hilangnya hari kerja pekerja. Penggunaan alat pelindung diri seperti

     penggunaan helm sekitar 89,48%, sepatu boot dipakai 63,34% pekerja, sarung tangan

    dipakai 72,73% pekerja, penutup telinga dipakai 88,24% pekerja, penahan radiasikomputer dipakai 62,50% pekerja, penutup mulut dipakai 77,78% pekerja, pelindung

    dada dipakai 53,34% pekerja. Perlu disarankan  pengawasan yang baik seperti

     pengecekan penggunaan alat pelindung diri, perawatan berkala. Diperlukannya penyuluhan dari manajemen pabrik dengan mengadakan kursus dan mendatangkanahli keselamatan dan kesehatan kerja. Perlunya mendesain ulang bak penampungan

    tandan buah segar sesuai dengan volume, ketinggian bak penampungan, dan

     penambahan penerangan di lokasi, memperbaiki jaringan komputer/printer agar tidakada kabel yang terkelupas.

    Kata kunci: Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

    i

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    7/118

     

    ABSTRACT

    This research is trying to give solution about the proper programs safetymanagement system and health work which have been performed by the supervisor of

    Crude Palm Oil Factory Tanjung Medan, about the percentage of body protection

    usage which performed by workers, and which working location often suggest work

    accidents.The population of this research were 152 people from all workers in Crude

    Palm Oil Factory Tanjung Medan. The analysis of the problems established

    descriptively, completed with tangency frequency table form presentation.Research result: the program ofa safety management and health work program

    have been applied in Crude Palm Oil Factory Tanjung Medan, such as recruitment,education and training, counseling, the body protection usage, caution board/workaccident fringes, sanction and reward, therefore the performance, safety and health

    work increased better. Nevertheless the controlling aspect still minor therefore, there

    is small accident, which cause the loss of working days of the workers. The body protection usage such as helmet about 89,46%, boot usage 63,34%, hand gloves use

     by 72,73%, ear covering use by 88,24% workers, the computer radiation inhibitor use

     by 62,50% workers, mouth masker use by 77,78% workers, chest covering use by

    53,34% workers. It is suggested that good supervision such as checking on body protection, periodic maintenance. It need counseling from factory management by

    established course and invites the safety and health work specialist. The necessities to

    redesign the relocation basin of fresh palm oil suitable to the volume, the height ofthe relocation basin, and addition light in location, repair computer/network in order

    to hinder uncovered cables.

    Keywords: The Safety Management and Health Work System

    ii

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    8/118

     

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas keyakinan, kesehatan

    dan kesempatan yang telah diberikan-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan, dalam

    rangka menempuh salah satu syarat guna memperoleh gelar Magister Kesehatan pada

    Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Kekhususan Kesehatan Kerja Sekolah

    Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

    Selesainya Penulisan tesis ini tidak terlepas dari dukungan dan bimbingan

     berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

    1.  Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K), Rektor Universitas

    Sumatera Utara Medan, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

    untuk mengikuti pendidikan di Sekolah Pascasarjana USU Medan.

    2.  Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa. B, MSc, sebagai Direktur Sekolah Pascasarjana

    USU Medan dan Bapak Wakil Direktur SPs USU yang telah memberikan

    kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Magister USU Medan

    Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Kekhususan Kesehatan Kerja.

    3.  Bapak Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM. Ketua Program Studi Ilmu

    Kesehatan Masyarakat Kekhususan Kesehatan Kerja Sekolah Pascasarjana USU

    Medan.

    4.  Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE dan Ibu Ir. Kalsum, M.Kes yang

     bersedia menjadi ketua dan anggota komisi pembimbing serta telah memberikan

    iii

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    9/118

     

    masukan dan arahan sangat banyak dan bermanfaat bagi penulis sehingga

     penelitian tesis ini dapat diselesaikan.

    5.  Bapak Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM dan Ibu dr. Halinda, MKKK yang

     bersedia menjadi penguji serta telah memberikan masukan dan arahan sangat

     banyak dan bermanfaat.

    6.  Bapak Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, dr. Candra Syafie,

    SpOG yang memberikan tugas belajar ke Universitas Sumatera Utara.

    7.  Buat isteriku tercinta Rosmawati, SKM dan putra/iku tersayang, Rian Maulana

    Tarigan, Ayu Permatasari br Tarigan, dan Fauzi Maulia Tarigan yang dengan

    sabar mendampingi penulis sejak mulai kuliah hingga selesainya penulisan tesis

    ini.

    8.  Buat orang tuaku, Alm H. Abd Manan Tarigan dan Hj. Zamiah br Ginting yang

    memberikan dorongan dan bantuan baik dalam bentuk moral dan material

    selama penulis mengikuti pendidikan.

    9.  Kawan-kawan Mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat Sekolah Pascasarjana

    USU angkatan 2006 yang memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis.

    10.  Pegawai Biro Administrasi Sekolah Pascasarjana USU Medan yang telah

    memperlancar administrasi selama penulis menempuh pendidikan.

    iv

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    10/118

     

    Dengan segala kerendahan hati, tulisan ini masih banyak kekurangan, namun

     penulis berharap dapat memberikan manfaat sebagai bahan referensi, pengambilan

    kebijakan dalam perencanaan kesehatan masyarakat serta untuk keperluan

     pengembangan ilmu pengetahuan.

    Medan, Desember 2008

    Zamaan Tarigan

    Penulis

    v

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    11/118

     

    RIWAYAT HIDUP

    Zamaan Tarigan, lahir di Belawan, 29 Agustus 1964, anak ke 1 (satu) dari

    Bapak Alm H. Abd Manan Tarigan dan Hj. Zamiah br Ginting.

    Riwayat pendidikan penulis dimulai dari SD Alwashliyah Belawan, SMP

    Alwashliyah Begawan, SMA N Labuhan Deli, Fakultas Kedokteran Universitas

    Islam Sumatera Utara. Tahun 2006 penulis mengikuti pendidikan Sekolah

    Pascasarjana USU Medan Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Kekhususan

    Kesehatan Kerja.

    Bekerja sebagai Kepala Puskesmas Kuta Buluh Kabupaten Dairi pada tahun

    1997 hingga 2000, tahun 2000 – 2006 sebagai kepala UPTD Kesehatan Kecamatan

    Lau Baleng. Tahun 2006-2007 staf Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang,

    tahun 2007 sebagai Staf Penginderaan dan Pencegahan Penyakit.

    vi

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    12/118

     

    DAFTAR ISI

    Halaman

    ABSTRAK ..................................................................................................... iABSTRACT ..................................................................................................... ii

    KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii

    RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... viDAFTAR ISI.................................................................................................... vii

    DAFTAR TABEL............................................................................................ ixDAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x

    BAB 1 PENDAHULUAN---------------------------------------------------- 1

    1.1. Latar Belakang --------------------------------------------------- 1

    1.2. Permasalahan----------------------------------------------------- 7

    1.3. Tujuan Penelitian ----------------------------------------------- 8

    1.4. Manfaat Penelitian----------------------------------------------- 9

    1.5. Batasan Penelitian ----------------------------------------------- 9

    BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ------------------------------------------- 11

    2.1 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kecelakaan Kerja

    (SMK3) ----------------------------------------------------------- 11

    2.2 Penyebab Kecelakaan Kerja ------------------------------------ 30

    2.3 Pabrik Kelapa Sawit --------------------------------------------- 35

    2.4 Lokasi Kecelakaan----------------------------------------------- 39

    2.5 Identifikasi Sumber Bahaya, Penilaian dan Pengendalian

    Resiko ------------------------------------------------------------- 41

    2.5 Tenaga Kerja ----------------------------------------------------- 42

    2.6 Alat Pelindung Diri ---------------------------------------------- 45

    vii

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    13/118

     

    BAB 3. METODE PENELITIAN ------------------------------------------ 47

    3.1. Jenis Penelitian -------------------------------------------------- 47

    3.2. Tempat dan Waktu----------------------------------------------- 47

    3.3. Populasi dan Sampel -------------------------------------------- 48

    3.4. Pengumpulan Data----------------------------------------------- 48

    3.5. Informan Penelitian --------------------------------------------- 49

    3.6. Variabel Penelitian ---------------------------------------------- 50

    3.7. Definisi Operasional -------------------------------------------- 50

    3.8. Pelaksanaan Penelitian ------------------------------------------ 51

    3.9. Analisa Data------------------------------------------------------ 53

    BAB 4. GAMBARAN UMUM ---------------------------------------------- 54

    4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian --------------------------- 54

    4.2. Pabrik Kelapa Sawit Tanjung Medan-------------------------- 55

    BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN ------------------------------------- 64

    5.1. Gambaran Umum Responden ---------------------------------- 64

    5.2. SMK3 ------------------------------------------------------------- 70

    5.3. Pengaruh SMK3 ------------------------------------------------- 89

    BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ------------------------------------ 100

    6.1. Kesimpulan------------------------------------------------------- 100

    6.2. Saran -------------------------------------------------------------- 100

    DAFTAR PUSTAKA--------------------------------------------------------- 102

    viii

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    14/118

     

    DAFTAR TABEL

    Nomor Judul Halaman

    5.1. Distribusi Umur Responden.............................................. 64

    5.2. Distribusi Tingkat Pendidikan Responden......................... 66

    5.3. Distribusi Besar Tanggungan Responden.......................... 67

    5.4. Distribusi Lama Bermukim Responden............................. 68

    5.5. Distribusi Lama Bekerja................................................... 69

    5.6. Rekapitulasi Penggunaan Alat Pelindung Diri

    Berdasarkan Lokasi Kerja.................................................

     

    76

    5.7. Jawaban Responden terhadap SMK3 PKS Tanjung Medan 87

    5.8. Identifikasi Bahaya Potensial, Usulan/Pemecahan/Rekomendasi....................................................................

     90

    5.9. Kecelakaan Kerja yang Mengakibatkan Hilangnya HariKerja Tahun 2005.............................................................

     94

    5.10. Kecelakaan Kerja yang Mengakibatkan Hilangnya Hari

    Kerja Tahun 2006.............................................................

     

    95

    5.11. Kecelakaan Kerja yang Mengakibatkan Hilangnya Hari

    Kerja Tahun 2007.............................................................

     

    96

    ix

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    15/118

     

    x

    DAFTAR GAMBAR

    Nomor Judul Halaman

    4.1. Struktur Organisasi PKS Tanjung Medan......................... 57

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    16/118

     

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1.  Latar Belakang

    Pembangunan nasional sedang memasuki era industrialisasi dan globalisasi

    yang ditandai dengan semakin berkembangnya perindustrian dengan

    mendayagunakan tekhnologi tinggi, sehingga diperlukan peningkatan kualitas

    sumberdaya manusia serta pelaksanaan yang konsisten dari Sistem Manajemen

    Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

    Pasal 86 ayat 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 menyatakan bahwa

    upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan jaminan

    keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh dengan cara

     pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat

    kerja, promosi kesehatan, pengobatan, dan rehabilitasi.

    Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja bertujuan

    untuk menciptakan kondisi lingkungan kerja yang aman, selamat dan nyaman, serta

    terbebas dari resiko bahaya yang mungkin timbul dan pada gilirannya perusahaan

    akan memperoleh pekerja yang sehat dan produktif (Depnaker RI, 2000).

    Pertimbangan diterapkannya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

    Kerja (SMK3) yang tercantum dalam Permennaker No. 05/MEN/1996 adalah:

      1

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    17/118

    2

    1.  Bahwa terjadinya kecelakaan di tempat kerja sebagian besar disebabkan oleh

    faktor manusia dan sebagian kecil oleh faktor teknis,

    2.  Bahwa untuk menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja maupun

    orang lain yang berada di tempat kerja, serta sumber produksi, proses

     produksi dan lingkungan kerja dalam keadaan aman, maka perlu penerapan

    SMK3,

    3.  Bahwa dengan penerapan SMK3 dapat mengantisipasi hambatan teknis dalam

    era globalisasi perdagangan.

    Tahapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja meliputi 4

    kegiatan antara lain (1) perencanaan identifikasi bahaya, penilaian, pengendalian

    resiko; (2) perundang-undangan, seluruh undang-undang dan peraturan-peraturan

    yang berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja; (3) tujuan/sasaran

    manajemen, (4) indikator kerja. Keempat hal tersebut yang dituangkan dalam

     perencanaan SMK3 perusahaan (Tunggal S.W, 1996).

    Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di sektor industri masih belum

    menunjukkan hasil yang diharapkan, hal ini terindikasi dari tingkat kecelakaan kerja

    yang relatif masih tinggi. Tingginya angka kecelakaan ini umumnya terjadi pada

    industri skala menengah dan kecil, sedangkan pada industri besar dan strategis

    lainnya pelaksanaan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja umumnya cukup

     baik dan angka kecelakaan relatif kecil karena didukung oleh kemampuan

    sumberdaya manusia dan dana yang tersedia.

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    18/118

    3

    Agar kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja tidak terjadi, maka perlu

    dilakukan berbagai upaya pengendalian yang efektif dan efisien melalui penerapan

     program K3 yang berkesinambungan. Namun pengendalian secara teknis tekhnologi

     pada sumber bahaya itu sendiri yang paling efektif (Siswanto, 1983).

    Sesuai dengan Pasal 2 Permennaker No. 05/MEN/1996, tujuan dan sasaran

     penerapan SMK3 adalah menciptakan suatu sistem K3 di tempat kerja dengan

    melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang

    terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat

    kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

    Di Indonesia disadari bahwa pelanggaran tentang norma K3 masih sering

    ditemukan di lapangan. Salah satu akibat yang ditimbulkan pelanggaran tersebut

    adalah kasus kecelakaan kerja pada tahun 2000 sebanyak 66.367 kasus, kecelakaan

    kerja yang mengakibatkan meninggal dunia sebanyak 4.142 orang, luka berat atau

    cacat 20.970 orang (Ichsan, 2002). Menurut data Departemen Tenaga Kerja dan

    Transmigrasi menunjukkan bahwa di Indonesia selama tahun 2001 setiap harinya

    terjadi 17 orang meninggal dunia di tempat kerja (Depnaker RI, 2000).

    Perusahaan yang beroperasi di Indonesia belum menerapkan program K3, hal

    ini dapat dilihat dari sekitar 169.000 perusahaan yang terdaftar, serta 25.000

     perusahaan dengan jumlah karyawan di atas 100 orang, ternyata yang meraih

     penghargaan zero accident  hanya 66 perusahaan (Santoso, 2002).

    Kondisi nihil kecelakaan atau zero accident  tidak dapat tercapai tanpa diiringi

     penerapan yang benar dan jujur terhadap Sistem Manajemen Keselamatan dan

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    19/118

    4

    Kesehatan Kerja, bahkan pada perusahaan yang mendapat sertifikat bendera emas

    masih terjadi kecelakaan (Subroto, 2001).

    Dalam penerapan kebijakan SMK3 berdasarkan Pasal 4 ayat 1 Permennaker

     No. 05/MEN/1996, perusahaan wajib melaksanakan ketentuan sebagai berikut:

    a.  Menetapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap penerapan

    SMK3.

     b.  Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan K3.

    c.  Menerapkan kebijakan K3 secara efektif dengan mengembangkan

    kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk mencapai

    kebijakan, tujuan dan sasaran K3.

    d.  Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja K3 serta melakukan tindakan

     perbaikan dan pencegahan.

    e.  Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan SMK3 secara

     berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja K3.

    Menurut H.W Heinrich et. al  (1980) bahwa sekitar 80% kecelakaan kerja

    disebabkan oleh perbuatan yang tidak aman (unsafe action) dan hanya 20% oleh

    kondisi yang tidak aman (unsafe condition), sehingga pengendaliannyapun harus

     bertitik tolak dari perbuatan yang tidak aman dalam hal ini adalah perilaku manusia.

    Pendapat tersebut selaras dengan modul pembinaan operasional Panitia

    Pembina Kesehatan Keselamatan Kerja (P2K3) bahwa perbuatan berbahaya biasanya

    disebabkan oleh: (1) kekurangan pengetahuan, keterampilan dan sikap; (2) keletihan

    atau kebosanan; (3) cara kerja manusia tidak sepadan secara ergonomis; (4) gangguan

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    20/118

    5

     psikologis; (5) pengaruh sosial-psikologis. Begitu juga untuk penyebab penyakit

    akibat kerja yang disebabkan oleh berbagai faktor antara lain: (1) faktor biologis;

    (2) faktor kimia termasuk debu dan uap logam; (3) faktor fisik termasuk kebisingan/

    getaran, radiasi, penerangan, suhu dan kelembaban; (4) faktor psikologis karena

    tekanan mental/stress.

    Pekerja pada industri pabrik kelapa sawit Tanjung Medan Provinsi Riau tidak

    terlepas dari kecelakaan kerja, namun kecelakaan yang terjadi secara umum tidak

    menyebabkan terganggunya hari kerja di lingkungan pabrik tersebut, berdasarkan

    survey awal kecelakaan yang sering terjadi adalah para pekerja terkena duri buah

    segar kelapa sawit di mana pada saat menurunkan serta memasukkannya ke dalam

    lori, pekerja yang tidak menggunakan sarung tangan atau yang memakai sarung

    tangan yang tidak standar selalu tertusuk duri buah kelapa sawit. Demikian halnya

     pekerja pada bagian pembongkaran tandan buah segar (TBS) yang menurunkan

    tandan buah segar sering tertimpa, kecelakaan lainnya adalah terkena uap pemanasan

     buah pada bagian perebusan.

    Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada pabrik

    kelapa sawit ini ditunjukkan dari sebahagian besar pekerja yang bekerja pada pabrik

    kelapa sawit Tanjung Medan Provinsi Riau telah menggunakan alat pelindung diri

    seperti sarung tangan, sepatu bot, penutup telinga, anti radiasi pada layar komputer,

    namun pada beberapa orang pekerja penggunaan alat pelindung diri ini sering tidak

    digunakan karena dianggap mengurangi kecekatannya bekerja (kurang bebas

     bergerak).

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    21/118

    6

    Demikian halnya di area pabrik kelapa sawit Tanjung Medan juga telah

    dilengkapi dengan rambu-rambu K3 di hampir seluruh bagian dari pabrik kelapa

    sawit, di samping rambu-rambu K3 pada lokasi pabrik juga telah tersedia peralatan

    tanggap darurat seperti alat pemadam kebakaran, karung basah, alat P3K yang

    keseluruhan peralatan tersebut ditempatkan di tempat yang mudah terjangkau para

     pekerja.

    Seluruh persiapan keselamatan kerja tersebut merupakan bagian dari

    kebijakan K3 yang telah diterapkan di lingkungan pabrik kelapa sawit Tanjung

    Medan. Namun pada survey awal di lokasi pabrik masih juga ditemukan pekerja yang

    yang mengalami gangguan kesehatan akibat kerja antara lain, selama tahun 2006

    terdapat 3 kecelakaan kerja seperti 1 kasus kaki pekerja tertimpa tandan buah segar,

    1 kasus pekerja tertusuk duri tandan buah segar, 1 kasus tangan pekerja terkena uap

    air panas. Kecelakaan kerja tahun 2007 menurun menjadi 2 kasus meliputi, 1 kasus

    tertimpa tandan buah segar dan 1 kasus terkena arus pendek printer (PKS Tanjung

    Medan, 2008).

    Fokus dari penelitian ini dan yang dialami oleh pabrik kelapa sawit Tanjung

    Medan dalam menerapkan sistem keselamatan dan kesehatan kerja adalah:

    1.  Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja masih tergantung dari

     penyelia pengelola perusahaan.

    2.  Penggunaan alat pelindung diri masih belum dapat dilakukan sesuai dengan

    yang diharapkan.

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    22/118

    7

    3.  Lokasi kecelakaan kerja yang relatif sama, di mana hal ini selayaknya dapat

    diatasi dengan mempelajari kejadian-kejadian sebelumnya.

    4.  Belum ditanganinya sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja oleh

    tenaga ahli yang berpengalaman.

    5.  Tidak disediakannya waktu khusus bagi pekerja untuk mengikuti pendidikan

    dan penyuluhan SMK3.

    6.  Tidak disediakan perusahaan dana untuk pembelian alat pelindung diri secara

    lengkap dan dibagikan secara berkala pada para pekerja.

    Untuk dapat mengidentifikasi faktor penyebab kecelakaan dan gangguan

    kesehatan akibat kerja di lingkungan pabrik kelapa sawit, maka diperlukan suatu

     penelitian yang lebih komprehensif.

    1.2.  Permasalahan 

    Berdasarkan latar belakang di atas diketahui bahwa pada banyak perusahaan

    masalah pencegahan kecelakaan dan kesehatan kerja telah direncanakan dalam

     program kebijakan K3, namun pada kenyataannya kebijakan K3 tersebut banyak yang

    tidak dilakukan dengan baik dan benar yang berakibat terjadinya kecelakaan dan

    terganggunya kesehatan kerja para pekerja pada perusahaan tersebut. Bahkan pada

     perusahaan penerima bendera emas masalah terganggunya kesehatan kerja sering

    terjadi namun karena program kebijakan K3 telah berjalan dengan baik sehingga

    tingkat resiko kecelakaan dan kesehatan kerja dapat diminimalisir sehingga tidak

    mengakibatkan hilangnya hari kerja di sekitar perusahaan tersebut. Berdasarkan

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    23/118

    8

    keadaan tersebut serta fokus penelitian di atas maka diperlukan penelitian tentang

    SMK3 di lingkungan pabrik kelapa sawit Tanjung Medan Provinsi Riau dengan

     permasalahan:

    1.  Program-program apakah dari sistem manajemen keselamatan dan kesehatan

    kerja yang telah dilaksanakan di pabrik kelapa sawit Tanjung Medan.

    2.  Berapakah persentasi penggunaan alat pelindung diri yang dilaksanakan

     pekerja, dibandingkan dengan target penggunaan yang diharapkan.

    3.  Lokasi kerja manakah yang paling sering terjadi kecelakaan kerja.

    1.3.  Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah:

    1.  Untuk menganalisis program-program apakah dari sistem manajemen

    keselamatan dan kesehatan kerja yang telah dilaksanakan penyelia pengelola

     pabrik kelapa sawit Tanjung Medan.

    2.  Untuk menganalisis persentasi penggunaan alat pelindung diri yang

    dilaksanakan pekerja, dibandingkan dengan target penggunaan yang

    diharapkan.

    3.  Untuk menganalisis lokasi kerja manakah yang paling sering terjadi

    kecelakaan kerja.

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    24/118

    9

    1.4.  Manfaat Penelitian

    Manfaat dari penelitian ini adalah manfaat untuk:

    1.  Ilmu pengetahuan, sebagai bahan masukan untuk pengembangan wahana

    ilmu pengetahuan tentang program Sistem Manajemen Keselamatan dan

    Kesehatan Kerja (SMK3) terhadap pencegahan kecelakaan kerja pada pekerja,

    serta lokasi kerja yang selalu terjadi kecelakaan di lingkungan pabrik kelapa

    sawit Tanjung Medan Provinsi Riau.

    2.  Masyarakat, sebagai informasi tentang program Sistem Manajemen

    Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang diterapkan terhadap

     pencegahan kecelakaan kerja pada pekerja pabrik kelapa sawit serta lokasi

    kerja yang sering terjadi kecelakaan.

    3.  Pemerintah, sebagai bahan pertimbangan dalam rangka kebijakan

     penanggulangan penyebab kecelakaan kerja pada pabrik kelapa sawit.

    1.5.  Batasan Penelitian

    Penelitian ini akan dilakukan pada pabrik kelapa sawit Tanjung Medan

    Provinsi Riau, meliputi:

    1.  Komitmen dan Kebijakan; dikelolanya divisi K3 pada Ast Pengendali Mutu.

    2.  Perencanaan, direncanakannya pelatihan/penyuluhan serta pemberian

     penghargaan dan hukuman.

    3.  Penerapan, rekruitmen, pelatihan dan pendidikan, penyuluhan, Alat pelindung

    diri, pengumuman peringatan, penghargaan dan sanksi, perawatan peralatan.

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    25/118

    10

    4.  Pengukuran dan evaluasi, perbaikan kegiatan penerimaan TBS, penerangan.

    5.  Tinjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen.

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    26/118

     

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1  Sistem Manajemen Keselamatan dan Kecelakaan Kerja (SMK3)

    Masalah keselamatan dan kecelakaan kerja kerja pada umumnya sama tua

    dengan kehidupan manusia. Demikian juga keselamatan kerja dimulai sejak manusia

     bekerja. Manusia purba mengalami kecelakaan-kecelakaan kerja, dan dari padanya

     berkembang pengetahuan tentang bagaimana agar kecelakaan tidak berulang

    (Suma’mur, 1987).

    Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang disebut SMK3

    adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi: struktur

    organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber

    daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan

     pemeliharaan kebijakan K3 dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan

    kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.

    Secara filosofi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu

     pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah

    maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil

    karya dan budayanya menuju masyarakat adil dan makmur (Depnaker RI, 1993).

    Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan mesin,

     pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan

    11

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    27/118

    12

    lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Di mana sasaran keselamatan

    kerja adalah segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air,

    di dalam air, maupun di udara (Suma’mur, 1987).

    Menurut Maimum (2004), kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang

     berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena

    hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat

    dari rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau

    wajar dilalui.

    Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Pasal 23 tentang Kesehatan

    disebutkan bahwa kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas

    kerja secara optimal, meliputi pelayanan kesehatan pencegahan penyakit akibat kerja.

    Pelaksanaan produktivitas kerja maksimum dibutuhkan faktor pendukung

    antara lain kesehatan pekerja. Adapun tujuan dari diselenggarakannya upaya

    kesehatan kerja dalam suatu industri antara lain:

    1.  Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan

    untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi dan produktivitas.

    2.  Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.

    3.  Memelihara dan mempergunakan sumber produksi secara aman dan efisien

    (Sama’mur, 1992).

    Secara aspek juridis keselamatan dan kesehatan kerja merupakan upaya

     perlindungan bagi keselamatan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan di tempat

    kerja dan melindungi keselamatan setiap orang yang memasuki tempat kerja, serta

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    28/118

    13

    agar sumber produksi dapat dipergunakan secara aman dan efisien (Soemaryanto,

    2002).

    Secara aspek teknis keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah ilmu

     pengetahuan dan penerapan mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

    Penerapan K3 dijabarkan ke dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan

    kerja yang disebut SMK3 (Soemaryanto, 2002).

    Menurut Dewi (2006), dalam hubungan kondisi-kondisi dan situasi

    di Indonesia, keselamatan kerja adalah sarana utama dalam pencegahan penyakit,

    cacat dan kematian yang disebabkan oleh penyakit akibat hubungan kerja.

    Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja.

    Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan komponen dasar

    kebijakan manajemen yang akan memberi arah bagi setiap pertimbangan yang

    menyangkut aspek operasional dari kualitas, volume dan hubungan kerja

    (Muhammad, 2005).

    Ditinjau dari aspek yuridis K3 adalah upaya perlindungan bagi keselamatan

    tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan di tempat kerja dan melindungi keselamatan

    setiap orang yang memasuki tempat kerja, serta agar sumber produksi dapat

    dipergunakan secara aman dan efisien, jika ditinjau dari efek teknis K3 adalah ilmu

     pengetahuan dan penerapan mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

    Penerapan K3 dijabarkan ke dalam sistem manajemen yang disebut SMK3

    (Soemaryanto, 2002).

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    29/118

    14

    Menurut Tunggal S.W (1996), Tahapan Kebijakan Keselamatan dan

    Kesehatan Kerja memiliki beberapa tahapan antara lain:

    1.  Perencanaan Identifikasi Bahaya, Penilaian, dan Pengendalian Resiko.

    Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko dari kegiatan produk

     barang dan atau jasa harus dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana

    untuk memenuhi kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja, karenanya harus

    dipelihara dan ditetapkan prosedurnya.

    2.  Peraturan Perundangan dan Peraturan Lainnya

    Organisasi harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk inventarisasi

    dan pemahaman keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan kegiatan

    organisasi yang bersangkutan. Manajemen organisasi juga harus menjelaskan

     peraturan perundangan dan persyaratan lainnya kepada setiap tenaga kerja.

    3.  Tujuan dan Sasaran Manajemen

    Tujuan dan sasaran kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja ditetapkan

    oleh organisasi sekurang-kurangnya harus memenuhi kualifikasi sebagai

     berikut:

    a.  Dapat diukur,

     b.  Satuan/indikator pengukuran,

    c.  Sasaran pencapaian,

    d.  Jangka waktu pencapaian.

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    30/118

    15

    4.  Indikator Kerja

    Dalam menetapkan tujuan dan sasaran kebijakan keselamatan dan kesehatan

    kerja organisasi harus menggunakan indikator yang dapat diukur sebagai

     penilaian kinerja keselamatan dan kesehatan kerja yang sekaligus merupakan

    informasi mengenai keberhasilan pencapaian Sistem Manajemen K3.

    Kecelakaan yang didefinisikan sebagai kejadian yang tidak diinginkan yang

    mengakibatkan kerugian fisik (Physical harm) atas orang atau kerusakan atas milik

    atau harta benda ( property). Kecelakaan terjadi adalah sebagai akibat dari kontak

    dengan sumber energi (kinetik, kimia, dan panas) yang melebihi nilai ambang batas.

    Sedangkan kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan

    akibat dari kerja (Notoadmojo S, 1996).

    Sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER.05/MEN/1996

    disebutkan bahwa: kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah suatu

     pernyataan tertulis yang dibuat melalui proses konsultasi antara pengurus dan wakil

    tenaga kerja yang memuat keseluruhan tujuan perusahaan, komitmen dan tekad

    melaksanakan K3, kerangka dan program kerja perusahaan yang bersifat umum dan

    operasional. Kebijakan ini ditanda tangani oleh pengusaha dan atau pengurus.

    Untuk pembuktian penerapan SMK3 perusahaan dapat melakukan audit

    melalui badan audit yang ditunjuk menteri (Pasal 5 ayat 1 PER.05/MEN/1996).

    Unsur-unsur audit SMK3 meliputi:

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    31/118

    16

    a.  Pembangunan dan pemeliharaan komitmen,

    Pengurus harus menunjukkan kepemimpinan dan komitmen terhadap K3

    dengan menyediakan sumberdaya yang memadai. Pengusaha dan pengurus

     perusahaan harus menunjukkan komitmen terhadap K3 yang diwujudkan

    dalam:

    1.  Menempatkan organisasi K3 pada posisi yang dapat menentukan

    keputusan perusahaan,

    2.  Menyediakan anggaran, tenaga kerja yang berkualitas dan sarana-sarana

    lain yang diperlukan di bidang K3,

    3.  Menetapkan personil yang mempunyai tanggung jawab, wewenang dan

    kewajiban yang jelas dalam penanganan K3,

    4.  Perencanaan K3 yang terkoordinasi,

    5.  Melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan K3.

    Beberapa hal tentang pembangunan dan pemeliharaan komitmen antara lain:

    1.  Adanya kebijakan K3 yang tertulis, bertanggal dan secara jelas

    menyatakan tujuan-tujuan K3 dan komitmen perusahaan dalam

    memperbaiki kinerja K3,

    2.  Kebijakan yang ditanda tangani oleh pengusaha dan atau pengurus,

    3.  Kebijakan disusun oleh pengusaha dan atau pengurus setelah melalui

     proses konsultasi dengan wakil tenaga kerja,

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    32/118

    17

    4.  Perusahaan mengkomunikasikan kebijakan K3 kepada seluruh tenaga

    kerja, tamu, kontraktor, pelanggan dan pemasok dengan tata cara yang

    tepat,

    5.  Apabila diperlukan, kebijakan khusus dibuat untuk masalah K3 yang

     bersifat khusus,

    6.  Kebijakan K3 dan kebijakan khusus lainnya ditinjau ulang secara berkala

    untuk menjamin bahwa kebijakan tersebut mencerminkan dengan

     perubahan yang terjadi dalam peraturan perundangan.

     b.  Strategi pendokumentasian

    Pendokumentasian merupakan unsur utama dari setiap sistem manajemen dan

    harus dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Proses dan prosedur

    kegiatan perusahaan harus ditentukan dan didokumentasikan serta

    diperbaharui apabila diperlukan. Perusahaan harus dengan jelas menentukan

     jenis dokumen dan pengendaliannya yang efektif.

    Pendokumentasian SMK3 didukung kesadaran tenaga kerja dalam rangka

    mencapai tujuan K3 dan evaluasi terhadap sistem kinerja K3. Bobot dan mutu

     pendokumentasian ditentukan oleh kompleksitas kegiatan perusahaan.

    Apabila unsur SMK3 terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan

    secara menyeluruh, maka pendokumentasian SMK3 harus diintegrasikan

    dalam keseluruhan dokumen yang ada. Perusahaan harus mengatur dan

    memelihara kumpulan ringkasan pendokumentasian untuk:

    1  Menyatukan secara sistematis kebijakan tujuan dan sasaran K3,

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    33/118

    18

    2  Menguraikan sarana pencapaian tujuan dan sasaran K3,

    3  Mendokumentasikan peranan, tanggung jawab dan prosedur,

    4  Memberikan arahan mengenai dokumen yang terkait dan menguraikan

    unsur-unsur lain dari sistem manajemen perusahaan,

    5  Menunjukkan bahwa unsur-unsur SMK3 yang sesuai untuk perusahaan

    telah diterapkan.

    Perencanaan dan rencana strategi K3 meliputi:

    1  Petugas yang berkompoten telah mengidentifikasi dan menilai potensi

     bahaya dan risiko K3 yang berkaitan dengan operasi,

    2  Perencanaan strategi K3 perusahaan telah ditetapkan dan diterapkan untuk

    mengendalikan potensi bahaya dan resiko K3 yang telah terindentifikasi

    yang berhubungan dengan operasi,

    3  Rencana khusus yang berkaitan dengan produk, proses proyek atau tempat

    kerja tertentu telah dibuat,

    4  Rencana didasarkan pada potensi bahaya dan insiden, serta catatan K3

    sebelumnya,

    5  Rencana tersebut menetapkan tujuan K3 perusahaan yang dapat diukur,

    menetapkan prioritas dan menyediakan sumber daya.

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    34/118

    19

    c.  Peninjauan ulang disain dan kontrak

    Peninjauan ulang disain dan kontrak meliputi:

    1  Prosedur yang terdokumentasi mempertimbangkan identifikasi bahaya dan

     penilaian risiko yang dilakukan pada tahap melakukan perancangan atau

     perancangan ulang,

    2  Prosedur dan instruksi kerja untuk penggunaan produk, pengoperasian

    sarana produksi dan proses yang aman disusun selama tahap perancangan,

    3  Petugas yang kompoten telah ditentukan untuk melakukan verifikasi

     bahwa perancangan memenuhi persyaratan K3 yang ditetapkan,

    4  Semua perubahan dan modifikasi perancangan yang mempunyai implikasi

    terhadap K3 diidentifikasikan, didokumentasikan, ditinjau ulang dan

    disetujui oleh petugas yang berwenang sebelum pelaksanaan,

    5  Prosedur yang terdokumentasi harus mampu mengidentifikasi dan menilai

     potensi bahaya K3 tenaga kerja, lingkungan dan masyarakat, di mana

     prosedur tersebut digunakan pada saat memasok barang dan jasa dalam

    suatu kontrak,

    6  Identifikasi bahaya dan penilaian risiko dilakukan pada tahap tinjauan

    ulang kontrak oleh personil yang berkompoten,

    7  Kontrak-kontrak ditinjau ulang untuk menjamin bahwa pemasok dapat

    memenuhi persyaratan K3 bagi pelanggan,

    8  Catatan tinjauan ulang kontrak dipelihara dan didokumentasikan.

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    35/118

    20

    d.  Pengendalian dokumen

    Perusahaan harus menjamin bahwa:

    1  Dokumen dapat diidentifikasi sesuai dengan uraian tugas dan tanggung

     jawab di perusahaan,

    2  Dokumen ditinjau ulang secara berkala dan, jika diperlukan dapat direvisi,

    3  Dokumen sebelum diterbitkan harus lebih dahulu disetujui oleh personil

    yang berwenang,

    4  Dokumen versi terbaru harus tersedia di tempat kerja yang dianggap perlu,

    5  Semua dokumen yang telah usang harus segera disingkirkan,

    6  Dokumen mudah ditemukan, bermanfaat dan mudah dipahami.

    e.  Pembelian

    Spesifikasi pembelian barang dan jasa meliputi:

    1  Terdapat prosedur yang terdokumentasi yang dapat menjamin spesifikasi

    teknik dan informasi lain yang relevan dengan K3 telah diperiksa sebelum

    keputusan untuk membeli,

    2  Spesifikasi pembelian untuk setiap sarana produksi, zat kimia atau jasa

    harus dilengkapi spesifikasi yang sesuai dengan persyaratan K3

    dicantumkan dalam spesifikasi yang sesuai dengan persyaratan peraturan

     perundangan dan standar K3 yang berlaku,

    3  Konsultasi dengan tenaga kerja yang potensial berpengaruh pada saat

    keputusan pembelian dilakukan apabila persyaratan K3 dicantumkan

    dalam spesifikasi pembelian,

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    36/118

    21

    4  Kebutuhan pelatihan, pasokan alat pelindung diri dan perubahan terhadap

     prosedur kerja perlu dipertimbangkan sebelum pembelian, serta ditinjau

    ulang sebelum pembelian dan pemakaian sarana produksi dan bahan

    kimia,

    5  Barang dan jasa yang telah dibeli diperiksa kesesuaiannya dengan

    spesifikasi pembelian,

    6  Barang dan jasa yang dipasok pelanggan, sebelum digunakan terlebih

    dahulu diidentifikasi potensi bahaya dan dinilai resikonya,

    7  Produksi yang disediakan oleh pelanggan dapat diidentifikasikan dengan

     jelas.

    f.  Keamanan bekerja berdasarkan SMK3

    Keamanan bekerja berdasarkan SMK3:

    1  Petugas yang berkompoten telah mengidentifikasikan bahaya yang

     potensial dan telah menilai risiko-risiko yang timbul dari suatu proses

    kerja,

    2  Apabila upaya pengendalian risiko diperlukan maka upaya tersebut

    ditetapkan melalui tingkat pengendalian,

    3  Terdapat prosedur kerja yang didokumentasikan dan jika diperlukan

    diterapkan suatu sistem izin kerja untuk tugas-tugas kerja yang beresiko

    tinggi,

    4  Prosedur atau petunjuk kerja untuk mengelola secara aman seluruh risiko

    yang teridentifikasi didokumentasikan,

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    37/118

    22

    5  Kepatuhan dengan peraturan, standar, ketentuan pelaksanaan diperhatikan

     pada saat mengembangkan atau melakukan modifikasi prosedur atau

     petunjuk kerja,

    6  Prosedur kerja dan instruksi kerja dibuat oleh petugas yang berkompeten

    dengan masukan dari tenaga kerja yang dipersyaratkan untuk melakukan

    tugas dan prosedur disahkan oleh pejabat yang ditunjuk,

    7  Alat pelindung diri disediakan bila diperlukan dan digunakan secara benar

    serta dipelihara selalu dalam kondisi layak dipakai,

    8  Alat pelindung diri yang digunakan dipastikan telah dinyatakan layak

     pakai sesuai dengan standar dan atau peraturan perundangan yang berlaku,

    9  Upaya pengendalian risiko ditinjau ulang apabila terjadi perubahan pada

     proses kerja,

    10  Dilakukan pengawasan untuk menjamin bahwa setiap pekerjaan

    dilaksanakan dengan aman dan mengikuti prosedur dan petunjuk kerja

    yang telah ditentukan,

    11  Setiap orang diawasi sesuai dengan tingkat kemampuan mereka dan

    tingkat risiko tugas,

    12  Pengawas ikut serta dalam identifikasi bahaya dan membuat pengendalian,

    13  Pengawas diikutsertakan dalam pelaporan dan penyelidikan penyakit

    akibat kerja dan kecelakaan, dan wajib menyerahkan laporan dan saran-

    saran kepada pengurus,

    14  Pengawas ikut serta dalam proses konsultasi,

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    38/118

    23

    15  Persyaratan tugas tertentu, termasuk persyaratan kesehatan diidentifikasi

    dan dipakai untuk menyeleksi dan penempatan tenaga kerja,

    16  Penugasan pekerjaan harus didasarkan pada kemampuan dan tingkat

    keterampilan yang dimiliki oleh masing-masing tenaga kerja,

    17  Perusahaan melakukan penilaian lingkungan kerja untuk mengetahui

    daerah-daerah yang memerlukan pembatasan izin masuk,

    18  Terdapat pengendalian atas tempat-tempat dengan pembatasan izin masuk,

    19  Fasilitas-fasilitas dan layanan yang tersedia di tempat kerja sesuai dengan

    standar dan pedoman teknis,

    20  Rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda pintu darurat harus

    dipasang sesuai dengan standar dan pedoman teknis,

    21  Penjadwalan pemeriksaan dan pemeriksaan sarana produksi serta

     peralatan mencakup verifikasi alat-alat pengaman dan persyaratan yang

    ditetapkan oleh peraturan perundangan standar dan pedoman teknis.

    g.  Standar pemantauan

    Standar pemantauan meliputi:

    1  Inspeksi tempat kerja dan cara kerja yang dilaksanakan secara teratur,

    2  Inspeksi dilakukan bersama oleh wakil pengurus dan wakil tenaga kerja

    yang telah memperoleh pelatihan mengenai identifikasi potensi bahaya,

    3  Inspeksi mencari masukan dari petugas yang melakukan tugas di tempat

    yang diperiksa,

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    39/118

    24

    4  Daftar periksa chek list   tempat kerja telah disusun untuk digunakan pada

    saat inspeksi,

    5  Laporan inspeksi diajukan kepada pengurus dan P2K3 sesuai dengan

    kebutuhan,

    6  Tindakan korektif dipantau untuk menentukan efektifitasnya,

    7  Pemantauan lingkungan tempat kerja dilaksanakan secara teratur dan

    hasilnya yang dicatat dipelihara,

    8  Pemantauan lingkungan kerja meliputi faktor fisik, kimia, biologis, radiasi

    dan psikologis,

    9  Terdapat sistem yang terdokumentasi mengenai identifikasi, kalibrasi,

     pemeliharaan, penyimpanan untuk alat pemeriksaan, ukur dan uji

    mengenai kesehatan dan keselamatan,

    10  Alat dipelihara dan dikalibrasi oleh petugas yang berkompeten,

    11  Sesuai dengan peraturan perundangan, kesehatan tenaga kerja yang

     bekerja pada tempat kerja yang mengandung bahaya harus dipantau,

    12  Perusahaan telah mengidentifikasi keadaan di mana pemeriksaan

    kesehatan perlu dilakukan dan telah melaksanakan sistem untuk

    membantu pemeriksaan ini,

    13  Pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh dokter pemeriksa yang ditunjuk

    sesuai peraturan perundangan,

    14  Perusahaan menyediakan pelayanan kesehatan kerja sesuai peraturan

     perundangan,

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    40/118

    25

    15  Catatan mengenai pemantauan kesehatan dibuat sesuai dengan peraturan

     perundangan.

    h.  Pelaporan dan perbaikan kekurangan

    Pelaporan dan perbaikan kekurangan meliputi:

    1  Terdapat prosedur proses pelaporan sumber bahaya dan personil perlu

    diberitahu mengenai proses pelaporan sumber bahaya terhadap K3,

    2  Terdapat prosedur terdokumentasi yang menjamin bahwa semua

    kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilaporkan sebagaimana ditetapkan

    oleh peraturan perundangan,

    3  Kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilaporkan sebagaimana ditetapkan

    oleh peraturan perundangan,

    4  Perusahaan mempunyai prosedur penyelidikan kecelakaan dan penyakit

    akibat kerja yang dilaporkan,

    5  Penyelidikan dan pencegahan kecelakaan kerja dilakukan oleh petugas

    atau ahli K3 yang telah dilatih,

    6  Laporan penyelidikan berisi saran-saran dan jadwal waktu pelaksanaan

    usaha perbaikan,

    7  Tanggung jawab diberikan kepada petugas yang ditunjuk untuk

    melaksanakan tindakan perbaikan sehubungan dengan laporan

     penyelidikan,

    8  Tindakan perbaikan didiskusikan dengan tenaga kerja di tempat terjadinya

    kecelakaan,

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    41/118

    26

    9  Tenaga kerja diberi informasi mengenai prosedur penanganan masalah K3

    dan menerima informasi kemajuan penyelesaiannya.

    i.  Pengelolaan material dan pemindahannya,

    Pengelolaan material dan pemindahannya meliputi:

    1  Terdapat prosedur untuk mengidentifikasi potensi bahaya dan menilai

    risiko yang berhubungan dengan penanganan secara manual dan mekanis,

    2  Identifikasi dan penilaian dilaksanakan oleh petugas yang berkompeten,

    3  Perusahaan menerapkan dan meninjau ulang cara pengendalian risiko

    yang berhubungan dengan penanganan secara manual atau mekanis,

    4  Prosedur untuk penanganan bahan meliputi metode pencegahan terhadap

    kerusakan, tumpahan dan kebocoran,

    5  Terdapat prosedur untuk menjamin bahwa bahan disimpan dan

    dipindahkan dengan cara yang aman sesuai dengan peraturan perundangan

    yang berlaku,

    6  Terdapat prosedur yang menjelaskan persyaratan pengendalian bahan

    yang dapat rusak dan kadaluarsa,

    7  Terdapat prosedur menjamin bahwa bahan dibuang dengan cara yang

    aman sesuai dengan peraturan perundangan,

    8  Perusahaan telah mendokumentasikan prosedur mengenai penyimpanan,

     penanganan dan pemindahan bahan-bahan berbahaya yang sesuai dengan

     persyaratan peraturan perundangan, standar dan pedoman teknis,

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    42/118

    27

    9  Lembar data keselamatan bahan yang komprehensif untuk bahan-bahan

     berbahaya harus mudah didapat,

    10  Terdapat sistem untuk mengidentifikasi dan pemberian bahan-bahan

     berbahaya,

    11  Rambu peringatan bahaya dipampang sesuai dengan persyaratan peraturan

     perundangan dan standar yang berlaku,

    12  Terdapat prosedur yang didokumentasikan mengenai penanganan secara

    aman bahan-bahan berbahaya,

    13  Petugas yang menangani bahan-bahan berbahaya diberi pelatihan

    mengenai cara penanganan yang aman,

    14  Identifikasi dan penilaian dilaksanakan oleh petugas yang berkompeten.

     j.  Pengumpulan dan penggunaan data

    Pengumpulan dan penggunaan data meliputi:

    1  Perusahaan mempunyai prosedur untuk mengidentifikasi, mengumpulkan,

    mengarsipkan, memelihara dan menyimpan catatan K3,

    2  Undang-undang, peraturan, standar dan pedoman teknis yang relevan

    dipelihara pada tempat mudah didapat,

    3  Terdapat prosedur yang menentukan persyaratan untuk menjaga

    kerahasiaan catatan,

    4  Catatan mengenai peninjauan ulang dan pemeriksaan dipelihara,

    5  Catatan kompensasi kecelakaan kerja dan rehabilitasi kesehatan

    dipelihara,

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    43/118

    28

    6  Data K3 yang terbaru dikumpulkan dan dianalisa,

    7  Laporan rutin kinerja K3 dibuat dan disebarluaskan di dalam perusahaan.

    k.  Audit SMK3

    Audit SMK3 meliputi:

    1  Audit SMK3 yang terjadwal dilaksanakan untuk memeriksa kesesuaian

    kegiatan perencanaan dan untuk menentukan apakah kegiatan tersebut

    efektif,

    2  Audit internal SMK3 dilakukan oleh petugas yang berkompeten dan

    independen di perusahaan,

    3  Laporan audit didistribusikan kepada manajemen dan petugas lain yang

     berkepentingan,

    4  Kekurangan yang ditemukan pada saat audit diprioritaskan dan dipantau

    untuk menjamin dilakukannya tindakan perbaikan.

    l.  Pengembangan keterampilan dan kemanusiaan

    Pengembangan keterampilan dan kemanusiaan meliputi:

    1  Analisis kebutuhan pelatihan yang mencakup persyaratan K3 telah

    dilaksanakan,

    2  Rencana pelatihan K3 telah disusun bagi semua tingkatan dalam

     perusahaan,

    3  Pelatihan harus mempertimbangkan perbedaan tingkat kemajuan dan latar

     belakang pendidikan,

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    44/118

    29

    4  Pelatihan dilakukan oleh orang atau badan yang mempunyai kemampuan

    dan pengalaman yang memadai serta diakreditasi menurut peraturan

     perundangan yang berlaku,

    5  Terdapat fasilitas dan sumber daya memadai untuk pelaksanaan pelatihan

    yang efektif,

    6  Perusahaan mendokumentasikan dan menyimpan catatan seluruh

     pelatihan,

    7  Evaluasi dilakukan pada setiap sesi pelatihan untuk menjamin peningkatan

    secara berkelanjutan,

    8  Program pelatihan ditinjau ulang secara teratur untuk menjamin agar tetap

    relevan dan efektif,

    9  Anggota manajemen eksekutif dan pengurus berperan serta dalam

     pelatihan yang mencakup penjelasan tentang kewajiban hukum dan

     prinsip-prinsip serta pelaksanaan K3,

    10  Manajer dan supervisor menerima pelatihan yang sesuai dengan peran dan

    tanggung jawab mereka,

    11  Pelatihan diberikan kepada semua tenaga kerja termasuk tenaga kerja baru

    dan yang dipindahkan agar mereka dapat melaksanakan tugasnya secara

    aman,

    12  Pelatihan diselenggarakan kepada tenaga kerja termasuk tenaga kerja baru

    dan yang dipindahkan agar mereka dapat melaksanakan tugasnya secara

    aman,

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    45/118

    30

    13  Apabila diperlukan diberikan pelatihan penyegaran kepada semua tenaga

    kerja,

    14  Perusahaan mempunyai program pengenalan untuk semua tenaga kerja

    dengan memasukkan materi kebijakan dan prosedur K3,

    15  Terdapat prosedur yang menetapkan persyaratan untuk memberikan

    teklimat kepada pengunjung dan mitra kerja guna menjamin keselamatan

    dan kesehatan,

    16  Perusahaan mempunyai sistem untuk menjamin kepatuhan terhadap

     peraturan perundangan untuk melaksanakan tugas khusus, melaksanakan

     pekerjaan atau mengoperasikan peralatan.

    2.2.  Penyebab Kecelakaan Kerja

    Penyebab kecelakaan kerja secara umum diartikan sebagai faktor-faktor yang

    dapat, menyebabkan terjadinya kecelakaan. Menurut Notoatmodjo (2003), penyebab

    kecelakaan kerja pada umumnya digolongkan menjadi dua, yakni:

    (a)  Perilaku pekerja itu sendiri (faktor manusia), yang tidak memenuhi

    keselamatan, misalnya: karena kelengahan, kecerobohan, ngantuk, kelelahan,

    dan sebagainya. Menurut hasil penelitian yang ada 85 % dari kecelakaan yang

    terjadi disebabkan karena faktor manusia ini.

    (b)  Kondisi-kondisi lingkungan pekerjaan yang tidak aman atau unsafety

    condition misalnya lantai licin, pencahayaan yang kurang, silau, mesin yang

    terbuka, dan sebagainya.

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    46/118

    31

    Penyebab terjadinya kecelakaan kerja dapat disebabkan faktor karakteristik

     pekerja, demikian halnya kurangnya kemampuan/pelatihan, rekruitmen pekerja yang

    tidak benar, kelelahan akibat jam kerja yang berlebih, serta minimnya pengawasan

    terhadap pekerja (Notoadmojo S, 1996).

    Terjadinya kecelakaan kerja merupakan rangkaian yang berkaitan satu dengan

    yang lainnya, faktor penyebab kecelakaan kerja antara lain (H.W. Heinrich, 1980):

    1.   Ancestry and Social Environment , yaitu faktor keturunan, keras kepala,

    gugup, penakut, iri hati, sembrono, tidak sabar, pemarah, tidak mau bekerja

    sama, tidak mau menerima pendapat orang lain, dan lain-lain.

    Fault of person, yaitu merupakan rangkaian dari faktor keturunan dan

    lingkungan yang menjurus pada tindakan yang salah dalam melakukan

     pekerjaan. Ada beberapa keadaan yang menyebabkan seseorang melakukan

    kesalahan-kesalahan:

    a.  Pendidikan, pengetahuan dan keterampilan rendah,

     b.  Karena seseorang tidak memenuhi syarat secara fisik,

    c.  Keadaan mesin atau lingkungan fisik yang tidak memenuhi syarat.

    2.  Unsafe actions an unsafe conditions, yaitu tindakan berbahaya disertai bahaya

    mekanik dan fisik memudahkan terjadinya kecelakaan. Contoh tindakan tidak

    aman (unsafe actions), yaitu: mengerjakan pekerjaan yang bukan tugasnya/

    tanpa perintah, membuat alat pengaman yang bukan tugasnya, menjalankan

    mesin dengan kecepatan yang membahayakan, kurang pengetahuan dan

    keterampilan, tidak memakai salah satu alat pelindung diri, kesalahan

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    47/118

    32

    memberikan peringatan atau keamanan, memakai peralatan yang rusak,

    menggunakan peralatan yang tidak sesuai, mengangkat dengan cara yang

    salah, posisi kerja yang tidak sesuai, memperbaiki peralatan yang sedang

     bergerak, bekerja sambil bercanda, bekerja tidak konsentrasi, bekerja sambil

    merokok/makan, meminum minuman keras dan obat-obatan terlarang, cacat

    tubuh yang tidak jelas kelihatan, kelelahan dan kelesuan.

    3.  Kondisi tidak aman sangat berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan antara

    lain: mesin tidak diberi pagar pengaman, pagar pengaman tidak berfungsi,

    kerusakan alat, peralatan dan substansi/bahan baku yang digunakan, desain

    dan konstruksi bangunan/tempat bekerja yang tidak benar, ventilasi yang tidak

    memenuhi persyaratan, tidak ada sistem peringatan keselamatan di tempat

    kerja, bahaya kebakaran dan ledakan, kemacetan alat/peralatan yang

    digunakan, pemeliharaan kebersihan di bawah standar, kondisi lingkungan

    yang tidak kondusif (panas, bising, cahaya tidak memadai), cara penyimpanan

    yang berbahaya, tidak ada prosedur kerja, adanya pemakaian bahan-bahan

    yang mudah terbakar, tata letak area kerja yang tidak baik.

    4.   Accident , yaitu peristiwa kecelakaan (tertimpa benda, jatuh terpeleset, rambut

    tergulung mesin, dan lain-lain) yang menimpa pekerja dan umumnya disertai

    oleh berbagai kerugian.

    5.   Injury, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan cedera (luka ringan, luka berat/

     parah), cacat dan bahkan kematian (Allen and Friends, 1976).

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    48/118

    33

    Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), kecelakaan akibat kerja

    (kecelakaan kerja) dapat diklasifikasikan berdasarkan 4 macam penggolongan, yakni:

    a.  Klasifikasi menurut jenis kecelakaan

    Klasifikasi menurut jenis kecelakaan meliputi beberapa hal, yaitu:

    1.  terjatuh,

    2.  tertimpah benda,

    3.  tertumbuk atau terkena benda-benda,

    4.  terjepit oleh benda,

    5.  gerakan-gerakan melebihi kemampuan,

    6.   pengaruh suhu tinggi

    7.  terkena arus listrik,

    8.  kontak bahan-bahan berbahaya atau radiasi.

     b.  Klasifikasi menurut penyebab

    Klasifikasi menurut penyebab meliputi beberapa hal, yaitu:

    1.  mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik, mesin penggergajian

    kayu dan sebagainya,

    2.  Alat angkut, alat angkut darat, udara, dan alat angkut air,

    3.   bahan-bahan, zat-zat, dan radiasi, misalnya bahan peledak, gas, zat-zat

    kimia dan sebagainya,

    4.   peralatan lain misalnya dapur pembakar dan pemanas, instalasi

     pendingin, alat-alat listrik, dan sebagainya,

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    49/118

    34

    5.  lingkungan kerja (di luar bangunan, di dalam bangunan dan di bawah

    tanah),

    6.   penyebab lain yang belum masuk tersebut di atas.

    c.  Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan.

    Klasifikasi menurut sifat luka meliputi beberapa hal, yaitu:

    1.   patah tulang,

    2.  diskolasi (keseleo)

    3.  regang otot (urat),

    4.  memar dan luka dalam yang lain,

    5.  amputasi,

    6.  luka di permukaan,

    7.  gegar dan remuk,

    8.  luka bakar,

    9.  keracunan-keracunan mendadak,

    10.  pengaruh radiasi,

    11. lain-lain.

    d.  Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka ditubuh

    Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka ditubuh meliputi beberapa hal,

    yaitu:

    1.  kepala,

    2.  leher,

    3.   badan,

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    50/118

    35

    4.  anggota atas,

    5.  anggota bawah,

    6.   banyak tempat,

    7.  letak lain yang tidak termasuk dalam klasifikasi tersebut.

    2.3.  Pabrik Kelapa Sawit

    Agro industri terutama industri minyak sawit berkembang pesat di Provinsi

    Riau. Hal ini disebabkan berkembangnya perkebunan kelapa sawit, baik milik

     perusahaan negara, swasta, dan rakyat.

    Industri minyak sawit yang lebih dikenal dengan sebutan PKS (Pabrik Kelapa

    Sawit) merupakan suatu industri dengan kegiatan pengolahan tandan buah segar

    kelapa sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil). Bermacam-macam produksi pabrik

    kelapa sawit seperti fraksi: olein, fatty acid, fatty alkohol, dan lain-lain dapat

    diperoleh dari CPO. Selain itu CPO dengan kualitas rendah merupakan bahan dasar

     pembuatan sabun.

    Pabrik kelapa sawit memiliki beberapa peralatan utama dalam proses

     pengolahan tandan buah segar kelapa sawit menjadi minyak crude palm oil  (CPO),

     beberapa peralatan yang digunakan pada pabrik kelapa sawit: (Chairul, 2004).

    a.  Penerimaan Tandan Buah Segar

    Tandan buah segar (TBS) yang masuk ke pabrik diangkut menggunakan truk.

    Buah lalu ditimbang di jembatan timbang untuk mengetahui jumlah berat

     buah yang diterima oleh pabrik. Setelah ditimbang TBS dipindahkan ke

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    51/118

    36

    loading ramp pembagi tempat penimbunan sementara sebelum dimasukkan ke

    lori rebusan. Buah yang akan diolah disortir di loading ramp.

     b.  Perebusan (Sterilizer )

    Buah yang telah disortir dimasukkan ke dalam lori-lori rebusan yang terbuat

    dari plat baja berlubang-lubang dan langsung di masukkan ke alat sterilizer .

    Alat ini merupakan bejana perebusan dengan menggunakan uap air

     bertekanan antara 2,5- 3,0 kg/cm2. Adanya lubang-lubang pada badan lori ini

    untuk memudahkan uap air masuk dan merebus buah secara merata. Proses

     perebusan ini bertujuan untuk mematikan enzim-enzim yang dapat

    menghidrolisa minyak sehingga kualitas minyak yang akan dihasilkan

    menurun. Di samping itu untuk memudahkan pemisahan cangkang dari inti

    dengan keluarnya air dari biji. Proses perebusan biasanya berlangsung selama

    80-85 menit dan uap yang dibutuhkan sebesar 280-290 kg/ton TBS.

    c.  Pemisahan Brondolan (Stripping)

    Perlakuan selanjutnya terhadap buah setelah disterilisasikan disebut stripping 

    atau thresshing. Tujuannya untuk memisahkan brondolan ( fruitlet ) dari

    tangkai tandan. Alat yang digunakan disebut thresher   berupa drum berputar

    (rotary drum thresher ). Hasil pemisahan brondolan ini tidak selalu sempurna

    karena masih ada brondolan tandan buah yang melekat pada tangkai tandan

    yang disebut USB (Unstripped Bunch). Untuk mengatasi hal ini, maka dipakai

    sistem double thressing. Sistem ini bekerja dengan cara tandan kosong EFB

    ( Empty Fruti Bunch) dan USB yang keluar dari thresher  pertama tidak

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    52/118

    37

    dibuang langsung, tetapi masuk ke thresher   kedua yang selanjutnya tandan

    kosong di bawa ke tempat penumpukan yang nantinya dimanfaatkan sebagai

     pupuk dengan suatu pemrosesan.

    d.  Pelumatan ( Digesting)

    Buah yang lepas dari tandan dan dibawa ke alat digester  oleh fruit conveyor. 

    Dalam alat ini daging buah dilepaskan dari biji. Selama pelumatan

     berlangsung temperatur dalam digester  dijaga stabil.

    e.  Pengempaan (Pressing)

    Masa buah dimasukkan ke dalam screw press (alat kempa). Mesin pengempa

    yang biasa digunakan adalah double screw press. Alat ini terdiri dari dua

    worm crew yang terletak di dalam  press cake dan dua buah cone yang dapat

     bergerak maju mundur. Akibat putaran kedua worm screw  dan penekanan

    cone maka minyak dalam mesocarp akan diperas dan keluar melalui lubang-

    lubang kecil pada  pres cake. Ampas hasil kempa campuran serat ( fibre) dan

    kernel (nut ) keluar melalui bagian ujung worm screw. Proses pengempaan

    harus dilakukan sampai kering sehingga minyak yang melekat pada ampas

     pengempaan cukup rendah. Agar diperoleh pengektraksian minyak yang

    maksimum diperlukan keseimbangan dan proses pengendalian yang baik.

    f.  Pemurnian Minyak (Clarification)

    Hasil dari proses pengempaan diperoleh CPO yang merupakan campuran

    minyak, air dan padatan. Penyaringan minyak ini dilakukan dengan alat

    vibrating screen yang bertujuan untuk memisahkan partikel-partikel serat dan

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    53/118

    38

    cangkang yang terbawa bersama saat keluar dari proses pengempaan.

    Di samping itu penyaringan juga menurunkan kekentalan ( fiscositas) CPO

    yang selanjutnya dipompakan ke tangki clarifer .

    Pengutipan minyak secara statis berlangsung dalam clarier tank . Dalam

    tangki ini berlaku sistem pengendapan. Di mana minyak mempunyai berat

     jenis ringan akan berada di lapisan atas, sedangkan sludge berada di lapisan

     bawah. Minyak disaring dan sludge  dimasukkan ke dalam tangki lumpur

    (sludge tank ). Desain volume  clarifier tank   harus disesuaikan dengan

    kapasitas pabrik.

    g.  Pengolahan Inti Sawit

    Ampas kempa yang terdiri dari biji dan serat dimasukkan ke depericarper  

    melalui cake breaker conveyor  yang dipanaskan dengan uap agar sebahagian

    kandungan air dapat diperkecil. Akibat pemanasan dengan uap ini press cake 

    terurai dan mempermudah proses pemisahan serta dari biji pada depericarper .

    Pemisahan ini terjadi akibat perbedaan daya isap blower . Biji ditampung pada

    nut silo  yang dialiri dengan udara panas selama 10-14 jam dengan tujuan

    mengurangi kadar air. Serat yang terpisah dialirkan ke boiler station sebagai

     bahan baku ketel uap.

    h.   Nut Cracker

    Sebelum biji masuk ke nut craker  terlebih dahulu diproses dalam nut grading

     fraction. Selanjutnya biji dialirkan ke dalam nut craker  untuk pemecahan biji.

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    54/118

    39

    Masa biji yang dipecah dialirkan ke light tenera dust seperator  dan vibrating

    grade untuk memisahkan cangkang halus biji dengan cangkang inti.

    i. 

     Hydrocyclone

    Masa cangkang yang bercampur inti dialirkan masuk ke hydrocyclone untuk

    memisahkan cangkang dengan inti. Cangkang dipakai sebagai bahan bakar

    ketel uap dan pengerasan jalan, sedangkan inti dialirkan masuk ke dalam ketel

    silo untuk proses pengeringan sampai kadar air 7% dengan tingkat

     pengeringan 60-70oC. Selanjutnya inti ditimbun dalam kernel storage  pada

    bulk silo yang siap untuk dipasarkan.

    2.4.  Lokasi Kecelakaan

    Dalam suatu industri pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO)

     banyak peralatan/areal kerja dan sistem yang dapat menjadi penyebab kecelakaan.

    Beberapa areal tempat terjadinya kecelakaan kerja pada pabrik kelapa sawit antara

    lain:

    a. Aktivitas di ruang komputer, resiko tersengat listrik, dan iritasi mata,

     b.  Menarik lori dengan capstand /mengisi TBS/memasukkan TBS ke rebusan,

     beresiko jari/tangan terjepit, terlibas tali, tertimpa TBS, tersodok galah,

    tertimpa jembatan rebusan, tertimpa lori,

    c.  Merebus TBS/membuka steam/membuka pintu rebusan, beresiko rebusan

    meledak, tersengat anggota badan, terpapar pendengaran, tertimpa jembatan

    rebusan, terkena steam panas,

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    55/118

    40

    d.  Pengoperasian theresing/pengoperasian presan, beresiko terlilit anggota

     badan, tersambar, terjatuh, terhirup, terpapar pendengaran,

    e.  Membersihkan bodi elevator, beresiko terjatuh, kepala terbentur, tangan

    terkena duri,

    f.  Aktivitas di kamar mesin, beresiko terkena serpihan ledakan, terbakar/

    tersengat aliran listrik, terpapar pendengaran, terhirup,

    g.  Aktivitas di ruangan work shop, beresiko tertimpa/terjepit, meledak/terhirup,

    tersengat/terbakar arus listrik, pijar mata, kebutaan,

    h.  Aktivitas di pabrik biji, beresiko terjatuh, terpapar pendengaran, sesak

     penapasan, terlibas, tergilas anggota tubuh,

    i.  Aktivitas di boiler, beresiko terkena serpihan uap dan air panas, melepuh

    terkena panas, sesak napas, tersengat anggota tubuh, jatuh, terbakar anggota

     badan,

     j.  Mendorong lori dengan loader, beresiko tertabrak loader, terbentur benda

    keras, tertimpa TBS, terkena gancu/tojok,

    k.  Mencampur bahan kimia/menganalisa sampel, beresiko merusak kesehatan

     paru-paru, iritasi kulit, korosif, merusak kesehatan paru-paru, terkena anggota

     badan,

    l.  Penempatan barang/material/penyusunan bahan kimia, beresiko tersandung,

    tertimpa material, terjatuh, korosif,

    m.  Aktivitas klarifikasi, beresiko tersambar, terjatuh, anggota tubuh terkena,

    minyak panas, tersengat,

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    56/118

    41

    n.  Membersihkan tangki timbun, beresiko terjatuh, gangguan pernapasan,

    o.  Aktivitas incenerator , beresiko terhirup mengakibatkan gangguan paru-paru,

    tertimpa, tertonjok,

     p.  Aktivitas recovery, beresiko terjatuh, terhirup, terkena anggota badan,

    q.  Aktivitas tower air, beresiko terjatuh dari menara, tenggelam ke dalam air,

    r.  Pembersihan dinding/atap pabrik, beresiko terjatuh/terpelesat, dari atap,

    gangguan pernapasan,

    s.  Pengelasan ditempat ketinggian, beresiko tersengat listrik, kebakaran, terjatuh

    dari ketinggian,

    t.  Banjir/angin/gempa dan huru hara, beresiko kebakaran, terendam air, tertimpa

     bangunan, tertimbun tanah, tersengat listrik,

    u.  Kantin beresiko tersengat listrik, kebakaran.

    2.5.  Identifikasi Sumber Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko

    Sumber bahaya yang terindifikasi harus dinilai untuk menentukan tingkat

    resiko yang merupakan tolak ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit

    dari kerja. Selanjutnya dilakukan pengendalian untuk menurunkan tingkat resiko.

    2.5.1 

    Pertimbangan Identifikasi

    Identifikasi sumber bahaya dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa

    hal, yaitu:

    1.  Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya,

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    57/118

    42

    2.  Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin terjadi.

    2.5.2  Tindakan Pengendalian

    Pengendalian yang dilakukan perusahaan harus merencanakan manajemen

    dan pengendalian kegiatan-kegiatan, produk barang dan jasa yang dapat

    menimbulkan resiko kecelakaan kerja yang tinggi. Hal ini dapat dicapai dengan

    mendokumentasikan dan menerapkan kebijakan standar bagian tempat bekerja,

     perancangan pabrik dan bahan, prosedur dan instruksi kerja untuk mengukur dan

    mengendalikan kegiatan produk barang dan jasa. Pengendalian resiko kecelakaan dan

     penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan metode:

    a.  Pengendalian tekhnis/rekayasa seperti eliminasi, substitusi, isolasi, ventilasi,

    higiene dan sanitasi,

     b.  Pendidikan dan pelatihan,

    c.  Pembangunan kesadaran dan motivasi yang meliputi sistem bonus, insentif,

     penghargaan dan motivasi diri,

    d.  Evaluasi melalui internal audit, penyelidikan insiden dan etiologi,

    e.  Penegakan hukum.

    2.6 

    Tenaga Kerja

    Beberapa peristilahan mengenai tenaga kerja dipengaruhi oleh posisi dan

    tempat tenaga kerja tersebut bekerja. Misalnya ada yang menyebut buruh, karyawan

    atau pegawai. Namun sesungguhnya dapat dipahami bahwa maksud dari semua

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    58/118

    43

     peristilahan tersebut adalah sama, yaitu: orang yang bekerja pada orang lain dan

    mendapat upah sebagai imbalannya. Maka berdasarkan rumusan tersebut, maka yang

    dimaksud dengan tenaga kerja (pekerja)/karyawan/buruh atau pegawai itu mencakup

     pegawai swasta maupun pegawai negeri (sipil dan militer) (Prinst, 1994).

    Maimun (2004) berpendapat pekerja/buruh dewasa (biasa disebut pekerja/

     buruh) adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam

     bentuk lain. Di mana dalam definisi tersebut terdapat dua unsur yaitu unsur orang

    yang bekerja dan unsur menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.

    Selanjutnya Maimun (2004) menyebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap

    orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa

     baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Pengertian tenaga kerja

    mencakup pekerja/buruh, pegawai negeri, tentara, orang yang sedang mencari

     pekerjaan, orang-orang yang berprofesi bebas seperti pengacara, dokter, pedagang,

     penjahit dan lain-lain.

    Pendapat lainnya mengatakan tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu

    melakukan pekerjaan di dalam atau di luar hubungan kerja guna menghasilkan

     barang-barang dan atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pengertian ini

    sangat luas karena meliputi juga pegawai negeri yang bekerja pada instansi

     pemerintah yang dilindungi Undang-Undang Kepegawaian. Sedangkan buruh adalah

     pekerja di suatu perusahaan, dan dalam melakukan pekerjaannya harus tunduk pada

     perintah dan peraturan kerja yang diadakan oleh pengusaha (majikan) yang

     bertanggung jawab atas lingkungan perusahaannya, dan buruh/pekerja akan

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    59/118

    44

    memperoleh upah serta jaminan hidup lainnya yang wajar dari pengusaha (majikan)

    (Anwar, 1991).

    Beberapa pendapat tentang batasan pekerja/buruh memberikan arti yang lebih

    meluas dan pembatasan-pembatasan yang akurat. Menurut Maimun (2004), pekerja/

     buruh merupakan bagian dari tenaga kerja yaitu tenaga kerja yang bekerja di dalam

    hubungan kerja, di bawah perintah pemberi kerja (bisa perseorangan, pengusaha,

     badan hukum atau badan lainnya) dan atas jasanya dalam bekerja yang bersangkutan

    menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Dengan kata lain tenaga kerja

    disebut sebagai pekerja/buruh bila ia melakukan pekerjaan di dalam hubungan kerja

    dan di bawah perintah orang lain dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk

    lain. Tenaga kerja yang bekerja di bawah perintah orang lain dengan menerima upah

    atau imbalan dalam bentuk lain tetapi tidak di dalam hubungan kerja seperti tukang

    semir sepatu, bukan merupakan pekerja/buruh.

    Pendapat Suprihanto (1986) mengatakan bahwa tenaga kerja dapat dibagi

    dalam 2 jenis, yaitu: angkatan kerja (labour force) dan bukan angkatan kerja.

    Angkatan kerja terdiri dari golongan yang bekerja dan golongan yang mengganggur

    dan mencari pekerjaan. Kelompok bukan angkatan kerja masih dibagi lagi yaitu

    golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga dan golongan

    yang lain atau penerima pendapatan, atau kelompok potential labour force.

    Dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,

     bahwa pembedaan pekerja/buruh hanya didasarkan pada jenis kelamin (pekerja/

     buruh perempuan dan laki-laki) dan usia (pekerja/buruh anak). Menurut Maimum

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    60/118

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    61/118

    46

    Syarat-syarat alat pelindung diri yang dipergunakan harus memenuhi

    ketentuan sebagai berikut: (Sama’mur, 1986)

    1.  Enak dipakai pada kondisi pekerja yang sesuai dengan disain alat,

    2.  Tidak mengganggu kerja, dalam arti alat pelindung diri ini harus sesuai dengan

    tubuh pemakainya dan tidak menyulitkan gerak pengguna,

    3.  Memberikan perlindungan efektif terhadap bahaya yang khusus sebagaimana alat

     pelindung tersebut didesain,

    4.  Harus tahan lama,

    5.  Mudah dibersihkan dan dirawat pekerja,

    6.  Harus ada disain, konstruksi, pengujian dan penggunaan APD yang sesuai

    standar.

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    62/118

     

    BAB 3

    METODE PENELITIAN

    3.1.  Jenis Penelitian

    Rancangan penelitian ini merupakan jenis penelitian survey dengan metode

    deskriptif yaitu dengan menggambarkan seluruh pelaksanaan program keselamatan

    dan kesehatan kerja pada pabrik kelapa sawit yang dilaksanakan di lokasi penelitian.

    3.2.  Tempat dan Waktu

    3.2.1.  Tempat

    Tempat penelitian dilaksanakan di pabrik kelapa sawit Tanjung Medan

    Provinsi Riau. Adapun alasan memilih tempat penelitian adalah:

    a.  Provinsi Riau merupakan daerah yang memiliki luas lahan perkebunan kelapa

    sawit yang besar di Indonesia,

     b.  Tingginya tingkat pertumbuhan infrastruktur kota,

    c.  Perdagangan minyak sawit.

    3.2.2.  Waktu

    Waktu penelitian ini akan dilaksanakan dalam waktu selama 6 (enam) bulan.

    Penelitian ini dimulai bulan Juli 2008 hingga bulan Desember 2008. Penelitian

    47

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    63/118

    48

    dimulai dengan persiapan penelitian, survey awal dan seminar, selanjutnya

     pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data melalui pengamatan/wawancara/

    kuesioner, analisis data serta penulisan tesis.

    3.3.  Populasi dan Sampel

    3.3.1.  Populasi

    Besarnya populasi penelitian ini adalah sebanyak 152 orang yaitu seluruh

     pekerja pada pabrik kelapa sawit Tanjung Medan Provinsi Riau.

    3.3.2. Sampel

    Besarnya sampel penelitian diambil dengan totaling sample  yaitu seluruh

     populasi menjadi sampel, sehingga jumlah seluruh sampel adalah sebesar 152 orang

    yang terdiri dari 6 penyelia (general manejer, manejer dan kepala bagian), 146

    karyawan (kepala seksi hingga petugas kebersihan).

    3.4.  Pengumpulan Data

    Pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan dan pengamatan yang

    dibantu dengan kuesioner dan wawancara. Untuk penyelia akan dilakukan dengan

     pembagian kuesioner dan wawancara mendalam, sedangkan karyawan lainnya akan

    dilakukan dengan pembagian kuesioner serta wawancara.

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    64/118

    49

    3.5. 

    Informan Penelitian

    Informan dalam penelitian ini dikategorikan atas informan kunci, informan

     biasa dan informan pangkal. Ketiga kategori informan diambil dari pengambil

    kebijakan di pabrik kelapa sawit, jumlah seluruh informan ada 6 orang yang terdiri

    dari:

    a.  Satu orang dari general manejer yang menjadi pimpinan keseluruhan pabrik,

     b.  Dua orang dari manejer yang masing-masing membidangi permesinan dan

     produksi,

    c.  Tiga orang dari kepala bagian yang masing-masing membidangi, keuangan,

    administrasi dan internal.

    Di awal penelitian penulis terlebih dahulu menjumpai general manejer, dan

    manejer serta kepala bagian dari masing-masing bagian. Dari merekalah penulis

    memperoleh rujukan, orang-orang di ketiga bagian tersebut yang memiliki

     pengetahuan yang banyak tentang masalah yang penulis teliti. Setelah itu penulis

    mengelompokkannya berdasarkan kedalaman data yang diperoleh.

    Informan kunci merupakan orang yang mengetahui banyak tentang masalah

    yang diteliti, informan biasa adalah orang yang punya pengetahuan cukup, tetapi

    tidak terlalu mendalam. Sedangkan informan pangkal adalah orang yang pertama kali

    dijumpai ketika penulis sampai di lapangan, dan ia juga memiliki informasi tentang

    masalah yang diteliti (Moleong, 1993).

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    65/118

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    66/118

    51

    6  Perencanaan identifikasi bahaya adalah mengidentifikasi sumber bahya

    sehingga dapat dinilai tingkat resiko yang merupakan tolok ukur

    kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja,

    7  Indikator kerja adalah sasaran yang akan dicapai atau target kerja yang

    disusun perusahaan setelah menerapkan SMK3 pada pabrik kelapa sawit

    Tanjung Medan, dalam bentuk ukuran-ukuran yang dapat dinilai (seperti jam

    kerja, pencapaian kesehatan kerja, angka kehilangan jam kerja).

    3.8.  Pelaksanaan Penelitian

    Penelitian ini dilakukan dalam 4 (empat) tahap, yaitu:

    a.  Tahap awal

    Pelaksanaan penelitian diawali dengan pengamatan dan survey awal terhadap

    lokasi tempat pekerja pabrik kelapa sawit bekerja, sehingga diperoleh masukan data-

    data awal tentang keberadaan dan upaya-upaya yang dilakukan untuk pencegahan

    terjadinya kecelakaan kerja di sekitar pabrik kelapa sawit, pengumpulan bahan-bahan

    literatur serta penelitian-penelitian terdahulu, selanjutnya mengadakan persiapan

     penelitian dan seminar untuk mendapatkan informasi serta penilaian kelayakan

     penelitian.

     b.  Tahap Menjalin Komunikasi

    Pada tahapan ini kegiatan yang akan dilaksanakan adalah:

    1.  Melakukan pendekatan intensif dengan para pekerja pabrik kelapa sawit secara

    langsung di sekitar pabrik,

  • 8/18/2019 Analisis Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

    67/118

    52

    2.  Mendata seluruh peralatan yang digunakan para pekerja pabrik kelapa sawit

    dalam melakukan kegiatan di lokasi dan di sekitar pabrik kelapa sawit,

    3.  Mengikuti jalur lintasan bahan baku sampai ke lokasi pabrik kelapa sawit.

    c.  Tahap Penelitian Secara Umum

    Pada tahapan ini kegiatan yang akan dilaksanakan adalah

    1.  Memberikan sosialisasi tentang kegunaan dan tatacara menjawab kuesioner yang

    akan diberikan,

    2.  Memberikan penyuluhan tentang menjaga agar tidak terjadi kecelakaan kerja

    kepada pekerja pabrik kelapa sawit.

    d.  Tahap Pengumpulan Dat