analisis risiko produksi pembesaran ikan...

100
ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN LELE DENGAN SISTEM BIOFLOC DI PT AGRO 165 NUSANTARA JAYA Skripsi Muhamad Miftahuddin 1112092000045 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M/1440 H

Upload: others

Post on 13-Jan-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN LELE DENGAN

SISTEM BIOFLOC DI PT AGRO 165 NUSANTARA JAYA

Skripsi

Muhamad Miftahuddin

1112092000045

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M/1440 H

Page 2: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN LELE DENGAN

SISTEM BIOFLOC DI PT AGRO 165 NUSANTARA JAYA

Muhamad Miftahuddin

1112092000045

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M/1440 H

Page 3: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

PENGESAHAN UJIAN

Skripsi berjudul “Analisis Risiko Produksi Pembesaran Ikan Lele dengan

Sistem Biofloc di PT Agro 165 Nusantara Jaya” yang ditulis oleh Muhamad

Miftahuddin dengan NIM 1112092000045, telah diuji dan dinyatakan lulus dalam

Sidang Munaqosah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta pada hari Kamis, 23 Mei 2019. Skripsi ini telah diterima

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian pada Program

Studi Agribisnis.

Menyetujui,

Penguji I

Dr. Ir. Iwan Aminudin, M.Si

NIP. 19700209 201411 1 001

Penguji II

Dewi Rohma Wati, S.P., M.Si

Pembimbing I

Dr. Ujang Maman, M.Si

NIP. 19620716 200003 1 001

Pembimbing II

Dr. Ir. Akhmad Riyadi Wastra, S.IP, MM

NIP. 19540916 198103 1 001

Mengetahui,

Dekan

Fakultas Sains dan Teknologi

Prof. Dr. Lily Surayya E.P, M.Env.Stud

NIP. 19690404 200501 2 005

Ketua

Program Studi Agribisnis

Dr. Ir. Edmon Daris, M.S

NIP. 19580429 198803 1 001

Page 4: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-

BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN

Jakarta, Mei 2019

Muhamad Miftahuddin

NIM. 1112092000045

Page 5: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

Sekolah Menengah Atas

Sekolah : SMAN 2 Pandeglang

Lulus : 2012

Jurusan : IPA

Sekolah Menengah Pertama

Sekolah : SMPN 2 Menes

Lulus : 2009

Sekolah Dasar

Sekolah : SDN Kananga 1

Lulus : 2006

Pengalaman Organisasi

HMJ Agribisnis UIN Jakarta 2013-2014

OSIS of SMAN 2 Pandeglang 2010-2011

Forum OSIS Kabupaten Pandeglang 2011-2012

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Muhamad Miftahuddin

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, Tanggal Lahir : Pandeglang, 21 Oktober 1993

Agama : Islam

Warga Negara : Indonesia

Status : Menikah

Alamat : Kp. Kananga RT 001 RW 004 Desa Kananga

Kec. Menes Kab. Pandeglang, Banten

No. Telp : 087772849445

E-mail : [email protected]

Pendidikan

Page 6: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

RINGKASAN

Muhamad Miftahuddin, Analisis Risiko Produksi Pembesaran Ikan Lele Dengan Sistem Biofloc di PT Agro 165 Nusantara Jaya, di bawah Bimbingan Akhmad Riyadi Wastra dan Ujang Maman

PT. Agro 165 Nusantara Jaya adalah perusahaan yang bergerak di bidang

budidaya ikan lele yang telah terintegrasi dari hulu ke hilir. Didirikan oleh Bapak

Legisan Samtafsir, M.Ag pada tahun 2012. Pada awalnya perusahaan ini masih

menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal

yang notabennya padat tebar rendah. Penelitian-penelitian pun dilakukan bersama

Ir. Soeprapto NS hingga akhirnya menemukan teknologi biofloc untuk ikan lele

dengan keunggulan hemat dalam penggunaan air (sedikit atau tanpa ganti air),

hemat dalam penggunaan pakan (FCR 0,7), padat tebar tinggi hingga 2500 ekor

/m2, dapat diterapkan didalam bangunan, tidak menimbulkan bau yang tidak

sedap, tidak menggunakan bahan bahaya (desinfektan maupun antibiotik) selama

budidaya sehingga sangat aman untuk dikonsumsi dan hasil produksinya tinggi.

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah (1) Mengetahui kejadian risiko dan

penyebab risiko pada budidaya ikan Lele Biofloc di PT Agro 165 Nusantara Jaya

Depok, Jawa Barat. (2) Mengetahui hasil tingkat risiko produksi pada usaha

budidaya ikan Lele Biofloc di PT Agro 165 Nusantara Jaya Depok, Jawa Barat.

(3) Menganalisis startegi apa yang cocok untuk mengurangi atau mengihindari

risiko produksi yang ada pada budidaya ikan Lele Biofloc di PT Agro 165

Nusantara Jaya Depok, Jawa Barat

Penelitian ini menggunakan metode House Of Risk (HOR) yang merupakan

pengembangan dari metode Quality Function Deployment (QFD) dan Failure

Mode and Effect Analysis (FMEA), dan pemetaan menggunakan Diagram Pareto.

Pada penelitian ini akan ditentukan strategi pengelolaan risiko yaitu mitigas i dan

akan ditentukan prioritas agen risiko yang akan dimitigasi.

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis yang telah dilakukan, Startegi yang

tepat untuk menanggulangi risiko-risiko pada PT Agro 165 Nusantara Jaya yang

ada adalah pada tahap persiapan kolam yang perlu dilakukan yaitu: (1) tersedianya

modul SOP untuk pembuatan kolam dan (2) menggunakan air yang bersih dari

limbah. Pada proses penebaran benih yang perlu dilakukan yaitu: (1) membuat

manajemen kolam untuk penebaran benih; (2) tidak menerima benih yang sakit;

dan (3) memilih distributor benih yang terbaik. Selanjutnya pada proses

pemeliharaan yang perlu dilakukan yaitu: (1) memberikan pakan dan obat yang

sesuai; (2) melakukakan pengecekan berkala pada lele; dan (3) normalisasi air dan

memisahkan lele yang sakit dengan yang sehat. Pada proses terakhir yaitu proses

panen perlu dilakukan aksi mitigasi untuk mangurangi dampak dari risiko yang

ada yaitu: (1) kolam sementara setelah panen yang sesuai; (2) melakukan

penyortiran dan penyerokan dengan hati-hati dilakukan.

Kata Kunci: risiko, house of risk, fish bone, strategi mitigasi

Page 7: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan ridho, rahmat, taufik dan hidayah-Nya bagi kita semua. Shalawat dan

salam kepada junjungan dan suri tauladan bagi seluruh umat manusia, Rasulullah

Muhammad SAW beserta para keluarga, kerabat, sahabat dan para pengikutnya

yang setia hingga yaumul qiyamah.

Alhamdulillah, setelah melewati berbagai rintangan dan hambatan dalam

pembuatannya, penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi

dalam rangka memenuhi syarat untuk meraih gelar Sarjana Pertanian di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada program studi

Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi dengan baik. Selesainya Skripsi ini tidak

terlepas dari dukungan, bimbingan, doa dan partisipasi dari berbagai pihak.

1. Kedua orang tua penulis, Bapak Edi Sukardi dan Ibu Maftyuhah, serta kaka M.

Devi Awaluddin, adik Abdul Fatah dan Zahratus Syifa yang selalu memberikan

kasih sayang, dukungan, nasihat, motivasi serta doa yang tidak henti-hentinya

dipanjatkan dan bantuan secara moril maupun material. Semoga Allah SWT selalu

memberikan berkah dan kasih sayang-Nya kepada Bapak, Ibu dan keluarga serta

selalu diberikan kesehatan, perlindungan dan pahala yang berlimpah. Aamiin Yaa

Rabbal Alamiin.

Page 8: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

viii

2. Istri tercinta Elah Kurniyati yang selalu memberikan support serta dukungan nya

dan selalu memberikan semangat kepada penulis selama melakukan penyusunan

skripsi.

3. Bapak Dr. Ujang Maman, M.Si selaku dosen pembimbing I dan Dr. Ir. Akhmad

Riyadi Wastra, S.IP., MM selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan

banyak waktu luang, dukungan, saran, nasihat dan bimbingannya, serta motivasi

untuk penulis selama penyusunan skripsi ini.

4. Prof. Dr. Lily Surayya E.P, M.Env.Stud selaku Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta seluruh jajarannya.

5. Dr. Ir. Edmon Daris, M.S, selaku Ketua Program Studi Agribisnis Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta seluruh jajarannya.

6. Dr. Ir. Iwan Aminudin, M.Si selaku penguji I pada sidang munaqosah yang telah

banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi.

7. Dewi Rohma Wati, S.P, M.Si selaku dosen penguji II pada siding munaqosah yang

telah membantu penulis dalam perbaikan skripsi.

8. Segenap jajaran, pimpinan serta karyawan PT Agro 165 Nusantara Jaya yang telah

membantu penulis dalam pengumpulan data.

9. Para sahabat terbaik, Alif Akbar, Mualim Muslim, Firnandi Gufron, Rully

Ardiansyah, Achmardian Priadmoko, Muhamad Aziz, Bella Handayanti yang

selalu memberikan support serta dukungan kepada penulis.

10. Kawan-kawan Agribisnis angkatan 2012.

11. Serta semua pihak yang telah membantu dan terlibat dalam penyusunan skripsi ini.

Page 9: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

ix

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

kesalahan-kesalahan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan skripsi

ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Aamiin Yaa Robbal

Alamiin

Wassalamualaikum Wr. Wb

Jakarta, Mei 2019

Muhamad Miftahuddin

Page 10: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

x

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ x

DAFTAR TABEL.............................................................................................. xiii

DAFTRAR GAMBAR ...................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah 6

1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 7

1.4. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 7

1.5. Batasan Penelitian ...................................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 9

2.1. Ikan Lele ....................................................................................................... 9

2.2. Budidaya Ikan Lele Sistem Biofloc ............................................................ 11

2.3. Konsep Diagram Fish Bone (Tulang Ikan) ................................................ 12

2.4. Diagram Pareto ........................................................................................ 14

2.5. Konsep Risiko dan Manajemen Risiko .................................................... 15

2.6. Penelitian Terdahulu ................................................................................ 21

2.7. Kerangka Berpikir ..................................................................................... 24

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 26

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................... 26

3.2. Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 26

3.3. Metode Analisis Data ................................................................................. 27

BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN ............................... 36

4.1. Profile Lokasi Penelitian ............................................................................ 36

4.2. Visi PT Agro 165 Nusantara Jaya .............................................................. 36

4.3. Misi PT Agro 165 Nusantara Jaya ............................................................. 36

4.4. Struktur Organisasi Perusahaan.................................................................. 37

Page 11: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

xi

4.5. Sejarah Singkat Perusahaan 40

4.6. Lingkup Usaha Bisnis Perusahaan 41

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 42

5.1. Kejadian Risiko dan Penyebab Risiko Budidaya Lele di PT Agro 165

Nusantara Jaya ............................................................................................ 42

5.2. Tingkat Risiko Produksi pada Budidaya ikan Lele 44

5.2.1. Identifikasi Kejadian Risiko 44

5.2.2. Identifikasi Penyebab Risiko 48

5.2.3. Penilaian Tingkat Risiko 50

5.2.4. Penilaian Tingkat Korelasi Antar Agen dengan Kejadian Risiko 54

5.3. Pemetaan Risiko 55

5.3.1. Pemetaan Risiko Persiapan Kolam 56

5.3.2 Pemetaan Risiko Penebaran Benih 57

5.3.3. Pemetaan Risiko Pemeliharaan 58

5.3.4. Pemetaan Risiko Pemanenan 59

5.4. Strategi Penanganan Risiko 60

5.4.1 Penilaian Tingkat Kesulitan Strategi Penanganan Risiko 61

5.4.2 Penilaian Keefektivan Strategi Penanganan Risiko 61

5.4.3 Penilaian Korelasi Strategi Penanganan dengan Agen Risiko 62

5.5. Prioritas Mitigasi Risiko 62

5.5.1 Prioritas Mitigasi Risiko Pada Persiapan Kolam 62

5.5.2 Prioritas Mitigasi Risiko pada Penebaran Benih 64

5.5.3 Prioritas Mitigasi Risiko pada Pemeliharaan 64

5.5.4 Prioritas Mitigasi Risiko Pemanenan 67

Page 12: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

xii

BAB VI PENUTUP 69

6.1. Kesimpulan 69

6.2. Saran 70

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 72

LAMPIRAN .......................................................................................................... 74

Page 13: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

xiii

DAFTAR TABEL

No Hal

1. Produksi Ikan Lele di Pulau Jawa dari Tahun 2009-2013 .................................. 2

2. Produksi Ikan Lele Konsumsidi Kota Depok..................................................... 3

3. Surval Rate Ikan Lele di PT Agro 165 Nusantara Jaya ..................................... 5

4. Model HOR Fase 1............................................................................................ 31

5. Model HOR Fase 2............................................................................................ 33

6. Daftar Kejadian Risiko ..................................................................................... 45

7. Identifikasi Penyebab Risiko Persiapan Kolam ............................................... 49

8. Identifikasi Penyebab Risiko Penebaran Benih ............................................... 49

9. Identifikasi Penyebab Risiko Pemeliharan ....................................................... 50

10. Identifikasi Penyebab Risiko pemanenan ..................................................... 50

11. Penilaian Tingkat Dampak Kejadian Risiko (Severity) .................................. 51

12. Penilaian Tingkat Kemunculan Penyebab Risiko ada persiapan kolam ......... 52

13. Penilaian Tingkat Kemunculan Penyebab Risiko Pada PenebaranBenih ..... 53

14. Penilaian Tingkat Kemunculan Penyebab Risiko pada pemeliharaan ........... 53

15. Penilaian Tingkat Kemunculan Penyebab Risiko pada Hasil panen ............ 54

16. Penilaian Tingkat Kesulitan (Dk) Strategi Penanganan Risiko ...................... 61

17 . HOR 2 Pada Persiapan Kolam ...................................................................... 63

18. HOR 2 pada Penebaran Benih ........................................................................ 64

19. HOR 2 Pada Pemeliharaan ............................................................................. 66

20. HOR 2 Pada Hasil panen ................................................................................ 67

Page 14: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

xiv

DAFTAR GAMBAR

No. Hal

1. Kerangka Pemikiran ......................................................................................... 25

2. Struktur Organisasi PT. Agro 165 Nusantara Jaya ......................................... 37

3. Pemetaan Risiko Persiapan Kolam .................................................................. 57

4. Pemetaan Risiko Penebaran Benih ................................................................... 58

5. Pemetaan Risiko Pemeliharaan ........................................................................ 59

6. Pemetaan Risiko Hasil Panen ........................................................................... 60

Page 15: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

xv

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal

1. Matriks Penelitian 74

2. Kuesioner Penelitian Frekuensi/Peluang Terjadinya Risiko 76

3. Kuesioner Penelitian Dampak Terjadinya Risiko 78

4. Kuesioner Penelitian Hubungan Korelasi 80

5. Kuesioner Penelitian Derajat/Tingkat Kesulitan 82

6. Kuesioner Penelitian Korelasi Penerapan Tindakan 83

7. Dokumentasi Penelitian 85

Page 16: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai negara maritim, Indonesia memiliki potensi sumberdaya perikanan

yang besar, baik dalam bidang perikanan tangkap maupun perikanan budidaya.

Namun potensi lahan budidaya yang masih tersedia belum dimanfaatkan secara

maksimal. Oleh karena itu, masih cukup luas peluang pengembangan lahan yang

dapat digunakan untuk kegiatan budidaya. Tingkat konsumsi ikan mengalami

kenaikan dari tahun ke tahun. Tingkat konsumsi ikan dari tahun 2000 sebesar

21,57 kg/kapita. Tahun 2003 naik menjadi 25,67 kg/kapita. Kenaikan konsumsi

rata-rata 4,6% per tahun. Amri dan Khairuman (2013) menyatakan bahwa

berdasarkan data Departemen Kelautan dan Perikanan, tingkat konsumsi ikan

masyarakat Indonesia pada tahun 2010 sampai 2012 rata-rata naik hingga 5,44%

kg/kapita dan pada tahun 2011 sebesar 32,25 kg/kapita. Tahun 2012, tingkat

konsumsi ikan mencapai 33,89 kg/kapita. Dan pada tahun 2013 tingkat konsumsi

ikan masyarakat meningkat hingga 35,14 kg/kapita.

Selaras dengan peningkatan konsumsi, maka permintaan akan ikan lele

semakin meningkat, untuk memenuhi permintaan masyarakat maka produksi ikan

lele sebaiknya berbanding lurus dengan permintaannya. Berdasarkan data

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), ikan lele paling banyak diproduksi

di pulau Jawa. Salah satu sentra produksi ikan lele yaitu provinsi Jawa Barat.

Page 17: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

2

Tabel 1. Produksi Ikan Lele di Pulau Jawa dari Tahun 2009-2013

Provinsi 2009 2010 2011 2012 2013

Jakarta 632 1.666 1.741 2.087 1.435

Banten 3.648 5.554 7.231 8.324 9.668

Jawa Barat 48.044 91.041 112.756 146.440 197.783

Jawa Tengah 28.290 36.768 54.088 62.686 75.236

Yogyakarta 7.902 21.539 23.220 25.287 29.205

Jawa Timur 26.690 43.618 57.926 62.807 79.927

Total 115.206 200.186 256.962 307.631 393.254

Sumber: Statistik KKP (2015)

Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi ikan lele di

Indonesia. Jawa Barat memiliki beberapa kota dan kabupaten yang dijadikan

sebagai sentra budidaya ikan lele karena besarnya produksi dalam menghasilkan

komoditas tersebut. Beberapa Kota dan Kabupaten tersebut yaitu Kabupaten

Ciamis, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Karawang,

Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Bogor, Kabupaten

Bandung, Kota Tasikmalaya, Kota Bogor, dan Kota Depok.

Kota Depok merupakan salah satu kota sentra produksi ikan lele di Jawa

Barat dengan luas wilayah 200.94 Km2. Letak Kota Depok yang strategis karena

berbatasan langsung dengan ibukota Jakarta menjadikan Kota Depok dipilih

sebagai tempat tinggal bagi masyarakat yang bekerja di Jakarta. Kota Depok

memang bukanlah wilayah yang dapat memproduksi hasil pertanian dalam jumlah

yang cukup untuk penduduknya. Namun bukan berarti sektor pertanian tidak

dikembangkan di Kota Depok. Pertanian di Kota Depok dikembangkan dengan

Page 18: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

3

konsep pertanian perkotaan, dimana usaha pertanian di setiap lahan yang bisa

dimanfaatkan serta untuk mencegah alih fungsi lahan pertanian.

Sektor perikanan khususnya ikan lele di kota depok pada tahun 2015

hingga 2016 memiliki rata-rata produksi mencapai 1.451,42 ton. Data tersebut

didapat dari Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok. Hal ini mengindikasikan

bahwa sektor perikanan khususnya budidaya lele mampu menjadi andalan

budidaya perikanan di kota Depok.

Tabel 2. Produksi Ikan Lele konsumsi di Kota Depok Berdasarkan Kecamatan.

Kecamatan Produksi (Ton) Rata-rata

Produksi 2015 2016

Sawangan 79,46 102,28 90,87

Bojongsari 1.219,77 1.252,97 1.236,37

Pancoran Mas 8,41 10,26 9,34

Cipayung 9,33 11,79 10,56

Sukmajaya 46,04 54,75 50,39

Cilodong 10,95 12,75 11,85

Cimanggis 9,97 12,42 11,19

Tapos 12,22 15,40 13,81

Beji 7,77 9,67 8,72

Limo 7,49 9,15 8,32

Jumlah 1.411,41 1.491,44 1.451,42 Sumber: Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok (2017)

Meskipun dengan lahan yang sangat terbatas, Kota Depok masih bisa

memenuhi permintaan ikan lele di pasaran, bahkan ikut mensuplai permintaan

ikan lele ke Jakarta. Lahan yang terbatas tidak membuat produktivitas ikan lele di

Kota Depok menjadi rendah. Teknologi biofloc sangat cocok diterapkan di Kota

Depok yang memiliki lahan yang terbatas untuk budidaya ikan lele. Di Kota

Depok terdapat Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) yang

secara khusus membuka pelatihan budidaya ikan lele dengan teknologi biofloc

yaitu PT Agro 165 Nusantara Jaya.

Page 19: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

4

PT Agro 165 Nusantara Jaya merupakan pusat pelatihan budidaya ikan

lele dengan menggunakan sistem biofloc. Produk yang dihasilkan oleh PT Agro

165 Nusantara Jaya yaitu ikan lele konsumsi. PT Agro 165 Nusantara Jaya

menggunakan ikan lele jenis sangkuriang dan menerapkan sistem biofloc pada

teknik budidayanya, sehingga ikan lele yang dihasilkan lebih higienis dan kualitas

daging lebih baik.

Banyaknya keunggulan dari sistem biofloc ini, juga terdapat risiko yang

mungkin terjadi. Salah satu risiko yang terjadi dalam budidaya ikan lele

menggunakan system Biofloc di PT Agro 165 yaitu:

1. Tingginya padat tebar dan lahan yang sempit membuat kotoran ikan

lele akan tertampung dan menumpuk pada kolam sehingga

menyebabkan kualitas air menurun karena tingginya amonia pada air

yang dapat menjadi racun bagi ikan lele.

2. Selain itu, kualitas benih ikan lele yang digunakan Farm 165 sangat

berpengaruh kepada proses produksi, karena jika kualitas benih buruk,

maka akan menyebabkan kerugian kepada Farm 165. Kualitas benih

yang buruk biasanya ditandai dengan adanya penyakit pada benih ikan,

3. Ketika benih mulai tumbuh menjadi ikan yang lebih besar di dalam

kolam juga terdapat risiko penyakit yang akan menyerang ikan lele,

4. Kelebihan floc juga mengakibatkan pembesaran terhambat karena

kelebihan floc pada air menyebabkan tidak stabilnya Ph, suhu dan

kadar oksigen

Page 20: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

5

5. System biofloc yang menggunakan aerasi agar kandungan air dalam

kolam stabil juga terdapat risiko karena alat aerasi sering tidak

berfungsi dengan baik.

Salah satu indikasi adanya risiko produksi dalam usaha pembesaran ikan

lele di PT Agro 165 Nusantara Jaya dapat dilihat dari adanya fluktuasi survival

rate pada 3 tahun melakukan usaha budidaya oleh PT Agro 165 Nusantara Jaya.

Pada tahun 2013, rata-rata survival rate adalah 45.16%. Angka tersebut masih

terbilang rendah, karena lebih dari setengah produksi ikan lele mati pada tahun

2013. Pada akhir tahun 2013, Agro 165 terus melakukan percobaan untuk

meningkatkan survival rate. Pada tahun 2014 terjadi peningkatan survival rate

yang cukup signifikan menjadi 81.14% Namun jika dilihat Survival Rate ikan

Lele tiap bulan terdapat fluktuasi survival rate yang berimplikasi langsung pada

penerimaan perusahaan. Data survival rate tersebut dapat dilihat pada table 3.

Tabel 3. Surval Rate Ikan Lele di PT Agro 165 Nusantara Jaya dari 2013-2015.

Bulan Tahun (%)

2013 2014 2015

Januari - 77,36 83,08

Februari - 80,00 87,00

Maret 0,00 81,74 88,00

April 33,33 80,00 87,62

Mei 52,00 85,93 91,76

Juni 34,29 82,35 93,71

Juli 36,00 80,00 85,09

Agustus 56,67 82,82 88,00

September 23,33 77,82 86,40

Oktober 76,00 80,00 83,08

November 76,00 80,00 -

Desember 64,00 85,71 -

Rata-rata 45,16 81,14 87,85

Sumber : PT Agro 165 Nusantara Jaya Depok (2015)

Page 21: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

6

Fluktuasi survival rate setiap bulannya menandakan adanya permasalahan

di bidang produksi yang terjadi akibat dari adanya sumber risiko. Sumber-sumber

risiko produksi yang diperoleh berdasarkan keterangan dari proses identifikasi

awal pada usaha pembesaran ikan lele di PT Agro 165 Nusantara Jaya tentu

belum dapat menggambarkan keseluruhan faktor-faktor yang menjadi sumber

risiko produksi. Oleh karena itu, menarik untuk dilakukan penelitian lebih lanjut

untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi lainnya yang benar-benar

terdapat pada usaha pembesaran ikan lele di PT Agro 165 Nusantara Jaya dan

dapat menghasilkan suatu strategi penanganan risiko yang dapat diterapkan di

lokasi penelitian untuk meminimalkan dampak dan probabilitas dari sumber-

sumber risiko tersebut.

Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu adanya penelitian tentang

“Analisis Risiko Produksi Pembesaran Ikan Lele dengan Sistem Biofloc di

PT Agro 165 Nusantara Jaya” untuk mengetahui kejadian dan penyebab risiko

pada budidaya ikan lele biofloc di PT Agro 165 Nusantara Jaya, serta bagaimana

cara mengatasinya.

1.2 Rumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini dapat disusun dalam kalimat

pertanyaan sebagai berikut :

1. Apa kejadian risiko dan penyebab risiko pada budidaya ikan Lele Biofloc di

PT Agro 165 Nusantara Jaya Depok, Jawa Barat.

2. Bagaimana tingkat risiko produksi pada usaha budidaya ikan Lele Biofloc di

PT Agro 165 Nusantara Jaya Depok, Jawa Barat.

Page 22: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

7

3. Bagaimana strategi penanganan risiko produksi pada usaha pembesaran ikan

lele di Agro 165 Nusantara Jaya Depok, Jawa Barat.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan penjabaran dari latar belakang dan perumusan masalah, maka

tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui kejadian risiko dan penyebab risiko pada budidaya ikan Lele

Biofloc di PT Agro 165 Nusantara Jaya Depok, Jawa Barat.

2. Mengetahui tingkat risiko produksi pada usaha budidaya ikan Lele Biofloc di

PT Agro 165 Nusantara Jaya Depok, Jawa Barat.

3. Menganalisis strategi apa yang cocok untuk mengurangi atau menghindari

risiko produksi yang ada pada budidaya ikan Lele Biofloc di PT Agro 165

Nusantara Jaya Depok, Jawa Barat

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkam dapat berguna bagi pihak- pihak yang

berkepentingan pihak – pihak tersebut antara laim:

1. Perusahaan, hasil penelitian ini dapat berfungsi sebagai bahan informasi dan

mengevaluasi kinerja usaha budidaya ikan Lele Biofloc di PT Agro 165

Nusantara Jaya Depok, Jawa Barat.

2. Peneliti, hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk melatih kemampuan

penerapan teori perkuliahan menambah pengetahuan mengenai usaha ikan

Lele Biofloc.

Page 23: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

8

3. Perguruan tinggi dan masyarakat umum, hasil penelitian ini berfungsi untuk

menambah bahan literatur serta pengetahuan mengenai usaha budidaya ikan

Lele Biofloc.

1.5 Batasan Penelitian

1. Penelitian ini dilaksanakan di di PT Agro 165 Nusantara Jaya Depok, Jawa

Barat, pada usaha Lele Biofloc.

2. Obyek yang dilakukan pada penelitian identifikasi risiko, pemetaan risiko

dan strategi untuk menghadapi risiko yang terjadi pada proses budidaya ikan

lele dengan sistem Biofloc yang dijalankan di PT Agro 165 Nusantara Jaya

Depok.

Page 24: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Ikan Lele

Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang

dan kulit licin. Ikan lele bersifat nocturnal, yaitu aktif bergerak mencari makan

pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat

gelap. Klasifikasi ikan lele menurut SNI 2000 adalah sebagai berikut.

Kingdom : Animalia

Sub – kingdom : Metazoa

Phyllum : Chordata

Sub – phylum : Vertebrata

Class : Pisces

Sub – class : Teleostei

Ordo : Ostariophysi

Sub – ordo : Siluroidea

Familia : Clariidae

Genus : Clarias

Dari berbagai jenis lele di Indonesia, Clarias batrachus (lele lokal) dan

Clarias gariepinus (lele dumbo) yang paling sering kita jumpai. Sejalan dengan

semakin tingginya minat masyarakat untuk mengkonsumsi ikan lele, ada beberapa

Page 25: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

10

jenis lele unggulan yang saat ini paling banyak dibudidayakan oleh pembudidaya

ikan lele, yaitu:

1. Clarias gariepinus, yang dikenal sebagai lele dumbo atau king catfish ini

berasal dari Afrika.

2. Clarias sp, lele sangkuriang merupakan strain baru dari lele dumbo yang

dikembangkan oleh BBAT (Balai Budidaya Air Tawar) Sukabumi sejak

beberapa tahun silam.

Pengembangan lele sangkuriang didasarkan oleh penurunan kualitas lele

dumbo karena tidak disertai dengan penanganan induk yang baik dalam budidaya.

Dalam rangka mengembalikan kualitas lele dumbo tersebut, BBPBAT Sukabumi

melakukan upaya perbaikan genetik melalui cara silang balik antara induk betina

generasi kedua (F2) dengan induk jantan generasi keenam (F6). Induk betina F2

merupakan koleksi yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi yang berasal

dari keturunan kedua lele dumbo yang diintroduksi ke Indonesia pada tahun 1985.

Induk jantan F6 merupakan persediaan induk yang ada di Balai Budidaya Air

Tawar Sukabumi.

Berdasarkan keunggulan lele dumbo hasil perbaikan mutu dan

ketersediaan induk yang ada di BBPBAT Sukabumi, maka lele dumbo tersebut

layak dijadikan induk dasar dan dilepas oleh Menteri Kelautan dan Perikanan

yang telah melakukan diseminasi kepada instansi/ pembudidayaan yang

memerlukan. Induk lele dumbo hasil perbaikan ini diberi nama lele sangkuriang

Page 26: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

11

karena dihasilkan dari perkawinan anak dengan induknya sendiri seperti kisah

legenda sangkuriang.

2.2 Budidaya Ikan Lele Sistem Biofloc

Biofloc berasal dari kata “bios” yang artinya kehidupan dan “floc” atau

“flock” artinya gumpalan. Jadi pengertian Biofloc adalah kumpulan dari berbagai

organisme (bakteri, jamur, algae, protozoa, cacing, dan lain-lain) yang tergabung

dalam gumpalan (floc). Teknologi Biofloc pada awalnya merupakan adopsi dari

teknologi pengolahan limbah (lumpur aktif) atau “activated sludge” secara biologi

dengan melibatkan aktifitas mikroorganisme (seperti bakteri) (Samtafsir dan

Suprapto, 2013).

Bahan organik yang merupakan limbah diaduk dan diaerasi. Bahan

organik yang tersuspensi akan diuraikan oleh bakteri heterotrof secara aerobik

menjadi senyawa anorganik. Bila bahan organik mengendap (tidak teraduk) maka

akan terjadi kondisi yang anaerobic sehingga merangsang bakteri anaerobic untuk

mengurai bahan organik menjadi bahan organik yang lebih sederhana serta

senyawa yang bersifat racun seperti ammonia, nitrit, H2S, metana. Kotoran yang

mengendap harus segera dibuang agar tidak sampai menimbulkan masalah.

Budidaya ikan lele sistem biofloc pada prinsipnya mengembangkan

komunitas bakteri yang menguntungkan di dalam kolam. Menurut Chamberlain et

al yang dikutip oleh Samtafsir dan Suprapto (2013) budidaya dengan sistem

biofloc adalah menumbuhkan dan menjaga dominasi bakteri yang menguntungkan

di dalam kolam. Sistem ini terbukti lebih stabil daripada sitem didominasi algae

Page 27: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

12

(plankton) karena tidak tergantung sinar matahari. Kualitas air lebih stabil

sehingga penggunaan air lebih sedikit (hanya menambah) karena adanya

penguapan dan pembuangan kotoran (lumpur yang tidak teraduk). Mikroba

penyebab penyakit tertekan. Bakteri dalam suatu gumpalan yang disebut Floc.

Semakin banyak floc yang terbentuk akan semakin besar pula perannya dalam

merombak limbah nitrogen, yaitu 10–100 kali lebih efisien daripada algae

(plankton). Dapat bekerja siang dan malam. Sedikit dipengaruhi oleh cuaca.

Merubah limbah nitrogen menjadi makanan berprotein tinggi bagi ikan. Sistem

biofloc dapat dilakukan dimana saja. Baik didaerah tropis, sub tropis, di kota,

dalam bangunan maupun green house.

Dengan menerapkan sistem ini, maka budidaya ikan lele dapat dilakukan

ditempat yang terbuka maupun tertutup seperti didalam bangunan. Sebagaimana

yang sudah dilakukan dan diterapkan di Biofloc PT Agro 165 Nusantara Jaya.

2.3. Konsep Diagram Fish Bone (Tulang Ikan)

Analisis fish bone dipakai untuk mengkategorikan berbagai sebab potensial

dari satu masalah atau pokok persoalan dengan cara yang mudah dimengerti dan

rapi. Alat ini membantu dalam menganalisis apa yang sesungguhnya terjadi dalam

proses, yaitu dengan cara memecah proses menjadi sejumlah kategori yang

berkaitan dengan proses (Imamoto et al., 2008)

A. Manfaat analisis diagram fish bone:

Fungsi dasar diagram fish bone adalah untuk mengidentifikasi dan

mengorganisasi penyebab-penyebab yang mungkin timbul dari suatu efek spesifik

dan kemudian memisahkan akar penyebabnya. Dengan adanya diagram fish

Page 28: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

13

bonedapat memberikan keuntungan bagi dunia bisnis. Selain memecahkan

masalah kualitas yang menjadi perhatian penting perusahaan.

Diagram fish bone dapat dipergunakan untuk kebutuhan-kebutuhan berikut:

1. Mempelajari sebab-sebab suatu masalah atau persoalan.

2. Dapat menggunakan kondisi yang sesungguhnya untuk tujuan perbaikan

kualitas produk atau jasa, lebih efisien dalam penggunaan sumber daya, dan

dapat mengurangi biaya.

3. Dapat mengurangi dan menghilangkan kondisi yang menyebabkan ketidak

sesuaiaan produk atau jasa, dan keluhan pelanggan.

4. Dapat membuat suatu standarisasi operasi yang ada maupun yang

direncanakan.

5. Dapat memberikan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan dalam kegiatan

pembuatan keputusan dan melakukan tindakan perbaikan.

Penerapan tersebut dapat menemukan akar “penyebab” terjadinya masalah

khususnya di industri manufaktur yang terkenal dengan banyaknya ragam variabel

pada prosesnya sehingga berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan.

Apabila “masalah” dan “penyebab” sudah diketahui secara pasti, maka tindakan

dan langkah perbaikan akan lebih mudah dilakukan. Diagram fish bone dapat

menjelaskan semua hal tersebut dan memungkinkan kita untuk dapat melihat

semua kemungkinan “penyebab” dan mencari akar permasalahan yang

sebenarnya.Apabila ingin menggunakan diagram tulang ikan, terlebih dahulu

harus melihat setiap bagian departemen, divisi dan jenis usaha yang dilakukan.

Perbedaan departemen, divisi, dan jenis usaha akan mempengaruhi sebab-sebab

Page 29: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

14

yang berpengaruh signifikan terhadap masalah yang mempengaruhi kualitas yang

nantinya akan digunakan.

B. Cara membuat diagram fishbone (tulang ikan)

Dalam hal melakukan analisis fishbone, ada beberapa tahapan yang harus

dilakukan, yakni:

1. Menyiapkan sesi Fish Bone Analysis.

2. Mengidentifikasi akibat atau masalah.

3. Mengidentifikasi berbagai kategori sebab utama.

4. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran.

5. Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama.

6. Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin.

2.4. Diagram Pareto

Diagram pareto didasari berdasarkan pekerjaan Vilfredo Pareto, seorang pakar

ekonomi di abad ke-19. Joseph M. Juran mempopulerkan pekerjaan Pareto dengan

menyatakan bahwa 80% permasalaham perusahaan merupakan hasil dari

penyebab yang hanya 20% (Heizer & Render, 2005).

Diagram pareto merupakan metode yang biasa digunakan untuk mendapatkan

hasil atau suatu gambaran yang mengurutkan klasifikasi data dari kiri ke kanan

menurut urutan ranking tertinggi hingga terendah. Hal tersebut dapat membantu

menemukan permasalahan yang terpenting untuk segera diselesaikan (ranking

tertinggi) sampai dengan yang tidak harus segera diselesaikan (ranking terendah).

Selain itu, diagram pareto juga dapat digunakan untuk membandingkan kondisi

Page 30: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

15

proses. Menurut Gasperz (2001), pada dasarnya diagram pareto terdiri dari dua

jenis, yaitu:

1. Diagram pareto mengenaia fenomena, yaitu berkaitan dengan hasil-hasil

yang tidak diinginkan dan digunakan untuk mengetahui masalah utama yang

ada, misalnya:

a. Kualitas: kerusakan, kegagalan, keluhan, perbaikan dan lain-lain.

b. Biaya: jumlah kerugian, ongkos pengeluaran dan lain-lain.

c. Delivery: penundaan delivery, keterlambatan pembayaran dan lain-lain.

2. Diagram pareto mengenai penyebab, yaitu berkaitan dengan penyebab dalam

proses dan dipergunakan untuk mengetahui apa penyebab utama dari

masalah yang ada, misalnya:

a. Operator: umur, pengalaman, ketrampilan, sifat individual.

b. Mesin: peralatan, istrumen dan lain-lain.

c. Metode Operasi: kondisi operasi, metode kerja, sistem pengaturan dan

lain-lain.

2.5 Konsep Risiko dan Manajemen Risiko

Menurut Kountur (2008), risiko diartikan sebagai kemungkinan yang

merugikan. Ada tiga unsur penting dari sesuatu yang dianggap risiko: (1)

Merupakan kejadian, (2) Kejadian tersebut merupakan kemungkinan, jadi bisa

saja terjadi, bisa tidak terjadi, (3) Jika sampai terjadi, akan menimbulkan

kerugian.

Page 31: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

16

Tampubolon (2004) menjelaskan, risiko tidak hanya berkenan dengan hal

buruk yang mungkin terjadi. Apabila risiko tidak dapat dikelola dengan baik dapat

menimbulkan berbagai implikasi, antara lain:

a. Munculnya risiko dapat diprediksi, tetapi sulit dihindari, sehingga sulit diambil

suatu tindakan guna menghindari kerugian akibat terjadinya risiko tersebut.

b. Menyebabkan kerugian finansial secara nyata dan kehilangan kepercayaan.

c. Menimbulkan kesulitan yang signifikan, seperti menambah volume pekerjaan,

tenaga orang dan sebagainya.

Sedangkan menurut Riyadi dan Mahbubi (2013), risiko adalah kemungkinan

situasi atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan serta sasaran

organisasi atau individu. Risiko adalah peluang atau kemungkinan terjadinya

bencana atau kerugian. Peluang terjadinya risiko dapat diketahui, sedangkan

ketidakpastian terkait suatu keadaan yang hasil dan akibatnya tidak dapat

diketahui, atau risiko dan ketidakpastian, dapat dibedakan berdasarkan diketahui

atau tidaknya peluang kemunculan suatu kejadian. Implikasi risiko adalah

menyebabkan kerugian finansial, menimbulkan kesulitan yang signifikan dan

kehilangan kepercayaan dari konsumen.

Efektivitas manajemen risiko agribisnis ditentukan oleh manajemen risiko

secara cermat, sistematis dan berkelanjutan. Proses manajemen risiko

agribsinis merupakan suatu rangkaian kegiatan mulai dari menyadari,

mengidentifikasi, mengukur, memetakan, mengambil tindakan yang tepat

hingga melakukan pengawasan pelaksanaan pengendalian risiko. Secara

Page 32: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

17

menyeluruh proses manajemen risiko agribsinis dijelaskan sebagai berikut

(Riyadi dan Mahbubi, 2013):

a. Kesadaran segenap sumber daya manusia perusahaan mulai dari jajaran

komisaris dan direksi sampai staf bahwa terdapat risiko dalam setiap usaha

termasuk agribisnis.

b. Identifikasi risiko merupakan aktivitas awal yang menghasilkan output daftar

risiko. Dalam identifikasi risiko terdapat stakeholder yang meliputi pemegang

saham, kreditur, pemasok, karyawan, pihak lain yang terpengaruh oleh adanya

perusahaan. Metode dalam identifikasi risiko meliputi analisis data historis,

pengamatan, survey baik dengan kuisioner atau wawancara, pendapat ahli

melalui focus group discussion.

c. Pengukuran risiko berupa data baik berupa kualitatif maupun kuantitatif.

Kuantitas risiko menyangkut berapa banyak nilai atau eksposur yang rentan

terhadap risiko. Kualitatif risiko menyangkut kemungkinan risiko muncul,

semakin tinggi kemungkinan risiko terjadi maka semakin tinggi pula risikonya.

d. Pemetaan risiko bertujuan untuk menetapkan prioritas risiko berdasarkan

kepentingan bagi perusahaan. Adanya prioritas dikarenakan perusahaan

memiliki keterbatasan dalam sumber daya manusia dan jumlah uang sehingga

perusahaan perlu menetapkan mana yang perlu dihadapi terlebih dahulu dan

mana yang dinomor duakan, dan mana yang perlu diabaikan. Selain itu

prioritas juga ditetapkan karena tidak semua risiko memiliki dampak pada

tujuan perusahaan.

Page 33: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

18

e. Pengambilan keputusan menurut Sadgrove dan Chapman dalam Riyadi dan

Mahbubi (2013), terdapat empat cara dalam penanganan risiko yaitu

penghindaran risiko (risk avoidance), mitigasi atau eliminasi risiko (risk

elimination), pemindahan risiko (risk transfer) dan penahan risiko (risk

retention).

f. Pengawasan perlu dilakukan untuk menjamin pelaksanaan keputusan yang

telah dibuat. Risiko berubah-ubah sesuai kondisi sehingga perlu keputusan

yang cepat dan tepat untuk merespon terjadinya perubahan risiko.

g. Evaluasi menekankan upaya menilai proses pelaksanaan rencana, mengenai

ada tidaknya penyimpangan dan tercapai tidaknya sasaran yang telah

ditetapkan berdasarkan rencana yang telah dibuat.

Benefit yang akan diperoleh perusahaan dengan menerapkan manajemen

risiko antara lain:

a. Pengambil keputusan dalam perusahaan mempunyai pijakan yang kuat

berdasarkan ukuran yang telah ditetapkan ketika mengambil keputusan atas

risiko yang terjadi.

b. Pedoman bagi perusahaan dalam mengelola risiko, sebagai akibat dari adanya

pengaruh internal dan eksternal perusahaan.

c. Mendorong para pengambil keputusan sesuai tingkatannya untuk selalu

memaksimalkan kesempatan mendapatkan keuntungan, dengan risiko sebagai

batasan dan tindakan yang dilakukan.

d. Mengantisipasi kemungkinan terjadinya risiko seminimal mungkin, yang

dampaknya bagi perusahaan sekecil mungkin.

Page 34: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

19

e. Penerapan manajemen risiko mengarah kepada tata kelola perusahaan yang

baik dan benar, serta akan memberikan keamanan dan kenyamanan bagi

karyawan, pemilik dan pemangku kepentingan lainnya, secara berkelanjutan.

Menurut kountur (2008), manjemen risiko adalah cara bagaimana menangani

semua risiko yang ada dalam perusahaan tanpa memilih risiko-risiko tertentu saja.

Penanganan risiko dianggap salah satu fungsi dari manajemen. Ada beberapa

fungsi manajemen yang lazim dikenal yaitu membuat perencanaan.

Mengorganisasi, mengarahkan dan melakukan pengendalian. Dengan demikian,

ditambahkan suatu fungsi lagi yang sangat penting, yaitu menangani risiko.

Terdapat dua strategi penangan risiko, yaitu preventif dan mitigasi.

1. Preventif (Menghindari)

Preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Sebelum risiko terjadi

harus ada cara-cara preventif yang dilakukan sedemikian rupa sehingga risiko

tidak terjadi. Preventif dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya:

a. Membuat/Memperbaiki Sistem dan Prosedur

Risiko ini bisa diperkecil jika aturan dan prosedurnya dibuat (jika belum

ada), atau diperbaiki (jika sudah ada namun belum baik). Risiko-risiko yang

disebabkan oleh manusia dan teknologi dapat diperkecil jika sistem dan

prosedurnya ada dan baik.

b. Mengembangkan Sumber Daya Manusia

Pengembangan sumber daya manusia dapat dilakukan dengan pelatihan-

pelatihan, baik pelatihan on-the-job atau pelatihan eksternal. Dengan

mengembangkan sumber daya manusia diharapkan kemungkinan terjadinya

Page 35: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

20

risko dapat diperkecil, terutama risiko-risiko yang disebabkan oleh ketidak

kompetenan sumber daya manusia.

c. Memasang/Memperbaiki Fasilitas Fisik

Beberapa risiko dapat dihindari terjadinya atau setidaknya diperkecil

kemungkinan terjadinya dengan memasang (jika belum ada) atau

memperbaiki (jika sudah ada namun belum baik) fasilitas fisik.

2. Mitigasi (Mengurangi)

Mitigasi merupakan penanganan risiko yang dimaksudkan untuk memperkecil

dampak yang ditimbulkan dari risiko. Terdapat beberapa cara mitigasi yang

dapat dilakukan, diantaranya:

a. Diversifikasi, Diversifikasi adalah cara menempatkan asset atau harta di

beberapa tempat sehingga jika salah satu tempat kena musibah, tidak akan

menghabiskan semua asset yang dimiliki.

b. Penggabungan (Merger), apabila pada cara diversifikasi aset atau harta

dianjurkan untuk berpencar, pada cara merger dianjurkan untuk bergabung

atau merger. Seperti risiko bersaing dapat diminimalkan dengan cara

bersatu.

c. Pengalihan Risiko, Pengalihan risiko adalah mengalihkan risiko ke pihak

lain sehingga apabila terjadi kerugian, pihak lainlah yang menanggung

kerugiannya. Terdapat beberapa cara pengalihan risiko, yaitu:

Asuransi: Mengasuransikan harta perusahaan yang dampak risikonya

besar. Hal tersebut berarti sudah mengalihkan dampak risiko tersebut

kepada pihak asuransi.

Page 36: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

21

Leasing: Cara apabila suatu asset digunakan, tetapi pemiliknya adalah

pihak lain. Apabila terjadi sesuatu pada asset tersebut, maka pemiliknya

yang adalah pihak lain yang menanggung kerugian atas asset tersebut.

Outsourcing: Mentransfer kerugian ke pihak lain jika terjadi risiko

dengan cara outsource. Outsource merupakan salah satu cara pengalihan

pekerjaan ke pihak lain, sehingga tidak adanya tanggungan kerugian

seandainya pekerjaan yang dilakukan gagal.

Hedging: Cara pengurangan dampak risiko dengan cara mengalihkan

risiko melalui transaksi penjualan atau pembelian.

2.6 Penelitian Terdahulu

Adapun hasil penelitian terdahulu yang digunakan sebagai acuan pada

penelitian ini, baik penelitian produk pertanian maupun non pertanian dengan

metode analisis yang berbeda.

Rizky (2010) menganalisis risiko produksi pembibitan Ikan Lele pada Family

Jaya 1,Kecamatan Sawangan, Kota Depok. Menggunakan metode nilai standar (z-

score) untuk menghitung probabilitas risiko dan Value at Risk (VaR) untuk

menghitung dampak dari terjadinya risiko. Hasil perhitungan probabilitas dan

dampak dari masing-masing sumber risiko tersebut nantinya akan menjadi acuan

untuk mendapatkan sumber-sumber risiko produksi pada peta risiko. Hasil

pemetaan sumber-sumber risikoproduksi yang diperoleh akan mendasari

penentuan strategi penanganan risiko produksi yang akan direkomendasikan.

Page 37: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

22

Murti (2014) menganalisis risiko rantai pasok ayam potong pada restoran

cepat saji McDonald‟s (Studi Kasus Pada McDonalds Kemang) menggunakan

metode House Of Risk (HOR) yang merupakan pengembangan dari metode

Quality Function Deployment (QFD) dan Failure Mode and Effect Analysis

(FMEA). Pada penelitian tersebut ditentukan strategi pengelolaan risiko yaitu

mitigasi dan ditentukan prioritas agen risiko yang akan dimitigasi. Hasil penelitian

tersebut diketahui bahwa terdapat sembilan kejadian risiko pada tingkat pemasok,

10 kejadian risiko pada tingkat distribution center dan delapan risiko pada tingkat

McDonald‟s dan teridentifikasi 41 agen atau penyebab risiko secara keseluruhan.

Berdasarkan tabel HOR Fase 1 diketahui agen atau penyebab risiko dengan nilai

tertinggi yaitu lima penyebab risiko pada tingkat pemasok, lima penyebab risiko

pada tingkat distribution center dan tiga penyebab risiko pada tingkat

McDonald‟s. Berdasarkan prioritas penyebab risiko tersebut, maka diketahui

terdapat 26 aksi mitigasi yang dapat direalisasikan untuk mereduksi penyebab

risiko tersebut.

Putri (2015) menganalisis risiko rantai pasok susu pasteurisasi untuk

meminimalisasi potensial risiko pada agroindustri susu pasteurisasi. Identifikasi

yang digunakan adalah identifikasi risiko di setiap rantai prosesnya, selanjutnya

dengan perhitungan nilai risiko rantai pasok berdasarkan penilaian beberapa pakar

dengan pendekatan fuzzy FMEA (Failure Mode Effect Analysis), dan hasil

analisis nilai risiko digunakan sebagai dasar dalam membuat upaya mitigasi. Dari

proses identifikasi, dapat dilihat bahwa risiko yang prioritas untuk ditangani

adalah risiko distribusi produk hingga retail (850) dengan kategori sangat tinggi,

Page 38: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

23

risiko kontaminasi mikrobiologi (850), logam berat dan kimia berbahaya (850),

risiko kecelakaan dan bencana alam (850), risiko ketidaksesuaian kondisi proses

(723) dengan kategori Tinggi, risiko kontaminasi pengotor (725), risiko ternak

sakit dan penularan penyakit pada ternak (725) dan risiko serangan hama (334)

dengan kategori Sedang. Upaya mitigasi yang dapat dilakukan adalah dengan uji

laboratorium berkala dan menoptimalkan kebersihan peralatan industri dna ternak,

serta mengoptimalkan monitoring setiap kegiatan rantai pasok.

Desi (2017) menganalisis risiko produksi pembesaran Ikan Lele pada

Koperasi Vatra Mandiri, Bojongsari, Kota Depok. Dengan menggunakan metode

House Of Risk (HOR). Pada penelitian tersebut diawali dengan identifikasi risiko

untuk mengetahui kejadian dan penyebab risiko yang ditimbulkan. Kemudian

dilakukan penilaian dampak dan keseringan munculnya penyebab risiko untuk

mengetahui risiko yang menajadi prioritas untuk ditangani, lalu dilakukan

penilaian tingkat korelasi antara penyebab risiko yang diprioritaskan dengan

strategi penanganan yang diusulkan. Berdasarkan hasil penelitian terdapat 19

kejadian risiko, yang dikelompokkan menjadi 4 bagian yaitu persiapan kolam,

penebaran bibit, pemeliharaan dan pemanenan. Pada hasil pengukuran tingkat

risiko pada tahap pembesaran lele di Koperasi Vatra Mandiri ialah pada tahap

persiapan kolam yang dianggap memiliki potensi dapat menimbulkan kerugian

terbesar bagi koperasi. Strategi mitigasi yang dilakukan adalah melakukan

normalisasi air, menambah tondon air, melakukan pematangan kolam.

Page 39: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

24

2.7 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka

kerangka pemikiran pada penelitian ini adalah mengetahui produksi ikan lele

sistem biofloc pada PT Agro 165 Nusantara Jaya. Pada pelaksanaan produksi lele,

terdapat risiko-risiko yang berpotensi menjadi hambatan dalam kegiatan produksi

lele . Untuk mengetahui kemungkinan risiko yang terjadi, maka harus dilakukan

identifikasi risiko. Kemudian, dilakukan pengukuran risiko untuk mengetahui

nilai dampak dan tingkat kemunculan dari kemungkinan terjadinya risiko. Setelah

dilakukan pengukuran, maka dilakukan pemetaan untuk mengetahui prioritas

kemungkinan risiko yang harus dimitigasi. Lalu, dilakukan perumusan strategi

pengelolaan risiko, yaitu mitigasi dan prioritas kemungkinan risiko yang telah

ditentukan sebelumnya serta dilakukan pengukuran terhadap strategi mitigasi

tersebut agar tercipta rencana produksi yang tahan terhadap kejadian risiko yang

ada. Adapun alur kerangka pemikiran pada penelitian ini yang ditunjukkan pada

Gambar 1.

Page 40: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

25

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Keterangan: = Alur Proses Penelitian

= Input Pengumpulan Data

= Output Metode Analisis Risiko

Budidaya Ikan Lele

Sistem Biofloc

Alur Produksi Lele sistem

Biofloc di PT Agro 165

Nusantara Jaya

Identifikasi Risiko

dan Penyebab

Risiko pada Tiap

Tahapan Budidaya

Pengukuran

Kejadian Risiko

Pemetaan Risiko

Penentuan Strategi

Pengelolaan Risiko

Evaluasi Risiko Menentukan Prioritas

Aksi Mitigasi Risiko

pada produksi ikan lele

sistem Biofloc

Skala Likert

Model HoR 1

Diagram Pareto

Skala Likert

Diagram Tulang

Ikan (Fish Bone)

Model HoR 2

Page 41: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

26

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di perusahaan PT Agro 165 Nusantara Jaya yang

berada di Kota Depok, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja

(purposive) dengan pertimbangan bahwa PT Agro 165 Nusantara Jaya Depok

merupakan Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) dibawah

naungan Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP). PT Agro 165 Nusantara

Jaya merupakan pusat pelatihan budidaya ikan lele dengan menggunakan sistem

biofloc. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - April 2018.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Dalam pelaksanaan penelitian diperlukan data yang akurat untuk membahas

dan menganalisis risiko budidaya lele system biofloc. Data untuk penelitian ini

meliputi data primer dan data sekunder.

Data primer yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melaui

pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan pihak PT Agro 165

Nusantara Jaya. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan

Direktorat Kelautan dan Perikanan. Selain itu, data sekunder juga diperoleh

melalui literatur penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian

ini.

Teknik dalam pengumpulan data yang dilakukan, pertama dengan cara

observasi dan wawancara sebagai data primer. Observasi diperoleh dengan

Page 42: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

27

melakukan pengamatan langsung. Sedangkan wawancara dilakukan dengan

mengajukan pertanyaan kepada manajer PT Agro 165 Nusantara Jaya. Kedua,

data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen kantor, serta dokumen dari

lembaga-lembaga terkait dan literatur yang mendukung.

Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian adalah data kualitatif dan data

kuantitatif. Data kualitatif yaitu data tentang gambaran umum budidaya lele

biofloc, struktur organisasi, proses produksi, ketenagakerjaan, sarana dan

prasarana. Data kuantitatif yaitu data tentang hasil produksi yang diperoleh dalam

satu kali produksi, serta risiko apa saja yang terjadi.

3.3 Metode Analisis Data

Metode yang digunakan ntuk mengidentifikasi risiko dan penyebabnya

adalah diagram Fish Bone. Diagram tersebut memiliki titik-titik kritis dari tiap

aktivitas pada masing-masing tingkatan. Diagram tersebut menjadi landasan

dalam penyusunan kuesioner dengan mengambil beberapa risiko yang telah

didiskusikan dengan pihak perusahaan dari masing-masing tingkatan budidaya

ikan lele. Penentuan risiko tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa

aktivitas yang terjadi dalam aliran pembudidayaan ikan lele tersebut adalah

aktivitas yang sering atau dominan dilakukan.

1. Langkah-langkah Penerapan Dalam Fish bone analysis:

a. Menyiapkan sesi fish bone analysis

Fish bone analysis memiliki kemungkinan akan menghabiskan waktu 50 - 60

menit. Penggunaan alat curah pendapat dapat memilih pelayanan atau

Page 43: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

28

komponen pelayanan yang akan dianalisis. Setelah itu mempersiapkan kartu

dan kertas flipchart untuk setiap kelompok.

b. Mengidentifikasi akibat atau masalah

Akibat atau masalah yang akan ditangani ditulis pada kotak sebelah

palingkanan diagram tulang ikan.

c. Mengidentifikasi berbagai kategori sebab utama

Pada segi horizontal utama, terdapat garis diagonal yang menjadi cabang.

Setiap cabang mewakili sebab utama dari masalah yang ditulis. Kategori sebab

utama mengorganisasikan sebab sedemikian rupa sehingga masuk akal dengan

situasi.

d. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran

Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan dengan

menggunakan curah pendapat. Saat sebab-sebab tersebut dikemukakan,

kemudian dapat ditentukan bersama-sama sebab tersebut harus ditempatkan

dalam diagam tulang ikan. Sebab-sebab ditulis pada garis horizontal sehingga

banyak tulang kecil keluar dari garis horizontal utama. Suatu sebab bisa ditulis

dibawah lebih dari satu kategori sebab utama.

e. Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama

Setelah mengisi setiap kategori, selanjutnya adalah mencari sebab-sebab yang

muncul pada lebih dari suatu kategori. Sebab-sebab inilah yang merupakan

penunjukan sebab yang tampaknya paling mungkin, kemudian melingkari

sebab yang tampaknya paling kemungkinan pada diagram.

f. Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin

Page 44: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

29

Diantara semua sebab-sebab, sebab yang paling mungkin harus dicari

keberadaannya. Mengkaji kembali sebab-sebab yang telah didaftarkan (sebab

yang tampaknya paling memungkinkan) dan menanyakan, „mengapa ini

sebabnya‟. Pertanyaan “mengapa” akan membantu sampai pada sebab pokok

dari permasalahan teridentifikasi

Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah House of Risk

(HOR). Menurut Pujawan dan Geraldin (2009), model House of Risk (HOR)

didasarkan pada gagasan bahwa manajemen risiko proaktif berusaha untuk

fokus pada tindakan preventif, yaitu mengurangi kemungkinan agen risiko

terjadi. Mengurangi terjadinya agen risiko biasanya mencegah beberapa

peristiwa risiko terjadi. Pada kasus seperti itu, perlu ditetapkan untuk

mengidentifikasi kejadian risiko dan agen risiko yang terkait. Biasanya, satu

agen risiko bisa mendorong lebih dari satu kejadian risiko. Dalam FMEA

terkenal, penilaian risiko dilakukan melalui perhitungan RPN sebagai produk

dari tiga faktor, yaitu probabilitas terjadinya, tingkat keparahan dampak, dan

deteksi. Lain halnya dengan model FMEA yang kedua kemungkinan terjadinya

dan tingkat keparahannya berhubungan dengan kejadian risiko, pada model

tersebut, HOR menetapkan probabilitas untuk agen risiko dan tingkat

keparahan ke arah risiko.

Sejak satu agen risiko dapat menginduksi sejumlah kejadian risiko, maka

perlu kuantitas potensi risiko agregat agen risiko dalam manajemen risiko rantai

produksi. Jika Oj adalah probabilitas terjadinya agen risiko j, Si adalah keparahan

dampak jika kejadian risiko i terjadi, dan Rij adalah korelasi antara agen risiko j

Page 45: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

30

dan risiko i yang diartikan sebagai seberapa besar kemungkinan agen risiko j akan

mendorong risiko acara i), maka ARPi (potensi risiko agreget agen risiko j) dapat

dihitung sebagai berikut:

HOR diadaptasi dari model HOQ untuk menentukan risiko agen harus

diberikan prioritas untuk tindakan preventif. Rank A ditugaskan untuk setiap agen

risiko berdasarkan besarnya nilai ARPj untuk setiap j. Oleh karena itu, jika ada

banyak agen risiko, perusahaan dapat memilih pertama beberapa dari mereka

dianggap memiliki potensi besar untuk menginduksi kejadian risiko. Dua model

penyebaran, disebut HOR, baik yang didasarkan pada dimodifikasi HOQ; (A)

HOR 1 digunakan untuk menentukan risiko agen harus diberikan prioritas untuk

tindakan preventif. (B) Prioritas HOR 2 adalah untuk memberikaan saran atas

tindakan yang efektif tetapi dengan biaya yang wajar dan sumber daya yang

komitemen.

A. HOR 1

Pada model HOQ, terdapat hubungan satu set persyaratan (apa) dan satu set

tanggapan (bagaimana) pada setiap respon dapat mengatasi satu atau lebih

persyaratan. Tingkat korelasi biasanya diklasifikasikan sebagai tidak ada (diberi

nilai setara dengan 0), rendah (1), sedang (3), dan tinggi (9). Setiap persyaratan

memiliki kesenjangan tertentu untuk mengisi dan setiap respon akan memerlukan

beberapa jenis sumber daya dan dana.

Page 46: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

31

Tabel 4. Model HOR Fase 1

Sumber: Pujawan dan Geraldin (2009)

Keterangan:

a) Kejadian Risko (Risk Event) = Ei

b) Penyebab Risiko (Risk Agent) = Aj

c) Tingkat Dampak (Severity) = Si

d) Tingkat Probabilitas (Occurrance) = Oj

e) Tingkat Rata-rataPotensial Risiko (Aggregate Risk Potensial) = ARPj

f) Peringkat Prioritas Penyebab Risiko (Rank) = R

Mengadopsi prosedur di atas, maka HOR 1 dikembangkan melalui langkah-

langkah berikut:

1. Mengidentifikasi kejadian risiko yang bisa terjadi dalam setiap proses bisnis.

Hal tersebut dapat dilakukan melalui proses pemetaan SC (seperti rencana,

Risk Agent (j) Severity

of Risk

Event

(Si)

Business

process

Risk

Even

t (Ei)

A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7

Plan E1

S1

E2

S2

Source E3

S3

E4

S4

Make E5

S5

E6

S6

Deliver E7

S7

E8

S8

Return E9

S9

E10

S10

Occurance

of Agent j O1 O2 O3 O4 O5 O6 O7

Aggregrat

e Risk

Potential j

ARP

1

ARP

2

ARP

3

ARP

4

ARP

5

ARP

6

ARP

7

Priority

Rank of

Agent j

Page 47: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

32

sumber, memberikan, membuat, dan kembali) dan kemudian mengidentifikasi

„apa yang bisa salah‟ dalam setiap proses tersebut. Ackermann dkk. (2007)

dalam Pujawan dan Geraldin (2009) menyediakan cara sistematis

mengidentifikasi dan menilai risiko. Model HOR 1 ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel tersebut menunjukan bahwa peristiwa risiko diletakkan di kolom kiri,

direpresentasikan sebagai Ei.

2. Menilai dampak (keparahan) dari kejadian risiko tersebut (jika terjadi)

menggunakan skala likert (penelitian ini menggunakan skala 1-5). Suatu dari

setiap peristiwa risiko yang diletakkan di kolom kanan dari Tabel 3.

diindikasikan sebagai Si.

3. Mengidentifikasi agen risiko dan menilai kemungkinan terjadinya setiap agen

risiko. Pada skala likert (penelitian ini menggunakan skala 1-5) yang

diterapkan nilai 1 berarti hampir tidak pernah terjadi dan nilai 5 berarti agen

risiko hampir pasti terjadi. (Aj) ditempatkan pada baris atas tabel dan

terjadinya terkait adalah pada baris bawah, dinotasikan sebagai Oj.

4. Mengembangkan matriks hubungan, yaitu hubungan antara masing-masing

agen risiko dan setiap peristiwa risiko, Rij {0, 1, 3, 9} angka 0 mewakili tidak

ada korelasi dan angka 1, 3, dan 9 mewakili masing-masing, rendah, sedang,

dan korelasi yang tinggi.

5. Menghitung potensi risiko agreget agen j (ARPj) yang ditentukan sebagai

produk dari kemungkinan terjadinya j agen risiko dan dampak agreget yang

dihasilkan oleh peristiwa risiko yang disebabkan oleh j agen risiko seperti

pada persamaan (1) di atas.

Page 48: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

33

6. Prioritas agen risiko menurut potensi risiko agreget mereka dalam urutan

menurun (dari besar ke nilai-nilai yang rendah).

B. HOR 2

HOR 2 digunakan untuk menentukan tindakan yang harus dilakukan

pertama, mengingat efektivitas yang berbeda mereka serta sumber daya yang

terlibat dan tingkat kesulitan-kesulitan dalam melakukan. Perusahaan idealnya

diharuskan memilih set tindakan yang tidak begitu sulit untuk dilakukan,tetapi

efektif dapat mengurangi kemungkinan agen risiko yang terjadi.

Tabel 5. Model HOR Fase 2

Preventive Action (PAk)

To be treated

risk agent (Aj) PA1 PA2 PA3 PA4 PA5

Aggregate

Risk

Potential

(ARPj)

A1

ARP 1

A2

ARP 2

A3 Matrix Corelations ARP 3

A4

ARP 4

A5

ARP 5

Tek TE1 TE2 TE3 TE4 TE5

Dk D1 D2 D3 D4 D5

ETDk ETD1 ETD2 ETD3 ETD4 ETD5

Rank R1 R2 R3 R4 R5

Sumber: Pujawan dan Geraldin (2009)

Keterangan:

a) Dk (Degree of difficulty performing action) = Tingkat kesulitan aksi mitigasi

b) TEk (Total Effectiveness) = Total keefektivan dan tiap aksi mitigasi

c) ETDk (Effectiveness of difficulty ratio) = Total kesulitan dan keefektivan aksi

mitigasi

d) Ejk = Hubungan antara tiap aksi mitigasi dengan tiap agen risiko

Page 49: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

34

Langkah-langkah pada model HOR 2 adalah sebagai berikut:

1. Pilih sejumlah agen risiko dengan peringkat perioritas yang tinggi, dapat

menggunakan analisis Pareto dari ARPj, harus ditangani dengan di HOR

kedua. Mereka yang terpilih akan ditempatkan di sisi kiri (apa) dari HOR2

seperti digambarkan dalam Tabel 2. Menempatkan nilai-nilai ARPj yang

sesuai di kolom kanan.

2. Mengidentifikasi tindakan yang dianggap relevan untuk mencegah agen

risiko. Perhatikan bahwa agen salah satu risiko dapat ditangani dengan lebih

dari satu tindakan dan satu tindakan secara bersamaan dapat mengurangi

kemungkinan terjadinya lebih dari satu agen risiko. Tindakan diletakkan pada

baris atas sebagai „Bagaimana‟ untuk HOR ini.

3. Menentukan hubungan antara setiap tindakan pencegahan dan setiap agen

risiko Ejk. Nilai-nilai bisa {0,1,3,9} yang mewakili masing-masing, tidak ada,

rendah, sedang, dan tinggi hubungan antara aksi k dan agen j. Hubungan ini

(Ejk) dapat dianggap sebagai tingkat efektivitas tindakan k dalam mengurangi

kemungkinan terjadinya risiko agen j.

4. Hitung total efektivitas setiap tindakan sebagai berikut:

5. Menilai tingkat kesulitan-kesulitan dalam melakukan setiap tindakan, Dk, dan

menempatkan nilai-nilai berturut-turut di bawah efektivitas keseluruhan.

Tingkat kesulitan-kesulitan, yang dapat diwakili oleh skala (seperti Likert

Page 50: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

35

atau skala lainnya), harus mencerminkan dana dan sumber daya lainnya yang

dibutuhkan dalam melakukan tindakan.

6. Hitung total efektivitas kesulitan rasio, yaitu ETDk=

7. Menetapkan peringkat prioritas untuk setiap tindakan (Rk), peringkat 1

diberikan untuk tindakan dengan ETDk tertinggi.

Page 51: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

36

BAB IV

GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN

4.1 Profil Lokasi Penelitian

Nama Perusahaan : PT. Agro 165 Nusantara Jaya

Alamat Perusahaan : Jl. Raya Keadilan No. 65, RT 11, RW 01(Rawa Denok),

Rangkapan Jaya Baru 16434 Pancoran Mas, Depok, Jawa

Barat.

Telp. : 0811829165

Email. : [email protected].

a. Direktur : Legisan Samtafsir M.Ag

b. Berdiri : November 2012

c. Riset Lele : November 2012 sampai sekarang

4.2 Visi PT. Agro 165 Nusantara Jaya

Visi PT. Agro 165 Nusantara Jaya adalah menjadi perusahaan perikanan

budidaya terbesar dan terbaik di Indonesia 2020.

4.3 Misi PT. Agro 165 Nusantara Jaya

Untuk mewujudkan visinya, PT. Agro 165 Nusantara Jaya memiliki misi :

1. menegakkan moral ketuhanan.

2. membangun kedaulatan pangan.

3. memberdayakan kaum lemah.

4. mengentaskan kemiskinan

5. menciptakan SDM insan kamil.

Page 52: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

37

4.4 Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur Organisasi di PT Agro 165 Nusantara Jaya terdiri dari direktur

utama sebagai pemilik, General Manager, Training and Development, Finance &

Accounting, Kepala bidang produksi, Kepala Bidsang Resto dan Pemasaran, serta

karyawan bagian produksi alat budidaya dan karyawan yang membantu bagian

produksi dan pengolahan. Struktur Organisasi dapat dilihat pada Gambar berikut:

Gambar 2. Struktur Organisasi PT. Agro 165 Nusantara Jaya

Tugas masing-masing jabatan pada PT. Agro 165 Nusantara Jaya adalah

sebagai berikut:

1. Pimpinan

Pimpinan perusahaan sebagai pemegang jabatan tertinggi pada PT. Agro

165 Nusantara Jaya. Tugas Pimpinan diantaranya bertanggungjawab atas semua

kegiatan perusahaan, bertanggungjawab dalam mencari tambahan modal usaha,

Finance & Accounting Training & Development

Direktur Utama /

Pemilik

Karyawan

Produksi

Kepala bidang

Pemasaran

Karyawan

Pengolahan

& Resto

Kepala Bidang

Produksi

Karyawan

Pembuatan Alat

dan Bahan

General Manager

Page 53: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

38

mengecek laporan keuangan secara periodik dan bertanggungjawab terhadap

kesejahteraan karyawan.

2. Administrasi

Tugas Administrasi PT. Agro 165 Nusantara Jaya yaitu memberikan

pelayanan terhadap masyarakat atas informasi yang dibutuhkan mitra atau

pelanggan, sebagai penghubung antara direktur dan mitra, menatausahakan serta

menyimpan dokumen PT. Agro 165 Nusantara Jaya, memberikan masukan

pengambilan keputusan strategis, memberikan masukan management dan

memberikan masukan mengenai etika dalam berbisnis.

3. Keuangan

Tugas Keuangan pada PT. Agro 165 Nusantara Jaya yaitu mempunyai

wewenang untuk menerima dan mengeluarkan serta mengatur kebutuhan uang kas

PT. Agro 165 Nusantara Jaya, Selain itu tugas Keuangan juga mencatat dan

mengelompokkan semua transaksi yang berhubungan dengan keuangan PT. Agro

165 Nusantara Jaya.

4. Fishmart & Resto

Mempunyai tugas untuk menyediakan produk lele kepada konsumen,

menerima masukan- masukan atau kritikan yang membangun dari pelanggan

terkait hasil olahan PT. Agro 165 Nusantara Jaya, melakukan riset atau inovasi

produk olahan lele.

5. Layanan Biofloc

Tugas dari bagian layanan biofloc yaitu, PT. Agro 165 Nusantara Jaya ini

memberikan layanan kepada para mitra binaan terkait permasalahan-permasalahan

Page 54: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

39

yang ada dilapangan dan memberikan arahan serta bimbingan terkait budidaya

lele atau permasalahan yang lainnya yang ada di lapangan.

6. Pelatihan

Bertugas sebagai pemberi materi pelatihan teknik budidaya biofloc,

pelatihan ini disampaikan oleh bapak Legisan M.Ag dan bapak Ir. Soeprapto.

Mulai dari pembenihan hingga produk hilir. Kini pelatihan ini sudah terdaftar di

P2MKP (Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan), peran P2MKP ini

sangat dibutuhkan dalam rangka efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan

pelatihan dikawasan sentra-sentra perikanan.

7. Aquaponic

Bagian ini bertugas menyediakan media tanam, memilih bibit yang cocok

untuk ditanam, merawat tanaman hingga siap panen yang nantinya akan diolah

pada bagian resto menjadi produk jadi. Aquaponic ini salah satu media

pemanfaatan lahan terbatas menjadi nilai ekonomis.

8. Produksi ikan

Bagian produksi bertugas di lapangan (onfarm). Tugas bagian produksi

yaitu, pemberian pakan, pemberian probiotik, memberikan obat-obatan pada lele

yang sakit, mengontrol kondisi Farm, melakukan kegiatan pemanenan dan pasca

panen, mengantar benih kepada mitra binaan, melakukan pengawasan dan

pengontrolan kepada plasma binaan dalam periode tertentu, mencatat barang

masuk dan barang keluar.

Page 55: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

40

9. Pemasaran

Tugas dari Pemasaran PT. Agro 165 Nusantara Jaya yaitu menangani

kegiatan marketing atau pemasaran, pengembangan bisnis dan jaringan penjualan

produk dengan berorientasi pada pencapaian target penjualan dan kepuasan

pelanggan. Bagian ini juga berkoordinasi dengan bagian produksi dalam

mengontrol stok produk dan jumlah produk yang akan dikirim serta menjaga

hubungan baik dengan mitra binaan.

4.5 Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Agro 165 Nusantara Jaya adalah perusahaan yang bergerak di bidang

budidaya ikan lele yang telah terintegrasi dari hulu ke hilir. Didirikan oleh Bapak

Legisan Samtafsir, M.Ag pada tahun 2012. Pada awalnya perusahaan ini masih

menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal

yang notabennya padat tebar rendah. Penelitian-penelitian pun dilakukan bersama

Ir. Soeprapto NS hingga akhirnya menemukan teknologi biofloc untuk ikan lele

dengan keunggulan hemat dalam penggunaan air (sedikit atau tanpa ganti air),

hemat dalam penggunaan pakan (FCR 0,7), padat tebar tinggi hingga 2500 ekor

/m2, dapat diterapkan didalam bangunan, tidak menimbulkan bau yang tidak

sedap, tidak menggunakan bahan bahaya (desinfektan maupun antibiotik) selama

budidaya sehingga sangat aman untuk dikonsumsi dan hasil produksinya tinggi.

Komoditas perikanan yang diproduksi di perusahaan ini adalah ikan lele.

Dalam budidaya komoditas tersebut, perusahaan ini sangat disiplin dan teliti

karena komoditas ini merupakan ikan yang rentan mengalami stres sehingga

perawatannya harus terkontrol dengan baik. Budidaya ikan lele mulai dari ukuran

Page 56: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

41

7-9 cm sampai menghasikan ikan lele berukuran 25-30 cm selama jenjang waktu

2,5–3 bulan. Sampling ikan dilakukan seminggu sekali, ini dilakukan untuk

mengurangi kanibalisme ikan lele.

Untuk menyebarkan manfaat kepada masyarakat maka Bapak Legisan dan

Ir. Soeprapto NS membuka pelatihan kepada masyarakat luas sebagai mitra

binaannya yang tersebar di berbagai daerah. Bukan hanya budidaya ikan lele.

Sekarang PT. Agro 165 Nusantara Jaya ini telah membangun restoran dan aneka

olahan ikan lele.

4.6 Lingkup Usaha Bisnis Perusahaan

Kegiatan usaha yang dilakukan pada PT. Agro 165 Nusantara Jaya selain

budidaya ikan lele yaitu dengan membangun restaurant dan aneka produk olahan,

menjual alat sarana produksi (kolam bundar, probiotik, dan lain-lain), fishmart &

resto (menjual produk olahan lele). Pasokan ikan lele didapat dari budidaya PT.

Agro 165 Nusantara Jaya dan diperoleh dari pasokan mitra plasma binaan yang

tersebar dari berbagai daerah di Indonesia.

Page 57: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

42

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kejadian Risiko dan Penyebab Risiko Budidaya Lele di PT Agro 165

Nusantara Jaya

Dalam menganalisis risiko, hal pertama yang harus dilakukan adalah

mengidentifikasi kemungkinan risiko yang terjadi. Pada penelitian ini, identifikasi

risiko yang dilakukan berdasarkan Standard Operating Procedure (SOP)

budidaya pembesaran ikan lele sistem biofloc pada PT. Agro 165 Nusantara Jaya.

Identifikasi kejadian risiko dan identifikasi penyebab risiko yang terjadi mulai

dari persiapan kolam, proses penebaran benih, serta proses pembesaran dan

perawatan hingga siap untuk dipanen. Identifikasi risiko dilakukan dengan

menggunakan alat analisis tulang ikan atau fish bone.

Persiapan

Kolam Pemanenan Pemeliharan Penebaran Bibit

Pembuatan

Kolam

Pengairan

kolam

Penebaran

bibit Lele pada

kolam

Adaptasi benih

pemberian

makan

Proses aerasi

Penangkapan

dan

pengangkatan

Sortasi

Diamter tidak

rata

Belum adanya

saluran

pembuangan

Kebocoran

kolam

Pondasi kolam

tidak stabil

Kurangnya

kontrol air

Cuaca kurang

baik

Air yang di

gunakan buruk

Air terkontaminasi

limbah

Benih tidak

sesuai standar

Gagalnya

adaptasi benih

Kepadatan yang

tidak wajar

Penebaran yang

kurang tepat

Jalur distribusi

yang panjang

Penyaringan

benih yang

tidak sesuai

Ikan terlalu

padat

Padat tebar tidak

ideal

Pemberian

obat

Floc terlalu

banyak Alat aerasi

tidak berfungsi

Kualitas pakan

yang kurang

baik

Frekuensi

pakan yang

kurang

Sisa pakan

yang tidak

jadi floc

Fluktuasi suhu

air

Pemberian obat

yang salah Tidak ada kontrol

ikan sakit

Pergantian air

yang tidak

rutin

Tenaga kerja

tidak teliti

Ikan lecet

terkena jaring

Sortasi yang

kurang tepat

Ikan stres saat

pindah

tempat

Kolam

sementara

tidak baik

Page 58: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

43

Pada bagian pangkal badan tulang ikan dari diagram fish bone tersebut

terdapat variabel pada penelitian yaitu budidaya pembesaran ikan lele sistem

biofloc pada PT. Agro 165 Nusantara Jaya yang meliputi proses persiapan kolam,

penebaran benih ikan lele, pemeliharaan hingga pada proses pemanenan.

Kemudian pada bagian masing masing tulang ikan terdapat beberapa kegiatan

yang menjadi bagian dari masing masing proses budidaya pembesaran ikan lele

system biofloc yang dijadikan sub variabel dimana pada masing-masing kegiatan

tersebut terdapat titik kritis yang menjadi penyebab atau agen risiko pembesaran

ikan lele system biofloc diantaranya sebagai berikut:

1. Pada proses persiapan kolam, terdapat dua kegiatan yang menjadi tempat

terjadinya titik kritis penyebab atau agen risiko budidaya pembesaran

ikan lele sistem biofloc yaitu adalah kolam yang belum ideal serta proses

pengairan yang belum baik.

2. Pada proses penebaran benih terdapat dua rangkaian kegiatan yang

menjadi tempat terjadinya titik kritis penyebab atau agen risiko budidaya

pembesaran ikan lele sistem biofloc diantaranya adalah benih lele

mengalami sakit, serta benih lele menjadi stres.

3. Pada proses pemeliharaan terdapat tiga rangkaian kegiatan yang menjadi

tempat terjadinya titik kritis penyebab atau agen risiko budidaya

pembesaran ikan lele sistem biofloc diantaranya adalah pertumbuhan lele

kurang maksimal, nafsu makan lele berkurang dan lele terjangkit

penyakit lalu mati.

Page 59: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

44

4. Pada proses pemanenan terdapat dua rangkaian kegiatan yang menjadi

tempat terjadinya titik kritis penyebab atau agen risiko budidaya

pembesaran ikan lele sistem biofloc diantaranya adalah lele mengalami

luka dan lecet serta ikan lele menjadi sakit setelah dipanen.

5.2 Tingkat Risiko Produksi pada Budidaya Ikan Lele

Budidaya lele di PT Agro 165 Nusantara Jaya mengalami beberapa risiko

yang terjadi karena beberbagai hal yang telah dipaparkan di atas. Setelah

mengetahui risiko yang ada pada proses budidaya maka di lakukan pengukuran

dampak yang ditimbulkan oleh risiko-risiko tersebut. Pengukuran di lakukan

pertama identifikasi kerjadian risiko, penyebab risiko tersebut, penilaian tingkat

kerjadian dan penyebab serta penilian korelasi kejadian dan penyebab.

5.2.1 Identifikasi Kejadian Risiko

Pada proses budidaya lele , diketahui terdapat 10 agen risiko dari semua area

dengan kode masing-masing. Satu agen risiko dapat memunculkan satu atau lebih

kejadian risiko dan sebaliknya, satu kejadian risiko dapat disebabkan oleh agen

risiko.

Page 60: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

45

Tabel 6. Daftar Kejadian Risiko

Area Kode Kejadian Risiko (Risk Event)

Persiapan Kolam E1 Kolam belum ideal

E2 Pengairan kolam belum baik

Penebaran Benih

E3 Benih lele sakit

E4 Kepadatan kolam

E5 Benih lele mengalami strees

Pemeliharaan

E6 Pertembuhan kurang maksimal

E7 Nafsu makan lele berkurang

E8 Lele terjangkit penyakit dan mati

Pemanenan E9 Lele mengalami luka dan lecet

E10 Ikan lele sakit setelah panen

1. Kolam belum ideal

Wadah pemeliharaan benih untuk pembesaran biofloc di PT. Agro 165

Nusantara Jaya adalah kolam terpal bundar. Budidaya lele di PT. Agro 165

Nusantara Jaya masih banyak kolam yang belum dibuat sesuai dengan ukuran

kedalama minimal yaitu minimal 1 meter. Selain itu, terdapat kebocoran atau

dinding pada kolam yang rusak. Kolam yang akan digunakan kembali harus

diperiksa untuk mengetahui apakah ada kebocoran atau kerusakan pada

kolam.

2. Pengairan kolam belum baik

Air kolam pembesaran kualitas airnya tidak baik atau tercemar, sehingga

ikan yang mengisi kolam tersebut kerap terserang penyakit atau mati. Sumber

air yang tidak baik atau tercemar dapat menurunkan atau menaikan suhu dan

Page 61: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

46

pH. Hal inilah yang dapat menyebabkan benih ikan lele stres. Selain itu,

sumber air yang tidak baik atau tercemar bisa menyebabkan kadar oksigen

terlarut (DO) di dalam air menjadi menurun, kadar oksigen terlarut (DO) di

dalam air menurun sangat menganggu pertumbuhan benih ikan lele.

3. Benih sakit

Seringkali benih ikan lele yang baru datang ke PT Agro 165 Nusantara

Jaya tidak diberi penyesuaian terlebih dahulu dengan lingkungan kolam baru,

sehingga benih mengalami sakit karena perbedaan suhu dan pH air tempat

pemeliharaan baru. Selain itu, mutu kualitas dan pasokan benih yang di

datangkan dari luar PT Agro 165 Nusantara Jaya belum terjamin baik, petani

tidak melakukan seleksi pada benih lele, sehingga sering mendapatkan benih

yang tidak sesuai kriteria.

4. Kepadatan kolam

Padat tebar benih lele harus sesuai dengan luasan kolam agar ruang

geraknya leluasa. Idealnya, padat tebar untuk pembesaran sistem biofloc

antara 500-750 ekor/m3 . Kepadatan kolam merupakan kondisi dimana kolam

yang digunakan diisi melebihi kapasitas dan tidak memadai. Hal ini biasanya

terjadi ketika benih ikan lele yang datang ke PT Agro 165 Nusantara Jaya

melebihi pemesanan, sedangkan jumlah kolam yang untuk dijadikan

pemeliharaan tidak terlalu banyak. Akhirnya ada beberapa kolam

pemeliharaan diisi melebihi kapasitas seharusnya. Hal tersebut dapat

mengakibatkan benih ikan lele mudah stres.

Page 62: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

47

5. Benih lele mengalami stres

Benih lele stres biasa terjadi pada saat kesalahan penanganan saat

penyerokan yang kasar, berulang, dan bertumpuk. Bisa juga terjadi

disebabkan oleh penyortiran, perhitungan, pengiriman yang jauh dan dalam

jumlah kemasan terlalu padat. Wadah pengiriman yang tidak layak juga dapat

menjadi pemicunya.

6. Pertumbuhan kurang maksimal

Pertumbuhan benih ikan lele yang kurang optimal pada farm 165

dikarenakan kualitas pakan yang berasal dari luar koperasi kurang terkontrol

dari sisi komposisi pakannya yang kurang baik, frekuensi pemberian pakan

yang kurang, takaran pemberian pakan yang berlebihan atau tidak sesuai,

pemberian pakan yang tidak sesuai jadwal, adanya kesalahan pada cara

pemberian pakan diawal tebar benih yang tak termakan oleh benih, dan

kurangnya jumlah pakan yang diberikan.

7. Nafsu makan lele berkurang

Ikan lele yang sedang mengalami sakit, biasanya di karenakan pola makan

yang salah, adanya fluktuasi suhu air budi daya, fluktuasi pH yang tidak stabil

pada air kolam budidaya dan kepadatan flok pada air kolam budidaya, hal ini

dapat mengakibatkan ikan lele menjadi sakit dan kehilangan nafsu makan.

8. Lele terjangkit penyakit dan mati

Ikan lele yang di yang di budidaya kolam biofloc kerap kali mengalami

sakit dan terjangkit parasit pada proses pembesaran. Hal ini biasanya

disebabkan oleh air yang buruk, mesin biofloc yang kerap mati yang

Page 63: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

48

menimbulkan organisme baru karena menumpuknya kotoran dan padatnya

kolam.

9. Lele mengalami luka dan lecet

Pada pemanenan ikan lele di farm 165 di lakukan penyerokan

menggunakan saringan yang di lakukan secara acak sering kali menyebabkan

ikan lele luka dan lecet, setelah di saring ikan lele di pindahkan ke kolam

sementara untuk selanjutnya di sortir, proses sortir ikan lele bertujuan

memisahkan ikan lele yang layak jual dan tidak. Namun sayangnya, pada saat

proses sortir terkadang tidak beraturan dan memindahkan ikan lele dengan

cara di lempar sehingga menyebabkan ikan lele luka dan lecet.

10. Ikan lele sakit setelah panen

Setelah proses sortasi lele dengan ukuran yang sudah sesuai untuk dijual,

ikan lele dimasukan ke kolam sementara dengan kondisi air yang baru. Ikan

lele yang disimpan di kolam sementara bertemu dengan sistem pengairan

baru sehingga ikan lele kemungkinan mengalami stres karena tidak dapat

beradaptasi dengan cepat. Pembudidaya di farm 165 seringkali tidak

memperhatikan kolam sementara.

5.2.2 Identifikasi Penyebab Risiko

Identifikasi agen atau penyebab risiko yang dimaksudkan untuk mengetahui

jenis-jenis penyebab dari kejadian risiko yang sudah teridentifikasi, sehingga

dapat dilakukan pencegahan mulai dari penyebab risikonya. Jenis-jenis penyebab

risiko tersebut ditunjukan pada Tabel 7.

Page 64: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

49

Tabel 7. Identifikasi Penyebab Risiko Persiapan Kolam

Area Kode Agen Risiko (Risk Agent)

Persiapan

kolam

A1 Pembuatan kolam yang tidak sesuai standar

A2 Kolam mengalami kebocoran

A3 Diamter kolam tidak rata

A4 Kualitas air yang buruk

A5 Cuaca tidak mendukung

A6 Kurangnya kontrol pada kolam

A7 Air kolam tercampur limbah

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan para karyawan untuk

penebaran benih, maka diketahui terdapat 7 agen risiko di area penebaran benih.

Agen risiko tersebut diantaraya adalah:

Tabel 8. Identifikasi Penyebab Risiko Penebaran Benih

Area Kode Agen Risiko (Risk Agent)

Penebaran

benih

A8 Benih lele tidak sesuai

A9 Benih gagal berdaptasi dengan kolam baru

A10 Padat tebar tidak ideal

A11 Penebaran benih di kolam yang kurang tepat

A12 Jalur distribusi yang panjang

A13 Penyaringan benih yang tidak sesuai

A14 Benih ikan terlalu padat di kolam

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan para karyawan tentang

proses pemeliharan, maka diketahui terdapat 9 agen risiko dari area pemeliharaan.

Agen risiko tersebut diantaranya adalah:

Page 65: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

50

Tabel 9. Identifikasi Penyebab Risiko Pemeliharan

Area Kode Agen Risiko (Risk Agent)

Pemeliharaan

A15 Terlalu banyak floc pada kolam

A16 Pengadukan / aerasi tidak berfungsi

A17 Kualitas pakan yang kurang baik

A18 Frekuensi pemberian makan yang tidak sesuai

A19 Sisa pakan yang tidak terolah menjadi floc

A20 Fluktuasi suhu air

A21 Pemberian obat dan probiotik yang kurang tepat

A22 Kurangnya kontrol pada ikan lele yang sakit

A23 Kurangnya kontrol pada ikan lele yang sakit

Beradasarkan hasil pengamatan dan wawancara mendalam dengan para

karyawan, maka diketahui terdapat 5 agen risiko dari area pemanenan. Agen

risiko tersebut diantaranya adalah:

Tabel 10. Identifikasi Penyebab Risiko pemanenan

Area Kode Agen Risiko (Risk Agent)

Pemanenan

A24 Tenaga kerja kurang teliti dalam proses pemanenan

A25 Ikan lecet terkena jaring saat panen

A26 Proses sortasi kurang tepat

A27 Lele mengalami strees saat pemindahaan tempat

A28 Kolam sementara yang tidak sesuai

5.2.3 Penilaian Tingkat Risiko

Tahap yang dilakukan sebelum pemetaan risiko adalah penilaian tingkat

risiko untuk mengetahui tingkat dampak risiko (severity), tingkat probabilitas

risiko (occurence) dan korelasi antara agen risiko dan kejadian risiko (correlation)

Page 66: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

51

kemudian mengakumulasikannya dengan perhitungan Aggregate Risk Potential

(ARP).

1. Dampak Risiko (Severity)

Pada tahap tersebut dilakukan penilaian dampak (severity) dari suatu kejadian

risiko terhadap proses bisnis perusahaan. Nilai severity ini menyatakan seberapa

besar gangguan yang ditimbulkan oleh suatu kejadian risiko terhadap proses

bisnis perusahaan.

Tabel 11. Penilaian Tingkat Dampak Kejadian Risiko (Severity)

Area Kode Kejadian Risiko (Risk Event)

Si

Persiapan Kolam E1 Kolam belum ideal 2,1

E2 Pengairan kolam belum baik 3,2

Penebaran Benih

E3 Benih lele sakit 3,8

E4 Kepadatan kolam 4,2

E5 Benih lele mengalami strees 4,5

Pemeliharaan

E6 Pertembuhan kurang maksimal 3

E7 Nafsu makan lele berkurang 2,1

E8 Lele terjangkit penyakit dan mati 4,3

Pemanenan E9 Lele mengalami luka dan lecet 3,3

E10 Ikan lele sakit setelah panen 1,8

Keterangan :

Si : Tingkat dampak

Pada tingkat dampak (severity), suatu kejadian risiko yang memiliki nilai

dampak tertinggi yaitu E5 (benih lele mengalami stres) dengan nilai 4,5, dapat

dinyatakan bahwa suatu kejadian yang ditimbulkan oleh E6 (pertumbuhan kurang

maksimal) memiliki nilai kerugian yang sedang terhadap proses bisnis

perusahaan. Berbeda dengan E10 (ikan lele sakit setelah panen) memiliki nilai

Page 67: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

52

yang paling rendah yaitu 1,8 sehingga dapat dinyatakan bahwa nilai kerugian pada

kejadian dampak tersebut tidak mempengaruhi proses bisnis perusahaan.

2. Probabilitas Risiko (Occurrence)

Tahap occurrence adalah penilaian tingkat probabilitas atau peluang

munculnya penyebab risiko yang telah teridentifikasi. Nilai occurrence

menyatakan seberapa sering agen penyebab risiko tersebut muncul dan

menyebabkan suatu risiko terjadi. Skala yang diguanakan untuk menilai tingkat

kemunculan agen/penyebab risiko menggunakan Likert 1-5 dengan kriteria (1)

tingkat kemunculan sangat jarang, (2) tingkat kemunculan jarang, (3) tingkat

kemunculan sedang, (4) tingkat kemunculan sering, (5) tingkat kemunculan

sangat sering. Tabel 12 menampilkan nilai rata-rata nilai occurance.

Tabel 12. Penilaian Tingkat Kemunculan Penyebab Risiko pada persiapan kolam

Area Kode Agen Risiko (Risk Agent)

Oj

Persiapan

kolam

A1 Pembuatan kolam yang tidak sesuai standar 2,3

A2 Kolam mengalami kebocoran 1,5

A3 Diamter kolam tidak rata 2,7

A4 Kualitas air yang buruk 3,4

A5 Cuaca tidak mendukung 3,2

A6 Kurangnya kontrol pada kolam 3,6

A7 Air kolam tercampur limbah 1,2

Keterangan :

Oj : Tingkat Probabilitas

Pada area seleksi persiapan kolam, agen risiko A6 (kurangnya kontrol pada

kolom) memiliki nilai tingkat probabilitas penyebab risiko yang cukup tinggi

apabila dibandingkan dengan agen risiko yang lain yaitu dengan nilai 3,6; tingkat

Page 68: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

53

probabilitas penyebab risiko yang paling rendah yaitu A2 (kolam mengalami

kebocoran) dan A7 (air kolam tercampur limbah) dengan nilai 1,2.

Tabel 13. Penilaian Tingkat Kemunculan Penyebab Risiko Pada Penebaran Benih

Area Kode Agen Risiko (Risk Agent)

Oj

Penebaran

benih

A8 Benih lele tidak sesuai 2,2

A9 Benih gagal berdaptasi dengan kolam baru 3,7

A10 Padat tebar tidak ideal 4,1

A11 Penebaran benih di kolam yang kurang tepat 4

A12 Jalur distribusi yang panjang 3

A13 Penyaringan benih yang tidak sesuai 3,3

A14 Benih ikan terlalu padat di kolam 4,2

Pada area peneberan benih, agen risiko A14 (benih ikan terlalu padat di kolam)

memiliki nilai tingkat probabilitas penyebab risiko yang sangat tinggi yaitu

dengan nilai 4,2; sedangkan nilai tingkat probabilitas penyebab risiko yang

terendah yaitu A8 (benih lele tidak sesuai) dengan nilai 2,2.

Tabel 14. Penilaian Tingkat Kemunculan Penyebab Risiko pada pemeliharaan lele

Area Kode Agen Risiko (Risk Agent)

Oj

Pemeliharaan

A15 Terlalu banyak floc pada kolam 4,3

A16 Pengadukan / aerasi tidak berfungsi 4,6

A17 Kualitas pakan yang kurang baik 3,7

A18 Frekuensi pemberian makan yang tidak sesuai 2,8

A19 Sisa pakan yang tidak terolah menjadi floc 4,5

A20 Fluktuasi suhu air 4,4

A21 Pemberian obat dan probiotk yang kurang tepat 3,3

A22 Kurangnya kontrol pada ikan ilele yang sakit\ 3,3

A 23 Penggantian air yang kurang rutin 3,1

Keterangan :

Oj : Tingkat Probabilitas

Page 69: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

54

Berdasarkan hasil pengukuran rata-rata occurence pada pemeliharaan lele, A16

(pengadukan aerasi tidak berfungsi) memiliki nilai tingkat probabilitas penyebab

risiko yang tinggi yaitu 4,6; sedangkan A18 (Frekuensi pemberian makan yang

tidak sesuai) memiliki nilai yang sangat rendah dengan nilai 2,8.

Tabel 15. Penilaian Tingkat Kemunculan Penyebab Risiko pada Hasil panen

Area Kode Agen Risiko (Risk Agent)

Oj

Pemanenan

A24 Tenaga kerja kurang teliti dalam proses pemanenan 3,6

A25 Ikan lecet terkena jaring saat panen 2,3

A26 Proses sortasi kurang tepat 2,1

A27 Lele mengalami strees saat pemindahaan tempat 3,4

A28 Kolam sementara yang tidak sesuai 3

Keterangan :

Oj : Tingkat Probabilitas

Pada area pemanenan, A24 (tenaga kerja kurang teliti dalam proses

pemanenan) memiliki nilai tingkat probabilitas penyebab risiko yang cukup tinggi

bila dibandingkan dengan agen risiko yang lain yaitu dengan nilai 3,6; sedangkan

tingkat probabilitas penyebab risiko yang paling rendah yaitu A26 (proses sortasi

kurang tepat) dengan nilai yaitu 2,1.

5.2.4 Penilaian Tingkat Korelasi Antara Agen Risiko dengan Kejadian Risiko

Hasil perhitungan tingkat dampak risiko dan tingkat probabilitas risiko

kemudian dimasukan ke dalam Tabel HOR Fase 1 untuk mengetahui nilai ARP

(Aggregate Risk Potential) perhitungan dapat dilihat pada Lampiran. Lalu nilai

ARP diberi peringkat mulai dari yang terbesar hingga terkecil untuk mengetahui

penyebab risiko mana yang terlebih dahulu ditangani. Tabel HOR fase 1 dibuat

Page 70: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

55

pada masing-masing bagian dalam saluran budidaya ikan lele mulai dari persiapan

kolam, penebaran benih, pemeliharaan, dan hasil panen. Hal tersebut dilakukan

karena pada masing-masing bagian memiliki kemungkinan risiko dan

penyebabnya, meskipun setiap bagian saling berkaitan. Pada tahap ini, dilakukan

penilaian hubungan antara kejadian risiko dengan agen/penyebab risiko. Bila

suatu agen risiko menyebabkan timbulnya suatu risiko, maka dikatakan terdapat

korelasi. Nilai korelasi ini juga memiliki bobot, yaitu semakin besar skala yang

diperoleh, maka semakin besar adanya korelasi antara agen/ penyebab risiko

dengan kejadian risiko. Adapun skala yang digunakan adalah 9 (bila korelasi

kuat), 3 (bila korelasi sedang), 1 (bila korelasi rendah), dan 0 (bila tidak ada

korelasi). Dengan mengetahui tingkat korelasi antara tingkat dampak risiko dan

penyebab risiko, maka diketahui peta risiko. Risiko yang dijadikan prioritas

diambil berdasarkan persentase kumulatif ARP pada diagram pareto saat terdapat

50% agen risiko yang menjadi penyebab atas kejadiannya risiko.

5.3 Pemetaan Risiko

Pemetaan risiko dilakukan menggunakan diagram pareto. Menurut Marimin

(2008), diagram pareto merupakan grafik yang mengurutkan data secara menurun

dari kiri ke kanan. Diagram pareto adalah metode pengorganisasian kesalahan,

problem, atau cacat untuk membantu memfokuskan pada usaha-usaha pemecahan

masalah. Diagram tersebut digunakan untuk mengklasifikasikan masalah menurut

sebab dan gejalanya. Masalah tersebut disajikan dalam bentuk diagram menurut

Page 71: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

56

prioritas atau kepentingannya dengan menggunakan diagram batang. Pada

dasarnya diagram pareto digunakan sebagai alat interpretasi untuk:

a. Menurut frekuensi relatif dan urutan pentingnya masalah-masalah atau

penyebab dari masalah yang ada.

b. Memfokuskan perhatian pada isu-isu kritis dan penting melalui

pembuatan ranking terhadap masalah-masalah atau penyebab masalah itu

dalam bentuk yang signifikan.

Berdasarkan hasil penilaian tingkat dampak risiko, tingkat probabilitas

risiko dan tingkat korelasi antara agen/ penyebab risiko dengan kejadian risiko,

maka diketahui ARP agen risiko dan peringkat ARP agen risiko yang akan

dijadikan prioritas dalam penanganan risiko.

5.3.1 Pemetaan Risiko Persiapan Kolam

Berdasarkan hasil pengukuran severity, occurance, dan correlation,

diketahui hasil perhitungan Aggregate Risk Potential (ARP) yang diurutkan

berdasarkan nilai tertinggi sampai terendah. Masukan dari tabel ini merupakan

hasil dari pengukuran risiko yang dilakukan sebelumnya. Setelah memasukkan

data pada tabel HOR fase 1, maka diketahui 7 agen risiko dengan nilai ARP

tertinggi pada tingkat persiapan kolam. Ketujuh penyebab risiko ini diambil

berdasarkan persentase kumulatif ARP pada diagram pareto 80% kejadian risiko

pada tingkat persiapan kolam disebabkan oleh 7 penyebab risiko.

Page 72: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

57

Gambar 3. Pemetaan Risiko Persiapan Kolam

Pada persiapan kolam, terdapat 7 agen risiko yang menjadi prioritas yaitu A4

(kualitas air yang buruk) dengan nilai 119,34; A1 (Pembuatan kolam yang tidak

sesuai standar) dengan nilai 109,71; A2 (Kolam mengalami kebocoran) dengan

nilai 42,75; A3 (Diameter kolam tidak rata) dengan nilai 42,93; A7 (Air kolam

tercampur limbah) dengan nilai 37,08; A6 (Kurangnya kontrol pada kolam)

dengan nilai 34,56; dan A5 (Cuaca tidak mendukung) 10,24.

5.3.2 Pemetaan Risiko Penebaran Benih

Berdasarkan hasil pengukuran severity, occurence, dan correlation,

diketahui nilai tertinggi sampai terendah. Masukan dari tabel ini merupakan hasil

dari pengukuran risiko yang dilakukan sebelumnya.

Setelah memasukkan data pada tabel HOR Fase 1, maka diketahui 7 agen

risiko dengan nilai ARP tertinggi pada tingkat penebaran benih. Ketujuh risiko ini

diambil berdasarkan persentase kumulatif ARP pada diagram pareto, 80%

kejadian risiko pada tingkat penebaran benih disebabkan oleh 7 penyebab risiko.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

A4 A1 A2 A3 A7 A6 A5

Series1 Series2

A5

Page 73: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

58

Gambar 4. Pemetaan Risiko Penebaran Benih

Pada penebaran benih, terdapat 7 agen risiko yang menjadi prioritas yaitu

A10 (padat tebar tidak ideal) dengan nilai 350,55; A11 (penebaran benih di kolam

kurang tepat) dengan nilai 342; A9 (benih gagal beradaptasi) dengan nilai 291,93;

A14 (benih ikan terlalu padat di kolam) dengan nilai 263,34; A12 (jalur distribusi

yang panjang) dengan nilai 155,7; A13 (penyaringan benih yang tidak sesuai)

dengan nilai 70,95; dan A8 (benih lele tidak sesuai) dengan nilai 64,02 .

5.3.3 Pemetaan Risiko Pemeliharaan

Berdasarkan hasil pengukuran severity, occurence, dan correlation,

diketahui nilai tertinggi sampai terendah. Data yang ada pada tabel ini merupakan

hasil dari pengukuran risiko yang dilakukan sebelumnya.

Setelah memasukkan data pada tabel HOR Fase 1, maka diketahui 9 agen

risiko dengan nilai ARP tertinggi pada tingkat pemeliharaan. Kesembilan risiko

ini diambil berdasarkan persentase kumulatif ARP pada diagram pareto sebesar

80%.

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

A4 A1 A2 A3 A7 A6 A5

Series1 Series2

Page 74: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

59

Gambar 5. Pemetaan Risiko Pemeliharaan

Pada pemeliharaan, terdapat 9 agen risiko yang menjadi prioritas yaitu A17

(kualitas pakan yang kurang baik) dengan nilai 217,56; A22 (kurangnya kontrol

pada ikan lele yang sakit) dengan nilai 178,2; A15 (terlalu banyak floc) dengan

nilai 175,44; A21 (pemberian obat dan probiotik yang kurang tepat) dengan nilai

158,4; A18 (frekuensi pemberian makan yang tidak sesuai) dengan nilai 114,24;

A16 (pengadukan / aerasi tidak berfungsi) dengan nilai 70,56; A19 (sisa pakan

yang tidak terolah menjadi floc) dengan nilai 61,2; A23 (pergantian air yang

kurang rutin) dengan nilai 49,29, dan A20 (fluktuasi suhu air) dengan nilai 18,92.

5.3.4 Pemetaan Risiko Pemanenan

Pada area pemanenan terdapat 5 agen risiko yang menjadi prioritas yaitu A24

(tenaga kerja kurang teliti dalam proses pemanenan) dengan nilai 126,36; A28

(Kolam sementara yang tidak sesuai) dengan nilai 48,6; A27 (lele mengalami stres

saat pemindahaan tempat) dengan nilai 39,78; A26 (proses sortasi kurang tepat)

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

A4 A1 A2 A3 A7 A6 A5

Series1 Series2

Page 75: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

60

dengan nilai 24,57; A25 (ikan lele lecet terkena jaring saat panen) dengan nilai

22,77.

Gambar 6. Pemetaan Risiko Hasil panen

5.4 Strategi Penanganan Risiko

Berdasarkan hasil pemetaan, peneliti telah ditentukan prioritas dari agen atau

penyebab risiko. Agen atau penyebab risiko tersebut akan menjadi acuan untuk

menentukan strategi aksi mitigasi untuk mengeliminasi dan/atau menurunkan

munculnya penyebab risiko tersebut.

Berikut strategi yang diusulkan oleh Purnomo (2016):

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

0

20

40

60

80

100

120

140

A24 A28 A27 A26

Series1 Series2

Page 76: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

61

5.4.1 Penilaian Tingkat Kesulitan Strategi Penanganan Risiko

Tabel 16. Penilaian Tingkat Kesulitan (Dk) Strategi Penanganan Risiko

Kode Aksi Mitigasi Dk

PA1 Tersedianya modul SOP untuk pembuatan kolam 4

PA2 Menggunakan air yang bersih dari limbah 3,5

PA3 Melakukan seleksi pada benih yang akan masuk dan tidak menerima beni

yang sakit 4.5

PA4 Membuat manajemn kolam untuk penebaran benih 4,2

PA5 Memilih distributor benih yang terbaik 4,7

PA6 Melakukan pengecekan berkala pada lele 4,2

PA7 Memberikan pakan dan obat yang seuai 4

PA8 Normalisasi air dan memisahkan lele yang sakit dengan yang sehat 3,4

PA9 Melakukan penyortiran dan penyerokan dengan hati-hati 3

PA10 Adanya kolam penampungan sementara setelah panen 4,6

Keterangan :

Dk : Tingkat kesulitan aksi mitigasi

Setelah diketahui aksi mitigasi yang diusulkan, tahap selanjutnya adalah

menghitung tingkat kesulitan (Dk) dari setiap aksi mitigasi yang telah ditetapkan.

Tujuan dari penilaian ini adalah untuk melihat seberapa berpengaruh strategi

mitigasi tersebut terhadap penyebab risiko yang muncul dan seberapa sulit aksi

mitigasi tersebut dapat dilaksanakan. Penilaian ini dilakukan oleh narasumber

yang dianggap berkontribusi terhadap jalannya manajemen pembudidayaan lele

pada setiap tingkatan.

5.4.2 Penilaian Keefektivan Strategi Penanganan Risiko

Setelah diketahui nilai Tek dan Dk yang telah ditentukan, maka dilakukan

perhitungan Rasio Effectiveness to Difficulty (ETDk) dari strategi mitigasi.

Perhitungan ini bertujuan untuk membantu dalam menentukan ranking prioritas

dari semua strategi yang telah diusulkan.

Page 77: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

62

5.4.3 Penilaian Korelasi Strategi Penanganan dengan Agen Risiko

Perhitungan dimulai dari korelasi antara strategi mitigasi dengan penyebab

risiko hingga nilai ETDk dimasukkan ke tabel HOR fase 2. HOR fase 2 juga

dibuat masing-masing bagian, yaitu: persiapan kolam, penebaran benih,

pemeliharaan, dan pemanenan. Dengan HOR fase 2 juga diketahui peringkat

strategi yang diterapkan lebih dahulu.

5.5 Prioritas Mitigasi Risiko

Berdasarkan hasil penilaian Dk, Tek, ETDk, maka diketahui prioritas aksi

mitigasi yang menjadi usulan dalam penelitian ini berdasarkan bagian atau

tahapan proses budidaya ikan lele, yaitu persiapan kolam, penebaran benih,

pemeliharaan, dan pemanenan.

5.5.1 Prioritas Mitigasi Risiko pada Persiapan Kolam

Berdasarkan hasil pengukuran Dk, korelasi antara mitigasi risiko dan

penyebab risiko serta Tek dan ETD, maka hasil pengukuran tersebut dapat

dijadikan masukan untuk tabel HOR Fase 2.

Page 78: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

63

Tabel 17 . HOR 2 Pada Persiapan Kolam

Pada persiapan kolam, urutan aksi mitigasi yang diusulkan adalah (1)

tersedianya modul SOP untuk pembuatan kolam; (2) Menggunakan air yang

bersih dari limbah. Pada bagian atap dari tabel House of Risk fase 2, terdapat

beberapa hubungan kuat positif yang artinya apabila dua aksi mitigasi

berhubungan kuat positif maka perusahaan bisa memilih salah satu aksi mitigasi

dari keduanya tersebut, dan terdapat beberapa hubungan positif yang artinya

apabila dua aksi mitigasi berhubungan positif, maka perusahaan bisa saja

memadukan antara dua aksi mitigasi yang saling berhubungan, serta terdapat

Agen Risiko 1.

Mem

bu

at S

OP

ber

ben

tuk

mo

du

l u

ntu

k p

emb

uat

an

ko

lam

dilak

uk

an d

eng

an

rew

igh

t

2.

men

gg

un

akan

air

yan

g

ber

sih

dar

i lim

bah

ARPj

A4 3 9 119

A1 9 0 110

A2 9 1 43

A3 9 0 43

A7 1 9 37

A6 3 1 35

A5 0 3 10

Tek 2263 1512

Dk 4 3,5

ETDk 565,75 432

Rank 1 2

Aksi Penanganan Risiko

++ ++

+ : Positif

++ : Kuat Poitif

++ ++

Page 79: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

64

beberapa aksi mitigasi yang tidak berhubungan yang artinya dua aksi mitigsi

tersebut harus dijalankan keduanya.

5.5.2 Prioritas Mitigasi Risiko pada Peneberan Benih

Berdasarkan hasil pengukuran Dk, korelasiantara mitigasi risiko dan penyebab

risiko serta Tek dan ETD, maka hasil pengukuran tersebut dapat dijadikan

masukan untuk tabel HOR Fase 2. Tabel 17 merupakan tabel HOR Fase 2 untuk

tingkat penebaran benih.

Agen Risiko 3. M

elak

uk

an s

elek

si p

ada

ben

ih y

ang a

kan

mas

uk d

an tid

ak m

ener

ima

ben

i yan

g s

akit

4. M

embuat

man

ajem

n k

ola

m u

ntu

k

pen

ebar

an b

ibit

5. M

emilih

dis

trib

uto

r ben

ih y

ang t

erbai

k

ARPj

A10 1 9 0 350

A11 3 9 0 342

A9 9 9 9 292

A14 1 9 0 264

A12 9 3 9 155

A13 3 9 3 71

A8 9 9 9 64

Tek 6452 12912 4812

Dk 3 3 5,5

ETDk 2150,667 4304 874,9091

Rank 2 1 3

Aksi Penanganan

Tabel 18. HOR 2 pada Penebaran Benih

+ : Positif

++ : Kuat Poitif

Page 80: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

65

Pada penebaran benih, urutan aksi mitigasi yang diusulkan adalah (1)

Membuat manajemen kolam untuk penebaran benih (2) tidak menerima benih

yang sakit ; (3) Memilih distributor benih yang terbaik. Apabila terdapat beberapa

hubungan kuat, hal tersebut dapat berarti bahwa apabila dua aksi mitigasi

berhubungan kuat, maka perusahaan dapat memilih salah satu aksi mitigasi dari

keduanya, dan apabila terdapat beberapa hubungan positif, yang artinya apabila

dua aksi mitigasi berhubungan positif, maka perusahaan bisa saja memadukan

kedua aksi mitigasi yang saling berhubungan tersebut, serta apabila terdapat

beberapa aksi mitigasi yang tidak berhubungan, yang artinya kedua aksi mitigsi

tersebut harus dijalankan keduanya.

5.5.3 Prioritas Mitigasi Risiko pada Pemeliharaan

Berdasarkan hasil pengukuran Dk, korelasi antara mitigasi risiko dan penyebab

risiko serta Tek dan ETD, maka hasil pengukuran tersebut dapat dijadikan

masukan untuk tabel HOR Fase 2. Tabel 18 merupakan tabel HOR Fase 2 untuk

tingkat pemeliharaan, urutan aksi mitigasi yang diusulkan adalah (1) Memberikan

pakan dan obat yang seuai; (2) Melakukan pengecekan berkala pada lele; (3)

Normalisasi air dan memisahkan lele yang sakit dengan yang sehat.

Pada bagian atap dari tabel House of Risk fase 2, terdapat beberapa hubungan

kuat positif yang artinya apabila dua aksi mitigasi berhubungan kuat positif maka

perusahaan bisa memilih salah satu aksi mitigasi dari keduanya tersebut, dan

apabila terdapat beberapa hubungan positif yang artinya apabila dua aksi mitigasi

berhubungan positif, maka perusahaan bisa saja memadukan antara dua aksi

mitigasi yang saling berhubungan, serta apabila terdapat beberapa aksi mitigasi

Page 81: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

66

yang tidak berhubungan yang artinya kedua aksi mitigsi tersebut harus dijalankan

keduanya.

Tabel 19. HOR 2 Pada Pemeliharaan

Agen Risiko 6. M

elak

uk

an p

engec

ekan

ber

kal

a pad

a

lele

men

erim

a ben

i yan

g s

akit

7. M

ember

ikan

pak

an d

an o

bat

yan

g

seuai

8. N

orm

alis

asi ai

r dan

mem

isah

kan

lel

e

yan

g s

akit d

engan

yan

g s

ehat

ARPj

A17 3 9 1 217

A22 9 0 9 178

A15 3 9 3 175

A21 3 9 1 158

A18 1 9 0 114

A16 3 9 3 71

A19 3 3 3 61

A23 1 0 9 49

A20 1 0 9 18

Tek 3829 6798 3501

Dk 3 3 5,5

ETDk 1276,333 2266 636,5455

Rank 2 1 3

Aksi Penanganan

+ : Positif

++ : Kuat Poitif

Page 82: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

67

5.5.4 Prioritas Mitigasi Risiko Pemanenan

Berdasarkan hasil pengukuran Dk, korelasi antara mitigasi risiko dan penyebab

risiko serta Tek dan ETD, maka hasil pengukuran tersebut dapat dijadikan

masukan untuk tabel HOR Fase 2. Tabel 19 merupakan tabel HOR Fase 2 untuk

pemanenan strategi yang diterapkan, urutan aksi mitigasi yang diusulkan adalah

(1) Kolam sementara setelah panen yang sesuai ; (2) Melakukan penyortiran dan

penyerokan dengan hati-hati dilakukan.

Tabel 20. HOR 2 Pada Hasil panen

Agen Risiko 9.

Mel

aku

kan

pen

ort

iran

dan

pen

yer

ok

an d

eng

an h

ati-

hat

i

dil

aku

kan

den

gan

rew

igh

t

10

. K

ola

m s

emen

tara

set

elah

pan

en y

ang

ses

uai

ARPj

A24 9 0 126

A28 0 9 22

A27 3 3 25

A26 9 0 40

A25 3 0 48

Tek 1713 273

Dk 4 3,5

ETDk 428,25 78

Rank 1 2

Aksi Penang

+ : Positif

++ : Kuat Poitif

Page 83: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

68

Pada bagian atap dari tabel House of Risk fase 2, terdapat beberapa hubungan

kuat positif yang artinya apabila dua aksi mitigasi berhubungan kuat positif maka

perusahaan bisa memilih salah satu aksi mitigasi dari keduanya tersebut, dan

apabila terdapat beberapa hubungan positif yang artinya apabila dua aksi mitigasi

berhubungan positif, maka perusahaan bisa saja memadukan antara dua aksi

mitigasi yang saling berhubungan, serta apabila terdapat beberapa aksi mitigasi

yang tidak berhubungan yang artinya kedua aksi mitigsi tersebut harus dijalankan

keduanya.

Page 84: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

69

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan, pengolahan dan analisis data yang

telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Risiko yang terjadi pada budidaya ikan lele biofloc pada PT Agro 165

Nusantara Jaya dari mulai persiapan kolam terdapat risiko yaitu kolam

belum ideal, proses pengairan kolam belum baik; selanjutnya pada proses

penebaran benih yaitu benih lele sakit, kepadatan kolam, benih lele

mengalami stres; proses pemeliharan yaitu pertumbuhan kurang maksimal,

nafsu makan lele berkurang, lele terjangkit penyakit dan mati; proses yang

terakhir yaitu pemananan pada tahap ini risiko yang terjadi adalah lele

mengalami luka dan lecet dan ikan lele sakit setelah panen.

2. Penilaian tingkat risiko produksi pada usaha budidaya ikan lele biofloc

pada PT Agro 165 Nusantara Jaya dari tahap persiapan kolam risiko yang

paling tinggi dengan nilai ARP 119,34 pada A5 (kualitas air yang buruk)

lalu pada tahap penebaran benih nilai ARP 350,55 yaitu A10 (padat tebar

tidak ideal) selanjutnya pada proses pemeliharaan nilai ARP 217,56 yaitu

A17 kualitas pakan yang kurang baik dan terakhir pada proses pemanenan

dengan nilai ARP 126,36 yaitu A24 (tenaga kerja kurang teliti dalam

proses pemanenan.

Page 85: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

70

3. Startegi yang tepat untuk menanggulangi risiko-risiko pada PT Agro 165

Nusantara Jaya yang ada adalah pada tahap persiapan kolam yang perlu

dilakukan yaitu: (1) tersedianya modul SOP untuk pembuatan kolam dan

(2) menggunakan air yang bersih dari limbah. Pada proses penebaran

benih yang perlu dilakukan yaitu: (1) membuat manajemen kolam untuk

penebaran benih; (2) tidak menerima benih yang sakit; dan (3) memilih

distributor benih yang terbaik. Selanjutnya pada proses pemeliharaan yang

perlu dilakukan yaitu: (1) memberikan pakan dan obat yang sesuai; (2)

melakukakan pengecekan berkala pada lele; dan (3) normalisasi air dan

memisahkan lele yang sakit dengan yang sehat. Pada proses terakhir yaitu

proses panen perlu dilakukan aksi mitigasi untuk mangurangi dampak dari

risiko yang ada yaitu: (1) kolam sementara setelah panen yang sesuai; (2)

melakukan penyortiran dan penyerokan dengan hati-hati dilakukan.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat

disampaikan adalah:

1. Pada tahap persiapan kolam, PT Agro 165 Nusantara Jaya sebaiknya

melakukan pembuatan kolam yang ideal dengan memasang mesin floc

yang memiliki normalisasi air yang baik agar suhu dan pH air kolam

netral, tidak ada kontaminasi dari parasit, hama, dan penyakit dari sisa

pada produksi sebelumya.

Page 86: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

71

2. Pada tahap penebaran benih, PT Agro 165 Nusantara Jaya sebaiknya

melakukan penebaran benih dengan kuantitas yang sesuai dengan

kapastitas kolam. PT. Agro 165 Nusantara Jaya juga perlu bermitra dengan

para peternak benih yang ada di sekitar Kota Depok agar kualitas benih

tidak menurun karena jarak tempuh perjalanan yang terlalu jauh. Selain

itu, Koperasi PT Agro 165 Nusantara Jaya sebaiknya mencoba melakukan

diversifikasi untuk memproduksi benih lele sendiri agar mutu kualitas lele

dapat disesuaikan dengan kebutuhan PT Agro 165 Nusantara Jaya.

3. Pada tahap pemeliharaan, PT Agro 165 Nusantara Jaya perlu melakukan

pengecekkan ikan lele secara berkala, mengambil dan memisahkan lele

yang sakit dan mati sesegera mungkin, membuat jadwal piket karyawan

untuk pengecekkan kondisi kolam, dan membuat Standar Operasional

Prosedur (SOP), serta memilih karyawan yang kompeten agar terampil

dalam memelihara kolam dan ikan lele demi hasil panen yang berkualitas.

4. Pada tahap panen, PT Agro 165 Nusantara Jaya sebaiknya melakukan

penyortiran dan penyerokan dengan hati- hati, tidak melempar lele secara

kasar, dan membuat Standar Operasional Prosedur (SOP) secara tertulis

untuk proses produksi pembesaran lele agar SOP tersebut dapat menjadi

acuan bagi seluruh karyawan.

Page 87: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

72

DAFTAR PUSTAKA

Djohanputro, B. (2008). Manajemen Risiko Korporat. Jakarta. PPM.

Djohanputro, B. (2013). Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi: Panduan

Penerapan dan Pengembangan. Jakarta: PPM

Dinas Pertanian dan Perikanan. (2017). Data Produksi Perikanan Kota Depok:

Cabang Usaha Pembesaran Ikan Konsumsi. Dinas Depok. Indonesia

Gunawan, S. (2016). Kupas Tuntas Budi Daya Bisnis Lele. Jakarta: Penebar

Swadaya.

Hanafi, M.M.(2014). Manajemen Risiko. Yogyakarta: UPP STIM YKPN

Heizer, J dan Render, B. (2014). Manajemen Operasi. Ed ke-11. Diterjemahkan

oleh: Horison Kurnia. Jakarta: Salemba Empat.

Kountur, R. (2008). Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan. Jakarta:

PPM.

Khairuman, Khairul Amri. Peluang Usaha dan Teknik Budidaya Lele

Sangkuriang.Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Putri, D.H. (2017). Analisis Risiko Produksi Pembesaran Ikan Lele pada Koperasi

Vatra Mandiri Depok. Skripsi, Universitas Islam Negeri Jakarta.

Putri, N.S. (2015). Analisis Risiko Rantai Pasok Susu Pasteurisasi Dengan Fuzzy

Failure Mode And Effect Analysis. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Murti, C.T (2014). Risiko Rantai Pasok Ayam Potong pada Restoran Cepat Saji

Mc.Donald’s (Studi Kasus pada Mc.Donald’s Kemang). Universitas Islam

Negeri Jakarta. Jakarta.

Rahmawati, L. (2016). Analisis Mitigasi Risiko Pada Sistem Distribusi Bunga

Krisan Di Pasar Bunga Rawabelong. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta. Jakarta.

Rizky. (2010). Analisis Risiko Produksi Pembibitan Ikan Lele pada Family Jaya

1, Kecamatan Sawangan Kota Depok. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Bogor

Page 88: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

73

Suprapto, Sugimin LS (2013) Rahasia Sukses Teknologi Budidaya Lele Biofloc

165. Depok (ID) : Agro 165

Tampubolon, M. (2004). Manajemen Operasional. Jakarta: Ghalia Indonesia

Warisno dan Dahana, K. (2009). Meraup Untung dari Beternak Lele Sangkuriang.

Yogyakarta: Lily Publisher.

Wastra, A.R dan Mahbubi, A. (2014). Risiko Agribisnis. Jakarta: Gaung Persada

Press Group.

Page 89: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

74

Definisi Konseptual Variabel Pernyataan kejadian

resiko (risk event)

Pernyataan penyebab risiko (risk

agent)

Menurut Gunawan, 2016: 198 tahapan usaha

pembesaran lele meliputi:

1. Persiapan kolam, persiapan kolam

merupakan tahap awal dalam

melakukan usaha pembesaran lele.

Dalam usaha budidaya lele kolam

yang digunakan bermacam-macam

sehingga membuat persiapannya pun

berbeda-beda (Gunawan, 2016:198).

Persiapan

Kolam

Kolam belum ideal 1. Pembuatan kolam yang tidak

sesuai standar

2. Kolam mengalami kebocoran

3. Diamter kolam tidak rata

4. Besi sanggahan kolam tidak kuat

Pengairan kolam belum

baik

1. Kualitas air yang buruk

2. Cuaca tidak mendukung

3. Kurangnya kontrol pada kolam

4. Air kolam tercampur limbah

2. Penebaran bibit, penebaran bibit

merupakan tahap dimana bibit yang

telah lolos seleksi kualitasnya

kemudian ditebar ke kolam

pemeliharaan (Gunawan, 2016:198

Penebaran

benih

Benih lele sakit 1. Benih lele tidak sesuai

2. Benih gagal berdaptasi dengan

kolam baru

Kepadatan kolam 1. Padat tebar tidak ideal

2. Penebaran benih di kolam yang

kurang tepat

Benih lele mengalami

stress

1. Jalur distribusi yang panjang

2. Penyaringan benih yang tidak

sesuai

3. Benih ikan terlalu padat di kolam

Page 90: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

75

3. Pemeliharaan ialah waktu antara

pemeliharaan bibit hingga panen (Gunawan

2016:198)

Pemeliharaan

Pertumbuhan kurang

maksimal

1. Terlalu banyak floc pada kolam

2. Pengadukan / aerasi tidak

berfungsi

Nafsu makan lele

berkurang

1. Kualitas pakan yang kurang baik

2. Frekuensi pemberian makan

yang tidak sesuai

3. Sisa pakan yang tidak terolah

menjadi floc

Lele terjangkit penyakit

dan mati

1. Fluktuasi suhu air

2. Pemberian obat dan probiotk

yang kurang tepat

3. Kurangnya kontrol pada ikan

ilele yang sakit\

4. Pergantian air yang kurang rutin

4. Pemanenan merupakan fase akhir dari

kegiatan budidaya lele. Inti dari pemanenan

adalah untuk menghasilkan ikan lele

konsumsi yang siap untuk dijual (Gunawan,

2016:252).

Pemanenan

Lele mengalami luka

dan lecet

1. Tenaga kerja kurang teliti dalam

proses pemanenan

2. Ikan lecet terkena jaring saat

panen

Ikan lele sakit setelah

panen

1. Proses sortasi kurang tepat

2. Lele mengalami strees saat

pemindahaan tempat

3. Kolam sementara yang tidak

sesuai

Page 91: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

76

Lampiran 2.

KUESIONER PENELITIAN

Nama : Jabatan : No. Telp :

Teknik Pengambilan Kuesioner

A. Petunjuk Pengisisan Kuesioner

1. Jawaban merupakan persepsi Bapak/Ibu terhadap frekuensi risiko yang

terjadi, baik peluang terjadinya risiko maupun dampak yang dirasakan jika

risiko itu terjadi.

2. Pengisian kuesioner dilakukan dengan memberikan tanda (√) atau (x).

3. Jika Bapak/Ibu tidak memahami pertanyaan agar melingkari nomor

pertanyaan.

B. Penilaian Kejadian Risiko

Dibawah ini tercantum penyebab risiko dari setiap kejadian risiko yang terjadi pada

saat budi daya pembesaran ikan lele. Bapak/Ibu diminta untuk memberikan penilaian

1 sampai 5 pada setiap penyebab risiko dengan kriteria sebagai berikut:

Keterangan Untuk Penilaian “Frekuensi/Peluang Terjadinya Risiko”

1= Sangat Rendah = tidak pernah terjadi

2= Rendah = jarang terjadi, hanya pada kondisi tertentu

3= Sedang = terjadi pada kondisi tertentu

4= Tinggi = sering terjadi pada setiap kondisi

5= Sangat Tinggi = selalu terjadi pada setiap kondisi

Page 92: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

77

Sub Area Kode Agen Penyebab Risiko

(Risk Agent)

Tingkat

Keseringan

(Probability)

1 2 3 4 5

Persiapan

Kolam

A1 Pembuatan kolam yang tidak sesuai standar

A2 Kolam mengalami kebocoran

A3 Diameter kolam tidak rata

A4 Besi sanggahan kolam tidak kuat

A5 Kualitas air yang buruk

A6 Cuaca yang tidak mendukung

A7 Kurangnya control air pada kolam

A8 Air kolam tercampur limbah

Penebaran

Benih

A9 Benih lele tidak sesuai

A10 Padat tebar tidak ideal

A11 Benih gagal beradaptasi

A12 Penebaran benih di kolam yang kurang

tepat

A13 Jalur distribusi benih yang panjang

A14 Penyaringan benih lele tidak sesuai

A15 Benih ikan lele terlalu padat di kolam

Pemeliharaan A16 Terlalu banyak floc pada kolam

A17 Pengadukan / aerasi tidak berfungsi

A18 Kualitas pakan yang kurang baik

A19 Frekuensi pemberian makan yang tidak

tepat

A20 Fluktuasi suhu air

A21 Pemberian obat dan probiotik kurang tepat

A22 Sisa pakan yang tidak terolah menjadi floc

A23 Kurangnya control pada ikan lele sakit

A24 Pergantian air yang kurang rutin

Pemanenan A25 Tenaga kerja kurang teliti dalam proses

pemanenan

A26 Ikan lecet terkena jarring saat panen

A27 Proses sortasi yang kurang tepat

A28 Lele mengalami stress saat pemindahan

tempat

Page 93: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

78

Lampiran 3.

KUESIONER PENELITIAN

Nama : Jabatan : No. Telp :

Teknik Pengambilan Kuesioner

A. Petunjuk Pengisisan Kuesioner

1. Jawaban merupakan persepsi Bapak/Ibu terhadap frekuensi risiko yang terjadi,

baik peluang terjadinya risiko maupun dampak yang dirasakan jika risiko itu

terjadi.

2. Pengisian kuesioner dilakukan dengan memberikan tanda (√) atau (x).

3. Jika Bapak/Ibu tidak memahami pertanyaan agar melingkari nomor pertanyaan.

B. Penilaian Kejadian Risiko

Dibawah ini tercantum penyebab risiko dari setiap kejadian risiko yang terjadi pada

saat budi daya pembesaran ikan lele. Bapak/Ibu diminta untuk memberikan penilaian 1

sampai 5 pada setiap penyebab risiko dengan kriteria sebagai berikut:

Keterangan Untuk Penilaian “Dampak Terjadinya Risiko”

1= Sangat Rendah = tidak berdampak

2= Rendah = berdampak, namun sangat rendah

3= Sedang = berdampak sedang

4= Tinggi = berdampak tinggi

5= Sangat Tinggi = sangat berdampak

Page 94: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

79

Sub Area Kode Agen Penyebab Risiko

(Risk Agent)

Tingkat

Keseringan

(Probability)

1 2 3 4 5

Persiapan

Kolam

E1 Kolam belum ideal

E2 Pengairan kolam belum baik

Penebaran

Benih

E3 Benih lele sakit

E4 Kepadatan Kolam

E5 Benih lele mengalami stress

Pemeliharaan E6 Pertumbuhan kurang maksimal

E7 Nafsu makan lele berkurang

E8 Lele terjangkit penyakit dan mati

Pemanenan E9 Lele mengalami luka dan lecet

E10 Ikan lele sakit setelah panen

Page 95: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

80

Lampiran 4.

Hubungan Korelasi Antara Kejadian Risiko dan Penyebab Risiko

Nama : Jabatan : No. Telp :

Dibawah ini tercantum kode untuk kejadian risiko dikolom sebelah kiri dan kode

Penyebab risiko di baris paling atas. Bapak/Ibu diminta untuk menentukan nilai dari

hubungan korelasi antara kejadian risiko dan Penyebab penyebab risiko dengan kriteria

sebagai berikut:

1. 0 menunjukkan tidak adanya korelasi antara Penyebab dan kejadian risiko 2. 1 menunjukkan adanya korelasi yang lemah antara Penyebab dan kejadian risiko,

berarti bahwa Penyebab risiko berperan kecil dalam menunjukka n kejadian

risiko. 3. 3 menunjukkan adanya korelasi yang sedang antara Penyebab dan kejadian risiko,

berarti bahwa Penyebab risiko berperan sedang dalam memunculka n kejadian

risiko 4. 9 menunjukkan adanya korelasi yang kuat antara Penyebab dan kejadian risiko,

berarti bahwa Penyebab risiko berperan besar dalam memunculka n kejadian

risiko

Page 96: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

81

K E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 E8 E9 E10

A1

A2

A3

A4

A5

A6

A7

A8

A9

A10

A11

A12

A13

A14

A15

A16

A17

A18

A19

A20

A21

A22

A23

A24

Keterangan: 1. K merupakan kode dari kejadian risiko dan Penyebab penyebab risiko

2. Keterangan untuk kejadian dan Penyebab penyebab risiko dapat dilihat pada tabel

diatas.

Page 97: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

82

Lampiran 5.

Derajat/ Tingkat Kesulitan Tindakan/Strategi Mitigasi Penyebab Risiko pada

Tahapan Perisapan Kolam

Nama : Jabatan : No. Telp :

A. Petunjuk Pengisian Kuesioner 1. Jawaban merupakan persepsi Bapak/Ibu terhadap derajat/ tingkat kesulita n

tindakan/ strategi mitigasi penyebab risiko yang pada tahap persiapan kolam 2. Pengisian kuesioner dilakukan dengan memberikan tanda checklist (√) 3. Jika Bapak/Ibu tidak memahami pertanyaan agar melingkari nomor

pertanyaan. 4. Keterangan untuk pengisian kuesioner

3 = Tidak Berpengaruh 4 = Berpengaruh 5 = Sangat Berpengaruh

B. Derajat/Tingkat Kesulitan Tindakan/Strategi Mitigasi Risiko (Mitigasi

Action)

Kode Strategi Mitigasi (Mitigasi Action) Tingkat Kesulitan

3 4 5

PA1 Tersedianya modul SOP untuk pembuatan kolam PA2 Menggunakan air yang bersih dari limbah

PA3 Melakukan seleksi pada benih yang akan masuk dan tidak

menerima beni yang sakit PA4 Membuat manajemn kolam untuk penebaran benih

PA5 Memilih distributor benih yang terbaik PA6 Melakukan pengecekan berkala pada lele

PA7 Memberikan pakan dan obat yang seuai

PA8 Normalisasi air dan memisahkan lele yang sakit dengan yang

sehat

PA9 Melakukan penyortiran dan penyerokan dengan hati-hati PA10 Adanya kolam penampungan sementara setelah panen

Page 98: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

83

Lampiran 6.

Korelasi Penerapan Tindakan/ Strategi Mitigasi dengan Penyebab Risiko pada

Tahap Penebaran Bibit

Nama : Jabatan : No. Telp :

A. Petunjuk Pengisian Kuesioner 1. Jawaban merupakan persepsi Bapak/Ibu terhadap korelasi penerapan

tindakan atau strategi mitigasi risiko dengan penyebab risiko pada tahap

penebaran bibit berdasarkan keterangan di bawah ini:

2. Pengisian kuesioner korelasi penerapan tindakan atau strategi mitigasi risiko

dengan penyebab risiko dilakukan dengan memberikan nilai dengan angka

sebagai berikut:

0 = Tidak ada korelasi 1 = Korelasi / hubungan rendah 3 = Korelasi / hubungan sedang 9 = Korelasi / hubungan tinggi

Page 99: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

84

B. Tabel Korelasi Penerapan Tindakan/Strategi Mitigasi Risiko Dengan

Penyebab Risiko

MAk

Aj PA1 PA2 PA3 PA4 PA5 PA6 PA7 PA8 PA9 PA10

A1

A2

A3

A4

A5

A6

A7

A8

A9

A10

A11

A12

A13

A14

A15

A16

A17

A18

A19

A20

A21

A22

A23

A24

Page 100: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47413...menerapkan budidaya pada kolam konvensional yaitu menggunakan kolam terpal yang

85

Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian

1. Persiapan Kolam

2. Pemeliharaan & Pemberian Pakan

3. Pemanenan