analisis risiko produksi pembesaran ikan hias … · analisis risiko produksi pembesaran ikan hias...

59
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok) MUHAMAD NANANG SOFYUDIN

Upload: vankhanh

Post on 08-Mar-2019

300 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS

NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi,

Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

MUHAMAD NANANG SOFYUDIN

Page 2: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Berjudul Analisis Risiko

Produksi Pembesaran Ikan Hias Neon Tetra (Studi Kasus di Pengusaha Bapak

Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok) adalah benar karya saya dengan

arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada

perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan

dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Muhamad Nanang Sofyudin

NRP. H34077031

Page 3: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

ABSTRAK

MUHAMAD NANANG SOFYUDIN. Analisis Risiko Produksi

Pembesaran Ikan Hias Neon Tetra (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi,

Kecamatan Bojongsari, Kota Depok). Dibimbing oleh ANNA FARIYANTI.

Indonesia merupakan negara yang dikenal sebagai negara kepulauan di

dunia, sehingga sangat mendukung sektor perikanan dan memiliki potensi bagi

perkembangan perekonomian maritim bangsa. Salah satunya bisnis produk

perikanan non konsumsi di Indonesia, khususnya komoditas ikan hias yang

mengalami perkembangan yang cukup pesat disamping memiliki prospek yang

menjanjikan secara ekonomi.

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi sumber risiko produksi dan

menganalisis dampak resiko yang terdapat pada kegiatan usaha pembesaran ikan

hias neon tetra milik Bapak Rodi.

Metode analisis yang digunakan adalah analisis manajemen risiko dan

analisis risiko berdasarkan ukuran yang menggunakan pendekatan Expected

Return, variance, standard deviation, dan coefficient variation. Berdasarkan hasil

penilaian risiko produksi pada usaha pembesaran ikan hias neon tetra diperoleh

nilai expected return sebesar 78.52 untuk satu kali periode. Artinya, Bapak Rodi

dapat mengharapkan perolehan hasil sebanyak 78.52 persen survival rate dalam

usaha pembesaran ini untuk setiap periode panen. Sedangkan untuk nilai

coefficient variation diperoleh hasil sebesar 0,23. Dengan kata lain bahwa untuk

setiap satu persen tingkat keberhasilan ikan hias neon tetra yang diperoleh akan

mengalami risiko sebesar 0,23 persen pada saat terjadi risiko produksi. Beberapa

hal yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan investasi berupa pembelian

alat thermometer dan pH meter agar pengecekan suhu dan pH dapat dilakukan

secara rutin.

Kata Kunci : Survival rate, Expected Return, variance, standard deviation, dan

coefficient variation

Page 4: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

ABSTRACT

MUHAMAD NANANG SOFYUDIN. Productionn Risk Analysis of

Enlargment Neon Tetra Fish (Case Studies in Entrepreneur Mr. Rodi, District

Bojongsari, Depok). Supervised by ANNA FARIYANTI.

Indonesia is the archipelago country and well-known in the world, So it

supports the fisheries sector and has the potential for economics development as

maritime country and nation. One of these, is the non-consumption of fishery

products business in Indonesia, in particulary is a commodity of ornamental fish.

It has developed quite rapidly besides having promising prospects economically.

The Objective of this study is to identify a source of risk production and to

analyze probability and impact of risk production in the rearing

operational business of ornamental fish neon tetra owned by Mr. Rodi.

The analytical method used is the analysis of risk management and risk

analysis based on the size of the Expected Return approach, variance,

standard deviation, and coefficient of variation. The result Based on the risk

assessment on the production of ornamental fish rearing business neon

tetra obtained the expected return value is 84.77 for a single period. That

Means is Mr. Rodi can expect as much the result of the acquisition of 84.77 per

cent survival rate in this enlargement effort for each harvest period. The

coefficient of variation values obtained results of 0.20. In other words, for

every one percent success rate ornamental fish neon tetra obtained will have a

risk of 0.20 percent at the time of production risk. Some things that can be done

is to make investments in the form of a purchase thermometers and pH meters

tool that checks the temperature and pH can be done routinely.

Key Word: Neon Tetra, Survival rate, Expected Return, variance, standard

deviation, and coefficient variation

Page 5: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS

NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi,

Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

MUHAMAD NANANG SOFYUDIN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

Page 6: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

Judul skripsi : Analisis Risiko Produksi Pembesaran Ikan Hias Neon Tetra (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan

Bojongsari, Kota Depok) Nama

NRP

: Muhamad Nanang Sofyudin

: H34077031

Disetujui oleh

Pembimbing

Dr. Ir. Anna Fariyanti, MSi

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

Page 7: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat

dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tema yang dipilih

dalam penelitian ini adalah mengenai Analisis Risiko Produksi Ikan Hias Neon

Tetra (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota

Depok).

Penulis mengucapkan terimakasih kepada ibu Dr. Ir. Anna Fariyanti MSi

selaku dosen pembimbing, yang telah banyak memberikan saran. Terimakasih

juga penulis sampaikan kepada keluarga Bapak Rodi Saputra dan Pokdakan

Curug Jaya 1 selaku pengusaha ikan hias neon tetra yang telah mebantu selama

proses penelitian ini. Ungkap terimakasih juga kepada orangtua dan seluruh

keluarga atas do’a, kasih sayang dan support yang telah diberikan selama ini,

teman-teman Ekstensi Agribisnis angkatan 4 atas kebersamaan selama

perkuliahan.

Semoga skripsi ini bermanfaat. Aamiin.

Bogor, Februari 2014

Muhamad Nanang Sofyudin

Page 8: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)
Page 9: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

1

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xvi

PENDAHULUAN ................................................................................ 1

Latar Belakang .......................................................................... 1

Rumusan Masalah ..................................................................... 4

Tujuan Penelitian ....................................................................... 6

Kegunaan Penelitian ................................................................... 6

Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 6

TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 7 Prospek Usaha Budidaya Ikan Hias ............................................ 7

Ikan Neon Tetra ......................................................................... 7

Pembesaran Ikan Neon Tetra ..................................................... 8

Penelitian Terdahulu ................................................................. 9

Sumber-sumber Risiko Produksi Perikanan ......................... 12

Motode Analisis Risiko ....................................................... 12

Strategi Penanganan Risiko ................................................. 13

KERANGKA PEMIKIRAN .............................................................. 13 Kerangka Pemikiran Teoritis .................................................... 13

Konsep Risiko ..................................................................... 13

Sumber-sumber Risiko ........................................................ 15

Strategi Pengelolaan Risiko ................................................ 15

Konsep Penanganan Risiko ................................................. 17

Kerangka Pemikiran Operasional .............................................. 19

METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 20 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 20

Jenis dan sumber Data ............................................................... 21

Metode Pengolahan dan Analisis Data ...................................... 21

Analisis Manajemen Risiko ................................................ 22

Analisis Kuantitatif .............................................................. 22

GAMBARAN PROFIL USAHA ......................................................... 25

Profil Usaha ................................................................................ 25

Struktur Organisasi ..................................................................... 26

Lokasi Usaha ............................................................................. 27

Kegiatan Produksi Pembesaran .................................................. 27

Penyiapan akuarium ............................................................. 28

Penebaran Benih .................................................................. 28

Pemberian Pakan ................................................................. 29

Pengelolaan Air ................................................................... 29

Pengendalian Hama dan Penyakit ....................................... 30

Penyortiran Ikan Hias .......................................................... 31

Page 10: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

2

Pengemasan ........................................................................ 31

Pemasaran ............................................................................ 31

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 32

Identifikasi Sumber-sumber Risiko ........................................... 32

Kondisi Cuaca dan Iklim .................................................... 34

Kualitas Pakan ..................................................................... 35

Hama dan Penyakit .............................................................. 36

Analisis Risiko Produksi Ikan Hias Neon Tetra ........................ 36

Strategi Pengelolaan Risiko Produksi ........................................ 38

Perencanaan Produksi ......................................................... 36

Pengorganisasian ................................................................ 39

Pelaksanaan ......................................................................... 39

Pengontrolan ....................................................................... 39

KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 40

Kesimpulan ................................................................................ 38

Saran .......................................................................................... 38

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 39

LAMPIRAN ......................................................................................... 40

Page 11: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

3

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. . PDB perikanan nasional indonesia atas dasar harga berlaku….. 1

2. . Volume produksi sektor perikanan tahun 2010-2011................. 2

3. . Nilai ekspor ikan hias tahun 2007-2010.................... …………. 3

4. Survival Rate pembesaranikan hias neon tetra Bapak Rodih

Tahun 2011 –2013 ………………………................................. 5

5. Tingkat survival rate pada pembesaran ikan hias neon tetra

di usaha Bapak Rodih ……………………….............................. 23

6. Harga jual ikan hias neon tetra di Pokdakan Curug Jaya

pada eksportir ………………………………............................ 28

7. Rata-rata produksi, survival rate ikan hias neon tetra dan

peluang yang dihadapi………………………............................. 33

8. Hasil penilaian risiko produksi pembesaran ikan hias neon tetra

pada usaha Bapak Rodi tahun 2011-2013.….............................. 37

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 .... Proses pengelolaan risiko perusahaan ……………………. 17

2 .... Kerangka pemikiran operasional…………………………. 20

3 .... Struktur organisasi ………………………………………... 26

LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 ... Nilai produksi perikanan budidaya menurut jenis

budidaya dan provinsi tahun 2011 ................................................ 41

2 ... Kerangka pemikiran operasional……………………………….. 42

3 ... Dokumentasi di pengusaha Bapak Rodi ………………………. 43

Page 12: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)
Page 13: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang dikenal sebagai negara kepulauan di

dunia, sehingga sangat mendukung sektor perikanan dan memiliki potensi bagi

perkembangan perekonomian maritim bangsa. Perikanan budidaya merupakan

salah satu komponen yang penting pada sektor perikanan. Hal ini berkaitan

dengan perannya dalam menunjang persediaan pangan nasional, penciptaan

pendapatan dan lapangan kerja di usaha lain1.

Peranan sektor perikanan dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari

fungsinya sebagai penyedia bahan baku pendorong agroindustri, penyumbang

devisa melalui penyediaan ekspor hasil perikanan, penyediaan kesempatan kerja,

sumber pendapatan nelayan atau petani ikan dan pembangunan daerah, serta

pendukung kelestarian sumberdaya perikanan dan lingkungan hidup (Direktorat

Jenderal Perikanan, 2004).

Peran serta sektor perikanan dalam perkembangan perekonomian Indonesia

dapat dilihat berdasarkan kontribusi sektor perikanan terhadap Produk Domestik

Bruto (PDB). PDB merupakan salah satu indikator ekonomi makro yang

ditujukan untuk mengetahui peran dan kontribusi yang diberikan oleh suatu

produk terhadap pendapatan nasional. Hal tersebut dapat di lihat pada Tabel 1.

Tabel 1 PDB perikanan dan nasioanal indonesia atas dasar harga berlaku tahun

2008-2011

Tahun PDB Perikanan

(Miliar Rupiah) PDB Total

(Miliar Rupiah) Persentase PDB Perikanan

Terhadap PDB Total (Persen)

2004 53,010.8 2,295,826.2 2,309

2005 59,639.3 2,774,281.1 2,1497

2006 74,335.3 3,339,216.8 2,2261

2007 97,697.3 3,950,893.2 2,4728

2008 137,249.5 4,948,688.4 2,7734

2009 176,620.0 5,606,203.4 3,1504

2010* 199,383.4 6,436,270.8 3,0979

2011** 227,761.2 7,427,086.1 3,0666

Keterangan : ( * ) Angka sementara

( ** ) Angka sangat sementara

Sumber : Badan Pusat Statistik (2013)

Berdasarkan Tabel 1, pada tahun 2004 sampai dengan 2011 menunjukkan

bahwa pendapatan sektor perikanan secara keseluruhan memiliki kecenderungan

1http://www.indonesia.go.id/in/sekilas-indonesia/geografi-indonesia

[23 November 2012]

Page 14: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

2

mengalami peningkatan dari tahun ketahun meskipun dilihat dari persentase

perbandingan antara pendapatan perikanan terhadap pendapatan nasisonal

berfluktuatif. Dengan kenaikan tersebut menunjukkan sektor kelautan dan

perikanan dari tahun ke tahun perannya semakin penting dalam pembentukan

pendapatan nasional.

Peran serta peningkatan pendapatan sektor perikanan terhadap pendapatan

nasional salah satunya didorong dengan meningkatnya nilai ekspor produk

perikanan Indonesia sendiri. Pada semester pertama 2012 tercatat sebesar USD

1,9 miliar atau meningkat sebesar 17,92 persen dibandingkan periode yang sama

2011.Sedangkan volume ekspor pada semester pertama tahun 2012 meningkat

sebesar 14,5 persen, dari 521,6 ribu ton tahun 2011 menjadi 597,2 ribu ton pada

2012. Peningkatan ekspor juga diikuti dengan peningkatan sebesar 26,32 persen

neraca perdagangan produk perikanan, dari sebesar USD 1,36 milyar pada 2011,

meningkat menjadi USD 1,72 miliar pada 20122.

Tahun 2011, realisasi ekspor hasil perikanan sebesar 3,5 miliar dollar AS

(Rp 33.250 triliun), dengan negara utama tujuan ekspor produk perikanan yakni

Amerika Serikat 1,07 miliar dollar AS atau Rp 10.165 triliun (30,4 persen),

Jepang 806 juta dollar AS atau Rp 7.657 triliun (22,9 persen), dan Eropa 459,8

juta dollar AS atau Rp 4.368 triliun (13,1 persen)3.

Klasifikasi dari sektor perikanandibagi menjadidua yaitu perikanan tangkap

yang terdiri dari perairan tangkap dilaut dan perairan umum.Volume produksi

sektor perikanan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Volume produksi sektor perikanan tahun 2010-2011

Rincian

Tahun (Ton) Kenaikan Rata-Rata

(%) 2010 2011

Penangkapan 5.348.418 5.409.100 0,46

Perikanan Laut 5.039.446 5.061.680 0,44

Perairan Umum 344.972 347.420 0,71

Budidaya 6.277.972 7.901.526 11,13

Budidaya Laut 3.514.702 3.735.585 6,28

Tambak 1.416.038 1.734.260 22,47

Kolam 819.809 955.511 16,55

Keramba 121.271 120.654 -0,51

Jaring Apung 309.499 331.936 7,25

Sawah 96.605 98.804 2,28

Jumlah 11.662.342 13.310.626 6,20

Sumber : KKP (2013)

2 http//:p2hp.go.id/Perencanaan Bulan Hasil Mutu

Perikanan 2012 [11 Oktober 2012]

3 loc.cit

Page 15: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

3

Pada Tabel 2 menjelaskan sektor perikanan nasional mengalami

peningkatan volume produksi sebesar 6,20 persen per tahun. Salah satu sektor

yang memberikan kontribusi di dalam peningkatan perikanan nasional adalah

sektor perikanan budidaya dengan volume produksi lebih besar dibandingkan

dengan perikanan tangkap yaitu sebesar 11,13 persen per tahun.

Berdasarkan tabel nilai produksi perikanan budidaya menurut jenis

budidaya dan Provinsi tahun 2011 pada lampiran 1 memperlihatkan pulau Jawa

memiliki nilai produksi tertinggi yaitu sebesar 21.493.302.629.000 rupiah dan

Jawa Barat memberikan kontribusi tertinggi didalamnya yaitu sebesar

1.116.823.514.000 rupiah atau 51,2 persen dari total produksi di pulau Jawa.

Perikanan budidaya sendiri dapat terbagi menjadi dua yaitu ikan konsumsi

dan non konsumsi atau ikan hias. Saat ini, perkembangan bisnis produk perikanan

non konsumsi di Indonesia, khususnya komoditas ikan hias mengalami

perkembangan yang cukup pesat di samping memiliki prospek yang menjanjikan

secara ekonomi. Salah satu komoditas perikanan yang diminati pasar asing dan

memiliki potensi produksi di Indonesia adalah ikan hias. Hal ini terlihat dari

peningkatan nilai ekspor ikan hias Indonesia pada Tabel 3

Tabel 3 Nilai ekspor ikan hias periode tahun 2007-2010

Tahun Nilai Ekspor Ikan Hias (USD)

2007 7,3juta

2008 8,3juta

2009 10,0 juta

2010 19,6 juta Sumber : Direktur Jenderal Perikanan Budidaya (2012)

Tabel 3 menunjukkan bahwa produksi ikan hias di Indonesia mengalami

peningkatan, yaitu sebesar 168,5 persen pada periode tahun 2007-2010. Tercatat,

trend volume ekspor ikan hias telah mencapai peningkatan hingga 11,56 persen.

Sedangkan data yang terakumulasi sejak 2007 hingga 2011 lalu nilai ekspor ikan

hias sudah mencapai peningkatan sebesar 23,36 persen pada periode yang sama,

selain itu nilai ekspor ikan hias pada tahun 2011 sebesar US$ 13,262 juta dan

hingga April 2012 sendiri nilai ekspornya sangat menjanjikan, yakni telah

mencapai sebesar US$ 5,241 juta. Sementara data Dewan Ikan Hias Indonesia

(DIHI) menyebutkan perdagangan global ikan hias mencapai turn over 5 miliar

dolar AS dengan pertumbuhan 8 persen per tahun. Sebagian besar ikan

hias tersebut, yakni 85 persennya merupakan ikan hias air tawar dan sisanya yaitu

15 persen merupakan ikan hias laut4. Semakin meningkatnya nilai ekspor tersebut

menunjukkan adanya potensi produksi ikan hias di Indonesia dan kebutuhan pasar

dunia akan ikan hias.

Pengusahaan ikan hias air tawar banyak dilakukan oleh petani-petani yang

tergabung kelompok pembudidaya. Salah satu pengusahaan yang bergerak di

bidang pembudidayaan ikan hias adalah kelompok pembudidaya ikan (pokdakan)

Curug Jaya 1 yang diketuai oleh BapakRodi yang merangkap sekaligus sebagai

Supplyer5 ikan hias di kota Depok.

Kelompok pembudidaya ikan (pokdakan) Curug Jaya 1 merupakan salah

satu kelompok yang memanfaatkan potensi ikan hias melalui pembudidayaan ikan

4 http//:www.kkp.go.id/Mendulang Devisa dari Bisnis Ikan Hias.

[10 Oktober 2012] 5 http//:www.depokterkini.com/Perkampungan Ikan Neon Tetra

[27 November 2012]

Page 16: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

4

hias air tawar di Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat. Jenis

ikan hias yang dibudiayakan Pokdakan Curug Jaya (PCJ) adalah tiga jenis ikan

hias air tawar keluarga Characidae yaitu Neon tetra , Cardinal Tetra dan Red

Nose. Alasan kelompok PCJ membudidayakan ikan hias air tawar keluarga

Characidae dikarenakan kesesuaian lingkungan sekitar atau kecamatan

Bojongsari dengan syarat kelayakan hidup ikan tersebut, terutama pH air yang

bersifat asam (kurang dari 6). Kelompok ini berhasil meraih penghargaan

Adibakti Mina Bahari dari Mentri Kelautan dan Perikanan sebagai Juara I Bidang

Perikanan Budidaya, Kategori Ikan Hias pada Desember 2010 karena sistem

penjualan satu pintu yang baik.Pemanfaatan potensi ikan hias di PCJ didukung

oleh adanya kontrak kerja dengan beberapa eksportir serta pemasarannya yang

sudah memiliki sistem penjualan satu pintu yaitu melalui Bapak Rodi sebagai

ketua sekaligus supplyer. Sistem tersebut memudahkan PCJ dalam memasarkan

ikan hiasnya, sehingga untuk pemasaran ikan hias air tawar PCJ tidak mengalami

kesulitan.

Pengusahaan pembudidadayaan ikan hias Bapak Rodi secara pribadi

memiliki beberapa pembagian usaha yaitu pembenihan, pembesaran dan

pemasaran. Ketiga usaha tersebut, pada usaha pembenihan memiliki tingkat risiko

yang sangat tinggi dimana tingkat keberhasilannya yang lebih rendah bila

dibandingkan dengan pada unit usaha pembesaran. Akan tetapi pada unit usaha

pembesaran bukan berarti tidak memiliki risiko, hal ini ditandai dengan adanya

fluktuasi atau naik turunnya survival rate (SR) atau tingkat keberhasilan hidupikan

hias yang disebabkan oleh beberapa faktor diataranya adalah perubahan suhu yang

ekstrim, kualitas bibit, keterampilan atau keahlian tenaga kerja, serangan penyakit

dan kualitas pakan.

Kondisi iklim yang sulit diprediksi serta perubahan cuaca yang terlalu cepat

menjadi salah satu faktor risiko dalam pengusahaan pembenihan ikan hias. Hal ini

disebabkan kondisi tersebut dapat mempengaruhi perubahan pH air dan suhu di

sekitar lingkungan budidaya sehingga menyebabkan ketidak sesuaian dengan pH

air dan suhu yang sesuai dengan kebutuhan ikan hias. Selain itu, risiko yang juga

akan mempengaruhi tingkat produktivitas ikan hias adalah keterampilan tenaga

kerja baik dalam perawatan dan pemeliharaan. Perawatan dan pemeliharaan serta

pencegahan penyakit ikan hias membutuhkan kecermatan terutama dalam

pemberian pakan, vitamin dan obat-obatan yang digunakan.

Rumusan Masalah

Bapak Rodi adalah salah satu tokoh sekaligus pelopor yang memanfaatkan potensi

ikan hias melalui pembudidayaan ikan hias air tawar khususnya ikan jenis neon

tetra di Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat. Pada tahun

2006 Bapak Rodi memulai usahanya dengan empat buah akuarium, hingga saat

ini jumlah total akuarium yang Bapak Rodi miliki mencapai kurang lebih dua ribu

unit. Salah satu usaha yang saat ini diusahakan oleh Bapah Rodi adalah usaha

pembesaran ikan hias neon tetra yang dimulai pada awal tahun 2008 dengan

jumlah akuarium sebanyak tiga ratus unit. Usaha pembesaran ikan hias ini diawali

dengan ditebarnya bibit berukuran S (ukuran 1.2 cm) kedalam akuarium yang

sudah dipersiapkan sebelumnya, dan akan dipanen pada umur tiga bulan yang

Page 17: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

5

akan menghasilkan ikan hias neon tetra yang berukuran lebih besar yaitu ukuran

M (ukuran 2 cm) sampai dengan ML (ukuran 2.3 cm). Perkembangan usahanya

Bapak Rodi selalu dihadapkan kepada risiko produksi. Risiko produksi dapat

disebabkan oleh kualitas pakan, kualitas bibit, perubahan suhu yang ekstrim,

serangan penyakit dan keterampilan tenaga kerja. Adanya risiko produksi

menimbulkan ketidakpastian terhadap keuntungan yang akan diperoleh. Jumlah

produksi ikan hias pada usaha Bapak Rodi mengalami kondisi yang berfluktuasi

setiap periode produksi. Hal ini dapat dilihat pada tingkat Survival Rate yang

Bapak Rodi alami Tabel 4.

Tabel 4 Survival rate pembesaran ikan hias neon tetra Bapak Rodi

tahun 2011-2013

No Bulan Tahun Bibit

ukuran S

(ekor)

Panen

(ekor) Survival rate pembesaran

1 Januari 2011 60000 52200 87%

2 Februari 2011 80500 75600 94%

3 Maret 2011 33000 17650 53%

4 Agustus 2011 60500 58725 97%

5 September 2011 60500 58600 97%

6 Oktober 2011 47000 45100 96%

7 Desember 2011 47500 44225 93%

8 Januari 2012 90500 85100 94%

9 Maret 2012 56000 47850 85%

10 Mei 2012 69000 57750 84%

11 Juni 2012 61000 59475 98%

12 September 2012 30000 19750 66%

13 Februari 2013 75000 57600 77%

14 Mei 2013 69000 68000 99%

15 Juni 2013 62000 44800 72%

16 Juli 2013 66000 56175 85%

17 September 2013 63000 41650 66%

Rata-rata 85%5 Sumber : Rodi (2012)

Perkembangan produksi ikan hias pada usaha pembesaran ikan hias neon

tetra Bapak Rodi mengalami kondisi yang fluktuaif setiap periode. Adanya

tingkat fluktuasi produksi yang terlihat pada Tabel 3, menggambarkan adanya

risiko produksi yang dihadapi oleh pengusaha pertahunnya. Berdasarkan Tabel

3, tingkat Survival Rate tertinggi terjadi pada bulan Mei 2013 yaitu 0,99 persen

dengan tebaran bibit 69.000 ekor dengan banyak ikan hias yang di panen 68.000

Ekor. Sedangkan untuk tingkat survival rate terendah terjadi pada bulan Maret

2011 yaitu 0,53 persen dengan tebaran benih 33.000 ekor dan banyaknya ikan hias

neon tetra yang dapat dipanen hanya 17.650 ekor. Selain itu adanya risiko juga

dapat dilihat dari adanya tingkat survival rate pada bulan yang sama dengan tahun

Page 18: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

6

yang berbeda seperti pada bulan Maret 2011 dan 2012 atau pada bulan September

dengan tahun yang berbeda, terlihat adanya perbedaan tingkat survival rate yang

cukup jauh, banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya perbedaan

tersebut diantaranya adalah pemilihan kualitas bibit, kualitas pakan, perubahan

suhu yang ekstrim, serangan hama dan penyakit, serta keterampilan tenaga kerja

menjadi beberapa risiko penyebab terjadinya fluktuasi produksi. Usahanya pada

beberapa waktu atau bulan tertentu Bapak Rodi melakukan usaha pembesaran

jenis ikan hias selain neon tetra karena adanya permintaan pasar.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan

dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Sumber-sumber risiko apa saja yang dihadapi berkaitan dengan kegiatan

produksi pembesaran ikan hias neon tetra milik Bapak Rodi?

2. Berapa besarnya peluang dan dampak risiko pada usaha pembesaran ikan

hias neon tetra milik Bapak Rodi?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dirumuskan

sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi sumber risiko produksi yang terdapat pada kegiatan usaha

pembesaran ikan hias neon tetra milik Bapak Rodi.

2. Menganalisis probabilitas dan dampak risiko produksi pada kegiatan usaha

pembesaran ikan hias neon tetra milik Bapak Rodi.

Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah:

1. Sebagai masukan bagi perusahaan untuk menjadi bahan pertimbangan bagi

pengambil kebijakan di perusahaan dalam menjalankan usaha pada saat

menghadapi risiko.

2. Bagi penulis dapat menambah pengetahuan dalam mengaplikasikan ilmu-

ilmu yang telah diperoleh selama kuliah, serta melatih kemampuan analisis

dalam pemecahan masalah.

3. Sebagai bahan masukan bagi pembaca untuk memperluas wawasan agar

dapat mengembangkan dan mengaplikasikan penelitian ini serta dapat

dijadikan sebagai salah satu bahan rujukan untuk mengadakan penelitian-

penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

Bapak Rodi memiliki beberapa kegiatan usaha, diantaranya adalah usaha

pembibitan, pembesaran dan pemasaran ikan hias seperti neon tetra, red nose dan

cardinal. Di dalam penelitian ini komoditas yang dikaji adalah pada usaha

pembesaran ikan hias neon tetra saja. Usaha tersebut dikaji karena usaha tersebut

merupakan usaha yang sering dan rutin dilakukan oleh bapak Rodi, pertimbangn

lainnya adalah karena ketersediaan data yang memenuhi kebutuhan penelitian

Page 19: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

7

yang sedang dilakukan. Usaha pembsaran ikan hias neon tetra ini rata-rata

berlangsung selama tiga bulan dan akan menghasilkan ikan hias dengan ukuran M

dan ML, ikan hias yang di luar dari ukuran tersebut seperti SM atau L tidak akan

di hitung dn dimasukkan kedalam data panen. Peneliatian ini menggunakan data

produksi per periode panen yang dimulai pada bulan Januari 2011 sampai dengan

bulan September 2013.

TINJAUAN PUSTAKA

Prospek Usaha Budidaya Ikan Hias

Salah satu kegiatan usaha pada sektor perikanan yang memiliki kontribusi

dalam peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional Indonesia yaitu

budidaya ikan hias air tawar. Hal ini tercermin dari peningkatan nilai ekspor ikan

hias air tawar yang mengalami peningkatan.

Saat ini, perkembangan bisnis produk perikanan non konsumsi di

Indonesia, khususnya komoditas ikan hias mengalami perkembangan yang cukup

pesat di samping memiliki prospek yang menjanjikan secara ekonomi. Tercatat,

trend volume ekspor ikan hias telah mencapai peningkatan hingga 11,56 persen.

Sedangkan, data yang terakumulasi sejak 2007 hingga 2011 lalu itu nilai ekspor

ikan hias sudah mencapai peningkatan sebesar 23,36 persen pada periode yang

sama selain itu, nilai ekspor ikan hias pada tahun 2011 sebesar US$ 13,262 juta

dan hingga April 2012 sendiri nilai ekspornya sangat menjanjikan, yakni telah

mencapai sebesar US$ 5,241 juta. Sementara data Dewan Ikan Hias Indonesia

(DIHI) menyebutkan perdagangan global ikan hias mencapai turn over 5 miliar

dolar AS dengan pertumbuhan 8 persen per tahun. Sebagian besar ikan

hias tersebut yakni 85 persennya merupakan ikan hias air tawar dan sisanya yaitu

15 persen merupakan ikan hias laut6.

Berdasarkan adanya peningkatan di sektor ekspor ikan hias air tawar

tersebut, maka usaha pembudidayaan ini memiliki potensi untuk dapat lebih

dikembangkan kembali. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan tingkat

produktivitas pembudidaya. Mengurangi risiko produksi merupakan cara yang

sedikit banyaknya dapat berpengaruh terhadap tingkat produktivitas

pembudidayaan ikan hias air tawar. Salah satu ikan hias air tawar yang memiliki

potensi pasar ekspor adalah ikan hias neon tetra .

Ikan Neon tetra

Neon tetra (Paracheirodon innesi) merupakan jenis ikan hias air tawar yang

termasuk keluarga characin (famili Characidae, ordo Characi formes). Jenis

Tetra dari genus Paracheirodon merupakan ikan-ikan asli perairan Amerika

Selatan. Warnanya yang cerah membuat jenis ikan ini dapat terlihat pada perairan

sungai pedalaman yang gelap dan hal ini merupakan salah satu sebab populernya

jenis ikan ini sebagai ikan hias. Neon tetra memiliki warna yang cerah, terdapat

garis horizontal berwama biru-hijau sepanjang kedua sisi ikan mulai dari hidung

hingga bagian depan ekor dan warna kemerah-merahan sepanjang setengah bagian

6 http://www.neraca.co.id/Pemerintah Terus Kembangkan

Bisnis Ikan Hias [11 Oktober 2012]

Page 20: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

8

posterior bawah tubuh. Pada malam hari warna tubuhnya akan menghilang selama

ikan beristirahat dan akan muncul kembali ketika ikan aktif pada pagi harinya.

Neon tetra dapat tumbuh hingga 4 cm. Ikan betina memiliki perut yang sedikit

agak besar dibanding ikan jantan. Ikan Neon tetra merupakan salah satu jenis ikan

akuarium yang sangat dikenal dan telah dibudidayakan dalam jumlah yang besar

Meskipun Neon tetra dapat beradaptasi dengan baik terhadap perubahan-

perubahan kondisi air, di alam ikan ini mendiami perairan yang sedikit asam (pH

agak rendah), kesadahan rendah, dan suhu antara 20 - 25 °C. Ikan Neon tetra

dapat hidup hingga lima tahun. Ikan Neon tetra sangat mudah dipelihara di

akuarium dengan air yang memiliki pH sekitar 5,0 - 7,0 dan kesadahan 1,0 - 2,0.

Karena ukurannya yang kecil, sebaiknya ikan ini tidak dipelihara bersama dengan

ikan yang berukuran besar atau ikan yang agresif. Neon tetra bersifat omnivora

dan menyukai makanan berupa flake food, udang-udang kecil, daphnia, cacing

darah beku, darah atau pelet berukuran kecil7.

Pembesaran Ikan Neon tetra

Dalam pembesaran ikan hias Neon tetra perlu diperhatikan beberapa

tahapan diantaranya adalah:

1. Persiapan Wadah

a. Persiapan wadah untuk pembesaran yaitu dengan mencuci akuarium

berukuran 100 x 50 x 35 cm kemudian air dikuras atau dikeringkan dengan

menggunakan busa kering.

b. Selanjutnya akuarium diisi dengan air tua yang didiamkan selama 3-5 hari

setinggi 25 cm kemudian memasukkan methylen blue sebanyak 3,75 ml,

serta 98,5 gram garam.

c. Apabila pengisian air dengan air baru, maka methylen blue yang

dimasukkan sebanyak 7,5 ml dan 98,5 gram garam, serta pemberian aerasi

2. Penebaran Benih

a. Sebelum benih ditebar, terlebih dahulu dilakukan penyortiran untuk

keseragaman ukuran.

b. Pemeliharaan benih dimulai pada ikan Neon tetra yang berukuran S

dengan panjang 1-1,5 cm. Benih biasanya ditebar sejumlah 500 ekor tiap

akuarium.

3. Pemberian Pakan

a. Pakan yang diberikan berupa kutu air, dan cacingdarah.

b. Frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari yaitu pada pagi, siang dan sore

hari. Kutu air diberikan pada pagi dan sore hari sebanyak 170 ml dengan

kepadatan 220 ekor/ml, pada siang hari diberikan cacing Tubifex sp.

secukupnya. Pakan diberikan dengan cara ditebar secara merata dan

menyeluruh ke dalam akuarium.

c. Sebelum diberikan, kutu air dicuci terlebih dahulu di dalam sebuah bak

berisi air, kemudian disaring dan dibilas dengan air bersih, dengan tujuan

menghilangkan kotoran-kotoran atau lumpur yang terbawa saat

pengambilan kutu air di kolam. Kutu yang telah dibersihkan, sebagian

dipisahkan dan disimpan untuk pemberian pakan sore hari

7 http//:www.aquarium.com/Budidaya Neon Tetra [27

November 2012]

Page 21: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

9

d. Begitu pula dengan cacing darahsebelum diberikan, dicuci/dibersihkan

terlebih dahulu di sebuah bak berisi air, kemudian dibilas, dan disaring

serta disimpan dalam akuarium berisi air yang diberi aerasi kecil.

cacing Darahyang dibeli dapat dimanfaatkan selama ±3 hari.

4. Pengelolaan Air

a. Kualitas air dipertahankan dengan cara penyiponan feses dan sisa pakan

setiap hari diikuti dengan pergantian air sebanyak 30% dan 50% volume

air secara bergantian setiap hari, serta pemberian aerasi.

b. Setiap pergantian air sebanyak 50% volume air, dimasukkan garam

sebanyak 8,5 gram (segenggam orang dewasa), yang bertujuan untuk

pencegahan terhadap penyakit.

5. Pencegahan Hama Dan Penyakit

a. Pengecekan kesehatan ikan dilakukan setiap pagi hari dengan tujuan agar

penyakit dapat segera terdeteksi dan dicegah penyebarannya. Langkah-

langkah yang dilakukan dalam pengecekan kesehatan ikan yaitu; (1)

Melihat bagian ekor, apakah terlihat gejala penyakit seperti bintik putih,

(2) Melihat warna tubuh ikan, (3) Melihat gerakan renang ikan, (4)

Melihat reaksi/ respon terhadap pakan.

b. Hama dan penyakit yang biasa menyerang benih Neon tetra yaitu white

spot, buluk (velvet). Penyakitwhite spot menyerang organ kulit tubuh ikan,

sisik dan sirip ini ditandai dengan adanya bintik-bintik putih pada sirip,

sisik dan permukaan tubuh ikan, sedangkan untuk penyakit buluk (velvet)

yang juga menyerang organ sirip, sisik dan permukaan tubuh ikan ditandai

dengan warna ikan menjadi kurang cerah.

c. Obat-obatan yang digunakan antara lain garam, pura dan blitz icht. Untuk

penyakit white spot dapat diatasi dengan menggunakan 6 tetes blitz icht,

untuk pencegahan diberikan 4 tetes.

d. Sedangkan untuk penyakit buluk dapat diatasi dengan memasukkan garam

sebanyak 98,5 gram dan 1,25 gram pura.

e. Pengobatan terhadap penyakit, air dalam akuarium dikurangi sebanyak

50% volume air dan ikan sakit dipuasakan selama 3 hari.

f. Apabila ikan masih sakit lebih dan 3 hari, ikan diberi pakan dalam jumlah

yang sedikit.

6. Pemanenan

a. Pemanenan dilakukan pada saat ikan Neon tetra berukuran M atau bahkan

L karena tergantung permintaan dari konsumen.

b. Ikan Neon tetra ukuran M mempunyai panjang mencapai 1,5-2cm.

c. Untuk mencapai ukuran ini diperlukan pemeliharaan selama ± 1 bulan.

d. Sedangkan benih untuk mencapai ukuran L dengan panjang mencapai 3

cm diperlukan lama pemeliharaan hingga 2-3 bulan8.

Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan tema penelitian yang

dilakukan, diantaranya adalah mengenai sumber-sumber risiko agribisnis, metode

analisis risiko dan strategi pengelolaan risiko. Seperti penelitian yang dilakukan

oleh Siregar (2010), analisis risiko produksi pembenihan lele dumbo. Metode

8http//:www.aquarium.com/Budidaya Neon Tetra

[27 November 2012]

Page 22: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

10

analisis yang digunakan adalah metode nilai standar (z-score) untuk menghitung

probabilitas risiko dan Value at risk (VaR) untuk menghitung dampak dari

terjadinya risiko. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat lima fakor yang

diidentifikasi sebagai sumber risiko produksi pada usaha pembenihan ikan lele

dumbo, yaitu kesalahan pembudidaya dalam melakukan seleksi induk, perubahan

suhu air yang bersifat ekstrim, musim kemarau yang mempengaruhi indukan

dalam produktifitas telur, hama predator bagi benih yang sedang dipelihara, serta

serangan penyakit pada benih ikan lele dumbo. Berdasarkan hasil analisis

probabilitas dan dampak risiko diperoleh hasil bahwa probabilitas risiko terbesar

ada pada sumber hama dengan nilai sebesar 34,1 persen, sedangkan musim

kemarau merupakan sumber risiko produksi yang paling berisiko dan secara

berurutan diikut oleh perubahan suhu air, penyakit, hama, serta kesalahan dalam

seleksi induk ikan lele dumbo. Strategi penangan risikoyang dilakukan adalah

strategi preventif yaitu dengan pengendalian perubahan suhu yang ekstrim dan

pengendalian serangan hama. Untuk strategi mitigasi yang dilakukan adalah

mengatasi musim kemarau yang menyebabkan penurunan produksi telur yang

dihasilkan.

Silaban (2011), Analisis Risiko Produksi Ikan Hias. Penelitian ini

menggunakan metode analisis risiko yaitu variance, standard deviationdan

coefficientvariation serta melihat pengaruh diversifikasi (portofolio) untuk

mengendalikan risiko. Sumber-sumber risiko produksi budidaya ikan hias pada

PT. Taufan Fish Farm antara lain kondisi cuaca atau iklim, serangan penyakit,

kualitas pakan yang buruk dan tenaga kerja yang tidak terampil.Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa pada analisis spesialisasi diperoleh nilai coefficient

variation pada ikan discus, lobster dan maanvis menunjukkan bahwa nilai

coefficientvariation ikan hias lobster lebih tinggi dibandingkan discus dan

maanvis, artinya bahwa usaha budidaya ikan hias lobster memiliki risiko lebih

tinggi dibanding ikan hias maanvis dan discus. Hal ini disebabkan karena survival

rate yang diperoleh rendah akibat dari proses budidaya yang relatif sulit serta

kondisi iklim atau cuaca yang tidak dapat diprediksi.

Pada usaha diversifikasi, analisis risiko produksi yang dilakukan untuk dua

jenis ikan hias meliputi diversifikasi maanvis dan lobster, maanvis dan discus

serta discus dan lobster. selain itu, analisis risiko portofolio dari kombinasi tiga

jenis ikan hias yaitu discus, maanvis, dan lobster. Nilai koefisien korelasi yang

digunakan pada kegiatan portofolio ini adalah positif satu (+1), hal ini

dikarenakan kombinasi kedua aset dilakukan bersamaan.

Berdasarkan nilai coefficientvariation pada portofolio dua jenis ikan hias

diperoleh hasil bahwa diversifikasi maanvis dan lobster memiliki risiko paling

tinggijika dibandingkan dengan diversifikasi discus dan lobster serta maanvis dan

discus. Sedangkan pada penilaian portofolio untuk ketiga gabungan komoditas

diperoleh risiko lebih rendah dibandingkan dengan diversifikasi maanvis dan

lobster serta discus dan lobster. Namun berbeda halnya dengan diversifikasi

maanvis dan discus yang memiliki risiko lebih rendah jika dibandingkan dengan

mengusahakan diversifikasi tiga jenis ikan hias. Akan tetapi secara keseluruhan

bahwa dengan mengusahakan lebih dari satu jenis ikan hias dapat meminimalkan

risiko yang ada.

Page 23: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

11

Strategi penanganan risiko yang dikakukan adalah dengan kegiatan

diversifikasi untuk meminimalkan risiko sekaligus melindungi dari fluktuasi

survival rate. Selain itu, untuk penanganan risiko juga dapat dilakukan penerapan

teknologi terbaru untuk menghasilkan benih ikan hias unggul, serta peningkatan

manajemen pada PT. Taufan Fish Farm untuk melakukan fungsi manajemen yang

tepat dan terarah.

Purwitasari (2011), menganalisis mengenai manajemen risiko oprasional

pada pemasaran benih ikan patin di PT. Mitra Mina Nusantara, kabupaten Bogor,

Jawa Barat. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

nilai standar (Z-Score) untuk mengetahui kemungkinan terjadinya risiko dan

metode Value at Risk(VaR) dipakai untuk mengetahui seberapa besar risiko yang

terjadi.Hasil penelitian menunjukan risiko yang teridentifikasipada unit PT.MMN

untuk komoditi benih ikan patin yang dikelompokan berdasarkan penyebab risiko

oprasional yaitu risiko SDM, teknologi, alam dan proses. Dihitung berdasarkan

metode nilai standar per kejadian didapat nilai probabilitas tertinggi yang menjadi

penyebab risiko adalah bencana alam, kesalahan dalam pemilihan kendaraan dan

kecelakaan saat pengiriman

Alternatif penanganan risiko oprasional yang terjadi pada PT. MMN

dilakukan dalam dua strategi penangan yaitu secara preventif dan mitigasi, secara

preventif dilakukan dengan membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur serta

mengembangkan sumber daya manusia, sedangkan secara mitigasi dapat

dilakukan dengan diversifikasi atau dengan menambah variasi komoditas yang

diusahakan.

Dewiaji (2011), menganalisi mengenai risiko produksiusaha pembesaran

lele dumbo di CV. Jumbo Bintang Lestari. Metode yang digunakan untuk

menganalisis probabilitas dengan metode nilai standar atau z-score dan analisis

dampak dengan metode Value at Risk (VaR). Hasil penelitian diketahui bahwa

sumber-sumber risiko produksi yang terdapat di CV. Jumbo Bintang Lestari

meliputi kualitas dan pasokan benih, mortalitas, kualitas pakan, penyakit, cuaca,

dan sumber daya manusia. Hasil analisis probabilitas dengan menggunakan

metode nilai standar secara keseluruhan didapat angka 0,352 yang artinya

kemungkinan CV. Jumbo Bintang Lestari untuk memproduksi lele dumbo

konsumsi lebih dari produksi normal, yaitu 20.901,71 kilogram adalah 0,352 atau

35,2 persen. Sedangkan hasil dari analisis dampak risiko dengan metode VaR

didapat hasil Rp. 24.965.886,00, yang artinya CV. Jumbo Bintang Lestari bisa

yakin 95 persen bahwa perusahaan tidak akan menderita kerugian akibat

kurangnya jumlah produksi ikan lele dari jumlah normal melebihi Rp.

24.965.886,00. Namun, ada kemungkinan 5 persen CV. Jumbo Bintang Lestari

menderita kerugian lebih besar dari Rp. 24.965.886,00. Strategi yang dilakukan

untuk mengatasi risiko adalah strategi preventif yang dilakukan yaitu produksi

benih ikan lele dumbo, pengawasan produksi benih ikan bagi petani mitra,

optimalisasi produksi benih, persiapan kolam, pemberian probiotik, pemberian

vitamin, penanganan benih tebar, peningkatan keamanan lokasi budidaya.

Sedangkan strategi mitigasi yang dilakukan yaitu menjalin kemitraan dengan

pembudidaya benih ikan lele dumbo, sistem kontrak dengan petani pembenihan,

melakukan pengukuran sampel ikan secara berkala, diversifikasi geografis, dan

kerjasama dengan supplier pakan.

Page 24: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

12

Sumber-Sumber Risiko Produksi Perikanan

Siregar (2010), analisis risiko produksi pembenihan lele dumbo. Hasil

penelitian menunjukan bahwa terdapat lima fakor yang diidentifikasi sebagai

sumber risiko produksi pada usaha pembenihan ikan lele dumbo, yaitu kesalahan

pembudidaya dalam melakukan seleksi induk, perubahan suhu air yang bersifat

ekstrim, musim kemarau yang mempengaruhi indukan dalam produktifitas telur,

hama predator bagi benih yang sedang dipelihara, serta serangan penyakit pada

benih ikan lele dumbo.

Silaban (2011),mengemukakan sumber-sumber risiko produksi budidaya

ikan hias pada PT. Taufan Fish Farm antara lain kondisi cuaca atau iklim,

serangan penyakit, kualitas pakan yang buruk dan tenaga kerja yang tidak

terampil.

Dewiaji (2011), menganalisi mengenai risiko produksi usaha pembesaran

lele dumbo, sumber-sumber risiko produksi di CV. Jumbo Bintang

Lestarimeliputi kualitas dan pasokan benih, mortalitas, kualitas pakan, penyakit,

cuaca, dan sumber daya manusia.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2010), Silaban (2011) dan

Dewiaji (2011) dapat disimpulkan budidaya perikanan sangat rentan terhadap

risiko kesalahan pembudidaya dalam melakukan seleksi induk,kualitas dan

pasokan benih, kualitas pakan, penyakit, cuaca, dan sumber daya manusia

merupakan sumber risiko perikanan. Sumber-sumber risiko ini akan menjadi

acuan penulis dalam penyelesaian penelitian ini.

Metode Analisis Risiko

Pada penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2010), Dewiaji (2011) dan

Purwitasari (2011) metode analisis risiko yang dipergunakan adalah analisis Z-

score dan Value at Risk (VaR).Metode nilai Z-Score ini untuk mengetahui

kemungkinan terjadinya kerugian atau risiko akibat hasil yang diperoleh

menyimpang dari hasil standar sedangkan alat analisis Value at Risk (VaR) untuk

menganalisis dampak terjadinya risiko pada usaha yang sedang diteliti. VaR

adalah kerugian terbesar dalam rentang waktu atau periode yang diprediksikan

dengan tingkat kepercayaan tertentu. Konsep VaR berdiri atas data-data historis

sebelumnya. Pengukuran dampak dilakukan untuk mengukur dampak dari risiko

pada kegiatan produksi dan penerimaan. Penggunaan alat analisis ini tentunya

bertujuan untuk memperkaya kajian dari penelitian yang dilakukan tidak hanya

sekedar menghitung besarnya probabilitas terjadinya risiko pada suatu usaha,

tetapi juga mengukur dampak yang ditimbulkan risiko tersebut bagi perusahaan.

Berbeda dengan penelitian Silaban (2011) tentang analisis risiko produksi

ikan hias pada PT. Taufan Fish Farm yang menggunakan variance, standard

deviation, dan coefficient variation. Silaban juga mencoba melihat pengaruh

diversifikasi (portofolio) untuk mengendalikan risiko dalam perusahaan yang

dikajinya.

Terdapat persamaan dalam penelitian ini dengan penelitian terdahulu, yaitu

dengan metodeexpected return, variance, standard deviation, coefficient pada

kegiatan spesialisasi dan portofolio. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan

penelitian terdahulu adalah komoditas yang dianalisis yakni pada penelitian

Page 25: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

13

terdahulu pada komoditas ikan hiasyang diusahakan. Adapun manfaat yang dapat

diperoleh dari penelitian terdahulu adalah mengetahui aspek-aspek yang akan

diteliti pada penelitian ini.

Strategi Penanganan Risiko

Pada dasarnya strategi penanganan risiko dalam pertanian terbadi atas dua

cara (Kountur, 2008), yaitu strategi preventif dan mitigasi. Siregar (2010),

Dewiaji (2011), Purwitasari (2011) dan Silaban (2011) mengemukakan perbedaan

pendapat masing-masing, hal ini dikarenakan adanya perbedaan tingkat risiko

yang dihadapi tergantung dari persepsi masing-masing pemilik usaha dan peneliti

atas setiap permasalahan yang terjadi di dalam usaha yang diteliti. Tetapi dengan

hasil penelitian terdahulu akan menjadi acuan terhadap penelitian ini dalam

mengeksplorasi keadaan dilokasi penelitian.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Konsep Risiko

Risiko dalam bidang usaha memiliki berbagai kejadian yang kompleks

dengan pertimbangan variabel yang berpengaruh terhadap keputusan bagi

kelangsungan usaha tersebut. Ada banyak pendapat mengenai definisi risiko yang

dapat membantu pembaca untuk memahami konsep risiko dengan lebih jelas.

Risiko (risk) menurut Robison dan Barry (1987) adalah peluang terjadinya

suatu kejadian yang dapat diukur oleh pengambil keputusan dan pada umumnya

pengambil keputusan mengalami suatu kerugian. Risiko erat kaitannya dengan

ketidakpastian, tetapi kedua hal tersebut memiliki makna yang berbeda.

Ketidakpastian (uncertainty) adalah peluang suatu kejadian yang tidak dapat

diukur oleh pengambil keputusan. Adanya ketidakpastian dapat menimbulkan

risiko.

Suatu kejadian bisa berakibat merugikan ataupun menguntungkan.

Berdasarkan akibat yang ditimbulkan, risiko dikategorikan menjadi dua yaitu

risiko murni dan risiko spekulatif. Apabila suatu kejadian bisa berakibat hanya

merugikan saja dan tidak memungkinkan adanya keuntungan maka risiko tersebut

disebut Risiko Murni. Misalnya risiko kebakaran, yang bisa terjadi hanya rugi dan

tidak memungkinkan adanya keuntungan. Sedangkan Risiko Spekulatif adalah

risiko yang tidak saja memungkinkan terjadinya kerugian tetapi juga

memungkinkan terjadinya keuntungan. Contohnya risiko investasi, jika

melakukan investasi bisa saja rugi dan bisa juga untung (Kountur, 2008).

Risk is posibility of adversity or loss, and refers to “uncertainty that

metters”. Consequently, risk management involves choosing among alternatives

to reduce that effects of risk (Harwood et al 1999).

Page 26: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

14

Risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kondisi situasi yang dapat

diukur oleh pembuat keputusan dimana terdapat lebih dari satu kemungkinan hasil

dari keputusan tersebut. Risiko erat kaitannya dengan ketidakpastian, tetapi

memiliki arti yang berbeda. Ketidakpastian (uncertainty) adalah peluang suatu

kejadian yang tidak dapat diramalkan, sedangkan adanya ketidakpastian

menyebabkan dapat menimbulkan risiko. Adanya risiko yang dapat memberikan

dampak negatif terhadap perkembangan usaha mengharuskan manager atau petani

memperhitungkan secara cermat strategi apa yang akan dilaksanakan. Hal ini

dimaksudkan agar maksimalisasi kepuasan terhadap setiap pengeluaran dalam

jumlah besar dapat diperoleh

Mengetahui besaran risiko dan tingkat pengembalian yang diperoleh dari

kegiatan usaha, pelaku usaha dapat mengambil keputusan untuk menentukan

sikap dalam memilih kegiatan usaha yang berisiko. Setiap individu memiliki

perilaku yang berbeda dalam menghadapi risiko. Berdasarkan sikap pengambil

keputusan dalam menghadapi risiko, maka perilaku menghadapi risiko dapat

diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu sebagai berikut (Robison dan Barry,

1987):

a. Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (risk aversion). Sikap ini

menunjukan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan

maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menaikkan keuntungan

yang diharapkan dan merupakan ukuran tingkat kepuasan.

b. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (risk taker). Sikap ini

menunjukan bahwa jika terjadi kenaikan ragam keuntungan maka pembuat

keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan keuntungan yang

diharapkan.

c. Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (risk neutral). Sikap ini

menunjukan jika terjadi kenaikan ragam keuntungan maka pembuat

keputusan tidak akan mengimbangi dengan menaikkan atau menurunkan

keuntungan yang diharapkan.

Risiko adalah suatu kondisi adanya kemungkinan penyimpangan terhadap

hasil yang diinginkan atau diharapkan. Kejadian sesungguhnya kadang

menyimpang dari perkiraan, ada kemungkinan penyimpangan yang

menguntungkan dan ada pula penyimpangan yang merugikan. Jika kedua

kemungkinan itu ada, maka dapat dikatakan bahwa risiko tersebut bersifat

spekulatif. Lawan dari risiko spekulatif adalah risiko murni, yaitu yang ada hanya

kemungkinan kerugian dan tidak mempunyai kemungkinan untung. Apakah risiko

tersebut spekulatif atau murni, bergantung pada pendekatan yang digunakan.

Risiko murni yang dihadapi seseorang, perusahaan atau organisasi dapat

digolongkan ke dalam risiko pribadi, risiko harta, dan risiko pertanggungjawaban

Setiap keputusan investasi menyajikan risiko dansreturn tertentu. Oleh

karena itu, semua keputusan penting harus ditinjau dari return yang diharapkan

(expected return) dan risiko yang dihadapi. Semakin tinggi risiko dari suatu

kegiatan usaha (investasi) maka semakin tinggi tingkat pengembalian.

Menurut Elton dan Gruber (1995) terdapat beberapa ukuran risiko

diantaranya adalah nilai varian (variance), standar deviasi (standard deviation)

dan keofisien variasi (coefficient variation). Ketiga ukuran tersebut saling

berkaitan satu sama lain, dan nilai variance sebagai penentu ukuran yang lainnya.

Page 27: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

15

Nilai variance diperoleh dari hasil pendugaan fungsi produksi, standard deviation

diperoleh dari nilai kuadrat dari variance, sedangkan coefficient variation

merupakan rasio dari standard deviation dengan nilai expected return dari suatu

kegiatan usaha. Return yang diperoleh dapat berupa pendapatan, produksi atau

harga.

Sumber-sumber Risiko

Faktor-faktor yang menyebabkan munculnya risiko pada umunya berasal

dari dua sumber yakni sumber internal dan eksternal. Sumber internal umumnya

memiliki risiko lebih kecil. Hal ini dapat terjadi karena masalah internal umumnya

lebih mudah untuk dikendalikan dan bersifat pasti. Sumber eksternal umumnya

jauh di luar kendali pembuat keputusan, antara lain muncul dari pasar, ekonomi,

politik suatu negara, perkembangan teknologi, perubahan sosial budaya, kondisi

pemasok, kondisi geografi dan kependudukan, serta perubahan lingkungan

dimana perusahaan itu didirikan.

Menurut Harwood et al (1999), beberapa sumber risiko yang dapat dihadapi

petani adalah :

1. Risiko produksi. Sumber risiko dari risiko produksi adalah hama dan

penyakit, cuaca, musim, bencana alam, teknologi, tenaga kerja, dan lain-lain,

yang dapat menyebabkan gagal panen, produktivitas yang rendah, dan

kualitas yang buruk.

2. Risiko pasar atau risiko harga. Risiko yang ditimbulkan oleh pasar

diantaranya barang tidak dapat dijual yang disebabkan oleh adanya

ketidakpastian mutu, permintaan rendah, ketidakpastian harga output, inflasi,

daya beli masyarakat, persaingan ketat, banyak pesaing masuk, banyak

produk substitusi, daya tawar pembeli, dan strategi pemasaran yang tidak

baik. Sedangkan risiko yang ditimbulkan oleh harga adalah harga yang naik

karena adanya inflasi.

3. Risiko kelembagaan atau institusi. Risiko yang ditimbulkan adalah adanya

aturan tertentu yang membuat anggota suatu organisasi menjdai kesulitan

untuk memasarkan ataupun meningkatkan hasil produksi.

4. Risiko kebijakan. Risiko yang ditimbulkan antara lain adanya kebijakan

tertentu yang dapat menghambat kemajuan suatu usaha, misalnya kebijakan

tarif ekspor.

5. Risiko finansial atau keuangan. Risiko yang timbul antara lain perputaran

barang rendah, laba yang menurun yang disebabkan oleh adanya piutang tak

tertagih dan likuiditas yang rendah.

Strategi Pengelolaan Risiko

Strategi pengelolaan risiko merupakan siasat untuk melindungi asset dan

kemampuan perusahaan dalam memberikan hasil dengan mengurangi ancaman

kerugian akibat dari peristiwa yang tidak dapat dikendalikan. Fungsi-fungsi

manajemen sangat berperan dalam perumusan strategi pengelolaan risiko

sehingga penentuan strategi dapat dikonsep dalam manajemen risiko.

Darmawi (2004) menyatakan bahwa manajemen risiko merupakan suatu

usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap

Page 28: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

16

kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi

yang lebih tinggi dalam pengambilan keputusan. Terdapat lima manfaat yang

diperoleh perusahaan dengan menerapkan manajemen risiko, yaitu :

1. Manajemen risiko mungkin dapat mencegah perusahaan dari kegagalan.

Sebagian kerugian seperti hancurnya fasilitas produksi mungkin bisa

menyebabkan perusahaan harus ditutup, jika sebelumnya tidak ada

kesiapsediaan menghadapi hal seperti itu. Dengan manajemen risiko

perusahaan dapat terhindar dari kehancuran.

2. Karena laba dapat ditingkatkan dengan jalan mengurangi pengeluaran, maka

manajemen risiko menunjang secara langsung peningkatan laba. Misalnya

manajemen risiko dapat mengurangi pengeluaran dengan jalan mencegah atau

mengurangi kerugian.

3. Manajemen risiko dapat menyumbang secara tidak langsung laba dengan

cara mengurangi fluktuasi laba tahunan dan aliran kas, serta membuat

perusahaan melanjutkan kegiatannya walaupun telah mengalami kerugian,

jadi dengan demikian mencegah langganan pindah kepada saingan.

4. Memberikan ketenangan pikiran bagi manajer yang disebabkan oleh adanya

perlindungan terhadap risiko murni, merupakan harta non material bagi

perusahaan.

5. Manajemen risiko melindungi perusahaan dari risiko murni. Karena kreditur

pelanggan dan pemasok lebih menyukai perusahaan yang dilindungi maka

secar tidak langsung menolong meningkatkan public image.

Secara khusus manajemen risiko diartikan sebagai pengelolaan variabilitas

pendapatan oleh manajer dengan menekan sekecil mungkin tingkat kerugian yang

diakibatkan oleh keputusan yang diambilnya dalam menghadapi situasi yang tidak

pasti. Pemahaman manajemen risiko yang baik akan dapat mengurangi kerugian.

Dengan kata lain, akan dapat menambah tingkat keyakinan bagi pembuat

keputusan dalam mengurangi risiko kerugian.

Menurut Kountur (2008), manajemen risiko perusahaan adalah cara

bagaimana menangani semua risiko yang ada di dalam perusahaan tanpa memilih

risiko-risiko tertentu saja. Penanganan risiko dapat dianggap sebagai salah satu

fungsi dari manajemen. Ada beberapa fungsi manajemen yang sudah dikenal yaitu

perencanaan (planning), mengorganisasi (organizing), mengarahkan (actuating),

dan mengandalikan (controlling). Dengan demikian, ditambahkan satu fungsi lagi

yang sangat penting yaitu menangani risiko. Manajemen risiko merupakan

langkah yang dapat dilakukan pengambil keputusan untuk menghadapi risiko

dengan cara meminimalkan kerugian yang terjadi. Tujuan manajemen risiko

adalah untuk mengelola risiko dengan membuat pelaku usaha sadar akan risiko,

sehingga laju organisasi bisa dikendalikan. Strategi pengelolaan risiko merupakan

proses yang berulang pada setiap periode produksi. Proses pengelolaan risiko

perusahaan dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 29: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

17

Gambar 1. Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan

Sumber : Kountur, 2008

Proses pertama dalam pengelolaan risiko adalah pengidentifikasian risiko,

risiko yang dihadapi pengusaha sangat banyak dan beraneka ragam dimana

hampir di semua kegiatan memiliki risiko. Oleh karena itu perlu diadakan

pengidentifikasian risiko, hal ini dilakukan untuk mendapatkan suatu daftar risiko

atau risiko-risiko apa saja yang ada di dalam usaha yang dijalankan.

Menurut Kountur (2006), tujuan pengukuran risiko yaitu menghasilkan

apa yang disebut dengan status risiko dan peta risiko. Status risiko adalah ukuran

yang menunjukkan tingkatan risiko, sehingga dapat diketahui mana risiko yang

lebih krusial dari risiko lainnya. Peta risiko adalah gambaran sebaran risiko dalam

suatu peta sehingga dapat diketahui dimana posisi risiko terhadap peta.

Berdasarkan peta risiko dan status risiko kemudian dapat dilakukan penanganan

risiko sesuai dengan posisi risiko yang telah dipetakan dalam peta risiko, sehingga

proses penanganan risiko dapat dilakukan dengan tepat sesuai dengan status

risikonya.

Konsep Penanganan Risiko

Menurut Harwood, et al. (1999), di dalam lingkungan pertanian para petani

memiliki beberapa alternatif strategi dalam pengelolaan risiko pertanian. Beberapa

strategi pengelolaan risiko terdiri dari :

1. Diversifikasi Usaha (enterprise diversification)

Suatu strategi pengelolaan risiko yang sering digunakanyang melibatkan

partisipasi lebih dari satu aktivitas. Sehingga apabila satu unit usahamemiliki hasil

yang rendah maka diharapkan unit-unit usaha yang lain mungkin akan

memilikihasil yang lebih baik.

2. Integrasi Vertical (vertical Integration)

Merupakan salah satu strategi dalam cakupan koordinasivertical.

Koordinasi vertical meliputi seluruh cara yang mana output dari satutahapan

produksi dan distribusi ditransfer ke tahapan produksi lain. Sebuahperusahaan

melakukan integrasi vertical apabila memiliki control kepemilikan suatukomoditi

pada dua atau lebih tingkat kegiatan.

3. Kontrak produksi (Production Contract)

Kontrak produksi khusus memberi kontraktor (pembeli) melakukan

pengawasan atau kontrol yang cukup selama proses produksi (Perry,

1997).Kontrak ini biasanya menetapkan dengan rinci suplayinput produksi oleh

IDENTIFIKASI

RISIKO

PENGUKURAN

RISIKO

PENANGANAN

RISIKO

EVALUASI

Page 30: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

18

pembeliyang dikelola oleh petani secara terintegrasi, kualitas dan kuantitas

komoditi tertentu yang akandiproduksi dimana pembeli memberikan kompensasi

yang akan dibayarkan kepada petani atas hasil dari proses produksi tersebut.

4. Kontrak Pemasaran (Marketing Contract)

Merupakan salah satu perjanjian baik itu berupa verbal ataupun tertulis

antara pembeli dan produsen (petani) mengenai penentuan harga suatu komoditas

sebelum panen atau sebelum komoditas tersebut siap untuk di jual. Kontrak

dimana kepemilikan komoditi saat diproduksi adalah milik petani, termasuk

keputusan petani (seperti menentukan varietas benih, penggunaan input dan

kapanwaktunya). Yang membedakan antara kontrak pemasaran dan kontrak

produksiadalah petani yang menggunakan kontrak pemasaran memiliki tanggung

jawabdalam keputusan manajemen yang lebih besar.

5. Perlindungan Nilai Masa Depan (hedgingin futures)

Merupakan perjanjian masa depan mengenai harga dalam menyiasati

perubahan harga pada masa yang akan datang. Pada dasarnya harga komoditas

primer sering berfluktuasi karenaketergantungannya pada faktor-faktor yang sulit

diprediksi seperti musim, bencanaalam dan lain-lain. Dengan kegiatan hedging

menggunakan kontrak berjangka di awal dalam menentukan harga, sehingga

hedger (pelaku bisnis) dapat mengurangi sekecil mungkin dampak risiko

yangdiakibatkan perubahan harga tersebut. Sehinggahedgingadalah instrumen

yang tepatuntuk mengurangi risiko kerugian terkait dengan fluktualitas harga

yang terjadi padasaat jual beli dilakukan di pasar fisik.

Sedangkan menurut Kountur (2006), berdasarkan peta risiko dapat

diketahui cara penanganan risiko yang tepat untuk dilaksanakan. Terdapat dua

strategi penanganan risiko, yaitu :

1. Preventif

Preventif dilakukan sedemikian rupa sehingga risiko tidak terjadi,

preventif dilakukan dengan beberapa cara diantaranya : (1) Membuat atau

memperbaiki sistem, (2) Mengembangkan sumber daya manusiadan (3)

Memasang atau memperbaiki fasilitas fisik.

2. Mitigasi

Mitigasi adalah strategi penanganan risiko yang dimaksudkan untuk

memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Strategi mitigasi dilakukan

untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat besar. Adapun

beberapa cara yang termasuk ke dalam strategi mitigasi adalah :

a. Diversifikasi

Diversifikasi merupakan cara menempatkan aset atau harta di beberapa tempat

sehingga jika salah satu tempat terkena musibah tidak akan menhabiskan

semua aset yang dimiliki.

b. Penggabungan

Penggabungan (merger) adalah salah satu cara atau pola penanganan risiko

yaitu dengan cara penggabungan dengan pihak atau perusahaan lain.Strategi

ini adalah dengan melakukan penggabungan atau dengan cara melakukan

akuisisi.

c. Pengalihan Risiko

Pengalihan risiko merupakan cara untuk mengurangi dampak risiko yaitu

dengan cara mengalihkan dampak risiko ke pihak lain. Maksud dari

Page 31: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

19

pengalihan risiko ini adalah mengalihkan risiko kepihak lain sehingga jika

terjadi kerugian, pihak lainlah yang menanggung kerugian. Ada beberapa cara

untuk mengalihkan risiko ke pihak lain antara lain : leasing, outsourcing,

hedging dan asuransi.

Leasing adalah cara dimana suatu aset digunakan, tetapi kepemilikannya

ada pada pihak lain. Jika terjadi sesuatu hal pada aset yang dijaminkan tersebut,

maka pemiliknya yang akan menanggung kerugian atas aset tersebut. Outsourcing

adalah cara lain untuk mentransfer kerugian kepihak lain jika terjadi risiko,

dimana pekerjaan diberikan kepihak lain untuk mengerjakan suatu pekerjaan,

sehingga pemilik barang tidak menanggung kerugian.

Hedging adalah cara pengurangan dampak risiko yaitu dengan cara

pengurangan dampak risiko dengan cara mengalihkan risiko melalui transaksi

penjualan atau pembelian. Sedangkan asuransi juga merupakan salah satu cara

untuk mengalihkan risiko yaitu dengan cara mengasuransikan harta-harta

perusahaan yang dampak risikonya besar,yang artinya jika terjadi risiko pada

harta tersebut maka pihak asuransi akan menanggung risiko tersebut.

Kerangka Pemikiran Operasional

Adanya potensi yang terdapat di dalam usaha pembesaran ikan hias Neon

tetra yang menjanjikan keuntungan. Akan tetapi para pelaku usahanya tentu juga

tahu bahwa usaha ini tidak akan lepas dari adanya risiko sebagaimana usaha-usaha

lainnya secara umum risiko utama yang sering dihadapi oleh para pembudidaya

ikan hias air tawar ini adalah risiko produksi. Adanya risiko produksi tentu akan

menimbulkan hambatan untuk memproduksi ikan hias dengan kualitas dan

kuantitas yang diharapkan.

Usaha Bapak Rodi merupakan salah satu usaha yang mengusahakan ikan

hias Neon tetra . Adanya fluktuasi Survival Rate pada usaha pembesaran ikan

Neon tetra yang dibudidayakan mengakibatkan sulitnya memprediksi pendapatan,

hal ini diakibatkan karena adanya risiko produksi di dalam proses pembesaran

ikan hias. Adapun beberapa faktor yang terindikasi sebagai sumber risiko

produksi diantaranya adalah pengaruh tingkat curah hujan, kesalahan

pemudidayaan, serangan hama dan penyakit dan keterampilan tenaga kerja.

Adanya sumber-sumber risiko tersebut menyebabkan terjadinya fluktuasi

produksi ikan Neon tetra di Usaha Bapak Rodi.

Sumber-sumber risiko produksi yang dipaparkan diatas sebelumnya belum

dapat dipastikan dapat menggambarkan keseluruhan sumber risiko produksi yang

masih mungkin terdapat di dalam usaha pembesaran ikan hias yang dijalankan

Usaha bapak Rodi. Oleh karena itu perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk

mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi yang benar-benar terdapat di

dalam usaha pembesaran ikan hias tersebut.

Langkah yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain, menganalisis

risiko produksi pembesaran ikan hias Neon tetra yang dihitung dari fluktuasi

produksi. Setelah dilakukan perhitungan analisis risiko produksi maka akan

diketahui tingkat risiko yang dihadapi. Untuk meminimalkan risiko yang ada,

dapat dilakukan analisis manajemen risiko dengan menggunakan analisis

deskriptif yaitu berupa observasi, wawancara dan diskusi dengan pihak

Page 32: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

20

perusahaan. Selanjutnya dianalisis, strategi alur kerangka pemikiran operasional

dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada usaha bapak Rodi yang merupakan salah satu

tokoh yang memanfaatkan potensi ikan hias melalui pembudidayaan ikan hias air

tawar di Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan

lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja dengan dasar pertimbangan adanya

Potensi peluang pasar ekspor ikan hias yang sedang berkembang

Memaksimumkan keuntungan

Meminimumkan risiko produksi

Strategi Pengelolaan Risiko Produksi

Analisis Risiko

1. Expected return

2. Ragam (variance)

3. Simpangan baku (standard

deviation)

4. Koefisien variasi (coefficient

variation)

Analisis Deskriptif

Identifikasi Sumber-sumber

Risiko

Fluktuasi/variasi Survival Rate

(SR)

USAHA BAPAK RODI

Page 33: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

21

ketersediaan data yang diperlukan dalam penelitian dan kesediaan manajemen

perusahaan menjadikan perusahaan tersebut menjadi lokasi penelitian.

Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan kepada kinerja dan pengalaman

Bapak Rodi selama sebelas tahun dalam usaha budidaya ikan hias air tawar

khususnya pada usaha pembesaran ikan hias jenis neon tetra , hal ini terbukti

dengan semakin berkembangnya usaha ini. Selain itu bapak Rodi merupakan

ketua kelompok pembudidaya ikan Pokdakan Curug Jaya 1 (PCJ) yang berada di

wilayah Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat, kelompok ini

berhasil meraih penghargaan Adibakti Mina Bahari dari Menteri Kelautan dan

Perikanan sebagai Juara I Bidang Perikanan Budidaya, Kategori Ikan Hias pada

Desember 2010 karena sistem penjualan satu pintu yang baik serta kontribusinya

dalam mendorong budidaya ikan hias. Pengumpulan data dilakukan pada bulan

Oktober 2013 sampai dengan Bulan Desember 2013.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data kualitatif

merupakan data-data non angka berupa keterangan-keterangan mengenai

perkembangan usaha, kondisi usaha pembesaran ikan hias neon tetra , dan

sebagainya yang berhubungan dengan penelitian seperti jumlah akuarium dan aset

lainnya, biaya produksi, jumlah produksi, proses produksi serta data lainnya yang

berhubungan dengan kebutuhan penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian

ini berdasarkan data produksi yang diperoleh dari data sekunder pengusaha bulan

Januari 2011 sampai September 2013. Data kuantatif merupakan data angka atau

numerik seperti, jumlah produksi per periode, data statistik, buku, jurnal.

Data primer merupakan data yang diperoleh dari pengamatan langsung di

lapangan (observasi) dan wawancara dengan pihak perusahaan baik pemilik dan

atau karyawan perusahaan untuk mengatahui proses produksi, mengetahui risiko

yang terjadi di perusahaan, dan penyebab risiko yang terjadi di perusahaan serta

dengan pihak luar seperti pegawai Penelitian dan Pengembangan (LITBANG)

Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP), penyuluh dari Dinas Pertanian dan

Perikanan, para pesaing dan konsumen dari pengusaha. Sedangkan data sekunder

merupakan data yang dipakai untuk menunjang data primer. Data sekunder

diperoleh dari penelusuran melalui literatur-literatur, seperti data yang dimiliki

oleh pihak perusahaan yaitu data produksi selama 1 tahun terakhir, bahan pustaka,

serta dari lembaga pemerintah yang terkait seperti Kementrian Kelautan dan

Perikanan (KKP), Badan Pusat Satatistik dan Dinas Pertanian, Perikanan Kota

Depok, internet dan Literatur yang relevan.

Metode Pengolahan Data dan Analisis Data

Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari analisis

kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan melalui pendekatan

deskriptif, analisis ini untuk mengetahui gambaran mengenai keadaan umum

perusahaan dan mengidentifikasikan manajemen risiko yang diterapkan

Page 34: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

22

perusahaan. Sedangkan analisis kuantitatif terdiri dari analisis risiko yang meliputi

analisis pendapatan dan analisis risiko pada kegiatan produksi.

Teknik pengambilan responden menggunakan metode purposive sampling,

yaitu dengan memilih secara sengaja sampel yang diteliti sebagai responden.

Responden yang dipilih berasal dari internal perusahaan yaitu bapak Rodi sebagai

pemilik dan satu orang pegawai pembembesaran ikan neon tetra. Alasan

pemilihan responden tersebut disebabkan responden yang dipilih merupakan

pihak yang mengetahui informasi mengenai faktor yang menyebabkan adanya

risiko produksi pada usaha pembesaran ikan neon tetra serta mengetahui kondisi

perusahaan pada saat ini secara menyeluruh.

Analisis Manajemen Risiko

Analisis manajemen risiko produksi yang diterapkan berdasarkan

penilaian pengambilan keputusan di perusahaan secara subjektif yang dilakukan

untuk melihat apakah manajemen risiko yang diterapkan efektif untuk

meminimalkan risiko produksi. Pengelolaan risiko dapat dilakukan dengan

mengidentifikasi penyebab-penyebab adanya risiko produksi, kemudian

melakukan pengukuran risiko, menangani risiko dan mengevaluasi risiko serta

melihat sejauh mana fungsi manajemen risiko yang diterapkan pada usaha

pembesaran ikan Neon tetra milik Bapak Rodi.

Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif dalam penelitian ini mencangkup analisis risiko yang

meliputi analisis pendapatan dan analisis risiko pada kegiatan spesialisasi.

Analisis kuantitatif dalam penilaian risiko yang dilakukan pada penelitian ini

didasarkan dengan pengukuran penyimpangan.

Beberapa ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur penyimpangan

diantaranya adalah ragam (variance), simpangan baku (standard deviation), dan

koefisien variasi (coefficient variation) untuk menghitung risiko usaha

spesialisasi.

Peluang merupakan kemungkinan terjadinya suatu peristiwa. Peluang hanya

suatu kemungkinan, jadi nilai dari suatu peluang bukan merupakan nilai mutlak

dalam suatu kondisi. Penentuan peluang diperoleh berdasarkan dari suatu kejadian

pada kegiatan budidaya yang dapat diukur dari pengalaman yang telah dialami

perusahaan dalam menjalankan kegiatan usaha. Nilai peluang ditentukan dengan

mengobservasi kejadian yang sudah terjadi. Peluang dari masing-masing kegiatan

akan diperoleh pada setiap kondisi yaitu tertinggi, normal dan terendah.

Kasidi (2010), menyatakan bahwa peluang merupakan kemungkinan

terjadinya suatu kejadian atau peristiwa dari serangkaian peristiwa yang mungkin

terjadi dan sifatnya adalah mutually exclusive (apabila dijumlahkan hasilnya sama

dengan satu). Dari sudut pandang empiris maka probabilitas atau peluang dapat

dipandang sebagai frekuensi terjadinya event dalam jangka panjang yang

dinyatakan dalam persentase. Probabilitas adalah nilai yang terletak antara 0 dan 1

yang diberikan kepada masing-masing kejadian. Apabila nilai suatu peluang

adalah 1, maka hal tersebut merupakan sebuah kepastian. Berarti peristiwa yang

diperkirakan pasti terjadi. Pengukuran peluang diperoleh dari frekuensi kejadian

Page 35: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

23

setiap kondisi yang dibagi dengan periode waktu selama kegiatan berlangsung,

secara sistematis dapat dituliskan :

Dimana :

W = Frekuensi terjadinya peristiwa SR tertinggi, terendah dan normal

n = Banyaknya kejadian

Pada penelitian ini peluang yang akan dihitung adalah kemungkinan

terjadinya risiko produksi dalam budidaya pembesaran ikan hias pada usaha

Bapak Rodi. Penentuan peluang diperoleh berdasarkan dari suatu kejadian pada

kegiatan budidaya yang dapat diukur dari pengalaman yang telah dialami

perusahaan. Peluang yang ditentukan mencerminkan kemungkinan terjadinya

risiko produksi pembesaran ikan hias pada usaha BapakRodi.

Untuk menentukan berapa besar peluang yang akan terjadi maka

perluditetapkan kisaran survival rate ikan itu sendiri. Berdasarkan hasil

wawancara dengan Bapak Rodi, pegawainya dan beberapa petani lainnya yang

mengusahakan ikan sejenis, ikan yang dibudidayakan dalam kondisi yang baik

dan sesuai dengan lingkungannya sangat berpengaruh terhadap survival rate yang

akan terjadi. Ada banyak faktor yang menyebabkan survival rate tinggi ataupun

rendah, untuk kisaran survival rate pembesaran ikan neon tetra yang

dibudidayakan bapak Rodi dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Tingkat survival rate pada pembesaran ikan neon tetra di usaha Bapak

Rodi (2012)

No Kondisi SR Kisaran SR (%)

1 Rendah < 80

2 Normal 80-94

3 Tinggi >95

Sumber : Pokdakan Curug Jaya (2013)

Pada Tabel 5 menjelaskan mengenai tingkat survival rate yang menjadi

patokan dalam penentuan kondisi usaha Bapak Rodi, penentuan tingkat survival

rate ini berdasarkan pertimbangan dimana pada saat usaha tersebut dalam kondisi

survival rate yang rendah yaitu dibawah 80 persen, maka pengusaha menganggap

usaha tersebut tidak memberikan keuntungan bagi pengusaha tersebut.

Penyelesaian pengambilan keputusan yang mengandung risiko dapat

dilakukan dengan menggunakan nilai harapan (expected return). Nilai harapan

adalah jumlah dari nilai-nilai yang diharapkan terjadi probabilitas (peluang)

masing-masing dari suatu kejadian tidak pasti. Nilai harapan dapat digunakan

sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk melanjutkan kegiatan

usaha.

Page 36: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

24

Kasidi (2010), menyatakan bahwa suatu kejadian dapat ditentukan dengan

membuat tabel untuk hasil-hasil yang mungkin diperoleh dan menilai masing-

masing hasil tersebut berdasarkan probabilitasnya. Maka, dengan menambahkan

hasil dari masing-masing kejadian tersebut dapat diperoleh nilai harapannya.

Rumus expected return dituliskan sebagai berikut :

E(Ri)= Dimana :

E(Ri) = Expected Return

Pi = Peluang dari suatu kejadian SR tertinggi, terendah dan normal

Ri = Return Survival Rate

Analisis kuantitatif dalam penilaian risiko yang dilakukan pada penelitian

ini didasarkan dengan pengukuran penyimpangan. Beberapa ukuran dapat

digunakan untuk mengukur penyimpangan diantaranya adalah ragam (variance),

simpangan baku (standard deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation).

a. Ragam (Variance)

Pengukuran variance dari return merupakan penjumlahan selisih kuadrat

dari return dengan Expected return dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian.

Nilai variance dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut (Elton dan Gruber,

1995):

Dimana :

= Variance dari return

Pij = Peluang dari suatu kejadianSR tertinggi, terendah dan normal

Rij = Return

Ři = Expected return

Dari nilai variance dapat menunjukkan bahwa semakin kecil nilai variance

maka semakin kecil penyimpangannya sehingga semakin kecil risiko

yangdihadapi dalam melakukan kegiatan usaha tersebut.

b. Simpangan Baku (Standard Deviation)

Standard deviation dapat diukur dari akar kuadrat dari nilai variance. Risiko

dalam penelitian ini berarti besarnya fluktuasi keuntungan, sehingga semakin

kecil nilai standard deviation maka semakin rendah risiko yang dihadapi dalam

kegiatan usaha. Rumus standard deviation adalah sebagai berikut (Elton dan

Gruber, 1995) :

Dimana :

= Variance

= Standard deviation

Page 37: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

25

c. Koefisien Variasi (Coefficient Variation)

Coefficient variation diukur dari rasio standard deviation dengan return

yang diharapkan atau ekspektasi return (expected return). Semakin kecil nilai

coefficient variation maka akan semakin rendah risiko yang dihadapi. Rumus

coefficient variation adalah (Elton dan Gruber, 1995) :

Dimana:

CV = Coefficient variation

= Standard deviation

Ři = Expected return

GAMBARAN PROFIL USAHA

Profil Usaha

Usaha yang dilakukan oleh Bapak Rodi dimulai pada tahun 2000, diawali

dengan 4 buah akuarium dan tekad berusaha yang kuat usaha beliau semakin

berkembang dari tahun ke tahun. Bapak Rodi adalah salah satu tokoh sekaligus

pelopor yang memanfaatkan potensi ikan hias melalui pembudidayaan ikan hias

air tawar khususnya ikan jenis Neon tetra di jalan Indah RT 03 RW 06,

Kelurahan Curug, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok. Saat ini jumlah total

akuarium yang Bapak Rodi miliki mencapai kurang lebih 2000 unit. Beberapa

unit usaha yang diusahakan oleh Bapak Rodi meliputi usaha pembenihan dengan

jumlah akuarium yang digunakan sebanyak 500 unit, usaha pembesaran ikan hias

neon tetra yang dimulai pada awal tahun 2008 dengan jumlah akuarium sebanyak

300 unit dan usaha pemasaran ikan hias neon tetra dengan jumlah akuarium yang

digunakan sebanyak 1200 unit. Volume produksi usaha pemasaran Bapak Rodi

sebesar 300.000 sampai dengan 400.000 ekor per bulan.

Pada tanggal 13 Mei 2006 Bapak Rodi memiliki ide untuk mendirikan suatu

wadah bagi para pembudidaya ikan hias serupa dengan nama Pokdakan Curug

Jaya (PCJ) bersama dengan sembilan belas orang pembudidaya ikan hias air tawar

yang bermukim serta melakukan usaha di Kelurahan Curug dan sekitarnya. Latar

belakang pendirian PCJ adalah keinginan para pendiri untuk meningkatkan

kesejahteraan mereka melalui sebuah wadah kelompok sekaligus melanjutkan

hubungan kekeluargaan yang sudah terjalin di antara mereka. Para pendiri merasa

melakukan usaha budidaya dalam wadah kelompok dapat meningkatkan daya

tawar mereka terhadap konsumen serta memudahkan mereka dalam hal

operasional.

Nama Curug Jaya dipilih sebagai nama kelompok karena menggambarkan

harapan mereka bahwa PCJ akan membawa kejayaan kesejahteraan bagi para

anggota dan masyarakat sekitar khususnya di Kelurahan Curug. Bersamaan

dengan pemilihan nama kelompok, pemilihan ketua kelompok PCJ menghasilkan

Page 38: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

26

keputusan bahwa BapakRodi yang merupakan seorang supplier merangkap

sebagai pembudidaya ikan hias air tawar menjadi ketua kelompok sementara.

Walaupun demikian, seiring berjalannya waktu, BapakRodi dikukuhkan sebagai

ketua kelompok resmi PCJ

Di tahun 2009 PCJ berhasil menjadi pemenang lomba kinerja kelompok

pembudidaya perikanan tingkat Kota Depok. Selanjutnya pada tahun 2010 PCJ

berhasil menjadi kelompok pembudidaya ikan hias terbaik tingkat Provinsi Jawa

Barat dan kemudian puncaknya pada bulan Desember 2010 PCJ berhasil

mendapatkan penghargaan Adibakti Mina Bahari dari Menteri Kelautan dan

Perikanan sebagai Juara I Bidang Perikanan Budidaya Kategori Ikan Hias yang

merupakan penghargaan puncak tingkat nasional. Menurut Ketua Penyuluh

Pertanian Kota Depok sebagai salah satu anggota tim penilai PCJ, alasan utama

terpilihnya PCJ sebagai pokdakan berprestasi diantaranya adalah kepedulian

sosial PCJ yang tinggi dan sistem penjualan satu pintu yang baik.

Hal ini membuktikan bahwa dengan pengalaman dan keahlian BapakRodi

dalam membudidayakan ikan hias neon tetra . selaku ketua PCJ telah berhasil

mensejahterakan anggota kelompok.

Struktur Organisasi

Struktur organisasi yang berada dalam usaha yang dijalan Bapak Rodi

masih sangat sederhana, dengan memanfaatkan sumber daya manusia yang

berasal dari dalam keluarganya sendiri. Diantaranya BapakRodi sebagai ketua,

istri sebagai tenaga administrasi dan beberapa pegawai/rekan yang berasal dari

keluarga besar Bapak Rodi adapun struktur organisasi tersebut dapat dilihat

seperti dibawah ini.

Gambar 3: Struktur Organisasi pada Usaha Bapak Rodi

Sistem pembayaran pada karyawan pada masa percobaan selama tiga bulan

Rp 500.000,-/bulan dengan uang mingguan (diluar gaji) sebesar Rp 25.000,- dan

setelah masa percobaan gaji pokok menjadi Rp 900.000,- dengan uang mingguan

sebesa Rp 50.000,-. Untuk rekanan menggunakan sistem berbentuk bagi hasil dari

Ketua

Administrasi

Rekan/pegawai

pembenihan

Rekan, usaha

pembesaran

Rekan/pegawai

pemasaran

Page 39: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

27

keuntungan hasil penjualan ikan hias, bagi hasil pendapatan dapat berbentuk 50

persen pendapatan untuk pemilik, yaitu Bapak Rodi dan 50 persen pendapatan

untuk rekanan atau 60 persen pendapatan untuk pemilik dan 40 persen pendapatan

untuk rekanan. Hal tersebut didasarkan pada penanggungan biaya operasional.

Untuk usaha pembesaran sendiri Bapak Rodi mempercayakannya kepada

salah seorang keluarganya, yaitu Bapak Marpudin. Sistem kerjasama yang

dilakukan berupa bagi hasil 50 persen pendapatan untuk pemilik yaitu Bapak Rodi

dan 50 persen pendapatan untuk rekanan yaitu Bapak Marpudin. Hal ini dilakukan

karena lahan dan biaya operasional ditanggung oleh rekanan dan akuarium serta

benih berasal dari Bapak Rodi.

Lokasi Budidaya

Lokasi bangunan yang digunakan untuk usaha pembesaran ikan hias neon

tetra sendiri berada di rumah Bapak marpudin yang terletak di jalan Pelopor RT

01 RW 08, Kelurahan Curug, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok. lahan yang

digunakan untuk budidaya pembesaran ikan hias neon tetra 200 m2, dengan

kapasitas akuarium sebanyak 300 unit dengan volume produksi kurang lebih .

Kegiatan Produksi Pembesaran

Benih ikan hias yang sudah dipindahkan pada akuarium pembesaran dapat

diberikan pakan cacing darah (Tubivex. sp) dengan takaran satu gelas campuran

cacing darah dan air ke dalam satu akuarium pembesaran. Pemberian pakan pellet

dapat dilakukan pada ikan hias yang sudah mencapai ukuran M ke atas, akan

tetapi para pembudidaya lebih sering menggunakan pakan cacing darah saja. Pada

umur dua bulan ikan hias akan dapat mencapai ukuran SM, kemudian pada umur

dua setengah bulan akan dapat mencapai ukuran M. Pada umur tiga bulan akan

dapat mencapai ukuran ML, pada umur empat bulan akan dapat mencapai ukuran

L, dan pada umur lima bulan ke atas akan dapat mencapai ukuran XL atau biasa

disebut ukuran jumbo. Sedangkan pada umur enam bulan akan dapat dijadikan

indukkan ikan hias. Masing-masing ukuran dan variasi panjang tubuh pada

masing-masing ukuran dapat dilihat pada tabel di bawah.

Usaha pembesaran ikan neon tetra yang dilakukan oleh Bapak Rodi dimulai

dengan benih ikan neon tetra dalam ukuran S sampai dengan ukuran yang

diinginkan, akan tetapi Bapak Rodi sendiri biasanya melakukan pembesaran

sampai ukuran yang disesuaikan dengan permintaan pasar, tapi Bapak Rodi lebih

sering menjual ikan hias neon tetra pada ukuran M atau ML. Penjualan ikan hias

Bapak Rodi dilakukan oleh sendiri selaku ketua dari Pokdakan Curug Jaya 1 yang

merangkap sebagai supplayer ikan hias, saat ini volume penjualan yang dilakukan

Bapak Rodi mencapai 300.000 sampai dengan 400.000 ekor per bulan. Jumlah

tersebut di dapat dari hasil menggabungkan ikan hias neon tetra dengan anggota

kelompok lainnya atau para petani ikan hias lainnya diluar dari anggota. Adapun

beberapa ukuran ikan hias neon tetra dapat dilihat dari Tabel 6.

Page 40: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

28

Tabel 6 Harga jual ikan hias pokdakan curug jaya pada eksportir tahun 2013

Ukuran Neon Tetra Ukuran (cm) Harga (Rp/ekor)

S 1.2 100

SM 1.8 300

M 2 350

ML 2.3 450

L 2.5 600

XL 2.8 750

Sumber : Pokdakan Curug Jaya (2013)

Usaha pembesarn ikan hias Neon tetra diawali dengan beberapa tahap dari

mulai persiapan sampai dengan pemanenan.

Penyiapan Akuarium

Akuarium yang digunakan berukuran 100 x 50 x 35 cm. Persiapan wadah

dimulai dengan mencuci akuarium sampai bersih lalu dikeringkan dengan melap

seluruh dinding dan dasar bagian dalam akuarium dengan busa kering.

Selanjutnya akuarium diisi dengan air. Air yang biasa digunakan oleh Bapak Rodi

untuk pemeliharaan pembesaran ikan Neon tetra adalah air sumur yang disaring

dengan saringan kain halus. Sebaiknya sebelum digunakan air diendapkan terlebih

dulu selama 3 – 5 hari. Pengendapan air dapat dilakukan di dalam tandon air.

Akuarium diisi air sampai mencapai ketinggian 25 cm atau volume air dalam

akuarium mencapai 125 liter. Apabila menggunakan air yang telah diendapkan,

tambahkan larutan methylene blue atau bias dikenal oleh pembudidaya dengan

nama obat biru 0.2 ppm sebanyak 3,75 ml dan garam sebanyak 98,5 gram atau

segenggam orang dewasa. Apabila menggunakan air yang tidak diendapkan

terlebih dulu, tambahkan 7,5 ml larutan obat biru dan segenggam orang dewasa.

Aduk agar bahan-bahan yang dimasukkan ke dalam air melarut dan tercampur

merata. Kemudian dipasang 1 sampai 2 titik aerasi.

Penebaran Benih

Penebaran benih dapat dilakukan setelah wadah pemeliharaan ikan selesai

dipersiapkan. Penebaran benih ikan hias tetra biasanya dimulai dari benih

berukuran S dengan panjang ikan 1 – 1.5 cm. Jumlah benih yang ditebarkan

adalah 500 ekor per akuarium. Untuk mendapatkan ukuran benih yang seragam

dilakukan penyortiran benih dengan menggunakan serok untuk memisahkan

ukuran benih yang berbeda.

Penebaran benih ikan neon tetra dapat dilakukan setiap saat. Cara

menebarkan benih adalah sebagai berikut : benih ikan ditempatkan dalam wadah

atau kantung plastik, lalu wadah yang berisi ikan tersebut diapungkan

Page 41: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

29

dipermukaan air dalam wadah pemeliharaan beberapa waktu sampai suhu air di

kedua wadah tersebut sama. Lalu dengan perlahan wadah benih dimiringkan agar

terjadi pencampuran air dan ikan dengan sendirinya masuk ke air dalam wadah

pemeliharaan. Selama pemeliharaan ikan berlangsung dilakukan kegiatan

pemberian pakan, pengelolaan air dan pengendalian penyakit ikan setiap hari

secara rutin. Setelah dicapai ukuran yang diinginkan maka masa pemeliharaan

berakhir dan dilakukan kegiatan pemanenan ikan.

Pemberian Pakan

Selama pemeliharaan, benih ikan hias neon tetra harus diberi pakan. Pakan

yang diberikan adalah pakan alami, yaitu kutu air dan cacing darah dan pakan

tambahan atau selingan berupa pelet. Pakan alami untuk jenis pakan berupa kutu

air didapat dengan mencari ke alam atau secara alami, ciri-ciri pakan alami yang

memiliki kualitas baik yaitu warnanya yang cenderung berwarna merah cerah

sedangkan apabila pakan alami tersebut dalam keadaan tidak baik warnanya akan

terlihat pucat dan berbau tidak sedap. Sedangkan untuk pakan berupa pellet

biasanya memiliki kandungan nutrisi yang cukup. Pakan yang memiliki kualitas

baik dan sesuai dapat dilihat dari respon ikan terhadap pakan tersebut. Usaha yang

dijalankan oleh Bapak Rodi, kutu air di dapat dengan bekerjasama dengan

beberapa pembudidaya lele atau mencari langsung ke sungi-sungai yang berada di

dekat lingkungan budidaya. Sedangkan untuk pakan alami berupa pakan cacing

darah didapatkan dengan cara membeli, keduanya umumnya diberikan dalam

keadaan hidup. Frekuensi pemberian pakan adalah 3 (tiga) kali sehari, yaitu pagi

pukul 7.00, siang pukul 13.00, dan sore hari pukul 17.00. Kutu air diberikan pada

pagi dan sore hari, masing-masing pemberian sebanyak 170 ml atau sekitar dua

sendok makan kutu air untuk 500 ekor ikan hias dalam akuarium pemeliharaan.

Cacing darah diberikan pada siang hari secukupnya, biasanya berkisar antara 3 – 5

sendok makan. Untuk pakan buatan berupa pellet sendiri diberikan sebagai pakan

selingan, apabila pakan alami megalami kekurangan. Hal ini dilakukan dalam

upaya untuk menekan biaya produksi karena harga pakan pellet sendiri relative

lebih mahal dibandingkan dengan pakan buatan, selain itu pakan pellet tidak

menjamin dapat memberikan sumber nutrisi seperti yang didapat pada pakan

alami. Pakan alami diberikan dengan cara menebarkan pakan secara merata ke

seluruh media pemeliharaan ikan. Pakan alami yang diberikan adalah pakan yang

telah dicuci terlebih dulu dengan air, agar bersih dari kotoran, spora maupun

lumpur. Kutu air dan cacing darah dibersihkan dengan cara menempatkan masing-

masing pakan tersebut pada wadah terpisah yang berisi air bersih, kemudian

disaring dan dibilas dengan air bersih. Kutu air yang telah dibersihkan disimpan

sebagian untuk pemberian sore hari. Cacing darah yang telah dibersihkan dapat

digunakan untuk 3 (tiga) hari kemudian apabila diperlakukan dengan baik.

Pengelolaan Air

Selama pemeliharaan ikan hias tetra di dalam akuarium, air media

pemeliharaan harus dikelola agar kualitasnya tetap baik untuk kehidupan ikan.

Kualitas air yang cocok dengan kehidupan ikan hias neon tetra yaitu air yang

memiliki suhu berkisar antara 20 - 25°C dengan pH 5,5 – 7,0 (Anonim, 2005). Air

Page 42: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

30

media pemeliharaan akan kotor dengan adanya aktivitas ikan dan pemberian

pakan. Hal ini dapat dilihat dengan semakin keruhnya air dan terdapat kotoran

yang mengendap di dasar akuarium. Air yang kotor dapat menimbulkan masalah

seperti peningkatan kandungan racun yang berbahaya bagi ikan. Kotoran berupa

feses ikan dan sisa pakan yang mati akan mengurai dalam air dan menghasilkan

racun. Kotoran dalam air media pemeliharaan dapat dikurangi jumlahnya dengan

cara penyiponan dan pergantian sebagian air. Penyiponan feses ikan dan sisa

pakan dapat dilakukan dengan menggunakan selang. Ujung selang yang satu di

tempatkan dalam akuarium dan yang satunya lagi ditaruh di lantai dengan bantuan

gravitasi atau gaya tarik bumi, air akan tersedot ke bawah. Ujung selang dalam

akuarium dapat diarahkan ke kotoran yang akan dibuang.

Kegiatan penyiponan dapat mengurangi jumlah air dalam akuarium,

sehingga perlu ditambahkan air baru dari tandon sejumlah air yang berkurang.

Biasanya pergantian air dilakukan sebanyak 30% dan 50 % dari volume air dalam

akuarium dan dilakukan secara bergantian setiap hari. Penambahan air baru ini

akan mengencerkan konsentrasi kotoran yang tidak terbuang saat penyiponan,

sehingga kualitas air layak untuk kehidupan ikan. Setiap dilakukan pergantian air

sebanyak 50% harus diikuti dengan penambahan garam ke dalam akuarium

sebanyak 98.5 gram. Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit pada

ikan. Penambahan air baru ke dalam akuarium dapat menimbulkan stres pada

ikan. Oleh karena itu, cara menambahkan air harus sedikit demi sedikit dan tidak

menimbulkan gejolak air. Pemasangan aerasi juga merupakan satu cara untuk

menjaga kualitas air. Aerasi yang cukup dapat mengurangi kandungan racun yang

berbentuk gas.

Pengendalian Hama Penyakit

Di dalam pemeliharaannya, ikan hias tetra sering diserang oleh penyakit

bintik putih (white spot), penyakit buluk (velvet disease) dan penyakit Angsang.

Penyakit bintik putih menyerang kulit, sisik dan sirip ikan dengan tanda-tanda

adanya bintik-bintik putih pada organ yang diserang. Penyakit buluk juga

menyerang organ yang sama dengan mengakibatkan warna ikan menjadi kurang

cerah. Penyakit angsang menyerang bagian pernafasn ikan yaitu insang, apabila

ikan terkena penyakit ini maka insang nya akan terlihat membengkak dan keluar.

Ikan yang terserang penyakit memperlihatkan gerakan yang berbeda dari biasanya

dan kurang berminat terhadap pakan yang diberikan. Selama pemeliharaan ikan

perlu dilakukan pengecekan kesehatan ikan setiap pagi hari. Hal ini bertujuan agar

penyakit dapat segera diketahui dan dicegah penyebarannya. Langkah-langkah

yang dilakukan adalah mengamati bagian ekor ikan apakah terdapat bintik-bintik

putih, lalu mengamati warna tubuh ikan apakah berubah menjadi suram,

mengamati gerakan renang ikan dan melihat respons ikan terhadap pakan. Untuk

mengobati ikan hias tetra yang sakit akibat serangan penyakit bintik putih

digunakan obat biru sebanyak 6 (enam) tetes ke dalam air pemeliharaan,

sedangkan untuk pencegahannya digunakan obat yang sama sebanyak 4 (empat)

tetes. Untuk mengobati ikan yang terserang penyakit buluk digunakan garam

sebanyak 98,5 gram. Sebelum pengobatan dilakukan, air media pemeliharaan ikan

dikurangi 50% baru ditambahkan obat-obatan tersebut. Selama pengobatan, yaitu

Page 43: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

31

3 (tiga) hari lamanya, ikan dipuasakan. Apabila diperlukan pengobatan yang lebih

lama waktunya, ikan diberi pakan sedikit saja.

Penyortiran Ikan Hias

Tahap terakhir dari proses produksi sebelum tahap pengemasan adalah tahap

penyortiran. Pada tahap ini, ikan hias disortir berdasarkan ukuran yang

diinginkan. Hal ini disebabkan oleh ketidak seragaman panjang tubuh ikan hias

walaupun memiliki umur yang sama. Panjang tubuh ikan hias dalam satu

akuarium yang berumur sama dapat lebih besar atau lebih kecil dari panjang tubuh

standar untuk ukuran yang diinginkan.

Penyeleksian dilakukan berdasarkan kesehatan ikan. Banyaknya jumlah

ikan hias juga menjadi perhatian dalam tahap penyortiran karena disesuaikan

dengan pesanan. Hal ini akan menentukan kualitas ikan hias. Selanjutnya

pemeriksaan penyortiran akhir akan dilakukan kembali oleh Bapak Rodi dan

pekerjanya saat ikan akan dikirim pada konsumen.

Pengemasan

Setelah ikan hias sudah tepat jumlah, tepat ukuran, dan baik kesehatannya,

ikan hias akan memasuki tahap pengemasan. Tahap ini dimulai dengan

dipindahkannya ikan hias ke dalam kantong plastik berisi air yang sudah

didiamkan semalaman dan dicampur daun ketapang. Kemudian gas oksigen murni

diisikan ke dalam kantong dengan perbandingan oksigen dan air 1:3. Setelah itu

ikan hias akan dipuasakan selama satu kali waktu makan. Kemudian tepat pada

saat ikan hias akan dikirimkan, air dan gas oksigen di dalam kantong akan

diperbaharui sekali lagi dengan cara memindahkan ikan hias dan air di dalam

kantung ke dalam suatu wadah. Kantong ikan hias yang sudah dikosongkan

tersebut selanjutnya diisi dengan air baru yang sudah didiamkan selama satu

malam dan juga sudah diberi daun ketapang. Ikan hias kemudian dimasukan

kembali ke dalam kantong dan kantong dikempiskan untuk kembali diisi gas

oksigen murni dengan perbandingan yang sama seperti sebelumnya.

Pemasaran

Proses pemasaran untuk ikan hias ini dilakukan oleh sendiri oleh Bapak

Rodi selaku ketua kelompok yang merupakan supplier merangkap sebagai

pembudidaya ikan hias air tawar di Pokdakan Curug Jaya (PCJ). Dengan

demikian, seluruh anggota termasuk rekanan akan menjual produknya pada Bapak

Rodi dan selanjutnya Bapak Rodi akan menjualnya pada konsumen. Bapak Rodi

akan membeli produk ikan hias anggota dan rekanan dengan harga yang relatif

stabil. Hal ini terlihat pada saat harga pasar sedang turun dan Bapak Rodi

mengusahakan membeli ikan hias anggota dan rekanan dengan harga yang tetap.

Berdasarkan pengelolaan sistem penjualan satu pintu, apabila terdapat konsumen

yang ingin membeli langsung produk ikan hias dari anggota, maka anggota dan

rekanan tersebut akan melaporkannya terlebih dahulu pada Bapak Rodi.

Selanjutnya apabila Bapak Rodi mendapat pemesanan dari konsumen, maka

Bapak Rodi akan mengelola pengumpulan ikan hias dari para anggota dan

rekanan. Dengan demikian, para anggota dan rekanan pembudidaya melalui

Page 44: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

32

sistem penjualan satu pintu mendapatkan kepastian pasar dan harga yang lebih

stabil dari harga pasar, sedangkan Bapak Rodi mendapatkan kestabilan harga,

kuantitas suplai yang besar, dan juga kepastian kesinambungan suplai produk

yang merupakan keinginan konsume. Secara keseluruhan sistem ini membuat PCJ

bagaikan menjadi satu-kesatuan usaha dengan kapasitas produksi besar, selain itu

juga memiliki kualitas produk baik, dan produksi yang berkesinambungan. Hal

tersebut meningkatkan daya tawar Bapak Rodi terhadap konsumennya sehingga

kestabilan harga dapat diperoleh Bapak Rodi. Konsumen Bapak Rodi adalah para

eksportir dan supplier ikan hias yaitu eksportir ikan hias CV Indopisces Exotica di

Cinangka, eksportir ikan hias PT Indotropica Agung Lestari di Bekasi, serta

supplier-supplier ikan hias di Bogor, Depok, Bekasi, Jakarta, dan juga Surabaya.

Para konsumen Bapak Rodi terutama eksportir menginginkan produk ikan hias

yang berkualitas, berkesinambungan, dan memiliki kuantitas besar. Kriteria

kualitas ikan hias adalah ketepatan ukuran (size), ketepatan jumlah, dan kesehatan

yang baik. Bapak Rodi mampu memenuhi kriteria tersebut sehingga para

konsumennya setia.

Proporsi pemasaran produk ikan hias Bapak Rodi adalah 75 persen pada

eksportir dan 25 persen pada supplier. Pada umumnya supplier ikan hias membeli

ikan hias Bapak Rodi dengan harga lebih tinggi dari harga pembudidaya dan akan

menjualnya kembali pada eksportir ikan hias. Hal ini dilakukan oleh supplier

karena mereka tidak memiliki kepastian kesinambungan suplai produk dari para

pembudidaya yang tidak memiliki ikatan kontrak dengan mereka.

Ketidakmampuan memenuhi permintaan eksportir secara berkesinambungan

dalam kuantitas yang umumnya besar dapat mengurangi kepercayaan dan

kesetiaan eksportir pada supplier.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Sumber-Sumber Risiko

Risiko produksi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

terhadap keberhasilan suatu usaha termasuk di dalam usaha pembesaran ikan hias

Neon tetra yang dilakukan oleh Bapak Rodi. Risiko produksi sendiri dapat berupa

penurunan hasil panen atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan. Untuk

dapat mengantisipasinya perlu adanya manajemen risiko yang dilakukan oleh

pengusaha dalam hal ini Bapak Rodi. Langkah pertama yang dilakukan dalam

manajemen risiko adalah identifikasi risiko, hal ini dilakukan untuk memperoleh

informasi mengenai penyebab risiko dan kejadian-kejadian yang dapat

menyebabkan kerugian bagi pengambil keputusan. Usaha pembesaran ikan hias

neon tetra dihadapkan pada masalah risiko produksi. Risiko produksi akan

mempengaruhi tingkat survival rate yang dihasilkan. Hal ini terlihat dari adanya

fluktuasi dalam survival rate ikan hias yang dipanen.

Page 45: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

33

Produksi ikan hias neon tetra setiap kondisi dapat dilihat dari tingkat

survival rate yang diperoleh dengan dari data primer. Survival rate yang

berfluktuasi menunjukkan adanya tingkat survival ratetertinggi, terendah dan

normal. Peluang tertinggi, terendah dan normal diukur dari proporsi frekuensi atau

berapa kali perusahaan pernah mencapai Survival rate tertinggi, terendah dan

normal selama periode siklus produksi berlangsung.

Tingkat Survival rate dinilai dari perolehan hasil panen pada periode

produksi yang sudah terjadi yaitu pada bulan Januari 2011 sampai dengan bulan

Septembet 2013. Berdasarkan data yang diperoleh dari pemilik usaha, fluktuasi

survival rate ikan hias neon tetra dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 7 Rata-rata produksi, survival rate ikan hias neon tetra dan peluang yang

dihadapi pengusaha

No. Kondisi Survival rate (%) Peluang

1. Tertinggi >95 0,29

2. Normal 81-94 0,42

3. Terendah < 80 0,29

Tabel 7 menunjukkan kondisi survival rate pembesaran ikan neon tetra pada

kondisi tertinggi, terendah dan normal. Kondisi tertinggi merupakan kondisi

dimana pengusaha mendapat tingkat produksi tertinggi selama produksi

berlangsung, dalam hal ini pengusaha menganggap tingkat produksinya tertinggi

apabila pencapaian produksinya mencapai lebih dari 95 persen. Pada kondisi

normal dimana pengusaha menganggap tingkat produksinya yang sering terjadi

dalam proses produksi yaitu saat tingkat survival rate berkisar antara 80 persen

sampai dengan 94 persen. Sedangkan kondisi terendah merupakan kondisi dimana

pengusaha menganggap tingkat produksinya yang dibawah normal atau minimal

yaitu pada saat pengusaha mengalami tingkat survival rate dibawah 80 persen.

Dilihat berdasarkan Tabel 3 yaitu tabel tingkat survival rate yang dialami

bapak Rodi pada beberapa periode panen terjadi tingkat survival rate yang lebih

dari 95 persen atau mengalami kondisi maksimal sebanyak 5 kali dalam 17

periode panen yang diteliti, sehingga didapat nilai probabilitas atau peluang

sebesar 0,29 persen. Kondisi ini sama dengan tingkat peluang pada kondisi

minimal atau kondisi terendah yaitu saat pengusaha mengalami tingkat survival

rate kurang dari 80 persen, dimana pada kondisi ini pengusaha mengalami 5 kali

kejadian sehingga didapat nilai peluang 0,29 persen. Sedangkan pada kondisi

normal yaitu pada saat pengusaha mengalami tingkat survival rate berkisar antara

81 persen sampai dengan 94 persen. Pengusaha, dalam hal ini bapak Rodi

mengalami 7 kali kejadian dari 17 kali masa panen yang diteliti sehingga didapat

nilai peluang sebesar 0,42 persen.

Peluang yang terjadi di dalam usaha pembesaran ikan neon tetra mencapai

survival rate tertinggi sekitar 0,29 pesen yang dapat diartikan jika usaha

pembesaran ini dilakukan dalam 17 kali maka frekuensi mencapai Survival rate

Page 46: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

34

tertinggi hampir sekitar 5 kali. Sedangkan peluang untuk mendapatkan Survival

rate terendah sebesar 0,29 dan normal sebesar 0,42. Jika memperhatikan angka

peluang dari tingkat survival rate yang diperoleh, dapat dilihat bahwa selama

pengusahaan pembesaran ikan neon tetra lebih sering memperoleh produktivitas

tertinggi dibandingkan dengan survival rate normal dan terendah.

Terdapat faktor-faktor yang menjadi penyebab munculnya risiko produksi

pada usaha pembesaran ikan hias Neon tetra . Sumber-sumber risiko produksi

dapat berasal dari dalam lingkungan perusahaan maupun dari lingkungan luar

perusahaan. Faktor-faktor tersebut antara lain :

Kondisi cuaca dan Iklim

Air merupakan media tempat hidup dalam budidaya ikan. Kondisi air harus

disesuaikan dengan kebutuhan optimal bagi pertumbuhan ikan yang dipelihara.

Keberhasilan budidaya ikan banyak ditentukan oleh keadaan kualitas dan kuantitas

air, parameter baik atau buruknya kualitas air untuk budidaya ikan hias neon tetra

adalah suhu dan pH. Suhu yang baik untuk ikan hias neon tetra berkisar antara 20 -

25°C dengan pH 5,5 – 7,0 (Anonim, 2005). Berdasarkan hasil wawancara kepada

pembudidaya ikan hias neon tetra antara suhu dan pH memiliki keterkaitan dimana

apabila terjadi peningkatan suhu biasanya diikuti oleh peningkatan pH, begitu juga

sebaliknya apabila terjadi penurunan suhu maka pH akan relative turun. suhu akan

berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ikan bila suhu terlalu rendah maka

pertumbuhan ikan yang dipelihara akan lambat tumbuh, karena bila suhu rendah

maka proses metabolisme ikan akan menjadi lambat dan nafsu ikan akan menurun

sedangkan pada suhu yang terlalu tinggi laju metabolisme meningkat, hingga

konsumsi oksigen juga meningkat.Tetapi dipihak lain, kandungan oksigen didalam air

juga alami penurunan dimana penurunan tersebut dapat berakibat terhadap kematian

ikan.

Salah satu indikator naik atau turunnya suhu air dipengaruhi oleh kondisi cuaca

dan iklim, oleh karena itu kondisi cuaca dan iklim menjadi salah satu faktor

munculnya risiko dalam produksi ikan hias, hal ini dikarenakan perubahan cuaca

yang sulit diprediksi. Berdasarkan hasil wawancara di lapangan saat ini cuaca tidak

dapat dikendalikan karena selalu berubah-ubah tidak sesuai dengan siklus normal.

Kondisi cuaca sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan, cuaca yang ekstrim

dapat mengakibatkan ikan yang dibudidaya menjadi lambat pertumbuhannya dan atau

dapat mengakibatkan kematian. Pada dasarnya ikan hias dibudidayakan di ruangan

tertutup dengan menempatkan akuarium sebagai media lingkungan hidup ikan.

Musim kemarau menjadikan suhu udara menjadi tinggi, hal ini berpengaruh terhadap

suhu air di akuarium. Kemampuan ikan dalam penyesuaian suhu air di akuarium

sangat terbatas sehingga menjadikan pertumbuhan ikan menurun,sedangkan pada

musim hujan suhu lingkungan budidaya menjadi menurun dan berimplikasi terhadap

suhu air di akuarium akibatnya ikan tidak selera makan karena suhu yang berbeda

dari suhu normal.

Ciri-ciri yang biasa dipergunakan untuk melihat perubahan suhu dan pH

dengan melihat kebiasaan ikan yang dibandingkan dengan suhu yang terjadi pada saat

itu, apabila ikan berada di permukaan air secara berkelompok dan warna air berubah

menjadi lebih jernih/bukan berwarna kecoklatan. Ada beberapa alternative untuk

menyiasati perubahan pH yang diakibatkan perubahan suhu oleh petani, apabila suhu

tinggi akuarium diberikan satu sendok makan garam kasar ditambah 5 – 10 lembar

Page 47: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

35

daun ketapang untuk membuat suasana asam pada air. Dan apabila suhu rendah dan

pH dianggap rendah maka air di dalam akuarium dikurangi dan keluarnya angin

ditambah atau dimasukkan batu karang sebanyak 1 krongkol (selebar kepalan tangan)

ke dalam akuarium, tujuannya supaya pH menjadi naik kembali.

Kualitas pakan

Didalam proses pembesaran ikan hias neon tetra ada beberapa macam jenis

pakan yang diberikan diantaranya adalah cacing darah segar, kutu air dan pelet.

Berdasarkan pengamatan peneliti Adapun frekuensi dalam pemberian pakan untuk

pembesaran ikan hias neon tetra dilakukan tiga kali sehari pada pagi hari sekitar

jam tujuh pagi diberikan dua sendok makan kutu air, pada siang hari sekitar jam

12 diberikan kombinasi antara satu sendok makan pelet dan satu sendok cacing

darah darah atau kutu air dan pada sore hari sekitar jam lima iken diberi pakan dua

sendok makan cacing darah. banyaknya pakan yang diberikan disesuaikan dengan

konsumsi ikan, semakin rakus ikan usahakan pakan yang diberikan diperbanyak.

Pakan alami yang diberikan dalam proses pembesaran ini biasanya

diberikan dalam keadaan hidup. Untuk pakan kutu air didapat dari kolam-kolam

ikan budidaya lele yang ada di sekitar lingkungan usaha yang pengambilannya

biasanya dilakukan pada pagi hari yaitu jam 4-5 subuh, sedangkan untuk pakan

cacing darah didapat dari pemasok dari bogor. Sebelum pakan cacing darah dan

kutu air diberikan pada ikan hias, terlebih dahulu kedua pakan tersebut diletakkan

di baskom atau wadah yang berisi air dan dalam keadaan diaerasi. Hal tersebut

ditujukan untuk membersihkan pakan dari kotoran-kotoran. Sedangkan pelet yang

akan diberikan pada ikan hias terlebih dahulu dicampur dengan air agar ukuran

butiran pelet menjadi lebih kecil dan dapat dikonsumsi ikan hias.

Meskipun perlakuan di dalam pemilihan pakan alami ini dilakukan secara

selektif dan hati-hati namun tidak menutup kemungkinan pakan tersebut terjangkit

spora, virus atau bakteri sehingga tidak jarang sumber penyakit ikan tidak hanya

berasal dari lingkungan budidayanya juga berasal dari pakan yang diberikan.

Pakan yang buruk biasanya cepat mati dan tidak tahan lama, sehingga selama

proses pembesaran ikan neon tetra , media pemeliharaan akan mengalami

penurunan kualitas. Kualitas air dapat dipertahankan dengan cara penyiponan sisa

pakan dan feses ikan yang mengendap di dasar akuarium setiap hari yang diikuti

dengan pergantian air. Metode penyiponan adalah pengambilan kotoran dan air

dengan memanfaatkan gravitasi bumi dan alat berupa selang plastik. Untuk

memfungsikan sistim sipon, masukkan satu ujung selang ke air dalam wadah yang

akan disipon dengan mulut selang tertutup jari dan ujung lainnya dijatuhkan ke

tempat yang lebih rendah dari kedudukan wadah. Air akan mengalir begitu tutup

selang dibuka menarik kotoran yang terdekat. Untuk memudahkan pembersihan

kotoran yang menempel di dasar wadah ujung selang diberi sikat kecil. Pergantian

air dilakukan untuk mengembalikan volume air wadah yang berkurang akibat

penyiponan dan menambahkan air baru yang lebih bersih sehingga kualitas air

kembali menjadi layak bagi ikan. Pergantian air dilakukan sebanyak 30% sampai

dengan 50% volume air, tergantung kebutuhan atau kondisi air setiap akuarium.

Setiap pergantian sebanyak 50% volume air dapat dimasukkan garam sebanyak

98,5 gram (segenggam tangan orang dewasa) yang bertujuan untuk mencegah

terjadinya penyakit pada ikan yang dipelihara. Air yang ditambahkan ke dalam

Page 48: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

36

wadah pemeliharaan adalah air tandon lama atau air tua. Untuk menjaga

ketersediaan oksigen di air maka pemberian aerasi harus dilakukan secara terus-

menerus.

Hama dan penyakit

Penyakit yang biasa menyerang neon tetra adalah bintik putih (white spot),

buluk (velvet disease) dan Angsang. Penyakit bintik putih menyerang permukaan

tubuh ikan (eksternal) yaitu pada bagian kulit/sisik dan sirip, penyakit ini ditandai

dengan munculnya bintik-bintik putih pada bagian yang terserang biasanya

dibagian sirip bawah dan ekor. Penyakit buluk menyerang permukaan tubuh yaitu

pada bagian kulit/sisik dan sirip yang ditandai dengan kurang cerahnya warna

tubuh ikan dan munculnya plek hitam di daerah yang terserang. Penyakit angsang

ditandai dengan keluar atau menonjolnya bagian insang ikan neon tetra .

Penyakit yang menyerang ikan ini akan timbul jika terjadi ketidak

seimbangan antara kondisi ikan, lingkungan dan patogen. Ikan yang kondisi

tubuhnya buruk kemungkinan besar akan terserang penyakit. Namun jika kondisi

tubuh ikan baik, maka sangat kecil kemungkinan terserang penyakit. Kondisi ikan

yang buruk ini bisa disebabkan oleh perubahan lingkungan secara mendadak atau

karena kondisi fisik ikan yang luka atau terjadi pendarahan pada tubuh ikan. Pertolongan pertama pada ketiga penyakit tersebut adalah dengan memberikan

daun ketapang dan garam ke dalam akuarium serta penggantian air akuarium hingga

setengah volume. Selain itu obat yang biasa digunakan pengusaha untuk penyakit-

penyakit tersebut adalah tetrasiklin, methylin blue, serta purasaridon. Selain obat-

obatan tersebut pegusaha juga menggunakan obat yang belum diketahui jenis dan

kandungannya, para pengusaha ikan hias biasa menyebutnya dengan nama obat biru.

Adapun penanggulangan yang dilakukan oleh pembudidaya saat ini adalah

memberikan perawatan khusus untuk akuarium yang terdapat ikan sakit dengan

membersihkan akuarium dari kotoran dan endapan sisa-sisa pakan dengan cara

penyiponan dan menambahkan air baru yang lebih bersih yang ditambahkan obat

seperti tetracyclin atau obat biru sebanyak 2 tetes, garam satu genggam dan

memasukkan daun ketapang kering sebanyak 5 sampai 10 lembar, hal ini

dilakukan dengan harapan kualitas air kembali menjadi layak dan sesuai bagi

ikan. Apabila cara penanggulangan tersebut dianggap tidak berpengaruh atau

dikhawatirkan akan menular ke ikan lainnya maka dilakukan pemisahkan atau

karantina ikan yang terjangkit penyakit ke dalam akuarium khusus yang sudah

diberi perlakuan khusus seperti pemberian dosis obat-obatan yang lebih banyak.

Analisis Risiko Produksi Ikan Hias Neon Tetra

Penilaian risiko produksi dapat dihitung menggunakan variance, standard

deviation, dan coefficient variation. Perhitungan pada proses penilaian risiko

menggunakan data berdasarkan tingkat Survival rate yang diperoleh dan peluang

yang dimiliki pengusaha dalam memperoleh tingkat Survival rate tertinggi,

terendah dan normal. Peluang dihitung berdasarkan pengalaman perusahaan

selama menjalankan usaha pembesaran ikan hias neon tetra . Setelah memperoleh

nilai peluang usaha dalam mendapatkan survival rate tertinggi, terendah dan

Page 49: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

37

normal, selanjutnya dapat dilakukan penilaian terhadap tingkat risiko produksi

yang dihadapi perusahaan.

Setelah dilakukan pengukuran peluang pada kondisi tertinggi, terendah dan

normal maka dilakukan penyelesaian pengambilan keputusan yang mengandung

risiko dengan menggunakan expected return. Expected return dihitung

berdasarkan jumlah dari nilai yang diharapkan dengan peluang masing-masing

kejadian tertinggi, terendah dan normal dari pembesaran ikan hias neon tetra .

Expected return merupakan nilai harapan yang dihasilkan setelah

memperhitungkan risiko yang ada.

Penilaian risiko produksi juga dilakukan dengan mengukur nilai

penyimpangan yang terjadi. Terdapat beberapa ukuran risiko diantaranya adalah

nilai varian (variance), standar deviasi (standard deviation), dan koefisien variasi

(coefficient variation). Ketiga ukuran tersebut berkaitan satu sama lain dan nilai

variance sebagai penentu ukuran yang lainnya. Dalam kajian ini return yang

dihitung adalah survival rate Ikan hias neon tetra .

Ukuran yang tepat digunakan untuk melakukan penilaian terhadap risiko

produksi ikan hias neon tetra adalah coefficient variation. Karena ukuran variance

dan standard deviation belum memperhitungkan pendapatan, sedangkan

coefficient variation sudah memperhitungkan pendapatan yang diterima pada

usaha pembesaran ikan hias neon tetra . Hasil penilaian risiko produksi

pembesaran ikan hias neon tetra pada usaha yang dilakukan oleh Bapak Rodi

dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Penilaian risiko produksi pembesaran ikan hias neon tetra pada usaha

Bapak Rodi tahun 2011-2013

No. Ukuran Nilai

1 Expected Return 78,52

2 Variance 315,59

3 Standard Deviation 17,76

4 Coefficient Variation 0,23

Berdasarkan Tabel 8, terlihat bahwa penilaian risiko berdasarkan tingkat

survival rate diperoleh penilaian risiko produksi ikan hias neon tetra berdasarkan

nilai coefficient variation diperoleh hasil sebesar 0,23. Dengan kata lain bahwa

untuk setiap satu persen tingkat keberhasilan ikan hias neon tetra yang diperoleh

akan mengalami risiko sebesar 0,23 persen pada saat terjadi risiko produksi.

Risiko produksi yang dimaksud adalah pada saat kondisi cuaca dan iklim yang

sulit diprediksi, kurang baiknya kualitas pakan, dan adanya serangan hama dan

penyakit. Semakin besar nilai coefficient variation, maka semakin tinggi tingkat

risiko yang dihadapi.

Berdasarkan penilaian risiko produksi di dalam usaha Bapak Rodi dapat

diukur besarnya pendapatan yang diharapkan dari kegiatan pembesaran ikan hias

neon tetra . Besarnya pendapatan yang diharapkan dapat dilihat dari nilai expected

Page 50: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

38

return yang diperoleh. Berdasarkan hasil penilaian risiko produksi pada usaha

pembesaran ikan hias neon tetra diperoleh nilai expected return sebesar 78,52

untuk satu kali periode. Artinya, Bapak Rodi dapat mengharapkan perolehan hasil

sebanyak 78,52 persen survival rate dalam usaha pembesaran ini untuk setiap

periode panen. Dengan mengetahui harapan pendapatan yang diperkirakan akan

didapatkan kembali dari kegiatan usaha pembesaran neon tetra berdasarkan

perhitungan risiko produksi, maka hal ini dapat digunakan sebagai pertimbangan

untuk kelanjutan usaha ataupun sebagai perencanaan untuk menentukan langkah

yang akan diambil dalam perkembangan usaha yang Bapak Rodi jalankan saat ini.

Risiko produksi yang dialami Bapak Rodi dalam menjalankan kegiatan

usaha pembesaran ikan hias neon tetra dapat menimbulkan kerugian. Kerugian

tersebut akan berpengaruh terhadap jumlah hasil produksi. Jika hasil produksi

berkurang maka penerimaan usaha juga akan berkurang, karena jumlah yang

dijual menjadi lebih sedikit. Brdasarkan perhitungan rata-rata harga jual ikan hias

ukuran ML pada harga Rp 350 per ekor dan dalam satu akuarium terdapat 500

ekor maka setiap satu akuarium yang dipanen, penerimaan yang diperoleh adalah

sebesar Rp 1.750.000,- dengan risiko produksi yang dihadapi adalah kurang lebih

sebesar Rp 400.000 per akuarium. Tetapi perhitungan tersebut tidak bersifat

mutlak karena tergantung dari ukuran ikan hias, semakin besar ikan akan dipanen

maka akan semakin lama waktu yang dibutuhkan dan semakin besar juga

kebutuhan pakan, biaya tenaga kerja dan biaya lainnya. Oleh karena itu, sebaiknya

dilakukan langkah penanganan yang sesuai untuk menghindari atau memperkecil

risiko yang dihadapi.

Strategi Pengelolaan Risiko Produksi

Usaha Bapak Rodi saat ini telah melakukan penanganan risiko secara

optimal untuk mengurangi risiko yang ada namun masih terdapat kendala yang

dihadapi pada saat proses produksi. Hal ini terlihat pada hasil Survival rateyang

fluktuatif apabila masih terjadi risiko terutama pada saat proses produksi. Dengan

mengetahui bahwa Usaha Bapak Rodi masih berpotensi untuk terjadinya risiko

produksi maka perencanaan penanganan yang dapat dilakukan adalah dengan

pengawasan dan penerapan kesadaran akan risiko serta kesadaran untuk

melakukan penanganan risiko sehingga dapat meminimalkan kerugian yang

dialami.

Berdasarkan identifikasi risiko yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa

Usaha Bapak Rodi mengalami risiko dalam kegiatan pembesaran ikan hias neon

tetra . Risiko produksi tersebut disebabkan oleh berbagai faktor antara lain

perubahan cuaca dan iklim, kualitas pakan, serta serangan hama dan penyakit.

Setelah dilakukan pengukuran terhadap risiko tersebut, diperoleh hasil sebesar

0,20. Nilai tersebut merupakan kerugian yang dihadapi atas perolehan hasil

produksi dengan adanya risiko produksi. Maka dapat ditentukan strategi dalam

menangani risiko produksi pembesaran ikan hias neon tetra pada usaha Bapak

Rodi.

Upaya penanganan risiko dapat diterapkan dalam fungsi manajemen yang

dijalankan perusahaan yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan

pengontrolan atau planning, organizing, actuating, controlling (POAC).

Page 51: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

39

Perencanaan Produksi

Perencanaan produksi yang dilakukan oleh Bapak Rodi dimulai pada saat

penanaman bibit ukuran S kedalam akuarium pembesaran sampai dengan

pemanenan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan produksi komoditas yang

dihasilkan oleh pengusahaannya. Disamping itu perencanaan pencegahan penyakit

dan pemberian obat-obatan diperhatikan dengan baik terutama pada saat terjadi

perubahan cuaca yang ekstrim.Perencanaan penanaman bibit sebaiknya dilakukan

dengan mempertimbangkan trend pasar yang sedang terjadi, jika trend pasar

meningkat atas suatu komoditas maka sebaiknya merespon dengan cara

memproduksi lebih tinggi dibandingkan dengan produksi sebelumnya. Sebaliknya

jika trend pasar suatu komoditas menurun sebaiknya merespon dengan cara

mengurangi jumlah produksi. Selain itu perencanaan produksi juga

mempertimbangkan curah hujan dan suhu lingkungan budidaya. Jika curah hujan

relatif tinggi maka akan berimplikasi negatif terhadap produksi akhir ikan maka

seharusnya pihak dapat mengantisipasi dengan cara menambah jumlah heather

yang berfungsi sebagai penetral suhu air lingkungan budidaya.

Pengorganisasian

Pengorganisasian untuk para tenaga kerja yang terlibat langsung dengan

kegiatan produksi sangat penting, yaitu dengan mengkomunikasikan hak dan

kewajibannya dengan yang jelas termasuk pada saat pembagian hasil usaha. Hal

ini bertujuan agar semua tenaga kerja mempunyai peranan dan bertanggung jawab

atas hasil produksinya. Adanya pengorganisasian maka perawatan tehadap ikan

hias neon tetra akan semakin terkoordinir dengan baik.

Pelaksanaan

Dalam pelaksanaannya usaha ini dilakukan dengan cara bagi hasil sehingga

memiliki kapasitas yang hampir sama rata antara investor yaitu Bapak Rodi dan

pelaksana yaitu Bapak Marpudin, akan tetapi di dalam perjanjian awal diantara

keduanya sudah dijelaskan bahwa pelaksana bertanggung jawab kepada investor,

oleh karena itu Bapak Rodi memiliki kewenangan untuk dapat mengkoordinir

pelaksanaan usaha pembesaran ikan hiasnya. Bapak Rodi berupaya menjaga

komunikasi yang baik sehingga pada pelaksanaannya terjalin komunikasi yang

baik dalam memaksimal produksi dan meminimumkan risiko. Adanya

kooordinasi dalam pengelolaan bertujuan untuk menyinkronkan setiap kegiatan

produksi dalam masalah perawatan dan pemeliharaan seperti mengkoordinasikan

awal kegiatan produksi dan dalam tindakan pencegahan hama dan penyakit.

Pengontrolan

Proses pengontrolan yang dilakukan Bapak Rodi, pemilik tidak melakukan

pengontrolan secara khusus karena selalu melakukan penyeleksian rekan kerja

salah satunya dengan cara bekerja sama dengan keluarganya sendiri atau orang

yang sudah dikenalnya sejak lama, untuk mengantisipasi timbulnya tindakan

kecurangan (moral hazard) Bapak Rodi sendiri melakukan pengawasan dengan

melakukan pengecekan secara rutin ke rumah budidaya.

Page 52: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

40

Strategi penanganan risiko yang dapat dijadikan sebagai alternatif

penanganan dalam kajian ini adalah strategi preventif. Strategi preventif

merupakan strategi penanganan yang dilakukan untuk menghindari risiko

produksi (Kountur, 2008). Strategi yang dapat dilakukan oleh usaha Bapak Rodi

adalah dengan menggunakan teknologi yang lebih modern. Perubahan cuaca dan

iklim yang tidak menentu menyebabkan pembesaran ikan hias neon tetra

mengalami pertumbuhan yang kurang baik. Peningkatan teknologi dalam hal

pengaturan suhu ruangan budidaya merupakan salah satu alternatif untuk

menghindari perubahan suhu yang berlebihan yang akan menyebabkan akuarium

tempat pembesaran ikan hias neon tetra tidak sesuai.

Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan

heater/pemanas. Hal ini bertujuan untuk menjaga kestabilan suhu ruangan, yaitu

berkisar 20oC-25

oC. dan melakukan pengecekan secara berkala terhadap kualitas

air terutama suhu dan pH, sehingga penulis menyaran kan untuk melakukan

investasi berupa pembelian alat thermometer dan pH meter agar pengecekan suhu

dan pH dapat dilakukan secara rutin.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Berdasarkan hasil analisis risiko yang dilakukan didalam usaha Bapak Rodi

mengalami risiko produksi. Indikasi adanya risiko produksi pada usaha

pembesaran ikan hias neon tetra dapat dilihat dari adanya fluktuasi atau variasi

tingkat survival rate yang dialami. Sumber-sumber yang menjadi penyebab

terjadinya risiko produksi adalah kondisi cuaca dan iklim yang sulit diprediksi,

kurang baiknya kualitas pakan, dan adanya serangan hama dan penyakit.

2. Berdasarkan hasil penilaian risiko produksi ikan hias neon tetra yang

dilakukan berdasarkan nilai coefficient variation diperoleh hasil sebesar

0,23. Dengan kata lain bahwa untuk setiap satu persen tingkat keberhasilan

ikan hias neon tetra yang diperoleh akan mengalami risiko sebesar 0,23

persen pada saat terjadi risiko produksi. Selain itu diperoleh nilai expected

return sebesar 78,52 untuk satu kali periode. Artinya, Bapak Rodi dapat

mengharapkan perolehan hasil sebanyak 78,52 persen survival rate dalam

usaha pembesaran ini untuk setiap periode panen. Risiko produksi yang

dimaksud adalah pada saat kondisi cuaca dan iklim yang sulit diprediksi,

kurang baiknya kualitas pakan, dan adanya serangan hama dan penyakit.

Page 53: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

41

Saran

Alternative strategi penanganan risiko yang dapat dilakukan oleh Bapak

Rodiadalah dengan menggunakan teknologi yang lebih modern.

Perubahan cuaca dan iklim yang tidak menentu menyebabkanpembesaran

ikan hias Neon tetra mengalami pertumbuhan yang kurang baik.

Peningkatan teknologi dalam hal pengaturan suhu ruangan budidaya

merupakan salah satu alternatif untuk menghindari perubahan suhu yang

berlebihan yang akan menyebabkan akuarium tempat pembesaran ikan

hias Neon tetra tidak sesuai. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah

dengan menggunakan heater/pemanas. Hal ini bertujuan untuk menjaga

kestabilan suhu rungan, yaitu berkisar 20oC-25

oC dan melakukan

pengecekan secar berkala terhadap kualitas air terutama suhu dan pH,

sehingga penulis menyarankan untuk melakukan investasi berupa

pembelian alat thermometer dan pH meter agar pengecekan suhu dan pH

dapat dilakukan secara rutin.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2005. Neon tetra (Paracheirodon innesi) profile. http://

badmanstropicalfish.com/profiles/ profile17.html. 24 November 2013

[BPS] BadanPusatStatistik. 2012. PDB Atas Dasar Berlaku Menurut Lapangan Usaha

Nasional. Jakarta. BPS Indonesia.

Darmawi H. 2006. ManajemenRisiko. Jakarta: PT BumiAksara.

Debertin D.L. 1986. Agricultural Production Economics. New York: Macmillan.

Publishing Company.

Dewiaji. 2011. Analisis Risiko Produksi Pembesaran Ikan Lele Dumbo(Clarias

gariepinus) di CV Jumbo Bintang Lestari Gunungsindur Kabupaten Bogor. [Skripsi].

Bogor. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Elton E. J., M. J. Gruber. 1995. Risk Reduction and Portfolio Size: An Analytical

Solution. Journal of Business 50: 415-37.

Hardaker, J. Brian, Raud B.M. Huirne, and Jock R. Anderson, Coping With Risk in

Agriculture, New York: CAB International, 1997.

Harwood. 1999. Managing Risk in Farming: Concepts, Research and Analysis.

Agricultural Economic Report No. 774. Market and Trade Economic Division and

Resource Economics Division, Economic Research Service U.S. Department of

Agriculture.

Kasidi.2010. ManajemenRisiko. Ghalia Indonesia. Bogor.

Kountur R. 2008. MudahMemahamiManajemenRisiko Perusahaan. Jakarta: PPM.

Page 54: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

42

Purwitasari. 2011. Manajemen Risiko Oprasional pada Pemasaran Benih Ikan Patin PT

Mitra Mina Nusantara di Kabupaten Bogor, Jawa Barat.[Skripsi]. Bogor: Fakultas

Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Robison L.J, Barry P.J. 1987. The Competitive Firm’s Response to Risk.Macmillan

Publisher. London.

Silaban. 2011. Analisis Risiko Produksi Ikan Hias Pada PT Taufan Fish Farm di

Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Siregar. 2010. Analisis Risiko Produksi Pembenihan Ikan Lele Dumbo Pada Family Jaya

1, Kecamatan Sawangan, Kota Depok.[Skripsi]. Bogor..Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Page 55: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

43

Page 56: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

44

Lampiran 2 Perhitungan analisis risiko

No. Kondisi Survival Rate

(%) Peluang Pi.Ri Rij-Ri (Rij-Ri)^2 Pij(Rij-Ri)^2

1. Tertinggi >95 0,29 28,71 20,48 419,43 121,63

2. Normal 81-94 0,42 34,44 3,48 12,11 5,09

3. Terendah < 80 0,29 15,37 -25,52 651,27 188,87

E(Ri) 78,52 315,59

STDEV 17,76

CV 0,23

Lampiran 3 Dokumentasi di pengusaha Bapak Rodi

Ikan hias neon tetra Kondisi Budidaya

Pakan Pellet Obat Biru

Page 57: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

45

penampungan Cacing darah Penampungan kutu air

Kutu Air Segar Kutu Air mati

Penyortiran Pengurangan air

Page 58: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)
Page 59: ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS … · ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

1

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 21 Oktober 1986 dari ayah H.

Sohib Syarifudin dan ibu Hj. Aas Sayamah. Penulis adalah putra keenam dari

enam bersaudra.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri IV

Pasirkaliki, Bandung pada tahun 1998 dan pendidikan menengah pertama

diselesaikan pada tahun 2001 di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 25

Bandung. Tahun 2004 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Cililin dan pada tahun

yang sama penulis diterima masuk Politeknik POS Indonesia dan diterima di

jurusan Pemasaran dan lulus pada tahun 2007.

Awal tahun 2008 penulis melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor

(IPB) dan diterima di Program Sarjana Penyelenggaraan Khusus, Departemen

Agribisnin, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.