analisis risiko dan faktor-faktor yang … · salam memandang risiko yang ada pada sektor...

62
ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN SYARIAH PADA SEKTOR PERTANIAN ( STUDI KASUS BMT AS SALAM, KRAMAT, DEMAK) SARAH NABILAH PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

Upload: ngocong

Post on 21-Mar-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN

PEMBIAYAAN SYARIAH PADA SEKTOR PERTANIAN

( STUDI KASUS BMT AS SALAM, KRAMAT, DEMAK)

SARAH NABILAH

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

Page 2: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi
Page 3: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Risiko dan

Faktor-faktor yang Memengaruhi Tingkat Pengembalian Pembiayaan Syariah

pada Sektor Pertanian (Studi Kasus BMT As Salam, Kramat, Demak) adalah

benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan

dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang

berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di

bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2015

Sarah Nabilah

NIM H54110020

Page 4: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

ABSTRAK

SARAH NABILAH. Analisis Risiko dan Faktor-faktor yang Memengaruhi

Tingkat Pengembalian Pembiayaan Syariah pada Sektor Pertanian: Studi Kasus

BMT As Salam, Kramat, Demak. Dibimbing oleh RINA OKTAVIANI dan

JAENAL EFFENDI.

Ketersediaan kredit secara nasional untuk sektor pertanian masih sangat

rendah. Hal ini dipengaruhi oleh karakteristik sektor pertanian yang dianggap

memiliki risiko yang sangat besar. BMT As Salam sebagai salah satu lembaga

keuangan syariah menyalurkan sebagian besar pembiayaannya ke sektor

pertanian. Keadaan di BMT As Salam tidak sesuai dengan keadaan pada

perbankan nasional. Untuk itu diperlukan kajian mengenai bagaimana BMT As

Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian

ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi tingkat

pengembalian pembiayaan syariah pada sektor pertanian. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu metode Enterprise Risk Management (ERM) dan

metode logistik. Hasil penelitian menunjukan risiko dengan nilai tertinggi adalah

nasabah terlambat mengembalikan pembiayaan. Tindakan mitigasi risiko yang

dapat dilakukan adalah peningkatan upaya jemput bola. Variabel yang signifikan

memengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan di BMT As Salam adalah jumlah

tanggungan keluarga, jenis usaha, jarak rumah nasabah dengan BMT dan aset.

Kata kunci: BMT, ERM, Metode Logistik, Pertanian.

ABSTRACT

SARAH NABILAH. Risk analysis and factors affecting the rate of return of

Islamic financing on agriculture: case study BMT As Salam, Kramat, Demak.

Supervised by RINA OKTAVIANI and JAENAL EFFENDI.

Nationwide availability of credit to the agriculture is still at a very low level.

This condition is caused by the characteristics of the agriculture which is

considered to have a high risk. BMT As Salam as one of the Islamic financial

institutions distribute most of its financing to the agriculture. The situation in

BMT As Salam is not in line with the situation of the national banking system. So

that, study on how BMT As Salam face risks in the agriculture is required. This

study aims to analyze the risks and factors affecting the rate of return of Islamic

financing in the agriculture. Method used in this research is Enterprise Risk

Management (ERM) and the logistics method. The results show the risk with the

highest value is customer tardiness in repaying the financing. Risk mitigation that

can be done is increasing the effort of installment billing to the costumer.

Significant variables affecting the rate of return of financing in BMT As Salam

are the number of family, type of business, distant between customers houses to

BMT and assets.

Keywords: BMT, ERM, Logit, Agriculture

Page 5: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMENGARUHI TINGKAT PENGEMBALIAN

PEMBIAYAAN SYARIAH PADA SEKTOR PERTANIAN

( STUDI KASUS BMT AS SALAM, KRAMAT, DEMAK)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

SARAH NABILAH

Page 6: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi
Page 7: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi
Page 8: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian ini adalah Analisis Risiko dan Faktor-faktor yang

Memengaruhi Tingkat Pengembalian Pembiayaan Syariah pada Sektor Pertanian

(Studi Kasus BMT As Salam, Kramat, Demak). Skripsi ini merupakan salah satu

syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Ekonomi

Syariah, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Pada Kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua

orang tua dan keluarga penulis, yakni Bapak Suswono dan Ibu Mieke Wahyuni,

serta kakak dari penulis Anna Mariam Fadhilah, Adilah Ihsani, dan Muhammad

Usaid Gharizah yang telah memberikan saran selama penelitian. Selain itu,

penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS. dan Dr. Jaenal Effendi, S.Ag, M.A. selaku

dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, saran dan

motivasi dalam penulisan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Yeti Lis Purnamadewi, M.Sc.Agr. sebagai dosen penguji utama dan

Ranti Wiliasih, S.P, M.Si. sebagai dosen penguji komisi pendidikan.

3. Laily Dwi Arsyianti, S.E, M.Sc yang telah memberikan bimbingan, saran

dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

4. Seluruh pihak pengurus BMT As Salam, Kramat, Demak yang telah

membantu selama penelitian ini.

5. Diko, Dessy, Silmi, Sauqi, Salma, Zara, Dede, Vita, Ghina, Diniyah, Imah,

Rizha, Ridwan, Ziad yang telah memberikan masukan, saran, dan semangat

selama penelitian dan penulisan skripsi ini.

6. Danar, Wina, Sari, Venny, Try selaku teman satu bimbingan yang telah

memberikan masukan, saran, dan semangat selama penelitian dan penulisan

skripsi ini.

7. Teman-teman Ekonomi Syariah 47, 48, dan 49 yang tidak dapat saya

sebutkan satu persatu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2015

Sarah Nabilah

Page 9: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PRAKATA viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup Penelitian 4

TINJAUAN PUSTAKA 4

Pembiayaan Syariah 4

Pembiayaan Syariah dalam Pertanian 5

Baitul Maal wat Tamwil (BMT) 6

Risiko dalam Islam 8

Manajemen Risiko 8

Jenis-jenis Risiko 8

Penelitian Terdahulu 11

Kerangka Pemikiran 12

METODE 16

Lokasi dan Waktu Penelitian 16

Jenis dan Sumber Data 16

Metode Pengumpulan Data 16

Metode Pengolahan dan Analisis Data 16

Analisis Risiko Pembiayaan Syariah pada Sektor Pertanian 16

Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Tingkat Pengembalian Pembiayaan

Syariah 20

GAMBARAN UMUM BMT AS SALAM 21

Sejarah Singkat BMT As Salam 21

Kelembagaan dan Susunan Organisasi 22

Produk-Produk BMT As Salam 22

Page 10: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

HASIL DAN PEMBAHASAN 23

Karakteristik Individu Responden 24

Karakteristik Usaha Responden 26

Karakteristik Pembiayaan Responden 27

Analisis Risiko Pembiayaan 28

Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Tingkat Pengembalian Pembiayaan

39

SIMPULAN DAN SARAN 42

Simpulan 42

Saran 42

DAFTAR PUSTAKA 43

LAMPIRAN 45

RIWAYAT HIDUP 50

Page 11: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

DAFTAR TABEL

1. Kontribusi sektor pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja,

penggunaan luas lahan dan PDB Indonesia 1

2. Model pembiayaan pertanian berdasarkan skala usaha 33

3. Probabilitas risiko 17

4. Dampak risiko 18

5. Pemetaan risiko 18

6. Tingkat penerimaan risiko 19

7. Perkembangan kas dan aset BMT As Salam 21

8. Identifikasi risiko 30

9. Indikator kemungkinan terjadinya risiko 32

10. Indikator dampak terjadinya risiko 32

11. Klasifikasi risiko 33

12. Respon risiko yang dapat diambil oleh BMT As Salam 37

13. Faktor-faktor yang memengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan 39

DAFTAR GAMBAR

1. Cara perputaran dana BMT 7

2. Kerangka pemikiran 15

3. Karakteristik responden berdasarkan status pembiayaan 23

4. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin 24

5. Karakteristik responden berdasarkan usia 24

6. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan 25

7. Karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga 25

8. Karakteristik responden berdasarkan jarak tempat tinggal dengan

BMT 25

9. Karakteristik responden berdasarkan aset 26

10. Karakteristik responden berdasarkan jenis usaha 26

11. Karakteristik responden berdasarkan lama usaha 26

12. Karakteristik responden berdasarkan laba usaha 27

13. Karakteristik responden berdasarkan jumlah pembiayaan 27

14. Karakteristik responden berdasarkan frekuensi pembiayaan 27

15. Pemetaan risiko 34

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuisioner Penelitian Responden 45

2. Pedoman Wawancara 47

3. Hasil Olahan Data Logistik 48

Page 12: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi
Page 13: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor pertanian memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian

Indonesia. Peran tersebut dicirikan oleh beberapa faktor. Pertama, banyaknya

jumlah tenaga kerja yang terserap oleh sektor pertanian. Kedua, besarnya luas

lahan Indonesia yang digunakan untuk usaha pertanian. Besarnya kontribusi

penyerapan tenaga kerja dan penggunaan lahan oleh sektor pertanian menjadikan

sektor pertanian pilihan strategis yang harus mendapat prioritas utama dalam

kerangka pembangunan nasional. Namun, kontribusi sektor pertanian terhadap

Produk Domestik Bruto (PDB) tidaklah sebesar penyerapan tenaga kerja dan

penggunaan lahannya. Kontribusi penyerapan tenaga kerja, penggunaan luas lahan

dan kontribusi sektor pertanian terhadap PDB dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Kontribusi Sektor Pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja,

penggunaan luas lahan dan PDB Indonesia

Tahun Tenaga Kerja pertanian

(%)

Luas lahan pertanian

(%)

PDB pertanian

(%)

2008 41.052 20.821 10.670

2009 40.661 20.888 10.614

2010 39.460 20.789 10.234

2011 36.389 20.699 9.878

2012 35.189 20.594 9.666

Sumber: BPS 2008 (diolah)

Pada Tabel 1 dapat dilihat persentase penyerapan tenaga kerja, penggunaan

luas lahan serta kontribusi sektor pertanian pada PDB Indonesia. Persentase

kontribusi sektor pertanian terhadap PDB Indonesia dari tahun 2008 hingga 2012

masih jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan persentase penyerapan tenaga

kerja dan penggunaan lahan oleh sektor pertanian. Hal tersebut menyiratkan masih

banyaknya kendala yang dialami sektor pertanian.

Pada sektor pertanian, sebagian besar pelaku usahanya merupakan pelaku

usaha pertanian dengan penguasaan lahan serta skala usaha yang kecil. Sudah

merupakan fenomena umum bahwa masalah dan kendala yang paling banyak

dihadapi oleh pertanian rakyat skala kecil, baik untuk subsektor tanaman pangan,

holtikultura, peternakan maupun perikanan, adalah pembiayaan dan akses pasar

(Hafidhuddin dan Syukur 2008). Padahal pembiayaan merupakan hal yang sangat

penting dan sangat dibutuhkan oleh para pelaku usaha pertanian sebagai modal

usaha serta pendorong kemandirian usaha. Kebutuhan dana dapat bersifat

langsung, seperti untuk membeli faktor-faktor produksi, maupun secara tidak

langsung, seperti untuk memenuhi kebutuhan pendidikan, kesehatan, atau

keperluan sosial lainnya, pada saat hasil pertanian belum dapat dipanen dan dijual

(Syaukat 2011). Kredit merupakan salah satu sumber pembiayaan pertanian.

Kredit membantu pelaku usaha pertanian mengembangkan usahanya serta

meningkatkan kemandirian usaha agar tidak bergantung kepada pihak-pihak yang

dapat merugikan seperti tengkulak.

Page 14: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

2

Ketersediaan kredit sebagai sumber pembiayaan untuk sektor pertanian di

Indonesia masih sangat rendah. Berdasarkan data Bank Indonesia (2014),

persentase kredit perbankan nasional per Desember 2014 untuk sektor pertanian

hanya sebesar 6.54 persen dari total kredit yang disalurkan. Minimnya

ketersediaan kredit untuk sektor pertanian ini dipengaruhi oleh karakteristik sektor

pertanian yang dianggap memiliki risiko yang sangat besar. Sektor pertanian

merupakan sektor yang sangat bergantung pada musim, ketersediaan air, harga

yang fluktuatif dan sebagainya menjadikan sektor ini penuh dengan risiko

(Hafidhuddin dan Syukur 2008). Risiko tersebut menyebabkan rendahnya minat

lembaga pembiayaan yang bersifat profit oriented untuk mendanai usaha di sektor

pertanian. Lembaga pembiayaan cenderung memilih mendanai usaha dengan

perputaran uang yang cepat, seperti sektor perdagangan. Jika ada lembaga

pembiayaan yang bersedia mengucurkan kredit di sektor pertanian biasanya telah

mengantisipasi dengan beberapa hal untuk meminimalkan risiko yang ada, di

antaranya adalah menetapkan bunga (interest) yang cukup tinggi, sangat selektif,

yaitu hanya membiayai usaha pada komoditas komersial bernilai tinggi (high

value commodity), serta lebih memilih sebagai chanelling bagi kredit program

pemerintah (Ashari dan Saptana 2005). Selain itu, karena lembaga keuangan

menganut prinsip kehati-hatian (prudential) ada pun pembiayaan disektor

pertanian diikuti dengan penetapan agunan dan bunga yang tinggi. Padahal

sebagian besar petani di Indonesia merupakan petani gurem dengan lahan yang

sempit, yang secara ekonomi tidak memadai untuk menyediakan agunan sehingga

tidak bankable. Belum lagi usaha pertanian yang musiman membuat petani sulit

mengembalikan pinjaman secara berkala dengan tambahan bunga yang tinggi.

Ketidakmampuan petani dalam membayar pinjaman akibat gagal panen maupun

rendahnya harga pasar dapat membuat petani terjerat utang yang semakin besar

akibat bunga yang tinggi.

Rendahnya kondisi kredit nasional di Indonesia untuk sektor pertanian tidak

memengaruhi keadaan di BMT As Salam, Kramat, Demak. BMT as Salam

merupakan salah satu lembaga keuangan mikro non bank yang memiliki fokus

melayani dan menfasilitasi pembiayaan usaha mikro kecil (UMK) yang tidak

terjangkau oleh bank syariah dan BPR syariah. Pembiayaan sektor pertanian di

BMT As Salam dilakukan dengan akad-akad syariah sesuai dengan prinsip Islam

yang berkeadilan. BMT As Salam, Kramat, Demak merupakan salah satu BMT

yang memiliki fokus pembiayaan pertanian. Sebanyak 80 persen pembiayaannya

disalurkan pada pertanian, terutama pertanian padi. Selain itu, dari total

pembiayaan per desember 2014 sebanyak 96 persen dari total pembiayaannya

berstatus lancar. Perbedaan keadaan pada kondisi perbankan nasional dan BMT

As Salam dalam penyaluran pembiayaan untuk sektor pertanian menjadi hal yang

menarik untuk dikaji. Bagaimana BMT menilai risiko yang terdapat di sektor

pertanian menjadi penting untuk dianalisis, sehingga alasan BMT As Salam

menyalurkan sebagian besar pembiayaan kepada sektor pertanian yang dianggap

sangat berisiko dapat kemudian menjadi dasar bagi perbankan nasional dalam

menyalurkan pembiayaan pada sektor pertanian.

Page 15: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

3

Perumusan Masalah

Lembaga keuangan yang melakukan penyaluran pembiayaan tidak dapat

terlepas dari risiko-risiko yang ada, baik risiko kredit hingga risiko operasional.

Risiko pembiayaan dapat berasal dari berbagai pihak. Dari lembaga keuangan itu

sendiri, risiko dapat muncul akibat kegagalan pengoperasian lembaga keuangan.

Risiko yang muncul dari lembaga keuangan dapat mencakup sistem informasi dan

tata kelola yang buruk, kelalaian pegawai, penetapan kebijakan yang salah dalam

penentuan nisbah dan sebagainya, sedangkan dari pihak nasabah pembiayaan

risiko dapat terjadi akibat gagal bayar atas pinjaman yang dilakukan ataupun

pelanggaran kontrak.

Pembiayaan di sektor pertanian merupakan pembiayaan yang dianggap

memiliki risiko tinggi. Salah satu lembaga keuangan yang menyalurkan

pembiayaan pada sektor pertanian adalah BMT. Penyaluran pembiayaan yang

dilakukan oleh BMT pada sektor pertanian harus diiringi dengan pengelolaan

risiko yang baik. Pada kasus ini, diambil objek penelitian di BMT As Salam,

Kramat, Demak. BMT As Salam memiliki fokus penyaluran pembiayaan di sektor

pertanian.

Pengelolaan risiko pembiayaan yang dilakukan BMT As Salam terbilang

cukup baik. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan lancarnya pembiayaan di BMT

tersebut. Dari seluruh nasabah di BMT As Salam per Desember 2014, sebanyak

96 persen pengembalian pembiayaan lancar. Selain itu nilai NPF BMT As Salam

selalu dijaga agar berada di bawah 5 persen. Kelancaran pengembalian

pembiayaan di BMT As Salam menunjukan pembiayaan sektor pertanian

merupakan hal yang mungkin dilakukan bila diiringi dengan pengelolaan risiko

yang baik. Pengelolaan risiko bukan berarti menghilangkan risiko, namun

meminimalisir risiko ada. Risiko masih mungkin terjadi walaupun dengan

penanganan risiko yang baik, salah satunya berasal dari kelancaran pembiayaan,

selain karena pengelolaan BMT itu sendiri, risiko ketidak lancaran pembiayaan

dapat muncul dari sisi nasabah yang memiliki itikad buruk, musibah yang

menimpa nasabah dan hal lainnya yang berada di luar kontrol BMT. Dari

pemaparan diatas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan:

1. Bagaimanakah ukuran dan pemetaan risiko pembiayaan syariah yang

disalurkan BMT As Salam pada sektor pertanian?

2. Bagaimanakah tindakan mitigasi risiko yang dilakukan BMT As Salam

dalam proses pembiayaan pada sektor pertanian?

3. Faktor-faktor apa sajakah yang memengaruhi tingkat pengembalian

pembiayaan di BMT As Salam?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Menganalisis ukuran dan pemetaan risiko pembiayaan untuk sektor

pertanian dan risiko lainnya pada proses pembiayaan di BMT As Salam.

2. Menganalisis tindakan mitigasi risiko pembiayaan untuk sektor pertanian

dan risiko lainnya pada proses pembiayaan di BMT As Salam.

Page 16: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

4

3. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi tingkat pengembalian

pembiayaan BMT As Salam.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi

pihak-pihak yang berkepentingan, antara lain:

1. Bagi pihak BMT As Salam atau Lembaga Keuangan Mikro Syariah

(LKMS) lainnya. Penelitian ini dapat bermanfaat untuk melihat pemetaan

risiko pembiayaan dan tindakan mitigasi risiko pembiayaan, khususnya

yang berkaitan dengan sektor pertanian, serta memberikan gambaran

mengenai faktor yang memengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan di

BMT.

2. Bagi pemerintah. Penelitian ini dapat dijadikan salah satu referensi

mengenai pembiayaan syariah pertanian yang terdapat pada lembaga

keuangan mikro syariah.

3. Bagi masyarakat. Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi awal

mengenai pembiayaan syariah untuk sektor pertanian.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis risiko pembiayaan syariah pada

sektor pertanian serta faktor-faktor yang memengaruhi kelancaran pembiayaan.

Untuk menganalisis risiko pembiayaan syariah pada sektor pertanian, penelitian

ini hanya mencakup risiko yang terdapat pada kegiatan funding dan financing di

BMT As Salam dan risiko-risiko lain yang muncul karena adanya pola bagi hasil

(profit-loss sharing). Pada penelitian ini, pembatasan dilakukan terhadap lingkup

risiko yang diteliti, yakni hanya mencakup pada risiko pembiayaan dan risiko

operasional pada BMT As Salam, tidak mempertimbangkan risiko pasar. Untuk

menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi kelancaran pembiayaan di BMT As

Salam, responden dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Adapun alat

analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis logistik dan analisis

statistika deskriptif yang mampu menjawab faktor-faktor yang dapat

memengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan di BMT As Salam. Kelancaran

tersebut diukur berdasarkan: usia, lama pendidikan, tanggungan keluarga, jenis

usaha, lama usaha, jarak tempat tinggal dengan BMT, aset, laba bersih per bulan,

jumlah pembiayaan, dan frekuensi pembiayaan.

TINJAUAN PUSTAKA

Pembiayaan Syariah

Menurut kamus Bank Indonesia, pembiayaan berdasarkan prinsip syariah

adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan

persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak

Page 17: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

5

lain yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka

waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Selanjutnya, menurut UU No 21

tahun 2008, Pembiayaan syariah merupakan penyediaan dana atau tagihan yang

dipersamakan dengan itu berupa transaksi bagi hasil, transaksi sewa-menyewa,

transaksi jual beli, atau transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang

berdasarkan kesepakatan antara pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai

dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka

waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.

Pembiayaan Syariah dalam Pertanian

Di dalam Islam, pertanian merupakan salah satu sektor yang mendapat

perhatian besar. Bedasarkan nash Rasulullah SAW, profesi paling utama dan

terbaik adalah bercocok tanam. Ketika seseorang bercocok tanam, maka orang

tersebut akan lebih dekat dengan tawakal. Karena apa yang disemaikan untuk

tumbuh bukanlah menjadi kuasa orang yang menanam, melainkan kekuasaan

Allah. Selain itu, bercocok tanam juga memberikan kemaslahatan bagi semua

mahkluk. Tanpa adanya hasil bercocok tanam tidaklah akan ada kehidupan di

dunia. Dari penjelasan tersebut jelaslah mengapa pembiayaan pertanian menjadi

hal yang sangat penting keberadaannya.

Banyaknya jenis usaha maupun komoditas di sektor pertanian membuat

potensi pembiayaan syariah pada sektor pertanian sangat besar. Skala dan

besarnya pertanian akan memengaruhi pola pembiayaan apa yang paling tepat

untuk diterapkan. Baik pertanian skala kecil dengan omset dibawah 50 juta rupiah

pertahun maupun pertanian skala besar dengan omset diatas 50 juta rupiah

pertahun, masing-masing memiliki pola pembiayaannya sendiri (Hafidhuddin dan

Syukur 2008). Model-model yang tepat untuk pertanian berdasarkan skalanya

dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Model pembiayaan pertanian berdasarkan skala usaha

No Model Pembiayaan

Pertanian

Skema Pembiayaan

1. Skala Kecil

a. Salam

1. Pembiayaan kepada pelaku usaha pertanian dilakukan

melalui SPV (special purpose vehicle) yang dibentuk

oleh LKMS atau kerjasama LKMS dengan bank syariah

2. Pelaku usaha pertanian pertanian berkewajiban

mengirimkan produk pertanian kepada bank (SPV) di

masa yang akan datang

3. Pemerintah memberikan penjaminan jika seandainya

panen mengalami kegagalan

4. SPV menyalurkan/menjual hasil panen langsung ke

pasar/ekspor atau kepda pemerintah /Bulog/perusahan

b. Penerbitan

Sukuk Salam

1. Provinsi/kabupaten penghasil produk pertanian (beras)

menerbitkan sukuk salam sebagai modal untuk mulai

berproduksi

2. Provinsi/kabupaten konsumen membeli sukuk tersebut

3. Provinsi/kabupaten penerbit sukuk berkewajiban

mengirimkan produknya setelah panen

Page 18: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

6

2. Skala besar

a. Istishna wa

Mudharabah

Muqayyadah bil

istishna

1. Perusahaan yang inputnya adalah produk pertanian

memesan sejumlah barang, melalui mekanisme

pembiayaan istishna kepada bank syariah

2. Bank syariah membentuk SPV dengan pola

mudharabah muqayyadah, di mana bank bertindak

sebagai shahibul maal dan SPV sebagai mudharib

3. Pemerintah menyuntikan dana penjamin yang disimpan

di bank syariah. Asuransi syariah juga dapat dilibatkan

dalam penjaminan

4. SPV memberikan pembiayaan istishna kepada

perusahaan produsen/pelaku usaha pertanian besar

5. Perusahaan produsen/pelaku usaha pertanian besar

menyerahkan hasil panen kepada SPV

6. SPV, atas nama bank, menjual produk tersebut kepada

perusahaan/konsumen

7. Perusahaan/konsumen melakukan pembayaran kepada

bank syariah

b. Sukuk

Mudharabah bil

Istishna

1. Pemerintah atau bank syariah (atau keduanya bersama-

sama) membentuk SPV

2. SPV menerbitkan sukuk mudharabah

3. Investor membeli sukuk

4. SPV melakukan pembiayaan istishna

5. Perusahaan/pelaku usaha pertanian besar menyerahkan

barang kepada SPV

6. SPV menjual ke pasar domestik atau ekspor

7. SPV mendistribusikan keuntungan kepada investor dan

bank, serta me-reimburse sukuk investor

8. Asuransi syariah dapat dilibatkan sebagai penjamin

(sebagian dari risiko) pembiayaan Sumber: Hafidhuddin dan Syukur 2008 (diolah)

Baitul Maal wat Tamwil (BMT)

Baitul Maal wat Tamwil (BMT) merupakan suatu lembaga yang terdiri dari

dua istilah, yaitu baitulmaal dan baitul tamwil. Baitulmaal mengarah pada usaha-

usaha pengumpulan dan penyaluran dana non profit, seperti zakat, infaq dan

sedekah. Adapun baitul tamwil merupakan usaha pengumpulan dan penyaluran

dana komersial (Huda dan Heykal 2010). Menurut Ridwan (2006), BMT

merupakan organisasi bisnis yang juga berperan sebagai sosial. Sebagai lembaga

sosial, BMT memiliki kesamaan fungsi dan peran dengan Lembaga Amil Zakat

(LAZ) atau Badan Amil Zakat milik pemerintah. Fungsi tersebut paling tidak

meliputi upaya pengumpulan dana zakat, infaq, sedekah, wakaf dan sumber dana-

dana sosial yang lain. Sebagai lembaga bisnis, BMT lebih memfokuskan usahanya

pada sektor keuangan, yakni simpan-pinjam dengan pola syariah. BMT

merupakan suatu respon atas kemiskinan dan pengangguran serta kurangnya

permodalan dan pendampingan para pengusaha miko dan kecil. Kedudukan BMT

dalam struktur keuangan mikro di Indonesia adalah lembaga keuangan mikro non

bank non formal. BMT yang sebagian besar berbadan hukum koperasi mampu

mengatasi kendala-kendala yang dimiliki lembaga keuangan formal seperti bank

(Hafidhuddin dan Syukur 2008). Dari pengertian diatas, kemudahan akses BMT

Page 19: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

7

menjadikan lembaga tersebut tepat bagi para pelaku usaha pertanian terutama

pertanian skala kecil.

Fungsi BMT

Menurut Huda dan Heykal (2010), Baitul Maal Wat Tamwil memiliki

beberapa fungsi:

1. Penghimpun dan penyalur dana, dengan menyimpan uang di BMT, uang

tersebut dapat ditingkatkan utilitasnya, sehingga timbul unit surplus (pihak

yang memiliki dana berlebih) dan unit defisit (pihak yang kekurangan dana).

2. Pencipta dan pemberi likuiditas, dapat menciptakan alat pembayaran yang

sah yang mampu memberikan kemampuan untuk memenuhi kewajiban

suatu lembaga/perorangan.

3. Sumber pendapatan, BMT dapat menciptakan lapangan kerja dan memberi

pendapatan kepada para pegawainya.

4. Pemberi informasi, memberi informasi kepada masyarakat mengenai risiko

keuntungan dan peluang yang ada pada lembaga tersebut.

5. Sebagai satu lembaga keuangan mikro Islam yang dapat memberikan

pembiayaan bagi usaha mikro, kecil, menengah dan juga koperasi dengan

kelebihan tidak meminta jaminan yang memberatkan bagi UMKM tersebut.

Kegiatan Operasional BMT

BMT merupakan lembaga keuangan mikro dengan cara kerja yang

sederhana. Penggalangan dana dalam BMT dapat berupa modal/simpanan dasar,

simpanan sukarela bagi hasil dan simpanan sukarela titipan. Dana tersebut

nantinya akan disalurkan melalui akad-akad yang ada di BMT (Gambar 1)

(Soemitra 2009)

G

Gambar 1 Cara perputaran dana BMT

Page 20: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

8

Risiko dalam Islam

Di dalam Islam, risiko merupakan hal yang harus dihadapi oleh setiap

manusia. Hal ini sesuai dengan amanat yang terdapat dalam Al-Quran Surah

Lukman : 34

”Sesungguhnya hanya di sisi Allah ilmu tentang hari kiamat; dan Dia yang

menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tidak ada

seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya

besok.”

Dalam ayat tersebut secara tegas Allah SWT menyatakan bahwa, tiada

seorangpun di alam semesta ini yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang

akan terjadi besok atau yang akan diperolehnya. Oleh karena itu, manusia

diperintahkan untuk berusaha mengatasi kejadian yang tidak diharapkan dengan

sebaik mungkin, atau dengan kata lain mengelola risiko yang ada. Pengelolaan

risiko dilakukan dalam rangka menjaga amanah baik dari sesama manusia terlebih

amanah yang Allah SWT berikan. Semakin baik manajemen risiko, maka semakin

baik seorang manusia di mata sesama manusia dan di mata Allah SWT.

Manajemen Risiko

Kasidi (2002) mendefinisikan risiko sebagai kemungkinan terjadinya

penyimpangan dari harapan yang dapat menimbulkan kerugian. Kata risiko

biasanya mempunyai konotasi yang negatif, karena risiko dapat menjadi penyebab

suatu kerugian, sedangkan menurut Siahaan (2009) risiko merupakan

ketidakpastian yang dapat menyebabkan masalah tetapi juga dapat mendatangkan

peluang yang menguntungkan. Risiko berkaitan dengan kemungkinan kerugian

terutama yang menimbulkan masalah. Oleh sebab itu, kesanggupan manajemen

dalam mengelola berbagai risiko menjadi suatu keharusan. Manajemen risiko

merupakan usaha secara rasional yang ditujukan untuk mengurangi kemungkinan

terjadinya kerugian dari risiko yang dihadapi. Risiko tidak cukup dihindari, tapi

harus dihadapi dengan cara-cara yang dapat memperkecil kemungkinan terjadinya

suatu kerugian (Kasidi 2002). Oleh sebab itu, pengelolaan risiko harus dilakukan

secara baik agar tidak menghalangi kegiatan perusahaan.

Suatu perusahaan yang dapat mengelola risiko dengan baik akan

memperoleh beberapa manfaat. Kountur (2004) mengemukakan manfaat dari

manajemen risiko, yaitu:

1. Menjamin pencapaian tujuan.

2. Memperkecil kemungkinan kebangkrutan.

3. Mengingkatkan keuntungan perusahaan.

4. Memberikan keamanan pekerjaan.

Jenis-jenis Risiko

Karim (2009) memaparkan bahwa secara umum, risiko-risiko yang ada pada

aktivitas fungsional bank syariah dapat diklasifikasikan ke dalam 3 jenis risiko,

yaitu risiko pembiayaan, risiko pasar, dan risiko operasional. Dalam hal ini, risiko

pasar tidak akan terlalu dibahas secara mendalam dan hanya berfokus pada risiko

pembiayaan dan risiko operasional.

Page 21: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

9

1. Risiko Pembiayaan

Risiko pembiayaan adalah risiko yang disebabkan oleh adanya

kegagalan counterparty (pihak ketiga) dalam memenuhi kewajibannya. Pada

bank syariah, risiko pembiayaan mencakup risiko terkait produk dan risiko

yang timbul dari lemahnya analisis bank.

a. Risiko Terkait Produk

Risiko pembiayaan terkait produk dapat ditinjau dengan menganalisis

dampak dari seluruh risiko nasabah sehingga keputusan pembiayaan

yang diambil sudah memperhitungkan risiko yang ada dari pembiayaan

berbasis kontrak tersebut. Risiko ini dibagi berdasarkan sifat produknya,

yaitu risiko pembiayaan berbasis natural certainty contracts (seperti

murabahah, ijarah, IMBT, salam, dan istishna) serta risiko pembiayaan

berbasis natural uncertainty contracts (seperti musyarakah dan

mudharabah). Risiko terkait pembiayaan berbasis natural certainty

contracts mencakup 2 aspek, yaitu default risk (risiko kebangkrutan) dan

recovery risk (risiko jaminan). Default risk terjadi karena adanya risiko

industri, kondisi internal kegiatan usaha nasabah, dan faktor negatif

lainnya yang mempengaruhi kegiatan usaha nasabah. Recovery risk

dipengaruhi oleh kesempurnaan pengikatan jaminan, nilai jual kembali

jaminan, tuntutan hukum pihak lain atas jaminan, dan kredibilitas

penjamin. Produk pembiayaan yang masuk ke dalam kategori risiko ini,

yaitu:

(a) Risiko Pembiayaan Murabahah

Risiko yang mungkin timbul dalam pembiayaan ini adalah risiko tidak

bersaingnya bagi hasil kepada dana pihak ketiga dalam jangka

panjang. Risiko ini muncul karena kenaikan market rate dari bank

pesaing.

(b)Risiko Pembiayaan Ijarah

Pada pembiayaan ijarah, risiko yang mungkin timbul adalah risiko

tidak produktifnya aset ijarah, risiko rusaknya barang yang disewakan

karena pemakaian di luar normal, dan risiko lainnya.

(c) Risiko Pembiayaan IMBT (Ijarah Muntahia Bit Tamwil)

Contoh risiko yang dapat terjadi dalam pembiayaan ini adalah risiko

ketidakmampuan nasabah untuk membayar harga beli barang.

(d)Risiko Pembiayaan Salam dan Istishna

Risiko yang dapat terjadi dalam pembiayaan ini adalah risiko

gagalnya penyerahan barang (non deliverable risk) dan risiko jatuhnya

harga barang (price-drop risk).

Risiko lainnya yaitu terkait pembiayaan berbasis natural uncertainty

contracts. Penilaian terhadap risiko ini mencakup 3 aspek, yaitu business

risk, shrinking risk (risiko berkurangnya nilai pembiayaan

mudharabah/musyarakah), dan character risk (risiko karakter buruk

mudharib). Business risk dipengaruhi oleh risiko industri dan faktor

negatif lain pada nasabah. Shrinking risk dipengaruhi oleh risiko bisnis

yang tidak biasa, jenis bagi hasil yang dilakukan, dan kejadian force

majeure sedangkan character risk dipengaruhi oleh kelalaian nasabah,

pelanggaran kesepakatan, dan ketidakprofesionalan nasabah dalam

pengelolaan yang disepakati.

Page 22: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

10

b. Risiko yang Timbul dari Lemahnya Bank

Terdapat 3 macam risiko yang timbul akibat lemahnya analisis bank,

seperti: (1) analisis pembiayaan yang keliru, terjadi karena sejak awal

kegiatan usaha yang diberikan pembiayaan memang berisiko tinggi dan

terjadi karena kesalahan dari sumber informasi yang tersedia; (2) creative

accounting, merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan

penggunaan kebijakan akuntansi perusahaan yang memberikan

keterangan yang menyesatkan tentang suatu laporan keuangan sehingga

keuntungan perusahaan terlihat lebih besar dari sebenarnya; (3) karakter

nasabah yang dengan sengaja menciptakan pembiayaan macet sehingga

bank perlu waspada dan harus membuat keputusan pembiayaan

berdasarkan informasi objektif tentang karakter nasabah.

2. Risiko Operasional

Risiko operasional adalah risiko yang disebabkan oleh ketidakcukupan

atau tidak berfungsinya fungsi internal, human error, kegagalan sistem, dan

masalah eksternal yang mempengaruhi operasional bank. Ada 3 hal yang

menjadi penyebab terjadinya risiko ini, yaitu: (1) infrastruktur, (2) proses,

dan (3) sumber daya. Risiko ini mencakup 5 hal, yaitu risiko reputasi, risiko

kepatuhan, risiko transaksi, risiko strategis, dan risiko hukum.

a. Risiko Reputasi

Risiko ini disebabkan oleh adanya publikasi negatif yang terkait dengan

kegiatan bank atau adanya persepsi negatif dari masyarakat terhadap

bank.

b. Risiko Kepatuhan

Risiko ini disebabkan oleh ketidakpatuhan bank terhadap ketentuan-

ketentuan yang ada, baik ketentuan internal maupun eksternal. Contoh

ketentuan-ketentuan tersebut adalah ketentuan giro wajib minimum, NPF

(non performing financing), limitasi pemberian pembiayaan, ketentuan

penyediaan produk, perpajakan, ketentuan akad dan kontrak, serta fatwa

Dewan Syariah Nasional.

c. Risiko Strategis

Risiko ini disebabkan oleh adanya penetapan dan pelaksanaan strategi

bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan yang salah atau bank tidak

mematuhi perubahan perundang-undangan dan ketentuan lain yang

berlaku.

d. Risiko Transaksi

Risiko ini disebabkan oleh permasalahan dalam pelayanan atau produk-

produk yang disediakan. Penyebab timbulnya risiko ini antara lain yaitu

karena kekeliruan, kecurangan, ketidaksempurnaan akad, kekeliruan

dalam penetapan akad, kasus hukum, dan sistem teknologi dan informasi.

e. Risiko Hukum

Risiko ini disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis, seperti

adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan yang

mendukung atau kelemahan perjanjian.

Page 23: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

11

Penelitian Terdahulu

Tsabita (2013) melakukan penelitian mengenai analisis risiko pembiayaan

syariah pada sektor pertanian dengan studi kasus BPRS Amanah Ummah. Peneliti

menganalisis risiko pembiayaan syraiah pertanian, menghitung potensi kerugian

pembiayaan syariah pertanian dan mengidentifikasi penyebab dominasi

penggunaan pembiayaan murabahah pada nasabah pertanian di BPRS Amanah

Ummah. Analisis risiko pembiayaan syariah dilakukan dengan menggunakan

tahapan Enterprise Risk Management (ERM) dan metode creditrisk+. Hasil

penelitian menunjukan bahwa risiko utama dari pembiayaan syariah pada sektor

pertanian adalah nasabah gagal bayar karena karakter buruk/moral hazard.

Tindakan mitigasi risiko yang dapat dilakukan adalah rescheduling,

restrukturisasi, dan pencairan jaminan nasabah. Penelitian Tsabita (2013)

memiliki kesamaan dengan penelitian ini dalam hal analisis risiko dan metode

yang digunakan, yaitu ERM. Namun, selain perbedaan pada lokasi penelitian,

penelitian ini juga memiliki fokus dalam menganalisis faktor-faktor yang

memengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan syariah pada sektor pertanian

menggunakan metode regresi logistik.

Rodiana (2014) menganalisis faktor yang memengaruhi petani dalam

memilih sistem pembayaran margin bulanan dan yarnen pada pembiayaan akad

murabahah pertanian padi di BMT As Salam, Kramat, Demak menggunakan

regresi logistik biner. Hasil penelitian menunjukkan alasan memilih sistem

pembayaran berpengaruh signifikan terhadap pilihan petani padi. Responden

memiliki peluang lebih besar memilih yarnen karena sesuai kemampuan

pembayaran. Efektivitas penerapan yarnen pada pengembalian pembiayaan akad

murabahah pertanian padi diukur menggunakan skala Likert. Hasil penelitian

menunjukkan penerapan yarnen tersebut sudah efektif di seluruh tahapan

pembiayaan dan memberi dampak positif pada usahatani anggota. Kesamaan yang

terdapat pada penelitian Rodiana (2014) dengan penelitian ini adalah kesamaan

lokasi penelitian serta sektor yang dikaji, sedangkan perbedaannya adalah

penelitian ini menganalisis masalah yang berbeda dengan penelitian sebelumnya.

Diharapkan penelitian ini dapat melengkapi penelitian Rodiana (2014).

Penelitian yang dilakukan oleh Handoyo (2009) dengan judul “Faktor-faktor

yang Memengaruhi Tingkat Pengembalian Pembiayaan Syariah untuk UMKM

Agribisnis pada KBMT Wihdatul Ummah Kota Bogor” berusaha

mendeskripsikan penyaluran pembiayaan dan perbandingan karakteristik debitur

berdasarkan tingkat pengembalian pembiayaan serta menganalisis faktor-faktor

yang memengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan oleh UMKM agribisnis

pada BMT WU. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu penyaluran pembiayaan pada

KBMT WU terus mengalami peningkatan diiringi tingkat kesehatan lembaga yang

semakin membaik. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik, faktor-faktor yang

memengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan adalah tingkat pendidikan dan

pengalaman usaha. Kesamaan penelitian Handoyo (2009) dengan penelitian ini

yaitu kesamaan penggunaan metode dalam menganalisis faktor-faktor yang

memengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan syariah menggunakan regresi

logistik sedangkan perbedaannya adalah lokasi serta sasaran responden penelitian

ini, yaitu sektor pertanian.

Page 24: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

12

Penelitian yang dilakukan Suhardiman (2009) dengan judul “Kinerja

Keuangan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian

Pembiayaan BPR Syariah (Kasus pembiayaan usaha produktif pada PT. BPRS Al-

Salaam Amal Salman, Kel. Cinere, Depok)” bertujuan menganalisis kinerja

keuangan BPRS Al-Salaam Amal Salman, serta menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi kelancaran pengembalian pembiayaan menggunakan Regresi

Logistik Biner. Hasil penelitinn menunjukan karakteristik usaha yang signifikan

mempengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan di BPRS Al-Salaam Amal

Salman adalah plafon pembiayaan. BPRS Al-Salaam Amal Salman harus

menurunkan rasio Non Performing Financing, karena tingkat pengembalian

pembiayaan bermasalah pada tahun 2004 dan 2005 di atas batas aman yang telah

ditentukan oleh Bank Indonesia, yaitu sebesar lima persen. BPRS Al-Salaam

Amal Salman harus melakukan pembinaan lebih intensif kepada nasabah yang

memiliki jangka waktu pengembalian pembiayaan lebih lama, atau untuk yang

mendapatkan pembiayaan dengan plafon yang kecil. Penelitian Suhardiman

(2009) memiliki kesamaan dengan penelitian ini yaitu kesamaan metode dalam

menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan

syariah menggunakan regresi logistik. Namun, pada penelitian ini, juga dilakukan

analisis risiko pada proses pembiayaan menggunakan metode ERM.

Kerangka Pemikiran

Lembaga pembiayaan memiliki peran penting dalam pengembangan sektor

pertanian. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) merupakan salah satu lembaga

pembiayaan syariah yang menyediakan modal untuk sektor pertanian dengan

sistem bagi hasil. Salah satu BMT yang mengalokasikan mayoritas

pembiayaannya untuk sektor pertanian adalah BMT As Salam. BMT As Salam

menggunakan dua akad dalam pembiayaan, yaitu akad murabahah dan

mudharabah. Dalam proses pembiayaan yang berlangsung di BMT As Salam

terdapat dua pihak yang terlibat, yaitu BMT itu sendiri dengan nasabahnya. Dari

kedua belah pihak tersebut, dapat muncul risiko-risiko yang dapat memengaruhi

jalannya pembiayaan.

Ditinjau dari sisi BMT, indentifikasi produk dan poses pembiayaan pada

BMT As Salam merupakan tahap pertama dari analisis risiko. Tahap berikutnya,

dilakukan analisis proses penyaluran dana dan aspek risiko baik dari sisi

pembiayaan maupun operasional. Penilaian keseluruhan risiko dari kegiatan

pembiayaan pada BMT As Salam kemudian diidentifikasi, diukur, dipetakan, dan

dianalisis tindakan mitigasi risikonya menggunakan Enterprise Risk Management

(ERM). Dari tahap tersebut, pengelolaan risiko dapat terintegrasi secara

keseluruhan dan selaras dengan tujuan lain yang ingin dicapai BMT. Penerapan

manajemen risiko dengan metode ERM dilakukan sesuai dengan 8 komponen

ERM dan 4 tujuan ERM sehingga dapat terlaksana secara efektif.

Ditinjau dari sisi nasabah, dilakukan analisis faktor-faktor yang

memengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan di BMT As Salam. Tingkat

pengembalian akan diukur dengan melihat usia, lama pendidikan, tanggungan

keluarga, jenis usaha, lama usaha, jarak tempat tinggal nasabah dengan BMT, aset,

laba bersih per bulan, jumlah pembiayaan dan frekuensi pembiayaan. Dalam

penelitian ini, pola pengembalian pembiayaan dibedakan menjadi dua kriteria,

Page 25: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

13

yaitu pola pengembalian pembiayaan lancar dan yang tidak lancar. Sebagian besar

bank menggunakan prinsip 5C sebagai pertimbangan untuk menyeleksi calon

nasabah. Prinsip 5C terdiri dari Character (Watak), Capacity (Kemampuan),

Capital (Kapital), Collateral (Jaminan), Condition of Economy (Kondisi

Ekonomi). Berdasarkan 5 prinsip tersebut, dapat ditentukan beberapa faktor

mempengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan. Faktor-faktor yang diduga

berpengaruh terhadap pengembalian pembiayaan dibagi menjadi tiga kategori,

yaitu faktor-faktor berdasarkan karakteristik individu (usia, lama pendidikan,

jumlah tanggungan keluarga, jarak tempat tinggal dengan BMT dan aset),

karakteristik usaha (jenis usaha, lama usaha, dan laba bersih), dan karakteristik

pembiayaan (jumlah pembiayaan dan frekuensi pembiayaan).

Secara terinci mengenai pengaruh yang diduga berasal dari ketiga

karakteristik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Karakteristik personal

Jenis kelamin wanita umumnya lebih serius, bertanggung jawab, dan

terencana untuk memperbaiki kondisi kehidupan bila dibandingkan pria. Diduga

wanita memiliki loyalitas yang lebih besar dan lebih mampu menjaga kepercayaan

yang diberikan bank dalam memenuhi kewajiban angsuran kredit dibandingkan

pria. Oleh sebab itu, diduga wanita memiliki peluang pengembalian kredit dengan

kelancaran lebih besar daripada pria.

Usia memengaruhi keberanian nasabah dalam pengambilan keputusan.

Semakin tinggi usia nasabah maka kematangan berpikir dan kebijaksanaan dalam

bertindak semakin baik, sehingga dapat mengambil keputusan dengan tepat dan

rasional. Semakin bertambahnya usia nasabah dianggap memiliki tingkat

pengembalian pembiayaan yang lebih lancar dibandingkan nasabah dengan usia

yang lebih muda. Dengan demikian peningkatan usia diduga berpengaruh positif

terhadap tingkat pengembalian pembiayaan.

Lama pendidikan nasabah dapat menjadi landasan atau dasar dalam

mengambil pembiayaan. Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin luas

wawasannya sehingga semakin besar kemampuannya dalam berbisnis dan

mengelola usaha. Dengan demikian lama pendidikan diduga berpengaruh positif

terhadap tingkat pengembalian pembiayaan.

Jumlah tanggungan dalam suatu keluarga akan memengaruhi pengeluaran

keluarga, hal ini berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan

anggota keluarga. Asumsinya, semakin banyak tanggungan dalam keluarga maka

akan semakin besar biaya yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan

hidup mereka sehari-hari sehingga menghabiskan sejumlah besar a nasabah.

Dengan demikian semakin banyak jumlah tanggungan dalam suatu keluarga

diduga berpengaruh negatif terhadap tingkat pengembalian pembiayaan.

Jarak tempat tinggal nasabah dengan BMT berkaitan dengan biaya dan

waktu yang dibutuhkan oleh nasabah saat akan mengembalikan pembiayaan.

Semakin jauh jarak tempat tinggal nasabah dengan BMT menyebabkan nasabah

harus menyediakan biaya transportasi yang lebih besar dan waktu yang lebih

lama. Dengan demikian jarak tempat tinggal nasabah dengan BMT diduga

berpengaruh negatif terhadap tingkat pengembalian pembiayaan.

Nasabah yang yang memiliki aset tinggi akan memiliki kemampuan

membayar dan penalangan yang lebih besar dibandingkan dengan nasabah yang

Page 26: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

14

memiliki aset lebih sedikit. Dengan demikian aset yang dimiliki nasabah diduga

berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian pembiayaan.

2. Karakteristik usaha

Jenis usaha berkaitan dengan risiko yang akan dihadapi. Usaha dibidang on

farm seperti jenis usaha pertanian diduga memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi

dibandingkan dengan usaha dibidang off farm seperti jenis usaha perdagangan dan

lainnya. Sehingga jenis usaha dianggap memengaruhi kelancaran pengembalian

pembiayaan. Dengan demikian nasabah yang bergerak dibidang pertanian diduga

memiliki peluang pengembalian pembiayaan dengan lancar lebih kecil

dibandingkan dengan nasabah yang bergerak dibidang perdagangan dan lainnya.

Lama usaha berkaitan dengan pengalaman usaha. Pengalaman usaha

memengaruhi pemahaman, kemampuan dan keterampilan nasabah dalam

mengambil keputusan terbaik dari berbagai alternatif yang ada. Berdasarkan

pengalaman usahanya, nasabah dapat mengurangi risiko yang dapat menyebabkan

kerugian dalam usahanya. Dengan demikian lama usaha diduga berbengaruh

positif terhadap tingkat pengembalian pembiayaan.

Perolehan laba dalam sebuah usaha dapat menjadi sumber pembiayaan

hidup dan memberikan nasabah peluang kemampuan pengembalian pembiayaan.

Asumsinya, semakin tinggi perolehan laba usaha nasabah maka akan semakin

tinggi pula peluang nasabah tersebut mengembalikan pembiayaan sesuai jadwal

yang ditetapkan BMT. Dengan demikian laba diduga berpengaruh positif terhadap

tingkat pengembalian pembiayaan.

3. Karakteristik pembiayaan

Semakin besar jumlah pembiayaan yang diberikan oleh BMT maka semakin

besar beban jumlah angsuran pokok dan bagi hasil yang harus ditanggung nasabah

dalam pelunasan pembiayaan. Sehingga pemberian jumlah pembiayaan yang

besar dianggap dapat memperbesar timbulnya risiko terhambatnya pengembalian

kredit oleh nasabah. Dengan demikian jumlah pembiayaan diduga berpengaruh

negatif terhadap tingkat pengembalian pembiayaan.

Frekuensi pembiayaan menunjukan pengalaman pembiayaan seorang

nasabah. Semakin sering nasabah memperoleh pembiayaan sebelumnya,

menunjukan kredibilitas nasabah tersebut tidak diragukan lagi dalam memenuhi

kewajiban pengembalian pembiayaan. Dengan demikian frekuensi pembiayaan

diduga berpengaruh positif terhadap tingkat pengembalian pembiayaan.

Keseluruhan analisis risiko pembiayaan dan faktor-faktor yang memengaruhi

tingkat pengembalian yang dilakukan dalam penelitian ini diharapkan dapat

menjadi informasi, bahan evaluasi dan pertimbangan bagi BMT As Salam dalam

menjalankan pembiayaan syariah, khususnya untuk sektor pertanian. Selain itu,

pihak BMT juga dapat menerapkan tindakan mitigasi risiko pada perusahaan

sehingga dapat mengoptimalkan perannya sebagai lembaga intermediasi di tengah

masyarakat. Untuk penjelasan selengkapnya, kerangka pemikiran operasional

dapat dilihat pada Gambar 2.

Page 27: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

15

Gambar 2 Kerangka pemikiran

Analisis Pengukuran dan Pemetaan

Risiko

Tindakan Mitigasi Risiko

Komunikasi Informasi,

Kebijakan Pembiayaan,

Pengawasan dan Pembinaan

Pembiayaan syariah

Sektor pertanian Sektor non pertanian

Kebutuhan permodalan yang sesuai dengan karakteristik pertanian

Pembiayaan sektor pertanian oleh LKMS (BMT As Salam)

Pembiayaan :

- Murabahah

- Mudharabah

ERM

Identifikasi Risiko

Analisis Deskriptif

Analisis Regresi Logistik

Pola Pengembalian Pembiayaan :

- Lancar

- Tidak Lancar

Karakteristik Individu,

Karakteristik Usaha, dan

Karakteristik Pembiayaan

Page 28: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

16

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Baitul Mal wat Tamwil (BMT) As Salam,

Kramat, Demak. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive (sengaja) dengan

pertimbangan BMT As Salam memiliki fokus pembiayaan pada sektor pertanian,

dimana 80 persen nasabah BMT As Salam bekerja sebagai petani. Penelitian ini

dilakukan selama bulan Maret 2015 hingga Mei 2015.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan

sekunder baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh

melalui observasi lapang, metode wawancara dengan alat bantu kuisioner kepada

pihak pengurus BMT As Salam dan 60 nasabah BMT. Data sekunder digunakan

untuk melengkapi dan mendukung data primer dalam penelitian ini. Sumber data

sekunder diperoleh dari berbagai arsip BMT As Salam, BPS, jurnal, buku, serta

sumber literatur lain yang diperlukan untuk menunjang penelitian ini.

Metode Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini diambil dengan metode studi kasus melalui

observasi dan wawancara kepada pihak pengurus BMT As Salam dan nasabah

pembiayaan dengan menggunakan kuisioner. Pengambilan sampel dilakukan

dengan teknik pengambilan purposive sampling. Karakteristik yang diambil

dalam penelitian ini adalah pengurus BMT yang dirasa memiliki pengetahuan,

keahlian, dan kompetensi dalam bidang yang dikaji meliputi direktur, manager,

audit internal, kepala bidang marketing dan bagian-bagian di bawahnya. Pada

pihak nasabah, karakteristik sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah

nasabah BMT As Salam yang mendapat pembiayaan, yakni sebanyak 30

responden nasabah BMT pembiayaan lancar dengan kolektibilitas lancar dan 30

responden nasabah BMT tidak lancar dengan kolektibilitas kurang lancar,

diragukan dan macet.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua

pendekatan, yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Pendekatan analisis

kualitatif digunakan untuk mengumpulkan data-data dan fakta dari hasil

observasi, wawancara dan kuisioner yang didapat dari pengurus dan nasabah

BMT As Salam, sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan untuk menampilkan

data dalam bentuk tabel.

Analisis Risiko Pembiayaan Syariah Pada Sektor Pertanian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif

dengan pendekatan studi kasus. Analisis data menggunakan metode Enterprise

Risk Management (ERM).

Page 29: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

17

Dalam menganalisis risiko pembiayaan pada sektor pertanian di BMT As

Salam terdapat beberapa tahapan yang terdiri dari 8 komponen ERM. Tahapan

tersebut adalah identifikasi BMT As Salam, identifikasi risiko, pengukuran dan

pemetaan risiko, serta tindakan mitigasi risiko.

Identifikasi BMT As Salam

1. ERM 1: Internal Environment

Observasi dan wawancara dengan pengurus dilakukan untuk

mengidentifikasi lingkungan internal pada BMT As Salam.

2. ERM 2: Objective Setting

Identifikasi pengaturan tujuan dilakukan dengan penjabaran visi misi serta

tujuan dari BMT As Salam.

Identifikasi Risiko

ERM 3: Event Identification

Mengidentifikasi risiko yang dapat terjadi dalam proses pembiayaan yang

dilakukan oleh BMT As Salam. Identifikasi dilakukan dengan mendata seluruh

risiko yang mungkin terjadi, baik risiko yang berasal dari kejadian internal

maupun eksternal. Penetapan risiko dilakukan dengan observasi secara langsung

dan wawancara dengan pihak BMT As Salam.

Pengukuran dan Pemetaan Risiko

ERM 4: Risk Assassement

Kejadian yang memiliki risiko kemudian dianalisis. Analisis dilakukan

dengan mempertimbangkan kemungkinan terjadinya dan akibat apabila kejadian

tersebut terjadi. Hal ini nantinya akan menjadi dasar dalam penetuan cara terbaik

dalam mengelola risiko yang ada. Godfrey (1996), menilai risiko merupakan perkalian dari probabilitas dan

dampak. Penilaian mengenai kemungkinan terjadinya risiko dapat dilihat pada

Tabel 3.

Tabel 3 Probabilitas risiko

Angka Skala probabilitas Keterangan 1 Sangat rendah (improbable) Hampir tidak mungkin terjadi 2 Rendah (remote) Kadang terjadi 3 Sedang (occasional) Mungkin terjadi 4 Tinggi (probable) Sangat mungkin terjadi 5 Sangat tinggi (frequent) Hampir pasti terjadi Sumber: Godfrey (1996)

Tabel 3 menunjukkan skala probabilitas dari risiko yang ada. Dimana angka

menunjukan nilai skala dan keterangan menunjukkan penjelasan kualitatif

mengenai probabilitas risiko. Selanjutnya, Tabel 4 menunjukan penilaian

mengenai dampak apabila kejadian yang mengandung risiko terjadi

Page 30: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

18

Tabel 4 Dampak risiko

Angka Skala dampak Keterangan

1 Sangat rendah (negligible) Tidak menimbulkan masalah berarti bagi pihak

bank

2 Rendah (marginal) Menimbulkan masalah kecil yang dapat diatasi

dengan pengelolaan rutin

3 Sedang (serious) Mencegah perusahaan memenuhi tujuannya

untuk periode tertentu saja

4 Tinggi (critical) Mengakibatkan pihak bank tidak dapat

mencapai sebagian tujuan jangka panjang,

mengganggu likuiditas bank

5 Sangat tinggi

(catastrophic)

Mengakibatkan pihak bank tidak dapat

mencapai seluruh tujuan jangka panjang,

menyebabkan kebangkrutan, kematian, atau

hukuman pidana Sumber: Godfrey (1996)

Tabel 4 menunjukkan angka yang berarti nilai skala. Keterangan

menunjukkan penjelasan kualitatif mengenai dampak terjadinya risiko. Dampak

risiko yang terjadi sering kali sulit untuk diukur, karena banyak pertimbangan

yang berkaitan dengan hal tersebut.

Godfrey (1996) menjelaskan bahwa nilai risiko merupakan perkalian dari

probabilitas dan dampak. Untuk mengukur risiko dapat digunakan rumus:

R = P x I.................................................................................................................(1)

Keterangan:

R = Tingkat risiko

P = Kemungkinan risiko terjadi

I = Dampak bila risiko terjadi

Selanjutnya, hasil dari pengukuran risiko dapat dikelompokkan ke dalam

pemetaan. Pemetaan ini dapat menunjukkan nilai pada masing-masing risiko

sesuai dengan tingkatan risikonya yang dijelaskan dalam Tabel 5.

Tabel 5 Pemetaan Risiko

Impact

Catastrophic Critical Serious Marginal Negligible 5 4 3 2 1

Pro

ba

bil

ity Frequent 5 25 20 15 10 5

Probable 4 20 16 12 8 4 Occasional 3 15 12 9 6 3

Remote 2 10 8 6 4 2

Improbable 1 5 4 3 2 1 Sumber: Godfrey (1996)

Tabel 6 menunjukkan bahwa pemetaan risiko dapat dilihat dari perkalian

nilai kemungkinan terjadinya risiko (probability) dan dampak jika risiko terjadi

(impact). Tingkat penerimaan risiko berdasarkan kecenderungan peluang

terjadinya risiko dan dampaknya kemudian dibagi menjadi 4 tingkat yaitu

Page 31: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

19

unacceptable, undesirable, acceptable, dan negligible, seperti yang ditunjukkan

pada Tabel 6.

Tabel 6 Tingkat penerimaan risiko

Impact

Catastrophic Critical Serious Marginal Negligible

5 4 3 2 1

Pro

ba

bil

ity

Frequent 5 25 20 15 10 5

Unacceptable unacceptable unacceptable undesirable undesirable

Probable 4 20 16 12 8 4

Unacceptable unacceptable undesirable undesirable acceptable

Occasional 3 15 12 9 6 3

Unacceptable Undesirable undesirable undesirable acceptable

Remote 2 10 8 6 4 2

Undesirable Undesirable undesirable acceptable negligible

Improbable 1 5 4 3 2 1

Undesirable Acceptable acceptable negligible negligible

Sumber: Godfrey (1996)

Risiko dengan skor 1 dan 2 termasuk ke dalam golongan negligible.

Negligible adalah risiko yang jarang terjadi dan bila terjadi memiliki dampak yang

relatif kecil. Efek dari risiko ini dapat dikurangi, namun biayanya dapat saja

melebihi dampak risiko yang ditimbulkan. Pada kasus ini, mungkin lebih baik

untuk menerima efek dari risiko tersebut.

Skor 3 dan 4 termasuk golongan acceptable. Acceptable adalah risiko yang

dapat diterima. Risiko ini mengakibatkan proses bisnis terkendala namun masih

dalam batas toleransi yang dapat diatasi. Respon tindakan dalam mengendalikan

risiko ini yaitu tidak mengambil tindakan apapun (menerima) atau mengurangi

kemungkinan terjadinya risiko (jika memungkinkan).

Skor 5 sampai 12 termasuk dalam golongan undesirable. Undesirable

adalah risiko dengan tingkat medium yang harus diwaspadai. Risiko ini sudah

melewati batas toleransi perusahaan dan berpengaruh signifikan terhadap

perusahaan apabila risiko tersebut terjadi. Respon tindakan dalam mengendalikan

risiko ini yaitu dihindari dan dikurangi.

Skor di atas 12 termasuk golongan unacceptable. Unacceptable adalah

risiko utama yang memberikan pengaruh signifikan sehingga harus mendapat

prioritas utama. dalam jangka panjang, risiko ini dapat menyebabkan efek

domino. Dalam mengendalikan risiko ini, diperlukan respon menghindari atau

mentransfer risiko.

Tindakan Mitigasi Risiko

1. ERM 5: Risk Response

Dari hasil pemetaan risiko yang dilakukan dapat dianalisis secara deskriptif

respon terhadap peristiwa risiko tersebut. Selain analisis dari hasil pemetaan

risiko, diskusi dengan pihak BMT As Salam juga dilakukan. Menurut

COSO Standar of Enterprise Risk Management Integrated Framework

(2004), risk response dibagi menjadi 4 kategori yaitu menerima (accept),

mengurangi (reduce), berbagi (transfer) dan menghindari (avoid).

Menerima risiko berarti pihak BMT tidak melakukan tindakan apapun untuk

mempengaruhi risiko yang ada, melainkan menyesuaikan diri dengan risiko.

Page 32: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

20

Mengurangi risiko berarti BMT melakukan tindakan yang dapat

meminimalisir kemungkinan terjadinya risiko, dampaknya maupun

keduanya. Berbagi risiko berarti pihak BMT mengurangi kemungkinan

risiko atau dampaknya dengan berbagi atau memindahkan risiko kepada

pihak lain seperti jasa asuransi. Menghindari risiko berarti pihak BMT

menghindari atau mengantisipasi untuk terlibat dalam kegiatan yang

menimbulkan risiko tersebut, misalnya membuat kontrak terlebih dahulu.

2. ERM 6: Control Activities

Pengendalian aktivitas dijelaskan melalui pendekatan analisis deskriptif.

Pengendalian ini juga berperan sebagai pelengkap bagi risk response.

3. ERM 7: Information and Communication

Segala tindakan mitigasi risiko yang berkaitan dengan penyaluran informasi

dan komunikasi dalam organisasi dianalisis dengan pendekatan deskriptif.

Analisis yang dilakukan dibagi berdasarkan pihak-pihak yang terlibat dalam

keseluruhan proses pembiayaan dan operasional

4. ERM 8: Monitoring

Tindakan pengendalian sebagai bagian dari mitigasi risiko dianalisis dengan

pendekatan deskriptif. Analisis dilakukan dengan observasi langsung,

diskusi dengan pihak BMT dan perolehan informasi data BMT.

Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Tingkat Pengembalian

Pembiayaan Syariah

Dalam penelitian ini digunakan metode analisis regresi logistik untuk

menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan

syariah di BMT As Salam, Kramat, Demak. Rosadi (2011) mendefinisikan regresi

logistik sebagai salah satu model statistika yang dapat digunakan untuk

menganalisis pola hubungan antara sekumpulan variabel independen dengan suatu

variabel dependen bertipe kategoris atau kualitatif. Kategori dari variabel

dependen dapat terdiri atas dua kemungkinan nilai (dichotomous), seperti ya/tidak,

sukses/gagal dan lain lain, atau lebih dari dua nilai (polychotomous), seperti

sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju dan sangat setuju. Tujuan dari model logit

adalah menentukan peluang bahwa individu dengan karakteristik – karakteristik

tertentu akan memilih suatu pilihan tertentu dari beberapa alternatif yang tersedia

(Juanda, 2009). Adapun model logistik yang digunakan adalah sebagai berikut:

[

]

Dimana,

Pi = Probabilitas nasabah lancar

1-Pi = Probabilitas nasabah tidak lancar

X1 = Jenis kelamin (0 = laki-laki, 1= perempuan)

X2 = Usia (tahun)

X3 = Lama pendidikan (tahun)

X4 = Tanggungan keluarga (orang)

X5 = Jenis usaha, sebagai variabel dummy (0 = pertanian,

1 = perdagangan dan 2 = lainnya)

X6 = Lama usaha (tahun)

Page 33: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

21

X7 = Jarak tempat tinggal dengan BMT (km)

X8 = Aset (rupiah)

X9 = Laba (rupiah)

X10 = Jumlah pembiayaan (rupiah)

X11 = Frekuensi pembiayaan (kali)

bi = Konstanta

ei = Eror

b1, b2, b3,..., b10 = Koefisien estimasi

GAMBARAN UMUM BMT AS SALAM

Sejarah Singkat BMT As Salam

Koperasi Serba Usaha (KSU) BMT As Salam merupakan salah satu

Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) yang berada di Kabupaten Demak.

BMT As Salam berawal dalam bentuk arisan warga sekitar Desa Mangunrejo,

Kebonagung, Demak yang diinisiasi oleh 3 orang pada 2003. Kebutuhan akan

permodalan usaha, memunculkan gagasan untuk membuat lembaga keuangan

mikro syariah yang dapat membantu warga sekitar dalam memenuhi

kebutuhannya. Pada 2004, BMT As Salam resmi berdiri sebagai LKMS berbadan

hukum koperasi. BMT As Salam memiliki kantor pusat di Desa Mangunrejo dan

juga kantor cabang di Desa Mangunrejo, Desa Kramat, serta kantor cabang

pembantu di Desa Sarimulyo dan Desa Sambung.

Kantor cabang di Desa Kramat didirikan pada 2011. BMT As Salam,

Kramat berkantor di Desa Kramat RT 04 RW 01, Kecamatan Dempet, Demak

memiliki wilayah kerja meliputi Desa Kramat, Wedean, Harjowinangun,

Sambiroto, Gedangalas, Tempel, Gompeng, Krasak, dan desa-desa lain yang

berada di Kecamatan Dempet maupun Kebonagung. Warga Desa Kramat dan

sekitarnya bermata pencaharian sebagai petani padi, sehingga mayoritas nasabah

BMT As Salam, Kramat adalah petani padi.

Hingga tahun 2014, BMT As Salam telah menunjukan perkembangan yang

cukup baik. Selama empat tahun terakhir, perkembangan kas dan aset yang

dimiliki BMT As Salam selalu meningkat setiap tahunnya. Hal ini menandakan

kinerja BMT As Salam telah berjalan dengan baik. Perkembangan kas dan aset

BMT As Salam dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Perkembangan kas dan aset BMT As Salam

Keterangan 2011 2012 2013 2014

Kas (Rupiah) 41 714 950 141 167 050 270 071 750 288 901 450

Aset (Rupiah) 1 420 721 950 3 834 648 450 5 892 061 287 6 468 929 321

Sumber: BMT As Salam (2014)

Page 34: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

22

Kelembagaan dan Susunan Organisasi

BMT As Salam berbadan hukum koperasi dengan No. 68/BH.Kop.11-

03/X/2004. BMT As Salam didirikan pada 10 Mei 2004 dan diresmikan sebagai

badan hukum koperasi pada 28 Oktober 2004. BMT As Salam memperluas

jaringan dengan mendirikan kantor cabang di Desa Kramat, Dempet, Demak.

Pemodalan berasal dari modal sendiri, yaitu simpanan pokok anggota dan

simpanan wajib, serta modal penyertaan yang berasal pengurus, pengawas, dan

staf BMT. Selain itu, BMT mendapat modal pinjaman dari Lembaga Pengelola

Dana Bergulir (LPDB), Induk Koperasi Syariah (Inkopsyah), dan perbankan

syariah. Setiap anggota harus menyetorkan simpanan pokok sebesar 5 juta rupiah

dan dapat diangsur sebanyak lima kali.

Susunan Organisasi BMT As Salam, Kramat

Pengurus

Ketua : Sarwan, S.Pd.I

Sekretaris & General Manager : H. Ahmad Hanafi, S.Ag

Bendahara : Subekan

Badan Pengawas

Ketua : H. Siswadi, SH

Anggota : Nur Salim dan Inarotun

Pengelola Cabang Kramat

Manajer : Nur Salim

Pemasaran : Masruah dan Moh. Nurul Huda

Teller : Uswatun Nikmah

Produk-Produk BMT As Salam

Simpanan dan tabungan

BMT Assalam memberikan banyak pelayanan bagi masyarakat khususnya

bidang keuangan syariah yaitu antara lain :

1. Assiba (Assalam simpanan berjangka)

2. Simjaka (simpanan berjangka)

3. Tarissa (Tabungan Harian Assalam)

4. Tabungan Haji dan pendaftaran haji

5. Loket PLN

6. Askesos

7. Tabungan Qurban

8. Tabungan Haji dan Umroh

Pembiayaan

Pembiayaan yang diberikan berupa pinjaman bulanan dan musiman.

Pinjaman ini diberikan untuk berbagai macam kebutuhan diantara :

1. Pembiayaan Murabahah

Murabahah merupakan pembiayaan yang memposisikan nasabah sebagai

pembeli dan koperasi sebagai penjual, dan operasional murabahah ini murni

menggunakan rukun dan syarat jual beli, dimana terdapat beberapa hal yang

Page 35: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

23

harus ada dalam transaksi jual beli tersebut. Harus ada penjual, pembeli,

objek yang diperjual belikan, ada ijab dan qabul serta ada akad yang

menyertai perjanjian jual beli ini.

2. Pembiayaan Mudharabah

Mudharabah dinamakan juga dengan Qiradh, yaitu bentuk kerja sama antara

pemilik modal (shohibul mal/rabbul mal) dengan pengelola (mudharib)

untuk melakukan usaha dimana keuntungan dari usaha tersebut dibagi

diantara kedua pihak tersebut, dengan rukun dan syarat tertentu.

3. Pembiayaan Musyarakah

Musyarakah (syirkah atau syarikah atau serikat atau kongsi) adalah bentuk

umum dari usaha bagi hasil di mana dua orang atau lebih menyumbangkan

pembiayaan dan manajemen usaha, dengan proporsi bisa sama atau tidak.

Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan antara para mitra, dan kerugian akan

dibagikan menurut proporsi modal. Transaksi Musyarakah dilandasi adanya

keinginan para pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai asset

yang mereka miliki secara bersama-sama dengan memadukan seluruh

sumber daya.

4. Pembiayaan Qordul Hasan

Secara umum, arti qardh serupa dengan arti jual beli, karena qardh adalah

pengalihan hak milik harta atas harta. Qardh secara bahasa, berarti al qot`u

yang berarti pemotongan. Harta yang disodorkan kepada orang yang

berhutang disebut qardh, karena merupakan “potongan” dari harta orang

yang memberikan utang. Ini termasuk penggunaan ism masdar (gerund =

noun verbal ) untuk menggantikan isim maf`’ul. Secara syar`i menurut

hanafiyah, adalah harta yang memiliki kesepadanan yang anda berikan

untuk anda tagih kembali dengan kata lain suatu transaksi yang

dimaksudkan untuk memberikan harta yang memiliki kesepadanan kepada

orang lain untuk dikembalikan yang sepadan dengan itu.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah 60

nasabah pembiayaan BMT As Salam yang mendapatkan pembiayaan yang dipilih

berdasarkan status pembayaan lancar atau tidak lancar. Perbandingan nasabah

pembiayaan BMT As Salam yang memiliki status pembiayaan lancar dan tidak

lancar dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Karakteristik responden berdasarkan status pembiayaan

50% 50% Status Pembiayaan

Lancar

Tidak Lancar

Page 36: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

24

Berdasarkan keterangan pada gambar diatas dapat diketahui bahwa

pengambilan sampel baik terhadap nasabah pembiayaan BMT yang memiliki

status pembiayaan lancar dan nasabah dengan status pembiayaan tidak lancar

adalah sebesar 30 persen atau sebanyak 30 orang.

Karakteristik Individu Responden

Nasabah pembiayaan BMT As Salam yang menjadi responden dalam

penelitian ini memiliki perbedaan karakteristik. Karakteristik individu yang

membedakannya, anatara lain jenis kelamin, usia,pendidikan, jumlah tanggungan,

jarak tempat tinggal nasabah dengan BMT serta aset.

Jenis Kelamin.

Sebanyak 43 orang atau 71.7 persen responden memiliki jenis kelamin laki-

laki dan sebanyak 17 orang atau 28.3 persen responden berjenis kelamin

perempuan. Responden dalam penelitian ini didominasi oleh laki-laki.

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Usia

Sebanyak 34 orang atau 56.7 persen respendon berusia 36-50 tahun. Hal ini

menunjukan rata-rata responden dalam penelitian ini masih berada di usia

produktif untuk melakukan pekerjaan. Karakteristik responden berdasarkan usia

dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Karakteristik responden berdasarkan usia

Pendidikan Sebagian besar responden, yaitu sebanyak 31 orang atau 51.7 persen dari

total responden hanya menempuh pendidikan formal hingga SD. Berdasarkan

28%

72%

Jenis Kelamin

Perempuan

Laki-Laki

35%

57%

8%

Usia

21-35 tahun

36-50 tahun

51-65 tahun

Page 37: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

25

hasil tersebut, pendidikan nasabah BMT masih tergolong rendah. Karakteristik

responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan

Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga sebagian besar responden adalah 4-6 orang.

Hal ini menunjukan sebagian besar responden memiliki tanggungan keluarga yang

relatif banyak. Karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga

dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga

Jarak Tempat Tinggal dengan BMT

Sebanyak 36 orang atau 53 persen dari total responden memiliki jarak

tempat tinggal kurang dari 1 kilometer. Hasil tersebut menunjukan sebagian besar

responden memiliki jarak tempat tinggal yang cukup dekat dengan BMT As

Salam. Karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga dapat

dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Karakteristik responden berdasarkan jarak tempat tinggal

52% 35%

13%

Tingkat Pendidikan

SD

SMP

SMA

35%

65%

Tanggungan Keluarga

1-3 orang

4-6 orang

54% 43%

3%

Jarak Tempat Tinggal

dengan BMT

<1 km

1-5 km

>5 km

Page 38: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

26

Aset

Aset 35 orang atau 58.3 persen responden berkisar antara 100-500 juta

rupiah. Karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga dapat

dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Karakteristik responden berdasarkan aset

Karakteristik Usaha Reponden

Jenis Usaha

Jenis usaha responden di BMT AS Salam didominasi oleh jenis usaha

pertanian, yakni sebesar 55 persen atau sebanyak 55 orang bekerja sebagai petani,

sedangkan jenis usaha yang paling sedikit dijalankan oleh nasabah BMT adalah

jenis usaha lainnya yang didominasi usaha pada sektor jasa. Karakteristik

responden berdasarkan jumlah jenis usaha dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10 Karakteristik responden berdasarkan jenis usaha

Lama Usaha

Lama usaha 23 orang atau 38.3 persen responden berkisar antara 10-20

tahun. Sebagian besar nasabah pembiayaan BMT telah lama bekerja dan konsisten

pada jenis usahanya. Karakteristik responden berdasarkan jumlah jenis usaha

dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11 Karakteristik responden berdasarkan lama usaha

27%

58%

15% Aset

<100 juta

100-500 juta

>500 juta

55% 35%

10% Jenis Usaha

Pertanian

Perdagangan

Lainnya

25%

38%

25%

12% Lama Usaha

<10 tahun

10-20 tahun

21-30 tahun

>30 tahun

Page 39: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

27

Laba Usaha

Laba usaha sebagian besar responden, yaitu 29 orang atau 48.4 persen,

mencapai sekitar Rp 2.1-5 juta rupiah per bulan. Karakteristik responden

berdasarkan jumlah jenis usaha dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12 Karakteristik responden berdasarkan laba usaha

Karakteristik Pembiayaan Reponden

Jumlah Pembiayaan

Sebagian besar responden, yaitu 32 dari 60 orang atau 53.3 persen

responden menerima pembiayaan pada kisaran Rp 1-4 juta. Sebanyak 12 orang

atau 20 persen responden menerima pembiayaan pada kisaran Rp 5-9 juta.

Sisanya menerima pembiayaan dengan kisaran Rp 10-55 juta. Karakteristik

responden berdasarkan jumlah pembiayaan dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13 Karakteristik responden berdasarkan jumlah pembiayaan

Frekuensi Pembiayaan

Sebanyak 20 orang atau 33.3 persen responden telah menerima pembiayaan

di BMT As Salam lebih dari 5 kali. Karakteristik responden berdasarkan frekuensi

pembiayaan dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14 Karakteristik responden berdasarkan frekuensi pembiayaa

3%

38%

49%

10% Laba Usaha

<1 juta

1-2 juta

2.1-5 juta

>5 juta

53% 20%

27% Jumlah Pembiayaan

1-4 juta

5-9 juta

10-55 juta

13%

27%

27%

33% Frekuensi Pembiayaan 1 kali2-3 kali4-5 kali>5 kali

Page 40: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

28

Analisis Risiko Pembiayaan

Identifikasi BMT As Salam

ERM 1: Internal Environment

BMT As Salam merupakan organisasi berbentuk badan hukum koperasi

yang telah berdiri selama 10 tahun sejak tahun 2004. BMT As Salam selalu

berusaha menjalankan tata kelola perusahaan yang baik dengan melaksanakan

kegiatan manajemen risiko, meskipun hal ini belum dilakukan secara khusus.

Manajemen risiko yang dilakukan oleh BMT As Salam selain ditujukan untuk

mencapai tujuan perusahan juga menjunjung tinggi asas kehati-hatian. Hal

tersebut dapat terlihat dari penetapan Standar Operasional Prosedur (SOP) BMT

As Salam yang terperinci, yang terdiri dari SOP kelembagaan, pengelolaan usaha,

manajemen keuangan dan standar akuntasi yang jelas. Selain itu, BMT As Salam

juga membentuk tim audit internal, hal ini sesuai dengan prinsip good corporate

governance (GCG).

Motto yang dimiliki BMT As Salam adalah “Memberdayakan Ekonomi

Umat, sebagai sarana pengabdian terhadap Allah SWT”. Motto tersebut

merupakan nilai-inilai yang ditanamkan kepada seluruh jajaran direksi dan

karyawan dalam mengerjakan tugasnya. Selain motto tersebut, terdapat pula

komitmen perusahaan yang ditanamkan kepada seluruh direksi dan karyawan

yaitu “Tumbuh dan Berkembangnya Aset, Memperluas Jaringan, Memakmurkan

Karyawan, Memberikan Manfaat kepada Nasabah yang Sebesar-besarnya,

Meningkatkan dan Mengembangkan Ilmu, serta Memberikan Pelayanan

Terbaik”.Komitmen tersebut dianut oleh seluruh direksi dan karyawan dalam

mengerjakan tugasnya.

Pada tahun 2014 BMT As Salam memiliki rasio kecukupan modal (CAR)

sebesar 14.71 persen dan pendapatan dari seluruh produk pembiayaan sebesar

Rp11 036 899 000. Selain itu BMT As Salam memiliki reputasi yang cukup baik

dikalangan masyarakat dan beroperasi di daerah pemukiman warga sehingga

dekat dengan masyarakat. Beberapa hal tersebut mendukung BMT As Salam

untuk dapat tumbuh dan berkembang menjadi lembaga keuangan yang lebih besar

dan bersaing dengan lembaga keuangan lainnya.

ERM 2: Objective Setting

Visi dari BMT As Salam adalah terwujudnya Koperasi Serba Usaha yang

mandiri, syari’ah dan tangguh dengan berlandaskan amanah dalam

memberdayakan ekonomi umat dan berkeadilan di Indonesia. Sedangkan misinya

yaitu :

1. Mengajak seluruh potensi yang ada dalam masyarakat dengan tanpa

membedakan suku,ras,golongan dan agama, agar mereka dapat bersama -

sama, bersatu padu dan beritikad baik dalam membangun ekonomi

kerakyatan secara bergotong royong dalam bentuk koperasi.

2. Membantu para pedagang kecil dan menengah didalam mobilisasi

permodalan demi kelancaran usaha sehingga dapat meningkatkan

kesejahteraan mereka.

3. Turut membantu pembangunan ekonomi dan menunjang pelaksanaan

kegiatan usaha secara aktif dengan mengajak mitra usaha lainnya baik

BUMN, swasta, perbankan maupun gerakan koperasi lainnya.

Page 41: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

29

Selain visi dan misi tersebut, BMT As Salam juga memiliki sasaran tujuan

yang melatarbelakangi pendirian BMT As Salam. Tujuan tersebut yaitu memberi

manfaat kepada orang lain melalui pemberdayaan ekonomi ummat guna

membantu sesama.

Identifikasi Risiko

ERM 3: Event Identification

Identifikasi risiko yang ada di BMT As Salam dilakukan melalui

pengamatan di lapangan dan wawancara dengan pihak internal BMT. Risiko yang

akan diteliti dalam penelitian ini secara garis besar dibagi menjadi dua kelompok,

yaitu risiko internal dan risiko eksternal. Risiko internal mencakup risiko yang ada

pada proses pembiayaan dan operasional BMT, sedangkan risiko eksternal

mencakup risiko umum yang dipengaruhi oleh pihak di luar BMT.

Risiko pembiayaan dapat muncul akibat kegagalan pihak ketiga dalam

memenuhi kewajibannya. Risiko utama dalam pembiayaan adalah timbulnya

pembiayaan bermasalah atau macet. Pembiayaan bermasalah dapat menimbulkan

kerugian bagi pihak BMT, seperti turun atau hilangnya perolehan pendapatan,

hilangnya bagi hasil dan saldo pokok pembiayaan, menimbulkan reputasi negatif

bagi BMT dan lain sebagainya. Potensi-potensi risiko pada tahapan proses

pembiayaan di BMT As Salam dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengajuan Pembiayaan

Pada tahap pengajuan pembiayaan oleh nasabah, terdapat tiga risiko yang

mungkin terjadi. Pertama, terjadi pemalsuan data diri dan ketidakjujuran

informasi yang diberikan oleh nasabah. Kedua, kurangnya pengetahuan

nasabah tentang akad yang akan digunakan.

2. Analisis Pembiayaan

Pada tahap ini risiko yang mungkin terjadi adalah pihak BMT melakukan

kesalahan dalam menganalisis karakter, kapasitas, kapital, kondisi dan

jaminan yang dimiliki nasabah, adanya pemalsuan jaminan oleh nasabah,

dan rendahnya nilai jual jaminan.

3. Penilaian Dokumen

Pada tahap ini tidak ditemukan risiko yang mungkin terjadi. Dikarenakan

penilaian dokumen dilakukan oleh AO yang telah melakukan survei ke

lapangan secara objektif.

4. Persetujuan dan Pengikatan

Pada tahap ini risiko yang mungkin terjadi adalah adanya kekeliruan antara

nasabah dan pihak BMT dalam penetapan akad.

5. Pencairan

Terdapat dua risiko yang mungkin terjadi pada tahap ini. Risiko tersebut

adalah terjadi kesalahan prosedur dalam proses pembiayaan serta lambatnya

pihak BMT dalam memproses permohonan pembiayaan.

6. Pengawasan

Risiko yang berpotensi terjadi pada tahap ini adalah kurangnya pengawasan

terhadap usaha nasabah, kurangnya follow-up oleh pihak BMT serta

keterlambatan pihak BMT dalam menangani pembiayaan bermasalah.

7. Pelunasan

Pada tahap pelunasan ini terdapat risiko terlambatnya nasabah

mengembalikan pembiayaan. Selain keterlambatan, terdapat juga risiko

Page 42: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

30

gagal bayar. Gagal bayar oleh nasabah dapat dikarenakan itikad nasabah

yang buruk, usaha nasabah mengalami kerugian atau usaha nasabah

mengalami gagal panen/bencana alam.

Risiko-risiko yang telah dijelakan dapat digolongkan ke dalam risiko

pembiayaan untuk pertanian, mengingat tidak ada perbedaan proses pembiayaan

antara sektor pertanian dan sektor lain serta sebagian besar nasabah BMT As

Salam melakukan pembiayaan untuk mengembangkan usaha pertaniannya.

Kedua, risiko operasional. Risiko operasional dapat berasal dari sumber

daya manusia, kegagalan sistem, dan kegagalan sarana dan infrastruktur BMT.

1. Sumber Daya Manusia (SDM)

Risiko SDM yang terdapat di BMT As Salam meliputi penyebaran

informasi yang tidak merata di kalangan staf, terdapat pandangan negatif

oleh masyarakat sekitar mengenai BMT, serta kurangnya jumlah SDM yang

dimiliki BMT. Risiko SDM juga dapat terjadi karena adanya human error

seperti kurangnya pengetahuan SDM mengenai akad-akad dalam

pembiayaan syariah, kurangny pengetahuan SDM mengenai teknologi

informasi, terjadi kesalahan pencatatan transaksi, hilangnya berkas dan arsip,

kurangnya komunikasi antar staf serta adanya tindakan moral hazard seperti

KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme).

2. Sistem

Risiko yang berpotensi terjadi adalah sistem teknologi informasi dan

jaringan BMT mengalami offline atau error.

3. Sarana

Risiko yang mungkin terjadi adalah rusak atau matinya sarana kantor seperti

sarana komunikasi, listri dan air. Hal ini dapat terjadi di luar perkiraan BMT dan

dapat menghambat jalannya kegiatan di BMT As Salam.

Ketiga, risiko yang mungkin terjadi adalah risiko eksternal. Terdapat dua

risiko yang berpotensi untuk terjadi. Pertama, terjadinya bencana alam seperti

gempa bumi, banjir atau serangan hama. Kedua, adanya kebijakan mengikat yang

dapat merugikan BMT. Identifikasi risiko yang telah diuraikan beserta

kemungkinan kejadian dan besar dampaknya terjadinya dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Identifikasi risiko

Kelompok

risiko

Nomor

risiko

Identifikasi risiko Kejadian

risiko

Dampak terjadinya

risiko

A. Risiko

Pembiayaan

Pengajuan

Pembiayaan

1 Pemalsuan data diri dan

ketidakjujuran informasi dari

nasabah

5-10 kali Proses pengajuan

diberhentikan

2 Kurangnya pengetahuan nasabah

mengenai akad yang akan

digunakan

> 50 kali Kesalahan pengajuan

produk

Analisis

Pembiayaan

3 Pihak BMT melakukan kesalahan

dalam menganalisis nasabah

(karakter, kapasitas, kapital, kondisi

dan jaminan)

5-10 kali Kesalahan pemberian

pembiayaan kepada

nasabah

4 Pemalsuan jaminan oleh nasabah < 5 kali Pembiayaan tidak

diberikan

5 Rendahnya harga jual jaminan < 5 kali Pembiayaan tidak

diberikan

Page 43: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

31

Kelompok

risiko

Nomor

risiko

Identifikasi risiko Kejadian

risiko

Dampak terjadinya

risiko

Persetujuan

dan

Pengikatan

Akad

6 Adanya kekeliruan akad yang

ditetapkan antara nasabah dan BMT

< 5 kali Tidak sahnya akad

yang telah ditetapkan

Pencairan 7 Kesalahan prosedur dalam proses

pembiayaan

< 5 kali Tidak menimbulkan

masalah berarti

8 Keterlambatan BMT dalam

memproses pembiayaan

< 5 kali Ketidakpuasan

nasabah akan

pelayanan BMT

Pengawasan 9 Kurangnya pengawasan terhadap

usaha nasabah

< 5 kali Terhambatnya proses

pembiayaan

10 Kurangnya follow-up oleh pihak

BMT

< 5 kali Terhambatnya proses

pembiayaan

11 Keterlambatan pihak BMT dalam

menangani pembiayaan bermasalah

< 5 kali Terhambatnya proses

pembiayaan

Pelunasan 12 Nasabah terlambat mengembalikan

pembiayaan

11-20

kali

Terganggunya

likuiditas BMT

13 Nasabah gagal bayar karena itikad

yang buruk

5-10 kali Terganggunya

likuiditas BMT

14 Nasabah gagal bayar karena

usahanya mengalami gagal

panen/kerugian

5-10 kali Terganggunya

likuiditas BMT

15 Nasabah gagal bayar karena

mengalami bencana alam

< 5 kali Terganggunya

likuiditas BMT

B. Risiko

Operasional

16 Penyebaran informasi yang tidak

merata dikalangan staf

< 5 kali Pemahaman yang

berbeda antar staf

SDM 17 Pandangan negatif masyarakat

sekitar mengenai BMT

< 5 kali Menurunnya reputasi

BMT

18 Kurangnya SDM 5-10 kali Operasional BMT

tidak optimal

19 Kurangnya pengetahuan SDM

mengenai akad-akad pembiayaan

syariah

11-20

kali

Tidak menimbulkan

masalah berarti

20 Kurangnya pengetahuan SDM

mengenai teknologi informasi

11-20

kali

Tidak menimbulkan

masalah berarti

21 Kesalahan pencatatan transaksi < 5 kali Rusaknya sistem

pencatatan

22 Hilangnya berkas dan arsip < 5 kali Tidak menimbulkan

masalah berarti

23 Kurangnya komunikasi antar staf < 5 kali Terjadi

kesalahpahaman dan

konflik

24 Adanya tindakan KKN < 5 kali Kerugian finansial

dan sistemik

Sistem 25 Sistem teknologi informasi dan

jaringan mengalami offline atau

error

5-10 kali Terhambatnya

kegiatan operasional

dan akses data

Sarana 26 Matinya sarana kantor (komunikasi,

listrik dan air)

5-10 kali Terhambatnya

kegiatan operasional

C. Risiko 27 Terjadinya bencana alam seperti

gempa bumi, tsunami dan banjir

< 5 kali Berhentinya kegiatan

operasional

Eksternal 28 Adanya kebijakan yang

memberatkan BMT

< 5 kali Terganggunya

stabilitas BMT

Sumber: Data primer (2015)

Page 44: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

32

Hasil identifikasi risiko pada sektor petanian yang diteliti di BMT As Salam

sejalan dengan penelitian yang dilakukan Tsabita (2013). Hal ini menjelaskan

risiko pembiayaan syariah pada sektor pertanian di daerah yang berbeda memiliki

risiko-risiko yang serupa. Meskipun serupa, terdapat perbedaan pada probabilitas

dan dampak pada tiap risikonya.

Pengukuran dan Pemetaan Risiko

ERM 4: Risk Assessement

Penilaian risiko dilakukan melalui wawancara dengan pihak-pihak yang

dirasa memiliki keahlian, pengalaman dan kompetensi yang dalam bidangnya..

Selanjutnya, hasil penilaian ditaksir dengan metode aproksimasi. Pada Tabel 9

dapat dilihat indikator mengenai kemungkinan terjadinya risiko.

Tabel 9 Indikator kemungkinan terjadinya risiko

Kategori Keterangan Probabilitas Skor

Improbable Hampir tidak mungkin terjadi < 5 kali per tahun 1 Remote Kadang terjadi 5-10 kali per tahun 2 Occasional Mungkin terjadi 11-20 kali per tahun 3 Probable Sangat mungkin terjadi 21-50 kali per tahun 4 Frequent Hampir pasti terjadi > 50 kali kali per tahun 5 Sumber: Goedfrey (1996)

Tabel 10 Indikator dampak terjadinya risiko

Kategori Keterangan Skor

Negligible Tidak menimbulkan masalah berarti bagi pihak bank 1

Marginal Menimbulkan masalah kecil yang dapat diatasi

dengan pengelolaan rutin 2

Serious Mencegah perusahaan memenuhi tujuannya untuk

periode tertentu saja 3

Critical Mengakibatkan pihak bank tidak dapat mencapai

sebagian tujuan jangka panjang, mengganggu

likuiditas bank 4

Catastrophic Mengakibatkan pihak bank tidak dapat mencapai

seluruh tujuan jangka panjang, menyebabkan

kebangkrutan, kematian, atau hukuman pidana 5

Sumber: Goedfrey (1996)

Pada Tabel 10 dapat dilihat indikator mengenai dampak terjadinya risiko.

Kejadian risiko dan dampak risiko yang mungkin terjadi yang telah diuraikan

pada Tabel 8 kemudian dikonversi ke dalam skor sesuai dengan indikator pada

Tabel 9 dan Tabel 10. Skor kemungkinan terjadinya risiko kemudian dikalikan

dengan skor dampak dari risiko tersebut. Hasil perkalian inilah yang nantinya

akan menjadi dasar pengelompokan risiko sesuai dengan kategori tingkatan risiko.

Hasil perkalian antara kemungkinan terjadinya risiko dengan dampak risiko

tersebut dapat dilihat pada Tabel 11.

Page 45: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

33

Tabel 11 Klasifikasi Risiko

No Risiko

Sumber

Informasi

Skor

Probabilitas

Skor

Dampak

Skor

Total

1. Pemalsuan data diri dan ketidakjujuran

informasi dari nasabah

AO 2 3 6

2. Kurangnya pengetahuan nasabah

mengenai akad yang akan digunakan

Manajer 5 2 10

3 Pihak BMT melakukan kesalahan dalam

menganalisis nasabah (karakter,

kapasitas, kapital, kondisi dan jaminan)

Manajer 2 4 8

4 Pemalsuan jaminan oleh nasabah AO 1 1 1

5 Rendahnya harga jual jaminan Manajer 1 2 2

6 Adanya kekeliruan akad yang

ditetapkan antara nasabah dan BMT

Manajer 1 2 2

7 Kesalahan prosedur dalam proses

pembiayaan

Manajer 1 2 2

8 Keterlambatan BMT dalam memproses

pembiayaan

Manajer 1 1 1

9 Kurangnya pengawasan terhadap usaha

nasabah

AO 1 4 4

10 Kurangnya follow-up oleh pihak BMT AO 1 4 4

11 Keterlambatan pihak BMT dalam

menangani pembiayaan bermasalah

Manajer 1 4 4

12 Nasabah terlambat mengembalikan

pembiayaan

AO 3 4 12

13 Nasabah gagal bayar karena itikad yang

buruk

Manajer 2 4 8

14 Nasabah gagal bayar karena usahanya

mengalami gagal panen/kerugian

Manajer 2 4 8

15 Nasabah gagal bayar karena mengalami

bencana alam

Manajer 1 4 4

16 Penyebaran informasi yang tidak merata

dikalangan staf

Audit

internal

1 2 2

17 Pandangan negatif masyarakat sekitar

mengenai BMT

Manajer 1 3 3

18 Kurangnya SDM Manajer 2 3 6

19 Kurangnya pengetahuan SDM

mengenai akad-akad pembiayaan

syariah

Audit

Internal

3 1 3

20 Kurangnya pengetahuan SDM

mengenai teknologi informasi

Audit

Internal

3 1 3

21 Kesalahan pencatatan transaksi Administrasi 1 2 2

22 Hilangnya berkas dan arsip Administrasi 1 2 2

23 Kurangnya komunikasi antar staf Manajer 1 2 2

24 Adanya tindakan KKN Direktur 1 4 4

25 Sistem teknologi informasi dan jaringan

mengalami offline atau error

Kabid

operasional

1 2 2

26 Matinya sarana kantor (komunikasi,

listrik dan air)

Kabid

operasional

2 2 4

27 Terjadinya bencana alam seperti gempa

bumi, tsunami dan banjir

Direktur 1 4 4

28 Adanya kebijakan yang memberatkan

BMT

Direktur 1 2 2

Sumber: Data primer (2015)

Page 46: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

34

Tahap berikutnya dilakukan pemetaan risiko, dimana risiko yang telah

diklasifikasi dikelompokan ke dalam 4 tingkatan risiko yg terdiri dr negligible,

acceptable, undesirable dan unacceptable (Goedfrey 1998). Hasil pemetaan

risiko dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 15 Pemetaan Risiko

Penjelasan mengenai risiko-risiko sesuai dengan tingkatannya adalah

sebagai berikut:

1. Tingkat Negligible

Risiko-risiko yang termasuk ke dalam tingkatan ini adalah adanya

pemalsuan jaminan oleh nasabah, rendahnya harga jual jaminan, adanya

kekeliruan akad yang ditetapkan antara nasabah dan BMT, kesalahan

prosedur dalam proses pembiayaan, keterlambatan BMT dalam memproses

pembiayaan, penyebaran informasi yang tidak merata dikalangan staf,

kesalahan pencatatan transaksi, hilangnya berkas dan arsip, kurangnya

komunikasi antar staf, sistem teknologi informasi dan jaringan mengalami

offline atau error dan adanya kebijakan yang memberatkan BMT. Risiko-

risiko pada tingkat ini merupakan risiko yang jarang terjadi dan apabila

terjadi, tidak menimbulkan masalah yang besar bagi BMT dan masih dapat

diatasi dengan pengelolaan dan evaluasi rutin oleh pihak BMT.

2. Tingkat Acceptable

Risiko-risiko yang termasuk ke dalam tingkatan ini adalah kurangnya,

pengawasan terhadap usaha nasabah, kurangnya follow-up oleh pihak BMT,

keterlambatan pihak BMT dalam menangani pembiayaan bermasalah,

nasabah gagal bayar karena mengalami gagal panen/bencana alam,

pandangan negatif masyarakat sekitar mengenai BMT, kurangnya

pengetahuan SDM mengenai akad-akad pembiayaan syariah, kurangnya

pengetahuan SDM mengenai teknologi informasi, adanya tindakan KKN,

4; 8 5; 6; 7; 16;

21; 22; 28 17 9; 10; 11;

15; 24; 27

19; 20 12

3; 13; 14 1; 18 26 23; 25

2

1 2 3 4 5

5

4

3

1

1

Impact

Pro

babil

ity

1

2

3

4

5

Negligible Acceptable Undesirable Unacceptable

Page 47: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

35

matinya sarana kantor (komunikasi, listrik dan air) dan terjadinya bencana

alam seperti gempa bumi, tsunami dan banjir. Risiko-risiko pada tingkat ini

mengakibatkan kegiatan operasional BMT menjadi agak terhambat, namun

masih dapat berjalan seperti biasa walaupun tidak sesuai dengan target yang

telah ditetapkan.

3. Tingkat Undesirable

Risiko-risiko yang termasuk ke dalam tingkatan ini adalah pemalsuan data

diri dan ketidakjujuran informasi dari nasabah, kurangnya pengetahuan

nasabah mengenai akad yang akan digunakan, kesalahan pihak BMT dalam

menganalisis nasabah (karakter, kapasitas, kapital, kondisi dan jaminan),

nasabah gagal bayar karena itikad yang buruk, nasabah terlambat

mengembalikan pembiayaan, nasabah gagal bayar karena usahanya

mengalami kerugian dan kurangnya SDM BMT. Risiko-risiko pada tingkat

ini merupakan risiko yang perlu diwaspadai karena dapat menimbulkan

kerugian yang signifikan bagi BMT yang nantinya akan mengganggu

stabilitas BMT.

4. Tingkat Unacceptable

Pada proses pembiayaan dan operasional BMT As Salam tidak ditemukan

risiko yang termasuk ke dalam tingkatan unacceptable. Hal ini dikarenakan

BMT As Salam jarang mengalami risiko dengan dampak yang besar.

Risiko yang perlu diwaspadai karena sering terjadi dan memiliki dampak

yang cukup tinggi adalah risiko kurangnya pengetahuan nasabah mengenai akad

yang akan digunakan serta nasabah terlambat mengembalikan pembiayaan.

Kurangnya pengetahuan nasabah mengenai akad-akad syariah menandakan masih

minimnya sosialisasi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga keuangan syariah.

Salah satu faktor yang menyebabkan hal ini terjadi adalah karena kurangnya SDM

syariah itu sendiri, sehinga penyebaran informasi mengenai akad-akad syariah

kepada masyarakat masih terbatas, terutama masyarakat pedesaan seperti

mayarakat di Desa Kramat.

Risiko nasabah terlambat mengembalikan pembiayaan harus diwaspadai

karena berpengaruh kepada Non Performing Financing (NPF) BMT As Salam.

Semakin tinggi NPF BMT As Salam menunjukan semakin buruk kualitas

pembiayaan yang menyebabkan jumlah pembiayaan bermasalah semakin besar,

sehingga mengganggu kinerja BMT As Salam. Keterlambatan nasabah dalam

mengembalikan pembiayaan dapat terjadi karena beberapa faktor. Di BMT As

Salam sendiri faktor keterlambatan karena moral hazard nasabah sangat jarang

terjadi. Sebagian besar nasabah terlambat mengembalikan pembiayaan karena

faktor keterlambatan masa panen. Risiko keterlambatan harus diminimalisir oleh

BMT As Salam sehingga pembiayaan yang kurang lancar tidak berlanjut menjadi

pembiayaan diragukan atau pembiayaan macet.

Tindakan Mitigasi Risiko

ERM 5: Risk Response

BMT As Salam memahami bahwa pengelolaan risiko sangatlah penting.

Walaupun tindakan mitigasi risiko BMT As Salam tidak tercantum secara tertulis,

berdasarkan hasil wawancara dan observasi, tindakan mitigasi risiko tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Melakukan pembiayaan secara selektif dan efektif.

Page 48: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

36

2. Menetapkan limit pembiayaan yang sesuai dengan pengajuan pembiayaan.

3. Melakukan evaluasi dan monitoring pada setiap bagian organisasi secara

rutin.

4. Mengoptimalkan kinerja dan peran pengawas internal dalam pengawasan

kegiatan transaksi pembiayaan dan operasional.

5. Membentuk cadangan pembentukan penyisihan aktiva produktif (PPAP).

6. Membuat Standard Operational Procedure (SOP) yang meningkatkan

kesadaran risiko seluruh staf BMT.

7. Membuat laporan nominatif pembiayaan setiap akhir bulan dalam rangka

menginformasikan perkembangan pembiayaan.

Sikap BMT As Salam dalam menindaklanjuti keterlambatan pengembalian

pembiayaan adalah dengan melakukan follow up secara berkala serta lebih

menganalisis alasan nasabah tersebut terlambat atau bermasalah. Apabila alasan

terjadinya pembiayaan bermasalah dikarenakan usaha nasabah yang mengalami

kerugian tanpa adanya kesengajaan, maka pihak BMT akan melakukan

rescheduling pembiayaan. Selain itu, BMT juga melihat kondisi dari nasabah

tersebut. Apabila kondisi nasabah tidak memungkinkan untuk pengembalian

utang pokok dengan tambahan margin, maka pengembalian dengan margin

ditiadakan. Sehingga nasabah hanya harus mengembalikan utang pokoknya saja.

Namun apabila alasan nasabah bermasalah dikarenakan karena itikad yang buruk

seperti tidak adanya niat untuk membayar, maka pihak BMT akan menahan

jaminan dan mencairkannya untuk mengganti kerugian.

Terdapat beberapa cara penanganan yang dapat dilakukan untuk menangani

risiko-risiko yang telah dijelaskan sebelumnya. Beberapa respon risiko yaitu

menerima risiko (accept), mengurangi risiko (reduce), berbagi risiko (transfer),

menghindari risiko (avoid) dan menghilangkan risiko (avoid). Kemungkinan

respon dan tindakan mitigasi risiko dianalisis berdasarkan peristiwa risiko yang

mungkin terjadi dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Respon risiko yang dapat diambil oleh BMT As Salam

No Risiko Respon

risiko Tindakan mitigasi

1. Pemalsuan data diri dan ketidakjujuran

informasi dari nasabah

Menghindari Pendekatan nasabah secara

personal melalui silaturahim

2. Kurangnya pengetahuan nasabah

mengenai akad yang akan digunakan

Mengurangi Penjelasan mengenai akad-akad

pada saat pengajuan pembiayaan

3 Pihak BMT melakukan kesalahan dalam

menganalisis nasabah (karakter,

kapasitas, kapital, kondisi dan jaminan)

Mengurangi Pelatihan SDM dalam penilaian

karakter nasabah

4 Pemalsuan jaminan oleh nasabah Mengurangi Perekrutan SDM ahli hukum

5 Rendahnya harga jual jaminan Mengurangi Perekrutan SDM ahli hukum

6 Adanya kekeliruan akad yang

ditetapkan antara nasabah dan BMT

Menghindari Pelaksanaan prosedur yang jelas

7 Kesalahan prosedur dalam proses

pembiayaan

Menghindari Pengecekan ulang di setiap tahap

pembiayaan dan evaluasi rutin

8 Keterlambatan BMT dalam memproses

pembiayaan

Mengurangi Penetapan SOP yang jelas

9 Kurangnya pengawasan terhadap usaha

nasabah

Mengurangi Pengawasan AO oleh pengawas

internal

10 Kurangnya follow-up oleh pihak BMT Mengurangi Pengawasan AO oleh pengawas

internal

Page 49: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

37

No Risiko Respon

risiko Tindakan mitigasi

11 Keterlambatan pihak BMT dalam

menangani pembiayaan bermasalah

Menghindari Penetapan SOP yang jelas

12 Nasabah terlambat mengembalikan

pembiayaan

Mengurangi Pendekatan kepada nasabah

melalui sistem jemput bola

13 Nasabah gagal bayar karena itikad yang

buruk

Mengurangi Pengenalan nasabah dengan

sebaik-baiknya

14 Nasabah gagal bayar karena usahanya

mengalami gagal panen/kerugian

Menerima Pengawasan dan pendampingan

intensif, rescheduling

15 Nasabah gagal bayar karena mengalami

bencana alam

Menerima Penggunaan PPAP dan

restrukturisasi

16 Penyebaran informasi yang tidak merata

dikalangan staf

Menghindari Pertemuan rutin seluruh karyawan

dan pemasangan papan informasi

17 Pandangan negatif masyarakat sekitar

mengenai BMT

Menerima Pendekatan kepada masyarakat

melalui promosi melalui event

tertentu dan pendekatan personal

18 Kurangnya SDM Mengurangi Perekrutan SDM yang handal

19 Kurangnya pengetahuan SDM

mengenai akad-akad pembiayaan

syariah

Mengurangi Mengadakan pelatihan rutin setiap

bulannya dan merekrut SDM

handal

20 Kurangnya pengetahuan SDM

mengenai teknologi informasi

Mengurangi Mengadakan pelatihan rutin setiap

bulannya dan merekrut SDM

handal

21 Kesalahan pencatatan transaksi Menghindari Pengecekan ulang setiap hari oleh

manager kantor

22 Hilangnya berkas dan arsip Menghindari Penyimpanan salinan dokumen di

kantor pusat dan kantor cabang

23 Kurangnya komunikasi antar staf Mengurangi Pertemuan rutin seluruh karyawan

24 Adanya tindakan KKN Mengurangi SOP yang jelas dan tegas meliputi

perekrutan SDM, tugas dan sanksi

25 Sistem teknologi informasi dan jaringan

mengalami offline atau error

Mengurangi Perekrutan SDM ahli IT dan

pemeliharaan rutin

26 Matinya sarana kantor (komunikasi,

listrik dan air)

Menghindari Pengadaan genset dan

pemeliharaan rutin

27 Terjadinya bencana alam seperti gempa

bumi, tsunami dan banjir

Transfer Menjadi peserta Lembaga

Penjamin Simpanan (LPS)

28 Adanya kebijakan yang memberatkan

BMT

Menerima Menyesuaikan dengan kebijakan

yang berlaku

Sumber: Data primer (2015)

ERM 6: Control Activities

Pengendalian dilakukan oleh BMT As Salam dengan tujuan meminimalisir

risiko dan memastikan mitigasi risiko dilakukan secara efektif. Salah satu

pengendalian risiko yang dilakukan BMT adalah penetapan SOP yang jelas

mencakup kelembagaan, pengelolaan usaha dan keuangan. Penetapan SOP juga

diikuti dengan pengawasan pelaksanaan SOP tersebut. Selain itu audit internal

dilaksanakan secara berkala setiap bulan oleh pengawas internal. Hal ini

dilakukan dengan tujuan meminimalisir risiko yang dapat terjadi di kemudian hari.

ERM 7: Information and Communication

Tindakan mitigasi risiko tidak akan berjalan baik tanpa adanya dukungan

komunikasi dan alur informasi yang efektif, efisien dan transparan. Komunikasi

yang baik harus terjalin antara seluruh pihak yang terlibat dalam kegiatan

operasional BMT, sehingga setiap pihak dapat mengetahui dan bertanggung jawab

Page 50: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

38

atas perannya masing-masing. Pihak-pihak tersebut yaitu pihak internal BMT,

nasabah, pengawas dan pihak eksternal lainnya.

Pihak internal BMT melakukan komunikasi dan penyebaran informasi

dengan berbacai cara. Adanya rapat setiap minggu untuk para manajer kantor,

baik kantor pusat maupun cabang dan rapat rutin untuk seluruh karyawan

diadakan setiap bulan. Pertemuan rutin ini diadakan untuk dengan tujuan

membahas kinerja dan perkembangan BMT. Selain rapat, diadakan pula acara

gathering dan pengajian rutin untuk meningkatkan kebersamaan dan kekompakan

antar karyawan. Untuk penyebaran informasi, terdapat papan informasi di setiap

kantor BMT As Salam yang dapat diakses oleh seluruh pihak. Dengan komunikasi

dan alur informasi yang efektif, efisien serta transparan kinerja dapat

meminimalisir kondisi imperfect information.

Hubungan komunikasi dan informasi dengan nasabah juga merupakan hal

yang sangat penting. Komunikasi dan informasi yang baik akan membuat nasabah

merasa menjadi bagian dari BMT. Hal ini tentu akan berpengaruh positif terhadap

reputasi BMT di mata masyarakat. Terdapat beberapa tindakan yang dapat

dilakukan BMT untuk meningkatkan komunikasi dan informasi dengan nasabah.

Komunikasi dapat dilakukan melalui silaturahim petugas BMT ke rumah nasabah.

Silaturahim dapat dilakukan guna mengetahui perkembangan usaha nasabah atau

pun sekedar pemberian informasi mengenai pembiayaan di BMT. Selain itu, BMT

juga dapat menyebar buletin sebagai media informasi mengenai BMT secara

berkala.

Komunikasi dan alur informasi yang baik juga menjadi hal yang sangat

penting bagi hubungan BMT dengan pengawas dan pihak eksternal lainnya,

seperti para pemegang saham. Dibutuhkan transparansi dalam komunikasi untuk

meningkatkan kepercayaan dan meminimalisir munculnya kecurigaan. Sehingga

pengawas dapat memastikan jalannya operasional BMT sesuai dengan prinsip

syariah ataupun tindakan yang perlu diambil apabila terdeteksi adanya

ketidaksesuaian.

ERM 8: Monitoring

Kegiatan monitoring termasuk ke dalam bagian dari tindakan mitigasi risiko.

Kegiatan tersebut dilakukan seiring dengan berjalannya kegiatan operasional

BMT. Monitoring harus diikuti dengan evaluasi secara rutin. Hal ini dilakukan

secara rutin guna memastikan seluruh proses operasional dan kinerja BMT

berjalan dengan lancar dan sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan sehingga

pencapaian tujuan BMT dapat terlaksana. Pihak yang berperan dalam monitoring

BMT As Salam adalah dewan pengawas syariah (DPS), pengawas internal dan

manajer kantor baik pusat ataupun cabang. DPS bertugas melakukan pengawasan

terhadap keseluruhan aspek organisasi sehingga benar-benar sesuai dengan prinsip

syariah. Pengawas internal bertugas memonitor seluruh kegiatan transaksi

operasional dan pembiayaan, memastikan tidak terjadinya penyimpangan SOP

serta membuat laporan hasil kinerja pengawasan internal yang kemudian

diserahkan kepada manajer. Manajer bertugas mengelola dan mengawasi kegiatan

operasional kantor, pengeluaran dan pemasukan biaya-biaya harian dan

pencapaian target yang telah ditetapkan. Selain mengawasi, manajer juga harus

dapat mengevaluasi dan memberikan masukan. Tujuan dari monitoring yang

dilakukan BMT As Salam adalah menghindari risiko yang dapat menghambat

Page 51: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

39

pencapaian tujuan BMT. Secara umum, BMT As Salam telah melakukan kegiatan

monitoring dengan baik.

Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Tingkat Pengembalian

Pembiayaan

Tingkat pengembalian pembiayaan dinilai berdasarkan kolektibilitas

pembiayaan, nilai 1 untuk nasabah lancar dalam mengembalikan pembiayaan dan

nilai 0 untuk nasabah tidak lancar dalam mengembalikan pembiayaan. Model logit

digunakan untuk mengetahui apakah probabilitas nasabah lancar dapat

dipengaruhi oleh variabel-variabel penjelasnya. Hasil uji model menunjukkan

nilai R Square 0.749. Hasil ini menunjukkan bahwa model dapat menjelaskan

faktor-faktor yang memengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan syariah pada

BMT As Salam sebesar 74.9 persen sedangkan sisanya dapat dijelaskan di luar

model. Hasil uji Hosmer and Lemeshow Test menunjukkan nilai Chi Square

sebesar 2.521 dengan p-value 0.961 > 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa

variabel fit dengan model sehingga model logit secara keseluruhan dapat

digunakan dalam penelitian ini. Pada Tabel 13 dapat diihat hasil pengolahan atas

variabel-variabel independen menggunakan SPSS 16.

Tabel 13 Faktor-faktor yang memengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan

Variable B Std.

Error.

Wald

Statistic Df Sig.

Odds

Ratio

Exp(B)

Constant 28.909 18.596 2.417 1 0.120 3.588E12

Jenis Kelamin 1.368 1.204 1.292 1 0.256 3.929

Usia 0.139 0.098 2.001 1 0.157 1.149

Lama Pendidikan 0.053 0.236 0.051 1 0.821 1.055

Tanggungan Keluarga -1.898 0.760 6.241 1 0.012*

0.150

Jenis Usaha 6.517 2 0.038

Jenis Usaha (1) -4.078 1.676 5.921 1 0.015*

0.017

Jenis Usaha (2) -3.475 1.860 3.492 1 0.062**

0.031

Lama Usaha 0.003 0.086 0.001 1 0.976 1.003

Jarak tempat tinggal -0.002 0.001 6.245 1 0.012*

0.998

Aset -1.435 0.870 2.720 1 0.099**

0.238

Laba 1.063 0.854 1.550 1 0.213 2.896

Jumlah Pembiayaan -0.840 0.639 1.727 1 0.189 0.432

Frekuensi

Pembiayaan

0.128 0.257 0.248 1 0.618 1.137

Ket: *Signifikan pada taraf 5%

**

Signifikan pada taraf 10%

Hasil pendugaan model logit untuk faktor-faktor yang memengaruhi tingkat

pengembalian pembiayaan menunjukkan tiga variabel yang signifikan pada taraf

nyata 5%, yaitu tanggungan keluarga, jenis usaha (1) dan jarak tempat tinggal

Page 52: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

40

nasabah dengan BMT. Sedangkan variabel yang signifikan pada taraf 10% yaitu

jenis usaha (2) aset.

Variabel jumlah tanggungan keluarga berpengaruh signifikan terhadap

tingkat pengembalian pembiayaan pada taraf nyata 5%, dengan odds ratio sebesar

0.150. Artinya, peluang nasabah yang memiliki jumlah tanggungan keluarga satu

orang lebih banyak dalam mengembalikan pembiayaan dengan lancar adalah

0.150 kalinya dibandingkan dengan nasabah yang memiliki jumlah tanggungan

keluarga satu orang lebih sedikit, ceteris paribus. Hasil penelitian ini sesuai

dengan penelitian Sari (2011) dimana jumlah tanggungan keluarga berpengaruh

negatif pada tingkat pengembalian pembiayaan. Semakin banyak tanggungan

dalam keluarga maka akan semakin besar biaya yang harus dikeluarkan untuk

memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari, sehingga menghabiskan sejumlah

besar proporsi laba usaha nasabah. Pada umumnya, nasabah BMT As Salam tidak

memiliki pendapatan rumah tangga dari pekerjaan lainnya, sehingga jika jumlah

tanggungan keluarga semakin banyak maka peluang tunggakan semakin besar

dikarenakan hasil usaha digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya

terlebih dahulu dibandingkan dengan membayar cicilan pembiayaan. Dapat

disimpulkan pada nasabah BMT As Salam jumlah tanggungan keluarga menjadi

dasar yang harus diperhatikan dalam memberikan pembiayaan.

Variabel jenis usaha (1) atau perdagangan berpengaruh signifikan terhadap

tingkat pengembalian pembiayaan pada taraf nyata 5%, dengan odds ratio jenis

usaha (1) atau perdagangan sebesar 0.017 yang artinya, peluang responden yang

memiliki jenis usaha perdagangan dalam mengembalikan pembiayaan dengan

lancar adalah 0.017 kalinya dibandingkan dengan nasabah yang memiliki jenis

usaha pertanian, ceteris paribus. Jenis usaha (2) atau jenis usaha lainnya

berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian pembiayaan pada taraf

nyata 10%, dengan odds ratio jenis usaha (2) atau perdagangan sebesar 0.031

yang artinya, peluang responden yang memiliki jenis usaha lainnya dalam

mengembalikan pembiayaan dengan lancar adalah 0.031 kalinya dibandingkan

dengan nasabah yang memiliki jenis usaha pertanian, ceteris paribus. Hasil ini

menunjukan nasabah dengan jenis usaha pertanian cenderung lebih lancar

dibandingkan perdagangan dan usaha lainnya yang didominasi sektor jasa. Hal ini

tidak sesuai dengan pendugaan awal dimana sektor pertanian memiliki risiko yang

sangat tinggi, yang dapat mengakibatkan ketidak lancaran pengembalian

pembiayaan.

Dalam hal ini jenis usaha (1) dan jenis usaha (2) berpengaruh negatif pada

tingkat pengembalian pembiayaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian

Yulita (2011) dimana jenis usaha pertanian atau usaha on farm memiliki

kelancaran pengembalian pembiayaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan

jenis usaha perdagangan dan jenis usaha lainnya yang didominasi oleh jasa atau

usaha off farm. Hal ini disebabkan adanya perbedaan karakteristik petani dengan

pedagang dan usaha lainnya. Bedasarkan pengalaman pihak BMT As Salam,

nasabah pertanian di BMT As Salam merupakan nasabah yang telah beberapa kali

menerima pembiayaan dan sudah dipercaya oleh pihak BMT, sedangkan nasabah

dengan jenis usaha perdagangan dan lainnya cenderung memiliki karakteristik

yang kurang baik jika dibandingkan dengan nasabah pertanian. Dikarenakan BMT

As Salam tidak memberikan denda apabila nasabah terlambat membayar, para

pedagang dan lainnya yang memiliki usaha dengan perputaran uang yang cepat

Page 53: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

41

lebih memilih untuk memutarkan pembiayaan secara terus menerus untuk modal

usaha selanjutnya dibandingkan mengembalikan pembiayaannya.

Dari kesamaan hasil penelitian ini dengan penelitian Yulita (2011), dapat

ditarik kesimpulan bahwa anggapan sektor pertanian sebagai sektor yang memiliki

risiko yang sangat tinggi dibandingkan dengan sektor lainnya tidak tepat, selain

itu pembiayaan pertanian dengan sistem syariah merupakan solusi yang tepat.

Oleh karena itu, lembaga keuangan terutama lembaga keuangan syariah yang

selama ini memilih menyalurkan pembiayaan pada sektor dengan perputaran uang

yang cepat seperti sektor perdagangan dan jasa, harus meningkatkan alokasi

pembiayaannya pada sektor pertanian yang selama ini masih sangat minim.

Peningkatan alokasi pembiayaan untuk sektor pertanian diharapkan dapat

meningkatkan kesejahteraan para petani dan meningkatkan kontribusi sektor

pertanian terhadap PDB Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari pentingnya peran

sektor pertanian, padahal sudah jelas dalam Islam dijelaskan bahwa pertanian

merupakan pekerjaan yang hukumnya adalah fardhu kifayah, yang artinya usaha

pertanian wajib untuk dilakukan, namun bila sudah dilakukan oleh muslim yang

lain maka kewajiban tersebut gugur. Banyaknya ayat Al-Quran yang

menyebutkan hasil tanaman dan buah-buahan menunjukan betapa pentingnya

bidang pertanian dalam Islam, salah satunya terdapat pada Al-Quran Surah Al-

An’am : 99

”Dan Dialah yang menurunkan air dari langit, lalu Kami tumbuhkan

dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari

tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman

yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang kurma, mengurai

tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan

pula), zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah

buahnya pada waktu berbuah, dan menjadi masak, Sungguh, pada yang demikian

itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah)bagi orang-orang yang beriman.”

Variabel jarak tempat tinggal nasabah dengan BMT berpengaruh signifikan

terhadap tingkat pengembalian pembiayaan pada taraf nyata 5%, dengan odds

ratio sebesar 0.998. Artinya, peluang nasabah yang memiliki rumah dengan jarak

lebih jauh satu kilometer dalam mengembalikan pembiayaan dengan lancar adalah

0.998 kalinya dibandingkan dengan nasabah yang memiliki rumah dengan jarak

lebih dekat satu kilometer, ceteris paribus. Hasil penelitian ini bertentangan

dengan penelitian Yulita (2011) dimana jarak tempat tinggal memiliki koefisien

positif. Perbedaan hasil penelitian dipengaruhi oleh akses dan sarana transportasi

umum yang berbeda. Baik akses dan sarana transportasi umum di Desa Kramat

tempat BMT As Salam beroperasi masih sangat minim, sehingga semakin jauh

jarak tempat tinggal nasabah dengan BMT menyebabkan nasabah harus

menyediakan biaya transportasi yang lebih besar dan waktu yang lebih lama untuk

melakukan pengembalian pembiayaan. Dalam penelitian ini, jarak tempat tinggal

nasabah berpengaruh negatif pada tingkat pengembalian pembiayaan.

Variabel aset berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian

pembiayaan pada taraf nyata 10%, dengan odds ratio sebesar 0.238. Artinya,

peluang nasabah yang aset lebih banyak 1% dalam mengembalikan pembiayaan

dengan lancar adalah 0.238 kalinya dibandingkan dengan nasabah yang memiliki

aset lebih sedikit 1%, ceteris paribus. Hal ini tidak sesuai penelitian sebelumnya

oleh Haloho (2010), dimana aset tidak berpengaruh pada tingkat pengembalian

Page 54: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

42

pembiayaan. Hal ini dikarenakan kebanyakan nasabah pembiayaan BMT As

Salam yang berstatus lancar menggunakan sawah sewaan bukan milik sendiri,

sehingga nasabah lebih termotivasi untuk mengembalikan pembiayaan dengan

lancar agar memudahkan nasabah dalam memeroleh pembiayaan selanjutnya

untuk menyewa sawah.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan uraian dan hasil penelitian, maka diperoleh beberapa

simpulan, yakni:

1. Hasil identifikasi risiko pembiayaan dan operasional di BMT As Salam

menunjukan risiko yang memiliki probabilitas dan dampak yang paling

tinggi adalah risiko kurangnya pengetahuan nasabah dalam akad syariah

yang digunakan serta nasabah terlambat mengembalikan pembiayaan.

Risiko-risiko pembiayaan sektor pertanian di BMT As Salam masih berada

pada tingkat medium risk, dimana risiko tersebut masih dapat dikendalikan

oleh BMT As Salam.

2. Tindakan mitigasi risiko yang dilakukan di BMT As Salam dalam

menangani risiko pembiayaan adalah sosialisasi akad syariah yang

digunakan pada proses pembiayaan dan pendekatan kepada nasabah melalui

follow up secara berkala. Pada risiko operasional, tindakan mitigasi utama

yang dilakukan BMT As Salam adalah peningkatan kualitas SDM yang

dimiliki melalui perekrutan SDM handal, pelatihan, dan pengawasan.

Mitigasi risiko eksternal yang dilakukan BMT As Salam adalah upaya

penyesuaian dan pencegahan kejadian yang dapat terjadi di luar kendali

BMT As Salam.

3. Faktor yang paling memengaruhi tingkat pengembalian pembiayaan di

BMT As Salam adalah jenis usaha, dimana jenis usaha pertanian memiliki

peluang lancar lebih besar dibandingkan dengan jenis usaha perdagangan.

Hal ini membuktikan bahwa pembiayaan syariah merupakan solusi bagi

sektor pertanian dan anggapan sektor pertanian memiliki risiko yang lebih

tinggi dibandingkan dengan sektor lainnya pada kasus BMT As Salam tidak

sesuai.

Saran

Hasil penelitian dapat menunjukkan risiko pembiayaan syariah pada sektor

pertanian, tindakan mitigasi risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi tingkat

pengembalian pembiayaan di BMT As Salam, oleh karena itu saran yang dapat

diberikan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. BMT As Salam harus meningkatkan sosialisasi mengenai akad-akad syariah

yang digunakan dalam pembiayaan untuk meningkatkan literasi keuangan

syariah nasabah BMT As Salam.

Page 55: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

43

2. Dalam upaya memitigasi risiko pembiayaan, operasional, dan eksternal,

BMT As Salam dapat melakukan peningkatan upaya jemput bola kepada

nasabah, penetapan standar pengetahuan syariah dalam merekrut SDM serta

mendaftarkan aset BMT pada asuransi.

3. BMT As Salam dapat meningkatkan alokasi pembiayaan bagi para petani

serta hasil penelitian dapat menjadi implikasi bagi BMT atau LKS lain

dalam menyalurkan pembiayaannya pada sektor pertanian.

DAFTAR PUSTAKA

Antonio S. 2001. Bank Syariah : Dari Teori ke Praktek. Jakarta (ID): Gema Insani

Press

Ashari, Saptana. 2005. Prospek pembiayaan syariah untuk sektor pertanian.

Forum Penelitian Agro Ekonomi [Internet]. [Diunduh 2015 Feb 27]. Tersedia

pada: http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/FAE23-2e.pdf.

Yulita A. 2011. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian kredit

usaha rakyat mikro (studi kasus: BRI unit Lalabata Rilau, Soppeng) [skripsi].

Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[BI] Bank Indonesia. 2014. Statistik Perbankan Desember 2014. Jakarta (ID).

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2006. Laporan Tahunan. Jakarta (ID).

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang

Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama pada Tahun 2004-2014. Jakarta

(ID).

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga

Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha pada Tahun 2000-2014. Jakarta (ID).

Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung (ID): Syaamil

Al-Qur’an.

Goedfrey PS. 1996. Control of Risk: A Guide to Systematic Management of Risk

from Construction. London (GB): Construction Industry Research and

Information Assoc.

Hafidhuddin D. 2007. Peran Pembiayaan Syariah dalam Pembangunan

Pertanian di Indonesia. Bogor (ID): Unit Pelaksana Mata Kuliah Dasar Umum

Institut Pertanian Bogor.

Hafidhuddin D, Syukur M. 2008. Pembiayaan Syariah dalam Pembangunan

Pertanian. Jakarta (ID): Pusat Pembiayaan Sekretariat Jenderal Departemen

Pertanian.

Haloho F. 2010. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian

kredit mikro PT BPD Jabar Banten KCP Dramaga [skripsi]. Bogor (ID):

Institut Pertanian Bogor.

Huda N, Heykal M. 2010. Lembaga Keuangan Islam. Jakarta (ID): Prenada

Kencana.

Hudoro P. 2014. Faktor-faktor yang memengaruhi pemilihan pinjaman dengan

sistem rente di desa studi kasus: Desa Panulisan Timur Kecamatan

Dayeuhluhur Kabuoaten Cilacap (periode: tahun 2013-2014) [skripsi]. Bogor

(ID): Institut Pertanian Bogor.

Page 56: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

44

Juanda B. 2009. Ekonometrika Permodelan dan Pendugaan. Bogor (ID): IPB

Press.

Karim AA. 2009. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta (ID): Raja

Grafindo Persada

Kasidi. 2010. Manajemen Risiko. Bogor (ID): Ghalia Indonesia.

Kountur R. 2004. Manajemen Risiko Operasional. Jakarta (ID): Penerbit PPM.

Ridwan M. 2006. Sistim dan Prosedur Pendirian Baitul Mal wat-Tamwil (BMT).

Yogyakarta (ID): Citra Media.

Rodiana N. 2014. Efektivitas penerapan bayar pascapanen pada pengembalian

pembiayaan akad murabahah pertanian padi di BMT As Salam, Kramat,

Demak [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rosadi D. 2011. Analisis Ekonometrika & Runtun Waktu Terapan dengan R.

Yogyakarta (ID): Penerbit ANDI.

Sari A. 2011. Analisis faktor-faktor yang memengaruhi pengembalian kredit

usaha rakyat mikro dan kredit umum pedesaan (KUPEDES) [skripsi]. Bogor

(ID): Institut Pertanian Bogor.

Soemitra A. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta (ID): Prenada

Kencana.

Suhardiman H. 2009. Kinerja keuangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi

tingkat pengembalian pembiayaan BPR syariah (kasus pembiayaan usaha

produktif pada PT. BPRS Al-Salaam Amal Salman, Kel. Cinere, Depok)

[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Syaukat Y. 2011. Mengembangkan Pembiayaan Syariah Pertanian. Jurnal

Ekonomi Islam Republika. [internet]. [diunduh 2015 Mar 15]. Tersedia pada:

http://fem.ipb.ac.id/d/iqtishodia/2011/Iqtishodia%202011%2002.pdf.

Tsabita K. 2013. Analisis risiko pembiayaan syariah pada sektor pertanian kasus

(studi kasus BPRS Amanah Ummah Leuwiliang) [skripsi]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.

Page 57: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

45

Lampiran 1 Kuisioner Penelitian Responden

ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI

TINGKAT PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN SYARIAH PADA SEKTOR

PERTANIAN

( STUDI KASUS BMT AS SALAM, KRAMAT, DEMAK)

Terima kasih atas partisipasi Bapak/Ibu dalam pengisian kuesioner penelitian

Saya Sarah Nabilah (H54110020), mahasiswa S1 Departemen Ilmu Ekonomi

Program Studi Ilmu Ekonomi Syariah, Fakutas Ekonomi dan Manajemen, Institut

Pertanian Bogor. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat faktor-faktor yang

mempengaruhi pengembalian pembiayaan syariah pada BMT As Salam.

Kuesioner ini hanya digunakan untuk kepentingan penelitian, sehingga jawaban

yang Bapak/Ibu sampaikan sepenuhnya akan dijaga kerahasiaannya. Atas

kerjasama Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.

A. IDENTITAS PRIBADI

Nama Responden :

Alamat Lengkap :

Desa :

Kecamatan :

No. HP :

Berikan tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai dengan keadaan sebenarnya.

Karakteristik Personal

1. Jenis kelamin

Laki-Laki Perempuan

2. Usia ...... tahun

3. Status

Menikah Belum Menikah Janda/Duda

4. Jumlah tanggungan keluarga ...... orang

5. Agama

Islam Lainnya....

6. Pendidikan terakhir

Tidak sekolah SMA/sederajat S2

SD/sederajat D3 S3

SMP/sederajat S1

7. Jarak tempat tinggal ke BMT ...... km

8. Aset yang dimiliki

Jenis Jumlah Nilai

Rumah

Mobil

Motor

Sawah

Lainnya

Page 58: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

46

Karakteristik Usaha

1. Jenis Usaha

Pertanian

Perdagangan

Jasa

Lainnya

2. Lama usaha ...... tahun

3. Status usaha

Utama

Sampingan

4. Jarak tempat usaha dengan BMT ...... km

5. Jumlah karyawan ...... orang

6. Untuk usaha pertanian

Luas lahan usahatani M2/ha*

Omzet usahatani per musim

Pendapatan usahatani per musim

7. Laba bersih per bulan

< Rp 1.000.000,00

>Rp 1.000.000,00 – Rp 2.000.000,00

>Rp 2.000.000,00 – Rp 3.500.000,00

>Rp 3.500.000,00 – Rp 5.000.000,00

> Rp 5.000.000,00

Karakteristik Pembiayaan

1. Jumlah dan Frekuensi Pembiayaan Frekuensi

pembiayaan

Pengajuan

pembiayaan (Rp)

Realisasi

Pembiayaan (Rp)

Keterlambatan

pengembalian

(Ya/Tidak)

1

2

3

4

5

6

Jika pernah mengalami keterlambatan pengembalian pembiayaan,

alasannya:

Gagal panen Moral hazard Lainnya

*Coret yang tidak perlu

Page 59: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

47

Lampiran 2 Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA

ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI

TINGKAT PENGEMBALIAN PEMBIAYAAN SYARIAH PADA SEKTOR

PERTANIAN

( STUDI KASUS BMT AS SALAM, KRAMAT, DEMAK)

Pedoman Wawancara Direktur

1. Cari tahu: nama, alamat, agama

2. Cari tahu: bagaimana kondisi pembiayaan di BMT As Salam

3. Cari tahu: risiko yang dapat terjadi selama proses pembiayaan di BMT As

Salam

4. Cari tahu: risiko yang dapat terjadi terkait dengan pihak dari eksternal

BMT As Salam

5. Cari tahu: tindakan BMT As Salam dalam penyebaran informasi

6. Cari tahu: tindakan mitigasi risiko yang selama ini telah dijalankan oleh

BMT As Salam

Pedoman Wawancara Manajer

1. Cari tahu: nama, alamat, agama

2. Cari tahu: prosedur pembiayaan di BMT As Salam

3. Cari tahu: perkembangan pembiayaan di kantor cabang BMT As Salam

4. Cari tahu: kondisi ekonomi masyarakat, pekerjaan dan karakteristik

masyarakat di sekitar BMT As Salam

5. Cari tahu: kinerja BMT As Salam selama 5 tahun terakhir

6. Cari tahu: risiko yang dapat terjadi selama proses pembiayaan

7. Cari tahu: risiko yang dapat terjadi karena adanya kegagalan sistem

operasional

8. Cari tahu: risiko yang dapat terjadi karena adanya kegagalan sarana

prasarana

9. Cari tahu: kondisi SDM BMT As Salam

10. Cari tahu: tindakan mitigasi risiko yang selama ini telah dijalankan oleh

kantor cabang BMT As Salam

Pedoman Audit Internal

1. Cari tahu: nama, alamat, agama

2. Cari tahu: kondisi kepatuhan SOP oleh SDM BMT As Salam

3. Cari tahu: tindakan pelanggaran yang telah dilakukan oleh SDM BMT As

Salam

4. Cari tahu: tindakan monitoring yang dilakukan audit internal

5. Cari tahu: sanksi dalam pelanggaran SOP

Page 60: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

48

Lampiran 3 Hasil Olahan Data Logistik

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 33.650a .562 .749

a. Estimation terminated at iteration number 8 because parameter

estimates changed by less than .001.

Classification Tablea

Observed

Predicted

Y Percentage

Correct 0 1

Step 1 Y 0 26 4 86.7

1 3 27 90.0

Overall Percentage 88.3

a. The cut value is .500

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 49.528 12 .000

Block 49.528 12 .000

Model 49.528 12 .000

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 2.521 8 .961

Page 61: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

49

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a JK(1) 1.368 1.204 1.292 1 .256 3.929

U .139 .098 2.001 1 .157 1.149

LP .053 .236 .051 1 .821 1.055

TK -1.898 .760 6.241 1 .012 .150

JT -.002 .001 6.245 1 .012 .998

AS -1.435 .870 2.720 1 .099 .238

JU 6.517 2 .038

JU(1) -4.078 1.676 5.921 1 .015 .017

JU(2) -3.475 1.860 3.492 1 .062 .031

LU .003 .086 .001 1 .976 1.003

LB 1.063 .854 1.550 1 .213 2.896

JP -.840 .639 1.727 1 .189 .432

FP .128 .257 .248 1 .618 1.137

Constant 28.909 18.596 2.417 1 .120 3.588E12

a. Variable(s) entered on step 1: JK, U, LP, TK, JT, AS, JU, LU, LB, JP, FP.

Page 62: ANALISIS RISIKO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG … · Salam memandang risiko yang ada pada sektor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis risiko dan faktor-faktor yang memengaruhi

50

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bogor pada tanggal 27 Mei 1993 dari Bapak Suswono dan

Ibu Mieke Wahyuni. Penulis adalah putri keempat dari empat bersaudara. Penulis

lulus dari SMA Negeri 1 Bogor pada tahun 2011 dan pada tahun tersebut penulis

melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor dengan jalur masuk Seleksi

Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) undangan di Departemen

Ilmu Ekonomi, Program Studi Ekonomi Syariah.

Selama masa perkuliahan, penulis aktif di berbagai organisasi. Pada periode

2012/2013, penulis aktif di lembaga Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Futsal IPB

sebagai bendahara I. Selanjutnya pada periode 2013/2014, penulis aktif di

Lembaga Struktural yaitu Sharia Economics Student Club (SES-C) pada divisi

Baitul Mal wa Tamwil (BMT) dan sebagai anggota divisi public relation pada

organiasi yang bergerak di bidang sosial Forum For Indonesia (FFI) chapter

Bogor.