analisis risiko banjir terhadap fasilitas …
TRANSCRIPT
i
LAPORAN
PENELITIAN DASAR KEILMUAN (PDK)
ANALISIS RISIKO BANJIR TERHADAP FASILITAS PENDIDIKAN
MENGGUNAKAN GIS DI PROVINSI DKI JAKARTA
Tim Pengusul:
1. Siti Dahlia, S.Pd., M.Sc (NIDN.0315109102) Ketua
2. Drs. Fadiarman, M.Pd (NIDN: 0305086302) Anggota
Nomor Surat Kontrak Penelitian: 728 /F.03.07/2020
Nilai Kontrak: Rp 11.000.000
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR.HAMKA
JAKARTA
TAHUN 2020
ii
iii
SURAT KONTRAK PENELITIAN
iv
v
ABSTRAK
Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibu Kota negara, memiliki fungsi startegis yaitu sebagai
pusat pertumbuhan ekonomi dan bisnis, pusat pemerintahan, dan pusat pendidikan. Akan
tetapi, DKI Jakarta merupakan area yang rawan terhadap bencana banjir, yang berdampak
pada berbagai elemen berisiko salah satunya yaitu sekolah. Dampak terjadi banjir pada
lingkungan sekolah berpotensi menghambat proses pembelajaran, kerugian, kerusakan,
bahkan korban jiwa. Upaya penanggulangan banjir merupakan penting sebagai upaya
penurunan tingkat risiko kerugian, kerusakan, dan korban jiwa. Berdasarkan hal tersebut,
tujuan penelitian yaitu: 1). Untuk memetakan tingkat bahaya banjir DKI Jakarta; 2).
Menilai tingkat kerentanan sekolah terhadap banjir; 3). Analisis risiko banjir terhadap
fasilitas pendidikan khususnya Sekolah Menengah Atas di DKI Jakarta. Metode penelitian
yang digunakan yaitu untuk pengumpulan data sekunder seperti: data Digital Elevation
Model (DEM), peta Rupa Bumi, citra googel earth, dan data sekolah yang bersumber dari
berbagai instansi. Pengumpulan data primer berupa data historis kejadian banjir, kondisi
geografis sekolah, dampak banjir, dan ploting sekolah dengan metode wawancara,
observasi, dokumentasi, dan ploting GPS. Metode pengolahan data menggunakan skoring
pada setiap parameter dengan skala 0-1, dan analisis spasial menggunakan aplikasi GIS,
dan system overlay. Analsisi data menggunakan rumus risiko R (risiko) = H (Hazard) x V
(Vulnerability), dan analisis secara deskriptif. Hasil daerah dengan tingkat kerawanan
banjir rendah seluas 13.613,40 ha, sedang seluas 23.238,67 ha, dan tinggi seluas 27.216,72
ha. Berdasarkan penilaian kerentanan sekolah terhadap bahaya banjir menunjukkan
bahwa terdapat 8 sekolah tidak rentan, 22 sekolah dengan tingkat kerentanan rendah, 16
sekolah kerentanan sedang, dan 4 sekolah kerentanan tinggi. Berdasarkan analisis risiko
sekolah terhadap banjir yaitu risiko rendah 10 sekolah, risiko sedang 27 sekolah, dan
risiko tinggi 13 sekolah. Hasil analsisi teridentifikasi adanya konsisten antara area
tertinggi tingkat kerentanan dan risiko yaitu area Jakarta Utara dan Barat
Kata Kunci: Analisis Risiko Banjir, Fasilitas Pendidikan, dan Geography Information
System
vi
DAFTAR ISI
COVER ..................................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii
SPK PENELITIAN.................................................................................................. iii
ABSTRAK ................................................................................................................ v
DAFTAR ISI ............................................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 3
1.4 Urgensi Penelitian................................................................................................ 4
1.4.1 Kaitan Penelitian dengan Prioritas Riset UHAMKA .................................... 4
1.4.2 Signifikasi Penelitian ..................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 6
2.1 State of The Art Bidang yang Diteliti .................................................................. 6
2.2 Studi Pendahuluan yang Sudah Dilaksanakan..................................................... 7
2.3 Kajian Pustaka ..................................................................................................... 8
2.4 Road Map Penelitian ........................................................................................... 10
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 11
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................................................... 11
3.2 Alat dan Bahan Penelitian ................................................................................... 11
3.3 Metode Penelitian ................................................................................................ 12
3.3.1 Populasi dan Sampel ......................................................................................... 12
3.3.2 Pengumpulan Data ............................................................................................ 12
3.3.3 Pengolahan Data ............................................................................................... 13
3.3.4 Analisis Data..................................................................................................... 13
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 11
4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian .............................................................................. 16
4.2 Penggunaan Lahan Sebelum Tsunami ................................................................. 24
vii
4.3 Penggunaan Lahan Pasca Tsunami...................................................................... 27
4.4 Rencana Tata Ruang Wilayah Kecamatan Panimbang ....................................... 31
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................... 36
5.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 36
5.2 Saran .................................................................................................................... 36
BAB VI LUARAN YANG DICAPAI..................................................................... 37
BAB VII RENCANA TINDAK LANJUT DAN PROYEKSI HILIRISASI ...... 38
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 39
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................................................... 40
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Provinsi DKI Jakarta merupakan Ibu Kota negara, dengan fungsi sebagai pusat
pertumbuhan ekonomi dan bisnis, pusat pemerintahan, dan pusat pendidikan. Kondisi
tersebut mengakibatkan DKI Jakarta memiliki daya tarik tinggi untuk masyarakat sebagai
area urbanisasi, yang mengakibatkan semakin padatnya jumlah penduduk di Ibu Kota.
Akan tetapi, Provinsi DKI Jakarta merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang
memiliki kerawanan terhadap multi bencana, seperti banjir, longsor, penurunan daratan,
cuaca ekstrem, bencana non alam, dan lain-lain. Berdasarkan kondisi demografis dan
geografis tersebut wilayah DKI Jakarta berpotensi memiliki tingginya tingkat risiko
kerugian baik bagi pemerintah ataupun masyarakat jika terjadi bencana. Bencana banjir
merupakan tipe bencana hidrometerologi dengan frekuensi tertinggi terjadi di DKI
Jakarta. Menurut BNPB (2018), DKI Jakarta terdapat 463 titik sebaran banjir Jakarta.
149 titik merupakan di Jakarta Barat, 79 titik Jakarta Utara, 68 titik Jakarta Pusat, 35 titik
Jakarta Selatan, dan 132 titik Jakarta Timur.
Elemen berisiko pada suatu area rawan bencana bervariasi, seperti: manusia,
lingkungan, fasilitas, harta benda, pekerjan, dan lain-lain. Sekolah merupakan salah satu
fasilitas kritis dibidang pendidikan yang berpotensi terdampak bencana, terdampaknya
sekolah oleh suatu bencana berpotensi mengakibatkan risiko kerugian terhambatnya
proses pembelajaran. Menurut Kemendikbud (2017), terdapat 497.576 sekolah di
Indonesia yang terletak di daerah rawan bencana, dan 214 sekolah di DKI Jakarta
merupakan rawan terjadap bencana banjir. BNPB (2018), mencatat bahwa kejadian banjir
yang terjadi 21 Februari 2017 mengakibatkan 304 sekolah di Provinsi DKI Jakarta
terdampak banjir mulai dari jenjang pendidikan TK hingga SMA.
Tingginya potensi risiko DKI Jakarta terhadap bencana mengakibatkan pentingnya
upaya penanggulangan bencana. Paradigma penanggulangan bencana sekarang ini lebih
menitikberatkan pada upaya penanggulangan risiko bencana, dan tidak bersifat
responsive. Penanggulangan risiko bencana dapat dilakukan pada saat sebelum terjadi
2
bencana, dengan melakukan mitigasi bencana baik secara structural ataupun non
structural. Mitigasi bencana banjir merupakan upaya yang terbaik dalam penurunan
tingkat risiko banjir (Heidari, 2009). Mitigasi bencana banjir secara structural dapat
dilakukan dengan cara pembentukan infrastruktur air seperti drainase (Marfai, 2011),
sedangkan mitigasi non structural dapat dilakukan dengan cara analisis risiko. Analisis
risiko banjir merupakan analaisis yang terdiri dari pemetaan bahaya banjir (Flood
Hazard), penilaian kerentanan (Vulnarebility Assessment), dan analisis risiko (Risk
Analysis) (Kellens et al., 2013). Penggunaan Geography Information System (GIS)
dalam peta risiko banjir merupakan penting, karena tidak hanya menghasilkan tingkat
kerawanan area tergenang tetapi dapat mengestimasikan tingkat kerugian property
(Sinha, Bapalu, Singh, & Rath, 2008).
Penelitian ini akan mengfokuskan untuk mengkaji terkait 1). Bagaimanakah distribusi
spasial tingkat kerawanan banjir di DKI Jakarta; 2). Bagaimanakah tingkat kerentanan
Sekolah Menengah Atas terhadap banjir di DKI Jakarta; 3). Bagaimanakah potensi
tingkat risiko banjir Sekolah Menengah Atas di DKI Jakarta. Berdasarkan hal tersebut,
tujuan penelitian ini yaitu: 1). Untuk memetakan tingkat bahaya banjir DKI Jakarta; 2).
Menilai tingkat kerentanan sekolah terhadap banjir; 3). Analisis risiko banjir terhadap
fasilitas pendidikan khususnya Sekolah Menengah Atas di DKI Jakarta.
1.2 Urgensi Penelitian
Penelitian terkait analisis risiko banjir terhadap fasilitas pendidikan menggunakan
GIS di Provinsi DKI Jakarta dilakukan sebagai upaya mitigasi non structural bencana
banjir terhadap fasilitas pendidikan yaitu bangunan Sekolah Menengah Atas di DKI
Jakarta. Sekolah merupakan salah satu critical facility, jika terdampak bencana maka
berisiko terhambat proses pembelajaran, kematian, kerusakan dan kerugian. Untuk itu,
upaya mitigasi non structural melalui pemetaan area bencana, penilaian tingkat
kerentanan sekolah, dan analisis risiko merupakan penting sebagai upaya kategorisasi
kondisi sekolah terhadap bencana banjir. Hal ini sebagai dasar informasi dan
rekomendasi kepada stakeholder untuk menentukan langkah upaya penanggulangan
bencana banjir, dalam rangka penurunan tingkat keruguan, korban, dan kerusakan.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 State of The Art Bidang yang Diteliti
Secara umum penelitian terkait banjir sudah dilakukan oleh beberapa penelitian
sebelumnya yaitu Brivio et al., (2002), Dang, N.M, et al., (2010), Chingombeet al.,
(2014), Lawrenceet al.,(2014), Marfai et al., (2014), Foudi, S,et al (2015), dan lain-lain.
Penelitian terkait banjir terus berkembang dengan berbagai metode dan pendekatan,
mengingat pada saat ini kajian bencana menjadi salah satu fokus kajian penting
khususnya di Indonesia yang merupakan negara rawan terhadap bencana banjir. Selain
itu, kondisi ini disebabkan oleh risiko banjir bagi masyarakat dataran rendah diperkirakan
akan meningkat di masa depan di berbagai bagian dunia, hal ini disebabkan oleh berbagai
faktor pemicu termasuk perubahan iklim (curah hujan meningkat, limpasan ekstrem,
naiknya permukaan air laut), penurunan tanah, perubahan penggunaan lahan,
pertumbuhan populasi, dan peningkatan aset yang berada di daerah rawan banjir (Marfai
dkk., 2014). Provinsi DKI Jakarta merupakan salah satu daerah rawan banjir, kondisi ini
salah satu faktornya dapat diidentifikasi pengaruh kondisi morfologi wilayah
penelitian.Kondisi morfologi wilayah penelitian yang mayoritas merupakan dataran
rendah, karena terletak dibagian Utara Pulau Jawa dan terbentuk oleh aktivitas sungai
(fluvial).
Penelitian terkait analisis risiko banjir sudah dilakukan oleh beberpa peneliti seperti:
Analisis risiko banjir terhadap lahan pertanian (Dahlia et al., 2016); Analisis risiko
terhadap dampak perubahan iklim (Ranger et al., 2011); Analisis risiko terhadap
lingkungan perkotaan dan pertanian (Foudi, Osés-Eraso, & Tamayo, 2015). Berdasarkan
hal tersebut, keterbaharuan penelitian ini yaitu menganalisis risiko banjir untuk fasilitas
pendidikan menggunakan pendekatan analisis GIS.
4
1. Penelitian Sebelumnya
Untuk mendukung penelitian analisis risiko banjir terhadap fasilitas pendidikan
menggunakan GIS di Provinsi DKI Jakarta, penelitian yang relevan yang sudah
dilakukan oleh peneliti yaitu:
No Nama dan Tahun Judul Hasil
1 Dahlia, et al (2016) Analisis risiko
banjir pada lahan
sawahpadi dengan
pendekatan
bentuklahan dan
persepsi
masyarakatdi
Desa Renged
DAS Cidurian
Satuan bentuklahan dan
persepsi masyarakat
dapat digunakan untuk
identifikasi karaktersitik
banjir.
2 (Dahlia,
Nurharosono, &
Rosyidin, 2018)
Analisis
Kerawanan Banjir
Menggunakan
Pendekatan
Geomorfologi Di
Dki Jakarta
pola spasial menunjukkan
bahwa daerah dengan
tingkat kerawanan banjir
tinggi mayoritas terletak
di bagian utara wilayah
penelitian, dan daerah
dengan tingkat
kerawanan banjir rendah
mayoritas dibagian
selatan wilayah
penelitian.
3 (Rosyidin et al.,
2019)
Identify of Multi-
Hazard on
Muhammadiyah
Education Area by
Hasil analisis
menunjukkan bahwa
sekolah di DKI Jakarta
memiliki kerawanan
5
VISUS Method in
Jakarta
terhadap multi bencana,
hal ini dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan
sekitar.
4 (Siti Dahlia, 2017) Partisipasi
Masyarakat
Dalam Pemetaan
Bahaya Banjir
Menggunakan
Pendekatan Multi
Disiplin Di Desa
Renged,
Kecamatan
Binuang,
Kabupaten
Serang, Provinsi
Banten
ebagian besar wilayah
penelitian terletak pada
bahaya banjir sedang.
Berdasarkan pola spasial,
hasil terdapat kesamaan
diantara dua pendekatan
yaitu bahaya banjir tinggi
terletak di satuan
bentuklahan dataran
banjir yang berasosiasi
dengan DAS Cidurian,
aliran sungai mati, dan
dataran aluvial yang
berasosiasi dengan
saluran irigasi. Daerah
dengan bahaya banjir
sedang terletak disatuan
bentuklahan dataran
banjir yang berasosiasi
dengan aliran sungai mati
dan dataran aluvial.
Daerah dengan tingkat
bahaya banjir rendah
terletak di satuan
bentuklahan dataran
6
aluvial antropogenik,
tanggul alam, dan
sebagian dataran aluvial.
2.2 Road Map Penelitian
Penelitian yang dilakukan memiliki Road Map Penelitian yaitu:
Gambar 2.1: Road Map Penelitian
2016
Analisis risiko banjir terhadap Lahan Sawah Banten
2017
Pemetaan Bahaya Banjir di DKI Jakarta
2018
Pemetaan Kerawanan Kebakaran di Tambora, Jakarta Barat
2019
1. Pemetaan bahaya tsunami
2. Analisis Perubahan lahan pasca tsunami
2019
Analisis risiko Banjir terhadap fasilitas sekolah di DKI Jakarta
Pemetaan
Multi Bencana
7
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Bagan Penelitian
Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian
8
3.2 Desain Penelitian
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di wilayah Provinsi DKI Jakarta, dengan luas 661,52 km2.
Secara astronomis wilayah penelitian terletak diantara 106 ͦ22’42’’-106 ͦ 58’188’’ BT,
dan 6 ͦ 22’ 00’’ - 6 ͦ22’45 LS (Gambar 3.2).Waktu penelitian akan dilaksanakan pada
Bulan November 2019, yaitu pada musim penghujan sesuai dengan kajian penelitian
yaitu terkait banjir.
Gambar 3.2. Lokasi Penelitian
9
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini yaitu Seluruh Sekolah Menengah Atas di DKI Jakarta
yang berjumlah 599 sekolah. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu area
sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dilakukan berdasarkan daerah populasi
yang ditetapkan (Sugiyono, 2011). Metode area sampling digunakan dalam
penelitian, karena sampel dipilih berdasarkan setiap unit Kota di DKI Jakarta yaitu
Jakarta Utara, Barat, Selatan, Timur, dan Pusat.
C. Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan fungsinya, yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1,
sedangkan bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel
3.2.
Tabel 3.1 Alat yang digunakan dalam Penelitian
No Alat Fungsi
1 GPS Garmin Merekam titik koordinat
2 Perangkat Lunak Arc-Gis 10.6 Analisis spasial
3 Kamera DigitalCanon A2300 Dokumentasi
4 Perangkat lunak DNRGPS Transfer data hasil tracking
GPS
Tabel 3.2 Bahan Penelitian
No Bahan Sumber
1 Peta RBI skala 1:25.000 BIG
2 Citra Googel Earth Googel Earth
3 Data Sekolah Kemendikbud
4 Data DEM BIG
5 Data Historis Banjir (Kedalaman,
luasan, durasi)
Survei Lapangan
6 Kondisi Geografis Sekolah Survei Lapangan
10
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer
yang dikumpulan dalam penelitian ini yaitu:
Tabel 3.3. Data Primer
No Data Metode
1 Data Historis Banjir (Kedalaman,
luasan, durasi)
Wawancara
2 Kondisi Geografis Sekolah Observasi dan
dokumentasi
3 Dampak banjir Wawancara dan
observasi
4 Ploting lokasi sekolah GPS
Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini beserta sumbernya disajikan
pada table berikut:
Tabel 3.4. Data Primer
No Data Sumber
1 Peta RBI skala 1:25.000 BIG
2 Citra Googel Earth Googel Earth
3 Data Sekolah Kemendikbud
4 Data DEM BIG
E. Metode pengolahan dan analisis data
Hasil pengumpulan data lapangan baik data primer dan sekunder dilakukan
pengolahan, untuk menghasilkan peta kerwanan banjir, kerentanan sekolah, dan
risiko banjir sekolah.
1. Pengolahan dan Analisis untuk peta kerawanan banjir
Pengolahan data Peta RBI, Citra Googel Earth, DEM menggunakan analisis
spasial GIS dengan teknik overlay, untuk menghasilkan peta kerawanan banjir.
11
Peta di representasikan menjadi tiga kelas yaitu kerawanan tinggi dengan warna
merah, sedang dengan warna kuning, dan rendah warna hijau.
2. Pengolahan dan Analisis untuk peta kerentanan banjir
Pengolahan dan penilaian tingkat kerentanan sekolah terhadap banjir yaitu: data
karakteristik sekolah dianalisis menggunakan metode skoring dengan sakala 0-
1, skala 0 tingkat kerentanan minimum dan 1 tingkat kerentanan maksimum.
Parameter yang digunakan untuk analsisi tingkat kerentanan yaitu: elevasi, jarak
dari sungai, material bangunan sekolah, dan drainase. Untuk menghasilkan peta
kerentanan menggunakan analisis spasial GIS, sehingga menghasilkan peta
kerentanan tinggi, sedang, dan rendah.
3. Pengolahan dan Analisis untuk peta risiko banjir
Analisis risiko banjir menggunakan rumus R= H (Hazard) x V (Vulnerability),
yang dianalsisi secara spasial menggunakan GIS. Output berupa peta indeks
risiko banjir terhadap bangunan sekolah.
12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskrispi Wilayah Penelitian
1. Kondisi Administratif
Secara administrasi wilayah penelitian memiliki luas 661,52 km2 , yang terdiri dari
Jakarta Selatan (154,32 km2), Jakarta Timur (182,70 km2), Jakarta Pusat (52,38 km2),
Jakarta Barat (124,44 km2), dan Jakarta Utara (139,99 km2). Secara astronomis
wilayah penelitian terletak diantara 106 ͦ22’42’’-106 ͦ 58’188’’ BT, dan 6 ͦ 22’ 00’’ -
6 ͦ22’45 LS (Gambar 4.1).
Gambar 4.1. Lokasi Penelitian
13
2. Kondisi Sosial
a. Jumlah Penduduk
Berdasarkan data kependudukan menunjukkan bahwa jumlah penduduk wilayah
penelitian yaitu 10.467.629 jiwa, dengan 5.244.690 jiwa laki-laki dan 5.222.939 jiwa
perempuan. Berdasarkan usia, jumlah penduduk wilayah penelitian berada pada usia
produktif yaitu 30-34 tahun.
Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Wilayah Penelitian
Kelompok
Umur
2018
Jumlah Penduduk Provinsi DKI Jakarta Menurut Kelompok Umur
dan Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan Jumlah
0-4 461794 444147 905941
5-9 472159 455206 927365
10.14 394643 370999 765642
15-19 355617 354567 710184
20-24 372793 411459 784252
25-29 468262 497588 965850
30-34 523215 508986 1032201
35-39 495643 475638 971281
40-44 429869 412091 841960
45-49 362091 349920 712011
50-54 296955 293992 590947
55-59 230049 236745 466794
60-64 167221 173024 340245
65+ 214379 238577 452956
Jumlah 5244690 5222939 10467629
Sumber: BPS, Tahun 2020
b. Jumlah Sekolah, Guru, dan Siswa
Berdasarkan data jumlah sekolah, guru, dan siswa yang terdapat diwilayah
penelitian menunjukkan bahwa jumlah sekolah diwilayah penelitian yaitu 477
sekolah, dengan terbanyak di Jakarta Selatan 144 sekolah dan terendah yaitu di
Kepualaun Seribu. Berdasarkan jumlah guru terdapat 5965 orang, dan 115.945
siswa (Tabel 4.2).
14
Tabel 4.2. Jumlah Sekolah, Guru, dan Siswa Wilayah Penelitian
Kab/Kota
Jumlah Sekolah Jumlah Guru Jumlah Siswa
Kep Seribu 1 62 317
Jakarta Selatan 144 1924 32998
Jakarta Timur 129 1531 32303
Jakarta Pusat 15 187 2569
Jakarta Barat 119 1438 29011
Jakarta Utara 69 823 18747
Jumlah 477 5965 115945
3. Kondisi Fisik Wilayah Provinsi DKI Jakarta
a. Elevasi
Analisis elevasi wilayah penelitian berdasarkan data DEM SRTM (Shuttle Radar
Topography Mission), dengan resolusi spasial 30 m. Hasil analisis menunjukkan
bahwa elevasi terendah wilayah penelitian yaitu -6 m dpal dan tertinggi 77 m dpal.
Berdasarkan luasan, area yang terletak pada elevasi < 5 m dpal (rendah) seluas
29132,72 ha, elevasi 5-10 m dpal (sedang) seluas 31190,08 ha, dan elevasi 50-77 m
dpal (tinggi) yaitu seluas 3745,88 ha (Tabel 4.3). Berdasarkan hal tersebut,
menunjukkan bahwa wilayah penelitian sebagian besar memiliki elevasi 5-10 m
dpal atau kategori sedang (Gambar 4.2). Menurut van Zuidam (1985), daerah
dengan kondisi elevasi < 50 m merupakan wilayah dataran rendah. Daerah dataran
rendah pada umumnya merupakan daerah rawan banjir tahunan, dan merupakan
langganan pada beberapa tempat (Sunarto et al., 2014). Kondisi tersebut
menunjukkan bahwa secara elevasi wilayah penelitian, rawan terhadap banjir.
Tabel 4.3. Luasan Elevasi DKI Jakarta
NO Elevasi (meter) Luas (Ha) Presentase (%)
1 < 5 29.132,72 45,47
2 5-10 31.190,08 48,68
3 50-77 3.745,88 5,85
Total 64.068,69 100
15
Berdasarkan gambar peta elevasi wilayah penelitian (Gambar 4.1),
menunjukkan bahwa elevasi terendah terletak di bagian utara wilayah penelitian,
kondisi ini disebabkan oleh bagian utara wilayah penelitian merupakan daerah
pesisir, sehingga memiliki elevasi lebih rendah. Elevasi tertinggi wilayah
penelitian mayoritas terletak dibagian selatan wilayah penelitian. Kondisi ini
disebakan oleh pada bagian selatan wilayah penelitian merupakan terletak
berbatasan dengan wilayah Bogor, yang mayoritas wilayah memiliki karakteristik
morfologi berbukit sampai bergunung.
Gambar 4.2: Peta Elevasi DKI Jakarta
16
b. Kemiringan Lereng
Analisis kemiringan lereng wilayah penelitian berdasarkan data DEM SRTM
(Shuttle Radar Topography Mission), dengan resolusi spasial 30 m. Klasifikasi kelas
lereng pada penelitian ini mengacu klasifikasi kemiringan lereng menurut van
Zuidam Tahun 1985. Hasil analisis menunjukkan bahwa kelas kemiringan lereng
DKI Jakarta terdiri dari 0-2 % (datar) seluas 46.592,64 ha, 3-7% (landai) seluas
13.858,30 ha, dan 8-3 % (miring) seluas 3617.75 ha (Tabel 4.4). Berdasarkan data
luasan tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah penelitian memiliki
kemiringan lerengan 0-2 % atau datar. Menurut van Zuidam (1985), daerah dengan
kondisi lereng datar sampai landai merupakan daerah dataran banjir. Kondisi
tersebut sesuai dengan kondisi di lapangan, bahwa wilayah DKI Jakarta memiliki
intensitas tinggi terkena banjir. Peta kemiringan lereng wilayah penelitian disajikan
pada Gambar 4.3.
Tabel 4.4. Luasan Tingkat Kemiringan Lereng DKI Jakarta
NO Kemiringan
Lereng (%)
Luas (Ha) Presentase (%)
1 0-2 46.592,64 72,72
2 3-7 13.858,30 21,63
3 8-13 3.617,75 5,6
Total 64.068,69 100
c. Bentuklahan
Daerah rawan banjir dapat diidentifikasi salah satunya yaitu dengan
pendekatan geomorfologi. Menurut Setiawan et al (2014), karakteristik
geomorfologi menjadi kunci dalam kajian potensi banjir, banjir genangan ataupun
jejak-jejaknya dapat dikenali dari pola bentuklahan pada dataran rendah.
Pendekatan bentuklahan untuk evaluasi bahaya banjir luapan sungai yaitu fokus
pada bentuklahan asal proses fluvial. Bentuklahan asal proses fluvial merupakan
17
bentuklahan yang terjadi akibat proses air mengalir, baik yang memusat (sungai)
maupun oleh aliran permukaan bebas (overland flow). Ketiga aktivitas dari sungai
ataupun aliran permukaan bebas tersebut mencakup: erosi, transportasi, dan deposisi
atau sedimentasi (Dibyosaputro, 1997). Hasil bentuklahan asal proses fluvial DKI
Jakarta, di sajikan pada Tabel 4.5.
Gambar 4.3: Peta Kemiringan Lereng DKI Jakarta
18
Tabel 4.5. Bentuklahan Proses Fluvial DKI Jakarta
NO Satuan Bentuklahan Luas (Ha) Presentase
(%)
1 Dataran Aluvial 24.103,56 37,62
2 Dataran Aluvial Pantai 5.996,94 9,36
3 Dataran Banjir 8.429,12 13,15
4 Kipas Aluvial 25.539,07 39,86
Total 64.068,69 100
Analisis bentuklahan wilayah penelitian diperoleh dari hasil analisis Peta RBI
Skala 1:25000, DEM SRTM, dan Citra Landsat, sehingga menghasilkan peta
bentuklahan. Hasil analisis peta bentuklahan, wilayah DKI Jakarta memiliki satuan
bentuklahan: dataran alluvial seluas 24.103,56 ha, dataran alluvial pantai seluas
5.996,94 ha, dataran banjir seluas 8.429,12 ha, dan kipas alluvial seluas 25.539,07
ha (Tabel 4.6). Berdasarkan hal tersebut sebagian besar satuan bentuklahan DKI
Jakarta merupakan kipas alluvial (Gambar 4.4). Kipas alluvial merupakan
akumulasi sedimen berukuran bongkah, kerakal, kerikil, dan pasir yang terjadi pada
suatu daerah yang sungai mengalir, dan terdapat perubahan yang mencolok lereng
dari miring hingga terjal. Wilayah penelitian memiliki satuan bentuklahan kipas
alluvial karena wilayah penelitian dekat dengan wilayah Bogor, sehingga wilayah
penelitian terpengaruh aliran bahan vulkanis Gunung Gede – Pangrango, dan
Gunung Salak (Pannekoek, 1989).
Berdasarkan kondisi tersebut wilayah penelitian mayoritas merupakan satuan
bentuklahan kipas alluvial, sehingga sebagai muara atau hilir dari salah satu DAS
yang berasal dari wilayah Bogor. Daerah hilir DAS pada umumnya memiliki
tingkan kerawan banjir yang lebih tinggi. Selain itu, satuan bentuklahan terluas
wilayah penelitian lainnya yaitu dataran alluvial, yang merupakan hasil proses
sedimentasi pada topografi datar dengan material aluvium (Sunarto et al., 2014).
Kondisi tersebut dapat diidentifikasikan bahwa wilayah penelitian terpengaruh oleh
19
aktivitas banjir dan penggenangan, karena material aluvium berasal dari hasil
pengendapan ketika terjadi banjir dan penggenangan.
Gambar 4.4: Peta Satuan Bentuklahan DKI Jakarta
20
4.2 Hasil Penelitian
1. Peta Kerawanan Banjir DKI Jakarta
Peta kerawanan banjir wilayah penelitian dikelaskan menjadi tiga yaitu
rendah (hijau), sedang (kuning), dan tinggi (merah) (Gambar 4.5). Berdasarkan
analisis peta kerawanan banjir menunjukkan bahwa daerah dengan tingkat
kerawanan banjir rendah seluas 13.613,40 ha, sedang seluas 23.238,67 ha, dan tinggi
seluas 27.216,72 ha (Tabel 4.6). Berdasarkan data, mayoritas wilayah penelitian
terletak pada tingkat kerawanan banjir tinggi. Kondisi ini dapat di identifikasi salah
satunya disebabkan oleh faktor wilayah penelitian terletak di pantai Utara Pulau
Jawa atau hilir sungai, dan mayoritas daerah dataran rendah.
Tabel 4.6: Luasan Daerah Kerawanan Banjir DKI Jakarta
NO Kelas Kerawanan Luas (Ha) Presentase (%)
1 Rendah 13.613,40 21,24
2 Sedang 23.238,67 36,27
3 Tinggi 27.216,72 42,48
Total 64.068,69 100
Berdasarkan peta kerawanan banjir wilayah penelitian (Gambar 4.6), menunjukkan
pola bahwa daerah dengan tingkat kerawanan banjir tinggi mayoritas terletak di bagian
utara wilayah penelitian, dan daerah dengan tingkat kerawanan banjir rendah mayoritas
dibagian selatan wilayah penelitian. Kondisi tersebut dapat diidentifikasi pengaruh
kondisi elevasi, kemiringan lereng, dan bentuklahan wilayah penelitian. Hal ini
didasarkan atas karakteristik morfologi wilayah DKI Jakarta bagian utara lebih
mendukung berpotensi banjir dibandingkan pada wilayah DKI Jakarta bagian selatan.
Pada bagian utara sebagian besar terletak pada elevasi < 5 m sedangkan pada wilayah
selatan 50-77 m. Ditinjau dari kemiringan lereng wilyah bagian utara DKI Jakarta terletak
pada kemiringan 0-2 % yaitu datar, sedangkan pada bagian selatan yaitu 8-13 % atau
miring. Ditinjau dari bentuklahan wilyah bagian utara DKI Jakarta mayoritas merupakan
bentuklahan dataran alluvial pantai, dataran aluvial, dan dataran banjir, yang merupakan
identitas bentukan – bentukan daerah rawan banjir. Pada wilayah DKI Jakarta bagian
21
selatan terdapat bentukan kipas alluvial dengan kondisi morfologi miring, sehingga tidak
rawan terhadap banjir.
Gambar 4.6: Peta Kerawanan Banjir DKI Jakarta
22
2. Kerentanan
Kerentanan adalah karakteristik dan keadaan masyarakat, sistem atau aset,
yang membuatnya rentan terjadinya kerusakan sebagai dampak dari suatu bahaya
(ISDR, 2009). Kerentanan adalah derajat potensi kerugian atau kerusakan terhadap
elemen yang berisiko yang merupakan akibat dari terjadinya fenomena alam, tingkat
kerentanan dan kerusakan elemen berisiko diberi nilai 0 jika tidak ada kerusakan dan
nilai 1 jika kerusakan total (UNDRO dalam Thywissen 2006).
Metode untuk mengukur tingkat kerentanan terhadap perubahan iklim yaitu
metode ekonometrik dan metode indikator. Metode ekonometrik yaitu digunakan
untuk survei data tingkat sosial-ekonomi rumah tangga untuk analisis tingkat
kerentanan berdasarkan perbedaan kelompok sosial, sedangkan metode indikator
yaitu mengukur tingkat kerentanan berdasarkan memilih beberapa indikator dari
seluruh rangkaian indikator yang potensial, yang selanjutnya digabungkan indikator
yang terpilih untuk menunjukkan tingkat kerentanan total. Menghitung tingkat
kerentanan menggunakan pendekatan indikator dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu: pertama mengasumsikan bahwa semua indikator mempunyai peran yang sama,
sehingga memberi bobot yang sama (Cutter dkk., 2000). Kedua memberikan bobot
yang berbeda untuk menghindari ketidakpastian bobot yang sama (Deressa dkk.,
2008). Menurut Hizbaron dkk (2015), pembobotan bermanfaat untuk menempatkan
setiap variabel sesuai dengan kontribusinya terhadap pencapaian tujuan, yaitu
mengevaluasi kerentanan.
Pada penelitian ini penilaian tingkat kerentanan terhadap elemen berisiko
yaitu sekolah terhadap bahaya banjir. Indikator – indicator yang digunakan untuk
analisis kerentanna yaitu disajikan pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7. Indikator Kerentanan
No Indikator Kriteria Bobot Skor
1 Jarak dari Sungai <0.5 km 0.30 1
1 km 0.5
>1 km 0
2 Sekolah pernah
mengalami banjir
Iy 0.30 1
Tidak 0
23
3 Bentuk bangunan sekolah
sudah beradaptasi dengan
kondisi banjir
Tidak 0.25 1
Iy 0
4 Sekolah sudah memiliki
system emergensi
evakuasi banjir
Tidak 0.15 1
Iy 0
Berdasarkan data Pokok Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Jenderal
Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menunjukkan bahwa jumlah Sekolah
Menengah Atas di DKI Jakarta yaitu 582 sekolah (Tabel 4.8).
Tabel 4.8. Data Sekolah Menegah Atas di DKI Jakarta
Berdasarkan data Tabel 4.8, jumlah Sekolah Menengah Atas di wilayah
penelitian terbanyak terdapat di Kota Jakarta Timur yaitu 199 sekolah, sedangkan
terendah terdapat di Kabupaten Kepulauan Seribu. Distribusi spasila lokasi sekolah
disajikan pada Gambar 4.7.
No Wilayah Negeri Swasta Jml
1 Kota Jakarta Timur 40 83 199
2 Kota Jakarta Barat 17 101 119
3 Kota Jakarta Selatan 29 75 129
4 Kota Jakarta Utara 17 72 76
5 Kota Jakarta Pusat 13 43 58
6 Kab. Kepulauan Seribu 1 0 1
Total 117 374 582
24
Gambar 4.7: Distribusi Sekolah Menegah Atas di DKI Jakarta
Berdasarkan data gambar 4.7, dalam kajian ini diambil sebagian sekolah
sebagai titik sampel yaitu 10% dari total dengan jumlah 50 sekolah. Sekolah-sekolah
yang dijadikan titik sampel disajikan pada Tabel 4.9, dan distribusi spasial disajikan
pada Gambar 4.8.
25
Gambar 4.8. Distribusi titik sampel
Tabel 4.9 Daftar sekolah titik sampel
No Nama Sekolah Alamat
1 SMA PGRI 14 Jl. Setia Kawan 3 No. 25
2 SMA Muhammadiyah 14 Jl. Danau Limboto No. 2
3 SMA Muhammadiyah 1 Jl. Kramat Raya No. 49
4 SMA Negeri 68 Jl. Salemba Raya 18
5 SMA Negeri 35 Jl. Mutiara
6 SMA Negeri 10 Jl. Mangga Besar XIII
7 SMA Bunda Mulia Jl. AM. Sangaji 20
8 SMA Mutiara I Jl. Komp. Yos Sudarso II/19
9 SMA Tunas Karya Jl. Pelepah Kuning III Kelapa Gading Permai
10 SMA Negeri 52 Jl. Raya Tugu Semper
11 SMA Negeri 111 Jl. Bandengan Utara No. 80
26
12 SMA Negeri 45 Jl. Perintis Kemerdekaan
13 SMA Kemurnian II Jl. Green Ville Blok O/209
14 SMA Muhammadiyah 24 Jl. Dr. Susilo I
15 SMA Dhammasavana Jl. Jembatan Padamulya VI No. 176 B
16 SMA Negeri 96 Jl. Jati Raya No.40
17 SMA Negeri 65 Jl. Raya Panjang
18 SMA Yadika 1 Jl. Tanjung Duren Barat IV/8
19 SMA Negeri 112 Jl. Sanggrahan
20 SMA Negeri 38 Jl. Raya Lenteng Agung
21 SMA Negeri 108 Jl. Kesadaran Ulujami Raya
22 SMA Negeri 55 Jl. Minyak Raya
23 SMA Muhammadiyah 4 Jl. Dewi Sartika No.316a
24 SMA Muhammadiyah 12 Jl. KH. Ahmad Dahlan No. 20
25 SMA Wijayakusuma Jl. Mujahidin No. 17A
26 SMA Pusaka I Jl. Taruna Pahlawan Revolusi
27 SMA Budhi Warman 1 Jl. Raya Bogor Km.19
28 SMA K7 BPK Penabur Jl. Cipinang Indah 2
29 SMA Negeri 99 Jl. Cibubur II
30 SMA Negeri 12 Jl. Pertanian
31 SMA Negeri 39 Jl. RA. Fadillah
32 SMA Negeri 62 Jl. Raya Bogor Km. 20
33 SMA Negeri 58 Jl. Raya Ciracas No. 2
34 SMA Bina Dharma Jl. Raya Ciracas No. 39 Rt. 5/6
35 SMA Bukit Sion Jl. Taman Kebon Jeruk Blok GA 1
36 SMA Katolik Bintang Kejora Jl. Taman Cengkareng Indah 129
37 SMA IT Al-Halimiyah Jl. Robusta Raya No. 31
38 SMA Al-Kautsar Jl. Jembatan Selatan No. 6
39 SMA El Syifa Jl. R.M Moch Kahfi I
40 SMA Kharismawita Jl. Swadaya II No. 30
41 SMA Suluh Jl. Palapa Raya No. 1
42 SMA Al Khairiyah Jl. Mindi No. 2
43 SMA Jubilee Jl. Sunter Jaya I No. 1
44 SMA Nurul Falah Jl. Dewa Kembar Komp.TNI-AL Semper Timur
45 SMA Tanjung Priok Jl. Mangga no. 40 Lagoa
46 SMA Santa Ursula Jl. Pos No.2
47 SMA PGRI 15 Jl. Mutiara Karet Tengsin
48 SMA Negeri Unggulan M. H. Thamrin Jl. Bambu Wulung
49 SMA Citra Kasih Jl. Citra Garden City 5 Blok H 3
50 SMA Bina Kusuma Mulia Citra I Blok i-8
27
Analisis kerentanan pada penelitian ini menggunakan skala 0-1, yaitu jika
indicator tersebut semakin berpengaruh terhadap dampak banjir maka diberi bobot
maksimum 1 dan sebaliknya jika indicator semakin tidak memiliki pengaruh dampak
dari banjir maka memiliki skor 0. Analisis kerentanan pada penelitian ini dibagi
menjadi empat kriteria yaitu tidak rentan, kerentanan rendah, kerentanan sedang, dan
kerentanan tinggi (Tabel 4.10).
Tabel 4.10: Interval Kelas Kerentanan
Berdasarkan penilaian kerentanan elemen berisiko yaitu sekolah terhadap
bahaya banjir menggunakan parameter yang disajikan pada Tabel 4.7 menghasilkan
terdapat 8 sekolah tidak rentan, 22 sekolah dengan tingkat kerentanan rendah, 16
sekolah kerentanan sedang, dan 4 sekolah kerentanan tinggi (Tabel 4.10).
Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa mayoritas Sekolah Menengah Atas di
Jakarta memiliki kerentanan rendah terhadap bahaya banjir. Kondisi ini di dasarkan
atas bangunan sekolah yang sudah beradaptasi dengan kondisi banjir, seperti
dibangun dengan 2 atau 3 lantai dan peninggian pondasi bangunan. Adanya sekolah
yang tidak rentan terhadap banjir, kondisi tersebut di sebabkan lokasi sekolah yang
jauh dari sungai.
Tabel 4.10: Hasil Tingkat Kerentanan
No Kelas Jumlah Sekolah
1 Tidak Rentan 8
2 Kerentanan Rendah 22
3 Kerentanan Sedang 16
4 Kerentanan Tinggi 4
Jumlah 50
No Kelas Skor
1 Tidak Rentan 0
2 Kerentanan Rendah 0.15 – 0.40
3 Kerentanan Sedang 0.41-0.66
4 Kerentanan Tinggi 0.67-0.92
28
Peta tingkat kerentanan Sekolah Menengah Atas di wilayah penelitian
disajikan pada Gambar 4.9. Secara spasial menunjukkan bahwa tingkat kerentanan
tertinggi sekolah terdapat di wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Utara. Kondisi tersebut
dapat di identifikasi pengaruh lokasi geografis sekolah yang dilalui sungai bagian
hilir yang akan bermuara ke Teluk Jakarta, sehingga sekolah pada wilayah Jakarta
Barat dan Utara lebih rentan terhadap bahaya banjir.
Gambar 4.9: Peta Kerentanan Sekolah Menengah Atas di DKI Jakarta
29
3. Analisis Risiko Banjir Terhadap Sekolah
Risiko adalah kemungkinan konsekuensi dari suatu bahaya atau perkiraan
kerugian seperti kematian, luka-luka, properti, mata pencaharian, kegiatan ekonomi
terganggu atau lingkungan yang rusak, yang dihasilkan dari peristiwa interaksi antara
bahaya dan kondisi yang rentan di suatu daerah dan pada jangka waktu tertentu.
Analisis risiko adalah berkaitan dengan penggunaan informasi untuk memperkirakan
risiko, yang disebabkan oleh suatu bahaya terhadap individu atau populasi, properti
atau lingkungan. Melakukan analisis risiko umumnya dilakukan dengan beberapa
tahapan yaitu identifikasi batasan, bahaya, estimasi probabilitas kejadian untuk
memperkirakan bahaya, evaluasi kerentanan elemen risiko, dan estimasi risiko (van
Westen dkk., 2011).
Analisis risiko banjir yaitu mengetahui risiko banjir pada masa lalu, sekarang
atau yang akan datang, berdasarkan penentuan tingkat bahaya, kerentanan dan risiko
banjir (Schanze, 2006). Analisis risiko banjir mencakup analisis dalam aspek spasial
dan temporal dari suatu kejadian banjir, aspek spasial mencakup lokasi dan cakupan
banjir, sedangkan aspek temporal mencakup waktu kejadian banjir.
Metode penilaian risiko banjir terdiri dari tiga jenis, yaitu metode penilaian
berdasarkan indeks, metode penilaian berdasarkan data bahaya banjir historis, dan
metode penilaian berdasarkan simulasi (Li dkk., 2013). Risiko banjir bagi masyarakat
dataran rendah diperkirakan akan meningkat di masa depan di berbagai bagian dunia,
hal ini disebabkan oleh berbagai faktor pemicu termasuk perubahan iklim (curah
hujan meningkat, limpasan ekstrem, naiknya permukaan air laut), penurunan tanah,
perubahan penggunaan lahan, pertumbuhan populasi, dan peningkatan aset yang
berada di daerah rawan banjir (Marfai dkk., 2014). Hal ini termasuk pada wilayah
DKI Jakarta yang merupakan area dataran rendah dan tingginya kepadatan polulasi,
sehingga risiko akan banjir berpotensi meningkat.
Pada penelitian ini analisis risiko berdasarkan matriks risiko yang berdasarkan
analisis bahaya dan kerentanan (Tabel 4.11). Matriks risiko dalam menentukan
kategori tigkat risiko berdasarkan kriteria 1) tingkat bahaya rendah dengan tingkat
kerentanan rendah maka tingkat risiko rendah, 2) tingkat bahaya sedang dengan
30
tingkat kerentanan rendah maka tingkat risiko rendah, 3) tingkat bahaya tinggi dengan
tingkat kerentanan rendah maka tingkat risiko sedang, 4) tingkat bahaya rendah
dengan tingkat kerentanan sedang maka tingkat risiko rendah, 5) tingkat bahaya
sedang dengan tingkat kerentanan sedang maka tingkat risiko sedang, 6) tingkat
bahaya tinggi dengan tingkat kerentanan sedang maka tingkat risiko tinggi, 7) tingkat
bahaya rendah dengan tingkat kerentanan tinggi maka tingkat risiko sedang, 8)
tingkat bahaya sedang dengan tingkat kerentanan tinggi maka tingkat risiko tinggi, 9)
tingkat bahaya tinggi dengan tingkat kerentanan tinggi maka tingkat risiko tinggi.
Tabel 4.11. Matriks Risiko Banjir Wilayah Penelitian
Kerentanan
Tinggi Sedang Tinggi Tinggi
Sedang Rendah Sedang Tinggi
Rendah Rendah Rendah Sedang
Rendah Sedang Tinggi
Bahaya
Hasil analisis risiko wilayah penelitian berdasarkan bahaya (Gambar 4.6) dan
kerentanan (Gambar 4.9) menggunakan matriks risiko (Tabel 4.11) menghasilkan
kelas tingkat risiko sekolah yaitu risiko rendah 10 sekolah, risiko sedang 27 sekolah,
dan risiko tinggi 13 sekolah (Tabel 4.12). Beradaskan hal tersebut, hal ini menjukkan
bahwa mayoritas Sekolah Menengah Atas di wilayah penelitian memiliki risiko
terhadap bahaya banjir sedang. Hal ini dapat di identifikasi factor kondisi morfologi
wilayah penelitian yang merupakan dataran rendah, muara atau hilir sungai, dilalui
beberpa aliran sungan dan merupakan area pemukiman padat. Kondisi tersebut secara
tidak langsung berdampak pada tingginya risiko banjir wilayah penelitian.
Tabel 4.12: Hasil Tingkat Risiko Sekolah Terhadap Bahaya Banjir
No Kelas Jumlah Sekolah
1 Rendah 10
2 Sedang 27
3 Tinggi 13
Jumlah 50
31
Peta risiko banjir terhadap sekolah di wilayah penelitian di sajikan pada Gambar
4.10. Hasil menunjukkan bahwa sekolah dengan risiko banjir tertinggi terdapat di
wilayah Jakarta Utara, Barat, Jakarta Pusat, dan Jakarta Timur. Akan tetapi, tingkat
risiko tinggi sampai sedang mayoritas terdapat di Jakarta Utara dan Barat. Hal ini
konsisten dengan tingkat kerentanan yang menujukkan area Jakarta Utara dan Barat
merupakan area yang terbanyak memiliki sekolah dengan tingkat risiko dan
kerentanna tinggi. Hal ini dapat di dientifikasi lokasi geografis wilayah tersebut yaitu
area muara sungai.
Gambar 4.10. Peta Risiko Banjir Wilayah Penelitian
32
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibu Kota negara, memiliki fungsi startegis yaitu sebagai
pusat pertumbuhan ekonomi dan bisnis, pusat pemerintahan, dan pusat pendidikan. Akan
tetapi, DKI Jakarta merupakan area yang rawan terhadap bencana banjir, yang berdampak
pada berbagai elemen berisiko salah satunya yaitu sekolah. Dampak terjadi banjir pada
lingkungan sekolah berpotensi menghambat proses pembelajaran, kerugian, kerusakan,
bahkan korban jiwa. Upaya penanggulangan banjir merupakan penting sebagai upaya
penurunan tingkat risiko kerugian, kerusakan, dan korban jiwa. Berdasarkan hal tersebut,
tujuan penelitian yaitu: 1). Untuk memetakan tingkat bahaya banjir DKI Jakarta; 2).
Menilai tingkat kerentanan sekolah terhadap banjir; 3). Analisis risiko banjir terhadap
fasilitas pendidikan khususnya Sekolah Menengah Atas di DKI Jakarta. Metode
penelitian yang digunakan yaitu untuk pengumpulan data sekunder seperti: data Digital
Elevation Model (DEM), peta Rupa Bumi, citra googel earth, dan data sekolah yang
bersumber dari berbagai instansi. Pengumpulan data primer berupa data historis kejadian
banjir, kondisi geografis sekolah, dampak banjir, dan ploting sekolah dengan metode
wawancara, observasi, dokumentasi, dan ploting GPS. Metode pengolahan data
menggunakan skoring pada setiap parameter dengan skala 0-1, dan analisis spasial
menggunakan aplikasi GIS, dan system overlay. Analsisi data menggunakan rumus risiko
R (risiko) = H (Hazard) x V (Vulnerability), dan analisis secara deskriptif. Hasil daerah
dengan tingkat kerawanan banjir rendah seluas 13.613,40 ha, sedang seluas 23.238,67
ha, dan tinggi seluas 27.216,72 ha. Berdasarkan penilaian kerentanan sekolah terhadap
bahaya banjir menunjukkan bahwa terdapat 8 sekolah tidak rentan, 22 sekolah dengan
tingkat kerentanan rendah, 16 sekolah kerentanan sedang, dan 4 sekolah kerentanan
tinggi. Berdasarkan analisis risiko sekolah terhadap banjir yaitu risiko rendah 10 sekolah,
risiko sedang 27 sekolah, dan risiko tinggi 13 sekolah. Hasil analsisi teridentifikasi
adanya konsisten antara area tertinggi tingkat kerentanan dan risiko yaitu area Jakarta
Utara dan Barat.
33
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, untuk itu peneliti menyampaikan beberapa saran terkait
hasil riset:
1. Untuk penelitian selanjutnya, keterbatasan penelitian dalam melaksanakan
penelitian untuk itu peneliti terbatas hanya pada analisis risiko Sekolah Menengah
Atas terhadap banjir. Untuk itu, peneliti selanjutnya dapat mengkaji elemen berisiko
lainnya, dan kondisi manajemen bencana yang di implementasikan di sekolah
2. Untuk pemangku kebijakan, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai referensi dalam
penentu kebijakan terkait penanggulangan bencana banjir di DKI Jakarta.
34
BAB VI
LUARAN YANG DICAPAI
Luaran hasil penelitian yaitu manuskrip yang di submit pada Jurnal Geografi Gea
Universitas Pendidikan Indonesia yang terindeks Sinta 3, dan Seminar Nasional Geografi.
Jurnal
IDENTITAS JURNAL
1 Nama Jurnal Jurnal Geografi Gea
2 Website Jurnal https://ejournal.upi.edu/index.php/gea
3 Status Makalah Submitted
4 Jenis Jurnal Jurnal Nasional terakreditasi
4 Tanggal Submit 19 April 2020
5 Bukti Screenshot submit
Pemakalah di seminar
IDENTITAS SEMINAR
1 Nama Seminar Seminar Nasional Pendidikan Geografi UHAMKA
2 Website https://semnasgeo.uhamka.ac.id/
3 Status Makalah Accepted
4 Jenis Prosiding Prosiding Nasional
4 Tanggal Submit 20 Februari 2020
35
5 Bukti Screenshot submit
36
BAB VII
RENCANA TINDAK LANJUT DAN PROYEKSI HILIRISASI
1. Hasil Penelitian
Penelitian analsiis risiko fasilitas pendidikan terhadap banjir di DKI Jakarta
merupakan lanjutan dari penelitian sebelumnya terkait analisis bahaya banjir di DKI
Jakarta. Penelitian ini merupakan pengembangan keilmuan terkait kebencanaan,
terkhusus bencana banjir yang merupakan suatu masalah yang belum terkendalikan
di DKI Jakarta. Penelitian ini akan bermuara menjadi suatu peta multi bencana di
DKI Jakarta, yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar, pengabdian masyarakat
sebagai edukasi bencana di sekolah sebagai sekolah tangguh bencana, serta
rekomendasi kepada pemangku kepentingan sebagai wujud mitigasi bencana.
2. Rencana Tindak Lanjut
Berdasarkan hasil penelitian, rencana tindak lanjut dari kegiatan penelitian yaitu
penelitian lanjutan berupa analisis spasial bencana di DKI Jakarta, sehingga
menghasilkan database peta multi bencana di DKI Jakarta. Hal ini dikarenakan isu
bencana di DKI Jakarta tidak hanya banjir, terdapat isu lainnya berupa penurunan
daratan (landsubsidance), abrasi, erosi, dan lainnya.
37
DAFTAR PUSTAKA
Dahlia, S., Nurharosono, T., & Rosyidin, W. F. (2018). Analisis Kerawanan Dan Exposure
Banjir Menggunakan Citra Dem Srtm Dan Landsat Di Dki Jakarta. Jurnal Pendidikan
Geografi, 18(1), 81–95.
Dang, N.M., Babel, M.S., & Luong, H.T. (2010). Evaluation of Food Risk Parameters in The
Day River Flood Diversion Area, Red River Delta, Vietnam. Journal of Natural
Hazards, 56,169–194.
Foudi, S., Osés-Eraso, N., & Tamayo, I. (2015). Integrated spatial flood risk assessment:
The case of Zaragoza. Land Use Policy, 42, 278–292.
https://doi.org/10.1016/j.landusepol.2014.08.002
Heidari, A. (2009). Structural master plan of flood mitigation measures. Natural Hazards
and Earth System Science, 9(1), 61–75. https://doi.org/10.5194/nhess-9-61-2009
Kellens, W., Vanneuville, W., Verfaillie, E., Meire, E., Deckers, P., & Maeyer, P. De.
(2013). Flood Risk Management in Flanders : Past Developments and Future
Challenges. Water Resour Management, 27, 3585–3606.
https://doi.org/10.1007/s11269-013-0366-4
Marfai, M. A. (2011). Modul Kuliah Pengelolaan Kebencanaan di Indonesia. Yogyakarta:
Program Studi Geografi dan Ilmu Lingkungan Fakultas Geografi Universitas Gadjah
Mada.
Ranger, N., Hallegatte, S., Bhattacharya, S., Bachu, M., Priya, S., Dhore, K., … Corfee-
Morlot, J. (2011). An assessment of the potential impact of climate change on flood
risk in Mumbai. Climatic Change, 104(1), 139–167. https://doi.org/10.1007/s10584-
010-9979-2
Rosyidin, W. F., Dahlia, S., Zahro, A. ., Putra, A., Katami, M., & Najiyullah, M. (2019).
Identify of Multi-Hazard on Muhammadiyah Education Area by VISUS Method in
Jakarta. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 271, 012015.
https://doi.org/10.1088/1755-1315/271/1/012015
Sinha, R., Bapalu, G. V., Singh, L. K., & Rath, B. (2008). Flood risk analysis in the Kosi
river basin, north Bihar using multi-parametric approach of Analytical Hierarchy
Process (AHP). Journal of the Indian Society of Remote Sensing, 36(4), 335–349.
https://doi.org/10.1007/s12524-008-0034-y
Siti Dahlia, W. F. (2017). Partisipasi Masyarakat Dalam Pemetaan Bahaya Banjir
Menggunakan Pendekatan Multi Disiplin Di Desa Renged, Kecamatan Binuang,
Kabupaten Serang, Provinsi Banten ,. Geografi Edukasi Dan Lingkungan, 1(1), 48–54.
38
Furdada, G., Caldero´n, & Marque´s. (2008). Flood Hazard Map of La Trinidad (NW
Nicaragua) Method and Results. Journal of Natural Hazards, 45,183–195.
Lastra, J., Ferna´ndez, E., Dı´ez-Herrero, A., & Marquı´nez, J. (2008). Flood Hazard
Delineation Combining Geomorphological and Hydrological Methods: An Example in
The Northern Iberian Peninsula. Journal of Natural Hazards, 45,277–293.
Lawrence, J., Quade, D., & Becker, J. (2014). Integrating the Effects of Flood Experience on
Risk Perception with Responses to Changing Climate Risk, Journal of Natural Hazards,
74,1773–1794.
Marfai, M.A., Andung, B.S., & Philip W. (2014). Community Responses and Adaptation
Strategies Toward Flood Hazard in Jakarta, Indonesia. Journal of Natural Hazards,
75,1127 –1144.
Sugiyono (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
BNPB. (2018). Data Bencana Indonesia 2017. Jakarta: Pusat Data, Informasi dan Humas
Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
39
Lampiran-Lampiran
Luaran hasil penelitian yaitu manuskrip yang di submit pada Jurnal Geografi Gea
Universitas Pendidikan Indonesia yang terindeks Sinta 3, dan Seminar Nasional Geografi.
Jurnal
IDENTITAS JURNAL
1 Nama Jurnal Jurnal Geografi Gea
2 Website Jurnal https://ejournal.upi.edu/index.php/gea
3 Status Makalah Submitted
4 Jenis Jurnal Jurnal Nasional terakreditasi
4 Tanggal Submit 19 April 2020
5 Bukti Screenshot submit
Pemakalah di seminar
IDENTITAS SEMINAR
1 Nama Seminar Seminar Nasional Pendidikan Geografi UHAMKA
2 Website https://semnasgeo.uhamka.ac.id/
3 Status Makalah Accepted
4 Jenis Prosiding Prosiding Nasional
4 Tanggal Submit 20 Februari 2020
40
5 Bukti Screenshot submit