analisis putusan hakim dalam menjatuhkan pidana …/analisis... · (skripsi) disusun dan diajukan...

69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN YANG MENGAKIBATKAN HILANGNYA NYAWA ORANG LAIN (Studi Putusan No.234/Pid.B/2008/PN.Ska) PENULISAN HUKUM (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh: HENDRIK KRISTANTO NIM. E0004178 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Upload: hakhanh

Post on 05-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA

TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN YANG

MENGAKIBATKAN HILANGNYA NYAWA ORANG LAIN

(Studi Putusan No.234/Pid.B/2008/PN.Ska)

PENULISAN HUKUM

(Skripsi)

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat

Guna Memperoleh Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum

Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Oleh:

HENDRIK KRISTANTO

NIM. E0004178

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

MOTTO

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum

sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”

(QS. Ar-Radu:11)

Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan

(QS. Al-Insyirah:6)

Seberat apa pun cobaan yang diberikan oleh-Nya

pada akhirnya akan membuat kita menjadi manusia yang lebih bertanggung

jawab dan berguna, Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus ikhlas.

Everything happens, happens for a reasons

Page 5: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

PERSEMBAHAN

Karya kecil ini penulis persembahkan kepada:

Allah SWT dengan segala kemurahan yang diberikan

Bapak dan Ibu tercinta

Wiwin dan Nina, adikku tersayang

Page 6: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRAK

HENDRIK KRISTANTO. E.0004178. ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM

MENJATUHKAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA

KEKERASAN YANG MENGAKIBATKAN HILANGNYA NYAWA ORANG

LAIN (Studi Putusan No.234/Pid.B/2008/PN.Ska). Fakultas Hukum Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini mengkaji dan menjawab permasalahan tentang apa analisis

dari putusan hakim Pengadilan Negeri Surakarta dalam menjatuhkan putusan

pidana terhadap pelaku tindak pidana kekerasan yang mengakibatkan hilangnya

nyawa orang lain pada Putusan No.234/Pid.B/2008/PN.Ska, serta apa yang

menjadi pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana terhadap pelaku

tindak pidana kekerasan yang mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain pada

Putusan No.234/Pid.B/2008/PN.Ska.

Penelitian ini apabila dilihat dari tujuannya termasuk jenis penelitian

hukum normatif yang bersifat deskriptif.Jenis data yang digunakan adalah data

sekunder.Sumber data yang digunakan adalah Putusan Hakim Pengadilan Negeri

Surakarta No.234/Pid.B/2008/PN.Ska, Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana,buku-buku, Peraturan Perundang-undangan, dokumen-dokumen dan

sebagainya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti oleh penulis. Teknik

pengumpulan data yang dipergunakan yaitu melalui studi kepustakaan yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti tentang tindak pidana kekerasan yang

mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain. Analisis data menggunakan teknik

analisis data content analisys dengan pendekatan kualitatif.

Berdasarkan penelitian ini diperoleh hasil bahwa analisis dari putusan

Hakim Pengadilan Negeri Surakarta dalam menjatuhkan putusan pidana terhadap

pelaku tindak pidana kekerasan yang mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain

Terdakwa Abdul Syaifullah alias Syaiful bin Abdullah secara sah dan melawan

hukum bersalah melakukan tindak pidana dengan tenaga bersama melakukan

kekerasan terhadap orang sebagaimana diatur dalam Pasal 170 ayat (2) ke-3

KUHP.Unsur-unsur telah terpenuhi semua setelah diperiksa Hakim di

persidangan. Pidana yang dijatuhkan oleh Hakim Pengadilan Negeri Surakarta

terhadap Terdakwa Abdul Syaifullah alias Syaiful bin Abdullah yang melakukan

tindak pidana pengeroyokan yang menyebabkan matinya orang lain sesuai dalam

Pasal 170 ayat (2) ke-3 KUHP relative lebih ringan dari tuntutan dari Jaksa

Penuntut Umum yaitu 3 (tiga) tahun dikurangi masa tahanan sebelumnya.

Pertimbangan Majelis Hakim adalah karena didalam diri terdakwa tidak terdapat

alasan-alasan yang dapat menghapus pidana Terdakwa, baik alasan pemaaf

maupun alasan pembenar.Pidana yang dijatuhkan hakim ternyata lebih ringan

yaitu 3 (tiga) tahun penjara dikurangi masa tahanan dibanding dengan ancaman

pidana selama 7 (tujuh) tahun penjara. Ini dikarenakan Terdakwa belum pernah

dihukum, bersikap baik selama di persidangan, mengaku terus terang atas tindak

pidana yang didakwakan serta Terdakwa berusia relatif masih muda dan memiliki

masa depan yang masih panjang.

Kata kunci: Putusan hakim, tindak pidana kekerasan, hilangnya nyawa orang lain

Page 7: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum wr.wb.

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya

yang dilimpahkan kepada penulis, akhirnya penulisan hukum (skripsi) yang

berjudul “ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA

TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN YANG

MENGAKIBATKAN HILANGNYA NYAWA ORANG LAIN” dapat penulis

selesaikan.

Penulisan hukum ini membahas tentang analisis dari putusan hakim

Pengadilan Negeri Surakarta dalam menjatuhkan putusan pidana terhadap

pelaku tindak pidana kekerasan yang mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain,

dan juga pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana terhadap pelaku

tindak pidana kekerasan yang mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain pada

putusan No.234/Pid.B/2008/PN.Ska.

Penulis menyadari bahwa penulisan hukum ini terdapat banyak

kekurangan, untuk itu penulis dengan besar hati menerima kritik dan saran yang

membangun, sehingga dapat memperkaya penulisan hukum ini.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu baik materiil maupun non materiil

sehingga penulisan hukum ini dapat diselesaikan, terutama kepada:

1. Prof. Dr. Hartiwiningsih, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi izin dan kesempatan

kerja kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Rehnalenkem Ginting,S.H.,M.H., selaku Ketua Bagian Hukum

Pidanadan pembimbing I, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk

mengajukan judul penulisan hukum ini.

3. Bapak Budi Setiyanto,S,H.,M.H., selaku pembimbing II penulisan skripsi

yang telah menyediakan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan

dan arahan bagi tersusunnya skripsi ini.

Page 8: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

4. Bapak Kristiyadi, S.H., M.H., selaku pembimbing akademis, atas nasehat

yang berguna bagi penulis selama belajar di Fakultas Hukum Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang telah memberkan ilmu pengetahuan umumnya dan ilmu hukum

khususnya kepada penulis sehingga dapat dijadikan bekal dalam penulisan

skripsi ini dan semoga dapat penulis amalkan dalam kehidupan masa depan

penulis.

6. Ibu dan Bapakku tercinta yang telah memberikan segalanya kepada penulis,

semoga Ananda dapat membalas budi jasa kalian dengan memenuhi harapan

kalian kepada Ananda.

7. Adikku yang tersayang Wiwin dan Nina.

8. Seluruh teman-teman dan sahabatku 2004 – 2007 yang telah membantu

penyusunan skripsi ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

membantu penyusunan skripsi ini.

Demikian mudah-mudahan penulisan hukum ini dapat memberikan

manfaat bagi kita semua, terutama untuk penulis, kalangan akademi, praktisi serta

masyarakat umum.

Surakarta, Januari 2012

Penulis

Page 9: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii

HALAMAN MOTTO ................................................................................. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. v

ABSTRAK .................................................................................................. vi

KATA PENGANTAR ................................................................................ vii

DAFTAR ISI ............................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Rumusan Masalah.................................................................. 3

C. Tujuan Penelitian ................................................................... 3

D. Manfaat Penelitian ................................................................. 4

E. Metode Penelitian .................................................................. 5

F. Sistematika Penulisan Hukum ............................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis .................................................................. 11

1. Tinjauan Umum Mengenai Hukum Pidana ……………. 11

a. Pengertian Hukum Pidana ......................................... 11

b. Sumber Hukum Pidana .............................................. 12

c. Fungsi Hukum Pidana ............................................... 13

d. Tujuan Hukum Pidana .............................................. 14

e. Pembagian Hukum Pidana ......................................... 14

2. Tinjauan Mengenai Tindak Pidana .................................. 15

a. Tindak Pidana ........................................................... 15

1) Istilah tindak pidana ...................................... 15

Page 10: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

2) Pengertian Tindak Pidana ............................. 18

3) Unsur-unsur Tindak Pidana .......................... 23

4) Jenis-jenis Tindak Pidana ............................. 24

b. Teori Pemidanaan ..................................................... 28

c. Jenis-jenis Pidana ..................................................... 29

3. Tinjauan Perbedaan Pasal 55 dan Pasal 56 KUHP

tentang penyertaan dengan pasal 170 KUHP tentang

Tindak Pidana yang Dilakukan dengan Tenaga Bersama 29

4. Pengertian Tindak Pidana Kekerasan .............................. 34

B. Kerangka Pemikiran .............................................................. 37

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ...................................................................... 39

1. Identitas Terdakwa .......................................................... 39

2. Kasus Posisi ..................................................................... 40

3. Dakwaan Penuntu Umum ............................................... 45

4. Tuntutan Jaksa Penuntut Umum ..................................... 45

5. Putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Surakarta ... 47

B. Pembahasan ........................................................................... 49

1. Dasar hukum yang digunakan oleh hakim Pengadilan

Negeri Surakarta dalam menjatuhkan putusan pidana

terhadap pelaku tindak pidana kekerasan yang

mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain pada

putusan No.234/Pid B/2008/PN Ska. ............................... 49

2. Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana

terhadap pelaku tindak pidana kekerasan yang

mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain pada

putusan No.234/Pid B/ 2008/PN Ska. .............................. 53

Page 11: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan ................................................................................ 55

B. Saran ...................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA

Page 12: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan suatu negara hukum, pernyataan tersebut

termuat dalam Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa

“Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (rechtstaat) tidak berdasarkan

atas kekuasaan belaka (machtstaat)”, sebagai negara hukum maka

Indonesia mempunyai serangkaian peraturan atau hukum supaya

kepentinganmasyarakat dapat terlindungi. Alinea ke-4 Pembukaan

Undang-Undang Dasar1945 yang merupakan landasan konstitusional

negara ini memuat bahwa tujuan negara salah satunya antara lain adalah

menciptakan kesejahteraan umum. Jadi semua usaha dan pembangunan

yang dilakukan negara ini harus mengarah pada tujuan ini sehingga

tercipta kesejahteraan rakyat.

Hukum sesungguhnya merupakan pencerminan kehidupan sosial

suatu masyarakat dimana hukum tersebut terbentuk. Dapat dikatakan

bahwa hukum adalah fungsi sejarah sosial suatu masyarakat, namun

hukum bukanlah bangunan sosial yang statis, melainkan ia dapat berubah

dan perubahan ini terjadi karena fungsinya untuk melayani masyarakat

(H. Zamhari Abidin, 1986:84).

Suatu hukum dalam masyarakat tidak selalu bertindak sebagai

penghalang terhadap perubahan sosial.Adanya sikap masyarakat yang

peduli terhadap hukum dapat berfungsi sebagai sumber kekuatan yang luar

biasa untuk ketentraman dari pergaulan masyarakat itu sendiri.

Kurangnya kesadaran hukum dalam masyarakat dewasa ini

menyebabkan terjadinya ketidakpercayaan antara anggota masyarakat itu

sendiri maupun ketidakpercayaan dengan aparat penegak hukum dan

pemerintah.Terlebih dengan kondisi perekonomian negara kita yang sulit

saat ini, mengakibatkan timbulnya kriminalitas yang terjadi dalam

masyarakat yang dilatarbelakangi karena kebutuhan hidup yang semakin

meningkat dalam setiap anggota masyarakat tersebut. Kondisi yang terjadi

Page 13: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

setiap hari dan dialami oleh masyarakat misalnya penjambretan,

penodongan, pencurian, perampokan, penganiayaan, perkosaan, kekerasan,

pembunuhan, tawuran remaja, atau lebih dikenal dengan “kejahatan

jalanan” atau “street crime” menjadi tantangan bagi proses penegakan

hukum.

Seiring dengan adanya perkembangan kejahatan seperti

diuraikan diatas, maka hukum menempati posisi yang penting untuk

mengatasi adanya persoalan kejahatan ini.Perangkat hukum diperlukan

untuk menyelesaikan konflik atau kejahatan yang ada dalam

masyarakat.Salah satu usaha pencegahannya dan pengendalian kejahatan

itu ialah dengan menggunakan hukum pidana dengan sanksinya yang

berupa pidana (Muladi dan Barda Nawawi, 1998:148).

Hakim sebagai salah satu penegak hukum yang berperan penting

dalam peradilan haruslah dapat bersikap seadil-adilnya, karena hakim

memiliki posisi sentral dalam proses penegakan hukum yang mampu

menjatuhkan putusan terhadap pelaku tindak pidana. Putusan hakim

sangatlah penting karena merupakan tolak ukur pemahaman hakim atas

suatu perkara dari tindak pidana yang dipersidangkan dalam pengadilan

serta menjadi puncak dalam perjuangan memperoleh keadilan.

Sesuai dengan Undang-undang Kekuasaan Kehakiman, seorang

hakim memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan undang-undang

secara tersendiri serta tidak terikat pada yurisprudensi atau putusan dari

hakim yang terdahulu pada suatu perkara yang sejenis.Hakim dapat

memberikan pidana terhadap pelaku tindak pidana yang diatur dalam suatu

peraturan perundang- undangan sesuai dengan pemikiran dari hakim itu

sendiri.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka penulis tertarik

untuk mengkaji lebih mendalam dalam penulisan hukum dengan judul

”ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN

PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN

YANG MENGAKIBATKAN HILANGNYA NYAWA ORANG LAIN

( Studi Putusan No.234 / Pid.B / 2008 / PN. Ska )”

Page 14: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

B. Rumusan Masalah

Masalah adalah setiap persoalan dalam kesulitan yang

menggerakan manusia untuk memecahkannya. Untuk membatasi masalah

agar tidak memberikan penafsiran yang beraneka ragam, serta untuk

mencari penyelesaian permasalahan yang telah dituliskan diatas, maka

dibuat rumusan masalah. Rumusan masalah ini dimaksudkan untuk

penegasan masalah-masalah yang akan diteliti, sehingga memudahkan

dalam pencapaian sasaran dan tujuan yang dikehendaki.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, ada dua masalah yang

diteliti dalam penelitian ini, yaitu:

1. Apakah analisis dari putusan hakim Pengadilan Negeri Surakarta

dalam menjatuhkan putusan pidana terhadap pelaku tindak pidana

kekerasan yang mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain pada

putusan No.234/Pid B/2008/PN Ska?

2. Apa yang menjadi pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi

pidana terhadap pelaku tindak pidana kekerasan yang mengakibatkan

hilangnya nyawa orang lain pada putusan No.234/Pid B/ 2008/PN

Ska?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian dilakukan karena memiliki tujuan. Tujuannya adalah

memecahkan permasalahan yang tergambar dalam latar belakang dan

rumusan masalah. Karena itu, tujuan penelitian sebaiknya dirumuskan

berdasarkan rumusan masalahnya. Tujuan penelitian dicapai melalui

serangkaian metodologi penelitian. Selain itu, penulis berharap dapat

menyajikan data yang akurat sehingga dapat memberi manfaat dan mampu

menjawab permasalahan. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam

penelitian ini penulis bagi dalam dua kelompok, yaitu sebagai berikut:

Page 15: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

1. Tujuan Obyektif

a. Apa analisis dari putusan hakim Pengadilan Negeri Surakarta

dalam menjatuhkan putusan pidana terhadap pelaku tindak pidana

kekerasan yang mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain pada

putusan No.234 / Pid B / 2008 / PN Ska?

b. Apa yang menjadi pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi

pidana terhadap pelaku tindak pidana kekerasan yang

mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain pada putusan No.234 /

Pid B / 2008 / PN Ska?

2. Tujuan Subyektif

a. Untuk memperluas pengetahuan dan wawasan peneliti dibidang

hukum serta pemahaman aspek hukum dalam teori dan praktek

dalam lapangan Hukum Pidana.

b. Memenuhi Persyaratan akademis guna memperoleh gelar S1 dalam

bidang Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian akan lebih berharga jika hasilnya memberikan

manfaat bagi setiap orang yang menggunakannya. Penulis berharap

kegiatan penelitian ini dapat memberikan manfaat tersebut. Adapun

manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan hukum ini sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan pemikiran

bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum pada

umumnya dan khususnya hukum pidana yang berkaitan dengan

putusan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku tindak

pidana kekerasan yang mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur, referensi

dan bahan-bahan informasi ilmiah mengenai aspek hukum.

Page 16: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

c. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan terhadap peneltian-

penelitian sejenis untuk tahap berikutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti;

b. Guna mengembangkan penalaran dan membentuk pola pikir yang

dinamis sekaligus untuk meningkatkan dan mengembangkan

kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu hukum yang

diperoleh selama kuliah; dan

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dan memberi

masukan kepada semua pihak yang membutuhkan pengetahuan

terkait masalah yang diteliti.

E. Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan

analisis dan konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis, dan

konsisten. Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu.

Sistematika adalah berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten berarti

tidak ada hal-hal yang bertentangan dengan suatu kerangka tertentu

(Soerjono Soekanto, 2005: 42).

Berkualitas atau tidaknya sebuah penelitian salah satunya dapat

diamati dari kekonsistenan benang merah penelitian, mulai dari rumusan

masalah, tujuan penelitian, hingga kesimpulan hasil penelitian. Untuk

dapat menuntun peneliti dalam melakukan penelitian diperlukan sebuah

metodologi penelitian. Keberadaan metode penelitian diharapkan dapat

menjadi ciri penelitian (M. Subana dan Sudrajat, 2001: 88).

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian hukum ini adalah jenis penelitian hukum normatif

atau penelitian hukum doktrinal.”Penelitian hukum normatif

merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan

pustaka atau data sekunder” (Peter Mahmud Marzuki, 2009: 32).

Page 17: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian hukum deskriptif, yaitu suatu penelitian yang

berusaha menggambarkan tentang keadaan dan gejala-gejala lainnya

dengan cara mengumpulkan data, menyusun, mengklarifikasi,

menganalisa, serta menginterpretasikannya. Dalam penelitian hukum

ini, penulis menggunakan penelitian hukum normatif yang bersifat

deskriptif, yaitu penelitian normatif yang dapat diartikan sebagai

prosedur pemecahan masalah yang diteliti dengan menggambarkan

atau melukiskan keadaan objek atau subjek yang diteliti pada saat

sekarang berdasarkan fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.

Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara tepat

sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok-kelompok

tertentu dalam masyarakat (soerjono soekanto, 1986: 10).

3. Pendekatan Penelitian

Menurut Peter Mahmud Marzuki, pendekatan dalam penelitian

hukum terdapat lima pendekatan, yaitu pendekatan perundang-

undangan (Statute approach), pendekatan kasus (case approach),

pendekatan historis (historical approach), pendekatan perbandingan

(comparative approach), dan pendekatan konseptual (conceptual

approach) (Peter Mahmud Marzuki, 2009: 93).

Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa

pendekatan yang relevan dengan permasalahan penelitian yang

diangkat, diantaranya adalah pendekatan kasus dan pendekatan

perundang- undangan.

4. Jenis Data

Bagian terpenting lainnya di dalam proses penelitian ialah

berkenaan dengan data penelitian. Sebab, inti suatu penelitian adalah

terkumpulnya data atau informasi, kemudian data tersebut diolah dan

dianalisis dan akhirnya hasil analisis itu diterjemahkan atau

diinterpretasikan (M. Subana dan Sudrajat, 2001: 115).

Berkaitan dengan jenis penelitian yang dilakukan penulis yang

merupakan penelitian normatif, maka jenis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah jenis data sekunder. Data sekunder adalah data

yang diperoleh melalui studi kepustakaan. Data sekunder didapat dari

sejumlah keterangan atau fakta-fakta yang diperoleh secara tidak

langsung, yaitu melalui studi kepustakaan yang terdiri dari dokumen-

Page 18: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

dokumen, buku-buku literatur, dan lain-lain yang berhubungan dengan

masalah yang diteliti.

5. Sumber Data

Sumber data adalah tempat dimana penelitian ini diperoleh.

Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder, yaitu

tempat dimana diperoleh data sekunder yang digunakan dalam

penelitian ini, meliputi:

a. Bahan hukum primer

”Bahan hukum primer adalah bahan-bahan hukum yang

bersifat mengikat” (Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2006:

13). Yang menjadi bahan hukum primer dalam penelitian hukum

ini yaituPutusan Hakim Pengadilan Negeri Surakarta Nomor :234 /

Pid B / 2008/ PN Ska .

b. Bahan hukum sekunder

”Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang

memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer” (Soerjono

Soekanto dan Sri Mamudji, 2006: 13).

Bahan hukum sekunder ini meliputi buku-buku, literature,

Koran, jurnal, data internet maupun arsip - arsip yang

berkesesuaian dengan penelitian yang dibahas.

c. Bahan hukum tersier

”Bahan hukum tersier adalah bahan yang memberikan

petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan

bahan hukum sekunder” (Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,

2006: 13).

Bahan hukum tersier seperti kamus hukum, kamus besar

bahasa Indonesia, dan ensiklopedi.

6. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Yang dimaksud teknik pengumpulan bahan hukum disini ialah

proses diperolehnya data dari sumber bahan hukum. Teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Page 19: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

menggunakan teknik studi pustaka atau collecting by library yaitu

pengumpulan data-data melalui perpustakan baik perpustakan umum

maupun perpustakan elektronik berupa internet.

7. Teknik Analisis Bahan Hukum

”Analisis data adalah proses pengorganisasian dan pengurutan data

dalam pola, kategori, dan uraian dasar, sehingga akan dapat ditemukan

tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan

oleh data” (Lexi J. Moleong, 2000: 183).

Teknik analisis data adalah suatu uraian tentang cara-cara analisis,

yaitu dengan kegiatan mengumpulkan data kemudian diadakan

pengeditan terlebih dahulu, untuk selanjutnya dimanfaatkan sebagai

bahan analisis yang sifatnya kualitatif.

Penganalisisan data merupakan tahap yang paling penting dalam

penelitian hukum normatif. Pengolahan data pada hakekatnya

merupakan kegiatan untuk mengadakan sistematisasi terhadap bahan-

bahan hukum tertulis. Sehingga kegiatan yang dilakukan berupa

pengumpulan data, kemudian data direduksi sehingga diperoleh data

khusus yang berkaitan dengan masalah yang sedang dibahas untuk

kemudian dikaji dengan menggunakan norma secara materiil atau

mengambil isi data disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan yang ada

dan akhirnya diambil kesimpulan/verifikasi sehingga akan diperolah

kebenaran objektif.

Sesuai dengan jenis data yang deskriptif maka yang digunakan

teknik analisis data kualitatif, yaitu dengan mengumpulkan data,

mengkualifikasikan, kemudian menghubungkan teori yang

berhubungan dengan masalah dan akhirnya menarik kesimpulan untuk

menentukan hasil. Analisis data merupakan langkah selanjutnya untuk

mengolah hasil penelitian menjadi suatu laporan.

Page 20: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

F. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai

sistematika penulisan yang sesuai dengan aturan baku dalam penulisan

hukum, maka sistematika penulisan hukum ini terdiri dari empat bab yang

tiap-tiap bab terbagi dalam sub-sub bab untuk memudahkan pemahaman

terhadap keseluruhan hasil penelitian ini.

Dalam menyajikan penelitian ini penulis menyusunnya dalam

sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan

Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kerangka Teoritis,

dan Metode Penelitian.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini, penulis menguraikan teori-teori yang

menjadi landasan dalam penulisan hukum ini yang terdiri dari

kerangka teori dan kerangka pemikiran, antara lain meliputi:

a. Kerangka Teori

1) Tinjauan Umum tentang Hukum Pidana

2) Tinjauan Umum tentang Tindak Pidana

3) Tinjauan Perbedaan Pasal 55 dan Pasal 56 KUHP

tentang Penyertaan dengan Pasal 170 KUHP

tentang Tindak Pidana yang Dilakukan dengan

Tenaga Bersama

4) Tinjauan Mengenai Tindak Pidana Kekerasan

b. Kerangka Pemikiran

Memaparkan mengenai ide dilakukannya penelitian,

permasalahan, serta hasil penulisan yang dituangkan

dalam bentuk bagan.

Page 21: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

BAB III: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan mengenai hasil penelitian dan

pembahasan, yang merupakan jawaban atas permasalahan

penelitian yang diketengahkan oleh penulis, yaitu:

A. Apakah analisis dari putusan hakim Pengadilan Negeri

Surakarta dalam menjatuhkan putusan pidana terhadap

pelaku tindak pidana kekerasan yang mengakibatkan

hilangnya nyawa orang lain pada putusan No.234/Pid

B/2008/PN Ska?

B. Apa yang menjadi pertimbangan hakim dalam

menjatuhkan sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana

kekerasan yang mengakibatkan hilangnya nyawa orang

lain pada putusan No.234/Pid B/ 2008/PN Ska?

BAB IV: PENUTUP

Dalam bab ini, berisi simpulan dari hasil penelitian dan

pembahasan yang telah dilakukan pada bab ketiga sebagai

jawaban singkat atas permasalahan yang diteliti. Selanjutnya

penulis juga akan menyampaikan saran terhadap hasil

penelitian yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya.

Page 22: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. Tinjauan Umum Mengenai Hukum Pidana

a. Pengertian Hukum Pidana

”Kata-kata Hukum Pidana merupakan kata-kata yang

mempunyai lebih daripada satu pengertian. Pengertian-pengertian

hukum pidana dari beberapa sarjana memiliki perbedaan”.

(P.A.F.Lamintang, 1997 : 1).

Pengertian hukum pidana menurut beberapa sarjana hukum

antara lain :

1) Wirjono Projodikoro

Hukum pidana adalah peraturan hukum mengenai

pidana. Kata “pidana” berarti hal yang dipidanakan, yaitu

yang oleh instansi yang berkuasa dilimpahkan kepada

seorang oknum sebagai hal yang tidak enak dirasakannya dan

juga hal yang tidak sehari-hari dilimpahkan. Tentunya ada

alasan untuk melimpahkan pidana ini selayaknya ada

hubungan dengan suatu keadaan yang di dalamnya seorang

oknum yang bersangkutan bertindak kurang baik. Maka

unsur “hukuman” sebagai suatu pembalasan tersirat dalam

kata “pidana”.

2) Moeljatno

Hukum pidana adalah bagian daripada keseluruhan

hukum yang berlaku di suatu negara, yang mengadakan

dasar-dasar dan aturan untuk :

(a) Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh

dilakukan, yang dilarang, dengan disertai ancaman atau

sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barangsiapa

melanggar larangan tersebut.

(b) Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka

yang telah melanggar larangan-larangan itu dapat

dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang telah

diancamkan.

(c) Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana

itu dapat dilaksanakan apabila ada orang yang disangka

telah melanggar tersebut (Moeljatno, 2002 : 1).

Page 23: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

3) Pompe

“Hukum pidana adalah keseluruhan aturan ketentuan

hukum mengenai perbuatan-perbuatan yang dapat dihukum

dan aturan pidananya” (Martiman Prodjohanidjojo, 1997 : 5).

4) C. S. T. Kansil

Hukum pidana ialah hukum yang mengatur tentang

pelanggaran-pelanggaran dan kejahatan-kejahatan terhadap

norma-norma hukum yang mengenai kepentingan umum.

Adapun yang termasuk dalam pengertian kepentingan umum

yaitu :

(a) Badan peraturan perundang-undangan negara, seperti

Negara, Lembaga-lembaga Negara, Pejabat Negara,

Pegawai Negeri, Undang-undang, peraturan pemerintah,

dan sebagainya.

(b) Kepentingan hukum tiap manusia, jiwa, raga / tubuh,

kemerdekaan, kehormatan, dan hak milik / harta benda

(C. S. T. Kansil, 1983 : 242).

5) Van Hamel

Hukum pidana adalah semua dasar-dasar dan aturan-

aturan yang dianut oleh suatu negara dalam

menyelenggarakan ketertiban hukum (rechtsorde) yaitu

dengan melarang apa yang bertentangan dengan hukum dan

mengenakan suatu nestapa kepada yang melanggar larangan-

larangan tersebut (Moeljatno, 2002 : 7-8).

Dari beberapa definisi diatas, dapat diambil

kesimpulan bahwa ada tiga masalah pokok di dalam

pengertian hukum pidana yaitu :

(a) Adanya perbuatan yang dilarang dan diancam dengan

pidana.

(b) Adanya pertanggungjawaban pidana.

(c) Adanya sanksi dan pidana.

b. Sumber Hukum Pidana

Di Indonesia sumber utama hukum pidana terdapat di

dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan peraturan

perundang-undangan hukum pidana lainnya, tetapi disamping

itu masih memungkinkan sumber dari hukum hukum adat atau

Page 24: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

hukum rakyat yang masih hidup sebagai delik adat yang dalam

praktek putusan pengadilan berdasarkan pada hubungan suatu

delik adat dengan Undang-Undang Darurat 1951 Nomor 1

Pasal 5 ayat (3b) (Bambang Poernomo, 1985 : 22).

c. Fungsi Hukum Pidana

Dapat dibedakan 2 (dua) fungsi hukum pidana ialah :

1) Fungsi hukum pidana secara umum yaitu berfungsi untuk

mengatur dan menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat

agar dapat tercipta dan terpeliharanya kepentingan umum.

2) Fungsi hukum pidana secara khusus mempunyai tiga fungsi

yaitu :

(a) Melindungi kepentingan umum dari perbuatan-

perbuatan yang menyerang atau memperkosa

kepentingan umum tersebut. Kepentingan hukum yang

harus melindungi diri dalam fungsi pertama hukum

pidana adalah :

(1) Kepentingan hukum perseorangan (individuaie

belangen) yaitu kepentingan hukum seseorang

sebagai subyek hukum secara pribadi misal

kepentingan hukum terhadap hak hidup (nyawa),

kepentingan hukum atas tubuh, kepentingan hukum

atas hak milik benda, kepentingan hukum atas harga

diri dan nama baik, kepentingan hukum terhadap

rasa susila dan lain sebagainya.

(2) Kepentingan hukum masyarakat (sociale of

maatschappelijke belangen) contohnya yaitu

kepentingan hukum terhadap keamanan dan

ketertiban umum, ketertiban berlalu lintas di jalan

raya, dan lain sebagainya.

(3) Kepentingan hukum negara (staats belangen) misal

kepentingan hukum terhadap keamanan dan

keselamatan negara, kepentingan hukum terhadap

negara-negara sahabat, kepentingan hukum terhadap

martabat kepala negara dan wakilnya, dan lain

sebagainya.

(b) Memberi dasar legitimasi bagi negara dalam rangka

negara menjalankan fungsi mempertahankan

kepentingan hukum yang dilindungi, fungsi kedua dari

hukum pidana sebagai hukum publik ini yaitu

menegakkan dan melindungi kepentingan hukum yang

dilindungi oleh hukum pidana tadi dengan sebaik-

baiknya, fungsi ini terutama terdapat dalam hukum

acara pidana yang telah dikodifikasikan dengan apa

yang disebut Kitab Undang-Undang Hukum Acara

Page 25: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Pidana yakni Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

yaitu mengatur tentang apa yang dapat dilakukan negara

dan bagaimana cara negara mempertahankan

kepentingan hukum yang dilindungi oleh hukum

pidana.

(c) Mengatur dan membatasi kekuasaan negara dalam

rangka negara menjalankan fungsi mempertahankan

kepentingan hukum yang dilindungi. Fungsi yang

ketiga ini adalah fungsi dari hukum pidana yang

membatasi negara dalam melaksanakan fungsi kedua

dari hukum pidana tadi, yaitu membatasi keuangan

negara agar negara sendiri tidak sewenang-wenang

dalam menjalankan kekuasaan untuk mempertahankan

kepentingan hukum (Sudarto, 1990 : 11-12).

Dari ketiga fungsi tersebut dapat kita lihat bahwa hukum

pidana layaknya pedang bermata dua. Disatu sisi memberi

perlindungan dan di sisi lain merampas hak-hak hukum

manusia.

d. Tujuan Hukum Pidana

Pada umunmya di dalam membuat uraian tentang

hukum pidana tujuan hukum pidana, sebagian besar penulis

tidak membedakan antara tujuan hukum pidana itu sendiri

dengan tujuan diadakan hukuman atau pidana dan biasanya

diuraikan secara bersama-sama dalam satu bab yaitu tentang

strafrechtstheorieen. Apabila mulai menanyakan straf itu maka

jawabanya tergantung pada aliran dari strafrechtstheorieen

yang dianutnya itu sendiri (Bambang Poernomo, 1985 : 23).

e. Pembagian Hukum Pidana

Hukum pidana dapat dibagi sebagai berikut :

I. Hukum Pidana Objektif (Ius Poenale) ialah semua

peraturan yang mengandung keharusan atau larangan,

terhadap pelanggaran mana diancam dengan hukuman yang

bersifat siksaan. Hukum pidana objektif dibagi dalam

hukum pidana materiil dan hukum pidana formil.

(a) Hukum Pidana Materiil berisi tentang peraturan yang

menjelaskan apa yang dapat dihukum, siapa yang dapat

dihukum dan bagaimana orang dapat dihukum, yang

terbagi lagi menjadi :

Page 26: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

(1) Hukum Pidana Umum yaitu hukum pidana yang

berlaku terhadap setiap penduduk (berlaku untuk

siapapun yang berada di wilayah Indonesia) kecuali

anggota tentara.

(2) Hukum Pidana Khusus ialah hukum pidana yang

berlaku khusus untuk orang-orang tertentu.

(b) Hukum Pidana Formal ialah hukum pidana yang

mengatur cara-cara menghukum seseorang yang

melanggar peraturan pidana, sehingga dapat dikatakan

bahwa hukum pidana formal merupakan pelaksanaan

Hukum Pidana Materiil atau memelihara hukum pidana

materiil, karena isi dari hukum pidana formal ini yang

berisi tentang cara-cara menghukum seseorang yang

melanggar peraturan pidana, maka hukum pidana formil

dinamakan juga Hukum Acara Pidana.

II. Hukum Pidana Subjektif (Ius Puniendi) dalam arti luas

ialah hak dari negara atau alat-alat perlengkapan negara

untuk mengenakan atau mengancam pidana terhadap

perbuatan. Sedangkan dalam arti sempit yaitu hak untuk

menuntut perkara-perkara pidana, menjatuhkan dan

melaksanakan pidana terhadap orang yang melakukan

perbuatan yang dilarang. Hak ini dilakukan oleh badan-

badan peradilan (Sudarto, 1990 : 10).

2. Tinjauan Mengenai Tindak Pidana

a. Tindak Pidana

1) Istilah tindak pidana

Istilah Tindak Pidana atau Straft Baar Feit atau

perbuatan pidana merupakan suatu perbuatan yang dilarang

oleh suatu aturan hukum larangan mana disertai ancaman

(sanksi) yang berupa pidana tertentu,barangsiapa melanggar

larangan tersebut (Adami Chazawi, 2002:71).

Sebelum memaparkan tentang tindak pidana menurut

para sarjana, maka terlebih dahulu kita melihat beberapa

istilah yang sering digunakan dalam hukum pidana adalah

“Tindak Pidana” istilah tersebut merupakan terjemahan dari

bahasa Belanda yaitu Delict atau Straft Baar Feit.

Disamping itu di dalam bahasa Indonesia sebagai

terjemahannya telah dipakai istilah lain, baik di dalam buku

Page 27: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

maupun dalam aturan tertulis yang lain, misalnya :

Perbuatan pidana, peristiwa pidana, dan tindak pidana

Berikut ini beberapa pendapat para sarjana yang

mendefinisikan Straft Baar Feit sebagai perbuatan pidana:

(a) Moeljatno

Menurut Moeljatno, Perbuatan Pidana

didefinisikan sebagai perbuatan yang dilarang oleh

suatu aturan hukum larangan mana disertai ancaman

(sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang

siapa melanggar larangan tersebut

(Moeljatno,2002:54).

Menurut Moeljatno, yang dikutip oleh Adam

Chazawi perbuatan pidana lebih tepat digunakan

dengan alasan sebagai berikut :

i. Perbuatan yang dilarang adalah

perbuatannya (perbuatan manusia, yaitu

suatu kejadian atau keadaan yang

ditimbulkan oleh kelakuan orang), artinya

larangan itu ditujukan pada perbuatannya.

ii. Antara larangan (yang ditujukan pada

perbuatan) dengan ancaman pidana (yang

ditujukan pada orangnya), ada hubungan

yang erat. Oleh karena itu, perbuatan (yang

berupa keadaan atau kejadian yang

ditimbulkan orang tadi, melanggar

larangan) dengan orang yang menimbulkan

perbuatan tadi ada hubungan erat pula.

iii. Untuk menyatakan adanya hubungan yang

erat itulah, maka lebih tepat digunakan

istilah perbuatan pidana, suatu pengertian

abstrak yang menunjuk pada dua keadaan

konkret yaitu pertama, adanya kejadian

tertentu (perbuatan), dan kedua, adanya

orang yang berbuat atau yang menimbulkan

kejadian itu (Adami Chazawi, 2002: 71).

(b) Sudradjat Bassar

Sudradjat Bassar menyimpulkan pengertian

perbuatan pidana yang didefinisikan oleh Moeljatno

bahwa suatu perbuatan akan menjadi suatu tindak

pidana apabila perbuatan tersebut :

(1) melawan hukum,

Page 28: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

(2) merugikan masyarakat,

(3) dilarang oleh aturan pidana,

(4) pelakunya diancam dengan pidana

Butir 1) dan 2) menunjukkan sifat perbuatan,

sedangkan butir 3) dan 4) merupakan pemastian

dalam suatu tindak pidana (Sudradjat Bassar,

1986:2).

(c) Roeslan Saleh

Menurut Roeslan Saleh, perbuatan pidana

didefinisikan sebagai perbuatan yang bertentangan

dengan tata atau ketertiban yang dikehendaki oleh

hokum. Beliau membedakan istilah perbuatan

pidana dengan strafbaarfeit.Ini dikarenakan

perbuatan pidana hanya menunjuk pada sifat

perbuatan yang terlarang oleh peraturan perundang-

undangan (Roeslan Saleh, 1981:9).

Pendapat sarjana yang mendefinisikan Straft Baar

Feit sebagai peristiwa pidana :

R Tresna

Peristiwa pidana adalah suatu perbuatan atau

rangkaian perbuatan manusia, yang bertentangan

dengan undang-undang atau peraturan perundang-

undangan lainnya, terhadap perbuatan mana

diadakan tindakan penghukuman (Adam Chazawi,

2002:73).

Pendapat sarjana yang mendefinisikan Straft Baar

Feit sebagai tindak pidana :

(a) Simons

Tindak pidana adalah tindakan melanggar

hukum yang telah dilakukan dengan sengaja

ataupun tidak sengaja oleh seseorang yang dapat

dipertanggungjawabkan atas tindakannya dan yang

oleh undang-undang telah dinyatakan sebagai suatu

tindakan yang dapat dihukum (P.A.F.Lamintang,

1984:185).

(b) Wirjono Prodjodikoro

Tindak pidana merupakan pelanggaran

norma-norma dalam 3(tiga) bidang hukum lain,

Page 29: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

yaitu hukum perdata, hukum ketatanegaraan, dan

hukum tata usaha pemerintah, yang oleh pembentuk

undang-undang ditanggapi dengan suatu hukum

pidana (Wiryono Prodjodikoro, 2002:01)

(c) Pompe

Tindak pidana adalah suatu pelanggaran

terhadap norma (gangguan terhadap tertib hukum)

yang dengan sengaja ataupun tidak dengan sengaja

telah dilakukan oleh seorang pelaku, dimana

penjatuhan hukuman terhadap pelaku tersebut

adalah perlu demi terpeliharanya tertib hukum dan

terjaminnya kepentingan umum (P.A.F. Lamintang,

1984:182).

(d) Soedarto

Soedarto memakai istiah tindak pidana

sebagai pengganti dari pada strafbaarfeit, adapaun

alasan beliau karena tindak pidana sudah dapat

diterima oleh masyarakat.

Dalam beberapa peristilahan dan definisi diatas,

menurut pendapat penulis yang dirasa paling tepat

digunakan adalah “Tindak Pidana dan Perbuatan Pidana”,

dengan alasan selain mengandung pengertian yang tepat

dan jelas, sebagai istilah hukum juga sangat praktis

diucapkan dan sudah dikenal oleh masyarakat pada

umumnya.

2) Pengertian tindak pidana

Setelah diketahui berbagai istilah yang dapat digunakan

untuk menunjuk pada istilah Straft Baar Feit atau tindak pidana

berikut ini akan kita bahas tentang Tindak pidana.

Sebagai salah satu masalah essensial dalam hukum pidana,

masalah tindak pidana perlu diberikan penjelasan yang

memadai. Penjelasan ini dirasa sangat Urgen oleh karena

penjelasan tentang masalah ini akan memberikan pemahaman

kapan suatu perbuatan dapat dikualisifikasikan sebagai

Page 30: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

perbuatan / tindak pidana dan kapan tidak. Dengan demikian

dapat diketahui dimana batasan-batasan suatu perbuatan dapat

disebut sebagai perbuatan tindak pidana.

.Secara doctrinal dalam hukum pidana dikenal adanya

dua pandangan tentang perbuatan pidana, yaitu pandangan

monistis dan pandangan dualistis. Untuk mengetahui

bagaimana dua pandangan tersebut memberikan penjelasan

tentang apa yang dimaksud perbuatan / tindak pidana, dibawa

ini akan diuraikan tentang batasan / pengertian tindak pidana

yang diberikan oleh dua pandangan dimaksud :

(a) Pandangan Monistis

Pandangan Monistis adalah suatu pandangan yang

melihat keseluruhan syarat untuk adanya pidana itu

kesemuanya merupakan sifat dari perbuatan. Pandangan

ini memberikan prinsip-prinsip pemahaman, bahwa

didalam pengertian perbuatan / tindak pidana sudah

tercakup didalamnya perbuatan yang dilarang (Criminal

act) dan pertanggung-jawaban pidana / kesalahan

(Criminal responbility) (P.A.F. Lamintang,1997 :193).

Ada beberapa batasan / pengertian tidak pidana dari

para sarjana yang menganut pandangan Monistis :

I. D.Simon

Menurut D. Simon, tindak pidana adalah

tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan

dengan sengaja ataupun tidak dengan sengaja oleh

seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas

tindakanya dan yang oleh undang-undang telah

dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat

dihukum. Dengan batasan seperti ini, maka menurut

D. Simon, untuk adanya suatu tindak pidana harus

dipenuhi unsur-unsur sebagai berikut :

1. Perbuatan manusia, baik dalam arti perbuatan

positif ( berbuat) maupun perbuatan Negatif

( tidak berbuat )

Page 31: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

2. diancam dengan pidana ;

3. melawan hukum;

4. dilakukan dengan kesalahan; dan

5. oleh orang yang mampu bertanggung jawab

(S.R.Sianturi : 201)

Dengan penjelasan seperti tersebut diatas, maka

tersimpul, bahwa keseluruhan syarat adanya pidana telah

melekat pada perbuatan pidana. D. Simon tidak

memisahkan antara criminal act dan Criminal

responbility. Apabila diikuti pandangan ini maka ada

seseorang yang melakukan pembunuhan Eks Pasal 338

KUHP, tetapi kemudian ternyata orang yang melakukan

itu adalah orang yang tidak mampu bertanggungjawab,

misalanya karena orang tersebut gila, maka dalam hal ini

tidak dapat dikatakan telah terjadi tindak pidana. Secara

gampang bisa dijelaskan mengapa peristiwa tersebut tidak

dapat disebut tidak pidana, sebab unsur-unsur dari tindak

pidana tersebut tidak terpenuhi, yaitu unsur orang ( subyek

hukum ) yang mampu bertanggung jawab. Oleh karena

tidak ada tindak pidana, maka tidak pula ada pidana.

II. J.Bauman

“Menurut J. Bauman, perbuatan tindak pidana

adalah perbuatan yang memenuhi rumusan delik,

bersifat melawan hukum dan dilakukan dengan

kesalahan” (Soedarto,1983 :55).

III. Wiryono Projodikoro

Menurut Wiryono Projodikoro,

“perbuatan/tindak pidana adalah suatu perbuatan

yang pelakunya dapat dikenai pidana” (Wiryono

Prodjodikoro,1983 : 55).

(b) Pandangan Dualistis

Page 32: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Berbeda dengan pandangan Monistis yang melihat

kesalahan syarat adanya pidana telah melekat pada

perbuatan pidana, pandangan dualistis memisahkan antara

perbuatan pidana dan pertanggungjawaban pidana.

Apabila menurut pandangan Monistis dalam

pengertian tindak pidana sudah tercakup di dalamnya baik

Criminal Act maupun Criminal responsibility, menurut

pandangan dualistis dalam tindak pidana hanya dicakup

Criminal act , dan Criminal responsibility tidak menjadi

unsur tindak pidana. Menurut pandangan dualistis, untuk

adanya pidana tidak cukup hanya apabila telah terjadi

tindak pidana, tetapi dipersyaratkan juga adanya kesalahan

/ pertanggungjawaban pidana (Moeljatno, 1993 :54).

Untuk memberikan gambaran tentang bagaimana

pandangan dualistis mendefinisikan apa yang dimaksud

perbuatan / tindak pidana, dibawa ini akan kita bahas

mengenai batasan-batasan tentang tindak pidana, yang

diberikan oleh para sarjana yang menganut pandangan

dualistis :

I. Pompe

Menurut Pompe, dalam hukum positif

Strafbaarfeit tidak lain adalah feit ( tindakan ), yang

diancam pidana dalam ketentuan undang-undang.

Menurut Pompe, dalam hukum positif, sifat

melawan hukum dan kesalahan bukanlah syarat

mutlak untuk adanya tindak pidana (Roeslan Saleh,

1981 :77)

II. Moeljatno

Menurut Moeljatno, perbuatan pidana adalah

perbuatan yang diancam dengan pidana, barangsiapa

melanggar larangan tersebut, untuk terjadinya

perbuatan / tindak pidana harus dipenuhi unsur-

unsur sebagai berikut :

i. Perbuatan

ii. Memenuhi rumusan dalam undang-undang

(syarat formil)

iii. Bersifat melawan hukum (syarat materiil)

(Moeljatno, 1955 :42).

Page 33: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Dengan difinisi / pengertian, perbuatan / tindak

pidana tersebut diatas, dapat diambil kesimpulan, bahwa

dalam pengertian tentang tindak pidana tidak tercakup

pertanggungjawaban pidana (Crimnal responsibility ),

namun demikian, Moelyatno juga menegaskan, bahwa

untuk adanya pidana tidak cukup hanya dengan telah

terjadinya tindak pidana, tanpa mempersoalkan apakah

orang yang melakukan perbuatan itu mampu

bertanggungjawab atau tidak. Jadi peristiwanya adalah

tindak pidana, tetapi apakah orang yang telah melakukan

perbuatan itu benar-benar dipidana atau tidak, akan dilihat

bagaimana keadaan batin orang itu dan bagaimana

hubungan batin antara perbuatan yang terjadi dengan

orang itu. Apabila perbuatan yang terjadi itu dapat

dicelakan kepada orang itu, yang berarti dalam hal ini ada

kesalahan dalam diri orang itu, maka orang itu dapat

dijatuhi pidana, demikian sebaliknya.

Indonesia menganut Paham Dualistis, terbukti dalam

Kitab Undang-undang Hukum Pidana dalam Pasal 44, Pasal 48,

Pasal 49 Pasal 50, Pasal 51 KUHP yang mengatur tentang tidak

dipidananya seseorang walaupun telah melakukan suatu tindak

pidana karena alasan-alasan tertentu, yaitu :

(1) Cacat jiwa;

(2) Daya paksa;

(3) Pembelaan terpaksa;

(4) Melaksanakan ketentuan undang-undang;

(5) Perintah jabatan.

3) Unsur-Unsur Tindak Pidana

Page 34: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Menurut pengetahuan ilmu hukum pidana setiap tindak

pidana yang terdapat di dalam Kitab Undang-undang Hukum

Pidana itu pada umumnya dapat dijabarkan ke dalam unsur-

unsur yang pada dasarnya dapat kita bagi menjadi dua macam

unsur, yaitu unsur subyektif dan unsur objektif.

Sungguh pun demikian setiap tindak pidana yang terdapat

dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana itu pada

umumnya dapat kita jabarkan ke dalam unsur unsur subjektif

dan unsur-unsur obyektif.

Yang dimaksud dengan unsur subjektif dari tindak pidana

adalah unsur-unsur yang melekat pada diri si pelaku atau yang

berhubungan dengan diri si pelaku, dan termasuk kedalamnya

yaitu segala sesuatu yang terkandung di dalam hatinya.

Unsur-unsur subjektif dari suatu tindak pidana yaitu :

1) Kesengajaan atau ketidaksengajaan (dolus atau culpa)

2) Maksud atau voornemen pada suatu percobaan atau poging

3) Macam-macam maksud atau oogmerk

4) Merencanakan terlebih dahulu atau voorbedachte read

5) Perasaan takut atau vress (P.A.F. Lamintang, 1997 : 194).

Sedangkan yang dimaksud dengan unsur objektif adalah

unsur-unsur yang ada hubungannya dengan keadaan-keadaan,

yaitu di dalam keadaan-keadaan dimana tindakan-tindakan si

pelaku itu harus dilakukan.

Unsur-unsur objektif dari suatu tindak pidana yaitu :

1) Sifat melanggar hukum atau wederrechtelijkheid

2) Kualitas dari si pelaku

3) ”Kausalitas, yaitu hubungan antara sesuatu tindakan

sebagai penyebab dengan sesuatu kenyataan sebagai

akibat” (P.A.F. Lamintang, 1997 : 194).

4) Jenis-Jenis Tindak Pidana

Tindak pidana dapat digolongkan sebagai berikut :

Page 35: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

1) Menurut sistem KUHP, dibedakan antara Kejahatan

terdapat dalam Buku II dan Pelanggaran dimuat dalam

Buku III. Kejahatan adalah perbuatan yang bertentangan

dengan keadilan meskipun peraturan perundang-undangan

tidak mengancamnya dengan pidana. Sedangkan

Pelanggaran atau tindak pidana undang-undang adalah

perbuatan yang oleh masyarakat baru dirasa sebagai tindak

pidana karena ada peraturan perundang-undangan yang

mengaturnya.

Menurut M.v.T (Memorie van Toelichting) (Smidt I

hlm 63 dan seterusnya) yang dikutib oleh Moeljatno, bahwa

kejahatan adalah “rechtsdelicten” yaitu perbuatan-perbuatan

yang meskipun tidak ditentukan dalam undang-undang,

sebagai perbuatan pidana, telah dirasakan sebagi perbuatan

yang bertentangan dengan tata hukum. Sedangkan

pelanggaran adalah “wetsdelicten” yaitu perbuatan-perbuatan

yang sifatnya melawan hukumnya baru dapat diketahui

setelah ada ketentuan yang menentukan demikian (Moeljatno,

2002:71).

Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana,

pembagian atas kejahatan dan pelanggaran didasarkan pada

berat ringannya pidana. Kejahatan terdapat dalam Buku II,

dan Pelanggaran diatur dalam Buku III. Ancaman pidana

dalam kejahatan relatif lebih berat daripada pelanggaran.

Beberapa perbedaan tersebut dapat dilihat dari :

a) Dalam hal percobaan, hanya kejahatan yang dapat

dipidana, sedangkan percobaan dalam pelanggaran

tidak dipidana.

b) Hal pembantuan, pembantuan dalam hal melakukan

tindak pidana kejahatan dapat dipidana, dalam hal

pembantuan melakukan tindak pidana pelanggaran

tidak dipidana.

c) Dalam hal penyertaan yang dilakukan terhadap tindak

pidana menggunakan alat percetakan hanya berlaku

Page 36: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

bagi kejahatan, sedangkan dalam pelanggaran tidak

berlaku.

d) Ketentuan pidana dalam perundang-undangan

Indonesia hanya diberlakukan bagi setiap pegawai

negeri yang di luar wilayah hukum Indonesia

melakukan kejahatan jabatan, dan bukan pelanggaran

jabatan.

e) Tenggang daluwarsa, baik untuk hak menentukan

maupun hak penjalanan pidana bagi pelanggaran adalah

lebih pendek daripada kejahatan.

f) Dalam hal pembarengan perbuatan (concurcus) system

pemidanaan dalam concurcus kejahatan menggunakan

sistem absorbsi yang diperberat, sedangkan dalam

concursus pelanggaran menggunakan sistem kumulasi

murni.

2) Menurut cara perumusannya, dibedakan antara Tindak

Pidana Formil dan Tindak Pidana Materiil

Tindak pidana formil adalah tindak pidana yang

dirumuskan dengan menitik beratkan pada perbuatan yang

dilarang. Jika seseorang telah berbuat sesuai dengan

rumusan delik maka orang itu telah melakukan tindak

pidana (delik), tidak dipermasalahkan bagaimana akibat dari

perbuatan itu.

Sedangkan tindak pidana materiil adalah tindak

pidana yang dirumuskan dengan menitikberatkan pada

akibat yang dilarang atau tidak dikehendaki. Tindak pidana

ini baru selesai jika akibatnya sudah terjadi sedangkan cara

melakukan perbuatan itu tidak dipermasalahkan.

Terdapat tindak pidana formil materiil yaitu terdapat

dalam pasal 378 KUHP tentang penipuan dimana selain

Page 37: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

menitikberatkan pada perbuatan yang dilarang yaitu

memakai nama palsu/peri keadaan yang palsu juga

menitikberatkan pada akibat untuk menghapuskan piutang

atau membuat hutang yang merupakan akibat yang dilarang.

3) Berdasarkan bentuk kesalahannya, dibedakan Tindak

Pidana Dolus dan Tindak Pidana Culpa

Tindak pidana dolus adalah tindak pidana yang

memuat unsur kesengajaan dalam rumusannya. Tindak

pidana culpa adalah tindak pidana yang memuat unsur

kealpaan dalam perumusannya.

4) Berdasarkan macam perbuatannya, dibedakan Tindak

Pidana Aktif (Delik Comissionis) dan Tindak Pidana Pasif

(Omisionis)

Tindak pidana Comissionis yaitu tindak pidana yang

berupa perbuatan aktif. Perbuatan aktif adalah perbuatan

yang untuk mewujudkannya diisyaratkan adanya gerakan

dari anggota tubuh orang yang berbuat. Tindak pidana

Omisionis yaitu tindak pidana yang berupa tidak berbuat

sesuatu. Tindak pidana ini dapat disebut sebagai tindak

pidana pengabaian suatu kewajiban hukum (Adami

Chazawi, 2002:129).

5) Berdasarkan perlu tidaknya pengaduan dalam hal

penuntutan, dibedakan Tindak Pidana Aduan dan Tindak

Pidana Biasa

Tindak pidana aduan timbul karena adanya

pengaduan dari korban atau keluarga korban yang

dirugikan. Tindak pidana biasa merupakan tindak pidana

yang sebagian besar telah tercantum dalam KUHP dimana

dalam tindak pidana biasa tersebut tanpa ada aduan dari

siapapun, pelaku dari tindak pidana tersebut dapat dituntut

secara hukum.

Page 38: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

6) Dilihat dari subyek hukumnya, dibedakan Tindak Pidana

Communia dan Tindak Pidana Propia

Tindak Pidana Communia adalah tindak pidana yang

dapat dilakukan oleh semua orang pada umumnya, tindak

pidana memang diberlakukan pada semua orang. Tindak

Pidana Propia adalah tindak pidana yang hanya dapat

dilakukan oleh orang yang berkualitas tertentu (Adami

Chazawi, 2002:131).

7) Berdasarkan berat ringannya ancaman pidana, dibedakan

Tindak pidana bentuk pokok (eenvoudige delicten), tindak

pidana yang diperberat (gequalificeerde delicten) dan tindak

pidana yang diperingan (gepriviligieerde delicten)

Tindak pidana dalam bentuk pokok dirumuskan

secara lengkap, artinya semua unsur yang tercantum

dalam rumusan pasalnya telah ditulis secara lengkap

dengan kata lain terkandung pengertian yurudis dari

tindak pidana tersebut. Sedangkan dalam bentuk yang

diperberat maupun yang diperingan menyebutkan

kualifikasi pasal dalam bentuk pokoknya, yang

kemudian ditambahkan unsur yang bersifat

memberatkan atau meringankan secara tegas dalam

rumusan. Adanya faktor yang memberatkan maupun

faktor yang meringankan, maka ancaman pidana

menjadi lebih berat maupun menjadi lebih ringan

daripada dalam pasal bentuk pokoknya.

b. Teori Pemidanaan

Ada berbagai macam pendapat mengenai teori

pemidanaan, namun yang banyak itu dapat dikelompokkan

kedalam tiga golongan besar, yaitu:

a) Teori Absolut

Page 39: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Dasar pijakan dari teori ini ialah pembalasan. Inilah

dasar pembenar dari penjatuhan penderitaan berupa pidana

itu pada penjahat. Negara berhak menjatuhkan pidana ialah

karena penjahat tersebut telah melakukan penyerangan dan

perkosaan pada hak dan kepentingan hukum (pribadi,

masyarakat atau negara) yang telah dilindungi. Maka oleh

karenanya ia harus diberikan pidana yang setimpal dengan

perbuatan (berupa kejahatan) yang dilakukannya.

Tindakan pembalasan di dalam penjatuhan pidana

mempunyai dua arah, yaitu :

(1) Ditujukan pada penjahatnya (sudut subyektif dari

pembalasan)

(2) Ditujukan untuk memenuhi kepuasan dari perasaan

dendam di kalangan masyarakat (sudut obyektif dari

pembalasan)

b) Teori Relatif atau Teori Tujuan

Teori relatif atau teori tujuan berpokok pamgkal

pada dasar bahwa pidana adalah alat untuk menegakkan

tata tertib (hukum) dalam masyarakat. Pidana adalah alat

untuk mencegah timbulnya suatu kejahatan, dengan tujuan

agar tata tertib masyarakat dapat terpelihara.

Untuk mencapai tujuan ketertiban masyarakat, maka

pidana itu mempunyai tiga macam sifat, yaitu :

(1) Bersifat menakut-nakuti (afschikking)

(2) Bersifat memperbaiki (verbetering/reclasering)

(3) Bersifat membinasakan (onschadelijk maken)

Sedangkan sifat pencegahannya ada dua macam,

yaitu :

(1) Pencegahan umum (general preventie)

(2) Pencegahan khusus (speciale preventie) (Muladi dan

Barda Nawawi Arif, 1998 :17).

c) Teori Gabungan

Teori gabungan ini mendasarkan pidana pada teori

pembalasan dan teori pertahanan tata tertib masyarakat.

Teori gabungan ini dapat dibedakan menjadi dua golongan,

yaitu :

Page 40: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

(1) Teori gabungan yang mengutamakan pembalasan, tetapi

pembalasan itu tidak boleh melampaui batas dari apa

yang perlu dan cukup untuk dapat dipertahankanya tata

tertib masyarakat.

(2) Teori gabungan yang mengutamakan perlindungan tata

tertib masyarakat, tetapi penderitaan atas dijatuhinya

pidana tidak boleh lebih berat daripada perbuatan yang

dilakukan terpidana (Adami Chazawi, 2002 : 153).

c. Jenis-Jenis Pidana

Menurut Pasal 10 KUHP, pidana dibedakan menjadi

dua kelompok yaitu pidana pokok dan pidana tambahan.

Urutan dari pidana menunjukan berat ringannya pidana.

Pidana pokok terdiri dari :

a) Pidana mati

b) Pidana penjara

c) Pidana kurungan

d) Pidana denda

e) Pidana tutupan (ditambahkan berdasarkan UU No.

20 Tahun 1946)

Pidana tambahan terdiri dari :

a) Pidana pencabutan hak-hak tertentu

b) Pidana perampasan barang-barang tertentu

c) Pidana pengumuman keputusan hakim

3. Tinjauan Perbedaan Pasal 55 dan Pasal 56 KUHP tentang

Penyertaan dengan Pasal 170 KUHP tentang Tindak Pidana

yang Dilakukan dengan Tenaga Bersama

Suatu tindak pidana yang dirumuskan dalam undang-undang

baik sebagai kejahatan maupun pelanggaran ditujukan pada orang

(subyek hukum pidana) dan hanya sebagian kecil terdapat tindak

pidana yang ditujukan pada suatu badan hukum yang terdapat

diluar KUHP.

Subyek hukum yang disebutkan dan dimaksudkan dalam

rumusan tindak pidana adalah hanya satu orang, bukan beberapa

Page 41: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

orang. Namun sering terjadi subyek suatu tindak pidana dilakukan

lebih dari satu orang. Dalam hal ini dinamakan sebagai suatu

penyertaan atau deelneming. Penyertaan atau deelneming adalah

pengertian yang meliputi semua bentuk turut serta/terlibatnya

orang atau orang-orang baik secara psikis maupun fisik dengan

melakukan masing-masing perbuatan sehingga melahirkan suatu

tindak pidana (Adami Chazawi, 2002:73).

Menurut Van Hamel, memberikan definisi penyertaan

sebagai ajaran pertanggungjawaban atau pembagian

pertanggungjawaban dalam hal suatu tindak pidana yang menurut

pengertian undang-undangan, dapat dilaksanakan oleh seorang

pelaku dengan tindakan sendiri (AK Moch Anwar, 1981 :3).

Permasalahan penyertaan diatur dalam Kitab Undang-undang

Hukum Pidana Buku I Bab V yaitu dalam Pasal 55 dan Pasal 56

KUHP. Pasal 55 KUHP mengatur tentang apa yang disebut dengan

pelaku atau dader, sedangkan Pasal 56 KUHP mengatur tentang

pembantuan atau medeplichtigheid. Melihat Pasal 55 dan Pasal 56

KUHP apabila ditinjau maka suatu penyertaan bukan hanya satu

orang saja yang tersangkut dalam terjadinya tindak pidana, akan

tetapi beberapa orang. Menurut Moeljatno, “selain peserta yang

terdapat dalam pasal-pasal tersebut maka tidak ada peserta lain

yang dapat dipidana” (Moeljatno, 1977:01).

a) Pelaku (Dader)

Pasal 55 KUHP merumuskan sebagai berikut :

1) Dipidana sebagai pembuat sesuatu tindak pidana ;

ke-1. orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan

atau yang turut melakukan perbuatan;

ke-2. orang yang dengan memberi atau menjanjikan

sesuatu, dengan menyalahgunakan kekuasaan atau

martabat, dengan kekerasan, ancaman atau penyesatan, atau

dengan memberi kesempatan, sarana atau keterangan,

sengaja menganjurkan orang lain supaya melaukan

perbuatan.

Page 42: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

2) Terhadap penganjur, hanya perbuatan yang sengaja dianjurkan

sajalah yang diperhitungkan, beserta akibat-akibatnya.

Dalam Pasal 55 KUHP dapat dikelompokkan orang-orang

yang disebut sebagai pembuat yaitu :

(a) mereka, yang melakukan perbuatan pidana. Arti kata dari

„melakukan‟ adalah secara lengkap memenuhi semua unsur

delik dan merupakan suatu bentuk tunggal dari pengertian

„berbuat‟.Orang itu sendiri yang melakukan delik tersebut.

(b) mereka, yang menyuruh melakukan perbuatan pidana. Arti

kata „menyuruhlakukan‟ adalah bukan pelaku utama yang

melakukan delik tersebut, namun pelaku utama tersebut

menggerakkan orang lain, yang (dengan alasan apapun)

tidak dapat dikenai pidana, melakukan suatu delik;

(c) mereka, yang turut serta melakukan perbuatan pidana. Arti

kata „turut (serta) melakukan adalah bersepakat dengan

orang lain membuat rencana untuk melakukan suatu delik

dan secara bersama-saman melaksanakannya;

(d) mereka, yang membujuk supaya dilakukan perbuatan

pidana. Arti dari „membujuk‟ adalah meminta orang lain

untuk melakukan suatu delik dengan bantuan yang secara

limitatif terdapat dalam Pasal 55 ayat (2) KUHP yang biasa

disebut sarana-sarana pembujukan, membujuk orang lain

yang memang dapat dipidana

“Seseorang merupakan pembuat atau pelaku dari sesuatu

perbuatan yang dapat dihukum, bilamana tindak-tindakannya

memenuhi semua unsur yang disebut dalam perumusan perbuatan

yang dapat dihukum tersebut” (AK Moch.Anwar, 1981:7).

Pertanggungjawaban yang dibebankan pelaku yang

melakukan suatu tindak pidana adalah berdiri sendiri, pelaku

Page 43: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

tersebut harus bertanggungjawab penuh atas perbuatan yang telah

dilakukannya sesuai dengan aturan hukum yang mengaturnya.

b) Pembantu (Medeplichtigheid)

Pasal 56 KUHP merumuskan sebagai berikut :

Sebagai pembantu melakukan kejahatan dipidana :

ke-1 orang yang dengan sengaja membantu waktu

kejahatan itu dilakukan;

ke-2 orang yang dengan sengaja memberi kesempatan,

ikhtiar atau keterangan untuk melakukan kejahatan itu.

Pasal 56 KUHP menjelaskan tentang medeplichtigheid atau

pembantuan dimana ancaman pidana bagi mereka yang terlibat

dalam tindak pidana kejahatan, secara sengaja memberikan

bantuan atau memberikan kesempatan serta daya upaya atau

keterangan sehubungan dengan pelaksanaan tindak pidana.

Medeplichtigheid atau pembantuan terjadi apabila terdapat 2 (dua)

orang yang satu sebagai pembuat (dader) sedangkan yang lain

sebagai pembantu (medeplichtigheid). Orang yang membantu

dalam Pasal 56 KUHP ini khusus mereka yang membantu tindak

pidana kejahatan. Sedangkan pembantuan dalam hal pelanggaran

tidak dipidana karena terdapat ketentuan dalam Pasal 60 KUHP.

Pengertian orang yang membantu adalah mereka yang dengan

sengaja memberi bantuan untuk melakukan kejahatan, sengaja

memberi kesempatan, daya upaya atau keterangan untuk

melakukan kejahatan.

Unsur sengaja dalam medeplichtigheid ini merupakan unsur

yang tidak dapat diabaikan karena unsur sengaja ditujukan pada

perbuatan atau sikap dalam memberi bantuan. Menurut Simons,

medeplichtigheid merupakan suatu onzelfstandige deelneming atau

suatu keturutsertaan yang tidak berdiri sendiri (P.A.F. Lamintang,

1997:646).

Page 44: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Maksud dari yang diutarakan Simons memiliki pengertian

bahwa dalam hal pemidanaan bagi pembantu, ancaman pidananya

akan tergantung pada apa yang dilakukan oleh si pembuat. Apabila

si pembuat tidak dapat dipertanggungjawabkan secara pidana maka

pembantuan tersebut tidak dipidana, begitu juga sebaliknya. Suatu

Pembantuan atau medeplichtigheid terjadi pada saat sebelum

terjadinya suatu kejahatan dan pada saat kejahatan tersebut

dilaksanakan.

Dikatakan secara jelas bahwa dalam suatu penyertaan

diperlukan 2 (dua) orang atau lebih dalam hal melakukan suatu

tindak pidana sama seperti kata ”dengan tenaga bersama” yang

terdapat dalam Pasal 170 ayat (1) KUHP. Namun dengan demikian

terdapat suatu perbedaan yang mendasar antara penyertaan yang

diatur dalam Pasal 55 dan Pasal 56 KUHP dengan penyertaan

dalam Pasal 170 KUHP.

Penyertaan membahas tentang peranan atau hubungan tiap-

tiap peserta dalam suatu pelaksanaan tindak pidana, sumbangan

apa yang diberikan oleh tiap-tiap peserta agar tindak pidana

tersebut dapat dilaksanakan/diselesaikan serta

pertanggungjawabannya atas sumbangan/bantuan tersebut.

Hubungan antara peserta dalam penyelesaian tindak pidana

tersebut dapat bermacam-macam yaitu :

a. Bersama-sama melakukan sesuatu kejahatan;

b. Seorang mempunyai kehendak dan merencanakan sesuatu

kejahatan, sedangkan ia mempergunakan orang lain untuk

melaksanakan tindak pidana tersebut;

c. Seorang saja yang melaksanakan tindak pidana, sedangkan

orang lain membantu dalam melaksanakan tindak pidana

tersebut (AK. Moch Anwar, 1981:2-3).

Menurut Wirjono Projodikoro, Pasal 170 KUHP tergolong

bentuk pidana yang merupakan penyertaan mutlak perlu

(Noodzakelijke Deelneming) yang dapat dipidana (Wirjono

Projodikoro,2002:169).

Page 45: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Penyertaan mutlak perlu bukan merupakan penyertaan

dalam arti yang telah diatur dalam Pasal 55 dan Pasal 56 KUHP,

melainkan suatu bentuk tindak pidana yang dirumuskan

sedemikian rupa, dimana untuk mewujudkan tindak pidana itu

diperlukan lebih dari 1 (satu) pembuat (Adami Chazawi,

2002:160).

Pasal 170 KUHP dalam hal dilakukan oleh lebih dari satu

orang tidak memenuhi unsur dalam Pasal 55 ayat (1) KUHP

tentang turut serta melakukan dimana unsur dalam pasal tersebut

adalah adanya „niat‟ dalam melaksanakan suatu perbuatan dengan

kesadaran yang kemudian terjadi suatu kerjasama dalam

melakukan perbuatan tersebut. Apabila dalam kerjasama tersebut

dilakukan tanpa kesadaran, perbuatan tersebut bukan merupakan

perbuatan “turut serta melakukan” menurut pengertian Pasal 55

ayat (1) KUHP (AK. Moch Anwar, 1981:26).

Pasal 170 KUHP yang termasuk penyertaan mutlak tidak

selalu diperlukan kerjasama yang diinsyafi seperti pada penyertaan

dalam Pasal 55 dan Pasal 56 KUHP, hal ini tergantung pada bunyi

dari isi pasal-pasal yang termasuk dalam tindak pidana penyertaan

mutlak. Dalam Pasal 170 ayat (1) KUHP hanya dijelaskan cara

melakukan suatu kekerasan yang dilakukan lebih dari satu orang

yang mana tidak disebutkan apakah melakukan kekerasan tersebut

berdasarkan niat atau kerjasama dari kedua pihak dalam

melaksanakan tindak pidana tersebut. Pasal 170 KUHP merujuk

pada akibat atas perbuatan yang dilakukan, oleh karena itu

pertanggungjawaban pidana terhadap para pelaku berdiri sendiri,

masing-masing pelaku mendapatkan suatu pertanggungjawaban

pidana penuh atas perbuatan yang dilakukan masing-masing.

4. Tinjauan Mengenai Tindak Pidana Kekerasan

Pengertian Kekerasan

“Istilah kekerasan digunakan untuk menggambarkan

perilaku baik yang terbuka ataupun tertutup yang disertai

penggunaan kekuatan kepada orang lain dan bersifat

menyerang atau bertahan” (Thomas Susanto, 2002:11).

Page 46: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Kekerasan (Geweld) mengandung pengertian

menggunakan tenaga fisik atau jasmaniah tidak kecil secara

tidak sah, misalnya memukul, menyepak, menendang dengan

tangan atau senjata dan sebagainya.Kekerasan dilakukan secara

terbuka dan dengan kekuatan yang terkumpul, hingga kejahatan

ini merupakan kejahatan terhadap ketertiban umum dimana

korban yang dirugikan kurang diperhatikan.

Menurut Thomas Susanto, terdapat jenis-jenis

kekerasan yang terbagi dalam 4 (empat) bentuk yaitu :

a) Kekerasan Terbuka, merupakan kekerasan yang

dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang yang

dapat dilihat oleh public secara kasat mata, seperti

perkelahian antar pelajar.

b) Kekerasan Tertutup, merupakan kekerasan yang

dilakukan secara tersembunyi atau tidak dilakukan

secara fisik. Publik tidak mengetahui adanya

dilakukan kekerasan jenis ini.Kekerasan ini lebih

ditujukan pada psikologis korban seperti perilaku

mengancam.

c) Kekerasan Agresif, merupakan kekerasan yang

dilakukan tidak untuk perlindungan tetapi untuk

mendapatkan sesuatu.

d) Kekerasan Defensif, merupakan kekerasan yang

dilakukan sebagai tindakan, pelindung diri. Baik

kekerasan agresif maupun kekerasan defensif dapat

bersifat terbuka ataupun tertutup (Thomas Susanto,

2002:13).

Pengertian kekerasan yang terdapat dalam Pasal 170

KUHP ini tidak dijelaskan secara detail hanya dijelaskan cara

dilakukannya kekerasan dalam beberapa cara yaitu : perusakan

terhadap barang; penganiayaan terhadap orang atau hewan;

melemparkan batu-batu kepada orang atau rumah; membuang-

buang barang-barang hingga berserakan dan lain sebagainya

(R. Sugandhi, 1981:190).

Berdasarkan 4 (empat) pengertian kekerasan yang

diutarakan oleh Thomas Susanto, kekerasan yang terdapat

dalam Pasal 170 KUHP termasuk kekerasan terbuka dimana

kekerasan tersebut dilakukan oleh seseorang ataupun beberapa

Page 47: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

orang melakukan kekerasan secara fisik yang dilakukan di

tempat dimana dapat diketahui atau dilihat oleh publik.

Kekerasan yang terdapat dalam Pasal 170 KUHP secara

keseluruhan ini menitikberatkan pada seseorang yang

melakukan suatu perbuatan kekerasan terhadap orang maupun

barang bukan suatu “ancaman kekerasan” atau mengatakan

tentang “kekerasan”. Di tempat mana publik mengetahui orang

tersebut sedang melaksanakan kekerasan tersebut kepada orang

lain atau barang maka orang tersebut dapat dikenai Pasal 170

KUHP.

Page 48: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

B. Kerangka Pemikiran

Terkadang tanpa disadari kejahatan maupun pelanggaran yang terjadi

dalam masyarakat semakin meningkat dewasa ini. Ini dikarenakan

kurangnya kesadaran hukum didalam masyarakat. Banyak kasus mengenai

tindak pidana

kekerasan yang dilakukan baik seorang diri maupun dilakukan secara

bersama-sama. Kekerasan sekarang tidak hanya dilakukan secara fisik

tetapi juga secara psikis seperti kasus yang terdapat dalam Pengadilan

Negeri Surakarta

Dalam melakukan tugasnya sebagai hakim yang arif dan adil bagi

pencari keadilan maka dibutuhkan suatu pertimbangan yang sangat matang

dalam menjatuhkan pidana bagi pelaku tindak pidana kekerasan yang

mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain sebagaimana terdapat dalam

Pasal 170 ayat (2) ke-3 KUHP. Agar tidak terjadi kesewenang-wenangan

dan ketidakadilan, maka hakim dalam menjatuhan pidana terhadap pelaku

tindak pidana haruslah sesuai dengan kaidah hukum yang berlaku dengan

tidak mengesampingkan rasa keadilan masyarakat. Sehingga pada

ahkirnya pidana yang dijatuhkan oleh majelis hakim bagi pelaku tindak

pidana telah mencerminkan rasa keadilan sosial. Diharapkan juga atas

penjatuhan pidana terhadap terdakwa membuat terdakwa tidak melakukan

lagi tindak pidana tersebut dan membuat terdakwa jera.

Berdasarkan atas pemikiran tersebut diatas, di dalam penulisan ini

penulis ingin mengetahui apa analisis dari putusan hakim tersebut dan juga

bagaimana pertimbangan hakim dalam memutus kasus tersebut.

Page 49: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Gambar 1.Kerangka Pemikiran

Penegakan Hukum

Terjadi Tindak Pidana

Kekerasan Yang

Mengakibatkan Korban

Meninggal Dunia

Putusan Hakim

Apa analisis dari putusan

hakim tersebut

Pertimbangan Hakim

dalam menjatuhkan

sanksi terhadap pelaku

Page 50: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam Pasal 1 ayat (11) KUHAP, putusan pengadilan adalah

pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka, yang

dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum

dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang hukum

acara pidana. Apabila perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa

terbukti secara sah dan menyakinkan bahwa terdakwa bersalah melakukan

tindak pidana yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum, maka

pengadilan menjatuhkan pidana (Pasal 193 ayat (1) KUHAP).

Hasil penelitian yang telah dilakukan penulis di Pengadilan Negeri

Surakarta tentang studi kasus mengenai Pasal 170 ayat (2) ke-3 KUHP

tentang tindak pidana dengan tenaga bersama melakukan kekerasan

terhadap orang yang mengakibatkan korban meninggal dunia

(pengeroyokan), hakim telah memberikan putusan berupa pidana penjara

terhadap pelaku tindak pidana tersebut yang tertuang dalam Putusan

Nomor :234/Pid.B/2008/PN.Ska. di Pengadilan Negeri Surakarta.

A. Hasil Penelitian

1. Identitas Terdakwa

Putusan Pengadilan Negeri Surakarta No:234/Pid.B/2008/PN.ska :

Nama :ABDUL SYAIFULLAH alias

SYAIFUL bin ABDULLAH

Tempat lahir :

Umur/Tanggal lahir :

Jenis kelamin :

Kebangsaan :

Tempat tinggal :

Agama :

Pekerjaan :

Page 51: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

2.Kasus Posisi

Bahwa Terdakwa ABDUL SYAIFULLAH alias SYAIFUL bin

ABDULLAH bersamaSUPARNO ALIAS PARNO SATE ALIAS

PARNO MANIS BIN DARSO WIRYONO (Dalam Berkas Terpisah),

SARDIYANTO ALIAS ROMBON BIN ATMOREJO (Dalam Berkas

Terpisah), PONDRA ADI PRASETYO ALIAS PONDRA BIN

HIDAYAT (Dalam Berkas Terpisah), JOKO SAMIYONO BIN

KARYONO (Dalam Berkas Terpisah), HANUNG WIBOWO BIN

HERNOWO (Dalam Berkas Terpisah) dan HERU SUPARNO ALIAS

ABU HURAIRAH BIN RESO SUMARTO (Dalam Berkas Terpisah),

pada hari Senin tanggal 17 Maret 2008 sekitar pukul 21.15 "W1B, atau

setidaknya pada waktu lain dalam bulan Maret tahun 2008, atau

setidak-tidaknya pada waktu lain dalam tahun 2008"bertempat di depan

Perempatan jalan di Kampung Kusumodilagan Kelurahan Joyosuran

Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta, atau setidaknya pada suatu

tempat lain yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan

Negeri Surakarta, telah terang-terangan dan dengan tenaga bersama

menggunakan kekerasan terhadap orang atau barang, kekerasan

mengakibatkan maut, perbuatan dilakukan oleh Terdakwa ABDUL

SYAFULLAH alias SYAIFUL bin ABDULLAH bersama SUPARNO

ALIAS PARNO SATE ALIAS PARNO MANIS BIN DARSO

WIRYONO (Dalam Berkas Terpisah), SARDIYANTO ALIAS

ROMBON BIN ATMOREJO (Dalan Berkas Terpisah), PONDRA ADI

PRASETYO ALIAS PONDRA BIN HIDAYAT (Dalam Berkas

Terpisah), JOKO SAMIYONO BIN KARYONO (Dalam Berkas

Terpisah), HANUNG WIBOWO BIN HERNOWO (Dalam Berkas

Terpisah) dan HERU SUPARNO ALIAS ABU HURAIRAH BIN

RESO SUMARTO (Dalam Berkas Terpisah), dengan cara sebagai

berikut:

Awalnya pada waktu dan tempat tersebut diatas, Terdakwa

ABDUL SYAIFULLAH alias SYAIFUL bin ABDULLAH bersama

Page 52: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

SUPARNO ALIAS PARNO SATE ALIAS PARNO MANIS BIN

DARSO WIRYONO (Dalam Berkas Terpisah), SARDIYANTO

ALIAS ROMBON BIN ATMOREJO (Dalam Berkas Terpisah),

PONDRA ADI PRASETYO ALIAS PONDRA BIN HIDAYAT

(Dalam Berkas Terpisah), JOKO SAMIYONO BIN KARYONO

(Dalam Berkas Terpisah), HANUNG WIBOWO BIN HERNOWO

(Dalam Berkas Terpisah) dan HERU SUPARNO ALIAS ABU

HURAIRAH BIN RESO SUMARTO (Dalam Berkas Terpisah),

bertemu dengan Korban Heru Yuiiantq alias Kipli;

Bahwa sesaat kemudian dalam waktu yang hamper bersamaan

Terdakwa ABDUL SYAIFULLAH alias SYAIFUL bin ABDULLAH

bersama SUPARNO ALIAS PARNO SATE ALIAS PARNO MANIS

BIN DARSO WIRYONO (Dalam Berkas Terpisah), SARDIYANTO

ALIAS ROMBON BIN ATMOREJO (Dalam Berkas Terpisah),

PONDRA ADI PRASETYO ALIAS PONDRA BIN HIDAYAT

(Dalam Berkas Terpisah), JOKO SAMIYONO BIN KARYONO

(Dalam Berkas Terpisah), HANUNG WIBOWO BIN HERNOWO

(Dalam Berkas Terpisah) dan HERU SUPARNO ALIAS ABU

HURAIRAH BIN RESO SUMARTO (Dalam Berkas Terpisah),

langsung menyerang atau memukul tubuh korban Heru Yulianto alias

Kipli yang sedang berada di jalan Perempatan di Kampung

Kusumodilagan Kelurahan joyosuran Kecamatan Pasar Kliwon Kota

Surakarta yang merupakan tempat terbuka dan dapat dilihat serta dilalui

oleh umum / orang lain;

Bahwa Terdakwa ABDUL SYAIFULLAH alias SYAIFUL bin

ABDULLAH bersama SUPARNO ALIAS PARNO SATE ALIAS

PARNO MANIS BIN DARSO WIRYONO (Dalam Berkas Terpisah),

SARDIYANTO ALIAS ROMBON BIN ATMOREJO (Dalam Berkas

Terpisah), PONDRA ADI PRASETYO ALIAS PONDRA BIN

HIDAYAT (Dalam Berkas Terpisah), JOKO SAMIYONO BIN

KARYONO (Dalam Berkas Terpisah), HANUNG WIBOWO BIN

Page 53: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

HERNOWO (Dalam Berkas Terpisah) dan HERU SUPARNO ALIAS

ABU HURAIRAH BIN RESO SUMARTO (Dalam Berkas Terpisah),

secara hampir bersamaan dan serentak memukul tubuh korban Heru

Yulianto alias Kipli dengan cara Terdakwa ABDUL SYAIFULLAH

alias SYAIFUL bin ABDULLAH memukul tubuh korban Heru

Yulianto alias Kipli dengan menggunakan besi sepanjang lebih kurang

1 meter yang bentuknya menyerupai pedang kearah kepala Korban

Heru Yulianto alias Kipli sebanyak 1 (satu) kali, kearah badan sebanyak

1 (satu) kali dan atau setidak-tidaknya memukul bagian tubuh korban

Heru Yulianto alias Kipli dengan menggunakan alat sebanyak 1

(satu) kali, SUPARNO ALIAS PARNO SATE ALIAS PARNO

MANIS BIN DARSO WIYONO (Dalam Berkas Terpisah) memukul

korban Heru Yulianto alias Kipli dengan menggunakan pedang kearah

kepala bagian kiri Korban Heru Yulianto alias Kipli sebanyak 2 (dua)

kali atau setidak-tidaknya memukul bagian tubuh Korban Heru

Yulianto alias Kipli dengan menggunakan alat sebanyak 1 (satu) kali,

SARDIYANTO ALIAS ROMBON BIN ATMOREJO (Dalam Berkas

Terpisah) memukul Korban Heru Yulianto alias Kipli dengan

menggunakan besi sepanjang lebih kurang 1 meter yang bentuknya

menyerupai pedang kearah kepala bagian belakang Korban Heru

Yulianto alias Kipli sebanyak 1 (satu) kali dan kearah tubuh korban

Heru Yulianto alias Kipli sebanyak 1 (satu) kali atau setidak-tidaknya

memukul bagian tubuh korban Heru Yulianto alias Kipli dengan

menggunakan alat sebanyak 1 (satu) kali, PONDRA ADI PRASETYO

ALIAS PONDRA BIN HIDAYAT (Dalam Berkas Terpisah) memukul

korban Heru Yuiianto alias Kipli dengan menggunakan besi sepanjang

lebih kurang 1 meter yang bentuknya menyerupai pedang kearah kepala

bagian belakang Korban Heru Yulianto alias Kipli sebanyak 1 (satu)

kali atau setidak-tidaknya memukul bagian tubuh Korban Heru

Yulianto alias Kipli dengan menggunakan alat lain sebanyak 1 (satu)

kali, JOKO SAMIYONO BIN KARYONO (Dalam Berkas Terpisah)

Page 54: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

memukul korban Heru Yulianto alias Kipli dengan menggunakan besi

sepanjanh lebih kurang 1 meter yang bentuknya menyerupai pedang

kearah kepala Korban Heru Yulianto alias Kipli sebanyak 1 (satu) kali

dan menusuk perut korban Heru Yulianto alias Kipli dengan besi yang

bentuknya menyerupai pedang tersebut sebanyak 1 (satu) kali atau

setidak-tidaknya memukul atau menusuk bagian tubuh Korban Heru

Yulianto alias Kipli dengan menggunakan alat sebanyak 1 (satu) kali,

HANUNG WIBOWO BIN HERNOWO (Dalam Berkas Terpisah)

memukul tubuh Korban Heru Yulianto alias Kipli dengan

menggunakan besi sepanjang lebih kurang 1 meter yang bentuknya

menyerupai pedang kearah perut Korban Heru Yulianto alias Kipli

sebanyak 1 (satu) kali dan menusuk perut Korban Heru Yulianto alias

Kipli dengan menggunakan besi yang bentuknya menyerupai pedang

tersebut sebanyak 1 (satu) kali atau setidak-tidaknya memukul atau

menusuk bagian tubuh korban Heru Yulianto alias Kipli dengan

menggunakan alat lain sebanyak 1 (satu) kali, HERU SUPARNO

ALIAS ABU HURAIRAH BIN RESO SUMARTO (Dalam Berkas

Terpisah) memukul tubuh Korban Heru Yulianto alias Kipli dengan

menggunakan besi sepanjang lebih kurang 1 meter yang bentuknya

menyerupai pedang kearah kepala bagian belakang Korban Heru

Yulianto alias Kipli sebanyak 1 (satu) kali, kearah dada sebanyak 1

(satu) kali dan kearah badan samping kanan sebanyak 1 (satu) kali atau

setidak-tidaknya memukul bagian tubuh Korban Heru Yulianto alias

Kipli dengan menggunakan alat sebanyak 1 (satu) kali.

Bahwa arah pemukulan dari Terdakwa ABDUL

SYAIFULLAH alias SYAIFUL bin ABDULLAH bersama SUPARNO

ALIAS PARNO SATE ALIAS PARNO MANIS BIN DARSO

WIRYONO (Dalam Berkas Terpisah), SARDIYANTO ALIAS

ROMBON BIN ATMOREJO (Dalam Berkas Terpisah), PONDRA

ADI PRASETYO ALIAS PONDRA BIN HIDAYAT (Dalam Berkas

Terpisah), JOKO SAMIYONO BIN KARYONO (Dalam Berkas

Page 55: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Terpisah), HANUNG WIBOWO BIN HERNOWO (Dalam Berkas

Terpisah) dan HERU SUPARNO ALIAS ABU HURAIRAH BIN

RESO SUMARTO (Dalam Berkas Terpisah), tersebut ditujukan

kebagian kepala atau dada, atau perut yang merupakan bagian yang

mematikan dari tubuh Korban Heru Yulianto alias Kipli, apalagi

dilakukan secara bersamaan;

Bahwa akibat perbuatan Terdakwa ABDUL SYAIFULLAH

alias SYAIFUL bin ABDULLAH bersama SUPARNO ALIAS PARNO

SATE ALIAS PARNO MANIS BIN DARSO WIRYONO (Dalam

Berkas Terpisah), SARDIYANTO ALIAS ROMBON BIN

ATMOREJO (Dalam Berkas Terpisah), PONDRA ADI PRASETYO

ALIAS PONDRA BIN HIDAYAT (Dalam Berkas Terpisah), JOKO

SAMIYONO BIN KARYONO (Dalam Berkas Terpisah), HANUNG

WIBOWO BIN HERNOWO (Dalam Berkas Terpisah) dan HERU

SUPARNO ALIAS ABU HURAIRAH BIN RESO SUMARTO (Dalam

Berkas Terpisah) tersebut, maka Korban Heru Yulianto alias Kipli

akhirnya meninggal dunia sebagaimana Visum et Repertum atas nama

Korban Heru Yulianto alias Kipli Nomor : 38/RSIK-RM-KM/III/08

tanggal 22 Maret 2008 yang dibuat dan ditandatangani dengan

mengingat sumpah pada waktu menerima jawaban oleh Dr. Ahmad

Muzayyin selaku dokter pada R.S.U.I. Kustati Jalan Kapten Mulyadi

Nomor 249 di Surakarta dan diketahui serta disahkan oleh Dr. Arief

Muhammad seiaku Direktur R.S.U.L 'Kustati yang dalam

pemeriksaannya terdapat:

- Penderita datang di R.SU.I Kustati, Surakarta dalam keadaan

tidak sadar.

- Pengaruh Alkohol.

- Cedera Kepala Berat.

- Multiple Injury.

Masuk tanggal 17-03-2008,keluar 17-03-2008 karena

meninggal dunia.

Page 56: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

3. Dakwaan Jaksa Penuntut Umum

Menimbang, bahwa berdasarkan surat dakwaan Jaksa Penuntut

Umum Nomor Reg Perkara : PDM - 727 SKRTA7 Ep.27 067 2008

tanggal 19 Juni 2008, Terdakwa ABDUL SYAIFULLAH alias

SYAIFUL bin ABDULLAH telah didakwa melakukan tindak pidana

sebagai berikut:

KESATU

PRIMAIR

Perbuatan Terdakwa ABDUL SYAIFULLAH alias SYAIFUL

bin ABDULLAH sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal

338 KUH Pidana jo pasal 55 ayat (1) ke-1 KUH Pidana.

SUBSIDAIR

Perbuatan Terdakwa ABDUL SYAIFULLAH alias SYAIFUL

bin ABDULLAH sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal

170 ayat (2) ke-3 KUH Pidana.

LEBIH SUBSIDAIR

Perbuatan Terdakwa ABDUL SYAIFULLAH alias SYAIFUL

bin ABDULLAH sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal

351 Ayat (3) KUH Pidana.jo Pasal 55 ayat(l)ke-l KUH Pidana.

4. Tuntutan Jaksa Penuntut Umum

a. Menyatakan terdakwa ABDUL SYAIFULLAH alias SYAIFUL

bin ABDULLAH tidak terbukti bersalah melakukan tindak pidana

" Dengan sengaja merampas nyawa orang lain, yang dilakukan

secara bersama sama" sebagaimana diatur dan diancam dalam

pasal 338 KUHP jo pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP, sebagaimana

dalam surat dakwaan Kesatu Primair Penuntut Umum Nomer reg

PDM- 72/0.3.ll/Ep.2/06/2008 tanggal 19Juni2008;

Page 57: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

b. Membebaskan Terdakwa ABDUL SYAIFULLAH alias

SYAIFUL bin ABDULLAH dari dakwaan Kesatu Primair

Penuntut Umum Nomer reg : PDM - 727 03.1 l/Ep.2/06/2008

tanggal 19 Juni 2008;

c. Menyatakan terdakwa ABDUL SYAIFULLAH alias SYAIFUL

bin ABDULLAH terbukti bersalah melakukan tindak pidana "

Terang terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan

kekerasan terhadap orang atau barang, kekerasan mengakibatkan

maut" sebgaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 170

ayat 2 ke 3 KUHP , sebagaimana dalam surat dakwaan Kesatu

Subsidair Penuntut Umum Nomor Reg : PDM - 72/0.3.1

l/Ep.2/06/2008 tanggal 19 Juni 2008 dan juga terbukti bersalah

melakukan tindak pidana " Terang terangan dan dengan tenaga

bersama menggunakan kekerasan terhadap orang atau barang"

sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 170 ayat 1

KUHP, sebagaimana dalam surat dakwaan Kedua Primair

Penunut Umum Nomor Reg : PDM- 72/0.3.11/Ep.2/06/2008

tanggal 19 Juni 2008;

d. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa ABDUL SYAIFULLAH

alias SYAIFUL bin ABDULLLAH berupa pidana penjara selama

10 (sepuluh) tahun dengan dikurangi selama terdakwa berada

dalam tahanan sementara, dengan perintah terdakwa tetap

ditahan;

e. Menyatakan barang bukti berupa ;

1) 49 (empat puluh sembilan) pipa besi panjang sekitar 1,5 m

diameter 1,5 cm;

2) 36 (tigapuluh enam) buah tongkat kayu rotan panjang 80

cm diameter 2 cm; 4 4 (empat) buah ketapel terbuat dari

kayu;

3) 6 (enam) buah ketapel terbuat dari besi;

4) 2 (dua) buah tas berisi kelereng sebanyak 100 butir;

Page 58: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

5) 3 (tiga) buah ruyung;

6) 2 (dua) buah pedang panjang 1,5 m terbuat dari stenlis;

7) 4 (empat) buah linggis panjang 1,5 m diamter 1,5 cm

8) 4 (empat) buah pecahan batu bata;

9) 7 (tujuh) buah pecahan batu;

10) 3 (tiga) buah batu yang diikat tali;

11) 1 (satu) buah besi benwarna abu- abu dengan panjang

kurang lebih 125 cm; 4 1 (satu) buah kayu persegi

panjang dengan ukuran 5x4 cm, dengan panjang kurang

lebih 100 cm dan terdapat pegangan diujung kayu

tersebut;

12) l(satu) potong besi pipa, panjang kurang lebih 1 meter

yang ujungnya runcing dan di buat menyerupai pedang

dalam kondisi bengkok; 4 1 (satu) potong besi pipa

warna putih dengan panjang kurang lebih 60 cm;

13) 1 (satu) potong bambu dengan panjang kurang lebih 60

cm;

14) 1 (satu) buah pecahan batu bata sebesar kepalan tangan;

Dipergunakan dalam perkara lain SUPARNO alias

PARNO SATE alias PARNO MANIS bin DARSO

WIRYONO, dkk;

f. Menetapkan agar terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp

2,500,- ( dua ribu lima ratus rupiah);

5. Putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Surakarta

Telah mendengar pembelaan Terdakwa secara lisan yang

mengajukan keringanan hukuman, keterangan saksi, serta adanya

barang bukti, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Surakarta dalam

putusannya Nomor. 234/Pid.B/2008/PN.Ska. telah memutuskan

sebagai berikut :

a. Menyatakan terdakwa ABDUL SYAIFULLAH alias SYAIFUL

bin ABDULLAH tidak terbukti secara sah dan mevakinkan

Page 59: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana dalam surat

dakwaan Kesatu Primair, oleh karena itu membebaskan terdakwa

dari dakwaan Kesatu Primair tersebut.

b. Menyatakan terdakwa ABDUL SYAIFULLAH alias SYAIFUL

bin ABDULLAH telah terbukti secara sah dan meyakinkan

bersalah melakukan tindak pidana :

1) Secara terang-terangan dengan tenaga bersama

menggunakan kekerasan terhadap orang mengakibatkan

orang mati, dan

2) Secara terang-terangan dengan tenaga bersama

menggunakan kekerasan terhadap orang.

c. Menghukum terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara

selama selama 3 (tiga) tahun.

d. Memerintahkan lamanya terdakwa berada dalam tahanan

akan dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.

Memerintahkan agar terdawa tetap berada dalam tahanan.

e. Menetapkan barang bukti berupa :

i. 49 (empat puluh sembilan) pipa besi panjang sekitar 1,5 m

diameter 1,5 cm.

ii. 36 (tiga puluh enam) buah tongkat kayu rotan panjang 80

cm diameter 2 cm.

iii. 4 (empat) buah ketapel.terbuat dari kayu.

iv. 6 (enam) buah ketapel ferbuat dari besi.

v. 2 (dua) buah tas berjsi kel^reng sebanyak 100 butir.

vi. 3 (tiga) buah ruyung.

vii. 2 (dua) buah pedang panjang !,5 m terbuat dari stenlis.

viii. 4 (empat) buah linggis panjang 1,5 m diameter 1,5 cm.

ix. 4 (empat) buah pecahan batu bata.

x. 7 (tujuh) buah pecahan batu.

xi. 3 (tiga) buah batu yang diikat tali.

Page 60: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

xii. 1 (satu) buah besi berwarna abu-abu dengan panjang

kurang lebih 125 cm.

xiii. 1 (satu) buah kayu persegi panjang dengan ukuran 5x4 cm,

dengan panjang kurang lebih 100 cm dan terdapat pcgangan

diujung kayu tersebut.

xiv. 1 (satu) potong besi pipa, panjang kurang lebih 1 meter

yang ujungnya runcing dan dibuat menyerupai pedang

dalam kondisi bengkok.

xv. 1 (satu) potong besi pipa warna putih dengan panjang

kurang lebih 60 cm.

xvi. 1 (satu) potong bambu dengan panjang kurang lebih 60 cm.

xvii. 1 (satu) buah pecahan batu bata sebesar kepalan tangan.

f. Dikembalikan kepada Jaksa Penuntut Umum untuk dipergunakan

dalam perkara Suparno alias Parno Sate alias Parno Manis bin

Darso Wiryono, dkk.

g. Membebankan kepada terdakwa untuk membayar biaya perkara

sebesar Rp. 2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah).

B. Pembahasan

1. Dasar hukum yang digunakan oleh hakim Pengadilan Negeri

Surakarta dalam menjatuhkan putusan pidana terhadap pelaku

tindak pidana kekerasan yang mengakibatkan hilangnya nyawa

orang lain pada putusan No.234/Pid B/2008/PN Ska.

Majelis Hakim menyatakan bahwa Terdakwa Abdul Syaifullah

alias Syaiful Bin Abdullah telah terbukti secara sah dan menyakinkan

bersalah melakukan tindak pidana dengan tenaga bersama melakukan

kekerasan terhadap orang yang mengakibatkan orang mati dan secara

terang – terangan dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan

terhadap orang, sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal

170 ayat (2) ke-3 KUHP. Hal ini dapat kita ketahui karena unsur-

Page 61: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

unsur dalam Pasal 170 ayat (2) ke-3 KUHP telah terpenuhi. Unsur-

unsur tersebut adalah sebagai berikut :

1. Unsur barang siapa

Menimbang, bahwa terdakwa Abdul Syaifullah alias

Syaiful bin Abdullah tentang unsur barang siapa ini Majelis telah

mempertimbangkan unsur tersebut di dalam pertimbangan hukum

dakwaan Kesatu Primair, dan telah terbukti secara sah dan

meyakinkan menurut hukum, oleh karena itu pertimbangan hukum

tentang unsur barang siapa di dalam dakwaan primair tersebut

diambil alih sebagai pertimbangan hukum di dalam

mempertimbangkan unsur barang siapa pada dakwaan kesatu

Subsidair ini, sehingga dengan pertimbangan tersebut unsur barang

siapa dalam dakwaan Subsidair ini juga telah terbukti secara sah

dan meyakinkan menurut hukum.

2. Unsur dengan terang-terangan

Menimbang, bahwa yang dimaksud terang–terangan

(openlijk) adalah tidak secara bersembunyi yaitu perbuatan

terdakwa dilakukan tanpa tedeng aling-aling disuatu tempat yang

dapat dilihat oleh orang lain.

Menimbang, bahwa dari fakta-fakta di persidangan terbukti

benar bahwa kejadian pemukulan terhadap korban Heru Yulianto

alias Kipli terjadi pada hari senin tanggal 17 Maret 2008 kurang

lebih pukul 20.00 WIB, bertempat di perempatan jalan kampung

Kusumodilagan, kel.Joyosuran, Kec. Pasar Kliwon, Kota

Surakarta.

Menimbang, bahwa tempat kejadian (locus delictie) adalah

di perempatan jalan kampong Kusumodilagan, yaitu yang

merupakan jalan umum atau jalan untuk lalu lintas umum, dimana

orang atau siapa saja dapat mendatangi ke tempat perempatan jalan

tersebut dengan tidak ada larangan apapun.

Page 62: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hukum sebagaimana

diuraikan diatas, Majelis menilai perbuatan yang dilakukan di jalan

perempatan kampung Kusumodilagan, Joyosuran, tersebut telah

memenuhi unsur “dengan terang-terangan” sehingga dengan

demikian unsur “dengan terang-terangan” telah terbukti secara sah

menurut hukum.

3. Unsur bersama-sama melakukan kekerasan terhadap orang

atau barang

Menimbang bahwa pengertian melakukan kekerasan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 KUHP adalah

“mempergunakan tenaga atau kekuatan jasmani tidak kecil yang

tidak sah” tidak diterapkan lagi sebagaimana diatur dalam Pasal

170 ayat (3) KUHP. Dalam Penjelasan Pasal 170 KUHP pengertian

kekerasan tidak dijelaskan secara detail hanya menjelaskan bahwa

kekerasan dapat dilakukan dalam beberapa cara sebagai berikut :

a. pengerusakan terhadap barang;

b. Penganiayaan terhadap orang atau hewan;

c. Melemparkan batu-batu kepada orang atau rumah;

d. Membuang barang-barang hingga berserakan dan lain

sebagainya (R. Sugandhi, 1981:190).

Bahwa para saksi dipersidangan melihat langsung terdakwa

Syaiful dan Heru Suparno alias Abu Hurairah memukul Kipli

dengan golok sebanyak satu kali mengenai kepala, Parno Sate

membacok kepala Kipli dengan pedang mengenai kepala sebanyak

dua kali, Sardiyanto alias Rombon membacok kepala bagian

belakang, Syaiful memukul dengan besi menyerupai pedang

mengenai kepala dan tubuh Kipli berkali-kali dengan

menggunakan dua tangannya. Joko Pece memukul dengan

menggunakan besi mengenai kepala sebanyak dua kali dan

menusukkan besi tersebut kea rah bagian tubuh depan.

Menimbang bahwa berdasarkan fakta-fakta hukum

dipersidangan diatas, dan dari pengakuan Terdakwa telah

terungkap bahwa perbuatan Terdakwa dilakukan dan ditujukan

Page 63: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

kepada korban Kipli.Unsur melakukan kekerasan terhadap orang

atau barang telah terpenuhi oleh perbuatan Terdakwa.

4. Unsur jika kekerasan itu menyebabkan hilangnya nyawa orang

lain

Menimbang bahwa dari keterangan saksi-saksi yaitu Joko

Warsiti alias Cukrik, Tri Joko Wahid alias Pak Gunung, ari

Rusmiyanto, Eko Rusdiyanto, Safrudin, Agus Sperianto dan

Pujiastuti alias Tutik, Semuanya menerangkan bahwa peristiwa

tanggal 17 Maret 2008 jam 20.00 WIB yang terjadi di perempatan

Kampung Kusumodilagan tersebut yang menjadi korban adalah

Heru Yulianti alias Kipli yang menderita luka-luka di kepala

banyak mengeluarkan darah dan meninggal dunia setelah sampai di

rumah sakit Kustati Surakarta dan korban Tri Joko Wahid alias Pak

Gunung menderita luka-luka di kepala dan dijahit.

Menimbang bahwa berdasarkan Visum Et Repertum atas

nama Heru Yulianto alias Kipli No.38/RSIK-RM-KM/III/08

tanggal 22 Maret 2008 yang dibuat oleh dokter Ahmad Muzayyin,

dokter pada Rumah Saki Kustati Surakarta dan juga berdasarkan

hasil pemeriksaan jenazah atas nama Heru Yulianto alias Kipli,

Visum Et Repertum No.011/IKF-ML/PNG/III/08 tanggal 18 Maret

2008, yang dibuat oleh dokter Rorry Hartono Sp.F dan dokter Adji

Suwandono dari RSUD Dr.Muwardi Surakarta disimpulkan bahwa

korban Heru Yulianto alias Kipli meninggal dunia disebabkan

benturan kekerasan dengan benda tumpul.

Menimbang bahwa dari keterangan saksi-saksi

dihubungkan dengan adanya Visum Et Repertum tersebut, Majelis

berpendapat bahwa benar akibat perbuatan yangdilakukan oleh

terdakwa telah mengakibatkan matinya orang lain yaitu Heru

Yulianto alias Kipli.

Page 64: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut,

Majelis berpendapat bahwa unsur kekerasan yang mengakibatkan

matinya orang lain telah terbukti dan terpenuhi menurut hukum.

Menimbang bahwa disebutkan pertimbangan hukum diatas

ternyata seluruh unsur-unsur dalam Pasal 170 ayat 2 ke-3 KUHP

telah terpenuhi dan terbukti seluruhnya, oleh karenanya Majelis

berpendapat bahwa perbuatan terdakwa telah terbukti bersama-

sama melakukan kekerasan terhadap orang yang mengakibatkan

matinya orang lain, melakukan Pasal 170 ayat 2 ke-3 KUHP

sebagaimana pada Dakwaan Kesatu Subsidair Jaksa Penuntut

Umum.

2. Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana terhadap

pelaku tindak pidana kekerasan yang mengakibatkan hilangnya

nyawa orang lain pada putusan No.234/Pid B/ 2008/PN Ska.

Pemberian sanksi pidana tidak lepas dari tujuan

pemidanaan.Pidana pada hakekatnya merupakan pengenaan

penderitaan atau nestapa yang tidak menyenangkan kepada seseorang

yang telah melakukan tindak pidana menurut peraturan yang

berlaku.Pemberian pidana tersebut bukan hanya ditujukan untuk

memberikan penderitaan bagi terdakwa, namun juga untuk

mewujudkan ketertiban hukum masyarakat dalam suatu negara.

Putusan Hakim adalah hukum (jugde made law), sebagaimana

hukum pada umumnya harus ditaati dan mempunyai kekuatan yang

mengikat terutama mengikat para pihak yang berperkara. Dalam

pengertian bahwa putusan hakim harus dianggap benar oleh kedua

pihak sampai dibatalkan oleh pengadilan yang lebih tinggi.Hakim

dalam memberikan keputusan tampak menggunakan pola pemikiran

syllogisme. Dalam perkara pidana ditetapkan lebih dulu fakta-fakta

atau perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa kemudian ditetapkan

hukumannya yang cocok untuk fakta-fakta itu sehingga dengan jalan

Page 65: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

penafsiran dapat fakta itu ditetapkan apakah perbuatan terdakwa dapat

dipidana.

Majelis Hakim menjatuhkan pidana penjara selama 3 (tiga)

tahun dikurangkan selama terdakwa dalam tahanan dan Terdakwa

menerima putusan yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim. Tuntutan dari

Jaksa Penuntut Umum relatif lebih tinggi jika dibanding dengan

penjatuhan pidana yang diberikan oleh Majelis Hakim. Pertimbangan

Majelis Hakim adalah karena didalam diri terdakwa tidak terdapat

alasan-alasan yang dapat menghapus pidana Terdakwa, baik alasan

pemaaf maupun alasan pembenar serta Terdakwa belum pernah

dihukum, bersikap baik selama di persidangan, mengaku terus terang

atas tindak pidana yang didakwakan serta Terdakwa berusia relatif

masih muda dan memiliki masa depan yang masih panjang.

Penjatuhan pidana yang dilakukan oleh hakim terhadap

Terdakwa telah sesuai dengan teori pemidanaan yang dianut di

Indonesia yaitu teori Gabungan, dimana teori tersebut selain

menitikberatkan pada pembalasan atas perbuatan yang dilakukan

pelaku kejahatan juga menitikberatkan pada maksud dan tujuan

penjatuhan pidana untuk memberikan pelajaran dan kesempatan untuk

memperbaiki diri terdakwa sehingga dengan demikian terdakwa tidak

akan mengulangi perbuatannya dikemudian hari. Selain itu

memberikan pandangan positif kepada masyarakat agar tidak

melakukan perbuatan pidana sama seperti yang telah dilakukan oleh

terdakwa.

Page 66: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pada perumusan masalah dan pembahasan masalah

yang telah penulis uraikan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Analisis terhadap putusan hakim dalam menjatuhkan putusan

terhadap pelaku tindak pidana kekerasan yang mengakibatkan

hilangnya nyawa orang lain pada putusan

No.234/Pid.B/2008/PN.Ska. :

Dalam kasus yang diteliti oleh penulis bahwa Terdakwa Abdul

Syaifullah alias Syaiful bin Abdullah secara sah dan melawan

hukum bersalah melakukan tindak pidana dengan tenaga

bersama melakukan kekerasan terhadap orang sebagaimana

diatur dalam Pasal 170 ayat (2) ke-3 KUHP. Unsur-unsur

dalam pasal tersebut adalah :

a. Barang siapa,

b. Secara terang-terangan,

c. Bersama-sama melakukan kekerasan atau barang,

d. Jika kekerasan itu menyebabkan matinya orang lain.

telah terpenuhi semua setelah diperiksa Hakim di persidangan.

Pidana yang dijatuhkan oleh Hakim Pengadilan Negeri

Surakarta terhadap Terdakwa Abdul Syaifullah alias Syaiful

bin Abdullah yang melakukan tindak pidana pengeroyokan

yang menyebabkan matinya orang lain sesuai dalam Pasal 170

ayat (2) ke-3 KUHP relative lebih ringan dari tuntutan dari

Jaksa Penuntut Umum yaitu 3 (tiga) tahun dikurangi masa

tahanan sebelumnya. Pertimbangan Majelis Hakim adalah

karena didalam diri terdakwa tidak terdapat alasan-alasan

yang dapat menghapus pidana Terdakwa, baik alasan pemaaf

Page 67: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

maupun alasan pembenar serta Terdakwa belum pernah

dihukum, bersikap baik selama di persidangan, mengaku terus

terang atas tindak pidana yang didakwakan serta Terdakwa

berusia relatif masih muda dan memiliki masa depan yang

masih panjang.

2. Dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana

terhadap pelaku kekerasan yang mengakibatkan hilangnya

nyawa orang lain pada putusan No.234/Pid.B/2008/PN.Ska. :

Dasar pertimbangan hakim pada kasus tindak pidana kekerasan

yang mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain dalam Pasal

170 ayat (2) ke-3 KUHP yang dilakukan oleh Terdakwa

Terdakwa Abdul Syaifullah alias Syaiful bin Abdullah, dalam

memberikan putusan pidana hakim telah memenuhi syarat-

syarat obyektif dan syarat subyektif, baik berpedoman Kitab

Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) dalam dalam Pasal

170 ayat (2) ke31 KUHP, Kitab Undang-undang Hukum Acara

Pidana (KUHAP) dengan adanya alat-alat bukti yang diajukan

dalam persidangan, Undang-Undang No.2 Tahun 1986 jo.

Undang-undang No. 8 Tahun 2004 tentang Peradilan Umum,

Undang-Undang Nomor.4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan

Kehakiman serta pertimbangan atas dasar keyakinan atau hati

nurani dari diri hakim. Unsur-unsur pasal 170 ayat (2) ke-3

KUHP telah terpenuhi, hal yang memberatkan dan hal yang

meringankan terdakwa, tidak terdapatnya alasan-alasan yang

dapat menghapus pidana terdakwa baik alasan pembenar

maupun alasan pemaaf di dalam diri terdakwa sangat

dipertimbangkan oleh hakim dalam memberikan pidana.

Page 68: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

B. Saran

Dari pembahasan dalam Bab III tersebut, beberapa saran

sederhana yang akan penulis sampaikan antara lain :

1. Karena ukuran yang digunakan hakim dalam menjatuhkan

putusan pidana terhadap perkara kejahatan adalah berdasarkan

rasa keadilan masyarakat, disarankan dalam prakteknya prinsip-

prinsip dalam masyarakat ini benar- benar dilaksanakan

terutama terhadap perkara tindak pidana kekerasan dimana

keadilan dari pihak terdakwa dan pihak korban sama-sama

diperhatikan berdasarkan peraturan yang berlaku.

2. Pertimbangan subyektif hakim dalam menjatuhkan pidana

terhadap terdakwa diharapkan janganlah terlalu berpihak kepada

korban dan keluarga korban tetapi juga harus

mempertimbangkan tentang masa depan terdakwa yang masih

panjang.

Page 69: ANALISIS PUTUSAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PIDANA …/Analisis... · (Skripsi) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat ... Syukurilah seluruh anugerah-Nya dengan hati tulus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58