analisis program keluarga harapan

21
PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN KLASTER I (RUMAH TANGGA SANGAT MISKIN) PENDAHULUAN Pada saat pemerintah menaikkan harga dasar BBM, kenaikkan harga dapat mengakibatkan harga kebutuhan pokok meningkat dan bagi masyarakat miskin dapat mengakibatkan daya beli mereka semakin menurun karena akan mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan perkembangan harga di pasar. Warga masyarakat miskin akan terkena dampak sosial semakin menurun taraf kesejahteraannya atau semakin menjadi miskin. Untuk itu diperlukan program perlindungan sosial bagi masyarakat miskin dalam bentuk kompensasi (compensatory program) yang sifatnya khusus (crash program) atau program jaring pengaman sosial (social safety net), seiring dengan besarnya beban subsidi BBM semakin berat dan resiko terjadinya defisit yang harus ditanggung pemerintah. Selain itu, akibat selisih harga BBM dalam negeri dibanding luar negeri berakibat memberi peluang peningkatan upaya penyelundupan BBM ke luar negeri. Pemerintah memandang perlu mereviuw tentang kebijakan subsidi BBM, sehingga subsidi yang selama ini dinikmati juga oleh golongan masyarakat mampu dialihkan untuk golongan masyarakat miskin. Kebijakan baru pengalihan subsidi BBM selain bantuan langsung tunai untuk rumah tangga sasaran (BLT-RTS), juga 1

Upload: ichwan-muis

Post on 30-Jun-2015

913 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Program Keluarga Harapan

PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN KLASTER I(RUMAH TANGGA SANGAT MISKIN)

PENDAHULUAN

Pada saat pemerintah menaikkan harga dasar BBM, kenaikkan harga dapat

mengakibatkan harga kebutuhan pokok meningkat dan bagi masyarakat miskin dapat

mengakibatkan daya beli mereka semakin menurun karena akan mengalami kesulitan

untuk beradaptasi dengan perkembangan harga di pasar. Warga masyarakat miskin akan

terkena dampak sosial semakin menurun taraf kesejahteraannya atau semakin menjadi

miskin.

Untuk itu diperlukan program perlindungan sosial bagi masyarakat miskin dalam

bentuk kompensasi (compensatory program) yang sifatnya khusus (crash program) atau

program jaring pengaman sosial (social safety net), seiring dengan besarnya beban

subsidi BBM semakin berat dan resiko terjadinya defisit yang harus ditanggung

pemerintah. Selain itu, akibat selisih harga BBM dalam negeri dibanding luar negeri

berakibat memberi peluang peningkatan upaya penyelundupan BBM ke luar negeri.

Pemerintah memandang perlu mereviuw tentang kebijakan subsidi BBM, sehingga

subsidi yang selama ini dinikmati juga oleh golongan masyarakat mampu dialihkan

untuk golongan masyarakat miskin.

Kebijakan baru pengalihan subsidi BBM selain bantuan langsung tunai untuk rumah

tangga sasaran (BLT-RTS), juga diperuntukkan bagi pembebasan biaya pendidikan

pada tingkat tertentu, biaya pengobatan pada masyarakat miskin, subsidi beras, subsidi

minyak goreng, subsidi gula dan pembangunan prasarana pedesaan. Kebijakan

pengalihan subsidi BBM ini juga disinergikan dengan kebijakan pemberdayaan

masyarakat melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), sehingga

skema perlindungan sosial bagi masyarakat miskin tetap mendorong keberdayaan

masyarakat sesuai dengan potensi yang dimiliki.

Pada tahun 2005 dan 2006 pemerintah melaksanakan program kompensasi penghapusan

subsidi BBM (PKPS BBM) dalam 2 tahap. Yang pertama, diberikan dalam tiga bidang

(pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur pedesaan). Yang kedua, BLT tanpa syarat

1

Page 2: Analisis Program Keluarga Harapan

kepada RTS (unconditional cash transfer) sebesar Rp. 100.000,-/bulan selama 1 tahun

dengan sasaran sejumlah 19,1 juta RTS.

Ada yang berpendapat bahwa bantuan langsung tunai kepada RTS bersifat charity dan

menimbulkan budaya malas, ketergantungan, dan meminta-minta belas kasihan

pemerintah serta secara ekonomi mikro menumbuhkan budaya konsumtif sesaat, karena

penggunaan uang tidak diarahkan oleh pemerintah. Pendapat tersebut patut mendapat

perhatian semua pihak, karena menghadapi masyarakat miskin selayaknya tidak dengan

program yang sifatnya hit and run, harus dengan program yang mampu memenuhi

kebutuhan dasar secara berkelanjutan dan mendorong mereka untuk mendayagunakan

potensi dan sumber yang dimilikinya (empowering). Namun pada sisi lain pemerintah

berkewajiban memberikan perlindungan sosial (social protection) bagi masyarakat

miskin untuk mengurangi dampak negatif dari kebijakan penyesuaian harga BBM atau

dalam keadaan adanya kebijakan / program penyesuaian secara struktural akan

mempengaruhi masyarakat luas (structural adjusment program /SAPs). Karena itu

program BLT RTS dalam rangka PKPS BBM diselenggarakan dalam kerangka

kebijakan perlindungan sosial (social protection) melalui asistensi sosial (social

assistance). Apalagi semua paham bahwa mekanisme subsidi BBM sebelumnya lebih

banyak dinikmati oleh masyarakat yang mampu. Program semacam ini di berbagai

negara juga dilaksanakan, dalam bentuk yang beragam, seperti pemberian diskon harga,

pemberian voucher, tabungan dan bantuan langsung tunai.

Selain BLT tersebut telah dilaksanakan juga uji coba bantuan langsung tunai dengan

syarat (conditional cash transfer) melalui program keluarga harapan / PKH kepada

620.000 rumah tangga sangat miskin yaitu pemberian bantuan langsung dikaitkan

dengan pengeluaran rumah tangga sasaran untuk akses pendidikan dan kesehatan dan

atau pemenuhan kebutuhan dasar lainnya. Program ini diharapkan dapat diperluas

sampai mencakup seluruh rumah tangga sangat miskin yang memenuhi persyaratan,

sehingga tercipta program nasional perlindungan sosial.

2

Page 3: Analisis Program Keluarga Harapan

PROGRAM KELUARGA HARAPAN

1.1 Latar Belakang

Dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan sekaligus pengembangan

kebijakan di bidang jaminan sosial, Pemerintah Indonesia mulai tahun 2007 akan

melaksanakan Program Keluarga Harapan (PKH). Program serupa di negara lain

dikenal dengan istilah Conditional Cash Transfers (CCT) atau bantuan tunai bersyarat.

Program ini bukan merupakan kelanjutan program Subsidi Langsung Tunai (SLT) yang

diberikan dalam kerangka Program Kompensasi Pengurangan Subsidi (PKPS) BBM

untuk waktu 1 tahun. Berdasarkan pengalaman negara-negara lain, program serupa

sangat bermanfaat terutama bagi keluarga dengan kemiskinan kronis. Pelaksanaan PKH

di Indonesia diharapkan akan membantu penduduk miskin, yang pada tahun 2006

tercatat masih sebesar 39 juta jiwa atau 17,75 persen dari jumlah penduduk.

Pelaksanaan PKH secara berkesinambungan setidaknya hingga tahun 2015 akan

mempercepat pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development

Goals atau MDGs). Setidaknya terdapat 5 komponen MDGs yang akan dicapai oleh

PKH, yaitu pengurangan penduduk miskin dan kelaparan, pendidikan dasar, kesetaraan

gender, pengurangan angka kematian bayi dan balita, dan pengurangan kematian ibu

melahirkan.

Dalam PKH, bantuan akan diberikan kepada rumah tangga sangat miskin (RTSM)

dengan persyaratan yang dikaitkan dengan upaya peningkatan sumber daya manusia

seperti pendidikan, kesehatan dan gizi. Untuk jangka pendek, bantuan ini akan

membantu beban pengeluaran RTSM. Sedangkan untuk jangka panjang, dengan

mensyaratkan keluarga penerima untuk menyekolahkan anaknya, melakukan imunisasi

balita, memeriksakan kandungan bagi ibu hamil, dan perbaikan gizi, diharapkan akan

memutus rantai kemiskinan antar generasi.

Tingkat kemiskinan suatu rumah tangga secara umum terkait dengan tingkat pendidikan

dan kesehatan. Rendahnya penghasilan keluarga sangat miskin menyebabkan keluarga

tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan pendidikan dan kesehatan, untuk tingkat

minimal sekalipun. Pemeliharaan kesehatan ibu sedang mengandung pada keluarga

sangat miskin sering tidak memadai sehingga menyebabkan buruknya kondisi kesehatan

bayi yang dilahirkan atau bahkan kematian bayi. Angka kematian bayi pada kelompok

penduduk berpendapatan terendah pada tahun 2003 adalah 61 persen, sedangkan pada

3

Page 4: Analisis Program Keluarga Harapan

kelompok berpendapatan tertinggi tinggal 17 persen (SDKI 2003). Angka kematian ibu

di Indonesia juga tinggi, yaitu sekitar 310 wanita per 100 ribu kelahiran hidup, atau

tertinggi di Asia Tenggara. Tingginya angka kematian ibu ini disebabkan oleh tidak

adanya kehadiran tenaga medis pada kelahiran, fasilitas kesehatan yang tidak tersedia

pada saat dibutuhkan tindakan, atau masih banyaknya rumah tangga miskin yang lebih

memilih tenaga kesehatan tradisional daripada tenaga medis lainnya.

Rendahnya kondisi kesehatan keluarga sangat miskin berdampak pada tidak optimalnya

proses tumbuh kembang anak, terutama pada usia 0-5 tahun. Pada tahun 2003, angka

kematian balita pada kelompok penduduk berpendapatan terendah adalah 77 persen per

1000 kelahiran hidup, sementara pada kelompok penduduk berpendapatan tertinggi

hanya 22 persen per 1000 kelahiran hidup (SDKI, 2003). Pada tahun 2000-2005,

terdapat kecenderungan bertambahnya kasus gizi kurang yang meningkat dari 24,5

persen pada tahun 2000 menjadi 29 persen pada tahun 2005. Gizi kurang berdampak

buruk pada produktivitas dan daya tahan tubuh seseorang sehingga menyebabkannya

terperangkap dalam siklus kesehatan yang buruk. Seringnya tidak masuk sekolah

karena sakit dapat menyebabkan anak putus sekolah. Kondisi kesehatan dan gizi mereka

yang umumnya buruk juga menyebabkan mereka tidak dapat berprestasi di sekolah.

Sebagian dari anak-anak keluarga sangat miskin ada juga yang sama sekali tidak

mengenyam bangku sekolah karena harus membantu mencari nafkah. Meskipun angka

partisipasi sekolah dasar tinggi, namun masih banyak anak keluarga miskin yang putus

sekolah atau tidak melanjutkan ke SMP/Mts. Kondisi ini menyebabkan kualitas generasi

penerus keluarga miskin senantiasa rendah dan akhirnya terperangkap dalam lingkaran

kemiskinan (Gambar 1).

Gambar 1. Lingkaran perangkap kemiskinan

4

Page 5: Analisis Program Keluarga Harapan

Berbagai indikator di atas menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan dasar, khususnya

bidang pendidikan dan kesehatan, terutama bagi RTSM perlu ditingkatkan sejalan

dengan upaya pemerintah membangun sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan

serta meluncurkan program-program yang ditujukan bagi keluarga miskin.

Masih banyaknya RTSM yang tidak mengakses dan memperoleh manfaat dari program-

program tersebut disebabkan oleh akar permasalahan yang terjadi baik pada sisi RTSM

(demand) maupun sisi penyedia pelayanan (supply). Pada sisi RTSM, ketidaktahuan

atau ketidakpedulian RTSM terhadap pentingnya kesehatan dan pendidikan diakibatkan

oleh rendahnya tingkat pendidikan atau akses informasi yang terbatas. Selain itu, RTSM

sering tidak mampu membiayai pemeliharaan atau perawatan kesehatan dan pendidikan

bagi anggota keluarganya akibat rendahnya tingkat pendapatan.

Sementara itu, permasalahan pada sisi supply yang menyebabkan rendahnya akses

RTSM terhadap pendidikan dan kesehatan antara lain adalah: 1) biaya pelayanan yang

tidak terjangkau oleh RTSM; 2) jarak antara tempat tinggal dan lokasi pelayanan yang

relatif jauh; dan 3) waktu pelayanan yang kurang sesuai sehingga harus berkompetisi

dengan kegiatan lain yang sulit ditinggalkan (seperti bekerja).

Pemenuhan hak atas kebutuhan dasar sesungguhnya merupakan bagian dari jaminan

sosial, yang merupakan komponen hak asasi bagi seluruh warga negara untuk

memperoleh kesejahteraan. Keberadaan jaminan sosial semakin relevan dalam

kehidupan kelompok masyarakat miskin karena mereka seringkali dihadapkan pada

ketidakpastian yang menghambat pelaksanaan fungsi sosialnya. Jaminan sosial juga

merupakan bentuk perlindungan dan pemeliharaan taraf kesejahteraan bagi warga yang

miskin, terutama dengan kemiskinan kronis. Dalam hal ini, UUD 1945 Pasal 34 ayat

(2) mengamanatkan bahwa: ”Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi

seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai

dengan martabat kemanusiaan.”

Dari sisi kebijakan sosial, PKH merupakan cikal bakal pengembangan sistem jaminan

sosial, khususnya bagi keluarga miskin. Persyaratan PKH yang mengharuskan RTSM

menyekolahkan dan memeriksakan kesehatan anak-anaknya, serta memeriksakan ibu

hamil, akan membawa perubahan pola pikir dan perilaku RTSM terhadap pentingnya

kesehatan dan pendidikan bagi anak-anaknya. Perubahan pola pikir tersebut diharapkan

juga akan berdampak pada berkurangnya anak usia sekolah RTSM yang harus bekerja.

5

Page 6: Analisis Program Keluarga Harapan

Hal ini menuntut perhatian pemerintah, baik pusat maupun daerah, untuk terus

memberikan pelayanan pendidikan dan kesehatan bagi keluarga miskin, dimanapun

mereka berada. Hal ini sejalan dengan amanat UUD 1945 Pasal 34 ayat (3) yang

menyatakan bahwa: ”Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan

kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak”. Dengan demikian, PKH

membuka peluang terjadinya sinergi antara program yang mengintervensi sisi supply

dan demand, dengan tetap mengoptimalkan desentralisasi. Koordinasi antar sektor,

antar tingkat pemerintahan, dan antar pemangku kepentingan (stakeholders) menjadi

kunci keberhasilan PKH.

Pada akhirnya, implikasi positif dari pelaksanaan PKH harus bisa dibuktikan secara

empiris sehingga pengembangan PKH memiliki bukti nyata yang bisa

dipertanggungjawabkan. Untuk itu, pelaksanaan PKH juga akan diikuti dengan program

monitoring dan evaluasi yang optimal.

1.2 Pengertian

Program Keluarga Harapan adalah program yang memberikan bantuan tunai kepada

RTSM melalui ketentuan dan persyaratan yang terkait dengan upaya peningkatan

kualitas sumberdaya manusia (SDM), yaitu pendidikan dan kesehatan.

UPPKH adalah unit pengelola PKH yang dibentuk baik di tingkat pusat dan daerah.

Peserta PKH adalah rumah tangga sangat miskin yang ditetapkan oleh UPPKH

Pusat.

Pendamping PKH adalah pekerja sosial (dapat berasal dari Pekerja Sosial

Masyarakat, Karang Taruna, sarjana penggerak pembangunan, dan organisasi sosial

kemasyarakatan lainnya) yang direkrut oleh UPPKH melalui proses seleksi dan

pelatihan untuk melaksanakan tugas pendampingan masyarakat penerima program

dan membantu kelancaran pelaksanaan PKH.

1.3 Tujuan

Tujuan utama dari PKH adalah untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan

kualitas sumberdaya manusia terutama pada kelompok masyarakat miskin. Tujuan

tersebut sekaligus sebagai upaya mempercepat pencapaian target MDGs.

Secara khusus, tujuan PKH terdiri atas:

6

Page 7: Analisis Program Keluarga Harapan

Meningkatkan kondisi sosial ekonomi RTSM;

Meningkatkan taraf pendidikan anak-anak RTSM;

Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, dan anak di bawah 6

tahun dari RTSM;

Meningkatkan akses pemerataan dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan,

khususnya bagi RTSM.

Kerangka logis PKH di Indonesia lebih lanjut dapat dilihat pada Lampiran 1.

1.4 Pelaksanaan PKH

Untuk tahun 2007, PKH akan dilaksanakan pada beberapa daerah uji coba dengan

sasaran sebanyak 500 ribu RTSM. Tujuan uji coba ini adalah untuk menguji berbagai

instrumen yang diperlukan dalam pelaksanaan PKH, seperti antara lain metode

penentuan sasaran, verifikasi persyaratan, mekanisme pembayaran, dan pengaduan

masyarakat.

Apabila tahap uji coba ini menunjukkan hasil yang positif, maka PKH akan

dilaksanakan setidaknya sampai dengan tahun 2015. Hal ini sejalan dengan komitmen

pencapaian MDGs, mengingat sebagian indikatornya juga diupayakan melalui PKH.

Selama periode tersebut, target peserta secara bertahap akan ditingkatkan hingga

mencakup seluruh RSTM dengan anak usia pendidikan dasar dan ibu hamil/nifas (tabel

1).

Peserta PKH akan menerima bantuan selama maksimal 6 tahun. Hal ini berdasar pada

pengalaman pelaksanaan program serupa di negara-negara lain yang menunjukan bahwa

setelah 5-6 tahun peserta dapat meningkat kualitas hidupnya. Untuk itu, setiap 3 tahun

akan dilakukan resertifikasi terhadap status kepesertaan. Apabila setelah 6 tahun

kondisi RTSM masih berada di bawah garis kemiskinan, maka untuk exit strategy PKH

memerlukan koordinasi dengan program lain yang terkait seperti antara lain

ketenagakerjaan, perindustrian, perdagangan, pertanian, pemberdayaan masyarakat, dan

sebagainya.

7

Page 8: Analisis Program Keluarga Harapan

Tabel 1. Rencana Tahapan Cakupan Penerima PKH 2007-2015

Tahap 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Tahap I 0,5

juta

0,5

juta

0,5

juta

0,5

juta

0,5

juta

0,5

juta

Exit

Tahap II 1,25

juta

1,25

juta

1,25

juta

1,25

juta

1,25

juta

1,25

juta

Exit

Tahap III 2,25

juta

2,25

juta

2,25

juta

2,25

juta

2,25

juta

2,25

juta

Exit

Tahap

IV

2,5

juta

2,5

juta

2,5

juta

2,5

juta

2,5

juta

2,5

juta

Total 0,5

juta

1,75

juta

4,0

juta

6,5

juta

6,5

juta

6,5

juta

6,0

juta

4,75

juta

2,5

juta

Biaya

Rp

triliun

1,0 3,0 6,7 11,0 11,0 11,0 10,1 8,0 4,2

Catatan:

1) Menggunakan asumsi rumah tangga sangat miskin dan miskin sebesar 6,5 juta

RTSM yang memiliki anak usia 0-15 tahun (data diolah dari Susenas 2005).

2) Biaya dihitung berdasarkan rata-rata bantuan tunai sebesar Rp.

1.390.000/RTSM/tahun serta kegiatan administrasi dan pendukung (survey,

sosialisasi, pelatihan pendamping, dan sebagainya).

Analisis Program Keluarga Harapan (PKH)

Era globalisasi dan modernisasi pembangunan di Indonesia melahirkan tuntutan

beberapa hal; Pertama, adanya sumberdaya manusia (SDM) yang memiliki integritas

kepribadian , pemikiran dan keterampilan. Kedua, adanya perluasan dan pemerataan

kualitas pendidikan. Ketiga, tingginya kualitas kesehatan masyarakat. Untuk mencapai

itu diperlukan sebuah program dimana pembangunan sumberdaya manusia harus

bermula dari sebuah keluarga yang berkualitas.

Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia adalah

dengan mengkapanyekan pembangunan manusia Indonesia dengan mendorong

pemerintah pusat maupun daerah untuk meningkatkan belanja publik, meningkatkan

8

Page 9: Analisis Program Keluarga Harapan

pelayanan dasar kepada masyarakat dan tentunya dengan program pemberian subsidi

bersyarat atau yang dikenal dengan PKH.

Tujuan utama dari Program Keluarga Harapan (PKH) adalah untuk mengurangai

kemiskinan dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia terutama pada kelompok

masyarakt miskin. Tujuan tersebut sekaligus sebagai upaya mempercepat pencapaian

terget Millenium Development Goals (MDG’s).

Program Keluarga Harapan adalah program yang memberikan bantuan tunai kepada

Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM). Sebagai imbalan RTSM diwajibkan memenuhi

persyaratan yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia, yaitu

pendidikan dan kesehatan. Dengan begitu PKH sangat terkait erat dengan program

Pembangunan Manusia Indonesia yang dijalankan Kementerian Kesra.

Dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan sekaligus pengembangan

kebijakan di bidang perlindungan sosial, pemerintahan Indonesia mulai tahun 2007

melakanakan PKH. Program serupa di negara lain dikenal dengan istilah conditional

cash tranfers (CCT) atau bantuan tunai tunai bersyarat.

Keunggulan PKH

Program Keluarga Harapan berkaca pada kisah sukses program conditional cash

transfer (transfer tunai bersyarat) di Meksiko dan sejumlah negara Amerika Latin serta

Turki dan Bangladesh. Program Bantuan Tunai Bersyarat adalah program pemberian

bantuan tunai kepada keluarga miskin dengan syarat anak mereka bersekolah dan balita

serta ibu hamil memenuhi sejumlah protokol kesehatan.

Program ini patut dilakukan di Indonesia karena bisa mengatasi pelbagai problem yang

kita hadapi, misalnya soal kesehatan dan pendidikan. Saat ini satu dari empat anak

Indonesia di bawah usia lima tahun menderita gizi buruk. Angka kematian ibu di

Indonesia tiga kali lebih besar daripada di Vietnam dan enam kali lebih besar daripada

di Cina. Empat puluh persen anak miskin yang lulus SD tidak melanjutkan pendidikan

ke SMP.

Manfaat program ini sudah terbukti. Di Kolombia, angka kemiskinan turun enam

persen. Di Meksiko, Kolombia, dan Nikaragua, partisipasi sekolah meningkat 8, 13, dan

9

Page 10: Analisis Program Keluarga Harapan

22 persen. Program Opportunidades di Meksiko juga berhasil meningkatkan tingkat

imunisasi dan mengurangi kerentanan balita terhadap penyakit.

Untuk menyukseskan program ini, diperlukan koordinasi antar   departemen dan

institusi terkait, termasuk antara pemerintah pusat dan daerah. Departemen Pendidikan

dan Departemen Kesehatan memiliki peran penting untuk memastikan ketersediaan

segala sarana. Di daerah uji coba Program Keluarga Harapan dapat dipastikan akan

terjadi kenaikan pengunjung puskesmas dan posyandu.

Sekolah-sekolah akan diserbu murid. Kedua departemen itu harus bisa memastikan

masyarakat miskin terlayani. Upaya serius perlu dilakukan agar keluarga miskin

mendapat uang sebelum tahun ajaran baru, agar mereka tak bermasalah dalam

mendaftarkan anak mereka ke sekolah. Di Amerika Latin, umumnya program tunai

bersyarat langsung ditangani kantor kepresidenan. Tanpa dukungan politik yang besar,

sukar memastikan koordinasi bisa berjalan efektif.

PKH juga bukan di maksudkan sebagai kelanjutan program subsidi langsung tunai

(SLT) yang diberikan dalam rangka membantu rumah tangga miskin mempertahankan

daya belinya pada saat pemerintah melakukan penyesuaian harga BBM. PKH lebih

dimaksudkan kepada upaya membangun sistem perlindungan sosial kepada masyarakat

miskin .

Berdasarkan pengalaman negara-negara lain seperti contoh di atas, program serupa

sangat bermanfaat terutama bagi keluarga dengan kemiskinan kronis. Pelaksanaan PKH

di Indonesia diharapkan akan membantu penduduk termiskin, bagian masyarakat yang

paling membutuhkan uluran tangan dari siapapun juga. Pelaksanaan PKH secara

kesinambungan setidaknya hingga tahun 2015 akan mempercepat pencapaian tujuan

pembangaunan milenium (millennium development goals atau MDGs).

Setidaknya terdapat 5 komponen MDGs yang secara tidak langsung akan terbantu oleh

PKH, yaitu pengurangan penduduk miskin dan kelaparan, pendidikan dasar, kesetaraan

gender, pengurangan angka kematian bayi dan balita, dan pengurangan kematian ibu

melahirkan.

Dalam PKH, bantuan akan diberikan kepada rumah tangga sangat miskin dan sebagai

imbalannya RTSM tersebut diwajibkan untuk menyekolahkan anaknya, melakukan

pemeriksaan kesehatan termasuk pemeriksaan gizi dan imunisasi balita, serta

10

Page 11: Analisis Program Keluarga Harapan

memeriksakan kandungan bagi ibu hamil. Untuk jangka pendek,bantuan ini akan

membantu mengurangi beban pengeluaran RTSM, sedangkan untuk jangka panjang

diharapkan akan memutus rantai kemiskinan antar generasi.

Tingkat kemiskinan suatu rumah tangga secara umum terkait dengan tingkat pendidikan

dan kesehatan. Rendahnya penghasilan keluarga sangat miskin menyebabkan keluarga

tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan pendidikan dan kesehatan,untuk tingkat

minimal sekalipun.pemeliharaan kesehatan ibu sedang mengandung pada keluarga

sangat miskin sering tidak memadai sehingga menyebabkan buruknya kondisi kesehatan

bayi yang dilahirkan bahkan kematian bayi.

Masih banyaknya RTSM yang tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar pendidikan dan

kesehatan disebabkan oleh akar permasalahan yang terjadi baik pada sisi RTSM

(demand) mupun sisi pelayanan (supply). Pada sisi RTSM , alasan terbesar untuk tidak

melanjutkan sekolah ialah karena tidak adanya biaya, bekerja untuk mencari nafkah ,

merasa pendidikannya sudah cukup, dan alasan lainnya. Demikian halnya untuk

kesehatan ,RTSM tidak mampu membiayai pemeliharaan atau perawatan kesehatan bagi

anggota keluarganya akibat rendanya tingkat pendapatan.

Sementara itu, permasalahan pada sisi supply yang menyebabkan rendahnya akses

RTSM terhadap pendidikan dan kesehatan antara lain adalah belum tersedianya

pelayanan kesehatan dan pendidikan yang terjangkau oleh RTSM. Biaya pelayanan

yang tidak terjangkau oleh RTSM serta jarak antara tempat tinggal dan lokasi pelayanan

yang relatif jauh merupakan tantangan utama bagi penyedia pelayanan pendidikan dan

kesehatan.

Dengan demikian, PKH membuka peluang terjadinya sinergi antara program yang

mengintervensi sisi supply dan demand, dengan tetap mengoptimalkan desentralisasi,

koordinasi antar sektor, koordinasi antar tingkat pemerintah, serta antar pemangku

kepentingan ( stakeholders) .

Pada akhirnya, implikasi positif dari pelaksanaan PKH harus bisa di buktikan secara

empiris sehingga pengembangan PKH memiliki bukti nyata yang bisa di pertanggung

jawabkan. Dan Investasi di PKH sebagai investasi jangka panjang pebangunan manusia

Indonesia dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pembangunan bangsa dan

penanggulangan kemiskinan.

11

Page 12: Analisis Program Keluarga Harapan

Dari bahasan di atas beberapa keunggulan dari PKH adalah sebagai berikut:

1. Mampu mengatasi pelbagai problem yang dihadapi, misalnya soal kesehatan dan

pendidikan.

2. Mampu mempercepat upaya pencapaian terget Millenium Development Goals

(MDG’s).

3. Mampu mengurangi penduduk miskin dan kelaparan, meningkatkan pendidikan

dasar, kesetaraan gender, pengurangan angka kematian bayi dan balita, dan

pengurangan kematian ibu melahirkan.

4. Mengoptimalkan desentralisasi, koordinasi antar sektor, koordinasi antar tingkat

pemerintah, serta antar pemangku kepentingan ( stakeholders).

5. Membuka banyak lapangan kerja bagi para Sarjana untuk ditempatkan sebagai

petugas pendamping dan operator PKH di tingkat kecamatan.

6. Sebagai investasi jangka panjang pebangunan manusia Indonesia dapat memberikan

sumbangan yang berarti bagi pembangunan bangsa dan penanggulangan kemiskinan

Kelemahan PKH

Secara konseptual, PKH lebih baik dari BLT. Sistem dan mekanismenya lebih

disempurnakan. PKH melibatkan para pendamping program yang akan memantau

perkembangan penerima pelayanan dan memfasilitasi mereka memenuhi persyaratan

yang ditentukan.

PKH juga memiliki unit khusus yang disiapkan untuk memverifikasi data RTSM dan

menangani pengaduan. Namun, sebagai program baru, PKH tidak akan terlepas dari

berbagai tantangan dalam implementasinya. Sedikitnya ada tiga titik rawan/kelemahan

yang perlu dicermati.

Pertama, prosedur PKH jauh lebih rumit daripada BLT. Meskipun telah disiapkan

pendamping terlatih, kesalahpahaman terhadap mekanisme implementasi PKH bisa

tetap terjadi, baik di kalangan pendamping maupun penerima pelayanan.

Kedua, kalangan akademis, pegiat LSM, dan analis di Indonesia cenderung melihat

bahwa kemiskinan hanya bisa dikurangi melalui pemberian modal usaha, kredit mikro,

pelatihan wirausaha, dan program pemberdayaan ekonomi dalam arti sempit.

12

Page 13: Analisis Program Keluarga Harapan

PKH lebih bernuansa perlindungan sosial dan investasi sosial jangka panjang.

Karenanya, para pembuat kebijakan dan pengelola PKH harus siap menghadapi

gempuran kritikan karena dianggap hanya memberi "ikan" ketimbang "kail."

Ketiga, PKH tidak diberikan kepada semua keluarga miskin, melainkan hanya kepada

RTSM yang memiliki ibu hamil atau anak usia sekolah dan memiliki identitas nama dan

alamat yang jelas serta memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP). Pada titik ini, PKH

akan sangat rentan terhadap protes dan perlawanan terutama dari mantan penerima BLT

yang tidak bisa secara otomatis menerima PKH. PKH hanya ditujukan kepada RTSM

yang memiliki KTP atau alamat yang jelas sedangkan masih banyak masyarakat miskin

yang tidak memiliki KTP yang sebenarnya kondisinya lebih parah ketimbang RTSM

sasaran yang akhirnya tidak tersentuh PKH maupun program penganggulangan

kemiskinan lainnya.

Isu ini sudah terjadi di Indramayu. Khawatir terjadi demonstrasi dan konflik

antarpenduduk, Bupati Indramayu bahkan menolak PKH diujicobakan di wilayahnya.

Ketiga titik rawan ini perlu direspons dengan tindakan strategis dan segera. Jika tidak,

bukan mustahil nasib PKH akan sama dengan BLT, layu sebelum berkembang.

13

Page 14: Analisis Program Keluarga Harapan

14