analisis praktik klinik keperawatan …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-pr-fahmita...

48
UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN KEJANG DEMAM DI RSUP FATMAWATI KARYA ILMIAH AKHIR NERS FAHMITA A’YUNI, S.Kep 0806333890 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM NERS ILMU KEPERAWATAN DEPOK, JAWA BARAT JULI 2013 Analisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013

Upload: tranthuan

Post on 30-Jan-2018

224 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-PR-Fahmita Ayuni.pdf · 2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam ... 2.7 Hasil Penelitian

i

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN

MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN KEJANG DEMAM DI

RSUP FATMAWATI

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

FAHMITA A’YUNI, S.Kep

0806333890

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM NERS ILMU KEPERAWATAN

DEPOK, JAWA BARAT

JULI 2013

Analisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013

Page 2: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-PR-Fahmita Ayuni.pdf · 2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam ... 2.7 Hasil Penelitian

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KESEHATAN

MASYARAKAT PERKOTAAN PADA PASIEN KEJANG DEMAM DI

RSUP FATMAWATI

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Ners Ilmu Keperawatan

FAHMITA A’YUNI, S.Kep

0806333890

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM NERS ILMU KEPERAWATAN

DEPOK, JAWA BARAT

JULI 2013

Analisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013

Page 3: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-PR-Fahmita Ayuni.pdf · 2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam ... 2.7 Hasil Penelitian

: Fahmita A'Yllni, S.Kep

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya ilmiah akhir ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama

NPM

Tanda Tangan

Tanggal : 24 Juli 2013

IIIAnalisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013

Page 4: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-PR-Fahmita Ayuni.pdf · 2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam ... 2.7 Hasil Penelitian

iv

LEMBAR PENGESAHAN

Karya Ilmiah ini diajukan oleh :

Nama : Fahmita A‟yuni

NPM : 0806333890

Program Studi : Profesi Ilmu Keperawatan

Judul Karya Ilmiah : Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan

Masyarakat Perkotaan pada Pasien Kejang

Demam di RSUP Fatmawati

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai

bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners pada Program

Studi Profesi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas

Indonesia

DEWAN PENGUJI

Pembimbing: Happy Hayati, S.Kp. M.Kep. ( )

Penguji : Siti Chodidjah, S.Kp., M.N. ( )

Penguji : Ns. Ngatmi, S.Kp. ( )

Ditetapkan di: Depok

Tanggal: 24 Juli 2013

Analisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013

Page 5: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-PR-Fahmita Ayuni.pdf · 2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam ... 2.7 Hasil Penelitian

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji dan syukur penulis panjatkan

kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya serta

memberikan kekuatan dan pengetahuan selama penerapan, pengamatan, dan

penulisan karya ilmiah akhir ini. Penulis menemui kesulitan-kesulitan dalam

menyusun karya ilmiah ini yang kemudian dapat penulis selesaikan berkat

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu selama

pelaksanaan dan penulisan karya ilmiah akhir ini, di antaranya:

1. Ibu Fajar Triwaluyanti, S.Kp., M.Kep., Sp. Kep. An. selaku Koordinator mata

ajar peminatan anak dan Ketua Kelompok Keilmuan Keperawatan Anak FIK

UI yang telah membimbing dan membantu penulis dalam menyelesaikan

karya ilmiah ini sampai tuntas.

2. Ibu Happy Hayati, S.Kp. M.Kep selaku pembimbing yang telah memberikan

waktu untuk membimbing dan mengarahkan serta memberikan dukungan,

semangat, dan nasihat kepada penulis selama pelaksanaan penelitian sampai

berakhirnya proses penulisan karya ilmiah akhir.

3. Ibu Siti Chodidjah, S.Kp., M.N. selaku penguji atas saran dan kritik yang

membangun bagi penulis.

4. Ibu Ns. Ngatmi, S.Kp selaku pembimbing lahan klinik (clinical instructor)

atas arahan, perhatian, dukungan, saran, kritik, dan motivasi yang diberikan

selama praktik profesi di stase Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan

Masalah Perkotaan (PKKKMP) di ruang rawat inap anak RSUP Fatmawati.

5. Ibu Dewi Irawaty, MA., PhD. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Indonesia.

6. Kakak-kakak perawat yang bertugas di ruang rawat anak RSUP Fatmawati

atas penerimaan, pembelajaran, dan keteladanan yang positif yang diberikan

semasa praktik, yang tidak dapat penulis temukan selama menuntut ilmu di

kampus.

7. Bapak dan Ibu yang selalu mendukung, memberikan kasih sayang, bimbingan,

nasihat, semangat, dan do‟a yang tiada putus-putusnya serta pelajaran-

Analisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013

Page 6: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-PR-Fahmita Ayuni.pdf · 2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam ... 2.7 Hasil Penelitian

vi

pelajaran berharga bagi penulis. Kakakku Lutfi dan adik-adikku Giri dan Nisa

atas keceriaan dan dukungannya kepada penulis.

8. Sahabat-sahabat tersayang atas pertemanan, do‟a, canda, dan semangat yang

senantiasa dilakukan sampai saat ini.

9. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah banyak

membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah akhir ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan

karya ilmiah akhir ini. Oleh sebab itu saran dan kritik yang membangun sangat

berarti bagi penulis untuk menjadi lebih baik di masa mendatang. Akhir kata,

penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihak. Semoga penulisan karya

ilmiah akhir ini dapat membawa manfaat bagi pengembangan dan peningkatan

ilmu keperawatan.

Depok, 24 Juli 2013

Penulis

Analisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013

Page 7: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-PR-Fahmita Ayuni.pdf · 2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam ... 2.7 Hasil Penelitian

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLlKASI

KARYA ILMIAH AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Fahmita A 'yuni, S.KepNPM : 0806333890Program Studi : Sarjana Ilmu KeperawatanFakultas : Ilnlu KeperawatanJenis Karya : Karya Ilmiah Akhir Ners

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepadaUniversitas Indonesia Hak Bebas RoyaIti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty­Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

"Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan PadaPasien Kejang Demam Di Rsup Fatmawati"

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas RoyaltiNoneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan.,mengalihmedia/formatkan, mengelola dalanl bentuk pangkalan data (data base)~

merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya tanpa lneminta izin dari sayaselama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagaipemilik Hak Cipta.

Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di: Depok

Pada tanggal: 24 Juli 2013

Yang Menyatakan

(Fahmita A'yuni, S.Kep)

viiAnalisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013

Page 8: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-PR-Fahmita Ayuni.pdf · 2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam ... 2.7 Hasil Penelitian

viii

ABSTRAK

Nama : Fahmita A‟yuni, S.Kep

Program Studi : S1 Program Ners Fakultas Ilmu Keperawatan

Judul : Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat

Perkotaan Pada Pasien Kejang Demam di RSUP Fatmawati

Karya ilmiah ini membahas asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien anak

di RSUP Fatmawati dengan kasus yang cukup sering terjadi pada masyarakat

perkotaan, yaitu kejang demam. Satu anak berusia 18 bulan, yang didiagnosis

menderita kejang demam, menjadi pasien kelolaan selama hari pertama sampai

terakhir perawatan di ruang rawat inap dengan penerapan pemberian tepid sponge

disertai obat antipiretik saat anak demam yang menjadi salah satu intervensi dari

asuhan keperawatan yang diberikan. Meminimalkan risiko infeksi dan mencegah

demam timbul kembali menjadi fokus utama dalam asuhan keperawatan pada

pasien kelolaan. Kombinasi pemberian tepid sponge dan obat antipiretik

memperlihatkan penurunan suhu sebesar 2oC dalam waktu 60 menit. Tidak

terlihat ketidaknyamanan anak selama tepid sponge dilakukan. Penelitian lebih

lanjut dibutuhkan untuk mengetahui tingkat pengetahuan orang tua tentang

pemberian terapi tepid sponge untuk mencegah demam

Kata kunci: anak, demam, kejang demam, perawatan

Analisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013

Page 9: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-PR-Fahmita Ayuni.pdf · 2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam ... 2.7 Hasil Penelitian

ix

ABSTRACT

Name : Fahmita A'yuni, S.Kep

Study program : Graduate of Program Ners of Nursing Science, Faculty of

Nursing

Title : Analysis Clinical Practice of Urban Health Nursing in Patient

with Febrile Convulsion at RSUP Fatmawati

This paper was discussed about the nursing care given to one patient of children in

Fatmawati‟s Hospital who had febrile convulsion as a fairly common case in

urban communities. One child in the range of 6 months to 5 years who were

diagnosed febrile seizures were being managed patients during the first until the

last day of inpatient care with application of the provision tepid sponge and

antipyretic drugs when the child had fever. It became one of nursing care

interventions given. Minimize the risk of infection and prevent the fever comes

back were the main focus in nursing intervention on that managed patient. The

other child in the same range of age and diagnosis became an individual control

with antipyretic administration only when the child had a fever. The combination

giving tepid sponge and antipyretic drug showed a drop in temperature of 2 ° C

within 60 minutes. Not visible discomfort in children during tepid sponge done.

Further research is needed to determine the level of parental knowledge about

therapy tepid sponge to prevent fever.

Keywords: child, febrile convulsion, fever, treatment

Analisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013

Page 10: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-PR-Fahmita Ayuni.pdf · 2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam ... 2.7 Hasil Penelitian

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………. ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS…………………………….. iii

LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………… iv KATA PENGANTAR…………………………………………………………… v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH………………….. vii

ABSTRAK………………………………………………………………………. viii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. x

DAFTAR TABEL……………………………………………………………….. xi

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………. xii

1. PENDAHULUAN……………………………………………………………. 1

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………... 1

1.2 Perumusan Masalah…………………………………………………………... 3

1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………………… 4

1.4 Manfaat Penulisan…………………………………………………………….. 4

2. Tinjauan Pustaka…………………………………………………………….. 6

2.1 Kejang Demam……………………………………………………………….. 6

2.2 Klasifikasi Kejang……………………………………………………………. 7

2.3 Manifestasi Klinis Kejang Demam…………………………………………... 9

2.4 WOC Kejang Demam………………………………………………………... 11

2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam…………………… 11

2.6 Cara Penurunan Panas Tubuh……………………………………………….. 13

2.7 Hasil Penelitian Terkait Pemberian tepid Water Sponge pada

Anak dengan Kejang Demam………………………………………………… 15

3. Laporan kasus Kelolaan Utama……………………………………………... 17

3.1 Gambaran Kasus……………………………………………………………... 17

3.2 Asuhan Keperawatan pada Anak A………………………………………….. 17

3.2.1 Pengkajian……………………………………………………………… 17

3.2.2 Analisis Data dan Diagnosa keperawatan……………………………… 20

3.2.3 Rencana Asuhan Keperawatan………………………………………… 22

3.2.4 Implementasi…………………………………………………………… 23

3.2.5 Evaluasi………………………………………………………………… 25

4. Analisis Situasi……………………………………………………………….. 26

4.1 Profil Lahan Praktik………………………………………………………….. 26

4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep Terkait

KKMP dan Konsep Kejang Demam………………………………………… 27

4.3 Analisis Intervensi Tepid Water Sponge dengan Konsep Terkait…………… 30

4.4 Alternatif Pemecahan yang dapat dilakukan………………………………… 31

5. Penutup………………………………………………………………………. 33

5.1 Kesimpulan…………………………………………………………………... 33

5.2 Saran…………………………………………………………………………. 33

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………. 34

Analisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013

Page 11: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-PR-Fahmita Ayuni.pdf · 2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam ... 2.7 Hasil Penelitian

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Manifestasi Klinis Kejang Demam…………………………………... 10

Tabel 3.1 Analisis Data Hasil Pengkajian………………………………………. 20

Analisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013

Page 12: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-PR-Fahmita Ayuni.pdf · 2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam ... 2.7 Hasil Penelitian

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 WOC Kejang Demam……………………………………………... 11

Analisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013

Page 13: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-PR-Fahmita Ayuni.pdf · 2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam ... 2.7 Hasil Penelitian

1

Universitas Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kejang demam selama ini merupakan tipe kejang yang umumnya sering

ditemukan pada anak-anak terutama pada usia balita. Di Amerika Serikat,

Amerika Selatan, dan Eropa Barat sekitar 2-5% anak-anak menderita kejang

demam di bawah usia 5 tahun (Shinnar & Glauser (2002) dalam David, 2009).

Di Denmark, Eropa Utara, angka kematian akibat kejang demam mencapai 132

dari 100.000 anak (Vestergaard et al., 2008). Penulis belum menemukan

penelitian atau riset baik nasional maupun lokal mengenai prevalensi atau

insiden kejang demam di Indonesia. Namun di RS Fatmawati, tercatat 36 kasus

kejang demam yang didiagnosis dalam periode bulan April sampai Mei 2013,

jumlah terbesar dibandingkan kasus lainnya (RSUP Fatmawati, 2013). Sebuah

penelitian di Cina tahun 2006 menyatakan bahwa 103 dari 565 anak usia 1-6

tahun yang menderita kejang demam memiliki kekambuhan yang cukup tinggi

pada usia 1, 2, dan 3 tahun dengan jumlah persentase masing-masing 12,7%,

18,7%, dan 20,5% (Chung, Wat, dan Wong, 2006).

Kejang demam adalah peristiwa neurologis umum di antara anak-anak di

seluruh dunia, tetapi lebih banyak ditemukan pada daerah tropis (Birbeck,

2010). Di negara berkembang, penduduk perkotaan sering tinggal di

permukiman kumuh besar yang kekurangan sanitasi dasar dan utilitas seperti

air dan listrik (Unit For Sight, 2013). Kurangnya infrastruktur dasar tersebut

dapat memperburuk tingkat penyakit menular atau infeksi yang merupakan

pencetus timbulnya kejang demam. Kesadaran untuk menerapkan kebiasaan

mencuci tangan dengan sabun juga masih tergolong rendah pada masyarakat

perkotaan (Mikail, 2011). Hal ini turut menjadi penyebab balita di perkotaan

memiliki risiko lebih tinggi terkena infeksi sehingga lebih berisiko menderita

kejang demam.

Epilepsy Foundation of America menyatakan 3-4% dari semua anak

mengalami setidaknya satu kali kejang demam dalam hidupnya (Epilepsy

Foundation of America, 2012). Tiga puluh sampai 40% dari mereka yang

1

Analisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013

Page 14: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-PR-Fahmita Ayuni.pdf · 2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam ... 2.7 Hasil Penelitian

2

Universitas Indonesia

mengalami kejang ini akan memiliki kekambuhan, namun, sebagian besar pulih

pada usia 5 tahun dan dapat berkembang secara normal. Kasus kejang demam

tersebut relatif sedikit untuk selanjutnya berkembang menjadi epilepsi. Hanya

9% anak-anak yang mengalami tiga kali atau lebih kejang demam dengan

faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi (Epilepsy Foundation of America,

2012). Beberapa faktor tersebut yaitu kejang pertama yang terjadi sebelum usia

18 bulan, kejang terjadi dalam beberapa jam, demam yang mencapai 38oC-

39oC, dan riwayat kejang demam keluarga dekat.

National Health Service (NHS) di UK menyatakan bahwa kejang demam

umumnya disebabkan oleh penyakit umum seperti infeksi saluran pernapasan

atas virus seperti flu, infeksi telinga atau roseola (virus yang menyebabkan

suhu dan ruam). Kondisi lain yang dapat menyebabkan suhu tinggi misalnya

tonsillitis dan infeksi ginjal atau infeksi saluran kemih (National Health

Service/NHS, 2012). Manifestasi klinis kejang demam meliputi kejadian yang

tiba-tiba seperti kekakuan tubuh, kehilangan kesadaran yang cepat, gerakan-

gerakan otot tangan, kaki, dan wajah menyentak, nafas dapat ireguler, dan

tidak ada kemampuan mengunyah (White, 2005). Kejang demam biasanya

terjadi pada awal saat terjadi demam tinggi dan biasanya kejang terjadi hanya

sekali dalam waktu kurang dari 3 menit. Kejang dapat menyebabkan

kerusakan sel-sel otak apabila kejang terjadi lebih dari 5 menit (Nursewian,

2012).

Kejang demam pada anak membutuhkan penanganan yang tepat dan segera

untuk mencegah terjadinya kejang berulang. Pencegahan infeksi, demam, dan

cedera menjadi fokus utama dalam pemberian asuhan keperawatan kejang

demam pada anak (Sara, 2002; Wong, 2004). Edukasi parental merupakan hal

penting untuk diberikan karena mayoritas orang tua umumnya percaya bahwa

kejang demam adalah peristiwa yang mengancam jiwa, dan sebagian orang tua

tidak tahu apa yang harus dilakukan selama episode kejang demam (Kayserili

et al., 2008).

Penulis menemukan masalah yang terdapat pada anak yang mengalami kejang

demam yaitu demam yang hilang timbul. Demam disebabkan oleh antigen

Analisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013

Page 15: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-PR-Fahmita Ayuni.pdf · 2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam ... 2.7 Hasil Penelitian

3

Universitas Indonesia

atau mikoroorganisme yang menyebabkan peradangan dan pelepasan pirogen

yang merupakan zat yang menginduksi demam (Vera, 2013). Demam terjadi

pada anak dengan kejang demam akibat infeksi. Demam akan dialami anak

selama penanganan infeksi belum tuntas. Penanganan demam saat ini

dilakukan dengan pemberian terapi obat antipiretik, manajemen cairan,

pemakaian baju yang tipis, dan pemberian tepid sponge.

Tepid sponge adalah adalah proses sponging dengan air hangat untuk

mengurangi suhu tubuh dengan evaporasi atau penguapan (Clement, 2007).

Suhu air yang digunakan untuk tepid sponge adalah 26oC-32

oC. Sebuah

penelitian di India menunjukkan bahwa pemberian antipiretik yang disertai

tindakan tepid sponge menurunkan suhu tubuh lebih cepat dibandingkan

dengan pemberian antipiretik saja (Thomas, Vijaykumar, Naik, Moses, &

Antonisamy, 2009). Penelitian Tia Setiawati, 2009 menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan bermakna antara suhu tubuh sebelum dan setelah diberikan

antipiretik disertai tepid sponge pada kelompok intervensi.

Penulis bermaksud menyampaikan hasil praktik pemberian asuhan

keperawatan pada pasien anak dengan kejang demam yang mengalami masalah

kesehatan demam yang hilang timbul. Aplikasi metode tepid sponge disertai

terapi obat antipiretik termasuk dalam asuhan keperawatan yang diberikan

untuk mengatasi masalah demam anak.

1.2 Perumusan masalah

Kejang demam, sebagai kasus yang memiliki angka kejadian yang cukup

tinggi setiap tahunnya, membutuhkan penanganan yang tepat. Tindakan yang

utama adalah mencegah kejadian kejang berulang dengan cara mengurangi

timbulnya demam. Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan di rumah

sakit bertanggung jawab terhadap tindakan baik mandiri maupun kolaboratif

yang dapat mendukung proses penyembuhan anak dengan kejang demam.

Salah satu tindakan mandiri perawat yang dapat diberikan adalah dengan

melakukan kompres hangat atau tepid water sponge untuk membantu proses

penurunan suhu tubuh anak saat demam.

Analisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013

Page 16: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-PR-Fahmita Ayuni.pdf · 2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam ... 2.7 Hasil Penelitian

4

Universitas Indonesia

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada anak dengan kejang

demam dengan pemberian tepid sponge disertai pemberian antipiretik

untuk mengatasi demam.

1.3.2 Tujuan khusus:

1. Mengetahui gambaran umum anak dengan kejang demam.

2. Mengetahui gambaran masalah keperawatan yang terjadi pada anak

dengan kejang demam.

3. Mengetahui gambaran rencana asuhan keperawatan pada anak dengan

kejang demam.

4. Mengetahui gambaran implementasi keperawatan dan evaluasi pada

anak dengan kejang demam.

5. Mengetahui efek pemberian tepid sponge disertai pemberian antipiretik

pada anak yang mengalami demam.

1.4 Manfaat penulisan

Hasil penulisan karya ilmiah ini kelak dapat dimanfaatkan untuk kepentingan

dalam ruang lingkup keperawatan. Karya ilmiah ini dapat dipergunakan untuk

mahasiswa, instansi pendidikan keperawatan, dan perkembangan ilmu

keperawatan.

1.4.1 Bagi mahasiswa

Karya ilmiah ini dapat menambah wacana bagi mahasiswa kesehatan

khususnya mahasiswa keperawatan dalam mempelajari konsep maupun

praktik asuhan keperawatan pada anak dengan kejang demam.

Mahasiswa keperawatan diharapkan mampu mempraktikkan asuhan

keperawatan dengan tepat pada anak dengan kejang demam saat praktik

di lapangan dengan pemahaman yang baik terhadap asuhan keperawatan

tersebut.

Analisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013

Page 17: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-PR-Fahmita Ayuni.pdf · 2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam ... 2.7 Hasil Penelitian

5

Universitas Indonesia

1.4.2 Bagi Instansi Pendidikan Keperawatan

Informasi dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi instansi

pendidikan FIK UI sebagai laporan hasil asuhan keperawatan mahasiswa

profesi ners pada anak dengan kejang demam. Instansi juga dapat

menggunakan karya ilmiah ini sebagai sumber referensi bagi peserta

didik, terutama yang sedang mengikuti mata kuliah keperawatan anak.

1.4.3 Bagi Masyarakat

Karya ilmiah ini dapat dimanfaatkan sebagai referensi yang dapat

disebarluaskan kepada masyarakat agar masyarakat mengetahui

penanganan terhadap anak dengan kejang demam. Masyarakat juga

diharapkan dapat mengerti dan mampu menerapkan tepid sponge sebagai

salah satu upaya yang cepat, praktis, dan dapat dilakukan secara mandiri

untuk meredakan demam anak.

Analisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013

Page 18: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-PR-Fahmita Ayuni.pdf · 2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam ... 2.7 Hasil Penelitian

6

Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kejang Demam

Kejang demam adalah kejang yang muncul akibat demam pada bayi atau anak

kecil (National Institute of neurological Disorders and Stroke/ NINDS, 2013).

Anak sering kehilangan kesadaran selama kejang demam, dan tampak

bergetar, bergerak kaki di kedua sisi tubuh. Anak mungkin menjadi kaku atau

bergetar hanya sebagian dari tubuh, seperti tangan atau kaki, atau di sebelah

kanan atau sisi kiri saja, tetapi ini lebih jarang terjadi. Kejang demam yang

paling terakhir satu atau dua menit, meskipun beberapa dapat sesingkat

beberapa detik sementara yang lain berlangsung selama lebih dari 15 menit

(NINDS, 2013).

Kejang demam diklasifikasi menjadi dua jenis utama, yaitu kejang demam

sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang demam sederhana adalah

jenis yang paling umum dari kejang demam, terhitung sekitar 8 dari 10 kasus

(NHS, 2012). Kejang yang kurang umum terjadi adalah kejang demam

kompleks dengan angka kejadian 2 dari 10 kasus. Masing-masing tipe kejang

tersebut memiliki ciri khas atau manifestasi klinis yang berbeda.

Patofisiologi dari kejang demam sampai saat ini masih belum sepenuhnya

dipahami (Shellhaas, et al., 2011). Faktor genetik diperkirakan menjadi

penyebab pada sebagian besar kasus kejang demam. Kejang ini dipicu oleh

kenaikan suhu yang drastis yang disebabkan oleh infeksi viral atau bakterial.

Kenaikan suhu 1º C pada keadaan demam akan mengakibatkan kenaikan

metabolisme basal 10-15% dan peningkatan kebutuhan oksigen sampai 20%

sehingga pada kenaikan suhu tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan

dari membran dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi ion K dan Na

melalui membran sel, dengan akibat lepasnya muatan listrik yang demikian

besar sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitar

dengan bantuan neurotransmitter dan terjadilah kejang. Kejang dapat terjadi

pada kenaikan suhu sampai 38 C, ini terjadi pada anak yang memiliki ambang

6

Analisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013

Page 19: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-PR-Fahmita Ayuni.pdf · 2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam ... 2.7 Hasil Penelitian

7

Universitas Indonesia

kejang yang rendah, namun pada anak dengan ambang kejang yang tinggi,

kejang baru terjadi pada suhu diatas 39oC (Elsevier, 2012).

Kejang demam yang berlangsung singkat umumnya tidak berbahaya dan tidak

meninggalkan gejala sisa, tetapi kejang demam yang berlangsung lama (>15

menit) biasanya disertai dengan apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan

energi untuk kontraksi otot skelet yang mengakibatkan hipoksemia,

hiperkapnea, dan asidosis laktat. Faktor yang terpenting adalah gangguan

peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga berakibat

meningkatnya permeabilitas vaskular dan udem otak serta kerusakan sel

neuron.

2.2 Klasifikasi Kejang

Kejang adalah malfungsi singkat dari sistem listrik otak yang terjadi karena

muatan neuron kortikal (Wong, 2004). Kejang diklasifikasikan menjadi dua

yaitu kejang parsial dan kejang umum.

2.2.1 Kejang Parsial

Kejang parsial dimulai dengan pelepasan listrik di satu daerah tertentu

dari otak. Beberapa hal berbeda dapat menyebabkan kejang parsial,

misalnya cedera kepala, infeksi otak, stroke, tumor, atau perubahan

dalam cara daerah otak dibentuk sebelum lahir (disebut displasia

kortikal). Penyebab kejang parsial masih belum jelas tetapi faktor

genetik mungkin berperan (Schachter, 2013). Kejang parsial

diklasifikasikan lagi menjadi tiga yaitu kejang parsial sederhana, kejang

sensori khusus, dan kejang parsial kompleks (Wong, 2004).

Kejang parsial sederhana ditandai dengan kondisi yang tetap sadar dan

waspada, gejala motorik terlokalisasi pada salah satu sisi tubuh.

Manifestasi lain yang tampak yaitu kedua mata saling menjauh dari sisi

fokus, gerakan tonik-klonik yang melibatkan wajah, salivasi, bicara

berhenti, gerakan klonik terjadi secara berurutan dari mulai kaki,

tangan, atau wajah (Wong, 2004).

Analisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013

Page 20: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-PR-Fahmita Ayuni.pdf · 2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam ... 2.7 Hasil Penelitian

8

Universitas Indonesia

Kejang sensori khusus dicirikan dengan berbagai sensasi. Kebas,

kesemutan, rasa tertusuk, atau nyeri yang berasal dari satu lokasi

(misalnya wajah atau ekstremitas) dan menyebar ke bagian tubuh

lainnya merupakan beberapa manifestasi kejang ini. Pengelihatan dapat

membentuk gambaran yang tidak nyata. Kejang ini tidak umum pada

anak-anak di bawah usia 8 tahun (Wong, 2004).

Kejang parsial kompleks lebih sering terjadi pada anak-anak dari usia 3

tahun sampai remaja. Kejang ini dicirikan dengan timbulnya perasaan

kuat padadasar lambung yang naik ke tenggorokan, adanya halusinasi

rasa, pendengaran, atau penglihatan. Individu juga sering mengalami

perasaan deja-vu. Penurunan kesadaran terjadi dengan tanda-tanda

individu tampak linglung dan bingung, dan tidak mampu berespons atau

mengikuti instruksi. Aktivitas berulang tanpa tujuan dilakukan dalam

keadaan bermimpi, seperti mengulang kata-kata, menarik-narik

pakaian, mengecap-ngecapkan bibir, mengunyah, atau bertindak agresif

(kurang umum pada anak-anak). Anak dapat merasa disorientasi,

konfusi, dan tidak mengingat fase kejang pada saat pasca kejang

(Wong, 2004).

2.2.2 Kejang Umum

Kejang umum terbagi menjadi kejang tonik-klonik, kejang atonik,

kejang akinetik, dan kejang mioklonik (Wong, 2004).

Kejang tonik-klonik merupakan kejang yang paling umum dan paling

dramatis dari semua manifestasi kejang dan terjadi tiba-tiba. Fase tonik

dicirikan dengan mata tampak ke atas, kesadaran hilang dengan segera,

dan bila berdiri langsung terjatuh. Kekakuan terjadi pada kontraksi

tonik simetrik pada seluruh otot tubuh yaitu lengan biasanya fleksi,

kaki, kepala, dan leher ekstensi. Tangisan melengking terdengar dan

tampak adanya hipersalivasi. Fase klonik ditunjukkan dengan gerakan

menyentak kasar pada saat tubuh dan ekstremitas berada pada kontraksi

dan relaksasi yang berirama. Hipersalivasi menyebabkan mulut tampak

Analisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013

Page 21: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-PR-Fahmita Ayuni.pdf · 2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam ... 2.7 Hasil Penelitian

9

Universitas Indonesia

berbusa. Anak juga dapat mengalami inkontinensia urin dan feses.

Gerakan berkurang saat kejang berakhir, terjadi pada interval yang lebih

panjang, lalu berhenti secara keseluruhan (Wong, 2004).

Kejang atonik disebut juga serangan drop dan biasa terjadi antara usia 2

dan 5 tahun. Kejang ini terjadi tiba-tiba dan ditandai dengan kehilangan

tonus otot sementara dan kontrol postur. Anak dapat jatuh ke lantai

dengan keras dan tidak dapat mencegah jatuh dengan menyangga

tangan, sering terjadi kulai kepala, sehingga dapat menimbulkan cedera

serius pada wajah, kepala, atau bahu. Anak tidak atau dapat mengalami

kehilangan kesadaran sementara (Wong, 2004).

Kejang akinetik ditandai dengan adanya gerakan lemah tanpa

kehilangan tonus otot. Anak tampak kaku pada posisi tertentu dan tidak

jatuh. Anak biasanya mengalami gangguan atau kehilangan kesadaran

(Wong, 2004).

Kejang mioklonik dapat terjadi dalam hubungannya dengan bentuk

kejang lain. Kejang ini dicirikan dengan kontraktur tonik singkat dan

tiba-tiba dari suatu otot atau sekelompok otot. Kejang terjadi sekali atau

berulang tanpa kehilangan kesadaran dengan jenis simetrik atau

asimetrik (Wong, 2004).

2.3 Manifestasi Klinis Kejang Demam

Kejang yang dialami anak diawali dan disertai dengan suhu tubuh yang tinggi.

Mayoritas anak-anak dengan kejang demam memiliki suhu rektal lebih dari

38,9oC (NINDS, 2013). Kejang demam pada anak umumnya terjadi selama

hari pertama demam. Anak-anak yang rentan terhadap kejang demam tidak

dianggap memiliki epilepsi, karena epilepsi ditandai dengan kejang berulang

yang tidak dipicu oleh demam. Seorang anak dikatakan mengalami demam

saat suhu tubuh mencapai atau di atas salah satu dari level: a) 100.4 ° F (38 °

C) diukur dalam bagian bawah (dubur), b) 99,5 ° F (37,5 ° C) diukur dalam

mulut (per oral), c) 99 ° F (37,2 ° C) diukur di bawah lengan (aksila).

Analisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013

Page 22: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-PR-Fahmita Ayuni.pdf · 2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam ... 2.7 Hasil Penelitian

10

Universitas Indonesia

Sekitar satu dari 25 anak akan mengalami minimal satu kali kejang demam,

dan lebih dari sepertiga anak-anak tersebut akan mengalami kejang demam

berikutnya apabila belum mendapatkan penanganan (NINDS, 2013). Kejang

demam biasanya terjadi pada anak-anak antara usia 6 bulan dan 5 tahun (60

bulan) dan sangat umum pada balita. Anak-anak jarang menampakkan kejang

demam pertama mereka sebelum usia 6 bulan atau setelah 3 tahun. Semakin

tua usia seorang anak saat kejang demam pertama terjadi, semakin kecil

kemungkinan anak mengalami kejang demam berulang.

Perbedaan manifestasi klinis pada kejang demam sederhana dan kompleks

dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.1 Manifestasi Klinis Kejang Demam

Kejang Demam Sederhana Kejang Demam Kompleks

1. Kejang terjadi selama < 15 menit

2. Gejala motorik terlokalisasi pada salah

satu sisi tubuh

3. Tidak berulang dalam periode 24 jam

1. Kejang terjadi selama > 15 menit

2. Gejala motorik dapat terlokalisasi atau

terjadi pada seluruh tubuh, atau kejang

umum didahului kejang parsial

3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam

periode 24 jam

Sumber: Mick & Cummings (2006)

Adapun perubahan fisik yang tampak ketika anak mengalami kejang demam

yaitu anak teraba panas dengan suhu 39,8oC (Mick & Cummings, 2006).

Anak tampak tidak sadar dan tampak kaku atau bergetar pada tangan dan kaki

pada salah satu sisi atau seluruh tubuhnya. Mata anak tampak berputar atau

melihat ke arah atas selama kejang berlangsung (Appleton & Marson, 2009).

Analisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013

Page 23: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-PR-Fahmita Ayuni.pdf · 2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam ... 2.7 Hasil Penelitian

11

Universitas Indonesia

2.4 WOC Kejang Demam

Faktor risiko:

Infeksi virus atau bakteri pada

saluran pernapasan atas, telinga,

ISK, kandung kemih, cacar air,

atau tonsilitis

Inflamasi

Hipertermia

Konsentrasi Na intrasel dan

K ekstrasel ↑

Potensial membran ↓

Gangguan fungsi astrosit

Eksitabilitas otak ↑

Kejang: spasme otot involunter

Spasme otot-otot respirasi

Apnea

Suplai O2 ke otak menurun

Gambar Bagan 2.1 WOC Kejang Demam

Sumber: Sherwood (2001), Wong (2004), Appleton & Marson (2009)

2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam

Pengkajian keperawatan pada anak dengan kejang demam, selain identitas

pasien, berfokus pada riwayat kesehatan anak, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang. Perawat perlu mengetahui riwayat kesehatan anak

terutama yang berkaitan dengan kejadian prenatal, perinatal, dan nenonatal

(Wong, 2004). Adanya infeksi virus menjadi penyebab utama yang sering

dialami anak dengan kejang demam (Ricci dan Kyle, 2009). Demam tinggi

dapat menandakan anak sedang terinfeksi namun dibutuhkan pemeriksaan

Masalah keperawatan: risiko infeksi

Masalah keperawatan:

ketidakefektifan

termoregulasi

Masalah keperawatan: risiko jatuh

Masalah keperawatan: gangguan

perfusi jaringan serebral

Intervensi keperawatan:

1. kolaborasi pemberian antibiotik

sesuai dosis

2. memantau kadar leukosit setiap

hari

3. menjaga kebersihan pasien dan

lingkungan tempat tidur pasien Intervensi keperawatan:

1. kolaborasi pemberian

antipiretik

2. melakukan tepid water

sponge

3. meningkatkan sirkulasi

udara

4. memantau suhu tubuh anak

5. mengenakan pakaian

yang tipis pada anak saat

demam

Intervensi keperawatan:

1. Pengobatan profilaksis intermittent

dengan antikovulsan.

2. Menghitung durasi dan frekuensi

kejang

3. Menjauhkan anak dari benda yang

dapat mencederai

4. Menjaga suara dan sikat tenang

saat melakukan tindakan pada

anak.

Analisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013

Page 24: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-PR-Fahmita Ayuni.pdf · 2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam ... 2.7 Hasil Penelitian

12

Universitas Indonesia

laboratorium darah untuk memastikannya. Kadar leukosit yang tinggi (>17500

sel/L) menunjukkan bahwa tubuh anak terkena infeksi. Penurunan kadar Hb

dan eritrosit perlu menjadi perhatian perawat. Kadar Hb di bawah rentang

normal (11-16 g/dl) menunjukkan adanya masalah dalam pemenuhan

kebutuhan O2 pada anak yang dapat memperburuk kejang anak. Pemeriksaan

diagnostik seperti pungsi lumbal, CT Scan, atau MRI, diperlukan untuk

memastikan tidak ada infeksi yang berasal dari sistem saraf pusat. Perawat

kemudian mengidentifikasi data hasil pengkajian untuk menentukan masalah

yang muncul dan menegakkan diagnosa keperawatan pada anak dengan

kejang demam.

Perawat menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan keadaan klinis anak

secara aktual untuk merencanakan asuhan keperawatan yang tepat, sesuai

dengan kebutuhan pasien. Beberapa diagnosa keperawatan utama yang dapat

ditegakkan pada anak dengan kejang demam antara lain risiko infeksi,

ketidakefektifan termoregulasi, risiko tinggi cedera, dan perubahan proses

keluarga (Ricci dan Kyle, 2009; Wong, 2004). Intervensi-intervensi

keperawatan diutamakan untuk meminimalkan risiko infeksi dan mencegah

kenaikan suhu tubuh yang ekstrim pada anak, salah satunya dengan

memberikan tepid water sponge saat anak demam. Penelitian Tia Setiawati,

2009 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara suhu tubuh

sebelum dan setelah diberikan antipiretik disertai tepid sponge pada kelompok

intervensi pada menit ke 10 setelah periode tepid sponge (menit ke 30 setelah

pemberian antipiretik) dan pada menit ke 30 setelah pengukuran pertama

(menit ke 60 setelah pemberian antipiretik). Tujuan intervensi ini juga penting

untuk disampaikan kepada orang tua.

Dukungan dan edukasi parental tentang kejang demam dapat membantu

menurunkan ansietas orang tua terhadap penyakit yang sebenarnya tidak

berbahaya tetapi sangat mengkhawatirkan mayoritas orang tua tersebut (Ricci

dan Kyle, 2009). Pemahaman yang tepat tentang penyakit anak membuat

orang tua menjadi lebih tenang dan lebih mudah dilibatkan dalam membantu

proses perawatan anak di rumah sakit terutama untuk meminimalkan efek

Analisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013

Page 25: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-PR-Fahmita Ayuni.pdf · 2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam ... 2.7 Hasil Penelitian

13

Universitas Indonesia

hospitalisasi. Perawat secara berkelanjutan mengevaluasi perkembangan

kesehatan pasien terhadap terapi medis (misal antikonvulsan, antipiretik, dan

antibiotik) dan keperawatan (misal kompres hangat, perawatan selang infus,

atau edukasi hand hygiene) yang diberikan.

2.6 Cara Penurunan Panas Tubuh

Suhu tubuh yang stabil diperoleh dari pemasukan dan pengeluaran panas

tubuh yang seimbang. Apabila suhu mulai meningkat di atas normal, maka

dapat dikoreksi dengan meningkatkan pengurangan panas, sementara produksi

panas juga dikurangi. Hipotalamus bekerja sebagai pusat termoregulasi tubuh

yang mampu berespon terhadap perubahan suhu darah sekecil 0,01oC

(Sherwood, 2001). Hipotalamus secara terus menerus mendapat informasi

mengenai suhu tubuh melalui termoreseptor untuk membuat penyesuaian-

penyesuaian hingga terjadi keseimbangan antara mekanisme pengurangan

panas dan mekanisme penambahan panas. Peningkatan suhu tubuh di atas

normal menimbulkan pengaturan regio anterior di hipotalamus yang

diaktifkan oleh rasa hangat, sehingga memicu refleks-refleks yang

memperantarai pengurangan panas. Refleks yang pertama adalah dengan

penurunan aktivitas sismpatis melalui respons vasomotor kulit. Vasodilatasi

pembuluh darah kulit menyebabkan peningkatan aliran darah ke kulit sehingga

dapat meningkatkan pengurangan panas. Apabila vasodilatasi kulit yang sudah

maksimum gagal mengurangi kelebihan panas tubuh, mekanisme berkeringat

diaktifkan, sehingga pengeluaran panas dapat berlanjut melalui proses

evaporasi.

Terdapat 4 mekanisme perpindahan panas yang digunakan tubuh yaitu radiasi,

konduksi, konveksi, dan evaporasi (Sherwood, 2001). Radiasi adalah emisi

energi panas dari permukaan tubuh yang hangat dalam bentuk gelombang

elektromagnetik atau gelombang panas, yang berjalan melalui ruang. Tubuh

mengalami penurunan panas melalui radiasi ke benda-benda di lingkungan

yang permukaannya lebih dingin daripada permukaan kulit misalnya dinding,

meja-kursi, atau pohon. Rata-rata manusia kehilangan hampir separuh energi

panasnya melalui radiasi (Sherwood, 2001).

Analisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013

Page 26: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-PR-Fahmita Ayuni.pdf · 2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam ... 2.7 Hasil Penelitian

14

Universitas Indonesia

Konduksi adalah perpindahan panas antara benda-benda yang berbeda

suhunya yang berkontak langsung satu sama lain. Panas tubuh dapat

berkurang melalui konduksi apabila kulit berkontak dengan suatu konduktor

yang baik seperti air (Sherwood, 2001). Konveksi adalah perpindahan energi

panas melalui arus udara. Udara dingin dihangatkan oleh tubuh, lalu bergerak

ke atas dan digantikan oleh udara yang lebih dingin. Kombinasi proses

pengeluaran panas melalui konduksi-konveksi dari tubuh diperkuat oleh

gerakan paksa udara melintasi permukaan tubuh seperti gerakan angin atau

kipas, atau misalnya saat mengendarai sepeda. Kejadian ini membuat tubuh

terasa lebih dingin karena gerakan paksa udara menyapu udara yang

dihangatkan saat konduksi dan lebih cepat menggantikannya dengan udara

yang lebih dingin (Sherwood, 2001).

Metode terakhir pemindahan panas yang digunakan tubuh adalah evaporasi,

yaitu pemindahan panas dari permukaan kulit ke udara melalui proses

penguapan (Sherwood, 2001). Pengurangan panas evaporatif terus

berlangsung melalui dinding saluran pernapasan, dan dari permukaan kulit.

Proses ini tidak berada di bawah kontrol fisiologis dan terus berlangsung.

Berkeringat menjadi proses evaporatif aktif (di bawah kontrol saraf simpatis)

ketika suhu lingkungan melebihi suhu kulit. Keringat secara aktif dikeluarkan

ke permukaan kulit oleh kelenjar-kelenjar keringat yang tersebar di seluruh

permukaan tubuh, kemudian menguap sehingga terjadi pengurangan panas

(Sherwood, 2001).

Tepid sponge merupakan salah satu tindakan yang dianjurkan untuk

menurunkan suhu tubuh. Tepid sponge merupakan salah satu metode

pendinginan yang digunakan untuk menurunkan suhu tubuh pada anak dengan

menggunakan kompres hangat (Sheiber, 1997). Suhu air hangat yang

digunakan yaitu suhu air 30-35°C. Sebuah penelitian di India menunjukkan

bahwa pemberian antipiretik yang disertai tindakan tepid sponge menurunkan

suhu tubuh lebih cepat dibandingkan dengan pemberian antipiretik saja

(Thomas, Vijaykumar, Naik, Moses, & Antonisamy, 2009). Penelitian Tia

Setiawati 2009 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna pada

Analisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013

Page 27: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-PR-Fahmita Ayuni.pdf · 2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam ... 2.7 Hasil Penelitian

15

Universitas Indonesia

kelompok intervensi dan kelompok kontrol yang diberikan terapi tepid sponge

dan disertai pemberian antipiretik. Tindakan ini diberikan pada pasien dengan

suhu tubuh lebih dari 38oC per aksila.

2.7 Hasil Penelitian Terkait Pemberian Tepid Water Sponge pada Anak

dengan Kejang Demam

Suatu studi komparatif dilakukan untuk membandingkan efektifitas antara

pemberian tepid sponge dan parasetamol, dan parasetamol saja. Studi ini

melibatkan 150 anak berusia 6 bulan sampai 12 tahun dengan suhu aksila

101oF (38,3

oC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan suhu tubuh

pada kelompok yang diberikan tepid sponge dan antipiretik secara signifikan

lebih cepat daripada kelompok yang hanya diberikan antipiretik. Namun

kedua kelompok mencapai tingkat suhu yang sama pada 2 jam terakhir. Anak-

anak dalam kelompok tepid sponge dan obat antipiretik memiliki

ketidaknyamanan yang signifikan lebih tinggi daripada kelompok antipiretik,

tapi ketidaknyamanan itu sebagian besar dalam tingkat ringan (Thomas, et al.,

2009).

Penelitian di India tahun 2011 juga mendukung hasil studi di atas. Penelitian

dilakukan pada 150 anak berusia 6 bulan - 14 tahun dengan suhu rektal lebih

dari 39ºC untuk membandingkan efektivitas antara pemberian tepid sponge

dan parasetamol, parasetamol saja, dan tepid sponge saja pada anak-anak yang

demam dan mempelajari tingkat ketidaknyamanan yang berhubungan dengan

itu. Hasil penelitian menunjukkan penurunan suhu tubuh dalam kelompok

tepid sponge dan obat antipiretik secara signifikan lebih cepat daripada

kelompok antipiretik saja dan parasetamol saja. Meskipun pada akhir 1 jam

semua tiga kelompok telah mencapai derajat suhu yang sama, terapi

kombinasi memiliki penurunan klinis suhu yang signifikan (Edbor et al.,

2011).

Penelitian tahun 2012, yang melibatkan 986 anak-anak secara total,

menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa pemberian tepid sponge saja dapat mengakibatkan penurunan langsung

Analisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013

Page 28: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-PR-Fahmita Ayuni.pdf · 2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam ... 2.7 Hasil Penelitian

16

Universitas Indonesia

terhadap suhu, namun respon ini berdurasi pendek (Watts & Robertson, 2012).

Pemberian antipiretik saja atau antipiretik yang disertai tepid sponge memiliki

efek lebih tahan lama dalam penurunan suhu. Selain itu, tingkat

ketidaknyamanan anak-anak yang diberikan tepid sponge lebih tinggi daripada

kelompok lain.

Analisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013

Page 29: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-PR-Fahmita Ayuni.pdf · 2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam ... 2.7 Hasil Penelitian

17

Universitas Indonesia

BAB 3

LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

3.1 Gambaran Kasus

An. A usia 1 tahun 6 bulan dirawat di ruang rawat inap anak (IRNA) RSUP

Fatmawati. Anak masuk dari ruang IGD dengan keluhan demam sejak 2 hari

yang lalu, kejang ± 6 jam sebelum masuk rumah sakit. Kejang berlangsung

selama kurang dari 5 menit, mata mendelik ke atas dan seluruh tubuh kaku.

Keluar cairan buih dari mulut saat anak kejang. Tidak ada kelemahan pada

salah satu sisi tubuh setelah anak sadar. Demam tidak turun dengan obat

penurun panas. An. A didiagnosis menderita kejang demam kompleks (KDK).

An. A memiliki riwayat kejang demam saat usia 11 bulan. An. A lahir dengan

bantuan alat vacuum.

3.2 Asuhan Keperawatan pada An. A

Asuhan keperawatan pada An. A dengan kejang demam kompleks meliputi

pengkajian, penegakan diagnosa keperawatan, penentuan intervensi

keperawatan, implementasi, dan evaluasi dari setiap tindakan keperawatan.

Tahap-tahap asuhan keperawatan, yang dilakukan mulai dari pengkajian

sampai dengan evaluasi, dijelaskan pada pemaparan di bawah ini.

3.2.1 Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 4 Juni 2013 saat hari rawat pertama

An. A pukul 14.30 WIB. Perawat pertama kali mengkaji identitas pasien,

riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, dan riwayat penyakit

keluarga. Perawat kemudian melakukan pemeriksaan fisik, dan

mengidentifikasi hasil pemeriksaan laboratorium pasien.

Identitas pasien yang diperoleh berdasarkan pengkajian yaitu An. A

(inisial) berusia 1 tahun 6 bulan, lahir tanggal 31 Mei 2011, berjenis

kelamin perempuan, beragama islam, bertempat tinggal di Jl. Pondok

Cabe, Tangerang Selatan bersama ayah dan ibunya. Pergelangan tangan

klien dipasang gelang identitas pasien yang tertera nama lengkap, usia,

17

Analisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013

Page 30: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-PR-Fahmita Ayuni.pdf · 2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam ... 2.7 Hasil Penelitian

18

Universitas Indonesia

dan nomor rekam medis pasien. An. A adalah anak pertama dari Tn. S

dan Ny. F (orang tua). Ny. F mengatakan An. A pernah mengalami

kejang disertai demam saat berusia 11 bulan. Ny. F tidak pernah merokok

begitu juga selama mengandung An. A, tetapi kebiasaan minum kopi

tidak bisa ditinggalkan. Ny. F berusaha mengurangi minum kopi semasa

hamil. Ny. F mengalami kesulitan saat proses melahirkan An. A sehingga

harus dibantu dengan alat vacuum. Keluarga dekat An. A tidak ada yang

pernah menderita kejang baik dari garis keturunan Tn. S maupun Ny. F,

serta tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit keturunan

seperti jantung, diabetes, hipertensi, dan asma.

Perawat melanjutkan pemeriksaan fisik setelah melakukan pengkajian

identitas pasien, riwayat keluarga, dan riwayat kesehatannya. Perawat

melakukan penimbangan dan pungukuran tinggi badan terlebih dahulu

kemudian pemeriksaan fisik head to toe. An. A memiliki berat badan

8,5kg dan tinggi badan 38cm. Adapun hasil pemeriksaan fisik lainnya

pada An. A adalah sebagai berikut:

1. Kepala

Bentuk kepala tampak simetris dan normal dengan ukuran lingkar kepala

43cm. Tidak tampak lesi atau ruam kemerahan pada kepala. Rambut

berwarna hitam, tampak agak tebal, dan tidak rontok. Ubun-ubun rata.

Wajah, kedua mata, hidung, dan mulut tampak simetris. Sklera tidak

ikterik, konjungtiva anemis, dan refleks pupil dan penglihatan normal.

Tidak ada sekret atau hambatan pada hidung. Daun telinga tampak

bersih, sedikit serumen kuning di dalam lubang telinga. Membran mukosa

bibir tampak lembab, merah muda terang, halus, tidak ada kandidiasis

pada lidah maupun rongga mulut,lidah dapat bergerak bebas, tidak ada

lesi atau massa di bawah lidah jumlah gigi 12 dan tampak bersih.

2. Leher

Leher tampak simetris, tidak teraba adanya massa dan tidak tampak

bengkak. Tidak ada kesulitan untuk menelan makanan atau minuman.

3. Dada

Analisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013

Page 31: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-PR-Fahmita Ayuni.pdf · 2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam ... 2.7 Hasil Penelitian

19

Universitas Indonesia

Inspeksi: Dada tampak normal , saat dilakukan inspeksi tidak ditemukan

lesi maupun ruam kemerahan. Pergerakan dada simetris dan regular.

Selama inspirasi dada mengembang dan sebaliknya saat ekspirasi. Puting

susu dengan pigmentasi lebih gelap terletak pada garis midklavikula iga

keempat dan kelima. Ukuran lingkar dada 44cm. Frekuensi napas normal

28 kali per menit, reguler, tenang, tanpa bantuan otot-otot bantu napas.

Auskultasi: Terdengar bunyi vesikuler pada seluruh lapang paru, dan

bronkial pada atas trakea. Tidak ada ronchii ataupun wheezing.

Palpasi: Teraba vibrasi simetris pada torakal sinistra dan dekstra

Perkusi: Terdengar bunyi resonans pada interkosta ketiga dan keempat,

dan bunyi pekak pada interkosta kelima sejajar midklavikula sinistra dan

dekstra.

Jantung: Dinding dada tampak simetris, pengisian kapiler 1 detik, suara

jantung 1 dan 2 jernih, regular, frekuensi sama dengan nadi radialis yaitu

112 kali per menit, tidak terdengar suara murmur atau gallop.

4. Abdomen

Umbilikus tampak menonjol pada posisi tegak dan datar saat berbaring.

Ukuran lingkar perut 39cm. Gerakan perut seirama dengan gerakan dada.

Bising usus terdengar sekali setiap 12 detik. Hepar teraba 1cm di bawah

marjin kostal dekstra. Tidak ada distensi abdomen.

5. Genitalia

Tampak bersih, tidak teraba adanya massa pada labia, tampak meatus

uretra, klitoris, dan perineum. Tidak ada lesi di sekitar meatus. Bokong

tampak padat, lipatan gluteal simetris, refleks anal positif. Tidak tampak

dermatitis di daerah sekitar genitalia.

6. Punggung dan Ekstremitas

Vertebra tampak lordosis. Bahu, skapula dan ilium tampak simetris.

Panjang tangan dan kaki simetris dengan ukuran yang sama. Kedua

tangan dan kaki fleksibel, rentang gerak penuh, tidak ada rasa nyeri atau

kekakuan. Jumlah jari kedua tangan dan kaki lengkap. Kuku tampak

merah muda. Tidak tampak deformitas pada keempat ekstremitas. Refleks

Analisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013

Page 32: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-PR-Fahmita Ayuni.pdf · 2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam ... 2.7 Hasil Penelitian

20

Universitas Indonesia

plantar ada (ibu jari kaki fleksi). Ukuran lingkar lengan atas (LILA)

14cm. Suhu tubuh 37,8oC (aksila).

Adapun pemeriksaan laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan

darah lengkap pada saat dirawat di IGD (3 Juni 2013) dan urinalisa pada

hari rawat kedua (5 Juni 2013). Hasil pemeriksaan darah lengkap

memperlihatkan kadar normal pada serum darah, glukosa darah, dan

elektrolit serum. Kadar Hb 11,8g/dl, Ht 36%, eritrosit 4,42 juta/uI, leukosit

17.200/uI, trombosit 257.000/uI, GDS 103mg/dl, Na 135 mmol/L, K 4,18

mmol/L, dan Cl 108 mmol/L. Hasil urinalisa An. A yaitu keton 1+,

leukosit trace, warna kuning jernih, leukosit 3-6/LPB (lapang pandang

besar). Terapi medis yang didapatkan An. A sejak hari rawat pertama

adalah pemberian antipiretik (paracetamol 4x5cc peroral), antikonvulsan

(diazepam 4x0,85mg), antikonvulsan (stesolid 1x5mg jika kejang), dan

antibiotik (cefixime 2x1,5cc peroral).

3.2.2 Analisis Data dan Diagnosa Keperawatan

Hasil pengkajian kemudian dianalisis dan diidentifikasi untuk menegakkan

diagnosa keperawatan pada An. A. Analisis data hasil pengkajian dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.1 Analisis Data Hasil Pengkajian

No. Data Analisis Masalah

Keperawatan

1.

Objektif:

-An. A berusia kurang dari 2

tahun (18 bulan)

-An. A dirawat di tempat

tidur box dengan jarak

cukup tinggi ke lantai

-An. A menderita penyakit

akut (kejang demam)

-Skala humpty dumpty: 17

Anak usia 18 bulan sudah

mampu berdiri dan berjalan

tetapi belum mampu untuk

mengkoordinasikan gerakan

dengan lingkungan sekitarnya.

Penyakit kejang demam yang

dialami mungkin terjadi

berulang. Kejang ini

menyebabkan spasme otot

involunter.

Risiko jatuh

Analisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013

Page 33: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-PR-Fahmita Ayuni.pdf · 2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam ... 2.7 Hasil Penelitian

21

Universitas Indonesia

2.

3.

4.

5.

Subjektif: Ibu mengatakan

An. A demam sejak 2 hari

SMRS

Objektif: lekosit sedimen

urin 3-6/LPB, suhu aksila:

37,8oC

Subjektif: ibu mengatakan

anak masih demam, demam

muncul beberapa jam

setelah minum obat penurun

panas.

Objektif: suhu anak saat

pengkajian awal masuk:

37,4oC, jam 14.00 suhu

meningkat menjadi 37,8oC,

kulit teraba hangat.

Subjektif: Ibu mengatakan

dirinya sangat cemas

dengan kejang yang diderita

An. A, ibu biasa

mengompres kening anak

dengan air dingin untuk

membantu menurunkan

demam anak.

Subjektif: ibu mengatakan

anak pernah mengalami

Leukosit sedimen urin An. A

lebih dari rentang normal (0-

5/LPB). Hasil ini menujukkan

adanya infeksi saluran kemih

atau kontaminasi saluran

urogenital seperti vagina,

serviks. Suhu tubuh meningkat

akibat infeksi tersebut.

Pelepasan pirogen endogen,

sebagai respon terhadap invasi

mikroba, memicu pengeluaran

prostaglandin sehingga

menaikkan termostat

hipotalamus.

Suhu tubuh anak fluktuatif dan

cenderung demam akibat adanya

infeksi yang dibuktikan dengan

peningkatan leukosit pada

pemeriksaan sedimen urin.

Ibu menunjukkan sikap yang

kurang tepat dalam merawat

anak dengan demam yaitu

melakukan kompres dingin pada

kening untuk membantu

menurunkan demam anak.

Kejang yang dialami An. A

dapat terjadi berulang dan dapat

Risiko infeksi

Ketidakefektifan

termoregulasi

Ketidakmampuan

koping keluarga

Risiko cedera

Analisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013

Page 34: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-PR-Fahmita Ayuni.pdf · 2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam ... 2.7 Hasil Penelitian

22

Universitas Indonesia

kejang demam saat usia 11

bulan dan kejang terjadi

berulang, anak kejang 2 kali

saat 6 jam SMRS. Anak

sadar dan sering bolak-balik

merangkak saat tidak

kejang.

Objektif: An. A berusia 18

bulan dan dirawat di tempat

tidur box

menyebabkan penurunan

kesadaran atau automatisme. Hal

ini meningkatkan risiko cedera

pada An. A karena An. A cukup

aktif saat kejang tidak muncul.

Berdasarkan analisis data hasil pengkajian maka ditegakkan tiga diagnosa

keperawatan utama yaitu risiko infeksi, ketidakefektifan termoregulasi, dan

risiko cedera. Pembuatan rencana asuhan keperawatan disesuaikan dengan

ketiga diagnosa tersebut. Rencana asuhan keperawatan pada An. A meliputi

intervensi disertai tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan.

3.2.3 Rencana Asuhan Keperawatan

Risiko infeksi menjadi diagnosa keperawatan utama yang ditegakkan pada

An. A karena berhubungan dengan organisme infektif yang merupakan

etiologi utama dari kejang demam yang diderita An. A. Tanda-tanda infeksi

diharapkan tidak ada setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 72

jam. Intervensi-intervensi yang akan diberikan diutamakan untuk

mendukung imunitas tubuh An. A seperti mempertahankan nutrisi yang

adekuat, melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik

sesuai dosis yang dibutuhkan, mengajarkan dan mengevaluasi penerapan

teknik hand hygiene yang benar, menjaga daerah genitalia An. A tetap

kering, dan menganjurkan ibu untuk memandikan An. A 2 kali sehari

dengan sabun (Wong, 2003).

Diagnosa keperawatan kedua yang diangkat adalah ketidakefektifan

termoregulasi. Diagnosa ini dikaitkan dengan suhu tubuh An. A yang

fluktuatif dan cenderung demam. Kenaikan suhu yang ekstrim harus segera

Analisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013

Page 35: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-PR-Fahmita Ayuni.pdf · 2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam ... 2.7 Hasil Penelitian

23

Universitas Indonesia

ditangani karena dapat memicu kambuhnya kejang. Intervensi keperawatan

diberikan untuk menjaga suhu tubuh anak dalam batas normal. Intervensi

tersebut meliputi tindakan kolaborasi pemberian antipiretik dalam dosis

yang sesuai berat badan anak, melakukan tepid water sponge,

meningkatkan sirkulasi udara, memantau suhu tubuh anak setiap 30 menit

saat demam, menganjurkan ibu untuk mengenakan pakaian yang tipis pada

anak saat demam (Wong, 2003).

Risiko cedera dapat terjadi sewaktu-waktu ketika suhu tubuh anak masih

tidak stabil. Peningkatan suhu tubuh yang terjadi dengan cepat dapat

memungkinkan kambuhnya kejang. Pasien diharapkan tidak mengalami

cedera dan tetap tenang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 72

jam. Intervensi yang akan diberikan yaitu menghitung durasi kejang apabila

anak kembali kejang, melindungi anak selama kejang dengan

menyingkirkan barang berbahaya di sekitar tempat tidur anak,

menempatkan anak pada daerah yang aman (jauh dari jendela, alat

pemanas, dll.), dan tidak membuat anak teragitasi dengan bersuara lembut

dan bersikap tenang (Wong, 2003). Perawat melindungi anak setelah

periode kejang (postiktal) dengan tetap bersama anak dan menenangkan

anak sampai tersadar. Orang tua sebagai orang terdekat dan memiliki ikatan

batin yang kuat dengan anak dapat dilibatkan untuk menenangkan anak.

Perawat juga berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat

antikovulsan dengan dosis tepat sesuai berat badan anak.

3.2.4 Implementasi

An. A dirawat selama empat hari di ruang rawat inap RSUP Fatmawati.

Perawat memberikan tindakan keperawatan sesuai asuhan keperawatan

yang sudah direncanakan. Implementasi keperawatan pada An. A selama

empat hari perawatan akan dijelaskan lebih lanjut pada pemaparan di

bawah ini.

An. A mendapatkan terapi pengobatan antibiotik yaitu cefixime dengan

dosis 7mg/kg berat badan per hari. Dosis total per hari yaitu 60mg yang

Analisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013

Page 36: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-PR-Fahmita Ayuni.pdf · 2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam ... 2.7 Hasil Penelitian

24

Universitas Indonesia

diberikan sekali setiap 12 jam. Tindakan kolaborasi ini dilakukan karena

kadar leukosit pada pemeriksaan sedimen urin melebihi rentang normal

yang menandakan adanya infeksi pada An. A. Perawat menjelaskan,

mendemonstrasikan, dan memberikan kesempatan melakukan

redemonstrasi kepada orang tua cara mencuci tangan dengan benar

menggunakan hands rub yang sudah disediakan di ruang rawat untuk

meminimalkan paparan infeksi nosokomial pada An. A. Perawat menjaga

kebersihan pasien dan lingkungan sekitarnya dengan menganjurkan orang

tua untuk memperhatikan kebersihan diri, pakaian, peralatan makan dan

minum, dan tempat tidur pasien. Perawat juga melakukan teknik aseptik

pada setiap tindakan yang bersentuhan dengan pasien seperti mengganti

laken, memberikan obat oral, dan melakukan pemeriksaan fisik.

Obat antipiretik yaitu parasetamol sirup dengan dosis 120mg (5ml)

diberikan 6 jam sekali saat suhu tubuh An. A melebihi 38oC. Perawat

menjelaskan tujuan tindakan pencegahan demam dan melibatkan orang tua

dalam pelaksanaannya. Kompres hangat (tapid water sponge) dilakukan

bersamaan atau sesaat setelah pemberian parasetamol guna mempercepat

penurunan suhu tubuh anak. Perawat menganjurkan orang tua untuk tidak

menutup tubuh An. A dengan selimut karena dapat meningkatkan suhu

tubuh anak, dan menyarankan untuk mengenakan pakaian yang tipis dan

menyerap keringat pada An. A. Asupan cairan An. A juga diperhatikan

karena saat demam anak rentan mengalami dehidrasi. Perawat memantau

tanda-tanda dehidrasi pada An. A terutama saat An. A demam dan

menganjurkan ibu lebih sering memberikan ASI dan air putih selama An. A

tidak menolak dan tidak ada kesulitan menelan.

Pengobatan profilaksis intermittent dengan antikovulsan dibutuhkan selama

An. A masih demam dan untuk mencegah kejang demam berulang yang

dapat menyebabkan cedera pada An. A. Antikonvulsan yang diberikan

yaitu diazepam oral dengan dosis 0,4mg/kg berat badan per hari, 0,85mg

setiap 6 jam. An. A kejang satu kali selama dirawat yaitu pada hari rawat

pertama jam 23.00 dengan suhu tubuh 38,6oC. Perawat menghitung durasi

kejang anak yaitu kejang terjadi satu kali selama 1 menit, kemudian anak

Analisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013

Page 37: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-PR-Fahmita Ayuni.pdf · 2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam ... 2.7 Hasil Penelitian

25

Universitas Indonesia

sadar dan menangis. Perawat tidak melihat adanya benda berbahaya di

dekat pasien dan kemudian memberitahu orang tua agar meletakkan benda

yang dapat mencederai jauh dari jangkauan An. A. Perawat menjaga suara

dan sikap tetap tenang saat melakukan tindakan sehingga tidak

mengejutkan An. A. Perawat melibatkan ibu untuk menenangkan An. A

yang menangis setelah tersadar dari kejang.

3.2.5 Evaluasi

Kondisi An. A tampak membaik setelah 3 hari dirawat. Pemberian

antibiotik dan antipiretik dihentikan pada hari rawat ketiga karena kadar

leukosit sedimen urin An. A sudah dalam rentang normal (0-5/LPB) dan

An. A sudah tidak demam. Nafsu makan An. A sempat menurun saat hari

rawat pertama dan kedua, tetapi masih mau meminum ASI dan air putih.

Tidak tampak tanda-tanda dehidrasi selama anak demam. Kompres hangat

dengan teknik tapid sponge disertai pemberian antipiretik lebih cepat

meredakan demam. Ibu sudah mampu melakukan teknik tapid water

sponge dengan benar, tidak hanya di kening, tetapi kompres hangat pada

seluruh tubuh anak. Ibu juga mengikuti anjuran perawat untuk mengenakan

pakaian yang tipis dan menyerap keringat pada An. A.

An. A termasuk anak yang terbuka dan mudah akrab dengan orang baru

sehingga perawat tidak sulit melakukan pendekatan saat memberikan

intervensi pada An. A. Orang tua terutama ibu An. A mampu bekerja sama

dengan baik dalam proses perawatan An. A. Perawat berusaha untuk

memberikan reinforcement positif terhadap respon positif yang diberikan

An. A dan orang tua.

Analisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013

Page 38: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-PR-Fahmita Ayuni.pdf · 2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam ... 2.7 Hasil Penelitian

26

Universitas Indonesia

BAB 4

ANALISIS SITUASI

4.1 Profil Lahan Praktek

Ruang rawat anak gedung teratai lantai III selatan merupakan salah satu ruang

rawat penyakit dalam anak di RSUP Fatmawati yang terdiri dari ruang rawat

inap kelas III, ruang immunocompromised, dan ruang isolasi. Ruang ini

memiliki kapasitas kamar untuk untuk kelas III sebanyak 5 kamar, 2 kamar

immunocompromised, dan 2 kamar isolasi. Kapasitas tempat tidur yang ada di

ruang III selatan yaitu 40 tempat tidur. Tingkat ketergantungan pasien di

ruangan ini sebagian besar total care karena pasien yang dirawat rata-rata

adalah balita. Penyakit yang cukup sering didiagnosis pada pasien di ruangan

ini salah satunya adalah kejang demam dengan jumlah 36 kasus dalam rentang

periode April-Juni di RSUP Fatwawati. Sebagian besar pasien berusia 1-2

tahun dengan lama hari rawat 3-5 hari.

Kejang demam merupakan penyakit yang berkaitan dengan proses radang

akibat infeksi pada tubuh selain infeksi pada sistem saraf pusat. Panas tubuh

dapat meningkat di atas normal karena infeksi yang belum tertangani. Tes

hematologi dilakukan untuk melihat nilai leukosit yang tinggi sebagai tanda

adanya infeksi. Tes urinalisa juga dapat dilakukan untuk mengetahui adanya

infeksi pada saluran kemih atau urogenital. Hasil dari pemeriksaan-

pemeriksaan tersebut penting untuk menandakan bahwa infeksi bukan berasal

dari sistem saraf pusat. Terapi antibiotik dan antikonvulsan diberikan dengan

dosis sesuai dengan berat badan anak. Terapi cairan infus hanya diberikan

apabila anak tidak mampu minum dengan adekuat melalui oral.

Pencegahan infeksi juga dilakukan perawat di ruangan dengan menjaga

kebersihan tangan, melakukan edukasi hand hygiene, mengganti laken dengan

rutin atau jika tampak kotor. Perawat juga menyarankan orang tua atau

pendamping pasien untuk menjaga kebersihan tempat tidur dan lingkungan

kamar pasien. Hal ini terlihat sederhana tetapi fatal apabila tidak diperhatikan

dan dilakukan dengan benar.

26

Analisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013

Page 39: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-PR-Fahmita Ayuni.pdf · 2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam ... 2.7 Hasil Penelitian

27

Universitas Indonesia

Pemantauan tanda-tanda vital terutama suhu tubuh merupakan hal yang turut

diutamakan dalam perawatan pada pasien kejang demam di ruangan lantai III

selatan. Pengukuran suhu tubuh dilakukan pada saat awal shift pagi, sore, dan

malam, dan pada waktu pemberian obat. Perawat-perawat di ruangan

menyarankan kepada orang tua pasien untuk melakukan kompres hangat dan

memberikan minum ketika anak demam. Perawat ruangan juga menganjurkan

ibu untuk memakaikan baju atau celana yang longgar dan tipis, bukan

menutupi anak dengan selimut. Suhu di kamar-kamar rawat pasien terasa lebih

hangat terutama jika pintu kamar dan jendela tidak dibuka lebar-lebar. Hal ini

dapat menghambat pengurangan panas tubuh melalui udara dan cukup

mengganggu tidur pasien. Parasetamol diberikan apabila suhu aksila anak

mencapai 38oC.

Penyakit kejang demam menimbulkan kecemasan yang tinggi pada sebagian

besar orang tua. Edukasi terkait penyakit ini merupakan hal yang tentunya

sangat berharga bagi orang tua pasien. Pemberian edukasi mengenai penyakit

kejang demam pada pasien dan orang tua di ruangan adalah kewajiban dokter.

Namun perawat juga bertanggung jawab untuk secara kontinyu mengevaluasi

hasil dari edukasi yang diberikan. Perilaku orang tua atau pendamping pasien

seringkali tidak mendukung perawatan pada pasien. Kurangnya tenaga

perawat yang berimbas pada overload beban kerja menyebabkan perawat tidak

memiliki cukup waktu untuk melakukan edukasi sesuai kebutuhan pasien dan

orang tua.

4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep Terkait KKMP dan

Konsep Kejang Demam

Anak dalam rentang usia balita yaitu usia 6 bulan sampai 5 tahun rentan

mengalami kejang demam, begitu pula An. A yang usianya baru mencapai 18

bulan. Beberapa faktor, selain usia, mempengaruhi terjadinya kejang demam

pada An. A. Adapun faktor eksternal yang terlibat meliputi tempat tinggal,

gaya hidup maternal, dan proses intranatal, sedangkan faktor internal antara

lain sistem imun dan lama menyusu.

Analisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013

Page 40: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-PR-Fahmita Ayuni.pdf · 2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam ... 2.7 Hasil Penelitian

28

Universitas Indonesia

Kejang demam merupakan kasus penyakit yang biasa terjadi pada anak-anak

di seluruh dunia, tetapi paling banyak ditemukan di negara-negara tropis,

termasuk di Indonesia (Birbeck et al., 2010). Penulis belum menemukan

penelitian atau riset baik nasional maupun lokal mengenai prevalensi atau

insiden kejang demam di Indonesia. Kasus kejang demam di RSUP Fatmawati

dalam periode 3 bulan yaitu Maret sampai Juni 2013 tercatat sejumlah 36

kasus yang mayoritas adalah kejang demam kompleks (RSUP Fatmawati,

2013). Jumlah yang dominan dibandingkan dengan kasus-kasus lainnya

seperti diare, bronkhitis, pneumonia, sindrom nefrotik, dll. Mayoritas anak-

anak yang menderita kejang demam ini bertempat tinggal di kota-kota padat

penduduk seperti Jakarta, Tangerang, dan Bekasi.

An. A bersama orang tuanya bertempat tinggal di Tangerang Selatan. Wilayah

ini merupakan kota urban dengan angka kepadatan penduduk yang tinggi

(Riani, 2013). Kondisi pelayanan yang kurang efisien di lingkungan perkotaan

dengan laju pertumbuhan penduduk yang cepat menyebabkan banyak limbah

menumpuk dan akhirnya mencemarkan kebersihan tanah dan air (Alirol, et al.,

2010). Air yang tercemar dapat menjadi sumber berkembangnya

mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia yang

menggunakannya. Tercemarnya sumber air minum di wilayah Jakarta dan

sekitarnya, menyebabkan angka kejadian penyakit infeksi di wilayah ini terus

meningkat (Ermawati, 2011). Kota Tangerang sebagai salah satu kota urban

menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi yang menjadi

faktor presipitasi terjadinya kejang demam pada An. A.

Infeksi pada An. A adalah infeksi saluran kemih yang dibuktikan dengan

adanya peningkatan kadar leukosit per lapang pandang besar (LPB) pada

pemeriksaan sedimen urin. Infeksi ini dapat terjadi akibat perineal hygiene

yang buruk, yang dapat disebabkan oleh penggunaan sumber air yang kurang

bersih untuk mandi, membersihkan daerah perineum setelah mikturisi atau

defekasi, atau mencuci pakaian sehingga mikroorganisme dari air tersebut

dapat mengkontaminasi bagian-bagian tubuh yang mudah terpapar seperti

fekal atau saluran urinaria.

Analisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013

Page 41: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-PR-Fahmita Ayuni.pdf · 2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam ... 2.7 Hasil Penelitian

29

Universitas Indonesia

Kejang demam pada An. A terjadi karena infeksi saluran kemih. Demam

timbul akibat stimulasi leukosit (monosit, limfosit, dan neutrofil) oleh pirogen

eksogen baik berupa toksin, mediator inflamasi, atau reaksi imun (Sherwood,

2001). Leukosit kemudian mengeluarkan zat kimia yang dikenal dengan

pirogen endogen (IL-1, IL-6, TNF-α, dan IFN). Pirogen eksogen dan pirogen

endogen akan merangsang endotelium hipotalamus untuk membentuk

prostaglandin yang kemudian akan meningkatkan patokan termostat di pusat

termoregulasi hipotalamus. Hipotalamus akan menganggap suhu sekarang

lebih rendah dari suhu patokan yang baru sehingga ini memicu mekanisme-

mekanisme untuk meningkatkan panas yang akhirnya menyebabkan suhu

tubuh naik ke patokan yang baru tersebut. Suhu tubuh An. A saat mengalami

kejang pada hari rawat pertama yaitu 38,6oC (aksila), yang berarti terjadi

kenaikan metabolisme basal sebesar 14% dan kebutuhan oksigen 28%.

Peningkatan tersebut menyebabkan perubahan keseimbangan dari membran

sel otak dan dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion K maupun ion Na

melalui membran tersebut sehingga terjadi lepasnya muatan listrik yang cukup

besar. Neurotransmiter membantu memperluas lepasnya muatan listrik ke

seluruh sel/membran sel di dekatnya, sehingga menyebabkan An. A

mengalami kejang.

Kejang pada An. A kambuh satu kali saja, yaitu pada hari rawat pertama di

ruang rawat inap. Kejang terjadi selama kurang lebih 1 menit disertai demam

(38,6oC). Hal ini sesuai dengan manifestasi klinis menurut Wong pada anak

dengan kejang demam sederhana, yaitu kejang terjadi hanya sekali dalam

periode 24 jam dengan durasi kurang dari 15 menit. Terjadinya kejang pada

An. A kemungkinan besar dipengaruhi oleh proses infeksi yang belum

tertangani sempurna dengan terapi antibiotik yang baru diberikan 2 kali pada

hari rawat pertama. Selain itu, peningkatan suhu yang cepat pada An. A yang

mencetuskan kejangnya dapat disebabkan oleh suhu yang cukup hangat dan

sirkulasi udara yang kurang memadai di ruang rawat An. A. Selimut kain yang

ditutupkan ibu ke tubuh An. A semakin menghambat pengeluaran panas tubuh

sehingga mempercepat kenaikan suhu An. A. Hal ini disebabkan kurangnya

pengetahuan orang tua tentang cara yang tepat menurunkan demam anak.

Analisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013

Page 42: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-PR-Fahmita Ayuni.pdf · 2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam ... 2.7 Hasil Penelitian

30

Universitas Indonesia

Pemberian edukasi merupakan hal yang penting dan sangat berharga bagi

orang tua anak yang sering mengalami kekhawatiran yang sangat, terutama

saat kejang anak timbul. Ibu An. A, sebagai orang tua yang sering menemani

An. A selama perawatan di rumah sakit, tampak lebih tenang dan mampu

melakukan tindakan penurunan demam sederhana setelah diberikan edukasi

tentang cara tepat menurunkan demam anak. Ibu memakaikan An. A pakaian

yang longgar dan tipis, menyusui An. A lebih sering selama An. A mau, dan

tidak menutupi tubuh An. A dengan kain saat tidur. Ibu tampak semakin

percaya diri melakukan hal tersebut karena merasa saat suhu An. A ternyata

dapat dikontrol dengan parasetamol dan tindakan-tindakan tersebut, kejang

An. A sudah tidak timbul lagi.

4.3 Analisis Intervensi Tepid Sponge dengan Konsep Terkait

Pemberian tepid water sponge pada An. A terbukti efektif disertai dengan

pemberian parasetamol. Suhu tubuh An. A mencapai 37,5oC (dari 38,6

oC)

pada menit ke 30 dan 36,6oC pada menit ke 60 setelah diberikan parasetamol

dan tepid sponge. Hal sesuai dengan penelitian pada tahun 2009 yang

menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara suhu tubuh sebelum dan

setelah diberikan antipiretik disertai tepid sponge dan pada menit ke 30

setelah pengukuran suhu pertama (60 menit setelah pemberian antipiretik).

Penurunan suhu tubuh ini terjadi karena teknik tepid sponge memanfaatkan

mekanisme umpan balik (feed back) yang diperankan oleh pusat termoregulasi

di hipotalamus.

Pemberian antipiretik saja pada salah satu pasien anak dengan kejang demam,

yaitu Anak R berusia 2 tahun 3 bulan, memberikan penurunan suhu dengan

rentang penurunan yang lebih sedikit dibandingkan dengan yang disertai

pemberian tepid sponge. Anak R mengalami penurunan suhu sebesar 0,6oC,

dari 38,1oC menjadi 37,5

oC. Hal ini sesuai dengan studi komparatif tahun

2009 yang memaparkan bahwa penurunan suhu tubuh pada kelompok yang

diberikan tepid sponge dan antipiretik secara signifikan lebih cepat daripada

kelompok yang hanya diberikan antipiretik (Edborr, Arora, & Mukhrejee,

2011).

Analisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013

Page 43: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-PR-Fahmita Ayuni.pdf · 2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam ... 2.7 Hasil Penelitian

31

Universitas Indonesia

Kejang An. A sudah tidak muncul lagi sejak hari rawat kedua sampai keempat

(terakhir). Selain pengaruh pemberian antibiotik yang rutin, faktor yang

mendukung adalah terapi kombinasi penanganan demam nonfarmakologis,

yaitu tepid sponge, dan farmakologis, yaitu parasetamol sebagai obat

antipiretik. Keterlibatan orang tua sebagai bagian integral dari perawatan anak

selama di rumah sakit juga sangat berpengaruh terlebih setelah diberikan

edukasi. Ibu An. A mudah memahami dan mampu meredemonstrasikan

pemberian tepid sponge yang diajarkan sehingga mampu melakukan tepid

sponge secara mandiri saat tubuh An. A teraba panas, dan melakukan hal-hal

yang telah diinformasikan dan diajarkan guna membantu menurunkan suhu

tubuh anak saat demam.

4.4 Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan

Aplikasi terapi tepid sponge disertai pemberian antipiretik pada klien kelolaan

utama memperlihatkan hasil yang positif yaitu mampu menurunkan suhu

tubuh dengan efektif. Namun perawat di ruangan dalam melaksanaan terapi ini

mempunyai beberapa kendala yang dihadapi. Pertama, durasi pemberian tepid

sponge yang tidak sebentar sulit dilakukan dengan jumlah tenaga perawat

yang kurang memadai. Perawat tidak memiliki cukup waktu untuk melakukan

terapi ini sehingga hanya dapat berfokus pada terapi medis saja yaitu

pemberian obat antipiretik. Kedua, jumlah tenaga perawat yang minim juga

menyebabkan kurangnya edukasi demonstrasi yang diberikan oleh perawat

pada orang tua terkait pemberian tepid sponge pada anak. Keterlibatan orang

tua selama proses perawatan anak yang sangat tinggi kurang mendapat

dukungan dari sisi edukasi.

Kedua permasalahan di atas dapat diatasi dengan cara perawat melibatkan

orang tua atau pendamping pasien dalam perawatan demam anak. Perawat

dapat melakukan sekaligus mengajarkan kepada orang tua prosedur atau cara

memberikan tepid sponge pada anak. Tujuan pemberian terapi tepid sponge

dapat dijelaskan diawal oleh perawat sebelum tindakan dilakukan agar orang

tua memiliki pemahaman yang benar dan akhirnya mau terlibat untuk

memberikan terapi ini pada anaknya. Pelibatan orang tua dalam perawatan

Analisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013

Page 44: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-PR-Fahmita Ayuni.pdf · 2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam ... 2.7 Hasil Penelitian

32

Universitas Indonesia

anak sesuai dengan konsep family centered care (FCC) yang mendukung

adanya pendekatan kemitraan untuk pengambilan keputusan dalam perawatan

kesehatan antara keluarga dan penyedia layanan kesehatan. FCC ini dianggap

sebagai standar perawatan kesehatan anak-anak baik dalam praktek klinis,

rumah sakit, maupun kelompok kesehatan (Kuo et al, 2011).

Penerapan FCC dalam perawatan anak dapat memberikan efek positif bagi

kedua belah pihak baik perawat maupun keluarga pasien. Pemberian edukasi

yang tepat oleh perawat terkait tepid sponge menjadikan orang tua memiliki

pengetahuan dan pengalaman yang lebih untuk merawat anak mereka saat

demam. Pemberian tepid sponge yang selanjutnya dilakukan oleh orang tua

tetap dievaluasi oleh perawat. Alternatif ini mungkin dapat menjadi solusi bagi

perawat-perawat yang bertugas di ruangan. Asuhan keperawatan tetap

terlaksana dengan optimal meskipun di tengah kondisi jumlah tenaga yang

kurang.

Analisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013

Page 45: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-PR-Fahmita Ayuni.pdf · 2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam ... 2.7 Hasil Penelitian

33

Universitas Indonesia

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Gambaran umum anak dengan kejang demam diperoleh data, anak memiliki

riwayat kejang, spasme otot saat kejang, suhu tubuh fluktuatif dan cenderung

demam, anak tampak lemas, dan nafsu makan berkurang. Proses infeksi

menjadi penyebab timbulnya kejang demam. Peningkatan suhu di atas normal

yang terjadi dengan cepat menjadi pencetus timbulnya kejang. Asuhan

keperawatan kejang demam telah diberikan pada An. A untuk mengatasi

masalah keperawatan risiko infeksi, ketidakefektifan termoregulasi, dan risiko

cedera. Ketiga masalah keperawatan tersebut telah teratasi. Penerapan aplikasi

tepid sponge terbukti lebih cepat dalam menurunkan suhu tubuh anak. Suhu

sebelum diberi terapi yaitu 38,6oC dan setelah diberi terapi tepid sponge dan

antipiretik mengalami penurunan sebanyak 2oC dalam 60 menit pertama.

Selama hari perawatan telah dilakukan pemantauan tanda-tanda vital terutama

suhu dan mencegah penyebaran infeksi. An. A diberikan terapi antibiotik

untuk perawatan dirumah dan dianjurkan untuk datang mengikuti rawat jalan

di rumah sakit.

5.2 Saran

Infeksi yang menjadi penyebab kejang demam sering kali diakibatkan oleh

sistem imun tubuh anak yang lemah. Asupan nutrisi hendaknya tidak luput

dari perhatian perawat, karena asupan nutrisi yang adekuat penting untuk

proses metabolisme sel-sel tubuh termasuk antibodi yang berperan penting

bagi pertahanan tubuh.

Penting bagi perawat untuk mengevaluasi pencegahan infeksi nosokomial

yang dilakukan orang tua setelah diberikan edukasi seperti ketepatan cara

melakukan hand hygiene dan waktu-waktu penerapan hand hygiene.

33

Analisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013

Page 46: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-PR-Fahmita Ayuni.pdf · 2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam ... 2.7 Hasil Penelitian

34

Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Alirol,E., et al. (2010). Urbanisation and infectious diseases in a globalised

world. http://www2.uah.es/salud-y-

enfermedad/pdf/Urbanisation%20and%20infectious%20diseases%20in%20a

%20globalised%20world.pdf

Appleton, R., Marson, A. (2009). Epilepsy: the facts, 3rd

Ed. Oxford, UK: Oxford

University Press

Birbeck, G. L., et al. (2010). Febrile seizures in the tropics. Epilepsies, Vol.22,

Number 2, 103-9. doi: 10.1684/epi.2010.0303. http://www.jle.com/e-

docs/00/04/59/28/article.phtml

Chung, B., Wat, L. C. Y., Wong, V. (2006). Febrile seizures in southern chinese

children: incidence and recurrence. Pediatric Neurology , volume 34, Issue 2,

Page 121-126. doi:10.1016/j.pediatrneurol.2005.08.007

http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0887899405004662

Clement, I. (2007). Basic concepts on nursing procedures. New Delhi: Replika

Press Pvt. Ltd.

David, R. B. (2009). Clinical pediatric neurology, 3rd

Ed. USA: Demos Medical

Publishing

Edbor, A. J., Arora, A. K, Mukherje, P. S. (2011). Early management of fever:

benefits of combination therapy. Bombay Hospital Journal, Vol. 53, No. 4,

2011. http://www.bhj.org.in/journal/2011-5304-oct/download/702-

705.pdfWatts Robertson 2012

Epilepsy Foundation of America. (2012). Febrile convulsions (3 months to 5

years).

http://www.epilepsyfoundation.org/livingwithepilepsy/parentsandcaregivers/

parents/infants/febrileconvulsions.cfm

Elsevier. (2012). Febrile seizures.

https://www.clinicalkey.com/topics/pediatrics/febrile-seizures.html

34

Analisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013

Page 47: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-PR-Fahmita Ayuni.pdf · 2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam ... 2.7 Hasil Penelitian

35

Universitas Indonesia

Kaneshiro. (2010). Fever.

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003090.htm

Kayserili, et al. (2008). Parental knowledge and practices regarding febrile. Turk J

Med Sci 2008; 38 (4): 343-350.

http://journals.tubitak.gov.tr/medical/issues/sag-08-38-4/sag-38-4-9-0708-

4.pdf

Mick, N. W., Cummings, B. M. (2006). Emergency management of the pediatric

patient: cases, algorithms, evidence. USA: Lippincott Williams & Wilkins

Mikail, B. (2011). Kebiasaan cuci tangan masih rendah.

http://health.kompas.com/read/2011/09/29/17324045/Kebiasaan.Cuci.Tangan

.Masih.Rendah.

National Institute of neurological Disorders and Stroke. (2013). Febrile Seizures

Fact Sheet.

http://www.ninds.nih.gov/disorders/febrile_seizures/detail_febrile_seizures.ht

m

National Health Service. (2012). Febrile

seizures.http://www.nhs.uk/conditions/Febrile-

convulsions/Pages/Introduction.aspx

Nursewian. (2012).Bahaya kejang demam pada anak dan langkah-langkah yang

harus dilakukan saat anak kejang. http://buletinkesehatan.com/bahaya-

kejang-demam-pada-anak-dan-langkah-langkah-yang-harus-dilakukan-saat-

anak-kejang-1/#sthash.aXfzfcje.dpuf

Preidt, R. (2008). Death from febrile seizure rare in children.

http://abcnews.go.com/Health/Healthday/story?id=5537620&page=1#.UdvD

0Mn43cg

Riani. (2013). Penduduk Tangsel berpotensi padat seperti DKI.

http://www.bantenhits.com/metropolitan/1237-penduduk-tangsel-berpotensi-

padat-seperti-dki.html

Ricci, S. S., Kyle, T. (2009). Maternity and pediatric nursing. Philadelphia:

Wolters Kluwer Health

Sara, R. (2002). Paediatrics - febrile convulsions assessment, treatment and

education. http://www.inmo.ie/Article/PrintArticle/2661

34

Analisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013

Page 48: ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351608-PR-Fahmita Ayuni.pdf · 2.5 Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kejang Demam ... 2.7 Hasil Penelitian

36

Universitas Indonesia

Schachter. (2013). Types of seizures.

https://www.epilepsy.com/epilepsy/types_seizures

Setiawati,T.(2009). Pengaruh tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh dan

kenyamanan pada anak usia pra sekolah dan sekolah yang mengalai demam

di ruang perawatan anak Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung. Tesis

Fakultas Ilmu Keperawatan, UI. Depok

Sharber, J. (1997). The efficacy of tepid sponge bathing to reduce fever in young

children. American Journal Emergency Medical, 188-192.

Shellhaas, R., Camfield, C.S., Camfield, P. (2011). Febrile seizures.

http://www.medmerits.com/index.php/article/febrile_seizures/P3

Sherwood, L. (1996). Fisiologi manusia dari sel ke sistem. (Penerjemah, Brahm,

U & Pendil, 2001). Edisi 2. Cetakan I. Jakarta: EGC.

Thomas, S., Vijaykumar, C., Naik, R., Moses, P.D., & Antonisamy, B. (2009).

Comparative effectiveness of tepid sponge and antipyretic drug versus

only antipyretic drug in the management of fever among children: a

randomized control trial. Indian Pediatrics, 46 (2), 133-136.

Unit For Sight. (2013). Urban versus rural health.

http://www.uniteforsight.org/global-health-university/urban-rural-health

Vera, M. (2012). 5 benign febrile convulsions nursing care plans.

http://nurseslabs.com/5-benign-febrile-convulsions-nursing-care-plans/#_

Vestergaard, et al. (2008). Death in children with febrile seizures: a population-

based cohort study. Lancet, 2008 Aug 9;372(9637):457-63. doi:

10.1016/S0140-6736(08)61198-8.

White, L. (2005). Foundations of maternal and pediatric nursing. 2nd

Ed. USA:

Thomson Delmar Learning

Wong, D. L. (2004). Pedoman klinis keperawatan pediatrik, alih bahasa, Monica

Ester; editor edisi bahasa Indonesia. Jakarta: EGC

Watts, R., Robertson, J. (2012). Non-pharmacological management of fever in

otherwise healthy children. JBI, Vol 10, No 28, ISSN 1838-2142.

Analisis praktik ..., Fahmita Ayuni, FIK UI, 2013