analisis pola aliran dan perencanaan saluran … · 12 potongan memanjang saluran 40 13 hasil...
TRANSCRIPT
ANALISIS POLA ALIRAN DAN PERENCANAAN SALURAN
DRAINASE DI SEKITAR GEDUNG GRAHA WIDYA WISUDA
(GWW) - FEMA, KAMPUS IPB DARMAGA BOGOR
DODI WIJAYA
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pola Aliran dan
Perencanaan Saluran Drainase di Sekitar Gedung Graha Widya Wisuda (GWW) -
FEMA, Kampus IPB Darmaga Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2014
Dodi Wijaya
NIM F44100066
ABSTRAK DODI WIJAYA. Analisis Pola Aliran dan Perencanaan Saluran Drainase di Sekitar
Gedung Graha Widya Wisuda (GWW) - FEMA, Kampus IPB Darmaga Bogor.
Dibimbing oleh BUDI INDRA SETIAWAN.
Kawasan yang layak huni dan nyaman harus mempunyai sistem drainase
yang baik. Kampus IPB Darmaga merupakan kampus yang sering mengalami
masalah genangan saat hujan turun dengan intensitas tinggi. Perencanaan saluran
drainase ini menggunakan data curah hujan untuk menghasilkan debit rencana
berdasarkan metode rasional dan membandingkannya dengan curah hujan aktual.
Penentuan perencanaan saluran dan analisis pola aliran digunakan persamaan
manning serta Automatic Total Station (ATS). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pola aliran drainase kampus IPB yang membuang air ke desa Babakan
Doneng perlu dihentikan karena tidak diperbolehkan oleh hukum sehingga
pembuangan air harus sepenuhnya diarahkan ke sungai Ciapus atau Danau Cileutik.
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan, total biaya material yang
dikeluarkan untuk perbaikan saluran adalah sebesar Rp. 301,539,958.66. Dana ini
diperlukan untuk membangun saluran sepanjang 850 m. Selain itu, untuk
mengurangi genangan perlu dirancang sistem drainase baru yang lebih baik yang
membuang kelebihan air dari jalan ke danau sehingga semua air yang jatuh dapat
diresapkan ke tanah sesuai dengan konsep zero runoff system (ZROS).
Kata kunci: Saluran Drainase, Pola Aliran, sistem drainase, zero runoff
ABSTRACT
DODI WIJAYA. The Analysis of Flow Scheme and Drainage Canal Planning
around Graha Widya Wisuda (GWW) - FEMA Building, Bogor Agricultural
University. Supervised by BUDI INDRA SETIAWAN.
A good drainage system is a necessity for a livable and comfortable area.
Bogor Agricultural University is a campus that has a problem with puddles each
time there the heavy rain occurs. This drainage planning used the rainfall data that
would be turn out in discharge plan, based on the rational method, and compared
with the actual rainfall. In determining canals planning and analysis of flow scheme,
the manning equation and Automatic Total Station (ATS) was used. Based on the
results it can be seen that the flow scheme of the Bogor Agricultural University
drainage which led the water to Babakan Doneng village was needed to be stopped
because it was violating the law. The water discharge must be directed to a Ciapus
river or Cileutik lake instead. Based on the budgeting calculation, the total cost to
fix this canals system would be 301,539,958.66 IDR. These funds were spent to
build the line along 850 m. In addition, to decrease the puddle, a better new drainage
systems needed to be designed, so that it could remove excess water from the street
to Cileutik lake and all the water that fell could be absorbed into the ground in
accordance with the concept of zero runoff system.
Keywords: Drainage Canals, Flow Scheme, Drainage System, Zero runoff
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
ANALISIS POLA ALIRAN DAN PERENCANAAN SALURAN
DRAINASE DI SEKITAR GEDUNG GRAHA WIDYA WISUDA
(GWW) - FEMA, KAMPUS IPB DARMAGA BOGOR
DODI WIJAYA
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Analisis Pola Aliran dan Perencanaan Saluran Drainase di Sekitar
Gedung Graha Widya Wisuda (GWW) - FEMA, Kampus IPB
Darmaga Bogor
Nama : Dodi Wijaya
NIM : F44100066
Disetujui oleh
Prof.Dr.Ir.Budi Indra Setiawan. M.Agr
Pembimbing 1
Diketahui oleh
Prof.Dr.Ir.Budi Indra Setiawan. M.Agr
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
segala karuniaNya karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penyusunan karya ilmiah
dengan judul "Analisis Pola Aliran dan Perencanaan Saluran Drainase di Sekitar
Gedung Graha Widya Wisuda (GWW) - FEMA, Kampus IPB Darmaga Bogor"
dilakukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana teknik di Departemen
Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M.Agr sebagai pembimbing yang telah
membimbing penulis dalam penyusunan karya ilmiah ini.
2. Kedua orang tua serta kakak yang telah merawat dan mendidik maupun
memberikan dukungan yang sangat berarti selama kuliah di IPB.
3. Direktorat Sarana dan Prasarana IPB (Bapak Teguh, Bapak Arif, dkk) yang
telah membantu dalam memberikan petunjuk maupun data terkait kampus IPB.
4. Teman-teman satu bimbingan (M. Chandra Yuwana, Hendy Kusuma R, Angga
Nugraha, Cindy Ade H dan M. Ihsan) yang telah membantu proses
pengambilan data dan pengolahan data serta dukungan yang telah diberikan
sehingga karya ilmiah ini dapat selesai tepat waktu.
5. Semua teman-teman satu angkatan SIL 47 yang tidak dapat disebutkan satu-
persatu.
Penulis berterimakasih terhadap dukungan dan masukkan bermanfaat untuk
kesempurnaan penyusunan karya ilmiah ini. Penulis berharap segenap pihak yang
terkait dapat memberikan saran, tanggapan, evaluasi dan solusi agar pada penelitian
selanjutnya dapat berjalan lebih baik lagi.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juni 2014
Dodi Wijaya
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN x
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
METODE 3
Waktu dan Tempat Penelitian 3
Alat dan Bahan 3
Prosedur Analisis Data 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 10
Keadaan Umum Kampus IPB Darmaga 10
Tata Guna Lahan (Landuse) 11
Analisis Pola Aliran 12
Debit Rancangan Saluran Drainase 16
Perencanaan Saluran Drainase 18
SIMPULAN DAN SARAN 26
Simpulan 26
Saran 26
DAFTAR PUSTAKA 27
LAMPIRAN 29
RIWAYAT HIDUP 48
DAFTAR TABEL 1 Hubungan antara debit aliran dengan ketinggian aliran 6 2 Harga b untuk pipa bulat 7 3 Luas tata guna lahan sekitar GWW - FEMA 12 4 Luas genangan berdasarkan pengukuran di lapangan 15 5 Rekapitulasi perhitungan curah hujan dengan periode ulang 16 6 Perbandingan debit rencana dan debit aktual pada lokasi penelitian 17 7 Hasil evluasi saluran terkini berdasarkan debit rencana 19 8 Perencanaan saluran dengan dimensi baru 20 9 Debit rencana saluran dengan sistem saluran drainase barua 22
10 Rancsangan Saluran dengan Sistem Saluran Drainase Barub 22
11 Kondisi inlet terkini pada beberapa lokasi 23 12 Perencanaan dimensi inlet baru 24
DAFTAR GAMBAR 1 Diagram alir kerangka pemikiran 2 2 Tinggi jagaan untuk saluran pembuang (USBR) 6 3 Tinggi dan lebar genangan pada kereb (lubang drainase) 8 4 Jenis-jenis inlet (USDT 2009) 8 5 Diagram alir penelitian 9
6 Limpasan dan genangan di sekitar GWW – FEMA 10 7 Tata guna lahan dekitar gedung GWW–FEMA 11 8 Pola aliran drainase daerah sekitar GWW - FEMA 13 9 Pola aliran dan pembagian DTA area GWW – FEMA 13
10 Lokasi genangan daerah sekitar gedung GWW – FEMA 14 11 Jalan dan paving block yang rusak akibat hujan : (a) (c) paving sekitar
GWW ; (b) (d) Jalan Ramin 15 12 Sistem saluran drainase terkini area GWW-FEMA 18
13 Perencanaan Sistem Saluran Baru 21 14 Genangan pada Jalan Ramin (a) dan FEMA (b) 22 15 Tipkal bangunan sadap (a) berkisi (b) lubang penahan 23 16 Kondisi inlet (a) dan Jarak inlet (b) di Jalan Ramin 24
17 Contoh Drop inlet 25
DAFTAR LAMPIRAN 1 Kapasitas lubang pemasukan samping 29
2 Nilai koefisien limpasan C berbagai karakter permukaan 30 3 Peta kontur area GWW – FEMA 31 4 Data Curah Hujan Harian Maksimum 10 tahun (2004 – 2013) 32 5 Debit rancangan berdasarkan pembagian sub DTA 33 6 Data curah hujan harian maksimum tanggal 1 Januari – 14 April 2014 34
7 Perhitungan Debit rencana Hujan (Periode Ulang 2 Tahun) dan Debit Aktual
Saluran 35
8 Hasil evaluasi saluran di sekitar GWW – FEMA 36 9 Data Sedimen Saluran pada DTA 1 37
10 Data sedimen saluran pada DTA 2 38 11 Hasil perhitungan perencanaan dimensi saluran baru 39 12 Potongan memanjang saluran 40 13 Hasil perhitungan dimensi saluran pada sistem drainase baru 41 14 Rencana anggaran biaya (RAB) bahan pekerjaan saluran lama 42 15 Rencana anggaran biaya (RAB) bahan pekerjaan saluran baru arah Danau
Cileutik 43 16 Gambar teknik perbaikan saluran parkiran GWW 45
17 Gambar teknik perencanaan saluran baru arah Danau Cileutik 46
18 Gambar 3D saluran 47
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Air merupakan faktor terpenting dalam kehidupan manusia. Menurut
Kodoatie dan Sjarief (2008) air berkurangnya pada musim kemarau dan air berlebih
pada musim penghujan menyebabkan dampak yang sangat besar bagi suatu
kawasan. Kelayakan dan kenyamanan sebuah kawasan untuk dijadikan tempat
tinggal harus mempunyai beberapa sarana pendukung kehidupan, salah satunya
adalah prasarana sistem drainase (Mulyanto 2013). Sistem drainase merupakan
salah satu faktor penting dalam menanggulangi permasalahan banjir akibat
limpasan air pada jalan dari luapan air di saluran.
Limpasan (runoff) merupakan gabungan aliran pada permukaan yang tertunda
dan tertahan pada cekungan-cekungan serta aliran bawah permukaan (subsurface
flow) (Suripin 2004). Limpasan ini akan menciptakan genangan akibat dari
kesalahan sistem drainase atau lubang inlet yang tidak cukup menahan limpasan
maupun resapan yang kurang baik.
Kampus IPB Darmaga Bogor memiliki infrastruktur yang mendukung
kegiatan akademik maupun non akademik. Akan tetapi, infrastruktur yang
mendukung tidak menjamin kampus ini terhindar dari masalah banjir dan adanya
genangan. Masalah genangan yang cukup luas terdapat pada area sekitar Gedung
Graha Widya Wisuda (GWW) dan jalan sekitar depan Dekanat Fakultas Ekologi
Manusia (FEMA). Hal ini mengakibatkan kerusakan jalan akibat kesalahan pola
drainase dan perancangan saluran drainase yang kurang baik.
Genangan air pada area tersebut cukup besar karena tidak dapat tertampung
pada daerah resapan maupun masuk melalui inlet saluran drainase. Hal ini sangat
berpotensi dalam mempercepat rusaknya jalan maupun saluran drainase sehingga
dapat membahayakan pengguna jalan. Selain itu, pembuangan limbah air dari
kampus IPB memilki beberapa outlet pembuangan yang harus dianalisis lebih lanjut
arah alirannya agar air yang mengalir sekecil mungkin tidak dibuang pada area
diluar kampus. Berdasarkan permasalahan ini, penelitian maupun pengkajian
mendalam perlu dilakukan mengenai sistem drainase kampus IPB Darmaga
menurut konsep zero runoff system (ZROS).
Perumusan Masalah
Fokus penelitian ini mengacu analisis masalah drainase dan inlet saluran
drianase pada area sekitar GWW - FEMA serta penerapan konsep zero runoff
system (ZROS) untuk mengurangi genangan air pada area luar kampus IPB
Darmaga Bogor.
2
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini meliputi :
1. Identifikasi keadaan terkini sistem drainase di area sekitar gedung Graha
Widya Wisuda (GWW) - FEMA.
2. Analisis pola aliran air di area sekitar gedung Graha Widya Wisuda (GWW)
- FEMA.
3. Perancangan sistem saluran drainase dan pola aliran air berdasarkan konsep
zero runoff system (ZROS).
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini mengatasi masalah genangan air serta limpasan air
berlebihan pada area sekitar gedung Graha Widya Wisuda (GWW) – FEMA serta
rekomendasi bagi pimpinan IPB terutama Direktorat Sarana dan Prasarana untuk
mengatasi masalah limpasan yang dapat mengakibatkan banjir maupun genangan.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian berupa pengamatan genangan, pola aliran drainase
serta mengkaji sistem drainase yang terdapat di sekitar gedung GWW - FEMA.
Konsep zero runoff system (ZROS) dikaji untuk diterapkan melalui penentuan arah
aliran berdasarkan peta topografi, penentuan curah hujan harian maksimum,
perancangan saluran drainase serta inlet, perhitungan debit rencana serta sistem
drainase baru (jika diperlukan) sehingga limpasan pada jalan dapat tertampung ke
daerah tangkapan air (DTA) dan tidak dibuang keluar area kampus IPB. Semua
rancangan ini akan didasarkan pada konsep zero runoff system (ZROS).
Efektivitas
Saluran
Drainase &
inlet
Perawatan
/Mainta-
nance
Selesai
Ya Masalah :
Limpasan,
Genangan
dan Pola
Drainase
Bangunan
Hidrolik
(Saluran
Drainase,
Bangunan
Sadap
Analisis
Kondisi
Saluran dan inlet terkini
Analisis Pola
Aliran Air
Riset / Penelitian
Evaluasi serta perbaikan
saluran drainase dan inlet
yang sudah ada atau
perencanaan saluran dan
inlet baru (jika diperlukan).
Output :Rancangan/modifi
kasi bangunan hidrolik
pengendali limpasan dan
genangan berlebih dengan
konsep zero runoff.
Tidak
Gambar 1 Diagram alir kerangka pemikiran
3
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dari bulan Januari - April 2014.
Penelitian dilaksanakan di area sekitar gedung Graha Widya Wisuda (GWW) –
FEMA hingga danau Cileutik kampus IPB Darmaga, Bogor ketika terjadi limpasan
tertinggi.
Alat dan Bahan
Penelitian ini menggunakan alat antara lain alat ukur panjang (tapping), alat
tulis, kalkulator, waterpass, Automatic Total Station (ATS), GPS, kamera, laptop
yang dilengkapi dengan perangkat lunak Autocad, ArcGIS, Surfer, dan Microsoft
Office. Bahan penelitian merupakan data sekunder dan primer tentang kondisi
saluran drainase maupun kampus IPB Darmaga seperti :
1. Peta kampus IPB Darmaga
2. Data curah hujan Stasiun Klimatologi Darmaga 2004-2013
3. Data curah hujan Stasiun Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan (Januari-
April 2014)
4. Site Plan kampus IPB Darmaga, Bogor
5. Dimensi saluran drainase dan inlet pada area sekitar gedung GWW
Prosedur Analisis Data
Prosedur analisis data pada perencanaan saluran terdiri dari berbagai tahap
sesuai dengan kondisi dan analisis. Secara umum, perencanaan akan dibagi dalam
dua tahap, yaitu evaluasi saluran terkini dan perencanaan saluran melalui cakupan
seluruh bangunan hidrolik pada saluran tersebut.
Analisis Curah Hujan
Menurut Prastowo (2010), curah hujan pada suatu wilayah akan berbentuk
evapotranspirasi, limpasan dan air tanah. Analisis curah hujan dihitung
menggunakan metode Weibull dan metode Mononobe pada Persamaan (1) dan (2)
berikut :
𝑇𝑟 = (𝑛+1)
𝑚 (1)
𝐼 =𝑅24
24(
24
𝑡)
2
3 (2)
Keterangan :
Tr = Periode ulang
m = Nomor urut (peringkat) data setelah diurutkan dari besar ke kecil
n = Banyak data atau jumlah kejadian
I = Intensitas hujan (mm/jam)
t = Waktu konsentrasi / durasi hujan (jam)
4
R24 = Curah hujan maksimum harian (selama 24 jam) (mm)
Untuk mendapatkan waktu konsentrasi (tc), perhitungan dapat dilakukan
melalui Persamaan (3) :
𝑡𝑐 = [0.87 𝑥 𝐿2
1000 𝑋 𝑆]
0.385
(3)
Keterangan :
tc = Waktu konsentrasi (jam)
L = Panjang Saluran (km)
S = Kemiringan Saluran (m/m)
Menurut Suripin (2004), curah hujan berlebih turun dalam bentuk limpasan
dan pengisian air tanah. Perkiraan laju aliran permukaan puncak menggunakan
metode rasional pada Persamaan (4).
𝑄 = 0.002778 𝑥 𝐶 𝑥 𝐼 𝑥 𝐴 (4)
Keterangan :
Q = Debit maksimum (m3/s)
C = Koefisien Limpasan
I = Intensitas hujan (mm/jam)
A = Luas daerah pengaliran (ha)
Pola Aliran Air
Pola aliran air ditentukan dengan pengamatan langsung pada kondisi di
lapangan maupun pengukuran serta pengolahan data yang diperlukan seperti :
1. Observasi daerah aliran air pada jalan sekitar gedung GWW - FEMA
menggunakan peta serta peninjauan secara langsung.
2. Observasi dan penentuan daerah tangkapan air berdasarkan arah atau pola
aliran air mengalir dengan menggunakan peta, Automatic Total Station (ATS)
dan GPS serta software surfer 10.
3. Mengidentifikasi masalah pola aliran air serta menentukan arah jalur aliran dan
arah aliran alternatif yang dapat digunakan dalam mengurangi limpasan.
Perencanaan Saluran Drainase
Struktur-struktur maupun desain praktis diperlukan dalam pengembangan
aliran permukaan (Brooks et al. 2003). Perencanaan hidrolika merupakan salah satu
metode yang dapat digunakan dalam pengembangan ini.
1. Saluran Drainase
Perencanaan saluran drainase dilakukan berdasarkan evaluasi keadaan
saluran drainase terkini. Kapasitas saluran terkini daerah sekitar gedung GWW
– FEMA dihitung dengan pengukuran langsung dimensi saluran dan
pengolahan data menggunakan Persamaan Manning (5), (6), dan (7).
5
𝑉 = 𝐾. 𝑅2
3⁄ 𝑆1
2⁄ (𝑚/𝑑𝑒𝑡) (5)
𝑄 = 𝑉. 𝐴 (𝑚3/𝑑𝑒𝑡) (6)
𝑅 =𝐴
𝑃 (𝑚) (7)
Keterangan :
V = Kecepatan aliran rata-rata dalam saluran (m/detik)
K = Koefisien kehalusan
R = Radius Hidrolis (m)
S = Kemiringan rata-rata saluran (slope)
A = Luas penampang basah saluran (m2)
P = Keliling basah saluran (m)
Q = Debit aliran (m3/det)
Kemampuan mengalirkan air suatu saluran akan meningkat seiring
dengan peningkatan jari-jari hidrolik atau berkurangnya keliling basah (Rossi
2012). Penampang saluran memiliki keliling basah terkecil akan mengalirkan
air secara maksimum. Penampang ini disebut penampang hidrolik terbaik yang
merujuk pada rumus penampang hidrolik terbaik (Chow 1992).
Untuk perencanaan saluran pembuang, aliran dianggap steady dan
seragam (uniform) seperti tertera pada persamaan (5). Perhitungan saluran
rencana selanjutnya dapat dilihat pada Persamaan (8) s/d (14) di bawah ini :
𝐴 = 𝑏 ℎ + 𝑧 ℎ2 = ℎ2(𝑤 + 𝑧) (8)
𝑃 = 𝑏 + 2 ℎ ( 1 + 𝑧2)0.5 = ℎ ( 𝑤 + 2( 1 + 𝑧2)0.5 (9)
𝑅 = 𝐴/𝑃 (10)
𝑄 = 𝐴 𝐾𝑚 𝑅2
3 𝐼1
2 (11)
𝐹 =(𝑤+𝑧)
53
(𝑤+2(1+𝑧2)12)
23
(12)
ℎ = (𝑄
𝑓𝐾𝑚𝐼12
)
3
8
(13)
𝐵 = 𝑏 + 2 𝑥 (ℎ + 𝐹𝐵) 𝑥 𝑧 (14)
Nilai b didapatkan dari perhitungan biasanya harus dibulatkan ke suatu
angka yang secara praktis dapat dikerjakan di lapangan. Dengan menambah
atau mengurangi nilai b dan Δb, maka akan terjadi perubahan pada h (Δh).
Persamaan (15) dan (16) di bawah ini menunjukan bahwa dengan penambahan
Δb, maka luas penampang aliran (A) tidak boleh berubah.
𝛥𝑏 𝑥 ℎ = −𝛥ℎ 𝑥 𝐵 = −𝛥ℎ 𝑥 (𝑏 + 2𝑧ℎ) = −𝛥ℎ(𝑤 + 2𝑧)ℎ (15)
6
𝛥ℎ = −𝛥𝑏
𝑤+2𝑧 (16)
Keterangan :
V = Kecepatan aliran rata-rata dalam saluran (m/detik)
K = Koefisien kehalusan
R = Radius hidrolis (m)
S = Kemiringan rata-rata saluran (slope)
A = Luas penampang basah saluran (m2)
P = Keliling basah saluran (m)
Q = Debit aliran (m3/det)
b = Lebar saluran bawah (m)
B = Lebar saluran atas (m)
h = Kedalaman aliran (m)
w = b/h
z = Kemiringan talud
Tinggi jagaan minimum (FB) yang diberikan pada saluran dikaitkan dengan
debit rencana saluran seperti diperlihatkan dalam Gambar 2, sedangkan tabel
hubungan antara debit (Q) dan ketinggian aliran (h) ditunjukan pada Tabel 1.
Gambar 2 Tinggi jagaan untuk saluran pembuang (USBR)
Sumber : KP 04- 2010
Tabel 1 Hubungan antara debit aliran dengan ketinggian aliran
Q (m3/det) h (m) b/h
< 0.5 < 0.50 1
0.5 - 1.1 0.50 - 0.75 2
1.1 - 3.5 0.75 - 1.00 2.5
>3.5 >1.00 3 Sumber : Tusi 2003
7
2. Perencanaan gorong-gorong
Gorong-gorong adalah salah satu bangunan air pada persilangan untuk
menyalurkan air dari satu sisi jalan yang lain atau untuk mengalirkan air pada
persilangan dua buah saluran dengan tinggi muka air berbeda (Mawardi 2007).
Pengaliran dalam gorong-gorong dapat bersifat aliran terbuka atau dalam pipa.
Kecepatan aliran di dalam gorong-gorong yaitu berkisar antara 1.5 - 2.0
m/s dengan diameter minimum 0.7 m dan maksimum 1.00 m. Pengaliran di
dalam gorong-gorong dapat sebagai pengaliran terbuka (bebas) selama
bangunan tidak tenggelam (Mawardi 2007). Rumus pengaliran gorong-gorong
yang bersifat saluran terbuka dapat menggunakan rumus seperti pada
Persamaan (5) s/d (16). Untuk gorong-gorong yang tenggelam, kehilangan
tekanan dalam gorong-gorong dapat dihitung seperti pada Persamaan (17).
Perhitungan gorong-gorong ini hanya dilakukan jika hasil evaluasi gorong-
gorong terkini tidak memenuhi debit rencana saluran.
ℎ =𝑣2
2𝑔 (1 + 𝛼 + 𝑏𝐿
𝑆
4𝐴 ) (17)
Keterangan :
S = keliling basah lubang (m)
A = luas basah lubang (m2)
𝛼 = koefisien kehilangan tekanan akibat dari gesekan di bagian mulut
lubang dan perubahan arah arus = 1
𝑢2 − 1 ; u = 0,80-0,83
L = panjang pipa (m)
Ød = Diameter pipa bulat (𝑆
4𝐴) (m)
Tabel 2 Harga b untuk pipa bulat
Ød (m) b Ød b
0.3 0.0324 1.2 0.0305
0.4 0.0318 1.5 0.0303
0.5 0.0313 2.- 0.0302
0.6 0.031
0.7 0.0309
0.8 0.0308
0.9 0.0307
1.-- 0.0306 Sumber : Mawardi 2007
Berdasarkan KP-04 (DPU 2010) untuk gorong-gorong pendek (L < 20
m) dapat dianggap benar untuk Persamaan (18) dibawah ini :
𝑄 = µ𝐴 √2𝑔𝑧 (18)
Keterangan :
Q = debit (m3/s)
µ = koefisien debit (0.8 - 0.9)
z = kehilangan tinggi energi pada gorong-gorong (m)
8
3. Inlet Drainase
Perencanaan saluran inlet sebaiknya dihubungkan dengan menggunakan
saluran kecil yang biasa disebut gutter. Gutter dibuat di antara kereb dan badan
jalan untuk menyalurkan air hujan yang jatuh di atas permukaan jalan ke
saluran samping jalan.
Saluran inlet merupakan saluran yang menghubungkan aliran air dari
perkerasan jalan menuju saluran (DPU 2006). Menurut Queensland
Department of Transport and Main Roads (2010) kecepatan saluran inlet dapat
dipertimbangkan atau dihitung dari kecepatan aliran di kereb. Untuk periode
ulang rencana sampai 10 tahun didasarkan batas aliran minor yang dapat
dihitung dengan Persamaan (19).
𝑍𝑑 𝑣𝑎𝑣𝑔 ≤ 0.4 𝑚2/𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 (19)
Keterangan :
Zd : lebar genangan (m)
vavg : kecepatan aliran di kereb (m/detik)
Gambar 3 Tinggi dan lebar genangan pada kereb (lubang drainase)
Lebar genangan (Zd) dibatasi yaitu maksimum 2 m, dan perhitungan Zd
dapat dilakukan dengan menggunakan lampiran 1 yang merupakan diagram
debit pada saluran bentuk segitiga. Berberapa jenis inlet diantaranya adalah
inlet got tepi (gutter inlet) dengan lubang bukaan terletak mendatar secara
melintang pada dasar got tepi, berbatasan dengan batu tepi. Sedangkan untuk
inlet kereb tepi (curb inlet), lubang bukaan terletak pada bidang batu/kereb tepi
dengan arah masuk tegak lurus di arah aliran got tepi sehingga kereb tepi
bekerja sebagai pelimpah samping (DPU 2006).
Gambar 4 Jenis-jenis inlet (USDT 2009)
9
Jumlah saluran inlet yang harus dibuat direkomendasikan maksimal tiap
5 meter dengan lebar saluran selebar kereb. Untuk mengetahui kapasitas inlet
samping (side inlet) didapat dari 80% kapasitas yang di dapat dari Lampiran 1
yang merupakan kurva kapasitas lubang pemasukan samping (DPU 2006).
Gambar 5 Diagram alir penelitian
4. Rencana Anggaran Biaya (RAB) Saluran
Perhitungan anggaran biaya dihitung berdasarkan analisa harga satuan
bahan bangunan yang berada di Kabupaten Bogor pada tahun 2014.
Perhitungan RAB ini akan dibatasi pada penggunaan material untuk
membangun saluran rencana atau perbaikan saluran.
b’ dan h’
(baru)
Koef Stickler (km)
Kemiringan lahan (s)
Analisis dimensi
(A,R,P,V)
Debit terkini (Qeks)
Debit Rencana
Q = C. I. A)
Evaluasi
saluran
Intensitas
hujan (i)
Waktu
konsentrasi
(tc)
Curah hujan harian
maksimum (10 tahun)
Koef limpasan
per sub DTA
(c)
Plotting peta
kontur (Arcgis
10)
Luas landuse
(A)
Kontur
(Surfer)
Pola aliran
(water flow)
Data topografi
(x,y,z)
Analisis nilai
z,w, dan F
Analisis head (h)
Analisis nilai A,R,p,b
V = Qr/A
V≤ V izin
Analisis nilai
A,R,p,b
Analisis slope (i)
Debit
rencana
saluran
FB
dan B (baru
RAB Bahan
Saluran
Analisis bangunan Inlet
Analisis
Perhitungan
gorong-gorong
Evalu
asi
salu
ra
n
Analisis pola
aliran
Perencanaan
Saluran
Tidak
?
Ya
Qr>Qe
ks
Qeks>
Qr
10
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Kampus IPB Darmaga
Kampus IPB Darmaga memiliki luas ± 277.16 ha yang secara geografis
terletak di antara garis lintang 6° 33’ 22” Selatan hingga 6° 33’ 46” Selatan dan
garis bujur 106° 43’ 32” Timur hingga 106° 43’ 55” Timur. Kampus IPB diapit
oleh dua anak Sungai Cisadane yaitu Sungai Ciapus di sebelah Utara dan Sungai
Cihideung di sebelah Barat.
Jenis tanah di Kampus IPB Dramaga termasuk dalam jenis tanah latosol
coklat kemerahan dengan tekstur tanah halus. Wilayah Kampus IPB bergelombang
dengan punggung – punggung memanjang. Berdasarkan uji sondir dalam Final
Report Soil Investigation untuk Perencanaan Pekerjaan Pembangunan Gedung
Pendidikan IPB (2011) dapat disimpulkan bahwa jenis tanah permukaan adalah
tanah lempung sangat lunak sampai lunak kelanauan dan lunak bercampur organik.
Data curah hujan dan data iklim diperoleh dari stasiun klimatologi Dramaga
yang terletak pada 06° 33' 13” LS dan 106° 44' 59” BT dengan elevasi 190 m dpl.
Curah hujan rata – rata menunjukkan bahwa stasiun Dramaga memiliki jumlah
bulan basah berturut-turut sebanyak 9 bulan (September s/d Mei). Curah hujan
tertinggi terdapat pada bulan Januari hingga Februari yang merupakan puncak
tertinggi terjadinya limpasan. .
Gambar 6 Limpasan dan genangan di sekitar GWW – FEMA
Tiga lokasi utama di kampus IPB, yaitu parkiran GWW, Jalan Dekanat
FEMA, dan Jalan Ramin seringkali mengalami banjir saat terjadi hujan. Gambar 6
menunjukkan limpasan dan genangan di sekitar area GWW – FEMA. Keadaan
saluran drainase terkini kampus menunjukkan perawatan dan pemetaan yang tidak
baik. Hal ini dapat dilihat dari sedimentasi saluran serta tidak adanya peta saluran
drainase kampus pada direktorat sarana dan prasarana kampus IPB Darmaga, Bogor.
11
Tata Guna Lahan (Landuse)
Seiring dengan pertumbuhan manusia, kini sekitar 30-50 % permukaan bumi
telah mengalami transformasi (Vitousek 1997). Urbanisasi telah menyebabkan
perubahan yang ekstensif pada permukaan daratan melampaui batasnya (Lambin
1999). Tata guna lahan (landuse) menjadi salah satu hal penting yang harus
diperhatikan sehingga penggunaan lahan dapat dibatasi agar tidak berlebihan.
Tata guna lahan akan berdampak pada limpasan (run off) yang mengalir ke
saluran drainase sampai ke outlet. Perubahan tata guna lahan akan mempengaruhi
2 macam limpasan, yaitu limpasan permukaan dan limpasan bawah permukaan
(Derek 1991). Limpasan ini dapat sangat menggangu jika tidak ditangani dengan
sistem drainase yang baik.
Pada dasarnya, tata guna lahan setiap tempat maupun wilayah akan berbeda-
beda sesuai dengan pengembangan daerah tersebut dan hal inilah yang
menyebabkan tata guna lahan pada setiap daerah akan terus berubah sehingga tidak
akan pernah sama dengan kondisi awalnya. Pada pengamatan serta digitasi tata
guna lahan menggunakan software ArcGIS 10, tata guna lahan yang ada pada
daerah sekitar GWW – FEMA diketahui berupa aspal/paving, bangunan, lahan
kosong, danau dan vegetasi tanaman yang memenuhi daerah tersebut. Adapun tata
guna lahan sekitar GWW – FEMA ditunjukkan pada gambar 7.
Gambar 7 Tata guna lahan dekitar gedung GWW–FEMA
Luas total tata guna lahan daerah GWW – FEMA yang mencapai 25.59 ha ini
terdiri dari beberapa luasan tata guna lahan lainnya seperti aspal/paving (5.32 Ha),
bangunan (5.59 ha), danau (0.50 ha) dan vegetasi (14.18 ha) yang mendominasi tata
guna lahan pada daerah ini. Tabel 3 menunjukkan komposisi tata guna lahan pada
daerah sekitar GWW – FEMA.
12
Tabel 3 Luas tata guna lahan sekitar GWW - FEMA
No. Landuse Luas (ha) Luas Total (ha) Persentase Luas (%)
1 Aspal/Paving 5.32
25.59
20.78
2 Bangunan 5.59 21.83
3 Vegetasi 14.18 55.42
4 Danau 0.50 1.97
Pemanfaatan lahan akan berdampak pada tata guna lahan sangat
mempengaruhi limpasan (runoff) yang akan terjadi pada suatu lokasi. Hal ini
disebabkan koefisien limpasan dari masing-masing bangunan tersebut berbeda-
beda (Lampiran 2). Semakin banyak lahan yang dimanfaatkan untuk gedung akan
berdampak pada tingginya limpasan (runoff) yang terjadi saat hujan turun. Hal ini
tidak akan berdampak buruk jika saluran drainase di tata dengan baik dan benar.
Drainase yang tidak tertata dengan baik akan menimbulkan masalah bagi pengguna
jalan karena luapan air dari saluran sehingga dapat menyebabkan rusaknya jalan
akibat genangan di jalan.
Penyebab lain dari hal ini juga dapat diakibatkan dari kurangnya daerah
resapan air sekitar gedung, karena pada dasarnya setiap gedung harus memilki
drainase dan resapan yang baik agar air yang keluar tidak tergenang atau melimpas
di jalan. Hal inilah yang biasa di kenal dengan konsep zero runoff system (ZROS)
atau konsep pembangunan dengan mengurangi limpasan sekecil mungkin. Konsep
zero runoff system (ZROS) ini sendiri akan sangat dipengaruhi oleh seberapa
banyak air yang bisa diresapkan pada tanah tanpa membuangnya ke sungai dan
tidak menggenang pada jalan.
Pada konsep zero runoff system (ZROS), tata guna lahan (landuse) adalah
faktor yang paling utama yang harus diperhatikan karena pengaruh tata guna lahan
akan sangat berdampak pada limpasan (runoff) dan perencanaan konsep tersebut
dengan tata guna lahan (landuse) yang sudah ada sebelumnya. Tata guna lahan
(landuse) bisa sangat bermacam-macam penggunaannya karena hal tersebut akan
didasarkan pada kondisi lokasi serta master plan yang akan direcanakan pada lokasi
tersebut.
Analisis Pola Aliran
Pola aliran merupakan hal utama yang perlu di analisis dalam menentukan
aspek lain untuk mengkaji aliran yang berkaitan satu sama lain (Montanes 2006).
Pada daerah sekitar gedung GWW terdapat beberapa pola aliran yang mengalir ke
beberapa daerah tangkapan air (DTA) dan outlet seperti Danau Cileutik serta outlet
jalan Perwira (kampung Babakan Doneng).
Pola aliran ini akan mengalir melalui saluran drainase sedangkan aliran atau
runoff pada jalan akan di sadap ke inlet pada saluran drainase. Berdasarkan hasil
pengamatan di lapangan, pada umumnya semua pola aliran pada daerah sekitar
GWW akan mengarah ke Danau Cileutik melalui outlet pada saluran drainase
FEMA maupun drainase dekat gedung Plasma, sedangkan sebagian lagi akan
dibuang melalui outlet jalan Perwira, kampung Babakan Doneng.
13
Gambar 8 Pola aliran drainase daerah sekitar GWW - FEMA
Pada gambar 8 dapat dilihat bahwa terdapat outlet atau saluran pembuang yang
mengarah ke desa Babakan Doneng atau Jalan Perwira. Berdasarkan Undang-
undang Nomor 11 Tahun 1974 Tentang Pengairan dan Undang-undang Nomor 7
Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, secara tersirat dituliskan bahwa pihak IPB
Darmaga sebagai institusi tidak diperbolehkan menurut hukum untuk membuang
air melalui gorong-gorong jalan ke desa Babakan Doneng atau Jalan Perwira. Hal
ini ditujukan untuk mengurangi daya rusak terhadap lingkungan serta pemeliharaan
fasilitas air yang lebih terjaga lagi.
Pada dasarnya, pola aliran dapat dijadikan acuan dalam menentukan
pembagian daerah tangkapan air (DTA). Pola aliran dari kontur ini selanjutnya akan
dibagi dalam sub DTA sesuai dengan jaringan pembuangan dari saluran drainase.
Pembagian DTA ini juga akan didasarkan pada sistem saluran drainase/pola aliran
saluran drainase terkini sehingga didapatkan DTA yang disajikan pada Gambar 9.
Gambar 9 Pola aliran dan pembagian DTA area GWW – FEMA
14
Gambar 9 menunjukkan pola aliran pada tiap sub DTA di area sekitar GWW
– FEMA yang telah di plotting melalui software arcGIS. Berdasarkan hasil kontur
dari hasil pengolahan data menggunakan software surfer 10 (Lampiran 3), pola
aliran di sekitar GWW – FEMA memiliki pola yang sangat beragam arahnya namun
akan diarahkan pada beberapa outlet seperti danau Cileutik dan saluran Perwira.
Tidak beraturannya pola aliran ini mengharuskan adanya jaringan sistem drainase
yang baik dan efektif dalam mengurangi limpasan atau aliran air yang mengarah
pada cekungan-cekungan yang dapat menimbulkan adanya genangan.
Berdasarkan analisis pola aliran serta pengamatan di lapangan maka dapat
diketahui terdapat beberapa titik lokasi genangan. Lokasi genangan itu sendiri
terdapat pada daerah dan DTA yang berbeda-beda. Genangan tersebut disebabkan
oleh pola aliran yang mengarah pada lokasi dengan elevasi lebih rendah dan
terkumpul namun tidak dapat tertampung oleh saluran drainase sehingga
menyebabkan terjadinya genangan yang dapat sangat mengganggu pengguna jalan
yang melewati lokasi tersebut. Lokasi genangan pada daerah sekitar gedung GWW
– FEMA dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10 Lokasi genangan daerah sekitar gedung GWW – FEMA
Genangan yang terdapat pada area sekitar GWW, Jalan Ramin serta depan
Dekanat FEMA cukup luas karena sangat menggangu pengguna jalan saat hujan
turun. Genangan ini dapat dengan mudah timbul ketika hujan dengan intensitas
tinggi turun maupun hujan dengan intensitas rendah turun dalam rentang waktu
yang cukup lama. Dari hasil pengukuran di lapangan dapat juga diketahui bahwa
lama genangan pada jalan adalah sekitar ± 30 menit, sedangkan pada parkiran ± 40-
50 menit. Adapun luas genangan berdasarkan hasil pengukuran dilapangan pada
tiap lokasi disajikan pada tabel 4.
15
Tabel 4 Luas genangan berdasarkan pengukuran di lapangan
Tanggal
Curah
Hujan
Luas Genangan Air (m2)
GGW I GGW
II GWW
III
Jln.
Ramin FEMA
(mm)
11 Januari 57.4 690.9 48.9 155.6 169.8 581.0
12 Januari 73.4 883.5 62.5 199.0 217.1 743.0
25 Februari 10.6 127.6 9.0 28.7 31.4 107.3
16 Maret 13.2 158.9 11.2 35.8 39.0 133.6
17 Maret 27.2 327.4 23.2 73.8 80.5 275.3
19 Maret 40.2 483.9 34.2 109.0 118.9 406.9
5 April 113.4 1365 96.6 307.5 335.433 1147.9
Rentang waktu surutnya genangan yang cukup lama sangat menggangu
pengguna jalan dan jika hal ini terus dibiarkan maka tentu akan menimbulkan
kerusakan jalan sehingga jalan akan mudah rusak dan berlubang. Hal ini akan
berdampak buruk pada kondisi jalan yang tidak dapat digunakan lagi karena dapat
mengancam keselamatan pengguna jalan di kampus IPB Darmaga. Kerusakan jalan
ini terjadi pada beberapa lokasi jalan yang berupa aspal maupun paving block
seperti pada jalan depan Dekanat FEMA, FAPERTA, Jalan Ramin, serta parkiran
GWW. Kerusakan pada jalan aspal menyebabkan jalan menjadi berlubang
sedangkan pada paving menyebabkan jalan menjadi tidak rata dan bergelombang.
Gambar 11 Jalan dan paving block yang rusak akibat hujan : (a) (c) paving sekitar
GWW ; (b) (d) Jalan Ramin
Kerusakan jalan dan lahan parkir serta sistem drainase yang kurang baik pada
daerah sekitar gedung GWW–FEMA ini mengharuskan adanya tindakan
penanganan khusus pada sistem saluran drainase di daerah tersebut. Oleh karena itu,
perencanaan saluran drainase berdasarkan konsep zero runoff system (ZROS)
sangat perlu untuk dilakukan agar hujan maupun air yang dibuang dari setiap
saluran dari gedung-gedung kuliah dapat tertampung dan terinfiltrasi kedalam tanah
16
sehingga dapat menjadi cadangan air tanah yang berguna bagi masyarakat maupun
IPB.
Debit Rancangan Saluran Drainase
Menurut Suripin (2004) curah hujan yang berlebih akan diturunkan dalam
bentuk limpasan dan pengisian air tanah. Curah hujan ini dapat digunakan dalam
menentukan debit rencana suatu perencanaan saluran untuk beberapa tahun periode
ulang sehingga akan menghasilkan debit rencana sesuai dengan data curah hujan
yang masuk pada data curah hujan harian maksimum 10 tahun (Lampiran 4).
Perhitungan curah hujan dengan beberapa periode ulang akan di analisis
menggunakan beberapa metode mulai dari metode Normal, Log Normal, Log
Person III dan Gumbel. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa jenis distribusi
Gumbel merupakan metode yang paling tepat digunakan karena dari hasil uji
parameter menunjukan bahwa metode ini memenuhi syarat nilai koefisien
kemencengan (Cs ≤ 1.1396) dan Koefisien Kurtois (Ck ≤ 5.4002) (Suripin 2004).
Selain itu, dari hasil uji kecocokan maupun parameter statistik, jenis distribusi ini
adalah jenis distribusi yang paling memenuhi kriteria. Adapun hasil rekapitulasi
perhitungan curah hujan dengan periode ulang dan beberapa jenis distribusi
ditunjukkan pada Tabel 5.
Tabel 5 Rekapitulasi perhitungan curah hujan dengan periode ulang
Periode
Ulang
(T tahun)
Analisis Probabilitas Hujan Rencana (mm/hari)
Normal Log Normal Log Person III Gumbel
2 128.16 126.93 128.76 125.68
5 143.57 143.78 144.13 147.58
10 151.65 153.47 151.71 162.09
25 159.54 163.59 159.35 180.41
50 165.78 172.05 164.01 194.01
Pada dasarnya, penentuan debit rancangan dapat dibagi berdasarkan jenis atau
perbedaan tiap DTA maupun sub DTA (Lampiran 5). Berdasarkan pengamatan
langsung di lapangan kondisi area sekitar GWW – FEMA memiliki sistem saluran
drainase yang sangat kompleks. Oleh karena itu, debit rancangan pada beberapa sub
DTA akan dibagi lagi kedalam sub sub DTA sehingga menghasilkan debit
rancangan yang berbeda dari satu sub DTA tersebut. Hal ini dapat dilihat dari sub
DTA 1A, sub DTA 1C, Sub DTA 2A dan sub DTA 2H yang memiliki beberapa
saluran dalam satu sub DTA dengan elevasi yang menurun sehingga diperlukan
debit rancangan saluran berbeda di tiap salurannya. Debit pada sub sub DTA ini
diperlukan untuk merancang debit rencana dan evaluasi saluran karena lokasi
saluran yang berada pada saluran terkecil (tersier) sehingga membutuhkan debit
saluran yang sesuai dengan lokasi tangkapan saluran tersebut (Tabel 6).
Pada debit rancangan ini akan dibandingkan debit rencana dengan debit
aktual yang didapatkan berdasarkan data curah hujan maksimum selama penelitian
17
berlangsung (Lampiran 6) serta perbandingan pengamatan validasi masalah
dilapangan. Hal ini dilakukan agar terdapat pembuktian atau validasi permasalahan
genangan yang ada dengan curah hujan atau air hujan yang turun sehingga
menyebabkan genangan yang cukup luas di tiap lokasi genangan. Menurut Suripin
(2004) kriteria desain hidrologi sistem drainase perkotaan untuk luas daerah 10 -
100 ha cukup menggunakan periode ulang 2 tahun. Adapun perbandingan debit
rancangan dengan debit aktual yang diperoleh berdasarkan data curah hujan secara
singkat dapat disajikan pada Tabel 6 (Detail debit rancangan dapat dilihat pada
Lampiran 7).
Tabel 6 Perbandingan debit rencana dan debit aktual pada lokasi penelitian
DTA Lokasi
Saluran Nama Saluran
Qhujan-
rencana (CH
= 125.68
mm)
Qhujan-aktual
(CH =
113.4 mm)
(m3/detik) (m3/detik)
DTA 1
Sub DTA 1A
Parkiran I 0.09 0.08
Parkiran II 0.14 0.13
Parkiran III 0.19 0.17
Parkiran Outlet I 0.31 0.28
Sub DTA 1B GWW-Perwira 0.39 0.35
Sub DTA 1C
Parkiran A 0.09 0.08
Parkiran B 0.12 0.11
Parkiran C 0.14 0.12
DTA 2
Sub DTA 2A
Parkiran X 0.23 0.20
Parkiran Y 0.31 0.28
Parkiran Z 0.39 0.35
Parkiran Outlet II 0.56 0.51
Sub DTA 2F GYM-FAPERTA 1.05 0.95
Gorong-gorong FAPERTA 0.84 0.76
Sub DTA 2G FEMA (Kanan) 2.24 2.03
Gorong-Gorong FEMA 1.08 0.97
Sub DTA 2H
Ramin (Kanan) 0.29 0.26
Ramin (Kiri) 0.28 0.25
Gorong-Gorong Ramin 0.22 0.20
Sub DTA 2I Outlet Danau 0.80 0.16
Berdasarkan Tabel 6, hasil debit rencana pada tiap lokasi saluran lebih besar
dibandingkan debit aktual yang didapatkan. Oleh karena itu, pada perancangan
saluran akan digunakan debit rencana sebagai debit terbesar untuk menjaga
kapasitas saluran yang cukup ketika hujan dengan intensitas tinggi turun. Debit
rancangan ini akan digunakan dalam menentukan dimensi saluran baru dimana
terdapat lokasi genangan untuk di evaluasi, sehingga diharapkan dengan sistem
drainase yang baru dan dimensi saluran yang baru air yang turun atau masuk ke
18
saluran dapat tertampung secara penuh berdasarkan konsep zero runoff system
(ZROS).
Perencanaan Saluran Drainase
Dalam pengembangan aliran permukaan diperlukan adanya struktur-struktur
maupun desain praktis (Brooks et al. 2003). Perencanaan hidrolika merupakan
salah satu metode yang dapat digunakan dalam pengembangan ini. Perencanaan
saluran drainase ini akan dibagi ke dalam beberapa sub bab seperti evaluasi saluran
terkini, perencanaan saluran baru, perencanaan inlet saluran serta Rencana
Anggaran Biaya (RAB) bahan saluran.
Evaluasi Saluran Drainase Terkini
Filosofi dari sistem drainase perkotaan adalah adanya perbedaan antara
sistem drainase minor dan mayor. Menurut Hans (2006) sistem drainase minor di
desain untuk mengatasi limpasan dari hujan dengan frekuensi tinggi (curah hujan
kecil) yang biasa digunakan pada taman, lapangan parkir dan lainnya, sedangkan
sistem drainase mayor di rancang untuk mengatasi limpasan dari hujan dengan
frekuensi rendah (curah hujan tinggi) dan ketika kapasitas sistem drainase minor
terlampaui.
Pada daerah sekitar gedung GWW – FEMA terdapat banyak saluran dan
percabangannya. Dari hasil pengamatan dan analisis di lapangan berdasarkan lokasi
dan permasalahan yang ada, dapat diketahui bahwa semua saluran primer pada
daerah GWW dan Dekanat FEMA serta saluran tersier di areal parkiran GWW perlu
di evaluasi lebih lanjut dalam menentukan perencanaan yang benar pada saluran
drainase. Gambar 12 menunjukkan kondisi dan sistem drainase terkini pada area
GWW - FEMA.
Gambar 12 Sistem saluran drainase terkini area GWW-FEMA
19
Dalam merencanakan sistem drainase diperlukan adanya evaluasi tampungan
saluran lama. Evaluasi debit tampungan saluran ini didasarkan pada kondisi saluran
terkini (tanpa sedimen) sehingga dapat diketahui tampungan maksimal saluran yang
ada. Adapun ringkasan evaluasi saluran yang menunjukkan perbandingan debit
tampungan dan debit rencana pada lokasi penelitian dapat di lihat pada Tabel 7
(detail evaluasi serta dimensi saluran dapat di lihat pada lampiran 8).
Tabel 7 Hasil evluasi saluran terkini berdasarkan debit rencana
Lokasi
Saluran Nama Saluran
Qtampungan Qrencana Evaluasi Saat
Hujan
(m3/detik) (m3/detik) (M/TM) (T/TT)
Sub DTA 1A
Parkiran I 0.021 0.088 TM T
Parkiran II 0.021 0.144 TM T
Parkiran III 0.021 0.189 TM T
Parkiran Outlet I 1.168 0.308 M TT
Sub DTA 1B GWW-Perwira 0.312 0.391 TM T
Sub DTA 1C
Parkiran A 0.025 0.086 TM T
Parkiran B 0.025 0.117 TM T
Parkiran C 0.025 0.138 TM T
Sub DTA 2A
Parkiran X 0.050 0.227 TM T
Parkiran Y 0.050 0.310 TM T
Parkiran Z 0.050 0.392 TM T
Parkiran Outlet II 1.135 0.563 M TT
Sub DTA 2F GYM-FAPERTA 5.337 1.053 M TT
Gorong-gorong FAPERTA 2.368 0.842 M TT
Sub DTA 2G FEMA 3.008 2.245 M T
Gorong-Gorong FEMA 1.064 1.077 M TT
Sub DTA 2H
Ramin (Kanan) 0.724 0.293 M T
Ramin (Kiri) 0.388 0.278 M T
Gorong-Gorong Ramin 0.350 0.222 M TT
Sub DTA 2I Outlet Danau 0.808 0.802 M TT Keterangan : TM = Tidak Memenuhi ; M = Memenuhi ; T = Tergenang ; TT = Tidak Tergenang
Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa debit tampungan saluran lebih kecil
dibandingkan dengan debit rencana saluran pada lokasi saluran di sub DTA 1A
(parkiran I, II dan III), Sub DTA 1B (Saluran GWW-Perwira), Sub DTA 1C
(Saluran Parkiran A, B dan C) serta Sub DTA 2A (Saluran parkiran X, Y dan Z).
Hal ini menunjukkan bahwa saluran tersebut tidak mampu menampung air hujan
sehingga diperlukan perencanaan saluran dengan dimensi baru yang dapat
menampung debit maksimum ketika hujan turun.
Pada Tabel 7, perhitungan didasarkan pada keadaan saluran tanpa adanya
sedimen. Pada kondisi di lapangan terdapat sangat banyak sedimen dan berpotensi
untuk terus bertambah karena banyaknya lahan kritis yang rawan akan erosi
sehingga dapat menyebabkan sedimentasi pada saluran. Oleh karena itu, sebaiknya
sedimen tersebut dikeruk sehingga kondisi saluran dapat kembali normal sehingga
20
dapat menampung debit maksimum. Adapun data kondisi sedimen saluran pada
DTA 1 dan 2 dapat dilihat pada Lampiran 9 dan Lampiran 10.
Pada hasil evaluasi saluran berdasarkan perhitungan serta pengamatan
genangan telah diketahui bahwa pada umumnya saluran yang tidak mencukupi
debit rencana atau hujan akan menyebabkan genangan pada areal sekitar saluran.
Akan tetapi, pada saluran di lokasi sub DTA 2G (saluran FEMA) dan sub DTA 2H
(saluran Ramin kanan dan kiri) walaupun saluran telah memenuhi hasil evaluasi
namun masih terdapat genangan pada sekitar saluran. Hal ini dapat disebabkan
beberapa hal seperti permasalahan lubang drainase (inlet) yang kurang baik atau
sampah yang menghambat laju air pada saluran sehingga perlu dilakukan tindak
lanjut untuk pencegahannya ketika hujan turun.
Berdasarkan pengamatan dilapangan permasalahan di atas diakibatkan
tertutupnya inlet drainase pada beberapa jalan dan kurang mencukupinya dimensi
inlet dalam menampung limpasan pada jalan. Oleh karena itu, perencanaan inlet
drainase sangat perlu untuk dilakukan agar limpasan pada jalan dapat berkurang
sesuai dengan konsep zero runoff system (ZROS).
Perencanaan Saluran Drainase Baru
Menurut Guo (2004) saluran drainase yang paling efisien dapat diperoleh
dengan meminimalisir penampang saluran sehingga sesuai dengan debit rencana
atau merancang jaringan drainase sehingga diperoleh debit rencana yang sesuai
dengan kemampuan konstruksi saluran dengan dimensi penampang tertentu.
Berdasarkan evaluasi saluran drainase, terdapat saluran yang telah cukup atau
mampu menampung debit rancangan sehingga tidak perlu di rancang ulang. Namun,
pada beberapa saluran yang perlu di rancang ulang karena dimensi terkini saluran
tidak cukup menampung debit rencana. Tabel 8 menunjukan ringkasan dimensi
saluran baru yang dirancang pada beberapa saluran (detail rancangan dapat dilihat
pada lampiran 11).
Tabel 8 Perencanaan saluran dengan dimensi baru
Lokasi
Saluran Nama Saluran
s v b h FB
Saluran
Baru Q' s-baru Qhujan-rencana Evaluasi
b y
(m/dtk) (m) (m) (m) (m) (m) (m3/detik) (m3/detik) M/TM
Sub DTA 1A
Parkiran I 0.001 0.67 0.4 0.4 0.1 0.4 0.5 0.1123 0.088 M
Parkiran II 0.001 0.76 0.4 0.4 0.1 0.4 0.5 0.1774 0.144 M
Parkiran III 0.001 0.82 0.5 0.5 0.1 0.5 0.6 0.2288 0.189 M
Sub DTA 1B GWW-Perwira 0.006 1.07 0.6 0.6 0.1 0.6 0.7 0.4551 0.391 M
Sub DTA 1C
Parkiran A 0.002 0.75 0.3 0.3 0.1 0.3 0.4 0.1115 0.086 M
Parkiran B 0.002 0.81 0.4 0.4 0.1 0.4 0.5 0.1475 0.117 M
Parkiran C 0.002 0.85 0.4 0.4 0.1 0.4 0.5 0.1724 0.138 M
Sub DTA 2A
Parkiran X 0.006 1.61 0.4 0.4 0.1 0.4 0.5 0.2875 0.227 M
Parkiran Y 0.006 1.74 0.4 0.4 0.1 0.4 0.5 0.3830 0.310 M
Parkiran Z 0.006 1.85 0.5 0.5 0.1 0.5 0.6 0.4772 0.392 M
Keterangan : M = Memenuhi ; TM = Tidak Memenuhi
21
Pada pola sistem drainase terkini dapat diketahui bahwa salah satu saluran
pembuang kampus IPB diarahkan ke desa Babakan Doneng (perwira) (Gambar 12).
Hal ini tidak diperbolehkan secara hukum maupun undang-undang karena IPB
merupakan suatu institusi dan tidak diperkenankan membuang limbah institusinya
pada desa yang dapat menyebabkan dampak lingkungan dan beban saluran yang
semakin besar sehingga untuk selanjutnya perancangan sistem saluran baru perlu
dilakukan, adapun sistem saluran baru yang di rancang dapat dilihat pada Gambar
13. Potongan memanjang saluran dari hulu ke hilir outlet danau Cileutik pada dua
lokasi saluran dapat dilihat pada Lampiran 12.
Gambar 13 Perencanaan Sistem Saluran Baru
Pada sistem saluran drainase yang baru, aliran air akan sepenuhnya diarahkan
ke danau sesuai dengan penerapan konsep zero runoff system (ZROS). Perancangan
ini akan menyambungkan saluran di dekat shelter sepeda GWW yang akan di arah
ke saluran di ujung jalan ramin sehingga akan tersambung melalui gorong-gorong
Jalan Ramin. Selanjutnya aliran air akan mengalir melalui gladiator dengan
dibuatnya saluran baru pada pinggir gladiator. Pembuatan saluran baru ini
disebabkan oleh tidak berfungsinya gorong-gorong pada lokasi tersebut karena
adanya penumpukan sedimen sehingga perlu dirancang ulang saluran terbuka agar
lebih memudahkan perawatannya.
Boks kontrol dibuat untuk meredam laju aliran dan akan dibangun pada dua
titik di dekat shelter GWW dan gladiator sehingga aliran yang melewati saluran
dapat melaju dengan konstan. Dimensi boks kontrol ini akan lebih dalam dua kali
lipat dari saluran sebelumnya sehingga air yang jatuh akan tertampung sementara
untuk dialirkan lagi pada saluran selanjutnya. Adapun rancangan saluran dengan
sistem drainase yang baru dapat dilihat pada Tabel 9 dan Tabel 10 (rincian
rancangan dapat dilihat pada Lampiran 13).
22
Tabel 9 Debit rencana saluran dengan sistem saluran drainase barua
Lokasi Saluran Lsaluran s tc A C
Qhujan-rencana
(CH=125.68)
Qhujan-aktual
(CH=113.4)
(m) (jam) (ha) (m3/detik) (m3/detik)
Shelter GWW - Ujung Jalan Ramin 45 0.006 0.044 2.28 0.531 1.181 1.066
Jalan Ramin - Gladiator 25 0.016 0.019 4.59 0.36 2.805 2.531
aGambar teknik saluran terlampir
Tabel 10 Rancsangan Saluran dengan Sistem Saluran Drainase Barub
Lokasi Saluran s v b h FB
Saluran Baru Q' s-baru Qhujan-rencana
b y
(m/dtk) (m) (m) (m) (m) (m) (m3/detik) (m3/detik)
Shelter GWW - Ujung Jalan Ramin 0.006 1.4478 1.3 0.6 0.10 1.3 0.7 1.3668 1.182
Jalan Ramin - Gladiator 0.016 2.5880 1.6 0.7 0.15 1.6 0.8 3.4446 2.806
bGambar teknik saluran terlampir
Pada gambar 13 dapat dilihat juga terdapat garis hijau yang menunjukkan
rancangan alternatif saluran yang dapat digunakan. Jalur alternatif ini dapat
digunakan untuk efisiensi waktu pengaliran dari saluran ke outlet danau Cileutik
sehingga tidak perlu melalui jalur yang memutar. Rekomendasi jalur alternatif
saluran ini hanya disarankan untuk efisiensi waktu pengaliran untuk menghindari
genangan saat durasi hujan cukup lama berlangsung karena berdasarkan hasil
evaluasi, saluran yang ada pada area tersebut masih cukup untuk menampung debit
yang masuk.
Perencanaan inlet Saluran Drainase
Pada umumnya drainase jalan raya di dalam kota mengalirkan air dari jalan
raya akibat air hujan ke dalam saluran inlet (Hasmar 2012). Pada saluran di jalan
Ramin dan FEMA dapat kita lihat bahwa walaupun saluran memenuhi tampungan
debit rencana, namun kenyataannya pada pengamatan di lapangan masih terdapat
genangan yang cukup parah. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor penting
seperti jalan yang kurang baik serta inlet saluran yang masih kurang efektif dalam
menyalurkan kelebihan air dari limpasan jalan.
(a)
(b)
Gambar 14 Genangan pada Jalan Ramin (a) dan FEMA (b)
23
Permasalahan-permasalahan tersebut bukan hanya menyangkut efektivitas
inlet. Dari hasil pengukuran di lapangan serta perbandingan dengan literatur,
terdapat kesalahan penempatan inlet karena tidak memiliki jarak antar inlet yang
benar. Dimensi dan pembuatan inlet sendiri banyak yang kurang seragam dan hanya
memakai pipa PVC yang membuat aliran air tidak maksimal masuk ke saluran dan
hal ini yang dapat menimbulkan genangan pada jalan. Gambar 15 menunjukkan
tipikal bangunan sadap yang seharusnya dibangun pada pinggir jalan.
Gambar 15 Tipkal bangunan sadap (a) berkisi (b) lubang penahan Sumber :Llinsey dan Franzini 1985
Kondisi di lapangan menunjukan banhwa inlet terkesan diletakan secara
sembarangan dan tidak beraturan jarak serta ukuran dari tiap DTA pada daerah
GWW–FEMA. Untuk jumlah saluran inlet yang harus dibuat, direkomendasikan
maksimal 5 meter dengan lebar saluran selebar kereb (DPU 2006).
Tabel 11 Kondisi inlet terkini pada beberapa lokasi
Lokasi Inlet Ukuran inlet
(cm)
Jarak
rata-rata
inlet (m)
Kondisi Inlet
Depan FMIPA (kanan) 15 × 10 4.3 Tertutup sebagian oleh Sedimen
Depan FMIPA (kiri) 15 × 10 4.7 Tertutup sebagian oleh Sedimen
FAPERTA (kanan) 12 (Pipa PVC) 3.6 Semua tertutup penuh
FAPERTA (kiri) 12 (Pipa PVC) 3.6 Semua tertutup penuh
Depan Dekanat FEMA 10 × 24 5.4 Tertutup sebagian oleh sedimen
Jalan Ramin (kanan) 20 × 15 8.4 Sebagian tertutup penuh
Jalan Ramin (kiri) 20 × 10 8.4 Sebagian tertutup penuh
Pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa kondisi inlet pada beberapa jalan sangat
buruk sehingga pada beberapa titik tidak dapat berfungsi lagi. Hal ini menyebabkan
hal yang cukup fatal pada daerah pengairan jalan akibat adanya limpasan yang
menggenang. Jika air tersebut tidak terkumpul pada satu tempat maka aliran akan
menuju ke tempat yang lebih rendah dan menggenang disana. Misalnya saja, pada
kondisi inlet saluran di FAPERTA diketahui sudah tidak terlihat dan berfungsi lagi,
akibatnya limpasan air di jalan pada saluran tersebut akan berakhir di hilir saluran,
24
yaitu FEMA. Hal tersebut semakin buruk karena inlet pada saluran FEMA tidak
mampu menampung akumulasi limpasan dari hulu sehingga menimbulkan
genangan yang cukup luas.
Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan dapat diketahui bahwa jarak antar
inlet yang terdapat pada semua jalan tidak memiliki jarak yang seragam dan
terkesan dipasang secara acak. Hal ini sangat tidak benar karena seharusnya
tampungan inlet dapat menyalurkan limpasan pada jarak yang lebih sempit agar
lebih maksimal. Menurut [DPU] (2006) jarak antar inlet yang boleh diijinkan
adalah maksimal 5 meter. Pada beberapa lokasi seperti FAPERTA dan GYM-
FMIPA, jarak tersebut telah cukup dan terpenuhi walaupun masih memiliki rentang
yang tidak konsisten. Pada jalan Ramin dan FEMA, jarak inlet cukup jauh dan tidak
efektif sehingga pada kondisi di lapangan akan menyebabkan terjadinya genangan.
Oleh karena itu, jarak antar inlet pada beberapa lokasi tersebut sangat perlu
diperbaiki.
(a) (b)
Gambar 16 Kondisi inlet (a) dan Jarak inlet (b) di Jalan Ramin
Perhitungan perencanaan inlet akan berpengaruh pada kapasitass lubang
masukan inlet sehingga dapat dihasilkan dimensi yang mampu menampung
limpasan air pada jalan. Adapun perencanaan dimensi inlet baru dapat dilihat pada
tabel 12.
Tabel 12 Perencanaan dimensi inlet baru
Lokasi Inlet Ssaluran Qinlet Zd Vavg Ainlet linlet tinlet
(%) (m3/s) (m) (m/det) (m2) (cm) (cm)
Depan GYM - FMIPA (kanan) 1.6 0.018 2 0.2 0.09 45 20
Depan GYM - FMIPA (kiri) 1.6 0.018 2 0.2 0.09 45 20
FAPERTA (kanan) 1.6 0.018 2 0.2 0.09 45 20
FAPERTA (kiri) 1.6 0.018 2 0.2 0.09 45 20
Depan Dekanat FEMA 2.3 0.015 7 0.057 0.263 200 13
Jalan Ramin (kanan) 0.6 0.023 2 0.200 0.115 60 19
Jalan Ramin (kiri) 0.6 0.023 2 0.200 0.115 60 19
Pada Tabel 12 dapat diketahui bahwa terdapat beberapa dimensi saluran yang
terlalu besar pada beberapa saluran. Hal ini dikarenakan lebar genangan yang
dihasilkan pada lokasi tersebut sangat besar sehingga membuat dimensi inlet yang
dibtuhkan semakin besar juga. Adapun pada lokasi yang tidak terdapat genangan
25
seperti FAPERTA dan depan GYM-FMIPA digunakan acuan dari Kementrian
Pekerjaan Umum sesuai dengan rencana lebar genangan maksimum sebesar 2 m
yang dijadikan acuan dalam menentukan dimensi inlet.
Menurut Notodiharjo et al. (1998) ada tiga jenis lubang draianasse (inlet)
yaitu bukaan lubang drainase pada batu tepi, lubang drainase berkisi-kisi dan
kombinasi lubang drainase. Pada kasus seperti yang terjadi di area GWW – FEMA
kombinasi lubang drainase menjadi pilihan yang sangat baik karena dapat
menyalurkan limpasan secara maksimal (jika kondisi saluran tidak tersumbat).
Namun, untuk kondisi khusus pada jalan depan dekanat FEMA yang memiliki
kemiringan yang cukup curam, penggunaan drop inlet lebih disarankan karena
dapat menyalurkan limpasan secara maksimal. Hal ini dikarenakan tipe inlet ini di
buat secara melintang seperti saluran pada umumnya dan ditutupi oleh kisi sehingga
tidak menggangu pengguna jalan.
Gambar 17 Contoh Drop inlet
Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Perhitungan rencana anggaran biaya (RAB) ini menggunakan harga satuan
bahan bangunan yang berada di Kabupaten Bogor pada tahun 2014. Dari hasil
analisis dan perhitungan rencana anggaran biaya untuk bahan atau material saluran
didapatkan total biaya perbaikan saluran pada area parkiran GWW adalah sebesar
Rp. 206,016,983.54, Sedangkan pada perencanaan saluran baru yang mengarahkan
air atau limpasan ke arah danau Cileutik di prediksi akan memerlukan dana sebesar
Rp. 95,522,975.12 sehingga total dari bahan atau material yang dihabiskan dalam
perbaikan dan perencanaan saluran ini adalah sebesar Rp. 301,539,958.66.
Perhitungan ini tidak dilakukan pada saluran GWW - Perwira karena saluran
tersebut direncanakan akan ditutup dan semua aliran sepenuhnya diarahkan ke
danau Cileutik. Adapun rincian RAB bahan saluran lama dan baru dapat dilihat
pada Lampiran 14 dan Lampiran 15
26
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Pada umumnya, Inlet dan saluran di sekitar GWW - FEMA memiliki sistem atau
pola yang sangat kompleks. Kondisi saluran terkini pada parkiran GWW tidak
cukup menampung debit hujan sehingga menyebabkan genangan yang cukup
tinggi ketika hujan turun. Masalah sedimentasi pada inlet dan saluran dapat
mengurangi kapasitas saluran yang menyebabkan slauran tidak berfungsi secara
maksimal.
2. Area sekitar gedung GWW – FEMA memiliki pola aliran permukaan yang
menyebar dan tidak beraturan sedangkan pola saluran drainase terkini mengarah
pada dua outlet, yaitu danau Cileutik dan desa Babakan Doneng. Aliran air di
jalan (runoff) diarahkan pada inlet-inlet yang terdapat pada samping saluran.
3. Perencanaan saluran draianase dan pola aliran air berdasarkan konsep zero
runoff system (ZROS) dilakukan pada daerah dengan saluran dan inlet yang
perlu di evaluasi seperti sub DTA 1A, 1 B, 1 C, 2A, 2H, 2I dan 2G. Adapun
perencanaan ini meliputi :
a) Rancangan debit tampungan saluran harus lebih lebih besar dibandingkan
debit rencana sehingga saluran dapat menampung debit yang masuk saat
hujan dengan intensistas tertinggi turun.
b) Rancangan saluran sepanjang 850 m menghasilkan saluran dengan dimensi
baru pada tiap lokasi seperti Parkiran I (0.4 m × 0.5 m), Parkiran II (0.4 m ×
0.5 m), Parkiran III (0.5 m × 0.6 m), Parkiran A (0.3 m × 0.4 m), Parkiran B
(0.4 m × 0.5 m), Parkiran C (0.4 m × 0.5 m), Parkiran X (0.4 m × 0.5 m),
Parkiran Y (0.4 m × 0.5 m), Parkiran Z (0.5 m × 0.6 m), Shelter GWW –
ujung jalan Ramin (1.3 m × 0.7 m) serta Jalan Ramin Gladiator (1.6 m × 0.8
m).
c) Rencana anggaran biaya (RAB) material yang dibutuhkan untuk perbaikan
dan pembuatan saluran baru adalah sebesar Rp. 301,539,958.66. Pada sistem
drainase baru, semua aliran akan diarahkan sepenuhnya ke danau Cileutik
sesuai dengan konsep zero runoff system (ZROS).
Saran
1. Perawatan dan pengecekann rutin tentang kondisi saluran sebaiknya perlu
dilakukan secara berkala dan menyeluruh sehingga kondisi saluran dapat terus
terawat dan terjaga tanpa memperburuk kondisi saluran yang telah ada.
2. Pola aliran drainase kampus IPB yang membuang air ke desa babakan doneng
perlu dihentikan sehingga pembuangan air harus sepenuhnya diarahkan ke
sungai Ciapus atau Danau Cileutik.
3. Genangan yang terjadi pada area kampus memerlukan rancangan sistem
drainase baru yang lebih baik yang membuang kelebihan air dari jalan ke danau
sehingga semua air yang jatuh dapat diresapkan ke tanah sesuai dengan konsep
zero runoff system (ZROS).
27
DAFTAR PUSTAKA
[BMKG] Badan Meteorologi dan Geofisika. 2014. Data Iklim 2004 – 2013. Stasiun
Klimatologi Dramaga. Bogor.
Brooks KN., Folliot PF., Gregersen HM., DeBano LF. 2003. Hydrology and The
Management of Watersheds. Lowa : Blackwell Publishing Professional.
Chow VT. 1992. Hidrolika Saluran Terbuka. Jakarta : Erangga.
Derek BB. 1991. Urbanization and the natural drainage system- Impacts, solutions,
and Prognoses. The Northwest Environmental Journal. 7 : 93-118.
[DPU] Departemen Pekerjaan Umum (ID). 2006. Pedoman Konstruksi dan
Bangunan : Perencanaan Sisstem Drainase Jalan. Jakarta : [DPU] Departemen
Pekerjaan Umum.
[DPU] Departemen Pekerjaan Umum (ID). 2010. Kriteria Perencanaan Bagian
Saluran KP- 04. Bandung : CV. Galang Persada.
Guo JCY 2004. Hydrology-based approach to storm water detention design using
new routing schemes. ASCE Journal of Hydrologic Engineering. 9(4).
Hans A, Brian CB. 2006. Urban drainage infrastructure planning and design
considering climate change. EIC Climate Technology. 1-9. ISBN : 1-4244-
0218-2.
Hasmar, Halim. 2012. Drainase Terapan. Yogyakarta : UII Press
Kodoatie RJ., Sjarief R. 2008. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. (edisi
revisi). Yogyakarta : CV Andi offset
Lambin EF, Baulies X, Bockstael N, Fischer G, Krug T, Leemans R, Moran EF,
Rindfuss RR, Sato Y, Skole D, Turner BL, Vogel C. Land-use and land-cover
change (LUCC) : implementation strategy. IGBP Report No. 48, IHDPReport
No. 10. Stockholm, Bon.
Linsley R. Franzini JB. 1985. Teknik Sumber Daya Air. Bandung : Erlangga.
Mawardi, Erman. 2007. Desain Hidraulik Bangunan Irigasi. Bandung: Alfabeta
Montanes J.L. 2006. Hydraulic Canals : Design, Construction, Regulation, and
Maintenance. New York : Taylor & Francis
Mulyanto, H.R. 2013. Penataan Drainase Perkotaan. Yogyakarta : Graha Ilmu
Notodiharjo M, Setiawan NI, Haryono Y, Sitompul AT. 1998. Drainase Perkotaan.
Jakarta : Universitas Tarumanegara.
Prastowo. 2010. Daya Dukung Lingkungan Aspek Sumberdaya Air. Working Paper.
Bogor : Crestpent Press. PT. Perentjana Djaja. 2011. Final Report Soil Investigation : Perencanaan
Pekerjaan Pembangunan Gedung Pendidikan Institut Pertanian Bogor. Jakarta:
PT. Perentjana Djaja. [QDTMR] Queensland Department of Transport and Main Roads (AUS). 2010.
Road Drainage Manual : A Guide to the Planning, Design, Operation and
Maintenance of Road Drainage Infrastructure. Queensland : Queensland
Government.
Rossi JK. 2012. Rancangan Hidrolika Bangunan Pengendali Limpasan di Wilayah
Kampus IPB Dramaga, Bogor. Bogor : Institut Pertanian Bogor
28
Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Tusi A. 2003. Rancangan Sistem Drainase di Areal Parkir Graha Widya Wisuda
Kampus IPB Darmaga, Bogor. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
[USDT] United States Department of Transportation (USA). 2009. Urban
Drainage Design Manual : Hydraulic Engineering Circular 22, Third Edition.
Virginia : National HighwayInstitute.
Vitousek, Harold A, Mooney, Jane L, Jerry MM. Science new series. 277(5325) :
494-499.
30
Lampiran 2 Nilai koefisien limpasan C berbagai karakter permukaan
Deskripsi lahan/ karakter permukaan Koefisien limpasan, C
Business
Perkotaan 0.70-0.90
Pinggiran 0.50-0.70
Perumahan
Rumah tunggal 0.30-0.50
Multiunit, terpisah 0.40-0.60
Multiunit, tergabung 0.60-0.75
Perkampungan 0.25-0.40
Apartemen 0.50-0.70
Industri
Ringan 0.50-0.80
Berat 0.60-0.90
Perkerasan
Aspal dan beton 0.70-0.95
Batu bata, paving 0.50-0.70
Atap 0.75-0.95
Halaman, tanah berpasir
Datar, 2% 0.05-0.10
Rata-rata, 2-7% 0.10-0.15
Curam, 7% 0.15-0.20
Halaman, tanah berat
Datar, 2% 0.13-0.17
Rata-rata, 2-7% 0.18-0.22
Curam, 7% 0.25-0.35
Halaman kereta api 0.10-0.35
Taman tempat bermain 0.20-0.35
Taman, perkuburan 0.10-0.25
Hutan
Datar, 0-5 % 0.10-0.40
Bergelombang, 5-10% 0.25-0.50
Berbukit, 10-30 % 0.30-0.60
Sumber: McGuen 1989 dalam Suripin 2004
32
Lampiran 4 Data Curah Hujan Harian Maksimum 10 tahun (2004 – 2013)
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Maks
2004 98.5 48.3 66.2 83.4 78.3 102.2 65.6 141.6 86.4 133 64.4 101.6 141.6
2005 115 126.5 107.5 76 105.5 101.5 44.8 58.1 95.5 62.6 79.6 57.5 126.5
2006 136.4 66 24 66.5 93.3 78.2 7.6 73.8 23 44.3 81.5 38.7 136.4
2007 114.3 83 36.5 155.5 27.4 41.5 35.5 57.5 115 50.4 79.3 77 155.5
2008 82.1 75.5 104.5 67.5 70 45.5 102.2 32.7 95.5 59.1 89.4 58.2 104.5
2009 93 37.5 40.5 62.2 115.1 94.3 40.6 15.7 35.5 63 78.2 48 115.1
2010 48.6 81.2 75.6 14.6 71.3 101.1 66.3 100 144.5 91.2 48 21.4 144.5
2011 58.8 15.6 27.5 49.5 97.6 75.5 88.2 56.6 23.9 67 74.3 57.8 97.6
2012 42 85.3 34.5 116 44.1 36.8 79.3 58.2 57.5 86.4 123.1 76.7 123.1
2013 74.2 96.5 71.5 42 95.6 36.5 92.7 86.7 136.8 60.2 46.1 97.4 136.8
Sumber : Stasiun Klimatologi Darmaga
33
Lampiran 5 Debit rancangan berdasarkan pembagian sub DTA
DTA
Sub-DTA A (ha) C I (mm/jam) Qrancang (m3/dtk)
DTA 1
SubDTA 1A 0.86 0.58 200.32 0.278
SubDTA 1B 0.98 0.81 175.92 0.385
SubDTA 1C 0.66 0.64 252.13 0.297
DTA 2
SubDTA 2A 1.25 0.71 168.38 0.415
SubDTA 2B 1.57 0.59 216.74 0.558
SubDTA 2C 0.93 0.30 206.72 0.160
SubDTA 2D 3.50 0.60 187.43 1.095
SubDTA 2E 1.25 0.43 237.18 0.351
SubDTA 2F 3.86 0.65 153.47 1.069
SubDTA 2G 4.57 0.85 201.20 2.162
SubDTA 2H 1.30 0.32 186.05 0.218
SubDTA 2I 2.31 0.53 150.36 0.512
DTA 3
SubDTA 3A 2.55 0.30 202.98 0.431
27 34
Lampiran 6 Data curah hujan harian maksimum tanggal 1 Januari – 14
April 2014
Tanggal
Curah Hujan (mmm)
Bulan
Januari Februari Maret April
1 10 0 35.4 9.2
2 2.2 16.6 0.4 4
3 0.2 31.2 0 0.4
4 2.2 10.6 0 5.6
5 4 13.8 6.2 113.4
6 0 1.2 1.8 6.2
7 6.4 0.2 19.8 0.2
8 34.4 6.8 3 0
9 0 22.4 0 0.4
10 4.2 22.4 0 1.6
11 57.4 0 0 0.8
12 73.4 0 0 0
13 6.4 0 2.8 1.2
14 1.4 0 0 1.6
15 23.8 2.2 0 0
16 16.6 3.8 13.2
17 86.8 0.4 27.2
18 33.6 0 5.2
19 21.6 0 40.2
20 20.4 0.8 23
21 41.2 5.2 1.6
22 6.2 25.8 0
23 10 12.4 14.4
24 18.6 19.2 7.8
25 0.2 10.6 1.6
26 1.4 21.2 0
27 3.4 1.4 56
28 34.2 14.8 14.8
29 37 10.4
30 2.4 0
31 4.4 4.8
Sumber : Stasiun Cuaca Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
35
Lampiran 7 Perhitungan Debit rencana Hujan (Periode Ulang 2 Tahun) dan Debit Aktual Saluran
DTA Lokasi Saluran Nama Saluran Lsaluran
(m) s tc (jam)
Irencana
(mm/jam)
IAKTUAL
(mm/jam) A (ha) C
Qhujan-rencana
(CH = 125.68
mm)
Qhujan-aktual (CH = 113.4
mm)
DTA 1
Sub DTA 1A
Parkiran I 99.1 0.0011 0.154 151.60 136.79 0.36
0.58
0.09 0.08
Parkiran II 62.4 0.0011 0.108 192.23 173.45 0.47 0.14 0.13
Parkiran III 44 0.0011 0.082 229.99 207.52 0.51 0.19 0.17
Parkiran Outlet I 173.4 0.015 0.087 222.43 200.70 0.86 0.31 0.28
Sub DTA 1B GWW-Perwira 170.95 0.006 0.122 177.11 159.80 0.98 0.81 0.39 0.35
Sub DTA 1C
Parkiran A 54.5 0.0015 0.086 223.13 201.33 0.23
0.61
0.09 0.08
Parkiran B 54.5 0.0015 0.086 223.13 201.33 0.31 0.12 0.11
Parkiran C 54.5 0.0015 0.086 223.13 201.33 0.37 0.14 0.12
DTA 2
Sub DTA 2A
Parkiran X 80 0.006 0.068 261.53 235.98 0.44
0.71
0.23 0.20
Parkiran Y 80 0.006 0.068 261.53 235.98 0.60 0.31 0.28
Parkiran Z 80 0.006 0.068 261.53 235.98 0.76 0.39 0.35
Parkiran Outlet II 195 0.021 0.083 228.31 206.01 1.25 0.56 0.508
Sub DTA 2F GYM-FAPERTA 380.7 0.016 0.155 151.03 136.28
3.86 0.65 1.05 0.95
Gorong-gorong FAPERTA 0.84 0.76
Sub DTA 2G FEMA 641.8 0.023 0.201 126.79 114.40 8.43 0.76 2.24 2.03
Gorong-Gorong FEMA 521.8 0.023 0.172 141.01 127.23 4.55 0.76 1.08 0.97
Sub DTA 2H
Ramin (Kanan) 85.2 0.006 0.071 253.21 228.47
1.30 0.32
0.29 0.26
Ramin (Kiri) 94.2 0.006 0.077 240.49 216.99 0.28 0.25
Gorong-Gorong Ramin 0.22 0.20
Sub DTA 2I Outlet Danau 381.4 0.016 0.155 150.89 136.15 3.61 0.53 0.80 0.16
27
36
Lampiran 8 Hasil evaluasi saluran di sekitar GWW – FEMA
Lokasi Saluran Nama Saluran n b1 (m)
b2 (m)
y (m)
d (m)
A (m2)
s P
(m) R
(m) V
(m/detik) Qtampungan
Qhujan-
rencana Qhujan-aktual
(m3/detik) Evaluasi (M/TM)
Pengamatan
Saat Hujan
(T/TT)
Sub DTA 1A
Parkiran I 0.014 0.25 0.2 0.05 0.0011 0.65 0.08 0.43 0.021 0.09 0.08 TM T
Parkiran II 0.014 0.25 0.2 0.05 0.0011 0.65 0.08 0.43 0.021 0.14 0.13 TM T
Parkiran III 0.014 0.25 0.2 0.05 0.0011 0.65 0.08 0.43 0.021 0.19 0.17 TM T
Parkiran Outlet I 0.025 0.56 1.2 0.64 0.0150 2.86 0.23 1.81 1.168 0.31 0.28 M TT
Sub DTA 1B GWW-Perwira 0.025 0.59 0.5 0.31 0.0060 1.63 0.19 1.02 0.312 0.39 0.35 TM T
Sub DTA 1C
Parkiran A 0.014 0.25 0.2 0.05 0.0015 0.65 0.08 0.50 0.025 0.09 0.08 TM T
Parkiran B 0.014 0.25 0.2 0.05 0.0015 0.65 0.08 0.50 0.025 0.12 0.11 TM T
Parkiran C 0.014 0.25 0.2 0.05 0.0015 0.65 0.08 0.50 0.025 0.14 0.12 TM T
Sub DTA 2A
Parkiran X 0.014 0.25 0.2 0.05 0.0060 0.65 0.08 1.00 0.050 0.23 0.20 TM T
Parkiran Y 0.014 0.25 0.2 0.05 0.0060 0.65 0.08 1.00 0.050 0.31 0.28 TM T
Parkiran Z 0.014 0.25 0.2 0.05 0.0060 0.65 0.08 1.00 0.050 0.39 0.35 TM T
Parkiran Outlet II 0.025 0.65 0.8 0.52 0.0210 2.25 0.23 2.18 1.135 0.56 0.51 M TT
Sub DTA 2F GYM-FAPERTA 0.014 0.55 0.95 1.7 1.28 0.0160 4.04 0.32 4.19 5.337 1.05 0.95 M TT
Gorong-gorong FAPERTA 0.014 0.6 0.28 0.0160 1.89 0.15 4.19 2.368 0.84 0.76 M TT
Sub DTA 2G FEMA 0.014 0.77 0.9 0.67 0.0230 2.51 0.27 4.49 3.008 2.24 2.03 M T
Gorong-Gorong FEMA 0.014 0.6 0.28 0.0230 1.89 0.15 3.06 1.730 1.08 0.97 M TT
Sub DTA 2H
Ramin (Kanan) 0.025 0.45 0.72 1.1 0.61 0.0060 2.62 0.23 1.18 0.724 0.29 0.26 M T
Ramin (Kiri) 0.025 0.46 0.9 0.39 0.0060 2.16 0.18 0.99 0.388 0.28 0.25 M T
Gorong-Gorong Ramin 0.014 0.55 0.24 0.0060 1.73 0.14 1.47 0.350 0.22 0.20 M TT
Sub DTA 2I Outlet Danau 0.025 0.45 0.81 0.7 0.44 0.0160 2.02 0.22 1.83 0.808 0.80 0.16 M TT
Keterangan : TM = Tidak Memenuhi ; M = Memenuhi ; T = Tergenang ; TT = Tidak Tergenang
28
37
37
Lampiran 9 Data Sedimen Saluran pada DTA 1
Lokasi
Saluran Nama Saluran
Tinggi
Sedimen
(cm)
Tinggi/
diameter
Saluran
(cm)
Kondisi Saluran Drainase
Sub
DTA
1A
Parkiran I 18 20 Saluran tertutup oleh sedimen dan pada beberapa titik rusak sedang
Parkiran II 18 20 Saluran tertutup oleh sedimen dan pada beberapa titik rusak sedang
Parkiran III 5 20 Saluran terdapat sedikit sedimen namun masih dalam kondisi baik
Parkiran
Outlet I 0 115 Saluran masih dalam kondisi baik
Sub
DTA
1B
GWW-Perwira
0 52 Saluran dipenuhi sampah dan kurang terawat. Genangan cukup tinggi saat hujan turun
Sub
DTA
1C
Parkiran A 20 20 Saluran tertutup oleh sedimen dan pada beberapa titik rusak berat
Parkiran B 17 20 Saluran tertutup oleh sedimen dan pada beberapa titik rusak berat
Parkiran C 18 20 Saluran tertutup oleh sedimen dan pada beberapa titik rusak berat
38
Lampiran 10 Data sedimen saluran pada DTA 2
Lokasi
Saluran Nama Saluran
Tinggi
Sedimen
(cm)
Tinggi/diameter
Saluran (cm) Kondisi Saluran Drainase
Sub DTA 2A
Parkiran X 20 20 Saluran tertutup oleh sedimen dan pada beberapa titik rusak berat
Parkiran Y 18 20 Saluran tertutup oleh sedimen dan pada beberapa titik rusak berat
Parkiran Z 18 20 Saluran tertutup oleh sedimen dan pada beberapa titik rusak berat
Parkiran Outlet II 24 80 Saluran terdapat sedimen yang bercampur dengan sampah dan kurang terawat
Sub DTA 2F GYM-FAPERTA 0 170 Saluran masih dalam kondisi baik
Gorong-gorong FAPERTA 75 150 Setengah gorong-gorong dipenuhi oleh sedimen yang harus dibersihkan
Sub DTA 2G FEMA 0 87 Saluran masih dalam kondisi baik namun diperlukan pengecekan rutin
Gorong-Gorong FEMA 0 60 Gorong-gorong masih dalam kondisi baik
Sub DTA 2H
Ramin (Kanan) 35 105
Saluran dipenuhi sedimen dan serasah. Terkadang membuat tersumbat saat
hujan
Ramin (Kiri) 30 85
Saluran dipenuhi sedimen dan serasah. Terkadang membuat tersumbat saat
hujan
Gorong-Gorong Ramin 25 55
Gorong-gorong dipenuhi sedimen dan serasah. Terkadang membuat tersumbat
saat hujan
Sub DTA 2I Outlet Danau 0 70
Saluran masih dalam kondisi baik namun diperlukan perawatan dari serasah
yang jatuh
27
39
Lampiran 11 Hasil perhitungan perencanaan dimensi saluran baru
Lokasi Saluran
Nama Saluran
Qhujan-rencana n s z km w F h A v b
Rounded Baru
FB
Saluran
Baru Q' s-baru Evaluasi
b h b y
(m3/detik) (m) (m2) (m/dtk) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m3/detik) (M/TM)
Sub DTA 1A
Parkiran I 0.088 0.012 0.0011 0 83.3 1.00 0.48 0.36 0.13 0.67 0.36 0.4 0.4 0.1 0.4 0.5 0.112 M
Parkiran II 0.144 0.012 0.0011 0 83.3 1.00 0.48 0.43 0.19 0.76 0.43 0.4 0.4 0.1 0.4 0.5 0.177 M
Parkiran III 0.189 0.012 0.0011 0 83.3 1.00 0.48 0.48 0.23 0.82 0.48 0.5 0.5 0.1 0.5 0.6 0.229 M
Sub DTA 1B GWW-Perwira 0.391 0.025 0.006 0 40.0 1.00 0.48 0.61 0.37 1.07 0.61 0.6 0.6 0.1 0.6 0.7 0.455 M
Sub DTA 1C
Parkiran A 0.086 0.012 0.0015 0 83.3 1.00 0.48 0.34 0.11 0.75 0.34 0.3 0.3 0.1 0.3 0.4 0.111 M
Parkiran B 0.117 0.012 0.0015 0 83.3 1.00 0.48 0.38 0.14 0.81 0.38 0.4 0.4 0.1 0.4 0.5 0.148 M
Parkiran C 0.138 0.012 0.0015 0 83.3 1.00 0.48 0.40 0.16 0.85 0.40 0.4 0.4 0.1 0.4 0.5 0.172 M
Sub DTA 2A
Parkiran X 0.227 0.012 0.006 0 83.3 1.00 0.48 0.38 0.14 1.61 0.38 0.4 0.4 0.1 0.4 0.5 0.287 M
Parkiran Y 0.310 0.012 0.006 0 83.3 1.00 0.48 0.42 0.18 1.74 0.42 0.4 0.4 0.1 0.4 0.5 0.383 M
Parkiran Z 0.392 0.012 0.006 0 83.3 1.00 0.48 0.46 0.21 1.85 0.46 0.5 0.5 0.1 0.5 0.6 0.477 M
Keterangan : M = Memenuhi ; TM = Tidak Memenuhi
28
40
Lampiran 12 Potongan memanjang saluran
Potongan memanjang saluran sub DTA 2G dan 2F
Potongan memanjang saluran sub DTA 2I, 2H dan 1B
29
41
Lampiran 13 Hasil perhitungan dimensi saluran pada sistem drainase baru
Lokasi Saluran Qhujan-rencana n s z km w F h A v b Rounded Baru FB
Saluran
Baru Q' s-baru
b h b y
(m3/s) (m) (m2) (m/s) (m) (m) (m) (m) (m) (m) (m3/s)
Shelter GWW - Ujung Jalan Ramin 1.18 0.025 0.006 0 40.00 2.00 1.26 0.64 0.82 1.45 1.28 1.3 0.6 0.10 1.3 0.7 1.37
Jalan Ramin - Gladiator 2.81 0.025 0.016 0 40.00 2.50 1.69 0.66 1.08 2.59 1.65 1.6 0.7 0.15 1.6 0.8 3.44
41
42
Lampiran 14 Rencana anggaran biaya (RAB) bahan pekerjaan saluran lama
No Keterangan Volume Sat Harga
Satuan (Rp)
Jumlah Harga
(Rp)
A PEKERJAAN PERBAIKAN SALURAN LAMA
I Area Parkiran 1 A
1 Pasir Pasang 33.27 m3 220,374.00 7,331,842.98
2 Pasangan Batu dengan Mortar (Batu, Semen & Pasir) 75.14 m3 759,534.70 57,071,437.36
3 Acian & ban-banan 375.68 m2 15,371.52 5,774,773.01
70,178,053.35
II Area Parkiran 1 C
1 Pasir Pasang 25.3 m3 220,374.00 5,575,462.20
2 Pasangan Batu dengan Mortar (Batu, Semen & Pasir) 56.27 m3 759,534.70 42,739,017.57
3 Acian & ban-banan 281.34 m2 15,371.52 4,324,623.72
52,639,103.49
III Area Parkiran 2 A
1 Pasir Pasang 39.3 m3 220,374.00 8,660,698.20
2 Pasangan Batu dengan Mortar (Batu, Semen & Pasir) 89.12 m3 759,534.70 67,689,732.46
3 Acian & ban-banan 445.59 m2 15,371.52 6,849,396.04
83,199,826.71
TOTAL BIAYA 206,016,983.54
27
43
Lampiran 15 Rencana anggaran biaya (RAB) bahan pekerjaan saluran baru arah Danau Cileutik
No Keterangan Volume Sat Harga
Satuan (Rp)
Jumlah Harga
(Rp)
B
PEKERJAAN PEMBUATAN SALURAN BARU ARAH DANAU
CILEUTIK
I Area shelter GWW - Jalan Ramin
1 Pasir Pasang 17.2491 m3 220,374.00 3,801,255.12
2 Pasangan Batu dengan Mortar (Batu, Semen & Pasir) 64.2376 m3 759,534.70 48,790,704.22
3 Acian & ban-banan 36 m2 15,371.52 553,374.76
53,145,334.09
II Jalan Ramin - Gladiator
1 Pasir Pasang 12.3467 m3 220,374.00 2,720,893.38
2 Pasangan Batu dengan Mortar (Batu, Semen & Pasir) 40.8721 m3 759,534.70 31,043,777.18
3 Acian & ban-banan 20 m2 15,371.52 307,430.42
34,072,100.98
28
43
44
Lampiran 15 Rencana anggaran biaya (RAB) bahan pekerjaan saluran baru arah Danau Cileutik (lanjutan)
No Keterangan Volume Sat Harga
Satuan (Rp)
Jumlah Harga
(Rp)
C PEKERJAAN BOKS KONTROL
I Boks kontrol I (shelter)
1 Pasir Pasang 1.323 m3 220,374.00 291,554.80
2 Pasangan Batu dengan Mortar (Batu, Semen & Pasir) 4.298 m3 759,534.70 3,264,480.14
3 Acian & ban-banan 2.72 m2 15,371.52 41,810.54
3,597,845.48
II Boks kontrol II (gladiator)
1 Pasir Pasang 1.728 m3 220,374.00 380,806.27
2 Pasangan Batu dengan Mortar (Batu, Semen & Pasir) 5.632 m3 759,534.70 4,277,699.43
3 Acian & ban-banan 3.2 m2 15,371.52 49,188.87
4,707,694.57
TOTAL BIAYA 95,522,975.12
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjung Pandan (Belitung) pada tanggal 29 Desember
1991 sebagai anak kedua dari satu bersaudara dari pasangan Bapak Bong Sin Fuk
dan Ibu Siu Ngen. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2004 di
SDN Cisalak I Depok. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan menengah
pertama di SMPN 7 Depok hingga tahun 2007. Penulis menamatkan pendidikan
menengah atas di SMA Eka Wijaya pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis
melanjutkan pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis memilih
program studi Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama
menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di berbagai kegiatan organisasi dan kepanitiaan
seperti menjadi Head of HR Department International Association of Student in
Agricultural and Related Sciences (IAAS) LC IPB pada tahun 2011-2012 dan
Control Council Local Committee IAAS LC IPB pada tahun 2012-2103. Selain itu,
penulis juga aktif di kegiatan luar kampus seperti menjadi relawan pada beberapa
oraganisasi seperti Indonesian Climate Student Forum (ICSF) pada tahun 2011-
2012, Yayasan AIDS Indonesia (YAI) pada tahun 2013-2014 serta koordinator
Sekolah Minggu Pemuda Agama Khonghucu Indonesia (PAKIN) Cimanggis pada
tahun 2009-2012.
Selama kuliah penulis juga aktif menjadi asisten praktikum pada beberapa
mata kuliah seperti mata kuliah Fisika Dasar Tingkat Persiapan Bersama (TPB),
Praktikum Bahan Kontruksi, Teknik Kontrol Lingkungan, Teknik Irigasi dan
Drainase serta Teknik Bangunan Hidrolika. Penulis melakukan Praktik Lapangan
(PL) pada tahun 2013 dengan topik ”Mempelajari Pemanfaatan Bendungan Sutami
Karangkates Malang, Jawa Timur untuk Kebutuhan Air Bersih (PDAM)” di Perum
Jasa Tirta I (PJT I). Selama menjadi mahasiswa, penulis juga aktif dalam kegiatan
lomba dan mendapat hibah proposal Program Kreativitas Mahasiswa di bidang
Penelitian (PKM-M) pada tahun 2014.
Prestasi yang pernah di raih oleh penulis antara lain menjadi semifinalis
Danone Young Social Entrepreneur (DYSE) 2013 dan Juara I Lomba Inovasi
Bahan Bangunan Indonesian Civil and Environmental Festival (ICEF) 2013 serta
terpilih menjadi Mahasiswa Berprestasi I Departemen Teknik Sipil dan
Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama kuliah, penulis juga menerima
beasiswa dari beberapa institusi seperti Karya Salemba Empat, Bank Mandiri dan
Toyota-Astra Foundation. Penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis
Pola Aliran dan Perencanaan Saluran Drainase di Sekitar Gedung Graha Widya
Wisuda (GWW) – FEMA, Kampus IPB Darmaga Bogor” untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M.Agr.