analisis perubahan coulomb stress sebelum dan...
TRANSCRIPT
ANALISIS PERUBAHAN COULOMB STRESS SEBELUM DAN
SESUDAH GEMPABUMI DONGGOLA - PALU 28
SEPTEMBER 2018
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains
(S.Si)
Oleh:
MUHAMAD RIZKI AGUNG
NIM. 11150970000053
PROGRAM STUDI FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019 M/1440 H
I
ANALISIS PERUBAHAN COULOMB STRESS SEBELUM DAN
SESUDAH GEMPABUMI DONGGOLA - PALU 28
SEPTEMBER 2018
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains
(S.Si)
Oleh:
MUHAMAD RIZKI AGUNG
NIM. 11150970000053
PROGRAM STUDI FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019 M/1440 H
II
III
IV
V
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai Coulomb Stress sebelum dan sesudah
gempabumi Donggola – Palu 28 September 2018 dengan mengunakan sofware
Coulomb34 di BMKG wilayah II, Ciputat. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis gempabumi dengan pemodelan 2D. Data gempabumi diambil dari
GEOFON GFZ dan global CMT sesuai dengan koordinat titik gempa. Pemodelan
dilakukan dengan menggunkan Coulomb 3.4 dan GMT untuk pemetaan. Hasil
penelitian menunjukan gempabumi pada tanggal 28 september dengan magnitude
7.4 Mw mengalami peningkatan stress dengan arah membentang ke Baratlaut,
Tenggara dan Barat yang didominasi oleh peningkatan Coulomb stress (warna
merah). Gempabumi 7.4 merupakan gempa utama yang tidak di sebabkan oleh
gempabumi sebelumnya dan memiliki gempabumi pendahuluan dengn magnitude
6 Mw kemudian menimbulkan gempabumi susulan sampai tanggal 13 Maret 2019.
Kata kunci: Coulomb 3.4, Coulomb Stress,Gempabumi, GEOFON GFZ, Global CMT,
GMT.
VI
ABSTRACT
Research on the Coulomb Stress before and after the Donggola - Palu earthquake
on 28 September 2018 by using Coulomb34 software in BMKG region II, Ciputat.
This study aims to analyze earthquakes with 2D modeling. Earthquake data is taken
from GEOFON GFZ and global CMT according to earthquake point coordinates.
Modeling is done by using Coulomb 3.4 and GMT for mapping. The results showed
the earthquake on 28 September with a magnitude of 7.4 Mw experiencing
increased stress with the direction stretching to the Northwest, Southeast, and West
which is dominated by an increase in Coulomb stress (red color). The 7.4
earthquake was the main earthquake that was not caused by the previous
earthquake and had a preliminary earthquake with a magnitude of 6 Mw and then
caused a subsequent earthquake until March 13, 2019.
Keywords: Coulomb 3.4, Coulomb stress, Earthquake, GEOFON GFZ, Global CMT,
GMT.
VII
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan segala karunia, nikmat iman, nikmat islam, dan nikmat kesehatan
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat
serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari penuh bahwa banyak sekali
kekurangan dalam penulisan dan keterbatasan dalam kemampuan maupun
pengetahuan. Namun, berkat usaha, do’a, dorongan serta nasehat positif dari
berbagai pihak, skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena ini, pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Keluarga besar tercinta, terutama orang tua dan adik yang selalu
memberikan kasih sayang, do’a, dukungan, bantuan dan semangat kepada
penulis.
2. Ibu Tati Zera, M.Si., selaku dosen pembimbing I yang dengan penuh
kesabaran memberikan bimbingan, arahan, waktu, dan nasihat dalam
penulisan skripsi ini.
3. Bapak Moh. Iqbal Tawakal, M.Si., selaku Pembimbing II yang dengan
penuh kesabaran telah memberikan bimbingan, arahan, waktu, dan nasihat
dalam membimbing penulis selama penulisan skripsi ini.
4. Bapak Darman Mardanis, SE selaku Kepala Sub Bidang Pelayanan Jasa
Geofisika yang menyambut penulis dengan hangat dan tangan terbuka
untuk dapat memperoleh ilmu dan pengalaman baru selama ini.
5. Bapak Joko Siswanto, S.Sos. Selaku Kepala Balai Besar Meteorologi
Geofisika Wilayah II Ciputat yang telah memberikan izin untuk dapat
melaksanakan tugas akhir ini hingga selesai.
6. Semua staff dan karyawan BBMKG Wilayah II yang telah membantu
dalam pelaksanan Praktik Kerja Lapangan.
VIII
7. Ibu Prof. Dr. Lily Surraya Eka Putri, M.Env.Stud., selaku Dekan Fakultas
Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan persetujuan pelaksanaan tugas akhir skripsi ini.
8. Ibu Dr. Tati Zera, M.Si., selaku Ketua Program Studi Fisika UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta serta seluruh dosen dan staff pengajar yang telah
memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama
mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan
dapat bermanfaat dan memperoleh keberkahan dari Allah SWT.
9. Pacar tersayang Inneke Lorenza yang selalu memberi bantuan, semangat
dan do’a kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
10. Sahabat tersayang Faris, Fadhur, Pepey, Yogi, dan Denis yang selalu
memberi bantuan, semangat dan do’a kepada penulis untuk dapat
menyelesaikan skripsi ini.
11. Teman terdekat Ilham dan Alfi yang sudah memberi semangat,
memimjamkan laptop bantuan kepada penulis selama penyusunan skripsi
ini.
12. Seluruh teman-teman seperjuangan Fisika Angkatan 2015. Terima kasih
atas kebersamaan dan bantuannya baik langsung maupun tidak langsung.
13. Dan kepada semua pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga bantuan, bimbingan, dukungan, semangat, masukan, dan do’a
yang telah diberikan menjadi pintu datangnya ridha dan kasih sayang
Allah SWT di dunia dan akhirat. Aamiin
IX
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat
kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
penulis dimasa mendatang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca sekalian pada umumnya.
Jakarta, 29 Oktober 2019
Penulis,
Muhamad Rizki Agung
X
DAFTAR ISI
ABSTRAK V
ABSTRACT VI
KATA PENGANTAR VII
DAFTAR ISI X
DAFTAR TABEL XII
DAFTAR GAMBAR XIII
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Batasan Masalah 5
1.4 Tujuan Penelitan 5
1.5 Manfaat Penelitian 5
1.6 Sistematika Penelitian 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7
2.1 Coulomb Stress 7
2.2 Kondisi Geologi dan Tektonik Sulawesi Tengah 9
2.3 Gempa Bumi 11
2.4 Mekanisme Sumber 12
2.5 Gelombang Seismik 14
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 16
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 16
3.2 Metode Penelitian 16
3.3 Alat dan Bahan Penelitian 16
3.4 Diagram Alir Penelitian 17
3.5 Proses Data 18
3.6 Proses Analisis data dengan Coulomb 3.4 18
3.7 Proses Pemetaan Menggunakan Software GMT (Generic Mapping Tool) 19
3.8 Analisis dan Intrepetasi Data 21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 22
4.1 Perubahan Coulomb stress sebelum tanggal 28 September 2018 22
4.1.1 Gempabumi Tanggal 1 Agustus 2010 23
XI
4.1.2 Gempabumi Tanggal 2 Agustus 2012 25
4.2 Perubahan Gempabumi Sebelum 28 September 2018 27
4.3 Gempabumi tanggal 28 September 2018 28
4.3.1 Gempabumi tanggal 28 September 2018 Magnitude 6Mw 29
4.3.1 Gempabumi 28 September 2018 Berkekuatan 7.4 Mw 31
4.4 Gempabumi Sesudah 28 September 2018 34
BAB V PENUTUP 37
5.1 Kesimpulan 37
5.2 Saran 38
DAFTAR PUSTAKA 39
XII
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Parameter gempabumi dan mekanisme 22 Tabel 2. Parameter gempabumi dan mekanisme 28 Tabel 3. Parameter gempabumi dan mekanisme sumber 34
XIII
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Area pertemuan dari lempeng Eurasia, Filipina, dan Australia ditandai oleh
pergerakan blok Sula [4] 2 Gambar 2. Peta geologi di Wilayah Palu dan sekitarnya [7] 3 Gambar 3. Peta sebaran pusat gempabumi merusak dan tahun kejadian di Pulau
Sulawesi [8] 4 Gambar 4. Sistem koordinat Coulomb stress pada bidang patahan optimum [18] 9 Gambar 5. Lima suture (garis hitam diarsir) [10] 10 Gambar 6. Segmen – segmen sesar Palu – Koro [12] 10 Gambar 7. Proses terjadinya gempabumi [14] 12 Gambar 8. Parameter orientasi bidang sesar [15] 13 Gambar 9. Macam – macam patahan [16] 13 Gambar 10. Jenis pergerakan gerakan gelombang seismik di lapisan dan permukaan
bumi[23]. 14 Gambar 11. Skema proporsi stress dan Strain [24] 15 Gambar 12. Diagram Alir Penelitian 17 Gambar 13. Hasil Colomb stress Sulawesi Tengah 19 Gambar 14. Script Pembuatan Peta GMT Menggunkan Notepad 20 Gambar 15. Hasil Dari Script GMT 20 Gambar 16. Hasil analisis Coulomb 3.4 pada gempabumi Donggala 21 Gambar 17. Perubahan Coulomb stress 1 Agustus 2010 23 Gambar 18. Cross section dari gempabumi tanggal 1 Agustus 2010 23 Gambar 19. Hubungan gempabumi tanggal 2 Agustus 2012 dan gempabumi tanggal 1
Agustus 2010 25 Gambar 20. Perubahan Coulomb stress 30 Juni 2013 27 Gambar 21. Cross section dari gempabumi 30 Juni 2013 27 Gambar 22. Perubahan Coulomb stress 28 September 2018 Mag 6Mw 29 Gambar 23. Cross section dari gempabumi 28 September 2018 Mag 6 Mw 29 Gambar 24. Perubahan Coulomb stress 28 September 2018 Mag 7.4 Mw 32 Gambar 25. Cross section dari gempabumi 28 September 2018 Mag 7.4 Mw 32 Gambar 26. Gempabumi 28 September – 2 Oktober 2018 33 Gambar 27. Pesebaran Gempabumi 28 September – 2 Oktober 2018 34 Gambar 28. Hubungan gempabumi tanggal 28 September 2018 dan gempabumi tanggal
13 Maret 2019 35 Gambar 29. Perubahan Coulomb stress 13 maret 2019 36 Gambar 30. Cross Section dari gempabumi 13 Maret 2019 36
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Allah SWT telah menciptakan bumi beserta isi-isinya dan lapisan bumi
bagaikan lempengan tipis yang terapung di atas lapisan magma, sehingga, lempeng
ini akan selalu bergerak dan mengalami berbagai tekanan menghasilkan tabrakan,
patahan, getaran maupun guncangan. Sebagaiman dinyatakan dalam Al-Quran
Surah An-Naml ayat 88 [1] bahwa :
“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal
ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat
dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Alla Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.”
Dalam ayat tersebut, dunia itu sementara dan bumi ini khususnya Indonesia
berada pada bagian bumi yang rawan gempa. Kemudian merujuk pada hukum alam
yang sudah menjadi ketetapan Allah bahwa bumi ini mengandung segala hikmah
dan manfaat termasuk pergerakan gunung dan lapisan dalam bumi.
Pulau Sulawesi termasuk pulau yang rawan gempa, karena adanya tiga area
lempeng tektonik yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Pasifik, dan lempeng
Eurasia [2]. Sesar Palu adalah zona transform utama di wilayah pertemuan tiga
lempeng tektonik dengan gerakan relatif yang tinggi. lempeng Australia dan
2
Filipina menumbuk lempeng Eurasia. Pergerakan dari ketiga lempeng utama dan
pergerakan sesar Palu itu sendiri yang cukup tinggi mengakibatkan tingginya
tingkat kegempaan di kota Palu dengan kedalaman dangkal [3].
Gambar 1. Area pertemuan dari lempeng Eurasia, Filipina, dan Australia ditandai oleh pergerakan
blok Sula [4]
Pada saat gempabumi terjadi di Donggala bahkan banyak gempabumi susulan
yang terjadi mulai tanggal 28 September sampai 2 Oktober 2018. yang terjadi di
Donggola - Palu disebabkan perpanjangan sesar naik. Salah satu alasan untuk
mempelajari pola transfer stress adalah untuk mengeksplorasi efek interaksi gempa
susulan yang mungkin terjadi. Perubahan tegangan Coulomb kurang dari 1.0 bar
yang terjadi pada gempa bumi utama dapat secara efektif menjelaskan distribusi
gempa bumi berikutnya yang terjadi setelah gempa bumi utama [5]. Sedangkan
gempa bumi yang disebabkan oleh sesar dan kedalaman yang dangkal berpotensi
menghancurkan bangunan di daerah perkotaan [6]. Penelitian untuk mempelajari
perubahan stress coulomb juga telah dilakukan oleh para ahli seperti : Harris (1998);
Kilb, et al (2002); Astra (2010); Setiadi, et al (2017); Ardiansyah (2017).
3
Gambar 2. Peta geologi di Wilayah Palu dan sekitarnya [7]
Selama beberapa dekade terakhir kemajuan pesat dalam studi yang
berhubungan dengan interaksi patahan dan bagaimana gempabumi yang terjadi
mengusik daerah yang mengalami stress sehingga dapat memicu terjadinya
gempabumi susulan dan perubahan tingkat kegempaan. Perubahan coulomb stress
dapat digunakan untuk mengamati distribusi gempa susulan dan resiko gempabumi
utama di sekitar patahan utama Sebaran gempabumi yang tinggi terjadi pada daerah
yang mengalami peningkatan Coulomb stress sedangkan daerah yang mengalami
penurunan Coulomb stress sebaran gempabuminya rendah.
4
Gambar 3. Peta sebaran pusat gempabumi merusak dan tahun kejadian di Pulau Sulawesi [8]
Sumber gempabumi terbentuk karena akibat proses tektonik yang terjadi
sebelumnya. Gempabumi yang terjadi pada daerah Gondala - Palu yaitu gempa
dangkal, sebab gempabumi dangkal adalah gempabumi yang hiposentrumnya
berada kurang dari 60 km dari permukaan bumi. Karena tidak mungkin bahwa di
zona ini gempa besar akan terjadi di masa depan, sehingga gempa ini sangat
menarik untuk mempelajari pola perubahan stres coulomb. Dalam tulisan ini akan
dianalisis apakah ada interaksi antara gempa satu sama lain di bidang perubahan
stres coulomb yang dihasilkan oleh gempa sebelumnya.
Dalam tulisan ini untuk mengetahui perubahan coulomb stress sebelum dan
sesudah gempabumi Donggala, penulis menggunakan 2 kejadian gempabumi
signifikan dengan magnituda momen > 6 Mw denggan koordinat episenter
gempabumi antara 0.22o – 0.37o S dan 119.79o – 119.86o E
5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dihadapi dalam
penelitian ini yaitu bagaimana perubahan Coulomb stress sebelum dan sesudah
gempabumi Donggala – Palu 28 September 2018?
1.3 Batasan Masalah
Batas masalah dalam penelitian ini yaitu :
1. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data gempabumi di
BMKG tanggal 28 September 2018 gempabumi Donggala – Palu
2. Metode geofisika yang digunakan yaitu metode Coulomb stress
3. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber
gempabumi Donggala – Palu
4. Analisi dan interpretasi dilakukan dengan pemodelan 2-Dimensi
1.4 Tujuan Penelitan
Tujuan dilakukan penelitian ini untuk memperoleh permodelan 2-Dimensi
hasil pengolahan data gempabumi dengan menggunakan software pendukung
dalam menganalisis dan menginterpretasi perubahan Coulomb stress sebelum dan
sesudah gempabumi Donggala – Palu 28 September 2018.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengetahui
resiko gempabumi Donggala - Palu yang dapat dijadikan sebagai prekusor dalam
mengetahui daerah yang memiliki kerentanan terjadinya gempabumi.Dengan
demikian dapat bermanfaat dalam mitigasi becana gempabumi sehingga dapat
mengurangi kerugian dari dampak kejadian gempabumi.
6
1.6 Sistematika Penelitian
Penulisan skripsi ini dibagi mejadi dua bagian, dimana bagian pertama terdiri
dari abstrak dan bagian kedua terdiri dari kata pengantar, daftar isi, daftar gambar,
daftar tabel dan dilanjutkan dengan laporan penelitian. Laporan penelitian ini terdiri
dari lima bab, yang sistematika dan tujuannya diuraikan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini diuraikan secara singkat mengenai latar belakang secara
mendasar dilakukannya penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan laporan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini berisikan rangkuman dari dasar teori yang mendasari peneltian.
Sebagian isi dari bab ini akan dijadikan rujukan dalam melakukan analisis dari
pengolahan data.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini diuraikan mengenai waktu dan tempat penelitian, alat dan
bahan penelitian serta tahapan-tahapan penelitian.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini diuraikan hasil dari penelitian beserta analisis dari hasil
penelitian tersebut.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisi poin-poin singkat yang memaparkan kesimpulan dari
penelitian tugas akhir dan dilanjutkan dengan saran penulis untuk penelitian yang
akan dilakukan selanjutnya.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Coulomb Stress
Model yang banyak digunakan untuk menjelaskan interaksi patahan adalah
perubahan tegangan Coulomb (Coulomb stress change). Dengan mengasumsikan
model gesek Coulomb sederhana untuk gempabumi, slip potensial akan
meningkatkan atau menurun pada Coulomb failure stress. Asumsikan model friksi
coulomb sederhana (simple coulomb friction model) untuk gempabumi, slip
potensial akan meningkatkan atau menurun oleh perubahan pada Coulomb failure
stress, 𝜎𝑓 yang didefinisikan sebagai [14];
𝜎𝑓 = 𝜏𝛽 − 𝜇( 𝜎𝛽 − 𝑝) (1)
Dimana 𝜎𝑓 adalah shear stress pada bidang patahan , 𝜏𝛽 adalah normal stress,
p adalah tekanan pori (pore fluid pressure), dan 𝜎𝛽 adalah koefisien friksi. Nilai dari
𝜎 dalam hal ini harus positif, namun sebaliknya proses yang selalu berlangsung
dalam mencari nilai stress ke patahan dapat diberikan nilai positif maupun negatif
bergantung kepada slip potensial mengarah ke kanan atau mengarah ke kiri.
Dalam bidang patahan orientasi 𝛽 ke sudut σ1 kita dapat menyebut
komponen stress yang ditunjukan sebagai stress utama.
σβ = 1
2 (σ1+ σ3) +
1
2 (σ1- σ3) cos 2β (2)
𝜏𝛽 = 1
2 (σ1- σ3) sin 2β (3)
Dimana 𝜎𝑓 adalah stress utama terbesar dan σ3 adalah stress utama terkecil.
Persamaan (1) menjadi :
8
𝜎𝑓 = 1
2 (σ1- σ3) (sin2β – 𝜇 cos2β) –
1
2 𝜇(σ1+ σ3) + 𝜇𝑝 (4)
Persamaan (4) diturunkan sebagai fungsi β dan didapat coulomb stress
maksimum 𝜎𝑓 max apabila :
tan 2β = 1
𝜇 (5)
Nilai p merubah normal stress efektif sepanjang bidang patahan seperti
ditunjukan dalam persamaan (1). Ketika stress batuan berubah dengan cepat
selanjutnya p berubah dalam aliran jalar. Nilai p dapat dihubungkan dengan stress
pada batuan dengan koefisien Skemptons B, dimana B bervariasi antara 0 dan 1.
Koefisien friksi efektif dalam penelitian stress koseismik bervariasi antara 0,0
hingga 0,75, dengan nilai rata-rata μ = 0,4. Persamaan (4) selanjutnya dapat ditulis
dalam asumsi bahwa 𝜎β mewakili batasan stress seperti normal stress pada bidang.
σ𝑓 = 𝜏β - 𝜇′ σβ (6)
Dimana koefisien friksi efektif dinyatakan dengan μ’ = μ(1-B) . Selanjutnya jika
𝜎𝑓 > 0 potensial slip akan meningkat dan jika 𝜎𝑓 < 0 potensial slip akan berkurang.
Kalkulasi 𝜎𝑓 yang disebabkan oleh gempabumi bergantung kepada geometri dan
distribusi slip, asumsi magnitudo, orientasi stress regional dan nilai dari asumsi μ.
Rasio dari amplitudo stress regional terhadap stress drop gempabumi hanya
berdampak signifikan di dekat patahan. Dimana ketidakpastian 𝜎𝑓 dalam beberapa
kejadian selalu didominasi oleh ketidakpastian distribusi slip.
9
Gambar 4. Sistem koordinat Coulomb stress pada bidang patahan optimum [18]
Dalam sistem koordinat pada Gambar 2.6 di atas ditunjukan bidang patahan
(failure plane) dikenakan normal stress 𝜎β yag dapat disebut komponen stress
utama. Selanjutnya orientasi stress utama terhadap sudut β akan membentuk 𝜎1
sebagai stress utama terbesar dan 𝜎3 sebagai stress utama terkecil. τβ adalah shear
stress pada bidang patahan [19].
2.2 Kondisi Geologi dan Tektonik Sulawesi Tengah
Pulau Sulawesi secara tektonik terbagi menjadi empat mintakat yang didasari
pembentukannya yaitu Sulawesi Barat, Sulawesi Timur, Banggai – Sula dan
Sulawesi Tengah. Interaksi pada lempeng Sulawesi memberikan pengaruh yang
cukup besar terhadap kejadian bencana alam geologi dalam wujud gempa, tsunami,
gerakan tanah, gunung api dan banjir yang senantiasa terjadi aktivitas tektonik.
Pulau Sulawesi terbentuk dari proses yang rumit, sehingga memberikan bentuk
kenampakan seperti sekarang. Beberapa peneliti telah mengemukan pendapatnya
tentang pembentukan pulau sulawesi antara lain Soekamto (1975), Hamilton
(1979), Hall san Wilson (2000). Hall dan Wilson (2000) menggunakan istilah
10
suture untuk menggambarkan kerumitan tektonik yang terjadi di indonesia,
termasuk di Pulau Sulawesi, dan mengidentifikasi adanya lima suture di indonesia,
yaitu Suture Sulawesi, Maluku, Sorong, Banda, dan Kalimantan. [9]
Gambar 5. Lima suture (garis hitam diarsir) [10]
Sesar Palu – Koro merupakan sesar utama di Pulau Sulawesi dan tergolong
sebagai sesar aktif [11]. Sejak tahun 2008 hingga 2018 beberapa kejadian
gempabumi dengan kekuatan >5mw tersebut pusat gempabumi di darat sekitar Palu
di perkirakan berkaitan dengan aktivitas Sesar Palu.
Gambar 6. Segmen – segmen sesar Palu – Koro [12]
11
Patahan atau sesar Palu - Koro adalah salah satu sesar yang terdapat di Sulawesi
Tengah yang memanjang dari utara (kota Palu) ke selatan (Malili) hingga teluk
Bone sepanjang ± 240 km yang bersifat sinistral dan aktif dengan kecepatan sekitar
25-30 mm/tahun [13]. Pergerakan sesar ini juga di karenakan oleh gaya
transtensional, yang terdiri dari gaya transpressive (menekan) dan extensional
(perluasan). Ada tujuh segmen sesar Palu - Koro yang panjangnya berkisar antara
15 – 59 km (S0 hingga S6). Segmen S6 terletak paling utara sedangkan S0 terletak
paling selatan. Dengan rincian panjang setiap segmen adalah sebagai berkut : S0 =
15 km, S1 = 59 km, S2 = 43 km, S3 = 29 km, S4 = 40 km,S5 = 20 km, S6 = ~12
km [12]. Kenyatannya, sesar Palu - Koro bukan merupakan sesar geser mendatar
seutuhnya. Di sekitar wilayah Kulawi, Palu dan daerah utara sesar Palu - Koro,
terdapat sejumlah sesar geser vertikal. Di wilayah sesar banyak dijumpai mata air
panas seperti di kedua sisi daratan antara Palu hingga Kulawi. Dugaan itu diperkuat
dengan terjadinya beberapa peristiwa tsunami yang menyertai gempa di perairan
sepanjang wilayah Pantai Barat. Wilayah yang rawan akibat aktivitas sesar ini,
antara lain Kabupaten Buol, Toli-toli, Donggala, dan Kota Palu.
2.3 Gempa Bumi
Proses kejadian gempabumi dari suatu lempeng tektonik yang mengalami
tekanan sehigga menyebabkan adanya suatu energi potensial yang terakumulasi,
kemudian lempengan tersebut patah mengakibatkan energi potensial berubah
menjadi energi kinetik yang menyebar menggetarkan kerak bumi di sekitar patahan,
proses ini terus menerus berulang[14].
12
Gempabumi merupakan manifestasi dari getaran lapisan batuan yang patah
energinya menjalar melalui badan permukaan bumi berupa gelombang seismik
[21]. Energi deformasi berupa energi yang dilepaskan pada saat terjadinya patahan
tersebut. Energi deformasi ini dapat terlihat pada perubahan bentuk sesudah
terjadinya patahan, misalnya pergeseran. Energi gelombang menjalar melalui
medium elastis yang dilewatinya dan dapat dirasakan sangat kuat di daerah
terjadinya gempabumi tersebut.
Gambar 7. Proses terjadinya gempabumi [14]
2.4 Mekanisme Sumber
Orientasi sesar ditentukan oleh parameter bidang sesar yang terdiri dari [14]:
1. Strike (ϕ) adalah sudut yang dibentuk oleh jurus sesar dengan arah utara. Strike
diukur dari arah utara ke arah timur searah dengan jarum jam hingga jurus sesar
(0O < ϕ <360O)
13
2. Dip ( ) adalah sudut yang dibentuk oleh bidang sesar dengan bidang horizontal
dan diukur pada bidang vertikal dengan arahnya tegak lurus jurus sesar (0
90)
3. (Vektor) slip adalah vektor yang menunjukan gerakan blok hanging wall relatif
terhadap strike; panjang vektor = besarnya slip, sudutnya arahnya; istilah slip
sering digunakan secara keliru untuk menyebut rake.
4. Rake (λ) adalah sudut yang dibentuk arah slip dan jurus sesar. Rake berharga
positif pada sesar naik (Thrust Fault) dan negatif pada sesar turun (Normal
Fault) dan negatif pada sesar turun (Normal Fault) (-180O < λ <180O)
Gambar 8. Parameter orientasi bidang sesar [15]
Gambar 9. Macam – macam patahan [16]
14
Orientasi bidang sesar merupakan orientasi slip retakan suatu patahan yang
dihasilkan oleh suatu kejadian gempabumi. Besarnya azimuth strike (ϕ) diukur
searah jarum jam dari arah utara sampai bidang patahan. Arah dip tegak lurus
dengan bidang patahan. Besarnya sudut dip (δ) ditentukan dari pinggiran bola ke
arah mendekati pusat lingkaran.
2.5 Gelombang Seismik
Gelombang Seismik adalah gelombang elastis gempabumi yang menjalar
keseluruh bagian dalam bumi dan melalui permukaan bumi, akibat adanya lapisan
batuan yang patah secara tiba – tiba atau adana suatu ledakan [22].
Gelombang utama gempabumi terdpat dua jenis, yaitu gelombang permukaan
dan (surface wafe) dan gelombang bodi (body wafe).gelombang seismik merambat
dalam lapisan bumi sesuai dengan prinsip ang berlaku pada perambatan gelombang
cahaya.
Gambar 10. Jenis pergerakan gerakan gelombang seismik di lapisan dan permukaan bumi[23].
15
Gempabumi terjadi pada material batuan yang bersifat elastis sehingga
dapat berfungsi menyimpan energi stress dan sekaligus menjadi media trasmisi
gelombang seismik. Tingkat elastisitas suatu medium bumi ditentukan bagaimana
media tersebut melewatkan gelombang gempabumi [22]. Keelastisan tergantung
pada kuat tekan (stress) dan kuat regang (strain), ketika stress mencapai klimaks
maka media akan pecah. Ketahan elastisitan suatu materi berbeda tergantung dari pada
bentuk – bentuk deformasi yang secara kuantitas ditentukan variasi modulus elastisitas.
Gambar 11. Skema proporsi stress dan Strain [24]
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan terhitung mulai bulan Juni - Agustus
Pengambiilan data di lakukan di Kantor Badan Meterologi, Klimatologi, dan
Geofisika Wilayah II Ciputat, Jalan H. Abdul Ghani No.5 Cempaka Putih,
Tanggerang Selatan.
3.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan yaitu analisi melaui metode Coulomb Stress, dimana
data diolah dan kemudian diperoleh hasil perubahan coulomb stress. Kemudian
hasilnya dianalis untuk mengetahui arah gempa Donggala – Palu, dengan metode
ini pesebaran gempabumi diperoleh hasil interaksi gempabumi utama dan
gempabumi susulan.
3.3 Alat dan Bahan Penelitian
Peralatan dan bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai
berikut:
a. Komputer/laptop untuk membantu pengolahan data
b. Software MATLAB, Coulomb 3.4, dan GMT
c. Data gempabumi Palu 28 September 2018 – 2 November 2018
d. Metode dalam menganalisa gempabumi adalah Coulomb Stress
17
3.4 Diagram Alir Penelitian
Gambar 12. Diagram Alir Penelitian
18
3.5 Proses Data
Proses Data Proses pengolahan data hingga didapat distribusi perubahan
tegangan Coulomb oleh gempabumi dan data geofisik adalah sebagai berikut:
1. Mengunduh data gempabumi tanggal 28 September – 2 November dan
data gempa tahun 2008-2018 berikut parameter sesar dari GFZ Postdam
dan Global CMT;
2. Menjalankan perangkat lunak Matlab R2013a;
3. Menjalankan software Coulomb versi 3.4 pada program Matlab;
4. Menggunakan software Coulomb 3.4 untuk gempabumi dengan input data
focal mechanism gempabumi yang bersangkutan;
5. Menggambarkan daerah distribusi perubahan tegangan Coulomb dan
perhitungan perubahan tegangan Coulomb;
6. Melakukan analisa distribusi perubahan tegangan Coulomb stress
3.6 Proses Analisis data dengan Coulomb 3.4
Berikut beberapa hal dalam proses analisa data gempabumi dengan Coulomb
3.4 untuk mendapatkan perubahan coulomb stress gempabumi Palu :
1. Coulomb 3.4 merupakan aplikasi antarmuka windows berbasis
perangkat lunak MATLAB (MATrix LABoraty) dengan menggunkan
pc tunggal
2. Data input yang digunakan Coulomb 3.4 yaitu data gempabumi utama
dan susulan pada tanggal 28 September – 2 November 2018
3. Untuk penentuan lokasi gempabumi utama maka digunakan data GFZ
Postdam .
19
4. Buka software Coulomb 3.4 pada Matlab
Gambar 13. Hasil Colomb stress Sulawesi Tengah
3.7 Proses Pemetaan Menggunakan Software GMT (Generic Mapping Tool)
GMT berfungsi untuk menggambarkan peta geografis, kontur, diagram dan
aplikasi lainnya. Berikut beberapa hal dalam proses pemetaan dengan GMT untuk
mendapatkan titik gempabumi [20] :
a. set F=Titik_Gempa_29-09-2018.ps
b. psbasemap –JM12c -R119/123/-2/3 –Ba1g0WSne -K –X2 -Y-6 > %F%
c. psxy -R -JM -W1.1 -O -K sesar_garis.gmt>> %F%
d. psxy -R -JM -W1 -Wwhite -O -K pantai.gmt>> %F%
e. psxy -R -JM -W1.25 -Sf0.7i/0.07i+l+t -Gblack -O -K sesar_subduksi.gmt>>
%F%
f. psxy gempasusulan.dat -JM -R -Sc0.2 -Gred -P -O -K >> %F%
g. psxy gempautama.dat -JM -R -St0.5 -Gwhite -P -O -K >> %F%
h. psxy kota.dat -JM -R -Sc0.1 -W2 -Gwhite -P -O -K >> %F%
i. pstext kota.dat -JM -F+f14p,Helvetica-Bold -D0.5 -R -P -O -K >> %F%
20
Gambar 14. Script Pembuatan Peta GMT Menggunkan Notepad
Gambar 15. Hasil Dari Script GMT
21
3.8 Analisis dan Intrepetasi Data
Tahapan analisis dan interpretasi ini merupakan tahapan terakhir setelah
mendapatkan pemodelan 2-Dimensi. Berdasarkan pemodelan tersebut, diamati
perubahan dan arah penyebaran gembumi menggunakan software Coulomb,
dilakukan analisis dan interpretasi pada gempabumi untuk melihat gempabumi
yang diakibatkan oleh gempa sebelumnya atau tidak. Membuat titik gempabumi
dengan menggunakan software GMT.
Gambar 16. Hasil analisis Coulomb 3.4 pada gempabumi Donggala
Interpretasi pada gambar 3.5 dapat di lihat dan menentukan arah gempabumi
yang terjadi. Pada lobus berwarna merah menandakan adanya stress pada daerah
tersebut dan menentukan arah penyebarannya, pada lobus berwarna biru teradi
penurunan stress. Titik kuning merupaka gempa susulan yang terjadi, jika pada
zona merah menandakan gempabumi susulan terjadi akibat gempabumi utama.
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian “Analisis Perubahan Coulomb Stress Sebelum Dan Sesudah
Gempabumi Donggola – Palu 28 September 2018” bertujuan untuk mengetahui
perubahan gempabumi Palu dengan menggunakan model coulomb stress di daerah
Sulawesi Tengah terutama pada daerah Palu .Hasil dari pemodelan coulomb stress
adalah nilai stress yang dihasilkan dari gempa dan menampilkan bentuk sebaran
arah stress dari gempabumi
Penelitian ini menggunakan data historis gempabumi yang diperoleh dari GFZ
Potsdam dan Global CMT yang merupakan gempabumi yang terjadi di Sulawesi
Tengah dan gempabumi dalam kurun waktu sepuluh tahun sebelum gempabumi
utama pada tanngal 28 September 2018 dikarenakan lokasi gempa berada pada
sesar aktif Palu – Koro dan pada kondisi stress di daerah tertentu .
4.1 Perubahan Coulomb stress sebelum tanggal 28 September 2018
Kejadian gempabumi 28 September 2018 memiliki parameter yang ditunjukan
pada table 4.1, dimana gempabumi tersebut memiliki mekanisme sumber seperti
strike, dip dan rake yang berbeda – beda dengan mengidentifikasi dan menganalisis
adanya perubahan Coulomb stress setelah kejadian gempabumi tersebut (gambar
4.1), memperlihatkan adanya peningkatan dan penurunan Coulomb stress yang
ditandai dengan daerah yang berwarna merah dan biru.
Tabel 1. Parameter gempabumi dan mekanisme
Tanggal Episenter (o) Depth Mag (Mw) Strike Dip Rake
01/08/2010 120.00 & - 0.50 19.09 04.08 73 65 -179
02/08/2012 119.93 & - 0.35 12.07 04.08 250 62 -161
23
4.1.1 Gempabumi Tanggal 1 Agustus 2010
Gambar 17. Perubahan Coulomb stress 1 Agustus 2010
Gambar 18. Cross section dari gempabumi tanggal 1 Agustus 2010
Gempabumi tanggal 1 Agustus 2010 terjadi pada zona sesar Palu – Koro
memiliki tingkat pergerakan patahan yang tidak terlalu tinggi. Gempabumi ini
memiliki magnitude 4,8 Mw, strike 730, dip 650, dan rake -1790 , yang termasuk
kedalam jenis gempabumi normal dengan dominasi geser. Dari analisis perubahan
Coulomb stress pada gempabumi tanggal 1 Agustus 2010 diperoleh nilai
24
peningkatan Coulomb stress berkisar antara 0.1 hingga 1 bar dan penurunan
Coulomb stress berkisar -0.1 hingga -1 bar seperti pada gambar 4.1. dari gambar
tersebut daelah yang memilik nilai Coulomb stress positif ditunjukan dengan lobus
berwarna merah menandakan adanya peningkatan stress dan nilai Coulomb stress
negatif ditunjukan dengan lobus berwarna biru menandakan adanya penurunan
stress.
Untuk mengetahui perubahan nilai Coulomb stress terhadap kedalaman
dilakukan cross section pada kedalaman 30 km dan panjang 50 km. Dari hasil
tersebut di peroleh peningkatan perubahan Coulomb stress berkisar antara 0.1
hingga 0.5 bar sedangkan penurunan berkisar antara -0.1 hingga -0.8 bar. Pada
gambar 4,2 memperlihatkan adanya 2 lobus berwarna merah dengan arah Baratdaya
dan Selatan yang bernilai positif dan dua lobus berwarna biru dengan arah Tenggara
dan Baratdaya yang bernilai negatif.
25
4.1.2 Gempabumi Tanggal 2 Agustus 2012
Gambar 19. Hubungan gempabumi tanggal 2 Agustus 2012 dan gempabumi tanggal 1 Agustus
2010
26
Dari gambar 4.3 gempabumi tanggal 2 Agustus 2012 dengan magnitude 4.8
Mw didominasikan oleh adanya penurunan Coulomb stress yang ditunjukan dengan
daerah berwarna biru. Pada gempabumi tersebut bahwa sebgaian besar stress pada
daerah tersebut telah dilepaskan dan mengalami relaksasi, sehingga kemungkinan
terjadi gempabumi selanjutnya sangat kecil, dan daerah berwarna merah adanya
peningkatan coulomb stress, yang merupakan daerah yang masih menyimpan stress
yang cukup tinggi, sehingga dapat terjadi gempabumi selanjutnya pada zona merah.
Untuk mengetahui perubahan Coulomb stress Terdapat 3 lobus berwarna biru
dengan arah Timur, Barat, dan Utara, penurunan Coulomb stress berkisar –0.1
sampai -1. Pada zona merah terdapat 3 lobus dengan arah Utara, Baratlaut, dan
Selatan.
Dari gambar 4.3 menunjukan bahwa tidak adanya hubungan antara gempabumi
tanggal 1 Agustus 2010 dengan tanggal 2 Agustus 2012, dimana gempabumi
episenter tanggal 2 Agustus 2012 tidak terletak pada daerah peningkatan Coulomb
stress dari gempabumi tanggal 1 Agustus 2010, secara cross section menunjukan
bahwa pada kedalaman 12.7 km gempabumi 2 Agustus 2012 berada pada derah
yang tidak mengalami peningkatan Coulomb. Hal ini mengidentifikasikan bahwa
gempabumi tanggal 1 Agustus 2012 bukan merupakan gempa yang dipicu oleh
gempabumi tanggal 1 Agustus 2010, sehingga gempabumi tersebut merupakan
gempabumi lain yang tidak saling berkaitan dengan dua kejadian gempabumi
sebelumnya.
27
4.2 Perubahan Gempabumi Sebelum 28 September 2018
Pada tanggal sebelum 28 September 2018 terjadi gempa dengan episenter -0.64
dan 119.80 dengan magnitude 4.9Mw pada kedalaman 28.2 km, strike 330, dip 38,
rake -19 gempabumi tersebut terjadi pada tanggal 30 Juni 2013.
Gambar 20. Perubahan Coulomb stress 30 Juni 2013
Gambar 21. Cross section dari gempabumi 30 Juni 2013
28
Kejadian gempa bumi tanggal 30 Juni 2013 berkuatan sebesar 4.9 Mw,
menjelaskan perubahan Coulomb stress yang ditunjukan dengan daerah berwarna
biru, hal ini mengidentifikasikan sebagai besar stress pada daerah tersebut telah
dilepaskan dan mengalami relaksasi, sehingga kemungkinan terjadi gempabumi
selanjutnya sangat kecil. Sedangkan arah Baratdaya dan Timurlaut di dominasi oleh
adanya peningkatan Coulomb stress yang ditunjukan daerah berwarna merah, yang
merupakan daerah yang masih menyimpan stress yang cukup tinggi, sehingga
kemungkinan terjadi gempabumi selanjutnya di daerah ini.
Gempabumi pada tanggal 30 Juni 2013 memperlihatkan bahwa tidak ada
hubungan dengan gempabumi 28 September 2018. Hal ini diindentifikasikan dari
episenter gempabumi tanggal 28 September 2019 yang tidak terletak pada daerah
peningkatan Coulomb stress dari gempabumi tanggal 30 Juni 2013. Berdasarkan
cross section (gambar 4.5) menunjukan bahwa pada kedalaman 28.3 km
gempabumi tanggal 28 September 2018 tidak berada pada daerah peningkatan
Coulomb stress.
4.3 Gempabumi tanggal 28 September 2018
Pada tanggal 28 September terjadi dua gempabumi berkekuatan >6 Mw,
dimana parameter gempabumi tersebut disajikan pada tabel 2
Tabel 2. Parameter gempabumi dan mekanisme
Tanggal &
Waktu Episenter (o) Depth
Mag
(Mw) Strike Dip Rake
28/ 9 / 2018 &
07 : 00 119.86 & -0.37 12 6 273 81 174
28 / 9 / 2018 &
10 : 02 119.86 & - 0.22 10 07.04 351 76 -11
29
4.3.1 Gempabumi tanggal 28 September 2018 Magnitude 6Mw
Gambar 22. Perubahan Coulomb stress 28 September 2018 Mag 6Mw
Gambar 23. Cross section dari gempabumi 28 September 2018 Mag 6 Mw
30
Kejadian gempabumi pada tanggal 28 september berkekuatan sebesar 6Mw.
Bidang lobus berwarna merah menggambarkan daerah tersebut mengalami
peningkatan Coulomb stress dan bidang lobus berwarna biru menggambarkan
daerah tersebut mengalami penurunan Coulomb stress. Pada gambar 4.6
memperlihatkan nilai kenaikan bidang lobus berkisar antara 0.2 sampai 0.4 bar dan
lobus berwana biru dengan penurunan berkisar antara -0.1 hingga -1 bar.
Gambar 4.7 merupakan hasil cross section hingga kedalaman 30 km dengan
panjang 50 km. Dari hasil tersebut menyebabkan failure yang membentang ke arah
Timurlaut dan Baratdaya mendekati sesar Palu – Koro. Gempabumi ini
menghasilkan distribusi perubahan Coulomb stress yang sama dengan gempabumi
sebelumnya yaitu gempabumi 2 Agustus 2012 dan 3 Juni 2013. Daerah dengan
penurunan Coulomb stress yang di tandai dengan lobus berwarna biru mendominasi
ditribusi Coulomb stress. hal ini menunjukan bahwa daerah tersebut terjadi
relaksasi dan pelepasan stress, namun tidak menutup kemungkinan masih terjadi
aktivitas seismik. Pada lobus berwarna merah dengan mengarah Barat dan Timur
pada cross section. Bidang lobus berwarna merah menandakan bahwa daerah
tersebut masih menyimpan stress yang belum dilepaskan ketika gempabumi terjadi
sehingga daerah tersebut memiliki resiko akan terjadi gempabumi selanjutnya.
Pada tanggal 28 September 2018 gempa berkekuatan 7.4 Mw mengguncang
daerah Donggala, gempa tersebut terjadi sesudah gempabumi pertama berkuatan 6
Mw mengguncang Palu. Gempabumi berkekuatan 6 Mw merupakan gempa
foreshock yang mendahului gempa utama sebelum terjadi, karena sebelum
lempengan akan patah dan bergeser, akan ada gerakan kecil yang mendahului
31
hingga lempengan tersebut benar bergeser dan kekukatannya tidak sebesar gempa
utama. Gempabumi berkekuatan 7.4 Mw merupakan gempa mainshock,
sebenarnya lempengan sudah patah dan bergeser kemudian kekuatannya lebih besar
dan menyebabkan kerusakan paling parahdan terjadi hanya sekali. .
4.3.1 Gempabumi 28 September 2018 Berkekuatan 7.4 Mw
Gempabumi pada tanggal 28 September 2018 dengan magnituda 7.4 Mw dan
stike 351o menyebabkan failure yang membentang dominan Baratlaut – Tenggara
mendekati sesar. Gempabumi ini menghasilkan distribusi perubahan Coulomb
stress. Daerah dengan peningkatan Coulomb stress yang ditandai dengan lobus
berwarna merah mendominasi distribusi Coulomb stress. hal ini menunjukan bahwa
daerah tersebut terjadi peningkatan stress, dan akan menimbulkan gempabumi
selanjutnya bahkan gempabumi dengan berkekuatan besar (gambar 5.0).
Posisi gempabumi Donggala tanggal 28 September 2018 mendekati sesar
Palu – Koro, sistem inilah yang menyebabkan aktivitas kegempaan di Sulawesi
Tengah termasuk kedalam kategori seismisitas cukup tinggi. Potensi gempa juga
semakin tinggi dengan adanya formasi Pasific Ring of Fire yang melewati pulau
sulawesi yang merupakan deretan gunung api aktif maupun tidak aktif diseluruh
dunia.
32
Gambar 24. Perubahan Coulomb stress 28 September 2018 Mag 7.4 Mw
Gambar 25. Cross section dari gempabumi 28 September 2018 Mag 7.4 Mw
33
Gambar 26. Gempabumi 28 September – 2 Oktober 2018
Besarnya peningkatan Coulomb stress gempabumi 28 September 2018
berkekuatan 7.4 Mw berkisar 0.2 sampai 1 bar dan penurunan Coulomb stress
berkisar -0.2 samapai -1 bar. Distribusi perubahan Coulomb stress ini memiliki tiga
lobus dengan arah membentang ke Baratlaut, Tenggara dan Barat yang didominasi
oleh peningkatan Coulomb stress (warna merah). Dengan melihat cross section
seperti yang ditunjukan gambar 23 peningkatan Coulomb stress hingga kedalam 10
Km dengan kisaran 0.2 hingga 1 bar, dan penurunan Coulomb stress terjadi
signifikan pada kedalaman 5 Km hingga 30 Km yang berkisar antara -0.2 sampai -
1 bar. Adanya penurunan Coulomb stress secara signifikan mengidentifikasi bahwa
tidak akan terjadi gempabumi dengan berkekuatan lebih besar yang diakibatkan
gempabumi pada tanggal 28 September sampai 2 Oktober 2018, gempabumi
susulan mendominasi ke arah Tenggara dan titik gempabumi terjadi di darat.
34
Gambar 27. Pesebaran Gempabumi 28 September – 2 Oktober 2018
4.4 Gempabumi Sesudah 28 September 2018
Setelah gempabumi 28 September 2018, di tahun 2019 terjadi gempabumi
kembali pada tanggal 13 Maret 2019, dimana parameter gempabumi disajikan pada
tabel 3
Tabel 3. Parameter gempabumi dan mekanisme sumber Tanggal Episenter (0) Depth Mag (Mw) Strike Dip Rake
13/3/2019 119.67 & 0.12 22.5 4.9 60 60 164
Hubungan antara gempabumi tanggal 28 September 2018 dengan gempabumi
13 Maret 2019 ditunjukan oleh gambar 5.2, dimana episenter dari gempabumi 13
Maret 2019 berada pada daerah yang memiliki lobus berwarna merah yang
mengalami peningkatan Coulomb stress. daerah yang mengalami peningkatan
Coulomb stress merupakan daerah yang memiliki stress yang cukup untuk
dilepaskan dalam bentuk gempabumi. Secara cross section dilakukan dengan
35
kedalaman 50 km dan panjang 40 km. Dari gambar tersebut menunjukan bahwa
secara kedalaman dari gempabumi 13 Maret 2018 berada pada daerah dengan lobus
berwarna biru atau daerah yang mengalami penurunan Coulomb stress. hal ini
mengidentifikasikan bahwa gempabumi tanggal 13 Maret 2018 dipicu oleh
gempabumi 28 September 2018.
Gambar 28. Hubungan gempabumi tanggal 28 September 2018 dan gempabumi tanggal 13 Maret
2019
Gempabumi 13 Maret
2019
Gempabumi 13
Maret 2019
36
Gambar 29. Perubahan Coulomb stress 13 maret 2019
Gambar 30. Cross Section dari gempabumi 13 Maret 2019
Kejadian gempabumi pada tanggal 13 Maret 2019 bidang lobus berwarna
merah menggambarkan daerah tersebut mengalami peningkatan Coulomb stress
dengan arah Utara dan Barat laut. Bidang lobus berwarna biru menggambarkan
daerah tersebut mengalami penurunan Coulomb stress dengan arah Tenggara dan
Barat Daya..
37
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa gempabumi tanggal 28 September
2018 dengan magnituda 6 Mw dan 7.4 Mw saling berkaitan atau berhubungan karna
dipicu oleh peningkatan Coulomb stress dan kedua gempabumi tidak dipicu oleh
peningkatan Coulomb stress kejadian gempabumi sebelumnya, namun merupakan
gempabumi tunggal akibat dari pergerakan sesar Palu – Koro. Nilai peningkatan
Coulomb stress berkisar antara 0.2 sampai 1 bar, sedangkan penurunan Coulomb
stress berkisar antara -0.02 sampai -1 bar.
Gempabumi berkekuatan 6 Mw merupakan foreshock yang terjadi pada jam
07 : 00 WITA mengalami didominasi oleh penurunan stress hal tersebut
menunjukan relaksasi dan pelepasan stress. gempabumi berkekuatan 7.4 Mw
merupakan mainshock yang terjadi pada jam 10 : 02 WITA mengalami peningkatan
stress yang akan menimbulkan gempabumi selanjutnya pada kedalaman + 10 km
dan terjadi penurunaan pada kedalaman >10 km, pada gempabumi tersebut
mengalami gempabumi bumi susulan dengan penyebaran ke arah Tenggara, di
antaranya adalah gempabumi tanggal 13 Maret 2019 dengan kedalaman 22,5 Km
dan magnitude 4.9 Mw merupakan gempa susulan di dominasi oleh lobus berwarna
merah dengan arah Utara dan Barat laut dimana daerah tersebut mengalami
peningkatan stress. Posisi gempabumi Donggala tanggal 28 September 2018 yang
mendekati sesar Palu – Koro. Sistem sesar inilah yang menyebabkan aktivitas
kegempaan di Sulawesi Tengah termasuk kategori seismisitas cukup tinggi.
38
5.2 Saran
Untuk hasil yang lebih baik dan akurat sebaiknya penelitian ini diditambahkan
dengan data gempabumi sebelumnya sehingga dapat diketahui apakah gempa
tersebut terjadi karena gempabumi sebelumnya, sehingga memudahkan untuk
penganalisaan kedepannya.
39
DAFTAR PUSTAKA
[1] Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, Semarang Toha
Putra, 1989.
[2] Pasau, G., -, F., & Tamuntuan, G.fH. (2017). Pengamatan Seismisitas Gempa
Bumi Di Wilayah Pulau Sulawesi Menggunakan Perubahan Nilai a-b. Jurnal
MIPA, 6(1), 31.
[3] Pakpahan, S., Ngadmanto, D., Masturyono, M., Rohadi, S., Rasmid, R.,
Widodo, H. S., & Susilanto, P. (2015). Analisis Kegempaan di Zona Sesar
Palu Koro, Sulawesi Tengah. Jurnal Lingkungan Dan Bencana Geologi,
6(3), 253–264.
[4] Walpersdorf, A, C. Vigny, C. Subarya, P. Manurung 1998. Monitoring Of
The Palu – Koro Fault (Sulawesi) by GPS, Geophysical Research Letters,
Vol. 25, No. 13, Pages 2313 – 2316.
[5] CPG King, RS Stein, dam J. Lin, “Stress Perubahan dan Pemicu Gempa
Bumi” dalam Bulletin Seismological Society America, Vol. 84 No.3 (1994)
hlm. 935 – 953
[6] J.Lin, dan SR. Stein, “Stress Yang Memicu Gempa dan Subduksi Gempa
Bumi dan Interaksi Stres Antara San Andreas Selatan dan Kesalahn Dorong
Terdekat dan Guncangan Mogok”. Dalam Jurnal Penelitian Geofisika,
Vol.109, 2004
[7] Soehaimi A, Marjiyono dan Wahyuno H, 2013. Peta Seismotektonik Daerah
Palu dan Sekitarnya, Sulawesi Tengah, Skala 1 : 150.000. Pusat Survey
Geologi, Bandung.
[8] Anjar, A. Defrizal, Dkk. Di Balik Pesona Palu Bencana Melanda Geologi
Menata. Edisi Pertama Bandung, Badan Geologi, 2018.
[9] Supartoyo, S. Cecep, dan J. Denden. Kelas Tektonik Sesar Palu Koro,
40
Sulawesi Tengah. Badan Geologi Jln. Diponorogo No.57, Bandung Vol. 5
No.2 Agustus 2014 : 111 – 128
[10] Hall, R. dan Wilson, M.E.J., 2000: Neogene sutures in eastern Indonesia,
Journal of Asian Earth Sciences, Vol. 18, hal. 781-808.
[11] Bellier, Olivier., Michel, S., Thierry, B., Michel, V., Regis, B., Didier, B.,
Lionel, S., Eka, P., Indyo, P. 2001. High Slip Rate For a Low Seismicity
Along The Palu – Koro Active Fault In Central Sulawesi (Indonesia). Terra
Nova, 13, 463-47
[12] Bellier, Olivier., Michel, S., Thierry, B., Michel, V., Regis, B., Didier, B.,
Lionel, S., Eka, P., Indyo, P. 2001. High Slip Rate For a Low Seismicity
Along The Palu – Koro Active Fault In Central Sulawesi (Indonesia). Terra
Nova, 13, 463-470
[13] Kaharuddin, MS., Ronald Hutagalung dan Nurhamdan, 2011. Perkembangan
Tektonik dan Implikasinya Terhadap Potensi Gempa dan Tsunami Di
Kawasan Pulau Sulawesi. Proceedings JCM Makassar 2011The 36th HAGI
and 40th IAGI Annual Convention and Exhibition Makassar, Indonesia.
[14] Eka Nurjanah Wulandari, Analisi Perubahan Coulomb Stress Sebelum dan
Sesudah Gempabumi Kulawi (Sulawesi Tengah) 18 Agustus 2012. Sripsi
STMKG September 2014.
[15] Fiandralekha. Studi Mekanisme Sumber Gempa Di Selat Sunda Berdasarkan
Gerak Awal gelombang P dan bentuk Gelombang. Sripsi, Jurusan Fisika,
UNAS. 2010
[16] Rezki Noviana Agus. Penggunaan Software GMT 4.3.1 Untuk Menampilkan
Peta Persebaran Focal Mechanism Gempa Bumi Tahun 1976-2015 Di
Region BBMKG Wilayah IV Indonesia. Prodi Geofisika. STMKG.
Tanggerang Selatan
[17] G.C.P. King, R.S. Stein, and J. Lin, Bull. Seismol. Soc. Am., 84, 935-953
(1994)
[18] I Made Kris Adi Astra, Coulomb Static Stress Change Dalam Interaksi
Gempabumi Doublets 5.8 Mw dan 5.9 Mw 22 Januari 2007 dan Gempabumi
7.0 Mw 16 Juni 2010 Wilayah Papua. Denpasar 2011
41
[19] Wahyudi, Fitri Puspasari;, “Distribusi Coulomb Stress Akibat Gempabumi
Tektonik Selatan Pulau Jawa Berdasarkan Data Gempa Tektonik 1977 –
2000,” Jurnal Fisika dan Aplikasi, vol.13, no.2, 2017.
[20] Rezki, Herdiyanti Resty. Penggunaan Software GMT 4.3.1 Untuk
Menampilkan Peta Persebaran Focal Mechanism Gempa Bumi Tahun
1976-2015 di Region BBMKG Wilayah IV Indoneisa. 1–28.
[21] Irjaya, N., & Pamungkas, A. (2014). Penentuan Zona Kerentanan Bencana
Gempa Bumi Tektonik di Kabupaten Malang Wilayah Selatan. JURNAL
TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014), 3(2), 107–112.
[22] Sunarjo, Gunawan, M Taufik Pribadi, Sugeng. Gempabumi Edisi Populer.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Jl.Angkasa I No.2
Kemayoran, Jakarta, Indonesia 10720. Jakarta
[23] Kato, et al., Earthquake Prediction, Presentation for IISEE Lecture,
Tsukuba, Japan, 2006.
[24] IASPEI, Editor Bormann, P., New Manual of Seismological Observatory
Practice (NMSOP), Postdam, Germany, 2002.