analisis perkembangan dan prediksi tingkat
TRANSCRIPT
ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT
PERTUMBUHAN BANK SYARIAH DI INDONESIA
Oleh
Nadia Galuh Hendriana
NIM: 107081001395
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432/2011 M
ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT
PERTUMBUHAN BANK SYARIAH DI INDONESIA
Oleh
Nadia Galuh Hendriana
NIM: 107081001395
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432/2011 M
i
ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS DIRI
Nama : Nadia Galuh Hendriana
Tempat / Tanggal Lahir : Jakarta, 27 Agustus 1989
Agama : Islam
Alamat : Komp. Villa Mutiara Jl. Mutiara 3 Blok kk no.24,
Sawah Baru, Ciputat
Telp / Hp : (021) 7412571 / 085715733088
E-mail : [email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
2007-2011 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2004-2007 : SMA N 47 Jakarta
2001-2004 : SMP N 161 Jakarta
1995-2001 : SDN VI Ciputat
iii
ABSTRACT
This research is intended to analysis the development and forecast the
growth of shariah banking in Indonesia. The method used in this research are
Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) model for forecasting the
growth of shariah banking in Indonesia. The variable in this research is
indicators of banking, which are asset, third party fund, financing and income.
The data employed in this research are time series data from quarterly data for
period quarter I or March 2006 up to quarter IV or December 201, which are
from Islamic Banking Statistics published by Bank Indonesia (BI) and picked from
several publication. In this research, the period forecasting is quarter I or March
2011 up to quarter IV or December 2012.
The result of ARIMA model gives information that the growth of shariah
banking in Indonesia is fluctuated, but when viewed from the results of
forecasting the nominal is increase in each quarterly. This condition is performed
the variable of this research which are asset, third party fund, financing and
income. The nominal value of asset, third party fund, financing and income are
predicted going up in 2011 and 2012. The growth of four variable are fluctuated
in the quarter I or March 2011 up to quarter IV or December 2012.
Keywords: shariah banking, development, growth, ARIMA
iv
ABSTRAK
Penelitian ini bermaksud untuk menganalisis perkembangan dan
meramalkan pertumbuhan bank syariah di Indonesia. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA)
model untuk meramalkan pertumbuhan bank syariah di Indonesia. Variabel dalam
penelitian ini adalah indikator dari bank yaitu aset, dana pihak ketiga (DPK),
pembiayaan dan laba tahun berjalan. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data runtun waktu data triwulanan yaitu dari triwulan I atau Maret tahun
2006 sampai dengan triwulan IV atau Desember 2010, dimana data tersebut
didapat dari Statistik Perbankan Syariah dan untuk menganalisis perkembangan
bank syariah data didapat dari berbagai publikasi yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia (BI). Dalam penelitian ini, hasil peramalan yaitu triwulan I atau Maret
tahun 2011 sampai dengan triwulan IV atau Desember 2012.
Hasil dari model ARIMA yang dipilih dalam penelitian ini yaitu
memberikan informasi bahwa pertumbuhan bank syariah di Indonesia mengalami
fluktuasi, tetapi bila dilihat dari hasil peramalan nominal ditiap triwulannya terjadi
peningkatan. Kondisi ini ditunjukkan dari variabel yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu asset, dana pihak ketiga (DPK), pembiayaan dan laba tahun
berjalan. Nilai nominal dari asset, dana pihak ketiga (DPK), pembiayaan dan laba
tahun berjalan diprediksi mengalami kenaikan untuk tahun 2011 dan 2012.
Tingkat pertumbuhan dari keempat variabel yang diteliti mengalami fluktuasi
pada triwulan I atau Maret tahun 2011 sampai dengan triwulan IV atau Desember
tahun 2012.
Kata kunci: bank syariah, perkembangan, pertumbuhan, ARIMA
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen
pda Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasa pengetahuan yang dimiliki penulis. Meskipun demikian, penulis telah
berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan
benar.
Pada kesempatan ini, penulis dengan tulus hati mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Papah dan Mamah tercinta, Bapak H. Pansuri dan Ibu Hj. Hendriyati yang
selalu memberi dukungan, baik moril maupun materil tanpa henti pada
penulis. Terima kasih untuk papah dan mamah atas kasih sayang dan cinta
serta doa yang tidak pernah putus dan selalu setia mendampingi saat
penulis mulai kehilangan semangat. Semua jerih payah ini, penulis
dedikasikan selalu untuk Papah dan Mamah.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Jakarta.
3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku Pembantu Dekan satu UIN Jakarta
dan selaku Dosen Pembimbing utama dan Bapak Drs. Ade Ananto
Terminanto, MM selaku Dosen Pembimbing kedua yang telah bersedia
meluangkan waktu dan tenaganya untuk memberikan petunjuk, bimbingan
dan pengarahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
4. Terima kasih kepada seluruh Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Jakarta.
vi
5. Kakak dan Adik tersayang, Hizratul Chairita, Nidia Galuh Hendriani, dan
Emma Silmy Akmaliya, yang selalu memberi semangat serta
dukungannya kepada penulis. Terima kasih booya, ade dan mimi.
6. Maulana Andi Pratama yang selalu memberi dukungan dan semangat
kepada penulis, terima kasih untuk dukungannya.
7. Sahabat-sahabat Manajemen B angkatan 2007 ( Pingkan, Wulan, Caca,
Ayucil, Zadi, Hakim, Dini, Novi, Ria, Ole, Bangga, Adi, Ole, Doli, Jeje,
Bimo, Ariyanto, Adlin, Agi, Bombom, Dani, Eneng, Haikal, Mbaw,
Rizky, Sofwan, dll), terimaksih untuk waktu-waktu yang telah kita lewati
bersama.
8. Sahabat-sahabat Manajemen Perbankan angkatan 2007, terima kasih untuk
semangat dan untuk waktu yang telah kita lewati bersama.
9. Sahabat-sahabat GC (Dania, Rizkah, Yuni, Yani, Tiavita, Nurma), terima
kasih untuk dukungan yang telah kalian berikan.
10. Sahabat-sahabatku Siska, Bonita, Sheila dan Aya terima kasih untuk
dukungan yang telah kalian berikan.
11. Para staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta; staf administrasi,
keuangan dan perpustakaan.
12. Seluruh pihak yang turut mendukung dan membantu penulis baik moril
maupun materil, namun tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pihak-pihak yang membutuhkan, oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari seluruh pihak demi kesempurnaan
skripsi ini.
Jakarta, Juli 2011
Penulis
Nadia Galuh Hendriana
vii
DAFTAR ISI
Hal
COVER
COVER Dalam
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.......................... .... i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.............................................................. ii
ABSTRACT........................................................................................... iii
ABSTRAK............................................................................................. iv
KATA PENGANTAR........................................................................... v
DAFTAR ISI......................................................................................... vii
DAFTAR TABEL................................................................................. ix
DAFTAR GRAFIK.............................................................................. x
DAFTAR GAMBAR............................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian.......................................................... 1
B. Perumusan Masalah................................................................... 8
C. Tujuan dan Manfaan Penelitian................................................. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum...................................................................... 12
B. Bank Syariah............................................................................. 12
C. Keterkaitan Antar Variabel....................................................... 28
D. Penelitian Terdahulu................................................................. 29
viii
E. Kerangka Pemikiran.................................................................. 32
F. Perumusan Hipotesis................................................................. 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian......................................................... 36
B. Metode Penentuan Sampel........................................................ 37
C. Metode Pengumpulan Data....................................................... 38
D. Metode Analisis......................................................................... 40
E. Operasional Variabel Penelitian................................................. 48
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Objek Penelitian............................................ 50
1. Sejarah Singkat Perkembangan Bank Syariah..................... 50
2. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia.......................... 53
B. Analisis dan Pembahasan............................................................ 71
1. Analisis Deskriptif............................................................... 71
2. Analisis Pengujian Statistik................................................. 88
a. Uji Stasioneritas................................................................... 88
b. Pengujian Box-Jenkins (ARIMA)....................................... 91
c. Estimasi ARIMA................................................................. 92
d. Prediksi ARIMA................................................................. 99
e. Hasil Pengujian Hipotesis................................................... 103
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan................................................................................ 107
B. Implikasi.................................................................................... 109
C. Saran.......................................................................................... 110
DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 111
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Hal
1.1 Jaringan Kantor BUS dan UUS........................................... 3
2.1 Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional......... 15
2.2 Penelitian Terdahulu............................................................ 30
3.1 Sampel data......................................................................... 38
4.1 Jaringan Kantor BUS dan UUS Tahun 2010...................... 69
4.2 Uji Stasioner Pada Tingkat Level........................................ 89
4.3 Uji Stasioner Pada Tingkat 1st Difference........................... 90
4.4 Uji Stasioner Pada Tingkat 2nd Difference.......................... 91
4.5 Hasil Estimasi ARIMA sebagai Model Prediksi Aset......... 93
4.6 Hasil Estimasi ARIMA sebagai Model Prediksi DPK........ 94
4.7 Hasil Estimasi ARIMA sebagai Model Prediksi
Pembiayaan.......................................................................... 96
4.8 Hasil Estimasi ARIMA sebagai Model Prediksi Laba
Tahun Berjalan...................................................................... 97
4.9 Hasil Prediksi ARIMA......................................................... 100
4.10 Hasil Prediksi Pertumbuhan Triwulanan Perbankan
Syariah.................................................................................. 101
x
DAFTAR GRAFIK
Nomor Keterangan Hal
1.1 Aset, DPK, Pembiayaan BUS dan UUS.............................. 6
4.1 Perkembangan Aset Bank Syariah........................................ 70
4.2 Perkembangan DPK Bank Syariah....................................... 75
4.3 Perkembangan Pembiayaan Bank Syariah............................ 80
4.4 Perkembangan Laba Tahun Berjalan Bank Syariah.............. 85
xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Hal
2.1 Kerangka Pemikiran............................................................. 33
3.1 Metodologi Box-Jenkins...................................................... 43
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Hal
1 Uji Stasioneritas Pada Tingkat Level................................... 114
2 Uji Stasioneritas Pada Tingkat Differensi Pertama.............. 118
3 Uji Stasioneritas Pada Tingkat Differensi Kedua................ 122
4 Model ARIMA Terbaik....................................................... 125
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan
penting di dalam perekonomian suatu negara. Dalam melakukan kegiatan
operasionalnya, bank konvensional mengambil keuntungan dengan menggunakan
sistem bunga pada produk yang ditawarkan. Sistem bunga inilah yang menjadi
kelemahan dalam perbankan konvensional, yang dapat memberikan kerugian bagi
perekonomian suatu negara dan kesengsaraan kepada masyarakatnya. Melihat
kelemahan dari bank konvensional tersebut, sehingga diperkenalkan sistem
ekonomi yang berbasis ke Islaman atau yang lebih dikenal dengan sistem
ekonomi syariah kepada masyarakat. Dimana sistem ekonomi syariah ini
menganut prinsip bagi hasil dan mengharamkan riba dalam melaksanakan
kegiatannya.
Setelah diperkenalkan sistem ekonomi syariah ini, berdirilah bank yang
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah yaitu Mit Ghamr Loal
Saving Bank yang berdiri di Mesir pada tahun 1963. Mit Ghamr Bank berhasil
dalam menjalankan kegiatan usahanya sesuai dengan prinsip syariah. Dampak
baik keberhasilan Mit Ghamr Bank ini adalah terbentuknya Islamic Development
Bank (IDB) pada tahun 1975, yang beranggotakan 22 negara Islam pendiri IDB
(Adiwarman Karim, 2004:23).
2
Di Indonesia, yang penduduknya mayoritas beragama Islam terhitung lambat
dalam mengikuti perkembangan perbankan syariah. Secara nasional, Indonesia
mulai menjalankan kegiatan perbankan syariah pada tanggal 1 Mei 1992 yang
ditandai dengan beroperasinya PT. Bank Muamalat Indonesia. Kemajuan
perbankan syariah meningkat pesat ketika terjadi krisis moneter tahun 1997, yang
disebabkan oleh turunnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Krisis
ekonomi ini menjadi momentum perkembangan bank syariah di Indonesia yang
ditandai dengan disetujuinya UU No.10 tahun 1998 menggantikan UU No. 7
tahun 1992. Dalam UU No. 10 tahun 1998 tersebut, diatur secara rinci landasan
hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan
oleh bank syariah dan memberikan araha bagi bank-bank konvensional untuk
membuka cabang syariah atau bahkan mengkonversi diri secara total menjadi
bank syariah. Setelah UU No. 10 tahun 1998 pemerintah memperbaiki dan
menyetujuinya, sehingga hadirlah UU No. 21 tahun 2008 yang mengatur secara
lebih terperinci mengenai bank syariah, kelayakan dalam penyaluran dana dan
larangan bagi bank syariah. Serta peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia dalam mengawasi kinerja bank syariah agar selalu sesuai syariah Islam
dan peraturan pemerintah, tidak merugikan masyarakat dan dapat membantu
perekonomian Indonesia ke arah yang lebih baik lagi (www.bi.go.id).
Pengembangan bank syariah di Indonesia diikuti dengan diterbitkan Cetak
Biru Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia oleh Bank Indonesia pada
tahun 2002. Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia ini
memberikan arahan serta tujuan yang ingin dicapai oleh perbankan syariah di
3
Indonesia dan memberikan tahapan-tahapan untuk mewujudkan sasaran
pengembangan jangka panjang perbankan syariah di Indonesia.
Pada tahun 2009 merupakan tahun yang penuh tantangan dalam sistem
keuangan, baik global maupun di Indonesia. Krisis finansial yang terjadi pada
tahun 2008 telah mengganggu stabilitas sistem keuangan yang berdampak negatif
terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Tetapi, bank syariah dapat
mempertahankan tingkat pertumbuhannya secara stabil, yang ditunjukkan dengan
pertumbuhan aset, pembiayaan, dana pihak ketiga dan laba tahun berjalan yang
didapat. Ditahun 2010, pengaruh krisis ekonomi global tahun 2009 sudah semakin
mereda dan kinerja perekonomian nasional termasuk industri perbankan syariah
semakin membaik. Ada 5 Bank Umum Syariah baru yang berkompetisi didalam
industri perbankan syariah. Bank Umum Syariah tersebut adalah Bank Panin
Syariah, Bank Victoria Syariah, BCA Syariah, BNI Syariah dan Bank Jabar
Banten Syariah (InfoBank: Kurniyasih, 2010). Dapat dilihat dalam tabel 1.1
bahwa pada tahun 2010 muncul 5 bank syariah baru.
Tabel 1.1
Jaringan kantor BUS dan UUS
Keterangan 2006 2007 2008 2009 Des
2010
Bank Umum Syariah
- Jumlah Bank
- Jumlah Kantor
3
349
3
401
5
581
6
711
11
1.215
Unit Usaha Syariah
- Jumlah Bank Umum
Konvensional yang memiliki
UUS
- Jumlah Kantor
20
183
26
196
27
241
25
287
23
262
Total Kantor 555 626 854 1.029 1.311
Sumber : Statistik Perbankan Syariah 2009
4
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia menunjukkan arah
peningkatan. Peningkatan perbankan syariah ini dapat dilihat dari beberapa
indikator bank syariah yaitu aset, dana pihak ketiga (DPK), pembiayaan dan laba
yang didapat dalam menjalankan bisnis bank syariah. Berdasarkan laporan
perkembangan perbankan syariah tahun 2010 yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia, pertumbuhan aset bulan Desember 2006 dan Desember 2010 masing-
masing sebesar 27,97% dan 47,55%. Jumlah aset masing-masing tahun sebesar
Rp 26,7 triliun tahun 2006 dan tahun 2010 Rp 97,5 triliun.
Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) pada bulan Desember 2006 dan
Desember 2010 masing-masing sebesar 32,64% dan 45,46%. Jumlah dana pihak
ketiga (DPK) sampai bulan Desember 2010, yaitu sebesar Rp 76 triliun. Pada
Laporan Perkembangan Perbankan Syariah (LPPS) tahun 2010 yang diterbitkan
oleh Bank Indonesia (BI), menjelaskan bahwa dari sisi pendanaan perbankan
syariah mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Pada tahun 2010 pertumbuhan
dana pihak ketiga (DPK) yaitu sebesar 45,46%, dibandingkan dengan
pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) tahun 2009 yaitu sebesar 41,84%.
Penyebab meningkatnya jumlah dana pihak ketiga (DPK) salah satunya adalah
imbal hasil perbankan syariah relative lebih menguntungkan dibandingkan imbal
hasil perbankan konvensional. Selain itu kegiatan sosialisasi yang
memperkenalkan produk perbankan syariah yang bermacam-macam jenisnya
mampu menarik perhatian nasabah. Penyebab yang paling utama adalah dampak
dari krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008, dimana pada saat krisis
ekonomi global tersebut perbankan syariah mampu memperlihatkan bahwa
5
perbankan syariah bias menghadapi krisis tersebut dan dapat menjaga
kepercayaan para nasabahnya. Ini yang mengakibatkan pada tahun 2009
masyarakat cenderung lebih memilih untuk menyimpan dananya di bank syariah,
sehingga pada tahun 2009 jumlah dana pihak ketiga (DPK) mengalami
peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya. Pada
tahun 2010, juga mengalami peningkatan yang cukup baik karena sudah mulai
membaik keadaan perekonomian nasional akibat dari imbas krisis ekonomi global
di tahun 2008 lalu.
Pertumbuhan pembiayaan pada Desember 2006 dan Desember 2010 yaitu
masing-masing sebesar 34,22% dan 45,41%. Jumlah pembiayaan sampai bulan
Desember 2010, yaitu sebesar Rp 68,1 triliun. Pada Laporan Perkembangan
Perbankan Syariah (LPPS) di tahun 2009 memaparkan, pertumbuhan jumlah
pembiayaan sedikit mengalami penurunan. Ini disebabkan karena adanya kehati-
hatian perbankan syariah dalam menyalurkan pembiyaan ini, disebabkan
perbankan syariah belum percaya sepenuhnya akan kinerja beberapa sektor
ekonomi, yang diakibatkan dari krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun
2008. Untuk menjaga agar perbankan syariah tidak terkena imbas dari krisis
ekonomi global ini, maka perbankan syariah cenderung lebih hati-hati dalam
menyalurkan pembiayaan kepada masyarakat. Terbukti pada tahun 2010 ketika
perekonomian nasional telah membaik keadaannya dan dana yang dihimpun bank
syariah pada tahun 2010 mengalami peningkatan, maka terjadi peningkatan juga
dalam pembiayaan.
6
Pertumbuhan laba tahun berjalan yang diterima pada Desember 2006 dan
Desember 2010 yaitu masing-masing sebesar 27,77% dan 25,23%. Jumlah laba
tahun berjalan yang diterima bank sampai Desember 2010 yaitu sebesar Rp 83,9
miliar. Bila dilihat dari nominalnya, jumlahnya aset, dana pihak ketiga,
pembiyaan dan laba tahun berjalan cenderung meningkat.
Grafik 1.1
Aset, DPK, PYD Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
Sumber : Statistik Perbankan Syariah Desember 2010
Menurut Noer Soetantini, pada tahun 2011 diperkirakan pemain baru
dalam perbankan syariah akan bertambah, karena akan ada bank umum yang
dikonversi menjadi bank syariah. Bertambahnya pemain baru dalam perbankan
syariah akan makin meramaikan bisnis perbankan syariah di Indonesia dengan
pertumbuhan pada tahun 2010 yang mencapai 30%. Penawaran pembiayaan akan
sangat menarik nasabah untuk tahun 2011, angsuran bulanannya tetap tidak
berubah meski suku bunga bank itu bergerak naik, karena alasan inilah
permintaan nasabah mengenai Kredit Kepemilkan Rumah (KPR) dan Kendaraan
7
roda dua. Pada akhir 2010 diperkirakan pangsa pasar mecapai 3%.
(www.suarasurabaya.net, 2010).
Bank Indonesia memprediksikan pada tahun 2011, perbankan syariah
semakin berkembang dalam melakukan usahanya. Bank Indonesia mencatat
layanan perbankan syariah sudah semakin luas dan menjangkau hampir seluruh
provinsi di Indonesia. Tercatat ada 11 Bank Umum Syariah (BUS), 23 Unit Usaha
Syariah (UUS), dan 146 BPR Syariah dengan total sebanyak 1262 kantor
jaringan. Pada tahun 2011, aset diperkirakan mencapai Rp 115,34 triliun
(www.kontan.co.id, 2009).
Dengan melihat betapa menjanjikannya prospek dari bank syaiah dan
pertumbuhannya dilihat dari aset yang terus meningkat setiap tahunnya dan
pembiayaan yang diberikan persyaratannya tidak menyusahkan nasabahnya.
Maka, penelitian ini berjudul : “Analisa Perkembangan dan Prediksi Tingkat
Pertumbuhan Bank Syariah di Indonesia tahun 2011”. Indikator pertumbuhan
yang digunakan sebagai variabel independen adalah Aset, Dana Pihak Ketiga
(DPK), Pembiayaan dan Laba Tahun Berjalan. Kelebihan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya adalah dengan ditambahkannya variabel Laba Tahun
Berjalan dan periode data waktu yang digunakan yaitu dari bulan Maret atau
triwulan pertama tahun 2006 sampai dengan bulan Desember atau triwulan
keempat tahun 2010, serta hasil prediksi tingkat pertumbuhan bank syariah untuk
bulan Maret atau triwulan pertama tahun 2011 sampai dengan bulan Desember
atau triwulan keempat tahun 2012.
8
Metode yang digunakan adalah Box Jenkins atau ARIMA. Model prediksi
yang digunakan adalah ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average).
Alasan utama menggunakan model Box Jenkins karena pergerakan variabel-
variabel yang diteliti, seperti pergerakan data kuantitas bank sering kali sulit
dijelaskan oleh teori-teori ekonomi. Prediksi terhadap keempat indikator bank
syariah tersebut dilakukan secara bertahap. Pentahapan prediksi dalam penelitian
ini diharapkan menjadi salah satu alternatif metode prediksi tingkat pertumbuhan
bank syariah di Indonesia. Data yang digunakan adalah dalam bentuk nilai
nominal. Nilai nominal dari Total Aset, Total Dana Pihak Ketiga (DPK), Total
Pembiayaan dan Total Laba Tahun Berjalan untuk Bank Syariah dan Unit Usaha
Syariah yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dalam Statistik Perbankan
Syariah Indonesia. Dari hasil prediksi nilai nominal Aset, Dana Pihak Ketiga
(DPK), Pembiayaan dan Laba Tahun Berjalan dengan menggunakan metode
ARIMA tersebut akan dihitung nilai pertumbuhannya.
B. Perumusan Masalah
Agar lebih mudah dan lebih fokus dalam melakukan penelitian ini, maka
penulis membuat rumusan masalah yang akan penulis teliti, sehingga ada batasan-
batasan dalam melakukan penelitian ini.
Adapun perumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
9
1. Bagaimana perkembangan bank syariah dilihat dari perkembangan aset,
dana pihak ketiga (DPK), pembiayaan dan laba tahun berjalan?
2. Bagaimana hasil prediksi tingkat pertumbuhan bank syariah di Indonesia
dengan menggunakan metode ARIMA yang tingkat pertumbuhannya
dilihat dari Total Aset, Total Dana Pihak Ketiga (DPK), Total Pembiayaan
dan Total Laba Tahun Berjalan yang didapat bank syariah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Menganalisa perkembangan bank syariah dilihat dari aset, dana pihak
ketiga (DPK), pembiayaan dan laba tahun berjalan.
2. Memprediksi tingkat pertumbuhan bank syariah dengan menggunakan
total aset, total dana pihak ketiga (DPK), total pembiayaan dan total laba
tahun berjalan yang diterima bank syariah.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh bagi beberapa pihak dari penelitian
mengenai perkembangan dan prediksi pertumbuhan bank syariah Indonesia,
antara lain:
1. Bagi Bank Syariah, dapat dijadikan sebagai catatan atau koreksi dan juga
acuan untuk mengambil keputusan dalam mengembangkan bisnis
perbankan syariah ini. Serta dapat mempersiapkan hal apa saja yang
dibutuhkan untuk menghadapi ancaman di masa yang akan datang dan
10
dapat mempertahankan serta meningkatkan kinerja bank syariah di
Indonesia, sekaligus memperbaiki apabila ada kelemahan ataupun
kekurangan dalam menjalankan bisnis bank syariah tersebut.
2. Bagi Institusi, diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi
dalam ilmu pengetahuan khususnya di bidang bank syariah dan sebagai
perbandingan untuk penelitian sejenis selanjutnya.
3. Bagi masyarakat luas, diharapkan hasil penelitian ini berguna bagi
masyrakat untuk menambah pengetahuan mengenai perkembangan dan
pertumbuhan bank syariah di Indonesia dan mengetahui seberapa besar
keuntungan yang didapat dari bisnis bank syariah ini.
4. Bagi peneliti, dengan melakukan penelitian ini penulis memperoleh
pengalaman dan ilmu pengetahuan baru mengenai perkembangan bank
syariah dan pertumbuhan bank syariah di Indonesia.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum
Dalam bab dua ini, akan menjelaskan mengenai teori yang
digunakan sebagai landasan dalam menentukan variabel-variabel independen
dan variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai
gambaran dan landasan dalam penelitian ini. Sehingga hubungan antara
variabel independen dan variabel dependen yang digunakan dapat terlihat.
Peneliti juga akan membahas beberapa penelitian terdahulu dengan
tema yang memiliki hubungan dengan penelitian ini sebagai pembanding.
Serta membuat kerangka pemikiran yang menjelaskan mengenai ringkasan
jalannya penelitian, dan terakhir hipotesis yang digunakan untuk membuat
kesimpulan dalam penelitian ini.
B. Bank Syariah
1. Pengertian Bank Syariah
Menurut UU RI No. 21 tahun 2008 Bank Syariah adalah bank yang
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut
jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah. Bank syariah atau perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan
yang dikembangkan berdasarkan syariah (hukum) Islam. Bank sebagai
lembaga intermediasi (intermediary institution) antara pihak yang
mengalami surplus of funds untuk diprodukstifkan pada sektor-sektor yang
14
mengalami lack of funds merupakan salah satu komponen utama yang
mendukung pertumbuhan ekonomi sutu negara (Abdul Fattah Lubis,
2008:14).
Menurut Kasmir, 2008, Bank dikenal sebagai lembaga keuangan
yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito.
Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang
(kredit) bagi masyarakat yang membutuhkan. Selain itu, bank juga dikenal
sebagai tempat untuk menukar uang, memindahkan uang atau menerima
segala macam bentuk pembayaran dan setoran.
Bank syariah adalah bank yang dalam aktivitasnya, baik dalam
penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya
memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah (Ahmad
Rodoni dan Abdul Hamid, 2008:14).
Menurut UU RI No. 21 tahun 2008 dalam pasal 1 ayat 12,
disebutkan bahwa prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam
kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga
yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa dibidang syariah.
Dalam kegiatan operasional bank, prinsip syariah adalah aturan perjanjian
berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain, untuk penyimpanan
dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang
sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi
hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal
(musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan
15
(murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa
murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan
kepemilikan atas barang yang disewakan dari pihak bank ke pihak lain.
2. Unit Usaha Syariah
Menurut UU No. 21 tahun 2008, Unit Usaha Syariah atau UUS
adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang
berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau unit kerja di kantor
cabang dari suatu Bank yang berkedudukan di luar negeri yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai
kantor induk dari cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah.
Berdasarkan UU tersebut, Bank Umum Konvensional (BUK)
diperbolehkan melakukan kegiatan usaha syariah dengan membuka suatu
unit usaha syariah, sedangkan Bank Umum Syariah (BUS) tidak
diperbolehkan untuk melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
konvensional (Erva Yulianti, 2010:10).
3. Perbedaan Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional
Faktor dasar yang membedakan bank syariah dengan bank
konvensional adalah pelarangan dari diberlakukannya bunga yang dalam
bank syariah dianggap riba (tambahan) dalam transaksi pinjam meminjam.
16
Tabel 2.1
Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional No. Perbedaan Bank Konvensional Bank Syariah
1. Bunga Berbasis bunga Berbasis revenue/profit loss
sharing (bagi hasil)
2. Risiko Anti Risk Risk sharing
3. Operasional
Beroperasi dengan pendekatan
sektor keuangan, tidak terkait
langsung dengan sektor riil
Beroperasi dengan
pendekatan sektor riil
4. Produk Produk tunggal (kredit) Multi produk (jual-beli, bagi
hasil, jasa)
5. Pendapatan
Pendapatan yang diterima
deposan tidak terkait dengan
pendapatan yang diperoleh bank dari kredit
Pendapatan yang diterima
deposan terkait langsung dengan pendapatan yang
diperoleh bank dari
pembiayaan
6. Mengenal negative spread Tidak mengenal negative
spread
7. Dasar Hukum Bank Indonesia dan
Pemerintah
Al-Qur’an, sunnah, fatwa
ulama, Bank Indonesia dan pemerintah
8. Falsafah Berdasarkan atas bunga (riba)
Tidak berdasarkan bunga
(riba), spekulasi (maisir) dan
ketidak jelasan (gharar)
9. Operasional
- Dana masyarakat (DPK)
berupa titipan simpanan yang
harus dibayar bunganya pada saat jatuh tempo
- Penyaluran dana pada sektor
yang menguntungkan aspek
halal tidak menjadi pertimbangan agama
- Dana masyarakat (DPK)
berupa titipan (wadi’ah) dan
investasi (mudharabah) yang baru akan mendapat hasil jika
“diusahakan” terlebih dahulu
- Penyaluran dana (financing)
pada usaha yang halal dan menguntungkan
10. Aspek Sosial Tidak diketahui secara tegas
Dinyatakan secara eksplisit
dan tegas yang tertuang didalam misi dan visi
11. Organisasi Tidak memiliki Dewan
Pengawas
Harus memiliki Dewan
Pengawas Syariah (DPS)
12. Uang Uang adalah komoditi selain sebagai alat pembayaran
Uang bukan komoditi, tetapi hanyalah alat pembayaran
Sumber : Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syariah, 2008
17
4. Produk Perbankan Syariah
a. Produk Penyaluran Dana
Produk pembiayaan syariah terbagi ke dalam tiga kategori yang
dibedakan berdasarkan berdasarkan tujuan penggunaannya (Ahmad
Rodoni dan Abdul Hamid, 2008:22) :
1) Prinsip Jual Beli
Pembiayaan Murabahah adalah transaksi jual beli
dimana bank menyebut jumlah keuntungannya.
Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang
diperjual belikan belum ada.
Istishna adalah pembayarannya dapat dilakukan oleh
bank dalam beberapa kali (termin) pembayaran.
2) Prinsip Sewa (Ijarah)
Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Pada
ijarah objek transaksinya adalah jasa.
3) Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)
Musyarakah
Mudharabah
4) Akad Pelengkap
Hiwalah (Alih Utang Piutang)
Rahn atau gadai
Qardh adalah pinjaman uang.
Wakalah atau perwakilan
18
Kafalah atau Garansi Bank
b. Produk Penghimpunan Dana
1) Prinsip Wadi’ah
Prinsip wadi’ah yang diterapkan adalah wadi’ah yad
dhamanah yang diterapkan pada produk rekening giro.
Wadi’ah yad dhamanah berbeda dengan wadi’ah yad amanah.
Wadi’ah yad amanah
Wadi’ah yad dhamanah
2) Prinsip Mudharabah
Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpan atau
deposan bertindak sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan
bank sebagai mudharib (pengelola).
Mudharabah mutlaqah
Mudharabah muqayyadah on balance sheet
Mudharabah muqayyadah off balance sheet
3) Akad Pelengkap
Wakalah atau perwakilan
c. Jasa Perbankan
1) Sharf adalah jual beli valuta asing sejalan dengan prinsip
sharf.
2) Ijarah, kegiatannya penyewaan kotak simpanan (safe deposit
box) dan jasa tata laksana administrasi dokumen (custodian).
19
5. Aset
Aset adalah kekayaan atau harta yang dimiliki perusahaan, yang
berperan dalam operasi perusahaan misalnya kas, persediaan, aktiva tetap,
aktiva tak berwujud, dan lain-lain (Abdul Fattah Lubis, 2008:16). Menurut
Harahap (2006) dalam Abdul Fattah Lubis (2008:16), pengertian aset ini
secara teoritis dikemukakan oleh berbagai pihak sebagai berikut :
Al B Statemen (1970) mendifinisikan sebagai berikut :
”Kekayaan ekonomi perusahaan, termasuk didalamnya
pembebanan yang ditunda, yang dinilai dan diakui sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku ”
FASB Statement (1985) memberikan definisi sebagai berikut:
“Aset adalah kemungkinan keuntungan ekonomi yang diperoleh
atau dikuasai dimasa yang akan datang oleh lembaga yang
tertentu sebagai akibat transaksi atau kejadian yang telah
berlaku.”
6. Dana Pihak Ketiga
Dana adalah uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank
dalam bentuk tunai atau aktiva lainnya yang dapat segera diubah menjadi
uang tunai. Dana yang dimiliki oleh bank tidak hanya berasal dari para
pemilik bank itu sendiri, tetapi juga berasal dari titipan atau penyertaan
dana orang lain atau pihak lain yang sewaktu-waktu atau pada saat tertentu
20
akan ditarik kembali, baik sekaligus ataupun berangsur-angsur (Abdul
Fattah Lubis, 2008:17).
Menurut Slamet Riyadi (2006:79), dana yang berasal dari
masyarakat biasa disebut dengan sumber dana pihak ketiga (DPK).
Sumber dana pihak ketiga (DPK), dari segi mata uangnya dibedakan
menjadi:
Sumber Dana Pihak Ketiga Rupiah adalah kewajiban-
kewajiban bank yang tercatat dalam rupiah kepada pihak
ketiga bukan bank, baik kepada penduduk maupun bukan
penduduk. Komponen dana pihak ketiga ini terdiri dari Giro,
Simapanan Berjangka (Deposito dan Sertifikat Deposito),
Tabungan dan kewajiban-kewajiban lainnya yang terdiri dari
kewajiban segera yang dapat dibayar surat-surat berharga
yang diterbitkan, pinjaman yang diterima, setoran jaminan
dan lainnya. Tidak termasuk dana yang berasal dari Bank
Sentral.
Sumber Dana Pihak Ketiga Valuta Asing adalah kewajiban
bank yang tercatat dalam valuta asing kepada pihak ketiga,
baik penduduk maupun bukan penduduk, termasuk pada
Bank Indonesia, bank lain (pinjaman melalui pasar uang).
Sumber Dana Berbiaya adalah dana-dana yang berasal dari
masyarakat, baik dana pihak ketiga maupun dana pihak kedua
(tidak termasuk penerbit saham). Sumber dana berbiaya yaitu
21
giro, tabungan, simpanan berjangka, kewajiban-kewajiban
lainnya, pinjaman yang diterima dan setoran jaminan.
Dana Tidak Berbiaya adalah sebagian besar sumber dana
bank memiliki beban biaya yang harus ditanggung, terutama
yang berasal dari dana pihak ketiga (DPK) dan dana pihak
kedua, sehingga dapat dikatakan tidak ada dana yang tanpa
biaya bagi suatu bank.
7. Pembiayaan
Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, yaitu penyediaan dana
atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak lain yang
dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka
waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (Kamus Bank Indonesia,
2010).
Menurut Muhammad (2005) dalam Abdul Fattah Lubis (2008:22),
pembiayaan dalam dunia perbankan syariah yaitu penyediaan dana atau
tagihan/piutang yang diberikan oleh suatu pihak lain untuk mendukung
investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun
lembaga, dengan kata lain pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan
unutk mendukung investasi yang telah direncanakan.
Menurut PBI No. 10/18/PBI/2008 (www.bi.go.id), pembiayaan
adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu
berupa:
22
Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah
Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli
dalam bentuk ijarah muntahiyah bit tamlik
Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam dan
istishna’
Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh, dan
transaksi sewa menyewa jasa dalam betuk ijarah untuk transaksi
multijasa.
8. Laba Tahun Berjalan
Laba tahun berjalan yaitu laba sebelum pajak yang diperoleh dalam
tahun berjalan, laba ini diperhitungkan hanya 50% sebagai modal inti bila
tahun berjalan rugi, harus dikurangkan terhadap modal inti (Abdul Fattah
Lubis, 2008:25).
9. Teori Pertumbuhan
Menurut Feeser dan Willard (1990) dalam Erva Yulianita
(2010:17), menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan merupakan salah
satu dari isu yang paling penting dalam manajemen suatu bisnis karena
menggambarkan penerimaan masyarakat dan kesuksesan perusahaan.
Menurut Zook dan Allen (1999) dalam Erva Yulianita (2010:17),
menyatakan bahwa dalam kenyataannya mempertahankan pertumbuhan
yang stabil dan berkelanjutan adalah hal yang cukup sulit karena dalam
penelitian yang dilakukan oleh Zook dan Allen bahwa hanya satu dari
tujuh perusahaan yang dapat bertahan dan memperoleh profitable growth.
23
Menurut Park (2009) dalam Erva Yulianita (2010:17), dalam
sebuah perusahaan proxy yang sangat umum digunakan dalam mengukur
pertumbuhan adalah pertumbuhan penjualan. Menurut Bamford (2004)
dalam Erva Yulianita (2010:17), untuk sebuah bank semua penjualan bisa
dikategorikan dalam produk-produk kredit (loans) atau dana pihak ketiga
(deposits). Kredit dan dana pihak ketiga merupakan ukuran standar dalam
industri perbankan baik bagi bank untuk mengevaluasi penjualannya
maupun bagi pemerintah untuk mengetahui dampak finansial dalam
industri perbankan.
Banon Sasmitasiwi dan Malik Cahyadin (2008:4), menjelaskan
perkembangan perbankan syariah dapat dilihat dari nilai pertumbuhan
indikator-indikatornya. Beberapa indikator perbankan syariah yang
dijadikan sebagai variabel independen dalam penelitian ini, yaitu aset,
dana pihak ketiga (DPK), pembiayaan dan laba tahun berjalan.
Perhitungan tersebut dapat diformulasikan sebagai berikut :
gi = (git – git-1) / git-1 x 100%
10. Pengembangan Bank Syariah Tahun 2011
Dalam Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah terdapat
sasaran-sasaran pengembangan perbankan syariah sampai tahun 2011,
yaitu sebagai berikut:
1) Terpenuhnya prinsip syariah dalam operasional perbankan. Hal ini
ditandai dengan tersusunnya norma-norma keuangan syariah yang
24
terstandarisasi. Terwujudnya mekanisme kerja yang efisien bagi
pengawasan prinsip syariah dalam operasional perbankan, baik
instrumen maupun badan terkait. Serta rendahnya tingkat keluhan
masyarakat dalam hal penerapan prinsip syariah dalam setiap
transaksi.
2) Diterapkan prinsip kehati-hatian dalam operasional perbankan
syariah. Hal ini ditandai dengan terwujudnya kerangka pengaturan
dan pengawasan berbasis risiko yang sesuai dengan
karakteristiknya dan dukungan oleh sumber daya insani yang
andal. Diterapkannya konsep corporate governance dalam operasi
perbankan syariah dan diterapkan kebijakan exit dan entry yang
efisien. Serta terwujudnya real time supervision dan self regulation
system.
3) Terciptanya sistem perbankan syariah yang kompetitif dan efisien.
Hal ini ditandai dengan terciptanya pemain-pemain yang mampu
bersaing secara global terwujudnya aliansi strategis yang efektif
dan terwujudnya mekanisme kerjasama dengan lembaga-lembaga
pendukung.
4) Terciptnya stabilitas sistemik serta terealisasinya kemanfaatan bagi
masyarakat luas. Hal ini ditandai dengan terwujudnya safety net
yang merupakan kesatuan dengan konsep operasional perbankan
yang berhati-hati, terpenuhnya kebutuhan masyarakat yang
25
menginginkan layanan bank syariah diseluruh Indonesia dengan
target pasar sebesar 5% dari total aset perbankan nasional, terwujud
fungsi perbankan syariah yang kafah dan dapat melayani seluruh
segmen masyarakat , dan meningkatkan proporsi secara bagi hasil.
Strategi pengembangan perbankan syariah tahun 2011 (Infobank,
Desember 2010:53) :
1) Optimalisasi insensitif fiskal bagi industri perbankan syariah.
Pemberlakuan Undang-Undang (UU) No. 42 tahun 2009 tentang
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada pertengahan tahun 2009,
setelah sebelumnya dikeluarkan UU perbankan syariah, menjadi
milestone yang kemuadian sidikit banyak mendorong
kecendrungan berdirinya bank umum syariah (BUS) baru, baik
melalui bank konvensional maupun spin-off.
2) Peningkatan kualitas pengawasan dan sumber daya manusia
(SDM) perbankan syariah.
Seperti telah diproyeksikan, 2010 tahun yang istimewa bagi
industri perbankan syariah nasional mengingat pada tahun 2010
telah terjadi penambahan bank syariah sebanyak 6 bank umum
syariah (BUS). Sebagai konsekuensinya, pertumbuhan industri,
baik secara lembaga maupun volume usaha, menuntut ketersediaan
jumlah sumber daya manusia (SDM) yang memadai dengan
26
kualitas yang mumpuni, baik dari sisi pelaku atau praktisi maupun
pengawas.
3) Peningkatan kualitas sistem pengawasan.
Sasaran pengembangan industri yang menargetkan pertumbuhan
tinggi harus diikuti dengan sistem pengawasan yang juga semakin
baik. Diperlukan juga regulasi ketentuan yang berkualitas dan
infrastruktur yang lengkap. Peningkatan kualitas pengaturan secara
berkesinambungan akan selalu disesuaikan dengan perkembangan
terkini, baik yang berasal dari Islamic Financial Services Board
(IFSB), Bank of Community (AEC). Dalam aspek peningkatan
infrastruktur pengawasan, arah pengembangan ditujukan upaya
untuk melengkapi sistem pengawasan yang mengacu pada risiko
dan kualitas manajemen yang baik.
4) Penguatan permodalan.
Pertumbuhan volume industri perbankan syariah pada tahun 2011,
termasuk dana pihak ketiga (DPK), harus diikuti peningkatan
modal sehingga perbankan syariah tetap memiliki financial buffer
yang tinggi. Upaya penguatan permodalan ini secra internal dapat
dilakukan melalui pengaturan perbankan syariah yang mendukung
atau memfasilitasi upaya pertumbuhan modal melalui pendekatan
tersebut.
27
5) Pengembangan human capital perbankan syariah 2011.
Dalam perspektif manajemen modern, SDM atau human capital
menajdi elemen terpenting dan penentu dalam mencapai visi dan
keunggulan bersaing organisasu. Human capital yang diasosiasikan
dengan ilmu, pengetahuan dan skill yang terkandung dalam sumber
daya insani bila dianggap sebagai elemen produksi, memiliki
keunikan.
6) Strategi coopetition untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas
layanan.
Sinergi yang semakin terlihat dalam berbagai aktivitas operasional
dan promosi di antara unit usaha syariah (UUS) dan bank umum
konvensional pusatnya maupun antara BUS dan bank umum
konvensional penerapan one bank concept atau one firm concept di
internak bank-bank dimaksud. Dengan konsep tersebut, UUS
ataupun BUS diposisikan sebagai business unit atau product owner
bank pusat/bank induknya. Kecenderungan ini merupakan respins
kebijakan dari group/korporat untuk meraih pangsa pasar yang
lebih besar dengan memanfaatkan momentum tren meningkatnya
minat masyarakat terhadap produk bank syariah.
7) Mendorong terbentuknya segment champion.
Program pengembangan pasar secara lebih tajam kan dilakukan
bersama-sama dengan bank syariah untuk setiap segment
28
pelayanan yang lebih terfokus. Jenis segmen atau cluster dimaksud
akan dirumuskan dengan positioning masing-masing bank,
misalnya segmen pelayanan internasional, pelayanan korporasi,
pelayanan individu, micro finance, dan sektor ritel. Untuk setiap
segmen atau cluster tersebut industri perbankan syariah secara
bersama-sama akan didorong untuk memilih segment champion,
yang selanjutnya disepakati menjadi model pengembangan bagi
bank syariah lain dalam cluster yang sama.
8) Edukasi publik secara inovatif dan integrasi.
Disisi permintaan, antusiasme masyarakay untuk menggunakan
produk dan jasa perbankan syariah semakin meningkat sebagai
mana terlihat dalam dua tahun belakangan. Perkembangan
menggembirakan tersebut menunjukkan bahwa masyarakat telah
semakin mengenal dan merasakan manfaat dari kehadiran bank
syariah. Citra baru yang lebih universal dan inklusif dari industri
menempatkan bank syariah sebagai alternatif sistem perbankan
yang dapat dinikmati oleh semua kalangan masyarakat, tanpa
terkecuali.
29
C. Keterkaitan Antar Variabel
1. Aset terhadap Pertumbuhan Bank Syariah
Menurut Khaf (2004) dalam Erva Yulianita (2010:17)
mengatakan bahwa pertumbuhan aset juga merupakan hal yang sangat
penting untuk suatu bank karena menunjukkan kemampuan bank
untuk terus tumbuh dan sukses. Disamping itu juga disebutkan bahwa
pertumbuhan aset bank mampu menggambarkan kemampuan bank
dalam mengahasilkan pendapatan.
2. Dana Pihak Ketiga terhadap Pertumbuhan Bank Syariah
Menurut Zainal Arifin (2002) dalam Abdul Fattah Lubis
(2008:18), pertumbuhan setiap bank sangat dipengaruhi oleh
kemampuannya menghimpun dana masyarakat, baik berskala kecil
maupun besar dengan masa pengendapan yang memadai. Sebagai
lembaga keuangan, masalah bank yang paling utama adalah dana,
tanpa dana yang cukup bank tidak dapat berbuat apa-apa atau dengan
kata lain bank menjadi tidak berfungsi sama sekali.
3. Pembiayaan terhadap Pertumbuhan Bank Syariah
Menurut Abdul Fattah Lubis (2008:22), pembiayaan adalah
pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan. Ini menandakan bahwa ada kaitan yang signifikan
antara pembiayaan dan pertumbuhan bank syariah.
30
4. Laba terhadap Pertumbuhan Bank Syariah
Menurut Abdul Fattah Lubis (2008:27), motif ekonomi
yang paling mendasar dalam mendirikan sebuah perusahaan adalah
laba. Semakin besar laba, semakin likuid dan bonafid nilai
perusahaannya dan tidak menutup kemungkinan proyeksi
pertumbuhan perusahaan akan terealisasi dengan tepat. Semakin besar
laba yang diperoleh Bank Syariah maka semakin tinggilah
pertumbuhan Bank Syariah tersebut.
D. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian
ini yang penulis masukan sebagai bahan perbandingan dengan penelitian ini.
31
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu Peneliti Judul Variabel Metode Hasil Penelitian
Darna
(2007)
Sensitivitas Aset dan
Dana Pihak Ketiga
Perbankan Syariah terhadap Volatilitas
Tingkat Suku Bunga
(SBI) dan Nilai Tukar
Rupiah serta Pengaruh
Fatwa MUI tentang
Pengharaman Bunga
Bank
Variabel Dependen:
1. Pertumbuhan
Aset
2. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga
Variabel
Independen :
1. Volatilitas
2. Tingkat SBI
3. Nilai Tukar Rp
4. Fatwa MUI
Casual &
Correlation
Method
Penelitian ini
mengatakan MUI
berpengaruhi secara signifikan
terhadap
pertumbuhan aset
dan pertumbuhan
dana pihak ketiga
(DPK).
Banoon
Sasmitasiwi
dan Malik
Cahyadin
(2008)
Prediksi Pertumbuhan
Perbankan Syariah di
Indonesia
Variabel Dependen: 1. Prediksi
Pertumbuhan
Perbankan Syariah
Variabel
Independen:
1. Aset
2. Dana Pihak
Ketiga
3. Pembiayaan
Box
Jenkins /
ARIMA
Penelitian ini menghasilkan
model ARIMA
yang signifikan
untuk
memprediksi
tingkat
pertumbuhan aset,
DPK, pembiayaan
pada bank
syariah.
Abdul Fattah
Lubis (2008)
Analisa Pertumbuhan
Bisnis Bank Syariah
(Studi Kasus PT. Bank
Muamalat, Tbk)
Variabel Dependen:
1.ROA (Return On
Assets)
Variabel
Independen:
1. NIM 2. FDR
3. BOPO
Regresi
Berganda
Penelitian ini
menghasilkan
adanya hubungan
yang signifikan
antara NIM, FDR
dan BOPO
terhadap ROA dalam
menganalisa
pertumbuhan
bank syariah.
Ellyn Herlia
Nur Hidayah
(2008)
Faktor yang
Mempengaruhi
Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah
Variabel Dependen:
1. Pertumbuhan
Aset
Variabel
Independen:
1. NPF 2. DPK
3. SBI
4. ROA
Regresi
Berganda
Penelitian ini
menghasilkan
variabel yang
signifikan
mempengaruhi
pertumbuhan aset
perbankan syariah
adalah variabel
DPK dan SBI. Variabel NPF dan
ROA tidak
signifikan
memperngaruhi
pertumbuhan aset
bank syariah.
32
Samin dan
Asmiranda
Iriviandy
(2009)
Prospek Perkembangan
Bank Syariah di
Indonesia (Studi Kasus
PT. Bank Muamalat,
Tbk)
Variabel Dependen:
1. Prospek
Perkembangan
Bank Syariah
Variabel
Independen :
1. Rasio Likuiditas
(Current Ratio dan
Fund to Deposit
Ratio)
2. Rasio
Profitabilitas (Net Profit Margin,
Return on Assets,
dan Return On
Equity)
Analisis
Rata-Rata
Bergerak
Sederhana
Tiga
Tahunan
Penelitian ini
menghasilkan
bahwa adanya
hubungan yang
signifikan antara
Rasio Likuiditas
dan Rasio
Profitabilitas
terhadap Prospek Perkembangan
Bank Syariah.
Sri Wiyastuti
dan MB. Hendrie
Anto (2010)
Perbankan Syariah
Indonesia dalam
Perkembangan dan
Permasalahan Volume
Pembiayaan, Dana Pihak Ketiga dan Biaya
Intermediasi Terhadap
Manajemen Laba Pada
Bank Umum Syariah di
Indonesia
Variabel Dependen:
1. Margin Laba
Variabel
Independen:
1. Pembiayaan 2. Dana Pihak
Ketiga
3. Biaya
Intermediasi
Regresi Data Panel
Penelitian
menghasilkan
pembiayaan tidak
berpengaruh
terhadap marjin
laba, sementara itu DPK dan
biaya
intermediasi
berpengaruh
terhadap margin
laba.
Ervi
Yulianita
(2010)
Analisis Perbandingan
Faktor Determinan
Pertumbuhan Aset, Kredit (Pembiayaan),
dan Dana Pihak Ketiga
Bank Umum Syariah &
Konvensional di
Indonesia Periode
Penelitian tahun 2004 -
2008
Variabel Dependen:
1. Pertumbuhan
Aset
2. Pertumbuhan
Dana Pihak Ketiga
3. Pertumbuhan
Kredit Variabel
Independen:
1. Operating
Expenses
Management
2. Leverage Risk
3. Liquidity Risk
4. ROA
5. Size
6. Inflasi
Regresi
Data Panel
Hasil yang
didapat bahwa
Leverage Risk,
Liquidity Risk, ROA, Size
berpengaruh
signifikan
terhadap
pertumbuhan aset,
dana pihak ketiga
dan kredit.
33
E. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran yang dibuat oleh peneliti untuk memberikan
gambaran sistematis penelitian ini, dimana telah peneliti bahas sebelumnya
bahwa penelitian ini adalah penelitian yang menganalisa prediksi tingkat
pertumbuhan bank syariah dengan menggunakan indikator pertumbuhan bank
syariah yaitu Aset, Dana Pihak Ketiga (DPK), Pembiayaan dan Laba Tahun
Berjalan dengan menggunakan metode Box-Jenkins atau ARIMA.
34
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Analisis Perkembangan dan Prediksi
Tingkat Pertumbuhan Bank Syariah di Indonesia
Tidak Ya
Aset
Dana Pihak Ketiga
Pembiayaan
Laba Tahun Berjalan
Uji Stasioneritas :
Uji Akar Unit
Pendekatan ARIMA
Prediksi
Tingkat Pertumbuhan
Bank Syariah
Identifikasi Model
Pemilihan p, d, q
Estimasi Parameter Model
Uji Diagnosis
35
F. Perumusan Hipotesis
Hipotesis yang akan di uji untuk mencapai tujuan penelitian ini adalah dengan
menguji secara parsial masing-masing model ARIMA untuk mendapatkan
model terbaik yang akan digunakan.
a. H0 Aset :
Terdapat koefisien yang tidak signifikan di dalam model aset yang
dicari atau dicoba untuk mendapatkan model ARIMA yang tebaik
untuk aset.
Ha Aset :
Terdapat koefisien yang signifikan di dalam model aset yang
dicaria atau dicoba untuk mendapatkan model ARIMA terbaik
untuk aset.
b. H0 DPK :
Terdapat koefisien yang tidak signifikan di dalam model DPK
yang dicari untuk mendapatkan model ARIMA yang terbaik untuk
DPK.
Ha DPK :
Terdapat koefisien yang signifikan di dalam model DPK yang
dicarai untuk mendapatkan model ARIMA yang terbaik untuk
DPK.
36
c. H0 Pembiayaan :
Terdapat koefisien yang tidak signifikan di dalam model yang
dicari atau dicoba untuk mendapatkan model ARIMA yang tebaik
untuk pembiayaan.
Ha Pembiayaan :
Terdapat koefisien yang signifikan di dalam model yang dicari atau
dicoba untuk mendapatkan model ARIMA yang terbaik untuk
pembiayaan.
a. H0 Laba Tahun Berjalan :
Terdapat koefisien yang tidak signifikan di dalam model yang
dicari atau dicoba untuk mendapatkan model ARIMA yang terbaik
untuk laba tahun berjalan.
Ha Laba Tahun Berjalan :
Terdapat koefisien yang signifikan di dalam model yang dicari atau
dicoba untuk mendapatkan model ARIMA yang terbaik untuk laba
tahun berjalan.
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan berdasarkan Laporan Perkembangan
Perbankan Syariah Indonesia dan Statistik Perbankan Syariah Indonesia yang
dipublikasikan oleh Bank Indonesia. Adapun Laporan Perkembangan
Perbankan Syariah Indonesia yang digunakan dalam penelitian ini adalah
laporan mengenai perkembangan Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah.
Statistik Perbankan Syariah Indonesia yang digunakan dalam penelitian ini
adalah total aset, total dana pihak ketiga (DPK), total pembiayaan dan total
laba tahun berjalan yang didapat oleh Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah
yang kemudian diolah untuk mengetahui hasil prediksi dan dihitung tingkat
pertumbuhannya.
Variabel dalam penelitian ini adalah indikator-indikator
pertumbuhan bank syariah yaitu total aset, total dana pihak ketiga (DPK),
total pembiayaan dan total laba tahun berjalan yang dijadikan sebagai
variabel independen (X) dan hasil prediksi pertumbuhan bank syariah sebagai
variabel dependen (Y) dalam penelitian ini.
38
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah statistik perbankan syariah
Indonesia yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dari bulan Maret atau
triwulan pertama tahun 2006 sampai dengan bulan Desember atau triwulan
keempat tahun 2010. Metode penentuan sampel penelitian ini adalah
Purposive Sampling Method yaitu pengambilan data disesuaikan dengan
kriteria-kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Adapun sampel yang
digunakan dalam penelitian ini berdasarkan kriteria dibawah ini:
1) Statistik Perbankan Syariah dari bulan Maret atau Triwulan
Pertama tahun 2006 sampai dengan bulan Desember atau Triwulan
Keempat tahun 2010.
2) Laporan Perkembangan Perbankan Syariah tahun 2006 sampai
dengan tahun 2010.
Berdasarkan metode penentuan sampel yang digunakan maka
penelitian menggunakan total aset, total dana pihak ketiga (DPK), total
pembiayaan dan total laba tahun berjalan yaitu dari bulan Maret atau triwulan
pertama tahun 2006 sampai dengan bulan Desember atau triwulan keempat
tahun 2010.
39
Tabel 3.1
(dalam Rupiah)
Keterangan Aset DPK Pembiayaan
Laba
Tahun
Berjalan
2006.I 20.545.995 14.955.706 15.996.948 81.908
2006.II 22.700.820 16.432.728 18.162.126 165.134
2006.III 24.313.155 17.975.508 19.662.542 261.437
2006.IV 26.722.030 20.672.181 20.444.907 355.047
2007.I 28.447.352 21.882.933 20.820.064 158.727
2007.II 29.208.812 22.714.256 22.969.103 301.359
2007.III 31.802.773 23.308.579 24.637.850 428.521
2007.IV 36.537.637 28.011.670 27.944.311 540.084
2008.I 38.343.742 29.552.399 29.552.399 217.772
2008.II 42.981.116 33.048.523 33.048.523 411.089
2008.III 45.857.224 33.568.573 33.568.573 613.321
20008.IV 49.555.122 36.852.148 36.852.148 432.496
2009.I 51.678.000 38.040.000 39.308.000 289.000
2009.II 55.238.000 42.103.000 42.195.000 517.000
2009.III 58.034.000 45.381.000 44.523.000 469.000
2009.IV 66.090.000 52.271.000 46.886.000 791.000
2010.I 68.543.000 52.811.000 50.206.000 361.000
2010.II 75.205.000 58.079.000 55.801.000 580.000
2010.III 83.454.000 63.912.000 60.970.000 975.000
2010.IV 97.519.000 76.036.000 68.181.000 1.301.000
Sumber : Data Statistik Perbankan Syariah Indonesia
C. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan untuk menganalisis penelitian ini adalah :
Data kuantitatif yang merupakan data berupa angka-angka yang
memiliki satuan hitung dan dapat dihitung secara matematis, yaitu total aset,
total dana pihak ketiga (DPK), total pembiayaan dan total laba tahun berjalan.
Dalam penelitian ini juga menggunakan data kualitatif yang merupakan data
berupa informasi perkembangan bank syariah di Indonesia. Seluruh informasi
yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data
40
yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi, telah dikumpulkan dan diolah pihak
lain. Data-data yang digunakan diperoleh dari publikasi Bank Indonesia
berupa Laporan Perkembangan Perbankan Syariah Indonesia dan Statistik
Perbankan Syariah Indonesia, hasil penelitian terdahulu dan jurnal.
Proses pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik
berikut :
1. Studi Lapangan (Field Research)
Pengumpulan data yang didapat langsung di Perpustakaan
Bank Indonesia. Data yang diambil berupa Statistik Perbankan
Syariah dari Maret atau triwulan pertama tahun 2006 sampai dengan
Desember atau triwulan keempat tahun 2010 dan Laporan
Perkembangan Perbankan Syariah Indonesia dari tahun 2006 sampai
dengan tahun 2010.
2. Studi Kepustakaan (Library Research)
Pengumpulan data dalam penelitian ini berupa bahan-bahan
teori atau konsep yang didapat dari www.bi.go.id, perpustakaan
berupa literatur, artikel/jurnal ilmiah (English and Indonesian
Journals) yang dapat mendukung sebagai bahan kajian penelitian dan
juga sebagai landasan untuk menganalisa permasalahan.
41
D. Metode Analisis
Data dalam penelitian ini akan dianalisis dengan metode :
1. Metode Box-Jenkins
Model Box-Jenkins merupakan salah satu teknik peramalan
model time series yang hanya berdasarkan perilaku data variabel yang
diamati (let the data speak for themselves). Model Box-Jenkins ini
secara umum dikenal dengan sebagai model autoregressive integrated
moving average (ARIMA). Analisis ini berbeda dengan model
struktural baik model kausal maupun simultan dimana persamaan
model tersebut menunjukkan hubungan antara variabel-variabel
ekonomi (Agus Widarjono, 2009:275). Alasan utama penggunaan
metode Box-Jenkins dalam penelitian ini karena gerakan variabel aset,
dana pihak ketiga (DPK), pembiayaan dan laba tahun berjalan yang
didapat oleh bank syariah seringkali sulit dijelaskan oleh teori-teori
ekonomi.
Teknik Box-Jenkins sebagai teknik peramalan berbeda
dengan kebanyakan model peramalan yang ada. Didalam model ini
tidak ada asumsi khusus tentang data historis dari runtut waktu, tetapi
menggunakan metode iteratif untuk menentukan model yang terbaik.
Model yang terpilih kemuadian akan dicek ulang dengan data historis
apakah telah menggambarkan data dengan tepat. Model terbaik akan
diperoleh jika residual antara model peramalan dan data historis kecil,
didistribusikan secara random dan independen. Namun bila model
42
yang dipilih tidak mampu menjelaskan dengan baik maka proses
penentuan model perlu diulangi. Model Box-Jenkins ini terdiri dari
beberapa model yaitu autoregressive (AR), moving average (MA),
autoregressive-moving average (ARMA) dan autoregressive
integrated moving average (ARIMA) (Agus Winarjono, 2009:275).
a) Model Autoregressive
Model pertama ARIMA adalah model autoregressive (AR)
menunjukkan nilai prediksi variabel dependen Yt hanya
merupakan fungsi linier dan sejumlah Yt aktual sebelumnya.
Misalnya nilai variabel dependen Yt hanya dipengaruhi oleh
nilai variabel tersebut satu periode sebelumnya atau
kelambanan pertama maka model tersebut disebut model
autoregressive tingkat pertama atau disingkat AR(1) (Agus
Widarjono, 2009:276).
b) Model Moving Average
Model kedua ARIMA adalah model movind average (MA),
model ini menyatakan bahwa nilai prediksi variabel dependen
Yt hanya dipengaruhi oleh nilai residual periode sebelumnya.
Misalnya jika nilai variabel dependen Yt hanya dipengaruhi
oleh nilai residual satu periode sebelumnya maka disebut
dengan model MA tingkat pertama atau disingkat dengan
MA(1). Model MA adalah model prediksi variabel dependen
Y berdasarkan kombinasi linear dari residual sebelumnya
43
sedangkan model AR memprediksi variabel Y didasarkan pada
nilai Y sebelumnya (Agus Widarjono, 2009:277).
c) Model Autoregressive-Moving Average
Seringkali suatu data time series dapat dijelaskan dengan
baik melalui penggabungan antara model AR dan model MA.
Model gabungan ini disebut Autoregressive-Moving Average
(ARMA). Misalnya nilai variabel dependen Yt dipengaruhi
oleh kelambanan pertama Yt dan kelambanan tingkat pertama
residual maka modelnya disebut dengan model ARMA(1,1)
(Agus Widarjono, 2009:277).
d) Model Autoregressive Integrated Moving Average
Model AR, MA dan ARMA sebelumnya mensyaratkan
bahwa data time series yang diamatai mempunyai sifat
stasioner. Data time series dikatakan stasioner jika memenuhi
tiga kriteria yaitu data time series mempunyai rata-rata, varian
dan kovarian yang konstan. Namun dalam kenyataannya data
time series seringkali tidak stasioner namun stasioner pada
proses diferensi (difference). Proses diferensi adalah suatu
proses mencari perbedaan antara data satu periode dengan
periode yang lainnya secara berurutan. Data yang dihasilkan
tingkat pertama. Jika kemudian melakukan diferensi data
diferensi tingkat pertama akan menghasilkan data diferensi
tingkat kedua dan seterusnya (Agus Widarjono, 2009:277).
44
Seandainya data time series yang kita gunakan tidak
stasioner dalam level maka data tersebut kemungkinan
menjadi stasioner melalui proses diferensi atau dengan kata
lain jika data tidak stasioner pada level maka perlu dibuat
stasioner pada tingkat diferensi (difference). Model dengan
data yang stasioner melalui proses differencing ini disebut
model ARIMA. Dengan demikian, jika data stasioner pada
proses differencing d kali dan mengaplikasikan ARMA (p,q),
maka modelnya ARIMA (p,d,q) dimana p adalah tingkat AR,
d tingkat proses membuat data menjadi stasioner dan q
merupakan tingkat MA (Agus Widarjono, 2009:277).
Menurut Agus Widarjono (2009:278), langkah-langkah yang harus
diambil di dalam menganalisis data dengan menggunakan teknik Box
Jenkins secara detail sebagai berikut :
Gambar 3.1
Metodologi ARIMA
Tidak ya
Identifikasi Model Pemilihan
p, q, d secara tentatif
Estimasi Parameter Model
Uji Diagnosis
Prediksi
45
Langkah 1
Indentifikasi Model. Dalam langkah pertama ini kita mencari nila p, d dan
q dengan menggunakan collegram.
Langkah 2
Estimasi Parameter. Setelah mendapatkan nilai p dan q, maka selanjutnya
kita mengestimasi parameter model ARIMA yang kita pilih pada langkah
pertama. Estimasi parameter dapat dilakukan melalui metode kuadrat
terkecil atau metode estimasi yang lain seperti maximum likehood.
Langkah 3
Uji Diagnosis. Setelah mendapatkan estimator model ARIMA, kita akan
memilih model yang mampu menjelaskan data dengan baik. Caranya
dengan melihat apakah residual bersifat random sehingga merupakan
residual yang relatif kecil. Jika tidak maka kita harus kembali ke langkah
pertama untuk memilih model lain.
Langkah 4
Prediksi. Setelah kita mendapatkan model yang baik, maka selanjutnya
kita bisa menggunakan model tersebut untuk memprediksi.
46
a. Tahap Identifikasi
Dalam identifikasi ini ditentukan nilai p, d, dan q. Dalam tahap identifikasi,
digunakan fungsi estimasi fungsi otokolerasi dan fungsi otokolerasi parsial
(ACF dan PACF).
1) Fungsi Otokolerasi Parsial
ACF merupakan mengukur kolerasi antar pengamatan dengan lag
ke-k. Sedangkan PACF merupakan pengukuran kolerasi antar pengamatan
dengan lag ke-k dan dengan mengontrol kolerasi antar dua pengamatan
dengan lag kurang dari k atau dengan kata lain, PACF adalah kolerasi
antara yt dan yt-k setelah menghilangkan efek yt yang terlentak di antara
kedua pengamatan tersebut. Fungsi kolerasi parsial ini hanya diharapkan
dapat membantu dalam menentukan orde dari proses AR.
2) Identifikasi Orde dan Model
Setelah mengetahui PACF, sekarang menggunakan ACF dan
PACF yang didapat untuk menentukan model ARIMA. Caranya adalah
dengan mencocokan pola ACF dan PACF berdasarkan data yang kita
gunakan untuk membuat fungsi tersebut, dengan pola model standar
seperti AR(1), MA(2), ARMA(1,1), ARMA(2,2) dan seterusnya. Bila pola
yang sedang dianalisis cocok dengan salah satu pola model standar
tersebut dijadikan model pilihan. Tetapi, model terpilih masih perlu
dilakukan tes diagnostik unutk mengetahui apakah model terpilih memang
akurat atau cocok dengan data yang dimiliki.
47
b. Tahap Estimasi Model ARIMA
Setelah p dan q ditentukan, tahapan berikutnya adalah
mengestimasi parameter AR dan MA yang ada pada model. Estimasi ini bisa
menggunakan teknik kuadrat terkecil sederhana maupun dengan metode
estimasi tidak linier.
c. Tahap Tes Diagnostik
Setelah model ARIMA ditentukan dan parameternya telah
diestimasi, maka kemudian harus melihat apakah model yang terpilih cocok
dengan data atau tidak. Siapa tahu ada model ARIMA lain yang lebih cocok
atau sama cocoknya dengan model yang terpilih. Salah satu tes yang dapat
dilakukan adalah dengan mengamati apakah residual dari model terestimasi
merupakan white noise atau tidak. Jika residual berupa white noise, berarti
model terpilih cocok dengan data. Sebaliknya bila residual tidak berupa white
noise, berarti model terpilih bukan merupakan model yang cocok. Akibatnya,
kita harus melakukan pilihan ulang dari awal lagi. Oleh sebab itulah, metode
Box-Jenkins disebut juga proses iterasi.
d. Tahap Peramalan
Peramalan baru dibuat setelah modelnya lolos tes diagnostik.
Peramalan ini sesuangguhnya merupakan penjabaran dari persamaan
berdasarkan koefisien-koefisien yang didapat, sehingga kita dapat
menentukan kondisi di masa yang akan datang. Masalh ini akan lebih mudah
dibicarakan berdasarkan contoh kasus.
48
2. Uji Stasioner
Sebelum melakukan analisis terlebih dahulu apakah runtun waktu
(time series) yang digunakan sudah stasioner. Untuk itulah dibutuhkan uji
formal dalam menentukan stasioneritas data. Ada dua macam pengujian
secara formal yang dapat dilakukan, yaitu Korelogram atau Unit Root Test
(Nachrowi, 2006:346). Dalam penelitian ini menggunakan uji akar unit (unit
root test) yang dikembangkan oleh Dickey-Fuller. Jika suatu variabel data
mengandung unit root maka data tersebut tidak stasioner.
Metode yang digunakan untuk unit root test adalah Augmented
Dicky-Fuller (ADF). Untuk mengetahui apakah ada unit root pada variabel
data yang digunakan, maka nilai Augmented Dicky-Fuller (ADF) t-Statistic
harus lebih kecil dibandingkan dengan test critical values atau nilai kritis
(Wing Wahyu, 2007:79). Jika salah satu variabel ada yang tidak stasioner
maka data tersebut harus di-difference (beda) tingkat pertama (first
difference). Kalaupun belum juga stasioner maka data tersebut di-difference
(beda) tingkat kedua (second difference).
49
D. Operasional Variabel Penelitian
Varibel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
1. Variabel Dependen
Variabel dependen atau variabel terikat dalam penelitian ini adalah
prediksi tingkat pertumbuhan bank syariah. Cara menghitung
pertumbuhan adalah :
gi = (git – git-1) / git-1 x 100%
Keterangan: g : growth (%), i : aset, dana pihak ketiga, pembiayaan, dan
laba tahun berjalan, t : time
2. Variabel Independen
a) Aset
Aset disebut juga aktiva atau harta. Aset adalah kekayaan
atau harta yang dimiliki perusahaan, yang berperan dalam operasi
perubahan misalnya kas, persediaan, aktiva tetap, aktiva tak
berwujud dan lain-lain. Aset bank syariah meliputi kas,
penempatan pada BI, penempatan pada bank lain, pembiayaan yang
diberikan penyertaan, penyisihan penghapusan aktiva produktif
(PPAP), aktiva tetap dan inventaris dan rupa-rupa aktiva (Banoon
Sasmitasiwi dan Malik Cahyadin, 2008). Skala pengukuran yang
digunakan adalah nominal total aset.
50
b) Dana Pihak Ketiga (DPK)
Dana Pihak Ketiga (DPK) bersumber dari dana yang
dihimpun dari masyarakat, pengukuran jumlah dana pihak ketiga
(DPK) ini volume giro, tabungan dan deposito yang dihimpun oleh
Bank Syariah. Skala pengukuran yang digunakan adalah nominal
total dana pihak ketiga (DPK).
c) Pembiayaan
Pembiayaan yang diberikan oleh Bank Syariah, dapat
diukur jumlahnya dari semua jenis pembiayaan baik yang
menggunakan kontrak bagi hasil, jual beli maupun sewa. Skala
pengukuran yang digunakan adalah nominal total pembiayaan.
d) Laba Tahun Berjalan
Laba tahun berjalan yaitu laba sebelum pajak yang
diperoleh dalam tahun berjalan. Bila tahun berjalan rugi, harus
dikurangkan terhadap modal inti (Abdul Fattah Lubis, 2008:25).
Skala pengukuran yang digunakan adalah nominal total laba tahun
berjalan.
51
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Perkembangan Bank Syariah
Menurut Abdullah Seed, sejak awal kelahiran perbakan
syariah dilandasi dengan kehadiran dua gerakan renaissance Islam
modern : neorevivalis dan modernis (Syafi’i, 2001:18). Tujuan utama
dari dari pendirian lembaga keuangan berlandaskan etika ini adalah
tiada lain sebagai upaya kaum muslimin untuk mendasari segenap
aspek kehidupan ekonominya berlandaskan Al-Qur’an dan As-
Sunnah.
Upaya awal penerapan sistem profit dan loss sharing
tercatat di Pakistan dan Malaysia sekitar tahun 1940-an, yaitu adanya
upaya mengelola dana jama’ah haji secara non konvensional. Rintisan
institusional lainnya adalah Islamic Rural Bank di desa Mit Ghamr
pada tahun 1963 di Kairo, Mesir (Syafi’i, 2001:18).
Setelah dua rintisan awal yang cukup sederhana itu, bank
Islam tumbuh dengan sangat pesat. Sesuai dengan analisa
Prof.Khursid Ahmad dan laporan internasional Assosiation of Islamic
Bank, hingga akhir 1999 tercatat lebih dari 200 lembaga keuangan
Islam yang beroperasi di seluruh dunia, baik di negara-negara
52
berpenduduk muslim maupun di Eropa, Australia, maupun Amerika
(Syafi’i, 2001:18).
a) Mit Ghamr Bank
Rintisan perbankan syariah mulai berwujud di Mesir pada
dekade 1960-an dan beroperasi sebagai rural-social bank
(semacam lembaga keuangan unit desa di Indonesia) disepanjang
delta sungai nil. Lembaga dengan nama Mit Ghamr Bank binaan
Ahmad Najjar tersebut hanya beroperasi di pedesaan Mesir dan
berskala kecil, namun institusi tersebut mampu menjadi pemicu
yang sangat berarti bagi perkembangan sistem finansial dan
ekonomi Islam (Syafi’i, 2001:19).
b) Islamic Development Bank
Pada sidang Menteri Luar Negeri Negara-Negara
Organisasi Konferensi Islam di Karachi, Pakistan, Desember 1970,
Mesir mengajukan sebuah proposal untuk mendirikan bank syariah.
Proposal tersebut pada intinya mengusulkan bahwa sistem
keuangan berdasarkan bungan harus digantikan dengan suatu
sistem kerja sama dengan skema bagi hasil keuntungan maupun
kerugian, dan proposal itupun diterima. Diusulkan juga
pembentukan badan-badan khusus yang disebut Badan Investasi
dan Pembangunan negara-negara Islam (Investment and
Development Body of Islamic Countries). Badan tersebut berfungsi
untuk :
53
1) Mengatur investasi modal Islam
2) Menyeimbangkan antara investasi dan pembangunan di negara
Islam
3) Memilih lahan/sektor yang cocok untuk investasi dan
mengatur penelitiannya
4) Memberi saran dan bantuan teknis bagi proyek-proyek yang
dirancang untuk investasi regional di negara-negara Islam.
Pada sidang Menteri Keuagan OKI di Jeddah 1975,
menyetujui rancangan pendirian Bank Pembangunan Islam atau
Islamic Development Bank (IDB) dengan modal awal 2 miliar dinar
Islam atau ekuivalen 2 miliar Special Drawing Right (SDR). Semua
anggota OKI menjadi anggota IDB. IDB terbukti mampu
memainkan peran yang sangat penting dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan negara-negara Islam untuk pembangunan.
IDB memberikan pinjaman bebas bunga unutk proyek infrastruktur
dan pembiayaan kepada negara anggota berdasarkan partisipasi
modal negara tersebut (Syafi’i, 2001:21).
c) Islamic Research and Training Institute
IDB membantu mendirikan bank-bank Islam di berbagai
negara. Untuk pengembangan sistem ekonomi syariah, institusi ini
membangun sebuah institut riset dan pelatihan untuk
pengembangan penelitian dan pelatihan ekonomi Islam, baik dalam
bidang perbankan maupun keuangan secara umum. Lembaga ini
54
disebut Islamic Research and Training Institute (IRTI)
(www.irti.org).
2. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia
Berkembangnya bank-bank syariah di negara-negara Islam
juga berpengaruh ke Indonesia. Menurut Muhammad Kamal Zubair
(2008:2), eksistensi perbankan syariah di Indonesia tidak terlepas dari
sistem perbankan Indonesia secara umum. PT. Bank Muamalat
Indonesia adalah bank yang bebasis syariah pertama yang ada di
Indonesia yang telah diakui oleh negara pada akhir tahun 1991. Pada
awal pendirian Bank Muamalat Indonesia, keberadaan bank syariah
ini belum mendapat perhatian yang optimal dalam tatanan industri
perbankan nasional. Sistem perbankan syariah mulai dikenal di
Indonesia pada tahun 1992 dengan dikeluarkannya UU No. 7 Tahun
1992 yang memungkinkan bank menjalankan operasional bisnisnya
dengan sistem bagi hasil. Pada saat era reformasi ditandai dengan
disetujuuinya UU No. 10 tahun 1998. Dalam undang-undang tersebut
diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang
dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah. Undang-
undang ini juga memberikan arahan bagi bank-bank konvensional
untuk membuka cabang syariah atau bahkan mengkonversikan diri
secara total menjadi bank syariah.
55
a) Perkembangan Kebijakan Bank Syariah
Konsep perbankan syariah telah benar-benar masuk dalam
Undang-Undang Perbankan Indonesia dengan disetujuinya UU No.
10 tahun 1998 sebagai pengganti UU No. 7 Tahun 1992. Dalam
UU No. 10 Tahun 1998 tersebut diatur dengan rinci landasan
hukum dan jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan
diimplementasikan oleh bank syariah. Dalam Undang-Undang ini
juga memberikan arahan bagi bank-bank konvensional unutk
membuka cabang syariah (dual banking system) atau bahkan
mengkonversi diri secara total menjadi bank syariah.
Berdasarkan UU No. 10 Tahun 1998 tersebut, Bank
Indonesia (BI) mengeluarkan ketentuan mengenai kelembagaan
dari jaringan kantor bagi Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank
Umum Konvensional (BUK) yang membuka Unit Usaha Syariah
(UUS) dan Kantor Cabang Syariah (KCS) serta ketentuan Bank
Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Pemerintah juga
mengeluarkan UU No. 23 Tahun 1999 yang mengatur tentang
kawajiban dan tanggung jawab Bank Indonesia (BI) sebagai
otoritas moneter dalam mengatur kebijakan bank konvensional dan
bank syariah (Muhammad Kamal Zubair, 2008:3).
Bank Indonesia juga mengeluarkan Cetak Biru
Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia, dengan kerangka
waktu perencanaan 10 tahun dari tahun 2002-2011. Berdasarkan
56
Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah tersebut, sasaran
pengembangan perbankan syariah adalah terpenuhnya prinsip
syariah dalam operasional perbankan, diterapkannya prinsip kehati-
hatian dalam operasional perbankan syariah, terciptanya sistem
perbankan syariah yang kompetitif dan efisien, serta terciptanya
stabilitas sistemik serta terelasisasinya kemanfaatan bagi
masyarakat luas. Pada tahun 2000 Bank Indonesia (BI) secara
bersamaan mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI), yaitu
ketentuan kliring, pembukaan rekening giro pada Bank Indonesia
(BI) bagu Unit Usaha Syariah (UUS), Giro Wajib Minimum
(GWM) bagi Bank Umum Syariah (BUS), pasar uang antar bank
berdasrkan prinsip syariah (PUAS) dan Sertifikat Wadiah Bank
Indonesia (SWBI). Bank syariah juga wajib mengikuti semua fatwa
Dewan Syariah Nasional (DSN) untuk mengatur jenis kegiatan,
produk dan jasa keuangan syariah (www.bi.go.id).
Pada tahun 2006 yang dijelaskan dalam Laporan
Perkembangan Perbankan Syariah 2006, Bank Indonesia (BI) untuk
mengatur kebijakan perbankan syariah difokuskan pada enam
aspek yang meliputi kepatuhan pada prinsip syariah, pemenuhan
aspek kehati-hatian, pengembangan efisiensi operasi dan daya
saing, kestabilan sistem dan kemafaatan bagi perekonomian,
peningkatan kompetensi dan profesionalisme sumber daya insani,
serat optimalisasi fungsi sosial bank syariah dalam memfasilitasi
57
sektor voluntary/sosial dengan upaya pemberdayaan ekonomi
rakyat. Dewan Pengawas Syariah (DPS) dalam melaksanakan
tugasnya untuk meyakini telah dilaksanakannya pemenuhan
kepatuah terhadap prinsip syariah oleh bank syariah yang diawasi
oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS). Pedoman ini merupakan
hasil kerjasama antara Bank Indonesia (BI) dengan Dewan Syariah
Nasional (DSN) yang dituangkan dalam Surat Edaran Bank
Indonesia No.8/19/DBbS/2006 tentang Pedoman Pengawasan
Syariah dan Tata Cara Pelaporan Hasil Pengawasan Bagi Dewan
Pengawas Syariah. Bank Indonesia (BI) di tahun 2006 menerbitkan
PBI No.8/3/PBI/2006 tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank
Umum Konvensional Menjadi Bank Umum yang Melaksanakan
Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah dan Pembukaan
Kantor Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan
Prinsip Syariah oleh Bank Umum Konvensional. Ketentuan lain
yang telah dikeluarkan terkait dengan prinsip kehati-hatian adalah
PBI No.8/21/PBI/2006 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank
Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip
Syariah, peraturan ini dikeluarkan untuk penyempurnaan ketentuan
kehati-hatian berdasarkan karakteristik operasional bank syariah,
diantaranya ketentuan kualitas aktiva disamping melakukan
pengembangan sistem penilaian tingkat kesehatan perbankan
syariah. Pada tahun 2006 diterbitkan kebijakan yang terkait dengan
58
mendorong efisiensi operasi dari aspek skala usaha yang ekonomis
antara lain dilaksanakan dengan penerbitan ketentuan tentang
Layanan Syariah (syariah office channeling) yang diatur dalam PBI
No.8/3/PBI/2006, peraturan ini mengizinkan cabang bank
konvensional yang telah memiliki Unit Usaha Syariah (UUS)
melayani transaksi perbankan syariah tertentu (office channeling)
untuk meningkatkan efisiensi bank didalam memperluas jaringan
usahanya. Pada tahun 2006 Bank Indonesia (BI) memberikan
kontribusi dalam pengembangan sumber daya insani dalam
pelaksanaan edukasi publik di bidang perbankan syariah melalui
program-program Pusat Ekonomi Syariah , pelaksanaan training
for trainers kepada akademisi. Dalam rangka optimalisasi fungsi
sosial bank syariah, Bank Indonesia (BI) bekerjasama dengan
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) (www.bi.go.id).
Pada tahun 2007 yang dijelaskan dalam Laporan
Perkembangan Perbankan Syariah 2007, dalam rangka
meningkatkan pemenuhan kepatuhan terhadap prinsip syariah Bank
Indonesia (BI) menerbitkan PBI No. 9/19/PBI/2007 tentang
Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana
dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah, peraturan
ini adalah penyempurnaan dari PBI No.7/46/PBI/2005 yang berisi
tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran dana bagi Bank Yang
Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah.
59
Penerbitan peraturan tersebut antara lain dilatarbelakangi oleh
adanya perkembangan peraturan hukum maupun perundangan dan
dikeluarkannya sejumlah fatwa baru yang dijadikan sebagai dasar
pelaksanaan kegiatan usaha bank syariah. Bank Indonesia juga
menerbitan PBI No.9/9/PBI/2007 yang merupakan penyempurnaan
dari PBI No.8/21/PBI/2006 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank
Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip
Syariah, peraturan ini adalah salah satu bentuk penerapan prinsip
kehati-hatian. Penyempurnaan ini bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan bank dalam menjaga kualitas aktiva dan membentuk
PPA yang memadai, tanpa mengurangi keleluasaan penyaluran
pembiayaan bank syariah terutama pada Usaha Kecil Menengah
(UKM). Bank Indonesia (BI) juga telah mengeluarkan ketentuan
penilaian tingkat kesehatan untuk Bank Umum Syariah (BUS)
untuk melengkapai pengawasan industri perbankan syariah, yaitu
PBI No.9/1/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan
Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah. Dalam meningkatkan
pelayanan jasa perbankan kepada masyarakat luas dengan tetap
mempertimbangkan prinsip kehati-hatian, Bank Indonesia (BI)
menerbitkan PBI No.9/7/PBI/2007 yang merupakan
penyempurnaan atas PBI No.8/3/PBI/2006 tentang perubahan
Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional Menjadi Bank Umum
yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah
60
dan Pembukaan Kantor Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha
Berdasarkan Prinsip Syariah oleh Bank Umum Konvensional. Pada
tahun 2007, dalam rangka edukasi publik Bank Indonesia (BI)
meluncurkan IB sebagai penanda industri perbankan syariah
Indonesia (www.bi.go.id).
Pada tahun 2008 yang dijelaskan dalam Laporan
Perkembangan Perbankan Syariah 2007, telah diberlakukan
Undang-Undang No.21 Tahun 2008 yang berisi tentang Perbankan
Syariah. UU No.21 Tahun 2008 mengamanatkan Bank Indonesia
(BI) untuk membentuk Komite Perbankan Syariah yang
beranggotakan para ahli syariah dari unsur Bank Indonesia (BI),
Departemen Agama dan masyarakat lainnya. Fungsi dari Komite
Perbankan Syariah adalah membantu Bank Indonesia (BI) dalam
menetapkan peraturan perbankan syariah yang sesuai dengan fatwa
Dewan Syariah Nasioan (DSN) MUI. Terkait dengan UU No.21
Tahun 2008, Bank Indonesia (BI) telah menerbitkan PBI
No.10/32/PBI/2008 tentang Komite Perbankan Syariah, diharapkan
dengan keberadaan Komite ini dapat mendukung berbagai upaya
mewujudkan perbankan syariah nasional yang sehat dan memenuhi
prinsip syariah secara baik. Untuk mendorong penerapan prinsip-
prinsip syariah dalam produk dan operasional bank syariah pada
tahun 2008 telah dilakukan penyempurnaan ketentuan mengenai
standar akad penghimpunan dan penyaluran dana dengan
61
menebitkan PBI No.10/16/PBI/2008 tentang perubahan atas PBI
No.9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam
Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta
Pelayanan Jasa Bank Syariah, PBI No.10/16/PBI/2008 mengatur
tentang kepastian dan kejelasan hukum bagaimana pihak bahwa
produk perbankan syariah termasuk jasa perbankan. Bank
Indonesia (BI) menerbitkan PBI No. 10/17/PBI/2008 tentang
Produk Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, PBI ini mengatur
tentang pengeluaran produk baru dapat dilakuakn tanpa izin dari
Bank Indonesia (BI), hanya terkena kewajiban melapor, sepanjang
produk baru tersebut memiliki karakteristik yang sama dengan
produk yang terdapat dan Buku Kondifikasi Produk Perbankan
Syariah. Dalam mengatur pembiayaan Bank Indonesia (BI)
menerbitkan PBI No.10/18/PBI/2008 tentang Restrukturisasi
Pembiayaan Bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah,
pengaturan ini mengenai restrukturisasi pembiayaan bank syariah
masih mengacu kepada ketentuan bank konvensional, diharapkan
PBI ini dapat memberikan pedoman yang lebih jelas bagi
perbankan syariah dalam melakukan restrukturisasi pembiayaan
sesuai karakteristik produk perbankan syariah. Bank Indonesia (BI)
juga menyempurnakan peraturan yang telah diterbitkan yaitu PBI
No. 8/21/PBI/2006 dengan PBI No.10/24/PBI/2008 tentang
Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum yang Melaksanakan
62
Kegiatan Usaha Bersadarkan Prinsip Syariah, ketentuan ini terkait
dengan penambahan kategori penempatan aktiva bank pada surat
berharga syariah yang sebelumnya hanya boleh dimiliki hingga
jatoh tempo, menjadi dapat dipindah tangankan dan
diperdagangkan (www.bi.go.id).
Pada tahun 2009 yang dijelaskan dalam Laporan
Perkembangan Perbankan Syariah, Bank Indonesia (BI) telah
melaksanakan berbagai program dalam rangka peningkatan
kompetensi Sumber Daya Manusia perbankan syariah yaitu iB
Workshop on Leadership and Change Management, Pendidikan
Dasar Perbankan Syariah (PDPS) Plus Service Excellence,
Training Of Trainers (TOT), dan Program Bantuan Teknis
(technical assistance). Bank Indonesia (BI) pada tahun 2009
menerbitkan PBI No.11/3/PBI/2009 yang berisi tentang Bank
Umum Syariah, bahwa dalam bahwa badan hukum bagi Bank
Umum Syariah (BUS) dibatasi hanya dalam bentuk Perseroan
Terbatas (PT), sehingga tidak dikenal lagi Bank Umum Syariah
yang berbentuk badan hukum Perusahaan Daerah dan Koperasi.
Selain itu, Bank Indonesia menerbitkan PBI No.11/10/PBI/2009
berisi tentang Unit Usaha Syariah (UUS), hal baru yang diatur
antara lain adalah adanya kewajiban untuk memperoleh izin usaha
dari Bank Indonesia bagi pendirian unit usaha syariah (UUS),
modal kerja minimal unit usaha syariah (UUS) sebesar Rp 100
63
miliar, penegasan keberadaan Direktur unit usaha syariah (UUS),
serta pemisahan Unit Usaha Syariah (UUS) dari Bank Umum
Konvensional induknya dan tata caranya. Penyempurnaan juga
dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) untuk PBI No. 8/3/PBI/2006
menjadi PBI No. 11/15/PBI/2009 tentang Kegiatan Usaha Bank
Konvensional menjadi Bank Syariah. Bank Indonesia (BI) dalam
memelihara dan meningkatkan kepercayaan masyarakat
menerbitkan PBI No.11/31/PBI/2009 tentang Uji Kemampuan dan
Kepatutan (Fit and Proper Test) Bank Umum Syariah (BUS) dan
Unit Usaha Syariah (UUS), agar mendorong pertumbuhan dan
mendorong pelaksanaan tata kelola yang baik (good corporate
governance) Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah
(UUS) (www.bi.go.id).
Pada tahun 2010 yang dijelaskan dalam Laporan
Perkembangan Perbankan Syariah, kegiatan pengaturan
dilaksanakan sebagai kelanjutan dari kegiatan penyusunan atau
penyempurnaan ketentuan yang telah menjadi amanat UU No.21
tahun 2008 tentang perbankan syariah. Beberapa ketentuan yang
telah disusun pada tahun 2010 merupakan petunjuk pelaksanaan
dari pengaturan perbankan syariah yang telah disusun sebelumnya,
antara lain Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit And Proper Test),
pelaksanaan Good Corporate Governance, dan Rencana Bisnis
64
Bank. Penyusunan dan penyempurnaan ketentuan yang telah
dihasilkan selama tahu 2010 adalah :
1) Surat Edaran No. 12/6/DPbS tanggal 8 Maret 2010 perihal
Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test) bagi
Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah (UUS). Ketentuan ini
merupakan aturan teknis pelaksanaan Peraturan Bank
Indonesia No.11/31/PBI/2009 tentang Uji Kemampuan dan
Kepatutan (Fit and Proper Test) Bank Syariah dan Unit
Usaha Syariah (UUS) yang diterbitkan pada tanggal 28
Agustus 2009.
2) Surat Edaran No.12/13/DPbS tanggal 30 April 2010 perihal
Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi
Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah
(UUS). Ketentuan ini merupakan aturan teknis pelaksanaan
Peraturan Bank Indonesia (PBI) :
- No.11/3/PBI/2009 tanggal 29 Januari 2009 tentang
Bank Umum Syariah, PBI
- No.11/10/PBI/2009 tanggal 19 Maret 2009 tentang
Unit Usaha Syariah, dan PBI
- No.11/33/PBI/2009 tanggal 7 Desember 2009 tentang
Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank
Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah
(UUS).
65
3) Surat Edaran No.12/32/DPbS tanggal 18 November 2010
perihal Rencana Bisnis Bank Umum Syariah (BUS) dan
Unit Usaha Syariah (UUS). Ketentuan ini merupakan aturan
teknis pelaksanaan penyusunan dan penyampaian rencana
bisnis, realisasi rencana bisnis dan/atau pengawasan
rencana bisnis oleh Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit
Usaha Syariah (UUS) kepada Bank Indonesia, yang
merupakan tindak lanjut dari Peraturan Bank Indonesia
No.12/21/PBI/2010 tentang Rencana Bisnis Bank yang
diterbitkan pada tanggal 19 Oktober 2010.
Disamping itu, di tahun 2010 telah dilakukan review terhadap
ketentuan-ketentuan untuk mengakomodasi perkembangan yang terjadi
sesuai dengan kondisi perbankan syariah. Review tersebut dilakukan
dengan tujuan sinkronisasi dan harmonisasi dengan ketentuan yang
berlaku, serta rekomendasi lembaga internasional. Hasil dari review
yang dilakukan merekomendasikan perubahan atas ketentuan-ketentuan
yang telah berlaku yaitu:
1) Restrukturisasi pembiayaan bagi bank syariah dan unit
usaha syariah (UUS).
2) Penilaian kualitas aktiva bagi bank umum syariah (BUS)
dan unit usaha syariah (UUS).
Serta ketentuan yang baru bagi perbankan syariah yaitu Peraturan Bank
Indonesia mengenai Manajemen Risiko bagi BUS dan UUS. Ketentuan-
66
ketentuan tersebut direkomendasikan untuk dapat dikeluarkan pada
tahun 2011 (www.bi.go.id).
b) Perkembangan Kelembagaan Bank Syariah
Pada tahun 2006 terdapat penambahan sebanyak 1 Unit
Usaha Syariah (UUS) yaitu UUS BPD Kalimantan Timur, sehingga
pada akhir tahun 2006 industri perbankan syariah terdiri dari 3
Bank Umum Syariah dan 20 Unit Usaha Syariah (UUS). Di tahun
2006, jaringan kantor perbankan syariah telah menjangkau
masyarakat di lebih dari 70 kabupaten di 31 propinsi dan
jumlahnya sebanyak 531 kantor. Jumlah jaringan kantor cabang
bank konvensional penyedia layanan syariah (office channeling)
sebanyak 456 kantor (www.bi.go.id).
Pada tahun 2007, terdapat penambahan sebanyak 6 Unit
Usaha Syariah (UUS), yaitu UUS BPD DIY, UUS BPD Sulawesi
Selatan, UUS BPD Sumatera Barat, UUS BPD Jawa Timur, UUS
PT. Bank Ekspor Indonesia dan UUS PT. Bank Lippo. Selain itu
terdapat pula pembukaan 2 Kantor Perwakilan (KPw) dari bank
syariah yang berkantor pusat di luar negeri yaitu KPw Albaraka
Banking Group dan KPw Asian Finance Bank Berhad. Jumlah
kantor bank syariah (termasuk kantor kas, kantor cabang pembantu
dan Unit Pelayanan Syariah) bertambah menjadi 597 kantor.
Jaringan kantor ini telah menjangkau di 32 propinsi, dan jumlah
67
jaringan kantor bank konvensional penyedia layanan syariah (office
channeling) sebanyak 1.195 kantor. Dengan demikian pada tahun
2007 industri perbankan syariah terdiri dari 3 Bank Umum Syariah
(BUS), 26 Unit Usaha Syariah (UUS), 597 kantor bank syariah dan
1.195 kantor bank konvensional penyedia layanan syariah (office
channeling) (www.bi.go.id).
Pada tahun 2008, berdiri 2 Bank Umum Syariah (BUS) dan
2 Unit Usaha Syariah (UUS baru yaitu Bank Syariah Bukopin dan
BRI Syariah serta UUS BTPN dan UUS BPD Jawa Tengah.
Jumlah kantor bank syariah bertambah menjadi 822 kantor, untuk
pelayanan syariah (office channeling) mencapai 1.470 kantor.
Penyebaran jaringan kantor bank syariah saat ini telah menjangkau
masyarakat di lebih dari 89 kabupaten di 33 proponsi. Sehingga
pada tahun 2008 terdapat 5 Bank Umum Syariah (BUS), 27 Unit
Usaha Syariah (UUS), 822 kantor bank syariah dan 1.470 kantor
pelayanan bank syariah (office channeling) (www.bi.go.id).
Pada tahun 2009, telah berdiri sebuah Bank Umum Syariah
(BUS) yaitu Bank Panin Syariah dan dibukanya 2 Unit Usaha
Syariah (UUS) yaitu UUS OCBC NISP dan UUS Bank Sinarmas.
Terdapat konversi 2 UUS, UUS BRI dan UUS Bukopin menjadi
Bank Umum Syariah (BUS). Jumlah kantor bank syariah mencapai
1.140 kantor dan kantor layanan syariah (office channeling)
mencapai 1.929 kantor. Penyebaran jaringan kantor bank syariah
68
telah menjangkau masyarakat di lebih dari 89 kabupaten di 33
provinsi, sehingga pada tahun 2009 terdapat 6 Bank Umum Syariah
(BUS), 25 Unit Usaha Syariah (UUS), 1.140 kantor bank syariah
dan 1929 kantor layanan syariah (office channeling) (ww.bi.go.id).
Pada tahun 2010, jumlah Bank Umum Syariah bertambah
dengan diterbitkannya izin untuk 5 bank yang terdiri dari 3 bank
umum syariah (BUS) yang terbentuk melalui proses perubahan
kegiatan usaha (konversi) bank umum, dan 2 bank umum syariah
(BUS) yang terbentuk melalui proses pemisahan (spin-off) Unit
Usaha Syariah (UUS) Bank Umum. Izin perubahan kegiatan usaha
Bank Umum menjadi Bank Umum Syariah diberikan kepada PT.
Bank BCA Syariah yang semula PT. Bank UIB, PT. Bank Victoria
Syariah yang semula PT. Bank Swaguna, dan PT. Bank Maybank
Syariah Indonesia yang semula PT. Bank Maybank Indocorp. Izin
usaha BUS hasil pemisahan (spin-off) diberikan kepada PT. Bank
BNI Syariah dan PT. Bank Jabar Banten Syariah. Dengan terbitnya
izin untuk lima Bank tersebut, maka jumlah Bank Umum Syariah
di Indonesia sampai dengan akhir tahun 2010 tercatat menjadi
sebanyak 11 BUS dari sebelumnya sebanyak 6 bank umum syariah
(BUS) pada tahun 2009. Permohonan Bank Umum untuk membuka
Unit Usaha Syariah (UUS), namun jumlah unit usaha syariah
(UUS) berkurang sebanyak 2 unit usaha syariah (UUS) sehubungan
dengan dicabutnya izin usaha 2 unit usaha syariah (UUS)
69
sehubungan dengan pemisahan (spin-off) UUS dengan mendirikan
Bank Umum Syariah (BUS). Unit Usaha Syariah (UUS) yang
melakukan spin off untuk berdiri sebagai Bank Umum Syariah
(BUS) pada tahun 2010 adalah UUS PT. Bank Negara Indonesia
(Persero) Tbk dan UUS PT. Bank Jabar Banten yang masing-
masing menjadi PT. Bank BNI Syariah dan PT. Bank Jabar Banten
Syariah. Dengan demikian, jumlah unit usaha syariah (UUS) pada
tahun 2010 secara keseluruhan menjadi sebanyak 23, mengalami
penurunan apabila dibandingkan dengan jumlah unit usaha syariah
(UUS) pada akhir tahun 2009 yang sebanyak 25 unit usaha syariah
(UUS). Jaringan kantor perbankan syariah pada tahun 2010 jika
dibandingkan dengan tahun 2009 mengalami peningkatan pada
jumlah jaringan kantor bank umum syariah (BUS), namun jumlah
jaringan kantor unit usaha syariah (UUS) mengalami penurunan.
Jumlah jaringan kantor BUS meningkat sejumlah 493 kantor yaitu
dari 711 kantor pada akhir tahun 2009 menjadi 1.204 kantor pada
akhir tahun 2010. Sedangkan jumlah jaringan kantor UUS pada
tahun 2009 mengalami penurunan sejumlah 48 kantor yaitu dari
287 kantor pada akhir tahun 2009 menjadi 239 kantor pada akhir
tahun 2010. Dapat dilihat dalam tabel 4.1 berikut.
70
Tabel 4.1
Jaringan Kantor BUS dan UUS Tahun 2010
No. Kelompok Bank KP/UUS KPO/
KC
KCP/
UPS
KK
Bank Umum Syariah 11 317 689 198
1. PT. Bank Syariah Muamalat Indonesia 1 75 58 113
2. PT. Bank Syariah Mandiri 1 115 204 72
3. PT. Bank Syariah Mega Indonesia 1 34 329 5
4. PT. Bank Syariah BRI 1 35 47 1
5. PT. Bank Syariah Bukopin 1 8 5 -
6. PT. Bank Panin Syariah 1 4 - -
7. PT. Bank Victoria Syariah 1 6 2 -
8. PT. BCA Syariah 1 5 3 7
9. PT. Bank Jabar dan Banten 1 6 13 -
10. PT. Bank Syariah BNI 1 28 28 -
11. PT. Maybank Indonesia Syariah 1 1 - -
Unit Usaha Syariah 23 104 89 46
12. PT. Bank Danamon 1 8 3 -
13. PT. Bank Permata 1 10 12 -
14. PT. Bank Internasional Indonesia (BII) 1 5 20 -
15. PT. CIMB Niaga 1 22 5 -
16. HSBC, Ltd 1 5 - -
17. PT. Bank DKI 1 2 - -
18. BPD DIY 1 1 - -
19. BPD Jawa Tengah 1 2 - 2
20. BPD Jawa Timur 1 1 - 37
21. BPD Banda Aceh 1 2 9 -
22. BPD Sumatera Utara 1 4 1 -
23. BPD Sumatera Barat 1 2 2 1
24. BPD Riau 1 2 3 1
25. BPD Sumatera Selatan 1 3 - 2
26. BPD Kamlimantan Selatan 1 2 - -
27. BPD Kalimantan Barat 1 1 - -
28. BPD Kalimantan Timur 1 2 7 2
29. BPD Sulawesi Selatan 1 3 1 -
30. BPD Nusa Tenggara Barat 1 1 - -
31. PT. BTN 1 20 5 -
32. PT. Bank Tabungan Pensiun Nasional 1 2 21 -
33. PT. OCBC NISP 1 3 - -
34. PT. Bank Sinarmas 1 1 - 1
Sumber : Statistik Perbankan Syariah Indonesia 2010
71
B. Analisis dan Pembahasan
1. Analisis Deskriptif
a. Aset
Perkembangan jumlah aset Bank Umum Syariah (BUS) dan
Unit Usaha Syariah (UUS) dari triwulan pertama tahun 2006
sampai triwulan keempat tahun 2010 mengalami peningkatan yang
sangat baik, dapat dilihat pada grafik 4.1.
Grafik 4.1
Perkembangan Aset Bank Syariah
10,000,000
20,000,000
30,000,000
40,000,000
50,000,000
60,000,000
70,000,000
80,000,000
90,000,000
100,000,000
2006 2007 2008 2009 2010
ASET
Sumber : Data diolah
Dapat dilihat dari grafik 4.1 perkembangan aset bank syariah
terus meningkat disetiap triwulannya. Menurut Laporan
72
Perkembangan Perbankan Syariah tahun 2006, industri perbankan
syariah mengalami peningkatan volume usaha sebesar Rp 5,8 triliun
sehingga pada akhir periode laporan mencapai Rp 26,8 triliun.
Peningkatan tersebut memperbesar pangsa aset perbankan syariah
terhadap total aset perbankan nasional dari 1,4% pada akhir tahun
2005 menjadi 1,6% pada akhir 2006. Pembiayaan merupakan
kelompok aset perbankan syariah yang cukup dominan.
Pertumbuhan pembiayaan yang cukup signifikan dalam periode
laporan memperbesar pangsa pembiayaan dari 75% pada tahun 2005
menjadi 79%, sementara kelompok aset lainnya khususnya dalam
bentuk penempatan pada bank lain mengalami penurunan.
Berdasarkan kelompok bank, meskipun bank umum syariah tetap
merupakan pelaku utama industri, namun pangsa aset unit usaha
syariah (UUS) tercatat meningkat dari 18,2% pada tahun 2005
menjadi 20,8% pada tahun 2006. Dari segi total aset yang didapat
bank syariah dan unit usaha syariah pada triwulan pertama total aset
bank syariah yaitu sebesar Rp 20,5 triliun dan perkembangan dari
triwulan pertama hingga keempat tidak mengalami kenaikan yang
sangat pesat terbukti pada triwulan keempat total aset bank syariah
sebesar Rp 26,7 triliun. Ini terjadi karena pada awal tahun 2006
kondisi perekonomian masih sangat kuat dipengaruhi oleh dampak
lanjutan kenaikan BBM yang terjadi pada akhir tahun 2005 yang
tercermin dari tingginya inflasi dan suku bunga termasuk suku bunga
73
bank konvensional Tetapi, konsistensi kebijakan Bank Indonesia
(BI) maupun pemerintah di dalam pengendalian inflasi mengalami
penurunan. Sehingga total aset bank syariah naik secara perlahan.
Pada awal tahun 2007, ditengah optimisme terhadap kondisi
ekonomi yang semakin kondusif siring denga trend penurunan suku
bunga, total aset bank syariah meningkat ditiap triwulannya.
Peningkatan ini juga secara perlahan dapat dilihat dari triwulan
pertama total aset bank syariah sebesar Rp 28,4 triliun, triwulan
kedua sebesar Rp 29,2 triliun, triwulan ketiga Rp 31,8 triliun dan
triwulan keempat sebesar Rp 36,5 triliun. Pertumbuhan bank syariah
sebesar 36,7% pada tahun 2007. Total aset bank syariah cenderung
naik pada tingkat yang sama dan secara perlahan.
Pada tahun 2008 menurut Laporan Perkembangan Perbankan
Syariah, secara umum industri perbankan syariah nasional
mengalami dua kondisi perkembangan yang menonjol. Pertama,
pada semester pertama tahun 2008 pertumbuhan perbankan syariah
menunjukkan perkembangan yang cukup tinggi dalam angka yang
cenderung meningkat. Kedua, perkembangan industri mengalami
perlambatan pada semester kedua. Perlambatan tersebut erat
kaitannya dengan kondisi perekonomian nasional yang mulai
terimbas oleh situasi krisis keuangan global. Pada akhir 2008,
pertumbuhan aset bank syariah mencapai 35,6%. Pertumbuhan aset
74
industri perbankan syariah cenderung mengalami perlambatan
terutama sejak triwulan kedua, meskipun menunjukkan pertumbuhan
aset yang positif.
Pada tahun 2009, menurut Laporan Perkembangan Perbankan
Syariah, pertumbuhan aset industri perbankan syariah cenderung
mengalami perlambatan terutama sejak triwulan kedua, meskipun
menunjukkan pertumbuhan aset yang positif atau naik pada setiap
triwulannya namun bila dihitung pertumbuhannya cenderung
menurun. Hal ini diperangruhi oleh kelesuan ekonomi nasional,
belum pulihnya daya beli masyarakat yang tinggi yang berdampak
pada adanya pembatasan ekspansi usaha dan pengurangan konsumsi.
Pada tahun 2009 juga terjadi penurunan suku bunga, tetapi kinerja
perbankan syariah pada tahun 2009 relatif stabil dengan
pertumbuhan aset sebesar 33,37%.
Pada tahun 2010, menurut Laporan Perkembangan Perbankan
Syariah semakin berkurangnya tekanan krisis global, pulihnya daya
beli masyarakat dan mulai membaiknya aktivitas sektor riil, serta
bertambahnya jumlah bank umum syariah (BUS) baru secara
bersama-sama memberikan dampak positif bagi kinerja perbankan
syariah. Total aset perbankan syariah (BUS dan UUS) tumbuh
47,56% menjadi Rp 97 triliun. Peningkatan aset perbankan syariah
ini meningkat cukup signifikan bila dibandingkan dengan perbankan
75
nasional yang asetnya hanya tumbuh 18,7%. Dibandingkan tahun
2009, aset industri perbankan syariah tahun 2010 tumbuh sebesar
47,56% dengan peningkatan simpanan masyarakat sebesar 45,46%.
Hal ini antara lain didorong oleh kinerja sektor riil yang membaik
dan aktifitas industri perbankan syariah yang semakin meningkat.
b. Dana Pihak Ketiga (DPK)
Perkembangan jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang
dihimpun oleh Bank Syariah dalam menjalankan usahanya dari
triwulan pertama tahun 2006 sampai triwulan keempat tahun 2010
terus meningkat. Ini menandakan bahwa masyarakat telah
mempercayai Bank Syariah untuk menitipkan dana yang dipunya
kepada Bank Syariah, selain itu juga usaha dari Bank Syariah dalam
menawarkan produk-produk penghimpun dana sangat baik.
Peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh Bank
Syariah dapat dilihat dalam grafik 4.2.
76
Grafik 4.2
Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Syariah
10,000,000
20,000,000
30,000,000
40,000,000
50,000,000
60,000,000
70,000,000
80,000,000
2006 2007 2008 2009 2010
DPK
Sumber : Data diolah
Menurut Laporan Perkembangan Perbankan Syariah tahun
2006, dari sisi penghimpunan dana, perkembangan dana pihak ketiga
(DPK) perbankan syariah tahun 2006 diwarnai kondisi persaingan
penghimpunan dana yang semakin ketat pada industri perbankan
secara umum. Terlebih dengan semakin menariknya alternatif
investasi melalui pasar modal. Dalam kondisi suku bunga yang
tinggi, daya tarik produk penghimpunan dana perbankan syariah
mengalami penurunan secara retalif terhadap produk perbankan
konvensional sehingga pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) pada
triwulan pertama tahun 2006 mengalami tekanan. Pada triwulan
77
ketiga tahun 2006, terjadi penurunan suku bunga ini menjadikan
dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun perbankan syariah
meningkat secara signifikan sehingga mampu mencapai
pertumbuhan sebesar 32,7% yang terutama didukung oleh dana
pihak ketiga (DPK) unit usaha syariah (UUS) yang mencapai 80,8%.
Pada tahun 2006, struktur dana pihak ketiga (DPK) perbankan
syariah masih didominasi oleh dana investasi tidak terikat, namun
kecenderungan bergeser kearah giro dan tabungan (wadi’ah maupun
mudharabah) yang memiliki maturitas relatif pendek. Hal ini
mengindikasikan likuiditas nasabah perbankan syariah yang
cenderung meningkat sepanjang tahun 2006.
Menurut Laporan Perkembangan Perbankan Syariah tahun
2007, perkembangan dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun
perbakan syariah pada tahun 2007 mengalami peningkatan,
pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) mencapai 35,5% lebih tinggi
dari laju pertumbuhan pada tahun 2006 yaitu sebesar 32,7%.
Sehingga pada akhir 2007 dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun
perbankan syariah mencapai Rp 28 triliun. Pertumbuhan dana pihak
ketiga (DPK) yang tinggi terutama dialami unit usaha syariah (UUS)
bank konvensional yang berhasil mengangkat pertumbuhan dana
pihak ketiga (DPK) yaitu sebesar 71,2%, ini dikarenakan adanya
pemanfaatan layanan syariah (office channeling).
78
Pada tahun 2008, menurut Laporan Perkembangan Perbankan
Syariah terjadi penurunan dana pihak ketiga (DPK) sejak triwukan
kedua tahun 2008, akibatnya pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK)
melambat. Meskipun melambat, pertumbuhan dana pihak ketiga
(DPK) masih berada pada angka pertumbuhan yang relatif tinggi
yaitu sebesar 31,6%. Perlambatan pertumbuhan dana pihak ketiga
(DPK) ini dominan dipengaruhi oleh jenis dana pihak ketiga (DPK)
yang berasal dari nasabah korporasi, dimana jenis nasabah ini cukup
sensitif dengan kondisi perekonomian secara umum.
Pada tahun 2009, menurut Laporan Perkembangan Perbankan
Syariah terjadi peningkatan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK)
dari 35,5% tahun 2008 menjadi 37,7% pada tahun 2009. Tingginya
pertumbuhan DPK pada akhir tahun 2009 tersebut sedikit banyak
dipengaruhi oleh ketatnya likuiditas yang memaksa pelaku usaha
termasuk lembaga keuangan menahan dana mereka. Kondisi
ketatnya likuiditas juga mempengaruhi prilaku masyarakat yang
relatif menahan konsumsi mereka, sehingga ada kecenderungan
pemeliharaan dana yang berdampak pada peningkatan dana pihak
ketiga (DPK) perbankan syariah. Selain itu, peningkatan ini juga
dipengaruhi oleh return bank syariah yang cukup bersaing dengan
adanya kebijakan penurunan suku bunga diperbankan konvensional.
Pada akhir tahun 2009, peningkatan jumlah dana pihak ketiga (DPK)
79
lebih didorong oleh jumlah transaksi yang dilakukan oleh nasabah
extising, dibandingkan dengan peningkatan jumlah nasabah baru.
Pada tahun 2010, menurut Laporan Perkembangan Perbankan
Syariah penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) masih
menunjukkan peningkatan dan bahkan melampaui pertumbuhan
tahun 2009. Sempat terjadi perlambatan pertumbuhan pada triwulan
pertama tahun 2010, perbankan syariah mampu melakukan
akselerasi pada triwulan berikutnya dan bahkan tumbuh tinggi di
triwulan keempat tahun 2010. Peningkatan dana pihak ketiga (DPK)
tersebut tidak hanya terbatas pada pertumbuhan nominal, namun
juga dari sisi jumlah rekening. Jumlah rekening dana pihak ketiga
(DPK) pada tahun 2010 tumbuh menggembirakan sampai dengan
triwulan ketiga, namun tumbuh sedikit melambat pada triwulan
keempat. Pertumbuhan jumlah rekening ini tidak diiringi oleh
penurunan nilai nominal dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun,
karena nilai simpanan dari nasabah lama terus meningkat.
Perkembangan positif pada penghimpunan dana pihak ketiga (DPK)
diperkirakan tidak terlepas kenyataan bawha return bagi hasil bank
syariah yang cukup bersaing dibandingkan dengan yang ditawarkan
bank konvensional. Sehingga pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK)
pada tahun 2010 meningkat sebesar 45,46% menjadi Rp 76 triliun.
80
c. Pembiayaan
Perkembangan jumlah pembiayaan yang diberikan oleh Bank
Syariah kepada masyarakat dari triwulan pertama tahun 2006 sampai
triwulan keempat tahun 2010 mengalami peningkatan yang cukup
baik. Bank Syariah memberikan pembiayaan kepada masyarakat ke
sektor riil yang tujuannya untuk membantu dan mengembangkan
usaha yang dijalankan oleh masyarakat, pembiayaan ini cenderung
mengarah ke Usaha Kecil dan Menengah, guna membantu
masyarakat dan pemerintah agar lebih maju lagi. Penigkatan jumlah
pembiayaan yang diberikan dapat dilihat dalam grafik 4.3.
Grafik 4.3
Perkembangan Pembiayaan Bank Syariah
10,000,000
20,000,000
30,000,000
40,000,000
50,000,000
60,000,000
70,000,000
2006 2007 2008 2009 2010
PEMBIAYAAN
Sumber : Data diolah
81
Pada tahun 2006, menurut Laporan Pertumbuhan
Perbankan Syariah kegiatan penyaluran dana oleh perbankan syariah
melalui berbagai bentuk akad pembiayaan masih berjalan optimal,
dengan laju pertumbuhan sebesar 34,2%. Ekspansi pembiayaan yang
tinggi terutama dilakukan oleh unit usaha syariah (UUS) dengan laju
ekspansi 52%, sementara itu ekspansi pembiayaan bank umum
syariah relatif lebih rendah yaitu sebesar 29,7%. Berdasarkan jenis
akad yang digunakan, pangsa kelompok pembiayaan berdasarkan
ijarah semakin meningkat sementara pembiayaan berbasis bagi hasil
terdiri atas pembiayaan mudharabah dan musyarakah mengalami
penurunan, pembiayaan berbasis murabahah juga mengalami
penurunan.
Pada tahun 2007, menurut Laporan Perkembangan
Perbankan Syariah penyaluran pembiayaan oleh perbankan syariah
menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu
sebesar 36,7% lebih tinggi dari pertumbuhan pembiayaan tahun 2006
sebesar 34,2%. Berdasarkan kelompok bank, pertumbuhan yang
tinggi ditunjukkan oleh unit usaha syariah (UUS) bank umum
konvensional (BUK) sebesar 65,9%, sementara pertumbuhan
pembiayaan bank umum syariah (BUS) relatif lebih rendah yaitu
sebesar 29,8%. Berdasarkan jenis akad pembiayaan yang digunakan,
pangsa kelompok pembiayaan berdasarkan qardh semakin
meningkat. Sementara pembiayaan berbasis bagi hasil terdiri atas
82
pembiayaan mudharabah dan musyarakah mengalami peningkatan.
Tetapi pembiayaan murabahah mengalami penururnan.
Pada tahun 2008, menurut Laporan Perkembangan
Perbankan Syariah penyaluran pembiayaan oleh perbankan syariah
secara konsisten terus mengalami peningkatan dengan pertumbuhan
sebesar 17,6% dari triwulan keempat tahun 2007 atau menjadi
42,05% pada triwulan keempat tahun 2008, meskipun kondisi di
tahun 2008 mengalami perlambatan. Sementara itu, nilai pembiayaan
yang disalurkan oleh perbankan syariah mencapai Rp 38,19 triliun.
Peningkatan pembiayaan pada produk berbasis bagi hasil, khususnya
denga akad musyarakah yang berisiko lebih tinggi dan krisis
keuangan global tidak banyak berpengaruh terhadap kualitas
pembiayaan perbankan syariah.
Pada tahun 2009, menurut Laporan Perkembangan
Perbankan Syariah penyaluran pembiayaan oleh perbankan syariah
selama tahun 2009 telah mencapai nilai Rp 46,9% triliun, bertumbuh
22,74% mengalami perlambatan dibandingkan dengan pertumbuhan
pembiayaan tahun 2008 sebesar 36,70%. Walaupun demikian
dengan pertumbuhan penyaluran pembiayaan bank syariah masih
lebih baik dibandingkan penyaluran kredit oleh bank konvensional
nasional yang hanya bertumbuh 9,96%. Penurunan penyaluran dana
tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh masih lemahnya permintaan
83
ekspor dan penurunan harga komoditas, belum pulihnya daya beli
masyarakat dan biaya ekonomi tinggi yang berdampak pada adanya
pembatasan ekspansi usaha dan pengurangan konsumsi. Struktur
pembiayaan pada tahun 2009 masih didominasi oleh akad
murabahah dengan posisi pada triwulan keempat sebesar 56,1% dari
total pembiayaan. Demikian pula porsi pembiayaan musyarakah
yang menurun dari 16,3% di tahun 2008 menjadi 14,1% ditahun
2009. Pembiayaan mudharabah juga mengalami peningkatan yaitu
sebesar 22,2% tahun 2009 dari 19,4% di tahun 2008. Pembiayaan
qardh juga mengalami peningkatan dari 2,5% di tahun 2008 menjadi
3,9% di tahun 2009. Peningkatan pembiayaan qardh ini tidak
terlepas dari mulai dipercayanya gadai yang dilakukan oleh bank
syariah oleh masyarakat.
Pada tahun 2010, menurut Laporan Perkembangan
Perbankan Syariah penyaluran pembiayaan oleh perbankan syariah
selama tahun 2010 meningkat cukup tinggi dibanding tahun 2009
yaitu mencapai 44,91%. Sedikit mengalami perlambatan pada
triwulan ketiga, pembiayaan bank syariah tumbuh cukup signifikan
pada triwulan keempat. Pembiayaan perbankan syariah masih
didominasi oleh piutang murabahah yakni sebesar 55,01% diikuti
oleh penyaluran pembiyaan musyarakah dan mudharabah masing-
masing sebesar 21,45% dan 12,66%. Walaupun porsi penyaluran
pembiayaan berbasis bagi hasil (musyarakah dan mudharabah)
84
masih lebih kecil dibandingkan penyaluran pembiayaan berbasis jual
beli (murabahah), tren perkembangannya semakin meningkat dari
tahun ke tahun. Dalam jumlah yang kecil, penyaluran pembiayaan
syariah dialokasikan pada pembiayaan bebasis akad qardh, ijarah
dan istishna masing-masing sebesar 6,94%, 3,43%, dan 0,51%.
Dilihat dari perkembangannya dapat mengindikasikan bahwa bank
syariah secara bertahap telah mampu memitigasi risiko penyaluran
pembiayaan berbasis bagi hasil dan mulai mengurangi
ketergantungan pada penyaluran pembiayaan berbasis jual beli.
Fenomena menarik lainnya adalah meningkatkan porsi penyaluran
pembiayaan dengan akad qardh yang sebagian besar merupakan
transaksi rahn atau gadai emas yang memang menjadi keunggulan
perbankan syariah sepanjang tahun 2010.
d. Laba Tahun Berjalan
Perkembangan laba tahun berjalan yang didapat bank
syariah cenderung fluktuatif. Dapat dilihat dalam grafik 4.4.
85
Grafik 4.4
Perkembangan Laba Tahun Berjalan Bank Syariah
0
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
2006 2007 2008 2009 2010
LABA
Sumber : Data diolah
Pada tahun 2006, menurut Laporan Perkembangan
Perbankan Syariah laba yang diterima bank syariah sebesar Rp 471,8
miliar. Ditinjau dari sumbernya, pendapatan perbankan syariah
secara dominan masih berasal dari margin piutang, khususnya
piutang murabahah dan bagi hasil pembiayaan bagi hasil.
Pertumbuhan laba sedikit tertahan pada tahun 2006 dengan semakin
banyaknya porsi pendapatan operasional yang dialokasikan pada
bagi hasil kepada deposan dalam upaya mempertahankan daya saing,
serta semakin meningkatnya beban pembentukan cadangan dalam
ranga mengantisipasi peningkatan risiko pembiayaan.
86
Pada tahun 2007, menurut Laporan Perkembangan
Perbankan Syariah perbankan syariah mampu mencatatkan tingkat
keuntungan sebesar Rp 540 miliar. Pendapatan yang didapat bank
syariah yaitu dari penyaluran dana, khususnya dalam bentuk piutang
murabahah tetap menjadi sumber utama. Profitabilitas yang
meningkat, mendukung penguatan modal perbankan syariah. Namun
mengingat pada saat yang sama bank syariah harus menghadapi
konsekuensi peningkatan risiko sejalan dengan optimalisasi
produktivitas aset, maka kecukupan permodalan perbankan syariah
sedikit menurun.
Pada tahun 2008, menurut Laporan Perkembangan
Perbankan Syariah terjadi krisis keuangan global yang bermula dari
Amerika Serikat dan ketatnya kredit atau likuiditas global yang
semakin serius pada akhir tahun 2008. Kondisi ini sebagai penyebab
perlambatan aktifitas ekonomi riil domestik Indonesia. Secara umum
profitabilitas perbankan syariah mengalami kecenderungan
meningkat dari tahun 2005 hingga triwulan ketiga 2008. Terjadi
penurunan yang cukup tajam pada triwulan keempat akibat
terjadinya krisis global tersebut. Pertumbuhan laba perbankan
syariah terus menunjukkan kecenderungan penurunan. Kontribusi
utama dari pendapatan perbankan syariah dalam menghasilkan laba
adalah piutang murabahah sebesar 45,5% dan pembiayaan
mudharabah yang mencapai 16,7% dari seluruh total pendapatan
87
perbankan syariah. Kondisi ini mencerminkan bahwa kontributor
utama pendapatan bank syariah adalah pendapatan tetap terutama
penyaluran dana dalam bentuk piutang murabahah dan pembiayaan
mudharabah yang masih mendominasi bisnis bank syariah.
Pada tahun 2009, menurut Laporan Perkembangan
Perbankan Syariah setelah mengalami penurunan pada triwulan
keempat tahun 2008, profitabilitas perbankan syariah sempat
mengalami peningkatan pada triwulan pertama dan kedua di tahun
2009. Namun, kondisi tersebut kembali menunjukkan penurunan
pada awal triwulan ketiga pada tahun 2009 sehingga posisi triwulan
keempat tahun 2009 kembali mendekati posisi triwulan keempat
tahun 2008. Kondisi tersebut sejalan dengan penurunan efisiensi
perbankan syariah pada triwula ketiga dan keempat tahun 2009.
Peningkatan efisiensi mengakibatkan kinerja perbankan syariah
dalam menghasilkan laba tahun 2009 hanya mengalami sedikit
peningkatan, dengan laba sebesar Rp 791 miliar atau pertumbuhan
laba sebesar 17%. Secara rata-rata tingkat efisiensi perbankan
syariah pada tahun 2009 masih pada tingkat yang baik.
Pada tahun 2010, menurut Laporan Perkembangan
Perbankan Syariah tingkat profitabilitas perbankan syariah pada
tahun 2010 menunjukkan kinerja yang membaik dilihat dari Net
Operating Margin (NOM) dan Return on Assets (ROA).
88
Pertumbuhan pembiayaan yang diberikan masih merupakan sumber
utama peningkatan pendapatan perbankan syariah, khususnya
penerimaan dari pembiayaan dengan akad murabahah dan
musyarakah. Pertumbuhan pendapatan perbankan syariah pada tahun
2010 masih lebih tinggi.
2. Analisis Pengujian Statistik
a. Uji Stasioneritas
Sebelum melakukan analisa regresi dengan menggunakan data
times series, perlu dilakukan uji stasioneritas terhadap seluruh variabel
untuk mengetahui apakan variabel-variabel tersebut stasioner atau tidak.
Pengujian ini dilakukan dengan melakukan pengujian unit root, yang
bertujuan mengetahui apakah data tersebut mengandung unit root atau
tidak. Jika variabel tersebut mengandung unit root, maka data tersebut
dikatakan data tidak stasioner. Dengan kata lain suatu data times series
dikatakan stasioner jika nilai rata-rata (mean), variance dan autocovariance
bukan merupakan fungsi dari waktu (time invariant). Jika data time series
tidak memenuhi kriteria tersebut maka data dikatakan tidak stasioner.
Dengan kata lain data times series dikatakan tidak stasioner jika rata-
ratanya maupun variancenya tidak konstan, berubah-ubah sepanjang
waktu.
Pengujian akar-akar unit untuk semua variabel yang digunakan
dalam analisis runtun waktu perlu dilakukan untuk memenuhi kesahihan
89
analisis ARIMA. Untuk mengetahui apakah ada unit root pada variabel
data yang digunakan, maka nilai Augmented Dicky-Fuller (ADF) t-
Statistic harus lebih kecil dibandingkan dengan test critical values atau
nilai kritis (Wing Wahyu Winarno, 2007:79).
Perlu dilakukan uji unit root untuk mengetahui sampai berapa kali
diferensiasi harus dilakukan agar data time series menjadi stasioner.
Metode pengujian unit root dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan uji Augmented Dickey-Fuller (ADF).
Tabel 4.2
Uji Stasioner Pada Tingkat Level
No Nama
Variabel ADF Statistik
Critical
Value 5% Prob Keterangan
1 Aset 2.583574 -3.673616 1.0000
Tidak
Stasioner
2 DPK 3.645655 -3.733200 1.0000
Tidak
Stasioner
3 Pembiayaan 1.886270 -3.690814 1.0000
Tidak
Stasioner
4
Laba Tahun
Berjalan -2.406072 -3.673616 0.3649
Tidak
Stasioner
Sumber : Data diolah
Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa nilai ADF Statistik untuk
semua variabel yaitu Aset, DPK, Pembiayaan dan Laba Tahun Berjalan
tidak signifikan pada α = 5%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
data series tersebut belum stasioner. Salah satu cara yang dapat dilakukan
untuk mengatasi ini adalah dengan membuat first difference dari series
yang tidak stasioner.
Hasil uji stasioner dengan menggunakan ADF statistik terhadap
first difference variabel penelitian dapat dilihat pada tabel 4.3.
90
Tabel 4.3
Uji Stasioneritas Pada Tingkat 1st difference
No Nama Variabel ADF Statistik Critical
Value 5% Prob Keterangan
1 Aset -2.459061 -3.690814 0.3412
Tidak
Stasioner
2 DPK -0.691402 -3.759743 0.9538
Tidak
Stasioner
3 Pembiayaan -0.942136 -3.710482 0.9260
Tidak
Stasioner
4
Laba Tahun
Berjalan -4.564662 -3.733200 0.0120 Stasioner
Sumber: Data diolah
Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa first difference dari variabel
Laba Tahun Berjalan signifikan pada α = 5% dengan ADF Statistik,
sedangkan variabel Aset, DPK dan Pembiayaan tidak signifikan pada α =
5%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data serier Aset, DPK dan
Pembiayaan belum stasioner pada tingka first difference. Cara
mengatasinya dengan membuat second difference dari data series yang
tidak stasioner.
Hasil uji stasioner dengan menggunakan ADF Statistik terhadap
second difference variabel penelitian dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4
Uji Stasioner Pada Tingkat 2nd Difference
No Nama Variabel ADF Statistik Critical
Value 5% Prob Keterangan
1 Aset -7.425287 -3.710482 0.0001 Stasioner
2 DPK -5.121606 -3.759743 0.0053 Stasioner
3 Pembiayaan -9.175418 -3.710482 0.0000 Stasioner
Sumber : Data diolah
91
Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa second difference dari variabel
Aset, DPK dan Pembiayaan signifikan pada α = 5% dengan ADF Statistik,
sehingga dapat disimpulkan data tersebut telah menjadi series yang
stasioner.
b. Pengujian Box-Jenkins (ARIMA)
Model ARIMA merupaka model yang menggunakan series-nya
sendiri untuk melakukan peramalan. Model ARIMA ini sangat cocok untuk
forecasting jangka pendek. Ada beberapa tahapan dalam permodelan yaitu
yang pertama adalah identifikasi model (stasioneritas data). Kedua adalah
estimasi AR dan MA dalam model. Selanjutnya melakukan tes diagnostik
untuk mengetahui model yang terpilih cocok dengan data atau tidak. Terakhir
melakukan peramalan untuk menentukan kondisi di masa yang akan datang
(Annisa Arifiani, 2009:50).
Pengujian ARIMA yang dilakukan terhadap model-model tingkat
pertumbuhan bank syariah dengan variabel-variabel yang mempengaruhi
tingkat pertumbuhan bank syariah, lalu dibandingkan dengan setiap model
tingkat pertumbuhan bank syariah satu sama lain. Dengan melihat
kesignifikan variabel independen dengan variabel dependen. Dalam hal ini
setiap model mempunyai variabel yang berbeda dengan variabel yang
terdapat di model lain.
92
Metode baku yang digunakan untuk pemilihan model ARIMA
melalui correlogram, yaitu Autocorrelation Function (ACF) dan Partial
Autocorrelation (PACF). Untuk menentukan ordo maksimal AR (p) dan MA
(q) dapat dilihat dari banyaknya koefisien autokolerasi yang berbeda dari nol.
Dalam penelitian ini, ordo maksimal AR dan ordo maksimal MA untuk
masing-masing variabel yang diestimasikan akan ditujukan dalam tabel
dibawah ini. Pengujian ARIMA yang dilakukan untuk masing-masing
variabel yaitu aset, dana pihak ketiga (DPK), pembiayaan dan laba tahun
berjalan.
c. Estimasi ARIMA
Langkah berikut adalah melakukan estimasi atau coba-coba. Untuk
menentukan model ARIMA yang tepat dibutuhkan estimasi agar
mendapatkan model yang tepat, yang akan dipilih dalam penelitian ini.
Masing-masing variabel diestimasi untuk mendapatkan model yang tepat
untuk peramalan. Pemilihan model ARIMA terbaik juga dapat dilihat dari
nilai Akaike Info Criterion (AIC) dan Schwarz Criterion (SIC). Model
dengan nilai AIC dan SIC yang lebih kecil , maka memiliki kualitas yang
lebih baik dan model itulah yang sebaiknya kita pilih (Wing Wahyu Winarno,
2009:7.31).
93
Tabel 4.5
Hasil Estimasi ARIMA Model Prediksi Aset
Model
ARIMA
Parameter Koefisien t-Statistic Prob. AIC SIC
(1,2,2)
Constant
AR(1)
MA(2)
413985.5
-1.071793
-0.810984
2.217148
-8.507304
-3.538874
0.0437
0.0000
0.0033
32.29461
32.44164
(2,2,1)
Constant
AR(2)
MA(1)
728409.1
0.467389
-0.859883
1.209382
1.136983
-3.506073
0.2481
0.2761
0.0039
32.56112
32.70598
Sumber : Hasil data diolah
Dari hasil estimasi berbagai model yang dilakukan untuk
mendapatkan model ARIMA yang terbaik agar mendapatkan model
peramalan yang tepat untuk aset. Dapat dilihat pada tabel 4.5 model ARIMA
(1,2,2) nilai probabilitas AR(1) dan MA(2) sangat kecil kurang dari 5%,
sehingga sudah signifikan pada α = 5%. Dibandingkan dengan model
ARIMA (2,2,1) nilai probabilitas AR(2) dan MA(1) lebih besar dari 5% atau
tidak signifikan pada α = 5%.
Dilihat dari tabel 4.5 nilai AIC dan SIC untuk model ARIMA
(1,2,2) lebih kecil dibandingkan model ARIMA (2,2,1). Maka telah
ditetapkan bahwa model ARIMA yang terbaik adalah (1,2,2). Dimana dapat
dilihat bahwa semua koefisiennya signifikan secara statistik pada α = 5%.
Dapat dijelaskan bahwa H0 ditolak, sehingga model ARIMA aset (1,2,2)
dapat digunakan untuk peramalan. Persamaan untuk model ARIMA (1,2,2)
yaitu :
94
t = 1) + 1) t-1 – 1 t-2 + t + 1 t-1
Berdasarkan output, kita telah mengetahui bahwa:
AR (1) = 1 = -1.071793
MA (2) = 1 = -0.810984
C = = 413985.5
Maka persamaan untuk model ARIMA (1,2,2) yaitu :
t = (1 + 1.071793) 413985.5 + (1 – 1.071793) t-1 + 1.071793 t-2 - 0.810984
Tabel 4.6
Hasil Estimasi ARIMA Model Prediksi Dana Pihak Ketiga (DPK)
Model
ARIMA Parameter Koefisien t-Statistic Prob.
AIC SIC
(1,2,1)
Constant
AR(1)
MA(1)
465583.3
-1.065671
0.928973
1.012658
-26.07126
16.90532
0.3284
0.0000
0.0000
32.03874
32.18578
(3,2,2)
Constant
AR(3)
MA(2)
381857.1
-1.132608
-0.994795
6.158794
-19.27012
-4.231382
0.0000
0.0000
0.0012
31.82334
31.96495
Sumber : Hasil data diolah
Dari hasil estimasi berbagai model yang dilakukan untuk
mendapatkan model ARIMA yang terbaik agar mendapatkan model
peramalan yang tepat untuk dana pihak ketiga (DPK). Dapat dilihat pada
tabel 4.6 model ARIMA (1,2,1) nilai probabilitas AR(1) dan MA(1) sangat
95
kecil kurang dari 5%, sehingga sudah signifikan pada α = 5%. Model ARIMA
(3,2,2) nilai probabilitas AR(3) dan MA(2) juga signifikan pada α = 5%.
Dari model ARIMA tersebut masing-masing signifikan pada α =
5%. Untuk menentukan model ARIMA terbaik DPK dapat dilihat dari Akaike
Info Criterion (AIC) dan Schwarz Criterion (SIC), dimana yang lebih kecil
nilainya AIC dan SIC maka model tersebut yang dipilih sebagai model
ARIMA terbaik DPK. Dilihat dari tabel 4.6 model ARIMA (3,2,2) nilai AIC
dan SIC lebih kecil dibandingkan nilai AIC dan SIC model ARIMA (1,2,1).
Maka telah ditetapkan bahwa model ARIMA yang terbaik adalah (3,2,2).
Dimana dapat dilihat bahwa semua koefisiennya signifikan secara statistik
pada α = 5%. Dapat dijelaskan bahwa H0 ditolak, sehingga model ARIMA
terbaik DPK (3,2,2) dapat digunakan untuk peramalan. Persamaan untuk
model ARIMA (3,2,2) yaitu :
t = 1) + 1) t-1 – 1 t-2 + t + 1 t-1
Berdasarkan output, kita telah mengetahui bahwa:
AR (3) = 1 = -1.132608
MA (2) = 1 = -0.994795
C = = 381857.1
Maka persamaan untuk model ARIMA (3,2,2) yaitu :
t = (1 + 1.132608) 381857.1 + (1 – 1.132608) t-1 + 1.132608 t-2 - 0.994795
96
Tabel 4.7
Hasil Estimasi ARIMA Model Prediksi Pembiayaan
Model
ARIMA Parameter Koefisien t-Statistic Prob.
AIC SIC
(1,2,1)
Constant
AR(1)
MA(1)
269253.2
-0.899829
0.421127
1.230034
-5.095193
1.270145
0.2390
0.0002
0.2247
31.02445
31.17149
(3,2,4)
Constant
AR(3)
MA(4)
300519.3
-0.735835
-0.894454
2.263767
-4.581157
-19.66111
0.0429
0.0006
0.0000
30.62751
30.76912
Sumber : Hasil data diolah
Dari hasil estimasi berbagai model yang dilakukan untuk
mendapatkan model ARIMA yang terbaik agar mendapatkan model
peramalan yang tepat untuk pembiayaan. Dapat dilihat pada tabel 4.7 model
ARIMA (1,2,1) nilai probabilitas AR(1) dan MA(1) lebih besar dari 5%,
sehingga tidak signifikan. Model ARIMA (3,2,4) nilai probabilitas AR(3) dan
MA(4) lebih kecil dari 5% sehingga signifikan pada α = 5%.
Dilihat dari tabel 4.7 model ARIMA (3,2,4) nilai AIC dan SIC
lebih kecil dibandingkan nilai AIC dan SIC model ARIMA (1,2,1). Maka
telah ditetapkan bahwa model ARIMA yang terbaik adalah (3,2,4). Dimana
dapat dilihat bahwa semua koefisiennya signifikan secara statistik pada α =
5%. Dapat dijelaskan bahwa H0 ditolak, sehingga model ARIMA terbaik
pembiayaan (3,2,4) dapat digunakan untuk peramalan. Persamaan untuk
model ARIMA (3,2,4) yaitu :
97
t = 1) + 1) t-1 – 1 t-2 + t + 1 t-1
Berdasarkan output, kita telah mengetahui bahwa:
AR (3) = 1 = -0.735835
MA (4) = 1 = -0.894454
C = = 300519.3
Maka persamaan untuk model ARIMA (3,2,4) yaitu :
t = (1 + 0.735835) 300519.3 + (1 – 0.735835) t-1 + 0.735835 t-2 - 0.894454
Tabel 4.8
Hasil Estimasi ARIMA Model Prediksi Laba Tahun Berjalan
Model
ARIMA Parameter Koefisien t-Statistic Prob. AIC SIC
(1,1,1)
Constant
AR(1)
MA(1)
41776.53
0.318994
-0.997608
2.349958
0.836682
-4.479071
0.0329
0.4159
0.0004
27.54704
27.69543
(2,1,2)
Constant
AR(2)
MA(2)
65551.31
-0.912767
0.882189
1.323459
-6.163958
13.59544
0.2069
0.0000
0.0000
27.46571
27.61274
Sumber : Hasil data diolah
Dari hasil estimasi berbagai model yang dilakukan untuk
mendapatkan model ARIMA yang terbaik agar mendapatkan model
peramalan yang tepat untuk laba tahun berjalan. Dapat dilihat pada tabel 4.8
model ARIMA (1,1,1) nilai probabilitas AR(1) dan MA(1) lebih besar dari
5%, sehingga tidak signifikan. Model ARIMA (2,1,2) nilai probabilitas
AR(2) dan MA(2) lebih kecil dari 5%, sehingga signifikan pada α = 5%.
98
Dilihat dari tabel 4.8 model ARIMA (2,1,2) nilai AIC dan SIC
lebih kecil dibandingkan nilai AIC dan SIC model ARIMA (1,1,1). Maka
telah ditetapkan bahwa model ARIMA yang terbaik adalah (2,1,2). Dimana
dapat dilihat bahwa semua koefisiennya signifikan secara statistik pada α =
5%. Dapat dijelaskan bahwa H0 ditolak, sehingga model ARIMA terbaik
pembiayaan (2,1,2) dapat digunakan untuk peramalan. Persamaan untuk
model ARIMA (2,1,2) yaitu :
t = 1) + 1) t-1 – 1 t-2 + t + 1 t-1
Berdasarkan output, kita telah mengetahui bahwa:
AR (2) = 1 = -0.912767
MA (1) = 1 = 0.882189
C = = 65551.31
Maka persamaan untuk model ARIMA (3,2,4) yaitu :
t = (1 + 0.912767) 65551.31 + (1 – 0.912767) t-1 + 0.912767 t-2 + 0.882189
d. Prediksi ARIMA
Setelah mendapatkan model ARIMA yang tepat, maka tahap
terakhir adalah prediksi. Dalam penelitian ini, akan dilakukan prediksi
terhadap variabel Aset, Dana Pihak Ketiga (DPK), Pembiayaan dan Laba
Tahun Berjalan untuk periode triwulan pertama 2011 sampai dengan triwulan
keempat tahun 2012. Hasil prediksi ini didapat dari persamaan yang telah
dibuat setelah mendapatkan model ARIMA terbaik untuk masing-masing
variabel.
99
Persamaan Aset :
t = (1 + 1.071793) 413985.5 + (1 – 1.071793) t-1 + 1.071793 t-2 - 0.810984
Persamaan DPK :
t = (1 + 1.132608) 381857.1 + (1 – 1.132608) t-1 + 1.132608 t-2 - 0.994795
Persamaan Pembiayaan :
t = (1 + 0.735835) 300519.3 + (1 – 0.735835) t-1 + 0.735835 t-2 - 0.894454
Persamaan Laba Tahun Berjalan :
t = (1 + 0.912767) 65551.31 + (1 – 0.912767) t-1 + 0.912767 t-2 + 0.882189
Untuk melihat kebenaran yang dihitung dalam persamaan model ARIMA
untuk memperoleh hasil prediksi, telah didapat hasil prediksi dari model
ARIMA terbaik yang didapat untuk masing-masing variabel yang dihasilkan
secara instan oleh E-views. Setelah dilakukan perhitungan persamaan dengan
melihat hasil prediksi yang sudah dihasilkan secara instan oleh E-views dan
kebenaran dari perhitungan persamaan sama dengan hasil prediksi yang telah
dihasilkan oleh E-views, maka dapat dilihat hasil prediksi untuk variabel aset,
dana pihak ketiga (DPK), pembiayaan dan laba tahun berjalan pada tabel 4.9
berikut ini.
100
Tabel 4.9
Hasil Prediksi ARIMA (dalam jutaan Rp)
Tahun Aset DPK Pembiayaan Laba
2011.I 120,893,112 83,005,687 81,768,143 1,263,397
2011.II 132,520,858 95,052,774 88,488,130 1,315,872
2011.III 139,827,224 103,538,929 94,978,771 1,498,476
2011.IV 152,622,910 113,471,434 102,032,718 1,575,963
2012.I 160,392,871 116,626,775 109,064,410 1,534,672
2012.II 174,407,063 124,629,609 116,786,515 1,589,329
2012.III 182,586,422 131,808,646 124,615,772 1,752,402
2012.IV 197,877,209 147,477,906 132,983,056 1,827,898
Sumber : Data diolah
Berdasarkan hasil prediksi yang telah dihitung, ditunjukkan bahwa
pertumbuhan nominal aset, dana pihak ketiga (DPK), pembiayaan dan laba
tahun berjalan bank syariah mengalami peningkatan dari triwulan pertama
tahun 2011 sampai dengan triwulan keempat tahun 2012.
Setelah mendapatkan hasil prediksi nominal untuk variabel aset, dana pihak
ketiga (DPK), pembiayaan dan laba tahun berjalan, selanjutnya dilakukan
perhitungan untuk dapat melihat pertumbuhan dari masing-masing variabel
untuk setiap triwulannya yaitu dari triwulan pertama tahun 2011 sampai
dengan triwulan keempat tahun 2012. Cara menghitung pertumbuhan dengan
menggunakan perhitungan sebagai berikut :
gi = (git – git-1) / git-1 x 100%
Keterangan: g : growth (%), i : aset, dana pihak ketiga, pembiayaan, dan laba
tahun berjalan, t : time.
Sehingga untuk setiap variabel pertumbuhannya dapat dihitung sebagai
berikut:
101
1) Pertumbuhan Aset
Asett = (Asett – Asett-1) / Asett-1 x 100%
2) Pertumbuhan DPK
DPKt = (DPKt – DPKt-1) / DPKt-1 x 100%
3) Pertumbuhan Pembiayaan
Pembiayaant = (Pembiayaant – Pembiayaant-1) / Pembiayaant-1 x 100%
4) Pertumbuhan Laba Tahun Berjalan
Labat = (Labat – Labat-1) / Labat-1 x 100%
Setelah dilakukan perhitungan untuk pertumbuhan dari masing-masing
variabel, dapat dilihat hasilnya dalam tabel 4.10.
Tabel 4.10
Prediksi Pertumbuhan Triwulanan Perbankan Syariah (dalam %)
Tahun Aset DPK Pembiayaan Laba Tahun
Berjalan
2011.I 5,95 9,16 7,89 -2,80
2011.II 9,61 14,51 8,21 4,15
2011.III 5,51 8,92 7,33 13,87
2011.IV 9,15 9,59 7,42 5,17
2012.I 5,09 2,78 6,89 -2,62
2012.II 8,73 6,86 7,08 3,56
2012.III 4,68 5,76 6,70 10,26
2012.IV 8,37 11,88 6,71 4,30
Sumber : Hasil Analisis
Berdasarkan tabel 4.10 ditunjukkan bahwa pertumbuhan bank
syariah yang meliputi aset, dana pihak ketiga (DPK), pembiayaan dan laba
tahun berjalan cenderung fluktuatif. Sedangkan untuk pertumbuhan tahunan
bank syariah di Indonesia ditunjukkan bahwa pertumbuhan aset pada tahu
2011 sebesar 56,50%. Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) pada tahun
2011 sebesar 49,23%. Pertumbuhan pembiayaan pada tahun 2011 sebesar
102
48,64%. Pertumbuhan laba tahun berjalan bank syariah pada tahun 2011
sebesar 21,13%. Dari kondisi tersebut terlihat bahwa pertumbuhan aset, dana
pihak ketiga, pembiayaan dan laba tahun berjalan bank syariah cenderung
cepat dan baik. Terlihat pada pertumbuhan Aset yang sangat tinggi di tahun
2011.
Pertumbuhan aset, dana pihak ketiga (DPK), pembiayaan dan laba
tahun berjalan yang cenderung fluktuatif sejalan dengan teori pertumbuhan
yang menyatakan bahwa mempertahankan pertumbuhan yang stabil dan
berkelanjutan adalah hal yang cukup sulit, ini ditemukan juga oleh Zook dan
Allen (1999) dalam Erva Yulianita (2010:17), menemukan bahwa hanya satu
dari tujuh perusahaan yang bisa bertahan dan memperoleh profitable growth.
Hasil prediksi ini juga sejalan dengan Feeser dan Willard (1990) dalam Erva
Yulianita (2010:17), yang menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan
merupakan salah satu dari isu yang paling penting dalam manajemen suatu
bisni karena menggambarkan penerimaan masyarakat dan kesuksesan
perusahaan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Banoon Sasmitasiwi dan Malik Cahyadin pada tahun 2008,
yang meneliti tentang indikator-indikator pertumbuhan perbankan syariah di
Indonesia yaitu aset, dana pihak ketiga dan pembiayaan yang hasil
memprediksi tingkat pertumbuhan perbankan syariah untuk tahun 2008 dan
mendapatkan hasil dan model ARIMA yang signifikan untuk peramalan
pertumbuhan perbankan syariah. Pertumbuhan perbankan syariah mengalami
103
fluktuasi disetiap triwulannya, walaupun prediksi nominal dari variabel aset,
dana pihak ketiga dan pembiayaan cenderung mengalami kenaikan ditiap
triwulannya.
e. Hasil Pengujian Hipotesis
Pengujian persyaratan analisis yang telah dilaksanakan sebelumnya
memberikan hasil bahwa variabel-variabel yang terlibat didalamnya
memenuhi kualifikasi persyaratan, penelitian dilanjutkan dengan melakukan
pengujian koefisien signifikansi model ARIMA yang terbaik untuk permalan
aset, dana pihak ketiga (DPK), pembiayaan dan laba tahun berjalan secara
parsial.
a. Uji t Statistik (Uji Test of Significant)
Untuk memperoleh keyakinan tentang kebaikan dari model
ARIMA dalam memprediksi, maka diperlukan adanya pengujian terhadap
signifikasi dari masing-masing koefisien dari model. Untuk menguji
koefisien dari masing-masing koefisien model, uji yang digunakan adalah
uji t. Menurut Santosa dan Ashari (2005) dalam Annisa Arifiani (2009:63),
mengatakan bahwa aturan penerimaan dan penolakkan hipotesis
menggunakan uji t, dimana H0 diterima jika t hitung lebih kecil dari pada t
tabel dan H0 ditolak jika t hitung lebih besar dari pada t tabel atau H0
diterima jika –t hitung lebih kecil dari pada –t tabel dan H0 ditolak jika –t
hitung lebih besar dari pada –t tabel. Digunakan uji t untuk masing-masing
parameter dari model yang dicoba oleh masing-masing variabel.
104
1) Aset
Model ARIMA (1,2,2). Koefisien untuk model ARIMA
untuk aset (1,2,2) yaitu AR(1) sebesar -1.071793 dengan nilai t hitung
sebesar -8.507304 dan koefisien MA(2) sebesar -0.810984 dengan
nilai t hitung sebesar -3.538874. Dapat dilihat bahwa -t hitung lebih
besar dari pada -t tabel dan nilai probabilitasnya α=5%, sehingga H0
ditolak artinya koefisien signifikan. Ini berarti model ini tepat untuk
digunakan dalam peramalan.
2) Dana Pihak Ketiga (DPK)
Model ARIMA DPK (3,2,2). Koefisien untuk model
ARIMA untuk DPK (3,2,2) yaitu AR(3) sebesar -1.132608 dengan
nilai t hitung sebesar -19.27012 dan koefisiean MA(2) sebesar -
0.994795 dengan nilai t hitung sebesar -4.231382. Dapat dilihat bahwa
nilai t hitung lebih besar dibandingkan nilai t tabel dan nilai
probabilitasnya α=5%, sehingga H0 ditolak artinya koefisien
signifikan. Ini berarti model ARIMA (3,2,2) terbaik untuk DPK dan
dapat dilanjutkan untuk peramalan.
3) Pembiayaan
Model ARIMA Pembiayaan (3,2,4). Koefisien untuk model
ARIMA untuk pembiayaan (3,2,4) yaitu AR(3) sebesar -0.735835
dengan nilai t hitung sebesar -4.581157 dan koefisien MA(4) sebesar -
0.894454 dengan nilai t hitung sebesar -19.66111. Dapat dilihat bahwa
t hitung lebih besar dari pada t tabel dan nilai probabilitasnya α=5%,
105
sehingga H0 ditolak artinya koefisien signifikan. Ini berarti model
ARIMA (3,2,4) terbaik untuk pembiayaan dan dapat digunakan untuk
peramalan.
4) Laba Tahun Berjalan
Model ARIMA laba tahun berjalan (2,1,2). Koefisien untuk
model ARIMA untuk laba tahun berjalan (2,1,2) yaitu AR(2) sebesar -
0.912767 dengan nilai t hitung sebesar -6.163958 dan nilai koefisien
MA(2) sebesar 0.882189 dengan nilai t hitung sebesar 13.59544.
Dapat dilihat bahwa nilai t hitung lebih besar dari pada t tabel dan
nilai probabilitasnya α=5%, sehingga H0 ditolak artinya koefisien
signifikan. Ini berarti model ARIMA (2,1,2) terbaik untuk laba tahun
berjalan dan dapat digunakan untuk peramalan.
107
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris tentang
perkembangan dan prediksi tingkat pertumbuhan bank syariah dilihat dari
variabel aset, dana pihak ketiga, pembiayaan dan laba tahun berjalan periode
perkembangan dari tahun 2006, 2007, 2008, 2009 dan 2010 triwulan
keempat sehingga didapatkan jumlah sampel (n) sebanyak 20 x 4 = 80
sampel. Obyek penelitian terdiri dari 80 sampel dengan periode pengamatan
selama 5 tahun, hal ini dapat dilihat pada tabel 3.1 yang menunjukkan total
aset, dana pihak ketiga, pembiayaan dan laba tahun berjalan yang terdapat
pada bab 3. Dari hasil penelitian data dan pembahasan yang dilakukan,
dengan menggunakan ARIMA atau Box Jenkins maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1. Perkembangan Bank Syariah dilihat dari aset, dana pihak ketiga (DPK),
pembiayaan dan laba tahun tahun berjalan dari tahun 2006 sampai tahun
2010 perkembangannya sangat baik. Total aset bank syariah tahun 2006
sebesar Rp 26,8 triliun dan pada tahun 2010 meningkat menjadi Rp 97,5
triliun. Total dana pihak ketiga (DPK) bank syariah pada tahun 2006
sebesar Rp 20,7 triliun dan pada tahun 2010 meningkat menjadi Rp 76
triliun. Total pembiayaan bank syariah tahun 2006 sebesar Rp 20,4 triliun
dan pada tahun 2010 meningkat menjadi Rp 68,2 triliun. Laba tahun
108
berjalan yang didapat bank syariah cenderung fluktuatif pada periode
tahun berjalan tetapi bila diliha dari akhir periodenya jumlah meningkat
disetiap tahunnya. Terbukti pada tahun 2006 laba tahun berjalan bank
syariah sebesar Rp 355 miliar dan pada akhir tahun 2010 laba tahun
berjalan sebesar Rp 1,3 triliun. Kenaikan dari total aset, dana pihak ketiga,
pembiayaan dan laba tahun berjalan juga disebakan karena semakin
banyaknya bank yang melakukan kegiatannya menggunakan prinsip
syariah dan bank umum yang membuka layanan syariah, sehingga total
aset, dana pihak ketiga(DPK), pembiayaan dan laba tahun berjalan
cenderung mengalami peningkatan.
2. Hasil prediksi tingkat pertumbuhan bank syariah di Indonesia dengan
menggunakan metode ARIMA mendapatkan hasil yang baik, karena
dalam mengolah data aset, dana pihak ketiga, pembiayaan dan laba tahun
berjalan telah mendapatkan model ARIMA yang terbaik untuk masing-
masing variabel dan dapat digunakan untuk peramalan yang akurat. Hasil
prediksi nominal dari variabel aset, dana pihak ketiga (DPK), pembiayaan
dan laba tahun berjalan juga sudah mendekati kenyataan data yang diolah
untuk periode waktu terakhirnya, sehingga dapat dikatakan hasil prediksi
nominalnya sudah mendekati kenyataan. Hasil prediksi pertumbuhan aset,
dana pihak ketiga (DPK), pembiayaan dan laba tahun berjalan
pertumbuhannya cenderung fluktuatif karena dilihat dari setiap triwulan,
tetapi jika dilihat dari hasil prediksi nominalnya cenderung naik di tiap
triwulannya. Model ARIMA yang terbaik untuk aset yaitu (1,2,2), dana
109
pihak ketiga (DPK) (3,2,2), pembiayaan (3,2,4) dan laba tahun berjalan
(2,1,2). Model ARIMA terbaik untuk aset, dana pihak ketiga, pembiayaan
dan laba tahun berjalan dilihat dari nilai probabilitasnya lebih kecil dari
0.05 atau 5% dan nilai AIC dan SIC untuk masing-masing model ARIMA
pada setiap variabel sudah lebih kecil, sehingga model ARIMA tersebut
dapat dilanjutkan untuk peramalan.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas maka implikasi pada penelitian ini dapat
dikemukakan sebagai berikut :
1. Bagi Bank Syariah
Variabel aset, dana pihak ketiga, pembiayaan dan laba tahun berjalan
yang telah mendapatkan model terbaik untuk peramalan dan memiliki
koefisien yang signifikan untuk memprediksi tingkat pertumbuhan
bank syariah di Indonesia. Sehingga dapat dijadikan sebagai bahan
acuan dan evaluasi bagi bank syariah untuk melihat perkembangan
dan prospek perkembangan bank syariah di Indonesia dan mengikuti
peraturan-peraturan yang telah dikeluarkan oleh Bank Indonesia
dalam menjalankan bisnisnya.
110
2. Bagi Nasabah
Sebagai nasabah dapat mengetahui perkembangan bank syariah di
Indonesia dan tingkat pertumbuhan aset, dana pihak ketiga,
pembiayaan dan laba sehingga nasabah dapat mempercayakan dan
menitipkan dananya di bank syariah dan dapat melihat prediksi
pertumbuhan aset, dana pihak ketiga, pembiayaan dan laba sehingga
mengetahui tentang prospek kedepan tentang kinerja bank syariah.
3. Pemilik Modal
Sebagai pemilik modal dapat mengetahui seberapa besar
perkembangan laba yang didapat oleh bank syariah dan prospek laba
di tahun 2011 sehingga dapat melihat bahwa bisnis bank syariah
sangat menguntungkan dan para pemilik modal tertarik untuk
membuka bank berbasis syariah, sehingga dapat memngembangkan
perekonomian Indonesia.
C. Saran
1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat membandingkan perkembangan
dan tingkat pertumbuhan antara bank syariah dengan bank konvensional.
2. Memperluas penelitian dengan menambah sampel penelitian dari 10 tahun
terakhir, sehingga dapat mengetahui secara jelas perkembangan dan
tingkat pertumbuhan bank syariah di Indonesia.
111
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. “Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah”, Pustaka Alvabet,
Jakarta, 2005.
Arifiani, Annisa. “Analisis Kurs Valas dengan Pendekatan Box-Jenkins : Studi
Empiris Rp/US $ dan Rp/Yen”, Skripsi Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009.
Arsitektur Perbankan Indonesia dalam www.bi.go.id
Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah dalam www.bi.go.id
Darna. “Sensitivitas Aset dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Volatilitas Tingkat
SBI dan Nilai Tukar Rupiah Serta Pengaruh Fatwa MUI Tentang
Pengharaman Bunga Bank”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol.6 No.2,
Jakarta, 2007.
Djalal, Nachrowi. “Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika Untuk Analisis
Ekonomin dan Keuangan”, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Jakarta, 2006.
Fattah, Abdul Lubis. “Analisa Pertumbuhan Bisnis Bank Syariah (Studi Kasus
PT. Bank Muamalat, Tbk)”, Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008.
Hanaris, Faizal Rivai. “Analisis Pengaruh Tingkat Bagi Hasil, Inflasi, IHSG, dan
Jumlah Uang Beredar (M2) Terhadap Dana Pihak Ketiga Perbankan di
Indonesia, Periode 2006-2008”, Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009.
Herlia, Ellyn Nur Hidayah. “Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Aset
Perbankan Syariah”, Thesis, Universitas Indonesia, Jakarta, 2008.
Himilia, Nora Primasari, “Faktor-Faktor yang Menghambat Perkembangan
Perbankan Syariah”, Jurnal Ekonomi, Jakarta, 2009.
HM, Muhammad S. “Perbankan Syariah dalam Industri Perbankan Nasional”,
Jurnal Manajemen, Akuntansi dan Bisnis Vol.3 No.1, Jakarta, 2005.
Kamal, Muhammad Zubair. “Acceleration Of The Growth Of Islamic Banking In
Indonesia”, 2008.
Kamus Bank Indonesia, www.bi.go.id
112
Karim, Adiwarman. “Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan”, PT.
Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2004.
Kasmir. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, PT. Rajagrafindo Persada,
Jakarta, 1998.
Kosirin. “Stimulator Bagi Pertumbuhan Perbankan Syariaj di Indonesia (Studi
Kasus PT. Bank Muamalat, Tbk)”, Skripsi Jurusan Syariah, Universitas
Islam Nergeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2006.
Majalah Info Bank No. 380, November, 2010.
Majalah Info Bank No. 381, Desember, 2010.
Muhammad. “Manajemen Pembiayaan Bank Syariah”, Akademi Manajemen
Perusahaan YKPN, Yogyakarta, 2002.
Nurmala dan Dian Nirmala Dewi. “Perbankan Syariah Indonesia dalam
Perkembanga dan Permasalahannya”, Jurnal Ilmiah, ESAI Vol.3 No.1,
Lampung, 2009.
Outlook Perbankan Syariah, www.bi.go.id, 2010.
Pratiwhi, Yuria Cleopatra. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proporsi Aset
Perbankan Syariah di Indonesia”, Thesis, Universitas Indonesia, Jakarta,
2008.
Rais, Sasli. “Sejarah dan Prospek Pengembangan Lembaga Perbankan Syariah
di Indonesia”, Jurnal Ekonomi, Jakarta, 2004.
Riyadi, Slamet. “Banking Assets and Liability Management”, Edisi 3, Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2006.
Rodoni, Ahmad dan Abdul Hamid. “Lembaga Keuangan Syariah”, Zikrul
Hakimi, Jakarta, 2008.
,“Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, CSES Press, Jakarta, 2006.
Samin dan Asmiranda Iriviandy. “Prospek Perkembangan Bank Syariah di
Indonesia (Studi Kasus PT. Bank Muamalat, Tbk)”, Jurnal Manajemen
dan Kewirausahaan Vol.1 No.1, Jakarta, 2009.
Sasmita, Banoon dan Malik Cahyadin. “Prediksi Pertumbuhan Perbankan
Syariah di Indonesia”, Jurnal Ekonomi, Universitas Kristen Petra, Jakarta,
2008.
113
Siamat, Dahlan. “Manajemen Lembaga Keuangan: Kebijakan Moneter dan
Perbankan”, Edisi Lima, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, Jakarta, 2005.
Soetantini, Noer. “Pemain Baru Bank Syariah 2011 Bertambah”,
suarasurabaya.net, Surabaya, 27 Agustus 2010.
Syafi’i, Muhammad Antonio. “Bank Syariah Dari Teori ke Praktik”, Gema
Insani, Depok, 2001.
Tanjung, Hendri dan Karnean A. Perwataatmadji. “Bank Syariah (Teori, Praktik
dan Peranannya)”, PT. Senayan Abadi, Jakarta, 2007.
Wahyu, Wing Winarno. “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews”,
Unit Penerbit Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN,
Yogyakarta, 2007.
Widarjono, Agus. “Ekonometrika Pengantar dan Aplikasi”, Ekonosia,
Yogyakarta, 2009.
Witi, Anriza Nasution. “Pengaruh Pertumbuhan Variabel Ekonomi Makro dan
Equivalen Rate Terhadap Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah di
Indonesia”, Thesis, Universitas Indonesia, Jakarta, 2009.
Wiyastuti, Sri dan MB. Hendrie Anto. “Perbankan Syariah Indonesia dalam
Perkembangan dan Permasalahan Volume Pembiayaan, Dana Pihak
Ketiga dan Biaya Intermediasi Terhadap Manajemen Laba Pada Bank
Umum Syariah di Indonesia”, Kajian Bisnis dan Manajemen Vol. 12
No.1, Jakarta, 2010.
Yulianita, Erva. “Analisis Perbandingan Faktor Determinan Pertumbuhan Aset,
Kredit (Pembiayaan), dan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum
Syariah dan Konvensional di Indonesia periode penelitian tahun 2004-
2008”, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Depok, 2010.
http://www.kontan.co.id/index.php/keuangan/news/35170/BI-Prediksi-Aset-Bank-
Syariah-Bisa-Mencapai-Rp-97-Triliun, Jakarta, 2010.
114
LAMPIRAN
1. Uji Stasioner Tingkat Level
a. Aset
Null Hypothesis: ASET has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic 2.583574 1.0000
Test critical values: 1% level -4.532598
5% level -3.673616
10% level -3.277364 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations
and may not be accurate for a sample size of 19
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(ASET)
Method: Least Squares
Date: 06/24/11 Time: 10:06
Sample (adjusted): 2006Q2 2010Q4
Included observations: 19 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. ASET(-1) 0.355317 0.137529 2.583574 0.0200
C -4238593. 1929350. -2.196902 0.0431
@TREND(2006Q1) -770430.0 461042.5 -1.671061 0.1142 R-squared 0.638500 Mean dependent var 4051211.
Adjusted R-squared 0.593312 S.D. dependent var 3221423.
S.E. of regression 2054368. Akaike info criterion 32.05277
Sum squared resid 6.75E+13 Schwarz criterion 32.20190
Log likelihood -301.5014 Hannan-Quinn criter. 32.07801
F-statistic 14.13000 Durbin-Watson stat 2.454164
Prob(F-statistic) 0.000292
115
b. Dana Pihak Ketiga (DPK)
Null Hypothesis: DPK has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 3 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic 3.645655 1.0000
Test critical values: 1% level -4.667883
5% level -3.733200
10% level -3.310349 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations
and may not be accurate for a sample size of 16
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(DPK)
Method: Least Squares
Date: 06/24/11 Time: 10:08
Sample (adjusted): 2007Q1 2010Q4
Included observations: 16 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. DPK(-1) 0.735459 0.201736 3.645655 0.0045
D(DPK(-1)) -1.060659 0.336911 -3.148190 0.0104
D(DPK(-2)) -0.954360 0.357934 -2.666303 0.0236
D(DPK(-3)) -1.327598 0.286711 -4.630436 0.0009
C -3378370. 1304184. -2.590409 0.0269
@TREND(2006Q1) -1058461. 485868.3 -2.178494 0.0544 R-squared 0.858476 Mean dependent var 3460239.
Adjusted R-squared 0.787714 S.D. dependent var 3097325.
S.E. of regression 1427076. Akaike info criterion 31.46015
Sum squared resid 2.04E+13 Schwarz criterion 31.74987
Log likelihood -245.6812 Hannan-Quinn criter. 31.47499
F-statistic 12.13191 Durbin-Watson stat 1.945308
Prob(F-statistic) 0.000552
116
c. Pembiayaan
Null Hypothesis: PEMBIAYAAN has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic 1.886270 1.0000
Test critical values: 1% level -4.571559
5% level -3.690814
10% level -3.286909 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations
and may not be accurate for a sample size of 18
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(PEMBIAYAAN)
Method: Least Squares
Date: 06/24/11 Time: 10:09
Sample (adjusted): 2006Q3 2010Q4
Included observations: 18 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. PEMBIAYAAN(-1) 0.285754 0.151491 1.886270 0.0802
D(PEMBIAYAAN(-1)) -0.296935 0.335172 -0.885920 0.3906
C -2460282. 1458560. -1.686788 0.1138
@TREND(2006Q1) -379191.4 336336.3 -1.127417 0.2785 R-squared 0.671905 Mean dependent var 2778826.
Adjusted R-squared 0.601599 S.D. dependent var 1792469.
S.E. of regression 1131389. Akaike info criterion 30.90892
Sum squared resid 1.79E+13 Schwarz criterion 31.10678
Log likelihood -274.1803 Hannan-Quinn criter. 30.93620
F-statistic 9.556848 Durbin-Watson stat 1.822938
Prob(F-statistic) 0.001085
117
d. Laba Tahun Berjalan
Null Hypothesis: LABA has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.406072 0.3649
Test critical values: 1% level -4.532598
5% level -3.673616
10% level -3.277364 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations
and may not be accurate for a sample size of 19
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(LABA)
Method: Least Squares
Date: 06/24/11 Time: 10:10
Sample (adjusted): 2006Q2 2010Q4
Included observations: 19 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LABA(-1) -0.777123 0.322984 -2.406072 0.0286
C 79283.24 104154.8 0.761206 0.4576
@TREND(2006Q1) 30999.91 12745.57 2.432210 0.0271 R-squared 0.294963 Mean dependent var 64162.74
Adjusted R-squared 0.206834 S.D. dependent var 226424.2
S.E. of regression 201653.1 Akaike info criterion 27.41042
Sum squared resid 6.51E+11 Schwarz criterion 27.55955
Log likelihood -257.3990 Hannan-Quinn criter. 27.43566
F-statistic 3.346928 Durbin-Watson stat 1.631742
Prob(F-statistic) 0.061051
118
2. Uji Stasioneritas Tingkat Differnsi Pertama
a. Aset
Null Hypothesis: D(ASET) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.459061 0.3412
Test critical values: 1% level -4.571559
5% level -3.690814
10% level -3.286909 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations
and may not be accurate for a sample size of 18
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(ASET,2)
Method: Least Squares
Date: 06/24/11 Time: 10:14
Sample (adjusted): 2006Q3 2010Q4
Included observations: 18 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(ASET(-1)) -0.910849 0.370405 -2.459061 0.0266
C -446536.3 1335688. -0.334312 0.7428
@TREND(2006Q1) 408717.1 151403.8 2.699516 0.0165 R-squared 0.349345 Mean dependent var 661676.4
Adjusted R-squared 0.262591 S.D. dependent var 2880033.
S.E. of regression 2473157. Akaike info criterion 32.43090
Sum squared resid 9.17E+13 Schwarz criterion 32.57930
Log likelihood -288.8781 Hannan-Quinn criter. 32.45136
F-statistic 4.026844 Durbin-Watson stat 1.680688
Prob(F-statistic) 0.039823
119
b. Dana Pihak Ketiga
Null Hypothesis: D(DPK) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 3 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -0.691402 0.9538
Test critical values: 1% level -4.728363
5% level -3.759743
10% level -3.324976 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations
and may not be accurate for a sample size of 15
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(DPK,2)
Method: Least Squares
Date: 06/24/11 Time: 10:15
Sample (adjusted): 2007Q2 2010Q4
Included observations: 15 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(DPK(-1)) -0.799369 1.156157 -0.691402 0.5068
D(DPK(-1),2) -0.173599 0.925560 -0.187561 0.8554
D(DPK(-2),2) -0.369178 0.707277 -0.521971 0.6143
D(DPK(-3),2) -0.936113 0.422209 -2.217179 0.0538
C -1146617. 1409165. -0.813686 0.4368
@TREND(2006Q1) 353998.0 256452.4 1.380365 0.2008 R-squared 0.829222 Mean dependent var 727549.9
Adjusted R-squared 0.734345 S.D. dependent var 3467750.
S.E. of regression 1787338. Akaike info criterion 31.91953
Sum squared resid 2.88E+13 Schwarz criterion 32.20275
Log likelihood -233.3965 Hannan-Quinn criter. 31.91651
F-statistic 8.739987 Durbin-Watson stat 1.860913
Prob(F-statistic) 0.002903
120
c. Pembiayaan
Null Hypothesis: D(PEMBIAYAAN) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -0.942136 0.9260
Test critical values: 1% level -4.616209
5% level -3.710482
10% level -3.297799 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations
and may not be accurate for a sample size of 17
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(PEMBIAYAAN,2)
Method: Least Squares
Date: 06/24/11 Time: 10:16
Sample (adjusted): 2006Q4 2010Q4
Included observations: 17 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(PEMBIAYAAN(-1)) -0.394967 0.419225 -0.942136 0.3633
D(PEMBIAYAAN(-1),2) -0.538426 0.281892 -1.910043 0.0784
C -546246.0 706164.0 -0.773540 0.4530
@TREND(2006Q1) 179260.9 95301.78 1.880982 0.0826 R-squared 0.572268 Mean dependent var 335916.7
Adjusted R-squared 0.473561 S.D. dependent var 1569101.
S.E. of regression 1138479. Akaike info criterion 30.93061
Sum squared resid 1.68E+13 Schwarz criterion 31.12666
Log likelihood -258.9102 Hannan-Quinn criter. 30.95010
F-statistic 5.797632 Durbin-Watson stat 1.561435
Prob(F-statistic) 0.009649
121
d. Laba Tahun Berjalan
Null Hypothesis: D(LABA) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 2 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.564662 0.0120
Test critical values: 1% level -4.667883
5% level -3.733200
10% level -3.310349 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations
and may not be accurate for a sample size of 16
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(LABA,2)
Method: Least Squares
Date: 06/24/11 Time: 10:16
Sample (adjusted): 2007Q1 2010Q4
Included observations: 16 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(LABA(-1)) -3.849070 0.843232 -4.564662 0.0008
D(LABA(-1),2) 1.968866 0.632056 3.115018 0.0098
D(LABA(-2),2) 0.928163 0.341152 2.720676 0.0199
C -20297.03 134808.5 -0.150562 0.8830
@TREND(2006Q1) 14073.81 10653.29 1.321077 0.2133 R-squared 0.814854 Mean dependent var 14524.38
Adjusted R-squared 0.747528 S.D. dependent var 380518.0
S.E. of regression 191197.4 Akaike info criterion 27.41031
Sum squared resid 4.02E+11 Schwarz criterion 27.65174
Log likelihood -214.2825 Hannan-Quinn criter. 27.42267
F-statistic 12.10311 Durbin-Watson stat 1.862517
Prob(F-statistic) 0.000513
122
3. Uji Stasioneritas Tingkak Differensi Kedua
a. Aset
Null Hypothesis: D(ASET,2) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.425287 0.0001
Test critical values: 1% level -4.616209
5% level -3.710482
10% level -3.297799 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations
and may not be accurate for a sample size of 17
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(ASET,3)
Method: Least Squares
Date: 06/24/11 Time: 10:19
Sample (adjusted): 2006Q4 2010Q4
Included observations: 17 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(ASET(-1),2) -1.673203 0.225338 -7.425287 0.0000
C -1370749. 1416490. -0.967709 0.3496
@TREND(2006Q1) 213144.5 118525.1 1.798307 0.0937 R-squared 0.799101 Mean dependent var 374028.8
Adjusted R-squared 0.770401 S.D. dependent var 4944899.
S.E. of regression 2369423. Akaike info criterion 32.35298
Sum squared resid 7.86E+13 Schwarz criterion 32.50001
Log likelihood -272.0003 Hannan-Quinn criter. 32.36759
F-statistic 27.84334 Durbin-Watson stat 1.768957
Prob(F-statistic) 0.000013
123
b. Dana Pihak Ketiga (DPK)
Null Hypothesis: D(DPK,2) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 2 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.121606 0.0053
Test critical values: 1% level -4.728363
5% level -3.759743
10% level -3.324976 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations
and may not be accurate for a sample size of 15
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(DPK,3)
Method: Least Squares
Date: 06/24/11 Time: 10:19
Sample (adjusted): 2007Q2 2010Q4
Included observations: 15 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(DPK(-1),2) -3.730111 0.728309 -5.121606 0.0004
D(DPK(-1),3) 1.938457 0.587169 3.301360 0.0080
D(DPK(-2),3) 1.143962 0.288619 3.963566 0.0027
C -1309256. 1352646. -0.967922 0.3559
@TREND(2006Q1) 194015.2 107650.9 1.802263 0.1017 R-squared 0.940109 Mean dependent var 518461.4
Adjusted R-squared 0.916152 S.D. dependent var 6009247.
S.E. of regression 1740067. Akaike info criterion 31.83795
Sum squared resid 3.03E+13 Schwarz criterion 32.07396
Log likelihood -233.7846 Hannan-Quinn criter. 31.83543
F-statistic 39.24229 Durbin-Watson stat 2.063313
Prob(F-statistic) 0.000004
124
c. Pembiayaan
Null Hypothesis: D(PEMBIAYAAN,2) has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -9.175418 0.0000
Test critical values: 1% level -4.616209
5% level -3.710482
10% level -3.297799 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations
and may not be accurate for a sample size of 17
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(PEMBIAYAAN,3)
Method: Least Squares
Date: 06/24/11 Time: 10:20
Sample (adjusted): 2006Q4 2010Q4
Included observations: 17 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(PEMBIAYAAN(-1),2) -1.734761 0.189066 -9.175418 0.0000
C -716194.5 679990.1 -1.053243 0.3101
@TREND(2006Q1) 107449.1 56976.38 1.885853 0.0802 R-squared 0.857566 Mean dependent var 159221.3
Adjusted R-squared 0.837218 S.D. dependent var 2810426.
S.E. of regression 1133900. Akaike info criterion 30.87901
Sum squared resid 1.80E+13 Schwarz criterion 31.02605
Log likelihood -259.4716 Hannan-Quinn criter. 30.89363
F-statistic 42.14563 Durbin-Watson stat 1.753675
Prob(F-statistic) 0.000001
125
4. Model ARIMA Terbaik
a. Aset (1,2,2)
Dependent Variable: D(D(ASET))
Method: Least Squares
Date: 06/19/11 Time: 20:06
Sample (adjusted): 2006Q4 2010Q4
Included observations: 17 after adjustments
Convergence achieved after 30 iterations
MA Backcast: 2006Q2 2006Q3 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -413985.5 186719.8 2.217148 0.0437
AR(1) -1.071793 0.125985 -8.507304 0.0000
MA(2) -0.810984 0.229165 -3.538874 0.0033 R-squared 0.415453 Mean dependent var 732509.7
Adjusted R-squared 0.331946 S.D. dependent var 2952464.
S.E. of regression 2413183. Akaike info criterion 32.38958
Sum squared resid 8.15E+13 Schwarz criterion 32.53661
Log likelihood -272.3114 Hannan-Quinn criter. 32.40419
F-statistic 4.975088 Durbin-Watson stat 0.975587
Prob(F-statistic) 0.023320 Inverted AR Roots -1.07
Estimated AR process is nonstationary
Inverted MA Roots .90 -.90
126
b. Dana Pihak Ketiga (3,2,2)
Dependent Variable: D(D(DPK))
Method: Least Squares
Date: 06/19/11 Time: 23:24
Sample (adjusted): 2007Q2 2010Q4
Included observations: 15 after adjustments
Convergence achieved after 17 iterations
MA Backcast: 2006Q4 2007Q1 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -381857.1 62001.93 -6.158794 0.0000
AR(3) -1.132608 0.058775 -19.27012 0.0000
MA(2) -0.994795 0.235099 -4.231382 0.0012 R-squared 0.768592 Mean dependent var 727549.9
Adjusted R-squared 0.730024 S.D. dependent var 3467750.
S.E. of regression 1801815. Akaike info criterion 31.82334
Sum squared resid 3.90E+13 Schwarz criterion 31.96495
Log likelihood -235.6751 Hannan-Quinn criter. 31.82184
F-statistic 19.92824 Durbin-Watson stat 2.190677
Prob(F-statistic) 0.000154 Inverted AR Roots .52+.90i .52-.90i -1.04
Estimated AR process is nonstationary
Inverted MA Roots 1.00 -1.00
127
c. Pembiayaan (3,2,4)
Dependent Variable: D(D(PEMBIAYAAN))
Method: Least Squares
Date: 06/19/11 Time: 22:27
Sample (adjusted): 2007Q2 2010Q4
Included observations: 15 after adjustments
Convergence achieved after 15 iterations
MA Backcast: 2006Q2 2007Q1 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -300519.3 132751.9 -2.263767 0.0429
AR(3) -0.735835 0.160622 -4.581157 0.0006
MA(4) -0.894454 0.045494 -19.66111 0.0000 R-squared 0.685911 Mean dependent var 455722.9
Adjusted R-squared 0.633563 S.D. dependent var 1636959.
S.E. of regression 990917.7 Akaike info criterion 30.62751
Sum squared resid 1.18E+13 Schwarz criterion 30.76912
Log likelihood -226.7063 Hannan-Quinn criter. 30.62600
F-statistic 13.10285 Durbin-Watson stat 2.418351
Prob(F-statistic) 0.000960 Inverted AR Roots .45-.78i .45+.78i -.90
Inverted MA Roots .97 .00+.97i -.00-.97i -.97
128
d. Laba Tahun Berjalan
Dependent Variable: D(LABA)
Method: Least Squares
Date: 06/21/11 Time: 10:04
Sample (adjusted): 2006Q4 2010Q4
Included observations: 17 after adjustments
Convergence achieved after 15 iterations
MA Backcast: 2006Q2 2006Q3 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -65551.31 49530.30 -1.323459 0.2069
AR(2) -0.912767 0.148081 -6.163958 0.0000
MA(2) 0.882189 0.064889 13.59544 0.0000 R-squared 0.356556 Mean dependent var 61150.76
Adjusted R-squared 0.264636 S.D. dependent var 239957.3
S.E. of regression 205771.5 Akaike info criterion 27.46571
Sum squared resid 5.93E+11 Schwarz criterion 27.61274
Log likelihood -230.4585 Hannan-Quinn criter. 27.48032
F-statistic 3.878962 Durbin-Watson stat 2.664325
Prob(F-statistic) 0.045664