analisis perkembangan dan prediksi tingkat

142
ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT PERTUMBUHAN BANK SYARIAH DI INDONESIA Oleh Nadia Galuh Hendriana NIM: 107081001395 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432/2011 M

Upload: ngodiep

Post on 01-Jan-2017

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

PERTUMBUHAN BANK SYARIAH DI INDONESIA

Oleh

Nadia Galuh Hendriana

NIM: 107081001395

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432/2011 M

Page 2: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

PERTUMBUHAN BANK SYARIAH DI INDONESIA

Oleh

Nadia Galuh Hendriana

NIM: 107081001395

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432/2011 M

Page 3: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT
Page 4: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT
Page 5: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT
Page 6: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

i

Page 7: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS DIRI

Nama : Nadia Galuh Hendriana

Tempat / Tanggal Lahir : Jakarta, 27 Agustus 1989

Agama : Islam

Alamat : Komp. Villa Mutiara Jl. Mutiara 3 Blok kk no.24,

Sawah Baru, Ciputat

Telp / Hp : (021) 7412571 / 085715733088

E-mail : [email protected]

PENDIDIKAN FORMAL

2007-2011 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2004-2007 : SMA N 47 Jakarta

2001-2004 : SMP N 161 Jakarta

1995-2001 : SDN VI Ciputat

Page 8: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

iii

ABSTRACT

This research is intended to analysis the development and forecast the

growth of shariah banking in Indonesia. The method used in this research are

Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) model for forecasting the

growth of shariah banking in Indonesia. The variable in this research is

indicators of banking, which are asset, third party fund, financing and income.

The data employed in this research are time series data from quarterly data for

period quarter I or March 2006 up to quarter IV or December 201, which are

from Islamic Banking Statistics published by Bank Indonesia (BI) and picked from

several publication. In this research, the period forecasting is quarter I or March

2011 up to quarter IV or December 2012.

The result of ARIMA model gives information that the growth of shariah

banking in Indonesia is fluctuated, but when viewed from the results of

forecasting the nominal is increase in each quarterly. This condition is performed

the variable of this research which are asset, third party fund, financing and

income. The nominal value of asset, third party fund, financing and income are

predicted going up in 2011 and 2012. The growth of four variable are fluctuated

in the quarter I or March 2011 up to quarter IV or December 2012.

Keywords: shariah banking, development, growth, ARIMA

Page 9: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

iv

ABSTRAK

Penelitian ini bermaksud untuk menganalisis perkembangan dan

meramalkan pertumbuhan bank syariah di Indonesia. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA)

model untuk meramalkan pertumbuhan bank syariah di Indonesia. Variabel dalam

penelitian ini adalah indikator dari bank yaitu aset, dana pihak ketiga (DPK),

pembiayaan dan laba tahun berjalan. Data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data runtun waktu data triwulanan yaitu dari triwulan I atau Maret tahun

2006 sampai dengan triwulan IV atau Desember 2010, dimana data tersebut

didapat dari Statistik Perbankan Syariah dan untuk menganalisis perkembangan

bank syariah data didapat dari berbagai publikasi yang diterbitkan oleh Bank

Indonesia (BI). Dalam penelitian ini, hasil peramalan yaitu triwulan I atau Maret

tahun 2011 sampai dengan triwulan IV atau Desember 2012.

Hasil dari model ARIMA yang dipilih dalam penelitian ini yaitu

memberikan informasi bahwa pertumbuhan bank syariah di Indonesia mengalami

fluktuasi, tetapi bila dilihat dari hasil peramalan nominal ditiap triwulannya terjadi

peningkatan. Kondisi ini ditunjukkan dari variabel yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu asset, dana pihak ketiga (DPK), pembiayaan dan laba tahun

berjalan. Nilai nominal dari asset, dana pihak ketiga (DPK), pembiayaan dan laba

tahun berjalan diprediksi mengalami kenaikan untuk tahun 2011 dan 2012.

Tingkat pertumbuhan dari keempat variabel yang diteliti mengalami fluktuasi

pada triwulan I atau Maret tahun 2011 sampai dengan triwulan IV atau Desember

tahun 2012.

Kata kunci: bank syariah, perkembangan, pertumbuhan, ARIMA

Page 10: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan

hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang merupakan

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen

pda Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena

keterbatasa pengetahuan yang dimiliki penulis. Meskipun demikian, penulis telah

berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan

benar.

Pada kesempatan ini, penulis dengan tulus hati mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Papah dan Mamah tercinta, Bapak H. Pansuri dan Ibu Hj. Hendriyati yang

selalu memberi dukungan, baik moril maupun materil tanpa henti pada

penulis. Terima kasih untuk papah dan mamah atas kasih sayang dan cinta

serta doa yang tidak pernah putus dan selalu setia mendampingi saat

penulis mulai kehilangan semangat. Semua jerih payah ini, penulis

dedikasikan selalu untuk Papah dan Mamah.

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Jakarta.

3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku Pembantu Dekan satu UIN Jakarta

dan selaku Dosen Pembimbing utama dan Bapak Drs. Ade Ananto

Terminanto, MM selaku Dosen Pembimbing kedua yang telah bersedia

meluangkan waktu dan tenaganya untuk memberikan petunjuk, bimbingan

dan pengarahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Terima kasih kepada seluruh Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Jakarta.

Page 11: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

vi

5. Kakak dan Adik tersayang, Hizratul Chairita, Nidia Galuh Hendriani, dan

Emma Silmy Akmaliya, yang selalu memberi semangat serta

dukungannya kepada penulis. Terima kasih booya, ade dan mimi.

6. Maulana Andi Pratama yang selalu memberi dukungan dan semangat

kepada penulis, terima kasih untuk dukungannya.

7. Sahabat-sahabat Manajemen B angkatan 2007 ( Pingkan, Wulan, Caca,

Ayucil, Zadi, Hakim, Dini, Novi, Ria, Ole, Bangga, Adi, Ole, Doli, Jeje,

Bimo, Ariyanto, Adlin, Agi, Bombom, Dani, Eneng, Haikal, Mbaw,

Rizky, Sofwan, dll), terimaksih untuk waktu-waktu yang telah kita lewati

bersama.

8. Sahabat-sahabat Manajemen Perbankan angkatan 2007, terima kasih untuk

semangat dan untuk waktu yang telah kita lewati bersama.

9. Sahabat-sahabat GC (Dania, Rizkah, Yuni, Yani, Tiavita, Nurma), terima

kasih untuk dukungan yang telah kalian berikan.

10. Sahabat-sahabatku Siska, Bonita, Sheila dan Aya terima kasih untuk

dukungan yang telah kalian berikan.

11. Para staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta; staf administrasi,

keuangan dan perpustakaan.

12. Seluruh pihak yang turut mendukung dan membantu penulis baik moril

maupun materil, namun tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pihak-pihak yang membutuhkan, oleh karena itu penulis mengharapkan

kritik dan saran yang membangun dari seluruh pihak demi kesempurnaan

skripsi ini.

Jakarta, Juli 2011

Penulis

Nadia Galuh Hendriana

Page 12: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

vii

DAFTAR ISI

Hal

COVER

COVER Dalam

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI.......................... .... i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP.............................................................. ii

ABSTRACT........................................................................................... iii

ABSTRAK............................................................................................. iv

KATA PENGANTAR........................................................................... v

DAFTAR ISI......................................................................................... vii

DAFTAR TABEL................................................................................. ix

DAFTAR GRAFIK.............................................................................. x

DAFTAR GAMBAR............................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN......................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian.......................................................... 1

B. Perumusan Masalah................................................................... 8

C. Tujuan dan Manfaan Penelitian................................................. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum...................................................................... 12

B. Bank Syariah............................................................................. 12

C. Keterkaitan Antar Variabel....................................................... 28

D. Penelitian Terdahulu................................................................. 29

Page 13: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

viii

E. Kerangka Pemikiran.................................................................. 32

F. Perumusan Hipotesis................................................................. 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian......................................................... 36

B. Metode Penentuan Sampel........................................................ 37

C. Metode Pengumpulan Data....................................................... 38

D. Metode Analisis......................................................................... 40

E. Operasional Variabel Penelitian................................................. 48

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Objek Penelitian............................................ 50

1. Sejarah Singkat Perkembangan Bank Syariah..................... 50

2. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia.......................... 53

B. Analisis dan Pembahasan............................................................ 71

1. Analisis Deskriptif............................................................... 71

2. Analisis Pengujian Statistik................................................. 88

a. Uji Stasioneritas................................................................... 88

b. Pengujian Box-Jenkins (ARIMA)....................................... 91

c. Estimasi ARIMA................................................................. 92

d. Prediksi ARIMA................................................................. 99

e. Hasil Pengujian Hipotesis................................................... 103

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan................................................................................ 107

B. Implikasi.................................................................................... 109

C. Saran.......................................................................................... 110

DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 111

Page 14: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

ix

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Hal

1.1 Jaringan Kantor BUS dan UUS........................................... 3

2.1 Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional......... 15

2.2 Penelitian Terdahulu............................................................ 30

3.1 Sampel data......................................................................... 38

4.1 Jaringan Kantor BUS dan UUS Tahun 2010...................... 69

4.2 Uji Stasioner Pada Tingkat Level........................................ 89

4.3 Uji Stasioner Pada Tingkat 1st Difference........................... 90

4.4 Uji Stasioner Pada Tingkat 2nd Difference.......................... 91

4.5 Hasil Estimasi ARIMA sebagai Model Prediksi Aset......... 93

4.6 Hasil Estimasi ARIMA sebagai Model Prediksi DPK........ 94

4.7 Hasil Estimasi ARIMA sebagai Model Prediksi

Pembiayaan.......................................................................... 96

4.8 Hasil Estimasi ARIMA sebagai Model Prediksi Laba

Tahun Berjalan...................................................................... 97

4.9 Hasil Prediksi ARIMA......................................................... 100

4.10 Hasil Prediksi Pertumbuhan Triwulanan Perbankan

Syariah.................................................................................. 101

Page 15: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

x

DAFTAR GRAFIK

Nomor Keterangan Hal

1.1 Aset, DPK, Pembiayaan BUS dan UUS.............................. 6

4.1 Perkembangan Aset Bank Syariah........................................ 70

4.2 Perkembangan DPK Bank Syariah....................................... 75

4.3 Perkembangan Pembiayaan Bank Syariah............................ 80

4.4 Perkembangan Laba Tahun Berjalan Bank Syariah.............. 85

Page 16: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

xi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Hal

2.1 Kerangka Pemikiran............................................................. 33

3.1 Metodologi Box-Jenkins...................................................... 43

Page 17: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Hal

1 Uji Stasioneritas Pada Tingkat Level................................... 114

2 Uji Stasioneritas Pada Tingkat Differensi Pertama.............. 118

3 Uji Stasioneritas Pada Tingkat Differensi Kedua................ 122

4 Model ARIMA Terbaik....................................................... 125

Page 18: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan

penting di dalam perekonomian suatu negara. Dalam melakukan kegiatan

operasionalnya, bank konvensional mengambil keuntungan dengan menggunakan

sistem bunga pada produk yang ditawarkan. Sistem bunga inilah yang menjadi

kelemahan dalam perbankan konvensional, yang dapat memberikan kerugian bagi

perekonomian suatu negara dan kesengsaraan kepada masyarakatnya. Melihat

kelemahan dari bank konvensional tersebut, sehingga diperkenalkan sistem

ekonomi yang berbasis ke Islaman atau yang lebih dikenal dengan sistem

ekonomi syariah kepada masyarakat. Dimana sistem ekonomi syariah ini

menganut prinsip bagi hasil dan mengharamkan riba dalam melaksanakan

kegiatannya.

Setelah diperkenalkan sistem ekonomi syariah ini, berdirilah bank yang

menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah yaitu Mit Ghamr Loal

Saving Bank yang berdiri di Mesir pada tahun 1963. Mit Ghamr Bank berhasil

dalam menjalankan kegiatan usahanya sesuai dengan prinsip syariah. Dampak

baik keberhasilan Mit Ghamr Bank ini adalah terbentuknya Islamic Development

Bank (IDB) pada tahun 1975, yang beranggotakan 22 negara Islam pendiri IDB

(Adiwarman Karim, 2004:23).

Page 19: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

2

Di Indonesia, yang penduduknya mayoritas beragama Islam terhitung lambat

dalam mengikuti perkembangan perbankan syariah. Secara nasional, Indonesia

mulai menjalankan kegiatan perbankan syariah pada tanggal 1 Mei 1992 yang

ditandai dengan beroperasinya PT. Bank Muamalat Indonesia. Kemajuan

perbankan syariah meningkat pesat ketika terjadi krisis moneter tahun 1997, yang

disebabkan oleh turunnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Krisis

ekonomi ini menjadi momentum perkembangan bank syariah di Indonesia yang

ditandai dengan disetujuinya UU No.10 tahun 1998 menggantikan UU No. 7

tahun 1992. Dalam UU No. 10 tahun 1998 tersebut, diatur secara rinci landasan

hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan

oleh bank syariah dan memberikan araha bagi bank-bank konvensional untuk

membuka cabang syariah atau bahkan mengkonversi diri secara total menjadi

bank syariah. Setelah UU No. 10 tahun 1998 pemerintah memperbaiki dan

menyetujuinya, sehingga hadirlah UU No. 21 tahun 2008 yang mengatur secara

lebih terperinci mengenai bank syariah, kelayakan dalam penyaluran dana dan

larangan bagi bank syariah. Serta peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Bank

Indonesia dalam mengawasi kinerja bank syariah agar selalu sesuai syariah Islam

dan peraturan pemerintah, tidak merugikan masyarakat dan dapat membantu

perekonomian Indonesia ke arah yang lebih baik lagi (www.bi.go.id).

Pengembangan bank syariah di Indonesia diikuti dengan diterbitkan Cetak

Biru Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia oleh Bank Indonesia pada

tahun 2002. Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia ini

memberikan arahan serta tujuan yang ingin dicapai oleh perbankan syariah di

Page 20: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

3

Indonesia dan memberikan tahapan-tahapan untuk mewujudkan sasaran

pengembangan jangka panjang perbankan syariah di Indonesia.

Pada tahun 2009 merupakan tahun yang penuh tantangan dalam sistem

keuangan, baik global maupun di Indonesia. Krisis finansial yang terjadi pada

tahun 2008 telah mengganggu stabilitas sistem keuangan yang berdampak negatif

terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Tetapi, bank syariah dapat

mempertahankan tingkat pertumbuhannya secara stabil, yang ditunjukkan dengan

pertumbuhan aset, pembiayaan, dana pihak ketiga dan laba tahun berjalan yang

didapat. Ditahun 2010, pengaruh krisis ekonomi global tahun 2009 sudah semakin

mereda dan kinerja perekonomian nasional termasuk industri perbankan syariah

semakin membaik. Ada 5 Bank Umum Syariah baru yang berkompetisi didalam

industri perbankan syariah. Bank Umum Syariah tersebut adalah Bank Panin

Syariah, Bank Victoria Syariah, BCA Syariah, BNI Syariah dan Bank Jabar

Banten Syariah (InfoBank: Kurniyasih, 2010). Dapat dilihat dalam tabel 1.1

bahwa pada tahun 2010 muncul 5 bank syariah baru.

Tabel 1.1

Jaringan kantor BUS dan UUS

Keterangan 2006 2007 2008 2009 Des

2010

Bank Umum Syariah

- Jumlah Bank

- Jumlah Kantor

3

349

3

401

5

581

6

711

11

1.215

Unit Usaha Syariah

- Jumlah Bank Umum

Konvensional yang memiliki

UUS

- Jumlah Kantor

20

183

26

196

27

241

25

287

23

262

Total Kantor 555 626 854 1.029 1.311

Sumber : Statistik Perbankan Syariah 2009

Page 21: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

4

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia menunjukkan arah

peningkatan. Peningkatan perbankan syariah ini dapat dilihat dari beberapa

indikator bank syariah yaitu aset, dana pihak ketiga (DPK), pembiayaan dan laba

yang didapat dalam menjalankan bisnis bank syariah. Berdasarkan laporan

perkembangan perbankan syariah tahun 2010 yang diterbitkan oleh Bank

Indonesia, pertumbuhan aset bulan Desember 2006 dan Desember 2010 masing-

masing sebesar 27,97% dan 47,55%. Jumlah aset masing-masing tahun sebesar

Rp 26,7 triliun tahun 2006 dan tahun 2010 Rp 97,5 triliun.

Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) pada bulan Desember 2006 dan

Desember 2010 masing-masing sebesar 32,64% dan 45,46%. Jumlah dana pihak

ketiga (DPK) sampai bulan Desember 2010, yaitu sebesar Rp 76 triliun. Pada

Laporan Perkembangan Perbankan Syariah (LPPS) tahun 2010 yang diterbitkan

oleh Bank Indonesia (BI), menjelaskan bahwa dari sisi pendanaan perbankan

syariah mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Pada tahun 2010 pertumbuhan

dana pihak ketiga (DPK) yaitu sebesar 45,46%, dibandingkan dengan

pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) tahun 2009 yaitu sebesar 41,84%.

Penyebab meningkatnya jumlah dana pihak ketiga (DPK) salah satunya adalah

imbal hasil perbankan syariah relative lebih menguntungkan dibandingkan imbal

hasil perbankan konvensional. Selain itu kegiatan sosialisasi yang

memperkenalkan produk perbankan syariah yang bermacam-macam jenisnya

mampu menarik perhatian nasabah. Penyebab yang paling utama adalah dampak

dari krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008, dimana pada saat krisis

ekonomi global tersebut perbankan syariah mampu memperlihatkan bahwa

Page 22: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

5

perbankan syariah bias menghadapi krisis tersebut dan dapat menjaga

kepercayaan para nasabahnya. Ini yang mengakibatkan pada tahun 2009

masyarakat cenderung lebih memilih untuk menyimpan dananya di bank syariah,

sehingga pada tahun 2009 jumlah dana pihak ketiga (DPK) mengalami

peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya. Pada

tahun 2010, juga mengalami peningkatan yang cukup baik karena sudah mulai

membaik keadaan perekonomian nasional akibat dari imbas krisis ekonomi global

di tahun 2008 lalu.

Pertumbuhan pembiayaan pada Desember 2006 dan Desember 2010 yaitu

masing-masing sebesar 34,22% dan 45,41%. Jumlah pembiayaan sampai bulan

Desember 2010, yaitu sebesar Rp 68,1 triliun. Pada Laporan Perkembangan

Perbankan Syariah (LPPS) di tahun 2009 memaparkan, pertumbuhan jumlah

pembiayaan sedikit mengalami penurunan. Ini disebabkan karena adanya kehati-

hatian perbankan syariah dalam menyalurkan pembiyaan ini, disebabkan

perbankan syariah belum percaya sepenuhnya akan kinerja beberapa sektor

ekonomi, yang diakibatkan dari krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun

2008. Untuk menjaga agar perbankan syariah tidak terkena imbas dari krisis

ekonomi global ini, maka perbankan syariah cenderung lebih hati-hati dalam

menyalurkan pembiayaan kepada masyarakat. Terbukti pada tahun 2010 ketika

perekonomian nasional telah membaik keadaannya dan dana yang dihimpun bank

syariah pada tahun 2010 mengalami peningkatan, maka terjadi peningkatan juga

dalam pembiayaan.

Page 23: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

6

Pertumbuhan laba tahun berjalan yang diterima pada Desember 2006 dan

Desember 2010 yaitu masing-masing sebesar 27,77% dan 25,23%. Jumlah laba

tahun berjalan yang diterima bank sampai Desember 2010 yaitu sebesar Rp 83,9

miliar. Bila dilihat dari nominalnya, jumlahnya aset, dana pihak ketiga,

pembiyaan dan laba tahun berjalan cenderung meningkat.

Grafik 1.1

Aset, DPK, PYD Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

Sumber : Statistik Perbankan Syariah Desember 2010

Menurut Noer Soetantini, pada tahun 2011 diperkirakan pemain baru

dalam perbankan syariah akan bertambah, karena akan ada bank umum yang

dikonversi menjadi bank syariah. Bertambahnya pemain baru dalam perbankan

syariah akan makin meramaikan bisnis perbankan syariah di Indonesia dengan

pertumbuhan pada tahun 2010 yang mencapai 30%. Penawaran pembiayaan akan

sangat menarik nasabah untuk tahun 2011, angsuran bulanannya tetap tidak

berubah meski suku bunga bank itu bergerak naik, karena alasan inilah

permintaan nasabah mengenai Kredit Kepemilkan Rumah (KPR) dan Kendaraan

Page 24: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

7

roda dua. Pada akhir 2010 diperkirakan pangsa pasar mecapai 3%.

(www.suarasurabaya.net, 2010).

Bank Indonesia memprediksikan pada tahun 2011, perbankan syariah

semakin berkembang dalam melakukan usahanya. Bank Indonesia mencatat

layanan perbankan syariah sudah semakin luas dan menjangkau hampir seluruh

provinsi di Indonesia. Tercatat ada 11 Bank Umum Syariah (BUS), 23 Unit Usaha

Syariah (UUS), dan 146 BPR Syariah dengan total sebanyak 1262 kantor

jaringan. Pada tahun 2011, aset diperkirakan mencapai Rp 115,34 triliun

(www.kontan.co.id, 2009).

Dengan melihat betapa menjanjikannya prospek dari bank syaiah dan

pertumbuhannya dilihat dari aset yang terus meningkat setiap tahunnya dan

pembiayaan yang diberikan persyaratannya tidak menyusahkan nasabahnya.

Maka, penelitian ini berjudul : “Analisa Perkembangan dan Prediksi Tingkat

Pertumbuhan Bank Syariah di Indonesia tahun 2011”. Indikator pertumbuhan

yang digunakan sebagai variabel independen adalah Aset, Dana Pihak Ketiga

(DPK), Pembiayaan dan Laba Tahun Berjalan. Kelebihan penelitian ini dengan

penelitian sebelumnya adalah dengan ditambahkannya variabel Laba Tahun

Berjalan dan periode data waktu yang digunakan yaitu dari bulan Maret atau

triwulan pertama tahun 2006 sampai dengan bulan Desember atau triwulan

keempat tahun 2010, serta hasil prediksi tingkat pertumbuhan bank syariah untuk

bulan Maret atau triwulan pertama tahun 2011 sampai dengan bulan Desember

atau triwulan keempat tahun 2012.

Page 25: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

8

Metode yang digunakan adalah Box Jenkins atau ARIMA. Model prediksi

yang digunakan adalah ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average).

Alasan utama menggunakan model Box Jenkins karena pergerakan variabel-

variabel yang diteliti, seperti pergerakan data kuantitas bank sering kali sulit

dijelaskan oleh teori-teori ekonomi. Prediksi terhadap keempat indikator bank

syariah tersebut dilakukan secara bertahap. Pentahapan prediksi dalam penelitian

ini diharapkan menjadi salah satu alternatif metode prediksi tingkat pertumbuhan

bank syariah di Indonesia. Data yang digunakan adalah dalam bentuk nilai

nominal. Nilai nominal dari Total Aset, Total Dana Pihak Ketiga (DPK), Total

Pembiayaan dan Total Laba Tahun Berjalan untuk Bank Syariah dan Unit Usaha

Syariah yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dalam Statistik Perbankan

Syariah Indonesia. Dari hasil prediksi nilai nominal Aset, Dana Pihak Ketiga

(DPK), Pembiayaan dan Laba Tahun Berjalan dengan menggunakan metode

ARIMA tersebut akan dihitung nilai pertumbuhannya.

B. Perumusan Masalah

Agar lebih mudah dan lebih fokus dalam melakukan penelitian ini, maka

penulis membuat rumusan masalah yang akan penulis teliti, sehingga ada batasan-

batasan dalam melakukan penelitian ini.

Adapun perumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Page 26: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

9

1. Bagaimana perkembangan bank syariah dilihat dari perkembangan aset,

dana pihak ketiga (DPK), pembiayaan dan laba tahun berjalan?

2. Bagaimana hasil prediksi tingkat pertumbuhan bank syariah di Indonesia

dengan menggunakan metode ARIMA yang tingkat pertumbuhannya

dilihat dari Total Aset, Total Dana Pihak Ketiga (DPK), Total Pembiayaan

dan Total Laba Tahun Berjalan yang didapat bank syariah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Menganalisa perkembangan bank syariah dilihat dari aset, dana pihak

ketiga (DPK), pembiayaan dan laba tahun berjalan.

2. Memprediksi tingkat pertumbuhan bank syariah dengan menggunakan

total aset, total dana pihak ketiga (DPK), total pembiayaan dan total laba

tahun berjalan yang diterima bank syariah.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh bagi beberapa pihak dari penelitian

mengenai perkembangan dan prediksi pertumbuhan bank syariah Indonesia,

antara lain:

1. Bagi Bank Syariah, dapat dijadikan sebagai catatan atau koreksi dan juga

acuan untuk mengambil keputusan dalam mengembangkan bisnis

perbankan syariah ini. Serta dapat mempersiapkan hal apa saja yang

dibutuhkan untuk menghadapi ancaman di masa yang akan datang dan

Page 27: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

10

dapat mempertahankan serta meningkatkan kinerja bank syariah di

Indonesia, sekaligus memperbaiki apabila ada kelemahan ataupun

kekurangan dalam menjalankan bisnis bank syariah tersebut.

2. Bagi Institusi, diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi

dalam ilmu pengetahuan khususnya di bidang bank syariah dan sebagai

perbandingan untuk penelitian sejenis selanjutnya.

3. Bagi masyarakat luas, diharapkan hasil penelitian ini berguna bagi

masyrakat untuk menambah pengetahuan mengenai perkembangan dan

pertumbuhan bank syariah di Indonesia dan mengetahui seberapa besar

keuntungan yang didapat dari bisnis bank syariah ini.

4. Bagi peneliti, dengan melakukan penelitian ini penulis memperoleh

pengalaman dan ilmu pengetahuan baru mengenai perkembangan bank

syariah dan pertumbuhan bank syariah di Indonesia.

Page 28: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum

Dalam bab dua ini, akan menjelaskan mengenai teori yang

digunakan sebagai landasan dalam menentukan variabel-variabel independen

dan variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai

gambaran dan landasan dalam penelitian ini. Sehingga hubungan antara

variabel independen dan variabel dependen yang digunakan dapat terlihat.

Peneliti juga akan membahas beberapa penelitian terdahulu dengan

tema yang memiliki hubungan dengan penelitian ini sebagai pembanding.

Serta membuat kerangka pemikiran yang menjelaskan mengenai ringkasan

jalannya penelitian, dan terakhir hipotesis yang digunakan untuk membuat

kesimpulan dalam penelitian ini.

B. Bank Syariah

1. Pengertian Bank Syariah

Menurut UU RI No. 21 tahun 2008 Bank Syariah adalah bank yang

menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut

jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah. Bank syariah atau perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan

yang dikembangkan berdasarkan syariah (hukum) Islam. Bank sebagai

lembaga intermediasi (intermediary institution) antara pihak yang

mengalami surplus of funds untuk diprodukstifkan pada sektor-sektor yang

Page 29: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

14

mengalami lack of funds merupakan salah satu komponen utama yang

mendukung pertumbuhan ekonomi sutu negara (Abdul Fattah Lubis,

2008:14).

Menurut Kasmir, 2008, Bank dikenal sebagai lembaga keuangan

yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito.

Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang

(kredit) bagi masyarakat yang membutuhkan. Selain itu, bank juga dikenal

sebagai tempat untuk menukar uang, memindahkan uang atau menerima

segala macam bentuk pembayaran dan setoran.

Bank syariah adalah bank yang dalam aktivitasnya, baik dalam

penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya

memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah (Ahmad

Rodoni dan Abdul Hamid, 2008:14).

Menurut UU RI No. 21 tahun 2008 dalam pasal 1 ayat 12,

disebutkan bahwa prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam

kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga

yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa dibidang syariah.

Dalam kegiatan operasional bank, prinsip syariah adalah aturan perjanjian

berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain, untuk penyimpanan

dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang

sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi

hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal

(musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan

Page 30: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

15

(murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa

murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan

kepemilikan atas barang yang disewakan dari pihak bank ke pihak lain.

2. Unit Usaha Syariah

Menurut UU No. 21 tahun 2008, Unit Usaha Syariah atau UUS

adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang

berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan

kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau unit kerja di kantor

cabang dari suatu Bank yang berkedudukan di luar negeri yang

melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai

kantor induk dari cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah.

Berdasarkan UU tersebut, Bank Umum Konvensional (BUK)

diperbolehkan melakukan kegiatan usaha syariah dengan membuka suatu

unit usaha syariah, sedangkan Bank Umum Syariah (BUS) tidak

diperbolehkan untuk melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip

konvensional (Erva Yulianti, 2010:10).

3. Perbedaan Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional

Faktor dasar yang membedakan bank syariah dengan bank

konvensional adalah pelarangan dari diberlakukannya bunga yang dalam

bank syariah dianggap riba (tambahan) dalam transaksi pinjam meminjam.

Page 31: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

16

Tabel 2.1

Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional No. Perbedaan Bank Konvensional Bank Syariah

1. Bunga Berbasis bunga Berbasis revenue/profit loss

sharing (bagi hasil)

2. Risiko Anti Risk Risk sharing

3. Operasional

Beroperasi dengan pendekatan

sektor keuangan, tidak terkait

langsung dengan sektor riil

Beroperasi dengan

pendekatan sektor riil

4. Produk Produk tunggal (kredit) Multi produk (jual-beli, bagi

hasil, jasa)

5. Pendapatan

Pendapatan yang diterima

deposan tidak terkait dengan

pendapatan yang diperoleh bank dari kredit

Pendapatan yang diterima

deposan terkait langsung dengan pendapatan yang

diperoleh bank dari

pembiayaan

6. Mengenal negative spread Tidak mengenal negative

spread

7. Dasar Hukum Bank Indonesia dan

Pemerintah

Al-Qur’an, sunnah, fatwa

ulama, Bank Indonesia dan pemerintah

8. Falsafah Berdasarkan atas bunga (riba)

Tidak berdasarkan bunga

(riba), spekulasi (maisir) dan

ketidak jelasan (gharar)

9. Operasional

- Dana masyarakat (DPK)

berupa titipan simpanan yang

harus dibayar bunganya pada saat jatuh tempo

- Penyaluran dana pada sektor

yang menguntungkan aspek

halal tidak menjadi pertimbangan agama

- Dana masyarakat (DPK)

berupa titipan (wadi’ah) dan

investasi (mudharabah) yang baru akan mendapat hasil jika

“diusahakan” terlebih dahulu

- Penyaluran dana (financing)

pada usaha yang halal dan menguntungkan

10. Aspek Sosial Tidak diketahui secara tegas

Dinyatakan secara eksplisit

dan tegas yang tertuang didalam misi dan visi

11. Organisasi Tidak memiliki Dewan

Pengawas

Harus memiliki Dewan

Pengawas Syariah (DPS)

12. Uang Uang adalah komoditi selain sebagai alat pembayaran

Uang bukan komoditi, tetapi hanyalah alat pembayaran

Sumber : Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syariah, 2008

Page 32: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

17

4. Produk Perbankan Syariah

a. Produk Penyaluran Dana

Produk pembiayaan syariah terbagi ke dalam tiga kategori yang

dibedakan berdasarkan berdasarkan tujuan penggunaannya (Ahmad

Rodoni dan Abdul Hamid, 2008:22) :

1) Prinsip Jual Beli

Pembiayaan Murabahah adalah transaksi jual beli

dimana bank menyebut jumlah keuntungannya.

Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang

diperjual belikan belum ada.

Istishna adalah pembayarannya dapat dilakukan oleh

bank dalam beberapa kali (termin) pembayaran.

2) Prinsip Sewa (Ijarah)

Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Pada

ijarah objek transaksinya adalah jasa.

3) Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)

Musyarakah

Mudharabah

4) Akad Pelengkap

Hiwalah (Alih Utang Piutang)

Rahn atau gadai

Qardh adalah pinjaman uang.

Wakalah atau perwakilan

Page 33: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

18

Kafalah atau Garansi Bank

b. Produk Penghimpunan Dana

1) Prinsip Wadi’ah

Prinsip wadi’ah yang diterapkan adalah wadi’ah yad

dhamanah yang diterapkan pada produk rekening giro.

Wadi’ah yad dhamanah berbeda dengan wadi’ah yad amanah.

Wadi’ah yad amanah

Wadi’ah yad dhamanah

2) Prinsip Mudharabah

Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpan atau

deposan bertindak sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan

bank sebagai mudharib (pengelola).

Mudharabah mutlaqah

Mudharabah muqayyadah on balance sheet

Mudharabah muqayyadah off balance sheet

3) Akad Pelengkap

Wakalah atau perwakilan

c. Jasa Perbankan

1) Sharf adalah jual beli valuta asing sejalan dengan prinsip

sharf.

2) Ijarah, kegiatannya penyewaan kotak simpanan (safe deposit

box) dan jasa tata laksana administrasi dokumen (custodian).

Page 34: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

19

5. Aset

Aset adalah kekayaan atau harta yang dimiliki perusahaan, yang

berperan dalam operasi perusahaan misalnya kas, persediaan, aktiva tetap,

aktiva tak berwujud, dan lain-lain (Abdul Fattah Lubis, 2008:16). Menurut

Harahap (2006) dalam Abdul Fattah Lubis (2008:16), pengertian aset ini

secara teoritis dikemukakan oleh berbagai pihak sebagai berikut :

Al B Statemen (1970) mendifinisikan sebagai berikut :

”Kekayaan ekonomi perusahaan, termasuk didalamnya

pembebanan yang ditunda, yang dinilai dan diakui sesuai dengan

prinsip akuntansi yang berlaku ”

FASB Statement (1985) memberikan definisi sebagai berikut:

“Aset adalah kemungkinan keuntungan ekonomi yang diperoleh

atau dikuasai dimasa yang akan datang oleh lembaga yang

tertentu sebagai akibat transaksi atau kejadian yang telah

berlaku.”

6. Dana Pihak Ketiga

Dana adalah uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank

dalam bentuk tunai atau aktiva lainnya yang dapat segera diubah menjadi

uang tunai. Dana yang dimiliki oleh bank tidak hanya berasal dari para

pemilik bank itu sendiri, tetapi juga berasal dari titipan atau penyertaan

dana orang lain atau pihak lain yang sewaktu-waktu atau pada saat tertentu

Page 35: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

20

akan ditarik kembali, baik sekaligus ataupun berangsur-angsur (Abdul

Fattah Lubis, 2008:17).

Menurut Slamet Riyadi (2006:79), dana yang berasal dari

masyarakat biasa disebut dengan sumber dana pihak ketiga (DPK).

Sumber dana pihak ketiga (DPK), dari segi mata uangnya dibedakan

menjadi:

Sumber Dana Pihak Ketiga Rupiah adalah kewajiban-

kewajiban bank yang tercatat dalam rupiah kepada pihak

ketiga bukan bank, baik kepada penduduk maupun bukan

penduduk. Komponen dana pihak ketiga ini terdiri dari Giro,

Simapanan Berjangka (Deposito dan Sertifikat Deposito),

Tabungan dan kewajiban-kewajiban lainnya yang terdiri dari

kewajiban segera yang dapat dibayar surat-surat berharga

yang diterbitkan, pinjaman yang diterima, setoran jaminan

dan lainnya. Tidak termasuk dana yang berasal dari Bank

Sentral.

Sumber Dana Pihak Ketiga Valuta Asing adalah kewajiban

bank yang tercatat dalam valuta asing kepada pihak ketiga,

baik penduduk maupun bukan penduduk, termasuk pada

Bank Indonesia, bank lain (pinjaman melalui pasar uang).

Sumber Dana Berbiaya adalah dana-dana yang berasal dari

masyarakat, baik dana pihak ketiga maupun dana pihak kedua

(tidak termasuk penerbit saham). Sumber dana berbiaya yaitu

Page 36: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

21

giro, tabungan, simpanan berjangka, kewajiban-kewajiban

lainnya, pinjaman yang diterima dan setoran jaminan.

Dana Tidak Berbiaya adalah sebagian besar sumber dana

bank memiliki beban biaya yang harus ditanggung, terutama

yang berasal dari dana pihak ketiga (DPK) dan dana pihak

kedua, sehingga dapat dikatakan tidak ada dana yang tanpa

biaya bagi suatu bank.

7. Pembiayaan

Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, yaitu penyediaan dana

atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak lain yang

dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka

waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (Kamus Bank Indonesia,

2010).

Menurut Muhammad (2005) dalam Abdul Fattah Lubis (2008:22),

pembiayaan dalam dunia perbankan syariah yaitu penyediaan dana atau

tagihan/piutang yang diberikan oleh suatu pihak lain untuk mendukung

investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun

lembaga, dengan kata lain pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan

unutk mendukung investasi yang telah direncanakan.

Menurut PBI No. 10/18/PBI/2008 (www.bi.go.id), pembiayaan

adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu

berupa:

Page 37: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

22

Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah

Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli

dalam bentuk ijarah muntahiyah bit tamlik

Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam dan

istishna’

Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh, dan

transaksi sewa menyewa jasa dalam betuk ijarah untuk transaksi

multijasa.

8. Laba Tahun Berjalan

Laba tahun berjalan yaitu laba sebelum pajak yang diperoleh dalam

tahun berjalan, laba ini diperhitungkan hanya 50% sebagai modal inti bila

tahun berjalan rugi, harus dikurangkan terhadap modal inti (Abdul Fattah

Lubis, 2008:25).

9. Teori Pertumbuhan

Menurut Feeser dan Willard (1990) dalam Erva Yulianita

(2010:17), menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan merupakan salah

satu dari isu yang paling penting dalam manajemen suatu bisnis karena

menggambarkan penerimaan masyarakat dan kesuksesan perusahaan.

Menurut Zook dan Allen (1999) dalam Erva Yulianita (2010:17),

menyatakan bahwa dalam kenyataannya mempertahankan pertumbuhan

yang stabil dan berkelanjutan adalah hal yang cukup sulit karena dalam

penelitian yang dilakukan oleh Zook dan Allen bahwa hanya satu dari

tujuh perusahaan yang dapat bertahan dan memperoleh profitable growth.

Page 38: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

23

Menurut Park (2009) dalam Erva Yulianita (2010:17), dalam

sebuah perusahaan proxy yang sangat umum digunakan dalam mengukur

pertumbuhan adalah pertumbuhan penjualan. Menurut Bamford (2004)

dalam Erva Yulianita (2010:17), untuk sebuah bank semua penjualan bisa

dikategorikan dalam produk-produk kredit (loans) atau dana pihak ketiga

(deposits). Kredit dan dana pihak ketiga merupakan ukuran standar dalam

industri perbankan baik bagi bank untuk mengevaluasi penjualannya

maupun bagi pemerintah untuk mengetahui dampak finansial dalam

industri perbankan.

Banon Sasmitasiwi dan Malik Cahyadin (2008:4), menjelaskan

perkembangan perbankan syariah dapat dilihat dari nilai pertumbuhan

indikator-indikatornya. Beberapa indikator perbankan syariah yang

dijadikan sebagai variabel independen dalam penelitian ini, yaitu aset,

dana pihak ketiga (DPK), pembiayaan dan laba tahun berjalan.

Perhitungan tersebut dapat diformulasikan sebagai berikut :

gi = (git – git-1) / git-1 x 100%

10. Pengembangan Bank Syariah Tahun 2011

Dalam Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah terdapat

sasaran-sasaran pengembangan perbankan syariah sampai tahun 2011,

yaitu sebagai berikut:

1) Terpenuhnya prinsip syariah dalam operasional perbankan. Hal ini

ditandai dengan tersusunnya norma-norma keuangan syariah yang

Page 39: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

24

terstandarisasi. Terwujudnya mekanisme kerja yang efisien bagi

pengawasan prinsip syariah dalam operasional perbankan, baik

instrumen maupun badan terkait. Serta rendahnya tingkat keluhan

masyarakat dalam hal penerapan prinsip syariah dalam setiap

transaksi.

2) Diterapkan prinsip kehati-hatian dalam operasional perbankan

syariah. Hal ini ditandai dengan terwujudnya kerangka pengaturan

dan pengawasan berbasis risiko yang sesuai dengan

karakteristiknya dan dukungan oleh sumber daya insani yang

andal. Diterapkannya konsep corporate governance dalam operasi

perbankan syariah dan diterapkan kebijakan exit dan entry yang

efisien. Serta terwujudnya real time supervision dan self regulation

system.

3) Terciptanya sistem perbankan syariah yang kompetitif dan efisien.

Hal ini ditandai dengan terciptanya pemain-pemain yang mampu

bersaing secara global terwujudnya aliansi strategis yang efektif

dan terwujudnya mekanisme kerjasama dengan lembaga-lembaga

pendukung.

4) Terciptnya stabilitas sistemik serta terealisasinya kemanfaatan bagi

masyarakat luas. Hal ini ditandai dengan terwujudnya safety net

yang merupakan kesatuan dengan konsep operasional perbankan

yang berhati-hati, terpenuhnya kebutuhan masyarakat yang

Page 40: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

25

menginginkan layanan bank syariah diseluruh Indonesia dengan

target pasar sebesar 5% dari total aset perbankan nasional, terwujud

fungsi perbankan syariah yang kafah dan dapat melayani seluruh

segmen masyarakat , dan meningkatkan proporsi secara bagi hasil.

Strategi pengembangan perbankan syariah tahun 2011 (Infobank,

Desember 2010:53) :

1) Optimalisasi insensitif fiskal bagi industri perbankan syariah.

Pemberlakuan Undang-Undang (UU) No. 42 tahun 2009 tentang

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada pertengahan tahun 2009,

setelah sebelumnya dikeluarkan UU perbankan syariah, menjadi

milestone yang kemuadian sidikit banyak mendorong

kecendrungan berdirinya bank umum syariah (BUS) baru, baik

melalui bank konvensional maupun spin-off.

2) Peningkatan kualitas pengawasan dan sumber daya manusia

(SDM) perbankan syariah.

Seperti telah diproyeksikan, 2010 tahun yang istimewa bagi

industri perbankan syariah nasional mengingat pada tahun 2010

telah terjadi penambahan bank syariah sebanyak 6 bank umum

syariah (BUS). Sebagai konsekuensinya, pertumbuhan industri,

baik secara lembaga maupun volume usaha, menuntut ketersediaan

jumlah sumber daya manusia (SDM) yang memadai dengan

Page 41: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

26

kualitas yang mumpuni, baik dari sisi pelaku atau praktisi maupun

pengawas.

3) Peningkatan kualitas sistem pengawasan.

Sasaran pengembangan industri yang menargetkan pertumbuhan

tinggi harus diikuti dengan sistem pengawasan yang juga semakin

baik. Diperlukan juga regulasi ketentuan yang berkualitas dan

infrastruktur yang lengkap. Peningkatan kualitas pengaturan secara

berkesinambungan akan selalu disesuaikan dengan perkembangan

terkini, baik yang berasal dari Islamic Financial Services Board

(IFSB), Bank of Community (AEC). Dalam aspek peningkatan

infrastruktur pengawasan, arah pengembangan ditujukan upaya

untuk melengkapi sistem pengawasan yang mengacu pada risiko

dan kualitas manajemen yang baik.

4) Penguatan permodalan.

Pertumbuhan volume industri perbankan syariah pada tahun 2011,

termasuk dana pihak ketiga (DPK), harus diikuti peningkatan

modal sehingga perbankan syariah tetap memiliki financial buffer

yang tinggi. Upaya penguatan permodalan ini secra internal dapat

dilakukan melalui pengaturan perbankan syariah yang mendukung

atau memfasilitasi upaya pertumbuhan modal melalui pendekatan

tersebut.

Page 42: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

27

5) Pengembangan human capital perbankan syariah 2011.

Dalam perspektif manajemen modern, SDM atau human capital

menajdi elemen terpenting dan penentu dalam mencapai visi dan

keunggulan bersaing organisasu. Human capital yang diasosiasikan

dengan ilmu, pengetahuan dan skill yang terkandung dalam sumber

daya insani bila dianggap sebagai elemen produksi, memiliki

keunikan.

6) Strategi coopetition untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas

layanan.

Sinergi yang semakin terlihat dalam berbagai aktivitas operasional

dan promosi di antara unit usaha syariah (UUS) dan bank umum

konvensional pusatnya maupun antara BUS dan bank umum

konvensional penerapan one bank concept atau one firm concept di

internak bank-bank dimaksud. Dengan konsep tersebut, UUS

ataupun BUS diposisikan sebagai business unit atau product owner

bank pusat/bank induknya. Kecenderungan ini merupakan respins

kebijakan dari group/korporat untuk meraih pangsa pasar yang

lebih besar dengan memanfaatkan momentum tren meningkatnya

minat masyarakat terhadap produk bank syariah.

7) Mendorong terbentuknya segment champion.

Program pengembangan pasar secara lebih tajam kan dilakukan

bersama-sama dengan bank syariah untuk setiap segment

Page 43: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

28

pelayanan yang lebih terfokus. Jenis segmen atau cluster dimaksud

akan dirumuskan dengan positioning masing-masing bank,

misalnya segmen pelayanan internasional, pelayanan korporasi,

pelayanan individu, micro finance, dan sektor ritel. Untuk setiap

segmen atau cluster tersebut industri perbankan syariah secara

bersama-sama akan didorong untuk memilih segment champion,

yang selanjutnya disepakati menjadi model pengembangan bagi

bank syariah lain dalam cluster yang sama.

8) Edukasi publik secara inovatif dan integrasi.

Disisi permintaan, antusiasme masyarakay untuk menggunakan

produk dan jasa perbankan syariah semakin meningkat sebagai

mana terlihat dalam dua tahun belakangan. Perkembangan

menggembirakan tersebut menunjukkan bahwa masyarakat telah

semakin mengenal dan merasakan manfaat dari kehadiran bank

syariah. Citra baru yang lebih universal dan inklusif dari industri

menempatkan bank syariah sebagai alternatif sistem perbankan

yang dapat dinikmati oleh semua kalangan masyarakat, tanpa

terkecuali.

Page 44: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

29

C. Keterkaitan Antar Variabel

1. Aset terhadap Pertumbuhan Bank Syariah

Menurut Khaf (2004) dalam Erva Yulianita (2010:17)

mengatakan bahwa pertumbuhan aset juga merupakan hal yang sangat

penting untuk suatu bank karena menunjukkan kemampuan bank

untuk terus tumbuh dan sukses. Disamping itu juga disebutkan bahwa

pertumbuhan aset bank mampu menggambarkan kemampuan bank

dalam mengahasilkan pendapatan.

2. Dana Pihak Ketiga terhadap Pertumbuhan Bank Syariah

Menurut Zainal Arifin (2002) dalam Abdul Fattah Lubis

(2008:18), pertumbuhan setiap bank sangat dipengaruhi oleh

kemampuannya menghimpun dana masyarakat, baik berskala kecil

maupun besar dengan masa pengendapan yang memadai. Sebagai

lembaga keuangan, masalah bank yang paling utama adalah dana,

tanpa dana yang cukup bank tidak dapat berbuat apa-apa atau dengan

kata lain bank menjadi tidak berfungsi sama sekali.

3. Pembiayaan terhadap Pertumbuhan Bank Syariah

Menurut Abdul Fattah Lubis (2008:22), pembiayaan adalah

pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah

direncanakan. Ini menandakan bahwa ada kaitan yang signifikan

antara pembiayaan dan pertumbuhan bank syariah.

Page 45: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

30

4. Laba terhadap Pertumbuhan Bank Syariah

Menurut Abdul Fattah Lubis (2008:27), motif ekonomi

yang paling mendasar dalam mendirikan sebuah perusahaan adalah

laba. Semakin besar laba, semakin likuid dan bonafid nilai

perusahaannya dan tidak menutup kemungkinan proyeksi

pertumbuhan perusahaan akan terealisasi dengan tepat. Semakin besar

laba yang diperoleh Bank Syariah maka semakin tinggilah

pertumbuhan Bank Syariah tersebut.

D. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian

ini yang penulis masukan sebagai bahan perbandingan dengan penelitian ini.

Page 46: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

31

Tabel 2.2

Penelitian Terdahulu Peneliti Judul Variabel Metode Hasil Penelitian

Darna

(2007)

Sensitivitas Aset dan

Dana Pihak Ketiga

Perbankan Syariah terhadap Volatilitas

Tingkat Suku Bunga

(SBI) dan Nilai Tukar

Rupiah serta Pengaruh

Fatwa MUI tentang

Pengharaman Bunga

Bank

Variabel Dependen:

1. Pertumbuhan

Aset

2. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga

Variabel

Independen :

1. Volatilitas

2. Tingkat SBI

3. Nilai Tukar Rp

4. Fatwa MUI

Casual &

Correlation

Method

Penelitian ini

mengatakan MUI

berpengaruhi secara signifikan

terhadap

pertumbuhan aset

dan pertumbuhan

dana pihak ketiga

(DPK).

Banoon

Sasmitasiwi

dan Malik

Cahyadin

(2008)

Prediksi Pertumbuhan

Perbankan Syariah di

Indonesia

Variabel Dependen: 1. Prediksi

Pertumbuhan

Perbankan Syariah

Variabel

Independen:

1. Aset

2. Dana Pihak

Ketiga

3. Pembiayaan

Box

Jenkins /

ARIMA

Penelitian ini menghasilkan

model ARIMA

yang signifikan

untuk

memprediksi

tingkat

pertumbuhan aset,

DPK, pembiayaan

pada bank

syariah.

Abdul Fattah

Lubis (2008)

Analisa Pertumbuhan

Bisnis Bank Syariah

(Studi Kasus PT. Bank

Muamalat, Tbk)

Variabel Dependen:

1.ROA (Return On

Assets)

Variabel

Independen:

1. NIM 2. FDR

3. BOPO

Regresi

Berganda

Penelitian ini

menghasilkan

adanya hubungan

yang signifikan

antara NIM, FDR

dan BOPO

terhadap ROA dalam

menganalisa

pertumbuhan

bank syariah.

Ellyn Herlia

Nur Hidayah

(2008)

Faktor yang

Mempengaruhi

Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah

Variabel Dependen:

1. Pertumbuhan

Aset

Variabel

Independen:

1. NPF 2. DPK

3. SBI

4. ROA

Regresi

Berganda

Penelitian ini

menghasilkan

variabel yang

signifikan

mempengaruhi

pertumbuhan aset

perbankan syariah

adalah variabel

DPK dan SBI. Variabel NPF dan

ROA tidak

signifikan

memperngaruhi

pertumbuhan aset

bank syariah.

Page 47: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

32

Samin dan

Asmiranda

Iriviandy

(2009)

Prospek Perkembangan

Bank Syariah di

Indonesia (Studi Kasus

PT. Bank Muamalat,

Tbk)

Variabel Dependen:

1. Prospek

Perkembangan

Bank Syariah

Variabel

Independen :

1. Rasio Likuiditas

(Current Ratio dan

Fund to Deposit

Ratio)

2. Rasio

Profitabilitas (Net Profit Margin,

Return on Assets,

dan Return On

Equity)

Analisis

Rata-Rata

Bergerak

Sederhana

Tiga

Tahunan

Penelitian ini

menghasilkan

bahwa adanya

hubungan yang

signifikan antara

Rasio Likuiditas

dan Rasio

Profitabilitas

terhadap Prospek Perkembangan

Bank Syariah.

Sri Wiyastuti

dan MB. Hendrie

Anto (2010)

Perbankan Syariah

Indonesia dalam

Perkembangan dan

Permasalahan Volume

Pembiayaan, Dana Pihak Ketiga dan Biaya

Intermediasi Terhadap

Manajemen Laba Pada

Bank Umum Syariah di

Indonesia

Variabel Dependen:

1. Margin Laba

Variabel

Independen:

1. Pembiayaan 2. Dana Pihak

Ketiga

3. Biaya

Intermediasi

Regresi Data Panel

Penelitian

menghasilkan

pembiayaan tidak

berpengaruh

terhadap marjin

laba, sementara itu DPK dan

biaya

intermediasi

berpengaruh

terhadap margin

laba.

Ervi

Yulianita

(2010)

Analisis Perbandingan

Faktor Determinan

Pertumbuhan Aset, Kredit (Pembiayaan),

dan Dana Pihak Ketiga

Bank Umum Syariah &

Konvensional di

Indonesia Periode

Penelitian tahun 2004 -

2008

Variabel Dependen:

1. Pertumbuhan

Aset

2. Pertumbuhan

Dana Pihak Ketiga

3. Pertumbuhan

Kredit Variabel

Independen:

1. Operating

Expenses

Management

2. Leverage Risk

3. Liquidity Risk

4. ROA

5. Size

6. Inflasi

Regresi

Data Panel

Hasil yang

didapat bahwa

Leverage Risk,

Liquidity Risk, ROA, Size

berpengaruh

signifikan

terhadap

pertumbuhan aset,

dana pihak ketiga

dan kredit.

Page 48: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

33

E. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran yang dibuat oleh peneliti untuk memberikan

gambaran sistematis penelitian ini, dimana telah peneliti bahas sebelumnya

bahwa penelitian ini adalah penelitian yang menganalisa prediksi tingkat

pertumbuhan bank syariah dengan menggunakan indikator pertumbuhan bank

syariah yaitu Aset, Dana Pihak Ketiga (DPK), Pembiayaan dan Laba Tahun

Berjalan dengan menggunakan metode Box-Jenkins atau ARIMA.

Page 49: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

34

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Analisis Perkembangan dan Prediksi

Tingkat Pertumbuhan Bank Syariah di Indonesia

Tidak Ya

Aset

Dana Pihak Ketiga

Pembiayaan

Laba Tahun Berjalan

Uji Stasioneritas :

Uji Akar Unit

Pendekatan ARIMA

Prediksi

Tingkat Pertumbuhan

Bank Syariah

Identifikasi Model

Pemilihan p, d, q

Estimasi Parameter Model

Uji Diagnosis

Page 50: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

35

F. Perumusan Hipotesis

Hipotesis yang akan di uji untuk mencapai tujuan penelitian ini adalah dengan

menguji secara parsial masing-masing model ARIMA untuk mendapatkan

model terbaik yang akan digunakan.

a. H0 Aset :

Terdapat koefisien yang tidak signifikan di dalam model aset yang

dicari atau dicoba untuk mendapatkan model ARIMA yang tebaik

untuk aset.

Ha Aset :

Terdapat koefisien yang signifikan di dalam model aset yang

dicaria atau dicoba untuk mendapatkan model ARIMA terbaik

untuk aset.

b. H0 DPK :

Terdapat koefisien yang tidak signifikan di dalam model DPK

yang dicari untuk mendapatkan model ARIMA yang terbaik untuk

DPK.

Ha DPK :

Terdapat koefisien yang signifikan di dalam model DPK yang

dicarai untuk mendapatkan model ARIMA yang terbaik untuk

DPK.

Page 51: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

36

c. H0 Pembiayaan :

Terdapat koefisien yang tidak signifikan di dalam model yang

dicari atau dicoba untuk mendapatkan model ARIMA yang tebaik

untuk pembiayaan.

Ha Pembiayaan :

Terdapat koefisien yang signifikan di dalam model yang dicari atau

dicoba untuk mendapatkan model ARIMA yang terbaik untuk

pembiayaan.

a. H0 Laba Tahun Berjalan :

Terdapat koefisien yang tidak signifikan di dalam model yang

dicari atau dicoba untuk mendapatkan model ARIMA yang terbaik

untuk laba tahun berjalan.

Ha Laba Tahun Berjalan :

Terdapat koefisien yang signifikan di dalam model yang dicari atau

dicoba untuk mendapatkan model ARIMA yang terbaik untuk laba

tahun berjalan.

Page 52: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

37

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan berdasarkan Laporan Perkembangan

Perbankan Syariah Indonesia dan Statistik Perbankan Syariah Indonesia yang

dipublikasikan oleh Bank Indonesia. Adapun Laporan Perkembangan

Perbankan Syariah Indonesia yang digunakan dalam penelitian ini adalah

laporan mengenai perkembangan Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah.

Statistik Perbankan Syariah Indonesia yang digunakan dalam penelitian ini

adalah total aset, total dana pihak ketiga (DPK), total pembiayaan dan total

laba tahun berjalan yang didapat oleh Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah

yang kemudian diolah untuk mengetahui hasil prediksi dan dihitung tingkat

pertumbuhannya.

Variabel dalam penelitian ini adalah indikator-indikator

pertumbuhan bank syariah yaitu total aset, total dana pihak ketiga (DPK),

total pembiayaan dan total laba tahun berjalan yang dijadikan sebagai

variabel independen (X) dan hasil prediksi pertumbuhan bank syariah sebagai

variabel dependen (Y) dalam penelitian ini.

Page 53: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

38

B. Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah statistik perbankan syariah

Indonesia yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dari bulan Maret atau

triwulan pertama tahun 2006 sampai dengan bulan Desember atau triwulan

keempat tahun 2010. Metode penentuan sampel penelitian ini adalah

Purposive Sampling Method yaitu pengambilan data disesuaikan dengan

kriteria-kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Adapun sampel yang

digunakan dalam penelitian ini berdasarkan kriteria dibawah ini:

1) Statistik Perbankan Syariah dari bulan Maret atau Triwulan

Pertama tahun 2006 sampai dengan bulan Desember atau Triwulan

Keempat tahun 2010.

2) Laporan Perkembangan Perbankan Syariah tahun 2006 sampai

dengan tahun 2010.

Berdasarkan metode penentuan sampel yang digunakan maka

penelitian menggunakan total aset, total dana pihak ketiga (DPK), total

pembiayaan dan total laba tahun berjalan yaitu dari bulan Maret atau triwulan

pertama tahun 2006 sampai dengan bulan Desember atau triwulan keempat

tahun 2010.

Page 54: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

39

Tabel 3.1

(dalam Rupiah)

Keterangan Aset DPK Pembiayaan

Laba

Tahun

Berjalan

2006.I 20.545.995 14.955.706 15.996.948 81.908

2006.II 22.700.820 16.432.728 18.162.126 165.134

2006.III 24.313.155 17.975.508 19.662.542 261.437

2006.IV 26.722.030 20.672.181 20.444.907 355.047

2007.I 28.447.352 21.882.933 20.820.064 158.727

2007.II 29.208.812 22.714.256 22.969.103 301.359

2007.III 31.802.773 23.308.579 24.637.850 428.521

2007.IV 36.537.637 28.011.670 27.944.311 540.084

2008.I 38.343.742 29.552.399 29.552.399 217.772

2008.II 42.981.116 33.048.523 33.048.523 411.089

2008.III 45.857.224 33.568.573 33.568.573 613.321

20008.IV 49.555.122 36.852.148 36.852.148 432.496

2009.I 51.678.000 38.040.000 39.308.000 289.000

2009.II 55.238.000 42.103.000 42.195.000 517.000

2009.III 58.034.000 45.381.000 44.523.000 469.000

2009.IV 66.090.000 52.271.000 46.886.000 791.000

2010.I 68.543.000 52.811.000 50.206.000 361.000

2010.II 75.205.000 58.079.000 55.801.000 580.000

2010.III 83.454.000 63.912.000 60.970.000 975.000

2010.IV 97.519.000 76.036.000 68.181.000 1.301.000

Sumber : Data Statistik Perbankan Syariah Indonesia

C. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan untuk menganalisis penelitian ini adalah :

Data kuantitatif yang merupakan data berupa angka-angka yang

memiliki satuan hitung dan dapat dihitung secara matematis, yaitu total aset,

total dana pihak ketiga (DPK), total pembiayaan dan total laba tahun berjalan.

Dalam penelitian ini juga menggunakan data kualitatif yang merupakan data

berupa informasi perkembangan bank syariah di Indonesia. Seluruh informasi

yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data

Page 55: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

40

yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi, telah dikumpulkan dan diolah pihak

lain. Data-data yang digunakan diperoleh dari publikasi Bank Indonesia

berupa Laporan Perkembangan Perbankan Syariah Indonesia dan Statistik

Perbankan Syariah Indonesia, hasil penelitian terdahulu dan jurnal.

Proses pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik

berikut :

1. Studi Lapangan (Field Research)

Pengumpulan data yang didapat langsung di Perpustakaan

Bank Indonesia. Data yang diambil berupa Statistik Perbankan

Syariah dari Maret atau triwulan pertama tahun 2006 sampai dengan

Desember atau triwulan keempat tahun 2010 dan Laporan

Perkembangan Perbankan Syariah Indonesia dari tahun 2006 sampai

dengan tahun 2010.

2. Studi Kepustakaan (Library Research)

Pengumpulan data dalam penelitian ini berupa bahan-bahan

teori atau konsep yang didapat dari www.bi.go.id, perpustakaan

berupa literatur, artikel/jurnal ilmiah (English and Indonesian

Journals) yang dapat mendukung sebagai bahan kajian penelitian dan

juga sebagai landasan untuk menganalisa permasalahan.

Page 56: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

41

D. Metode Analisis

Data dalam penelitian ini akan dianalisis dengan metode :

1. Metode Box-Jenkins

Model Box-Jenkins merupakan salah satu teknik peramalan

model time series yang hanya berdasarkan perilaku data variabel yang

diamati (let the data speak for themselves). Model Box-Jenkins ini

secara umum dikenal dengan sebagai model autoregressive integrated

moving average (ARIMA). Analisis ini berbeda dengan model

struktural baik model kausal maupun simultan dimana persamaan

model tersebut menunjukkan hubungan antara variabel-variabel

ekonomi (Agus Widarjono, 2009:275). Alasan utama penggunaan

metode Box-Jenkins dalam penelitian ini karena gerakan variabel aset,

dana pihak ketiga (DPK), pembiayaan dan laba tahun berjalan yang

didapat oleh bank syariah seringkali sulit dijelaskan oleh teori-teori

ekonomi.

Teknik Box-Jenkins sebagai teknik peramalan berbeda

dengan kebanyakan model peramalan yang ada. Didalam model ini

tidak ada asumsi khusus tentang data historis dari runtut waktu, tetapi

menggunakan metode iteratif untuk menentukan model yang terbaik.

Model yang terpilih kemuadian akan dicek ulang dengan data historis

apakah telah menggambarkan data dengan tepat. Model terbaik akan

diperoleh jika residual antara model peramalan dan data historis kecil,

didistribusikan secara random dan independen. Namun bila model

Page 57: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

42

yang dipilih tidak mampu menjelaskan dengan baik maka proses

penentuan model perlu diulangi. Model Box-Jenkins ini terdiri dari

beberapa model yaitu autoregressive (AR), moving average (MA),

autoregressive-moving average (ARMA) dan autoregressive

integrated moving average (ARIMA) (Agus Winarjono, 2009:275).

a) Model Autoregressive

Model pertama ARIMA adalah model autoregressive (AR)

menunjukkan nilai prediksi variabel dependen Yt hanya

merupakan fungsi linier dan sejumlah Yt aktual sebelumnya.

Misalnya nilai variabel dependen Yt hanya dipengaruhi oleh

nilai variabel tersebut satu periode sebelumnya atau

kelambanan pertama maka model tersebut disebut model

autoregressive tingkat pertama atau disingkat AR(1) (Agus

Widarjono, 2009:276).

b) Model Moving Average

Model kedua ARIMA adalah model movind average (MA),

model ini menyatakan bahwa nilai prediksi variabel dependen

Yt hanya dipengaruhi oleh nilai residual periode sebelumnya.

Misalnya jika nilai variabel dependen Yt hanya dipengaruhi

oleh nilai residual satu periode sebelumnya maka disebut

dengan model MA tingkat pertama atau disingkat dengan

MA(1). Model MA adalah model prediksi variabel dependen

Y berdasarkan kombinasi linear dari residual sebelumnya

Page 58: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

43

sedangkan model AR memprediksi variabel Y didasarkan pada

nilai Y sebelumnya (Agus Widarjono, 2009:277).

c) Model Autoregressive-Moving Average

Seringkali suatu data time series dapat dijelaskan dengan

baik melalui penggabungan antara model AR dan model MA.

Model gabungan ini disebut Autoregressive-Moving Average

(ARMA). Misalnya nilai variabel dependen Yt dipengaruhi

oleh kelambanan pertama Yt dan kelambanan tingkat pertama

residual maka modelnya disebut dengan model ARMA(1,1)

(Agus Widarjono, 2009:277).

d) Model Autoregressive Integrated Moving Average

Model AR, MA dan ARMA sebelumnya mensyaratkan

bahwa data time series yang diamatai mempunyai sifat

stasioner. Data time series dikatakan stasioner jika memenuhi

tiga kriteria yaitu data time series mempunyai rata-rata, varian

dan kovarian yang konstan. Namun dalam kenyataannya data

time series seringkali tidak stasioner namun stasioner pada

proses diferensi (difference). Proses diferensi adalah suatu

proses mencari perbedaan antara data satu periode dengan

periode yang lainnya secara berurutan. Data yang dihasilkan

tingkat pertama. Jika kemudian melakukan diferensi data

diferensi tingkat pertama akan menghasilkan data diferensi

tingkat kedua dan seterusnya (Agus Widarjono, 2009:277).

Page 59: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

44

Seandainya data time series yang kita gunakan tidak

stasioner dalam level maka data tersebut kemungkinan

menjadi stasioner melalui proses diferensi atau dengan kata

lain jika data tidak stasioner pada level maka perlu dibuat

stasioner pada tingkat diferensi (difference). Model dengan

data yang stasioner melalui proses differencing ini disebut

model ARIMA. Dengan demikian, jika data stasioner pada

proses differencing d kali dan mengaplikasikan ARMA (p,q),

maka modelnya ARIMA (p,d,q) dimana p adalah tingkat AR,

d tingkat proses membuat data menjadi stasioner dan q

merupakan tingkat MA (Agus Widarjono, 2009:277).

Menurut Agus Widarjono (2009:278), langkah-langkah yang harus

diambil di dalam menganalisis data dengan menggunakan teknik Box

Jenkins secara detail sebagai berikut :

Gambar 3.1

Metodologi ARIMA

Tidak ya

Identifikasi Model Pemilihan

p, q, d secara tentatif

Estimasi Parameter Model

Uji Diagnosis

Prediksi

Page 60: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

45

Langkah 1

Indentifikasi Model. Dalam langkah pertama ini kita mencari nila p, d dan

q dengan menggunakan collegram.

Langkah 2

Estimasi Parameter. Setelah mendapatkan nilai p dan q, maka selanjutnya

kita mengestimasi parameter model ARIMA yang kita pilih pada langkah

pertama. Estimasi parameter dapat dilakukan melalui metode kuadrat

terkecil atau metode estimasi yang lain seperti maximum likehood.

Langkah 3

Uji Diagnosis. Setelah mendapatkan estimator model ARIMA, kita akan

memilih model yang mampu menjelaskan data dengan baik. Caranya

dengan melihat apakah residual bersifat random sehingga merupakan

residual yang relatif kecil. Jika tidak maka kita harus kembali ke langkah

pertama untuk memilih model lain.

Langkah 4

Prediksi. Setelah kita mendapatkan model yang baik, maka selanjutnya

kita bisa menggunakan model tersebut untuk memprediksi.

Page 61: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

46

a. Tahap Identifikasi

Dalam identifikasi ini ditentukan nilai p, d, dan q. Dalam tahap identifikasi,

digunakan fungsi estimasi fungsi otokolerasi dan fungsi otokolerasi parsial

(ACF dan PACF).

1) Fungsi Otokolerasi Parsial

ACF merupakan mengukur kolerasi antar pengamatan dengan lag

ke-k. Sedangkan PACF merupakan pengukuran kolerasi antar pengamatan

dengan lag ke-k dan dengan mengontrol kolerasi antar dua pengamatan

dengan lag kurang dari k atau dengan kata lain, PACF adalah kolerasi

antara yt dan yt-k setelah menghilangkan efek yt yang terlentak di antara

kedua pengamatan tersebut. Fungsi kolerasi parsial ini hanya diharapkan

dapat membantu dalam menentukan orde dari proses AR.

2) Identifikasi Orde dan Model

Setelah mengetahui PACF, sekarang menggunakan ACF dan

PACF yang didapat untuk menentukan model ARIMA. Caranya adalah

dengan mencocokan pola ACF dan PACF berdasarkan data yang kita

gunakan untuk membuat fungsi tersebut, dengan pola model standar

seperti AR(1), MA(2), ARMA(1,1), ARMA(2,2) dan seterusnya. Bila pola

yang sedang dianalisis cocok dengan salah satu pola model standar

tersebut dijadikan model pilihan. Tetapi, model terpilih masih perlu

dilakukan tes diagnostik unutk mengetahui apakah model terpilih memang

akurat atau cocok dengan data yang dimiliki.

Page 62: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

47

b. Tahap Estimasi Model ARIMA

Setelah p dan q ditentukan, tahapan berikutnya adalah

mengestimasi parameter AR dan MA yang ada pada model. Estimasi ini bisa

menggunakan teknik kuadrat terkecil sederhana maupun dengan metode

estimasi tidak linier.

c. Tahap Tes Diagnostik

Setelah model ARIMA ditentukan dan parameternya telah

diestimasi, maka kemudian harus melihat apakah model yang terpilih cocok

dengan data atau tidak. Siapa tahu ada model ARIMA lain yang lebih cocok

atau sama cocoknya dengan model yang terpilih. Salah satu tes yang dapat

dilakukan adalah dengan mengamati apakah residual dari model terestimasi

merupakan white noise atau tidak. Jika residual berupa white noise, berarti

model terpilih cocok dengan data. Sebaliknya bila residual tidak berupa white

noise, berarti model terpilih bukan merupakan model yang cocok. Akibatnya,

kita harus melakukan pilihan ulang dari awal lagi. Oleh sebab itulah, metode

Box-Jenkins disebut juga proses iterasi.

d. Tahap Peramalan

Peramalan baru dibuat setelah modelnya lolos tes diagnostik.

Peramalan ini sesuangguhnya merupakan penjabaran dari persamaan

berdasarkan koefisien-koefisien yang didapat, sehingga kita dapat

menentukan kondisi di masa yang akan datang. Masalh ini akan lebih mudah

dibicarakan berdasarkan contoh kasus.

Page 63: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

48

2. Uji Stasioner

Sebelum melakukan analisis terlebih dahulu apakah runtun waktu

(time series) yang digunakan sudah stasioner. Untuk itulah dibutuhkan uji

formal dalam menentukan stasioneritas data. Ada dua macam pengujian

secara formal yang dapat dilakukan, yaitu Korelogram atau Unit Root Test

(Nachrowi, 2006:346). Dalam penelitian ini menggunakan uji akar unit (unit

root test) yang dikembangkan oleh Dickey-Fuller. Jika suatu variabel data

mengandung unit root maka data tersebut tidak stasioner.

Metode yang digunakan untuk unit root test adalah Augmented

Dicky-Fuller (ADF). Untuk mengetahui apakah ada unit root pada variabel

data yang digunakan, maka nilai Augmented Dicky-Fuller (ADF) t-Statistic

harus lebih kecil dibandingkan dengan test critical values atau nilai kritis

(Wing Wahyu, 2007:79). Jika salah satu variabel ada yang tidak stasioner

maka data tersebut harus di-difference (beda) tingkat pertama (first

difference). Kalaupun belum juga stasioner maka data tersebut di-difference

(beda) tingkat kedua (second difference).

Page 64: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

49

D. Operasional Variabel Penelitian

Varibel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan sebagai

berikut:

1. Variabel Dependen

Variabel dependen atau variabel terikat dalam penelitian ini adalah

prediksi tingkat pertumbuhan bank syariah. Cara menghitung

pertumbuhan adalah :

gi = (git – git-1) / git-1 x 100%

Keterangan: g : growth (%), i : aset, dana pihak ketiga, pembiayaan, dan

laba tahun berjalan, t : time

2. Variabel Independen

a) Aset

Aset disebut juga aktiva atau harta. Aset adalah kekayaan

atau harta yang dimiliki perusahaan, yang berperan dalam operasi

perubahan misalnya kas, persediaan, aktiva tetap, aktiva tak

berwujud dan lain-lain. Aset bank syariah meliputi kas,

penempatan pada BI, penempatan pada bank lain, pembiayaan yang

diberikan penyertaan, penyisihan penghapusan aktiva produktif

(PPAP), aktiva tetap dan inventaris dan rupa-rupa aktiva (Banoon

Sasmitasiwi dan Malik Cahyadin, 2008). Skala pengukuran yang

digunakan adalah nominal total aset.

Page 65: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

50

b) Dana Pihak Ketiga (DPK)

Dana Pihak Ketiga (DPK) bersumber dari dana yang

dihimpun dari masyarakat, pengukuran jumlah dana pihak ketiga

(DPK) ini volume giro, tabungan dan deposito yang dihimpun oleh

Bank Syariah. Skala pengukuran yang digunakan adalah nominal

total dana pihak ketiga (DPK).

c) Pembiayaan

Pembiayaan yang diberikan oleh Bank Syariah, dapat

diukur jumlahnya dari semua jenis pembiayaan baik yang

menggunakan kontrak bagi hasil, jual beli maupun sewa. Skala

pengukuran yang digunakan adalah nominal total pembiayaan.

d) Laba Tahun Berjalan

Laba tahun berjalan yaitu laba sebelum pajak yang

diperoleh dalam tahun berjalan. Bila tahun berjalan rugi, harus

dikurangkan terhadap modal inti (Abdul Fattah Lubis, 2008:25).

Skala pengukuran yang digunakan adalah nominal total laba tahun

berjalan.

Page 66: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

51

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Objek Penelitian

1. Sejarah Singkat Perkembangan Bank Syariah

Menurut Abdullah Seed, sejak awal kelahiran perbakan

syariah dilandasi dengan kehadiran dua gerakan renaissance Islam

modern : neorevivalis dan modernis (Syafi’i, 2001:18). Tujuan utama

dari dari pendirian lembaga keuangan berlandaskan etika ini adalah

tiada lain sebagai upaya kaum muslimin untuk mendasari segenap

aspek kehidupan ekonominya berlandaskan Al-Qur’an dan As-

Sunnah.

Upaya awal penerapan sistem profit dan loss sharing

tercatat di Pakistan dan Malaysia sekitar tahun 1940-an, yaitu adanya

upaya mengelola dana jama’ah haji secara non konvensional. Rintisan

institusional lainnya adalah Islamic Rural Bank di desa Mit Ghamr

pada tahun 1963 di Kairo, Mesir (Syafi’i, 2001:18).

Setelah dua rintisan awal yang cukup sederhana itu, bank

Islam tumbuh dengan sangat pesat. Sesuai dengan analisa

Prof.Khursid Ahmad dan laporan internasional Assosiation of Islamic

Bank, hingga akhir 1999 tercatat lebih dari 200 lembaga keuangan

Islam yang beroperasi di seluruh dunia, baik di negara-negara

Page 67: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

52

berpenduduk muslim maupun di Eropa, Australia, maupun Amerika

(Syafi’i, 2001:18).

a) Mit Ghamr Bank

Rintisan perbankan syariah mulai berwujud di Mesir pada

dekade 1960-an dan beroperasi sebagai rural-social bank

(semacam lembaga keuangan unit desa di Indonesia) disepanjang

delta sungai nil. Lembaga dengan nama Mit Ghamr Bank binaan

Ahmad Najjar tersebut hanya beroperasi di pedesaan Mesir dan

berskala kecil, namun institusi tersebut mampu menjadi pemicu

yang sangat berarti bagi perkembangan sistem finansial dan

ekonomi Islam (Syafi’i, 2001:19).

b) Islamic Development Bank

Pada sidang Menteri Luar Negeri Negara-Negara

Organisasi Konferensi Islam di Karachi, Pakistan, Desember 1970,

Mesir mengajukan sebuah proposal untuk mendirikan bank syariah.

Proposal tersebut pada intinya mengusulkan bahwa sistem

keuangan berdasarkan bungan harus digantikan dengan suatu

sistem kerja sama dengan skema bagi hasil keuntungan maupun

kerugian, dan proposal itupun diterima. Diusulkan juga

pembentukan badan-badan khusus yang disebut Badan Investasi

dan Pembangunan negara-negara Islam (Investment and

Development Body of Islamic Countries). Badan tersebut berfungsi

untuk :

Page 68: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

53

1) Mengatur investasi modal Islam

2) Menyeimbangkan antara investasi dan pembangunan di negara

Islam

3) Memilih lahan/sektor yang cocok untuk investasi dan

mengatur penelitiannya

4) Memberi saran dan bantuan teknis bagi proyek-proyek yang

dirancang untuk investasi regional di negara-negara Islam.

Pada sidang Menteri Keuagan OKI di Jeddah 1975,

menyetujui rancangan pendirian Bank Pembangunan Islam atau

Islamic Development Bank (IDB) dengan modal awal 2 miliar dinar

Islam atau ekuivalen 2 miliar Special Drawing Right (SDR). Semua

anggota OKI menjadi anggota IDB. IDB terbukti mampu

memainkan peran yang sangat penting dalam memenuhi

kebutuhan-kebutuhan negara-negara Islam untuk pembangunan.

IDB memberikan pinjaman bebas bunga unutk proyek infrastruktur

dan pembiayaan kepada negara anggota berdasarkan partisipasi

modal negara tersebut (Syafi’i, 2001:21).

c) Islamic Research and Training Institute

IDB membantu mendirikan bank-bank Islam di berbagai

negara. Untuk pengembangan sistem ekonomi syariah, institusi ini

membangun sebuah institut riset dan pelatihan untuk

pengembangan penelitian dan pelatihan ekonomi Islam, baik dalam

bidang perbankan maupun keuangan secara umum. Lembaga ini

Page 69: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

54

disebut Islamic Research and Training Institute (IRTI)

(www.irti.org).

2. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia

Berkembangnya bank-bank syariah di negara-negara Islam

juga berpengaruh ke Indonesia. Menurut Muhammad Kamal Zubair

(2008:2), eksistensi perbankan syariah di Indonesia tidak terlepas dari

sistem perbankan Indonesia secara umum. PT. Bank Muamalat

Indonesia adalah bank yang bebasis syariah pertama yang ada di

Indonesia yang telah diakui oleh negara pada akhir tahun 1991. Pada

awal pendirian Bank Muamalat Indonesia, keberadaan bank syariah

ini belum mendapat perhatian yang optimal dalam tatanan industri

perbankan nasional. Sistem perbankan syariah mulai dikenal di

Indonesia pada tahun 1992 dengan dikeluarkannya UU No. 7 Tahun

1992 yang memungkinkan bank menjalankan operasional bisnisnya

dengan sistem bagi hasil. Pada saat era reformasi ditandai dengan

disetujuuinya UU No. 10 tahun 1998. Dalam undang-undang tersebut

diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang

dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah. Undang-

undang ini juga memberikan arahan bagi bank-bank konvensional

untuk membuka cabang syariah atau bahkan mengkonversikan diri

secara total menjadi bank syariah.

Page 70: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

55

a) Perkembangan Kebijakan Bank Syariah

Konsep perbankan syariah telah benar-benar masuk dalam

Undang-Undang Perbankan Indonesia dengan disetujuinya UU No.

10 tahun 1998 sebagai pengganti UU No. 7 Tahun 1992. Dalam

UU No. 10 Tahun 1998 tersebut diatur dengan rinci landasan

hukum dan jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan

diimplementasikan oleh bank syariah. Dalam Undang-Undang ini

juga memberikan arahan bagi bank-bank konvensional unutk

membuka cabang syariah (dual banking system) atau bahkan

mengkonversi diri secara total menjadi bank syariah.

Berdasarkan UU No. 10 Tahun 1998 tersebut, Bank

Indonesia (BI) mengeluarkan ketentuan mengenai kelembagaan

dari jaringan kantor bagi Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank

Umum Konvensional (BUK) yang membuka Unit Usaha Syariah

(UUS) dan Kantor Cabang Syariah (KCS) serta ketentuan Bank

Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Pemerintah juga

mengeluarkan UU No. 23 Tahun 1999 yang mengatur tentang

kawajiban dan tanggung jawab Bank Indonesia (BI) sebagai

otoritas moneter dalam mengatur kebijakan bank konvensional dan

bank syariah (Muhammad Kamal Zubair, 2008:3).

Bank Indonesia juga mengeluarkan Cetak Biru

Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia, dengan kerangka

waktu perencanaan 10 tahun dari tahun 2002-2011. Berdasarkan

Page 71: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

56

Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah tersebut, sasaran

pengembangan perbankan syariah adalah terpenuhnya prinsip

syariah dalam operasional perbankan, diterapkannya prinsip kehati-

hatian dalam operasional perbankan syariah, terciptanya sistem

perbankan syariah yang kompetitif dan efisien, serta terciptanya

stabilitas sistemik serta terelasisasinya kemanfaatan bagi

masyarakat luas. Pada tahun 2000 Bank Indonesia (BI) secara

bersamaan mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI), yaitu

ketentuan kliring, pembukaan rekening giro pada Bank Indonesia

(BI) bagu Unit Usaha Syariah (UUS), Giro Wajib Minimum

(GWM) bagi Bank Umum Syariah (BUS), pasar uang antar bank

berdasrkan prinsip syariah (PUAS) dan Sertifikat Wadiah Bank

Indonesia (SWBI). Bank syariah juga wajib mengikuti semua fatwa

Dewan Syariah Nasional (DSN) untuk mengatur jenis kegiatan,

produk dan jasa keuangan syariah (www.bi.go.id).

Pada tahun 2006 yang dijelaskan dalam Laporan

Perkembangan Perbankan Syariah 2006, Bank Indonesia (BI) untuk

mengatur kebijakan perbankan syariah difokuskan pada enam

aspek yang meliputi kepatuhan pada prinsip syariah, pemenuhan

aspek kehati-hatian, pengembangan efisiensi operasi dan daya

saing, kestabilan sistem dan kemafaatan bagi perekonomian,

peningkatan kompetensi dan profesionalisme sumber daya insani,

serat optimalisasi fungsi sosial bank syariah dalam memfasilitasi

Page 72: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

57

sektor voluntary/sosial dengan upaya pemberdayaan ekonomi

rakyat. Dewan Pengawas Syariah (DPS) dalam melaksanakan

tugasnya untuk meyakini telah dilaksanakannya pemenuhan

kepatuah terhadap prinsip syariah oleh bank syariah yang diawasi

oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS). Pedoman ini merupakan

hasil kerjasama antara Bank Indonesia (BI) dengan Dewan Syariah

Nasional (DSN) yang dituangkan dalam Surat Edaran Bank

Indonesia No.8/19/DBbS/2006 tentang Pedoman Pengawasan

Syariah dan Tata Cara Pelaporan Hasil Pengawasan Bagi Dewan

Pengawas Syariah. Bank Indonesia (BI) di tahun 2006 menerbitkan

PBI No.8/3/PBI/2006 tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank

Umum Konvensional Menjadi Bank Umum yang Melaksanakan

Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah dan Pembukaan

Kantor Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan

Prinsip Syariah oleh Bank Umum Konvensional. Ketentuan lain

yang telah dikeluarkan terkait dengan prinsip kehati-hatian adalah

PBI No.8/21/PBI/2006 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank

Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip

Syariah, peraturan ini dikeluarkan untuk penyempurnaan ketentuan

kehati-hatian berdasarkan karakteristik operasional bank syariah,

diantaranya ketentuan kualitas aktiva disamping melakukan

pengembangan sistem penilaian tingkat kesehatan perbankan

syariah. Pada tahun 2006 diterbitkan kebijakan yang terkait dengan

Page 73: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

58

mendorong efisiensi operasi dari aspek skala usaha yang ekonomis

antara lain dilaksanakan dengan penerbitan ketentuan tentang

Layanan Syariah (syariah office channeling) yang diatur dalam PBI

No.8/3/PBI/2006, peraturan ini mengizinkan cabang bank

konvensional yang telah memiliki Unit Usaha Syariah (UUS)

melayani transaksi perbankan syariah tertentu (office channeling)

untuk meningkatkan efisiensi bank didalam memperluas jaringan

usahanya. Pada tahun 2006 Bank Indonesia (BI) memberikan

kontribusi dalam pengembangan sumber daya insani dalam

pelaksanaan edukasi publik di bidang perbankan syariah melalui

program-program Pusat Ekonomi Syariah , pelaksanaan training

for trainers kepada akademisi. Dalam rangka optimalisasi fungsi

sosial bank syariah, Bank Indonesia (BI) bekerjasama dengan

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) (www.bi.go.id).

Pada tahun 2007 yang dijelaskan dalam Laporan

Perkembangan Perbankan Syariah 2007, dalam rangka

meningkatkan pemenuhan kepatuhan terhadap prinsip syariah Bank

Indonesia (BI) menerbitkan PBI No. 9/19/PBI/2007 tentang

Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana

dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah, peraturan

ini adalah penyempurnaan dari PBI No.7/46/PBI/2005 yang berisi

tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran dana bagi Bank Yang

Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah.

Page 74: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

59

Penerbitan peraturan tersebut antara lain dilatarbelakangi oleh

adanya perkembangan peraturan hukum maupun perundangan dan

dikeluarkannya sejumlah fatwa baru yang dijadikan sebagai dasar

pelaksanaan kegiatan usaha bank syariah. Bank Indonesia juga

menerbitan PBI No.9/9/PBI/2007 yang merupakan penyempurnaan

dari PBI No.8/21/PBI/2006 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank

Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip

Syariah, peraturan ini adalah salah satu bentuk penerapan prinsip

kehati-hatian. Penyempurnaan ini bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan bank dalam menjaga kualitas aktiva dan membentuk

PPA yang memadai, tanpa mengurangi keleluasaan penyaluran

pembiayaan bank syariah terutama pada Usaha Kecil Menengah

(UKM). Bank Indonesia (BI) juga telah mengeluarkan ketentuan

penilaian tingkat kesehatan untuk Bank Umum Syariah (BUS)

untuk melengkapai pengawasan industri perbankan syariah, yaitu

PBI No.9/1/PBI/2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan

Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah. Dalam meningkatkan

pelayanan jasa perbankan kepada masyarakat luas dengan tetap

mempertimbangkan prinsip kehati-hatian, Bank Indonesia (BI)

menerbitkan PBI No.9/7/PBI/2007 yang merupakan

penyempurnaan atas PBI No.8/3/PBI/2006 tentang perubahan

Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional Menjadi Bank Umum

yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah

Page 75: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

60

dan Pembukaan Kantor Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha

Berdasarkan Prinsip Syariah oleh Bank Umum Konvensional. Pada

tahun 2007, dalam rangka edukasi publik Bank Indonesia (BI)

meluncurkan IB sebagai penanda industri perbankan syariah

Indonesia (www.bi.go.id).

Pada tahun 2008 yang dijelaskan dalam Laporan

Perkembangan Perbankan Syariah 2007, telah diberlakukan

Undang-Undang No.21 Tahun 2008 yang berisi tentang Perbankan

Syariah. UU No.21 Tahun 2008 mengamanatkan Bank Indonesia

(BI) untuk membentuk Komite Perbankan Syariah yang

beranggotakan para ahli syariah dari unsur Bank Indonesia (BI),

Departemen Agama dan masyarakat lainnya. Fungsi dari Komite

Perbankan Syariah adalah membantu Bank Indonesia (BI) dalam

menetapkan peraturan perbankan syariah yang sesuai dengan fatwa

Dewan Syariah Nasioan (DSN) MUI. Terkait dengan UU No.21

Tahun 2008, Bank Indonesia (BI) telah menerbitkan PBI

No.10/32/PBI/2008 tentang Komite Perbankan Syariah, diharapkan

dengan keberadaan Komite ini dapat mendukung berbagai upaya

mewujudkan perbankan syariah nasional yang sehat dan memenuhi

prinsip syariah secara baik. Untuk mendorong penerapan prinsip-

prinsip syariah dalam produk dan operasional bank syariah pada

tahun 2008 telah dilakukan penyempurnaan ketentuan mengenai

standar akad penghimpunan dan penyaluran dana dengan

Page 76: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

61

menebitkan PBI No.10/16/PBI/2008 tentang perubahan atas PBI

No.9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam

Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta

Pelayanan Jasa Bank Syariah, PBI No.10/16/PBI/2008 mengatur

tentang kepastian dan kejelasan hukum bagaimana pihak bahwa

produk perbankan syariah termasuk jasa perbankan. Bank

Indonesia (BI) menerbitkan PBI No. 10/17/PBI/2008 tentang

Produk Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, PBI ini mengatur

tentang pengeluaran produk baru dapat dilakuakn tanpa izin dari

Bank Indonesia (BI), hanya terkena kewajiban melapor, sepanjang

produk baru tersebut memiliki karakteristik yang sama dengan

produk yang terdapat dan Buku Kondifikasi Produk Perbankan

Syariah. Dalam mengatur pembiayaan Bank Indonesia (BI)

menerbitkan PBI No.10/18/PBI/2008 tentang Restrukturisasi

Pembiayaan Bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah,

pengaturan ini mengenai restrukturisasi pembiayaan bank syariah

masih mengacu kepada ketentuan bank konvensional, diharapkan

PBI ini dapat memberikan pedoman yang lebih jelas bagi

perbankan syariah dalam melakukan restrukturisasi pembiayaan

sesuai karakteristik produk perbankan syariah. Bank Indonesia (BI)

juga menyempurnakan peraturan yang telah diterbitkan yaitu PBI

No. 8/21/PBI/2006 dengan PBI No.10/24/PBI/2008 tentang

Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum yang Melaksanakan

Page 77: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

62

Kegiatan Usaha Bersadarkan Prinsip Syariah, ketentuan ini terkait

dengan penambahan kategori penempatan aktiva bank pada surat

berharga syariah yang sebelumnya hanya boleh dimiliki hingga

jatoh tempo, menjadi dapat dipindah tangankan dan

diperdagangkan (www.bi.go.id).

Pada tahun 2009 yang dijelaskan dalam Laporan

Perkembangan Perbankan Syariah, Bank Indonesia (BI) telah

melaksanakan berbagai program dalam rangka peningkatan

kompetensi Sumber Daya Manusia perbankan syariah yaitu iB

Workshop on Leadership and Change Management, Pendidikan

Dasar Perbankan Syariah (PDPS) Plus Service Excellence,

Training Of Trainers (TOT), dan Program Bantuan Teknis

(technical assistance). Bank Indonesia (BI) pada tahun 2009

menerbitkan PBI No.11/3/PBI/2009 yang berisi tentang Bank

Umum Syariah, bahwa dalam bahwa badan hukum bagi Bank

Umum Syariah (BUS) dibatasi hanya dalam bentuk Perseroan

Terbatas (PT), sehingga tidak dikenal lagi Bank Umum Syariah

yang berbentuk badan hukum Perusahaan Daerah dan Koperasi.

Selain itu, Bank Indonesia menerbitkan PBI No.11/10/PBI/2009

berisi tentang Unit Usaha Syariah (UUS), hal baru yang diatur

antara lain adalah adanya kewajiban untuk memperoleh izin usaha

dari Bank Indonesia bagi pendirian unit usaha syariah (UUS),

modal kerja minimal unit usaha syariah (UUS) sebesar Rp 100

Page 78: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

63

miliar, penegasan keberadaan Direktur unit usaha syariah (UUS),

serta pemisahan Unit Usaha Syariah (UUS) dari Bank Umum

Konvensional induknya dan tata caranya. Penyempurnaan juga

dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) untuk PBI No. 8/3/PBI/2006

menjadi PBI No. 11/15/PBI/2009 tentang Kegiatan Usaha Bank

Konvensional menjadi Bank Syariah. Bank Indonesia (BI) dalam

memelihara dan meningkatkan kepercayaan masyarakat

menerbitkan PBI No.11/31/PBI/2009 tentang Uji Kemampuan dan

Kepatutan (Fit and Proper Test) Bank Umum Syariah (BUS) dan

Unit Usaha Syariah (UUS), agar mendorong pertumbuhan dan

mendorong pelaksanaan tata kelola yang baik (good corporate

governance) Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah

(UUS) (www.bi.go.id).

Pada tahun 2010 yang dijelaskan dalam Laporan

Perkembangan Perbankan Syariah, kegiatan pengaturan

dilaksanakan sebagai kelanjutan dari kegiatan penyusunan atau

penyempurnaan ketentuan yang telah menjadi amanat UU No.21

tahun 2008 tentang perbankan syariah. Beberapa ketentuan yang

telah disusun pada tahun 2010 merupakan petunjuk pelaksanaan

dari pengaturan perbankan syariah yang telah disusun sebelumnya,

antara lain Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit And Proper Test),

pelaksanaan Good Corporate Governance, dan Rencana Bisnis

Page 79: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

64

Bank. Penyusunan dan penyempurnaan ketentuan yang telah

dihasilkan selama tahu 2010 adalah :

1) Surat Edaran No. 12/6/DPbS tanggal 8 Maret 2010 perihal

Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test) bagi

Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah (UUS). Ketentuan ini

merupakan aturan teknis pelaksanaan Peraturan Bank

Indonesia No.11/31/PBI/2009 tentang Uji Kemampuan dan

Kepatutan (Fit and Proper Test) Bank Syariah dan Unit

Usaha Syariah (UUS) yang diterbitkan pada tanggal 28

Agustus 2009.

2) Surat Edaran No.12/13/DPbS tanggal 30 April 2010 perihal

Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi

Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah

(UUS). Ketentuan ini merupakan aturan teknis pelaksanaan

Peraturan Bank Indonesia (PBI) :

- No.11/3/PBI/2009 tanggal 29 Januari 2009 tentang

Bank Umum Syariah, PBI

- No.11/10/PBI/2009 tanggal 19 Maret 2009 tentang

Unit Usaha Syariah, dan PBI

- No.11/33/PBI/2009 tanggal 7 Desember 2009 tentang

Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank

Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah

(UUS).

Page 80: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

65

3) Surat Edaran No.12/32/DPbS tanggal 18 November 2010

perihal Rencana Bisnis Bank Umum Syariah (BUS) dan

Unit Usaha Syariah (UUS). Ketentuan ini merupakan aturan

teknis pelaksanaan penyusunan dan penyampaian rencana

bisnis, realisasi rencana bisnis dan/atau pengawasan

rencana bisnis oleh Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit

Usaha Syariah (UUS) kepada Bank Indonesia, yang

merupakan tindak lanjut dari Peraturan Bank Indonesia

No.12/21/PBI/2010 tentang Rencana Bisnis Bank yang

diterbitkan pada tanggal 19 Oktober 2010.

Disamping itu, di tahun 2010 telah dilakukan review terhadap

ketentuan-ketentuan untuk mengakomodasi perkembangan yang terjadi

sesuai dengan kondisi perbankan syariah. Review tersebut dilakukan

dengan tujuan sinkronisasi dan harmonisasi dengan ketentuan yang

berlaku, serta rekomendasi lembaga internasional. Hasil dari review

yang dilakukan merekomendasikan perubahan atas ketentuan-ketentuan

yang telah berlaku yaitu:

1) Restrukturisasi pembiayaan bagi bank syariah dan unit

usaha syariah (UUS).

2) Penilaian kualitas aktiva bagi bank umum syariah (BUS)

dan unit usaha syariah (UUS).

Serta ketentuan yang baru bagi perbankan syariah yaitu Peraturan Bank

Indonesia mengenai Manajemen Risiko bagi BUS dan UUS. Ketentuan-

Page 81: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

66

ketentuan tersebut direkomendasikan untuk dapat dikeluarkan pada

tahun 2011 (www.bi.go.id).

b) Perkembangan Kelembagaan Bank Syariah

Pada tahun 2006 terdapat penambahan sebanyak 1 Unit

Usaha Syariah (UUS) yaitu UUS BPD Kalimantan Timur, sehingga

pada akhir tahun 2006 industri perbankan syariah terdiri dari 3

Bank Umum Syariah dan 20 Unit Usaha Syariah (UUS). Di tahun

2006, jaringan kantor perbankan syariah telah menjangkau

masyarakat di lebih dari 70 kabupaten di 31 propinsi dan

jumlahnya sebanyak 531 kantor. Jumlah jaringan kantor cabang

bank konvensional penyedia layanan syariah (office channeling)

sebanyak 456 kantor (www.bi.go.id).

Pada tahun 2007, terdapat penambahan sebanyak 6 Unit

Usaha Syariah (UUS), yaitu UUS BPD DIY, UUS BPD Sulawesi

Selatan, UUS BPD Sumatera Barat, UUS BPD Jawa Timur, UUS

PT. Bank Ekspor Indonesia dan UUS PT. Bank Lippo. Selain itu

terdapat pula pembukaan 2 Kantor Perwakilan (KPw) dari bank

syariah yang berkantor pusat di luar negeri yaitu KPw Albaraka

Banking Group dan KPw Asian Finance Bank Berhad. Jumlah

kantor bank syariah (termasuk kantor kas, kantor cabang pembantu

dan Unit Pelayanan Syariah) bertambah menjadi 597 kantor.

Jaringan kantor ini telah menjangkau di 32 propinsi, dan jumlah

Page 82: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

67

jaringan kantor bank konvensional penyedia layanan syariah (office

channeling) sebanyak 1.195 kantor. Dengan demikian pada tahun

2007 industri perbankan syariah terdiri dari 3 Bank Umum Syariah

(BUS), 26 Unit Usaha Syariah (UUS), 597 kantor bank syariah dan

1.195 kantor bank konvensional penyedia layanan syariah (office

channeling) (www.bi.go.id).

Pada tahun 2008, berdiri 2 Bank Umum Syariah (BUS) dan

2 Unit Usaha Syariah (UUS baru yaitu Bank Syariah Bukopin dan

BRI Syariah serta UUS BTPN dan UUS BPD Jawa Tengah.

Jumlah kantor bank syariah bertambah menjadi 822 kantor, untuk

pelayanan syariah (office channeling) mencapai 1.470 kantor.

Penyebaran jaringan kantor bank syariah saat ini telah menjangkau

masyarakat di lebih dari 89 kabupaten di 33 proponsi. Sehingga

pada tahun 2008 terdapat 5 Bank Umum Syariah (BUS), 27 Unit

Usaha Syariah (UUS), 822 kantor bank syariah dan 1.470 kantor

pelayanan bank syariah (office channeling) (www.bi.go.id).

Pada tahun 2009, telah berdiri sebuah Bank Umum Syariah

(BUS) yaitu Bank Panin Syariah dan dibukanya 2 Unit Usaha

Syariah (UUS) yaitu UUS OCBC NISP dan UUS Bank Sinarmas.

Terdapat konversi 2 UUS, UUS BRI dan UUS Bukopin menjadi

Bank Umum Syariah (BUS). Jumlah kantor bank syariah mencapai

1.140 kantor dan kantor layanan syariah (office channeling)

mencapai 1.929 kantor. Penyebaran jaringan kantor bank syariah

Page 83: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

68

telah menjangkau masyarakat di lebih dari 89 kabupaten di 33

provinsi, sehingga pada tahun 2009 terdapat 6 Bank Umum Syariah

(BUS), 25 Unit Usaha Syariah (UUS), 1.140 kantor bank syariah

dan 1929 kantor layanan syariah (office channeling) (ww.bi.go.id).

Pada tahun 2010, jumlah Bank Umum Syariah bertambah

dengan diterbitkannya izin untuk 5 bank yang terdiri dari 3 bank

umum syariah (BUS) yang terbentuk melalui proses perubahan

kegiatan usaha (konversi) bank umum, dan 2 bank umum syariah

(BUS) yang terbentuk melalui proses pemisahan (spin-off) Unit

Usaha Syariah (UUS) Bank Umum. Izin perubahan kegiatan usaha

Bank Umum menjadi Bank Umum Syariah diberikan kepada PT.

Bank BCA Syariah yang semula PT. Bank UIB, PT. Bank Victoria

Syariah yang semula PT. Bank Swaguna, dan PT. Bank Maybank

Syariah Indonesia yang semula PT. Bank Maybank Indocorp. Izin

usaha BUS hasil pemisahan (spin-off) diberikan kepada PT. Bank

BNI Syariah dan PT. Bank Jabar Banten Syariah. Dengan terbitnya

izin untuk lima Bank tersebut, maka jumlah Bank Umum Syariah

di Indonesia sampai dengan akhir tahun 2010 tercatat menjadi

sebanyak 11 BUS dari sebelumnya sebanyak 6 bank umum syariah

(BUS) pada tahun 2009. Permohonan Bank Umum untuk membuka

Unit Usaha Syariah (UUS), namun jumlah unit usaha syariah

(UUS) berkurang sebanyak 2 unit usaha syariah (UUS) sehubungan

dengan dicabutnya izin usaha 2 unit usaha syariah (UUS)

Page 84: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

69

sehubungan dengan pemisahan (spin-off) UUS dengan mendirikan

Bank Umum Syariah (BUS). Unit Usaha Syariah (UUS) yang

melakukan spin off untuk berdiri sebagai Bank Umum Syariah

(BUS) pada tahun 2010 adalah UUS PT. Bank Negara Indonesia

(Persero) Tbk dan UUS PT. Bank Jabar Banten yang masing-

masing menjadi PT. Bank BNI Syariah dan PT. Bank Jabar Banten

Syariah. Dengan demikian, jumlah unit usaha syariah (UUS) pada

tahun 2010 secara keseluruhan menjadi sebanyak 23, mengalami

penurunan apabila dibandingkan dengan jumlah unit usaha syariah

(UUS) pada akhir tahun 2009 yang sebanyak 25 unit usaha syariah

(UUS). Jaringan kantor perbankan syariah pada tahun 2010 jika

dibandingkan dengan tahun 2009 mengalami peningkatan pada

jumlah jaringan kantor bank umum syariah (BUS), namun jumlah

jaringan kantor unit usaha syariah (UUS) mengalami penurunan.

Jumlah jaringan kantor BUS meningkat sejumlah 493 kantor yaitu

dari 711 kantor pada akhir tahun 2009 menjadi 1.204 kantor pada

akhir tahun 2010. Sedangkan jumlah jaringan kantor UUS pada

tahun 2009 mengalami penurunan sejumlah 48 kantor yaitu dari

287 kantor pada akhir tahun 2009 menjadi 239 kantor pada akhir

tahun 2010. Dapat dilihat dalam tabel 4.1 berikut.

Page 85: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

70

Tabel 4.1

Jaringan Kantor BUS dan UUS Tahun 2010

No. Kelompok Bank KP/UUS KPO/

KC

KCP/

UPS

KK

Bank Umum Syariah 11 317 689 198

1. PT. Bank Syariah Muamalat Indonesia 1 75 58 113

2. PT. Bank Syariah Mandiri 1 115 204 72

3. PT. Bank Syariah Mega Indonesia 1 34 329 5

4. PT. Bank Syariah BRI 1 35 47 1

5. PT. Bank Syariah Bukopin 1 8 5 -

6. PT. Bank Panin Syariah 1 4 - -

7. PT. Bank Victoria Syariah 1 6 2 -

8. PT. BCA Syariah 1 5 3 7

9. PT. Bank Jabar dan Banten 1 6 13 -

10. PT. Bank Syariah BNI 1 28 28 -

11. PT. Maybank Indonesia Syariah 1 1 - -

Unit Usaha Syariah 23 104 89 46

12. PT. Bank Danamon 1 8 3 -

13. PT. Bank Permata 1 10 12 -

14. PT. Bank Internasional Indonesia (BII) 1 5 20 -

15. PT. CIMB Niaga 1 22 5 -

16. HSBC, Ltd 1 5 - -

17. PT. Bank DKI 1 2 - -

18. BPD DIY 1 1 - -

19. BPD Jawa Tengah 1 2 - 2

20. BPD Jawa Timur 1 1 - 37

21. BPD Banda Aceh 1 2 9 -

22. BPD Sumatera Utara 1 4 1 -

23. BPD Sumatera Barat 1 2 2 1

24. BPD Riau 1 2 3 1

25. BPD Sumatera Selatan 1 3 - 2

26. BPD Kamlimantan Selatan 1 2 - -

27. BPD Kalimantan Barat 1 1 - -

28. BPD Kalimantan Timur 1 2 7 2

29. BPD Sulawesi Selatan 1 3 1 -

30. BPD Nusa Tenggara Barat 1 1 - -

31. PT. BTN 1 20 5 -

32. PT. Bank Tabungan Pensiun Nasional 1 2 21 -

33. PT. OCBC NISP 1 3 - -

34. PT. Bank Sinarmas 1 1 - 1

Sumber : Statistik Perbankan Syariah Indonesia 2010

Page 86: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

71

B. Analisis dan Pembahasan

1. Analisis Deskriptif

a. Aset

Perkembangan jumlah aset Bank Umum Syariah (BUS) dan

Unit Usaha Syariah (UUS) dari triwulan pertama tahun 2006

sampai triwulan keempat tahun 2010 mengalami peningkatan yang

sangat baik, dapat dilihat pada grafik 4.1.

Grafik 4.1

Perkembangan Aset Bank Syariah

10,000,000

20,000,000

30,000,000

40,000,000

50,000,000

60,000,000

70,000,000

80,000,000

90,000,000

100,000,000

2006 2007 2008 2009 2010

ASET

Sumber : Data diolah

Dapat dilihat dari grafik 4.1 perkembangan aset bank syariah

terus meningkat disetiap triwulannya. Menurut Laporan

Page 87: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

72

Perkembangan Perbankan Syariah tahun 2006, industri perbankan

syariah mengalami peningkatan volume usaha sebesar Rp 5,8 triliun

sehingga pada akhir periode laporan mencapai Rp 26,8 triliun.

Peningkatan tersebut memperbesar pangsa aset perbankan syariah

terhadap total aset perbankan nasional dari 1,4% pada akhir tahun

2005 menjadi 1,6% pada akhir 2006. Pembiayaan merupakan

kelompok aset perbankan syariah yang cukup dominan.

Pertumbuhan pembiayaan yang cukup signifikan dalam periode

laporan memperbesar pangsa pembiayaan dari 75% pada tahun 2005

menjadi 79%, sementara kelompok aset lainnya khususnya dalam

bentuk penempatan pada bank lain mengalami penurunan.

Berdasarkan kelompok bank, meskipun bank umum syariah tetap

merupakan pelaku utama industri, namun pangsa aset unit usaha

syariah (UUS) tercatat meningkat dari 18,2% pada tahun 2005

menjadi 20,8% pada tahun 2006. Dari segi total aset yang didapat

bank syariah dan unit usaha syariah pada triwulan pertama total aset

bank syariah yaitu sebesar Rp 20,5 triliun dan perkembangan dari

triwulan pertama hingga keempat tidak mengalami kenaikan yang

sangat pesat terbukti pada triwulan keempat total aset bank syariah

sebesar Rp 26,7 triliun. Ini terjadi karena pada awal tahun 2006

kondisi perekonomian masih sangat kuat dipengaruhi oleh dampak

lanjutan kenaikan BBM yang terjadi pada akhir tahun 2005 yang

tercermin dari tingginya inflasi dan suku bunga termasuk suku bunga

Page 88: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

73

bank konvensional Tetapi, konsistensi kebijakan Bank Indonesia

(BI) maupun pemerintah di dalam pengendalian inflasi mengalami

penurunan. Sehingga total aset bank syariah naik secara perlahan.

Pada awal tahun 2007, ditengah optimisme terhadap kondisi

ekonomi yang semakin kondusif siring denga trend penurunan suku

bunga, total aset bank syariah meningkat ditiap triwulannya.

Peningkatan ini juga secara perlahan dapat dilihat dari triwulan

pertama total aset bank syariah sebesar Rp 28,4 triliun, triwulan

kedua sebesar Rp 29,2 triliun, triwulan ketiga Rp 31,8 triliun dan

triwulan keempat sebesar Rp 36,5 triliun. Pertumbuhan bank syariah

sebesar 36,7% pada tahun 2007. Total aset bank syariah cenderung

naik pada tingkat yang sama dan secara perlahan.

Pada tahun 2008 menurut Laporan Perkembangan Perbankan

Syariah, secara umum industri perbankan syariah nasional

mengalami dua kondisi perkembangan yang menonjol. Pertama,

pada semester pertama tahun 2008 pertumbuhan perbankan syariah

menunjukkan perkembangan yang cukup tinggi dalam angka yang

cenderung meningkat. Kedua, perkembangan industri mengalami

perlambatan pada semester kedua. Perlambatan tersebut erat

kaitannya dengan kondisi perekonomian nasional yang mulai

terimbas oleh situasi krisis keuangan global. Pada akhir 2008,

pertumbuhan aset bank syariah mencapai 35,6%. Pertumbuhan aset

Page 89: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

74

industri perbankan syariah cenderung mengalami perlambatan

terutama sejak triwulan kedua, meskipun menunjukkan pertumbuhan

aset yang positif.

Pada tahun 2009, menurut Laporan Perkembangan Perbankan

Syariah, pertumbuhan aset industri perbankan syariah cenderung

mengalami perlambatan terutama sejak triwulan kedua, meskipun

menunjukkan pertumbuhan aset yang positif atau naik pada setiap

triwulannya namun bila dihitung pertumbuhannya cenderung

menurun. Hal ini diperangruhi oleh kelesuan ekonomi nasional,

belum pulihnya daya beli masyarakat yang tinggi yang berdampak

pada adanya pembatasan ekspansi usaha dan pengurangan konsumsi.

Pada tahun 2009 juga terjadi penurunan suku bunga, tetapi kinerja

perbankan syariah pada tahun 2009 relatif stabil dengan

pertumbuhan aset sebesar 33,37%.

Pada tahun 2010, menurut Laporan Perkembangan Perbankan

Syariah semakin berkurangnya tekanan krisis global, pulihnya daya

beli masyarakat dan mulai membaiknya aktivitas sektor riil, serta

bertambahnya jumlah bank umum syariah (BUS) baru secara

bersama-sama memberikan dampak positif bagi kinerja perbankan

syariah. Total aset perbankan syariah (BUS dan UUS) tumbuh

47,56% menjadi Rp 97 triliun. Peningkatan aset perbankan syariah

ini meningkat cukup signifikan bila dibandingkan dengan perbankan

Page 90: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

75

nasional yang asetnya hanya tumbuh 18,7%. Dibandingkan tahun

2009, aset industri perbankan syariah tahun 2010 tumbuh sebesar

47,56% dengan peningkatan simpanan masyarakat sebesar 45,46%.

Hal ini antara lain didorong oleh kinerja sektor riil yang membaik

dan aktifitas industri perbankan syariah yang semakin meningkat.

b. Dana Pihak Ketiga (DPK)

Perkembangan jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang

dihimpun oleh Bank Syariah dalam menjalankan usahanya dari

triwulan pertama tahun 2006 sampai triwulan keempat tahun 2010

terus meningkat. Ini menandakan bahwa masyarakat telah

mempercayai Bank Syariah untuk menitipkan dana yang dipunya

kepada Bank Syariah, selain itu juga usaha dari Bank Syariah dalam

menawarkan produk-produk penghimpun dana sangat baik.

Peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh Bank

Syariah dapat dilihat dalam grafik 4.2.

Page 91: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

76

Grafik 4.2

Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Syariah

10,000,000

20,000,000

30,000,000

40,000,000

50,000,000

60,000,000

70,000,000

80,000,000

2006 2007 2008 2009 2010

DPK

Sumber : Data diolah

Menurut Laporan Perkembangan Perbankan Syariah tahun

2006, dari sisi penghimpunan dana, perkembangan dana pihak ketiga

(DPK) perbankan syariah tahun 2006 diwarnai kondisi persaingan

penghimpunan dana yang semakin ketat pada industri perbankan

secara umum. Terlebih dengan semakin menariknya alternatif

investasi melalui pasar modal. Dalam kondisi suku bunga yang

tinggi, daya tarik produk penghimpunan dana perbankan syariah

mengalami penurunan secara retalif terhadap produk perbankan

konvensional sehingga pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) pada

triwulan pertama tahun 2006 mengalami tekanan. Pada triwulan

Page 92: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

77

ketiga tahun 2006, terjadi penurunan suku bunga ini menjadikan

dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun perbankan syariah

meningkat secara signifikan sehingga mampu mencapai

pertumbuhan sebesar 32,7% yang terutama didukung oleh dana

pihak ketiga (DPK) unit usaha syariah (UUS) yang mencapai 80,8%.

Pada tahun 2006, struktur dana pihak ketiga (DPK) perbankan

syariah masih didominasi oleh dana investasi tidak terikat, namun

kecenderungan bergeser kearah giro dan tabungan (wadi’ah maupun

mudharabah) yang memiliki maturitas relatif pendek. Hal ini

mengindikasikan likuiditas nasabah perbankan syariah yang

cenderung meningkat sepanjang tahun 2006.

Menurut Laporan Perkembangan Perbankan Syariah tahun

2007, perkembangan dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun

perbakan syariah pada tahun 2007 mengalami peningkatan,

pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) mencapai 35,5% lebih tinggi

dari laju pertumbuhan pada tahun 2006 yaitu sebesar 32,7%.

Sehingga pada akhir 2007 dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun

perbankan syariah mencapai Rp 28 triliun. Pertumbuhan dana pihak

ketiga (DPK) yang tinggi terutama dialami unit usaha syariah (UUS)

bank konvensional yang berhasil mengangkat pertumbuhan dana

pihak ketiga (DPK) yaitu sebesar 71,2%, ini dikarenakan adanya

pemanfaatan layanan syariah (office channeling).

Page 93: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

78

Pada tahun 2008, menurut Laporan Perkembangan Perbankan

Syariah terjadi penurunan dana pihak ketiga (DPK) sejak triwukan

kedua tahun 2008, akibatnya pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK)

melambat. Meskipun melambat, pertumbuhan dana pihak ketiga

(DPK) masih berada pada angka pertumbuhan yang relatif tinggi

yaitu sebesar 31,6%. Perlambatan pertumbuhan dana pihak ketiga

(DPK) ini dominan dipengaruhi oleh jenis dana pihak ketiga (DPK)

yang berasal dari nasabah korporasi, dimana jenis nasabah ini cukup

sensitif dengan kondisi perekonomian secara umum.

Pada tahun 2009, menurut Laporan Perkembangan Perbankan

Syariah terjadi peningkatan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK)

dari 35,5% tahun 2008 menjadi 37,7% pada tahun 2009. Tingginya

pertumbuhan DPK pada akhir tahun 2009 tersebut sedikit banyak

dipengaruhi oleh ketatnya likuiditas yang memaksa pelaku usaha

termasuk lembaga keuangan menahan dana mereka. Kondisi

ketatnya likuiditas juga mempengaruhi prilaku masyarakat yang

relatif menahan konsumsi mereka, sehingga ada kecenderungan

pemeliharaan dana yang berdampak pada peningkatan dana pihak

ketiga (DPK) perbankan syariah. Selain itu, peningkatan ini juga

dipengaruhi oleh return bank syariah yang cukup bersaing dengan

adanya kebijakan penurunan suku bunga diperbankan konvensional.

Pada akhir tahun 2009, peningkatan jumlah dana pihak ketiga (DPK)

Page 94: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

79

lebih didorong oleh jumlah transaksi yang dilakukan oleh nasabah

extising, dibandingkan dengan peningkatan jumlah nasabah baru.

Pada tahun 2010, menurut Laporan Perkembangan Perbankan

Syariah penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) masih

menunjukkan peningkatan dan bahkan melampaui pertumbuhan

tahun 2009. Sempat terjadi perlambatan pertumbuhan pada triwulan

pertama tahun 2010, perbankan syariah mampu melakukan

akselerasi pada triwulan berikutnya dan bahkan tumbuh tinggi di

triwulan keempat tahun 2010. Peningkatan dana pihak ketiga (DPK)

tersebut tidak hanya terbatas pada pertumbuhan nominal, namun

juga dari sisi jumlah rekening. Jumlah rekening dana pihak ketiga

(DPK) pada tahun 2010 tumbuh menggembirakan sampai dengan

triwulan ketiga, namun tumbuh sedikit melambat pada triwulan

keempat. Pertumbuhan jumlah rekening ini tidak diiringi oleh

penurunan nilai nominal dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun,

karena nilai simpanan dari nasabah lama terus meningkat.

Perkembangan positif pada penghimpunan dana pihak ketiga (DPK)

diperkirakan tidak terlepas kenyataan bawha return bagi hasil bank

syariah yang cukup bersaing dibandingkan dengan yang ditawarkan

bank konvensional. Sehingga pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK)

pada tahun 2010 meningkat sebesar 45,46% menjadi Rp 76 triliun.

Page 95: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

80

c. Pembiayaan

Perkembangan jumlah pembiayaan yang diberikan oleh Bank

Syariah kepada masyarakat dari triwulan pertama tahun 2006 sampai

triwulan keempat tahun 2010 mengalami peningkatan yang cukup

baik. Bank Syariah memberikan pembiayaan kepada masyarakat ke

sektor riil yang tujuannya untuk membantu dan mengembangkan

usaha yang dijalankan oleh masyarakat, pembiayaan ini cenderung

mengarah ke Usaha Kecil dan Menengah, guna membantu

masyarakat dan pemerintah agar lebih maju lagi. Penigkatan jumlah

pembiayaan yang diberikan dapat dilihat dalam grafik 4.3.

Grafik 4.3

Perkembangan Pembiayaan Bank Syariah

10,000,000

20,000,000

30,000,000

40,000,000

50,000,000

60,000,000

70,000,000

2006 2007 2008 2009 2010

PEMBIAYAAN

Sumber : Data diolah

Page 96: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

81

Pada tahun 2006, menurut Laporan Pertumbuhan

Perbankan Syariah kegiatan penyaluran dana oleh perbankan syariah

melalui berbagai bentuk akad pembiayaan masih berjalan optimal,

dengan laju pertumbuhan sebesar 34,2%. Ekspansi pembiayaan yang

tinggi terutama dilakukan oleh unit usaha syariah (UUS) dengan laju

ekspansi 52%, sementara itu ekspansi pembiayaan bank umum

syariah relatif lebih rendah yaitu sebesar 29,7%. Berdasarkan jenis

akad yang digunakan, pangsa kelompok pembiayaan berdasarkan

ijarah semakin meningkat sementara pembiayaan berbasis bagi hasil

terdiri atas pembiayaan mudharabah dan musyarakah mengalami

penurunan, pembiayaan berbasis murabahah juga mengalami

penurunan.

Pada tahun 2007, menurut Laporan Perkembangan

Perbankan Syariah penyaluran pembiayaan oleh perbankan syariah

menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya yaitu

sebesar 36,7% lebih tinggi dari pertumbuhan pembiayaan tahun 2006

sebesar 34,2%. Berdasarkan kelompok bank, pertumbuhan yang

tinggi ditunjukkan oleh unit usaha syariah (UUS) bank umum

konvensional (BUK) sebesar 65,9%, sementara pertumbuhan

pembiayaan bank umum syariah (BUS) relatif lebih rendah yaitu

sebesar 29,8%. Berdasarkan jenis akad pembiayaan yang digunakan,

pangsa kelompok pembiayaan berdasarkan qardh semakin

meningkat. Sementara pembiayaan berbasis bagi hasil terdiri atas

Page 97: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

82

pembiayaan mudharabah dan musyarakah mengalami peningkatan.

Tetapi pembiayaan murabahah mengalami penururnan.

Pada tahun 2008, menurut Laporan Perkembangan

Perbankan Syariah penyaluran pembiayaan oleh perbankan syariah

secara konsisten terus mengalami peningkatan dengan pertumbuhan

sebesar 17,6% dari triwulan keempat tahun 2007 atau menjadi

42,05% pada triwulan keempat tahun 2008, meskipun kondisi di

tahun 2008 mengalami perlambatan. Sementara itu, nilai pembiayaan

yang disalurkan oleh perbankan syariah mencapai Rp 38,19 triliun.

Peningkatan pembiayaan pada produk berbasis bagi hasil, khususnya

denga akad musyarakah yang berisiko lebih tinggi dan krisis

keuangan global tidak banyak berpengaruh terhadap kualitas

pembiayaan perbankan syariah.

Pada tahun 2009, menurut Laporan Perkembangan

Perbankan Syariah penyaluran pembiayaan oleh perbankan syariah

selama tahun 2009 telah mencapai nilai Rp 46,9% triliun, bertumbuh

22,74% mengalami perlambatan dibandingkan dengan pertumbuhan

pembiayaan tahun 2008 sebesar 36,70%. Walaupun demikian

dengan pertumbuhan penyaluran pembiayaan bank syariah masih

lebih baik dibandingkan penyaluran kredit oleh bank konvensional

nasional yang hanya bertumbuh 9,96%. Penurunan penyaluran dana

tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh masih lemahnya permintaan

Page 98: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

83

ekspor dan penurunan harga komoditas, belum pulihnya daya beli

masyarakat dan biaya ekonomi tinggi yang berdampak pada adanya

pembatasan ekspansi usaha dan pengurangan konsumsi. Struktur

pembiayaan pada tahun 2009 masih didominasi oleh akad

murabahah dengan posisi pada triwulan keempat sebesar 56,1% dari

total pembiayaan. Demikian pula porsi pembiayaan musyarakah

yang menurun dari 16,3% di tahun 2008 menjadi 14,1% ditahun

2009. Pembiayaan mudharabah juga mengalami peningkatan yaitu

sebesar 22,2% tahun 2009 dari 19,4% di tahun 2008. Pembiayaan

qardh juga mengalami peningkatan dari 2,5% di tahun 2008 menjadi

3,9% di tahun 2009. Peningkatan pembiayaan qardh ini tidak

terlepas dari mulai dipercayanya gadai yang dilakukan oleh bank

syariah oleh masyarakat.

Pada tahun 2010, menurut Laporan Perkembangan

Perbankan Syariah penyaluran pembiayaan oleh perbankan syariah

selama tahun 2010 meningkat cukup tinggi dibanding tahun 2009

yaitu mencapai 44,91%. Sedikit mengalami perlambatan pada

triwulan ketiga, pembiayaan bank syariah tumbuh cukup signifikan

pada triwulan keempat. Pembiayaan perbankan syariah masih

didominasi oleh piutang murabahah yakni sebesar 55,01% diikuti

oleh penyaluran pembiyaan musyarakah dan mudharabah masing-

masing sebesar 21,45% dan 12,66%. Walaupun porsi penyaluran

pembiayaan berbasis bagi hasil (musyarakah dan mudharabah)

Page 99: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

84

masih lebih kecil dibandingkan penyaluran pembiayaan berbasis jual

beli (murabahah), tren perkembangannya semakin meningkat dari

tahun ke tahun. Dalam jumlah yang kecil, penyaluran pembiayaan

syariah dialokasikan pada pembiayaan bebasis akad qardh, ijarah

dan istishna masing-masing sebesar 6,94%, 3,43%, dan 0,51%.

Dilihat dari perkembangannya dapat mengindikasikan bahwa bank

syariah secara bertahap telah mampu memitigasi risiko penyaluran

pembiayaan berbasis bagi hasil dan mulai mengurangi

ketergantungan pada penyaluran pembiayaan berbasis jual beli.

Fenomena menarik lainnya adalah meningkatkan porsi penyaluran

pembiayaan dengan akad qardh yang sebagian besar merupakan

transaksi rahn atau gadai emas yang memang menjadi keunggulan

perbankan syariah sepanjang tahun 2010.

d. Laba Tahun Berjalan

Perkembangan laba tahun berjalan yang didapat bank

syariah cenderung fluktuatif. Dapat dilihat dalam grafik 4.4.

Page 100: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

85

Grafik 4.4

Perkembangan Laba Tahun Berjalan Bank Syariah

0

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1,400,000

2006 2007 2008 2009 2010

LABA

Sumber : Data diolah

Pada tahun 2006, menurut Laporan Perkembangan

Perbankan Syariah laba yang diterima bank syariah sebesar Rp 471,8

miliar. Ditinjau dari sumbernya, pendapatan perbankan syariah

secara dominan masih berasal dari margin piutang, khususnya

piutang murabahah dan bagi hasil pembiayaan bagi hasil.

Pertumbuhan laba sedikit tertahan pada tahun 2006 dengan semakin

banyaknya porsi pendapatan operasional yang dialokasikan pada

bagi hasil kepada deposan dalam upaya mempertahankan daya saing,

serta semakin meningkatnya beban pembentukan cadangan dalam

ranga mengantisipasi peningkatan risiko pembiayaan.

Page 101: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

86

Pada tahun 2007, menurut Laporan Perkembangan

Perbankan Syariah perbankan syariah mampu mencatatkan tingkat

keuntungan sebesar Rp 540 miliar. Pendapatan yang didapat bank

syariah yaitu dari penyaluran dana, khususnya dalam bentuk piutang

murabahah tetap menjadi sumber utama. Profitabilitas yang

meningkat, mendukung penguatan modal perbankan syariah. Namun

mengingat pada saat yang sama bank syariah harus menghadapi

konsekuensi peningkatan risiko sejalan dengan optimalisasi

produktivitas aset, maka kecukupan permodalan perbankan syariah

sedikit menurun.

Pada tahun 2008, menurut Laporan Perkembangan

Perbankan Syariah terjadi krisis keuangan global yang bermula dari

Amerika Serikat dan ketatnya kredit atau likuiditas global yang

semakin serius pada akhir tahun 2008. Kondisi ini sebagai penyebab

perlambatan aktifitas ekonomi riil domestik Indonesia. Secara umum

profitabilitas perbankan syariah mengalami kecenderungan

meningkat dari tahun 2005 hingga triwulan ketiga 2008. Terjadi

penurunan yang cukup tajam pada triwulan keempat akibat

terjadinya krisis global tersebut. Pertumbuhan laba perbankan

syariah terus menunjukkan kecenderungan penurunan. Kontribusi

utama dari pendapatan perbankan syariah dalam menghasilkan laba

adalah piutang murabahah sebesar 45,5% dan pembiayaan

mudharabah yang mencapai 16,7% dari seluruh total pendapatan

Page 102: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

87

perbankan syariah. Kondisi ini mencerminkan bahwa kontributor

utama pendapatan bank syariah adalah pendapatan tetap terutama

penyaluran dana dalam bentuk piutang murabahah dan pembiayaan

mudharabah yang masih mendominasi bisnis bank syariah.

Pada tahun 2009, menurut Laporan Perkembangan

Perbankan Syariah setelah mengalami penurunan pada triwulan

keempat tahun 2008, profitabilitas perbankan syariah sempat

mengalami peningkatan pada triwulan pertama dan kedua di tahun

2009. Namun, kondisi tersebut kembali menunjukkan penurunan

pada awal triwulan ketiga pada tahun 2009 sehingga posisi triwulan

keempat tahun 2009 kembali mendekati posisi triwulan keempat

tahun 2008. Kondisi tersebut sejalan dengan penurunan efisiensi

perbankan syariah pada triwula ketiga dan keempat tahun 2009.

Peningkatan efisiensi mengakibatkan kinerja perbankan syariah

dalam menghasilkan laba tahun 2009 hanya mengalami sedikit

peningkatan, dengan laba sebesar Rp 791 miliar atau pertumbuhan

laba sebesar 17%. Secara rata-rata tingkat efisiensi perbankan

syariah pada tahun 2009 masih pada tingkat yang baik.

Pada tahun 2010, menurut Laporan Perkembangan

Perbankan Syariah tingkat profitabilitas perbankan syariah pada

tahun 2010 menunjukkan kinerja yang membaik dilihat dari Net

Operating Margin (NOM) dan Return on Assets (ROA).

Page 103: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

88

Pertumbuhan pembiayaan yang diberikan masih merupakan sumber

utama peningkatan pendapatan perbankan syariah, khususnya

penerimaan dari pembiayaan dengan akad murabahah dan

musyarakah. Pertumbuhan pendapatan perbankan syariah pada tahun

2010 masih lebih tinggi.

2. Analisis Pengujian Statistik

a. Uji Stasioneritas

Sebelum melakukan analisa regresi dengan menggunakan data

times series, perlu dilakukan uji stasioneritas terhadap seluruh variabel

untuk mengetahui apakan variabel-variabel tersebut stasioner atau tidak.

Pengujian ini dilakukan dengan melakukan pengujian unit root, yang

bertujuan mengetahui apakah data tersebut mengandung unit root atau

tidak. Jika variabel tersebut mengandung unit root, maka data tersebut

dikatakan data tidak stasioner. Dengan kata lain suatu data times series

dikatakan stasioner jika nilai rata-rata (mean), variance dan autocovariance

bukan merupakan fungsi dari waktu (time invariant). Jika data time series

tidak memenuhi kriteria tersebut maka data dikatakan tidak stasioner.

Dengan kata lain data times series dikatakan tidak stasioner jika rata-

ratanya maupun variancenya tidak konstan, berubah-ubah sepanjang

waktu.

Pengujian akar-akar unit untuk semua variabel yang digunakan

dalam analisis runtun waktu perlu dilakukan untuk memenuhi kesahihan

Page 104: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

89

analisis ARIMA. Untuk mengetahui apakah ada unit root pada variabel

data yang digunakan, maka nilai Augmented Dicky-Fuller (ADF) t-

Statistic harus lebih kecil dibandingkan dengan test critical values atau

nilai kritis (Wing Wahyu Winarno, 2007:79).

Perlu dilakukan uji unit root untuk mengetahui sampai berapa kali

diferensiasi harus dilakukan agar data time series menjadi stasioner.

Metode pengujian unit root dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan uji Augmented Dickey-Fuller (ADF).

Tabel 4.2

Uji Stasioner Pada Tingkat Level

No Nama

Variabel ADF Statistik

Critical

Value 5% Prob Keterangan

1 Aset 2.583574 -3.673616 1.0000

Tidak

Stasioner

2 DPK 3.645655 -3.733200 1.0000

Tidak

Stasioner

3 Pembiayaan 1.886270 -3.690814 1.0000

Tidak

Stasioner

4

Laba Tahun

Berjalan -2.406072 -3.673616 0.3649

Tidak

Stasioner

Sumber : Data diolah

Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa nilai ADF Statistik untuk

semua variabel yaitu Aset, DPK, Pembiayaan dan Laba Tahun Berjalan

tidak signifikan pada α = 5%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

data series tersebut belum stasioner. Salah satu cara yang dapat dilakukan

untuk mengatasi ini adalah dengan membuat first difference dari series

yang tidak stasioner.

Hasil uji stasioner dengan menggunakan ADF statistik terhadap

first difference variabel penelitian dapat dilihat pada tabel 4.3.

Page 105: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

90

Tabel 4.3

Uji Stasioneritas Pada Tingkat 1st difference

No Nama Variabel ADF Statistik Critical

Value 5% Prob Keterangan

1 Aset -2.459061 -3.690814 0.3412

Tidak

Stasioner

2 DPK -0.691402 -3.759743 0.9538

Tidak

Stasioner

3 Pembiayaan -0.942136 -3.710482 0.9260

Tidak

Stasioner

4

Laba Tahun

Berjalan -4.564662 -3.733200 0.0120 Stasioner

Sumber: Data diolah

Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa first difference dari variabel

Laba Tahun Berjalan signifikan pada α = 5% dengan ADF Statistik,

sedangkan variabel Aset, DPK dan Pembiayaan tidak signifikan pada α =

5%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data serier Aset, DPK dan

Pembiayaan belum stasioner pada tingka first difference. Cara

mengatasinya dengan membuat second difference dari data series yang

tidak stasioner.

Hasil uji stasioner dengan menggunakan ADF Statistik terhadap

second difference variabel penelitian dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4

Uji Stasioner Pada Tingkat 2nd Difference

No Nama Variabel ADF Statistik Critical

Value 5% Prob Keterangan

1 Aset -7.425287 -3.710482 0.0001 Stasioner

2 DPK -5.121606 -3.759743 0.0053 Stasioner

3 Pembiayaan -9.175418 -3.710482 0.0000 Stasioner

Sumber : Data diolah

Page 106: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

91

Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa second difference dari variabel

Aset, DPK dan Pembiayaan signifikan pada α = 5% dengan ADF Statistik,

sehingga dapat disimpulkan data tersebut telah menjadi series yang

stasioner.

b. Pengujian Box-Jenkins (ARIMA)

Model ARIMA merupaka model yang menggunakan series-nya

sendiri untuk melakukan peramalan. Model ARIMA ini sangat cocok untuk

forecasting jangka pendek. Ada beberapa tahapan dalam permodelan yaitu

yang pertama adalah identifikasi model (stasioneritas data). Kedua adalah

estimasi AR dan MA dalam model. Selanjutnya melakukan tes diagnostik

untuk mengetahui model yang terpilih cocok dengan data atau tidak. Terakhir

melakukan peramalan untuk menentukan kondisi di masa yang akan datang

(Annisa Arifiani, 2009:50).

Pengujian ARIMA yang dilakukan terhadap model-model tingkat

pertumbuhan bank syariah dengan variabel-variabel yang mempengaruhi

tingkat pertumbuhan bank syariah, lalu dibandingkan dengan setiap model

tingkat pertumbuhan bank syariah satu sama lain. Dengan melihat

kesignifikan variabel independen dengan variabel dependen. Dalam hal ini

setiap model mempunyai variabel yang berbeda dengan variabel yang

terdapat di model lain.

Page 107: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

92

Metode baku yang digunakan untuk pemilihan model ARIMA

melalui correlogram, yaitu Autocorrelation Function (ACF) dan Partial

Autocorrelation (PACF). Untuk menentukan ordo maksimal AR (p) dan MA

(q) dapat dilihat dari banyaknya koefisien autokolerasi yang berbeda dari nol.

Dalam penelitian ini, ordo maksimal AR dan ordo maksimal MA untuk

masing-masing variabel yang diestimasikan akan ditujukan dalam tabel

dibawah ini. Pengujian ARIMA yang dilakukan untuk masing-masing

variabel yaitu aset, dana pihak ketiga (DPK), pembiayaan dan laba tahun

berjalan.

c. Estimasi ARIMA

Langkah berikut adalah melakukan estimasi atau coba-coba. Untuk

menentukan model ARIMA yang tepat dibutuhkan estimasi agar

mendapatkan model yang tepat, yang akan dipilih dalam penelitian ini.

Masing-masing variabel diestimasi untuk mendapatkan model yang tepat

untuk peramalan. Pemilihan model ARIMA terbaik juga dapat dilihat dari

nilai Akaike Info Criterion (AIC) dan Schwarz Criterion (SIC). Model

dengan nilai AIC dan SIC yang lebih kecil , maka memiliki kualitas yang

lebih baik dan model itulah yang sebaiknya kita pilih (Wing Wahyu Winarno,

2009:7.31).

Page 108: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

93

Tabel 4.5

Hasil Estimasi ARIMA Model Prediksi Aset

Model

ARIMA

Parameter Koefisien t-Statistic Prob. AIC SIC

(1,2,2)

Constant

AR(1)

MA(2)

413985.5

-1.071793

-0.810984

2.217148

-8.507304

-3.538874

0.0437

0.0000

0.0033

32.29461

32.44164

(2,2,1)

Constant

AR(2)

MA(1)

728409.1

0.467389

-0.859883

1.209382

1.136983

-3.506073

0.2481

0.2761

0.0039

32.56112

32.70598

Sumber : Hasil data diolah

Dari hasil estimasi berbagai model yang dilakukan untuk

mendapatkan model ARIMA yang terbaik agar mendapatkan model

peramalan yang tepat untuk aset. Dapat dilihat pada tabel 4.5 model ARIMA

(1,2,2) nilai probabilitas AR(1) dan MA(2) sangat kecil kurang dari 5%,

sehingga sudah signifikan pada α = 5%. Dibandingkan dengan model

ARIMA (2,2,1) nilai probabilitas AR(2) dan MA(1) lebih besar dari 5% atau

tidak signifikan pada α = 5%.

Dilihat dari tabel 4.5 nilai AIC dan SIC untuk model ARIMA

(1,2,2) lebih kecil dibandingkan model ARIMA (2,2,1). Maka telah

ditetapkan bahwa model ARIMA yang terbaik adalah (1,2,2). Dimana dapat

dilihat bahwa semua koefisiennya signifikan secara statistik pada α = 5%.

Dapat dijelaskan bahwa H0 ditolak, sehingga model ARIMA aset (1,2,2)

dapat digunakan untuk peramalan. Persamaan untuk model ARIMA (1,2,2)

yaitu :

Page 109: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

94

t = 1) + 1) t-1 – 1 t-2 + t + 1 t-1

Berdasarkan output, kita telah mengetahui bahwa:

AR (1) = 1 = -1.071793

MA (2) = 1 = -0.810984

C = = 413985.5

Maka persamaan untuk model ARIMA (1,2,2) yaitu :

t = (1 + 1.071793) 413985.5 + (1 – 1.071793) t-1 + 1.071793 t-2 - 0.810984

Tabel 4.6

Hasil Estimasi ARIMA Model Prediksi Dana Pihak Ketiga (DPK)

Model

ARIMA Parameter Koefisien t-Statistic Prob.

AIC SIC

(1,2,1)

Constant

AR(1)

MA(1)

465583.3

-1.065671

0.928973

1.012658

-26.07126

16.90532

0.3284

0.0000

0.0000

32.03874

32.18578

(3,2,2)

Constant

AR(3)

MA(2)

381857.1

-1.132608

-0.994795

6.158794

-19.27012

-4.231382

0.0000

0.0000

0.0012

31.82334

31.96495

Sumber : Hasil data diolah

Dari hasil estimasi berbagai model yang dilakukan untuk

mendapatkan model ARIMA yang terbaik agar mendapatkan model

peramalan yang tepat untuk dana pihak ketiga (DPK). Dapat dilihat pada

tabel 4.6 model ARIMA (1,2,1) nilai probabilitas AR(1) dan MA(1) sangat

Page 110: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

95

kecil kurang dari 5%, sehingga sudah signifikan pada α = 5%. Model ARIMA

(3,2,2) nilai probabilitas AR(3) dan MA(2) juga signifikan pada α = 5%.

Dari model ARIMA tersebut masing-masing signifikan pada α =

5%. Untuk menentukan model ARIMA terbaik DPK dapat dilihat dari Akaike

Info Criterion (AIC) dan Schwarz Criterion (SIC), dimana yang lebih kecil

nilainya AIC dan SIC maka model tersebut yang dipilih sebagai model

ARIMA terbaik DPK. Dilihat dari tabel 4.6 model ARIMA (3,2,2) nilai AIC

dan SIC lebih kecil dibandingkan nilai AIC dan SIC model ARIMA (1,2,1).

Maka telah ditetapkan bahwa model ARIMA yang terbaik adalah (3,2,2).

Dimana dapat dilihat bahwa semua koefisiennya signifikan secara statistik

pada α = 5%. Dapat dijelaskan bahwa H0 ditolak, sehingga model ARIMA

terbaik DPK (3,2,2) dapat digunakan untuk peramalan. Persamaan untuk

model ARIMA (3,2,2) yaitu :

t = 1) + 1) t-1 – 1 t-2 + t + 1 t-1

Berdasarkan output, kita telah mengetahui bahwa:

AR (3) = 1 = -1.132608

MA (2) = 1 = -0.994795

C = = 381857.1

Maka persamaan untuk model ARIMA (3,2,2) yaitu :

t = (1 + 1.132608) 381857.1 + (1 – 1.132608) t-1 + 1.132608 t-2 - 0.994795

Page 111: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

96

Tabel 4.7

Hasil Estimasi ARIMA Model Prediksi Pembiayaan

Model

ARIMA Parameter Koefisien t-Statistic Prob.

AIC SIC

(1,2,1)

Constant

AR(1)

MA(1)

269253.2

-0.899829

0.421127

1.230034

-5.095193

1.270145

0.2390

0.0002

0.2247

31.02445

31.17149

(3,2,4)

Constant

AR(3)

MA(4)

300519.3

-0.735835

-0.894454

2.263767

-4.581157

-19.66111

0.0429

0.0006

0.0000

30.62751

30.76912

Sumber : Hasil data diolah

Dari hasil estimasi berbagai model yang dilakukan untuk

mendapatkan model ARIMA yang terbaik agar mendapatkan model

peramalan yang tepat untuk pembiayaan. Dapat dilihat pada tabel 4.7 model

ARIMA (1,2,1) nilai probabilitas AR(1) dan MA(1) lebih besar dari 5%,

sehingga tidak signifikan. Model ARIMA (3,2,4) nilai probabilitas AR(3) dan

MA(4) lebih kecil dari 5% sehingga signifikan pada α = 5%.

Dilihat dari tabel 4.7 model ARIMA (3,2,4) nilai AIC dan SIC

lebih kecil dibandingkan nilai AIC dan SIC model ARIMA (1,2,1). Maka

telah ditetapkan bahwa model ARIMA yang terbaik adalah (3,2,4). Dimana

dapat dilihat bahwa semua koefisiennya signifikan secara statistik pada α =

5%. Dapat dijelaskan bahwa H0 ditolak, sehingga model ARIMA terbaik

pembiayaan (3,2,4) dapat digunakan untuk peramalan. Persamaan untuk

model ARIMA (3,2,4) yaitu :

Page 112: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

97

t = 1) + 1) t-1 – 1 t-2 + t + 1 t-1

Berdasarkan output, kita telah mengetahui bahwa:

AR (3) = 1 = -0.735835

MA (4) = 1 = -0.894454

C = = 300519.3

Maka persamaan untuk model ARIMA (3,2,4) yaitu :

t = (1 + 0.735835) 300519.3 + (1 – 0.735835) t-1 + 0.735835 t-2 - 0.894454

Tabel 4.8

Hasil Estimasi ARIMA Model Prediksi Laba Tahun Berjalan

Model

ARIMA Parameter Koefisien t-Statistic Prob. AIC SIC

(1,1,1)

Constant

AR(1)

MA(1)

41776.53

0.318994

-0.997608

2.349958

0.836682

-4.479071

0.0329

0.4159

0.0004

27.54704

27.69543

(2,1,2)

Constant

AR(2)

MA(2)

65551.31

-0.912767

0.882189

1.323459

-6.163958

13.59544

0.2069

0.0000

0.0000

27.46571

27.61274

Sumber : Hasil data diolah

Dari hasil estimasi berbagai model yang dilakukan untuk

mendapatkan model ARIMA yang terbaik agar mendapatkan model

peramalan yang tepat untuk laba tahun berjalan. Dapat dilihat pada tabel 4.8

model ARIMA (1,1,1) nilai probabilitas AR(1) dan MA(1) lebih besar dari

5%, sehingga tidak signifikan. Model ARIMA (2,1,2) nilai probabilitas

AR(2) dan MA(2) lebih kecil dari 5%, sehingga signifikan pada α = 5%.

Page 113: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

98

Dilihat dari tabel 4.8 model ARIMA (2,1,2) nilai AIC dan SIC

lebih kecil dibandingkan nilai AIC dan SIC model ARIMA (1,1,1). Maka

telah ditetapkan bahwa model ARIMA yang terbaik adalah (2,1,2). Dimana

dapat dilihat bahwa semua koefisiennya signifikan secara statistik pada α =

5%. Dapat dijelaskan bahwa H0 ditolak, sehingga model ARIMA terbaik

pembiayaan (2,1,2) dapat digunakan untuk peramalan. Persamaan untuk

model ARIMA (2,1,2) yaitu :

t = 1) + 1) t-1 – 1 t-2 + t + 1 t-1

Berdasarkan output, kita telah mengetahui bahwa:

AR (2) = 1 = -0.912767

MA (1) = 1 = 0.882189

C = = 65551.31

Maka persamaan untuk model ARIMA (3,2,4) yaitu :

t = (1 + 0.912767) 65551.31 + (1 – 0.912767) t-1 + 0.912767 t-2 + 0.882189

d. Prediksi ARIMA

Setelah mendapatkan model ARIMA yang tepat, maka tahap

terakhir adalah prediksi. Dalam penelitian ini, akan dilakukan prediksi

terhadap variabel Aset, Dana Pihak Ketiga (DPK), Pembiayaan dan Laba

Tahun Berjalan untuk periode triwulan pertama 2011 sampai dengan triwulan

keempat tahun 2012. Hasil prediksi ini didapat dari persamaan yang telah

dibuat setelah mendapatkan model ARIMA terbaik untuk masing-masing

variabel.

Page 114: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

99

Persamaan Aset :

t = (1 + 1.071793) 413985.5 + (1 – 1.071793) t-1 + 1.071793 t-2 - 0.810984

Persamaan DPK :

t = (1 + 1.132608) 381857.1 + (1 – 1.132608) t-1 + 1.132608 t-2 - 0.994795

Persamaan Pembiayaan :

t = (1 + 0.735835) 300519.3 + (1 – 0.735835) t-1 + 0.735835 t-2 - 0.894454

Persamaan Laba Tahun Berjalan :

t = (1 + 0.912767) 65551.31 + (1 – 0.912767) t-1 + 0.912767 t-2 + 0.882189

Untuk melihat kebenaran yang dihitung dalam persamaan model ARIMA

untuk memperoleh hasil prediksi, telah didapat hasil prediksi dari model

ARIMA terbaik yang didapat untuk masing-masing variabel yang dihasilkan

secara instan oleh E-views. Setelah dilakukan perhitungan persamaan dengan

melihat hasil prediksi yang sudah dihasilkan secara instan oleh E-views dan

kebenaran dari perhitungan persamaan sama dengan hasil prediksi yang telah

dihasilkan oleh E-views, maka dapat dilihat hasil prediksi untuk variabel aset,

dana pihak ketiga (DPK), pembiayaan dan laba tahun berjalan pada tabel 4.9

berikut ini.

Page 115: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

100

Tabel 4.9

Hasil Prediksi ARIMA (dalam jutaan Rp)

Tahun Aset DPK Pembiayaan Laba

2011.I 120,893,112 83,005,687 81,768,143 1,263,397

2011.II 132,520,858 95,052,774 88,488,130 1,315,872

2011.III 139,827,224 103,538,929 94,978,771 1,498,476

2011.IV 152,622,910 113,471,434 102,032,718 1,575,963

2012.I 160,392,871 116,626,775 109,064,410 1,534,672

2012.II 174,407,063 124,629,609 116,786,515 1,589,329

2012.III 182,586,422 131,808,646 124,615,772 1,752,402

2012.IV 197,877,209 147,477,906 132,983,056 1,827,898

Sumber : Data diolah

Berdasarkan hasil prediksi yang telah dihitung, ditunjukkan bahwa

pertumbuhan nominal aset, dana pihak ketiga (DPK), pembiayaan dan laba

tahun berjalan bank syariah mengalami peningkatan dari triwulan pertama

tahun 2011 sampai dengan triwulan keempat tahun 2012.

Setelah mendapatkan hasil prediksi nominal untuk variabel aset, dana pihak

ketiga (DPK), pembiayaan dan laba tahun berjalan, selanjutnya dilakukan

perhitungan untuk dapat melihat pertumbuhan dari masing-masing variabel

untuk setiap triwulannya yaitu dari triwulan pertama tahun 2011 sampai

dengan triwulan keempat tahun 2012. Cara menghitung pertumbuhan dengan

menggunakan perhitungan sebagai berikut :

gi = (git – git-1) / git-1 x 100%

Keterangan: g : growth (%), i : aset, dana pihak ketiga, pembiayaan, dan laba

tahun berjalan, t : time.

Sehingga untuk setiap variabel pertumbuhannya dapat dihitung sebagai

berikut:

Page 116: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

101

1) Pertumbuhan Aset

Asett = (Asett – Asett-1) / Asett-1 x 100%

2) Pertumbuhan DPK

DPKt = (DPKt – DPKt-1) / DPKt-1 x 100%

3) Pertumbuhan Pembiayaan

Pembiayaant = (Pembiayaant – Pembiayaant-1) / Pembiayaant-1 x 100%

4) Pertumbuhan Laba Tahun Berjalan

Labat = (Labat – Labat-1) / Labat-1 x 100%

Setelah dilakukan perhitungan untuk pertumbuhan dari masing-masing

variabel, dapat dilihat hasilnya dalam tabel 4.10.

Tabel 4.10

Prediksi Pertumbuhan Triwulanan Perbankan Syariah (dalam %)

Tahun Aset DPK Pembiayaan Laba Tahun

Berjalan

2011.I 5,95 9,16 7,89 -2,80

2011.II 9,61 14,51 8,21 4,15

2011.III 5,51 8,92 7,33 13,87

2011.IV 9,15 9,59 7,42 5,17

2012.I 5,09 2,78 6,89 -2,62

2012.II 8,73 6,86 7,08 3,56

2012.III 4,68 5,76 6,70 10,26

2012.IV 8,37 11,88 6,71 4,30

Sumber : Hasil Analisis

Berdasarkan tabel 4.10 ditunjukkan bahwa pertumbuhan bank

syariah yang meliputi aset, dana pihak ketiga (DPK), pembiayaan dan laba

tahun berjalan cenderung fluktuatif. Sedangkan untuk pertumbuhan tahunan

bank syariah di Indonesia ditunjukkan bahwa pertumbuhan aset pada tahu

2011 sebesar 56,50%. Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) pada tahun

2011 sebesar 49,23%. Pertumbuhan pembiayaan pada tahun 2011 sebesar

Page 117: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

102

48,64%. Pertumbuhan laba tahun berjalan bank syariah pada tahun 2011

sebesar 21,13%. Dari kondisi tersebut terlihat bahwa pertumbuhan aset, dana

pihak ketiga, pembiayaan dan laba tahun berjalan bank syariah cenderung

cepat dan baik. Terlihat pada pertumbuhan Aset yang sangat tinggi di tahun

2011.

Pertumbuhan aset, dana pihak ketiga (DPK), pembiayaan dan laba

tahun berjalan yang cenderung fluktuatif sejalan dengan teori pertumbuhan

yang menyatakan bahwa mempertahankan pertumbuhan yang stabil dan

berkelanjutan adalah hal yang cukup sulit, ini ditemukan juga oleh Zook dan

Allen (1999) dalam Erva Yulianita (2010:17), menemukan bahwa hanya satu

dari tujuh perusahaan yang bisa bertahan dan memperoleh profitable growth.

Hasil prediksi ini juga sejalan dengan Feeser dan Willard (1990) dalam Erva

Yulianita (2010:17), yang menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan

merupakan salah satu dari isu yang paling penting dalam manajemen suatu

bisni karena menggambarkan penerimaan masyarakat dan kesuksesan

perusahaan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Banoon Sasmitasiwi dan Malik Cahyadin pada tahun 2008,

yang meneliti tentang indikator-indikator pertumbuhan perbankan syariah di

Indonesia yaitu aset, dana pihak ketiga dan pembiayaan yang hasil

memprediksi tingkat pertumbuhan perbankan syariah untuk tahun 2008 dan

mendapatkan hasil dan model ARIMA yang signifikan untuk peramalan

pertumbuhan perbankan syariah. Pertumbuhan perbankan syariah mengalami

Page 118: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

103

fluktuasi disetiap triwulannya, walaupun prediksi nominal dari variabel aset,

dana pihak ketiga dan pembiayaan cenderung mengalami kenaikan ditiap

triwulannya.

e. Hasil Pengujian Hipotesis

Pengujian persyaratan analisis yang telah dilaksanakan sebelumnya

memberikan hasil bahwa variabel-variabel yang terlibat didalamnya

memenuhi kualifikasi persyaratan, penelitian dilanjutkan dengan melakukan

pengujian koefisien signifikansi model ARIMA yang terbaik untuk permalan

aset, dana pihak ketiga (DPK), pembiayaan dan laba tahun berjalan secara

parsial.

a. Uji t Statistik (Uji Test of Significant)

Untuk memperoleh keyakinan tentang kebaikan dari model

ARIMA dalam memprediksi, maka diperlukan adanya pengujian terhadap

signifikasi dari masing-masing koefisien dari model. Untuk menguji

koefisien dari masing-masing koefisien model, uji yang digunakan adalah

uji t. Menurut Santosa dan Ashari (2005) dalam Annisa Arifiani (2009:63),

mengatakan bahwa aturan penerimaan dan penolakkan hipotesis

menggunakan uji t, dimana H0 diterima jika t hitung lebih kecil dari pada t

tabel dan H0 ditolak jika t hitung lebih besar dari pada t tabel atau H0

diterima jika –t hitung lebih kecil dari pada –t tabel dan H0 ditolak jika –t

hitung lebih besar dari pada –t tabel. Digunakan uji t untuk masing-masing

parameter dari model yang dicoba oleh masing-masing variabel.

Page 119: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

104

1) Aset

Model ARIMA (1,2,2). Koefisien untuk model ARIMA

untuk aset (1,2,2) yaitu AR(1) sebesar -1.071793 dengan nilai t hitung

sebesar -8.507304 dan koefisien MA(2) sebesar -0.810984 dengan

nilai t hitung sebesar -3.538874. Dapat dilihat bahwa -t hitung lebih

besar dari pada -t tabel dan nilai probabilitasnya α=5%, sehingga H0

ditolak artinya koefisien signifikan. Ini berarti model ini tepat untuk

digunakan dalam peramalan.

2) Dana Pihak Ketiga (DPK)

Model ARIMA DPK (3,2,2). Koefisien untuk model

ARIMA untuk DPK (3,2,2) yaitu AR(3) sebesar -1.132608 dengan

nilai t hitung sebesar -19.27012 dan koefisiean MA(2) sebesar -

0.994795 dengan nilai t hitung sebesar -4.231382. Dapat dilihat bahwa

nilai t hitung lebih besar dibandingkan nilai t tabel dan nilai

probabilitasnya α=5%, sehingga H0 ditolak artinya koefisien

signifikan. Ini berarti model ARIMA (3,2,2) terbaik untuk DPK dan

dapat dilanjutkan untuk peramalan.

3) Pembiayaan

Model ARIMA Pembiayaan (3,2,4). Koefisien untuk model

ARIMA untuk pembiayaan (3,2,4) yaitu AR(3) sebesar -0.735835

dengan nilai t hitung sebesar -4.581157 dan koefisien MA(4) sebesar -

0.894454 dengan nilai t hitung sebesar -19.66111. Dapat dilihat bahwa

t hitung lebih besar dari pada t tabel dan nilai probabilitasnya α=5%,

Page 120: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

105

sehingga H0 ditolak artinya koefisien signifikan. Ini berarti model

ARIMA (3,2,4) terbaik untuk pembiayaan dan dapat digunakan untuk

peramalan.

4) Laba Tahun Berjalan

Model ARIMA laba tahun berjalan (2,1,2). Koefisien untuk

model ARIMA untuk laba tahun berjalan (2,1,2) yaitu AR(2) sebesar -

0.912767 dengan nilai t hitung sebesar -6.163958 dan nilai koefisien

MA(2) sebesar 0.882189 dengan nilai t hitung sebesar 13.59544.

Dapat dilihat bahwa nilai t hitung lebih besar dari pada t tabel dan

nilai probabilitasnya α=5%, sehingga H0 ditolak artinya koefisien

signifikan. Ini berarti model ARIMA (2,1,2) terbaik untuk laba tahun

berjalan dan dapat digunakan untuk peramalan.

Page 121: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

107

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris tentang

perkembangan dan prediksi tingkat pertumbuhan bank syariah dilihat dari

variabel aset, dana pihak ketiga, pembiayaan dan laba tahun berjalan periode

perkembangan dari tahun 2006, 2007, 2008, 2009 dan 2010 triwulan

keempat sehingga didapatkan jumlah sampel (n) sebanyak 20 x 4 = 80

sampel. Obyek penelitian terdiri dari 80 sampel dengan periode pengamatan

selama 5 tahun, hal ini dapat dilihat pada tabel 3.1 yang menunjukkan total

aset, dana pihak ketiga, pembiayaan dan laba tahun berjalan yang terdapat

pada bab 3. Dari hasil penelitian data dan pembahasan yang dilakukan,

dengan menggunakan ARIMA atau Box Jenkins maka diperoleh kesimpulan

sebagai berikut :

1. Perkembangan Bank Syariah dilihat dari aset, dana pihak ketiga (DPK),

pembiayaan dan laba tahun tahun berjalan dari tahun 2006 sampai tahun

2010 perkembangannya sangat baik. Total aset bank syariah tahun 2006

sebesar Rp 26,8 triliun dan pada tahun 2010 meningkat menjadi Rp 97,5

triliun. Total dana pihak ketiga (DPK) bank syariah pada tahun 2006

sebesar Rp 20,7 triliun dan pada tahun 2010 meningkat menjadi Rp 76

triliun. Total pembiayaan bank syariah tahun 2006 sebesar Rp 20,4 triliun

dan pada tahun 2010 meningkat menjadi Rp 68,2 triliun. Laba tahun

Page 122: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

108

berjalan yang didapat bank syariah cenderung fluktuatif pada periode

tahun berjalan tetapi bila diliha dari akhir periodenya jumlah meningkat

disetiap tahunnya. Terbukti pada tahun 2006 laba tahun berjalan bank

syariah sebesar Rp 355 miliar dan pada akhir tahun 2010 laba tahun

berjalan sebesar Rp 1,3 triliun. Kenaikan dari total aset, dana pihak ketiga,

pembiayaan dan laba tahun berjalan juga disebakan karena semakin

banyaknya bank yang melakukan kegiatannya menggunakan prinsip

syariah dan bank umum yang membuka layanan syariah, sehingga total

aset, dana pihak ketiga(DPK), pembiayaan dan laba tahun berjalan

cenderung mengalami peningkatan.

2. Hasil prediksi tingkat pertumbuhan bank syariah di Indonesia dengan

menggunakan metode ARIMA mendapatkan hasil yang baik, karena

dalam mengolah data aset, dana pihak ketiga, pembiayaan dan laba tahun

berjalan telah mendapatkan model ARIMA yang terbaik untuk masing-

masing variabel dan dapat digunakan untuk peramalan yang akurat. Hasil

prediksi nominal dari variabel aset, dana pihak ketiga (DPK), pembiayaan

dan laba tahun berjalan juga sudah mendekati kenyataan data yang diolah

untuk periode waktu terakhirnya, sehingga dapat dikatakan hasil prediksi

nominalnya sudah mendekati kenyataan. Hasil prediksi pertumbuhan aset,

dana pihak ketiga (DPK), pembiayaan dan laba tahun berjalan

pertumbuhannya cenderung fluktuatif karena dilihat dari setiap triwulan,

tetapi jika dilihat dari hasil prediksi nominalnya cenderung naik di tiap

triwulannya. Model ARIMA yang terbaik untuk aset yaitu (1,2,2), dana

Page 123: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

109

pihak ketiga (DPK) (3,2,2), pembiayaan (3,2,4) dan laba tahun berjalan

(2,1,2). Model ARIMA terbaik untuk aset, dana pihak ketiga, pembiayaan

dan laba tahun berjalan dilihat dari nilai probabilitasnya lebih kecil dari

0.05 atau 5% dan nilai AIC dan SIC untuk masing-masing model ARIMA

pada setiap variabel sudah lebih kecil, sehingga model ARIMA tersebut

dapat dilanjutkan untuk peramalan.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan di atas maka implikasi pada penelitian ini dapat

dikemukakan sebagai berikut :

1. Bagi Bank Syariah

Variabel aset, dana pihak ketiga, pembiayaan dan laba tahun berjalan

yang telah mendapatkan model terbaik untuk peramalan dan memiliki

koefisien yang signifikan untuk memprediksi tingkat pertumbuhan

bank syariah di Indonesia. Sehingga dapat dijadikan sebagai bahan

acuan dan evaluasi bagi bank syariah untuk melihat perkembangan

dan prospek perkembangan bank syariah di Indonesia dan mengikuti

peraturan-peraturan yang telah dikeluarkan oleh Bank Indonesia

dalam menjalankan bisnisnya.

Page 124: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

110

2. Bagi Nasabah

Sebagai nasabah dapat mengetahui perkembangan bank syariah di

Indonesia dan tingkat pertumbuhan aset, dana pihak ketiga,

pembiayaan dan laba sehingga nasabah dapat mempercayakan dan

menitipkan dananya di bank syariah dan dapat melihat prediksi

pertumbuhan aset, dana pihak ketiga, pembiayaan dan laba sehingga

mengetahui tentang prospek kedepan tentang kinerja bank syariah.

3. Pemilik Modal

Sebagai pemilik modal dapat mengetahui seberapa besar

perkembangan laba yang didapat oleh bank syariah dan prospek laba

di tahun 2011 sehingga dapat melihat bahwa bisnis bank syariah

sangat menguntungkan dan para pemilik modal tertarik untuk

membuka bank berbasis syariah, sehingga dapat memngembangkan

perekonomian Indonesia.

C. Saran

1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat membandingkan perkembangan

dan tingkat pertumbuhan antara bank syariah dengan bank konvensional.

2. Memperluas penelitian dengan menambah sampel penelitian dari 10 tahun

terakhir, sehingga dapat mengetahui secara jelas perkembangan dan

tingkat pertumbuhan bank syariah di Indonesia.

Page 125: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

111

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. “Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah”, Pustaka Alvabet,

Jakarta, 2005.

Arifiani, Annisa. “Analisis Kurs Valas dengan Pendekatan Box-Jenkins : Studi

Empiris Rp/US $ dan Rp/Yen”, Skripsi Fakultas Ekonomi dan

Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009.

Arsitektur Perbankan Indonesia dalam www.bi.go.id

Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah dalam www.bi.go.id

Darna. “Sensitivitas Aset dan Dana Pihak Ketiga Terhadap Volatilitas Tingkat

SBI dan Nilai Tukar Rupiah Serta Pengaruh Fatwa MUI Tentang

Pengharaman Bunga Bank”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol.6 No.2,

Jakarta, 2007.

Djalal, Nachrowi. “Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika Untuk Analisis

Ekonomin dan Keuangan”, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia, Jakarta, 2006.

Fattah, Abdul Lubis. “Analisa Pertumbuhan Bisnis Bank Syariah (Studi Kasus

PT. Bank Muamalat, Tbk)”, Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008.

Hanaris, Faizal Rivai. “Analisis Pengaruh Tingkat Bagi Hasil, Inflasi, IHSG, dan

Jumlah Uang Beredar (M2) Terhadap Dana Pihak Ketiga Perbankan di

Indonesia, Periode 2006-2008”, Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009.

Herlia, Ellyn Nur Hidayah. “Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Aset

Perbankan Syariah”, Thesis, Universitas Indonesia, Jakarta, 2008.

Himilia, Nora Primasari, “Faktor-Faktor yang Menghambat Perkembangan

Perbankan Syariah”, Jurnal Ekonomi, Jakarta, 2009.

HM, Muhammad S. “Perbankan Syariah dalam Industri Perbankan Nasional”,

Jurnal Manajemen, Akuntansi dan Bisnis Vol.3 No.1, Jakarta, 2005.

Kamal, Muhammad Zubair. “Acceleration Of The Growth Of Islamic Banking In

Indonesia”, 2008.

Kamus Bank Indonesia, www.bi.go.id

Page 126: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

112

Karim, Adiwarman. “Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan”, PT.

Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2004.

Kasmir. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, PT. Rajagrafindo Persada,

Jakarta, 1998.

Kosirin. “Stimulator Bagi Pertumbuhan Perbankan Syariaj di Indonesia (Studi

Kasus PT. Bank Muamalat, Tbk)”, Skripsi Jurusan Syariah, Universitas

Islam Nergeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2006.

Majalah Info Bank No. 380, November, 2010.

Majalah Info Bank No. 381, Desember, 2010.

Muhammad. “Manajemen Pembiayaan Bank Syariah”, Akademi Manajemen

Perusahaan YKPN, Yogyakarta, 2002.

Nurmala dan Dian Nirmala Dewi. “Perbankan Syariah Indonesia dalam

Perkembanga dan Permasalahannya”, Jurnal Ilmiah, ESAI Vol.3 No.1,

Lampung, 2009.

Outlook Perbankan Syariah, www.bi.go.id, 2010.

Pratiwhi, Yuria Cleopatra. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proporsi Aset

Perbankan Syariah di Indonesia”, Thesis, Universitas Indonesia, Jakarta,

2008.

Rais, Sasli. “Sejarah dan Prospek Pengembangan Lembaga Perbankan Syariah

di Indonesia”, Jurnal Ekonomi, Jakarta, 2004.

Riyadi, Slamet. “Banking Assets and Liability Management”, Edisi 3, Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2006.

Rodoni, Ahmad dan Abdul Hamid. “Lembaga Keuangan Syariah”, Zikrul

Hakimi, Jakarta, 2008.

,“Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, CSES Press, Jakarta, 2006.

Samin dan Asmiranda Iriviandy. “Prospek Perkembangan Bank Syariah di

Indonesia (Studi Kasus PT. Bank Muamalat, Tbk)”, Jurnal Manajemen

dan Kewirausahaan Vol.1 No.1, Jakarta, 2009.

Sasmita, Banoon dan Malik Cahyadin. “Prediksi Pertumbuhan Perbankan

Syariah di Indonesia”, Jurnal Ekonomi, Universitas Kristen Petra, Jakarta,

2008.

Page 127: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

113

Siamat, Dahlan. “Manajemen Lembaga Keuangan: Kebijakan Moneter dan

Perbankan”, Edisi Lima, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia, Jakarta, 2005.

Soetantini, Noer. “Pemain Baru Bank Syariah 2011 Bertambah”,

suarasurabaya.net, Surabaya, 27 Agustus 2010.

Syafi’i, Muhammad Antonio. “Bank Syariah Dari Teori ke Praktik”, Gema

Insani, Depok, 2001.

Tanjung, Hendri dan Karnean A. Perwataatmadji. “Bank Syariah (Teori, Praktik

dan Peranannya)”, PT. Senayan Abadi, Jakarta, 2007.

Wahyu, Wing Winarno. “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews”,

Unit Penerbit Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN,

Yogyakarta, 2007.

Widarjono, Agus. “Ekonometrika Pengantar dan Aplikasi”, Ekonosia,

Yogyakarta, 2009.

Witi, Anriza Nasution. “Pengaruh Pertumbuhan Variabel Ekonomi Makro dan

Equivalen Rate Terhadap Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah di

Indonesia”, Thesis, Universitas Indonesia, Jakarta, 2009.

Wiyastuti, Sri dan MB. Hendrie Anto. “Perbankan Syariah Indonesia dalam

Perkembangan dan Permasalahan Volume Pembiayaan, Dana Pihak

Ketiga dan Biaya Intermediasi Terhadap Manajemen Laba Pada Bank

Umum Syariah di Indonesia”, Kajian Bisnis dan Manajemen Vol. 12

No.1, Jakarta, 2010.

Yulianita, Erva. “Analisis Perbandingan Faktor Determinan Pertumbuhan Aset,

Kredit (Pembiayaan), dan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum

Syariah dan Konvensional di Indonesia periode penelitian tahun 2004-

2008”, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Depok, 2010.

http://www.kontan.co.id/index.php/keuangan/news/35170/BI-Prediksi-Aset-Bank-

Syariah-Bisa-Mencapai-Rp-97-Triliun, Jakarta, 2010.

Page 128: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

114

LAMPIRAN

1. Uji Stasioner Tingkat Level

a. Aset

Null Hypothesis: ASET has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic 2.583574 1.0000

Test critical values: 1% level -4.532598

5% level -3.673616

10% level -3.277364 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations

and may not be accurate for a sample size of 19

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(ASET)

Method: Least Squares

Date: 06/24/11 Time: 10:06

Sample (adjusted): 2006Q2 2010Q4

Included observations: 19 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. ASET(-1) 0.355317 0.137529 2.583574 0.0200

C -4238593. 1929350. -2.196902 0.0431

@TREND(2006Q1) -770430.0 461042.5 -1.671061 0.1142 R-squared 0.638500 Mean dependent var 4051211.

Adjusted R-squared 0.593312 S.D. dependent var 3221423.

S.E. of regression 2054368. Akaike info criterion 32.05277

Sum squared resid 6.75E+13 Schwarz criterion 32.20190

Log likelihood -301.5014 Hannan-Quinn criter. 32.07801

F-statistic 14.13000 Durbin-Watson stat 2.454164

Prob(F-statistic) 0.000292

Page 129: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

115

b. Dana Pihak Ketiga (DPK)

Null Hypothesis: DPK has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 3 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic 3.645655 1.0000

Test critical values: 1% level -4.667883

5% level -3.733200

10% level -3.310349 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations

and may not be accurate for a sample size of 16

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(DPK)

Method: Least Squares

Date: 06/24/11 Time: 10:08

Sample (adjusted): 2007Q1 2010Q4

Included observations: 16 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. DPK(-1) 0.735459 0.201736 3.645655 0.0045

D(DPK(-1)) -1.060659 0.336911 -3.148190 0.0104

D(DPK(-2)) -0.954360 0.357934 -2.666303 0.0236

D(DPK(-3)) -1.327598 0.286711 -4.630436 0.0009

C -3378370. 1304184. -2.590409 0.0269

@TREND(2006Q1) -1058461. 485868.3 -2.178494 0.0544 R-squared 0.858476 Mean dependent var 3460239.

Adjusted R-squared 0.787714 S.D. dependent var 3097325.

S.E. of regression 1427076. Akaike info criterion 31.46015

Sum squared resid 2.04E+13 Schwarz criterion 31.74987

Log likelihood -245.6812 Hannan-Quinn criter. 31.47499

F-statistic 12.13191 Durbin-Watson stat 1.945308

Prob(F-statistic) 0.000552

Page 130: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

116

c. Pembiayaan

Null Hypothesis: PEMBIAYAAN has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic 1.886270 1.0000

Test critical values: 1% level -4.571559

5% level -3.690814

10% level -3.286909 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations

and may not be accurate for a sample size of 18

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(PEMBIAYAAN)

Method: Least Squares

Date: 06/24/11 Time: 10:09

Sample (adjusted): 2006Q3 2010Q4

Included observations: 18 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. PEMBIAYAAN(-1) 0.285754 0.151491 1.886270 0.0802

D(PEMBIAYAAN(-1)) -0.296935 0.335172 -0.885920 0.3906

C -2460282. 1458560. -1.686788 0.1138

@TREND(2006Q1) -379191.4 336336.3 -1.127417 0.2785 R-squared 0.671905 Mean dependent var 2778826.

Adjusted R-squared 0.601599 S.D. dependent var 1792469.

S.E. of regression 1131389. Akaike info criterion 30.90892

Sum squared resid 1.79E+13 Schwarz criterion 31.10678

Log likelihood -274.1803 Hannan-Quinn criter. 30.93620

F-statistic 9.556848 Durbin-Watson stat 1.822938

Prob(F-statistic) 0.001085

Page 131: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

117

d. Laba Tahun Berjalan

Null Hypothesis: LABA has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.406072 0.3649

Test critical values: 1% level -4.532598

5% level -3.673616

10% level -3.277364 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations

and may not be accurate for a sample size of 19

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(LABA)

Method: Least Squares

Date: 06/24/11 Time: 10:10

Sample (adjusted): 2006Q2 2010Q4

Included observations: 19 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LABA(-1) -0.777123 0.322984 -2.406072 0.0286

C 79283.24 104154.8 0.761206 0.4576

@TREND(2006Q1) 30999.91 12745.57 2.432210 0.0271 R-squared 0.294963 Mean dependent var 64162.74

Adjusted R-squared 0.206834 S.D. dependent var 226424.2

S.E. of regression 201653.1 Akaike info criterion 27.41042

Sum squared resid 6.51E+11 Schwarz criterion 27.55955

Log likelihood -257.3990 Hannan-Quinn criter. 27.43566

F-statistic 3.346928 Durbin-Watson stat 1.631742

Prob(F-statistic) 0.061051

Page 132: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

118

2. Uji Stasioneritas Tingkat Differnsi Pertama

a. Aset

Null Hypothesis: D(ASET) has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.459061 0.3412

Test critical values: 1% level -4.571559

5% level -3.690814

10% level -3.286909 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations

and may not be accurate for a sample size of 18

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(ASET,2)

Method: Least Squares

Date: 06/24/11 Time: 10:14

Sample (adjusted): 2006Q3 2010Q4

Included observations: 18 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(ASET(-1)) -0.910849 0.370405 -2.459061 0.0266

C -446536.3 1335688. -0.334312 0.7428

@TREND(2006Q1) 408717.1 151403.8 2.699516 0.0165 R-squared 0.349345 Mean dependent var 661676.4

Adjusted R-squared 0.262591 S.D. dependent var 2880033.

S.E. of regression 2473157. Akaike info criterion 32.43090

Sum squared resid 9.17E+13 Schwarz criterion 32.57930

Log likelihood -288.8781 Hannan-Quinn criter. 32.45136

F-statistic 4.026844 Durbin-Watson stat 1.680688

Prob(F-statistic) 0.039823

Page 133: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

119

b. Dana Pihak Ketiga

Null Hypothesis: D(DPK) has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 3 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -0.691402 0.9538

Test critical values: 1% level -4.728363

5% level -3.759743

10% level -3.324976 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations

and may not be accurate for a sample size of 15

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(DPK,2)

Method: Least Squares

Date: 06/24/11 Time: 10:15

Sample (adjusted): 2007Q2 2010Q4

Included observations: 15 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(DPK(-1)) -0.799369 1.156157 -0.691402 0.5068

D(DPK(-1),2) -0.173599 0.925560 -0.187561 0.8554

D(DPK(-2),2) -0.369178 0.707277 -0.521971 0.6143

D(DPK(-3),2) -0.936113 0.422209 -2.217179 0.0538

C -1146617. 1409165. -0.813686 0.4368

@TREND(2006Q1) 353998.0 256452.4 1.380365 0.2008 R-squared 0.829222 Mean dependent var 727549.9

Adjusted R-squared 0.734345 S.D. dependent var 3467750.

S.E. of regression 1787338. Akaike info criterion 31.91953

Sum squared resid 2.88E+13 Schwarz criterion 32.20275

Log likelihood -233.3965 Hannan-Quinn criter. 31.91651

F-statistic 8.739987 Durbin-Watson stat 1.860913

Prob(F-statistic) 0.002903

Page 134: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

120

c. Pembiayaan

Null Hypothesis: D(PEMBIAYAAN) has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 1 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -0.942136 0.9260

Test critical values: 1% level -4.616209

5% level -3.710482

10% level -3.297799 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations

and may not be accurate for a sample size of 17

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(PEMBIAYAAN,2)

Method: Least Squares

Date: 06/24/11 Time: 10:16

Sample (adjusted): 2006Q4 2010Q4

Included observations: 17 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(PEMBIAYAAN(-1)) -0.394967 0.419225 -0.942136 0.3633

D(PEMBIAYAAN(-1),2) -0.538426 0.281892 -1.910043 0.0784

C -546246.0 706164.0 -0.773540 0.4530

@TREND(2006Q1) 179260.9 95301.78 1.880982 0.0826 R-squared 0.572268 Mean dependent var 335916.7

Adjusted R-squared 0.473561 S.D. dependent var 1569101.

S.E. of regression 1138479. Akaike info criterion 30.93061

Sum squared resid 1.68E+13 Schwarz criterion 31.12666

Log likelihood -258.9102 Hannan-Quinn criter. 30.95010

F-statistic 5.797632 Durbin-Watson stat 1.561435

Prob(F-statistic) 0.009649

Page 135: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

121

d. Laba Tahun Berjalan

Null Hypothesis: D(LABA) has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 2 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.564662 0.0120

Test critical values: 1% level -4.667883

5% level -3.733200

10% level -3.310349 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations

and may not be accurate for a sample size of 16

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(LABA,2)

Method: Least Squares

Date: 06/24/11 Time: 10:16

Sample (adjusted): 2007Q1 2010Q4

Included observations: 16 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(LABA(-1)) -3.849070 0.843232 -4.564662 0.0008

D(LABA(-1),2) 1.968866 0.632056 3.115018 0.0098

D(LABA(-2),2) 0.928163 0.341152 2.720676 0.0199

C -20297.03 134808.5 -0.150562 0.8830

@TREND(2006Q1) 14073.81 10653.29 1.321077 0.2133 R-squared 0.814854 Mean dependent var 14524.38

Adjusted R-squared 0.747528 S.D. dependent var 380518.0

S.E. of regression 191197.4 Akaike info criterion 27.41031

Sum squared resid 4.02E+11 Schwarz criterion 27.65174

Log likelihood -214.2825 Hannan-Quinn criter. 27.42267

F-statistic 12.10311 Durbin-Watson stat 1.862517

Prob(F-statistic) 0.000513

Page 136: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

122

3. Uji Stasioneritas Tingkak Differensi Kedua

a. Aset

Null Hypothesis: D(ASET,2) has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.425287 0.0001

Test critical values: 1% level -4.616209

5% level -3.710482

10% level -3.297799 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations

and may not be accurate for a sample size of 17

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(ASET,3)

Method: Least Squares

Date: 06/24/11 Time: 10:19

Sample (adjusted): 2006Q4 2010Q4

Included observations: 17 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(ASET(-1),2) -1.673203 0.225338 -7.425287 0.0000

C -1370749. 1416490. -0.967709 0.3496

@TREND(2006Q1) 213144.5 118525.1 1.798307 0.0937 R-squared 0.799101 Mean dependent var 374028.8

Adjusted R-squared 0.770401 S.D. dependent var 4944899.

S.E. of regression 2369423. Akaike info criterion 32.35298

Sum squared resid 7.86E+13 Schwarz criterion 32.50001

Log likelihood -272.0003 Hannan-Quinn criter. 32.36759

F-statistic 27.84334 Durbin-Watson stat 1.768957

Prob(F-statistic) 0.000013

Page 137: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

123

b. Dana Pihak Ketiga (DPK)

Null Hypothesis: D(DPK,2) has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 2 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.121606 0.0053

Test critical values: 1% level -4.728363

5% level -3.759743

10% level -3.324976 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations

and may not be accurate for a sample size of 15

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(DPK,3)

Method: Least Squares

Date: 06/24/11 Time: 10:19

Sample (adjusted): 2007Q2 2010Q4

Included observations: 15 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(DPK(-1),2) -3.730111 0.728309 -5.121606 0.0004

D(DPK(-1),3) 1.938457 0.587169 3.301360 0.0080

D(DPK(-2),3) 1.143962 0.288619 3.963566 0.0027

C -1309256. 1352646. -0.967922 0.3559

@TREND(2006Q1) 194015.2 107650.9 1.802263 0.1017 R-squared 0.940109 Mean dependent var 518461.4

Adjusted R-squared 0.916152 S.D. dependent var 6009247.

S.E. of regression 1740067. Akaike info criterion 31.83795

Sum squared resid 3.03E+13 Schwarz criterion 32.07396

Log likelihood -233.7846 Hannan-Quinn criter. 31.83543

F-statistic 39.24229 Durbin-Watson stat 2.063313

Prob(F-statistic) 0.000004

Page 138: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

124

c. Pembiayaan

Null Hypothesis: D(PEMBIAYAAN,2) has a unit root

Exogenous: Constant, Linear Trend

Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -9.175418 0.0000

Test critical values: 1% level -4.616209

5% level -3.710482

10% level -3.297799 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Warning: Probabilities and critical values calculated for 20 observations

and may not be accurate for a sample size of 17

Augmented Dickey-Fuller Test Equation

Dependent Variable: D(PEMBIAYAAN,3)

Method: Least Squares

Date: 06/24/11 Time: 10:20

Sample (adjusted): 2006Q4 2010Q4

Included observations: 17 after adjustments Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(PEMBIAYAAN(-1),2) -1.734761 0.189066 -9.175418 0.0000

C -716194.5 679990.1 -1.053243 0.3101

@TREND(2006Q1) 107449.1 56976.38 1.885853 0.0802 R-squared 0.857566 Mean dependent var 159221.3

Adjusted R-squared 0.837218 S.D. dependent var 2810426.

S.E. of regression 1133900. Akaike info criterion 30.87901

Sum squared resid 1.80E+13 Schwarz criterion 31.02605

Log likelihood -259.4716 Hannan-Quinn criter. 30.89363

F-statistic 42.14563 Durbin-Watson stat 1.753675

Prob(F-statistic) 0.000001

Page 139: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

125

4. Model ARIMA Terbaik

a. Aset (1,2,2)

Dependent Variable: D(D(ASET))

Method: Least Squares

Date: 06/19/11 Time: 20:06

Sample (adjusted): 2006Q4 2010Q4

Included observations: 17 after adjustments

Convergence achieved after 30 iterations

MA Backcast: 2006Q2 2006Q3 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -413985.5 186719.8 2.217148 0.0437

AR(1) -1.071793 0.125985 -8.507304 0.0000

MA(2) -0.810984 0.229165 -3.538874 0.0033 R-squared 0.415453 Mean dependent var 732509.7

Adjusted R-squared 0.331946 S.D. dependent var 2952464.

S.E. of regression 2413183. Akaike info criterion 32.38958

Sum squared resid 8.15E+13 Schwarz criterion 32.53661

Log likelihood -272.3114 Hannan-Quinn criter. 32.40419

F-statistic 4.975088 Durbin-Watson stat 0.975587

Prob(F-statistic) 0.023320 Inverted AR Roots -1.07

Estimated AR process is nonstationary

Inverted MA Roots .90 -.90

Page 140: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

126

b. Dana Pihak Ketiga (3,2,2)

Dependent Variable: D(D(DPK))

Method: Least Squares

Date: 06/19/11 Time: 23:24

Sample (adjusted): 2007Q2 2010Q4

Included observations: 15 after adjustments

Convergence achieved after 17 iterations

MA Backcast: 2006Q4 2007Q1 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -381857.1 62001.93 -6.158794 0.0000

AR(3) -1.132608 0.058775 -19.27012 0.0000

MA(2) -0.994795 0.235099 -4.231382 0.0012 R-squared 0.768592 Mean dependent var 727549.9

Adjusted R-squared 0.730024 S.D. dependent var 3467750.

S.E. of regression 1801815. Akaike info criterion 31.82334

Sum squared resid 3.90E+13 Schwarz criterion 31.96495

Log likelihood -235.6751 Hannan-Quinn criter. 31.82184

F-statistic 19.92824 Durbin-Watson stat 2.190677

Prob(F-statistic) 0.000154 Inverted AR Roots .52+.90i .52-.90i -1.04

Estimated AR process is nonstationary

Inverted MA Roots 1.00 -1.00

Page 141: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

127

c. Pembiayaan (3,2,4)

Dependent Variable: D(D(PEMBIAYAAN))

Method: Least Squares

Date: 06/19/11 Time: 22:27

Sample (adjusted): 2007Q2 2010Q4

Included observations: 15 after adjustments

Convergence achieved after 15 iterations

MA Backcast: 2006Q2 2007Q1 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -300519.3 132751.9 -2.263767 0.0429

AR(3) -0.735835 0.160622 -4.581157 0.0006

MA(4) -0.894454 0.045494 -19.66111 0.0000 R-squared 0.685911 Mean dependent var 455722.9

Adjusted R-squared 0.633563 S.D. dependent var 1636959.

S.E. of regression 990917.7 Akaike info criterion 30.62751

Sum squared resid 1.18E+13 Schwarz criterion 30.76912

Log likelihood -226.7063 Hannan-Quinn criter. 30.62600

F-statistic 13.10285 Durbin-Watson stat 2.418351

Prob(F-statistic) 0.000960 Inverted AR Roots .45-.78i .45+.78i -.90

Inverted MA Roots .97 .00+.97i -.00-.97i -.97

Page 142: ANALISIS PERKEMBANGAN DAN PREDIKSI TINGKAT

128

d. Laba Tahun Berjalan

Dependent Variable: D(LABA)

Method: Least Squares

Date: 06/21/11 Time: 10:04

Sample (adjusted): 2006Q4 2010Q4

Included observations: 17 after adjustments

Convergence achieved after 15 iterations

MA Backcast: 2006Q2 2006Q3 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -65551.31 49530.30 -1.323459 0.2069

AR(2) -0.912767 0.148081 -6.163958 0.0000

MA(2) 0.882189 0.064889 13.59544 0.0000 R-squared 0.356556 Mean dependent var 61150.76

Adjusted R-squared 0.264636 S.D. dependent var 239957.3

S.E. of regression 205771.5 Akaike info criterion 27.46571

Sum squared resid 5.93E+11 Schwarz criterion 27.61274

Log likelihood -230.4585 Hannan-Quinn criter. 27.48032

F-statistic 3.878962 Durbin-Watson stat 2.664325

Prob(F-statistic) 0.045664