analisis perilaku kurs rupiah terhadap dollar amerika pada sistem kurs mengambang bebas di indonesia

94
SKRIPSI ANALISIS PERILAKU KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA PADA SISTEM KURS MENGAMBANG BEBAS DI INDONESIA Diajukan Oleh : NOVELINA JUNIARTI SITANGGANG 10501082 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPERTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

Upload: hery-cristian

Post on 28-Dec-2015

1.020 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

SKRIPSI

ANALISIS PERILAKU KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA

PADA SISTEM KURS MENGAMBANG BEBAS DI INDONESIA

Diajukan Oleh :

NOVELINA JUNIARTI SITANGGANG

10501082

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

DEPERTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014

Page 2: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

ABSTRAK “ANALISIS PERILAKU KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA PADA SISTEM KURS MENGAMBANG BEBAS DI

INDONESIA”

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis keberadaan hubungan kausalitas dan kointegrasi antara inflasi, BI rate, ekspor dan impor di Indonesia dengan fluktuasi kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika selama periode kurs mengambang bebas yakni tahun 1997-2012. Penelitian ini menggunakan metode Cointegration test dan Granger Causality test dengan bantuan program Eviews 6.

Hasil penelitian dengan Cointegration Test menunjukkan bahwa terdapat hubungan kointegrasi antara variabel Kurs Rupiah dengan Inflasi maupun Kurs Rupiah dengan BI Rate, sedangkan untuk variabel Kurs Rupiah dengan Ekspor serta variabel Kurs Rupiah dengan Impor tidak memiliki hubungan kointegrasi selama periode sistem kurs mengambang bebas, yakni tahun 1997-2012. Dari Granger Causality test ditemukan terdapat hubungan kausalitas satu arah antara variabel Kurs Rupiah dengan Inflasi (Inflasi mempengaruhi Kurs Rupiah), antara variabel Kurs Rupiah dengan BI Rate (BI Rate mempengaruhi Kurs Rupiah) serta antara variabel Kurs Rupiah dengan Ekspor (Ekspor mempengaruhi Kurs Rupiah). Akan tetapi, terdapat hubungan kausalitas dua arah antara variabel Kurs Rupiah dengan Impor (Kurs Rupiah dan Impor saling mempengaruhi satu dengan yang lain).

Kata Kunci : Kurs Rupiah, Inflasi, BI Rate, Ekspor, dan Impor.

Page 3: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

ABSTRACT

“ANALYSIS OF RUPIAH EXCHANGE RATE AGAINST US.DOLLAR DURING THE PERIOD OF FREE FLOATING EXCHANGE

RATE SYSTEM IN INDONESIA. The purpose of this study is to identify and analyze the existence of

relationship causality and cointegration between Inflation, BI rate, Export and Import in Indonesia with the fluctuations of Rupiah exchange rate against U.S. Dollar during the period of free floating exchange rates in 1997-2012. This study uses Cointegration test and Granger Causality test by using Eviews 6.

The result showed that by using Cointegration test, there are long-term equilibrium relationship between Rupiah Exchange Rate with Inflation and Rupiah Exchange Rate with BI Rate, meanwhile for Rupiah Exchange Rate with Export and Rupiah Exchange Rate with Import, there are not long-term equilibrium relationship during the period free floating exchange rate system in 1997-2012. From Granger Causality test that showed there are unidirectional causality between Rupiah Exchange Rate with Infation (Inflation affects Rupiah Exchange Rate), Rupiah Exchange with BI Rate (BI Rate affects Rupiah Exchange Rate) and Rupiah Exchange Rate with Export (Export affects Rupiah Exchange Rate). Meanwhile, there is bilateral causality between Rupiah Exchange Rate with Import (both Rupiah Exchange Rate and Import affect one to the other)

Keywords : Rupiah Exchange Rate, Inflation, BI Rate, Export, and Import.

Page 4: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat dan berkat Tuhan Yang

Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis

Perilaku Kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika pada Sistem Kurs Mengambang

Bebas di Indonesia”. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan

menganalisis keberadaan hubungan hubungan kausalitas dan kointegrasi antara

variabel inflasi, BI rate, ekspor dan impor terhadap kurs Rupiah terhadap Dollar

Amerika selama periode kurs mengambang bebas, yakni tahun 1997-2012.

Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dalam meyelesaikan penelitian ini

sehingga tidak terlepas bantuan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini

dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada :

1. Ayah tercinta Sahat Sitanggang dan Almarhumah Ibu tersayang Tiarlin

Sihombing atas kasih dan sayangnya serta dukungan baik moril maupun

materil serta keluarga besar penulis yang telah memberikan dukungan dan

semangat selama ini.

2. Bapak Prof.Dr.Azhar Maksum,SE.,M.Ec.,Ac Ak selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo,SE., M.Ec selaku Ketua DepartemenEkonomi

Pembangunan danBapak Drs. Syahrir Hakim Nasution,M.Si selaku

Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

Page 5: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

4. Bapak Irsyad Lubis, SE.,M.Soc. Sc., Ph.D selaku Ketua Program Studi S1

Ekonomi Pembangunan dan Bapak Paidi Hidayat, SE., M.Si selaku

Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan sekaligus Dosen

Pembimbing penulis yang telah meluangkan waktu dalam memberikan

masukan, saran, dan bimbingan yang baik mulai dari awal penulisan

hingga selesainya penulisan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Rahmad Sumanjaya, M.Si selaku Dosen Wali penulis yang

telah membantu dan membimbing penulis selama perkuliahan.

6. Bapak Wahyu Ario Pratomo,SE., M.Ec dan Ibu Dra. Raina Linda Sari,

M.Si selaku dosen pembanding yang telah memberikan masukan dan saran

yang baik kepada penulis.

7. Seluruh Staf pengajar dan pegawai di Fakultas Ekonomi Universitas

Sumatera Utara khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.

SemogaTuhan Allah yang membalas segala budi dan pengorbanan yang

diberikan.

Akhir kata, penulis mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat

membantu semua pihak yang memerlukan terutama rekan mahasiswa Ekonomi

Pembangunan.

Medan, Mei 2014 Penulis

Novelina Juniarti Sitanggang

NIM : 100501082

Page 6: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK................................................................................................ i ABSTRACT............................................................................................. ii KATA PENGANTAR............................................................................. iv DAFTAR ISI............................................................................................ v DAFTAR TABEL.................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR............................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………... x BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah....................................................... 3 1.3 Tujuan Penelitian........................................................ 4 1.4 Manfaat Penelitian...................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Kurs atau Nilai Tukar....................................... 6 2.2 Kebijakan dan Sistem Kurs di Dunia......................... 7 2.2.1 Sistem Kurs Tetap (Absoutely Fixed Exchange Rate Regime).................................. 8 2.2.2 Sistem Kurs Mengambang Penuh (Pure Floating Exchange rate regime)..................... 10

2.2.3 Sistem Kurs Tetap tetapi Dapat Dikendalikan (Fixed But Adjustable Rate Regime – Sistem FBAR)............................................................. 11

2.3 Pendekatan Nilai Tukar (Pendekatan Kurs)............... 11 2.3.1 Pendekatan Paritas Daya Beli (Purchasing Power Parity).................................................. 13 2.3.2 Pendekatan Moneter (Monetary Approach)... 14

2.3.2.1 Versi Harga Fleksibel (Flexible Price Version).................................. 14 2.3.2.2 Versi Harga kaku (Stiky Price Version)............................................ 15

2.4 Hubungan Variabel Makro Ekonomi terhadap Kurs.. 17 2.4.1 Hubungan Tingkat Inflasi (Tingkat Harga Umum) terhadap Kurs..................................... 18 2.4.2 Hubungan BI rate terhadap Kurs.................... 18 2.4.3 Hubungan Nilai Ekspor terhadap Kurs........... 19 2.4.4 Hubungan Nilai Impor terhadap Kurs............ 20

2.5 Penelitian Terdahulu................................................... 20 2.6 Kerangka Konseptual................................................. 23 2.7 Hipotesis Penelitian.................................................... 23

Page 7: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup dan Jenis Penelitian........................... 25 3.2 Jenis dan Sumber Data................................................ 25

3.3 Batasan Operasional.................................................... 25 3.4 Defenisi Operasional Variabel.................................... 25

3.5 Metode dan Teknik Pengumpulan data....................... 26 3.6 Pengolahan Data......................................................... 26 3.7 Model Analisis Data.................................................... 26 3.7.1 Uji Stasioneritas.............................................. 26 3.7.2 Penentuan Lag Lenght..................................... 29 3.7.3 Uji Kointegrasi................................................ 29 3.7.4 Uji Kausalitas Granger................................... 30

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Periodisasi Sistem Kurs di Indonesia.......................... 32 4.1.1 Penerapan Sistem Kurs Tetap……………… 33

4.1.2 Penerapan Sistem Kurs Mengambang Terkendali………………………………….. 34 4.1.3 Penerapan Sistem Kurs Mengambang

Bebas ………………………………………. 36 4.2 Kondisi Perkembangan Kurs Rupiah terhadap

Dollar AS…………………………………………… 39 4.3 Pergerakan Tingkat Inflasi terhadap Kurs Rupiah

Pada Periode 1997-2012…………………………… 42 4.4 Pergerakan BI Rate terhadap Kurs Rupiah Pada

Periode 1997-2012 ………………………………… 44 4.5 Pergerakan Ekspor dengan Kurs Rupiah Pada

Periode 1997 – 2102……………………………....... 48 4.6 Pergerakan Impor dengan Kurs Rupiah Pada Periode

1997 – 2102……………………………………..….. 51 4.7 Hasil Evaluasi dan Interpretasi Data……………….. 53

4.7.1 Hasil Uji Akar Unit (Unit Root Test)………. 53 4.7.2 Penentuan Lag Lenght…………………….... 55 4.7.3 Hasil Uji Kointegrasi………………………. 55

4.7.3.1 Uji Kointegrasi Kurs dengan Inflasi …………………………….. 56

4.7.3.2 Uji Kointegrasi Kurs dengan BI Rate……………………………….. 57 4.7.3.3 Uji Kointegrasi Kurs dengan Ekspor……………………………. 58 4.7.3.4 Uji Kointegrasi Kurs dengan Impor................................................ 59

4.7.4 Uji Kausalitas Granger..…………………… 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan……………………………………….... 63

Page 8: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

5.2 Saran…………………………………………….…. 64

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 65 DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... 67

Page 9: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

DAFTAR TABEL

No.Tabel Judul Halaman

4.1 Perkembangan Sistem Kurs di Indonesia………..……... 31 4.2 Tahap Devaluasi Kurs Rupiah selama Sistem Kurs Tetap……………………………………………..……... 33 4.3 Perkembangan Kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika Periode Sistem Kurs MengambangTerkendali………… 35 4.4 Perkembangan Kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika

Periode Kurs Mengambang Bebas…………………....... 37 4.5 Hasil Augmented Dickey-Fuller (ADF)…………..……. 54 4.6 Penentuan Lag Lenght……………….…………………. 55 4.7 Hasil Uji Kointegrasi Kurs dan Inflasi dengan Metode Johansen………………………….…..………… 56 4.8 Hasil Uji Kointegrasi Kurs dan BI Rate dengan Metode Johansen……………….………………………. 57 4.9 Hasil Uji Kointegrasi Kurs dan Ekspor dengan Metode Johansen……………….………………………. 58 4.10 Hasil Uji Kointegrasi Kurs dan Impor dengan Metode Johansen….…………….……………………… 59 4.11 Hasil Uji Granger Causality…………………………… 60

Page 10: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

DAFTAR GAMBAR

No.Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual...................................................... 23 4.1 Perkembangan Nilai Kurs Rupiah/US Dollar.....……... 42 4.2 Persentase Perubahan tingkat Inflasi dengan Kurs

Rupiah…………………..……………………………. 45 4.3 Persentase Perubahan tingkat BI Rate dengan Kurs Rupiah………………………………………………… 47 4.4 Persentase Perubahan tingkat Ekspor dengan Kurs Rupiah………………………………………………… 48 4.3 Persentase Perubahan tingkat Impor dengan Kurs Rupiah………………………………………….……... 52

Page 11: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN No.Lampiran Judul Halaman I Data Perkembangan Kurs Rupiah terhadap USD, Inflasi, BI rate, Ekspor dan Impor Indonesia Periode 1997 Q3-2012 Q4………………………………..…… 67 II Data Persentase Perkembangan Kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika, Inflasi, BI rate, Ekspor dan Impor Indonesia Periode 1997 Q3 – 2012 Q4……………...... 69 III Uji Akar Unit ………………………………………….….. 72 IV Uji Kausalitas Granger…………………….………..….... 78 V Uji Kointegrasi……………………………………….. 79

Page 12: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Liberalisasi dan globalisasi sangat membawa perubahan terhadap laju

perekonomian serta berdampak pada terganggunya kondisi fundamental atau

makro perekonomian suatu negara dimana arus liberalisasi mampu merusak

perekonomian secara menyeluruh dan berdampak pada sebagian aspek kehidupan.

Seperti yang terjadi beberapa periode yang lalu, dimana awalnya krisis ekonomi

hanya terjadi di Thailand pada awal tahun 1997, namun pertengahan tahun 1997

berhasil mengguncangkan perekonomian Indonesia dan mengganggu kestabilan

ekonomi serta penurunan kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika (USD). Hal ini

bisa dibuktikan dari data yang menunjukkan bahwa kurs Rupiah terhadap Dollar

Amerika sebelum krisis masih di level Rp 4.650/US Dollar, yang merangkak ke

level Rp 8.025/US Dollar saat krisis serta berhasil mengguncangkan sendi-sendi

perekonomian negara kita. Kondisi tersebut semakin diperparah dengan semakin

menipisnya cadangan devisa dan tingginya arus modal ke luar sehingga

mengakibatkan Bank Indonesia mengambil kebijakan mengambangkan Rupiah

dengan diberlakukannya sistem kurs mengambang bebas (free floating exchange

rate system) dan dihapuskannya sistem kurs mengambang terkendali (managed

floating exchange rate system). Namun, dengan diberlakukannya sistem ini

mengakibatkan Rupiah justru kian melemah hingga selalu berada di kisaran Rp

8.000/US Dollar sampai dengan Rp 10.000/US Dollar. Dari data Badan Pusat

Statistik dan Bank Indonesia ditemukan bahwa di awal tahun 2011, kurs Rupiah

Page 13: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

terhadap Dollar Amerika yang semula berada pada posisi di Rp 8.400/US Dollar

naik ke level Rp 8.700/US Dollar di Agustus 2011. Kondisi tersebut semakin

diperparah dengan gejolak makro ekonomi (meningkatnya suku bunga, impor,

jumlah mata uang Rupiah yang beredar di masyarakat, dan lainnya) serta naiknya

harga minyak dunia yang mengakibatkan kurs Rupiah semakin berfluktuasi

sepanjang tahun 2012, dimana di awal tahun 2012 nilai Rupiah terhadap Dollar

masih berada di level Rp 9.200-an di awal tahun harus ditutup lebih tinggi hingga

Rp 9.660 per 1 US Dollar di akhir tahun 2012.

Dari kondisi di atas, dapat dikatakan bahwa kurs Rupiah mulai melemah

dengan ditinggalkannya sistem kurs mengambang terkendali serta

diberlakukannya sistem kurs mengambang bebas di Indonesia. Dalam catatan

periode fluktuasi kurs Rupiah, terdapat 3 sistem yang digunakan dalam kebijakan

kurs, yakni antara tahun 1964 sampai dengan 1978 dianut sistem kurs tetap (fixed

exchange rate system) dimana nilai Rupiah secara langsung dikaitkan dengan

Dollar Amerika Serikat (US Dollar). Selanjutnya sejak tanggal 15 November

1978 sistem kurs tetap kemudian diubah menjadi sistem kurs mengambang

terkendali (managed floating exchange rate system), yakni antara tahun 1978 –

1997. Pada periode tersebut, nilai Rupiah tidak lagi semata-mata dikaitkan dengan

Dollar Amerika (US Dollar), namun sudah dikaitkan juga terhadap beberapa

ketetapan yang diatur dalam perdagangan antarnegara. Sejak tanggal 14 Agustus

1997 dan sampai sekarang, sistem kurs diubah lagi menjadi sistem kurs

mengambang bebas (free floating exchange rate system ).

Page 14: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

Pembicaraan mengenai kurs saat ini semakin sering diperdebatkan. Jika

dilihat lebih spesifik lagi, kurs sangat dipengaruhi oleh faktor fundamental

ekonomi, antara lain inflasi, jumlah uang beredar, SBI, dan impor (Triyono,

2008). Di samping itu, ada pula penelitian yang dilakukan oleh Jae-Kwang

Hwang (2013), yakni dengan menggunakan model pendekatan moneter Sticky

Price yang menemukan hubungan fundamental ekonomi dengan nilai tukar Dollar

US Dollar dan Dollar Kanada. Berbeda dengan hal itu, Adwin Surya Atmadja

(2002) menemukan adanya hubungan faktor ekonomi dan faktor non-ekonomi

terhadap pergerakan nilai tukar setelah diterapkannya sistem nilai tukar (kurs)

mengambang bebas di Indonesia, yakni dengan menggunakan data kurs bulanan

dari tahun bulan Agustus 1997 sampai dengan Desember 2001.

Berdasarkan hubungan antara faktor ekonomi (inflasi, BI rate, ekspor dan

impor) dengan pergerakan nilai tukar (kurs) Rupiah di atas, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai “Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar

Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia”.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apakah terdapat hubungan kausalitas dan kointegrasi antara variabel

inflasi Indonesia dengan kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat

pada periode sistem kurs mengambang bebas, yakni tahun 1997-2012 ?

b. Apakah terdapat hubungan kausalitas dan kointegrasi antara variabel BI

rate dengan kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat pada periode

sistem kurs mengambang bebas, yakni tahun 1997-2012 ?

Page 15: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

c. Apakah terdapat hubungan kausalitas dan kointegrasi antara variabel ekspor

Indonesia dengan kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat pada

periode sistem kurs mengambang bebas tersebut, yakni tahun 1997-2012 ?

d. Apakah terdapat hubungan kausalitas dan kointegrasi antara variabel impor

Indonesia dengan kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat pada

periode sistem kurs mengambang bebas tersebut, yakni tahun 1997-2012 ?

1.3 Tujuan Penelitian

a. Untuk menganalisis keberadaan hubungan kausalitas dan kointegrasi

antara variabel inflasi Indonesia dengan kurs Rupiah terhadap Dollar

Amerika Serikat pada periode sistem kurs mengambang bebas, yakni

tahun 1997-2012.

b. Untuk menganalisis keberadaan hubungan kausalitas dan kointegrasi

antara variabel BI rate dengan kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika

Serikat pada periode sistem kurs mengambang bebas, yakni tahun 1997-

2012.

c. Untuk menganalisis keberadaan hubungan kausalitas dan kointegrasi

variabel ekspor Indonesia dengan kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika

Serikat pada periode sistem kurs mengambang bebas, yakni tahun 1997-

2012 tersebut.

d. Untuk menganalisis keberadaan hubungan kausalitas dan kointegrasi

variabel impor Indonesia dengan kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika

Serikat pada periode sistem kurs mengambang bebas, yakni tahun 1997-

2012 tersebut.

Page 16: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

1.4 Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan studi dan literatur bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi .

b. Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa dan masyarakat dalam melakukan

penelitian dan pengembangan yang lebih baik dan bervariasi ke depan.

c. Sebagai wadah untuk mengembangkan kemampuan penulis dalam hal

masalah keuangan yang secara khususnya dihadapkan pada nilai tukar atau

kurs.

Page 17: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Kurs atau Nilai Tukar

Nilai tukar mata uang atau yang sering disebut dengan kurs adalah harga

satu unit mata uang asing dalam domestik atau dapat juga dikatakan harga mata

uang domestik terhadap mata uang asing. Sedangkan dalam pengertian yang lain,

kurs adalah harga sebuah mata uang di suatu negara yang diukur atau dinyatakan

dalam mata uang lain. Mata uang yang digunakan tersebut memiliki harga tertentu

dalam mata uang negara lain. Harga tersebut menggambarkan berapa banyak

suatu mata uang yang harus dipertukarkan untuk memperoleh satu unit mata uang

lain. Kurs memungkinkan kita untuk membandingkan harga-harga segenap

barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai negara.

Jadi dapat dikatakan bahwa kurs merupakan nilai satu mata uang terhadap

mata uang lain. Dalam hal ini, apabila kurs meningkat maka berarti Rupiah

mengalami depresiasi, sedangkan apabila kurs menurun maka Rupiah mengalami

apresiasi. Sementara misalnya untuk sesuatu negara menerapkan sistem nilai

tukar tetap, perubahan kurs dilakukan secara resmi oleh pemerintah. Kebijakan

suatu negara secara resmi menaikkan nilai mata uangnya terhadap mata uang

asing disebut revaluasi, sementara kebijakan menurunkan nilai mata uang

terhadap mata uang asing disebut kebijakan devaluasi.

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai pengertian tersebut

Simorangkir, dkk (2004) memberikan contoh sebagai berikut. Misalnya kurs satu

Dollar Amerika (US Dollar) terhadap mata uang Rupiah sebesar Rp 8.500.

Page 18: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

Apabila kurs US Dollar berubah menjadi Rp 9.000, maka kurs Rupiah mengalami

penurunan atau depresiasi. Sebaliknya apabila kurs 1 US Dollar berubah menjadi

sebesar Rp 8.000, maka kurs Rupiah mengalami peningkatan atau apresiasi.

Apabila kurs didefenisikan sebagai nilai Rupiah terhadap valuta asing :

Kurs Rp/USD= Rupiah yang diperlukan untuk membeli satu Dollar USD

Dengan menggunakan konsep ini, apabia kurs meningkat, maka Rupiah

mengalami apresiasi untuk sistem kurs mengambang bebas atau revaluasi untuk

sistem kurs tetap, sedangkan apabila kurs menurun, maka Rupiah mengalami

depresiasi untuk sistem kurs mengambang bebas atau devaluasi untuk sistem kurs

tetap.

Dari contoh di atas, maka dalam pengertian ini, satu Dollar Amerika dinilai

1/8.500 atau 0,000117 per US Dollar. Kurs Rupiah mengalami depresiasi jika

menurun atau dengan contoh di atas sebesar 1/9.000 atau 0,000111, dan

mengalami apresiasi apabila kurs berada pada 1/8.000 per US Dollar = 0,000125.

Kurs yang kita kenal dalam pengertian sehari-hari sebagaimana diuraikan di

atas dalam pengertian nominal adalah nilai tukar atau kurs nomial. Dalam

menganalisis kurs, kita juga mengenal apa yang disebut sebagai kurs riil. Kurs riil

adalah kurs nominal yang sudah dikoreksi di dalam negeri dibanding dengan

harga-harga di luar negeri.

2.2 Kebijakan dan Sistem Kurs di Dunia

Pada umumnya, kebijakan kurs suatu negara diarahkan untuk mendukung

neraca pembiayaan dan membantu efektivitas kebijakan moneter. Penetapan kurs

yang overvalued dapat mengakibatkan harga barang-barang ekspor menjadi lebih

Page 19: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

mahal di luar negeri dan barang-barang impor menjadi lebih murah dan akhirnya

neraca perdagangan menjadi memburuk. Dalam kaitannya dengan kebijakan

moneter, depresiasi kurs yang berlebihan dapat mengakibatkan tingginya laju

inflasi sehingga dapat mengganggu tujuan akhir kebijakan moneter untuk

memelihara stabilitas harga. Sehubungan dengan hal tersebut, maka kebijakan

kurs yang tepat merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan

pembangunan suatu negara.

Sejalan dengan tujuan kebijakan kurs, maka dikenal beberapa jenis sistem

kurs yang digunakan oleh suatu negara khususnya setelah runtuhnya sistem kurs

atau nilai tukar Bretton Woods. Berdasarkan perkembangan terakhir, terdapat

kecenderungan negara-negara dunia menggunakan sistem nilai kurs mengambang.

Namun, masih terdapat beberapa negara yang menggunakan sistem kurs

mengambang dengan kurs tetap. Corden, dalam Simorangkir, dkk (2004)

mengklasifikasikan sistem kurs ke dalam 3 kelompok yaitu ; 1) sistem kurs tetap

murni (Absolutely fixed rate regime), 2) sistem kurs mengambang murni / bebas

(Pure floating regime) , dan 3) sistem kurs tetap tetapi dapat disesuaikan atau kurs

mengambang terkendali (Fixed But Adjustable rate / FBAR) yang merupakan

kombinasi sistem kurs mengambang tetap dan mengambang penuh.

2.2.1 Sistem Kurs Tetap (Absolutely Fixed Exchange Rate Regime)

Pada awalnya sistem moneter internasional, sistem kurs tetap harus dijamin

dengan cadangan emas yang dimiliki oleh suatu negara. Penjaminan mata uang

tersebut dimaksudkan agar pemegang mata uang merasa terjamin memegang uang

yang dimiliki. Pada perkembangan terakhir, tidak ada kewajiban untuk menjamin

Page 20: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

jumlah uang beredar dengan cadangan emas negara, seperti pada era gold

standard. Pada sistem kurs tetap ini, mata uang suatu negara ditetapkan secara

tetap dengan mata uang asing tertentu, misalnya mata uang Rupiah ditetapkan

secara tetap terhadap Dollar Amerika Serikat (US Dollar). Dengan penetapan kurs

tetap, terdapat kemungkinan kurs yang ditetapkan terlalu tinggi (over-valued) atau

terlalu rendah (under-valued) dari nilai sebenarnya.

Setelah era sistem Bretton Woods, banyak negara meninggalkan sistem kurs

tetap sehingga sebagian kecil negara yang menerapkan sistem ini. Terdapat 2

penyebab utama suatu negara meninggalkan sistem ini. Pertama, dapat

mengganggu neraca perdagangan. Dengan menerapkan sistem kurs tetap, maka

nilai tukar mata uang domestik akan dapat lebih mahal dibandingkan dengan nilai

sebenarnya. Kondisi ini dapat mengakibatkan barang-barang ekspor suatu negara

lebih mahal di luar negeri dan akan mengurangi daya kompetisi dan selanjutnya

akan menurunkan volume ekspor. Di sisi impor, kurs yang over-valued

mengakibatkan harga barang impor lebih murah dan impor dapat meningkat.

Secara keseluruhan kurs yang over-valued akan memperburuk neraca

perdagangan suatu negara. Kedua, ketidakcukupan cadangan devisa untuk

mempertahankan sistem ini. Negara – negara yang mempunyai cadangan devisa

sedikit akan rentan terhadap serangan kurs karena negara tidak mempunyai

cadangan devisa yang cukup untuk intervensi ke pasar valas dalam

mempertahankan nilai tukar atau kurs.

Sementara itu, masih terdapatnya beberapa negara yang menggunakan

sistem kurs tetap disebabkan sistem kurs ini dapat digunakan sebagai jangkar

Page 21: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

nominal, yakni kurs tetap digunakan sebagai alat pengendali inflasi. Dengan

dipatoknya kurs tetap, maka harga barang impor dapat dikendalikan. Dalam

rangka menjamin kesuksesan kebijakan kurs tetap, kebijakan ini umumnya

diimbangi dengan sistem devisa kontrol. Dengan pengontrolan devisa, maka

ruang gerak pelaku pasar untuk menyerang kurs dapat dibatasi.

2.2.2 Sistem Kurs Mengambang Bebas / Penuh (Pure Floating Exchange Rate

Regime)

Dalam sistem kurs mengambang penuh, mekanisme penetapan nilai mata

uang domestik terhadap mata uang asing ditentukan oleh mekanisme pasar.

Dengan demikian, pada sistem ini nilai kurs akan dapat berubah setiap saat

tergantung dari permintaan dan penawaran mata uang domestik relatif terhadap

mata uang asing dan perilaku spekulan.

Adapun alasan beberapa negara menggunakan sistem kurs mengambang

yakni karena sistem ini memungkinkan suatu negara mengisolasikan kebijakan

ekonomi makronya dari dampak kebijakan dari luar sehingga suatu negara

mempunyai kebebasan untuk mengeluarkan kebijakan. Namun ada kelemahan

dari sistem ini, yakni penetapan kurs berdasarkan pasar dapat mengakibatkan kurs

berfluktuasi. Depresiasi kurs dapat mengakibatkan peningkatan harga barang –

barang impor dan pada lanjutannya memicu inflasi di dalam negeri.

Page 22: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

2.2.3 Sistem Kurs Tetap tetapi dapat Dikendalikan atau Sistem Kurs

Mengambang Terkendali (Fixed but Adjustable Rate Regime – Sistem

FBAR)

Sistem kurs ini merupakan kombinasi dari sistem kurs tetap dan sistem

mengambang bebas. Sistem kurs FBAR ini memegang peranan penting pada masa

sistem Bretton Woods. Bahkan, sistem ini digunakan di sebagian besar negara –

negara berkembang setelah runtuhnya sistem Bretton Woods pada tahun 1973

hingga awal tahun 1990-an. Beberapa negara, seperti China, masih menggunakan

sistem ini atau modifikasinya.

Dalam sistem ini, besarnya nilai kurs ditetapkan oleh pembuat kebijakan,

bank sentral dan dipertahankan melalui intervensi langsung di pasar valuta asing

atau bank sentral mengarahkan pasar dengan jalan menjual dan membeli valuta

asing dengan harga tetap. Sistem ini dicirikan dengan adanya komitmen dari bank

sentral / pemerintah untuk mempertahankan nilai kurs tertentu. Nilai kurs dapat

berubah, tetapi penyesuaiannya jarang dilakukan untuk menjaga kredibilitas.

Perubahan kurs mencerminkan persepsi resmi dari pemerintah mengenai

perubahan fundamental ekonomi yang memerlukan penyesuaian nilai kurs atau

terdapatnya tekanan pasar yang kuat yang mempengaruhi cadangan devisa

sehingga memaksa perlu penyesuaian nilai kurs.

2.3 Pendekatan Nilai Tukar (Pendekatan Kurs)

Harvey dalam Tara Eka Pratiwi (2012), menyebutkan bahwa teori ortodox

(neo-klasik) telah gagal menjelaskan perilaku kurs sejak meningkatnya dan

dominannya pasar modal mulai perang dunia kedua. Kegagalan ini telah

Page 23: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

mendorong para ekonom untuk menjelaskan perilaku kurs dengan berbagai model

matematis yang relatif canggih. Akan tetapi hal itu membuahkan hasil yang

kurang memuaskan, sebab semua itu tidak cukup sukses untuk menjelaskannya.

Pandangan lain yang muncul dengan penjelasan bahwa kurs tidak lagi dipengaruhi

oleh variabel-variabel fundamental. Hal ini disebabkan oleh kondisi pasar yang

tidak dapat bergerak secara ideal. Namun pada kenyataannya, variabel non

fundamental memberikan pengaruh jangka pendek terhadap perilaku kurs,

sementara beberapa ekonom berpandangan seharusnya analisis dipusatkan pada

perilaku kurs jangka panjang. Hal ini dikarenakan pengaruh variabel non

fundamental bergerak tidak rasional. Oleh karena itu, hal tersebut bukanlah

sebuah objek yang lebih baik untuk dianalisis. Analisis jangka panjang dalam

penentuan kurs mata uang adalah analisis yang berbasis pada Teori Paritas Daya

Beli (Purchasing Power Parity, PPP Theory).

Analisis jangka panjang mengasumsikan bahwa output telah mencapai full

employment dan harga berada pada keadaan keseimbangan. Pada jangka panjang,

uang bersifat netral (neutrality of money). Hal ini memberikan arti bahwa uang

tidak mempunyai pengaruh terhadap output dan tingkat bunga. Dengan demikian,

perubahan stok uang akan menyebabkan perubahan tingkat harga pada proporsi

yang sama. Meningkatnya stok uang akan menyebabkan uang domestik

terdepresiasi pada proporsi yang sama, sebaliknya berkurangnya stok uang akan

menyebabkan uang domestik terapresiasi pada proporsi yang sama pula.

Penentuan kurs jangka panjang berawal dari teori kurs yang dikenal dengan

dalil satu harga (the law of one price). Dalil satu harga ini menyatakan bahwa

Page 24: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

barang-barang yang identik akan dijual pada tingkat harga yang sama di negara

yang berbeda. Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pasar produk

bersaing secara sempurna, biaya transportasi nol dan tidak ada hambatan (tarif)

dalam perdagangan antar negara. Sebagai sebuah ilustrasi, bila kurs Dollar

Amerika / Poundsterling adalah US Dollar 1,50 per Pound, maka sebuah jaket

yang dijual di New York seharga 45 US Dollar, tentunya akan dijual di London

seharga £ 30. Harga Dollar Amerika jaket tersebut dijual di London adalah (US

Dollar 1,50 per Pound) x (£ 30 per jaket) = US Dollar 45 jaket, jadi hampir sama

dengan harganya di New York, atau sering disebut sebagai dalil satu harga.

2.3.1 Pendekatan Paritas Daya Beli (Purchasing Power Parity)

Teori Paritas Daya Beli ini lahir dari gagasan tulisan para ekonom Inggris

di abad kesembilanbelas, antara lain David Ricardo. Pada perkembangan

selanjutnya, Gustav Cassel yang merupakan seorang ekonom dari Swedia yang

aktif di abad keduapuluh mempopulerkan Teori Paritas Daya Beli dengan

menjadikannya sebagai intisari dari teori kurs. Jika dihubungkan dengan dalil satu

harga, Teori Paritas Daya Beli ini hampir mirip, tetapi jika ditelaah lebih spesifik

terdapat perbedaan penting. Pada dalil satu harga (law of one price) berlaku untuk

komoditi secara individual. Sedangkan pada Teori Paritas Daya Beli (Purchasing

Power Parity, PPP Theory) berlaku untuk tingkat harga secara keseluruhan yang

merupakan gabungan dari harga semua komoditi yang dijadikan acuan.

Doktrin paritas daya beli menyatakan bahwa kurs antara dua mata uang dari

suatu negara sama dengan nisbah (rasio perbandingan) tingkat harga di kedua

negara yang bersangkutan. Hal ini memberikan arti bahwa daya beli domestik dari

Page 25: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

mata uang suatu negara tercermin sepenuhnya pada tingkat harga yang berlaku

pada negara itu sendiri. Dengan demikian, Teori Paritas Daya Beli

memprediksikan bahwa penurunan daya beli mata uang domestik yang

ditunjukkan oleh kenaikan tingkat harga domestik atau diikuti depresiasi mata

uangnya secara proporsional dalam pasar valuta asing. Sebaliknya, kenaikan daya

beli mata uang domestik akan diikuti apresiasi mata uangnya secara proporsional.

Dalam pengertian lain, Teori Paritas Daya Beli menunjukkan bahwa hubungan

antara perubahan kurs sama dengan perubahan rasio harga antar dua negara.

2.3.2 Pendekatan Moneter (Monetary Approach)

Pendekatan moneter menyatakan bahwa kurs devisa sebagai harga relatif

dua jenis mata uang, yang ditentukan oleh keseimbangan permintaan dan

penawaran uang. Pendekatan Keynesian merupakan salah satu dari dua versi

dalam pendekatan moneter, selain model pendekatan harga fleksibel (flexible

price version). Kedua versi ini akan dijabarkan lebih lanjut pada bagian berikut:

2.3.2.1 Versi Harga Fleksibel (Flexible Price Version)

Faktor utama yang menjadi dasar dari versi harga fleksibel, yaitu teori

kuantitas, fleksibilitas harga dan Konsep Paritas Daya Beli (Mudrajad dalam Tara

Eka Pratiwi, 2012). Model ini mengasumsikan terjadinya kondisi keseimbangan

pasar, yaitu permintaan uang sama dengan penawaran uang. Permintaan uang

dipengaruhi oleh pendapatan riil, tingkat harga dan tingkat bunga, sedangkan

penawaran uang adalah given.

Dampak dari perubahan masing-masing variabel penjelas terhadap kurs

valuta asing, yaitu : Pertama, kenaikan penawaran uang domestik akan

Page 26: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

menyebabkan kenaikan harga domestik secara proporsional, dan melalui Paritas

Daya Beli Atau Purchasing Power Parity (PPP), akan mendorong terjadinya

depresiasi mata uang domestik. Kedua, hubungan antara pendapatan riil relatif

adalah negatif (sesuai dengan pendekatan neraca pembayaran), dengan alasan

bahwa kenaikan pendapatan riil domestik akan menyebabkan kelebihan

permintaan akan keseimbangan uang, jika tidak diikuti oleh perubahan penawaran

uang, tetapi hanya diikuti oleh penurunan tingkat harga, tentunya akan

menyebabkan apresiasi mata uang domestik. Ketiga, semakin tinggi perbedaan

tingkat bunga, akan menyebabkan menurunnya permintaan uang domestik, pada

gilirannya akan menyebabkan terjadinya depresiasi mata uang domestik.

2.3.2.2 Versi Harga Kaku (Sticky Price Version)

Pendekatan moneter versi harga kaku (sticky price version) muncul akibat

adanya kritik terhadap anggapan adanya fleksibilitas harga. Berdasarkan versi

harga kaku, anggapan adanya kekakuan harga lebih realistis bila menyangkut

jangka waktu yang pendek. Pendekatan moneter versi harga kaku sering disebut

pendekatan Keynesian karena adanya anggapan : Pertama, variabel jumlah uang

beredar yang endogen; Kedua, anggapan tersebut tidak mengakui efektifitas

mekanisme pasar dalam menyelesaikan ketidakseimbangan pasar uang yang

terjadi dalam jangka pendek.

Adapun perubahan kurs yang diharapkan berdasarkan versi harga kaku

(sticky price version), adalah sebagai berikut :

Set+1 – St = Ø (S’t – St) + (πet – πe*t) .......................... (2.1)

Page 27: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

Keterangan : Set+1 : kurs yang diharapkan pada periode t+1 berdasarkan informasi yang tersedia

pada periode t. (S’t – St) : penawaran uang dalam dan luar negeri (πet – πe*t) : perbedaan laju inflasi yang diharapkan antara dalam dan luar negeri.

Persamaan (2.1), menyatakan bahwa apabila kurs spot berada di bawah

tingkat keseimbangan jangka panjang, kurs valuta asing akan mengalami

depresiasi, tetapi jika kurs spot berada di atas tingkat keseimbangan jangka

panjang kurs valuta asing mengalami apresiasi. Harapan perbedaan inflasi (πet –

πe*t), akan mendorong terjadinya depresiasi mata uang. Dengan demikian, versi

harga kaku memperhitungkan adanya peranan harapan-harapan pasar dengan

memasukkan informasi dari keseimbangan pasar dan dampak dari inflasi.

St – S’t = -1/Ø [(rt – πet) – (r*t – πe*t)] ....................... (2.2)

Keterangan : rt dan r*t : tingkat bunga riil dalam dan luar negeri Persamaan (2.2), menyatakan bahwa penyimpangan kurs dari posisi

keseimbangan jangka panjang tergantung pada perbedaan tingkat bunga riil

diantara dua negara. Sebagai sebuah contoh; diberlakukannya kebijakan uang

ketat, tentunya akan meningkatkan perbedaan tingkat bunga riil, sehingga akan

menarik aliran modal masuk (capital inflow) dan menyebabkan apresiasi mata

uang domestik di atas tingkat keseimbangan.

Berdasarkan versi harga kaku, koefisien laju inflasi yang diharapkan adalah

bertanda positif, sedangkan koefisien tingkat bunga memiliki dua tanda

(ambiguous sign). Koefisien perbedaan tingkat bunga terdiri dari tiga komponen

berbeda yang masing-masing mewakili cara yang berbeda bagaimana tingkat

bunga mempengaruhi pergerakan kurs valuta asing.

Page 28: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

Kenaikan tingkat bunga domestik akan mendorong lembaga keuangan untuk

menyalurkan dana ke pasar uang, dan pada saat yang sama, tingkat bunga yang

relatif tinggi tersebut, tidak akan mendorong masyarakat untuk memegang uang,

sehingga mengakibatkan kelebihan keseimbangan uang yang ada di pasar uang

domestik dan mendorong terjadinya depresiasi mata uang domestik. Koefisien

-1/Ø menggambarkan dampak pergerakan modal terhadap kurs valuta asing.

Kenaikan tingkat bunga domestik akan sangat berarti bagi investor untuk

memindahkan ke negara dengan tingkat bunga yang relatif tinggi atau kenaikan

tingkat bunga domestik akan menarik masuknya modal asing dan menimbulkan

apresiasi mata uang domestik.

Pendekatan moneter versi harga kaku (sticky price version) menunjukkan

bahwa paritas daya beli akan mendorong terjadinya depresiasi mata uang

domestik. Sedangkan untuk menciptakan apresiasi mata uang domestik,

diupayakan tercipta penurunan harga. Sehingga dalam hal ini, jika suatu negara

mengalami tingkat inflasi dan perbedaan tingkat bunga semakin tinggi, maka akan

menyebabkan menurunnya permintaan uang domestik. Namun, jika tingkat inflasi

yang terjadi rendah dan pasar modal sangat sensitif terhadap perubahan tingkat

bunga, maka dampak tingkat bunga riil menjadi begitu dominan terhadap

pergerakan kurs.

2.4 Hubungan Variabel Makro Ekonomi terhadap Kurs

Menurut Madura dalam Adwin Surya Atmadja (2002), terdapat hubungan

antara tingkat inflasi dan BI rate terhadap perilaku kurs, yakni :

Page 29: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

2.4.1 Hubungan Tingkat Inflasi (Tingkat Harga Umum) terhadap Kurs

Kenaikan tingkat inflasi yang mendadak dan besar di suatu negara akan

menyebabkan meningkatnya impor oleh negara tersebut terhadap berbagai

barangdan jasa dari luar negeri, sehingga semakin diperlukan banyak valuta asing

untuk membayar transaksi impor tersebut. Hal ini akan mengakibatkan

meningkatnya permintaan terhadap valuta asing di pasar valuta asing. Inflasi yang

meningkat secara mendadak tersebut, juga memungkinkan tereduksinya

kemampuan ekspor nasional negara yang bersangkutan, sehingga akan

mengurangi supply terhadap valuta asing di dalam negerinya. Menurut teori

tersebut, tingkat inflasi domestik yang melebihi tingkat inflasi di luar negeri akan

mengakibatkan meningkatnya kurs mata uang domestik.

2.4.2 Hubungan BI Rate terhadap Kurs

Berbeda dengan hal di atas, BI rate yang mencerminkan kondisi

perekonomian di Indonesia dimana ketika terjadi perubahan kondisi

perekonomian di Indonesia, Bank Indonesia meresponnya dengan menaikkan/

menurunkan BI rate. Bank Indonesia akan menaikkan BI rate apabila inflasi ke

depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan sebaliknya Bank

Indonesia akan menurunkan BI rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada

di bawah sasaran yang telah ditetapkan.

Adapun hubungan BI rate dengan kurs adalah positif dimana bila BI rate

naik, maka Bunga Bank juga naik (bunga kredit dan bunga tabungan). Bila bunga

kredit naik maka pengusaha akan mengurangi pinjaman kredit dan bila bunga

investasi naik, maka investor akan menyimpan uang di bank. Keputusan investasi

Page 30: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

pengusaha dan investor membuat jumlah uang Rupiah yang beredar di masyarakat

akan turun. Bila jumlah uang Rupiah turun maka nilai kurs Rupiah akan naik.

Perubahan BI rate akan berdampak pada perubahan jumlah investasi dan

perubahan jumlah permintaan dan penawaran di pasar uang domestik. Apabila

suatu negara menganut sistem kurs mengambang bebas bebas, maka hal tersebut

juga memungkinkan terjadinya peningkatan aliran modal masuk (capital inflow)

dari luar negeri yang akan menyebabkan terjadinya perubahan kurs mata uang

negara tersebut terhadap mata uang asing di pasar valuta asing.

2.4.3 Hubungan Nilai Ekspor terhadap Kurs

Dalam Imam Mukhlis (2011) dinyatakan bahwa pergerakan kurs uang

mencerminkan harga relatif kurs suatu mata uang terhadap mata uang lain.

Fluktuasi dalam perkembangan kurs mata uang akan mengakibatkan perubahan

perilaku ekspor dan impor dalam perekonomian suatu negara. Adapun,

pergerakan kurs yang overvalued akan berimplikasi pada semakin mahalnya harga

barang impor dalam persepsi kurs mata uang domestik. Hal ini akan berdampak

pada semakin berkurangnya daya beli importir dalam pemenuhan kebutuhan

produknya. Sebaliknya, jika terjadi undervalued, maka bagi eksportir hal tersebut

akan dapat mengurangi laba yang diterimanya dari produk yang laku di pasar

internasional.

Di samping itu, tingkat ekspor akan meningkatkan jumlah barang dan jasa

yang diinginkan oleh masyarakat di dalam negeri (permintaan masyarakat) dan

sebaliknya impor akan menurunkan permintaan masyarakat di dalam negeri.

Misalnya saja, jika terjadi penurunan kurs Rupiah terhadap Dollar AS maka harga

Page 31: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

barang ekspor lebih murah di AS sehingga ekspor Indonesia akan cenderung

meningkat dan sebaliknya harga barang dari AS relatif lebih mahal dan impor

Indonesia akan cenderung menurun. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa

besarnya ekspor sangat ditentukan oleh kurs mata uang suatu negara yang

bersangkutan. Oleh karena itu, penurunan kurs mata uang domestik (Indonesia)

akan cenderung meningkatkan ekspor Indonesia, demikian sebaliknya. Hal inilah

yang menandakan bahwa terdapat hubungan antara ekspor terhadap pergerakan

kurs mata uang suatu negara.

2.4.4 Hubungan Nilai Impor terhadap Kurs

Menurut Nopirin dalam Triyono (2008) di dalam pasar bebas perubahan

kurs tergantung pada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan dan

penawaran valuta asing dimana valuta asing diperlukan guna melakukan impor.

Makin tinggi pertumbuhan pendapatan makin besar pula kemampuan untuk impor

makin besar pula permintaan valuta asing. Kurs valuta asing cenderung meningkat

dan harga mata uang sendiri turun. Demikian juga inflasi akan menyebabkan

impor naik dan ekspor turun kemudian akan menyebabkan kurs naik.

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian dari Imam Mukhlis (2011) yang meneliti bagaimana volalitas

kurs Rupiah terhadap US Dollar , dimana hasil studinya menemukan bahwa kurs

Rupiah sebelum krisis ekonomi tahun 1997/1998 masih relatif stabil karena sistem

kurs yang dianut masih sistem kurs mengambang terkendali (managed floating

exchange rate system). Dalam konteks ini intervensi dari otoritas moneter sangat

dominan dalam menjaga pergerakan nilai tukar mata uang Rupiah terhadap Dollar

Page 32: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

Amerika (US Dollar) agar tidak terlalu volatil. Namun demikian periode setelah

krisis ekonomi menunjukkan adanya pergerakan nilai tukar mata uang Rupiah

terhadap Dollar Amerika yang semakin volatil. Kondisi nilai tukar mata uang

setelah krisis ekonomi tahun 1997/1998 menunjukkan nilai tukar mata uang

Rupiah yang mengalami depresiasi terhadap mata uang Dollar Amerika (US

Dollar) dibandingkan dengan periode sebelum krisis ekonomi.

Hal yang sama juga disimpulkan oleh Almizan Ulfa (2003) yang meneliti

volalitas kurs Rupiah pada periode krisis dan pasca krisis, yakni tahun 1997-2003.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor fundamental

yang mempengaruhi puncak depresiasi kurs Rupiah saat krisis yakni suku bunga,

jumlah uang beredar dan neraca pembayaran. Selama periode penelitian, kurs

mengalami kenaikan dan penurunan, dan kondisi kurs pasca krisis kembali

menguat sebesar 62 persen pada masa kepemimpinan presiden Habibie.

Kondisi tersebut juga didukung oleh hasil penelitian Adek Laksmi Oktavia,

dkk (2013). Hasil empirisnya menunjukkan bahwa variabel jumlah uang beredar,

pendapatan Indonesia, suku bunga domestik, inflasi dan neraca perdagangan

secara bersama – sama berpengaruh signifikan terhadap volalitas kurs Rupiah.

Sementara itu, secara parsial jumlah uang beredar berpengaruh signifikan dan

positif terhadap kurs di Indonesia. Pendapatan Indonesia dan inflasi berpengaruh

signifikan dan positif terhadap kurs di Indonesia, suku bunga domestik

berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kurs di Indonesia, sedangkan Neraca

perdagangan tidak berpengaruh signifikan dan memiliki hubungan yang negatif

terhadap kurs di Indonesia.

Page 33: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

Di samping itu, Adwin Surja Atmadja (2002) juga meneliti dan

menganalisis tentang hubungan nilai tukar (kurs) Rupiah dengan berbagai variabel

faktor non-ekonomi dan ekonomi (seperti tingkat inflasi, suku bunga, jumlah uang

beredar; pendapatan nasional di Indonesia dan Amerika Serikat, serta posisi

neraca pembayaran internasional Indonesia) yakni setelah diterapkannya sistem

kurs mengambang bebas (free floating exchange rate system)di Indonesia. Hasil

kajiannya menunjukkan bahwa hanya variabel jumlah uang beredar yang

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pergerakan nilai tukar Rupiah

terhadap Dollar Amerika, sedangkan variabel – variabel yang lainnya tidak

memiliki pengaruh terhadap nilai tukar Rupiah setelah berlakunya sistem kurs

mengambang bebas di Indonesia.

Sementara itu dengan metode ECM, Triyono (2008) menemukan bahwa

inflasi, SBI dan impor mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kurs,

sedangkan jumlah uang beredar mempunyai arah negatif terhadap kurs pada α = 5

persen. Di samping itu,dari hasil studinya juga ditemukan bahwa inflasi, impor,

SBI, dan jumlah uang beredar tidak berkointegrasi terhadap kurs selama kurun

waktu penelitian. Berbeda dengan hal di atas, penelitian yang dilakukan oleh Jae-

Kwang Hwang (2013), yakni dengan menggunakan model pendekatan moneter

Sticky Price, menemukan adanya hubungan fundamental ekonomi dengan nilai

tukar Dollar US Dollar dan Dollar Kanada dan mencoba meramalkan secara

dinamis laju pergerakan kurs Dollar tersebut.

Bertolak dari uraian di atas, maka perlu dilakukan kajian tentang perilaku

kurs pada kurs mengambang bebas dengan memasukkan variabel fundamental

Page 34: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

ekonomi yang mempengaruhi laju pergerakan kurs, seperti variabel inflasi, BI

rate, ekspor dan impor Indonesia dengan menggunakan uji kausalitas dan

kointegrasi.

2.6 Kerangka Konseptual

Perkembangan nilai tukar atau kurs sangat terkait dengan sisi makro

ekonomi maupun kondisi politik dan keamanan di dalam negeri. Ada beberapa

faktor fundamental atau makro ekonomi yang sangat mempengaruhi volalitas

pergerakan nilai tukar tersebut, diantaranya adalah inflasi, BI rate, ekspor dan

impor Indonesia yang dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 :

Kerangka Konseptual 2.7 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulis menemukan hipotesis

sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan kausalitas dan kointegrasi antara variabel inflasi Indonesia

dengan fluktuasi kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat pada periode

sistem kurs mengambang bebas, yakni tahun 1997-2012.

Inflasi Indonesia

BI

Rate

Ekpor Indonesia

Nilai Tukar (Kurs) Rupiah terhadap USD

Apresiasi

Depresiasi

Impor Indonesia

Page 35: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

2. Terdapat hubungan kausalitas dan kointegrasi antara variabel BI rate dengan

fluktuasi kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat pada periode sistem

kurs mengambang bebas, yakni tahun 1997-2012.

3. Terdapat hubungan kausalitas dan kointegrasi antara variabel ekspor Indonesia

dengan fluktuasi kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat pada periode

sistem kurs mengambang bebas, yakni tahun 1997-2012.

4. Terdapat hubungan kausalitas dan kointegrasi antara variabel impor Indonesia

dengan fluktuasi kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat pada periode

sistem kurs mengambang bebas, yakni tahun 1997-2012.

Page 36: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup dan Jenis Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah menyelidiki ada tidaknya hubungan

kausalitas dan kointegrasi antara variabel inflasi, BI rate, ekspor dan impor

dengan kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat selama periode kurs

mengambang bebas, yakni data kuartalan selama periode 1997-2012. Sedangkan

jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kuantitatif.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data time series (kuartalan) yang bersifat

kuantitatif yaitu data-data yang berbentuk angka-angka dan sumber datanya

diperoleh dari Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS), World Bank dan

International Financial Statistic.

3.3 Batasan Operasional

Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian hanya berfokus

mengidentifikasi dan menganalisis keberadaan hubungan kausalitas dan

kointegrasi antara variabel inflasi, BI rate, ekspor dan impor dengan variabel kurs

pada tahun 1997-2012

3.4 Defenisi Operasional Variabel

1. Kurs adalah harga mata uang Indonesia (Rupiah) terhadap mata uang Amerika

Serikat (US Dollar) yang dinyatakan dalam satuan Rp/US Dollar.

2. Inflasi adalah inflasi yang terjadi di Indonesia yang didasarkan pada Consumer

Price Index (CPI) dalam bentuk persen (%).

Page 37: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

3. BI rate adalah tingkat suku bunga Bank Indonesia yang dijadikan acuan dalam

perbankan Indonesia yang dinyatakan dalam bentuk persen (%).

4. Ekspor adalah total barang dan jasa yang keluar negeri dan dinyatakan dalam

Dollar Amerika Serikat (US Dollar).

5. Impor adalah total barang dan jasa yang masuk ke dalam negeri (Indonesia)

dan dinyatakan dalam Dollar Amerika Serikat (US Dollar).

3.5 Metode dan Teknik Pengumpulan data

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan penelitian kepustakaan

(Library Research) yaitu tulisan-tulisan kepustakaan berupa tulisan ilmiah, jurnal,

buku referensi dan yang lainnya yang ada berkaitan dengan topik. Teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah melakukan pencatatan langsung.

3.6 Pengolahan Data

Penulis menggunakan program komputer eviews 6.0 untuk mengolah data

dalam penulisan skripsi ini. Selain itu juga digunakan software Microsoft Excel

sebagai software pembantu dalam mengkonversi data.

3.7 Model Analisis Data

Model analisis data yang digunakan dalam menganalisis data adalah model

ekonometrika, dengan beberapa uji yang dilakukan, yakni :

3.7.1 Uji Stasioneritas

Dalam berbagai studi ekonometrika, data time series sangat banyak

digunakan. Namun dibalik begitu pentingnya data tersebut, ternyata data time

series ‘menyimpan’ berbagai permasalahan. Salah satunya adalah autokorelasi,

yang merupakan penyebab yang mengakibatkan data menjadi tidak stasioner,

Page 38: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

sehingga bila distasionerkan maka autokorelasi akan hilang dengan sendirinya,

karena metode transformasi data untuk membuat data yang tidak stasioner

menjadi stasioner sama dengan tansformasi data untuk menghilangkan

autokorelasi.

Dengan kondisi seperti di atas, maka dapat diduga bahwa sangat banyak

metode dalam membuat model–model ekonometrika dengan data time series yang

mengharuskan kita menggunakan data yang stasioner. Jadi, dapatlah dimengerti

mengapa stasioneritas menjadi masalah pentingnya dalam analisis data time

series.

Sekumpulan data dinyatakan stasioner jika nilai rata – rata dan varian dari

data time series tersebut tidak mengalami perubahan secara sistematik sepanjang

waktu, atau sebagian ahli menyatakan rata – rata dan variannya konstan. Adapun

data stasioner disebabkan oleh metode estimasi yang digunakan. Misalnya regresi,

yang dapat memberikan dampak kurang baiknya model yang diestimasi akibat

autokorelasi dan heterokedastisitas. Mengingat tidak stasionernya data

mempunyai sifat seperti salah satu atau kedua hal tersebut, maka tentunya tidak

stasionernya data akan mengakibatkan pula kurang baiknya model yang

diestimasi.

Dalam menguji stasioneritas data, penulis menggunakan uji akar unit yang

diperkenalkan David Dickey dan Wayne Fuller. Untuk lebih mempermudah

pemahaman dari pengujian akar unit, dimulai dari persamaan berikut :

Yt = 𝜌 Y t-1 + µt -1≤ 𝜌 ≤ 1 …………………………… (1)

Page 39: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

Dimana µt adalah white noise error term. Jika nilai 𝜌= 1, dalam kasus uji

akar unit, persamaan di atas menjadi random walk yang artinya data tidak

stasioner. Selanjutnya dalam proses pengujian akar unit, dilakukan manipulasi

yaitu dengan mengurangkan masing-masing sisi (kiri dan kanan) dari persamaan

di atas dengan Yt-1 sehingga diperoleh persamaan :

Yt – Yt-1 = 𝜌Yt-1 - Yt-1 + µt................................................. (2)

Yt – Yt-1 = (𝜌 − 1) Yt-1 +µt................................................ (3)

Secara alternatif juga dapat ditulis sebagai berikut :

∆𝑌t = 𝛿Yt-1 + µt................................................................. (4)

Dimana 𝛿 (𝜌 − 1) dan tanda ‘∆’ menunjukkan simbol pembedaan pertama

(first difference).

Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis:

H0 : 𝛿 = 0

H1 : 𝛿 ≠ 1

Jika tidak menolak hipotesis nol, berarti 𝛿 = 0, berarti 𝛿 = 0, maka nilai 𝜌 = 1.

Artinya data yang dianalisis memiliki unit root. Hal ini dapat disimpulkan bahwa

data runtun waktu Yt adalah tidak stasioner. Dalam menganalisis menggunakan

hipotesis seperti di atas, Dickey Fuller menggunakan uji t terhadap hipotesisnya,

yang mengikuti statistik 𝜏(tau). Statistik ini kemudian dikembangkan lebih lanjut

oleh Mckinnon.

Page 40: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

3.7.2 Penentuan Lag Lenght

Salah satu permasalahan yang terjadi dalam uji stasioneritas adalah

penentuan lag optimal. Haris dalam Shochrul Ajija, dkk (2011) menjelaskan

bahwa jika lag yang digunakan dalam uji stasioneritas terlalu sedikit, maka

residual dari regresi tidak akan menampilkan proses white noise sehingga model

tidak dapat mengestimasi actual error secara tepat. Namun, jika memasukkan

terlalu banyak lag, maka dapat mengurangi kemampuan untuk menolak H0 karena

tambahan parameter yang terlalu banyak akan mengurangi derajat bebas.

3.7.3 Uji Kointegrasi

Kadang kala dijumpai dua variabel random yang masing –masing

merupakan tidak stasioner, tetapi kombinasi linier antara dua variabel tersebut

merupakan time series yang stasioner. Misalkan : Xt dan Yt masing – masing

tidak stasioner, tetapi Zt = Xi – 𝛼𝑌𝑡, merupakan time series yang stasioner. Pada

kondisi seperti ini, Xt dan Yt dikatakan berkointegrasi dan 𝛼 disebut parameter

kointegrasi. Dalam ekonometrika, variabel yang saling berkointegrasi

menggambarkan keadaan keseimbangan jangka panjang. Variabel bebas dan

variabel terikat dapat berkointegrasi pada derajat integrasi nol atau I(0) dan dapat

juga berkointegrasi pada derajat integrasi satu atau I(1). Oleh karena itu, suatu

regresi yang variabel-variabelnya tidak stasioner pada level (derajat nol) bukan

berarti regresi yang dihasilkan adalah regresi lancung (spurious regression).

Dapat saja terjadi ketika masing-masing variabel dilakukan pembedaan pertama

(first difference), kedua variabel sudah stasioner dan keduanya dapat saja saling

berkointegrasi.

Page 41: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

3.7.4 Uji Kausalitas Granger

Uji ini pada intinya mengindikasikan apakah suatu variabel mempunyai

hubungan dua arah atau hanya satu arah saja. Tetapi perlu diingat bahwa pada uji

Granger yang dilihat adalah pengaruh masa lalu terhadap kondisi sekarang

sehingga data yang digunakan adalah data time series. Sebagai contoh sering

terjadi perdebatan apakah fluktuasi kurs yang menyebabkan terjadinya inflasi

yang tinggi atau sebaliknya, inflasi yang menyebabkan fluktuasi kurs dalam kurun

waktu tertentu. Untuk melihat arah hubungan dari kedua variabel tersebut, maka

perlu dilakukan Uji Kausalitas Granger. Model yang dapat dibentuk dari keadaan

di atas adalah :

Kurs t = ∑ αi It-i + ∑βj Kurst-j +µit..................................... (5)

It = ∑ ∅i It-1 + ∑𝛾j Kurst-j + µ2t............................................... (6)

Persamaan di atas menunjukkan bahwa Inflasi sekarang berhubungan

dengan nilai-nilai masa lalu Inflasi itu sendiri dan juga oleh nilai-nilai masa lalu

dari Kurs. Sementara itu, pada persamaan yang kedua, bahwa Kurs saat ini

berhubungan dengan nilainya di masa lalu, dan juga Inflasi. Dari kedua

persamaan tersebut, kita dapat membedakan 4 keadaan hubungan, yakni :

1. Kausalitas searah antara Inflasi ke Kurs, jika

∑αi ≠ 0 dan ∑𝛾i = 0

2. Kausalitas searah antara Kurs ke Inflasi, jika

∑𝛾i ≠ 0 dan ∑αi = 0

3. Kausalitas bilateral (dua arah) antara Inflasi dan Kurs, jika

∑αi ≠ 0 dan ∑𝛾i ≠ 0

Page 42: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

4. Tidak saling berhubungan (independen), jika

∑αi = 0 dan ∑𝛾i = 0

Langkah – langkah yang perlu dilakukan untuk menjalankan uji Kausalitas

Granger adalah :

1. Rumuskan hipotesis nol untuk regresi pertama, yaitu H0 = Inflasi tidak

menyebabkan fluktuasi kurs atau ∑αi = 0

2. Lakukan regresi penuh (unrestricted), inflasi terhadap lag kurs dan juga

variabel-variabel lain. Dari regresi tersebut akan diperoleh Sum Square of

Error (SSE) penuh.

Kurs t = ∑ αi It-i + ∑βj Kurst-j +µit………………………. (7)

3. Lakukan juga regresi terbatas (restricted), kurs terhadap semua lag kurs saja.

Dari regresi ini akan diperoleh Sum Square of Error terbatas.

Kurs t = ∑βj Kurst-j +µit………………………………… (8)

4. Lakukan uji F :

F =(𝑆𝑆𝐸𝑟−𝑆𝑆𝐸 𝑢𝑟 )/𝑚𝑆𝑆𝐸 𝑢𝑟/ (𝑛−𝑘)

Dimana m adalah jumlah parameter model terbatas dan k adalah jumlah

parameter pada regresi penuh dan n adalah jumlah data (observasi).

5. Bila nilai Fhitung > Ftabel berarti H0 ditolak yang artinya bahwa variabel Inflasi

mempengaruhi Kurs serta dengan cara yang sama juga akan ditemukan apakah

BI rate, Ekspor dan Impor berpengaruh terhadap Kurs.

Page 43: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Periodisasi Sistem Kurs di Indonesia

Sejak tahun 1970 sampai dengan sekarang, negara Indonesia telah

menerapkan tiga sistem nilai tukar (kurs), yaitu sistem kurs tetap, sistem kurs

mengambang terkendali, dan sistem kurs mengambang bebas, yang dapat dilihat

periodisasinya dari tabel di bawah ini:

Tabel 4.1 Perkembangan Sistem Kurs di Indonesia

Periode Sistem kurs yang dianut

Tahun 1964- 14 November 1978 Kurs tetap (fixed exchange rate) 15 November 1978 – 13 Agustus 1997

Kurs mengambang terkendali (managed floating exchange rate)

14 Agustus 1997 s/d sekarang Kurs mengambang bebas (free floating exchange rate)

Sumber : Bank Indonesia

Dari tabel di atas dapat ditunjukkan bahwa sistem kurs tetap berlaku sejak

tahun 1964 sampai dengan tahun 14 November 1978 dimana pemerintah melalui

Bank Indonesia menetapkan secara resmi kurs agar tetap konstan walaupun dapat

berfluktuasi dalam batasan yang sempit. Namun, jika dalam sistem kurs tetap ini

terjadi fluktuasi kurs yang tajam dan signifikan, maka Bank Indonesia akan

melakukan intervensi untuk mengendalikan kurs. Sistem kurs yang kedua adalah

sistem kurs mengambang terkendali yang berlaku sejak 15 November 1978

sampai dengan 13 Agustus 1997 dimana pada sistem ini kurs ditentukan oleh

mekanisme pasar dan intervensi Bank Indonesia untuk mengendalikan fluktuasi

kurs apabila kurs melampaui batas atas dan bawah dari yang ditetapkan oleh

Page 44: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

Bank Indonesia. Sistem yang terakhir adalah sistem kurs mengambang bebas

yang dimulai dari tanggal 14 Agustus 1997 sampai dengan sekarang dimana di

dalam sistem ini kurs bebas bergerak tanpa ada campur tangan pemerintah atau

Bank Indonesia. Adapun ketiga periode sistem kurs tersebut dapat dijelaskan lebih

lanjut dalam keterangan di bawah ini :

4.1.1 Penerapan Sistem Kurs Tetap (Fixed Exchange Rate System)

Sistem nilai tukar (kurs) tetap berlaku di Indonesia dengan diberlakukannya

Undang – Undang No.32 tahun 1964 yang menetapkan kurs Rupiah menjadi

sebesar Rp250/US Dollar. Dalam sistem ini, kurs Rupiah ditetapkan berdasarkan

nilai kurs mata uang asing seperti Dollar AS (USD) di pasar internasional. Pada

sistem ini terdapat sistem kontrol devisa yang dilakukan pemerintah untuk

menjamin para eksportir untuk menjual valuta asing yang dimilikinya ke Bank

Indonesia. Namun, sistem ini membawa dampak bagi negara kita, yakni bahwa

Bank Indonesia harus mampu memenuhi kebutuhan pasar valuta asing bagi bank

komersial maupun masyarakat. Berbicara tentang sistem ini, Indonesia pernah

melakukan devaluasi kurs tetapnya pada saat kurs mengalami overvalued yang

dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.2 Tahap Devaluasi Kurs Rupiah selama Sistem Kurs Tetap

Sumber : Bank Indonesia

Tahap Devaluasi Sistem Kurs Tetap Periode

Kurs Awal (Rp/US Dollar)

Kurs Akhir (Rp/US Dollar)

Devaluasi I 17 April 1970 250 378 Devaluasi II 23 Agustus 1971 378 415 Devaluasi III 15November 1978 415 625

Page 45: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

Dari tabel dapat dilihat bahwa devaluasi pertama saat kurs tetap dilakukan

oleh pemerintah yakni pada tanggal 17 April 1970 dimana Indonesia mengubah

kurs tetapnya dari posisi Rp 250/US Dollar menjadi Rp 378/US Dollar. Namun,

pada tanggal 23 Agustus 1971 dilakukan devaluasi kedua yakni nilai kurs berubah

menjadi Rp 415/US Dollar serta pada tanggal 15 November 1978 devaluasi

ketiga dilakukan dengan menaikkan kurs Rupiah ke level Rp 625/US Dollar.

Adapun tindakan devaluasi kurs Rupiah terhadap Dollar AS tersebut biasanya

dilakukan karena impor barang dari Amerika Serikat yang meningkat sehingga

permintaan terhadap Dollar Amerika Serikat (US Dollar) juga meningkat. Di

sinilah diperlukan intervensi pemerintah dalam mengatasi agar nilai kurs Rupiah

terhadap Dollar tetap sehingga pemerintah melalui Bank Indonesia menjual

cadangan Dollar Amerika Serikat dan dengan demikian kurs akan kembali stabil.

Intervensi yang dilakukan pemerintah itulah yang kemudian dikatakan sebagai

tindakan meredam kurs dalam menghadapi perubahan kurs yang disebabkan

kekuatan permintaan dan penawaran valuta asing. Oleh karena itu, pemerintah

perlu menjual persediaan mata uangnya ketika terjadi kelebihan permintaan dan

membeli kelebihan penawaran jika terjadi kelebihan penawaran.

4.2.2 Penerapan Sistem Kurs Mengambang Terkendali (Managed Floating

Exchange Rate System)

Sistem ini dimulai dengan ditetapkannya kebijakan devaluasi Rupiah pada

tahun 1978 sebesar 33 persen dimana kurs Rupiah diambangkan terhadap

beberapa mata uang negara-negara mitra dagang utama Indonesia. Pada sistem ini,

Bank Indonesia menetapkan kurs indikasi dan melakukan intervensi bila kurs

Page 46: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

Rupiah mengalami fluktuasi yang tajam (di atas atau di bawah level yang telah

ditetapkan). Adapun intervensi pemerintah pada sistem ini dilakukan secara

langsung (misalnya menjual atau membeli valuta asing) dan tidak langsung

(menaikkan atau menurunkan suku bunga) sehingga mengakibatkan fluktuasi kurs

Rupiah selama periode sistem kurs mengambang terkendali yang dapat dilihat

pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.3 Perkembangan Kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika periode Sistem

Kurs Mengambang Terkendali

Periode Kurs

Periode Kurs

(Rp/US Dollar) (Rp/US Dollar)

1978 Q4 625 1988 Q2 1688

1979 Q1 623.5 1988 Q3 1706

1979 Q2 625.75 1988 Q4 1731

1979 Q3 625.5 1989 Q1 1756

1979 Q4 627 1989 Q2 1773

1980 Q1 629 1989 Q3 1783

1980 Q2 625.25 1989 Q4 1797

1980 Q3 625.75 1990 Q1 1823

1980 Q4 626.75 1990 Q2 1844

1981 Q1 628 1990 Q3 1864

1981 Q2 631.25 1990 Q4 1901

1981 Q3 633.75 1991 Q1 1932

1981 Q4 644 1991 Q2 1954

1982 Q1 651.75 1991 Q3 1968

1982 Q2 657.25 1991 Q4 1992

1982 Q3 671.25 1992 Q1 2017

1982 Q4 692.5 1992 Q2 2033

1983 Q1 702.5 1992 Q3 2038

1983 Q2 974 1992 Q4 2062

1983 Q3 982 1993 Q1 2071

1983 Q4 994 1993 Q2 2088

1984 Q1 1000 1993 Q3 2108

Page 47: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

1984 Q2 1014 1993 Q4 2110

1984 Q3 1059 1994 Q1 2143

1984 Q4 1074 1994 Q2 2160

1985 Q1 1102 1994 Q3 2181

1985 Q2 1118 1994 Q4 2200

1985 Q3 1121 1995 Q1 2219

1985 Q4 1125 1995 Q2 2246

1986 Q1 1125 1995 Q3 2275

1986 Q2 1131 1995 Q4 2308

1986 Q3 1633 1996 Q1 2337

1986 Q4 1641 1996 Q2 2342

1987 Q1 1644 1996 Q3 2340

1987 Q2 1648 1996 Q4 2383

1987 Q3 1650 1997 Q1 2419

1987 Q4 1650 1997 Q2 2450

1988 Q1 1660 Sumber :International Financial Statistic

Dari tabel dapat dilihat bahwa setelah dianutnya sistem kurs tersebut, kurs

mengalami depresiasi di setiap tahunnya walaupun pergerakan kurs tersebut

masih tergolong stabil karena masih berada di level Rp 625/US Dollar sampai

dengan Rp 2.450/US Dollar. Namun, dari kondisi perkembangan kurs tersebut

saat tersebut masih tergolong stabil karena masih dikendalikan oleh Bank

Indonesia dan memakai devisa untuk menutupi depresiasi kurs Rupiah supaya

nilai kurs Rupiah bergerak tidak merosot terlalu jauh di pasar valuta.

4.1.3 Penerapan Sistem Kurs Mengambang Bebas (Free Floating Exchange

Rate System)

Sistem ini mulai diberlakukan sejak tanggal 14 Agustus 1997 sampai dengan

saat ini. Sistem ini diberlakukan karena semakin melemahnya kurs Rupiah

terhadap US Dollar sejak krisis ekonomi Indonesia di pertengahan Juli 1997

Page 48: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

sehingga mengakibatkan pemerintah melakukan intervensi untuk mengamankan

cadangan devisa yang terus berkurang pada saat krisis tersebut dengan

mengambangkan nilai Rupiah. Dengan diberlakukannya sisitem ini,

dihapuskanlah rentang intervensi oleh Bank Indonesia sehingga kurs Rupiah

dibiarkan mengikuti mekanisme (kekuatan) pasar. Adapun laju pergerakan kurs

Rupiah terhadap Dollar Amerika dapat dilihat dari tabel di bawah ini :

Tabel 4.4 Perkembangan Kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika periode Kurs

Mengambang Bebas

Periode Kurs

Periode Kurs

(Rp/US Dollar) (Rp/US Dollar)

1997 Q3 3275 2005 Q2 9713

1997 Q4 4650 2005 Q3 10310

1998 Q1 8325 2005 Q4 9830

1998 Q2 14900 2006 Q1 9075

1998 Q3 10700 2006 Q2 9300

1998 Q4 8025 2006 Q3 9235

1999 Q1 8685 2006 Q4 9020

1999 Q2 6726 2007 Q1 9118

1999 Q3 8386 2007 Q2 9054

1999 Q4 7085 2007 Q3 9137

2000 Q1 7590 2007 Q4 9419

2000 Q2 8735 2008 Q1 9217

2000 Q3 8780 2008 Q2 9225

2000 Q4 9595 2008 Q3 9378

2001 Q1 10400 2008 Q4 10950

2001 Q2 11440 2009 Q1 11575

2001 Q3 9675 2009 Q2 10225

2001 Q4 10400 2009 Q3 9681

2002 Q1 9655 2009 Q4 9400

2002 Q2 8730 2010 Q1 9115

2002 Q3 9015 2010 Q2 9083

2002 Q4 8940 2010 Q3 8924

2003 Q1 8908 2010 Q4 8991

Page 49: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

2003 Q2 8285 2011 Q1 8709

2003 Q3 8389 2011 Q2 8597

2003 Q4 8465 2011 Q3 8823

2004 Q1 8587 2011 Q4 9068

2004 Q2 9415 2012 Q1 9180

2004 Q3 9170 2012 Q2 9480

2004 Q4 9290 2012 Q3 9588

2005 Q1 9480 2012 Q4 9670 Sumber :International Financial Statistic

Dari tabel dapat dilihat bahwa sejak berlakunya sistem kurs ini, nilai kurs

bergerak sangat tajam dimana di awal tahun 1997, yakni kuartil pertama Rupiah

masih berada pada level Rp 2.419/US Dollar namun kemudian melonjak setelah

berlakunya sistem kurs mengambang bebas, yakni kuartil ketiga tahun 1997

dimana kurs Rupiah berubah menjadi Rp 3.275/US Dollar. Puncak depresiasi kurs

Rupiah berada pada level Rp 14.900/US Dollar, yakni pada periode kuartil kedua

tahun 1998 dimana krisis moneter masih merajalela di Indonesia. Kurs Rupiah

mulai stabil pada periode kuartil kedua tahun 1999, yakni pada level Rp 6.726/US

Dollar dan kemudian bergerak pada level Rp 8.000 sampai dengan Rp 10.000-an

hingga ke tahun 2007. Namun, akibat krisis global di Eropa tahun 2008 nilai kurs

Rupiah kembali bergejolak, yakni di kuartil ketiga di tahun tersebut Rupiah dinilai

sebesar Rp 10.950/US Dollar yang kemudian bergerak di kuartil pertama tahun

2009 ke level Rp 11.575/US Dollar dan kuartil kedua Rupiah kembali menguat

menjadi Rp 10.225/ US Dollar yang kemudian kembali stabil ke level Rp 8.000

sampai dengan Rp 9.000-an per 1 US Dollar hingga ke akhir tahun 2012.

Adapun dalam sistem ini, pemerintah tidak perlu menyediakan devisa untuk

mengendalikan kurs Rupiah serta pada saat ini tidak akan terjadi surplus atau

defisit neraca pembayaran karena mekanisme pasar akan segera menyeimbangkan

Page 50: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

surplus atau defisit neraca pembayaran tersebut. Namun, sejak diberlakukan

sistem kurs ini, kurs Rupiah terhadap US Dollar mudah sekali berubah – ubah

sehingga menimbulkan ketidakpastiaan transaksi perdagangan internasional

sehingga sangat mempengaruhi nilai ekspor dan impor di Indonesia.

4.2 Kondisi Perkembangan Kurs Rupiah terhadap Dollar AS

Pada tahun 1997 kurs Bath Thailand terhadap Dollar AS mengalami

goncangan akibat para investor asing mengambil keputusan “jual”, karena tidak

percaya lagi terhadap prospek perekonomian dan ketidakstabilan politik negara

Thailand. Untuk mempertahankan nilai kurs Bath agar tidak jatuh terus, Thailand

melakukan intervensi yang didukung oleh Bank Sentral Singapura dan

membebaskan kurs Bath dari ikatan Dollar AS sehingga mengakibatkan nilai Bath

terdepresiasi sekitar 15 – 20 persen hingga mencapai nilai terendah, yakni 28,20

Bath per Dollar AS. Pada 1997, sebenarnya kondisi ekonomi di Indonesia tampak

jauh dari krisis dan saat itu tingkat inflasi Indonesia lebih rendah serta nilai kurs

Rupiah terhadap Dollar AS menguat sehingga banyak perusahaan di Indonesia

meminjam uang dalam bentuk Dollar AS.

Namun, krisis moneter yang terjadi di Thailand ini, ternyata mampu

mengakibatkan Indonesia dan beberapa negara Asia, seperti Filipina, Korea dan

Malaysia yang mengalami krisis keuangan. Di Indonesia sendiri, yakni sekitar

bulan Agustus 1997 terjadi depresiasi kurs Rupiah dimana kurs Rupiah terhadap

Dollar AS melemah dari Rp 2.450 menjadi Rp 3.725/US Dollar. Sejak saat itu,

posisi mata uang Indonesia mulai tidak stabil, tatanan perbankan nasional kacau

dan cadangan devisa semakin menipis. Perusahaan yang tadinya banyak

Page 51: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

meminjam Dollar Amerika (ketika nilai tukar Rupiah kuat terhadap US Dollar),

kini sibuk memburu atau membeli Dollar Amerika untuk membayar bunga

pinjaman mereka yang telah jatuh tempo, dan harus dibayar dengan Dollar

Amerika sehingga nilai kurs Rupiah pun semakin mengalami fluktuasi.

Menanggapi fluktuasi kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika tersebut, pada

bulan Juli 1997 Bank Indonesia melakukan empat kali intervensi dengan

memperlebar rentang intervensi. Namun pengaruhnya tidak banyak karena nilai

Rupiah dalam Dollar Amerika terus tertekan. Tanggal 13 Agustus 1997 Rupiah

mencapai nilai terendah hingga saat itu, yakni dari Rp 2.655 menjadi Rp 2.682/

US Dollar. Bank Indonesia akhirnya menghapuskan rentang intervensi sehingga

Rupiah turun ke Rp 2.755/ US Dollar. Tetapi terkadang nilai Rupiah juga

mengalami penguatan beberapa poin. Misalnya, pada bulan Maret 1988, nilai

Rupiah mencapai Rp 10.550 untuk satu Dollar AS, walaupun sebelumnya, antara

bulan Januari dan Februari sempat menembus Rp 11.000 Rupiah/US Dollar.

Selama periode Agustus 1997-1998, nilai kurs Rupiah terhadap US

Dollarterendah terjadi pada bulan Juli 1998, yakni mencapai nilai antara Rp14.000

dan Rp 15.000 per US Dollar. Sedangkan dari bulan September 1998 hingga Mei

1999, perkembangan kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika berada pada nilai

antara Rp 8.000 dan Rp 11.000 per US Dollar. Selama periode 1 Januari 1998

hingga 5 Agustus 1998, depresiasi kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika adalah

yang paling tinggi dibandingkan dengan mata uang negara-negara Asia lainnya

yang juga mengalami depresiasi terhadap Dollar Amerika selama periode tersebut.

Sebagai konsekuensinya, Bank Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1997 terpaksa

Page 52: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

membebaskan kurs Rupiah terhadap valuta asing atau diberlakukannya sistem

kurs mengambang bebas. Dengan demikian dalam sistem ini, Bank Indonesia

tidak melakukan intervensi lagi di pasar valuta asing, sehingga nilai tukar

ditentukan oleh kekuatan pasar.

Namun, dengan berlakunya sistem kurs tersebut, ternyata tidak dapat

menghindari krisis moneter yang mengganggu stabilitas perekonomian dan

bahkan mampu melumpuhkan seluruh sendi-sendi kehidupan bangsa Indonesia

serta mengakibatkan krisis kepercayaan masyarakat yang kemudian membuat

sehingga Bank Indonesia tak mampu bekerja untuk menstabilkan kurs Rupiah.

Kondisi tersebut akhirnya mengakibatkan meningkatnya permintaan Dollar

Amerika untuk membayar utang dan kerapuhan faktor fundamental ekonomi

seperti inflasi, BI rate, ekspor dan impor di Indonesia. Dari data Badan Pusat

Statistik menunjukkan laju inflasi hingga kuartil ke-2 tahun 1998 sudah mencapai

4,64 persen, BI rate yang pada awal sistem kurs mengambang bebas atau di

kuartil ke-3 tahun 1997 masih berada pada level 44,50 persen kemudian naik

menjadi 66,31 persen dan merangkak naik lagi sekitar 74,18 persen pada kuartil

ke-3 tahun 1998. Di sisi lain, sektor ekspor yang diharapkan bisa menjadi

penyelamat di tengah krisis, ternyata sama terpuruknya dan tak mampu

memanfaatkan momentum depresiasi Rupiah, akibat beban utang, ketergantungan

besar pada komponen impor, dan persaingan ketat di pasar global. Adapun selama

akhir periode 1997 hingga awal 1998, ekspor anjlok sekitar 93,63 persen

sementara impor barang dari luar negeri ke Indonesia meningkat tajam hingga

72,29 persen.

Page 53: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

Bertolak dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa nilai kurs Rupiah

terhadap US Dollar periode sebelum krisis 1997/1998 relatif stabil pada kisaran

Rp 2.000/US Dollar – Rp 3.000/US Dollar karena saat itu kita masih menganut

sistemkurs mengambang terkendali (managed floating exchange rate system).

Namun akibat krisis ekonomi tahun 1997-1998, depresiasi kurs Rupiah, serta

semakin menipisnya cadangan devisa kita, akhirnya Indonesia kemudian

menganut sistem sistem kurs mengambang bebas (free floating exchange rate

system), dimana selama periode kurs mengambang bebas tersebut (tahun 1997-

2012), terjadi pergerakan yang cukup signifikan dari volalitas kurs Rupiah

terhadap US Dollar, yang dapat diperhatikan dari gambar laju pergerakan kurs

Rupiah di bawah ini :

Sumber : International Financial Statistic, diolah

Gambar 4.1 Perkembangan Nilai Kurs Rupiah/US Dollar

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

Perio

de19

97 Q

319

98 Q

219

99 Q

119

99 Q

420

00 Q

320

01 Q

220

02 Q

120

02 Q

420

03 Q

320

04 Q

220

05 Q

120

05 Q

420

06 Q

320

07 Q

220

08 Q

120

08 Q

420

09 Q

320

10 Q

220

11 Q

120

11 Q

420

12 Q

3

Page 54: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

Dari data dapat dilihat bahwa semenjak berlakunya sistem kurs mengambang

bebas, yakni Agustus 1997 (1997 Q3), nilai Rupiah mengalami naik turun yang

signifikan dan selalu berada di level Rp 2.000 sampai Rp dengan 10.000-an untuk

1 US Dollar. Dari data juga dapat dilihat bahwa level terendah selama periode

penelitian adalah pada tahun 1997 Q3 dengan nilai kurs Rupiah Rp 2.419/US

Dollar dan level tertinggi berada pada tahun 1998 Q2 dengan nilai Rp 14.700/US

Dollar dengan persentase kenaikannya 78,97 persen dari kuartil sebelumnya. Hal

tersebut menunjukkan bahwa memang di periode 1998 Q2 merupakan periode

dengan situasi perekonomian Indonesia yang sangat kacau - balau ditambah

dengan gangguan stabilitas politik dan keamanan yang cukup parah.

Dari fluktuasi kurs Rupiah di atas juga menunjukkan bahwa adanya

ketidakpastian di sektor moneter dalam perekonomian Indonesia selama periode

tersebut. Ketidakpastian di sektor moneter ini dapat berdampak pada depresiasi

kurs dimana dalam terdapat gejolak eksternal yang terjadi yang membuat Bank

Indonesia harus segera merespon sesuai dengan kondisi pasar. Jika gejolak

eksternal yang ada tidak mendapatkan respon dari Bank Indonesia, maka hal

tersebut dapat berdampak pada kegiatan perekonomian domestik. Hal tersebut

dapat dilihat dari kondisi krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang memberikan

gambaran nyata akan gejolak eksternal yang terjadi dapat dengan cepat

mempengaruhi fundamental perekonomian melalui jalur kurs, tingkat bunga dan

inflasi. Oleh karena itu, diperlukan upaya intervensi Bank Indonesia dalam

menjaga nilai kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat (Rp/US Dollar) agar

Page 55: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

tidak keluar dari interval kurs yang telah ditetapkannya. Hal tersebutlah yang

selalu dilakukan oleh Bank Indonesia sehingga kurs Rupiah setelah krisis tahun

1997/1998 yang walaupun berfluktuasi, namun masih berada di level Rp 8.000-

9.000-an untuk 1 US Dollar hingga akhir tahun 2012.

4.3 Pergerakan Tingkat Inflasi terhadap Kurs Rupiah pada Periode 1997-

2012

Berikut adalah grafik persentase perubahan inflasi dengan kurs Rupiah selama

periode penelitian :

Page 56: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

Sumber : International Financial Statistic, diolah dengan Eviews 6

Gambar 4.2

Persentase Perubahan tingkat Inflasi dengan Kurs Rupiah

Dari grafik dapat dilihat bahwa pergerakan inflasi diiringi dengan

pergerakan Rupiah. Berdasarkan grafik tersebut ditunjukkan bahwa sejak pada

kenaikan di 1997 Q4 kenaikan inflasi masih sekitar 41,67 persen dan meningkat

sangat tajam sekitar 858,82 persen di periode 1998 kuartil ke-3, yang

mengakibatkan di sepanjang tahun 1997 – 1998 terjadi fluktuasi kenaikan kurs

yang sangat tajam pula. Sejak diberlakukan sistem kurs mengambang bebas, nilai

kurs Rupiah kemudian diambangkan dan terjadi fluktuasi inflasi pada level 2,04

This image cannot currently be displayed.

Page 57: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

persen pada periode tahun 1997 kuartil ke-4, yang naik tajam ke level 5,18 persen

di tahun 1998 kuartil pertama. Di samping itu, pada periode tersebut terjadi

depresiasi kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika yang cukup tajam. Hal tersebut

menunjukkan bahwa tidak membutuhkan waktu yang lama sejak diberlakukannya

sistem kurs mengambang bebas ini, maka tingkat inflasi meningkat tajam yang

kemudian disusul dengan penurunan kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika hingga

ke level Rp 14.900/ US Dollar. Walaupun, sejak tahun 2000 sampai dengan tahun

2012 tingkat inflasi kembali stabil hanya bergerak di level 0,5 persen - 1,91

persen, walaupun di tahun 2008 terjadi kenaikan inflasi ke level 2,46 persen

akibat terjadi krisis Global Eropa yang juga mempengaruhi kondisi makro

ekonomi di Indonesia, termasuk peningkatan inflasi di saat itu. Namun, hal

tersebut tidak membuat gejolak yang hebat pada tingkat inflasi Indonesia karena

inflasi masih berada di level 1 digit.

4.4 Pergerakan BI Rate terhadap Kurs Rupiah pada Periode 1997-2012

Berikut adalah grafik persentase perubahan BI rate dengan kurs Rupiah

selama periode penelitian :

Page 58: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

Sumber : International Financial Statistic, diolah dengan Eviews 6

Gambar 4.3 Persentase Perubahan BI rate dengan Kurs Rupiah

Di samping itu juga, BI rate juga memiliki pengaruh yang cukup besar

terhadap fluktuasi kurs Rupiah dimana persentase perubahan BI rate yang berubah

akan membuat depresiasi atau apresiasi kurs Rupiah. Dari data dapat dilihat

bahwa setelah berlakunya sistem kurs mengambang bebas di Indonesia BI rate

dan kurs Rupiah mengalami fluktuasi yang cukup tajam. Dari grafik tersebut

This image cannot currently be displayed.

Page 59: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

dapat dilihat bahwa pada saat krisis tahun 1997, BI rate masih berada di level 2,04

persen namun kemudian di tahun 1998 terjadi kenaikan dengan persentase

perubahan BI rate adalah 41,07 persen yang membuat BI rate berada pada level

57,92 persen dan bergerak lagi hingga tahun 1998 Q3, mencapai titik BI rate

tertinggi sepanjang periode sistem kurs mengambang bebas yakni 78,18 persen.

Kondisi tersebut merupakan persentase peningkatan terbesar dari BI rate dan

merupakan kondisi saat krisis moneter terjadi sehingga mengakibatkan nilai kurs

mengalami depresiasi yakni kurs Rupiah yang awalnya Rp 3225/US Dollar

menurun menjadi Rp 14.900/US Dollar di tahun 1998 dengan persentase

depresiasi sebesar 78,97 persen. Oleh karena itu, peranan Bank Indonesia sangat

diperlukan untuk mengatasi keadaan tersebut sehingga Bank Indonesia kemudian

memberlakukan sistem kurs mengambang bebas. Namun, dengan

diberlakukannya sistem tersebut, justru membuat nilai kurs Rupiah semakin

anjlok dan terdepresiasi pada level Rp 8.000 sampai dengan Rp 9.000-an untuk 1

US Dollar. Adapun pemberlakuan sistem kurs mengambang bebas tersebut juga

dilatarbelakangi oleh semakin menipisnya cadangan devisa dan meningkatnya

utang luar negeri Indonesia. Kemudian dalam periode selanjutnya, seperti tahun

2008 nilai kurs dan BI rate kembali stabil dan malah membaik dengan persentase

kenaikan kurs Rupiah hanya sebesar 0,086 persen, yang merupakan persentase

terendah dari kenaikan kurs Rupiah sejak berlakunya sistem kurs mengambang

bebas tersebut.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa inflasi dan BI rate memiliki

dampak pada nilai kurs dan stabillitas perekonomian Indonesia. Oleh karena itu,

Page 60: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

untuk menjaga stabiltas perekonomian Indonesia maka diperlukan instrumen

moneter (suku bunga domestik) yakni dengan menggunakan jalur nilai tukar

(kurs). Adapun dalam jalur kurs tersebut, pengetatan moneter dapat mendorong

peningkatan suku bunga yang kemudian akan mengakibatkan apresiasi kurs

Rupiah karena meningkatnya pemasukan modal dan luar negeri dengan

diadakannnya pengetatan moneter tersebut. Sehingga dalam hal ini, pada kondisi

ceteris paribus, perubahan inflasi dan BI rate akan menyebabkan apresiasi atau

depresiasi kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika (Rp/US Dollar.).

4.5 Pergerakan Ekspor dengan Kurs Rupiah Periode 1997 - 2102

Dalam periode penelitian yakni tahun 1997 Q3 – 2012 Q4, dapat dilihat

bagaimana laju pergerakan bank dan jasa, baik dari segi ekspor yang selalu

mengalami perubahan di tiap tahunnya. Hal tersebut dapat dilihat dari grafik

perubahan ekspor terhadap perubahan kurs di bawah ini :

Page 61: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

Sumber : International Financial Statistic, diolah dengan Eviews 6

Gambar 4.4 Persentase Perubahan tingkat Ekspor dengan Kurs Rupiah

Dari grafik dapat ditunjukan bahwa pergerakan ekspor diiringi dengan pergerakan

kurs rupiah dimana persentase perkembangan ekspor di tahun 1998 tepatnya

kuartil pertama sudah mencapai 93,63 persen yang merupakan angka tertinggi

dari persentase ekspor dan diiringi dengan persentase despresiasi kurs yang

terbesar yakni 79,03 persen. Adapun kondisi tersebut masih tetap berlangsung

hingga akhir 2008 dimana persentase ekspor sekitar 42,37 persen yang diikuti

dengan persentase kurs 25 persen. Kemudian laju ekspor dan kurs makin

membaik sejak tahun 2000 kuartil pertama dimana terjadi ekspor yang awalnya

This image cannot currently be displayed.

Page 62: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

sudah bernilai negatif menjadi 12,99 persen yang kemudian naik menjadi 20,73

persen sedangkan kurs merangkak naik sekitar 7 - 15 persen di tahun tersebut.

Pada tahun berikutnya kurs dan ekspor mengalami fluktuasi disetiap periodenya

dan ditahun 2008 terjadi krisis global yang membuat kenaikan ekspor sekitar 8,94

persen dengan kenaikan kurs 0,08 persen di kuartil kedua, namun di kuartil

keempat terjadi penurunan ekspor sekitar 4,68 persen sedangkan kurs rupiah

mengalami apresiasi 16,76 persen. Demikian di periode berikutnya terjadi

kenaikan dan penurunan kurs dan ekspor Indonesia yang berdampak pada kondisi

perekonomian secara menyeluruh.

4.6 Pergerakan Impor dengan Kurs Rupiah Periode 1997 – 2102

Dalam periode penelitian yakni tahun 1997 Q3 – 2012 Q4, dapat dilihat

bagaimana laju pergerakan bank dan jasa, baik dari segi impor yang selalu

mengalami perubahan di tiap tahunnya. Hal tersebut dapat dilihat dari grafik

perubahan impor terhadap perubahan kurs di bawah ini :

Page 63: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

Sumber : International Financial Statistic, diolah dengan Eviews 6

Gambar 4.5 Persentase Perubahan tingkat Impor dengan Kurs Rupiah

Dari grafik dapat ditunjukkan bahwa pada saat terjadi krisis tahun 1997

sampai dengan tahun 1998 terjadi depresiasi kurs dan fluktuasi laju impor yang

sangat tajam yakni terjadi depresiasi kurs 79,03 persen dan kenaikan impor 72,29

persen. Keadaan kurs dan impor mulai membaik di tahun 2003 dengan persentase

perubahan kurs dan impor yang cukup stabil dan demikian di periode selanjutnya

terjadi fluktuasi kurs impor hingga periode atau tahun 2008-2009 dimana impor

mengalami penurunan cukup tajam sekitar 9-24 persen (yang mungkin

dipengaruhi oleh krisis global Eropa) sedangkan kurs mengalami depresiasi

This image cannot currently be displayed.

Page 64: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

hingga pada level Rp 10.950 – Rp 11.575 untuk 1 US Dollar, dan pada tahun

2009-2012 impor mengalami kenaikan yang diikuti oleh fluktuasi kurs disetiap

kuartilnya.

Jika dikaitkan dengan periode sistem kurs mengambang bebas, depresiasi

atau apresiasi nilai mata uang akan mengakibatkan perubahan keatas bagi ekspor

maupun impor dimana jika ekspor meningkat dan impor menurun maka akan

menyebabkan kurs mengalami apresiasi, dan sebaliknya jika ekspor menurun dan

impor meningkat maka kurs mengalami depresiasi. Apabila nilai Rupiah menguat

maka volume ekspor juga akan meningkat. Menguatnya mata uang Rupiah

dibandingkan Dollar Amerika Serikat akan menurunkan minat eksportir memburu

mata uang asing sehingga ekspor turun dan impor cenderung meningkat. Jadi kurs

Rupiah mempunyai hubungan yang searah dengan volume impor dan berlawanan

arah dengan ekspor. Di samping itu juga, dengan menguatnya nilai Rupiah akan

menarik minat investor asing untuk menanamkan modalnya dikarenakan semakin

tinggi investasi akan menyebabkan harga saham jadi naik yang juga akan

menyebabkan semakin tinggi permintaan uang dengan tingkat bunga yang

semakin tinggi pula.

4.7 Hasil Evaluasi dan Interpretasi Data

4.7.1 Hasil Uji Akar Unit (Unit Root Test)

Uji stasioneritas ini digunakan untuk mengetahui apakah masing – masing

data kurs, inflasi, BI rate, ekspor dan impor stasioner atau tidak. Pengujian yang

dikembangkan oleh Dickey Fuller ini, dilakukan untuk menghindari regresi model

yang lancung (tidak efisien). Uji akar unit ini menggunakan Augmented Dickey

Page 65: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

Fuller (ADF) statistik untuk kurun waktu 1997 – 2012. Berikut ini hasil dari uji

ADF pada tabel 4.1 di bawah ini:

Tabel 4.5 Hasil Augmented Dickey-Fuller (ADF)

Variabel Uji Akar Unit

Nilai Statistik ADF Critical Value Derajat Integrasi Kurs -6.493007 -4.118444** Integrasi 0 atau I(0)

Inflasi -6.816739 -3.485218** Integrasi 0 atau I(0) BI rate -5.271325 -3.487845** Integrasi 1 atau I(1) Ekspor -7.474817 -3.487845** Integrasi 0 atau I(0) Impor -5.966264 -3.487845** Integrasi 0 atau I(0)

Sumber : Data Olahan Eviews 6

Catatan : * = signifikan pada α = 1 % * * = signifikan pada α = 5 %

*** = signifikan pada α = 10 %

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa hasil uji akar unit untuk variabel kurs,

inflasi,ekspor dan impor stasioner pada derajat integrasi 0 atau level (α =1%, 5%

dan 10%), sedangkan variabel BI rate stasioner pada derajat integrasi 1 (α = 1%,

5% dan 10%). Adapun variabel kurs stasioner pada derajat level dengan nilai ADF

statistic 6.493007 lebih besar dari nilai kritis pada tingkat signifikansi α =5%

adalah sebesar 4.118444 dan untuk variabel inflasi dengan nilai ADF statistic

=6.816739 lebih besar dari nilai kritis yaitu 3.485218 sehingga menunjukkan

variabel inflasi telah stasioner. Di samping itu, dari data variabel ekspor yakni

dengan nilai ADF statistic 7.474817 yang lebih besar dari nilai kritisnya yaitu

3.487845 dan variabel impor dengan nilai ADF statistic 5.966264 lebih besar dari

nilai kritisnya yakni 3.487845, yang terbukti telah stasioner pada derajat 0 (level).

Adapun keempat variabel tersebut tidak perlu dilakukan uji derajat integrasi 1

dan 2. Sedangkan untuk variabel BI rate perlu dilakukan uji derajat integrasi

dimana variabel BI rate stasioner pada 1st Difference tingkat signifikansi α =1%,

Page 66: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

5% dan 10%. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan angka ADF statistic yang

diperoleh pada data BI rate sebesar 5.271325 sedangkan nilai kritis untuk tingkat

signikansi 5% sebesar 3.487845. Hasil ini menunjukkan nilai ADF statistic lebih

besar dari nilai kritisnya sehingga data dikatakan stasioner.

4.7.2 Penentuan Lag Lenght

Tabel 4.6 Penentuan Lag Lenght:

Lag LogL LR FPE AIC SC HQ 0 -58.07044 NA 5.84e-06 2.137981 2.314044 2.206709

1 130.4579 338.7120 2.29e-08 -3.405353 -2.348978* -2.992987* 2 162.7377 52.52307* 1.82e-08* -3.652126* -1.715439 -2.896122 3 177.9328 22.14869 2.67e-08 -3.319755 -0.502755 -2.220112 Sumber :Data Olahan Eviews 6

Dari hasil uji lag lenght dapat dilihat bahwa semua tanda bintang berada

pada lag 2. Hal ini menunjukkan bahwa lag optimal yang direkomendasikan

Eviews adalah lag 2.

4.7.3 Hasil Uji Kointegrasi

Setelah diketahui bahwa data baik data kurs, inflasi, BI rate, ekspor, dan

impor adalah stasioner, maka langkah selanjutnya adalah menentukan apakah ada

hubungan keseimbangan jangka panjang antara variabel yakni inflasi, BI rate,

ekspor dan importir terhadap variabel kurs Rupiah terhadap US Dollar. Adapun

uji kointegrasi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan keseimbangan jangka

panjang dengan menggunakan Johansen Test pada lag lenght yang telah

ditentukan sebelumnya. Berikut adalah hasil uji kointegrasi dari masing-masing

variabel.

Page 67: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

4.7.3.1 Kurs dengan Inflasi Indonesia

Tabel 4.7 Hasil Uji Kointegrasi Dengan Metode Johansen

Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace) Hypothesized Trace 0.05

No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None * 0.495856 58.59540 15.49471 0.0000

At most 1 * 0.265268 18.18670 3.841466 0.0000 Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue) Hypothesized Max-Eigen 0.05

No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None * 0.495856 40.40870 14.26460 0.0000

At most 1 * 0.265268 18.18670 3.841466 0.0000 Sumber : Data Olahan Eviews 6

Dari hasil uji kointegrasi antara kurs dan inflasi Indonesia di atas dapat

dilihat bahwa nilai trace statistic =18.18670 lebih besar dari critical value =

3.841466 untuk Hypothesized 1. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kurs dan

inflasi Indonesia memiliki hubungan jangka panjang (kointegrasi). Hal tersebut

dapat pula dibuktikan dari nilai Max- Eigen Statistic = 18.18670 lebih besar dari

critical value = 3.841466 sehingga semakin membuktikan adanya hubungan

kointegrasi kedua variabel pada α = 5%.

Page 68: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

4.7.3.2 Uji Kointegrasi Kurs dengan BI rate

Tabel 4.8 Hasil Uji Kointegrasi Dengan Metode Johansen

Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace) Hypothesized Trace 0.05

No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None * 0.484776 50.32668 15.49471 0.0000

At most 1 * 0.172909 11.20058 3.841466 0.0008 Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue) Hypothesized Max-Eigen 0.05

No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None * 0.484776 39.12610 14.26460 0.0000

At most 1 * 0.172909 11.20058 3.841466 0.0008 Sumber :Data Olahan Eviews 6

Dari hasil uji kointegrasi antara kurs dan BI rate di atas dapat dilihat bahwa

nilai trace statistic = 11.20058 lebih besar dari critical value =3.841466

Hypothesized 1. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kurs dan BI rate Indonesia

memiliki hubungan jangka panjang (kointegrasi). Hal tersebut dapat pula

dibuktikan dari nilai Max- Eigen Statistic =11.20058 lebih besar dari critical

value = 3.841466 sehingga semakin membuktikan adanya hubungan kointegrasi

kedua variabel pada α = 5%.

Page 69: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

4.7.3.3 Uji Kointegrasi Kurs dengan Ekspor Indonesia

Tabel 4.9 Hasil Uji Kointegrasi Dengan Metode Johansen

Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace) Hypothesized Trace 0.05

No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None * 0.551038 47.24882 15.49471 0.0000

At most 1 1.04E-05 0.000611 3.841466 0.9819 Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue) Hypothesized Max-Eigen 0.05

No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None * 0.551038 47.24821 14.26460 0.0000

At most 1 1.04E-05 0.000611 3.841466 0.9819 Sumber :Data Olahan Eviews 6

Dari hasil uji kointegrasi antara kurs dan ekspor Indonesia di atas dapat dilihat

bahwa nilai trace statistic = 0.000611 lebih kecil dari critical value = 3.841466

Hypothesized 1. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kurs dan ekspor Indonesia

tidak memiliki hubungan jangka panjang (kointegrasi). Hal tersebut dapat pula

dibuktikan dari nilai Max- Eigen Statistic =0.000611 lebih kecil dari critical value

= 3.841466 sehingga semakin membuktikan tidak terdapat hubungan kointegrasi

kedua variabel pada α = 5%.

Page 70: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

4.7.3.4 Uji Kointegrasi Kurs dengan Impor Indonesia

Tabel 4.10 Hasil Uji Kointegrasi Dengan Metode Johansen

Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace) Hypothesized Trace 0.05

No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None * 0.550203 47.28601 15.49471 0.0000

At most 1 0.002496 0.147474 3.841466 0.7010 Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue) Hypothesized Max-Eigen 0.05

No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None * 0.550203 47.13854 14.26460 0.0000

At most 1 0.002496 0.147474 3.841466 0.7010 Sumber :Data Olahan Eviews 6

Dari hasil uji kointegrasi antara kurs dan impor Indonesia di atas dapat

dilihat bahwa nilai trace statistic = 0.147474 lebih kecil dari critical value =

3.841466 Hypothesized 1. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kurs dan impor

Indonesia tidak memiliki hubungan jangka panjang (kointegrasi). Hal tersebut

dapat pula dibuktikan dari nilai Max- Eigen Statistic = 0.147474 lebih kecil dari

critical value = 3.841466 sehingga semakin membuktikan tidak adanya hubungan

kointegrasi kedua variabel pada α = 5%.

4.7.4 Uji KausalitasGranger

Uji Granger Causality digunakan untuk melihat hubungan kausalitas antara

variabel – variabel yang diteliti yakni kurs Rupiah, inflasi, BI rate, ekspor dan

impor Melalui uji ini dapat dilihat apakah masing - masing variabel eksogen

memiliki hubungan yang saling mempengaruhi (hubungan dua arah), memiliki

hubungan searah atau sama sekali tidak ada hubungan (tidak saling

Page 71: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

mempengaruhi). Hasil pengujian Granger Causality dapat dilihat pada tabel 4.8 di

bawah ini :

Tabel 4.11 Hasil Uji Granger Causality

Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob. INFLASI does not Granger Cause KURS 60 0.15562 0.8563

KURS does not Granger Cause INFLASI 3.31216 0.0438 BI_RATE does not Granger Cause KURS 60 0.55411 0.5778

KURS does not Granger Cause BI_RATE 9.56032 0.0003 EKSPOR does not Granger Cause KURS 60 2.03408 0.1405

KURS does not Granger Cause EKSPOR 18.7124 0.000006 IMPOR does not Granger Cause KURS 60 3.41241 0.0401

KURS does not Granger Cause IMPOR 9.05118 0.0004 Sumber :Data Olahan Eviews 6

Dengan pengujian kausalitas di atas dapat dikatakan bahwa variabel kurs

dan inflasi Indonesia hanya memiliki hubungan satu arah yakni inflasi yang

mempengaruhi kurs Rupiah terhadap Dollar. Hal ini disebabkan oleh nilai

probabilitasnya yakni 0.8563 lebih besar dari nilai kritis atau signifikan pada α =

5% dan 10% (menunjukkan kurs tidak mempengaruhi inflasi) serta 0.0438 lebih

kecil dari nilai kritis atau signifikan pada α = 5% dan 10% (inflasi mempengaruhi

kurs). Dari tabel juga dapat dilihat bahwa terdapat hubungan yang satu arah yaitu

variabel BI rate mempengaruhi kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika. Hal ini

ditunjukkan dari nilai probabilitas 0.5778 lebih besar dari tingkat signifikansi α =

5% dan 10% (menandakan kurs tidak mempengaruhi BI rate) serta 0.0003 yang

lebih kecil dari tingkat signifikansi α = 5% dan 10% (menandakan BI rate

mempengaruhi kurs).

Page 72: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

Selanjutnya dari variabel kurs dan ekspor Indonesia, dapat dilihat bahwa

ada hubungan searah karena nilai probabilitasnya, yakni 0.1405 lebih besar dari

tingkat signifikansi 5% dan 10% serta 0.000006 lebih kecil dari tingkat

signifikansi 5% dan 10% sehingga menunjukkan bahwa kurs Rupiah terhadap

Dollar Amerika tidak mempengaruhi ekspor Indonesia namun ekspor Indonesia

mempengaruhi kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika. Artinya kenaikan dan

penurunan dari ekspor Indonesia menyebabkan perubahan pada kurs Rupiah

terhadap Dollar Amerika. Terakhir, dapat dilihat bahwa variabel kurs Rupiah dan

impor Indonesia memiliki hubungan dua arah (kausalitas bilateral / timbal balik)

diantara keduanya pada tingkat signifikansi 5% dan 10% karena nilai

probabilitasnya (0.0401 dan 0.0004) lebih kecil dari tingkat signifikansi α = 5%

dan 10% sehingga kurs mempengaruhi kurs dan sebaliknya impor Indonesia

mempengaruhi kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika.

Dari analisis kausalitas tersebut ditunjukkan bahwa selama periode

penelitian, terdapat hubungan satu arah antara variabel kurs dengan inflasi

Indonesia dimana inflasi mempengaruhi kurs serta hubungan satu arah pula antara

variabel kurs dengan BI rate dimana BI rate juga dapat mempengaruhi kurs.

Namun untuk variabel kurs dengan ekspor ditunjukkan bahwa terdapat hubungan

(kausalitas) satu arah / searah antara kedua variabel tersebut atau dengan kata lain

kedua variabel memiliki hubungan satu arah dari variabel ekspor Indonesia

terhadap fluktuasi kurs Rupiah, sedangkan untuk variabel kurs dengan impor

Indonesia ditemukan adanya hubungan kausalitas yang dua arah dimana kurs dan

Page 73: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

impor sama-sama saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya selama periode

sistem kurs mengambang bebas.

Page 74: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari uraian dan analisis dalam bab - bab sebelumnya, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan uji kointegrasi menunjukkan bahwa variabel kurs Rupiah dengan

inflasi dan kurs dengan BI rate memiliki hubungan kointegrasi selama periode

kurs mengambang bebas. Sedangkan variabel kurs Rupiah dengan ekspor dan

variabel kurs Rupiah dengan impor tidak memiliki hubungan kointegrasi

selama periode sistem kurs mengambang bebas, yakni tahun 1997-2012.

2. Pada uji Granger Causality ditemukan bahwa selama periode penelitian,

terdapat hubungan kausalitas satu arah antara variabel kurs Rupiah dengan

inflasi dimana inflasi mempengaruhi kurs Rupiah, hubungan kausalitas satu

arah antara variabel kurs Rupiah dengan BI rate dimana BI rate

mempengaruhi kurs Rupiah serta hubungan kausalitas satu arah antara variabel

kurs Rupiah dengan ekspor dimana ekspor mempengaruhi kurs Rupiah.

3. Disamping itu, dari variabel kurs Rupiah dengan impor ditemukan adanya

hubungan kausalitas yang dua arah dimana kurs Rupiah dan impor sama-sama

saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.

5.2 Saran

Sehubungan dengan uraian dan analisis dalam bab sebelumnya penulis

mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

Page 75: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

1. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter perlu mengendalikan laju

pergerakan inflasi, BI rate dan impor Indonesia karena ketiga variabel

tersebut terbukti memiliki hubungan kausalitas dan memiliki hubungan

keseimbangan jangka panjang atau kointegrasi.

2. Pemerintah Indonesia perlu memfokuskan kebijakannya pada stabilitas nilai

kurs Rupiah mengingat negara kita masih menganut sistem kurs

mengambang bebas yang mengakibatkan arus globalisasi dan liberalisasi

perekonomian dunia sangat mudah untuk masuk – keluar sehingga dapat

mengganggu perekonomian Indonesia.

Page 76: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Ajija, Shocrul, dkk, 2011. Cara Cerdas Menguasai Eviews, Salemba Empat,

Jakarta.

Atmadja, Adwin, 2002. Analisa Pergerakan Nilai Tukar Rupiahterhadap Dolar Amerika Setelah Diterapkannya Kebijakan Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas Di Indonesia.http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/aku/article/viewFile/15691/153(3 November 2013)

Erlina, 2011. Metodologi Penelitian, USU Press, Medan.

Gujarati, Damodar dan Dawn Porter, 2012. Dasar – Dasar Ekonometrika, Edisi

V, Salemba Empat, Jakarta.

Hwang, Jae Kwang, 2013. Dynamic Forecasting of Monetary Exchange Rate Models: Evidence from Cointegration.http://216-230-72-154.client.cypress com.net/journal2/ iaer/feb_01/hwang_pdf.pdf. (2 November 2013).

Mukhlis, Imam, 2011. Analisis Volatilitas Nilai Tukar Mata Uang Rupiah Terhadap Dolar. http://jiae.ub.ac.id/index.php/jiae/article/download/98/132. (10 November 2013).

Nachrowi, Nachrowi D. dan Hardius Usman, 2006. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika untuk Analisa Ekonomi dan Keuangan, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Oktavia, Adek, dkk, 2013. Analisis Kurs dan Money Supply Di Indonesia. http://ejournal.unp.ac.id/index.php/ekonomi/article/download/746/615. (2 Novemeber 2013).

Pratiwi, Tara, 2012. Analisis Perilaku Kurs Rupiah (IDR) Terhadap Dollar Amerika (USD) pada Sistem Kurs Mengambang Bebas di Indonesia Periode 1997.3 – 2011.4 (Aplikasi Pendekatan Keynesian Sticky Price Model).http://eprints. undip.ac.id/36804/1/PRATIWI.pdf. (4 November 2013).

Pratomo, Wahyu dan Paidi Hidayat.2010. Pedoman Praktis Penggunaan Eviews dalam Ekonometrika. USU Press, Medan.

Rosadi, Dedi, 2011. Analisis Ekonometrika dan Runtun Waktu Terapan dengan R, Andi Ofset, Yogyakarta.

Simorangkir,Iskandar dan Suseno, 2005. Sistem dan Kebijakan Nilai Tukar, Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan Bank Indonesia, Jakarta.

Page 77: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

Triyono, 2008. Analisis Perubahan Kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika.http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123456789/152/3.%0Triyono%20(Analisis%20Perubahan%20Kurs%20Rupiah).pdf?sequence=1.(12 November 2013).

Ulfa, Almizan, 2003. Indonesia Satu dan Stabilitas Kurs Rupiah: Analisis Stabilitas Exchange Rates Indonesia Pasca Krisis 1997 .http://www.fiskal.depkeu.go.id/2010/adoku/2.Almizan-2.pdf. (10 November 2013).

Wimanda, Rizki, 2011. Dampak Depresiasi Nilai Tukar dan Pertumbuhan Uang Beredar terhadap Inflasi: Aplikasi Threshold Model.http://www.bi.go.id/id/publikasi/ jurnalekonomi/Documents/5d22d8b42be54745b0ca174e16ebd954RizkiEWimanda.pdf. (10 November 2013).

Sumber Internet

www.bi.go.id

www.bps.go.id

www.worldbank.org.id.

www.ifs.org.id

Page 78: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I : DATA PERKEMBANGAN KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR

AMERIKA, INFLASI, BI RATE, EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA PERIODE 1997 Q3 -2012 Q4

Periode Kurs Inflasi BI Rate Ekspor Impor 1997 Q3 3275 1.29 44.50 4.34E+13 4.1991E+13 1997 Q4 4650 2.04 41.05 6.13E+13 5.6841E+13 1998 Q1 8325 5.18 57.92 1.19E+14 9.7937E+13 1998 Q2 14900 4.64 66.31 1.26E+14 1.0332E+14 1998 Q3 10700 3.75 74.18 1.66E+14 1.27498E+14 1998 Q4 8025 1.42 52.76 9.54E+13 8.4302E+13 1999 Q1 8685 0.18 39.96 9.34E+13 7.5131E+13 1999 Q2 6726 -0.34 28.95 9.54E+13 7.9623E+13 1999 Q3 8386 -0.68 13.21 1.02E+14 7.9011E+13 1999 Q4 7085 1.73 12.22 9.97E+13 7.9955E+13 2000 Q1 7590 -0.45 9.46 1.13E+14 7.88947E+13 2000 Q2 8735 0.5 10.16 1.36E+14 9.0241E+13 2000 Q3 8780 -0.06 10.55 1.59E+14 1.12798E+14 2000 Q4 9595 1.94 11.11 1.62E+14 1.41384E+14 2001 Q1 10400 0.89 15.55 1.63E+14 1.38248E+14 2001 Q2 11440 1.67 13.69 1.79E+14 1.45627E+14 2001 Q3 9675 0.64 15.31 1.55E+14 1.13949E+14 2001 Q4 10400 1.62 15.56 1.46E+14 1.08603E+14 2002 Q1 9655 -0.02 17.06 1.49E+14 1.16394E+14 2002 Q2 8730 0.36 14.96 1.47E+14 1.14941E+14 2002 Q3 9015 0.53 12.63 1.53E+14 1.2182E+14 2002 Q4 8940 1.2 9.49 1.46E+14 1.2766E+14 2003 Q1 8908 -0.23 11.50 1.56E+14 1.1821E+14 2003 Q2 8285 0.09 8.29 1.56E+14 1.10422E+14 2003 Q3 8389 0.36 5.97 1.52E+14 1.16008E+14 2003 Q4 8465 0.94 5.27 1.51E+14 1.213E+14 2004 Q1 8587 0.36 6.13 1.56E+14 1.38578E+14 2004 Q2 9415 0.48 4.49 1.74E+14 1.48395E+14 2004 Q3 9170 0.02 4.61 2.03E+14 1.681E+14 2004 Q4 9290 1.04 6.28 2.06E+14 1.77303E+14 2005 Q1 9480 1.91 5.45 2.09E+14 1.8867E+14 2005 Q2 9713 0.5 6.41 2.26E+14 1.96609E+14 2005 Q3 10310 0.69 6.92 2.51E+14 2.24746E+14 2005 Q4 9830 -0.04 8.32 2.6E+14 2.20059E+14 2006 Q1 9075 0.03 9.90 2.37E+14 1.94796E+14 2006 Q2 9300 0.45 10.39 2.5E+14 2.14642E+14 2006 Q3 9235 0.38 10.28 2.7E+14 2.26844E+14 2006 Q4 9020 1.21 6.15 2.79E+14 2.19306E+14

Page 79: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

2007 Q1 9118 0.24 5.88 2.63E+14 2.19535E+14 2007 Q2 9054 0.23 7.01 2.82E+14 2.41766E+14 2007 Q3 9137 0.8 5.84 3E+14 2.65798E+14 2007 Q4 9419 1.1 5.33 3.18E+14 2.76173E+14 2008 Q1 9217 0.95 7.12 3.47E+14 3.08773E+14 2008 Q2 9225 2.46 8.01 3.78E+14 3.71321E+14 2008 Q3 9378 0.97 9.16 3.84E+14 3.88936E+14 2008 Q4 10950 -0.04 9.61 3.66E+14 3.53872E+14 2009 Q1 11575 0.22 8.48 3.08E+14 2.67335E+14 2009 Q2 10225 0.11 7.40 3.23E+14 2.8302E+14 2009 Q3 9681 1.05 6.45 3.42E+14 3.22856E+14 2009 Q4 9400 0.33 6.30 3.81E+14 3.23882E+14 2010 Q1 9115 -0.14 6.20 3.63E+14 3.29682E+14 2010 Q2 9083 0.97 6.01 3.75E+14 3.55528E+14 2010 Q3 8924 0.44 6.15 3.85E+14 3.78269E+14 2010 Q4 8991 0.92 5.68 4.62E+14 4.13141E+14 2011 Q1 8709 -0.32 6.01 4.42E+14 4.05909E+14 2011 Q2 8597 0.55 5.95 4.95E+14 4.54984E+14 2011 Q3 8823 0.27 5.72 5.06E+14 4.79872E+14 2011 Q4 9068 0.57 4.80 5.12E+14 5.10306E+14 2012 Q1 9180 0.07 3.98 4.91E+14 4.88155E+14 2012 Q2 9480 0.62 3.83 5.02E+14 5.46353E+14 2012 Q3 9588 0.01 4.09 4.92E+14 5.05943E+14 2012 Q4 9670 0.54 4.15 5.14E+14 5.87093E+14

Page 80: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

LAMPIRAN II : DATA PERSENTASE PERKEMBANGAN KURS RUPIAH TERHADAP

USD, INFLASI, BI RATE , EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA PERIODE 1997 Q3 – 2012 Q4

Periode Perkembangan

Kurs (%) Perkembangan

Inflasi (%) Perkembangan

BI Rate (%) Perkembangan

Ekspor (%) Perkembangan

Impor(%) 1997 Q3

1997 Q4

41.98473282 58.13953488 -7.745318352 41.497901 35.36472101

1998 Q1

79.03225806 153.9215686 41.07664826 93.63599315 72.29992435

1998 Q2

78.97897898 -10.42471042 14.49208633 6.380381526 5.496390537

1998 Q3

-28.18791946 -19.18103448 11.86849646 31.08455664 23.40108401

1998 Q4

-25 -62.13333333 -28.8757077 -42.3773733 -33.87974713

1999 Q1

8.224299065 -87.32394366 -24.2671215 -2.09850286 -10.87874546

1999 Q2

-22.55613126 -288.8888889 -27.5465087 2.130642296 5.978890205

1999 Q3

24.68034493 100 -54.3696027 6.846401291 -0.768622132

1999 Q4

-15.51395182 -354.4117647 -7.49432248 -2.22023908 1.194770348

2000 Q1

7.127734651 -126.0115607 -22.5586470 12.99915653 -1.326059659

2000 Q2

15.085639 -211.1111111 7.396970764 20.73745668 14.38145522

2000 Q3

0.515168861 -112 3.771728436 16.54329584 24.99641238

2000 Q4

9.282460137 -3333.333333 5.341340076 2.343940522 25.3428854

2001 Q1

8.389786347 -54.12371134 39.9339934 0.181260927 -2.218438459

2001 Q2

10 87.64044944 -11.9210977 10.33154731 5.337503549

2001 Q3

-15.42832168 -61.67664671 11.83057449 -13.4697643 -21.75256789

2001 Q4

7.493540052 153.125 1.610796691 -6.22513996 -4.691931144

2002 Q1

-7.163461538 -101.2345679 9.618680377 2.697151891 7.173718972

Page 81: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

2002 Q2

-9.580528224 -1900 -12.3119015 -1.39700943 -1.247895341

2002 Q3

3.264604811 47.22222222 -15.5337642 3.854816011 5.984913752

2002 Q4

-0.831946755 126.4150943 -24.8548812 -4.82031902 4.794138011

2003 Q1

-0.357941834 -119.1666667 21.17275281 6.811241593 -7.402780725

2003 Q2

-6.993713516 -139.1304348 -27.9049550 -0.00557571 -6.588019256

2003 Q3

1.255280628 300 -28.0546623 -2.50473147 5.058529055

2003 Q4

0.905948266 161.1111111 -11.6201117 -0.52852433 4.562081247

2004 Q1

1.441228588 -61.70212766 16.24525917 3.653998665 14.24337768

2004 Q2

9.642482823 33.33333333 -26.6992930 11.12748328 7.084132868

2004 Q3

-2.602230483 -95.83333333 2.522255193 16.79947729 13.27900713

2004 Q4

1.308615049 5100 36.32416787 1.71098444 5.474919815

2005 Q1

2.045209903 83.65384615 -13.1634819 1.049134856 6.41051221

2005 Q2

2.457805907 -73.82198953 17.54278729 8.134099841 4.208263735

2005 Q3

6.14640173 38 7.956318253 11.16358409 14.31089389

2005 Q4

-4.655674103 -105.7971014 20.23121387 3.717488468 -2.085445887

2006 Q1

-7.680569685 -175 18.95032051 -8.75446871 -11.48003339

2006 Q2

2.479338843 1400 4.984843382 5.280262426 10.18797679

2006 Q3

-0.698924731 -15.55555556 -1.02662816 8.039568108 5.684989861

2006 Q4

-2.328099621 218.4210526 -40.1620745 3.406953018 -3.323109221

2007 Q1

1.086474501 -80.16528926 -4.38786565 -5.92621163 0.104598201

2007 Q2

-0.701908313 -4.166666667 19.20679887 7.536470293 10.12623963

2007 Q3

0.916721891 247.826087 -16.7300380 6.107875777 9.940046888

2007 3.086352194 37.5 -8.78995433 6.226368373 3.903329007

Page 82: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

Q4 2008 Q1

-2.144601338 -13.63636364 33.72966208 8.886779128 11.80427786

2008 Q2

0.086796138 158.9473684 12.49415068 8.946174251 20.25709373

2008 Q3

1.658536585 -60.56910569 14.26788686 1.818019069 4.743850586

2008 Q4

16.76263596 -104.1237113 4.987258828 -4.6861613 -9.015287862

2009 Q1

5.707762557 -650 -11.7891816 -15.9063657 -24.45435825

2009 Q2

-11.66306695 -50 -12.7358490 4.881700325 5.867055991

2009 Q3

-5.320293399 854.5454545 -12.7927927 5.771482609 14.07523431

2009 Q4

-2.902592707 -68.57142857 -2.42768595 11.50237014 0.318037017

2010 Q1

-3.031914894 -142.4242424 -1.53520381 -4.74230405 1.79080487

2010 Q2

-0.351069665 -792.8571429 -3.06005816 3.156884734 7.839635965

2010 Q3

-1.750522955 -54.63917526 2.398263593 2.765135052 6.396227811

2010 Q4

0.750784402 109.0909091 -7.70858614 20.04328637 9.218896515

2011 Q1

-3.136469803 -134.7826087 5.809859155 -4.314155773 -1.750419772

2011 Q2

-1.28602595 -271.875 -0.99833610 11.96432909 12.08999451

2011 Q3

2.628824008 -50.90909091 -3.92156862 2.301445274 5.470131231

2011 Q4

2.776833277 111.1111111 -15.9766763 1.139279298 6.342110539

2012 Q1

1.235112483 -87.71929825 -17.2102706 -4.107616127 -4.340652213

2012 Q2

3.267973856 785.7142857 -3.68818105 2.108024779 11.92202808

2012 Q3

1.139240506 -98.38709677 6.701479547 -1.858336603 -7.396350932

2012 Q4

0.855235711 5300 1.63132137 4.530692393 16.03943527

Page 83: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

LAMPIRAN III : UJI AKAR UNIT KURS PADA INTEGRASI LEVEL DENGAN TREND

DAN INTERCEPT

Null Hypothesis: KURS has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Lag Length: 1 (Automatic based on AIC, MAXLAG=2)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.493007 0.0000

Test critical values: 1% level -4.118444 5% level -3.486509 10% level -3.171541 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(KURS) Method: Least Squares Date: 04/02/14 Time: 22:19 Sample (adjusted): 1998Q1 2012Q4 Included observations: 60 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. KURS(-1) -0.394530 0.060762 -6.493007 0.0000

D(KURS(-1)) 0.264302 0.098037 2.695954 0.0093 C 3.578369 0.541879 6.603636 0.0000

@TREND(1997Q3) 0.000634 0.000922 0.688448 0.4940 R-squared 0.491647 Mean dependent var 0.022667

Adjusted R-squared 0.464414 S.D. dependent var 0.153069 S.E. of regression 0.112021 Akaike info criterion -1.475912 Sum squared resid 0.702733 Schwarz criterion -1.336289 Log likelihood 48.27737 Hannan-Quinn criter. -1.421298 F-statistic 18.05325 Durbin-Watson stat 2.323905 Prob(F-statistic) 0.000000

Page 84: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

UJI AKAR UNIT INFLASI PADA INTEGRASI LEVEL DENGAN TREND DAN INTERCEPT

Null Hypothesis: INFLASI has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Lag Length: 0 (Automatic based on AIC, MAXLAG=2)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -6.816739 0.0000

Test critical values: 1% level -4.115684 5% level -3.485218 10% level -3.170793 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(INFLASI) Method: Least Squares Date: 04/02/14 Time: 22:21 Sample (adjusted): 1997Q4 2012Q4 Included observations: 61 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. INFLASI(-1) -0.891859 0.130834 -6.816739 0.0000

C 0.220206 0.260304 0.845957 0.4011 @TREND(1997Q3) -0.018719 0.007763 -2.411336 0.0191

R-squared 0.444832 Mean dependent var -0.007869

Adjusted R-squared 0.425689 S.D. dependent var 1.312309 S.E. of regression 0.994511 Akaike info criterion 2.874799 Sum squared resid 57.36504 Schwarz criterion 2.978612 Log likelihood -84.68137 Hannan-Quinn criter. 2.915484 F-statistic 23.23647 Durbin-Watson stat 1.986909 Prob(F-statistic) 0.000000

Page 85: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

UJI AKAR UNIT BI RATE PADA INTEGRASI LEVEL DENGAN TREND DAN INTERCEPT

Null Hypothesis: BI_RATE has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Lag Length: 2 (Automatic based on AIC, MAXLAG=2)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.335590 0.0705

Test critical values: 1% level -4.121303 5% level -3.487845 10% level -3.172314 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(BI_RATE) Method: Least Squares Date: 05/15/14 Time: 00:24 Sample (adjusted): 1998Q2 2012Q4 Included observations: 59 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. BI_RATE(-1) -0.194706 0.058372 -3.335590 0.0015

D(BI_RATE(-1)) 0.157442 0.097412 1.616250 0.1119 D(BI_RATE(-2)) 0.302183 0.099836 3.026791 0.0038

C 0.575123 0.202321 2.842629 0.0063 @TREND(1997Q3) -0.004927 0.002349 -2.097387 0.0407

R-squared 0.244733 Mean dependent var -0.041695

Adjusted R-squared 0.188787 S.D. dependent var 0.208493 S.E. of regression 0.187784 Akaike info criterion -0.426106 Sum squared resid 1.904202 Schwarz criterion -0.250043 Log likelihood 17.57012 Hannan-Quinn criter. -0.357378 F-statistic 4.374474 Durbin-Watson stat 2.100155 Prob(F-statistic) 0.003890

Page 86: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

UJI AKAR UNIT BI RATE PADA 1st DIFFERENCE DENGAN TREND DAN INTERCEPT

Null Hypothesis: D(BI_RATE) has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Lag Length: 1 (Automatic based on AIC, MAXLAG=2)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.271325 0.0003

Test critical values: 1% level -4.121303 5% level -3.487845 10% level -3.172314 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(BI_RATE,2) Method: Least Squares Date: 05/15/14 Time: 00:26 Sample (adjusted): 1998Q2 2012Q4 Included observations: 59 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(BI_RATE(-1)) -0.713642 0.135382 -5.271325 0.0000

D(BI_RATE(-1),2) -0.200938 0.103496 -1.941508 0.0573 C -0.076991 0.056676 -1.358453 0.1799

@TREND(1997Q3) 0.001258 0.001569 0.801361 0.4264 R-squared 0.594226 Mean dependent var -0.020847

Adjusted R-squared 0.572092 S.D. dependent var 0.312378 S.E. of regression 0.204341 Akaike info criterion -0.272662 Sum squared resid 2.296544 Schwarz criterion -0.131812 Log likelihood 12.04352 Hannan-Quinn criter. -0.217680 F-statistic 26.84777 Durbin-Watson stat 1.896878 Prob(F-statistic) 0.000000

Page 87: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

UJI AKAR UNIT EKSPOR PADA INTEGRASI LEVEL DENGAN TREND DAN INTERCEPT

Null Hypothesis: EKSPOR has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Lag Length: 2 (Automatic based on AIC, MAXLAG=2)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.474817 0.0000

Test critical values: 1% level -4.121303 5% level -3.487845 10% level -3.172314 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(EKSPOR) Method: Least Squares Date: 04/02/14 Time: 22:23 Sample (adjusted): 1998Q2 2012Q4 Included observations: 59 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. EKSPOR(-1) -0.612336 0.081920 -7.474817 0.0000

D(EKSPOR(-1)) 0.223194 0.095209 2.344253 0.0228 D(EKSPOR(-2)) 0.355986 0.098075 3.629727 0.0006

C 19.61949 2.617071 7.496734 0.0000 @TREND(1997Q3) 0.018301 0.002686 6.812655 0.0000

R-squared 0.538897 Mean dependent var 0.041525

Adjusted R-squared 0.504741 S.D. dependent var 0.142197 S.E. of regression 0.100071 Akaike info criterion -1.684941 Sum squared resid 0.540764 Schwarz criterion -1.508878 Log likelihood 54.70575 Hannan-Quinn criter. -1.616213 F-statistic 15.77763 Durbin-Watson stat 2.105247 Prob(F-statistic) 0.000000

Page 88: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

UJI AKAR UNIT IMPOR INTEGRASI LEVEL DENGAN TREND DAN INTERCEPT

Null Hypothesis: IMPOR has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Lag Length: 2 (Automatic based on AIC, MAXLAG=2)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.966264 0.0000

Test critical values: 1% level -4.121303 5% level -3.487845 10% level -3.172314 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(IMPOR) Method: Least Squares Date: 04/02/14 Time: 22:23 Sample (adjusted): 1998Q2 2012Q4 Included observations: 59 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. IMPOR(-1) -0.573538 0.096130 -5.966264 0.0000

D(IMPOR(-1)) 0.391889 0.109216 3.588193 0.0007 D(IMPOR(-2)) 0.265166 0.119538 2.218268 0.0308

C 18.21587 3.044603 5.983002 0.0000 @TREND(1997Q3) 0.019270 0.003408 5.653505 0.0000

R-squared 0.432291 Mean dependent var 0.043390

Adjusted R-squared 0.390238 S.D. dependent var 0.134133 S.E. of regression 0.104741 Akaike info criterion -1.593713 Sum squared resid 0.592417 Schwarz criterion -1.417650 Log likelihood 52.01453 Hannan-Quinn criter. -1.524985 F-statistic 10.27977 Durbin-Watson stat 2.051793 Prob(F-statistic) 0.000003

Page 89: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

LAMPIRAN IV:

UJI KAUSALITAS

Pairwise Granger Causality Tests Date: 05/15/14 Time: 00:20 Sample: 1997Q3 2012Q4 Lags: 2

Null Hypothesis: Obs F-Statistic Prob. INFLASI does not Granger Cause KURS 60 0.15562 0.8563

KURS does not Granger Cause INFLASI 3.31216 0.0438 BI_RATE does not Granger Cause KURS 60 0.55411 0.5778

KURS does not Granger Cause BI_RATE 9.56032 0.0003 EKSPOR does not Granger Cause KURS 60 2.03408 0.1405

KURS does not Granger Cause EKSPOR 18.7124 6.E-07 IMPOR does not Granger Cause KURS 60 3.41241 0.0401

KURS does not Granger Cause IMPOR 9.05118 0.0004

Page 90: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

LAMPIRAN V:

UJI KOINTEGRASI

UJI KOINTEGRASI KURS DAN INFLASI

Date: 04/26/14 Time: 08:17 Sample (adjusted): 1998Q2 2012Q4 Included observations: 59 after adjustments Trend assumption: Linear deterministic trend Series: KURS INFLASI Lags interval (in first differences): 1 to 2

Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace) Hypothesized Trace 0.05

No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None * 0.495856 58.59540 15.49471 0.0000

At most 1 * 0.265268 18.18670 3.841466 0.0000 Trace test indicates 2 cointegratingeqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values

Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue) Hypothesized Max-Eigen 0.05

No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None * 0.495856 40.40870 14.26460 0.0000

At most 1 * 0.265268 18.18670 3.841466 0.0000 Max-eigenvalue test indicates 2 cointegratingeqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values

Unrestricted Cointegrating Coefficients (normalized by b'*S11*b=I): KURS INFLASI

-5.160659 -0.292627 0.782340 -1.535600

Unrestricted Adjustment Coefficients (alpha): D(KURS) 0.097675 -0.015253

D(INFLASI) 0.298624 0.537790 1 Cointegrating Equation(s): Log likelihood -38.13992 Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses)

KURS INFLASI

Page 91: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

1.000000 0.056703 (0.04192)

Adjustment coefficients (standard error in parentheses) D(KURS) -0.504069

(0.07290) D(INFLASI) -1.541094

(0.77034)

UJI KOINTEGRASI KURS DENGAN BI RATE

Date: 04/26/14 Time: 08:27 Sample (adjusted): 1998Q2 2012Q4 Included observations: 59 after adjustments Trend assumption: Linear deterministic trend Series: KURS BI_RATE Lags interval (in first differences): 1 to 2

Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace) Hypothesized Trace 0.05

No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None * 0.484776 50.32668 15.49471 0.0000

At most 1 * 0.172909 11.20058 3.841466 0.0008 Trace test indicates 2 cointegratingeqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values

Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue) Hypothesized Max-Eigen 0.05

No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None * 0.484776 39.12610 14.26460 0.0000

At most 1 * 0.172909 11.20058 3.841466 0.0008 Max-eigenvalue test indicates 2 cointegratingeqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values

Unrestricted Cointegrating Coefficients (normalized by b'*S11*b=I): KURS BI_RATE

-5.568881 -0.101071 -1.208430 -1.600334

Unrestricted Adjustment Coefficients (alpha): D(KURS) 0.092422 0.012069

D(BI_RATE) -0.029977 0.075078

Page 92: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

1 Cointegrating Equation(s): Log likelihood 69.26401 Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses)

KURS BI_RATE 1.000000 0.018149

(0.03922)

Adjustment coefficients (standard error in parentheses) D(KURS) -0.514685

(0.07619) D(BI_RATE) 0.166939

(0.14012)

UJI KOINTEGRASI KURS DAN EKSPOR

Date: 04/26/14 Time: 08:27 Sample (adjusted): 1998Q2 2012Q4 Included observations: 59 after adjustments Trend assumption: Linear deterministic trend Series: KURS EKSPOR Lags interval (in first differences): 1 to 2

Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace) Hypothesized Trace 0.05

No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None * 0.551038 47.24882 15.49471 0.0000

At most 1 1.04E-05 0.000611 3.841466 0.9819 Trace test indicates 1 cointegratingeqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values

Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue) Hypothesized Max-Eigen 0.05

No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None * 0.551038 47.24821 14.26460 0.0000

At most 1 1.04E-05 0.000611 3.841466 0.9819 Max-eigenvalue test indicates 1 cointegratingeqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values

Unrestricted Cointegrating Coefficients (normalized by b'*S11*b=I): KURS EKSPOR

-5.965926 0.342574 2.849241 -2.253518

Unrestricted Adjustment Coefficients (alpha):

Page 93: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

D(KURS) 0.088229 0.000163 D(EKSPOR) 0.072090 -0.000225

1 Cointegrating Equation(s): Log likelihood 111.2568 Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses)

KURS EKSPOR 1.000000 -0.057422

(0.03919)

Adjustment coefficients (standard error in parentheses) D(KURS) -0.526368

(0.07738) D(EKSPOR) -0.430084

(0.07837)

UJI KOINTEGRASI KURS DAN IMPOR

Date: 04/26/14 Time: 08:28 Sample (adjusted): 1998Q2 2012Q4 Included observations: 59 after adjustments Trend assumption: Linear deterministic trend Series: KURS IMPOR Lags interval (in first differences): 1 to 2

Unrestricted Cointegration Rank Test (Trace) Hypothesized Trace 0.05

No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None * 0.550203 47.28601 15.49471 0.0000

At most 1 0.002496 0.147474 3.841466 0.7010 Trace test indicates 1 cointegratingeqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values

Unrestricted Cointegration Rank Test (Maximum Eigenvalue) Hypothesized Max-Eigen 0.05

No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Prob.** None * 0.550203 47.13854 14.26460 0.0000

At most 1 0.002496 0.147474 3.841466 0.7010 Max-eigenvalue test indicates 1 cointegratingeqn(s) at the 0.05 level * denotes rejection of the hypothesis at the 0.05 level **MacKinnon-Haug-Michelis (1999) p-values

Unrestricted Cointegrating Coefficients (normalized by b'*S11*b=I): KURS IMPOR

-5.716366 0.272729

Page 94: Analisis Perilaku Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pada Sistem Kurs Mengambang Bebas Di Indonesia

2.182523 -1.976120 Unrestricted Adjustment Coefficients (alpha): D(KURS) 0.094375 0.001963

D(IMPOR) 0.052726 -0.004522 1 Cointegrating Equation(s): Log likelihood 106.7019 Normalized cointegrating coefficients (standard error in parentheses)

KURS IMPOR 1.000000 -0.047710

(0.03800)

Adjustment coefficients (standard error in parentheses) D(KURS) -0.539483

(0.07376) D(IMPOR) -0.301404

(0.08032)