analisis perencanaan dan pengendalian obat kelompok a

12
Analisis Perencanaan dan Pengendalian Obat Kelompok A Dengan Menggunakan Metode ABC Analysis, EOQ, dan ROP Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Ibu dan Anak SamMarie Basra Tahun 2015 Maisa Rasyida Pancaputri, Mieke Savitri Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia Email: [email protected] Abstrak Penelitian ini membahas mengenai perencanaan dan pengendalian persediaan dengan menggunakan ABC Analysis, Economic Order Quantity (EOQ), Reorder Point (ROP), dan Min-Max Analysis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengendalian obat pada tahap perencanaan di Instalasi Farmasi RSIA SamMarie Basra belum belum optimal. Penghitungan perencanaan obat masih manual menggunakan metode konsumsi. Analisis ABC menunjukkan bahwa dari 764 jenis obat di Instalasi Farmasi RSIA SamMarie Basra, 96,15% jenis obat kelompok A menghabiskan 69,85% biaya obat. Obat kelompok B yakni 12,30% jenis obat menghabiskan 20,09% biaya obat, dan obat kelompok C dengan 81,54% jenis obat menghabiskan 10,05% biaya obat. Hasil analisis EOQ, ROP, Min-Max Analysis untuk obat kelompok “A” menunjukkan hasil yang bervariasi mulai dari 1-37 unit obat, 1-241 unit obat, 1-372 unit obat, dan 1-532 unit obat. Hasil penghitungan analisis ABC, EOQ, ROP, dan Max-Min Analysis dalam penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan dalam melakukan perencanaan dan pengendalian persediaan obat di Instalasi Farmasi RSIA SamMarie Basra. Type A Drugs Planning and Control Analysis Using ABC Analysis, EOQ, and ROP in SamMarie Basr Mother and Child Hospital Pharmacy Installation 2015 Abstract This research examine about supply control using ABC analysis, Economic Order Quantity (EOQ), Reorder Point (ROP), and Min-Max Analysis. Result from this research shows that drugs control at the planning stage in SamMarie Basra Mother and Child Hospital Pharmacy Installation still not optimal. Drugs planning calculation has been done manually using consumption method. ABC analysis shows that from 764 types of drugs in SamMarie Basra Mother and Child Hospital Pharmacy Installation, 96.15% type A of drugs spend 69.85% drugs cost. Drugs type B, that is 12.30% spend 20.09% drugs cost, and drugs type C with 81.54% types of drugs spend 10.05% drugs cost. Economic Order Quantity (EOQ), Reorder Point (ROP), Min-Max Analysis result group “A” shows vary results start from 1-37 drugs unit, 1-241 drugs unit, 1-372 drugs unit, and 1-532 drugs unit. Calculation result from ABC analysis, Economic Order Quantity (EOQ), Reorder Point (ROP), dan Max-Min Analysis are expected can be used as consideration in conducting drugs supply supervision and control in SamMarie Basra Mother and Child Hospital Pharmacy Installation. Keyword: Pharmacy, supply, Inventory Control, ABC Analysis, EOQ, ROP, RSIA SamMarie Basra Analisis perencanaan ..., Maisa Rasyida Pancaputri, FKM UI, 2016

Upload: others

Post on 18-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Perencanaan dan Pengendalian Obat Kelompok A

Analisis Perencanaan dan Pengendalian Obat Kelompok A Dengan Menggunakan Metode ABC Analysis, EOQ, dan ROP

Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Ibu dan Anak SamMarie Basra Tahun 2015

Maisa Rasyida Pancaputri, Mieke Savitri Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas

Indonesia

Email: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini membahas mengenai perencanaan dan pengendalian persediaan dengan menggunakan ABC Analysis, Economic Order Quantity (EOQ), Reorder Point (ROP), dan Min-Max Analysis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengendalian obat pada tahap perencanaan di Instalasi Farmasi RSIA SamMarie Basra belum belum optimal. Penghitungan perencanaan obat masih manual menggunakan metode konsumsi. Analisis ABC menunjukkan bahwa dari 764 jenis obat di Instalasi Farmasi RSIA SamMarie Basra, 96,15% jenis obat kelompok A menghabiskan 69,85% biaya obat. Obat kelompok B yakni 12,30% jenis obat menghabiskan 20,09% biaya obat, dan obat kelompok C dengan 81,54% jenis obat menghabiskan 10,05% biaya obat. Hasil analisis EOQ, ROP, Min-Max Analysis untuk obat kelompok “A” menunjukkan hasil yang bervariasi mulai dari 1-37 unit obat, 1-241 unit obat, 1-372 unit obat, dan 1-532 unit obat. Hasil penghitungan analisis ABC, EOQ, ROP, dan Max-Min Analysis dalam penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan dalam melakukan perencanaan dan pengendalian persediaan obat di Instalasi Farmasi RSIA SamMarie Basra.

Type A Drugs Planning and Control Analysis Using ABC Analysis, EOQ, and ROP in SamMarie Basr Mother and Child Hospital

Pharmacy Installation 2015

Abstract

This research examine about supply control using ABC analysis, Economic Order Quantity (EOQ), Reorder Point (ROP), and Min-Max Analysis. Result from this research shows that drugs control at the planning stage in SamMarie Basra Mother and Child Hospital Pharmacy Installation still not optimal. Drugs planning calculation has been done manually using consumption method. ABC analysis shows that from 764 types of drugs in SamMarie Basra Mother and Child Hospital Pharmacy Installation, 96.15% type A of drugs spend 69.85% drugs cost. Drugs type B, that is 12.30% spend 20.09% drugs cost, and drugs type C with 81.54% types of drugs spend 10.05% drugs cost. Economic Order Quantity (EOQ), Reorder Point (ROP), Min-Max Analysis result group “A” shows vary results start from 1-37 drugs unit, 1-241 drugs unit, 1-372 drugs unit, and 1-532 drugs unit. Calculation result from ABC analysis, Economic Order Quantity (EOQ), Reorder Point (ROP), dan Max-Min Analysis are expected can be used as consideration in conducting drugs supply supervision and control in SamMarie Basra Mother and Child Hospital Pharmacy Installation.

Keyword: Pharmacy, supply, Inventory Control, ABC Analysis, EOQ, ROP, RSIA SamMarie Basra

Analisis perencanaan ..., Maisa Rasyida Pancaputri, FKM UI, 2016

Page 2: Analisis Perencanaan dan Pengendalian Obat Kelompok A

Pendahuluan Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Farmasi, menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan obat dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Instalasi farmasi Rumah Sakit adalah salah satu unit di rumah sakit yang bertugas dan bertanggungjawab sepenuhnya pada pengelolaan semua aspek yang berkaitan dengan obat yang beredar dan digunakan di rumah sakit. Pengelolaan obat merupakan salah satu segi manajemen rumah sakit yang sangat penting dalam penyediaan pelayanan kesehatan secara keseluruhan, karena ketidakefisienan dan ketidaklancaran pengelolaan obat akan memberi dampak negatif terhadap rumah sakit, baik secara medik, sosial maupun secara ekonomi (Siregar, 2004). Pelayanan farmasi merupakan revenue center utama dalam rumah sakit. Pemasukan rumah sakit sebesar 50% dari keseluruhan berasal dari pengelolaan perbekalan farmasi (Suciati dan Adisasmito, 2006). Investasi berlebihan pada farmasi akan meningkatkan biaya penyimpanan yang mungkin akan mempunyai opportunity cost, sedangkan persediaan farmasi yang tidak mencukupi dapat menyebabkan biaya kekurangan bahan, tertundanya keuntungan atau bahkan dapat mengakibatkan hilangnya pelanggan (Rangkuti, 2004). Aspek terpenting dari pelayanan farmasi adalah mengoptimalkan dalam penggunaan obat, ini harus termasuk perencanaan untuk menjamin ketersediaan, keamanan dan keefektifan penggunaan obat, maka dari itu, jika masalah perbekalan farmasi tidak dikelola secara cermat dan penuh tanggung jawab maka dapat diprediksi bahwa pendapatan rumah sakit akan mengalami penurunan (Novianne, 2015). Inventory control dapat membantu sebuah perusahaan dalam menghindari kejadian stockout (Gupta, 2009). Tujuan dari inventory control ini adalah menentukan tingkat persediaan dan waktu pemesanan yang tepat, sehingga perusahaan dapat meminimalkan biaya yang dikeluarkan. Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam inventory control yakni Analisis ABC, EOQ, dan ROP. Analisis ABC adalah salah satu pengendalian persediaan obat dengan mengelompokan obat berdasarkan nilai investasi rendah, sedang, dan tinggi dengan melihat pola konsumsi obat (Ariyanti, 2012). Metode analisis ABC sangat berguna dalam memfokuskan perhatian manajemen terhadap penentuan jenis barang yang paling penting dan perlu di prioritaskan dalam persediaan (Sulastri, 2012). Selain dengan analisis ABC, untuk melakukan perencanaan dan pengendalian persediaan obat dapat dilakukan dengan menggunakan perhitungan Economic Order Quantity (EOQ). Economic Order Quantity (EOQ) digunakan untuk menghitung sejumlah persediaan barang yang dapat dipesan pada suatu periode. Tujuan dari Economic Order Quantity (EOQ) adalah mengetahui berapa besar jumlah stok barang yang ekonomis, sehingga stok barang terjaga dalam keadaan yang aman tetapi terjangkau (Sabarguna, 2005). Re-Order Point (ROP) adalah batas/titik jumlah pemesanan kembali termasuk permintaan yang diinginkan atau dibutuhkan selama masa tenggang dan dapat membantu perencanaan farmasi dalam melakukan perhitungan serta pemesanan obat sehingga tidak terjadi kekosongan obat dan meminimalkan biaya pemesanan (Pratiwi Sauzan, 2013). Rumah Sakit Ibu dan Anak SamMarie Basra merupakan salah satu rumah sakit swasta yang berlokasi di Pondok Bambu, Duren Sawit, Jakarta Timur. Rumah Sakit yang berstatus sebagai rumah sakit swasta merupakan sebuah usaha yang bergerak dibidang kesehatan yang mempunyai orientasi keuntungan. Biaya operasional sebuah rumah sakit swasta diperoleh dari pendapatan rutin rumah sakit tersebut. Berdasarkan hasil wawancara, perencanaan kebutuhan obat di Instalasi Farmasi RSIA SamMarie Basra dilakukan dengan cara pemesanan obat setiap hari yang sebelumnya melakukan cek secara sistem (computer) dan juga cek secara manual (fisik), artinya pemesanan obat dilakukan setiap hari sesuai dengan kutipan wawancara: “Perencanaan berdasarkan buffer stock… kadang-kadang juga kita liat fisik juga... fisik sama buffer...” (I1)

Analisis perencanaan ..., Maisa Rasyida Pancaputri, FKM UI, 2016

Page 3: Analisis Perencanaan dan Pengendalian Obat Kelompok A

“Frekuensi… Sehari sekali, setiap hari….” (I1) Instalasi farmasi RSIA SamMarie Basra menjadikan obat yang fast moving atau obat yang sering digunakan sebagai dasar perencanaan kebutuhan obat, dari metode tersebut terdapat kelemahan yaitu tidak dapat diketahui obat apa saja yang harus disediakan dalam jumlah banyak atau dalam jumlah yang sedikit sehingga tidak ada prioritas dalam perencanaan obat. Metode ini juga tidak dapat diketahui kapan harus memesan obat lagi atau saat obat dalam persediaan masih tersedia berapa harus sudah dilakukan pemesanan kembali, sehingga penggunaan metode selama ini memungkinkan untuk terjadinya kekurangan stok (stockout) atau kelebihan stok (overstock). Berdasarkan hasil wawancara yang mengatakan bahwa penggunaan metode tersebut menjadi kurang efektif karena ketika terjadi permintaan yang tinggi pada obat yang jarang keluar (slow moving), sehingga obat yang diprediksi permintaannya sedikit dan tidak di stok dalam jumlah besar menjadi habis atau kekosongan akibat dari permintaan yang mendadak tinggi. Dengan meningkatnya kunjugan pasien rawat jalan, maka kedepannya Instalasi Farmasi RSIA SamMarie Basra membutuhkan pelayanan yang lebih cepat dan tepat, guna memuaskan pasien dan menghindari keterlambatan pesanan obat yang akan menimbulkan dampak kerugian terhadap Rumah Sakit Ibu dan Anak SamMarie Basra, jika perencanaan dan pengendalian obat masih belum dilakukan secara maksimal. Jumlah kunjungan pasien rawat jalan Rumah Sakit Ibu dan Anak SamMarie Basra dari tahun 2011-2015 meningkat yaitu:

Jumlah Kunjungan Poliklinik

2011 2012 2013 2014 2015

3833 6555 9908 13229 13363

Sumber: (RSIA SamMarie Basra, 2015) Untuk lebih menjaga agar stok obat tidak kekosongan atau berlebih maka dibutuhkan penghitungan yang tepat dalam melakukan perencanaan dan pengendalian persediaan obat. Metode analisis ABC, EOQ, dan ROP dapat menjadi dasar dalam melakukan perencanaan dan pengendalian persediaan obat. Seperti yang sudah dijabarkan peneliti diatas bahwa metode dalam inventory control dapat membantu sebuah perusahaan dalam menghindari kejadian stockout dan memiliki tujuan untuk menentukan tingkat persediaan dan waktu pemesanan yang tepat, sehingga perusahaan dapat meminimalkan biaya yang dikeluarkan. .

Analisis perencanaan ..., Maisa Rasyida Pancaputri, FKM UI, 2016

Page 4: Analisis Perencanaan dan Pengendalian Obat Kelompok A

Tinjauan Teoritis 1. Fungsi Manajemen Logistik

Di dalam pengelolaan logistik, fungsi-sungsi manajemen yang merupakan suatu siklus kegiatan dapat dijalankan sebagaimana terlihat pada gambar 2.1. Sukses atau gagalnya pengelolaan logistik ini ditentukan oleh kegiatan di dalam siklus tersebut yang paling lemah. Apabila lemah di dalam perencanaan, akibat yang ditimbulkan akan berdampak kepada siklus manajemen logistik secara keseluruhan (Seto, 2004).

Gambar 2.1 Siklus Manajemen Logistik

Sumber: Soerjono Seto, Yunita, Lily, Manajemen Farmasi, 2004

2. Inventory control berfungsi untuk menginformasikan kepada petugas kapan harus pesan kembali, berapa banyak yang harus dipesan, dan bagaimana menjaga stok tetap ada dan dalam level yang tepat, untuk menghindari kekurangan dan kelebihan stok. Untuk mengetahui itu semua maka diperlukan penghitungan max-min inventory control system, max stock level/max quantity, min stock level/min quantity, review period/review period stock, safety stock level, dan lead time stock level (USAID, 2011)

3. Analisis ABC Metode analisis ABC membagi barang-barang ke dalam 3 (tiga) tingkatan. Latar belakang metode ini lahir dari prinsip bahwa sebagian kecil jumlah barang berperan dalam sebagian besar investasi (Prinsip Pareto). Metode analisis ABC digunakan untuk dapat mengklasifikasikan seluruh persediaan berdasarkan tingkat kepentingannya, seperti pengelompokan persediaan berdasarkan besar kecil nilai investasi, tinggi rendah nilai penjualan, dan besar kecil nilai pemakaian. a. Persediaan kelompok A: memerlukan pemantauan atau pengendalian yang ketat, sistem

pencatatan yang akurat dan lengkap serta peninjauan tetap oleh pengambilan keputusan yang berpengaruh.

b. Persediian kelompok B: memerlukan pemantauan atau pengendalian yang tidak terlalu ketat, sistem pencatatan yang cukup baik serta peninjauan berkala.

c. Persediaan kelompok C: memerlukan pemantauan atau pengendalian yang sederhana serta sistem pencatatan yang sederhana.

Analisis perencanaan ..., Maisa Rasyida Pancaputri, FKM UI, 2016

Page 5: Analisis Perencanaan dan Pengendalian Obat Kelompok A

Menurut Dirjen Binakefarmasian dan Alat Kesehatan (2010) klasifikasi persediaan berdasarkan pemakaian dan investasi dibagi atas 3 bagian, yaitu: a. Persediaan dengan tingkat pemakaian dan investasinya tinggi dengan persen (%)

kumulatifnya 0-70% yang disebut fast moving dengan bobot = 3, yaitu kategori kelompok A b. Persediaan dengan tingkat pemakaian dan investasinya sedang dengan persen (%)

kumulatifnya 71-90% yang disebut moderate dengan bobot = 2, yaitu kategori kelompok B. c. Persediaan dengan tingkat pemakaian dan investasi yang rendah dengan persen (%)

kumulatifnya 91-100% yang disebut slow moving dengan bobot = 1, yaitu kategori kelompok C.

Analisis ABC memberikan perspektif mengenai biaya dengan lebih mendalam pada pihak manajemen dan membantu untuk menentukan prioritas untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya. Analisis ABC dapat membantu untuk merasionalkan jumlah pemesanan dan mengurangi persediaan untuk periode terntentu. Hal yang harus diperhaitukan dalam membuat analisis ABC, yaitu: a. Jika barang dapat saling mensubstitusi maka mereka dianggap sebagai satu barang. b. Dalam mengkalisifikasikan menjadi kelompok A, B, dan C yang harus dilihatadalah total

nilai konsumsi, bukan harga per unit barang. c. Semua barang yang dikonsumsi tidak harus selama 1 (satu) tahun, dapat disesuaikan dengan

kebutuhan. Contoh 6 (enam) bulan, 4 (empat) bulan atau 1 (satu) bulan. 4. Economic Order Quantity (EOQ)

Economic Order Quantity (EOQ) adalah sejumlah persediaan barang yang dapat dipesan pada suatu periode untuk tujuan meminimalkan biaya dari persediaan barang tersebut (Sabarguna, 2005). EOQ adalah metode yang paling umum digunakan untuk menetukan jumlah atau unit item yang akan dipesan. Metode ini dapat membantu dalam menentukan level persediaan yang tepat sehingga dapat memfasilitasi dalam menentukan jumlah dan urutan pemesanan yang tepat agar dapat meminimalkan biaya barang dan bahan (Gupta, 2009). Menurut Schroeder (1994), untuk menghitung jumlah pembelian untuk persediaan dapat digunakan metode Economic Order Quantity (EOQ). Economic Order Quantity (EOQ) adalah metode sistematis untuk menetapkan jumlah produk optimal yang dipesan dan untuk meminimalkan biaya persediaan. Economic Order Quantity (EOQ) dipergunakan dengan memperhitungkan biaya total persediaan yang berhubungan dengan biaya penyimpanan. Penghitungan Economic Order Quantity (EOQ) dapat dilakukan untuk menghindari ketidaksediaan obat (stockout) yang akan berdampak terhadap pelayanan kesehatan. Dengan menerapkan Economic Order Quantity (EOQ) dalam setiap tahun dapat ditentukan jumlah pemesanan dalam jangka waktu beberapa kali saja, sehingga dapat mengurangi resiko kehabisan persediaan (stockout). Menurut Supriadi (2004) rumus Economic Order Quantity (EOQ) adalah: Keterangan: D (demand) = Jumlah Permintaan Oc (ordering cost) = Biaya Pemesanan Cc (carrying cost) = Biaya Penyimpanan

Gambar 2.2 Grafik Eqonomic Quantity Order

Analisis perencanaan ..., Maisa Rasyida Pancaputri, FKM UI, 2016

Page 6: Analisis Perencanaan dan Pengendalian Obat Kelompok A

5. Re-Order Point (ROP)

Re-Order Point (ROP) adalah batas/titik jumlah pemesanan kembali termasuk permintaan yang diinginkan atau dibutuhkan selama masa tenggang, misalnya suatu tambahan/ekstra stok (Rangkuti, 1996). Dalam menentukan titik pemesanan harus memperhatikan besarnya penggunaan selama bahan-bahan belum datang dan persediaan minimum. Besarnya penggunaan selama bahan-bahan yang dipesan belum diterima ditentukan oleh 2 faktor yaitu lead time dan tingkat penggunaan rata-rata (Assauri dalam Ariyanti, 2012). Menurut Bowersox dan Peterson (Ariyanti, 2012), penghitungan Re-Order Point (ROP) dengan rumus: Keterangan: D = Penggunaan periode tertentu LT = Waktu pemesanan sampai barang diterima S = Safety stock Penggunaan periode tertentu adalah jumlah produk yang akan digunakan atau dijual dalam jangka waktu tertentu, biasanya digambarkan dalam satuan unit jumlah per satuan unit waktu. Lead time adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk memesan dan menerima produk dari supplier. Lead time biasanya 1 (satu) hari namun dapat bervariasi sekitar 1-2 minggu, tergantung pada produk dan supplier. Safety stock merupakan buffer produk yang disimpan untuk mengakomodasi peningkatan permintaan atau lead time yang melebihi waktu yang diperkirakan (Peterson dalam Pratiwi, 2013).

Gambar 2.3 Grafik Re-Order Point Keterangan: Q = Jumlah Pemesanan ROP = Titik Re-Order Point L: a-b = Lead Time T: c-d = Interval Pemesanan

Analisis perencanaan ..., Maisa Rasyida Pancaputri, FKM UI, 2016

Page 7: Analisis Perencanaan dan Pengendalian Obat Kelompok A

Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan melakukan telaah dokumen dan wawancara mendalam. Data yang digunakan adalah data sekunder yang ada di Instalasi Farmasi terhdapat pemakain obat periode triwulan yakni Oktober-Desember tahun 2015. Wawancara mendalam dilakukan pada 3 orang informan yakni 2 (dua) orang pegawai apotik dan 1 (satu) pegawai farmasi. Penelitian ini dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Ibu dan Anak SamMarie Basra. Waktu Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2015. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Desember 2015 dengan data primer yang didukung oleh data sekunder. Data Primer dengan wawancara mendalam yang dilakukan kepada 3 (tiga) orang informan dilakukan oleh peneliti sendiri yakni 2 (dua) orang pegawai apotik dan 1 (satu) pegawai farmasi. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan telaah dokumen untuk mendapatkan data mengenai obat yang dibeli dan terdaftar di formularium rumah sakit, kemudian data pemakaian obat, harga beli satuan kecil, biaya pemesanan dan biaya penyimpanan selama periode triwulan yakni Oktober-Desember tahun 2015. Informan terdiri dari 3 (tiga) orang yakni 2 (dua) orang pegawai apotik dan 1 (satu) pegawai farmasi. Pemilihan informan ditentukan melalui kriteria kesesuaian yakni, infroman dipilih berdasarkan kesesuaian pengetahuan yang dimiliki terkait dengan topik penelitian. Kecukupan yaitu data dan informasi yang didapatkan dari informan harus dapat menggambarkan seluruh fenomena yang berkaitan dengan topik penelitian. Data dari hasil data sekunder diperiksa kelengkapannya lalu kemudian diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel. 1. Untuk membuat analisis ABC pemakaian:

a) Daftar semua obat yang digunakan selama periode Oktober-Desember 2015. b) Masukan kuantitas pemakaian dan diurutkan dari pemakaian terbesar hingga pemakaian

terkecil. c) Hitung persentase pemakaian setiap item obat dari jumlah pemakaian total. d) Hitung persentase kumulatif setiap item obat. e) Obat dikelompokan berdasrkan persentase kumulatif pemakaian. Obat-obat yang

mempunyai persentase kumulatif hingga 70% adalah obat kelompok A, 70-90% adalah obat kelompok B, dan 90-100% adalah obat kelompok C.

2. Untuk membuat analisis ABC nilai investasi: a) Daftar semua obat yang digunakan selama periode Oktober-Desember 2015. b) Masukan jumlah pemakaian terkecil. c) Masukan harga beli satuan terkecil. d) Kalkulasi nilai investasi dengan mengalikan jumlah pemakaian dengan harga. e) Hitung persentase nilai investasi setiap item obat dari nilai investasi total semua obat. f) Hitung persentase kumulatif setiap item obat. g) Obat dikelompokan berdasarkan persentase kumulatif nilai investasi. Obat yang

mempunyai persentase kumulatif hingga 70% adalah obat kelompok A, 70-90% adalah obat kelompok B, dan 90-100% adalah obat kelompok C.

3. Membandingkan hasil yang diperoleh dengan teori analisis ABC pemakaian dan nilai investasi.

4. Dilakukan penghitungan perencanaan dan pengendalian persediaan obat kelompok A dengan metode EOQ dan ROP.

Data hasil wawancara mendalam akan dilakukan tahap-tahap sebagai berikut: a) Melakukan pengumpulan data yang diperoleh dari wawancara mendalam. b) Membuat transkip hasil wawancara mendalam. c) Menyajikan ringkasan data dari hasil transkip dalam bentuk matriks atau tabel.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan upaya untuk menjaga validitas data (triangulasi). Adapun triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber data merupakan upaya melakukan pengecekan terhadap konsistensi dari berbagai sumber data dengan menggunakan metode yang sama (Wibowo, 2015). Peneliti mewawancarai lebih dari satu orang informan, yang berbeda tugas serta tanggung jawabnya, diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih tepat. Triangulasi

Analisis perencanaan ..., Maisa Rasyida Pancaputri, FKM UI, 2016

Page 8: Analisis Perencanaan dan Pengendalian Obat Kelompok A

Metode, peneliti melakukan beberapa metode untuk melakukan penelitian seperti observasi, wawancara mendalam dan telaah dokumen dengan data sekunder yang ada, seperti: data penjualan obat, data pemakaian obat. Data yang diperoleh dari hasil wawancara, ditulis dalam bentuk transkip dan sesuai dengan yang sebenarnya. Hasil transkip tersebut dibuat resume dalam bentuk matriks dan kemudian dibuat interpretasi sehingga data dapat disajikan dalam bentuk narasi, sedangkan hasil analisis dari perhitungan data sekunder akan disajikan dalam bentuk tabel.

Hasil dan Pembahasan Penelitian 1. Analisis ABC Pemakaian (Qty) Penggunaan analisis ABC dapat membantu Rumah Sakit dalam membuat perencanaan obat dengan mempertimbangkan aspek nilai pakai dan total nilai investasi obat sehingga dapat meningkatkan efisiensi penggunaan dan perencanaan obat (Prasetyo dalam Ariyanti, 2012). Teknik klasifikasi persediaan yang dilakukan dengan metode analisis ABC berguna untuk memfokuskan perhatian manajemen terhadap penentuan jenis barang yang paling penting (Pratiwi, 2013). Menurut Dirjen Binakefarmasian dan Alat Kesehatan (2010) untuk obat kelompok A fokus perhatian manajemen menjadi hal yang paling utama, kemudian pengendalian untuk obat kelompok A harus ketat, dan obat kelompok A ini harus lebih sering di monitoring. Dari hasil telaah dokumen yang diolah kembali data pemakaian obat selama periode 3 (tiga) bulan terakhir yakni bulan Oktober-Desember tahun 2015, diperoleh obat yang tergolong ke dalam kelompok A, B, dan C. Berikut adalah hasil analisis ABC data pemakaian obat Instalasi Farmasi RSIA SamMarie Basra.

Tabel 6.2 Hasil Analisis ABC Pemakaian (Qty) Oktober-Desember Tahun 2015

Berdasarkan hasil analisis ABC pemakaian (Qty) pada 764 jenis obat ini, diperoleh informasi bahwa hanya terdapat 46 jenis obat yang termasuk kedalam obat kelompok A pemakaian (Qty) atau 6,02%. Artinya sebanyak 46 jenis obat ini paling banyak dipakai di Instalasi Farmasi RSIA SamMarie Basra. Hasil analisis ABC berdasarkan jumlah pemakaian ini belum dapat menggambarkan apakah 46 jenis obat yang masuk kedalam obat kelompok A adalah jenis obat yang paling banyak menghabiskan anggaran di RSIA SamMarie Basra. Berikut daftar nama obat yang masuk kedalam Kelompok A pemakaian (Qty) dapat dilihat pada Tabel 6.3

Kelompok Jumlah Item % Total Biaya %

A 46 6,02% Rp522,862,678.29 35.54%

B 101 13,22% Rp358,932,126.47 24.40%

C 617 80,76% Rp589,287,110.58 40.06%

Total 764 100% Rp1,471,081,915.33 100.00%

Analisis perencanaan ..., Maisa Rasyida Pancaputri, FKM UI, 2016

Page 9: Analisis Perencanaan dan Pengendalian Obat Kelompok A

Tabel 6.3 Daftar Nama Obat Kelompok “A” Berdasarkan Hasil Analisis ABC Pemakaian (Qty) Oktober- Desember Tahun 2015

Total pemakaian (Qty) dari 764 jenis obat di Instalasi Farmasi RSIA SamMarie Basra selama bulan Oktober-Desember 2015 adalah 96.912.89 obat dengan total nilai pemakaian/ investasi (Rp)

No Nama Obat Qty Total Nilai Jual Obat % Kumulati

f

Kelompok

1 ISOPRINOSINE 4895 Rp78,243,540.10 5.05% A 2 FIONAT 0.4 MG 4552 Rp3,442,450.00 9.75% A 3 TORREX CAP 3171 Rp30,472,422.12 13.02% A 4 BIOBRAN 250 MG 3166 Rp45,709,125.00 16.29% A 5 VITAMIN C IPI 50 MG 3004 Rp259,064.96 19.39% A 6 CARNICO - Q 2781 Rp20,677,597.11 22.26% A 7 SPIRADAN 500 MG TAB 2700 Rp18,933,750.00 25.04% A 8 INCLOVIR 500 MG TAB 42' 2467 Rp41,723,137.50 27.59% A 9 CAVIT D3 2417 Rp4,459,969.25 30.08% A

10 LAMESON 4 MG 2408 Rp9,767,450.00 32.57% A 11 HEMOBION 2314 Rp4,195,721.66 34.95% A 12 CAL-95 KAPLET 1100 MG 30' 2168 Rp11,924,000.00 37.19% A 13 PECTOCIL 1922 Rp6,474,737.50 39.17% A 14 SELOXY 1907 Rp11,799,562.50 41.14% A 15 FOLAMIL GENIO 1784 Rp8,585,500.00 42.98% A 16 VITAN TAB 1663 Rp26,473,396.78 44.70% A 17 LAPIMUC 30 MG 1638.5 Rp1,577,056.25 46.39% A 18 VIADOXIN 100 MG 1581 Rp11,521,537.50 48.02% A 19 ALERTEN 100 1531 Rp20,489,878.23 49.60% A 20 CYGEST SUPP. 400 1226 Rp33,715,000.00 50.87% A 21 THROMBO ASPILET 1148 Rp1,065,493.24 52.05% A 22 PRENATIN-DF 1140 Rp4,310,625.00 53.23% A 23 LASAL 4 MG CAP 1129 Rp2,173,325.00 54.39% A 24 MOLOCO B12 1070 Rp4,484,862.20 55.50% A 25 DUPHASTON 10 MG 1055 Rp20,112,920.90 56.58% A 26 OMEGA 3 FISH OIL 900 Rp2,175,003.00 57.51% A 27 CTM (CHLORPHENIRAMIN MALEAT) 4MG 879 Rp42,306.27 58.42% A 28 VITAMIN B6 10 MG (MEGA) 860 Rp27,201.80 59.31% A 29 PYREXIN TAB 500 MG 811 Rp334,537.50 60.14% A 30 KETRICIN TAB 783 Rp3,229,875.00 60.95% A 31 IMMUNOCAL 774 Rp41,239,989.36 61.75% A 32 OLIGOCARE 640 Rp4,400,000.00 62.41% A 33 CLINMAS 300 MG CAPS 604 Rp5,232,150.00 63.03% A 34 L-BIO 593 Rp4,484,562.50 63.65% A 35 EFLIN TAB 551 Rp757,625.00 64.21% A 36 FG TROCHES / 120'S 546 Rp675,675.00 64.78% A 37 CAPSINAT 500 MG 519 Rp7,193,340.00 65.31% A 38 IMBOOST FORCE TAB 517 Rp3,909,812.50 65.85% A 39 GLUCOPHAGE 500 MG 482 Rp853,887.10 66.34% A 40 MALTOFER CHEW 480 Rp1,694,001.60 66.84% A 41 VALTREX 478 Rp10,265,618.82 67.33% A 42 METHYLPREDNISOLONE 4 MG 471 Rp259,374.99 67.82% A 43 MUCOPECT TAB 30 MG 461 Rp1,776,624.85 68.29% A 44 FLAGYSTATIN OVULA 440 Rp8,788,595.20 68.75% A 45 PERENNIAL BODY MOISTURIZER 425 Rp546,125.00 69.19% A 46 CLARIHIST TAB 408 Rp2,384,250.00 69.61% A

Total 67.459.5 Rp522,862,678.29

Analisis perencanaan ..., Maisa Rasyida Pancaputri, FKM UI, 2016

Page 10: Analisis Perencanaan dan Pengendalian Obat Kelompok A

sebesar Rp1,471,081,915.33. Berdasarkan tabel 6.3 dapat dilihat bahwa total pemakaian obat yang masuk kedalam kelompok A Pemakaian (Qty) pada bulan Oktober-Desember 2015 adalah 67.459.5 obat atau 69,61% dengan total nilai pemakaian/ investasi (Rp) sebesar Rp522,862,678.29 atau 35.54%, artinya 6,02% obat di Instalasi Farmasi RSIA SamMarie Basra menghabiskan 35,54% biaya obat. Hal ini tidak sesuai dengan klasifikasi kelompok A menurut Gupta (2009) yang menyatakan bahwa kelompok A adalah item dengan urutan 10% pertama yang menghabiskan 70-75% biaya. Oleh karena itu peneliti juga melakukan analisis ABC berdasarkan total nilai investasi (Rp) pada Instalasi Farmasi RSIA SamMarie Basra. Berdasarkan hasil wawancara, metode yang digunakan di Instalasi Farmasi RSIA SamMarie Basra untuk perencanan sebagai acuan adalah berdasarkan obat yang sering keluar (fast moving). Hal ini terkait dengan banyaknya jumlah obat yang diresepkan oleh dokter. Seperti kutipan wawancara berikut ini:

“Kalo metodenya yang banyak keluar sih... yang kita banyak pesen… fast moving… (I2) “Metode obatnya… sama kayak tadi, fast moving juga, yang biasa sering keluar… lebih cenderung liat obat yang sering dipake stoknya, dia cukup apa gak buat dipake buat besok atau buat selanjutnya…” (I3)

Hasil analisis penghitungan yang peneliti lakukan bahwa dari 764 jenis obat, yang termasuk kedalam obat kelompok A sebanyak 46 jenis obat yaitu 6,02% dengan jumlah pemakaian 67459,5 dengan 69,61%. Dengan dilakukannya analisis ABC pemakaian (Qty) petugas farmasi akan lebih mengetahui obat mana saja yang termasuk kedalam obat kelompok A, B, dan C. Sehingga dengan diketahui kelompok obat A, B, dan C, maka petugas Instalasi Farmasi RSIA SamMarie Basra dapat membuat perencanaan obat dengan mempertimbangkan aspek nilai pakai dan total nilai investasi obat sehingga dapat meningkatkan efisiensi penggunaan dan perencanaan obat. 2. Analisis ABC Total Nilai Investasi (Rp) Dalam melakukan analisis ABC total nilai investasi (Rp) maka prosedur yang dilakukan adalah menyusun daftar obat yang digunakan, mengetahui pemakaian obat, kemudian harga satuan obat, mengalikan antara pemakaian obat dengan harga satuan obat, mengurutkan obat berdasarkan jumlah investasi dari yang terbesar hingga yang terkecil. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 6.4.

Kelompok Jumlah Item % Total Investasi %

A 47 6,15% Rp. 1,027,616,654.67 69,85%

B 94 12,30% Rp. 295,595,957.69 20,09%

C 623 81,54% Rp. 147,869,302.98 10,05%

Total 764 100,00% Rp1,471,081,915.33 100,00%

Tabel 6.4 memperlihatkan hasil analisis ABC berdasarkan total nilai investasi (Rp) obat di Instalasi Farmasi RSIA SamMarie Basra. Total nilai investasi ini diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah pemakaian (Qty) dengan harga satuan obat. Pada tabel 6.3 dapat dilihat bahwa dari 764 jenis obat hanya 47 jenis obat atau 6,15% yang masuk kedalam obat kelompok A nilai ivestasi (Rp). Daftar nama jenis obat yang masuk kedalam kelompok A total nilai investasi (Rp) ini dapat dilihat pada Tabel 6.5.

Analisis perencanaan ..., Maisa Rasyida Pancaputri, FKM UI, 2016

Page 11: Analisis Perencanaan dan Pengendalian Obat Kelompok A

Tabel 6.5 Daftar Nama Obat Kelompok “A” Berdasarkan Hasil Analisis ABC Total Nilai Investasi (Rp) Oktober-Desember Tahun 2015

No

Nama Obat

Qty

Investasi

%

% Kumulatif

1 GONAL-F 75 IU INJ. (5,5 MCG) 118 Rp80,557,125.00 5.48% 5.48%

2 ISOPRINOSINE 4895 Rp78,243,540.10 5.32% 10.79%

3 BIOBRAN 250 MG 3166 Rp45,709,125.00 3.11% 13.90%

4 SYNFLORIX PFS (BOX/ 1 VIAL) 83 Rp45,079,375.00 3.06% 16.97%

5 INCLOVIR 500 MG TAB 42’ 2467 Rp41,723,137.50 2.84% 19.80%

6 IMMUNOCAL 774 Rp41,239,989.36 2.80% 22.61%

7 OVIDREL 250 MCG INJ 49 Rp39,010,125.00 2.65% 25.26%

8 PREVENAR PFS 0,5 ML 42 Rp35,700,010.50 2.43% 27.68%

9 CYGEST SUPP. 400 1226 Rp33,715,000.00 2.29% 29.98%

10 TORREX CAP 3171 Rp30,472,422.12 2.07% 32.05%

11 LOVENOX 60 MG/ 0,6 ML 109 Rp29,501,327.42 2.01% 34.05%

12 INFANRIX-HIB 65 Rp29,440,125.00 2.00% 36.05%

13 VITAN TAB 1663 Rp26,473,396.78 1.80% 37.85%

14 NEOTIGASON 25 MG 336 Rp23,320,500.00 1.59% 39.44%

15 LOVENOX 40 MG/ 0,4 ML 121 Rp22,893,124.98 1.56% 41.00%

16 VARILIX INJ 0,5 ML 60 Rp22,713,075.00 1.54% 42.54%

17 ISOPRINOSINE SYRUP 60 ML 171 Rp22,042,968.75 1.50% 44.04%

18 CARNICO-Q 2781 Rp20,677,597.11 1.41% 45.44%

19 ALERTEN 100 1531 Rp20,489,878.23 1.39% 46.84%

20 DUPHASTON 10 MG 1055 Rp20,112,920.90 1.37% 48.20%

21 ROTARIX INJ 68 Rp19,167,500.00 1.30% 49.51%

22 SPIRADAN 500 MG TAB 2700 Rp18,933,750.00 1.29% 50.79%

23 PEDIACEL 0,5 ML 28 Rp18,088,840.00 1.23% 52.02%

24 ARIMIDEX 1 MG 199 Rp17,076,036.77 1.16% 53.18%

25 CRINONE 8% GEL APPLICATOR 174 Rp16,332,800.58 1.11% 54.29%

26 ENDROLIN 3,75 MG/ BOX 10 Rp15,400,000.00 1.05% 55.34%

27 PROSPAN SYR 100 ML 168 Rp15,015,000.00 1.02% 56.36%

28 CABERLIN 0,25 92 Rp14,231,250.00 0.97% 57.33%

29 BRAVELLE 75 IU 23 Rp13,282,500.00 0.90% 58.23%

30 HAVRIX 720 JUNIOR @ 1 VL 35 Rp12,404,218.75 0.84% 59.08%

31 CAL-85 KAPLET 1100 MG 30’ 2168 Rp11,924,000.00 0.81% 59.89%

32 SELOXY 1907 Rp11,799,562.50 0.80% 60.69%

33 VIADOXIN 100 MG 1581 Rp11,521,537.50 0.78% 61.47%

34 CLEAR OBAGI NUDERM-CLEAR US 27 Rp11,502,000.00 0.78% 62.25%

35 PERGOVERIS 7 Rp10,513,387.50 0.71% 62.97%

Analisis perencanaan ..., Maisa Rasyida Pancaputri, FKM UI, 2016

Page 12: Analisis Perencanaan dan Pengendalian Obat Kelompok A

36 VALTREX 478 Rp10,265,618.82 0.70% 63.67%

37 LAMESON 4 MG 2408 Rp9,767,450.00 0.66% 64.33%

38 IMBOOST FORCE SYR 120 ML 93 Rp9,590,625.00 0.65% 64.98%

39 INFANRIX HEXA 18 Rp8,910,000.00 0.61% 65.59%

40 FLAGYSTATIN OVULA 440 Rp8,788,595.20 0.60% 66.18%

41 FOLAMIL GENIO 1784 Rp8,585,500.00 0.58% 66.77%

42 CANDID 150 MG 113 Rp7,858,867.50 0.53% 67.30%

43 VAKSIN PALIO “SABIN” TRIV&PIP 106 Rp7,834,062.50 0.53% 67.83%

44 MENOPUR (I+II) 75 IU 12 Rp7,755,000.00 0.53% 68.36%

45 TIRIZ DROP 10 MG/ML 93 Rp7,416,750.00 0.50% 68.87%

46 VAKSIN BCG (10%) 34 Rp7,304,687.50 0.50% 69.36%

47 CASODEX TABLET 50 MG 60 Rp7,232,350.80 0.49% 69.85%

Total 38.709 Rp1,027,616,654.67

Total pemakaian (Qty) dari 764 jenis obat di Instalasi Farmasi RSIA SamMarie Basra periode Oktober-Desember Tahun 2015 adalah 96.912.89 obat dengan total nilai investasi (Rp) sebesar Rp. 1,471,081,915.33. Berdasarkan Tabel 6.4 dapat dilihat bahwa total pemakaian obat yang termasuk kedalam kelompok A total nilai investasi (Rp) pada periode Oktober-Desember Tahun 2015 adalah 38.709 obat atau 69,85%. Artinya 6,15% jenis obat kelompok A di Instalasi Farmasi RSIA SamMarie Basra menghabiskan 69,85% biaya obat. Untuk kelompok B artinya 12,30% jenis obat menghabiskan 20,09% biaya obat, dan untuk kelompok C artinya 81,54% jenis obat menghabiskan 10,05% biaya obat. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Gupta (2009) bahwa Kelompok A adalah jumlah obat dengan 10% yang menghabiskan 70-75% biaya, kelompok B adalah jumlah obat dengan 20-30% biaya, dan kelompok C dengan 70% jumlah obat yang menghabiskan 10-15% biaya.

Analisis perencanaan ..., Maisa Rasyida Pancaputri, FKM UI, 2016