analisis perbedaan tingkat pengungkapan corporate...

106
1 PENDAHULUAN Beberapa indikator keberhasilan perusahaan dalam memenangkan persaingan di dalam dunia usaha adalah profit dan pertumbuhan. Peningkatan profit ditandai dengan meningkatnya tingkat penjualan produk, sedangkan peningkatan pertumbuhan ditandai dengan meningkatnya nilai investasi yang ditanamkan dalam perusahaan (Sembiring, 2005). Investor akan menanamkan dananya untuk memperoleh return berupa dividen atau pun capital gain dan mendapatkan hak kepemilikan atas perusahaan. Selain itu, investor juga mempertimbangkan nilai perusahaan dalam melakukan investasi. Nilai perusahaan pada perusahaan go public tercermin pada harga saham. Semakin tinggi harga saham, maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menjadi perhatian investor dalam membeli saham di pasar modal. Laporan keuangan yang dipublikasikan merupakan cerminan kinerja keuangan perusahaan. Selain itu, kinerja keuangan juga berarti sebagai penentu dalam mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan organisasi yaitu laba (Stoner, 1995:9). Selain laba (profit), ada hal yang sama pentingnya yaitu keberlangsungan atau sustainability (Sembiring, 2005). Keberlangsungan yang dilakukan perusahaan tidak dapat dipisahkan dari lingkungan eksternalnya. Umumnya, perusahaan berfokus dari aspek ekonomi yaitu memperoleh laba demi meningkatkan kekayaan pemegang saham. Namun, perusahaan tidak boleh melupakan tanggung jawabnya pada aspek sosial dan lingkungan perusahaan. Perusahaan harus memberikan kontribusi secara langsung kepada masyarakat dan lingkungannya. Apabila perusahaan melupakan tanggung jawabnya kepada masyarakat, maka keberlangsungan perusahaan akan sulit dicapai. Adanya komitmen perusahaan untuk memperhatikan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan (triple bottom line) memunculkan konsep Corporate Social Responsibility (CSR). Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan klaim agar perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham (shareholders), tetapi juga untuk pihak stakeholders dalam praktik bisnis, yaitu para pekerja, komunitas lokal, pemerintah, LSM, konsumen, dan lingkungan (Dahlia dan Siregar, 2008). Perusahaan tidak hanya mementingkan kesejahteraan shareholders, tetapi juga kepada stakeholders. Perusahaan yang menerapkan aktivitas CSR akan memperhatikan dampak dari kegiatan operasional perusahaan terhadap kondisi masyarakat, karyawan dan lingkungan. Dengan adanya konsep ini, maka pemerintah mengharapkan kerusakan lingkungan dapat diminimalkan. Penerapan CSR awalnya bersifat sukarela, akan tetapi dalam beberapa tahun ini telah dikeluarkan

Upload: ngodien

Post on 20-Mar-2018

227 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

1

PENDAHULUAN

Beberapa indikator keberhasilan perusahaan dalam memenangkan persaingan di

dalam dunia usaha adalah profit dan pertumbuhan. Peningkatan profit ditandai dengan

meningkatnya tingkat penjualan produk, sedangkan peningkatan pertumbuhan ditandai

dengan meningkatnya nilai investasi yang ditanamkan dalam perusahaan (Sembiring,

2005). Investor akan menanamkan dananya untuk memperoleh return berupa dividen

atau pun capital gain dan mendapatkan hak kepemilikan atas perusahaan. Selain itu, investor

juga mempertimbangkan nilai perusahaan dalam melakukan investasi. Nilai perusahaan pada

perusahaan go public tercermin pada harga saham. Semakin tinggi harga saham, maka

semakin tinggi pula nilai perusahaan.

Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menjadi perhatian investor

dalam membeli saham di pasar modal. Laporan keuangan yang dipublikasikan merupakan

cerminan kinerja keuangan perusahaan. Selain itu, kinerja keuangan juga berarti sebagai

penentu dalam mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan organisasi

yaitu laba (Stoner, 1995:9). Selain laba (profit), ada hal yang sama pentingnya yaitu

keberlangsungan atau sustainability (Sembiring, 2005).

Keberlangsungan yang dilakukan perusahaan tidak dapat dipisahkan dari lingkungan

eksternalnya. Umumnya, perusahaan berfokus dari aspek ekonomi yaitu memperoleh laba

demi meningkatkan kekayaan pemegang saham. Namun, perusahaan tidak boleh melupakan

tanggung jawabnya pada aspek sosial dan lingkungan perusahaan. Perusahaan harus

memberikan kontribusi secara langsung kepada masyarakat dan lingkungannya. Apabila

perusahaan melupakan tanggung jawabnya kepada masyarakat, maka keberlangsungan

perusahaan akan sulit dicapai. Adanya komitmen perusahaan untuk memperhatikan aspek

ekonomi, sosial dan lingkungan (triple bottom line) memunculkan konsep Corporate Social

Responsibility (CSR).

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan klaim agar perusahaan tak hanya

beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham (shareholders), tetapi juga untuk pihak

stakeholders dalam praktik bisnis, yaitu para pekerja, komunitas lokal, pemerintah, LSM,

konsumen, dan lingkungan (Dahlia dan Siregar, 2008). Perusahaan tidak hanya

mementingkan kesejahteraan shareholders, tetapi juga kepada stakeholders. Perusahaan

yang menerapkan aktivitas CSR akan memperhatikan dampak dari kegiatan operasional

perusahaan terhadap kondisi masyarakat, karyawan dan lingkungan. Dengan adanya konsep

ini, maka pemerintah mengharapkan kerusakan lingkungan dapat diminimalkan. Penerapan

CSR awalnya bersifat sukarela, akan tetapi dalam beberapa tahun ini telah dikeluarkan

Page 2: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

2

aturan bahwa perusahaan wajib melaksanakan CSR yang tertuang dalam PP No. 47 Tahun

2012 tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan pada Perseroan Terbatas.

Kesadaran stakeholders meningkat terkait pentingnya informasi penerapan CSR

demi keberlangsungan perusahaan sehingga mendorong perusahaan untuk mengungkapkan

penerapan CSR di dalam Laporan Tahunan. Di Indonesia, standar akuntansi keuangan

Indonesia belum mewajibkan perusahaan untuk mengungkapkan penerapan CSR sehingga

secara praktek pengungkapan CSR dilakukan secara sukarela. Pengungkapan CSR diatur

dalam PSAK no 1 tahun 2009 paragraf 12, yaitu perusahaan dapat pula menyajikan laporan

tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value

added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup

memegang peran penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai

kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting. Menurut Owen (2005), kasus

Enron di Amerika menyebabkan perusahaan memberikan perhatian besar terhadap

pelaporan pertanggungjawaban sosial perusahaan. Isu tersebut semakin mendorong

perusahaan untuk mengungkapkan penerapan CSR. Makin baik tingkat pengungkapan

perusahaan merupakan suatu respon positif yang diberikan perusahaan kepada stakeholder

maupun shareholder. Apabila respon positif dirasakan oleh stakeholder, maka kepercayaan

meningkat dan produk yang dihasilkan perusahaan akan diterima sehingga meningkatkan

laba dan ROE perusahaan.

Tingkat pengungkapan CSR pada industri high-profile diduga berbeda dengan

industri low-profile. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996), Utomo

(2000), dan Yap dan Widyaningdyah (2009) yang membuktikan bahwa perusahaan pada

industri high-profile akan memberikan informasi sosial lebih banyak dibandingkan

perusahaan low-profile. Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008), membagi

perusahaan menjadi dua kelompok industri yaitu industri high-profile dan industri low-

profile. Menurut Robert (1992), industri high-profile memiliki tingkat sensitivitas tinggi

terhadap lingkungan sehingga mereka memilki tekanan besar dari pihak luar untuk

melakukan CSR sebagai bentuk dari pertanggungjawaban sosial perusahaan atas

aktivitasnya yang berdampak buruk pada lingkungan. Sedangkan industri low-profile

memiliki tingkat sensitivitas rendah terhadap lingkungan sehingga tekanan untuk melakukan

CSR pun rendah. Adanya perbedaan karakteristik antara industri high-profile dan low-

profile memiliki dampak yang berbeda dalam tingkat pengungkapan CSR.

Tingkat pengungkapan CSR yang berbeda pada industri high-profile dan low-profile

memiliki dugaan bahwa kinerja keuangan perusahaan juga mengalami perbedaan. Ada

Page 3: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

3

beberapa peneliti yang telah menyelidiki pengaruh tingkat pengungkapan CSR terhadap

kinerja perusahaan. Penelitian Dahlia dan Siregar (2008) dan Syahnaz (2012) menyimpulkan

bahwa tingkat pengungkapan CSR berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang diproksikan

dengan Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE), tetapi tidak berpengaruh

terhadap CAR. Namun ada pula penelitian yang menemukan hasil yang berbeda. Penelitian

Cahyono dan Nur (2010), dan Yaparto dan Frisko (2013) membuktikan bahwa tingkat

pengungkapan CSR tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan yang

diproksikan dengan Return On Equity (ROE), Return On Assets (ROA), Earning Per Share

(EPS), dan Return Realisasi. Selain menggunakan ROE, kinerja keuangan dapat diukur

dengan rasio Tobin’s Q. Nurhayati dan Medyawati (2012) serta Muhammady (2012)

membuktikan bahwa tingkat pengungkapan CSR tidak berpengaruh terhadap nilai

perusahaan yang diproksikan dengan Tobin’s Q. Namun ada hasil penelitian yang berbeda.

Penelitian Gunawan dan Utami (2008), Kusumadilaga (2010), dan Bidhari (2013)

membuktikan bahwa tingkat pengungkapan CSR berpengaruh terhadap nilai perusahaan

yang diproksikan dengan Tobin’s Q.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang tidak konsisten yaitu ditemukan ada yang

berpengaruh dan tidak berpengaruh, sehingga penelitian ini ingin meneliti lebih lanjut untuk

melihat adanya perbedaan tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan pada industri

high-profile dan low-profile. Dengan melakukan uji beda, maka dapat diteliti lebih lanjut ke

uji hubungan, dimana dalam penelitian ini akan diteliti lebih lanjut ke uji hubungan yaitu

apakah terdapat hubungan antara tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan pada

industri high-profile dan low-profile. Kinerja keuangan diukur menggunakan ROE dan

Tobin’s Q sehingga dapat menunjukkan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang

saham dan nilai perusahaan, dimana ROE merefleksikan nilai buku saham sedangkan

Tobin’s Q mencerminkan nilai pasar saham. Penelitian ini mereplikasi penelitian yang

dilakukan Utomo (2000) tetapi memiliki sedikit perbedaan. Utomo (2000) meneliti studi

perbandingan praktek tingkat pengungkapan CSR antara perusahaan high-profile dan low-

profile di Indonesia. Perbedaannya adalah penelitian ini akan membahas lebih lanjut

perbedaan tingkat pengungkapan CSR antara industri high-profile dan low-profile di

Indonesia dengan kinerja keuangan perusahaan pada tahun 2012 dan hubungan antara

tingkat pengungkapan CSR dengan kinerja keuangan. Penelitian ini bermanfaat dalam

pemberian informasi mengenai pentingnya tingkat pengungkapan CSR dan sebagai bahan

pertimbangan dalam pembuatan kebijakan perusahaan di masa datang. Selain itu, penelitian

Page 4: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

4

ini memberikan informasi yang berguna bagi investor sebagai dasar pertimbangan dalam

pengambilan keputusan.

TINJAUAN LITERATUR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Teori Stakeholder

Dukungan stakeholder merupakan salah satu unsur dari tercapainya keberlangsungan

perusahaan. Perusahaan beroperasi tidak hanya untuk kepentingannya sendiri, tetapi juga

demi kepentingan stakeholder. Stakeholder membutuhkan banyak informasi dari

perusahaan, baik dari aspek keuangan, sosial, dan lingkungan sehingga perusahaan

diharapkan untuk mengungkapkan semua aktivitas yang dilakukan. Menurut Freeman dan

McVea (2001) dalam buku karangan Lawrence dan James (2011:7), stakeholder adalah

setiap individu atau kelompok yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi demi pencapaian

organisasi.

Menurut Lawrence dan James (2011:8), stakeholder dibagi dua yaitu primary

stakeholder dan secondary stakeholder. Primary stakeholder adalah berbagai pihak yang

berinteraksi langsung dalam aktivitas bisnis serta mempengaruhi kemampuan perusahaan

untuk melaksanakan tujuan utamanya yaitu menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat.

Kategori ini meliputi investor, karyawan, pemasok, kreditur, pelanggan, dan pedagang besar

dan eceran. Sedangkan secondary stakeholder adalah individu atau kelompok di dalam

masyarakat yang dipengaruhi secara langsung maupun tidak langsung oleh berbagai

aktivitas bisnis dan keputusan utama perusahaan. Kategori ini meliputi masyarakat umum,

komunitas lokal, pemerintah pusat dan daerah, pemerintahan asing, kelompok aktivis sosial,

media, dan berbagai kelompok pendukung bisnis. Munculnya pengakuan mengenai adanya

berbagai stakeholder telah mengubah tujuan perusahaan, dimana semula perusahaan

berfokus pada tanggung jawab ekonomi dalam bentuk memaksimalkan laba demi

kemakmuran shareholder berubah menjadi tanggung jawab kepada para stakeholder yang

lebih luas. Dengan demikian, perusahaan akan berusaha untuk memuaskan kepentingan

stakeholder demi mencapai tujuan perusahaan. Umumnya, teori stakeholder berkaitan

dengan cara yang digunakan perusahaan untuk memperhatikan stakeholder-nya (Gray, et al.,

1997).

Menurut Clarkson (1995) dalam buku karangan Lawrence dan James (2011: 7), teori

stakeholder adalah sekelompok orang atau individu yang diidentifikasi dapat mempengaruhi

atau dipengaruhi oleh kegiatan perusahaan. Perusahaan harus mampu menjaga hubungan

Page 5: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

5

baik dengan cara memenuhi kebutuhan dan keinginan stakeholder-nya (Lawrence dan James

(2011: 7)). Salah satu cara untuk menjaga hubungan baik dengan stakeholder adalah dengan

menerapkan CSR dan mengungkapkannya dalam laporan tahunan.

Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)

Menurut ISO 26000 mengenai Guidance on Social Responsibility (draft 3, 2007), CSR

adalah tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-

keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan

dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan

dan kesejahteraan masyarakat, mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan

dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional, serta terintegrasi

dengan organisasi secara menyeluruh. Selain itu, Hartman dan Joe (2011:155) menyatakan

bahwa CSR merupakan tanggung jawab yang dimiliki perusahaan kepada masyarakat

dimana perusahaan beroperasi sehingga perusahaan harus mengidentifikasikan kelompok –

kelompok stakeholder dan menggabungkan kebutuhan serta kepentingan mereka dalam

proses pembuatan keputusan strategis dan operasional.

Aktivitas CSR yang dilakukan perusahaan butuh untuk diungkapkan. Pengungkapan

tanggung jawab sosial perusahaan yang sering juga disebut sebagai social disclosure,

corporate social reporting, social accounting merupakan proses pengkomunikasian dampak

sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang

berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan. Hal tersebut memperluas

tanggung jawab organisasi (khususnya perusahaan), di luar peran tradisionalnya untuk

menyediakan laporan keuangan kepada pemilik modal, khususnya pemegang saham.

Perluasan tersebut dibuat dengan asumsi bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab

yang lebih luas dibanding hanya mencari laba untuk pemegang saham (Gray et. al., 1987).

Pengungkapan Corporate Social Responsibility terdiri dari beberapa komponen

menurut Global Reporting Initiatives (GRI) tahun 2006. GRI merupakan standar yang

pelaporan yang berstandar Internasional yang secara umum diterima dan diakui secara luas

(William, 2012). Komponen untuk melihat pengungkapan Corporate Social Responsibility

meliputi:

1. Lingkungan Hidup. Tema ini meliputi aspek lingkungan dari proses produksi,

yang meliputi pengendalian polusi dalam menjalankan operasi bisnis,

pencegahan dan perbaikan kerusakan lingkungan akibat pemrosesan sumber

Page 6: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

6

daya alam dan konversi sumber daya alam, serta pengungkapan aktivitas

lingkungan hidup lainnya.

2. Energi. Tema ini mencakup aktivitas perusahaan terhadap pemanfaatan energi.

Aktivitas tersebut meliputi memanfaatkan barang bekas untuk memproduksi

energi, pengungkapan peningkatan efisiensi energi dari produk, serta

pengungkapan aktivitas energi lainnya.

3. Kesehatan dan Keselamatan Tenaga Kerja. Tema ini mencakup aktivitas

perusahaan terhadap kesehatan dan keselamatan tenaga kerja perusahaan.

Aktivitas tersebut meliputi mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan

kesehatan fisik atau mental, mengungkapkan statistik kecelakaan kerja,

menetapkan suatu komite keselamatan kerja, serta pengungkapan aktivitas

ketenagakerjaan lainnya.

4. Lain-lain Tentang Tenaga Kerja. Tema ini meliputi dampak aktivitas perusahaan

pada orang-orang dalam perusahaan tersebut. Aktivitas tersebut meliputi

rekruitmen, program pelatihan, gaji dan tunjangan, serta pengungkapan aktivitas

ketenagakerjaan lainnya.

5. Produk. Tema ini melibatkan aspek kualitatif suatu produk atau jasa, antara lain

kegunaan, durability, kepuasan pelanggan, kejujuran dalam iklan, kejelasan atau

kelengkapan isi pada kemasan, serta pengungkapan aktivitas lainnya.

6. Keterlibatan Masyarakat. Tema ini mencakup aktivitas kemasyarakatan yang

diikuti oleh perusahaan, misalnya aktivitas yang terkait dengan kesehatan,

pendidikan dan seni, serta pengungkapan aktivitas kemasyarakatan lainnya.

7. Umum. Tema ini meliputi pengungkapan tujuan perusahaan secara umum

berkaitan dengan tanggungjawab sosial perusahaan kepada masyarakat dan

informasi yang berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan selain

yang disebutkan di atas.

Kinerja Keuangan

Menurut Stoner (1995: 9), kinerja adalah ukuran seberapa efisien dan efektif sebuah

organisasi atau seorang manajer untuk mencapai tujuan yang memadai. Laporan keuangan

perusahaan merupakan alat komunikasi dan pengukur kinerja keuangan perusahaan. Analisis

laporan keuangan bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan, memprediksi

kegiatan masa datang, dan merumuskan kebijakan yang tepat bagi perusahaan. Kinerja

keuangan perusahaan dapat diukur dengan berbagai rasio keuangan, akan tetapi rasio yang

Page 7: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

7

dipakai dalam penelitian ini adalah ROE (Return on Equity) dan Tobin’s Q (Widayanti,

2006: 39).

ROE merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham dan

digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari

modal sendiri. Semakin besar ROE mencerminkan kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi pemegang saham. ROE merupakan rasio

profitabilitas yang penting bagi investor karena merupakan indikator untuk mengukur

keberhasilan manajemen dalam rangka menghasilkan keuntungan yang maksimal bagi

pemilik modal (Widayanti, 2006: 39).

Rasio Tobin’s Q adalah indikator untuk mengukur sisi nilai pasar perusahaan

khususnya tentang nilai perusahaan yang menunjukkan suatu kinerja manajemen dalam

mengelola aktiva perusahaan. Menurut Smithers dan Wright (2000:37) dalam Gunawan dan

Utami (2008), Tobin’s Q dihitung dengan membandingkan rasio nilai pasar saham (EMV)

perusahaan dengan nilai buku ekuitas perusahaan (EBV). EMV diperoleh dari hasil

perkalian harga saham penutupan akhir tahun dengan jumlah saham yang beredar pada akhir

tahun. EBV diperoleh dari selisih total aset perusahaan dengan total kewajibannya. Adapun

Tobin’s Q<1 menggambarkan bahwa saham dalam kondisi undervalued. Manajemen telah

gagal dalam mengelola aktiva perusahaan dan potensi pertumbuhan investasi rendah.

Tobin’s Q=1 menggambarkan bahwa saham dalam kondisi average. Manajemen stagnan

dalam mengelola aktiva dan potensi pertumbuhan investasi tidak berkembang. Tobin’s Q>1

menggambarkan bahwa saham dalam kondisi overvalued. Manajemen berhasil dalam

mengelola aktiva perusahaan dan potensi pertumbuhan investasi tinggi (Lindenberg dan

Ross (1981) dalam Sudiyatno dan Puspitasari, 2010). Berdasarkan penjelasan di atas, maka

investor akan mengejar capital gain dalam mengambil keputusan untuk membeli,

menahan atau menjual saham yang dimilikinya (Sudiyatno dan Puspitasari, 2010).

Tipe Industri High-Profile dan Low-Profile

ISO 26000 menyediakan standar pedoman mengenai tanggung jawab sosial semua

institusi. Pedoman tersebut ditujukan pada perusahaan yang memiliki tipe high-profile dan

low-profile. Menurut Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008), tipe high-profile

memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap lingkungan, resiko politis dan tingkat

persaingan yang tinggi. Industri ini merupakan perusahaan yang memperoleh sorotan

masyarakat karena aktivitas operasinya memilki potensi untuk bersinggungan dengan

kepentingan masyarakat luas. Ciri-cirinya adalah perusahaan yang memiliki tenaga kerja

Page 8: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

8

yang besar, proses produksinya mengeluarkan residu seperti limbah cair atau polusi dan bila

perusahaan mengalami kelalaian dalam pengamanan produksi dan hasil produksi akan

membawa akibat fatal bagi masyarakat dan lingkungan. Industri yang termasuk tipe high-

profile antara lain perusahaan perminyakan dan pertambangan lain, kimia, hutan, kertas,

otomotif, penerbangan, agrobisnis, tembakau dan rokok, produk makanan dan minuman,

media dan komunikasi, energi (listrik), engineering, kesehatan serta transportasi dan

pariwisata.

Di sisi lain, Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008), menyatakan bahwa

tipe low-profile memiliki tingkat sensitivitas yang rendah terhadap lingkungan, resiko politis

dan tingkat persaingan yang rendah. Industri ini merupakan perusahaan yang tidak terlalu

mendapat sorotan luas dari masyarakat, saat operasi yang mereka lakukan mengalami

kegagalan atau kesalahan pada aspek tertentu dalam proses atau hasil produksinya. Ciri-

cirinya adalah perusahaan yang memiliki tenaga kerja yang lebih kecil, tidak memiliki sisa

residu (seperti limbah) dan biasanya mendapat toleransi dari masyarakat dari kegagalan

dalam produksi/ aktivitas kerja mereka. Industri tipe low-profile meliputi bangunan,

keuangan dan perbankan, supplier peralatan medis, properti, retailer, tekstil dan produk

tekstil, produk personal, dan produk rumah tangga.

Perumusan Hipotesis

Tingkat Pengungkapan CSR pada Industri High-Profile dan Low-Profile

Kepentingan stakeholder adalah hal yang diutamakan bagi perusahaan demi

kelangsungan hidupnya. Perusahaan tidak hanya berfokus untuk memenuhi kepentingan

pemegang saham, tetapi juga kepentingan stakeholder. Hal tersebut sesuai dengan teori

stakeholder yaitu keberlangsungan perusahaan ditentukan oleh stakeholders, bukan

shareholders (Gray, et al., 1997). Pengungkapan CSR merupakan salah satu cara untuk

menjaga hubungan baik antara perusahaan dan stakeholder-nya agar perusahaan tetap

bertahan. CSR merupakan bentuk pertanggungjawaban perusahaan kepada masyarakat

sekitar dan karyawan atas kegiatan bisnis perusahaan yang menimbulkan berbagai dampak

lingkungan dan juga demi kesejahteraan karyawan.

Tiap perusahaan memiliki tingkat pengungkapan CSR yang berbeda. Umumnya,

perusahaan mengungkapkan aktivitas CSR karena ada tekanan dari lingkungan sekitar akibat

aktivitas operasi yang dilakukan. Menurut Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008),

perusahaan dapat dikelompokkan menjadi dua industri, yaitu high-profile dan low-profile.

Industri high-profile memiliki tekanan yang besar dari lingkungannya sehingga akan

Page 9: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

9

mengungkapkan CSR lebih banyak dibandingkan industri low-profile yang memiliki

tekanan yang lebih kecil. Di samping itu, resiko politis pada industri high-profile lebih tinggi

daripada low-profile (Robert dalam Gunawan dan Utami (2008)). Hal itu disebabkan karena

menurut UU No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, industri high-profile

berada di bawah pengawasan pemerintah yang cukup ketat, sedangkan low-profile relatif

rendah pengawasannya kecuali sektor perbankan. Muncul dugaan bahwa industri high-

profile yang berada di bawah pengawasan pemerintah yang ketat akan mengungkapkan CSR

lebih banyak daripada industri low-profile. Berdasarkan perbedaan karakterikstik tersebut

menyebabkan tingkat pengungkapan CSR dalam Laporan Tahunan pada industri high-

profile lebih banyak daripada industri low-profile.

Di sisi lain, pengungkapan CSR juga berkaitan dengan biaya pengungkapan. Ada

kemungkinan industri low-profile lebih banyak mengungkapkan CSR dibandingkan high-

profile ketika industri high-profile dikaitkan dengan biaya pengungkapan yang besar.

Industri high-profile yang memiliki tingkat kompetisi yang tinggi antar perusahaan

dihadapkan dengan biaya pengungkapan CSR yang besar, dimana untuk memenangkan

kompetisi dibutuhkan biaya yang besar. Biaya operasional yang besar mengakibatkan

industri ini tidak mampu untuk mengungkapkan CSR sehingga lebih banyak tingkat

pengungkapan CSR pada industri low-profile dibandingkan high-profile.

Ada beberapa penelitian mengenai tingkat pengungkapan CSR. Utomo (2000)

menyelidiki praktek pengungkapan sosial pada laporan tahunan antara perusahaan high-

profile dan low-profile di Indonesia di BEI dan BEJ. Hasil penelitian Utomo menyimpulkan

bahwa tingkat pengungkapan CSR pada perusahaan high-profile lebih tinggi daripada low-

profile. Penelitian Utomo diperkuat oleh penelitian Yap dan Widyaningdyah (2009). Yap

dan Widyaningdyah (2009) menyelidiki tingkat pengungkapan CSR pada perusahaan Go

Public atas perusahaan high-profile dan low-profile di BEI pada tahun 2006. Hasil

penelitiannya membuktikan bahwa tingkat pengungkapan CSR pada perusahaan high-profile

lebih tinggi daripada low-profile.

Dari beberapa penelitian di atas, dapat diajukan hipotesis :

H1 : Ada perbedaan tingkat pengungkapan CSR pada industri high- profile dan low-

profile

Kinerja Keuangan pada Industri High-Profile dan Low-Profile

Kinerja keuangan merupakan salah satu tolak ukur untuk mengukur keberhasilan

suatu perusahaan. Tiap perusahaan memiliki kinerja keuangan yang berbeda. Begitu pula

dengan perusahaan yang termasuk dalam industri high-profile dan low-profile yang diduga

Page 10: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

10

memiliki kinerja yang berbeda. Menurut Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008),

karakteristik industri high-profile memiliki tingkat kompetisi yang tinggi daripada low-

profile dimana mereka berlomba-lomba dan berusaha sekuat tenaga untuk meningkatkan

penjualan dan laba perusahaan. Ketika industri high-profile mendapat tekanan yang besar,

perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan penjualan sehingga laba yang dihasilkan

lebih tinggi dan pada akhirnya ROE meningkat. Namun, akibat tekanan besar yang dihadapi

industri high-profile, maka akan menyebabkan beban yang tinggi pula sehingga laba yang

dihasilkan tidak lebih tinggi, bahkan menjadi lebih rendah (Kieso, 2011: 148). Selain itu,

ketika industri high-profile memiliki tekanan yang besar dan tingkat kompetisi yang tinggi,

dapat dimungkinkan akan memiliki respon pasar yang berbeda dimana dengan tekanan yang

besar, maka respon pasar dapat meningkat, yang tercermin dalam peningkatan harga saham

sehingga dapat mempengaruhi nilai Tobin’s Q. Tobin’s Q pun dapat meningkat atau

menurun. Ada kemungkinan respon pasar pada industri high-profile lebih tinggi atau lebih

rendah dari industri low-profile.

Adapun penelitian yang dilakukan oleh Susenohaji (2011) yang dipublikasikan di

www.academia.edu membuktikan bahwa terdapat perbedaaan kinerja keuangan yang diukur

dengan ROE pada sektor agrobisnis, dan properti, sedangkan pada sektor pertambangan,

industri kimia, industri makanan dan minuman, jasa dan perdagangan dan industri tekstil

tidak memiliki perbedaan yang signifikan pada industri high-profile dan low-profile pada

tahun 2005- 2006 (sebelum pelaksanaan CSR) dan 2009-2010 (sesudah pelaksanaan CSR).

Adapun hipotesis yang dapat diajukan :

H2 : Ada perbedaan kinerja keuangan pada industri high-profile dan low-profile

Hubungan antara Tingkat Pengungkapan CSR dan Kinerja Keuangan pada Industri

High-Profile dan Low-Profile

Muncul dugaan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengungkapan CSR dan

kinerja keuangan. Argumen tersebut diperkuat dengan pernyataan bahwa perusahaan

menggunakan sustainability reporting framework untuk mengkomunikasikan kinerja

manajemen kepada para stakeholder dalam mencapai keuntungan jangka panjang (Finch

(2005) dalam Dahlia dan Siregar (2008)). Perusahaan mengungkapkan CSR merupakan

bentuk pertanggungjawaban perusahaan, dimana perusahaan tidak hanya berfokus pada

aspek bisnis, tetapi juga pada aspek sosial. Diharapkan dengan banyak mengungkapkan

CSR, masyarakat mengetahui bahwa perusahaan sadar tentang kepentingan sosial. Ditambah

lagi, setelah masyarakat mengetahui bahwa perusahaan peduli terhadap lingkungan dan

aspek sosial, maka dimungkinkan perusahaan juga peduli terhadap produknya. Dapat

Page 11: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

11

dikatakan bahwa semakin tinggi pengungkapan CSR akan memiliki relevansi semakin bagus

pula kualitas produknya. Dengan produk berkualitas, maka masyarakat akan setia dengan

produk perusahaan, dimana dalam jangka panjang akan meningkatkan pendapatan dan

kinerja keuangan perusahaan pun akan meningkat.

Selain itu, dengan adanya pengungkapan CSR dapat meningkatkan reputasi

perusahaan sehingga dapat memperbaiki hubungan dengan pihak bank, investor,

pemerintahan, dan masyarakat (McGuire (1998) dalam Dahlia dan Siregar (2008)).

Perbaikan hubungan yang terjadi tercermin pada peningkatan keuntungan perusahaan dan

harga saham. Kenaikan harga saham merupakan indikasi meningkatnya nilai perusahaan.

Semakin tinggi pengungkapan CSR, hal itu berarti perusahaan sadar akan tujuan jangka

panjang, sehingga menunjukkan kemampuan going concern perusahaan di masa datang. Di

sisi lain, kinerja keuangan yang baik sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk membiayai

kegiatan dan pengungkapan CSR. Semakin baik kinerja keuangan perusahaan, maka

semakin mampu perusahaan dalam membiayai pengungkapan CSR.

Adapun berbagai penelitian yang menyelidiki hubungan tingkat pengungkapan CSR

dan kinerja keuangan. Berbagai penelitian tersebut dapat diringkas sebagai berikut:

Tabel 1. Review Penelitian Terdahulu

Penelitian Hasil

Dahlia dan Siregar (2008) Tingkat pengungkapan CSR berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Return On Equity (ROE), namun tidak

berpengaruh terhadap Capital Adequancy Ratio (CAR)

dengan menggunakan leverage, size, growth dan unexpected

return sebagai variabel control pada perusahaan di BEI tahun

2005 dan 2006.

Syahnaz (2012) Tingkat pengungkapan CSR berpengaruh terhadap ROA dan

ROE, tetapi tidak berpengaruh terhadap CAR pada

Perusahaan Perbankan pada tahun 2009-2011.

Cahyono dan Nur (2010) Tingkat pengungkapan CSR tidak berpengaruh terhadap ROE

dan CAR dengan kepemilikan asing sebagai variabel

moderating pada perusahaan manufaktur di BEI tahun 2006-

2008.

Yaparto dan Frisko (2013) Tingkat pengungkapan CSR tidak memiliki pengaruh

terhadap ROA, ROE, dan EPS pada sektor manufaktur di BEI

tahun 2010-2011.

Muhammady (2012) Tingkat pengungkapan CSR tidak berpengaruh signifikan

terhadap Tobin’s Q pada perusahaan manufaktur di BEI tahun

2008-2010.

Nurhayati dan Medyawati

(2012)

Tingkat pengungkapan CSR secara parsial tidak berpengaruh

dengan nilai perusahaan yang diproksikan dengan Tobin’s Q

pada perusahaan yang terdaftar dalam LQ45 tahun 2009-2011.

Gunawan dan Utami (2008) Tingkat pengungkapan CSR berpengaruh terhadap nilai

Page 12: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

12

perusahaan yang diproksikan dengan Tobin’s Q dengan

presentase pengelolaan kepemilikan dan jenis industri sebagai

variabel moderator pada perusahaan yang terdaftar di BEI

pada tahun 2005-2006.

Kusumadilaga (2010) Tingkat pengungkapan CSR berpengaruh terhadap nilai

perusahaan yang diukur menggunakan Tobin’s Q dengan

profitabilitas sebagai variabel moderating pada perusahaan

manufaktur di BEI tahun 2006 dan 2008.

Bidhari (2013) Tingkat pengungkapan CSR berpengaruh positif terhadap

nilai perusahaan yang diproksikan dengan Tobin’s Q pada

perusahaan perbankan di Indonesia tahun 2008-2010

Sumber : Dari berbagai jurnal.

Berdasarkan penjelasan di atas, terdapat hasil penelitian tingkat pengungkapan CSR

dan kinerja keuangan yang tidak konsisten. Maka peneliti ingin membuktikan kembali

dengan hipotesis sebagai berikut:

H3 : Tingkat pengungkapan CSR memiliki hubungan dengan kinerja keuangan pada

industri high-profile dan low-profile.

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel

Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan high-profile dan low -profile yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2012. Pengambilan sampel ditentukan

secara purposive sampling. Beberapa pertimbangan pengambilan sampel adalah sebagai

berikut :

1. Perusahaan high-profile dan low-profile yang terdaftar di BEI pada tahun 2012.

2. Perusahaan high-profile dan low-profile yang mempublikasikan laporan tahunan

tahun 2012 di BEI.

3. Perusahaan high-profile dan low-profile yang mempublikasikan CSR dalam

Laporan Tahunan pada tahun 2012 (www.idx.co.id)

4. Perusahaan high-profile dan low-profile yang menggunakan satuan rupiah dalam

Laporan Tahunan dan memiliki kelengkapan data penelitian yang dibutuhkan.

Page 13: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

13

Tabel 2. Kriteria Penentuan Sampel

Sumber : Data diolah, 2014

Kriteria perusahaan yang tidak mempublikasikan CSR yaitu ketika di dalam Laporan

Tahunan tidak terdapat sama sekali item-item dari kriteria pengungkapan CSR menurut GRI.

Selanjutnya, perusahaan yang tidak memiliki data lengkap meliputi perusahaan yang

menggunakan satuan dollar dan tidak terdapatnya harga saham dalam Yahoo Finance.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa laporan

tahunan dari industri high-profile dan low-profile di Bursa Efek Indonesia tahun 2012. Data

tersebut berasal dari situs resmi di http://www.idx.co.id dan ICMD (Indonesian Capital

Market Directory) serta bahan pendukung lainnya seperti data dari penelitian sebelumnya

yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Selain itu juga menggunakan metode

dokumentasi atau kutipan dari berbagai sumber.

Pengukuran Variabel Penelitian

Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah pengungkapan tanggung jawab sosial

perusahaan (Corporate Social Responsibility Disclosure). Corporate Social Responsibility

Disclosure diukur menggunakan indikator dari Global Reporting Initiative (GRI) dengan

jumlah 79 item pengungkapan yang terdiri dari tiga kategori yaitu Economics Performance

Indicators, Environmental Performance Indicators, dan Social Performance Indicators.

Menurut Sayekti (2007), pendekatan untuk mengukur indeks pengungkapan masing-masing

perusahaan dihitung melalui pembagian antara jumlah item yang sesungguhnya

No Kriteria Penentuan Sampel Jumlah

High-

Profile

Jumlah

Low-

Profile

Total

1. Perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2012. 260 212 472

2. Perusahaan yang tidak mempublikasikan Laporan

Tahunan tahun 2012 di BEI.

(30) (12) (42)

3. Perusahaan yang tidak mempublikasikan CSR

dalam Laporan Tahunan pada tahun 2012.

(6) (7) (13)

4. Perusahaan yang memiliki data tidak lengkap

pada tahun 2012

(57) (14) (71)

Total sampel yang digunakan 167 179 346

Page 14: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

14

diungkapkan perusahaan dengan jumlah item yang diharapkan diungkapkan perusahaan.

Pendekatan untuk menghitung jumlah item yang diungkapkan oleh perusahaan

menggunakan dikotomi (Dummy) yaitu setiap item yang mengungkapkan CSR diberi nilai 1

dan item yang tidak diungkapkan diberi nilai 0 (Sayekti, 2007).

Variabel lain dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan yang diukur menggunakan

Return On Equity (ROE) dan Tobin’s Q. Menurut Widayanti (2006), ROE merupakan

kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang

saham dengan membagi laba setelah pajak dengan total ekuitas.

Sedangkan Tobin’s Q dihitung dengan membandingkan rasio nilai pasar saham

perusahaan dengan nilai ekuitas perusahaan. Menurut Smithers dan Wright (2000:37) dalam

Gunawan dan Utami (2008), rumusnya adalah sebagai berikut :

Q = EMV + D

EBV + D

dimana :

Q = Nilai Perusahaan

EMV = Nilai pasar ekuitas (harga saham akhir tahun x jumlah saham beredar)

EBV = Nilai buku dari total ekuitas

D (Debt) = Nilai buku dari total hutang

Teknik dan Langkah Analisa

Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif

kuantitatif dan kualitatif. Adapun langkah analisa data dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Analisis Statistik Deskriptif

Dalam penelitian analisis statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis

perbedaan pengungkapan Corporate Social Responsibility dan kinerja keuangan pada

industri high-profile dan low-profile. Analisis deskriptif meliputi penyajian data

melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, pictogram, perhitungan modus, median, mean,

perhitungan rata-rata dan standar deviasi (Sugiyono, 2010:207).

2. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan

dalam penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji

normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah K-S Liliefors metode p-value

Page 15: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

15

yang nantinya akan diolah menggunakan SPSS kemudian alat uji statistik parametrik

dapat digunakan bila asumsi data dari sampel berdistribusi normal terpenuhi.

Jika Probabilitas > 0,05 maka distribusi populasi adalah normal

Jika Probabilitas < 0,05 maka populasi tidak berdistribusi normal

3. Pengujian Hipotesis

Uji Beda

Apabila data berdistribusi normal, maka pengujian hipotesis menggunakan Uji

Beda Rata-Rata (Independent Sample t Test). Akan tetapi, apabila data tidak

berdistribusi normal, maka pengujian hipotesis menggunakan Uji Mann-Whitney.

Adapun rumusan hipotesis 1 adalah sebagai berikut :

H0 : µ1 = µ2

Ha1 : µ1 ≠ µ2

µ1 = rata-rata tingkat pengungkapan CSR pada industri high-profile.

µ2 = rata-rata tingkat pengungkapan CSR pada industri low-profile.

Rumusan hipotesis 2 adalah sebagai berikut :

H0 : µ1 = µ2

Ha2 : µ1 ≠ µ2

µ1 = rata-rata kinerja keuangan pada industri high-profile.

µ2 = rata-rata kinerja keuangan pada industri low-profile.

Analisis Korelasi

Analisis korelasi membahas derajat hubungan antara tingkat pengungkapan CSR

dengan kinerja keuangan. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui seberapa besar derajat

hubungan variabel-variabel tersebut dinamakan koefisien korelasi. Apabila data normal,

maka pengujian menggunakan korelasi Pearson. Akan tetapi, bila data tidak normal,

maka pengujian menggunakan korelasi Spearman.

Rumusan hipotesis empiris adalah sebagai berikut :

Ho : tidak ada hubungan antara tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan.

Ha : tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan saling berhubungan.

Rumusan hipotesis statistik adalah sebagai berikut :

Ho : 𝜌 = 0

Ha : 𝜌 ≠ 0

Page 16: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

16

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL

Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Statistik Deskriptif

Variabel Penelitian N Mean Max Min St Dev

CSR 346 0,41 0,82 0,09 0,14

High-Profile 167 0,45 0,82 0,09 0,15

Low-Profile 179 0,36 0,75 0,11 0,12

ROE 346 0,1 2,07 -3,97 0,34

High-Profile 167 0,08 1,66 -3,97 0,42

Low-Profile 179 0,12 2,07 -1,18 0,25

TOBIN’S Q 346 1,78 52,70 0,11 3,15

High-Profile 167 2,17 52,70 0,25 4,28

Low-Profile 179 1,42 14,10 0,11 1,37

Sumber : Data diolah, 2014

Berdasarkan tabel 3, nilai rata-rata tingkat pengungkapan CSR pada semua

perusahaan di BEI pada tahun 2012 sebesar 0,41. Hasil ini lebih besar dibandingkan oleh

penelitian Sayekti dan Wondabio pada tahun 2005 yang mengambil sampel seluruh

perusahaan di BEI yaitu sebesar 0,2. Hal ini membuktikan bahwa semakin banyak

perusahaan mengungkapkan aktivitas CSR yang dilakukannya. Selain itu, perusahaan juga

semakin menyadari bahwa investor mulai menaruh perhatian pada aktivitas CSR yang

dilakukan sehingga perusahaan mengungkapkan aktivitas tersebut dalam Laporan Tahunan

demi memenuhi kebutuhan informasi bagi investor. Nilai maksimum atas tingkat

pengungkapan CSR secara keseluruhan sebesar 0,82 oleh PT. Astra International Tbk dan

PT. Timah (Persero) Tbk, sedangkan nilai minimum sebesar 0,09 oleh PT. Cita Mineral

Investindo Tbk dengan standar deviasi yang tidak terlalu jauh yaitu 0,14.

Berdasarkan tabel di atas, apabila semua perusahaan diklasifikasikan ke dalam

industri high-profile dan low-profile, maka nilai rata-rata tingkat pengungkapan CSR pada

industri high-profile lebih tinggi daripada industri low-profile yaitu 0,45 dan 0,36. Tingginya

tingkat pengungkapan CSR pada industri high-profile diperkuat oleh nilai maksimum

sebesar 0,82 dan nilai minimum sebesar 0,09, dimana nilai maksimum dan minimum pada

industri ini merupakan nilai maksimum dan minimum dari tingkat pengungkapan CSR

secara keseluruhan.

Penelitian ini juga memandang dari sisi kinerja keuangan yaitu ROE dan Tobin’s Q.

Berdasarkan hasil statistik deskriptif, dihasilkan bahwa nilai rata-rata ROE pada semua

perusahaan di BEI pada tahun 2012 sebesar 0,1, dimana nilai maksimum berada pada

Page 17: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

17

industri low-profile sebesar 2,07, sedangkan nilai minimum berada pada industri high-profile

sebesar -3,97. Apabila semua perusahaan diklasifikasikan menjadi industri high-profile dan

low-profile, maka nilai rata-rata ROE pada industri low-profile memiliki tingkat ROE yang

lebih tinggi dibandingkan industri high-profile. Nilai rata-rata ROE pada industri low-profile

sebesar 0,12 lebih tinggi dibandingkan industri high-profile, dimana nilai maksimum lebih

tinggi pada industri low-profile sebesar 2,07 dan nilai minimum lebih rendah pada industri

high-profile sebesar -3,97. Tingginya nilai rata-rata ROE pada industri low-profile, didukung

oleh nilai maksimum sebesar 2,07 dan nilai minimum sebesar -1,18 tetapi dengan standar

deviasi yang tidak terlalu jauh yaitu 0,25. Sedangkan nilai rata-rata ROE pada industri high-

profile sebesar 0,08, dengan didukung oleh nilai maksimum sebesar 1,66 dan nilai minimum

yang cukup besar yaitu -3,97 dengan standar deviasi yang cukup jauh yaitu 0,42. Rendahnya

nilai minimum dan jauhnya standar deviasi menyebabkan tingkat ROE pada industri high-

profile lebih rendah dibandingkan dengan industri low-profile.

Berdasarkan tabel di atas pula, diketahui bahwa nilai rata-rata Tobin’s Q pada semua

perusahaan di BEI pada tahun 2012 sebesar 1,78. Hal ini menunjukkan dari sudut pandang

investor bahwa semua perusahaan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi dari nilai bukunya.

Namun bila dilihat dari klasifikasinya, nilai rata-rata Tobin’s Q pada industri high-profile

lebih tinggi dari industri low-profile. Nilai pasar industri high-profile lebih tinggi dari

industri low-profile¸ walaupun kedua industri tersebut memiliki nilai pasarnya lebih besar

dari nilai buku. Nilai rata-rata Tobin’s Q pada industri high-profile sebesar 2,17 lebih tinggi

dibandingkan industri low-profile, dimana nilai maksimum dan minimum industri high-

profile lebih tinggi yaitu sebesar 52,7 dan 0,25 daripada industri low-profile.

Pengujian Hipotesis

Penelitian ini memiliki data yang tidak normal, baik dalam tingkat pengungkapan

CSR, ROE, dan Tobin’s Q ( lihat Lampiran 7 halaman 48). Akibat data tidak normal, maka

dalam pengujian hipotesis menggunakan Uji Mann-Whitney.

Tingkat Pengungkapan CSR pada Industri High-Profile dan Low-Profile

Tabel berikut ini akan menyajikan hasil Uji Mann Whitney untuk pengujian

perbedaan tingkat pengungkapan CSR pada industri high- profile dan low-profile.

Page 18: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

18

Tabel 4. Hasil Analisis Uji Beda Tingkat Pengungkapan CSR

Sumber : Diolah dari SPSS, 2014

Berdasarkan tabel 4, hasil penelitian ini membuktikan bahwa hipotesis pertama

diterima yaitu terdapat perbedaan tingkat pengungkapan CSR yang signifikan pada industri

high-profile dan low-profile tahun 2012. Hal ini juga sejalan dengan temuan dalam statistik

deskriptif di halaman 15, dimana rata-rata tingkat pengungkapan CSR pada industri high-

profile dan low-profile sebesar 0,45 dan 0,36 yang berarti bahwa secara rata-rata tingkat

pengungkapan CSR dalam industri high-profile lebih tinggi daripada low-profile. Perbedaan

tingkat pengungkapan CSR antar kedua kelompok industri tersebut terjadi sejalan dengan

pendapat Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008), terkait dengan karakteristik dari

kedua industri tersebut yang berbeda. Industri high-profile memiliki tekanan yang lebih

besar untuk mengungkapkan CSR akibat aktvitas bisnisnya memiliki tingkat sensitivitas

yang tinggi terhadap lingkungan. Akibat tingginya dampak aktivitas operasi yang dilakukan,

maka perusahaan dituntut untuk melakukan pertanggungjawaban terhadap alam, karyawan

dan mayarakat sekitar. Hal ini tentu berbeda dengan yang dihadapi industri low-profile.

Tekanan yang dihadapi industri low-profile tidak sebesar tekanan yang dihadapi industri

high-profile. Hal itu karena aktivitas bisnis yang dilakukan industri low-profile memiliki

tingkat sensitivitas yang rendah terhadap lingkungan. Dampak dari aktivitas operasi industri

ini tidak berpengaruh signifikan terhadap lingkungan alam dan sekitar sehingga masih

mendapat toleransi dari masyarakat. Akibatnya, industri low-profile tidak memiliki tuntutan

khusus untuk melaksanakan CSR, bahkan mengungkapkannya.

Selain itu, industri high-profile mendapat sorotan lebih luas daripada industri low-

profile karena aktivitasnya lebih bersinggungan dengan kepentingan masyarakat. Ditambah

lagi, pada industri high-profile apabila perusahaan mengalami kelalaian dalam pengamanan

Test Statisticsa

CSR

Mann-Whitney U 9.686E3

Wilcoxon W 2.580E4

Z -5.661

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Grouping Variable: KODING_CSR

Page 19: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

19

produksi dan hasil produksi akan membawa akibat fatal bagi masyarakat dan lingkungan.

Hal tersebut berbeda dengan yang terjadi pada industri low-profile. Apabila industri low-

profile mengalami kegagalan dalam produksi, maka akan mendapat toleransi dari

masyarakat. Hal tersebut karena kegagalan produksi pada industri tersebut, tidak berakibat

fatal bagi masyarakat dan lingkungan (Robert dalam Gunawan dan Utami (2008)). Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Utomo (2000) dan Yap dan

Widyaningdyah (2009) yang membuktikan bahwa tingkat pengungkapan CSR pada industri

high-profile lebih tinggi daripada industri low-profile.

Kinerja Keuangan pada Industri High-Profile dan Low-Profile

Tabel berikut ini akan menyajikan hasil Uji Mann Whitney untuk pengujian

perbedaan kinerja keuangan yang diukur menggunakan ROE pada industri high- profile dan

low-profile.

Tabel 5. Hasil Analisis Uji Beda Kinerja Keuangan diukur dengan ROE

Sumber : Diolah dari SPSS.

Berdasarkan tabel 5, hasil pengujian ini memperoleh hasil yang berbeda dengan

hipotesis kedua yang menyatakan bahwa ada perbedaan kinerja keuangan yang diukur

dengan ROE ditolak. Penelitian ini memperoleh hasil bahwa kinerja keuangan yang diukur

dengan ROE tidak mengalami perbedaan baik pada industri high-profile dan low-profile

pada tahun 2012. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil p-value sebesar 0,95 melebihi α

sebesar 0,05. Hal ini juga sejalan dengan temuan dalam statistik deskriptif di halaman 15,

dimana rata-rata kinerja keuangan yang diukur dengan ROE pada industri high-profile dan

low-profile sebesar 0,08 dan 0,12. Ukuran kinerja keuangan dapat tercermin melalui laba

yang dihasilkan, dimana dapat diukur menggunakan rasio keuangan, dimana dalam

penelitian ini menggunakan ROE dan Tobin’s Q ( Widayanti, 2006: 39). Akan tetapi, ROE

pada industri high-profile dan low-profile tidak mengalami perbedaan dalam penelitian ini.

Hal tersebut diduga disebabkan oleh beberapa hal. Salah satunya adalah tingginya tingkat

Test Statisticsa

ROE

Mann-Whitney U 1.489E4

Wilcoxon W 2.892E4

Z -.059

Asymp. Sig. (2-tailed) .953

a. Grouping Variable: KODING_ROE

Sumber : Diolah dari SPSS, 2014

Page 20: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

20

penjualan diiringi oleh tingginya beban yang dihasilkan untuk industri high-profile.

Penelitian ini juga sejalan dengan pendapat Robert. Menurut Robert (1992) dalam Gunawan

dan Utami (2008), industri high-profile memiliki tingkat kompetisi yang tinggi sehingga

perusahaan berusaha meningkatkan penjualan dengan meningkatkan biaya iklan. Apabila

iklan meningkat, maka masyarakat semakin mengenal dan menginginkan produk tersebut

sehingga tingkat penjualan meningkat. Umumnya, penjualan meningkat menyebabkan laba

perusahaan meningkat pula. Akan tetapi, apabila peningkatan penjualan disebabkan oleh

peningkatan beban yang cukup signifikan, maka laba yang dihasilkan tidak akan meningkat

secara signifikan, bahkan cenderung tetap. Sebaliknya, tingkat kompetisi dari industri low-

profile cukup rendah. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa baik pada

industri high-profile dan low-profile dengan adanya peningkatan penjualan atau tidak,

menghasilkan laba yang tidak jauh berbeda seiring dengan peningkatan biaya iklan.

Di sisi lain, ada banyak faktor yang mempengaruhi komponen laba. Laba yang

bagus tidak hanya selalu dilihat dari tingkat persaingan, tetapi juga dapat terjadi karena

kinerja perusahaan itu memang bagus disamping laba tersebut dapat di- manage. Apabila

industri low-profile memiliki laba tinggi dan kinerja yang bagus, maka tingkat ROE pada

industri ini tetap lebih bagus daripada industri high-profile. Hasil statistik penelitian ini pun

menyatakan bahwa kinerja keuangan industri low-profile lebih tinggi daripada high-profile.

Komponen laba bersih termasuk laba operasi dan laba diluar usaha (Kieso, 2011: 148).

Kemungkinan laba diluar operasi pada industri low-profile lebih tinggi dari laba usaha

sehingga dapat menghasilkan laba yang tinggi. Pembagian perusahaan menjadi dua

kelompok industri yaitu high-profile dan low-profile merupakan pembagian berdasarkan

kegiatan operasi perusahaan (Robert dalam Gunawan dan Utami (2008)). Apabila

pendapatan diluar usaha lebih tinggi dari pendapatan operasi, maka laba menjadi tinggi. Hal

yang sama juga terjadi pada hasil penelitian ini, yaitu industri low-profile memiliki ROE

yang lebih tinggi daripada high-profile. Sebagai contoh adalah sektor perbankan. Sektor

perbankan memiliki berbagai produk yang ditawarkan diluar kegiatan operasi utamanya,

salah satunya kegiatan operasi utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat.

Berbagai produk yang ditawarkan oleh perbankan yaitu salah satunya adalah asuransi.

Kemungkinan pendapatan asuransi lebih tinggi daripada pendapatan utama perbankan. Hasil

penelitian ini sejalan oleh hasil penelitian Susenohaji, dimana secara garis besar kinerja

keuangan yang diukur dengan ROE tidak memiliki perbedaan yang signifikan antara industri

high-profile dan low-profile

Tabel berikut ini akan menyajikan hasil Uji Mann Whitney untuk pengujian

Page 21: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

21

perbedaan kinerja keuangan yang diukur menggunakan Tobin’s Q pada industri high-

profile dan low-profile.

Tabel 6. Hasil Analisis Uji Beda Kinerja Keuangan diukur dengan Tobin’s Q

Sumber : Diolah dari SPSS.

Berdasarkan tabel di atas, hasil penelitian ini membuktikan bahwa hipotesis kedua

diterima, dimana menyatakan bahwa ada perbedaan kinerja keuangan yang diukur dengan

Tobin’s Q pada industri high-profile dan low-profile. Hal ini juga sejalan dengan temuan

dalam statistik deskriptif di halaman 15, dimana rata-rata kinerja keuangan yang diukur

dengan Tobin’s Q pada industri high-profile dan low-profile sebesar 2,17 dan 1,42 yang

berarti bahwa secara rata-rata Tobin’s Q dalam industri high-profile lebih tinggi daripada

low-profile. Perbedaan kinerja keuangan yang diukur dengan Tobin’s Q antar kedua

kelompok industri tersebut terjadi sejalan dengan pendapat Robert (1992) dalam Gunawan

dan Utami (2008), terkait dengan karakteristik dari kedua industri tersebut yang berbeda

salah satunya memiliki resiko politis yang berbeda. Industri high-profile cenderung memiliki

tingkat resiko politis yang tinggi dibandingkan industri low-profile. Hal itu disebabkan

karena industri high-profile berada di bawah pengawasan pemerintah yang lebih ketat.

Sebagian besar industri ini bergelut di bidang sumber daya alam yang dimiliki oleh negara

sesuai dengan UU No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Penggunaan

sumber daya alam dilindungi oleh pemerintah demi kesejahteraan masyarakat. Akibatnya,

segala tindakan yang dilakukan relatif dipantau dan dipengaruhi pemerintah. Demi

melindungi penggunaan sumber daya, maka pemerintah membentuk aturan untuk

mengawasi aktivitas perusahaan. Industri ini ditopang oleh pihak pemerintah sehingga dapat

dikatakan memiliki kemampuan going concern yang baik. Perhatian investor meningkat

yang tercermin pada kenaikan harga saham dan meningkatkan nilai perusahaan.

Sebaliknya, industri low-profile memiliki resiko politis yang rendah, kecuali sektor

perbankan (Robert dalam Gunawan dan Utami (2008)). Sektor perbankan memiliki aturan

Test Statisticsa

TOBIN

Mann-Whitney U 1.166E4

Wilcoxon W 2.778E4

Z -3.530

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Grouping Variable: KODING_TOBIN

Sumber : Diolah dari SPSS, 2014

Page 22: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

22

ketat yang dibuat oleh Bank Indonesia. Apabila ada bank yang melanggar, maka

konsekuensi yang diterima pun cukup berat. Beratnya konsekuensi mengakibatkan bank

patuh terhadap aturan sehingga resiko politis yang dihadapi oleh bank pun relatif tinggi.

Sedangkan bagi industri low-profile selain sektor perbankan, memiliki resiko politis rendah,

dimana hal itu menunjukkan rendahnya pengawasan dari pemerintah. Dengan pengawasan

yang rendah, investor menganggap industri tersebut memiliki kemampuan going concern

yang rendah sehingga respon investor lebih rendah. Tinggi rendahnya respon investor dapat

tercermin dalam naik turunnya harga saham, sehingga dapat mempengaruhi nilai

perusahaan.

Hubungan Tingkat Pengungkapan CSR dan Kinerja Keuangan

Tabel berikut ini akan menyajikan hasil Uji Spearman untuk pengujian hubungan

tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan yang diukur menggunakan ROE dan

Tobin’s Q pada industri high- profile dan low-profile.

Tabel 7. Hasil Analisis Uji Korelasi Tingkat Pengungkapan CSR dan Kinerja

Keuangan Spearman’s rho

CSR ROE TOBIN

CSR CSR

HIGH

CSR

LOW ROE

ROE

HIGH

ROE

LOW TOBIN

TOBIN

HIGH

TOBIN

LOW

CSR Correlation

Coefficient 1.000 1.000 1.000 .121* .135 .121 .070 .022 -.019

Sig. (2-

tailed) . . . .024 .083 .107 .192 .777 .800

N 346 167 179 346 167 179 346 167 179

ROE Correlation

Coefficient .121* .135 .121 1.000 1.000 1.000 .222** .298** .146

Sig. (2-

tailed) .024 .083 .107 . . . .000 .000 .051

N 346 167 179 346 167 179 346 167 179

TOBIN Correlation

Coefficient .070 .022 -.019 .222** .298** .146 1.000 1.000 1.000

Sig. (2-

tailed) .192 .777 .800 .000 .000 .051 . . .

N 346 167 179 346 167 179 346 167 179

Sumber : Diolah dari SPSS, 2014

Berdasarkan tabel 7, ditemukan bahwa tingkat pengungkapan CSR berhubungan

positif dengan kinerja keuangan yang dilihat dari ROE, dimana semakin tinggi tingkat

pengungkapan CSR, maka semakin tinggi pula kinerja keuangan perusahaan. Sebaliknya,

Page 23: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

23

semakin tinggi kinerja keuangan perusahaan, maka semakin tinggi pula tingkat

pengungkapan CSR. Semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR, menunjukkan bahwa

perusahaan sadar akan kepentingan sosial dan kualitas produknya, sehingga dapat dikatakan

perusahaan dengan tingkat pengungkapan CSR yang tinggi, produknya semakin berkualitas.

Masyarakat akan dengan setia membeli produk yang berkualitas, sehingga akan

meningkatkan penjualan dan laba perusahaan dalam jangka panjang. Selain itu, perusahaan

yang memiliki kinerja keuangan yang baik, akan mampu untuk mengungkapkan CSR

sehingga semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR-nya. Namun ditemukan pula bahwa

tingkat pengungkapan CSR tidak berhubungan dengan Tobin’s Q. Berdasarkan penjelasan di

atas, hipotesis ketiga diterima untuk ROE dan hipotesis ketiga ditolak untuk Tobin’s Q.

Namun, ketika dikaitkan dengan pengelompokan industri, ditemukan bahwa tidak

ada hubungan antara tingkat pengungkapan CSR dengan kinerja keuangan yang diukur

dengan ROE maupun Tobin’s Q baik pada industri high-profile dan low-profile. Hal ini

berarti bahwa tingkat pengungkapan CSR tidak berhubungan dengan tinggi rendahnya ROE

dan Tobin’s Q. Diduga, kinerja ROE dan Tobin’s Q dipengaruhi oleh variabel lain, dimana

tingkat pengungkapan CSR dikatakan manfaat yang diperoleh masih belum jelas dan

pengungkapan CSR sendiri masih bersifat sukarela sehingga kinerja keuangan yang diukur

dengan ROE dan reaksi pasar yang tercermin pada harga saham yang diukur dengan Tobin’s

Q tidak memperoleh dampaknya. Harga saham relatif tetap menunjukkan bahwa nilai

perusahaan tidak berkembang. Perbedaan Tobin’s Q dalam perusahaan belum tentu

disebabkan oleh CSR karena ternyata tingkat pengungkapan CSR dan Tobin’s Q tidak

berhubungan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dahlia dan Siregar

(2008) dan Syahnaz (2012) yang membuktikan bahwa tingkat pengungkapan CSR dan

kinerja keuangan yang diukur dengan ROE memiliki hubungan yang signifikan. Selain itu,

penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian Muhammady (2012) dan Nurhayati dan

Medyawati (2012) yang membuktikan bahwa tingkat pengungkapan CSR dan kinerja

keuangan yang diukur dengan Tobin’s Q tidak memiliki hubungan yang signifikan.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan

antara tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan yang diukur dengan Tobin’s Q

Page 24: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

24

antara industri high-profile dan low-profile, tetapi tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan

yang diukur dengan ROE. Perbedaan tingkat pengungkapan CSR dan Tobin’s Q antar kedua

kelompok industri tersebut sejalan dengan pendapat Robert (1992) dalam Gunawan dan

Utami (2008), terkait dengan karakteristik dari kedua industri tersebut yang memang

berbeda. Industri high-profile memiliki tekanan yang lebih besar untuk mengungkapkan

CSR akibat aktvitas bisnisnya yang memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap

lingkungan dan memiliki tingkat resiko politis yang tinggi dibandingkan industri low-

profile.

Penelitian ini juga membuktikan terdapat hubungan positif antara tingkat

pengungkapan CSR dan kinerja keuangan yang diukur dengan ROE, tetapi tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan yang

diukur dengan Tobin’s Q. Semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR, maka semakin tinggi

pula kinerja keuangan yang diukur dengan ROE, atau semakin tinggi kinerja keuangan yang

diukur dengan ROE, maka semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR. Namun, tidak

terdapat hubungan antara tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan, baik diukur

dengan ROE dan Tobin’s Q antara industri high-profile dan low-profile.

Implikasi Teoritis dan Terapan

Hasil penelitian ini yang membuktikan bahwa terdapat perbedaan tingkat

pengungkapan CSR antara industri high-profile dan low-profile, dimana industri high-profile

memiliki tingkat pengungkapan CSR yang lebih tinggi daripada industri low-profile, dan

terdapat perbedaan kinerja keuangan yang diukur dengan Tobin’s Q antara industri high-

profile dan low-profile, tetapi tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan diukur dengan ROE

serta terdapat hubungan positif antara tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan

yang diukur dengan ROE, tetapi tidak terdapat hubungan dengan kinerja keuangan yang

diukur dengan Tobin’s Q, memperkuat penelitian yang dilakukan oleh Utomo (2000) dan

Yap dan Widyaningdyah (2009), Susenohaji (2011), Dahlia dan Siregar (2008), Syahnaz

(2012), Muhammady (2012), serta Nurhayati dan Medyawati (2012). Sebaliknya, hasil

penelitian tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cahyono dan Nur (2010),

Yaparto dan Frisko (2013), Gunawan dan Utami (2008), Kusumadilaga (2010), dan Bidhari

(2013).

Penelitian ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan tingkat pengungkapan CSR

dan kinerja keuangan yang diukur dengan Tobin’s Q antara industri high-profile dan low-

profile, dimana tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan pada industri high-profile

Page 25: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

25

lebih tinggi daripada low-profile. Hasil ini akan memudahkan investor dalam membuat

keputusan investasi di antara kedua industri tersebut. Investor akan lebih diuntungkan bila

berinvestasi pada industri high-profile. Hal itu karena industri high-profile lebih direspon

pasar dan memiliki tekanan yang besar untuk melaksanakan dan mengungkapkan CSR

sehingga dampak dari tingkat pengungkapan CSR secara berkelanjutan akan memberi

manfaat jangka panjang bagi perusahaan. Manfaat tersebut dapat meningkatkan profitabilitas

perusahaan di masa depan sehingga dapat dikatakan perusahaan memiliki going concern

yang baik. Selain itu, hasil penelitian ini dapat memberi gambaran bagi perusahaan bahwa

tingkat pengungkapan CSR merupakan salah satu pertimbangan penting bagi investor dalam

membuat keputusan investasi. Oleh karena itu, semakin banyak perusahaan mengungkapkan

CSR, maka semakin baik perusahaan di mata investor. Informasi tingkat pengungkapan CSR

dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan di bidang sosial di masa

depan sehingga dapat membawa keuntungan baik bagi perusahaan, masyarakat, dan

lingkungan.

Keterbatasan Penelitian dan Saran Penelitian Mendatang

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dihadapi yaitu ada unsur

subjektifitas dalam penilaian tingkat pengungkapan CSR karena penilaian item-item yang

digunakan dalam penelitian ini masih berdasarkan pertimbangan sendiri. Selain itu, adanya

sedikit subjektifitas pada pengelompokan beberapa kelompok di ICMD yaitu untuk sektor

Holding and Other Investment dan Others. Selain itu, penelitian ini tidak menunjukkan

dampak berkelanjutan dari tingkat pengungkapan CSR.

Dengan adanya keterbatasan dalam penelitian ini, maka ada beberapa saran untuk

penelitian mendatang. Pertama, menambah periode penelitian sehingga dampak dari tingkat

pengungkapan CSR secara berkelanjutan dapat lebih terlihat misalnya dalam rentang 3

tahun. Kedua, mempertimbangkan penyempurnaan daftar penilaian tingkat pengungkapan

CSR sehingga alat tersebut dapat menghasilkan informasi yang sesuai kondisi saat ini dan

lebih teliti. Ketiga, penggunaan informasi lain selain dari Laporan Tahunan sebagai dasar

menilai tingkat pengungkapan CSR perusahaan. Contohnya yaitu Laporan Keberlanjutan

dan survei dari badan organisasi tertentu mengenai aktivitas CSR.

Page 26: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

26

DAFTAR PUSTAKA

Bidhari, S, C. 2013. Effect of Corporate Social Responsibility Information Disclosure on

Financial Performance and Firm Value in Banking Industry Listed at Indonesia Stock

Exchange. Faculty of Economics and Business Brawijaya University.

http://www.iiste.org/Journals/index.php/EJBM/article/viewFile/6642/6786 (diakses 11

Januari 2014, 6:15 PM)

Cahyono, Budi dan Etna Nur. 2010. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap

Kinerja Perusahaan dengan Kepemilikan Asing Sebagai Variabel Moderating.

Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.

http://eprints.undip.ac.id/26643/1/SKRIPSI(r).pdf (diakses 11 Januari 2014, 8:13 PM)

Dahlia, Lely dan Sylvia Veronica Siregar. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility

terhadap Kinerja Perusahaan. Jurnal disajikan dalam Simposium Nasional Akuntansi

XI, Pontianak.

El Muhammady dan Faddly Akbar. 2012. Pengaruh Kinerja Keuangan dan Corporate

Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur

Yang Terdaftar di BEI. Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.

http://publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/6167/1/JURNAL%20SKRIP

SI.pdf (diakses 12 Januari 2014, 7:20 PM)

Fahrizqi, Anggara. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate

Social Responsibility (CSR) dalam Laporan Tahunan Perusahaan. Fakultas Ekonomi

Universitas Diponegoro. http://eprints.undip.ac.id/24469/ (diakses 11 Januari 2014,

7:23 PM)

Gray R, Kouhy and Lavers . 1995. Corporate social and environmental reporting: A

review of the literature and a longitudinal study of UK disclosure. Accounting,

Auditing & Accountability Journal 8 (2): 78-101.

http://www.emeraldinsight.com/journals.htm?articleid=869644 (diakses 13 Januari

2014, 6:30 PM)

Gunawan, Barbara dan Suharti Sri Utami. 2008. Peranan Corporate Social Responsibility

dalam Nilai Perusahaan. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123456789/843/07-

Barbara%20_174-185_.pdf?sequence=1 (diakses 13 Januari 2014, 7:35 PM).

Hackston, David and Markus J. Milne. 1996. Some Determinants of Social and

Environmental Disclosure in New Zealand Companies. Accounting, Auditing and

Accountability Journal. Vol. 9, No. 1, p. 77-108.

Page 27: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

27

http://www.emeraldinsight.com/journals.htm?articleid=1509110 (diakses 13 Januari

2014, 8:10 PM).

Hartman, Laura dan Joe DesJardins. 2011. Etika Bisnis: Pengambilan Keputusan untuk

Integritas Pribadi dan Tanggung Jawab Sosial. Jakarta: Erlangga.

Ihalauw, John. 2000. Bangunan Teori. Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana,

Salatiga.

Kieso, Donald E, Jerry J. Weygandt, and Terry D. Warfield. 2011. Intermediate Accounting

Vol 1 IFRS Edition. United States of America: Graphics.

Kusumadilaga, Rimba. 2010. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai

Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderating. Fakultas Ekonomi

Universitas Diponegoro Semarang.

http://eprints.undip.ac.id/22572/1/SKRIPSI_Rimba_Kusumadilaga.PDF (diakses 14

Januari 2014, 7:30 PM).

Lawrence, Anne T. dan James Weber. 2011. Business and Society Stakeholders, Ethics,

Public Policy, Thirteenth Edition. New York: McGraw-Hill.

Nurhayati, Miranty dan Henny Medyawati. 2012. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan,

Good Corporate Governance, dan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai

Perusahaan yang Terdaftar dalam LQ45 pada tahun 2009-2011. Fakultas Ekonomi

Universitas Gunadarma.

http://publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5532/1/JurnalOK.pdf

(diakses 14 Januari 2014, 7:33 PM).

Owen, David. 2005. CSR After Enron:“A Role for the Academic Accounting Profession?”.

ICCSR Research Paper Series.

http://www.nottingham.ac.uk/business/ICCSR/research.php?action=download&id=47

(diakses 16 Januari 2014, 9:15 PM).

Sayekti, Yosefa dan Ludovicus Sensi Wondabio. 2007. Pengaruh CSR Disclosure terhadap

Earning Response Coefficient (Suatu Studi Empiris pada Perusahaan yang terdaftar

di Bursa Efek Jakarta). Jurnal disajikan dalam Simposium Nasional Akuntansi X,

Makassar.

Sembiring, Eddy Rismanda. 2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung

Jawab Sosial. Jurnal disajikan dalam Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo.

Stoner, James A. F., Edward Freeman, dan Daniel R. Gilbert. 1995. Management, Sixth

Edition. United States of America: Prentice Hall.

Page 28: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

28

Sudiyatno, Bambang dan Elen Puspitasari. 2010. Tobin’s Q dan Altman Z-Score sebagai

Indikator Pengukuran Kinerja Perusahaan. Universitas Stikubank.

http://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/fe4/article/download/223/162 (diakses 20

Januari 2014, 9:15 PM).

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.

Susenohaji. 2011. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Atas Ungkapan (Disclosure)

Tanggung Jawab Lingkungan Perusahaan (Studi Empiris Penerapan Regulasi pada

Perusahaan Go-Publik di Indonesia.)

http://www.academia.edu/6406277/Judul_Analisis_Kinerja_Keuangan_Perusahaan_A

tas_Ungkapan_Disclosure_Tanggungjawab_Lingkungan_Perusahaan_Studi_Empiris_

Penerapan_Regulasi_pada_Perusahaan_Go-Publik_di_Indonesia (diakses tanggal 16

Juli 2014, 16:00 PM)

Syahnaz, Melisa. 2012. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja

Keuangan Perusahaan Perbankan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Brawijaya. http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/download/352/299 (diakses

23 Januari 2014, 7:45 PM).

Utomo, Muhammad Muslim. 2000. Praktek Pengungkapan Sosial pada Laporan Tahunan

Perusahaan di Indonesia (Studi Perbandingan antara Perusahaan High-Profile dan

Low-Profile). Jurnal disajikan dalam Simposium Nasional Akuntansi IV, Bandung.

Widayanti, Rita, Henny Ekawati, Apriani Dorkas Rambu Atahau, Usil Sis Sucahyo, dan

Maria Rio Rita. 2006. Manajemen Keuangan. Fakultas Ekonomi Universitas Kristen

Satya Wacana, Salatiga.

William. 2012. Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility berdasarkan

Pedoman Global Reporting Initiative terhadap Nilai Perusahaan. Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia. www.ui.ac.id (diakses 26 September 2014, 15:25 PM)

Yaparto, Marissa dan Dianne Frisko. 2013. Pengaruh Corporate Social Responsibility

terhadap Kinerja Keuangan pada Sektor Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia pada Periode 2010-2011. Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas

Surabaya. https://journal.ubaya.ac.id/index.php/jimus/article/viewFile/111/91 (diakses

25 Januari 2014, 9:15 PM).

Yap, Raldy dan Agnes Widyaningdyah. 2009. Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial

pada Laporan Tahunan Perusahaan Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia (Studi

Empiris atas Perusahan High dan Low Profile). Universitas Katolik Widya Mandala.

Page 29: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

29

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=18498&val=1144&title (diakses

23 Januari 2014, 8:40 PM).

www.finance.yahoo.com (diakses tanggal 15 Mei 2014, 10:35 AM)

www.globalreporting.org (diakses tanggal 2 Februari 2014, 7:30 PM)

www.hukumonline.com (diakses tanggal 2 Februari 2014, 7:44 PM)

www.idx.co.id (diakses tanggal 25 April 2014, 2:45 PM)

Page 30: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

30

LAMPIRAN 1

DAFTAR TINGKAT PENGUNGKAPAN CSR dari GLOBAL REPORTING INITIATIVE (GRI)

ASPEK PENGUNGKAPAN

LINGKUNGAN

1. Pengendalian polusi kegiatan operasi, pengeluaran riset dan pengembangan untuk mengurangi polusi.

2. Operasi perusahaan tidak mengakibatkan polusi atau memenuhi ketentuan hukum dan peraturan polusi.

3. Pernyataan yang menunjukkan bahwa polusi operasi telah atau akan dikurangi.

4. Pencegahan atau perbaikan kerusakan lingkungan akibat pengelolaan sumber alam, misalnya reklamasi

daratan atau reboisasi.

5. Konservasi sumber alam, misalnya mendaur ulang kaca, besi, minyak, air dan kertas.

6. Penggunaan material daur ulang

7. Menerima penghargaan berkaitan dengan program lingkungan yang dibuat perusahaan.

8. Merancang fasilitas yang harmonis dengan lingkungan.

9. Kontribusi dalam seni yang bertujuan untuk memperindah lingkungan.

10. Kontribusi dalam pemugaran bangunan sejarah.

11. Pengelolaan limbah.

12. Riset mengenai pengelolaan limbah.

13. Mempelajari dampak lingkungan untuk memonitor dampak lingkungan perusahaan.

14. Perlindungan lingkungan hidup.

ENERGI

15. Menggunakan energi secara lebih efisien dalam kegiatan operasi.

16. Memanfaatkan barang bekas untuk memproduksi energi.

17. Penghematan energi sebagai hasil produk daur ulang.

18. Membahas upaya perusahaan dalam mengurangi konsumsi energi.

19. Peningkatan efisiensi energi dan produk.

20. Riset yang mengarah pada peningkatan efisiensi energi dari produk.

21. Mengungkapkan kebijakan energi perusahaan.

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

22. Mengurangi polusi, iritasi, atau resiko dalam lingkungan kerja.

23. Mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan kesehatan fisik atau mental.

24. Mengungkapkan statistik kecelakaan kerja.

25. Mentaati peraturan standar kesehatan dengan keselamatan kerja.

26. Menerima penghargaan berkaitan dengan keselamatan kerja.

27. Menetapkan suatu komite keselamatan kerja.

28. Melaksanakan riset untuk meningkatkan keselamatan kerja.

29. Mengungkapkan pelayanan kesehatan tenaga kerja.

Page 31: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

31

LAIN-LAIN TENTANG TENAGA KERJA

30. Perekrutan atau memanfaatkan tenaga kerja wanita / orang cacat.

31. Mengungkapkan persentase/jumlah tenaga kerja wanita / orang cacat dalam tingkat manajerial.

32. Mengungkapkan tujuan penggunaan tenaga kerja wanita / orang cacat dalam pekerjaan.

33. Program untuk kemajuan tenaga kerja wanita / orang cacat.

34. Pelatihan tenaga kerja melalui program tertentu di tempat kerja.

35. Memberikan bantuan keuangan pada tenaga kerja dalam bidang pendidikan.

36. Mendirikan suatu pusat pelatihan tenaga kerja.

37. Mengungkapkan bantuan atau bimbingan untuk tenaga kerja yang dalam proses mengundurkan diri atau

yang telah membuat kesalahan.

38. Mengungkapkan perencanaan kepemilikan rumah karyawan.

39. Mengungkapkan fasilitas untuk aktivitas rekreasi.

40. Pengungkapan persentase gaji untuk pensiun.

41. Mengungkapkan kebijakan penggajian dalam perusahaan.

42. Mengungkapkan jumlah tenaga kerja dalam perusahaan.

43. Mengungkapkan tingkatan manajerial yang ada.

44. Mengungkapkan disposisi staff dimana staff ditempatkan.

45. Mengungkapkan jumlah staff, masa kerja dan kelompok usia mereka.

46. Mengungkapkan statistik tenaga kerja, misalnya penjualan per tenaga kerja.

47. Mengungkapkan kualifikasi tenaga kerja yang direkrut.

48. Mengungkapkan rencana kepemilikan saham oleh tenaga kerja.

49. Mengungkapkan rencana pembagian keuntungan lain.

50. Mengungkapkan informasi hubungan manajemen dengan tenaga kerja dalam meningkatkan keputusan

dan motivasi kerja.

51. Mengungkapkan informasi stabilitas pekerjaan tenaga kerja dan masa depan perusahaan.

52. Membuat laporan tenaga kerja yang terpisah.

53. Melaporkan hubungan perusahaan dengan serikat buruh.

54. Melaporkan gangguan dan aksi tenaga kerja.

55. Mengungkapkan informasi bagaimana aksi tenaga kerja dinegosiasikan.

56. Peningkatan kondisi kerja secara umum.

57. Informasi reorganisasi perusahaan yang mempengaruhi tenaga kerja.

58. Informasi dan statistik perputaran tenaga kerja.

PRODUK

59. Pengungkapan informasi pengembangan produk perusahaan, termasuk pengemasan.

60. Gambaran pengeluaran riset dan pengembangan produk.

61. Pengungkapan informasi proyek riset perusahaan untuk memperbaiki produk.

62. Pengungkapan bahwa produk memenuhi standar keselamatan.

63. Membuat produk lebih aman untuk konsumen.

64. Melaksanakan riset atas tingkat keselamatan produk perusahaan.

Page 32: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

32

65. Pengungkapan peningkatan kebersihan / kesehatan dalam pengolahan dan penyiapan produk.

66. Pengungkapan informasi atas keselamatan produk perusahaan.

67. Pengungkapan informasi mutu produk yang dicerminkan dalam penerimaan penghargaan.

68. Informasi yang dapat diverifikasi bahwa mutu produk telah meningkat (misalnya, ISO 9000).

KETERLIBATAN MASYARAKAT

69. Sumbangan tunai, produk, pelayanan untuk mendukung aktivitas masyarakat, pendidikan, dan seni.

70. Tenaga kerja paruh waktu (part-time employment) dari mahasiswa/pelajar.

71. Sebagai sponsor untuk proyek kesehatan masyarakat.

72. Membantu riset media.

73. Sebagai sponsor untuk konferensi pendidikan, seminar atau pameran seni.

74. Membiayai program beasiswa.

75. Membuka fasilitas perusahaan untuk masyarakat.

76. Mensponsori kampanye nasional.

77. Mendukung pengembangan industri lokal.

UMUM

78. Pengungkapan tujuan. Kebijakan perusahaan secara umum berkaitan dengan tanggung jawab sosial

perusahaan kepada masyarakat.

79. Informasi hubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan selain yang disebut di atas.

Page 33: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

33

LAMPIRAN 2

DAFTAR PERUSAHAAN SAMPEL INDUSTRI HIGH-PROFILE

NO KODE NAMA PERUSAHAAN (Tbk) KATEGORI TOTAL

1 AALI PT. Astra Agro Lestari Agrobisnis dan Perhutanan

2 UNSP PT. Bakrie Sumatra Plantations Agrobisnis dan Perhutanan

3 BISI PT. Bisi International Agrobisnis dan Perhutanan

4 GZCO PT. Gozco Plantations Agrobisnis dan Perhutanan

5 IIKP PT. Inti Agri Resources Agrobisnis dan Perhutanan

6 JAWA PT. Jaya Agra Wattie Agrobisnis dan Perhutanan

7 LSIP PT. PP London Sumatera Indonesia Agrobisnis dan Perhutanan

8 PALM PT. Provident Agro Agrobisnis dan Perhutanan

9 SIMP PT. Salim Ivomas Pratama Agrobisnis dan Perhutanan

10 SGRO PT. Sampoerna Agro Agrobisnis dan Perhutanan

11 WAPO PT. Wahana Pronatural Agrobisnis dan Perhutanan

12 BTEK PT. Bumi Teknokultura Unggul Agrobisnis dan Perhutanan

13 TIRT PT. Tirta Mahakam Resources Agrobisnis dan Perhutanan 13

14 ANTM PT. Aneka Tambang Tambang dan Perminyakan

15 ATPK PT. ATPK Resources Tambang dan Perminyakan

16 BIPI PT. Benakat Petroleum Energy Tambang dan Perminyakan

17 CKRA PT. Cakra Mineral Tambang dan Perminyakan

18 DKFT PT. Central Omega Resources Tambang dan Perminyakan

19 CITA PT. Cita Mineral Investindo Tambang dan Perminyakan

20 CTTH PT. Citatah Industri Marmer Tambang dan Perminyakan

21 ELSA PT. Enulsa Tambang dan Perminyakan

22 CNKO PT. Exploitasi Energi Indonesia Tambang dan Perminyakan

23 GTBO PT. Garda Tujuh Buana Tambang dan Perminyakan

24 SMMT PT. Golden Eagle Energy Tambang dan Perminyakan

25 GEMS PT. Golden Energy Mines Tambang dan Perminyakan

26 LAPD PT. Leyand International Tambang dan Perminyakan

27 MITI PT. Mitra Investindo Tambang dan Perminyakan

28 MYOH PT. Samindo Resources Tambang dan Perminyakan

29 TINS PT. Timah (Persero) Tambang dan Perminyakan

30 RUIS PT. Radiant Utama Interinsco Tambang dan Perminyakan

31 ARTI PT. Ratu Prabu Energi Tambang dan Perminyakan 18

32 ADHI PT. Adhi Karya Engineering / Teknik

33 JKON PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama Engineering / Teknik

34 DGIK PT. Nusa Konstruksi Enjiniring Engineering / Teknik

35 PTPP PT. PP (Persero) Engineering / Teknik

36 TOTL PT. Total Bangun Persada Engineering / Teknik

37 TRUB PT. Truba Alam Manunggal

Engineering Engineering / Teknik

38 WIKA PT. Wijaya Karya Engineering / Teknik

39 WSKT PT. Waksita Karya Engineering / Teknik

40 CMNP PT. Citra Marga Nusaphala Persada Engineering / Teknik

Page 34: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

34

41 JSMR PT. Jasa Marga Engineering / Teknik 10

42 ADES PT. Akasha Wira International Produk makanan dan minuman

43 DAVO PT. Davomas Abadi Produk makanan dan minuman

44 DLTA PT. Delta Djakarta Produk makanan dan minuman

45 FAST PT. Fast Food Indonesia Produk makanan dan minuman

46 ICBP PT. Indofood CBP Sukses Makmur Produk makanan dan minuman

47 INDF PT. Indofood Sukses Makmur Produk makanan dan minuman

48 MYOR PT. Mayora Indah Produk makanan dan minuman

49 ROTI PT. Nippon Indosari Corpindo Produk makanan dan minuman

50 PTSP PT. Pioneerindo Gourmet International Produk makanan dan minuman

51 PSDN PT. Prasidha Aneka Niaga Produk makanan dan minuman

52 SKBM PT. Sekar Bumi Produk makanan dan minuman

53 SKLT PT. Sekar Laut Produk makanan dan minuman

54 STTP PT. Siantar TOP Produk makanan dan minuman

55 AISA PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Produk makanan dan minuman

56 ALTO PT. Tri Banyan Tirta Produk makanan dan minuman

57 TBLA PT. Tunas Baru Lampung Produk makanan dan minuman

58 ULTJ PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading

Company Produk makanan dan minuman

17

59 RMBA PT. Bentoel International Investama Tembakau dan Rokok

60 GGRM PT. Gudang Garam Tembakau dan Rokok

61 HMSP PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tembakau dan Rokok 3

62 ALDO PT Alkindo Naratama Kertas

63 FASW PT. Fajar Surya Wisesa Kertas

64 KBRI PT. Kertas Basuki Rachmat Indonesia Kertas

65 SPMA PT. Suparma Kertas

66 JKPE PT. Jasuindo Tiga Perkasa Kertas 5

67 AKRA PT. AKR Corporindo Kimia

68 ETWA PT Eterindo Wahanatama Kimia

69 LTLS PT. Lautan Luas Kimia

70 DPNS PT. Duta Pertiwi Nusantara Kimia

71 INCI PT. Intanwijaya Internasional Kimia

72 AKKU PT. Alam Karya Unggul Kimia

73 AKPI PT. Argha Karya Prima Industry Kimia

74 AMFG PT. Asahimas Flat Glass Kimia

75 APLI PT. Asiaplast Industries Kimia

76 BRNA PT. Berlina Kimia

77 IGAR PT. Champion Pacific Indonesia Kimia

78 LMPI PT. Langgeng Makmur Plastik Industri Kimia

79 TRST PT. Trias Sentosa Kimia

80 YPAS PT. Yanaprima Hastapersada Kimia

81 SMCB PT. Holcim Indonesia Kimia

82 SMGR PT. Semen Indonesia Kimia

83 ALMI PT. Alumindo Light Metal Industry Kimia

84 GDST PT. Gunawan Dianjaya Steel Kimia

Page 35: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

35

85 INAI PT. Indal Aluminium Industry Kimia

86 JPRS PT. Jaya Pari Steel Kimia

87 LMSH PT. Lion Mesh Prima Kimia

88 LION PT. Lion Metal Works Kimia

89 BAJA PT. Saranacentral Bajatama Kimia

90 TIRA PT. Tira Austenite Kimia

91 ARNA PT. Arwana Citramulia Kimia

92 KIAS PT. Keramika Indonesia Assosiasi Kimia

93 MLIA PT. Mulia Industrindo Kimia

94 TOTO PT. Surya Toto Indonesia Kimia

95 CPRO PT. Central Proteinaprima Kimia

96 CPIN PT. Charoen Pokphand Indonesia Kimia

97 JPFA PT. JAPFA Kimia

98 MAIN PT. Malindo Feedmiil Kimia

99 SIPD PT. Sierad Produce Kimia 33

100 ASII PT. Astra International Otomotif

101 AUTO PT. Astra Otoparts Otomotif

102 IMAS PT. Indomobil Sukses Internasional Otomotif

103 INDS PT. Indospring Otomotif

104 INTA PT. Intraco Penta Otomotif

105 LPIN PT. Multi Prima Sejahtera Otomotif

106 NIPS PT. Nipress Otomotif

107 PRAS PT. Prima Alloy Steel Universal Otomotif

108 SMSM PT. Selamat Sempurna Otomotif

109 TURI PT. Tunas Ridean Otomotif

110 UNTR PT. United Tractors Otomotif 11

111 INAF PT. Indofarma Kesehatan

112 KLBF PT. Kalbe Farma Kesehatan

113 KAEF PT. Kimia Farma Kesehatan

114 MERK PT. Merck Kesehatan

115 PYFA PT. Pyridam Farma Kesehatan

116 TSPC PT. Tempo Scan Pacific Kesehatan

117 SCPI PT. Merck Sharp & Dohme Indonesia Kesehatan

118 SRAJ PT. Sejahteraraya Anugerahjaya Kesehatan 8

119 ASSA PT. Adi Sarana Armada Transportasi

120 APOL PT. Arpeni Pratama Ocean Line Transportasi

121 TAXI PT. Express Trasindo Utama Transportasi

122 HITS PT. Humpuss Intermoda Transportasi Transportasi

123 IATA PT. Indonesia Air Transport Transportasi

124 MIRA PT. Mitra International Resources Transportasi

125 WEHA PT. Panorama Transportasi Transportasi

126 NELY PT. Pelayaran Nelly Dwi Putri Transportasi

127 TMAS PT. Pelayaran Tempuran Emas Transportasi

128 SDMU PT. Sidomulyo Selaras Transportasi

Page 36: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

36

129 SAFE PT. Steady Safe Transportasi

130 INDX PT. Tanah Laut Transportasi

131 ZBRA PT. Zebra Nusantara Transportasi 13

132 BTEL PT. Bakrie Telecom Media dan Komunikasi

133 ISAT PT. INDOSAT Media dan Komunikasi

134 FREN PT. Smartfren Telecom Media dan Komunikasi

135 TLKM PT. Telekomunikasi Indonesia Media dan Komunikasi

136 TBIG PT. Tower Bersama Infrastructure Media dan Komunikasi

137 TRIO PT. Trikomsel Oke Media dan Komunikasi

138 EXCL PT. XL Axiata Media dan Komunikasi

139 INVS PT. Inovisi Infracom Media dan Komunikasi

140 CENT PT. Centrin Online Media dan Komunikasi

141 DNET PT. Dyviacom Intrabumi Media dan Komunikasi

142 EMTK PT. Elang Mahkota Teknologi Media dan Komunikasi

143 KBLV PT. First Media Media dan Komunikasi

144 FORU PT. Fortune Indonesia Media dan Komunikasi

145 IBST PT. Inti Bangun Sejahtera Media dan Komunikasi

146 LMAS PT. Limas Centric Indonesia Media dan Komunikasi

147 ABBA PT. Mahaka Media Media dan Komunikasi

148 MNCN PT. Media Nusantara Citra Media dan Komunikasi

149 MSKY PT. MNC SKY Vision Media dan Komunikasi

150 MFMI PT. Multifilling Mitra Vision Media dan Komunikasi

151 SCMA PT. Surya Citra Media Media dan Komunikasi

152 LPLI PT. Star Pacific Media dan Komunikasi

153 TMPO PT. Tempo Inti Media Media dan Komunikasi

154 VIVA PT. Visi Media Asia Media dan Komunikasi 23

155 BAYU PT. Bayu Buana Pariwisata

156 BUVA PT. Bukit Uluwatu Villa Pariwisata

157 PDES PT. Destinasi Tirta Nusantara Pariwisata

158 GMCW PT. Grahamas Citrawisata Pariwisata

159 HOME PT. Hotel Mandarine Regency Pariwisata

160 SHID PT. Hotel Sahid Jaya International Pariwisata

161 ICON PT. Island Concepts Indonesia Pariwisata

162 PANR PT. Panorama Sentrawisata Pariwisata

163 PGLI PT. Pembangunan Graha Lestari Indah Pariwisata

164 PLIN PT. Plaza Indonesia Realty Pariwisata

165 PNSE PT. Pudjiadi and Sons Pariwisata

166 PSKT PT.Pusako Tarinka Pariwisata

167 SONA PT. Sona Topas Tourism Industry Pariwisata 13

Page 37: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

37

LAMPIRAN 3

DAFTAR PERUSAHAAN SAMPEL INDUSTRI LOW-PROFILE

NO KODE NAMA PERUSAHAAN KATEGORI TOTAL

1 ARGO PT. Argo Pantes Tekstil

2 ERTX PT. Eratex Djaja Tekstil

3 HDTX PT. Panasia Indo Resources Tekstil

4 STAR PT. Star Petrochem Tekstil

5 SSTM PT. Sunson Textile Manufacture Tekstil

6 TRIS PT. Trisula International Tekstil

7 MYTX PT. APAC Citra Centertex Tekstil

8 MYRX PT. Hanson International Tekstil

9 SRSN PT. Indo Acidatama Tekstil

10 PBRX PT. Pan Brothers Tex Tekstil

11 BIMA PT. Primarindo Asia Infrastructure Tekstil

12 BATA PT. Sepatu Bata Tekstil 12

13 KICI PT. Kedaung Indah Can Produk Rumah Tangga

14 KDSI PT. Kedawung Setia Industrial Produk Rumah Tangga

15 JECC PT. Jembo Cable Company Produk Rumah Tangga

16 KBLI PT. KMI Wire and Cable Produk Rumah Tangga

17 SCCO PT. Supreme Cable Manufacturing &

Commerce Produk Rumah Tangga

18 VOKS PT. Voksel Electric Produk Rumah Tangga

19 ASGR PT. Astra Graphia Produk Rumah Tangga

20 MTDL PT. Metrodata Electronics Produk Rumah Tangga

21 MLPL PT. Multipolar Produk Rumah Tangga

22 INTD PT. Inter Delta Produk Rumah Tangga

23 MDRN PT. Modern Internasional Produk Rumah Tangga

24 KONI PT. Perdana Bangun Pustaka Produk Rumah Tangga 12

25 TCID PT. Mandom Indonesia Produk Personal

26 MBTO PT. Martina Berto Produk Personal

27 MRAT PT. Mustika Ratu Produk Personal

28 UNVR PT. Unilever Indonesia Produk Personal 4

29 ACES PT. Ace Hardware Indonesia Retail

30 TMPI PT. AGIS Retail

31 AIMS PT. Akbar Indo Makmur Stimec Retail

32 CSAP PT. Catur Sentosa Adiprana Retail

33 EPMT PT. Enseval Putra Megatrading Retail

34 ERAA PT. Erajaya Swasembada Retail

35 GREN PT. Evergreen Invesco Retail

36 GLOB PT. Global Teleshop Retail

37 GOLD PT. Golden Retaillindo Retail

38 HERO PT. Hero Supermarket Retail

Page 38: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

38

39 KOIN PT. Kokoh Inti Arebama Retail

40 LPPF PT. Matahari Departement Store Retail

41 MPPA PT. Matahari Putra Prima Retail

42 MIDI PT. Midi Utama Indonesia Retail

43 SDPC PT. Millenium Pharmacon International Retail

44 MAPI PT. Mitra Adiperkasa Retail

45 MICE PT. Multi Indocitra Retail

46 META PT. Nusantara Infrastructure Retail

47 TKGA PT. Permata Prima Sakti Retail

48 RALS PT. Ramayana Lestari Sentosa Retail

49 RIMO PT. Rimo Catur Lestari Retail

50 SKYB PT. Skybee Retail

51 AMRT PT. Sumber Alfaria Trijaya Retail

52 RANC PT. Supra Boga Lestari Retail

53 TGKA PT. Tigaraksa Satria Retail

54 WICO PT. Wicaksana Overseas International Retail

55 ASIA PT. Asia Natural Resources Retail 27

56 INPC PT. Bank Artha Graha Internasional Keuangan dan Perbankan

57 BBKP PT. Bank Bukopin Keuangan dan Perbankan

58 BNBA PT. Bank Bumi Arta Keuangan dan Perbankan

59 BACA PT. Bank Capital Indonesia Keuangan dan Perbankan

60 BBCA PT. Bank Central Asia Keuangan dan Perbankan

61 BNGA PT. Bank CIMB Niaga Keuangan dan Perbankan

62 BDMN PT. Bank Danamon Keuangan dan Perbankan

63 BAEK PT. Bank Ekonomi Raharja Keuangan dan Perbankan

64 SDRA PT. Bank Himpunan Saudara 1906 Keuangan dan Perbankan

65 BABP PT. Bank ICB Bumiputera Keuangan dan Perbankan

66 BNII PT. Bank Internasional Indonesia Keuangan dan Perbankan

67 BMRI PT. Bank Mandiri Keuangan dan Perbankan

68 MAYA PT. Bank Mayapada Internasional Keuangan dan Perbankan

69 MEGA PT. Bank Mega Keuangan dan Perbankan

70 BCIC PT. Bank Mutiara Keuangan dan Perbankan

71 BBNI PT. Bank Negara Indonesia Keuangan dan Perbankan

72 BBNP PT. Bank Nusantara Parahyangan Keuangan dan Perbankan

73 NISP PT. Bank OCBC NISP Keuangan dan Perbankan

74 BSWD PT. Bank of India Indonesia Keuangan dan Perbankan

75 PNBN PT. Bank Pan Indonesia Keuangan dan Perbankan

76 BJBR PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa

Barat & Banten Keuangan dan Perbankan

77 BJTM PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa

Timur Keuangan dan Perbankan

78 BNLI PT. Bank Permata Keuangan dan Perbankan

79 BEKS PT. Bank Pundi Indonesia Keuangan dan Perbankan

80 BKSW PT. Bank QNB Kesawan Keuangan dan Perbankan

Page 39: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

39

81 BBRI PT. Bank Rakyat Indonesia Keuangan dan Perbankan

82 AGRO PT. Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Keuangan dan Perbankan

83 BSIM PT. Bank Sinasrmas Keuangan dan Perbankan

84 BTPN PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Keuangan dan Perbankan

85 BVIC PT. Bank Victoria International Keuangan dan Perbankan

86 MCOR PT. Bank Windu Kentjana International Keuangan dan Perbankan

87 ADMF PT. Adira Dinamika Multi Finance Keuangan dan Perbankan

88 BPFI PT. Batavia Prosperindo Finance Keuangan dan Perbankan

89 BFIN PT. BFI Finance Indonesia Keuangan dan Perbankan

90 BBLD PT. Buana Finance Keuangan dan Perbankan

91 CFIN PT. Clipan Finance Indonesia Keuangan dan Perbankan

92 GSMF PT. Equity Development Investment Keuangan dan Perbankan

93 HDFA PT. Hade Finance Keuangan dan Perbankan

94 MFIN PT. Mandala Multifinance Keuangan dan Perbankan

95 SMMA PT. Sinar Mas Multiartha Keuangan dan Perbankan

96 VRNA PT. Verena Multi Finance Keuangan dan Perbankan

97 TIFA PT. Tifa Finance Keuangan dan Perbankan

98 WOMF PT. Wahana Ottomitra Multiartha Keuangan dan Perbankan

99 ABDA PT. Asuransi Bina Dana Arta Keuangan dan Perbankan

100 ASBI PT. Asuransi Bintang Keuangan dan Perbankan

101 ASDM PT. Asuransi Dayin Mitra Keuangan dan Perbankan

102 AHAP PT. Asuransi Harta Aman Pratama Keuangan dan Perbankan

103 ASJT PT. Asuransi Jasa Tania Keuangan dan Perbankan

104 AMAG PT. Asuransi Multi Artha Guna Keuangan dan Perbankan

105 LPGI PT. Lippo General Insurance Keuangan dan Perbankan

106 MREI PT. Maskapai Reasuransi Indonesia Keuangan dan Perbankan

107 PNIN PT. Panin Insurance Keuangan dan Perbankan

108 ASRM PT. Asuransi Ramayana Keuangan dan Perbankan

109 ALKA PT. Alakasa Industrindo Keuangan dan Perbankan

110 BNBR PT. Bakrie & Brothers Keuangan dan Perbankan

111 BHIT PT. Bhakti Investama Keuangan dan Perbankan

112 BMTR PT. Global Mediacom Keuangan dan Perbankan

113 UNIT PT. Nusantara Inti Corpora Keuangan dan Perbankan

114 PLAS PT. Polaris Investama Keuangan dan Perbankan

115 POOL PT. Pool Advista Indonesia Keuangan dan Perbankan

116 SMRU PT. SMR Utama Keuangan dan Perbankan

117 PNLF PT. Panin Financial Keuangan dan Perbankan

118 ARTA PT. Arthavest Keuangan dan Perbankan

119 HADE PT. HD Capital Keuangan dan Perbankan

120 KREN PT. Kresna Graha Sekurindo Keuangan dan Perbankan

121 LPPS PT. Lippo Securities Keuangan dan Perbankan

122 AKSI PT. Majapahit Securities Keuangan dan Perbankan

Page 40: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

40

123 PADI PT. Minna Padi Investama Keuangan dan Perbankan

124 BCAP PT. MNC Kapital Indonesia Keuangan dan Perbankan

125 OCAP PT. Onix Capital Keuangan dan Perbankan

126 APIC PT. Pacific Strategic Financial Keuangan dan Perbankan

127 PEGE PT. Panca Global Securities Keuangan dan Perbankan

128 PANS PT. Panin Sekuritas Keuangan dan Perbankan

129 RELI PT. Reliance Securities Keuangan dan Perbankan

130 TRIM PT. Trimegah Securities Keuangan dan Perbankan

131 YULE PT. Yulie Sekurindo Keuangan dan Perbankan 76

132 APLN PT. Agung Podomoro Land Properti

133 ASRI PT. Alam Sutera Realty Properti

134 ELTY PT. Bakrieland Development Properti

135 BAPA PT. Bekasi Asri Pemula Properti

136 BEST PT. Bekasi Fajar Industrial Estate Properti

137 BIPP PT. Bhuwanatala Indah Permai Properti

138 BMSR PT. Bintang Mitra Semestaraya Properti

139 BKDP PT. Bukit Darmo Property Properti

140 BCIP PT. Bumi Citra Permai Properti

141 CTRA PT. Ciputra Development Properti

142 COWL PT. Cowell Development Properti

143 MDLN PT. Modernland Realty Ltd Properti

144 SCBD PT. Danayasa Arthatama Properti

145 DUTI PT. Duta Pertiwi Properti

146 DART PT. Duta Anggada Realty Properti

147 CTRS PT. Ciputra Surya Properti

148 CTRP PT. Ciputra Property Properti

149 FMII PT. Fortune Mate Indonesia Properti

150 GAMA PT. Gading Development Properti

151 GMTD PT. Gowa Makassar Tourism

Development Properti

152 GWSA PT. Greenwood Sejahtera Properti

153 INPP PT. Indonesia Paradise Property Properti

154 OMRE PT. Indonesia Prima Property Properti

155 DILD PT. Intiland Development Properti

156 KIJA PT. Jababeka Properti

157 JIHD PT. Jakarta International Hotel &

Development Properti

158 JSPT PT. Jakarta Setiabudi Internasional Properti

159 JRPT PT. Jaya Real Property Properti

160 LCGP PT. Laguna Cipta Griya Properti

161 LPCK PT. Lippo Cikarang Properti

162 LPKR PT. Lippo Karawaci Properti

163 MAMI PT. Mas Murni Indonesia Properti

164 EMDE PT. Megapolitan Developments Properti

Page 41: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

41

165 MTSM PT. Metro Realty Properti

166 MTLA PT. Metropolitan Land Properti

167 KPIG PT. MNC Land Properti

168 PWON PT. Pakuwon Jati Properti

169 PJAA PT. Pembangunan Jaya Ancol Properti

170 GPRA PT. Perdana Gapuraprima Properti

171 RODA PT. Pikko Land Development Properti

172 PUDP PT. Pudjiadi Prestige Limited Properti

173 RBMS PT. Ristia Bintang Mahkotasejati Properti

174 BKSL PT. Sentul City Properti

175 SSIA PT. Surya Semesta Internusa Properti

176 SMDM PT. Suryamas Dutamakmur Properti

177 GEMA PT. Gema Grahasarana Properti

178 TOWR PT. Sarana Menara Nusantara Properti

179 SUPR PT. Solusi Tunas Pratama Properti 48

Page 42: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

42

LAMPIRAN 4

DAFTAR HASIL TINGKAT PENGUNGKAPAN CSR DAN KINERJA KEUANGAN

DIUKUR DENGAN ROE DAN TOBIN’S Q PADA INDUSTRI HIGH-PROFILE

NO 19 20 21 22 23 24 25 26 27

KODE CTTH ELSA CNKO GTBO SMMT GEMS LAPD MITI MYOH

CSR 0,41 0,73 0,27 0,3 0,49 0,47 0,48 0,51 0,48

ROE 0,208 0,035 0,066 0,089 0,742 0,034 0,062 0,022 -0,233

Q 0,96 0,82 1,38 0,62 6,91 4,22 0,98 1,76 1,75

NO 28 29 30 31 32 33 34 35 36

KODE TINS RUIS ARTI ADHI JKON DGIK PTPP TOTL TRUB

CSR 0,82 0,35 0,42 0,56 0,47 0,43 0,59 0,51 0,44

ROE 0,435 0,095 0,122 0,061 0,181 0,182 0,047 0,187 0,257

Q 1,51 0,93 0,68 1,25 0,91 0,88 1,27 2,13 0,99

NO 37 38 39 40 41 42 43 44 45

KODE WIKA WSKT CMNP JSMR ADES DAVO DLTA FAST ICBP

CSR 0,75 0,65 0,42 0,66 0,46 0,48 0,29 0,68 0,66

ROE -0,306 0,046 -0,127 0,154 0,157 0,399 -1,074 0,357 0,208

Q 1,56 1,12 1,25 2,13 3,34 2,09 5,15 1,17 2,99

NO 46 47 48 49 50 51 52 53 54

KODE INDF MYOR ROTI PTSP PSDN SKBM SKLT STTP AISA

CSR 0,66 0,54 0,44 0,43 0,52 0,47 0,47 0,32 0,65

ROE 0,190 0,140 0,243 -0,224 0,301 -0,063 0,099 0,061 0,129

Q 1,29 2,18 1,61 3,07 0,83 1,65 0,98 1,73 1,29

NO 55 56 57 58 59 60 61 62 63

KODE ALTO TBLA ULTJ RMBA GGRM HMSP TIRT ALDO FASW

CSR 0,39 0,62 0,49 0,39 0,37 0,53 0,22 0,38 0,58

ROE 0,125 0,086 0,139 0,211 -0,168 0,153 0,747 0,130 0,003

Q 1,87 1,13 1,95 1,34 2,95 10,35 0,95 1,89 1,67

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9

KODE AALI UNSP BISI GZCO IIKP JAWA LSIP PALM SIMP

CSR 0,65 0,80 0,52 0,3 0,28 0,59 0,58 0,54 0,65

ROE 0,269 -0,119 0,094 0,062 -0,043 0,123 0,178 -0,097 0,094

Q 2,67 0,65 1,64 0,87 12,20 1,07 2,20 1,17 1,07

NO 10 11 12 13 14 15 16 17 18

KODE SGRO WAPO BTEK ANTM ATPK BIPI CKRA DKFT CITA

CSR 0,62 0,29 0,33 0,7 0,27 0,47 0,25 0,37 0,09

ROE 0,126 1,665 0,014 -0,306 0,233 -0,382 0,002 0,003 0,219

Q 1,47 1,32 9,77 0,97 1,47 1,70 1,12 1,61 0,96

NO 64 65 66 67 68 69 70 71 72

KODE KBRI SPMA JKPE AKRA ETWA LTLS DPNS INCI AKKU

CSR 0,57 0,43 0,43 0,53 0,57 0,28 0,33 0,34 0,38

ROE 0,050 0,051 0,206 0,147 0,068 0,096 0,132 0,038 -0,519

Q 0,63 0,79 1,96 1,98 0,85 0,86 0,85 0,46 4,20

Page 43: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

43

NO 73 74 75 76 77 78 79 80 81

KODE AKPI AMFG APLI BRNA IGAR LMPI TRST YPAS SMCB

CSR 0,48 0,66 0,47 0,66 0,46 0,47 0,49 0,53 0,54

ROE 0,037 0,141 0,019 0,181 0,184 0,006 0,045 0,100 0,160

Q 0,80 1,37 0,73 1,23 1,41 0,81 0,80 1,79 2,13

NO 82 83 84 85 86 87 88 89 90

KODE SMGR ALMI GDST INAI JPRS LMSH LION BAJA TIRA

CSR 0,75 0,41 0,51 0,35 0,44 0,46 0,49 0,47 0,42

ROE 0,271 0,024 0,059 0,179 0,028 0,423 0,230 0,073 0,066

Q 3,82 0,74 1,07 0,85 0,55 1,03 1,39 1,16 0,98

NO 91 92 93 94 95 96 97 98 99

KODE ARNA KIAS MLIA TOTO ASII AUTO IMAS INDS INTA

CSR 0,72 0,48 0,3 0,58 0,82 0,65 0,39 0,35 0,56

ROE 0,262 0,036 -0,025 0,263 -3,978 0,328 0,226 0,444 0,012

Q 1,16 1,23 0,86 2,57 2,18 2,03 1,50 1,11 1,11

NO 100 101 102 103 104 105 106 107 108

KODE LPIN NIPS PRAS SMSM TURI UNTR INAF KLBF KAEF

CSR 0,24 0,34 0,24 0,56 0,38 0,78 0,72 0,71 0,47

ROE 0,253 0,207 0,158 0,118 0,025 0,123 0,100 0,056 0,327

Q 1,24 0,60 1,21 2,85 1,88 1,81 1,27 5,34 2,23

NO 109 110 111 112 113 114 115 116 117

KODE MERK PYFA TSPC SCPI ASSA APOL TAXI HITS IATA

CSR 0,46 0,53 0,38 0,41 0,61 0,41 0,63 0,47 0,46

ROE 0,238 0,178 0,065 0,241 0,143 0,259 0,061 0,189 -0,715

Q 6,25 1,03 3,85 1,22 1,07 2,10 1,33 1,29 1,34

NO 118 119 120 121 122 123 124 125 126

KODE MIRA WEHA NELY TMAS SDMU SAFE INDX ZBRA BTEL

CSR 0,42 0,52 0,29 0,37 0,48 0,32 0,24 0,18 0,51

ROE 0,007 0,040 0,247 0,116 -0,025 -0,189 0,032 0,070 0,189

Q 1,36 0,97 1,03 0,73 1,14 3,51 1,00 2,46 0,95

NO 127 128 129 130 131 132 133 134 135

KODE ISAT FREN TLKM TBIG TRIO EXCL INVS CENT DNET

CSR 0,63 0,32 0,65 0,42 0,42 0,58 0,32 0,22 0,23

ROE 0,158 0,029 0,075 0,267 -0,887 0,065 0,025 -0,314 0,274

Q 1,28 0,91 0,71 2,56 1,49 1,90 1,45 52,74 2,98

NO 136 137 138 139 140 141 142 143 144

KODE EMTK KBLV FORU IBST LMAS ABBA MNCN MSKY MFMI

CSR 0,28 0,27 0,39 0,27 0,16 0,27 0,28 0,32 0,39

ROE 0,218 0,240 0,180 0,185 -0,088 0,017 0,448 0,004 0,101

Q 2,48 0,68 0,75 2,52 0,88 1,19 3,95 3,73 1,12

NO 145 146 147 148 149 150 151 152 153

KODE SCMA LPLI TMPO VIVA BAYU BUVA PDES GMCW HOME

CSR 0,42 0,24 0,39 0,37 0,22 0,48 0,13 0,3 0,38

ROE 0,454 0,049 0,030 0,242 0,036 0,088 0,417 0,194 0,254

Q 7,71 0,25 0,96 3,23 1,50 1,50 0,90 2,75 0,68

Page 44: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

44

NO 154 155 156 157 158 159 160 161 162

KODE SHID ICON PANR PGLI PLIN PNSE PSKT SONA CPRO

CSR 0,53 0,32 0,35 0,37 0,43 0,47 0,51 0,33 0,38

ROE 0,043 0,100 0,074 0,067 0,212 -0,044 0,014 0,060 0,113

Q 0,60 4,30 0,95 1,45 1,83 1,33 2,15 1,25 1,29

NO 163 164 165 166 167

KODE CPIN JPFA MAIN SIPD SRAJ

CSR 0,37 0,48 0,33 0,46 0,35

ROE 0,007 0,105 0,181 0,023 0,173

Q 4,98 0,80 2,76 0,76 2,35

Page 45: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

45

LAMPIRAN 5

DAFTAR HASIL TINGKAT PENGUNGKAPAN CSR DAN KINERJA KEUANGAN

DIUKUR DENGAN ROE DAN TOBIN’S Q PADA INDUSTRI LOW-PROFILE

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9

KODE ARGO ERTX HDTX STAR SSTM TRIS MYTX MYRX SRSN

CSR 0,43 0,35 0,33 0,32 0,29 0,56 0,54 0,3 0,51

ROE -1,049 0,071 0,005 0,002 -0,050 0,183 2,071 0,111 0,063

Q 1,16 0,91 1,09 0,67 0,84 1,13 1,29 2,24 1,08

NO 10 11 12 13 14 15 16 17 18

KODE PBRX BIMA BATA KICI KDSI JECC KBLI SCCO VOKS

CSR 0,42 0,47 0,42 0,46 0,34 0,44 0,57 0,39 0,66

ROE 0,110 -0,014 0,179 0,034 0,117 0,222 0,148 0,260 0,244

Q 1,23 3,65 0,34 0,69 0,81 1,20 0,93 1,15 1,15

NO 19 20 21 22 23 24 25 26 27

KODE ASGR MTDL MLPL INTD MDRN KONI TCID MBTO MRAT

CSR 0,51 0,28 0,27 0,43 0,47 0,22 0,58 0,52 0,49

ROE 0,207 0,167 0,024 0,202 0,056 0,078 0,137 0,105 0,080

Q 0,98 0,80 0,62 1,57 1,92 0,88 1,88 0,95 0,61

NO 28 29 30 31 32 33 34 35 36

KODE UNVR ACES TMPI AIMS CSAP EPMT ERAA GREN GLOB

CSR 0,75 0,29 0,2 0,11 0,23 0,28 0,33 0,39 0,3

ROE 1,219 0,265 0,004 0,023 0,097 0,156 0,168 0,001 0,272

Q 14,17 7,55 2,25 1,09 1,04 1,43 2,52 0,69 1,76

NO 37 38 39 40 41 42 43 44 45

KODE GOLD HERO KOIN LPPF MPPA MIDI SDPC MAPI MICE

CSR 0,15 0,41 0,29 0,51 0,37 0,44 0,38 0,27 0,33

ROE 0,096 0,183 0,655 -0,399 0,062 0,101 0,094 0,199 0,138

Q 1,48 3,39 1,72 4,35 1,34 2,06 0,90 2,49 0,76

NO 55 56 57 58 59 60 61 62 63

KODE ASIA INPC BBKP BNBA BACA BBCA BNGA BDMN BAEK

CSR 0,14 0,39 0,35 0,24 0,3 0,44 0,63 0,51 0,44

ROE -0,178 0,033 0,167 0,109 0,073 0,226 0,188 0,143 0,071

Q 2,51 0,95 1,00 0,96 0,98 1,39 1,03 1,16 0,99

NO 64 65 66 67 68 69 70 71 72

KODE SDRA BABP BNII BMRI MAYA MEGA BCIC BBNI BBNP

CSR 0,29 0,27 0,53 0,46 0,39 0,38 0,37 0,56 0,28

ROE 0,221 0,001 0,125 0,210 0,143 0,220 0,117 0,162 0,129

Q 1,12 1,04 1,11 1,10 1,40 1,00 3,13 1,08 0,99

NO 46 47 48 49 50 51 52 53 54

KODE META TKGA RALS RIMO SKYB AMRT RANC TKGA WICO

CSR 0,49 0,18 0,23 0,28 0,3 0,32 0,35 0,46 0,13

ROE 0,046 0,422 0,139 0,238 0,056 0,155 0,101 0,203 0,936

Q 1,72 1,27 2,40 8,83 1,24 0,84 2,32 1,44 0,85

Page 46: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

46

NO 73 74 75 76 77 78 79 80 81

KODE NISP BSWD PNBN BJBR BJTM BNLI BEKS BKSW BBRI

CSR 0,37 0,35 0,43 0,48 0,43 0,57 0,42 0,35 0,54

ROE 0,102 0,147 0,129 0,199 0,132 0,109 0,072 -0,034 0,288

Q 1,03 1,39 0,98 1,02 0,88 1,00 1,07 1,33 1,18

NO 82 83 84 85 86 87 88 89 90

KODE AGRO BSIM BTPN BVIC MCOR ADMF BPFI BFIN BBLD

CSR 0,3 0,53 0,35 0,48 0,32 0,25 0,38 0,51 0,27

ROE 0,089 0,125 0,256 0,140 0,123 0,282 0,155 0,171 0,148

Q 1,04 1,05 1,01 0,95 1,00 1,19 0,98 1,02 1,04

NO 91 92 93 94 95 96 97 98 99

KODE CFIN GSMF HDFA MFIN SMMA VRNA TIFA WOMF ABDA

CSR 0,16 0,15 0,44 0,34 0,19 0,27 0,39 0,34 0,29

ROE 0,136 0,102 0,059 0,245 0,096 0,151 0,181 0,017 0,191

Q 0,81 1,06 1,10 0,98 1,25 0,94 1,02 0,98 1,90

NO 100 101 102 103 104 105 106 107 108

KODE ASBI ASDM AHAP ASJT AMAG LPGI MREI PNIN ASRM

CSR 0,34 0,34 0,2 0,25 0,27 0,27 0,27 0,3 0,22

ROE 0,221 0,163 0,200 0,143 0,192 0,192 0,300 0,136 0,203

Q 0,91 0,86 2,41 1,27 0,92 0,53 1,39 0,45 1,05

NO 109 110 111 112 113 114 115 116 117

KODE APLN ASRI ELTY BAPA BEST BIPP BMSR BKDP BCIP

CSR 0,47 0,29 0,59 0,19 0,41 0,24 0,2 0,3 0,44

ROE 0,093 0,065 0,107 0,139 0,001 0,039 0,105 -0,242 0,134

Q 1,07 1,64 0,55 1,02 2,71 1,50 1,97 1,00 1,58

NO 118 119 120 121 122 123 124 125 126

KODE CTRA COWL MDLN SCBD DUTI DART CTRS CTRP FMII

CSR 0,47 0,32 0,52 0,38 0,42 0,29 0,32 0,49 0,28

ROE 0,038 0,037 0,034 0,158 -0,013 0,062 0,208 -1,178 0,009

Q 1,23 0,45 0,95 1,03 1,02 0,83 1,48 0,98 2,10

NO 127 128 129 130 131 132 133 134 135

KODE GAMA GMTD GWSA INPP OMRE DILD KIJA JIHD JSPT

CSR 0,41 0,32 0,44 0,37 0,24 0,53 0,48 0,42 0,46

ROE 0,121 0,252 0,099 -0,526 0,037 0,133 0,257 -0,097 0,051

Q 1,69 0,81 1,03 0,92 1,05 0,90 0,99 0,60 0,98

NO 136 137 138 139 140 141 142 143 144

KODE JRPT LCGP LPCK LPKR MAMI EMDE MTSM MTLA KPIG

CSR 0,46 0,25 0,35 0,38 0,29 0,42 0,16 0,49 0,33

ROE 0,266 -0,179 -0,081 -0.090 0,049 0,100 0,061 0,117 0,026

Q 3,62 0,84 1,35 1,46 0,33 0,86 1,69 2,22 1,95

Page 47: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

47

NO 145 146 147 148 149 150 151 152 153

KODE PWON PJAA GPRA RODA PUDP RBMS BKSL SSIA SMDM

CSR 0,43 0,52 0,32 0,22 0,35 0,49 0,52 0,44 0,39

ROE 0,119 0,064 0,124 0,080 0,004 0,007 0,275 0,263 0,012

Q 0,93 1,00 0,75 2,23 0,71 0,37 1,19 1,68 0,49

NO 154 155 156 157 158 159 160 161 162

KODE GEMA TOWR SUPR ALKA BNBR BHIT BMTR UNIT PLAS

CSR 0,49 0,28 0,46 0,44 0,48 0,48 0,34 0,3 0,35

ROE 0,074 0,051 0,096 0,025 0,130 0,193 -0,004 0,331 0,115

Q 0,96 0,93 1,39 1,01 0,65 1,00 1,85 0,40 3,70

NO 163 164 165 166 167 168 169 170 171

KODE POOL SMRU PNLF ARTA HADE KREN LPPS AKSI PADI

CSR 0,25 0,35 0,3 0,3 0,22 0,37 0,15 0,2 0,27

ROE 0,004 0,008 0,047 0,123 0,066 0,245 0,136 0,080 0,052

Q 2,56 2,04 0,61 0,62 0,84 1,86 0,25 0,91 2,39

NO 172 173 174 175 176 177 178 179

KODE BCAP OCAP APIC PEGE PANS RELI TRIM YULE

CSR 0,3 0,25 0,32 0,27 0,29 0,27 0,2 0,16

ROE 0,083 0,014 0,046 0,442 0,022 0,202 0,101 0,102

Q 1,36 1,53 0,11 1,00 1,80 1,17 1,36 0,73

Page 48: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

48

LAMPIRAN 6

HASIL ANALISIS STATISTIK DESKRIPTIF

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

CSR_HIGH 167 .09 .82 .4520 .14674

ROE_HIGH 167 -3.970 1.665 .08001 .417974

TOBIN_HIGH 167 .25 52.70 2.1735 4.28482

CSR_LOW 179 .11 .75 .3623 .11689

ROE_LOW 179 -1.178 2.071 .11931 .253226

TOBIN_LOW 179 .11 14.10 1.4192 1.37415

CSR 346 .09 .82 .4056 .13936

ROE 346 -3.970 2.071 .10055 .342512

TOBIN 346 .11 52.70 1.7833 3.15447

Valid N (listwise) 167

Page 49: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

49

LAMPIRAN 7

HASIL ANALISIS UJI NORMALITAS

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

CSR_HIGH .071 167 .039 .988 167 .164

ROE_HIGH .318 167 .000 .475 167 .000

TOBIN_HIGH .340 167 .000 .256 167 .000

CSR_LOW .078 167 .015 .989 167 .243

ROE_LOW .217 167 .000 .584 167 .000

TOBIN_LOW .248 167 .000 .465 167 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Page 50: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

50

LAMPIRAN 8

HASIL ANALISIS UJI MANN-WHITNEY TINGKAT PENGUNGKAPAN CSR

Ranks

KODIN

G_CSR N Mean Rank Sum of Ranks

CSR 1 167 205.00 34235.50

2 179 144.11 25795.50

Total 346

Test Statisticsa

CSR

Mann-Whitney U 9.686E3

Wilcoxon W 2.580E4

Z -5.661

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Grouping Variable: KODING_CSR

Frequencies

KODING_

CSR N

CSR 1 167

2 179

Total 346

Page 51: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

51

LAMPIRAN 9

HASIL ANALISIS UJI MANN-WHITNEY ROE

Ranks

KODIN

G_ROE N Mean Rank Sum of Ranks

ROE 1 167 173.17 28919.50

2 179 173.81 31111.50

Total 346

Test Statisticsa

ROE

Mann-Whitney U 1.489E4

Wilcoxon W 2.892E4

Z -.059

Asymp. Sig. (2-tailed) .953

a. Grouping Variable: KODING_ROE

Frequencies

KODING_

ROE N

ROE 1 167

2 179

Total 346

Page 52: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

52

LAMPIRAN 10

HASIL ANALISIS UJI MANN-WHITNEY TOBIN’S Q

Ranks

KODIN

G_TOB

IN N Mean Rank Sum of Ranks

TOBIN 1 167 191.15 32256.00

2 179 155.17 27775.00

Total 346

Test Statisticsa

TOBIN

Mann-Whitney U 1.166E4

Wilcoxon W 2.778E4

Z -3.530

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Grouping Variable:

KODING_TOBIN

Frequencies

KODING

_TOBIN N

TOBIN 1 167

2 179

Total 346

Page 53: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

53

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

NAMA : SISILIA DEVINA PERMATASARI

NIM : 232011024

ALAMAT ASAL : PERUM PANDANA MERDEKA P-16 NGALIYAN, SEMARANG

JUDUL SKRIPSI : ANALISIS PERBEDAAN TINGKAT PENGUNGKAPAN

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DAN KINERJA

KEUANGAN PERUSAHAAN PADA INDUSTRI HIGH-PROFILE

DAN LOW-PROFILE PADA TAHUN 2012

RIWAYAT PENDIDIKAN :

SD PL BERNARDUS SEMARANG, LULUS TAHUN 2005

SMP PL DOMENICO SAVIO SEMARANG, LULUS TAHUN 2008

SMA KOLESE LOYOLA SEMARANG, LULUS TAHUN 2011

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS, UKSW SALATIGA, LULUS TAHUN

2014

PENGALAMAN PANITIA / KERJA :

PANITIA “ENTREPRENEURSHIP NATIONAL SEMINAR” 5 FEBRUARI 2013

PANITIA “LEADING IN TRAINING YOUNG ENTREPRENEUR” 6 FEBRUARI

2013

PANITIA “BUSINESS PLAN COMPETITION EXHIBITION” 3 APRIL 2013

PANITIA “ FESTIVAL JURNALISTIK” 11 FEBRUARI 2014

PANITIA WORKSHOP “PLAGIARISM & PUBLIKASI INTERNASIONAL” 19

JUNI 2014

ASISTEN DOSEN “MANAJEMEN OPERASI” SMT GANJIL 2013/2014

ASISTEN DOSEN “MANAJEMEN OPERASI” SMT GENAP 2013/2014

ASISTEN DOSEN “MIKRO EKONOMI” SMT GENAP 2013/2014

Page 54: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

1

PENDAHULUAN

Beberapa indikator keberhasilan perusahaan dalam memenangkan persaingan di

dalam dunia usaha adalah profit dan pertumbuhan. Peningkatan profit ditandai dengan

meningkatnya tingkat penjualan produk, sedangkan peningkatan pertumbuhan ditandai

dengan meningkatnya nilai investasi yang ditanamkan dalam perusahaan (Sembiring,

2005). Investor akan menanamkan dananya untuk memperoleh return berupa dividen

atau pun capital gain dan mendapatkan hak kepemilikan atas perusahaan. Selain itu, investor

juga mempertimbangkan nilai perusahaan dalam melakukan investasi. Nilai perusahaan pada

perusahaan go public tercermin pada harga saham. Semakin tinggi harga saham, maka

semakin tinggi pula nilai perusahaan.

Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menjadi perhatian investor

dalam membeli saham di pasar modal. Laporan keuangan yang dipublikasikan merupakan

cerminan kinerja keuangan perusahaan. Selain itu, kinerja keuangan juga berarti sebagai

penentu dalam mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan organisasi

yaitu laba (Stoner, 1995:9). Selain laba (profit), ada hal yang sama pentingnya yaitu

keberlangsungan atau sustainability (Sembiring, 2005).

Keberlangsungan yang dilakukan perusahaan tidak dapat dipisahkan dari lingkungan

eksternalnya. Umumnya, perusahaan berfokus dari aspek ekonomi yaitu memperoleh laba

demi meningkatkan kekayaan pemegang saham. Namun, perusahaan tidak boleh melupakan

tanggung jawabnya pada aspek sosial dan lingkungan perusahaan. Perusahaan harus

memberikan kontribusi secara langsung kepada masyarakat dan lingkungannya. Apabila

perusahaan melupakan tanggung jawabnya kepada masyarakat, maka keberlangsungan

perusahaan akan sulit dicapai. Adanya komitmen perusahaan untuk memperhatikan aspek

ekonomi, sosial dan lingkungan (triple bottom line) memunculkan konsep Corporate Social

Responsibility (CSR).

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan klaim agar perusahaan tak hanya

beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham (shareholders), tetapi juga untuk pihak

stakeholders dalam praktik bisnis, yaitu para pekerja, komunitas lokal, pemerintah, LSM,

konsumen, dan lingkungan (Dahlia dan Siregar, 2008). Perusahaan tidak hanya

mementingkan kesejahteraan shareholders, tetapi juga kepada stakeholders. Perusahaan

yang menerapkan aktivitas CSR akan memperhatikan dampak dari kegiatan operasional

perusahaan terhadap kondisi masyarakat, karyawan dan lingkungan. Dengan adanya konsep

ini, maka pemerintah mengharapkan kerusakan lingkungan dapat diminimalkan. Penerapan

CSR awalnya bersifat sukarela, akan tetapi dalam beberapa tahun ini telah dikeluarkan

Page 55: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

2

aturan bahwa perusahaan wajib melaksanakan CSR yang tertuang dalam PP No. 47 Tahun

2012 tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan pada Perseroan Terbatas.

Kesadaran stakeholders meningkat terkait pentingnya informasi penerapan CSR

demi keberlangsungan perusahaan sehingga mendorong perusahaan untuk mengungkapkan

penerapan CSR di dalam Laporan Tahunan. Di Indonesia, standar akuntansi keuangan

Indonesia belum mewajibkan perusahaan untuk mengungkapkan penerapan CSR sehingga

secara praktek pengungkapan CSR dilakukan secara sukarela. Pengungkapan CSR diatur

dalam PSAK no 1 tahun 2009 paragraf 12, yaitu perusahaan dapat pula menyajikan laporan

tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value

added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup

memegang peran penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai

kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting. Menurut Owen (2005), kasus

Enron di Amerika menyebabkan perusahaan memberikan perhatian besar terhadap

pelaporan pertanggungjawaban sosial perusahaan. Isu tersebut semakin mendorong

perusahaan untuk mengungkapkan penerapan CSR. Makin baik tingkat pengungkapan

perusahaan merupakan suatu respon positif yang diberikan perusahaan kepada stakeholder

maupun shareholder. Apabila respon positif dirasakan oleh stakeholder, maka kepercayaan

meningkat dan produk yang dihasilkan perusahaan akan diterima sehingga meningkatkan

laba dan ROE perusahaan.

Tingkat pengungkapan CSR pada industri high-profile diduga berbeda dengan

industri low-profile. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996), Utomo

(2000), dan Yap dan Widyaningdyah (2009) yang membuktikan bahwa perusahaan pada

industri high-profile akan memberikan informasi sosial lebih banyak dibandingkan

perusahaan low-profile. Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008), membagi

perusahaan menjadi dua kelompok industri yaitu industri high-profile dan industri low-

profile. Menurut Robert (1992), industri high-profile memiliki tingkat sensitivitas tinggi

terhadap lingkungan sehingga mereka memilki tekanan besar dari pihak luar untuk

melakukan CSR sebagai bentuk dari pertanggungjawaban sosial perusahaan atas

aktivitasnya yang berdampak buruk pada lingkungan. Sedangkan industri low-profile

memiliki tingkat sensitivitas rendah terhadap lingkungan sehingga tekanan untuk melakukan

CSR pun rendah. Adanya perbedaan karakteristik antara industri high-profile dan low-

profile memiliki dampak yang berbeda dalam tingkat pengungkapan CSR.

Tingkat pengungkapan CSR yang berbeda pada industri high-profile dan low-profile

memiliki dugaan bahwa kinerja keuangan perusahaan juga mengalami perbedaan. Ada

Page 56: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

3

beberapa peneliti yang telah menyelidiki pengaruh tingkat pengungkapan CSR terhadap

kinerja perusahaan. Penelitian Dahlia dan Siregar (2008) dan Syahnaz (2012) menyimpulkan

bahwa tingkat pengungkapan CSR berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang diproksikan

dengan Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE), tetapi tidak berpengaruh

terhadap CAR. Namun ada pula penelitian yang menemukan hasil yang berbeda. Penelitian

Cahyono dan Nur (2010), dan Yaparto dan Frisko (2013) membuktikan bahwa tingkat

pengungkapan CSR tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan yang

diproksikan dengan Return On Equity (ROE), Return On Assets (ROA), Earning Per Share

(EPS), dan Return Realisasi. Selain menggunakan ROE, kinerja keuangan dapat diukur

dengan rasio Tobin’s Q. Nurhayati dan Medyawati (2012) serta Muhammady (2012)

membuktikan bahwa tingkat pengungkapan CSR tidak berpengaruh terhadap nilai

perusahaan yang diproksikan dengan Tobin’s Q. Namun ada hasil penelitian yang berbeda.

Penelitian Gunawan dan Utami (2008), Kusumadilaga (2010), dan Bidhari (2013)

membuktikan bahwa tingkat pengungkapan CSR berpengaruh terhadap nilai perusahaan

yang diproksikan dengan Tobin’s Q.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang tidak konsisten yaitu ditemukan ada yang

berpengaruh dan tidak berpengaruh, sehingga penelitian ini ingin meneliti lebih lanjut untuk

melihat adanya perbedaan tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan pada industri

high-profile dan low-profile. Dengan melakukan uji beda, maka dapat diteliti lebih lanjut ke

uji hubungan, dimana dalam penelitian ini akan diteliti lebih lanjut ke uji hubungan yaitu

apakah terdapat hubungan antara tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan pada

industri high-profile dan low-profile. Kinerja keuangan diukur menggunakan ROE dan

Tobin’s Q sehingga dapat menunjukkan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang

saham dan nilai perusahaan, dimana ROE merefleksikan nilai buku saham sedangkan

Tobin’s Q mencerminkan nilai pasar saham. Penelitian ini mereplikasi penelitian yang

dilakukan Utomo (2000) tetapi memiliki sedikit perbedaan. Utomo (2000) meneliti studi

perbandingan praktek tingkat pengungkapan CSR antara perusahaan high-profile dan low-

profile di Indonesia. Perbedaannya adalah penelitian ini akan membahas lebih lanjut

perbedaan tingkat pengungkapan CSR antara industri high-profile dan low-profile di

Indonesia dengan kinerja keuangan perusahaan pada tahun 2012 dan hubungan antara

tingkat pengungkapan CSR dengan kinerja keuangan. Penelitian ini bermanfaat dalam

pemberian informasi mengenai pentingnya tingkat pengungkapan CSR dan sebagai bahan

pertimbangan dalam pembuatan kebijakan perusahaan di masa datang. Selain itu, penelitian

Page 57: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

4

ini memberikan informasi yang berguna bagi investor sebagai dasar pertimbangan dalam

pengambilan keputusan.

TINJAUAN LITERATUR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Teori Stakeholder

Dukungan stakeholder merupakan salah satu unsur dari tercapainya keberlangsungan

perusahaan. Perusahaan beroperasi tidak hanya untuk kepentingannya sendiri, tetapi juga

demi kepentingan stakeholder. Stakeholder membutuhkan banyak informasi dari

perusahaan, baik dari aspek keuangan, sosial, dan lingkungan sehingga perusahaan

diharapkan untuk mengungkapkan semua aktivitas yang dilakukan. Menurut Freeman dan

McVea (2001) dalam buku karangan Lawrence dan James (2011:7), stakeholder adalah

setiap individu atau kelompok yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi demi pencapaian

organisasi.

Menurut Lawrence dan James (2011:8), stakeholder dibagi dua yaitu primary

stakeholder dan secondary stakeholder. Primary stakeholder adalah berbagai pihak yang

berinteraksi langsung dalam aktivitas bisnis serta mempengaruhi kemampuan perusahaan

untuk melaksanakan tujuan utamanya yaitu menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat.

Kategori ini meliputi investor, karyawan, pemasok, kreditur, pelanggan, dan pedagang besar

dan eceran. Sedangkan secondary stakeholder adalah individu atau kelompok di dalam

masyarakat yang dipengaruhi secara langsung maupun tidak langsung oleh berbagai

aktivitas bisnis dan keputusan utama perusahaan. Kategori ini meliputi masyarakat umum,

komunitas lokal, pemerintah pusat dan daerah, pemerintahan asing, kelompok aktivis sosial,

media, dan berbagai kelompok pendukung bisnis. Munculnya pengakuan mengenai adanya

berbagai stakeholder telah mengubah tujuan perusahaan, dimana semula perusahaan

berfokus pada tanggung jawab ekonomi dalam bentuk memaksimalkan laba demi

kemakmuran shareholder berubah menjadi tanggung jawab kepada para stakeholder yang

lebih luas. Dengan demikian, perusahaan akan berusaha untuk memuaskan kepentingan

stakeholder demi mencapai tujuan perusahaan. Umumnya, teori stakeholder berkaitan

dengan cara yang digunakan perusahaan untuk memperhatikan stakeholder-nya (Gray, et al.,

1997).

Menurut Clarkson (1995) dalam buku karangan Lawrence dan James (2011: 7), teori

stakeholder adalah sekelompok orang atau individu yang diidentifikasi dapat mempengaruhi

atau dipengaruhi oleh kegiatan perusahaan. Perusahaan harus mampu menjaga hubungan

Page 58: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

5

baik dengan cara memenuhi kebutuhan dan keinginan stakeholder-nya (Lawrence dan James

(2011: 7)). Salah satu cara untuk menjaga hubungan baik dengan stakeholder adalah dengan

menerapkan CSR dan mengungkapkannya dalam laporan tahunan.

Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)

Menurut ISO 26000 mengenai Guidance on Social Responsibility (draft 3, 2007), CSR

adalah tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-

keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan

dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan

dan kesejahteraan masyarakat, mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan

dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional, serta terintegrasi

dengan organisasi secara menyeluruh. Selain itu, Hartman dan Joe (2011:155) menyatakan

bahwa CSR merupakan tanggung jawab yang dimiliki perusahaan kepada masyarakat

dimana perusahaan beroperasi sehingga perusahaan harus mengidentifikasikan kelompok –

kelompok stakeholder dan menggabungkan kebutuhan serta kepentingan mereka dalam

proses pembuatan keputusan strategis dan operasional.

Aktivitas CSR yang dilakukan perusahaan butuh untuk diungkapkan. Pengungkapan

tanggung jawab sosial perusahaan yang sering juga disebut sebagai social disclosure,

corporate social reporting, social accounting merupakan proses pengkomunikasian dampak

sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang

berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan. Hal tersebut memperluas

tanggung jawab organisasi (khususnya perusahaan), di luar peran tradisionalnya untuk

menyediakan laporan keuangan kepada pemilik modal, khususnya pemegang saham.

Perluasan tersebut dibuat dengan asumsi bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab

yang lebih luas dibanding hanya mencari laba untuk pemegang saham (Gray et. al., 1987).

Pengungkapan Corporate Social Responsibility terdiri dari beberapa komponen

menurut Global Reporting Initiatives (GRI) tahun 2006. GRI merupakan standar yang

pelaporan yang berstandar Internasional yang secara umum diterima dan diakui secara luas

(William, 2012). Komponen untuk melihat pengungkapan Corporate Social Responsibility

meliputi:

8. Lingkungan Hidup. Tema ini meliputi aspek lingkungan dari proses produksi,

yang meliputi pengendalian polusi dalam menjalankan operasi bisnis,

pencegahan dan perbaikan kerusakan lingkungan akibat pemrosesan sumber

Page 59: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

6

daya alam dan konversi sumber daya alam, serta pengungkapan aktivitas

lingkungan hidup lainnya.

9. Energi. Tema ini mencakup aktivitas perusahaan terhadap pemanfaatan energi.

Aktivitas tersebut meliputi memanfaatkan barang bekas untuk memproduksi

energi, pengungkapan peningkatan efisiensi energi dari produk, serta

pengungkapan aktivitas energi lainnya.

10. Kesehatan dan Keselamatan Tenaga Kerja. Tema ini mencakup aktivitas

perusahaan terhadap kesehatan dan keselamatan tenaga kerja perusahaan.

Aktivitas tersebut meliputi mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan

kesehatan fisik atau mental, mengungkapkan statistik kecelakaan kerja,

menetapkan suatu komite keselamatan kerja, serta pengungkapan aktivitas

ketenagakerjaan lainnya.

11. Lain-lain Tentang Tenaga Kerja. Tema ini meliputi dampak aktivitas perusahaan

pada orang-orang dalam perusahaan tersebut. Aktivitas tersebut meliputi

rekruitmen, program pelatihan, gaji dan tunjangan, serta pengungkapan aktivitas

ketenagakerjaan lainnya.

12. Produk. Tema ini melibatkan aspek kualitatif suatu produk atau jasa, antara lain

kegunaan, durability, kepuasan pelanggan, kejujuran dalam iklan, kejelasan atau

kelengkapan isi pada kemasan, serta pengungkapan aktivitas lainnya.

13. Keterlibatan Masyarakat. Tema ini mencakup aktivitas kemasyarakatan yang

diikuti oleh perusahaan, misalnya aktivitas yang terkait dengan kesehatan,

pendidikan dan seni, serta pengungkapan aktivitas kemasyarakatan lainnya.

14. Umum. Tema ini meliputi pengungkapan tujuan perusahaan secara umum

berkaitan dengan tanggungjawab sosial perusahaan kepada masyarakat dan

informasi yang berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan selain

yang disebutkan di atas.

Kinerja Keuangan

Menurut Stoner (1995: 9), kinerja adalah ukuran seberapa efisien dan efektif sebuah

organisasi atau seorang manajer untuk mencapai tujuan yang memadai. Laporan keuangan

perusahaan merupakan alat komunikasi dan pengukur kinerja keuangan perusahaan. Analisis

laporan keuangan bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan, memprediksi

kegiatan masa datang, dan merumuskan kebijakan yang tepat bagi perusahaan. Kinerja

keuangan perusahaan dapat diukur dengan berbagai rasio keuangan, akan tetapi rasio yang

Page 60: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

7

dipakai dalam penelitian ini adalah ROE (Return on Equity) dan Tobin’s Q (Widayanti,

2006: 39).

ROE merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham dan

digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari

modal sendiri. Semakin besar ROE mencerminkan kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi pemegang saham. ROE merupakan rasio

profitabilitas yang penting bagi investor karena merupakan indikator untuk mengukur

keberhasilan manajemen dalam rangka menghasilkan keuntungan yang maksimal bagi

pemilik modal (Widayanti, 2006: 39).

Rasio Tobin’s Q adalah indikator untuk mengukur sisi nilai pasar perusahaan

khususnya tentang nilai perusahaan yang menunjukkan suatu kinerja manajemen dalam

mengelola aktiva perusahaan. Menurut Smithers dan Wright (2000:37) dalam Gunawan dan

Utami (2008), Tobin’s Q dihitung dengan membandingkan rasio nilai pasar saham (EMV)

perusahaan dengan nilai buku ekuitas perusahaan (EBV). EMV diperoleh dari hasil

perkalian harga saham penutupan akhir tahun dengan jumlah saham yang beredar pada akhir

tahun. EBV diperoleh dari selisih total aset perusahaan dengan total kewajibannya. Adapun

Tobin’s Q<1 menggambarkan bahwa saham dalam kondisi undervalued. Manajemen telah

gagal dalam mengelola aktiva perusahaan dan potensi pertumbuhan investasi rendah.

Tobin’s Q=1 menggambarkan bahwa saham dalam kondisi average. Manajemen stagnan

dalam mengelola aktiva dan potensi pertumbuhan investasi tidak berkembang. Tobin’s Q>1

menggambarkan bahwa saham dalam kondisi overvalued. Manajemen berhasil dalam

mengelola aktiva perusahaan dan potensi pertumbuhan investasi tinggi (Lindenberg dan

Ross (1981) dalam Sudiyatno dan Puspitasari, 2010). Berdasarkan penjelasan di atas, maka

investor akan mengejar capital gain dalam mengambil keputusan untuk membeli,

menahan atau menjual saham yang dimilikinya (Sudiyatno dan Puspitasari, 2010).

Tipe Industri High-Profile dan Low-Profile

ISO 26000 menyediakan standar pedoman mengenai tanggung jawab sosial semua

institusi. Pedoman tersebut ditujukan pada perusahaan yang memiliki tipe high-profile dan

low-profile. Menurut Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008), tipe high-profile

memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap lingkungan, resiko politis dan tingkat

persaingan yang tinggi. Industri ini merupakan perusahaan yang memperoleh sorotan

masyarakat karena aktivitas operasinya memilki potensi untuk bersinggungan dengan

kepentingan masyarakat luas. Ciri-cirinya adalah perusahaan yang memiliki tenaga kerja

Page 61: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

8

yang besar, proses produksinya mengeluarkan residu seperti limbah cair atau polusi dan bila

perusahaan mengalami kelalaian dalam pengamanan produksi dan hasil produksi akan

membawa akibat fatal bagi masyarakat dan lingkungan. Industri yang termasuk tipe high-

profile antara lain perusahaan perminyakan dan pertambangan lain, kimia, hutan, kertas,

otomotif, penerbangan, agrobisnis, tembakau dan rokok, produk makanan dan minuman,

media dan komunikasi, energi (listrik), engineering, kesehatan serta transportasi dan

pariwisata.

Di sisi lain, Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008), menyatakan bahwa

tipe low-profile memiliki tingkat sensitivitas yang rendah terhadap lingkungan, resiko politis

dan tingkat persaingan yang rendah. Industri ini merupakan perusahaan yang tidak terlalu

mendapat sorotan luas dari masyarakat, saat operasi yang mereka lakukan mengalami

kegagalan atau kesalahan pada aspek tertentu dalam proses atau hasil produksinya. Ciri-

cirinya adalah perusahaan yang memiliki tenaga kerja yang lebih kecil, tidak memiliki sisa

residu (seperti limbah) dan biasanya mendapat toleransi dari masyarakat dari kegagalan

dalam produksi/ aktivitas kerja mereka. Industri tipe low-profile meliputi bangunan,

keuangan dan perbankan, supplier peralatan medis, properti, retailer, tekstil dan produk

tekstil, produk personal, dan produk rumah tangga.

Perumusan Hipotesis

Tingkat Pengungkapan CSR pada Industri High-Profile dan Low-Profile

Kepentingan stakeholder adalah hal yang diutamakan bagi perusahaan demi

kelangsungan hidupnya. Perusahaan tidak hanya berfokus untuk memenuhi kepentingan

pemegang saham, tetapi juga kepentingan stakeholder. Hal tersebut sesuai dengan teori

stakeholder yaitu keberlangsungan perusahaan ditentukan oleh stakeholders, bukan

shareholders (Gray, et al., 1997). Pengungkapan CSR merupakan salah satu cara untuk

menjaga hubungan baik antara perusahaan dan stakeholder-nya agar perusahaan tetap

bertahan. CSR merupakan bentuk pertanggungjawaban perusahaan kepada masyarakat

sekitar dan karyawan atas kegiatan bisnis perusahaan yang menimbulkan berbagai dampak

lingkungan dan juga demi kesejahteraan karyawan.

Tiap perusahaan memiliki tingkat pengungkapan CSR yang berbeda. Umumnya,

perusahaan mengungkapkan aktivitas CSR karena ada tekanan dari lingkungan sekitar akibat

aktivitas operasi yang dilakukan. Menurut Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008),

perusahaan dapat dikelompokkan menjadi dua industri, yaitu high-profile dan low-profile.

Industri high-profile memiliki tekanan yang besar dari lingkungannya sehingga akan

Page 62: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

9

mengungkapkan CSR lebih banyak dibandingkan industri low-profile yang memiliki

tekanan yang lebih kecil. Di samping itu, resiko politis pada industri high-profile lebih tinggi

daripada low-profile (Robert dalam Gunawan dan Utami (2008)). Hal itu disebabkan karena

menurut UU No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, industri high-profile

berada di bawah pengawasan pemerintah yang cukup ketat, sedangkan low-profile relatif

rendah pengawasannya kecuali sektor perbankan. Muncul dugaan bahwa industri high-

profile yang berada di bawah pengawasan pemerintah yang ketat akan mengungkapkan CSR

lebih banyak daripada industri low-profile. Berdasarkan perbedaan karakterikstik tersebut

menyebabkan tingkat pengungkapan CSR dalam Laporan Tahunan pada industri high-

profile lebih banyak daripada industri low-profile.

Di sisi lain, pengungkapan CSR juga berkaitan dengan biaya pengungkapan. Ada

kemungkinan industri low-profile lebih banyak mengungkapkan CSR dibandingkan high-

profile ketika industri high-profile dikaitkan dengan biaya pengungkapan yang besar.

Industri high-profile yang memiliki tingkat kompetisi yang tinggi antar perusahaan

dihadapkan dengan biaya pengungkapan CSR yang besar, dimana untuk memenangkan

kompetisi dibutuhkan biaya yang besar. Biaya operasional yang besar mengakibatkan

industri ini tidak mampu untuk mengungkapkan CSR sehingga lebih banyak tingkat

pengungkapan CSR pada industri low-profile dibandingkan high-profile.

Ada beberapa penelitian mengenai tingkat pengungkapan CSR. Utomo (2000)

menyelidiki praktek pengungkapan sosial pada laporan tahunan antara perusahaan high-

profile dan low-profile di Indonesia di BEI dan BEJ. Hasil penelitian Utomo menyimpulkan

bahwa tingkat pengungkapan CSR pada perusahaan high-profile lebih tinggi daripada low-

profile. Penelitian Utomo diperkuat oleh penelitian Yap dan Widyaningdyah (2009). Yap

dan Widyaningdyah (2009) menyelidiki tingkat pengungkapan CSR pada perusahaan Go

Public atas perusahaan high-profile dan low-profile di BEI pada tahun 2006. Hasil

penelitiannya membuktikan bahwa tingkat pengungkapan CSR pada perusahaan high-profile

lebih tinggi daripada low-profile.

Dari beberapa penelitian di atas, dapat diajukan hipotesis :

H1 : Ada perbedaan tingkat pengungkapan CSR pada industri high- profile dan low-

profile

Kinerja Keuangan pada Industri High-Profile dan Low-Profile

Kinerja keuangan merupakan salah satu tolak ukur untuk mengukur keberhasilan

suatu perusahaan. Tiap perusahaan memiliki kinerja keuangan yang berbeda. Begitu pula

dengan perusahaan yang termasuk dalam industri high-profile dan low-profile yang diduga

Page 63: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

10

memiliki kinerja yang berbeda. Menurut Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008),

karakteristik industri high-profile memiliki tingkat kompetisi yang tinggi daripada low-

profile dimana mereka berlomba-lomba dan berusaha sekuat tenaga untuk meningkatkan

penjualan dan laba perusahaan. Ketika industri high-profile mendapat tekanan yang besar,

perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan penjualan sehingga laba yang dihasilkan

lebih tinggi dan pada akhirnya ROE meningkat. Namun, akibat tekanan besar yang dihadapi

industri high-profile, maka akan menyebabkan beban yang tinggi pula sehingga laba yang

dihasilkan tidak lebih tinggi, bahkan menjadi lebih rendah (Kieso, 2011: 148). Selain itu,

ketika industri high-profile memiliki tekanan yang besar dan tingkat kompetisi yang tinggi,

dapat dimungkinkan akan memiliki respon pasar yang berbeda dimana dengan tekanan yang

besar, maka respon pasar dapat meningkat, yang tercermin dalam peningkatan harga saham

sehingga dapat mempengaruhi nilai Tobin’s Q. Tobin’s Q pun dapat meningkat atau

menurun. Ada kemungkinan respon pasar pada industri high-profile lebih tinggi atau lebih

rendah dari industri low-profile.

Adapun penelitian yang dilakukan oleh Susenohaji (2011) yang dipublikasikan di

www.academia.edu membuktikan bahwa terdapat perbedaaan kinerja keuangan yang diukur

dengan ROE pada sektor agrobisnis, dan properti, sedangkan pada sektor pertambangan,

industri kimia, industri makanan dan minuman, jasa dan perdagangan dan industri tekstil

tidak memiliki perbedaan yang signifikan pada industri high-profile dan low-profile pada

tahun 2005- 2006 (sebelum pelaksanaan CSR) dan 2009-2010 (sesudah pelaksanaan CSR).

Adapun hipotesis yang dapat diajukan :

H2 : Ada perbedaan kinerja keuangan pada industri high-profile dan low-profile

Hubungan antara Tingkat Pengungkapan CSR dan Kinerja Keuangan pada Industri

High-Profile dan Low-Profile

Muncul dugaan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengungkapan CSR dan

kinerja keuangan. Argumen tersebut diperkuat dengan pernyataan bahwa perusahaan

menggunakan sustainability reporting framework untuk mengkomunikasikan kinerja

manajemen kepada para stakeholder dalam mencapai keuntungan jangka panjang (Finch

(2005) dalam Dahlia dan Siregar (2008)). Perusahaan mengungkapkan CSR merupakan

bentuk pertanggungjawaban perusahaan, dimana perusahaan tidak hanya berfokus pada

aspek bisnis, tetapi juga pada aspek sosial. Diharapkan dengan banyak mengungkapkan

CSR, masyarakat mengetahui bahwa perusahaan sadar tentang kepentingan sosial. Ditambah

lagi, setelah masyarakat mengetahui bahwa perusahaan peduli terhadap lingkungan dan

aspek sosial, maka dimungkinkan perusahaan juga peduli terhadap produknya. Dapat

Page 64: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

11

dikatakan bahwa semakin tinggi pengungkapan CSR akan memiliki relevansi semakin bagus

pula kualitas produknya. Dengan produk berkualitas, maka masyarakat akan setia dengan

produk perusahaan, dimana dalam jangka panjang akan meningkatkan pendapatan dan

kinerja keuangan perusahaan pun akan meningkat.

Selain itu, dengan adanya pengungkapan CSR dapat meningkatkan reputasi

perusahaan sehingga dapat memperbaiki hubungan dengan pihak bank, investor,

pemerintahan, dan masyarakat (McGuire (1998) dalam Dahlia dan Siregar (2008)).

Perbaikan hubungan yang terjadi tercermin pada peningkatan keuntungan perusahaan dan

harga saham. Kenaikan harga saham merupakan indikasi meningkatnya nilai perusahaan.

Semakin tinggi pengungkapan CSR, hal itu berarti perusahaan sadar akan tujuan jangka

panjang, sehingga menunjukkan kemampuan going concern perusahaan di masa datang. Di

sisi lain, kinerja keuangan yang baik sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk membiayai

kegiatan dan pengungkapan CSR. Semakin baik kinerja keuangan perusahaan, maka

semakin mampu perusahaan dalam membiayai pengungkapan CSR.

Adapun berbagai penelitian yang menyelidiki hubungan tingkat pengungkapan CSR

dan kinerja keuangan. Berbagai penelitian tersebut dapat diringkas sebagai berikut:

Tabel 1. Review Penelitian Terdahulu

Penelitian Hasil

Dahlia dan Siregar (2008) Tingkat pengungkapan CSR berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Return On Equity (ROE), namun tidak

berpengaruh terhadap Capital Adequancy Ratio (CAR)

dengan menggunakan leverage, size, growth dan unexpected

return sebagai variabel control pada perusahaan di BEI tahun

2005 dan 2006.

Syahnaz (2012) Tingkat pengungkapan CSR berpengaruh terhadap ROA dan

ROE, tetapi tidak berpengaruh terhadap CAR pada

Perusahaan Perbankan pada tahun 2009-2011.

Cahyono dan Nur (2010) Tingkat pengungkapan CSR tidak berpengaruh terhadap ROE

dan CAR dengan kepemilikan asing sebagai variabel

moderating pada perusahaan manufaktur di BEI tahun 2006-

2008.

Yaparto dan Frisko (2013) Tingkat pengungkapan CSR tidak memiliki pengaruh

terhadap ROA, ROE, dan EPS pada sektor manufaktur di BEI

tahun 2010-2011.

Muhammady (2012) Tingkat pengungkapan CSR tidak berpengaruh signifikan

terhadap Tobin’s Q pada perusahaan manufaktur di BEI tahun

2008-2010.

Nurhayati dan Medyawati

(2012)

Tingkat pengungkapan CSR secara parsial tidak berpengaruh

dengan nilai perusahaan yang diproksikan dengan Tobin’s Q

pada perusahaan yang terdaftar dalam LQ45 tahun 2009-2011.

Gunawan dan Utami (2008) Tingkat pengungkapan CSR berpengaruh terhadap nilai

Page 65: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

12

perusahaan yang diproksikan dengan Tobin’s Q dengan

presentase pengelolaan kepemilikan dan jenis industri sebagai

variabel moderator pada perusahaan yang terdaftar di BEI

pada tahun 2005-2006.

Kusumadilaga (2010) Tingkat pengungkapan CSR berpengaruh terhadap nilai

perusahaan yang diukur menggunakan Tobin’s Q dengan

profitabilitas sebagai variabel moderating pada perusahaan

manufaktur di BEI tahun 2006 dan 2008.

Bidhari (2013) Tingkat pengungkapan CSR berpengaruh positif terhadap

nilai perusahaan yang diproksikan dengan Tobin’s Q pada

perusahaan perbankan di Indonesia tahun 2008-2010

Sumber : Dari berbagai jurnal.

Berdasarkan penjelasan di atas, terdapat hasil penelitian tingkat pengungkapan CSR

dan kinerja keuangan yang tidak konsisten. Maka peneliti ingin membuktikan kembali

dengan hipotesis sebagai berikut:

H3 : Tingkat pengungkapan CSR memiliki hubungan dengan kinerja keuangan pada

industri high-profile dan low-profile.

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel

Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan high-profile dan low -profile yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2012. Pengambilan sampel ditentukan

secara purposive sampling. Beberapa pertimbangan pengambilan sampel adalah sebagai

berikut :

5. Perusahaan high-profile dan low-profile yang terdaftar di BEI pada tahun 2012.

6. Perusahaan high-profile dan low-profile yang mempublikasikan laporan tahunan

tahun 2012 di BEI.

7. Perusahaan high-profile dan low-profile yang mempublikasikan CSR dalam

Laporan Tahunan pada tahun 2012 (www.idx.co.id)

8. Perusahaan high-profile dan low-profile yang menggunakan satuan rupiah dalam

Laporan Tahunan dan memiliki kelengkapan data penelitian yang dibutuhkan.

Page 66: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

13

Tabel 2. Kriteria Penentuan Sampel

Sumber : Data diolah, 2014

Kriteria perusahaan yang tidak mempublikasikan CSR yaitu ketika di dalam Laporan

Tahunan tidak terdapat sama sekali item-item dari kriteria pengungkapan CSR menurut GRI.

Selanjutnya, perusahaan yang tidak memiliki data lengkap meliputi perusahaan yang

menggunakan satuan dollar dan tidak terdapatnya harga saham dalam Yahoo Finance.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa laporan

tahunan dari industri high-profile dan low-profile di Bursa Efek Indonesia tahun 2012. Data

tersebut berasal dari situs resmi di http://www.idx.co.id dan ICMD (Indonesian Capital

Market Directory) serta bahan pendukung lainnya seperti data dari penelitian sebelumnya

yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Selain itu juga menggunakan metode

dokumentasi atau kutipan dari berbagai sumber.

Pengukuran Variabel Penelitian

Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah pengungkapan tanggung jawab sosial

perusahaan (Corporate Social Responsibility Disclosure). Corporate Social Responsibility

Disclosure diukur menggunakan indikator dari Global Reporting Initiative (GRI) dengan

jumlah 79 item pengungkapan yang terdiri dari tiga kategori yaitu Economics Performance

Indicators, Environmental Performance Indicators, dan Social Performance Indicators.

Menurut Sayekti (2007), pendekatan untuk mengukur indeks pengungkapan masing-masing

perusahaan dihitung melalui pembagian antara jumlah item yang sesungguhnya

No Kriteria Penentuan Sampel Jumlah

High-

Profile

Jumlah

Low-

Profile

Total

1. Perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2012. 260 212 472

2. Perusahaan yang tidak mempublikasikan Laporan

Tahunan tahun 2012 di BEI.

(30) (12) (42)

3. Perusahaan yang tidak mempublikasikan CSR

dalam Laporan Tahunan pada tahun 2012.

(6) (7) (13)

4. Perusahaan yang memiliki data tidak lengkap

pada tahun 2012

(57) (14) (71)

Total sampel yang digunakan 167 179 346

Page 67: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

14

diungkapkan perusahaan dengan jumlah item yang diharapkan diungkapkan perusahaan.

Pendekatan untuk menghitung jumlah item yang diungkapkan oleh perusahaan

menggunakan dikotomi (Dummy) yaitu setiap item yang mengungkapkan CSR diberi nilai 1

dan item yang tidak diungkapkan diberi nilai 0 (Sayekti, 2007).

Variabel lain dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan yang diukur menggunakan

Return On Equity (ROE) dan Tobin’s Q. Menurut Widayanti (2006), ROE merupakan

kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang

saham dengan membagi laba setelah pajak dengan total ekuitas.

Sedangkan Tobin’s Q dihitung dengan membandingkan rasio nilai pasar saham

perusahaan dengan nilai ekuitas perusahaan. Menurut Smithers dan Wright (2000:37) dalam

Gunawan dan Utami (2008), rumusnya adalah sebagai berikut :

Q = EMV + D

EBV + D

dimana :

Q = Nilai Perusahaan

EMV = Nilai pasar ekuitas (harga saham akhir tahun x jumlah saham beredar)

EBV = Nilai buku dari total ekuitas

D (Debt) = Nilai buku dari total hutang

Teknik dan Langkah Analisa

Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif

kuantitatif dan kualitatif. Adapun langkah analisa data dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

4. Analisis Statistik Deskriptif

Dalam penelitian analisis statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis

perbedaan pengungkapan Corporate Social Responsibility dan kinerja keuangan pada

industri high-profile dan low-profile. Analisis deskriptif meliputi penyajian data

melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, pictogram, perhitungan modus, median, mean,

perhitungan rata-rata dan standar deviasi (Sugiyono, 2010:207).

5. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan

dalam penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji

normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah K-S Liliefors metode p-value

Page 68: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

15

yang nantinya akan diolah menggunakan SPSS kemudian alat uji statistik parametrik

dapat digunakan bila asumsi data dari sampel berdistribusi normal terpenuhi.

Jika Probabilitas > 0,05 maka distribusi populasi adalah normal

Jika Probabilitas < 0,05 maka populasi tidak berdistribusi normal

6. Pengujian Hipotesis

Uji Beda

Apabila data berdistribusi normal, maka pengujian hipotesis menggunakan Uji

Beda Rata-Rata (Independent Sample t Test). Akan tetapi, apabila data tidak

berdistribusi normal, maka pengujian hipotesis menggunakan Uji Mann-Whitney.

Adapun rumusan hipotesis 1 adalah sebagai berikut :

H0 : µ1 = µ2

Ha1 : µ1 ≠ µ2

µ1 = rata-rata tingkat pengungkapan CSR pada industri high-profile.

µ2 = rata-rata tingkat pengungkapan CSR pada industri low-profile.

Rumusan hipotesis 2 adalah sebagai berikut :

H0 : µ1 = µ2

Ha2 : µ1 ≠ µ2

µ1 = rata-rata kinerja keuangan pada industri high-profile.

µ2 = rata-rata kinerja keuangan pada industri low-profile.

Analisis Korelasi

Analisis korelasi membahas derajat hubungan antara tingkat pengungkapan CSR

dengan kinerja keuangan. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui seberapa besar derajat

hubungan variabel-variabel tersebut dinamakan koefisien korelasi. Apabila data normal,

maka pengujian menggunakan korelasi Pearson. Akan tetapi, bila data tidak normal,

maka pengujian menggunakan korelasi Spearman.

Rumusan hipotesis empiris adalah sebagai berikut :

Ho : tidak ada hubungan antara tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan.

Ha : tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan saling berhubungan.

Rumusan hipotesis statistik adalah sebagai berikut :

Ho : 𝜌 = 0

Ha : 𝜌 ≠ 0

Page 69: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

16

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL

Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Statistik Deskriptif

Variabel Penelitian N Mean Max Min St Dev

CSR 346 0,41 0,82 0,09 0,14

High-Profile 167 0,45 0,82 0,09 0,15

Low-Profile 179 0,36 0,75 0,11 0,12

ROE 346 0,1 2,07 -3,97 0,34

High-Profile 167 0,08 1,66 -3,97 0,42

Low-Profile 179 0,12 2,07 -1,18 0,25

TOBIN’S Q 346 1,78 52,70 0,11 3,15

High-Profile 167 2,17 52,70 0,25 4,28

Low-Profile 179 1,42 14,10 0,11 1,37

Sumber : Data diolah, 2014

Berdasarkan tabel 3, nilai rata-rata tingkat pengungkapan CSR pada semua

perusahaan di BEI pada tahun 2012 sebesar 0,41. Hasil ini lebih besar dibandingkan oleh

penelitian Sayekti dan Wondabio pada tahun 2005 yang mengambil sampel seluruh

perusahaan di BEI yaitu sebesar 0,2. Hal ini membuktikan bahwa semakin banyak

perusahaan mengungkapkan aktivitas CSR yang dilakukannya. Selain itu, perusahaan juga

semakin menyadari bahwa investor mulai menaruh perhatian pada aktivitas CSR yang

dilakukan sehingga perusahaan mengungkapkan aktivitas tersebut dalam Laporan Tahunan

demi memenuhi kebutuhan informasi bagi investor. Nilai maksimum atas tingkat

pengungkapan CSR secara keseluruhan sebesar 0,82 oleh PT. Astra International Tbk dan

PT. Timah (Persero) Tbk, sedangkan nilai minimum sebesar 0,09 oleh PT. Cita Mineral

Investindo Tbk dengan standar deviasi yang tidak terlalu jauh yaitu 0,14.

Berdasarkan tabel di atas, apabila semua perusahaan diklasifikasikan ke dalam

industri high-profile dan low-profile, maka nilai rata-rata tingkat pengungkapan CSR pada

industri high-profile lebih tinggi daripada industri low-profile yaitu 0,45 dan 0,36. Tingginya

tingkat pengungkapan CSR pada industri high-profile diperkuat oleh nilai maksimum

sebesar 0,82 dan nilai minimum sebesar 0,09, dimana nilai maksimum dan minimum pada

industri ini merupakan nilai maksimum dan minimum dari tingkat pengungkapan CSR

secara keseluruhan.

Penelitian ini juga memandang dari sisi kinerja keuangan yaitu ROE dan Tobin’s Q.

Berdasarkan hasil statistik deskriptif, dihasilkan bahwa nilai rata-rata ROE pada semua

perusahaan di BEI pada tahun 2012 sebesar 0,1, dimana nilai maksimum berada pada

Page 70: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

17

industri low-profile sebesar 2,07, sedangkan nilai minimum berada pada industri high-profile

sebesar -3,97. Apabila semua perusahaan diklasifikasikan menjadi industri high-profile dan

low-profile, maka nilai rata-rata ROE pada industri low-profile memiliki tingkat ROE yang

lebih tinggi dibandingkan industri high-profile. Nilai rata-rata ROE pada industri low-profile

sebesar 0,12 lebih tinggi dibandingkan industri high-profile, dimana nilai maksimum lebih

tinggi pada industri low-profile sebesar 2,07 dan nilai minimum lebih rendah pada industri

high-profile sebesar -3,97. Tingginya nilai rata-rata ROE pada industri low-profile, didukung

oleh nilai maksimum sebesar 2,07 dan nilai minimum sebesar -1,18 tetapi dengan standar

deviasi yang tidak terlalu jauh yaitu 0,25. Sedangkan nilai rata-rata ROE pada industri high-

profile sebesar 0,08, dengan didukung oleh nilai maksimum sebesar 1,66 dan nilai minimum

yang cukup besar yaitu -3,97 dengan standar deviasi yang cukup jauh yaitu 0,42. Rendahnya

nilai minimum dan jauhnya standar deviasi menyebabkan tingkat ROE pada industri high-

profile lebih rendah dibandingkan dengan industri low-profile.

Berdasarkan tabel di atas pula, diketahui bahwa nilai rata-rata Tobin’s Q pada semua

perusahaan di BEI pada tahun 2012 sebesar 1,78. Hal ini menunjukkan dari sudut pandang

investor bahwa semua perusahaan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi dari nilai bukunya.

Namun bila dilihat dari klasifikasinya, nilai rata-rata Tobin’s Q pada industri high-profile

lebih tinggi dari industri low-profile. Nilai pasar industri high-profile lebih tinggi dari

industri low-profile¸ walaupun kedua industri tersebut memiliki nilai pasarnya lebih besar

dari nilai buku. Nilai rata-rata Tobin’s Q pada industri high-profile sebesar 2,17 lebih tinggi

dibandingkan industri low-profile, dimana nilai maksimum dan minimum industri high-

profile lebih tinggi yaitu sebesar 52,7 dan 0,25 daripada industri low-profile.

Pengujian Hipotesis

Penelitian ini memiliki data yang tidak normal, baik dalam tingkat pengungkapan

CSR, ROE, dan Tobin’s Q ( lihat Lampiran 7 halaman 48). Akibat data tidak normal, maka

dalam pengujian hipotesis menggunakan Uji Mann-Whitney.

Tingkat Pengungkapan CSR pada Industri High-Profile dan Low-Profile

Tabel berikut ini akan menyajikan hasil Uji Mann Whitney untuk pengujian

perbedaan tingkat pengungkapan CSR pada industri high- profile dan low-profile.

Page 71: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

18

Tabel 4. Hasil Analisis Uji Beda Tingkat Pengungkapan CSR

Sumber : Diolah dari SPSS, 2014

Berdasarkan tabel 4, hasil penelitian ini membuktikan bahwa hipotesis pertama

diterima yaitu terdapat perbedaan tingkat pengungkapan CSR yang signifikan pada industri

high-profile dan low-profile tahun 2012. Hal ini juga sejalan dengan temuan dalam statistik

deskriptif di halaman 15, dimana rata-rata tingkat pengungkapan CSR pada industri high-

profile dan low-profile sebesar 0,45 dan 0,36 yang berarti bahwa secara rata-rata tingkat

pengungkapan CSR dalam industri high-profile lebih tinggi daripada low-profile. Perbedaan

tingkat pengungkapan CSR antar kedua kelompok industri tersebut terjadi sejalan dengan

pendapat Robert (1992) dalam Gunawan dan Utami (2008), terkait dengan karakteristik dari

kedua industri tersebut yang berbeda. Industri high-profile memiliki tekanan yang lebih

besar untuk mengungkapkan CSR akibat aktvitas bisnisnya memiliki tingkat sensitivitas

yang tinggi terhadap lingkungan. Akibat tingginya dampak aktivitas operasi yang dilakukan,

maka perusahaan dituntut untuk melakukan pertanggungjawaban terhadap alam, karyawan

dan mayarakat sekitar. Hal ini tentu berbeda dengan yang dihadapi industri low-profile.

Tekanan yang dihadapi industri low-profile tidak sebesar tekanan yang dihadapi industri

high-profile. Hal itu karena aktivitas bisnis yang dilakukan industri low-profile memiliki

tingkat sensitivitas yang rendah terhadap lingkungan. Dampak dari aktivitas operasi industri

ini tidak berpengaruh signifikan terhadap lingkungan alam dan sekitar sehingga masih

mendapat toleransi dari masyarakat. Akibatnya, industri low-profile tidak memiliki tuntutan

khusus untuk melaksanakan CSR, bahkan mengungkapkannya.

Selain itu, industri high-profile mendapat sorotan lebih luas daripada industri low-

profile karena aktivitasnya lebih bersinggungan dengan kepentingan masyarakat. Ditambah

lagi, pada industri high-profile apabila perusahaan mengalami kelalaian dalam pengamanan

Test Statisticsa

CSR

Mann-Whitney U 9.686E3

Wilcoxon W 2.580E4

Z -5.661

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Grouping Variable: KODING_CSR

Page 72: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

19

produksi dan hasil produksi akan membawa akibat fatal bagi masyarakat dan lingkungan.

Hal tersebut berbeda dengan yang terjadi pada industri low-profile. Apabila industri low-

profile mengalami kegagalan dalam produksi, maka akan mendapat toleransi dari

masyarakat. Hal tersebut karena kegagalan produksi pada industri tersebut, tidak berakibat

fatal bagi masyarakat dan lingkungan (Robert dalam Gunawan dan Utami (2008)). Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Utomo (2000) dan Yap dan

Widyaningdyah (2009) yang membuktikan bahwa tingkat pengungkapan CSR pada industri

high-profile lebih tinggi daripada industri low-profile.

Kinerja Keuangan pada Industri High-Profile dan Low-Profile

Tabel berikut ini akan menyajikan hasil Uji Mann Whitney untuk pengujian

perbedaan kinerja keuangan yang diukur menggunakan ROE pada industri high- profile dan

low-profile.

Tabel 5. Hasil Analisis Uji Beda Kinerja Keuangan diukur dengan ROE

Sumber : Diolah dari SPSS.

Berdasarkan tabel 5, hasil pengujian ini memperoleh hasil yang berbeda dengan

hipotesis kedua yang menyatakan bahwa ada perbedaan kinerja keuangan yang diukur

dengan ROE ditolak. Penelitian ini memperoleh hasil bahwa kinerja keuangan yang diukur

dengan ROE tidak mengalami perbedaan baik pada industri high-profile dan low-profile

pada tahun 2012. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil p-value sebesar 0,95 melebihi α

sebesar 0,05. Hal ini juga sejalan dengan temuan dalam statistik deskriptif di halaman 15,

dimana rata-rata kinerja keuangan yang diukur dengan ROE pada industri high-profile dan

low-profile sebesar 0,08 dan 0,12. Ukuran kinerja keuangan dapat tercermin melalui laba

yang dihasilkan, dimana dapat diukur menggunakan rasio keuangan, dimana dalam

penelitian ini menggunakan ROE dan Tobin’s Q ( Widayanti, 2006: 39). Akan tetapi, ROE

pada industri high-profile dan low-profile tidak mengalami perbedaan dalam penelitian ini.

Hal tersebut diduga disebabkan oleh beberapa hal. Salah satunya adalah tingginya tingkat

Test Statisticsa

ROE

Mann-Whitney U 1.489E4

Wilcoxon W 2.892E4

Z -.059

Asymp. Sig. (2-tailed) .953

a. Grouping Variable: KODING_ROE

Sumber : Diolah dari SPSS, 2014

Page 73: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

20

penjualan diiringi oleh tingginya beban yang dihasilkan untuk industri high-profile.

Penelitian ini juga sejalan dengan pendapat Robert. Menurut Robert (1992) dalam Gunawan

dan Utami (2008), industri high-profile memiliki tingkat kompetisi yang tinggi sehingga

perusahaan berusaha meningkatkan penjualan dengan meningkatkan biaya iklan. Apabila

iklan meningkat, maka masyarakat semakin mengenal dan menginginkan produk tersebut

sehingga tingkat penjualan meningkat. Umumnya, penjualan meningkat menyebabkan laba

perusahaan meningkat pula. Akan tetapi, apabila peningkatan penjualan disebabkan oleh

peningkatan beban yang cukup signifikan, maka laba yang dihasilkan tidak akan meningkat

secara signifikan, bahkan cenderung tetap. Sebaliknya, tingkat kompetisi dari industri low-

profile cukup rendah. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa baik pada

industri high-profile dan low-profile dengan adanya peningkatan penjualan atau tidak,

menghasilkan laba yang tidak jauh berbeda seiring dengan peningkatan biaya iklan.

Di sisi lain, ada banyak faktor yang mempengaruhi komponen laba. Laba yang

bagus tidak hanya selalu dilihat dari tingkat persaingan, tetapi juga dapat terjadi karena

kinerja perusahaan itu memang bagus disamping laba tersebut dapat di- manage. Apabila

industri low-profile memiliki laba tinggi dan kinerja yang bagus, maka tingkat ROE pada

industri ini tetap lebih bagus daripada industri high-profile. Hasil statistik penelitian ini pun

menyatakan bahwa kinerja keuangan industri low-profile lebih tinggi daripada high-profile.

Komponen laba bersih termasuk laba operasi dan laba diluar usaha (Kieso, 2011: 148).

Kemungkinan laba diluar operasi pada industri low-profile lebih tinggi dari laba usaha

sehingga dapat menghasilkan laba yang tinggi. Pembagian perusahaan menjadi dua

kelompok industri yaitu high-profile dan low-profile merupakan pembagian berdasarkan

kegiatan operasi perusahaan (Robert dalam Gunawan dan Utami (2008)). Apabila

pendapatan diluar usaha lebih tinggi dari pendapatan operasi, maka laba menjadi tinggi. Hal

yang sama juga terjadi pada hasil penelitian ini, yaitu industri low-profile memiliki ROE

yang lebih tinggi daripada high-profile. Sebagai contoh adalah sektor perbankan. Sektor

perbankan memiliki berbagai produk yang ditawarkan diluar kegiatan operasi utamanya,

salah satunya kegiatan operasi utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat.

Berbagai produk yang ditawarkan oleh perbankan yaitu salah satunya adalah asuransi.

Kemungkinan pendapatan asuransi lebih tinggi daripada pendapatan utama perbankan. Hasil

penelitian ini sejalan oleh hasil penelitian Susenohaji, dimana secara garis besar kinerja

keuangan yang diukur dengan ROE tidak memiliki perbedaan yang signifikan antara industri

high-profile dan low-profile

Tabel berikut ini akan menyajikan hasil Uji Mann Whitney untuk pengujian

Page 74: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

21

perbedaan kinerja keuangan yang diukur menggunakan Tobin’s Q pada industri high-

profile dan low-profile.

Tabel 6. Hasil Analisis Uji Beda Kinerja Keuangan diukur dengan Tobin’s Q

Sumber : Diolah dari SPSS.

Berdasarkan tabel di atas, hasil penelitian ini membuktikan bahwa hipotesis kedua

diterima, dimana menyatakan bahwa ada perbedaan kinerja keuangan yang diukur dengan

Tobin’s Q pada industri high-profile dan low-profile. Hal ini juga sejalan dengan temuan

dalam statistik deskriptif di halaman 15, dimana rata-rata kinerja keuangan yang diukur

dengan Tobin’s Q pada industri high-profile dan low-profile sebesar 2,17 dan 1,42 yang

berarti bahwa secara rata-rata Tobin’s Q dalam industri high-profile lebih tinggi daripada

low-profile. Perbedaan kinerja keuangan yang diukur dengan Tobin’s Q antar kedua

kelompok industri tersebut terjadi sejalan dengan pendapat Robert (1992) dalam Gunawan

dan Utami (2008), terkait dengan karakteristik dari kedua industri tersebut yang berbeda

salah satunya memiliki resiko politis yang berbeda. Industri high-profile cenderung memiliki

tingkat resiko politis yang tinggi dibandingkan industri low-profile. Hal itu disebabkan

karena industri high-profile berada di bawah pengawasan pemerintah yang lebih ketat.

Sebagian besar industri ini bergelut di bidang sumber daya alam yang dimiliki oleh negara

sesuai dengan UU No 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Penggunaan

sumber daya alam dilindungi oleh pemerintah demi kesejahteraan masyarakat. Akibatnya,

segala tindakan yang dilakukan relatif dipantau dan dipengaruhi pemerintah. Demi

melindungi penggunaan sumber daya, maka pemerintah membentuk aturan untuk

mengawasi aktivitas perusahaan. Industri ini ditopang oleh pihak pemerintah sehingga dapat

dikatakan memiliki kemampuan going concern yang baik. Perhatian investor meningkat

yang tercermin pada kenaikan harga saham dan meningkatkan nilai perusahaan.

Sebaliknya, industri low-profile memiliki resiko politis yang rendah, kecuali sektor

perbankan (Robert dalam Gunawan dan Utami (2008)). Sektor perbankan memiliki aturan

Test Statisticsa

TOBIN

Mann-Whitney U 1.166E4

Wilcoxon W 2.778E4

Z -3.530

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Grouping Variable: KODING_TOBIN

Sumber : Diolah dari SPSS, 2014

Page 75: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

22

ketat yang dibuat oleh Bank Indonesia. Apabila ada bank yang melanggar, maka

konsekuensi yang diterima pun cukup berat. Beratnya konsekuensi mengakibatkan bank

patuh terhadap aturan sehingga resiko politis yang dihadapi oleh bank pun relatif tinggi.

Sedangkan bagi industri low-profile selain sektor perbankan, memiliki resiko politis rendah,

dimana hal itu menunjukkan rendahnya pengawasan dari pemerintah. Dengan pengawasan

yang rendah, investor menganggap industri tersebut memiliki kemampuan going concern

yang rendah sehingga respon investor lebih rendah. Tinggi rendahnya respon investor dapat

tercermin dalam naik turunnya harga saham, sehingga dapat mempengaruhi nilai

perusahaan.

Hubungan Tingkat Pengungkapan CSR dan Kinerja Keuangan

Tabel berikut ini akan menyajikan hasil Uji Spearman untuk pengujian hubungan

tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan yang diukur menggunakan ROE dan

Tobin’s Q pada industri high- profile dan low-profile.

Tabel 7. Hasil Analisis Uji Korelasi Tingkat Pengungkapan CSR dan Kinerja

Keuangan Spearman’s rho

CSR ROE TOBIN

CSR CSR

HIGH

CSR

LOW ROE

ROE

HIGH

ROE

LOW TOBIN

TOBIN

HIGH

TOBIN

LOW

CSR Correlation

Coefficient 1.000 1.000 1.000 .121* .135 .121 .070 .022 -.019

Sig. (2-

tailed) . . . .024 .083 .107 .192 .777 .800

N 346 167 179 346 167 179 346 167 179

ROE Correlation

Coefficient .121* .135 .121 1.000 1.000 1.000 .222** .298** .146

Sig. (2-

tailed) .024 .083 .107 . . . .000 .000 .051

N 346 167 179 346 167 179 346 167 179

TOBIN Correlation

Coefficient .070 .022 -.019 .222** .298** .146 1.000 1.000 1.000

Sig. (2-

tailed) .192 .777 .800 .000 .000 .051 . . .

N 346 167 179 346 167 179 346 167 179

Sumber : Diolah dari SPSS, 2014

Berdasarkan tabel 7, ditemukan bahwa tingkat pengungkapan CSR berhubungan

positif dengan kinerja keuangan yang dilihat dari ROE, dimana semakin tinggi tingkat

pengungkapan CSR, maka semakin tinggi pula kinerja keuangan perusahaan. Sebaliknya,

Page 76: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

23

semakin tinggi kinerja keuangan perusahaan, maka semakin tinggi pula tingkat

pengungkapan CSR. Semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR, menunjukkan bahwa

perusahaan sadar akan kepentingan sosial dan kualitas produknya, sehingga dapat dikatakan

perusahaan dengan tingkat pengungkapan CSR yang tinggi, produknya semakin berkualitas.

Masyarakat akan dengan setia membeli produk yang berkualitas, sehingga akan

meningkatkan penjualan dan laba perusahaan dalam jangka panjang. Selain itu, perusahaan

yang memiliki kinerja keuangan yang baik, akan mampu untuk mengungkapkan CSR

sehingga semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR-nya. Namun ditemukan pula bahwa

tingkat pengungkapan CSR tidak berhubungan dengan Tobin’s Q. Berdasarkan penjelasan di

atas, hipotesis ketiga diterima untuk ROE dan hipotesis ketiga ditolak untuk Tobin’s Q.

Namun, ketika dikaitkan dengan pengelompokan industri, ditemukan bahwa tidak

ada hubungan antara tingkat pengungkapan CSR dengan kinerja keuangan yang diukur

dengan ROE maupun Tobin’s Q baik pada industri high-profile dan low-profile. Hal ini

berarti bahwa tingkat pengungkapan CSR tidak berhubungan dengan tinggi rendahnya ROE

dan Tobin’s Q. Diduga, kinerja ROE dan Tobin’s Q dipengaruhi oleh variabel lain, dimana

tingkat pengungkapan CSR dikatakan manfaat yang diperoleh masih belum jelas dan

pengungkapan CSR sendiri masih bersifat sukarela sehingga kinerja keuangan yang diukur

dengan ROE dan reaksi pasar yang tercermin pada harga saham yang diukur dengan Tobin’s

Q tidak memperoleh dampaknya. Harga saham relatif tetap menunjukkan bahwa nilai

perusahaan tidak berkembang. Perbedaan Tobin’s Q dalam perusahaan belum tentu

disebabkan oleh CSR karena ternyata tingkat pengungkapan CSR dan Tobin’s Q tidak

berhubungan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dahlia dan Siregar

(2008) dan Syahnaz (2012) yang membuktikan bahwa tingkat pengungkapan CSR dan

kinerja keuangan yang diukur dengan ROE memiliki hubungan yang signifikan. Selain itu,

penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian Muhammady (2012) dan Nurhayati dan

Medyawati (2012) yang membuktikan bahwa tingkat pengungkapan CSR dan kinerja

keuangan yang diukur dengan Tobin’s Q tidak memiliki hubungan yang signifikan.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan

antara tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan yang diukur dengan Tobin’s Q

Page 77: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

24

antara industri high-profile dan low-profile, tetapi tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan

yang diukur dengan ROE. Perbedaan tingkat pengungkapan CSR dan Tobin’s Q antar kedua

kelompok industri tersebut sejalan dengan pendapat Robert (1992) dalam Gunawan dan

Utami (2008), terkait dengan karakteristik dari kedua industri tersebut yang memang

berbeda. Industri high-profile memiliki tekanan yang lebih besar untuk mengungkapkan

CSR akibat aktvitas bisnisnya yang memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap

lingkungan dan memiliki tingkat resiko politis yang tinggi dibandingkan industri low-

profile.

Penelitian ini juga membuktikan terdapat hubungan positif antara tingkat

pengungkapan CSR dan kinerja keuangan yang diukur dengan ROE, tetapi tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan yang

diukur dengan Tobin’s Q. Semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR, maka semakin tinggi

pula kinerja keuangan yang diukur dengan ROE, atau semakin tinggi kinerja keuangan yang

diukur dengan ROE, maka semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR. Namun, tidak

terdapat hubungan antara tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan, baik diukur

dengan ROE dan Tobin’s Q antara industri high-profile dan low-profile.

Implikasi Teoritis dan Terapan

Hasil penelitian ini yang membuktikan bahwa terdapat perbedaan tingkat

pengungkapan CSR antara industri high-profile dan low-profile, dimana industri high-profile

memiliki tingkat pengungkapan CSR yang lebih tinggi daripada industri low-profile, dan

terdapat perbedaan kinerja keuangan yang diukur dengan Tobin’s Q antara industri high-

profile dan low-profile, tetapi tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan diukur dengan ROE

serta terdapat hubungan positif antara tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan

yang diukur dengan ROE, tetapi tidak terdapat hubungan dengan kinerja keuangan yang

diukur dengan Tobin’s Q, memperkuat penelitian yang dilakukan oleh Utomo (2000) dan

Yap dan Widyaningdyah (2009), Susenohaji (2011), Dahlia dan Siregar (2008), Syahnaz

(2012), Muhammady (2012), serta Nurhayati dan Medyawati (2012). Sebaliknya, hasil

penelitian tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cahyono dan Nur (2010),

Yaparto dan Frisko (2013), Gunawan dan Utami (2008), Kusumadilaga (2010), dan Bidhari

(2013).

Penelitian ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan tingkat pengungkapan CSR

dan kinerja keuangan yang diukur dengan Tobin’s Q antara industri high-profile dan low-

profile, dimana tingkat pengungkapan CSR dan kinerja keuangan pada industri high-profile

Page 78: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

25

lebih tinggi daripada low-profile. Hasil ini akan memudahkan investor dalam membuat

keputusan investasi di antara kedua industri tersebut. Investor akan lebih diuntungkan bila

berinvestasi pada industri high-profile. Hal itu karena industri high-profile lebih direspon

pasar dan memiliki tekanan yang besar untuk melaksanakan dan mengungkapkan CSR

sehingga dampak dari tingkat pengungkapan CSR secara berkelanjutan akan memberi

manfaat jangka panjang bagi perusahaan. Manfaat tersebut dapat meningkatkan profitabilitas

perusahaan di masa depan sehingga dapat dikatakan perusahaan memiliki going concern

yang baik. Selain itu, hasil penelitian ini dapat memberi gambaran bagi perusahaan bahwa

tingkat pengungkapan CSR merupakan salah satu pertimbangan penting bagi investor dalam

membuat keputusan investasi. Oleh karena itu, semakin banyak perusahaan mengungkapkan

CSR, maka semakin baik perusahaan di mata investor. Informasi tingkat pengungkapan CSR

dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan di bidang sosial di masa

depan sehingga dapat membawa keuntungan baik bagi perusahaan, masyarakat, dan

lingkungan.

Keterbatasan Penelitian dan Saran Penelitian Mendatang

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dihadapi yaitu ada unsur

subjektifitas dalam penilaian tingkat pengungkapan CSR karena penilaian item-item yang

digunakan dalam penelitian ini masih berdasarkan pertimbangan sendiri. Selain itu, adanya

sedikit subjektifitas pada pengelompokan beberapa kelompok di ICMD yaitu untuk sektor

Holding and Other Investment dan Others. Selain itu, penelitian ini tidak menunjukkan

dampak berkelanjutan dari tingkat pengungkapan CSR.

Dengan adanya keterbatasan dalam penelitian ini, maka ada beberapa saran untuk

penelitian mendatang. Pertama, menambah periode penelitian sehingga dampak dari tingkat

pengungkapan CSR secara berkelanjutan dapat lebih terlihat misalnya dalam rentang 3

tahun. Kedua, mempertimbangkan penyempurnaan daftar penilaian tingkat pengungkapan

CSR sehingga alat tersebut dapat menghasilkan informasi yang sesuai kondisi saat ini dan

lebih teliti. Ketiga, penggunaan informasi lain selain dari Laporan Tahunan sebagai dasar

menilai tingkat pengungkapan CSR perusahaan. Contohnya yaitu Laporan Keberlanjutan

dan survei dari badan organisasi tertentu mengenai aktivitas CSR.

Page 79: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

26

DAFTAR PUSTAKA

Bidhari, S, C. 2013. Effect of Corporate Social Responsibility Information Disclosure on

Financial Performance and Firm Value in Banking Industry Listed at Indonesia Stock

Exchange. Faculty of Economics and Business Brawijaya University.

http://www.iiste.org/Journals/index.php/EJBM/article/viewFile/6642/6786 (diakses 11

Januari 2014, 6:15 PM)

Cahyono, Budi dan Etna Nur. 2010. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap

Kinerja Perusahaan dengan Kepemilikan Asing Sebagai Variabel Moderating.

Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.

http://eprints.undip.ac.id/26643/1/SKRIPSI(r).pdf (diakses 11 Januari 2014, 8:13 PM)

Dahlia, Lely dan Sylvia Veronica Siregar. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility

terhadap Kinerja Perusahaan. Jurnal disajikan dalam Simposium Nasional Akuntansi

XI, Pontianak.

El Muhammady dan Faddly Akbar. 2012. Pengaruh Kinerja Keuangan dan Corporate

Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur

Yang Terdaftar di BEI. Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.

http://publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/6167/1/JURNAL%20SKRIP

SI.pdf (diakses 12 Januari 2014, 7:20 PM)

Fahrizqi, Anggara. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate

Social Responsibility (CSR) dalam Laporan Tahunan Perusahaan. Fakultas Ekonomi

Universitas Diponegoro. http://eprints.undip.ac.id/24469/ (diakses 11 Januari 2014,

7:23 PM)

Gray R, Kouhy and Lavers . 1995. Corporate social and environmental reporting: A

review of the literature and a longitudinal study of UK disclosure. Accounting,

Auditing & Accountability Journal 8 (2): 78-101.

http://www.emeraldinsight.com/journals.htm?articleid=869644 (diakses 13 Januari

2014, 6:30 PM)

Gunawan, Barbara dan Suharti Sri Utami. 2008. Peranan Corporate Social Responsibility

dalam Nilai Perusahaan. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123456789/843/07-

Barbara%20_174-185_.pdf?sequence=1 (diakses 13 Januari 2014, 7:35 PM).

Hackston, David and Markus J. Milne. 1996. Some Determinants of Social and

Environmental Disclosure in New Zealand Companies. Accounting, Auditing and

Accountability Journal. Vol. 9, No. 1, p. 77-108.

Page 80: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

27

http://www.emeraldinsight.com/journals.htm?articleid=1509110 (diakses 13 Januari

2014, 8:10 PM).

Hartman, Laura dan Joe DesJardins. 2011. Etika Bisnis: Pengambilan Keputusan untuk

Integritas Pribadi dan Tanggung Jawab Sosial. Jakarta: Erlangga.

Ihalauw, John. 2000. Bangunan Teori. Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana,

Salatiga.

Kieso, Donald E, Jerry J. Weygandt, and Terry D. Warfield. 2011. Intermediate Accounting

Vol 1 IFRS Edition. United States of America: Graphics.

Kusumadilaga, Rimba. 2010. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai

Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderating. Fakultas Ekonomi

Universitas Diponegoro Semarang.

http://eprints.undip.ac.id/22572/1/SKRIPSI_Rimba_Kusumadilaga.PDF (diakses 14

Januari 2014, 7:30 PM).

Lawrence, Anne T. dan James Weber. 2011. Business and Society Stakeholders, Ethics,

Public Policy, Thirteenth Edition. New York: McGraw-Hill.

Nurhayati, Miranty dan Henny Medyawati. 2012. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan,

Good Corporate Governance, dan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai

Perusahaan yang Terdaftar dalam LQ45 pada tahun 2009-2011. Fakultas Ekonomi

Universitas Gunadarma.

http://publication.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/5532/1/JurnalOK.pdf

(diakses 14 Januari 2014, 7:33 PM).

Owen, David. 2005. CSR After Enron:“A Role for the Academic Accounting Profession?”.

ICCSR Research Paper Series.

http://www.nottingham.ac.uk/business/ICCSR/research.php?action=download&id=47

(diakses 16 Januari 2014, 9:15 PM).

Sayekti, Yosefa dan Ludovicus Sensi Wondabio. 2007. Pengaruh CSR Disclosure terhadap

Earning Response Coefficient (Suatu Studi Empiris pada Perusahaan yang terdaftar

di Bursa Efek Jakarta). Jurnal disajikan dalam Simposium Nasional Akuntansi X,

Makassar.

Sembiring, Eddy Rismanda. 2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung

Jawab Sosial. Jurnal disajikan dalam Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo.

Stoner, James A. F., Edward Freeman, dan Daniel R. Gilbert. 1995. Management, Sixth

Edition. United States of America: Prentice Hall.

Page 81: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

28

Sudiyatno, Bambang dan Elen Puspitasari. 2010. Tobin’s Q dan Altman Z-Score sebagai

Indikator Pengukuran Kinerja Perusahaan. Universitas Stikubank.

http://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/fe4/article/download/223/162 (diakses 20

Januari 2014, 9:15 PM).

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.

Susenohaji. 2011. Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Atas Ungkapan (Disclosure)

Tanggung Jawab Lingkungan Perusahaan (Studi Empiris Penerapan Regulasi pada

Perusahaan Go-Publik di Indonesia.)

http://www.academia.edu/6406277/Judul_Analisis_Kinerja_Keuangan_Perusahaan_A

tas_Ungkapan_Disclosure_Tanggungjawab_Lingkungan_Perusahaan_Studi_Empiris_

Penerapan_Regulasi_pada_Perusahaan_Go-Publik_di_Indonesia (diakses tanggal 16

Juli 2014, 16:00 PM)

Syahnaz, Melisa. 2012. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja

Keuangan Perusahaan Perbankan. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Brawijaya. http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/download/352/299 (diakses

23 Januari 2014, 7:45 PM).

Utomo, Muhammad Muslim. 2000. Praktek Pengungkapan Sosial pada Laporan Tahunan

Perusahaan di Indonesia (Studi Perbandingan antara Perusahaan High-Profile dan

Low-Profile). Jurnal disajikan dalam Simposium Nasional Akuntansi IV, Bandung.

Widayanti, Rita, Henny Ekawati, Apriani Dorkas Rambu Atahau, Usil Sis Sucahyo, dan

Maria Rio Rita. 2006. Manajemen Keuangan. Fakultas Ekonomi Universitas Kristen

Satya Wacana, Salatiga.

William. 2012. Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility berdasarkan

Pedoman Global Reporting Initiative terhadap Nilai Perusahaan. Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia. www.ui.ac.id (diakses 26 September 2014, 15:25 PM)

Yaparto, Marissa dan Dianne Frisko. 2013. Pengaruh Corporate Social Responsibility

terhadap Kinerja Keuangan pada Sektor Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia pada Periode 2010-2011. Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas

Surabaya. https://journal.ubaya.ac.id/index.php/jimus/article/viewFile/111/91 (diakses

25 Januari 2014, 9:15 PM).

Yap, Raldy dan Agnes Widyaningdyah. 2009. Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial

pada Laporan Tahunan Perusahaan Yang Go Public di Bursa Efek Indonesia (Studi

Empiris atas Perusahan High dan Low Profile). Universitas Katolik Widya Mandala.

Page 82: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

29

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=18498&val=1144&title (diakses

23 Januari 2014, 8:40 PM).

www.finance.yahoo.com (diakses tanggal 15 Mei 2014, 10:35 AM)

www.globalreporting.org (diakses tanggal 2 Februari 2014, 7:30 PM)

www.hukumonline.com (diakses tanggal 2 Februari 2014, 7:44 PM)

www.idx.co.id (diakses tanggal 25 April 2014, 2:45 PM)

Page 83: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

30

LAMPIRAN 1

DAFTAR TINGKAT PENGUNGKAPAN CSR dari GLOBAL REPORTING INITIATIVE (GRI)

ASPEK PENGUNGKAPAN

LINGKUNGAN

80. Pengendalian polusi kegiatan operasi, pengeluaran riset dan pengembangan untuk mengurangi polusi.

81. Operasi perusahaan tidak mengakibatkan polusi atau memenuhi ketentuan hukum dan peraturan polusi.

82. Pernyataan yang menunjukkan bahwa polusi operasi telah atau akan dikurangi.

83. Pencegahan atau perbaikan kerusakan lingkungan akibat pengelolaan sumber alam, misalnya reklamasi

daratan atau reboisasi.

84. Konservasi sumber alam, misalnya mendaur ulang kaca, besi, minyak, air dan kertas.

85. Penggunaan material daur ulang

86. Menerima penghargaan berkaitan dengan program lingkungan yang dibuat perusahaan.

87. Merancang fasilitas yang harmonis dengan lingkungan.

88. Kontribusi dalam seni yang bertujuan untuk memperindah lingkungan.

89. Kontribusi dalam pemugaran bangunan sejarah.

90. Pengelolaan limbah.

91. Riset mengenai pengelolaan limbah.

92. Mempelajari dampak lingkungan untuk memonitor dampak lingkungan perusahaan.

93. Perlindungan lingkungan hidup.

ENERGI

94. Menggunakan energi secara lebih efisien dalam kegiatan operasi.

95. Memanfaatkan barang bekas untuk memproduksi energi.

96. Penghematan energi sebagai hasil produk daur ulang.

97. Membahas upaya perusahaan dalam mengurangi konsumsi energi.

98. Peningkatan efisiensi energi dan produk.

99. Riset yang mengarah pada peningkatan efisiensi energi dari produk.

100. Mengungkapkan kebijakan energi perusahaan.

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

101. Mengurangi polusi, iritasi, atau resiko dalam lingkungan kerja.

102. Mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan kesehatan fisik atau mental.

103. Mengungkapkan statistik kecelakaan kerja.

104. Mentaati peraturan standar kesehatan dengan keselamatan kerja.

105. Menerima penghargaan berkaitan dengan keselamatan kerja.

106. Menetapkan suatu komite keselamatan kerja.

107. Melaksanakan riset untuk meningkatkan keselamatan kerja.

108. Mengungkapkan pelayanan kesehatan tenaga kerja.

Page 84: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

31

LAIN-LAIN TENTANG TENAGA KERJA

109. Perekrutan atau memanfaatkan tenaga kerja wanita / orang cacat.

110. Mengungkapkan persentase/jumlah tenaga kerja wanita / orang cacat dalam tingkat manajerial.

111. Mengungkapkan tujuan penggunaan tenaga kerja wanita / orang cacat dalam pekerjaan.

112. Program untuk kemajuan tenaga kerja wanita / orang cacat.

113. Pelatihan tenaga kerja melalui program tertentu di tempat kerja.

114. Memberikan bantuan keuangan pada tenaga kerja dalam bidang pendidikan.

115. Mendirikan suatu pusat pelatihan tenaga kerja.

116. Mengungkapkan bantuan atau bimbingan untuk tenaga kerja yang dalam proses mengundurkan diri atau

yang telah membuat kesalahan.

117. Mengungkapkan perencanaan kepemilikan rumah karyawan.

118. Mengungkapkan fasilitas untuk aktivitas rekreasi.

119. Pengungkapan persentase gaji untuk pensiun.

120. Mengungkapkan kebijakan penggajian dalam perusahaan.

121. Mengungkapkan jumlah tenaga kerja dalam perusahaan.

122. Mengungkapkan tingkatan manajerial yang ada.

123. Mengungkapkan disposisi staff dimana staff ditempatkan.

124. Mengungkapkan jumlah staff, masa kerja dan kelompok usia mereka.

125. Mengungkapkan statistik tenaga kerja, misalnya penjualan per tenaga kerja.

126. Mengungkapkan kualifikasi tenaga kerja yang direkrut.

127. Mengungkapkan rencana kepemilikan saham oleh tenaga kerja.

128. Mengungkapkan rencana pembagian keuntungan lain.

129. Mengungkapkan informasi hubungan manajemen dengan tenaga kerja dalam meningkatkan keputusan

dan motivasi kerja.

130. Mengungkapkan informasi stabilitas pekerjaan tenaga kerja dan masa depan perusahaan.

131. Membuat laporan tenaga kerja yang terpisah.

132. Melaporkan hubungan perusahaan dengan serikat buruh.

133. Melaporkan gangguan dan aksi tenaga kerja.

134. Mengungkapkan informasi bagaimana aksi tenaga kerja dinegosiasikan.

135. Peningkatan kondisi kerja secara umum.

136. Informasi reorganisasi perusahaan yang mempengaruhi tenaga kerja.

137. Informasi dan statistik perputaran tenaga kerja.

PRODUK

138. Pengungkapan informasi pengembangan produk perusahaan, termasuk pengemasan.

139. Gambaran pengeluaran riset dan pengembangan produk.

140. Pengungkapan informasi proyek riset perusahaan untuk memperbaiki produk.

141. Pengungkapan bahwa produk memenuhi standar keselamatan.

142. Membuat produk lebih aman untuk konsumen.

143. Melaksanakan riset atas tingkat keselamatan produk perusahaan.

Page 85: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

32

144. Pengungkapan peningkatan kebersihan / kesehatan dalam pengolahan dan penyiapan produk.

145. Pengungkapan informasi atas keselamatan produk perusahaan.

146. Pengungkapan informasi mutu produk yang dicerminkan dalam penerimaan penghargaan.

147. Informasi yang dapat diverifikasi bahwa mutu produk telah meningkat (misalnya, ISO 9000).

KETERLIBATAN MASYARAKAT

148. Sumbangan tunai, produk, pelayanan untuk mendukung aktivitas masyarakat, pendidikan, dan seni.

149. Tenaga kerja paruh waktu (part-time employment) dari mahasiswa/pelajar.

150. Sebagai sponsor untuk proyek kesehatan masyarakat.

151. Membantu riset media.

152. Sebagai sponsor untuk konferensi pendidikan, seminar atau pameran seni.

153. Membiayai program beasiswa.

154. Membuka fasilitas perusahaan untuk masyarakat.

155. Mensponsori kampanye nasional.

156. Mendukung pengembangan industri lokal.

UMUM

157. Pengungkapan tujuan. Kebijakan perusahaan secara umum berkaitan dengan tanggung jawab sosial

perusahaan kepada masyarakat.

158. Informasi hubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan selain yang disebut di atas.

Page 86: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

33

LAMPIRAN 2

DAFTAR PERUSAHAAN SAMPEL INDUSTRI HIGH-PROFILE

NO KODE NAMA PERUSAHAAN (Tbk) KATEGORI TOTAL

1 AALI PT. Astra Agro Lestari Agrobisnis dan Perhutanan

2 UNSP PT. Bakrie Sumatra Plantations Agrobisnis dan Perhutanan

3 BISI PT. Bisi International Agrobisnis dan Perhutanan

4 GZCO PT. Gozco Plantations Agrobisnis dan Perhutanan

5 IIKP PT. Inti Agri Resources Agrobisnis dan Perhutanan

6 JAWA PT. Jaya Agra Wattie Agrobisnis dan Perhutanan

7 LSIP PT. PP London Sumatera Indonesia Agrobisnis dan Perhutanan

8 PALM PT. Provident Agro Agrobisnis dan Perhutanan

9 SIMP PT. Salim Ivomas Pratama Agrobisnis dan Perhutanan

10 SGRO PT. Sampoerna Agro Agrobisnis dan Perhutanan

11 WAPO PT. Wahana Pronatural Agrobisnis dan Perhutanan

12 BTEK PT. Bumi Teknokultura Unggul Agrobisnis dan Perhutanan

13 TIRT PT. Tirta Mahakam Resources Agrobisnis dan Perhutanan 13

14 ANTM PT. Aneka Tambang Tambang dan Perminyakan

15 ATPK PT. ATPK Resources Tambang dan Perminyakan

16 BIPI PT. Benakat Petroleum Energy Tambang dan Perminyakan

17 CKRA PT. Cakra Mineral Tambang dan Perminyakan

18 DKFT PT. Central Omega Resources Tambang dan Perminyakan

19 CITA PT. Cita Mineral Investindo Tambang dan Perminyakan

20 CTTH PT. Citatah Industri Marmer Tambang dan Perminyakan

21 ELSA PT. Enulsa Tambang dan Perminyakan

22 CNKO PT. Exploitasi Energi Indonesia Tambang dan Perminyakan

23 GTBO PT. Garda Tujuh Buana Tambang dan Perminyakan

24 SMMT PT. Golden Eagle Energy Tambang dan Perminyakan

25 GEMS PT. Golden Energy Mines Tambang dan Perminyakan

26 LAPD PT. Leyand International Tambang dan Perminyakan

27 MITI PT. Mitra Investindo Tambang dan Perminyakan

28 MYOH PT. Samindo Resources Tambang dan Perminyakan

29 TINS PT. Timah (Persero) Tambang dan Perminyakan

30 RUIS PT. Radiant Utama Interinsco Tambang dan Perminyakan

31 ARTI PT. Ratu Prabu Energi Tambang dan Perminyakan 18

32 ADHI PT. Adhi Karya Engineering / Teknik

33 JKON PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama Engineering / Teknik

34 DGIK PT. Nusa Konstruksi Enjiniring Engineering / Teknik

35 PTPP PT. PP (Persero) Engineering / Teknik

36 TOTL PT. Total Bangun Persada Engineering / Teknik

37 TRUB PT. Truba Alam Manunggal

Engineering Engineering / Teknik

38 WIKA PT. Wijaya Karya Engineering / Teknik

39 WSKT PT. Waksita Karya Engineering / Teknik

40 CMNP PT. Citra Marga Nusaphala Persada Engineering / Teknik

Page 87: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

34

41 JSMR PT. Jasa Marga Engineering / Teknik 10

42 ADES PT. Akasha Wira International Produk makanan dan minuman

43 DAVO PT. Davomas Abadi Produk makanan dan minuman

44 DLTA PT. Delta Djakarta Produk makanan dan minuman

45 FAST PT. Fast Food Indonesia Produk makanan dan minuman

46 ICBP PT. Indofood CBP Sukses Makmur Produk makanan dan minuman

47 INDF PT. Indofood Sukses Makmur Produk makanan dan minuman

48 MYOR PT. Mayora Indah Produk makanan dan minuman

49 ROTI PT. Nippon Indosari Corpindo Produk makanan dan minuman

50 PTSP PT. Pioneerindo Gourmet International Produk makanan dan minuman

51 PSDN PT. Prasidha Aneka Niaga Produk makanan dan minuman

52 SKBM PT. Sekar Bumi Produk makanan dan minuman

53 SKLT PT. Sekar Laut Produk makanan dan minuman

54 STTP PT. Siantar TOP Produk makanan dan minuman

55 AISA PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Produk makanan dan minuman

56 ALTO PT. Tri Banyan Tirta Produk makanan dan minuman

57 TBLA PT. Tunas Baru Lampung Produk makanan dan minuman

58 ULTJ PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading

Company Produk makanan dan minuman

17

59 RMBA PT. Bentoel International Investama Tembakau dan Rokok

60 GGRM PT. Gudang Garam Tembakau dan Rokok

61 HMSP PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tembakau dan Rokok 3

62 ALDO PT Alkindo Naratama Kertas

63 FASW PT. Fajar Surya Wisesa Kertas

64 KBRI PT. Kertas Basuki Rachmat Indonesia Kertas

65 SPMA PT. Suparma Kertas

66 JKPE PT. Jasuindo Tiga Perkasa Kertas 5

67 AKRA PT. AKR Corporindo Kimia

68 ETWA PT Eterindo Wahanatama Kimia

69 LTLS PT. Lautan Luas Kimia

70 DPNS PT. Duta Pertiwi Nusantara Kimia

71 INCI PT. Intanwijaya Internasional Kimia

72 AKKU PT. Alam Karya Unggul Kimia

73 AKPI PT. Argha Karya Prima Industry Kimia

74 AMFG PT. Asahimas Flat Glass Kimia

75 APLI PT. Asiaplast Industries Kimia

76 BRNA PT. Berlina Kimia

77 IGAR PT. Champion Pacific Indonesia Kimia

78 LMPI PT. Langgeng Makmur Plastik Industri Kimia

79 TRST PT. Trias Sentosa Kimia

80 YPAS PT. Yanaprima Hastapersada Kimia

81 SMCB PT. Holcim Indonesia Kimia

82 SMGR PT. Semen Indonesia Kimia

83 ALMI PT. Alumindo Light Metal Industry Kimia

84 GDST PT. Gunawan Dianjaya Steel Kimia

Page 88: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

35

85 INAI PT. Indal Aluminium Industry Kimia

86 JPRS PT. Jaya Pari Steel Kimia

87 LMSH PT. Lion Mesh Prima Kimia

88 LION PT. Lion Metal Works Kimia

89 BAJA PT. Saranacentral Bajatama Kimia

90 TIRA PT. Tira Austenite Kimia

91 ARNA PT. Arwana Citramulia Kimia

92 KIAS PT. Keramika Indonesia Assosiasi Kimia

93 MLIA PT. Mulia Industrindo Kimia

94 TOTO PT. Surya Toto Indonesia Kimia

95 CPRO PT. Central Proteinaprima Kimia

96 CPIN PT. Charoen Pokphand Indonesia Kimia

97 JPFA PT. JAPFA Kimia

98 MAIN PT. Malindo Feedmiil Kimia

99 SIPD PT. Sierad Produce Kimia 33

100 ASII PT. Astra International Otomotif

101 AUTO PT. Astra Otoparts Otomotif

102 IMAS PT. Indomobil Sukses Internasional Otomotif

103 INDS PT. Indospring Otomotif

104 INTA PT. Intraco Penta Otomotif

105 LPIN PT. Multi Prima Sejahtera Otomotif

106 NIPS PT. Nipress Otomotif

107 PRAS PT. Prima Alloy Steel Universal Otomotif

108 SMSM PT. Selamat Sempurna Otomotif

109 TURI PT. Tunas Ridean Otomotif

110 UNTR PT. United Tractors Otomotif 11

111 INAF PT. Indofarma Kesehatan

112 KLBF PT. Kalbe Farma Kesehatan

113 KAEF PT. Kimia Farma Kesehatan

114 MERK PT. Merck Kesehatan

115 PYFA PT. Pyridam Farma Kesehatan

116 TSPC PT. Tempo Scan Pacific Kesehatan

117 SCPI PT. Merck Sharp & Dohme Indonesia Kesehatan

118 SRAJ PT. Sejahteraraya Anugerahjaya Kesehatan 8

119 ASSA PT. Adi Sarana Armada Transportasi

120 APOL PT. Arpeni Pratama Ocean Line Transportasi

121 TAXI PT. Express Trasindo Utama Transportasi

122 HITS PT. Humpuss Intermoda Transportasi Transportasi

123 IATA PT. Indonesia Air Transport Transportasi

124 MIRA PT. Mitra International Resources Transportasi

125 WEHA PT. Panorama Transportasi Transportasi

126 NELY PT. Pelayaran Nelly Dwi Putri Transportasi

127 TMAS PT. Pelayaran Tempuran Emas Transportasi

128 SDMU PT. Sidomulyo Selaras Transportasi

Page 89: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

36

129 SAFE PT. Steady Safe Transportasi

130 INDX PT. Tanah Laut Transportasi

131 ZBRA PT. Zebra Nusantara Transportasi 13

132 BTEL PT. Bakrie Telecom Media dan Komunikasi

133 ISAT PT. INDOSAT Media dan Komunikasi

134 FREN PT. Smartfren Telecom Media dan Komunikasi

135 TLKM PT. Telekomunikasi Indonesia Media dan Komunikasi

136 TBIG PT. Tower Bersama Infrastructure Media dan Komunikasi

137 TRIO PT. Trikomsel Oke Media dan Komunikasi

138 EXCL PT. XL Axiata Media dan Komunikasi

139 INVS PT. Inovisi Infracom Media dan Komunikasi

140 CENT PT. Centrin Online Media dan Komunikasi

141 DNET PT. Dyviacom Intrabumi Media dan Komunikasi

142 EMTK PT. Elang Mahkota Teknologi Media dan Komunikasi

143 KBLV PT. First Media Media dan Komunikasi

144 FORU PT. Fortune Indonesia Media dan Komunikasi

145 IBST PT. Inti Bangun Sejahtera Media dan Komunikasi

146 LMAS PT. Limas Centric Indonesia Media dan Komunikasi

147 ABBA PT. Mahaka Media Media dan Komunikasi

148 MNCN PT. Media Nusantara Citra Media dan Komunikasi

149 MSKY PT. MNC SKY Vision Media dan Komunikasi

150 MFMI PT. Multifilling Mitra Vision Media dan Komunikasi

151 SCMA PT. Surya Citra Media Media dan Komunikasi

152 LPLI PT. Star Pacific Media dan Komunikasi

153 TMPO PT. Tempo Inti Media Media dan Komunikasi

154 VIVA PT. Visi Media Asia Media dan Komunikasi 23

155 BAYU PT. Bayu Buana Pariwisata

156 BUVA PT. Bukit Uluwatu Villa Pariwisata

157 PDES PT. Destinasi Tirta Nusantara Pariwisata

158 GMCW PT. Grahamas Citrawisata Pariwisata

159 HOME PT. Hotel Mandarine Regency Pariwisata

160 SHID PT. Hotel Sahid Jaya International Pariwisata

161 ICON PT. Island Concepts Indonesia Pariwisata

162 PANR PT. Panorama Sentrawisata Pariwisata

163 PGLI PT. Pembangunan Graha Lestari Indah Pariwisata

164 PLIN PT. Plaza Indonesia Realty Pariwisata

165 PNSE PT. Pudjiadi and Sons Pariwisata

166 PSKT PT.Pusako Tarinka Pariwisata

167 SONA PT. Sona Topas Tourism Industry Pariwisata 13

Page 90: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

37

LAMPIRAN 3

DAFTAR PERUSAHAAN SAMPEL INDUSTRI LOW-PROFILE

NO KODE NAMA PERUSAHAAN KATEGORI TOTAL

1 ARGO PT. Argo Pantes Tekstil

2 ERTX PT. Eratex Djaja Tekstil

3 HDTX PT. Panasia Indo Resources Tekstil

4 STAR PT. Star Petrochem Tekstil

5 SSTM PT. Sunson Textile Manufacture Tekstil

6 TRIS PT. Trisula International Tekstil

7 MYTX PT. APAC Citra Centertex Tekstil

8 MYRX PT. Hanson International Tekstil

9 SRSN PT. Indo Acidatama Tekstil

10 PBRX PT. Pan Brothers Tex Tekstil

11 BIMA PT. Primarindo Asia Infrastructure Tekstil

12 BATA PT. Sepatu Bata Tekstil 12

13 KICI PT. Kedaung Indah Can Produk Rumah Tangga

14 KDSI PT. Kedawung Setia Industrial Produk Rumah Tangga

15 JECC PT. Jembo Cable Company Produk Rumah Tangga

16 KBLI PT. KMI Wire and Cable Produk Rumah Tangga

17 SCCO PT. Supreme Cable Manufacturing &

Commerce Produk Rumah Tangga

18 VOKS PT. Voksel Electric Produk Rumah Tangga

19 ASGR PT. Astra Graphia Produk Rumah Tangga

20 MTDL PT. Metrodata Electronics Produk Rumah Tangga

21 MLPL PT. Multipolar Produk Rumah Tangga

22 INTD PT. Inter Delta Produk Rumah Tangga

23 MDRN PT. Modern Internasional Produk Rumah Tangga

24 KONI PT. Perdana Bangun Pustaka Produk Rumah Tangga 12

25 TCID PT. Mandom Indonesia Produk Personal

26 MBTO PT. Martina Berto Produk Personal

27 MRAT PT. Mustika Ratu Produk Personal

28 UNVR PT. Unilever Indonesia Produk Personal 4

29 ACES PT. Ace Hardware Indonesia Retail

30 TMPI PT. AGIS Retail

31 AIMS PT. Akbar Indo Makmur Stimec Retail

32 CSAP PT. Catur Sentosa Adiprana Retail

33 EPMT PT. Enseval Putra Megatrading Retail

34 ERAA PT. Erajaya Swasembada Retail

35 GREN PT. Evergreen Invesco Retail

36 GLOB PT. Global Teleshop Retail

37 GOLD PT. Golden Retaillindo Retail

38 HERO PT. Hero Supermarket Retail

Page 91: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

38

39 KOIN PT. Kokoh Inti Arebama Retail

40 LPPF PT. Matahari Departement Store Retail

41 MPPA PT. Matahari Putra Prima Retail

42 MIDI PT. Midi Utama Indonesia Retail

43 SDPC PT. Millenium Pharmacon International Retail

44 MAPI PT. Mitra Adiperkasa Retail

45 MICE PT. Multi Indocitra Retail

46 META PT. Nusantara Infrastructure Retail

47 TKGA PT. Permata Prima Sakti Retail

48 RALS PT. Ramayana Lestari Sentosa Retail

49 RIMO PT. Rimo Catur Lestari Retail

50 SKYB PT. Skybee Retail

51 AMRT PT. Sumber Alfaria Trijaya Retail

52 RANC PT. Supra Boga Lestari Retail

53 TGKA PT. Tigaraksa Satria Retail

54 WICO PT. Wicaksana Overseas International Retail

55 ASIA PT. Asia Natural Resources Retail 27

56 INPC PT. Bank Artha Graha Internasional Keuangan dan Perbankan

57 BBKP PT. Bank Bukopin Keuangan dan Perbankan

58 BNBA PT. Bank Bumi Arta Keuangan dan Perbankan

59 BACA PT. Bank Capital Indonesia Keuangan dan Perbankan

60 BBCA PT. Bank Central Asia Keuangan dan Perbankan

61 BNGA PT. Bank CIMB Niaga Keuangan dan Perbankan

62 BDMN PT. Bank Danamon Keuangan dan Perbankan

63 BAEK PT. Bank Ekonomi Raharja Keuangan dan Perbankan

64 SDRA PT. Bank Himpunan Saudara 1906 Keuangan dan Perbankan

65 BABP PT. Bank ICB Bumiputera Keuangan dan Perbankan

66 BNII PT. Bank Internasional Indonesia Keuangan dan Perbankan

67 BMRI PT. Bank Mandiri Keuangan dan Perbankan

68 MAYA PT. Bank Mayapada Internasional Keuangan dan Perbankan

69 MEGA PT. Bank Mega Keuangan dan Perbankan

70 BCIC PT. Bank Mutiara Keuangan dan Perbankan

71 BBNI PT. Bank Negara Indonesia Keuangan dan Perbankan

72 BBNP PT. Bank Nusantara Parahyangan Keuangan dan Perbankan

73 NISP PT. Bank OCBC NISP Keuangan dan Perbankan

74 BSWD PT. Bank of India Indonesia Keuangan dan Perbankan

75 PNBN PT. Bank Pan Indonesia Keuangan dan Perbankan

76 BJBR PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa

Barat & Banten Keuangan dan Perbankan

77 BJTM PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa

Timur Keuangan dan Perbankan

78 BNLI PT. Bank Permata Keuangan dan Perbankan

79 BEKS PT. Bank Pundi Indonesia Keuangan dan Perbankan

80 BKSW PT. Bank QNB Kesawan Keuangan dan Perbankan

Page 92: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

39

81 BBRI PT. Bank Rakyat Indonesia Keuangan dan Perbankan

82 AGRO PT. Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Keuangan dan Perbankan

83 BSIM PT. Bank Sinasrmas Keuangan dan Perbankan

84 BTPN PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Keuangan dan Perbankan

85 BVIC PT. Bank Victoria International Keuangan dan Perbankan

86 MCOR PT. Bank Windu Kentjana International Keuangan dan Perbankan

87 ADMF PT. Adira Dinamika Multi Finance Keuangan dan Perbankan

88 BPFI PT. Batavia Prosperindo Finance Keuangan dan Perbankan

89 BFIN PT. BFI Finance Indonesia Keuangan dan Perbankan

90 BBLD PT. Buana Finance Keuangan dan Perbankan

91 CFIN PT. Clipan Finance Indonesia Keuangan dan Perbankan

92 GSMF PT. Equity Development Investment Keuangan dan Perbankan

93 HDFA PT. Hade Finance Keuangan dan Perbankan

94 MFIN PT. Mandala Multifinance Keuangan dan Perbankan

95 SMMA PT. Sinar Mas Multiartha Keuangan dan Perbankan

96 VRNA PT. Verena Multi Finance Keuangan dan Perbankan

97 TIFA PT. Tifa Finance Keuangan dan Perbankan

98 WOMF PT. Wahana Ottomitra Multiartha Keuangan dan Perbankan

99 ABDA PT. Asuransi Bina Dana Arta Keuangan dan Perbankan

100 ASBI PT. Asuransi Bintang Keuangan dan Perbankan

101 ASDM PT. Asuransi Dayin Mitra Keuangan dan Perbankan

102 AHAP PT. Asuransi Harta Aman Pratama Keuangan dan Perbankan

103 ASJT PT. Asuransi Jasa Tania Keuangan dan Perbankan

104 AMAG PT. Asuransi Multi Artha Guna Keuangan dan Perbankan

105 LPGI PT. Lippo General Insurance Keuangan dan Perbankan

106 MREI PT. Maskapai Reasuransi Indonesia Keuangan dan Perbankan

107 PNIN PT. Panin Insurance Keuangan dan Perbankan

108 ASRM PT. Asuransi Ramayana Keuangan dan Perbankan

109 ALKA PT. Alakasa Industrindo Keuangan dan Perbankan

110 BNBR PT. Bakrie & Brothers Keuangan dan Perbankan

111 BHIT PT. Bhakti Investama Keuangan dan Perbankan

112 BMTR PT. Global Mediacom Keuangan dan Perbankan

113 UNIT PT. Nusantara Inti Corpora Keuangan dan Perbankan

114 PLAS PT. Polaris Investama Keuangan dan Perbankan

115 POOL PT. Pool Advista Indonesia Keuangan dan Perbankan

116 SMRU PT. SMR Utama Keuangan dan Perbankan

117 PNLF PT. Panin Financial Keuangan dan Perbankan

118 ARTA PT. Arthavest Keuangan dan Perbankan

119 HADE PT. HD Capital Keuangan dan Perbankan

120 KREN PT. Kresna Graha Sekurindo Keuangan dan Perbankan

121 LPPS PT. Lippo Securities Keuangan dan Perbankan

122 AKSI PT. Majapahit Securities Keuangan dan Perbankan

Page 93: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

40

123 PADI PT. Minna Padi Investama Keuangan dan Perbankan

124 BCAP PT. MNC Kapital Indonesia Keuangan dan Perbankan

125 OCAP PT. Onix Capital Keuangan dan Perbankan

126 APIC PT. Pacific Strategic Financial Keuangan dan Perbankan

127 PEGE PT. Panca Global Securities Keuangan dan Perbankan

128 PANS PT. Panin Sekuritas Keuangan dan Perbankan

129 RELI PT. Reliance Securities Keuangan dan Perbankan

130 TRIM PT. Trimegah Securities Keuangan dan Perbankan

131 YULE PT. Yulie Sekurindo Keuangan dan Perbankan 76

132 APLN PT. Agung Podomoro Land Properti

133 ASRI PT. Alam Sutera Realty Properti

134 ELTY PT. Bakrieland Development Properti

135 BAPA PT. Bekasi Asri Pemula Properti

136 BEST PT. Bekasi Fajar Industrial Estate Properti

137 BIPP PT. Bhuwanatala Indah Permai Properti

138 BMSR PT. Bintang Mitra Semestaraya Properti

139 BKDP PT. Bukit Darmo Property Properti

140 BCIP PT. Bumi Citra Permai Properti

141 CTRA PT. Ciputra Development Properti

142 COWL PT. Cowell Development Properti

143 MDLN PT. Modernland Realty Ltd Properti

144 SCBD PT. Danayasa Arthatama Properti

145 DUTI PT. Duta Pertiwi Properti

146 DART PT. Duta Anggada Realty Properti

147 CTRS PT. Ciputra Surya Properti

148 CTRP PT. Ciputra Property Properti

149 FMII PT. Fortune Mate Indonesia Properti

150 GAMA PT. Gading Development Properti

151 GMTD PT. Gowa Makassar Tourism

Development Properti

152 GWSA PT. Greenwood Sejahtera Properti

153 INPP PT. Indonesia Paradise Property Properti

154 OMRE PT. Indonesia Prima Property Properti

155 DILD PT. Intiland Development Properti

156 KIJA PT. Jababeka Properti

157 JIHD PT. Jakarta International Hotel &

Development Properti

158 JSPT PT. Jakarta Setiabudi Internasional Properti

159 JRPT PT. Jaya Real Property Properti

160 LCGP PT. Laguna Cipta Griya Properti

161 LPCK PT. Lippo Cikarang Properti

162 LPKR PT. Lippo Karawaci Properti

163 MAMI PT. Mas Murni Indonesia Properti

164 EMDE PT. Megapolitan Developments Properti

Page 94: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

41

165 MTSM PT. Metro Realty Properti

166 MTLA PT. Metropolitan Land Properti

167 KPIG PT. MNC Land Properti

168 PWON PT. Pakuwon Jati Properti

169 PJAA PT. Pembangunan Jaya Ancol Properti

170 GPRA PT. Perdana Gapuraprima Properti

171 RODA PT. Pikko Land Development Properti

172 PUDP PT. Pudjiadi Prestige Limited Properti

173 RBMS PT. Ristia Bintang Mahkotasejati Properti

174 BKSL PT. Sentul City Properti

175 SSIA PT. Surya Semesta Internusa Properti

176 SMDM PT. Suryamas Dutamakmur Properti

177 GEMA PT. Gema Grahasarana Properti

178 TOWR PT. Sarana Menara Nusantara Properti

179 SUPR PT. Solusi Tunas Pratama Properti 48

Page 95: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

42

LAMPIRAN 4

DAFTAR HASIL TINGKAT PENGUNGKAPAN CSR DAN KINERJA KEUANGAN

DIUKUR DENGAN ROE DAN TOBIN’S Q PADA INDUSTRI HIGH-PROFILE

NO 19 20 21 22 23 24 25 26 27

KODE CTTH ELSA CNKO GTBO SMMT GEMS LAPD MITI MYOH

CSR 0,41 0,73 0,27 0,3 0,49 0,47 0,48 0,51 0,48

ROE 0,208 0,035 0,066 0,089 0,742 0,034 0,062 0,022 -0,233

Q 0,96 0,82 1,38 0,62 6,91 4,22 0,98 1,76 1,75

NO 28 29 30 31 32 33 34 35 36

KODE TINS RUIS ARTI ADHI JKON DGIK PTPP TOTL TRUB

CSR 0,82 0,35 0,42 0,56 0,47 0,43 0,59 0,51 0,44

ROE 0,435 0,095 0,122 0,061 0,181 0,182 0,047 0,187 0,257

Q 1,51 0,93 0,68 1,25 0,91 0,88 1,27 2,13 0,99

NO 37 38 39 40 41 42 43 44 45

KODE WIKA WSKT CMNP JSMR ADES DAVO DLTA FAST ICBP

CSR 0,75 0,65 0,42 0,66 0,46 0,48 0,29 0,68 0,66

ROE -0,306 0,046 -0,127 0,154 0,157 0,399 -1,074 0,357 0,208

Q 1,56 1,12 1,25 2,13 3,34 2,09 5,15 1,17 2,99

NO 46 47 48 49 50 51 52 53 54

KODE INDF MYOR ROTI PTSP PSDN SKBM SKLT STTP AISA

CSR 0,66 0,54 0,44 0,43 0,52 0,47 0,47 0,32 0,65

ROE 0,190 0,140 0,243 -0,224 0,301 -0,063 0,099 0,061 0,129

Q 1,29 2,18 1,61 3,07 0,83 1,65 0,98 1,73 1,29

NO 55 56 57 58 59 60 61 62 63

KODE ALTO TBLA ULTJ RMBA GGRM HMSP TIRT ALDO FASW

CSR 0,39 0,62 0,49 0,39 0,37 0,53 0,22 0,38 0,58

ROE 0,125 0,086 0,139 0,211 -0,168 0,153 0,747 0,130 0,003

Q 1,87 1,13 1,95 1,34 2,95 10,35 0,95 1,89 1,67

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9

KODE AALI UNSP BISI GZCO IIKP JAWA LSIP PALM SIMP

CSR 0,65 0,80 0,52 0,3 0,28 0,59 0,58 0,54 0,65

ROE 0,269 -0,119 0,094 0,062 -0,043 0,123 0,178 -0,097 0,094

Q 2,67 0,65 1,64 0,87 12,20 1,07 2,20 1,17 1,07

NO 10 11 12 13 14 15 16 17 18

KODE SGRO WAPO BTEK ANTM ATPK BIPI CKRA DKFT CITA

CSR 0,62 0,29 0,33 0,7 0,27 0,47 0,25 0,37 0,09

ROE 0,126 1,665 0,014 -0,306 0,233 -0,382 0,002 0,003 0,219

Q 1,47 1,32 9,77 0,97 1,47 1,70 1,12 1,61 0,96

NO 64 65 66 67 68 69 70 71 72

KODE KBRI SPMA JKPE AKRA ETWA LTLS DPNS INCI AKKU

CSR 0,57 0,43 0,43 0,53 0,57 0,28 0,33 0,34 0,38

ROE 0,050 0,051 0,206 0,147 0,068 0,096 0,132 0,038 -0,519

Q 0,63 0,79 1,96 1,98 0,85 0,86 0,85 0,46 4,20

Page 96: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

43

NO 73 74 75 76 77 78 79 80 81

KODE AKPI AMFG APLI BRNA IGAR LMPI TRST YPAS SMCB

CSR 0,48 0,66 0,47 0,66 0,46 0,47 0,49 0,53 0,54

ROE 0,037 0,141 0,019 0,181 0,184 0,006 0,045 0,100 0,160

Q 0,80 1,37 0,73 1,23 1,41 0,81 0,80 1,79 2,13

NO 82 83 84 85 86 87 88 89 90

KODE SMGR ALMI GDST INAI JPRS LMSH LION BAJA TIRA

CSR 0,75 0,41 0,51 0,35 0,44 0,46 0,49 0,47 0,42

ROE 0,271 0,024 0,059 0,179 0,028 0,423 0,230 0,073 0,066

Q 3,82 0,74 1,07 0,85 0,55 1,03 1,39 1,16 0,98

NO 91 92 93 94 95 96 97 98 99

KODE ARNA KIAS MLIA TOTO ASII AUTO IMAS INDS INTA

CSR 0,72 0,48 0,3 0,58 0,82 0,65 0,39 0,35 0,56

ROE 0,262 0,036 -0,025 0,263 -3,978 0,328 0,226 0,444 0,012

Q 1,16 1,23 0,86 2,57 2,18 2,03 1,50 1,11 1,11

NO 100 101 102 103 104 105 106 107 108

KODE LPIN NIPS PRAS SMSM TURI UNTR INAF KLBF KAEF

CSR 0,24 0,34 0,24 0,56 0,38 0,78 0,72 0,71 0,47

ROE 0,253 0,207 0,158 0,118 0,025 0,123 0,100 0,056 0,327

Q 1,24 0,60 1,21 2,85 1,88 1,81 1,27 5,34 2,23

NO 109 110 111 112 113 114 115 116 117

KODE MERK PYFA TSPC SCPI ASSA APOL TAXI HITS IATA

CSR 0,46 0,53 0,38 0,41 0,61 0,41 0,63 0,47 0,46

ROE 0,238 0,178 0,065 0,241 0,143 0,259 0,061 0,189 -0,715

Q 6,25 1,03 3,85 1,22 1,07 2,10 1,33 1,29 1,34

NO 118 119 120 121 122 123 124 125 126

KODE MIRA WEHA NELY TMAS SDMU SAFE INDX ZBRA BTEL

CSR 0,42 0,52 0,29 0,37 0,48 0,32 0,24 0,18 0,51

ROE 0,007 0,040 0,247 0,116 -0,025 -0,189 0,032 0,070 0,189

Q 1,36 0,97 1,03 0,73 1,14 3,51 1,00 2,46 0,95

NO 127 128 129 130 131 132 133 134 135

KODE ISAT FREN TLKM TBIG TRIO EXCL INVS CENT DNET

CSR 0,63 0,32 0,65 0,42 0,42 0,58 0,32 0,22 0,23

ROE 0,158 0,029 0,075 0,267 -0,887 0,065 0,025 -0,314 0,274

Q 1,28 0,91 0,71 2,56 1,49 1,90 1,45 52,74 2,98

NO 136 137 138 139 140 141 142 143 144

KODE EMTK KBLV FORU IBST LMAS ABBA MNCN MSKY MFMI

CSR 0,28 0,27 0,39 0,27 0,16 0,27 0,28 0,32 0,39

ROE 0,218 0,240 0,180 0,185 -0,088 0,017 0,448 0,004 0,101

Q 2,48 0,68 0,75 2,52 0,88 1,19 3,95 3,73 1,12

NO 145 146 147 148 149 150 151 152 153

KODE SCMA LPLI TMPO VIVA BAYU BUVA PDES GMCW HOME

CSR 0,42 0,24 0,39 0,37 0,22 0,48 0,13 0,3 0,38

ROE 0,454 0,049 0,030 0,242 0,036 0,088 0,417 0,194 0,254

Q 7,71 0,25 0,96 3,23 1,50 1,50 0,90 2,75 0,68

Page 97: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

44

NO 154 155 156 157 158 159 160 161 162

KODE SHID ICON PANR PGLI PLIN PNSE PSKT SONA CPRO

CSR 0,53 0,32 0,35 0,37 0,43 0,47 0,51 0,33 0,38

ROE 0,043 0,100 0,074 0,067 0,212 -0,044 0,014 0,060 0,113

Q 0,60 4,30 0,95 1,45 1,83 1,33 2,15 1,25 1,29

NO 163 164 165 166 167

KODE CPIN JPFA MAIN SIPD SRAJ

CSR 0,37 0,48 0,33 0,46 0,35

ROE 0,007 0,105 0,181 0,023 0,173

Q 4,98 0,80 2,76 0,76 2,35

Page 98: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

45

LAMPIRAN 5

DAFTAR HASIL TINGKAT PENGUNGKAPAN CSR DAN KINERJA KEUANGAN

DIUKUR DENGAN ROE DAN TOBIN’S Q PADA INDUSTRI LOW-PROFILE

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9

KODE ARGO ERTX HDTX STAR SSTM TRIS MYTX MYRX SRSN

CSR 0,43 0,35 0,33 0,32 0,29 0,56 0,54 0,3 0,51

ROE -1,049 0,071 0,005 0,002 -0,050 0,183 2,071 0,111 0,063

Q 1,16 0,91 1,09 0,67 0,84 1,13 1,29 2,24 1,08

NO 10 11 12 13 14 15 16 17 18

KODE PBRX BIMA BATA KICI KDSI JECC KBLI SCCO VOKS

CSR 0,42 0,47 0,42 0,46 0,34 0,44 0,57 0,39 0,66

ROE 0,110 -0,014 0,179 0,034 0,117 0,222 0,148 0,260 0,244

Q 1,23 3,65 0,34 0,69 0,81 1,20 0,93 1,15 1,15

NO 19 20 21 22 23 24 25 26 27

KODE ASGR MTDL MLPL INTD MDRN KONI TCID MBTO MRAT

CSR 0,51 0,28 0,27 0,43 0,47 0,22 0,58 0,52 0,49

ROE 0,207 0,167 0,024 0,202 0,056 0,078 0,137 0,105 0,080

Q 0,98 0,80 0,62 1,57 1,92 0,88 1,88 0,95 0,61

NO 28 29 30 31 32 33 34 35 36

KODE UNVR ACES TMPI AIMS CSAP EPMT ERAA GREN GLOB

CSR 0,75 0,29 0,2 0,11 0,23 0,28 0,33 0,39 0,3

ROE 1,219 0,265 0,004 0,023 0,097 0,156 0,168 0,001 0,272

Q 14,17 7,55 2,25 1,09 1,04 1,43 2,52 0,69 1,76

NO 37 38 39 40 41 42 43 44 45

KODE GOLD HERO KOIN LPPF MPPA MIDI SDPC MAPI MICE

CSR 0,15 0,41 0,29 0,51 0,37 0,44 0,38 0,27 0,33

ROE 0,096 0,183 0,655 -0,399 0,062 0,101 0,094 0,199 0,138

Q 1,48 3,39 1,72 4,35 1,34 2,06 0,90 2,49 0,76

NO 55 56 57 58 59 60 61 62 63

KODE ASIA INPC BBKP BNBA BACA BBCA BNGA BDMN BAEK

CSR 0,14 0,39 0,35 0,24 0,3 0,44 0,63 0,51 0,44

ROE -0,178 0,033 0,167 0,109 0,073 0,226 0,188 0,143 0,071

Q 2,51 0,95 1,00 0,96 0,98 1,39 1,03 1,16 0,99

NO 64 65 66 67 68 69 70 71 72

KODE SDRA BABP BNII BMRI MAYA MEGA BCIC BBNI BBNP

CSR 0,29 0,27 0,53 0,46 0,39 0,38 0,37 0,56 0,28

ROE 0,221 0,001 0,125 0,210 0,143 0,220 0,117 0,162 0,129

Q 1,12 1,04 1,11 1,10 1,40 1,00 3,13 1,08 0,99

NO 46 47 48 49 50 51 52 53 54

KODE META TKGA RALS RIMO SKYB AMRT RANC TKGA WICO

CSR 0,49 0,18 0,23 0,28 0,3 0,32 0,35 0,46 0,13

ROE 0,046 0,422 0,139 0,238 0,056 0,155 0,101 0,203 0,936

Q 1,72 1,27 2,40 8,83 1,24 0,84 2,32 1,44 0,85

Page 99: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

46

NO 73 74 75 76 77 78 79 80 81

KODE NISP BSWD PNBN BJBR BJTM BNLI BEKS BKSW BBRI

CSR 0,37 0,35 0,43 0,48 0,43 0,57 0,42 0,35 0,54

ROE 0,102 0,147 0,129 0,199 0,132 0,109 0,072 -0,034 0,288

Q 1,03 1,39 0,98 1,02 0,88 1,00 1,07 1,33 1,18

NO 82 83 84 85 86 87 88 89 90

KODE AGRO BSIM BTPN BVIC MCOR ADMF BPFI BFIN BBLD

CSR 0,3 0,53 0,35 0,48 0,32 0,25 0,38 0,51 0,27

ROE 0,089 0,125 0,256 0,140 0,123 0,282 0,155 0,171 0,148

Q 1,04 1,05 1,01 0,95 1,00 1,19 0,98 1,02 1,04

NO 91 92 93 94 95 96 97 98 99

KODE CFIN GSMF HDFA MFIN SMMA VRNA TIFA WOMF ABDA

CSR 0,16 0,15 0,44 0,34 0,19 0,27 0,39 0,34 0,29

ROE 0,136 0,102 0,059 0,245 0,096 0,151 0,181 0,017 0,191

Q 0,81 1,06 1,10 0,98 1,25 0,94 1,02 0,98 1,90

NO 100 101 102 103 104 105 106 107 108

KODE ASBI ASDM AHAP ASJT AMAG LPGI MREI PNIN ASRM

CSR 0,34 0,34 0,2 0,25 0,27 0,27 0,27 0,3 0,22

ROE 0,221 0,163 0,200 0,143 0,192 0,192 0,300 0,136 0,203

Q 0,91 0,86 2,41 1,27 0,92 0,53 1,39 0,45 1,05

NO 109 110 111 112 113 114 115 116 117

KODE APLN ASRI ELTY BAPA BEST BIPP BMSR BKDP BCIP

CSR 0,47 0,29 0,59 0,19 0,41 0,24 0,2 0,3 0,44

ROE 0,093 0,065 0,107 0,139 0,001 0,039 0,105 -0,242 0,134

Q 1,07 1,64 0,55 1,02 2,71 1,50 1,97 1,00 1,58

NO 118 119 120 121 122 123 124 125 126

KODE CTRA COWL MDLN SCBD DUTI DART CTRS CTRP FMII

CSR 0,47 0,32 0,52 0,38 0,42 0,29 0,32 0,49 0,28

ROE 0,038 0,037 0,034 0,158 -0,013 0,062 0,208 -1,178 0,009

Q 1,23 0,45 0,95 1,03 1,02 0,83 1,48 0,98 2,10

NO 127 128 129 130 131 132 133 134 135

KODE GAMA GMTD GWSA INPP OMRE DILD KIJA JIHD JSPT

CSR 0,41 0,32 0,44 0,37 0,24 0,53 0,48 0,42 0,46

ROE 0,121 0,252 0,099 -0,526 0,037 0,133 0,257 -0,097 0,051

Q 1,69 0,81 1,03 0,92 1,05 0,90 0,99 0,60 0,98

NO 136 137 138 139 140 141 142 143 144

KODE JRPT LCGP LPCK LPKR MAMI EMDE MTSM MTLA KPIG

CSR 0,46 0,25 0,35 0,38 0,29 0,42 0,16 0,49 0,33

ROE 0,266 -0,179 -0,081 -0.090 0,049 0,100 0,061 0,117 0,026

Q 3,62 0,84 1,35 1,46 0,33 0,86 1,69 2,22 1,95

Page 100: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

47

NO 145 146 147 148 149 150 151 152 153

KODE PWON PJAA GPRA RODA PUDP RBMS BKSL SSIA SMDM

CSR 0,43 0,52 0,32 0,22 0,35 0,49 0,52 0,44 0,39

ROE 0,119 0,064 0,124 0,080 0,004 0,007 0,275 0,263 0,012

Q 0,93 1,00 0,75 2,23 0,71 0,37 1,19 1,68 0,49

NO 154 155 156 157 158 159 160 161 162

KODE GEMA TOWR SUPR ALKA BNBR BHIT BMTR UNIT PLAS

CSR 0,49 0,28 0,46 0,44 0,48 0,48 0,34 0,3 0,35

ROE 0,074 0,051 0,096 0,025 0,130 0,193 -0,004 0,331 0,115

Q 0,96 0,93 1,39 1,01 0,65 1,00 1,85 0,40 3,70

NO 163 164 165 166 167 168 169 170 171

KODE POOL SMRU PNLF ARTA HADE KREN LPPS AKSI PADI

CSR 0,25 0,35 0,3 0,3 0,22 0,37 0,15 0,2 0,27

ROE 0,004 0,008 0,047 0,123 0,066 0,245 0,136 0,080 0,052

Q 2,56 2,04 0,61 0,62 0,84 1,86 0,25 0,91 2,39

NO 172 173 174 175 176 177 178 179

KODE BCAP OCAP APIC PEGE PANS RELI TRIM YULE

CSR 0,3 0,25 0,32 0,27 0,29 0,27 0,2 0,16

ROE 0,083 0,014 0,046 0,442 0,022 0,202 0,101 0,102

Q 1,36 1,53 0,11 1,00 1,80 1,17 1,36 0,73

Page 101: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

48

LAMPIRAN 6

HASIL ANALISIS STATISTIK DESKRIPTIF

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

CSR_HIGH 167 .09 .82 .4520 .14674

ROE_HIGH 167 -3.970 1.665 .08001 .417974

TOBIN_HIGH 167 .25 52.70 2.1735 4.28482

CSR_LOW 179 .11 .75 .3623 .11689

ROE_LOW 179 -1.178 2.071 .11931 .253226

TOBIN_LOW 179 .11 14.10 1.4192 1.37415

CSR 346 .09 .82 .4056 .13936

ROE 346 -3.970 2.071 .10055 .342512

TOBIN 346 .11 52.70 1.7833 3.15447

Valid N (listwise) 167

Page 102: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

49

LAMPIRAN 7

HASIL ANALISIS UJI NORMALITAS

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

CSR_HIGH .071 167 .039 .988 167 .164

ROE_HIGH .318 167 .000 .475 167 .000

TOBIN_HIGH .340 167 .000 .256 167 .000

CSR_LOW .078 167 .015 .989 167 .243

ROE_LOW .217 167 .000 .584 167 .000

TOBIN_LOW .248 167 .000 .465 167 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Page 103: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

50

LAMPIRAN 8

HASIL ANALISIS UJI MANN-WHITNEY TINGKAT PENGUNGKAPAN CSR

Ranks

KODIN

G_CSR N Mean Rank Sum of Ranks

CSR 1 167 205.00 34235.50

2 179 144.11 25795.50

Total 346

Test Statisticsa

CSR

Mann-Whitney U 9.686E3

Wilcoxon W 2.580E4

Z -5.661

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Grouping Variable: KODING_CSR

Frequencies

KODING_

CSR N

CSR 1 167

2 179

Total 346

Page 104: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

51

LAMPIRAN 9

HASIL ANALISIS UJI MANN-WHITNEY ROE

Ranks

KODIN

G_ROE N Mean Rank Sum of Ranks

ROE 1 167 173.17 28919.50

2 179 173.81 31111.50

Total 346

Test Statisticsa

ROE

Mann-Whitney U 1.489E4

Wilcoxon W 2.892E4

Z -.059

Asymp. Sig. (2-tailed) .953

a. Grouping Variable: KODING_ROE

Frequencies

KODING_

ROE N

ROE 1 167

2 179

Total 346

Page 105: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

52

LAMPIRAN 10

HASIL ANALISIS UJI MANN-WHITNEY TOBIN’S Q

Ranks

KODIN

G_TOB

IN N Mean Rank Sum of Ranks

TOBIN 1 167 191.15 32256.00

2 179 155.17 27775.00

Total 346

Test Statisticsa

TOBIN

Mann-Whitney U 1.166E4

Wilcoxon W 2.778E4

Z -3.530

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Grouping Variable:

KODING_TOBIN

Frequencies

KODING

_TOBIN N

TOBIN 1 167

2 179

Total 346

Page 106: Analisis Perbedaan Tingkat Pengungkapan Corporate …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/7667/3/T1_232011024_Full... · Pernyataan tersebut diperkuat oleh Hackston dan Milne (1996),

53

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

NAMA : SISILIA DEVINA PERMATASARI

NIM : 232011024

ALAMAT ASAL : PERUM PANDANA MERDEKA P-16 NGALIYAN, SEMARANG

JUDUL SKRIPSI : ANALISIS PERBEDAAN TINGKAT PENGUNGKAPAN

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DAN KINERJA

KEUANGAN PERUSAHAAN PADA INDUSTRI HIGH-PROFILE

DAN LOW-PROFILE PADA TAHUN 2012

RIWAYAT PENDIDIKAN :

SD PL BERNARDUS SEMARANG, LULUS TAHUN 2005

SMP PL DOMENICO SAVIO SEMARANG, LULUS TAHUN 2008

SMA KOLESE LOYOLA SEMARANG, LULUS TAHUN 2011

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS, UKSW SALATIGA, LULUS TAHUN

2014

PENGALAMAN PANITIA / KERJA :

PANITIA “ENTREPRENEURSHIP NATIONAL SEMINAR” 5 FEBRUARI 2013

PANITIA “LEADING IN TRAINING YOUNG ENTREPRENEUR” 6 FEBRUARI

2013

PANITIA “BUSINESS PLAN COMPETITION EXHIBITION” 3 APRIL 2013

PANITIA “ FESTIVAL JURNALISTIK” 11 FEBRUARI 2014

PANITIA WORKSHOP “PLAGIARISM & PUBLIKASI INTERNASIONAL” 19

JUNI 2014

ASISTEN DOSEN “MANAJEMEN OPERASI” SMT GANJIL 2013/2014

ASISTEN DOSEN “MANAJEMEN OPERASI” SMT GENAP 2013/2014

ASISTEN DOSEN “MIKRO EKONOMI” SMT GENAP 2013/2014