analisis perbandingan kinerja keuangan …elibrary.unisba.ac.id/files/08-5132_fulltext.pdf ·...
TRANSCRIPT
PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim
Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi
2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini
3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah
4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah
Selamat membaca !!!
Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
UPT PERPUSTAKAAN UNISBA
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN
SEBELUM DAN SESUDAH MERGER PADA PT. BANK MANDIRI Tbk.
Skripsi
Untuk memenuhi salah satu persyaratan
Mencapai derajat Sarjana S-1
Program Studi Manajemen
Diajukan Oleh
Cevi purnama widodo
10090302244
Kepada
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2008
LEMBAR PENGESAHAN
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN
SEBELUM DAN SESUDAH MERGER PADA PT. BANK MANDIRI Tbk.
Skripsi yang disusun untuk dipertahankan oleh :
Cevi purnama widodo
10090302244
Telah disetujui Oleh :
Pembimbing Utama
Nurdin, S.E., M.Si.
Pembimbing Pendamping
H. Iip Syafrudin Tamim,S.E
i
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN
SEBELUM DAN SESUDAH MERGER PADA PT. BANK MANDIRI Tbk.
Oleh
Cevi purnama widodo
10090302244
INTISARI
Krisis yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 telah mengakibatkan perubahan structural pada perbankan nasional dengan dilikuidasinya puluhan bank swasta nasional yang melanggar prinsip kehatian-hatian dan tingkat kesehatan bank CAMEL. Langkah pemerintah untuk menyehatkan kembali perbankan nasional dengan mendirikan Badan Penyehatan Perbankan Nasional dan restrukturisasi perbankan menimbulkan terjadinya gelombang merger diantara bank-bank swasta nasional dan bank-bank pemerintah. Bank Mandiri yang melakukan merger pada tahun 1998, diteliti kinerja perusahaanya menyangkut tingkat kesehatan bank sebelum dan sesudah merger, untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah merger. Penilaian tingkat kesehatan bank oleh Bank Indonesiadijadikan system penilaian kinerja bank umum di Indonesia, yang secara kuantitatif hanya 3 aspek pendekatan CAMEL yang dapat dinilai, yaitu permodalan, rentabilita, dan likuiditas, dengan 4 rasio, yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR), Return of Assets (ROA), Efficency Ratio (ER) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) Objek penelitian adalah laporan keuangan tahunan bank peserta merger, dan metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan studi komparatif berpasangan. Operasional variabel meliputi kinerja keuangan bank sebelum dan sesudah melakukan merger berupa rata-rata dari populasi yang sama. Pengujian dilakukan dengan menggunakan statistic parametric dengan uji beda rata-rata menggunakan t student dengan sample kecil, dengan tingkat signifikan 95%. Hasil perhitungan dan pengujian hipotesis menunjukan nilai t hitung = 2,764 dengan t tabel = 2,571. Hasil perhitungan menunjukan bahwa hasil t hitung lebih besar dari nilai t tabel, yang berarti bahwa rancangan hipotesa konseptual kedua Ho ditolak. Hal ini menghasilkan kesimpulan secara umum bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja bank sebelum dan sesudah merger. Kata kunci : CAMEL (Capital Adequacy Ratio (CAR), Return of Assets (ROA),
Efficency Ratio (ER) dan Loan to Deposit Ratio (LDR)), Merger.
ii
THE ANALYSIS COMPARATIVE OF COMPANY FINANCING
PERFORMANCE PREVIOUS AND AFTER MERGING AT PT. BANK
MANDIRI Tbk.
By
Cevi purnama widodo
10090302244
ABSTRACT
The economic crisis which was occurred in late 1997 has given
fundamental impact in the structure of national banking system.it can be shown by liquidation of many banks that against the level of healty principle of banking system. The government initiatives by the establishment of IBRA (The Indonesian Banking Recovery Agency)had triggered the propensity of merging process between the private and governmental banking. have been merged sharing the priod of 1998. It is sigfinicant to investigates the vigorous level of the bank between the previous dan after condition to evaluate the impact of the merging. The level of healtyness has become the general value of banking system which can be gained from the quantitative aspect of capital, Rentability and liquidity, following the four rations of Capital Adequacy Rati o(CAR), Return on Assets (ROA), Efficiency Ratio (ER), and Loan to deposit Ratio (LDR). The object of research that has carried out in this paper is the annual financial reports of the merged of bank. The research method which has been used is the descriptive analysis and comparative study. The operational variable has taken form the previous and after the condition of the financial feature in the similar populations. The evaluaition has been verified by the parametric statistic of the t -test two-sample Assuming Equal Variances of the significant level at 95%. From the calculations and hypothesis verifications, it can be seen that the value of t = 2,764 with t critical = 2,571. The performance of the banks t (2,764) with the t critical = 2,571. The statistical analysis shows that from the total calculations of t is bigger than the value of t critical. It means that the second plan of conceptual hypothesis from Ho can be accepted. In this case, we can conclude in the general that there is significant difference in the performance of the bank between previous and after conditions of the merging process. Key words : CAMEL (Capital Adequacy Ratio (CAR), Return of Assets (ROA),
Efficency Ratio (ER) dan Loan to Deposit Ratio (LDR)), Merging.
iii
KATA PENGANTAR
alaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, atas rahmat dan
karunia yang dilimpahkan-Nya kepada penulis selama menuntut ilmu sampai
penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini yang berjudul :
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN
Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam meraih gelar Sarjana (S1) Ekonomi, pada Program Studi Manajemen
Universitas Islam Bandung.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih memiliki
banyak kekurangan dan jauh dari sempurna mengingat keterbatasan-keterbatasan
yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun akan
penulis terima dengan segala kelapangan hati untuk perbaikan di masa yang akan
datang.
Pada kesempatan ini juga, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang sangat berjasa memberikan doa kasih
sayang dan dorongan baik moril maupun materil yang tulus dan ikhlas
2. Bapak Prof. Dr. H.E. Saefullah, S.H.,LLM., selaku Rektor Universitas
Islam Bandung.
iv
3. Bapak Firman Alamsyah, S.E.,M.Sc., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Bandung.
4. Bapak Nurdin, S.E.,M.Si., selaku Ketua Program Studi Manajemen
Universitas Islam Bandung, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Utama.
5. Ibu Dede R. Oktini, S.E.,M.Si., selaku Sekretaris Program Studi
Manajemen Universitas Islam Bandung.
6. Bapak H. Iip Syafrudin Tamim, S.E., selaku Dosen Pembimbing
Pendamping yang telah banyak membantu penulis dengan sabar dalam
penyusunan skripsi ini.
7. Bapak Dudung Abdurrahman, S.E., M.Si, selaku dosen wali penulis.
8. Para Dosen dan Staff pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Jurusan
Manajemen Universitas Islam Bandung yang telah mengajar,
mengarahkan dan memberikan ilmu selama penulis menjalankan
perkuliahan.
9. Untuk kakak Perempuanku Yanti Hernawati Widodo dan Adikku Astri
Puspita Widodo, Reza Prayoga Widodo yang tercinta yang telah
memberikan dorongan bantuan dan doanya kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
10. Buat Haris terima kasih buat bantuannya dan bimbingannya
selama penyusunan skripsi ini .
11. Sahabat-sahabat penulis yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu
v
12. Rekan-rekan Manajemen angkatan 2002 yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu, atas kekompakan dan dukungannya selama ini
13. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga segala dorongan, bantuan dan doa yang telah diberikan kepada
penulis, mendapat balasan dari Allah Swt. Pada akhirnya penulis
mengharapkan, bahwa skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan bagi pembaca pada umumnya.
Bandung, Januari 2008
Penulis
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR HALAMAN
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO
INSTISARI i
ABSTRACT ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Identifikasi Masalah 8
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 8
1.4 Kegunaan Penelitian 9
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 10
1.5.1 Kerangka Pemikiran 10
1.5.2 Hipotesis 16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bank 17
2.1.1 Pengertian Bank 17
2.1.2 Jenis Bank 17
2.1.3 Lapangan Usaha Bank 20
2.1.4 Dana Bank 21
2.1.5 Modal Bank 22
2.1.6 Rentabilitas Bank 25
2.1.7 Likuidasi Bank 26
vii
2.2 Merger 28
2.2.1 Pengertian Merger 28
2.2.2 Jenis-jenis Merger 29
2.2.3 Tujuan Merger 30
2.2.4 Sinergi 32
2.3 Merger Perbankan 33
23.1 Pengertian Merger Perbankan 33
2.3.2 Tujuan Merger Perbankan 34
2.3.3 Hambatan Merger Perbankan 35
2.3.4 Mekanisme Merger Perbankan 36
2.3.5 Peraturan peraturan tentang Merger
Perbankan 38
2.3.6 Merger Perbankan Menghasilkan Sinergi 39
2.4 Laporan Keuangan Bank 39
2.4.1 Laporan Keuangan 39
2.4.2 Kualitas Laporan Keuangan 40
2.4.3 Jenis-jenis Laporan Keuangan Bank 42
2.4.4 Pemakai Laporan Keuangan Bank 44
2.4.5 Hubungan Laporan Keuangan dengan Tingkat Kesehatan 45
2.5 Tingkat Kesehatan Bank 45
2.5.1 Pengertian Tingkat Kesehatan Bank
dan memelihara kepercayaan masyarakat padanya. 45
2.5.2 Dasar Penilaian Tingkat Kesehatan Bank 46
2.5.3 Tahapan Penilaian Tingkat Kesehatan Bank 47
2.5.4 Tata Cara Penilaian Kinerja Bank yang
Ditentukan Oleh Standar Bank Indonesia (CAMEL) 48
2.6 Perbedaaan Kinerja Keuangan Perusahaan
Sebelum dan Sesudah Merger 52
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian 55
viii
3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan/Bank 56
3.2 Metode Penelitian 58
3.2.1 Operasionalisasi Variabel 59
3.2.2 Jenis dan Sumber Data 61
3.2.3 Teknik Pengumpulan Data 62
3.2.4 Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis 62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Perkembangan Kinerja Bank Mandiri
Sebelum Melakukan Merger (Bank BBD,
Bank BDN, Bank Exim, Bank Bapindo) 65
4.2 Perkembangan Kinerja Bank Mandiri
Sesudah Melakukan Merger. 69
4.3 Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Mandiri
Sebelum dan Sesudah Melakukan Merger . 71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 75
5.2 Saran 77
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
ix
Tabel 1.2 Pembobotan Penilaian CAMEL 11
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel 59
Tabel 4.1 Kinerja Keuangan Bank BBD, Bank BDN,
Bank Exim, Bank Bapindo Sebelum
Merger Tahun 1994 1998 66
Tabel 4.2 Rata-rata Kinerja Keuangan Bank BBD,
Bank BDN, Bank Exim, Bank Bapindo Sebelum
Merger Tahun 1994 1998 68
Tabel 4.3 Kinerja Keuangan Bank Mandiri Sesudah
Merger Tahun 1998-2002 69
Tabel 4.4 Kinerja Keuangan Bank Mandiri Sebelum dan Sesudah
Melakukan Merger Periode 1994-2002. 72
Tabel 4.5 Hasil Uji Paired Sample t-test 72
DAFTAR GAMBAR
x
Gambar 1.1 Skema Kerangka Pemikiran 14
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Krisis ekonomi yang menimpa Indonesia pada tahun 1997 telah
mengakibatkan perubahan yang sangat besar pada peta bisnis di Indonesia. Setelah
tindakan tegas pemerintah mencabut izin 16 bank bermasalah pada tahun itu pula,
peta perbankan nasional mengalami perubahan secara struktural, terutama dalam
hal konsolidasi yang menyangkut gelombang merger di antara bank-bank swasta
nasional dan bank bank Pemerintah.
Sejak 1 Juli 1983, serangkaian paket deregulasi perbankan telah dikeluarkan
untuk mengurangi peran pemerintah sebagai motor penggerak pembangunan.
Rangkaian Pakte Deregulasi Moneter itu adalah :
1. Paket Deregulasi 1 Juni 1983 (PakJun 1983)
2. Paket Deregulasi 27 Oktober 1988 (Pakto 1988)
3. Paket Deregulasi 29 Januari 1990 (PakJan 1990)
4. Paket Deregulasi 28 Februari 1991 (PaFeb 1991)
5. UU Perbankan No. 7 tanggal 25 (Maret 1992)
6. Paket Deregulasi 29 Mei 1993 (PakMei 1993)
Kesemuanya mengacu kepada etika bisnis perbankan yang diatur agar
sistem perbankan melakukan prinsip kehati-hatian dalam kegiatan operasionalnya
2
(Prudent Banking System) atau melaksanakan rambu-rambu CAMEL (Capital,
Assets, Management, Earnings, Liquidity).
Booming perbankan terjadi pada periode deregulasi tersebut, terutama
setelah Pakto 88. Terjadi peningkatan jumlah Bank dan Kantor Bank, jumlah dana
masyarakat yang dihimpun, kredit yang disalurkan, volume usaha, dan munculnya
beragam produk perbankan.
Selain peningkatan, juga muncul permasalahan di perbankan nasional
diantaranya kualitas sumber daya yang rendah, persaingan yang tajam akibat
banyaknya bank yang bermunculan dengan tidak merata, persaingan struktur modal
dan manajemen, dan adanya bank-bank yang tidak memenuhi ketentuan yang
tercantum dalam prinsip kehati-hatian.
Kendala ini menyebabkan ketentuan timbul banyak Bank bermasalah, selain
itu yang menyangkut struktur permodalan, melakukan perdagangan valuta asing
dan saham yang memiliki resiko tinggi dan bukan bidang utama perbankan.
Pengawasan pemerintah yang lemah dan kedekatan pemilik bank terhadap
pemerintah juga mengakibatkan permasalahan seperti yang terjadi pada kasus Bank
Summa, Bank Duta, dan Bagindo (Kasus Eddy Tanzil).
Struktur perbankan Indonesia telah berkembang ke arah suatu keadaan yang
. Jumlah Bank yang ada melebihi tingkat rasio kecukupan
jumlah bank per jumlah penduduk.
3
Ketika krisis ekonomi terjadi dengan penarikan besar-besaran dana
perbankan, capital flight, penurunan nilai tukar yang mempengaruhi kinerja
perusahaan swasta untuk melakukan pembayaran kredit valas, maka hantaman
gelombang krisis menimpa sektor perbankan akibat macetnya kredit, hutang valas,
dan menurunnya jumlah simpanan sehingga perbankan mengalami kesulitan
likuiditas dan penurunan kinerja hingga negatif.
Hal ini telah dikuatirkan semenjak tahun 1992 oleh Gubernur Bank
Indonesia (saat itu) Prof. Dr. Adrianus Mooy.
capital inflow yang begitu positif (saat
ini) dapat saja berubah menjadi capital outflow. Mengalirnya modal keluar
dimungkink
(Syahrir, 1995:300).
Pemerintah berusaha melakukan usaha penyehatan kembali perbankan
nasional dengan melikuidasi 16 bank umum (BBO-Bank Beku Operasi) pada
tanggal 1 November 1997 terhadap perbankan yang melanggar prinsip kehati-
hatian dan CAMEL. Ini diikuti dengan likuidasi 3 bank pada tanggal 20 Agustus
1998, dan pada tanggal 13 Maret 1999 38 Bank dilikuidasi dengan 21 antaranya di
BTO (Bank Take Over) / diambil alih pemerintah dengan kewajiban rekapitalisasi
atau merger.
Pemerintah mendirikan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN-
IBRA) yang bertugas menampung semua Bank Beku Operasi, Bank Take Over, dan
Bank yang direkapitalisasi, mengeluarkan UU Pokok Bank Indonesia yang
4
mengembalikan posisi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral, dan melakukan
program restrukturisasi perbankan nasional.
Langkah-langkah restrukturisasi yang ditempuh :
1. Memperlambat pendirian Bank baru
2. Mendorong pelaksanaan merger dan konsolidasi antar Bank bank sehat
maupun antar Bank bank sehat dengan Bank bank kurang sehat
3. Mendorong kemantapan dan peningkatan kesehatan Bank - bank melalui
pembinaan dan pengawasan termasuk penyempurnaan ketentuan
ketentuan yang berlaku.
Kebijakan pemerintah dalam merestrukturisasi BUMN - BUMN yang
belum dan tidak sehat menjadi suatu pilihan agar BUMN tersebut dapat bersaing di
dalam negeri dan di luar negeri. Salah satu restrukturisasi yang dilakukan adalah
melakukan merger empat bank pemerintah menjadi satu bank yaitu Bank Mandiri.
Harapan pemerintah dengan adanya merger tersebut adalah Bank Mandiri dapat
beroperasi sebagai intermediary financial yang mendukung kegiatan sektor riil di
Indonesia.
Hasil studi menunjukkan bahwa pertama, kinerja empat bank pemerintah
yaitu Bank Exim, Bank BDN, Bank BBD, dan Bank Bapindo sebelum merger
adalah tidak sehat. Kedua, pemerintah tidak memiliki pilihan lain dibandingkan
melikuidasi bank-bank tersebut dengan cost yang sangat besar. Disamping itu,
pemerintah menginjeksi bank hasil merger dengan obligasi pemerintah sebesar
5
Rp178 trilyun. Ketiga, kinerja Bank Mandiri setelah merger diharapkan
mempelihatkan adanya suatu perkembangan.
Akhir Februari 1998, pemerintah telah mengumumkan rencana
restrukturisasi bank pemerintah dengan cara penggabungan. Adapun bank
pemerintah yang akan digabung adalah: (1) Bank Ekspor Impor (Bank Exim), (2)
Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo), (3) Bank Bumi Daya (BBD), dan (4)
Bank Dagang Negara (BDN). Secara resmi tanggal 2 Oktober 1998 pemerintah
meresmikan penggabungan keempat bank pemerintah tersebut dengan Bank
Mandiri. Sedangkan penggabungan seluruh laporan keuangan efektif dilakukan
pada akhir Juli 1999 sekaligus mengurangi jumlah kantor cabang dan sumber daya
manusia yang ada di empat bank tersebut.
Dengan penggabungan keempat bank pemerintah tersebut diharapkan Bank
Mandiri : pertama, industri perbankan Indonesia akan menjadi lebih kuat dan stabil
apabila ditopang oleh bank-bank berskala besar. Kedua, intervensi pemerintah
terhadap bank pemerintah semakin berkurang, apabila restrukturisasi perbankan
berhasil maka besar kemungkinan Bank Mandiri akan di privatisasi dengan tujuan
memperkuat struktur permodalan, meningkatkan likuiditas dan pengembangan
usaha. Ketiga, kinerja keuangan Bank Mandiri diharapkan semakin baik
dibandingkan sebelum penggabungan. Keempat, semakin sehatnya Bank Mandiri,
maka sektor riil yang membutuhkan jasa keuangan bank tersebut akan semakin baik
dan secara makro perekonomian nasional semakin membaik di masa yang akan
datang.
6
Merger Merger is a
combination of two or more firm in which one company survives under its own
name while any others cease to exit as legal entities merger
adalah suatu keputusan untuk mengkombinasikan/menggabungkan dua atau lebih
perusahaan menjadi satu perusahaan baru. Dalam konteks bisnis, merger adalah
suatu transaksi yang menggabungkan beberapa unit ekonomi menjadi satu unit
ekonomi yang baru. Proses merger umumnya memakan waktu yang cukup lama,
karena masing-masing pihak perlu melakukan negosiasi, baik terhadap aspek-aspek
permodalan maupun aspek manajemen, sumber daya manusia serta aspek hukum
dari perusahaan yang baru tersebut. Oleh karena itu, penggabungan usaha tersebut
dilakukan secara drastis yang dikenal dengan akuisisi atau pengambilalihan suatu
perusahaan oleh perusahaan lain.
Untuk mengetahui kinerja keuangan empat bank BUMN sebelum merger
dapat diketahui dari Kinerja keuangan yang dihasilkan oleh Bank Exim, Bank
Bapindo, Bank BBD dan Bank BDN yaitu bank yang memiliki kinerja yang buruk
(tidak sehat). Bank Bapindo merupakan bank yang paling tidak sehat dibandingkan
dengan ketiga bank BUMN.
Secara umum, bank-bank BUMN ini tidak efisien dalam mengoperasikan
kegiatan perbankan. Hal ini berlanjut saat memasuki krisis ekonomi tahun 1997, ke
empat bank tersebut menunjukkan bahwa dari ke empat rasio untuk mengukur
tingkat kesehatan bank tidak satupun menunjukkan perbaikan, malah utang yang
demikian besar melebihi modal dan aktiva merupakan bank yang tidak layak
7
beroperasi. Puncaknya pada tahun 1998, kondisi keuangan di empat bank tersebut
mengalami kebangkrutan
Seperti yang telah dikemukakan, bahwa pemerintah telah mengumumkan
rencana merger empat bank pemerintah pada bulan Februari 1998. Namun
pelaksanaannya secara hukum baru terjadi pada bulan Oktober 1998 dengan nama
Bank Mandiri. Proses konsolidasi seluruh aspek seperti keuangan, jumlah kantor
cabang yang dibutuhkan dan jumlah sumber daya manusia yang akan digunakan
secara efektif selesai akhir Juli 1999.
Rumusan Merger atau Konsolidasi menurut UU No. 10/1998 pasal 1 ayat
25-26 : Merger adalah penggabungan dari dua bank atau lebih, dengan cara tetap
mempertahankan berdirinya salah satu bank dan membubarkan bank-bank tersebut
dengan atau tanpa likuidasi. Konsolidasi adalah penggabungan dari dua bank atau
lebih dengan cara mendirikan bank baru dan membubarkan bank-bank tersebut
dengan atau tanpa likuidasi.
Penggabungan usaha melalui merger dan konsolidasi diyakini akan
menghasilkan suatu sinergi baik secara financial maupun operasional yang berupa
peningkatan modal, transfer teknologi, pangsa pasar yang lebih luas, efisiensi yang
lebih tinggi, dan penggunaan sumber daya manusia yang lebih tinggi. Dengan
indikator yang mencerminkan keberhasilan suatu penggabungan usaha adalah dari
tingkat kinerja atau tingkat kesehatan bank.
Penggabungan usaha yang dilakukan di tengah ancaman menurunnya
tingkat kesehatan bank secara terus menerus akibat berkurangnya kecukupan
8
modal, kredit macet yang tak mungkin tertagih dan negative spread, merupakan
usaha untuk tetap bertahan di masa ekonomi Indonesia masih dilanda krisis
berkepanjangan.
Hal diatas ini yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian
terhadap kinerja keuangan perusahaan, yang melakukan restrukturisasi dengan
penggabungan usaha atau merger dengan judul
Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Melakukan Merger (Studi Kasus
1.2 Identifikasi Masalah
Sesuai dengan apa yang telah dikemukakan dalam latar belakang penelitian,
maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana perkembangan kinerja keuangan perusahaan PT. Bank Mandiri
Tbk sebelum melakukan merger ?
2. Bagaimana perkembangan kinerja keuangan perusahaan PT. Bank Mandiri
Tbk sesudah melakukan merger ?
3. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan PT. Bank Mandiri
Tbk sebelum dan sesudah melakukan merger ?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi tentang
pengaruh merger yang dilakukan perbankan terhadap kinerja perusahaan. Data dan
9
informasi tersebut digunakan untuk bahan analisia bagi penyusunan karya ilmiah
dalam bentuk skripsi.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui Bagaimana perkembangan kinerja keuangan perusahaan
PT. Bank Mandiri Tbk sebelum melakukan merger
2. Untuk mengetahui Bagaimana perkembangan kinerja keuangan perusahaan
PT. Bank Mandiri Tbk sesudah melakukan merger.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan
PT. Bank Mandiri Tbk sebelum dan sesudah melakukan merger
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang
ada kaitannya dengan penelitian ini, antara lain :
1. Penulis
Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang manajemen
keuangan, mengenai merger dan dampaknya terhadap kinerja perusahaan.
2. Perusahaan
Sebagai masukan bagi perusahaan dalam menilai hasil kebijakan
perusahaan serta sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan perusahaan pada masa mendatang.
10
3. Peneliti lain.
Sebagai sumbangan pemikiran terhadap masyarakat dalam penelitian yang
berkaitan dengan perbankan.
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
1.5.1 Kerangka Pemikiran
Nilai Kesehatan Bank oleh Bank Indonesia dijadikan sistem penilaian
kinerja bank umum di Indonesia, ini sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia
No. 30/2/UPBB Tanggal 30 April 1997 Tentang Tata Cara Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum.
Pada sistem penilaian ini, ada tiga faktor kualitatif yang dinilai, yaitu :
1. CAMEL (Capital, Assets quality, Management, Earning, Liquidity)
2. Kesungguhan dalam menunjang program pemerintah, yaitu KUK, KE,
BMPK, PDN.
3. Pertimbangan Bank Indonesia berdasarkan prinsip kehati-hatian, terutama
mencegah timbulnya resiko.
Dalam pendekatan faktor kualitatif CAMEL, Bank Indonesia menetapkan
pembobotan penilaian setiap komponennya.
11
Tabel 1.2 Pembobotan Penilaian CAMEL
No Komponen Bobot Keterangan 1 Capital (Permodalan) 25% - 2 Assets Quality
(Kualitas Aktiva Produktif) 30% -
3 Management (Manajemen) 25% - 4 Earning (Rentabilitas) 5%
5% Untuk ROA Untuk ER
5 Liquidity (Likuiditas) 5% 5%
Untuk LDR Untuk Net Call Money Ratio
Sumber : Bank Indonesia.
Ketentuan tentang kesehatan Bank tersebut dimaksudkan untuk mendapat
digunakan sebagai :
1. Tolok ukur bagi manajemen Bank untuk menilai apakah pengelolaan Bank
telah dilakukan sesuai dengan ketentuan perbankan yang berlaku.
2. Tolok ukur untuk pembinaan dan pengembangan bank secara individu
maupun industri bank secara keseluruhan.
Meskipun tingkat kesehatan Bank dapat dinilai dari berbagai aspek, namun
secara kuantitatif hanya pendekatan CAMEL dari 3 aspek saja yang dapat dinilai,
yaitu Capital (modal), Earnings (Rentabilitas) dan Liquidity (Likuiditas),
sedangkan aspek yang ketiga pada tabel diatas yaitu aspek Management
(Manajemen) dapat terkoordinir/terwakili oleh ketiga aspek yaitu Capital (modal),
Earnings (Rentabilitas) dan Liquidity (Likuiditas) yang sudah dapat menjelaskan
sejauhmana tingkat kesehatan bank jika dilihat dari aspek manajemen. Ketiga aspek
ini merupakan indikator yang diperoleh dari Laporan Keuangan Perbankan secara
triwulan ataupun tahunan yang diumumkan di media cetak dan dapat diperoleh
12
masyarakat umum. Dari ketiga aspek ini, maka ada empat rasio yang dianalisis
dengan total presentasi bobot penilaian Bank Indonesia sebesar 40%.
1. Analisis Capital (Modal)
%100xTotalATMRModalBankCAR
2. Analisis Earning (Rentabilitas)
%100xTotalAsset
mpajakLabasebeluROA
%100tan
xOperasiPendapa
siBebanOperaER
3. Analisis Liquidity (Likuiditas)
%100xnanTotalSimpa
ikantyangDiberTotalKrediLDR
Sementara aspek lainnya seperti assets quality, manajemen, dan net call
money ratio tidak terdapat dalam laporan keuangan yang diumumkan tersebut.
Penilaiannya menggunakan standar tersendiri yang ditetapkan oleh Bank Indonesia,
seperti penilaian manajemen dari perbankan, saat ini fit and proper test berupa
daftar pertanyaan merupakan langkah penilaian umum untuk penempatan Dewan
Direktur dan Komisaris bank. Sebagai penilaian kualitatif hal ini diukur secara
kuantitas.
Penggabungan usaha di masa krisis ekonomi berkepanjangan dan
pengetatan kembali terhadap peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah
13
berkaitan dengan industri perbankan, bertujuan agar Bank Hasil Penggabungan
dapat melakukan pengurangan biaya operasional dan menjadi bank inti.
Dengan manfaat yang ingin dicapai adalah :
1. Memperkokoh struktur permodalan
2. Memperluas portofolio produk dan jasa yang ditawarkan serta pasar yang
dilayani sehingga timbul sumber pendapatan baru.
Penggabungan modal usaha dari bank-bank tersebut menjadi satu modal
yang lebih besar, sehingga bank hasil penggabungan akan memiliki struktur
permodalan yang lebih kokoh dan potensi pertumbuhan yang lebih baik dengan
tetap memiliki kemampuan untuk menjaga tingkat Rasio Kecukupan Modal
(Capital Adequty Ratio- CAR) sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia dan
ketentuan-ketentuan lain.
Penggabungan usaha juga memiliki resiko sebagai berikut :
1. Biaya yang tinggi dalam jangka pendek setelah penggabungan, akibat
pengintegrasian sistem teknologi dan operasional secara bertahap, duplikasi
aktivitas dan kelebihan asset yang tidak dibutuhkan seperti kantor cabang
dan pembantu sehingga meningkatkan biaya operasional.
2. Permasalahan yang ditimbulkan oleh kondisi ekonomi dan politik
3. Tidak tercapainya sinergi yang diharapkan karena satu dan lain hal,
diantaranya akibat negatif dari beralihnya kewajiban-kewajiban Bank-bank
yang menggabungkan diri.
14
Hasil yang ingin dicapai sesuai dengan peraturan Bank Indonesia yang
mengisyaratkan bahwa bank-bank yang melakukan penggabungan usaha untuk
menghasilkan Bank Hasil Penggabungan yang berpredikat minimal cukup sehat,
sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia, No. 21/15/BPPP/1989 tanggal 25
Maret 1989 :
usaha menjadi kurang sehat atau tidak sehat dan dalam waktu 9 bulan tidak dapat ditingkatkan kembali menjadi cukup sehat sekurang-kurangnya 3 bulan terakhir berturut-turut, maka izin usaha bank yang bersangkutan dapat dicabut oleh Menteri Keuangan dengan mendengarkan pertimbangan Bank
15
Gambar 1.1 Skema Kerangka Pemikiran
Hipotesis : diteliti
: tidak ditelit
Laporan Keuangan Bank Deregulasi Perbankan Paket 83-93
Tingkat Kesehatan Bank Prinsip Prudent Banking Siytem
CAMEL & KUK, KE, BMPK, PDN
Kondisi Perbankan 83-93
Kinerja PT. Bank
Mandiri Tbk (Modal,
Rentabilitas, Likuiditas) Sebelum Merger
Kinerja PT. Bank
Mandiri Tbk (Modal,
Rentabilitas,Likuiditas)
Sesudah Merger
Restrukturisasi Perbankan Nasional
Sinergi Bank
16
1.5.2 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka diajukan hipotesis
Terdapat perbedaan antara kinerja keuangan perusahaan PT. Bank Mandiri
Tbk sebelum dan sesudah Merger, yang dihitung dari faktor-faktor Capital
(Modal), Earning (Rentabilitas) dan Liquidity
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bank
2.1.1 Pengertian Bank
Pengertian Bank menurut Pasal 1 Undang-undang No. 10 Tahun 1998
tentang Perubahan Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah :
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
Sedangkan pengertian Perbankan dalam Undang-undang tersebut adalah :
kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
Beberapa definisi Bank dari sumber lainnya adalah :
1.
perantara keuangan (financial intermediate), yang menyalurkan dana dari
pihak yang berlebihan dana (idle fund surplus unit) kepada pihak yang
membutuhkan dan atau kekurangan dana (deficit unit) pada waktu yang
2.
1996:1)
18
3. Bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai
macam jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang,
pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan
benda-benda berharga, membiayai perusahaan-perusahaan, dan lain-
(A. Abdurrachman, Ensiklopedia Ekonomi Keuangan dan Perdagangan)
2.1.2 Jenis Bank
Jenis atau bentuk bank bermacam-macam tergantung pada cara
penggolongannya. Penggolongan dapat dilakukan berdasarkan hal hal berikut :
1. Formalitas berdasarkan undang-undang :
Berdasarkan Pasal 5 Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan
UU No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, terdapat dua jenis bank, yaitu :
a. Bank umum, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvesional atau berdasarkan prinsip Syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
b. Bank perkreditan rakyat, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvesional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Dengan catatan bahwa bank umum dapat secara mengkhususkan diri untuk
melaksanakan kegiatan tertentu atau memberikan perhatian lebih besar
kepada kegiatan tertentu.
19
2. Kepemilikannya
Jenis bank berdasarkan kepemilikannya, yaitu :
a. Bank milik negara (Badan Usaha Milik Negara atau BUMN)
b. Bank milik pemerintah daerah (Badan Usaha Milik Daerah atau BUMD)
c. Bank milik swasta campuran (nasional dan asing)
d. Bank milik swasta nasional
e. Bank milik asing (cabang atau perwakilan)
3. Penekanan kegiatan usahanya
Jenis bank berdasarkan penekanan kegiatan usahanya, yaitu :
a. Bank retail (Retail banks)
b. Bank korporasi (Corporate banks)
c. Bank komersial (Commercial banks)
d. Bank pedesaan (Rural banks)
e. Bank pembangunan (Development banks)
f. dan lain-lain.
4. Pembayaran bunga atau pembagian hasil usaha
Jenis bank berdasarkan pembayaran bunga atau pembagian hasil usaha,
yaitu :
a. Bank konvensional
b. Bank berdasarkan prinsip syariah
20
2.1.3 Lapangan Usaha Bank
Pengertian bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalan
bentuk kredit dan/ atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak.
Sesuai dengan pengertian diatas, maka lapangan usaha bank meliputi
produk- produk dan jasa perbankan :
1. Produk-produk Bank
a. Produk Bank pada Sisi Pasiva
Produk bank pada sisi pasiva adalah pengerahan dana. Dana-dana
yang termasuk produk bank sisi pasiva diantaranya : giro, tabungan,
deposito berjangka, deposito on call, dan sertifikat deposito.
b. Produk Bank pada sisi Aktiva
Produk bank sisi aktiva adalah perkreditan. Kredit-kredit yang
termasuk produk bank pada sisi aktiva diantaranya : kredit modal
kerja, kredit investasi, credit off dan on shore, credit cash collateral,
kredit profesi, kredit konsumsi, kredit sindikasi, dan kredit-kredit
program.
2. Jasa Perbankan
a. Jasa perbankan dalam negeri
Hal hal yang mencakup jasa perbankan dalam negeri adalah :
kiriman uang dalam negeri, delegasi kredit, inkaso, bank garansi,
21
surat keterangan bank, safe deposit box (SDB) Letter of Credit
dalam negeri, Automated Teller Machine (ATM), kartu bank, dan
fasilitas on line.
b. Jasa perbankan luar negeri
Hal hal yang tercakup dalam jasa perbankan luar negeri adalah :
transfer luar negeri, bank draft, collections, garansi bank, dan
Travelar cheks (TC).
c. Kegiatan dan jasa Perbankan lainnya.
Selain yang telah disebutkan diatas, bank mempunyai kegiatan lain
di bidang jasa perbankan diantaranya : kegiatan pasar uang (money
market), kegiatan foreign exchange, kegiatan pasar modal (capital
market), layanan custody (custodian service), dan kartu kredit
(credit card gold card).
2.1.4 Dana Bank
Bagi sebuah bank sebagai suatu lembaga keuangan, dana merupakan darah
dalam tubuh badan usaha dan persoalan paling utama. Tanpa dana, bank tidak dapat
berbuat apa-apa dan tidak berfungsi sama sekali. Dana bank adalah uang tunai yang
dimiliki bank atau dana lancar yang dikuasai bank dan setiap waktu dapat
diuangkan.
Uang tunai yang dimiliki bank tidak hanya berasal dari modal bank itu
sendiri, tetapi juga berasal dari pihak lain yang dititipkan atau dipercayakan pada
22
bank yang sewaktu-waktu akan diambil kembali, baik sekaligus maupun secara
berangsur-angsur.
Dana-dana bank yang digunakan sebagai alat operasional suatu bank
bersumber-dari dana sebagai berikut :
1. Dana pihak kesatu, adalah dana dari modal sendiri yang berasal dari para
pemegang saham.
2. Dana pihak kedua, adalah dana pinjaman dari pihak luar.
3. Dana pihak ketiga, adalah dana berupa simpanan dari pihak masyarakat.
Dana dari masyarakat ini beberapa jenis, yaitu giro, deposito, dan tabungan.
2.1.5 Modal Bank
Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, modal bank yang didirikan dan
berkantor pusat di Indonesia terdiri atas modal inti atau primary capital dan modal
pelengkap atau secondary capital.
1. Modal Inti
Komponen modal inti pada prinsipnya terdiri atas modal disetor dan
cadangan cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak, meliputi :
modal disetor, agio saham, cadangan umum, cadangan tujuan, laba ditahan,
laba tahun lalu, laba tahun berjalan, dan bagian kekayaan bersih anak
perusahaan yang laporan keuangannya dikonsolidasikan.
23
2. Modal Pelengkap
Modal pelengkap terdiri atas cadangan-cadangan yang tidak dibentuk dari
laba setelah pajak dan pinjaman yang sifatnya dapat dipersamakan dengan
modal. Modal pelengkap ini meliputi : cadangan revaluasi aktiva tetap,
cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan, modal kuasi, dan
pinjaman subordinasi.
Ketentuan tentang modal minimum bank umum yang berlaku di Indonesia
mengikuti standar Bank For International Settlements (BIS). Sejalan dengan
standar tersebut, dalam kerangkan paket deregulasi tanggal 29 Februari 1991
Bank Indonesia mewajibkan setiap bank umum menyediakan modal
minimum sebesar 8% dari total aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR).
Persentase kebutuhan modal minimum yang diwajibkan menurut BIS ini
disebut capital adecuacy ratio (CAR). Dengan demikian CAR minimum bank
umum di Indonesia adalah sebesar 8 %.
Perhitungan penyediaan modal minimum atau kecukupan modal bank
(capital adequacy) berdasarkan kepada rasio atau perbandingan antara modal yang
dimiliki bank dan jumlah aktiva tertimbang menurut resiko (AMTR). ATMR
merupakan penjumlahan ATMR aktiva neraca (aktiva yang tercantum dalam
neraca) dan ATMR aktiva administratif (aktiva yang bersifat administratif).
Langkah-langkah perhitungan penyediaan modal minimum bank adalah
sebagai berikut :
24
1. ATMR aktiva neraca di hitung dengan cara mengalikan nilai nominal
masing-masing aktiva yang bersangkutan dengan bobot resiko dari masing-
masing pos aktiva neraca tersebut.
2. ATMR aktiva administratif dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal
rekening administratif yang bersangkutan dengan bobot resiko dari masing-
masing pos rekening tersebut.
3. Total ATMR = ATMR aktiva neraca + ATMR aktiva administratif
4. Rasio modal bank dihitung dengan cara membandingkan antara modal bank
(modal inti + modal pelengkap) dan total ATMR Rasio tersebut dapat
sebagai berikut :
%100xTotalATMRModalBankCAR
5. Hasil perhitungan rasio diatas, kemudian dibandingkan dengan kewajiban
penyertaan modal minimum. Berdasarkan hasil perbandingan tersebut,
dapatlah diketahui apakah bank yang bersangkutan telah memenuhi
ketentuan CAR (kecukupan modal) atau tidak.
Semasa kritis moneter berlangsung, Bank Indonesia berdasarkan SK Direksi
Bank Indonesia No.31/146/KEP/DIR tanggal 12 November 1998, menurunkan
kewajiban penyediaan modal minimum bank umum menjadi sebesar 4%. Ini untuk
mengantisipasi terhadap bank-bank yang masuk ke dalam program rekapitalisasi
perbankan dalam memenuhi kecukupan modalnya. Namun selambat-lambatnya
25
tanggal 31 Desember 2001, ketentuan bank umum wajib menyediakan modal
minimum kembali menjadi sebesar 8%.
2.1.6 Rentabilitas Bank
Analisis Rasio Rentabilitas adalah alat untuk menganalisis atau mengukur
tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dapat dicapai oleh bank yang
bersangkutan. Selain itu, rasio rasio dalam kategori ini dapat pula dipergunakan
untuk mengukur tingkat kesehatan bank.
Dalam perhitungan rasio-rasio rentabilitas ini biasanya dicari hubungan
timbul balik antar pos yang terdapat pada laporan laba rugi ataupun hubungan
timbal balik antar pos yang terdapat pada laporan laba rugi bank dengan pos-pos
pada neraca bank guna memperoleh berbagai indikasi yang bermanfaat dalam
mengukur tingkat efisiensi dan profitabilitas bank yang bersangkutan.
Analisis rasio rentabilitas yang digunakan dalam pembobotan penilaian
CAMEL untuk menilai kinerja bank adalah :
1. Return of Assets (ROA)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank umum
memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA
suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank
tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan
asset. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
26
%100xTotalAsset
mpajakLabasebeluROA
Dalam rangka mengukur tingkat kesehatan bank terdapat perbedaan kecil
antara ROA berdasarkan teoritis dan cara menghitung berdasarkan
ketentuan Bank Indonesia. Secara teoritis, laba yang diperhitungkan adalah
laba setelah pajak, sedangkan dalam sistem CAMEL laba yang
diperhitungkan adalah laba sebelum pajak.
2. Rasio Biaya (Beban) Operasional (ER)
Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dan
pendapatan operasional. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
%100tan
xOperasiPendapa
siBebanOperaER
Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan
utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun
dan menyalurkan dana (misalnya dana masyarakat), maka biaya dan pendapatan
operasional bank di dominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga.
2.1.7 Likuidasi Bank
Analisis rasio likuidasi adalah analisis yang dilakukan terhadap kemampuan
bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban
yang sudah jatuh tempo.
27
Rasio yang dipakai dalam pembobotan penilaian CAMEL untuk menilai
kinerja bank adalah Load to Deposit Ratio (LDR). LDR adalah antara seluruh
jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini
menunjukan salah satu penilaian likuiditas bank dan dapat dirumuskan sebagai
berikut:
%100xnanTotalSimpa
ikantyangDiberTotalKrediLDR
Load to Deposit Ratio tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank
dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata
lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi
kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik
kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit.
Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya
kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah
dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar.
Dalam tata cara penilaian tingkat kesehatan bank, Bank Indonesia
menetapkan sebagai berikut:
a. Untuk rasio LDR sebesar 115% atau lebih diberi nilai kredit 0, artinya
likuidasi bank tersebut dinilai tidak sehat.
b. Untuk rasio LDR di bawah 115%, diberi nilai kredit 100, artinya likuiditas
bank tersebut dinilai sehat.
28
Rasio ini juga merupakan indikator kerawanan dan kemampuan dari suatu
bank. Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari loan to
deposit ratio suatu bank adalah sekitar 80%. Namun batas toleransi berkisar antara
85% dan 100% (Lukman Dendawijaya, 2001:119).
2.2 Merger
2.2.1 Pengertian Merger
Dalam praktek bisnis sering terjadi kesalahpahaman dalam persepsi
mengenai merger. Pengertian merger sering dicampuradukan dengan akuisisi yang
dalam kenyataannya bahwa kedua istilah tersebut mengandung pengertian yang
berbeda. Kombinasi lain dari merger adalah konsolidasi, dengan pengertian untuk
ketiganya adalah sebagai berikut :
1. Merger
Adalah suatu penggabungan perseroan, dimana sebuah perseroan
mengambil alih satu atau lebih perseroan yang lain. Setelah terjadi
pengambilalihan tersebut, maka perseroan yang diambil alih dibubarkan
atau dilikuidasi sehingga aksistensinya sebagai badan hukum lenyap.
Dengan demikian kegiatan usahanya dilanjutkan oleh perseroan yang
mengambil alih.
2. Konsolidasi
Merupakan penggabungan dua atau lebih perseroan menjadi satu perseroan
baru. Setelah proses penggabungan dan terbentuk perseroan baru, perseroan
29
lama membubarkan diri. Dengan demikian perseroan baru akan
melaksanakan kegiatan perseroan lama tersebut.
3. Akusisi
Investment in Subsidiary Company
disebut sebagai investasi penanaman modal pada anak perusahaan. Akuisisi adalah
penguasaan sebagian saham dari perusahaan subsidiary dalam jumlah material
(lebih dari 50%). Pemilikan sejumlah lebih 50% saham hak suara tersebut akan
mengakibatkan perusahaan pembeli mengendalikan perusahaan yang dibeli.
Dari pengertian di atas, dapat dilihat bahwa pengertian merger dan
konsolidasi mengacu kepada ide pokok penggabungan usaha. Sedangkan
pengertian akuisisi lebih mengacu kepada cara pelaksanaan ide pokok
penggabungan usaha tersebut. Dengan demikian akuisisi dapat mengambil bentuk
suatu merger atau konsolidasi berdasarkan dan sesuai dengan peraturan undang
undang .
2.2.2 Jenis-jenis Merger
Menurut John D. Finnery merger
dalam empat kelompok : Horizontal, Vertikal, Congeneric
Penjelasan dari jenis-jenis merger tersebut adalah :
1. Horizontal
Merger horizontal terjadi bila suatu perusahaan bergabung dengan
perusahaan lain dalam garis bisnis yang sama. Misalnya merger antara satu
30
perusahaan manufaktur dengan perusahaan sejenis. Merger perbankan
termasuk jenis ini.
2. Vertikal
Merger vertikal terjadi bila suatu perusahaan manufaktur bergabung dengan
perusahaan penyedia bahan bakunya (Supplier), atau bergabung dengan
perusahaan ditribusi produknya.
3. Congeneric
Merger congeneric terjadi bila perusahaan yang sekelas bergabung namun
tidak menghasilkan produk yang sama (horizontal) atau tidak menimbulkan
hubungan hulu-hilir (vertikal).
4. Konglomerasi
Merger konglomerasi terjadi bila perusahaan besar dengan banyak anak
perusahaan bergabung dengan suatu konglomerasi lainnya, biasanya tujuan
utamanya adalah memperbesar pasar dan mengukuhkan sebagai pemain
utama di suatu bidang industri.
2.2.3 Tujuan Merger
Alasan di belakang terjadinya merger :
1. Sinergi
2. Penghematan pajak
3. Membeli asset yang lebih murah dibanding biaya pergantian asset
4. Diversifikasi
31
5. Insentif Manajer Perorangan
6. Memecah Nilai
Mengapa perusahaan melakukan merger:
1. Mengeksploitasi sinergi
2. Meningkatkan bagian pasar
3. Melindungi pasar
4. Mengakuisisi produk
5. Memperkuat bisnis utama
6. Menetapkan batu tumpuan (foothold) di luar negeri
7. Mencapai ukuran kritikal mass-competitive
Laba investasi yang baik dapat dicapai oleh kebanyakan perusahaan setelah
sebuah merger dan akuisisi yang terkonsep dengan baik dijalankan. Perusahaan
yang rasional jarang sekali melakukan demi hal ini. Mereka mengharapkan laba,
dan seandainya proses tersebut direncanakan secara sungguh-sungguh serta
dikelola secara profesional, banyak keuntungan yang bisa diwujudkan.
Sukses perusahaan sukar diidentifikasikan dengan jelas. Namun, suatu
perusahaan yang dibentuk dengan merger
perusahaan tersebut setelah beberapa waktu berfungsi sebagai suatu lembaga yang
stabil, memberikan keuntungan dan dapat diidentifikasikan dengan jelas.
32
2.2.4 Sinergi
Sinergi adalah mencapai sesuatu yang lebih besar dengan sumber daya yang
sama, atau mencapai hasil yang sama dari sumber daya yang lebih kecil. Selisih
antara nilai perusahaan gabungan dengan jumlah nilai perusahaan yang beroperasi
secara sendiri-sendiri adalah merupakan sinergi dari penggabungan usaha.
Menurut Ann McDonagh (1994:5) sinergi merupakan motivasi yang paling
yang diperoleh karena usaha bersama dari bagian-
Selanjutnya Ann McDonagh (1994:6) lagi,
longgar dan menggunakan nya dengan bebas, kadang-kadang untuk membenarkan alasan yang paling aneh. Sinergi bisa menjadi gagasan yang tidak masuk akal, dengan sedikit keuntungan yang bisa diraih. Perusahaan yang puas tetap memandang sinergi yang ada dengan
Sementara penjelasan selanjutnya tentang sinergi menurut Brigham (1994:157) :
merger/konsolidasis is to increase the value of the combined enterprice/ if company A and B merge ro form company C, and synergy is said to exist. Such a merger
Secara umum efek sinergi dapat timbul dari empat hal :
1. Ekonomi operasi, yang ditimbulkan dari meningkatnya skala ekonomis pada
bidang manajemen, pemasaran, produksi atau distribusi.
2. Ekonomis keuangan, meliputi berkurangnya biaya transaksi dan
meningkatnya wilayah cakupan dengan analisa keuangan yang lebih aman.
33
3. Efisiensi differensial, bila perusahaan manajemen salah satu perusahaan
kurang efisien, peningkatan asset setelah merger akan membantu
meningkatkan produktivitas.
4. Meningkatnya kekuatan pasar, dan berkurangnya kompetitor
2.3 Merger Perbankan
2.3.1 Pengertian Merger Perbankan
Dalam Undang undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, hanya
dikenal istilah Peleburan dan Penggabungan Usaha, dan tidak terdapat istilah
Akuisisi atau pengambilan anak perusahaan.
Peleburan Usaha (konsolidasi) adalah suatu penggabungan dari dua bank
atau lebih dengan cara mendirikan bank baru dan melikuidasi bank-bank yang ada.
Penggabungan Usaha (merger) adalah penggabungan dari dua bank atau
lebih dengan cara tetap mempertahankan berdirinya salah satu bank dan
melikuidasi bank-bank lainnya. Penggabungan usaha tersebut dapat dilakukan
dengan pembelian seluruh saham suatu bank oleh bank lainnya, atau dengan
mengadakan persetujuan penggabungan usaha antara dua bank atau lebih.
Penggabungan usaha dapat berkenaan dengan :
1. Jumlah modal
Melalui penggabungan usaha, jumlah modal akan menjadi bertambah besar
dan selanjutnya akan mempermudah penarikan dana dari masyarakat guna
pengembangan bank tersebut.
34
2. Sifat bank
Bank yang besar umumnya lebih mudah menarik kepercayaan masyarakat
dari pada bank yang kecil. Sehingga setelah penggabungan, bank tersebut
lebih mudah penyerapan dana dari masyaratkat.
3. Ruang lingkup
Bank hasil penggabungan diharapkan memiliki ruang lingkup daerah
operasi bank yang lebih luas.
4. Nilai saham
Dengan penggabungan dan peleburan usaha, diharapkan nilai saham bank
yang baru akan menjadi lebih tinggi. Kenaikan likuiditas dari hasil bank
yang terbentuk diharapkan memungkinkan bank itu untuk menarik persero-
persero baru dalam rangka menambah modal sendiri.
5. Tujuan
Bank bank umumnya dapat memberikan pelayanan yang lebih baik, lebih
beraneka ragam, dan lebih cepat.
2.3.2 Tujuan Merger Perbankan
Terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh dilaksanakannya merger
perbankan :
1. Pengendalian Krisis
Tujuan yang akan dicapai dalam pengendalian krisis adalah merubah marjin
bunga negatif menjadi marjin bunga positif. Bila bank hasil merger tidak
35
dapat merubah marjin suku bunga yang negatif, kelangsungan bank merger
secara finansial tidak dapat terjamin. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut,
prioritas utama manajemen adalah merubah komposisi dan jumlah aktiva
dan pasiva sehingga dapat memperbaiki marjin pendapatan dari negatif
menjadi positif.
2. Restrukturisasi Organisasi
Rasionalisasi atas struktur organisasi Bank hasil merger yang dimulai dari
jaringan kerja seperti kantor cabang, kantor cabang pembantu, kantor kas
dan ATM.
3. Memperkuat Sistem Pendukung
Aspek penting yang dibutuhkan adalah meningkatkan kemampuan
(upgrade) teknologi informasi bank hasil merger dan restrukturisasi di
semua sisi informasi teknologinya.
4. Pengurangan Biaya Operasional
Penting untuk menjaga ratio biaya pengeluaran operasional agar tidak
menjadi besar, jika dibandingkan komposisi aktiva lancar lainnya.
5. Fungsi Bank Inti
Bank inti atau core bank sebagai bank hasil penggabungan usaha.
2.3.3 Hambatan Merger Perbankan
Dalam melaksanakan penggabungan usaha (merger) ini dialami beberapa
hambatan diantaranya :
36
1. Hambatan dilakukannya merger perbankan akibat modal yang relatif kecil,
manajemen yang kurang terarah dan administrasi yang kurang teratur.
2. Setelah merger, Direksi dari masing-masing Bank yang bergabung
membawa cara kerja dan kebijakan lama, sehingga timbul persaingan
internal yang menyulitkan untuk membentuk suatu kerja sama dan saling
pengertian.
3. Dalam pratek, direksi dari bank lama membawa sifat membela kepentingan
nasabah istimewa/ besar sebelum bergabung, dengan memberikan fasilitas-
fasilitas istimewa, sehingga menimbulkan masalah baru dan pertentangan
antar direksi.
4. Penyesuaian antara pengelolaan dan administratif dari bank bank yang
bergabung ternyata tidak mudah, terutama di bidang sistem informasi
perbankan dan data nasabah yang menggunakan sistem informasi yang
berbeda. Integrasi ini kadang membutuhkan waktu yang berbulan bulan
dan menimbulkan ketidaknyamanan di sisi nasabah.
5. Masalah memilih mitra menjadi hambatan, antara bank yang lebih besar,
sama besar atau lebih kecil. Demikian juga karena sifat dan sasaran kerja
bank yang berbeda-beda dalam meraih nasabah debet maupun kreditnya.
2.3.4 Mekanisme Merger Perbankan
Mekanisme yang harus dilakukan dalam melakukan penggabungan usaha
(merger) perbankan adalah :
37
1. Tahap Persiapan
Pembentukan panitia/ tim peleburan usaha
Penelitian neraca anggaran masing masing bank, pemilik dan
saham-sahamnya.
2. Persiapan Lanjutan
Membuat Perjanjian pengikatan penggabungan usaha
Menetapkan modal dan pembagian saham serta ganti rugi bagi
pemegang saham
Penetapan tata cara pengalihan nasabah dan debitur
3. Rapat Pemegang saham dan pelaksana
Masing-masing bank yang digabungkan mengadakan rapat
pemegang salam, berdasarkan anggaran dasarnya.
Memberi kuasa kepada direksi untuk menandatangani
penggabungan
Mengadakan likuiditas sesuai dengan anggaran dasar
Mengajukan permohonan pada Menteri Keuangan dan Bank
Indonesia
4. Tahap Pelaksanaan Akhir
Pemberitahuan kepada nasabah debet dan kredit masing-masing
bank
Opening Balance
pembukuannya
38
Serah terima hak, kewajiban dan kekayaan masing-masing bank
kepada pembukuannya
Memberitahukan kepada Departemen Kehakiman tentang
penggabungan ini dan mendaftarkan likuidasi di pengadilan negeri.
2.3.5 Peraturan peraturan tentang Merger Perbankan
Peraturan peraturan yang melandasi penggabungan usaha (merger) adalah
sebagai berikut :
1. Ketentuan Perseroan Terbatas
Undang undang No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas
PP No. 27 tahun 1998 tanggal 24 Februari 1998 tentang
Penggabungan Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas
2. Ketentuan Perbankan
Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tanggal 25 Maret 1992,
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 10 Tahun
1998 tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/KEP/DIR tanggal
14 Mei 1999 tentang Persyaratan dan Tata Cara Merger, Konsolidasi
dan Akuisisi Bank Umum
3. Ketentuan Pasar Modal (untuk bank yang telah go publik)
Undang-undang No. 8 tahun 1995 tanggal 10 November 1995
tentang Pasar Modal
39
4. Anggaran Dasar di Masing-masing Bank Peserta Penggabungan
2.3.6 Merger Perbankan Menghasilkan Sinergi
Sekalipun diyakini akan menghasilkan sinergi, akan tetapi merger dan
konsolidasi jarang dilakukan di kalangan perbankan dan otoritas moneter tidak
dapat memaksakan merger dan konsolidasi kepada bank-bank karena adanya
prinsip Prudential Banking yang menuntun bank-bank agar lebih mandiri dan hati-
hati dalam menumbuhkembangkan banknya. Dengan demikian yang dapat
dilakukan oleh Bank Indonesia hanyalah yang sifatnya persuasif dan himbauan agar
dilakukan merger dan konsolidasi.
Namun, disaat terjadinya krisis ekonomi perbankan, bank-bank yang masuk
ke dalam Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) harus turut serta dalam
program penyehatan diantaranya melakukan merger untuk meningkatkan kesehatan
bank dan memperkuat posisinya.
2.4 Laporan Keuangan Bank
2.4.1 Laporan Keuangan
Kinerja dari suatu perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan suatu
perusahaan. Dari laporan keuangan itu dapat diketahui keadaan finansial dari hasil
hasilnya yang telah dicapai selama periode tertentu.
Financial Statement) memberikan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan, dimana neraca (balance sheet) mencerminkan nilai aktiva, hutang dan modal sendiri pada suatu saat
40
tertentu, dan laporan rugi laba (income statement) mencerminkan hasil-hasil
Sedangkan menurut Chairul Marom (2001:2) adalah :
mempertanggungjawabkan (stewardship) penggunaan sumber daya dan
Secara umum, laporan ini menyediakan informasi tentang posisi keuangan
pada saat tertentu, kinerja dan arus kas dalam suatu periode yang ditujukan bagi
penggunaan laporan di luar perusahaan untuk menilai dan mengambil keputusan
yang bersangkutan dengan perusahaan. Sebagai sumber informasi, laporan
keuangan harus disajikan secara wajar, transparan, mudah dipahami, dan dapat
diperbandingkan dengan tahun sebelumnya ataupun antar perusahaan sejenis.
2.4.2 Kualitas Laporan Keuangan
Kualitas laporan keuangan sangat menentukan apakah informasi yang
terkandung di dalamnya lebih berdaya guna bagi pemakai laporan keuangan. Untuk
itu, laporan keuangan yang disajikan harus memenuhi persyaratan umum dan
kualitatif sebagaimana telah disajikan dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) dan peraturan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) nomor
VIII G.7 untuk emiten dan perusahaan publik.
Kualitas laporan keuangan meliputi :
1. Dapat dipahami
41
Laporan keuangan yang disajikan dalam bahasa berbeda harus memuat
informasi yang sama.
2. Periode Pelaporan
Tahun buku perusahaan mencakup periode satu tahun. Apabila ada hal yang
luar biasa dan tahun buku perusahaan berubah, maka perusahaan harus
mengungkapkan alasan dan fakta dalam jumlah komparatif.
3. Dapat dibandingkan
Laporan keuangan harus dapat dibandingkan antar periode untuk
menggambarkan perkembangan perusahan dan antar persahaan untuk
melakukan evaluasi atas posisi keuangan, kinerja serta perubahan ekuitas
secara relatif.
4. Konsistensi Penyajian
Penyajian dan klasifikasi dalam laporan keuangan antar periode harus
konsisten, kecuali terjadinya perubahan yang signifikan terhadap sifat
operasi perusahaan atau perubahan penyajian yang akan menghasilkan
penyajian yang lebih cepat atas suatu transaksi atau peristiwa.
5. Keandalan
Andal berarti bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan secara
material, disajikan secara jujur dan wajar.
42
6. Relevan
Relevan berarti dapat membantu dalam melakukan evaluasi peristiwa masa
lalu, masa kini atau masa depan sampai pada keputusan ekonomi yang
diambil.
7. Saling Hapus (Off Setting)
Pos aktiva dan kewajiban serta pos penghasilan dan beban tidak boleh
saling hapus, kecuali yang telah diatur dalam PSAK.
8. Materialitas dan Agregasi
Materialitas laporan keuangan akan berkurang jika tidak tersedia secara
tepat waktu. Kriteria toleransi tepat waktu adalah empat bulan setelah
tanggal laporan harus sudah teruji.
2.4.3 Jenis-jenis Laporan Keuangan Bank
Bank menyampaikan Laporan Keuangan ke Bank Indonesia dalam periode
tertentu, triwulan dan tahunan yang diatur dalam Undang-undang. Jenis-jenis
laporan keuangan bank menurut ketentuan terdiri dari komponen komponen
sebagai berikut :
1. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan yang berupa aktiva, kewajiban dan
ekuitas suatu unit usaha pada suatu tertentu. Dalam penyajian aktiva dan
kewajiban dalam neraca bank tidak dikelompokan menurut lancar/tidak
lancar namun sedapat mungkin tetap disusun menurut tingkat likuiditas dan
43
jatuh tempo. Kewajiban disajikan sebagai kewajiban jangka pendek dan
jangka panjang. Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah
dikurangi dengan seluruh kewajiban perusahaan. Subklasifikasi ekuitas
adalah setoran modal pemegang saham, saldo laba, selisih penilaian, dan
pencadangan.
2. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi perusahaan disajikan sedemikian rupa sehingga
menonjolkan unsur posisi keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara
wajar. Hal ini diukur degan membandingkan penghasilan yang diperoleh
dengan beban untuk mendapatkan penghasilan tersebut.
3. Laporan Komitmen dan Kontigensi
Komitmen adalah suatu ikatan atau kontrak berupa janji yang tidak dapat
dibatalkan secara sepihak, dan harus dilaksanakan apabila persyaratan yang
disepakati bersama dipenuhi, seperti komitmen kredit, dll. Kontigensi
adalah tagihan atau kewajiban bank yang kemungkinan timbulnya
tergantung pada terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa
dimasa yang akan datang.
4. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kas dan setara kas dan kebutuhan perusahaan dalam
memanfaatkan dana tersebut. Laporan arus kas disusun berdasarkan konsep
kas selama periode laporan. Laporan ini harus menunjukan semua aspek
44
penting dari kegiatan bank, tanpa memandang apakah transaksi tersebut
berpengaruh langsung pada kas.
5. Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atas rincian
jumlah yang tertera dalam laporan keuangan serta penjelasan tambahan
penting lainnya seperti kewajiban kontigensi, komitmen, tuntutan hukum
dan lain sebagainya. Bank wajib mengungkapkan dalam catatan tersendiri
mengenai posisi devisa netto menurut jenis mata uang serta aktivitas-
aktivitas lain seperti kegiatan wali amanat, penitipan harta (kustodian) dan
penyaluran kredit kelolaan
2.4.4 Pemakai Laporan Keuangan Bank
Laporan keuangan yang diterbitkan oleh setiap Bank dapat digunakan oleh
berbagai pihak untuk berbagai kepentingan yaitu antara lain:
a. Manajemen Bank
b. Pemilik dan Pemegang Saham
c. Nasabah dan Masyarakat
d. Bank Indonesia
f. Karyawan Bank
45
2.4.5 Hubungan Laporan Keuangan dengan Tingkat Kesehatan
Tingkat kesehatan perusahaan dapat diketahui dengan melakukan analisis
atau interpretasi terhadap laporan keuangan. Dari hasil analisis tersebut dapat
diketahui potensi-potensi dan kelemahan-kelemahan yang dimiliki sehingga pihak-
pihak yang berkepentingan dengan perusahaan dapat menggunakannya sebagai
bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan :
penting artinya bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan yang bersangkutan meskipun kepentingan mereka masing-masing adalah
2.5 Tingkat Kesehatan Bank
2.5.1 Pengertian Tingkat Kesehatan Bank
Salah satu upaya Bank Indonesia dalam melakukan pengawasan dan
pembinaan Bank Umum adalah dengan menetapkan ketentuan tentang tingkat
kesehatan Bank seperti yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun
1998 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,
pasal 29 ayat (1) yaitu :
pada ayat (2) yaitu :
sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-
46
Yang dimaksud dengan pembinaan dalam ayat (1) adalah upaya upaya
yang dilakukan dengan cara menetapkan peraturan yang menyangkut aspek
kelembagaan, kepemilikan, kepengurusan, kegiatan usaha, pelaporan serta aspek
lain yang berhubungan dengan kegiatan operasional bank.
Yang dimaksud dengan pengawasan dalam ayat (1) adalah meliputi
pengawasan tidak langsung yang terutama dalam bentuk pengawasan dini melalui
penelitian, analisis dan evaluasi laporan bank, dan pengawasan langsung dalam
bentuk pemeriksaan yang disusul dengan tindakan-tindakan perbaikan.
Sejalan dengan itu Bank Indonesia diberi kewenangan, tanggung jawab, dan
kewajiban secara utuh untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap bank
dengan menempuh upaya-upaya bank yang bersifat preventif yang respresif.
Di pihak lain untuk wajib memiliki dan menerapkan sistem pengawasan
intern dalam rangka menjamin terlaksananya proses pengambilan keputusan dalam
pengelolaan bank yang sesuai dengan prinsip kehati-hatian.
Mengingat bank terutama bekerja dengan dan dari masyarakat yang
disimpan pada bank atas dasar kepercayaan, setiap bank perlu menjaga
kesehatannya dan memelihara kepercayaan masyarakat padanya.
2.5.2 Dasar Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Adapun dasar penilaian tingkat kesehatan bank adalah berdasarkan Surat
Edaran Bank Indonesia No. 30/2/UPPB Tanggal 30 April 1997 Tentang Tata Cara
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
47
Tingkat kesehatan bank pada dasarnya dinilai dari pendekatan kualitatif atas
berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu bank,
yaitu aspek permodalan, kualitas aktiva produktif, kualitas manajemen, rentabilitas
dan likuiditas.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa :
a. Kinerja suatu bank dapat dilihat dari Laporan Keuangannya, dan dari
tingkat tersebut dapat ditentukan tingkat kesehatan bank, yaitu dengan cara
melakukan analisis atau interpretasi terhadap Laporan Keuangan.
b. Tingkat Kesehatan Bank merupakan informasi yang diperlukan oleh banyak
pihak untuk membantu dalam pengambilan keputusan.
2.5.3 Tahapan Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Tahapan Penilaian dalam melakukan penilaian tingkat kesehatan bank
adalah sebagai berikut :
1. Penentuan faktor-faktor yang menentukan tingkat kesehatan bank
2. Penentuan komponen-komponen dari setiap faktor yang menentukan tingkat
kesehatan bank.
3. Tiap faktor dari komponen faktor tersebut, dikuantifikasi dan diberi bobot
sesuai dengan besarnya pengaruh terhadap kesehatan bank.
4. Penilaian faktor dan komponen faktor dilakukan dengan sistem kredit dan
dinyatakan dalam nilai 0 sampai 100.
48
5. Hasil penilaian atas dasar bobot dan nilai kredit kemudian ditambah dan
dikurangi dengan nilai kredit atas pelaksanaan ketentuan-ketentuan yang
menunjang program pemerintah yang sangsinya dikaitkan dengan penilaian
tingkat kesehatan bank
6. Berdasarkan penilaian yang turut memperhatikan informasi dan aspek lain
yang secara materil berpengaruh terhadap kondisi perkembangan masing-
masing faktor maka ditetapkan empat predikat tingkat kesehatan bank
2.5.4 Tata Cara Penilaian Kinerja Bank yang Ditentukan Oleh Standar
Bank Indonesia (CAMEL)
Metode ini merupakan salah satu cara menilai tingkat kesehatan bank yang
digunakan oleh Bank Indonesia. Metode CAMEL digunakan oleh Bank Indonesia
untuk menilai beberapa faktor yang dianggap mempengaruhi kinerja suatu bank,
faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Permodalan (Capital Adequancy)
Dalam menilai aspek permodalan Bank Indonesia menggunakan rumus
sebagai berikut :
ATMRModal
= CAR
Keterangan :
a. Modal adalah harta yang dimiliki oleh bank bersangkutan.
49
b. ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Risiko) adalah aktiva yang
tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administrasi.
Sebagaimana tercermin pada kewajiban yang bersifat kesinambungan
dan atau komitmen yang disediakan oleh bank bagi pihak ketiga.
Dalam menghitung ATMR, terhadap masing-masing pos aktiva diberikan
bobot risiko yang besarnya didasarkan kepada kadar risiko yang terkandung pada
aktiva itu sendiri atau bobot risiko yang didasarkan pada golongan nasabah,
penjamin serta sifat agunan. Dapat ditambahkan bahwa untuk kredit-kredit yang
penarikannya dilakukan secara bertahap, bobot risiko dihitung berdasarkan
besarnya penarikan kredit pada tahap yang bersangkutan.
2. Kualitas aktiva produktif (asset quality)
Bank Indonesia menggunakan beberapa rasio dalam menilai aktiva
produktif yang dimiliki suatu bank. Rasio tersebut sebagai berikut :
Produktif Aktivaasikandiklasifik yang Aktiva
= AQ
Keterangan:
a. Aktiva produktif adalah penanaman dana bank dalam bentuk kredit, surat
berharga, penyertaan dan penanaman lainnya, yang dimaksudkan untuk
memperoleh penghasilan.
b. Aktiva yang diklasifikasikan adalah aktiva produktif, baik yang sudah
maupun yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau
menimbulkan kerugian bagi bank.
50
3. Manajemen (Management)
Penilaian faktor manajemen meliputi penilaian terhadap 250 aspek yang
terkait dengan manajemen permodalan, kualitas asset, rentabilitas, dan likuiditas.
Dimana untuk melihat tingkat kesehatan bank dengan melihat dari segi aspek
manajemen dapat terkoordinir/terwakili oleh ketiga aspek yaitu Capital (modal),
Earnings (Rentabilitas) dan Liquidity (Likuiditas) untuk mengukur tingkat
kesehatan bank.
4. Rentabilitas (Earning Ability)
Penilaian pada faktor ini menggunakan rasio sebagai berikut :
a. Asset Total
Laba= asRentabilit
b. lOperasiona Pendapatan
lOperasiona Biaya= asRentabilit
5. Likuiditas (liquidity)
Dalam menghitung faktor ini bank Indonesia menggunakan rasio-rasio
sebagai berikut:
a. Lancar Aktiva
MoneyCall=Likuiditas
Keterangan :
Aktiva lancar adalah kas, giro pada Bank Indonesia, sertifikat pada Bank
Indonesia, dan surat berharga.
b. Modal ketiga pihak Dana
Kredit= Likuiditas
+
51
Keterangan :
Dana yang diterima adalah:
1) Kredit likuditas Bank Indonesia
2) Giro, deposit dan tabungan masyarakat
3) Pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu lebih dari tiga bulan
tidak termasuk pinjaman subordinasi
4) Deposito dan pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebih dari
tiga bulan.
5) Modal inti
6) Modal pinjaman
Besar rasio ini tidak diperbolehkan lebih dari 110%. Selain dari beberapa
hal di atas terdapat batasan-batasan lain yang harus dipatuhi setiap bank nasional,
seperti:
1. Batas Maksimum Pemberian Kredit
Batas maksimum batas penyediaan dana yang diperkenankan untuk dilakukan
oleh bank kepada peminjam atau kelompok peminjam tertentu. Yang dimaksud
dengan peminjam adalah nasabah perorangan atau badan yang memperoleh satu
atau lebih fasilitas penyediaan dana, sedangkan yang dimaksud kelompok
peminjam adalah kumpulan peminjam yang satu sama lain mempunyai kaitan
dalam hal kepemilikan, kepengurusan, dan atau hubungan keuangan.
52
2. Giro wajib minimum
Giro wajib minimum (statuary Reserve) adalah simpanan minimum yang harus
dipelihara oleh bank dalam bentuk saldo giro pada Bank Indonesia yang
besarnya ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar persentase tertentu dari dana
pihak ketiga bank.
2.6 Perbedaaan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah
Merger
Krisis ekonomi yang menimpa Indonesia telah mengakibatkan perubahan
yang sangat besar pada peta bisnis di Indonesia. Setelah tindakan tegas pemerintah
mencabut izin 16 bank bermasalah, peta perbankan nasional mengalami perubahan
secara struktural, terutama dalam hal konsolidasi yang menyangkut gelombang
merger di antara bank-bank swasta nasional dan bank bank Pemerintah.
Ketika krisis ekonomi terjadi dengan penarikan besar-besaran dana
perbankan, capital flight, penurunan nilai tukar yang mempengaruhi kinerja
perusahaan swasta untuk melakukan pembayaran kredit valas, maka hantaman
gelombang krisis menimpa sektor perbankan akibat macetnya kredit, hutang valas,
dan menurunnya jumlah simpanan sehingga perbankan mengalami kesulitan
likuiditas dan penurunan kinerja hingga negatif.
Hal ini telah dikuatirkan semenjak tahun 1992 oleh Gubernur Bank
Indonesia (saat itu) Prof. Dr. Adrianus Mooy.
53
capital inflow yang begitu positif (saat
ini) dapat saja berubah menjadi capital outflow. Mengalirnya modal keluar
(Syahrir, 1995:300).
Pemerintah mendirikan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN-
IBRA) yang bertugas menampung semua Bank Beku Operasi, Bank Take Over, dan
Bank yang direkapitalisasi, mengeluarkan UU Pokok Bank Indonesia yang
mengembalikan posisi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral, dan melakukan
program restrukturisasi perbankan nasional.
Kebijakan pemerintah dalam merestrukturisasi BUMN - BUMN yang
belum dan tidak sehat menjadi suatu pilihan agar BUMN tersebut dapat bersaing di
dalam negeri dan di luar negeri. Salah satu restrukturisasi yang dilakukan adalah
melakukan merger empat bank pemerintah menjadi satu bank yaitu Bank Mandiri.
Harapan pemerintah dengan adanya merger tersebut adalah Bank Mandiri dapat
beroperasi sebagai intermediary financial yang mendukung kegiatan sektor riil di
Indonesia.
Dengan penggabungan keempat bank pemerintah tersebut diharapkan Bank
Mandiri : pertama, industri perbankan Indonesia akan menjadi lebih kuat dan stabil
apabila ditopang oleh bank-bank berskala besar. Kedua, intervensi pemerintah
terhadap bank pemerintah semakin berkurang, apabila restrukturisasi perbankan
berhasil maka besar kemungkinan Bank Mandiri akan di privatisasi dengan tujuan
memperkuat struktur permodalan, meningkatkan likuiditas dan pengembangan
54
usaha. Ketiga, kinerja keuangan Bank Mandiri diharapkan semakin baik
dibandingkan sebelum penggabungan. Keempat, semakin sehatnya Bank Mandiri,
maka sektor riil yang membutuhkan jasa keuangan bank tersebut akan semakin baik
dan secara makro perekonomian nasional semakin membaik di masa yang akan
datang.
Dalam konteks bisnis, merger adalah suatu transaksi yang menggabungkan
beberapa unit ekonomi menjadi satu unit ekonomi yang baru. Proses merger
umumnya memakan waktu yang cukup lama, karena masing-masing pihak perlu
melakukan negosiasi, baik terhadap aspek-aspek permodalan maupun aspek
manajemen, sumber daya manusia serta aspek hukum dari perusahaan yang baru
tersebut. Oleh karena itu, penggabungan usaha tersebut dilakukan secara drastis
yang dikenal dengan akuisisi atau pengambilalihan suatu perusahaan oleh
perusahaan lain.
Penggabungan usaha melalui merger dan konsolidasi diyakini akan
menghasilkan suatu sinergi baik secara financial maupun operasional yang berupa
peningkatan modal, transfer teknologi, pangsa pasar yang lebih luas, efisiensi yang
lebih tinggi, dan penggunaan sumber daya manusia yang lebih tinggi. Dengan
indikator yang mencerminkan keberhasilan suatu penggabungan usaha adalah dari
tingkat kinerja atau tingkat kesehatan bank.
Dari uraian diatas dapat diketahui pengaruh perbedaan kinerja perusahaan
sebelum dan sesudah melakukan merger.
55
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah kinerja keuangan perusahaan yang dihitung
dengan menggunakan pendekatan CAMEL yang diteliti melalui laporan keuangan.
Laporan keuangan adalah objek penelitian karena penilaian modal, rentabilitas dan
likuiditas yang merupakan indikator dari tingkat kesehatan bank berasal dari
laporan keuangan.
Subjek penelitian adalah PT. Bank Mandiri Tbk yang melakukan
penggabungan usaha atau merger. Periode laporan keuangan adalah 5 tahun
sebelum melakukan merger dan 5 tahun sesudah bank tersebut melakukan merger.
Bank Mandiri yang berdiri pada tanggal 2 Oktober 1998 adalah salah satu bank
terbesar di Indonesia. Bank ini didirikan sebagai bagian dari program restrukturisasi
perbankan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999,
empat bank milik pemerintah yaitu Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank
Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia, bergabung menjadi
Bank Mandiri. Sejarah keempat Bank tersebut dapat ditelusuri lebih dari 140 tahun
yang lalu. Keempat bank tersebut telah turut membentuk riwayat perkembangan
dunia perbankan di Indonesia. Sejak Mei 2005 Direktur Utamanya adalah Agus
Martowardojo.
56
Bank Mandiri dibentuk pada tahun 1999. Dalam proses penggabungan dan
pengorganisasian ulang, jumlah cabang Bank Mandiri dikurangi sebanyak 194 buah
dan karyawannya berkurang dari 26.600 menjadi 17.620. Direktur Utamanya yang
pertama adalah Robby Djohan. Kemudian pada Mei 2000, posisi Djohan digantikan
ECW Neloe. Neloe menjabat selama lima tahun sebelum digantikan Martowardojo
akibat terlibat dugaan korupsi di bank tersebut. Pada Maret 2005, Bank Mandiri
mempunyai 829 cabang yang tersebar di sepanjang Indonesia dan enam cabang di
luar negeri. Selain itu, Bank Mandiri mempunyai sekitar 2.500 ATM dan tiga anak
perusahaan utama yaitu Bank Syariah Mandiri, Mandiri Sekuritas, dan AXA
Mandiri
3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan/Bank.
a. Bank Mandiri
Bank Mandiri berdiri pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagai bagian dari
program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia.
Pada bulan Juli 1999, empat bank milik Pemerintah yaitu, Bank Bumi Daya, Bank
Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia,
bergabung dengan Bank Mandiri. Sejarah keempat Bank tersebut dapat ditelusuri
lebih dari 140 tahun yang lalu. Keempat Bank tersebut telah turut membentuk
riwayat perkembangan dunia perbankan di Indonesia.
57
b. Bank Dagang Negara
Bank Dagang Negara merupakan salah satu Bank tertua di Indonesia.
Sebelumnya Bank Dagang Negara dikenal sebagai Nederlandsch Indische
Escompto Maatschappij yang didirikan di Batavia (Jakarta) pada tahun
1857. Pada tahun 1949 namanya berubah menjadi Escomptobank NV.
Selanjutnya, pada tahun 1960 Escomptobank dinasionalisasi dan berubah
nama menjadi Bank Dagang Negara, sebuah Bank pemerintah ynag
membiayai sektor industri dan pertambangan.
c. Bank Bumi Daya
Bank Bumi Daya didirikan melalui suatu proses panjang yang bermula dari
nasionalisasi sebuah perusahaan Belanda De Nationale Handelsbank NV,
menjadi Bank Umum Negara pada tahun 1959. Pada tahun 1964, Chartered
Bank (sebelumnya adalah Bank milik Inggris) juga dinasionalisasi, dan
Bank Umum Negara diberi hak untuk melanjutkan operasi Bank tersebut.
Pada tahun 1965, bank umum negara digabungkan ke dalam Bank Negara
Indonesia dan berganti nama menjadi Bank Negara Indonesia Unit IV
beralih menjadi Bank Bumi Daya.
d. Bank Ekspor Impor Indonesia
Sejarah Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim) berawal dari
perusahaan dagang Belanda N.V.Nederlansche Handels Maatschappij yang
didirikan pada tahun 1842 dan mengembangkan kegiatannya di sektor
perbankan pada tahun 1870. Pemerintah Indonesia menasionalisasi
58
perusahaan ini pada tahun 1960, dan selanjutnya pada tahun 1965 perusahan
ini digabung dengan Bank Negara Indonesia menjadi Bank Negara
Indonesia Unit II. Pada tahun 1968 Bank Negara Indonsia Unit II dipecah
menjadi dua unit, salah satunya adalah Bank Negara Indonesia Unit II
Divisi Expor Impor, yang akhirnya menjadi BankExim, bank Pemerintah
yang membiayai kegiatan ekspor dan impor.
e. Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo)
Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) berawal dari Bank Industri Negara
(BIN), sebuah Bank Industri yang didirikan pada tahun1951. Misi Bank Industri
Negara adalah mendukung pengembangan sektor sektor ekonomi tertentu,
khususnya perkebunan, industri, dan pertambangan. Bapindo dibentuk sebagai bank
milik negara pada tahun 1960 dan BIN kemudian digabung dengan Bank Bapindo.
Pada tahun 1970, Bapindo ditugaskan untuk membantu pembangunan nasional
melalui pembiayaan jangka menengah dan jangka panjang pada sektor manufaktur,
transportasi dan pariwisata.
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian komparatif yaitu suatu penelitian yang bersifat membandingkan
(Sugiyono, 1999). Dalam metode ini akan diamati secara seksama sebab akibat
dengan menganalisa faktor-faktor terjadinya atau munculnya suatu fenomena
tertentu.
59
3.2.1 Operasionalisasi Variabel
Dalam penelitian ini variabel yang ingin ditelaah yaitu :
1. Kinerja keuangan PT. Bank Mandiri Tbk sebelum melakukan merger
sebagai variabel pertama (X1).
2. Kinerja keuangan PT. Bank Mandiri Tbk sesudah melakukan merger
sebagai variabel pertama (X2).
Dengan masing-masing variabel ini merupakan rata-rata dari populasi yang
sama.
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
Variabel Konsep Ukuran Skala CAR Capital Adequancy Ratio
(Mengukur kecukupan modal minimum bank, dengan membandingkan antara modal yang dimiliki bank dan jumlah aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR)). Total ATMR = ATMR aktiva neraca ATMR aktiva administratif
Modal Bank Total ATMR
Rasio
ROA Return of Assets (Mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan, dengan membandingkan antara laba yang diperoleh sebelum pajak dengan total asset).
Laba Sebelum Pajak Total Asset
Rasio
ER Efficiency Ratio (Mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya, dengan membandingkan antara biaya (beban) operasional dan pendapatan operasional
Beban Operasi Pendapatan Operasi
Rasio
60
LDR Load to Deposit Ratio (Mengukur seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya, dengan membandingkan antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan cara dana yang diterima oleh bank.
Total Kredit Total Simpanan
Rasio
Penjabaran dari masing-masing variabel itu meliputi indikator sebagai berikut :
1. Sebelum melakuan merger:
X11 (Capital CAR) = modal/total ATMR
X12 (Rentabilitas - ROA) = laba sebelum pajak/ total asset
X13 (Rentabilitas ER) = beban operasi/ pendapatan operasi
X14 (Likuiditas LDR) = total kredit/ total simpanan
2. Sesudah melakukan merger:
X21 (Capital CAR) = modal/total ATMR
X22 (Rentabilitas- ROA) = laba sebelum pajak/ total asset
X23 (Rentabilitas ER) = beban operasi/ pendapatan operasi
X24 (Likuiditas LDR) = total kredit/ total simpanan
Rancangan Hipotesis Konseptual :
Ho (X1i = X2i ) : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kinerja
keuangan PT. Bank Mandiri Tbk sebelum dan sesudah
merger.
61
Ha (X1i X2i ) : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja
keuangan PT. Bank Mandiri Tbk sebelum dan sesudah
merger.
3.2.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang diperlukan adalah data sekunder yang berupa :
1. Data uraian dari PT. Bank Mandiri Tbk, meliputi riwayat singkat, struktur
permodalan, kepemilikan saham, manajemen, dan kegiatan usaha.
2. Data yang diperlukan untuk mengukur kinerja perusahaan yang diperoleh
dari laporan keuangan meliputi Neraca Konsolidasi, Laba Rugi Konsolidasi
dan Rasio Keuangan dari PT. Bank Mandiri Tbk sebelum dan seudah
melakukan merger.
3. Informasi lain yang berkaitan dengan penelitian.
Keseluruhan sumber data diperoleh dari :
1. Laporan Kelayakan Penggabungan Perusahaan, Laporan Tahunan (Annual
Report) dan Prospektus Perusahaan di Bursa Efek Jakarta.
2. Laporan Keuangan di Bank Indonesia
3. Sumber-sumber lain yang diperoleh dari berbagai laporan penelitian,
makalah, majalah, dan surat kabar.
62
3.2.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik-teknik pengumpulan data
yang biasa dilakukan dalam penelitian, yaitu :
1. Penelitian Lapangan
Penelitian lapangan dilaksanakan peneliti dengan melakukan kunjungan ke
berbagai perpustakaan yang dimiliki beberapa instansi yang terkait dengan
penelitian ini antara lain untuk mendapatkan data laporan keuangan tahunan
objek penlitian. Peneliti memperolehnya dari Bursa Efek Jakarta.
2. Studi Kepustakaan
Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mempelajari atau mengkaji
serta menelaah literatur-literatur berupa buku, jurnal, makalah, maupun
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dengan
studi kepustakaan ini diharapkan dapat diperoleh dasar-dasar teori sebanyak
mungkin yang akan menunjang data yang dikumpulkan dalam penelitian.
3.2.4 Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis
Pengujian dilakukan dengan stastistik parametric dengan uji beda dua rata-
rata menggunakan t student dengan sampel kecil (n<30). Adapun langkah-
langkahnya sebagai berikut :
a. Mencari nilai rata-rata dari Modal (CAR), Rentabilitas (ROA, ER) dan
Likuiditas (LDR) sebelum merger dengan metode rata-rata tertimbang
dengan rumus :
63
wwx
x i11
Dimana :
X1 : nilai rata-rata kinerja Bank sebelum merger
X1iw : CAR, ROA, ER & LDR sebelum merger
w : jumlah periode sebelum merger
b. Mencari nilai rata-rata dari Modal (CAR), Rentabilitas (ROA, ER) dan
Likuiditas (LDR) sesudah merger dengan metode rata-rata tertimbang
dengan rumus :
wwx
x i212
Dimana :
X2 : nilai rata-rata kinerja Bank sebelum merger
X2iw : CAR, ROA, ER & LDR sebelum merger
w : jumlah periode sebelum merger
c. Menguji hipotesis
nSddt/2
Dimana :
d : mean dari harga-harga d (perbedaan harga-harga yang berpasangan)
Sd : standar deviasi dari harga harga d
n : banyaknya pasangan
64
Nilai d dan Sd dicari dengan rumus :
n
dd
n
ti
1 dimana : di = (X2i X1i)
11
2
2
n
ddiSd
n
t = 1
22
ndndi
X1i : CAR, ROA, ER, & LDR sebelum merger
X2i : CAR, ROA, ER, & LDR sesudah merger
di : harga d yang ke i
d : mean dari harga-harga d (perbedaan harga-harga yang berpasangan)
N : banyaknya pasangan
d. Menentukan tingkat signifikan dimana tingkat signifikan yang dipilih
adalah 1 dengan dipilih = 0,05. Tingkat signifikasi 95% adalah tingkat
yang umum digunakan dalam penelitian.
e. Penarikan Kesimpulan
Adalah apakah Ho diterima atau ditolak, diperoleh dengan cara
membandingkan harga uji statistik t dengan nilai kritis atau t tabel (dk=n-
1)( ).
Dengan demikian :
Terima Ho jika : t-1/2 t hitung t + 1/2
Terima Ha jika : t hitung > t ± 1/2
65
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tingkat kinerja bank dalam penelitian ini dihitung berdasarkan laporan
keuangan yang telah diolah kembali berdasarkan pedoman perhitungan penilaian
kesehatan bank sesuai dengan surat edaran bank indonesia No. 30/UPPB Tanggal
30 April 1997 Tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
Kinerja keuangan yang diteliti yaitu aspek modal (CAR), Rentabilitas (ROA dan
ER) dan Likuiditas. Data data pada laporan keuangan yang dipublikasikan telah
mencantumkan rasio CAR, ROA dan LDR, ER yang berasal dari laporan keuangan.
4.1 Perkembangan Kinerja Bank Mandiri Sebelum Melakukan Merger
(Bank BBD, Bank BDN, Bank Exim, Bank Bapindo)
Untuk mengetahui kinerja keuangan Bank Mandiri sebelum melakukan
merger dapat diketahui melalui kinerja keuangan empat bank BUMN (Bank BBD,
Bank BDN, Bank Exim, Bank Bapindo) dengan menggunakan indikator-indikator
antara lain Return of Assets (ROA), Capital Adequancy Ratio (CAR), Efficiency
Ratio (ER), dan Load to Deposit Ratio (LDR). Dengan penggabungan keempat
bank tersebut, akan menjawab apakah ada jaminan Bank Mandiri akan semakin
sehat kinerjanya. Dengan kondisi ekonomi yang berfluktuatif (tidak pasti) jelas
akan mempengaruhi kegiatan operasional Bank Mandiri dimasa mendatang,
66
pemulihan aktiva dan kemampuan untuk menyelesaikan kewajibannya pada saat
jatuh tempo. Disamping itu, rentannya kemampuan perusahaan yang melakukan
pinjaman kepada Bank Mandiri mengalami risiko kemacetan. Hal ini tentunya akan
mempengaruhi Bank Mandiri kinerja keuangannya. Adapun perolehan kinerja
keuangan dari setiap Bank adalah sebagai berikut :
Sumber : Laporan Keuangan, 2008.
Tabel 4.1 Kinerja Keuangan Bank BBD, Bank BDN, Bank Exim, Bank Bapindo
Sebelum Merger Tahun 1994 1998
No BUMN Modal rentabilitas Likuiditas CAR ROA ER LDR
1 BBD 1994 12.24% 4.56% 1766.70% 94.64% 1995 24.24% 4.58% 1841.32% 94.85% 1996 31.27% 4.22% 1471.97% 93.64% 1997 20.48% 5.00% 938.34% 90.37% 1998 -39.57% -127.81% -422.96% 130.96% 2 BDN 1994 17.59% 12.34% 1991.50% 95.22% 1995 29.58% 11.92% 1942.02% 95.10% 1996 32.72% 11.72% 1525.79% 93.85% 1997 27.75% 17.31% 2212.07% 95.67% 1998 -79.30% -106.59% -234.41% 174.40% 3 Bank Exim 1994 31.48% 7.50% 1456.83% 93.58% 1995 28.64% 10.97% 1607.94% 94.14% 1996 26.77% 13.06% 1588.55% 94.08% 1997 -12.62% -150.26% -1290.36% 108.40% 1998 -144.91% -158.91% -209.66% 191.19% 4 Bapindo 1994 22.03% 0.43% 1209.29% 92.36% 1995 28.04% 0.29% 727.55% 87.92% 1996 37.04% 0.33% 777.63% 88.61% 1997 29.62% 14.64% 2248.53% 95.74% 1998 -30.44% -106.76% -450.75% 128.51%
67
Demikian pula dengan utang bank BBD & BDN, nilai utangnya pada tahun
1994 s.d. 1997 sudah mendekati nilai aktivanya (assets) dan pada pada puncaknya
tahun 1998 saat krisis berlangsung nilai utang melebihi nilai aktivanya. Kondisi ini
menggambarkan Bank BBD & Bank BDN merupakan bank yang tidak sehat.
Walaupun Bank BDN masih lebih baik dibandingkan Bank BBD. Apabila kita lihat
pada tabel 4.1, kinerja keuangan yang dihasilkan oleh Bank Exim dan Bank
Bapindo tidak jauh berbeda dengan Bank BBD dan Bank BDN yaitu bank yang
memiliki kinerja yang buruk (tidak sehat). Bank Bapindo merupakan bank yang
paling tidak sehat dibandingkan dengan ketiga bank BUMN. Hal ini dapat dilihat
dari ROA Bank Bapindo sejak tahun 1994 1996. Walaupun pada tahun 1997
terjadi peningkatan yang cukup besar pada ROE menjadi sebesar 14.64 %.
Diantara keempat bank tersebut di atas yang dilihat dari kinerja keuangan
Bank Exim merupakan bank yang lebih baik kinerjanya dibandingkan ketiga bank
lainnya sejak tahun 1994 1998. Sedangkan ER dan LDR keempat bank tersebut
hampir sama setiap tahunnya.
Secara umum, bank-bank BUMN ini tidak efisien dalam mengoperasikan
kegiatan perbankan. Hal ini berlanjut saat memasuki krisis ekonomi tahun 1997,
keempat empat tersebut menunjukkan bahwa dari keempat rasio tidak satupun
menunjukkan perbaikan, malah utang yang demikian besar melebihi modal dan
aktiva merupakan bank yang tidak layak beroperasi. Puncaknya pada tahun 1998,
kondisi keuangan di empat bank tersebut mengalami kebangkrutan.
68
Dengan dilakukan merger sebelum resmi diumumkan pemerintah sejak
tahun 1993 1998. Tidak jauh berbeda dengan analisis sebelumnya bahwa dari
hasil penggabungan keempat bank BUMN ini merupakan bank yang tidak sehat.
Oleh karena itu, penggabungan bank pemerintah yang tidak sehat itu sangat
dipertanyakan publik sampai saat ini.
Sumber : Data yang telah diolah,2008.
Dari tabel diatas diketahui nilai rata-rata kinerja keuangan dari Bank BBD,
Bank BDN, Bank Exim dan Bank Bapindo. Dimana nilai rata-rata terbesar dari
CAR untuk periode tahun 1994 1998 adalah sebesar 21,746 %, dimana untuk
nilai terendah CAR adalah sebesar -236,83%. Nilai ROA untuk periode 1994-1998
terbesar adalah sebesar 5,866%, sedangkan untuk nilai terendah adalah sebesar -
8955%. Untuk nilai ER terbesar periode 1994-1998 adalah sebesar 1072,788%,
dimana untuk nilai terendahnya adalah sebesar -26850,6%. Sedangkan untuk nilai
LDR untuk periode 1994-1998 nilai tertinggi adalah sebesar 121,654% dan nilai
LDR terendah adalah sebesar 55,432%.
Tabel 4.2 Rata-rata Kinerja Keuangan Bank BBD, Bank BDN, Bank Exim, Bank
Bapindo Sebelum Merger Tahun 1994 1998
No Tahun Modal rentabilitas Likuiditas CAR ROA ER LDR
1 1994 14,22% 4,054% 931,524% 56,232% 2 1995 17,252% 4,636% 855,502% 55,432% 3 1996 21,746% 5,866% 1072,788% 74,036% 4 1997 -236,83% -22,67% 821,716% 78,036% 5 1998 -4572,2% -8955% -26850,6% 121,654%
69
4.2 Perkembangan Kinerja Bank Mandiri Sesudah Melakukan Merger
Kinerja Bank Mandiri setelah merger berdampak positif atau dapat
dikatakan sehat jika dilihat dari kinerja keuangan yang memperlihatkan adanya
perbaikan dari tahun ke tahunnya. Dengan penggabungan ke empat bank
pemerintah tersebut diharapkan Bank Mandiri, pertama, industri perbankan
Indonesia akan menjadi lebih kuat dan stabil apabila ditopang oleh bank-bank
berskala besar. Kedua, intervensi pemerintah terhadap bank pemerintah semakin
berkurang, apabila restrukturisasi perbankan berhasil maka besar kemungkinan
Bank Mandiri akan diprivatisasi dengan tujuan memperkuat struktur permodalan,
meningkatkan likuiditas dan pengembangan usaha. Ketiga, kinerja keuangan Bank
Mandiri diharapkan semakin baik dibandingkan sebelum penggabungan. Keempat,
semakin sehatnya Bank Mandiri, maka sektor riil yang membutuhkan jasa
keuangan bank tersebut akan semakin baik dan secara makro perekonomian
nasional semakin membaik di masa yang akan datang.
Tabel 4.3 Kinerja Keuangan Bank Mandiri Sesudah Merger
Tahun 1998-2002
No Tahun Modal Rentabilitas Likuiditas CAR ROA ER LDR
1998 13.46% 10.81% 2272.56% 95.79% 1999 22.38% 6.50% 1623.54% 94.20% 2000 16.42% 6.46% 1456.43% 93.58% 2001 28.51% 7.26% 1329.07% 93.00% 2002 22.87% -246.10% 8475.58% 98.83%
Sumber : Laporan Keuangan, 2008.
70
Seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, bahwa pemerintah
telah mengumumkan rencana merger empat bank pemerintah pada bulan Februari
1998. Namun pelaksanaannya secara hukum baru terjadi pada bulan Oktober 1998
dengan nama Bank Mandiri. Proses konsolidasi seluruh aspek seperti keuangan,
jumlah kantor cabang yang dibutuhkan dan jumlah sumber daya manusia yang akan
digunakan secara efektif selesai akhir Juli 1999. Jika kita melihat rasio kecukupan
modal (CAR) sebagai ukuran sebagai ukuran utama untuk melihat tingkat
kesehatan bank seperti yang dipersyaratkan Bank Indonesia (BI) sebesar minimum
8 % pada akhir tahun 2001. Seiring dengan upaya tersebut, pada tahun 2001 CAR
Bank Mandiri adalah sebesar 28,51 % dan tahun 2000 sebesar 16,42 %.
Menurunnya CAR tahun 2000 disebabkan oleh penurunan pada portofolio obligasi
pemerintah dan peningkatan portofolio aktiva produktif lain seperti kredit yang
diberikan memiliki bobot risiko yang lebih tinggi. Hal ini mengindikasikan, jumlah
kredit bermasalah di Bank Mandiri masih cukup banyak dimana hal ini telah
melampaui batas maksimum yang telah ditetapkan Bank Indonesia. Sementara itu,
kemampuan Bank Mandiri dalam menyalurkan kredit komersial masih rendah,
dengan loan to deposit ratio (LDR) tahun 1998 sebesar 95,79 %, 1999 sebesar
94,20 %, tahun 2000 sebesar 93,58 %, 2001 sebesar 93 % dan tahun 2002 sebesar
98,83 %. LDR Bank Mandiri tahun 2001 masih dibawah angka LDR nasional yang
hanya 93 %. Jelas disini bahwa fungsi Bank Mandiri sebagai intermediari
perbankan (financial intermediary) belum berjalan dengan optimal.
71
Namun, setelah melalui proses yang panjang Bank Mandiri mampu
memenuhi CAR seperti yang dipersyaratkan BI, akan tetapi hal ini bukan berarti
bank ini telah sehat, sebab CAR tersebut adalah snapshot (posisi sesaat keadaan
keuangan suatu perusahaan/bank). Snapshot memang penting, namun yang sama
pentingnya adalah bagaimana keadaan sesaat tersebut tercapai (track record) dan
yang lebih penting lagi adalah apa yang diperkirakan akan terjadi dimasa
mendatang, dari analisis kinerja bank tersebut. Oleh karena itu, semata-mata
menggunakan CAR dalam konteks industri perbankan Indonesia, khususnya Bank
Mandiri saat ini bisa misleading atau memberikan gambaran yang tidak akurat.
4.3 Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Mandiri Sebelum dan
Sesudah Melakukan Merger.
Setelah mengetahui kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah
merger, maka akan dilakukan pengujian terhadap data yang telah dihitung untuk
menjawab hipotesis yang diajukan. Adapun kinerja keuangan Bank Mandiri
sebelum dan sesudah melakukan merger disajikan dalam tabel 4.4 sebagai berikut :
72
Tabel 4.4 Kinerja Keuangan Bank Mandiri Sebelum dan Sesudah Melakukan Merger
Periode 1994 - 2002.
Sumber : Laporan Keuangan, 2008.
Setelah diperoleh hasil perhitungan kinerja keuangan Bank Mandiri
sebelum dan sesudah melakukan merger, maka akan dilakukan perhitungan statistic
menggunakan alat bantu SPSS dengan metode uji dua sampel berpasangan (Paired
sample t- test) diperoleh hasil perhitungan statistik berikut ini:
Tabel 4.5 Hasil Uji Paired Sample t-test
Paired Samples Test
,0022595.0161932
.0029565
10,0083061.0037872
2,7644
,005
MeanStd. DeviationStd. Error Mean
LowerUpper
95% Conf idence Intervalof the Dif f erence
Paired Dif f erences
tdfSig. (2-tailed)
Sebelum - SesudahMerger
Pair 1
No Tahun Modal rentabilitas Likuiditas CAR ROA ER LDR
Sebelum Melakukan Merger 1 1994 14,22% 4,054% 931,524% 56,232% 2 1995 17,252% 4,636% 855,502% 55,432% 3 1996 21,746% 5,866% 1072,788% 74,036% 4 1997 -236,83% -22,67% 821,716% 78,036% 5 1998 -4572,2% -8955% -26850,6% 121,654%
Sesudah Melakukan Merger 1 1998 13.46% 10.81% 2272.56% 95.79% 2 1999 22.38% 6.50% 1623.54% 94.20% 3 2000 16.42% 6.46% 1456.43% 93.58% 4 2001 28.51% 7.26% 1329.07% 93.00% 5 2002 22.87% -246.10% 8475.58% 98.83%
73
Dari hasil pengujian t-test terhadap dua sampel berpasangan yaitu sebelum
dan sesudah melakukan merger diperoleh thitung (2,764) > ttabel (2,571). Sehingga
Ha diterima, yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja
keuangan perusahaan PT. Bank Mandiri Tbk sebelum dan sesudah Merger, yang
dihitung dari faktor-faktor Capital (Modal), Earning (Rentabilitas) dan Liquidity
(Likuiditas).
Hasil perhitungan ini telah dapat menjawab hal hal yang telah penulis
paparkan di Bab I yaitu dengan penggabungan keempat bank pemerintah tersebut
diharapkan Bank Mandiri yaitu kinerja keuangan Bank Mandiri semakin baik
dibandingkan sebelum penggabungan. Semakin sehatnya Bank Mandiri, maka akan
membantu sektor riil yang membutuhkan jasa keuangan bank tersebut akan
semakin baik dan secara makro perekonomian nasional semakin membaik di masa
yang akan datang.
Sesuai dengan kebijakan pemerintah dalam merestrukturisasi BUMN-
BUMN yang belum dan tidak sehat menjadi suatu pilihan agar BUMN tersebut
dapat bersaing di dalam negeri dan di luar negeri. Salah satu restrukturisasi yang
dilakukan adalah melakukan merger empat bank pemerintah menjadi satu bank
yaitu Bank Mandiri. Harapan pemerintah dengan adanya merger tersebut adalah
Bank Mandiri dapat beroperasi sebagai intermediary financial yang mendukung
kegiatan sektor riil di Indonesia.
Hingga akhir Februari 1998, pemerintah telah mengumumkan rencana
restrukturisasi bank pemerintah dengan cara penggabungan. Adapun bank
74
pemerintah yang akan digabung adalah: (1) Bank Ekspor Impor (Bank Exim), (2)
Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo), (3) Bank Bumi Daya (BBD), dan (4)
Bank Dagang Negara (BDN). Secara resmi tanggal 2 Oktober 1998 pemerintah
mengumumkan penggabungan keempat bank pemerintah dengan Bank Mandiri.
Sedangkan penggabungan seluruh laporan keuangan efektif dilakukan pada akhir
Juli 1999 sekaligus mengurangi jumlah kantor cabang dan sumber daya manusia
yang ada di empat bank tersebut
Secara umum, bank-bank BUMN ini tidak efisien dalam mengoperasikan
kegiatan perbankan. Hal ini berlanjut saat memasuki krisis ekonomi tahun 1997,
keempat empat tersebut menunjukkan bahwa dari keempat rasio tidak satupun
menunjukkan perbaikan, malah utang yang demikian besar melebihi modal dan
aktiva merupakan bank yang tidak layak beroperasi. Puncaknya pada tahun 1998,
kondisi keuangan di empat bank tersebut mengalami kebangkrutan
Seperti yang telah dikemukakan, bahwa pemerintah telah mengumumkan
rencana merger empat bank pemerintah pada bulan Februari 1998. Namun
pelaksanaannya secara hukum baru terjadi pada bulan Oktober 1998 dengan nama
Bank Mandiri. Proses konsolidasi seluruh aspek seperti keuangan, jumlah kantor
cabang yang dibutuhkan dan jumlah sumber daya manusia yang akan digunakan
secara efektif selesai akhir Juli 1999.
75
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah penulis memaparkan dan menganalisis kinerja keuangan Bank
Mandiri sebelum dan sesudah melakuka merger, maka dapat disimpulkan :
1. Perkembangan Kinerja Bank Mandiri Sebelum Melakukan Merger (Bank
BBD, Bank BDN, Bank Exim, Bank Bapindo)
Untuk mengetahui kinerja keuangan empat bank BUMN serta kinerja
keuangan Bank Mandiri sebelum melakukan merger dapat diketahui dari
beberapa indikator-indikator antara lain Return of Assets (ROA), Capital
Adequancy Ratio (CAR), Efficiency Ratio (ER), dan Load to Deposit Ratio
(LDR). Dengan penggabungan keempat bank tersebut, akan menjawab
apakah ada jaminan Bank Mandiri akan semakin sehat kinerjanya. Dengan
kondisi ekonomi yang berfluktuatif (tidak pasti) jelas akan mempengaruhi
kegiatan operasional Bank Mandiri dimasa mendatang, pemulihan aktiva
dan kemampuan untuk menyelesaikan kewajibannya pada saat jatuh tempo.
Disamping itu, rentannya kemampuan perusahaan yang melakukan
pinjaman kepada Bank Mandiri mengalami risiko kemacetan. Hal ini
tentunya akan mempengaruhi Bank Mandiri terhadap kinerja keuangannya.
Kinerja keuangan Bank BBD dan Bank BDN, Bank Exim dan Bank
Bapindo.
76
Demikian pula dengan utang bank BBD & BDN, nilai utangnya pada tahun
1994 s.d. 1997 sudah mendekati nilai aktivanya (assets) dan pada pada
puncaknya tahun 1998 saat krisis berlangsung nilai utang melebihi nilai
aktivanya. Kondisi ini menggambarkan Bank BBD & Bank BDN
merupakan bank yang tidak sehat. Walaupun Bank BDN masih lebih baik
dibandingkan Bank BBD. Apabila kita lihat pada tabel 4.1, kinerja
keuangan yang dihasilkan oleh Bank Exim dan Bank Bapindo tidak jauh
berbeda dengan Bank BBD dan Bank BDN yaitu bank yang memiliki
kinerja yang buruk (tidak sehat). Bank Bapindo merupakan bank yang
paling tidak sehat dibandingkan dengan ketiga bank BUMN. Hal ini dapat
dilihat dari ROA Bank Bapindo sejak tahun 1994 1996. Walaupun pada
tahun 1997 terjadi peningkatan yang cukup besar pada ROE menjadi
sebesar 14.64 %.
2. Perkembangan Kinerja Bank Mandiri Sesudah Melakukan Merger.
Kinerja Bank Mandiri setelah merger berdampak positif atau dapat
dikatakan sehat jika dilihat dari kinerja keuangan yang memperlihatkan
adanya perbaikan dari tahun ke tahunnya. Dengan penggabungan keempat
bank pemerintah tersebut diharapkan Bank Mandiri, pertama, industri
perbankan Indonesia akan menjadi lebih kuat dan stabil apabila ditopang
oleh bank-bank berskala besar. Kedua, intervensi pemerintah terhadap bank
pemerintah semakin berkurang, apabila restrukturisasi perbankan berhasil
maka besar kemungkinan Bank Mandiri akan diprivatisasi dengan tujuan
77
memperkuat struktur permodalan, meningkatkan likuiditas dan
pengembangan usaha. Ketiga, kinerja keuangan Bank Mandiri diharapkan
semakin baik dibandingkan sebelum penggabungan. Keempat, semakin
sehatnya Bank Mandiri, maka sektor riil yang membutuhkan jasa keuangan
bank tersebut akan semakin baik dan secara makro perekonomian nasional
semakin membaik di masa yang akan datang.
3. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Mandiri Sebelum dan
Sesudah Melakukan Merger
Setelah dilakukan perhitungan menggunakan alat bantu SPSS dengan uji
dua sampel berpasangan (Paired sample t- test) diperoleh hasil perhitungan
statistic sebelum dan sesudah melakukan merger diperoleh thitung (2,764) >
ttabel (2,571). Sehingga Ha diterima, yang artinya terdapat perbedaan yang
signifikan antara kinerja keuangan perusahaan PT. Bank Mandiri Tbk
sebelum dan sesudah Merger, yang dihitung dari faktor-faktor Capital
(Modal), Earning (Rentabilitas) dan Liquidity (Likuiditas.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan diatas maka penulis
mengajukan saran sebagai berikut :
1. Perusahaan (Bank Mandiri)
Pemerintah diharapkan mempertahankan sikap yang transaparan dalam
memberikan suatu pengumuman yang mengandung informasi kesehatan
78
Bank Mandiri, sehingga masyarakat mengetahui sejauhmana tingkat
kesehatan bank tersebut. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kepercayaan
masyarakat terhadap Bank Mandiri.
2. Peneliti
Bagi pihak peneliti yang lain penulis menyarankan untuk menambah waktu
jangka penelitian. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil penelitian
yang lebih objektif mengenai masalah yang diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
Anto Dajan. 1999. Pengantar Metode Statistik. Jilid II. Jakarta : Pustaka LP3S Bambang Riyanto. 2002. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta :
Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada. Bank Indonesia. 1992. Undang-undang Republik Indonesia No. 7/1992
Tentang Perbankan. Jakarta : Bank Indonesia. Bank Indonesia. 1998. Undang-undang Republik Indonesia No. 10/ 1998
Tentang Perubahan Undang-undang Republik Indonesia No. 7/1992 Tentang Perbankan. Jakarta : Bank Indonesia.
Bentssson, Ann McDonagh. 2001. Manajemen Merger dan Akuisisi. Jakarta :
PT. Pustaka Binaman Pressiondo. Brigham, Eugeene F. & Gapenski, Louis C. 1998. Financial Management :
Theory and Practisce. 7th edition. Forth Worth : The Dryden Press. Chairul Marorn. 2001. Perbankan Penyajian Laporan Keuangan. Jakarta : PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia. Finnerty, John D. & Emery, Douglas R. 1999. Corporate Financial
Management. New Jersey : Prentice Hall International Inc. Hill Samuel Bank Limited. 1997. Mergers, Acquisitions and Alternative
Corporate Strategies. London : Mercury Books. Iswardono Sp. MA. Drs. 2000. Uang dan Bank. Edisi 4. Yogyakarta :BPFE. Korn, Meir. 1998. Money, Banking, and Financial Markets. 2nd Edition. Forth
Worth : The Dryden Press. Lukman Dendawijaya, MM., Ir., Drs. 2001. Manajemen Perbankan. Jakarta :
Ghalia Indonesia. Sjahrir. 1995. Tinjauan Pasar Modal. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Sugiono, Drs. 1997. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta Teguh Mulyono. 1990. Analisa Laporan Keuangan. Jakarta : Jembatan.
Thomas Suyatno, MM., Drs., dkk. 2001. Kelembagaan Perbankan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Zikmund, William G. 2000. Business Research Methods. 3rd Edition. Forth
Worth : The Dryden Press.
LAMPIRAN A. Kinerja Keuangan Sebelum Merger
Kinerja Keuangan Bank BBD, Bank BDN, Bank Exim, Bank Bapindo
Sebelum Merger Tahun 1994 1998
No BUMN Modal rentabilitas Likuiditas CAR ROA ER LDR
1 BBD 1994 12.24% 4.56% 1766.70% 94.64% 1995 24.24% 4.58% 1841.32% 94.85% 1996 31.27% 4.22% 1471.97% 93.64% 1997 20.48% 5.00% 938.34% 90.37% 1998 -39.57% -127.81% -422.96% 130.96% 2 BDN 1994 17.59% 12.34% 1991.50% 95.22% 1995 29.58% 11.92% 1942.02% 95.10% 1996 32.72% 11.72% 1525.79% 93.85% 1997 27.75% 17.31% 2212.07% 95.67% 1998 -79.30% -106.59% -234.41% 174.40% 3 Bank Exim 1994 31.48% 7.50% 1456.83% 93.58% 1995 28.64% 10.97% 1607.94% 94.14% 1996 26.77% 13.06% 1588.55% 94.08% 1997 -12.62% -150.26% -1290.36% 108.40% 1998 -144.91% -158.91% -209.66% 191.19% 4 Bapindo 1994 22.03% 0.43% 1209.29% 92.36% 1995 28.04% 0.29% 727.55% 87.92% 1996 37.04% 0.33% 777.63% 88.61% 1997 29.62% 14.64% 2248.53% 95.74% 1998 -30.44% -106.76% -450.75% 128.51%
B. Rata-rata Kinerja Keuangan
C. Kinerja Keuangan Sesudah Merger
Kinerja Keuangan Bank Mandiri Sesudah Merger
Tahun 1998-2002
No Tahun Modal Rentabilitas Likuiditas CAR ROA ER LDR
1998 13.46% 10.81% 2272.56% 95.79% 1999 22.38% 6.50% 1623.54% 94.20% 2000 16.42% 6.46% 1456.43% 93.58% 2001 28.51% 7.26% 1329.07% 93.00% 2002 22.87% -246.10% 8475.58% 98.83%
Rata-rata Kinerja Keuangan Bank BBD, Bank BDN, Bank Exim, Bank Bapindo Sebelum Merger
Tahun 1994 1998
No Tahun Modal rentabilitas Likuiditas CAR ROA ER LDR
1 1994 14,22% 4,054% 931,524% 56,232% 2 1995 17,252% 4,636% 855,502% 55,432% 3 1996 21,746% 5,866% 1072,788% 74,036% 4 1997 -236,83% -22,67% 821,716% 78,036% 5 1998 -4572,2% -8955% -26850,6% 121,654%