analisis perb. cerita daerah

53
PERBANDINGAN TEKS “KAMBING DAN MONYET” DAN “KEBAIKAN DIBALAS DENGAN KEJAHATAN” Oleh Wisman Hadi A. Pendahuluan Tulisan ini menyajikan masalah perbandingan teks yang berjudul “Kambing dan Monyet” dengan teks yang berjudul “Kebaikan Dibalas dengan Kejahatan”. Teks yang berjudul “Kambing dan Monyet” selanjutnya disebut teks I dan teks yang berjudul “Kebaikan Dibalas dengan Kejahatan” selanjutnya disebut teks II. Teks I diambil dari salah satu cerita (dongeng) masyarakat Bengkulu Selatan, khususnya masyarakat Kecamatan Seginim. Sedangkan, teks II diambil dari salah satu cerita mancanegara. Unsur yang diperbandingkan dari kedua teks tersebut meliputi aspek konteks linguistik dan konteks sosial. Dalam konteks linguistik hal yang diperbandingkan adalah unsur transitivitas (yang meliputi partisipan—dengan berbagai jenisnya, proses—dengan berbagai jenisnya, dan sirkumstan— dengan berbagai jenisnya). Selain itu, diuraikan juga masalah konjungsi, pronomina, serta kata, grup, dan klausa yang mengisi partisipan. Sedangkan, dari segi konteks sosial hal yang diperbandingkan meliputi (1) konteks situasi—isi, pelibat, dan cara, (2) konteks budaya, dan (3) ideologinya. B. Perbandingan Unsur Transitivitas Teks I dan Teks II Transitivitas merupakan struktur bahasa untuk merepresentasikan pengalaman (Saragih, 2002:54). Satu unit

Upload: miki-irsyad

Post on 11-Dec-2014

119 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

dala penulisan laporan diperlukan adanya kesunguhan dalam modal dan tujuan penulisan.maka ada satu contoh yang konkrit dalam pembuatan alporan mengenai bagaimana kita melakukan perbandingan dalam mengungkapkan cerita-cerita daerah yang terkadang mencerminkan kekhususan tertentu dalam penulisannya.

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Perb. Cerita Daerah

PERBANDINGAN TEKS “KAMBING DAN MONYET” DAN “KEBAIKAN DIBALAS DENGAN KEJAHATAN”

Oleh Wisman Hadi

A. Pendahuluan

Tulisan ini menyajikan masalah perbandingan teks yang berjudul “Kambing dan

Monyet” dengan teks yang berjudul “Kebaikan Dibalas dengan Kejahatan”. Teks yang

berjudul “Kambing dan Monyet” selanjutnya disebut teks I dan teks yang berjudul

“Kebaikan Dibalas dengan Kejahatan” selanjutnya disebut teks II. Teks I diambil dari

salah satu cerita (dongeng) masyarakat Bengkulu Selatan, khususnya masyarakat

Kecamatan Seginim. Sedangkan, teks II diambil dari salah satu cerita mancanegara.

Unsur yang diperbandingkan dari kedua teks tersebut meliputi aspek konteks

linguistik dan konteks sosial. Dalam konteks linguistik hal yang diperbandingkan adalah

unsur transitivitas (yang meliputi partisipan—dengan berbagai jenisnya, proses—dengan

berbagai jenisnya, dan sirkumstan—dengan berbagai jenisnya). Selain itu, diuraikan juga

masalah konjungsi, pronomina, serta kata, grup, dan klausa yang mengisi partisipan.

Sedangkan, dari segi konteks sosial hal yang diperbandingkan meliputi (1) konteks

situasi—isi, pelibat, dan cara, (2) konteks budaya, dan (3) ideologinya.

B. Perbandingan Unsur Transitivitas Teks I dan Teks II

Transitivitas merupakan struktur bahasa untuk merepresentasikan pengalaman

(Saragih, 2002:54). Satu unit pengalaman dipaparkan secara lengkap di dalam klausa.

Klausa terdiri atas tiga unsur, yaitu (1) proses, (2) partisipan, dan (3) sirkumstan. Proses

merupakan inti pengalaman karena ia menentukan jumlah dan jenis partisipan. Dengan

kata lain, peran partisipan terletak pada keterkaitannya dengan proses. Partisipan terbabit

langsung dalam proses karena proses langsung mengenainnya, mewujudkannya,

menceritakannya, dan memanfaatkannya. Sirkumstan berada di sekitar partisipan dan

tidak terbabit langsung kepada proses. Berdasarkan keterbabitannya dengan proses,

partisipan dilabeli berdasarkan jenis proses, sementara itu sirkumstan berlaku untuk

semua jenis proses.

Proses itu dapat dikelompokkan ke dalam beberapa macam, yakni proses materi,

proses mental, proses verba lingual, proses prilaku, proses relasional, dan proses

metereologikal (Gerrot dan Wignell 1994 dalam Sutjaja, 2005:65). Uraian singkat

tentang proses itu terlihat pada tabel 1 di bawah ini.

Page 2: Analisis Perb. Cerita Daerah

Tabel 1 Jenis Proses

Proses Acuan Makna

Materi tindakan atau pristiwa: bersifat fisik dan materi

Perilaku bersifat fisiologis dan psikologis

Mental penginderaan: berkait dengan emosi, intelek, dan indera (kognisi, afeksi)

Verbal pernyataan: berkaitan dengan pengungkapan atau penyebutan lingual

Relasional kesetaraan atau atribut

Eksistensional keberadaan

Metereolojikal berkaitan dengan keadaan cuaca

Teori di atas dijadikan acuan dalam mengkaji transitivitas yang terdapat dalam

kedua teks: “Kambing ngan Beghuk” yang diambil dari salah satu cerita daerah di

Bengkulu Selatan dan “Kebaikan Dibalas dengan Kejahatan” yang yang diambil dari

salah satu cerita mancanegara.

1. Proses dalam Cerita I dan II

Dalam cerita I dan II terdapat sangat banyak proses. Proses-proses tersebut

terlihat pada uraian di bawah ini.

a. Proses Material

Proses material adalah aktivitas atau kegiatan yang menyangkut fisik dan nyata

dilakukan pelakunya. Karena sifatnya seperti itu, maka proses material dapat diamati

dengan indera. Proses material dalam kedua teks itu terlihat dari pemakaian grup verbal.

Proses itu terlihat dalam tabel 2 dan 3 di bawah ini.

Tabel 2 Proses Material dalam Teks I

Kategori:Tatabahasa

Subjek Predikat Objek

1. klausa 2. klausa 3. klausa

4. klausa 5. klausa 6. klausa 7. klausa 8. klausa 9. klausa 10. klausa 11. klausa 12. klausa

merekamonyetmonyet

kambing kambing kita merekamerekamerekamerekamonyetmonyet

menikmati sangat rakus melalapmenghabisi

telah kembali membawamemberikanmenanammencari banyak menemui sampai menikmati sangat rakus melalap, menghabisi

buah pisang yang sangat lezat pisang-pisang pisang-pisang yang mereka kumpulkan obatobatpisangbibit pisangrintangan *buah pisang yang sangat lezatpisang-pisangpisang-pisang yang mereka

Page 3: Analisis Perb. Cerita Daerah

13. klausa 14. klausa

15. klausa 16. klausa 17. klausa 18. klausa 19. klausa 20. klausa 21. klausa 22. klausa 23. klausa

24. klausa 25. klausa 26. klausa 27. klausa 28. klausa 29. klausa 30. klausa 31. klausa

kambingmereka

merekamerekakambingmonyetiaiamonyetmereka punmereka

merekapisang Kambingiaiaiaiakambingkambing

telah kembali membawa menghabisi

pulang sambil membawa membawamembawa berjalan mebawaberjalan sampaitersenyum lega dan sangat senangmenanamkan sudah masakmelalap pergi mencaridapat memanjatmenghubungipergimenyodorkan

kumpulkanobatpisang-pisang yang kita kumpulkan*bibit pisangsebatang saja bibit pisangdua batang*dua bibit pisang**

pisang yang dibawa tadi

pisangobat*monyet*obat yang dibawanya

Kategori:Makna

Partisipan: Aktor

Proses: Materi/Tindak

Partisipan: Goal

Berdasarkan tabel 2 di atas dapat diketahui subjek (aktor), predikat

(materi/tindak), dan partisipan (goal). Subjek dan objek sangat ditentukan oleh predikat

(verba atau group verba). Artinya, keberadaan partisipan, baik aktor maupun goal sangat

ditentukan oleh verba ataugroup verba yang ada. Group verba atau verba itu ada yang

menuntut kehadiran partisipan-goal dan ada yang tidak. Berikut ini dicontohkan verba

yang mewajibkan adanya partisipan-goal itu.

Mereka menikmati buah pisang yang sangat lezat.Partisipan Proses: Partisipan:Aktor Materi Goal

Selain itu, ada juga partisipan medial. Partisipan medial adalah partisipan (aktor)

melakukan perbuatan, dan perbuatan itu ditujukan kepada dirinya sendiri, misalnya

Kambing pergi.

Partisipan: Aktor dalam teks I ada yang berupa nama (kambing, monyet), ada

yang berupa pronomina kedua jamak (kita), ada yang berupa pronomina ketiga tunggal

(ia), dan ada yang berupa milik (pisang kambing). Dari segi Proses, ada yang berupa

verba intrasitif (misalnya, pergi) dan ada yang berupa grup verba (misalnya, telah

kembali membawa). Dari segi Partisipan: Goal, ada yang berupa kata (misalnya,

Page 4: Analisis Perb. Cerita Daerah

monyet), ada yang berupa grup (misalnya, dua bibit pisang), dan ada yang berupa

nominalisasi (misalnya, pisang-pisang yang mereka kumpulkan).

Tabel 3 Proses Material dalam Teks II

Kategori:Tatabahasa

Subjek Predikat Objek Sirkumstan

1. klausa2. klausa

3. klausa

4. klausa5. klausa

6. klausa

7. klausa

8. klausa 9. klausa 10. klausa

11. klausa

12. klausa

13. klausa

14. klausa

15. klausa

16. klausa17. klausa

petani itu petani itu

petani itu

ular ituular itu

mereka

petani dan ular itu pun

aku

keduanya

petani itu

mereka

petani itu

mereka

petani itu

petani itu

mereka pundia

meloncat mudur mengangkat

masih sempat meloncat merayap ingin mematuk

bertemu

berjalan bersamaan

selalu meberikan

meneruskan

kemudian kembali berjalan berpapasan

mengusir rubah

kemudian kembali

menindih kembali

telah mengunci erat-eratberjalan lagimenyelinap

*batu yang menjepit tubuh ularmenghindarinya

-nya

*

*

wol

perjalanan

*

*

*

*

si ular

kandang domba, babi, dan itik**

karena takut

ke luar

dengan seekor kuda tua yang melangkah terseok-seok

untuk majikanku mendampingi ular

dengan rubah, tak lama kemudiandengan acungan senapan dan dua ekor anjing galakke tempat batu itu

dengan batu itu

Kategori:Makna

Partisipan: Aktor

Proses: Materi/Tindak

Partisipan: Goal

Proses material dalam teks I tergambar dalam 31 klausa. Dari 31 klausa tersebut,

tujuh klausa yang berupa verba material tanpa objek. Dengan kata laih, klausa-klausa itu

memiliki partisipan yang bersifat medial. Sedangkan 34 klausa memiliki dua partisipan

yakni, partisipan: aktor dan partisipan: goal.

Dalam teks II terdapat 17 klausa yang menyatakan proses material. Dari 17 klausa

itu, sembilan klausa merupakan klausa medial (pelibatnya berbuat untuk dirinya sendiri)

Page 5: Analisis Perb. Cerita Daerah

dan delapan klausa merupakan klausa tnrasitif—memiliki dua partisipan, yakni

partisipan:aktor dan partisipan goal.

Berdasarkan uraian di atas dapat dibuat asumsi bahwa banyaknya klausa material

pada teks I disebabkan karena teks I lebih banyak menekankan hal yang bersifat fisik.

Sedangkan dalam teks II lebih banyak menekankan hal yang bersifat mental. Aktifitas

yang bersifat mental dalam teks II dituntut karena pelibat (petani) berusaha mengatasi

masalah yang sedang dihadapinya.

Partisipan: Aktor dalam teks II ada yang berupa nama/grup nomina (petani itu,

ular itu), ada yang berupa pronomina pertama (aku), ada yang berupa pronomina ketiga

tunggal (dia), ada yang berupa pronomina ketiga jamak (mereka), dan lain-lain. Dari segi

Proses, ada yang berupa verba intrasitif (misalnya, berjalan) dan ada yang berupa grup

verba (misalnya, masih sempat mundur). Dari segi Partisipan: Goal, ada yang berupa kata

(misalnya, wol) dan ada yang berupa grup (misalnya, batu yang menjepit tubuh ular).

b. Proses Mental

Proses mental menunjukkan kegiatan atau aktivitas yang menyangkut indera,

kognisi, emosi, dan persepsi yang terjadi di dalam diri manusia, seperti melihat,

mengetahui, menyenangi, membenci, menyadari, dan mendengar. Proses mental dalam

kedua teks tersebut terlihat dalam tabel 4 dan 5 di bawah ini.

Tabel 4 Proses Mental dalam Teks I

Kategori:Tatabahasa

Subjek Predikat Objek

1. klausa2. klausa3. klausa4. klausa5. klausa6. klausa7. klausa8. klausa

monyetmonyetkambing pun hati kambingmonyetmomyetIa Monyet

tidak sakitsakit peruttidak berkeberatansangat senangdiam sajatidak menghiraukan sangat kecewa berpikir

***** permohonan si Kambing terhadap perlakuan monyet *

Kategori:Makna

Partisipan: Pengindera

Proses: Mental

Partisipan:Fenomena

Page 6: Analisis Perb. Cerita Daerah

Tabel 5 Proses Mental dalam Teks II

Kategori:Tatabahasa

Subjek Predikat Objek Sirkumstan

1. klausa

2. klausa

3. klausa

4. klausa

5. klausa

6. klausa

7. klausa

8. klausa

9. klausa

10. klausa

11. klausa 12. klausa

13. klausa

seorang petani yang bodohdia

ia

dia

aku

ular itu

aku

mereka

ular itu

petani itu pun

rubah

rubah

rubah

mendengar

menoleh

mencari

melihat

tak mengerti

mendengus

tahu

melihat

melihat

melihat

tak percaya

mendengar

kecewa

suara jeritan

*

suara itu

seekor ular yang terjepit

*

*

itu

domba sedang merumput*

seekor rubah

*

bagaimana tadi ular terjepit di antara bebatuan

*

ke sana kemari

dengan lebih telitidi antara batu-batu

ketika sampai di padangsebelum

Kategori:Makna

Partisipan: Pengindera

Proses: Mental

Partisipan:Fenomena

Berdasarkan tabel 4 dan 5 di atas dapat diketahui bahwa proses mental lebih

banyak terdapat pada teks II. Dalam teks I terdapat delapan klausa yang menyatakan

proses mental. Dari delapan klausa itu, tujuh klausa merupakan klausa medial. Klausa

medial adalah klausa yang partisipannya berbuat untuk dirinya sendiri.

Teks II memiliki 13 klausa yang menyatakan proses mental. Proses mental

tersebut ada yang berupa klausa medial dan ada yang berupa klausa transitif. Klausa

medial meliputi klausa 2, 5, 6, 9, 11, dan 13. sedangkan klausa 1, 3, 4, 7, 8, 10, 12,

termasuk klausa transitif.

Secara umum dapat dikatakan bahwa proses mental lebih banyak terdapat pada

teks II. Hal ini dapat saja disebabkan karena teks II lebih banyak menekankan hal yang

bersifat mental. Aktifitas yang bersifat mental dalam teks II dituntut karena pelibat

Page 7: Analisis Perb. Cerita Daerah

(petani) berusaha mengatasi masalah yang sedang dihadapinya. Selain itu, pelibat dalam

teks II lebih banyak dibandingkan dengan teks I.

c. Proses Verbal

Proses verbal berada antara proses mental dan relasional. Dengan demikian,

proses verbal sebagian memiliki ciri proses mental dan sebagian memiliki ciri proses

relasional. Secara semantis, proses verbal menunjukkan aktivitas atau kegiatan yang

menyangkut informasi, seperti verba berkata, mengatakan, bertanya, memerintah,

meminta, menginstruksikan, mengaku, menjelaskan, menerangkan, mengkritik, menguji,

memberi tahu, menegaskan, menekankan, menceritakan, menolak, berteriak, berseru,

berjanji, bersumpah, dan lain-lain (Saragih, 2002:36). Proses verbal dalam teks I dan II

terlihat dalam tabel 6 dan 7 di bawah ini.

Tabel 6 Proses Verbal I

Kategori:Tatabahasa

Penyampai Proses Verbal Perkataan Penerima

1. klausa

2. klausa

3. klausa

4. klausa

5. klausa

kambing

ia

monyet

kambing

monyet

berkata

mohon

langsung mengiakan

meminta

mengatakan

Nyet, ayo kita menanam pisangmencarikan obatnya

panjatlah pisangku nanti kita bagi duajatuhkan pisangnya

tadi banyak monyet datang kemari

kepada monyet

kepada kambing

tawaran kambing

kepada monyet

kepada kambing

Tabel 7 Proses Verbal II

Kategori:Tatabahasa

Penyampai Proses Verbal Perkataan Penerima

1. klausa

2. klausa

3. klausa

4. klausa

5. klausa

binatng itu

petani

petani

ular

ular

mohon dengan mengiba-iba “

menjawab

berkata

berkata

berkata

Tolonglah aku, Tuan keluarkanlah aku dari himpitan batu ini

aku bisa saja menolongmu

kamu pasti akan mematukku dan menyemburkan racunmu

aku tak akan berbuatsekeji itu

air susu harus dibalas dengan air tuba

kepada petani

ular

ular

petani

Page 8: Analisis Perb. Cerita Daerah

6. klausa

7. klausa

8. klausa

9. klausa

10. klausa

11. klausa

12. klausa

13. klausa

14. klausa

15.

16. klausa

17. klausa

18. klausa

petani

petani

petani

kuda

petani

domba

petani

ruba

petani

ruba

ruba

ruba

petani

menyahut dengan cepat

berkata

bertanya

menjawab

bertanya

menjawab

berkata

menjawab

bertanya

menjawab

menagih

berkata

menjawab

tunggu dulu

sebaiknya kita tanyakan dengan yang lain lagi

kebaikan harus dibalas dengan apa

kebaikan harus dibalas dengan kejahatan

kebaikan harus dibalas dengan apa

kebaikan harus dibalas dengan kejahatan

sebentar lagi aku akan menemuimu dengan seekor ular,kalau kutanya, jawablah bahwa budi baik harus dibalas denan budi baik pula. Nati kuberi kau anak domba, anak babi, dan anak itik yang gemuk

boleh juga tawaranmu

hai ruba, bagaimana menurut pendapatmu, budi baik harus dibalas dengan apa?

budi baik harus dibalas dengan kebaikan pula

janji petani

wah, sekarang kau jadi pintar yah?

Memang benar kata ular itu.

ular

ular

kuda

petani

domba

petani

ruba

petani

ruba

petani

petani

petani

rubah

Dalam teks I hanya terdapat lima klausa yang menyatakan proses verba.

Sedangkan dalam teks II terdapat 18 klausa. Penyebab utama banyaknya proses verba

dalam teks II ini karena pelibat dalam teks II lebih banyak dibandingkan dalam teks I.

Page 9: Analisis Perb. Cerita Daerah

d. Proses Prilaku

Proses tingkah laku (behavioural) merupakan aktivitas fisiologis yang

menyatakan tingkah laku fisik manusia. Secara semantis, kategori proses prilaku terletak

antara proses material dan mental. Implikasinya adalah sebagian proses tingkah laku

memiliki sifat proses material dan sebagian lagi memiliki ciri proses mental. Yang

termasuk proses tingkah laku adalah verba bernafas, berbatuk, pingsan, menguap,

sendawa, tidur, tersenyum, mengeluh, tertawa, menggerutu, dan sebagainya.

Secara sintaktis partisipan dalam klausa tingkah laku disebut petingkah laku

(behaver). Biasanya, klausa tingkah laku hanya memiliki satu partisipan, seperti terlihat

dalam klausa berikut ini.

Mariam menangis dengan pilu.Peringkah laku Proses: Tingkah laku Sirkumstan

Tabel 8 Proses Perilaku dalam Teks IKategori:Tata bahasa

Petingkah Laku Proses: Tingkah Laku

klausa monyet manggut-manggut

Terdapat satu klausa yang menyatakan proses perilaku dalam teks I. klausa

tersebut terlihat pada tabel 8. Sedangkan, teks II tidak memiliki jenis proses ini.

e. Proses Wujud

Proses wujud menunjukkan keberadaan satu entitas. Secara semantik proses

wujud terjadi antara proses material dan proses relasional. Dengan letaknya yang

demikian, pada satu sisi proses wujud memiliki ciri proses material dan di sisi lain

memiliki ciri proses relasional. Dalam bahasa Inggris proses wujud lazimnya ditandai

dengan pemarkah klausa there. Berbeda dengan sifat bahasa Inggris yang menuntut

subjek dalam klausa, dalam bahasa Indoensia proses wujud tidak didahului oleh subjek.

Proses wujud ada dapat muncul di dalam klausa, seperti dalam klausa Ada tiiga ekor

anjing di dalam kandang itu. Yang termasuk proses wujud adalah verba ada, berada,

bertahan, muncul, terjadi, bersebar, dan tumbuh. Partisipan dalam verba proses disebut

maujud (existent). Proses wujud dalam teks I dan II terlihat pada tabel 9 dan 10 di bawah

ini.

Page 10: Analisis Perb. Cerita Daerah

Tabel 9 Proses Wujud dalam Teks I

Kategori:Tata Bahasa

Proses: Wujud Mauwujud Sirkumstan

1. klausa

2. klausa

3. klausa

4. klausa

ada

ada

mereka

banyak pohon pisang

cerita yang menarik

sepasang Kambing dan Monyet

hidup

yang bagus-bagus

yang telah bersahabat sejak lamasecara berdampingan

di tempat itu

Tabel 10 Proses Wujud dalam Teks IIKategori:Tata Bahasa

Proses: Wujud Mauwujud

klausa ada pendapat yang lain lagi

Dalam teks I terdapat empat klausa yang berisi verba proses: wujud. Klausa

pertama dalam teks I merupakan klausa pembuka yang disampaikan oleh pencerita.

Klausa yang kedua merupakan klausa yang mengawali cerita itu. Proses wujud dalam

klausa ketiga menggunakan pronomina orang ketiga jamak ‘mereka’, sedangkan

mawujudnya adalah hidup berdampingan. Sedangkan proses wujud pada klausa keempat

adaalah banyak pohon pisang.

Secara kuantitas, proses wujud dalam teks I jauh lebih banyak dibandingkan

dengan proses wujud pada teks II. Pada teks II hanya ada satu klausa yang menyatakan

proses wujud.

f. Proses Relasional

Proses relasional berfungsi menghubungkan satu entitas dengan mauwujud atau

lingkungan lain di dalam hubungan intensif, sirkumstan, atau kepemilikan dan dengan

cara (mode) identifikasi atau atribut. Secara semantis, hubungan intensif menunjukkan

hubungan satu entutas dengan entitas lain, seperti Ayahnya dokter. Hubungan sirkumstan

menunjukkan hubungan satu entitas dengan lingkungan yang terdiri atas lokasi (waktu,

tempat, dan urut), sifat, peran atau fungsi, sertaan, dan sudut pandang seperti Saudara

sepupunya di Medan, Pesta itu minggu lalu, Adik bersama kakak, dan Uraian

Page 11: Analisis Perb. Cerita Daerah

penembakan itu menurut versi TNI. Hubungan kepemilikan menunjukkan kepunyaan,

seperti Pak Atan mempunyai dua trakor; Kambing itu kepunyaan kami.

Di dalam bahasa Indonesia proses relasional direalisasikan oleh verba, seperti

adalah, menjadi, merupakan, kelihatan, berharga, bernilai, kedengaran, terdengar,

menunjukkan, menandakan, memainkan, mempunyai, memiliki, dan lain-lain (lih.

Saragih, 2002:32). Pemakaian proses relasional dalam klausa I adalah Keduanya

kelihatan sangat kompak dan proses relasional dalam kalusa II adalah Ular (merupakan)

binatang licik.

2. Sirkumstan

Sirkumstan merupakan lingkungan, sifat, atau lokasi (baik tempat maupun waktu)

berlangsungnya proses. Oleh sebab itu, label sirkumstan berlaku untuk sema jenis proses.

Sirkumstan setara dengan keterangan seperti yang lazim digunakan dalam tata bahasa

ttradisional (lih. Saragih, 2002:40).

Sirkumstan terdiri atas rentang (extent) yang dapat berupa jarak atau waktu,

lokasi (location), yang dapat mencakupi tempat atau waktu, cara (manner), sebab

(cause), lingkungan (kontingency), penyerta (accompaniment), peran (role), masalah

(matter), dan sudut pandang (angle). Perlu juga ditambahkan di sini dengan keterangan

tujuan. Konsep sirkumstan setara dengan keterangan (adverb) dalam tata bahasa

tradisional.

Tabel 11 Sirkumstan dalam Teks ISubjek Predikat Objek/Pel Sirkumstan Tempat

mereka mereka monyet pohon pisang yang bagus-bagus

mencari

sampai

berjalan

sangat banyak

bibit pisang

-

-

-

ke daerah yang sangat jauh

di suatu tempat

di belakang kambing

di tempat itu

Subjek Predikat Objek/Pel Sirkumstan Waktusepasang kambing dan monyet

kambing

mereka pun

telah bersahabat

berkata

sampai

kepada monyet

-

sejak lama

suatu hari

setelah menempuh perjalanan sangat jauh

Subjek Predikat Objek/Pel Sirkumstan Rentangmonyet menghabisi pisang-pisang yang

mereka kumpulkanselama kambing mencari obat

Page 12: Analisis Perb. Cerita Daerah

mereka pulang sambil membawa

bibit pisang tidak lama kemudian

Subjek Predikat Objek/Pel Sirkumstan Tujuanmereka mencari bibit pisang untuk mewujudkan rencana

tersebut

Subjek Predikat Objek/Pel Sirkumstan Sebabmonyet

kambing

memohon

membantu

kepada kambing untuk mencari obatmonyet mebawa bibit pisang

karena monyet sakit perut

karena melihat temannya yang sakit

Subjek Predikat Objek/Pel Sirkumstan Lingkungan

Mereka banyak menemui rintangan dalam perjalanan

Subjek Predikat Objek/Pel Sirkumstan Caramonyet

monyet

monyet

ia

monyet

ia

membuang

menjawab

mengatakan

berjalan

berjalan

melalap

obat tersebut

-

inilah yang kita cari

sambil membawa bibit pisang

pisang

dengan kepiawaiannya

dengan semangat

sambil manggut-manggut

dengan susah payah

di… sambil merengek-renget kesakitan

dengan rakus

Tabel 12 Sirkumstan dalam Teks I

Subjek Predikat Objek/Pel Sirkumstan Tempat dia

dia

mereka

ia

membiarakan

melihat

kembali

tak melihat

ular itu

seekor ular yang terjepit

siapa pun

ke luar

di antara batu-batu

ke tempat batu itu

di sekitarnya

Subjek Predikat Objek/Pel Sirkumstan Waktumereka

ular itu

ular itu

melihat

mematuk

melihat

seekor domba sedang merumput

-nya

dia

ketika sampai di padang

tiba-tiba

sebelum

Page 13: Analisis Perb. Cerita Daerah

aku

mereka

suara

petani itu

petani itu

dia

dia

majikaku

akan menemui

berpapasan

terderngar lagi

telah mengunci erat-erat

mendengar

membiarkan

mencukur

selalu merawat-

-mu

dengan rubah

kandang domba, kandan babi, serta kandang itik

ada jeritan

buluku tumbuh lebat hingga aku pingsan kepanasan

buluku hingga aku menggigil kedinginan

-ku dengan penuh kasih sayang

sebentar lagi, dengan seekor ular

tak lama kemudia

tiba-tiba

ketika malam harinya, waktu rubah menagih janji

ketika sedang asyik mengumpulkan kayu-kayu kering

di musim panas

di musim dingin

waktu aku masih muda dan kuat

Subjek Predikat Objek/Pel Sirkumstan Sebabpetani itu meloncat mudur karena takut

Subjek Predikat Objek/Pel Sirkumstan Kesertaanaku akan menemui- -mu sebentar lagi dengan seekor

ular

Subjek Predikat Objek/Pel Sirkumstan Alatpetani itu

aku akan

petani itu

menindih kembali

mematuk

mengusir

si ular

kau

rubah

dengan batu

dengan gigiku yang berbisa

dengan acungan senapan dan dua ekor anjing galak

Subjek Predikat Objek/Pel Sirkumstan Cara

ia

petani itu

petani

mencari

telah mengunci

berkata

suara itu

kandang domba, babi, dan itik

dengan lebih teliti

erat-erat

dengan senyum kemenangan

Baik pada Teks I maupun pada teks II sama-sama mempunyai banyak jenis

sirkumstan. Sirkumstan pada teks I terlihat pada tabel 11 yang meliputi sirkumstan

tempat, waktu, rentang, tujuan, sebab, lingkungan dan cara. Sedangkan dalam teks II

terdapat sirkumstan tempat, waktu, sebab, kesertaan, alat, dan cara.

Page 14: Analisis Perb. Cerita Daerah

Semua sirkumstan tempat dalam teks I dan II berupa grup. Sedangkan sirkumstan

waktu dalam kedua teks itu sangat variatif. Kebervariasian itu ditunjukan oleh sirkumstan

waktu ada yang berupa kata, ada yang berupa grup, dan ada yang berupa klausa. Dalam

teks I ada tiga sirkumstan waktu, yakni sangat lama (group), suatu hari (group), dan

setelah menempuh perjalanan sangat jauh (klausa); dan dalam teks II ada 10 sirkumstan.

Kesepuluh sirkumstan itu dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yakni kelompok kata

(sebelum, tiba), kelompok group (sebentar lagi, tidak lama kemudian, di musim panas,

dan di musim dingin), dan kelompok klausa (ketika sampai di padang, ketika malam

harinya waktu rubah menagih janji, ketika sedang asyik mengumpulkan kayu-kayu

kering, dan waktu aku masih muda dan kuat).

Dalam teks I terdapat satu sirkumstan dua sebab (karena monyet sakit perut,

karena melihat temannya yang sakit) dan dalam teks II terdapat satu sirkumstan sebab

(karena takut). Baik pada teks I maupun pada teks II sirkumstan sebab itu berupa klausa

terikat.

Sirkumstan cara sama-sama ditemui pada kedua teks itu. Dalam teks I terdapat

lima sirkumstan cara, yakni: dengan kepiawaiannya, dengan semangat, dengan susah

payah, sambil merengek-rengek kesakitan, dan dengan rakus. Sedangkan dalam teks II

terdapat tiga sirkumstan cara, yaitu: dengan lebih teliti, (secara) erat-erat, dan dengan

senyum kemenangan.

Ada tiga jenis sirkumstan lagi dalam teks I dan ada satu sirkumstan lagi dalam

teks II (sirkumstan alat, yang meliputi dengan batu, dengan giginya yang berbisa, dan

dengan ancungan senapan dan dua ekor anjing galak). Ketiga jenis sirkumstan dalam teks

I meliputi, sirkumstan rentang, sirkumstan tujuan, dan sirkumstan lingkungan.

Sirkumstan rentang dalam teks I ada dua, ada yang berupa grup (tidak lama kemudian)

dan ada yang berupa klausa (selama kambing mencari obat). Sirkumstan tujuan dalam

teks I ada satu (untuk mewujudkan rencana tersebut) dan sirkumstan lingkungan juga

satu (dalam perjalanan).

C. Perbandingan Konteks Sosial dalam Teks I dan II

Adenan (2006) menyatakan bahwa untuk dapat mencipta makna, perlu diketahui

lebih dahulu di mana makna diperoleh. Makna utuh didapatkan dalam teks, dan teks

terdapat dalam konteks. Di dalam bahasa sebagai sumber segala pilihan makna dikenal

adanya konteks budaya (context of culture) dan konteks situasi (context of situstion).

Page 15: Analisis Perb. Cerita Daerah

Teks di dalam konteks disebut genre. Genre mengandung tujuan sosial tertentu, misalnya

menghibur atau mengajarkan kepada masyarakat suatu perilaku. Genre biasanya

berbentuk narrative dan penulisannya dimulai dengan orientasi (pengenalan masalah),

komplikasi, evolusi masalah, dan revolusi (keputusan tentang masalah). Konteks situasi

mengandung teks dengan tujuan sosial di dalam lingkup tertentu. Di dalam konteks

situasi ada tiga fase utama yaitu bidang (field), tenor, dan modus (mode). Bidang adalah

apa yang sedang terjadi—berisi pengertian tentang topik atau isi teks. Bidang juga

merupakan sistem pilihan yang potensial, yaitu tentang pilihan yang diharapkan akan

terjadi dalam konteks sosial. Pilihan-pilihan tersebut dapat jelas dimengerti dari kosa kata

dan tata bahasa teks. Tenor berkaitan dengan sifat hubungan antara pemakai bahasa di

dalam konteks sosial tertentu. Di dalam tulisan, tenor dinyatakan melalui hubungan

pembaca dan penulis. Sedangkan modus berkaitan dengan saluran komunikasi, yaitu

tentang penggunaan bahasa apa untuk suatu konteks situasi tertentu.Seperti di dalam

konteks situasi, di dalam bahasa terdapat tiga jenis makna yaitu makna ide (ideational

meaning), makna antarpartisipan (interpersonal meaning), dan makna teks (textual

meaning) (Halliday, 1979:58). Model bahasa berdasarkan SFL terdapat ikatan yang tidak

eksklusif antara tiap fase situasi – yaitu bidang, tenor, dan modus – serta ketiga jenis

makna tersebut di atas.

1. Konteks Sosial

Konteks sosial merupakan segala sesuatu yang mendampingi pemakaian

bahasa atau teks. Konteks sangat menentukan arti. Dengan kata lain, arti terbentuk dalam

konteks. Pada dasarnya, dalam setiap interaksi arti dapat dinyatakan dengan dua cara.

Pertama, arti dikodekan oleh bentuk bukan bahasa (nonverbal realization), seperti gerak

tangan dan ekspresi wajah ataau langkah. Kedua, arti direalisasikan oleh bahasa. Kedua

realisasi arti itu dapat terjadi pada saat yang sama.

Konteks merupakan wahana terbentuknya teks. Dalam pandangan LFS arti yang

terrealisasi dalam teks merupakan hasil interaksi pemakai bahasa dengan konteks.

Dengan kata lain, teks wujud dalam konteks sosial tertentu dan tidak ada teks tanpa

konteks. Hubungan antara konteks dan teks adalah hubungan konstrual ssemiotik.

Artinya, konteks dan teks saling menentukan, konteks menentukan teks dan teks pada

gilirannya menuju konteks.

Page 16: Analisis Perb. Cerita Daerah

a. Konteks Situasi

Konteks situasi terjadi dari tiga komponen, yaitu bidang atau isi (field), pelibat

(participant), dan cara (mode). Isi menunjukkan apa yang terjadi (Halliday & Hassan,

1985:12). Dengan demikian, isi mencakup peristiwa terjadinya teks dan sifat hakiki

terjadinya teks dengan tumpuan pada kreteria apakah peristiwa itu terikat oleh (aturan)

suatu institusi (Leckie-Tarry, 1995:36). Unsur yang membangun isi terdiri atas tiga

aspek, yaitu arena/kegiatan, ciri partisipan/pelibat, dan ranah semantik (lih. Saragih,

2002:194).

1) Isi

Arena teks I adalah sebuah tempat, kebun pisang, dan hutan belantara. Sifat

situasinya adalah (-) terinstitusi karena cerita seperti itu dapat disampaikan oleh siapa

pun. Ciri pelibat dalam Teks I adalah hewan. Hewan tersebut merupakan partisipan

yang berperilaku seperti manusia. Hewan yang dijadikan partisipan adalah Kambing dan

Monyet. Kambing dan Monyet memerankan dua sifat yang bertentangan. Kambing

memiliki sifat penolong, polos, dan punya inisiatif. Sedangkan, Monyet bersifat culas

atau rakus, licik, dan egois. Ranah semantik dalam Teks I berciri (-) spesialisasi karena

tidak ada pembatasan atau siapa pun dapat menuturkan cerita itu. Dengan kata lain, untuk

menuturkan atau mengikuti cerita itu tidak dibutuhkan keahlian khusus, misalnya para

linguis, dokter, dan akuntan.

Arena teks II adalah sebuah desa, tempat yang bebatuan, dan padang rumput.

Sifat situasinya sama dengan teks I yakni (-) terinstitusi karena cerita seperti ini dapat

disampaikan oleh siapa pun. Ciri pelibat dalam Teks II agak berbeda dengan teks I—

yakni manusia dan hewan. Ada lima pelibat yang terdapat dalam teks II ini, yaitu petani

(+ insan), ular (- insan), kuda tua (-insan), domba (- insan), dan (- rubah). Sekalipun para

pelibatnya berbeda, tetapi mereka memiliki ciri yang sama. Hewan-hewan yang dijadikan

pelibat memerankan perilaku seperti manusia, bisa bicara, misalnya “Tolonglah aku, Tuan.

Keluarkanlah aku dari himpitan batu ini…., kata ular”, bisa meyakinkan “Oh kenapa kau berkata

demikian? Aku tak akan berbuat sekeji’ kata ular.”, bisa memberikan alasan, misalnya “Hai kuda

tua!” sapa petani. “menurut pendapatmu, budi baik harus dibalas dengan apa?” Dengan kejahatan,”

jawab kuda tua itu. Mengapa kau berkata demikian”, tanya petani dengan kecewa. “Sebab waktu aku

masih muda dan kuat, majikaku selalu merawatku dengan penuh kasih sayan.”, bisa berkolusi,

misalnya”Sebentar lagi aku akan menemuimu dengan seekor ular,” katanya menerangkan. “Kalau

kutanya, jawablah bahwa budi baik harus dibalas denan budi baik pula. Nanti kuberi kau anak domba,

Page 17: Analisis Perb. Cerita Daerah

anak babi, dan itik yang gemuk.” “Boleh juga tawaranm”, jawab rubah.”, dan bisa memberi solusi,

misalnya” Mereka kemudian kembali ke tempat batu itu dan atas anjuran rubah, petani itu menindih

kembali si ular dengan batu. Ranah semantik dalam Teks II berciri sama dengan teks I,

yaitu (-) spesialisasi karena tidak ada pembatasan atau siapa pun dapat menuturkan cerita

itu. Dengan kata lain, untuk menuturkan atau mengikuti cerita itu tidak dibutuhkan

keahlian khusus, misalnya para linguis, dokter, dan akuntan.

Jadi, dari segi isi antara teks I dan teks II memiliki persamaan dan perbedaan.

Persamaannya adalah sama-sama (-) terinstitusi, melibatkan binatang sebagai tokoh-

tokohnya, (-) spesialisasi. Sedangkan perbedaannya terletak pada kompleksitas para

pelibat, peran, dan ciri-cirinya.

2) Pelibat

Pelibat dalam teks I adalah sepasang Kambing dan Monyet. Kedua pelibat ini

memiliki hubungan kesetaraan atau setingkat. Dengan kata lain, mereka memiliki status

sama. Akan tetapi, hubungan antarpelibat itu berafeksi positif-negatif. Afeksi positif

terjadi ketika dua partisipan itu saling membutuhkan. Afeksi positif dalam cerita I hanya

terjadi pada Kambing sebab Kambing sangat percaya dan menyayangi Monyet. Akan

tetapi, setelah Kambing tahu bahwa Monyet itu merupakan teman (musuh) yang licik,

rakus, dan egois, maka ia mulai menumbuhkan afeksi negatif. Afeksi negatif itu terlihat

pada akhir cerita, ketika Monyet terjatuh sementara Kambing tidak memberikan

pertolongan.

Berdasarka uraian di atas dapat diketahui bahwa pelibat cerita dalam teks I berciri

(-) formal. Ciri (-) formal itu menandakan bahwa pelibat itu tidak memiliki ikatan dengan

suatu institusi. Selain itu, dari segi kontak, hubungan antarpelibat (+) sering. Keseringan

ini ditadai dengan status pelibat sebagai aktor yang telah lama bersahabat dan kedua

pelibat itu mendominasi cerita.

Pelibat dalam teks II adalah seorang petani, seekor ular, seekor kuda tua, seekor

domba, dan seekor rubah. Para pelibat ini memiliki hubungan kesetaraan atau setingkat.

Dengan kata lain, mereka memiliki status sama. Akan tetapi, hubungan antarpelibat itu

berafeksi positif di satu sisi dan berafeksi negatif di sisi lain. Afeksi negatif ditunjukkan

ular kepada petani da petani kepada rubah. Sedangkan afeksi positif ditunjukkan oleh

manusia kepada ular dan rubah kepada manusia. Selain itu afeksi negatif yang

mendudukung cerita ini ditunjukkan oleh kuda dan domba kepada manusia.

Page 18: Analisis Perb. Cerita Daerah

Ular dikatakan berafeksi negatif karena ia membalas kebaikan petani dengan

kejahatan, sebab ia ingin mematuk petani. Sedangkan petani dikatakan berafeksi positif

karena ia telah membebaskan ular dari penderitaan. Rubah dikatakan berafeksi positif

karena ia telah membantu petani dalam menyelesaikan kesulitan. Petani dikatakan

berafeksi negatif kepada rubah karena ia telah ingkar janji. Sedangkan kudan dan domba

dikatakan berafeksi negatif kepada manusia karena ia menganggap manusia sangat kejam

dan hanya mementingkan diri manusia itu sendiri.

Pelibat cerita dalam teks II berciri (-) formal. Ciri (-) formal itu menandakan

bahwa pelibat itu tidak memiliki ikatan dengan suatu institusi. Selain itu, dari segi

kontak, hubungan antarpelibat (+) sering. Keseringan ini ditadai dengan status pelibat,

baik antara petani dan ular, petani dan kuda tua, petani dan domba, maupun petani dan

rubah.

Dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara teks I dan teks II dari segi pelibat

terletak pada afeksi yang dimiliki para pelibat. Afeksi pada teks I tidak sekompleks

afeksi pada teks II.

3) Cara

Keterencanaan cerita dalam Teks I dan Teks II berciri (-) terencana dengan jarak

antara penutur cerita dan pendengar (-) jarak waktu/tempat. Keterbabitan teks

menunjukkan tingkat teks dan realitas yang diwakili. Dalam cerita I dan II penggunaan

bahasanya tidak menunjukkan kegiatan yang sedang berlangsung. Dengan kata lain,

keterbabitan bahasa dan realitas menunjukkan bahwa teks ini adalah rekonstruksi.

Medium adalah lisan karena cerita ini biasanya dituturkan.

b. Konteks Budaya

Konteks Budaya dibatasi pada kegiatan sosial yang bertahap dan berorientasi

pada tujuan (Martin, 1986 dalam Saragih, 2002:198-199). Berdasarkan tujuan sosialnya

teks dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis yaitu: argumentasi, diskusi, laporan

dan narasi yang masing-masing memilikistruktur tertentu.

Teks argumentasi bertujuan untuk menyatakan ide, pendapat atau gagasan dengan

dukungan sejumlah argumen. Teks ini juga disebut teks eksposisi.Penulis memakai salah

satu dari dua sudut pandang yaitu protagonist atau antagonis. Strukturnya adalah:

(Abstrak) ^ Tesis ^ [argument] n ^ Reiterasi.

Page 19: Analisis Perb. Cerita Daerah

Teks diskusi menyatakan ide, pendapat atau gagasan dengan dua sudut pandang

yaitu protagonis dan antagonis dengan dukungan sejumlah argument. Struktur

generiknya adalah (Abstrak) ^ Tesis ^ [argument P ^ Argumen A] n ^ Reiterasi. Teks

laporan berisi paparan mengenai suatu proses atau keadaan. Struktur generiknya adalah

Acuan ^ Prosedur ^ Temuan ^ Simpulan ^ Saran. Teks narasi berisi tuturan suatu

peristiwa yang di dalamnya terdiri dari suatu masalah dan masalah tersebut dicari

penyelesaiannya. Struktur generik dalam teks narasi adalah (Abstrak) ^ Orientasi ^

([Evaluasi]) ^ Komplikasi ^ Resolusi ^ (Koda).

Dalam konteks budaya dalam analisis ini yang perlu dijelaskan adalah struktur

generik dalam teks narasi. Struktur tersebut meliputi: (a) abstrak—membuka cerita;

biasanya abstrak menyatakan isi ringkas atau pembukaan ringkas cerita, (b) orientasi—

memperkenalkan para partisipan, peran mereka, dan tempat terjadinya (setting) peristiwa,

(c) evaluasi—berisi penilaian penutur, (d) komplikasi—menunjukkan masalah utama

cerita, (e) resolusi—mengacu kepada penyelesaian masalah, dan (f) koda—berupa

keterangan tambahan. Berikut ini disajikan struktur generik dalam teks I dan II.

Tabel 13 Struktur Generik Teks I

Abstrak Ada sebuah cerita yang sangat menarik.

Orientas Sepasang Kambing dan Monyet telah bersahabat sejak lama. Mereka hidup berdampingan. Bahkan keduanya sangat kompak. Suatu hari Kambing mengajak monyet mencari bibit pisang dan Monyet pun mengiakan ajakan si Kambing. Untuk mewujudkan rencana itu, mereka mencari bibit pisang ke daerah yang sangat jauh. Dalam perjalanan masuk hutan ke luar hutan, mereka menemukan banyak rintangan, tetapi semuanya dapat mereka atasi bersama. Akhirnya, mereka sampai di suatu tempat. Di tempat itu sangat banyak pohon pisang yang bagus-bagus. “Inilah yang kita cari” kata Monyet sambil manggut-manggut. “Ya” timbal Kambing. Mereka beristirahat sambil menikmati buah pisang yang sangat lezat. Monyet sangat rakus melalap pisang-pisang, akibatnya ia sakit perut. Karena monyet sakit perut, maka ia mohon kepada Kambing untuk mencari obat. Dan Kambing pun tidak berkeberatan, ia pergi mencari obat. Selama kambing pergi mencari obat, Monyet menghabisi pisang-pisang yang mereka kumpulkan. Sebenarnya Monyet tidak sakit.

Kambing telah kembali membawa obat. Lalu, obat itu diberikan kepada Monyet. “Ini obatnya, makanlah” kata Kambing sambil menyodorkan obat yang dibawanya. “Terima kasih” kata Monyet. Dengan kepiawaiannya, obat tersebut dibuang oleh Monyet tanpa sepengetahuan Kambing. “Bagaimana Nyet sudah enak perutnya” tanya Kambing. “Enak Bing, bosku yang baik hati” timpal si Monyet. “Bing, tadi banyak monyet datang kesini, mereka menghabisi pisang—pisang yang kita

Page 20: Analisis Perb. Cerita Daerah

kumpulkan. Aku tidak berdaya untuk melawan, maklumlah…” tutur Monyet. “Ya ngak apa-apa, yang penting Engkau selamat” ucap Kambing.

Tidak lama kemudian mereka pulang sambil membawa bibit pisang. Kambing membawa sebatang saja, sedangkan monyet membawa dua batang. Maklumlah monyet lebih kuat daripada kambing. Dalam perjalanan menuju pulang, monyet kembali berpura-pura sakit. Karena melihat temannya yang sakit, kambing membantu monyet membawa sebatang bibit pisang. Dengan susah paya ia berjalan sambil mebawa dua bibit pisang. Monyet berjalan di belakang kambing sambil merengek-rengek kesakitan.

Setelah menempuh perjalanan yang jauh, akhirnya mereka pun sampai. Mereka tersenyum lega dan sangat senang. Monyet pun sudah sembuh dari kepura-puraanya sakit. Mereka menanamkan pisang yang dibawa tadi.

Pisang yang ditanamkan tumbuh dan terus membesar. Hati Kambing sangat senang. Akan tetapi, ia prihatin terhadap temannya sebab dua pohon pisang milik temannya itu tidak sempat berkembang karena tiap hari dipanjati. ..

Evaluasi 1. Hati kambing sangat senang.2. Ia (Kambing) sangat kecewa terhadap perlakuan Monyet.

Komplikasi Waktu yang ditunggu pun tiba. Pisang Kambing sudah masak. Akan tetapi, karena ia tidak dapat memanjat, maka ia menghubungi monyet. “Pisangku sudah masak, panjatlah! Nanti kita bagi dua” kata si Kambing. Monyet langsung mengiakan. Monyet berpikir ini adalah kesempatan besar. “Nyet, jatuhkanlah pisangnya” pinta si Kambing. Monyet diam saja. Ia tidak menghiraukan permohonan si Kambing. Ia melalap pisang dengan rakus. Kambing meminta hingga beberapa kali, namun tetap saja tidak diberi. Melihat perilaku monyet tersebut dan dilihatnya pisang di tandan tinggal beberapa buah.

Resolusi Kambing pergi dan Monyet terjatuh karena kekenyangan

Koda Itulah akhir cerita.

Ideologi: Dalam cerita ini Kambing dan Monyet berperilaku dan bersifat seperti

manusia. Kambing mewakili golongan yang baik, sedangkan Monyet mewakili golongan

yang jahat. Ideologinya adalah pengisahan tentang akibat dari perbuatan yang jahat

terhadap sesama.

Tabel 14 Struktur Generik Teks II

Abstrak Cerita ini sangat menarik. Cerita seorang petani, ular, kuda, domba, dan ruba. Binatang-binatang itu berperilaku seperti manusia. Inilah ceritanya.

Orientasi Ketika sedang asyik mengumpulkan kayu-kayu kering, seorang petani

Page 21: Analisis Perb. Cerita Daerah

yang bodoh mendengar suara jeritan. Dia menoleh ke sana kemari, tapi tak melihat siapa pun di sekitarnya. Maka diteruskan pekerjaannya mengumpulkan kayu.

Tiba-tiba terderngar lagi suara jeritan itu. Kali ini ia mencari suara itu dengan lebih teliti. Akhirnya, dilihatnya seekor ular yang terjepit di antara batu-batu. Petani itu meloncat mudur karena takut. Ular adalah binatang licik. Tapi, binatng itu mohon dengan mengiba-iba.“Tolonglah aku, Tuan. Keluarkanlah aku dari himpitan batu ini…”. “Aku bisa saja menolongmu,” jawab petani itu, “Tapi, untuk apa. Kamu pasti akan mematukku dan menyemburkan racunmu. Bagaimana pun ular tetap ular yang licik.”“Oh, kenapa kau berkata demikian? Aku tak akan berbuat sekeji itu, “ kata ular.

Evaluasi Akhirnya dengan mengabaikan akal sehat, petani itu mengangkat batu yang menjepit tubuh ular. Betapa gobloknya petani itu. Dia dapat ditipu oleh ular.

Komplikasi Dibiarkannya ular itu merayap ke luar. Dan tiba-tiba ular itu mematuknya. Untung petani itu masih sempat meloncat menghindarinya.

“Nah, benarkan, kamu ular licik. Aku tahu itu. Mengapa kamu membalas budi baik dengan perbuatan keji? Aku tak mengerti”. “Ada alasannya,” jawab ular. “Memang begitulah hukum rimba. Air susu harus dibalas dengan air tuba.”Petani itu tak sependapat dengan ular. “tak semua orang setuju dengan pendapatmu itu,” katanya. “Jika ada orang yang berbuat baik terhadapku, aku akan selalu mengingatnya dan berusaha untuk membalas kebaikannya.”Ular itu mendengus. “Ayo kita bertaruh, “ katanya. Carilah siapa yang setuju dengan pendapatmu, maka kau akan kulepaskan.”

Petani dan ular itu pun berjalan bersamaam. Mereka bertemu dengan seekor kuda tua yang melangkah terseok-seok. Ekornya yang berambut jarang dengan lemah berusaha mengusir lalat yang menggerumuni kakinya.

“Hai kuda tua!” sapa petani. “menurut pendapatmu, budi baik harus dibalas dengan apa?” Dengan kejahatan,” jawab kuda tua itu. Mengapa kau berkata demikian”, tanya petani dengan kecewa. “Sebab waktu aku masih muda dan kuat, majikaku selalu merawatku dengan penuh kasih sayang,” jawab kuda itu sambil berusaha duduk dengan enak. “Aku diberi kandang yang hangat dan jerami serta padi-padian yang cukup. Boleh makan sekenyang-kenyangnya. Tapi… sekarang aku sudah tua dan lema, aku diusirnya begitu saja.”

“Nah, apa kataku,” dengus ular puas. “Sekarang juga akan kupatuk kau dengan gigiku yang berbisa”. “Tunggu dulu.” Sahut petani dengan cepat. “Sebaiknya kita tanyakan dengan yang lain lagi.” keduanya meneruskan perjalanan.

Page 22: Analisis Perb. Cerita Daerah

Ketika sampai di padang mereka melihat seekor domba sedang merumput. Petani bertanya kepadanya.“Hai domba, menurut pendapatmu, budi baik harus dibalas dengan apa?”“Dengan kejahatan,” sahut domba tanpa menoleh. “Mengapa kau berpendapat begitu?” “Aku selalu meberikan wol untuk majikanku, tapi dia jahat.” Jawab domba. “Di musim panas, dibiarkannya buluku tumbuh lebat hingga aku pingan kepanasan. Tapi di musim dingin, dicukurnya buluku hingga aku menggigil kedinginan. ““Bagus! Sekarang kupatuk kau!”, desis ular.“Sabar…, sabar,” cegah si petani. Pasti ada pendapat yang lain lagi.”

Resolusi Mereka pun berjalan lagi. Sebelum ular itu melihat, petani itu pun melihat seekor rubah. Dia menyelinap berbicara dengan rubah itu. “Sebentar lagi aku akan menemuimu dengan seekor ular,” katanya menerangkan. “Kalau kutanya, jawablah bahwa budi baik harus dibalas denan budi baik pula. Nanti kuberi kau anak domba, anak babi, dan itik yang gemuk.” “Boleh juga tawaranmu” jawab rubah.

Petani itu kemudian kembali berjalan mendampingi ular. Tak lama kemudia mereka berpapasan dengan rubah. “Hai, rubah. Bagaimana menurut pendapatmu, budi baik harus dibalas dengan apa?” kata petani. “Dengan kebaikan,” jawab rubah tersenyum. Terbayang olehnya daging yang lezat anak domba, anak babi, dan itik yang gemuk.

Kemudian mereka bertiga mengobor, dan rubah mendengar bagaimana tadi ular terjepit di antara bebatuan. Rubah tak percaya. Mereka kemudian kembali ke tempat batu itu dan atas anjuran rubah, petani itu menindih kembali si ular dengan batu. Rubah benar-benar telah menyelamatkannya.

Ketika malam harinya, waktu rubah menagih janji, ternyata petani itu telah mengunci erat-erat kandang domba, kandan babi, serta kandang itik. Bahkan, petani itu mengusir rubah dengan acungan senapan dan dua ekor anjing galak.

“Wah, sekarang kau jadi pintar yah?” seru rubah kecewa.“Memang benar kata ular itu, “ kata petani dengan senyum kemenangan.

Koda Itulah akhir cerita ini.

Ideologi: Dalam cerita ini Petani berusaha untuk menyelamatkan dirinya dari serangan

ular. Padahal dia sudah berbuat baik pada ular itu. Ular membalas kebaikannya dengan

kejahatan dan petani pun membalas kebaikan rubah dengan kejahatan. Jadi ideologinya

adalah pengisahan tentang perbuatan baik yang dibalas dengan perbuatan jahat.

Page 23: Analisis Perb. Cerita Daerah

D. Penutup

Kedua teks yang dibandingkan memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaan

dan perbedaan itu dapat dilihat pada perbandingan unsur transitivitas dan perbandingan

konteks sosialnya. Dari segi unsur transitivitas, dapat diketahu bahwa teks I memiliki

proses enam ketegori proses dan teks II memiliki enam kategori proses. Proses-proses

yang terdapat dalam kedua teks itu adalah proses materi, proses mental, proses verbal,

proses prilaku (tidak dimiliki teks II), proses wujud, dan proses relasional. Perbandingan

jumlah proses antara kedua teks itu adalah (1) proses materi dalam teks I sebanyak 31,

sedangkan dalam teks II sebanyak 17, (2) proses mental dalam teks I sebanyak 8,

sedangkan dalam teks II sebanyak 13, (3) proses verbal dalam teks I sebanyak 5,

sedangkan dalam teks II sebanyak 18, (4) proses perilaku dalam teks I sebanyak 1,

sedangkan tidak memiliki proses ini, (5) proses wujud dalam teks I sebanyak 4,

sedangkan dalam teks II sebanyak 1, dan (6) kedua teks tersebut sama-sama memiliki

proses relasional.

Dari segi sirkumstan, perbandingan antara teks I dan teks II adalah (1) sirkumstan

tempat, teks I sebanyak 4 dan teks II juga 4, (2) sirkumstan waktu, teks I sebanyak 3 dan

teks II sebanyak 11, (3) sirkumstan rentang, teks I sebanyak 3 dan teks II tidak memiliki

sirkumstan ini, (4) sirkumstan sebab, teks I sebanyak 2 dan teks II sebanyak 1, (5)

sirkumstan lingkungan, teks I sebanyak i dan teks II tidak memiliki sirkumstan ini, (6)

sirkumstan cara, teks I sebanyak 6 dan teks II sebanyak 3, (7) sirkumstan kesertaan, teks

I tidak memiliki sirkumstan ini, sedangkan dan teks II memiliki 1, dan (7) sirkumstan

alat, teks I tidak memiliki sirkumstan ini, sedangkan dan teks II memiliki 3.

Dari segi konteks situasi (yang dirinci ke dalam isi, pelibat, dan cara) kedua teks

ini sama-sama memiliki sifat situasi (-) terinstitusi, sama-sama memiliki ranah semantik

yang berciri (-) spesialisasi. Namun, kedua teks ini berbeda dari segi ciri pelibat. Ciri

pelibat dalam teks I adalah sesama hewan, sedangkan dalam teks II manusia dan hewan.

dari segi pelibat, teks I hanya memiliki dua pelibat, yakni Kambing dan Monyet,

sedangkan teks II memiliki lima pelibat, yakni, petani, ular, kuda, domba, dan rubah.

Page 24: Analisis Perb. Cerita Daerah

Dari segi cara, kedua teks ini menggunakan cara yang sama, yakni (-) terencana, (-) jarak

waktu/tempat, dan mediumnya adalah bahasa lisan.

Dari segi konteks budaya (struktur generik teks), khusus bagian abstrak, teks I

hanya menyampaikan bahwa cerita ini sangat menarik, sedangkan teks II di samping

menyampaikan cerita ini menarik, pada bagian ini juga diperkenalkan para pelibat dan

perilaku para pelibat secara umum. Struktur yang lain sama dalam teks ini yaitu oreintasi,

evaluasi, komplikasi, resolusi, dan koda. Khusus pada bagian koda, kedua teks ini sama-

sama diakhiri dengan itulah akhir cerita. Ideologi kedua cerita ini hampir sama yaitu

mengisahkan tentang akibat perbuatan yang jahat.

DAFTAR PUSTAKA

Halliday, M.A.K. dan R. Hasan. 1985. Context and Text: Aspects of Language in Social Semiotic Perspectives. Geelong: DeakinUniversity Press.

Leckie-Tarry, H. 1995. Language and Context: A Functional Linguistic Theory of Regester. London: Pinter.

Saragih, Amrin. 2002. Bahasa dalam Konteks Sosial. Medan: FBS Universitas Negeri Medan.

Sinar, T. Silvana, 2004. Pemerolehan Tema pada Genre Pantun Melayu Analisis Linguistik Fungsional Sistemik. Makalah yang dipresentasikan pada Kolokium ke-4 Bahasa dan Pemikiran Melayu/Indonesia yang Diselenggarakan oleh Universitas Negeri Medan bekerja sama dengan Dewan Bahasa Malaysia. Medan, 28-30 Juni 2004.

Sumarlam (ed.). 2003. Teori dan Ppraktik Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra.

Sumarlam, Agnes, dan Adhani (Eds.). 2004. Analisis Wacana Iklan, Lagu, Puisi, Cerpen, Novel, Drama. Bandung: Intan Sejati.

Sutjaja, I Gusti Made. 2006. Aksara dan Ragam Teks Bahasa Bali. Denpasar: Lotus Widya Suari.

Yudistira, Emha. 2004. Kumpulan Cerita Mancanegara. Jakarta: Pustaka.

Page 25: Analisis Perb. Cerita Daerah

C. GENRE

Kita menggunakan berbagai tipe bahasa dalam konteks yang berbeda-beda untuk

tujuan yang berbeda-beda pula. Istilah genre ini digunakan oleh para linguis dengan arti

seluruh struktur teks baik lisan maupun tulisan dimana mencirikan bentuk komunikasi

yang berbeda misalnya urusan pengadilan, pelayanan gereja, pesta atau dalam kelas.

Terdapat banyak variasi bahasa dalam konteks pada berbagai waktu tetapi juga terdapat

elemen-elemen yang dapat diprediksi dan rangkaian kejadian yang berterima. Elemen-

elemen yang dapat diprediksi dan rangkaian tersebut membentuk struktur dasar genre.

Berbagai budayadan masyarakat membangun struktur atau genre yang berbeda untuk

menyelaraskan kebutuhannya. Secara tradisional, istilah genre dulu digunakan dan

sampai sekarang masih digunakan untuk menyatakan berbagai tipe-tipe karyasastra

seperti drama, puisi dan novel dan juga untuk menyatakan genre literaturyang lebih

spesifik misalnya fiksi sejarah dan fiksi ilmiah. Genre juga diaplikasikan untuk berbagai

tipe film dan musik sehingga membuat kebingungan pada konsep genre tersebut). Para

linguis menggunakan istilah genre untuk menyatakan struktur bahasa yang digunakan

untuk tujuan khusus pada konteks social tertentu.

Martin (1985) yang memfokuskan pada teks tertulis membagi genre menjadi dua

yaitu: 1). Ekspresif (imaginasi) dan 2) faktual. Tipe ekspresif terdiri dari recount, narasi

dan puisi satra. Sedangkan tipe factual terdiri dari prosedur, deskripsi, laporan, eksposisi

(eksploratori, informative, scientific) dan eksplanasi.

Cara lain untuk melihat genre adalah dengan memandang proses yang terlibat

dalam teks contohnya mendeskripsikan, menjelaskan, menginstruksikan,

mengargumentasikan dan menarasikan. Untuk melakukan proses ini pengetahuan tentang

struktur dan grammar harus diaplikasikan untuk menghasilkan teks yang tepat. Karena

itu genre dapat dilihat sebagai sebuah produk (tipe teks) dan proses (Knapp & Watkins,

1994).

Page 26: Analisis Perb. Cerita Daerah

Teks laporan berisi paparan mengenai suatu proses atau keadaan. Struktur generic

laporannya: Acuan ^ Prosedur ^ Temuan ^ Simpulan ^ Saran. Teks narasi berisi tuturan

suatu peristiwa yang didalamnya terdiri dari suatu masalah dan masalah tersebut dicari

penyelesaiannya. Struktur generik dalaam teks narasi adalah: (Abstrak) ^ Orientasi ^

([Evaluasi]) ^ Komplikasi ^ Resolusi ^ (Koda). Struktur kedua teks tersebut terlihat pada

tabel 13 dan 14 di bawah ini.

pada tiap genre haruslah autentik sehingga pengertian tentang penggunaan genre akan dibatasi.

KAMBING DAN MONYET*

Ada sebuah cerita yang sangat menarik. Sepasang Kambing dan Monyet telah

bersahabat sejak lama. Mereka hidup berdampingan. Bahkan, keduanya terlihat sangat

kompak. Suatu hari Kambing berkata kepada Monyet, “Nyet, ayo kita menanam pisang!”

“Ayo” jawab monyet dengan semangat.

Untuk mewujudkan rencana itu, mereka mencari bibit pisang ke daerah yang

sangat jauh. Dalam perjalanan masuk hutan ke luar hutan, mereka menemukan banyak

rintangan, tebing, tetapi semuanya dapat mereka atasi bersama. Akhirnya, mereka sampai

di suatu tempat. Di tempat itu sangat banyak pohon pisang yang bagus-bagus. “Inilah

yang kita cari” kata Monyet sambil manggut-manggut. “Ya” timbal Kambing.

Mereka beristirahat sambil menikmati buah pisang yang sangat lezat. Monyet

sangat rakus melalap pisang-pisang, akibatnya ia sakit perut. Karena monyet sakit perut,

Page 27: Analisis Perb. Cerita Daerah

maka ia mohon kepada Kambing untuk mencari obat. Dan Kambing pun tidak

berkeberatan, ia pergi mencari obat. Selama kambing pergi mencari obat, Monyet

menghabisi pisang-pisang yang mereka kumpulkan. Sebenarnya Monyet tidak sakit.

Kambing telah kembali membawa obat. Lalu, obat itu diberikan kepada Monyet.

“Ini obatnya, makanlah” kata Kambing sambil menyodorkan obat yang dibawanya.

“Terima kasih” kata Monyet. Dengan kepiawaiannya, obat tersebut dibuang oleh Monyet

tanpa sepengetahuan Kambing. “Bagaimana Nyet sudah enak perutnya” tanya Kambing.

“Enak Bing, bosku yang baik hati” timpal si Monyet. “Bing, tadi banyak monyet datang

kesini, mereka menghabisi pisang—pisang yang kita kumpulkan. Aku tidak berdaya

untuk melawan, maklumlah…” tutur Monyet. “Ya ngak apa-apa, yang penting Engkau

selamat” ucap Kambing.

Tidak lama kemudian mereka pulang sambil membawa bibit pisang. Kambing

membawa sebatang saja, sedangkan monyet membawa dua batang. Maklumlah monyet

lebih kuat daripada kambing. Dalam perjalanan menuju pulang, monyet kembali

berpura-pura sakit. Karena melihat temannya yang sakit, kambing membantu monyet

membawa sebatang bibit pisang. Dengan susah paya ia berjalan sambil mebawa dua bibit

pisang. Monyet berjalan di belakang kambing sambil merengek-rengek kesakitan.

Setelah menempuh perjalanan yang jauh, akhirnya mereka pun sampai. Mereka

tersenyum lega dan sangat senang. Monyet pun sudah sembuh dari kepura-puraanya

sakit. Mereka menanamkan pisang yang dibawa tadi.

Pisang yang ditanamkan tumbuh dan terus membesar. Hati Kambing sangat

senang. Akan tetapi, ia prihatin terhadap temannya sebab dua pohon pisang milik

temannya itu tidak sempat berkembang karena tiap hari dipanjati.

Waktu yang ditunggu pun tiba. Pisang Kambing sudah masak. Akan tetapi,

karena ia tidak dapat memanjat, maka ia menghubungi monyet. “Pisangku sudah masak,

panjatlah! Nanti kita bagi dua” kata si Kambing. Monyet langsung mengiakan. Monyet

berpikir ini adalah kesempatan besar.

“Nyet, jatuhkanlah pisangnya” pinta si Kambing. Monyet diam saja. Ia tidak

menghiraukan permohonan si Kambing. Ia melalap pisang dengan rakus. Kambing

meminta hingga beberapa kali, namun tetap saja tidak diberi. Melihat perilaku monyet

tersebut dan dilihatnya pisang di tandan tinggal beberapa buah, Kambing pergi. Ia sangat

kecewa terhadap perlakuan Monyet. Rek..rek…rek…buuuk, Kambing berhenti

mendengar bunyi itu. Ia kembali. Dilihatnya monyet sedang kesakitan dan tulangnya

Page 28: Analisis Perb. Cerita Daerah

banyak yang patah karena ditimpa batang pisang. Monyet terjatuh karena kekenyangan.

Itulah akhir cerita.

*Salah satu cerita (dongeng) dari Bengkulu Selatan

KEBAIKAN DIBALAS KEJAHATAN

Ketika sedang asyik mengumpulkan kayu-kayu kering, seorang petani yang

bodoh mendengar suara jeritan. Dia menoleh ke sana kemari, tapi tak melihat siapa pun

di sekitarnya. Maka diteruskan pekerjaannya mengumpulkan kayu.

Tiba-tiba terderngar lagi suara jeritan itu. Kali ini ia mencari suara itu dengan

lebih teliti. Akhirnya, dilihatnya seekor ular yang terjepit di antara batu-batu. Petani itu

meloncat mudur karena takut. Ular adalah binatang licik. Tapi, binatng itu mohon dengan

mengiba-iba.

“Tolonglah aku, Tuan. Keluarkanlah aku dari himpitan batu ini…”. “Aku bisa saja

menolongmu,” jawab petani itu, “Tapi, untuk apa. Kamu pasti akan mematukku dan

menyemburkan racunmu. Bagaimana pun ular tetap ular yang licik.”

“Oh, kenapa kau berkata demikian? Aku tak akan berbuat sekeji itu, “ kata ular.

Akhirnya dengan mengabaikan akal sehat, petani itu mengangkat batu yang menjepit

tubuh ular. Betapa gobloknya petani itu. Dia dapat ditipu oleh ular.Dibiarkannya ular itu

merayap ke luar. Dan tiba-tiba ular itu mematuknya. Untung petani itu masih sempat

meloncat menghindarinya.

“Nah, benarkan, kamu ular licik. Aku tahu itu. Mengapa kamu mebalas budi baik

dengan perbuatan keji? Aku tak mengerti”. “Ada alasannya,” jawab ular. “Memang

begitulah hukum rimba. Air susu harus dibalas dengan air tuba.”

Petani itu tak sependapat dengan ular. “tak semua orang setuju dengan pendapatmu itu,”

katanya. “Jika ada orang yang berbuat baik terhadapku, aku akan selalu mengingatnya

dan berusaha untuk mebalas kebaikannya.”

Ular itu mendengus. “Ayo kita bertaruh, “ katanya. Carilah siapa yang setuju dengan

pendapatmu, maka kau akan kulepaskan.”

Petani dan ular itu pun berjalan bersamaam. Mereka bertemu dengan seekor kuda

tua yang melangkah terseok-seok. Ekornya yang berambut jarang dengan lemah berusaha

mengusir lalat yang menggerumuni kakinya.

“Hai kuda tua!” sapa petani. “menurut pendapatmu, budi baik harus dibalas dengan apa?”

Dengan kejahatan,” jawab kuda tua itu. Mengapa kau berkata demikian”, tanya petani

Page 29: Analisis Perb. Cerita Daerah

dengan kecewa. “Sebab waktu aku masih muda dan kuat, majikaku selalu merawatku

dengan penuh kasih sayang,” jawab kuda itu sambil berusaha duduk dengan enak. “Aku

diberi kandang yang hangat dan jerami serta padi-padian yang cukup. Boleh makan

sekenyang-kenyangnya. Tapi… sekarang aku sudah tua dan lema, aku diusirnya begitu

saja.”

“Nah, apa kataku,” dengus ular puas. “Sekarang juga akan kupatuk kau dengan gigiku

yang berbisa”. “Tunggu dulu.” Sahut petani dengan cepat. “Sebaiknya kita tanyakan

dengan yang lain lagi.” keduanya meneruskan perjalanan. Ketika sampai di padang

mereka melihat seekor domba sedang merumput. Petani bertanya kepadanya.

“Hai domba, menurut pendapatmu, budi baik harus dibalas dengan apa?”

“Dengan kejahatan,” sahut domba tanpa menoleh. “Mengapa kau berpendapat begitu?”

“Aku selalu meberikan wol untuk majikanku, tapi dia jahat.” Jawab domba. “Di musim

panas, dibiarkannya buluku tumbuh lebat hingga aku pingan kepanasan. Tapi di musim

dingin, dicukurnya buluku hingga aku menggigil kedinginan. “

“Bagus! Sekarang kupatuk kau!”, desis ular.

“Sabar…, sabar,” cegah si petani. Pasti ada pendapat yang lain lagi.”

Mereka pun berjalan lagi. Sebelum ular itu melihat, petani itu pun melihat seekor

rubah. Dia menyelinap berbicara dengan rubah itu. “Sebentar lagi aku akan menemuimu

dengan seekor ular,” katanya menerangkan. “Kalau kutanya, jawablah bahwa budi baik

harus dibalas denan budi baik pula. Nanti kuberi kau anak domba, anak babi, dan itik

yang gemuk.” “Boleh juga tawaranmu” jawab rubah.

Petani itu kemudian kembali berjalan mendampingi ular. Tak lama kemudia

mereka berpapasan dengan rubah. “Hai, rubah. Bagaimana menurut pendapatmu, budi

baik harus dibalas dengan apa?” kata petani. “Dengan kebaikan,” jawab rubah

tersenyum. Terbayang olehnya daging yang lezat anak domba, anak babi, dan itik yang

gemuk.

Kemudian mereka bertiga mengobor, dan rubah mendengar bagaimana tadi ular

terjepit di antara bebatuan. Rubah tak percaya. Mereka kemudian kembali ke tempat batu

itu dan atas anjuran rubah, petani itu menindih kembali si ular dengan batu. Rubah benar-

benar telah menyelamatkannya.

Ketika malam harinya, waktu rubah menagih janji, ternyata petani itu telah

mengunci erat-erat kandang domba, kandan babi, serta kandang itik. Bahkan, petani itu

mengusir rubah dengan acungan senapan dan dua ekor anjing galak.

Page 30: Analisis Perb. Cerita Daerah

“Wah, sekarang kau jadi pintar yah?” seru rubah kecewa.

“Memang benar kata ular itu, “ kata petani dengan senyum kemenangan.

1. Wacana Can President SBY become real 'father' of Papuans?

A. Konteks Sosial

a. Konteks Situasi:

i. Isi: Teks ini memiliki dua tingkat, tingkat I adalah teks ini merupakan

bahasa jurnalistik, sedangkan tingkat II teks ini membicarakan tentang

dapatkah Presiden SBY menjadi seorang Bapak yang sesungguhnya bagi

rakyat Papua. Arena teks ini adalah Propinsi Papua.Sifat situasinya adalah

(+) terinstitusi sebab pelaksanaan kunjungan Presiden SBY ke Papua

hanyadapat dilakukan secara institusi kenegaraan. Ciri pelibat adalah

manusia dimana antara seorang Presiden yaitu SBY dengan masyarakat

pribumi Papua. Ranah semantiknya berciri (+) specialisasi sebab hanya

seorang ahli politik yang dapat menceritakan hal ini

ii. Pelibat: Pelibat dalam teks ini adalah terdiri dari dua tingkat yaitu tingkat I

yang mencakup hubungan pembaca dan penulis berita atau wartawan, dan

tingkat II yang mencakup hubungan wartawan yang meliput berita dan

Presiden SBY

iii. Cara: Teks ini memiliki cara yang terdiri dari dua tingkat yaitu cara tingkat

I yang merujuk pada medium bahasa tulis yakni pemakaian bahasa antara

pembaca dan penulis berita dan cara tingkat II yang menunjuk pada

hubungan medium bahasa lisan yakni pemakaian bahasa antara wartawan

dan sumber berita yakni Presiden SBY.

b. Konteks Budaya

Cerita ini adalah dalam bentuk narasi dengan struktur generic teks sebagai

berikut:

Abstrak: membuka cerita dengan menyatakan isi ringkas atau pembukaan ringkas

suatu cerita

- Can President SBY become real 'father' of Papuans?

Orientasi: memperkenalkan para partisipan, peran mereka, dan tempat terjadinya

(setting) peristiwa.

Page 31: Analisis Perb. Cerita Daerah

- On Wednesday, President Susilo Bambang Yudhoyono visited the rebellious

province of Papua. The people of Papua are increasingly fed up with the central

government. Many of them now even consider independence from Indonesia to be

possible, and the only feasible way to end Jakarta's oppression and abuse.

Evaluasi: Berisi penilaian penutur.

- However, it must be noted here that settling the Papuan problem will not

depend on how many dialogs are held, but rather whether the President

manages to hear the grievances with his conscience and can prove that their

aspirations really have been heard and really are being responded to.

Komplikasi: menunjukkan masalah utama cerita.

- The President has repeatedly assured Papuans that he fully understands their

grievances and that he will take any necessary measures -- peaceful measures --

to restore the Papuan people's confidence in the central government.

Resolusi: mengacu pada penyelesaian masalah.

- The only news from the talks was emphasis on the importance of genuinely and

immediately implementing the special autonomy status granted to the province.

Koda: berupa keterangan tambahan.

- President Yudhoyono and Vice President Jusuf Kalla have had success in

taming the rebellious Aceh. Can the pair repeat their success in Papua? It should

be remembered that only after the world's worst disaster, the tsunami, was peace

brought to the people there.

c. Konteks Ideologi: Dalam teks ini, ideology yang terkandung adalah figure

seorang presiden sebagai Bapak Negara yang seharusnya mengayomi

rakyatnya, mendengarkan suara rakyat tanpa pilih kasih.

2. Wacana Australian envoy willing to talk with House

A. Konteks Sosial

Konteks sosial merupakan

1. Konteks Situasi

i. Isi Teks ini memiliki dua tingkat, tingkat I adalah teks ini merupakan

bahasa jurnalistik, sedangkan tingkat II teks ini membicarakan tentang

Page 32: Analisis Perb. Cerita Daerah

kesediaan pihak Australia untuk membicarakan masalah pemberian VISA

kepada 42 orang Papua.

ii. Pelibat: Pelibat dalam teks ini adalah terdiri dari dua tingkat yaitu tingkat I

yang mencakup hubungan pembaca dan penulis berita atau wartawan, dan

tingkat II yang mencakup hubungan wartawan yang meliput berita dan Duta

Besar Australia untuk Indonesia.

iii. Cara Teks ini memiliki cara yang terdiri dari dua tingkat yaitu cara tingkat I

yang merujuk pada medium bahasa tulis yakni pemakaian bahasa antara

pembaca dan penulis berita dan cara tingkat II yang menunjuk pada

hubungan medium bahasa lisan yakni pemakaian bahasa antara wartawan

dan sumber berita yakni Duta Besar Australia untuk Indonesia.

b. Konteks Budaya:

Cerita ini adalah dalam bentuk narasi dengan struktur generic teks sebagai

berikut:

Abstrak: membuka cerita dengan menyatakan isi ringkas atau pembukaan ringkas

suatu cerita

- Australian envoy willing to talk with House

Orientasi: memperkenalkan para partisipan, peran mereka, dan tempat terjadinya

(setting) peristiwa.

- Australian Ambassador to Indonesia Bill Farmer is willing to meet members of

the House of Representatives to discuss Canberra's controversial decision to

grant 42 Papuans seeking asylum in Australia a temporary visa.

Evaluasi: Berisi penilaian penutur.

- Australia's decision to grant the Papuans a temporary visa while evaluating

their request for political asylum has sparked anger among Indonesians, with

Indonesia recalling its ambassador.

Komplikasi: menunjukkan masalah utama cerita.

- The President has repeatedly assured Papuans that he fully understands their

grievances and that he will take any necessary measures -- peaceful measures --

to restore the Papuan people's confidence in the central government.

Resolusi: mengacu pada penyelesaian masalah.

Page 33: Analisis Perb. Cerita Daerah

- Australia's decision to grant the Papuans a temporary visa while evaluating

their request for political asylum has sparked anger among Indonesians, with

Indonesia recalling its ambassador.

Koda: berupa keterangan tambahan.

- "Clearly this has caused, created a strain in the relationship, but I don't regard

it in any way as a fatal strain," Howard said.

c. Konteks Ideologi: Dalam teks ini ideology yang terkandung adalah rasa harga

diri rakyat Indonesia kepada pemerintah Australia karena mencampuri urusan

dalam negeri Indonesia tentang konflik di Papua.

Dari kedua wacana pada surat kabar The Jakarta Post tersebut, genrenya adalah

factual sebab wacana tersebut membahas tentang fakta (kenyataan) yaitu kondisi politik

dalam negeri Indonesia dan kondisi hubungan politik Indonesia dan Australia.

C. TOP-LEVEL STRUCTURE

Cara lain untuk melihat struktur teks adalah dengan cara menentukan tipe struktur

secara menyeluruh yaitu mendiskripsikan hubungan antara ide dalam teks lisan maupun

tulisan. Struktur ini disebut top-level struktur.

Page 34: Analisis Perb. Cerita Daerah