analisis pengembangan model bisnis rizky...

7
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia kaya akan potensi bahari, dengan wilayah perairan seluas 6,32 juta km 2 , garis pantai sepanjang 99.093 km, dan pulau yang berjumlah 17.504 pulau, dengan keanekaragaman kekayaan laut dan ribuan jenis spesies ikan (Pusdatin KP 2015). Potensi ekonomi sumber daya pada sektor perikanan diperkirakan mencapai US$ 82 miliar per tahun (Putra 2011). Hal tersebut menunjukkan bahwa prospek pembangunan perikanan dan kelautan Indonesia dinilai sangat cerah. Produksi perikanan Indonesia tahun 2014 mencapai 20,8 juta ton dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 19,4 juta ton, meningkat sebesar 7,35 persen dibandingkan dengan tahun 2013. Tren produksi perikanan Indonesia mengalami peningkatan sejak tahun 2010, kenaikan rata-rata tahun 2010-2014 sebesar 15,80 persen dengan rata-rata produksi sebesar 16,2 juta ton, artinya produksi perikanan Indonesia mengalami kenaikan yang stabil (Pusdatin KP 2015). Provinsi Jawa Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki potensi sumberdaya perikanan dan kelautan yang cukup besar. Provinsi Jawa Barat berbatasan langsung dengan dua wilayah perairan laut, yakni perairan Laut Jawa di sebelah utara yang sering disebut dengan perairan laut Pantai Utara Jawa Barat dan Samudera Hindia di sebelah selatan yang sering disebut dengan perairan laut Pantai Selatan Jawa Barat. Panjang garis pantai Jawa Barat mencapai 814,82 km 2 , yang terdiri dari 415,50 km 2 pantai selatan dan 399,32 km 2 pantai utara (KKP Jawa Barat 2013). Produksi perikanan di Jawa Barat, baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya pada tahun 2010 - 2014 terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2014 volume produksi mencapai 1,225 juta ton dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 1,19 juta ton, meningkat sebesar 2,94 persen dibandingkan dengan tahun 2013 (Pusdatin KP 2015). Sumberdaya ikan di Indonesia sangat berlimpah. Sayangnya masih banyak masyarakat Indonesia yang kekurangan gizi khususnya protein hewani. Rata-rata tingkat konsumsi ikan masyarakat Indonesia pada tahun 2011 - 2015 yaitu sebesar 36,12 kg/kapita/tahun (Pusdatin KP 2015). Data ini berdasarkan perhitungan angka konsumsi ikan dari Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS. Angka konsumsi ikan merupakan tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap komoditas ikan yang dikonversi dalam satuan kg/kapita/tahun. Data konsumsi ikan selalu disandingkan dengan data penyediaan ikan konsumsi. Menurut Pusdatin KP 2015, tercatat capaian angka konsumsi ikan pada tahun 2015 sementara adalah sebesar 41,11 kg/kapita/tahun, adapun penyediaan ikan untuk konsumsi domestik tahun 2014 mencapai 13,07 juta ton, meningkat sebesar 10,01 persen dibandingkan tahun 2013. Peningkatan konsumsi ikan juga diikuti dengan peningkatan penyediaan ikan per kapita yang mencapai 51,08 kg/kapita/tahun, meningkat sebesar 8,44 persen dibandingkan tahun 2013. Pada tahun 2010 2014, penyediaan ikan konsumsi terus meningkat diiringi dengan peningkatan tingkat konsumsi ikan masyarakat Indonesia.

Upload: others

Post on 07-Nov-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis pengembangan model bisnis rizky foodrepository.sb.ipb.ac.id/3295/5/R54-05-Effendi-Pendahuluan.pdf · Latar Belakang Indonesia kaya akan potensi bahari, dengan wilayah perairan

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia kaya akan potensi bahari, dengan wilayah perairan seluas 6,32

juta km2, garis pantai sepanjang 99.093 km, dan pulau yang berjumlah 17.504

pulau, dengan keanekaragaman kekayaan laut dan ribuan jenis spesies ikan

(Pusdatin KP 2015). Potensi ekonomi sumber daya pada sektor perikanan

diperkirakan mencapai US$ 82 miliar per tahun (Putra 2011). Hal tersebut

menunjukkan bahwa prospek pembangunan perikanan dan kelautan Indonesia

dinilai sangat cerah.

Produksi perikanan Indonesia tahun 2014 mencapai 20,8 juta ton

dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 19,4 juta ton, meningkat sebesar 7,35

persen dibandingkan dengan tahun 2013. Tren produksi perikanan Indonesia

mengalami peningkatan sejak tahun 2010, kenaikan rata-rata tahun 2010-2014

sebesar 15,80 persen dengan rata-rata produksi sebesar 16,2 juta ton, artinya

produksi perikanan Indonesia mengalami kenaikan yang stabil (Pusdatin KP

2015).

Provinsi Jawa Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

potensi sumberdaya perikanan dan kelautan yang cukup besar. Provinsi Jawa

Barat berbatasan langsung dengan dua wilayah perairan laut, yakni perairan Laut

Jawa di sebelah utara yang sering disebut dengan perairan laut Pantai Utara Jawa

Barat dan Samudera Hindia di sebelah selatan yang sering disebut dengan

perairan laut Pantai Selatan Jawa Barat. Panjang garis pantai Jawa Barat mencapai

814,82 km2, yang terdiri dari 415,50 km

2 pantai selatan dan 399,32 km

2 pantai

utara (KKP Jawa Barat 2013).

Produksi perikanan di Jawa Barat, baik perikanan tangkap maupun

perikanan budidaya pada tahun 2010 - 2014 terus mengalami peningkatan. Pada

tahun 2014 volume produksi mencapai 1,225 juta ton dibandingkan tahun

sebelumnya sebesar 1,19 juta ton, meningkat sebesar 2,94 persen dibandingkan

dengan tahun 2013 (Pusdatin KP 2015).

Sumberdaya ikan di Indonesia sangat berlimpah. Sayangnya masih banyak

masyarakat Indonesia yang kekurangan gizi khususnya protein hewani. Rata-rata

tingkat konsumsi ikan masyarakat Indonesia pada tahun 2011 - 2015 yaitu sebesar

36,12 kg/kapita/tahun (Pusdatin KP 2015). Data ini berdasarkan perhitungan

angka konsumsi ikan dari Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS.

Angka konsumsi ikan merupakan tingkat konsumsi masyarakat Indonesia

terhadap komoditas ikan yang dikonversi dalam satuan kg/kapita/tahun. Data

konsumsi ikan selalu disandingkan dengan data penyediaan ikan konsumsi.

Menurut Pusdatin KP 2015, tercatat capaian angka konsumsi ikan pada

tahun 2015 sementara adalah sebesar 41,11 kg/kapita/tahun, adapun penyediaan

ikan untuk konsumsi domestik tahun 2014 mencapai 13,07 juta ton, meningkat

sebesar 10,01 persen dibandingkan tahun 2013. Peningkatan konsumsi ikan juga

diikuti dengan peningkatan penyediaan ikan per kapita yang mencapai 51,08

kg/kapita/tahun, meningkat sebesar 8,44 persen dibandingkan tahun 2013. Pada

tahun 2010 – 2014, penyediaan ikan konsumsi terus meningkat diiringi dengan

peningkatan tingkat konsumsi ikan masyarakat Indonesia.

Page 2: Analisis pengembangan model bisnis rizky foodrepository.sb.ipb.ac.id/3295/5/R54-05-Effendi-Pendahuluan.pdf · Latar Belakang Indonesia kaya akan potensi bahari, dengan wilayah perairan

2

Penyediaan ikan setiap tahunnya mengalami peningkatan, namun

konsumsi masyarakat terhadap ikan masih belum optimal, sehingga pemerintah

terus mencanangkan berbagai program atau kegiatan untuk meningkatkan

kesadaran masyarakat terhadap konsumsi ikan, yaitu dengan program Gerakan

Memasyarakatkan Makan Ikan (GEMARIKAN). GEMARIKAN merupakan

upaya yang diinisisasi oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan tujuan

meningkatkan konsumsi ikan di Indonesia, meningkatkan pemahaman masyarakat

tentang gizi dan manfaat protein ikan bagi kesehatan dan kecerdasan, juga

meningkatkan suplai ikan ke berbagai daerah di Indonesia.

Dewasa ini pola konsumsi makanan siap saji telah menjadi tren di

Indonesia. Makanan siap saji merupakan makanan yang disajikan secara cepat,

praktis, dan waktu persiapannya membutuhkan waktu yang singkat. Dalam hal

konsumsi makanan siap saji, harus mempertahankan kesehatan tubuh yang

optimal salah satunya adalah dengan menjaga status gizi.

Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan

bervariasi saat ini sudah semakin meningkat seiring dengan meningkatkan tingkat

pendidikan, semakin majunya teknologi informasi di bidang pangan dan

kesadaran masyarakat akan kualitas hidup dan pentingnya mengkonsumsi

makanan yang sehat dan bergizi. Hal ini berdampak pada peningkatan permintaan

pangan yang memiliki nilai gizi tinggi khususnya protein.

Ikan merupakan pangan yang memiliki kandungan zat gizi yang tinggi.

Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,

karbohidrat, serta kadar air. Tingginya kandungan protein dan kadar air pada

tubuh ikan merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroba, oleh karena

itu ikan adalah komoditi yang mudah rusak atau cepat mengalami kemunduran

mutu. Hal inilah yang menyebabkan ikan disebut sebagai perishable food atau

bahan makanan yang cepat membusuk (Hadiwiyoto 1993). Untuk memperpanjang

daya simpan ikan banyak upaya yang dapat dilakukan, salah satunya yaitu dengan

pengolahan ikan.

Salah satu unit pengolahan ikan di Indonesia yaitu UKM Rizky Food yang

berlokasi di Kabupaten Sukabumi. UKM Rizky Food atau yang dikenal dengan

nama RISYA (Rizky Bersama Jaya) adalah UKM yang bergerak dalam bidang

makanan olahan hasil perikanan, yang menyediakan makanan siap saji yaitu

produk-produk olahan ikan tanpa bahan pengawet dengan selogan ingin

menumbuhkan budaya makan ikan pada masyarakat.

Rizky Food berdiri pada tahun 2007 di Kota Bogor, dengan skala produksi

rumah tangga yang terdiri dari lima orang karyawan dan memiliki volume

produksi 30 kg per hari dengan empat hasil produk. Modal awal yang dikeluarkan

untuk membangun bisnis Rizky Food ini yaitu sebesar tiga juta rupiah. Pada awal

berdiri, Rizky Food belum memiliki brand, mesin produksi, dan pasar. Pada tahun

2008, Rizky Food pindah ke Kabupaten Sukabumi namun masih berskala rumah

tangga. Pada tahun 2010, Rizky Food meningkatkan volume produksinya menjadi

satu ton per hari dengan jumlah karyawan yaitu 35 orang. Pada tahun 2011, Rizky

Food baru mengembangkan bisnisnya dengan memiliki 50 orang karyawan,

dengan volume produksi satu setengah sampai dua ton per hari, hal tersebut

konstan sampai tahun 2013. Pada tahun 2014 Rizky Food melakukan mekanisasi

mesin, sehingga volume produksi dapat meningkat hingga tiga ton per hari dan

memiliki total karyawan yaitu 80 orang sampai tahun 2016.

Page 3: Analisis pengembangan model bisnis rizky foodrepository.sb.ipb.ac.id/3295/5/R54-05-Effendi-Pendahuluan.pdf · Latar Belakang Indonesia kaya akan potensi bahari, dengan wilayah perairan

3

Tujuan awal didirikannya Rizky Food ini, selain dari menumbuhkan

budaya makan ikan pada masyarakat, juga memberdayakan masyarakat di sekitar

lokasi produksi dan pemasaran sebagai tenaga kerja yang terampil dan diharapkan

bisa membantu meningkatkan taraf hidup keluarga pada masyarakat menengah

kebawah di sekitar lokasi Rizky Food. Hal tersebut yang menjadi salah satu

permasalahan SDM di Rizky Food, banyaknya karyawan yang berlatarbelakang

pendidikan rendah, sehingga kurangnya pengetahuan dan keterampilan, juga

kurangnya pelatihan. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan

bisnis Rizky Food mulai dari proses produksi sampai dengan pendistribusian

produk. Pada proses produksi, pengetahuan dan keterampilan SDM sangat

menentukan higienisasi, efisiensi, dan resiko pengolahan pada produk. Pada

distribusi, pengetahuan dan keterampilan SDM sangat menentukan proses

penanganan, penyimpanan, dan delivery produk.

Tabel 1 Kinerja rizky food tahun 2010 – 2016

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Volume

Produksi (Kg) 1 1,75 1,75 1,75 3 3 3

Jumlah

Karyawan 35 50 50 50 80 80 80

Total

Pendapatan (juta

rupiah)

350 350 350 1.000 1.000 1.000 900

Sumber: Data internal rizky food

Tahun 2016, Rizky Food telah memiliki 20 jenis produk olahan ikan

seperti ekado, otak-otak, nugget ikan, donat ikan, dan lain-lain yang terdiri dari

tiga varian merek, yaitu sumakashi, serina dan nanami, ketiga varian merek

tersebut dibedakan berdasarkan kualitas dan harga sehingga dapat menjangkau

semua tingkatan konsumen. Rizky Food selalu meningkatkan kualitas produknya.

Sejak awal berdiri Rizky Food berpedoman untuk tidak menggunakan bahan

pengawet, sehingga produk sangat rentan mengalami penurunan mutu. Hal

tersebut menyebabkan Rizky Food perlu memperhatikan penyimpanan dan sistem

pendistribusian.

Bahan baku yang digunakan Rizky Food yaitu beberapa jenis ikan laut

ikan laut dan satu jenis ikan tawar yaitu ikan nila. Bahan baku yang digunakan

didapatkan dari beberapa lokasi seperti muara angke, muara baru dan perusahaan

fillet di Purwakarta. Bahan baku tersebut merupakan daging tetelan ikan. Rizky

food memiliki divisi RnD untuk terus mengembangkan produknya, dengan target

menghasilkan satu jenis produk baru setiap bulannya. Bahan baku merupakan

faktor penting dalam bisnis Rizky Food. Bahan baku utama yang digunakan yaitu

tetelan ikan, setiap harinya Rizky Food membutuhkan kurang lebih satu setengah

ton tetelan ikan untuk proses produksi. Banyaknya bahan baku ikan yang

digunakan menyebabkan supplier belum dapat sepenuhnya memenuhi permintaan

bahan baku yang dibutuhkan secara berkelanjutan.

Kualitas bahan baku yang diterima oleh Rizky Food belum konsisten. Hal

tersebut diakibatkan sulitnya pengawasan dan pengecekan kualitas bahan baku

dari supplier. Penyebab lainnya yaitu quality control bahan baku yang masuk

Page 4: Analisis pengembangan model bisnis rizky foodrepository.sb.ipb.ac.id/3295/5/R54-05-Effendi-Pendahuluan.pdf · Latar Belakang Indonesia kaya akan potensi bahari, dengan wilayah perairan

4

belum efektif. Sampai saat ini divisi produksi masih melakukan pengambilan

sample bahan baku secara acak dari bahan baku yang dikirim oleh supplier. Cara

tersebut masih belum efektif sehingga masih ditemukannya bahan baku yang tidak

sesuai dengan standar yang ditetapkan untuk di produksi.

Pemasaran yang dilakukan oleh Rizky Food memiliki tiga jaringan, yaitu

modern market, jaringan sendiri, dan keagenan. Jaringan yang pertama yaitu

modern market, Rizky Food menggunakan jasa pihak ketiga sebagai perantara

untuk mendistribudikan produknya. Rizky Food telah memasuki beberapa modern

market di Indonesia, diantaranya Carefour dan Giant. Jaringan yang kedua yaitu

jaringan sendiri, Rizky Food berperan langsung dalam sistem distribusi produk.

Rizky Food memiliki empat depo yang berlokasi di Kota Bogor, Jakarta,

Yogyakarta, dan Bandung. Melalui jaringan sendiri distribusi Rizky Food

memasuki pasar tradisional dan horekaca (hotel, restoran, kafe, dan catering).

Total jaringan sendiri yang dimiliki oleh Rizky Food yaitu berjumlah 50 jaringan.

Jaringan yang ketiga yaitu keagenan. Rizky Food membentuk distribusi produk

dengan sistem keagenan pada pertengahan tahun 2015. Jumlah agen yang dimiliki

oleh Rizky Food sampai saat ini berjumlah 15 agen.

Rizky Food telah memiliki jaringan distribusi dan pemasaran akan tetapi

distribusi dan pemasaran produk Rizky Food belum dapat sepenuhnya

menjangkau wilayah-wilayah di Indonesia. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa

hal seperti, manajemen di daerah lain yang cukup jauh dari pusat Rizky Food

tidak berjalan dengan baik, karena sulitnya pemantauan oleh pihak Rizky Food.

Salah satu contohnya yaitu tutupnya salah satu depo di Sulawesi karena

manajemen yang tidak berjalan. Produk Rizky Food merupakan frozen food

sehingga dalam pendistribusiannya masih sulit memasuki pasar yang tidak

memiliki freezer. Hal tersebut menyebabkan belum maksimalnya produksi,

penjualan dan perluasan pasar.

Rata-rata penjualan produk Rizky Food pada tahun 2012 - 2016 yaitu

sebesar 40 - 50 ton per bulan. Peningkatan penjualan produk Rizky Food yang

sangat signifikan terjadi pada bulan Ramadhan, di mana permintaan terhadap

produk meningkat 300 persen. Penjualan produk Rizky Food dilakukan dengan

sistem beli putus, agar mengurangi risiko terhadap penjualan produk. Total

pendapatan Rizky Food pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 yaitu sebesar

300 – 400 juta rupiah. Pada tahun 2013, Rizky Food membentuk Rizky Boga

Niaga yang dikhususkan untuk mengatur dan menjalani distribusi dan pemasaran

produk-produk Rizky Food, sehingga total penjualan pada tahun 2013 mengalami

peningkatan yang signifikan yang juga berdampak pada peningkatan pendapatan

Rizky Food yaitu sebesar 800 – 1.200 juta rupiah sampai dengan tahun 2015.

Gambar 1 Pola bisnis Rizky Food

Pemasok

Bahan Baku Rizky Food

Rizky Boga

Niaga

Pihak ke-3

Keagenan

Jaringan

Sendiri

Modern

Market

Kompetitor SDM

Program Pemerintah Supply Ikan

Page 5: Analisis pengembangan model bisnis rizky foodrepository.sb.ipb.ac.id/3295/5/R54-05-Effendi-Pendahuluan.pdf · Latar Belakang Indonesia kaya akan potensi bahari, dengan wilayah perairan

5

Besarnya potensi perikanan di Indonesia, dapat memberikan banyak nilai

tambah terhadap hasil produksi perikanan, salah satunya yaitu pengolahan ikan.

Pengolahan ikan dapat menjadi salah satu cara untuk memperpanjang masa

simpan ikan dan juga mengikuti tren konsumsi makanan siap saji yang terjadi di

Indonesia saat ini namun tetap memiliki kandungan zat gizi yang tinggi. Secara

tidak langsung, pengolahan ikan juga dapat mendukung salah satu program

pemerintah yaitu GEMARIKAN dan meningkatkan konsumsi ikan masyarakat

Indonesia. Apabila melihat kinerja dan peluang yang dimiliki pada salah satu

UKM pengolahan ikan yaitu Rizky Food, dapat terlihat bahwa terjadi peningkatan

baik dalam kapasitas produksi, total penjualan, dan total pendapatan. Peningkatan

yang signifikan tersebut terjadi apabila ada strategi-strategi baru yang diterapkan

pada Rizky Food. Oleh karena itu, perlu dibuat suatu rancangan pengembangan

strategi bisnis untuk Rizky Food agar dapat terus meningkatkan kinerja di industri

pengolahan ikan.

Perumusan Masalah

Bisnis Rizky Food memiliki Key Success Factors (KSF) yang merupakan

kunci dalam pelaksanaan bisnisnya untuk mencapai tujuan. KSF ini sangat

penting dalam pencapaian tujuan pada Rizky Food. Oleh karena itu, perlu

dilakukan identifikasi KSF pada bisnis Rizky Food.

Menurut Wheelen dan Hunger (2010), model bisnis merupakan metode

yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan uang di lingkungan bisnis saat

perusahaan beroperasi. Model bisnis mencerminkan pilihan strategis dan

implikasi operasional yang membantu perusahaan untuk mengkomunikasikan,

menganalisis, menguji dan memvalidasi hubungan sebab dan akibat karena

strategi yang dipilih (Wiska et al. 2015). Identifikasi model bisnis Rizky Food

dilakukan dengan menggunakan Business Model Canvas (BMC) dari Osterwalder

dan Pigneur (2012). Sembilan elemen BMC terbagi atas customer segments, value

propositions, channels, customer relationships, revenue streams, key resources,

key activities, key partnerships, dan cost structure.

Setelah mengidentifikasi sembilan elemen BMC, akan dilakukan evaluasi

model bisnis dengan menggunakan SWOT. Analisis SWOT dapat memberikan

dasar yang baik untuk diskusi lebih lanjut, pengambilan keputusan, dan akhirnya

berinovasi seputar pengembangan strategi bisnis Rizky Food. Selanjutnya KSF

yang dimiliki Rizky Food diidentifikasi hubungan atau keterkaitannya dengan

BMC.

Berdasarkan uraian tersebut, maka Rizky Food dapat menerapkan model

bisnis baru untuk mendukung pengembangan usaha dimasa mendatang. Maka,

dirumuskan beberapa masalah yang sedang dihadapi Rizky Food yaitu:

1. Faktor-faktor apa saja yang menjadi kunci sukses bisnis Rizky Food?

2. Bagaimana model bisnis yang saat ini sedang dijalankan Rizky Food

berdasarkan Business Model Canvas (BMC)?

3. Bagaimana model bisnis kanvas perbaikan sebagai upaya pengembangan

bisnis Rizky Food?

4. Bagaimana merumuskan strategi pengembangan bisnis Rizky Food?

Page 6: Analisis pengembangan model bisnis rizky foodrepository.sb.ipb.ac.id/3295/5/R54-05-Effendi-Pendahuluan.pdf · Latar Belakang Indonesia kaya akan potensi bahari, dengan wilayah perairan

6

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan faktor-faktor yang menjadi kunci sukses bisnis Rizky Food

2. Mengidentifikasi model bisnis yang selama ini dilakukan oleh Rizky Food

dengan menggunakan Business Model Canvas (BMC)

3. Menyusun model bisnis kanvas perbaikan untuk pengembangan strategi

bisnis Rizky Food

4. Merumuskan alternatif strategi pengembangan bisnis Rizky Food

Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat dan

masukan bagi pihak yang memerlukan, yaitu:

1. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pengembangan

strategi bisnis yang sudah dirumuskan oleh pihak Rizky Food.

2. Bagi akademisi, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan atau

referensi pada penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian yaitu pada bisnis pengolahan ikan Rizky Food.

Fokus penelitian adalah strategi pengembangan bisnis Rizky Food. Lingkup

kajian yang akan dianalisis adalah identifikasi model bisnis Rizky Food saat ini

dengan menggunakan Business Model Canvas (BMC), penentuan alternatif

strategi berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dengan

menggunakan analisis SWOT, penentuan strategi perbaikan model bisnis dengan

menggunakan Business Model Canvas (BMC).

2 TINJAUAN PUSTAKA

Strategi

Strategi merupakan rencana suatu tindakan yang akan dilakukan

perusahaan yang didasarkan pada keputusan seluruh manajemen untuk

menjalankannya (David 2006). Menurut Chandler (1962), strategi adalah

penetuan tujuan dan sasaran jangka panjang perusahaan, diterapkannya aksi dan

alokasi sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai telah ditetapkan.

Pengertian lain dari strategi adalah rencana berskala besar, dengan

orientasi masa depan, guna berinteraksi dengan kondisi persaingan untuk

mencapai tujuan perusahaan (Pearce dan Robinson 2008). Menurut Wheelen dan

Hunger (2012), tipikal bisnis perusahaan biasanya mempertimbangkan tiga tipe

strategi, yaitu strategi korporat, strategi bisnis, dan strategi fungsional.

1. Strategi korporat, menyatakan bahwa secara keseluruhan direksi

perusahaan memiliki seikap secara umum terhadap pertumbuhan bisnis

dan manajemen bisnis yang berbeda-beda dan memiliki beberapa lini

Page 7: Analisis pengembangan model bisnis rizky foodrepository.sb.ipb.ac.id/3295/5/R54-05-Effendi-Pendahuluan.pdf · Latar Belakang Indonesia kaya akan potensi bahari, dengan wilayah perairan

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan SB-IPB