analisis pengaruh upah minimum provinsi,...
TRANSCRIPT
ANALISIS PENGARUH UPAH MINIMUM PROVINSI, TENAGA KERJA,
DAN INFRASTRUKTUR TERHADAP PENANAMAN MODAL ASING DI
PROVINSI
DKI JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
DISUSUN OLEH:
HADI SETIAWAN
1110084000020
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435H/2014M
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Hadi Setiawan
2. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 14 Mei 1992
3. Alamat : Jl. Wijayanti I C9.25 RT 006/026
Pondok Tanah Mas, Cibitung,
Kab.Bekasi, Jawa Barat.
4. Telepon : 083895793276
5. E-mail : [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. SD Negeri 06 Penggilingan Tahun 1998-2004
2. SMP Negeri 236 Penggilingan Tahun 2004-2007
3. SMA Negeri 12 Jakarta Tahun 2007-2010
4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2010-2014
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Ketua Ekstrakulrukuler Futsal SMA N 12 Jakarta periode 2011-2012
IV.SEMINAR DAN WORKSHOP
1. Workshop Islamic Economy Revivalism: Between Theory and
Practice, UIN Jakarta, 2012
2. Seminar Outlook Peran Otoritas Jasa Keuangan terhadap Industri
Keuangan dan Perbankan Syariah, UIN Jakarta, 2012
3. Studium General Jurusan IESP, UIN Jakarta, 2012
ii
V. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Inik Sachroni
2. Tempat/Tanggal Lahir : Cirebon, 30 Desember 1951
3. Ibu : Maidah
4. Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 14 November 1958
5. Alamat : Jl. Wijayanti I C9/25 RT 006/026
Pondok Tanah Mas, Cibitung,
Kab.Bekasi, Jawa Barat..
6. Telepon : (021) 88373307
8. Anak ke dari : Anak ke 5 dari 5 bersaudara
iii
ABSTRACT
The purpose of this study to describe the influence of minimum wage provinces,
labor, and infrastructure to foreign investment in DKI Jakarta. The data of this study
were obtained from Jakarta Statistical Biro 1983-2012. The study uses regression
method is used to (OLS) OrdinaryLeast Square with Eviews 6.0. According to results,
Adjusted R-squared 0,8727 that shows 87,27% foreign investment can explained by
minimum wage provinces, labor, and infrastructure. Otherwise, 12,73% foreign
investment can explained by another variable outside this study. The analysis of this
study shows minimum wage provinces and infrastructure have significant and
positive effect to foreign investment while labor has not significant and negative
effect to foreign investment in DKI Jakarta.
Keywords: foreign investment, minimum wage provinces, labor, and infrastructure
iv
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengaruh upah minimum
provinsi, tenaga kerja, dan infrastruktur terhadap penanaman modal asing di DKI
Jakarta. Data penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta
periode 1983-2012. Penelitian ini menggunakan metode regresi dengan (OLS)
Ordinary Least Square menggunakan Eviews 6.0. Berdasarkan hasil, nilai R-squared
0,8727, yang menunjukkan bahwa 87,27% penanaman modal asing di Provinsi DKI
Jakarta dapat dijelaskan oleh upah minimum provinsi, tenaga kerja, dan infrastruktur.
Sedangkan 12,73% variabel penanaman modal asing dijelaskan oleh variabel lain
diluar penelitian ini. Hasil analisis penelitian ini menunjukkan upah minimum
provinsi dan infrastruktur berpengaruh signifikan dan positif terhadap penanaman
modal asing sementara tenaga kerja berpengaruh tidak signifikan dan negatif terhadap
penanaman modal asing di DKI Jakarta.
Kata kunci: Penanaman modal asing, upah minimum provinsi, tenaga kerja,
infrastruktur
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr, Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat, karunia,
rezeki, dan hidayahNya kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan
skripsi yang berjudul “ Analisis Pengaruh Upah Minimum Provinsi, Tenaga
Kerja, dan Infrastruktur terhadap Penanaman Modal Asing di Provinsi DKI
Jakarta”. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan besar Nabi
Muhammad SAW. serta para sahabat yang telah membimbing umatnya dari zaman
kegelapan ke zaman yang terang benderang.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Terselesaikannya skripsi ini tentu dengan dukungan, bantuan, bimbingan, semangat,
dan doa dari orang-orang terbaik yang ada di sekeliling penulis selama proses
penyelesaian skripsi ini. Maka dari itu penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT, karena tanpa ridho dan segala karuniaNya tidak mungkin saya
dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas segala nikmat islam, iman,
sehat, dan curahan kasih sayang yang Engkau berikan.
2. Keluarga yang selalu ada untuk saya, Mama tercinta Maidah yang selalu
memberikan segalanya yang terbaik dan selalu mendoakan yang terbaik,
Bapak Inik yang memberikan doa dan memberikan dukungan. Aa Muchlisin
vi
(kakak pertama), Mba Unafa (kakak kedua), Mba Koyimah (kakak ketiga),
dan Mba Nurhasanah (kakak keempat) dan semua keluarga yang selalu
mendukung dan bekerja keras untuk membuat saya bisa menyelesaikan studi
ini. Tanpa kalian saya tidak akan menjadi seperti sekarang ini. Terima kasih
banyak keluargaku. Kalian yang terbaik!
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memimpin Fakultas
Ekonomi dan Bisnis dengan baik dan memberikan ilmu yang sangat berharga
selama perkuliahan. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan bapak
4. Bapak Zuhairan Y. Yunan, S.E, M.Sc selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi
dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memimpin Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan dengan baik memberikan ilmu yang sangat berharga selama
perkuliahan. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan bapak
5. Bapak Dr. Lukman, M.Si selaku dosen pembimbing Skripsi 1 yang dengan
kerendahan hatinya bersedia memberikan pengarahan, ilmu yang berharga,
serta bimbingan yang berarti selama penyelesaian skripsi. Terima kasih atas
bimbingannya.. Semoga Allah SWT membalas kebaikan bapak.
6. Ibu Fitri Amalia S.Pd, M.Si. selaku dosen pembimbing 2 yang telah
meluangkan waktu, memberikan arahan serta bimbingan yang sangat berarti
selama ini. Terima kasih atas semua bimbingan dan arahan yang ibu berikan
vii
sehingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan
ibu.
7. Bapak Pheni Chalid S.F, M.A, Ph.D selaku dosen pembimbing akademik
yang dengan segala perhatiannya selalu membimbing perkembangan
akademik dan memberikan arahan yang terbaik selama masa kuliah. Semoga
Allah SWT membalas semua kebaikan bapak.
8. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan
ilmu yang sangat berguna dan berharga bagi saya. Semoga Allah selalu
memberikan pahala yang sebesar-besarnya atas kebaikan para dosen FEB UIN
Jakarta. Jajaran karyawan dan staf UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
melayani dan membantu saya selama perkuliahan.
9. Puti Rahayu Fadila, yang banyak memberikan semangat dan selalu
mendukung. Selalu berdoa yang terbaik sehingga saya dapat menyelesaikan
studi ini dengan baik. Terima kasih atas semuanya. Semoga Allas SWT selalu
memberikan berkah yang terbaik untuk hidup kamu.
10. Sahabat terbaik yang selalu ada untuk saya selama kuliah, Oblak’s Squad
(Ravindra Bramastyo, Miftachul Ulum, Bagus Adetya Akbar, Muhammad
Burhanuddin, Alfian Isnan, Ricky Fajar Adiputra, Drajad Daru) yang dalam
suka dan duka selalu menghibur dan memberikan dukungan yang teramat
sangat, selalu saya susahkan dan repotkan. Selalu menjadi tempat bersandar
dalam keluh kesah selama kuliah. Selalu menjadi tempat melepas canda dan
viii
tawa. Terima kasih kawan terbaik, budi baik kalian tak akan saya lupakan.
Hidup Oblak!
11. Seluruh Teman-teman IESP 2010 yang tidak saya sebutkan satu per satu.
Selalu kompak buat IESP 2010! Terkhusus kawan-kawan seperjuangan kelas
Konsentrasi Pembangunan, Muhammad Reza Hermanto, Muhammad Adi
Rahman, Ravindra Bramastyo, Miftachul Ulum, Muhammad Burhanuddin,
Agus Setiawan, Umar Adi Syahputra, Denny Iswanto, Muhammad Yusuf
Muharram, Sigit Aji Pambudi, Dio Syahrullah, Wildan Hidayatullah, Fajrul
Syam Arzani, Fita Rahmawati, Nonni Setianingsih, dan Izzatun Purnami.
Terima kasih untuk bersama-sama dalam Pembangunan! Sukses terus kawan!
12. Teman-teman futsal IESP 2010, Ridho Alfin, Miftachul Ulum, Alfian Isnan,
Muhammad Yusuf Azhar, Agus Setiawan, Muhammad Burhannudin,
Dykhalfath, Drajad Daru, Pebi Riswadi, Renzy Prima, Dio Syahrullah,
Wildan Hidayatullah, Ali Murtadho, Rifki Hasan, Mas’ud dan kawan-kawan
lain. Semangat terus kawan. Semoga kedepan kita bisa terus jaga tali
silahturahim.
13. Kelompok 55 KKN Mentari – Desa Mekarjaya, Cigudeg, Bogor, yang telah
menghabiskan waktu hidup satu bulan bersama dengan canda dan tawa serta
pelajaran hidup yang sangat berguna bagi saya.
14. Seluruh jajaran angkutan umum patas AC 132 jurusan Bekasi-Lebak Bulus,
510 jurusan Ciputat-Kp.Rambutan, patas P9BT jurusan Kp.Rambutan-Bekasi,
ix
angkutan kota D02 dan D01 yang selalu mengantarkan saya pulang-pergi
kampus. Tanpa mereka semua saya tidak bisa sampai tujuan. Semoga Allah
SWT. melimpahkan rezeki dan barokahnya. Seluruh pihak yang selalu
membantu saya selama kuliah saya tidak bisa sebutkan satu per satu. Terima
kasih untuk semuanya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki penulis.Oleh sebab itu,
penulis mengharapkan segala bentuk masukan, baik saran dan kritik yang
membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’ alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 13Juni 2014
Hadi Setiawan
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................. i
ABSTRACT................................................................................................ iii
ABSTRAK................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR............................................................................... v
DAFTAR ISI.............................................................................................. x
DAFTAR TABEL.......................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 13
C. Tujuan Penulisan....................................................................... 14
D. Kegunaan Penulisan.................................................................. 14
E. Manfaat Penulisan...................................................................... 15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori........................................................................... 16
1. Penanaman Modal Asing......................................................... 18
a. Pengertian Penanaman Modal Asing................................... 18
b. Jenis dan Karakteristik Investasi.......................................... 22
c. Motivasi Penanaman Modal Asing...................................... 23
d. Faktor Pengaruh Penanaman Modal Asing......................... 25
2 .Upah Minimum Provinsi ........................................................ 26
xi
a. Pengertian Upah Minimum Provinsi................................... 26
b. Teori Pembentukan Harga Upah......................................... 27
c. Penetapan Upah Minimum Provinsi ................................... 30
3. Tenaga Kerja.......................................................................... 31
a. Pengertian Tenaga Kerja..................................................... 31
b. Konsep Tenaga Kerja.......................................................... 33
c. Teori Ketenagakerjaan......................................................... 35
4. Infrastruktur............................................................................ 38
a. Pengertian Infrastruktur....................................................... 38
b. Jenis dan Karakter Infrastruktur.......................................... 39
c. Manfaat Infrastruktur........................................................... 41
d. Teori Infrastruktur................................................................ 43
B. Penelitian Terdahulu.................................................................... 44
C. Kerangka Berpikir........................................................................ 53
D. Hipotesis..................................................................................... 56
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian......................................................... 57
B. Metode Penentuan Sampel…………………………………… 57
C. Metode Pengumpulan Data....................................................... 57
1. Penelitian Kepustakaan…………………………………….. 57
2. Jenis Data……………………………………………………58
D. Metode Analisis......................................................................... 58
1. Uji Asumsi Klasik................................................................. 59
a. Uji Normalitas Data............................................................ 59
b. Multikolinieritas................................................................. 59
c. Heteroskedastisitas............................................................. 60
d. Autokorelasi....................................................................... 60
xii
2. Uji Hipotesis......................................................................... 60
a. Koefisien Determinasi........................................................ 61
b. Uji-t.................................................................................... 62
c. Uji F................................................................................... 62
D. Operasional Variabel Penelitian................................................ 62
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian.......................................... 65
B. Penemuan dan Pembahasan...................................................... 66
1. Analisis Deskriptif................................................................ 66
a. Analisa Penanaman Modal Asing di DKI Jakarta.............. 66
b. Analisa Upah Minimum Provinsi di DKI Jakarta.............. 68
c. Analisa Upah Tenaga Kerja di DKI Jakarta....................... 70
d. Analisa Infrastruktur di DKI Jakarta.................................. 71
2. Uji Asumsi Klasik................................................................ 72
a. Uji Normalitas Data............................................................ 72
b. Multikolinieritas................................................................. 73
c. Heteroskedastisitas............................................................. 74
d. Autokorelasi....................................................................... 75
3. Pengujian Hipotesis.............................................................. 76
a. Hasil Analisis Statistik Uji-t............................................... 77
b. Interpretasi Analisis Ekonomi Hasil Uji-t.......................... 78
c. Uji-F dan Interpretasi Hasil................................................ 84
d. Uji Koefisien Determinasi dan Interpretasi Hasil.............. 84
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.............................................................................. 86
B. Saran........................................................................................ 86
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 88
LAMPIRAN.............................................................................................. 91
xiii
DAFTAR TABEL
No Keterangan Halaman
1.1 Perkembangan Investasi (PMA) Berdasarkan Menurut Lokasi 6
Di Indonesia
1.2 Upah Minimum Provinsi dan Jumlah Angkatan 8
Kerja di Provinsi DKI Jakarta
1.3 Perkembangan Panjang Jalan di Provinsi DKI Jakarta 12
2.1 Penelitian Terdahulu 49
3.1 Operasional Variabel Penelitian 64
xiv
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Halaman
2.1 Diagram Ketenagakerjaan 35
2.2 Skema Kerangka Pemikiran 55
4.1 Perkembangan Penanaman Modal Asing di DKI Jakarta 66
4.2 Perkembangan Upah Minimum Provinsi di DKI Jakarta 68
4.3 Perkembangan Tenaga Kerja di DKI Jakarta 70
4.4 Perkembangan Infrastruktur di DKI Jakarta 71
4.5 Uji Histogram 73
4.6 Uji VIF 74
4.7 Uji White 75
4.8 Uji Autokorelasi 75
4.9 Hasil Regresi 76
xv
DAFTAR LAMPIRAN
No Keterangan Halaman
1 Data 91
2 Uji Normalitas 92
3 Uji Multikolinieritas 92
4 Uji Heteroskedastisitas 93
5 Uji Autokorelasi 94
6 Regresi Linier Berganda 94
7 Data pendidikan angkatan kerja 95
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu kegiatan investasi pada umumnya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi
suatu wilayah. Investasi mampu berperan sebagai salah satu penyokong utama dalam
mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan karena
pertumbuhan ekonomi berdasarkan pada peningkatan produksi dan bersumber pada
penambahan investasi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi dapat menjadi cerminan
pembangunan ekonomi di suatu wilayah. Dengan begitu pembentukan modal
(investasi) yang besar perlu dilakukan di Negara berkembang agar dapat terlepas dari
keterbelakangan dan kemiskinan. Melalui investasi yang semakin meningkat
pertumbuhan ekonomi akan dapat dipercepat dan kemakmuran masyarakat
ditingkatkan (Sadono Sukirno, 2007:271).
Kesejahteraan masyarakat tidak terlepas dari aktivitas ekonomi yang terjadi di
masyarakat tersebut. Aktivitas ekonomi akan menghasilkan nilai tambah ekonomi
maupun nilai tambah sosial di masyarakat. Nilai tambah tersebut antara lain berupa
dihasilkannya barang dan jasa, kesempatan kerja, pemanfaatan aset produksi, surplus
usaha maupun nilai tambah social adalah sumber utama pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, maka makin tinggi aktivitas ekonomi
disuatu daerah, makin tinggi pula kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut dan
2
sebaliknya. Setiap aktiivitas ekonomi diawali dengan aktivitas investasi. Dengan
demikian pemerintah perlu proaktif untuk memanfaatkan setiap peluang investasi
menjadi kenyataan, guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Henry, 2009:284).
Di negara berkembang permasalahan yang kerap muncul adalah kurangnya
persediaan modal untuk mendukung proses produksi. Terbatasnya alat-alat modal
dalam perekonomian dapat dilihat dari jumlah alat modern yang digunakan dalam
kegiatan produksi. Hal tersebut berdampak pada produktivitas dan organisasi
produksi yang sangat tidak efisien dan selanjutnya menyebabkan tingkat pendapatan
rendah pada masyarakat di negara berkembang. Lebih lanjut permasalahan
kekurangan pembentukan modal disebabkan ketidakmampuan dana modal dan
tabungan masyarakat untuk proses investasi. Itu semua mendorong adanya
pembentukan modal yang berasal dari dana asing yang mampu menyediakan modal
besar.
Investasi adalah aliran yang meningkatkan persediaan modal. Investasi
merupakan tambahan modal baru pada simpanan modal perusahaan (Case dan Fair,
2007:270). Investasi menurut sumber dananya dapat berupa investasi asing dan
investasi dalam negeri. Investasi asing dapat disebut penanaman modal asing (PMA).
Menurut jenisnya, investasi dapat dikelompokkan menjadi investasi langsung (direct
investment) dan investasi tidak langsung (indirect investment). Investasi langsung
(direct investment) adalah jenis investasi pada aset atau faktor produksi untuk
melakukan usaha (bisnis) pada sektor riil. Sementara itu investasi tidak langsung
3
(indirect investment) adalah jenis investasi pada aset keuangan seperti deposito, surat
berharga, saham dan obligasi yang bertujuan mendapat balas jasa berupa dividen atau
capital gain atau disederhanakan dengan istilah bunga (Henry, 2009:10).
Investasi dapat berperan cukup vital pada pengembangan wilayah sekaligus
penentu peningkatan output yang mampu dihasilkan dalam suatu wilayah. Ini
dikarenakan investasi dapat menjadi akumulasi modal yang dapat kemudian
digunakan untuk membuat pabrik baru, pengadaan mesin-mesin baru, dan
pembangunan fisik di daerah. Penambahan akumulasi modal yang langsung bergerak
di sektor riil akan mendorong tingkat produktivitas. Sektor riil akan berjalan dengan
baik dengan adanya penambahan modal yang didapatkan dari proses investasi.
Secara aspek makro, investasi adalah kegiatan yang menghasilkan nilai tambah
yang merupakan sumber utama kesejahteraan masyarakat. Ini terlihat dari 5
komponen nilai tambah akibat adanya investasi yaitu; balas jasa modal yang diterima
oleh masyarakat pemilik modal, upah dan gaji yang diterima masyarakat pekerja,
sewa sarana produksi yang diterima oleh masyarakat pemilik faktor produksi, surplus
usaha yang diterima oleh masyarakat pengusaha, dan akhirnya investasi merupakan
fungsi dari kesejahteraan masyarakat (Henry, 2009:278).
Kegiatan investasi berhubungan langsung dengan sistem produksi, kegiatan
perdagangan dan ekspor, serta kegiatan ekonomi masyarakat pada umumnya.
Dampak ganda investasi sebelum berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
dirasakan ikut berpengaruh terhadap faktor-faktor ekonomi lainnya. Kegiatan
4
investasi berhubungan langsung dan sangat erat dengan ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat (Didik Rachbini, 2008:12). Selain itu, jika membicarakan investasi dalam
sistem produksi, maka erat kaitannya tentang faktor input. Dalam pembahasan ini
dijelaskan bahwa adanya penambahan modal menjadi salah satu hal yang mendorong
produktivitas. Adanya penambahan modal menjadikan salah satu faktor produksi
dapat mendorong kualitas dan kuantitas faktor lain yang digunakan bersama faktor
tersebut untuk dapat meningkatkan produktivitas.
Investasi dapat masuk ke suatu wilayah apabila para investor merasa aman dan
nyaman dalam melakukan kegiatan investasi tersebut. Kegiatan investasi di suatu
daerah salah satunya ditentukan oleh potensi ekonomi dan iklim usaha yang
dimilikinya. Iklim usaha adalah kondisi yang dapat merangsang munculnya usaha
atau investasi. Oleh karena itu iklim usaha ini sangat berpengaruh pada
kesinambungan investasi. Iklim usaha dibentuk oleh berbagai faktor yang saling
berkait satu sama lain dalam membangun suasana yang menyenangkan bagi semua
pihak yang terkait dengan masalah investasi, baik masyarakat sekitar lokasi, pelaku
investasi (investor), maupun pemerintah yang mewakili kepentingan negara. Berbagai
hal yang berkaitan dengan pembentukan ikilm investasi diantaranya adalah kepastian
berusaha semisal kepastian hukum undang-undang dan peraturan pemerintah;
tersedianya sumber daya investasi berupa sumber daya alam, sumber daya manusia
dan sumber daya buatan yang kompetitif akan membantu terbentuknya ikilm
investasi; sarana dan prasarana fisik untuk pengembangan investasi yang mudah
5
didapat, diakses, murah biayanya, serta prosesnya lancar akan memberikan kontribusi
signifikan pada pembentukan iklim investasi (Henry, 2009:76-78).
Beberapa faktor tersebut menjadi daya tarik investasi bagi suatu daerah. Setiap
daerah berusaha menarik para investor untuk dapat menanamkan modalnya di daerah
mereka. Hal tersebut membuat pemerintah daerah berusaha menjadikan wilayahnya
potensial untuk kegiatan investasi. Menurut Henry (2009:284-286) di era otonomi
dan globalisasi ekonomi yang berjalan serempak saat ini, pemerintah daerah
kabupaten/kota dituntut untuk lebih proaktif dan kreatif dalam membangun daerahnya
masing-masing. Era otonomi daerah daerah telah merubah model pembangunan yang
dulunya bersifat sentralistis (top down), menjadi desentralisasi/otonomi (bottom-up).
Dengan adanya proses otonomi, pemerintah daerah mampu untuk mandiri di
dalam membangun daerahnya. Begitupun yang terjadi di wilayah DKI Jakarta.
Provinsi DKI Jakarta memiliki potensi ekonomi yang mendukung sebagai pusat
kegiatan perekonomian. Wilayah ini menjadi potensial sebagai pengembangan
potensi perekonomian dikarenakan wilayah ini menjadi pusat pemerintahan yang
memudahkan proses birokrasi. Hal ini menjadi pendorong wilayah ini sebagai pusat
kegiatan bisnis dan jasa di Indonesia.
Roda perekonomian di DKI Jakarta menjadi pendorong tumbuhnya penanaman
modal khususnya yang berasal dari asing. Penanaman modal asing yang ada di
wilayah ini dominan dibandingkan provinsi lain di Indonesia. Wilayah DKI Jakarta
masih menjadi tempat yang paling banyak menyerap penanaman modal asing
6
dibandingkan dengan daerah lain di seluruh Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari
perkembangan nilai investasi penanaman modal asing menurut lokasi di Indonesia.
Tabel 1.1 Realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) Menurut Lokasi Di
Indonesia
Sumber: BPS, BKPM (data diolah)
Berdasarkan data diatas, wilayah DKI Jakarta memiliki nilai penanaman modal
asing paling besar dibandingkan beberapa provinsi lain di Indonesia. Provinsi DKI
Jakarta unggul dalam nilai penanaman modal asing dibandingkan dengan provinsi
lain. Berdasarkan data diatas dapat dilihat perkembangan penanaman modal asing di
Provinsi DKI Jakarta dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia dalam 3 tahun
terakhir. Hal ini menjadi gambaran potensi wilayah DKI Jakarta untuk dapat
menyerap banyak investasi.
NO. LOKASI
NILAI PMA (DALAM RUPIAH)
2010 2011 2012
1 SUMUT 1.645.655.700 6.557.190.000 6.271.025.400
2 SUMBAR 71.787.300 199.230.000 728.850.000
3 KEP. RIAU 1.505.715.900 1.911.390.000 5.219.537.800
4 DKI JAKARTA 58.422.776.490 41.969.670.000 39.918.628.600
5 JABAR 15.375.204.000 33.402.780.000 40.919.582.600
6 JATENG 537.041.700 1.522.500.000 2.346.897.000
7 JATIM 16.076.720.400 11.414.400.000 22.339.738.400
8 BANTEN 14.032.145.400 18.893.790.000 26.397.003.400
9 B A L I 2.528.912.100 4.194.270.000 4.684.076.000
10 KALTIM 9.924.821.400 5.240.880.000 19.573.023.800
11 KALTENG 4.966.954.200 4.730.190.000 5.099.034.600
12 SULUT 2.060.931.600 1.915.740.000 453.830.600
13 SULSEL 4.014.636.600 779.520.000 5.661.706.800
14 MALUKU 26.352.300 101.790.000 82.603.000
15 PAPUA 2.995.075.200 11.414.400.000 11.684.923.200
7
Jika dilihat dalam beberapa tahun belakangan, trend yang terjadi adalah nilai
investasi asing di DKI Jakarta mengalami perubahan yang tidak menentu dan
cenderung mengalami penurunan nilai penanaman modal asing. Terdapat
ketidakstabilan nilai penanaman modal asing yang menanamkan modalnya di DKI
Jakarta. Tentunya hal ini menjadi dampak yang buruk bagi kondisi perekonomian di
DKI Jakarta. Beberapa hal menjadi dampak sangat tidak menentunya tingkat
penanaman modal asing (PMA). Jika dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia,
DKI Jakarta masih paling besar untuk penanaman modal asing, perubahan
penanaman modal asing dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi yang tidak stabil.
Dalam perubahan investasi tercermin ketidakpastian penanaman modal asing yang
masuk ke DKI Jakarta. Iklim investasi yang tidak stabil menjadikan patokan investor
asing masuk dan menanamkan modalnya. Nilai investasi asing yang tidak stabil
menjadi hal yang tidak baik dalam menunjang peningkatan perekonomian di wilayah
ini.
Hal yang terjadi belakangan adalah timbul beberapa gejolak sosial yang membuat
iklim investasi di DKI Jakarta menjadi buruk. Gejolak sosial tersebut merupakan
gangguan stabilitas kegiatan perekonomian di masyarakat. Salah satu halnya berupa
terjadinya demonstrasi besar-besaran para pekerja yang menuntut untuk
meningkatkan upah minimum provinsi dan penghapusan sistem kerja kontrak.
Dengan adanya demonstrasi yang berujung pada menutup akses jalan menyebabkan
proses kegiatan perekonomian di wilayah ini terganggu. Bahkan tak jarang sampai
8
membuat kelumpuhan aktivitas masyarakat. Selain itu dengan kondisi pekerja yang
mogok kerja menyebabkan tingkat produktivitas wilayah ini menjadi menurun dan
memaksa terjadinya berbagai kerugian. Kondisi ketidakstabilan itu juga yang
menyebabkan salah satu iklim investasi di DKI Jakarta menjadi memburuk di mata
penanam modal asing.
Tujuan pekerja menuntut upah naik adalah didasari pada tingkat kesejahteraan
para pekerja yang kurang. Dengan semakin meningkatnya biaya hidup di DKI
Jakarta, pemenuhan kebutuhan pekerja semakin sulit dicapai dengan tidak adanya
peningkatan upah. Ditambah lagi kondisi wilayah ini menjadi tujuan sebagian besar
pencari kerja dari berbagai daerah.. Jumlah angkatan kerja yang bertambah di kota ini
yang memaksa persaingan untuk mendapatkan kerja semakin ketat. Hal itu dapat
dilihat pada tabel 1.2, perkembangan upah minimum provinsi dan jumlah angkatan
kerja di Provinsi DKI Jakarta.
Tabel 1.2 Upah Minimum Provinsi dan Jumlah Angkatan Kerja di Provinsi
DKI Jakarta
Tahun
UMP (dalam
Rupiah)
Angkatan Kerja
(dalam jiwa)
2006 900.600 3.531.799
2007 972.605 3.842.944
2008 972.605 4.191.966
2009 1.069.865 4.118.390
2010 1.188.010 4.689.761
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta (data diolah)
Jika dilihat dari perkembangan beberapa tahun belakangan, kondisi upah
minimum provinsi DKI Jakarta mengalami peningkatan, namun jumlahnya tidak
signifikan. Berbeda dengan semakin bertambahnya jumlah angkatan kerja yang
9
jumlahnya signifikan tiap tahun. Hal yang terjadi adalah penolakan keras dari pihak
buruh dan serikat pekerja dengan melakukan demonstrasi menuntut peningkatan upah
layak dengan turun ke jalan dan mogok kerja. Dengan begitu, kondisi yang terjadi
adalah ketidaknyamanan akan iklim investasi di DKI Jakarta. Hal itu disebabkan
produktivitas menurun dan mengakibatkan menurunnya keuntungan perusahaan.
Padahal dalam aspek produksi dikatakan, produksi dan penggunaan modal
mendorong produktivitas tenaga kerja dan umumnya meningkatkan penawaran
tenaga kerja dan mendorong upah naik (Case dan Fair, 2007:261).
Menurut teori pertumbuhan Harod-domar (1946), investasi tidak hanya
menciptakan permintaan, tapi juga memperbesar kapasitas produksi. Kapasitas
produksi yang membesar membutuhkan permintaan yang lebih besar pula agar
produksi tidak menurun. Jika kapasitas produksi yang membesar tidak diikuti dengan
permintaan yang besar, surplus akan muncul dan disusul penurunan jumlah produksi.
Oleh karena itu kapasitas produksi yang besar akibat adanya investasi membutuhkan
produktivitas tenaga kerja. Penawaran tenaga kerja akan meningkat.
Kapasitas produksi yang besar membutuhkan jumlah tenaga kerja yang banyak.
Tenaga kerja yang produktif dibutuhkan untuk memenuhi kapasitas produksi akibat
adanya investasi. Dalam konsep ketenagakerjaan di Indonesia, yang dimaksud tenaga
kerja produktif adalah angkatan kerja. Menurut indikator ketenagakerjaan BPS,
angkatan kerja terbagi menjadi dua yaitu angkatan kerja yang bekerja dan
pengangguran. Angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya
10
terlibat, atau berusaha untuk terlibat, dalam kegiatan produktif yaitu produksi barang
dan jasa (Mulyadi, 2006:60).
Investor asing akan lebih berminat untuk melakukan penanaman modal asing
apabila diasusmsikan tersedianya tenaga kerja yang berlimpah untuk melakukan
investasinya (Robudi 2011:17). Semakin berlimpah tenaga kerja yang tersedia juga
menggambarkan tingginya penawaran tenaga kerja dan mendorong upah naik.
Hal ini terdapat dalam teori dana upah yang dikemukakan oleh John Stuart Mill,
tinggi upah tergantung kepada permintaan dan penawaran tenaga kerja. Sedangkan
penawaran tenaga kerja tergantung pada jumlah dana upah yaitu jumlah modal yang
disediakan perusahaan untuk pembayaran upah. Penawaran tenaga kerja yang
meningkat akan mendorong tingkat dana upah bertambah, karena untuk penawaran
kerja yang meningkat butuh membayarkan upah yang meningkat juga. Diharapkan
jika jumlah tenaga kerja semakin meningkat maka penanaman modal asing
akan meningkat. Dari apa yang dikemukakan tersebut, maka penanaman modal
ditentukan pengaruhnya oleh jumlah tenaga kerja produktif yang banyak dan diikuti
upah yang meningkat untuk dapat memperbesar kapasitas produksi.
Dari beberapa teori yang dikemukakan, maka kapasitas produksi yang besar
akibat investasi menyebabkan peningkatan penawaran tenaga kerja akan
meningkatkan. Sementara itu menurut teori dana upah Mill tingkat upah naik akibat
meningkatnya penawaran tenaga kerja akan meningkatkan penanaman modal asing.
Hal ini menggambarkan apabila upah minimum provinsi naik, tingkat kesejahteraan
11
tenaga kerja terpenuhi dan berdampak pada produktivitas kerja yang meningkat.
Kondisi tenaga kerja yang terpenuhi kebutuhannya tidak membuat mereka melakukan
aksi demonstrasi dan mogok kerja yang mengakibatkan tingkat produktivitas
meningkat. Hal tersebut berdampak pada penanaman modal asing yang
mengakibatkan keuntungan bagi pengusaha untuk berinvestasi.
Penanaman modal asing bergantung pada faktor lain yang terkait dengan
kapasitas produksi. Kondisi yang terjadi di DKI Jakarta adalah ketersediaan
infrastruktur berupa panjang jalan yang tidak memungkinkan untuk menunjang
kegiatan perekonomian di wilayah ini. Panjang jalan di wilayah ini mengalami
peningkatan yang sedikit bahkan cenderung stagnan. Hal ini disebabkan kondisi
demografis DKI Jakarta yang tidak luas dan pembangunan fisik yang masif memaksa
penambahan panjang jalan sangat sulit dilakukan. Padahal ketersediaan panjang jalan
membuat proses kegiatan aktivitas perekonomian menjadi lebih produktif. Salah satu
contoh sederhana adalah dengan tersedianya panjang jalan untuk proses distribusi
barang dari produsen kepada konsumen yang mampu menjangkau hingga keseluruh
wilayah. Kondisi yang terjadi sekarang adalah panjang jalan yang peningkatannya
tidak sebesar jumlah kendaraan bermotor yang ada di jalan mengakibatkan kemacetan
dan membuat proses aktivitas perekonomian mengalami kerugian. Panjang jalan di
provinsi DKI Jakarta dapat dilihat dalam tabel 1.3 berikut ini.
12
Tabel 1.3 Perkembangan Panjang Jalan di Provinsi DKI Jakarta
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta (data diolah)
Perkembangan panjang jalan di DKI Jakarta dalam beberapa tahun belakangan
mengalami peningkatan. Akan tetapi peningkatannya cenerung stagnan dan tidak
bertambah secara besar peningkatannya. Hal ini seharusnya dilakukan guna
menambah jangkauan aktivitas perekonomian yang umumnya menggunakan akses
darat melalui jalan raya. Jika proses produksi lancar dengan ditunjang infrastruktur
baik yang disediakan oleh wilayah tersebut akan membuat kenyamanan investor
dalam menanamkan modalnya. Masalah yang harus di diperhatikan pemerintah untuk
meningkatkan investasi antara lain ketidakstabilan sosial dan masalah keamanan
pusat dan daerah, kondisi infrastruktur yang tidak memadai, dan ketidakstabilan nilai
mata uang atau nilai tukar rupiah. Salah satu masalah yang menjadi penting adalah
tentang infrastruktur. Kondisi infrastruktur merupakan salah satu hal yang dikeluhkan
oleh para investor. Faktor ini penting untuk menunjang keberlangsungan
produktivitas output dan implikasinya pada keuntungan ekonomis yang didapat oleh
perusahaan (Didik, 2008:16).
Terdapat teori yang menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi penanaman
modal asing yang menjadi dasar pengembangan penanaman modal asing. Salah
Tahun
Panjang Jalan
(dalam meter)
2006 6540221
2007 6540221
2008 7208537
2009 7208537
13
satunya adalah yang pertama kali dikembangkan oleh John Dunning, yaitu
Electic Theory. Terdapat beberapa hal yang akan mempengaruhi terjadinya
penanaman modal asing. Hal tersebut adalah adanya keunggulan kepemilikan dari
investor asing yang dapat berupa produk yang lebih efisien, keunggulan
teknologi, keahlian manajemen dan jaringan pemasaran yang lebih baik. Salah
satu faktor tersebut adalah butuh jaringan pemasaran yang lebih baik. Jaringan
pemasaran yang baik harus ditunjang ketersediaan infrastruktur yang baik. (Robudi,
2011:29).
Berdasarkan beberapa uraian diatas sebelumnya, maka dapat dirumuskan
permasalahan yang akan diteliti adalah tidak menentunya investasi yang terjadi di
daerah DKI Jakarta. Tidak menentunya investasi tersebut kemungkinan besar
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yang akan diteliti dalam penulisan ini
adalah upah minimum provinsi, tenaga kerja, dan infrastruktur di DKI Jakarta.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis ingin mengkaji variabel yang dapat
mempengaruhi nilai investasi asing sehingga nantinya dapat menjadi prioritas
pengambilan kebijakan yang tepat saat untuk mengatasi permasalahan investasi asing
yang ada di wilayah DKI Jakarta.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, makan rumusan masalah penulisan adalah:
14
1. Seberapa besar pengaruh upah minimum provinsi, tenaga kerja, dan
infrastruktur terhadap penanaman modal asing di Provinsi DKI Jakarta pada
tahun 1983-2012 secara bersama-sama?
2. Seberapa besar pengaruh upah minimum provinsi, tenaga kerja, dan
infrastruktur terhadap penanaman modal asing di Provinsi DKI Jakarta pada
tahun 1983-2012 secara parsial?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan ini adalah:
1. Menganalisis seberapa besar pengaruh upah minimum provinsi, tenaga kerja,
dan infrastruktur terhadap penanaman modal asing di Provinsi DKI Jakarta
pada tahun 1983-2012 secara bersama-sama.
2. Menganalisis seberapa besar pengaruh upah minimum provinsi, tenaga kerja,
dan infrastruktur terhadap penanaman modal asing di Provinsi DKI Jakarta
pada tahun 1983-2012 secara parsial.
D. Kegunaan Penulisan
Manfaat yang ingin diberikan dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini berguna untuk memberikan informasi seberapa besar pengaruh
upah minimum provinsi, tenaga kerja, dan infrastruktur terhadap penanaman
modal asing di DKI Provinsi Jakarta pada tahun 1983-2012.
15
2. Penelitian ini berguna untuk memberikan informasi seberapa besar pengaruh
upah minimum provinsi, tenaga kerja, dan infrastruktur terhadap penanaman
modal asing di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 1983-2012.
E. Manfaat penulisan
Manfaat yang ingin diberikan dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini dapat menjadi prioritas pengambilan kebijakan yang tepat saat
untuk mengatasi permasalahan investasi yang ada di Provinsi DKI Jakarta.
2. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk penelitian
selanjutnya.
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Dalam penelitian ini akan diteliti pengaruh upah minimum provinsi, tenaga kerja,
dan infrastruktur terhadap investasi asing di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 1983-
2012. Terdapat beberapa teori yang menjelaskan keterkaitan variabel-variabel
tersebut sehingga mampu menjadi grand theory dalam penelitian ini. Dalam teori
pertumbuhan Harod-domar (1946), investasi tidak hanya menciptakan permintaan,
tapi juga memperbesar kapasitas produksi. Kapasitas produksi yang membesar
membutuhkan jumlah tenaga kerja produktif untuk menghasilkan output.
Investor asing akan lebih berminat untuk melakukan penanaman modal asing
apabila tersedia tenaga kerja yang berlimpah untuk melakukan investasinya (Robudi
2011:17). Semakin berlimpah tenaga kerja yang tersedia juga menggambarkan
tingginya penawaran tenaga kerja. Hal ini terdapat dalam teori dana upah yang
dikemukakan oleh John Stuart Mill, tinggi upah tergantung kepada permintaan dan
penawaran tenaga kerja. Sedangkan penawaran tenaga kerja tergantung pada jumlah
dana upah yaitu jumlah modal yang disediakan perusahaan untuk pembayaran upah.
Penawaran tenaga kerja yang meningkat akan mendorong tingkat dana upah
bertambah, karena untuk meningkatkan penawaran kerja butuh pembayaran upah
yang meningkat juga. Dari apa yang dikemukakan dalam kedua teori tersebut, maka
17
penanaman modal ditentukan pengaruhnya oleh jumlah tenaga kerja produktif yang
banyak dan diikuti upah yang meningkat untuk dapat memperbesar kapasitas
produksi.
Penanaman modal asing sangat bergantung pada faktor lain yang terkait
peningkatan kapasitas produksi. Terdapat teori yang menjelaskan beberapa faktor
yang mempengaruhi penanaman modal asing yang menjadi dasar pengembangan
penanaman modal asing. Teori tersebut adalah yang pertama kali dikembangkan
oleh John Dunning, yaitu Electric Theory. Terdapat hal yang akan mempengaruhi
terjadinya PMA. Hal tersebut adalah adanya keunggulan kepemilikan dari
investor asing yang dapat berupa produk yang lebih efisien, keunggulan
teknologi, keahlian manajemen dan jaringan pemasaran yang lebih baik. Salah
satu faktor tersebut adalah butuh jaringan pemasaran yang lebih baik Jaringan
pemasaran yang baik harus ditunjang ketersediaan infrastruktur yang baik. (Robudi
2011:29). Masalah yang harus di diperhatikan pemerintah untuk meningkatkan
investasi antara lain ketidakstabilan sosial dan masalah keamanan pusat dan daerah,
kondisi infrastruktur yang tidak memadai, dan ketidakstabilan nilai mata uang atau
nilai tukar rupiah. Salah satu masalah yang menjadi penting adalah tentang
infrastruktur. Jika proses produksi lancar dengan ditunjang infrastruktur baik yang
disediakan oleh wilayah tersebut akan membuat kenyamanan investor dalam
menanamkan modalnya (Didik 2008:16).
1. Penanaman Modal Asing
18
a. Pengertian Penanaman Modal Asing
Penanaman modal atau yang lebih umum dikatakan investasi adalah suatu istilah
dengan beberapa pengertian yang berhubungan dengan keuangan dan ekonomi.
Istilah tersebut berkaitan dengan akumulasi suatu bentuk aktiva dengan suatu harapan
mendapatkan keuntungan dimasa depan. Investasi disebut juga sebagai penanaman
modal. Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian (dan produksi) dari
modal barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan
datang (barang produksi). Investasi adalah aliran yang meningkatkan persediaan
modal. Investasi merupakan tambahan modal baru pada simpanan modal perusahaan
(Case dan Fair, 2007:270).
Todaro (2000:388) mendefinisikan investasi atau penanaman modal adalah
bagian dari total pendapatan nasional (national income) atau pengeluaran nasional
(national expenditure) yang secara khusus diperuntukkan memproduksi barang-
barang kapital atau modal pada suatu periode tertentu. Menurut Sukrino (2000:69),
Investasi merupakan pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang
modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan
terutama menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan
digunakan untuk memproduksi barang dan jasa dimasa depan. Dengan kata lain
investasi merupakan kegiatan perbelanjaan untuk meningkatkan kapasitas
memproduksi sesuatu dalam perekonomian. Secara konsep, investasi adalah kegitan
mengalokasikan atau menanamkan sumberdaya saat ini (sekarang), dengan harapan
19
mendapatkan manfaat dikemudian hari (masa datang). Untuk memudahkan
pengertian dan perhitungan, maka sumberdaya ini biasanya diterjemahkan kedalam
satuan moneter atau uang. Dengan demikian secara konsep, investasi dapat
didefinisikan sebagai menanamkan uang sekarang, guna mendapatkan manfaat (balas
jasa keuntungan) dikemudian hari (Henry, 2009:278).
Secara aspek mikro, investasi adalah mengalokasikan sumber daya saat ini
dengan tujuan mendapatkan manfaat dimasa datang. Bila dilakukan dengan tujuan
bisnis, maka tujuan akhir investasi adalah untuk mendapat laba. Sedangkan secara
aspek makro, investasi adalah kegiatan yang menghasilkan nilai tambah yang
merupakan sumber utama kesejahteraan masyarakat. Ini terlihat dari 5 komponen
nilai tambah akibat adanya investasi yaitu; balas jasa modal yang diterima oleh
masyarakat pemilik modal, upah dan gaji yang diterima masyarakat pekerja, sewa
sarana produksi yang diterima oleh masyrakat pemilik faktor produksi, surplus usaha
yang diterima oleh masyarakat pengusaha, dan akhirnya investasi merupakan fungsi
dari kesejahteraan masyarakat (Henry, 2009:278).
Secara aspek makro, investasi erat kaitannya dengan perhitungan pendapatan
nasional menggunakan pendapatan pengeuaran. Peranan dan fungsi investasi dalam
sistem perekonomian dapat dilihat dengan menghitung pendapatan nasional
pendekatan pengeluaran. Dalam kegiatan perekonomian setiap negara, investasi
merupakan salah satu variabel yang sangat penting dan vital. Pada hakekatnya
investasi merupakan penorbanan awal untuk menciptakan nilai tambah melalui
20
kegiatan produksi yang menghasilkan output barang dan jasa untuk dipasarkan di
dalam negeri maupun untuk ekspor. Dalam kenyataannya keinginan setiap negara
untuk memelihara pertumbuhan ekonominya, tergantung pada sejauh mana negara
tersebut dapat menumbuhkan investasi secara terus menerus. Kemampuan suatu
negara dalam mengembangkan investasi di negaranya dapat diukur melalui parameter
penyisihan dana untuk investasi atau pembentukan modal tetap (fixed capital
formation) dari produk domestik bruto (PDB) yang dihasilkan pada tahun yang
bersangkutan. (Henry, 2009:48).
Ada tiga sumber utama modal asing dalam suatu negara yang menganut
sistem perekonomian terbuka, yaitu: pinjaman luar negeri (debt), penanaman
modal asing langsung (Foreign Direct Investment), dan investasi portofolio.
Penanaman modal asing merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh pihak
asing dalam rangka menanamkan modalnya disuatu negara dengan tujuan untuk
mendapatkan laba melalui penciptaan suatu produksi atau jasa.
Selain itu penanaman modal asing merupakan alat-alat untuk perusahaan,
termasuk penemuan-penemuan baru milik orang asing dan bahan-bahan, yang
dimasukkan dari luar ke dalam wilayah Indonesia, selama alat-alat tersebut tidak
dibiayai dari kekayaan devisa Indonesia. Penanaman modal asing juga bagian dari
hasil perusahaan yang berdasarkan undang - undang ini keuntungan yang
diperkenankan ditransfer, tetapi dipergunakan untuk membiayai perusahaan di
Indonesia.
21
Definisi lain masih dalam undang-undang tersebut adalah aliran modal dari suatu
negara ke negara lainnya bertujuan untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi,
yang lebih produktif dan juga sebagai diversifikasi usaha. Hasil yang diharapkan dari
aliran modal internasional adalah meningkatnya output dan kesejahteraan dunia.
Disamping peningkatan income dan output, keuntungan bagi negara tujuan dari aliran
modal asing adalah membawa teknologi yang lebih mutakhir, besar kecilnya
keuntungan bagi negara tujuan tergantung pada kemungkinan penyebaran teknologi
yang bebas bagi perusahaan. Investasi asing meningkatkan kompetisi di
negara tujuan. Masuknya perusahaan baru dalam sektor yang tidak
diperdagangkan meningkatkan output industri dan menurunkan harga domestik,
sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan. Investasi asing dapat
berperan dalam mengatasi kesenjangan nilai tukar dengan negara tujuan.
Dalam UU Penanaman Modal No. 25 Tahun 2007, yang disebut sebagai
Penanaman Modal Asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan
usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam
modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun
yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri. Adapun bentuk
penanaman modal ini dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu
mengambil bagian saham pada saat pendirian Perseroan Terbatas,
membeli saham; dan melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan
perundang- undangan. Berdasarkan pengertian ini, maka dapat disimpulkan
22
bahwa setiap Perusahaan yang didalamnya terdapat Modal Asing, tanpa melihat
batasan jumlah modal tersebut dapat dikategorikan sebagai PMA (Robudi 2011:12).
b. Jenis dan Karakteristik Investasi
Investasi menurut jenis dikelompokkan menjadi investasi langsung (direct
investment) dan investasi tidak langsung (indirect investment). Investasi langsung
(direct investment) adalah jenis investasi pada aset atau faktor produksi untuk
melakukan usaha (bisnis) pada sektor riil. Investasi langsung juga menghasilkan
dampak berganda yang besar bagi sektor ekonomi terkait dan kesejahteraan
masyarakat secara umum. Sementara itu investasi tidak langsung (indirect
investment) adalah jenis investasi pada aset keuangan seperti deposito, surat berharga,
saham dan obligasi yang bertujuan mendapat balas jasa berupa dividen atau capital
gain atau disederhanakan dengan istilah bunga. Pada hakekatnya investasi tidak
langsung adalah turunan atau derifatif dari investasi langsung sehingga laba atau
balas jasa dari investasi finansial ini berasal dari kemampuan dan produktivitas
investasi langsung (Henry, 2009:10-11).
Dari segi karakteristik investasi dapat dikelompokkan anatara lain pemerintah
(public investment), swasta (private investment), campuran pemerintah dan swasta.
Public investment umumnya tidak dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan
tapi untuk tujuan kebutuhan masyarakat seperti jalan raya, irigasi, rumah sakit,
pelabuhan dan sebagainya. Investasi ini disebut social overhead capital (SOC).
23
Sedangkan barang yang memberikan faedah umum dari hasil investasi ini disebut
economic overhead capital (EOC). Menurut Henry (2009:12) investasi publik adalah
investasi yang dilakukan oleh negara atau pemerintah untuk membangun prasarana
dan sarana (infrastruktur) guna memenuhi kebutuhan masyarakat (publik).
Private investment adalah jenis investasi yang dilakukan oleh swasta dengan
tujuan mendapat manfaat berupa laba. Investasi jenis ini disebut juga dengan istilah
investasi dengan profit motif. Investasi dengan karakteristik seperti ini dapat
dilakukan oleh pribadi dan perusahaan seperti usaha mikro atau rumah tangga, usaha
kecil menengah, dan usaha besar baik berbentuk penanaman modal dalam negeri
(PMDN) dan penanaman modal asing (PMA). Jenis investasi campuran pemerintah
dan swasta adalah kerjasama antara pemerintah dan swasta dalam melakukan
investasi untuk membangun prasarana dan sarana guna memenuhi kebutuhan
masyarakat.
Perbedaan dengan investasi publik adalah dengan adanya istilah penyertaan
modal negara atau daerah dan lembaga atau badan usaha yang berada di luar
pemerintah antara lain perusahaan swasta nasional dengan penanaman modal dalam
negeri (PMDN), perusahaan swasta asing dengan penanaman modal asing (PMA) dan
lembaga swadaya masyarakat (LSM).
c. Motivasi Penanaman Modal Asing
Menurut Henry (2009: 278), dari sisi motivasi investasi dapat dikelompokkan
menjadi 2 kelompok yaitu Autonomus Invetment dan Induced Investment. Autonomus
24
Invetment adalah Investasi yang terjadi secara otomatis sesuai perkembangan
kebutuhan hidup seseorang, atau sekelompok orang, atau organisasi, bahkan Negara.
Investasi ini didorong oleh kebutuhan di masa depan (by nature). Investasi ini
tergantung dari kemampuan masing-masing orang atau kelompok untuk
melakukannya atau lebih tepatnya tergantung dari pendapatan yang dimiliki
bersangkutan. Induced Investment adalah investasi yang disengaja karena ada harapan
mendapatkan manfaat atau laba. Investasi ini dilakukan karena keinginan masa depan
(by designed). Investasi ini lebih condong pada pengertian ekonomi atau bisnis, yaitu
usaha yang terkait dengan tujuan mendapat manfaat di kemudian hari.
Pada umumnya investasi ini adalah kelompok investasi yang dilakukan oleh
swasta. Investasi ini tergantung dari peluang mendapatkan manfaat atau laba dari
kegiatan yang bersangkutan. Menurut Jeff (2010) dalam Robudi (2011:28)
Kebanyakan perusahaan mempertimbangkan PMA karena diharapkan PMA
dapat meningkatkan tingkat keuntungan dan meningkatkan kekayaan
pemegang saham. Motif dilakukannya FDI adalah yaitu meningkatkan keuntungan,
mengurangi biaya dan gabungan keduanya. Revenue-Related Motives adalah
Motivasi peningkatan keuntungan dilakukan sebagai usaha meningkatkan sumber
permintaan dari produk, memasuki pasar yang baru yang menguntungkan, eksploitasi
keunggulan monopoli, sebagai reaksi atas pembatasan yang dilakukan negara
asing, dan diverisifikasi resiko secara internasional.
25
Cost-Related Motives adalah Motivasi pengurangan biaya dilakukan
melalui mengambil keuntungan sepenuhnya dari skala ekonomis,
penggunaaan faktor produksi asing yang lebih murah atau lebih baik, penggunaan
sumber daya alam negara asing untuk mengurangi biaya transportasi,
penggunaan teknologi negara asing dan sebagai reaksi perubahan nilai tukar
(Robudi 2011:28).
d. Faktor Pengaruh Penanaman Modal Asing
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi
penanaman modal asing yang menjadi dasar pengembangan penanaman modal
asing. Salah satunya adalah yang pertama kali dikembangkan oleh John
Dunning, yaitu Electic Theory. Terdapat hal yang akan mempengaruhi terjadinya
penanaman modal asing. Hal tersebut antara lain adalah adanya keunggulan
kepemilikan dari investor asing yang dapat berupa produk yang lebih
efisien, keunggulan teknologi, keahlian manajemen dan jaringan pemasaran
yang lebih baik. Keunggulan ini menjadi dasar adanya perusahaan asing (Robudi,
2011:29).
Secara umum, keputusan investor asing untuk menanamkan modalnya
di suatu negara tujuan investasi dipengaruhi oleh kondisi dari negara tujuan investasi
(pull factor) dan Kondisi dan strategi dari negara investor asing (push factors). Pull
factors yang mempengaruhi masuknya investasi asing antara lain adalah
kondisi pasar negara tujuan investasi, ketersediaan sumber daya yang ada,
26
daya saing, kebijakan pemerintah terkait dengan perdagangan dan industri serta
kebijakan pemerintah terkait Penanaman Modal Asing, misalnya insentif atas
investasi asing dalam bidang fiskal. Kondisi dan strategi dari negara investor asing
(push factors )Push factors yang mempengaruhi masuknya investasi asing
antara lain adalah strategi produksi dari perusahaan yang akan melakukan investasi
asing, serta persepsi resiko dari investor asing terhadap negara tujuan
investasi (Robudi, 2011:29-30)
Sementara itu dalam teori pembangunan yang dikemukakan oleh Joseph
Schumpeter dikemukakan bahwa penanaman modal dalam perekonomian dapat
dibedakan menjadi dua golongan: penanaman modal otonomi (autonomus
investment) dan penanaman modal terpengaruh (induced investment). Penanaman
modal otonomi ditentukan oleh perkembangan jangka panjang, terutama oleh
penemuan kekayaan alam yang baru dan kemajuan teknologi. Sedangkan penanaman
modal terpengaruh adalah penanaman modal yang dilakukan sebagai akibat adanya
kenaikan dalam produksi nasional, pendapatan, penjualan, atau keuntungan
perusahaan. Dari kedua jenis penanaman modal tersebut, penanaman modal
terpengaruh adalah yang lebih besar jumlahnya (Sadono, 2007:253).
2. Upah Minimum Provinsi
a. Pengertian Upah Minimum Provinsi
Upah Minimum Provinsi atau Upah Minimum Regional adalah suatu standar
minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk
memberikan upah kepada pegawai, karyawan atau buruh di dalam lingkungan usaha
27
atau kerjanya. Pembayaran upah pada prinsipnya diberikan dalam bentuk uang. Upah
pada dasarnya merupakan suatu imbalan dari pengusaha kepada pekerja untuk
sesuatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan atau dinilai
dalam bentuk yang ditetapkan menurut persetujuan atau peraturan perundangan yang
berlaku (Soesanto, 1991:23).
Upah tenaga kerja yang diberikan tergantung pada, biaya keperluan hidup
minimum pekerja dan keluarganya, peraturan undang-undang yang mengikat tentang
upah minimum pekerja, produktivitas marginal tenaga kerja, tekanan yang dapat
diberikan oleh serikat buruh dan serikat pengusaha, perbedaan jenis pekerjaan. Upah
yang diberikan oleh para pengusaha secara teoritis dianggap sebagai harga dari tenaga
yang dikorbankan pekerja untuk kepentingan produksi. Sehubungan dengan hal itu
maka upah yang diterima pekerja dapat dibedakan dua macam yaitu:
1) Upah Nominal, yaitu sejumlah upah yang dinyatakan dalam bentuk uang
yang diterima secara rutin oleh para pekerja.
2) Upah Riil , yaitu kemampuan upah nominal yang diterima oleh para
pekerja jika ditukarkan dengan barang dan jasa, yang diukur berdasarkan
banyaknya barang dan jasa yang bisa didapatkan dari pertukarantersebut.
b. Teori Pembentukan Harga Upah
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dalam hal upah dan pembentukan harga
upah tenaga kerja, dikemukakan beberapa teori yang menerangkan tentang latar
belakang terbentuknya harga upah tenaga kerja. Teori Dana Upah dikemukakan oleh
28
John Stuart Mill. Menurut teori ini tinggi upah tergantung kepada permintaan dan
penawaran tenaga kerja. Sedangkan penawaran tenaga kerja tergantung pada jumlah
dana upah yaitu jumlah modal yang disediakan perusahaan untuk pembayaran upah.
Peningkatan jumlah penduduk akan mendorong tingkat upah yang cenderung turun,
karena tidak sebanding antara jumlah tenaga kerja dengan penawaran tenaga kerja.
Keadaan terbalik apabila penawaran tenaga kerja lebih tinggi dibandingkan
permintaannya maka upah cenerung naik.
Upah pada umumnya melebihi tingkat penghidupan minimum. Upah dibayarkan
dari modal. Karena itu upah dibatasi oleh cadangan modal yang ada yang
dipersiapkan untuk membayar upah. Jadi upah per kepala dapat dihitung dengan
membagi keseluruhan modal dengan orang yang bekerja. Upah dapat naik karena
peningkatan cadangan modal yang dipakai untuk memberi upah tenaga kerja atau
karena pengurangan jumlah tenaga kerja. Jika upah naik, penawaran tenaga kerja juga
akan naik. Persaingan antara pekerja tidak hanya akan menurunkan upah tetapi juga
sebagian buruh kehilangan pekerjaan atau terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Pendapatan yang diinvestasikan sebagai persekot upah kepada pekerjalah yang
menciptakan pekerjaan dan bukan pendapatan yang digunakan pada barang-barang
konsumen, dimana kenaikan konsumsi akan menyebabkan kemerosotan investasi.
Jadi, naiknya investasi menyebabkan naiknya cadangan upah dan kemajuan teknologi
(Jhinghan 2012:86)
29
Teori Upah Wajar (alami). Teori dari David Ricardo menerangkan bahwa upah
menurut kodrat adalah upah yang cukup untuk pemeliharaan hidup pekerja dengan
keluarganya. Di pasar akan terdapat upah menurut harga pasar adalah upah yang
terjadi di pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran. Upah harga pasar
akan berubah di sekitar upah menurut kodrat. Oleh ahli-ahli ekonomi modern, upah
kodrat dijadikan batas minimum dari upah kerja.
Teori Upah Besi dikemukakan oleh Ferdinand Lassalle. Penerapan sistem upah
kodrat menimbulkan tekanan terhadap kaum buruh, karena kita ketahui posisi kaum
buruh dalam posisi yang sulit untuk menembus kebijakan upah yang telah ditetapkan
oleh para produsen. Berhubungan dengan kondisi tersebut maka teori ini dikenal
dengan istilah “Teori Upah Besi”. Untuk itulah Lassalle menganjurkan untuk
menghadapi kebijakan para produsen terhadap upah agar dibentuk serikat pekerja.
Teori Upah Etika menurut kaum Utopis (kaum yang memiliki idealis masyarakat
yang ideal) tindakan para pengusaha yang memberikan upah hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan minimum, merupakan suatu tindakan yang tidak etis. Oleh
karena itu sebaiknya para pengusaha selain dapat memberikan upah yang layak
kepada pekerja dan keluarganya, juga harus memberikan tunjangan keluarga.
Pendapatan adalah nilai maksimal yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu
periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan
semula, pendapatan merupakanbalas jasa yang diberikan kepada pekerja atau buruh
yang punya majikan tapi tidak tetap.
30
c. Penetapan Upah Minimum Provinsi
Pemerintah mengatur pengupahan melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
05/Men/1989 tanggal 29 Mei 1989 tentang Upah Minimum. Selain itu dengan
Peraturan Pemerintah No.8 tahun 1981 telah ditetapkan tentang perlindungan upah
sebagai pelaksanaan dari UU No.14 tahun 1969 tentang ketemtuan pokok mengenai
tenaga kerja yang mengatur perlindungan upah secara nasional. Penetapan upah
dilaksanakan setiap tahun melalui proses yang panjang. Pada awalnya Dewan
Pengupahan Daerah (DPD) yang terdiri dari birokrat, akademisi, buruh dan
pengusaha mengadakan rapat, membentuk tim survei dan turun ke lapangan mencari
tahu harga sejumlah kebutuhan yang dibutuhkan oleh pegawai, karyawan dan buruh.
Setelah survei di sejumlah kota dalam propinsi tersebut yang dianggap
representatif, diperoleh angka Kebutuhan Hidup Layak (KHL) - dulu disebut
Kebutuhan Hidup Minimum (KHM). Berdasarkan KHL, DPD mengusulkan upah
minimum regional (UMR) kepada Gubernur untuk disahkan. Komponen kebutuhan
hidup layak digunakan sebagai dasar penentuan upah minimum.
Seperti telah dikemukakan, bahwa dengan PP No.8 tahun 1981 telah ditetapkan
tentang perlindungan upah yang pada pokoknya mengatur perlindungan upah secara
umum yang berpangkal tolak kepada fungsi upah yang harus mampu menjamin
kelangsungan hidup bagi pekerja dan keluarganya. Dalam pertimbangan Peraturan
Menteri Tenaga Kerja No. 05/Men/1989 disebutkan bahwa upah yang diterima
31
pekerja merupakan faktor yang sangat penting bagi kelangsungan hidup pekerja dan
keluarganya.
Namun, dalam kenyataannya masih terdapat tingkat upah yang belum memenuhi
kebutuhan minimal pekerja dan keluarganya. Maka dari itu, terdapat beberapa
ketentuan; upah minimum adalah upah pokok ditambah dengan tunjangan tetap
dengan ketentuan pokok serendah-rendahnya 75% dari upah minimum, upah
minimum sub sektoral regional adalah upah minimum yang berlaku untuk semua
perusahaan pada sub sektor tertentu dalam daerah tertentu, upah minimum sektoral
regional adalah upah minimum yang berlaku untuk semua perusahaan pada sekor
tertentu dalam daerah tertentu, upah minimum regional adalah upah minimum yang
berlaku untuk semua perusahaan dalam daerah tertentu.
3. Tenaga Kerja
a. Pengertian Tenaga Kerja
Tenaga kerja (manpower) menurut Mulyadi (2006:59) adalah penduduk dalam
usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara
yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga
mereka, dan jika mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. Tenaga kerja juga
didefinisikan sebagai penduduk berumur 10 tahun atau lebih yang bekerja,
mencari pekerjaan, dan sedang melakukan kegiatan lain, seperti sekolah
maupun mengurus rumah tangga dan penerima pendapatan (Simanjuntak, 1985 :
45).
32
Di Indonesia yang dimaksud dengan angkatan kerja adalah penduduk yang 15
tahun ke atas yang secara aktif melakukan kegiatan ekonomis (Badan Pusat
Statistik 2003). Sedangkan menurut Ida Bagus Mantra (2000:225) bahwa Angkatan
Kerja terdiri dari penduduk yang bekerja, mempunyai pekerjaan tetap
tetapi sementara tidak bekerja dan tidak mempunyai pekerjaan sama
sekali tapi mencari pekerjaan secara aktif. Mereka yang berumur 15
tahun atau tidak bekerja atau tidak mencari pekerjaan karena sekolah,
mengurus rumah tangga, pensiun, atau secara fisik dan mental tidak memungkinkan
untuk bekerja tidak dimasukkan dalam angkatan kerja. Banyak sedikitnya
angkatan kerja tergantung komposisi penduduknya. Kenaikan jumlah
penduduk terutama penduduk golongan usia kerja akan menghasilkan
angkatan kerja yang banyak pula. Angkatan kerja yang banyak itu
diharapkan mampu memacu pertumbuhan ekonomi yang pada
akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sedangkan dalam konsep ketenagakerjaan, terdapat komponen lain yang masuk
dalam kategori tenaga kerja antara lain angkatan kerja dan tingkat partisipasi
angkatan kerja.Tingkat partisipasi angkatan kerja (labor-force participation rate)
adalah persentase dari populasi orang dewasa yang ada dalam angkatan kerja. Istilah
tenaga kerja (man power) adalah besarnya bagian dari penduduk yang dapat
diikutsertakan dalam proses ekonomi. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK)
adalah mengambarkan jumlah angkatan kerja dalam suatu kelompok umum sebagai
33
presentase penduduk dalam kelompok umur tersebut (Mulyadi, 2006:60).TPAK dapat
dihitung dengan rumus perhitungan angkatan kerja dibagi tenaga kerja dikali 100%.
Angkatan kerja (labor force) didefinisikan sebagai jumlah orang yang bekerja
dan orang yang menganggur, dan tingkat pengangguran (unemployment rate)
didefinisikan sebagai persentase dari angkatan kerja yang tidak bekerja. Angkatan
kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat, atau berusaha untuk
terlibat, dalam kegiatan produktif yaitu produksi barang dan jasa (Mulyadi, 2006:60).
Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah dengan menggunakan
jumlah angkatan kerja yang bekerja. Sebagaimana telah dikatakan sebelumnya bahwa
dalam struktur ketenagakerjaan terdapat angkatan kerja yang terdiri dari orang yang
bekerja dan tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Penelitian ini hanya
mengambil meneliti tentang jumlah angkatan kerja yang bekerja. Hal ini berkaitan
dengan pendekatan angkatan kerja yang bekerja dinilai produktivitasnya untuk
menghasilkan output bagi suatu kegiatan perekonomian. Ini berkaitan dengan
pengaruhnya terhadap penanaman modal asing yang ada di wilayah tersebut.
b. Konsep Angkatan Kerja
Konsep angkatan kerja merujuk pada kegiatan utama yang dilakukan oleh
penduduk usia kerja selama periode tertentu. Indonesia menggunakan batas bawah
usia kerja 15 tahun meskipun dalam survei dikumpulkan informasi mulai dari usia 10
tahun dan tanpa batas atas usia kerja. Angkatan Kerja adalah penduduk usia kerja
yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja, dan
34
pengangguran. Bukan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja tidak termasuk
angkatan kerja mencakup penduduk yang bersekolah, mengurus rumah tangga atau
melaksanakan kegiatan lainya. Sedangkan bekerja dikatakan sebagai kegiatan
ekonomi yang dilakukan seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu
memperoleh pendapatan paling sedikit 1 jam secara tidak terputus selama seminggu
yang lalu. Kegiatan bekerja ini mencakup, baik yang sedang bekerja maupun yang
punya pekerjaan tetapi dalam seminggu yang lalu sementara tidak bekerja, misal
karena cuti, sakit dan sejenisnya. Kriteria satu jam digunakan dengan pertimbangan
untuk mencakup semua jenis pekerjaan yang mungkin ada pada suatu negara,
termasuk didalamnya adalah pekerja dengan waktu singkat, pekerja bebas, stand-by
work dan pekerja yang tak beraturah lainnya.
Kriteria satu jam juga dikaitkan dengan definisi bekerja dan pengangguran yang
digunakan, dimana pengangguran adalah situasi dari ketiadaan pekerja secara total,
sehingga jika batas minimum dari jumlah jam kerja dinaikkan maka akan mengubah
definisi pengangguran yaitu bukan lagi ketiadaan pekerjaan secara total. Di samping
itu, juga untuk memastikan bahwa pada suatu tingkat agregasi tertentu input tenaga
kerja total berkaitan langsung dengan produksi total. Hal ini diperlukan terutama
ketika dilakukan analisis antara statistik ketenagakerjaan dan statistik produksi.
Kriteria satu jam ini bisa berarti satu jam per minggu maupun satu jam per hari.
Berikut diagram ketenagakerjaan menurut indicator pasara tenaga kerja, Badan Pusat
Statistik.
35
Gambar 2.1 Diagram Ketenagakerjaan
Sumber: Indikator Pasar Tenaga Kerja, BPS
Sementara itu, definisi untuk pengangguran adalah mereka yang tidak mempunyai
pekerjaan, bersedia untuk bekerja, dan sedang mencari pekerjaan. Definisi ini
digunakan pada pelaksanaan Sakernas 1986 sampai dengan 2000, sedangkan sejak
tahun 2001 definisi pengangguran mengalami penyesuaian/perluasan. Pengangguran
adalah mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin
mendapatkan pekerjaan (sebelumnya dikatagorikan sebagai bukan angkatan kerja),
yang sudak punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja (sebelumnya dikatagorikan
sebagai bekerja), dan pada waktu yang bersamaan mereka tak bekerja (jobless).
c. Teori Ketenagakerjaan
Terdapat beberapa teori penting dalam kaitannya dengan masalah
ketenagakerjaan. Adapun teori yang menjadi dasar penelitian ini tentang pengaruh
Penduduk
Usia kerja Bukan usia
kerja
Angkatan kerja Bukan angkatan
kerja
Pengangguran
n Bekerja Sekolah Mengurus RT Lainnya
36
tenaga kerja terhadap penanaman modal atau investasi adalah teori pertumbuhan
Harod-domar (1946). Menurut teori ini investasi tidak hanya menciptakan
permintaan, tapi juga memperbesar kapasitas produksi. Kapasitas produksi yang
membesar membutuhkan permintaan yang lebih besar pula agar produksi tidak
menurun. Jika kapasitas yang membesar tidak diikuti dengan permintaan yang besar,
surplus akan muncul dan disusul penurunan jumlah produksi (Mulyadi, 2006:11).
Oleh karena itu kapasitas produksi yang besar akibat adanya investasi membutuhkan
tenaga kerja produktif untuk menghasilkan output. Maka apabila tenaga kerja naik
maka investasi naik, begitupun sebalinya.
Sementara itu terdapat beberapa teori lain tentang ketenagakerjaan. Teori Klasik
Adam smith (1729-1790) melihat bahwa alokasi sumber daya manusia yang efektif
adalah awal dari pertumbuhan ekonomi. Setelah ekonomi tumbuh, akumulasi modal
baru mulai dibutuhkan untuk menjaga agar ekonomi tumbuh. Alokasi sumber daya
manusia yang efektif merupakan syarat perlu bagi pertumbuhan ekonomi. Thomas
Robert Malthus (1766-1834) mengungkapkan bahwa manusia berkembang jauh lebih
cepat dibandingkan dengan produksi hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Manusia berkembang sesuai dengan deret ukur, sedangkan produksi
makanan hanya meningkat sesuai dengan deret hitung. Jika hal ini tidak dilakukan
maka pengurangan penduduk akan diselesaikan secara alamiah antara lain akan
timbul perang, kekurangan pangan dan sebagainya.
37
Selain itu, John Maynard Keynes (1883-1946) berpendapat bahwa dalam
kenyataan pasar tenaga kerja tidak bekerja sesuai dengan pandangan klasik.
Dimanapun para pekerja mempunyai semacam serikat kerja yang akan berusaha
memperjuangkan kepentingan buruh dari penurunan tingkat upah. Jika tingkat upah
diturunkan tetapi kemungkinan ini dinilai keynes kecil sekali, tingkat pendapatan
masyarakat tentu akan turun. Turunnya pendapatan sebagian anggota masyarakat
akan menyebabkan turunnya daya beli masyarakat, yang pada gilirannya akan
menyebabkan konsumsi secara keseluruhan berkurang. Berkurangnya daya beli
masyarakat akan mendorong turunya harga-harga.
Setelah itu terdapat Teori Lewis (1959) yang mengemukakan bahwa kelebihan
pekerja merupakan kesempatan dan bukan suatu masalah. Bersamaan dengan
terserapnya kelebiham pekerja di sektor industri modern, maka pada suatu saat
tingkat upah di pedesaan akan meningkat. Selanjutnya peningkatan upah ini akan
mengurangi ketimpangan tingkat pendapatan perkotaan dan pedesaan (Mulyadi,
2006:58). Teori Fei-Ranis (1961) yang berkaitan dengan negara berkembang yang
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: kelebihan buruh, sumber daya alamnya belum
dapat diolah, sebagian besar penduduknya bergerak di sektor pertanian, banyak
pengangguran, dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi.
Ada tiga tahap pembangunan ekonomi dalam kondisi kelebihan buruh. Pertama,
dimana penganggur semu dialihkan ke sektor industri dengan upah institusional yang
sama. Kedua, tahap dimana pekerja pertanian menambah output tetapi memproduksi
38
lebih kecil dari upah institusional yang mereka peroleh, dialihkan pula ke sektor
industri. Ketiga, tahap ditandai awal pertumbuhan swasembada pada saat buruh
pertanian menghasilkan output lebih besar dari perolehan upah institusional
(Mulyadi, 2006:59).
4. Infrastruktur
a. Pengertian Infrastruktur
Dalam kamus besar bahasa indonesia infrastruktur diartikan sebagai sarana dan
prasarana umum. Secara umum diketahui sebagai fasilitas publik seperti rumah sakit,
jalan, jembatan, sanitasi, telepon, dsb. Dalam ilmu ekonomi infrastruktur merupakan
wujud dari public capital (modal publik) yang dibentuk dari investasi yang dilakukan
pemerintah (Mankiw, 2003: 38). Infrastruktur didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas
fisik yang dikembangkan atau dibutuhkan oleh agen- agen publik untuk
fungsi-fungsi pemerintahan dalam penyediaan air, tenaga listrik,
pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan-pelayanan lainnya untuk
memfasilitasi tujuan-tujuan ekonomi dan sosial. Sistem Infrastruktur merupakan
pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial dan sistem ekonomi dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat. Sistem infrastruktur dapat didefinisikan sebagai
fasilitas- fasilitas atau struktur-struktur dasar, peralatan-peralatan, instalasi-instalasi
yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya sistem sosial dan sistem
ekonomi masyarakat.
The World Bank membagi infrastruktur menjadi tiga, yaitu:
39
1) Infrastruktur ekonomi, merupakan infrastruktur fisik yang diperlukan
untuk menunjang aktivitas ekonomi, meliputi public utilities (tenaga,
telekomunikasi, air, sanitasi, gas), public work (jalan, bendungan,
kanal, irigasi dan drainase) dan sektor transportasi (jalan, rel,
pelabuhan, lapangan terbang dan sebagainya).
2) Infrastruktur sosial, meliputi pendidikan, kesehatan, perumahan dan
rekreasi.
3) Infrastruktur administrasi, meliputi penegakan hukum, kontrol
administrasi dan koordinasi.
Familoni (2004:16) menyebut infrastruktur sebagai basic essential service dalam
proses pembangunan. Definisi lain tentang infrastruktur, yaitu bahwa infrastruktur
mengacu pada fasilitas kapital fisik dan termasuk pula kerangka kerja organisasional,
pengetahuan dan teknologi yang penting untuk organisasi masyarakat dan
pembangunan dan pembangunan ekonomi mereka. Infrastruktur meliputi undang-
undang, sistem pendidikan dan kesehatan publik; sistem distribusi dan perawatan air;
pengumpulan sampah dan limbah, pengolahan pembuangannya; sistem keselamatan
publik, seperti pemadam kebakaran; sistem komunikasi, sistem transportasi dan
utilitas publik.
b. Jenis dan Karakteristik Infrastruktur
Infrastruktur dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu infrastruktur berdasarkan
fungsi dan peruntukkannya. Infrastruktur dibedakan menjadi infrastruktur ekonomi
40
dan sosial. Infrastruktur ekonomi memegang peranan penting dalam mendorong
kinerja pertumbuhan ekonomi di berbabagi negara. Infrastruktur ekonomi diantaranya
utilitas publik seperti tenaga listrik, telekomunikaasi, suplai air bersih, sanitasi dan
saluran pembuangan dan gas. Kemudian juga termasuk pula pekerjaan umum, seperti
jalan, kanal, bendungan, irigasi, dan drainase serta proyek transportasi seperti jalur
kereta api, angkutan kota. Sedangkan infrastruktur sosial dapat dibedakan menjadi
infrastruktur pendidikan dan kesehatan (Familoni ,2004:20). Pembedaan infrastruktur
juga seringkali didasarkan pada investasi yang dilakukan terhadap infrastruktur
tersebut. Disagregasi investasi tersebut dibedakan dalam dua kategori. Pertama,
jaringan transportasi dan komunikasi luas (jalan kereta api, jalan raya, pelbuhan dan
sistem telepon). Kedua, infrastruktur yang merupakan aset dengan cakupan lokal
(trasnportasi kota, distribusi listrik, dan sistem air bersih). Pembedaan ini berkaitan
dengan intensitas intervensi yang berbeda pada tiap level pemerintahan. Pembedaan
kategori berkaitan dengan karateristik antar region (Herranz-Loncan, 2008:66).
Infrastruktur dapat digolongkan dalam economic overhead capital (EOC), yaitu
barang-barang yang memberikan faedah umum seperti pelabuhan, jalan raya, jalan
kereta api dan sebagainya. EOC ini bentuk dari social overhead capital (SOC).
Keuntungan bagi investasi-investasi ini (SOC) baru terasa bilamana timbul
pertambahan permintaan dalam masyarakat. Bertambahnya permintaan efektif, yang
juga menaikan pendapatan akan memberikan keuntungan pada investasi ini. Ini juga
dapat disebut public investment. Public investment ini disebut investasi otonom atau
41
autonomus investment yaitu investasi yang timbul bukan karena adanya tambahan
pendapatan.
Pemerintah melalui Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2005 tentang
Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur, menjelaskan beberapa jenis
infrasturktur yang penyediaannya diatur pemerintah, yaitu: infrastruktur
transportasi, infrastruktur jalan, infrastruktur pengairan, infrastruktur air minum
dan sanitasi, infrastruktur telematika, infrastruktur ketenagalistrikan, dan
infrastruktur pengangkutan minyak dan gas bumi. Penggolongan infrastruktur
tersebut diatas dapat dikategorikan sebagai infrastruktur dasar, karena sifatnya yang
dibutuhkan oleh masyarakat luas sehingga perlu diatur oleh pemerintah.
c. Manfaat Infrastruktur
Menurut Didik (2008:16), masalah yang harus di diperhatikan pemerintah untuk
meningkatkan investasi antara lain ketidakstabilan sosial dan masalah keamanan
pusat dan daerah, kondisi infrastruktur yang tidak memadai, dan ketidakstabilan nilai
mata uang atau nilai tukar rupiah. Faktor tersebut merupakan permasalah krusial yang
dihadapi di Indonesia secara umum. Salah satu masalah yang menjadi penting setelah
dijelaskan sebelumnya masalah ketidakstabilan sosial dan masalah keamanan akibat
penuntutan kenaikan upah dan masalah tenaga kerja adalah tentang infrastruktur.
Kondisi infrastruktur merupakan salah satu hal yang dikeluhkan oleh para
investor. Kondisi infrastruktur yang tidak mendukung terhadap pengembangan
industri menyebabkan investor malas untuk mengembangkan usahanya di Indonesia
42
(Didik, 2008:83). Hal tersebut berkaitan erat pada kelancaran proses produksi yang
dirasakan oleh perusahaan yang berinvestasi di suatu wilayah. Faktor ini penting
untuk menunjang keberlangsungan produktivitas output dan implikasinya pada
keuntungan ekonomis yang didapat oleh perusahaan. Jika proses produksi lancar
dengan ditunjang infrastruktur baik yang disediakan oleh wilayah tersebut akan
membuat kenyamanan investor dalam menanamkan modalnya. Sebagai contoh di
Indonesia, daerah yang berada di bagian utara Jawa seperti Jakarta, Pekalongan,
Cirebon, Semarang, dan Surabaya memiliki tingkat ekonomi yang jauh lebih baik
daripada daerah jawa bagian selatan. Hal itu disebabkan di daerah utara Jawa
memiliki infrastruktur yang memadai sehingga para investor mau menanamkan
modalnya dan memperluas usahanya (Didik, 2008:84). Jika suatu daerah mempunyai
infrastruktur yang bagus, sudah dipastikan daerah tersebut memliki keadaan ekonomi
yang kuat. Sebaliknya, jika suatu daerah memiliki infrastruktur yang relatif jelek,
keadaan ekonominya pun cenderung tidak bagus (Didik, 2008:83).
Dalam sebuah studi yang disebutkan terdapat masalah utama yang dihadapi
pengusaha di Indonesia berturut-turut antara lain, masalah infrastruktur yang buruk,
birokrasi yang tidak efisien, akses dana yang terbatas, kebijakan yang tidak stabil, dan
perpajakan (Zaenudin, 2009:157). Dalam hal ini dapat dilihat bahwa faktor teratas
adalah masalah infrastruktur. Faktor ini merupakan gambaran pentingnya
infrastruktur dalam menunjang proses investasi di suatu wilayah. Infrastruktur dapat
memiliki peran sangat penting dalam perekonomian.
43
d. Teori Infrastruktur
Teori Solow menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi berasal dari satu
atau lebih dari tiga faktor yaitu, peningkatan dalam kuantitas dan kualitas
pekerja (labor), kenaikan dalam kapital (melalui tabungan dan investasi)
dan peningkatan dalam teknologi. Namun peran teknologi dalam model ini
masih eksogenous, dimana teknologi itu sendiri bukan merupakan hasil dari
pertumbuhan ekonomi, akan tetapi merupaka given. Investasi fisik seperti
infrastruktur dalam model Solow ini dimasukkan dalam faktor kapital
(Meiningtyas, 2007:9-10).
Teori Pertumbuhan Endogenous adalah teori ekonomi lain yang memasukkan
peranan infrastruktur dalam pertumbuhan ekonomi adalah Teori Pertumbuhan
Endogenous yang diperkenalkan oleh Romer. Teori ini pada dasarnya menyatakan
bahwa kemajuan teknologi tidak dapat dikatakan eksogen, melainkan endogen
karena kemajuan teknologi sangat ditentukan oleh investasi dari sumber daya
manusia dan industri berbasis ilmu pengetahuan. Konsekuensi lebih lanjut
dari teori ini adalah pentingnya penyediaan infrastruktur yang dapat
meningkatkan efisiensi alokasi sumber daya sehingga menghasilkan
increasing return to scale dalam proses produksi (Meiningtyas, 2007:10).
Teori pembangunan tidak seimbang yang dikemukakan oleh A.Q. Hirschman,
disebutkan terdapat pemikiran antara sektor prasarana dan sektor produktif,
persoalan pokok yang dianalisisnya adalah apabila proyek-proyek yang dilaksanakan
44
memerlukan modal dan sumber daya melebihi dari yang tersedia, bagaimana cara
menentukan proyek yang didahulukan agar penggunaan berbagai sumber daya yang
tersedia menciptakan tingkat perkembangan ekonomi yang maksimal. Berdasarkan
pada prinsip pemilihan proyek Hirschman menganalisis masalah alokasi sumber daya
diantara sektor social overhead capital (SOC) dengan sektor directly productives
activities (DPA), yaitu antara sektor prasarana dengan sektor yang secara langsung
menghasilkan barang yang diperlukan masyarakat.
Dengan kombinasi dua sektor tersebut didapatkan kesimpulan yang menunjukkan
bahwa jumlah biaya yang harus dibelanjakan untuk mencapai suatu tingkat produksi
tertentu tergantung kepada besarnya SOC yang tersedia dalam masyarakat (Sadono,
2007:293). Jika suatu daerah mempunyai infrastruktur yang bagus, sudah dipastikan
daerah tersebut memliki keadaan ekonomi yang kuat. Sebaliknya, jika suatu daerah
memiliki infrastruktur yang relatif jelek, keadaan ekonominya pun cenderung tidak
bagus (Didik, 2008:83).
B. Penelitian Terdahulu
Leonard K. Chenga dan Yum K. Kwanb (2000). What are the determinants
of the location of foreign direct investment? The Chinese experience. Dengan
memperkirakan efek dari faktor-faktor penentu investasi asing langsung (FDI) di 29
wilayah Cina 1985-1995, ditemukan bahwa pasar regional yang besar, infrastruktur
yang baik, dan kebijakan preferensial memiliki dampak positif tetapi biaya upah
memiliki efek negatif pada FDI. Pengaruh pendidikan adalah positif tetapi tidak
45
signifikan secara statistik. Selain itu, ada juga efek self-reinforcing yang kuat FDI
pada dirinya sendiri. Tidak ada keseimbangan FDI daerah antara 1985 dan 1995, tapi
ada konvergensi dalam penyimpangan dari keseimbangan FDI. Perbedaan yang
terdapat pada penelitian ini adalah metode yang dilakukan yaitu dengan metode panel
data. Sementara penelitian yang dilakukan penulis menggunakan metode OLS.
Jörn-Steffen Pischke (2005) Labor market institutions, wages, and investment:
review and implicatios. Hasil dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan
meningkatnya ketimpangan upah di Amerika Serikat, tetapi struktur upah yang relatif
stabil di Eropa pada tahun 1980an yang disebabkan perbedaan keputusan invetasi
oleh perusahaan-perusahaan untuk pekerjaan yang biasanya dipegang oleh pekerja
kurang terampil. Variabel yang digunakan adalah pasar tenaga kerja, upah, dan
investasi. Metode yang dilakukan adalah dengan penyampaian bukti empiris yang
kira-kira sesuai dengan penalaran teoritis disertai dengan data-data dan hasil
pengamatan terdahulu. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pada metode
penelitian yang menggunakan penyampaian bukti empiris dan juga adanya variabel
independent lain yaitu infrastruktur. Sementara itu penelitian yang dilakukan penulis
menggunakan metode OLS.
Lucio Castro, Paulo Regis, dan Daniel Saslavsky (2007). Infrastructure and the
Location of Foreign Direct Investment A Regional Analysis. Penelitian ini mencoba
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan faktor-faktor penentu lokasi FDI dan peran
infrastruktur publik menggunakan teknik ekonometrik spasial untuk panel data
46
regional dan FDI provinsi Argentina . Hasil penelitian menunjukkan bahwa masalah
ruang untuk lokasi FDI , menunjukkan beberapa efek persaingan dalam arus masuk
FDI antara provinsi-provinsi tetangga . Jalan beraspal tampaknya juga penting tapi
proxy lain infrastruktur tampaknya tidak menjadi begitu penting . Menurut hasil
penelitian kami, kenaikan 10 % di jalan beraspal per kapita menambah FDI antara 17
% dan 33 % dalam perekonomian daerah asal rata-rata dan memperluas jaringan jalan
beraspal di daerah tetangga akan meningkatkan FDI antara 12 % dan 14 %.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah metode penelitian dengan panel data dan
penggunaan proxy jalan beraspal. Sementara itu penelitian yang dilakukan penulis
menggunakan metode OLS dan menggunakan proxy panjang jalan pada variabel
infrastruktur.
Muhammad Zaenuddin (2009) Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
investasi PMA di Batam. Hasil regresi analisis menunjukkan bahwa variabel biaya
pemeliharaan , tenaga kerja dan ekspor secara statistik mempengaruhi FDI di Batam .
Sedangkan variabel tarif sewa dan listrik tidak memiliki pengaruh yang signifikan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis factor yang mempengaruhi keputusan
investasi di dalam Batam. Metode yang digunakan adalah Ordinary Least Square (
OLS ) dan menggunakan data panel. Perbedaan dengan penelitian ini adalah variabel
independen yang digunakan dan metode data panel. Sementara itu penelitian yang
dilakukan penulis menggunakan metode OLS. Selain itu penelitian ini menggunakan
47
variabel independen lain seperti biaya pemeliharaan dan ekspor, sementara itu
penelitian yang dilakukan penulis menggunakan variabel upah minimum provinsi.
Puput Wijayanti dan Edy Yusuf AG (2010) Pengaruh ketersediaan tenaga kerja,
infrastruktur, pendapatan perkapita dan suku bunga terhadap investasi industri Kota
Semarang. Hasil dari penelitian ini adalah Variabel unit usaha, nilai investasi, dan
upah minimum kabupaten berpengaruh terhadap permintaan tenaga kerja di
Kabupaten Semarang. Variasi perubahan permintaan tenaga kerja pada Industri
Kecil dan Menengah di Kabupaten Semarang sebesar 85,3 persen
dijelaskan oleh variabel unit usaha, nilai investasi, dan upah minimum
Kabupaten Sedangkan sisanya 14,7 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar model.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan faktor yang mempengaruhi
investasi di Kota Semarang.. Metode analisis data yang digunakan adalah time series
dengan waktu dari tahun 1990-2009. Alat analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah menggunakan metode kointegrasi dan ECM (Error
Correction Model). Perbedaan pada penelitian ini adalah pada metode penelitian yaitu
menggunakan ECM. Sementara itu penelitian yang dilakukan penulis menggunakan
metode OLS. Selain itu penelitian ini menggunakan variabel independen nilai unit
usaha, sedangkan penulis menggunakan variabel upah minimum provinsi.
Robudi Musa Sitinjak (2011). Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Penanaman Modal Asing Langsung Di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan
tujuan untuk melakukan analisa atas faktor-faktor yang mempengaruhi Penanaman
48
Modal Asing Langsung di Indonesia, yaitu Nilai Tambah Bruto, Suku
bunga riil, Jumlah Tenaga Kerja, Infrastruktur, dampak krisis Asia
1996 dan dampak perubahan kebijakan pemerintah di bidang Investasi.
Analisis dilakukan dengan model analisis regresi dengan menggunakan
metode data panel dan model estimasi Fixed Efect. Hasil analisis
menunjukkan bahwa Nilai Tambah Bruto berpengaruh positif dan signifikan
terhadap peningkatan Penanaman Modal Asing Langsung. Sementara,
tingkat suku bunga riil berpengaruh signifikan dan negatif terhadap
Penanaman Modal Asing Langsung. Selain itu, hasil analisis juga membuktikan
bahwa krisis ekonomi tahun 1998 sebagai variabel dummy terbukti menurunkan
jumlah Penanaman Modal Asing Langsung. Perbedaan dengan penelitian ini adalah
tidak menggunakan variabel upah minimum provinsi dan juga menggunakan data
panel. Sementara itu penelitian yang dilakukan penulis menggunakan metode OLS.
Bobby Kresna Dewata dan I Wayan Yogi Swara (2013) Pengaruh Total Ekspor,
Libor, Dan Upah Tenaga Kerja Terhadap Investasi Asing Langsung Di Indonesia.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bahwa total ekspor, LIBOR
dan upah tenaga kerja, sebagai variasi (naik turunnya) nilai investasi asing
langsung di Indonesia. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis regresi linear berganda. Hasil analisis data menunjukkan koefisien
determinasi (R ) sebesar 0,861 berarti 86,1 persen variasi (naik turunnya)
investasi asing langsung di Indonesia tahun 1990-2012 dipengaruhi total
49
ekspor, LIBOR dan upah tenaga kerja, sedangkan sisanya sebesar 13,9
persen dipengaruhi oleh variasi (naik turunnya) variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam model penelitian. Secara parsial total ekspor
berpengaruh positif dan signifikan, LIBOR tidak berpengaruh, dan
upah tenaga kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap investasi
asing langsung di Indonesia tahun 1990-2012. Perbedaan dengan penelitian ini
adalah pada penggunaan variabel independen yaitu LIBOR dan total ekspor, selain itu
objek penelitian yaitu Indonesia.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Tahun Peneliti Judul Variabel Hasil
2000 Leonard K.
Chenga dan
Yum K.
Kwan.
What are the
determinants
of the location
of foreign
direct
investment?
The Chinese
experience
Pasar regional,
infrastruktur,
kebijakan
preferensial,
biaya upah,
pendidikan dan
FDI
Ditemukan bahwa
pasar regional yang
besar, infrastruktur
yang baik, dan
kebijakan
preferensial
memiliki dampak
positif tetapi biaya
upah memiliki efek
negatif pada FDI.
Pengaruh pendidikan
adalah positif tetapi
tidak signifikan
secara statistik.
Selain itu, ada juga
efek self-reinforcing
yang kuat FDI pada
dirinya sendiri.
50
2005 Jörn-Steffen
Pischke
Labor market
institutions,
wages, and
investment:
review and
implicatios
Pasar tenaga
kerja, upah, dan
investasi
Meningkatnya
ketimpangan upah di
Amerika Serikat,
tetapi struktur upah
yang relatif stabil di
Eropa pada tahun
1980an yang
disebabkan
perbedaan keputusan
invetasi oleh
perusahaan-
perusahaan untuk
pekerjaan yang
biasanya dipegang
oleh pekerja kurang
terampil.
Tahun
2007
Peneliti
Lucio Castro,
Paulo Regis,
dan Daniel
Saslavsky.
Judul
Infrastructure
and the
Location of
Foreign Direct
Investment A
Regional
Analysis
Variabel
Infrastruktur
publik dan
Investasi asing
langsung (FDI)
Hasil
Jalan beraspal
penting tapi proxy
lain infrastruktur
tampaknya tidak
menjadi
penting.Tiap
kenaikan 10 % di
jalan beraspal per
kapita menambah
FDI antara 17 % dan
33 % dalam
perekonomian
daerah tuan rumah
rata-rata dan
memperluas jaringan
jalan beraspal di
daerah tetangga akan
meningkatkan FDI
antara 12 % dan 14
%
51
2009
Muhammad
Zaenuddin
Analisis faktor-
faktor yang
mempengaruhi
investasi PMA
di Batam
FDI,tingkat
sewa,biaya
pemeliharaan ,
pasokan tenaga
kerja,nilai
ekspor, listrik
Hasil regresi analisis
menunjukkan bahwa
variabel biaya
pemeliharaan ,
tenaga kerja dan
ekspor secara
statistik
mempengaruhi FDI
di Batam .
Sedangkan variabel
tarif sewa dan listrik
tidak memiliki
pengaruh yang
signifikan
Tahun
2010
Peneliti
Puput
Wijayanti dan
Edy Yusuf AG
Judul
Pengaruh
ketersediaan
tenaga kerja,
infrastruktur,
pendapatan
perkapita dan
suku bunga
terhadap
investasi
industri Kota
Semarang
Variabel
Tenaga kerja,
infrastruktur,
pendapatan per
kapita, suku
bunga dan
investasi
Hasil
Variabel tenaga
kerja dan
infrastruktur
berpengaruh tidak
signifikan terhadap
investasi. Sedangkan
variabel pendapatan
per kapita dan suku
bunga berpengaruh
signifikan terhadap
investasi.
2011 Robudi Musa
Sitinjak
Analisa Faktor-
Faktor Yang
Mempengaruhi
Penanaman
Modal Asing
Langsung Di
Indonesia
Nilai tambah
bruto, suku
bunga, tenaga
kerja, dummy
krisis,
penanaman
modal asing
Hasil analisis
menunjukkan Nilai
Tambah Bruto
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap
peningkatan
Penanaman
Modal Asing
Langsung. Tingkat
suku bunga riil
berpengaruh
52
signifikan dan
negatif terhadap
Penanaman Modal
Asing Langsung.
Hasil analisis
membuktikan krisis
ekonomi tahun 1998
sebagai variabel
dummy terbukti
menurunkan jumlah
Penanaman Modal
Asing Langsung
Tahun
2013
Peneliti
Bobby Kresna
Dewata dan I
Wayan Yogi
Swara.
Judul
Pengaruh Total
Ekspor, Libor,
Dan Upah
Tenaga Kerja
Terhadap
Investasi Asing
Langsung Di
Indonesia
Variabel
Investasi asing,
Nilai Total
ekspor,
LIBOR
(London Inter
Bank Offering
Rate), dan
Upah Tenaga
Kerja.
Hasil
Hasil analisis data
menunjukkan
secara serempak
total ekspor,
LIBOR dan upah
tenaga kerja
berpengaruh
signifikan
terhadap Investasi
asing di Indonesia,
Secara parsial
total ekspor
berpengaruh
positif dan
signifikan, LIBOR
tidak berpengaruh,
dan upah tenaga
kerja berpengaruh
negatif dan
signifikan terhadap
investasi asing
langsung di
Indonesia tahun
1990-2012.
C. Kerangka Berpikir
53
Keterkaitan hubungan antar variabel upah minimum provinsi, tenaga kerja, dan
infrastruktur terhadap penanaman modal asing di Provinsi DKI Jakarta. Dalam teori
Harod-domar (1946), investasi tidak hanya menciptakan permintaan, tapi juga
memperbesar kapasitas produksi. Kapasitas produksi yang membesar membutuhkan
permintaan yang lebih besar pula agar produksi tidak menurun. Jika kapasitas
produksi yang membesar tidak diikuti dengan permintaan yang besar, surplus akan
muncul dan disusul penurunan jumlah produksi. Kapasitas produksi yang besar
membutuhkan jumlah tenaga kerja yang banyak.
Investor asing akan lebih berminat untuk melakukan investasi asing apabila
diasusmsikan tersedianya tenaga kerja yang berlimpah untuk melakukan investasinya
(Robudi, 2011:17). Semakin berlimpah tenaga kerja yang tersedia juga
menggambarkan tingginya penawaran tenaga kerja. Hal ini terdapat dalam teori
dana upah yang dikemukakan oleh John Stuart Mill, tinggi upah tergantung kepada
permintaan dan penawaran tenaga kerja. Sedangkan penawaran tenaga kerja
tergantung pada jumlah dana upah yaitu jumlah modal yang disediakan perusahaan
untuk pembayaran upah.
Penawaran tenaga kerja yang meningkat akan mendorong tingkat dana upah
bertambah, karena untuk meningkatkan penawaran kerja yang meningkat butuh
membayarkan upah yang meningkat juga. Diharapkan jika jumlah tenaga kerja
semakin meningkat maka , penanaman modal asing akan meningkat. Dari apa yang
dikemukakan teori Harrod-Domar, maka penanaman modal ditentukan pengaruhnya
54
oleh jumlah tenaga kerja produktif yang banyak dan diikuti upah yang meningkat
untuk dapat memperbesar kapasitas produksi.
Investasi asing sangat bergantung pada faktor lain yang terkait peningkatan
kapasitas produksi. Terdapat teori yang menjelaskan beberapa faktor yang
mempengaruhi penanaman modal asing yang menjadi dasar pengembangan
penanaman modal asing. Salah satu yang terkenal adalah yang pertama kali
dikembangkan oleh John Dunning, yaitu Electic Theory. Terdapat hal yang akan
mempengaruhi terjadinya penanaman modal asing. Hal yang mempengaruhi tersebut
salah satunya adalah jaringan pemasaran yang lebih baik. Jaringan pemasaran
yang baik harus ditunjang ketersediaan infrastruktur yang baik (Robudi, 2011:29).
Masalah yang harus di diperhatikan pemerintah untuk meningkatkan investasi
antara lain ketidakstabilan sosial dan masalah keamanan pusat dan daerah, kondisi
infrastruktur yang tidak memadai, dan ketidakstabilan nilai mata uang atau nilai tukar
rupiah. Salah satu masalah yang menjadi penting adalah tentang infrastruktur. Proses
produksi lancar dengan ditunjang infrastruktur baik yang disediakan oleh wilayah
tersebut akan membuat kenyamanan investor dalam menanamkan modalnya (Didik,
2008:16). Kondisi infrastruktur merupakan salah satu hal yang dikeluhkan oleh para
investor. Faktor ini penting untuk menunjang keberlangsungan produktivitas output
dan implikasinya pada keuntungan ekonomis yang didapat oleh perusahaan. Secara
umum kerangka berpikir yang melihat keterkaitan antar variabel dapat dilihat dari
skema berikut:
55
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
Interpretasi dan Hasil
Uji Asumsi Klasik:
- Normalitas Data
- Multikolinieritas
- Heterokedastisitas
- Autokorelasi
Regeresi Linier Berganda:
- Koefisien Determinasi
- Uji-t
- Uji F
Kesimpulan
Latar Belakang Penelitian
Rumusan Masalah
Variabel Independen:
-Upah Minimum Provinsi
- Tenaga Kerja
- Infrastruktur
Variabel Dependen:
Penanaman Modal Asing
Model Ekonometrika
56
D. Hipotesis
Dari rumusan permasalahan yang ada, dirumuskan hipotesis yang berkaitan untuk
menjawab pertanyaan dari rumusan masalah sebagai berikut:
a. H0: Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara upah minimum
provinsi, jumlah angkatan kerja, dan infrastruktur terhadap investasi asing di
DKI Jakarta secara bersama-sama.
H1: Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara upah minimum
provinsi, jumlah angkatan kerja, dan infrastruktur terhadap investasi asing di
DKI Jakarta secara bersama-sama.
b. Ho: Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan upah minimum
provinsi, jumlah angkatan kerja, dan infrastruktur terhadap investasi asing di
DKI Jakarta secara parsial.
H1: Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara upah minimum provinsi,
jumlah angkatan kerja, dan infrastruktur terhadap investasi asing di DKI
Jakarta secara parsial.
57
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis variabel independen terhadap
variabel dependen. Variabel dependen (Y) yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penanaman modal asing (PMA). Sedangkan variabel independen (X) yang
digunakan dalam penelitian ini adalah upah minimum provinsi, tenaga kerja, dan
infrastruktur. Data yang digunakan adalah data sekunder dengan time series (tahunan)
periode 1983 sampai dengan 2012.
B. Metode Penentuan Sampel
Metode yang digunakan dalam pemilihan objek pada penelitian ini adalah dengan
sampling sistematis yang berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi
nomor urut. Dalam penelitian kali ini diambil populasi berdasarkan urutan tahun yaitu
selama 30 tahun yang diurutkan dari 1 sampai 30. Peneliti mengambil data populasi
di Provinsi DKI Jakarta.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah:
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian kepustakaan adalah metode pengumpulan data untuk memperoleh data
sekunder. Metode ini dilakukan guna untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dari
58
sumber yang tepat dan dapat mendukung penulisan skripsi ini. Adapun sumber yang
digunakan antara lain menggunakan literatur buku, jurnal ilmiah, artikel dari media
massa cetak maupun elektronik, dan bahan lain yang berkaitan dengan penulisan
skripsi ini.
2. Jenis Data
Data yang digunakan dalam peneltian ini adalah data sekunder. Data sekunder
adalah data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung, melainkan
didapatkan melalui media peantara atau pihak lain. Data sekunder yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data sekunder periode tahun 1983 sampai dengan 2012
yang diperoleh dan dikelola dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS)
Provinsi DKI Jakarta, Badan Pusat Statistik (BPS) Pusat, dan Badan Kordinasi
Penanaman Modal (BKPM).
D. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear
berganda. Analisis linear berganda merupakan suatu metode yang digunakan
untuk menguraikan pengaruh variabel yang bebas yang mempengaruhi variabel tak
bebasnya. Regresi linier berganda tidak hanya melihat keterkaitan antar
variabel namun juga mengukur besaran hubungan kausalitasnya. Analisis data
dilakukan dengan menguji secara statistik data dari variabel dengan menggunakan
perangkat lunak Eviews 6.0.
59
Untuk pengujian variabel-variabel dalam penelitian ini menggunakan uji asumsi
klasik dan uji hipotesis sebagai berikut:
1. Uji Asumsi Klasik
Untuk dapat melanjutkan membahas tentang pengaruh variabel-variabel dalam
penelitian ini, maka harus dilakukan uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik antara lain
adalah uji normalitas data, multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi.
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah model regresi dalam hal ini
variabel dependen dan independent memiliki distribusi normal atau tidak. Cara
melihat hal tersebut adalah dengan membandingkan nilai probability pada uji
histogram dengan nilai probabilitas penelitian =5% (0,05). Apabila nilai probability
hasil uji histogram lebih besar daripada 0,05, maka data terdistribusi secara normal
(Wing Wahyu, 2011:5.39).
b. Multikolinieritas
Multikolinearitas adalah adanya hubungan linear yang sempurna atau pasti
diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi. Apabila
pada model persamaan regresi mengandung gejala multikolinieritas, terdapat korelasi
yang mendekati sempurna antar variabel bebas. Untuk mengetahuinya dapat dilihat
dari correlation matrix dan Uji VIF . Apabila hasil dari correlation matrix berada
diantara 0,8 sampai dengan 1, maka data terindikasi gejala multikoliniearitas. Apabila
hasil dari correlation matrix berada dibawah 0,8 , maka data terbebas gejala
60
multikoliniearitas. (Wing Wahyu, 2011:5.5). Jika nilai VIF lebih kecil dari 10,00
maka data terbebas gejala multikolinieritas.
c. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah suatu penyimpangan asumsi OLS dalam bentuk
varians gangguan estimasi yang dihasilkan oleh estimasi OLS yang tidak bernilai
konstan. Uji ini dilakukan untuk dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian
dari residual atau pengamatan ke pengamatan lainnya. Cara mengetahuinya adalah uji
White. Hal ini dapat dilihat dengan membandingkan nilai probabilitas dari obs*R-
squared. Apabila nilai probabilitas dari obs*R-squared lebih besar daripada nilai
probabilitas penelitian =5% (0,05) maka dapat dikatakan data terbebas dari gejala
heteroskedastisitas. (Wing Wahyu, 2011:5.16).
d. Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antara data observasi
yang diuraikan menurut waktu (time-series) dan ruang (cross section). Cara untuk
mengetahui gejala ini adalah Cara untuk mengetahui gejala ini adalah dengan melihat
nilai Durbun-Watson pada hasil regresi. Apabila nilai Durbin-Watson terletak antara
1,54 dan 2,46 maka data terbebas dari gejala auotokorelasi (Wing Wahyu,
2011:5.16).
2. Uji Hipotesis
Dalam melakukan pengujian terhadap hipotesis yang diajukan, dilakukan
analisis regresi melalui uji t dan uji F. untuk mengetahui pengaruh variabel-
61
variabel Untuk mengetahui pengaruh upah minimum provinsi, tenaga kerja, dan
infrastruktur terhadap penanaman modal asing di DKI Jakarta, maka dirumuskan
model regresi sebagai berikut:
PMA = ß0+ ß1UMP + ß2TK+ ß3INFR+ e
Keterangan:
PMA : Penanaman modal asing
UMP : Upah minimum provinsi
TK : Tenaga kerja
INFR : Infrastruktur
ß0 : Konstanta.
ß1, ß2, ß3 : Koefisien Regresi Berganda
e : Error term
a. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi merupakan pengujian untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen dalam
penelitian. Besaran koefisien determinasi antara 0 sampai 1. Apabila R2 mendekati
nilai 1, maka menggambarkan variabel independen dapat memberikan banyak
informasi yang menjelaskan variabel dependen. Begitupun sebaliknya jika mendekati
nilai 0, maka menggambarkan variabel independen belum memberikan banyak
informasi yang menjelaskan variabel dependen.
b. Uji-t
62
Uji-t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen
secara individual dalam menerangkan variasi variabel independen (Ghozali,
2011:98). Pengujian ini menggunakan taraf signifikansi sebesar 0,05. Dasar
pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai probabilitas lebih dari 0,05 maka Ho gagal ditolak dan H1 ditolak,
berarti bahwa secara individu variabel X tidak berpengaruh terhadap variabel Y.
2) Jika nilai probabilitas kurang dari 0,05 maka Ho ditolak dan H1 gagal
ditolak, berarti bahwa secara individu variabel X berpengaruh terhadap variabel
Y.
c. Uji-F
Menurut Ghozali (2011:98), Uji-F menunjukkan seberapa jauh pengaruh
semua variabel independen dalam menerangkan variasi variabel independent
secara bersama-sama. Pengujian ini menggunakan taraf signifikansi sebesar 0,05.
Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai probabilitas lebih dari 0,05 maka Ho gagal ditolak dan H1 ditolak,
berarti bahwa semua variabel X tidak berpengaruh terhadap variabel Y.
2) Jika nilai probabilitas kurang dari 0,05 maka Ho ditolak dan H1 gagal
ditolak, berarti bahwa semua variabel X berpengaruh terhadap variabel Y.
E. Operasional Variabel Penelitian
1. Penanaman Modal Asing
63
Penanaman Modal Asing adalah kegiatan menanam modal untuk
melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan
oleh penanam modal asing. Modal yang ditanamkan dalam bentuk uang
dinyatakan dalam milyar rupiah.
2. Upah Minimum Provinsi
Upah Minimum Provinsi atau Upah Minimum Regional adalah suatu standar
minimum yang digunakan oleh para pengusaha untuk memberikan upah kepada
pegawai, karyawan atau buruh dalam bentuk uang menurut persetujuan atau peraturan
perundangan daerah yang berlaku. Upah minimum provinsi dinyatakan dalam juta
rupiah.
3. Tenaga Kerja
Di Indonesia yang dimaksud dengan angkatan kerja adalah penduduk yang 15
tahun ke atas yang secara aktif melakukan kegiatan ekonomis (Badan Pusat
Statistik 2003). Jumlah angkatan kerja dinyatakan dalam jiwa.
4. Infrastruktur
Infrastruktur didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan
atau dibutuhkan untuk publik untuk memfasilitasi tujuan-tujuan ekonomi dan
sosial. Dalam penelitian ini variabel infrastruktur berdasarkan data panjang jalan yang
dinyatakan dalam meter.
64
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian
No Variabel Definisi Satuan
1 Penanaman Modal
Aasing
Penanaman Modal Asing adalah jumlah
dana asing yang ditanamkan untuk
melakukan usaha dalam bentuk uang
Milyar
(Rp)
2 Upah Minimum
Provinsi
Upah Minimum Provinsi standar minimum
yang digunakan oleh para pengusaha untuk
memberikan upah kepada pegawai,
karyawan atau buruh dalam bentuk uang
menurut persetujuan atau peraturan
perundangan daerah yang berlaku
Juta (Rp)
3 Tenaga Kerja Angkatan kerja adalah penduduk yang 15
tahun ke atas yang secara aktif
melakukan kegiatan ekonomis
Juta
(Jiwa)
4 Infrastuktur Infrastruktur didefinisikan sebagai panjang
jalan yang tersedia di provinsi DKI Jakarta
Meter
(panjang)
65
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Provinsi DKI Jakarta merupakan Ibu kota Negara Republik Indonesia yang
wilayahnya terdapat di pulau Jawa. DKI Jakarta terletak pada posisi 6°12' Lintang
Selatan dan 106°48' Bujur Timur. Pada sebelah utara membentang pantai dari
barat ke timur sepanjang ± 40 km. Di sebelah selatan dan timur berbatasan
dengan wilayah Provinsi Jawa Barat, sedangkan di sebelah utara berbatasan
dengan Laut Jawa, dan pada sebelah barat dengan Provinsi Banten. Luas wilayah
Provinsi DKI Jakarta adalah berupa daratan seluas 661,52 km² dan berupa lautan
seluas 6.977,50 km² , hal itu berdasarkan pada SK Gubernur DKI Jakarta No.1227
Tahun 1989.
Sementara itu menurut BPS Provinsi DKI Jakarta, 2005 luas wilayah DKI Jakarta
berdasarkan Kotamadya dan Kabupaten adalah sebagai berikut; Jakarta Pusat 47,90
km, Jakarta Timur 187,73 km, Jakarta Barat 126,15 km, Jakarta Utara 142,30 km,
Jakarta Selatan 145,73 km, dan Kabupaten Kepulauan Seribu 11,71 km. Di wilayah
Kabupaten Kepulauan Seribu sendiri terdapat kurang lebih 100 pulau yang tersebar di
Kepulauan Seribu. Selain itu terdapat juga kurang lebih 30 buah
sungai/saluran/kanal yang digunakan sebagai sumber air minum, usaha perikanan dan
usaha perkotaan. Wilayah administrasi Provinsi DKI Jakarta bukan hanya menjadi
66
0
20
40
60
80
100
1985 1990 1995 2000 2005 2010
PMA
dala
m m
ilyar
pusat pemerintahan Negara Republik Indonesia, namun juga menjadi pusat
perekonomian yang meliputi kegiatan bisnis dan perniagaan, industri, dan juga
kegiatan penyedia jasa lainnya. Hal ini menjadi kekuatan pusat perekonomian di
seluruh wilayah Provinsi DKI Jakarta.
B. Penemuan dan Pembahasan
1. Analisis Deskriptif
a. Analisa Penanaman Modal Asing di DKI Jakarta
Dalam UU Penanaman Modal No. 25 Tahun 2007, Penanaman Modal Asing
adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara
Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang
menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan
dengan penanam modal dalam negeri.
Gambar 4.1
Perkembangan Penanaman Modal Asing di DKI Jakarta
.
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta (data diolah)
67
Perkembangan penanaman modal asing di Provinsi DKI Jakarta mengalami
fluktuasi selama tahun 1983 hingga tahun 2012. Hal tersebut terlihat pada grafik yang
disajikan gambar diatas. Pada mulanya perkembangan penanaman modal asing antara
tahun 1983 hingga 1995 mengalami perkembangan yang stabil pada kisaran dibawah
20 milyar rupiah. Hal ini disebabkan antara lain karena provinsi DKI Jakarta belum
maksimal dalam pengembangan potensi perekonomian yang menyebabkan arus
penanaman modal asing masih rendah.
Menurut data dapat terlihat peningkatan terlihat setelah tahun 1995 dan terus
mengalami fluktuasi, hal ini gambaran setelah itu pengembangan potensi
perekonomian wilayah ini mulai berkembang disertai pembangunan yang besar-
besaran di provinsi DKI Jakarta menyebabkan peningkatan arus modal asing yang
masuk. .
Setelah pada tahun 1995 perkembangan PMA lebih terlihat meningkat, namun
tidak terlepas dari penurunan drastis akibat dampak guncangan krisis ekonomi yang
melanda seluruh Indonesia pada tahun 1998 yang juga berkibat menurunkan PMA di
provinsi DKI Jakarta. Tepatnya pada tahun 1997 nilai PMA sebesar Rp
28.471.722.150 langsung menurun drastis pada tahun 1998 menjadi sebesar Rp
5.648.925.900, dan tahun 1999 sebesar Rp 5.520.583.700.
Nilai PMA tertinggi pada tahun 2008 sebesar Rp 96.210.309.800. Sedangkan nilai
PMA terendah pada tahun 1985 sebesar Rp 274.622.880. Faktor yang menyebabkan
bervariasinya penanaman modal asing di provinsi DKI Jakarta antara lain disebabkan
68
0
400000
800000
1200000
1600000
1985 1990 1995 2000 2005 2010
UMP
da
lam
ru
pia
h
tingkat upah minimum provinsi, jumlah angkatan kerja dan tersedia infrastruktur
yang baik.
b. Analisa Upah Minimum Provinsi di DKI Jakarta
Upah Minimum Provinsi atau Upah Minimum Regional adalah suatu standar
minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk
memberikan upah kepada pegawai, karyawan atau buruh di dalam lingkungan usaha
atau kerjanya. Pembayaran upah pada prinsipnya diberikan dalam bentuk uang.
Gambar 4.2
Perkembangan Upah Minimum Provinsi DKI Jakarta
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta (data diolah)
Perkembangan upah minimum provinsi di DKI Jakarta selalu mengalami
peningkatan dari setiap tahunnya. Jika dilihat dari grafik perkembangan upah
minimum provinsi DKI Jakarta, pada tahun 1983 hingga 1990 peningkatannya
cenderung stabil. Selepas tahun 1990 peningkatan upah minimum provinsi cenderung
69
lebih meningkat tajam. Hal ini terlihat peningkatan upah yang cukup drastis pada
tahun 2004 ke 2005. Pada tahun 2004 nilai upah minimum provinsi sebesar 671.550
rupiah meningkat menjadi 819.100 pada tahun berikutnya yaitu tahun 2005.
Peningkatan upah minimum provinsi yang selalu meningkat tiap tahunnya
disebabkan oleh beberapa faktor. Upah minimum provinsi sendiri penetapannya
melalui standar kehidupan layak atau disebut KHL. Standar kehidupan layak yang
dinilai didalamnya terdapat beberapa kebutuhan pokok yang menjadi standar untuk
terpenuhi.
Kebutuhan pokok yang dinilai cenderung naik setiap tahunnya diakibatkan salah
satu faktornya adalah adanya kenaikan harga kebutuhan pokok akibat inflasi.
Kebutuhan pokok yang dalam standar kehidupan layak harus terpenuhi. Tekanan
tersebut yang menjadi salah satu faktor peningkatan nilai upah minimum provinsi
DKI Jakarta dari tahun ke tahun. Dalam perkembangannya upah minimum provinsi
semakin mengikuti banyaknya kebutuhan minimum yang semakin meningkat.
Perkembangan kenaikan upah minimum provinsi terus mengarah peningkatan yang
tajam diikuti pemenuhan kebutuhan pokok dan biaya hidup yang semakin meningkat
setiap tahunnya.
70
1500000
2000000
2500000
3000000
3500000
4000000
4500000
5000000
1985 1990 1995 2000 2005 2010
AK
dala
m ji
wa
c. Analisa Tenaga Kerja di DKI Jakarta
Di Indonesia yang dimaksud dengan angkatan kerja adalah penduduk yang 15
tahun ke atas yang secara aktif melakukan kegiatan ekonomis. Jumlah
angkatan kerja dinyatakan dalam jiwa.
Gambar 4.3
Perkembangan Angkatan Kerja Provinsi DKI Jakarta
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta (data diolah)
Perkembangan angkatan kerja di provinsi DKI Jakarta dari tahun 1983 hingga
2012 cenderung mengalami fluktuasi dalam jumlahnya. Hal yang terlihat dalam
grafik gambar perkembangan angkatan kerja menunjukkan setelah tahun 1985 dan
juga tahun 1995 mengalami penurunan. Tepatnya pada tahun 1986 jumlah angkatan
kerja 2.919.434 jiwa, pada tahun 1987 jumlahnya menurun menjadi sebesar
1.551.663 jiwa. Hal itu terjadi lagi pada tahun 1995 sebesar 3.545.230 jiwa
mengalami penurunan sebesar 2.609.457 jiwa pada tahun 1996.
Peningkatan jumlah angkatan kerja mengalami peningkatan selepas tahun 2009
dan pada tahun 2012 jumlah angkatan kerja memiliki jumlah tertinggi sebesar
4.838.596 jiwa. Sedangkan jumlah terendah pada tahun 1987 sebesar 1.551.663 jiwa.
71
3000000
4000000
5000000
6000000
7000000
8000000
1985 1990 1995 2000 2005 2010
PJLN
da
lam
me
ter
Perubahan jumlah angkatan kerja di Provinsi DKI Jakarta disebabkan oleh beberapa
faktor. Faktor yang menjadi penyebab antara lain tersedianya lapangan pekerjaan dan
kondisi perekonomian di DKI Jakarta.
d. Analisa Infrastruktur di DKI Jakarta
Infrastruktur merupakan wujud dari public capital (modal publik) yang dibentuk
dari investasi yang dilakukan pemerintah. Infrastruktur didefinisikan sebagai
fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau dibutuhkan publik untuk
memfasilitasi tujuan-tujuan ekonomi dan sosial. Infrastruktur ini diukur dari panjang
jalan yang tersedia di seluruh wilayah DKI Jakarta.
Gambar 4.4
Perkembangan Panjang Jalan Provinsi DKI Jakarta
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta(data diolah)
72
Perkembangan panjang jalan di provinsi DKI Jakarta mengalami fluktuasi dalam
kurun waktu 30 tahun sejak tahun 1983 hingga tahun 2012. Jika dilihat dari grafik
gambar perkembangan panjang jalan di provinsi DKI Jakarta, pada mulanya tahun
1983 hingga selepas tahun 2000 panjang jalan cenderung mengalami kenaikan tiap
tahunnya. Selepas itu panjang jalan mengalami kondisi stagnan atau tidak mengalami
penambahan.. Setelah tahun 2005 panjang jalan mengalami penurunan. Hal ini
disebabkan antara lain akibat pembangunan fisik yang mengambil jalur jalan
sehingga mengurangi panjang jalan yang ada di provinsi DKI Jakarta. Contohnya
adalah pembangunan fasilitas umum seperti halte busway yang mengambil ruas jalan
sehingga mengurangi panjang jalan yang ada.
Panjang jalan mengalami peningkatan paling besar pada tahun 2001 dan tahun
2002. Pada tahun 2001 panjang jalan di DKI Jakarta sepanjang 6.528.481 meter, pada
tahun berikutnya yaitu tahun 2002 panjang jalan bertambah menjadi 7.636.758 meter.
Sedangkan pengurangan panjang jalan di DKI Jakarta terjadi pada tahun 2005 dan
tahun 2006. Pada tahun 2005 panjang jalan di DKI Jakarta 7.645.085 meter,
sedangkan pada tahun 2006 panjang jalan mengalami pengurangan menjadi
6.540.221 meter.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah model regresi dalam hal ini
variabel dependen dan independen memiliki distribusi normal atau tidak normal. Cara
73
0
1
2
3
4
5
6
-1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5
Series: Residuals
Sample 1983 2012
Observations 30
Mean 6.37e-16
Median -0.154069
Maximum 1.475981
Minimum -1.167514
Std. Dev. 0.602671
Skewness 0.432920
Kurtosis 2.850301
Jarque-Bera 0.965110
Probability 0.617204
melihat hal tersebut adalah dengan membandingkan nilai probability pada uji
histogram dengan nilai probabilitas penelitian =5% (0,05). Apabila nilai probabilitas
hasil uji histogram lebih besar daripada 0,05, maka data terdistribusi secara normal
(Wing Wahyu, 2011:5.39).
Gambar 4.5
Hasil Uji Histogram
Sumber: Lampiran 2 halaman 92 (data olahan Eviews 6.0)
Pada hasil uji histogram yang terlihat dalam gambar 4.5, nilai probability 0,612
lebih besar dari nilai probability penelitian dengan taraf signifikansi =5% (0,05),
maka data terdistribusi secara normal.
b. Multikolinieritas
Multikolinearitas adalah adanya hubungan linear yang sempurna atau pasti
diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi. Apabila
pada model persamaan regresi mengandung gejala multikolinieritas, terdapat korelasi
yang mendekati sempurna antar variabel bebas. Untuk mengetahuinya dapat dilihat
dari nilai VIF. Data terbebas multikolinieritas jika nilai VIF dibawah 10,00.
74
Sumber: Lampiran 3 halaman 92 (data olahan SPSS 16)
Pada tabel Uji multikolinieritas dengan melihat nilai VIF, Jika nilai VIF lebih
kecil dari 10,00 maka tidak terdapat gejala multikolinieritas. Begitupun sebaliknya,
nilai VIF lebih kecil dari 10,00 maka tidak terdapat gejala multikolinieritas.
c. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah suatu penyimpangan asumsi OLS dalam bentuk
varians gangguan estimasi yang dihasilkan oleh estimasi OLS yang tidak bernilai
konstan. Uji ini dilakukan untuk dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian
dari residual atau pengamatan ke pengamatan lainnya. Cara mengetahuinya adalah uji
White. Hal ini dapat dilihat dengan membandingkan nilai probabilitas dari obs*R-
squared. Apabila nilai probabilitas dari obs*R-squared lebih besar daripada nilai
probabilitas penelitian =5% (0,05) maka dapat dikatakan data terbebas dari gejala
heteroskedastisitas. (Wing Wahyu, 2011:5.16).
Gambar 4.6
Hasil Uji VIF
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -84.198 183.894 -.458 .651
ump 3.851 1.066 .726 3.614 .001 .326 3.063
tk 3.958 60.004 .013 .066 .948 .337 2.964
infr 16.968 28.987 .100 .585 .563 .450 2.223
a. Dependent Variable: pma
75
Gambar 4.7
Hasil Uji White
Sumber: Lampiran 4 halaman 93 (data olahan Eviews 6.0)
Berdasarkan hasil uji White yang dapat dilihat dalam gambar 4.6 diatas, nilai
probabilitas dari obs*R-squared 0,1506 lebih besar daripada nilai probabilitas
penelitian =5% (0,05). Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan data
terbebas dari gejala heteroskedastisitas.
d. Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antara data observasi
yang diuraikan menurut waktu (time-series) dan ruang (cross section). Cara untuk
mengetahui gejala ini adalah dengan melihat nilai Durbun-Watson pada hasil regresi.
Apabila nilai Durbin-Watson terletak antara 1,54 dan 2,46 maka data terbebas dari
gejala auotokorelasi (Wing Wahyu, 2011:5.16).
Gambar 4.8
Uji Autokorelasi
R-squared 0.885875 Mean dependent var 1.869823
Adjusted R-squared 0.872706 S.D. dependent var 1.783978
S.E. of regression 0.636492 Akaike info criterion 2.057875
Sum squared resid 10.53316 Schwarz criterion 2.244701
Log likelihood -26.86812 Hannan-Quinn criter. 2.117642
F-statistic 67.27328 Durbin-Watson stat 1.871345
Prob(F-statistic) 0.000000
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 1.763741 Prob. F(9,20) 0.1392
Obs*R-squared 13.27464 Prob. Chi-Square(9) 0.1506
Scaled explained SS 9.224424 Prob. Chi-Square(9) 0.4168
76
Sumber: Lampiran 5 halaman 94 (data olahan Eviews 6.0)
Berdasarkan hasil uji regresi, nilai Durbin-Watson 1,871. Nilai tersebut terletak
diantara nilai 1,54 dan 2,46. Hal ini berarti data dalam penelitian ini dapat dikatakan
terbebas dari gejala auotokorelasi.
3. Pengujian Hipotesis
Gambar 4.9
Hasil Regresi
Dependent Variable: LNPMA
Method: Least Squares
Date: 06/23/14 Time: 12:34
Sample: 1983 2012
Included observations: 30 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -3.154924 0.784848 -4.019791 0.0004
UMP 1.626713 0.454824 3.576580 0.0014
TK -0.147401 0.256096 -0.575572 0.5699
INFR 0.819702 0.123714 6.625811 0.0000 R-squared 0.885875 Mean dependent var 1.869823
Adjusted R-squared 0.872706 S.D. dependent var 1.783978
S.E. of regression 0.636492 Akaike info criterion 2.057875
Sum squared resid 10.53316 Schwarz criterion 2.244701
Log likelihood -26.86812 Hannan-Quinn criter. 2.117642
F-statistic 67.27328 Durbin-Watson stat 1.871345
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Lampiran 6 halaman 94 (data olahan Eviews 6.0)
Berdasarkan hasil uji regresi yang telah dilakukan terhadap data, maka didapatkan
model regresi dengan menggunakan OLS (Ordinary Least Square) yang dapat
dijelaskan melalui persamaan sebagai berikut:
77
lnPMA = -3,154 + 1,626 UMP – 0,147 TK + 0,819 INF + e
Di mana:
lnY : Logaritma PMA (Penanaman Modal Asing)
X1 :UMP (Upah Minimum )
X2 :TK (Tenaga Kerja)
X3 :INFR (Infrastruktur)
e :error term
a. Hasil Analisis Statistik Uji-t
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah variabel bebas
(upah minimum provinsi, tenaga kerja dan infrastruktur) berpengaruh secara parsial
tehadap variabel terikatnya penanaman modal asing (PMA), yaitu dengan
membandingkan nilai probabilitas dengan nilai probabilitas penelitian dengan taraf
signifikansi 5 % (0,05). Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut:
1) Ho: Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan upah minimum
provinsi terhadap investasi asing di DKI Jakarta secara parsial
H1: Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara upah minimum
provinsi, terhadap investasi asing di DKI Jakarta secara parsial
2) Ho: Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan tenaga kerja terhadap
investasi asing di DKI Jakarta secara parsial
H1: Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara tenaga kerja terhadap
investasi asing di DKI Jakarta secara parsial.
78
3) Ho: Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan infrastruktur terhadap
investasi asing di DKI Jakarta secara parsial
H1: Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara infrastruktur terhadap
investasi asing di DKI Jakarta secara parsial.
Berikut hasil uji regresi pada gambar 4.8 untuk dapat menjawab hipotesis
penelitian:
1) Variabel Upah Minimum Provinsi memiliki nilai probabilitas 0,0014 <
0,05 yang berarti H0 pada hipotesis 1 ditolak.
2) Variabel Tenaga Kerja memiliki nilai probabilitas 0,569> 0,05 yang berarti
H0 pada hipotesis 2 diterima.
3) Variabel Infrastruktur memiliki nilai probabilitas 0,000< 0,05 yang berarti
H0 pada hipotesis 3 ditolak.
b. Interpretasi Analisis Ekonomi Hasil Uji-t
Berdasarkan hasil regresi didapatkan konstanta sebesar -3,154, yang berarti
apabila upah minimum provinsi, tenaga kerja, dan infrastruktur dianggap konstan
maka penanaman modal asing di Provinsi DKI Jakarta menurun sebesar 3,154%
dalam periode tahun 1983-2012. Hal ini disebabkan penanaman modal asing
memiliki kecenderungan penurunan akibat variabel upah minimum provinsi, tenaga
kerja, dan infrastruktur dianggap konstan. Ini berarti kecenderungan kontribusi upah
minimum provinsi, tenaga kerja, dan infrastruktur mampu sensitif dalam perubahan
nilai penanaman modal asing. Nilai minus yang terdapat pada hasil konstanta
79
disebabkan salah satunya karena kemungkinan adanya faktor lain diluar penelitian
yang menjadi faktor pengaruh penanaman modal asing di DKI Jakarta. Hal ini terjadi
disebabkan keterbatasan penelitian yang mencakup keterbatasan akan variabel dan
tahun lain diluar penelitian.
Hasil estimasi dari regresi selanjutnya menjelaskan bahwa variabel upah
minimum provinsi berpengaruh signifikan dan positif terhadap penanaman
modal asing di Provinsi DKI Jakarta. Hal ini berarti kenaikan upah minimum
provinsi akan menaikan penanaman modal asing di Provinsi DKI Jakarta. Hasil
estimasi juga menunjukkan jika upah minimum provinsi meningkat sebesar
1 persen maka pernanaman modal asing naik sebesar 1,626 persen. Hal ini
diketahui dari nilai koefisien variabel upah minimum provinsi pada hasil estimasi
model regresi.
Hasil tersebut didukung oleh teori dana upah J.S Mill yang telah dijelaskan
pada bab 2 sebelumnya yaitu meningkatnya tingkat upah dapat membuat
penanaman modal asing meningkat. Ini dikarenakan dana upah yang dibutuhkan
untuk membayarkan tenaga kerja yang jumlahnya meningkat dalam proses produksi.
Kebutuhan dana upah untuk membayar pekerja yang meningkat dibutuhkan dari
penanaman modal asing. Arus penanaman modal asing tidak hanya semata-mata
dipandang sebagai kontribusi modal tetap untuk proses produksi akan tetapi mampu
sebagai penyokong kontribusi modal lancar dalam proses produksi yang berlangsung.
80
Arus penanaman modal asing yang meningkat dalam kontribusi dana upah dalam
jangka panjang akan meningkatkan keuntungan perusahaan. Hal ini dikarenakan upah
layak yang diterima para pekerja akan meningkatkan produktivitas output dan
diasumsikan akan meningkatkan keuntungan perusahaan. Hal ini telah dibahas pada
bab 2 sebelumnya yaitu teori upah etika, menurut kaum yang memiliki idealis
masyarakat yang ideal, tindakan para pengusaha yang memberikan upah hanya cukup
untuk memenuhi kebutuhan minimum, merupakan suatu tindakan yang tidak etis.
Oleh karena itu sebaiknya para pengusaha selain dapat memberikan upah yang layak
kepada pekerja dan keluarganya, juga harus memberikan tunjangan keluarga. Hal ini
secara langsung akan berdampak pada produktivitas pekerja pada perusahaan
dikarenakan kesejahteraan yang terpenuhi. Hal ini menggambarkan apabila upah
minimum provinsi naik, tingkat kesejahteraan tenaga kerja terpenuhi dan berdampak
pada produktivitas kerja yang meningkat, sehingga mengakibatkan keuntungan bagi
pengusaha untuk berinvestasi.
Sementara itu pada variabel tenaga kerja hasilnya berpengaruh tidak signifikan
terhadap penanaman modal asing di Provinsi DKI Jakarta. Hasil ini menunjukkan
tenaga kerja yang produktif dilihat dari angkatan kerja tidak menggambarkan
pengaruh terhadap penanaman modal asing. Hasil ini sama dengan penelitian yang
dikemukakan oleh Robudi (2011:51) dimana peningkatan jumlah tenaga kerja relatif
tidak diikuti dengan peningkatan kualitas tenaga kerja. Sehingga peningkatan
tenaga kerja dipersepsikan oleh investor sebagai peningkatan resiko konflik
81
dengan buruh, berupa demosntrasi, mogok kerja dan potensi kecemburuan sosial
dengan tenaga kerja asing yang ada. Temuan penelitian lain yang dikemukakan Puput
dan Edy (2010:24) dimana tenaga kerja tidak berpengaruh terhadap investasi di Kota
Semarang. Hal ini terjadi karena berdasarkan data yang diperoleh pertumbuhan
jumlah tenaga kerja yang bekerja terus meningkat akan tetapi nilai investasi
mengalami penurunan sehingga kenaikan tenaga kerja tidak mempengaruhi investasi
di kota Semarang.
Selain itu tenaga kerja tidak berpengaruh terhadap penanaman modal asing yang
mengakibatkan produktivitas tidak sesuai harapan. Hal ini akibat rendahnya kualitas
tenaga kerja yang tidak dibekali pendidikan yang baik. Hal tersebut dapat dilihat pada
perkembangan data terbaru yang menunjukan bahwa tingkat presentase pendidikan
angkatan kerja di DKI Jakarta masih didominasi tingkat pendidikan SLTP ke bawah
sebesar 37,74%. Sedangkan tenaga kerja yang memenuhi standar pendidikan dalam
meningkatkan produktivitas (SMA ke atas) presentasenya lebih kecil, SMA Umum
24,89%, SMA kejuruan 18,54%, diploma dan Universitas 18,83%. Data tesebut dapat
dilihat pada tabel di lampiran. Faktor pendidikan merupakan salah satu faktor yang
pengaruh positif yang dijelaskan oleh Leonard dan Yum (2000). Jumlah tenaga kerja
produktif yang melimpah tidak berpengaruh yang signifikan bahkan negatif terhadap
penanaman modal asing di provinsi DKI Jakarta. Kuantitas tenaga kerja tidak
diimbangi dengan kualitas tenaga kerja sehingga tidak mampu berkontribusi
signifikan terhadap penanaman modal asing di provinsi DKI Jakarta. Jumlah tenaga
82
kerja yang banyak di provinsi DKI Jakarta nyatanya tidak serta merta membuat
keuntungan investor yang menanamkan modal, banyak permasalahan
ketenagakerjaan yang masih belum ditangani sehingga tidak berpengaruh signifikan
terhadap arus penanaman modal asing. Banyaknya jumlah angkatan kerja yang tidak
terdidik menjadi penyebab kontribusi terhadap produktivitas rendah dan berpengaruh
negatif terhadap penanaman modal asing. Tingkat produktivitas yang rendah
mengakibatkan kerugian bagi pengusaha dan menyebabkan arus penanaman modal
asing menurun akibat ketidakpercayaan para investor terhadap pengembalian
keuntungan modal mereka.
Permasalahan ketenagakerjaan yang terjadi di provinsi DKI Jakarta antara lain
rata-rata kualitas pendidikan tenaga kerja yang masih rendah sehingga tidak memiliki
kontribusi dalam peningkatan keuntungan perusahaan. Tenaga kerja yang tersedia
masih banyak yang belum memiliki ketrampilan baik untuk terjun langsung dalam
menghasilkan output. Selain itu, permasalahan ketenagakerjaan lain yang sudah
dibahas sebelumnya adalah pemberian upah yang layak dengan kondisi hidup tenaga
kerja di provinsi DKI Jakarta. Salah satu penyebab kurangnya produktivitas yang
dihasilkan pekerja adalah masalah upah.
Pada variabel infrastruktur hasil estimasi menjelaskan variabel infrastruktur
berpengaruh signifikan dan postif terhadap penanaman modal asing di provinsi DKI
Jakarta yang berarti peningkatan panjang jalan akan menaikan tingkat penanaman
modal asing di Provinsi DKI Jakarta. Hasil estimasi juga menunjukkan jika
83
panjang jalan meningkat sebesar 1 persen maka pernanaman modal asing
naik sebesar 0,819 persen. Hal ini diketahui dari nilai koefisien variabel
panjang jalan pada hasil estimasi model regresi. Hasil ini didukung oleh penelitian
Leonard dan Yum (2000) tentang kaitan penanaman modal asing dengan infrastruktur
yang baik di wilayah Cina. Hasil penelitian lain yang mendukung menurut Lucio ,dkk
(2007) menjelaskan variabel infrastruktur yang diukur dari panjang jalan beraspal
memiliki pengaruh signifikan terhadap penanaman modal asing di wilayah Argentina.
Hasil ini juga sesuai dengan teori Electric yang dikemukakan Dunning dimana
terdapat faktor yang mempengaruhi penanaman modal asing yaitu adanya
keunggulan kepemilikan dari investor asing yang dapat berupa produk
yang lebih efisien, keunggulan teknologi, keahlian manajemen dan jaringan
pemasaran yang lebih baik. Salah satu faktor adalah jaringan pemasaran yang
lebih baik. Jaringan pemasaran yang baik harus ditunjang ketersediaan infrastruktur
yang baik. Dalam hal ini, ketersediaan infrastruktur yang baik berpengaruh signifikan
dan positif terhadap penanaman modal asing di Provinsi DKI Jakarta. Dalam
penelitian ini panjang jalan menjadi tolok ukur yang menggambarkan infrastruktur.
Panjang jalan yang tersedia di provinsi DKI Jakarta menunjang keberlangsungan
lancarnya proses produksi. Dengan adanya peningkatan jumlah panjang jalan maka
kelancaran proses produksi akan berlangsung baik. Hal ini dapat terlihat dari
banyaknya proses produksi yang menggunakan akses darat dalam menjangkau tujuan.
Sebagian besar proses kegiatan produksi membutuhkan akses darat yaitu
84
menggunakan jalan sebagai penunjang utama. Dimulai dari proses perpindahan arus
barang dan distribusi barang jadi, hingga mampu melancarkan kegiatan produksi
hingga sampai tangan konsumen. Dengan begitu ketersediaan panjang jalan sebagai
infrastruktur penunjang mampu meningkatkan keuntungan pengusaha dan para
investor.
c. Uji-F dan Interpretasi Hasil
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah variabel bebas
(upah minimum provinsi, tenaga kerja dan infrastruktur) berpengaruh secara
bersama-sama tehadap variabel terikatnya Penanaman modal asing (PMA), yaitu
dengan membandingkan nilai probabilitas dengan nilai probabilitas penelitian dengan
taraf signifikansi 5 % (0,005). Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut:
Ho: Diduga tidak terdapat pengaruh yang signifikan upah minimum provinsi,
tenaga kerja dan infrastruktur terhadap investasi asing di DKI Jakarta secara
bersama-sama.
H1: Diduga terdapat pengaruh yang signifikan antara upah minimum
provinsi, tenaga kerja dan infrastruktur terhadap investasi asing di DKI
Jakarta secara bersama-sama.
Berdasarkan hasil regresi didapatkan nilai prob(F-statistic) 0,000000 lebih kecil
dari nilai probabilitas penelitian dengan taraf signifikansi =5% (0,05) maka H0
ditolak. Hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel independen (upah minimum
provinsi, tenaga kerja, dan infrastruktur) secara bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen penanaman modal asing (PMA) di provinsi DKI Jakarta.
85
d. Uji Koefisien Determinasi dan Interpretasi Hasil Analisis
Berdasarkan hasil uji regresi yang telah dilakukan pada gambar 4.8 diatas
sebelumnya, ditemukan nilai Adjusted R-squared sebesar 0.8727. Nilai Adjusted R-
squared 0.8727 berarti menunjukan nilai koefisien determinasi dalam penelitian ini
berada pada angka 87,27%.
Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa 87,27% penanaman modal
asing di Provinsi DKI Jakarta dapat dijelaskan oleh upah minimum provinsi,
tenaga kerja, dan infrastruktur. Sedangkan 12,73% variabel penanaman modal
asing dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini atau
variabel lain diluar penelitian ini.
86
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan data, penulis memperoleh kesimpulan
yang dapat diambil dari penelitian mengenai Analisis Pengaruh Upah
Minimum Provinsi, Tenaga Keja dan Infrastruktur Terhadap Penanaman Modal
Asing di DKI Jakarta Periode 1983-2012 sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil estimasi regresi linear berganda dijelaskan bahwa
secara bersama-sama upah minimum provinsi, tenaga kerja, dan infrastruktur
berpengaruh signifikan terhadap penanaman modal asing di Provinsi DKI
Jakarta periode 1983-2012 pada tingkat kepercayaan 95 persen =5%.
2. Secara parsial hasil estimasi menjelaskan regresi linear berganda bahwa
upah minimum provinsi dan infrastruktur berpengaruh signifikan dan positif
terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi DKI Jakarta periode 1983- 2012.
Sedangkan tenaga kerja berpengaruh tidak signifikan dan negatif terhadap
penanaman modal asing di Provinsi DKI Jakarta periode 1983-2012.
B. Saran
1. Upah minimum provinsi di Provinsi DKI Jakarta harus diperhatikan dengan
baik, karena pemberian tingkat upah yang sesuai standar hidup layak dan mampu
memenuhi kebutuhan pokok pekerja merupakan salah satu faktor penentu
87
meningkatnya produktivitas yang bertujuan untuk peningkatan penanaman modal
asing. Kebijakan yang tepat seperti selalu mengkaji pemberian upah yang sesuai
standar hidup layak pekerja dapat membantu meningkatkan kesejahteraan pekerja dan
akan meningkatkan produktivitas output yang akan membuat tingkat penanaman
modal asing terus meningkat.
2. Kondisi ketenagakerjaan di provinsi DKI Jakarta harus perlu diperhatikan
dengan baik. Tidak hanya peningkatan jumlah angkatan kerja untuk meningkatkan
produktivitas output, akan tetapi perlu adanya pelatihan-pelatihan dan pendidikan
untuk membuat tenaga kerja yang terampil. Hal tersebut akan mendorong
produktivitas output yang meningkat dan berakibat pada peningkatan kapasitas
produksi. Peningkatan kapasitas produksi akan membutuhkan penanaman modal
asing yang meningkat.
3. Infrastruktur di Provinsi DKI Jakarta perlu mendapatkan perhatian
yang lebih dalam hal peningkatan kuantitas dan kualitas. Hal ini merupakan salah
satu faktor penunjang perekonomian suatu daerah tersebut. Perlu adanya kebijakan
seperti penambahan panjang jalan dan perbaikan kondisi jalan untuk meberikan
kemudahan akses dan lalu-lintas barang agar roda perekonomian terus
bergerak ke arah yang lebih baik. Dengan lancarnya gerak perekonomian akan
mendorong penanaman modal asing di DKI Jakarta.
88
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. Jakarta Dalam Angka. Berbagai edisi tahun 1980-2012.
Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. Jakarta Dalam Angka. e-Publikasi
berbagai edisi tahun 1980-2012. jakarta.bps.go.id.
Badan Koordinasi Penanaman Modal. Investasi di Indonesia menurut lokasi
http://www.bkpm.go.id/contents/p16/statistics/17 diakses tanggal 29 Maret
2014.
Bangun, Rindang Prasetyo dan Muhammad Firdaus. 2007. Pengaruh infrastruktur
pada pertumbuhan ekonomi wilayah di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan
Kebijakan Pembangunan, 2(2):222-236.
Castro, Lucio dkk. 2007. Infrastructure and the Location of Foreign Direct
Investment A Regional Analysi. Journal Economics 1-45.
Chenga. Leonard dan Yum K. 2000. What are the determinants of the location
of foreign direct investment? The Chinese experience. Journal of
International Economics 51:379-400.
Carlina, Wendy dan Colin Mayer. 2003. Finance, Investment, and Growth.
University College London, Gower Street, London.
Familioni, K.A. 2004. The role ef economic and social infrastructure in economic
development: A global View
Ghozali, Imam. 2005. Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Edisi ke-3. Badan
Penerbit UNDIP: Semarang.
Gujarati, D. 2001. Ekonometrika Dasar. Sumarno Zain [penerjemah]. Erlangga:
Jakarta.
Harahap, Sofyan Syafri. 2009. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. RajaGrafindo
Persada; Jakarta.
Hamja, Yahya. 2012. Materi Kuliah Ekonometrik. UIN Jakarta.
89
Ilhan, Ozturk. 2007. Foreign Direct Investment - Growth Nexus: a Review Of The
Recent Literature. Faculty of Economics and Administrative Sciences, Cag
University,Turkey.
Karl E. Case , Ray C. Fair. 2001. Prinsip-Prinsip Ekonomi Makro .Prenhallindo:
Jakarta
________________________. 2007. Prinsip-Prinsip Ekonomi .Erlangga: Jakarta
Mankiw, G. 2000. Teori Makroekonomi. Edisi Keempat. Erlangga: Jakarta.
Mantra, Ida Bagoes. 2000. Demografi Umum. Edisi Kedua. Pustaka
Belajar: Yogyakarta.
Mishkin, F. 2001. The Economics of Money, Banking, and Financial
Market sixth edition. Addison Wesley: USA.
Mulyadi, 2006. Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam Perspektif Pembangunan. PT
Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Noor, Henry Zainal. 2009. Investasi, Pengelolaan Keuangan Bisnis dan
Pengembangan Ekonomi Masyarakat. Indeks: Jakarta.
Pischke, Jörn-Steffen. 2005. Labor Market Institutions, Wages, and Investment:
Review and Implications. Institute for Economic Research, Munich.
Rachbini, Didik J. 2008. Arsitektur Hukum Indonesia. Indeks: Jakarta
Setyowati , Eni, Wuryaningsih dan Rini Kuswati 2008. Kausalitas Investasi Asing
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi: Error Correction Model. Fakultas
Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Sitinjak, Robudi Musa. 2011. Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Penanaman Modal Asing Langsung Di Indonesia. FEUI: Jakarta.
Sukirno, Sadono. 2004. Makroekonomi Teori Pengantar. PT Raja Grafindo Persada:
Jakarta.
_____________. 2007. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah, dan Dasar
Kebijakan. Kencana: Jakarta.
Sunariyah. 2004. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Cetakan Keempat. UPP
AMP YKPN: Yogyakarta
90
Todaro, Michael. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi Kedelapan.
Penerbit Erlangga: Jakarta.
Wahyu, Wing. 2007. Analisis Statistika dengan Eviews. UPP STIM YKPN:
Yogyakarta.
Wijayanti, Puput dan Edy Yusuf. 2010. Pengaruh Ketersediaan Tenaga Kerja,
Infrastruktur, Pendapatan Perkapita dan Suku Bunga Terhadap Investasi
Industri Kota Semarang.
Wikipedia. http://id.wikipedia.org/wiki/Upah_minimum_regional Upah Minimum
Provinsi. Diakses tanggal 19 Desember 2013.
Zaenuddin, Muhammad. 2009. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi
PMA di Batam. Politeknik Batam, Batam.
91
LAMPIRAN
Lampiran 1
Data
Tahun
PMA
(dalam rupiah)
UMP
(dalam rupiah)
Angkatan
Kerja
(dalam jiwa)
Panjang Jalan
(dalam meter)
1983 736.200.900 24.000 2.819.575 3.168.000
1984 296.246.730 24.000 2.997.916 3.431.000
1985 274.622.880 30.000 2.939.289 3.510.000
1986 465.692.826 30.000 2.919.434 3.540.000
1987 827.130.150 30.000 1.551.663 3.583.000
1988 675.620.582 36.000 1.732.077 4.420.000
1989 1.000.633.572 48.000 2.113.619 4.435.000
1990 2.377.768.899 63.000 2.435.977 4.448.000
1991 1.513.461.840 75.000 2.745.045 5.011.000
1992 2.249.633.752 90.000 3.151.665 5.444.000
1993 2.461.793.970 114.000 3.366.619 5.683.000
1994 2.983.061.400 138.000 3.452.299 5.885.000
1995 4.428.364.216 156.000 3.545.230 5.989.000
1996 10.483.529.517 172.000 2.609.457 6.256.000
1997 28.471.722.150 172.500 2.933.845 6.319.000
1998 5.648.925.900 198.500 3.780.278 6.528.000
1999 5.520.583.700 231.000 3.920.235 6.528.461
2000 11.405.288.650 344.257 3.815.000 6.528.439
2001 32.601.400.000 426.250 3.207.522 6.528.481
2002 11.035.795.260 591.266 3.379.252 7.636.758
2003 45.674.642.825 631.544 3.847.359 7.616.269
2004 17.353.459.880 671.550 3.265.331 7.616.269
2005 25.467.433.980 819.100 3.565.331 7.645.085
2006 24.149.715.084 900.600 3.531.799 6.540.221
2007 55.679.326.200 972.605 3.842.944 6.540.221
2008 96.210.309.800 972.605 4.191.966 7.208.537
2009 57.356.406.400 1.069.865 4.118.390 7.208.537
2010 58.422.776.490 1.188.010 4.689.761 6.886.040
2011 41.969.670.000 1.290.000 4.588.418 6.897.654
2012 39.918.628.600 1.529.150 4.838.596 6.955.842
92
0
1
2
3
4
5
6
-1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5
Series: Residuals
Sample 1983 2012
Observations 30
Mean 6.37e-16
Median -0.154069
Maximum 1.475981
Minimum -1.167514
Std. Dev. 0.602671
Skewness 0.432920
Kurtosis 2.850301
Jarque-Bera 0.965110
Probability 0.617204
Lampiran 2
Uji Normalitas
Lampiran 3
Tabel 4.1
Hasil Uji VIF
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -84.198 183.894 -.458 .651
ump 3.851 1.066 .726 3.614 .001 .326 3.063
tk 3.958 60.004 .013 .066 .948 .337 2.964
infr 16.968 28.987 .100 .585 .563 .450 2.223
a. Dependent Variable: pma
93
Lampiran 4
Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 1.763741 Prob. F(9,20) 0.1392
Obs*R-squared 13.27464 Prob. Chi-Square(9) 0.1506
Scaled explained SS 9.224424 Prob. Chi-Square(9) 0.4168
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 06/23/14 Time: 13:51
Sample: 1983 2012
Included observations: 30 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.910985 3.929897 0.231809 0.8190
UMP 3.189202 5.971255 0.534092 0.5992
UMP^2 -1.196151 1.810234 -0.660771 0.5163
UMP*AK 2.855590 1.477350 1.932913 0.0675
UMP*PJLN -1.869896 1.077166 -1.735941 0.0980
AK 3.422931 1.683983 2.032640 0.0556
AK^2 -0.715669 0.612682 -1.168092 0.2565
AK*PJLN -0.062607 0.424313 -0.147550 0.8842
PJLN -2.129680 1.717684 -1.239856 0.2294
PJLN^2 0.273040 0.126970 2.150426 0.0439 R-squared 0.442488 Mean dependent var 0.351105
Adjusted R-squared 0.191608 S.D. dependent var 0.485758
S.E. of regression 0.436748 Akaike info criterion 1.442282
Sum squared resid 3.814982 Schwarz criterion 1.909348
Log likelihood -11.63423 Hannan-Quinn criter. 1.591701
F-statistic 1.763741 Durbin-Watson stat 2.638983
Prob(F-statistic) 0.139218
94
Lampiran 5
Uji Autokorelasi
R-squared 0.885875 Mean dependent var 1.869823
Adjusted R-squared 0.872706 S.D. dependent var 1.783978
S.E. of regression 0.636492 Akaike info criterion 2.057875
Sum squared resid 10.53316 Schwarz criterion 2.244701
Log likelihood -26.86812 Hannan-Quinn criter. 2.117642
F-statistic 67.27328 Durbin-Watson stat 1.871345
Prob(F-statistic) 0.000000
Lampiran 6
Regresi Linier Berganda
Dependent Variable: LNPMA
Method: Least Squares
Date: 06/23/14 Time: 12:34
Sample: 1983 2012
Included observations: 30 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -3.154924 0.784848 -4.019791 0.0004
UMP 1.626713 0.454824 3.576580 0.0014
TK -0.147401 0.256096 -0.575572 0.5699
INFR 0.819702 0.123714 6.625811 0.0000 R-squared 0.885875 Mean dependent var 1.869823
Adjusted R-squared 0.872706 S.D. dependent var 1.783978
S.E. of regression 0.636492 Akaike info criterion 2.057875
Sum squared resid 10.53316 Schwarz criterion 2.244701
Log likelihood -26.86812 Hannan-Quinn criter. 2.117642
F-statistic 67.27328 Durbin-Watson stat 1.871345
Prob(F-statistic) 0.000000
95
LAMPIRAN 7
Tabel 4.1 Penduduk Usia 15 Tahun Keatas yang bekerja menurut pendidikan tertinggi
yang ditamatkan, Agustus 2012-Agustus 2013 (ribu orang)
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta 2013
Pendidikan tertinggi
yang ditamatkan
Agustus 2012 % Agustus 2013 %
SLTP Ke Bawah 1.825,86 37,74 1.635,32 34,70
SMA UMUM 1.204,34 24,89 1.134,83 24,08
SMA KEJURUAN 897,22 18,54 999,33 21,20
DIPLOMA DAN
UNIVERSITAS
911,18 18,83 943,36 20,02
JUMLAH 4.836,60 100 4.712,84 100