analisis pengaruh tipe kepemilikan bank terhadap fee …
TRANSCRIPT
1
ANALISIS PENGARUH TIPE KEPEMILIKAN BANK
TERHADAP FEE BASED INCOME DAN RISIKO KREDIT
DI INDONESIA PERIODE 2004 2011
Maya Hijriatul Rosada, Sisdjiatmo K. Widhaningrat S.E., M.Sc
Program Studi S1 Reguler
Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Abstrak
Penelitian ini menganalisis pengaruh tipe kepemilikan bank terhadap Fee Based Income dan
risiko kredit bank di Indonesia periode 2004-2011. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menginvestigasi determinan dari Fee Based Income dan dampak Fee Based Income pada risiko
kredit Bank Persero, Bank Umum Swasta Nasional (Devisa), dan Bank Asing. Penelitian ini
menemukan bahwa tipe kepemilikan bank berpengaruh terhadap Fee Based Income.
Dibandingkan dengan Bank Asing, Bank Persero mendapatkan Fee Based Income yang lebih
kecil. Bagi Bank Persero dan Bank Asing, Fee Based Income secara signifikan dapat mengurangi
risiko kredit yang diukur melalui Loan Loss Provision. Selain itu, penelitian ini memiliki
implikasi untuk perubahan profil risiko bank di emerging market country yang fokus pada Fee
Based Income.
Kata Kunci : Tipe Kepemilikan Bank, Fee Based Income, Risiko Kredit, Indonesia
Abstract
The aims of this research is to analyze impact type of ownership on fee based income and credit
risk for Indonesian banks over the period 2004–2011. The purpose of this research is to
investigate both the determinants of Fee Based Income and the impact of Fee Based Income on
credit risk measures for State Bank, Private National Bank (Foreign Exchange) and Foreign
Bank. The finding of this research is type of ownership does matter in the pursuit of Fee Based
Income. Relative to Foreign Bank, State Bank earn significantly less fee-income. Fee-based
income significantly reduces credit risk, measured by loan loss provision variable, for foreign
and state bank. Our research has implications for the changes in the risk profile for banks in
emerging market country pursuing non-interest revenue sources
Key Words : Type of Ownership, Fee Based Income, Credit Risk, Indonesia
Analisis pengaruh..., Maya Hijriatul Rosada, FE UI, 2013
2
1. Pendahuluan
Industri perbankan Indonesia selama beberapa dekade yang lalu telah melalui sejumlah
fase perubahan. Diawali dengan reformasi ekonomi khususnya dalam sektor keuangan pada awal
tahun 1980-an yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi operasional bank melalui
penghapusan pagu kredit, bank bebas menetapkan suku bunga kredit, tabungan, dan deposito,
serta menghentikan pemberian Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) kepada semua bank
sehingga dapat dikatakan bahwa reformasi ekonomi melalui kebijakan liberalisasi keuangan
merupakan penyebab utama terjadinya deregulasi perbankan (Bank Indonesia).
Deregulasi perbankan dimaksudkan dengan tujuan untuk membangun sistem perbankan
yang sehat, efisien dan tangguh, mampu menjangkau masyarakat yang terpencar di Nusantara
serta mampu berkiprah secara internasional, dan upaya secara bertahap mengembalikan Bank
Indonesia secara murni sebagai Bank Sentral sehingga deregulasi perbankan telah memberi
kelonggaran-kelonggaran bagi perbankan sejak tahun 1983 hingga sampai saat ini, kelonggaran
tersebut memunculkan bank-bank baru dan cabang-cabang bank yang sudah ada.
Seiring dengan berkembangnya dunia perbankan di Indonesia, hasil reformasi ini adalah
sebuah lingkungan yang kompetitif dimana semua bank bersaing untuk mendapatkan pangsa
pasar. Salah satu strategi untuk meningkatkan pendapatan dalam lingkungan yang semakin
kompetitif ini yaitu memperluas range of financial service yang ditawarkan kepada klien dengan
cara mendiversifikasikan pendapatan dari kegiatan tradisional seperti loan dengan kegiatan yang
lebih menghasilkan seperti fee income, service charge, trading revenue, dan tipe lain dari Fee
Based Income. Dapat dilihat pada Gambar 1.1 di bawah ini bahwa Fee Based Income meningkat
dari tahun 2000-2010:
Gambar 1.1 Sumber Pendapatan Bank
Sumber: Bank Indonesia (2012)
Analisis pengaruh..., Maya Hijriatul Rosada, FE UI, 2013
3
Selain itu, penelitian ini juga menyatakan risiko dalam industri perbankan dipengaruhi
oleh tipe kepemilikan bank melalui kegiatan Fee Based Income. Berdasarkan pada Gambar 1.2,
Bank Asing sangat aktif berpartisipasi dalam kegiatan Fee Based Income dan kehadiran Bank
Asing di industri perbankan Indonesia dipandang dengan menggunakan prinsip kehati-hatian oleh
Bank Indonesia, Bank Sentral di Indonesia.
Gambar 1.2 Fee Based Income Bank Umum di Indonesia
Sumber: Bank Indonesia (2012)
Sebuah artikel terakhir di Wall Street Journal (WSJ) menyatakan bahwa setiap
peningkatan kehadiran Bank Asing di sebuah negara menjadi subjek yang mengandung “risiko
melemahnya stabilitas keuangan” dikarenakan Bank Persero memiliki Fee Based Income yang
lebih rendah dibandingkan dengan Bank Asing yang secara signifikan memiliki Fee Based
Income yang lebih besar dibandingkan dengan Bank Umum Swasta Nasional (Devisa) dan dapat
dikatakan bahwa peningkatan Fee Based Income bagi Bank Persero dapat memperkuat stabilitas
keuangan di Indonesia.
Setelah terjadi krisis keuangan Asia pada tahun 1997, Fee Based Income, risiko dan
stabilitas keuangan merupakan isu yang penting bagi para pembuat peraturan (regulator),
termasuk bank sentral dan institusi keuangan. Untuk mencapai stabilitas keuangan, Bank
Indonesia memprioritaskan effectiveness dan efficiency dari pengawasan perbankan dengan
sistem pengawasan menggunakan pendekatan berdasarkan risiko (Risk Based Supervision/RBS).
Menurut Bank Indonesia, pendekatan pengawasan berdasarkan risiko mengidentifikasi
sumber ketidakstabilan sistem keuangan umumnya lebih bersifat forward looking (melihat
kedepan). Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui potensi risiko yang akan timbul serta
Analisis pengaruh..., Maya Hijriatul Rosada, FE UI, 2013
4
mempengaruhi kondisi sistem keuangan mendatang karena risiko dikhawatirkan akan menjadi
semakin membahayakan, meluas dan bersifat sistemik sehingga mampu melumpuhkan
perekonomian
Dalam upaya pencapaian stabilitas perbankan, Bank Indonesia terus berupaya untuk
memperkuat struktur industri perbankan serta institusi bank yang terlibat di dalamnya. Arah
kebijakan pengembangan industri perbankan di masa datang dilandasi oleh visi mencapai suatu
sistem perbankan yang sehat, kuat, dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan
dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Gambar 1.3 Financial Stability Index
Sumber: Bank Indonesia (2012)
Namun, dapat dilihat pada Gambar 1.3 bahwa Financial Stability Index (FSI) turun dari
1,65 (Juni 2011) menjadi 1,63 (Desember 2011) yang disebabkan relatif terjaganya ketahanan
perbankan dan turunnya risiko perbankan serta tekanan di pasar saham dan pasar modal. Sebagai
supervisory authority, Bank Indonesia memiliki tugas penting dalam menjaga stabilitas keuangan
agar tidak sampai melumpuhkan perekonomian. Salah satu cara caranya adalah dengan
melakukan penelitian mengenai sumber-sumber yang dapat menyebabkan ketidakstabilan dalam
sistem keuangan.
Di negara berkembang seperti Indonesia, diversifikasi pendapatan melalui kegiatan Fee
Based Income mungkin dianggap sebagai suatu hal yang sangat berisiko dikarenakan kurangnya
pengalaman sebelumnya, kurangnya biaya dan teknologi, terutama pada Bank Persero dan Bank
Umum Swasta Nasional.
Dengan melihat berbagai pandangan yang berbeda mengenai tipe kepemilikan bank, Fee
Based Income dan risiko bank serta adanya isu kebijakan izin berjenjang (multiple-license) dari
Analisis pengaruh..., Maya Hijriatul Rosada, FE UI, 2013
5
Bank Indonesia yang bertujuan untuk mencegah dominasi asing. Maka penulis termotivasi untuk
melakukan sebuah penelitian mengenai pengaruh tipe kepemilikan bank terhadap Fee Based
Income dan risiko kredit bank.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah benar tipe kepemilikan bank berpengaruh
terhadap Fee Based Income sehingga diharapkan penelitian ini memiliki beberapa kontribusi bagi
Industri Perbankan di Indonesia seperti membantu Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam
melakukan bank supervision, meningkatkan range of financial service khususnya bagi Bank
Persero dan Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) serta meningkatkan motivasi bagi industri
perbankan indonesia untuk mengembangkan teknologi informasi.
Selain itu, apabila hasil penelitian ini juga dapat menunjukkan bahwa diversifikasi
pendapatan dapat menurunkan risiko kredit bank maka diharapkan penelitian ini dapat
bermanfaat bagi Bank Persero dan Bank Umum Swasta Nasional (Devisa) khususnya di
emerging market country seperti Indonesia untuk mendiversifikan pendapatan kedalam kegiatan
Fee Based Income dengan harapan dapat mengurangi risiko kredit yang ada dalam suatu bank.
Terakhir, adanya hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pemerintah Republik
Indonesia dalam meningkatkan Good Corporate Governance (GCG) melalui transparansi dan
manajemen risiko bank, sehingga industri perbankan di Indonesia dapat menciptakan sebuah
sistem keuangan yang stabil dan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan taraf hidup
rakyat banyak serta fungsi bank sebagai “Agen Pembangunan” (Agent of Development) dapat
terealisasi dengan baik.
Bagian penelitian ini akan disusun sebagai berikut: Bab 2 penjelasan tinjauan literatur.
Metodologi penelitian pada Bab 3. Analisis dan pembahasan pada bab 4 serta kesimpulan dan
saran pada Bab 5.
2. Tinjauan Literatur
2.1 Tipe Kepemilikan Bank dan Fee Based Income
Ketika banyak penelitian mengenai kepemilikan dan kinerja perusahaan, relevansinya
terhadap penelitian ini adalah untaian yang menguji tipe kepemilikan pemerintah dan swasta baik
domestik maupun asing terhadap kinerja perusahaan yang diukur melalui Fee Based Income.
Analisis pengaruh..., Maya Hijriatul Rosada, FE UI, 2013
6
Hart et al. (1997) menemukan keuntungan pada bank milik pemerintah. Sebaliknya,
Boycko et al. (1995) and Dewenter and Malatesta (2001), menemukan bahwa kepemilikan umum
tidak menghasilkan kinerja perusahaan yang lebih baik. Demikian pula, Shleifer and Vishny
(1997) menyarankan bahwa di banyak instansi, terutama perusahaan milik negara (BUMN) tidak
melayani kepentingan publik yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan milik swasta.
Bukti empiris pada struktur kepemilikan dan profitabilitas bank secara khusus menguji
perbedaan kinerja bank milik pemerintah dan bank milik swasta, sebagian besar di negara transisi
dan berkembang. Secara umum, banyak penelitian mendokumentasikan bahwa bank milik
pemerintah sangat kurang efisien dibandingkan dengan bank milik swasta. Penelitian
menemukan bank milik pemerintah kurang efisien, memiliki non-performing loan yang tinggi,
dan tidak selalu menyediakan tingkat perkembangan dan pertumbuhan keuangan yang lebih
tinggi (Altunbas et al., 2001; La Porta et al., 2002; Barth et al., 2004; Beck et al., 2004).
Baru-baru ini, Cornett et al. (2010) menguji kinerja bank selama 1980-2004 untuk
menemukan bahwa penurunan di dalam pengembalian cash flow, modal utama dan kualitas kredit
dari bank milik pemerintah yang secara signifikan lebih besar daripada bank milik swasta selama
periode 1997-2000 yang merupakan periode 4 tahun setelah awal Krisis Keuangan Asia.
2.2 Fee Based Income dan Risiko Kredit
Literatur diversifikasi meliputi barang dan jasa sama baiknya dengan diversifikasi
geografis, mereka hanya mendiskusikan literatur yang berhubungan dengan diversifikasi terhadap
kegiatan Fee Based Income. Sebuah peningkatan dalam Fee Based Income diperkirakan dapat
memperbaiki pendapatan. Hal itu juga diperkirakan bahwa dengan meningkatnya Fee Based
Income, bank dapat beralih dari traditional intermediation dan penurunan risiko kredit dan suku
bunga secara simultan.
Stiroh (2004) menilai keuntungan-keuntungan diversifikasi yang potensial dari perubahan
sumber pendapatan bank ke dalam kegiatan Fee Based Income. Ia menyatakan bahwa
peningkatan Fee Based Income pada bank komersial di US tidak hanya berkontribusi terhadap
tingkat pendapatan bank yang lebih tinggi sepanjang waktu, tetapi juga membawa keyakinan
yang dapat mengurangi volatilitas profit dan risiko bank.
Analisis pengaruh..., Maya Hijriatul Rosada, FE UI, 2013
7
Menggunakan data bank tingkat aggregat dan individu dari 1979 sampai 2001, Stiroh
menemukan bahwa, pada tingkat aggregat, ketika volatilitas dari pertumbuhan pendapatan bank
yang sangat menurun pada tahun 1990-an, hal ini lebih disebabkan karena volatilitas yang
berkurang dalam pertumbuhan net interest income dibandingkan dengan keuntungan diversifikasi
dari pertumbuhan Fee Based Income.
Sebaliknya, ia menemukan garis diantara Fee Based Income dan interest income yang
semakin bias dengan dua sumber pertumbuhan pendapatan yang semakin berkorelasi sepanjang
waktu. Ia menunjukkan bahwa cross-selling yang lebih besar menampakkkan beberapa segmen
bisnis dengan goncangan ekonomi yang sama, tetapi menghilangkan beberapa keuntungan
diversifikasi yang potensial.
Pada tingkat bank individu, Stiroh menemukan korelasi peningkatan yang sama antara
Fee Based Income dan interest income dan mencatat bahwa tidak hanya peningkatan Fee Based
Income secara negatif berdampak pada return, tetapi juga meningkatkan potensi kebangkrutan.
Stiroh dan Rumble (2006) juga mencatat kesalahan yang mirip dari risk return trade off
untuk bank-bank di US yang menyatakan bahwa keuntungan pendapatan dari diversifikasi
disebabkan oleh pertumbuhan Fee Based Income yang sebanding dengan peningkatan volatilitas,
menghasilkan sebuah peningkatan yang tidak sepadan di dalam return saham.
Dalam garis argumen yang sama, DeYoung and Roland (2001) and DeYoung and Rice
(2004) menunjukkan bahwa Fee Based Income ada bersama dengan, bukan menggantikan
interest income di bank komersial US. Dengan demikian, menurut DeYoung and Roland (2001),
perluasan ke dalam fee based income dapat menghasilkan peningkatan variabilitas dari
keuntungan yang meningkat sepanjang profitabilitas yang lebih tinggi dan sebuah risk return
trade off yang buruk untuk bank-bank. DeYoung and Rice (2004) juga menemukan bahwa bank
yang terkelola lebih baik cenderung bergerak lebih lambat ke dalam kegiatan Fee Based Income.
Ketika Stiroh (2004), DeYoung and Rice (2004), Stiroh and Rumble (2006)
mengindikasikan sebuah risk return trade off yang buruk bagi bank komersial yang
mengusahakan ke dalam sumber-sumber pendapatan Fee Based Income, penelitian yang sama
terhadap Fee Based Income untuk bank-bank di Eropa menyediakan hasil yang sedikit berbeda.
Chiorazzo et al. (2008) menunjukkan bahwa diversifikasi pendapatan meningkatkan risk-
adjusted return. Mereka menemukan bahwa keuntungan diversifikasi dari Fee Based Income
Analisis pengaruh..., Maya Hijriatul Rosada, FE UI, 2013
8
menurun sesuai dengan ukuran bank; bank kecil dengan bagian Fee Based Income yang sangat
kecil mencatat keuntungan yang sangat signifikan.
Baele et al. (2007) menguji bank-bank di Eropa selama periode 1989-2004 untuk
menemukan bahwa Fee Based Income meningkatkan nilai bank franchise secara positif. Mereka
juga menemukan bahwa bank dengan Fee Based Income yang lebih tinggi memiliki beta pasar
yang lebih tinggi dan oleh karena itu risiko sistematik lebih tinggi.
Mercieca et al. (2007) mempelajari keuntungan diversifikasi dari bank-bank kecil di
Eropa untuk periode 1997-2003. Mereka tidak menemukan secara langsung keuntungan
diversifikasi dalam dan lintas garis bisnis, menariknya, menemukan sebuah hubungan yang
terbalik antara Fee Based Income dan kinerja bank.
Demikian pula, ketika Lepetit et al. (2008) menemukan bahwa bank-bank yang
memperluas ke dalam Fee Based Income menghadapi risiko dan insolvency risk yang lebih
tinggi, penemuan ini dapat dikaitkan dengan bank-bnak yang lebih kecil dan dikendalikan oleh
kegiatan komisi (comission) dan biaya (fee). Mereka memperlihatkan bahwa bank-bank yang
mengikutsertakan saham-saham yang lebih tinggi dari aktivitas trading tidak terkait dengan
risiko yang lebih tinggi.
Lepetit et al. (2008) menginvestigasi 602 bank-bank komersial Eropa dan bekerjasama
untuk menilai bagaimana perluasan bank-bank tersebut ke dalam fee based service berdampak
pada interest margin dan loan pricing mereka. Mereka menemukan bahwa bank dengan fee
based service yang lebih tinggi membebankan suku bunga pinjaman yang lebih rendah; borrower
default risk dihargai lebih rendah pada bank dengan fee based service yang lebih tinggi. Ia
menyatakan bahwa bank akan menggunakan loan sebagai penglaris, menimbulkan isu
peningkatan risiko ketika bank menggunakan strategi cross-selling. Mereka menunjukkan bahwa
penemuan mereka akan membantu menjelaskan hubungan positif yang ditemukan antara risiko
dan diversifikasi produk yang ditemukan pada penelitian sebelumnya oleh DeYoung & Rice
(2004) dan Stiroh (2004).
3. Metodologi
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 46 bank yang termasuk ke dalam Bank Persero,
Bank Umum Swasta Nasional (Devisa) dan Bank Asing selama 8 tahun periode 2004-2011.
Analisis pengaruh..., Maya Hijriatul Rosada, FE UI, 2013
9
Peneliti hanya membatasi sampel pada 3 tipe kepemilikan karena ingin menanalisis perbedaan
antara Bank Pemerintah, Bank Umum Swasta Nasional (Devisa), dan Bank Asing.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel. Data panel merupakan
gabungan antara time series dengan data cross section dengan jumlah unit data yang sama.
Pengolahan data sekunder untuk variabel penelitian ini menggunakan beberapa paket
program statistik seperti Microsoft Office Excel 2007 dan STATA 11. Kegiatan pengolahan data
dengan menggunakan Microsoft Office Excel 2007 meliputi pembuatan tabel dan grafik untuk
analisis deskriptif. Sedangkan untuk pengujian analisis regresi berganda data panel menggunakan
STATA 11 sebagai program pengolahan data.
Sejak Fee Based Income meningkat pada bank, pertama-tama kami ingin menjelaskan
apakah tipe kepemilikan bank berpengaruh terhadap Fee Based Income Bank. Model Pertama
akan menjelaskan hubungan diantara Fee Based Income dan Tipe Kepemilikan Bank melalui
model sebagai berikut:
Fee Based Incomeit = + 1 (Bank Persero Dummyit) + 2 (Bank Asing Dummyit) + 3
(LnTAit) + 4 (ROEit) + 5 (LLPit) + 6 (GTAit) + 7 (L-TAit) + 8
(CapAdeqit) + it
Selanjutnya, Model 2 akan mencoba menjelaskan pengaruh Fee Based Income terhadap Risiko
Kredit pada Bank Persero, BUSN Devisa dan Bank Asing:
Loan Loss Provisionit = + 1 (FBIit) + 2 (LnTAit) + 3 (ROEit) + 4 (EqTAit) + 5 (GTAit) + 6
(CapAdeqit) + υi + it
Dan terakhir, Model 3 akan mencoba menjelaskan pengaruh Commission Income, Trading
Income dan Other Income terhadap Risiko Kredit Bank pada Bank Persero, BUSN Devisa dan
Bank Asing.
Loan Loss Provisionit = + 1 (COMMit) + 2 (TRADit) + 3 (OTOPit) + 4 (LnTAit) + 5
(ROEit) + 6 (EqTAit) + 7 (GTAit) + 8 (CapAdeqit) + υi + it
Analisis pengaruh..., Maya Hijriatul Rosada, FE UI, 2013
10
Keterangan:
Bank Persero Dummy (Public Bank Dummy), dimana 1= Bank Persero Dummy, 0= otherwise
Bank Asing Dummy (Foreign Bank Dummy, dimana 1= Bank Asing Dummy, 0= otherwise
Log of total asset (LnTAit) merupakan variabel kontrol yang digunakan untuk melihat ukuran
suatu bank. Nilai variabel ini diperoleh dari logaritma natural atas total aset bank i pada
periode t.
Return on equity (ROEit) merupakan variabel kontrol yang menunjukkan kemampuan bank i
pada periode t untuk menghasilkan profit dengan menggunakan equity yang dimilikinya.
Loan loss provisions (LLPit) merupakan jumlah Penyisihan Penghapusan Aktiva (PPA) kredit
yang ditetapkan untuk tahun t relatif terhadap total kredit pada tahun t. LLP digunakan untuk
menilai risiko kredit bank.
Growth in total assets (GTAit) merupakan variabel kontrol yang diproksikan oleh rasio total
aset tahun ini dikurang periode sebelumnya dibagi dengan total total aset periode sebelumnya.
Loan to total assets (L-TAit) merupakan variabel kontrol yang diproksikan oleh rasio total
kredit dibagi dengan total aset pada akhir periode.
Capital adequacy ratio (CapAdeqit) merupakan variabel kontrol yang diproksikan oleh rasio
modal bank dibagi dengan aktiva terimbang menurut risiko pada akhir periode.
Diversification Variable merupakan variabel independen yang diproksikan oleh Fee Based
Income Ratio. Kemudian pada model selanjutnya diversification variable dipecah menjadi
COMM, TRAD dan OTOP untuk melihat besaran pengaruhnya terhadap Loan Loss Provision.
Commission Income (COMMit) merupakan variabel independen yang diproksikan oleh rasio
dari total pendapatan komisi dan provisi dibagi dengan total pendapatan operasi pada akhir
periode.
Trading Income (TRADit) merupakan variabel independen yang diproksikan oleh rasio dari
total pendapatan dari transaksi valas ditambah dengan kenaikan nilai surat berharga dibagi
dengan total pendapatan operasi pada akhir periode.
Other Income (OTOPit) merupakan variabel independen yang diproksikan oleh rasio dari total
pendapatan lainnya dibagi dengan total pendapatan operasi pada akhir periode.
Permodalan bank (EqTAit) merupakan variabel kontrol permodalan bank terhadap total aset
pada bank i periode t
Analisis pengaruh..., Maya Hijriatul Rosada, FE UI, 2013
11
Dengan mengacu pada model penelitian serta kerangka pengembangan hipotesis, maka
penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Pengaruh Tipe Kepemilikan Bank terhadap Fee Based Income
Hipotesis 1A: Tipe kepemilikan bank Persero yang terdaftar di Bank Indonesia berpengaruh
secara negatif terhadap Fee Based Income
Hipotesis 1B: Tipe kepemilikan bank Asing yang terdaftar di Bank Indonesia berpengaruh
secara positif terhadap Fee Based Income
Hipotesis 1C: Ukuran Bank berpengaruh secara positif terhadap Fee Based Income
Hipotesis 1D: Return on Equity berpengaruh secara positif terhadap Fee Based Income
Hipotesis 1E: Loan Loss Provision berpengaruh secara positif terhadap Fee Based Income
Hipotesis 1F: Growth in Total Asset berpengaruh secara positif terhadap Fee Based Income
Hipotesis 1G: Loan to Total Asset berpengaruh secara negatif terhadap Fee Based Income
Hipotesis 1H: Capital Adequacy Ratio berpengaruh secara negatif terhadap Fee Based
Income
2. Pengaruh Diversification Variable terhadap Risiko Kredit
Pengaruh Fee Based Income terhadap Risiko Kredit pada Bank Persero, Bank Umum
Swasta Nasional (Devisa) dan Bank Asing
Hipotesis 2A: Fee Based Income Bank Persero yang terdaftar di Bank Indonesia
berpengaruh secara negatif terhadap LLP
Hipotesis 2B: Fee Based Income Bank Umum Swasta Nasional (Devisa) yang terdaftar di
Bank Indonesia berpengaruh secara positif terhadap LLP
Hipotesis 2C: Fee Based Income Bank Asing yang terdaftar di Bank Indonesia berpengaruh
secara negatif terhadap LLP
Pengaruh Commission Income (COMM) terhadap Risiko Kredit pada Bank Persero,
Bank Umum Swasta Nasional (Devisa) dan Bank Asing
Hipotesis 3A1: Commission Income (COMM) Bank Persero yang terdaftar di Bank Indonesia
berpengaruh secara positif terhadap LLP
Analisis pengaruh..., Maya Hijriatul Rosada, FE UI, 2013
12
Hipotesis 3B1: Commission Income (COMM) Bank Umum Swasta Nasional (Devisa) yang
terdaftar di Bank Indonesia berpengaruh secara positif terhadap LLP
Hipotesis 3C1: Commission Income (COMM) Bank Asing yang terdaftar di Bank Indonesia
berpengaruh secara positif terhadap LLP
Pengaruh Trading Income (TRAD) terhadap Risiko Kredit pada Bank Persero, Bank
Umum Swasta Nasional (Devisa) dan Bank Asing
Hipotesis 3A2: Trading Income (TRAD) Bank Persero yang terdaftar di Bank Indonesia
berpengaruh secara negatif terhadap LLP
Hipotesis 3B2: Trading Income (TRAD) Bank Umum Swasta Nasional (Devisa) yang
terdaftar di Bank Indonesia berpengaruh secara negatif terhadap LLP
Hipotesis 3C2: Trading Income (TRAD) Bank Asing yang terdaftar di Bank Indonesia
berpengaruh secara negatif terhadap LLP
Pengaruh Other Income (OTOP) terhadap Risiko Kredit pada Bank Persero, Bank
Umum Swasta Nasional (Devisa) dan Bank Asing
Hipotesis 3A3: Other Income (OTOP) Bank Persero yang terdaftar di Bank Indonesia
berpengaruh secara negatif terhadap LLP
Hipotesis 3B3: Other Income (OTOP) Bank Umum Swasta Nasional (Devisa) yang terdaftar
di Bank Indonesia berpengaruh secara negatif terhadap LLP
Hipotesis 3C3: Trading Income (OTOP) Bank Asing yang terdaftar di Bank Indonesia
berpengaruh secara negatif terhadap LLP.
Analisis pengaruh..., Maya Hijriatul Rosada, FE UI, 2013
13
4. Analisis dan Pembahasan
4.1 Tipe Kepemilikan Bank dan Fee Based Income
*) Signifikan pada level 10%
**) Signifikan pada level 5%
***) Signifikan pada level 1%
Sumber : Output STATA 11 Olahan Penulis
Pada Hasil Regresi Model 1, dapat dilihat bahwa Bank Persero Dummy memiliki
hubungan negatif dan tidak signifikan sesuai dengan hipotesis bahwa ketika tipe kepemilikan
suatu bank adalah Bank Persero, maka bank akan menurunkan besaran Fee Based Income. Hasil
tidak signifikan dikarenakan Bank Persero di Indonesia adalah bank yang bank yang sudah
berpengalaman, memiliki financial network yang baik, dan memiliki inovasi teknologi.
Selain itu, Bank Persero di Indonesia merupakan bank yang memiliki komposisi aset (size
of bank) yang terbesar sehingga ketika suatu bank memiliki ukuran yang besar maka bank
tersebut akan semakin meningkatkan Fee Based Income-nya. Dan hal ini ditunjukkan pada
variabel LnTA untuk melihat size of bank, dimana hubungannya adalah positif dan signifikan
(DeYoung & Rice, 2004 dan Pennathur et. al, 2012).
Dan, pada variabel Bank Asing Dummy dapat dillihat bahwa hubungannya adalah positif
dan signifikan sesuai dengan hipotesis bahwa ketika tipe kepemilikan suatu bank adalah Bank
Asing, maka bank akan meningkatkan besaran Fee Based Income.
Model 1
Variable Coefficient Probability
C -0,21549 0,0050
Bank Persero Dummy -0,03547 0,2660
Bank Asing Dummy 0,24000*** 0,0000
LnTA 0,02199*** 0,0000
ROE 0,00252 0,7410
LLP -0,10684 0,4000
GTA -0,00008 0,9710
L-TA -0,10899*** 0,0060
CapAdeq 0,10217*** 0,0000
R-square 0,6376
Prob>chi2 0,0000
Analisis pengaruh..., Maya Hijriatul Rosada, FE UI, 2013
14
Oleh karena itu, untuk variabel tipe kepemilikan sesuai dengan penelitian yang dilakukan
sebelumnya oleh Rakhe (2010), yang mengatakan bahwa Bank Asing memiliki kinerja yang
lebih baik dibandingkan dengan Bank Persero (ditandai dengan FBI yang lebih besar). Hal ini
disebabkan Bank Asing tidak ingin memiliki ketergantungan pada interest income untuk
mendanai operasinya. Hasil serupa juga dikemukakan oleh Pennathur et al. (2012).
Selanjutnya, untuk variabel kontrol seperti Loan to Total Asset (L-TA) memiliki pengaruh
negatif dan signifikan, terhadap Fee Based Income, sesuai dengan hipotesis bahwa ketika terjadi
penurunan pada traditional interest income source yang menandakan jumlah total loan yang
diberikan kepada masyarakat juga menurun (bank tidak mampu bersaing di loan market), maka
bank akan meningkatkan Fee Based Income agar pendapatan bank tetap meningkat (Pennathur et.
al, 2012).
Dan variabel kontrol terakhir pada model 1 adalah Capital Adequacy Ratio (CAR),
dimana CAR memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Fee Based Income. Hasil
penelitian ini sesuai dengan hipotesis ketika CAR suatu bank meningkat maka bank tersebut akan
lebih tertarik lagi untuk mendiversifikasikan pendapatannya ke dalam Fee Based Income. Hal ini
disebabkan CAR yang meningkat menandakan bahwa kecukupan modal bank sudah cukup kuat
sehingga bank tidak perlu khawatir untuk meningkatkan pendapatan melalui Fee Based Income.
Karena perusahaan sudah memiliki buffer yaitu CAR tersebut. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan sebelumnya oleh Blum’s (1999) dan Flannery (1989) menyatakan bahwa bank
dengan CAR yang tinggi, akan mengubah behavior bank untuk mengambil keputusan yang lebih
berisiko agar pendapatan tetap meningkat (High Risk High Return).
Analisis pengaruh..., Maya Hijriatul Rosada, FE UI, 2013
15
4.2 Tipe Kepemilikan Bank, Fee Based Income dan Risiko Kredit
*) Signifikan pada level 10%
**) Signifikan pada level 5%
***) Signifikan pada level 1%
Sumber : Output STATA 11 Olahan Penulis
Pada Hasil Regresi Model 2 untuk Bank Persero dan Bank Asing, dapat dilihat bahwa
variabel Fee Based Income (FBI) memiliki hubungan negatif dan signifikan terhadap risiko
kredit. Hal ini sesuai dengan hipotesis bahwa ketika FBI meningkat, maka risiko kredit (Loan
Loss Provision) akan menurun pada Bank Persero. Hal ini disebabkan ketika Bank Persero telah
memutuskan untuk menurunkan traditional interest income source menandakan bank akan segera
meningkatkan FBI. Dengan semakin meningkatnya pendapatan maka Bank Persero dan Bank
Asing akan menghadapi Loan Loss Provision yang lebih rendah karena telah cukup tercover oleh
peningkatan FBI (Saunders and Walter, 1994 dan Hidayat et al.,2010)
Selanjutnya pada BUSN Devisa, variabel Fee Based Income (FBI) memiliki hubungan
positif dan signifikan terhadap risiko kredit. Hal ini sesuai dengan hipotesis bahwa ketika FBI
meningkat, maka risiko kredit (Loan Loss Provision) akan meningkat pada BUSN Devisa
(khususnya small bank). Hal ini disebabkan ketika BUSN Devisa telah memutuskan untuk
Model 2 (Bank Persero) Model 2 (BUSN Devisa) Model 2 (Bank Asing)
Variable Coefficient Probability Coefficient Probability Coefficient Probability
C 0,10194 0,5910 0,30163 0,0000 -0,03000 0,7200
FBI -0,23799* 0,0500 0,12434*** 0,0060 -0,06046*** 0,0030
LnTA 0,00150 0,8770 -0,01544*** 0,0000 0,00504 0,3210
ROE -0,08906** 0,0450 -0,00283 0,3290 0,09472*** 0,0000
EqTA -0,10842 0,6440 -0,23394*** 0,0000 -0,10632 0,1170
GTA -0,11702*** 0,0060 -0,00124 0,1030 -0,01568 0,1220
CapAdeq 0,14372 0,2330 0,17848*** 0,0000 0,02577** 0,0490
R-squared 0,6450 R-squared 0,3505 R-squared 0,2407
Prob>chi2 0,0000 Prob>chi2 0,0000 Prob>chi2 0,0004
Analisis pengaruh..., Maya Hijriatul Rosada, FE UI, 2013
16
melakukan ekspansi ke dalam Fee Based Income activities, maka secara langsung risiko pada
BUSN Devisa akan lebih tinggi dibandingkan dengan bank yang hanya melakukan supply loan.
Selain itu, dengan BUSN Devisa yang mayoritas berukuran kecil, equity to total asset yang
bergerak menurun merupakan alasan meningkatnya risiko kredit pada BUSN Devisa (DeYoung
and Roland , 2001 dan Lepetit, 2008).
4.3 Tipe Kepemilikan Bank, Fee Based Income (COMM, TRAD, OTOP) dan Risiko
Kredit
*) Signifikan pada level 10%
**) Signifikan pada level 5%
***) Signifikan pada level 1%
Sumber : Output STATA 11 Olahan Penulis
Pada Hasil Regresi Model 3, dapat dilihat bahwa Comission Income memiliki pengaruh
positif yang tidak signifikan terhadap risiko kredit (Loan Loss Provision) pada Bank Persero,
BUSN Devisa dan Bank Asing. Hal ini tentunya sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya oleh Pennathur et al., 2012 dan Ceboyan & strahan (2004) yang menunjukkan bahwa
risiko kredit berhubungan positif dengan comission income activities.
Model 3 (Bank Persero) Model 3 (BUSN Devisa) Model 3 (Bank Asing)
Variable Coefficient Probabili
ty Coefficient Probability Coefficient Probability
C -0,20398 0,1490 0,02896 0,3020 -0,01810 0,8470
COMM 0,04666 0,8100 0,10424 0,2570 0,04331 0,5320
TRAD -0,05530 0,7440 0,07303 0,3540 -0,06817** 0,0110
OTOP -0,64276*** 0,0000 0,31756*** 0,0000 -0,04771** 0,0360
LnTA 0,01409 0,1070 -0,00162 0,3710 0,00350 0,5320
ROE -0,04439 0,1720 -0,00735 0,0320 0,09813*** 0,0000
EqTA 0,18075 0,4470 -0,25273*** 0,0000 -0,12190* 0,0830
GTA -0,13647*** 0,0060 -0,00056 0,5350 -0,01728* 0,0860
CapAdeq 0,20671 0,1270 0,18153*** 0,0000 0,03093*** 0,0200
R-
squared 0,8345
R-squared 0,2647 R-squared 0,1332
Prob > F 0,0000 Prob>chi2 0,0000 Prob>chi2 0,0005
Analisis pengaruh..., Maya Hijriatul Rosada, FE UI, 2013
17
Selanjutnya, dapat dilihat pula bahwa Trading Income memiliki pengaruh negatif yang
tidak signifikan terhadap risiko kredit (Loan Loss Provision) pada Bank Persero. Namun pada
Bank Asing, trading Income memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap risiko kredit
(Loan Loss Provision). Hal ini tentunya sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya oleh Pennathur et al. (2012) dan Stiroh (2004) yang menunjukkan bahwa risiko
kredit berhubungan negatif dengan trading income activities.
Dan yang terakhir, dapat dikatakan bahwa Other Income memiliki pengaruh negatif yang
signifikan terhadap risiko kredit (Loan Loss Provision) pada Bank Persero dan Bank Asing.
Namun pada BUSN Devisa, other Income memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap
risiko kredit (Loan Loss Provision).
5. Kesimpulan dan saran
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh tipe kepemilikan
bank terhadap Fee Based Income dan risiko kredit berdasarkan penelitian terdahulu yang
dilakukan Pennathur et al. (2012) di India. Pendapatan non-bunga (Fee Based Income) digunakan
untuk menilai diversifikasi pendapatan, sementara Loan Loss Provision digunakan untuk menilai
risiko kredit bank. Menurut Mercieca et al. (2007), diverisifkasi pendapatan dari kegiatan Fee
Based Income dapat dibedakan menjadi 3 sumber pendapatan, yaitu Commission Income
(COMM), Trading Income (TRAD) dan Other Income (OTOP).
Dengan menggunakan metode penelitian yang terbaik dari amsing-masing data panel
maka kami menemukan bahwa dari penelitian yang dilakukan pada Model 1, didapatkan
kesimpulan bahwa tipe kepemilikan Bank Asing secara signifikan dapat meningkatkan Fee Based
Income. Hal ini dikarenakan Bank Asing merupakan bank yang sudah berpengalaman, memiliki
financial network yang baik, dan memiliki inovasi teknologi tinggi.
Selain itu pada Model 2, didapatkan hasil bahwa pada Bank Persero dan Bank Asing, Fee
Based Income secara signifikan dapat menurunkan Loan Loss Provision bank. Sedangkan, Fee
Based Income pada Bank Umum Swasta Nasional (Devisa) secara signifikan dapat meningkatkan
risiko kredit bank. Hal ini disebabkan pada BUSN Devisa mayoritas adalah bank dengan ukuran
besar yang sering disebut dengan large bank (Total Asset > 1 Triliun Rupiah) sehingga sesuai
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hidayat et al. (2010) menyatakan bahwa pada
Analisis pengaruh..., Maya Hijriatul Rosada, FE UI, 2013
18
large bank, ketika Fee Based Income meningkat maka akan semakin meningkatkan risiko kredit
bank tersebut.
Dari hasil penelitian dengan menggunakan Model 3, maka didapatkan hasil bahwa
Trading Income pada Bank Asing secara signifikan dapat menurunkan risiko kredit bank. Sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Pennathur et al. (2012) yang menyatakan bahwa dengan
meningkatnya Trading Income, maka bank akan mengurangi fokus bank terhadap interest income
activities, sehingga interest income menurun. Dan hal inilah yang menyebabkan risiko kredit
menurun
Selanjutnya, pada Bank Persero dan Bank Asing Other Income secara signifikan dapat
menurunkan risiko kredit bank. Sedangkan, pada Bank Umum Swasta Nasional (Devisa), Other
Income secara signifikan dapat meningkatkan Loan Loss Provision bank.
Oleh karena itu, hasil penelitian ini memiliki beberapa implikasi bagi Bank, Otoritas
Moneter, dan Masyarakat khususnya bagi pengembangan produk perbankan dan peningkatan
maajemen risiko bank sehingga dapat tercipta transparansi keuangan di dalam industri perbankan
di Indonesia.
Referensi
Altunbas, Y., Evans, L., Molyneux, P., (2001). Bank ownership and efficiency. Journal of
Money, Credit and Banking 33, 926–954.
Baele, L., de Jonghe, O., Vennet, R.V., (2007). Does the stock market value bank diversification?
Journal of Banking and Finance 31 (7), 1999–2023.
Barth, J.R., Caprio, G. Jr., Levine, R., (2004). Bank supervision and regulation: what works best?
Journal of Financial Intermediation 13, 205–248.
Beck, T., Demirgüç-Kunt, A., Maksimovic, V., (2004). Bank competition and access to finance:
international evidence. Journal of Money, Credit, and Banking 36, 627– 648.
Blum, J. (1999). Do capital adequacy requirements reduce risks in banking? Journal of Banking
& Finance 23, 755–771.
Analisis pengaruh..., Maya Hijriatul Rosada, FE UI, 2013
19
Bonin, J.P., Hasan, I., Wachtel, P., (2005). Privatization matters: bank efficiency in transitional
countries. Journal of Banking and Finance 29 (8–9), 2155–2178.
Boot, A., Greenbaum, S., (1993). Bank regulation, reputation and rents theory and policy
implications. In: Mayer, C., Vives, X. (Eds.), Capital Markets and Financial Intermediation.
Cambridge University Press, Cambridge, 262–285.
Boycko, M., Schleifer, A., Vishny, R.W., (1995). Privatizing Russia. MIT Press, Cambridge,
MA.
Cebenoyan, A.S., Strahan, P.E. (2004). Risk management, capital structure and lending at banks.
Journal of Banking & Finance 28, 19–43.
Chiorazzo, V., Milani, C., Salvini, F., (2008). Income diversification and bank performance:
evidence from Italian banks. Journal of Financial Services Research 33, 181–203.
Cornett, M., Lin, G., Khaksari, S., Tehranian, H., (2010). The impact of state ownership on
performance differences in privately-owned versus state-owned banks: an international
comparison. Journal of Financial Intermediation 19 (1), 74– 94.
Dewenter, K.L., Malatesta, P.H., (2001). State-owned and privately-owned firms: an empirical
analysis of profitability, leverage, and labor intensity. American Economic Review 91, 320–334.
DeYoung, R., Roland, K. (2001). Product mix and earnings volatility at commercial banks:
evidence from a degree of total leverage model. Journal of Financial Intermediation 10, 54–84.
DeYoung, R., Rice, T. (2004). Fee Based Income and financial performance at US commercial
banks. Financial Review 39, 101–127.
Flannery, M., (1989). Capital regulation and insured banks’ choice of individual loan default
rates. Journal of Monetary Economics 24, 235–258.
Gujarati, D. N. (2009). Basic Econometrics. New York: McGrawHill.
Analisis pengaruh..., Maya Hijriatul Rosada, FE UI, 2013
20
Hadad, M.D., Sugiarto, A., Purwanti, W., Hermanto, M.J., Arianto, B. (2003). Kajian Mengenai
Struktur Tipe kepemilikan bank di Indonesia. Jakarta: Bank Indonesia.
Hadad, M.D., Santoso,W., Besar,D.S., Rulina,I., Purwanti, W., Satria,R. (2004). Fungsi
Intermediasi Bank Asing Dalam Mendorong Pemulihan Sektor Riil di Indonesia. Jakarta: Bank
Indonesia.
Hart, O., Shleifer, A., Vishny, R.W. (1997). The proper scope of government: theory and an
application to prisons. Quarterly Journal of Economics 112, 1127–1161.
Hidayat, W.Y., Kakinaka,M., Miyamoto,H. (2010). Bank Risk and Fee Based Income Activities
in the Indonesian Banking Industry. Journal of Asian Economics 23, 335-343.
La Porta, R., Lopez-de-Silanes, F., Shleifer, A., (2002). Government ownership of banks. Journal
of Finance 57, 265–302.
Lepetit, L., Nys, E., Rous, P., Tarazi, A., (2008). Bank income structure and risk: an empirical
examination of European banks. Journal of Banking and Finance 32, 1452–1467.
Lepetit, L., Nys, E., Rous, P., Tarazi, A., (2008). The expansion of services in European banking:
implications for loan pricing and interest margins. Journal of Banking and Finance 32, 2325–
2335.
Mercieca, S., Schaek, K., Wolfe, S. (2007). Small European banks: benefits from diversification?
Journal of Banking and Finance 37, 1975–1998.
Pennathur, A.K., Subrahmanyam, V., Vishwasrao, S., (2012). Income diversification and risk:
Does ownership matter? An empirical examination of Indian banks. Journal of Banking and
Finance 36, 2203–2215.
Rakhe, P.B., (2010). Profitability of foreign banks vis-à-vis other bank groups in India-a panel
data analysis. Reserve Bank of India Occasional Papers 31(2) (Monsoon).
Shleifer, A., Vishny, R.W., (1997). A survey of corporate governance. Journal of Finance 52,
737–783.
Analisis pengaruh..., Maya Hijriatul Rosada, FE UI, 2013
21
Stata Corp. (2009). Stata: Release 11 Statistical Software. College Station, TX: Stata Corp LP.
Stiroh, K., (2004). Diversification in banking: is Fee Based Income the answer? Journal of
Money, Credit and Banking 36 (5), 853–882.
Stiroh, K., Rumble, A., (2006). The dark side of diversification: the case of US financial holding
companies. Journal of Banking and Finance 30 (8), 2131–2161.
Analisis pengaruh..., Maya Hijriatul Rosada, FE UI, 2013