analisis pengaruh store atmosphere, merchandising promosi, dan pelayanan ritel...

19
ANALISIS PENGARUH STORE ATMOSPHERE, MERCHANDISING, PROMOSI, DAN PELAYANAN RITEL TERHADAP IMPULSE BUYING PADA LARIS TOSERBA DAN SWALAYAN DI KLATEN PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis oleh: DWI JAYANTO B 100 120 305 PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

Upload: others

Post on 06-Dec-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PENGARUH STORE ATMOSPHERE, MERCHANDISING PROMOSI, DAN PELAYANAN RITEL ...eprints.ums.ac.id/45472/1/Naskah Publikasi - Dwi Jayanto.pdf · 2016. 8. 10. · berkesinambungan

1

ANALISIS PENGARUH STORE ATMOSPHERE, MERCHANDISING,

PROMOSI, DAN PELAYANAN RITEL TERHADAP

IMPULSE BUYING PADA LARIS TOSERBA

DAN SWALAYAN DI KLATEN

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada

Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis

oleh:

DWI JAYANTO

B 100 120 305

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2016

Page 2: ANALISIS PENGARUH STORE ATMOSPHERE, MERCHANDISING PROMOSI, DAN PELAYANAN RITEL ...eprints.ums.ac.id/45472/1/Naskah Publikasi - Dwi Jayanto.pdf · 2016. 8. 10. · berkesinambungan
Page 3: ANALISIS PENGARUH STORE ATMOSPHERE, MERCHANDISING PROMOSI, DAN PELAYANAN RITEL ...eprints.ums.ac.id/45472/1/Naskah Publikasi - Dwi Jayanto.pdf · 2016. 8. 10. · berkesinambungan
Page 4: ANALISIS PENGARUH STORE ATMOSPHERE, MERCHANDISING PROMOSI, DAN PELAYANAN RITEL ...eprints.ums.ac.id/45472/1/Naskah Publikasi - Dwi Jayanto.pdf · 2016. 8. 10. · berkesinambungan
Page 5: ANALISIS PENGARUH STORE ATMOSPHERE, MERCHANDISING PROMOSI, DAN PELAYANAN RITEL ...eprints.ums.ac.id/45472/1/Naskah Publikasi - Dwi Jayanto.pdf · 2016. 8. 10. · berkesinambungan

1

ANALISIS PENGARUH STORE ATMOSPHERE, MERCHANDISING,

PROMOSI, DAN PELAYANAN RITEL TERHADAP

IMPULSE BUYING PADA LARIS TOSERBA

DAN SWALAYAN DI KLATEN

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh store atmosphere,

merchandise, promosi dan pelayanan terhadap impulse buying pada Swalayan Laris Toserba dan Swalayan di Klaten. Desain penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Klaten dengam mengambil objek di salah satu ritel modern yang terdapat di Kabupaten Klaten yaitu Laris Toserba dan Swalayan. Jumlah responden yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 150 orang. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan alat analisis regresi linier dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa store atmospherem merchandising, promosi dan pelayanan ritel berpengaruh signifikan terhadap impulse buying pada pelanggan Laris Toserba dan Swalayan di Klaten.

Kata kunci: Store atmosphere, merchandise, promosi, pelayanan ritel, impulse

buying.

Abstract

This study aimed to analyze the effect of store atmosphere, merchandise, promotions and services to impulse buying at Laris Supermarkets department stores and Supermarkets in Klaten. This study was quantitative research. This research was conducted in the district of Klaten demgam retrieving objects in one of modern retailing contained in Klaten regency is Laris Department Store and Supermarket. The number of respondents who were taken in this study as many as 150 people. Testing the hypothesis in this study using linear regression analysis with Ordinary Least Square method (OLS). Based on the survey results revealed that atmospherem store merchandising, promotions and retail services significantly influence impulse buying at department stores and Supermarkets Laris customers in Klaten.

Keywords: store atmosphere, merchandise, promotion, retail services, impulse

buying

1. PENDAHULUAN

Sebagai salah satu industri yang paling dinamis saat ini, pemilik bisnis

retail, terutama yang berbasis toko (store based retailing), harus mampu

mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi di dalam pasar dan dengan

tanggap mengadaptasinya pada bisnis mereka sehingga selalu sesuai dengan life

style. Menurut Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia, bisnis retail pada tahun 2015

akan banyak terjadi persaingan, seperti masalah harga, promosi dan pemasaran,

Page 6: ANALISIS PENGARUH STORE ATMOSPHERE, MERCHANDISING PROMOSI, DAN PELAYANAN RITEL ...eprints.ums.ac.id/45472/1/Naskah Publikasi - Dwi Jayanto.pdf · 2016. 8. 10. · berkesinambungan

2

namun seiring membaiknya perekonomian global pada 2016, omset perusahaan

diperkirakan akan kembali mendekati pertumbuhan yang normal

(Kusumowidagdo, 2010). Oleh karena itu, bisnis retail harus dapat berinovasi dan

berkesinambungan dalam merespon dinamika ini dalam cara pandang yang penuh

terobosan dan inovasi. Salah satu dari sepuluh cara sukses dalam bisnis retail

adalah dengan menjual experience (Karmela dan Junaedi, 2011).

Produk yang dijual memang menjadi daya tarik, namun juga pengalaman

terhadap proses mereka berbelanja. Berdasarkan riset dari Nielsen, 93% dari

konsumen Indonesia menjadikan retail sebagai tempat rekreasi. Konsumen ini

tentunya akan semakin banyak berbelanja dengan semakin banyaknya experience

baru yang diciptakan oleh peretail lewat berbagai sensasi indera (misalnya

tampilan secara visual, bunyi, bau dan tekstur). Desain store atmosphere sebagai

atmospheric stimuli ini juga perlu dirumuskan pada tatanan yang strategis. Hal ini

sejalan dengan pendapat Levy dan Weitz (2008). Desain desain store atmosphere

haruslah memperhatikan elemen strategis lainnya seperti halnya lokasi, pilihan

barang dan positioning atas konsep toko, keragaman produk dan harga serta

pelayanan pelanggan. Rencana strategi retail ini biasanya mengidentifikasikan

mengenai target market yang akan dituju, produk-produk yang akan

diperdagangkan dan pelayanan purna jual dan bagaimana dapat bertahan dan

memiliki keunggulan bersaing dalam dunia retail. Sebagai bagian dari strategi

retail, desain atmospheric stimuli harus tetap fokus sesuai dengan rencana yang

digariskan.

Ritel merupakan mata rantai yang penting dalam proses distribusi barang

dan merupakan mata rantai terakhir dalam suatu proses distribusi. Melalui ritel,

suatu produk dapat bertemu langsung dengan penggunanya. Industri ritel di sini

didefinisikan sebagai industri yang menjual produk dan jasa pelayanan yang telah

diberi nilai tambah untuk memenuhi kebutuhan pribadi, keluarga, kelompok, atau

pemakai akhir. Produk yang dijual kebanyakan adalah pemenuhan kebutuhan

rumah tangga termasuk sembilan bahan pokok (Soliha, 2008).

Peningkatan pendapatan konsumen menyababkan kebutuhan konsumen juga

ikut meningkat. Keadaan ini seperti dilihat oleh toko sebagai suatu peluang yang

Page 7: ANALISIS PENGARUH STORE ATMOSPHERE, MERCHANDISING PROMOSI, DAN PELAYANAN RITEL ...eprints.ums.ac.id/45472/1/Naskah Publikasi - Dwi Jayanto.pdf · 2016. 8. 10. · berkesinambungan

3

bagus yaitu, dimana pihak toko bekerja sama dengan Bank untuk memberikan

fasilitas layanan dengan menggunakan kartu kredit (Kurniawan dan Kunto, 2013).

Konsumen sering kali membeli suatu produk tanpa direncanakan terlebih dahulu.

Keinginan untuk membeli sering sering kali muncul di toko atau di mal. Banyak

faktor yang menyebabkan hal tersebut. Misal, display pemotongan harga 50%,

yang terlihat mencolok akan menarik perhatian konsumen. Konsumen akan

merasakan kebutuhan untuk membeli produk tersebut. Suasana atau atmosfer

dalam gerai merupakan salah satu dari berbagai unsur dalam retail marketing mix.

Suasana dalam gerai atau store atmosphere berperan penting memikat pembeli,

membuat mereka nyaman dalam memilih barang belanjaan. Suasana yang

dimaksud adalah dalam arti atmosfer dan ambience yang tercipta dari gabungan

unsur-unsur desain toko/gerai, perencanaan toko, komunikasi visual, dan

merchandising (Ma’ruf, 2006).

Merchandise adalah bagian dari ritail marketing mix dimana perusahaan

melakukan kegiatan pengadaan produk-produk yang sesuai dengan bisnis yang

dijalani toko untuk disediakan dalam jumlah, waktu dan harga yang sesuai untuk

mencapai sasaran toko atau perusahaan ritel (Ma’ruf, 2006). Hal tersebut dapat

mendorong konsumen untuk melakukan impulse buying.

Menurut Machfoedz (2005) Promosi penjualan adalah suatu aktivitas dan

atau materi yang berfungsi sebagai persuasi langsung, yang menawarkan nilai

tambah suatu produk kepada penjual atau konsumen. Metode promosi penjualan

dapat digolongkan dalam dua kategori yaitu promosi penjualan konsumen dan

promosi penjualan perdagangan. Promosi sangat berpengaruh terhadap pembelian

impulsif, semakin baik kegiatan promosi yang dilakukan maka akan

meningkatkan pembelian impulsif (Elizabet, 2015).

Retail service (pelayanan ritel) bertujuan menfasilitasi para pembeli saat

mereka berbelanja di gerai terdiri atas layanan pelanggan, personal selling,

layanan transaksi berupa cara pembayaran yang mudah, layanan keuan gan berupa

penjualan dengan kredit dan fasilitas-fasilitas lainnya (Ma’ruf, 2006). Salah satu

peritel lokal yang mampu mempertahankan eksistensinya dalam persaiangan

bisnis ritel di Kota Klaten ialah Laris Toserba dan Swalayan. Masyarakat Kota

Page 8: ANALISIS PENGARUH STORE ATMOSPHERE, MERCHANDISING PROMOSI, DAN PELAYANAN RITEL ...eprints.ums.ac.id/45472/1/Naskah Publikasi - Dwi Jayanto.pdf · 2016. 8. 10. · berkesinambungan

4

Klaten sudah tidak asing lagi dengan Laris Toserba dan Swalayan. Toko Laris

merupakan toko serba ada dan swalayan. Toko Laris Toserba dan Swalayan

terletak di Jalan Pemuda no.164, dan mempunyai tiga tempat yang berbeda. Selain

lengkap harga di Toko Laris tergolong murah tetapi tidak murahan.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti “Pengaruh Store

Atmosphere, Merchandising, Promosi, dan Pelayanan Ritel Terhadap Impulse

Buying Pada Laris Toserba Dan Swalayan Di Klaten”.

2. METODE PENELITIAN

Desain penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif dengan melakukan

uji hipotesis. Data yang digunakan adalah data Primer berupa jawaban kuesioner

yang disebarkan peneliti ke konsumen Laris Toserba dan Swalayan di Kabupaten

Klaten. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Klaten dengan mengambil objek di

salah satu ritel modern yang terdapat di Kabupaten Klaten yaitu Laris Toserba dan

Swalayan. Adapun subjek penelitian ini adalah konsumen Laris Toserba dan

Swalayan, minimal pendidikan SMA, dan minimal berumur 18 tahun. Objek

penelitian ini adalah impulse buying pelanggan pada Laris Toserba dan swalayan

yang terkait dengan store atmosphere, merchandising, promosi dan pelayanan

ritel.

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model

regresi linier berganda. Regresi Linier Berganda adalah alat analisis yang

dipergunakan untuk memprediksi pengaruh variabel-variabel kualitas pelayanan

dan kepuasan pelanggan terhadap loyalitas pelanggan. Istilah regresi pertama kali

diperkenalkan oleh Sir Francis Galton (Ghozali, 2005). Adapun Model regresi

yang digunakan dalam menentukan hipotesis disini adalah dengan formula OLS

(Ordinary Least Square) yang dirumuskan sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 +e

Di mana:

a = Konstanta

b = Koefisien Regresi

Y = Impulse Buying

X1 = Store Atmosphere

Page 9: ANALISIS PENGARUH STORE ATMOSPHERE, MERCHANDISING PROMOSI, DAN PELAYANAN RITEL ...eprints.ums.ac.id/45472/1/Naskah Publikasi - Dwi Jayanto.pdf · 2016. 8. 10. · berkesinambungan

5

X2 = Merchandise

X3 = Promosi

X4 = Pelayanan Ritel

e = Error

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis regresi berganda bertujuan mengetahui pengaruh store

atmosphere, merchandise, promosi dan pelayanan berpengaruh terhadap impulse

buying pada pelanggan Laris Toserba dan Swalayan di Klaten. Adapun

berdasarkan perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 1

Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda

p thitung Beta Coefficient Variabel

0,098 -1,717 -3,412 (Constant)

0,009 2,528 0,318 0,411 Store Atmosphere

0,034 2,236 0,178 0,328 Merchandise

0,003 3,333 0,359 0,513 Promosi

0,013 2,684 0,318 0,348 Pelayanan Ritel

Adj. R2

= 0,895

Fhitung = 45,189

Ftabel = 2,43

ttabel = 1,984

Sumber: data primer diolah 2016

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh store atmosphere,

merchandise, promosi dan pelayanan ritel terhadap impulse buying pada Laris

Toserba dan Swalayan di Klaten diperoleh hasil sebagai berikut:

3.1.Pengaruh Store Atmosphere terhadap Impulse Buying pada Pelanggan

Laris Toserba dan Swalayan di Klaten.

Pengaruh store atmosphere terhadap impulse buying pada pelanggan Laris

Toserba dan Swalayan di Klaten diperoleh nilai thitung sebesar 2,825 dan p= 0,009

dengan nilai koefisien regresi (b1) sebesar 0,411 dengan parameter positif; hal ini

menunjukkan bahwa setiap terjadi peningkatan store atmosphere, maka akan

meningkatkan impulse buying pada pelanggan Laris Toserba dan Swalayan di

Klaten sebesar 0,411 dengan asumsi variabel yang lain konstan. Oleh karena nilai

thitung lebih besar dari ttabel (2,825 > 1,984) dan p= 0,009 < 0,05; maka H1 diterima,

Page 10: ANALISIS PENGARUH STORE ATMOSPHERE, MERCHANDISING PROMOSI, DAN PELAYANAN RITEL ...eprints.ums.ac.id/45472/1/Naskah Publikasi - Dwi Jayanto.pdf · 2016. 8. 10. · berkesinambungan

6

yang berarti bahwa store atmosphere berpengaruh signifikan terhadap impulse

buying pada pelanggan Laris Toserba dan Swalayan di Klaten.

Menurut Ujang Sumarwan (2014), Store atmosphere terdiri dari: a) lokasi

toko; b) layout toko; c) musik; dan d) warna. Para pengelola toko selalu berusaha

mencari lokasi yang sangat strategis, yang sangat mudah terlihat dan terjangkau

oleh konsumen. Lokasi toko sangat sangat mempengaruhi keingin seorang

konsumen untuk datang untuk berbelanja. Layout toko adalah tata letak produk,

kasir, dan arus lalu lalang konsumen di dalam toko. Musik adalah bagian penting

yang melengkapi kenyamanan suatu toko. Tata suara penting sebagai media

komunikasi langsung antara pengelola toko dengan konsumen. Warna adalah

unsur penting dalam interior sebuah toko. Pengelola harus menentukan kombinasi

warna interior toko dan warna eksterior tokonya, sehingga lebih menarik

konsumen.

Suasana lingkungan (atmosphere) merupakan salah satu faktor penting

dalam bisnis eceran karena dalam melakukan pembeliannya, konsumen tidak

hanya memberikan respon terhadap barang dan jasa yang ditawarkan tetapi juga

memberikan respon terhadap lingkungan pembelian yang diciptakan oleh toko

tersebut. Store atmosphere merupakan salah satu faktor penting yang harus

dimiliki toko untuk menarik konsumen. Menurut Levy dan Weitz (2001:576)

mendefenisikan store atmosphere sebagai sebuah desain lingkungan melalui

komunikasi visual seperti pencahayaan, warna, musik,dan aroma untuk

merangsang persepsi dan emosi pelanggan untuk mempengaruhi perilaku belanja

mereka.

3.2.Pengaruh Merchandise terhadap Impulse Buying pada Pelanggan Laris

Toserba dan Swalayan di Klaten.

Pengaruh merchandise terhadap impulse buying pada pelanggan Laris

Toserba dan Swalayan di Klaten diperoleh nilai thitung sebesar 2,236 dan p= 0,034

dengan nilai koefisien regresi (b2) sebesar 0,328 yang berparameter positif; hal ini

menunjukkan bahwa setiap terjadi peningkatan merchandise, maka akan

meningkatkan impulse buying pada pelanggan Laris Toserba dan Swalayan di

Klaten sebesar 0,328 dengan asumsi variabel yang lain konstan. Oleh karena nilai

Page 11: ANALISIS PENGARUH STORE ATMOSPHERE, MERCHANDISING PROMOSI, DAN PELAYANAN RITEL ...eprints.ums.ac.id/45472/1/Naskah Publikasi - Dwi Jayanto.pdf · 2016. 8. 10. · berkesinambungan

7

thitung lebih besar dari ttabel (2,236 > 1,984) dan nilai p = 0,034 < 0,05; maka berarti

H2 diterima, yang berarti bahwa merchandise berpengaruh signifikan terhadap

impulse buying pada pelanggan Laris Toserba dan Swalayan di Klaten.

Merchandising merupakan kegiatan pedagang eceran atau peritel meliputi

perdagangan yang menjual produk dan jasa langsung kepada konsumen (Muslim

dan Mudianto, 2012). (Utami, 2008 : 27) dalam bukunya yang berjudul

Manajemen Barang Dagangan dalam Bisnis Ritel mengatakan kunci untuk

merealisasikan angka penjualan agar terus mengalami peningkatan dalam bisnis

ritel adalah menjual atau menyediakan barang dengan mutu atau kualitas yang

baik dan variatif sehingga mampu menjawab kebutuhan pelanggan. Jika peritel

mempunyai barang dagangan yang tidak terjual, peritel harus menurunkan barang

dagangan tersebut, membersihkan dari rak pajang (display) dan seharusnya

diganti dengan barang yang memiliki prospek penjualan yang lebih baik.

Iqbal dkk., (2011) menyatakan bahwa visual merchandising sebagai seni

presentasi yang menempatkan merchandiser di fokus yang bertujuan memiliki

ketrampilan khusus dalam mendisplay barang pada toko. Visual merchandising

dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang pelanggan amati, baik eksterior

maupun interior, yang menciptakan citra positif dari bisnis dan hasil dalam

perhatian, interest, dan reaksi pada bagian dari pelanggan (Bastow Shoop et al.,

1991 dalam Gajayanake dan Surangi, 2011). Penempatan visual dalam metode

merchandise supermarket, telah terjadi peningkatan penekanan pada jenis tata

letak toko, bangunan toko, perlengkapan, peralatan, penampilan warna, alat

komunikasi diam, tampilan jendela dan akhirnya pendapat melalui bangunan di

dalam toko yang menampilkan seni ritel untuk frame aplikasi yang lebih tinggi

(Iqbal dkk., 2011).

3.3.Pengaruh Promosi terhadap Impulse Buying pada Pelanggan Laris

Toserba dan Swalayan di Klaten.

Pengaruh promosi terhadap impulse buying pada pelanggan Laris Toserba

dan Swalayan di Klaten diperoleh nilai thitung sebesar 3,333 dan p= 0,003 dengan

nilai koefisien regresi (b3) sebesar 0,513; hal ini menunjukkan bahwa setiap terjadi

peningkatan promosi, maka akan meningkatkan impulse buying pada pelanggan

Page 12: ANALISIS PENGARUH STORE ATMOSPHERE, MERCHANDISING PROMOSI, DAN PELAYANAN RITEL ...eprints.ums.ac.id/45472/1/Naskah Publikasi - Dwi Jayanto.pdf · 2016. 8. 10. · berkesinambungan

8

Laris Toserba dan Swalayan di Klaten sebesar 0,513 dengan asumsi variabel yang

lain konstan. Oleh karena nilai thitung lebih besar dari ttabel (3,333 > 1,984) dan p=

0,003 < 0,05; maka ini menunjukkan H3 diterima, yang berarti bahwa, .

Promosi adalah upaya pemasaran yang bersifat media dan non media untuk

merangsang coba-coba dari konsumen, meningkatkan permintaan dari konsumen

atau untuk memperbaiki kualitas produk (Sutisna, 2008). Menurut Lupiyoadi

(2006) promosi merupakan salah satu variable dalam bauran pemasaran yang

sangat penting dilaksanakan oleh perusahaan dalam memasarkan produk jasa.

Kegiatan promosi bukan saja berfungsi sebagai alat komunikasi antara perusahaan

dengan konsumen, melainkan juga sebagai alat untuk mempengaruhi konsumen

dalam kegiatan pembelian atau penggunaan jasa sesuai dengan keinginan dan

kebutuhannya. Promosi penjualan menurut Fandy Tjiptono (2007) adalah bentuk

persuasif langsung melalui penggunaan berbagai intensif yang dapat diatur untuk

merangsang pembelian produk dengan segera atau meningkatkan jumlah barang

yang dibeli pelanggan.

Promosi menunjukkan pada berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan

atau peritel untuk mengkomunikasikan kebaikan produknya dan membujuk para

pelanggan dan konsumen sasaran untuk membeli produk itu. Karena itu

perusahaan atau peritel harus memasang iklan. Menyelenggarakan promosi

penjualan, mengatur publikasi dan menyebarkan para tenaga penjualan untuk

mempromosikan produk-produknya (Kotler, 1985).

3.4.Pengaruh Pelayanan Ritel terhadap Impulse Buying pada Pelanggan

Laris Toserba dan Swalayan di Klaten.

Pengaruh pelayanan ritel terhadap impulse buying pada pelanggan Laris

Toserba dan Swalayan di Klaten diperoleh nilai thitung sebesar 2,684 dan p= 0,013

dengan nilai koefisien regresi (b4) sebesar 0,348 yang berparameter positif; hal ini

menunjukkan bahwa setiap terjadi peningkatan pelayanan ritel, maka akan

meningkatkan impulse buying pada Pelanggan Laris Toserba dan Swalayan di

Klaten sebesar 0,348 dengan asumsi variabel yang lain konstan. Oleh karena nilai

thitung lebih besar dari ttabel (2,684 > 1,984) dan nilai p= 0,013 < 0,05; maka H4

Page 13: ANALISIS PENGARUH STORE ATMOSPHERE, MERCHANDISING PROMOSI, DAN PELAYANAN RITEL ...eprints.ums.ac.id/45472/1/Naskah Publikasi - Dwi Jayanto.pdf · 2016. 8. 10. · berkesinambungan

9

diterima, yang berarti bahwa pelayanan ritel berpengaruh signifikan terhadap

impulse buying pada Pelanggan Laris Toserba dan Swalayan di Klaten.

Menurut Kotler dalam Laksana (2008) pelayanan adalah setiap tindakan

atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang

pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.

Sedangkan Gronroos dalam Tjiptono (2005) menyatakan bahwa pelayanan

merupakan proses yang terdiri atas serangkaian aktivitas intangible yang biasa

(namun tidak harus selalu) terjadi pada interaksi antara pelanggan dan karyawan,

jasa dan sumber daya, fisik atau barang, dan sistem penyedia jasa, yang

disediakan sebagai solusi atas masalah pelanggan.

Retailer harus memberikan pelayanan yang optimal kepada konsumen, yang

memudahkan mereka membeli dan memanfaatkan produk yang dijual retailer.

Memberikan pelayanan dalam hal ini bukan hanya melayani konsumen yang

berbelanja ditoko, melainkan juga memberikan pelayanan yang bersifat tidak

langsung, misalnya display yang memudahkan konsumen mencari barang yang

dibutuhkan, kejelasan dan kesesuaian harga dirak dan pos, kebersihan lingkungan

toko, penjelasan mengenai manfaat produk, bahkan kegesitan menghitung

transaksi di kasir.

Retail service memfasilitasi para pembeli saat mereka berbelanja di gerai.

Retail service bersama unsur-unsur bauran pemasaran ritel lainnya mempunyai

fungsi memenuhi kebutuhan pembeli dalam berbelanja. Meskipun yang dijual

oleh sebuah gerai eceran berupa barang yang tangible (kasat mata), pada

hakikatnya pembeli mencari barang untuk memenuhi kebutuhannya.

3.5.Pengaruh Store Atmospehere, Merchandise, Promosi dan Pelayanan Ritel

terhadap Impulse Buying pada Pelanggan Laris Toserba dan Swalayan di

Klaten.

Berdasarkan hasil analisis uji F diperoleh nilai Fhitung sebesar 45,189

dengan probabilitas sebesar 0,000. Oleh karena hasil perhitungan menunjukkan

bahwa Fhitung > Ftabel dan p < 0,05, maka model di atas sudah tepat (fit) atau berarti

bahwa pemilihan variabel store atmosphere, merchandise, promosi dan pelayanan

ritel sebagai prediktor dari impulse buying pada pelanggan Laris Toserba dan

Page 14: ANALISIS PENGARUH STORE ATMOSPHERE, MERCHANDISING PROMOSI, DAN PELAYANAN RITEL ...eprints.ums.ac.id/45472/1/Naskah Publikasi - Dwi Jayanto.pdf · 2016. 8. 10. · berkesinambungan

10

Swalayan di Klaten sudah tepat. Hasil perhitungan diperoleh angka koefisien

determinasi atau Adj. R2 sebesar 0,895. Hal ini berarti variasi perubahan pada

impulse buying pada pelanggan Laris Toserba dan Swalayan di Klaten 89,5%

dapat dijelaskan oleh perubahan pada store atmosphere, merchandise, promosi

dan pelayanan ritel, sementara sisanya sebesar 10,5% dijelaskan di dalam model

lain.

Peningkatan pendapatan konsumen menyababkan kebutuhan konsumen juga

ikut meningkat. Keadaan ini seperti dilihat oleh toko sebagai suatu peluang yang

bagus yaitu, dimana pihak toko bekerja sama dengan Bank untuk memberikan

fasilitas layanan dengan menggunakan kartu kredit (Kurniawan dan Kunto, 2013).

Konsumen sering kali membeli suatu produk tanpa direncanakan terlebih dahulu.

Keinginan untuk membeli sering sering kali muncul di toko atau di mal. Banyak

faktor yang menyebabkan hal tersebut. Misal, display pemotongan harga 50%,

yang terlihat mencolok akan menarik perhatian konsumen. Konsumen akan

merasakan kebutuhan untuk membeli produk tersebut. Display tersebut telah

membangkitkan kebutuhan konsumen yang tertidur, sehingga konsumen

merasakan kebutuhan yang mendesak untuk membeli produk yang di promosikan

tersebut (Sumarwan, 2015). Belanja impulsif atau impulse buying adalah proses

pembelian barang yang terjadi secara spontan atau secara tiba-tiba. Ada tiga jenis

pembelian impulsif pembelian tanpa direncana sama sekali, pembelian yang

setengah tak direncanakan, dan barang pengganti yang tak direncanakan (Ma’ruf,

2006).

Suasana atau atmosfer dalam gerai merupakan salah satu dari berbagai unsur

dalam retail marketing mix. Suasana dalam gerai atau store atmosphere berperan

penting memikat pembeli, membuat mereka nyaman dalam memilih barang

belanjaan. Suasana yang dimaksud adalah dalam arti atmosfer dan ambience yang

tercipta dari gabungan unsur-unsur desain toko/gerai, perencanaan toko,

komunikasi visual, dan merchandising (Ma’ruf, 2006).

Merchandise adalah bagian dari ritail marketing mix dimana perusahaan

melakukan kegiatan pengadaan produk-produk yang sesuai dengan bisnis yang

dijalani toko untuk disediakan dalam jumlah, waktu dan harga yang sesuai untuk

Page 15: ANALISIS PENGARUH STORE ATMOSPHERE, MERCHANDISING PROMOSI, DAN PELAYANAN RITEL ...eprints.ums.ac.id/45472/1/Naskah Publikasi - Dwi Jayanto.pdf · 2016. 8. 10. · berkesinambungan

11

mencapai sasaran toko atau perusahaan ritel (Ma’ruf, 2006). Hal tersebut dapat

mendorong konsumen untuk melakukan impulse buying.

Menurut Machfoedz (2005) Promosi penjualan adalah suatu aktivitas dan

atau materi yang berfungsi sebagai persuasi langsung, yang menawarkan nilai

tambah suatu produk kepada penjual atau konsumen. Metode promosi penjualan

dapat digolongkan dalam dua kategori yaitu promosi penjualan konsumen dan

promosi penjualan perdagangan. Promosi sangat berpengaruh terhadap pembelian

impulsif, semakin baik kegiatan promosi yang dilakukan maka akan

meningkatkan pembelian impulsif (Elizabet, 2015).

Retail service (pelayanan ritel) bertujuan menfasilitasi para pembeli saat

mereka berbelanja di gerai terdiri atas layanan pelanggan, personal selling,

layanan transaksi berupa cara pembayaran yang mudah, layanan keuan gan berupa

penjualan dengan kredit dan fasilitas-fasilitas lainnya (Ma’ruf, 2006:217).

4. PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh store atmosphere,

merchandise, promosi dan pelayanan ritel terhadap impulse buying pada Laris

Toserba dan Swalayan di Klaten dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Store atmosphere berpengaruh signifikan terhadap impulse buying pada

pelanggan Laris Toserba dan Swalayan di Klaten, sehingga H1 terbukti

kebenarannya, hal ini menunjukkan bahwa setiap terjadi peningkatan store

atmosphere, maka akan meningkatkan impulse buying pada pelanggan Laris

Toserba dan Swalayan di Klaten.

2. Merchandise berpengaruh signifikan terhadap impulse buying pada pelanggan

Laris Toserba dan Swalayan di Klaten, sehingga H2 terbukti kebenarannya, hal

ini menunjukkan bahwa setiap terjadi peningkatan merchandise, maka akan

meningkatkan impulse buying pada pelanggan Laris Toserba dan Swalayan di

Klaten.

3. Promosi berpengaruh signifikan terhadap impulse buying pada pelanggan

Laris Toserba dan Swalayan di Klaten, sehingga H3 terbukti kebenarannya, hal

Page 16: ANALISIS PENGARUH STORE ATMOSPHERE, MERCHANDISING PROMOSI, DAN PELAYANAN RITEL ...eprints.ums.ac.id/45472/1/Naskah Publikasi - Dwi Jayanto.pdf · 2016. 8. 10. · berkesinambungan

12

ini menunjukkan bahwa setiap terjadi peningkatan promosi, maka akan

meningkatkan impulse buying pada pelanggan Laris Toserba dan Swalayan di

Klaten.

4. Pelayanan ritel berpengaruh signifikan terhadap impulse buying pada

Pelanggan Laris Toserba dan Swalayan di Klaten, sehingga H4 terbukti

kebenarannya, hal ini menunjukkan bahwa setiap terjadi peningkatan

pelayanan ritel, maka akan meningkatkan impulse buying pada Pelanggan

Laris Toserba dan Swalayan di Klaten.

5. Store atmosphere, merchandise, promosi dan pelayanan ritel secara bersama-

sama berpengaruh terhadap impulse buying pada pelanggan Laris Toserba dan

Swalayan di Klaten, sehingga H5 terbukti kebenarannya.

4.2. Saran

Berdasarkan pada keterbatasan dan saran di atas, maka penulis memberikan

saran sebagai berikut:

1. Laris Toserba dan Swalayan di Klaten sebaiknya mengoptimalkan

penggunaan store atmospehere, merchandise, promosi dan pelayanan ritel

sebagai ujung tombak dalam berbagai kegiatan dan khususnya dalam

meningkatkan impulse buying pelanggan, sehingga dapat dilakukan dengan

efektif dan efisien.

2. Optimalisasi penggunaan store atmospehere, merchandise, promosi dan

pelayanan ritel diharapkan senantiasa mendapatkan perhatian dari pengelola,

sehingga mampu meningkatkan impulse buying pada pelanggan Laris Toserba

dan Swalayan di Klaten.

3. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui secara pasti mengenai faktor-

faktor yang berkaitan dengan impulse buying pada pelanggan Laris Toserba

dan Swalayan di Klaten dengan mempertimbangkan pada faktor-faktor lain di

luar penelitian.

Page 17: ANALISIS PENGARUH STORE ATMOSPHERE, MERCHANDISING PROMOSI, DAN PELAYANAN RITEL ...eprints.ums.ac.id/45472/1/Naskah Publikasi - Dwi Jayanto.pdf · 2016. 8. 10. · berkesinambungan

13

5. DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktek (Revisi VI). Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arum, S., dan Nurkhayati, I., 2013. Pengaruh Retail Marketing Mix Terhadap

Keputusan Pembelian Konsumen Pada KFC Cabang Banyumanik

Semarang. Teknis Volume 8, Nomor 1.

Assauri, Sofjan, 2007. Manajemen Pemasaran, Rajawali Pers, Jakarta.

Charles W. Lamb, Joseph F. Hair, Carl McDaniel. 2001. Pemasaran. Edisi.

Pertama, Salemba Empat, Jakarta.

Djarwanto PS, dan Subagyo, Pangestu. 2005. Statistik Induktif. Edisi Kelima.

Yogyakarta : BPFE.

Fatkhurrohman, H. 2004. Perilaku Konsumen Dalam Pemasaran. Surakarta:

Universitas Muhammdiyah.

Gajanayake, Ridmi dan Surangi. 2011. The Impact of Selected Visual

Merchandising Techniques On Patronage Intentions In Supermarkets.

International Conference.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS,

Badan. Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM. SPSS

19 (edisi kelima.) Semarang: Universitas Diponegoro

Gilbert, David. 2003. Retailing Marketing Management. 2th

Edition. England,

Endinburgh Gate: Pearson Educated Limited.

Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar : Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.

Iqbal, Azmiya et. al. 2011. Visual Merchandising and Customer Appeal, Bahrain:

Birla Institute of Technology.

Karmela, L. dan Junaedi, J. 2011. Pengaruh Store Atmosphere terhadap Minat

Beli Kosumen pada Toserba Griya Kuningan. Equilibrium, 5(9).

Kotler, P. dan Armstrong, G. 1996. Dasar-dasar Pemasaran. Edisi Keenam Jilid

2. Jakarta: Intermedia.

Kotler, Philip. 1985. Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan dan

Pengendalian. Edisi kelima. Jakarta: Erlangga.

Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller, 2008. Manajemen Pemasaran, Jilid 1,.

Penerbit Erlangga. Jakarta.

Kotler, Philip, dan Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran Jilid 1, edisi

Ketiga Belas, Terjemahan Bob Sabran, MM. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kurniawan, Denny. dan Kunto, Y.S. 2013. Pengaruh Promosi dan Store

Atmosphere terhadap Impulse Buying dengan Shopping Emotion sebagai

Variabel Intervening Studi Kasu di Matahari Department Store Cabang

Page 18: ANALISIS PENGARUH STORE ATMOSPHERE, MERCHANDISING PROMOSI, DAN PELAYANAN RITEL ...eprints.ums.ac.id/45472/1/Naskah Publikasi - Dwi Jayanto.pdf · 2016. 8. 10. · berkesinambungan

14

Supermall Surabaya. Jurnal Manajemen Pemasaran Petra Vol.1 hal 1.

Surabaya: Universitas Kristen Petra.

Kusumowidagdo, Astrid. 2010. Pengaruh Desain Atmosfer Toko Terhadap

Perilaku Belanja. Jurnal Manajemen Bisnis. Vol 3 (1). 17-32.

Kusuma. 2014. Pengaruh Fashion Involvement, Hedonic Consumption Tendency

dan Positive Emotion terhadap Fashion-Oriented Impulse Buying

Kalangan Remaja di Surabaya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas

Surabaya. Vol. 3, No. 2.

Kouchekian, Milad dan Gharibpoor, Mahshid. 2012. Investigation the

Relationship between Visual Merchandising and Customer Buying

Decision Case Study: Isfahan Hypermarkets. International Journal of

Academic Research in Economics and Management Science, Volume 1,

Nomor 2.

Laksana. Fajar, 2008. Manajemen Pemasaran, edisi pertama. Yogyakarta:

Graha. Ilmu.

Leba, Elizabet. 2015. Pengaruh Atmosfer Gerai dan Promosi Terhadap Pembelian

Impulsif Yang Dimediasi Emosi Positif. Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen

Vol.4 hal 16. Surabaya: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia.

Levy, Michael dan Weitz, Barton A. 2008. Retailing Management. New York,

America: McGraw-Hill/Irwin.

Lupiyoadi, Rambat. 2006. Manajemen Pemasaran Jasa, Jakarta: Salemba Empat.

Machfoedz, Mahmud. 2005. Pengantar Pemasaran Modern. Yogyakarta:

Akademi Manajemen Perusahaan YKPN.

Ma’ruf, Hendri. 2006. Pemasaran Ritel. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Muslim, M. I., dan Mudiantono. 2012. Analisis Pengaruh Merchandise, Promosi,

Atmosfir Dalam Gerai, Pelayanan Ritel, Dan Harga Terhadap Keputusan

Pembelian. Jurnal Pemasaran. Universitas Diponegoro Semarang.

Pindyck, Robert S. dan Rubinfeld, Daniel L. 2007. Mikroekonomi Edisi 6 Jilid 1.

Jakatra: Indeks.

Setiaji, Bambang. 2006. Panduan Riset Dengan Pendekatan Kuantitatif.

Surakarta: UMS Press.

Selvaraj, C dan Swaminathan. 2011. Brunt Of Visual Merchandise On Retail

Store Penchant. JM International Journal of Marketing Management.

Volume 1

Soliha, Euis. 2008. Analisis Industri Ritel di Indonesia. Jurnal Bisnis dan

Ekonomi (JBE). 152(2). Vol.15 hal 128. Semarang: Universitas Stikubang.

Sudjana, Asep. 2005. Manajemen Ritel Modern. Yogyakarta : Graha ilmu.

Sugiarta, I. 2011. Panduan Praktis dan Strategis: Retail Consumer Goods,

Jakarta: Expose (Mizan Group).

Page 19: ANALISIS PENGARUH STORE ATMOSPHERE, MERCHANDISING PROMOSI, DAN PELAYANAN RITEL ...eprints.ums.ac.id/45472/1/Naskah Publikasi - Dwi Jayanto.pdf · 2016. 8. 10. · berkesinambungan

15

Sumarwan, Ujang. 2015. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam

Pemasaran edisi kedua. Bogor: Ghalia Indonesia.

Suryani, Alit dan Sari, Dewa Ayu Taman. 2012. Pengaruh Merchandising,

Promosi dan Atmosfir Toko Terhadap Impulse Buying. Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali

Sutisna, 2008. Perilaku Konsumen Dan Komunikasi Pemasaran. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Swastha, Basu, dan Irawan. 2002. Manajemen Pemasaran Modern, Edisi Kedua

Cetakan Kesebelas, Liberty Offset, Yogyakarta.

Tjiptono, Fandy. 2005. Pemasaran Jasa, Malang: Bayumedia Publishing.

Tjiptono, Fandy. 2007. Strategi Pemasaran, Yogyakarta: Andi Offset.

Tjiptono, Fandy. 2008. Strategi Bisnis Pemasaran. Andi. Yogyakarta.

Utami, C.W., 2008. Manajemen Barang Dagangan Dalam Bisnis Ritel, Malang:

Bayumedia Publishing.

Yistiani, Ni Nyoman Manik., Ni Nyoman Kerti Yasa., dan I.G.A Ketut Gede

Suasana. 2012. Pengaruh Atmosfer Gerai dan Pelayanan Ritel Terhadap

Nilai Hedonik dan Pembelian Impulsif Pelanggan Matahari Departement

Store Duta Plaza di Denpasar. Jurnal Manajemen, Strategi Bisnis, dan

Kewirausahaan, Vol. 6(2) hal 147. Bali: Universitas Udayana.

Yulianti. Reni, Hardi dan Rusli. 2014. Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran,

Kesulitan Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi, dan Sistem

Pelaporan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. JOM

FEKON Vol.1 No. 2 Oktober 2014.