analisis pengaruh nilai tukar, suku bunga,

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, SUKU BUNGA, LAJU INFLASI DAN PERTUMBUHAN GDP TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM SEKTOR PROPERTI (KAJIAN EMPIRIS PADA BURSA EFEK INDONESIA PERIODE PENGAMATAN TAHUN 2000-2008 )

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat guna memperoleh derajat sarjana S-2 Magister Manajemen Program Studi Magister Manajemen Universitas Diponegoro Disusun oleh: ACHMAD ATH THOBARRY NIM C4A 007 118

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG2009

PENGESAHAN TESIS

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa tesis berjudul :

ANALISIS PENGARUH, NILAI TUKAR, SUKU BUNGA, LAJU INFLASI DAN PERTUMBUHAN GDP TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM SEKTOR PROPERTI (KAJIAN EMPIRIS PADA BURSA EFEK INDONESIA PERIODE PENGAMATAN TAHUN 2000-2008 )

Yang disusun oleh Achmad Ath Thobarry, NIM C4A007118 telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 15 September 2009 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

Pembimbing Utama

Pembimbing Anggota

Prof.Dr.H. Imam Ghozali, M.Com, Akt

Dra. Zulaikha, M.Si, Akt

Semarang, 15 Sepetember 2009 Universitas Diponegoro Program Pascasarjana Program Studi Magister Manajemen Ketua Program

Prof. Dr. Augusty Tae Ferdinand, MBA

SertifikasiSaya Achmad Ath Thobarry, ST yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa tesis yang saya ajukan ini adalah hasil karya saya sendiri yang belum pernah disampaikan untuk mendapatkan gelar pada program Magister Manajemen ini ataupun program lainnya. Karya ini adalah milik saya, karena itu pertanggungjawabannya sepenuhnya berada di pundak saya .

Achmad Ath Thobarry, ST 15 September 2009

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Melihatlah ke atas untuk urusan akhiratmu dan melihatlah ke bawah untuk urusan duniamu maka hidup akan tenteram.

Bukan kecerdasan anda, melainkan sikap andalah yang akan mengangkat anda dalam kehidupan

Tesis ini dipersembahkan untuk : Orang Tua, Drs.Moh. Chozin, SH & Maryati, SH Kedua adikku Nurul Mahrunnisa dan Indah Syajratuddar Dan Anita Dian Puspitasari, SE, MM

Terimakasih atas segala bentuk dukungan yang telah diberikan kepada penulis

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah ke hadirat Allaw SWT atas rahmat dan hidayahNya, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Segala upaya yang telah dilakukan tentunya tidak terlepas dari bimbingan, bantuan serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu hingga terselesaikannya tesis ini, terutama disampaikan kepada yang terhormat : 1. Bapak Prof. Dr. Augusty Tae Ferdinand, MBA, Direktur Program Studi Magister Manajemen Universitas Diponegoro Semarang, yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk mengikuti kegiatan perkuliahan pada Program Studi Magister Manajemen Universitas Diponegoro Semarang 2. Bapak Prof.Dr.H.Imam Ghozali, M.Com. Akt dan Ibu Dra. Zulaikha, M.Si, Akt selaku Pembimbing yang telah memberikan sumbangan pikiran dan memberikan kesempatan untuk berdiskusi serta dorongan dalam penelitian ini 3. Para Dosen dan Admisi Program Studi Magister Manajemen Universitas Diponegoro yang telah banyak membuka wawasan berpikir dan membantu kegiatan perkuliahan 4. Pimpinan Bank Indonesia Semarang dan Pimpinan Badan Pusat Statistik Wilayah Jawa Tengah yang telah memberikan data dan informasi demi kelancaran penyelesaian penelitian ini 5. Pimpinan dan rekan-rekan karyawan PT. Jamsostek (persero) cabang Semarang I atas bantuan dan waktu yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan Tesis ini.

6. Keluarga yang telah memberikan kesempatan dan dukungan baik secara moral maupun spirituil kepada penulis. 7. Teman-teman kuliah pada Program Studi Magister Manajemen Universitas Diponegoro Angkatan XXXI Akhir Pekan atas persahabatan yang indah dan segala bantuan serta kerjasamanya selama ini 8. Berbagai pihak yang telah membantu pelaksanaan program studi dan penelitian , yang tidak dapat diuraikan satu persatu. Semoga jasa, bantuan dan dorongan bapak/ibu diterima oleh Allah SWT sebagai amal yang bermanfaat. Harapan penulis, semoga tesis ini bermanfaat meskipun penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna.

Semarang, 15 September 2009

Achmad Ath Thobarry, ST

ABSTRACTInstability of monetary situation which is reflected by currency rate, interest rate, inflation rate and GDP growth affects chaos in economic situation.The Case above shows that macro economic has close corelation with stock price index in the stock market.The purpose of this research is to analyze some factors that influence stock price index in property sector. This research examines the effect of currency rate, interest rate, inflation rate and GDP growth in the property stock price index during period 2000-2008. The method employed in this research is using multiple regression analysis. Historical data was taken from Indonesian Financial Statistic,Indonesian Stock Exchange, Statictic Center Beaurau, Bank of Indonesia monthly report and Indonesia Capital Market Directory. The results shows that currency rate and inflation rate has significant influence toward property stock price index. Mean while interest rate and GDP growth affects property stock price index when it was tested partially.

Keyword : currency rate, interest rate, inflation rate, GDP growth and Stock price Index

ABSTRAKSI

Tidak stabilnya situasi moneter yang tercermin dari nilai tukar rupiah, suku bunga, inflasi dan pertumbuhan GDP mengakibatkan kekacauan dalam perekonomian. Hal tersebut menunjukkan eratnya pengaruh makro ekonomi terhadap indeks harga saham di pasar saham. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji mengenai pengaruh indikator ekonomi makro, tingkat inflasi, suku bunga, kurs, dan pertumbuhan terhadap indeks harga saham sektor properti selama periode tahun 2000-2008. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan regresi linier berganda. Data diperoleh dari Monthly Statictic, Indonesia Stock Exchange, Indikator ekonomi dari Badan Pusat Statistik, Laporan bulanan Bank Indonesia dan Indonesian Capital Market Directory. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dan data dikumpulkan dengan teknik mencatat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel nilai tukar memiliki pengaruh positif signifikan dan variabel inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap indeks harga saham sektor properti, sedangkan variabel suku bunga dan pertumbuhan GDP hanya signifikan bila diuji secara bersamaan dan tidak berpengaruh signifikan bila diuji secara parsial.

Kata kunci : Nilai tukar, Suku bunga, Laju Inflasi, Pertumbuhan GDP, Indeks harga saham

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL.................................................................................. SERTIFIKASI ............................................................................................ LEMBAR PENGESAHAN TESIS ............................................................ MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................. ABSTRACT ............................................................................................... ABSTRAKSI ............................................................................................. KATA PENGANTAR ............................................................................... DAFTAR TABEL ..................................................................................... DAFTAR GAMBAR ................................................................................ DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ i ii iii iv v vi vii xii xiii xiv

I.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1.2. Perumusan Masalah ................................................................... 1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................... 1.4. Manfaat Penelitian ..................................................................... 1 17 19 20

II.

TELAAH

PUSTAKA

DAN

PENGEMBANGAN

MODEL

PENELITIAN 2.1. Telaah Pustaka ........................................................................... 2.1.1. Pasar Modal ................................................................... 2.1.2. Indeks Harga Saham...................................................... 2.1.3. Faktor-faktor yang diperkirakan mempengaruhi nilai Saham ............................................................................ 26 21 21 22

2.1.4. Nilai Tukar Uang .......................................................... 2.1.5. Suku Bunga .................................................................. 2.1.6. Laju Inflasi ................................................................... 2.1.7. Pertumbuhan GDP ......................................................... 2.1.8. Hubungan nilai tukar terhadap dollar, suku bunga, nilai tukar dan pertumbuhan GDP terhadap pergerakan indeks Harga Saham ................................... 2.2. Penelitian Terdahulu .................................................................. 2.3. Kerangka Pemikiran Teoritis .................................................. 2.4. Perumusan Hipotesis ..................................................................

29 32 33 35

35 40 45 47

III. METODE PENELITIAN 3.1. Sumber Data ............................................................................... 3.2. Populasi dan Sampel .................................................................. 3.3. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 3.4. Definisi Operasional Variabel .................................................... 3.5. Teknik Analisis Data .................................................................. 3.5.1. Pengujian Asumsi Klasik .............................................. 3.5.1.1. Uji Multikolinearitas ....................................... 3.5.1.2. Uji Heteroskedastisitas .................................... 3.5.1.3. Uji Normalitas ................................................. 3.5.1.4. Uji autokorelasi ............................................... 3.5.2. Pengujian Hipotesis ....................................................... 3.5.2.1. 3.5.2.2. Koefisien Determinasi (R2) .......................... Pengujian Terhadap Koefisien Regresi 61 49 50 51 51 54 55 56 57 58 60 60 61

Secara Simultan (Uji F) ................................ 3.5.2.3. Pengujian Dengan Koefisien Regresi Parsial (Uji t).............................................................

63

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis data ................................................................................ 4.1.1 Uji Asumsi Klasik .............................................................. 4.1.2 Perumusan Model Persamaan Regresi ............................... 4.1.3Analisis Kekuatan Pengaruh Variabel Bebas terhadap Variasi Variabel Terikat ...................................................... 4.2 Uji Hipotesis dan Pembahasan ..................................................... 4.2.1 Uji Hipotesis untuk Menguji Kemampuan pengaruh Inflasi, SBI, Nilai tukar dan Nilai GDP secara bersama-sama terhadap Indeks Properti............................. 4.2.2 Uji Hipotesis untuk Menguji Kemampuan pengaruh Inflasi, SBI, Nilai tukar dan Nilai GDP secara parsial terhadap Indeks Properti. ................................................... 74 73 72 73 64 64 70

V.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 5.1 Simpulan ....................................................................................... 5.2 Implikasi Kebijakan ...................................................................... 5.3 Keterbatasan penelitian ................................................................. 5.4 Agenda untuk penelitian mendatang ............................................ 81 82 83 84 86

DAFTAR REFERENSI .......................................................................

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Tabel 2.1 Perkembangan Bursa Efek Indonesia tahun 1994-2008 .... Matriks Hubungan Profitabilitas Perusahaan dengan kondisi ekonomi ................................................................. Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 3.1 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Pengaruh Faktor-faktor Ekonomi Terhadap investasi........ Penelitian Terdahulu .......................................................... Definisi Operasional Variabel ............................................ Hasil Uji Multikolinearitas................................................. Hasil Uji Gletsjer ............................................................... Hasil Uji Kolmogorov- Smirnov........................................ Hasil Estimasi Regresi Berganda ....................................... Hasil Uji Koefisien Determinasi ........................................ Hasil Uji Satatistik F .......................................................... Hasil Uji Satatistik t ........................................................... 26 28 43 53 65 67 69 71 73 73 75 7

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1 Grafik Pergerakan Indeks Sektor Properti dan Real Estate Tahun 1996 2008 ............................................................ Gambar 1.2 Grafik Pergerakan pertumbuhan GDP Indonesia tahun 2003-2007 .......................................................................... Gambar 1.3 Grafik Perkembangan pangsa pasar PDB menurut sektor ekonomi .............................................................................. Gambar 2.1 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Kerangka Pemikiran Teoritis ............................................. Hasil Uji Heterokedastisitas ............................................... Normal Probability Plot ..................................................... 12 47 66 68 10 8

DAFTAR LAMPIRAN

BABI PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakangmasalah. Menurunnya nilai indeks bursa saham global dan krisis finansial di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di seluruh media massa. Krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat terjadi akibat macetnya kredit properti (subprime mortgage), yaitu sejenis kredit kepemilikan rumah (KPR) di Indonesia. Efek beruntundarikreditperumahanitumembuatbeberapaperusahaankeuanganbesardi Amerikadanjugaperusahaanlaindiseluruhduniabangkrut(Adiwarman,2008).Halini menunjukkan bahwa perkembangan sektor properti dan kredit perbankan sangat mempengaruhi perekonomian di Amerika Serikat. Sebagai negara yang merupakan pusat ekonomi dunia, efek beruntun perlambatan ekonomi AS tadi sangat mempengaruhikinerjapasaruangdunia.Pengaruhdarikrisisfinansialakanlebihbesar jikaterjadidipasarbebassepertisaatini.KesimpulannyakrisisekonomiAmerikaSerikat sangatmenentukankondisidanstabilitasekonomiglobal,termasukdinegaraIndonesia yangmasihtergantungdarikondisiperekonomianAmerikaSerikat. Ada dua pengaruh langsung krisis finansial global terhadap perekonomian di negaraIndonesia.PertamapengaruhterhadapkeadaanindeksbursasahamIndonesia. Kepemilikan asing yang masih mendominasi dengan porsi 66% kepemilikan saham di BEI, mengakibatkan bursa saham rentan terhadap keadaan finansial global karena kemampuan finasial para pemilik modal tersebut (Tempo Interaktif, 2008). Kedua,

dibidang ekspor impor, Amerika Serikat merupakan negara tujuan ekspor nomor dua setelah Jepang dengan porsi 20%30% dari total ekspor (Depperin, 2008). Dengan menurunnya kinerja ekonomi Amerika Serikat secara langsung akan mempengaruhi eksporimpornegaraIndonesiajuga. Pengaruh lain krisis finansial global terhadap ekonomi makro adalah dari sisi tingkat suku bunga. Dengan naik turunnya kurs dollar, suku bunga akan naik karena BankIndonesiaakanmenahanrupiahsehinggaakibatnyainflasiakanmeningkat.Kedua, gabungan antara pengaruh kurs dollar tinggi dan suku bunga yang tinggi akan berdampak padasektor investasidan sektor riil,dimana investasidi sektorriil seperti propertidanusahakecildanmenengah(UKM)dalamhitungansemesteranakansangat terganggu. Pengaruhnya pada investasi di pasar modal, krisis global ini akan membuat orang tidak lagi memilih pasar modal sebagai tempat yang menarik untuk berinvestasi karenakondisimakroyangkurangmendukung(Adiwarman,2008) Krisis ekonomi di Indonesia pada tahun 1997 juga menunjukkan hubungan antara kondisi makro ekonomi terhadap kinerja saham, dimana dengan melemahnya nilai tukar rupiah telah berdampak besar terhadap Pasar Modal di Indonesia. Dengan contoh kasus diatas dan dengan masih meningkatnya pertumbuhan ekonomi dunia makaperkembanganpasarmodaldiIndonesiasangatmenarikuntukdikaji. Secara umum, pasar modal merupakan tempat kegiatan perusahaan mencari dana untuk membiayai kegiatan usahanya. Selain itu, pasar modal juga merupakan suatu usaha penghimpunan dana masyarakat secara langsung dengan cara menanamkan dana ke dalam perusahaan yang sehat dan baik pengelolaannya. Fungsi utamapasarmodaladalahsebagaisaranapembentukanmodaldanakumulasidanabagi

pembiayaansuatuperusahaanatauemiten.Dengandemikianpasarmodalmerupakan salah satu sumber dana bagi pembiayaan pembangunan nasional pada umumnya dan emiten pada khususnya di luar sumbersumber yang umum dikenal, seperti tabungan pemerintah,tabunganmasyarakat,kreditperbankandanbantuanluarnegeri. Bagi kalangan masyarakat yang memiliki kelebihan dana dan berminat untuk melakukan investasi, hadirnya lembaga pasar modal di Indonesia menambah deretan alternatif untuk menanamkan dananya. Banyak jenis surat berharga (securities) yang dijual dipasar tersebut, salah satunya adalah saham. Saham perusahaan go public sebagaikomoditiinvestasitergolongberisikotinggikarenasifatnyayangpekaterhadap perubahanperubahan yang terjadi baik oleh pengaruh yang bersumber dari luar ataupun dari dalam negeri. Perubahan tersebut antara lain dibidang politik, ekonomi, moneter, undangundang atau peraturan maupun perubahan yang terjadi dalam industridanperusahaanyangmengeluarkansaham(emiten)itusendiri. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan investasi yang dapat menghasilkan tingkat keuntungan optimal bagi investor. Investasi dapat diartikan sebagaisuatukegiatanmenempatkan danapada satu ataulebihdarisatuasetselama periodetertentudenganharapandapatmemperolehpenghasilandanataupeningkatan nilaiinvestasi(SuadHusnan,1998).Investasipadasahamdianggapmempunyaitingkat resiko yang lebih besar dibandingkan dengan alternatif investasi lain, seperti obligasi, deposito,dantabungan Setiap investor di pasar saham sangat membutuhkan informasi yang relevan denganperkembangantransaksidibursa,halinisangatpentinguntukdijadikanbahan pertimbangan dalam menyusun strategi dan pengembalian kepututusan investasi di

pasar modal. Investor dapat memanfaatkan pasar modal sebagai sarana untuk menyalurkan dana yang menganggur atau berinvestasi guna memperoleh keuntungan ataureturnyangdidapatberupapeningkatanmodal(capitalgain)danlabahasilusaha yang dibagikan (dividen) untuk investasi dipasar saham, serta bunga (coupon) untuk invesatasidipasarobligasi. PemodalatauInvestorhanyadapatmemperkirakanberapatingkatkeuntungan yang diharapkan (expected return) dan seberapa jauh kemungkinan hasil yang sebenarnya nanti akan menyimpang dari hasil yang diharapkan. Apabila kesempatan investasi mempunyai tingkat resiko yang lebih tinggi, maka investor akan mengisyaratkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi pula. Dengan kata lain, semakin tinggi risiko suatu kesempatan investasi maka akan semakin tinggi pula tingkat keuntungan(return)yangdiisyaratkanolehinvestor(Jogianto,2000).Sahamperusahaan yang go public sebagai komoditi investasi tergolong beresiko tinggi, karena sifat komoditinyasangatpekaterhadapperubahanperubahanyangterjadi,baikperubahan di luar negeri maupun dalam negeri. Perubahan tersebut dapat berdampak positif maupunnegatifterhadapnilaisahamtersebutyangberadadipasarsaham. Faktor utama yang menyebabkan harga pasar saham berubah adalah adanya persepsi yang berbeda dari masing masing investor sesuai informasi yang dimiliki. Menurut Cheng (1997), dalam melakukan pemilihan investasi di pasar modal dipengaruhi oleh informasi fundamental dan teknikal. Informasi fundamental adalah informasi kinerja dan kondisi internal perusahaan yang cenderung dapat dikontrol, sedangkaninformasiteknikaladalahinformasikondisimakrosepertitingkatpergerakan suku bunga, nilai tukar mata uang, inflasi, indeks saham di pasar dunia, kondisi

keamanan dan politik. Informasi teknikal sering digunakan sebagai dasar analisis pasar modal.Jikakondisiatauindikatormakroekonomimendatangdiperkirakanjelek,maka kemungkinan besar refleksi indeks harga harga saham menurun, demikian sebaliknya (RobbertAng,1997). Analisis teknikal (technical analysis) lebih dipengaruhi oleh pergerakan historis indeks harga saham melalui sinyal yang diisyaratkan indikator ekonomi makro (Harjun Muharam,2002).Penggunaanalisisteknikalberkeyakinanbahwasegalasesuatuseperti rasa optimis, pesimis dan cemas telah terefleksi dalam indeks harga saham. Kadang investorbertransaksiatasdasarkeyakinannya(feeling)sehinggabanyakpenggunajasa analisis teknikal berrnain dengan pola cepat (hit and run). Fenomena pergerakan indikatorekonomimakromenarikdianalisissebagaivariabelpembedaantarakenaikan danpenurunanindekshargasahamsebagaiaktivitasperdagangansaham. Seiring dengan meningkatnya aktivitas perdagangan, kebutuhan untuk memberikaninformasiyanglebihlengkapkepadamasyarakatmengenaiperkembangan bursa, juga semakin meningkat. Salah satu informasi yang diperlukan tersebut adalah indeks harga saham sebagai cerminan dari pergerakan harga saham. Indeks saham tersebut secara terus menerus disebarluaskan melalui media cetak maupun elektronik sebagaisalahsatupedomanbagiinvestoruntukberinvestasidipasarmodal. Selainaktivitastransaksiyangmeningkat,IndekHargaSahamGabungan(IHSG) jugamenunjukkankenaikanyangluarbiasa.Padaakhirtahun1994,IHSGmasihberada pada level 469,640. Meskipun sempat mengalami penurunan pada saat krisis ekonomi melandaIndonesiatahun1997,padaeratahun2000anIHSGmengalamipertumbuhan yang luar biasa. Pada tanggal 9 Januari 2008, IHSG mencapai level tertinggi sepanjang

sejarah Pasar Modal Indonesia yaitu ditutup pada level 2.830,263 atau meningkat sebesar502,65%dibandingkanpenutupantahun1994(BEI,2008).Perkembangannilai indeksbursaefekIndonesiadapatdilihatpadatabel1.1. Tabel1.1 PerkembanganBursaEfekIndonesiatahun19942008

Sumber:BursaEfekIndonesia,2009 IndeksHargaSahamGabungan(IHSG)pertamakalidiperkenalkanpadatanggal 1April1983sebagaiindikatorpergerakanhargasahamyangtercatatdibursa.Haridasar perhitunganindeksadalahtanggal10Agustus1982dengannilai100.Sedangkanjumlah emiten yang tercatat pada waktu itu adalah sebanyak 13 emiten. Sekarang ini jumlah emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia sudah mencapai 396 emiten. Seiring dengan perkembangan dan dinamika pasar, IHSG mengalami periode naik dan turun.

Pada tanggal 9 Januari 2008, IHSG di Bursa Efek Indonesia mencapai level tertinggi sepanjangsejarahpasarmodalIndonesiayaituditutuppadalevel2.830,263(BEI,2008). BursaEfekIndonesiamemilikibeberapaindekssektoral.KesemuaIndekssaham sektoral yang tercatat di BEI diklasifikan kedalam sembilan sektor menurut klasifikasi industri yang telah ditetapkan BEI dan diberi nama JASICA (Jakarta Industrial Classification).Salahsatusektortersebutadalahsektorpropertidanrealestate. Sektor properti sebagai salah satu sektor yang penting di Indonesia. Sektor properti merupakan indikator penting untuk menganalisis kesehatan ekonomi suatu negara. Industri properti juga merupakan sektor yang pertama memberi sinyal jatuh atau sedang bangunnya perekonomian sebuah negara (Santoso, 2005). Selain alasan tersebut, diambilnya sektor ini sebagai objek penelitian karena sektor ini merupakan salah satu sektor yang volatililitasnya cukup tinggi. Hal ini terlihat pada indeks saham sektorpropertidanrealestatedaritahun19962008padagambardibawahini. Gambar1.1 GrafikIndeksSektorPropertidanRealEstate Tahun19962008

Sumber:BursaEfekIndonesia,2009 Selain volatilitas harga saham yang tinggi, sektor properti juga sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian secara makro. Dampak krisis global bisa saja akan kembali mempengaruhi bisnis properti Indonesia seperti yang terjadi pada tahun 1998. Kekhawatiran ini mulai muncul sejak tahun 2003 ketika ekspansi bisnis properti begitu tinggi. Pembangunan ruko, apartemen, mal dan pusat perbelanjaan mengalami perkembanganyangsignifikan,takhanyadiJakartanamunjugadibeberapakotabesar lainnya.Padaperkembangannya,membaiknyakondisiekonomimembuatpertumbuhan bisnis properti nasional khususnya sejak 2003 menjadi sangat tinggi. Nilai kapitalisasi proyek properti nasional melonjak, dan puncaknya tahun 2005 nilai kapitalisasinya mencapai Rp 91,01 Triliun atau meningkat hampir sepuluh kali dibandingkan dengan nilaikapitalisasitahun2000yangsebesarRp.9,51Triliun(BankIndonesia,2008). Meningkatnya pertumbuhan properti di Indonesia diindikasikan dengan banyaknya masyarakat yang menginvestasikan modalnya di industri properti. Penyebabnya adalah supply tanah bersifat tetap sedangkan demand akan selalu besar seiring pertambahan penduduk. Selain itu, harga tanah bersifat rigid, artinya penentu harga bukanlah pasar tetapi orang yang menguasai tanah (Rachbini 1997). lnvestasi di bidang properti pada umumnya bersifat jangka panjang dan akan bertumbuh sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Namun sejak krisis ekonomi tahun 1998, banyak

perusahaan pengembang mengalami kesulitan karena memiliki hutang dollar Amerika dalam jumlah besar. Suku bunga kredit melonjak hingga 50% sehingga pengembang kesulitanmembayarcicilankredit(Kompas,2003). Sektor properti sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian dalam negeri. Perekonomian Indonesia pada Tahun 2007 tumbuh 6,32%, mencapai pertumbuhan tertinggi dalam lima tahun terakhir. Hal ini juga memicu perkembangan sektor riil seperti properti dan real estate. Perkembangan perekonomian yang tercermin dalam perkembanganProdukDomestik Bruto mengalamikenaikanyangcukup signifikan.Hal ini dapat dilihat pada pertumbuhan Growth Domectic Product beberapa sektor yang ditampilkanpadagambardibawahini. Gambar1.2 GrafikPergerakanPertumbuhanGDPIndonesia Tahun20002008

Sumber:BPS,2008 Perkembanganekonomiyangmeningkatsetelahperiodekrisis,disertaikondisi politik dan keamanan yang semakin membaik merupakan kondisi yang kondusif bagi perkembanganindustriproperti.Membaiknyakondisiekonomitersebuttercerminpula dari indikator makro ekonomi seperti inflasi dan suku bunga yang lebih rendah serta nilaitukaryangrelatiflebihstabildibandingkanpadaperiodekrisistahun1998.Halini menunjukanfundamentalekonomidiIndonesiasaatinicukupkuatdalammenghadapi efekberuntunkrisiskeuanganglobal. Indikator keuangan makro dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meningkat dari 5,5 persen di tahun 2006 menjadi 6,3 persen pada tahun 2008. Angka tersebut merupakan angka tertinggi sejak krisis tahun 1998. Ekonomi Indonesia masih tumbuh sekitar 6,4% pada semester I 2008 dengan tiga sektor yang mengalami pertumbuhantinggiadalahsektorpertanian5,1%,sektorpengangkutandankomunikasi 4,1% dan sektor listrik, gas dan air bersih 3,6%. Pertumbuhan tersebut didorong oleh pertumbuhan konsumsi yang meningkat dari 3,2 persen pada tahun 2006 menjadi 5 persen pada tahun 2007 dan diprediksikan akan terus meningkat di tahun 2008 dan 2009. Demikian juga pembentukan modal tetap bruto yang meningkat tajam dari 2,5 persenditahun2006menjadi9,2persenditahun2007(BankIndonesia,2008).

Secaraurutan,pertumbuhan sektorproperti (bangunan)tersebutmasihcukup baik. Dari sisi produksi, semua sektor mengalami ekspansi dengan ekspansi tertinggi padasektorpengangkutandankomunikasi(14,38%),diikutiolehsektorlistrik,gasdan air bersih (10,40%) dan sektor bangunan (8,61%)(BPS 2008). Dari sisi pengeluaran, seluruhkomponenpengeluaranjugamengalamiekspansiEkspansitertinggiterjadipada komponen investasi yaitu sebesar 9,16%, diikuti oleh ekspor barang dan jasa (8,02%) dan konsumsi (4,90%) (BPS 2008). Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1.3, yaitu grafik pangsamenurutGrossDomesticProduct(GDP). Gambar1.3 GrafikPerkembanganPangsaGDPMenurutSektorEkonomi Grafik2.

Sumber:BPS,2008 Berdasarkan pengamatan Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI), kondisi makro ekonomimerupakanfaktorpentingyangmempengaruhibisnisproperti.Palingtidakada tiga faktor pemicu bangkitnya kembali bisnis properti tahun 2007. Faktor tersebut adalah stabilnya laju inflasi selama tahun 2007 pada level 5,56,0 persen, tingkat suku bungaKPRsebesar1011persendanmenguatnyakursrupiahpadalevelRp8.700Rp 9.000perdollarAS(KompasJuni2007).Setelahmengalamipenurunanpenjualanpada tahun 2006, tampaknya pasar properti akan siap bangkit kembali mulai semester II tahun 2007. Dari data diatas, akan dicari pengaruh kaitan makro ekonomi yaitu nilai tukar dollar terhadap rupiah, suku bunga, laju inflasi dan pertumbuhan ekonomi yang dicerminkanolehpertumbuhanGDPterhadapIndeksHargasahamsektorproperti. Dampak merosotnya nilai tukar rupiah terhadap pasar modal memang dimungkinkan,mengingatsebagianbesarperusahaanyanggopublicdiBEImempunyai hutang luar negeri dalam bentuk valuta asing. Di samping itu produkproduk yang dihasilkanolehperusahaanpubliktersebutbanyakmenggunakanbahanyangmemiliki

kandunganimportinggi.Merosotnyarupiahdimungkinkanmenyebabkanjumlahhutang perusahaan dan biaya produksi menjadi bertambah besar jika dinilai dengan rupiah. Padaakhirtahun1997dimanakursrupiahterhadapdollarterdepresiasi,sebanyak210 perusahaan dari 270 perusahan yang listing di BEI telah mengalami penurunan laba bersihsekitar97%dibandingkantahunsebelumnya(BEI,2008). SampaidenganakhirbulanJuli1997tidakterdapathubungansistematisantara depresiasi rupiah khususnya terhadap dolar dengan indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).PerkembanganIHSGsebagaimanalazimnyalebihditentukanolehperkembangan tingkat bunga (Setyorini dan Supriyadi, 2000). Tetapi sejak ditetapkannya sistem kurs devisa bebas mengambang, pergerakan IHSG seakan mengikuti pergerakan nilai tukar rupiahterhadapdolaratausebaliknyapergerakanrupiahseakanmengikutipergerakan IHSG.Halinimemunculkandugaanbahwadiantarakeduanyaterdapathubunganyang sistematis. Penelitian yang dilakukan oleh Hardiningsih et al (2001) menunjukkan hasil bahwa nilai tukar rupiah terhadap US Dollar berpengaruh negatif terhadap saham. Nurdin(1999),mengemukakanhasilpenelitianbahwanilaitukarrupiahterhadapdollar Amerika Serikat tidak berpengaruh terhadap resiko investasi saham. Disisi lain, Utami danRahayu(2003)sertaSuciwatidanMachfoedz(2002)hasilnyamenunjukkanbahwa nilaitukarrupiahterhadapUDdollarberpengaruhpositifterhadapsaham. Beberapapenelitiansebelumnyatentanghargasahamdengannilaitukar uang (domestikterhadapUSdolar)yangdilakukandiberbagainegaramenunjukkanhasilyang berbeda.FrankdanYoung(dalamSainidkk,2002)yangmenelitiUSMNCs(UnitedState Multi National Corporations) menemukan bahwa tidak ada pola yang pasti dari

hubungan harga saham dengan nilai tukar uang. BahmaniOskooee dan Sohrabian (dalam Saini dkk, 2002)menunjukkan hal lain dan menyimpulkan bahwa ada feedback interaction antara harga saham di Amerika dengan nilai tukar uang. Hal ini diperkuat olehAngdanGhalap(dalamSainidkk,2002)yangmenelitilimabelasUSMNCs(United State Multi National Corporations) dan mendapatkan kesimpulan yaitu harga saham menyesuaikandengancepatterhadapperubahannilaitukaruang. Dalam kasus di emerging market seperti di India, Pakistan, Korea Selatan dan Filipina,AbdalladanMurinde(1997)menemukanbahwanilaitukarberpengaruh(lead) terhadap harga saham. Yang terjadi di Filipina justru harga saham yang takes the lead terhadapmatauangdomestik.HasilyangberbedaditemukanolehGrangerdkk(2000) di Filipina. Dengan menggunakan data selama periode Januari 1987 sampai Desember 1994 di Philippines market ditemukan bahwa nilai tukar berpengaruh (lead) terhadap hargasaham. Penelitian yang dilakukan Ma dan Kao (1990) juga menemukan bahwa dengan menggunakan data untuk enam negara, apresiasi (menguatnya) uang domestik berpengaruhnegatifpadapergerakanhargasahamdomestikuntukperekonomianyang didominasi ekspor dan berpengaruh positif pada pergerakan harga saham domestik di suatu perekonomian yang didominasi impor. Selanjutnya Ajayi dan Mougu (dalam Setyorini dan Supriyadi, 2000) melalui pendekatan Error Correction Model (ECM), mengujihubungandinamisantaranilaitukardanindekssahamdidelapannegaramaju, yaitu Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Inggris, dan Amerika Serikat. Hasilnya menunjukkan bahwa pasangan indeks saham dan nilai tukar untuk di tiap negaraberkointegrasi.

Sementaraitu,penelitianyangmengkajihubunganantarasukubunga(interest rate) dengan harga saham terdapat perbedaan hasil penelitian. Granger (dalam Mok, 1993)menyatakanbahwaterdapatpengaruhnegatifsukubungaterhadaphargasaham, tetapiMok(1993)sendiridenganmenggunakanmodelanalisisArimatidakmenemukan hubunganyangsignifikanantarakeduavariabelini.Pengaruhsignifikandarisukubunga terhadap harga saham sebagaimana yang ditemukan Granger (dalam Mok,1993) menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif antara suku bunga terhadap harga saham. Suku bunga yang rendah akan menyebabkan biaya peminjaman yang lebih rendah karena suku bunga yang rendah akan merangsang investasi dan aktivitas ekonomiyangakanmenyebabkanhargasahammeningkat. Kaitan suku bunga terhadap harga saham dikemukakan pula oleh Boedie et al (1995) yang menyatakan bahwa perubahan harga saham dipengaruhi oleh beberapa faktor,salahsatunyaadalahsukubunga.Haltersebutdidukungpuladenganpenelitian yang dilakukan oleh Utami dan Rahayu (2003) yang menemukan secara empiris pengaruhsukubungaterhadaphargasahamselamamasakrisisdiIndonesia. Selanjutnya, penelitian tentang hubungan antara inflasi dengan harga saham seperti yang dilakukan oleh Widjojo (dalam Almilia, 2003) menyatakan bahwa makin tinggi inflasi akan semakin menurunkan tingkat profitabilitas perusahaan. Turunnya profit perusahaan adalah informasi yang buruk bagi para trader di bursa saham dan dapatmengakibatkanturunnyahargasahamperusahaantersebut.SebaliknyaSangkyun Park(1997)yangmenelitikaitanantaraVariabelmakro,IndekshargaKonsumen,GDP, tingkat Inflasi, dan suku bunga terhadap harga saham menemukan bahwa hanya GDP

yang berpengaruh positif terhadap harga saham sedangkan variabel lainnya tidak berpengaruh. Penelitian hubungan pertumbuhan GDP terhadap harga saham yang telah dilakukan oleh Sangkyun Park (1997) diatas tadi menemukan adanya pengaruh positif pertumbuhan GDP terhadap harga saham, sedangkan Fama dan French (1981) yang meneliti kaitan antara return saham dengan tingkat suku bunga, inflasi dan pertumbuhan ekonomi, hanya menemukan pengaruh negatif inflasi terhadap harga saham dan tidak menemukan pengaruh suku bunga dan pertumbuhan ekonomi terhadap harga saham. Tandelilin (1997) juga memperkuat pernyataan diatas dengan menemukanpertumbuhanGDPtidakberpengaruhterhadapindekssaham. Berdasarkan latar belakang dan research gap dari penelitian terdahulu di atas,

maka studi ini menganalisis pengaruh nilai tukar uang, suku bunga, inflasi, dan pertumbuhan ekonomi yang dicerminkan oleh pertumbuhan GDP terhadap kinerja indeks harga saham sektoral dengan mengambil kasus perusahaan properti yang terdaftar di BEI pada tahun 20002008. Seperti yang sudah dipaparkan diatas, alasan pengambilanindekssahamsektorpropertikarenasektorpropertimerupakansalahsatu sektor yang volatilitasnya tinggi. Alasan lainnya adalah karena properti merupakan sektor yang sangat dipengaruhi oleh kondisi makro ekonomi seperti kenaikan suku bungakreditdaninflasiyangimbasnyapadapeningkatanpermintaanproperti.Hallain yangmendasaripenulisaninidalampengambilan indekshargasahampropertiadalah sangatberkembangnyasektoriniyangdiprediksikanpadatahun2010akanmengalami pertumbuhan berkisar 56%, terutama didorong oleh pertumbuhan Produk Domestik Bruto(PDB)danlevelsukubungaacuanBankIndonesia(BIRate)(Hendra,2009).

1.2 Perumusanmasalah Padalatarbelakangdapatdiketahuibeberapapermasalahansebagaiberikut: 1. PenelitianyangdilakukanolehHardiningsihetal(2001)menunjukkanhasilbahwa nilai tukar rupiah terhadap US Dollar berpengaruh negatif terhadap saham. Nurdin(1999),mengemukakanhasilpenelitianbahwanilaitukarrupiahterhadap dollar Amerika Serikat tidak berpengaruh terhadap resiko investasi saham. Disisi lain, Utami dan Rahayu (2003) serta Suciwati dan Machfoedz (2002) hasilnya menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah terhadap UD dollar berpengaruh positif terhadapsaham. Untuk penelitian yang dilakukan di beberapa negara, penelitian yang dilakukan Ma dan Kao (1990) menemukan bahwa dengan menggunakan data untukenamNegara,apresiasi(menguatnya)uangdomestikberpengaruhnegatif padapergerakanhargasahamdomestik.Namundalampenelitianyangdilakukan Frank dan Young (dalam Saini dkk, 2002) yang meneliti US MNCs (United State Multi National Corporations) menemukan bahwa tidak ada pola yang pasti (no recognizablepattern)darihubunganhargasahamdengannilaitukaruang. 2. Terdapatperbedaan hasil temuanGranger(dalam Mok, 1993)yangmenyatakan bahwaterdapatpengaruhnegatifsukubungaterhadaphargasahamtetapiMok (1993) sendiri dengan menggunakan model analisis Arima tidak menemukan hubunganyangsignifikanantarakeduavariabelini.

3.

Hasil temuan Almilia (2003) menyatakan bahwa makin tinggi inflasi akan dapat mengakibatkan turunnya harga saham perusahaan tersebut. Park (2000) juga menyimpulkanbahwaterdapathubungannegatifantarahargasahamdaninflasi. Sedangkan Sangkyun Park (1997) yang meneliti kaitan antara Variabel makro, Indeks harga Konsumen, GDP, tingkat Inflasi, dan suku bunga terhadap harga saham menemukan bahwa hanya GDP yang berpengaruh positif terhadap harga sahamsedangkanvariabellainnyatidakberpengaruh.

4.

SangkyunPark(1997)menelitiadanyapengaruhpositifantarapertumbuhanGDP danreturnsaham,sedangkanFamadanFrench(1981)yangmenelitikaitanantara return saham dengan tingkat suku bunga, inflasi dan pertumbuhan GDP, tidak menemukanpengaruhantarasukubungadanpertumbuhanGDPterhadapreturn saham. Daripaparantersebutdapatdiajukanresearchquestionsdalampenelitianini

sebagaiberikut: 1. Bagaimananilaitukarrupiahterhadapdolarberpengaruhterhadapindeksharga sahamsektorpropertidiBEI? 2. Bagaimanasukubungaberpengaruhterhadapindekshargasahamsektorproperti diBEI? 3. Bagaimanalajuinflasiberpengaruhterhadapindekshargasahamsektorproperti diBEI? 4. BagaimanapertumbuhanGDPberpengaruhterhadapindekshargasahamsektor propertidiBEI?

1.3Tujuanpenelitian. Penelitianinibertujuanuntuk: 1. Menganalisis pengaruh nilai tukar rupiah pada dolar terhadap indeks harga sahamsektorpropertidiBEI. 2. Menganalisis pengaruh suku bunga terhadap indeks harga saham sektor propertidiBEI. 3. Menganalisis pengaruh tingkat inflasi terhadap indeks harga saham properti di BEI. 4. Menganalisis pengaruh pertumbuhan GDP terhadap indeks harga saham propertidiBEI. 1.4 Manfaatpenelitian. a. Bagi pelaku bisnis dan praktisi keuangan, hasil dari studi ini diharapkan dapat menjadi informasi yang menarik dan menjadi salah satu masukan dalammempertimbangakankeputusaninvestasi. b. BagiakademisidanpenelitidibidangkeuangandiIndonesia,hasilstudiini dapat dijadikan salah satu masukan seputar pengaruh variabel makro ekonomiterhadapindekshargasahamdansektorproperti. c. Bagi para pembuat kebijakan (pemerintah), penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan akan pemahaman atas pengaruh faktorfaktor makro ekonomiterhadapkegiataninvestasidipasarmodal.

BABII TELAAHPUSTAKADANPENGEMBANGANMODEL PENELITIAN 2.1 TelaahPustaka Pada bab ini akan disajikan model beserta telaah pustaka yang melandasi pengembangan kerangka pikir dan pengajuan hipotesis. Penulisan dari bab ini akan disajikansebagaiberikut,pertamaadalahtelaahpustakauntukmemaparkanbeberapa konsepkonsep dasar variabel yang diteliti. Selanjutnya adalah mengenai penelitian penelitianyangpernahdilakukansebelumnyayangterangkumdalamsubbabpenelitian terdahulu. Kemudian pembahasan lebih lanjut mengenai kerangka pemikiran teoritis yang menjelaskan model serta hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat dan diikuti dengan pernyataan hipotesis yang diajukan. Terakhir pada bab ini adalah definisi operasional variabel yang menjelaskan bagaimana variabel diukur dan cara perhitunganyangdiperlukan. 2.1.1 Pasarmodalmerupakanalternatifpenghimpunandanaselainsistemperbankan. Menurut Suad Husnan (1994), pasar modal adalah pasar dari berbagai instrumen PasarModal

keuangan (sekuritas) jangka panjang yang dapat diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang (obligasi) maupun modal sendiri (saham) yang diterbitkan pemerintah dan perusahaan swasta. Sedangkan undangundang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995TentangPasarModalmemberikanpengertianpasarmodalsebagaisuatukegiatan yangbersangkutandenganPenawaranUmumdanperdaganganEfek,PerusahaanPublik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek (Bapepam.go.id, 2006). Pengertian lainnya, pasar modal adalah salah satu sumber pembiayaan eksternal jangka panjangbagi dunia usaha khususnya perusahaan yang go public dan sebagai wahana investasi bagi masyarakat (Farid HariantodanSiswantoSudomo,1998). Kepemilikan saham oleh masyarakat melalui pasar modal, dapat menjadikan masyarakat bisa menikmati keberhasilan perusahaan melalui pembagian dividen dan peningkatan harga saham yang diharapkan. Kepemilikan saham oleh masyarakat juga dapat memberikan pengaruh positif terhadap pengelolaan perusahaan melalui pengawasanlangsungolehmasyarakat. 2.1.2 IndeksHargaSaham Seiring dengan meningkatnya aktivitas perdagangan, kebutuhan untuk memberikaninformasiyanglebihlengkapkepadamasyarakatmengenaiperkembangan bursa juga semakin meningkat. Salah satu informasi yang diperlukan tersebut adalah hargasahamsebagaicerminandaripergerakanhargasaham.

Indeks harga saham merupakan indikator utama yang menggambarkan pergerakanhargasaham.Dipasarmodalsebuahindeksdiharapkanmemilikilimafungsi (BEI,2008)yaitu: 1. Sebagaiindikatortrenpasar, 2. Sebagaiindikatortingkatkeuntungan, 3. Sebagaitolokukur(benchmark)kinerjasuatuportofolio, 4. Memfasilitasipembentukanportofoliodenganstrategipasif, 5. Memfasilitasiberkembangnyaprodukderivatif. Ada beberapa macam pendekatan atau metode perhitungan yang digunakan untuk menghitung indeks, yaitu: (1) menghitung ratarata (arithmetic mean) harga sahamyangmasukdalamanggotaindeks,(2)menghitung(geometricmean)dariindeks individualsahamyangmasukanggotaindeks,(3)menghitungrataratatertimbangnilai pasar. Umumnya semua indeks harga saham gabungan (composite) menggunakan metoderataratatertimbangtermasukdiBursaEfekIndonesia(BEI,2008). Sekarang ini PT. Bursa Efek Indonesia memiliki 8 macam harga saham yang secara terus menerus disebarluaskan melalui media cetak maupun elektronik, sebagai salahsatupedomanbagiinvestoruntukberinvestasidipasarmodal(BEI,2008). Kedelapanmacamindekstersebutadalah:

a. Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan semua emiten yang tercatat sebagai komponen perhitungan indeks.

b. Indeks Sektoral, menggunakan semua emiten yang termasuk dalam masing-masing sektor. c. Indeks LQ45, menggunakan 45 emiten yang dipilih berdasarkan kriteria likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. d. Jakarta Islamic Index (JII), menggunakan 30 emiten yang masuk dalam kriteria syariah dan termasuk saham yang memiliki kapitalisasi besar dan likuiditas tinggi. e. Indeks Kompas100, menggunakan 100 saham yang dipilih berdasarkan kriteria likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. f. Indeks Papan Utama, menggunakan emiten yang masuk dalam kriteria papan utama. g. Indeks Papan Pengembangan, menggunakan emiten yang masuk dalam kriteria papan pengembangan. h. Indeks Individual, yaitu harga saham masing-masing emiten.Seluruh indeks yang ada di BEI menggunakan metode perhitungan yang sama, yaitu metode ratarata tertimbang berdasarkan jumlah saham tercatat. Perbedaan utamayangterdapatpadamasingmasingindeksadalahjumlahemitendannilaidasar yangdigunakanuntukpenghitunganindeks.MisalnyauntukIndeksLQ45menggunakan 45sahamuntukperhitunganindekssedangkanJakartaIslamicIndex(JII)menggunakan 30sahamuntukperhitunganindeks.Indeksindekstersebutditampilkanterusmenerus

melaluidisplaywalldilantaibursadandisebarkankemasyarakatluasolehdatavendor melaluidatafeed. Dewasa ini Indeks Harga Saham dijadikan barometer kesehatan ekonomi di suatunegaradanjugasebagailandasananalisisstatistikataspasarterakhir.Fenomena ekonomi tersebut meliputi mikro dan makro ekonomi. Fenomena makro diantaranya perubahan nilai tukar, suku bunga, tingkat inflasi. Perubahan harga saham setiap hari perdaganganakanmembentukIHS.Angkaindeksdibuatsedemikianrupahinggadapat digunakanuntukmengukurkinerjasahamyangdicatatdibursaefek,dimanareturndan risiko pasar tersebut dihitung. Return portofolio diharapkan meningkat jika IHS cenderungmeningkat,demikiansebaliknyareturntersebutmenurunjikaIHScenderung menurun.BahkansaatiniIHSdapatdijadikanbarometeryangmenunjukkankesehatan ekonomisuatunegaradandapatsebagaidasar dalam menganalisiskondisi pasar (BEI, 2008). Apabila terjadi peningkatan IHS maka kondisi pasar bagus. IHS digunakan oleh investor dalam melihat kondisi bursa yang akan digunakan untuk mengambil suatu keputusansaatmelakukantransaksisaham. IHSberlakuuntuksahamindividu/kelompoksedangkanhargasahamgabungan (IHSG)menggunakandatasemuasahamyangtercatatdisuatubursaefek.Metodologi perhitungan indeks menggunakan rata rata tertimbang nilai pasar (market value weightedaverageindex)denganrumusdasarperhitungan: NilaiPasar Indeks=x100% Nilaidasar

Nilai pasar adalah kumulatif jumlah saham hari ini dikali harga pasar hari ini (kapitalisasi pasar), sedangkan nilai dasar adalah kumulatif jumlah saham pada hari dasardikalihargadasarpadaharidasar.HaridasardiBursaEfekJakartaadalahtanggal 10Agustus1982dengannilai100. Indeks Harga Saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah Indeks Harga SahamsektorpropertiyangnilainyadiambildariMonthlyStatisticBursaEfekIndonesia dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2008. Nilai yang dipakai adalah nilai harga penutupan(closingprice)setiapbulan. 2.1.3 FaktorfaktorEkonomiyangDiperkirakanMempengaruhiNilaiSaham Para pemodal dalam proses penilaian investasi harus memahami kondisi ekonominasionalsuatunegaradimanamerekaakanberinvestasi.Kondisiekonomiini merupakanfaktorfaktoryangmempengaruhiataumemberidampakpadapendapatan dan biaya perusahaan, serta mempengaruhi permintaan dan penawaran terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan (Harianto,1998). Berikut ini tabel yang menggambarkan secara sederhana hubungan antara profitabilitas perusahaan dengan kondisi PDB, tingkat inflasi, tingkat bunga, dan kurs Rupiah terhadap mata uang asing sertakondisiekonomilainnya(Harianto,1998). Tabel2.1 MatriksHubunganProfitabilitasPerusahaandengankondisiekonomi Indikator Dampak Penjelasan

Ekonomi PDB Meningkatnya PDB adalah signal yang baik (positif) untuk investasi dan sebaliknya Meningkatnya PDB berpengaruh positif terhadap pendapatan konsumen karena dapat meningkatkan permin taan terhadap produkperusahaan. Inflasimeningkatkanpendapatandan biaya perusahaan. Jika peningkatan biayafaktorproduksilebihtinggidari peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan, profitabilitas perusahaan akan menurun

Inflasi

Meningkatnya inflasi secara relatif adalah sinyal negatif bagi pemodal di pasar modal

TingkatBunga

Tingkat bunga yang tinggi Meningkatnya tingkat bunga akan adalah sinyal negatif bagi meningkatkanhargakapitalsehingga hargasaham memperbesar biaya perusahaan sehingga terjadi perpindahan investasidarisahamkedepositoatau fixed. Menurunnya kurs dapat mening katkan biaya impor bahan baku dan terhadap mata uang asing meningkatkan suku bunga walaupun memiliki pengaruh negatif dapatmeningkatkanekspor terhadap ekonomi dan pasarmodal. Sinyalpositifuntukekonomi yang sedang resesi tapi negatifuntukekonomiyang sedanginflasi. Anggaran defisit mendorong konsumsi dan investasi pemerintah sehingga dapat meningkatkan permintaan terhadap produk perusahaan. Tetapi anggaran defisit akan meningkatkan jumlah uang beredar dan akibatnya mendorong inflasi. MenurunnyakursRupiah

KursRupiah

AnggaranDefisit

Investasiswasta

Meningkatnya investasi Meningkatnva investasi swasta akan swasta adalah sinyal positif meningkatkan PDB sehingga dapat bagipemodal. meningkatkan pendapatan konsumen.

Neraca Defisit neraca perdagangan Defisit neraca perdagangan dan Perdagangandan dan pembayaran adalah pembayaran harus dibiayai dengan Pembayaran sinyalnegatifbagipemodal. menarik modal asing. Untuk melakukan hal ini, suku bunga harus dinaikkan. Sumber:Harianto,Farid,1998,PerangkatdanTeknikAnalisisInvestasidiPasar ModalIndonesia,PTBEJ,Jakarta Menurut Ang (1997) berbagai variabel ekonomi akan memberikan pengaruh kepada pasar modal, khususnya ekuitas.Variabelekonomi yangmempengaruhi indeks harga saham adalah pertumbuhan Gross Domestic Product, keuntungan perusahaan, pertumbuhan produksi industri, inflasi, tingkat bunga, kurs mata uang rupiah, pengangguran dan jumlah uang beredar. Tandelilin (2000) menyatakan bahwa faktor faktor ekonomi makro secara empirik telah terbukti mempunyai pengaruh terhadap kondisi pasar modal di beberapa negara. Faktorfaktor tersebut yaitu pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB), laju pertumbuhan inflasi, tingkat suku bunga dan nilai tukar mata uang (exchange rate). Pengaruh masingmasing faktor tersebut dapat digambarkanditabelsebagaiberikut: Tabel2.2 PengaruhFaktorfaktorEkonomiTerhadapinvestasi IndikatorEkonomi Produk DomestikBruto(PDB) Pengaruh Meningkatnya PDB merupakan sinyal positif untuk investasidanmenjadisebaliknyajikaPDBturun.

Inflasi

Menurunnya inflasi secara relatif merupakan sinyal positifbagiinvestordipasarmodal. Menurunnnyatingkatsukubungamerupakansinyal positifterhadaphargasaham. Menguatnyakursrupiahterhadapmatauangasing merupakansinyalpositifbagiekonomiyang mengalamiinflasi.

Tingkatsukubunga.

Kurs

Sumber: Tandelilin, Eduardus, 2000. "Pasar Modal Indonesia: Problem dan Prospek", Wahanavol.3no.2, Tidakadateoriyangmembantahadanyahubunganantarapasarsahamdengan keadaan ekonomi makro. Menurut Chen, Roll, dan Ross (dalam Sitinjak dan Widuri, 2003), perubahan harga saham biasanya merupakan respon dan kekuatan eksternal. Selainitumemangadakebijakankebijakanmoneter(berkaitandenganekonomimakro) yang mempengaruhi pasar modal dan pasar uang bersamasama (Sitinjak dan Widuri, 2003). Beberapaahliekonomilainnyatelahmelakukanpenelitianmengenaihubungan antarakondisiekonomimakrodenganpasarsaham.Chen(1991)melakukanpenelitian yang mempelajari hubungan antara perubahan peluang investasi keuangan dan perubahan pada variabelvariabel ekonomi makro. Variabel ekonomi makro yang digunakan adalah tingkat pertumbuhan produksi, default premium, term premium, tingkat suku bunga jangka pendek dan rasio dividenharga yang ditunjuk sebagai indikatorpertumbuhanekonomimasakinidanmasayangakandatang.Hasilpenelitian

ini menunjukkan bahwa excess return pasar berhubungan secara negatif dengan pertumbuhanekonomisaatinidanberhubunganpositifuntukmasayangakandatang. 2.1.4 NilaiTukarUang Banyak hal mempengaruhi naik turunnya kinerja saham, di antaranya faktor makro ekonomi seperti inflasi, nilai tukar uang, dan suku bunga sebagaimana yang ditemukanolehTirapatdanNitayagasetwat(1999).Nilaitukarsuatumatauangadalah hargamata uangsuatunegaraterhadapnegaraasinglainya,misalnyahargadarisatu dollar Amerika saat ini Rp9.900,00 atau harga satu dollar Hongkong (HKD) adalah Rp1.500,00 dan seterusnya. Harga pada umumnya terkait dengan sejumlah uang, dan nilai tukar mata uang ini bersifat stabil dan bisa labil atau terlalu bergerak naik atau turun. Nilaitukarataulazimjugadisebutkursvalutadalamberbagaitransaksiataupun jualbelivalutaasing,dikenaladaempatjenisyakni(DornbuschdanFischer,1992): a. Selling Rate (kurs jual), yakni kurs yang ditentukan oleh suatu Bank untuk penjualanvalutaasingtertentupadasaattertentu b. Middle Rate (kurs tengah), adalah kurs tengah antara kurs jual dan kurs beli valuta asing terhadap mata uang nasional, yang ditetapkan oleh Bank Central padasuatusaattertentu. c. Buying Rate (kurs beli), adalah kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk pembelianvalutaasingtertentupadasaattertentu.

d. Flat Rate (kurs flat), adalah kurs yang berlaku dalam transaksi jual beli bank notesdantravellerchaque,dimanadalamkurstersebutsudahdiperhitungkan promosidanbiayabiayalainya. Kursmerupakansalahsatuhargayangterpentingdalamperekonomianterbuka mengingat pengaruh yang demikian besar bagi neraca transaksi berjalan maupun variabelvariabelmakroekonomiyanglain.Adaduapendekatanyangdigunakanuntuk menentukan nilai tukar mata uang yaitu pendekatan moneter dan pendekatan pasar. Dalampendekatanmoneter,nilaitukarmatauangdidefinisikansebagaihargadimana mata uang asing diperjual belikan terhadap mata uang domestik dan harga tersebut berhubungandenganpenawarandanpermintaanuang. Naik turunnya nilai tukarmata uang ataukursvaluta asingbisaterjadi dengan berbagai cara, yakni bisa dengan cara dilakukan secara resmi oleh pemerintah suatu negara yang menganut sistem managed floating exchange rate, atau bisa juga karena tarikmenariknyakekuatankekuatanpenawarandanpermintaandidalampasar(market mechanism)danlazimnyaperubahannilaitukarmatauangtersebutbisaterjadikarena empathal,yaitu: a. Depresiasi(depreciation),adalahpenurunanhargamatauangnasionalberbagai terhadap mata uang asing lainnya, yang terjadi karena tarik menariknya kekuatankekuatansupplyanddemanddidalampasar(marketmechanism). b. Appresiasi (appreciation), adalah peningkatan harga mata uang nasional terhadap berbagai mata uang asing lainnya, yang terjadi karena tarik menariknya kekuatankekuatan supply dan demand di dalam pasar (market mechanism).

c. Devaluasi(devaluation),adalahpenurunanhargamatauangnasionalterhadap berbagaimatauangasinglainnyayangdilakukansecararesmiolehpemerintah suatunegara. d. Revaluasi(revaluation),adalahpeningkatanhargamatauangnasionalterhadap berbagaimatauangasinglainnyayangdilakukansecararesmiolehpemerintah suatunegara. Secara teori ada dua sudut pandang tentang keterkaitan antara harga saham dannilaitukar.Disatusisi,parapendukungmodelportfoliobalance"meyakinibahwa harga saham mempengaruhi nilai tukar uang secara negatif (Saini dkk., 2002). Ekuitas yang merupakan bagian dari kekayaan (wealth) perusahaan dapat mempengaruhi nilai tukaruangmelaluipermintaanuang.Sebagaicontohsemakintinggihargasahamakan menyebabkan semakin tinggi permintaan uang dengan tingkat bunga yang semakin tinggi pula, sehingga hal ini akan menarik minat investor asing untuk menanamkan modalnyadanhasilnyaterjadiapresiasiterhadapmatauangdomestik. 2.1.5 Sukubunga Suku bunga merupakan harga atas dana yang dipinjam (Reilly and

Brown, 1997). Pada waktu perusahaan merencanakan pemenuhan kebutuhan modal sangatdipengaruhiolehtingkatbungayangberlakusaatitu.Apakahakanmenerbitkan sekuritas ekuitas atau hutang. Karena penerbitan obligasi atau penambahan hutang hanya dibenarkan jika tingkat bunganya lebih rendah dari earning power dari penambahan modal tersebut (Riyanto,1990). Suku bunga yang rendah akan menyebabkan biaya peminjaman yang lebih rendah. Suku bunga yang rendah akan

merangsang investasi dan aktivitas ekonomi yang akan menyebabkan harga saham meningkat. Dalam dunia properti, suku bunga berperan dalam meningkatkan aktivitas ekonomi sehingga berdampak kuat pada kinerja perusahaan properti yang berakibat langsungpadameningkatnyareturnsaham.SukubungaSertifikatBankIndonesiasering diidentikandenganaktivayangbebasrisikoartinyaaktivayangrisikonyanolataupaling kecil. Hasil penelitian Haryanto (2007) membuktikan bahwa besarnya suku bunga SBI mempengaruhirisikosistematikperusahaan.SemakinkecilsukubungaBankIndonesia maka semakin besar risiko sistematik saham. Suku bunga bank Indonesia merupakan patokandalammenentukanbesarnyabungakreditdantabungan.SukubungaSBIyang tinggi tidak menggairahkan perkembangan usahausaha karena mengakibatkan suku bungabankyanglainjugatinggi.SehinggarendahnyasukubungaSBImengandungrisiko lesunyaekonomi.Halinimengakibatkantingginyarisikoberinvestasidipasarmodal. Dalampenelitianinisukubungayangdigunakanadalahnilaitengahsukubunga depositoSBI1perbulandaritahun20002008. 2.1.6 LajuInflasi Inflasi sangat terkait dengan penurunan kemampuan daya beli, baik individu maupunperusahaan.Salah satuperistiwayangsangatpentingdandijumpaidihampir semua negara di dunia adalah inflasi. Didalam perekonomian ada kekuatan tertentu yang menyebabakan tingkat harga melonjak sekaligus, tetapi ada kekuatan lain yang menyebabkan kenaikan tingkat harga berlangsung terus menerus secara perlahan.

Peristiwa yang cenderung mendorong naiknya tingkat harga disebut gejolak Inflasi (Lipsey,1992). Secara keseluruhan, laju inflasi yang sedang berlangsung tergantung pada (i) permintaan, seperti yang ditunjukan oleh senjang inflasi atau senjang resesi ,(ii) kenaikan biaya yang diharapkan, (iii) serangkaian kekuatan luar yang datang terutama dari sisi penawaran. Laju inflasi dapat dipisahkan menjadi tiga komponen yaitu inflasi inti,inflasipermintaandaninflasigejolak(Nopirin,1990).Inflasiintiadalahinflasiyang komponen harganya dipengaruhi oleh faktor fundamental. Inflasi permintaan yaitu inflasiyangdipengaruhiolehkebijakanpemerintahsepertikebijakanhargaBBM,listrik, airminum,danlainnya,sedangkaninflasibergejolakadalahinflasiyangdipengaruhioleh kelancaranproduksidandistribusibarangdanjasa.Kenaikaninflasidapatdiukurdengan menggunakanindekshargakonsumen(CustomerPriceindex). Inflasi dapat dipilah berdasarkan sifat temporer atau permanen. Inflasi yang bersifat permanen adalah laju inflasi yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan permintaan barang dan jasa. Sedangkan inflasi yang bersifat temporer adalah inflasi yang diakibatkan gangguan sementara (misalnya kenaikan biaya energi, transportasi, dan bencana alam). Adapun cara yang digunakan untuk mengukur inflasi (Nopirin, 1990). a. Denganmenggunakanhargaumum. b. Denganmenggunakanangkadeflator. c. Denganmenggunakanindekshargaumum(IHK). d. Denganmenggunakanhargapengharapan. e. Denganmenggunakanindeksdalamdanluarnegeri.

Adapun data Inflasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laju inflasi indekshargaumumbulananyangdikeluarkanolehBPSdaritahun2000sampaidengan 2008. 2.1.7 PertumbuhanGDP Laju pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses kenaikkan output perkapita jangkapanjang.Penekananpadaproseskarenamengandungunsurdinamis,perubahan dan perkembangan. Oleh karena itu pemakaian indikator pertumbuhan ekonomi akan dilihat dalam kurun waktu tertentu. Misalnya Pelita atau periode tertentu tapi dapat pulasecaratahun.LajupertumbuhanekonomiakandiukurmelaluiperkembanganPDB yangdiperolehdariBadanPusatStatistik.Adapuncaraperhitungannya: PDB= 2.1.8 Dimana:PDBx=Lajupertumbuhanekonomi(rateofgrowth) PengaruhNilaiTukarDollarterhadaprupiah,SukuBunga,LajuInflasidan PertumbuhanGDPTerhadapIndeksHargaSaham. PDB =Produkdomestikbruto x1 =Tahunsebelum PDBxPDBx1x100%PDBx1

a.

PengaruhNilaitukardollarterhadaprupiahterhadapindekshargasaham Harga saham juga mempengaruhi nilai tukar uang melalui permintaan uang

(money demand equation) yang membentuk suatu basis model alokasi portofolio dan moneter dari determinasi nilai tukar uang. Pada kondisi tertentu yang mencerminkan aktivitas ekonomi riil, perubahan harga saham menyebabkan peningkatan permintaan uangriildannilaimatauangdomestik.Disampingituhargasahamdapatmencerminkan variabel makroekonomi, karena menunjukkan ekspektasi pasar terhadap aktivitas ekonomiriil(Ibrahim,2000).Semenjakmodelnilaitukaruangmisalnyamodelmoneter mengkorelasikan nilai tukar tersebut terhadap variabel makro ekonomi, maka perubahandalamhargasahamdapatmenyebabkanefekdarinilaitukar.Ibrahim(2000) juga menemukan hubungan positif yang lemah antara perbedaan return saham (domestik dikurangi luar negeri) dengan perubahan dalam nilai tukar. Mok (1993) menemukanbahwanilaitukar(FOREX)danhargasahammerupakahduavariabelyang independen,tetapiadakausalitasduaarahantaraFOREXdanhargasahampenutupan dan pembukaan saham. Nilai tukar mempengaruhi harga saham, tapi pertumbuhan pasar saham juga mendesak pengaruh positif dari nilai tukar. Indeks SCC (Structural Contagion Coefficient) yang negatif juga menunjukkan bahwa hubungan antara harga saham dan nilai tukar adalah positif, yangberarti ketika dolarHongkongterdepresiasi, hargasahamjugaturundanbegitupulasebaliknya. MenurutDameledkk(2004),pergerakanpasardanjugamerupakanhasildari

marketcontagion(penularandaripasarlain).Dalamkondisiasimetriinformasiterhadap harga pasar, perubahan harga pada satu segmen pasar dapat bergantung dari perubahanhargadalamsegmenlainmelaluiSCC.Padakondisiini,pasartidakmenyerap seluruhinformasisecarasimultandanpergerakanhargamenunjukkanlead/lagstruktur

korelasi. Bany, Amain dan Hook (dalam Damele dkk., 2004) meneliti nilai tukar di Kualalumpur Stock Exchange, menemukan bahwa return saham nampak mengikuti pergerakannilaitukarselamaperiodeini.SementaraituAng(1997)dalamDameleetal (2004) menemukan bahwa harga saham bergerak secara cepat mengikuti pergerakan nilaitukar.KarmarkardanKawadia(dalamDameleet.al.,2004)menemukanhubungan yang kuat antara nilai tukar dolar AS terhadap Rupee dengan Stock Market India. Dengan menggunakaan indeks sektoral yang berbeda, penelitian tersebut menyimpulkaan bahwa ketika Rupee terdepresiasi maka stock market terapresiasi begitupulasebaliknya. BahmaniOskcceedanSohrabian(l992)menawarkanpenjelasanlaindariefek

hargasahamterhadapnilaitukar,dimanahasilkenaikandalamkeseimbanganriilakan menghasilkan kenaikan tingkat bunga. Akhirnya, aset financial domestik akan menjadi lebihatraktif.Sebagaihasilnya,parainvestorakanmenyesuaikanportotolioassetdalam dan luar negeri melalui permintaan yang lebih banyak aset domestik. Penyesuaian portofoliodari perusahaantersebutakan menghasilkan apresiasi mata uang domestik, karena mereka membutuhkan mata uang domestik untuk transaksi tersebut. Qiao (dalam Ibrahim, 2000) juga menegaskan bahwa perubahan dalam harga saham dapat mempengaruhi aliran masuk dan aliran keluar modal, yang akan menghasilkan perubahandalamnilaimatauang.Ibrahim(2002)menemukanbahwadalampengujian multivariat ada kausalitas satu arah (unidirectional) dari indeks pasar saham (stock market index) terhadap nilai tukar. Selanjutnya, nilai tukar dan indek pasar saham dipengaruhiolehsuplaiuangdanbegitupulasebaliknya.

Paraekonomlain yakinbahwa apresiasi matauangdalam sistemnilaitukar

mengambang (the floating exchange rate regime) akan mempengaruhi daya saing produklokalsecarainternationaldanposisineracaperdagangan.Nantinya,alirankas perusahaan di masa datang akan terpengaruh karena buruknya output riil dan hal ini menurunkan harga saham. Intinya, model tersebut menyimpulkan bahwa nilai tukar berpengaruh pada harga saham secara positif (Saini dkk.,2002). Dengan melihat porsi kepemilikan saham di bursa efek indonesia yang didominasi oleh asing maka kecenderungannya adalah semakin tinggi nilai mata uang dollar maka semakin tinggi pula indeks harga saham sektor properti. Artinya, jika nilai dollar naik dari Rp. 8000, menjadiRp.9000,makaindekshargasahampropertinaik. Daripaparandiatasdapatdiajukanhipotesisberikut: H1 :Terdapatpengaruhpositifnilaitukardollarterhadaprupiahterhadap indekshargasahamsektorpropertidiBEI. b. Pengaruhsukubungaterhadapdollarterhadapindekshargasaham. Ketika suku bunga yang ditetapkan oleh Bank Indonesia naik, maka pada dasarnya akan menaikkan suku bunga kredit yang dikeluarkan oleh bank. Dengan meningkatnya suku bunga kredit maka akan mempengaruhi permintaan akan kredit properti(subprimemortgage).Dengannaiknyasukubungakreditakanmempengaruhi permintaan akan properti yang nanatinya akan mempengaruhi kinerja perusahaan propertyangterdaftarpadapasarsaham.

Pengaruh signifikan dari suku bunga terhadap harga saham sebagaimana yang ditemukan Granger (dalam Mok, 1993) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif antara suku bunga dan harga saham. Pengaruh antara suku bunga terhadap harga saham dikemukakan pula oleh Boedie et al (1995) yang menyatakan bahwa perubahan harga saham dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang salah satunya adalah suku bunga. Hal tersebut didukung pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Utami dan Rahayu (2003) yang menemukan secara empiris pengaruh negatif suku bunga terhadaphargasahamselamamasakrisisdiIndonesia. Daripaparandiatasdapatdiajukanhipotesisberikut: H2 : Terdapat pengaruh negatif suku bunga SBI terhadap indeks harga sahamsektorpropertidiBEI. c. PengaruhInflasiterhadapdollarterhadapindekshargasaham. Penelitian tentang hubungan antara inflasi dengan return saham seperti yang dilakukan oleh Widjojo (dalam Almilia, 2003) yang menyatakan bahwa makin tinggi inflasi akan semakin menurunkan tingkat profitabilitas perusahaan. Turunnya profit perusahaan adalah informasi yang buruk bagi para trader di bursa saham dan dapat mengakibatkanturunnyahargasahamperusahaantersebut. PadapenelitianlainyangdilakukanolehUtamidanRahayu(2003)membuktikan secara empirik pengaruh inflasi terhadap harga saham, semakin tinggi tingkat inflasi semakin rendah return saham. Penelitian tersebut juga dilakukan oleh Adams et al (2004) yang menemukan secara signifikan pengaruh negatif inflasi terhadap return

saham. Inflasi yang tinggi bagi perusahaan properti akan menurunkan profitabilitas perusahaansehinggareturnsahampundapatterpengaruh.SangkyunPark(1997)yang meneliti kaitan antara Variabel makro, Harga Konsumen, GDP, tingkat Inflasi, Suku bungaterhadapreturnsahammenemukanbahwahanyaGDPyangberpengaruhpositif terhadapreturnsahamdanvariabellainnyatidakberpengaruh. Daripaparantersebutdiatasdapatdiajukanhipotesisberikut: H3 :Terdapatpengaruhnegatiftingkatinflasiterhadapindekshargasaham sektorpropertidiBEI. d. PengaruhPertumbuhanGDPterhadapindekshargasaham. Sangkyun Park (1997) yang meneliti kaitan antara variabel makro, harga

konsumen , GDP, tingkat inflasi, suku bunga dan return saham menemukan adanya pengaruh positif antara pertumbuhan GDP dan return saham. Dengan meningkatnya kinerja ekonomi yang dicerminkan oleh pertumbuhan GDP, investor cenderung akan lebihbanyakberinvestasidipasarmodal.DenganmeningkatnyapertumbuhanGDPjuga dapatmengakibatkan naiknya daya belimasyarakat yang imbasnyabisa saja dirasakan olehpasarsaham. Daripaparantersebutdiatasdapatdiajukanhipotesisberikut: H4 : Terdapat pengaruh positif Pertumbuhan GDP terhadap indeks harga sahamsektorpropertidiBEI. 2.2 PenelitianTerdahulu

Beberapa penelitian terdahulu tentang pengaruh variabel makro ekonomi terhadap kinerja indeks harga saham menunjukkan hasil yang berbeda sebagaimana yang ditemukan oleh Tirapat dan Nitayagasetwat (1999) bahwa terdapat sensitivitas perusahaanterhadapvariabelmakroekonomiyangdisebutresikositematikperusahaan yang diperoleh dari hasil regresi return saham perusahaan dengan variabel makro ekonomitersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Hardiningsih et al (2001) menunjukkan hasil bahwa nilai tukar rupiah terhadap US Dollar berpengaruh negatif terhadap saham. Nurdin(1999),mengemukakanhasilpenelitianbahwanilaitukarrupiahterhadapdollar Amerika Serikat tidak berpengaruh terhadap resiko investasi saham. Disisi lain, Utami danRahayu(2003)sertaSuciwatidanMachfoedz(2002)hasilnyamenunjukkanbahwa nilaitukarrupiahterhadapUDdollarberpengaruhpositifterhadapsaham. Selanjutnya, beberapa penelitian sebelumnya tentang harga saham dengan nilai tukar uang (domestik terhadap US dolar) yang dilakukan di berbagai negara menunjukkan hasil yang berbeda. Frank dan Young (Saini dkk, 2002) yang meneliti US MNCsmenemukanbahwatidakadapolayangpastidarihubunganhargasahamdengan nilai tukar uang. BahmaniOskooee dan Sohrabian (1992) menyimpulkan bahwa ada feedbackinteractionantarahargasahamdiAmerikadengannilaitukaruang.TetapiAng dan Ghalap (dalam Saini dkk, 2002) yang meneliti lima belas US MNCs juga menunjukkan hal lain yaitu bursa saham saat itu adalah efisien dan harga saham menyesuaikan dengan cepat terhadap perubahan nilai tukar uang. Selanjutnya Smith (1992) menemukan bahwa nilai tukar uang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham di Jerman, Jepang dan Amerika. Hal senada diungkapkan oleh

Granger dkk (2000) bahwa nilai tukar berpengaruh (lead) terhadap harga saham di Jepang,HongkongdalamperiodeJanuari1995sampaiNovember1997danJanuari1986 sampaiNovember1987. DenganmenggunakandatabulananselamaJuli1985sampaiJuli1994,dalam kasusdiemergingmarketsepertiIndia,Pakistan,KoreaSelatandanFilipina,Abdalladan Murinde (1997) menemukan bahwa nilai tukar berpengaruh (lead) terhadap harga sahamdiIndia,PakistandanKoreaSelatan.DiFilipinajustruhargasahamyangtakesthe lead. Tetapi temuan Granger dkk (2000) menunjukkan hal lain. Dengan menggunakan data selama periode Januari 1987 sampai Desember 1994 di Phlippines Market dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa nilai tukar berpengaruh (lead) terhadap harga saham. Penelitian yang dilakukan Ma dan Kao (1990) menemukan bahwa dengan menggunakan data untuk enam negara, apresiasi (menguatnya) uang domestik berpengaruhnegatifpadapergerakanhargasahamdomestikuntukperekonomianyang didominasi ekspor dan berpengaruh positif pada pergerakan harga saham domestik di suatu perekonomian yang didominasi impor. Selanjutnya Ajayi dan Mougue (dalam Setyorini dkk., 2000) melalui pendekatan Error Correction Model (EMC) menemukan bahwa pasangan indeks saham dan nilai tukar untuk di tiap negara saling berkaitan. Selanjutnya hasil estimasi menunjukkan bahwa di keenam negara tersebut (kecuali KanadadanBelanda),perubahandipasaruangasingditransmisikankepasarsahamdan sebaliknya.Setyorinidkk.(2000)menyimpulkanbahwapergerakankursrupiahterhadap USdolardipasarvalutaasingberpengaruhsecarasignifikanterhadaphargasahamdan

bukan sebaliknya. IHSG berpengaruh negatif dan signifikan pada kurs rupiah terhdap dolarASsecaralongrundanshortrun. Sementaraitu,hubunganantarasukubunga(interestrate)denganreturnsaham terdapat perbedaan hasil antara lain temuan Granger (dalam Mok, 1993) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif suku bunga terhadap harga saham. Dalamkesempatanlain,Mok(1993)sendiridenganmenggunakanmodelanalisisArima tidakmenemukanhubunganyangsignifikanantarakeduavariabelini. Selanjutnya, penelitian tentang hubungan antara inflasi dengan return saham seperti yang dilakukan oleh Widjojo (dalam Almilia. 2003) menyatakan bahwa makin tinggi inflasi akan semakin menurunkan tingkat profitabilitas perusahaan. Park (2000) jugamenyimpulkanbahwaterdapathubungannegatifantarareturnsahamdaninflasi. Demikian juga Adams et al (2004) menyatakan bahwa berita mengenai inflasi mempunyaidampakpadareturnsaham. Dari beberapa penelitian terdahulu dapat disajikan secara sistematis dalam tabelberikut: Tabel2.3PenelitianTerdahuluNo. 1. Peneliti Penelitian Variabel Model Hasil ROA, PBV, Inflasi berpengaruh positif dengan return saham, sedangkan nilai tukar rupiah berpengaruh negatif terhadap returnsaham

Hardiningsih et Pengaruh Faktor al.(2002) Fundamental dan Resiko Ekonomi terhadap Return Saham pada perusahaan du Bursa EfekJakarta:Studikasus Basic Industry & Chemical

Return on Asset Regresi (ROA), Price to berganda book value (PBV), Inflasi, nilai tukar rupiah, return saham

2.

Suciwati dan Pengaruh resiko nilai Nilai tukar dan Regresi Machfoedz tukar rupiah terhadap returnsaham (2002) return saham: Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yangteradaftardiBEJ

Nilai tukar rupiah berpengaruh signifikan positif terhadap return saham sebelum terjadi depresiasi dan berpengaruh signifikan negatif terhadapnilaitukar rupiah setelah terjadinya depresiasi. Tidak menemukan hubungan yang signifikan antar variabelini

3.

Mok, Henry MK Causality of Interest (1993) Rate,Exchangerate,and Stock price at Stock Market Open and close in Hong Kong. Asia Pacific Journal of Management. Vol.X. Hal 123129 Tirapat, An Investigation of Thai Sunti.,dan Listed Firmss Financial Aekkachai DistressUsing Nittayagasetwat (1999)

Suku bunga dan ARIMA nilai tukar sebagai variable independen; harga saham ebagai variabeldependen

4.

Resiko Sistematis Regresi sebagai variabel independen;Return saham sebagai variabeldependen

Terdapat sensitivitas perusahaan terhadap variabel makro ekonomi yang disebut resiko sistematik perusahaan yang diperoleh dari hasil regresi return saham perusahaan dengan variabel tersebut Ada pengaruh negative dan signifikannilaitukar terhadap harga saham.

5.

Setyorini, dan Hubungan Dinamis Supriyadi(2000) antara nilai tukar rupiah dan harga saham di bursa efek Jakarta Pasca penerapan system devisa bebas mengambang. Simposium Akuntansi nasional ke III. Hal 771

Nilai tukar rupiah Granger sebagai variabel independen; harga saham sebagai variabeldependen

793

6.

Mudji Utami Peranan profitabilitas, dan Mudjilah suku bunga, inflasi dan Rahayu(2003) nilai tukar dalam mempengaruhi pasar modal di Indonesia selama krisis Ekonomi, Jurnal Ekonomi Manajemen,vol.5,no.2 Almilia, LucianaSpica (2004) Analisis faktorfaktor yang mempengaruhi kondisi financial distress suatu perusahaan yang terdaftar di bursa efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi. 2004.Ke.VI.Hal.546564

Profitabilitas, suku Regresi bunga, inflasi dan nilai tukar sebagai variabel independen; Harga saham sebagai variabeldepenen

Profitabilitas, suku bunga, inflasi dan nilai tukar secara bersamasama mempengaruhi hargasaham badan usaha secara signifikan. Terdapat hubungan positifantarainflasi dan financial distress

7.

Inflasi sebagai Regresi variabel independen; Financial distress sebagai variabel dependen

8.

makro, Regresi Sangkyun Park Rationality of negative Variabel (1997) stock price responses to Harga konsumen, strongeconomicactivity GDP,tingkatinflasi, suku bunga dan return Fama and The cross section of Stock return, Regresi French(1981) expectedreturn tingkat inflasi, suku bunga dan pertumbuhan ekonomi.

GDP berpengaruh positif signifikan terhadap return saham,variabellain tidakberpengaruh. Adanya hubungan negatifantarastock returndaninflasi.

9.

Sumber:Dikembangkandaribeberapajurnal 2.3 KerangkaPemikiranTeoritis.

MenurunnyakursDollarterhadaprupiahberpengaruhpositifterhadapekonomi

dan pasar modal, sebaliknya kurs dollar terhadap rupiah berpengaruh negatif (Farid Harianto, 2000). Melemahnya rupiah akan menyebabkan pasar modal dalam negeri kurang menarik karena adanya resiko nilai tukar yang menyebabkan penurunan nilai investasi dan mempunyai hubungan negatif terhadap return saham. Sebaliknya, hubungan antara nilai tukar dollar terhadap rupiah bisa saja berpengaruh positif bila investorberasaldariluarnegeridanmenggunakanmatauangasingsehinggasemakin terdepresiasinyamatauangrupiahakanmenyebabkaninvestorluarcenderungmelepas matauangasingnyauntukmembelisahamyangharganyaturunkarenapengaruhkurs matauang. Suku bunga memiliki hubungan negatif terhadap return saham. Hal ini

disebabkan apabila tingkat suku bunga meningkat, orang cenderung untuk menabung daripada menginvestasikan modalnya dengan harapan resiko yang diharapkan lebih kecil dibandingkan bila menginvestasikan modalnya dalam bentuk saham. Jika tingkat bungaturun,investorcenderunglebihsukainvestasidenganmembelisahamsehingga permintaansahamakanmeningkatdanakanmendorongpeningkatanhargasaham. Tingkat inflasi yang tinggi memiliki hubungan yang negatif terhadap indeks hargasaham.Jikapeningkatanbiayafaktorproduksilebihtinggidaripengingkatanharga yang dapat dinikmati oleh perusahaan, profitabilitas perusahaan akan menurun (Farid Harianto, 1998), menyebabkan efek ekuitas menjadi kurang kompetitif sehingga berdampakpadapenurunanhargasahamdipasarmodal. Pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan positif terhadap harga saham, karenadenganmenigkatnyapertumbuhanekonomiakanmengakibatkanmeningkatnya

permintaan saham dan pada akhirnya akanmengakibatkan menigkatnya harga saham. Meningkatnyapertumbuhanekonomiakanmerubahpolainvestasisuatunegara.Salah satu indikator meningkatnya pertumbuhan ekonomi adalah meningkatnya GDP yang merupakansuatukenaikkanoutputperkapitajangkapanjang. Berdasarkan telaah pustaka yang telah diuraikan sebelumnya, maka akan diuji apakahvariabelkursrupiahterhadapUSD,sukubungaSBI,lajuinflasidanpertumbuhan GDPberpengaruhterhadapindekshargasahamsektorpropertidandapatdigambarkan modelsepertiberikutini: Gambar2.1 KerangkaPemikiranTeoritis H1 H2 H3 PertumbuhanGDP (+) Lajuinflasi () () SukubungaSBI Nilaitukardollar terhadaprupiah (+) IndeksHargaSaham SektorProperti

H4 2.4 PerumusanHipotesis Berpedomanpadakerangkapemikiranteoritisdiatas,dapatdirumuskan hipotesissebagaiberikut: H1: Terdapatpengaruhpositifnilaitukardollarterhadaprupiahpadaindeksharga sahamsektorpropertidiBEI. H2: Terdapat pengaruh negatif suku bunga terhadap indeks harga saham sektor propertidiBEI. H3: Terdapat pengaruh negatif tingkat inflasi terhadap indeks harga saham sektor propertidiBEI. H4: : Terdapat pengaruh positif pertumbuhan GDP terhadap indeks harga saham sektorpropertidiBEI.

BABIII METODEPENELITIAN Sebelum suatu penelitian dilaksanakan, maka terlebih dahulu perlu ditentukan metodeyangakandigunakan.Haliniakanmembantudidalampelaksanaanpenelitian. Padababiniterbagimenjadi5subbabyaitu3.1mengenaijenisdansumberdata.Sub bab 3.2 mengenai populasi dan sampel. Metode pengumpulan data dan Definisi operasionalvariabelpadasubbab3.3dan3.4.Danteknikanalisispadasubbab3.5. 3.1.SumberData Jenisdatayangdipakaidalampenelitianiniadalahdatasekunderbulanan,yang meliputi: 1. DatamengenaitingkatsukubungaSBIjangkawaktu1bulanperiode20002008 diperolehdariStatistikEkonomiKeuanganIndonesia,BankIndonesia. 2. Data inflasi dan PDB diambil dari data bulanan periode 2000 2008 yang terdapatpadaindikatorekonomidariBPS. 3. Data kurs valuta asing yang diperoleh dari Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia,BankIndonesia.tahun20002008,dan 4. DatayangpublikasikandivisirisetpengembanganBEI: MonthlyStatistic

FactbookIDX IndonesianCapitalMarketDirectory

Data sekunder diperoleh dengan metode pengamatan sahamsaham properti yanglistedselamapengamatandaribulanJanuari2000sampaidenganDesember2008 denganmembagimenjadi107periodepengamatan. 3.2PopulasidanSampel Populasimerupakanjumlahkeseluruhandarisemuaunsuryangciricirinyaakan diduga (Singarimbun, 1989). Populasi dalam penelitian ini adalah indeks harga saham sektor properti di BEI Januari 20002008 yang telah dibuat indeksnya oleh BEI. Penentuan pemilihan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu metode pemilihan sampel dengan kriteria tertentu (Emory andCooper,1999). PopulasidaripenelitianiniadalahindekshargasahamsektorpropertidiBursa Efek Indonesia selama periode penelitian 20002008. Adapun teknik pengambilan sampelyangdigunakandalampenelitianiniadalahnonprobabilitas.Metodepenelitian sampel yang digunakan adalah purposive sampling , dimana peneliti memiliki kriteria atautujuantertentuterhadapsampelyangakanditeliti(Indriantoro,1999). Sampel penelitian diambil secara purposive sampling, dimana sampel harus memenuhikriteria: 1. IndekshargasahamsektorpropertidiBursaEfekIndonesiapadaJanuari2000 sampaidenganDesember2008.

2.

Datatersediauntukdianalisis.

3.3

MetodePengumpulandata Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan

mendokumentasikan yaitu mencatat data bulanan yang tercantum pada Monthly Statistic untuk data indeks harga saham properti bulanan. Untuk data kurs dan suku bunga bulanan diperoleh dari situs resmi Bank Indonesia (www.bi.go.id), serta BPS (Badan Pusat Statistik) untuk data laju inflasi bulanan. Untuk data pertumbuhan GDP digunakandata3bulanankarenaBankIndonesiadanBPShanyamengeluarkanlaporan GDPsetiap 3bulan.Untuk menyamakan dengan metodepengamatandenganvariabel laindigunakanmetodeinterpolasi. 3.4 DefinisiOperasionalVariabeladalahdefinisidarivariabelvariabelyangdigunakan dalam penelitian ini, dan menunjukkan cara pengukuran dari masingmasing variabel tersebut,padasetiapindikatordihasilkandaridatasekunderdandarisuatuperhitungan terhadapformulasiyangmendasarkanpadakonsepteori. Pengertiandarimasingmasingpenelitianiniadalah: 1. Yang dimaksud dengan variabel nilai tukar adalah harga mata uang dollar Amerika Serikat dalam mata uang domestik yaitu Rupiah. Variabel ini diukur DefinisiOperasionaldanPengukuranVariabel

denganmenggunakankurstengahDollarUSterhadapRupiahyangdikeluarkan olehBankIndonesiasetiapbulannya. 2. Yang dimaksud dengan variabel suku bunga adalah Sertifikat Bank Indonesia (SBI). SBI adalah surat beharga yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai pengakuan utang jangka pendek dengan sistem diskonto. SBI yang diambil adalahSBIdenganjangkawaktusatubulan. 3. Yang dimaksud dengan variabel inflasi adalah ukuran aktivitas ekonomi yang digunakan untuk menggambarkan kondisi ekonomi nasional (tentang peningkatan harga ratarata barang dan jasa yang diproduksi sistem perekonomian). Variabel ini diukur dengan mencatat data laju inflasi indeks hargakonsumennasionalyangditerbitkanBPStiapbulan. 4. Yang dimaksud dengan variabel pertumbuhan GDP adalah proses kenaikkan output perkapita jangka panjang. Variabel ini diukur dengan menginterpolasi data 3 bulanan produk domestik bruto yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik. Metode Interpolasi yaitu melihat kecenderungan data yang disajikan padasuatudiagramgaris.DenganmembuatdataGDPberbentukdiagramgaris akandiperolehperkiraandengancaramenggantigarispatahpadadiagramgaris menjadi garis lurus. Dalam arti yang lebih luas, interpolasi merupakan upaya mendefinisikan suatu fungsi dekatan fungsi analitik yang tidak diketahui atau pengganti fungsi rumit yang tak mungkin diperoleh persamaan analitiknya (Sandy,2007). 5. IndeksHargasahammerupakansuatuindikatoryangmenunjukkanpergerakan harga saham secara bulanan. Sektor yang diambil adalah sektor properti yang

merupakan salah satu dari sembilan indeks saham sektoral yang dikeluarkan olehBursaEfekIndonesia. Adapunvariabelvariabeloperasionalterangkumdalamtabel3.1berikutini: Tabel3.1 DefinisiOperasionalVariabel Variabel Formula PengukuranSkala Indekshargasaham sektorproperti (Y) NilaiTukar (X1) Indeks harga saham SuatuIndikatoryangmenunjukkan sektoral penutupan yang pergerakanhargasahamsecara telah dihitung oleh Bursa bulanan. EfekIndonesia. Nilai tengah antara kurs Nilaitukaryangdigunakanadalahnilai jual dan beli yang dollar Amerika Serikat terhadap digunakan oleh Bank rupiahsecarabulanan. Indonesiayang diterbitkanbulanan RatarataSBI1bulanan Surat beharga yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai pengakuan utang jangkapendekdengansistemdiskonto Kenaikan harga barang secara umum terhadapnilaimatauangsuatunegara yang diwujudkan dengan meningkatnya kebutuhan impor dari luarnegeri Suatu proses kenaikkan output perkapita jangka panjang yang dikeluarkan oleh BI per 3 bulan dan kemudiandiinterpolasimenjadidata1 bulanan. DefinisiOperasional

TingkatSukuBunga (X2) LajuInflasi (X3)

LajuInflasiyangtercatat danditerbitkanolehBPS tiapakhirbulan

PertumbuhanGDP/ PDB (X4)

PDBxPDBx1x100% PDBx1

Sumber:Datayangdiolah

3.5 TeknikAnalisisData Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif, untuk memperkirakan secara kuantitatif pengaruh dari beberapa variabel Independen secara bersamasama maupun secara sendirisendiri terhadap variabel dependen. Hubungan fungsional antara satu variabel dependen dengan variabel independendapatdilakukandenganregresibergandadanmenggunakandatagabungan antaracrosssectiondantimeseries. Metode analisis yang digunakan adalah regresi Model Linier dengan model sebagaiberikut: Y=a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+e dimana: Y a =Indekshargasahamsektorproperti =konstanta =koefisienregresi =NilaitukarUS$ =TingkatbungaSBI =Inflasi =Pertumbuhanekonomi

b1,b2,b3 X1 X2 X3 X4

e

=error

Nilai koefisien regresi sangat berarti sebagai dasar analisis. Koefisien b akan bernilaipositif(+)jikamenunjukkanhubunganyangsearahantaravariabelindependen denganvariabeldependen,Artinyakenaikanvariabelindependenakanmengakibatkan kenaikanvariabeldependen,begitupulasebaliknyajikavariabelindependenmengalami penurunan. Sedangkan nilai b akan negatif jika menunjukkan hubungan yang berlawanan. Artinya kenaikan variabel independen akan mengakibatkan penurunan variabeldependen,demikianpulasebaliknya. Modelpersamaanyangdiperolehdaripengolahandatadiupayakantidaktcrjadi gejala multikolinieritas, heterokedastisitas dan Autokorelasi. Untuk mengetahui ada tidaknya gejalagejala tersebut akan dilakukan uji terlebih dahulu dengan uji asumsi klasik. 3.5.1PengujianAsumsiKlasik Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui kondisi data yang digunakan dalam penelitian. Hal ini dilakukan agar diperoleh model analisis yang tepat. Model analisisregresilinierpenelitianinimensyaratkanujiasumsiterhadapdatayangmeliputi : Uji multikolenieritas dengan matrik korelasi antara variabelvariabel bebas, Uji heteroskadasitas dengan menggunkan grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED)denganresidualnya(SRESID),Ujinormalitasmenggunakanscatterplot(Ghozali, 2002),danUjiautokorelasimelaluiujiDurbinWatson(DWtest)(Ghozali,2001).

3.5.1.1UjiMultikolinearitas Menurut Ghozali (2001) uji ini bertujuan menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Pada model regresi yang baik seharusnya antar variabel independen tidak terjadi kolerasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikoliniearitas dalam model regresi dapat dilihat dari tolerance value atau variance inflation factor (VIF). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikoliniearitas didalammodeliniadalahsebagaiberikut: a. Nilai R2 sangat tinggi, tetapi secara individual variabelvariabel bebas banyak yang tidaksignifikanmempengaruhivariabelterikat. b. Menganalisa matrik korelasi antar variabel bebas. Jika terdapat korelasi antar variabel bebas yang cukup tinggi (> 0,9), hal ini merupakan indikasi adanya multikolenaritas. c. DilihatdarinilaiVIFdanTolerance.NilaicutoffTolerance10,berarti terdapatmultikolinearitas. Jikaterjadigejalamultikolinearitasyangtinggi,standarderrorkoefisienregresi akansemakinbesardanmengakibatkanconfidenceintervaluntukpendugaanparameter semakin lebar. Dengan demikian terbuka kemungkinan terjadinya kekeliruan yaitu menerima hipotesis yang salah. Uji multikolinearitas dapat dilaksanakan dengan jalan

meregresikan model analisis dan melakukan uji korelasi antar independen variabel denganmenggunakanvarianceinflatingfactor(VIF).BatasVIFadalah10apabilanilaiVIF lebihbesardaripada10makaterjadimultikolinearitas(Ghozali,2002). 3.5.1.2UjiHeteroskedastisitas Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalarn model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah yang terjadi homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas dilakukan dengan menggunakanujiGlejser. Dasarpengambilankeputusanujiheteroskedastisitasmelalui ujiGlejserdilakukansebagaiberikut: a. Apabila koefisien parameter beta dari persamaan regresi signifikan statistik, yangberartidataempirisyangdiestimasiterdapatheteroskedastisitas. b. Apabilaprobabilitasnilaitesttidaksignifikanstatistik,makaberartidataempiris yangdiestimasitidakterdapatheteroskedastisitas. Bilaterjadigejalaheteroskedastisitasakanmenimbulkanakibatvarianskoefisien regresi menjadi minimum dan confidence interval melebar sehingga uji signifikansi statistiktidak valid lagi. Heteroskedastisitas dapat dideteksidengan melihat grafik plot antaranilaiprediksivariabelterikat(ZPRED)denganresidualnya(SPREDSID).Deteksiada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SPREDSID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi Y sesungguhnya) yang telah distudentized. Apabila ada pola tertentu, seperti titiktitik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian

menyempit),makamengindikasikantelahterjadiheteroskedastisitas.Apabilapolayang jelas,sertatitiktitikmenyebar diatas dan dibawahangka 0 padasumbu Y,maka tidak terjadiheteroskedastisitas.(Ghozali,2002). 3.5.1.3UjiNormalitas Uji Normalitas data dilakukan untuk melihat apakah suatu data terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas data dilakukan dengan melihat normal probabilityplotyangmembandingkandistribusikumulatifdaridatayangsesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk garis lurus diagonal dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah normal, maka data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya(Ghozali,2002). Uji ini dilakukan dengan cara melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonalataugrafik.Apabiladatamenyebardisekitargarisdiagonaldanmengikutiarah garisdiagonalmakamodelregresimemenuhiasumsinormalitas.Apabiladatamenyebar jauhdarigarisdiagonaldanatautidakmengikutiarahgarisdiagonalmakamodelregresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2001). Pengujian normalitas ini dapat dilakukanmelaluianalisisgrafikdananalisisstatistik. 1. AnalisisGrafik Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihatgrafikhistogramyangmembandingkanantaradataobservasidengandistribusi yang mendekati normal. Namun demik