analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. tingginya angka...

78
ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK PEKERJA TERHADAP TINGKAT KESADARANNYA AKAN BAHAYA KERJA DI RUMAH POTONG HEWAN (RPH) (STUDI KASUS PT. ELDERS INDONESIA) SKRIPSI TATANG SANJAYA F34060608 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

Upload: phungnga

Post on 14-Mar-2019

242 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK PEKERJATERHADAP TINGKAT KESADARANNYA AKAN

BAHAYA KERJA DI RUMAH POTONG HEWAN (RPH)(STUDI KASUS PT. ELDERS INDONESIA)

SKRIPSI

TATANG SANJAYA

F34060608

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

Page 2: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

THE INFLUENCE OF WORKER PROFILE TO THEIR BEHAVIOUR LEVELTOWARD WORK PLACE HAZARD AT SLAUGHTER HOUSE

Tajuddin Bantacut, Mohamad Yani and Tatang SanjayaDepartement of Agroindustrial Technology, Faculty of Agricultural Technology,

Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO BOX 220, Bogor, West Java,Indonesia

ABSTRACT

Awareness to workplace hazard is essential for successful Occupational Health and Safety (OHS)program. Awareness to workplace hazard is influenced by internal conditions of worker, whichincluded knowledge of workplace hazards, job skills, working experience and discipline. Thisresearch aims to assess the conditions of workplace hazards and emergency response of workers atslaughter house, and to assess the dominant factors of worker’s behaviour that effect to the awarenesslevel of hazard and risk. Those data were collected by using questionaire and checklist. Data wereanalyzed by descriptive and multiple correspondence analysis. At the slaughter house, four dominanttypes of work place hazards were found as physical, biological, ergonomic and psychological hazards.Based on identification of those hazards, the commonly accidents happen are knife scratches, sprainsand slips. Some workers know about the workplace hazard in their work location. Most of themexperienced less than 6 months. They have good skills and very good discipline at work. The mostcommon response given by workers are immediately seek of help or addressing to solve by self. Theawareness to workplace hazard is classified to medium level. By multiple correspondence analysisdata, almost all variables of worker behavior have a close relationship to each other. A change in onevariable can cause changes to another. Factor of knowledge have a great influence to theestablishment of awareness to workplace hazards. Therefore, the training program should be focusedto increase OHS knowledge and awareness to the workplace hazard.

Keywords: workplace hazard, slaughter house, awareness, safety

Page 3: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

Tatang Sanjaya. F34060608. Pengaruh Perilaku Pekerja Terhadap Tingkat Kesadarannya AkanBahaya Kerja di Rumah Potong Hewan (RPH). Dibawah bimbingan Tajuddin Bantacut danMohamad Yani. 2010.

RINGKASAN

Menurut data Depnakertrans (2009), di Jawa Barat pada tahun 2008 terdapat 1.429 kasuskecelakaan kerja. Tingginya angka kecelakaan tersebut dapat menjadi indikator bahwa ternyatapelaksanaan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang ada belum optimal. Optimalisasipelaksanaan program K3 bukan hanya tanggung jawab pihak manajemen tetapi juga pekerja itusendiri. Masih rendahnya motivasi pekerja untuk mengikuti program K3 yang telah direncanakanmerupakan bukti bahwa kesadaran mereka akan bahaya kerja masih rendah. Kesadaran pekerja akanbahaya kerja dapat dipengaruhi oleh karakteristik dari pekerja itu sendiri di antaranya pengetahuanakan bahaya, ketrampilan kerja, pengalaman kerja serta disiplin kerja.

Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Mengetahui potensi bahaya yang terdapat pada rumahpotong hewan (RPH), 2) Mengkaji kondisi tanggap darurat pekerja, 3) Mengkaji faktor-faktordominan dalam karakteristik pekerja yang berhubungan dengan tingkat kesadarannya akan bahayakerja, 4) Menentukan program K3 yang tepat pada RPH. Penelitian dilakukan di bagian produksi PTElders Indonesia pada bulan April sampai Juni 2010.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan pada 24 pekerja di bagianproduksi. Penelitian diawali dengan tinjauan pustaka dan observasi lapangan. Identifikasi bahayakerja dilakukan dengan menggunakan teknik What-If Analysis. Untuk data karaktersitik pekerja dantingkat kesadaran pekerja akan bahaya kerja diteliti dengan menggunakan kuisioner. Variabelkarakteristik pekerja yang diteliti adalah pengetahuan akan bahaya kerja, keterampilan kerja,pengalaman kerja dan disiplin kerja. Variabel kesadaran bahaya kerja yaitu bahaya fisik, biologi,ergonomi dan psikososial. Selain itu dilakukan juga wawancara dan pengisian checklist yangdigunakan sebagai data pembanding dan data tambahan. Analisis data menggunakan analisisdeskriptif dan analisis korespondensi berganda.

Hasil identifikasi bahaya menunjukkan terdapat empat jenis bahaya yang dominan yang adapada industri RPH yaitu, bahaya fisik, bahaya biologi, bahaya ergonomi dan bahaya psikososial.Pekerja sebagian besar memiliki rentang usia 20-29 tahun (54%) dengan tingkat pendidikan SMA(83%) dan memiliki masa kerja 2-5 tahun (58%). Pengenalan K3 telah didapatkan oleh sebagian besarpekerja (75%) yang mereka dapatkan melalui pelatihan (50%) dan manajer perusahaan (33%).Hampir seluruh pekerja (92%) merasakan adanya bahaya yang memiliki pengaruh selama bekerja diunit kerja mereka. Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaanAPD (96%) dan pemeliharaan APD (96%) dengan supervisor sebagai instruktur utamanya (50%).Kecelakaan dominan yang dialami pekerja adalah tergores pisau, terkilir dan terjatuh. Respon yangsering diberikan pekerja terhadap kecelakaan tersebut adalah mencari pertolongan dan menanganinyasendiri.

Sebagian pekerja sudah tahu akan bahaya kerja yang ada di lokasi kerjanya (54%) memilikiketerampilan kerja yang baik (67%) dan kebanyakan merupakan pekerja dengan pengalaman kurangdari 6 bulan (38%). Namun, disiplin kerja yang mereka miliki sangat baik. Kesadaran bahaya kerjapara pekerja masuk dalam kelompok sedang (79%). Dari hasil analisis korespondensi berganda,diketahui bahwa hampir seluruh variabel memiliki hubungan salingketerikatan. Perubahan pada satuvariabel dapat menyebabkan perubahan pada variabel lainnya.

Perusahaan telah mendapatkan sertifikat ISO 9001 dan mengimplementasikan sistem HACCPdalam pelaksanaan proses produksinya. Pengimplementasian program HACCP ini banyak beririsandengan program keselamatan kerja, seperti pelaksanaan higiene perusahaan dan penggunaan alatpelindung diri (APD). Namun pemahaman mereka dalam pelaksanaan kegiatan tersebut adalah agarproduk yang dihasilkan aman dari kontaminasi bukan untuk mencegah kecelakaan atau penyakitkerja. Oleh karena itu sebagai implikasi dari kondisi tersebut maka perusahaan perlu meningkatkankompetensi manajerial yang sesuai, meliputi 1) Menyadari bahwa keselamatan kerja merupakan suatuhal yang penting sehingga perusahaan perlu membuat komitmen akan keselamatan kerja dandipublikasikan kepada stake holder, 2) Menunjuk sebuah unit atau seseorang untuk mengembantanggung jawab dalam pelaksanaan komitmen keselamatan kerja tersebut, 3) Melaksanakan

Page 4: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

pendidikan/pelatihan terkait keselamatan kerja, 4) Mendorong karyawan untuk ikut berpartisipasidalam pelaksanaan program keselamatan kerja, 5) Melaksanakan kegiatan pengendalian secaraadminstrasi yang sifatnya mengingatkan.

Page 5: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK PEKERJATERHADAP TINGKAT KESADARANNYA AKAN

BAHAYA KERJA DI RUMAH POTONG HEWAN (RPH)(STUDI KASUS PT. ELDERS INDONESIA)

SKRIPSISebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIANPada Departemen Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Teknologi PertanianInstitut Pertanian Bogor

Oleh

TATANG SANJAYA

F34060608

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010

Page 6: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Karakteristik Pekerja Terhadap Tingkat Kesadarannya

Akan Bahaya Kerja di Rumah Potong Hewan (RPH) (Studi Kasus PT.

Elders Indonesia)

Nama : Tatang Sanjaya

NIM : F34060608

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(Dr. Ir. Tajuddin Bantacut, M.Sc) (Dr. Ir. Mohamad Yani, M.Eng)NIP. 19590503 198703 1001 NIP.19630805 199002 1001

Mengetahui :Ketua Departemen,

(Prof. Dr. Ir. Nastiti Siswi Indrasti)NIP: 19621009 198903 2001

Tanggal Lulus : 12 November 2010

Page 7: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Tatang Sanjaya

NRP : F34060608

Departemen : Teknologi Industri Pertanian

Fakultas : Teknologi Pertanian

Perguruan Tinggi : Institut Pertanian Bogor

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul ”Analisis Pengaruh Karakteristik

Pekerja Terhadap Kesadarannya Akan Bahaya Kerja di Rumah Potong Hewan (RPH) (Studi

Kasus : PT. Elders Indonesia)” merupakan karya tulis saya pribadi dengan bimbingan dan arahan

dari dosen pembimbing, kecuali dengan rujukan yang jelas.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan dapat dipertanggungjawabkan

Bogor, November 2010

Tatang Sanjaya

F34060608

Page 8: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

© Hak cipta milik Tatang Sanjaya, tahun 2010Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dariInstitut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak,

fotokopi, microfilm dan sebagainya

Page 9: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 28 Maret 1988. Penulis

merupakan anak pertama dari tiga bersaudara yang merupakan anak dari

pasangan Samidi dan Mujirah. Pada tahun 1994 penulis memulai pendidikan

di SDN Cipete Utara 016 Jakarta dan melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri

56 Jakarta. Setelah lulus dari SMA Negeri 46 Jakarta pada tahun 2006, penulis

melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan

Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Departemen Teknologi Industri Pertanian,

Fakultas Teknologi Pertanian.

Selama masa kuliah, penulis bergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)

FATETA, Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri (HIMALOGIN) dan Green Concept IPB. Pada

tahun 2009, penulis melaksanakan kegiatan Praktek Lapang di PT. Condong Garut dengan topik

Mempelajari Aspek Teknologi Produksi CPO dan Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

(K3). Penulis mengakhiri masa pendidikan di IPB dengan melaksanakan penelitian yang berjudul

“Analisis Pengaruh Karakteristik Pekerja Terhadap Tingkat Kesadarannya Akan Bahaya Kerja di

Rumah Potong Hewan (RPH) (Studi Kasus PT Elders Indonesia)” dibawah bimbingan Dr. Ir.

Tajuddin Bantacut, M.Sc dan Dr. Ir. Mohamad Yani, M.Eng.

Page 10: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan ke hadapan Allah SWT atas karunia-Nya sehingga skripsi ini

berhasil diselesaikan. Penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Karakteristik Pekerja Terhadap

Tingkat Kesadarannya Akan Bahaya Kerja di Rumah Potong Hewan (RPH) (Studi Kasus PT Elders

Indonesia) yang dilaksanakan sejak bulan April sampai Juni 2010.

Dengan telah selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan

penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Ir. Tajuddin Bantacut, M.Sc selaku pembimbing pertama yang selalu memberi bimbingan

kepada penulis.

2. Dr. Ir. Moh. Yani, M. Eng selaku pembimbing kedua yang selalu memberi bimbingan kepada

penulis.

3. Dr. Endang Warsiki, M.T selaku dosen penguji atas saran dan kritiknya sehingga penyajian

skripsi ini dapat menjadi lebih baik.

4. Bapak Jason Hatchett selaku manajer PT Elders Indonesia yang telah memberi izin kepada

penulis untuk melakukan penelitian.

5. Ibu Dewi, Bapak Wen, Bapak Aris, Bapak Arif, Bapak Yayu, Ibu Fenny serta seluruh staf

dan karyawan PT Elders Indonesia yang telah meluangkan waktunya dan memberi

bimbingan selama penelitian.

6. Bapak, Mama, Wulan dan Fauzan serta keluarga besar Samidi yang senantiasa berdoa untuk

keselamatan dan kesuksesan penulis.

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan dan semangatnya.

Penulis berharap, semoga hasil-hasil yang telah dituangkan dalam tulisan ini dapat bermanfaat

dan menambah wawasan serta pengetahuan. Penulis juga menyadari banyak kekurangan dalam

penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun.

Bogor, November 2010

Penulis

Page 11: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

iv

DAFTAR ISIHalaman

KATA PENGANTAR...................................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ............................................................................................................................ vi

DAFTAR GAMBAR....................................................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................................. viii

I. PENDAHULUAN............................................................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang............................................................................................................................ 1

1.2. Tujuan Penelitian........................................................................................................................ 2

1.3. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................................... 3

2.1. Bahaya kerja .............................................................................................................................. 3

2.2. Kecelakaan kerja ........................................................................................................................ 5

2.3. Faktor Dominan dalam Karakteristik pekerja ............................................................................ 5

2.3.1. Pengetahuan bahaya ......................................................................................................... 6

2.3.2. Keterampilan kerja ........................................................................................................... 6

2.3.3. Disiplin kerja .................................................................................................................... 7

2.3.4. Pengalaman kerja ............................................................................................................. 7

2.4. Rumah potong hewan ................................................................................................................ 8

III. METODOLOGI ............................................................................................................................. 10

3.1. Kerangka pemikiran ................................................................................................................ 10

3.2. Tata laksana penelitian............................................................................................................. 10

3.2.1. Sumber data.................................................................................................................... 10

3.2.2. Metode pengumpulan data ............................................................................................ 11

3.2.3. Pengolahan dan analisis data .......................................................................................... 11

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ....................................................................................... 14

4.1. Sejarah dan perkembangan perusahaan ................................................................................. 14

4.2. Ketenagakerjaan....................................................................................................................... 14

4.3. Kesehatan dan keselamatan kerja perusahaan ......................................................................... 14

4.4. Proses produksi ........................................................................................................................ 15

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................................................... 19

5.1. Potensi Bahaya ........................................................................................................................ 19

5.1.1. Bahaya fisik ................................................................................................................... 19

5.1.2. Bahaya biologi................................................................................................................ 23

5.1.3. Bahaya ergonomi ........................................................................................................... 25

5.1.4. Bahaya psikososial ........................................................................................................ 26

Page 12: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

v

Halaman

5.2. Profil Responden ..................................................................................................................... 26

5.2.1. Usia pekerja.................................................................................................................... 26

5.2.2. Pendidikan pekerja ......................................................................................................... 27

5.2.3. Masa kerja pekerja ......................................................................................................... 28

5.3. Pengetahuan Tentang K3.......................................................................................................... 28

5.3.1. Pengenalan tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3) ............................................ 28

5.3.2. Pengetahuan awal tentang adanya bahaya kerja ............................................................. 29

5.3.3. Penjelasan bahaya kerja................................................................................................... 30

5.3.4. Penjelasan penggunaan APD........................................................................................... 31

5.3.5. Penjelasan pemeliharaan APD ........................................................................................ 32

5.3.6. Tanggap darurat (Emergency respon) ............................................................................. 32

5.4. Faktor Dominan Dalam Karakteristik Pekerja ......................................................................... 34

5.4.1. Pengetahuan bahaya kerja ............................................................................................... 34

5.4.2. Keterampilan kerja .......................................................................................................... 34

5.4.3. Pengalaman kerja ............................................................................................................ 35

5.4.4. Disiplin kerja ................................................................................................................... 36

5.5. Hubungan Antara Karakteristik Pekerja dengan Kesadaran Bahaya Kerja ............................. 36

VI. REKOMENDASI PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) ............... 38

VII. SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................................................... 42

7.1. Kesimpulan ............................................................................................................................. 42

7.2. Saran ....................................................................................................................................... 42

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................... 43

LAMPIRAN ........................................................................................................................................ 47

Page 13: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

vi

DAFTAR TABELHalaman

Tabel 1. Nilai skor pengetahuan bahaya ............................................................................................. 11

Tabel 2. Nilai skor keterampilan kerja ............................................................................................... 12

Tabel 3. Skor rataan pengalaman kerja .............................................................................................. 12

Tabel 4. Skor rataan disiplin kerja ..................................................................................................... 12

Tabel 5. Skor total bahaya kerja ......................................................................................................... 12

Tabel 6. Bahaya fisik pada tiap unit produksi .................................................................................... 20

Tabel 7. Sumber, resiko dan tingkat kekuatan bahaya biologi dalam pemotongan sapi ..................... 24

Tabel 8. Distribusi waktu penjelasan dan instruktur K3 terhadap materi bahaya kerja,penggunaan APD serta pemeliharaan APD ......................................................................... 31

Tabel 9. Distribusi instruktur K3 terhadap materi penjelasan bahaya kerja, penggunaan APD sertapemeliharaan APD............................................................................................................... 31

Tabel 10. Tabel kontingensi antara pengetahuan bahaya dengan kesadaran bahaya kerja ................... 34

Tabel 11. Tabel kontingensi antara keterampilan kerja dengan kesadaran bahaya kerja ..................... 35

Tabel 12. Tabel kontingensi antara pengalaman kerja dengan kesadaran bahaya kerja ...................... 36

Tabel 13. Model pelatihan bagi pekerja ............................................................................................... 40

Page 14: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

vii

DAFTAR GAMBARHalaman

Gambar 1. Kelompok keterampilan awal (start up) ............................................................................. 7

Gambar 2. Diagram kerangka pemikiran penelitian ........................................................................... 10

Gambar 3. Stunning Gun .................................................................................................................... 20

Gambar 4. Stunning Box ..................................................................................................................... 20

Gambar 5. Posisi penyembelihan dan pemotongan kaki .................................................................... 21

Gambar 6. Hook.................................................................................................................................. 21

Gambar 7. Hook di atas rel konveyor ................................................................................................. 21

Gambar 8. Cutter leg .......................................................................................................................... 22

Gambar 9. Carcass splitting saw ........................................................................................................ 22

Gambar 10. Sebaran usia pekerja ......................................................................................................... 27

Gambar 11. Sebaran tingkat pendidikan pekerja .................................................................................. 27

Gambar 12. Sebaran masa kerja pekerja............................................................................................... 28

Gambar 13. Pengetahuan pekerja tentang K3....................................................................................... 29

Gambar 14. Sumber pengetahuan pekerja tentang K3.......................................................................... 29

Gambar 15. Pengaruh adanya bahaya kerja .......................................................................................... 30

Gambar 16. Urutan kecelakaan berdasarkan identifikasi bahaya fisik ................................................. 33

Gambar 17. Urutan tingkat tanggap darurat pekerja............................................................................. 33

Gambar 18. Plot korespondensi ............................................................................................................ 37

Gambar 19. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas-aktivitas terhadap keselamatan kerja (safetyactivities)......................................................................................................................... 39

Page 15: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

viii

DAFTAR LAMPIRANHalaman

Lampiran 1. Kuisioner penelitian ....................................................................................................... 47

Lampiran 2. Struktur organisasi PT Elders Indonesia ........................................................................ 53

Lampiran 3. Diagram alir proses produksi daging chilled di PT Elders Indonesia ........................... 54

Lampiran 4. Tindakan penanganan terhadap potensi bahaya fisik ..................................................... 55

Lampiran 5. Jawaban kuisioner bagian pengetahuan bahaya kerja .................................................... 56

Lampiran 6. Jawaban kuisioner bagian keterampilan kerja ................................................................ 57

Lampiran 7. Jawaban kuisioner bagian pengalaman kerja ................................................................. 58

Lampiran 8. Jawaban kuisioner bagian disiplin kerja......................................................................... 59

Lampiran 9. Jawaban kuisioner bagian bahaya kerja ......................................................................... 60

Lampiran 10. Nilai inersia análisis korespondensi berganda ............................................................... 61

Lampiran 11. Tata tertib di area kerja RPH PT Elders Indonesia ........................................................ 62

Page 16: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

I. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Menurut Depnakertrans (2009), di Jawa Barat terdapat 1.429 kasus kecelakaan kerja yangterjadi pada tahun 2008. Masih tingginya angka kecelakaan kerja merupakan bukti bahwa penerapanprogram K3 belum efektif. Kesuksesan program K3 bukan hanya dilihat dari sisi perusahaan tetapijuga sisi pekerja. Keinginan pekerja untuk mengikuti peraturan dan program yang telah dibuatperusahaan memegang peranan penting dalam pelaksanaan program tersebut. Motivasi tersebutmuncul salah satunya disebabkan oleh adanya kesadaran akan bahaya yang ada di tempat kerjanya.

Tingkat kesadaran pekerja merupakan faktor yang mampu mendorong atau mencegahterjadinya kecelakaan kerja. Masih rendahnya kondisi internal dari para pekerja mempersulitpenerapan program K3 di lapangan. Kondisi tersebut tentunya dipengaruhi oleh karakteristik daripekerja itu sendiri yaitu pengetahuan akan bahaya, ketrampilan pekerja, pengalaman kerja sertadisiplin kerja. Pengetahuan akan bahaya kerja merupakan hal yang penting karena merupakan modaldan pedoman bagi para pekerja untuk menghindari tertimpa kecelakaan. Tingkat pengetahuan merekaakan menjadi acuan dalam pengambilan keputusan saat bekerja. Kurangnya pengetahuan berimplikasilangsung kepada pekerja sebagai subjek saat mengambil tindakan saat bekerja, baik untukmenghindari, mencegah ataupun mengatasi terjadinya kecelakaan kerja.

Menurut Manulang (1984), pengalaman kerja merupakan proses pembentukan pengetahuanserta ketrampilan kerja. Pekerja yang memiliki pengalaman yang cukup panjang dalam suatupekerjaan, membuatnya memiliki tingkat penguasaan yang baik dalam hal teknis peralatan ataupunprosedur kerja. Pekerja tersebut menjadi lebih peka dan cepat tanggap terhadap kemungkinanterjadinya kecelakaan kerja. Hasibuan (1995) menyatakan bahwa disiplin merupakan bentukkesadaran dan kesediaan dari seseorang untuk mentaati semua peraturan serta norma-norma sosialyang berlaku dalam suatu perusahaan. Pekerja yang memiliki disiplin kerja yang baik memiliki polakerja yang sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan, sehingga dalam melakukan tugas dilapangan memiliki kemungkinan yang kecil dalam tertimpa kecelakaan karena telah mengikutipetunjuk kerja dengan benar.

Rumah potong hewan membutuhkan persyaratan higienis dan teknis yang tinggi untukmendapatkan produk yang berkualitas. Secara keseluruhan, proses produksi pada industri inimembutuhkan keterampilan kerja yang baik agar pekerja dapat bekerja dengan aman. Pekerja akanbanyak berinteraksi dengan pisau dan peralatan tajam lainnya. Selain itu pekerja juga harus mampuberadaptasi dengan lingkungan kerja yang memiliki potensi bahaya kerja. Oleh karena itu pekerjaperlu memperhatikan peraturan dan arahan dari perusahaan agar dapat bekerja dengan nyaman danterhindar dari bahaya.

Kesadaran akan bahaya kerja merupakan bentuk peranan dari pihak pekerja itu sendiri dalammeminimalisir terjadinya kecelakaan kerja. Suksesnya pelaksanaan program K3 bukan hanya dari sisimanajemen perusahaan tetapi juga harus didukung oleh seluruh stake holders yang terdapat dalamruang lingkup industri tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini disusun untuk melihat bagaimanapengaruh dari karakteristik pekerja terhadap kesadarannya akan bahaya kerja pada rumah potonghewan (RPH) studi kasus di bagian produksi PT. Elders Indonesia.

Page 17: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

2

1.2 TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan untuk :1. Mengetahui potensi bahaya yang terdapat pada rumah potong hewan.2. Mengkaji kondisi tanggap darurat (emergency respon) pekerja.3. Mengkaji faktor-faktor dominan dalam karakteristik pekerja yang berhubungan dengan

tingkat kesadarannya akan bahaya kerja.4. Menentukan program K3 yang tepat pada industri RPH.

1.3 RUANG LINGKUP PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di PT. Elders Indonesia. Kegiatan tersebut dilakukan dalam bentukstudi kasus dengan jumlah responden sebanyak 24 responden. Responden merupakan pekerja yangbekerja di bagian produksi PT. Elders Indonesia. Faktor-faktor karakteristik pekerja yang akan dikajipada penelitian ini adalah pengetahuan pekerja akan bahaya/hazard, ketrampilan kerja, pengalamankerja dan disiplin kerja. Sedangkan indikator tingkat kesadaran pekerja akan bahaya kerja meliputikesadarannya terhadap 4 (empat) bahaya kerja yaitu bahaya fisik, bahaya biologi, bahaya ergonomidan bahaya psikososial.

Page 18: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 BAHAYA KERJA

Dalam Teori Domino yang dikemukakan oleh Heinrich (1931), disebutkan bahwa pada setiapkecelakaan yang menimbulkan cedera terdapat lima faktor yang secara berurutan digambarkansebagai domino yang berdiri sejajar, salah satunya adalah kondisi tidak aman (hazard). Selain ituSantoso (2004) juga menjelaskan bahwa terdapat 4 faktor bergerak dalam satu kesatuan berantai yangmenyebabkan kecelakaan, yakni lingkungan, bahaya, peralatan dan manusia. Dalam industi RPHterdapat 4 faktor yang dapat menjadi penyebab terjadinya kecelakaan atau penyakit akibat kerja(hazard) yaitu faktor fisik, biologi, faal kerja dan psikososial.

2.1.1 Bahaya Fisik

Bahaya fisik adalah bahaya yang dihasilkan oleh energi dan benda serta hubungan di antarakeduanya (Ramadhan dan Aisyah, 2009). Beberapa hal yang termasuk kelompok ini adalahkebisingan, radiasi (ionisasi, gelombang elektromagnetik), panas, dingin, getaran dan tekanan Selainitu, bahaya ini juga bisa dikarenakan penanganan good house keeping yang buruk (Anonim, 2002).Pada industri RPH, bahaya fisik yang terjadi sebagian besar disebabkan oleh pengaruh lingkungan dankondisi kerja.

2.1.2 Bahaya Biologi

Bahaya biologi terutama berasal dari infeksi atau reaksi alergi. Beberapa hal yang merupakankelompok ini termasuk virus, bakteri, jamur dan organisme lainnya (Anonim, 2002). Bahaya biologitersebut dalam industri RPH biasa muncul dari daging itu, darah dan limbah ternak. Hal inidikarenakan bagian-bagian tersebut merupakan media yang baik bagi bakteri untuk tumbuh subur.Beberapa patogen yang sering muncul yaitu Salmonella spp (Frost et al., 1988), Escherichia coli danListeria manocytogenesis (Safos, 2005).

E. coli merupakan anggota kelompok mikroflora yang umumnya tidak berbahaya dan terdapatpada saluran pencernaan manusia dan hewan berdarah panas lainnya dan sapi saat ini sudah menjadireservoir utama bagi mikroba tersebut terutama untuk spesies E. coli O157:H7 (Bell, 2002). Bakteriini mampu bertahan di dalam tanah dan tubuh hewan dalam jangka waktu yang lama (Bolton et al.,1999). Tidak diperlukan jumlah sel yang banyak untuk dapat memicu terjadinya infeksi pada manusiadan hewan (Chart, 2000).

Salmonella adalah bakteri berbentuk batang, flagelata, stain gram-negatif dan diketahuimenyebabkan penyakit pada manusia, hewan dan unggas. Salmonellosis (yang gejalanya ditandaidengan mual, muntah dan diare) yang paling umum adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme.Negara-negara dengan sanitasi buruk mengalami insiden Salmonellosis yang lebih tinggi. Penyakitdemam tipus terjadi ketika sebagian organisme Salmonella yang tidak terbunuh oleh ketahanankekebalan tubuh manusia biasa (macrophage sel). Mikroorganisme tersebut kemudian hidup dantumbuh dalam limpa manusia, hati, dan organ lainnya dan dapat mencapai darah (bacteremia) (Davis,2009).

Listeria monocytogenes adalah bakteri patogen yang menyukai suhu dingin untukpertumbuhannya. Jika tertelan, bisa bertahan hidup sampai di saluran cerna, menembus dinding ususdan mengikuti aliran darah bahkan menembus plasenta sehingga menyebabkan keguguran/bayi lahir

Page 19: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

4

mati. Bakteri ini dapat ditemukan di tanah, perairan yang tercemar, kotoran hewan serta daging ternakmaupun unggas. Bakteri ini bisa masih dapat tumbuh pada suhu rendah hingga 3°C. Gejala awallisteriosis seperti gejala flu, demam berkepanjangan dan kaku di tengkuk dengan/tanpa gangguansaluran cerna (diare, mual, muntah) (Syamsir, 2009).

2.1.1 Bahaya ergonomi

Husein dan Sarsono (2006) menjelaskan ergonomi merupakan pendekatan ilmiah interdisiplindari penerapan prinsip-prinsip perilaku manusia untuk perancangan sistem manusia-mesin yangdiarahkan pada penyesuaian terhadap mesin dan peralatan bantu untuk memperbaiki performandengan kondisi yang aman, nyaman, efisien, sehat dan selamat dalam bekerja. Menurut Sander (1987)ergonomi adalah suatu aplikasi ilmu pengetahuan yang memperhatikan karakteristik manusia yangperlu dipertimbangkan dalam perancangan dan penataan sesuatu yang digunakan sehingga antaramanusia dengan benda yang digunakan tersebut terjadi interaksi yang lebih nyaman dan efektif.Bahaya dari golongan ini biasanya disebabkan oleh desain, layout serta aktivitas kerja yang buruk.Beberapa contoh masalah ergonomi diantaranya desain kerja, tata letak ruangan dan penangananbahan (Anonim, 2002)

2.1.2 Bahaya psikososial

Menurut Caplan (1984) faktor-faktor psikososial adalah interaksi yang terjadi di antara dan ditengah-tengah lingkungan kerja, isi pekerjaan, kondisi organisasi dan kapasitas serta kebutuhanpekerja, budaya dan pertimbangan-pertimbangan pribadi dengan pekerjaan yang berlebih, melaluipersepsi dan pengalaman kerja serta pengaruh pada kesehatan, kineja dan kepuasan kerja. Faktor-faktor psikososial tersebut perlu mendapat perhatian karena perusahaan harus menyadari bahwapekerja alaminya merupakan manusia yang memiliki sisi psikologis (Sitaniapessy, 2000). Rahardjo(2005) menyebutkan dua alasan penting faktor psikososial perlu diperhatikan, (1) terpenuhinya sisipsikologis pekerja akan membantu mereka untuk tetap focus bekerja serta menjaga kestabilanmotivasi mereka; (2) perlu adanya kejelian dalam menentukan perhatian, apalagi untuk pekerjaanyang memiliki resiko tinggi dalam beban kerja.

Johansson & Rubenowitz (1996) menjabarkan beberapa faktor psikososial yang mempengaruhikinerja di dalam lingkungan kerja, yaitu :1) Pengaruh dan kontrol pekerjaan

Hal-hal tertentu yang dapat dilihat yaitu pengaruh tingkatan kerja, metode kerja, alokasi kerja dankontrol teknis serta pengaruh peraturan kerja.

2) Iklim terhadap penyeliaIklim yang tampak dan dapat dijadikan parameter yaitu kontak dengan penyelia saat memintamasukan ataupun ketika mengungkapkan masalah terkait pekerjaan, ketika penyelia memberikanpertimbangan sudut pandang tertentu dan memberikan informasi yang dibutuhkan serta iklimberkomunikasi dalam organisasi atau perusahaan.

3) Rangsang dari pekerjaan itu sendiriHal-hal yang perlu diperhatikan diantaranya apakah pekerjaan tersebut menarik danmenstilmulasi individu untuk bekerja atau tidak, apakah pekerjaan yang diberikan bervariasi danterbagi-bagi, adakah kesempatan untuk menggunakan bakat dan keterampilan individu,kesempatan belajar hal-hal baru serta adanya perasaan saat melakukan suatu tugas.

Page 20: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

5

4) Hubungan dengan rekan kerjaBeberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya hubungan dan kontak dengan rekan kerja,pembicaraan tentang hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan dengan rekan kerja, perluasanpengalaman dalam suasana kerja yang menyenangkan, diskusi tentang masalah yang berkaitandengan pekerjaan dan penghargaan rekan kerja sebagai seorang teman yang baik atau bukan.

5) Beban kerja secara psikologisHal-hal yang mendapat perhatian di antaranya stress kerja, beban kerja, peningkatan perasaanlelah dan kejenuhan setelah bekerja, kemungkinan adanya waktu untuk relaksasi danmenenangkan pikiran serta beban mental dari pekerjaan itu sendiri.

2.2 KECELAKAAN KERJA

Sugeng (2005) menjelaskan bahwa kecelakaan kerja adalah suatu kejadian atau peristiwa yangtidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadapproses. Jika kecelakaan terjadi maka akan menyebabkan kekacauan proses produksi. Kecelakaan inibisa ditimbulkan oleh perilaku pekerja ataupun pengaruh lingkungan kerja. Secara umum kecelakaankerja dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :1) Kecelakaan industri (industrial accident) yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja karena

adanya sumber bahaya atau bahaya kerja.2) Kecelakaan dalam perjalanan (community accident) yaitu kecelakaan yang terjadi di luar tempat

kerja yang berkaitan dengan adanya hubungan kerja.

Menurut Mangkunegara (2001), terdapat beberapa sebab yang memungkinkan terjadinyakecelakaan dan gangguan kesehatan pekerja, yaitu :1) Keadaan tempat lingkungan kerja

a) Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya kurang diperhitungkankeamanannya

b) Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak2) Pengaturan udara

a) Pergantian udara di ruang kerja yang kurang baikb) Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya

3) Pengaturan penerangana) Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang kurang tepatb) Ruang kerja yang kurang cahaya

4) Pemakaian peralatan kerjaa) Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusakb) Penggunaan mesin dan alat elektronik tanpa pengaman yang baik

5) Kondisi fisik dan mental pegawaia) Kerusakan alat indera dan stamina pegawai yang tidak stabilb) Emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang rapuh, cara berpikir dan

kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah, sikap pegawai yang ceroboh dankurang pengetahuan dalam penggunaan fasilitas kerja terutama yang membawa resikobahaya

2.3 FAKTOR DOMINAN DALAM KARAKTERISTIK PEKERJA

Arep dan Tanjung (2002) menyatakan bahwa salah satu bentuk pengembangan sumber dayamanusia dapat dilakukan dengan pelatihan. Kegiatan tersebut dilakukan terutama dalam hal

Page 21: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

6

pengetahuan (knowledge), kemampuan (ability), keahlian (skill) dan sikap (attitude). Empat hal diatas, dapat dijadikan salah satu acuan dalam menilai karakteristik seorang pekerja.

2.3.1 Pengetahuan Pekerja

Notoatmojo (2003) dalam Mufarokhah (2006) menjelaskan bahwa pengetahuan merupakanhasil tahu seseorang dan hal tersebut muncul setelah individu tersebut melakukan pengindraanterhadap suatu objek tertentu. Mufarokhah (2006) menambahkan bahwa faktor-faktor yangmempengaruhi pengetahuan diantaranya pengalaman individu terhadap sesuatu objek dan informasiyang diterima oleh individu terutama tentang pencegahan kecelakaan kerja industri. Santoso (2004)menyebutkan bahwa 80-85% kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia. Salah satu unsur yangdisebutkan adalah kurangnya pengetahuan pekerja, diantaranya :1) Kurang orientasi2) Kurang latihan memahami tombol-tombol (petunjuk lain)3) Kurang latihan memahami data4) Salah pengertian terhadap suatu perintah

Lionberger dan Gwin (1982) menyatakan bahwa pengetahuan merupakan informasi yangdiperoleh seseorang dari berbagai sumber yang ada di sekitarnya. Informasi tersebut nantinya akanmenghasilkan 3 macam efek yaitu menyangkut kognitif, afektif dan konatif. Sedangkan Bloom dalamPadmowihardjo (1991) menambahkan bahwa pengetahuan merupakan kemampuan seseorang yangberada pada kawasan kognitif yang dapat dikembangkan melalaui proses pendidikan belajar.Pengetahuan (knowledge) adalah hierarki pertama dalam taksonomi tujuan pendidikan kawasankognitif dengan hierarki selanjutnya adalah comperehension, application, analysis, synthesis danevaluation.

2.3.2 Keterampilan Kerja

Menurut Haigh (1996) terdapat beberapa konsep yang harus dilibatkan dalam pengembanganketerampilan diantaranya komunikasi, manipulasi, berpikir secara bebas, kemampuan kerja sama,seperangkat proses ilmiah, dan identifikasi, relevansi serta penerapan konsep-konsep. Selain itu jugaperlu melibatkan ranah afektif yang perlu dikembangkan, mencakup minat, keterlibatan dan aplikasi.Gagne (1967) dalam Romlah (2009) membagi keterampilan proses menjadi dua kelompok besar, yaituketerampilan dasar dan keterampilan terintegrasi. Keterampilan dasar meliputi observasi, pengukuran,membuat inferensi, membuat prediksi, mengelompokkan, mengumpulkan data, dan mencatat data.Sedangkan keterampilan terintegrasi meliputi menafsirkan data, mengendalikan variabel, membuatdefinisi operasional, dan merumuskan hipotesis.

Keterkaitan antar komponen keterampilan proses dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok(Romlah, 2009). Pertama, kelompok keterampilan awal (start up) yang dapat dilihat keterkaitannyapada Gambar 1. Kelompok kedua yaitu kelompok perencanaan dan mengerjakan dan ketiga kelompokmenginterpretasikan.

Page 22: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

7

Gambar 1. Kelompok keterampilan awal (start up) (Romlah, 2009)

2.3.3 Disiplin Kerja

Nitisemito (1996) menjelaskan bahwa disiplin kerja merupakan sikap dan tingkah laku yangsesuai dengan peraturan-peraturan perusahaan baik yang tertulis maupun tidak tertulis. MenurutHasibuan (1995), disiplin merupakan kesadaran dan kesediaan orang-orang untuk mentaati peraturanperusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Dari kedua definisi di atas, terdapat persamaanbahwa disiplin kerja merupakan bentuk dari kesediaan melakukan sesuatu sesuai dengan kesepakatanatau peraturan yang ada. Hal tersebut muncul dari dalam diri seseorang, maka kemauan untukmengikuti peraturan ini akan terpola dan membentuk pribadi yang sadar akan perilaku yangdilakukannya.

Terdapat beberapa indikator dalam menentukan kedisiplinan seseorang. David (1994) mencobamenjabarkan hal-hal yang dapat menjadi indikator disiplin kerja, diantaranya :1) Kehadiran2) Jam kerja3) Tanggung jawab4) Tingkah laku ketika bekerja5) Ketidakjujuran

2.3.4 Pengalaman Kerja

Pengalaman kerja merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan serta keterampilansebagai akibat dari keterlibatan dari suatu kegiatan produksi (Manulang, 1984). Pengalaman kerja inimenjadi modal bagi pekerja dalam melaksanakan tugasnya. Pekerja yang berpengalaman dapatmelaksanakan pekerjaannya dengan baik dan aman. Handoko (1990) menyatakan terdapat beberapafaktor yang dapat mempengaruhi pengalaman kerja karyawan, diantaranya :1) Latar belakang pribadi, mencakup pendidikan, kursus, latihan, bekerja. Hal ini untuk

menunjukkan apa yang telah dilakukan seseorang di waktu yang lalu2) Bakat dan minat, untuk memperkirakan minat dan kapasitas atau kemampuan seseorang3) Sikap dan kebutuhan (attitudes and needs) untuk meramalkan tanggung jawab dan wewenang

seseorang4) Kemampuan – kemampuan analitis dan manipulatif untuk mempelajari kemampuan penilaian dan

penganalisaan5) Keterampilan dan kemampuan tehnik, untuk menilai kemampuan dalam pelaksanaan aspek –

aspek tehnik pekerjaan

OBSERVASI HIPOTESIS

MEMUNCULKANPERTANYAAN

PERENCANAAN

PENGUKURAN

Page 23: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

8

Foster (2001) menyebutkan bahwa terdapat pula beberapa hal yang dapat menentukanberpengalaman tidaknya seorang karyawan yang sekaligus sebagai indikator pengalaman kerja yaitu :1) Lama waktu/ masa kerja, merupakan ukuran lama waktu atau masa kerja yang telah ditempuh

seseorang dapat memahami tugas – tugas suatu pekerjaan dan telah melaksanakan dengan baik2) Tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Dalam poin ini, pengetahuan merujuk pada

konsep, prinsip, prosedur, kebijakan atau informasi lain yang dibutuhkan oleh karyawan.Pengetahuan juga mencakup kemampuan untuk memahami dan menerapkan informasi padatanggung jawab pekerjaan. Sedangkan keterampilan merujuk pada kemampuan fisik yangdibutuhkan untuk mencapai atau menjalankan suatu tugas atau pekerjaan

3) Penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan. Tingkat penguasaan seseorang dalam pelaksanaanaspek – aspek tehnik peralatan dan tehnik pekerjaan

2.4 RUMAH POTONG HEWAN

Menurut SNI01-6159-1999, rumah potong hewan adalah kompleks bangunan dengan desaindan konstruksi khusus yang memenuhi persyaratan teknis dan higiene tertentu serta digunakan sebagaitempat memotong hewan potong selain unggas bagi konsumsi masyarakat. RPH yang baik, telahmemenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan daging yangaman, sehat, utuh dan halal (ASUH).

Bangunan induk RPH harus mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) mengenai RPHyaitu SNI 01-6159-1999 yang sesuai dengan standar internasional dan meliputi :1) Bangunan Utama

Bangunan utama ini terdiri dari rumah pemotongan (slaughter house), kandangpenampungan sementara (lairage), karantina (quarantine), tempat penurunan sapi (cattle ramp),ruang pembakaran (incenerator), rumah diesel (power house), pengolaha limbah cair (wastewater treatment), perkantoran (office), laboratorium (laboratory) dan gang-gang disekitar RPH(gangway).

2) Bangunan PendukungBangunan Pendukung terdiri dari gudang (workshop), garasi (garage), pos jaga (guard

house), perumahan (housing), kantin (canteen), ruang istirahat (rest room) dan tempat ibadah(prayer place).

3) InfrastrukturInfrastruktur terdiri atas jalan-jalan dan areal parkir (roads and parking), tower tempat air

(water plant) dan pagar/tembok pembatas (yard fencing).

Bangunan RPH memiliki persyaratan yang juga harus mengacu pada Standar NasionalIndonesia (SNI) mengenai RPH yaitu SNI 01-6159-1999 :1) Bangunan harus berventilasi cukup, tahan terhadap serangga lalat dan binatang kecil serangga

pengganggu seperti rayap, semut dan lain-lain2) Lantai beton atau bahan lain kedap air, tidak licin, tahan arus dan karat (untuk logam) dengan

kemiringan lantai satu inchi (2,5 cm) untuk drainase3) Permukaan dinding bagian dalam ruang RPH harus dilapisi bahan licin/halus dan keras,

kedap air (1,8 mm), mudah dibersihkan dan berwarna terang. Semua sudut dan pojokantara lantai, tembok yang satu dengan lainnya harus membulat

4) Permukaan langit-langit (plafon) dilapisi bahan kedap air, tahan debu, mudah dicuci, tinggiminimal 30 cm di atas peralatan permanen dan dari lantai kurang lebih lima meter

Page 24: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

9

5) Penerangan, minimal 20 fc (foot candle) untuk ruang pemotongan dan 50 fc untuk ruangpemeriksaan daging. Jendela cukup besar untuk penyinaran dan ventilasi memadai,berbingkai metal dan tahan karat, jika terbuat dari kaca ambang jendela bagian dalam harusmiring

6) Panggung (platform), tangga, bangunan miring untuk peluncur (chute), meja dan semuaperalatan terbuat dari logam tahan karat (stainless steel)

7) Semua bagian luar pintu keluar masuk harus dilapisi dengan bahan yang halus, bahantahan karat (stainless steel), dan kedap air bukan dari kayu

8) Rel untuk menggantung karkas harus berjarak satu meter dari dinding terdekat9) Semua ruangan tempat penanganan karkas, daging dan produk hewan, tempat cuci harus

dilengkapi dengan sabun dan tissue. Strerilisasi pisau dan gergaji harus ditentukan pada posisiyang tepat. Air panas (suhu minimal 82° C), untuk sterilisasi harus selalu tersedia selamajam kerja

10) Tidak boleh ada pintu dari fasilitas toilet (wc) yang menghadap atau membuka ke dalamruang pemotongan atau ke tempat penanganan karkas atau daging

11) Tempat pemisahan sapi (stunning box) harus dibuat dari bahan yang mudah disterilisasi,jika terbuat dari logam maka bahannya harus tahan karat

12) Terdapat areal terpisah untuk penyembelihan (bleeding), pengerjaan karkas (carcassdressing), pembersihan hasil ikutan karkas (offals), dan penempatannya

13) Terdapat ruang afkiran (condemen meat) dengan luas proporsional dengan jumlah karkasyang diproses/dihasilkan (turn over) tiap hari

14) Kapasitas ruang pendingin (chilling room) untuk pelayuan (ageing) sesuai dengan besarnyapasokan daging selama tiga hari sebagai tambahan untuk cold storage

15) Persyaratan ruang pendinginan karkas dan daging :a) Suhu ruangan untuk pendinginan awal karkas segar adalah 1°C - 2°Cb) Suhu ruang chilling carcass 1°C - 5°Cc) Suhu ruang pembekuan daging (blast freezer) - 25°C (24 jam)

16) Ruangan untuk penanganan dan penyimpanan kulit baru yang masih berbulu (hide) dan kulityang sudah bersih/tanpa bulu (skin) harus jauh dari ruang pemotongan utama dan ruangpendingin/penyimpanan daging. Bagian dalam kulit yang disimpan ditaburi garam

17) Ruangan penanganan jeroan (isi perut), darah, hasil sampingan karkas (offalls) harus terpisah dariruang pemotongan utama

18) Diperlukan sebuah ruangan isolasi tersendiri untuk pemotongan darurat akibat kecelakaan

RPH harus memiliki peraturan untuk semua karyawan dan pengunjung agar pelaksanaansanitasi dan higiene (RPH) dan higiene produk tetap terjaga :1) Setiap karyawan harus sehat dan diperiksa kesehatannya secara rutin minimal satu kali dalam

setahun2) Setiap karyawan harus mendapat pelatihan yang berkesinambungan tentang higiene dan mutu3) Daerah kotor atau daerah bersih hanya diperkenankan dimasuki oleh karyawan yang bekerja di

masing-masing tempat tersebut, dokter hewan dan petugas pemeriksa berwenang4) Orang lain (misalnya tamu) yang hendak memasuki bangunan utama RPH harus mendapat ijin

dari pengelola dan mengikuti peraturan yang berlaku. (SNI 01-6159-1999)

Page 25: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

Angka kecelakaan kerja di Indonesia semakin meningkat. Menurut Depnakertrans (2008) di Jawa Baratterdapat 1.429 kasus kecelakaan kerja. Untuk itu, diterapkanlah kebijakan K3 agar mampu mencegah terjadinyakecelakaan kerja. Pelaksanaan program K3 ini bergantung pada peranan pekerja sebagai subjek dalampengaplikasian kebijakan tersebut. Sehingga dalam pelaksanaannya, perlu pemahaman yang serius akan pentingnyaK3 serta wawasan yang baik akan potensi bahaya yang dihadapinya.

Kesadaran pekerja inilah yang menjadi salah satu kunci dalam keberhasilan program K3. Namun memangbelum teruji seberapa besar pengaruh kesadaran tersebut sehingga dibutuhkan penelitian lebih untukmembuktikannya. Dalam penelitian ini juga mencoba untuk melihat karakteristik pekerja yang mungkinberpengaruh terhadap tingkat kesadaran tersebut dengan dasar pengetahuan tentang K3 yang dimiliki pekerja,diantaranya ketrampilan kerja, pengalaman kerja serta disiplin kerja. Diagram kerangka pemikiran penelitian inidigambarkan seperti berikut :

Gambar 2.DiagramKerangkaPemikiranPenelitian

3.2 TATA

LAKSANA PENELITIAN

3.2.1 Sumber data

Sumber data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakanhasil pengamatan di lapangan, kuisioner serta wawancara. Data ini bisa bersifat kualitatif maupun kuantitatif.Sedangkan data sekunder, merupakan data yang didapatkan dari dokumentasi perusahaan, diantaranya sejarah danperkembangan perusahaan, struktur organisasi, data ketenagakerjaan, serta data yang berkaitan dengan program K3perusahaan.

Bahaya yang diteliti :1. Bahaya fisik2. Bahaya biologi3. Bahaya ergonomi4. Bahaya psikososial

Variabel Pekerja :1. Umur2. Tingkat pendidikan3. Masa kerja

Karakteristik pekerja :1. Pengetahuan bahaya2. Ketrampilan kerja3. Pengalaman kerja4. Disiplin kerja

Pengetahuan K3 pekerja danEmergency Respons

Page 26: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

11

3.2.2 Metode pengumpulan data

3.2.2.1 Kajian pustakaKajian pustaka dilakukan untuk mendapatkan informasi awal tentang permasalahan yang

sedang diteliti. Kegiatan tersebut dilakukan dengan mengkaji penelitian terdahulu, laporan-laporandan jurnal terkait serta data sekunder yang terdapat dalam perusahaan.

3.2.2.2 Observasi lapangObservasi lapang dilakukan dengan mengamati langsung dan ikut serta dalam beberapa

kegiatan produksi di lapangan. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan yang sedangditeliti secara langsung serta untuk mendapatkan data primer dari perusahaan.

3.2.2.3 Identifikasi bahayaIdentifikasi bahaya dilakukan dengan metode What-If Analysis. Metode tersebut merupakan

teknik pendekatan kepada orang-orang yang berpengalaman di lapangan (pekerja) dengan bertukarpikiran dan memberikan pertanyaan tentang kemungkinan kejadian yang tidak diinginkan pada setiapunit produksi.

3.2.2.4 Penyebaran KuisionerPenyebaran kuisioner (Lampiran 1) dilakukan dengan menyebarkan angket yang berisi

pertanyaan dan pernyataan terkait permasalahan penelitian yang diisi oleh pekerja sebagai responden.Tujuannya untuk mendapatkan data primer tentang karakteristik pekerja dan kesadaran pekerja akanbahaya kerja.3.2.2.5 Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data primer tentang potensi bahaya yang mungkinterjadi di lapangan serta tentang pelaksanaan program K3 yang telah dilaksanakan oleh perusahaan.Kegiatan tersebut dilakukan dengan beberapa staf dan pekerja dari perusahaan.

3.2.3 Pengolahan dan Analisis Data

3.2.3.1 Statistika DeskriptifPenyajian data dilakukan dengan bantuan Ms. Excel 2007 dan digambarkan dalam bentuk chart

dan tabel. Untuk data yang dianalisis dengan metode ini diantaranya data tentang identitas respondenyaitu usia, tingkat pendidikan serta masa kerja pekerja. Selain itu, variabel lainnya yang dibahasdengan metode ini adalah cara memperoleh pengetahuan tentang K3 yang terdiri dari distribusipekerja berdasarkan pengenalan tentang K3, penjelasan bahaya kerja, penggunaan APD (alatpelindung diri) dan pemeliharaan APD serta kondisi tanggap darurat pekerja.

Pada bagian karakteristik pekerja, setiap variabel dianalisis dengan metode yang berbeda.Untuk variabel pengetahuan bahaya diolah dengan melihat seberapa banyak pekerja menjawab denganbenar pernyataan yang diberikan. Pernyataan yang diberikan sebanyak 10 buah dengan penilaianseperti pada Tabel 1 berikut :

Tabel 1. Nilai skor pengetahuan bahayaSkor dijawab benar Keterangan

9-10 Sangat tahu7-8 Tahu≤ 6 Agak tahu

Page 27: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

12

Variabel keterampilan kerja dianalisis dengan melihat nilai modus dari setiap jawaban yangdiberikan pekerja. Jawaban yang diminta merupakan pendapat seberapa terampil seorang pekerja padasuatu unit produksi. Terdapat 11 pertanyaan dengan penilaian seperti pada Tabel 2 berikut :

Tabel 2. Nilai skor keterampilan kerjaNilai modus Keterangan

1 Kurang terampil2 Terampil3 Sangat terampil

Untuk variabel pengalaman kerja dan disiplin kerja, analisis dilakukan dengan menghitungrataan skor jawaban pekerja. Setiap pernyataan memiliki lima kategori. Masing-masing kategoriditentukan berdasarkan rumus rentang kriteria sebagai berikut :

Rs = ( m – 1 ) / m

dimana m = jumlah alternatif jawaban tiap item

Rs = (5-1)/5 = 0,8Nilai skor rataan dihasilkan dari menjumlahkan skor yang diberikan pekerja kemudian dibagi

dengan jumlah pertanyaan. Berdasarkan nilai skor rataan tersebut maka posisi keputusan penilaianmemiliki rentang skala yang dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4 di bawah ini :

Tabel 3. Skor rataan pengalaman kerjaSkor rataan pengalaman kerja Keterangan

1,00 – 1,80 < 6 bulan1,81 – 2,60 6 bulan – 1 tahun2,61 – 3,40 1 – 2 tahun3,40 – 4,20 2 – 5 tahun4,20 – 5,00 > 5 tahun

Tabel 4. Skor rataan disiplin kerjaSkor rataan disiplin kerja Keterangan

1,00 – 1,80 Sangat buruk1,81 – 2,60 Buruk2,61 – 3,40 Cukup baik3,40 – 4,20 Baik4,20 – 5,00 Sangat baik

Pada bagian bahaya kerja, pengolahan data dilakukan dengan menghitung skor total jawaban.Skor total ini dihitung dengan menjumlahkan semua skor jawaban responden kemudian dikalikan 5.Jumlah pernyataan yang diberikan sebanyak 20 buah dengan penilaian seperti pada Tabel 5 berikut :

Tabel 5. Skor total bahaya kerjaSkor total Keterangan

86-100 Baik66-85 Sedang≤ 65 Kurang

Page 28: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

13

3.2.3.2 Analisis Korespondensi Berganda (Multiple Correspondence Analysis)

Faktor pekerja memiliki peran dalam pelaksanaan program K3. Hal tersebut diawali olehkemampuan pekerja untuk bekerja dengan aman. Keamanan dalam bekerja muncul jika para pekerjasadar akan bahaya kerja yang mengancamnya. Karakteristik pekerja membedakan setiap pekerjadalam hal Analisis korespondensi ini digunakan untuk melihat karakteristik pekerja apa saja yangmemiliki hubungan dengan kesadaran bahaya seorang pekerja.

Analisis korespondensi adalah sebuah teknik grafik peubah ganda yang digunakan untukmenggambarkan asosiasi atau hubungan dalam sebuah tabel kontingensi. Dalam analisiskorespondensi, masing-masing baris dan kolom dari matriks data diproyeksikan sebagai titik-titikdalam sebuah plot. Posisi dari titik-titik tersebut menggambarkan asosiasi antar titik (Johnson &Wichern, 1998).

Analisis data dengan metode ini dilakukan dengan menggunakan software SAS. Data yangdianalisis terdiri dari 5 variabel (17 kategori) yaitu pengetahuan bahaya, keterampilan kerja,pengalaman kerja, disiplin kerja serta kesadaran bahaya kerja. Keluaran dari analisis ini merupakanplot korespondensi yang digambarkan dalam dua dimensi.

Analisis korespondensi berganda merupakan analisis korespondensi yang diterapkan terhadapmatrik indikator khusus dan biasanya yang berasal dari tabel kontingensi banyak arah. Secara umum,titik-titik yang dihasilkan oleh metode ini tidak mempunyai interpretasi geometrik yang mudah sepertipada analisis korespondensi sederhana. Tetapi titik-titik yang berdekatan (misalnya pada kuadran yangsama) bisa digunakan untuk menentukan hubungan antar kategori (Anonim, 2003).

Page 29: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1 SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN

PT Elders Indonesia berdiri pada bulan September 2000. Pemegang sahamnya adalah Bank Marsden Pty. Ltd.dan Elders Limited (Australia). Lokasi kantor pusatnya berada di Wisma Raharja Lantai 8 Jalan Tb. SimatupangKavling No.1 Cilandak, Jakarta Selatan. Rumah pemotongan hewan (RPH) PT Elders Indonesia terletak di JalanAgatis, Kampus IPB Darmaga, Bogor. Selain itu perusahaan tersebut juga memiliki unit penggemukan sapi yangberada di Lampung.

Awalnya RPH yang dimiliki PT Elders merupakan RPH tradisional yang dikelola oleh Fakultas PeternakanIPB. Namun, sejak tahun 2000 terdapat perpindahan pengelolaan ke PT Ausi Fres Import Indonesia. Pada tahun2002 pengelolaannya dialihkan kepada PT. Celmor Perdana Indonesia yang merupakan cabang dari CelmorCompany Australia. Pada tahun 2000, saat itu PT Elders Indonesia baru bergerak di bidang penggemukan sapi yangmerupakan hasil impor dari Australia di daerah Bandung. Setelah beberapa tahun berjalan, unit penggemukan yangberada di Bandung ditutup dan dilakukan pembukaan unit serupa di Cileungsi (Bogor) dan Lampung Tengah.

PT Elders Indonesia melakukan kerjasama dengan RPH PT Celmor Perdana Indonesia pada tahun 2005.Bentuk kerjasamanya adalah jasa pemotongan ternak sapi di RPH yang dimiliki PT Celmor Perdana Indonesia. Pada26 Juni 2006, terjadi pengalihan pengelolaan RPH sepenuhnya ke PT Elders Indonesia. Perusahaan ini berkembangmenjadi industri penghasil daging sapi dengan produk berupa daging sapi chilled dengan nama Sterling. Untukmenjaga kualitas produk, perusahaan tersebut menerapkan sistem HACCP (Hazard Analysis and Critical ControlPoint) dalam proses produksinya. Selain itu persyaratan bangunan RPH juga telah memenuhi persyaratan sesuaidengan SNI 01-6159-1999. Struktur organisasi dapat dilihat pada Lampiran 2.

4.2 KETENAGAKERJAAN

PT. Elders memiliki jumlah karyawan tetap sebanyak 38 orang dengan pembagian kerja sebagai berikut: 20orang bagian produksi, 2 orang bagian purchase, 3 orang bagian keamanan, 3 cleaning service, 1 driver, dan 9 staftermasuk administrasi, dokter hewan dan Quality Control. Selain itu juga terdapat pekerja harian (casual) yangbekerja saat terjadi peningkatan permintaan. Hari kerja dibagi menjadi 2 macam. Untuk hari ganjil (senin, rabu danjumat) merupakan hari pemotongan. Sedangkan untuk hari genap (selasa, kamis dan sabtu) merupakan hari boning.Waktu kerja dimulai pukul 07.30 WIB dan selesai pukul 16.00 WIB. Terdapat 2 kali istirahat selama hari kerja,yaitu pada pukul 9.30 s.d. 10.00 dan pukul 12.00 s.d. 13.00.

4.3 KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

PT. Elders Indonesia telah menerapkan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) untuk melindungipekerjanya. Beberapa program yang telah dilaksanakan yaitu :

4.3.1 Penyediaan alat pelindung diri (APD)Penyediaan APD disesuaikan dengan kebutuhan pekerja di unit kerja masing. Perlengkapan yang biasa

digunakan diantaranya, sepatu bot, apron, masker, iron gloves, helm serta sarung pisau dengan ikat pinggang rantai.Pada unit pemingsanan juga disediakan earplug untuk melindungi pekerja dari kebisingan. Peralatan tersebutdiletakkan di dalam ruang produksi dan selalu dibersihkan setelah dipakai.

Page 30: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

15

pekerja dari kebisingan. Peralatan tersebut diletakkan di dalam ruang produksi dan selalu dibersihkansetelah dipakai.

4.1.1 Penyediaan peralatan kesehatan dan keselamatan kerjaSelain APD, perusahaan juga menyediakan kotak P3K yang disimpan di ruangan dekat pos

satpam. Untuk sanitasi pekerja, PT. Elders Indonesia menyediakan tempat cuci tangan, kamar mandidan wc khusus pekerja serta membuat lubang ventilasi yang cukup. Pada hari-hari tertentu (biasanyapada saat overtime) diberikan extra fooding untuk para pekerja.

4.1.2 Asuransi kesehatanPerusahaan mengikutkan pekerjanya pada program JAMSOSTEK. Hal ini dilakukan sebagai

tindakan antisipasi jika terjadi kecelakaan kerja. Pemberian asuransi juga sebagai bentuk jaminankepada para pekerja jika mereka mengalami kecelakan.

4.1.3 Penyediaan alat pemadam api ringan (APAR)PT. Elders Indonesia menyediakan 2 buah APAR. Kedua benda tersebut disimpan di pos jaga

dan di ruang maintenance. Penyimpanan di dua titik tersebut dilakukan untuk mempermudahpengambilan jika terjadi kebakaran.

4.1.4 Pengawasan (monitoring)Pengawasan dilakukan sebagai proses mengingatkan pekerja yang melakukan tindakan tidak

aman (unsafe action) baik disengaja ataupun tidak. Pengawasan dilakukan setiap hari selama bekerja.Hal tersebut merupakan salah satu bentuk tindakan preventif yang dilakukan oleh pihak manajemen.

4.4 PROSES PRODUKSI

Perusahaan telah mengimplementasikan sistem HACCP pada proses produksi. Proses produksipada RPH ini terdiri dari 14 unit proses. Diagram alir dapat dilihat pada Lampiran 3. Untuk rincianproses produksinya yaitu :

4.4.1 Penurunan dan pengistirahatan ternak

Sapi yang akan dipotong merupakan sapi yang telah digemukkan. Ternak tersebut dibawa kelokasi pemotongan beberapa hari sebelum pemotongan dilaksanakan. Dalam seminggu terdapat 3sampai 4 kali pengantaran ternak. Setelah sampai, ternak akan diistirahatkan di kandang. Sebelumdipotong sapi harus diperhatikan dengan baik kesejahteraannya agar tidak ada sapi yang berada dalamkondisi stress.

4.4.2 Pembersihan/pemandian

Sapi harus dimandikan sebelum dipotong. Pembersihan dilakukan dengan mengalirkan air kebadan sapi sehingga kotoran yang melekat di badannya hilang. Proses ini dilakukan oleh satu orangpekerja. Selain itu, pembersihan bertujuan untuk menenangkan sapi yang stress.

4.4.3 Pemingsanan (Stunning)

Pemingsanan merupakan prosedur yang dilakukan untuk membuat hewan menjadi tidak sadar.Hal ini dilaksanakan agar sapi tidak merasakan sakit saat dipotong. Tujuan lainnya yaitu agarpelaksanaan penyembelihan menjadi lebih mudah. Proses ini dikerjakan oleh seorang pekerja dengan

Page 31: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

16

menggunakan stunning gun. Alat tersebut seperti senapan pneumatik yang beratnya ± 5 Kg. Stunninggun harus ditembakkan tepat di dahi sapi. Setelah alat tersebut siap, pekerja biasanya akan mencatatnomor eartag sapi. Saat pemingsanan, stunning gun menghasilkan suara yang keras. Sehingga seorangstunner disarankan memakai Hearing Protective Device (HPD). Stunner juga diharuskan mencatatjumlah gigi dari sapi yang dipotong. Tugas selanjutnya adalah mengoperasikan crane yangmengangkat sapi agar bisa dikaitkan pada rel. Jika hal ini tidak dilakukan dengan hati-hati akan adakemungkinan crane yang dipasang tidak pas dan bisa jatuh menimpa pekerja lainnya. Posisi stunnersaat beroperasi berada di posisi yang lebih tinggi.

4.4.4 Penyembelihan

Penyembelihan dilakukan oleh seorang pekerja dengan menggunakan pisau yang tajam.Kegiatan tersebut dilakukan saat sapi dalam posisi rebah karena pingsan. Penyembelihan dilakukansecara Islami dengan memotong leher bagian bawah sehingga tenggorokan, vena jugularis dan artericarotis terpotong. Sapi tersebut dianggap mati jika sudah tidak ada lagi pergerakan tubuhnya. Setelahmemotong sapi, pekerja akan membersihkan pisaunya dengan menggunakan air panas. Hal inidilakukan agar pisau steril ketika digunakan kembali.

4.4.5 Pengeluaran darah (Bleeding)

Pengeluaran darah dilakukan untuk menjaga kualitas daging. Semakin banyak darah yangkeluar dan dengan sedikit rontaan dari sapi maka kualitas daging yang didapatkan akan semakinbagus. Pengeluaran darah dilakukan segera setelah penyembelihan selesai. Hal ini dilaksanakandengan mengaitkan kaki belakang sapi pada suatu crane. Kaki sapi tersebut dikerek ke atas hinggamenyangkut pada roll conveyor sehingga posisi leher menjadi di bawah.

4.4.6 Pemotongan kepala dan kaki

Setelah sapi dipastikan sudah dalam kondisi mati maka pemotongan kepala dan kaki dapatdilakukan. Pemotongan kepala dilakukan pada bagian ulak-ulak (persendian leher yang paling ujungdan dekat otak). Kegiatan ini dilakukan secara manual dengan menggunakan pisau. Untuk kaki depansapi, pemotongan dilakukan pada persendian di bawah tulang matakarpal. Hal ini dikerjakan secatamanual dengan menggunakan pisau yang steril. Bagian kaki belakang sapi dipotong pada phalagealbones dengan menggunakan cutter leg. Kepala dan kaki sapi yang telah dipotong didistribusikan keruang penimbangan oval untuk ditimbang.

4.4.7 Pengulitan (skinning)

Pengulitan dilakukan saat posisi sapi menggantung. Proses tersebut dilakukan secara manualmenggunakan pisau. Hal ini dimulai dengan membuat irisan panjang pada dada tengah sampai bagianperut sapi. Kegiatan tersebut dilanjutkan dengan membuat irisan pada keempat kaki ternak. Biasanyapengulitan dilakukan oleh lebih dari satu pekerja. Kulit yang telah dipisahkan dari daging dibawa keruang penimbangan untuk ditimbang. Pada saat itu juga dilakukan pemotongan ekor.

Page 32: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

17

4.4.8 Pembelahan Dada, Pengeluaran Jeroan dan Pembersihan Red Oval danJeroan

Proses pembelahan dada bertujuan untuk membuat lubang untuk mengeluarkan jeroan. Hal inidimulai dengan mengiris perut sapi hingga bagian dada dengan menggunakan pisau. Kegiatan inidilanjutkan dengan membelah dada menggunakan brisket saw. Alat ini merupakan sejenis gergajimesin yang mampu membelah dada sapi.

Setelah lubang selesai dibuat dilakukan pengeluaran jeroan. Hal ini diawali dengan menyayatgaris perut. Jeroan lalu dikeluarkan melalui lubang yang telah dibuat di bagian perut. Jeroan yangtelah dikeluarkan akan dipindahkan ke oval room. Pengeluaran bagian ini harus hati-hati agar isirongga perut dan kantong kemih tidak mencemari karkas. Red oval dan jeroan yang telah dikeluarkanakan dicuci hingga bersih dan dikelompokkan berdasarkan bagian-bagiannya. Kelompok-kelompokbagian tersebut ditimbang dan dijual langsung kepada pelanggan tetap yang datang.

4.4.9 Pembelahan Karkas

Pembelahan karkas dilakukan untuk membagi bagian karkas sapi menjadi dua bagian yangsama besar. Kegiatan tersebut dilakukan dengan menggunakan carcass splitting saw yang dibantutangga hidrolik untuk mempermudah pemotongan dari bagian atas ke bawah. Carcass splitting sawmerupakan gergaji atau pisau otomatis yang mampu membelah karkas. Tangga hidrolik dikendalikandengan menggunakan kaki, yang mampu membuat pekerja memiliki posisi ketinggian yang sesuaidengan karkas yang akan dipotong. Saat pemotongan berlangsung, dari alat ini akan keluar air ketikadinyalakan, dan air akan berhenti ketika alat tersebut mati. Air ini digunakan untuk mempermudahproses pemotongan.

4.4.10 Penimbangan dan Pembersihan Karkas

Karkas yang telah terbagi menjadi dua bagian disebut hot carcass. Hot carcass ini kemudianditimbang dengan menggunakan carcass scale. Setelah dicatat bobotnya, karkas tersebut kemudiandibersihkan sebelum masuk ke chiller. Pembersihan ini dilakukan dengan menyemprotkan air kebagian bekas penggergajian serta membersihkan sisa-sisa lemak pada bagian paha dan brisket.

4.4.11 Pelayuan Karkas

Potongan karkas yang telah ditimbang dan dibersihkan selanjutnya disimpan di dalam ruangpelayuan (chiller). Karkas-karkas tersebut akan digantung selama 24 jam pada suhu berkisar 4-10°Cdengan suhu normalnya berada pada 4°C. Hal ini bertujuan untuk mempercepat perubahan ototmenjadi daging.

4.4.12 Deboning

Deboning merupakan proses pemotongan karkas yang telah dilayukan menjadi potongan-potongan daging komersial. Kegiatan tersebut dilakukan di dalam suatu ruangan yang bersuhu 16°C.Dalam prosesnya, deboning dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu boning, cutting dan trimming.

Boning dilakukan untuk memisahkan daging dengan tulang. Cutting dilakukan untukmemotong bagian-bagian daging sesuai dengan potongan komersilnya. Sedangkan trimmingdilakukan untuk membersihkan lemak yang menempel pada daging dan daging yang menempel padatulang. Pemotongan dimulai dari karkas bagian bahu yaitu blade, chuck dan chuck tender. Hot carcass

Page 33: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

18

yang ada dibagi menjadi dua dengan menggunakan bond saw. Karkas bagiang dada-perut dan karkasbagian punggung akan dikerjakan di atas meja, sedangkan pemisahan daging karkas bagian pahabelakang dan betis akan dilakukan dalam posisi menggantung.

4.4.13 Pengemasan, Pelabelan dan Pengepakan

Daging yang sudah dipotong sesuai dengan potongan komersial akan dimasukkan ke dalamkemasan plastik. Setiap daging yang sudah dikemas akan divacuum dengan vacuum pack machine.Sehingga daging dikemas dalam keadaan hampa udara (pressmeat). Hal ini akan membuat dagingmenjadi lebih tahan lama.

Setelah dikemas dengan kemasan vacuum, daging tersebut akan dicelupkan ke dalam shrinktank yang di dalamnya terdapat air yang suhunya 70°C. Hal tersebut berfungsi untuk memperkuatkemasan sekaligus media untuk memeriksa kembali kemasan yang mungkin mengalami kebocoran.

Baik tulang maupun potongan daging yang sudah dikelompokkan akan dipacking ke dalamkardus-kardus yang telah dilapisi plastik linier. Seteah daging dimasukkan, kardus akan ditutup rapatdan diberi label yang isinya tanggal produksi, masa kadaluarsa, jenis daging, produsen serta beratproduk. Kardus yang telah dilabel akan diikat dengan menggunakan stripping band machine dandipindahkan ke gudang.

4.4.14 Penyimpanan

Daging yang telah dipacking rapi dalam kardus kemudian dipindahkan ke dalam cold storagemelalui roll conveyor dengan bantuan tenaga dorongan pekerja. Penyimpanan tersebut dilakukan didalam gudang yang suhunya dijaga kurang dari 10°C. Karena pada suhu tersebut diharapkan dagingdalam keadaan tetap segar.

Page 34: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 POTENSI BAHAYA

Bahaya adalah sifat dari suatu bahan, cara kerja suatu alat, cara melakukan suatu pekerjaan atau lingkungankerja yang dapat menimbulkan kerusakan harta benda, penyakit akibat kerja atau bahkan hilangnya nyawa manusia(Santoso, 2004). Menurut Permenaker 05/Men/1996 suatu industri disyaratkan melakukan identifikasi bahayasebagai langkah pertama dalam manajemen risiko yang merupakan inti dari sistem manajemen K3. Dalampenentuan sumber bahaya tersebut, perusahaan dapat mempertimbangkan kondisi dan kejadian yang dapatmenimbulkan potensi bahaya serta jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat terjadi.

Potensi bahaya tersebut memiliki berbagai bentuk, baik yang berdampak langsung seperti terjatuh dantergores maupun yang berujung pada penyakit kerja seperti kontaminasi E. coli, dan kebisingan. Jikadikelompokkan, beberapa bahaya kerja yang dominan dapat dibagi menjadi bahaya fisik, bahaya biologi, bahayaergonomi dan bahaya psikososial. Keempat jenis bahaya tersebut muncul karena adanya pengaruh dari lingkungankerja dan/atau dari faktor pekerja itu sendiri (unsafe action). Di bawah ini merupakan penjelasan dari keempatbahaya tersebut :

5.1.1 Bahaya Fisik (Physical hazard)

Bahaya fisik (physical hazard) adalah bahaya yang dihasilkan oleh energi dan benda serta hubungan di antarakeduanya. Bahaya fisik ada berbagai macam diantaranya getaran, gelombang elektromagnetis, heat stroke, tekananudara, intensitas cahaya, radiasi ionisasi, kebisingan, shift work dan sebagainya. Secara konsep, bahaya fisik ditempat kerja dibagi menjadi worker-material interfaces, lingkungan kerja fisik, dan radiasi elektromagnetik danenergi (Ramadhan dan Aisyah, 2009). Untuk mengidentifikasi bahaya fisik pada rumah potong hewan dilakukandengan membaginya berdasarkan kegiatan produksi yang ada (Suardi, 2005). Hasil identifikasi bahaya fisikmenunjukkan beberapa bahaya yang terjadi pada 11 tahapan proses (Tabel 6). Adapun tindakan penangananterhadap potensi bahaya tersebut dapat dilihat pada Lampiran 4.

Pemingsanan dilakukan dengan menggunakan alat berupa stunning gun (Gambar 3) yang ditembakkan tepatdi dahi sapi. Alat tersebut berbentuk seperti senjata yang memiliki berat sekitar 5 Kg. Menurut Ramadhan danAisyah (2009), bahaya juga dapat diukur dari repetisi dan besarnya gaya yang dilakukan. Jika dalam sehari kapasitasproduksinya mencapai 60 ekor maka hal itu dapat menyebabkan terjadinya ketegangan pada otot bahu pekerja saatmenggunakan alat tersebut. Stunning gun juga menghasilkan dengungan dengan intensitas sebesar 111 dB (Gregoryet al., 2006). Menurut SK Menteri Tenaga Kerja No Kep. 51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas (NAB) FaktorFisik Di Tempat Kerja, NAB kebisingan yang diperkenankan di Indonesia adalah 85 dB (A) (Suma’mur, 1996).NAB adalah standar faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit ataugangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.Meskipun begitu NAB bukanlah jaminan bahwa tenaga kerja tidak akan terkena risiko akibat bising tetapi hanyamengurangi risiko yang ada (Cholidah, 2006). Posisi pekerja pada saat melakukan pemingsanan harus berada di ataskepala sapi yaitu di atas platform stunning box (Gambar 4) sehingga posisinya menjadi lebih tinggi. Hal tersebutberpotensi membuat pekerja terjatuh.

Page 35: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

20

Tabel 6. Bahaya fisik pada tahapan proses (unit kerja) produksiNo Tahapan Proses Bahaya1 Pemingsanan (stunning) Bising, terjatuh2 Penyembelihan Tergores, terpotong, tertendang sapi3 Pengeluaran darah

(bleeding) danpenggantungan

Tergores/terpotong pisau, terpeleset,tertendang sapi dan tertimpa hook.

4 Pemotongan kepala dankaki

Terjatuh, terpotong, tergores

5 Pengulitan (skinning)dan pemotongan ekor

Tergores, terpotong, telingakemasukkan air

6 Pembelahan dada danpengeluaran jeroan

Tergores, terpotong.

7 Pembelahan karkas Terpotong, terjatuh8 Penimbangan dan

pembersihan karkasTersandung, terjatuh, mata tersemprotair

9 Pelayuan Dingin10 Pemisahan tulang dan

daging (deboning)Tergores, terpotong, terjatuh, terbenturujung meja

11 Pengemasan danpengepakan

Tangan terjepit mesin packing vacuum,tertusuk, terkena air panas, tergores

Gambar 4. Stunning boxGambar 3. Stunning gun

Page 36: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

21

Penyembelihan, penggantungan dan pengeluaran darah dilakukan pada area yang berdekatan.Penyembelihan dilakukan dengan menggunakan pisau yang tajam dengan posisimembungkuk/jongkok. Pekerja berada di bawah platform untuk pekerja yang memotong kaki sapi.Bahaya fisik yang dominan terjadi dalam proses tersebut adalah tergores dan terpotong (Gambar 5).Penggantungan dilakukan dengan mengerek salah satu kaki belakang sapi yang telah dirantai denganmenggunakan hook (Gambar 6) dan diletakkan di atas rel konveyor (Gambar 7). Pengeluaran darahdilakukan dengan membuka saggital leher dan memotong anterior aorta dan vena kava anterior padaawal arteri karotis dan pada akhir vena jugularis (Roca, 2002). Dua pisau harus digunakan dalampendarahan, satu untuk insisi leher, dan satu lagi untuk memotong kapal (Roca, 2002). Sesuai standarGHP (Good Hygiene Practice) pisau yang digunakan harus disterilisasi pada air yang suhunya 82°C.

Gambar 5. Posisi penyembelihan dan pemotongan kaki

Gambar 6. Hook Gambar 7. Hook di atas rel konveyor

Bahaya fisik yang terjadi dalam rangkaian proses tersebut diantaranya, tergores/terpotongpisau, terpeleset, tertendang sapi dan tertimpa hook. Tergores/terpotong pisau terjadi jika pekerjamelakukan unsafe action selama memotong pembuluh darah utama. Hal tersebut terjadi karena pisauyang digunakan sangat tajam sesuai persyaratan Good Hygiene Practice (GHP). Bahaya terpelesetdisebabkan oleh darah yang belum sempat dibersihkan setelah proses pengeluaran darah selesaidilakukan. Dalam proses penggantungan, terkadang terdapat sapi yang mengalami kontraksi otot. Halini menyebabkan hook terlepas dan menimpa pekerja. Kontraksi otot yang terjadi pada sapidisebabkan karena adanya potensial aksi (Seeley et al., 2002). Menurut Campbell et al., (2004)potensial aksi tunggal akan menghasilkan peningkatan tegangan otot. Kondisi tersebut akanterakumulasi jika timbul potensial aksi lagi sebelum respon terhadap potensial aksi sebelumnyaselesai. Hal serupa terjadi pada kondisi tertendang sapi. Karena mekanisme kejang otot tersebut, salahsatu kaki belakang sapi yang belum sempat dikaitkan kejang lalu menimpa pekerja.

Pemotongan kepala dan kaki sapi dilakukan dalam satu rangkaian proses. Kedua kegiatantersebut baru bisa dilakukan saat sapi telah dipastikan dalam kondisi mati. Pemotongan kepaladilakukan secara manual dengan menggunakan dua buah pisau. Pemotongan kaki dilakukan secaramanual dan dengan menggunakan cutter leg (Gambar 8). Bahaya fisik yang terjadi pada unit proses

Stunning box

Penyembelih

Pekerja yangmemotong kaki

Page 37: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

22

ini diantaranya tergores, terpotong dan terjatuh. Tergores dan terpotong terjadi saat memotong karenapisau yang digunakan tajam dan selalu diasah. Bahaya terjatuh terjadi jika pekerja melakukan unsafeaction saat memotong kaki sapi. Hal tersebut dikarenakan posisi pekerja saat menggunakan cutter legberada pada posisi yang lebih tinggi.

Gambar 8. Cutter leg

Pengulitan dilakukan secara manual saat kondisi sapi masih tergantung. Pekerja akanmemulainya dengan membuat irisan panjang di bagian dada dan perut. Dalam proses ini bahaya fisikyang terjadi lebih disebabkan karena teknik menggunakan pisau yang kurang tepat (kurang terampil)atau melakukan tindakan yang tidak aman yang menyebabkan pekerja lain atau dirinya mengalamikecelakaan saat melakukan pengulitan, misalnya bergurau dan tidak fokus. Dalam beberapa kasusjuga terjadi kondisi telinga pekerja kemasukkan air. Hal ini terjadi karena saat bekerja terjadi banyakinteraksi dengan air baik untuk pencucian atau kegiatan lainnya. Air tersebut sesekali masuk ketelinga pekerja yang tidak menutup rapat tutup kepalanya. Kondisi tersebut berakibat pada timbulnyakondisi tidak nyaman pada pekerja.

Pengeluaran jeroan diawali dengan membelah dada menggunakan brisket saw. Mesin tersebutmerupakan gergaji elektrik yang digunakan untuk membelah dada sapi. Sebelumnya pekerja membuatirisan dengan ukuran sedang menggunakan pisau sebagai awalan untuk brisket saw memulaipembelahan. Pada proses ini bahaya fisik yang dapat terjadi disebabkan oleh perilaku pekerja yangtidak aman yang berkaitan dengan penggunaan pisau dan mesin tersebut diantaranya tergores danterpotong. Pembelahan karkas dimaksudkan untuk membelah karkas menjadi dua bagian sama besar.Hal tersebut dilakukan dengan menggunakan carcass splitting saw (Gambar 9). Posisi operator dapatnaik dan turun sesuai dengan posisi karkas menggunakan pompa hidrolik. Saat proses berlangsung,pisau gergajinya akan dialiri oleh air dengan suhu 82°C agar tetap steril. Bahaya yang terjadi selainterpotong adalah terjatuh. Hal tersebut dikarenakan posisi pekerja yang lebih tinggi dan kondisinyayang naik turun terkadang dapat berada pada posisi yang tidak stabil. Selain itu juga bisa disebabkankarena terlilit selang air yang tersambung pada alat tersebut.

Gambar 9. Carcass splitting saw

Pembersihan karkas dilakukan untuk menghilangkan sisa lemak dan darah yang masihmenempel dengan menyemprotkan air bertekanan ke karkas. Setelah dicuci, karkas ditimbang dandibawa menuju ruang pelayuan (chiller). Di dalam ruang pelayuan, karkas akan disimpan selama 1hari pada suhu 4-10°C. Selama proses berlangsung pekerja memiliki resiko terjatuh, terkena

Page 38: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

23

semprotan air pada mata dan berada dalam kondisi dingin. Saat membersihkan karkas, terdapatkemungkinan air yang disemprotkan akan berbalik dan mengenai mata pekerja. Terjatuh terjadi jikapekerja tidak hati-hati dalam memindahkan karkas karena di sepanjang lorong terdapat deretan coranbalok batu setinggi ± 8 cm yang digunakan sebagai tumpuan. Anonim (2004) menerangkan bahwadalam melayukan karkas, suhu yang digunakan mencapai 7°C atau lebih rendah. Kondisi tersebut jikaterlalu lama dialami pekerja tanpa adanya penghangat akan membuat pekerja kedinginan sehinggamembuatnya tidak nyaman dalam bekerja.

Kegiatan boning bertujuan untuk memisahkan daging dengan tulang dan menjadikannyapotongan-potongan komersial. Bahaya fisik yang terjadi selama proses tersebut di antaranya tergores,terpotong, terjatuh dan terbentur ujung meja. Tergores dan terpotong merupakan resiko daripenggunaan pisau selama proses boning dilaksanakan. Hal tersebut terjadi saat pekerja melakukankesalahan dalam penggunaan pisau tersebut yang membahayakan baik dirinya maupun rekankerjanya. Dalam proses tersebut terdapat pekerja yang bertugas memisahkan bagian ribs dan chuckdari tulang belakang karkas dan dilakukan dengan posisi yang lebih tinggi. Kondisi tersebutmemungkinkan pekerja terjatuh jika posisinya tidak seimbang. Kegiatan lainnya saat proses ini adalahpemindahan daging ataupun tulang yang telah dipisahkan. Pada saat tertentu pekerja baik disengajaatau tidak menabrak atau membentur ujung meja stainless steel. Hal ini dapat menyebabkan memarpada bagian yang bertubrukan.

Pengemasan potongan daging komersial dilakukan dengan menggunakan mesin packingvacuum. Selanjutnya kemasan tersebut direkatkan dengan cara mencelupkannya ke dalam air bersuhu82°C. Daging tersebut lalu dipisahkan sesuai potongan komersialnya dan dikemas dalam kardus.Bahaya fisik yang terjadi selama proses tersebut yaitu tangan terjepit mesin packing vacuum, tertusukdan terkena air panas. Proses pengemasan daging dengan mesin vacuum dilakukan dengan dua mesinyang dijalankan oleh dua orang operator. Terkadang karena terjadi penumpukan (idle), pekerja akanmempercepat kerjanya dan tanpa sadar menutup mesin tanpa memperhatikan tangan rekan kerjanya.Agar kemasan terlihat lebih baik, pekerja sering memotong plastik yang terlalu panjang danmeletakkan pisau yang digunakan di atas mesin. Pada saat tertentu secara tidak sengaja pekerjamenyentuh pisau tersebut lalu terdorong dan menusuk lengan pekerja. Untuk kasus terkena air panasterjadi jika pekerja terlalu kuat saat mencelupkan daging atau beban daging terlalu besar. Kardus-kardus disiapkan oleh pekerja sebelum memulai kegiatan produksi. Bahan-bahan tersebut dilipatsesuai dengan model dan ukurannya. Saat melakukan pelipatan tidak jarang tangan pekerja yangtergores oleh ujung kardus dan membuat pekerja tidak nyaman.

5.1.2 Bahaya Biologi (Biological hazard)

Beberapa hal yang merupakan kelompok ini termasuk virus, bakteri, jamur dan organismelainnya (Anonim, 2002). Di dalam industri RPH, bahaya biologi yang harus dipertimbangkanbiasanya merupakan kelompok agen zoomotic yang terdiri dari bakteri patogen seperti Salmonellaentrica (Frost et al., 1988), E coli O157:H7 dan Listeria sp (Safos, 2005). Kelompok bahaya biologi diatas muncul dalam industri RPH karena daging, darah serta limbah yang dihasilkan selama prosesmerupakan habitat umum yang menjadi tempat perindukannya (reservoir). Secara umum bahayabiologi yang terjadi dipaparkan dalam Tabel 7 di bawah ini :

Page 39: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

24

Tabel 7. Sumber, resiko dan tingkat kekuatan bahaya biologi dalam pemotongan sapiBahaya Sumber Resiko Tingkat

kekuatan

S. entericKulit, kepala,tonsil, kuku

TinggiSedang

sampai kuat

E.coli O157:H7Kulit, tonsil,

kukuTinggi

Sedangsampai kuat

Listeriamonocytogenes

Kulit TinggiSedang

sampai kuat(Sumber : Safos, 2005)

Salmonellosis merupakan penyakit penting yang terdapat pada sapi (Radostits et al., 1994), daninfeksi Salmonella pada sapi berpotensi untuk terekspos juga pada manusia (Hancock et al., 1997).Beberapa kondisi yang memungkinkan pekerja terpapar oleh bahaya biologi tersebut terjadi saatkontak dengan kulit ternak. Pemaparan bisa terjadi saat dilakukannya pemingsanan hingga terjadinyaproses pengulitan. Hal tersebut terjadi karena menurut Krytenburg et al.,(1998) Salmonella banyakditemukan dalam pakan ternak. Selama proses transportasi serta pengistirahatan kulit ternak selalukontak dengan pakannya dan memungkinkan mikroba tersebut bermigrasi. Selain itu kemungkinanterjadinya pemaparan adalah pada saat pemotongan kepala dan kaki (Tabel 7). Kemungkinan lain jugadiungkapkan Coker et al, (1994) yang menerangkan bahwa pada RPH, Salmonella spp. biasa tumbuhkarena peningkatan bahan organik pada limbah yang dihasilkan. Hal ini biasa ditemui oleh pekerjayang berada pada bagian pengelolaan limbah.

Escherichia coli O157: H7 dapat menyebabkan infeksi gastrointestinal parah pada manusia(Karmali, 1989). Sapi dan hewan ternak lainnya merupakan reservoir lingkungan utama bagi patogentersebut untuk tumbuh. Telah banyak kasus yang terjadi karena adanya kontak dengan lingkunganbaik langsung maupun tidak langsung. (Hepburn et al., 2002). Pekerja yang berpotensi terpaparpatogen tersebut adalah yang berada pada unit pemotongan kaki dan kepala dan pengulitan (Tabel 7).Selain itu, habitat utama E. coli adalah saluran usus hewan berdarah panas seperti sapi (Bell, 2002)serta pada rumennya (Brown et al., 1997), maka pemaparan patogen tersebut juga akan terjadi padapekerja yang berada di unit pembersihan jeroan. Jika para pekerja tidak memakai sarung tangan danmenjaga kebersihan dirinya maka akan besar potensi baginya untuk terpapar. Escherichia coli jugadapat muncul dari air mentah/pencuci yang kurang bersih. Kontaminasi akibat adanya kontak denganair tersebut dapat menyebabkan diare, kejang perut serta haemolytic uraemic syndrome (HUS)(Nurjanah, 2006).

Listeria secara umum tersebar di alam, terutama pada musim semi dimana mereka sedangmemiliki kemampuan untuk tumbuh dalam kondisi lembab sehingga dapat berkembang danmeningkat konsentrasinya di dalam lingkungan RPH. Mereka biasa ditemukan dalam feses ternak(Ralovich, 1984) serta limbah RPH (Skovgaaard dan Morgen, 1988). Pekerja yang terpapar olehmikroba tersebut dapat menderita meningitis, meningoencephalitis dan encephalitis (Syamsir, 2009).Mikroba tersebut dapat masuk ke dalam tubuh pekerja jika mereka tidak membersihkan tubuhnyadengan baik setelah bekerja sehingga terdapat kemungkinan masih adanya patogen yang tertinggalpada tangan. Pekerja yang berpotensi terpapar oleh mikroba tersebut adalah yang bekerja di bagianpengulitan (Tabel 7). Mikroba tersebut masih bisa tumbuh pada suhu rendah hingga 3°C (Syamsir,2009), sehingga pemaparan juga dapat terjadi pada pekerja di bagian chilling, boning danpengemasan.

Page 40: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

25

5.1.3 Bahaya Ergonomi (Ergonomical hazard)

Ergonomi merupakan ilmu yang mempelajari interaksi manusia, mesin dan lingkungan yangbertujuan untuk menyesuaikan pekerjaan dengan manusia (Briger, 1995). Bahaya ergonomi biasanyadisebabkan oleh posisi kerja yang salah atau kurang tepat serta konstruksi mesin atau strukturlingkungan kerja yang kurang baik. Kondisi ini akan mempengaruhi kapasitas kerja otot. Astand danRodahl (1970) menyebutkan bahwa faktor somatik, latihan dan adaptasi, faktor psikis, cara kerja danlingkungan akan mempengaruhi fungsi metabolisme tubuh. Hal ini akan berpengaruh terhadappembentukan energi dan kapasitas fisik.

Bahaya ergonomi yang sering terjadi dalam industri RPH adalah Musculosekeletal disorders(MSD). Setiawan (2009) menyebutkan bahwa penyakit tersebut berkaitan dengan jaringan otottendon, ligament, kartilago, persendian, sistem syaraf, struktur tulang dan pembuluh darah. Di dalamproses produksi di RPH, bentuk-bentuk pekerjaan yang ada memungkinkan terjadinya bahayaergonomi, diantaranya saat proses penggantungan, penimbangan oval, boning, pengemasan danpengepakan.

Pada proses penggantungan bahaya ergonomi yang muncul diantaranya arm myalgia.Gangguan tersebut muncul saat pekerja memasang hook di kaki sapi. Beban hook yang cukup berat (±5 Kg) membuat otot cepat lelah dan menimbulkan rasa sakit pada otot lengan bawah. Pada saatpenimbangan oval, posisi pekerja yang dapat menimbulkan bahaya ergonomi diantaranya, (1) saatmendorong keranjang yang berisi jeroan/kaki/kepala sapi ke tempat penimbangan, (2) saatmemindahkan keranjang yang berisi jeroan/kaki/kepala sapi dari timbangan ke konveyor dan (3) saatmendorong keranjang tersebut di atas konveyor. Posisi pertama membahayakan karena posisi pekerjamembungkuk dan hal tersebut terjadi dengan frekuensi yang sering. Pekerja harus membungkukkarena keranjang yang digunakan tingginya hanya sekitar 50 cm. Posisi kedua membahayakan karenabeban material yang dipindahkan sangat berat yaitu sekitar 20-40 Kg, apalagi dengan frekuensigerakan yang tinggi. Kondisi tersebut dapat menyebabkan munculnya DeQurvain’s syndrome.Sindrom ini menyebabkan rasa sakit pada pergelangan tangan dan jari-jari (Ranney et al., 1995).Posisi ketiga juga memiliki potensi membahayakan karena saat mendorong, pekerja menggunakanjangkauan terjauhnya. Hal ini berakibat pada munculnya rasa sakit pada punggung pekerja. Ketikakegiatan boning, posisi tangan saat memotong bagian ribs dan chuck berada dalam posisi di atas levelsiku yang normal. Hal ini berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Kondisi tersebut dapatmenyebabkan gangguan arm myalgia. Rasa sakit pada otot lengan bawah disebabkan oleh pergerakansiku dan lengan bawah (Ranney et al., 1995).

Bahaya ergonomi yang terdapat pada unit pengemasan terjadi saat pekerja melakukanpengemasan dengan mesin vacuum salah satunya adalah Carpal tunnel syndrome. Penyakit tersebutterjadi karena penggunaan jari dan pergelangan tangan yang cepat (Kroemer et al., 1994) secara terus-menerus saat mengemas. Keadaan tersebut dapat menyebabkan pergelangan tangan pekerja menjadimati rasa dan kesemutan (Ranney et al., 1995). Selain itu tendonitis juga dapat terjadi yangdiakibatkan oleh penggunaan tenaga yang terlalu besar serta gerakan yang cepat pada lengan bagianbawah. Kondisi tersebut terjadi saat mengemas potongan daging yang ukurannya terlalu besar. Pekerjaakan mengalami rasa pegal karena peradangan yang terjadi pada tendon lengan (Kroemer, et al.,1994). Dalam proses pengepakan kegiatan yang berptensi menyebabkan bahaya ergonomi yaitu saatmendorong daging dalam kardus di atas konveyor. Bahaya yang terjadi adalah saat pekerjamenggunakan jangkuan terjauhnya dengan frekuensi yang tinggi. Akibatnya postur bekerja akanmenjadi bungkuk dan kondisi tersebut terjadi dengan frekuensi yang cukup banyak sehingga pekerjaakan mengalami rasa sakit di bagian pungung (low back pain).

Page 41: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

26

5.1.4 Bahaya Psikososial (Psychosocial hazard)

Bahaya psikososial adalah suatu kejadian atau situasi yang berpotensi menyebabkan bahayakarena adanya interaksi dan permasalahan dalam pekerjaan, manajemen kerja dan kondisi lingkungankerja lainnya serta kondisi personal pekerja, kompetensi dan pengalamnnya. Interaksi tersebutberbahaya dan dapat berpengaruh pada kesehatan pekerja. Beberapa tipe klasifikasi sistem kecelakaantelah mengidentifikasi tekanan kerja sebagai bahaya dan penyebab terjadinya kerusakan kesehatanpsikologi di lingkungan kerja. Beberapa aspek tekanan tersebut yaitu beban kerja, konflikinterpersonal, munculnya isu-isu, ketidakjelasan peran dan perilaku yang membahayakan(Government of South Australia, 2005).

Gambaran sekilas tentang kondisi di lokasi penelitian yaitu (1) terkadang terjadi overtime yangmenyebabkan pekerja harus bekerja lebih lama dan besok paginya harus kembali bekerja (2) sistemkerja yang monoton dan (3) beban kerja yang diberikan termasuk berat dan merupakan jenis pekerjaanblue-collar atau yang sifatnya pekerja kasar. Dari kondisi di atas peran faktor-faktor psikososial yangdiungkapkan Johansson & Rubenowitz (1994) dapat dijadikan parameter untuk menjelaskan situasiyang terjadi. Selama bekerja, prosedur dan standar kerja yang telah dijalankan seperti biasa, sehinggatingkatan kerja yang berat tidak bisa dihindari. Iklim terhadap penyelia (manajer dan supervisor)bukan menjadi faktor yang harus diwaspadai untuk kasus ini. Hal ini terjadi karena pada lokasipenelitian bentuk-bentuk komunikasi dengan penyelia baik untuk urusan perusahaan ataupun personalterjadi dengan baik. Untuk hubungan dengan rekan kerja tergolong baik. Homogenitas karakterpekerja di sana cukup tinggi sehingga interaksi dan hubungan antar pekerja cukup erat. Selain itusistem kekeluargaan merupakan satu hal yang selalu diaplikasikan baik selama ataupun di luar waktubekerja sehingga saat bekerja terbentuk suasana yang menyenangkan meskipun beban kerja yangdirasakan cukup berat. Secara psikologis, beban kerja dirasakan oleh semua pekerja begitupun stresskerja (Rahardjo, 2005). Munculnya perasaan lelah dan jenuh setelah bekerja dapat dialami olehpekerja yang berada dalam suasana dan lingkungan kerja yang monoton. Kondisi serupa dialami olehpekerja di lokasi penelitian. Hal tersebut lebih terasa lagi saat kapasitas produksi ditingkatkan (jumlahsapi yang dipotong meningkat).

Bentuk-bentuk bahaya psikososial di atas memiliki dampak yang nyata baik bagi pekerjamaupun perusahaan. Secara nonfisik Caplan (1984) menyebutkan beberapa hal yang dapat dirasakanpekerja sebagai bentuk dampak psikososial pada kasus ini diantaranya perasaan jenuh dan lelah yangberlebih, penurunan motivasi kerja, kinerja yang buruk serta penurunan produktivitas kerja.Sedangkan secara fisik Johansson & Nonas (1994) menyebutkan konsekuensi-konsekuensi yangterjadi yaitu kelelahan nyata yang terjadi secara dini, nyeri pada bagian tertentu seperti leher, bahu danpunggung bagian bawah dan kemudian jatuh sakit.

5.2 PROFIL RESPONDEN

5.2.1 Usia Pekerja

Distribusi usia pekerja di perusahaan ini terbagi menjadi 3 kelompok (Gambar 10).Berdasarkan data tersebut hampir semua pekerjanya berada pada rentang usia produktif dengankomposisi dominan merupakan angkatan kerja muda (20-29 tahun). Hal ini artinya baik secara fisikmaupun mental sebagian besar pekerja mampu merespon adanya bahaya dengan baik. Pendapat inisejalan dengan Sudijanto (1999) yang menyatakan bahwa semakin besar usia seseorang secaralangsung akan semakin matang fisiknya, karena fungsi ototnya semakin sempurna. Semakin tua

Page 42: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

27

seseorang ada kecenderungan semakin matang mentalnya, karena pengalaman hidupnya semakinbanyak.

Gambar 10. Sebaran Usia Pekerja

5.2.2 Pendidikan Pekerja

Dari hasil pengamatan (Gambar 11) di bawah ini terlihat bahwa mayoritas pekerjanyamerupakan lulusan SMA (84%). Data tersebut mengindikasikan bahwa mayoritas pekerja memilikikemampuan dan pengetahuan yang cukup dalam mendefinisikan bahaya dalam bekerja. Jikadiasosiasikan dengan kesadaran akan bahaya kerja, pekerja tersebut setidaknya telah memilikipengetahuan awal yang membuat mereka mampu menganalisis suatu kondisi dan menjadikannyabahan pertimbangan dalam bertindak saat bekerja. Hal ini sejalan dengan sejalan dengan Houle (1975)yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan proses pengumpulan pengetahuan, ketrampilanmaupun sikap seseorang yang dilaksanakan secara terencana, sehingga diperoleh perubahan-perubahan dalam meningkatkan taraf hidupnya.

Tingkat pendidikanpekerja

4%

8%

84%

4% SDSMPSMADIPLO MA

Gambar 11. Sebaran Tingkat Pendidikan Pekerja

Usia pekerja :

54%

29%

17%

20-29 tahun

30-39 tahun

> 40 tahun

Page 43: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

28

5.2.3 Masa Kerja Pekerja

Masa kerja pekerja (Gambar 12) mayoritas berada dalam masa di atas 2 tahun (87%). Kondisiini memberikan informasi bahwa untuk bisa beradaptasi dan menjalankan tugasnya di lapanganseorang pekerja tidak memerlukan waktu yang lama (2 tahun). Masa kerja tersebut berpengaruhterhadap ketrampilan kerja. Selain itu, masa kerja menentukan kondisi pengalaman seorang pekerjadalam bekerja di rumah potong hewan. Pengalaman ini yang nantinya membantu pekerja dalammengidentifikasi bahaya kerja serta menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil tindakan saatbekerja. Hal ini sesuai dengan Gagne (1967) dalam Sudaryat (2007) yang menjelaskan bahwapengalaman merupakan akumulasi proses belajar mengajar yang dialami oleh seseorang, yangmenjadi satu dasar pertimbangan dalam menerima ide baru.

M asa kerjapekerja

13%

58%

29%< 2 tahun2-5 tahun> 5 tahun

Gambar 12. Sebaran Masa Kerja Pekerja

5.3 PENGETAHUAN TENTANG K3

5.3.1 Pengenalan tentang K3

Memang belum bisa dipastikan bahwa jika pekerja yang pernah mendengar tentang K3memiliki kesadaran terhadap bahaya kerja. Tetapi pekerja yang pernah mendengar K3 minimal telahmemiliki pengetahuan awal tentang bagaimana menghindari kecelakaan dan bagaimana bekerjadengan aman. Di PT Elders Indonesia masih tedapat 25% pekerja (Gambar 13) yang belum pernahmendengar tentang K3. Hal ini artinya para pekerja tersebut perlu segera dikenalkan tentangpengetahuan dasar K3 karena dikhawatirkan mereka belum dapat mengidentifikasi situasi dan kondisibahaya saat bekerja. Dari hasil pengukuran tentang sumber pengetahuan K3 (Gambar 14) terlihatbahwa pelatihan menjadi sumber pengetahuan yang dominan bagi pekerja (50%). Pelatihan ini adayang didapatkan saat bekerja di perusahaan ini, ataupun di tempat mereka bekerja sebelumnya. Selainitu peran manajer dalam mensosialisasikan adanya K3 juga terasa pada perusahaan tersebut didukungdengan adanya 33% pekerja yang tahu K3 melalui manajer. Pekerja lainnya mendapatkan informasiK3 melalui poster (5%), televisi (6%) dan majalah/buku (6%). Kondisi tersebut memberikan informasibahwa masih terdapat pekerja (18%) yang belum terfasilitasi dalam mendapatkan informasi. Hal initerkait dengan cara memperolehnya yang otodidak, dikhawatirkan pekerja belum paham sepenuhnyatentang apa yang telah mereka ketahui.

Page 44: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

29

Gambar 13. Pengetahuan Pekerja Tentang K3

Gambar 14. Sumber Pengetahuan Pekerja Tentang K3

5.3.2 Pengetahuan awal tentang adanya bahaya kerja

Pengetahuan menjadi bagian pendukung dalam pelaksanaan suatu pekerjaan. Hal itu akanmenjadi pedoman bagi seseorang dalam mengerjakan sesuatu. Dalam kesehariannya, belum semuapekerja di PT Elders Indonesia mengetahui bahaya kerja di unit kerja mereka (Gambar 15). Hanya92% yang telah mengetahuinya, dan 8% lainnya belum. Hal ini mengindikasikan bahwa masihterdapat pekerja yang belum bisa menyadari adanya bahaya kerja di unit kerjanya. Kondisi tersebutseharusnya mendapat perhatian, karena untuk menghindari terjadinya suatu kecelakaan harus didasaridengan kemampuan pekerja untuk mengidentifikasi suatu kondisi, berbahaya atau tidak. Pekerja yangbelum bisa menyadari akan adanya bahaya tersebut harus segera diberi pelatihan K3. Pelatihan inibertujuan untuk membuat pekerja mengenal gambaran umum tentang keselamatan kerja sertabagaimana seharusnya bersikap saat bekerja. McCome & Toffin (1974) menyatakan bahwa pelatihantersebut nantinya akan membuat mereka familiar dengan bahaya yang mungkin terjadi dan dengansemacam latihan serta metode tertentu akan meminimumkan terjadinya kecelakaan. Untuk 92%pekerja yang sudah mengetahui bahaya kerja di unit kerjanya, semuanya merasakan adanyapengaruhnya terhadap cara mereka bekerja. Kondisi tersebut menyebabkan munculnya sikap waspadadan hati-hati sebagai bentuk pengaruh dari dalam diri pekerja. Hal ini berarti satu langkah untukmencapai kondisi sadar bahaya telah dialami pekerja yang memiliki pengetahuan bahaya kerja.

Page 45: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

30

Gambar 15. Pengaruh Adanya Bahaya Kerja

5.3.3 Penjelasan bahaya kerja

Dari data tentang penjelasan bahaya kerja (Tabel 8), didapatkan jumlah pekerja di PT EldersIndonesia yang telah memperoleh penjelasan tentang materi tersebut sebanyak 19 orang (79%). Halini juga mengandung informasi bahwa masih terdapat 21% pekerja yang belum mendapatkanpenjelasan. Dalam prakteknya, pemberian materi ini merupakan hal yang harus diterima oleh semuapekerja. Penjelasan bahaya kerja merupakan bagian dari tanggungjawab formal sebuah unit kerja. Haltersebut menjadi penting disampaikan karena merupakan pedoman awal bagi para pekerja untuk dapatbekerja dengan aman. Perilaku kerja mereka akan menjadi berbeda ketika penjelasan ini tidakdisampaikan. Kondisi tersebut harus diwaspadai dan penjelasan ini menjadi salah satu langkahpreventif untuk mencegah timbulnya kecelakaan. Penjelasan bahaya yang dimaksud adalahpenjabaran kecelakaan yang mungkin terjadi di setiap unit produksi. Selain itu juga terdapat materitentang bagaimana cara bekerja yang benar serta penjelasan penyakit kerja.

Sebanyak 50% pekerja (Tabel 8) mendapatkan penjelasan tersebut saat pertama kali bekerja.Kelompok pekerja ini mendapatkan informasi tersebut saat orientasi kerja berlangsung. Informasiyang didapat saat pelatihan ini lebih terstruktur dan disampaikan dalam kondisi formal sehinggamudah dipahami. Meskipun begitu perlu dilakukan pengingatan kembali di waktu tertentu sebagaibentuk penyegaran kembali akan ingatan tersebut atau bentuk antisipasi terhadap perubahan teknologi.Beberapa pekerja juga mendapatkan penjelasan setiap hari sebelum bekerja (16%). Biasanya kegiatanini berlangsung dalam kondisi informal. Penyampaian materi ini akan tepat jika disampaikan padawaktu yang tepat pula. Terlepas dari sudah atau belum seorang pekerja mendapatkan penjelasan,penting bagi instruktur (pemberi penjelasan) untuk memperhatikan kondisi psikologis pekerja saatmereka menyampaikan materi atau sekedar mengingatkan.

Instruktur yang berperan dominan dalam pemberian materi ini adalah supervisor (Tabel 9). Halini terjadi karena supervisor merupakan orang yang bertanggung jawab langsung terhadap kondisipekerja di lapangan. Selain itu terdapat beberapa orang lainnya yang berperan dalam aliran informasitentang bahaya kerja ini, diantaranya petugas QC (Quality Control) dan teman sejawat. Di waktutertentu mereka juga saling mengingatkan atau memberikan arahan nonformal yang biasanyadilakukan pada pekerja baru.

Page 46: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

31

Tabel 8. Distribusi waktu penjelasan dan instruktur K3 terhadap materi penjelasan bahayakerja, penggunaan APD serta pemeliharaan APD

Waktu penjelasan Instruktur

MateriBahaya Penggunaan Pemeliharaan Total

(%)Kerja(%)

APD(%)

APD(%)

Pertama kali bekerja Supervisor 25 42 38 35Manajer 13 4 21 13Lainnya 13 8 8 10

Setiap hari sebelum Supervisor 8 13 13 11bekerja Manajer 4 13 0 6

Lainnya 4 8 8 7Waktu tertentu Supervisor 8 0 4 4

Manajer 4 4 0 3Lainnya 0 4 4 3

Tidak pernah 21 4 4 10

Total 100 100 100 100

Tabel 9. Distribusi instruktur K3 terhadap materi penjelasan bahaya kerja, penggunaan APDserta pemeliharaan APD

MateriBahaya Penggunaan Pemeliharaan Total

(%)InstrukturKerja (%)

APD(%)

APD(%)

Supervisor 42 54 54 50Manager 21 21 21 21Lainnya 17 21 21 19Tidak pernah 21 4 4 10Total 100 100 100 100

5.3.4 Penjelasan tentang penggunaan alat pelindung diri (APD)

Jumlah pekerja yang telah mendapatkan penjelasan tentang materi penggunaan APD sebanyak96% (Tabel 8). Hal ini terjadi karena dalam bekerja terdapat kewajiban untuk memakai APD sehinggapemberian informasi juga telah dilakukan. Jika dilihat dari waktu penjelasan, waktu yang dominanadalah saat pertama kali bekerja (54%). Mekanisme pemberian penjelasan bisa berbeda untuk setiappekerja. Ada pekerja yang mendapatkannya dalam bentuk pelatihan formal dan ada pula yangmendapatkannya secara sambil lalu. Hal tersebut tergantung pada apakah pekerja tersebut pegawaibaru atau pekerja yang telah masuk sejak awal. Pemberian materi ini sebenarnya bisa dilaksanakanrutin secara tidak formal karena setiap bekerja peralatan tersebut selalu digunakan. Selain itu, penyeliadapat juga menggunakan poster K3 sebagai media informasi. Instruktur yang berperan penting dalamtransfer informasi ini adalah supervisor (55%). Walaupun begitu, manajer juga berperan dalampemberian informasi ini (17%). Hal ini dilakukan di sela-sela proses produksi sebagai bentukpengingat.

Page 47: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

32

Menurut Aminjoyo & Supriyanti (1998), perusahaan perlu menyediakan peralatan kerja yangdisesuaikan dengan tuntutan kriteria keselamatan kerja di lapangan sebagai jaminan keamanan dankeselamatan bagi pekerja. Pada prinsipnya perlengkapan kerja ini terdiri dari alat pelindung diri, alatpemantau dan alat penanggulangan. Alat pelindung diri yang disediakan tergantung pada jenispekerjaan dan kualifikasi resiko bahaya yang dihadapi. Penjelasan materi ini dilakukan agar pekerjamampu memakai APD dengan benar. Tujuan lainnya adalah agar mereka mengetahui fungsi danalasan pemakaian alat tersebut. Pemahaman ini akan membuat mereka memiliki motivasi dalammenggunakan APD yang benar dan menjadi satu bentuk kesadaran bahaya kerja.

5.3.5 Penjelasan tentang pemeliharaan alat pelindung diri (APD)

Begitu pentingnya pemakaian APD membuat setiap pekerja mendapatkan alokasi satu setperalatan pelindung saat bekerja. Pemeliharaan APD menjadi tanggung jawab setiap pekerja.Penjelasan tentang pemeliharaan APD bertujuan untuk memberikan informasi bagaimana merawatperalatan tersebut agar dapat terus berfungsi dengan baik. Selain itu juga agar mereka tahu kenapa halitu penting dilakukan.

Pekerja yang telah mendapatkan penjelasan tentang pemeliharaan APD jumlahnya sebanyak 23orang (Tabel 8). Hal ini karena kegiatan pemeliharaan telah menjadi tanggung jawab personal yangdilakukan rutin setiap bekerja. Oleh karena itu hampir semua pekerja telah mendapatkan penjelasan.Kegiatan pemeliharaan biasanya dilakukan setiap setelah kegiatan produksi berakhir. Mereka secarabersama-sama membersihkan peralatan pelindung mereka. Kegiatan transfer informasi ini biasadilakukan pada saat itu. Walaupun secara formal juga ada mekanisme pemberian materi yangdiberikan pada saat pertama kali masuk bekerja (67%).

Pemberian materi ini sebagian besar dilakukan oleh supervisor (Tabel 9). Hal ini karenasupervisor memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa anak buahnya cukup terlatih sehinggapelatihan dan pendidikan menjadi tanggungjawabnya (Binol, 1972). Proses transfer informasi jugadilakukan oleh manajer dan teman sejawat. Proses tersebut dilakukan di sela-sela kegiatanpemeliharaan berlangsung. Biasanya kegiatan tersebut dilakukan pada pekerja baru. Pemberian materisecara personal memang lebih efektif, baik dalam transfer informasi ataupun proses supervisi(McCome & Toffin, 1974).

5.3.6 Tanggap darurat (Emergency respons)

Pengukuran emergency respons pada penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan responpekerja terhadap bahaya fisik yang telah diidentifikasi sebelumnya. Terdapat delapan bahaya fisikyang dijadikan parameter, yaitu terjatuh, tergores pisau, terpotong/tertusuk, tersengat listrik, terkenaair panas, terkilir, kejang otot dan tertimpa karkas (Gambar 16). Angka kecelakaan tertinggi terdapatpada kategori tergores pisau (28%), terkilir (20%) dan terjatuh (19%). Mayoritas kegiatan yangterdapat dalam industri ini menggunakan pisau. Penggunaan alat yang tidak benar, kurangnyaketrampilan pekerja serta adanya unsafe action menyebabkan tangan pekerja tergores pisau. Selainpisau, pekerjaan ini berkaitan dengan beban (material) yang berat. Beratnya bahan yang ditangani saatbekerja sering membuat pekerja terkilir. Hal ini biasa terjadi pada saat penimbangan oval danpemindahan oval, potongan daging dan tulang. Kondisi tersebut bisa juga terjadi akibat postur yangsalah saat menggunakan peralatan. Kecelakaan lainnya yang sering terjadi adalah terjatuh. Hal initerjadi karena pekerja belum sepenuhnya menguasai dengan desain tata letak yang ada.

Tingkat respon yang diberikan oleh pekerja beragam (Gambar 17). Respon yang banyakdiberikan pekerja ketika terjadi kecelakaan yaitu segera mencari pertolongan (49%) dan menangani

Page 48: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

33

sendiri (40%). Setiap kecelakaan memiliki tingkat resiko yang berbeda. Terlepas dari tingkatkeparahan kecelakaan, pekerja telah mampu memberikan respon yang baik. Hanya 4% pekerja sajayang memberikan respon panik ketika kecelakaan terjadi. Respon lainnya (7%) yang dominan terjadiadalah diam menunggu pertolongan.

Keadaan darurat adalah suatu kejadian yang tidak direncanakan dan tidak diharapkan yangdapat membahayakan jiwa dan kesehatan baik manusia maupun mahluk hidup lain, sertamenimbulkan kerusakan pada bangunan dan harta benda (Anonim, 2008). Kondisi tersebut suatu saatbisa terjadi sehingga setiap pekerja harus memiliki kemampuan mengambil keputusan saat hal ituberlangsung. Beragamnya respon pekerja mengharuskan perusahaan memberikan masukan ke pekerjaagar mereka mengerti apa yang harus dilakukan saat keadaan darurat muncul. Pengukuran terhadaprespon pekerja akan keadaan darurat penting dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pekerja mampu memberikan respon yang benar saat kecelakaan terjadi. Jika respon yangdiberikan kurang baik maka perlu dilakukan pelatihan atau pemberian materi agar pekerja mengertiapa yang harus ia lakukan saat kondisi tersebut terjadi.

Gambar 16. Urutan kecelakaan berdasarkan identifikasi bahaya fisik

Gambar 17. Urutan tingkat tanggap darurat pekerja

Page 49: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

34

5.4 FAKTOR DOMINAN DALAM KARAKTERSITIK PEKERJA

5.4.1 Pengetahuan bahaya kerja

Pengetahuan bahaya yang dimaksud adalah wawasan pekerja akan potensi bahaya yangterdapat dalam industri RPH. Parameter bahaya yang diukur mencakup bahaya fisik, bahaya biologi,bahaya ergonomi dan bahaya psikososial. Dari hasil pengukuran (Tabel 10) terlihat bahwa kelompokpekerja didominasi oleh kelompok yang tahu akan bahaya (79%). Dari bagian tersebut 50%-nyamerupakan kelompok yang memiliki kesadaran bahaya sedang. Hal ini berarti sebagian besar pekerjatelah memiliki pengetahuan dan kesadaran akan bahaya kerja. Dari 13 pekerja (54%) yangberkesadaran sedang terdapat 9 pekerja (38%) yang berpengetahuan sedang. Hal ini bisa disebabkanoleh latar belakang yang dimiliki oleh para pekerja. Sebagian besar merupakan lulusan SMA (84%).Pada tingkat pendidikan tersebut, sebenarnya seseorang sudah mampu mengidentifikasi apakah suatukondisi berbahaya atau tidak. Hanya saja pada kasus ini, pengukuran pengetahuan bahaya, tidak hanyapada bahaya fisik tetapi juga pada bahaya lainnya seperti bahaya biologi, bahaya ergonomi sertabahaya psikososial. Dengan kata lain, bahaya-bahaya tersebut belum terdefinisi dengan jelas danbelum disadari oleh para pekerja. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Ban & Hawkins dalamSiahaan (2002) yang menjelaskan sudut pandang pengetahuan yang dimiliki pekerja hanyaberpegangan pada pengalaman saja dan terbatas pada lingkungan yang mereka tinggali.

Pengetahuan akan bahaya kerja menjadi modal awal bagi para pekerja untuk dapat bekerjadengan aman. Hal tersebut akan menjadi acuan dalam pengambilan keputusan atau tindakan saatbekerja. Semakin baik pengetahuan pekerja, semakin tinggi pula kesadarannya akan suatu kondisikarena banyak hal yang dapat dijadikan pertimbangan dalam dirinya. Pengetahuan penting bagipekerja, hal ini sesuai dengan Santoso (2004) yang menyebutkan bahwa salah satu penyebabterjadinya kecelakaan kerja disebabkan oleh kurangnya pengetahuan. Oleh karena itu, walaupunpekerja yang berpengetahuan bahaya agak tahu hanya 4% (Tabel 10), pemberian penjelasan kepadaseluruh pekerja perlu dilakukan. Hal ini bertujuan agar pemahaman akan materi ini seragam sehinggaketika terdapat satu masalah nantinya, dasar pengambilan keputusannya sama.

Tabel 10. Tabel kontingensi antara pengetahuan bahaya dengan kesadaran bahaya kerja

Pengetahuan bahaya kerja(skor)*

Kesadaran akan bahaya kerja Total(%)Baik (%) Sedang (%) Kurang (%)

Sangat tahu (9-10) 13 29 0 42Tahu (7-8) 4 50 0 54

Agak tahu (≤ 6) 0 0 4 4Total 17 79 4 100

*) Nilai jawaban yang benar pada kuisioner (Lampiran 5)

5.4.2 Keterampilan kerja

Keterampilan kerja yang dimaksud adalah kemampuan pekerja dalam menyelesaikan tugasnyadengan benar dan dalam tempo yang wajar. Hal ini diukur dengan mengidentifikasi keterampilanpekerja di tiap unit proses dalam menyelesaikan tugasnya berdasarkan pengakuan mereka. Dari hasilpenelitian (Tabel 11) terlihat bahwa dua pertiga pekerja memiliki keterampilan yang baik. Sebagianbesarnya didominasi oleh pekerja yang memiliki kesadaran bahaya sedang (54%). Masih adanyapekerja yang kurang terampil bisa disebabkan karena adanya sistem rolling yang tidak sempurna.

Page 50: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

35

Dimana tidak semua pekerja dituntut untuk menguasai semua unit kerja. Padahal Gagne (1967)menyebutkan bahwa setiap pekerja setidaknya harus memiliki dua jenis keterampilan yaituketerampilan dasar dan keterampilan terintegreasi sebagai sebuah proses menuju tahap terampil.Selain teknik bekerja yang baik, hal lain yang dapat dijadikan parameter dalam melihat ketrampilanseorang pekerja diantaranya kemampuannya dalam identifikasi dan menerapkan konsep-konsep(Haigh, 1996) yang diberikan oleh manajer ataupun supervisor.

Keterampilan kerja merupakan bagian penting dari pekerja dan dapat berpengaruh terhadapcara mereka bekerja. Pekerja yang terampil akan bekerja lebih teliti tanpa harus mengurangiproduktivitas mereka. Hal tersebut terbentuk karena adanya kebiasaan atau repetisi pada tugas yangmereka miliki sehingga setiap pekerja mampu bekerja dengan baik dan aman. Keterampilan jugamenggambarkan kemampuan untuk bekerja lebih teliti dan penuh kewaspadaan, baik untuk menjagakualitas produk ataupun keselamatan dirinya. Dalam industri RPH, pekerja memang dituntut untukmemiliki keterampilan dalam menggunakan pisau dan peralatan lainnya. Bukan hanya agar dapatbekerja dengan aman tetapi juga menjaga kualitas produk.

Tabel 11. Tabel kontingensi antara keterampilan kerja dengan kesadaran bahaya kerja

Keterampilan kerjaKesadaran akan bahaya kerja Total

Baik (%) Sedang (%) Kurang (%) (%)Terampil 8 54 4 67

Kurang terampil 8 25 0 33

Total 17 79 4 100*) Data diolah (Lampiran 6)

5.4.3 Pengalaman kerja

Pengalaman kerja yang dimaksud adalah selang masa kerja yang dialami pekerja di dalamindustri RPH. Pekerja dengan pengalaman kuran dari 6 bulan dan 1-2 tahun mendominasi perusahaan(Tabel 12). Jika dijumlahkan maka jumlah pekerja dengan masa kerja kurang dari 2 tahun menjadidominan (63%). Hal tersebut mengandung informasi bahwa dalam industri ini tidak terdapat batasanpengalaman untuk dapat bekerja. Selain itu, kegiatan produksi yang ada terdiri atas berbagai macamkegiatan yang membutuhkan keahlian yang berbeda-beda. Kondisi tersebut membuat setiap pekerjatidak perlu menguasai seluruh kegiatan produksi sehingga terjadilah sistem rolling yang tidaksempurna.

Pengalaman kerja membentuk seorang pekerja untuk menjadi expert dalam tugas-tugasnya.Selain ukuran lama kerja, pengalaman kerja merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan sertaketerampilan sebagai akibat dari keterlibatan dari suatu kegiatan produksi (Manulang, 1984). Semakinbanyak pengalaman kerja seseorang, semakin tinggi kemampuannya untuk menganalisis suatukondisi. Selain masalah waktu pengalaman juga terkait pada tingkat keterampilan bekerja.Pengalaman kerja juga merepresentasikan kemampuan pekerja untuk bekerja secara benar dan aman.Kemampuan ini mencakup keterampilan teknis seperti menggunakan alat serta kemampuan analisissaat bekerja. Meskipun begitu pengalaman kerja bukan menjadi hambatan dalam bekerja. Terlihat daridata pengalaman kerja (Tabel 12), dominannya pekerja yang memiliki pengalaman kurang dari 6bulan masih mampu membuat perusahaan untuk berproduksi.

Page 51: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

36

Tabel 12. Tabel kontingensi antara pengalaman kerja dengan kesadaran bahaya kerja

Pengalaman kerjaKesadaran akan bahaya kerja Total

(%)Baik (%) Sedang (%) Kurang (%)< 6 bulan 8 25 4 38

6 bulan - 1 tahun 0 13 0 131 -2 tahun 0 25 0 252 - 5 tahun 4 8 0 13> 5 tahun 4 8 0 13

Total 17 79 4 100*) Data diolah (Lampiran 7)

5.4.4 Disiplin kerja

Hasil pengukuran disiplin kerja menyebutkan seluruh pekerja memiliki kedisiplinan kerja yangsangat baik (Lampiran 8). Secara keseluruhan, pekerja telah bekerja sesuai dengan peraturan yangditetapkan perusahaan. Disiplin kerja yang dimaksud adalah kemampuan pekerja untuk bekerja sesuaidengan SOP yang telah ditetapkan perusahaan. Pekerja yang disiplin berarti telah paham urgensi dariperaturan tersebut. Pengukuran variabel disiplin kerja dilakukan dengan menghitung pendapat pekerjatentang seberapa sering pekerja mentaati setiap peraturan yang ada.

Disiplin kerja tersebut muncul dari dalam diri mereka sendiri dan adanya pengaruh dari luar,seperti teman dan peraturan. Handoko (1995) menyebut kondisi di atas sebagai bentuk disiplinpreventif. Artinya perusahaan telah berhasil membuat pekerja mengikuti berbagai standar dan aturansehingga berbagai penyelewengan dapat dicegah. Pada kasus ini, semua pekerja telah paham maksuddan tujuan dari peraturan tersebut. Mereka mencoba membantu perusahaan untuk dapat memenuhistandar dan mencapai tujuan. Selain itu kondisi tersebut dapat muncul dalam beberapa suasana yaituketika rasa kepedulian pegawai begitu tinggi terhadap pencapaian tujuan, semangat dan gairah kerjaserta inisiatif pekerja yang besar serta besarnya rasa tanggung jawab para pekerja untuk melaksanakantugas sebaik-baiknya (Saydam, 1996). Selain faktor internal dari dalam pekerja, terdapat pula kontroldari perusahaan yang membuat pekerja bekerja sesuai aturan. Mekanisme pengontrolan yangdilakukan selama bekerja oleh supervisor dan petugas quality control membuat pekerja patuh padaSOP.

5.5 HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PEKERJA DENGANKESADARAN BAHAYA KERJA

Analisis korespondensi mencoba memperlihatkan hubungan antara karakteristik pekerja yangdiamati dengan kesadaran bahaya pekerja. Metode ini menyajikan sebaran data kategorik yangtersebar dalam sebuah grafik yang menggambarkan hubungan kedekatan antara dua variabel. Datayang ada ditampilkan dalam dua dimensi pertama plot korespondensi (Gambar 18). Pada variabelbahaya kerja terdapat tiga kategori yang memperlihatkan kondisi kesadaran bahaya kerja pekerja.Kategori B1 mencerminkan kesadaran bahaya kerja yang buruk, B2 untuk kondisi bahaya kerja yangsedang dan B3 untuk kondisi bahaya kerja yang baik (Lampiran 9). Selain itu terdapat juga 14kategori yang mewakili 4 variabel tidak tetap yang terdiri atas variabel pengetahuan bahaya,keterampilan kerja, pengalaman kerja dan disiplin kerja.

Data yang tergambarkan dalam plot korespondensi memiliki nilai kontribusi inersia yangdiberikan oleh sumbu utama pertama sebesar 0.142 (31%) dan sumbu utama kedua sebesar 0.083

Page 52: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

37

(19%). Hal ini berarti plot korespondensi yang dihasilkan memberikan total keragaman sebesar 50%sesuai dengan nilai total inersia di kedua sumbu (Lampiran 10). Intrepretasi data dilakukan dengandapat menganalisis plot-plot variabel yang bergerombol. Plot-plot tersebut diindikasikan memilikikedekatan hubungan. Terlihat bahwa hampir semua kategori kecuali kategori kesadaran bahayakurang (B1) dan kategori pengetahuan bahaya kurang (P1). Hal ini berarti pekerja yang memilikipengetahuan bahaya, pengalaman kerja, keterampilan kerja serta disiplin kerja walaupun kondisinyatidak dominan tetapi tetap memiliki kesadaran bahaya. Kondisi kesadaran bahaya ini tetap dimilikipekerja dalam rentang sedang sampai baik.

Dari plot korespondensi terlihat bahwa variabel pengetahuan bahaya, keterampilan kerja,pengalaman kerja, disiplin kerja serta kesadaran bahaya memiliki kedekatan hubungan. Pada variabel-variabel tersebut terdapat hubungan kesalingterikatan. Perubahan pada satu variabel mampu merubahkondisi variabel lainnya. Hal ini sebaiknya diperhatikan oleh perusahaan dalam penentuan programuntuk membangun suatu kesadaran bahaya kerja.

Gambar 18. Plot Korespondensi

Keterangan :P1 : pengetahuan bahaya kerja kurang L2 : pengalaman kerja 6 bulan s.d. 1 tahunP2 : pengetahuan bahaya kerja sedang L3 : pengalaman kerja 1 s.d. 2 tahunP3 : pengetahuan bahaya kerja baik L4 : pengalaman kerja 2 s.d. 5 tahunT1 : keterampilan kerja kurang L5 : pengalaman kerja > 5 tahunT2 : keterampilan kerja sedang B1 : kesadaran bahaya kerja kurangT3 : keterampilan kerja baik B2 : kesadaran bahaya kerja sedangD1 : disiplin kerja baik B3 : kesadaran bahaya kerja baikL1 : pengalaman kerja < 6 bulan

Page 53: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

VI. REKOMENDASI PROGRAMKESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

Penerapan K3 merupakan hal yang penting bagi perusahaan. Suardi (2005) menyatakan beberapa manfaatdilaksanakannya penerapan K3 di antaranya, adanya perlindungan terhadap karyawan, memperlihatkan kepatuhanpada peraturan dan undang-undang, mengurangi biaya, membuat sistem manajemen yang efektif, meningkatkankepercayaan dan kepuasan pelanggan. Untuk menerapakan Sistem Manajemen K3 ini memang terlihat mengurasbiaya di awalnya. Namun hal tersebut merupakan sebuah investasi bagi perusahaan dalam jangka panjang. Lagipulabagi perusahaan yang telah menerapakan Sistem Manajemen Mutu ISO 9000 tidak akan terlalu mengalami banyakkesulitan dalam pengimplementasiannya. Hal ini dikarenakan terdapat kemiripan dalam beberapa elemen di antarakeduanya, perusahaan hanya tinggal menyesuaikannya saja.

Suardi (2005) menyatakan inti dari Sistem Manajemen K3 adalah manajemen resiko. Hal ini diperkuat olehpersyaratan Permenaker 05/Men/1996 klausul 2.1 tentang perencanaan identifikasi bahaya, penilaian resiko danpengendalian resiko. Peraturan tersebut menyebutkan bahwa perusahaan harus merencanakan serta menetapkan danmemelihara suatu prosedur yang efektif untuk mencapai keberhasilan penerapan sistem manajemen K3. Rangkaiankegiatan tersebut merupakan dasar dari pengembangan dan penerapan SMK3 yang selanjutnya ditransformasi dalambentuk program-program K3. Dalam melakukan manajemen resiko terdapat lima langkah yang harus dilalui yaituidentifikasi bahaya, menilai resiko dan seleksi prioritas, menetapkan pengendalian, menerapkan pengendalian dantinjauan (Suardi, 2005).

Hasil dari identifikasi bahaya menunjukan terdapat empat jenis bahaya yang berpotensi pada rumah potonghewan, yaitu bahaya fisik, bahaya biologi, bahaya ergonomi dan bahaya psikososial. Penilaian resiko terhadapkeempat bahaya ini belum dilaksanakan tetapi dari hasil identifikasi respon tanggap darurat pekerja (Gambar 16)kecelakaan yang disebabkan oleh bahaya fisik cukup sering dialami pekerja. Penggunaan peralatan tajam dan bebankerja yang berat menjadi salah satu faktor utama yang menjadi potensi bahaya. Kurangnya pengetahuan pekerja baikterhadap keselamatan kerja, cara kerja yang benar ataupun bahaya kerja menyebabkan kesadarannya akan bahayakerja belum mencapai kategori baik. Kondisi tersebut tersebar merata di antara pekerja terlepas dari pengalaman,keterampilan ataupun disiplin kerja yang mereka miliki.

Sebenarnya budaya kerja yang ada pada perusahaan sudah baik. Perusahaan telah mendapatkan sertifikat ISO9000 dan mengimplementasikan sistem HACCP dalam pelaksanaan proses produksinya. Perusahaan telahmenerapkan S.O.P, membuat program dan mengedukasi pekerja tentang betapa pentingnya keamanan produk (safetyproduct) sehingga sebagian besar pekerja telah paham dengan konsep tersebut. Sebenarnya pengimplementasianprogram HACCP ini banyak yang beririsan dengan program keselamatan kerja, seperti pelaksanaan higieneperusahaan dan penggunaan alat pelindung diri (APD). Sebagian besar pekerja telah bekerja sesuai dengan peraturan(Lampiran 11) dan menggunakan serta memelihara APD selama bekerja. Namun pemahaman mereka dalampelaksanaan kegiatan tersebut adalah agar produk yang dihasilkan aman dari kontaminasi bukan untuk mencegahkecelakaan atau penyakit kerja. Hal ini perlu menjadi perhatian karena keselamatan kerja merupakan hal yangpenting sehingga perusahaan perlu memperhatikan hal-hal yang dapat membuat pekerja memiliki tingkat kesadaranyang tinggi terhadap bahaya kerja sebagaimana kesadaran mereka terhadap keamanan produk.

Page 54: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

39

Gambar 19. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas-aktivitasterhadap keselamatan kerja (safety activities) (Cheyne et al., 1998)

Sebagai implikasi dari kondisi perusahaan dan berdasarkan Model Cheyne (Gambar 19) di atasmaka perusahaan perlu meningkatkan kompetensi manajerial yang sesuai, meliputi :1) Menyadari bahwa keselamatan kerja merupakan suatu hal yang penting sehingga perusahaan

perlu membuat komitmen akan keselamatan kerja dan dipublikasikan kepada stake holder2) Menunjuk sebuah unit atau seseorang untuk mengemban tanggung jawab dalam pelaksanaan

komitmen keselamatan kerja tersebut3) Melaksanakan pendidikan/pelatihan terkait keselamatan kerja4) Mendorong karyawan untuk ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan program keselamatan kerja5) Melaksanakan kegiatan pengendalian secara adminstrasi yang sifatnya mengingatkan

Komitmen keselamatan kerja penting untuk disampaikan agar pekerja tahu bahwa perusahaansudah mulai peduli terhadap keselamatan pekerja. Hal ini akan memotivasi pekerja untuk bekerjalebih baik lagi. Para pekerja secara perlahan akan menyadari bahwa keselamatan kerja juga bagiandari produktivitas kerja. Setelah dinyatakannya komitmen akan keselamatan kerja oleh perusahaan,maka pekerja akan memiliki acuan dalam berkegiatan. Penetapan tujuan dan ruang lingkup dalammenerapakan Sistem Manajemen K3 merupakan bagian yang penting dalam penyusunan komitmen.Perusahaan harus memperjelas tujuan yang dicapai, apakah untuk mendapatkan sertifikasi,meningkatkan pangsa pasar atau untuk memperbaikai masalah K3 (Suardi, 2005).

Penunjukkan dilakukan karena masalah keselamatan kerja perlu difokuskan. Fungsi dari tim iniadalah sebagai media penghubung antara perusahaan (manajemen) dengan pekerja. Unit kerja atauseseorang yang ditunjuk ini berperan menjadi fasilitator, baik untuk mempublikasikan kebijakan yangtelah dibuat perusahaan atau menyampaikan keluhan dan masukan yang diajukan oleh pekerja. Selainsebagai fasilitator, tim ini juga melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan program K3. Fungsikontrol ini merupakan salah satu bagian dari proses pembentukan kesadaran bahaya kerja. Suardi(2005) menambahkan kualifikasi yang perlu dipenuhi untuk menjadi bagian dari tim ini di antaranya,paham komitmen K3 perusahaan, tahu sifat dan skala resiko K3, berpengalaman yang cukup di unitkerjanya, disiplin dan tepat waktu serta memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Melihatpentingnya tim ini, akan lebih baik bagi perusahaan untuk menunjuk suatu unit atau seseorang untukdapat lebih fokus memperhatikan masalah keselamatan kerja.

Safety standardsand goals

Individualresponsibilities

Physical workenvironment

Workplacehazards

Communcation

Personalinvolvement

Safety management

Safety activities

Page 55: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

40

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis korespondensi, terlihat bahwa faktor pengetahuanmemiliki pengaruh terhadap kesadaran bahaya kerja. Selain itu, keterampilan kerja juga memilikiperan dalam meminimalisir terjadinya kecelakaan. Dari dua kondisi di atas, terlihat bahwa perusahaanperlu mengadakan pendidikan/pelatihan. Kegiatan tersebut bertujuan untuk memberikan informasisejelas-jelasnya tentang keselamatan kerja secara umum, potensi bahaya pada setiap unit proses danbagaimana menghindarinya, penyakit kerja serta pentingnya pelaksanaan K3 baik bagi perusahaanmaupun bagi individu pekerja. Terpenuhinya kebutuhan akan informasi ini bagi pekerja, akanmembuat mereka memiliki pedoman dan motivasi dalam melaksanakan kegiatan yang telahdiprogramkan.

Pelatihan perlu dirancang sesuai kebutuhan, agar hasil yang didapatkan menjawabpermasalahan. Selain itu, karena titik berat permasalahan yang ingin ditingkatkan adalah kesadaranpekerja, akan lebih baik dalam proses pendidikannya terdapat penekanan pada partisipatif dantanggung jawab. Agar semua berjalan dan memiliki sasaran operasional yang jelas. Pada Tabel 13 dibawah ini :Tabel 13. Model pelatihan bagi pekerjaNo Kondisi pekerja Materi Bentuk1 Masa kerja sedikit Pengenalan lingkungan kerja (bahaya

kerja), penggunaan APD, pemeliharaanAPD

On The JobTraining

2 Keterampilan kerjakurang

Cara kerja yang baik (teknikpenggunaan pisau, teknik mengangkatatau memindahkan bahan sesuaiergonomi), posisi kerja yang aman

Konseling danClassroom Training

3 Pengetahuan pekerjakurang

Lingkungan kerja sebagai suatu sistem,pengetahuan bahaya kerja, caramenekan resikonya

Classroom Training

4 Untuk seluruh pekerja K3 secara umum, kode-kode bahayakerja, tanggap darurat bencana(kebakaran, kecelakaan kerja)

Classroom Training

Untuk dapat memacu kesadaran keselamatan kerja, pekerja perlu diberi stimulus denganmelibatkan mereka dalam perencanaan dan pengimplementasian program-program K3 yangmerupakan transformasi dari komitmen K3 perusahaan. Ketika mereka merasa dilibatkan secara tidaklangsung perusahaan telah memberikan mereka penghargaan atas keberadaan mereka. Hal ini akanmemotivasi pekerja untuk bekerja sesuai dengan peraturan yang telah disepakati bersama. Kondisi iniperlu dimanfaatkan oleh perusahaan untuk mulai mengarahkan pekerja untuk bekerja sesuai denganaturan-aturan keselamatan kerja dan mendeskripsikan keuntungan yang dapat diperoleh jika haltersebut berjalan lancar, baik bagi perusahaan ataupun bagi pekerja itu sendiri. Kegiatan ini dapatdilaksanakan dalam bentuk selalu meminta pendapat jika terdapat masalah terkait K3 dan pertemuanrutin dalam periode tertentu (formal/informal) sebagai media evaluasi.

Pengendalian administrasi dilakukan setelah perusahaan melakukan pengendalian secara teknikdan melakukan isolasi terhadap sumber bahaya (Suardi, 2005). Pengendalian administrasi bertujuanuntuk memberikan pekerja suatu aturan atau panduan untuk dapat bekerja dalam situasi yang aman.Kegiatan ini diterapkan dalam bentuk pembuatan prosedur kerja, peraturan selama bekerja danpemasangan signboard dan poster K3. Fungsi dari pengendalian ini adalah sebagai pedoman bagipekerja yang masih belum begitu paham tentang bagaimana cara bekerja yang sesuai dengan kaidah-kaidah keselamatan kerja. Fungsi lainnya adalah sebagai pengikat sehingga kemungkinan-

Page 56: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

41

kemungkinan perilaku pekerja yang kurang disiplin dapat diminimalisir. Pemasangan signboard danposter K3 dilakukan pada titik-titik di tempat-tempat yang memiliki potensi bahaya yang resikonyacukup tinggi. Hal ini dilakukan sebagai media pengingat selama bekerja. Baik fungsi pengikat ataupunrepetisi pengingatan lama-kelamaan akan menjadi suatu kebiasaan dan memunculkan suatu sikapkesadaran.

Page 57: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

VII. SIMPULAN DAN SARAN

7.1 KESIMPULAN

Terdapat empat macam bahaya kerja yang dominan pada industri rumah potong hewan, yaitu bahaya fisik,bahaya biologi, bahaya ergonomi serta bahaya psikososial. Pekerja yang bekerja sebagaian besar merupakanangkatan kerja muda dengan tingkat pendidikan SMA dan memiliki masa kerja 2-5 tahun. Sebagian besar pekerjatelah mengenal K3 sebelumnya yang didapatkan melalui pelatihan. Hampir semua pekerja juga merasa bahaya kerjayang ada di sekitar mempengaruhi cara mereka bekerja. Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja,penggunaan APD dan pemeliharaan APD dengan supervisor sebagai instruktur utamanya. Kecelakaan dominanyang dialami pekerja adalah tergores pisau, terkilir dan terjatuh. Respon yang sering diberikan pekerja terhadapkecelakaan tersebut adalah mencari pertolongan dan menanganinya sendiri.

Sebagian pekerja sudah tahu akan bahaya kerja yang ada di lokasi kerjanya (54%) memiliki keterampilankerja yang baik (67%) dan kebanyakan merupakan pekerja dengan pengalaman kurang dari 6 bulan (38%). Namun,disiplin kerja yang mereka miliki sangat baik. Kesadaran bahaya kerja para pekerja masuk dalam kelompok sedang(79%). Dari hasil analisis korespondensi berganda, diketahui bahwa hampir seluruh variabel memiliki hubungankesalingterikatan. Perubahan pada satu variabel dapat menyebabkan perubahan pada variabel lainnya.

Secara umum penerapan program K3 di perusahaan sudah bagus. Hanya saja dari faktor pekerja, butuh benar-benar kesadaran akan bahaya kerja. Selain itu, factor dominan yang terlihat berpengaruh dalam pembentukankesadaran hádala pengetahuan pekerja sehingga program yang disusun akan menjadi lebih baik ketika berfokus padakedua hal tersebut, yaitu pengetahuan dan kesadaran bahaya. Lagipula karena perusahaan telah menerapakan SistemManajemen Mutu ISO 9000, penerapan program K3 yang bersifat teknis hanya tingla disesuaikan saja. Sebagaiimplikasi dari kondisi perusahaan maka perusahaan perlu meningkatkan kompetensi manajerial yang sesuai,meliputi 1) Menyadari bahwa keselamatan kerja merupakan suatu hal yang penting sehingga perusahaan perlumembuat komitmen akan keselamatan kerja dan dipublikasikan kepada stake holder, 2) Menunjuk sebuah unit atauseseorang untuk mengemban tanggung jawab dalam pelaksanaan komitmen keselamatan kerja tersebut, 3)Melaksanakan pendidikan/pelatihan terkait keselamatan kerja, 4) Mendorong karyawan untuk ikut berpartisipasidalam pelaksanaan program keselamatan kerja dan 5) Melaksanakan kegiatan pengendalian secara adminstrasi yangsifatnya mengingatkan.

7.2 SARAN

Berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa saran yang dapat diberikan, antara lain :1) Penyusunan program K3 sebaiknya disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pekerja. Pemahaman akan

bahaya dan cara kerja yang benar di unit kerjanya akan membantu meningkatkan kesadaran mereka akanbahaya kerja. Selain itu, pendokumentasian proses dan prosedur kegiatan juga perlu dilakukan agar dapatmempermudah pencapaian tujuan dan pelaksanaan evaluasi kinerja program yang telah dibuat.

2) Perlu dilakukan penelitian kembali tentang analisis resiko dan safety behaviour agar dapat menyusun programyang tepat atas masalah yang ditemukan.

Page 58: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

43

DAFTAR PUSTAKA

Aminjoyo S dan Supriyanti E. 1998. Penerapan Budaya Keselamatan di Instalasi Nuklir diLingkungan Pusat Penelitian Nuklir Yogyakarta. Buletin ALARA 2 (!): 7-11.

Anonim. 2002. Modul K3. http://safesci.unsw.edu.au/gens8003. [Oktober 2002].

Anonim. 2003. Modul Analisis Peubah Ganda. Departemen Statistika. Fakultas Matematika dan IlmuPengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor: Bogor

Anonim. 2004. Regulation (EC) No 853/2004 of the European Parliament and of the Council of 29April 2004 laying down specific hygiene rules for food of animal origin. Brussels, EuropeanComission : 1-61.

Anonim. 2008. Manajemen Tanggap Darurat. http://konsulhiperkes.wordpress.com/2008 /12/15/manajemen-tanggap-darurat/. [29 September 2010].

Arep I dan Tanjung H. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit Universitas Trisakti:Jakarta.

Bell C. 2002. Approach to the control of entero-haemorrhagic Escherichia coli (EHEC). InternationalJournal of Food Microbiology 78 : 197– 216.

Binol S. 1972. The New Supervisor. Yayasan Kanisius: Yogyakarta.

Bolton DJ, Byrne CM, Sheridan JJ, McDowell DA dan Blair IS. 1999. The survival characteristics ofa non-toxigenic strain of Escherichia coli O157:H7. Journal of Applied Microbiology 86 : 407–411.

Bridger RS. 1995. Introduction to Ergonomics. Mc Graw-Hill Inc: New York.

Brown CA, Harmon BG, Zhao T dan Doyle MP. 1997. Experimental Escherichia coli O157:H7carriage in calves. Appl Environ Microbiol. 30 : 9-25.

Campbell NA, Reece JB dan Mitchell LG. 2004. Biologi edisi kelima jilid 3. Erlangga: Jakarta.

Caplan RD. 1984. Job Demands and Worker Health : Main Effects and Occupational DIfferences.Makalah. Psychosocial Factors at Work : Recognition and Control, dipresentasikan pada JointILO/WHO Committee on Occupational Health, Ninth Session: Geneva.

Chart H, Sussman M dan Stewart, T. 2000. VTEC enteropathogenicity, in: D.E.S. (Eds.), E. coliFriend or Foe. Blackwell Science, Oxford. 12–23.

Cheyne A, Cox S, Oliver A dan Tomas JM. 1998. Modelling Safety Cilmate in The Prediction ofLevels of safety Activity. Journal Work and Stress Vol 12(3) pp 255-271.

Cholidah. 2006. Perbedaan Ambang Pendengaran Tenaga Kerja Setelah Terpapar Kebisingan DanSesudah Bekerja Pada Lingkungan Bising Departemen Ring Frame Unit Spinning I, PT. APACInti Corpora Bawen [skripsi]. Semarang: Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas NegeriSemarang.

Coker MO, Benka OO dan Ojior. 1994. Effect of Slaughterhouse Wastes On The Water Quality ofIkpoba River, Nigeria. Bioresource Technology 52 (1995) : 5-12.

Daniel WW. 1989. Statistika Nonparametrik Terapan. PT Gramedia: Jakarta.

David S. 1994. Human Resources Management Concept and Practices. PT Preenhalindo: Jakarta.

Page 59: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

44

Davis C. 2009. Salmonella. http://www.ahliwasir.com/news/67/Salmonella. [19 Agustus 2010].

Depnakertrans, Ditjen PPK. 2009. Kecelakaan Kerja Dan Penyakit Akibat Kerja Menurut Provinsi2008. http://www.nakertrans.go.id. [8 Juli 2010].

Foster B. 2001. Pembinaan untuk Peningkatan Kinerja Karyawan. Penerbit PPM: Jakarta.

Frost AJ, O’Boyle D dan Samuel JL. 1998. The isolation of Salmonella spp. form feed lot cattlemanaged under different conditions before slaughter. Aust Vet J 65 : 224-225.

Gagne RM. 1967. The Conditioningbof Learning. Hot rirehart and Wirston Inc: New York.

Goverment of South Australia. 2005. Psychological Health Management Procedure. Departement ofEducation and Children’s Services: Australia.

Gregory NG, Lee CJ dan Widdicombe JP. 2006. Depth of concussion in cattle shot by penetratingcaptive bolt. Meat Science 77 : 499–503.

Haigh M. 1996. Investigating Investigatorrs: Implications for Teachesrs of the Introduction of OpenInvestigations Into Form 6 (Year 12) Biology Practical Work. Paper accompanyingpresentation to 27th annual conference of The Australian Science Education ResearchAssociation: Canberra.

Hancock DD, Lynn TV dan Besser TE. 1997. Feasibility of preharvest food safety control.Compendiums Food Animal Medicine and Management 19 : 200-207.

Handoko TH. 1990. Manajemen Sumber Daya Manusia. Ghalia Indonesia: Jakarta.

Hasibuan H dan Malayu SP. 1998. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara: Yogyakarta.

Heinrich MW. 1931. Industrial Accident Prevention, 5th edition. Mc Graw Hill Inc: New York.

Hepburn NF, MacRae M dan Ogden ID. 2002. Survival of Escherichia coli O157 in abattoir wasteproducts. Letters in Applied Microbiology 35 : 233–236.

Houle CO. 1975. The Nature of Adult Education. dalam Bahan bacaan dan Diskusi PenyuluhanPertanian : Edisi Kedua, Bogor, IPB

Husein T dan Sarsono A. 2006. Perancangan Sistem Kerja Ergonomis untuk Mengurangi TingkatKelelahan. Universitas Mercu Buana: Jakarta

Johansson JA dan Nonas K. 1994. Psychosocial and Physical Working Condition and AssociatedMusculoskeletal Symtomps Among Operators in Five Plants Using Arc Welding in RobotStation. The International Journal of Human Factors in Manufacturing. Vol 4 (2) : 191-204.

Johansson JA dan Rubenowitz S. 1996. Risk Indicators in The Psychosocial andPhysical WorkEnvironment for Work-Related Neck, Shoulder and Low Back Symptomps : A Study AmongBlue andWhite-Collar Workers in Eight Companies. Sc and J. Rehab Med. 26 : 131-142.

Johnson RA dan Wichern DW. 1988. Applied Multivariate Statistical Analysis Ed.4. Prentice-HallInternational Inc: London.

Karmali MA. 1989. Infection by Verocytotoxin-producing Escherichia coli. Clinical MicrobiologyReviews 2 : 15–38.

Page 60: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

45

Krytenburg DS, Hancock DD, Rice DH, Besser TE, Gay CC dan Gay JM. 1998. A pilot survey ofSalmonella enterica contamination of cattle feeds in Pacific northwestern USA. Animal FeedScience and Technology 75 : 75-79.

Kroemer K, Kroemer H dan Kroemer-Elbert K. 1994. Ergonomics : How to Design for Ease andEfficiency, Eds. Prentice Hall. Engelwood Cliffs: NJ.

Lionberger FH dan Gwin HP. 1982. Communication Strategies : A Guide for Agricultural ChangeAgent. The Interstate Printers & Publishes: United States of America.

Mangkunegara AAA. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. PT Remaja RosdaKarya: Bandung.

McCome EJ dan Toffin J. 1974. Industrial Psychology 6th Edition. George Allen and Unwin Ltd:London.

Manulang. 1984. Manajemen Personalia. Ghalia Indonesia: Jakarta.

Menteri Tenaga Kerja. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 05/1996. Depnaker: Jakarta.

Mufarokhah, L. 2006. Hubungan Pengetahuan Keselamatan Kerja dengan Pelaksanaan PencegahanKecelakaan Kerja Pada Karyawan Bagian Spinning di PT Primatexco Indonesia Batang[skripsi]. Semarang: Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.

Nitisemito AS. 1996. Manajemen Personalia. Ghalia Indonesia: Jakarta.

Notoatmodjo S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. PT Rineka Cipta: Jakarta.

Nurjanah S. 2006. Kajian Sumber dan Analisis Bahaya Mikrobiologis Pangan pada Rumah Makan diLingkar Kampus IPB. Laporan Akhir Penelitian Dosen Muda. Bogor: IPB.

Padmowihardjo S. 1991. Psikologi Belajar Mengajar. Modul 1-6. Universitas Terbuka: Jakarta.

Radostits OM, Blood DC dan Gay CC. 1994. Veterinary Medicine: A Textbook of the Diseases ofCattle, Sheep, Pigs, Goats, and Horses, 8th ed. Bailliere Tindall, London. UK 730-747.

Rahardjo W. 2005. Peran Faktor-Faktor Psikososial dan Keselamatan Kerja Pada Jenis PekerjaanYang Bersifat Iso-Strain. Makalah. pada Seminar Nasional PESAT 2005, Jakarta.

Ralovich, B. 1984. The role of foodstuffs in transmission of Listeria. Acta Aliament 13: 247.

Ramadhan TR dan Aisyah S. 2009. Identifikasi dan pengendalian bahaya fisik pada industri susu.http://www.blogster.com/tegarrezavie/identifikasi-dan-pengendalian-bahaya-fisik-pada-industri-susu-1 . [15 Agustus 2010].

Ranney D, Wells R dan Moore A. 1995. Upper Limb Muscosekeletal Disorders in Highly RepetitiveIndustries : Precise Anatomical Physical Findings. Ergonomics Vol 38 : 1408-1423.

Roca OR. 2002. Humane Slaughter of Bovine. First Virtual Global Conference on Organic Beef CattleProduction September, 02 to October,15 - 2002 — — Via Internet. University of Contestado,Brazil.

Romlah O. 2009. Peranan Praktikum dalam Mengembangkan Ketrampilan Proses dan KerjaLaboratorium. Disampaikan pada pertemuan MGMP Biologi Kabupaten Garut [3 Februari2009].

Safos JN. 2005. Improving the safety of fresh meat. CRC Press: Boca Raton.

Page 61: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

46

Sanders MS. 1987. Human Factors in Engineering and Design. McGraw-Hill Book Company: NewYork.

Santoso G. 2004. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Prestasi Pustaka: Jakarta.Saydam G. 1996. Manajemen Sumber Daya Manusia. Gunung Agung: Jakarta.

Seeley RR, Stephens TD dan Tate P. 2003. Essentials of Anatomy and Physiology fourth edition. McGraw-Hil Comp: New York.

Setiawan D. 2009. Mempelajari aspek ergonomi dan K3 di PT Toyota Manufacturing Indonesia.[skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Siahaan M. 2002. Aktivitas Komunikasi dan Pengetahuan Tentang Agroforestry dan PeladanganBerpindah : Kajian Masyarakat Desa Hutan di Kec. Kurin, Kab. Kapuas. [tesis]. Bogor:Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Sitaniapessy RH. 2000. Sumberdaya Manusia Sebagai Kekuatan dalam Menata Bisnis. Psikonomi :Jurnal Psikologi dan Ilmu Ekonomi. Vol 3 No. 1.

Skovgaaard N dan Morgen CA. 1988. Detectio of Lysteria spp. In feaces in animals, in feeds and inraw foods of animal origin. Int J Food Microbiol. 6 : 229-242.

Staton TF. 1978. Cara Mengajar dengan Hasil yang Baik. Diterjemahkan oleh J. P. Tahalele. PenerbitCV Diponegoro: Bandung.

Suardi R. 2005. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Penerbit PPM: Jakarta.

Sudaryat. 2007. Hubungan Karakteristik Wanita Tuna Susila di Panti Rehabilitasi Sosial Wanita JawaBarat Dengan Pengetahuan Mereka Tentang HIV/AIDS [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana,Institut Pertanian Bogor.

Sugeng AM. 2005. Bunga Rampai Hiperkes & KK Edisi Kedua. Badan Penerbit UniversitasDiponegoro: Semarang.

Suma’mur. 1996. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Gunung Agung: Jakarta.

Syamsir E. 2009. Lysteria Monocytogenes. http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/1943123-listeria-monocytogenes/. [19 Agustus 2010].

Page 62: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

LAMPIRAN

Page 63: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

47

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian

KUISIONER PENELITIANANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK PEKERJA TERHADAP TINGKAT

KESADARANNYA AKAN BAHAYA KERJA

Hari/tanggal : .....................Nomor : .....................

PETUNJUK PENGISIAN : Mohon Bapak/Saudara menjawab pertanyaan dengan singkat dan benar.Pada setiap pertanyaan pilihan, berilah tanda (√) pada jawaban Anda.

A. KARAKTERISTIK PEKERJA

I. IDENTITAS RESPONDEN1. Nama : .........................2. Umur : ....... tahun3. Pendidikan : ( ) Tamat SD ( ) Tamat SMP ( ) Tamat SMA

( ) Tamat Akademi ( )Tamat Perguruan tinggi4. Unit kerja :..........................5. Lama kerja :........ tahun

II. MEMPEROLEH PENGETAHUAN TENTANG K31. Apakah Anda pernah mendengar tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)?

( ) Belum pernah (lanjutkan ke nomor 3)( ) Pernah (lanjutkan ke pertanyaan berikutnya)

2. Darimana Anda tahu tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)?( ) Manager( ) Poster( ) Televisi( ) Majalah/koran/buku( ) Pelatihan, Kapan Anda mengikuti pelatihan tersebut ? .......................................

Dimana Anda mengikuti pelatihan tersebut ? ……………….............

3. Apakah ada bahaya kerja di bagian Anda bekerja?( ) Tidak Ada( ) Ada, apakah bahaya kerja tersebut mempengaruhi cara Anda bekerja ?

( ) Ya( ) Tidak

4. Pernahkah Anda diberikan penjelasan tentang bahaya kerja di lingkungan kerja ?( ) Tidak Pernah( ) Pernah, kapan diberikannya?

( ) Pada waktu pertama kali bekerja( ) Setiap hari sebelum mulai bekerja( ) Pada waktu tertentu saja, jelaskan : .....................

Siapa yang memberikan penjelasan tentang bahaya kerja di tempat Anda bekerja ?( ) Tenaga kesehatan( ) Manajer( ) Tim khusus( ) Lainnya, sebutkan : .........................

Page 64: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

48

5. Pernahkah Anda diberikan penjelasan tentang cara penggunaan alat pelindung diri ?( ) Tidak Pernah( ) Pernah, kapan diberikannya?

( ) Pada waktu pertama kali bekerja( ) Setiap hari sebelum mulai bekerja( ) Pada waktu tertentu saja, jelaskan : .....................

Siapa yang memberikan penjelasan tentang cara penggunaan alat pelindung diri di tempat Andabekerja ?

( ) Tenaga kesehatan( ) Manajer( ) Tim khusus( ) Lainnya, sebutkan : .........................

6. Pernahkah Anda diberikan penjelasan tentang bagaimana merawat alat pelindung diri ?( ) Tidak Pernah( ) Pernah, kapan diberikannya?

( ) Pada waktu pertama kali bekerja( ) Setiap hari sebelum mulai bekerja( ) Pada waktu tertentu saja, jelaskan : .....................

Siapa yang memberikan penjelasan tentang cara bagaimana merawat alat pelindung diri ditempat Anda bekerja ?

( ) Tenaga kesehatan( ) Manajer( ) Tim khusus( ) Lainnya, sebutkan : .........................

III. TANGGAP DARURAT (Emergency Respons)1. Apakah pernah ada kejadian pekerja terjatuh ?( ) Tidak pernah( ) Pernah, Bagaimana respon Anda ?

( ) Panik ( ) Diam saja menunggu pertolongan( ) Menangani sendiri ( ) Berusaha melapor dan mencari pertolongan( ) Berteriak ( ) Lainnya, sebutkan .....................

2. Apakah pernah ada kejadian pekerja tergores pisau ?( ) Tidak pernah( ) Pernah, Bagaimana respon Anda ?

( ) Panik ( ) Diam saja menunggu pertolongan( ) Menangani sendiri ( ) Berusaha melapor dan mencari pertolongan( ) Berteriak ( ) Lainnya, sebutkan .....................

3. Apakah pernah ada kejadian pekerja terpotong atau tertusuk bagian tubuhnya ?( ) Tidak pernah( ) Pernah, Bagaimana respon Anda ?

( ) Panik ( ) Diam saja menunggu pertolongan( ) Menangani sendiri ( ) Berusaha melapor dan mencari pertolongan( ) Berteriak ( ) Lainnya, sebutkan .....................

4. Apakah pernah ada kejadian pekerja tersetrum ?( ) Tidak pernah( ) Pernah, Bagaimana respon Anda ?

( ) Panik ( ) Diam saja menunggu pertolongan( ) Menangani sendiri ( ) Berusaha melapor dan mencari pertolongan( ) Berteriak ( ) Lainnya, sebutkan .....................

Page 65: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

49

5. Apakah pernah ada kejadian pekerja terkena air panas ?( ) Tidak pernah( ) Pernah, Bagaimana respon Anda ?

( ) Panik ( ) Diam saja menunggu pertolongan( ) Menangani sendiri ( ) Berusaha melapor dan mencari pertolongan( ) Berteriak ( ) Lainnya, sebutkan .....................

6. Apakah pernah ada kejadian pekerja terkilir ?( ) Tidak pernah( ) Pernah, Bagaimana respon Anda ?

( ) Panik ( ) Diam saja menunggu pertolongan( ) Menangani sendiri ( ) Berusaha melapor dan mencari pertolongan( ) Berteriak ( ) Lainnya, sebutkan .....................

7. Apakah pernah ada kejadian pekerja kejang otot ?( ) Tidak pernah( ) Pernah, Bagaimana respon Anda ?

( ) Panik ( ) Diam saja menunggu pertolongan( ) Menangani sendiri ( ) Berusaha melapor dan mencari pertolongan( ) Berteriak ( ) Lainnya, sebutkan .....................

8. Apakah pernah ada kejadian pekerja tertimpa karkas ?( ) Tidak pernah( ) Pernah, Bagaimana respon Anda ?

( ) Panik ( ) Diam saja menunggu pertolongan( ) Menangani sendiri ( ) Berusaha melapor dan mencari pertolongan( ) Berteriak ( ) Lainnya, sebutkan .....................

IV. PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA KERJALingkarilah kata “Ya“ jika pernyataan di bawah ini menurut Anda benar, dan lingkarilah kata “Tidak“jika salah.

1 Suara yang dihasilkan stunning gun tidak akan merusak pendengaran pekerja. Ya - Tidak

2 Lantai yang basah dan licin dapat membuat pekerja terpeleset atau terjatuh padasaat bekerja.

Ya - Tidak

3 Pisau dan peralatan tajam lainnya dapat membuat bagian tubuh pekerja tergoresatau terpotong saat digunakan.

Ya - Tidak

4 Mencuci tangan setelah bekerja merupakan hal yang penting agar pekerja tidakmenderita sakit perut.

Ya - Tidak

5 Isi rumen dan kotoran sapi merupakan sumber kuman dan bakteri yang merugikan. Ya - Tidak

6 Darah bukanlah sumber kuman yang dapat menimbulkan penyakit. Ya - Tidak

7 Saat mengangkat daging atau peralatan lain yang terlalu berat, beresiko membuatpekerja terkilir, keseleo atau kejang otot.

Ya - Tidak

8 Posisi badan yang membungkuk saat mengangkat jeroan dapat menyebabkan rasasakit punggung.

Ya - Tidak

9 Jam kerja yang panjang dan tanpa diselingi istirahat membuat kerja menjadi tidaknyaman.

Ya - Tidak

10 Hubungan kerja yang tidak baik dengan teman sekerja membuat proses bekerjamenjadi tidak nyaman

Ya - Tidak

Page 66: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

50

V. KETRAMPILAN KERJADibawah ini adalah daftar unit kerja pada rumah potong hewan, berilah tanda (√) pada kolom yangmewakili kondisi Anda saat ini.No Unit Kerja Tidak

TerampilTerampil Sangat

Terampil1 Penurunan dan pengistirahatan ternak2 Pembersihan3 Pemingsanan (stunning)4 Penyembelihan5 Pengeluaran darah (bledding) dan penggantungan6 Pemotongan kepala dan kaki7 Pengulitan (skinning) dan pemotongan ekor8 Pembelahan dada dan pengeluaran jeroan9 Pembelahan karkas10 Penimbangan dan pembersihan karkas11 Pelayuan12 Pemisahan tulang dan daging (deboning)13 Pengemasan, pelabelan dan pengepakan14 Penyimpanan

VI. PENGALAMAN KERJADibawah ini adalah daftar unit kerja pada rumah potong hewan, berilah tanda (√) pada kolom yangmewakili kondisi Anda saat ini.

No Unit Kerja <6 bln

6 bln –1 thn

1 – 2thn

2 – 5thn

>5 thn

1 Penurunan dan pengistirahatan ternak2 Pembersihan3 Pemingsanan (stunning)4 Penyembelihan5 Pengeluaran darah (bledding) dan penggantungan6 Pemotongan kepala dan kaki7 Pengulitan (skinning) dan pemotongan ekor8 Pembelahan dada dan pengeluaran jeroan9 Pembelahan karkas10 Penimbangan dan pembersihan karkas11 Pelayuan12 Pemisahan tulang dan daging (deboning)13 Pengemasan, pelabelan dan pengepakan14 Penyimpanan

VII. DISIPLIN KERJABerilah tanda (√) pada setiap jawaban yang menurut Anda, paling mewakili kondisi Anda pada saatbekerja.

No Kondisi Selalu Sering Kadang-kadang

Pernah Tidakpernah

1 Mencuci tangan sebelum dan sesudah bekerja2 Mencuci sepatu sebelum dan sesudah bekerja3 Mengenakan seragam lengkap dan bersih4 Mencuci apron sebelum dan sesudah bekerja5 Menjaga kebersihan diri dan area kerja6 Tidak merokok di area kerja7 Tidak makan atau minum di area kerja8 Tidak meludah di area kerja9 Tidak berbicara terlalu banyak

Page 67: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

51

No Kondisi Selalu Sering Kadang-kadang

Pernah Tidakpernah

10 Tidak membuang sampah sembarangan11 Tidak memakai perhiasan, cincin, jam dan gelang12 Tidak berkuku panjang dan bercat kuku13 Jika bersin tidak dekat dengan daging14 Melaporkan diri jika sakit

B. KESADARAN AKAN BAHAYA KERJA

I. BAHAYA FISIKBerilah tanda (√) pada jawaban Anda.

No KondisiSangatsetuju Setuju Netral

Tidaksetuju

Sangattidaksetuju

1 Suara yang dikeluarkan stunning gun dapatmerusak pendengaran

2 Pisau yang digunakan selama bekerja mampumembuat tangan atau bagian tubuh lainnyatergores/terpotong

3 Peralatan tajam seperti splitting saw, brisket saw,dll dapat menjadi sumber bahaya kerja

4 Lantai yang basah dan licin dapat membuatpekerja terpeleset atau terjatuh pada saat bekerja.

5 Pekerja yang terlalu lama berada dalam ruanganbersuhu rendah tanpa pakaian penghangat akanmerasa kedinginan.

II. BAHAYA BAKTERI DAN DARAHBerilah tanda (√) pada jawaban Anda.

No KondisiSangatsetuju Setuju Netral

Tidaksetuju

Sangattidaksetuju

6 Bakteri yang berasal dari air mentah/pencuci yangkurang bersih dapat menyebabkan diare sertakejang perut.

7 Kotoran sapi mengandung banyak bakteri dankuman yang mampu membuat pekerja terserangpenyakit.

8 Darah merupakan sumber bakteri yang dapatmenyebabkan penyakit

9 Di dalam isi rumen terdapat berbagai bakteri dankuman yang dapat masuk ke tubuh pekerjamelalui tangan.

10 Kegiatan cuci tangan bertujuan untukmenghilangkan kemungkinan masuknya bakterike dalam tubuh pekerja.

Page 68: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

52

III. BAHAYA ERGONOMIBerilah tanda (√) pada jawaban Anda.

No KondisiSangatsetuju Setuju Netral

Tidaksetuju

Sangattidaksetuju

11 Waktu kerja yang terlalu lama dapat membuatkerja otot menjadi berlebihan

12 Posisi mengangkat keranjang yang baik diawalidari posisi jongkok dan tanpa membungkuk

13 Keadaan lingkungan kerja seperti ketinggian,kelembaban, pencahayaan dan kebisinganberpengaruh terhadap kenyamanan bekerja

14 Beban daging yang terlalu berat mampu membuattangan tergelincir saat mengangkat.

15 Posisi kerja dengan ketinggian lebih seperti di unitstunning, berpotensi membuat pekerja terjatuh.

IV. BAHAYA PSIKOSOSIALBerilah tanda (√) pada jawaban Anda.

No KondisiSangatsetuju Setuju Netral

Tidaksetuju

Sangattidaksetuju

16 Selama bekerja, kita harus merasa tenang.17 Selalu mampu menghadapi kesulitan dalam

bekerja.18 Selalu mantap dan tidak ada keraguan dalam

bekerja19 Selalu dapat bekerja dalam kondisi

ketidaknyamanan20 Memiliki hubungan kerja yang baik dengan teman

sekerja dan atasan

TERIMA KASIHSELAMAT BEKERJA KEMBALI!

Page 69: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

53

Lampiran 2. Susunan Organisasi PT. Elders Indonesia

Kepala Produksi(Hoerulloh)

Sanitasi/Gudang/Delivery(Dadan Triyana)

Karyawan

Warehouse(Mawardi)

Security

Finance/HRD(Fenny Saptawati)

Produk/sanitasi(Maryani Dewi)

Quality Control(drh. Endah Ismiati)

(Zaenal Arifin)

Maintenance(Yayu Tahudin)

(Imron Setiawan)

Operation Manager(Jason Hatchett)

Purchase/warehouse(Ade Hendra)

Karyawan

Page 70: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

54

Lampiran 3. Diagram alir proses produksi daging chilled di PT.EldersIndonesia

Pencucian Karkas dan Pemberian Sampel

Ternak Sapi

Penurunan dan Pengistirahatan Ternak

Pembersihan/Pemandian

Penggantungan, Pemotongan Kepala dan Kaki

Penyembelihan dan Pengeluaran Darah

Pemingsanan

Pembelahan Karkas dan Penimbangan

Pembelahan Dada dan Pengeluaran Jeroan

Pengulitan dan Pemotongan Ekor

Pengemasan dan Pengepakan

Pemisahan Tulang dan Daging

Pelayuan

Pemasaran atau Distribusi

Penyimpanan

Daging sapi chilled

Page 71: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

55

Lampiran 4. Tindakan Terhadap Potensi Bahaya Fisik

No Tahapan Proses Bahaya Rekomendasi pencegahan1 Pemingsanan (stunning) Bising, terjatuh Penggunaan earplug,

pemasangan signboard2 Penyembelihan Tergores, terpotong,

tertendang sapiPenggunaan iron gloves, helmdan pemasangan signboard

3 Pengeluaran darah(bleeding) danpenggantungan

Tergores/terpotongpisau, terpeleset,

tertendang sapi dantertimpa hook.

Penggunaan iron gloves, helm,sepatu bot dan pemasangansignboard

4 Pemotongan kepala dankaki

Terjatuh, terpotong,tergores

Penggunaan iron gloves, helmdan pemasangan signboard

5 Pengulitan (skinning)dan pemotongan ekor

Tergores, terpotong,telinga kemasukkan air

Penggunaan iron gloves danpemakaian tutup kepala denganbenar

6 Pembelahan dada danpengeluaran jeroan

Tergores, terpotong. Penggunaan iron gloves

7 Pembelahan karkas Terpotong, terjatuh Penggunaan iron gloves danpemasangan signboard

8 Penimbangan danpembersihan karkas

Tersandung, terjatuh,mata tersemprot air

Pemasangan signboard danposter K3 (safe action)

9 Pelayuan Dingin Penggunaan mantel10 Pemisahan tulang dan

daging (deboning)Tergores, terpotong,

terjatuh, terbentur ujungmeja

Penggunaan iron gloves danpemasangan poster K3 (safeaction)

11 Pengemasan danpengepakan

Tangan terjepit mesinpacking vacuum,

tertusuk, terkena airpanas, tergores

Penggunaan iron gloves danpemasangan poster K3 (safeaction)

Page 72: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

56

Lampiran 5. Jawaban Kuisioner Bagian Pengetahuan Bahaya Kerja

RespondenPertanyaan

Total Keterangan1 2 3 4 5 6 7 8 9 101 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Sangat tahu2 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 8 Tahu3 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 8 Tahu4 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 8 Tahu5 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 6 Agak tahu6 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 8 Tahu7 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 8 Tahu8 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 8 Tahu9 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 8 Tahu

10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Sangat tahu11 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 8 Tahu12 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 7 Tahu13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Sangat tahu14 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 7 Tahu15 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 Sangat tahu16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Sangat tahu17 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 8 Tahu18 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 8 Tahu19 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 8 Tahu20 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Sangat tahu21 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 Sangat tahu22 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Sangat tahu23 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Sangat tahu24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Sangat tahu

Page 73: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

57

Lampiran 6. Jawaban Kuisioner Bagian Keterampilan Kerja

Resp. PertanyaanModus Keterangan1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 Terampil2 1 3 1 3 3 3 2 2 2 3 1 3 Sangat terampil3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 2 3 2 Terampil4 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 Kurang terampil5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 Sangat terampil6 1 3 1 3 3 3 1 1 1 3 3 3 Sangat terampil7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 Kurang terampil8 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 Terampil9 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 Kurang terampil

10 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 Kurang terampil11 1 1 1 1 1 3 1 3 1 1 1 1 Kurang terampil12 3 2 2 3 3 1 1 2 2 3 3 3 Sangat terampil13 3 3 3 2 3 3 3 3 2 1 1 3 Sangat terampil14 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 Terampil15 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 Sangat terampil16 1 1 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 Sangat terampil17 2 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 1 Kurang terampil18 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 Kurang terampil19 1 1 2 2 3 2 2 2 1 3 2 2 Terampil20 2 1 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 Terampil21 1 1 2 3 3 3 3 1 2 3 1 3 Sangat terampil22 1 1 1 3 3 3 1 1 1 1 3 1 Kurang terampil23 1 1 2 3 2 2 1 2 2 3 3 2 Terampil24 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 Terampil

Page 74: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

58

Lampiran 7. Jawaban Kuisioner Bagian Pengalaman Kerja

Resp.Pertanyaan

Rata-rata Keterangan1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 111 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 – 5 thn2 5 5 3 5 5 5 5 4 4 5 5 5 > 5 thn3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 2 – 5 thn4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 1 < 6 bln5 1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 2 1 < 6 bln6 1 5 5 5 5 1 1 1 1 5 1 3 1 – 2 thn7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 < 6 bln8 4 4 5 5 3 1 1 1 1 5 1 3 1 – 2 thn9 1 1 1 1 5 5 4 4 4 4 4 3 1 – 2 thn10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 < 6 bln11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 < 6 bln12 4 2 1 4 4 1 1 1 1 4 4 2 6 bln – 1 thn13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 < 6 bln14 5 5 5 5 5 5 4 4 2 5 2 5 > 5 thn15 1 1 3 3 4 4 3 1 1 4 1 2 6 bln – 1 thn16 1 1 5 5 5 5 5 3 3 5 4 4 2 – 5 thn17 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 2 1 < 6 bln18 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 2 1 < 6 bln19 1 1 2 2 4 2 2 1 1 4 3 2 6 bln – 1 thn20 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 > 5 thn21 1 1 3 5 3 3 4 1 3 5 3 3 1 – 2 thn22 1 1 1 1 3 3 1 1 1 1 3 1 < 6 bln23 1 1 4 4 4 3 4 1 1 4 4 3 1 – 2 thn24 1 1 4 4 4 3 4 1 1 4 4 3 1 – 2 thn

Page 75: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

59

Lampiran 8. Jawaban Kuisioner Bagian Disiplin Kerja

Resp.Pertanyaan

Rata-rata Keterangan1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 141 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 Sangat Baik2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 Sangat Baik3 5 5 5 5 5 3 3 5 5 5 5 5 5 5 5 Sangat Baik4 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 3 5 Sangat Baik5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 5 Sangat Baik6 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 Sangat Baik7 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 Sangat Baik8 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 1 5 5 Sangat Baik9 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 Sangat Baik10 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 Sangat Baik11 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 Sangat Baik12 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 Sangat Baik13 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 Sangat Baik14 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 Sangat Baik15 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 Sangat Baik16 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 Sangat Baik17 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 Sangat Baik18 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 Sangat Baik19 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 Sangat Baik20 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 5 5 Sangat Baik21 5 4 5 5 5 5 5 5 3 3 5 5 1 5 5 Sangat Baik22 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 Sangat Baik23 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 Sangat Baik24 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 Sangat Baik

Page 76: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

60

Lampiran 9. Jawaban kuisioner bagian bahaya kerja

Resp.Pertanyaan

Keterangan1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Skor total1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 2 4 4 4 4 5 4 2 5 79 Sedang2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 2 4 77 Sedang3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 3 4 2 4 75 Sedang4 4 5 5 4 3 5 4 5 5 5 3 2 4 4 3 4 4 4 2 4 79 Sedang5 2 2 2 2 2 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 65 Kurang6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 3 4 77 Sedang7 2 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 80 Sedang8 3 4 4 4 5 4 4 2 4 5 4 4 5 4 2 4 4 4 2 4 76 Sedang9 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 76 Sedang

10 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 5 83 Sedang11 4 5 3 5 5 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 78 Sedang12 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 81 Sedang13 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 79 Sedang14 2 4 4 4 2 2 4 2 4 5 4 4 2 4 2 4 5 5 4 4 71 Sedang15 3 4 2 3 4 3 3 3 2 5 5 5 4 4 2 5 4 4 4 4 73 Sedang16 3 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 87 Baik17 4 5 3 5 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 82 Sedang18 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 2 5 88 Baik19 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 4 72 Sedang20 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 2 5 94 Baik21 5 4 4 4 5 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 5 3 4 2 4 83 Sedang22 4 4 3 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 89 Baik23 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 2 3 4 4 5 5 5 3 5 81 Sedang24 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 85 Sedang

Page 77: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

61

Lampiran 10. Nilai inersia analisis korespondensi berganda

Inertia and Chi-Square Decomposition

SingularValue

PrincipalInertia

Chi-Square Percent

CumulativePercent

6 12 18 24 30----+----+----+----+----+---

0.37643 0.14170 85.019 31.23 31.23 **************************

0.28804 0.08297 49.780 18.29 49.51 ***************

0.27454 0.07537 45.222 16.61 66.13 **************

0.23008 0.05294 31.762 11.67 77.79 **********

0.19733 0.03894 23.363 8.58 86.37 *******

0.18835 0.03548 21.285 7.82 94.19 *******

0.13817 0.01909 11.455 4.21 98.40 ****

0.08113 0.00658 3.949 1.45 99.85 *

0.02593 0.00067 0.404 0.15 100.00

Total 0.45373 272.239 100.00

Degrees of Freedom = 169

Page 78: Analisis pengaruh karakteristik pekerja terhadap tingkat ... · kecelakaan kerja. Tingginya angka ... Mereka telah mendapatkan pelatihan tentang bahaya kerja (79%), penggunaan

62

Lampiran 11. Tata Tata Tertib di Area Kerja RPH PT Elders Indonesia

1. Cuci tangan sebelum dan sesudah bekerja

2. Cuci sepatu sebelum dan sesudah bekerja

3. Kenakan seragam lengkap dan bersih

4. Cuci apron sebelum dan sesudah bekerja

5. Jagalah kebersihan diri dan area kerja

6. Dilarang merokok

7. Dilarang makan atau minum

8. Dilarang meludah

9. Dilarang berbicara terlalu banyak

10.Dilarang buang sampah sembarangan

11.Dilarang memakai perhiasan, cincin, jam dan gelang

12.Dilarang berkuku panjang dan bercat kuku

13. Jika bersin usahakan tidak dekat daging

14.Laporkan diri jika sakit