analisis pengaruh auditor change, ukuran kap, …repository.umrah.ac.id/684/1/jurnal.pdfstatistik...
TRANSCRIPT
1
ANALISIS PENGARUH AUDITOR CHANGE, UKURAN KAP, KONDISI KEUANGAN,
PROFITABILITAS DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP ASUMSI
AUDIT GOING CONCERN PADA PERUSAHAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR
DI BEI TAHUN 2012-2016
Sri Ruwanti, SE., M.Sc; Asri Eka Ratih, SE., M.Sc;
Alwi Pratomo
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG, KEPULAUAN RIAU
2018
2
ABSTRAK
Alwi Pratomo, 2018 Analisis Pengaruh Auditor Change, Ukuran KAP, Kondisi Keuangan,
Profitabilitas dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Asumsi Audit Going
Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun 2012
– 2016. Tim promotor : Sri Ruwanti, SE., M.Sc ; Asri Eka Ratih, SE.,
M.Si
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Auditor Change, Ukuran KAP, Kondisi
Keuangan, Profitabilitas dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Asumsi Audit Going Concern.
Populasi dalam penelitian ini merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2012 -2016. Metode penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah purposive sampling, dengan metode ini sampel yang diperoleh sebanyak 20 perusahaan,
dari tahun 2012- 2016. Data penelitan berupa laporan keuangan diperoleh dari situs website
http://www.idx.co.id. Penelitian ini menggunakan metode analisis yaitu regresi logistik dan
statistik deskriptif. Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa: 1) auditor change, ukuran KAP,
kondisi keuangan dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap asumsi audit going concern; 2)
pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap asumsi audit going concern; 3) secara simultan
auditor change, ukuran KAP, kondisi keuangan, profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan
berpengaruh terhadap asumsi audit going concern.
Kata Kunci : Auditor Change, Ukuran KAP, Kondisi Keuangan, Profitabilitas dan
Pertumbuhan Perusahaan dan Asumsi Audit Going Concern.
PENDAHULUAN
Perusahaan didirikan dengan maksud untuk tidak dilikuidasi (dibubarkan) dalam jangka
waktu dekat, akan tetapi perusahaan diharapkan akan terus beroperasi dalam jangka waktu yang
lama. Meskipun banyak mengalami kegagalan bisnis, diasumsikan bahwa perusahaan akan hidup
cukup lama atau memiliki kelangsungan hidup yang panjang untuk menjalankan visi dan
misinya. Syahrul dalam Santosa dan Wedari (2007) mengemukakan bahwa going concern
disebut juga sebagai kontinuitas yang merupakan asumsi akuntansi yang memperkirakan suatu
bisnis akan berlanjut dalam jangka waktu yang tidak terbatas.
Auditor dalam memberikan opininya harus bertindak independen dengan memberikan
opini sesuai dengan kondisi senyatanya dari perusahaan auditan. Namun, dengan adanya reaksi
irasional dari investor, sangat dimungkinkan auditor mempertimbangkan reaksi tersebut dalam
proses memberikan opini Going Concern (GC) sehingga tindakan auditor tersebut adalah
3
tindakan irasional yang mengganggu keputusan rasional auditor (Guiral, Ruiz, dan Rodgers,
2011).
Mulia (2014) mengatakan opini Going Concern merupakan sinyal peringatan dini bagi
publik, para pelaku bisnis, investor, kreditor, dan regulator sehingga auditor bertanggung jawab
untuk memberikan peringatan dini terhadap risiko kegagalan perusahaan pada saat terjadi kasus
kebangkrutan perusahaan publik.
Menurut Liestiyowati (2013), Auditor sering gagal komentar pada pengecualian Asumsi
Going Concern, karena penerbitan pendapat going concern dikhawatirkan menjadi self-fulfilling
prophecy, yang menyatakan bahwa apabila auditor memberikan opini going concern, maka
perusahaan akan menjadi lebih cepat bangkrut karena banyak investor yangmembatalkan
investasinya atau kreditor yang menarik dananya. Meskipun demikian, opini audit going concern
harus diungkapkan dengan harapan dapat segera mempercepat upaya penyelamatan perusahaan
yang bermasalah.
Auditor ditempatkan di tengah dilema moral dan etika: apakah untuk mengeluarkan
pendapat going concern dan risiko meningkat dengan kesulitan keuangan klien mereka, atau
tidak mengeluarkan pendapat going concern dan risiko tidak memberitahu pihak yang
berkepentingan dari kemungkinan kegagalan perusahaan.
Fenomena yang terjadi di lapangan menunjukkan banyak dari perusahaanyang go public
menerima opini audit going concern. Kesalahan dalam memberikanopini audit akan berakibat
fatal bagi para pemakai laporan keuangan tersebut. Pihakyang berkepentingan terhadap Laporan
Keuangan tersebut sudah barang tentu akanmengambil tindakan / kebijakan yang salah pula. Hal
ini berarti, menuntut auditor untuk lebih mewaspadai hal-hal potensial yang dapat mengganggu
kelangsungan hidup suatusatuan usaha
Sebenarnya opini audit dengan going concernbermaksud baik untuk menjelaskan kondisi
perusahaan yang sebenarnya, namun hal tersebut justru menyebabkan perusahaan menjadi cepat
bangkrut karena pengguna laporan keuangan merespon informasi tersebut secara negatif seperti
investor membatalkan investasinya dan kreditor menarik pinjamannya.
TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Asumsi Audit Going Concern
Going concern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak
terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal berlawanan (contrary information). Biasanya
informasi yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup
satuan usaha adalah berhubungan dengan ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi
kewajiban pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak
luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar dan
kegiatan serupa yang lain (PSA No. 30).
4
Auditor Change
Apabila perusahaan terancam mendapatkan opini audit going concern maka manajemen
akan berpindah ke auditor lain saat perusahaan tahu akan menerima opini audit going concern,
manajemen tidak jarang mengantisipasi hal tersebut dengan melakukan pergantian auditor
(auditor switching). Menurut Hudaib dan Cooke (2005) klien yang diaudit akan cenderung
mengganti auditor ketika mendapatkan opini audit going concern.
Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Setiadamayanthi dan Wirakusuma (2016),
menjelaskan bahwa perubahan dan pergantian auditor (auditor change) tidak berpengaruh
terhadap tuntutan atas pemberian opini going concern.
H1 : Auditor Change berpengaruh terhadap Asumsi Audit Going Concern
Ukuran KAP
Auditor bertanggung jawab untuk menyediakan informasi yang mempunyai kualitas
tinggi yang akan berguna untuk pengambilan keputusan para pemakai laporan keuangan. Auditor
yang mempunyai ukuran KAP yang besar lebih cenderung akan mengeluarkan opini audit going
concern apabila klien terdapat masalah mengenai going concern. Penelitian De Angelo (1981)
dalam Setyarno et. al. (2006) menyatakan bahwa auditor skala besar memiliki insentif yang lebih
untuk menghindari kritikan kerusakan reputasi dibandingkan pada auditor skala kecil. Auditor
skala besar juga lebih cenderung untuk mengungkapkan masalah-masalah yang ada karena
mereka lebih kuat menghadapi risiko proses pengadilan. Argumen tersebut berarti bahwa auditor
skala besar memiliki kemungkinan atau dorongan yang lebih untuk melaporkan masalah going
concern kliennya apabila terbukti klien terdapat masalah untuk melangsungkan usahanya
disbanding dengan auditor skala kecil.
Hal diatas betolak belakang dengan penelitan yang telah dilakukan oleh Supartini (2016)
yang mengatakan bahwa ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap asumsi going concern yang
dikeluarkan oleh KAP itu sendiri.
H2 : Ukuran KAP berpengaruh terhadap Asumsi Audit Going Concern
Kondisi Keuangan
Kondisi keuangan perusahaan menggambarkan tingkat kesehatan perusahaan
sesungguhnya. Semakin kondisi perusahaan terganggu atau memburuk maka akan semakin besar
perusahaan tersebut membutuhkan opini audit going concern. Sebaliknya pada perusahaan yang
tidak pernah mengalami kesulitan keuangan auditor tidak pernah mengeluarkan opini audit going
concern.
5
Siska (2015), dalam penelitiannya menghasilkan bahwa kondisi keuangan suatu
perusahaan sangat mempengaruhi pemberian opini audit going concern. Semakin buruk kondisi
keuangan suatu perusahaan maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan tersebut
mendapatkan opini going concern.
H3 : Kondisi Keuangan berpengaruh terhadap Asumsi Audit Going Concern
Profitabilitas
Dalam penelitian ini peneliti mengukur tingkat profitabilitas perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI dengan menggunakan rasio hasil tingkat pengembalian atas aset (Return On
Assets). Return On Assets (ROA), seperti yang telah dijelaskan diatas adalah rasio yang
digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan total aset yang ditanamkan perusahaan dalam
memperoleh laba bersih. Semakin tinggi hasil pengembalian atas aset berarti semakin tinggi pula
jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset.
Sebaliknya, semakin rendah hasil pengembalian atas aset berarti semakin rendah pula jumlah
laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset.
H4 : Profitabilitas berpengaruh terhadap Asumsi Audit Going Concern
Pertumbuhan Perusahaan
Pertumbuhan perusahaan mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam
mempertahankan kelangsungan usahanya. Pertumbuhan perusahaan dapat diproksikan dengan
rasio pertumbuhan penjualan.
Perusahaan yang mengalami pertumbuhan, menunjukkan aktivitas operasional
perusahaan berjalan dengan semestinya sehingga peruahaan dapat mepertahankan possisi
ekonominya dan kelangssungan hidupnya. Sementara perusahaan dengan rasio pertumbuhan
penjualan negatif berpotensi besar mengalami penurunan laba sehingga manajemen perlu untuk
mengambil tindakan perbaikan agar tetap dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya
H5 : Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh terhadap Asumsi Audit Going Concern
6
Skema Kerangka Pemikiran
METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Variabel penelitian adalah konsep yang mempunyai lebih dari satu nilai ( Martono,
2010). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Variabel Terikat (Dependent Variable)
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah Audit Going Concern.Opini
audit going concern adalah opini audit modifikasi yang dalam pertimbangan auditor terdapat
Auditor Change
(X1)
Ukuran KAP
(X2)
Profitabilitas
(X4)
Kondisi Keuangan
(X3)
Asumsi Audit Going
Concern
(Y)
Pertumbuhan perusahaan
(X5)
7
ketidak mampuan atau ketidak pastian signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan dalam
menjalankan operasinya pada kurun waktu yang pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal
laporan keuangan yang sedang diaudit (SPAP, 2011). Variabel ini diukur dengan menggunakan
variabel dummy. Opini going concern (GCO) diberi kode 1 sedangkan opini audit non going
concern (NGCO) diberi kode 0.
Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel Bebas (independent variable) adalah variabel yang dapat mempengaruhi
variabel lain atau menghasilkan akibat pada variabel yang lain, yang pada umumnya berada
dalam urutan tata waktu yang terjadi lebih dulu ( Martono, 2010). Adapun variabel bebas dalam
penelitian ini adalah :
Auditor Change (X1)
Pengukuran Auditor changes menggunakan metode yang diterapkan oleh
Setiadamayanthi dan Wirakusuma (2016). Variabel ini menggunakan variabel dummy, angka 1
diberikan kepada perusahaan yang melakukan pergantian auditor untuk tahun selanjutnya setelah
perusahaan mendapatkan opini audit going concern, dan angka 0 jika perusahaan tidak
melakukan pergantian auditor untuk tahun selanjutnya setelah perusahaan mendapatkan opini
audit going concern.
Ukuran KAP
Ukuran KAP (KAP) didefinisikan sebagai besar kecilnya KAP yang mengaudit
perusahaan pada tahun sebelumnya. Variabel ini merupakan variabel dummy. Angka 1
menunjukkan jika perusahaan menggunakan KAP big four, sedangkan angka 0 menunjukkan
jika perusahaan menggunakan KAP non big four (Foroghi, 2012).
Kondisi Keuangan
Kondisi keuangan perusahaan digambarkan dari rasio keuangan yang dapat memberikan
indikasi apakah perusahaan dalam kondisi baik (sehat) atau dalam kondisi buruk (sakit).
Mengacu pada penelitian Setyarno et al (2006) kondisi keuangan diproksi dengan The Zmijewski
Model (1984) yaitu :
X = -4,3 – 4,5ROA + 5,7DR – 0,004CR
Keterangan :
ROA = Laba Bersih / Total Aset (return on asset)
DR = Total Hutang / Total Aset (financial leverage)
CR = Harta Lancar / Hutang Lancar (liquidity)
X <0 = Perusahaan diprediksi tidak berpotensi untuk mengalami kebangkrutan
X > 0 = Perusahaan diprediksi berpotensi mengalami kebangkrutan
Menurut Listyarini (2016) Model Zmijewski memiliki tingkat akurasi tertinggi yaitu
100% diantara model prediksi kondisi keuangan yang lain.
8
Profitabilitas
Untuk mengukur tingkat profitabilas pada penelitian ini digunakan pengembalian asset
atau Return On Asset( ROA ) dirumuskan sebagai berikut Syahril ( 2014 ) :
Pertumbuhan Perusahaan
Pertumbuhan perusahaan dalam penelitian ini diproksikan dengan rasio pertumbuhan
penjualan (Rahman dan Baldric, 2011). Rasio pertumbuhan penjualan digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam pertumbuhan tingkat penjualannya dibandingkan
dengan tahun sebelumnya. Data ini diperoleh dengan menghitung sales growth ratio berdasarkan
laporen laba/rugi masing-masing auditee. Hail perhitungan rasio pertumbuhan penjualan
disajikan dengan skala rasio.
Populasi dan Sampel
Populasi
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012 - 2016 yang mengumumkan laporan
keuangannya di Indonesian Stock Exchange ( IDX ) yaitu berjumlah 155 perusahaan.
Sampel
Pengambilan sampel yang tidak sesuai dengan kualitas dan karakteristik populasi akan
menyebabkan suatu penelitian menjadi bias, tidak bisa dipercaya dan kesimpulannya pun bisa
keliru. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu
pemilihan sampel tidak acak yang informasinya diperoleh dengan pertimbangan tertentu, yaitu
dengan kriteria.
Adapun kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2016.
2. Data tersedia dengan lengkap dan menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh
auditor independen dari tahun 2012-2016.
3. Perusahaan memperoleh laba dalam periode penelitian.
9
4. Perusahaan menggunakan mata uang Rupiah.
5. Perusahaan mengalami penjualan yang meningkat.
Dari kriteria di atas maka perusahaan yang memenuhi persyaratan sebagai sampel dalam
penelitian ini adalah 20 perusahaan. Dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel Proses Seleksi Sampel Penelitian
No Keterangan Jumlah
1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2016 155
2
Data tidak tersedia dengan lengkap dan tidak menerbitkan
laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen
dari tahun 2012-2016.
(32)
3 Perusahaan yang mengalami rugi dalam periode penelitian (61)
4 Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang Rupiah (6)
5 Perusahaan yang tidak mengalami kenaikan penjualan (33)
Jumlah Perusahaan Sampel 20
Sumber :www.idx.co.id
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan metode
dokumentasi dari Indonesian Stock Exchange (IDX) untuk tahun 2012 - 2016 yang dilakukan
dengan mengambil data laporan keuangan dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di IDX
tahun 2012 - 2016.
Metode Analisis Data
Teknik analisa data merupakan upaya untuk merubah data mentah yang diperoleh peneliti
dari obyek penelitian agar menghasilkan informasi yang dapat dipahami dan membantu
menjawab masalah yang ditemukan peneliti.
Regresi Logistik
Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis multivariat dengan menggunakan regresi
logistik (logistic regression), yang variabel bebasnya merupakan kombinasi antara metric dan
non metric (nominal). Teknik analisis ini tidak memerlukan lagi uji normalitas dan uji asumsi
klasik pada variabel bebasnya (Ghozali, 2016).
Untuk menguji model tersebut maka digunakan rumus persamaan regresi untuk n
prediktor adalah ( Sugiyono, 2011) :
Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e
Dimana :
a : Konstanta
10
b1-b5 : Koefisien regresi
X1 : Auditor Changes
X2 : Ukuran KAP
X3 : Kondisi Keuangan
X4 : Profitabilitas (ROA)
X : Pertumbuhan Perusahaan
Y : Asumsi Audit Going Concern
e : Error term
a) Menilai kelayakan model regresi
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s
Goodness of fit test. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow Goodness of fit lebih besar
daripada 0,05 maka hipotesis 0 tidak dapat ditolak dan berarti model mampu
memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena sesuai
dengan data observasinya (Ghozali, 2016).
b) Menilai Model Fit
Adanya pengurangan nilai antara - 2LL awal (initial - 2LL function) dengan nilai - 2LL
pada langkah berikutnya menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data
(Ghozali, 2016). Log Likelihood pada regresi logistik mirip dengan pengertian "Sum of
Square Error" pada model regresi, sehingga penurunan Log Likelihood menunjukkan
model regresi semakin baik.
c) Estimasi parameter dan interpretasinya
Estimasi parameter dilihat melalui koefisien regresi. Koefisien regresi dari tiap variabel-
variabel yang diuji menunjukkan bentuk hubungan antara variabel. Pengujian hipotesis
dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai probabilitas (sig) dengan tingkat
signifikasi (α).
11
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
Tabel 4.1
Statistik deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Asumsi Audit Going
Concern
100 0 1 ,88 ,327
Auditor Change 100 0 1 ,07 ,256
Ukuran KAP 100 0 1 ,49 ,502
Kondisi Keuangan 100 -4,9141 -,6340 -2,795648 1,0590151
ROA 100 ,0096 ,9037 ,139431 ,1191112
Pertumbuhan Perusahaan 100 ,0019 ,5919 ,143967 ,1013805
Valid N (listwise) 100
Sumber : Hasil pengolahan data
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui statistik desktriptif dari masing-masing variabel
dari 100 sampel data perusahaan manufaktur yang diteliti :
1. Nilai terendah (minimum) pada variabel asumsi audit going concern adalah 0 dan nilai
tertinggi (maximum) yaitu 1, karena menggunakan dummy. Artinya jika perusahaan
mendapatkan opini audit going concern maka nilainya 1 dan 0 untuk non going concern.
Sedangkan mean memiliki nilai 0,88 dan standar deviasi 0,327.
2. Nilai terendah (minimum) pada variabel auditor change adalah 0 dan nilai tertinggi
(maximum) yaitu 1, karena menggunakan dummy. Artinya jika perusahaan mengganti
auditor maka nilainya 1 dan 0 jika tidak mengganti auditor. Sedangkan mean memiliki nilai
0,07 dan standar deviasi 0,256.
3. Nilai terendah (minimum) pada variabel ukuran KAP adalah 0 dan nilai tertinggi (maximum)
yaitu 1, karena menggunakan dummy. Artinya jika perusahaan menggunakan KAP yang
termasuk dalam big 4 maka nilainya 1 dan 0 untuk KAP non big 4. Sedangkan mean
memiliki nilai 0,49 dan standar deviasi 0,502.
4. Nilai terendah (minimum) pada variabel kondisi keuangan adalah -4,9141dan nilai tertinggi
(maximum) adalah -0,6340. Sedangkan mean memiliki nilai -2,795648dan standar deviasi
1,0590151. Dimana mean memiliki nilai lebih kecil dari standar deviasi, yang berarti
perbedaan data satu dengan yang lainnya tinggi.
5. Nilai terendah (minimum) pada variabel profitabilitas adalah 0,0096dan nilai tertinggi
(maximum) adalah 0,9037. Sedangkan mean memiliki nilai 0,143967dan standar deviasi
12
0,1013805. Dimana mean memiliki nilai lebih besar dari standar deviasi, yang berarti
perbedaan data satu dengan yang lainnya rendah.
6. Nilai terendah (minimum) pada variabel pertumbuhan perusahaan yang diproksikan dengan
pertumbuhan penjualan adalah 0,0019dan nilai tertinggi (maximum) adalah 0,5919.
Sedangkan mean memiliki nilai 0,143967dan standar deviasi 0,1013805. Dimana mean
memiliki nilai lebih besar dari standar deviasi, yang berarti perbedaan data satu dengan yang
lainnya rendah.
Menguji Kelayakan Regresi
Tabel 4.2
Homser and Lemeshow Test
Sumber : Hasil Pengolahan Data (SPSS V 21)
Tabel 4.2 menunjukkan hasil pengujian Homser and Lemeshow. Dengan probabilitas
signifikasi menunjukkan angka 0,857, nilai signifikasi diperoleh lebih besar daripada 0,05, maka
H0 diterima. Hal ini berarti model regresi layak untuk digunakan dalam analisis selanjutnya,
karena tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi yang
diamati.
Menguji keseluruhan model (overall model fit)
Tabel 4.3
Perbandingan Nilai -2LL awal dengan -2LL Akhir
-2LL awal (Block Number = 0)
76,039
-2LL akhir (Block Number = 1)
60,605
Sumber : Hasil pengolahan data (SPSS V 21)
Langkah selanjutnya adalah menguji keseluruhan model (overall model fit). Pengujian
dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood (-2LL) pada awal (Block
Number = 0) dengan nilai -2 Log Likelihood (-2LL)pada akhir (Block Number = 1). Adanya
pengurangan nilai antara -2LL awal (initial – 2LL function) yaitu 76,039 dengan nilai -2LL pada
langkah berikutnya (-22LL akhir) yaitu 60,605 menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan
fit dengan data (Ghozali, 2016).
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 4,001 8 ,857
13
Koefisien Determinasi
Tabel 4.4
Tabel 4.4 menunjukkan nilai Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R Square dapat
diinterpretasikan seperti nilai R Square pada regresi berganda (Ghozali, 2016). Dilihat dari hasil
output pengolahan data nilai Nagelkerke R Square adalah sebesar 0.231 yang berarti variabilitas
variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 23,1 persen,
sisanya 76,9 persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian.
Matrik klasifikasi
Matrik klasifikasi akan menunjukkan kekuatan prediksi untuk memprediksi kemungkinan
penerimaan opini audit going concern.
Tabel 4.5
Matrik Klasifikasi
Classification Tablea
Observed Predicted
Asumsi Audit Going Concern Percentage
Correct 0 1
Step 1 Asumsi Audit Going Concern
0 1 11 8,3
1 0 88 100,0
Overall Percentage 89,0
a. The cut value is ,500
Tabel 4.5 diatas menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi
kemungkinan asumsi audit going concern pada perusahaan adalah sebesar 89 persen. Hal ini
berari bahwa dengan menggunakan model regresi yang diajukan ada 89 perusahaan yang
diprediksi akan menerima asumsi audit going concern.
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 60,605a ,120 ,231
14
Menguji Koefisien Regresi
Tabel 4.6
Sumber : Hasil pengolahan data (SPSS V 21)
Tabel 4.6 menunjukkan hasil pengujian dengan regresi logistik pada tingkat signifikansi 5
persen. Dari pengujian persamaan regresi logistik maka diperoleh model regresi sbagai berikut:
Opini = 1,775 + 19,662X1 + 0,497X2 + 0,512X3 – 0,613X4 + 13,769X5 + e
Auditor Changes berpengaruh terhadap asumsi audit going concern.
Variabel Auditor Changes menunjukkan nilai koefisien sebesar 19,662 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,999 lebih besar dari 0,05. Artinya dapat disimpulkan bahwa H1 tidak
berhasil didukung, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Auditor Change tidak
berpengaruh terhadap asumsi audit going concern. Persamaan koefisien regresi logistik dari
variabel auditor changes sebesar 19,662 mempunyai arti bahwa, apabila terdapat peningkatan
auditor changes, maka asumsi audit going concern cenderung meningkat. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian Setiadamayanthi dan Wirakusuma (2016) bahwa Auditor Changes
tidak berpengaruh terhadap asumsi audit going concern yang berpendapat bahwa perusahaan
yang melakukan pergantian auditor akan menurunkan kemungkinan-kemungkinan mendapat
opini audit going concern.
Ukuran KAPberpengaruh terhadap asumsi audit going concern.
Variabel Ukuran KAP diproksikan dengan besaran KAP, yang menunjukkan nilai
koefisien sebersar 0,497 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,506 lebih besar dari 0,05. Artinya
dapat disimpulkan bahwa H2 tidak berhasil didukung, dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa ukuran KAPtidak berpengaruh terhadap asumsi audit going concern. Persamaan koefisien
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a
X1 19,662 13890,508 ,000 1 ,999 346096224,501
X2 ,497 ,748 ,441 1 ,506 1,644
X3 ,512 ,451 1,289 1 ,256 1,669
X4 -,613 4,208 ,021 1 ,884 ,542
X5 13,769 5,818 5,601 1 ,018 954372,791
Constant 1,775 1,181 2,261 1 ,133 5,903
a. Variable(s) entered on step 1: X1, X2, X3, X4, X5.
15
regresi logistik dari variabel ukuran KAP sebesar 0,497 mempunyai arti bahwa, apabila terdapat
peningkatan ukuran KAP, maka asumsi audit going concern cenderung meningkat. Hasil
penelitian ini konsisten dengan penelitian Supartini (2016) bahwa Ukuran KAPtidak
berpengaruh terhadap asumsi audit going concern. Sebuah KAP yang sudah memiliki reputasi
yang baik akan berusahan mempertahankan reputasinya, sehingga mereka bersikap objektif.
Kondisi Keuanganberpengaruh terhadap asumsi audit going concern.
Variabel kondisi Keuangan diproksikan dengan The Zmijeski Model, yang menunjukkan
nilai koefisien sebersar 0,512 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,256 lebih besar dari 0,05.
Artinya dapat disimpulkan bahwa H3 tidak berhasil didukung, dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kondisi keuangan tidakberpengaruh terhadap asumsi audit going concern.
Persamaan koefisien regresi logistik dari variabel kondisi keuangan sebesar 0,512 mempunyai
arti bahwa, apabila terdapat peningkatan kondisi keuangan, maka asumsi audit going concern
cenderung meningkat. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Kartika (2012) bahwa
kondisi keuangan tidakberpengaruh terhadap asumsi audit going concern. Auditor biasanya akan
mempertimbangkan kondisi keuangan ketika memberikan asumsi audit going concern. Kondisi
keuangan yang buruk akan mendorong auditor untuk cenderung memberikan asumsi audit going
concern.
Profitabilitasberpengaruh terhadap asumsi audit going concern.
Variabel Profitabilitas diproksikan dengan ROA, yang menunjukkan nilai koefisien
sebersar -0,613 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,884 lebih besar dari 0,05. Artinya dapat
disimpulkan bahwa H4 tidak berhasil didukung, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
profitabiltas tidak berpengaruh terhadap asumsi audit going concern. Persamaan koefisien
regresi logistik dari variabel profitabilitas sebesar -0,613 mempunyai arti bahwa, apabila terdapat
peningkatan profitabilitas, maka asumsi audit going concern cenderung menurun. Hasil
penelitian ini konsisten dengan penelitian Benny dan Dwiranda (2016) bahwa Profitabilitas
tidakberpengaruh terhadap asumsi audit going concern yang menyatakan auditor menerbitkan
asumsi audit going concern tidak hanya berpatokan pada profitabilitas perusahaan.
Pertumbuhan perusahaanberpengaruh terhadap asumsi audit going concern.
Variabel pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan pertumbuhan penjualan, yang
menunjukkan nilai koefisien sebersar 13,769 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,018 lebih
kecil dari 0,05. Artinya dapat disimpulkan bahwa H5 berhasil didukung, dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap asumsi audit going concern.
Persamaan koefisien regresi logistik dari variabel pertumbuhan penjualan sebesar 13,769
mempunyai arti bahwa, apabila terdapat peningkatan pertumbuhan perusahaan, maka asumsi
audit going concern cenderung meningkat. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian
Kartika (2012), yaitu perusahaan yang mempunyai pertumbuhan perusahaan yang tinggi
cenderung memiliki laba yang tinggi, sehingga potensi untuk mendapatkan asumsi audit going
16
concern akan lebih besar. Ini dimungkinkan karena terjadinya perubahan yang material dalam
penerapan prinsip akuntansi atau kurang konsistennya suatu perusahaan dalam menerapkan
prinsip akuntansi yang berlaku umum (PABU), seperti perubahan cost method, equity method
atau metode konsolidasian untuk anak perusahaan.
Setelah pengujian regresi logistik secara parsial telah dilakukan makan selanjutnya akan
dilakukan pengujian regresi logisttik secara simultan (bersama-sama). Pengujian dalam regresi
logistik ini disebut Omnibus Tests of Model Coefficient. Dalam pengujian ini, semua variabel
independen yaitu auditor change, ukuran KAP, kondisi keuangan dan profitabilitas diuji secara
bersama-sama. Omnibus Tests of Model Coefficient bertujuan untuk melihat apakah keempat
variabel independen tersebut secara bersama-sama berpengaruh terhadap opini audit going
concern. Hasil pengujian Omnibus Tests of Model Coefficient dapat dilihat pada tabel 4.7
Tabel 4.7
Hasil pengujian Regresi logistik Secara Simultan
Untuk pengujian secara simultan pada tabel 4.6 menunjukan bahwa nilai signifikansi
yang didapat sebesar 0,026. Nilai signifikansi 0,026 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
variabel auditor change, ukuran KAP, kondisi keuangan, profitabilitas dan pertumbuhan
penjualan berpengaruh secara simultan terhadap asumsi audit going concern.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan maka berikut adalah kesimpulan yang diberikan :
1. Hasil pengujian dengan menggunakan regresi logistik memberikan bukti empiris bahwa
variabel independen auditor change tidak berpengaruh terhadap asumsi audit going
concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012 - 2016.
2. Hasil pengujian dengan menggunakan regresi logistik memberikan bukti empiris bahwa
variabel independen ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap asumsi audit going
concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012 - 2016.
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1
Step 12,780 5 ,026
Block 12,780 5 ,026
Model 12,780 5 ,026
17
3. Hasil pengujian dengan menggunakan regresi logistik memberikan bukti empiris bahwa
variabel independen kondisi keuangan tidak berpengaruh terhadap asumsi audit going
concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012 - 2016.
4. Hasil pengujian dengan menggunakan regresi logistik memberikan bukti empiris bahwa
variabel independen profitabilitas tidak berpengaruh terhadap asumsi audit going
concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012 - 2016.
5. Hasil pengujian dengan menggunakan regresi logistik memberikan bukti empiris bahwa
variabel independen pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap asumsi audit
going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012 - 2016.
6. Hasil pengujian dengan menggunakan regresi logistik memberikan bukti empiris bahwa
variabel independen auditor change , ukuran KAP, kondisi keuangan, profitabilitas dan
pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap asumsi audit going concern pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012 - 2016.
Keterbatasan Penelitian dan Saran
1. Penelitian ini hanya menggunakan sampel perusahaan manufaktur. Dengan menggunakan
sampel lebih banyak, dimungkinkan ada hasil yang berbeda dengan hasil penelitian ini.
2. Penelitian ini hanya menggunakan periode lima tahun. Dengan menggunakan periode
yang lebih panjang dimungkinkan adanya hasil yang berbeda dengan hasil penelitian ini.
Saran
1. Memasukkan variabel tambahan seperti kualitas audit, opinion Shopping, DER atau
ukuran perusahaan.
2. Menggunakan proksi lain untuk kondisi keuangan, seperti The Altman Model, Revised
Altman Model atau The Springate model.
3. Jumlah tahun pengamatan lebih diperpanjang.
DAFTAR PUSTAKA
Benny dan Dwiranda. 2016. Kemampuan Opini Audit Tahun Sebelumnya Memoderasi Pengaruh
Profitabilitas, Leverage, Likuiditas pada “Opini Audit Going Concern”. Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana.
Foroghi, Daroush. 2012. Audit firm and Going Concern Reporting Accuracy. Interdisciplinary
journal of Contemporary Research in Busniness, Vol 3 No.9.
Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 23. Edisi 8.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Guiral, Andre´s Emiliano Ruiz, and Waymond Rodgers. 2011. To What Extent Are Auditors’
Attitudes toward the Evidence Influenced by the Self-Fulfilling Prophecy?.
AUDITING: A Journal of Practice & Theory: February 2011, Vol. 30, No. 1, pp. 173-
190.
18
Hudaib, Mohammad and Cooke T.E. 2005. The Impact of Managing Director Changes and
Financial Distress onAudit Qualification and Auditor Switching.Journal of Business
Finance & Accounting, vol. 32, issue 9-10, pages 1703-1739.
Institut Akuntan Publik Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta: Salemba
Empat.
Kartika, Andi. 2012. Pengaruh kondisi keuangan, kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya,
pertumbuhan perusahaan, opinion shopping terhadap penerimaan opini going
concernpada perusahaan manufaktur di BEI. Dinamika Akuntasi, Keuangan dan
Perbankan. Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012. Univerwsitas Stikubank. Semarang.
Liestiyowati. 2013. Pengertian Going Concern didalam standar auditing.
Martono dan Agus Harjito. 2010. Manajemen Keuangan (Edisi 3). Yogyakarta : Ekonisia.
Mulia, Theodora, Winda. 2014. Pengaruh Bias Self-Fulfilling Prophecy Terhadap Going Conern
Judgmen dan Inisiatif Perubahan Manajemen Sebagai Upaya Pengurangan Bias.
Program Doktor Ilmu-Ilmu Ekonomi Program Studi Akuntansi. Universitas Gajah
Mada. Jogjakarta.
Rahman, Abdul dan Baldric Siregar. 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan
penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
Santosa dan Wedari. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kecenderungan
Penerimaan Opini Audit Going Concern. JAAI Volume 11 No. 2. 2007. Semarang
Setiadamayanthi, Ni Luh Ayu dan Wirakusuma. 2016. Pengaruh Auditor Switching dan
Financial Distress pada Opini Audit Going Concern.E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana Vol.15.3. 2016.
Setyarno, Eko Budi et, al. 2006. Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini
Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan terhadap Opini Audit Going
Concern. Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang.
Siska, Nanda. 2015. Pengaruh Audit Tenur, Disclousere, Ukuran KAP, Debt Default, Opinion
Shopping, dan Kondisi Keuangan Terhadap Penerimaan Opini Going Concern (Pada
Perusahaan yang Terdaftar pada Index Syariah BEI). Jurnal Ekonomi, Manajemen dan
Akuntansi I Volume 24 No. 1. 2015.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif dan R& D.
Bandung : ALFABETA.
Supartini. 2016. Analisis Pengaruh Auditor Changes, Ukuran KAP, Kondisi Keuangan dan Rasio
Keuangan Perusahaan terhadap Asumsi Audit Going Concern. Skripsi. Universitas Dian
Nuswantoro.
Zmijeski, M, 1984. Methodological Issues related to the Estimation of Financial Distress
Prediction Models. Journal of Accounting Research. Supplement. 59-82.