analisis penerapan sistem informasi direktorat …repository.ub.ac.id/8553/1/ivan mochammad...
TRANSCRIPT
ANALISIS PENERAPAN SISTEM INFORMASI
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK (SIDJP)
SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN
KINERJA PEGAWAI
(Studi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bekasi Barat)
SKRIPSI
Diajukan untuk menempuh ujian sarjana
Pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
IVAN MOCHAMMAD FADILLAH
NIM. 135030401111010
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS
PROGRAM STUDI PERPAJAKAN
MALANG
2017
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI
Tanda Pengesahan Skripsi
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
RINGKASAN
Ivan Mochammad Fadillah, 2017, Analisis Penerapan Sistem Informasi Direktorat Jenderal
Pajak (SIDJP) Sebagai Upaya Meningkatkan Kinerja Pegawai (Studi Pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Bekasi Barat), Latifah Hanum, SE, MSA, Ak, 164 Halaman
Tahun ke tahun Direktorat Jendral Pajak (DJP) terbilang sering melakukan reformasi
perpajakan. Reformasi Perpajkan yang dilakukan salah satunya adalah dengan perbaikan sistem
informasi dalam administrasi perpajakan dengan menggunakan sistem teknologi informasi. Sistem
teknologi informasi yang terdapat di Direktorat Jenderal Pajak (DJP) adalah Sistem Informasi
Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP). Sistem teknologi informasi mengalami perkembangan
dikarenakan adanya reformasi perpajakan melalui sistem admnistrasi perpajakan (SAP). Sistem
administrasi perpajakan dapat diterapkan melalui kemajuan teknologi terbaru sistem administrasi
perpajakan yaitu melalui pengembangan aplikasi Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak
(SIDJP) untuk menggantikan aplikasi sebelumnya yang diharapkan mempermudah pekerjaan
pegawai pajak sehingga memberikan dampak positif terhadap kinerja pegawai pajak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis penerapan Sistem Informasi
Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bekasi Barat, serta
bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis kinerja pegawai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Bekasi Barat dalam menerapkan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP).
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian
kualitatif dengan pendekatan deskriptf. Sumber data yang digunakan yaitu data primer berupa data
hasil wawancara dan data sekunder berupa data pegawai di Kantor Pelayanan Pajak berdasarkan
usia dan pendidikan terakhir.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa penerapan SIDJP di KPP Pratama Bekasi Barat
telah sesuai dengan teori EUCS dimana telah mencakup 5 komponen sehingga dapat
meningkatkan kinerja pegawai KPP Pratama Bekasi Barat. Namun, di lapangan masih terdapat
kendala dalam hal kecepatan akses yang tekadang offline dan mengalami penurunan dikarenakan
terhubung dengan satu server pusat yang sama sehingga perlu adanya upaya perbaikan terhadap
penerapan SIDJP di KPP Pratama Bekasi Barat
Kata Kunci : Analisis, Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak, SIDJP, Kinerja, Penerapan
SIDJP.
SUMMARY
Ivan Mochammad Fadillah, 2017, the analysis of the application of the tax Directorate
General Information System (SIDJP) in an effort to improve the performance of Employees (Study
on Tax Service Office Pratama Bekasi Barat), Latifah Hanum, SE, MSA, Ak, 164 Page
Year after year the Directorate General of taxes (DJP) is often doing tax reform. Perpajkan
reform is done with improvements in the administration of taxation information system using
information technology systems. Information technology system in the Directorate General of
taxes (DJP) is the tax Directorate General information systems (SIDJP). Information technology
system is experiencing the development of due tax reform through tax admnistrasi system (SAP).
Administrative system of taxation can be applied through the latest technological advances the
administration system of taxation that is through the development of the application of the tax
Directorate General information systems (SIDJP) to replace the previous application expected to
facilitate the work of the officials of the tax so that it gives a positive impact on performance of
tax officers.
This research aims to know the as well as the analyzing the application of the tax
Directorate General Information Systems (SIDJP) in Tax Services Office Pratama Bekasi Barat.
Mext Goals is to find out and analyze the performance of employees in the Tax Services Office
Pratama Bekasi Bara in applying the tax Directorate General information systems (SIDJP).
The type of research used in this study using this type of qualitative research with the
deskript approach i f. the source data used the primary data in the form of data that is the result of
the interviews of several employees in the Tax Services Office Pratama Bekasi Barat was directly
responsible for the implementation of the SIDJP along with the performance of the employees. In
addition, secondary data as supporting data in the form of employee data in Tax Services Office
Pratama Bekasi Barat based on age and education the last as well as other data that supports the .
Data analysis methods used by researchers is an interactive model of the Miles and Huberman.
The results of this research show that the application of SIDJP in the KPP Pratama Bekasi
West were in accordance with the theory of EUCS which include 5 components so that it can
improve the performance of the employees of the KPP Pratama Bekasi West. However, in the field
there are still constraints in terms of access speed that is sometimes offline and decline due to
connect with one of the same central server so the need for reparation against the application of
SIDJP in the Tax Services Office Pratama Bekasi Barat
Keywords : Analysis, The Tax Directorate General Information Systems, Performance, SIDJP,
Application Of SIDJP
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayahnya, sehingga
peneliti dapat menyelsaikan skripsi yang berjudul, “Analisis Penerapan Sistem Informasi
Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) Sebagai Upaya Meningkatkan Kinerja Pegawai (Studi
Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bekasi Barat)”.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus ditempuh sebagai syarat menyelesaikan program
Sarjana (S1) dan untuk memperoleh gelar Sarjana Perpajakan (S.Pn) di Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya.
Peneliti sangat menyadari bahwa penyususnan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya
bantuan, dukungan maupun dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya;
2. Bapak Dr. Mochammad Al Musadieq, MBA. selaku Ketua Jurusan Administrasi Bisnis
Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya;
3. Bapak Dr. Kadarisman Hidayat, M.Si. selaku Ketua Program studi Perpajakan Fakultas
Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya;
4. Ibu Latifah Hanum, SE, MSA, Ak selaku dosen pembimbing yang telah bersedia
memberikan waktu, arahan, bimbingan, ilmu, dan dukungan dalam terlaksananya skripsi
ini hingga selelsai;
5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya yang telah mendidik dan
memberikan ilmu kepada seluruh mahasiswa Perpajakan termasuk Peneliti;
6. Seluruh pegawai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bekasi Barat khususnya bapak
Johan Elvian selaku Kepala Seksi Penagihan, Ibu Amelia Fazarianti selaku Kepala Seksi
Pelayanan, serta Bapak Tulus Suparto selaku Kepala Seksi PDI di KPP Pratama Bekasi
Barat yang membantu dan memberikan ilmu dan arahan dalam pengerjaan skripsi ini;
7. Orangtua maupun keluarga tercinta yang senantiasa memberikan dukungan moral maupun
material, motivasi, serta doa dan perhatian yang tak pernah berhenti diberikan demi
kesuksesan peneliti;
8. Fahriza Maulida yang selalu memberi dukungan, arahan, semangat, motivasi, serta
kesabaran yang diberikan kepada peneliti;
9. Deny, Videa, Amel, Vega, Randeka, Reza, Fajrin, Olan, Boby, Julio, Henokh, Janis yang
telah setia untuk susah, sedih, senang, bahagia, menangis. Terimakasih atas kesabaran dan
kalian telah menjadi keluarga kedua selama di perantauan;
Demi kesmpurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan.
Semoga karya skripsi ini dapat memberikan manfaat dan memberikan sumbangsih kepada dunia
pendidikan dan bagi pihak yang membutuhkan.
Malang, Oktober 2017
Peneliti
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ........ Error! Bookmark not defined.
TANDA PERSETUJUAN SKRIPSI ..................... Error! Bookmark not defined.
Tanda Pengesahan Skripsi ..................................... Error! Bookmark not defined.
RINGKASAN ........................................................ Error! Bookmark not defined.
SUMMARY ........................................................... Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................ Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ........................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI .......................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR TABEL .................................................. Error! Bookmark not defined.
DAFTAR GAMBAR ............................................. Error! Bookmark not defined.
DAFTAR LAMPIRAN .......................................... Error! Bookmark not defined.
BAB I ..................................................................... Error! Bookmark not defined.
PENDAHULUAN ................................................. Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang ............................................ Error! Bookmark not defined.
B. Rumusan Masalah ....................................... Error! Bookmark not defined.
C. Tujuan Penelitian ........................................ Error! Bookmark not defined.
D. Kontribusi Penelitian .................................. Error! Bookmark not defined.
E. Sistematika Penulisan ................................. Error! Bookmark not defined.
BAB II .................................................................... Error! Bookmark not defined.
TINJAUAN PUSTAKA ........................................ Error! Bookmark not defined.
A. Tinjauan Teoritis ......................................... Error! Bookmark not defined.
1. Reformasi dan Modernisasi Administrasi PerpajakanError! Bookmark not defined.
2. Konsep Dasar Sistem .............................. Error! Bookmark not defined.
3. Konsep Dasar Informasi .......................... Error! Bookmark not defined.
4. Konsep Dasar Sistem Informasi .............. Error! Bookmark not defined.
5. Teknologi Informasi ................................ Error! Bookmark not defined.
6. Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP)Error! Bookmark not defined.
7. Kinerja ..................................................... Error! Bookmark not defined.
B. Tinjauan Empiris ......................................... Error! Bookmark not defined.
C. Kerangka Pemikiran.................................... Error! Bookmark not defined.
BAB III .................................................................. Error! Bookmark not defined.
METODE PENELITIAN....................................... Error! Bookmark not defined.
A. Jenis Penelitian............................................ Error! Bookmark not defined.
B. Fokus Penelitian .......................................... Error! Bookmark not defined.
C. Lokasi dan Situs Penelitian ......................... Error! Bookmark not defined.
D. Sumber Data................................................ Error! Bookmark not defined.
E. Teknik Pengumpulan Data .......................... Error! Bookmark not defined.
F. Instrumen Penelitian ................................... Error! Bookmark not defined.
G. Analisis Data ............................................... Error! Bookmark not defined.
BAB IV .................................................................. Error! Bookmark not defined.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..... Error! Bookmark not defined.
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........... Error! Bookmark not defined.
B. Penyajian Data ............................................ Error! Bookmark not defined.
BAB V ................................................................... Error! Bookmark not defined.
PENUTUP.............................................................. Error! Bookmark not defined.
A. Kesimpulan ................................................. Error! Bookmark not defined.
B. Saran ........................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ............................................ Error! Bookmark not defined.
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
Tabel 1. Komposisi Pegawai Berdasarkan Usia ..................................................... 4
Tabel 2. Komposisi Pegawai Berdasarkan Pendidikan Terakhir ............................ 5
Tabel 3. Persamaan dan Perbedaan ....................................................................... 32
Tabel 4. Daftar Data Narasumber ......................................................................... 40
Tabel 5. Penempatan SIDJP dan Jumlah Komputer ............................................. 60
Tabel 6. Kualitas SIDJP dengan SIPMOD ........................................................... 64
Tabel 7. Komponen Kualitas Sistem Informasi .................................................... 68
Tabel 8. Komposisi Pegawai Berdasarkan Pendidikan Terakhir .......................... 80
Tabel 9. Komposisi Pegawai Berdasarkan Usia .................................................... 81
Tabel 10. Komponen Kinerja Pegawai ................................................................. 85
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
Gambar 1. Model-Model Kualitas Informasi........................................................ 17
Gambar 2. Technology Acceptance Model (TAM) ............................................... 29
Gambar 3. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 34
Gambar 4. Analisis Data Kualitatif ....................................................................... 46
Gambar 5. Struktur Organisasi KPP Pratama Bekasi Barat ................................. 52
Gambar 6. Proses Kerja SIDJP Bagian TPT ......................................................... 70
Gambar 7. Proses Kerja SIDJP Bagian Pemeriksaan ........................................... 71
Gambar 8. Proses Permohonan Wajib Pajak Bagian Waskon .............................. 72
Gambar 9. Proses Pengawasan Wajib Pajak Bagian Waskon ............................... 73
Gambar 10. Proses Input Data dan Mencetak Permohonan Wajib Pajak Bagian Waskon 75
Gambar 11. Pencetakan SKPKPP dan SPMKP Bagian Pelayanan ....................... 76
Gambar 12. Pencetakan Pemindahbukuan Bagian Pelayanan ............................... 76
Gambar 13. Proses Kerja SIDJP di Bagian Penagihan .......................................... 77
Gambar 14. Proses Penambahan atau Penghapusan Wajib Pajak AR yang Bersangkutan di
Bagian PDI ............................................................................................................. 78
Gambar 15. Proses Perekaman SPT Masa dan Tahunan di Bagian PDI ............... 79
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Direktorat Jenderal Pajak (disingkat DJP) adalah salah satu direktorat jenderal
di bawah Kementerian Keuangan Indonesia yang mempunyai tugas merumuskan
serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang perpajakan. Tahun
ke tahun Direktorat Jendral Pajak (DJP) terbilang sering melakukan reformasi
perpajakan. Hal tersebut dilakukan agar setiap tahunnya terjadi peningkatan dalam
hal kinerja maupun penerimaan serta menghindari terjadinya Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme (KKN). Direktorat Jenderal Pajak (DJP) melakukan reformasi
perpajakan tidak hanya berfokus dalam hal mereformasi Undang-Undang
perpajakan, perbaikan struktur organisasi, penyederhanaan sistem operasi,
pengadaan sarana dan prasarana yang menunjang upaya modernisasi administrasi
perpajakan tetapi juga dapat memperbaiki dan meningkatkan sistem informasi
dalam administrasi perpajakan dengan menggunakan sistem teknologi informasi.
Sistem teknologi informasi telah digunakan oleh semua jenis organisasi baik
organisasi pemerintah maupun organisasi swasta guna mengatur kegiatan
operasional dari organisasi tersebut. Organisasi pemerintah seperti Direktorat
Jendral Pajak (DJP) juga menggunakan sistem yang di dalamnya terdapat aplikasi
(software) yang menghubungkan semua sistem administrasi perpajakan dari kantor
pusat Direktorat Jendral Pajak (DJP), Kantor Wilayah (Kanwil) dan Kantor
Pelayanan Pajak (KPP). Sistem teknologi informasi yang digunakan oleh Drektorat
Jenderal Pajak saat ini salah satunya yaitu Sistem Informasi Direktorat Jenderal
2
Pajak (SIDJP). Sistem teknologi tersebut dibuat pada awalnya dikarenakan adanya
reformasi atau modernisasi dari sistem administrasi perpajakan agar kegiatan
perpajakan dapat dilaksanakan dengan transparan serta dapat membuka transaksi-
transaksi dalam stem perpajakan dengan trasnparan pula.
Pemerintah Direktorat Jenderal Pajak setiap tahun berusaha memperbaiki
sistem administrasi perpajakan dengan cara diwujudkanya modernisasi perpajakan.
Sistem Administrasi Perpajakan diterapkan guna membentuk paratur (Pegawai)
yang bersih, professional dan bertanggung jawab, serta dapat menciptakan birokrasi
yang efektif dan efesien. Sistem administrasi perpajakan dapat diterapkan melalui
program dan kegiatan reformasi administrasi perpajakan serta dapat diwujudkan
dalam struktur organisasi berdasarkan fungsi, perbaikan pelayanan bagi setiap
wajib pajak melalui pembentukan account representative dan complaint center
untuk menampung saran serta keluhan wajib pajak. Sistem administrasi perpajakan
juga dapat diterapkan melalui kemajuan teknologi terbaru sistem administrasi
perpajakan yaitu melalui pengembangan aplikasi Sistem Informasi Direktorat
Jenderal Pajak (SIDJP) untuk menggantikan aplikasi sebelumnya.
Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) mengalami perkembangan
yang dahulu merupakan Sistem Administrasi Perpajakan Terpadu (SAPT) dan
Sistem Informasi Perpajakan (SIP). Seiring berjalannya modernisasi perpajakan,
sistem yang digunakan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mengalami perubahan
menjadi SIDJP. Pengembangan Sistem Informasi yang digunakan oleh Direktorat
Jendral Pajak (DJP) dimulai awal tahun 1990, yaitu dengan penerapan New
3
Payment Control System (NPCS) yang berfungsi untuk mengawasi dan
mengevaluasi pembayaran pajak.
Pada tahun 1994 mulai diterbitkan Sistem Informasi Perpajakan (SIP) untuk
menggantikan NPCS. Sistem tersebut berfungsi sebagai sarana untuk mengawasi
penyampaian surat pemberitahuan (SPT) dan mengevaluasi pembayaran pajak,
serta sistem tersebut juga dapat berperan sebagai sarana untuk mendukung
pengambilan keputusan. Pada tahun 2002 berganti menjadi Sistem Administrasi
Perpajakan Terpadu (SAPT) dan kemudian secara bertahap melalui kedua sistem
tersebut pada tahun 2004 berganti menjadi Sistem Informasi Direktorat Jenderal
Pajak (SIDJP).
Tujuan utama SIDJP ini adalah diharapkan dapat mengumpulkan informasi
berupa profil wajib pajak agar mendapatkan data wajib pajak yang akurat. Berbagai
pihak khususnya pegawai pajak dapat berpartisipasi dalam melakukan monitoring
terhadap data wajib pajak. Penerapan aplikasi SIDJP memiliki konsep dasar dengan
adanya suatu pengolahan berbagai data transaksi masukan Wajib Pajak berupa
pendaftaran, pelaporan serta pembayaran pajak yang sifatnya terintegrasi dengan
menggunakan sistem administrasi perpajakan dan database Kantor Pelayanan
Pajak yang terdapat di dalam aplikasi SIDJP (Rahadian, 2014).
Sejalan dengan perkembangan sistem informasi pemanfaatan aplikasi, Sistem
Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) tidak terlepas dari masalah. Beberapa
masalah dalam penerapan SIDJP di KPP Pratama Bekasi Barat antara lain sistem
informasi yang kurang terintegrasi, pengembangan Information System hanya fokus
untuk menggantikan SIP, terdapat masalah migrasi data dari SIP/SIPMod ke SIDJP,
4
inefisiensi pemrosesan data dan data yang sama disimpan lebih dari 1x (data
redundancy), transfer pengetahuan (transfer of knowledge) dan sumber kode
(source code) SIDJP tidak dilakukan dengan baik oleh pengembang serta tidak ada
penegasan, SOP (Standartd Operating Procedure) atau peraturan yang kuat
mengenai SIDJP. Masalah tersebut salah satunya dapat mengakibatkan data fisik
dengan data yang berada dalam sistem menjadi tidak sama atau mengalami
perbedaan.
Menurut Davis (1986) yang dikutip dalam Rahadian (2014) bahwa dalam teori
TAM (Technology Acceptance Model) dijelaskan bahwa persepsi pengguna akan
menentukan sikapnya dalam kemanfaatan pengguna Teknologi Informasi. Pada
teori TAM (Technology Acceptance Model) digambarkan bahwa penerimaan
pengguna Teknologi Informasi dipengaruhi oleh kemanfaatan (usefulness) dan
kemudahan penggunaan (easy of use). Kemanfaatan dan kemudahan pengguna
mempunyai pengaruh ke minat perilaku yang menggunakan Teknologi Informasi.
Pemakai sistem informasi akan mempunyai minat untuk menggunakan sistem
informasi (minat perilaku) jika merasa sistem informasi bermanfaat dan mudah
digunakan.
Pemakai sistem informasi akan lebih banyak memanfaatkan sistem jika sistem
informasi tersebut mudah untuk digunakan. Apabila sistem informasi tidak mudah
digunakan oleh pemakai akan lebih sedikit dalam memanfaatkan sistem informasi
tersebut. Davis (1989) juga menyatakan bahwa penggunaan sistem akan
meningkatkan kinerja dan juga menemukan hubungan kuat antara penggunaan
komputer dengan tugas secara pasti.
5
Menurut Alter dalam Kadir (2009:7) sistem informasi adalah kombinasi antara
prosedur kerja, informasi, orang dan teknologi informasi yang diorganisasikan
untuk mencapai tujuan dalam sebuah organisasi. Sedangkan menurut O’brian
dalam Yakub (2012:16) sistem informasi merupakan kombinasi teratur dari orang-
orang, perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), jaringan
komunikasi dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah dan
menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi. Menurut pendapat beberapa ahli
di atas dapat disimpulkan pengertian sistem informasi adalah suatu komponen yang
terdiri dari manusia, teknologi informasi dan kinerja dalam suatu organisasi atau
instansi guna mengumpulkan dan menyebarkan informasi untuk mencapai tujuan
sebuah organisasi atau instansi.
Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) memudahkan pegawai
pajak untuk melaksanakan tugasnya serta meningkatkan kinerja pegawai. Menurut
pegawai KPP Pratama Bekasi Barat, apabila SIDJP memiliki kecocokan terhadap
tugas yang diberikan dan dapat dimanfaatkan secara tepat, maka SIDJP tersebut
dapat memberikan dampak yang positif terhadap kinerja pegawai. Dampak kinerja
pegawai dalam penelitian ini berhubungan dengan pencapaian serangkaian tugas-
tugas pewagai pajak. Kinerja yang semakin tinggi melibatkan kombinasi dari
peningkatan efesiensi, peningkatan efektifitas dan peningkatan kualitas, sehingga
dapat meningkatkan kinerja pegawai ke tingkat yang lebih tinggi agar aktifitas kerja
dapat dianalisis.
Yuli (2005:86) menyatakan bahwa penilaian kinerja adalah proses penilaian
prestasi kerja pegawai yang dilakukan oleh organisasi terhadap pegawainya secara
6
sistematik dan formal berdasarkan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya. Hal ini
seorang pemimpin harus melakukan pertimbangan mengenai hasil kerja para
pegawainya. Pertimbangan tersebut nantinya dipergunakan sebagai bahan untuk
menetapkan gaji, pensiun dan perencanaan pengembangan karir. Adapun dampak
utama dari penilaian kinerja tersebut adalah untuk memberikan motivasi terhadap
pegawai yang dinilai. Terdapat berbagai teori mengenai indikator kinerja pegawai,
salah satunya menurut Fadel (2009:195) mengemukakan beberapa indikator yang
digunakan untuk mengukur kinerja pegawai diantaranya pemahaman terhadap
tupoksi, inovasi, kecepatan kerja, keakuratan kerja dan kerja sama antar pegawai.
Sebagai upaya dalam meningkatkan kinerja pegawai tersebut, pemerintah
khususnya DJP yang membawahi KPP Pratama Bekasi Barat terus melakukan
pengembangan sistem informasi melalui SIDJP.
Saat ini Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bekasi Barat bekerja sama
dengan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dalam hal menanamkan investasi yang
cukup besar di bidang teknologi informasi khususnya Sistem Informasi Direktorat
Jenderal Pajak (SIDJP). Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bekasi Barat
melakukan investasi tersebut agar pegawai atau karyawan dapat menggunakan
teknologi tersebut sehingga lebih produktif dalam hal efisiensi, meningkatkan
kinerja dan juga menemukan suatu hubungan antara pegawai selaku pengguna
teknologi informasi dengan tugas yang diberikan. Pengguna teknologi informasi
dalam organisasi memberikan kontribusi terhadap kinerja individual anggota
organisasi. Pemahaman atas susunan organisasi sangat dibutuhkan dalam
membangun sebuah sistem informasi. Susunan organisasi yang tepat dapat
7
diimplementasikan dengan cara penempatan pegawai sesuai dengan bidang dan
keahliannya, selain itu penetapan peran serta hubungan antar pegawai akan
membuat organisasi menjadi efektif.
Berdasarkan pemaparan diatas, penelitian ini bertujuan agar peneliti
mengetahui dan menganalisis penerapan aplikasi Sistem Informasi Direktorat
Jenderal Pajak (SIDJP) yang sedang berjalan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Bekasi Barat guna meningkatkan kinerja pegawai. Berdasarkan latar
belakang di atas maka peneliti akan melakukan sebuah penelitian dengan judul
“Analisis Penerapan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP)
Sebagai Upaya Meningkatkan Kinerja Pegawai (Studi Pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Bekasi Barat.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP)
di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bekasi Barat?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dilakukan penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis penerapan Sistem Informasi Direktorat
Jenderal Pajak (SIDJP) di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bekasi
Barat.
8
D. Kontribusi Penelitian
Kontribusi penelitian yang dapat diberikan baik kontribusi secara teoritis
maupun secara praktis, sebagai berikut:
1. Kontribusi Teoritis
a. Dapat menambah bukti Empiris terkait penerapan Sistem Informasi
Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) sebagai upaya meningkatkan kinerja
pegawai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bekasi Barat.
b. Dapat dijadikan sumber informasi dan referensi untuk melakukan
penelitian dengan topik-topik yang berkaitan dengan teknologi sistem
informasi dan peningkatan kinerja pegawai di instansi atau perusahaan.
2. Kontribusi Praktis
Memberikan nilai tambah bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bekasi
Barat dalam mengukur keberhasilan dari penerapan Sistem Informasi
Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) sehingga dapat meningkatkan kinerja
pegawai. Selain itu, dapat memberikan nilai tambah bagi pegawai di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Bekasi Barat dalam upaya memperbaiki
kinerjanya dan meningkatkan produktivitasnya.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika pembahasan inimerupakan gambaran umum mengenai isi dari
penelitian secara keseluruhan. Adapun sistematika pembahasan tersebut adalah:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini terbagi menjadi beberapa sub-bab yang terdiri dari latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan
9
kontribusi penelitian, serta sistematika pembahasan dalam skripsi
ini.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Membahas tentang teori-teori yang melandasi penelitian ini dan
menjadi dasar acuan teori yang digunakan dalam analisis pada
penelitian ini. Adapun teori-teori yang dimaksud akan berkaitan
dengan masalah penelitian.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan mengenai metode penelitian, yang terdiri dari
jenis penelitian, fokus peneltian, pemilihan lokasi dan situs
penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, instrument
penelitian, analisis data yang digunakan oleh peneliti.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab hasil penelitian dan pembahasan berisi deskripsi objek
penelitian, analisis dan pembahasannya sehingga dapat diketahui
hasil penelitian.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bagian akhir dalam penulisan skripsi yang
berisi kesimpulan yang menggambarkan hasil dari masalah yang
diteliti dan cara penyelesaiannya dan dikemukakan beberapa saran
sebagai salah satu solusi untuk pertimbangan bagi perusahaan
dalam pengambilan keputusan yang dibuat
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
Tinjauan teoritis dibutuhkan oleh penelitian untuk menegaskan landasan teori
yang dipilih dalam penelitian. Tinjauan teoritis di dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Reformasi dan Modernisasi Administrasi Perpajakan
Menurut Nasucha (2004) dalam Rahayu, Sri dan Ita (2009:123), reformasi
administrasi perpajakan adalah penyempurnaan atau perbaikan kinerja
administrasi,baik secara individu, kelompok, maupun kelembagaan agar lebih
efisien, ekonomis, dan cepat. Sasaran penerapan sistem admnistrasi pajak modern
menurut Pandiangan (2008:9) adalah maksimalisasi penerimaan pajak, kualitas
pelayanan yang mendukung kepatuhan wajib pajak, memberikan jaminan kepada
publik bahwa Direktorat Jenderal Pajak mempunyai tingkat integritas dan keadilan
yang tinggi, menjaga rasa keadilan dan persamaan perlakuan dalam proses
pemungutan pajak, pegawai pajak dianggap sebagai karyawan yang bermotivasi
tinggi, kompeten, dan professional dalam melakukan pekerjaan, peningkatan
produktivitas yang berkesinambungan, wajib pajak mempunyai alat dan mekanisme
untuk mengakses informasi yang diperlukan, dan optimalisasi pencegahan
terjadinya penggelapan pajak. Nasucha (2004) dalam Rahayu (2009:124)
mengemukakan bahwa terdapat empat dimensi reformasi administrasi perpajakan
yaitu struktur organisasi, prosedur organisasi, strategi organisasi dan budaya organisasi.
Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa reformasi administrasi perpajakan adalah
suatu perubahan atau penyempurnaan dalam administrasi baik secara individu atau kelompok
sehingga hal tersebut dapat menjadikan penerimaan pajak dan kualitas pelayanan yang lebih
efektif.
Adapun tujuan modernisasi perpajakan adalah untuk menjawab latar belakang dilakukannya
modernisasi perpajakan menurut Rahayu, Sri dan Ita (2009:125), yaitu:
a. Tercapainya tingkat kepatuhan pajak (tax compliance) yang tinggi.
b. Tercapainya tingkat kepercayaan (trust) terhadap administrasi perpajakan yang tinggi.
c. Tercapainya tingkat produktivitas pegawai pajak yang tinggi.
2. Konsep Dasar Sistem
a. Pengertian Sistem
Sistem adalah sekelompok komponen yang saling berhubungan, bekerja bersama untuk
mencapai tujuan bersama dengan menerima input serta menghasilkan output dalam proses
transformasi yang teratur (O’Brien, 2010). Sistem menurut Sutarman (2009:5) menyatakan bahwa
sistem adalah kumpulan elemen yang saling berkaitan dalam suatu kesatuan untuk menjalankan
suatu proses pencapaian suatu tujuan utama. Sementara itu, menurut Fitrianasari (2004:2)
menyatakan bahwa sistem adalah rangkaian dari dua atau lebih komponen-komponen yang saling
berhubungan, yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Sistem hampir selalu terdiri dari
subsistem kecil, yang masing-masing melakukan fungsi khusus yang penting untuk mendukung
sistem yang lebih besar.
Berdasarkan beberapa definisi sistem diatas dapat disimpulkan bahwa sistem adalah
komponen-komponen yang saling berkaitan dan berinteraksi membentuk kesatuan sehingga tujuan
dari sistem dapat tercapai.
b. Karakteristik Sistem
Menurut Jogianto (2005:54) mengemukakan bahwa sistem mempunyai karakteristik atau
sifat-sifat tertentu, yaitu:
1) Komponen Sistem
Komponen suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berkaitan dan
bekerja sama membentuk satu kesatuan. Komponen-komponen sistem dapat berupa
subsistem atau bagian-bagian dari sistem. Setiap subsistem mempunyai sifat-sifat dari
sistem untuk menjalankan suatu fungsi tertentu yang mempengaruhi proses sistem
secara keseluruhan.
2) Batasan Sistem (Boundary)
Batasan sistem (boundary) merupakan pembatas antara suatu sistem dengan sistem
lainnya atau dengan lingkungan luar. Batasan suatu sistem menunjukan ruang lingkup
dari sistem tersebut.
3) Lingkungan Luar Sistem (Evinronment)
Lingkungan luar sistem (evinronment) dari suatu sistem adalah apapun diluat batas
sistem yang mempengaruhi operasi. Lingkungan luar sistem dapat bersifat
menguntungkan bagi dana serta bersifat menguntungkan bagi sistem tersebut.
Lingkungan luar yang menguntungkan berupa energi dari sistem dan harus dijaga serta
dipelihara, sedangkan lingkungan luar yang merugikan harus ditahan dan dikendalikan
agar tidak mengganggu kelangsungan hidup dari sistem.
4) Penghubung Sistem (Interfance)
Penghubung sistem (interfance) merupakan media penghubung antara satu subsistem
dengan subsistem lainnya. Penghubung ini memungkinkan sumber-sumber daya
mengalir dari satu subsistem ke subsistem lainnua. Subsistem dapat terhubung dan
berintegrasi dengan subsistem yang lainnya serta membentuk satu kesatuan.
3. Konsep Dasar Informasi
a. Pengertian Informasi
Informasi tidak lepas kaitannya dengan data, informasi merupakan data yang telah diolah
menjadi bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil keputusan.
Informasi merupakan data yang sudah diolah, dibentuk dan dimanipulasi sesuai dengan keperluan
tertentu atau hasil dari pengolahan data yang secara prinsip memiliki nilai yang lebih dibandingkan
data mentah (Sutabri 2005:9). Pengertian informasi menurut Faisal (2008:27) manyatakan bahwa
informasi merupakan data yang telah diolah dan siap digunakan oleh pengambilan keputusan,
informasi merupakan produk akhir dari suatu sistem. Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli
dapat ditarik kesimpulan informasi adalah data hasil sebuah sistem yang telah diolah, dibentuk
atau dimanipulasi untuk digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan.
b. Kualitas Informasi
Kualitas informasi merujuk pada informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi.
Informasi yang disajikan dalam bentuk laporan dapat digunakan sebagai dasar pembuatan
keputusan. Oleh karena itu informasi tersebut dapat menyajikan informasi yang relavan, akurat
dan tepat waktu (DeLone dan McLean, 2003 dalam Fitrianasari). Berdasarkan pendapat tersebut,
kualitas informasi sebagai berikut :
1) Relavan
Informasi yang relavan jika informasi dapat mengurangi ketidakpastian, memperbaiki
kemampuan pengambilan keputusan untuk membuat prediksi, menginformasikan,
atau memperbaiki ekspetasi sebelumnya.
2) Andal
Informasi itu andal jika bebas dari kesalahan atau penyimpangan, dan secara akurat
mewakili kejadian atau aktivitas di organisasi.
3) Lengkap
Informasi yang lenkap jika tidak meninggalkan aspek-aspek penting dari kejadian yang
merupakan dasar masalah atau aktivitas-aktivitas yang diukurnya.
4) Tepat Waktu
Informasi itu tepat jika diberikan pada saat yang tepat untuk memungkinkan
pengambilan keputusan dan penerimaannya tidak terlambat.
5) Dapat dipahami
Informasi dapat dipahami jika disajikan dalam bentuk yang jelas
6) Dapat diverifikasi
Informasi dapat diverifikasi jika dua orang dengan pengetahuan yang baik, bekerja
secara independen dan masing-masing akan menghasilkan informasi yang sama.
4. Konsep Dasar Sistem Informasi
a. Pengertian Sistem Informasi
Pengertian dari sistem dan informasi yang telah diuraikan diatas, maka pengertian sistem
informasi adalah suatu media pengolahan data yang bekerja secara terstruktur mengordinasikan
berbagai sumber daya untuk menghasilkan informasi yang diperlukan oleh pemakainya terutama
bagi manajemen dalam mengambil keputusan. Menurut O’Brien (2005) sistem informasi adalah
suatu kombinasi antara orang, hardware, software, computer network dan database yang
mengumpulkan, mengubah serta menyebarkan informasi di dalam suatu bentuk organisasi.
b. Komponen-komponen Sistem Informasi
Menurut McLeod (2007:10) menyatakan bahwa komponen-komponen sistem informasi
terdiri dari berbagai komponen diantaranya:
1) Hardware
Hardware merupakan peralatan fisik dari yang dapat digunakan untuk mengumpulkan,
memasukan, memproses, menyimpan dan mengeluarkan hasil pengolahan data dalam
bentuk informasi.
2) Software
Software adalah kumpulan dari program-program yang digunakan untuk menjalankan
aplikasi tertentu pada komputer. Software dikelompokkan menjadi dua kelompok
berdasarkan fungsinya yaitu perangkat lunak sistem (system software) dan perangkat
lunak aplikasi (application software). Perangkat lunak sistem merupakan kumpulan dari
perangkat lunak yang digunakan untuk mengendalikan sistem komputer yang meliputi
sistem operasi (operating system), interprenter dan compiller.
3) Brainware
Brainware merupakan sumber daya yang terlibat dalam pembuatan sistem informasi.
Pengumpulan dan pengolahan data dapat diolah pada komponen brainware.
Pendistribusian dan pemanfaatan informasi yang dikumpulkan dapat diperoleh dari
sistem informasi tersebut.
5. Teknologi Informasi
a. Pengertian Teknologi Informasi
Teknologi Informasi merupakan gabungan perangkat keras, perangkat lunak, jaringan
komunikasi dan manajemen data (Faisal, 2008:48). Menurut McLeod (2007:71) mendefinisikan
Teknologi informasi adalah salah satu alat yang digunakan para manajer untuk mengatasi
perubahan yang terjadi. Dalam hal ini perubahan yang dimaksud adalah perubahan informasi yang
sudah diproses dan dilakukan penyimpanan sebelumnya di dalam komputer. Dari beberapa
pendapat ahli mengenai Teknologi Informasi, maka dapat disimpulkan bahwa Teknologi
Informasi adalah suatu gabungan dari teknologi komputer dan komunikasi yang berbentuk sistem
dari perangkat lunak dan perangkat keras yang digunakan untuk mengolah, memproses dan
mendapatkan data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas dan
relevan.
b. Fungsi Teknologi Informasi
Menurut Murhada (2011:2) terdapat empat fungsi dari teknologi informasi yaitu sebagai
berikut:
1) Capture
Proses penyusunan (record activity) yang terperinci.
2) Processing
Mengubah, menganalisis, menghitung, dan mengumpulkan semua data atau informasi.
3) Generation
Proses yang mengorganisis informasi ke dalam bentuk yang bermanfaat.
4) Storage dan Retrieval
Storage adalah proses penyimpanan data atau informasi, retrieval adalah proses
penempatan salinan data untuk pengolahan lebih lanjut.
6. Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP)
Pengertian Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) menurut peraturan
Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-160/PJ/2006 tanggal 6 November 2006 adalah sistem
informasi dalam administrasi perpajakan di lingkungan kantor Direktorat Jenderal Pajak dengan
menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak yang dihubungkan dengan suatu jaringan kerja
di Kantor Pusat. Menurut SE-19/PJ/2007 tanggal 13 April 2007, aplikasi SIDJP adalah aplikasi
Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak yang menggabungkan seluruh aplikasi perpajakan
yang ada di wilayah Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Terdapat empat komponen utama dalam
SIDJP yaitu core system, pembangkit kasus yang dapat dilakukan secara sistem, aplikasi
administrasi, dan manajemen kasus, workflow system, serta data wajib pajak. Tujuan utama
dibentuknya sistem informasi DJP ini terutama adalah diharapkan dapat menghasilkan profile
wajib pajak yang bisa menjadi alat pendukung terciptanya data wajib pajak yang akurat dengan
mengerahkan partisipasi berbagai pihak dalam melakukan monitoring terhadap data wajib pajak.
7. Kinerja
a. Pengertian Kinerja
Kinerja adalah suatu keadaan yang berkaitan dengan keberhasilan organisasi dalam
menjalankan misi yang dimilikinya yang dapat diukur dari tingkat produktivitas, kualitas layanan,
responsivitas, responsibilitas, dan akuntabilitas (Tangkilisan, 2005:178). Kinerja adalah proses
penilaian prestasi kerja pegawai yang dilakukan oleh organisasi terhadap pegawainya secara
sistematik dan formal berdasarkan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya (Yuli, 2005:86). Menurut
Rivai (2004:300) menyatakan bahwa kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan
kemampuan untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang yang sepatutnya dikerjakan
secara kesediaan tingkat kemampuan tertentu. Kinerja merupakan hasil-hasil dari fungsi pekerjaan
seseorang atau sekelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk
mencapai tujuan organisasi dalam periode tertentu (Tika, 2010:121). Berdasarkan beberapa teori
di atas bahwa kinerja merupakan hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan pada suatu
organisasi untuk mencapai tujuan tertentu.
b. Faktor-faktor Kinerja
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang dalam melaksanakan
pekerjaannya. Menurut Kopelman (1988) menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi
kinerja yaitu:
1) Individual Characteristics (Karakteristik Individual)
2) Organizatioanl Characteristics (Karakteristik Organisasi)
3) Work Characteristics (Karakteristik Kerja)
Menurut Kopelman (1988), Selain dipengaruhi oleh faktor-faktor di atas, faktor lingkungan
juga sangat tergantung dari karakteristik individu seperti kemampuan, pengetahuan, keterampilan,
motivasi, norma dan nilai. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja, juga dapat dilihat dari
karakteristik individu seperti kepribadian, umur dan jenis kelamin, tingkat pendidikan suku
bangsa, keadaan sosial ekonomi, pengalaman terhadap keadaan yang lalu, akan menentukan
perilaku kerja dan produktivitas kerja, baik individu maupun organisasi sehingga hal tersebut akan
menimbulkan kepuasan bagi pelanggan atau pasien
c. End User Computer Satisfaction atau (EUCS)
Kepuasan pengguna akhir sistem informasi telah mempunyai sejarah yang panjang dalam
disiplin ilmu sistem informasi. Dalam lingkup end-user computer, sejumlah studi telah dilakukan
untuk melakukan capture keseluruhan. Evaluasi juga terdapat di mana pengguna akhir telah
menganggap penggunaan dari suatu sistem informasi dan juga faktor-faktor yang membentuk
kepuasaan ini.
Doll dan Torkzadeh (1988) dalam Ahmar (2005) mendefinisikan End User Computer
Satisfaction (EUCS) adalah metode untuk melihat tingkat kepuasan dari pengguna suatu sistem
software aplikasi sistem informasi dengan membandingkan antara harapan dan kenyataan dari
sebuah sistem informasi. Definisi End User Computer Satisfaction (EUCS) dari sebuah sistem
informasi adalah evaluasi secara keseluruhan dari para pengguna sistem informasi yang
berdasarkan pengalaman mereka dalam menggunakan sistem tersebut. Model evaluasi End User
Computer Satisfaction (EUCS) ini lebih menekankan kepuasan (satisfaction) pengguna akhir
terhadap aspek teknologi, dengan menilai isi (Content), keakuratan (Accuracy), Format,
kemudahan pengguna (Easy of use), Waktu (Timeliness) dari sistem. Berikut adalah penjelasan
dari End User Computer Satisfaction (EUCS):
1) Kelengkapan Isi (Content)
Kelengkapan Isi (Content) adalah kepuasan pengguna (user) ditinjau dari sisi isi dari
suatu sistem. Isi biasanya berupa fungsi dan modul yang digunakan oleh pengguna dan
juga informasi yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pengguna (user). Indikator
Kelengkapan Isi (Content) juga mengukur apakah sistem menghasilkan informasi yang
sesuai dengan kebutuhan pengguna. Semakin lengkap modul dan informative sistem
maka tingkat kepuasan dari sistem maka tingkat kepuasan dari pengguna akan semakin
tinggi.
2) Keakuratan (Accuracy)
Keakuratan adalah kepuasan pengguna (user) dari sisi keakuratan data ketika menerima
input kemudian mengolahnya menjadi sistem informasi. Akurat mengukur kepuasan
pengguna dari sisi keakuratan data ketika sistem menerima data masuk (input)
kemudian mengolah menjadi informasi. Keakuratan sistem diukur dengan melihat
seberapa sering sistem menghasilkan data keluar (output) yang salah ketika mengola
data masuk (input) dari pengguna, selain itu dapat dilihat seberapa sering error
(kesalahan) dalam proses pengolahan data.
3) Tampilan (Format)
Tampilan mengukur kepuasan pengguna dari sisi tampilan dan estetika dari antar muka
sistem, format dari laporan, atau informasi yang dihasilkan oleh sistem memudahkan
pengguna ketika menggunakan sistem. Sehingga secara tidak langsung dapat
berpengaruh terhadap tingkat efektifitas dari pengguna.
4) Kemudahan Pengguna (Ease of use)
Kemudahan Pengguna adalah mengukur kepuasan pengguna dari sisi kemudahan
pengguna atau user friendly. Menggunakan sistem dengan cara proses memasukan
data, mengolah data dan mencari informasi yang dibutuhkan.
5) Ketepatan Waktu (Timeliness)
Ketepatan adalah mengukur kepuasan pengguna dari sisi ketepatan waktu sistem dalam
menyajikan atau menyediakan data dan informasi yang dibutuhkna pengguna. Sistem
yang tepat waktu dapat dikategorikan sebagai sistem real-time. Setiap permintaan yang
dikategorikan sebagai sistem real-time berarti yang dilakukannya tepat waktu.
d. Penilaian Kinerja
Menurut Nawawi, 2005:236 menjelaskan penilaian kinerja adalah usaha mengidentifikasi,
mengukur (menilai) dan mengelola (manajemen) pekerjaan yang dilaksanakan oleh para pegawai.
Penilaian kinerja merupakan proses yang dipakai oleh organisasi untuk mengevaluasi pelaksanaan
kerja individu pegawai (Henry, 2004:338). Berdasarkan beberapa pendapat mengenai penilaian
kinerja dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja pada dasarnya merupakan faktor umtuk
mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efesien. Penilaian kinerja secara individu
sangat bermanfaat untuk perkembangan organisasi secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut
dapat mengetahui kondisi bagaimana peningkatan kinerja pegawai di dalam organisasi tersebut.
e. Technology Acceptance Model (TAM)
Technology Acceptance Model (TAM) pertama kali dikenal oleh Davis (1989) dalam Sumistar
(2011) adalah suatu model untuk memprediksi dan menjelaskan bagaimana pengguna teknologi
menerima dan menggunakan teknologi tersebut dalam pekerjaan individu pengguna. Technology
Acceptance Model (TAM) beragumen penerimaan seorang pekerja (individu) terhadap sistem
teknologi informasi ditentukan oleh kegunaan persepsian dan kemudahan penggunaan persepsian
Technology Acceptance Model (TAM) berhubungan dengan variabel teknologi dan variabel
pemanfaatan. Apabila seseorang merasa bahwa penggunaan teknologi akan dapat meningkatkan
kinerja, maka orang itu akan terus menggunakan teknologi tersebut. Salah satu manfaat dari
pengguna Technology Acceptance Model (TAM) adalah bahwa model ini menyediakan suatu
kerangka kerja untuk menginvestasi dampak dari variabel eksternal pada niat individu dalam
penerimaan teknologi informasi dan Technology Acceptance Model (TAM) menjelaskan bahwa
penggunaan komputer ditemukan oleh tujuan perilaku.
Pemakai sistem informasi akan lebih banyak memanfaatkan sistem jika sistem informasi
tersebut mudah digunakan. Sebaliknya jika sistem informasi tidak mudah digunakan (rumit)
pemakai akan lebih sedikit dalam memanfaatkan sistem informasi tersebut. Davis (1989) dalam
Sumistar (2011) juga menyatakan bahwa penggunaan sistem aplikasi spesifik akan meningkatkan
kinerja dan juga menemukan hubungan yang kuat antara penngunaan komputer dengan tugas
secara efektif. Gambar Technology Acceptance Model (TAM) adalah sebagai berikut:
Gambar 2. Technology Acceptance Model (TAM)
Sumber: Davis, 1989 dalam Sumistar (2011)
Menurut Davis (1989) dalam teori Technology Acceptance Model (TAM) menjelaskan
bahwa faktor penerimaan penggunaan sistem informasi dipengaruhi oleh persepsi kemudahan
penggunaan (Perceived Ease of Use) dan persepsi kegunaan (Perceived Usefulness). Kemudian,
pengguna teknologi (Behavioral Intention) jika merasa sistem teknologi bermanfaat dan mudah
digunakan.
Eksternal
Variabel
Perceived Ease
of Use Perceived
Usefulness Actual
System Use Behavioral
Intention
A. Tinjauan Empiris
Beberapa penelitian tentang Sistem Informasi sudah banyak dilakukan oleh penelitian
terdahulu. Berikut beberapa penelitian terdahulu terkait tentang Sistem Informasi, Rahadian
(2014) melakukan penelitian untuk mengetahui dan menganalisis penggunaan aplikasi Sistem
Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) yang sedang berjalan di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Surabaya Gubeng dan untuk menganalisis kinerja pegawai di KPP Pratama Surabaya
Gubeng. Fokus penelitian ini adalah penggunaan aplikasi Sistem Informasi Direktorat Jenderal
Pajak (SIDJP) bagi pegawai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Gubeng dan kinerja
pegawai dengan menggunakan SIDJP di KPP Pratama Surabaya Gubeng. Hasil penelitian
menjelaskan bahwa kualitas SIDJP yang didukung sarana dan prasarana yang lengkap telah
berjalan dengan baik, penggunaan aplikasi SIDJP mudah dipelajari dengan bantuan tutorial
berbentuk video dan fitur aplikasi SIDJP yang mencakup hampir semua pekerjaan pegawai
sehingga memudahkan dan lebih efektif dalam melakukan pekerjannya.
Fadila (2015) melakukan penelitian untuk mengetahui dan menilai penerapan sistem informasi
perpajakan serta mengetahui kendala maupun proses mekanisme perekaman SPT dalam penerapan
sistem informasi di KPP Pratama Bitung. KPP Pratama Bitung mengaplikasikan mekanisme
sistem SIPMOD dan SIDJP pada pertengahan tahun 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kemampuan KPP Pratama Bitung dalam memproses dan merekam SPT meningkat secara
signifikan. KPP Pratama Bitung mampu merekam 800 - 900 SPT setiap harinya. Waktu yang
dibutuhkan dalam proses perekaman setiap wajib pajak hanya memerlukan waktu kurang dari 10
menit. Fasilitas drop box memiliki andil yang cukup besar sebagai media pelayanan dari wajib
pajak ke petugas TPT. Menjamurnya budaya ketidak jujuran dalam pelaporan pajak serta
kesalahan manusia dalam proses perekaman SPT di KPP Pratama Bitung masih sering ditemukan.
Aries (2015) melakukan penelitian untuk mengetahui dampak dari penerapan dan penggunaan
sistem ERP terhadap kinerja pengguna. Menjelaskan mengenai Faktor-faktor yang mempengaruhi
suksesnya penerapan sistem ERP sehingga dapat memberikan dampak positif bagi pengguna
sistem ERP setelah diterapkan sistem ERP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan
sistem ERP pada perusahaan dan dampak pada kinerja pengguna ERP dalam perusahaan serta
menghasilkan kesimpulan berupa evaluasi terhadap penerapan ERP dalam perusahaan. Model
yang dipakai untuk mengevaluasi dampak penerapan sistem ERP adalah Quantity of Work, Quality
of Work, Job Knowledge, Creativeness Coopration, Dependability, Intitative personal qualities.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif bersifat deskriptif analitis
dan evaluatif, dengan menganalisis dampak dari penerapan sistem ERP terhadap komponen
kinerja pengguna. Hasil yang diperoleh adalah penerapan sistem ERP berdampak positif terhadap
komponen kinerja pengguna.
Maulianni (2016) melakukan penelitian untuk mengetahui kepuasaan penggunaan aplikasi
Sistem Informasi Direktorat Jederal Pajak (SIDJP) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Mojokerto
dan untuk mengetahui hambatan-hambatan yang terdapat pada aplikasi Sistem Informasi
Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) serta mengetahui cara mengatasi hambatan-hambatan tersebut
pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Mojokerto. Fokus penelitian ini adalah memahami
keakuratan SIDJP. Hasil penelitian adalah isi informasi yang dihasilkan oleh aplikasi SIDJP masih
kurang sempurna, keakuratan informasi yang dihasilkan pada aplikasi SIDJP masih belum
sempurna dan format tampilan yang terdapat pada aplikasi SIDJP belum lengkap. Kemudahan
penggunaan dalam pemanfaatan aplikasi SIDJP sangat mudah dipelajari dengan bantuan tutorial
berbentuk video serta ketepatan waktu yang dihasilkan oleh aplikasi SIDJP mempengaruhi
pegawai pajak agar lebih cepat dalam menyelesaikan pekerjaan.
Tabel 3. Persamaan dan Perbedaan
Nama
Peneliti
Persamaan Perbedaan
Penelitian
Terdahulu
Penelitian ini Penelitian
terdahulu
Penelitian ini
Rahadian
(2014)
1. Metode
Penelitian
kualitatif
dengan
pendekatan
deskriptif
2. Menganalisis
penggunaan
SIDJP
3. Menganalisis
kinerja
pegawai
1. Metode
Penelitian
kualitatif dengan
pendekatan
deskriptif
2. Menganalisis
kinerja pegawai
1. Lokasi
penelitian
dilakukan di
KPP Pratama
Surabaya
Gubeng
1. Lokasi penelitian
dilakukan di KPP
Pratama Bekasi
Barat
Fadila
(2015)
1. Metode
Penelitian
kualitatif
dengan
pendekatan
deskriptif
1. Metode
Penelitian
kualitatif
dengan
pendekatan
deskriptif
1. Lokasi
penelitian
dilakukan di
KPP Pratama
Bitung
2. Menganalisis
penerapan
sistem
informasi
perpajakan atas
perekaman
SPT
1. Lokasi
Penelitian
dilakukan di
KPP Bekasi
Barat
2. Menganalisis
penerapan
SIDJP
Aries
(2015)
1. Metode
Penelitian
kualitatif
dengan
pendekatan
deskriptif
1. Metode
Penelitian
kualitatif dengan
pendekatan
deskriptif
1. Menganalisis
kinerja pegawai
2. Menganalisis
sistem ERP
1. Menganalisis
kinerja pegawai
2. Menganalisis
penerapan SIDJP
Mauliann
i
(2016)
1. Metode
penelitian
kualitatif
dengan
pendekatan
deskriptif
1. Metode
penelitian
kualitatif dengan
pendekatan
deskriptif
1. Hanya
menganalisis
kepuasan
penggunaan
SIDJP
2. Lokasi
penerlitian di
KPP Pratama
Mojokerto
1. Menganalisiis
penerapan SIDJP
dan kinerja
pegawai
2. Lokasi penerlitian
di KPP Pratama
Bekasi Barat
Sumber: diolah oleh penulis, 2017
B. Kerangka Pemikiran
Menurut Abimanyu (2013:15) menyatakan bahwa reformasi perpajakan adalah perubahan
mendasar di segala aspek perpajakan yang memiliki tiga tujuan utama, yaitu tingkat kepatuhan
sukarela yang tinggi, kepercayaan pada administrasi perpajakan yang tinggi dan produktivitas
aparat perpajakan yang tinggi. Menurut Nasucha (2005:14) menjelaskan mengenai reformasi
administrasi perpajakan adalah penyempurnaan atau perbaikan kinerja administrasi baik secara
individu, kelompok maupun kelembangaan agar lebih efisien, ekonomis dan cepat. Tugas utama
dari reformasi administrasi perpajakan adalah untuk mencapai efektivitas yang tinggi, tingkat
kepatuhan yang tinggi dan efisiensi. Menurut Suparman (2007:1) menyatakan bahwa sistem
administrasi perpajakan modern adalah penyempurnaan atau perbaikan kinerja administrasi baik
secara individu, kelompok maupun kelembagaan agar lebih efisien, ekonomis dan cepat.
Aplikasi Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) merupakan suatu sistem
informasi dalam administrasi perpajakan di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dengan
menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak yang dihubungkan dengan suatu jaringan kerja
di kantor pusat DJP. Pengembangan aplikasi SIDJP guna untuk meningkatkan kinerja pegawai.
Kinerja dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh seorang pegawai selama periode waktu
tertentu pada bidang pekerjaan tertentu. Menurut Mangkunegara (2000) menyatakan bahwa
kinerja pegawai adalah hasil kerja baik secara kualitas maupun kuantitas dalam melaksanakan
tugas yang diberikan. Berikut dapat dilihat kerangka pemikiran dalam penelitian ini:
Gambar 3. Kerangka Pemikira
DJP
Sistem Adminsitrasi Perpajakan
Reformasi Perpajakan
Sistem Informasi Direktorat Jenderal
Pajak (SIDJP)
Presepsi Pengguna Sistem (Pegawai)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini yaitu jenis penelitian
kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Pengertian metode kualitatif menurut
Sugiyono (2015:15) adalah
Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti
adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan
secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif atau kualitatif dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna dari generalisasi
Pengertian deskriptif menurut Husman dan Purnomo (2009:129),
“menggambarkan atau melukiskan sesuatu hal yaitu berupa gambar-gambar atau
foto-foto yang didapat dari data lapangan atau peneliti menjelaskan hasil penelitian
dengan gambar-gambar dan kata-kata”. Jenis penelitian ini akan mampu
memberikan sebuah gambaran mengenai penerapan Sistem Informasi Direktorat
Jenderal Pajak (SIDJP) beserta kinerja pegawai di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Bekasi Barat secara sistematis, faktual dan akurat dengan cara
mengumpulkan, mengolah, serta menganalisa data yang berkaitan dengan masalah
yang dimaksud dan menganalisis penerapan Sistem Informasi Direktorat Jenderal
Pajak (SIDJP) beserta kinerja pegawai di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Bekasi Barat. Penelitian jenis deskriptif ini tidak perlu untuk mencari atau
menerangkan korelasi dan pengaruh serta tidak perlu menguji sebuah hipotesis.
29
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri tanpa membuat
suatu perbandingan.
A. Fokus Penelitian
Batasan masalah di dalam penelitian kualitatif disebut dengan fokus penelitian.
Fokus penelitian dalam penelitian kualitatif digunakan untuk mempertajam sebuah
penelitian (Sugiyono, 2015:286). Fokus penelitian adalah hal yang dapat dijadikan
sebuah pedoman dalam penelitian sehingga akan memudahkan dalam menentukan
data yang diperlukan untuk diteliti. Fokus penelitian bertujuan untuk membatasi
permasalahan yang akan diteliti agar penelitin yang dilakukan lebih terarah, tidak
terlalu luas, serta relavan dengan objek penelitian sehingga dapat memperoleh hasil
yang sesuai dengan harapan. Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan
maka fokus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penerapan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) di Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bekasi Barat.
a) Penerapan Sistem Informasi Diretorat Jenderal Pajak di KPP Pratama
Bekasi Barat.
b) Penempatan Sistem Informasi Drektorat Jenderal Pajak dan Jumlah
Komputer di KPP Pratama Bekasi Barat.
c) Kualitas Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak dengan Aplikasi
sebelumnya Sistem Informasi Perpajakan Modifikasi (SIPMOD)
d) Komponen Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak menurut Teori
End User Computer Satisfaction (EUCS)
30
e) Proses Kerja Aplikasi Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak di
KPP Pratama Bekasi Barat
B. Lokasi dan Situs Penelitian
Lokasi penelitian merupakan suatu objek yang akan diteliti oleh peneliti.
Lokasi penelitian ini dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bekasi
Barat yang beralamat di Jl.K.H Noer Alie, M Gold Tower LT.UG 9-10, Bekasi.
Alasan pemilihan tempat penelitian di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Bekasi Barat dikarenakan KPP tersebut merupakan pecahan dari Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) Pratama Bekasi Utara sehingga Sistem Informasi Direktorat Jenderal
Pajak (SIDJP) cenderung masih memiliki banyak kelemahan. Situs penelitian
merupakan suatu tempat dimana peneliti mengambil dan mendapatkan informasi
atau sebuah data untuk penelitiannya. Situs penelitian ini yaitu pada seksi Pusat
Data Informasi (PDI), seksi penagihan, seksi pelayanan serta sub bagian umum
serta kepatuhan internal di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bekasi Barat.
C. Sumber Data
Sumber data merupakan data yang diperoleh peneliti dan dari sumber tersebut
dapat memberikan sebuah informasi yang berhubungan dengan permasalahan yang
menjadi pusat perhatian peneliti. Menurut Arikunto (2010:189) menjelaskan bahwa
sumber data seperti benda, gerak, manusia, dan sebagainya dalam suatu penelitian
adalah subjek penelitian dimana data menempel. Sumber data yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder.
31
1. Data Primer
Menurut Sugiyono (2015:208) menyatakan bahwa sumber data primer
adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul
data. Sedangkan menurut Purhantara (2010:79) menyatakan bahwa data
primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek peneliti, dalam hal
ini peneliti memperoleh data atau informasi langsung menggunakan
instrumen yang langsung ditetapkan. Berdasarkan hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa data primer diperoleh dengan cara wawancara dengan
beberapa pegawai secara langsung yang bertanggung jawab terhadap
penerapan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) beserta
kinerja pegawai, yaitu:
a. Kepala seksi Pusat Data Informasi (PDI) dan beberapa pegawai Pusat
Data Informasi (PDI) di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bekasi
Barat
b. Kepala Seksi Pelayanan dan beberapa pegawai seksi pelayanan di
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bekasi Barat
c. Kepala seksi Sub Bagian Umum dan beberapa pegawai sub bagian
umum di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bekasi Barat
d. Pegawai Seksi Penagihan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Bekasi Barat.
2. Data Sekunder
Menurut Sugiyono (2015:308) menyatakan bahwa sumber sekunder
merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
32
pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen maupun
literatur. Sedangkan menurut Purhantara (2010:79) menjelaskan data
sekunder adalah data atau sebuah informasi yang diperoleh secara tidak
langsung dari objek penelitian yang bersifat publik. Berdasarkan hal
tersebut dapat disimpulkan bahwa data sekunder dalam penelitian ini dapat
berupa struktur organisasi, literatur, peraturan perundang-undangan,
dokumen pribadi, catatan lapangan, laporan-laporan, buku-buku yang
terkait, arsip Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bekasi Barat.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan salah satu cara atau langkah yang sangat
penting untuk dilakukan di dalam sebuah penelitian, dengan melakukan sebuah
langkah tersebut akan memperoleh data secara rinci dan dapat bersifat objektif atau
dapat dikatakan rinci. Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan antara lain:
a. Wawancara (interview)
Menurut Narbuko (2010:83) menyatakan bahwa wawancara adalah proses
tanyajawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dalam dua orang atau
lebih dengan cara bertatap muka, serta mendengarkan secara langsung informasi-
informasi atau keterangan-keterangan yang ada. Wawancara digunakan sebagai
teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti serta apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Teknik ini mendasarkan
pada laporan tentang diri sendiri (self-report) atau setidaknya pada pengetahuan dan
keyakinan pribadi (Sugiyono, 2015:137).
33
Penelitian ini menggunakan metode wawanara terstruktur, Peneliti
melakukan wawancara dengan menyiapkan instrument penelitian berupa beberapa
pertanyaan tertulis secara alternative yang jawabannya telah dipersiapkan. Cara
yang digunakan peneliti untuk melakukan wawancara terstruktur yaitu setiap
narasumber diberikan pertanyaan yang sama, kemudian peneliti mencatat
jawabannya. Wawancara dilakukan secara langsung kepada pihak-pihak yang
berhubungan dengan penelitian. Wawancara peneliti dilakukan pada narasumber
yang bekerja di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bekasi Barat, khususnya
yang berada pada seksi Pusat Data Informasi (PDI), seksi penagihan, seksi
pelayanan serta sub bagian umum serta kepatuhan internal. Berikut ini merupakan
nama-nama informan atas penelitian ini:
Tabel 4. Daftar Data Informan
Informan Nama Bagian Lama Kerja
1 Bapak Tulus Suparto
Kepala Bagian PDI
(Pengelola Data dan
Informasi)
2 Tahun
2 Yogi Dhimas
Kurniawan Staff Pelaksana Bagian PDI
1 Tahun 9
Bulan
3 Ibu Amelia
Fazarianti Kepala Bagian Pelayanan
2 Tahun
4 Fatah Fauzi Staff Pelaksana Bagian
Pelayanan
1 Tahun 7
Bulan
5 Bapak Djoko
Widodo
Kepala Bagian Pengawasan
dan Konsultasi
2 Tahun
6 Bheny Hizbi Ash-
shidiqi
Staff Pelaksana Bagian
Pengawasan dan Konsultasi
1 Tahun
7 Bapak Johan Elvian Kepala Bagian Penagihan 2 Tahun
8 Amril Hakim Staff Pelaksana Bagian
Penagihan
1 Tahun
Sumber: Data Olahan Peneliti, 2016
34
b. Dokumentasi
Dokumen adalah suatu catatan atau bahan yang menggambarkan suatu
peristiwa yang telah terjadi atau dapat dikatakan pengumpulan dari data sekunder
yang didapat dari arsip suatu instansi yang bersangkutan serta dilakukan analisis.
Menurut Sugiyono (2015:329) menyatakan bahwa dokumen merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu. Sedagkan menurut Fuad dan Nugroho (2014:61)
menyatakan bahwa dokumentasi adalah salah satu sumber data sekunder yang
diperlukan dalam sebuah penelitian seperti bahan tertulis, gambar, dan foto yang
digunakan karena permintaan seorang peneliti. Berdasarkan beberapa teori di atas
dapat disimpulkan bahwa dokumentasi dapat berupa tulisan, gambar, atau karya-
karya monumental dari narasumber.
Peneliti mengumpulkan dokumen-dokumen dalam bentuk tulisan seperti data
yang diterbitkan oleh instansi yang menjadi objek penelitian sehingga memperoleh
hasil yang lebih akurat. Selain itu, peneliti mengumpulkan dokumen-dokumen
dalam bentuk gambar, tabel, ataupun diagram yang sesuai dengan tujuan penelitian
dan fokus penelitian. Sumber data diperoleh dari Seksi seksi Pusat Data Informasi
(PDI), seksi penagihan, seksi pelayanan serta sub bagian umum serta kepatuhan
internal di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bekasi Barat.
c. Observasi
Menurut Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2016:145) menyatakan bahwa
observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses tersusun dari
berbagai proses biologis dan psikologis. Observasi dilakukan dengan cara
35
pengamatan secara langsung pada lingkungan atau pengamatan langsung pada
aktifitas yang sedang berlangsung.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen utama pengumpulan data pada penelitian kualitatif adalah peneliti
itu sendiri, artinya peneliti perlu sepenuhnya memahami dan adaptif terhadap
situasi sosial dalam kegiatan peneliti itu. Berhubungan instrument penelitian
kualitatif adalah peneliti itu sendiri, maka peneliti terjun langsung ke lapangan
dengan membawa diri sendiri untuk menghimpun sebanyak mungkin data dengan
membawa alat bantu yang diperlukan oleh peneliti (Arikunto, 2010:270). Instrumen
penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini antara lain:
1. Pedoman Wawancara
Peneliti menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan sebagai
kerangka pemikiran utama dalam wawancara. Pertanyaan-pertanyaan yang telah
disiapkan kemudian ditulis dalam pedoman wawancara. Pada saat melakukan
sebuah wawancara, peneliti mengajukan pertanyaan sesuai dengan permasalahan
yang diteliti. Selain itu, peneliti mengajukan pertanyaan improvisasi sehingga
memperoleh data-data yang diperlukan.
2. Pedoman Dokumentasi
Pedoman dokumentasi merupakan suatu pedoman yang memuat secara garis
besar atau kategori yang dibutuhkan oleh peneliti. Pedoman dokumen digunakan
agar peneliti dengan mudah memperoleh data yang akan dianalisis, sistematis serta
sesuai dengan yang diinginkan oleh peneliti.
36
F. Analisis Data
Menurut Sugiyono (20015:335) menyatakan bahwa analisis data adalah proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan, dan dokumentasi serta menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh
peneliti maupun peneliti lainnya. Metode analisis data yang digunakan oleh peneliti
adalah model interaktif dari Miles dan Huberman. Hal itu dijelaskan oleh (Emzir,
2010). Aktifitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display, dan
conclusion drawing/verification. Berikut penjelasan dari masing-masing tahapan
dalam analisis data:
1. Koleksi Data
Dalam penelitian ini studi pendahuluan dilakukan peneliti melalui
pengamatan atau observasi dan wawancara secara langsung dengan pihak yang
terkait yaitu pihak-pihak Pegawai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bekasi Barat
untuk mendapatkan informasi dan mencari referensi-referensi yang mendukung
penelitian. Pengumpulan data ini dilakukan dalam periode tertentu, hal ini
dilakukan dengan tujuan agar peneliti mempunyai dasar atau landasan fokus dan
rumusan masalah.
2. Data Reduction (Reduksi Data)
Seorang peneliti melakukan sebuah penelitian maka jangka waktu tidak dapat
ditentukan dengan membutuhkan waktu yang sebentar atau membutuhkan waktu
yang cukup lama. Semakin lama peneliti berada pada situs penelitian maka semakin
banyak data yang didapatkan oleh peneliti sehingga perlu dicatat secara teliti dan
37
rinci. Reduksi data dapat diartikan sebagai salah satu kegiatan merangkum, memilih
dan memfokuskan hal-hal yang pokok dan dianggap penting serta memilah sesuatu
data antara yang diperlukan dan yang tidak diperlukan. Hal tersebut akan
mempermudah peneliti untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas terhadap
data dan memperoleh data yang dibutuhkan selanjutnya. Data yang direduksi adalah
hasil wawancara dengan para informan terkait yaitu pegawai Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) Pratama Bekasi Barat yang bertugas pada seksi Pusat Data Informasi
(PDI), seksi penagihan, seksi pelayanan serta sub bagian umum serta kepatuhan
internal.
3. Data Display (Penyajian Data)
Data yang telah direduksi, maka tahapan berikutnya yaitu peneliti akan
melakukan penyajian data. Peneliti mengguakan tahapan ini untuk mempermudah
dalam memahami apa yang terjadi dan dapat merencanakan kerja yang selanjutnya.
Penyajian data dalam penelitian kualitatif dapat berupa grafik, matrik, uraian
singkat atau naratif, bagan, flowchart dan sejenisnya. Penyajian data tersebut, maka
penyajian data dapat terorganisasikan dengan baik, tersusun secara teratur dan rapih
sehingga mudah dipahami dan dimengerti. Menurut Miles dan Huberma (1984)
menyatakan bahwa the most frequent form of display data for qualitative research
data in the past has been narrative tex, artinya yaitu yang paling sering digunakan
untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat
naratif.
38
4. Conculusion drawing/verification (penarikan kesimpulan dan verifikasi)
Setelah tahap penyajian data, maka tahapan berikutnya yaitu penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Menurut Miles dan Huberman penarikan kesimpulan
dan verifikasi merupakan tahapan yang terakhir dalam model interaktif.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan dapat berubah
apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dan mendukung pada tahapan
pengumpulan data berikutnya. Kesimpulan telah didukung oleh bukti-bukti yang
kuat, valid, dan konsisten maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan dapat dipercaya atau kredible. Pada penelitian kualitatif, kesimpulan
dapat menjawab rumusan masalah ataupun sebaliknya. Rumusan masalah dalam
penelitian kualitatif memiliki sifat sementara sehingga dapat berubah ataupun
berkembang setelah melakukan penelitian selanjutnya.
Adapun langkah-langkah anlisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Menganalisis penerapan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak
(SIDJP) yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Bekasi Barat. Peneliti akan melakukan wawancara dengan pihak-pihak
yang terkait dan melihat prosedur kerja pada seksi-seksi yang berkaitan,
sehingga akan terlihat penerapan Sistem Informasi Direktorat Jenderal
Pajak (SIDJP) yang dilakukan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Bekasi Barat telah sesuai atau tidak dengan prosedur yang berlaku.
b. Menganalisis kinerja pegawai yang terkait di Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Bekasi Barat dalam penerapan Sistem Informasi
Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP). Peneliti akan melakukan wawancara
39
dengan pihak-pihak yang terkait sehingga akan terlihat apakah kinerja
pegawai meningkat dengan diterapkannya Sistem Informasi Direktorat
Jenderal Pajak (SIDJP) yang dilakukan Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Bekasi Barat. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami
bahwa pengumpulan data dengan analisis tidak dapat dipisahkan. Berikut
gambar analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Gambar. 4: Analisis Data Kualitatif Menurut Miles dan Huberman
Sumber: Sugiyono (2014:247) telah diolah kembali
H. Keabsahan Data
1. Uji Validasi Data
Setiap seorang peneliti harus memperhatikan aspek validitas dan reabilitas
dalam penelitian untuk mengetahui apakah data yang sudah dikumpulkan tersebut
tersebut sudah valid atau sebaliknya. Dalam penelitian kualitatif, validitas dan
reabilitas dinamakan kredibilitas. Menurut Sugiyono (2015:368), “uji kredibilitas
data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan
dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian,
triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif dan member
check”.
40
2. Teknik Triangulasi
Peneliti menggunakan teknik triangulasi dalam penelitian ini untuk menguji
kredibilitas data atau menguji keabsahan data. Teknik triangulasi merupakan suatu
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain selain
dari data tersebut untuk keperluan pembanding ataupun pengecekan. Peneliti
menggunakan triangulasi berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
yang berbeda-beda seperti wawancara terstruktur dan dokumentasi untuk
mendapatkan data dari sumber yang sama secara serempak. Menurut Denzin dalam
Moleong (2012:330), “Triangulasi dibedakan menjadi 4 macam yaitu triangulasi
sumber, triangulasi teknik pengumpulan data atau metode, triangulasi peneliti atau
penyidik, dan triangulasi teori”. Uji validitas data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah teknik triangulasi sumber.
Triangulasi sumber merupakan suatu teknik pemeriksaan keabsahan data
yang berbanding terbalik dengan triangulasi teknik. Menurut Patton dalam Meleong
(2012:330), “triangulasi sumber berarti mengecek balik derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian
kualitatif”. Dalam triangulasi sumber, untuk mendapatkan data dari sumber yang
berbeda-beda dengan teknik yang sama. Hal tersebut dapat dicapai dengan beberapa
cara salah satunya yaitu membandingkan data dari hasil dari wawancara secara
langsung dengan suatu dokumen yang berkaitan. Adapun triangulasi sumber yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu membandingkan antara presepsi dari seksi PDI
(Pusat Data Informasi), seksi pelayanan, seksi Pengawasan dan Konsultasi
(Waskon) dan seksi penagihan mengenai penerapan aplikasi SIDJP dengan tingkat
41
kinerja pegawai di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bekasi Barat.
Selanjutnya, dilbandingkan dengan dokumen yang berkaitan untuk memeriksa
apakah data tersebut valid atau tidak.
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bekasi Barat
Kantor Pelayanan Pajak Bekasi didirikan pada tahun 1989 dan mulai efektif
sejak diresmikan pada tanggal 21 Desember 1989. Sejak diresmikan sampai dengan
tahun 1993, Kantor Pelayanan Pajak Bekasi terletak di Jalan Jenderal Sudirman
nomor 16. Pada tahun 1993 kantor tersebut pindah ke Jalan Sersan Aswan
Margahayu, Bekasi Timur. Pada bulan Mei tahun 2002, Kantor Pelayanan Pajak
Bekasi dibagi menjadi dua bagian yaitu KPP Bekasi dan KPP Cikarang. Kantor
Pelayanan Pajak Bekasi melalui Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor
238/KMK.01/2006 tanngal 9 Mei 2006 dilakukan perubahan struktur organisasi
yang menggunakan sistem administrasi perpajakan modern. Pada bulan Agustus
2007 sesuai dengan Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor KEP-112/PJ/2007
tanggal 9 Agustus 2007 berubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bekasi
Utara.
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bekasi Barat merupakan hasil
pemecahan wilayah kerja Direktorat Jenderal Pajak berdasarkan Surat Keputusan
Direktorat Jenderal Pajak Nomor: KEP-134/PJ 2015 Pasal 2, sehingga terbagi
menjadi 2 kantor pelayanan pajak yaitu Kantor Pelayanan Pajak Bekasi Utara dan
Kantor Pelayanan Pajak Bekasi Barat.
2
2. Lokasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bekasi Barat
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bekasi Barat terletak di Jalan KH.Noer Alie, M Gold Tower
Lantai UG, 9 dan 10 Bekasi. Lantai UG merupakan tempat pelayanan Wajib Pajak. Lantai 9
merupakan kantor yang terdiri dari Kepala Kantor, Sekretaris dan Bagian Umum, sedangkan lantai
10 terdapat Seksi Penagihan, Seksi Pemeriksaan, Seksi Pengolahan Data dan Informasi, Seksi
Pengawasan dan Konsultasi I sampai dengan Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV.
3. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bekasi Barat
Visi dan misi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bekasi Barat antara lain:
a. Visi
Menjadi institusi penghimpun negara yang terbaik demi menjamin kedaulatan dan
kemandirian negara.
b. Misi
Menjamin penyelenggaraan negara yang berdaulat dan mandiri dengan:
1) Mengumpulkan penerimaan berdasarkan kepatuhan pajak sukarela yang tinggi dan
penegakan hokum yang adil.
2) Pelayanan berbasis teknologi modern untuk kemudahan pemenuhan kewajiban
perpajakan.
3) Aparatur pajak yang berintegrasi, kompeten dan professional.
4) Kompensasi yang komperatif berbasis sistem manajemen kinerja.
4. Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bekasi Barat
Tugas pokok dan fungsi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bekasi Barat antara lain:
3
a. Tugas
Melaksanakan penyuluhan, pelayanan serta pengawasan wajib pajak di semua bidang
perpajakan. Bidang-bidang perpajakan tersebut seperti bidang pajak penghasilan,
pajak pertambahan nilai, pajak penjualan atas barang mewah, pajak bumi dan
bangunan serta bea perolehan ha katas tanah dan bangunan dan pajak tidak langsung
lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan undang-undang yang berlaku.
b. Fungsi
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bekasi Barat dalam melaksanakan tugasnya
menyelenggarakan sebuah fungsi antara lain:
1) Penelitian, pengawasan dan penatausahaan surat pemberitahuan tahunan, surat
pemberitahuan masa serta berkas wajib pajak.
2) Penelitian, pengawasan dan penatausahaan pembayaran masa dan pajak
penghasilan (PPh), pajak pertambahan nilai (PPN), pajak pertambahan nilai dan
barang mewah (PPnBM), pajak tidak langsung lainnya, pajak bumi dan bangunan
(PBB), dan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB).
3) Penyajian informasi dan perolehan data perpajakan.
4) Ekstensifikasi dan penggalian potensi wajib pajak.
5) Pendataan, pemutakhiran objek dan subjek PBB.
6) Penatausahaan penerimaan pajak, piutang pajak dan penagihan.
7) Penatausahaan penyelesaian keberatan, banding, restitusi PPh, PPnBM, PBB dan
BPHTB.
8) Penatausahaan penyelesaian pengurangan angsuran dan pengurangan PBB.
5. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bekasi Barat
4
Struktur organisasi adalah suatu susunan yang menunjukan hubungan antara bagian pada
suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan
bersama. Struktur organisasi didalamnya terdapat fungsi-fungsi kerja dan tanggung jawab serta
wewenang setiap pembagian kerja, adapun struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Bekasi Barat sebagai berikut:
Gambar 5. Struktur Organisasi KPP Pratama Bekasi Barat
Sumber: Sub Bagian Umum dan Kepatuhan Internal, 2017
Tugas masing-masing seksi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bekasi Barat sebagai berikut:
a. Sub Bagian Umum dan Kepatuhan Internal
Mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keungan, tata usaha dan menguji
kepatuhan pihak internal.
b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pencairan dan pengolahan data, penyajian
informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, pelayanan dukungan teknis
komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filing dan penyiapan laporan kinerja.
c. Seksi Pelayanan
5
Mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hokum perpajakan,
pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengelolaan Surat
Pemberitahuan, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak.
d. Seksi Penagihan
Mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan angsuran
tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak.
e. Seksi Pemeriksaan
Mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan,
pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah pemeriksaan
pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.
f. Seksi Ekstensifikasi
Mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek, subjek
pajak dan penelitian objek pajak dalam rangka ekstensifikasi serta melakukan
penyuluhan terhadap Wajib Pajak.
g. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III, dan IV
Mempunyai tugas untuk melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan pada
Wajib Pajak, bimbingan atau himbauan kepada Wajib Pajak atas Penanggung Pajak dan
konsultasi teknis perpajakan, analisis kinerja Wajib Pajak serta melakukan rekonsiliasi
data Wajib Pajak.
6. Wilayah Kerja
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bekasi Barat memiliki cakupan wilayah kerja yang
menjadi wewenangnya. Cakupan wilayah kerja tersebut mencakup dua kecamatan dan delapan
kelurahan, yaitu sebagai berikut:
6
a. Kecamatan Bekasi Barat
b. Kecamatan Medan Satria
c. Kelurahan Bintara
d. Kelurahan Bintara Jaya
e. Kelurahan Harapan Mulya
f. Kelurahan Jaka Sampurna
g. Kelurahan Kalibaru
h. Kelurahan Kota Baru
i. Kelurahan Kranji
j. Kelurahan Pejuang
7. Sejarah Sisitem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP)
Pembangunan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) yang bertujuan untuk
menggantikan Sistem Informasi Perpajakan (SIP) dimulai pada tahun 2004. Pada bulan Juni 2004,
SIDJP untuk pertama kali diterapkan di Kantor Pelayanan Pajak Badan Usaha Milik Negara. Pada
tanggal 1 Agustus 2004, SIDJP diresmikan oleh Menteri Keuangan dan secara serempak
diterapkan pada lima Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang meliputi:
a) Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing (KPP PMA) 1
b) Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing (KPP PMA) 4
c) Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Badora 2
d) Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya Tebet
Mulai November 2004, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) menerapkan SIDJP ke Kantor
Pelayanan Pajak lainnya yaitu:
a) Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing (KPP PMA) 2
7
b) Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing (KPP PMA) 3
c) Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing (KPP PMA) 5
d) Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing (KPP PMA) 6
e) Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Masuk Bursa
f) Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Gambir 2
Sisitem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) pada awal penerapan menggunakan
sistem desentralisasi database. Database tersebut diletakkan pada dua tempat yaitu Kantor Pusat
Direktorat Jenderal Pajak dan masing-masing Kantor Pelayanan Pajak. Proses sinkronisasi pada
server dilakukan untuk menyamakan kondisi database dikedua tempat itu baik dari pusat ke lokal
maupun sebaliknya.
Konsep database SIDJP berubah menjadi sentralisasi seiring dengan dibentuknya Kantor
Pelayanan Pajak Madya di beberapa kantor wilayah. Hal tersebut berlaku pada pertengahan tahun
2006. Pada konsep ini hanya terdapat satu database, yaitu database pusat yang diakses oleh semua
pengguna atau pegawai di Kantor Pelayanan Pajak pengguna SIDJP. Konsep database SIDJP
mengalami perubahan kembali ketika Kantor Pelayanan Pajak pengguna SIDJP semakin
berkembang dengan terbentuknya Kantor Pelayanan Pajak Pratama.
Konsep database yang digunakan yaitu semi-sentralisasi dimana konsep tersebut berbeda
dengan konsep desentralisasi di awal masa penggunaan. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari
database yang terdapat di lokal hanya berupa data Wajib Pajak yang terdaftar di KPP. Database
tersebut disediakan untuk aplikasi Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) lokal dan perekaman Surat
Pemeberitahuan Lokal. Konsep database semi-sentralisasi tersebut digunakan higga kini diseluruh
KPP Pratama pengguna SIDJP yang berada di wilayah Pulau Jawa, kecuali sebagaian Jawa Timur
dan KPP Madya diluar Jawa.
8
A. Penyajian Data
1. Penerapan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Bekasi Barat
a) Penerapan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Bekasi Barat
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bekasi Barat didirikan pada bulan Oktober tahun
2015. Sehingga penerapan SIDJP di KPP Pratama Bekasi Barat mengikuti tanggal didirikannya
KPP Pratama Bekasi Barat yaitu pada tahun 2015. SIDJP sudah diterapkan di KPP Pratama Bekasi
Barat dari awal didirikannya KPP tersebut lantaran semua KPP di Indonesia sudah menerapkann
dan menggunakan SIDJP. Hal tersebut ditegaskan oleh hasil wawancara dari informan 7 sebagai
berikut:
“SIDJP sudah diterapkan karena semua KPP sudah menggunakan SIDJP. SIDJP
diterapkan sejak berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bekasi Barat yaitu pada
Otober tahun 2015.”
Penerapan SIDJP di KPP Pratama Bekasi Barat memiliki beberapa tujuan ataupun
manfaat. Tujuan dari penerapan SIDJP di KPP Pratama Bekasi Barat salah satunya yaitu dapat
mempermudah proses pengerjaan dalam mengakses data-data wajib pajak, sebagai database, dapat
mengefesiensikan waktu maupun pekerjaan, serta meningkatkan kinerja pegawai. Hal tersebut
ditegaskan dari hasil wawancara informan 2 sebagai berikut:
“Tujuannya yaitu mempermudah proses bisnis atau pengerjaan di KPP, sebagai
database, mengefesiensikan waktu maupun pekerjaan, kemudian meningkatkan kinerja
pegawai”.
Tujuan penerapan SIDJP di KPP Pratama Bekasi Barat berbeda-beda tetapi memiliki
kesinambungan antara tujuan yang satu dengan yang lainnya. Tujuan yang lainnya dari penerapan
9
SIDJP di KPP Pratama Bekasi Barat yaitu untuk meningkatkan penerimaan negara. Hal tersebut
ditegaskan dari hasil wawancara informan 4 sebagai berikut:
“Untuk meningkatkan penerimaan negara, dengan adanya aplikasi SIDJP semua
data perpajakan Wajib Pajak dapat dilihat sehingga dapat melakukan pengawasan dengan baik
didukung dengan data-data yang dapat diakses di aplikasi SIDJP”
Penerapan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (DJP) di KPP Pratama Bekasi Barat
dalam pelaksanaannya sangat membutuhkan jaringan LAN, WAN ataupun koneksi internet
lainnya. Kualitas jaringan LAN, WAN ataupun koneksi internet lainnya yang baik sangat
berpengaruh terhadap penerapan SIDJP di KPP Pratama Bekasi Barat. Kualitas jaringan LAN,
WAN, ataupun jaringan lainnya di KPP Pratama Bekasi Barat sudah baik dan mendukung dalam
penerapan SIDJP. Hal tersebut ditegaskan dari hasil wawancara informan 4 sebagai berikut:
“Dukungan jaringan sangat baik, karena kecepatan internet sudah cukup bagus
sehingga untuk mengakses data tidak perlu menunggu terlalu lama”
Kualitas jaringan LAN, WAN, ataupun jaringan lainnya di KPP Pratama Bekasi Barat
memang sudah terbilang berjalan dengan baik. Namun, kondisi di lapangan terkadang dapat
berubah sewaktu-waktu. Kualitas jaringan tersebut terkadang masih sering atau terkadang
mengalami kendala seperti offline, penurunan kecepatan, dan lainnya. Hal tersebut tentu saja dapat
berpengaruh terhadap penerapan SIDJP yang berjalan menjadi kurang optimal. Sebagaimana
ditegaskan oleh hasil wawancara dari informan 8 sebagai berikut:
“Bagus tetapi sesekali masih sering offline”
SIDJP sudah diterapkan di KPP Pratama Bekasi Barat, namun dalam penerapannya
tersebut masih terdapat beberapa kendala sehingga penerapan tersebut dapat berjalan tidak
optimal. Kendala dalam penerapan SIDJP di KPP Pratama Bekasi Barat yaitu tidak adanya SOP.
Tidak adanya SOP merupakan salah satu kendala terbesar ketika pegawai menjalankan sistem
10
tersebut sehingga tidak adanya ketegasan. Hal tersebut didukung dari hasil wawancara informan 1
sebagai berikut:
“Penerapannya di sini tidak ada SOP, jadi terkadang masih kurang tegas. Namun
hal-hal yang berhubungan dengan Wajib Pajak diselesaikan dengan baik oleh sistem ini”
Kendala lainnya dalam penerapan SIDJP di KPP Pratama Bekasi Barat yaitu masih
terdapat beberapa fitur dalam SIDJP yang belum efektif sehingga hal tersebut dapat berpengaruh
terhadap penggunaannya. Fitur-fitur dalam SIDJP seharusnya perlu diperhatikan kembali
dikarenakan merupakan hal yang sangat penting agar pegawai dapat megunakan SIDJP dengan
baik sehingga tujuan dari penerapan SIDJP dapat tercapai. Hal tersebut didukung dari hasil
wawancara informan 2 sebagai berikut:
“Sudah dijalankan meskipun masih terdapat beberapa fitur yang belum efektif
penggunaannya”
Peneliti berpendapat bahwa penerapan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak sudah
diterapkan dengan baik di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bekasi Barat sejak Oktober 2015.
Penerapan tersebut sudah dilakukan dengan baik terbukti dari ketersediaan jaringan LAN dan
WAN dengan koneksi internet yang cukup baik. Meskipun telah diterapkan dengan baik, peneliti
berpandapat bahwa Standard Operating Procedure (SOP) sangat dibutuhkan.
b) Penempatan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak dan Jumlah Komputer di
KPP Pratama Bekasi Barat
Aplikasi SIDJP sudah diterapkan di KPP Pratama Bekasi Barat pada berbagai seksi atau
bagian dengan jumlah yang berbeda-beda dengan sambungan server yang sama yaitu pada Kantor
Pusat. Pada seksi pelayanan sebanyak 15 komputer yang tersambung pada SIDJP, pada seksi PDI
dan penagihan masing-masing memiliki 6 komputer, pada Sub Bagian Umum dan TPT masing-
11
masing memiliki 10 komputer dan pada seksi pemeriksaan terdapat 12 komputer yang
menyambung ke server aplikasi SIDJP yaitu Kantor Pusat. Adapun juga, pada seksi ekstensifikasi,
seksi waskon 1 sampai dengan 3 masing-masing seksi memiliki 8 komputer yang tersambung.
Pada seksi waskon 4 memiliki 7 komputer yang dapat tersambung untuk mengakses SIDJP.
Berikut terdapat tabel yang menunjukkan penempatan SIDJP di KPP Pratama Bekasi Barat adalah
sebagai berikut:
Tabel 5. Penempatan SIDJP dan Jumlah Komputer
di KPP Pratama Bekasi Barat Sumber:
Seksi PDI,
2017
Hal ini
menunjukan
bahwa
seluruh seksi
di KPP
Pratama
Bekasi Barat sudah menggunakan komputer untuk mempermudah penerapan SIDJP. Selain itu,
selurug pegawai di KPP Pratama Bekasi Barat sudah memiliki fasiltas komputer masing-masing
yang tersambung dengab SIDJP. Hal tersebut berdampak posif terhadap penerapan SIDJP dan
kinerja pegawai di KPP Pratama Bekasi Barat.
c) Kualitas Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) dengan Sistem
Informasi Perpajakan Modifikasi (SIPMOD)
No Nama Bagian Jumlah
1 Seksi Pelayanan 15
2 Seksi PDI 6
3 Seksi Penagihan 6
4 Seksi Pemeriksaan 12
5 Seksi Ekstensifikasi 8
6 SubBagian Umum dan KI 10
7 Seksi Waskon 1 8
8 Seksi Waskon 2 8
9 Seksi Waskon 3 8
10 Seksi Waskon 4 7
12 TPT 10
Jumlah 98
12
Aplikasi yang diterapkandi KPP Pratama Bekasi Barat sebelum Sistem Informasi
Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) adalah Sistem Informasi Perpajakan Modifikasi (SIPMOD).
Terdapat perbedaan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) dengan Sistem Informasi
Perpajakan Modifikasi (SIPMOD) baik dari segi negatif maupun positif. Namun, Sistem Informasi
Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) cenderung lebih baik dibandingkan dengan Sistem Informasi
Perpajakan Modifikasi (SIPMOD).
Kualitas SIDJP di KPP Pratama Bekasi Barat dalam proses penyelesaian suatu kasusnya
terbilang mudah dan lebih jelas. Namun, SIPMOD dalam proses menyelesaikan suatu kasusnya
terbilang sulit. Hal itu menyatakan bahwa SIDJP cenderung lebih baik dibandingkan dengan
SIPMOD. Sebagaimana ditegaskan informan 1 Bapak Tulus Suparto selaku kepala seksi PDI
sebagai berikut:
“Seiring berkembangnya teknologi, aplikasi SIDJP semakin baik kualitasnya
dibandingkan aplikasi sebelumnya. Jika aplikasi sebelumnya proses penyelesaian kasusnya
sulit, sedangkan aplikasi SIDJP penyelesaian kasus sudah mudah dan lebih jelas”
Proses penyelesaian kasus pada SIDJP di KPP Pratama Bekasi Barat terbilang mudah dan
lebih jelas lantaran kasus tersebut sudah ada di didalam sistem ketika pegawai log in. Namun,
dalam proses penyelesaian kasus pada SIPMOD lebih sulit lantaran kasus ada jika berkas masuk
terlebih dahulu. Hal tersebut ditegaskan dalam hasil wawancara informan 2 selaku staff seksi PDI
sebagai berikut:
“Lebih baik dari aplikasi sebelumnya. Aplikasi SIDJP kasus sudah ada di dalam sistem
apabila pegawai log in. sedangkan, aplikasi sebelumnya yaitu SIPMOD, kasusnya ada jika
berkas masuk terlebih dahulu”
Kualitas SIDJP dengan SIPMOD juga memiliki perbedaan dalam hal sanksi. Kualitas
SIDJP dalam hal tersebut lebih baik dibandingkan SIMPOD. Pada SIDJP, apabila wajib pajak
terdapat sanksi maka langsung update di profile wajib pajak. Sedangkan, pada SIPMOD terdapat
13
sanksi tetapi harus di input terlebih dahulu. Hal ini ditegaskan oleh hasil wawancara dari informan
3 selaku kepala seksi pelayanan sebagai berikut:
“Lebih baik dan lebih mudah dari aplikasi sebelumnya dikarenakan apabila wajib
pajak terdapat sanksi maka langsung terupdate di profile wajibpajak. Sedangkan aplikasi
sebelumnya harus diinput terlebih dahulu”
SIDJP juga selalu melakukan perubahan dibandingkan SIPMOD. Pada fitur dan data yang
dapat diakses dalam SIDJP selalu berkembang dan kualitasnya meningkat dibandingkan SIPMOD.
Hal itu ditegaskan pada informan 4 selaku staff seksi pelayanan sebagai berikut:
“Seiring dengan berkembangnya teknologi, maka saat pergantian aplikasi
sebelumnya ke aplikasi SIDJP selalu melakukan upgrade sehingga setiap tahun semakin
berkembang baik fitur maupun data yang bisa diakses”
Pada SIDJP dalam hal pengawasan terhadap wajib pajak jauh lebih mudah dibandingkan
SIPMOD. Berkas pada pengawasan wajib pajak hanya perlu di upload dan tidak perlu di cetak.
Sedangkan, pada SIPMOD dalam hal pengawasan wajib pajak harus dicetak terlebih dahulu dan
kurang efisien. Hal tersebut didukung dari hasil wawancara informan 5 selaku kepala seksi
Pengawasan dan Konsultasi (Waskon) sebagai berikut:
“Pengawasan terhadap wajib pajak mudah dan aman. Selain itu, lebih efisien
dikaenakan apabila ada berkas cukup upload saja, tidak perlu dicetak”
Pengawasan terhadap wajib pajak pada SIDJP juga mengalami perbedaan dibandingkan
SIPMOD. Hal itu dilihat dari data-data wajib pajak yang dapat di back up pada SIDJP, sedangkan
pada SIPMOD data-data wajib pajak tidak dapat di back up dan mudah hilang. Sebagaimana
ditegaskan dalam hasil wawancara informan 6 selaku staff seksi Pengawasan dan Konsultasi
(Waskon) sebagai berikut:
“Lebih baik dari aplikasi sebelumnya karena lebih sederhana dan tidak rumit serta
data-data dapat di back-up pada aplikasi SIDJP”
14
Kualitas SIDJP dengan SIPMOD juga mengalami perbedaan dalam hal data-data wajib
pajak. Pada SIDJP data-data wajib pajak tersimpan dengan baik, sedangkan pada SIPMOD data-
data wajib pajak mudah hlang. Penerapan SIDJP sudah jauh lebih baik dibandingkan SIPMOD.
Hal tersebut didukung dari hasil wawancara yang disampaikan oleh informan 7 selaku kepala
penagihan sebagai berikut:
“Penerapannya sudah jauh lebih baik dari sistem sebelumnya. Data-data seperti SPT
dan lainnya tersimpan baik di sistem berbeda dengan aplikasi sebelumnya, mudah hilang”.
Kualitas SIDJP dengan SIPMOD memang mengalami perbedaan yang sangat pesat. Secara
umum yang menunjukkan perbedaan tersebut yaitu SIDJP lebih modern, canggih dan lebih
lengkap dibandingkan SIPMOD. Hal itu terlihat bahwasanya sampai saat ini SIPMOD diganti
menjadi SIDJP. Sebagaimana disampaikan informan 8 selaku staff seksi penagihan sebagai
berikut:
“Lebih modern, canggih dan lengkap serta lebih simple daripada aplikasi sebelumnya”.
Berikut adalah tabel yang menunjukan hasil wawancara tentang perbedaan kualitas Sistem
Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) dengan Sistem Informasi Perpajakan Modifikasi
(SIPMOD):
Tabel 6. Kualitas Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak dengan aplikasi Sistem
Informasi Perpajakan Modifikasi (SIPMOD)
Keterangan Aplikasi Sebelumnya
(SIPMOD) Aplikasi SIDJP
Seksi PDI Proses penyelesaian suatu
kasus sulit di monitor.
Misalkan kasus ada jika ada
berkas masuk
Proses penyelesaian suatu
kasus termonitor dengan
jelas dan mudah karena
sudah ada di dalam sistem
jika pegawai log in.
Seksi Pelayanan Jika ada sanksi atau produk
hokum harus direkam
terlebih dahulu
Jika ada sanksi langsung
terupdate. Tetapi fitur
SIDJP masih kurang, harus
di perbaharui kembali
Seksi Waskon Berkas-berkas pendukung
harus dicetak saat meminta
Pengawasan WP mudah,
aman, dan efisien. Apabila
ada berkas cukup di upload.
15
persetujuan. Lebih rumit dan
data jarang di back up
Tidak perlu dicetak data-
data dapat di back up.
Seksi Penagihan
Data-data WP mudah hilang
Data-data WP tersimpan
baik di sistem serta lebih
modern, canggih, lengkap,
dan simple
Sumber: Wawancara Narasumber, 2017
d) Komponen Kualitas Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) menurut
Teori DeLone dan McLean
Kulitas sistem informasi dapat dikatakan baik apabila telah mencakup 5 komponen
menurut teori DeLone dan McLean. Komponen-komponen tersebut antara lain terdiri dari
fleksbilitas sistem, keandalan sistem, kecepatan akses, kemudahan pengguna dan keamanan
sistem. Kualitas SIDJP di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bekasi Barat telah mencakup 5
komponen tersebut.
Komponen kualitas sistem yang pertama yaitu fleksibilitas sistem. Fleksibilitas sistem
merupakan kemampuan sistem informasi dalam memenuhi kebutuhan pengguna. Kuliatas SIDJP
pada KPP Pratama Bekasi Barat telah mencakup komponen tersebut. SIDJP di KPP tersebut telah
memberikan informasi yang beranfaat kepada pegawai. Hal itu ditegaskan oleh informan 1 selaku
kepala seksi PDI sebagai berikut:
“SIDJP memberikan informasi untuk pegawai yang sangat bermanfaat dan
relavan sehingga pegawai tidak mengalami kesalahan dalam pekerjaannya”.
Fleksibiltas sistem juga dapat dilihat apabila sistem tersebut adalah suatu sistem yang
paling utama untuk digunakan. SIDJP di KPP Pratama Bekasi Barat merupakan basis data utama
untuk memulai suatu pekerjaan sehingga dapat disimpulkan bahwasanya SIDJP juga mencakup
komponen fleksibilitas sistem. Hal itu ditegaskan oleh informan 2 selaku staff pelaksana PDI
sebagai berikut:
“Sangat bermanfaat karena merupakan basis data utama KPP pratama Bekasi Barat”.
16
Komponen yang kedua yaitu keandalan sistem. Sistem dapat dikatakan andal apabila
sistem tersebut tidak mengalami suatu masalah dan dapat diandalkan. SIDJP di KPP Pratama
Bekasi Barat sudah mencakup komponen tersebut lantaran data yang diterima oleh pegawai
dengan data yang terdapat di SIDJP tidak mengalami perbedaan. Data yang sama diterima oleh
pegawai dan SIDJP merupakan salah satu contoh bahwasanya SIDJP merupakan sistem yang andal
lantaran tidak adanya kesalahan. Hal ini didukung hasil wawancara informan 5 selaku kepala seksi
waskon sebagai berikut:
“Data yang diterima oleh pegawai dengan yang ada di SIDJP sudah sama”.
Keandalan sistem dalam SIDJP di KPP Pratama Bekasi Barat dipengaruhi dengan
terhubungnya server dengan pusat yang sama. Apabila data di dalam server terpusat mengalami
kesalahan maka otomatis data yang diterima oleh pegawai di KPP Pratama Bekasi Barat juga
mengalami hal yang sama. Hal ini ditegaskan oleh informan 6 selaku staff pelaksana waskon
sebagai berikut:
”Semua data yang diterima pegawai sama, tidak ada perbedaan karena terpusat
semuanya”.
Komponen yang ketiga yaitu kecepatan akses. Apabila akses SIDJP memiliki kecepatan
optimal maka dapat dikatakan SIDJP yang diterapkan mempunyai kualitas sistem yang baik.
SIDJP di KPP Pratama Bekasi Barat sudah mencakup komponen tersebut, namun jika terjadi
kerusakan pada pusat maka akan mengalami keterlambatan. Hal ini didukung oleh informan 3
selaku kepala seksi pelayanan sebagai berikut:
“Jaringan yang tersambung ke SIDJP sudah baik, sehingga informasi yang
diterima pun tidak mengalami keterlambatan, namun kembali lagi kepada pusat”.
SIDJP di KPP Pratama Bekasi Barat dalam hal pembayaran ataupun pelaporan terkandang
masih menunggu sinkronisasi. Hal tersebut secara tidak langsung menyatakan bahwasanya
17
kecepatan akses terkadang masih mengalami kendala di KPP Pratama Bekasi Barat. Sebagaimana
ditegaskan oleh informan 4 selaku staff pelaksana seksi pelayanan sebagai berikut:
“Terkadang mengalami keterlambatan. Untuk pembayaran dan pelaporan saja
terkadang masih menunggu sinkronisasi”.
Komponen selanjutnya yaitu kemudahan pengguna. SIDJP dapat dikatakan berkualitas
apabila sistem tersebut dirancang untuk memenuhi kepuasan pegawai di KPP Pratama Bekasi
Barat. Pegawai di KPP Pratama Bekasi Barat mudah untuk mendapatkan informasi lantaran
informasi yang dibutuhkan sudah jelas dan lengkap pada SIDJP. Hal ini didukung oleh informan
7 selaku kepala seksi penagihan sebagai berikut:
“Informasi sudah lengkap dan jelas sehingga pegawai lebih mudah untuk mendapatkan
informasi melalui SIDJP”.
Data yang terdapat di SIDJP pada KPP Pratama Bekasi Barat sangat jelas sehingga
memudahkan pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya. Hal tersebut secara tidak langsung
SIDJP dapat memenuhi kepuasan pegawai lantaran pegawai dengan mudah mendapatkan data
untuk keperluan pekerjaannya. Sebagaimana ditegaskan oleh informan 8 selaku staff pelaksana
penagihan sebagai berikut:
“Sangat jelas, karena semua data yang disajikan di SIDJP mudah untuk pegawai
dalam melaksanakan pekerjaannya”.
Komponen yang terakhir yaitu keamanan sistem. Keamanan sistem dapat dilihat melalui
data pengguna yang aman disimpan oleh SIDJP. Apabila data pengguna dapat disimpan oleh
SIDJP secara aman maka akan memperkecil kesempatan dalam menyalahgunakan data pengguna.
SIDJP di KPP Pratama Bekasi Barat memiliki keamanan lantaran para pegawai mempunyai kode
akses seperti password yang berbeda-beda. Hal ini ditegaskan oleh informan 5 selaku kepala seksi
waskon sebagai berikut:
“Terdapat password untuk log in jadi tidak mungkin sembarangan untuk dibuka”.
18
Keamanan sistem pada SIDJP di KPP Pratama Bekasi Barat juga terhubung pada kantor
pusat. Kantor pusat memiliki peranan yang sangat kuat pada SIDJP di setiap pegawai lantaran
SIDJP terhubung pada server yang sama. Sebagaimana ditegaskan oleh informan 6 selaku staff
pelaksana seksi waskon sebagai berikut:
“Jaringan tersambungnya SIDJP hanya ke kantor pusat. Hal itu otomatis sudah pasti
aman karena dikendalikan oleh sistem terpusat”.
Bedasarkan hasil wawancara yang telah dipaparkan di atas. maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
Tabel 7. Komponen Kualitas Sitem Informasi Sumber:
Wawancara
Narasumber,
2017
Komponen PDI Pelayanan Waskon Penagihan
Fleksibelitas
Sistem
Aplikasi SIDJP
memberikan
informasi
bermanfaatkepa
da pegawai dan
relevan karena
SIDJP
merupakan basis
data utama KPP
Memberikan
informasi
bermanfaat
karena SIDJP
sistem identik di
KPP
Bermanfaat
dan relevan.
Informasi di
SIDJP
dibutuhkan
oleh pegawai
Bermanfaat karena
seluruh infromasi
ada di SIDJP
Keandalan
Sistem
Data SIDJP
sama dengan
data yang
diterima
pegawai
sehingga tidak
mengalami
kesalahan data
yang dibutuhkan
Sejauh ini
informasi yang
diterima oleh
pegawai dari
SIDJP sudah
sama
Data yang
diterima oleh
pegawai sudah
sama karena
terpusat jadi
semuanya
sama
Data sudah
sepenuhnya sama
namun jika ada
perbedaan
kesalahan terdapat
pada pengguna
Kecepatan
Akses
Jika tidak ada
kerusakan
sistem,
informasi yang
diterima
pegawai lengkap
dan bisa
langsung
diterima
Jika terjadi
kerusakan pada
pusat, maka data
yang diterima
pun mengalami
keterlambatan
informasi.Untuk
pembayaran
atau pelaporan
dan masih
menunggu
sinkronisasi
Yidak
mengalami
keterlambatan,
jika
mengalami
keterlambatan
bsa diatasi
Balik lagi kepada
pegawai apakah
cepat menanggapi
atau tidak
Kemudahan
Pengguna
Informasinya
sudah lengkap
dan jelas
Sangat jelas,
karena aplikasi
mudah dipahami
Sudah sangat
jelas dan
lengkap jadi
Sudah jelas dan
informasinya
sudah lengkap
19
Peneliti berpendapat bahwa SIDJP yang diterapkan di KPP Pratama Bekasi Barat sudah
mencakup kelima komponen tersebut. Komponen tersebut terdiri dari fleksibilitas sistem,
keandalan sistem, kecepatan akses, kemudahan pengguna dan keamanan sistem. Namun, dalam
hal kecepatan akses terkadang masih sering terjadi keterlambatan. Keterlambatan tersebut
disebabkan oleh kantor pusat lantaran SIDJP terhubung dengan satu server yang terpusat.
e) Proses Kerja Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) pada Seluruh
Bagian di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bekasi Barat
Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) di KPP Pratama Bekasi Barat di
tempatkan hampir di seluruh bagian di KPP tersebut. Proses kerja aplikasi SIDJP memiliki
perbedaan dari satu seksi dengan seksi lainnya. Adapun proses kerja aplikasi SIDJP di KPP
Pratama Bekasi Barat adalah sebagai berikut:
1) Proses Kerja Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak di Bagian Tempat
Pelayanan Terpadu (TPT)
sehingga
memudahkan
pegawai
mudah
digunakan
pegawai
sehingga pegawai
lebih mudah untuk
mendapatkan
informasi
Keamanan
Sitem
Sudah aman,
lantaran sistem
terpusat dan
memliki
password tiap
pegawai
Aplikasi SIDJP
punya kode
akses untuk
setiap pegawai
jadi udah pasti
aman
Sudah pasti
aman, karena
para pegawai
ada kode akses
dan sudah
terpusat pada
Kantor Pusat
Masing-masing
pegawa password-
nya berbeda,
jangankan orang
lain antar pegawai
aja mungkin tidak
tahu. Otomatis
aman
20
Proses kerja Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) di bagian Tempat
Pelayanan Terpadu (TPT) hanya digunakan untuk update data wajib Pajak apabila terdapat
permohonan perubahan status dari wajib pajak meliputi perubahan jenis wajib pajak, Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP), nama wajib pajak dan tanggal aktif. Penerapan SIDJP untuk proses
permohonan waib pajak selain permohonan perubahan status wajib pajak dan proses pelaporan
SPT menggunakan aplikasi TPT lokal. Hal tersebut untuk menantisipasi apabila terjadi gangguan
jarigan internet pada SIDJP dikarenakan server terhubung pada kantor pusat. Berikut adalah proses
SIDJP di bagian TPT sebagai berikut:
Gambar 6. Proses Kerja SIDJP Bagian Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) Sumber: Bagian Pelayanan, 2017
Berdasarkan gambar di atas proses kerja Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak pada
Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) lokal hanya sementara karena proses permohonan Wajib Pajak
selain permohonan perubahan status Wajib Pajak dan pelaporan SPT. Setelah itu, akan
dipindahkan ke server aplikasi SIDJP di Kantor Pusat oleh operator console setiap satu menit.
Berkas permohonan Wajib Pajak selanjutnya diserahkan kepada AR (Account Representative)
yang berwenang atau pegawai di seksi pelayanan sesuai permohonan yang diajukan, sedangkan
berkas pelaporan SPT diberikan kepada seksi Pengelola Data dan Informasi (PDI) untuk diinput
dan data WajibPajak di update.
2) Proses Kerja Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) di Bagiam
Pemeriksaan
21
Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) diterapkan pada bagian pemeriksaan.
Proses kerja SIDJP di bagian pemeriksaan memiliki tujuan untuk melakukan pengawasan,
pemeriksaan, penerbitan Laporan Hasil Pemeriksaan (LPH), penerbitan nota perhitungan,
penyaluran surat perintah pemeriksaan pajak serta administrasi perpajakan. Alur proses kerja
SIDJP di bagian pemeriksaan sebagai berikut:
Gambar 7. Proses Kerja SIDJP Bagian Pemeriksaan
Sumber: Bagian Pemeriksaan, 2017
Berdasarkan gambar di atas pemeriksa melakukan pemeriksaan dan hasi tersebut akan di
input dengan menu Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) dalam bentuk nota
perhitungan, kemudian terbit menjadi kasus di menu manajemen kasus. Setelah itu, diberikan
kepada pegawai bagian pelayanan beserta laporan hasil pemeriksaan dan nota perhitungan ntuk
dilakukan koreksi dan dicetak. Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dan nota perhitungan
merupakan dokumen yang sangat penting di bagian pemeriksaan.
3) Proses Proses Kerja Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) di
Bagian Pengawasan dan Konsultasi
Proses kerja Sistem Iinformasi Direktorat Jenderal Pajak di Bagian Pengawasan dan
Konsultasi terdiri dari 2 proses yaitu proses permohonan wajib pajak dan proses pengawasan wajib
pajak. Proses permohonan wajib pajak dapat berupa penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP) dan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP). Sedangkan, proses
pengawasan wajib pajak dapat berupa rekonsiliasi data wajib pajak yang dilakukan oleh AR
(Account Represintative). Tujuan dilakukan proses ini adalah untuk mengawasi hak dan kewajiban
22
wajib pajak dalam hal perpajakan agar penerimaan pajak dapat lebih optimal. Berikut penjelasan
masing-masing proses kerja SIDJP pada bagian Pengawasan dan Konsultasi:
a. Proses Permohonan Wajib Pajak
Gambar 8. Proses Permohonan Wajib Pajak Bagian Waskon
Sumber: Bagian Waskon, 2017
Berdasarkan gambar di atas, AR (Account Representative) melakukan proses permohonan
wajib pajak apabila berkas-berkas yang diberikan dari erkas-berkas yang diberikan dari bagian
TPT, selanjutnya dilakukan pengecekkan kelengkapan berkas baik syarat formal maupun syarat
material permohonan yang diajukan wajib pajak. Berkas yang telah memenuhi syarat, maka AR
akan memproses permohonan tersebut dengan memasukkan permohonan ke menu aplikasi
administrasi SIDJP untuk dijadikan kasus. Sedangkan berkas-berkas permohonan yang belum
memenuhi persyaratan, maka AR akan menghubungi wajib pajak yang bersangkutan untuk
melengkapi berkas-berkas yang masih kurang. Setelah mucul di manajemen kasus, AR akan
melakukan verifikasi kasus tersebut kepada kepala seksi pengawasan dan konsultasi serta kepada
kepala kantor beserta berkas-berkas permohonan. Setelah mendapatkan persetujuan dari kepala
seksi waskon dan kepala kantor, maka AR akan melanjutkan kasus kepada pegawai pelayanan
beserta berkas-berkas untuk dilakukan pengecekkan dan kasus telah selesai.
23
b. Proses Pengawasan Wajib Pajak
Gambar 9. Proses Pengawasan Wajib Pajak Bagian Waskon
Sumber: Bagian Waskon, 2017
Berdasarkan gambar di atas, pegawai waskon melakukan log in di SIDJP untuk
memonitoring profil Wajib Pajak mendapatkan informasiya. Setelah itu, pegawai dapat
mengawasi informasi Wajib Pajak dari aplikasi SIDJP dan semua informasi Wajib Pajak semuanya
tersedia di aplikasi SIDJP. Pengawasan wajib pajak dilakukan agar wajib pajak dapat melunasi
kewajiban maupun hak perpajakannya. Proses pengawasan wajib pajak nantinya diharapkan
penerimaan pajak di KPP Pratama Bekasi Barat agar jauh lebih meningkat setiap tahunnya.
4) Proses Kerja Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) di Bagian
Pelayanan
Proses kerja SIDJP di bagian Pelayanan terdiri dari 3 proses yaitu proses input data dan
mencetak permohonan wajib pajak, proses pencetakan Surat Keputusan Pengembalian Kelebihan
Pembayaran Pajak (SKPKPP) dan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP), serta
proses pencetakkan pemindahbukuan. Masing-masing proses kerja tersebut memiliki tujuan yang
berbeda-beda.
Tujuan input data dan mencetak permohonan wajib pajak agar data-data dari wajib pajak
dapat disimpan dengan baik di SIDJP. Selain itu, permohonan wajib pajak dicetak agar wajib pajak
mendapatkan bukti bahwasanya mereka telah dikukuhkan menjadikan wajib pajak dan sebaliknya.
24
Tujuan dari pencetakan SKPKPP dan SPMKP yaitu agar wajib pajak mendapatkan bukti dari
dokumen tersebut bahwasanya wajib pajak tersebut telah mendapatkan persetujuan untuk
melakukan pengembalian kelebihan pembayaran pajak dan membayar kelebihan pajak.
Selanjutnya, tujuan dari pemindahbukuan yang dicetak merupakan penyesuaian atas pembayaran
dan penyetoran pajak yang dilakukan wajib pajak di KPP Pratama Bekasi Barat.
Berikut penjelasan masing-masing proses kerja SIDJP pada bagian Pelayanan:
a. Input Data dan Mencetak Permohonan Wajib Pajak
Gambar 10. Proses Input Data dan Mencetak Permohonan Wajib Pajak
Bagian Pelayanan
Sumber: Bagian Pelayanan, 2017
Berdasarkan gambar di atas, pegawai di bagian pelayanan menerima berkas permohonan
wajib pajak. Selanjutnya, permohonan tersebut di input melalui menu aplikasi administrasi SIDJP
untuk dijadikan kasus sehingga muncul di menu manajemen kasus pegawai pelayanan dan muncul
juga di manajemen kasus AR yang berwenang. Kasus yang telah muncul di manajemen kasus AR,
berkas dari bagian pelayanan akan diserahkan ke AR untuk diproses. Setelah itu, AR
menyelesaikan kasus dan konsep permohonan akan diberikan kepada pegawai pelayanan kembali
untuk di cek ulang kemudian di cetak dan kasus selesai.
25
b. Pencetakan Surat Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak
(SKPKPP) dan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP)
Gambar 11. Pencetakan SKPKPP dan SPMKP Bagian Pelayanan
Sumber: bagian pelayanan, 2017
Berdasarkan di atas, pegawai pelayanan menerima konsep SKPKPP dan nota hitung
SKPKPP. Pegawai pelayanan lalu membuat SKPKPP dan membuat konsep SPMKP di aplikasi
serta dicetak SPMKP. Setelah itu, pegawai menerbitkan nomor SPMKP dan dicetak SPMKP
tersebut.
c. Pencetakan PBK (Pemindahbukuan)
Gambar 12. Pencetakan Pemindahbukuan Bagian Pelayanan
Sumber: bagian pelayanan, 2017
Berdasarkan gambar di atas, proses berawal dari diterimanya konsep pemidahbukuan yang
telah diperiksa oleh AR. Selanjutnya, konsep pemindahbukuan di cek ulang oleh pegawai bagian
26
pelayanan dengan dibandingkan antara konsep pemindahbukuan (hardcopy) dan data
pemindahbukuan di manajemen kasus (softcopy). Setelah semuanya sama, maka akan langsung
dicetak dan kasus selesai.
5) Proses Kerja Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) di Bagian
Penagihan
Proses kerja Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) apabila terdapat wajib
pajak yang tidak membayar tunggakan pajak sampai lewat jatuh tempo yang telah diatur. Pada
bagian penagihan dapat mengetahui wajib pajak yang mempunyai tunggakan hutang pajak dari
data di menu informasi dan monitoring di SIDJP. Berikut merupakan alur proses kerja SIDJP di
bagian penagihan adalah sebagai berikut:
Gambar 13. Proses Kerja SIDJP Bagian Penagihan
Sumber: bagian penagihan, 2017
Berdasarkan gambar diatas, Tunggakan pajak dari beberapan Wajib Pajak diketahui dari data
di menu informasi dan monitoring serta sub menu register ketetapan hasil penelitian AR dan hasil
pemeriksaan di bagian pemeriksa. Selanjutnya, dilakukan perhitungan nominal tunggakan dan
tanggal jatug tempo dari data tersebut kemudian dapatdilihat pada menu manajemen kasus. Setelah
27
itu maka wajibpajak berhak menerima produk penagihan seperti surat tegur, surat paksa, dan
lainnya yang diverifikasi terlebih dahulu ke kepala seksi penagihan dan kepala kantor lalu dicetak.
6) Proses Kerja Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) di Bagian
Pengelola Data Informasi (PDI)
Proses Kerja SIDJP di Bagian Pengelolaan Data Informasi (PDI) terdiri dari 2 proses
yaitu penambahan atau penghapusan wajib pajak AR yang bersangkutan dan perekaman SPT Masa
dan Tahunan. Tujuan dari proses penambahan atau penghapusan wajib pajak AR yang
bersangkutan yaitu agar wajib pajak dikukuhkan atau dihapuskan menjadi wajib pajak di KPP
Pratama bekasi barat. Selanjutnya, tujuan perekaman SPT Masa dan Tahunan yaitu agar data-data
wajib pajak tersimpan dengan baik pada SIDJP di KPP Pratama Bekasi Barat/ Berikut penjelasan
dari masing-masing proses kerja SIDJP di bagian PDI:
a. Penambahan atau penghapusan Wajib Pajak AR yang bersangkutan
Gambar 14. Proses Penambahan atau Penghapusan Wajib Pajak AR yang bersangkutan
Bagian PDI
Sumber: Bagian Pengelola Data Informasi (PDI)
Berdasarkan gambar di atas, pemberitahuan penambahan atau penghapusan Wajib Pajak
dari bagian TPT akan diterima oleh bagian PDI. Setalah data dierima di bagian PDI, maka pegawai
di bagian PDI melakukan update data. Selanjutnya, data yang telah di update di SIDJP maka akan
di konfirmasikan ke AR yang bersangkutan.
28
b. Perekaman SPT Masa dan Tahunan
Gambar 15. Proses Perekaman SPT Masa dan Tahunan Bagian PDI
Sumber: Bagian Pusat Data Informasi (PDI)
Berdasarkan gambar di atas, pegawai di bagian PDI memeriksa SPT Masa dan Tahunan
baik induk maupun lampiran. Kemudian, pegawai PDI membuka menu aplikasi administrasi
SIDJP untuk melalukan perekaman SPT masa dan tahunan. Setelah pegawai PDI melakukan
perekaman SPT masa dan tahunan, maka diperiksa pada sub menu SPT data entry.
B. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
1. Analisis Penerapan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) di KPP
Pratama Bekasi Barat
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) terus menjalankan dan menyempurnakan Sistem
Administrasi Perpajakan (SAP). Salah satunya dengan penerapan Sistem Informasi Direkorat
Jenderal Pajak yang lebih baik, akuntabel transparan, serta memanfaatkan sistem informasi
teknologi yang handal. Sistem tersebut juga memiliki tujuan agar dapat memberikan kemudahan
kepada pegawai dan pegawasan yang intensif kepada wajib pajak yang melaksanakan kewajiban
perpajakannya tidak sesuai dengan aturan perpajakan. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) melakukan
reformasi administrasi perpajakan yaitu dengan penerapan Sistem Informasi Direktorat Jenderal
Pajak (SIDJP).
Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) diluncurkan pada 6 November 2006
melalui peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-160/PJ/200 dan diterapkan oleh KPP di
29
seluruh Indonesia termasuk Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bekasi Barat. SIDJP
diterapkan pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bekasi Barat sesuai tanggal didirikannya
kantor tersebut yaitu pada bulan Oktober tahun 2015. Penerapan SIDJP di KPP Pratama Bekasi
Barat sudah diterapkan dengan sangat baik serta komponen-komponen yang lengkap. Masing-
masing pegawai disediakan 1 komputer yang terhubung dengan satu server yang sama guna
menerapkan SIDJP di KPP Pratama Bekasi Barat. Hal itu sesuai dengan McLeod (2007) mengenai
komponen-komponen sistem seperti hardware, software, dan brainware.
Hardware yang dimaksud dalam SIDJP di KPP Pratama Bekasi Barat yaitu dokumen-
dokumen perpajakan yang akan diinput. Selain itu, software yang dimaksud seperti komputer
masing-masing pegawai yang terhubung dengan server yang sama. Brainware di KPP Pratama
Bekasi Barat yaitu orang yang bertugas dalam menjalankan SIDJP tersebut seperti pegawai KPP
Pratama Bekasi Barat.
Penerapan SIDJP di KPP Pratama Bekasi Barat juga sudah sesuai prosedur kerja meskipun
tidak memiliki SOP. Meskipun tidak ada SOP juga sudah sesuai dengan visi dan misi di KPP
Pratama Bekasi Barat itu sendiri. Hal tersebut dikarenakan penerapan SIDJP sudah berjalan sesuai
dengan tujuannya. Sehingga visi dan misi KPP Pratama Bekasi Barat dapat terlaksana. Meskipun
penerapannya telah berjalan dengan baik serta sesuai dengan visi dan misi KPP tersebut, namun
terkadang masih terdapat beberapa kendala seperti dalam hal ketersediaan jaringan internet yang
belum berjalan dengan optimal lantaran masih sering terjadi offline serta penurunan kecepatan dari
pusat. Hal ini kurang sesuai dengan teori kesuksesan sistem menurut DeLone dan McLean (2003)
yaitu mengenai kecepatan akses.
Penerapan SIDJP juga memiliki kualitas atau kelebihan yang berbeda daripada aplikasi
sebelumnya (SIPMOD) sehingga SIDJP masih sering digunakan hingga saat ini. Perbandingan
30
kualitas Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) dengan Sistem Informasi Perpajakan
Modifikasi (SIPMOD) didapat informasi dari setiap pegawai sesuai seksi mengalami perbedaan.
Hal tersebut memberikan pengertian bahwasanya SIDJP jauh lebih baik dibandingkan SIPMOD
dikarenakan kelebihan SIDJP jauh lebih banyak daripada SIPMOD. Meskipun demikian, SIDJP
masih harus dikembangkan kembali sejalan dengan berkembangnya teknologi. Hal tersebut dapat
menjadikan SIDJP semakin berkembang dan memudahkan pegawai dalam melakukan
pekerjaannya.
Penerapan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) di Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Bekasi Barat sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan serta visi dan
misi di KPP Pratama Bekasi Barat. SIDJP juga memiliki kelebihan dalam hal kualitas informasi
dibandingkan dengan SIPMOD sehingga SIDJP masih sering digunakan hingga saat ini. SIDJP di
KPP Pratama Bekasi Barat berdasarkan hasil wawancara dari beberapa pegawai sudah mencakup
5 komponen dalam teori EUCS untuk mengukur baik atau buruknya kualitas sistem informasi.
Teori EUCS mengatakan apabila 5 komponen yang terdiri dari kelengkapan isi, keakuratan
data, kemudahan pengguna, format, dan ketepatan waktu dapat direalisasikan dengan baik maka
kinerja pegawai dalam penerapan aplikasi SIDJP juga akan meningkat dan berjalan dengan baik.
Knerja pegawai dalam penerapan aplikasi SIDJP di KPP Pratama Bekasi Barat berdasarkan hasil
wawancara dari beberapa pegawai sudah mencakup 5 komponen tersebut. Hal tersebut dapat
dilihat dalam tabel 9 mengenai hasil wawancara dari beberapa pegawai yang telah direduksi,
kemudiam dapat ditarik kesimppulan sebagai berikut:
1) Kelengkapan Isi : sudah memenuhi kebutuhan pegawai dan mendukung pekerjaan
pegawai karena semua data yang dibutuhkan pegawai terdapat seluruhnya di SIDJP
31
2) Keakuratan Data: sudah akurat sesuai data yang di input, namun hal itu dapat dilihat
kembali dari pengunanya apabila pengguna benar memasukkannya maka data
tersebut akurat dan sebaliknya. Data-data tersebut juga bisa diverifikasi ke lapangan
untuk mengecek keakuratnnya
3) Kemudahan Pengguna: Fitur yang digunakan pada SIDJP sudah memudahkan bagi
pengguna aplikasi tersebut dan memudahkan pengguna dalam melaukan
pekerjaannya. namun masih banyak fitur yang belum dimaksimalkan pegawai
4) Format: SIDJP sudah menghasilkan informasi sesuai dengan format dan tampilan
dengan jelas
5) Ketepatan waktu: Pengguna dapat memporelah data dari SIDJP tepat waktu namun
itu tergantung terhadap kecepatan intranet karena SIDJP terubung pada pusat jadi
apabila SIDJP dari pusat mengalami kendala maka hal tersebut mempengaruh
terhadap SIDJP di KPP tersebut
Berdasarkan hal tersebut maka dengan adanya penerapan SIDJP di KPP Pratama Bekasi
Barat dapat memudahkan pegawai dalam melakukan pekerjaannya atau dengan kata lain pegawai
di KPP Pratama Bekasi Barat merasa puas dalam mnggunakan SIDJP. Seperti yang telah dibahas
di tinjauan pustaka pada bab sebelumnya komponen kepuasan pengguna yang meningkatkan
kinerja, menurut teori EUCS seperti kelengkapan isi, keakuratan data, kemudahan pengguna,
format, dan ketepatan waktu.
Meskipun telah mencakup kelima komponen tersebut, dalam masalah ketepatan waktu
dapat dilihat dari kondisi di lapangan karena jaringan SIDJP masih terhubung dengan Kantor
Pusat. SIDJP di KPP Pratama Bekasi Barat masih mengalami kendala dalam ketepatan waktu yaitu
keterlambatan informasi data pembayaran atau pelaporan yang terjadi dari pusat dan sering offline.
32
Hal tersebut menjadikan data dari SIDJP yang nantinya tidak tepat waktu kembali lagi kepada
Kantor Pusat dikarenakan terhubung dengan satu server yang sama. Hal ini kurang sesuai dengan
teori EUCS yaitu mengenai ketepatan waktu. Hambatan tersebut tidak jarang mengakibatkan
penerapan dari kualitas tersebut tidak berjalan dengan maksimal.
Penerapan SIDJP di KPP Pratama Bekasi Barat juga mempunyai mekanisme kerja yang
berbeda-beda antar bagian. Mekanisme-mekanisme kerja yang dimiliki menjadikan SIDJP di KPP
Pratama Bekasi Barat termasuk sistem yang mempunyai manfaat ataupun fungsi yang baik sebagai
suatu teknologi informasi. Fungsi-fungsi tersebut menurut Murhada (2011) seperti capture,
processing, generation, storage dan retrieval.
Mekanisme kerja dari seluruh bagian memiliki manfaat sebagai proses penyusunan yang
terperinci (capture) dimana proses kerja di seluruh bagian di KPP Pratama Bekasi Barat dengan
data yang baik dan fitur yang jelas sehingga hasilnya terperinci. Selain itu, SIDJP juga memiliki
mekanisme kerja dengan mengumpulkan data seluruh wajib paja yang kemudian dianalisis dan
dihitung (processing). Data wajib pajak yang telah dianalisis tersebut dengan SIDJP kemudian
dapat diubah menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat seperti dokumen-dokumen penting dalam hal
perpajakan (generation). Data yang telah dikumpulkan dan dianalisis tersebut melalui SIDJP di
KPP Pratama Bekasi Barat juga bisa dilakukan proses penyimpanan data dan memiliki salinan
agar data tersebut tidak mudah hilang (storage dan retrieval).
Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan di atas, maka penerapan SIDJP di Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bekasi Barat sudah cukup baik dikarenakan kualitas sistem
informasi pada SIDJP lebih baik daripada aplikasi sebelumnya. Hal tersebut berdasarkan teori
EUCS yang mengatakan bahwasanya apabila sudah mencakup 5 komponen seperti kelengkapan
isi, keakuratan data, kemudahan pengguna, format, dan ketepatan waktu maka dapat dikatakan
33
sukses sistem tersebut. Penerapan SIDJP di KPP Pratama Bekasi Barat sudah mencakup kelima
komponen tersebut, namun kondisinya di lapangan masih terdapat beberapa kendala dalam
kecepatan akses dan tidak adanya aturan hokum seperti SOP yang menguatkan serta jaringan yang
terkadang offline. Proses penyelsaian pekerjaan di SIDJP pada seksi penagihan dan TPT tidak
merasakan pekerjaannya lebih cepat dengan adanya SIDJP.
Upaya perbaikan untuk mengatasi kekurangan atau hambatan pada SIDJP di KPP Pratama
Bekasi Barat perlu dilakukukan. Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa pegawai maka upaya-
upaya yang dilakukan antara lain seperti
a) Bekerja sama dengan pemerintah untuk dibuatkan SOP (Standard Operating
Procedure)agar memudahkan para pegawai di KPP Pratama Bekasi Barat dalam
menjalankan aplikasi SIDJP dengan efektif dan dapat meminimalisir kesalahan
dalam proses kerja SIDJP.
b) Melaksanakan In House Training maupun Transfer Knowladge serta Diadakan
pelatihan untuk menambah pengetahuan pegawai terhadap SIDJP agar kinerja
pegawai di KPP Pratama Bekasi Barat semakin leih baik. Selain itu, dengan kegiatan
tersebut dapat manjadikan kualitas SDM dari pegawai dalam penggunaan SIDJP
menjadi lebih meningkat.
c) Melaporkan ke kantor pusat jika mengalami keterlambatan sehingga data yang
diterima tepat waktunya.
d) Dilakukan perbaikan terhadap SIDJP karena setiap tahun teknologi semakin
berkembang. Selain itu, melakukan pengawasan rutin terhadap jaringan internet baik
di Kantor Pusat maupun di KPP Pratama Bekasi Barat. Hal tersebut dilakukan agar
dapat meminimalisir kekuran pada SIDJP setiap tahunnya.
34
e) Lebih kepada penggunanya agar menggunakan aplikasi SIDJP dengan tertib agar
tidak terjadi kesalahan di dalam SIDJP
f) Lebih diutamakan untuk fitur-fitur ditambahkan seiring dengan perkembangan
teknologi dengan ditambahkan menu, fitur-fitur dan terus berkembang sesuai
kemajuan teknologi. Hal tersebut dilakukan agar paa pegawai dapat beradaptasi
dengan perkembangan teknologi atau SIDJP setiap tahunnya.
Lebih dikembangkan lagi dan menambah informasi terutama yang berhubungan dengan Wajib
Pajak agar memudahkan pegawai dalam melihat data wajib pajaknya ketika mendapatkan sebuah
kasus sehingga dengan begitu dapat meningkatkan pendapatan dalam sektor pajak.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan dan hasil penelitian serta
pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dari penelitian yang
dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Aplikasi SIDJP mulai diterapkan di KPP Pratama Bekasi Barat pada bulan
Oktober tahun 2015 dengan didukung sarana dan prasarana yang baik dan
lengkap. Aplikasi SIDJP menggunakan 98 komputer yang terhubung pada
1 server yang sama yaitu terleteak di Kantor Pusat Direktorat Jenderal
Pajak. Penerapan aplikasi SIDJP mengenai kualitas sistem informasi
aplikasi SIDJP di KPP Pratama Bekasi Barat sudah cukup baik
dikarenakan penerapan sistem tersebut telah sesuai dengan 5 komponen
yang dikemukakan oleh teori EUCS yaitu kelengkapan isi, keakuratan,
tampilan, kemudahan pengguna dan ketepatan waktu. Meskipun sudah
cukup baik, kondisi di lapangan masih terdapat beberapa hambatan
khususnya dalam masalah kecepatan akses yang mengakibatkan ketepatan
waktu menjadi tidak optimal seperti terkadang masih terdapat gangguan
pada server sehingga error, terkadang mengalami offline dan not
responding, tidak adanya SOP yang berlaku serta gangguan lainnya seperti
masih terdapat data yang tidak sesuai antara data yang terdapat di aplikasi
SIDJP dengan data manual. Mengenai ketepatan waktu kembali lagi
kepada Kantor Pusat DJP yang menangani server bukan pihak individual.
A. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang dapat diberikan yaitu sebagai berikut:
1. Dilakukan pelatihan bagi para pegawai seperti In House Training dan Transfer
Knowladge untuk menambah pengetahuan pegawai terhadap SIDJP agar kinerja
pegawai di KPP Pratama Bekasi Barat semakin leih baik. Selain itu, dengan kegiatan
tersebut dapat manjadikan kualitas SDM dari pegawai dalam penggunaan aplikasi
SIDJP menjadi lebih meningkat.
2. Memberlakukan penghargaan dan hukuman secara kreatif sehingga pegawai lebih
bersemangat serta termotivasi dalam meningkatkan kinerjanya. Selain itu, dapat
melibatkan pegawai dalam pengambilan suatu keputusan penting dan memberikan
penghargaan pegawai teladan setiap bulannya.
DAFTAR PUSTAKA
AA. Anwar Prabu Mangkunegara. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Abimanyu, A. 2003. Reformasi Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.
Ahmar dan Kurniawan. 2007. Analisis Profitabilitas Sebelum dan Sesudah
Pemenuhan Corporate Govermance pada Perusahaan Manufaktur yang Go
Public di Bursa Efek Jakarta. Vol 7 No.3 Agustus.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Chaizi Nasucha, 2004, Reformasi Administrasi Publik. Jakarta: PT.Grasindo.
Davis, F.D. 1989. Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use and User
Acceptance of Information Technology. MIS Quarterly.
Dhanta, R. 2009. Pengantar Ilmu Komputer. Surabaya: INDAH.
Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: Raja
Grafindo.
Faisal. 2008. Sistem Informasi Manajemen Jaringan Malang: UIN-Malang Press.
Fuad, Anis dan Kandung Sapto Nugroho. 2014. Panduan Praktis Penelitian
Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Hasana Maulianni, 2016, Analisis Kepuasan Penggunaan Aplikasi Sistem
Direktorat Jenderal Pajak (Studi pada KPP Pratama Mojokerto).
Husman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. 2009. Metodologi Penelitian Sosial.
Jakarta: Bumi Aksara.
Jogianto, HM. 2005. Sistem Informasi Strategis. Yogyakarta: Andi
Kadir, Abdul. 2009. Pengenalan Sistem Informasi. Yogyakarta: Andi.
Mariana, 2013. Efektifitas SIDJP, Skripsi, vol.6 Desember 2013.Universitas
Brawijaya.
McLeod, Raymond dan Schell. 2007. Sistem Informasi Manajemen. Edisi 9.
Jakarta: PT Index.
Miles, M.B. dan Huberman, A.M. 1984. Qualitative Data Analysis: A Source Book
or New Methods, Beverly Hills: Sage Publication
2
Muhammad, Fadel. 2009. Reinventing Local Government: Pengalaman dari Daerah. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
Murhada dan Yo Ceng Giap. 2011. Pengantar Teknologi Informasi. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Nasucha, C. 2005. Reformasi Administrasi Publik: Teori dan Praktik. Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Nawawi, Hadari. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis yang Komperatif.
Yogyakarta: UGM Press.
O’Brien dan Marakas. 2010. Management Information System. McGraw Hill, New York.
Pandiangan, Liberty. 2008. Modernisasi dan Reformasi Pelayanan Perpajakan. Jakarta: PT.Elex
Media Komputindo.
Purhantara, Wahyu. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Untuk Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rahayu, Sri dan Lingga Salsalina Ita. 2009. Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi
Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survei atas Wajib Pajak Badan pada KPP
Pratama Bandung).
Rasul, J, Hamid, A. 2007, Teknologi Informasi dan Komunikasi 1. Jakarta: Yudhistira.
Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Saputra Rahadian, 2014, Analisis Penggunaan Aplikasi Sistem Informasi Direktorat Jenderal
Pajak (SIDJP) dan Kinerja Pegawai (Studi pada KPP Pratama Surabaya Gubeng).
Simamora, Henry. 2004. Riset Sumber Daya Manusia, Edisi kedua, Cetakan Ketiga. STIE YKPN,
Yogyakarta.
Sudiro, Achmad. 2011. Perencanaan Sumber Daya Manusia. Malang: UB Press.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Penerbit Alfabeta.
Sumistar, Aprilia. 2011. Pengaruh Minat Pemanfaatan Sistem Informasi dan Penggunaan Sistem
Informasi Terhadap Kinerja Individu (Studi pada PT. Samator Gas Industri). Universitas
Diponegoro Semarang.
Suparman. 2007. Catatan Praktek Perpajakan Kita. World Wide Web:
http://www.pajakonline.com
Sutabri, Tata. 2005. Sistem Informasi Manajemen.2005. Yogyakarta: Andi.
Sutarman. 2009. Pengantar Teknologi Informasi. Yogyakarta: Bumi Aksara.
Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2005. Manajemen Publik. Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia.
3
Tika, Moh Pabundi. 2010. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Yakub. 2012. Pengantar Sistem Informasi. Yogyakarta: Graha Ilmu..
Yuli, Sri Budi Cantika. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Malang: UMM Press.
Peraturan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak No.PER-160/PJ/2006 tentang Tata Cara
Penerimaan dan Pengelolaan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai.
Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak No.SE-19/PJ/2007 tentang Persiapan Penerapan Sistem
Administrasi Perpajakan Modern pada Kantor Wolayah DJP dan Pembentukan KPP
Pratama di Seluruh Indonesia.