analisis penerapan sistem bagi hasil deposito mudharabah...
TRANSCRIPT
i
ANALISIS PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL
DEPOSITO MUDHARABAH SIMPANAN SUKARELA
BERJANGKA (SISUKA) DI BMT AL HIKMAH
UNGARAN
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna
Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah (A.Md.E.Sy)
Disusun Oleh
HERMAWAN PUTRA KARTIKA AJI
NIM 64010150045
PROGRAM STUDI D III PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2018
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
―Bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya, dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya).
Kemudian akan diberi balasan kepadanya balasan yang paling sempurna (Q.S
An-Najm: 39-41)‖
PERSEMBAHAN
Untuk kedua orang tuaku,
Saudara-saudaraku, para dosenku,
Sahabat-sahabat seperjuangan D-III Perbankan Syariah,
Teman bermainku, dan teman spesialku.
vi
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas
ridho dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammada SAW yang telah
membawa umatnya dari zaman jahiliyah menuju zaman Islamiyah.
Tujuan dari penulisan Tugas Akhir yang berjudul ―Analisis Penerapan
Sistem Bagi Hasil Deposito Mudharabah Simpanan Sukarela Berjangka
(SISUKA) di BMT Al Hikmah‖ adalah untuk memenuhi persyaratan kelulusan
Program Studi Diploma III pada Jurusan D-III Perbankan Syariah di Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Selain itu penulis juga dapat mencoba
menerapkan dan membandingkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
di bangku kuliah dengan kenyataan yang ada di lingkungan kerja.
Penulis merasa bahwaa dalam menyusun laporan ini masih menemui
beberapa kesulitan dan hambatan, disamping itu juga menyadari bahwa penulisan
laporan ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan-kekurangan
lainnya, maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari semua pihak.
Menyadari penyusun laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
vii
2. Bapak Dr. Anton Bawono, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam IAIN Salatiga.
3. Bapak Ari Setiawan, M.M. selaku Ketua Jurusan D-III Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga.
4. Bapak Dr. Nafis Irkhami, M.Ag., M.A. sebagai dosen pembimbing yang
telah bersedia untuk meluangkan waktu untuk membimbing, memeriksa,
serta memberikan petunjuk-petunjuk serta saran dalam penyusunan
laporan ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen serta Karyawan Akademik IAIN Salatiga terlebih
kepada dosen-dosen di jurusan Perbankan Syariah IAIN Salatiga yang
banyak berjasa kepada prnulis.
6. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan dorongan moral, doa,
spiritual, materi dan kasih sayang kepada penulis.
7. Seluruh karyawan BMT Al Hikmah Ungaran, yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian hingga akhir.
8. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan semangat serta
dukungan sehingga Tugas Akhir ini dapat selesai.
9. Teman dekatku Nanik Setyo Utami, yang selalu memberikan doa,
semangat dan dorongan untuk mengerjakan Tugas Akhir.
10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan Tugas
Akhir ini dengan memberikan bantuan baik secar langsung maupun tidak
langsung yang tidak bisa disebutkan satru per satu.
viii
Penulis menyadari bahwa bahwa tugas akhir ini masih banyak kekurangan dan
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari berbagai pihak demi penulisan yang lenih baik di
masa yang akan datang.
Pada akhirnya semua usaha dan upaya penulis atas karunia dari Allah
SWT Tugas Akhir ini tidak mungkin terselesaikan dengan baik dan hanya
kepada Allah-lah semua urusan dikembalikan. Oleh karena itu penulis
berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
bersangkutan.
Salatiga, Juli 2018
Penulis,
Hermawan Putra K.A.
NIM. 640-10-15-0045
ix
ABSTRAK
Putra K.A, Hermawan. 2018. Analisis Penerapan Sistem Bagi Hasil Deposito
Mudharabah Simpanan Suka Rela Berjangka (SISUKA) di BMT Al
Hikmah. Tugas Akhir, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Program
Studi DIII Perbankan Syariah IAIN Salatiga. Pembimbing Dr. Nafis
Irkhami, M.Ag., M.A.
Penelitian ini dilatarbelakangi deposito merupakan salah satu produk
penghimpun dana nasabah yang berguna sebagai sarana investasi masyarakat
yang mempunyai dana lebih. Tujuan nasabah (anggota) mendepositkan dananya
untuk mendapatkan bagi hasil yang menguntungkan setiap bulannya dari BMT
dengan jangka waktu dan nisbah yang telah disepakati bersama. Tujuan penelitian
ini untuk mengetahui prosedur pembukaan tabungan SISUKA dan sistem bagi
hasil dalam tabungan SISUKA.
Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan pihak
BMT Al Hikmah dan observasi. Data yang diperoleh kemudian dianalisis.
Penelitian ini menyajikan mekanisme produk SISUKA ada 3 yaitu
pembukaan, penyetoran dan penutupan. Metode yang digunakan bagi hasil yaitu
end of month, Besar perolehan bagi hasil yang diterima anggota disesuaikan
dengan jangka waktu yang dipilih diawal akad. Bagi hasil yang didapatkan
tergantung pendapatan yang diperoleh BMT Al Hikmah.
Kata Kunci: Mudharabah, Deposito, Bagi hasil, BMT Al Hikmah.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING...........................................................................ii
PENGESAHAN ..................................................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................................. iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 5
D. Kegunaan Penelitian..................................................................................... 5
E. Metodologi Penelitian .................................................................................. 6
F. Sitematika Penelitian .................................................................................... 9
xi
BAB II ................................................................................................................... 10
LANDASAN TEORI ............................................................................................ 10
A. Telaah Pustaka ........................................................................................... 10
B. Kerangka Teori........................................................................................... 12
1. Baitul Maal Wa Tamwil ......................................................................... 12
2. Mudharabah ............................................................................................ 18
3. Bagi Hasil ............................................................................................... 24
4. Deposito Mudharabah ............................................................................ 32
BAB III ................................................................................................................. 40
GAMBARAN OBJEK PENELITIAN .................................................................. 40
A. Sejarah Berdirinya BMT AL-HIKMAH .................................................... 40
B. Profil KSPPS BMT AL-HIKMAH ............................................................ 42
C. Badan Hukum Lembaga KSPPS BMT AL-HIKMAH .............................. 42
D. Visi dan Misi BMT AL-HIKMAH ............................................................ 43
E. Tujuan dan Sasaran Berdirinya KSPPS BMT AL-Hikmah ....................... 43
F. Stuktur Organisasi BMT AL-HIKMAH .................................................... 44
G. Job Description (Tugas Pengelola) ............................................................ 46
H. Produk – Produk KSPPS BMT AL-HIKMAH .......................................... 60
BAB IV ................................................................................................................. 68
ANALISIS DATA ................................................................................................ 68
xii
A. Mekanisme Produk Si Suka (Simpanan Suka Rela Berjangka) di BMT Al-
Hikmah Ungaran ............................................................................................... 68
B. Metode Bagi Hasil produk Simpanan Suka Rela berjangka (SISUKA) .... 71
BAB V ................................................................................................................... 75
PENUTUP ............................................................................................................. 75
A. Kesimpulan ................................................................................................ 75
B. Saran ........................................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 75
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................... 75
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu ............................................... 12
Tabel 2.2 Perbedaan Sistem Bunga dengan Sistem Bagi Hasil ............................ 27
Tabel 3.1 Jangka Waktu dan Nisbah Bagi Hasil Simpanan Suka Rela Berjangka
(SISUKA) .............................................................................................................. 62
Tabel 4.1 Jangka Waktu dan Nisbah Bagi Hasil Simpanan Suka Rela Berjangka
(SISUKA) .............................................................................................................. 71
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Mudharabah Mutlaqah .......................................................... 20
Gambar 2.2 Skema Mudharabah Muqayyadah ..................................................... 22
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masa sekarang ini jasa keuangan syariah di Indonesia semakin
berkembang, baik dilihat dari aspek kelembagaan, dari perkembangan
asset, dana pihak ketiga maupun dari sisi pembiayaan. Hal ini dibuktikan
dengan banyaknya muncul lembaga keuangan yang berbasis syariah di
Indonesia sepeti perbankan syariah, asuransi syariah, pegadaian syariah,
pasar modal syariah, baitul maal wa tamwil (BMT) dan lain sebagainya.
Sistem keuangan syariah telah memformulasikan sistem interaksi
kerja yang dapat menghindari aspek-aspek negatif, yaitu dengan
menerapkan beberapa sistem, dimana harus diciptakan lembaga keuangan
syariah yang tidak bekerja atas dasar bunga melainkan atas sistem bagi
hasil.
Sistem bagi hasil adalah karakteristik umum dan landasan dasar
bagi operasional lembaga keuangan Islam. Sistem bagi hasil dan
pelarangan spekulasi dalam perekonomian Islam akan mendorong iklim
investasi yang akan tersalur dengan lancar ke sektor riil untuk tujuan yang
sepenuhnya produktif. Hal ini akan menjamin terdistribusinya kekayaan
dan pendapatan serta menumbuhkan sektor riil. Dengan meningkatnya
produktivitas dan kesempatan bekerja dan berusaha pada akhirnya akan
tercapai kesejahteraan masyarakat (Ascarya, 2011: 28).
2
Akad Mudharabah merupakan akad yang menggunakan prinsip
bagi hasil, yaitu akad antara dua pihak dimana satu pihak berperan sebagai
pemilik modal (shahibul maal) dan mempercayakan sejumlah modalnya
untuk dikelola oleh pihak kedua, yakni pengelola (mudharib), dengan
tujuan mendapatkan keuntungan. Didalam kontrak mudharabah akan
menghasilkan keuntungan usaha dan kemungkinan kerugian usaha.
Keuntungan usahan inilah yang dibagi menurut kesepakatan yang
dituangkan dalam kontrak berupa besarnya nisbah bagi hasil. Sedangkan
kerugian ditanggung shahibul maal selama kerugian itu bukan diakibatkan
kelalaian mudharib. Seandainya memang akibat kecurangan atau kelalain
mudharib, maka ia harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut
(Muhamad, 2016: 95).
Perhitungan bagi hasil harus ditentukan dari awal dan dapat
diketahui oleh kedua belah pihak yang akan melakukan kesepakatan kerja
sama, jika hal ini tidak dilakukan maka akan terjadi gharar atau ketidak
pastian, sehingga tidak sesuai dengan prinsip syariah. Prinsip bagi hasil di
Indonesia menggunakan dua metode, yaitu profit sharing dan revenue
sharing. Profit sharing menggunakan basis perhitungan berupa laba yang
diperoleh mudharib dalam mengelola usahanya, sedangkan revenue
sharing menggunakan basis berupa pendapatan yang diperoleh mudharib
(Muhamad, 2016: 98). Pada sistem bagi hasil, kinerja bank atau lembaga
keuangan syariah lain menjadi transparan kepada nasabah, sehingga
nasabah bisa memonitor kinerja bank atau lembaga keuangan syariah lain
3
atas jumlah bagi hasil yang diperoleh. Apabila jumlah keuntungan
meningkat, maka bagi hasil nasabah juga akan meningkat,demikian pula
sebaliknya, apabila jumlah keuntungan menurun, bagi hasil ke nasabah
juga akan menurun, sehingga semua menjadi adil (Natalia, dkk, 2014: 2)
Salah satu produk yang ditawarkan dan dikembangkan bank syariah
dan lembaga keuangan syariah lain adalah deposito dengan prinsip
mudharabah. Majelis Ulama Indonesia melalui Dewan Syariah Nasional
(DSN) dalam fatwanya Nomor 03/DSN-MUI/IV/2000 menjelaskan
tentang ketentuan umum deposito berdasarkan akad mudharabah, menurut
fatwa tersebut deposito yang tidak dibenarkan secara syariah yaitu
deposito yang berdasarkan perhitungan bunga, deposito yang dibenarkan
yaitu deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah. Deposito adalah
investasi dana berdasarkan akad mudharabah yang penarikannya hanya
berdasarkan akad antara nasabah penyimpan dan bank syariah dan atau
Unit Usaha Syariah. Dana deposito boleh diperdayakan pihak bank, dan
deposan akan mendapatkan bagi hasil. Deposito mudharabah merupakan
kategori investasi sehingga disebut investment accounts bukan saving
accounts sebagaimana pada tabungan (Dahlan, 2012: 150).
BMT (Baitul Maal wa Tamwil) merupakan salah satu model
lembaga keuangan syariah yang sederhana yang sekarang ini banyak
bermunculan di berbagai daerah-daerah pedesaan. BMT bergerak
dikalangan masyarakat berupaya menumbuhkan bisnis mikro dalam
rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum
4
fakir miskin. Sama halnya dengan bank, BMT juga memiliki beberapa
produk simpanan dan pembiayaan, salah satunya adalah produk simpanan
Si Suka dari BMT Al-Hikmah. Produk deposito Simpanan Sukarela
Berjangka (SISUKA) dengan menggunakan akad mudharabah, yaitu
anggota BMT menginvestasikan sejumlah dana kepada BMT, dan BMT
akan mengelola dana tersebut dalam bentuk pembiayaan dan usaha lain
yang bermanfaat.
Berdasarkan latar belakang diatas, deposito merupakan salah satu
produk penghimpun dana nasabah yang berguna sebagai sarana investasi
masyarakat yang mempunyai dana lebih. Tujuan nasabah (anggota)
mendepositkan dananya untuk mendapatkan bagi hasil yang
menguntungkan setiap bulannya dari BMT dengan jangka waktu dan
nisbah yang telah disepakati bersama. Oleh karena itu berdasarkan uraian
tersebut, maka penulis ingin meneliti dan tertarik untuk mengangkatnya
dalam penulisan Tugas Akhir yang berjudul ―Analisis Penerapan Sistem
Bagi Hasil Deposito Mudharabah Simpanan Sukarela Berjangka
(SISUKA) pada BMT Al-Hikmah Ungaran‖
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, terdapat sebuah masalah yang
dapat dibahas secara lebih lanjut. Dalam rumusan masalah ini penulis
ingin merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana mekanisme tabungan SISUKA ?
2. Bagaimana sistem bagi hasil dalam tabungan SISUKA ?
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian
yang hendak dicapai adalah:
1. Untuk mengetahui mekanisme tabungan SISUKA.
2. Untuk mengetahui sistem bagi hasil dalam tabungan SISUKA.
D. Kegunaan Penelitian
Dengan mengadakan penelitian di BMT Al-Hikmah Ungaran,
semoga dapat bermanfaat bagi:
1. Bagi peneliti
a. Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan untuk
bekal kelak agar dapat diterapkan di dunia kerja.
b. Sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya pada
Program Studi Diploma III Perbankan Syariah IAIN Salatiga.
2. Bagi IAIN Salatiga
a. Memperkaya literatur-literatur mengenai deposito mengenai
deposito mudharabah bagi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam,
dan memperkenalkan IAIN Salatiga kepada masyarakat khususnya
Jurusan Diploma III Perbankan Syariah.
b. Menambah referensi perpustakaan kampus bagi mahasiswa yang
akan menulis Tugas Akhir.
3. Bagi Pembaca
a. Dapat memberikan manfaat berupa tambahan informasi dan
pengetahuan.
6
b. Dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk dapat diambil
manfaatnya untuk para pembaca.
4. Bagi Lembaga Keuangan
a. Penulisan penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan
pertimbangan perusahaan dalam menentukan kebijakan mnegenai
bagi hasil. Sehingga menjadi referensi dalam membuat produk
baru.
b. Penulisan tugas akhir ini dapat dijadikan bahan pertimbangan
dalam mengembangkan pelayanan produk dimasa yang kan datang.
E. Metodologi Penelitian
Metodologi yang penulis gunakan dalam penulisan penelitian ini
adalah tentang bagaimana mekanisme dan paraktik bagi hasil produk
Simpanan Suka Rela Berjangka (SISUKA) di BMT Al Hikmah Ungaran
adalah sebagai berikut:
1. Model Penelitian
Penelitian ini menggunakan model deskriptip kualitatif, dimana
subjek penelitian (informan) tidak harus banyak. Namun, yang lebih
penting dalam penelitian kualitatif adalah adanya anggapan bahwa
subjek yang dipilih adalah pihak yang paling mengetahui tentang
informasi yang diharapkan oleh peneliti (Idrus, 2009: 95).
2. Sumber Data
a. Data Primer
7
Data primer yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan
oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya (Suryana,
2010). Data ini bersumber dari hasil wawancara yang dilakukan
oleh peneliti dengan subjek penelitian (Pihak BMT Al Hikmah).
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan
peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (Suryana, 2010).
Data ini bersumber dari buku-buku, penelitian terdahulu, dan
internet.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Menurut Djaelani (2013: 84) dalam jurnal Majalah Ilmiah
Pawiyatan yang berjudul Teknik Pengumpulan Data dalam
Penelitian Kualitatif, metode observasi dilakukan dengan cara
mengamati perilaku, kejadian atau kegiatan yang terjadi di BMT
selama masa penelitian. Kemudian mencatat hasil pengamatan
tersebut untuk mengetahui kejadian atau kegiatan yang
berlangsung saat itu.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data dengan
cara melakukan tanya jawab berlangsung satu arah, artinya
pertanyaan diajukan dari pihak yang mewawancarai (peneliti) dan
jawaban diberikan oleh pihak yang diwawancarai (responden)
8
(Fathoni, 2011: 105). Dalam penelitian ini peneliti melakukan
wawancara kepada salah satu karyawan dari BMT Al Hikmah
dengan menanyakan bagaimana mekanisme dan bagi hasil dari
produk Simpanan Suka Rela Berjangka (SISUKA).
c. Dokumentasi
Merupakan salah teknik pengumpulan data dengan cara
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,
transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, agenda, dan
sebagainya. (Arikunto, 2006: 231). Dalam penelitian ini peneliti
mengambil data dokumen pendukung yang berkaitan dengan
penelitian ini.
4. Teknik Analisis Data
Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dimaksudkan
untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia,
keadaan, atau gejala-gejala lainya (Soekanto, 1986: 10)
Penelitian deskriptif terbatas pada usaha mengungkapkan
suatu masalah, keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya.
Sifatnya sekedar mengungkapkan fakta (fact finding). Hasil
penelitian lebih ditekankan pada pemberian gambaran secara
obyektif tentang keadaan sebenarnya dari obyek yang diselidiki.
Akan tetapi, guna mendapatkan manfaat yang lebih luas, di
samping mengungkakan fakta, diberikan interpretasi yang cukup
kuat (Wiratha, 2005: 154).
9
F. Sistematika Penelitian
Pada penelitian Tugas Akhir ini, penulis akan membaginya dalam 5
(lima) bab, setiap bab saling berkaitan satu sama lain.
BAB I adalah pendahuluan. Dalam bab pertama dari tugas akhir ini
yang mengantarkan pembaca untuk dapat menjawab pertanyaan apa yang
diteliti, untuk apa dan mengapa penelitian itu dilakukan. Bab pendahuluan
memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian dan sistematika penulisan tugas akhir.
Bab II adalah landasan teori. Dalam bab ini akan dijelaskan
pengertian-pengertian serta teori-teori secara lebih spesifik. Dalam bab ini
juga dapat digunakan sebagai dasar acuan dalam melakukan penelitian.
BAB III adalah gambaran objek penelitian. Pada bab ini
menggambarkan gambaran umum mengenai objek penelitian serta data-
data deskriptif. Gambaran umu ini menjelaskan tentang sejarah singkat
mengenai BMT Al-Hikmah Ungaran, visi dan misi, struktur organisasi,,
serta prosuk-produk BMT Al-Hikmah Ungaran.
BAB IV adalah analisis data. Dalam bab ini memaparkan tentang
analisis penerapan sistem bagi hasil deposito mudharabah Simpanan Suka
Rela Berjangka (SISUKA).
BAB V adalah penutup. Dalam bab ini berisi mengenai hasil-hasil
dari penelitian yang telah dilakukan dalam bentuk kesimpulan dan saran
untuk lembaga yang bersangkutan dan untuk penelitian selanjutnya.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka
Penelitian yang dilakukan oleh Timami dan Soejoto (2013)
berjudul ―Pengaruh dan Manfaat Bagi Hasil terhadap Jumlah Simpanan
Deposito Mudharabah Bank Syariah Mandiri di Indonesia‖. Diperoleh
kesimpulan bahwa Bagi Hasil secara signifikan mempengaruhi Jumlah
Simpanan Deposito Mudharabah. Hal tersebut dibuktikan dengan lolos
dari hasil uji t, yang berarti secara parsial variabel Bagi Hasil
mempengaruhi secara signifikan terhadap variabel Jumlah Simpanan
Deposito Mudharabah. Pengaruh tersebut menunjukkan hubungan yang
searah, yaitu ketika Bagi Hasil mengalami kenaikan maka Jumlah
Simpanan Deposito Mudharabah juga mengalami kenaikan. Berdasarkan
dari hasil wawancara menunjukkan bahwa sistem bagi hasil memberikan
manfaat kepada nasabah, lebih-lebih manfaat sebagai seorang muslim atau
manfaat karena faktor agama. Manfaat yang dirasakan adalah nasabah
dapat terhindar dari sistem bunga yang diyakini mengandung riba. Selain
itu manfaat lain yang dapat dirasakan adalah adanya manfaat sosial bagi
orang-orang yang membutuhkan dana. Dengan sistem bagi hasil yang
mengakui adanya persamaan hak baik bagi nasabah, bank, maupun orang
yang membutuhkan dana tidak akan merasa berat sepihak karena akan
ditanggung secara bersama-sama.
11
Penelitian yang dilakukan Syaparudin (2015) berjudul ―Studi
Komparasi Perhitungan Return Deposito Syari’ah di BSM dengan
Deposito Konvensional di Bank Mandiri‖. Diperoleh kesimpulan pertama,
dalam menghitung return deposito, Bank Syariah Mandiri (BSM)
bergantung pada pendapatan BSM, nisbah bagi hasil antara BSM dengan
nasabah, nominal deposito nasabah, dan rata-rata deposito untuk jangka
waktu yang sama pada BSM, sedangkan di Bank Mandiri begantung pada
tingkat bunga yang berlaku, nominal deposito nasabah, dan jangka waktu
deposito. Kedua, return deposito dengan metode bagi hasil pada Bank
Syariah Mandiri (BSM) lebih menguntungkan (baik) bagi deposan
dibandingkan dengan metode bunga (konvensional) pada Bank Mandiri.
Hal ini disebabkan karena adanya tren peningkatan laba/pendapatan pada
BSM yang menyebabkan naiknya pendapatan yang dibagihasilkan kepada
deposan sehingga pendapatan bagi hasil deposito pun meningkat.
Penelitian yang dilakukan Khairiah (2012) berjudul ―Analisis
Pengaruh Return on Asset, BOPO, dan Suku Bunga terhadap Tingkat Bagi
Hasil Deposito Mudharabah pada Bank Umum Syariah‖. Diperoleh
kesimpulan 1) berdasarkan uji F, menunjukkan bahwa Return on Asset
(ROA), BOPO, dan suku bunga secara bersama-sama berpengaruh
terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah pada bank umum syariah
periode 2009-2011. 2) Berdasarkan uji t, menunjukkan bahwa secara
parsial variabel Return on Asset (ROA) dan suku bunga berpengaruh
12
signifikan terhadap tingkat bagi hasil deposito mudharabah, serta BOPO
tidak berpengaruh terhadap bagi hasil deposito mudharabah.
Penelitian yang dilakukan Suryaningsih, Widiyanti, dan Taufik
(2017) berjudul ―Pengaruh Tingkat Bagi Hasil dan Ukuran Bank terhadap
Jumlah Simpanan Deposito Mudharabah pada Bank Umum Syariah di
Indonesia‖. Diperoleh kesimpulan 1.) Variabel bagi hasil tidak
berpengaruh signifikan terhadap deposito mudharabah pada Bank Umum
Syariah di Indonesia. 2) Variabel ukuran bank berpengaruh positif
signifikan terhadap deposito mudharabah pada Bank Umum Syariah di
Indonesia.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian diatas, perbedaan pada
penelitian yang diatas dengan penelitian yang penulis lakukan adalah:
Tabel 2.1
Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu
No. Pembeda Keterangan
1. Metode Deskriptif kualitatif
2. Obyek BMT Al Hikmah Ungaran
3. Fokus Mekanisme Produk SISUKA dan
sistem bagi hasil Produk SISUKA.
B. Kerangka Teori
1. Baitul Maal Wa Tamwil
a. Pengertian BMT
Baitul Maal Wa Tamwil atau biasa dikenal dengan sebutan
BMT, dari segi bahasa Arab atau bila diterjemahkan kedalam
13
bahasa Indonesia yang benar berarti rumah uang dan rumah
pembiayaan sehingga bila diartikan secara terpisah, Baitul Maal
adalah rumah uang. Baitul Maal adalah lembaga keuangan
berorientasi sosial keagamaan yang kegiatan utamanya yang
kegiatan utamanya menampung serta menyalurkan harta
masyarakat berupa zakat, infaq, dan shadaqah berdasarkan
ketentuan yang telah ditetapkan Al-Quran dan Sunnah Rasul-Nya.
Karena berorientasi sosial keagamaan, ia tidak dapat dimanipulasi
untuk kepentingan bisnis atau mencari laba (profit) (Ilmi, 2002: 66-
67).
Baitul Tamwil adalah lembaga keuangan yang kegiatan
utamanya menghimpun dana masyarakat dalam bentuk tabungan
(simpanan) maupun deposito dan menyalurkan kembali kepada
masyarakat dalam bentuk pembiayaan berdasarkan prinsip syariah
melalui mekanisme yang lazim dalam dunia perbankan. Dengan
demikian perlu ditegaskan bahwa untuk bisa disebut BMT, sebuah
lembaga keuangan syariah harus memiliki dua unit usaha sekaligus
dalam bidang pengelolaan ZIS dan perbankan syariah. Bila salah
satunya tidak ada, maka bukanlah yang demikian disebut sebagai
BMT tetapi Baitul Maal saja atau Baitul Tamwil saja. Keduanya
merupakan suatu sistem dalam wadah BMT yang bekerja sinergi
dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pengingkaran terhadap
prinsip ini dapat berakibat fatal dan berimplikasi serius secara
14
negatif terhadap keutuhan jati diri BMT sebagai lembaga keuangan
mikro syariah. Siapapun tidak berhak mengklaim lembaganya
sebagai BMT bila Baitul Maalnya tidak ada, dan atau Baitul
Tamwilnya tidak tunduk mengikuti prinsip syariah (Ilmi, 2002: 66-
67)
BMT adalah lembaga keuangan mikro syariah (LKMS)
yang tumbuh dari masyarakat dan berkembang sangat pesat
sehingga telah menjangkau hampir di seluruh tanah air Indonesia.
Perkembangan tersebut tidak hanya dari sisi jumlah BMT (ribuan)
tetapi juga sisi perkembangan organisasi (termasuk aset) maupun
peranannya dalam memberdayakan masyarakat khususnya
masyarakat lapisan bawah, serta peranannya menjauhkan
masyarakat dari praktek ribawi. Dengan perkembangan yang luar
biasa tersebut, saat ini BMT telah menjadi sorotan dunia
internasional. Tingkat kemiskinan di Indonesia dinilai masih relatif
tinggi dan masih diperlukan upaya-upaya untuk mereduksinya.
Berkaitan dengan hal ini, maka BMT perlu untuk meningkatkan
perannya. Itu artinya BMT perlu dikembangkan lebih jauh
sehingga peranannya maksimal. Untuk keperluan tersebut
diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang menandai baik
secara kualitas maupun kuantitasnya (Cokrohadisumarto, dkk,
2016: 3-6).
15
BMT sebagai lembaga bisnis lebih mengembangkan
usahanya pada sektor keuangan, yakni simpan pinjam. Usaha ini
seperti usaha perbankan yakni menghimpun dana anggota dan
calon anggota (nasabah) serta menyalurkan kepada sektor ekonomi
yang halal dan menguntungkan (Ridwan, 2004: 127).
b. Sejarah Perkembangan BMT
Berikut adalah perkembangan BMT di Indonesia:
1) Pada mulanya adalah Baitul Maal
Nama Baitul Maal berasal dari bahasa Arab, yaitu dari
kata bait artinya ―rumah‖, dan al-maal yang ―harta‖, Baitul
Maal berarti rumah unutuk mengumpulkan atau menyimpan
hara. Baitul Maal adalah suatu lembaga atau pihak (al jihat)
yang mempunyai tugas khusus mengenai segala harta umat,
baik berupa pendapatan maupun pengeluaran negara. Dengan
demikian, munculnya nama Baitul Maal pada masa itu adalah
terkait dengan urusan negara berkenaan dengan pengelolaan
harta baik berupa uang maupun barang sebagaimana Rasulullah
SAW (Cokrohadisumarto, dkk, 2016: 3).
Pengertian Baitul Maal yang sekarang, khusunya di
Indonesia menjadi menyempit. BMT lebih diartikan sebagai
lembaga sosial untuk menyalurkan zakat, infaq, dan shadaqah
atau sebagai lembaga amil saja, dengan pelaksananya tidak
hanya pemerintah saja, tapi swasta juga dapat melakukannya.
16
Pelaksanaan Baitul Maal oleh pemerintah kita kenal dengan
nama BAZIS (Cokrohadisumarto, dkk, 2016: 3).
2) Baitul Maal dikembangkan dengan Kelengkapannya sebagai
Baitul Tamwil, tahapannya sebagai berikut:
Dimulai tahun 1984 dikembangkan oleh aktivitas
Masjid Salman di ITB Bandung yang mendirikan Koperasi
Teknosa yang mencoba menggulirkan lembaga pembiayaan
berdasarkan syariah bagi usaha kecil. Dipilihnya badan hukum
koperasi tampaknya sebagai pilihan yang dianggap paling tepat
untuk memenuhi aspek legalitasnya, sementara secara generik
umat lebih menyebutnya sebagai Baitul Tamwil (BT) Teknosa.
Pada tahun 1988 menyusul munculnya Koperasi Ridho Gusti,
dan Tahun 1992 muncul lembaga yang menggabungkan nama
Baitul Maal dan Tamwil, dengan BMT Insani Kamil. Mulai
pada masa inilah secara sadar uat lebih mengenal BMT sebagai
lembaga keuangan mikro syariah yang memberikan layanan
keuangan umat baik untuk sosial (sebagai amil), fungsi Baitul
Maal dan layanan komersial atau niaga, dengan fungsi Baitul
Tamwil (Cokrohadikusumarto, dkk, 2016: 4-5).
c. Dasar Hukum BMT
BMT pada masa ini yang kita kenal beroprasi di Indonesia
berdasarkan kegiatan operasionalnya sebagai sebuah lembaga
keuangan dengan prinsip sistem perbankan syariah, yang kemudian
17
diadobsi dan dilegalkan oleh pemerintah melalui Departemen
Koperasi dan UKMK sebagai departemen terkait dengan
Keputusan Menteri Koperasi UKMK No.
91/Kep/M.UKMK/IX/2004. Masa tumbuh dan berkembangnya
BMT ini, semakin meneguhkan dan memberikan keyakinan umat
bahwa BMT adalah lembaga umat yang tepat untuk menjawab
masalah-masalah ekonomi umat. Beberapa BMT mulai tumbuh
kesadarannya untuk memperkuat barisan sebagai lembaga
keuangan syariah yang dituntut untuk profesional
(Cokrohadisumarto, dkk, 2016: 5-6). Namun, sejak adanya
Undang-Undang No. 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan
Mikro (LKM), status kelembagaan badan hukum BMT menjadi
suatu permasalahan tersendiri yang membebani BMT. BMT yang
sudah ada saat ini kebanyakan adalah berbadan hukum koperasi
dengan skala usaha kecil menengah dan cakupan luas usaha
meliputi beberapa kota/kabupaten, bahkan lintas propinsi. Namun,
dengan pengaturan BMT sebagai LKM sebagaimana dalam UU
No. 1 Tahun 2013, keluasan cakupan usaha BMT menjadi dibatasi.
Bila ingin melebarkan usahanya ke kota/kabupaten lain, maka
BMT harus bertranformasi menjadi bank. (Masyitoh, 2014: 19)
18
2. Mudharabah
a. Pengertian Mudharabah
Mudharabah bisa disebut dengan al-qiradh yang berarti
potongan, karena pemilik modal memotong apabila hartanya untuk
diperdagangkan dengan sebagian keuntungannya. Istilah
mudharabah dipopulerkan ulama Iraq, sedangkan qiradh oleh
ulama Hijaz, namun tidak ada perbedaan prinsip antara kedua
istilah tersebut
As-Sayyid Sabiq mendefinisikan mudharabah dalam bahasa
sederhana, mudharabah merupakan akad kerjasama antara dua
pihak, satu pihak memberikan modal kepada lainnya untuk
berniaga. Kemudian keuntungan dibagi antara mereka sesuai
dengan kesepakatan yang telah disepakati (Dahlan, 2012: 128-
129).
Afzalur Rahman mendefinisikan mudharabah sebagai
bentuk kontrak kerja sama yang didasarkan pada prinsip profit
sharing, yang satu sebagai pemilik modal dan yang kedua
menjalankan usaha. Modal yang dimaksud disini harus berupa
uang dan tidak boleh berbentuk barang (Dahlan, 2012: 128-129).
Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau
berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya
adalah proses seseorang memukulkan kakiknya dalam menjalankan
usaha.
19
Menurut fatwa DSN No.07/DSN-MUI/IV/2000 bahwa
mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh lembaga
keuangan syariah kepada pihak lain untuk membuka suatu usaha
yang produktif. Dalam pembiayaan ini posisi lembaga keuangan
sebagai pemilik dana dan membiayai 100% atas usaha pengelola,
sedangkan posisi pengelola sebagai mudharib.
Secara teknis, al-mudharabah adalah akad kerja sama usaha
antara dua pihak dimana pihak pertama (dhahibul maal)
menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya
menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi
menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkann
apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu
bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian atau
diakibatkan karena kecurangan atau kelalain si pengelola, si
pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut
(Antonio, 2001: 95).
Satu kontrak mudharabah pemodal dapat bekerja sama
dengan lebih dari satu pengelola. Para pengelola tersebut seperti
bekerja sebagai mitra usaha terhadap pengelola yang lain.
Secara umum, landasan dasar syariah al-mudharabah lebih
mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha (Antonio, 2001:
95). Hal ini tampak dalam surat Al-Muzzammil ayat 20:
20
... ...
“... dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari
sebagian karunia Allah SWT...” (Al-Muzammil: 20)
...
“Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di
muka bumi; dan carilah karunia Allah SWT ...” (Al-Jumu’ah: 10)
b. Jenis-jenis al-Mudharabah
Secara umum, mudharabah terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
1) Mudharabah Mutlaqah
Yang dimaksud dengan transaksi mudharabah mutlaqah
adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal dan mudharib
yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi
jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. Skema mudharabah
mutlaqah dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 2.1
Skema Mudharabah Mutlaqqah
21
2) Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah muqayyadah atau disebut juga dengan
istilah restricted mudharabah/specified mudharabah adalah
kebalikan dari mudharabah mutlaqah. Si mudharib dibatasi
dengan bataan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha.adanya
pembatasan ini seringkali mencerminkan kecenderungan umum
si shahibul maal dalam memasuki jenis dunia usaha (Antonio,
2001: 97). Mudharabah Muqayyadah dibagi dua, yaitu:
a) Mudharabah Muqayyadah on Balance Sheet
Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus
(restricted investment) dimana pemilik dana dapat
menetapkan syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank
b) Mudharabah Muqayyadah off Balance Sheet
Jenis mudharabah ini merupakan penyaluran dana
mudharabah langsung kepada pelaksana usahanya, dimana
bank bertindak sebagai perantara yang mempertemukan
antara pemilik dana dengan pelaksana usaha (Muhamad,
2016: 8). Special investment melalui mudharabah
muqayyadah dapat digambarkan dalam skema berikut ini.
22
Gambar 2.2
Skema Mudharabah Muqayyadah
c. Rukun Mudharabah
Rukun dari akad mudharabah yang harus dipenuhi dalam
transaksi ada beberapa, yaitu:
1) Pelaku akad, yaitu shahibul maal (pemodal) adalah pihak yang
memiliki modal tetapi tidak bisa berbisnis, dan mudharib
(pengelola) adalah pihak yang pandai berbisnis, tetapi tidak
memiliki modal.
2) Objek akad, yaitu modal (maal), kerja (dharabah), dan
keuntungan (ribh).
3) Shigah, yaitu Ijab dan Qabul.
d. Syarat Mudharabah
Syarat-syarat khusus yang harus dipenuhi dalam
mudharabah terdiri dari syarat modal dan keuntungan. Syarat
modal yaitu:
1) Modal harus berupa uang
23
2) Modal harus jelas dan diketahui jumlahnya
3) Modal harus tunai bukan utang
4) Modal harus diserahkan kepada mitra kerja
Sementara itu, syarat keuntungan, yaitu keuntungan harus
jelas ukurannya, dan keuntungan harus dengann pembagian yang
disepakati kedua belah pihak.
Syarat lain akad mudharabah muqayyadah “executing” (on
balance sheet) dan mudharabah muqayyadah “channeling” (off
balance sheet) adalah sebagai berikut:
1) Mudharabah muqayyadah on balance sheet (executing)
a) Pemodal menetapkan syarat
b) Kedua pihak sepakat dengan syarat usaha dan keuntungan
c) Bank menerbitkan bukti investasi khusus
d) Bank memisahkan dana
2) Mudharabah muqayyadah off balance sheet (channeling)
a) Penyaluran langsung kenasabah
b) Bank menerima komisi
c) Bank menerbitkan bukti investasi khusus
d) Bank mencatat di rekening administrasi
e. Manfaat Al-Mudharabah
Adapaun manfaat Al-Mudharabah adalah sebagai berikut:
1) Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat
keuntungan usaha nasabah meningkat.
24
2) Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil nasabah
pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan
pendapatan/hasil usaha bank sehingga bank tidak akan pernah
mengalami negative spread.
3) Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash
flow/arus kas usaha nasabah sehngga tidak memberatkan
nasabah.
4) Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha
yang benar-benar halal, aman, dan menguntungkan karena
keuntungan yang konkret dan benar-benar terjadi itulah yang
akan dibagikan.
5) Prinsip bagi hasil dalam Al-Mudharabah/Al-Musyarakah ini
berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana bank akan menagih
penerima pembiayaan (nasabah), sekalipun merugi dan terjadi
krisis ekonomi (Antonio, 2001: 97-98):.
3. Bagi Hasil
a. Pengertian Bagi Hasil
Bagi hasil menurut terminologi asing (Inggris) dikenal
dengan profit sharing. Profit sharing dalam kamus ekonomi
diartikan pembagian laba. Secara definitif profit sharing
diartikan:‖distribusi beberapa bagian dari laba pada para pegawai
dari suatu perusahaan‖. Lebih lanjut dikatakan, bahwa hal itu dapat
berbentuk suatu bonus uang tunai tahunan yang didasarkan pada
25
laba yang diperoleh pada tahun-tahun sebelumnya, atau dapat
berbentuk pembayaran mingguan atau bulanan (Muhamad, 2004:
18-19).
Pada mekanisme lembaga keuangan syariah atau bagi hasil,
pendapatan bagi hasil ini berlaku untuk produk-produk penyertaan,
baik penyertaan menyeluruh maupun sebagian-sebagian, atau
bentuk bisnis korporasi (kerjasama). Pihak-pihak yang terlibat
dalam kepentingan bisnis yang disebutkan tadi, harus melakukan
transparasi dan kemitraan secara baik dan ideal. Sebab semua
pengeluaran dan pemasukan rutin yang berkaitan dengan bisnis
penyertaan, bukan untuk kepentingan pribadi yang menjalankan
proyek.
Keuntungan yang dibagi hasilkan harus dibagi secara
proporsional antara shohibul maal dengan mudharib. Dengan
demikian, semua pengeluaran rutin yang berkaitan dengan bisnis
mudharabah, bukan untuk kepentingan pribadi mudharib, dapat
dimasukkan ke dalam biaya operasional. Keuntungan bersih harus
dibagi antara shahibul maal dan mudharib sesuai dengan proporsi
yang disepakati sebelumnya dan secara eksplisit disebutkan dalam
perjanjian awal. Tidak ada pembagian laba sampai semua kerugian
telah ditutup dan ekuiti shahibul maal telah dibayar kembali. Jika
ada pembagian keuntungan sebelum habis masa perjanjian akan
26
dianggap sebagai pembagian keuntungan di muka (Muhamad,
2004: 18-19).
b. Perbedaan Bagi Hasil dan Bunga
Sebagai alternatif sistem bunga dalam ekonomi
konvensional, ekonomi Islam menawarkan sistem bagi hasil (profit
and loss sharing) ketika pemilik modal (surplus spending unit)
bekerja sama dengan pengusaha (deficit spending unit) untuk
melakukan kegiatan usaha. Apabila kegiatan usaha menghasilkan,
keuntungan dibagi berdua, dan apabila kegiatan usaha menderita
kerugian, kerugian ditanggung bersama. Sistem bagi hasil
menjamin adanya keadilan dan tidak pihak yang tereksploitasi
(didzalimi). Sistem bagi hasil dapat berbentuk musyarakah atau
mudharabah dengan berbagai variasinya.
Dalam perekonomian konvensional, sistem riba, fiat
money, comodity money, fractional reserve system dalam
perbankan, dan pembolehan spekulasi menyebabkan penciptaan
uang (kartal dan giral) dan tersedotnya uang disektor moneter
untuk mencari keuntungan tanpa rsiko. Akibatnya, uang atau
investasi yang seharusnya tersalur ke sektor riil untuk tujuan
produktif sebagian besar lari kesektor moneter dan menghambat
pertumbuhan bahkan menyusutkan riil (Ascarya, 2013: 26).
27
Tabel 2.2
Perbedaan Sistem Bunga dengan Sistem Bagi Hasil
BUNGA BAGI HASIL
a. Penentuan bunga dibuat pada
waktu akad dengan asumsi
harus selalu untung.
a. Penentuan besarnya
rasio/nisbah bagi hasil
ditetapkan pada waktu akad
dengan berpedoman pada
kemungkinan untung rugi
b. Besarnya persentasi
berdasarkan pada jumlah
uang(modal) yang diinginkan.
b. Besarnya rasio bagi hasil
berdasarkan pada jumlah
keuntungan yang diperoleh.
c. Pembayaran bunga tetap
seperti yang dijanjikan tanpa
pertimbangan apakah proyek
yang dijalankan oleh pihak
nasabah untung atau rugi.
c. Bagi hasil bergantung pada
keutungan proyek yang
dijalankan. Bila usaha merugi,
kerugian akan ditanggung
bersama oleh kedua belah
pihak.
d. Jumlah pembayaran bunga
tidak meningkat, sekalipun
jumlah keuntungan berlipat
atau keadaan ekonomi sedang
booming.
d. Jumlah pembagian laba
meningkat sesuai dengan
peningkatan jumlah
pendapatan.
e. Eksistensi bunga diragukan
oleh semua agama, termasuk
islam.
e. Tidak ada yang meragukan
keabsahan bagi hasil.
(Sumber: Antonio, 2001: 98)
28
Penentuan bagi hasil yang berlaku dapat ditentukan dengan
langkah-langkah sebagi berikut:
1) Penentuan besarnya rasio bagi hasil dibuat pada waktu akad
dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi.
2) Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan
yang diperoleh.
3) Besarnya penentuan porsi bagi hasil antara kedua belah
pihakditentukan sesuai kesepakatan bersama, dan harus terjadi
dengan adanya kerelaan (An-Taradhin) di masing-masing
pihak tanpa adnya unsur paksaan.
4) Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan
sekiranya itu tidak mendapatkan keuntungan maka kerugian
ditanggung oleh kedua belah pihak.
5) Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan
jumlah pendapatan (Muhamad, 2016: 99).
c. Hal-hal yang Berkaitan dengan Nisbah Bagi Hasil
1) Prosentase
Nisbah keuntungan harus didasarkan dalam bentuk
prosentase antara kedua belah pihak, bukan dinyatakan dalam
nilai nominal rupiah tertentu. Nisbah keuntungan itu misalnya
50:50, 70:30, 60:40, atau 99:1. Jadi nisbah keuntungan
ditentukan berdasarkan kesepakatan, bukan berdasarkan porsi
setoran modal. Nisbah keuntungan tidak boleh dinyatakan
29
dalam bentuk nominal rupiah tertentu, misalnya shahib almaal
mendapat Rp 50.000,00 dan mudharib mendapat
Rp.50.000,00.
2) Bagi untung dan bagi rugi
Ketentuan di atas itu merupakan konsekuensi logis
dari karakteristik akad mudharabah itu sendiri, yang tergolong
ke dalam kontrak investasi (natural uncertainty contracts).
Dalam kontrak ini, return dan timing cash flow kita
tergantung kepada kinerja sektor riilnya. Bila laba bisnisnya
besar, kedua belah pihak mendapat bagian yang besar pula.
Bila laba bisnisnya kecil, mereka mendapat bagian yang kecil
juga. Filosofi ini hanya dapat berjalan jika nisbah laba
ditentukan dalam bentuk prosentase, bukan dalam bentuk
nominal rupiah tertentu.
Bila dalam akad mudharabah ini mendapatkan
kerugian, pembagian kerugian itu bukan didasarkan atas
nisbah, tetapi berdasarkan porsi modal masing-masing pihak.
Itulah alasan mengapa nisbahnya disebut sebagai nisbah
keuntungan, bukan nisbah saja, karena nisbah 50:50, atau 99:1
itu hanya diterapkan bila bisnisnya untung. Bila bisnisnya rugi,
kerugiannya itu harus dibagi berdasarkan porsi masing-masing
pihak, bukan berdasarkan nisbah. Hal ini karena ada perbedaan
kemampuan untuk mengabsorpsi/menanggung kerugian di
30
antara kedua belah pihak. Bila untung, tidak ada masalah
untuk menikmati untung. Karena sebesar apa pun keuntungan
yang terjadi, kedua belah pihak akan selalu dapat menikmati
keuntungan itu. Lain halnya kalau bisnisnya merugi.
Kemampuan shahib al-maal untuk menanggung kerugian
finansial tidak sama dengan kemampuan mudharib. Dengan
demikian, karena kerugian dibagi berdasarkan proporsi modal
(finansial) shahib al-maal dalam kontrak ini adalah 100%,
maka kerugian (finansial) ditanggung 100% pula oleh shahib
al-maal. Di lain pihak, karena proporsi modal (finansial)
mudharib dalam kontrak ini adalah 0%, andaikata terjadi
kerugian, mudharib akan menanggung kerugian (finansial)
sebesar 0% pula.
Apabila bisnis rugi, sesungguhnya mudharib akan
menanggung kerugian hilangnya kerja, usaha dan waktu yang
telah ia curahkan untuk menjalankan bisnis itu. Kedua belah
pihak sama-sama menanggung kerugian, tetapi bentuk
kerugian yang ditanggung oleh keduanya berbeda, sesuai
dengan objek mudharabah yang dikonstribusikannya. Bila
yang dikontribusikan adalah uang, risikonya adalah hilangnya
uang tersebut. Sedangkan yang dikontribusikan adalah kerja,
risikonya adalah hilangnya kerja, usaha dan waktunya,
31
sehingga tidak mendapatkan hasil apapun atas jerih payahnya
selama berbisnis.
3) Jaminan
Ketentuan pembagian kerugian bila kerugian yang
terjadi hanya murni diakibatkan oleh risiko bisnis (business
risk), bukan karena risiko karakter buruk mudharib (character
risk). Bila kerugian terjadi karena karakter buruk, misalnya
karena mudharib lalai dan atau melanggar persyaratan-
persyaratan kontrak mudharabah, maka shahib al-maal tidak
perlu menanggung kerugian seperti ini.
"Para fuqaha berpendapat bahwa pada prinsipnya
tidak perlu dan tidak boleh mensyaratkan agunan sebagai
jaminan, sebagaimana dalam akad syirkah lainnya. Jelas hal ini
konteksnya adalah business risk."
Pihak mudharib yang lalai atau menyalahi kontrak
ini, maka shahib al-maal dibolehkan meminta jaminan
tertentu kepada mudharib. Jaminan ini akan disita oleh shahib
al-maal jika ternyata timbul kerugian karena mudharib
melakukan kesalahan, yakni lalai dan ingkar janji. Kerugian
yang timbul disebabkan karena faktor resiko bisnis, jaminan
mudharib tidak dapat disita oleh shahib al-maal. Cara
penyelesaiannya adalah jika salah satu pihak tidak
menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di
32
antara kedua pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui
Badan Arbitrasi Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan
melalui musyawarah.
4) Menentukan besarnya nisbah
Besarnya nisbah ditentukan berdasarkan
kesepakatan masing-masing pihak yang berkontrak. Jadi,
angka besaran nisbah ini muncul sebagai hasil tawar-menawar
antara shahib al-maal dengan mudharib. Dengan demikian,
angka nisbah ini bervariasi, bisa 50:50, 60:40, 70:30, 80:20,
bahkan 99:1. Namun para ahli fiqih sepakat bahwa nisbah
100:0 tidak diperbolehkan.
5) Cara menyelesaikan kerugian
Jika terjadi kerugian, cara menyelesaikannya adalah
diambil terlebih dahulu dari keuntungan, karena keuntungan
merupakan pelindung modal. Kemudian bila kerugian melebihi
keuntungan, baru diambil dari pokok modal (Karim, 2004:
198-199).
4. Deposito Mudharabah
a. Pengertian Deposito
Deposito adalah simpanan berjangka yang penarikannya
hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian
antara penyimpan dana dengan bank yang bersangkutan (Wiroso,
2005: 54). Dalam hal ini, nasabah selaku pihak penyimpan dana
33
mempercayakan dananya kepada bank untuk dikelola. Nasabah
terikat dengan perjanjian, dimana nasabah tidak dapat mengambil
dananya sewaktu-waktu.
Deposito adalah harta benda atau uang yang diberikan ke
dalam penguasaan bank untuk pengamatan, investasi atau sebagai
agunan. Bila seseorang mendepositkan uang ke suatu bank, maka
uang tersebut merupakan harta milik bank dan hubungan antara
bank dengan orang tersebut sama dengan antara pihak utang
dengan pihak piutang (Dahlan, 2012: 150).
Dalam Pasal 1 angka 22 Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2008, disebutkan: Deposito adalah investasi dan berdasarkan akad
mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah yang penariaknnya hanya dilakukan pada waktu tertentu
berdasarkan akad antara nasabah penyimpan dan bank syariah
dan/atau Unit Usaha Syariah (Dahlan, 2012: 150).
Pengertian deposito mudharabah adalah simpanan
masyarakat yang disimpan kepada bank, dapat berupa rupiah
ataupun valuta asing dimana penarikannya hanya dapat dilakukan
pada jangka waktu yang telah disepakati antara nasabah dengan
pihak bank dengan menggunakan prinsip syariah (bagi hasil) dan
dengan akad mudharabah (Karim. 2004: 303).
Bank syariah menerapkan akad mudharabah untuk
deposito, seperti dalam tabungan, dalam hal ini nasabah (depposan)
34
bertindak sebagai shahibul maal dan bank selaku mudharib.
Penerapan mudharabah terhadap deposito dikarenakan kesesuain
yang terdapat di antara keduanya. Misalnya, seperti yang
dikemukakan diatas bahwa akad mudharabah mensyaratkan
adanya tenggang waktu antara penyetoran dan penarikan agar dana
itu bisa diputarkan. Tenggang waktu ini merupakan salah satu sifat
deposito, bahkan dalm deposito terdapat pengaturan waktu seperti
30 hari, 90 hari, dan seterusnya
Deposito dalam bank syariah juga mengikuti ketentuan
bank teknis, seperti syarat-syarat pembukaan, penutupan, formulir
pembukaan, bilyet, spesimen tanda tangan, dan sebagainya.
b. Fatwa DSN MUI tentang Deposito
Dewan Syariah Nasional dalam Fatwa Nomor 03/DSN-
MUI/IV/2000 tentang Deposito. Menimbang, Mengingat,
Memperhatiakn, Memutuskan, Menetapkan: Fatwa tentang
Deposito:
1) Pertama: Tabungan ada dua jenis:
a) Deposito yang tidak dibenarkan secara syariah, yaitu
deposito yang berdasarkan perhitungan bunga.
b) Deposito yang dibenarkan, yaitu Deposito yang berdasarkan
prinsip mudharabah.
2) Kedua: Ketentuan umum Tabungan berdasarkan mudharabah:
35
a) Dalam transakasi ini nasabah bertindak sebagai shahibul
maal (pemilik dana) dan bank bertindak sebagai mudharib
(pengelola dana).
b) Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat
melakukan berbagai usaha yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah dan mengembangkannya, termasuk
didalamnya mudharabah dengan pihak lain.
c) Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk
tunai dan bukan piutang.
d) Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk
nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening.
e) Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito
dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi
haknya.
f) Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah
keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.
Fatwa tentang deposito tersebut ditetapkan di Jakarta,
tanggal 26 Dzulhijah 1420H/1 April 2000M (Ali, 2008: 245).
c. Metode yang Digunakan dalam Perhitungan Bagi Hasil
Deposito
Pembayaran bagi hasil deposito mudharabah dapat
dilakukan dengan melaui dua metode, yaitu:
1) Anniversary Date
36
Pembayaran bagi hasil ini dilakukan tiap bulan, pada tanggal
yang sama saat nasabah pertama kali melakukan pembukaan
deposito. Bagi hasil yang diterima oleh nasabah dapat
diafiliasikan ke rekening lainnya sesuai dengan permintaan
nasabah.
2) End of Month
Berbeda dengan metode anniversary date, pada metode end of
month ini melakukan pembayaran bagi hasil kepada nasabah
pada tanggal tutup buku pada tiap akhir bulannya
(menyesuaikan jumlah hari pada tiap bulannya) (Karim, 2011:
354).
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bagi Hasil
Faktor-faktor yang mempengaruhi bagi hasil ada 2 yaitu:
1) Faktor langsung
Faktor-faktor langsung yang mempengaruhi perhitungan
bagi hasil adalah investment rate, jumlah dana yang tersedia
dan nisbah bagi hasil (profit sharing ratio), penjelasannya
adalah sebagai berikut:
a) Investment rate merupakan prosentase aktual dana yang
diinvestasikan dari total dana. Jika bank menentukan
investmentrate sebesar 80%, hal ini berarti 20% dari total
dana dialokasikan untuk memenuhi likuiditas.
37
b) Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan
jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk
diinvestasikan. Dana tersebut dapat dihitung dengan
menggunakan salah satu metode, yaitu:
1. Rata-rata saldo minimum bulanan.
2. Rata-rata total saldo harian.
Invesment rate dikalikan dengan jumlah dana yang
tersedia untuk diinvestasikan, akan menghasilkan jumlah
dana aktual yang digunakan.
c) Nisbah (profit sharing ratio)
1. Salah satu ciri mudharabah adalah nisbah yang harus
ditentukan dan disetujui pada awal perjanjian.
2. Nisbah antara satu bank dan bank lainnya dapat
berbeda.
3. Nisbah juga dapat berbeda dari waktu ke waktu dalam
satu bank, misalnya deposito 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan,
dan 12 bulan.
4. Nisbah juga dapat berbeda antara satu account dan
lainnya sesuai dengan besarnya dana dan jatuh
temponya.
2) Faktor Tidak Langsung
a) Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah
38
1. Bank dan nasabah melakukan share baik dalam
pendapatan maupun biaya (profit and sharing).
Pendapatan yang ―dibagi hasilkan‖ merupakan
pendapatan yang diterima dikurangi biaya-biaya.
2. Jika semua biaya ditanggung bank, hal ini disebut
revenue sharing.
b) Kebijakan akunting (prinsip dan metode akunting)
Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh
berjalannya aktivitas yang diterapkan, terutama sehubungan
dengan pengakuan pendapatan dan biaya (Antonio:2001:
139-140).
e. Perhitungan Bagi Hasil
Dapat diilustrasikan secara matematis seperti berikut: Kasus
deposito syariah, misalnya Bapak A memiliki deposito Rp. 10
juta, jangka waktu satu bulan (1 Desember 2014 s/d 1 Januari
2015), dan nisbah bagi hasil antara nasabah dan bank 57% : 43%.
Jika keuntungan bank yang diperoleh untuk deposito satu bulan per
31 Desember 2014 adalah Rp.20 juta dan rata-rata deposisto
jangka waktu 1 bulan adalah Rp.950 juta, berapa bagi hasil yang
diperoleh Bapak A? Rumus perhitungan bagi hasil (return)
deposito syariah (Muhamad: 2016: 117), yaitu:
39
Berdasarkan rumus di atas, maka besarnya bagi hasil yang
diperoleh Bapak A, yaitu: (Rp10 juta/Rp950 juta) x Rp20 juta x
57% = Rp120.000.
40
BAB III
GAMBARAN OBJEK PENELITIAN
A. Sejarah Berdirinya BMT AL-HIKMAH
KSPPS BMT Al-Hikmah adalah sebuah lembaga swadaya ekonomi
masyarakat yang tumbuh dan berkembang di wilayah kecamatan Ungaran.
Lahirnya KSSPS BMT Al-Hikmah ini diawali adanya pertemuan tokoh-
tokoh masyarakat Babadan dan sekitarnya pada tanggal 24 September
1998 di masjid Wahyu Langensari melalui rapat yang dihadiri 30 orang
yang siap menjadi anggota pendiri. Tujuan KSPPS BMT Al-Hikmah ini
untuk menciptakan sebuah lembaga perekonomian masyarakat sebagai
sarana untuk meningkatkan kualitas kehidupan sosial ekonomi umat
Islami, dengan sasaran utama para pedagang dan pengusaha kecil serta
masyarakat umum di kecamatan Ungaran. Salah satu unit usahanya ialah
unit simpan pinjam dengan menggunakan sistem bagi hasil. Adapun target
yang hendak dicapai ialah terbentuknya pusat perekonomian umat.
Meniti keberangkatannya, KSPPS BMT Al-Hikmah mulai
beroperasi di kantor komplek pasar Babadan Blok E 26, pada tanggal 15
Oktober 1998 dengan modal awal Rp 15.000.000,- (Lima belas juta
rupiah). Modal awal tersebut berasal dari simpanan yang disetorkan para
anggota berupa simpanan pokok, simpanan khusus, dan simpanan wajib.
Pengelolaan KSPPS BMT Al-Hikmah dipercayakan kepada empat orang
yang telah mendapatkan pelatihan melalui Proyek Penanggulangan
Pekerjaan Trampil (P3T) di asrama haji Donohudan, Solo.
41
Dalam perkembangannya KSPPS BMT Al-Hikmah mengalami
perkembangan yang cukup pesat. Selama 16 tahun berdiri, anggota yang
menanamkan modal pun meningkat, dengan meningkatnya jumlah
nominal simpanan yang harus disetorkan. Sampai bulan Februari 2012
tercatat 4.859 anggota dengan nominal simpanan lebih dari 6 milyar.
Untuk pembiayaan yang disalurkan juga mengalami peningkatan asset dan
tentunya meningkat pula rugi laba setiap bulannya. Sampai saat ini asset
KSPPS BMT Al-Hikmah sudah mencapai Rp 23.000.000.000. Kemajuan
dan perkembangan KSPPS BMT Al- Hikmah dengan anggota yang
berasal dari latar belakang jenis usahanya, asal daerah yang berbeda ,
pendidikan dan status sosial yang berbeda menunjukkan kepercayaan
kepada masyarakat yang cukup besar terhadap keberadaan KSPPS BMT
Al-Hikmah. Pada tanggal 06 Februari 2012 resmi menempati kantor di Jl.
Jend. Sudirman No. 12 Mijen Gedanganak Unguran Timur Kab.
Semarang, dipimpin oleh 1 kepala pimpinan dan memiliki pegawai
sebanyak 13 orang. KSPPS BMT Al-Hikmah memiliki 6 kantor cabang,
yakni kantor cabang yang berada di komplek Babadan Blok E 23-25,
dengan jumlah pegawai 5 orang. Kantor cabang kedua berada di komplek
terminal pasar Karangjati No. 11 Kecamatan Bergas, di Jl. Gunungpati
dengan jumlah pegawai sebanyak 3 orang dengan jumlah pegawai
sebanyak 4 orang. Kantor cabang ketiga di Jl. Telomoyo No. 07
Bandungan dengan jumlah pegawai sebanyak 3 orang. Kantor cabang
keempat berada di Jl. Tegalpanas-Jimbaran Dusun Secang 01/01, Samben
42
Bawen dengan jumlah pegawai sebanyak 3 orang. Kantor cabang kelima
berada di Jl. Taman Siswa No. 13 Sekaran Gunungpati dengan jumlah
pegawai sebanyak 3 orang dan baru membuka kantor cabang baru lagi di
Kampung Ngabean RT 01 RW 04 Gunungpati dengan sejumlah 3 orang
(http://bmtalhikmahsmg.blogspot.com/2015/04/sejarah-bmt-al-
hikmah_19.html?m=0: diakses tanggal 1 Juli 2018).
B. Profil KSPPS BMT AL-HIKMAH
Nama Koperasi : KSPPS BMT AL-HIKMAH
Nama Manager : Muhari S.Ag
Alamat BMT : Jl. Jend. Sudirman No. 12 Mijen Gedanganak
Kecamatan : Ungaran
Kabupaten : Semarang
Provinsi : Jawa Tengah
Telp/Fax : 024-6924415
C. Badan Hukum Lembaga KSPPS BMT AL-HIKMAH
Berangkat dari semangat bahwa KSPPS BMT AL-HIKMAH
adalah milik masyarakat, bukan milik perorangan, golongan, dan
kelompok tertentu. KSPPS BMT AL-HIKMAH memiliki badan hukum
koperasi. KSPPS BMT AL-HIKMAH mendapatkan akte pendirian No :
047/BH/KDK.II.I/III/1999 tanggal 02 Maret 1999 dan telah mengalami
perubahan Anggaran Dasar menjadi Tingkat Jawa Tengah.
43
D. Visi dan Misi BMT AL-HIKMAH
Visi
Menjadi lembaga keuangan syariah yang sehat, profesional, dan terpercaya
di Jawa Tengah.
Misi
1. Meminimalkan Non Profit Loan (NPF).
2. Memperbaiki struktur permodalan.
3. Meningkatkan penghimpunan dana anggota dan calon anggota.
4. Meningkatkan pendapatan koperasi.
5. Meningkatkan SDM yang handal dan kompeten.
6. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap koperasi BMT.
7. Meningkatkan pengelolaan koperasi secara profesional.
E. Tujuan dan Sasaran Berdirinya KSPPS BMT AL-Hikmah
1. Tujuan
a. Menyelamatkan kelompok-kelompok usaha lapisan masyarakat
menengah kebawah dari situasi krisis ekonomi.
b. Menambah modal kerja bagi masyarakat lapisan paling bawah
dan kecil.
c. Mengembangkan kelompok usaha masyarakat agar lebih
produktif.
2. Sasaran
a. Tersedianya dana permodalan untuk anggota.
44
b. Menghimpun dan menyalurkan kepada anggotanya yang
melaksanakan aktifitas usaha yang produktif dan prospektif
kepada para anggota.
c. Memberikan pelayanan pembiayaan kepada anggotanya yang
melaksanakan usaha untuk modal kerja dengan prosedur yang
mudah dan murah.
F. Stuktur Organisasi BMT AL-HIKMAH
Struktur Organisasi KSPPS BMT AL-HIKMAH Ungaran :
1. Pengawas
Ketua : Gatot Indratmoko, SE
Anggota 1 : Drs. H. Abu Hanafi
Anggota 2 : Drs. Toni Irianto
2. Pengurus
Ketua : Muhari S. Ag
Sekretaris : Ichsan Ma`ari, ST
Bendahara : Asroti S.Pd
3. Pengelola
a) Kantor Pusat dan Cabang Mijen Gedanganak\
1) Kepala Operasional : MD Burhanudin M, S.Pd
2) Pengelola : Mudhofar
Heni Fajar Rukiyanti, S.Pd
Sayfur Rohman
Dani Mahardika Safik
45
Badi Aliana
Saefudin
3) Staff Pusat : Isna Ira Setyawati, SE
4) Umum : Nur Khasan
b) Kantor Cabang Babadan
1) Kepala Operasional : Awing Fraptiyo. SE
2) Pengelola : Abdurrohim
Yuni Fatmawati. SE
Nurul Huda Amrullah
Salamti Nurul Ariyani
Ridwanullah
c) Kantor Cabang Karangjati
1) Kepala Operasional : Mujana
2) Pengelola : Ahwat Adi Wibowo
Abdul Chamid
Fahrul Saktiana
d) Kantor Cabang Bawen
1) Kepala Operasional : Supandriyo, A,Md
2) Pengelola : Zulikhan Yahya
Dian Irfani, A.Md
Aditya
e) Kantor Cabang Bandungan
1) Kepala Operasional : Sulamin
46
2) Pengelola : Mashyudi, A.Md
Nurjanah
f) Kantor Cabang Gunungpati
1) Kepala Operasional : Eko Susilo. SE
2) Pengelola : Ahmad Syariudin
Kharis Muhandis
Nida Ulwiyah. S. Hi
Sefi Aprilia. A.Md
G. Job Description (Tugas Pengelola)
Berikut ini uraian pembagian tugas masing-masing jabatan di
Struktur Organisasi BMT Al-Hikmah Ungaran:
1. Dewan Pengurus
Tugas – tugas dewan pengurus :
a. Memimpin organisasi dan usaha KSPPS.
b. Menyelenggarakan RAT tepat waktu.
c. Terlaksananya hasil keputusan yang diamanatkan oleh RAT.
d. Tercukupinya rasio modal.
e. Menyusun/merumuskan kebijakan umum, mengajukan
Rencana Kerja (RK) dan Rencana Anggaran Pendapatan dan
Belanja (RAPB) KSPPS untuk mendapat persetujuan Rapat
Anggota.
47
f. Menyelenggarakan rapat pengurus untuk evaluasi bulanan
perkembangan kinerja lembaga dan menentukan serta
membuat kebijakan strategi yang terkait dengan lembaga.
g. Menerima laporan keuangan yang dapat
dipertanggungjawabkan pelaksanaan tugas yang dijalankan
pengelola setiap bulan.
h. Pengurus KSPPS dipilih dari dan oleh anggota dalam rapat
anggota untuk masa jabatan 5 tahun dan dapat dipilih kembali.
i. Menandatangani dokumen dan surat yang berhubungan dengan
lembaga.
j. Melakukan segala perbuatan hukum untuk dan atas nama
KSPPS.
k. Mewakili KSPPS dihadapan dan diluar pengadilan.
l. Memelihara kerukunan diantara anggota dan mencegah segala
hal yang menyebabkan perselisihan.
2. Dewan Pengawas Syariah
Tugas-tugas Dewan Pengawas Syariah:
a. Memastikan produk/jasa Koperasi sesuai dengan syariah.
1) Menelaah dan mengesahkan setiap spesifikasi produk
penghimpunan (funding) maupun produk penggunaan
dana (lending).
48
2) Mengkomunikasikan kepada DSN usul dan saran
pengembangan produk dan jasa Koperasi yang
memerlukan kajian dan fatwa DSN.
3) Memberikan penjelasan kepada Pengurus dan Manajemen
KSPPS tentang berbagai fatwa DSN yang relevan dengan
bisnis KSPPS.
b. Memastikan tata laksana manajemen dan pelayanan sesuai
dengan syariah.
1) Menelaah dan mengesahkan tata laksana manajemen dan
pelayanan KSPPS ditinjau dari kesesuaiannya dengan
prinsip muamalah dan akhlaq Islam.
2) Membantu manajemen dalam pembinaan aqidah, ibadah
dan akhlaq manajemen dan staf KSPPS.
3) Mengidentifikasi berbagai bentuk pelanggaran syariah
dalam interaksi (antar sesama manajemen/staf dan antar
manajemen/staf dengan anggota dan masyakat luas) dan
transaksi bisnis serta melaporkannya kepada Badan
Pengurus KSPPS.
c. Terselenggaranya pendidikan anggota yang dapat mencerahkan
dan membangun kesadaran bersama sehingga anggota siap dan
konsisten bermuamalah secara islami melalu wadah KSPPS.
1) Membantu pengurus dengan memberikan penjelasan dan
atau nasehat – diminta atau tidak diminta - tentang
49
keadaan angggota pada khususnya dan KSPPS pada
umumnya ditinjau dari aspek kesyariahan. Penjelasan itu
dapat disampaikan di dalam maupun diluar Rapat
Pengurus.
2) Menelaah sistem pembinaan anggota kurikulum, materi
dan penyelenggaraannya sehingga diyakini telah
memenuhi unsur tarbiyah (pendidikan) yang sesuai dengan
kaidah Islam.
d. Membantu terlaksananya pendidikan anggota yang dapat
meningkatkan kualitas aqidah, akhlaq, ibadah dan muamalah
anggota.
3. Pengawas
Tugas Pengawas:
a. Memberikan penilaian terhadap keputusan-keputusan kegiatan
KSPPS.
b. Mengawasi dan menjaga agar pelaksanaan operasional KSPPS
sesuai dengan ketentuan, arah, dan kebijakan yang telah
ditetapkan Rapat Anggota.
c. Memberi saran atau pendapat kepada pengurus dan pengelola
untuk kemajuan KSPPS.
d. Melakukan pemeriksaan/audit.
e. Mebuat hasil laporan pengawasan kepada rapat anggota.
50
f. Pengawas dipilih dari dan oleh anggota di dalam suatu rapat
Anggota.
g. Jumlah Pengawas minimal 3 (tiga) orang dan susunannya
terdiri dari seorang ketua dan anggota-anggota.
h. Jumlah dan susunan Pengawas dapat berubah sesuai dengan
dengan perkembangan KSPPS, tetapi harus gasal dan minimal
3 (tiga) orang.
i. Masa bakti Pengawas sama dengan masa bakti Pengurus.
j. Minimal salah satu dari anggota pengawas harus memahami
prinsip muamalah syariah.
4. Audit Internal
Tugas – tugas Pokok:
a. Dapat menggunakan fungsi pengawasan sebagai alat control
mekanisme operasional.
b. Memeriksa semua catatan, harta milik dan hutang-hutang,
memeriksa semua tingkat manajemen (kecuali top manajemen)
dan dapat memasuki semua bagian dan unit kerja serta
melakukan berbagai teknik pemeriksaan.
c. Meminta data/informasi yang berkaitan dengan hal audit
kepada manajemen koperasi.
d. Meminta fasilitas kebagian umum untuk kebutuhan audit
seperti ATK dll.
51
e. Menerbitkan laporan keuangan atas persetujuan pimpinan
untuk keperluan publikasi.
5. Manager SDI/HRD
Tugas dan Tanggung Jawab:
a. Bertanggungjawab mengelola dan mengembangkan sumber
daya insani KSPPS termasuk perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan sdi dan pengembangannya.
b. Membuat system sumber daya yang efektif dan efisien
misalnya dengan membuat SOP, job description, training dan
development system.
c. Bertanggungjawab penuh dalam proses recruitment karyawan
mulai dari mencari calon karyawan, wawancara hingga seleksi.
d. Melakukan seleksi, promosi, transferring dan demosi pada
karyawan yang dianggap perlu.
e. Melakukan kegiatan pembinaan, pelatihan dan kegiatan-
kegiatan yang berhubungan dengan pengembangan
kemampuan, potensi, mental, ketrampilan dan pengetahuan
karyawan yang sesuai dengan standar lembaga.
f. Bertanggungjawab terhadap absensi karyawan, perhitungan
gaji, bonus dan tunjangan.
g. Membuat kontrak kerja karyawan serta memperbaharui masa
berlaku kontrak kerja.
52
h. Melakukan tindakan disipliner pada karyawan yang melanggar
kebijakan perusahaan.
6. Manager Keuangan dan Umum
Tugas:
a. Manajer keuangan bekerja sama dengan manajer yang lain
bertugas merencanakan dan meramalkan perencanaan umum
keuangan KSPPS.
b. Mengambil keputusan penting investasi dan berbagai
pembiayaan serta semua hal yang terkait dengan keputusan
tersebut.
c. Melaporkan laporan keuangan bulanan pada pertemuan tingkat
manajemen pusat.
d. Membuat analisis laporan keuangan.
e. Memberikan masukan yang berkaitan dengan kebijakan
akuntansi dan keuangan.
f. Merencanakan, mengatur dan mengontrol perencanaan laporan
keuangan dan laporan pembiayaan .
g. Merencanakan, mengatur dan mengontrol arus kas perusahaan.
h. Merencanakan, mengatur dan mengontrol anggaran
perusahaan.
i. Merencanakan, mengatur dan mengontrol pengembangan
system dan prosedur keuangan.
j. Merencanakan, mengatur dan mengontrol analisis keuangan.
53
k. Merencanakan, mengatur dan mengontrol untuk
memaksimalkan nilai perusaaan.
7. Manager Pemasaran
Tugas:
a. Menyusun draft rencana pemasaran berupa target funding,
lending dan konfirmasi per cabang.
b. Rencana pengembangan produk, promosi dan distribusi
berdasarkan pemetaan segmen dan potensi pasar.
c. Memimpin rapat koordinasi bulanan dengan marketing cabang.
d. Mengembangkan data base pelanggan jasa keuangan untuk
menyusun profil dan pengembangan pemasaran.
e. Mengembangkan strategi pemasaran.
f. Melaksanakan survey.
g. Sebagai coordinator dalam penagihan pembiayaan bermasalah.
8. Kepala Oprasional Cabang
Tugas–tugas pokok Kepala Operasional Cabang:
a. Menjabarkan kebijaksanaan umum KSPPS yang telah dibuat
Pengurus dan disetujui rapat anggota.
1) Menerima dan mempelajari keputusan /instruksi/memo
dari Kantor Pusat.
2) Melaksanakan dan mensosialisasikan keputusan/memo/
Intruksi kepada semua karyawan dan pihak yang
berkepentingan.
54
3) Mengevaluasi hasil realisasi keputusan/memo/instruksi
dan bila diperlukan melaporkan kepada kantor pusat.
b. Menyusun dan menghasilkan rancangan anggaran KSPPS dan
rencana jangka pendek, rencana jangka panjang, serta proyeksi
(finansial maupun non finansial) kepada pengurus yang
selanjutnya akan dibawa pada rapat anggota.
1) Bersama dengan Kabag. Operasional dan marketing
memproyeksikan jumlah anggota yang dapat diraih untuk
jangka panjang dan jangka pendek.
2) Menentukan sasaran investasi jangka panjang dan jangka
pendek.
3) Merencanakan dan menyusun rencana kerja jangka
panjang 5 (lima) tahun dan jangka pendek 1 (satu) tahun.
4) Mempresentasikan rencana kerja jangka panjang dan jangka
pendek kepada pihak yang berhak (Badan Pengurus,
anggota KSPPS).
c. Menyetujui pembiayaan yang jumlahnya tidak melampaui
batas wewenang manajemen.
1) Meninjau jaminan dan usaha pemohon pembiayaan
bersama dengan bagian pembiayaan.
2) Menandatangani berita acara jaminan.
55
3) Merekomendasi dan menandatangani permohonan
pembiayaan pada lembar data analisa untuk diajukan
kepada kantor pusat bila diluar wewenangnya.
4) Menyetujui permohonan pembiayaan sesuai dengan
wewenangnya pada lembar data analisa pembiayaan.
5) Menandatangani perjanjian pembiayaan dengan lampiran-
lampirannya dan akte pemasangan hak tanggungan.
6) Memantau perjalanan pembiayaan setelah pencairan
pembiayaan.
d. Mengusulkan penambahan, pengangkatan dan
mempromosikan serta pemberhentian karyawan pada kantor
cabang.
1) Menganalisa kebutuhan karyawan cabang.
2) Membuat pemberitahuan kebutuhan karyawan kepada
kantor pusat.
3) Mengusulkan perekrutan karyawan baru.
4) Membuat surat pengusulan pengangkatan karyawan ke
kantor Pusat.
5) Mengajukan karyawan yang dinilai berprestasi untuk
kenaikan jabatan yang lebih tinggi.
e. Mengelola dan mengawasi pengeluaran dan pemasukan biaya-
biaya harian dan tercapainya target yang telah ditetapkan
secara keseluruhan.
56
1) Memonitor dan memberikan arahan/masukan terhadap
upaya pencapaian target.
2) Mengevaluasi seluruh aktivitas dalam rangkaian
pencapaian target.
3) Menindak lanjuti hasil evaluasi.
4) Menemukan dan menentukan strategi-strategi baru dalam
upaya mencapai target.
5) Membuka peluang/akses kerja sama dengan
jaringan/lembaga lain dalam upaya mencapai target.
f. Mengamankan harta kekayaan KSPPS agar terlindungi dari
bahaya kebakaran, pencurian, perampokan dan kerusakan,
serta seluruh asset KSPPS.
1) Mengetahui jumlah dan keberadaan asset yang menjadi
tanggung jawabnya.
2) Mengatur dan mengawasi penggunaan asset yang ada.
3) Memaksimalkan penggunaan asset yang untuk
kepentingan kantor.
4) Menyimpan asset pada tempat yang telah disediakan.
5) Mengupayakan terjaganya likuiditas dengan mengatur
manajemen dana seoptimal mungkin hingga tidak terjadi
dana rush maupun idle.
6) Mengupayakan strategi-strategi khusus dalam
penghimpunan dana dan penyaluran dana.
57
7) Mengupayakan strategi-strategi baru dan handal dalam
menyelesaikan pembiayaan yang bermasalah.
8) Melakukan kontrol terhadap keseluruhan harta KSPPS.
g. Terselenggaranya penilaian prestasi kerja karyawan dan
membuat laporan secara periodik.
1) Menetapkan tujuan penilaian prestasi kerja.
2) Melakukan penilaian prestasi kerja karyawan.
3) Merencanakan dan merancang system hubungan kerja
yang memotivasi karyawan untuk bekerjasama dalam
mencapai sasaran.
4) Mengevaluasi pola hubungan bila diperlukan.
5) Menetapkan dan mengatur semua kegiatan operasional
menurut bagian dan kemampuan masing-masing
karyawan.
6) Mendelegasikan semua karyawan kegiatan operasional
kepada karyawan sesuai dengan bagian masing-masing
karyawan.
7) Mengkoordinasi tugas operasional yang akan
dilaksanakan maupun yang telah dilaksanakan oleh
karyawan yang satu dengan karyawan yang lain.
8) Membuat laporan pembiayaan yang meliputi: Jumlah dan
jenis pembiayaan yang telah direalisasikan, jumlah
58
tagihan bunga pembiayaan, menurut jangka waktu dan
jenis jaminan.
9) Membuat laporan simpanan dan membuat laporan
pembukuan dibantu bagian administrasi yang meliputi:
a) Laporan Bagi Hasil Simpanan Harian dan Berjangka
beserta saldo.
b) Laporan realisasi pembiayaan.
c) Laporan saldo simpanan anggota.
d) Laporan baki debet pembiayaan.
e) Membuat neraca bulanan dan Sisa Hasil
UsahaPendapatan dan tagihan yang sudah diterima
ataupun yang belum diterima.
h. Menandatangani dan menyetujui permohonan pembiayaan
dengan batas wewenang yang ada pada kantor wilayah
masing-masing.
1) Meneliti dan memberi kode surat berharga seperti
simpanan berjangka.
2) Menandatangani akad pembiayaan.
i. Meningkatkan pendapatan dan menekan biaya serta
mengawasi operasional kantor wilayah masing-masing.
1) Mengacu pada rencana anggaran dengan menggali
pendapatan dari bagi hasil, administrasi dan provisi
pembiayaan serta operasional lainnya.
59
2) Menarik pendapatan sudah diterima ataupun yang belum
diterima dari pembiayaan bermasalah.
3) Melakukan efisiensi dengan cara melakukan skala
prioritas biaya.
4) Pengawasan penggunaan biaya.
9. Customer Service
a. Memberikan pelayanan kepada nasabah dalam memberikan
informasi produk kepada calon anggota.
b. Membantu anggota dalam melakukan proses pembukuan
rekening simpanan.
c. Membantu anggota dalam melakukan proses penutupan
rekening simpanan.
d. Memberikan informasi saldo simpanan anggota.
e. Mempersiapkan buku simpanan untuk anggota.
f. Mempersiapkan berkas permohonan pembukuan rekening
simpanan anggota.
g. Memberikan pelayanan informasi perbankan lainnya kepada
anggota, terutama dalam menangani permasalahan transaksi
anggota.
10. Teller
a. Memberikan pelayanan kepada anggota baik penarikan maupun
penyetoran tabungan atau angsuran.
b. Menghitung keadaan keuangan atau transaksi setiap hari.
60
c. Mengatur dan menyiapkan pengeluaran uang tunai yang telah
disetujui oleh manager cabang.
d. Menandatangani formulir serta slip dari anggota serta
mendokumentasikannya.
11. Marketing
a. Bertanggung jawab kepada manager pemasaran atas semua
pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya.
b. Melakukan penagihan terhadap anggota yang mengajukan
pembiayaan di BMT.
c. Mengambil tabungan milik anggota yang menabung tapi tidak
bisa datang ke kantor untuk melakukan penarikan.
d. Mensosialisasikan produk-produk BMT kepada masyarakat.
e. Menyalurkan pembiayaan kepada masyarakat yang
membutuhkan dana untuk mengembangkan bidang usaha atau
yang lainnya.
H. Produk–Produk KSPPS BMT AL-HIKMAH
Produk–produk KSPPS BMT AL-HIKMAH terbagi atas produk
penghimpuan dana dan produk penyaluran dana kepada para anggota.
1. Produk Penghimpunan Dana
Produk penghimpunan dana yang dirancang khusus atas dasar
syariah, terdiri dari beberapa jenis simpanan, antara lain:
a. Simpanan Sukarela Lancar (SIRELA)
61
Simpanan Sukarela Lancar merupakan simpanan anggota
masyarakat yang didasarkan akad wadiah yad dhamanah. Atas
seizin penitip dana yang disimpan pada rekening SIRELA dapat
dimanfaatkan oleh KSPPS BMT AL-Hikmah. Penarikan maupun
penyetoran dari produk ini dapat dilakukan oleh pemegang
rekening setiap saat.
b. Simpanan Pelajar (SIMPEL)
Simpanan Pelajar merupakan simpanan yang ditujukan
kepada para pelajar dan mahasiswa yang menginginkan memiliki
rekening simpanan yang akan terus bertumbuh dan
berkesempatan untuk mengajukan beasiswa bagi yang berprestasi.
c. Simpanan Sukarela Qurban (SISUQUR)
Simpanan sukarela Qurban adalah simpanan anggota yang
dirancang khusus sebagai sarana mempersiapkan dana untuk
melaksanakan ibadah penyembelihan hewan qurban. Penyetoran
dapat dilakukan sewaktu-waktu sedangkan penarikan atau
pencairannya hanya dapat dilakukan pada bulan Dzulhijah saat
pelaksanaan penyembelihan hewan qurban.
d. Simpanan Ibadah Haji (SIHAJI)
Simpanan ibadah haji merupakan inovasi baru dari BMT
AL-Hikmah yang dikhususkan bagi anda masyarakat muslim
yang berencana menunaikan ibadah haji.
62
e. Simpanan Sukarela Berjangka (SISUKA)
Simpanan sukarela berjangka merupakan simpanan
berjangka dengan prinsip syariah yang memberikan hasil
investasi yang optimal bagi anggota BMT AL-Hikmah.
Tabel 3.1
Jangka Waktu dan Nisbah Bagi Hasil Simpanan Suka Rela
Berjangka (SISUKA)
JANGKA
WAKTU
NISBAH BMT
NISBAH
ANGGOTA
6 Bulan 60% 40%
12 Bulan 50% 50%
24 Bulan 45% 55%
f. Simpanan Wajib Berhadiah (SIWADIAH)
Simpanan wajib berhadiah merupakan simpanan wajib
dengan fitur hadiah yang diperuntukan bagi anggota, simpanan
dengan jangka waktu tertentu tidak dapat ditarik sebelum jatuh
tempo.
2. Produk Pembiayaan
Sedangkan produk penyaluran dana berupa jenis
pembiayaan berupa modal usaha dan sewa barang atau jasa.
Beberapa jenis pembiayaan yang disediakan sebagai berikut:
a. Prinsip Jual Beli Murabahah.
b. Prinsip Jual Ijarah.
63
c. Prinsip Mudharabah.
Dana simpanan dari masyarakat yang ada di KSPPS BMT
AL Hikmah dikelola secara produktif dan professional dalam
bentuk pembiayaan untuk pengembangan ekonomi umat. Berbagai
produk pembiayaan diperuntukan bagi mitra yang membutuhkan
modal kerja usaha pengadaan barang dan sewa barang atau jasa.
Jenis-jenis Akad Pembiayaan :
a. Pembiayaan Multi Barang dengan Prinsip Jual Beli
Murabahah
Akad murabahah adalah akad jual beli atas barang
tertentu dimana penjual menyebutkan dengan jelas barang
yang diperjualbelikan termasuk harga pembelian barang
kepada pembeli kemudian ia mensyaratkan atasnya
laba/keuntungan dalam jumlah tertentu. Fasilitas pembiayaan
diperuntukan bagi anggota yang menginginkan memiliki
barang atau peralatan usaha guna mendukung kegiatan usaha
anggota BMT AL Hikmah siap membantu mewujudkan
keinginan anda untuk memiliki barang impian tersebut dengan
proses mudah cepat dan harga terjangkau. Keunggulan
pembiayaan pemilikan sepeda motor di BMT AL Hikmah
diantaranya:
1) Melayani semua jenis sepeda motor pabrikan Jepang
(HONDA, YAMAHA, SUZUKI, KAWASAKI).
64
2) Persyaratan mudah dengan proses cepat.
3) Uang muka minimal 30% dari harga kendaraan yang
diinginkan.
4) Bagi hasil kompetitif sesuai dengan kesepakatan.
5) Bagi hasil diperhitungkan dari harga pokok dikurangi
dengan uang muka yang disetorkan.
6) Total angsuran lebih ringan dibandingkan dengan
Dealer/Leasing.
7) Jangka waktu maksimal sampai dengan 3 tahun.
8) Apabila menyelesaikan pembiayaan sebelum jangka
waktu akan memperoleh potongan dan tidak akan
dikenakan pinalti.
9) Fasilitas asuransi TLO (optional).
b. Pembiayaan Multi Jasa dengan Prinsip Ijarah
Disebut akad pemindahan hak guna (manfaat) atas
suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui
pembayaran sewa/upah tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan itu sendiri. Fasilitas pembiayaan diperuntukan
bagi anggota yang terkendala dalam membayar biaya
pendidikan biaya sewa rumah biaya sewa tempat usaha biaya
perawatan rumah sakit biaya perjalanan dan biaya lain yang
diperlukan. BMT AL Hikmah siap membantu membayarkan
kebutuhan anda tersebut dan anggota mengembalikan
65
pembiayaan dan jasanya secara angsuran atau sesuai tempo
kesepakatan.
Syarat :
1) Bersedia menjadi anggota BMT Al Hikmah.
2) Memiliki usaha atau penghasilan tetap.
3) Mengisi aplikasi pengajuan pembiayaan yang telah
disediakan.
4) Bersedia di survey apabila pihak BMT memerlukan.
5) Melengkapi administrasi.
a) Foto copy KTP suami istri.
b) Foto copy Kartu Keluarga (KK).
c) Foto copy surat nikah.
6) Melampirkan jaminan asli an foto copynya BPKP
kendaraan, sertifikat tanah ,atau surat kios/los pasar.
c. Pembiayaan Multi Jasa (Kerjasama Mudharabah/Musyarakah)
Fasilitas pembiayaan diperuntukan bagi anggota yang
menginginkan permodalan dalam pengembangan usaha yang
digelutinya agar usaha tersebut menjadi lebih besar dan
menguntungkan. BMT Al Hikmah siap menjadi mitra sebagai
pemodal ataupun bermitra sebagai partner dalam
mengembangkan usaha anggota tersebut.
Syarat:
1) Bersedia menjadi anggota BMT Al Hikmah.
66
2) Memiliki usaha produktif dan berprospektif.
3) Bersedia di survey dilokasi usaha yang diajukan.
4) Mengisi aplikasi pengajuan pembiayaan yang telah
disediakan.
5) Melengkapi persyaratan:
a) Foto copy KTP suami istri
b) Foto copy Kartu Keluarga (KK)
c) Foto copy surat nikah
d) Melampirkan jaminan asli dan foto copynya BPKB
kendaraan, sertifkat tanah, atau surat kios/los pasar.
3. Produk Jasa
SI GADAI ― Cara berkah mengatasi masalah‖. SI GADAI
merupakan layanan jasa yang diperuntukan bagi anggota yang
menginginkan bantuan jasa dari pihak BMT dalam memenuhi
kebutuhan anggota. Layanan gadai barang seperti perhiasan,
handphone, elektronik, kendaraan bermotor, laptop, alat-alat rumah
tangga.
Keunggulan :
a. Mudah cukup membawa barang yang akan digadai dengan
bukti kepemilikan dan identitas diri.
b. Cepat uang cair kurang dari 30 menit.
c. Aman memberikan jaminan keamanan terhadap barang yang
dititipkan.
67
d. Berkah dikelola dengan sistem syariah yang berlandaskan
atas dasar prinsip tolong menolong (brosur BMT Al
Hikmah).
68
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Mekanisme Produk SISUKA (Simpanan Suka Rela Berjangka) di
BMT Al-Hikmah Ungaran
Simpanan Suka Rela Berjangka (SISUKA) merupakan simpanan
berjangka dengan prinsip syariah yang memberikan hasil investasi yang
optimal bagi anggota BMT Al Hikmah. SISUKA termasuk dalam deposito
mudharabah yaitu simpanan masyarakat yang disimpan kepada bank,
dapat berupa rupiah ataupun valuta asing dimana penarikannya hanya
dapat dilakukan pada jangka waktu yang telah disepakati antara nasabah
dengan pihak bank dengan menggunakan prinsip syariah (bagi hasil) dan
dengan akad mudharabah (Karim, 2004: 303). SISUKA menggunakan
akad mudharabah mutlaqah yaitu bentuk kerja sama antara shahibul maal
dan mudharib yang cangkupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh
spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis (Antonio, 2001: 97). Jenis
deposito mudharabah Simpanan Suka Rela Berjangka (SISUKA) ada 2,
yaitu:
1. Simpanan Suka Rela Berjangka (SISUKA) Biasa
SISUKA yang berakhir pada jangka waktu yang telah ditentukan
hanya bisa diperpanjang apabila ada permohonan baru dari nasabah.
2. Simpanan Suka Rela Berjangka (SISUKA) Otomatis (automatic roll
over).
69
Pada saat jatuh tempo, secara otomatis akan diperpanjang untuk
jangka waktu yang sama tanpa ada pemberitahuan dari penyimpan.
Pelaksanaan produk Simpanan Suka Rela Berjangka (SISUKA)
BMT Al Hikmah tidak mempersulit anggota/calon anggota untuk
bergabung. Kemudahan dan fleksibilitas menjadi salah satu pelayanan
yang diberikan pihak BMT bagi anggota/calon anggota. Adapun
mekanisme dalam pelaksanaan Simpanan Suka Rela Berjangka (SISUKA)
adalah sebagai berikut:
1. Pembukaan rekening Simpanan Suka Rela Berjangka (SISUKA)
a. Pihak BMT memberikan penjelasan mengenai produk SISUKA
dan memberikan penjelasan cara pembukaan rekening kepada
anggota/calon anggota disertai dengan ketentuan umum yang
berlaku.
b. Membawa fotokopi kartu identitas (KTP, SIM, Paspor) yang sah
dan masih berlaku.
c. Anggota/calon anggota diwajibkan untuk mempunyai/membuka
rekening SIRELA (Simpanan Suka Rela Lancar) guna pencatatn
Simpanan Suka Rela Berjangka (SISUKA) dan bagi hasil yang
akan diterima. Sehingga bagi hasil yang diperoleh tiap bulan akan
langsung masuk ke rekening SIRELA.
d. Anggota/calon anggota wajib mengisi data diri dan
menandatangani formulir Simpanan Suka Rela Berjangka
(SISUKA).
70
e. Penyetoran awal minimal Rp. 500.000,-
f. Anggota/calon anggota setelah mengisi formulir akan
mendapatkan warkat atau sertifikat deposito mudharabah.
2. Penyetoran Simpanan Suka Rela Berjangka (SISUKA)
Penyetoran produk SISUKA, BMT Al Hikmah menyarankan
agar anggota menyetorkan dananya secara langsung atau melalui
Penanggungjawab Lapangan (PL)/marketing. Hal ini agar nasabah
dapat secara langsung mengetahui proses pencatatan dari kegiatan
penyetoran dana tersebut (Nurjanah, wawancara, 6 Juli 2018) .
3. Pencairan Simpanan Suka Rela Berjangka (SISUKA)
Pencairan Simpanan Suka Rela Berjangka (SISUKA) ini harus
dilaksankan oleh pemilik rekening secara langsung dengan
mendatangi kantor BMT Al Hikmah. Pencairan SISUKA (Simpanan
Suka Rela Berjangka) dapat dilakukan setelah jatuh tempo dengan
menunjukkan warkat asli dan identitas diri anggota. Apabila anggota
menghendaki pencairan simpanan sebelum jatuh tempo maka BMT
akan mengenakan denda sesuai dengan kesepakatan awal. Syarat
penarikan:
a. Membawa buku rekening Sirela (Simpanan Suka Rela
Berjangka).
b. Membawa warkat Simpanan Suka Rela Berjangka (SISUKA).
c. Membawa kartu identitas asli (KTP, SIM, Paspor) milik sendiri.
71
B. Metode Bagi Hasil produk Simpanan Suka Rela berjangka (SISUKA)
Menurut Ibu Nurjanah pengurus BMT Al Hikmah kantor cabang
Bandungan, mengatakan bahwa bagi hasil yang dibagikan kenasabah
dibagi tiap akhir bulan dan bagi hasil yang didapatkan disimpan di
tabungan SIRELA (6 Juli 2018), dengan demikian metode bagi hasil di
BMT Al Hikmah menggunakan metode end of month, dimana
pembayaran bagi hasil kepada nasabah pada tanggal tutup buku pada tiap
akhir bulannya (menyesuaikan jumlah hari pada tiap bulannya) (Karim,
2011: 354). Bagi di mana pendapatan yang diterima BMT Al Hikmah
atas bagi hasil, margin jual beli, dan margin sewa atas pembiayaan
produktif yang diusahakan dibagikan secara langsung ke anggota
penyimpan/nasabah tanpa dikurangi biaya operasional.
Untuk menentukan tingkat bagi hasilnya, BMT Al Hikmah
melakukan perhitungan setiap bulannya dari pendapatan yang diperoleh
dari setiap akhir bulan. Keuntungan keseluruhan yang didapat BMT Al
Hikmah lalu disalurkan keseluruh anggota pusat maupun cabang BMT Al
Hikmah. Untuk porsi bagi hasil disesuaikan dengan jangka waktu, seperti
tabel berikut ini:
Tabel 4.1
Jangka Waktu dan Nisbah Bagi Hasil Simpanan Suka Rela
Berjangka (SISUKA)
JANGKA
WAKTU
NISBAH BMT
NISBAH
ANGGOTA
6 Bulan 60% 40%
72
12 Bulan 50% 50%
24 Bulan 45% 55%
Dari tabel diatas maka sudah jelas berapa nisbah bagi hasil yang akan
diterima anggota dan BMT. Produk simpanan suka rela berjangka
(SISUKA) nisbah bagi hasil yang didapatkan anggota besarnya
tergantung dengan:
1. Jumlah rata-rata saldo seluruh produk SISUKA yang ada di BMT
Al Hikmah.
2. Besar kecilnya pendapatan yang diterima oleh BMT Al Hikmah.
3. Porsi bagi hasil yang telah disepakati anggota dengan BMT Al
Hikmah.
Perhitungan bagi hasil yang akan diperoleh anggota yaitu nominal
deposito anggota dibagi saldo rata-rata seluruh deposito BMT Al Hikmah
dikali dengan saldo pendapatan deposito yang diterima BMT dan dikali
dengan nisbah bagi hasil yang telah disepakati. Saldo rata-rata deposito
dan pendapatan deposito yang diterima BMT Al Hikmah tidak menetap
atau tidak tentu sehingga setiap bulan bagi hasil yang didapat oleh
nasabah akan selalu berubah.
Contoh perhitungan SISUKA (Simpanan Suka Rela Berjangka)
sebagai berikut:
Ibu Indah Fitriyani mendepositkan uangnya Rp 1.000.000,- dengan
jangka waktu yang diambil 12 bulan dimulai tanggal 1 Januari 2018,
sehingga nisbah bagi hasilnya 50% untuk anggota dan 50% untuk BMT.
73
Pendapatan BMT pada bulan Januari 2018 sebesar Rp. 1.027.000,- dan
seluruh anggota yang membuka rekening SISUKA di BMT Al Hikmah
saldo rata-ratanya mencapai Rp. 68.957.411,-. Sehingga perhitungan bagi
hasilnya sebagai berikut:
= Rp. 1.000.000,- X Rp. 1.027.000 X 50%
Rp. 68.957.411,-
= Rp. 7.446,62
Sehingga bagi hasil yang diperoleh oleh Ibu Indah Fitriyani pada bulan
Januari 2018 yaitu sebesar Rp. 7.446,62
Perhitungan bagi hasil yang dilakukan BMT Al Hikmah sudah
sesuai dengan prinsip syariah yaitu mengacu pada pendapatan yang
diperoleh BMT bukan dari persentase dari nominal deposito. Produk
SISUKA (Simpanan Suka Rela Berjangja) sudah sesuai dengan Dewan
Syariah Nasional dalam Fatwa Nomor 03/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Deposito.
75
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uaraian diatas tentang analisis penerapan sistem bagi
hasil deposito mudharabah simpanan sukarela berjangka (SISUKA), maka
penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:
1. Mekanisme produk Simpanan Suka Rela Berjangka (SISUKA) ada 3
yaitu:
a. Menggunakan akad mudharabah mutlaqah yaitu bentuk kerja
sama antara shahibul maal dan mudharib yang cangkupannya
sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu,
dan daerah bisnis.
b. Pembukaan rekening Simpanan Suka Rela Berjangka (SISUKA)
anggota/calon anggota mengisi formulir pembukaan rekening
(SISUKA), anggota/calon anggota membawa kartu identitas
(KTP,SIM, Paspor) yang masih berlaku. Anggota/calon anggota
diahruskan membuka rekening SIRELA (Simpanan Suka Rela
Lancar) guna pencatatan bagi hasil yang diperoleh tiap bulan.
Penyetoran produk SISUKA minimal Rp. 500.000,-
c. Penyetoran dana Simpanan Suka Rela Berjangka (SISUKA) dapat
dilakukan secara langsung dengan hadir dikantor atau melalui
penangggungjawab lapangan (PL)/marketing.
76
d. Pencairan Simpanan Suka Rela Berjangka (SISUKA) dilakukan
saat tanggal jatuh tempo. Apabila anggota menghendaki
pencairan sebelum tanggal jatuh tempo maka akan dikenakan
denda yang telah disepakati. Pencairan SISUKA anggota wajib
datang dikantor dengan membawa kartu identitas (KTP, SIM,
Paspor), membawa buku tabungan SIRELA, dan membawa
warkat.
2. Metode bagi hasil Simpanan Suka Rela Berjangka (SISUKA)
a. Metode yang digunakan yaitu metode end of month dimana
pembayaran bagi hasil kepada nasabah pada tanggal tutup buku
pada tiap akhir bulannya (menyesuaikan jumlah hari pada tiap
bulannya) dan bagi hasil yang diterima langsung dimasukkan atau
dicatat ke dalam buku rekening SI RELA (Simpanan Suka Rela
Lancar).
b. Metode bagi hasil di BMT Al Hikmah menggunakan metode
revenue sharing (bagi pendapatan), di mana pendapatan yang
diterima BMT Al Hikmah atas bagi hasil, margin jual beli, dan
margin sewa atas pembiayaan produktif yang diusahakan
dibagikan secara langsung ke anggota penyimpan/nasabah tanpa
dikurangi biaya operasional.
c. Besar perolehan bagi hasil yang diterima anggota disesuaikan
dengan jangka waktu yang dipilih diawal akad. Adapun jangka
waktu 6 bulan dengan nisbah bagi hasil 60% untuk BMT 40%
77
anggota, jangka waktu 12 bulan nisbah bagi hasil 50% untuk
BMT 50% anggota, dan jangka waktu 24 bulan nisbah bagi hasil
40% untuk BMT 60% untuk anggota.
d. Bmt Al Hikmah tidak menjanjikan nominal keuntungan diawal
akad karena bagi hasil yang diberikan BMT Al Hikmah kepada
anggota berdasarkan pendapatan yang diperoleh BMT.
B. Saran
Saran dari penulis yang dapat sampaikan sehubungan dengan
penelitian di BMT Al Hikmah Ungaran ini adalah:
1. BMT Al Hikmah perlu melakukan sosialisasi kepada masyarakat
tentang produk Simpanan Suka Rela Berjangka (SISUKA) agar
masyarakat mengerti dan paham tentang produk SISUKA, keuntungan
apa saja yang diperoleh, dan bagaimana perbedaan tentang konsep
bunga dan bagi hasil agar masyarakat tertarik ikut gabung.
2. BMT Al Hikmah perlu mengevaluasi penyaluran dana produk
SISUKA, agar lebih selektif untuk menyalurkan ke pembiayaan-
pembiayaan modal usaha sehingga dapat meminimalisir pembiayaan
yang bermasalah dan pendapatan BMT Al Hikmah Meningkat lalu
bagi hasil yang didapatkan anggota juga banyak.
75
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zainudin. 2008. Hukum Perbankan Syariah. Jakarta: Sinar Grafika.
Antonio, Syafi'i. 2001. Bank Syariah Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani.
Ascarya. 2011. Akad dan Produk Bank Syariah. Cetakan Ketiga. 4Jakarta:
Rajawali Pers.
—. 2013. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: Rajawali Pers.
Cokrohadisumarto, Widiyanto bin Mislan, Kartiko A. Wibowo, dan Abdul Ghafar
Ismail. 2016. BMT Praktik dan Kasus. Jakarta: Rajawali Press.
Dahlan, Ahmad. 2012. BANK SYARIAH Teoritik, Praktik, Kritik. Yogyakarta:
Teras.
Djaelani, Aunu Rofiq. 2013. Teknik Pengumpulan Data dalam Penelitian
Kualitatif. Jurnal Majalah Ilmiah Pawiyatan.Vol. 20. No. 3.
Fathoni, Abdurrahmat. 2011. Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan
Skripsi. Jakarta: Rineka Cipta.
Idrus, Muhamad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: Erlangga.
Ilmi, Makhalul. 2002. Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah.
Yogyakarta: UII Press.
Isna K, Andriyani. 2012. Analisis Pengaruh Return On Asset, Bopo, dan Suku
Bunga terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito Mudharabah pada Bank
Umum Syariah. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol. 11. No. 01.
Karim, Adiwarman. 2004. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
—. 2011. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Masyitoh, Novita Dewi. 2014. Analisis Normatif Undang-Undang N0. 1 Tahun
2013 Tentang Lembaga Keuangan Mikro (LKM) atas Status Badan Hukum
dan Pengawasan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT). Jurnal Economica. Vol.
5. Edisi 2.
Muhamad. 2016. Sistem Bagi Hasil dan Pricing Bank Syariah. Yogyakarta: UII
Press.
—. 2004. Tekhnik Perhitungan dan Profit Margin pada Bank Syariah.
Yogyakarta: UII Press.
Natalia, Evi, Moch. Dzulkiron AR, dan Sri Mangesti Rahayu. 2014. Pengaruh
Tingakat Bagi Hasil Deposito Bank Syariah dan Suku Buku Deposito Bank
76
Umum terhadap Jumlah Simpanan Deposito Mudharabah (Studi pada PT.
Bank Syariah Mandiri Periode 2009-2012). Jurnal Administrasi Bisnis
(JAB). Vol. 9 No. 1.
Ridwan, Muhammad. 2004. Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT).
Yogyakarta: UII Press.
Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : UI Press.
Suharsimi, Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis.
Jakarta: Rineka Cipta,.
Suryana, Cahya. 2010. Data dan Jenis Data Penelitian. www.wordpress.com.
(Dikutip: 25 Juli 2018).
Suryaningsih, Heni, Marlina Widiyanti & Taufik. 2017. Pengaruh Tingkat Bagi
Hasil dan Ukuran Bank Terhadap Jumlah Simpanan Deposito Mudharabah
pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis
Dan Terapan. Vol. XIV No. 1.
Syaparudin. 2014. Studi Komparasi Perhitungan Return Deposito Syari’ah di
BSM dengan Deposito Konvensional di Bank Mandiri. Asy-Syir’ah Jurnal
Ilmu Syari’ah dan Hukum. Vol. 49. No. 1.
Timami, Muhammad Fatibut dan Ady Soejoto. 2013. Pengaruh dan Manfaat Bagi
Hasil terhadap Jumlah Simpanan Deposito Mudharabah Bank Syariah
Mandiri di Indonesia. Pendidikan Ekonomi. Vol.1. No.3.
Wiratha, I Made. 2005. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta: Andi.
Wiroso. 2005. Penghimpun Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah.
Jakarta: PT Gramedia,
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
Nama : Hermawan Putra Kartika Aji
Tempat/tanggal Lahir : Kab. Semarang/19 April 1996
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat Rumah : Nyampuran, Sumowono Rt. 01/01
Kec. Sumowono, Kab. Semarang
E-Mail : [email protected]
B. Riwayat Pendidikan
1. TK Tunas Harapan Jubelan, lulus tahun 2002
2. SDN Jubelan 02, lulus tahun 2008
3. SMP N 1 Sumowono, lulus tahun 2011
4. SMA Islam Sudirman Ambarawa, lulus tahun 2014
5. IAIN Salatiga, lulus tahun 2018
C. Pengalaman Organisasi
1. Osis SMP N 1 Sumowono 2009
2. Student Sport Club (SSC) IAIN Salatiga tahun 2016
3. Himpunan Mahasiswa Jurusan D-III Perbankan Syariah IAIN Salatiga
tahun 2017