bab ii tinjauan umum tentang deposito dan...

Download BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DEPOSITO DAN …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/11/jtptiain-gdl-s1... · 15 1. Pengertian Deposito Secara etimologis, kata “deposito”

If you can't read please download the document

Upload: duongngoc

Post on 06-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 14

    BAB II

    TINJAUAN UMUM TENTANG DEPOSITO DAN MUDLARABAH

    A. Deposito

    Salah satu cara agar nasabah merasa aman mempunyai uang dalam

    jumlah yang cukup besar, tanpa khawatir akan diincar para penjarah, maka

    sekarang ini telah muncul banyak lembaga keuangan, dalam hal ini bank yang

    memberikan fasilitas penyimpanan uang dengan bentuk deposito. Deposito

    banyak diminati oleh para pengusaha dan pemilik uang karena mempunyai

    beberapa kelebihan daripada cara penyimpanan uang yang lain, seperti

    tabungan, giro, kliring dan lain sebagainya.1 Tidak seperti jenis simpanan

    lainnya, deposito penyimpanan dan pengambilannya ditentukan oleh waktu

    yang telah disepakati, baik 1, 3, 6, 12 dan 24 bulan, sehingga menguntungkan

    bagi pihak bank untuk mengelola simpanan nasabah tersebut dalam jangka

    panjang, sedangkan bagi nasabah, deposito menawarkan pembagian

    keuntungan dengan suku bunga yang cukup tinggi dibandingkan dengan

    simpanan lainnya dalam sistem perbankan.

    Untuk mengetahui deposito secara rinci, maka akan diuraikan

    pengertian deposito, macam-macam deposito dan Ketentuan Umum menjadi

    Nasabah Deposito.

    1 Sigit Trihartono, Tanya Jawab Masalah Perbankan; Menjawab Tuntas Selaga Problem

    Permasalahan Bank, (Solo: Aneka, 1995), hlm. 92.

  • 15

    1. Pengertian Deposito

    Secara etimologis, kata deposito dalam Kamus Besar Bahasa

    Indonesia berarti 1. uang yang disimpan dalam rekening; 2. tindakan

    menyimpan uang di bank; 3. kredit yang diberikan bank kepada seseorang;

    4. hak atas saldo uang di bank bagi mereka yang telah menyimpannya di

    bank.2 Dari pengertian ini, maka yang dimaksudkan deposito berjangka

    adalah simpanan di bank yang penarikannya dapat dilakukan setelah

    masa tertentu yang diperjanjikan atau setelah pemberitahuan

    sebelumnya.3

    Sementara itu, dalam Kamus Lengkap Ekonomi, deposito diartikan

    sebagai berikut:

    Rekening perorangan atau perusahaan dalam Bank Komersil (Commercial Bank) di mana nasabah dapat mendepositokan uang atau cek yang dapat diambil dengan membuat pemberitahuan lebih dahulu kepada bank. Deposito berbeda dengan rekening Koran (Current Account) yang dipakai untuk membayar transaksi sehari-hari, biasanya berbentuk simpanan (saving) seseorang atau perusahaan dan dipergunakan untuk membiayai keperluan-keperluan khusus. Bunga (interest) dibayarkan atas deposito yang biasanya lebih tinggi dari tingkat bunga rekening koran, untuk merangsang nasabah mendepositokan uangnya dalam jangka waktu tertentu yang lebih lama. Berbeda dengan rekening koran, cek biasanya tidak dapat dikeluarkan dengan memakai rekening deposito.4

    Secara terminologis, banyak pakar yang memberikan pengertian

    dan definisi deposito beragam. Di antaranya adalah sebagai berikut:

    2 Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Bahasa dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar

    Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), hlm. 224. 3 Ibid. 4 C. Pass, B. Lowes dan L. Davies, Kamus Lengkap Ekonomi, terj. Tumpal Rumapea dan

    Posman Haloho, (t.kpt: Erlangga, 1994), hlm. 146.

  • 16

    a. Achmad Anwari,

    Deposito adalah nama yang diberikan pada simpanan deposan di bank yang lazim dilekatkan pada persyaratan jangka waktu penyimpanan. Deposan adalah orang atau badan yang ada di dalam masyarakat yang mempunyai kelebihan uang yang tidak dikonsumir atau tidak dipergunakan, yang kemudian menyimpan di bank. Penyimpanan di bank dibatasi oleh jangka waktu yang diinginkan, yaitu dapat dilakukan untuk periode setengah tahun, setahun atau dua tahun lamanya. Oleh karena itu, pada prinsipnya, deposito diberi bunga oleh bank yang paling tinggi, jika dibandingkan dengan simpanan lainnya di bank. Makin lama jangka waktu yang diinginkan, maka semakin tinggi bunganya, mengingat bahwa manfaat dari modal yang terkumpul ini bagi bank adalah sangat menguntungkan.5

    b. Rimsky K Judisseno

    Deposito adalah jenis simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian antara nasabah peyimpan (deposan) dan bank. Karena penarikan dana oleh nasabah sifatnya berjangka, maka tingkat bunga deposito cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan jasa perbankan lainnya. Hal ini karena bank mempunyai waktu yang cukup untuk mengoptimalkan dana tersebut dalam bentuk investasi dana seperti untuk kegiatan kredit, penanaman dalam bentuk surat-surat berharga dan lain-lain.6

    c. Undang-undang No. 10 tahun 1988

    Simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu

    tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank.7

    5 Achmad Anwari, Praktrek Perbankan di Indonesia: Deposito Berjangka 2, (t.kp.: Balai

    Aksara, 1979), hlm. 12. 6 Rimsky K. Judisseno, Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia, (Jakarta: Gramedia

    Pustaka Utama, 2002), hlm. 155. 7 Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 63.

  • 17

    d. Deposito menurut definisi perbankan adalah:

    Suatu simpanan uang pada bank dengan jangka waktu tertentu oleh

    Badan Hukum atau perorangan yang mendapat bunga tiap-tiap bulan

    dalam jumlah yang tetap.8

    Dari definisi di atas, deposito adalah suatu simpanan yang

    dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang penarikannya dilakukan

    dalam jangka waktu tertentu (jatuh tempo). Sedangkan unsur-unsur yang

    ada pada deposito, antara lain sebagai berikut:

    a. Deposan

    1) Perusahaan

    2) Perusahaan swasta nasional

    3) Perseroan (sebagai pribadi)

    4) Perorangan sebagai Firma

    5) Siapapun dapat menyimpan uangnya dengan deposito

    b. Jangka Waktu

    c. Nominal simpanan

    2. Macam-Macam Deposito

    Sebagai gambaran jangka waktu deposito beserta bunga yang

    berlaku pada beberapa bank, dapat dikelompokkan sebagai berikut:

    a. Simpanan deposito kurang dari 3 bulan bunga = 3,0 %

    b. Simpanan deposito jangka waktu 3 bulan bunga = 4,5 %

    8 Sigit Trihartono, op. cit., hlm. 92.

  • 18

    c. Simpanan deposito jangka waktu 6 bulan bunga = 6,0 %

    d. Simpanan deposito jangka waktu 12 bulan bunga = 9,0 %

    e. Simpanan deposito jangka waktu 24 bulan bunga = 15,0 %9

    Penentuan suku bunga di atas pada dasarnya bukan patokan baku

    yang diberikan bank. Karena penetapan suku bunga tergantung pada kurs

    mata uang yang bersangkutan (misalnya kurs rupiah terhadap dolar) dan

    juga penetapan bunga antara bank satu dengan bank lainnya juga berbeda

    sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada bank yang bersangkutan.

    Penentuan bunga sebagaimana di atas pada dasarnya disesuaikan dengan

    keadaan dan kondisi yang berlaku pada saat yang sudah ditentukan

    sebelumnya. Artinya, dapat saja bunga tersebut tiba-tiba naik ataupun

    mengalami penurunan. Kebijakan tersebut berlaku menurut perundangan

    yang sudah ditetapkan oleh pemerintah melalui Departemen Keuangan

    Republik Indonesia.

    Biasanya setiap bank akan mengumumkan kondisi keuangan

    perbankan melalui laporan harian maupun bulanan yang dimuat pada mass

    media maupun neraca laba-rugi dari bank yang bersangkutan. Para

    penabung dapat menanyakan langsung pada bank tentang kondisi dan

    keadaan keuangan yang sedang berlaku pada saat itu.

    Simpanan deposito pada saat ini digemari oleh para pengusaha

    karena mempunyai kekuatan untuk dijadikan jaminan kredit. Tentu saja

    dengan batas nominal yang telah ditentukan dan disesuaikan jumlah kredit

    9 Ibid., hlm. 94.

  • 19

    yang diajukan. Untuk pembayaran bunga deposito, dilakukan pada setiap

    bulan pada tanggal yang sudah ditentukan (tanggal jatuh tempo). Adapun

    aturan main setiap bank berbeda-beda di dalam pembayaran tersebut.

    Yang perlu dijadikan perhatian adalah di dalam pembayaran tersebut

    disertai neraca laporan dan disertai pula dengan kuitansi bermeterai.10

    Beberapa macam deposito yang dikenal adalah sebagai berikut:

    a. Time deposit

    Time deposit atau lebih dikenal dengan istilah deposito

    berjangka, yaitu deposito yang terikat oleh waktu yang telah di

    tentukan. Apabila waktu yang di tentukan itu habis, maka deposan

    dapat menarik simpanan deposito berjangka itu dari bank atau

    sebaliknya memperpanjang simpanan deposito berjangka itu dengan

    suatu periode tertentu yang diinginkan11

    Simpanan uang pada bank yang berupa deposito berjangka pada

    umumnya deposan akan menerima bilyet deposito (asli). Isi dari bilyet

    deposito itu antara lain sebagai berikut:

    1) Nama dan alamat jelas dari deposan

    2) Jumlah nominal setoran (yang dinyatakan dengan jumlah nilai

    uang)

    3) Jangka waktu simpanan dan kapan deposito berjangka itu jatuh

    tempo atau habis waktu dari periode yang diinginkan

    10 Ibid., hlm. 94. 11 Muhammad Jumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti,

    1993), hlm. 171.

  • 20

    4) Besarnya prosentase bunga yang telah ditetapkan oleh pihak bank12

    Sementara itu dari sisi isi dan bentuk formulir deposito, maka

    pada awalnya ditetapkan dan dicetak oleh Bank Indonesia (BI). Namun

    sekarang, Bank Indonesia memberikan kewenangan kepada bank

    pemerintah lainnya untuk mencetaknya sendiri sesuai dengan bentuk

    standar yang telah ditentukan.

    Pada deposito berjangka, maka setelah jatuh tempo atau habis

    waktu, maka dana deposan akan ditarik dari bank dengan cara menukar

    bilyet deposito yang asli dengan uang tunai, atau dapat pula dengan

    memindahbukukan ke dalam Rekening Koran Giro yang bersangkutan,

    sehingga bilyet deposito asli yang dipegang oleh deposan harus

    diserahkan kembali kepada pihak bank.13

    b. Deposit on call

    Deposit on call adalah uang simpanan tetap berada di bank

    selama belum dibutuhkan oleh pemiliknya (penyimpan). Apabila

    penyimpan uang itu akan menarik simpanannya, maka terlebih dahulu

    harus memberitahukan kepada pihak bank. Masa pemberitahuan

    kepada bank itu dilakukan adalah tergantung kepada perjanjian yang

    diadakan antara penyimpan (deposan) dengan pihak bank (ada yang

    setahun, dua bulan dan sebagainya).

    12 Achmad Anwari, op. cit., hlm. 12-13. 13 Muhammad Jumhana, loc. cit.

  • 21

    Doposit on call biasa dikenal dengan sebutan deposito harian.

    Dalam prakteknya, deposito jenis doposit on call ini pengambilannya

    berdasarkan pemberitahuan terlebih dahulu oleh nasabah yang

    bersangkutan dengan kesepakatan perjanjian tenggang pengambilan

    yang telah disepakati bersama, misalnya 1 (satu) hari sebelum

    pengambilan harus sudah memberitahukan terlebih dahulu ke pihak

    bank.14

    c. Demand deposit

    Demand deposit (rekening koran giro) adalah penyimpan dapat

    menyimpan atau menarik dananya pada/dari bank setiap saat yang

    dikehendaki.15

    3. Ketentuan Umum menjadi Nasabah Deposito

    Seperti halnya dengan tabungan, maka deposan yang akan

    mendepositokan uangnya harus memenuhi beberapa persyaratan. Adapun

    ketentuan-ketentuan umum untuk menjadi nasabah deposito adalah

    sebagai berikut:

    a. Nasabah cukup datang ke bank yang dipercaya agar dapat menjamin

    uang deposan agar tidak akan hilang. Oleh karena itu, karena

    banyaknya persaingan dunia perbankan saat ini, maka membuka

    peluang bagi nasabah untuk dapat memilih bank yang cukup bonafit

    14 Rimsky K. Judisseno, op. cit., hlm. 156. 15 Achmad Anwari, op. cit., hlm. 12-13.

  • 22

    (sehat secara ekonomi finansial) dan mempunyai suku bunga yang

    cukup tinggi.

    b. Nasabah diharapkan mengisi beberapa formulir aplikasi yang memuat

    tentang:

    1) Jumlah nominal simpanan

    2) Jangka waktu yang nasabah pilih

    Dalam pelaksanaannya, simpanan deposan ditulis dalam bentuk surat

    pernyataan yang dibubuhi meterai, sehingga mempunyai kekuatan

    hukum yang sah.

    c. Menyerahkan fotokopi KTP atau identitas nasabah untuk dicatat, baik

    yang nama, alamat dan pekerjaan. Hal ini sangat perlu dilakukan,

    sebab pemegang deposito tidak dapat diwakilkan sehingga pencatatan

    identitas tersebut untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak

    diinginkan. Dari pencatatan identitas ini, nanti akan dibubuhkan pada

    bank bersangkutan untuk dilaporkan kepada Bank Indonesia untuk

    mendapatkan Kartu yang berfungsi untuk mengambil bunga deposito

    pada jatuh tempo setiap bulannya.

    d. Proses terakhir adalah penyetoran. Proses ini merupakan akhir dari

    proses menjadi deposan suatu bank. Dengan menyetor nominal

    tersebut, nasabah resmi menjadi deposan bank tersebut.16

    Setelah menjadi deposan (yang memegang simpanan deposito)

    maka bank menerbitkan bilyet deposito yang terdiri atas:

    16 Sigit Tri Hartono, op. cit., hlm. 94

  • 23

    a. 1 (satu) lembar asli untuk deposan, bermeterai dan ditandatangani oleh

    pejabat bank yang bersangkutan.

    b. 1 (satu) lembar untuk Bank Indonesia sebagai penagih premi (subsidi

    bunga) dari Bank Indonesia.

    c. 1 (satu) lembar untuk bukti pembukuan (bersama formulir)

    d. 1 (satu) lembar untuk pelunasan.

    e. 1 (satu) lembar untuk Desk Pasar Modal Bank Indonesia.17

    B. Mudlarabah

    Salah satu bentuk kerja sama antara pemilik modal dan seseorang

    adalah bagi hasil, yang dilandasi oleh rasa tolong menolong, sebab ada orang

    yang mempunyai modal, tetapi tidak mempunyai keahlian dalam menjalankan

    roda perusahaan. Ada juga orang yang mempunyai keahlian dalam

    menjalankan roda perusahaan, tetapi tidak mempunyai waktu. Sebaliknya ada

    orang yang mempuyai keahlian dan waktu, tetapi tidak mempunyai modal.

    Dengan demikian, apabila ada kerja sama dalam menggerakkan roda

    perekonomian, maka kedua belah pihak akan mendapatkan keuntungan modal

    dan skill (ketrampilan dipadukan menjadi satu). Kerja sama dalam bentuk ini

    disebut mudlarabah ( ) oleh ulama Irak, dan disebut qiradl ()

    oleh ulama Hijaz.18

    17 Ibid., hlm. 96. 18 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, (Jakarta: Raja Grafindo,

    2003), hlm. 169.

  • 24

    Mudlarabah adalah akad yang telah dikenal oleh umat Islam sejak

    zaman Nabi, bahkan telah dipraktekkan oleh bangsa Arab sebelum turunnya

    Islam. Ketika nabi Muhammad saw. berprofesi sebagai pedagang, ia

    melakukan akad mudlarabah dengan Khadijah. Dengan demikian, ditinjau

    dari segi hukum Islam, maka praktek mudlarabah ini dibolehkan, baik

    menurut al-Quran, sunnah, maupun ijma.19

    Dalam prakteknya, mudlarabah antara Khadijah dengan Nabi, saat itu

    Khadijah mempercayakan barang dagangannya untuk dijual oleh Nabi saw. ke

    luar negeri. Dalam kasus ini, Khadijah berperan sebagai pemilik modal

    (shahib al-maal), sedangkan Nabi saw. berperan sebagai pelaksana usaha

    (mudlarib). Bentuk kontrak antara dua pihak di mana satu pihak berperan

    sebagai pemilik modal dan mempercayakan sejumlah modalnya untuk

    dikelola oleh pihak kedua, yakni si pelaksana usaha, dengan tujuan untuk

    mendapatkan untung disebut akad Mudlarabah. Atau singkatnya, akad

    Mudlarabah adalah persetujuan kongsi antara harta dari salah satu pihak

    dengan kerja dari pihak lain.20 Dengan demikian, dapat dipahami bahwa

    praktek mudlarabah pada dasarnya sudah berlaku di masa Rasulullah saw.

    1. Pengertian Mudlarabah

    Salah satu bentuk kerja sama yang dikenal dalam Islam adalah

    mudlarabah. Istilah mudlarabah berasal dari kata (berjalan di

    19 Adiwarman Azwar Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: IIIT

    Indonesia, 2003), hlm. 180. 20 Ibid.

  • 25

    muka bumi), yaitu perjalanan untuk berdagang.21 Dalam istilah fiqih,

    mudlarabah diartikan suatu bentuk kerja sama (kesepakatan) antara

    orang yang memberi modal dan orang lain yang menjalankannya. Dengan

    kata lain, seseorang memberikan harta kepada orang lain untuk

    diperdagangkan dengan perjanjian, pelaksana (mudlarib) mendapatkan

    sebagian jumlah tertentu dari labanya. Yakni bagian yang sudah disepakati

    keduanya, baik sepertiganya, seperempat ataupun setengah.22 Dengan

    demikian Mudlarabah adalah suatu akad yang dilakukan antara pemilik

    modal dengan mudlarib (pengelola), di mana keuntungan disepakati di

    awal untuk dibagi bersama dan kerugian ditanggung oleh pemilik modal.23

    Ulama fikih mendefinisikan mudlarabah dengan pemilik modal

    menyerahkan modalnya kepada pekerja (pedagang) untuk diperdagangkan,

    sedangkan keuntungan dagang ini dibagi menurut kesepakatan bersama.24

    Secara terminologis, mudlarabah memiliki banyak pengertian.

    Menurut Sayyid Sabiq mudlarabah adalah akad antara kedua belah pihak

    untuk salah seorangnnya (salah satu pihak) mengeluarkan sejumlah uang

    kepada pihak lain untuk diperdagangkan dan keuntungannya dibagi

    bersama sesuai dengan kesepakatan.25

    21 Hamzah Yakub, Kode Etik Dagang Menurut Islam, (Bandung: Diponegoro, 1992),

    hlm. 264. 22 M. Abdul Mujib, Mabruri Tholhah dan Syafiah A.M., Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta:

    Pustaka Firdaus, 1994), hlm. 214. 23 Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah; Lingkup, Peluang, Tantangan dan Prospek,

    (Jakarta: Alvabet, 2000), hlm. 202. 24 M. Abdul Mujib, loc. cit. 25 Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Juz 3, Beirut: (Dar al-Falah al-Arabiyah, t.th)., hlm.

    297.

  • 26

    Abdurrahman al-Jaziri bahwa mudlarabah adalah akad antara dua

    orang yang berisi kesepakatan bahwa salah seorang dari mereka akan

    memberikan modal usaha produktif dan keuntungan usaha itu diberikan

    sebagian kepada pemilik modal dalam jumlah tertentu dengan kesepakatan

    yang sudah disetujui bersama.26

    Dengan demikian, mudlarabah adalah kesepakatan antara dua

    orang, yang satu memberikan modal (shahib al-mal) dan yang satu

    menjalankan modal itu (mudlarib) untuk melakukan suatu usaha dengan

    pembagian keuntungan yang telah disepakati oleh keduanya.

    2. Landasan Hukum Mudlarabah dalam Fiqih

    Akad mudlarabah dibenarkan dalam Islam, karena bertujuan untuk

    membantu antara pemilik modal dan orang yang memutarkan uang. Dasar

    hukum Mudlarabah adalah sebagai berikut:

    a. Al-Quran

    Pada dasarnya mudlarabah dapat dikategorikan dalam salah

    satu bentuk musyarakah, namun para cendekiawan fiqh Islam

    meletakkan mudlarabah dalam posisi yang khusus dan memberikan

    landasan hukum tersendiri yaitu al-Quran surat al-Muzammil ayat 20:

    )20: . (

    26 Abd. Al-Rahman al-Jaziri, Fiqh ala Madzahib al-Arbaah, Juz III, (Beirut: Dar al-Fikr,

    t.th), hlm. 34.

  • 27

    Artinya: Dan sebagian dari mereka orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah SWT. (QS. Al-Muzammil: 20)27

    Mudlarib sebagai enterpreneur adalah sebagian dari orang-

    orang yang melakukan dlarb (perjalanan) untuk mencari karunia Allah

    SWT. dari keuntungan investasinya.28 Ayat al-Quran lain yang

    senada misalnya:

    .... )10: (

    Artinya: Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di

    muka bumi dan carilah karunia Allah SWT. (QS. al-Jumah: 10)29

    198: .... (( Artinya: Tidak ada dosa (halangan) bagimu untuk mencari karunia

    dari Tuhanmu. (QS. Al-Baqarah: 198)30

    Dari ayat di atas dapat disimpulkan, bahwa Allah SWT.

    memperbolehkan mudlarabah. Namun demikian, mudlarabah itu

    sebagai upaya untuk membantu sesama bagi yang membutuhkan

    modal dan juga diniatkan hanya untuk mencari karunia Allah.

    27 Soenarjo dkk, al-Quran dan Terjemahnya, (Semarang: Toha Putra, 1989), hlm. 990. 28 Karnaen A. Perwataatmadja dan Muhammad Syafii Antonio, Apa dan Bagaimana

    Bank Islam, (Yogyakarta: Dana Bhakti Primayasa, 1992), hlm. 19. 29 Soenarjo dkk, op. cit., hlm. 933. 30 Ibid., hlm. 48.

  • 28

    b. Al-Hadits

    Salah satu hadis yang menjadi dasar mudlarabah adalah yang

    diriwayatkan oleh Ibnu Majah:

    : :

    31 ) . ( Artinya: Dari Suhaib ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda: tiga perkara

    di dalamnya terdapat keberkatan: 1) menjual dengan pembayaran secara kredit 2) muqaradlah (nama lain dari mudlarabah) 3) mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah dan bukan untuk dijual. (HR. Ibnu Majah).

    Sementara itu, dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Ibnu

    Abbas, Rasulullah saw. Bersabda:

    :

    (.

    ) Artinya: Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra. bahwasanya Sayyidina

    Abbas ibn Abd al-Muthalib jika memberikan dana ke mitra usahanya secara mudlarabah, ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya atau membeli ternak yang berparu-paru basah, jika menyalahi peraturan, maka yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikannyalah syarat-syarat tersebut ke Rasulullah saw. Dan dia pun memperkenankannya. (HR. Thabrani) 32

    31Ibnu Majah, Sunan Ibn Majah, Juz 3, (Beirut: Dar al-Fikr, 1992), hlm. 768. 32 Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah: Suatu Pengenalan Umum, (Jakarta: Tazkia

    Institute, 1999), hlm. 136.

  • 29

    Dari kedua hadis di atas dapat dipahami, bahwa mudlarabah

    diperbolehkan dalam Islam.

    3. Prinsip-prinsip Mudlarabah

    Dalam mengaplikasikan prinsip mudlarabah, penyimpan atau

    deposan bertindak sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan sebagai

    mudlarib (pengelola). Hal tersebut digunakan bank untuk melakukan

    murabahah atau ijarah seperti yang telah dijelaskan terdahulu. Dapat pula

    dana tersebut digunakan bank untuk melakukan mudlarabah kedua. Hasil

    usaha ini akan dibagi hasilkan berdasarkan nisbah yang disepakati. Dalam

    hal bank menggunakannya untuk melakukan mudlarabah kedua, maka

    bank bertanggung jawab penuh atas kerugian yang terjadi.33

    Ulama fikih membagi mudlarabah menjadi dua bagian, yaitu

    mudlarabah mutlaqah dan mudlarabah muqayyad. Mudlarabah mutlaqah

    adalah akad yang didasarkan pada waktu dan tempat dan sifat dari orang

    yang melakukan akad tersebut dari mudlarib.34 Menurut Muhammad

    Syafii Antonio, mudlarabah mutlaqah adalah bentuk kerja sama antara

    shahib al-mal dengan mudlarib yang cakupannya sangat luas dan tidak

    dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis. Dalam

    pembahasan fikih, ulama salaf al-saleh seringkali mencontohkan dengan

    33 Heri Sudarsono, Bank & Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2003),

    hlm. 65-66. 34 Kamil Musa, Ahkam al-Muamalat, (Tkpt: Muasasah al-Risalah, 1994), hlm. 345.

  • 30

    ungkapan ifal ma syita (lakukan sesukamu) dari shahib al-mal ke

    mudlarib yang memberi kekuatan sangat besar.35

    Mudlarabah muqayyad adalah akad yang dilakukan antara pemilik

    modal dengan mudlarib (pengelola) untuk usaha yang ditentukan oleh

    pemilik modal, di mana keuntungan disepakati di awal untuk dibagi

    bersama dan kerugian ditanggung oleh pemilik modal.36 Menurut

    Muhammad Syafii Antonio, bahwa mudlarabah muqayyad adalah

    kebalikan mudlarabah mutlaqah. Si mudlarib dibatasi dengan batasan

    jenis usaha, waktu atau tempat usaha, sehingga memberikan kemungkinan

    kepada si shahib al-mal memilih kecenderungan umum dalam memasuki

    berbagai jenis dunia usaha.37

    Sementara itu, prinsip mudlarabah yang dipergunakan dalam

    sistem perbankan syariah adalah sebagai berikut:

    a. Mudlarabah mutlaqah atau URIA (Unrestricted Investment Account)

    Dalam Mudlarabah mutlaqah (URIA = Unrestricted Investment

    Account), tidak ada pembatasan bagi bank dalam menggunakan dana

    yang dihimpun. Nasabah tidak memberikan persyaratan apapun kepada

    bank, ke bisnis apa dana yang disimpannya itu hendak disalurkan, atau

    menetapkan penggunaan akad-akad tertentu, ataupun mensyaratkan

    dananya diperuntukkan bagi nasabah tertentu. Jadi, bank memiliki

    35 Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema

    Insani Press, 2001), hlm. 97. 36 Zainul Arifin, op. cit., hlm. 203. 37 Muhammad Syafii Antonio, loc. cit.

  • 31

    kebebasan penuh untuk menyalurkan dana URIA ini ke bisnis

    manapun yang diperkirakan menguntungkan.38

    Dari penerapan mudlarabah mutlaqah ini dikembangkan produk

    tabungan dan deposito, sehingga terdapat dua jenis penghimpunan

    dana, yaitu: tabungan mudlarabah dan deposito mudlarabah.

    Ketentuan umum yang berlaku dalam mudlarabah mutlaqah adalah

    sebagai berikut:

    1) Pihak bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana (modal)

    mengenai nisbah (keuntungan) dan tata cara pemberitahuan

    keuntungan dan atau pembagian keuntungan secara resiko yang

    dapat ditimbulkan dari penyimpanan dana. Apabila telah tercapai

    kesepakatan maka hal tersebut harus dicantumkan dalam akad.

    2) Untuk tabungan mudlarabah, bank dapat memberikan buku

    tabungan sebagai bukti penyimpanan, serta kartu ATM dan atau

    alat penarikan lainnya kepada penabung. Untuk deposito

    mudlarabah, bank wajib memberikan sertifikat atau tanda

    penyimpanan (bilyet) deposito kepada deposan.

    3) Tabungan dengan perjanjian diambil setiap saat oleh penabung

    sesuai dengan perjanjian yang disepakati, namun tidak

    diperkenankan mengalami saldo negatifnya.

    4) Deposito mudlarabah hanya dapat dicairkan sesuai dengan jangka

    waktu yang telah disepakati. Deposito yang diperpanjang, setelah

    38 Adiwarman Azwar Karim, op. cit., hlm. 188.

  • 32

    jatuh tempo akan diperlakukan sama seperti deposito baru, tetapi

    bila pada akad sudah dicantumkan perpanjangan otomatis maka

    tidak perlu dibuat akad baru.

    5) Ketentuan-ketentuan yang lain yang berkaitan dengan tabungan

    dan deposito tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan

    prinsip syariah.39

    b. Mudlarabah muqayyadah atau RIA (Restricted Investment Account).

    Mudlarabah muqayyadah adalah akad yang dilakukan antara

    pemilik modal dengan mudlarib (pengelola) untuk menjalankan suatu

    usaha yang ditentukan oleh pemilik modal, di mana keuntungan

    disepakati di awal untuk dibagi bersama dan kerugian ditanggung oleh

    pemilik modal. Dalam lembaga keuangan, akad ini diterapkan untuk

    suatu proyek yang dibiayai langsung oleh dana nasabah, sedangkan

    lembaga keuangan (mudlarib) hanya bertindak sebagai wakil yang

    mengadministrasikan proyek itu. Dalam terminologi perbankan

    syariah ini lazim disebut special investment.40

    Mudlarabah sistem Restricted Investment Account (RIA) ini ada

    dua jenis, yaitu:

    1) Mudlarabah Muqayyadah on Balance Sheet

    Jenis mudlarabah ini merupakan simpanan khusus

    (restricted investment), di mana pemilik dana dapat menetapkan

    syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank. Misalnya

    39 Ibid., hlm. 189. 40 Zainul Arifin, loc. cit.

  • 33

    disyaratkan digunakan untuk bisnis tertentu, atau disyaratkan

    digunakan dengan akad tertentu, atau disyaratkan digunakan untuk

    nasabah tertentu.41

    Karakteristik jenis simpanan Restricted Investment Account

    ini adalah sebagai berikut:

    a) Pemilik dana wajib menetapkan syarat-syarat tertentu yang

    harus diikuti oleh bank dan wajib membuat akad yang

    mengatur persyaratan penyaluran dana simpanan khusus.

    b) Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai

    nisbah dan tata cara pemberitahuan keuntungan dan atau

    pembagian keuntungan secara risiko yang dapat ditimbulkan

    dari penyimpanan dana. Apabila telah tercapai kesepakatan,

    maka hal tersebut harus dicantumkan dalam akad.

    c) Sebagai tanda bukti simpanan bank menerbitkan bukti

    simpanan khusus. Bank wajib memisahkan dana ini dari

    rekening lainnya.

    d) Untuk deposito mudlarbah, bank wajib memberikan sertifikat

    atau tanda penyimpanan (bilyet) deposito kepada deposan.42

    2) Mudlarabah Muqayyadah of Balance Sheet

    Jenis Mudlarabah ini merupakan penyaluran dana

    mudlarabah langsung kepada pelaksana usahanya, di mana bank

    bertindak sebagai perantara (arranger) yang mempertemukan

    41 Adiwarman Azwar Karim, loc. cit. 42 Ibid.

  • 34

    antara pemilik dana dengan pelaksana usaha. Pemilik dana dapat

    menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank

    dalam mencari bisnis (pelaksana usaha).43

    Karakteristik jenis simpanan Mudlarabah Muqayyadah of

    Balance Sheet adalah sebagai berikut:

    a) Sebagai tanda bukti simpanan, bahwa bank menerbitkan buku

    simpanan khusus, sehingga bank wajib memisahkan dana dari

    rekening lainnya. Simpanan khusus harus disalurkan secara

    langsung kepada pihak yang diamanatkan oleh pemilik dana.

    b) Bank menerima komisi atas jasa mempertemukan kedua pihak,

    sedangkan antara pemilik dana dan pelaksana usaha berlaku

    nisbah bagi hasil.44

    4. Rukun dan Syarat Mudlarabah

    Rukun mudlarabah terpenuhi sempurna, apabila ada mudlarib (ada

    pemilik dana), ada usaha yang akan dibagihasilkan, ada nisbah dan ada

    ijab kabul. Menurut ulama Hanafi, bahwa rukun mudlarabah hanya ijab

    (dari pemilik modal) dan kabul (dari pedagang/pelaksana). Sedangkan

    menurut jumhur ulama, bahwa rukun mudlarabah adalah orang yang

    berakal, modal, keuntungan, kerja dan akad.45

    43 Ibid. 44 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah; Deskripsi dan Illustrasi,

    (Yogyakarta: Adipura, 2003), hlm. 65-67. 45 M. Ali Hasan, op. cit., hlm. 170-171.

  • 35

    Faktor-faktor yang harus ada (rukun) dalam akad mudlarabah

    adalah sebagai berikut:

    a. Pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha)

    Rukun dalam akad mudlarabah sama dengan rukun dalam akad

    jual beli ditambah satu faktor tambahan, yakni nisbah keuntungan.

    Faktor pertama (pelaku) kiranya sudah cukup jelas. Dalam akad

    mudlarabah, harus ada minimal dua pelaku. Pihak pertama bertindak

    sebagai pemilik modal (shahib al-mal), sedangkan pihak kedua

    bertindak sebagai pelaksana usaha (mudlarib atau amil). Tanpa dua

    pelaku ini, maka akad mudlarabah tidak ada.

    b. Objek mudlarabah (modal dan kerja)

    Faktor kedua (objek mudlarabah) merupakan konsekuensi logis

    dari tindakan yang dilakukan oleh para pelaku. Pemilik modal

    menyerahkan modalnya sebagai objek Mudlarabah, sedangkan

    pelaksana usaha menyerahkan kerjanya sebagai objek Mudlarabah.

    Modal yang diserahkan bisa berbentuk uang atau barang yang dirinci

    berapa nilai uangnya. Sedangkan kerja yang diserahkan bisa berbentuk

    keahlian, ketrampilan, selling skill, management skill, dan lain-lain.

    Tanpa dua objek ini, akad mudlarabah pun tidak akan ada.

    Para fuqaha sebenarnya tidak membolehkan modal mudlarabah

    berbentuk barang. Ia harus uang tunai karena barang tidak dapat

    dipastikan taksiran harganya dan mengakibatkan ketidakpastian

    (gharar) besarnya modal mudlarabah. Namun para ulama madzhab

  • 36

    Hanafi membolehkannya dan nilai barang yang dijadikan setoran

    modal harus disepakati pada saat akad oleh mudlarib dan shahibul

    maal.

    Dengan demikian, jelas bahwa tidak boleh adalah mudlarabah

    yang belum disetor, karena para fuqaha telah sepakat tidak bolehnya

    mudlarabah dengan hutang. Tanpa adanya setoran modal, berarti

    shahibul maal tidak memberikan kontribusi apapun padahal mudlarib

    telah bekerja. Para ulama Syafii dan Maliki melarang hal itu karena

    merusak sahnya akad.

    c. Persetujuan kedua belah pihak (ijab-qabul)

    Persetujuan kedua belah pihak merupakan konsekuensi dari

    prinsip an-taraddin minkum (sama-sama rela). Di sini kedua belah

    pihak harus secara rela bersepakat untuk mengikatkan diri dalam akad

    mudlarabah. Si pemilik dana setuju dengan perannya untuk

    mengkontribusikan dana, sementara si pelaksana usaha pun setuju

    dengan perannya untuk mengkontribusikan kerja.

    d. Nisbah keuntungan

    Nisbah keuntungan adalah rukun yang khas dalam akad

    mudlarabah, yang tidak ada dalam akad jual beli. Nisbah ini

    mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua pihak yang

    bermudlarabah. Mudlarib mendapatkan imbalan atas kerjanya,

    sedangkan shahib al-mal mendapat imbalan atas penyerahan

    modalnya. Nisbah keuntungan inilah yang akan mencegah terjadinya

  • 37

    perselisihan antara kedua belah pihak mengenai cara pembagian

    keuntungan.46

    Sedangkan syarat-syarat mudlarabah adalah sebagai berikut:

    1. Modal

    a. Modal harus dinyatakan dengan jelas jumlahnya, seandainya modal

    berbentuk barang maka barang tersebut harus dihargakan dengan

    harga semasa dalam uang yang beredar.

    b. Modal harus dalam bentuk tunai dan bukan piutang.

    c. Modal harus diserahkan kepada mudlarib, untuk

    memungkinkannya melakukan usaha.

    2. Keuntungan

    a. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam perosentase dari

    keuntungan yang mungkin dihasilkan nanti.

    b. Kesepakatan rasio perosentase harus dicapai melalui negosiasi dan

    dituangkan dalam kontrak.

    c. Pembagian keuntungan baru dapat dilakukan setelah mudlarib

    mengembalikan seluruh (atau sebagian) modal kepada rab al-mal.

    3. al-Musyarakah

    Al-Musyarakah adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih

    pemilik modal (uang atau barang) untuk membiayai suatu usaha.

    Keuntungan dari usaha tersebut dibagi sesuai dengan persetujuan

    antara pihak-pihak tersebut, yang tidak harus sama dengan pangsa

    46 Adiwarman Azwar Karim, op. cit., hlm. 181-182.

  • 38

    modal masing-masing pihak. Dalam hal terjadi kerugian, maka

    pembagian kerugian dilakukan sesuai pangsa modal masing-masing.47

    4. Batalnya Akad Mudlarabah

    Akad mudlarabah dinyatakan batal (berakhir) apabila terjadi hal-hal

    sebagai berikut:

    a. Masing-masing pihak menyatakan, bahwa akad itu batal atau pekerja

    dilarang bertindak untuk menjalankan modal yang diberikan, atau

    pemilik modal menarik kembali modalnya.

    b. Salah seorang yang berakad meninggal dunia. Menurut jumhur ulama,

    jika pemilik modal meninggal dunia, maka akad tersebut batal, karena

    akad mudlarabah sama dengan akad wakalah (perwakilan) yang dapat

    gugur disebabkan wafat orang yang mewakilkan. Di samping itu,

    menurut jumhur ulama, bahwa akad mudlarabah tidak dapat

    diwariskan. Namun demikian, menurut ulama madzhab Maliki, bahwa

    jika salah seorang yang berakad meninggal dunia, maka akadnya tidak

    batal dan dilanjutkan oleh ahli warisnya, karena menurut mereka akad

    mudlarabah dapat diwariskan. Pada umumnya dalam masyarakat pada

    saat ini, pendapat madzhab Maliki dipergunakan orang.

    c. Salah seorang yang berakad gila, sehingga orang gila tidak dapat

    bertindak atas nama hukum.

    47 Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait

    (BAMUI dan Takaful) di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), hlm. 32-33.

  • 39

    d. Pemilik modal murtad (keluar dari agama Islam). Menurut Abu

    Hanifah, akad mudlarabah menjadi batal, karena kemurtadan itu.

    Berdasarkan pendapat ini, maka tidak dibenarkan melakukan akad

    mudlarabah dengan orang non muslim

    e. Modal telah habis terlebih dahulu, sebelum dikelola oleh pekerja

    (pelaksana). Umpamanya setelah dibuat perjanjian akad, modal tidak

    diserahkan, apakah karena dibelanjakan, dicuri orang atau disebabkan

    hal-hal lain.48

    48 M. Ali Hasan, op. cit., hlm. 176-177.