analisis penerapan pernyataan standar akuntansi …€¦ · adalah bentuk kerjasama antara pemilik...

101
ANALISIS PENERAPAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN (PSAK) 105 PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam(S.Kom.I) Oleh ALIYAH NIM: 1111053000017 KONSENTRASI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M

Upload: others

Post on 23-Oct-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • ANALISIS PENERAPAN PERNYATAAN STANDAR

    AKUNTANSI KEUANGAN (PSAK) 105 PADA PEMBIAYAAN

    MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA

    Skripsi

    Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Komunikasi Islam(S.Kom.I)

    Oleh

    ALIYAH

    NIM: 1111053000017

    KONSENTRASI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

    JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

    FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1436 H/2015 M

  • ANALISIS PENERAPAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI

    KEUANGAN (PSAK) 105 PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI

    BANK MUAMALAT INDONESIA

    Skripsi

    Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Komunikasi Islam(S.Kom.I)

    Oleh:

    ALIYAH

    NIM: 1111053000017

    Di bawah bimbingan:

    Lili Bariadi, MM, M.Si

    NIP:197405191998031004

    KONSENTRASI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

    JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

    FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1436 H/2015 M

  • i

    ABSTRAK

    Aliyah, NIM 1111053000017 “ Analisis Penerapan Pernyataan Standar

    Akuntansi Keuangan (PSAK) 105 Pada Pembiayaan Mudharabah di Bank

    Muamalat Indonesia”, dibawah bimbingan Lili Bariadi, MM, M.Si

    Bank Muamalat Sebagai Bank Syariah pertama di Indonesia memiliki

    banyak produk yang ditawarkan, salah satunya yaitu produk pembiayaan

    mudharabah. Mudharabah adalah bentuk kerjasama antara pemilik dana

    (shahibul maal) dengan pengelola dana (mudharib), dimana keuntungan dari

    usaha tersebut dibagi menurut kesepakatan bersama atau munurut akad yang telah

    ditentukan sebelumnya. Mudharabah sendiri menggunakan prinsip bagi hasil

    maka dari itu penting penerapan akuntansi pada akad mudharabah ini, karena

    untuk menentukan hak dan kewajiban pihak-pihak yang terkait secara syar’i.

    Peraturan tentang akuntansi syariah di indonesia adalah PSAK yang dterbitkan

    oleh IAI(Ikatan Akuntan Indonesia) salah satunya yaitu PSAK 105 tentang

    mudharabah yaitu mengatur perlakuan terhadap pembiayaan mudharabah,

    meliputi perlakuan terhadap penerapan bagi hasil, pengakuan, pengukuran,

    pengungkapan dan penyajian laporan pada bank syariah.

    Perumusan masalah dalam Penelitian ini adalah bagaimana mekanisme

    pembiayaan mudharabah di Bank Muamalat Indonesia dan apakah penerapan

    perlakuan akuntansi mudharabah di Bank Muamalat Indonesia telah sesuai

    dengan PSAK 105. Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode

    kualitatif dengan menggunakan teknik analisis deskriptif yang memberikan

    gambaran mengenai perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabah pada Bank

    Muamalat Indonesia untuk periode tahun 2012 -2013.

    Hasil analisis penulis, menyatakan bahwa perlakuan akuntansi

    pembiayaan mudharabah pada Bank Muamalat Indonesia telah dilakukan dengan

    baik, karena pencatatan transaksi – transaksi sudah dilakukan sesuai Standar

    Akuntansi Keuangan. Akan tetapi Pada saat awal penerapan akuntansi, saat

    pengakuan akad mudharabah ini tidak diatur dalam PSAK 105. Namun pada saat

    itu Bank Muamalat Indonesia mengakuinya terlebih dahulu sebagai kewajiban

    karena belum terjadi penyerahan modal kepada mudharib. Dan pada saat

    penerapan akuntansi saat pengakuan pembelian sebesar harga perolehan tidak

    diatur dalam PSAK 105, Bank Muamalat Indonesia mengakuinya sebagai

    penambahan persediaan. Dan prosedur pembiayaan mudharabah di Bank

    Muamalat Indonesia cukup baik dan teliti sehingga dapat menimalisir terjadinya

    resiko dalam pembiayaan, mulai dari permohonan pembiayaan, BI checking,

    keputusan, realisasi, pemantauan sampai dengan pelunasan kepada kepada bank

    selaku pemilik dana (investor).

    Kata kunci: Perlakuan akuntansi, PSAK 105, pembiayaan mudharabah

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat-

    Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini..

    Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan suri

    tauladan kita, Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan tuntunan dan

    petunjuk kepada umat manusia menuju kehidupan serta peradaban dan

    berkeadilan serta para keluarga dan para sahabatnya.

    Skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan dengan yang diharapkan penulis.

    Kebahagian yang tak ternilai bagi penulis secara pribadi adalah dapat

    mempersembahkan yang terbaik bagi kedua orang tua, seluruh keluarga dan

    pihak-pihak yang ikut andil mensukseskan harapan penulis.

    Sebagai bentuk penghargaan yang tidak terlukiskan izinkanlah penulis

    menuangkan dalam bentuk ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

    1. Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan

    Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. Suparto,

    M.Ed, selaku Wakil Dekan I bidang Akademik, Dr. Hj. Roudhonah.

    MA. Selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, dan Dr.

    Suhaemi M.Si Selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.

    2. Drs. Cecep Castrawijaya, MA selaku Ketua Jurusan Manajemen

    Dakwah, dan H.M. Mulkannasir, BA, S.Pd, MM selaku Sekretaris

    Jurusan Manajemen Dakwah

  • iii

    3. Lili Bariadi, MM, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah

    bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan

    pengarahan serta dorongan dan motivasi kepada penulis, sehingga

    penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan waktu yang

    diinginkan,

    4. Para Dosen dan Staff pengajar Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

    Komunikasi yang telah memberikan ilmu pengetahuan dalam

    mendidik penulis selama melakukan studi.

    5. Bapak Raditya Utomo selaku Manager Oprasional Bank Muamalat

    Indonesia Cabang Pembantu Pondok Indah, Bapak Kusairi, Mba Hawa

    yang telah memberikan banyak informasi kepada penulis.

    6. Ibu Hesti dan segenap Staf Muamalat Institute yang telah memberikan

    penulis kemudahan.

    7. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas

    Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan Perpustakaan Fakultas

    Syariah dan Hukum yang telah memberikan fasilitas untuk

    mengadakan studi kepustakaan.

    8. Kepada Staf Bank Muamalat Indonesia Cabang Pondok Indah, yang

    telah memberikan kemudahan dan Informasi yang dibutuhkan penulis.

    9. Terima kasih kepada kedua orang tua, Bapak dan Umi, tiada kata yang

    dapat kuucapkan selain terima kasih yang tak terbalas untuk semua

    pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis dalam

    menyelesaikan kuliah dan skripsi ini.

  • iv

    10. Untuk keluarga: Haerul Salam, Siti Nurdianah, Ahmad Mulyana,

    Ilham Maulana Rafiq, dan Umi dede yang selalu mendoakan dan

    menanyakan kapan penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, agar

    mereka bisa menghadiri wisuda penulis. Hal ini menjadi motivasi bagi

    penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini dengan cepat

    11. Untuk seseoraang yang selalu ada dan tak henti-hentinya memberikan

    motivasi kepada penulis yaitu kepada Zaeni Rokhi S.Kom.I

    12. Kepada rekan-rekan dan teman seperjuangan dari Jurusan Manajemen

    Dakwah Khususnya: Nourmalinda, May Larafjani, Dini Larasati, Septi

    Andari, Hana Rahmanida, Chairunnisa Wahyu Utami, terimakasih

    telah menjadi teman-teman yang sangat baik.

    Semoga Allah membalas semua kebaikan dan budi baik mereka

    dengan balasan yang setimpal. Penulis menyadari bahwa masih banyak

    kekurangan dan ketidak sempurnaan dalam penelitian skripsi ini. Oleh

    karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

    diperlukan.

    Jakarta, 22 Rabius Tsani 1436

    11 Mei 2015

    Penulis

  • v

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK .................................................................................................... i

    KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

    DAFTAR ISI ................................................................................................. v

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ....................................................................... 1

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah..................................... 4

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 5

    D. Metode Penelitian................................................................... 6

    E. Subjek dan Objek Penelitian .................................................. 6

    F. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 7

    G. Jenis dan Sumber Data ........................................................... 7

    H. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 8

    I. Teknik Analisi Data ............................................................... 9

    J. Skripsi Terdahulu ................................................................... 9

    K. Sistematika Penulisan ............................................................ 11

    BAB II: TINJAUAN TEORITIS MUDHARABAH DAN PERLAKUAN

    AKUNTANSI PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH

    A. Pembiayaan Mudharabah

    1. Pengertian Pembiayaan .................................................... 13

    2. Pengertian Mudharabah........................................... 14

    3. Landasan Hukum ............................................................. 16

    4. Penerapan Mudharabah di Perbangkan Syariah ............... 20

    B. Akuntansi

    1. Pengertian ......................................................................... 23

    2. Pengenalan Akuntansi Perbankan Syariah ...................... 26

  • v

    3. Tujuan Akutansi Bank Syariah ........................................ 29

    4. Tujuan Laporan Keuangan Syariah .................................. 39

    5. Proses Akutansi Perbankan Syariah ................................. 31

    6. Perbedaan Akutansi Syariah dan Akutansi Konvensional 31

    7. Landasan Hukum ............................................................. 37

    C. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Syariah 105 .......... 40

    BAB III SEJARAH BANK MUAMALAT INDONESIA

    A. Bank Muamalat Indonesia

    1. Sejarah Berdiri ................................................................. 50

    2. Visi dan Misi .................................................................... 53

    3. Produk dan Layanan ......................................................... 53

    B. Tahapan Pengembangan Pencatatan Akuntansi di

    Bank Muamalat Indonesia ..................................................... 55

    BAB IV ANALISIS PENERAPAN PSAK 105 PADA PEMBIAYAAN

    MUDHARABAH Di BANK MUAMALAT INDONESIA

    A. Prosedur Pembiayaan Mudharabah di Bank Muamalat

    Indonesia ............................................................................ .... 59

    B. Analisis Penerapan PSAK 105 Pada Pembiayaan

    Mudharabah di Bank Muamalat Indonesia ............................ 73

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ............................................................................ 84

    B. Saran ...................................................................................... 85

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 87

    LAMPIRAN .................................................................................................. 90

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Perkembangan praktik lembaga keuangan syariah di tingkat nasional

    maupun international telah memberikan gambaran bahwa sistem ekonomi

    Islam mampu beradaptasi dan bersaing dengan perbankan konvensional yang

    telah berabad-abad menguasai kehidupan masyarakat dunia. Perkembangan

    ekonomi Islam di Indonesia mengalami kemajuan yang sangat pesat, terlebih

    untuk institusi perbankan.

    Pada tahun 2006 peningkatan mulai terlihat dengan banyaknya

    pelaksanaan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dimana beberapa bank

    syariah memiliki 1 unit-unit usaha syariah (UUS) dan 13 (BPRS) Bank

    Perkreditan Rakyat Syariah.1

    Dengan mayoritas penduduk Indonesia yang beragama Islam,

    seharusnya perkembangn perbankan syariah di Indonesia dapat lebih

    meningkat dan tumbuh secara signifikan. Tentu saja masih banyak yang harus

    disiapkan oleh semua pihak yang terlibat. Instrumen yang paling penting

    dalam pengembangan perbankan syariah antara lain, pemenuhan kuantitas

    dan kualitas sumber daya manusia, peningkatan inovasi produk dan layanan

    kompetitif serta berbasis kekhususan untuk kebutuhan masyarakat dan

    keberlangsungan program sosialisasi serta edukasi kepada masyarakat. Jika

    1 Muhammad, Rifqi, Akuntansi Keungan Syariah : Konsep dan Implementasi PSAK

    Syariah, (Yogyakarta: P3EI Press,2008),h.1.

    1

  • 2

    ketiga unsur itu dapat terpenuhi dan didukung dengan sarana insfrastruktur

    yang memadai, akan membantu mempromosikan program syariah serta

    peningkatan instrumen syariah yang terkait.

    Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Pasal 1 No 21 Tahun

    2008, produk-produk yang terdapat di perbankan syariah, terdiri dari

    pembiayaan berupa penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan

    itu seperti:

    1. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah

    2. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam

    bentuk ijarah muntahiyah bittamlik

    3. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam dan istishna

    4. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh: dan

    5. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah

    Untk transaksi multijasa berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

    antara bank syariah dan/atau UUS dan pihak lain mewajibkan pihak yang

    dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut

    setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan(ujrah), tanpa imbalan, atau bagi

    hasil.2

    Salah satu produk pembiayaan pada bank syariah adalah pembiayaan

    mudharabah. Mudharabah dalam fiqh Islam merupakan salah satu bentuk

    kerjasama antara rab al-mal (investor) dengan seorang pihak kedua

    2 M., Amin Suma, Himpunan Undang-Undang Perdata Islam & Peraturan Pelaksanaan

    lainya di Negara Hukum Indonesia ( Rajawali Pers,2008),h.1458

  • 3

    (mudharib) yang berfungsi sebagai pengelola dana.3 Menurut fatwa Dewan

    Syariah Nasional ( DSN) No.07/DSN-MUI/IV/2000, pembiayaan

    mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh lembaga keuangan

    syariah kepada pihak lain untuk usaha yang produktif.4

    Perbedaan bank syariah dan konvensional yang sangat prinsipil adalah

    larangan riba atau bunga. Keberadaan akuntansi perbankan syariah sangat

    penting karena menentukan hak dan kewajiban pihak-pihak yang terkait secara

    syar’i. Begitupun dengan Bank Muamalat Indonesia yang pada awal berdiri

    memberlakukan pencatatan akuntansi seperti bank-bank lain atau pun bank

    konvensional, karena sebelum adanya peraturan mengenai standar akuntansi

    keuangan syariah, Bank Muamalat membuat suatu pos anggaran yang diberi

    istilah sebagai “Pendapatan non halal”, yakni pendapatan yang didapat dari

    transaksi perbankan konvensional hal ini berlaku sampai dengan tahun 2002

    hingga akhirnya muncul Pernyataan Standar Akuntansi Syariah (selanjutnya

    ditulis PSAK ) No 59.

    Secara historis terbentuknya pemahaman yang lebih konkrit mengenai

    akuntansi syariah dan lembaga-lembaga yang berkonsentrasi pada akuntansi

    syariah, baru muncul pada tahun 2002, setelah Ikatan Akuntansi Indonesia

    (IAI) baru membentuk Komite Akuntansi Syariah di Indonesia. Dan

    terbentuklah PSAK 59 yang di sahkan pada 1 Mei 2002, namun hanya

    berlaku sampai lima tahun karena seiring dengan berjalanya perkembangan

    3 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank syariah dari Teori Praktik, hal.95. yang dikutif dari

    M.Rawas Qal”aji,mu’jam lughat al-fiqaha,(Beirut:darun-nafis,1985 4Dewan Syariah Nasional (DSN), Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional,

    (Jakarta:Dewan Syariah Nasional,2003)

  • 4

    lembaga keuangan syariah di Indonesia maka lahirlah PSAK 101-108 pada

    tahun 2008.

    Salah satu PSAK yang berhubungan dengan lembaga keuangan

    syariah, yaitu PSAK 105 yang mengatur perlakuan terhadap pembiayaan

    mudharabah, meliputi perlakuan terhadap penerapan bagi hasil, pengakuan,

    pengukuran, pengungkapan dan penyajian laporan pada bank syariah. Dalam

    hal pemberlakuan pembiayaan mudharabah hanya diberikan untuk

    pembiayaan atas usaha yang produktif.

    Dengan latar belakang ini lah penulis merasa tertarik untuk

    mengangkat tema diatas dengan judul “ANALISIS PENERAPAN PSAK

    105 PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BANK MUAMALAT

    INDONESIA”

    B. Batasan Dan Rumusan Masalah

    Pembahasan hanya akan dibatasi pada produk pembiaayaan yang

    dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia berdasarkan akad mudharabah dan

    penerapan akuntansi meliputi pada pembagian bagi hasil, pengakuan,

    pengukuran, pengungkapan, dan penyajian pada Bank Muamalat Indonesia

    yang mengacu pada PSAK 105 periode 2012-2013 dengan rumusan masalah:

    1. Bagaimana mekanisme pembiayaan produk mudharabah pada Bank

    Muamalat Indonesia ?

    2. Apakah penerapan perlakuan akuntansi mudharabah di Bank Muamalat

    Indonesia telah sesuai dengan PSAK 105?

  • 5

    C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

    Penelitian ini memiliki beberapa tujuan sebagai berikut:

    1. Tujuan Penelitian

    a. Untuk mengetahui kesesuaian perlakuan akuntansi yang dilakukan

    Bank Muamalat Indonesia dengan standar PSAK 105.

    b. Untuk mengetahui bagaimana proses pembiayaan mudharabah yang

    dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia hingga pembiayaan tersebut

    dsetujui

    2. Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat yang diharapkan dalam penulisan ini adalah

    a. Bagi akademis

    1) Untuk menambah pengetahuan tentang akuntansi mudharabah

    pada Bank Muamalat Indonesia.

    2) Sebagai bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya mengenai

    produk pembiayaan mudharabah dan penerapan akuntansinya di

    perbankan syariah.

    b. Bagi pelaku bisnis perbankan syariah

    Sebagai sarana informasi dan referensi bagi bank syariah yang

    melakukan pembiayaan mudharabah. Selanjutnya hasil dari penelitian

    ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat dalam

    menentukan langkah selanjutnya, berkaitan dengan pengembangan dan

    penelitian (research and development) pada industri perbankan

    syariah.

  • 6

    D. Metodologi Penelitian

    Metode penelitian dalam skripsi ini adalah menggunakan metode

    kualitatif dan metode analisis yang digunakan oleh penulis adalah deskriftif

    analisis yang berusaha memberikan gambaran penerapan akuntansi

    mudharabah , menysusun atau mengklarifikasikan sifatnya, menganalisa dan

    menginterpretasikan. Dalam hal ini setelah penulis mendapatkan gambaran

    penerapan akuntansi mudharabah dan mekanisme pembiayaan mudharabah di

    Bank Muamalat Indonesia, penulis akan menganalisis semua bentuk perlakuan

    akuntansi terhadap pembiayaan mudharabah di Bank Muamalat Indonesia

    berdasarkan dengan PSAK 105 Adapun menganalisa data tersebut adalah

    dengan:

    1. Melakukan analisis terhadap pembiayaan mudharabah mulai dari prosedur

    hingga pencataatan akuntasinya.

    2. Menganalisa terhadap seluruh perlakuan akuntansi untuk pembiayaan

    mudharabah di Bank Muamalat Indonesia yang akan disesuaikan dengan

    PSAK 105.

    E. Subjek Penelitian Dan Objek Penelitian

    1. Subjek Penelitian

    Adalah informan yang memahami objek penelitian. Dalam

    penelitian ini yang menjadi subjek penelitian yaitu Direktur International

    Banking & Financial Institution Bank Muamalat Indonesia.

  • 7

    2. Objek Penelitian

    Adalah apa yang menjadi sasaran. Pada penelitian ini yang menjadi

    objek peneliian yaitu Penerapan PSAK 105 pada pembiayaan mudharabah

    di Bank Muamalat Indonesia.

    F. Tempat Dan Waktu Penelitian

    1. Tempat Penelitian

    a. Dalam mengadakan penelitian ini penulis mengambil lokasi PT Bank

    Muamalat Indonesia Kantor pusat.

    b. Peneliti pernah melakukan praktikum terpadu di tempat penelitian

    lokasi yang cukup stategis, akses mudah dijangkau menggunakan

    transfortasi umum.

    2. Waktu Penelitian

    Waktu yang dibutuhkan oleh penulis dalam melakukan penelitian

    ini adalah 4 (empat) bulan terhitung sejak Februari sampai Mei 2015.

    G. Jenis Dan Sumber Data

    Sumber penelitian ini dharapakan dapat memperoleh data sesuai judul”

    Analisis Penerapan PSAK 105 Pada Pembiayaan mudharabah di Bank

    Muamalat Indonesia ”. Sumber data ini diuraikan sebagai berikut:

    1. Data primer

    Data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara pihak-pihak

    yang bersangkutan. Dalam hal ini penulis memperoleh hasil wawancara

    untuk bahan data penelitian ini dari:

  • 8

    a) Direktur International Banking & Financial Institution Bank Muamalat

    Indonesia yaitu: Bapak Farouk Abdullah Alwayni, MA.,MBA.

    b) Muamalat Institute yaitu, Ibu Hesty

    2. Data sekunder

    Merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data

    kepada pengumpul data. Data yang diperoleh dari literatur-literatul

    kepustakan seperti buku-buku, karya tulis, maklah, koran, majalah, artikel,

    jurnal, serta sumber lainya yang berkaitan dengan materi penulisan skrips.

    H. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengambilan data yang digunakan untuk memperoleh data

    penelitian diantaranya yaitu:

    1. Wawancara, yaitu teknik pengambilan data dengan cara tanya jawab

    dengan seseorang yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau

    pendapatya mengenai satu hal5. Didalam penelitian, penulis akan

    melakukan wawancara dengan pimpinan bagian pembiayaan mudharabah

    serta berbagai pihak yang terkait dengan penelitian tersebut.

    2. Studi Kepustakaan yaitu merupakan suatu usaha untuk memperoleh data

    sekunder. Hal ini penting unutk mendapatkan teori-teori dan data-data

    untuk memperkuat argumentasi. Selanjutnya penelitian kepustakaan yang

    dilakukan dengan membaca, mempelajari , mencatat, dan merangkum

    teori-teori yang ada kaitanya dengan masalah pokok pembahsan melalui

    5 Pusat bahsa, kamus besar bahsa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,2007) edsi ke 3 cet 1.

  • 9

    buku-buku, skripsi terdahulu, majalah, surat kabar, artikel, buletin, brosur,

    internet, dan media lainya yang berhubungan dengan penelitian ini.

    3. Dokumetasi adalah pemberian atau pengumpulan bukti dan keterangan

    seperti gambar, kutipan, guntangan, koran, dan bahan referensi lain.

    Penulis akan melampirkan berbagai bentuk dokumentasi sebagai bukti

    laporan penlitian. Yang berisi data-data dari PT Bank Muamalat Indonesia

    Tbk.

    I. Teknik Analisis Data

    Metode analisis yang digunakan oleh penulis adalah deskriftif analisis

    yaitu menggambarkan data-data yang dianlisis untuk menggambil kesimpulan

    lebih lanjut adapun jenis penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data

    ini adalah jenis penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriftif tertulis

    dengan informasi dari orang-orang yang terlibat dengan objek.

    J. Teknik Penulisan Skripsi

    Adapun teknik penilisan yang digunakan berpedoman pada Buku

    Pedoman Karya Ilmiah( Skripsi, Tesis, dan Disertasi) Tim Penulis Hamid

    Nasuhi dkk. Diterbitkan oleh CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Cetakan II, April 20076.

    K. Penelitian Terdahulu

    Terdapat beberapa penelitian yang membahas tentang akuntansi

    syariah, khususnya mengenai aplikasi pada perbankan syariah pada suatu akad

    dalam pembiayaan, tetapi belum ada peneliti yang membahas tentang

    6 Hamid Nasuhi,dkk. Pedoman Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis,dan Disertasi), ( UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta; CeQDA , 2007) cet II

  • 10

    perlakuan akuntansi pembiayaan mudharabah pada bank syariah. Meskpun

    demikian, terdapat beberapa penelitian yang dapat menunjang dalam penlitian

    ini dimana terdapat perbedaan di dalamnya. Hasil penelitian sebelumnya dan

    perbedaannya dengan penelitian yang akan diteliti penulis dapat dilihat dari

    tabel berikut ini:

    Gambar 1.1 Penelitian Terdahulu

    No JUDUL HASIL PENELITIAN PERBEDAAN

    1 Skripsi: Analisis Kesesuaian

    PSAK 102 terhadap

    Perlakuan Akuntansi

    Murabahah pada PT BTN

    Syariah Jakarta” oleh Naidy

    Sultony Tahun 2010

    Kesesuaian PSAK 102

    terhadap perlakuan

    akuntansi murabahah

    Penelitian ini dilakukan

    pada PSAK105(akad

    mudharabah)

    2 Skirpsi; Akad Istishna Dan

    Aplikasi Pada Bank Syariah

    (Study Kasus Pada Bank

    Muamalat Indonesia Tbk)

    Oleh Siti Latifah Tahun 2006

    Meneliti kesesuaian

    teori akad istishna

    dengan aplikasinya di

    perbankan

    Meneliti tentang

    keseuaian PSAK

    105pada BMI

    3 Skripsi: Akad Istishna

    Dalam Pembiayaan Rumah

    Di Bank Syariah Mandiri

    Cinere: Oleh Erdi

    Meneliti akan

    kesesuaian teori akad

    istishna dengan

    aplikasinya di

    Evaluasi penerapan

    PSAK 105 pada BMI

  • 11

    L. Sistematika Penulisan

    Agar lebih terarah dalam pembahasan penelitian ini penulis membuat

    sistematika pada masing-masing bab. Penulis membaginya dalam lima bab.

    Masing-masing bab terdiri dari sub bab yang merupakan penjelasan dari bab

    tersebut dan diakhiri dengan daftar pustaka. Sistematika penulisan adalah

    sebagai berikut:

    BAB I PENDAHULUAN

    Bab ini meliputi latar belakang, pembatasan dan perumusan

    masalah, tujuan, dan manfaat penelitian, metode penelitian, review

    terdahulu, dan sistematika penulisan

    BAB II TINJAUAN TEORITIS

    Bab ini terdiri dari tiga bagian, pertama membahas tentang

    akuntansi Islam yang terdiri dari sejarah akuntansi Islam,

    Marduwira Tahun 2010 perbankan yang

    khususnya pada

    pembiayaan rumah

    4 Skripsi; Aplikasi Akuntansi

    Pembiayaan Mudharabah

    Dalam Bank Syariah:(Pada

    BNI Syariah Cabang

    Fatmawati)Oleh Nurmaeli

    2005

    Penelitian terhadap

    penerapan akuntansi

    pembiayaan

    mudharabah

    Evaluasi penerapan

    PSAK 105 pada BMI

  • 12

    pengertian akuntansi Islam, landasan hukum akuntansi Islam.

    Kedua, mengenai Mudharabah yang terdiri dari pengertian

    mudharabah., rukun dan syarat, landasan hukum, penerapan di

    Bank Syariah dan yang ketiga, mengenai perlakuan akuntansi

    mudharabah .keempat, mudharabah dalam presfektif fiqh dan

    aplikasinya diperbankan.

    BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

    Pada bab ini berisi tentang sejarah singkat Bank Muamalat

    Indonesia dan perkembangan pencatatan akuntansi syariah di Bank

    Muamalat Indonesia. Meliputi visi dan misi, struktur organisasi

    dan produk-produk yang dikeluarkan juga urgensi produk

    mudharabah dan perkembangan pencatatan akuntansi syariah di

    Bank Muamalat Indonesia.

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

    Bab ini berisi proses dan tahapan-tahapan pembiayaan

    mudharabah, mekanisme dan perlakuan akuntansi mudharabah di

    Bank Muamalat Indonesia. Dan analisis kesesuaian perlakuan

    akuntansi pembiayaan mudharabah pada Bank Muamalat

    Indonesia dengan PSAK No 105

    BAB V PENUTUP

    Bab ini merupakan kesimpulan dan saran dari pembahasan yang

    dilakukan penulis.

  • 13

    BAB II

    TINJAUAN TEORITIS PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN

    PERLAKUAN AKUNTANSI PADA AKAD MUDHARABAH

    A. Pembiayaan

    1. Pengertian

    Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tetang perbankan

    Bab 1 pasal 1 No. 12 bahwasanya pembiayaan berdasarkan prinsip syariah

    adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan

    berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang

    mewajibkan pihak yang membiayai untuk mengembalikan uang atau

    tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi

    hasil sesuai dengan kesepakatan.7

    Pembiayaan yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak

    kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang akan direncanakan,

    baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan

    adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah

    direncanakan.8

    Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa kegiatan

    penyaluran dana oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk membentuk

    suatu usaha atau investasi baik dilakukan sendiri maupun lembaga.

    7 Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 Bab 1 Pasal 1 No. 12.

    8 Yusak Laksmana, Panduan Praktis Account Officer Bank Syariah (Jakarta: PT Elex Media

    Komputindo, 2009), h 20

    13

  • 14

    B. Mudharabah

    1. Pengertian

    Mudharabah berasl dari kata” Ad-dhorbu fi’l ardhi” berpergian

    untuk berdagang. Sinonim kata dari qiradh, yang berasal dari kata Al-

    Qardhu atau potong. Karena pemilik memotong sebagian hartanya untuk

    diperdagangkan atau memperoleh sebagian keuntungannya, dan sering

    pula disebut dengan kata muamalah. Menurut Imam Syafi’i, qiradh

    menurut bahasa artinya seseorang yang pergi berdagang. Menurut istilah

    harta yang diserahkan kepada seseorang supaya diperdagangkan.

    Sedangkan keuntungan dibagi (berserikat) antara keduanya.9

    Dalam fiqh Islam mudharabah merupakan salah satu bentuk kerja

    sama antara rab-amal (investor) dengan seorang pihak kedua (mudharib)

    yang berfungsi sebagai pengelola dalam berdagang. Istilah mudharabah

    oleh ulama fiqih Hijaz menyebutkan dengan qiradh.10

    Mudharabah

    berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan. Pengertian

    memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang

    memukul kakinya untuk menjalankan usahanya.11

    9 M. Amin Suma, Himpunan Undang-undang perdata Islam & peraturan pelaksanaan

    Lainya di Negara Hukum Indonesia( Rajawali Pers, 2008),h.1458 10

    Muhammad Syafi’i Antoni, Bank Syariah dari Teori dan Praktik, 2007, h, 95. Yang

    dikutip dari M.Rawas Qal-aji, Mu’jam Lughat al-Fuqaha,(Beirut : Darun Nafs,1985) 11

    Muhammad Syafi’i Antoni, Bank Syariah dari Teori dan Praktik, h, 95. Yang dikutip

    dari M.Rawas Qal-aji, Mu’jam Lughat al-Fuqaha,(Beirut : Darun Nafs,1985).

  • 15

    Secara terminologi, ulama fiqih mendefinisikan mudharabah atau

    qiradh dengan,” pemilik modal menyerahkan modalnya kepada pekerja

    (pedagang) untuk diperdagangkan, sedangkan keuntungan dagang itu

    dibagi menurut kesepakatan bersama.” Apabila terjadi kerugian dalam

    perdagangan tersebut, kerugian ini ditanggung sepenuhnya oleh pemilik

    modal. Definisi ini menunjukan bahwa yang diserahkan kepada pekerja

    tersebut adalah berbentuk modal, bukan manfaat seperti menyewakan

    rumah.12

    Menurut Abdur Rahman L.Doi, dalam buku Sultan Remi Sjahdeini

    menyatakan bahwa mudharabah dalam terminologi hukum Islam adalah

    suatu kontrak dimana suatu kekayaan (property) atau persedian (stock)

    tertentu (Ras Al-Mal) ditawarkan oleh pemiliknya atau pengurusnya (Rabb

    Al-Mal) kepada pihak lain untuk membentuk suatu kemitraan itu akan

    berbagi keuntungan. Pihak yang lain berhak untuk memperoleh

    keuntungan karena kerjanya mengelola kekeyaan itu. Orang ini dsebut

    mudharib. Perjanjian ini adalah suatu Contract Of Copartnership.13

    Fatwa Dewan Syari’ah Nasional N0.07/DSN-MUI/IV/2000,

    dalam buku Abdul Ghofur Anshori, pembiayaan mudharabah adalah

    pembiayaan yang di salurkan oleh Lembaga Keuangan Syariah (LKS)

    kepada pihak lain untuk usaha yang produktif. Dalam pembiayaan ini LKS

    sebagai shahibul maal (pemilik dana) membiayaai 100% kebutuhan suatu

    12

    Abdul Aziz Dahlan, et.al.,Ensiklopedia Hukum Islam, Jilid 4, (Jakarta: Ichtiar Baru

    Van Hoeve,1996),h.1996. 13

    Sultan Remi Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukan dalam Tata Hukum

    Perbankan Indonesia, (Jakarta:PT.Temprint,1999),h. 29.

  • 16

    proyek (usaha) sedangkan pengusaha (nasabah) bertindak sebagai

    mudharib atau pengelolah usaha.14

    Berdasarkan pengertian-pengertian diatas penulis menyimpulkan

    bahwa pembiayaan mudharabah adalah suatu pembiayaan kerjasama

    antara pemilik modal dengan pengelola usaha dimana keuntungan dari

    usaha tersebut akan dibagi menurut kesepakatan bersama atau menuurt

    akad yang telah dsepakati sebelumnya.

    2. Landasan Hukum

    Akad mudharabah dibenarkan Islam. Karena bertujuan membantu

    antara pemilik modal dan orang yang membutuhkan uang.15

    a. Al Quran

    1) Firman Allah QS An-Nisa Ayat : 29

    Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

    memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan

    jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara

    kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah

    adalah Maha Penyayang kepadamu.”16

    14

    Abdul Ghofur Anshori, Payung Hukum Perbankan Syariah( Yogyakarta: UII Pres,

    2007), h, 91 . 15

    Muhammad Muslehudin, Sistem Perbankan Dalam Islam, (Jakarta:PT Rineka

    Cipta,2004)h.65 16

    Al Quran DIgital

  • 17

    2) Firman Allah QS Al-Maidah Ayat: 1

    Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad

    itu. dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan

    dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak

    menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji.

    Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang

    dikehendaki-Nya.”17

    3) Firman Allah QS Al Baqarah Ayat: 283

    Artinya: “Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak

    secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis,

    Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh

    yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai

    sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu

    menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa

    kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi)

    menyembunyikan persaksian. dan barangsiapa yang

    menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang

    berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu

    kerjakan.”18

    b. Al-Hadist

    Pembiayaan mudharabah telah diperaktekan sejak zaman

    Rasulullah SAW, hal ini tersebut diperkuat dengan hadis yang

    17

    Al Quran DIgital 18

    Al Quran Digital

  • 18

    dijadikan sebagai landasan hukum pembiayaan mudharabah. Adapun

    salah satu hadisnya antara lain:

    Artinya: Dari Shalih bin Suaib r.a bahwa Rasulullah saw,

    bersabda, “ tiga hal yang didalamnya terdapat keberkatan: jual

    beli secara tangguh, muqaradhah(mudharabah), dan mencampur

    gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk

    dijual.”(HR.Ibnu Majah no.2280,Kitab At-Tijarah)19

    c. Ijma

    Diriwayatkan, sejumlah sahabat menyerahkan (kepada orang

    mudharib) harta anak yatim sebagai mudharabah dan tidak ada

    seorang pun mengingkari mereka. Karenanya, hal itu dipandang

    sebagai ijma’20

    d. Qiyas

    Mudharabah diqiyaskan kepada al musaqah(menyuruh seseorang

    untuk mengelola kebun). Selain di antara manusia, ada yang miskin

    ada yang kaya. Di satu sisi, tidak sedikit orang miskin yang mau

    bekerja, tetapi tidak memiliki modal21

    . Dengan demikian dengan

    adanya mudharabah ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kedua

    19

    Al Hafidz Nuruddin Ali Ibn Abi Bakar Al Haistami, Majma’Azzawaid Wa manba’ul

    Fawaid, juz rabi’(Birut-Lebanon: Darul Kutub Al’amaliyah,1988),h.161. 20

    Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 07/DSN-MUI/2000 Tentang Pembiayaan

    Mudharabah (Qiradh). 21

    Sohari Sahrani, Fikih Muamalah, (Bogor: Ghalia Indonesia,2011),hal, 187.

  • 19

    golongan di atas, yakni untuk kemaslahatan manusia dalam rangka

    memenuhi kebutuhan mereka.22

    e. Kaidah fiqih

    “pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukankecuali

    ada dalil yang mengharamkanya.”23

    f. Fatwa DSN

    Undang-Undang No. 21 tahun 2000 Pasal 1 angka 21 yang

    mengatur perbankan syariah memberikan rumusan pengertian

    tabungan, yaitu: “ Tabungan adalah simpanan berdasarkan akad

    wadiah atau investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad

    lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikanya

    hanya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan yang di sepakati,

    tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainya

    yang dipersamakan dengan itu.”

    Dewan Syariah Nasional mengatur tabungan syariah dalam fatwa

    Nomor 02/DSN-MUI/IV/2000, yaitu: Produk tabungan yang diberikan

    atau diperbolehkan secara syariah adalah tabungan yang berdasarkan

    prinsip mudharabah dan wadiah, sehingga dapat dikenal tabungan

    mudharabah dan tabungan wadiah.24

    22

    Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 07/DSN-MUI/2000 Tentang Pembiayaan Mudharabah (Qiradh).

    23 Sohari Sahrani, Fikih Muamalah, (Bogor: Ghalia Indonesia,2011),hal, 187

    24 Dewan Syariah Nasional (DSN), Himpunan Fatwa Dewan Syariah

    Nasional,(Jakarta:Dewan Syariah Nasional,2003).

  • 20

    g. Peraturan Bank Indonesia

    Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/46/PBI/2005 pasal 1

    ayat 5 yang dimaksud dengan mudharabah adalah:

    “penanaman dana dari pemilik dana (shahibbul maal) kepada

    pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu,

    dengan pembagian menggunakan metode bagi untung rugi (profit and

    loss sharing) atau metode bagi pendapatan (revenue sharing) antara

    kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati

    sebelumnya.”

    3. Penerapan Mudharabah Di Perbankan Syariah

    Penempatan dana di bank syariah dapat dilakukan dalam bentuk

    pembiayaan berakad jual beli maupun syirkah atau kerjasama bagi hasil.

    Jika pembiayaan berakad jual beli (bai’bithaman ajil atau murabahah),

    maka bank akan mendapatkan margin pembiayaan ini.

    Dalam pembiayaan mudharabah (bagi hasil) ada beberapa hal yang

    perlu diperhatikan oleh kedua belah pihak, yaitu:

    a. Nisbah bagi hasil yang dsepakati

    b. Tingkat keuntungan bisnis aktual yang didapat.

    Oleh karena itu, bank sebagai pihak yang memiliki dana akan

    melakukan perhitungan nisbah yang akan dijadikan kesepakatan

    pembagian pendapatan.

    Nisbah bagi hasil merupakan faktor penting dalam menentukan

    bagi hasil di bank syariah. Sebab aspek nisbah merupakan aspek yang

  • 21

    disepakati bersama antara kedua belah pihak yang melakukan transaksi.

    Untuk menentukan nisbah bagi hasil, perlu diperhatikan aspek-aspek: data

    usaha, kemampuan angsuran , hasil usaha yang dijalankan atau tingkat

    return aktual bisnis, tingkat return yang diharapkan , nisbah pembiayaan

    dan distribusi pembagian hasil.

    Penentuan nisbah bagi hasil dibuat sesuai dengan jenis pembiayaan

    mudharabah yang dipilih. Ada dua jenis pembiayaan mudharabah yaitu:

    pembiayaan mudharabah mutlaqah dan pembiayaan mudharabah

    muqayyadah.

    a. Nisbah bagi hasil pembiayaan mudharabah mutlaqah

    Pembiayaan mudharabah mutlaqah adalah pembiayaan yang

    dilakukan dimana pemilik dana tidak meminta syarat, kecuali syarat

    baku untuk berlakunya akad mudharabah. Untuk ini, nisbah dibuat

    menggunakan metode expected profit rate atau epr. Expected profit

    rate diperoleh berdasarkan25

    :

    1) Tingkat keuntungan rata-rata pada industri sejenis

    2) Pertumbuhan ekonomi

    3) Dihitung dari nilai required profit rate(rpr) (nilai required profit

    rate diperoleh dengan rumus:rpr=n.V(n=tingkat keuntungan

    dalam transaksi tunai: v=jumlah transaksi dalam satu periode)

    yang berlaku di bank yang bersangkutan.

    25

    Kautsar Riza Salaman, Akuntansi perbangkan Syariah Berbasis PSAK Syariah, (

    Padang: @ Akademia Permata, 2012), h, 221.

  • 22

    Dengan demikian nisbah bagi hasil dapat dihitung dengan

    rumus sebagai berikut:

    Nisbah bank= expected profit rate(epr)x100%

    Expected return bisnis yang dibiayai(erb)

    Nisbah nasabah = 100%-Nisbah bank

    Aktual return bank=nisbah bank+ aktual return bisnis.

    b. Nisbah bagi hasil pembiayaan mudharabah muqayyadah

    Pembiayaan mudharabah muqqayyadah jenis mudharabah

    dimana pemilik dana memberikan batasan kepada pengelola antara

    lain mengenai dana, lokasi, cara, dan/atau objek investasi atau sektor

    usaha.26

    Pada saat bank syariah mendapatkan nasabah yang ingin

    mengajukan pembiayaan mudharabah muqayyadah. Biasanya nasabah

    menuntut adanya nisbah yang sebanding dengan bisnis tertentu. Pada

    akad pembiayaan mudharabah muqayyadah ini si pemilik dana

    menambah persyaratan di luar syarat kebiasaan akad mudharabah.

    26

    Kautsar Riza Salaman, Akuntansi perbangkan Syariah Berbasis PSAK Syariah, (

    Padang: @ Akademia Permata, 2012), h, 22.

  • 23

    Gambar 2.1 Skema Mudharabah

    Skema Mudharabah27

    Sumber: Rizal Yaya, Aji Erlangga Martawireja (2012)

    C. Akuntansi

    1. Pengertian

    Menurut Commite on Termonologi Of The American Institute of

    Accounting ,” Accounting is discipline that plays a significant role in the

    bussines world but remains rather inconspicuous in its importance

    27

    Rizal Yaya, Aji Erlangga Martawireja, Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik

    Kontemporer(Jakarta: Salemba Empat, 2012) h, 128.

    1. Negosiasi dan akad

    mudharabah

    2b. Nasabah ( Mudharib)

    2a. Bank Syariah

    (Shahibul Maal)

    4a. Menerima porsi

    laba

    5.Menerima kembalian modal

    4b. Menerima porsi laba

    3. Pelaksanaan usaha

    produktif

    5. Membagi hasil usaha

    keuntungan dibagi sesuai nisbah

    kerugian tanpa kelalaian nasabah

    ditanggung oleh bank Syariah

  • 24

    because more frequent than not the task of recognizing , measuring and

    recording of transaction gets mired in the debate of the standards applied

    in giving brith to the end report.28

    Akuntansi adalah seni mencatat, menggolongkan dan

    mengikhtisarkan transaksi serta peristiwa yang bersifat keuangan dengan

    suatu cara yang bermakna dan dalam satuan uang serta

    menginterpretasikan hasil-hasilnya.

    Secara sederhana akuntansi dapat diartikan sebagai seni dalam

    melakukan pencatatan, penggolongan dan pengikhtisaran yang pada

    akhirnya akan tercipta sebuah informasi seluruh aktivitas keuangan

    perusahaan. Tujuan akuntasi yang digambarkan dalam laporan keuangan

    adalah untuk memberikan informasi yang bermanfaat untuk pengambilan

    keputusan bagi para pemakai. Dengan demikan, maka pencatatan

    akuntansi harus dilakukan secara cepat dan akurat sebagai informasi yang

    disajikan dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi para

    pengguna.

    Proses akuntansi merupakan aktivitas yang dimulai dari terjadinya

    suatu transaksi yang mempengaruhi posisi keuangan perusahaan sampai

    terbentuknya laporan keungan dan setiap transaksi yang dicatat harus

    disertai dengan bukti dan dokumen.29

    28

    Syed Alwi Mohamed Sultan, Accounting For islamic Financial Product,(Kuala

    Lumpur: CERT Publications,2008),h.2. 29

    Ismail, Akuntansi Bank Teori dan Aplikasi dalam rupiah (Jakarta: Pranada Media,

    2010) h.20.

  • 25

    Secara etimologi dalam Islam, kata akuntansi berasal dari bahasa

    Arab, yaitu,” Muhasabah” yang berasal dari kata hasaba, hasibah,

    muhasabah atau wazan yang lain adalah hasab, hasban,hisabah, artinya

    menimbang, memperhitungkan, mengkalkulasi, mendata atau menghisab.

    Yakni menghitung dengan seksama atau teliti yang harus dicatat dalam

    pembukuan tertentu.30

    Menurut ulama fiqih, kata muhasabah mempunyai dua pengertian

    pokok, yaitu31

    Pertama, muhasabah dengan arti musa-alah (perhitungan) dan

    munaqasah (perdebatan), kemudian dilanjutkan dengan pembahasan yang

    sesuai dengan catatan perbuatanya dan tingkahlakunya serta sesuai pula

    dengan syarat-syarat yang telah disepakati.

    Kedua, muhasabah dengan arti pembukuan/pencatatan keuangan

    seperti yang diterapkan pada masa awal kemunculan Islam. Juga diartikan

    dengan perhitungan modal pokok serta keuntungan dan kerugian.

    Dari dua pengertian diatas, maka pengertian muhasabah dalam

    Islam meliputi dua sisi, yaitu:

    a. Pembukuan keuangan (menghitung dan mendata semua transaksi

    keuangan)

    b. Perhitungan, perdebatan, dan pengimbalan.

    Kedua makna ini saling terkait dan sulit memisahkannya, yaitu

    sulit membuat perhitungan (musa-alah) tanpa adanya data-data, dan

    30

    Hasbi Ramli.,Teori Dasar Akuntansi Islam.(Jakrta:Rainasan,2005),h.12. 31

    Hasbi Ramli.,Teori Dasar Akuntansi Islam.(Jakrta:Rainasan,2005),h.43-44.

  • 26

    juga tidak ada gunanya data-data tanpa dilanjutkan dengan perhitungan

    dan perdebatan.32

    Maka dari itu akuntansi syariah juga dapat disimpulkan sebagai

    suatu kegiatan identifikasi, klarifikasi, pendataan dan pelaporan melaui

    proses perhitungan yang terkait dengan transaksi keuangan sebagai bahan

    informasi dalam mengambil keputusan ekonomi berdasarkan prinsip akad-

    akad syariah, yaitu tidak mengandung zhulum (kezhaliman), riba, maysir

    (judi), gharar (penipuan), barang yang membahayakan dan barang yang

    diharamkan.33

    2. Pengenalan Akuntansi Perbankan Syariah

    Pada tahun 1993 Dewan Bahasa dan Kepustakaan Kementrian

    Pendidikan Malaysia, Kuala Lumpur mengeluarkan buku yang diberi

    nama “ Sistem Perakaunan dalam Islam” yang membahas tentang harta,

    kaedah, perakaunan Islam, unsur-unsur perbelanjaan Islam, perakaunan

    Bank Islam, perakuanan Harta pusaka dam waris dalam Islam dan

    sebagainya.34

    Pada tanggal 1 Safar , 1410 H bertepatan dengan tanggal 27 Maret

    1991 di Bahrain, berdiri Accaunting and Auditing Organization For

    Islamic Financial Institutions, suatu badan usaha nirlaba yang otonom.

    Pada tahun 1998 mengeluarkan buku tentang Akuntansi Syariah yang

    berjudul “Accounting and Auditing Standart for Islamic Financial

    32

    Hasbi Ramli.,Teori Dasar Akuntansi Islam.(Jakrta:Rainasan,2005),.h.44. 33

    Hasbi Ramli.,Teori Dasar Akuntansi Islam.(Jakrta:Rainasan,2005),h.13. 34

    Sofyan S. Harahap, Wiroso , Akuntansi Perbankan Syariah( jakarta: LPFE-Usakti,

    2004),h, 15

  • 27

    Instuttions “(AAOIFI) yang dapat dipergunakan sebagai acuan dalam

    pembahsan akuntansi syariah yang hanya membahas tentang accounting

    dan auditing. Pada tahun 1999 buku tersebut dirubah nama menjadi

    “Accounting Auditing and Governance Standard For Islamic Financial

    Institutions “ yang membahas accounting, auditing dan governance serta

    terdapat perubahan cakupan organisasi tersebut.35

    Akuntansi dalam Islam antara lain berhubungan dengan

    pengakuan, pengukuran, pencatatan transaksi dan pengungkapan hak-hak

    dan kewajiban-kewajiban secara adil.

    Akuntansi keuangan dalam Islam memfokuskan pada pelaporan

    yang jujur mengenai posisi keuangan entitas dan hasil-hasil oprasinya,

    dengan cara yang akan mengungkapkan apa yang halal dan apa yang

    haram. Ini sesuai dengan perintah Allah untuk tolong menolong dalam

    kebaikan didalam mengerjakan kebaikan. Berarti akuntansi keuangan

    Islam mempunyai sasaran –sasaran yang harus disadari dan dipatuhi oleh

    akuntansi Islam. Tidak boleh memasuki bidang tanpa kesadaran dan

    pemahaman yang jelas mengenai sasaran akuntansi keuangan. Ini sesuai

    dengan firman Allah : “dan hendakalah seorang menulis diantara kamu

    menuliskanya dengan benar “ (surat Al-Baqarah ayat 282).

    Akuntansi syariah di Indonesia baru diperkenalkan pada tahun

    1999. Bank Indonesia sebagai pemerkasa, membentuk tim penyusunan

    35

    Sofyan S. Harahap, Wiroso, Akuntansi Perbankan Syariah( jakarta: LPFE-Usakti,

    2004), h, 17

  • 28

    PSAK bank syariah yang tertuang dalam Surat Keputusan Gubernur Bank

    Indonesia No 1/16/KEP/DGB/1999, yang meliputi unsur-unsur komponen

    dari Bank Indonesia, Ikatan Akuntan Indonesia, Bank Muamalat

    Indonesia, dan Departemen Keuangan. Hal ini seiring dengan pesatnya

    perkembangan perbankan syariah yang merupakan implementasi dari

    Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998.36

    Ikatan Akuntan Indonesia bertanggung jawab terhadap

    pengukuran, pengakuan dan penyajian atau hal-hal lain yang berkaitan

    dengan akuntansi. Dewan Syariah Nasional bertanggung jawab terhadap

    sisi kesyariahan yang ada pada pembahsan akuntansi tersebut, karena unit

    ini yang yang berkompeten tentang syariah.

    Dalam memahami akuntansi perbankan syariah , ada dua hal yang

    perlu diperhatikan yaitu pertama tentang kerangka dasar penyusunan dan

    penyajian laporan keuangan perbankan syariah yang memuat tentang

    karakteristik bank syariah , pemakai kebutuhan informasi, tujuan akuntansi

    keuangan, tujuan laporan keuangan , asumsi dasar , kedua tentang PSAK

    59 yang memuat tentang pengakuan, pengukuran, pengungkapan,

    peyanjian tentang produk , mudharabah, musyarakah murabahah , istisna

    dan istisna pararel, salam dan salam paralel, ijarah dan ijarah muntahiya

    bittamlik, wadiah, qardh, sharf dan kegiatan berbasis imbalan.

    36

    Ikatan Aukntansi Indonesia, Standar Akuntansi Keungan, (jakarta:Salemba Empat,2009), h.105.3-105.7.

  • 29

    3. Tujuan Akuntansi Bank Syariah

    Sesuai dengan tujuan syariah yang berusaha untuk menciptakan

    maslahah terhadap seluruh aktivitas manusia tidak terkecuali dalam

    aktivitas ekonomi yang didalamnya juga melingkupi aktivitas akuntansi,

    maka akuntansi yang direfleksikan dalam laporan keuangan memiliki

    tujuan yang tidak bertentangan dengan tujuan syari’ah.37

    a. Menentukan hak dan kewajiban pihak terkait, termasuk hak dan

    kewajiban yang berasal dari transaksi yang belum selesai dan atau

    kegiatan ekonomi lain, sesuai dengan prinsip syariah yang

    berlandasakan pada konsep kejujuran, keadilan, kebijakan dan

    kepatuhan terhadap nilai-nilai bisnis Islami

    b. Menyediakan informasi keuangan bermanfaat bagi para pemakai

    laporan dalam pengambilan keputusan

    c. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua

    transaksi dan kegiatan usaha.

    4. Tujuan Laporan Keuangan Bank Syariah38

    a. Pengambilan keputusan investasi dan pembiayaan. Laporan keuangan

    bertujuan menyediakan informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak

    yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan yang rasional.

    Oleh karena itu informasi harus dipahami oleh pelaku bisnis dan

    ekonomi yang mencermati informasi yang disajikan dengan seksama.

    37

    Sofyan S. Harahap , Akuntansi Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,1999), h.61. 38

    Sofyan S. Harahap, Akuntansi Perbankan Syariah( Jakarta: LPFE-Usakti, 2004), h, 21

  • 30

    b. Menilai prospek arus kas. Pelaporan keuangan bertujuan untuk

    memberikan informasi yang dapat mendukung investor / pemilik dana,

    kreditur dan pihak-pihak lain dalam memperkirakan jumlah, saat dan

    ketidakpastian dalam penerimaan kas dimasa depan atau dividen, bagi

    hasil, dan hasil dari penjualan , pelunasan, dan jatuh tempo dari surat

    berharga atau pinjaman.

    c. Informasi atas sumber daya ekonomi pelaporan keuangan bertujuan

    memberikan informasi tentang sumber daya ekonomi bank, kewajiban

    bank untuk mengalihkan sumber daya tersebut kepada entitas lain atau

    pemilik serta kemungkinan terjadinya transaksi, dan peristiwa yang

    dapat mempengaruhi perubahan sumber daya ekonomi tersebut.

    d. Kepatuhan bank terhadap prinsip syariah. Laporan keuangan

    memberikan informasi mengenai kepatuhan bank terhadap prinsip

    syariah, serta informasi pendapatan dan beban yang tidak sesuai

    dengan prinsip syariah dan bagaimana pendapatan tersebut diperoleh

    serta penggunaanya.

    e. Laporan keuangan memberikan informasi untuk membantu

    mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab bank terhadap amanah

    dalam mengamankan dana, menginvestasikanya pada tingkat

    keutungan yang layak , dan informasi mengenai tingkat keuntungan

    investasi yang diperoleh pemilik dan pemilik dana investasi terikat.

  • 31

    f. Pemenuhan fungsi sosial. Laporan keuangan memberikan informasi

    mengenai pemenuhan fungsi sosial bank, termasuk pengelolaan dan

    penyaluran zakat.

    5. Proses (Siklus) Akuntansi Perbankan Syariah

    Proses /siklus akuntansi perbankan syariah, (Harahap, 1999, h.30) yaitu:

    Gambar 2.2 Siklus Akuntansi Perbankan Syariah

    Reversing Entries

    dibukukan

    Sumber: Harahap, 1999

    6. Perbedaan Akuntansi Syariah dan Akuntansi konvensional

    Menurut Hidayat, perbedaan antara akuntansi konvensional

    dengan akuntansi syariah adanya bentuk tujuan dan konsep akuntansi

    yang disusun berdasarkan pada pencapain tujuan syariah, tujuan ekonomi

    Laporan

    keungan Bukti

    Neraca

    Lajur Transaksi

    Jurnal

    penutup Jurnal

    penyesuaian

    Neraca ercobaan/saldo

    Buku Besar/ledger

    Jurnal

  • 32

    Islam serta tujuan lingkungan sosial masyarakat Islam39

    . Hal itu akan

    menuntut perbedaan kebutuhan dari Islamic user dengan non Islamic

    user40

    . Lebih lanjut Harahap menggambarkan salah satu perbedaan

    akuntansi syariah dengan akuntansi konvensional adalah pada karakter dan

    praktik bisnis. Dalam hal ini kecenderungan bisnis Islam adalah

    mudharabah, musyarakah ataupun kontrak syariah lainnya, sehingga

    konsep akuntansi syariah cenderung menggunakan current value dan

    bentuk laporan keuangannya menyajikan laporan yang sesuai dengan sifat-

    sifat dari transaksi bisnis dalam konsep syariah tersebut.41

    Secara prinsip, beberapa perbedaan yang mendasar pada akuntansi

    konvensional memberikan kelonggaran penilaian laporan keuangan

    dengan menilai hanya terbatas pada kewajaran (kebenaran relatif) yang

    merujuk pada standar yang berlaku, sedangkan akuntansi syariah

    tuntutannya adalah kebenaran hakiki (al-haq) atau kebenaran moral yang

    harus di pertanggung jawabkan dihadapan Allah. Walaupun di satu sisi

    akuntansi syariah juga harus merujuk pada standar, tetapi standar tidak

    dimaksudkan sebagai pembenaran, karena laporan yang dibuat sesuai

    39

    Nur Hidayat, (2002). Urgensi Laporan Keuangan (Akuntansi Syari’ah) dalam Praktek

    Ekonomi Islam,Simposium Nasional I Sistem Ekonomi Islami, 13-14 Maret 2002,

    (Yogyakarta: P3EI FE UII,2002), h,88. 40

    Sofyan S. Harahap Menuju Suatu Teori Akuntansi Islam, (Jakarta: Pustaka Quantum,

    2001), h, 216. 41

    Sofyan S. Harahap Menuju Suatu Teori Akuntansi Islam, (Jakarta: Pustaka Quantum,

    2001), h, 216.

  • 33

    dengan standar tidak selalu benar menurut syariah, bila secara substansial

    laporan menyimpang dari prinsip-prinsip syariah42

    Akuntansi konvensional lebih pada pemenuhan ketentuan standar-

    standar yang dibuat oleh manusia, sedangkan akuntansi syariah, mencoba

    menemukan apa yang seharusnya dibuat sesuai dengan anjuran Tuhan

    (wahyu), dalam tataran ini akuntansi syariah tidak hanya diikat agar

    berada pada koridor standar akuntansi tetapi diikat pula dengan

    pertanggung jawaban dihadapan Tuhan (normatif religius).43

    Dari segi tujuan, antara akuntansi konvensional dengan akuntansi

    syariah memiliki kemiripan yang hampir sepadan, karena seperti dalam hal

    laporan keuangan sebagai pemasok informasi. Akuntansi konvensional

    memberikan laporan kinerja historis yang memberikan informasi bagi

    pihak-pihak yang membutuhkan sebagai alat dalam pengambilan

    keputusan bisnis, sedangkan akuntansi syariah bertujuan sebagai sarana

    untuk mencapai target akhir berupa pemenuhan kewajiban zakat secara

    benar. Hal ini menjadikan akuntansi syariah memiliki titik tekan tujuan

    pada pertanggungjawaban (akuntabilitas) dihadapan Tuhan Dengan kata

    lain laporan keuangan akuntansi konvensional bertujuan pada pemberian

    informasi, sedangkan laporan keuangan akuntansi syariah menekankan

    pada pertanggung jawaban (akuntabilitas)

    42

    Nur Hidayat, Urgensi Laporan Keuangan (Akuntansi Syari’ah) dalam Praktek

    Ekonomi Islam,Simposium Nasional I Sistem Ekonomi Islami, 13-14 Maret 2002, (Yogyakarta:

    P3EI FE UII,2002), h,88-89. 43

    Nur Hidayat. Urgensi Laporan Keuangan (Akuntansi Syari’ah) dalam Praktek

    Ekonomi Islam,Simposium Nasional I Sistem Ekonomi Islami, h,88-89.

  • 34

    Gambar 2.3 Perbedaan Akuntansi Konvensional dengan Akuntansi Syari’ah

    Perbedaan Akuntansi Konvensional dengan Akuntansi Syariah

    (Laporan Keuangan)

    LAPORAN

    KEUANGAN

    AKUNTANSI

    KONVENSIONAL

    AKUNTANSI

    SYARI'AH

    PRINSIP-PRINSIP

    DASAR

    Kebenaran Relatif

    (Wajar)

    Pemenuhan

    Standar yang

    Dibuat/

    Dirumuskan oleh

    Manusia

    Kebenaran Hakiki

    (al-Haq)

    Mencoba Mene-

    mukan yang

    Seharusnya/Dibu-

    at Didasarkan

    pada Ketentuan

    Tuhan (Wahyu)

    TUJUAN

    Menekankan pada

    Informasi sebagai Alat

    dalam Pengambilan

    Keputusan Bisnis

    Laporan Keuangan

    Bukan Tujuan, Tetapi

    Sarana untuk

    Mencapai Tujuan,

    yakni: Pertanggung-

    jawaban Dihadapan

    Tuhan

    JENIS

    LAPORAN

    Laporan Keuangan

    Tambahan Disajikan

    Sesuai dengan

    Kebutuhan,

    misalnya:Pengungk

    apan Tingkat Inflasi,

    Catatan Atas

    Laporan Keuangan,

    dan Koreksi Fiskal

    Laporan Keuangan

    Tambahan Meliputi:

    Laporan Dana ZIS,

    Pengungkapan

    Aspek-aspek

    Syari'ah, dan

    Perhitungan Zakat

    Sumber: Husein Syahatah(2001)

    Menurut Syahatah44

    . Segi-segi perbedaan antara akuntansi

    konvensional dengan akuntansi syariah dalam menyajikan laporan

    keuangan dapat diidentifikasi sebagai berikut:

    44

    Husein Syahatah. Usul Al-Fikr Al-Muhasab Al-Islami (terjemahan), Jakarta: Akbar

    Media Sarana,2001),h, 94-95

  • 35

    a. Akuntansi konvensional menganut sistem penilaian aktiva dan modal

    dengan prinsip historical cost yaitu prinsip yang menyatakan bahwa

    setiap transaksi dicacat berdasarkan harga/ biaya perolehan ,

    sedangkan akuntansi syariah lebih menghendaki konsep penilaian

    berdasarkan nilai tukar yang berlaku (current value), hal ini didasari

    oleh keinginan melindungi modal pokok yang hakiki dari kemampuan

    produksi di masa akan datang dalam ruang lingkup perusahaan dan

    kontinuitas.

    b. Akuntansi konvensional membagi modal (aktiva) dalam dua golongan

    yakni, aktiva lancar (modal yang beredar) dan aktiva tetap (modal

    tetap). Akuntansi syariah membedakan modal yang terdiri dari harta

    berupa uang tunai (cash), dan harta berupa barang, harta dalam bentuk

    barang ini kemudian dibagi lagi menjadi barang milik dan barang

    dagangan.

    c. Konsep akuntansi syariah menilai mata uang seperti emas, perak, dan

    barang-barang lain yang sama kedudukannya, bukanlah merupakan

    tujuan, melainkan hanya sebagai alat tukar, perantara untuk

    pengukuran dan penentuan nilai.

    d. Konsep akuntansi konvensioanal mempraktikkan teori pencadangan

    dan ketelitian dari menanggung semua kerugian (conservatisme), dan

    mengabaikan laba-laba yang belum direalisasi. Perbedaannya

    akuntansi syariah sangat memperhatikan hal-hal cara menentukan

    harga dengan berdasarkan pada nilai tukar yang berlaku serta

  • 36

    membentuk cadangan untuk kemungkinan-kemungkinan bahaya dan

    risiko.

    e. Akuntansi konvensional menerapkan laba secara menyeluruh, yang

    terdiri dari laba usaha, laba dari modal pokok, dan lain sebagainya.

    Konsep akuntansi syariah membedakan antara laba dari aktivitas

    pokok dan laba yang berasal dari modal. Juga wajib memberikan

    penjelasan pendapatan-pendapatan yang diperoleh yang tidak sesuai

    dengan syariah laba dari aktivitas ini tidak boleh dibagikan kepada

    mudharib dan musyarik (stakeholder) atau dicampurkan pada modal

    pokok.

    f. Konsep akuntansi konvensional menerapkan prinsip bahwa laba itu

    hanya ada ketika adanya jual-beli (aktivitas usaha berjalan), sedangkan

    konsep akuntansi syariah mengakui laba apabila nilai barang

    mengalami perkembangan atau pertambahan, baik hal itu terjadi

    karena adanya proses jual-beli maupun tidak. Akan tetapi, jual-beli

    adalah suatu keharusan untuk menyatakan laba dan laba itu tidak boleh

    dibagi kecuali setelah nyata laba itu diperoleh.

    Adanya perbedaan-perbedaan dalam kaidah dan prinsip-prinsip

    antara akuntansi syariah dengan akuntansi konvensional sangat menyentuh

    pada aspek-aspek pokok dan inti dari persoalan akuntansi, artinya

    meskipun perbedaan tersebut dilihat dari luarnya hampir tidak tampak

    namun dari substansi perbedaan ini jauh lebih berarti, karena menyangkut

    masalah-masalah pokok dan inti.

  • 37

    7. Landasan Hukum

    Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu

    bermu'amalah[179] tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan,

    hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara

    kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan

    menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia

    menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa

    yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya,

    dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika yang

    berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau

    dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya

    mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua orang saksi

    dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka

    (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang

    kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang

    mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan)

    apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu,

    baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang

    demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan

  • 38

    lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah

    mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang

    kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika)

    kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli;

    dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu

    lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu

    kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah

    mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.(QS Al-

    Baqarah(2): 282)45

    Dalam ayat ini Allah memerintahkan kepada orang yang beriman

    agar mereka melaksanakan ketentuan-ketentuan Allah setiap melakukan

    perjanjian perserikatan yang tidak tunai, yaitu melengkapinya dengan alat-

    alat bukti sehingga dapat dijadikan dasar untuk melaksanakan perselisihan

    yang mungkin timbul dikemudian hari.46

    Alat bukti berdasarkan firman Allah SWT QS Al-Baqarah (2):282

    tersebut.” Faktubuhu (maka hendaklah ada yang menuliskanya)”

    memberikan isyarat bahwa keberadaan akuntansi dalam sebuah lembaga

    keuangan atau transaksi menjadi wajib adanya. Karena melalui

    akuntansilah seseorang dapat mengetahui secara baik dan benar laporan

    keuangan terhadap transaksi, neraca, atau laba rugi yang pernah

    dilakukan.47

    Maksud ayat ini adalah membahas masalah muamalah termasuk di

    dalamnya kegiatan jual beli, utang – piutang dan sewa menyewa. Dari situ

    dapat disimpulkan bahwa dalam Islam telah ada perintah untuk melakukan

    sistem pencatatan yang tekanan utamanya adalah untuk tujuan kebenaran,

    45

    Al-Quran Digital 46 Sofyan S. Harahap, Akuntansi Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,1999),h.120. 47

    Wiyono Salmet dan Mualamin Taufan, Memahami Akuntansi Syariah Di

    Indonesia (Jakarta;Mitra Wacana Media,2012),h 16.

  • 39

    kepastian, keterbukaan dan keadilan antara kedua belah pihak yang

    memiliki hubungan muamalah, dalam bahasa akuntansi lebih dikenal

    dengan ( accountability).

    Hal ini juga sesuai dengan perintah Allah saling tolong menolong

    dalam mengerjakan kabaikan dan janganlah tolong menolong dalam

    keburukan dan pelanggaran (kutipan dari surah Al-Maidah ayat 2). Ini

    berarti dalam akuntansi keuangan Islam mempunyai sasaran-sasaran yang

    harus disadari atau dipatuhi oleh akuntan keuangan Islam , dan tidak

    boleh memasuki bidang ini tanpa kesadaran dan pemahaman yang jelas

    mengenai sasaran keungan. Karena Allah berfirman dalam surah Al-

    Baqarah ayat 282 bahwa” hendaklah seorang penulis diantara kamu

    menulisnya dengan benar.48

    Begitupun dengan Prof. Dr. Hamka dalam Tafsir Al-Azahar juz 3

    tentang surat Al-Baqarah ayat 282, mengemukakan beberapa hal yang

    relevan dalam akuntansi sebagi berikut.49

    “Perhatikan tujuh ayat! Yaitu kepada sekalian orang yang beriman

    kepada Allah supaya utang piutang ditulis, itulah dia yang berbuat sesuatu

    pekerjaan karena Allah, karena perintah Allah dilaksankan, sebab itu

    tidaklah layak karena berbaik hati karena kedua belah pihak lalu berkata

    tidak perlu dituliskan karena kita sudah percaya mempercayai. Padahal

    umur kedua belah pihak sama sama di tangan Allah. Si anu mati dengan

    48

    Sofyan S. Harahap dan Wiroso Muhammad Yusuf, Akuntansi Perbangkan Syariah

    PSAK Syariah Baru (Jakarta;LPEE Usakti),h.59. 49

    Sofyan S Harahap, Akuntansi Islam Cet 1(Jakarta: Bumi Aksara,1997),h.120

  • 40

    berhutang tempat berhutang menagih kepada ahli warisnya yang tinggal. si

    ahli waris bisa mengingkari utang itu karena tidak ada surat perjanjian”

    Allah mengungkapkan secara jelas betapa wajibnya memelihara

    catatan . Bahkan yang lebih parah lagi sudah sampai pada situasi seolah-

    olah menulis transaksi seperti ini menunjukan kekurangan kepercayaan

    satu sama lain, padahal ini merupakan perintah Allah SWT kepada hamba

    yang tentu yang harus dipatuhi.50

    D. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 105

    Akhir November 2007, Ikatan Akuntan Indonesia mengeluarkan

    Ekxposure Draf Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (EDPSAK

    Syariah) yang merupakan penyempurnaan dari PSAK 59 yang hanya

    mengatur Akuntansi Perbankan Syariah saja.51

    Dalam kerangka penyusunan

    dan penyajian EDPSAK terdapat pembahasan dan pengevaluasian dari setiap

    pernyataan, satu diantaranya adalah pembahasan tentang PSAK 105 (akad

    mudharabah). EDPSAK syariah tersebut telah di sahkan pada tahun 2008.52

    Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Kuangan (PSAK 105) tentang

    akuntansi mudharabah, menjelaskan acuan akuntansi tentang pengukuran,

    pengakuan, penyajian, dan pengungkapan mudharabah.53

    1. Prinsip Bagi Hasil Usaha

    Pembagian hasil usaha mudharabah dapat dilakukan berdasarkan

    prinsip bagi hasil atau bagi laba (profit sharing). Jika berdasarkan prinsip

    50

    Sofyan S Harahap , Akuntansi Islam Cet 1(jakarta: bumi Aksara,1997),h.120. 51

    Muhammad , Rifqi, Akuntansi Keuangan Syariah, (Yogyakarat: F3EI Press,2008)h.12. 52

    Muhammad ,Rifqi, Akuntansi Keuangan Syariah, (Yogyakarat: F3EI Press,2008)h.13. 53

    Ikatan Aukntansi Indonesia, Standar Akuntansi Keungan, (Jakarta:Salemba

    Empat,2009), h.105.2-105.6.

  • 41

    bagi hasil, maka dasar pembagian hasil usaha adalah laba bruto (gross

    profit) bukan total pendapatan usaha (omzet). Sedangkan jika berdasarkan

    prinsip bagi laba, dasar pembagian adalah laba neto (net profit) yaitu laba

    bruto dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelolaan dana

    mudharabah. (PSAK 105 paragraf 11)

    Contoh

    Uraian Jumlah Metode Bagi Hasil

    Penjualan 100

    Harga pokok

    penjualan 65

    Laba bruto 35 laba bruto(gross profit)

    Beban 25

    Laba (rugi) neto 10 bagi laba (profit Sharin)

    2. Akuntansi Untuk Pemilik Dana

    a. Dana mudharabah yang disalurkan untuk pemilik dana diakui sebagai

    investasi mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset

    nokas kepada pengelola dana. ( PSAK105 paragraf 13)54

    1) Pengakuan investasi mudharabah adalah sebagai berikut:

    a) Investasi mudharabah dalam bentuk kas sebesar jumlah yang

    dibayarkan

    b) Investasi mudharabah dalam bentuk aset non kas diukur

    sebesar nilai wajar aset non kas pada saat penyerahan:

    (1) Jika nilai wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya

    diakui, maka selisihnya diakui sebagai keuntungan

    54 Ikatan Aukntansi Indonesia, Standar Akuntansi Keungan, (Jakarta:Salemba

    Empat,2009), h.105.2-105.6.

  • 42

    tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka waktu akad

    mudharabah.

    (2) Jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya,

    maka selisihnya diakui sebagai kerugian.

    b. Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai

    disebabkan rusak, hilang atau faktor lain yang bukan kelalaian atau

    kesalahan pihak pengelola dana , maka penurunan nilai tersebut diakui

    sebagai kerugian dan mengurangi saldo investasi mudharabah.(PSAK

    105 paragraf 14)

    c. Jika sebagian investsi mudharabah hilang setelah dimulainya usaha

    tanpa adanya kelalaian kesalahan pengelola dana, maka kerugian

    tersebut diperhitungkan pada saat bagi hasil (PSAK 105 Paragraf 15)

    d. Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal

    usaha mudharabah diterima oleh pengelola dana. (PSAK 105 paragraf

    16)

    e. Dalam investasi mudharabah yang diberikan dalam aset non-kas dan

    aset non-kas tersebut mengalami penurunan nilai pada saat atau setelah

    barang dipergunakan secara efektif dalam kegiatan usaha mudharabah,

    maka kerugian tersebut tidak langsung mengurangi jumlah investasi,

    namun diperhitungkan pada saat pembagian bagi hasil. (PSAK 105

    paragraf 17)

    f. Kelalaian atau kesalahan pengelola dana, antara lain ditunjukan

    sebagai oleh:

  • 43

    1) Persyaratan yang ditentukan didalam akad tidak dipatuhi

    2) Tidak terdapat kondisi diluar kemampuan (force majeur) yang

    lajimdan/atau yang telah ditentukan dalam akad:atau

    3) Hasil keputusan dari institusi yang berwenang.(PSAK 105 paragraf

    18)

    g. Jika akad mudharabah berakhir sebelum atau saat akad jatuh tempo

    dan belum dibayar oleh pengelola dana, maka investasi mudharabah

    diakui sebagai piutang.(PSAK 105 paragraf 19

    h. Jika investasi mudharabah melebihi satu periode pelaporan,

    penghasilan usaha diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil

    sesusai nisbah yang disepakati(PSAK 105 Paragraf 20)

    i. Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah

    berakhir diakui sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan kerugian

    investasi. Pada saat akad mudharabah berkahir, selisih antara: (PSAK

    105 patagraf 21)

    1) investasi mudharabah setelah dikurangi penyisihan kerugian

    investasi dan

    2) pengembalian investasi atau kerugian

    j. Pengakuan penghasilan usaha mudharabah dalam praktik dapat

    diketahui berdasarkan laporan laba rugi atau realisasi penghasilan

    usaha dari pengelola dana. Tidak diperkenankan mengakui pendapatan

    dari proyeksi hasil usaha.(PSAK 105 paragraf 22)

  • 44

    k. Kerugian akibat kelalaian atau kesalahan pengelola dana dibebankan

    pada pengelola dana dan tidak mengurangi investasi mudharabah.

    (PSAK 105 paragraf 23)

    l. Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui

    sebagai piutang. (PSAK 105 paragraf 24)

    3. Akuntansi Untuk Pengelola Dana

    a. Dana yang diterima oleh pemilik dana dalam akad mudharabah diakui

    sebagai dana syrikah temporer sebesar jumlah kas atau nisbah nilai

    wajar aset non-kas yang diterima. Pada saat akhir periode akuntansi

    dana syirkah temporer diukur sebesar nilai tercatatnya. (PSAK 105

    paragraf 25)55

    1) Jika pengelola dana menyalurkan dana syirkah temporer yang

    diterima maka pengelola dana mengakui sebagai aset sesuai dengn

    ketentuan pada paragraf 12-13. (PSAK105 paragraf 26)

    b. Pengelola dana mengakui pendapatan atas pengaluran dana syirkah

    temporer secara bruto sebelum dikurangi dengan bagian hak pemilik

    dana.(PSAK105 paragraf 27

    c. Bagi hasil mudharabah dapat dilakukan dengan menggunakan dua

    prinsip yaitu laba atau bagi hasil seperti yang dijelaskan pada paragraf

    11(PSAK105 paragraf 28)

    55

    Ikatan Aukntansi Indonesia, Standar Akuntansi Keungan, (Jakarta:Salemba Empat,2009), h.105.2-105.6.

  • 45

    d. Hak pihak ke tiga atas bagi hasil dan syirkah temporer yang sudah

    diperhitungkan tetapi belum dibagiakan kepada pemilik dana diakui

    sebagai kewajiban sebesar bagi hasil yang menjadi porsi hak pemilik

    dana.(PSAK 105 paragraf 29)

    e. Kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan atau kelalaian pengelola

    dana diakui sebagai beban pengelola dana.(PSAK paragraf 30)

    Ilustrasi Jurnal56

    1. Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang

    dibayarkan.

    Jurnal pada saat penyerahan kas: (PSAK 105 paragraf 13)

    Transaksi Debit Kredit

    Investasi Mudharabah xxx

    Kas xxx

    2. Investasi mudharabah dalam bentuk asset non kas diukur sebesar nilai

    wajar aset non kas pada saat penyerahan kemungkinanya ada 2:

    Jika nilai wajar lebih tingggi dari pada nilai tercatatnya, maka selisih

    diakui sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka

    waktu akad mudharabah.

    Jurnal pada saat penyerahan asset non kas:

    Transaksi Debit Kredit

    Investasi mudharabah xxx

    Keuntungan tangguhan xxx

    Asset nonkas xxx

    Jurnal amortisasi keuntungan tangguhan:

    56

    Slamet Wiyono, Memahami Akuntansi syariah di Indonesia, (Jakarta: Mitra Wacana

    Media,2013), h.186.

  • 46

    Transaksi Debit Kredit

    Keuntungan tangguhan xxx

    Keuntungan xxx

    Jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya, maka selisih

    diakui sebagai kerugian dan diakui pada saat penyerahan asset nonkas.

    Jurnal:

    Transaksi Debit Kredit

    Investasi mudharabah xxx

    Kerugian penurunan nilai xxx

    Asset nonkas xxx

    3. Penurunan nilai jika investasi mudharabah dalam bentuk asset non

    kas.(PSAK 105 paragraf 14)

    a. Penurunan nilai sebelum usaha dimulai

    Jika nilai investasi turun sebelum usaha dimulai disebabkan

    rusak, hilang atau faktor lain dan bukan karena kelalaian atau

    kesalahan pihak pengelola dana, maka penurunan nilai tersebut

    diakui sebagai kerugian dan mengurangi saldo investasi

    mudharabah.

    Jurnal:

    Transaksi Debit Kredit

    Kerugian investasi mudharabah xxx

    Investasi mudharabah xxx

    b. Penurunan nilai usaha setelah usaha dimulai (PSAK 105 Paragraf

    15)

    Jika sebagian investasi mudharabah hilang setelah

    dimulainya usaha tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pengelola

  • 47

    dana, maka kerugian tersebut tidak langsung mengurangi jumlah

    investasi mudharabah namun diperhitungkan pada saat bagi hasil.

    Jurnal:

    Transaksi Debit Kredit

    Kerugian investasi mudharabah xxx

    Penyisian investasi mudharabah xxx

    Kas xxx

    Penyisiahan investasi xxx

    Pendapatan bagi hasil mudharabah xxx

    4. Kerugian

    Kerugian yang terjadi dalam satu periode dalam akad

    mudharabah berakhir.

    Pencatatan kerugian yang terjadi dalam satu periode sebelum

    akad mudharabah berkahir diakui sebagai kerugian dan bentuk

    kerugian investasi.

    Jurnal:

    Transaksi Debit Kredit

    Kerugian investasi mudharabah xxx

    Penyisihan kerugian investasi xxx

    5. Hasil Usaha

    Bagian hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana

    diakui sebagai piutang.

    Jurnal:

    Transaksi Debit Kredit

    Piutang pendapatan bagi hasil xxx

    Pendapatan bagi hasil mudharabah xxx

    Pada saat pengelola dana membayar bagi hasil.

  • 48

    Jurnal:

    Transaksi Debit Kredit

    Kas xxx

    6. Akad Mudharabah Berakhir

    Selisih saat akad mudharabah berkahir, selisih antara investasi

    mudharabah setelah dikurangi penyisihan kerugian investasi, dan

    pengambilan investasi mudharabah, diakui sebagai keuntungan atau

    kerugian.( PSAK105 paragraf 19)

    Jurnal :

    Transaksi Debit Kredit

    Kas/piutang/asset nonkas xxx

    Penyisihan kerugian investasi xxx

    Investasi mudharabah xxx

    Keuntungan investasi mudharabah xxx

    7. Dana yang diterima dari pemilik dana dalam akad diakui sebagai dana

    syirkah temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar asset nonkas yang

    diterima. (PSAK 105 paragraf 25)

    Pengukuran dana syirkah temporer, dana syirkah temporer

    diukur sebesar jumlah kas atau nilai wajar asset nonkas yang diterima.

    Jurnal:

    Transaksi Debit Kredit

    Kas/asset nonkas x xx

    Dana syirkah temporer xxx

    8. Penyaluran kembali dana syirkah temporer

    Jika pengelola dana menyalurkan dana syirkah temporer yang

    diterima maka pengelola dana mengakui sebagai asset (investasi

  • 49

    mudharabah). Sama seperti akuntansi untuk pemilik dana. Dan ia akan

    mengakui pendapatan secara bruto sebelum dikurangi dengan bagian

    hah pemilkik dana. (PSAK 105 paragraf 26,27)

    Jurnal pencatatan ketika menerima pendapatan bagi hasil dari

    penyaluran kembali dana syirkah temporer:

    Transaksi Debit Kredit

    Kas/piutang xxx

    Pendapatan yang belum dibagikan xxx

    Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer yang

    sudah diperhitungkan tetapi belum dibagikan kepada pemilik dana

    diakui sebagai bagi hasil yang menjadi porsi hak pemilik dana.(PSAK

    105 paragraf 29)

    Jurnal:

    Transaksi Debit Kredit

    Beban bagi hasil mudharabah xxx

    Kas xxx

    9. Kerugian diakibatkan oleh kesalahan atau kelalaian pengelolah dana

    diakui sebagai beban pengelola dana.(PSAK 105 paragraf 30)

    Jurnal:

    Transaksi Debit Kredit

    Beban xxx

    Utang lain-lain/kas xxx

  • 50

    BAB III

    BANK MUAMALAT INDONESIA

    A. Bank Muamalat Indonesia

    1. Sejarah Berdiri

    Perkembangan Lembaga Perbankan Syariah di Indonesia diawali

    dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1991. Bank

    Muamalat Indonesia berdiri atas prakarsa Majelis Ulama Indonesia dan

    Pemerintah Indonesia. Bank Muamalat Indonesia memulai kegiatan

    operasinya pada bulan Mei 1992 dengan dukungan nyata dari Ikatan

    Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha muslim.

    Pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan dari masyarakat,

    terbukti dari komitmen pembelian saham perseroan senilai Rp. 84 miliar

    pada saat penandatanganan akta pendirian perseroan. Selanjutnya pada

    acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, di peroleh

    tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam

    modal senilai Rp. 160 Miliar.

    Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan,

    Bank Muamalat l menyandang predikat sebagai Bank Devisa.57

    Pengakuan

    ini memperkokoh posisi perseroan sebagai Bank Syariah pertama

    terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus

    57

    Bank devisa adalah bank yang memperoleh surat penunjukan dari Bank Indonesia

    untuk dapat melakukan kegiatan usaha perbankan dalam valuta asing .

    Di kutip dari buku Edward K. Gilli 1995. Bank Umum. Bumi Aksara,( Jakarta:Bumi

    Aksara, 1995),h. 23.

    50

    http://id.wikipedia.org/wiki/Bankhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bank_Indonesia

  • 51

    dikembangkan. Pada akhir tahun 90-an Indonesia di landa krisis moneter

    yang memporak-porandakan sebagian besar perekonomian Asia

    Tenggara. Sektor Perbankan Nasional terkena dampak oleh kredit macet

    di segmen korporasi. Bank Muamalat pun terkena imbas dampak krisis. Di

    tahun 1998, rasio pembiayaan macet ( NPF)58

    mencapai lebih dari 60%.

    Perseroan mencatat rugi sebesar Rp. 39,3 Miliar, kurang dari sepertiga

    modal setor awal.59

    Dalam upaya memperkuat permodalan. Bank Muamalat mencari

    pemodal yang potensial dan ditanggapi secara positif oleh Islamic

    Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah Arab Saudi. Pada

    RUPS tanggal 21 Juni 1999, IDB secara resmi menjadi salah satu

    pemegang saham Bank Muamalat.

    Melalui masa-masa sulit ini, Bank Muamalat Indonesia berhasil

    bangkit dari keterpurukan. Diawali dari perekrutan kepengurusan baru di

    mana seluruh anggota Direksi diangkat dari dalam tubuh Bank Muamalat,

    Bank Muamalat kemudian menggelar rencana kerja lima tahun dengan

    penekanan pada

    a. Tidak mengandalkan setoran modal tambahan tambahan dari para

    pemegang saham,

    58

    Non Performing loan (NPL) atau Non Performing Financing (NPF)adalah kredit

    bermasalah yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi kurang lancar, diragukan dan macet. Termin

    NPL diperuntukkan bagi bank umum, sedangkan NPF untuk bank syariah..

    Luh Gede Meydinawathi, Jurnal Analisis Perilaku Penawaran Kredit Perbankan

    Kepada Sektor UMKM di Indonesia 2002-2006, Jurnal Buletin Studi Ekonomi Vol 12 No 2 tahun

    2007 59

    www. Bank Muamalat.co.id diakses pada jam 13.00, tanggal 10 Maret 2015

    http://ekonomi.kabo.biz/2011/11/non-performing-financing-npf.html

  • 52

    b. Tidak melakukan PHK satupun terhadap sumber daya insani yang ada,

    dan dalam pemangkasan biaya tidak memotong hak kru Muamalat

    sedikit pun.

    c. Pemulihan kepercayaan dan rasa percaya diri kru Muamalat menjadi

    prioritas utama di tahun pertama kepengurusan Direksi baru,

    d. Peletakan landasan usaha baru dengan menegakan disiplin kerja

    Muamalat menjadi agenda utama ditahun