analisis penerapan idiom kitsch

11
IDIOM KITSCH PADA POTATO HEAD TEORI ARSITEKTUR 2 Rud Yoneko Tunggadewi I0211050

Upload: astya-jks

Post on 08-Feb-2016

478 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

IDIOM KITSCH PADA POTATO HEAD

TEORI ARSITEKTUR 2

Rud Yoneko Tunggadewi I0211050

ANALISIS PENERAPAN IDIOM KITSCHPADA BANGUNAN POTATO HEAD BALI

Idiom estetik seni postmodern (tidak serta-merta kontemporer) sekiranya

pernah dirumuskan oleh Fredric Jameson, beliau memabagi kecenderungan seni ini ke

dalam beberapa idiom estetik, yakni Pastiche, Parody, Kitsch, Camp dan Schizophrenic.

Idiom kitsch berasal dari bahasa jerman, yakni verkitschen yang berarti ‘memungut

sampah di jalanan’ secara harafiah. Praktik seni ini adalah pencairan batas antara seni

tinggi dan rendah, maraknya budaya massa yang didisplay dalam sebuah rumah seni

baik galleri maupun museum dan ‘legalisasi readymades’ sekan menjembatanai

maraknya perayaan seni kitsch, selain itu, idiom kitsch dapat dijumpai pada

implementasi ikon-ikon seni tinggi pada dalam keseharian, seni kehilangan nilai sakral

dan esksklusifitasnya.

Karya-karya idiom kitsch terkesan menganggap umum objek langka dan

sekaligus mempopulerkan nilai-nilai kebudayaan dari objek tersebut. Idiom estetik ini

memberi tempat bagi berbagai bentuk reproduksi (reproduction) dan ‘daur ulang’

(recycling) melalui rekontekstualisasi dan reinterpretasi. Karya-karyanya terkesan

mengarah pada perayaan prinsip peniruan, mimesis, copy, simulasi, ikonisasi, yang

ditolak oleh wacana estetik modernisme.

Salah satu contoh bangunan yang menggunakan idiom kitsch adalah Potato

Head di Bali. Potato Head merupakan sebuah restoran dengan konsep beach club.

Awalnya, Potato Head dirancang menggunakan railing bekas supaya bangunan ini

menjadi unik dan berbeda. Namun Andra Matin sebagai arsitek masih juga merasa

belum pas, ide pun terus digali sampai menemukan jendela krepyak bekas yang unik

sebagai pilihan material pada fasadnya.

Konsep bangunan Potato Head terinspirasi bangunan Koloseum di Roma. Sekitar

6000 jendela krepyak bekas dikumpulkan selama 7 bulan masa pembangunan. Jendela-

jendela bekas ini disusun acak, tidak simetris, seolah berantakan, tak sama panjang

pendek, serta motif warnanya. Namun, penataan tak simetris ini yang tampak menarik.

Lebihnya lagi, susunan jendela ini tampak eksotis karena warnanya sengaja dibiarkan

pudar.

Gambar 1. Sekitar 6000 krepyak bekas dengan berbagai warna dan ukuran dikumpulkan.Sumber:http://www.travelfish.org/blogs/indonesia/2012/02/13/potato-head-bali/

Gambar 2. Ide bentuknya adalah menyerupai bentuk Collosseum di Roma.Sumber:http://i.telegraph.co.uk/multimedia/archive/02412/Colosseum_2412363b.jpg

Ciri-ciri idiom kitsch yang dapat ditemui pada bangunan potato head antara lain:

1. Sampah artistik.

Bangunan Potato Head sekilas tampak seperti tumpukan jendela bekas

(sampah) dengan berbagai macam warna dan ukuran. Namun susunan yang acak,

tidak simetris dan seolah berantakan ini justru memberikan nilai estetis tersendiri.

Ditambah dengan warna-warni jendela yang walaupun pudar namun justru menarik.

Gambar 3. Sekilas tampak seperti tumpukan (sampah) jendela bekas saja.Sumber:http://sumabeachlifestyle.com/wp-content/uploads/2011/09/potato-head-beach-club-2.jpg

Gambar 4. Susunan jendela yang tidak simetris, acak dan terkesan berantakan dengan komposisi warna-warni jendela sudah memudar.Sumber:http://img.fotocommunity.com/images/architektonische-Details/Kunst-am-Bau/Potato-Head-Bali-a26373298.jpg

2. Tergantung objek lain.

Koloseum adalah kiblat dari lahirnya bentuk bangunan Potato Head, Bali.

Ketergantungan Potato Head pada bentuk Koloseum membuat bangunan ini seperti

tidak memiliki inovasi pada bentuknya. Usaha pemakaian jendela krepyak bekas

sebagai fasade justru menambah ketergantungan bangunan Potato Head pada

obyek lain. Bentuk fasade bangunan Potato Head menjadi tidak bergantung pada

perancang, tetapi justru tergantung pada ukuran, bentuk dan ketersediaan jendela

bekas.

Gambar 5. Bagian tepi atas potato head yang tidak berpola, tergantung pada bentuk dan ukuran jendela.

Sumber:http://thedevelopmentadvisor.com/tda/wp-content/uploads/2013/03/Seminyak-Property-Potato-Head-Club.jpg

3. Mempopulerkan objek-objek langka, unik, precious.

Precious, berharga, itulah yang bisa kita katakana untuk sebuah Koloseum.

Sempat menjadi 7 keajaiban dunia, tak banyak orang awam mengenal peninggalan

sejarah di bangsa Romawi di kota Roma ini. Potato Head seakan ikut meramaikan

publikasi untuk mempopulerkan Koloseum sebagai salah satu warisa arsitektur

dunia yang berharga.

Selain Koloseum, Potato Head juga secara tidak langsung mengenalkan keunikan

jendela krepyak pada khalayak. Istilah krepyak tentu hanya ada di Indonesia.

Krepyak sebagai daun jendela berfungsi untuk menghalau sinar matahari yang

masuk agar ruang tidak menjadi silau, namun tetap memobilisasi angin masuk ke

dalam bangunan. Fungsi krepyak yang semacam itu mirip dengan fungsi secondary

skin bangunan atau sun-shading pada masa sekarang. Pada Koloseum Indonesia ini,

banyaknya krepyak dengan berbagai bentuk, warna dan ukuran yang berhasil

dikumpulkan membuat sun-shading Indonesia ini menjadi ikut popular.

Gambar 6. Potato Head secara tidak langsung mempopulerkan krepyak khas Indonesia melalui publikasi restorannya.

Sumber:http://4.bp.blogspot.com/-tfaKyTYF308/UDNPwQ_5h5I/AAAAAAAAFAw/aXw4RxZREXQ/s640/Bali+2012-

003.jpg

Gambar 7. Keunikan fasade krepyak pada Potato Head mengundang banyak orang untuk mengabadikannya, secara tidak langsung gambar-gambar berlatar krepyak pada Potato Head mempopulerkan krepyak khas IndonesiaSumber:http://theweddingnotebook.com/wp-content/uploads/2013/02/12-047-one_eye_click-1-ya1127.jpg

4. Seni palsu dan Selera Rendah

Murahan dan tanpa selera, mungkin komentar itulah yang akan muncul dari

penggunaan jendela krepyak. Berbeda dengan jendela khas gothic yang

menonjolkan kerumitan bentuk lengkung dan kemewahan kaca patri, krepyak

tampak sederhana dengan bentuknya yang persegi dan bahannya yang berupa kayu.

Apalagi krepyak yang digunakan pada Potato Head adalah krepyak bekas. Tentu

kayu dan warna cat kayu-nya sudah tidak bagus lagi. Karena itulah Potato Head

dengan krepyaknya dianggap berselera rendah dan seperti sebuah seni palsu.

5. Miskin : orisinalitas, keotentikan dan kreativitas.

Mengadopsi bentuk Koloseum dan penggunaan jendela krepyak yang monoton

sebagai keseluruhan fasade bangunan, merupakan ciri miskinnya orisinalitas,

keontetikan dan kreativitas pada bangunan Potato Head. Walau Andra Matin

sebagai Arsitek mengatakan tidak mau terlalu berkiblat pada bentuk Koloseum,

namun tetap saja sepintas bangunan Potato Head mengingatkan pada Koloseum,

Roma. Gubahan bentuknya jelas tidak orisinil karena mengadopsi bentuk Koloseum.

Jendela Krepyak yang digunakan diseluruh fasade bangunan menciptakan kesan

monoton dan tidak kreatif dalam padu padan material. Walaupun bagian dalam

bangunan sangat modern dan kreatif, tapi fasade dan bentuk bangunan dari

eksteriornya terkesan miskin kreativitas dan orisinalitas.

Gambar 8. Interior dan eksterior Potato Head, Bali.Sumber:http://4.bp.blogspot.com/-yuRdayJP0Is/TVQFO-4SWMI/AAAAAAAAASc/lQWLE2VoacM/

s1600/potatohead.jpg

6. Bergantung pada eksternal (objek, konsep, gaya seni tinggi).

Bangunan Potato Head di Bali memiliki perbedaan konsep interior dan eksterior

yang sangat kuat. Eksterior bangunan terinterpretasi “bekas” oleh pengamat,

dengan gubahan bentuk mengadopsi Koloseum dan material berupa krepyak bekas.

Sedangkan interior bangunan menampilkan modernitas dan kesan glamour. Namun

konsep bangunan bukanlah glamour atau modern, justru unik dan kental akan

makna “recycle” atau “bekas seperti pada eksterior bangunan. Konsep bangunan

diterapkan pada ekterior dengan perpaduan seni kuno yang berkelas (Koloseum)

dan seni lama yang merakyat (jendela krepyak).

Konsep eksterior sedikit banyak memengaruhi pada interior, walaupun interior

didesain modern. Krepyak sebagai plafon atau dinding krepyak masih dapat ditemui

pada bagian dalam bangunan. Jadi konsep interior bangunan tetap bergantung pada

eksteriornya, walaupun memiliki konsep sendiri yang bertolak belakang.

Gambar 9. Konsep eksterior yang kuat yang mengalahkan konsep interior.Sumber:google.com

7. Dasar : semangat reproduksi, ddaptasi medium, hasil efek segera.

Keunikan Potato Head lahir dari semangat client dan arsiteknya, Andra Matin,

untuk menciptakan sebuah bangunan bernilai seni yang unik dan menarik. Semangat

ini kemudian mencetuskan konsep Potato Head yang mengadaptasi gubahan bentuk

Koloseum. Dari railing ke krepyak, target pembangunan yang cepat membuat

krepyak menjadi alternatif yang inovatif sebagai bahan fasade bangunan. Penysunan

yang acak membuat pengerjaan lebih cepat, kurang lebih hanya 7 bulan total waktu

pembangunan, sudah termasuk waktu pencarian 6000 buah krepyak bekas.

8. Miskin nilai : kebaruan, inovasi, kreativitas, kuat nilai ekonomis

Baru tapi lama. Penggunaan krepyak sebagai bahan penutup fasade merupakan

inovasi baru yang kreatif dalam pemanfaatan material bekas. Dengan tidak dicat

ulangnya krepyak selain memberi nilai estetis yang tinggi, juga menguatkan nilai

ekonomis bangunan. Maka tak heran, bangunan dengan material bekas seperti

krepyak dikatakan seni murahan, bahkan sering disebut sampah artistik, sampah

yang memiliki nilai art.

9. Hiperealitas estetis (menanggalkan makna)

Koloseum merupakan bangunan sejarah di Roma yang pada jaman dahulu

digunakan sebagai arena olahraga gladiator oleh bangsa Romawi. Menanggalkan

makna Koloseum, arsitek mengadopsi bentuk Koloseum untuk diterapkan pada

bangunan Potato Head yang berfungsi sebagai restoran. Area disepanjang sisi

dinding pada Potato Head digunakan sebagai area makan, sementara pada tengah

bangunan digunakan sebagai area pesta atau pertunjukan.

Konsep Koloseum pada sisi dalam bangunan, area samping digunakan untuk area makan, sementara area tengah untuk perta, berjemur maupun area makan yang terbuka.Sumber:google.com