analisis penerapan green marketing mix pada cv....
TRANSCRIPT
ANALISIS PENERAPAN GREEN MARKETING MIX PADA CV. MADU APIARI MUTIARA KECAMATAN CIMANGGIS
DEPOK
Cakrawati Sudjoko 11140920000019
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019 M/ 1441 H
ANALISIS PENERAPAN GREEN MARKETING MIX PADA CV. MADU APIARI MUTIARA KECAMATAN CIMANGGIS
DEPOK
Cakrawati Sudjoko NIM: 11140920000019
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pertanian pada Program Studi Agribisnis
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019 M/ 1441 H
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Cakrawati Sudjoko
Tempat, Tgl Lahir : Jakarta, 01 Juni 1997
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Belum Nikah
Alamat Sekarang : Jl. Semanggi II No.44 Kel. Cempaka Putih Kec.
Ciputat Timur, Kab. Tangerang
Telephone : 087786354748
Email : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
FORMAL : 2002 – 2008 SDN 07 PAGI, Ujung Menteng, Cakung,
Jakarta Timur.
2008 – 2011 SMPN 256, Balai Rakyat, Cakung, Jakarta Timur.
2011 – 2014 SMAN 102, Kayu Tinggi, Cakung, Jakarta Timur
2014 – 2018 UNIVERSITAS ISLAM NEGRI, Jl. Ir. H. Djuanda No. 95, Ciputat, Kab. Tangerang
NON FORMAL :
2009 Kursus Bahasa Inggris, Kayu Tinggi, Jakarta Timur
2013 Kursus Pendalaman Seleksi Paskibraka, Kota Jakarta Timur
2014 Pendidikan Dasar Kemiliteran,
Di Div Kostrad, Cilodong, Depok 2014 Orientasi Kemenwaan,
Lapangan Terbang, Pondok Cabe, Tangsel
2014 Pelatihan Gabungan Search and Rescue, Pulau Situ Gintung, Tangsel
2015 Pembaretan Menwa, Pelabuhan Ratu, Sukabumi.
2015 Kursus Kepemimpinan Puteri Balai Pelatihan Kemenag, Tangsel.
2016 Kursus Dinas Staf Kemiliteran PUSDIKKUM, Lembang, Bandung.
2017 Pendidikan Survival Atang Sandjaya TNI AU, Bogor.
2018 Kursus Kader Pemimpin Nasional Sekolah Staf Komando AL (SESKOAL).
PENGALAMAN ORGANISASI
2012 – 2014 Purna Paskibra Indonesia
2013 – 2015 Pengurus KATARPI (Karang Taruna Kel
Ujung Menteng)
2014 – 2015 Anggota Resimen Mahasiswa,
Anggota HMJ Agribisnis
Anggota HML (Himpunan Mahasiswa Lampung)
2015 – 2016 Wakil Kepala Provost Resimen Mahasiswa
2015 – 2016 Kepala Staf Teritorial Resimen Mahasiswa
2016 – 2018 Kepala Urusan dan Bendahara Umum
Resimen Mahasiswa Wira Dharma
2018 Staf FIQ (Forum Insan Quran)
2019 Staf IQR (Read For Humanity)
PENGALAMAN KEPELATIHAN
2013 Pelatihan ESQ Bagi Pemuda, tanggal 18-22 Maret 2013
2015 Pelatihan Pembinaan Teritorial Nasional tanggal 15-16 Oktober 2015
2015 TOP (Training Organization Platform), tanggal 3-5 April 2015
2015 International Student Leadership Camp, tanggal
24-25 November 2015 2016 Bekaraf For Next Generation, tanggal 24-26
November 2016 2016 Pendampingan dan Pemberdayaan Pemuda
Relawan Tanggap Bencana Provinsi DKI Jakarta, tanggal 28 – 30 November 2016
2017 Pelatihan Revolusi Mental Bagi Pemuda,
tanggal 27 – 30 Desember 2017 2018 International Student Leadership Camp. tanggal
21-23 Juli 2018
PENGALAMAN KERJA
2015 Relawan Tanggap Bencana di BNPB
(Badan Nasional Penanggulangan Bencana)
2016 Sales Marketing di PT. Nutri Food
2017 Sales Marketing di PT. Premium 2017 Life Skill Entreprenure Job Training And Link
Production di CV Madu Apiari Mutiara 2018 Fasilitator Provinsi DKI Jakarta dari Direktorat
SMA Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2019 Fasilitator Nasional dari Direktorat SMA
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
v
Abstrak
Cakrawati Sudjoko, Analisis Penerapan Green Marketing Mix Pada CV. Madu Apiari Mutiara Kecamatan Cimanggis Depok Di bawah Bimbingan Nunuk Adiarni dan Iwan Aminudin Isu mengenai lingkungan pada saat ini sudah menjadi perhatian banyak kalangan, tidak hanya pemerintah tetapi juga para pemilik perusahaan. Para pebisnis yang pro-lingkungan memiliki komitmen tinggi untuk mengimplementasikan Green Marketing. Salah satu jenis produk berwawasan lingkungan adalah produk madu. Menurut SNI-6729-2016, lebah tergolong hewan ternak organik dan madu merupakan bahan pangan organik. Bahan organik termasuk produk yang tergolong aman, higienis, baik untuk masyarakat, menyehatkan, dan tidak mengandung bahan berbahaya dari kontaminasi kimiawi, biologis dan fisika. Green Marketing Mix sebagimana marketing pada umumnya yang membicarakan tentang 4P yaitu product, price, place, promotion. Analisis mengenai kesesuaian dan konsistensi terhadap pembuatan produk yang berwawasan lingkungan dilakukan peneliti dengan memperhatikan kebijakan, SOP, dan SNI pada perusahaan dengan penerapan empat elemen Green Marketing Mix yaitu green product, green price, green place, dan green promotion di CV.Madu Apiari Mutiara. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis gap untuk mengetahui kesenjangan atau ketidaksesuaian antara proses pelaksanaan Green Marketing Mix dengan standar Green Marketing yang telah ditetapkan perusahaan. Kesesuaian penerapan Green Marketing Mix ditunjukkan pada elemen Green Product memperoleh persentase sebesar 79,4%, elemen Green Price sebesar 86,6%, elemen Green Place memperoleh 73,3%, dan perolehan pada Green Promotion memperoleh 68,8%. Hasil rekapitulasi persentase dengan nilai 76,97% menunjukkan penerapan elemen-elemen Green Marketing Mix memperoleh persentase 61%-80% yang berarti Perusahaan sudah memiliki SOP green marketing dan dilaksanakan sesuai SOP. Selain itu proses pelaksanaan tindakan berbasis green marketing masih banyak yang dilakukan tanpa adanya pencatatan dan dokumentasi. Kata Kunci : Madu, Green Marketing Mix, Green Product, Green Price, Green
Place, Green Promotion.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam yang
menguasai dunia langit dan seisinya, Tuhan yang selalu mempermudah jalan,
urusan, masalah hambanya, Aku bersaksi tiada Tuhan yang berhak disembah dan
aku bersaksi nabi Muhammad adalah utusan Allah. Tuhan yang tak henti-hentinya
yang mengkaruniakan hidayah dan rahmat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik.
Al-Quran nulkarim adalah sebagai petunjuk bagi manusia dimuka bumi
dan penuntun baik Ibadah dan sistem kehidupan, Rasullullah utusan Allah yang
menjadi suri tauladan bagi ummatnya, orang-orang yang beruntung adalah orang
yang mampu taat kepada Allah dan Rasulullah.
Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berperan serta membantu dalam proses
pembuatan dan penyelesaian skripsi berjudul “Analisis Penerapan Green
Marketing Mix Pada CV. Madu Apiari Mutiara Kecamatan Cimanggis,
Depok”, terutama kepada:
1. Orangtua tercinta Bapak Toto Sudjoko, S.H, M.H dan ibu Sophia yang
selalu memberi dukungan baik berupa materi, doa dan waktu untuk selalu
ada dan mengorbankan seluruhnya untuk saya.
2. Dr. Ir. Siti Rochaeni, M.Si dan Rizki Adi Puspita Sari, SP, MM. Selaku
Ketua dan Sekretaris Program Studi Agribisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dr. Nunuk Adiarni, M.M dan Bapak Dr. Iwan Aminudin, M.Si yang
selama ini membimbing, mendidik, dan mengayomi saya terkait skripsi.
4. Pengurus Perpustakaan Utama (PU) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah menyediakan buku-buku yang diperlukan untuk sumber literatur dan
telah meng-upload soft copy skripsi ke website Repository UIN Jakarta.
Serta pengurus Perpustakaan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan buku-buku sebagai
penunjang untuk tinjauan pustaka.
5. Keluarga Besar Resimen Mahasiswa Wira Dharma UIN Jakarta yang
selalu mendukung, membantu dan memberikan motivasi agar cepat
terselesaikannya skripsi ini, serta seluruh rekan-rekan seperjuangan, senior
dan junior Resimen Mahasiswa Indonesia yang selalu mengingatkan dan
menyemangati pembuatan skripsi ini.
6. Seluruh teman Agribisnis angkatan 2014 yang senantiasa selalu bersama,
banyak membantu, dan berjuang bersama dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna,
banyak terdapat kekurangan. Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih dan
semoga dapat berguna bagi penulis, pihak objek penelitian dan pembaca.
Jakarta, September 2019
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
DARTAR ISI .................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ............................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ v
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 9
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 9
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 10
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Agribisnis ........................................................................................... 11
2.2 Sistem Agribisnis ............................................................................... 12
2.3 Agribisnis Madu ................................................................................ 14
2.4 Pemasaran ......................................................................................... 17
2.4.1 Definisi Pemasaran................................................................... 17
2.4.2 Pemasaran Agribisnis ............................................................... 18
2.5 Marketing Mix .................................................................................... 19
2.6 Green Marketing ................................................................................ 24
2.7 Green Marketing Mix ......................................................................... 26
2.7.1 Green Product .......................................................................... 27
2.7.2 Green Price .............................................................................. 36
2.7.3 Green Place.............................................................................. 38
2.7.4 Green Promotion ...................................................................... 41
2.8 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 46
2.9 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 51
3.2 Metode Penelitian............................................................................... 51
3.3 Informan ............................................................................................. 52
3.4 Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 52
3.5 Metode Pengumpulan Data ............................................................... 54
3.5.1 Studi Lapangan ......................................................................... 54 3.5.2 Studi Kepustakaan ................................................................... 55
3.6 Teknik Analisis Data ......................................................................... 56
3.6.1 Model Pendekatan Miles dan Huberman ................................. 57 3.6.2 Uji Keabsahan Data ................................................................. 58
3.7 GAP Analysis ..................................................................................... 59
3.8 Instrumen Penelitian .......................................................................... 61
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1 Sejarah Perkembangan Perusahaan .................................................... 63
4.2 Visi dan Misi ...................................................................................... 64
4.3 Kebijakan Perusahaan ........................................................................ 65
4.4 Struktur Organisasi ............................................................................ 66
4.5 Profil Perusahaan .............................................................................. 68
4.6 Lokasi Perusahaan.............................................................................. 70
4.7 Jenis Produk ...................................................................................... 71
4.8 Fasilitas Operasional Perusahaan ....................................................... 73
4.9 Proses Produksi Madu ........................................................................ 75
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Penerapan Green Marketing Mix Pada CV.Madu Apiari Mutiara ..... 78
5.1.1 Penerapan Green Product ......................................................... 80 5.1.2 Penerapan Green Price ............................................................ 83 5.1.3 Penerapan Green Place ........................................................... 85 5.1.4 Penerapan Green Promotion ................................................... 86
5.2 Analisis Rekapitulasi Kesesuaian Penerapan Green Marketing Mix . 87
5.2.1 Analisis Kesesuaian Green Product ......................................... 89 5.2.2 Analisis Kesesuaian Green Price ............................................ 104 5.2.3 Analisis Kesesuaian Green Place ............................................ 105 5.2.4 Analisis Kesesuaian Green Promotion .................................... 109
5.3 Temuan GAP dan Rekomendasi........................................................ 112
5.3.1 Klasifikasi Hasil Temuan Ketidaksesuaian (GAP) ................... 112 5.3.2 Rekomendasi Tindakan Pengembangan .................................. 114
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ........................................................................................ 118
6.2 Saran................................................................................................... 119
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 121
LAMPIRAN ...................................................................................................... 125
i
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Standar Mutu Madu (SNI 3545:2013) ........................................................ 16
2. Persentase Penilaian Penelitian Green Marketing Mix ............................... 60
3. Range Persentase Penilaian ......................................................................... 60
4. Jenis Produk….............................................................................................. 71
5. Fasilitas Operasional Produksi…................................................................ 73
6. Alat Operasional Produk ................................................................... .......... 74
7. Proses Produksi Madu................................................................................. 75
8. Daftar Harga Madu Kualitas SNI................................................................... 84
9. Daftar Harga Madu Kualitas International …................................................ 84
10. Rekapitulasi Hasil Checklist Pertanyaan .................................................... 87
11. Range Penilaian Persentase dari Scoring Checklist .................................... 88
12. Hasil Scoring Checklist Green Product ...................................................... 89
13. Bahan Baku dan Bahan Pengemas.............................................................. 101
14. Standarisasi Produksi Madu........................................................................ 102
15. Hasil Scoring Checklist Green Price .......................................................... 104
16. Hasil Scoring Checklist Green Place .......................................................... 106
17. Hasil Scoring Checklist Green Promotion .................................................. 109
18. Gap (Temuan ketidaksesuaian dan Rekomendasi tindakan) ...................... 115
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Perbandingan Produksi dan Impor madu di Indonesia.............................. 4
2. Peningkatan Nilai Konsumsi Produk Pangan Organik Tahun 2008-2013. 5
3. Sistem Agribisnis dan Lembaga Penunjangnya.................................. ..... 13
4. Komponen Empat P dari Bauran Pemasaran ............................................ 21
5. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian ............................................ 49
6. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian ............................................ 50
7. Struktur Organisasi................................................................................... 66
8. Contoh Sertifikasi Pelatihan Keamanan Pangan dan Karyawan ............. 69
9. Sertifikasi Halal LPP-POM dan MUI Jawa Barat .................................... 79
10. Hasil Uji Lab Produk ............................................................................... 80
11. Diagram Alur Pembotolan Madu Kualitas SNI dan International............ 82
12. Hasil Uji Lab Kebersihan dan Mutu Air................................................... 93
13. Tempat Penjualan Madu ........................................................................... 108
v
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ..................................................................... 125
2. Daftar Pertanyaan Wawancara Penelitian ................................................... 129
3. Daftar Kegiatan Observasi Penelitian ......................................................... 132
4. Aktivitas Observasi Penelitian ................................................................... 134
5. Daftar Studi Dokumentasi Penelitian .......................................................... 136
6. Hasil Wawancara Penelitian ....................................................................... 139
7. Hasil Kegiatan Observasi Penelitian ........................................................... 150
8. Hasil Aktivitas Observasi Penelitian .......................................................... 154
9. Hasil Studi Dokumentasi Penelitian ........................................................... 157
10. Operasionalisasi GMP Perusahaan ............................................................. 162
11. Keputusan Direktur Perusahaan .................................................................. 165
12. Prosedur Pengolahan Madu ........................................................................ 167
13. Prosedur Higienis dan Koreksi Kebiasaan Kerja ........................................ 169
14. Prosedur Cuci Tangan ................................................................................. 170
15. Prosedur Pembersihan dan Pemeliharaan Fasilitas ..................................... 171
16. SSOP Bahan Baku ...................................................................................... 173
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor pangan merupakan sektor yang sangat diperlukan bagi
keberlangsungan kehidupan masyarakat Indonesia. Ketahanan pangan merupakan
suatu sistem yang terdiri atas subsistem ketersediaan, distribusi dan konsumsi
(Wijaya dkk, 2013: 194). Berdasarkan hasil seminar internasional yang
membahas keamanan pangan dengan tema “Toward more Comprehensive
Quality Control”, pada tanggal 19 Oktober 2011 di Jakarta menjelaskan bahwa
keamanan pangan saat ini sudah pada tingkat akut bahkan kronis dan dapat
membahayakan kesehatan konsumen dunia (Sukma dalam Cahyani, 2018: 1).
Menurut (Othman 2007:1-8) diperkirakan setiap tahunnya satu dari tiga orang
di seluruh dunia menderita penyakit yang dibawa oleh makanan dan 1,8 juta
diantaranya meninggal dunia. Angka tersebut menggambarkan betapa parahnya
kondisi kesehatan konsumen dunia akibat dari makanan yang tidak sehat tetap
beredar dipasaran dan menjadi menu pilihan untuk dikonsumsi.
BPOM menerima sedikitnya 13.824 pengaduan atau 46,90% dari
seluruh pengaduan masyarakat terkait makanan yang mengandung zat berbahaya
hasil olahan industri rumah tangga (BPOM, 2016). Menyadari permasalahan
penggunaan bahan berbahaya pada makanan yang semakin memprihatinkan
termasuk di Indonesia, maka tuntutan konsumen untuk mendapatkan hak
keamanan pangan menjadi meningkat.
Salah satu cara pemerintah untuk memenuhi standar keamanan pangan
adalah menggunakan produk-produk organik yang tidak menggunakan bahan
kimia apapun. Melihat kemajuan teknologi saat ini membuat masyarakat menjadi
lebih mudah dalam mendapatkan informasi tentang manfaat produk organik dan
memudahkan masyarakat untuk mendapatkan produk organik. Munculnya
kesadaran akan bahaya kandungan zat kimia membuat masyarakat lebih selektif
dalam memilih suatu produk terlebih untuk produk yang dikonsumsinya. Akhir-
akhir ini banyak muncul berbagai produk pertanian organik di pasaran antara lain
seperti sayuran organik, buah organik, beras organik dan madu organik.
Pemerintah telah menyusun Standar Nasional Indonesia Sistem Pangan Organik
SNI 01-6729-2002 yang melakukan revisi pertama menjadi SNI 6729-2010 dan
melakukan revisi kedua menjadi SNI 6729-2016 (Cahyani, 2018:5).
Standar Nasional Indonesia atau SNI tentang sistem pangan organik
(2002) menyatakan organik adalah istilah pelabelan yang menyatakan bahwa
suatu produk telah diproduksi sesuai dengan standar sistem pangan organik dan
disertifikasi oleh Lembaga Sertifikasi Organik (LSO) yang telah diakreditasi oleh
Komite Akreditasi Nasional (KAN). Yayasan Lindungan Konsumen Indonesia
atau YLKI (2002) menyebutkan bahwa makanan organik diproduksi dengan
sedikit atau sama sekali tidak mengandung unsur-unsur kimia seperti pupuk,
pestisida, hormon dan obat-obatan. Semua proses produksi pangan organik
dilakukan secara alami dan hendaknya memenuhi pedoman persyaratan
internasional yang telah ditetapkan, Seperti tidak menggunakan bibit GMO
(Genetic Modified Organism atau produk rekayasa genetik) selama proses
2
produksi dan tidak menggunakan teknologi nirradiasi untuk mengawetkan produk.
Produksi pangan dengan metode pertanian organik diyakini dapat menghasilkan
pangan yang lebih sehat dan bergizi (Yanti dalam Khorniawati, 2014: 172). Hasil
penelitian yang dilakukan oleh (Shaharudin et al dalam Khorniawati, 2014: 172)
menyebutkan bahwa pola konsumsi terhadap makanan organik telah menjadi
populer, karena meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
menjalankan pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan tanpa zat asiktif,
bahan pengawet dan pewarna.
Menurut Kementerian Kehutanan 2013, Hutan menghasilkan 2 jenis
produk, yaitu hasil hutan Kayu dan Hasil Hutan Non-Kayu. Hasil hutan Kayu
merupakan bentuk olahan dari kayu bulat yang berasal dari pohon yang
tumbuh di kawasan hutan. Madu merupakan salah satu produk Hasil Hutan Bukan
Kayu (HHBK) yang telah lama dimanfaatkan di Indonesia. Terdapat dua cara
untuk memperoleh madu yaitu dengan cara perburuan madu (honey hunter) dan
dengan cara melakukan budidaya lebah madu (apiculture/beekeeping) (Hakim
2009: 12). Menurut data Badan Pusat Statistik, jumlah produksi madu di
Indonesia yaitu berkisar antara 52.358,74–540.227,27 Kg/tahun dalam 5 tahun
terakhir (2011-2015).
Produksi madu yang ada di Indonesia umumnya diperoleh dari tiga jenis
lebah madu yaitu Apis dorsata (lebah hutan), Apis cerana (lebah lokal) dan Apis
mellifera (lebah Eropa) (Hadisoesilo, 2001). Madu yang didapatkan dari ketiga
jenis lebah madu ini umumnya berupa madu hutan/liar sebanyak 75% dan madu
hasil budidaya sebanyak 25% dari total produksi madu nasional (Novandra dan
3
Widnyana 2013). Dari 34 Provinsi yang ada di Indonesia, hanya sebanyak 5
Provinsi yang dapat memproduksi madu yaitu Provinsi Nusa Tenggara Barat,
Jawa Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara dan Sumatera Barat
(Badan Pusat Statistik 2012-2016). Kebutuhan akan madu di Indonesia untuk
dikonsumsi secara langsung maupun digunakan sebagai bahan baku industri
kosmetik/farmasi diperkirakan mencapai 10.000 – 15.000 ton/tahun.
Gambar 1. Grafik Perbandingan Produksi dan Impor Madu di Indonesia
Sumber: Badan Pusat Statistik (2016)
Berdasarkan gambar 1 nilai impor madu Indonesia masih lebih tinggi
dibandingkan nilai produksi madu nasional. Tingginya nilai impor madu di
Indonesia menandakan bahwa permintaan madu masih belum dapat diimbangi
oleh jumlah produksi madu nasional. Hal ini menjelaskan tingkat kesadaran
konsumsi pangan organik seperti madu di Indonedia. Nilai konsumsi produk
pangan organik suatu saat dapat mengalami kenaikan atau penurunan jumlah,
dikarenakan konsumen yang semakin mengetahui manfaat dari produk pangan
organik. Pada gambar 2 di bawah ini, tabel statistika Nilai Konsumsi Produk
Pangan Organik Tahun 2008-2013.
4
Gambar 2. Peningkatan Nilai Konsumsi Pangan Organik Tahun 2008-2013 Sumber: Statistik Kementrian perdagangan (2013)
Dari gambar 2, menunjukkan konsumsi makanan organik terus meningkat
setiap tahunnya, dilihat dari hasil persentase pangan yang melebihi dari
persentase idealnya. Kebutuhan konsumsi pangan organik menjadi keutamaan
konsumen dalam membeli produk, karena kesadaran masyarakat akan produk
sehat dan tanpa bahan kimiawi. Isu lingkungan pada saat ini, sudah menjadi
perhatian banyak kalangan, tidak hanya pemerintah tetapi juga para pemilik
perusahaan, karena dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas perusahaan yang
dapat mencemari lingkungan.
Munculnya kesadaran akan permasalahan lingkungan memicu dunia
industri untuk menghadirkan konsep pemasaran yang mengedepankan isu
lingkungan atau yang lebih dikenal sebagai Green Marketing. Dewasa ini Green
Marketing telah diterima secara luas oleh para pebisnis sebagai sebuah strategi
bersaing yang layak dijalankan (Wiyadi, 2015: 168). Istilah green identik dengan
pro-lingkungan. Selanjutnya Wiyadi menyatakan, pebisnis yang pro-lingkungan
memiliki komitmen tinggi untuk mengimplementasikan Green Marketing dan
melakukan komunikasi pemasaran agar dapat menjaga kelangsungan hidup,
5
meraih pangsa pasar lebih besar, dan memajukan bisnisnya. (Menon dalam
Haryadi, 2009: 3)
Istilah Green Marketing mulai diperkenalkan pada awal 1990-an oleh
American Marketing Association (AMA) yang menyelenggarakan workshop
perdana dengan tema ecological marketing pada tahun 1975 (Syahbandi, 2012:
70). Green Marketing adalah proses pengembangan produk dan jasa, suatu merek
untuk memuaskan pelanggan, terutama tidak memiliki dampak merugikan
terhadap lingkungan. Kondisi seperti ini menuntut pemasar ber hati-hati ketika
mengambil keputusan terkait lingkungan. Perhatian terhadap isu-isu lingkungan
ini ditandai dengan penerapan standar internasional ISO-14000.
Pemasaran yang berbasis kelestarian lingkungan, merupakan
perkembangan baru dalam bidang pemasaran, dan merupakan suatu peluang
potensial dan strategis yang memiliki keuntungan ganda (multiplier effect) baik
pelaku bisnis maupun masyarakat sebagai pengguna. (Putripeni dalam
Kusumadewi 2016: 6884), produk hijau sebagai produk yang tidak akan
mencemari bumi atau produk yang memiliki keunggulan dalam mengurangi
dampak lingkungan, namun juga memiliki kelemahan karena bahan yang
digunakan serta proses teknologi yang digunakan membutuhkan biaya yang
mahal. Green marketing menggunakan empat elemen dari bauran pemasaran
(marketing mix) dalam 4P yaitu: product, price, place, dan promotion untuk
menjual produk dan jasa yang ditawarkan dengan menggunakan keunggulan
pemeliharaan lingkungan hidup yang dibentuk dari pengelolaan limbah, efisiensi
6
energi, dan penekanan pelepasan emisi beracun (Shruti dalam Kusumadewi 2016:
6884).
Salah satu jenis produk berwawasan lingkungan adalah produk madu.
Menurut SNI-6729-2016, lebah tergolong hewan ternak organik dan madu
merupakan bahan pangan organik. Bahan organik termasuk produk yang
tergolong aman, higienis, baik untuk masyarakat, menyehatkan, dan tidak
mengandung bahan berbahaya dari kontaminasi kimiawi, biologis dan fisika.
Produk organik merupakan suatu bagian dari konsep green marketing. Semakin
berkembangnya teknologi dan kemajuan zaman membuat manyarakat menjadi
lebih sadar akan pentingnya konsumsi produk organik. Madu diminati
dikarenakan manfaatnya.
Menurut hasil uji laboraturium No. 826/LHU/Bd/ABICAL.1/i/2016, CV.
Madu Apiari Mutiara mengembangkan produk organik yang berbahan alami,
ramah lingkungan dan no animal testing. CV. Madu Apiari Mutiara merupakan
perusahaan yang mengedepankan isu lingkungan dalam memasarkan produknya,
dimana terlihat dari kebijakan dan Standard Operating Procedure yang
diterapkan. Perusahaan memahami pentingnya pembuatan produk berwawasan
lingkungan dengan mengedepankan green-input, green-process, dan green-output
maupun segala hal yang berhubungan dengan menyelamatkan lingkungan hidup
(Hakim, 2009: 6). CV. Madu Apiari Mutiara memproduksi berbagai jenis merek
madu seperti madu asli, madu formula dan turunan madu yang semuanya dikelola
dengan memperhatikan cara mendapatkan bahan bakunya dengan mengurangi
dampak buruk terhadap lingkungan, pengolahan yang tidak memakaian mesin
7
yang memberikan emisi dan penghematan penggunaan tenaga listrik, pengemasan
ramah lingkungan dan memperhatikan hasil buangannya. Semakin bertambahnya
kesadaran masyarakat akan lingkungan dan produk organik menyebabkan
konsumen lebih memahami pentingnya mengkonsumsi produk green marketing
dengan tujuan aman untuk kesehatan dan lingkungan.
Peneliti tertarik menganalisis penerapan perusahaan tentang green
marketing dan penerapan aktivitas green marketing, sehingga membantu
perusahaan dalam melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi terkait
aktivitas yang sesuai dengan green marketing mix. Penelitian dilakukan dengan
memperhatikan kebijakan dan SOP yang ada pada perusahaan dan disesuaikan
dengan SNI-6729-2016 ditambah 4 elemen Green Marketing Mix yaitu green
product, green price, green place, dan green promotion di perusahaan CV.Madu
Apiari Mutiara, dengan judul: “Analisis Penerapan Green Marketing Mix Pada
CV. Madu Apiari Mutiara Kecamatan Cimanggis Depok”.
8
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan kondisi latar belakang sebelumnya, permasalahan yang menjadi
fokus penelitian di CV. Madu Apiari Mutiara adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Penerapan Green Marketing Mix yang dilakukan perusahaan
CV. Madu Apiari Mutiara ?
2. Bagaimana kesesuaian Penerapan Green Product, Green Price, Green
Place, Green Promotion yang dilakukan pada CV. Madu Apiari Mutiara ?
3. Bagaimana rekomendasi Green Marketing Mix yang sesuai pada CV. Madu
Apiari Mutiara ?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui Penerapan Green Marketing Mix yang dilakukan perusahaan
CV. Madu Apiari Mutiara.
2. Menganalisis kesesuaian dalam mempertahankan konsistensi penerapan
Green Product, Green Price, Green Place, Green Promotion terhadap
Green Marketing Mix yang dilakukan pada CV. Madu Apiari Mutiara.
3. Mengajukan rekomendasi pada CV. Madu Apiari Mutiara tentang
Pengembangan Green Marketing.
9
1.4 .Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Perusahaan, Adanya informasi yang dapat dijadikan sebagai
pertimbangan, serta dapat dijadikan pedoman untuk melakukan perbaikan
yang mungkin dapat memenuhi kualitas yang diinginkan konsumen saat
ini maupun masa yang akan datang.
2. Bagi Masyarakat, penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan referensi
untuk memilih suatu produk yang aman, sehat dan berkualitas, dan juga
dapat sebagai bahan bacaan yang bermanfaat bagi yang memerlukan.
3. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
penulis dalam bidang manajemen pemasaran khususnya terhadap Green
Marketing Mix. Penelitian ini juga merupakan syarat penulis untuk meraih
gelar S1 di program studi agribisnis.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Green Marketing merek Madu Mutiara Ibu pada penelitian ini merupakan
produk yang diproduksi dan dipasarkan oleh CV. Madu Apiari Mutiara.
2. Penelitian ini difokuskan untuk memahami Green Marketing, kesesuaian
dan konsistensi penerapan Green Product (Green input, Green proces,
Green Output) terhadap Green Marketing, dan tindakan terkait
pengembangan Green Marketing Mix yang dilakukan oleh pada CV.
Madu Apiari Mutiara.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Agribisnis
Agribisnis dalam arti sempit diartikan sebagai perdagangan atau
pemasaran hasil pertanian yang berusaha memaksimalkan keuntungan. Dalam
arti luas, agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah
satu atau keseluruhan dari mulai mata rantai produksi, pengolahan dan
pemasaran hasil yang ada hubungannya dengan komoditi pertanian dalam arti
luas (usahatani, perkebunanan, kehutanan, perikanan, perternakan) yang
bertujuan untuk memperoleh keutungan (profit oriented). Pengertian Agribisnis
Menurut (Downey and Erickson dalam Arifin 2016:4), adalah kegiatan yang
berhubungan dengan penanganan komoditi pertanian dalam arti luas, yang
meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan
masukan dan keluaran produksi (agroindustri), pemasaran masukan-keluaran
pertanian dan kelembagaan penunjang kegiatan. Yang dimaksud dengan
berhubungan adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan
kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian. Sedangkan menurut
Sarigih (2010: 74), agribisnis sebagai sebuah sistem pertanian yang meliputi
empat subsistem terintegrasi yaitu: subsistem hulu (downstream agribusiness),
subsistem agribisnis usaha tani (on-farm agribisness), subsistem agribisnis hilir
(upstream agribusiness), dan subsistem jasa layanan pendukung agribisnis
(supporting institution) yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara simultan
dan terintegrasi mulai dari hulu sampai hilir. Subsistem agribisnis hulu
11
mencakup semua kegiatan untuk memproduksi dan menyalurkan input-input
pertanian dalam arti luas. Dengan demikian, di dalamnya termasuk kegiatan
pabrik pupuk, usaha pengadaan bibit unggul, baik untuk tanaman pangan,
tanaman perkebunan, ternak maupun ikan; pabrik pakan untuk ternak dan ikan ;
pabrik pestisida; serta kegiatan perdagangannya.
2.2 Sistem Agribisnis
Sistem adalah suatu kesatuan dari unsur-unsur atau komponen-komponen
yang saling berhubungan dan saling berinteraksi antara unsur atau komponen
yang satu dengan yang lainnya yang mana apabila salah satu dari unsur atau
komponen tersebut terganggu maka sistem tersebut juga akan terganggu.
Menurut Pardede (2013) dalam Arifin (2016:6) agribisnis merupakan suatu
sistem dapat dikatakan demikian karena dalam agribisnis terdapat berbagai
komponen atau unsur-unsur yang saling berhubungan dan berinteraksi antara
satu dengan yang lainnya dalam melakukan kegiatan sebagaimana sistem pada
umumnya. Demikian pula agribisnis sebagai sistem terdiri atas komponen input,
proses, dan output. Komponen sistem agribisnis yang tergolong input ialah unit-
unit bisnis yang menghasilkan dan memasok barang dan jasa untuk digunakan
oleh komponen sistem agribisnis atau unit usaha lain. Komponen proses dari
sistem agribisnis ialah unit-unit bisnis yang berfungsi memproduksi dan
mengolah hasil produksi produk primer. Menurut Anonim (2012) dalam Arifin
(2016:6) output ialah produk-produk agribisnis yang tiba di tangan konsumen
akhir. Komponen sistem agribisnis dijelaskan pada gambar 3 berikut ini:
12
Gambar 3. Sistem Agribisnis dan Lembaga Penunjangnya (Soehardjo dalam Said Gumbira dan Intan 2004:21)
a. Setiap subsistem dalam sistem agribisnis mempunyai keterkaitan ke
belakang dan ke depan. Tanda panah ke belakang (ke kiri) pada subsistem
pengolahan menunjukkan bahwa Subsistem III akan berfungsi dengan baik
apabila ditunjang oleh ketersediaan bahan baku yang dihasilkan oleh
Subsistem II. Tanda panah ke depan ( ke kanan) pada Subsistem III
menunjukkan bahwa subsistem pengolahan (Subsistem III) akan berhasil
dengan baik jika menemukan pasar untuk produknya . pada gambar 2 hanya
terfokus pada subsistem pengolahan.
b. Agribisnis memerlukan lembaga penunjang seperti lembaga pertanahan,
pembiayaan/keuangan, pendidikan, penelitian dan perhubungan. Lembaga
penelitian dan peatihan mempersiapkan para pelaku agribisnis yang
profesional, sedangkan lembaga penelitian memberikan sumbangan berupa
Subsistem I
(Pengadaan dan penyaluran
sarana produksi)
Subsistem II
(Produksi primer)
Subsistem III
(Pengolahan)
Subsistem IV
(pemasaran)
Lembaga Penunjang Agribisnis (Pertahanan, Keuangan, penelitian, dll)
13
teknologi dan informasi. Lembaga-lembaga penunjang kebanyakan berada
diluar sektor pertanian, sehingga sektor pertanian semakin erat terkait
dengan sektor lainnya.
c. Agribisnis melibatkan pelaku dari berbagai pihak (BUMN, swasta, dan
koperasi) dengan profesi sebagai penghasil produk primer, pengolahan,
perdgangan, distributor, importir, eksportir dan lain-lain.
2.3 Agribisnis Madu
Madu merupakan cairan yang menyerupai sirup yang dihasilkan oleh lebah
madu. Madu memiliki kandungan antioksidan, bakteriostatik, dan inflamasi dan
anti mikroba juga penyembuh luka (Alvarez et al., 2013). Madu memiliki rasa
manis yang tidak sama dengan gula atau pemanis lainnya. Rasa manis itu berasal
dari cairan manis (nectar) yang terdapat pada bunga maupun ketiak daun yang
dihisap lebah. Madu dihasilkan dari dua jenis lebah, yaitu lebah liar dan budidaya.
Madu yang berasal dari lebah liar bersala dari pohon yang berbatang tinggi yang
disebut dengan nama pohon sialang. Warna madunya cenderung pekat. Kedua
yaitu madu yang dihasilkan lebah budidaya berasal dari tanaman rendah seperti
tanaman buah-buahan maupun tanaman pertanian dengan warna madu yang
cenderung cerah (M. Sakri Faisal, 2015).
Berdasarkan asalnya madu dapat dikelompokan menjadi beberapa kategori :
(1) madu bunga,merupakan madu yang diperoleh dari nektar bunga; (2) madu
honeydew, merupakan madu yang diperoleh dari honeydew atau cairan dengan
kandungan gula tinggi yang disekresikan dari serangga genus Rhynchota; (3)
madu monoflora (polyflora), merupakan madu yang diperoleh dari nektar
14
bermacam-macam tanaman (Alvarez et al., 2014). Dengan demikian, pengertian-
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa agribisnis merupakan suatu kesatuan
tindakan atau kegiatan usaha di bidang pertanian yang saling berinteraksi satu sama lain,
yang dapat dikategorikan ke dalam lima subsistem, yaitu (1) subsistem input produksi
pertanian; (2) subsistem produksi pertanian; (3) subsistem pengolahan hasil-hasil
pertanian; (4) subsistem pemasaran; dan (5) subsistem penunjang.
Mengutip dari Warta Wirausaha tahun 2013, Agribisnis madu adalah sebuah
sistem mulai dari hulu, usahatani, hilir serta penunjang yang mendukung usaha
madu. Madu dihasilkan oleh lebah madu dan umumnya di Indonesia dilakukan
masyarakat di pelosok pedesaan, terutama berdampingan dengan usaha tani
masyarakat. Prospek bisnis agro lebah madu semakin membaik. Permintaan yang
semakin meningkat dari masyarakat maupun pabrik-pabrik yang membutuhkan
suplai madu, membuat bisnis ini semakin berkembang.
Makanan yang baik dan sehat akan memiliki standarisasi mutu. Sama
halnya seperti produk madu memiliki standar mutu madu yang telah dilakukan tes
atau uji laboratorium untuk mengetahui seberapa besar kandungan vitamin dan
mineral dalam madu, sehingga diketahui manfaat yang terdapat pada madu.
Menurut SNI 3545:2013 menjelaskan standar mutu madu, bahwa madu yang baik
sudah mendapat uji SNI dan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Standar
Mutu Madu (SNI 3545:2013) dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini.
15
Tabel 1. Standar Mutu Madu (SNI 3545:2013)
No Jenis Uji Satuan Persyaratan A Uji Organoleptik 1 Bau Khas madu 2 Rasa Khas madu B Uji Laboratorium 1 Aktivitas enzim diastase DN Min 3*) 2 Hidroksimetilfurfural (HMF) mg/kg Maks 50 3 Kadar Air %b/b Maks 25
4 Gula Pereduksi (dihitung sebagai glukosa) %b/b Min 65
5 Sukrosa %b/b Maks 5 6 Keasaman Maks 50 7 Padatan tak larut dalam air %b/b Maks 0.5 8 Abu %b/b Maks 0.5 9 Cemaran logam 9.1 Timbal (Pb) mg/kg Maks 2.0 9.2 Cadmium (Cd) mg/kg Maks 0.2 9.3 Merkuri (Hg) mg/kg Maks 0.03
10 Cemaran Arsen (As) mg/kg Maks 1.0
11 Kloramfenikol
Tidak terdeteksi
12 Cemaran Mikroba
12.1 Angka Lempeng total (ALT) Koloni/g <5 x 10³
12.2 Angka paling mungkin (APM) Koliform APM/g <3
12.3 Kapang dan khamir Koloni/g <1 x 10¹ Catatan *) Persyaratan ini berdasarkan pengujian setelah madu dipanen Sumber: Badan Standardisasi Nasional (2013:1-2)
Produk madu lebah merupakan salah satu produk yang disukai hampir
semua orang. Jumlah produksi per tahun produk lebah madu masih di bawah
jumlah permintaan masyarakat penggemar madu. Konsumsi madu masyarakat
Indonesia masih tergolong rendah, dan diperkirakan hanya 15 gram per orang
selama setahun. Apabila penduduk indonesia berjumlah 300 juta jiwa, maka
16
diperkirakan kebutuhan produk madu di indonesia sekitar 4500 ton pertahun
(Hariyanto, 2018:117).
2.4 Pemasaran
2.4.1 Definisi Pemasaran
Pemasaran menurut (Kotler dan Keller 2007:6) Suatu proses sosial yang
didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan
inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan
produk yang bernilai dengan produk lain. Assosiasi Pemasaran Amerika dalam
Kotler & Keller (2007:6) adalah satu fungsi organisasi dan seperangkat proses
untuk menciptakan, mengkomunikasikan, menyerahkan nilai kepada pelanggan
dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi
dan para pemilik sahamnya.
Pemasaran menurut (Kennedy & Soemanagara 2009:13) adalah
sekumpulan rancangan kegiatan yang saling terkait untuk mengenai kebutuhan
konsumen dan mengembangkan, mendistribusikan, mempromosikan, serta
menetapkan harga yang tepat dari sebuah produk dan layanan untuk mencapai
kepuasan dari konsumen yang bertujuan untuk menghasilkan keuntungan. (Kotler
& Amstrong dalam Tjiptono, dkk 2008:3), mengemukakan pemasaran adalah
upaya mewujudkan nilai dan kepuasan pelanggan dengan mendapatkan laba.
Sementara menurut (Willian J. Stanton dalam Swastha dan Sukotjo 2007:179)
pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang
17
dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun
pembeli potensial. Berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui bahwa
sebenarnya proses pemasaran itu terjadi atau dimulai jauh sejak sebelum barang-
barang diproduksi. Keputusan-keputusan dalam pemasaran harus dibuat untuk
menentukan produk dan pasarnya, harganya, dan promosinya. Kegiatan
pemasaran tidak bermula pada saat selesainya proses produksi, juga tidak berakhir
pada saat penjualan dilakukan. Perusahaan harus dapat memberikan kepuasan
kepada konsumen jika mengharapkan usahanya dapat berjalan terus, atau
konsumen mempunyai pandangan yang baik terhadap perusahaan.
2.4.2 Pemasaran Agribisnis
Pemasaran pertanian adalah proses aliran komoditi yang disertai
dengan perpindahan hak miik dan penciptaan guna waktu, guna tempat dan
guna bentuk yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran dengan
melaksanakan satu atau lebih fungsi-fungsi pemasaran. Lembaga-lembaga
pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran produk pertanian seperti:
produsen/petani, pedagang pengumpul, pedagang besar dan pedagang
pengecer (Sudiyono, 2004). Menurut Hernanto (1994), besarnya pendapatan
yang akan diperoleh dari suatu kegiatan usahatani tergantung dari beberapa
faktor yang mempengaruhinya seperti luas lahan, tingkat produksi, identitas
pengusaha, pertanaman, dan efisiensi penggunaan tenaga kerja.
18
2. 5 Marketing Mix
Bauran pemasaran menurut Kotler dan Keller (2007: 23) adalah sebagai
perangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mengejar tujuan
pemasarannya. Adapun menurut Boyd, Walker dan Larreche (2000:21)
menyatakan bahwa bauran pemasaran (mareting mix) adalah kombinasi dari
variabel-variabel pemasaran yang dapat dikendalikan oleh manajer untuk
menjalankan strategi pemasaran dalam upaya mencapai tujuan perusahaan di
dalam pasar sasaran tertentu. Sementara menurut Swastha dan Sukotjo (2007:
193) bauran pemasaran atau marketing mix adalah kombinasi dari empat variabel
atau kegiatan yang merupakan inti dari sitem pemasaran perusahaan, yakni:
produk, struktur harga, kegiatan promosi, dan sistem distribusi. Marketing Mix
tersebut merupakan satu perangkat yang akan menentukan tingkat keberhasilan
pemasaran bagi perusahaan dan semua ini ditujukan untuk memberikan kepuasan
kepada segmen pasar atau konsumen yang dipilih.
McCharthy dalam Kotler dan Keller (2007:23) mengklasifikasikan alat-
alat ini menjadi empat kelompok besar yang disebut 4P tentang pemasaran, yaitu
produk (product), Harga (price), Tempat (Place), dan Promosi (Promotion).
Berdasarkan uraian diatas, dikatakan bahwa bauran pemasaran adalah serangkaian
tujuan dan sasaran, kebijaksanaan dan aturan yang memberi arah kepada usaha-
usaha pemasaran perusahaan dari waktu ke waktu, pada masing-masing tingkatan
dan acuan serta alokasinya, terutama sebagai tanggapan perusahaan dalam
menghadapi lingkungan persaingan yang selalu berubah. Strategi pemasaran yang
berhasil umumnya ditentukan dari beberapa varians marketing mix-nya. Jadi
19
perusahaan dapat mengembangkan strategi produk, harga, lokasi, dan promosi
atau mengkombinasikan hal tersebut kedalam suatu rencana strategi yang
menyeluruh.
Bauran pemasaran mempunyai peran yang sangat penting untuk
keberhasilan usaha perusahaan pada umumnya dan bidang pemasaran pada
khususnya. Disamping itu, strategi pemasaran yang ditetapkan harus ditujukan
dan dikembangkan sesuai dengan perkembangan pasar dan lingkungan pasar
tersebut. Bauran pemasaran harus dapat memberikan gambaran yang jelas dan
terarah tentang apa yang dilakukan perusahaan dalam menggunakan setiap
kesempatan atau peluang pada beberapa pasar sasaran.
Kerin dan Peterson (2015:12) mengungkapkan bahwa bauran pemasaran
umumnya mengkombinasikan aktivitas-aktivitas yang dapat dikendalikan oleh
organisasi. Bauran pemasaran mencakup jenis produk, jasa, atau ide yang
ditawarkan (strategi produk), bagaimana bauran tersebut akan dikomunikasikan
kepada para pembeli (strategi komunikasi/promosi), metode untuk
mendistribusikan penawaran kepada pembeli (strategi distribusi), dan jumlah
pembeli yang akan membayar atas penawaran tersebut (strategi harga). Sehubung
dengan pengertian bauran pemasaran yang telah dijelaskan, menurut Kotler dan
Keller (2009:24) konsep bauran pemasaran terdiri dari 4P, yaitu Product
(Produk), Price (Harga), Place (Tempat), dan Promotion (Promosi). Komponen
bauran pemasaran yaitu 4P dapat dilihat dari penjelasan Gambar 4 di bawah ini.
20
Gambar 4. Komponen Empat P dari Bauran Pemasaran Sumber : Kotler dan Keller (2009)
Adapun pengertian dari masing-masing bauran pemasaran adalah sebagai berikut: 1. Produk (Product)
Menurut Kotler dan Keller (2007:4), produk merupakan segala sesuatu
yang dapat diberikan kepada seseorang guna memuaskan suatu kebutuhan atau
keinginan. Tjiptono (2008:95) memperjelas bahwa produk merupakan segala
sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari,
dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhandan
keinginan pasar yang bersangkutan. Secara luas produk adalah segala sesuatu
yang dapat ditawarkan ke pasar untuk memuaskan suatukebutuhan atau keinginan.
2. Harga (Price)
Harga merupakan sejumlah uang yang harus dibayar oleh konsumen untuk
mendapatkan suatu produk yang dihasilkan perusahaan. Menurut Tjiptono
(2008:151) menyebutkan bahwa harga merupakan satu-satunya unsur bauran
Bauran Pemasaran
Produk
Ragam produk Kualitas Desain Fitur
Nama Merek Kemasan Ukuran Layanan Jaminan
Pengembalian
Harga
Harga terdaftar Diskon Periode
Pembayaran Syarat Kredit
Tempat
Saluran Cakupan Piihan Lokasi
Persediaan Transportasi
Promosi
Promosi Penjualan Periklanan
Tenaga Penjualan Hubungan
Masyarakat Pemasaran Langsung
21
pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan.
Sedangkan menurut Kotler dan Amstrong (2008:345) harga adalah sejumlah uang
yang ditagihkan atas suatu produk dan jasa atau jumlah dari nilai yang ditukarkan
para pelanggan untuk memperoleh manfaat dari memiliki atau menggunakan
suatu produk atau jasa.
3. Distribusi/Tempat (Place)
Tempat menyangkut beberapa kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk
membuat produk dapat diperoleh dan tersedia bagi pelanggan. Hal ini
berhubungan dengan saluran distribusi. Menurut Sumarwan (2015:101)
menjelaskan bahwa saluran pemasaran atau distribusi merupakan suatu tingkatan
akhir untuk menyalurkan produk ke konsumen. Jumlah saluran pemasaran terdiri
ari beberapa tingkatan yang menggambarkan berapa jumlah pelaku bisnis yang
terlibat dalam mendistribusikan produk dari produsen ke konsumen akhir. Berikut
pola saluran pemasaran menurut sumarwan (2015: 101);
a. Saluran tingkat Nol, sering disebut sebagai saluran pemasaran
langsung yaitu saluran pemasaran yang mendistribusikan produk dari
produsen langsung ke kosumen akhir. Pelaku utama adalah produsen
dan tidak ada pelaku bisnis perantara antara produsen dengan
konsumen.
b. Saluran Tingkat Pertama, yaitu saluran yang terdiri dari dua pelaku
bisnis, produsen dan pengecer.
c. Saluran Tingkat Dua, memiliki dua pelaku bisnis perantara antara
produsen dengan konsumen. Pelaku perantara biasanya disebut
22
distributor utama atau pedagang besar atau agen grosir. Perantara
kedua biasanya adalah para pengecer.
d. Saluran Tingkat Tiga, Saluran pemasaranyang terdiri dari produsen
dan pelaku bisnis perantara antara produsen dengan konsumen.
Produsen menyalurkan produknya ke distributor atau pedagangbesar
yang kemudian menyalurkan ke sub-distirbutor atau agen atau grosir,
dan akhirnya menyalurkannya ke pengecer seperti warung, toko,
swalayan, Supermarket atau Mini market.
4. Promosi
Komponen bauran keempat adalah komunikasi atau disebut juga promosi.
Promosi memiliki arti luas yaitu komunikasi. Sedangkan, promosi dalam arti
sempit adalah intensif yang diberikan ke konsumen, pengecer atau distributor
(Sumarwan, 2015: 129). Istilah promosi banyak diartikan sebagai upaya
membujuk orang untuk menerima produk, konsep, dan gagasan. Sedangkan
Kotler dan Keller (2007: 204) menjelaskan komunikasi pemasaran adalah sarana
yang digunakan perusahaan dalam upaya untuk menginformasikan, membujuk,
dan mengingatkan konsumen langsung atau tidak langsung tentang produk dan
merek yang mereka jual. Tujuan utama dari komunikasi adalah mempengaruhi
perilaku dan sikap konsumen. Perusahaan harus memastikan bahwa produk yang
dikomunikasikan adalah produk yang memenuhi kebutuhan konsumen dengan
fitur atau atribut yang memenuhi standar dan selera konsumen.
23
2.6 Green Marketing
Pada akhir tahun 1960-an, Amerika Serikat (AS) memulai gerakan
lingkungan hidup modern dan menjadi pemimpin dunia untuk reformasi
lingkungan hidup. Gerakan ekologi tahun 1960-an tersebut mampu
meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan hidup.
Gerakan ini berhasil mewujudkan “The Council On Environmental Quality”
(CEQ) dan “The Environmental Protection Agency” (EPA) pada tahun 1970 dan
menghasilkan banyak sekali UU berkaitan dengan lingkungan hidup pada
dekade 1970-an. Inilah awal dari regulasi yang kuat sebagai bentuk respon
terhadap “reputasi buruk” dari industri di AS yang kurang respek terhadap
lingkungan. Masyarakat di AS memilih untuk menyalahkan industri dalam hal
terjadinya permasalahan lingkungan hidup nasional (Situmorang, 2012: 133).
Menurut Ramanakumar et al (2012: 34), Green Marketing adalah
kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan yang memperhatikan tentang
lingkungan atau masalah hijau dengan memberikan lingkungan barang atau jasa
untuk menciptakan konsumen dan kepuasan masyarakat. Pride dan Farrel dalam
Haryadi (2009: 25) Green Marketing sebagai sebuah upaya orang mendesain,
mempromosikan, dan mendistribusikan produk yang tidak merusak lingkungan.
Istilah green marketing mulai diperkenalkan pada akhir tahun 1990-an oleh
American Marketing Association (AMA) yang menyelenggarakan workshop
perdana dengan tema ecological marketing pada tahun 1975 dan menghasilkan
buku pertama tentang green marketing berjudul “Ecological Marketing”
(Henion and Kinnear dalam syahbandi, 2012:70). American Marketing
24
Association (AMA) dalam (Mishra dan Sharma, 2010:10) mendefinisikan
Green Marketing adalah kegiatan pemasaran suatu produk yang dianggap
sebagai produk yang aman terhadap lingkungan. Kegiatan green marketing
terdiri dari berbagai macam aktivitas seperti memodifikasi produk, perubahan
dalam proses produksi, pergantian kemasan, serta memodifikasi iklan atau
promosi. Polonsky, Rosenberger, and Ottman dalam Manongko (2011:7),
mendefinisikan green marketing sebagai berikut:
“All activities designed to generate and facilitate any exchange intended to
satisfy human needs or wants, such that the satisfaction of these needs and wants
the natural environment”
Menurut definisi tersebut, Green Marketing adalah konsistensi dari semua
aktivitas yang mendesain pelayanan dan fasilitas bagi kepuasan kebutuhan dan
keinginan manusia, dengan tidak menimbulkan dampak pada lingkungan alam.
Savale, et al. (2012:1) merangkum pengertian Green Marketing dari berbagai
penelitian sebelumnya, dan mengatakan istilah Green Marketing mengacu pada
perencanaan, pengembangan, dan promosi produk atau jasa yang memenuhi
kebutuhan konsumen untuk kualitas, output, harga, dan layanan, tanpa
menimbulkan efek negatif terhadap lingkungan, berkaitan dengan penggunaan
bahan baku material, konsumsi energi, dan lain-lain.
Sedangkan Green Marketing menurut Fisk dan Coddington dalam Tiwari, et
al. (2011:18) adalah unsur integral dari konsep pemasaran holistik. Green
Marketing mengacu pada konsep pemasaran holistik dimana produksi,
pemasaran, dan pembuangan limbah hasil produksi terjadi dengan cara yang
25
tidak merusak lingkungan dengan tumbuhnya kesadaran tentang implikasi dari
pemanasan global, limbah non padat- biodegredable, dampak berbahaya dari
polutan, dan lain-lain, baik pemasar dan konsumen menjadi semakin sensitif
tehadap kebutuhan untuk beralih ke green product. Kotler (2002: 34)
mengatakan bahwa “Marketing is the delivery of costumer satisfaction at a
profit”. Ottman (2006: 22-36) mengusulkan konsep yang sedikit berbeda, bahwa
peraturan pertama pada green marketing ialah memfokuskan pada keuntungan
konsumen, mereka akan merasa terstimulasi untuk melakukan pembelian.
Dengan konsep ini faktor lingkungan menjadi penghubung untuk terjadinya
pembelian.
2.7 Green Marketing Mix
Green marketing juga menggunakan empat elemen dari bauran
pemasaran (marketing mix) sesuai pendapat dari McCharty dalam Kotler and
Keller, 2009:25) yang mengklasifikasikan bauran pemasaran dalam 4P yaitu :
product, price, place, dan promotion. Seperti layaknya pemasaran
konvensional, green marketing membutuhkan alat pemasaran yang inovatif.
Dalam tujuan untuk menawarkan target konsumen kualitas produk diwaktu dan
tempat yang tepat, dengan harga yang sesuai maka diperlukan empat bagian alat
pemasaran 4P dalam cara-cara inovatif.
Menurut Ramanakumar et al (2012; 37), konsep Green Marketing
dapat dioperasionalkan dengan menggunakan bauran pemasaran berikut:
1. Merancang produk hijau (Green Product)
2. Distribusi dengan kriteria hijau (Green Place / Distribution)
26
3. Harga produk hijau (Green Price)
4. Publisitas hijau (Green Promotion)
Berhubungan dengan empat elemen dari bauran pemasaran (produk, harga,
promosi, dan disribusi) memberikan keunggulan terhadap pemeliharaan
lingkungan hidup yang dibentuk dari pengurangan limbah, peningkatan efisiensi
energi, dan pengurangan pelepasan emisi beracun (Syahbandi, 2012:69).
2.7.1 Green Product
Secara konseptual, produk adalah pemahaman subyektif dari produsen atas
sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha mencapai tujuan organisasi melalui
pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan
kapasitas organisasi serta daya beli pasar (Manongko, 2011:9). Peningkatan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan hidup membuat
banyak perusahaan dari berbagai macam produk mulai beralih menggunakan
bahan-bahan yang tidak merusak lingkungan atau istilahnya produk yang ramah
lingkungan (Green Product). Bahan-bahan tersebut tidak hanya bahan baku
produk, pelabelan, karton pembungkus, dan sebagainya (Situmorang, 2012:2)
Mishra dan Sharma (2010:10), Green Product adalah produk yang dibuat
dengan menggunakan teknologi ramah lingkungan dan tidak membahayakan
lingkungan. Selanjutnya, (Ottman dalam Kinoti 2011:268) menyatakan bahwa
Green Product biasanya tahan lama, tidak beracun, terbuat dari bahan yang
dapat di daur ulang, dan menggunakan kemasan yang tidak berlebihan (minimal
packaging). Berdasarkan hasil penelitian (Hakim, 2009: 48) dan (Lestari, 2014:
24), Green Marketing secara utuh diterapkan dalam setiap lini produksi,
27
sehingga atribut Green dapat dikelompokan menjadi Green Input, Green
Process, dan Green Output.
1. Green Input: adalah sejumlah material ramah lingkungan yang
dijadikan sebagai sumber bahan baku dari sebuah produk. Green Input
terdiri dari komposisi produk, karakteristik bahan baku, keberadaan
bahan pengawet, dan bahan baku pertanian organik (Hakim, 2009: 48).
- Komposisi Produk
Merupakan unsur-unsur yang menyusun suatu produk yang terdiri
dari kandungan utama dan bahan tambahan. Kandungan utama
merupakan unsur penyusun dominan produk, sedangkan bahan
pembantu merupakan unsur penambah cita rasa dan ketahanan
produk. Komposisi produk menunjukan semua kandungan zat yang
ada dalam produk. Pada umumnya keterangan komposisi produk
disajikan dalam kemasan produk sebagai informasi yang penting
bagi konsumen. Konsumen memerlukan informasi komposisi
produk untuk menyesuaikan dengan kebutuhannya dalam
pembelian produk (Hakim, 2009:49).
- Karakteristik Bahan Baku
Bahan baku dapat dibedakan menjadi bahan baku yang tersedia
melimpah di alam dan bahan baku yang tidak tersedia melimpah di
alam. Produk dengan bahan baku pertanian memiliki ketersediaan
yang melimpah, sehingga tidak ada kekhawatiran produsen
28
maupun konsumen terhadap dampak lingkungan (Hakim,
2009:49).
- Keberadaan Bahan Pengawet
Menurut World of Health Organization (WHO) dalam (Hakim,
2009:49), bahan tambahan pangan atau yang dikenal dengan
bahan pengawet didefinisikan sebagai bahan yang sengaja
ditambahkan ke dalam makanan dalam jumlah yang sedikit dengan
tujuan untuk memperbaiki cita rasa, warna, aroma, tekstur, dan
memperpanjang masa simpannya. Namun mindset konsumen
terhadap bahan pengawet mengarah ke hal-hal negatif. Hal tersebut
di akibatkan banyaknya produk-produk pangan yang menggunakan
bahan pengawet yang diluar aturan penggunaannya. Sehingga
konsumen yang menginginkan kesehatan prima akan lebih memilih
produk dengan bahan pengawet paling sedikit bahkan tanpa bahan
pengawet.
- Bahan Baku Pertanian Organik
Pertanian organik menjadi trend masa kini, dimana manusia
semakin peduli terhadap tubuh dan lingkungannya. Produk organik
didefinisikan sebagai produk pertanian yang dihasilkan dari proses
budidaya pertanian yang menerapkan prinsip-pronsip ekologi
sehingga terbebas dari pemakaian bahan-bahan kimia berbahaya
mulai dari pembenihan, penanaman, perawatan, panen dan pasca
panen. Konsumen semakin selektif memilih produk konsumsi yang
29
menyehatkan. Pilihan pada produk organik juga berdampak baik
bagi lingkungan, sehingga kondisi alam akan tetap stabil. Salah
satu kelebihan dari produk pertanian organik adalah terbebas dari
bahan kimia sintetis yang dapat terakumulasi dalam tubuh manusia
menjadi toksis yang berbahaya bagi kesehatan manusia (Hakim,
2009:51).
2. Green Process : adalah tahapan produksi yang memperhatikan dampak
terhadap lingkungan. Konsumen bersedia membeyar lebih mahal untuk
produk yang ramah lingkungan. Proses ramah lingkungan seperti
penggunaan energi yang efisien, penanganan limbah yang dapat
merusak lingkungan dan ketahanan (durability) produk, akan
menjadikan kualitas produk lebih baik, dari penampilan, tekstur, flavour
(rasa manis atau aroma khas), dan keamanan (Lestari, 2014: 24).
- Penggunaan Energi Efisien
Salah satu upaya penyelamatan lingkungan adalah dengan efisiensi
energi. Dalam konteks penyelamatan lingkungan, penggunaan
energi yang efisien membawa dampak yang sangat besar jika
dilakukan secara konsisten. Dalam sektor industri, lembaga
konsultan dunia yang bergerak dalam bidang efisiensi energi.
Perubahan iklim mendesak untuk terjadinya revolusi energi.
Sebagai akar sekaligus inti dari revolusi ini adalah perubahan
bagaimana energi itu diproduksi, didistribusi dan dikonsumsi.
Lima prinsip dasar harus menjiwai revolusi energi adalah,
30
penerapan solusi energi terbarukan, menghargai batas-batas
kemampuan alam dan lingkungan, meminimalisasi penggunaan
sumber-sumber energi yang tidak berkesinambungan, penggunaan
energi yang lebih adil, serta menurunkan tingkat konsumsi energi
berbahan bakar fosil. Kesadaran penggunaan energi yang efisien
oleh konsumen sebagai pengguna produk jadi masih tergolong
sulit. Namun untuk pengukuran parameter penerapan konsep
Green Marketing, atribut ini harus disertakan karena memiliki
pengaruh yang besar terhadap lingkungan (Hakim, 2009:52).
- Limbah Produksi Ramah Lingkungan
Hasil samping dari proses produksi yang tidak dapat dimanfaatkan
kembali disebut sebagai limbah. Limbah produksi dapat
dikategorikan menjadi 3 jenis berdasarkan bentuknya, yaitu limbah
padat, cair, dan gas. Selain penanganan limbah paling efektif
adalah tindakan preventif yaitu mencegah terbentuknya limbah
atau lebih dikenal sebagai produksi bersih (Hakim, 2009:52).
- Ketahanan Produk
Ketahanan sebuah produk ditentukan oleh sifat fisika dan
kimiawinya. Hal tersebut berkaitan erat dengan proses produksi.
Ketahanan secara fisika dicontohkan sebagai ketahanan bentuk dan
warna. Sedangkan ketahanan kimia dapat dicontohkan sebagai
aroma dan rasa. Indikator ketahanan fisika kimiawi pada umumnya
adalah permeabilitas, ketengikan, kadar air, berat jenis, dsb.
31
Ketahanan produk merupakan sifat suatu produk, sehingga
dikategorikan dalam Green Process (Hakim, 2009:52).
3. Green Output : Merupakan hasil dari produksi dengan dampak minimal
terhadap lingkungan. Green Output berpengaruh terhadap keputusan
pembelian konsumen dengan mengadopsi sistem penjualan yang dapat
menciptakan kondisi untuk mengurangi dampak lingkungan. Green
Output terdiri dari penggunaan kemasan Biodegradable, Eco Label,
ketahanan produk, dan sertifikat produk (Hakim, 2010: 48).
- Kemasan Biodegradable
Fungsi dasar sebuah kemasan adalah untuk melindungi barang dari
cuaca atau proses lainnya yang dapat merusak barang. Namun
seiring dengan tuntutan pasar, kemasan telah banyak digunakan
sebagai daya tarik yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian
produk oleh konsumen. Kemasan Biodegradable dapat
memberikan fungsi dan keamanan terhadap kemasan agar lebih
aman terhadap lingkungan yaitu pelestarian lingkungan. Kemasan
Biodegradable biasanya dibuat dengan basis pati atau kemasan
sejenisnya yang aman dan ramah terhadap lingkungan dan dapet
mudah terurai terhadap lingkungan.
- Eco Label
Pelabelan adalah pencantuman atau pemasangan segala bentuk
tulisan, cetakan atau gambar yang ada pada label yang menyertai
produk yang berisi keterangan identitas produk tersebut atau
32
dipajang dekat dengan produk yang digunakan pula untuk tujuan
promosi penjualan. Contoh penggunaan pelabelan hijau
diantaranya adalah pelabelan 3R (Reuse, Recycle, Reduce) dan
keterangan produk organik.
- Ketahanan Produk
Ketahanan produk diindikasikan dengan seberapa lama produk
tersebut layak untuk dikonsumsi. Untuk produk-produk organik,
konsumen mengarapkan produk dengan ketahanan produk yang
tidak terlalu lama karena khawatiran mengandung zat pengawet
adiktif (Hakim, 2009:64).
- Sertifikat
Merupakan suatu kepercayaan atau kerjasama yang udah diberikan
oleh konsumen dan lembaga kepada perusahaan, dalam
menjadikan produk memiliki nilai tambah terhadap konsumen.
Konsumen atau lembaga yang ingin bekerja sama akan lebih
percaya jika terdapat sertifikat atau izin dari beberapa pihak
tertentu yang dimiliki perusahaan.
Kriteria Green Product menurut Manongko et al. (2011:8) antara lain:
1. Produk tidak menggunakan bahan yang dapat merusak lingkungan
2. Produk lebih tahan lama
3. Produk tidak mengandung racun (toxic)
4. Tidak melibatkan uji produk yang melibatkan binatang apabila
betul-betul tidak diperlukan
33
5. Selama pengunaan tidak merusak lingkungan
6. Menggunakan kemasan yang sederhana
7. Tidak membahayakan kesehatan manusia dan hewan
8. Tidak menghabiskan banyak energi dan sumber daya lainnya
selama pemrosesan, penggunaan, dan penjualan.
9. Tidak menghasilkan sampah yang tidak berguna akibat kemasan
dalam jangka waktu yang singkat.
Sedangkan menurut Elkington, Hailes dan Makower dalam Syahbandi
(2012:71), terdapat kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan apakah
suatu produk ramah atau tidak terhadap lingkungan yaitu:
1. Tingkat bahaya produk bagi kesehatan manusia atau binatang.
2. Seberapa jauh produk dapat menyebabkan kerusakan lingkungan
selama di pabrik, digunakan, atau dibuang.
3. Tingkat penggunaan jumlah energi dan sumber daya yang tidak
proporsional selama di pabrik, digunakan, atau dibuang.
4. Seberapa banyak produk menyebabkan limbah yang tidak berguna
ketika kemasannya berlebihan atau untuk suatu penggunaan yang
singkat.
5. Seberapa jauh produk melibatkan penggunaan yang tidak ada
gunanya atau kejam terhadap binatang.
6. Penggunaan material yang berasal dari spesies atau lingkungan
yang terancam.
34
Banyak perusahaan yang telah menerapkan Green Marketing dengan cara
membuat Green Product yang beragam tergantung pada industri masing-masing
sehingga dapat memberikan kesempatan perusahaan untuk lebih kompetitif.
Menurut Wibowo dalam Nurfitriah (2011:29) terdapat beberapa pilihan untuk
mengkapitalisasikan perusahaan dengan meningkatnya permintaan masyarakat
sebagai konsumen yang peduli terhadap Green Product yang memiliki tanggung
jawab terhadap ramah lingkungan, yaitu:
1. Mampu menciptakan produk yang berkarakter dan memiliki dampak
komposisi terhadap lingkungan yang lebih kecil.
2. Meningkatkan penggunaan bahan mentah atau bahan baku secara
efisien atau Renewable (terbaharui).
3. Mengefisiensikan penggunaan kemasan dan pemakaian bahan-bahan
yang bersifat Biodegrabable atau konsep menimalisasikan kerusakan
lingkungan atau dapat digunakan secara berulang-ulang (reusing).
4. Hemat energi dalam proses dan teknik operasional selama produksi.
Dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang mengeluarkan produk yang
diklaim sebagai Green product dengan memenuhi syarat-syarat yang
ramah lingkungan secara keseluruhan telah turut berupaya menjalankan
Green marketing.
Solusi ini memastikan peran serta perusahaan dalam memahami kebutuhan
masyarakat dan sebagai kesempatan perusahaan untuk mencapai keunggulan
dalam industri. Mereka juga menggunakannya sebagai kesempatan potensial
untuk pengembangan produk atau pelayanan. Dapat diasumsikan bahwa
35
perusahaan yang memasarkan produk-produknya dengan karakteristik
lingkungan akan mempunyai suatu Competitive Advantage dibandingkan dengan
perusahaan yang memasarkan tanpa tanggung jawab terhadap lingkungan. Hal
ini merupakan usaha untuk memuaskan kebutuhan konsumen mereka, seperti
pada Mc Donald’s dengan mengganti kemasan kulit kerang dengan kertas lilin
karena meningkatnya perhatian konsumen berhubungan dengan Polystyrene dan
pengurangan ozon.
2.7.2 Green Price
Menurut Kotler dan Armstrong (2009:291), harga adalah sejumlah uang
yang ditagihkan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang
ditukarkan para pelanggan untuk memperoleh manfaat dari memiliki atau
menggunakan suatu produk atau jasa. Dari sudut pandang pamasaran, harga
merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya, termasuk barang/jasa yang
ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu
barang/jasa. Tujuan penetapan harga karena memiliki maksud seperti: tujuan
berorientasi pada laba, tujuan berorientasi pada volume, tujuan berorientasi pada
citra, dan tujuan stabilitas harga, serta tujuan-tujuan lainnya (Tjiptono,
2010:151). Harga merupakan elemen paling penting dari bauran pemasaran
(Salve, 2010:3). Situmorang (2012:6) menyatakan bahwa harga produk yang
berorientasi pada lingkungan memiliki tipikal harga yang lebih mahal
dibandingkan produk tradisional lainnya. Hal ini merupakan refleksi dari biaya
tambahan untuk memodifikasi proses produksi, pengemasan, dan proses
pembuangan limbah.
36
Menurut penelitian Eneizan dan Wahab (2016: 3), proses hijau menjadi
mahal dalam hal memasang teknologi dan peralatan baru, melatih orang,
menyerap biaya eksternal, dan mengubah limbah menjadi produk daur ulang.
Biaya-biaya ini pasti diintegrasikan ke dalam harga akhir suatu produk. Oleh
karena itu harga hijau adalah harga premium, yang selanjutnya meningkat
dengan penambahan biaya promosi. Pengeluaran ini harus dirasionalisasi oleh
upaya pemasaran; pada saat yang sama, konsumen harus didorong untuk
membayar harga premium. Tindakan-tindakan imperatif ini harus dibenarkan
lebih lanjut melalui pesan-pesan iklan persuasif. Praktik penetapan harga hijau
mempertimbangkan biaya ekonomi dan lingkungan dari produksi dan
pemasaran, sekaligus memberikan nilai bagi pelanggan dan laba yang adil untuk
bisnis. Dari perspektif taktis, perusahaan dapat melakukan tindakan penetapan
harga, seperti potongan harga untuk mengembalikan kemasan yang dapat didaur
ulang dan mengenakan harga yang lebih tinggi untuk produk yang tidak ramah
lingkungan.
Widmer & Fricks dalam Syahbandi (2012:72) menambahkan bahwa
produk yang ramah lingkungan dijual dengan harga yang lebih mahal
dibanding dengan produk tradisonal karena beberapa alasan, diantaranya:
1. Bahan baku yang dipakai untuk produksi adalah bahan baku yang lebih
bermutu (misalnya mutu kursi kayu lebih tinggi dari pada mutu kursi
plastik) dan tentunya barang akan lebih tahan lama.
37
2. Proses produksi lebih mahal karena pengolahan limbah dan sampah
membutuhkan teknologi baru dengan perlengkapan khusus, sehingga biaya
perlengkapan tersebut menaikkan harga produknya.
Meskipun harga produk ramah lingkungan lebih mahal, kebanyakan
pelanggan bersedia untuk mengeluarkan biaya lebih jika ada nilai tambahan dari
produk tersebut. Nilai ini dapat meningkatkan kinerja, manfaat, kualitas, fungsi,
desain, maupun rasa (Nandini & Deshpande, 2011:8). Hal tersebut sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Boztepe (2012:17), hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa masyarakat sekarang bersedia membayar lebih
untuk produk ramah lingkungan dan melawan pencemaran lingkungan yang
mengancam dunia kita bersama-sama dengan mengembangkan teknologi dan
industrialisasi.
2.7.3 Green Place
Saluran distribusi atau tempat atau lokasi merupakan salah satu faktor yang
memberikan kontribusi bagi tercapainya tujuan perusahaan dalam menjual
produk (Manongko, 2011:10), Secara garis besar, pendistribusian dapat diartikan
sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah
penyampaian barang dan jasa dari produsen ke konsumen sehingga
penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan (Tjiptono, 2010:185). Sangat
sedikit pelanggan yang benar-benar hanya ingin membeli produk karena ramah
lingkungannya saja. Penjual yang ingin mencapai kesuksesan dalam penjualan
produk yang ramah lingkungan seharusnya memposisikan produknya secara luas
38
dipasar sehingga dapat lebih dikenal (Queensland Government dalam
Syahbandi, 2012:71)
Dalam kaitannya dengan Green Marketing, transportasi produk ramah
lingkungan yang mempunyai jarak yang jauh dikritisi hanyalah membuang
sumber daya yang ada (Velasquest dalam Schafaer, 2006:2). Selain itu, gerai
produk yang ramah lingkungan juga harus menunjukkan kesan yang ramah
lingkungan dengan menekankan keunggulan lingkungan (Fan dan Zeng,
2011:25). Hal ini dapat diperoleh dengan promosi di dalam toko dan dengan
membuka display yang menarik atau menggunakan material yang dapat di daur
ulang untuk menekankan keunggulan lingkungan dan keunggulan lainnya
(Syahbandi, 2012:71). Menurut penelitian (Solvalier, 2010: 78) dan (Eneizan
dan Wahab, 2016: 4) terdapat 2 kategori yang terdapat dalam Green Place yaitu:
1. Green Distribution : Menunjukkan pemilihan saluran dengan cara yang
meminimalkan kerusakan lingkungan. Sebagian besar kerusakan
lingkungan terjadi selama transportasi barang. Oleh karena itu, perusahaan
harus menerapkan tindakan pencegahan keselamatan pada pengiriman
produk. Pengecer dan distributor melayani kepentingan mereka dengan
memperkuat hubungan dengan klien mereka. Sistem distribusi dua arah
yang berdasarkan filosofi pemasaran hijau memastikan relevansi dan
kebudayaan hubungan ini. Proses daur ulang mendasari sistem distribusi
dua arah, yang mensyaratkan daur ulang sisa bahan yang digunakan (yaitu,
wadah kosong, kantong plastik) ke tempat produksi mereka, atau tempat
penjualan. Banyak negara mengadopsi sistem ini dengan cara yang
39
berbeda, misalnya, terdapat organisasi di Amerika Serikat yang khusus
mengumpulkan kembali wadah plastik dan gelas; memiliki hubungan
kontrak dengan organisasi pemilik merek dagang kepada siapa mereka
mengirim kontainer kosong yang telah diurutkan sebelumnya dengan
imbalan sejumlah uang tertentu. Selain itu, lokasi dan citra perusahaan
harus selaras. Secara garis besar, pendistribusian dapat diartikan sebagai
kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah
penyampaian barang dan jasa dari produsen ke konsumen sehingga
penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan (Tjiptono, 2008:185).
2. Green Store : Green Store bukan sebuah toko berwarna hijau, dan bukan
pula toko yang hanya menjual sayur mayur yang sebagian warna hijau.
Green store adalah sebuah konsep pemasaran yang mendukung kegiatan
ramah lingkungan, dimana toko atau tempat yang yang menjual green
product juga menyadari dan memiliki wawasan tentang keramahan
lingkungan. Yang berhubungan dengan Green store yaitu seperti
mengurangi konsumsi energi dan mencapai eko-efisiensi adalah prioritas
untuk semua toko. Pengelolaan limbah toko seperti memilah sampah
dengan tujuan daur ulang, misalnya, plastik transportasi biasanya menjadi
bahan baku untuk tas belanja. Pada tahun 2009 ICA Group mulai menjual
kantong plastik yang terdiri dari 30% bahan yang mengurangi polusi iklim
selama prosedur pembakaran, melakukan langkah-langkah efisiensi energi
dengan menguntungkan lingkungan dan toko. Salah satu efisiensi energi
seperti mengganti pencahayaan yang lebih tua di toko-toko dengan
40
alternatif yang lebih modern dan efisien dalam konsumsi energi.
Penghematan energi juga dapat dilakukan dengan penghematan lampu, Ini
berarti bahwa lampu dapat dimatikan di bagian manapun dari fasilitas yang
tidak digunakan. Meminimalisir penggunaan energi dengan menghemat
energi yang tidak terlalu berguna dan mematikan energi yang sudah tidak
terpakai (Solvalier, 2010: 78).
2.7.4 Green Promotion
Menurut Kotler dan Armstrong (2009:383), promosi dapat diartikan
sebagai aktivitas yang mengkomunikasikan manfaat dari suatu produk dan upaya
membujuk konsumen sasaran untuk membelinya. Green Promotion adalah alat
yang efektif untuk mempromosikan produk, layanan, gagasan, dan upaya
organisasi untuk menunjukkan kepedulian dan inisiatif mereka untuk melindungi
dan melestarikan lingkungan. Secara umum, dapat disimpulkan bahwa Green
Promotion harus dapat mengkomunikasikan hubungan antara produk atau
layanan dengan lingkungan, berfungsi sebagai kampanye untuk mempromosikan
gaya hidup hijau, dan akhirnya dapat meningkatkan citra perusahaan dari
perusahaan. Dengan demikian, akan terjadi peningkatan paralel dalam
periklanan lingkungan untuk meningkatkan tingkat kesadaran konsumen.
Setelah mengetahui tujuan promosi barulah perusahaan memilih alat
promosi yang paling sesuai (Stanton dalam Manongko, 2011:10).
Dalam Green Marketing terdapat dua tujuan utama promosi yaitu:
41
1. Meningkatkan Ecology knowledge dalam masyarakat sehingga memiliki
sikap yang lebih baik terhadap perilaku pembelian produk ramah
lingkungan.
2. Menunjukan perusahaan menjalankan aktivitasnya yang berorientasi
dengan alam yang baik.
Karna dan Juslin (2001), dalam M, Rahmansyah, (2013: 27) mengatakan suatu
iklan bisa dikatakan berwawasan lingkungan jika memenuhi satu atau lebih dari
kriteria berikut:
1. Baik secara eksplisit maupun implicit menunjukkan hubungan antara
produk atau jasa dan lingkungan biophysical. Misalnya disebutkan
bahwa produk yang diiklankan tidak mengandung CFC sehingga aman
bagi kelestarian lapisan ozon.
2. Mempromosikan suatu gaya hidup berwawasan lingkungan. Misalnya
menganjurkan kepada konsumen agar kemasan habis pakai dibuang ke
tempat sampah.
3. Menghadirkan suatu Corporate image yang mengandung enviromental
responsibility. Misalnya menghadirkan sertifikat ISO 14001 dalam
iklannya.
Dalam kaitannya dengan konsep Green Marketing, terdapat 4 kategori
dasar dalam Green Promotion, antara lain (Amrul, 2002:41)
1. Public Service Announcement, berfungsi sebagai sarana edukasi kepada
masyarakat, sekaligus juga merupakann suatu cara bagi perusahan untuk
42
mengkomunikasikan perhatian mereka terhadap lingkungan sehingga
memperoleh kepercayaan dan perhatian dari konsumen.
2. Environmental Image Advertising, menunjukkan image dari suatu
perusahaan sebagai Green company. Hal ini merupakan bagian yang
paling beresiko, karena apabila perusahaan sudah membentuk citra
tersebut, maka konsumen akan menuntut tanggung jawab dari
perusahaan.
3. Labelling, yaitu tata cara dalam memberikan label suatu produk. Dalam
hal ini perusahaan dapat memakai label yag memberi informasi bahwa
produk tersebut adalah Green Products, seperti “environmental
friendly”, “ecosafe”, “ecofriendly”.
4. Products Related Ads, perusahaan yang menerapkan konsep Green
Marketing harus memiliki pengetahuan yang luas akan Green Products
yang dihasilkannya dan hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan.
Alat pemasaran hijau (green marketing tools) merupakan salah satu
variabel yang diperhitungkan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap perilaku
pembelian konsumen. Elemen-elemen alat pemasaran hijau berupa Eco label,
Eco brand, dan Environmental advertisement yang dapat mempengaruhi
persepsi dan akan lebih mudah meningkatkan kesadaran atribut dan
karakteristik dari produk ramah lingkungan (Delafrooz et al., dalam Puspa
dewi, 2018: 2168). Eco label, Eco brand dan Environmental advertisement
adalah bagian dari alat pemasaran hijau yang dapat membuat persepsi lebih
mudah dan meningkatkan kesadaran fitur dan aspek produk ramah lingkungan.
43
Akibatnya, ini akan mengarahkan konsumen untuk membeli produk ramah
lingkungan (FuiYeng & Yazdanifard, 2015: 18).
1. Eco label
Eco-label adalah salah satu alat pemasaran hijau penting yang digunakan
pada produk ramah lingkungan. Eco-label dicirikan sebagai alat bagi
konsumen untuk membantu kemajuan dalam membuat keputusan untuk
memilih produk ramah lingkungan. Ini juga memungkinkan mereka untuk
memahami bagaimana proses produk dibuat. Label lingkungan digunakan
oleh pemasaran untuk memfasilitasi pelabelan produk hijau. Label terdiri dari
serangkaian potongan-potongan kertas kecil, hingga diagram yang sangat
rumit yang terlibat sebagai bagian dari kemasan barang. Label hanya dapat
menyertakan produk merek atau serangkaian informasi campuran. Dalam
beberapa kondisi, penjual mungkin menginginkan 'Label' langsung, tetapi
hukum mewajibkan mereka untuk menyumbangkan lebih banyak informasi.
Label lingkungan memungkinkan konsumen untuk dengan mudah
membedakan produk ramah lingkungan dibandingkan produk standar normal
(Delafrooz et al, 2014 dalam FuiYeng & Yazdanifard, 2015: 18).
2. Eco-brand
Eco-brand adalah nama, simbol atau gambar produk yang tidak berbahaya
bagi lingkungan. American Marketing Association (AMA, 2009 dalam Puspa
dewi, 2018: 2169), mendefinisikan eco brand sebagai nama, istilah, tanda,
simbol atau desain yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi produk dari
satu penjual atau kelompok penjual dan untuk membedakan produk dari
44
pesaing. Menerapkan aspek-aspek eko-merek dapat membantu konsumen
membedakannya dengan beberapa cara dari produk non-hijau lainnya
(Delafrooz, et al, 2014 dalam FuiYeng & Yazdanifard, 2015: 18). Konsumen
akan mengejar untuk membeli opsi ramah lingkungan untuk produk yang
menghasilkan tingkat dampak lingkungan yang tinggi sesuai dengan mereka
yang memiliki tingkat dampak lingkungan yang rendah.
3. Environmental advertisement
Environmental advertisement atau bisa disebut juga sebagai green
advertising, memberikan informasi terkait tentang produk ramah lingkungan.
Green advertising adalah periklanan yang tampilannya berwawasan
lingkungan (Ekowati, 2015 dalam Puspa dewi, 2018: 2169). Green
Advertising adalah salah satu cara untuk memengaruhi perilaku pembelian
konsumen yang akan sangat mendorong konsumen untuk membeli produk
yang ramah lingkungan bagi lingkungan kita. Untuk meningkatkan gerakan
hijau di seluruh dunia dan meningkatkan perhatian publik terhadap masalah
lingkungan, sebagian besar organisasi lebih memilih iklan lingkungan melalui
media atau surat kabar sebagai teknik hijau untuk memperkenalkan produk
mereka kepada konsumen yang bertanggung jawab terhadap lingkungan
(FuiYeng & Yazdanifard, 2015: 19).
45
2.8 Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan acuan penulis dalam membuat karya tulis dengan tema green
marketing maka dari itu terdapat beberapa penelitian terdahulu yang membahas
dan meneliti tentang adanya green marketing, yaitu sebagai berikut :
Penelitian pertama, Anisa Nurul Islamadina (2017) dari Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta, melakukan penelitian berjudul “Pengaruh Metode
Marketing Mix Terhadap Kepuasan Pelanggan Dan Keputusan Pembelian Green
Product” Studi kasus pada Swalayan dikota Yogyakarta dan Magetan. Penelitian
ini membahasa mengenai penggunaan Metode Marketing Mix yang
mempengaruhi kepuasan pelanggan pengguna green product dan keputusan
membeli green product. Selain itu, perbandingan keputusan membeli di kota kecil
dengan kota besar juga dapat diketahui dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil uji
F menunjukkan bahwa produk, harga, promosi dan tempat berpengaruh simultan
terhadap kepuasan pelanggan maupun keputusan membeli green product. Pada
penelitian ini menggunakan Uji analisis Regresi Berganda. Berdasarkan penelitian
ini dapat diketahui bahwa kota besar tidak menjamin penduduknya lebih aware
terhadap produk ramah lingkungan dibanding kota kecil.
Penelitian Kedua, Erina Setyani (2015) dari Universitas Islam Negeri
Walisongo Semarang, melakukan penelitian berjudul “Pengaruh Marketing Mix
Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Di Toko Alat Tulis Putra 2 Limpung”
Pada penelitian ini ingin mengetahui seberapa besar pengaruh marketing mix yang
terdiri dari produk, harga, lokasi dan promosi terhadap keputusan pembelian
konsumen secara parsial dan variabel mana yang paling dominan mempengaruhi
46
keputusan pembelian. Metode yang digunakan adalah metode penelitian
kuantitatif, Teknik pengumpulan data dlakukan dengan cara pengisian angket.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampling jenuh yaitu sampel dengan
semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Jumlah responden sebanyak
40 orang. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji validitas, uji reliabilitas,
uji multikorelasi, uji asumsi klasik, analisis regresi berganda, uji parsial, uji
simultan, dan analisis koefisien determinasi.
Penelitian Ketiga, Misbah Hussadri (2014) dari Universitas Andalas,
melakukan penelitian berjudul “Penaruh Green Marketing Mix dan Sikap
Konsumen Pada Keputusan Pembelian produk The Body Shop Di Kota Padang”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaru green marketing mix (harga,
produk, distribusi dan promosi) dan sikap konsumen pada keputusan pembelian
produk. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
Kuantitatif, dimana peneliti mulai dengan hipotesis yang didasari teori yang
terkait, kemudian pengumpulan data melalui kuesioner pada responden. Populasi
dalam penelitian ini adalah masyarakat kota Padang yang membeli produk
kosmetik The Body Shop di kota Padang. Pengambilan sampel menggunakan
teknik accidental sampling. Setelah data terkumpul kemudian diolah dengan
analisis regresi linier berganda dan pengujian hipotesis menggunakan uji parsial
(Uji t) menggunakan program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
promosi (X1) secara parsial berpengaruh signifikan pada keputusan pembelian
(Y).
47
2.9 Kerangka Pemikiran
Green Marketing merupakan pemasaran berbasis lingkungan yang
digunakan CV. Madu Apiari Mutiara, sehingga peneliti ingin menganalisis
kesesuaian penerapan Green marketing mix yang ada pada perusahaan. Tahap
pertama mengetahui bagaimana penerapan green product yang meliputi green
input-green process-green output yang di lakukan pada perusahaan. Kedua,
mengenai Green Price mengenai harga yang diperoleh dan diterapkan perusahaan.
Ketiga mengenai Green Place mengenai tempat, distibusi barang, dan display
produk dan Green Promotion terkait promosi dan daya tarik produk yang
dilakukan perusahaan untuk menarik perhatian konsumen dalam membeli produk
yang ramah lingkungan.
Penerapan tersebut dianalisis menggunakan gap analysis untuk
mengetahui seberapa besar kesesuaian penerapan Green Marketing mix yang telah
dilakukan oleh perusahaan sehingga mendapatkan persentase penelitian.
Selanjutkan dilakukan tindakan yaitu melakukan rekomendasi tindakan terkait
kesesuaian penerapan Green Marketing mix pada perusahaan. Berdasarkan uraian
di atas, dijabarkan dalam kerangka pemikiran penelitian di bawah ini :
48
--
-
Gambar 5. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian
Elemen Green Marketing Mix
Analisis kesesuaian Green Product terhadap Green Marketing dengan menggunakan Gap Analysis dan
persentase kesesuaiannya
Rancangan tindakan pengembangan Green Marketing Mix yang dibutuhkan di CV. Madu Apiari Mutiara
Penerapan Green Marketing Mix di CV. Madu Apiari Mutiara
Green Price Green Place Green Promotion
-Harga Bahan Baku
yang dipakai -Harga Proses Produksi
-Green Distribution -Green Store
-Eco Label -Eco Brand -Environmental Advertisement
Green Product
-Green Input -Green Process -Green Output -Kebijakan&Komitmen
*1 *2
*3 *4
*1) : (Haryadi, 2009: 48) dan (Lestari, 2014: 24), *2) : (Widmer & Fricks dalam Syahbandi, 2012:72), *3) : (Solvalier, 2010: 78) dan (Eneizan dan Wahab, 2016: 4), *4): (Yeng & Yazdanifard, 2015: 18).
49
Gambar 6. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian
Analisis menggunakan gap analysis dan menentukkan scoring/presentase
Persentase kesesuaian penerapan green marketing mix di perusahaan
Rancangan tindakan terkait kesesuaian penerapan green marketing mix di perusahaan
Elemen Green Marketing Mix
Green Price Green Place Green Promotion Green Product
Penerapan Green Marketing Mix di CV. Madu Apiari Mutiara
- Wawancara - Observasi - Dokumentasi
-Harga Bahan Baku
yang dipakai -Harga Proses Produksi
-Green Distribution -Green Store
-Eco Label -Eco Brand - Environmental Advertisement
-Green Input -Green Process -Green Output -Kebijakan&Komitmen
50
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di CV. Madu Apiari Mutiara berlokasi di Jl.
Casa Soronza Putri Tunggal Cimanggis Depok. Pemilihan lokasi ini dilakukan
secara sengaja. Pengumpulan data, pengolahan hingga penulisan skripsi
dilaksanakan dari bulan November 2018 hingga bulan Maret 2019 yang
dilaksanakan setiap hari kerja dari Senin hingga Jumat pukul 08.00 – 16.00 WIB.
Proses pelaksanaan penelitian dimulai dengan pengumpulan dokumen-dokumen
dan SOP yang terdapat pada perusahaan. Lalu dilakukan observasi menggunakan
pedoman point of observation dan wawancara menggunakan point of interview
yang berhubungan dengan judul penelitian serta mengikuti kegiatan produksi
madu di CV. Madu Apiari Mutiara.
3.2 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metodologi
kualitatif adalah dengan menggunakan pengamatan, wawancara, atau penelaahan
dokumen, suatu prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa kata- kata
tertulis atau lisan dari orang- orang berperilaku yang dapat diamati dan
pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik/utuh
(Moleong, 2013: 4). Pada Metode kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan
serta menggambarkan kondisi pelaksanaan Green Marketing oleh CV. Madu
Apiari Mutiara yang mencakup Green Input – Green Process – Green Output..
51
Instrumen yang digunakan adalah wawancara dan observasi yang dilakukan
langsung oleh peneliti.
3.3 Informan
Subjek penelitian adalah informan, yang dipilih dari konteks menguasai
situasi, latar belakang konteks penelitian. Informan secara sukarela menjadi
anggota tim penelitian walaupun hanya bersifat informal. Sebagai anggota tim
dapat memberikan pandangan tentang nilai-nilai, sikap, bangunan, proses, dan
kebudayaan yang menjadi latar belakang tersebut (Meleong, 2016: 132). Informan
dalam penelitian ini adalah orang-orang yang memiliki potensi untuk dapat
memberikan informasi mengenai Green Marketing. Informan utama yang dipilih
ada empat orang manajer dari masing-masing divisi di perusahaan yaitu Kepala
produksi, Kepala keuangan, Kepala pemasaran, dan Kepala pengadaan barang.
Ditambah dengan pemilik perusahaan dan seluruh karyawan yang ikut berperan
terhadap aktivitas Green Marketing. Wawancara dilakukan kepada informan
terkait dengan sejauh mana karyawan dan perusahaan mengetahui dan
menerapkan tentang pengolahan dan penggunaan Green Marketing Mix.
3.4 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Data
kualitatif yaitu data yang berupa hasil interpretasi, secara tulisan dan lisan dari
data-data yang didapatkan mengenai penerapan green marketing mix. Jenis dan
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
52
1. Data primer merupakan data yang bersumber langsung dari hasil
pengamatan berupa opini, sikap dan karakteristik dari seseorang atau
kelompok orang yang menjadi subjek penelitian (responden). Data primer
diperoleh dari hasil observasi (pengamatan langsung), dan wawancara.
2. Data sekunder merupakan data yang sifatnya mendukung keperluan data
primer melalui literatur ataupun studi pustaka yang berkaitan dengan
penelitian. Data sekunder bersumber dari buku, artikel, penelitian
terdahulu, jurnal, dan dokumen resmi perusahaan terkait dengan
keramahan dan pengembangan lingkungan atau sistem yang ada pada
elemen green marketing mix. Terdapat beberapa sumber yang dibutuhkan
terkait penelitian ini, meliputi:
1. Asal bahan baku, proses dan penjualan yang ramah lingkungan.
2. Harga bahan baku, hingga harga jual kekonsumen.
3. Kemasan produk dan promosi dari perusahaan.
4. Infrastruktur dan fasilitas yang digunakan.
5. Form-form atau dokumen terkait lainnya.
53
3.5 Metode Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2009:62), pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini berdasarkan dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang diperoleh berdasarkan dari hasil wawancara, dan
observasi. Sedangkan, data sekunder diperoleh dari studi dokumentasi, dan studi
pustaka.
3.5.1 Studi Lapangan
1. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengadakan tanya jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung secara
bertatap muka (personal face to face interview) dengan sumber data (informan).
Peneliti menyiapkan pedoman pertanyaan (point of interview) yang akan diajukan
kepada informan terkait dengan fokus penelitian. Wawancara berguna untuk
mengetahui tanggapan dan juga jawaban dari pertanyaan yang diajukan kepada
informan mengenai kebijakan dan SOP yang berhubungan dengan empat elemen
Green Marketing Mix (Product, Price, Place, Promotion) tentang kebenaran dan
konsistensi yang sudah diterapkan pada perusahaan. Selain itu, peneliti juga akan
mewawancarai karyawan lainnya yang mengetahui mengenai Green Marketing.
2. Observasi
Observasi adalah suatu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan
pengamatan dan pencatatan terhadap gejala-gejala yang diteliti yang ada di lokasi
penelitian. Tujuan dari observasi ini adalah untuk mendapatkan data yang lebih
akurat dan untuk mengetahui relevansi antara jawaban dari responden atau
54
informan dengan kenyataan yang ada di lapangan (Moleong, 2009: 194).
Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati, mencatat dan
mengecek kesesuaian penerapan, kebenaran serta konsistensi strategi Green
Marketing, yang terdapat pada SOP, kebijakan dan dokumentasi perusahaan yang
diimplementasi dengan Green Product, Green Price, Green Place, Green
Promotion.
3.5.2 Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan digunakan untuk mengumpulkan data sekunder, berupa studi
dokumentasi pada data internal perusahaan yang terkait dengan penerapan dan
proses Green Product (Green Input-Process-Output), Green Place mengenai
tempat, distribusi dan tata letak produk, Green Promotion terkait brosur,
penjualan ke konsumen, label, kemasan yang diterapkan oleh perusahaan serta
studi pustaka di perpustakaan mengenai indikator dan literatur terkait baik berupa
jurnal, buku, serta pencarian data dari berbagai situs internet. Dalam penelitian
ini, data sekunder yang diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Studi Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlangsung. Dokumen
biasa berbentuk tulisan, gambar/skema, atau karya-karya seseorang. Studi
dokumentasi ini merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif untuk mendukung keakuratan data
penelitian yang telah didapat agar lebih terpercaya. Dalam penelitian ini, studi
dokumentasi berupa :
55
a. Menelaah Dokumen (on desk research), yaitu mempelajari isi dokumen
untuk menilai penerapan sistem pada elemen green marketing mix
b. Profil perusahaan, struktur organisasi, sertifikat-sertifikat
c. Dokumentasi mengenai Produk, Harga, Tempat, Kemasan, Penjualan,
Peralatan dan Fasilitas.
d. Dokumen mengenai hasil kerjasama dan mitra terhadap distributor yang
juga menerapkan Green Marketing.
2. Studi Pustaka
Studi pustaka yaitu cara pengumpulan data dan telaah pustaka, yang
dianggap menunjang, dan relevan dengan fokus permasalahan yang akan
diteliti, berupa literatur, jurnal, buku-buku, situs internet, dan dokumen-
dokumen terkait kebijakan, visi, misi, SOP, dan manual mutu yang digunakan.
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis deskriptif digunakan menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang terkumpul sebagaimana adanya
tanpa bermaksud membuat kesimpulan secara umum. (Sugiyono, 2005: 142).
Peneliti merupakan instrumen utama penelitian karena menjadi pihak yang terjun
langsung ke lapangan serta harus berinteraksi dengan orang-orang yang berkaitan
langsung dengan tujuan dari penelitian ini. Peneliti bertindak sebagai perencana
yang menetapkan fokus, memilih informan, pelaksana pengumpulan data,
menafsirkan data, menarik kesimpulan sementara di lapangan dan menganalisis
data di lapangan secara apa-adanya, dan pengumpulan data di lapangan dilakukan
56
dengan menggunakan catatan lapangan berupa catatan tertulis juga alat perekam
atau handphone.
3.6.1 Model Pendekatan Miles dan Huberman
Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
pendekatan Miles dan Huberman yang mengemukakan bahwa aktivitas dalam
analisis data kualitatif terdiri dari 3 tahap, yaitu (Sugiyono, 2014: 91) :
1. Data Reduction
Data yang diperoleh dari lapangan berjumlah cukup banyak, sehingga
dilakukan analisis dengan cara mereduksi data. Mereduksi data berarti
merangkum, memilah hal-hal yang penting dan pokok, dan memfokuskan sesuai
tujuan penelitian. Dengan demikian, dapat memberikan gambaran yang terfokus
agar dapat mempermudah peneliti dalam mengumpulkan hasil dari penelitian.
2. Data Display
Data dari hasil wawancara, observasi, dan studi dokumentasi dianalisis,
kemudian disajikan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,
flowchart, dan sebagainya. Dalam penelitian kualitatif, lebih banyak
menggunakan penyajian bentuk naratif.
3. Conclusion Drawing/Verification
Langkah selanjutnya, membuat atau menarik kesimpulan yang didukung
dengan bukti-bukti kuat yang didapat pada saat pengumpulan data. Kesimpulan
dari penelitian kualitatif, mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang telah
dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak. Hal ini dikarenakan rumusan
57
masalah dalam penelitian kualitatif ini masih bersifat sementara dan dapat
berubah serta berkembang setelah penelitian di lapangan.
3.6.2 Uji Keabsahan Data
Pada penelitian kualitatif, kriteria utama pada data penelitian adalah valid,
reliable, dan objektif. Oleh karena itu, uji keabsahan data merupakan tahap yang
sangat penting. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif yaitu dengan
Credibility (validitas internal). Cara pengujian kredibilitas data atau kepercayaan
terhadap data hasil penelitian adalah dengan melakukan perpanjangan
pengamatan, peningkatan ketekunan pengamatan, triangulasi, diskusi dengan
teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check (Sugiyono,2014: 92).
Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini antara
lain, yaitu:
1. Perpanjangan pengamatan
Perpanjangan pengamatan ini digunakan oleh peneliti untuk mengecek
apakah data yang telah diberikan oleh narasumber sudah benar atau tidak. Tabel
tidak benar, maka peneliti dapat melakukan pengamatan ulang. Perpanjangan
pengamatan ini dilakukan peneliti dengan cara melakukan wawancara kembali
kepada para narasumber untuk mendapat informasi yang lebih mendalam terkait
dengan fokus penelitian.
2. Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian diartikan sebagai proses pengecekan data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Triangulasi dibagi ke
dalam tiga kategori, yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi
58
waktu. Dalam penelitian ini, jenis triangulasi yang digunakan adalah triangulasi
sumber, yaitu dengan mengajukan pertanyaan yang sama kepada beberapa
narasumber untuk menemukan poin kunci terhadap indikator-indikator yang telah
ditetapkan peneliti sebagai fokus penelitian ini.
3. Menggunakan bahan referensi
Bahan referensi yang dimaksud disini adalah adanya pendukung untuk
membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Dalam penelitian ini
misalnya hasil wawancara didukung dengan adanya rekaman wawancara melalui
camera digital dan handphone.
3.7 Gap Analysis
Gap analysis atau analisis kesenjangan merupakan suatu alat yang
digunakan untuk mengetahui kondisi aktual yang terjadi di perusahaan. Analysis
gap dapat diartikan sebagai perbandingan kinerja aktual dengan kinerja potensial
atau yang diharapkan, digunakan sebagai alat evaluasi bisnis yang menitik
beratkan pada kesenjangan kinerja perusahaan saat ini dengan kinerja yang sudah
ditargetkan sebelumnya. Analysis gap merupakan suatu alat yang dapat digunakan
untuk mengevaluasi kinerja karyawan. Metode ini merupakan salah satu metode
yang paling umum digunakan dalam pengelolaan manajemen internal suatu
lembaga. Langkah awal yang harus dilakukan adalah dengan menyusun gap
analysis checklist yang berfungsi untuk mengidentifikasi gap (kesenjangan) antara
prosedur tertulis dengan prosedur yang dilakukan. Checklist ini dibuat
berdasarkan persyaratan yang ada pada Green Marketing serta untuk
memudahkan analisis maka diberikan indikator penilaian pada setiap kausul yang
59
diamati. Setiap Kriteria akan diberi nilai atau poin yang dijelaskan sebagai
berikut:
Tabel 2. Persentase Penilaian Penelitian Penerapan Green Marketing Mix. Mengidentifikasi Gap
Menjawab Tiap Pertanyaan-pertanyaan Gap Analysis dengan Bobot Skor 1-5
Bobot Skor :
Skor 1 : Jika perusahaan tidak memahami apa yang diperlukan atau tidak mengerti
akan hal tersebut
Skor 2 : Jika perusahaan tidak memiliki SOP namun memahami pentingnya aktivitas
tersebut, belum ada pelaksanaan sehingga perlu dibuatnya SOP.
Skor 3 : Perusahaan memahami aktivitas tersebut, Tidak terdapat SOP secara tertulis,
belum konsisten dalam pelaksanaannya.
Skor 4 : Perusahaan memahami aktivitas, Sudah terdapat SOP, Sudah dilaksanakan
dengan konsisten, namun belum terdokumentasi.
Skor 5 : Perusahaan memahami aktivitas baik secara dokumen maupun penerapan,
Sudah terdapat SOP, Sudah dilaksanakan konsisten sesuai SOP, dan terdokumentasi.
Sumber : Vincent dalam Shabrina (2017)
Tabel 3. Range Persentase Penilaian Range dari penjumlahan bobot sebagai berikut :
81%-100% : Sudah terdapatnya SOP lisan dan tulisan green marketing, dilaksanakan
sesuai SOP, konsisten dan terdokumentasi.
61%-80% : Perusahaan sudah memiliki SOP green marketing, dilaksanakan sesuai
SOP, belum konsisten dan belum lengkap dokumentasi.
41%-60% : Perusahaan sudah melaksanakan aktivitas green marketing tetapi tidak
memiliki SOP secara lengkap.
21%-40% : Perusahaan sudah melaksanakan aktivitas green marketing tetapi tidak
maksimal karena tidak terdapatnya SOP pada perusahaan.
6%-20% : Perusahaan perlu membuat SOP terkait pelaksanaan green marketing.
0%-5%: Tidak ada dokumen maupun aktivitas mengenai green marketing mix
Sumber : Admaja dalam Twin (2013)
60
Rumus dalam menghitung range persentase penilaian didapatkan dengan rumus
sebagai berikut :
= ∑ Skor Tiap Pertanyaan x 100%
∑ Skor Maksimal
Formulir checklist berisi parameter yang akan diberi skor dengan
melakukan observasi langsung terhadap penerapan Green Marketing Mix. Hasil
dari penilaian dari formulasi checklist ini kemudian dianalisis untuk melihat
seberapa besar penerapan Green Marketing Mix yang diterapkan dan melakukan
perumusan rekomendasi tindak lanjut untuk perbaikan penerapan. Skor dan nilai
persentase serta keterangan dari formulir checklist adalah sebagai berikut :
a. Skor 5 : Nilai persentase 100% (Memenuhi)
b. Skor 4: Nilai persentase >75% (Cukup Memenuhi)
c. Skor 3: Nilai persentase 50-75% (Kurang Memenuhi)
d. Skor 2: Nilai Persentase 25-50% (Sangat Kurang Memenuhi)
e. Skor 1: Nilai Persentase 1-25% (Tidak Memenuhi)
3.8 Instrumen Penelitian
Instrumen atau alat penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah pedoman wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik wawancara
dilakukan dengan membuat pedoman wawancara (point of interview) yang
berbentuk scoring checklist untuk memudahkan peneliti dalam memperoleh
informasi-informasi yang dibutuhkan terkait dengan fokus penelitian yang diteliti.
Teknik observasi dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi (point of
observation) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan pengamatan dan
61
pencatatan data apa saja yang diperlukan dalam penelitian. Untuk studi
dokumentasi juga menggunakan pedoman dokumentasi (point of documentation).
Dokumen-dokumen yang dibutuhkan antara lain: mengenai dokumentasi
produksi, kemasan, penempatan produk, yang tidak memberikan efek pada
lingkungan. Instrumen penelitian sebagaimana yang terlampir dalam lampiran
62
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1 Sejarah Perkembangan Perusahaan
CV. Madu Apiari Mutiara merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
produk hasil hutan yaitu madu yang didirikan pertama kali pada tahun 2010 dalam
skala UKM (Usaha Kecil Menengah) oleh Bapak Sri Hidayat. Sebelum menjadi
pengusaha madu, Bapak Hidayat memulai karier sebagai salesman di perusahaan
madu tertentu. Pada perusahaan tersebut, para salesman ditargetkan mendapatkan
50 agen tiap bulan. Di sisi lain, Bapak Hidayat memiliki waktu luang yang
digunakan untuk mengikuti pelatihan budidaya madu di IPB yang dibiayai oleh
pemerintah. Setelah 5 tahun menjadi salesman, beliau mengundurkan diri karena
pendapatan menjadi pengusaha madu sama besar saat menjadi salesman. Pada 1
April 2010, Pak Hidayat memproklamirkan perusahaannya sendiri dengan nama
CV. Madu Apiari Mutiara. Respon masyarakat hingga hari ini sangat bagus dan
perusahaan tetap melakukan Inovasi terhadap produk turunan madu. Perusahaan
telah mendapatkan nomor P-IRT yaitu No.1093276010063-18 dan sertifikasi
Halal LPPOM MUI No. 01121035061108.
Prinsip pengelolaan adalah sistem kekeluargaan namun tetap tegas dan
professional. Pemilik perusahaan juga menjaga nilai keislaman, yaitu
menyisihkan 2,5% dari keuntungan untuk disumbangkan kepada kaum yatim dan
dhuafa. Demi menjaga agar produk tetap dapat dikenal oleh masyarakat
indonesia. CV. Madu Apiari Mutiara mengikuti pameran-pameran yang sering
diadakan di Kementerian Pertanian. Selain itu bapak Sri Hidayat juga sering
63
diundang keberbagai acara bisnis UKM sebagai pembicara untuk berbagi ilmu
kewirausahaan kepada masyarakat. Perusahaan juga telah mendapatkan berbagai
penghargaan seperti penghargaan wirausaha kreatif, inovasi produk organik dan
UMKM Mandiri.
4.2. Visi dan Misi
Perusahaan dalam menerapka tujuan dan target yang ingin dicapai harus
mempunyai pondasi yang harus diterakan pada perusahaan. Pondasi tersebut
dituang dalam bentuk visi dan misi, dimana setiap perusahaan atau organisasi
harus memiliki visi dan misinya sama seperti pada perusahaan ini. CV. Madu
Apiari Mutiara merupakan perusahaan yang berpegang pada visi dan misi yang
ada. Berikut adalah visi dan misi CV. Madu Apiari Mutiara:
a. Visi
Memproduksi produk olahan madu dari lebah yang berguna untuk
masyarakat dengan mengutamakan keamanan, kualitas, dan kejujuran.
b. Misi
1. Menerapkan proses produksi yang higenis dan ramah lingkungan
untuk menghasilkan produk olahan madu yang aman dikonsumsi.
2. Menjadi perusahaan yang mengutamakan kepuasan pelanggan.
3. Menyadarkan masyarakat akan pentingnya produk herbal untuk
kecantikan.
4. Mengurangi pengangguran, minimal di lingkungan sekitar.
64
4.3 Kebijakan Perusahaan
Perusahaan CV. Madu Apiari Mutiara telah memiliki kebijakan dalam
menerapkan dan mempraktekan Strategi green marketing sebagaimana yang di
nyatakan oleh pemiliknya yang menginginkan penerapan produk yang Sehat,
Aman untuk manusia dan lingkungan. Perusahaan sudah menerapkan beberapa
prosedur yang berhubungan dengan keamanan produk dan kebersihan lingkungan,
tetapi perusahaan tersebut belum mewujudkan dalam berbentuk narasi tertulis.
Kebijakan yang ada pada perusahaan CV. Madu Apiari Mutiara ada yang sudah
dituangkan dalam bentuk tertulis seperti penerapan keamanan produk baik itu dari
segi mutu dan keramahan lingkungan pada CV. Madu Apiari Mutiara. Penerapan
kebijakan Halal sebagaimana yang dijelaskan pada kalimat di bawah ini :
Perusahaan CV. Madu Apiari Mutiara bertekad untuk hanya memproduksi dan
memasarkan produk halal secara konsisten dalam rangka memenuhi kebutuhan
konsumen serta mengutamakan kepuasan pelanggan melalui inovasi.
Perusahaan akan mencapainya melalui penerapan langkah-langkah berikut:
1. Menjamin seluruh produk yang dibuat disertifikasi oleh LPPOM MUI.
2. Menjamin seluruh bahan yang digunakan dalam pembuatan produk-produk
kami adalah halal.
3. Menjamin sistem produksi adalah bersih dan bebas dari bahan yang tidak
halal dan najis.
4. Melatih, mengembangkan dan melibatkan seluruh stakeholder perusahaan
guna memahami Sistem Jaminan Halal.
65
5. Menyediakan sumberdaya yang diperlukan untuk penyusunan, penerapan
dan perbaikan berkelanjutan Sistem Jaminan Halal.
6. Melakukan sosialisasi kebijakan halal ke seluruh pemangku kepentingan
(stake holders) perusahaan melalui media sosialisasi seperti pelatihan,
briefing, memo internal, spanduk, poster, atau bentuk sosialisasi lain yang
sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
4.4. Struktur Organisasi
Gambar 7. Struktur Organisasi Sumber : CV. Madu Apiari Mutiara 2019
Struktur Organisasi adalah susunan komponen-komponen (unit-unit kerja)
dalam organisasi. Struktur organisasi dibuat dan disusun agar setiap anggota
dapat bekerjasama secara efektif dan efisien yaitu melalui adanya pembagian
66
kerja, tugas, dan tanggung jawab yang jelas. Struktur Organisasi pada CV Madu
Apiari Mutiara memakai struktur organisasi lini/garis. Di dalam bentuk
organisasi lini/garis, tanggung jawabnya masing-masing. Ciri-ciri organisasi
lini/garis adalah jabatan yang tercantum di dalam bagian organisasi terletak pada
satu garis vertikal, biasanya di terapkan perusahaan kecil yang sedang
berkembang.
Keuntungan dari struktur organisasi lini/garis adalah :
1. Orang-orang yang mempinyai kekuasaan bertanggung jawab
dan terbuka
2. Proses pengambilan keputusan berjalan dengan cepat
3. Disiplin kerja yang mudah dikontrol
4. Tinggginya solidaritas di antara anggota
5. Adanya kesempatan yang luas bagi para anggota untuk dapat
mengembangkan bakatnya.
Berdasarkan struktur diatas dilihat bahwa perusahaan dipimpin oleh pemilik
perusahaan yaitu bapak Sri Hidayat, dan istrinya ibu Saripah Aini. Sekretaris
perusahaan dijabat oleh Novia Nurlaeni dan segaris lurus dengan audit internal
yang berperan juga sebagai apoteker yang bertanggung jawab terhadap
pengawasan jaminan mutu madu dan pengajuan pemberkasan dan dokumen
perusahaan. Ada supervisor yang berperan mengontrol kinerja karyawan dari
setiap divisi dan mengawasi operasional produksi perusahaan. Lalu di bawahnya
terdapat 5 divisi yaitu divisi bahan baku yang mengawasi, memesan dan
mengontrol adanya kualitas bahan baku. Ada divisi keuangan dan administrasi
67
yang mengurusi laporan keuangan, pengeluran dan pendapatan perusahaan dan
mengurusi kebutuhan opesional perusahaan. Ada divisi pengadaan barang yang
berperan memastikan barang dan peralatan untuk produksi selalu tersedia,
mengawasi stok barang di gudang dan stok barang jadi. Ada divisi produksi yang
bertugas memproduksi dan membuat dan mengelola produk hingga menjadi
produk yang sudah dikemas. Terakhir terdapat divisi pemasaran yang bertugas
memasarkan dan menjual barang, menawarkannya pada konsumen dan
memastikan produk memiliki keuntungan dan banyak terjual kekonsumen.
4.5 Profil Perusahaan
Perusahaan CV. Madu Apiari Mutiara bergerak dibidang pengolahan dan
produksi madu, dimulai dari awal beternak lebah, pemanenan madu,
penyimpanan, produksi, hingga pengemasan madu. Berbagai jenis olahan dari
madu dikelola oleh perusahaan tersebut baik itu produk madu asli, madu formula,
dan juga produk turunan madu seperti kosmetik, sabun, shampo dari madu.
Perusahaan tersebut mulai merintis dari tahun 2010 dan terus berkembang dan
melakukan inovasi produk sehingga memiliki berbagai jenis variasi rasa, bentuk,
dan harga. Perusahaan memberikan pendidikan dan pelatihan kepada karyawan
seperti pelatihan GMP, Wirausaha/UMKM, Perlebahan, Sanitasi dll agar
karyawan yang bekerja menjadi lebih mengerti dan paham dengan keamanan
produk, sebagai pemberian penyemangat dan pengalaman kepada karyawan agar
semangat dalam bekerja. Pada gambar dibawah ini merupakan salah satu sertifikat
tentang keamanan pangan dan organik yang diikuti oleh beberapa karyawan di
perusahaan.
68
Gambar 8. Contoh Sertifikasi Pelatihan Keamanan pangan pada Karyawan Sumber: Cv. Madu Apiari Mutiara (2019)
Dari sertifikat kompetensi tersebut menunjukan bahwa semua karyawan
yang bekerja di perusahaan sudah mendapatkan pelatihan tentang pembuatan
keamanan pangan dan produk organik. Sehingga memberikan kemudahan untuk
perusahaan dalam menerapkan green marketing mix. Dibawah ini merupakan
Profil perusahaan CV. Madu Apiari Mutiara dijabarkan sebagai berikut :
A. Nama Perusahaan : CV. Madu Apiari Mutiara
B. Bidang Usaha : Perdagangan Hasil Olahan Madu
C. Jenis Produk/Jasa : Berbagai Jenis Produk Olahan Madu
D. Nama Produk : Madu Mutiara Ibu
E. Alamat Perusahaan : Jl. Putri Tunggal Komplek Cassa Soronza
Rt.02 Rw.03 No.192 Hajar Mukti, Cimanggis, Depok.
69
F. Tahun Berdiri : 2010
G. Bentuk Badan Usaha : CV (Commanditaire Vennontschap)
4.6 Lokasi Perusahaan
Lokasi perusahaan merupakan tempat dimana perusahaan melakukan
aktivitasnya, CV Madu Apiarai Mutiara berlokasi di Jl. Casa Coronsa No. 102
Rt 002/003 Kel. Harjamukti, Kec. Cimanggis – Depok.
Untuk menentukan lokasi perusahaan yang efektif memerlukan pikiran
dan pertimbangan yang luas dari pemimpin perusahaan. Adapun pertimbangan
mengenai lokasi perusahaan tersebut di antaranya:
1. Lokasi usaha merupakan tempat milik pribadi sehingga tidak
memerlukan biaya sewa untuk lokasi usaha dan letak pada lokasi yang
juga strategis, sehingga mudah untuk dicari dan diketahui.
2. Tenaga kerja yang dibutuhkan berada didekat lokasi usaha dan tidak
memerlukan kualifikasi yang tinggi sehingga upah tenaga kerja juga
terjangkau.
3. Fasilitas lingkungan yang memenuhi syarat kecukupan listrik air dan
telepon dan kelancaran lalu lintas.
4. Berdekatan dengan konsumen karena berada di daerah perumahan
padat penduduk.
70
4.7 Jenis Produk
Penjualan madu di CV. Madu Apiari Mutiara menjual berbagai jenis
produk madu, dengan memiliki 3 kriteria penjualan madu yaitu Madu Murni,
Madu Formula dan Turunan Madu, berikut adalah jenis dari madu yang
diproduksi oleh perusahaan :
Tabel 4. Jenis Produk Madu
Madu Murni Madu Formula Turunan Madu
Madu Kapuk Randu
Madu Kelengkeng
Madu Rambutan
Madu Karet
Madu Kaliandra
Madu Multiflora
Madu Mangga
Madu Kopi
Madu Mahoni
Madu Sonokeling
Madu Durian
Madu Dalam Sarang
Madu organik (madu hutan)
Madu Trigona
Madu Royal Jelly
Madu Anak (Honey Kids)
Madu Pasutri
Madu Pelangsing
Madu Cengkeh
Madu Kulit Manggis
Madu Daun Sirsak
Madu Kayu Manis
Madu Ibu Hamil
Madu propolis
Madu Herbal Plus
Madu Super
Madu Super Spesial
Sabun Madu Transparan
Sabun Madu Cair
Sabun Madu Propolis
Sabun Madu Cream
Shampoo madu
Propolis liquid
Propolis Indonesia
Tetes Mata Madu
Sumber : CV. Madu Apiari Mutiara 2019
71
Perusahaan memiliki 3 kriteria dalam pengembangan usaha madunya.
1. Madu murni adalah madu yang dibuatnya tanpa campuran apa pun, lebah
meminum hasil dari sari-sari bunga yang ada di dekatnya dan dari sari
bunga tersebut menghasilkan madu yang sesuai dengan bunga yang ada di
dekatnya. Misalnya madu kapuk, ialah sarang lebah yang di ternak dibawah
pohon kapuk yang sedang berbunga lalu lebah tersebut mencari makan dan
meminum sari bunga yang ada pada bunga di pohon kapuk, prosesnya
ditunggu selama seminggu untuk menjadi madu, maka jadilah dengan nama
madu kapuk.
2. Madu Formula : adalah suatu inovasi dalam produk madu dimana memiliki
manfaat yang lebih untuk kesehatan manusia, karena madu formula
dirancang dengan berbagai manfaat yang berbeda dengan nama yang
berbeda. Madu formula memiliki beberapa bahan tambahan di dalamnya
seperti royal jelly, propolis, bee polen, jahe merah, habbatusauda dll.
3. Turunan madu adalah suatu produk dari anakan madu, yang di buatnya
memiliki tambahan dari madu, produk dari turunan madu ini membuktikan
bahwa manfaat madu tidak hanya digunakan untuk di konsumsi tetapi juga
dapat di pergunakan untuk kosmetik dan kesehatan kulit, mata dll
72
4.8 Fasilitas Operasional Perusahaan
Untuk proses pembuatan, penempatan, penyimpanan, pembotolan,
pengemasan hingga sampai penyimpanan produk jadi pada madu
membutuhkan tempat yang sesuai dan tempat yang baik. Perusahaan CV Madu
Apiara Mutiara sudah memiliki tempat yang memadai dan baik untuk di
lakukan usaha pengolahan hasil madu dengan meiliki beberapa fasilitas dan
alat yang baik dan lengkap.
Tabel 5. Fasilitas Operasional Produksi
No Fasilitas Operasional Jumlah
1 Rak Display 2
2 Kantor Pemilik 1
3 Mushola 1
4 Meja Administrasi 1
5 Meja Sekretaris 1
6 Ruang Pengentalan Madu 1
7 Ruang Packaging 1
8 Ruang Penyaringan Madu 1
9 Gudang Bahan Baku 1
10 Toilet 3
11 Ruang Produksi Propolis 1
12 Dapur 2
13 Gudang Penyimpanan Botol Kemasan 2
14 Gudang Persediaan Barang Jadi 1
15 Garasi 1 Sumber : CV. Madu Apiari Mutiara 2019
73
Tabel. 6 Alat Operasional Produk
No Nama Alat Fungsi
1 Refaktometer Alat Untuk mengukur kadar air yang sudah dikentalkan
2 Panci Stainless Tempat menampung madu yang akan di produksi
3 Timbangan Alat untuk mengukur isi berat madu
4 Mesin Expired Alat untuk mencetak kode produksi, tanggal produsi, dan kadaluarsa
5 Kompor Alat untuk masak air ketika produk hendak di press
6 Mesin Penurun Kadar Air
untuk menurunkan kadar air dari madu encer ke madu kental
7 Panci Tempat untuk mengepress kemasan 8 Kompor Listrik Alat untuk penyegelan pada kemasan
9 Cutter alat untuk merapikan plastik shring pada kemasan
10 Krat/Keranjang Tempat untuk menyaring botol yang sudah diisi madu yang akan diberi label
11 Loyang/Baki Tempat menyimpan madu yang akan diturunkan kadar airnya
12 Saringan Alat untuk menyaring madu dari kotoran
13 Gayung Alat untuk mengambil dan menuangkan madu kesaringan
14 Jerigen/blung Tempat menyimpan madu baik yang masih encer maupun yang sudah kental
Sumber : CV. Madu Apiari Mutiara 2019
74
4.9 Proses Produksi Madu
Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam memproduksi madu di CV. Madu
Apiari Mutiara dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Proses Produksi Madu
Bagan Alur Keterangan Gambar
1. Penerimaan bahan baku madu, propolis, polen, royal jelly dll dari peternak.
2. Madu yang baru diterima langsung dilakukan penimbangan sesuai dengan berat madu.
3. Madu yang sudah dilakukan penimbangan akan di simpan ditempat penyimpanan.
4.Dilakukan penyaringan madu dari kotoran kasar seperti lebah yang sudah mati atau kotoran lainnya.
5. Untuk menambah kualitas pada madu maka dilakukan penurunan kadar air. Dan disimpan diruangan hangat.
6. Setelah kadar air mencukupi dilakukan penyaringan ke II dengan agar lebih bersih dan aman.
7. Setelah disaring disimpan dalam wadah untuk dilakukan pembotolan.
1. Penerimaan Bahan
2. Penimbangan Madu
3. Penyimpanan Bahan Baku
4. Penyaringan 1
Bahan Baku: Madu, Propolis, Polen, Royal Jelly, dll
5. Penurunan Kadar Air Madu
6. Penyaringan II
7. Penyimpanan II dan pembotolan
75
Bagan Alur Keterangan Gambar
8. Dilakukan pelabelan dan melakukan expired dengan mesin expired.
9. Setelah dilakukan pelabelan maka dilakukan pengemasan madu dengan menempelkan label dan plastik pada produk.
10. Tahap akhir adalah penyimpanan produk jadi madu yang telah dilakukan berbagai proses.
11. Penjualan Produk Madu.
Produk Madu Cv. Madu Apiari Mutiara
Sumber: CV. Madu Apiari Mutiara (2019)
Produksi madu pada perusahaan CV. Madu Apiari Mutiara memiliki
tahapan yang harus dilalui, pada tabel diatas menjalaskan tentag proses produksi
madu, pada awalnya dilakukankan pengecekan terlebih dahulu pada tempat
pemanenan madu dan melihat jenis madu yang akan dipilih, setelah itu madu
dikirim keperusahaan lalu diterima oleh karyawan untuk dilakukan pengecekan
kadar air madu dan dilakukan penimbangan. Madu yang telah dilakukan
8. Pelabelan
9. Pengemasan Madu
10. Penyimpanan produk jadi madu
11. Penjualan Madu
Output: Produk Madu
76
penimbangan dimasukan kedalam ruang penyimpanan bahan baku, saat
melakukan produksi dilihat jenis madu yang ingin diolah, lalu dilakukan
penyaringan hingga dua hingga tiga kali, dan dipindahkan kedalam wadah
stainless stail untuk dilakukan proses pembotolan. Saat proses pembotolan selesai
yang dilakukan selanjutnya proses pemasangan label pada kemasan, dan
dilakukan proses tahap akhir yaitu proses pengemasan plastik. Selanjutnya proses
menyimpan produk jadi ke dalam ruang penyimpanan madu untuk dilakukan
pemasaran dan penjualan madu kepada konsumen.
77
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini, penulis akan memaparkan hasil penelitian di Perusahaan CV.
Madu Apiari Mutiara, Cimanggis, Depok. Penelitian ini untuk menjawab tujuan
yaitu mengetahui penerapan Green Marketing Mix pada CV. Madu Apiari
Mutiara, dan mengidentifikasi kesesuaian penerapan elemen-elemen Green
Marketing Mix dengan standar yang ditetapkan.
5.1 Penerapan Green Marketing Mix pada CV. Madu Apiari Mutiara
Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi, CV. Madu
Apiari Mutiara telah menerapkan Green Marketing Mix. Hal dapat dilihat dari
produk yang dikembangkan berbahan alami tanpa campuran bahan kimia atau
bahan tambahan apapun, ramah lingkungan, no animal testing, serta penggunaan
kemasan yang dapat didaur ulang (menggunakan kemasan kaca dan atau plastik
yang tencantum tanda food grade). CV. Madu Apiari Mutiara merupakan
perusahaan yang mengusung isu lingkungan dalam memasarkan produknya. Hal
terlihat dari kebijakan dan SOP perusahaan seperti pengawasan pembuatan
produk, bahan baku organik, pembuatan GMP. Jenis-jenis SOP lain pada
perusahaan dapat terlihat pada lampiran 10. CV. Madu Apiari Mutiara juga
memiliki sertifikat Sistem Jaminan Halal dari LPP-POM MUI dan setifikat halal
dari MUI Jawa Barat (Gambar 9).
78
Gambar 9. Sertifikasi Halal LPP-POM dan MUI Jawa Barat Sumber: Cv. Madu Apiari Mutiara (2019)
79
5.1.1 Penerapan green product
CV. Madu Apiari Mutiara telah menerapkan Green Product karena dilihat
dari hasil uji lab menyatakan madu yang dihasilkan tergolong produk organik
yang aman dikonsumsi, tahan lama, tidak beracun, tidak menggunakan bahan
kimiawi pada produknya dan pemakaian kemasan yang minim yang dapat di daur
ulang dan tidak berlebihan.
Gambar 10. Hasil Uji Lab produk Sumber: CV. Madu Apiari Mutiara (2019)
80
Green Marketing secara utuh diterapkan dalam setiap lini produksi, sehingga
atribut Green dapat dikelompokan menjadi Green Input, Green Process, dan
Green Output, disesuaikan dengan beberapa SOP yang menunjukkan kesesuaian
dari adanya Green Input yaitu dilihat dari SOP penyimpanan dan pemilihan bahan
baku, prosedur pemantauan bahan baku. Sedangkan SOP yang menunjukkan
kesesuaian dari Green Process yaitu Prosedur proses pengolahan madu, Prosedur
tentang higienis dan penggunaan perlengkapan kerja, Prosedur mencuci tangan,
prosedur monitoring mutu air, dan prosedur pengendalian hama. SOP yang
menunjukkan kesesuaian dari Green Output dapat dilihat dari prosedur pelabelan
dan pembotolan, penyimpanan produk jadi, identifikasi bahaya dan
pengendaliannya. Perusahaan sering mengikuti pelatihan produk organik dan
pameran berbasis produk organik.
Seperti yang dikatakan oleh (Ottman dalam Kinoti, 2011:268) Green product
biasanya tahan lama, tidak beracun, berasal dari bahan alami, kemasan
mempunyai tanda food grade sehingga dapat didaur ulang dan menggunakan
kemasan yang tidak berlebihan (minimal packaging).
Kriteria madu pada perusahaan CV. Madu Apiari Mutiara di ketegorikan
menjadi dua yaitu jenis madu dengan kualitas dengan kadar air SNI dan Kualitas
dengan Kadar air Internasional. Diagram alur pembotolan madu kualitas SNI dan
Internasional berbeda, dapat terlihat seperti gambar 13 berikut ini.
81
Gambar 11. Diagram Alur Pembotolan Madu Kualitas SNI dan Internasional Sumber : Cv. Madu Apiari Mutiara (2019)
Alur pembotolan madu:
1. Setelah madu dipanen kemudian dilakukan penyaringan pertama, kemudian di
simpan di tempat penyimpanan bahan baku atau gudang.
Proses Penyaringan
Proses Penyaringan Madu
Dimasukan kedalam botol
Dilabel
Disegel
Siap dipasarkan
Proses Pembotolan Madu Kualitas SNI
20-22 %
Proses Pembotolan Madu Kualitas Internasional
Proses Penyaringan Madu
Dimasukan kedalam mesin penurun kadar air
Sekitar 17-18%
Dimasukan kedalam botol
Disegel
Dilabel
Siap dipasarkan
Panen Madu
Penyaringan II
82
2. Madu yang akan di produksi di ukur kadar airnya apa sudah memenuhi standar,
madu yang siap dipanen dilakukan penyaringan kembali. Untuk madu kadar air
yang lebih kental atau kualitas international dimasukan ke dalam mesin
pemanas agar kadar air madu turun.
3. Madu yang sudah sesuai standar maka dilakukan penyaringan ulang, dan
selanjutnya siap untuk diproduksi dan dilakukan pembotolan.
Harga madu di CV. Madu Apiari Mutiara disesuaikan juga dengan kriteria
dan jenis madu. Madu dengan kualitas kadar air lebih rendah (kualitas
internasional) lebih mahal disebabkan adanya penambahan proses produksi dan
harus dimasukan terlebih dahulu kedalam mesin penguap untuk menununkan
kadar air pada madu, selain itu kadar air yang lebih rendah membuat madu
menjadi lebih kental dan tidak cair seperti madu pada umumnya dikarenakan
madu lebih kental dan lebih banyak memiliki kandungan gizinya dari pada madu
yang cair dengan kadar air yang tinggi.
5.1.2 Penerapan green price
Harga dilihat dari jenis dan kualitas madu, jumlah kadar air madu dan tingkat
kesulitan memperoleh madu berkualitas. Harga madu hutan akan lebih mahal dari
pada madu peternakan karena cara mendapatkannya yang lebih banyak
membutuhkan energi, selain itu dilihat dari sisi kemasan yang menggunakan botol
yang dapat di daur ulang dan kemasan yang memiliki food grade menjadi nilai
tambah terhadap harga madu. Pada tabel di bawah ini adalah daftar harga madu
yang dijual pada perusahaan CV. Madu Apiari Mutiara.
83
Tabel 8. Daftar Harga Madu kualitas SNI CV. Madu Apiari Mutiara
No. Jenis Madu Encer Kental
1 Kapuk Randu/ Rambutan/ Mangga/ Kopi (450 gr) 80.000 85.000
2 Royal Jelly/Kaliandra/Durian/ Honey Kids (450 gr) 85.000 90.000
3 Madu Organik / Klengkeng / Sonokeling / Madu Super (450 gr) 100.000 125.000
4 Karet (450 gr) 70.000 75.000
5 Madu Propolis (400 gr) 90.000
6 Madu Herbal Plus / Madu Super Special (400 gr) 80.000
7 Hutan Palembang (450 gr) 70.000 75.000
8 Hutan Riau (450 gr) 75.000 80.000
9 Madu Dalam Sarang (400 gr) 200.000
13 Mahoni (450 gr) 75.000 80.000 Sumber: CV. Madu Apiari Mutiara (2019)
Pada tabel di atas menunjukkan daftar harga madu yang ada pada
perusahaan, daftar harga tersebut disesuaikan dengan jumlah kadar air yang dijual.
Kadar air madu semakin tinggi maka harga madunya juga semakin tinggi.
Harganya disesuaikan dengan kualitas dan jenis madunya. Untuk tabel dibawah
menunjukkan harga madu dengan kualitas international jual di perusahaan.
Tabel 9. Daftar Harga Madu kualitas internasional
No Jenis Madu Ukuran Harga 1 Madu Hutan 250 Rp. 60.000
2 Madu Hutan 400 Rp. 90.000
3 Madu Ternak 250 Rp. 60.000
4 Madu Ternak 400 Rp. 90.000
5 Madu Trigona / Klanceng 250 Rp. 125.000
6 Madu Trigona / Klanceng 400 Rp. 200.000
Sumber: CV. Madu Apiari Mutiara (2019)
84
Jenis madu kualitas internasional dikarenakan jenis madu yang diperoleh
sesuai dengan standar madu international dan telah melakukan penurunan kadar
air sehingga mempunyai tekstur yang kental dengan kadar air yang rendah. Jenis
dan cara mendapatkan madunya juga membutuhkan banyak proses sehingga
membutuhkan tambahan biaya dan energi dalam pengolahannya. Menurut
penelitian Eneizan dan Wahab (2016: 3) proses hijau menjadi mahal dalam hal
memasang teknologi dan peralatan baru, melatih orang, menyerap biaya eksternal,
dan mengubah limbah menjadi produk daur ulang. Biaya-biaya ini diintegrasikan
ke dalam harga akhir suatu produk. Oleh karena itu harga hijau adalah harga
premium, yang selanjutnya meningkat dengan penambahan biaya promosi.
Pengeluaran ini harus dirasionalisasi oleh upaya pemasaran; pada saat yang sama,
konsumen harus didorong untuk membayar harga premium.
5.1.3 Penerapan green place
CV. Madu Apiari Mutiara memiliki beberapa SOP yang menunjukan
adanya prosedur mengenai green place seperti prosedur pembersihan dan
pemeliharaan fasilitas perusahaan, prosedur pembersihan fasilitas peralatan
produksi. Jenis-jenis SOP pada perusahaan dapat terlihat pada lampiran 10.
Perusahaan menjaga alat transportasi dengan aktivitas pembersihan, mengganti
oli dan perawatan mesin agar emisi yang dihasilkan dari alat transportasi tidak
berlebihan. Menurut penelitian (Solvalier, 2010: 78) dan (Eneizan dan Wahab,
2016: 4) terdapat 2 kategori dalam Green Place yaitu 1) green distribution yang
menunjukkan pemilihan saluran dengan cara yang meminimalkan kerusakan
lingkungan. 2) Green store sebuah konsep pemasaran yang mendukung kegiatan
85
ramah lingkungan, dimana toko atau tempat yang yang menjual green product
juga menyadari dan memiliki wawasan tentang keramahan lingkungan. Yang
berhubungan dengan Green store yaitu seperti mengurangi konsumsi energi,
Sanitasi lingkungan dan pencapaian eko-efisiensi.
5.1.4 Penerapan green promotion
Perusahaan CV. Madu Apiari Mutiara juga melakukan promosi dan
pemasaran untuk menjual produknya. Proses penjualan dilakukan oleh bagian
pemasaran pada perusahaan yang biasanya melakukan penjualan dan mengikuti
kegiatan dan pameran dalam menjual produk madu. Tugas bagian pemasaran
yaitu menjual produk sekaligus menyampaikan manfaat dan teknis mendapatkan
produk madu yang dijual kepada konsumen sebagai bentuk edukasi dan
menambah wawasan konsumen. Untuk meningkatkan pemasaran dan penjualan
perusahaan melakukan pelatihan untuk mempermudah perusahaan melihat
peluang pemasaran dan dapat bersaing secara teknologi. Tidak hanya pemilik
perusahaan tetapi ada beberapa karyawan yang diikutsertakan dalam berbagai
pelatihan lainnya untuk menambah kemampuan karyawan dan meningkatkan
daya saing perusahaan.
Perusahaan sedang mengembangkan adanya eco label dan juga sertifikat
berbasis lingkungan seperti ISO 14001. Perusahaan melakukan promosi dan
penjualan melalui media sosial seperti instagram, email, whatsapp dan telepon
langsung, sebagai bentuk memanfaatkan teknologi dan meminimalkan waktu
dalam memesan produk madu. Saat ini perusahaan masih melakukan penjualan
seperti pemasaran pada umumnya dan belum menunjukan adanya nilai
86
lingkungan dalam pengembangan kemasan produk dan penjualan, perusahaan
sudah menjual produk dikalangan produk organik lain dan sudah mulai bersaing
dengan produk organik dan ramah lingkungan lainnya.
5.2 Analisis Rekapitulasi Kesesuaian Penerapan Green Marketing Mix
Data kesesuaian penerapan Green Marketing Mix pada CV. Madu Apiari
Mutiara Cimanggis Depok berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang
penulis lakukan, disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Rekapitulasi Hasil Checklist Pertanyaan
No. Elemen Green Marketing Mix
Jumlah Parameter
∑ Skor Tiap
Parameter
∑ Skor Maksimal
Persentase (%)
1. Green Product 21 83 105 79,4%
2. Green Price 3 13 15 86,6%
3. Green Place 6 23 30 73,3%
4. Green Promotion 9 31 45 68,8%
Rata-rata Keseluruhan 76,97%
Sumber : Hasil Olah Data (2019)
Berdasarkan Tabel 10 di atas, terdapat 4 elemen green marketing mix. Hasil
rekapitulasi penilaian persentase menunjukkan bahwa pelaksanaan Green
Marketing Mix pada perusahaan CV. Madu Apiari Mutiara, Cimanggis, Depok,
sudah banyak mengikuti aturan yang diterapkan oleh Green Marketing. Hal ini
ditunjukkan pada elemen 1 Green Product memperoleh persentase sebesar 79,4%,
elemen 2 Green Price sebesar 86,6%, elemen 3 Green Place memperoleh sebesar
73,3%, dan perolehan pada Green Promotion memperoleh sebesar 68,8%.
87
Perolehan persentase terhadap penilaian kesesuaian tiap elemen dapat dilakukan
dengan menggunakan rumus berikut:
= ∑ Skor Tiap Pertanyaan x 100%
∑ Skor Maksimal
Sebagai contoh, perhitungan pada elemen 1 Green Product, terdapat 21
pertanyaan dari total skor pertanyaan 100, hasil ini diperoleh sebagai berikut :
= 83105
x 100% = 78,7%
Berikut ini merupakan tabel range persentase penilaian penerapan elemen-elemen
Green Marketing Mix di CV. Madu Apiari Mutiara, Cimanggis, Depok (Tabel 9).
Tabel 11. Range Penilaian Persentase dari Scoring Checklist
Range dari penjumlahan bobot sebagai berikut :
81%-100% : Sudah terdapatnya SOP lisan dan tulisan green marketing, dilaksanakan
sesuai SOP, konsisten dan terdokumentasi.
61%-80% : Perusahaan sudah memiliki SOP green marketing, dilaksanakan sesuai
SOP, belum konsisten dan belum lengkap dokumentasi.
41%-60% : Perusahaan sudah melaksanakan aktivitas green marketing tetapi tidak
memiliki SOP secara lengkap.
21%-40% : Perusahaan sudah melaksanakan aktivitas green marketing tetapi tidak
maksimal karena tidak terdapatnya SOP pada perusahaan.
6%-20% : Perusahaan perlu membuat SOP terkait pelaksanaan green marketing.
0%-5%: Tidak ada dokumen maupun aktivitas mengenai green marketing mix
Sumber: Admaja dalam Twin (2013)
Hasil rekapitulasi persentase scoring checklist pertanyaan green marketing
mix mendapatkan hasil persentase dengan nilai 78,7% menunjukkan bahwa
penerapan elemen-elemen Green Marketing Mix memperoleh rata-rata persentase
berkisar 66-80%, yang berarti proses dan prosedur yang dijalankan perusahaan
88
dalam melakukan tindakan berbasis green marketing mix masih banyak yang
dilakukan tanpa adanya pencatatan dan dokumentasi.
5.2.1. Analisis Kesesuaian Green Product
Data kesesuaian penerapan Green Marketing Mix pada CV. Madu Apiari
Mutiara Cimanggis Depok. Disajikan pada tabel 9 menunjukkan kesesuaian
elemen green product dalam menerapkan green marketing adalah sebagai berikut:
Tabel 12. Hasil Scoring Checklist Green Product
Parameter Skor
Green Product 1 2 3 4 5 1. Terdapat Praktek/tata laksana dan kebijakan green
product dilaksanakan sesuai SOP √
2. Penerimaan bahan baku dan Kestabilan kadar air madu sesuai prosedur
√
3. Penggunaan mesin yang sesuai prosedur √
4. Tersedia ruang penyimpanan higienis √
5. Pemakaian alat pelindung diri √ 6. Wadah Simpan Higienis dan Konsistensi
pelaksanaan kebersihan lingkungan kerja √
7. Pelaksanaan sanitasi dilaksanakan sesuai SOP √ 8. Kaca, lantai dan peralatan produksi selalu dijaga
kebersihannya √
9. Penanganan limbah sesuai prosedur √
10. Jenis limbah tidak berbahaya √
11. Kemasan yang digunakan sudah sesuai prosedur √ 12. Penggunaan SOP daur ulang pada kemasan √
13. Penggunaan kemasan tidak terkontaminasi pada produk √
14. Sertifikasi berbasis lingkungan dan keamanan pangan √
15. Penerangan yang baik dan tidak mengganggu aktivitas kerja √
16. Suasana kantor nyaman dan jauh dari kebisingan √
Total Skor Parameter (83/105)x100%= 79,4% Sumber: Hasil Olah Data (2019)
89
Tabel di atas menunjukkan hasil scoring checklist pertanyaan terhadap
elemen Green Product yang menekankan pada aspek produksi tentang keramahan
dan keamanan lingkungan memperoleh persentase kesesuaian sebesar 79,4%. Hal
tersebut menunjukkan bahwa perusahaan memahami dan memperaktekan
prosedur dan melaksanakan aktivitas green marketing. Penerapan Green Product
di perusahaan melibatkan mulai dari awal pembuatan produk (Green Input),
proses produksi pada perusahaan yang ramah lingkungan (Green Process), hingga
akhir produksi seperti pengemasan dan penyimpanan (Green Output).
A. Kebijakan green product pada perusahaan
Perusahaan menerapkan kebijakan green product untuk memberikan
kepercayaan terhadap masyarakat. Proses madu yang dilakukan bertujuan
membantu pelestarian lingkungan yang berbeda pada umumnya. Madu dibuat
dengan higienis dan tersanitasi agar konsumen tetap terjaga kesehatannya.
Penerapan kebijakan green product dipraktekkan berawal dengan dibuatnya SOP
tentang keamanan pembuatan produk kemudian dilanjutkan dengan adanya SOP
keselamatan kerja dan lingkungan. Ketika sudah terdapat SOP, maka karyawan
yang bekerja harus mengikuti seluruh SOP yang ada. Kebijakan green product
ada yang dilakukan secara lisan dan secara tertulis. Kebijakan ada beberapa yang
dituangkan dalam bentuk SOP untuk memudahkan karyawan dalam
melaksanakan kinerjanya dan juga sebagai pedoman/dokumen yang diterapkan
dalam perusahaan. karena banyak melihat kasus keracunan pangan di Indonesia yang
disebabkan oleh produksi pangan pada kondisi sanitasi dan hygiene yang kurang
memadai maka pimpinan perusahaan CV. Madu Apiari Mutiara mengeluarkan
kebijakannya tentang pembentukan tim GMP/CPPOB dengan ketetapan Nomor : 002
90
/MMI/SK/XII/ Tahun 2016, kebijakan dapat dilihat pada lampiran 11. Perusahaan CV.
Madu Apiari Mutiara telah melalui tahapan uji lab yang dilakukan pada Badan
Penelitian dan Pengembangan industri tahun 2016 yang menunjukan bahwa
produk madu yang di jual pada perusahaan CV. Madu Apiari Mutiara adalah
produk yang tergolong organik dan memiliki keamanan pangan yang sudah sesuai
dengan Standar Nasional Indonesia (SNI-3545-2013).
B. Kebijakan green product
Kebijakan green product dijelaskan oleh pemilik perusahaan secara lisan
kepada karyawan tentang pengertian, manfaat menerapkan green product.
Karyawan hanya menunggu instruksi tentang pembuatan produk dan aturan
tentang kebijakan green product. Karyawan juga diikutsertakan agar lebih
memahami pembuatan produk yang aman, higienis dan tersanitasi. Selain itu
selalu ada pengawasan langsung terhadap proses pembuatan produk yang
berwawasan lingkungan dari pemilik perusahaan. Jaminan penerapan kebijakan
green product dilaksanakan dengan pengawasan dan pengecekan oleh pemilik
perusahaan, suvervisor, dan audit internal setiap bulannya oleh suvervisor untuk
memantau penerapan secara konsisten. Cara menjaga konsistensi kebijakan
dilakukan dengan adanya memiliki struktur tata kelola perusahaan, job
description, GMP, SSOP, dipadukan dengan peraturan dari SNI-6729-2016 yang
berkaitan dengan wawasan lingkungan. Perusahaan juga melakukan sistem
monitoring kinerja dan realisasi atas berbagai program kerja yang telah disusun.
Mekanisme monitoring kinerja dilakukan melalui rapat tingkat pimpinan, rapat
dan evaluasi bulanan bersama karyawan, dan audit internal.
91
C. Tata laksana Bahan Baku
Untuk pelaksanaan penerimaan bahan baku dilakukan dengan melihat jenis
dan kebutuhan bahan baku yang dibutuhkan, lalu bagian pemasaran memesan
bahan baku kepada petani madu. Saat bahan baku madu datang ke perusahaan,
akan diterima oleh karyawan untuk di lakukan penimbangan bobot madu.
Setelah itu, dilakukan pengecekan kadar air pada madu, bila kriteria madu
sudah diterima maka madu ditempatkan di gudang penyimpanan dan disusun
berdasarkan jenis dan kadar air madu. Dalam menjalan pelaksaan penerimaan
bahan baku karyawan yang melakukannya sudah menerapkan sesuai SSOP
yang ada pada lampiran 16.
D. Kestabilan kadar air madu
Kadar air merupakan salah satu komponen kualitas dalam madu yang
penting. Pada saat panen, kadar air madu bisa mencapai 22-23%. Untuk
menjaga kestabilan kadar air madu saat proses dimulai dipindahkan ke wadah
stainless stell, karena sifat logam yang bagus untuk madu dan dapat
menghantarkan panas sehingga tahan terhadap udara. Madu memiliki sifat
higrokopis atau kemampuan menyerap molekul air. Agar madu tetap terjaga
kadar airnya, tetap higienis dan terhindar dari berkembangnya mikroorganisme
harus disimpan diwadah yang tertutup rapat dan di masukan kedalam ruangan
dengan suhu kamar. Madu tidak cocok apabila dimasukan ke dalam lemari es
atau Freezer, Karena madu memiiki sifat higrokopis atau yang disebut punya
kemampuan untuk menyerap molekul air. Agar madu terjaga kadar airnya,
92
tetap higienis, dan terhindar dari mikro organisme madu dimasukan pada
wadah yang tertutup rapat.
Gambar 12. Hasil Uji lab kebersihan dan mutu air Sumber: CV. Madu Apiari Mutiara (2019)
Pada gambar di atas menurut hasil uji lab yang dilakukan pada Badan
Penelitian dan Pengembangan industri tahun 2016 menunjukan penggunaan
air, kebersihan dan mutu air pada perusahaan CV. Madu Apiari Mutiara sudah
memenuhi SNI. Perusahaan selalu melakukan pengawasan dan monitoring
pada mutu penggunaan air dengan tujuan agar produk yang digunakan tetap
terjaga kebersihan, keamanan dan jaminan mutunya. Pengawasan selalu
93
dilakukan oleh bagian produksi agar tidak terdapat cemaran produk dan
terhindar dari kontaminasi bahan kimiawi.
F. Penyimpanan bahan baku madu
Cara penyimpanan bahan baku madu yang benar dengan melihat jenis
wadah yang digunakan. Tempat penyimpanan madu lebih cocok menggunakan
wadah dari kaca atau wadah tertutup plastik seperti drum. Madu disimpan di
suhu 10-20˚C. Menyimpan dengan suhu yang terlalu panas dan dingin dapat
mengurangi cita rasa madu dan membuat warnanya gelap. Penyimpanan madu
dilakukan ditempat yang gelap dan jauh dari sinar matahari. Wadah
penyimpanan madu harus tertutup rapat karena mencegah kemungkinan udara
luar mengkontaminasi madu dan menghindarkan madu untuk mengkristal.
Berikut adalah SOP mengenai penyimpanan bahan baku madu:
1. Penyimpanan Bahan Baku
• Bahan baku madu disimpan di dalam blung yang bersih, kering dan
tertata rapi
• Bahan baku tersebut disusun sesuai System First Expired First Out
(FEFO)
• Lakukan pencatatan bahan baku yang disimpan.
2. Penyimpanan Produk Jadi
a. Produk jadi di simpan di dalam ruang penyimpanan yang bersih,
kering dan terhindar dari sinar matahari sesuai System First In First
Out ( FIFO ) First Expired First Out (FEFO)
b. Lakukan pencatatan keluar masuknya produk jadi yang di simpan
dalam ruang penyimpanan.
94
3. Pemantauan
Karyawan di bagian gudang yang di tunjuk melakukan pemantauan
kondisi bahan baku dan produk jadi.
G. Penggunaan mesin panen
Mesin panen digunakan untuk mengeluarkan madu dari log/sarang lebah.
Selain itu untuk menyaring kotoran yang terdapat pada madu. Penggunaannya
log/sarang lebah dikeluarkan dari tempatnya kemudian dimasukan kemesin
refraktor setelah mesin terisi penuh maka dilakukan proses mesin dengan cara
memutar secara manual dengan tenaga manusia tidak menggunakan listrik atau
tenaga lainnya, setelah diputar maka akan keluar cairan madu yang langsung
tersaring. Madu dikumpulkan pada wadah seperti drum dan akan dilakukan
proses selanjutnya. Pada penggunaan mesin panen ini dijalankan sesuai SOP.
H. Sanitasi kebersihan tempat
Ruang produksi selalu terjaga sanitasi kebersihannya oleh bagian
produksi. Semua karyawan yang bekerja melakukan piket kebersihan secara
bergantian untuk membersihkan ruang produksi. Kebersihan ruang produksi
dan pelaksanaan produksi termasuk hal penting karena harus sesuai dengan
SOP kebersihan yang ada. Dalam menjalankan sanitasi tempat kerja
perusahaan sangat teliti dalam membuat SOP sehingga tidak hanya ruang
produksi yang tersanitasi tetapi juga sanitasi peralatan kebersihan, fasilitas
toilet, fasilitas gedung, fasilitas untuk tempat cuci peralatan dan juga mencakup
semua peralatan fasilitas. Kebersihan di ruang penyimpanan dilakukan oleh
bagian pergudangan dan bagian bahan baku, agar tidak terjadi kontaminasi
pada produk dan tetap terjaga keamanan lingkungannya, dengan cara :
95
1. Sekali sebulan petugas pembersih memeriksa kelengkaan dan fungsi
fasilitas bangunan ( atap, pintu , langit-langit, lampu dll)
2. Bila fasilitas tidak ada atau tidak lengkap, rusak atau tidak berfungsi
sebagai mestinya segera laporkan kepada pimpinan.
3. Pimpinan segera menyediakan atau melengkapi , memperbaiki atau
mengganti fasilitas bangunan yang rusak atau tidak berfungsi.
Selain itu juga terdapat SOP Penyimpanan dan Penggunaan bahan Pembersih :
1. Bahan pembersih ( sabun pembersih ) disimpan ditempat tersendiri atau
terpisah dari penyimpanan bahan baku, kemasan dan produk jadi.
2. Tata cara penggunaan bahan pembersih harus sesuai ketentuan seperti
pada label ( baca petunjuk penggunaan pada label )
3. Kegiatan pembersihan dilakukan sebelum dan sesudah proses produksi
4. Petugas kebersihan memantau keberadaan bahan pembersih tersebut yang
di gunakan
96
Pengawasan terhadap bahan baku agar bebas kontaminasi dari pengaruh luar
seperti kimiawi, fisika dan biologis.
No Potensi Bahaya Pengendalian
1. Bahaya Fisik :
a. Daun b. Lebah mati c. Debu d. Rambut
- Penyaringan pada saat madu hendak diproduksi
- Karyawan wajib menggunakan penutup kepala
2. Bahaya Biologi :
a. E-Coli b. Salmonella c. Kapang d. Khamir
- Mencuci tangan sebelum produksi atau setelah dari kamar mandi
- Memakai sarung tangan dan masker
- Penyimpanan ditempat bersih dan kering
- Terlindung dari hama yang merusak kemasan
- Menggunakan kemasan yang kemasan yang bersih dan kering
3. Bahaya Kimia :
a. Cemaran Logam b. Timbal c. Cicin d. Gelang e. Jam Tangan
- Jangan mengembala lebah di areal polusi
- Karyawan wajib melepas perhiasan atau aksesoris saat berproduksi / higiene sanitasi
H. Perawatan Fasilitas Perusahaan
Sebelum produksi dimulai, petugas kebersihan melakukan pemeriksaan
kelengkapan dan fungsi serta kebersihan dari fasilitas sanitasi atau
pembersihan. Jika fasilitas tersebut tidak ada atau tidak lengkap/tidak
bersih/rusak/tidak berfungsi sebagaimana mestinya maka segera di laporkan
kepada pimpinan perusahaan untuk dilengkapi/diperbaiki/diganti dengan yang
baru. Untuk menjaga kebersihan fasilitas produksi selalu dilakukan pengecekan
dan perawatan setelah dipakai. Peralatan yang sehabis dipakai langsung
97
dibersihkan untuk mencegah timbulnya kontaminasi dan kerusakan pada
peralatan.
Produk yang disimpan harus dalam keadaan baik dan aman. Sebelum
madu di masukan ke dalam wadah akan dilakukan pengecekan kebersihan
terlebih dahulu oleh bagian produksi untuk mencegah adanya kontaminasi dari
luar. Karyawan yang bekerja juga harus menggunakan peralatan kerja agar
membuat produk dan wadah tetap bersih dan higienis.
Berikut adalah SOP peralatan dan permukaan yang kontak dengan pangan:
1. Semua peralatan dan permukaan yang kontak dengan pangan diruang
produksi dan ruang pengemasan dibersihkan oleh petugas kebersihan.
2. Kegiatan pencucian dilakukkan sesudah kegiatan produksi.
3. Tata cara pembersihan peralatan dan permukaan yang kontak dengan
pangan, yaitu sebagai berikut:
3.1.Buang semua kotoran dari alat/permukaan yang kontak dengan pangan
3.1.1. Untuk peralatan gayung, saringan, panci, Loyang
- Cuci sampai bersih atau tidak terdapat kotoran dengan air
sabun dan dibilas dengan air bersih
- Simpan di rak atau tempat yang telah ditentukan
3.1.2. Untuk mesin penurun kadar air
- Bersihkan mesin penurun kadar air dari kotoran atau sisa
madu yang masih tertinggal di mesin dengan air bersih dan
lap (kanebo) yang bersih pula
98
3.1.3. Untuk blung dan drigen
- Sebelum dan sesudah digunaka hendaknya dibersihkan
dengan air sabun dan dibilas dengan air bersih sampai tidak
berbau detergen
3.1.4. Untuk peralatan kompor
- Basahin kain lap (kanebo) dengan air bersih
- Gosokan kepermukaan kompor
- Gosok dengan lap (kanebo) yang bersih dan kering
3.1.5. Untuk peralatan Filling
Setiap selesai di gunakan bersihkan dengan cara:
• Basahi kain lap (kanebo) dengan air bersih
• Gosok ke seluruh permukaan alat filling baik di dalam
maupun di luarnya
• Gosok dengan kain bersih yang kering
3.2.Jika peralatan yang digunakan tidak bersih lakukan pencucian ulang
3.3.Jika peralatan yang digunakan rusak atau tidak dapat digunakan
sebagaimana mestinya, maka segera laporkan kepada pimpinan atau
penanggung jawab untuk segera di perbaiki atau di ganti yang
berfungsi.
4. Karyawan di ruang produksi yang ditunjuk melakukan pemantauan
kondisi peralatan tersebut di setiap sebelum dan sesuadah produksi.
99
I. Penanganan limbah produksi
Pada produksi madu tidak terlalu banyak menimbulkan limbah, hanya
kotoran ringan saja yang terdapat pada hasil dari penyaringan limbah seperti
daun, lebah mati. Untuk sampah-sampah yang di timbulkan dari hasil produksi
madu seperti plastik, bekas stiker dan botol tak terpakai dikumpulkan dan
dimasukan kedalam satu wadah lalu langsung dibuang ke gerobak sampah agar
tidak mengganggu lingkungan produksi.
J. Pemastian Jenis Kemasan
Menurut Manongko (2011:8) penggunaan kemasan yang baik untuk green
marketing yaitu menggunakan kemasan bersifat biodegrabable atau
meminimalisir kerusakan lingkungan dengan digunakan secara berulang-ulang
dan menggunakan kemasan yang sederhana. Memastikan kemasan tidak
berbahaya dengan terdapatnya tanda food grade yang biasanya terdapat
dibagian bawah kemasan. Kemasan yang memiliki tanda food grade akan lebih
aman untuk makanan dan tubuh serta telah melalui uji yang ketat. Kemasan
tidak kotor dan tidak terkontaminasi dengan kotoran yang dapat terlihat oleh
mata seperti cat atau noda. Kemasan yang digunakan berbahan dasar dapat
didaur ulang dan dapat dipakai berkali kali.
100
Tabel 13. Bahan Baku dan Bahan Pengemas
BAHAN BAKU UTAMA Madu
BAHAN BAKU PELENGKAP
Propolis, royal jelly, bee pollen
Habatusauda, jahe, pasak bumi, ekstrak cengkeh,
Ekstrak kulit manggis, ekstrak daun sirsak ,
Ekstrak jati belanda, ekstrak daun katuk,
Ekstrak kayu manis
BAHAN PENGEMAS
Botol kaca/gelas volume : 400gr, 450gr, 900gr
Botol plastik volume : 250gr, 500gr, 1kg, 2,8kg
Tutup seng, tutup plastik
Label / Stiker
Slongsong / Plastik shring
Sumber: CV. Madu Apiari Mutiara (2018)
Sebelum memasukan madu yang sudah diproduksi ke dalam wadah,
kemasan yang akan di pakai di perhatikan kebersihannya oleh bagian produksi
agar terhindar dari kotoran yang dapat terlihat oleh kasat mata. Selain itu
penyimpanan kemasan disusun didalam ruangan dengan rapih agar tidak mudah
terkena debu atau kotoran. Memastikan dengan selalu agar produk tertutup
dengan rapat dan tidak terbuka agar tidak ada kontaminasi dari udara luar yang
menyebabkan madu cepat mengkristal. Berikut ini adalah penjelasan mengenai
deskripsi madu, penerimaan dan kemasan.
101
Tabel 14. Standarisasi Produksi Madu
No Kategori Uraian
1. Nama bahan baku utama Madu
2. Komposisi (madu formulasi) -
3. Pengemasan Blung/Jerigen
4. Masa kadaluarsa 5 tahun
5. Cara transpotasi Pakai blung / jerigen kemudian diangkut pakai truk.
6. Cara penyimpanan bila ada penundaan proses
Di blung yang bersih dengan tertutup dan rapat
7. Prosedur Penerimaan bahan baku
1. Cek surat pesanan/ surat jalan 2. Cek kondisi madu (warna, aroma, rasa
dan kadar air) 3. Tolak madu jika tidak sesuai dengan
kriteria yang dipersyaratkan. 8. Persyaratan SNI /Regulasi SNI 01-3545-2004:
1. Aktifitas Enzim diastase, Min 3DN 2. Hidroksimetilfultural (HMF), Maks
50 mg/kg 3. Air, Maks . 22% b/b 4. Gulapreduksi (dihitung sebagai
glukosa), min 65% b/b 5. Sukrosa, maks 5% b/b 6. Keasaman, maks 50 ml NaOH 1 N/Kg 7. Padatan yang taklarut dalam air, maks
0,5% b/b 8. Abu, maks 0,5% b/b 9. Cemaran logam timbal (pb), maks
tembaga (cu), maks 1,0 dan 5,0 mg/kg 10. Cemaran arsen (AS), maks 0,5 mg/kg
Peraturan Ke Badan POM RI No. HK.00.06.1.52.40011
- ALT <5x103koloni/g - APM Koliform <3/g - Kapang dan Khamir <1x101koloni/g
9. Persyaratan yang ditetapkan( Perusahaaan )
Warna, aroma, rasa harus sesuai kriteria
Sumber: Cv. Madu Apiari Mutiara (2019)
102
Kontaminasi produk pangan sangatlah rentan dan mudah terkena bakteri atau
terkontaminasi dan unsur luar baik itu fisika, kimiawi dan biologis dari produk.
Untuk mencegah adanya kontaminasi terdapat SOP yang menjelaskan tentang
higienitas/koreksi kebiasaan karyawan dan perlengkapan kerja :
1. Seluruh karyawan dibagian penyaringan dan penimbangan serta bagian
pengemasan (packing ) harus menggunakan perlengkapan kerja ( tutup
kepala, celemek, dan masker) yang bersih.
2. Khusus untuk karyawan bagian pengisian kedalam botol, selain
menggunakan tutup kepala,masker juga harus menggunakan sarung tangan
yang bersih.
3. Selama bekerja, karyawan dibagian tersebut dilarang :
• Makan, minum, merokok dan meludah
• Bersin / batuk kearah pangan yang diolah / pangan yang tidak
tertutup dan kearah permukaan yang kontak dengan pangan
• Menggaruk, mengupil dan berbicara selama proses produksi
• Memiliki kuku yang panjang dan menggunakan “ cutek “,
menggunakan perhiasan ( cincin, anting, jam tangan, gelang,
kalung dll)
4. Karyawan yang memiliki luka terbuka harus ditutup dengan plester dan
tidak bekerja di bagian pengisian kedalam botol
5. Karyawan yang sakit, baru sembuh dari sakit, sakit yang menular serta
memiliki luka terbuka yang cukup parah disuruh istirahat di rumah.
6. Sebelum bekerja karyawan harus mencuci tangan terlebih dahulu ( lihat
prosedur mencuci tangan)
7. Sebelum masuk ruang produksi harus menggunakan perlengkapan kerja
yang khusus untuk di ruang produksi
8. Semua perlengkapan kerja dan barang pribadi karyawan disimpan diruang
khusus (locker).
103
9. Pimpinan dam atau karyawan yang ditunjuk melakukan pemantauan
kondisi tersebut di atas setiap sebelum operasi dan setiap saat.
5.2.2 Analisis Kesesuaian Green Price
Data kesesuaian penerapan Green Marketing Mix pada CV. Madu Apiari
Mutiara Cimanggis Depok berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang
penulis lakukan, disajikan pada tabel 15 menunjukkan kesesuaian elemen green
price dalam menerapkan green marketing adalah sebagai berikut:
Tabel 15. Hasil Scoring Checklist Green Price
Parameter Skor Green Price 1 2 3 4 5 1. Biaya lingkungan untuk pembentuk tambahan harga √
2. Biaya tambahan untuk kemasan dan label √ 3. Penambahan biaya pada panen madu √
Total Skor Parameter (13/15)x100%= 86,6% Sumber: Hasil olah data (2019)
Dari Tabel di atas menunjukkan hasil scoring checklist pertanyaan terhadap
elemen Green Price yang menekankan pada aspek pembiayaan tentang
keramahan dan keamanan lingkungan memperoleh persentase kesesuaian sebesar
86,6%. Menurut penelitian Eneizan dan Wahab (2016: 3), proses hijau menjadi
mahal dalam hal memasang teknologi dan peralatan baru, melatih orang,
menyerap biaya eksternal, dan mengubah limbah menjadi produk daur ulang.
Terdapat nilai tambah yang diberikan perusahaan dalam membuat produk yang
ramah lingkungan karena harga madu disesuaikan menurut jenis dan kesulitan
mendapatkan madu dan bahan baku yang dibutuhkan. Madu yang langsung dari
hutan lebih mahal harganya dengan madu budidaya karena perolehan cara yang
104
lebih sulit. Selain itu kadar air menjadi penentu harga. Harga madu menjadi lebih
mahal karena diperlukan proses yang lebih panjang dari madu dengan kadar air
lebih tinggi. Harga juga dipengaruhi jumlah madu dan jenis madu pada setiap
kemasan. Proses madu dengan memperhatikan green marketing berarti terdapat
aktivitas-aktivitas berdasarkan konsep “green” agar produk aman dikonsumsi dan
tidak merusak lingkungan. Aktivitas green marketing yang terdapat pada madu
membuat harga menjadi sedikit lebih mahal. Harga penjualan madu kepada
konsumen juga sesuai dengan khasiat dan proses yang dilalui oleh perusahaan
tersebut dalam mengelola madu hingga menjadi minuman yang siap dikonsumsi.
Dari berbagai proses bahan baku, produksi, penyimpanan, hingga kemasan,
memiliki kriteria dan nilai tambah yang berbeda-beda, menjadi dasar madu pada
perusahaan CV. Madu Apiari Mutiara menjadi lebih mahal.
5.2.3 Analisis Kesesuaian Green Place
Green Place dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan dalam
menyediakan pelayanan dan fasilitas yang ramah lingkungan seperti distribusi,
transportasi yang ramah lingkungan, menggunakan energi secukupnya, tidak
boros sumber daya dan tidak memberikan emisi pada lingkungan dan juga
menyediakan toko atau tempat yang ramah lingkungan dengan pemakaian energi
yang sewajarnya. Data kesesuaian penerapan Green Marketing Mix pada CV.
Madu Apiari Mutiara Cimanggis Depok berdasarkan hasil wawancara dan
observasi yang penulis lakukan, disajikan pada tabel 16 menunjukkan kesesuaian
elemen green place dalam menerapkan green marketing adalah sebagai berikut:
105
Tabel 16. Hasil Scoring Checklist Green Place
Parameter Skor
Green Place 1 2 3 4 5 1. Pengemasan wadah distribusi dilakukan dengan
praktis dan efisien √
2. Penggunaan jenis transportasi minimal emisi √ 3. Penggunaan alat distribusi dan transportasi sesuai
prosedur √
4. Efisiensi pemakaian energi pada toko √
5. Penggunaan hemat energi pada toko sesuai prosedur √
6. Sanitasi pada toko/tempat penjualan sesuai prosedur √
Total Skor Parameter (22/30)x100%= 73,3% Sumber: Hasil olah data (2019)
Hasil scoring checklist menunjukkan elemen Green Place yang menekankan
pada aspek penempatan dan tataletak lokasi penjualan dan distribusi produk yang
berwawasan lingkungan memperoleh persentase kesesuaian sebesar 73,3%.
Perusahaan menerapkan penjualan, pemasaran dan distribusi produk yang masih
mengutamakan unsur lingkungan dan penghematan energi. Berikut ini merupakan
penjelasan mengenai hasil dari Green Distribution dan Green Store:
K. Penggunaan alat Transportasi
Alat transportasi yang digunakan berupa mobil dan motor untuk
mengantarkan barang dan pesanan kepada distributor dan konsumen. Perusahaan
memiliki 2 alat tranportasi mobil dan 3 alat tranportasi motor. Perusahaan
menggunakan jasa pengirim paket seperti JNE atau TIKI untuk mengirim pesanan
madu kepada konsumen. Jika pesanan berlokasi dekat dengan perusahaan yaitu
depok dan sekitarnya maka perusahaan akan mengantarkannya langsung
menggunakan alat transportasi mobil atau motor. Alat tansportasi perusahaan juga
106
digunakan untuk pengantaran barang bagi kegiatan pameran dan seminar, dari
pembelian bahan baku, pelengkap keperluan kemasan dan sebagainya. Alat
transportasi dilakukan perawatan mesin agar kendaraan dapat mengurangi bahaya
terhadap lingkungan dan tidak memberikan polusi yang berlebihan. Transportasi
yang ada pada perusahaan juga tidak menghasilkan emisi berlebihan yang dapat
mengganggu masyarakat dan lingkungan. Dari penjelasan di atas, perusahaan
telah menerapkan Green Distribution mengenai penghematan dan aman dalam
pemakaian alat distribusi, pengantaran madu dari tempat penjualan hingga
konsumen serta peralatan yang digunakan tidak berbahaya bagi lingkungan.
N. Penggunaan energi dan sanitasi pada tempat penjualan
Penggunaan energi pada toko dan perusahaan disesuaikan dengan kebutuhan
daya dan kapasitas yang dibutuhkan agar tidak ada pemakaian yang berlebihan.
Langkah yang dilakukan seperti mematikan peralatan listrik yang sudah tidak
digunakan, penggunaan lampu dengan energi yang kecil, dan lebih terlalu banyak
menggunakan mesin untuk proses produksi. Dalam melakukan sanitasi ditempat
kerja pimpinan perusahaan menerapkan SOP untuk karyawan. Lingkungan kerja
selalu dibersihkan setiap hari oleh petugas piket, lalu sekali sebulan petugas
pembersih memeriksa kelengkapan dan fungsi fasilitas bangunan seperti atap,
pintu, toilet, lampu, dinding dll untuk memastikan keadaan pada ruangan dalam
keadaan aman dan bersih. Apabila terdapat kendala maka akan dilaporkan ke
pimpinan perusahaan untuk segera digantikan.
107
Gambar 13. Tempat penjualan Madu
Pada gambar di atas menunjukkan tempat penjualan madu yang sebagai
salah satu bentuk untuk menarik konsumen agar membeli produk madu dan
mengetahui produk-produk organik yang berbasis lingkungan. Penempatan
produk dilakukan dengan rapih dan bersih dengan lingkup banner atau pamflet
madu pada lokasi penjualan. Perusahaan juga membagikan brosur yang
menjelaskan karakteristik dan khasiat madu.
108
5.2.4 Analisis Kesesuaian Green Promotion
Data kesesuaian penerapan Green Marketing Mix pada CV. Madu Apiari
Mutiara Cimanggis Depok berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang
penulis lakukan, disajikan pada tabel 17 menunjukkan kesesuaian elemen green
product dalam menerapkan green marketing adalah sebagai berikut:
Tabel 17. Hasil Skoring Checklist Green Promotion
Parameter Skor Green Promotion 1 2 3 4 5 1. Pemanfaatan eco label sesuai prosedur √ 2. Kesetaraan informasi pada label sesuai pelaksanaan √ 3. Kemudahan dalam pemahaman informasi ramah
lingkungan √
4. Pemanfaatan eco brand sesuai prosedur √
5. Terdapatnya Slogan pada produk dan kemasan √ 6. Memiliki gambar yang menarik dalam kemasan yang
mencerminkan lingkungan √
7. Pemanfaatan periklanan/promosi ramah lingkungan sesuai prosedur √
8. Efisiensi periklanan melalui media sosial √ 9. Mengikuti pameran dalam pemasaran madu √
Total Skor Parameter (31/45)x100%= 68,8% Sumber: Hasil olah data (2019)
Hasil scoring checklist pertanyaan terhadap elemen Green Promotion
yang menekankan pada aspek pemasaran dan promosi produk yang berwawasan
lingkungan memperoleh persentase kesesuaian sebesar 68,8%. Hasil green
promotion menunjukkan perusahaan berusaha menerapkan penjualan dan
promosi produk yang berbasis lingkungan dengan menerapkan elemen green
promotion yaitu eco label, eco brand dan enviromental advertisement dan masih
kurang terhadap SOP dan dokumen yang ada.
109
Pada tabel di atas terdapat skor terendah yaitu pemanfaatan eco label
sesuai prosedur dan pemanfaatan eco brand sesuai prosedur dikarenakan tidak
adanya aktivitas eco label dan eco brand pada perusahaan, perusahaan belum
menerapkan logo berbasis lingkungan dan belum menerapkan pemasaran
berbentuk eco label dan eco brand. Terdapat skor tertinggi yaitu skor 5 terdapat
pada efisiensi periklanan melalui media sosial dan mengikuti pameran dalam
pemasaran madu dikarenakan sudah adanya penerapan yang efektif seperti
pemanfaatan media sosial. Perusahaan sudah rutin dalam mengikuti kegiatan
pemasaran dan promosi langsung dengan mengikuti kegiatan pameran madu dan
ikut serta kegiatan pangan organik, perusahaan juga sering memberikan materi
terkait madu dan perlebahan kepada lembaga kerja dan sekolah sebagai bentuk
edukasi dan pemarasan madu organik kepada masyarakat. Berikut ini merupakan
penjelasan mengenai hasil dari eco label, eco brand dan enviromental
advertisment:
A. Pemanfaatan Eco Label
Eco label adalah salah satu alat pemasaran hijau penting yang digunakan
pada produk ramah lingkungan. Menurut Fui Yeng dan Yazdanifard (2015:18)
label lingkungan memungkinkan konsumen dengan mudah membedakan produk
ramah lingkungan dibandingkan produk standar normal. Eco label bertujuan
untuk mempromosikan pengelolaan produk berkelanjutan dan produk-produk
madu organik kepada konsumen. Perusahaan ini belum menerapkan Eco Label
pada kemasan, pemilik perusahaan sedang mengusahakan untuk menerapkan logo
110
Eco label pada kemasan, dan masih berusaha melengkapi dokumen agar dapat
menggunakan eco label.
B. Meyakinkan Konsumen
Untuk meyakinkan konsumen agar percaya dengan bahan baku madu yang
murni dan tanpa campuran apapun dilihat dari brosur yang disiapkan pemasaran
kepada konsumen. Selain itu, sudah menjadi tugas bagian pemasaran untuk dapat
meyakinkan konsumen tentang kemurnian madu. Melalui hasil uji lab yang
menunjukkan produk adalah asli berbahan alami dan organik.
C. Pemanfaatan Eco Brand dan Logo
Eco Brand adalah nama, simbol atau gambar produk yang tidak berbahaya
bagi lingkungan. Menurut Puspa dewi (2018: 2169) mendefinisikan eco label
sebagai nama, istilah, tanda, simbol atau desain yang berbasis lingkungan untuk
mengidentifikasi produk dari satu penjual atau kelompok penjual untuk
membedakan produk dari pesaing. Dalam memanfaatkan eco brand perusahaan
menggunakan istilah Madu Murni 100% untuk memberikan daya tarik dan
meyakinkan konsumen. Selain itu warna kuning pada kemasan mencerminkan
warna lebah ditambah terdapat gambar lebah yang memberikan unsur lingkungan
dan kesan yang menarik. Pada kemasan produk madu belum terdapat logo tentang
lingkungan, hanya terdapat logo MUI dan logo binaan IPB. Karena perusahaan
belum mendapat logo yang berhubungan lingkungan pada kemasan.
D. Pemanfaatan Promosi dan Mengajak Konsumen
Menurut (Ekowati, 2015 dalam Puspa dewi, 2018: 2169) Green advertising
adalah periklanan yang tampilannya berwawasan lingkungan, cara untuk
111
memengaruhi perilaku pembelian konsumen yang akan sangat mendorong
konsumen untuk membeli produk yang ramah lingkungan. Perusahaan sering
mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan produk organik dan ramah
lingkungan, seperti pameran produk organik, iklan di media sosial dan brosur.
Bagian pemasaran memasarkan produk madu dengan menunjukan keunggulan
dan manfaat dari mengkonsumsi produk madu. Perusahaan melakukan promosi
tambahan dengan mengikuti kegiatan pameran dari dinas kesehatan, Perkumpulan
Perlebahan Indonesia, produk organik dan dari instansi lain. Sebagai bentuk
menarik konsumen, dan memberitahu konsumen akan produk yang dibuat secara
ramah lingkungan dan dari bahan dasar pangan organik.
5.3 Temuan GAP dan Rekomendasi
5.3.1 Klasifikasi Hasil Temuan Ketidaksesuaian (Gap)
Berdasarkan hasil penelitian terhadap penerapan strategi green marketing pada
CV. Madu Apiari Mutiara, didapatkan hasil temuan ketidaksesuaian (gap) sebagai
berikut :
1. Temuan pada elemen green product
a. Kurangnya kelengkapan dokumen proses produksi yang menunjukkan
produk tersebut adalah produk organik dan ramah lingkungan, seperti
dokumentasi proses produksi atau panen madu yang organik dan
ramah lingkungan baik itu dalam berupa foto maupun video
pembuatan madu.
b. Kurangnya kelengkapan mengenai dokumen dan SOP yang berbasis
lingkungan pada perusahaan, yaitu:
112
• Kebijakan berbasis green product secara tertulis
• SOP Penjaminan keaslian bahan baku
• SOP Jaminan mutu tanpa bahan tambahan pangan
• Instruksi kerja pengolahan mutu madu
• SOP Terkait limbah dan buangannya
• SOP Pemanfaatan mesin dan energi.
• SOP Pendataan kode produksi
• Dokumen Informasi dan kejelasan logo lingkungan pada produk
• Penjelaskan tentang madu organik dan keramahan lingkungan
pada pamflet, brosur atau bannernya
• SOP Pemasaran dan penjualan produk
• SOP daur ulang kemasan
c. Belum terdapat sertifikat berbasis lingkungan pada perusahaan hanya
sertifikat mengenai keamanan pangan dan produk.
2. Temuan pada elemen green place:
a. Masih kurang konsisten dalam melakukan penghematan penggunaan
listrik dan air.
b. Alat tranportasi yang kurang dijaga perawatannya sehingga
menghasilkan emisi yang berlebihan.
c. Tidak semua kemasan pada produk yang dijual menggunakan kemasan
yang dapat di daur ulang.
3. Temuan pada elemen green promotion:
113
a. Kurangnya informasi kepada konsumen yang menyatakan bahwa
produk madu yang dibuat ramah lingkungan dan peduli pada lingkungan.
b. Masih belum mencantumkan eco label.
c. Belum konsisten dalam menerapkan slogan mengenai produk organik
dan berwawasan lingkungan.
d. Perusahaan masih kurang dalam promosi yang berbasis lingkungan
e. Kurangnya mencantumkan gambar mengenai produk organik dan ramah
lingkungan.
Berdasarkan hasil temuan ketidaksesuaian (gap) di atas, masih banyak SOP
yang belum dibuat dan diterapkan oleh perusahaan dan masih terdapat kekurangan
dalam menerapkan strategi green marketing, sehingga perlu rekomendasi tindakan
pengembangan agar strategi green marketing berjalan sesuai dengan empat
elemen berbasis lingkungan yaitu product, price, place, promotion.
5.3.2 Rekomendasi Tindakan Pengembangan Strategi Green Marketing
Rekomendasi tindakan pengembangan Strategi Green Marketing Produk
Madu mengacu kepada hasil identifikasi tahap wawancara, dokumentasi dan
observasi. Berdasarkan gap (temuan) ketidaksesuaian peran pengembangan
strategi green marketing penulis mengidentifikasikan tindakan pengembangan
strategi green marketing yang telah dilakukan oleh perusahaan dan menetapkan
rekomendasi tindakan terkait gap (temuan) ketidaksesuaian yang akan dijelaskan
pada tabel 18 berikut ini:
114
Tabel 18. Analysis GAP (Temuan Ketidaksesuaian dan Rekomendasi Tindakan Pengembangan Green Marketing Mix) No. Gap (Temuan
Ketidaksesuaian) Penyebab Gap Target yang ingin Dicapai Rekomendasi Tindakan
1. Kurangnya kelengkapan dokumentasi mengenai proses produksi yang menunjukkan produk tersebut adalah produk organik dan ramah lingkungan
Belum lengkap dalam membuat dokumentasi pada pembuatan produk organik dan ramah lingkungan sehingga konsumen masih banyak yang menanyakan tentang kebenaran dan keaslian produk organik dan ramah lingkungan tersebut.
Dihasilkan dokumentasi proses produksi madu yang organik dan ramah lingkungan baik itu berupa foto maupun video pembuatan madu.
Melengkapi dokumen pengolahan produk ramah lingkungan, dokumen pemanenan dan penerimaan bahan baku yang aman, dan dokumen penyimpanan bahan baku.
2. Kurangnya kelengkapan mengenai dokumen dan SOP yang berbasis lingkungan pada perusahaan
Belum mempunyai SOP mengenai proses penanganan limbah
Perbaiki penambahan kelengkapan SOP berbasis lingkungan dan SOP mengenai limbah proses.
Menambahkan pembuatan SOP berbasis lingkungan, SOP daur ulang kemasan dan SOP limbah proses, selain itu pengawasan rutin tentang lingkungan.
3. Tidak terdapat sertifikat berbasis lingkungan pada perusahaan hanya sertifikat mengenai keamanan pangan dan produk.
Belum memiliki sertifikat resmi mengenai keamanan lingkungan seperti sertifikat ISO 14001 yang membahas mengenai produk ramah lingkungan.
Sertifikat berbasis lingkungan seperti sertifikat ISO 14001 yang membahas mengenai produk ramah lingkungan.
Mencari informasi lebih lanjut mengenai pembuatan sertifikat ramah lingkungan, selain itu perusahaan juga harus konsisten dalam pembuatan yang berbasis keramahan lingkungan
4 Kurangnya informasi kepada konsumen yang menyatakan bahwa produk madu yang dibuat ramah lingkungan dan peduli pada lingkungan.
Kurang komunikasi mengenai adanya pembuatan produk yang berbasis lingkungan, sehingga banyak konsumen yang kurang mengerti dan tidak tau.
Menambah publikasi dan pemasaran produk ramah lingkungan. Memberikan daya tarik melalui inovasi kemasan
Memberikan informasi dan komunikasi kepada konsumen agar lebih sadar akan pentingnya membeli produk yang ramah lingkungan.
115
No. Gap (Temuan Ketidaksesuaian)
Penyebab Gap Target yang ingin Dicapai Rekomendasi Tindakan
5
Perusahaan masih kurang konsisten dalam melakukan penghematan energi seperti penggunaan mesin, alat tranportasi dan penggunaan fasilitas yang tidak banyak mengeluarkan energi.
Belum konsisten dijalankan oleh setiap karyawan atau individu pada perusahaan sehingga masih banyak menggunakan mesin, alat transportasi, dan fasilitas yang berlebihan.
Perencanaan, pelaksanaan, dan pengevaluasian tindakan/pelatihan sumberdaya manusia mengenai pembuatan produk yang ramah lingkungan.
Kedisiplinan dalam pemakaian fasilitas dan mesin pada proses produksi seperti mesin pendingin dan mesin pada proses pengurangan kadar air madu. Kurangi pemakaian listrik yang berlebihan pada perusahaan.
6 Tidak semua kemasan pada produk yang dijual menggunakan kemasan yang dapat di daur ulang, ada beberapa kemasan yang hanya dapat digunakan dengan sistem sekali pakai.
Kemasan yang digunakan pada produk tidak semua menggunakkan kemasan yang dapat di daur ulang, terdapat beberapa kemasan yang menggunakan botol plastik dengan nomer kemasan 1 yang berarti hanya dapat satu kali pemakaian saja.
Penggunaan kemasan pada produk yang semuanya dapat di daur ulang.
Upaya mengganti kemasan yang tidak dapat di daur ulang dengan kemasan yang dapat di daur ulang, dan tahan lama pemakaian serta tidak membahayakan bagi lingkungan dengan mengganti nomer kemasan menjadi nomer 5.
7
Perusahaan masih belum mencantumkan logo tentang eco label.
Belum terdapatnya eco label yang dicantumkan pada kemasan.
Pencantuman logo eco label pada kemasan
Perusahaan harus tegas dalam mencantumkan logo sehingga konsumen menjadi lebih tau dan sadar untuk membeli produk yang lebih berwawasan lingkungan.
116
No. Gap (Temuan Ketidaksesuaian)
Penyebab Gap Target yang ingin Dicapai Rekomendasi Tindakan
8
Perusahaan masih belum konsisten dalam menerapkan slogan mengenai produk organik dan berwawasan lingkungan.
Slogan atau tulisan mengenai produk organik dan lingkungan kurang dipublikasikan ke konsumen.
Penerapan Slogan atau tulisan tentang produk organik, sehat dan berwawasan lingkungan.
Pemilik perusahaan dan manajer pemasaran harus lebih konsisten pada kemasan dengan mencantumkan slogan atau kalimat yang membuat konsumen menjadi lebih tertarik untuk membeli.
9. Perusahaan masih kurang dalam promosi yang berbasis lingkungan, kurangnya mencantumkan gambar mengenai produk organik dan ramah lingkungan.
Kurang perapkan gambar atau penjelasan tentang produk organik dan ramah lingkungan pada brosur atau kemasan.
Melakukan beberapa inovasi mengenai kemasan, sehingga mempermudah konsumen dalam mengetahui tentang produk organik yang ramah lingkungan.
Perusahaan harus lebih kreatif dalam pengembangan media promosi yang menunjukan produk adalah benar produk madu organik, murni dan dikelola dengan sistem yang ramah lingkungan.
10 Perusahaan belum menerapkan Eco label dan eco brand
Belum adanya dokumen yang lengkap dalam melengkapi syarat eco label dan
Masih dalam pelengkapan dokumen untuk eco label dan eco brand
Perusahaan harus lebih aktif dalam mengumpulkan data dan dokumen yang menunjang adanya syarat eco label dan eco brand.
117
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai penerapan Green Marketing
Mix di CV. Madu Apiari Mutiara, Cimanggis, Depok, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. CV. Madu Apiari Mutiara sudah mengikuti kriteri green marketing mix
dalam peroses penerapan produknya yaitu 4 elemen green marketing: green
product, green price, green place, dan green promotion. Tetapi masih ada
kekurangan dalam penerapannya seperti belum menyertakan logo tentang
keramahan lingkungan pada kemasan, dan masih banyak kegiatan yang
belum konsisten tentang lingkungan seperti pemakaian energi dan listrik
yang berlebihan, penggunaan alat distribusi dan transportasi yang masih
menimbulkan emisi dan penggunaan promosi dan iklan yang masih kurang
terhadap unsur lingkungan.
2. Kesesuaian penerapan Green Marketing Mix pada hal ini ditunjukkan pada
elemen 1 Green Product memperoleh persentase sebesar 79,4%, elemen 2
Green Price sebesar 86,6%, elemen 3 Green Place memperoleh sebesar
73,3%, dan perolehan pada Green Promotion memperoleh sebesar 68,8%.
Hasil rekapitulasi persentase dengan nilai 76,97% menunjukkan bahwa
penerapan elemen-elemen Green Marketing memperoleh rata-rata
persentase berkisar 61%-80% yang berarti Perusahaan sudah memiliki SOP
green marketing dan dilaksanakan sesuai SOP. selain itu proses dan prosedur
118
yang dijalankan perusahaan dalam melakukan tindakan berbasis green
marketing masih banyak yang dilakukan dengan tanpa adanya pencatatan
dan dokumentasi.
3. Tindakan pengembangan green marketing yang telah dijalankan oleh
perusahaan masih belum dilakukan secara maksimal, hal ini terlihat dari
sejumlah rencana atau tindakan yang belum dilakukan oleh perusahaan
untuk mengatasi gap yang ditemukan. Oleh karena itu, penulis
merekomendasikan beberapa jenis tindakan untuk mengatasi gap terkait
pengembangan green marketing yang ditemukan.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan melihat kondisi yang
ada di perusahaan, maka peneliti memberikan beberapa saran sesuai dengan
tahapan penelitian sebagai berikut:
1. Penyiapan dokumen terkait elemen green product, green price, green place,
dan green promotion yang belum lengkap, dengan lebih aktif dalam mencari
dokumentasi setiap kegiatan yang berhubungan dengan produk ramah
lingkungan.
2. Perbaiki SOP yang terkait sanitasi lingkungan sehingga menunjukkan
adanya proses produksi ramah lingkungan dan menambahkan SOP limbah
proses, sehingga mempermudah karyawan bekerja dalam menerapkan
pembuatan produk yang berwawasan lingkungan.
3. Melibatkan manajer setiap divisi terkait menetapkan kebijakan dan sasaran
yang akan diambil oleh perusahaan dalam melaksanakan konsistensi, serta
119
pelaksanaan briefing sebelum memulai pekerjaan, rapat organisasi, rapat
antar divisi, studi banding, survei keluhan pelanggan dan kepuasan
pelanggan sehingga dapat mempermudah dalam memantau proses
penerapan lingkungan.
4. Langkah langkah terkait penerapan dan sertifikasi resmi berbasis
lingkungan seperti ISO 14001, sehingga perusahaan dapat memasang logo
lingkungan pada kemasan agar lebih memberikan kepercayaan terhadap
konsumen yang membeli terkait produk ramah lingkungan.
120
DAFTAR PUSTAKA
Amrul, Mamey Saphota. 2002. Green Marketing dan Keputusan Pembelian (Studi Dampak Marketing Communications The Body Shop Terhadap Keputusan Pembelian Produknya). Jurnal Managemen Komunikasi.
Anisa Islamadina. 2017. Pengaruh Metode Marketing Mix Terhadap Kepuasan
Pelanggan dan Keputusan Pembeli Green Produk. Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta.
Arseculeratne, Yazdanifard, R. 2014. How Green Marketing Can Create a
Sustainable Competitive Advantage for a Business. International Business Research Series Journal, Vol. 7, No. 1, pp. 130-137.
Arifin, Zainol dan Sahrawi. 2016. Usahatani Kedelai Varietas Wilis Pada Lahan
Sawah Tadah Hujan. Jurnal. Universitas Islam Madura. Diakses pada tanggal 24 Mei 2016.
Boztepe, Aysel. 2012. Green Marketing and its Impact on Consumer Buying
Behavior. European Journal of Economic and Political Studies. Vol 7.
Cahyani, 2018. Perilaku Pangan Organik terhadap Konsumen. Jurnal Pangan Organik. Bogor.
Downey, W.David dan Erickson. 2016. Agribussines Management. Pt Gelora Aksara Pratama.
Eneizan BM, Wahab KA. 2016. Effect Of Green Marketing Strategy On The Financial And Non-Financial Performance Of Firms: A Conceptual Paper. Arabian Journal Of Business and Management Review. Universiti Sains Islam Malaysia. Vol. 6, Issue 5.
Erina Setyani. 2015. Pengaruh Marketing Mix Terhadap Keputusan Pembelian
Konsumen di Toko Alat Tulis Putra 2 Limpung. Skripsi Universitas Islam Negeri Walisongo. Semarang.
Fan, Haofu & Lin Zeng. 2011. Implementation of Green Marketing Strategy in
China: A Study of the Green Food Industry. Master Thesis of Business Administration University of Gavle.
FuiYeng & Yazdanifard. 2015. Green Marketing: A Study Of Consumers Buying Behavior in Relation to Green Product. Global Journal Management And Business Research:E Marketing. Help College Arts and Technology, Malaysia.
121
Haryadi, Rudi. 2009. Pengaruh Strategi Green Marketing Terhadap Pilihan Konsumen Melalui Pendekatan Marketing Mix. Tesis Program Magister Manajemen. Universitas Diponegoro, Semarang.
Hakim,Arief R. 2009. Analisis Pengaruh Penerapan Konsep Green marketing Terhadap Keputusan Pembelian Produk di Serambi Botani- Botani Square Bogor. Skripsi Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Hariyanto, 2018. Pedoman Budidaya Beternak Lebah Madu. Caraka Darma Aksara. Yogyakarta.
Jatmiko, Rahmad Dwi. 2003. Manajemen Stratejik. UMM Press, Malang.
Kinoti, Mary Wanjiru. 2011. Green Marketing Intervention Strategies and Sustainable Development: A Conceptual Paper. International Journal of Business and Social Science, Vol.2, No.3, pp.263-273.
Khorniawati Melisa. 2014. Produk Pertanian Organik Di Indonesia: Tinjauan Atas Preferensi Konsumen Indonesia Terhadap Produk Pertanian Organik Lokal. Jurnal Studi Manajemen. Universitas Ma Chung. Malang.
Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran Jilid 1 dan 2. Penerbit Prehalindo. Jakarta.
Kotler, Philip & Kevin Lane Keller. 2009. Marketing: An Introduction Ninth Edition. Journal Pearson Education International.
Kotler, Philip & Armstrong. 2009. “Prinsip-Prinsip Pemasaran Edisi 13 Jilid 1”. Erlangga, Jakarta.
Kusumadewi. 2016. Konsumsi Air Sayuran Organik dalam pemahaman produksi pangan organik. Jurnal Sayuran Organik. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Lestari, Sri Puji. 2014. Analisis Pengaruh Dan Strategi Green Marketing Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pepaya Callina. Skripsi Fakultas Ekonomi Dan Managemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Manongko, Allen A. CH. 2011. Green Marketing dan Pengaruhnya Terhadap Keputusan Pembelian Melalui Minat Beli Membeli Produk Organik (Studi pada Pelanggan Produk Organik di kota Manado). Tesis Fakultas Ekonomi, Universitas Brawijaya, Malang.
Mirha, Pavan & Payal Sharma. 2010. Green Marketing in India: Emergening Opportunities and Challenge. Journal of Engineering Science and Management Education, India, Vol. 3, pp. 9-14.
Misbah Hussadri. 2014. Pengaruh Green Marketing Mix dan Sikap Konsumen Pada Keputusan Pembelian Produk The Body Shop di Kota Padang. Skripsi Universitas Andalas. Padang. Sumatera Barat.
Moleong, Lexi J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya, Jakarta.
122
Nandini & M. Deshpande. 2011. A Conceptual Framework on Green Marketing –
A Tool For Sustainable Development. International Journal of Sales and Marketing Management, Vol.1, Issue.1, pp. 1-16.
Ottman J.A Stafford E & R. 2006. Avoiding Green Marketing Myopia: Environment Science And Policy For Sustainable Development. Article, issue of Environment. Helder Publications.
Ottman J.A. 2007. Green Marketing Myopia: Ways to Improve Consumer Appeal for Environmentally Preferable Product. Helder Publications. Hartman C.I Jurnal, Vol. 48, No. 5.
Puspa Dewi, Rahyuda K. 2018. Pengaruh Alat Pemasaran Hijau Terhadap Perilaku Pembelian Konsumen. Jurnal Manajemen Unud. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Udayana, Bali, Vol. 7, No. 4.
Rahmansyah. 2013. Pengaruh Green Marketing Dalam Iklan Produk Terhadap Keputusan Konsumen. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Ramanakumar, K.P.V., Manojkrishnan. 2012. Consumer Attitude Towards Green
Products of FMCG Sector: An Empirical Study. International Journal of Research In Commerce & Management, Vol 3 (2), 34-38.
Rangkuti, Freddy. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sa’id, Gumbira dkk. 2014. Manajemen Teknologi Agribisnis. Ghalia Indonesia,
Jakarta. Savale, Tushar K, et al. 2010. Green Marketing Opportunity and Challenges.
Jurnal Of Marketing System.
Savale, T. K., Sharma, A. F. & Patil. 2012. Green marketing: Opportunities and Challenges. IJCA Proceedings on International Conference in Comptational Intelligence, Journal Foundation of Computer Science, New York.
Schafaer, Anja. 2006. Some Considerations Regarding The Ecological Sustainability of Marketing System. Journal International.
Situmorang, James R. 2012. Pemasaran Hijau yang Semakin Menjadi Kebutuhan Dalam Dunia Bisnis”. Jurnal Administrasi Bisnis, Jakarta, Vol.7, No. 2, hal. 131-142.
Solvalier Ilona. 2010. Green marketing Strategies-Case Study About ICA Group AB. Master Thesis in Business Administration And Economics, Karlstad Business School, Karlstad University.
123
Standar Nasional Indonesia 6729:2016. 2016. Sistem Pertanian Organik. ICS 65.020.01. Badan Standarisasi Nasional (BSN). Jakarta.
Standar Nasional Indonesia 3545:2013. 2013. Standar Mutu Madu. Badan Standarisasi Nasional (BSN). Jakarta.
Statistik Pertanian Organik Indonesia. 2011
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. PT. ALFABETA, Bandung. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. PT.
ALFABETA, Bandung. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis, Cetakan ke-12. PT. ALFABETA,
Bandung. Sugiyono. 2014. Memahami Penelitian Kualitatif. PT. ALFABETA, Bandung. Sumarwan, Ujang. 2015. Pemasaran Strategik; Perspektif Perilaku Konsumen
dan Marketing Plan. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia. Syahbandi. 2012. Implementasi Green Marketing Melalui Pendekatan Marketing
Mix, Demografi, dan Pengetahuan terhadap Pilihan Konsumen. Jurnal Ekonomi, Bisnis, dan Kewirausahaan, Pontianak, Vol. 3, No.1.
Tiwari, Sandeep. 2011. Green Marketing Emerging Dimention”. Journal of Business Exellence, Vol. 2, Issue. 1, pp. 18-23.
Tjiptono, Fandi. 2008. Strategi Pemasaran Edisi III. PT. Andi, Yogyakarta.
Wijaya. 2013. Sikap Terhadap Makanan Organik, Norma Subjektif, Kontrol Perilaku Konsumen Makanan Organik. Konsep dan Pengukuran. Jurnal Ilmu Sosial dan Ekonomi.
Wiyadi. 2015. Pengaruh Implementasi Strategi Pemasaran Hijau Dan Karakteristik Konsumen Terhadap Pilihan Produk. Jurnal Managemen Bisnis, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah, Surakarta, Vol 19, No. 2, pp: 168-180.
124
Lampiran 1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Dimensi Variabel Subvariabel Indikator Parameter Instrumen K*) W*) O*)
Green Product: [Mishra dan
Sharma (2010:10),
Haryadi, (2009: 48) dan Lestari,
(2014: 24)]
Penerapan Kebijakan
Capaian kebijakan perusahaan
Tata laksana dari kebijakan
Terdapat Praktek/tata laksana green product dilaksanakan sesuai SOP
√
Implementasi secara teknis
Penerapan kebijakan lisan/tertulis konsisten sesuai SOP
√ √
Green Input Pengadaan Bahan Baku
Orisinalitas/ Keaslian Bahan
Baku
Penerimaan bahan baku sesuai prosedur √ √
Kestabilan kadar air madu sesuai sesuai standar produksi
√
Penggunaan alat panen madu hemat
energi Penggunaan mesin yang sesuai prosedur
√ √
Green Process
Higienitas Proses Dukungan
Fasilitas Higienitas Proses
Tersedia ruang penyimpanan higienis
√ √
Monitoring mutu penggunaan air bersih
√
Pemakaian alat pelindung diri √
Wadah Simpan Higienis √ √
Sanitasi Proses Kebersihan lingkungan kerja
Pelaksanaan sanitasi pada perusahaan dilaksanakan sesuai SOP
√
Konsistensi pelaksanaan kebersihan lingkungan kerja oleh petugas piket
√
125
Kaca dan lantai selalu dijaga kebersihannya
√
Peralatan produksi dibersihkan kembali sehabis pakai
√
Limbah Proses Klasifikasi Limbah Proses
Penanganan limbah sesuai prosedur
√
Jenis limbah tidak berbahaya √ √
Green Output Minimal dampak produksi terhadap
lingkungan.
Bahaya penggunaan
kemasan
Kemasan yang digunakan sudah sesuai prosedur
√ √
Penggunaan SOP daur ulang pada kemasan
√
Penggunaan kemasan tidak terkontaminasi pada produk
√ √
Sertifikasi Sertifikasi berbasis lingkungan dan keamanan pangan
√
Kesehatan, Keselamatan
Kerja dan Lingungan
(K3L)
Perlindungan dari dampak produksi pada perusahaan
Lingkungan Kerja
Penerangan yang baik dan tidak mengganggu aktivitas kerja
√
Suasana kantor nyaman dan jauh dari kebisingan
√
Green Price: [Widmer &
Fricks dalam Syahbandi (2012:72).]
Harga Proses produksi
Kontribusi biaya dalam Green
Process
Penambahan biaya produksi ramah
lingkungan
Biaya lingkungan untuk pembentuk tambahan harga √ √
Biaya tambahan untuk kemasan dan label
√
126
Penambahan biaya pada panen madu
√
Green Place: [Syahbandi, (2012:71),
(Solvalier, 2010: 78) dan
(Eneizan dan Wahab, 2016:
4)]
Green Distribution
Pemilihan saluran distribusi hemat
energi
Penggunaan fasilitas
transportasi ramah lingkungan
Pengemasan wadah distribusi dilakukan dengan praktis dan efisien
√
Penggunaan jenis transportasi minimal emisi √
Penggunaan alat distribusi dan transportasi sesuai prosedur √ √
Green Store Sarana pendukung
kegiatan ramah lingkungan
Penetapan tempat Jual hemat energi
Efisiensi pemakaian energi pada toko √ √
Penggunaan hemat energi pada toko sesuai prosedur √
Kebersihan toko Sanitasi pada toko/tempat penjualan sesuai prosedur √
Green Promotion: [FuiYeng & Yazdanifard,
2015: 18.]
Eco Label Kemampuan
penerapan Eco Label
Skema pelabelan ramah lingkungan
Pemanfaatan eco label sesuai prosedur √ √
Kesetaraan informasi pada label sesuai pelaksanaan √
Kemudahan dalam pemahaman informasi ramah lingkungan √
Eco Brand
Informasi pendukung dalam
produk ramah lingkungan
Penggunaan tanda atau simbol lingkungan
Pemanfaatan eco brand sesuai prosedur
√ √
Terdapatnya Slogan pada produk dan kemasan √
√
127
Memiliki gambar yang menarik dalam kemasan yang mencerminkan lingkungan
√
√
Environmental advertisement
Kontribusi dalam periklanan
berwawasan lingkungan
Periklanan berwawasan lingkungan
Pemanfaatan periklanan/promosi ramah lingkungan sesuai prosedur
√
Efisiensi periklanan melalui media sosial √ √
Mengikuti event atau pameran dalam pemasaran madu
√
128
Lampiran 2. Daftar Partanyaan Wawancara Penelitian
Pertanyaan Wawancara Skor
Kebijakan dan Komitmen 1 2 3 4 5
1. Bagaimana kebijakan green product dipraktekkan diperusahaan
2. Bagaimana prosedur memberikan pemahaman tentang kebijakan green product kepada karyawan dan eksternal
3. Bagaimana menjamin kebijakan green product diterapkan konsisten
Green Input
1. Bagaimana tatalaksana penerimaan bahan baku 2. Bagaimana tatalaksana menjaga kestabilan kadar air madu
Green Process
1. Bagaimana pelaksanaan penyimpanan bahan baku yang mengikuti kaidah aman/safety
2. Bagaimana penggunaan mesin untuk panen 3. Bagimana pelaksanaan sanitasi kebersihan pada tempat
produksi 4. Bagaimana menjaga ruang penyimpanan tetap bersih dan
higienis 5. Bagaimana menjamin perawatan fasilitas yang dimiliki
perusahaan terjaga 6. Bagaimana penanganan limbah produksi 7. Bagaimana memastikan produk disimpan pada wadah
129
yang higienis
Green Output
1. Bagaimana memastikan bahwa jenis kemasan tidak berbahaya
2. Bagaimana memastikan/menjamin kemasan dipakai aman dan higenis
3. Bagaimana memastikan kemasan bebas dari kontaminasi
Green Price
1. Bagaimana alur pembiayaan kenaikan harga pada perusahaan
Green Distribution
1. Bagaimana penggunaan alat distribusi dan transportasi yang dilakukan perusahaan 1. Bagimana pelaksanaan perawatan alat transportasi pada
perusahaan Green Store
1. Bagimana penggunaan hemat energi pada toko 2. Bagaimana pemastian sanitasi pada tempat penjualan
130
Eco Label
1. Bagaimana pemastian pemanfaatan eco label sesuai prosedur
2. Bagaimana meyakinkan konsumen terhadap keaslian bahan baku
Eco Brand
1. Bagaimana pemanfaatan eco brand sesuai prosedur 2. Bagaimana prosedur mendapatkan logo pada kemasan 3. Keunggulan apa yang ditampilkan dalam kemasan
Environmental Advertisement
1. Bagaimana pemanfaatan periklanan/promosi ramah lingkungan sesuai prosedur
2. Bagaimana mengajak konsumen untuk membeli produk madu
131
Lampiran 3. Daftar Kegiatan Observasi Penelitian
Observasi Skor Keterangan
Kebijakan dan Komitmen Tidak Dilakukan
Kadang-Kadang
Dilakukan
1. Penerapan kebijakan green product konsisten sesuai SOP 2. Pelaksanaan produksi green product konsisten sesuai SOP
Green Input
1. Tata laksana penggunaan mesin yang sesuai prosedur
Green Process
1. Pelaksanaan tersedia ruang penyimpanan bahan baku & produk jadi dengan prinsip higienitas
2. Bagaimana pelaksanaan pemastian mutu air “aman” pada proses operasi madu
3. Tata laksana penggunaan alat pelindung diri 4. Tata laksana penggunaan wadah simpan yang bersih dan
higienis 5. Tata laksana kebersihan lingkungan kerja oleh petugas
piket 6. Tata laksana penjagaan kebersihan kaca dan lantai dengan
prinsip sanitasi 7. Tata laksana penjagaan peralatan produksi dengan prinsip
sanitasi 8. Tata laksana penjagaan limbah yang tidak berbahaya
Green Output
1. Pelaksanaan penggunaan kemasan yang sesuai prosedur 2. Pelaksanaan penggunaan kemasan yang tercegah dari
kontaminan. 3. Sertifikasi berbasis lingkungan dan keamanan pangan
132
Green Price
1. Tata laksana pengawasan adanya penambahan biaya lingkungan dalam kenaikan harga
Green Distribution
1. Pengemasan wadah distribusi dilakukan dengan praktis dan efisien
2. Penggunaan jenis transportasi yang minimal emisi
Green Store
1. Bagaimana penjagaan efisien pemakaian energi pada toko
Eco Label
1. Bagaimana pemanfaatan eco label sesuai prosedur 2. Pelaksanaan informasi tertulis pada label sesuai pelaksanaan produksi
Eco Brand
1. Bagaimana pemanfaatan eco brand sesuai prosedur
Environmental Advertisement
1. Tata laksana efisiensi perikanan melalui media sosial
133
Lampiran 4. Aktivitas Observasi Penelitian
Observasi Skor Keterangan
Terdapat Tidak Terdapat
1. Terdapat ruang penyimpanan bahan baku yang higienis
2. Terdapat sistem produksi FIFO
3. Terdapat penjagaan kebersihan ruangan yang tersanitasi
4. Terdapat pemeliharaan kebersihaan peralatan yang tersanitasi
5. Terdapat pemakaian alat pelindung pada karyawan
6. Terdapat pemeliharaan kebersihan pada fasilitas dan wadah produksi
7. Terdapat stok bahan baku yang mencukupi kebutuhan produksi
8. Terdapat kemasan yang SNI dan aman bila digunakan
9. Terdapat ruang penyimpanan produk jadi yang terjaga kebersihannya
10. Terdapat penyusunan produk yang rapih pada tempat penjualan
11. Terdapat penyusunan produk yang rapih pada ruang penyimpanan produk jadi
134
12. Terdapat penambahan biaya pada produk
13. Terdapat pengawasan pembuatan produk oleh manager produksi
14. Terdapat pemakaian air yang bersih untuk kegiatan produksi
15. Terdapat minimalisir pemakaian penggunaan energi listrik
16. Terdapat tempat buangan limbah yang aman
17. Terdapat pemeliharaan transportasi yang aman lingkungan
18. Terdapat penggunaan kemasan yang menarik dan beragam
19. Terdapat penggunaan logo lingkungan pada label
20. Terdapat penggunaan slogan pada label atau brosur
21. Terdapat pemakaian gambar manarik yang mencerminkan lingkungan
22. Terdapat sistem pemasaran produk e-commerce
23. Terdapat penggunaan jasa distribusi untuk pengiriman produk
24. Terdapat penggunaan kemasan daur ulang
25. Terdapat penanganan produk gagal/return
135
Lampiran 5. Daftar Studi Dokumentasi Penelitian
No Pernyataan Dokumentasi Ya Tidak Hasil Telaah Dokumentasi
1 Terdapat kebijakan berbasis green product dari perusahaan secara tertulis
2 Terdapat Kebijakan umum tentang green product yang disosialisasikan lisan
3 Adanya SOP yang terdokumentasikan:
3.1 Penjaminan keaslian bahan baku
3.2 Jaminan mutu tanpa bahan tambahan pangan
3.3 Pemastian penggunaan bahan baku FIFO
3.4 Komposisi Bahan Baku, Bahan Ingredien dan Bahan Pengemas
3.5 Prosedur Penerimaan bahan baku
3.6 Identifikasi bahaya dan pengendaliannya
3.7 Operasionalisasi GMP
3.8 Instruksi kerja pengolahan mutu madu
3.9 Terkait limbah dan buangannya
3.10 Kebersihan menjaga higienis operasi
3.11 Kepastian higienis kemasan
136
No Pernyataan Dokumentasi Ya Tidak Hasil Telaah Dokumentasi
3.12 Pemanfaatan mesin dan energi
4.1 Diagram alur proses produk madu standar internasional
4.2 Diagram alur proses produk madu standar nasional
5 Adanya denah lokasi produksi
6 Pendataan kode produksi
7 SOP operasionalisasi alat produksi
8 Prosedur penarikan produk gagal/tidak sesuai
9 Dokumen Informasi dan kejelasan logo lingkungan pada produk
10 Dokumen Tujuan dan manfaat penggunaan produk pada kemasan
11 Penjelaskan tentang madu organik dan keramahan lingkungan pada pamflet, brosur atau bannernya
12 Terdapat dokumen deskripsi setiap produk
13 Adanya SOP pengendalian hama
14 Penyimpanan dan penggunaan alat pembersih
15 Pemeliharaan fasilitas peralatan
16 Mencuci tangan dan kebersihan diri
137
No Pernyataan Dokumentasi Ya Tidak Hasil Telaah Dokumentasi
17 Penggunaan alat pelindung higienitas dan perlengkapan kerja
18 Pembersihan peralatan setelah dipakai
19 Monitoring mutu penggunaan air
20 Dokumen fungsi kerja setiap karyawan
21 Sanitasi dan evaluasi kebersihan
22 Audit internal sarana produksi pangan
23 SOP penggunaan label dan kemasan
24 SOP Pemasaran dan penjualan produk
25 SOP daur ulang kemasan
138
Lampiran 6. Hasil Wawancara Penelitian
Pertanyaan Hasil Wawancara
Kebijakan dan Komitmen
1. Bagaimana kebijakan green product dipraktekkan diperusahaan 2. Bagaimana prosedur memberikan pemahaman tentang kebijakan green product kepada karyawan dan eksternal 3. Bagaimana menjamin kebijakan green product diterapkan konsisten
- Perusahaan menerapkan kebijakan green product untuk memberikan kepercayaan terhadap masyarakat bahwa proses madu yg dilakukan diperusahaan bertujuan membantu pelestarian lingkungan yang berbeda pada perusahaan pada umumnya dan madu yg dibuat dengan higienis dan tersanitasi agar konsumen tetap terjaga kesehatannya. Penerapan kebijakan green product dipraktekan berawal dengan dibuatnya SOP tentang keamanan pembuatan produk kemudian dilanjutkan dengan adanya SOP keselamatan kerja dan lingkungan. Karena sudah terdapat SOP diperusahaan maka karyawan yang bekerja harus mengikuti seluruh SOP yang ada.
- Pemahaman tentang kebijakan green product terhadap karyawan dijelaskan oleh pemiliki perusahaan secara lisan kepada karyawan tentang pengertian, manfaat menerapkan green product, lalu setelah karyawan paham pemilik perusahaan membuat peraturan pembuatan produk dan keselamatan kerja yang berkaitan dengan green product.
- Menjamin adanya kebijakan green product diterapkan
139
dengan adanya pengawasan dan pengecekan oleh pemilik perusahaan dan suvervisor perusahaan, selain itu dilakukannya audit internal setiap bulannya oleh suvervisor untuk memantau penerapan sistem green product diterapkan secara konsisten.
Green Input
1. Bagaimana tatalaksana penerimaan bahan baku 2. Bagaimana tatalaksana menjaga kestabilan kadar air madu
- Untuk pelaksanaan penerimaan bahan baku di lakukan dengan melihat jenis dan kebutuhan bahan baku yang akan dibutuhkan, lalu bagian pemasaran memesan bahan baku yang dibutuhkan kepada petani madu, saat bahan baku madu datang ke perusahaan maka akan di terima oleh karyawan untuk di lakukan penimbangan bobot madu yang diterima, setelah itu di lakukan pengecekan kadar air pada madu, bila kriteria madu sudah diterima maka madu akan ditempatkan di gudang penyimpanan dan disusun berdasarkan jenis dan kadar air madu.
- Kadar air merupakan salah satu komponen kualitas dalam madu yang penting. Pada saat panen kadar air madu bisa mencapai 22-23%. Untuk menjaga kestabilan kadar air madu saat proses dimulai di pindahkan ke wadah stainless stell, karena sifat logam yang bagus untuk madu dan dapat menghantarkan panas sehingga tahan terhadap udara.
140
Madu memiliki sifat higrokopis atau yang disebut punya kemampuan untuk menyerap molekul air dengan baik. Agar madu tetap terjaga kadar airnya, tetap higienis, dan terhindar dari berkembangnya mikro organisme membuat madu harus disimpan diwadah yang tertutup rapat dan di masukan kedalam ruangan dengan suhu kamar. Tidak akan cocok untuk partikel di dalem madu apabila dimasukan ke dalam lemari es atau Freezer.
Green Process
1. Bagaimana pelaksanaan penyimpanan bahan baku yang mengikuti kaidah aman/safety 2. Bagaimana penggunaan mesin untuk panen 3. Bagimana pelaksanaan sanitasi kebersihan pada tempat produksi 4. Bagaimana menjaga ruang penyimpanan tetap bersih dan higienis 5. Bagaimana menjamin perawatan fasilitas yang dimiliki perusahaan terjaga 6. Bagaimana penanganan limbah produksi 7. Bagaimana memastikan produk disimpan pada wadah yang higienis
- Cara penyimpanan bahan baku madu yang benar dengan melihat jenis wadah yang digunakan, tempat penyimpanan madu lebih cocok menggunakan wadah terbuat dari kaca atau wadah tertutup dari plastik seperti drum. Pilih ruang penyimpanan dengan suhu kamar dan konsisten.sebaiknya madu disimpan di suhu 10-20˚C. Menyimpan dengan suhu yang terlalu panas dan dingin dapat mengurangi cita rasa madu dan membuat warnanya gelap. Jauhkan madu dari paparan sinar matahari karena akan berpotensi merusak kualitas madu, oleh karena itu penyimpanan madu di letakan ditempat yang gelap dan jauh dari sinar matahari. Wadah penyimpanan madu harus tertutup rapat karena mencegah kemungkinan udara luar mengkontaminasi madu dan menghindarkan madu untuk mengkristal.
141
- Penggunaan mesin panen digunakan untuk mengeluarkan madu dari log/sarang lebah, selain itu untuk menyaring kotoran yang terdapat pada madu. Penggunaannya log/sarang lebah dikeluarkan dari tempatnya kemudian dimasukan kedalam mesin panen bernama refraktor setelah mesin terisi penuh maka dilakukan proses mesin dengan cara memutar secara manual dengan tenaga manusia tidak menggunakan listrik atau tenaga lainnya, setelah diputar maka akan keluar cairan madu yang langsung tersaring. Madu dikumpulkan pada wadah seperti drum dan akan dilakukan proses selanjutnya.
- Ruang produksi selalu terjaga sanitasi kebersihannya, karna selalu djaga dan diperhatikan oleh bagian produksi, semua karyawan yang bekerja melakukan piket kebersihan secara bergantian untuk membersihkan ruang produksi, kebersihan ruang produksi dan pelaksanaan produksi termasuk kedalam hal penting karena harus sesuai dengan SOP kebersihan yang ada dan harus diterapkan.
- Penjagaan ruang penyimpanan dilakukan oleh bagian pergunangan dan bagian bahan baku untuk mengecek kebersihan dan menjaga kebersihan tempat penyimpanan, kebersihan selalu dijaga agar tidak terjadi kontaminasi pada produk dan tetap terjaga keamanan lingkungannya.
142
- Sebelum produksi dimulai petugas kebersihan melakukan pemeriksaan kelengkapan dan fungsi serta kebersihan dari fasilitas sanitasi atau pembersihan. Jika fasilitas tersebut tidak ada atau tidak lengkap/tidak bersih/rusak/tidak berfungsi sebagaimana mestinya maka akan segera di laporkan kepada pimpinan perusahaan untuk segera disediakan atau dilengkapi/diperbaiki/diganti dengan yang baru. Untuk menjaga kebersihan fasilitas produksi selalu dilakukan pengecekan dan perawatan setelah dipakai. Peralatan yang sehabih dipakai akan langsung dibersihkan untuk mencegah timbulnya kontaminasi dan kerusakan pada peralatan.
- Pada produksi madu tidak terlalu benyak menimbulkan limbah, hanya kotoran ringan saja yang terdapat pada hasil dari penyaringan limbah seperti daun, lebah mati. Untuk sampah-sampah yang di timbulkan dari hasil produksi madu seperti plastik, bekas stiker dan botol tak terpakai dikumpulkan dan dimasukan kedalam satu wadah lalu langsung dibuang kegerobak sampah agar tidak mengganggu lingkungan produksi.
- produk yang disimpan harus dalam keadaan baik dan aman, sebelum madu di masukan ke dalam wadah akan dilakukan pengecekan kebersihan terlebih dahulu oleh bagian produksi untuk mencegah adanya kontaminasi dari
143
luar. Karyawan yang bekerja juga harus menggunakan peralatan kerja agar membuat produk dan wadah tetap bersih dan higienis.
Green Output
1. Bagaimana memastikan bahwa jenis kemasan tidak berbahaya 2. Bagaimana memastikan/menjamin kemasan dipakai aman dan higenis 3. Bagaimana memastikan produk jadi bebas dari kontaminasi
- Memastikan kemasan tidak berbahaya dengan terdapatnya tanda Food Grade yang biasanya terdapat dibagian bawah kemasan. Kemasan yang memiliki tanda food grade akan lebih aman untuk makanan dan tubuh serta telah melalui uji yang ketat. Kemasan tidak kotor dan tidak terkontaminasi dengan kotoran yang dapat terlihat oleh mata seperti cat atau noda. Kemasan yang digunakan berbahan dasar dapat di daur ulang dan dapat dipakai berkali kali.
- Sebelum memasukan madu yang sudah di produksi kedalam wadah, kemasan yang akan di pakai di perhatikan kebersihannya oleh bagian produksi agar terhindar dari kotoran yang dapat terlihat oleh kasat mata, selain itu penyimpanan kemasan disusun didalam ruangan dengan rapih agar tidak mudah terkena debu atau kotoran.
- Memastikan dengan selalu agar produk tertutup dengan rapat dan tidak terbuka agar tidak ada kontaminasi dari
144
udara luar yang menyebabkan madu cepat mengkristal
Green Price
1. Bagaimana alur pembiayaan kenaikan harga pada perusahaan
Kenaikan harga madu terbilang cukup relatif disesuaikan dari jenis dan kesulitan mendapatkan madu yang dibutuhkan. Madu yang langsung dari hutan lebih mahal harganya dengan madu ternakan karena diperoleh dengan cara yang lebih sulit. Selain itu dilihat dari kadar air madu
145
bila madu memiliki kadar air semakin rendah atau kental memiliki harga yang lebih mahal karena diperlukan proses yang lebih panjang dari madu dengan kadar air lebih tinggi. Selain itu dilihat dari jumlah madu dan jenis madu pada setiap kemasan, semakin berat kapasitas madu makan harganya semakin mahal dan semakin bagus kualitas madu maka juga akan semakin mahal.
Green Distribution
1. Bagaimana penggunaan alat distribusi dan transportasi yang dilakukan perusahaan 2. Bagimana pelaksanaan perawatan alat transportasi pada perusahaan
- Alat distribusi dan transportasi digunakan untuk mengantarkan barang dan pesanan kepada distributor dan konsumen. Bila jumlah pesanan banyak maka pengantaran akan dilakukan dengan mobil, bila pesanan yang diminta sedikit maka akan diantar menggunakan jasa pengirim paket. Selain itu alat tansportasi perusahaan digunakan untuk kebutuhan operasional perusahaan seperti pengantaran barang untuk kegiatan pameran dan seminar, pembelian bahan baku, pelengkap keperluan kemasan dan sebagainya.
- Perusahaan memiliki 2 alat tranportasi mobil dan 3 alat tranportasi motor. Alat transportasi yang digunakan selalu dijaga kebersihan dan sanitasinya oleh bagian pemasaran. Alat transportasi selalu dicuci dan dibersihkan dari kotoran setelah pemakaian agar menjadi awet, tahan lama dan tetap
146
bersih. Selain itu terdapat perawatan pada mesin agar kendaraan dapat mengurangi bahaya terhadap lingkungan dan tidak memberikan polusi yang berlebihan.
Green Store
1. Bagimana penggunaan hemat energi pada toko 2. Bagaimana pemastian sanitasi pada tempat penjualan dan perusahaan
- Penggunaan energi pada toko dan perusahaan di sesuaikan dengan kebutuhan dan kapasitas yang dibutuhkan jadi tidak ada pemakaian yang berlebihan, seperti mematikan peralatan listrik yang sudah tidak digunakan, penggunaan lampu dengan energi yang kecil, dan lebih terlalu banyak menggunakan mesin untuk proses produksi.
- Dalam melakukan sanitasi ditempat kerja pimpinan perusahaan menerapkan SOP untuk karyawan. Seluruh karyawan di bagian produksi diharuskan mencuci tangan sebelum masuk ruang produksi, setelah keluar dari toilet, setelah menangani penyaringan, pembotolan dan penimbangan, setelah memegang anggota tubuh. Seluruh karyawan dibagian penyaringan dan penimbangan serta bagian pengemasan harus menggunakan perlengkapan kerja yaitu tutup kepala, celemek, dan masker. Untuk karyawan pengisian madu dalam botol ditambah harus menggunakan sarung tangan yang bersih. Lingkungan kerja selalu dibersihkan setiap hari oleh petugas piket, lalu
147
sekali sebulan petugas pembersih memeriksa kelengkapan dan fungsi fasilitas bangunan seperti atap, pintu, toilet, lampu, dinding dll untuk memastikan keadaan pada ruangan dalam keadaan aman dan bersih. Apabila terdapat kendala maka akan dilaporkan ke pimpinan perusahaan untuk segera digantikan.
Eco Label
1. Bagaimana pemastian pemanfaatan eco label sesuai prosedur 2. Bagaimana meyakinkan konsumen terhadap keaslian bahan baku
- Eco label bertujuan untuk mempromosikan pengelolaan madu yang berkelanjutan dan produk-produk madu organik kepada konsumen. Dengan adanya Eco label pada perusahaan dapat menciptakan insentif pasar yang berbasis pada isu lingkungan seperti produk dan cara pengolahan yang ramah lingkungan. Tetapi pada perusahaan ini belum menerapkan Eco Label pada kemasan, pemilik perusahaan sedang meusahakan untuk menerapkan logo Eco label pada kemasan.
- Untuk meyakinkan konsumen agar percaya dengan bahan baku madu yang murni dan tanpa campuran apapun dilihat dari brosur yang ditawarkan bagian pemasaran kepada konsumen, di dalam brosur terdapat gambar alur pemanenan madu, selain itu dalam meyakinkan bahan baku dijelaskan secara lisan oleh bagian pemasaran kepada
148
konsumen bahwa madu yang di dapatkan terjamin keasliannya.
Eco Brand
1. Bagaimana pemanfaatan eco brand pada produk 2. Bagaimana prosedur mendapatkan logo pada kemasan
- Dalam memanfaatkan eco brand perusahaan menggunakan istilah Madu Murni 100% untuk memberikan daya tarik dan meyakinkan konsumen. Selain itu warna kuning pada kemasan mencerminkan warna lebah ditambah terdapat gambar lebah yang memberikan unsur lingkungan dan kesan yang menarik.
- Pada kemasan produk madu belum terdapat logo tentang lingkungan, hanya terdapat logo MUI dan logo binaan IPB. Karena perusahaan belum mendapat logo yang berhubungan lingkungan pada kemasan.
Environmental Advertisement
1. Bagaimana pemanfaatan periklanan/promosi ramah lingkungan sesuai prosedur
- Perusahaan sering mengikuti kegiatan yang berhungan dengan produk organik dan ramah lingkungan, seperti
149
2. Bagaimana mengajak konsumen untuk membeli produk madu
pameran produk organik. Selain itu juga melalui iklan di media sosial dan brosur yang menunjukkan tentang produk organik yang menyehatkan dan berguna bila dikonsumsi oleh masyarakat.
- Bagian pemasaran memasarkan produk madu dengan sangat menarik yang menunjukan keunggulan dan manfaat dari mengkonsumsi produk madu, selain itu harganya yang cukup terjangkau ditambah dengan kemasan yang menarik sehingga membuat konsumen menjadi lebih tertarik dalam membeli produk.
Lampiran 7. Hasil Kegiatan Observasi Penelitian
Observasi Skor Keterangan
150
Kebijakan dan Komitmen Tidak Dilakukan
Kadang-Kadang
Dilakukan
1. Penerapan kebijakan green product konsisten sesuai SOP 2. Pelaksanaan produksi green product konsisten sesuai SOP
√
√
Penerapan kebijakan green product yang ada pada SOP tidak selalu dilaksanakan dengan konsisten.
Pelaksanaan produksi dilakukan dengan konsisten sesuai dengan SOP yang ada.
Green Input
1. Tata laksana penggunaan mesin yang sesuai prosedur
√ Pelaksanaan penggunaan mesin tidak selalu sesuai SOP, terkadang masih memakai mesin dengan berlebihan, kurang teliti dalam menggunakan mesin.
Green Process
1.Pelaksanaan tersedia ruang penyimpanan bahan baku & produk jadi dengan prinsip higienitas 2. Bagaimana pelaksanaan pemastian mutu air “aman” pada proses operasi madu
3. Tata laksana penggunaan alat pelindung diri
4. Tata laksana penggunaan wadah simpan
√
√
√
√
Pada ruangan penyimpanan bahan baku & produk jadi dilakukan sesuai prosedur higienitas dengan selalu menjaga kebersihan dan kualitas pada madu.
Pelaksanaan monitoring mutu air pada perusahaan dilakukan sesuai dengan prosedur, air yang berasal dari sumur air tanah, pemariksaan air yg digunakan untuk mencuci peralatan dalam keadaan jernih, tidak berbau, selalu dilakukan pemantauan sebulan sekali, air dicek terlebih dahulu sebelum dilakukan proses produksi.
Terkadang masih terdapat karyawan yang tidak menggunakan alat pelindung diri seperti tutup kepala, masker, celemek, sarung tangan pada saat melakukan produksi.
Penggunaan wadah simpan dilakukan sesuai SOP untuk menjaga dan mengecek wadah pada penyimpanan agar
151
yang bersih dan higienis 5. Tata laksana kebersihan lingkungan kerja oleh petugas piket
6. Tata laksana penjagaan kebersihan kaca dan lantai dengan prinsip sanitasi
7. Tata laksana penjagaan peralatan produksi dengan prinsip sanitasi
8. Tata laksana penjagaan limbah yang tidak berbahaya
√
√
√
√
tetap bersih, higienis dan tidak terkontaminasi dengan udara
.Untuk menjaga kebersihan lingkungan dibentuklah petugas piket yang melakukan pembersihan dan pengecekan peralatan sebelum produksi dimulai, kegiatan ini dilakukan konsisten oleh karyawan.
Kaca dan lantai selalu dijaga kebersihannya oleh petugas kebersihan, disesuai kan dengan prinsip sanitasi yang menjaga kebersihan lingkungan.
Peralatan dan fasilitas untuk produksi selalu dijaga kebersihannya dan selalu dibersihkan setelah pemakaian.
Kotoran yang ditimbulkan dari hasil produksi tidak berbahaya, hasil dari limbah dilakukan pembuangan ketempat pembuangan sampah.
Green Output
1. Pelaksanaan penggunaan kemasan yang sesuai prosedur 2. Pelaksanaan penggunaan kemasan yang tercegah dari kontaminan.
√
√
Pelaksanaan penggunaan kemasan dilakukan dengan aman dan sesuai dengan keamanan produk madu.
Madu selalu berada dalam wadah tertutup rapat mulai dari pemanenan hingga produksi, dan pilihan wadah/kemasan yang kedap udara sehingga mencegah udara masuk yang membuat madu terkontaminasi.
Green Price
3. Tata laksana pengawasan adanya penambahan biaya lingkungan dalam kenaikan harga
√
Dilakukan pengawasan harga mulai dari pemasukan dan pengeluaran. Dan oleh bagian keuangan dilakukan pemantauan terhadap harga bahan baku, agar tidak
152
terlalu signifikan terhadap kenaikan harga madu.
Green Distribution
1. Pengemasan wadah distribusi dilakukan dengan praktis dan efisien
2. Penggunaan jenis transportasi yang minimal emisi
√
√
Penemasan wadah distribusi dilakukan dengan menggunakan tangan dan kurang praktis dan pengerjaannya.
Transportasi yang digunakan tidak selalu dilakukan perawatan, dan masih menimbulkan emisi bila digunakan
Green Store
1. Bagaimana penjagaan efisien pemakaian energi pada toko
√ Penggunaan energi pada toko tidak selalu diperhatikan, terkadang masih terdapat pemakaian energi berlebihan pada toko dan tempat produksi
Eco Label
1. Bagaimana pemanfaatan eco label sesuai prosedur 2. Pelaksanaan informasi tertulis pada kemasan sesuai pelaksanaan produksi
√
√
Tidak terdapat SOP dalam penggunaan eco label, dan belum mencantumkan logo mengenai eco label pada kemasan.
Informasi komposisi yang terdapat pada kemasan sesuai dengan proses produksi dan pembuatan madu.
Eco Brand
1. Bagaimana pemanfaatan eco brand √ Tidak semua kemasan menggunakan eco brand, masih
153
sesuai prosedur ada beberapa kemasan yang harus eco brand nya.
Environmental Advertisement
1. Tata laksana efisiensi perikanan melalui media sosial
√ Mengingat kemajuan teknologi saat ini pemanfaat media sosial sebagai bentu periklanan dan promosi produk sangat mempermudah konsumen dan penjual sehingga sangat efektif untuk dilakukan.
Lampiran 8. Hasil Aktivitas Observasi Penelitian
154
Observasi Skor Keterangan
Terdapat
Tidak Terdapat
1. Terdapat ruang penyimpanan bahan baku yang higienis
√ Ruang penyimpanan bahan baku selalu dijaga kebersihannya oleh bagian bahan baku.
2. Terdapat sistem produksi FIFO √ Untuk penyimpanan bahan baku dan produk jadi disusun sesuai sistem FIFO.
3. Terdapat penjagaan kebersihan ruangan yang tersanitasi
√ Ruang selalu terjaga kebersihannya sesuai dengan SOP sanitasi.
4. Terdapat pemeliharaan kebersihaan peralatan yang tersanitasi
√ Peralatan dan fasilitas produksi dijaga kebersihannya sesuai dengan SOP sanitasi
5. Terdapat pemakaian alat pelindung pada karyawan √ Karyawan diharuskan memakai alat pelindung dan terdapat SOP untuk memakai alat pelindung
6. Terdapat pemeliharaan kebersihan pada fasilitas dan wadah produksi
√ Fasilitas dan wadah produksi selalu di bersihkan sebelum dan setelah digunakan
7. Terdapat stok bahan baku yang mencukupi kebutuhan produksi
√ Bagian produksi selalu mencatat jumlah bahan baku yang masih tersedia dan membeli sesuai kebutuhan stock dipersediaan.
8. Terdapat kemasan yang SNI dan aman bila digunakan √ Kemasan sudah berstandar dan aman untuk digunakan produk madu
9. Terdapat ruang penyimpanan produk jadi yang terjaga kebersihannya
√ Ruang penyimpanan produk jadi selalu terjaga kebersihannya dan rutin dalam membersihkan ruangan.
155
10. Terdapat penyusunan produk yang rapih pada tempat penjualan
√ Penyusunan dilakukan dengan baik sehingga memberikan daya tarik tersendiri untuk konsumen dalam membeli
11. Terdapat penyusunan produk yang rapih pada ruang penyimpanan produk jadi
√ Ruangan produk jadi menjadi tempat penyimpanan stock produk bila dibutuhkan maka untuk menjaga kualitas produk harus dijaga kebersihannya dan tersusun rapih.
12. Terdapat penambahan biaya pada produk √ Terdapat proses yang menyebabkan penambahan biaya pada produksi
13. Terdapat pengawasan pembuatan produk oleh manager produksi
√ Pembuatan produk selalu dalam pengawasan oleh manajer produksi
14. Terdapat pemakaian air yang bersih untuk kegiatan produksi
√ Pemakaian air bersih merupakan sumber terpenting dalam kegiatan produksi.
15. Terdapat minimalisir pemakaian penggunaan energi listrik
√ Pemakaian energi listrik yang disesuaikan oleh kebutuhan
16. Terdapat tempat buangan limbah yang aman √ Tidak terdapat limbah yang berbahaya hanya ada kotoran kecil dari sisa penyaringan dan pengemasan.
17. Terdapat pemeliharaan transportasi yang aman lingkungan
√ Alat transportasi yang digunakan sama seperti kendaraan lain dan tidak terlalu sering melakukan perawatan kendaraan
18. Terdapat penggunaan kemasan yang menarik dan beragam
√ Kemasan yang digunakan memiliki berbagai macam mulai dari jenis dan ukuran sehingga memberikan daya tarik dan pilihan kekonsumen
19. Terdapat penggunaan logo lingkungan pada label √ Belm terdapat penggunaan logo lingkungan pada label kemasan
156
20. Terdapat penggunaan slogan pada label atau brosur √ Terdapat penggunaan slogan pada label dan brosur tetapi masih belum konsisten
21. Terdapat pemakaian gambar manarik yang mencerminkan lingkungan
√ Tidak terdapat gambar khusus yang mencerminkan lingkungan hanya terdapat gambar lebah didepannya.
22. Terdapat sistem pemasaran produk e-commerce √ Sudah menerapkan sistem pemasaran produk berbasis e-commerce yang menawarkan melalui media sosial
23. Terdapat penggunaan jasa distribusi untuk pengiriman produk
√ Adanya penggunaan jasa distribusi untuk pengiriman dan pemesanan melalui media sosial agar lebih mudah dan peraktis.
24. Terdapat penggunaan kemasan daur ulang √ Kemasan yang digunakan merupakan kemasan yang aman dan dapat didaur ulang kembali.
25. Terdapat penanganan produk gagal/return √ Adanya penanganan oleh perusahaan untuk mengatasi adanya produk yang return/terdapat cacat saat produksi.
Lampiran 9. Hasil Studi Dokumentasi Penelitian
No Pernyataan Dokumentasi Ya Tidak Hasil Telaah Dokumentasi
1 Terdapat kebijakan berbasis green product dari perusahaan secara tertulis
√ Kebijakan secara tertulis masih belum dibuat dan masih dalam berbentuk aturan lisan.
157
No Pernyataan Dokumentasi Ya Tidak Hasil Telaah Dokumentasi
2 Terdapat Kebijakan umum tentang green product yang disosialisasikan lisan
√ Sudah terdapat kebijakan umum mengenai green product yang disosialisasikan secara lisan,
3 Adanya SOP yang terdokumentasikan: √ Memiliki aturan dan SOP yang sesuai kesepakatan perusahaan yang harus diterapkan.
3.1 Penjaminan keaslian bahan baku √ Belum adanya SOP yang menjamin dan menerangkan dalam memperoleh keaslian bahan baku
3.2 Jaminan mutu tanpa bahan tambahan pangan √ Belum adanya SOP tentang kualitas madu yang di dapatkan tanpa bahan tambahan pangan, disebabkan madu merupakan bahan organik yang memang terjamin keasliannya dan tanpa bahan tambahan
3.3 Pemastian penggunaan bahan baku FIFO √ Terdapat aturan yang menjelaskan mengenai bahan baku yang diatur dengan sistem FIFO
3.4
Komposisi Bahan Baku, Bahan Ingredien dan Bahan Pengemas
√ Terdapat Prosedur dalam proses pelaksanaan produksi madu dan komposisi madu yang dibuat sudah dilakukan tes oleh beberapa lembaga.
3.5 Prosedur Penerimaan bahan baku √ Penerimaan dan pengecekan bahan baku harus sesuai dengan prosedur yang ada dan dilakukan oleh karyawan bagian penyimpanan bahan baku.
3.6 Identifikasi bahaya dan pengendaliannya √ Terdapat SOP yang berkaitan dengan identifikasi bahaya dan pengendaliannya pada produk dengan tujuan menghindarkan produk dari potensi bahaya fisik, biologi
158
No Pernyataan Dokumentasi Ya Tidak Hasil Telaah Dokumentasi
dan kimiawi.
3.7 Operasionalisasi GMP √ Perusahaan memiliki SOP tentang operasionalisasi GMP yang bermaksud memberikan keamanan dan jaminan terhadap kebersihan produk.
3.8 Instruksi kerja pengolahan mutu madu √ Beum terdapat SOP yang berkaitan dengan mutu madu. Hanya SOP tentang proses produksi.
3.9 Terkait limbah dan buangannya √ Belum terdapatnya SOP yang berkaitan tentang limbah dan buangannya karena dilihat dari jenis limbah yang tidak berbahaya
3.10
Kebersihan menjaga higienis operasi √ Terdapat SOP dalam menjaga higienitas produk dalam melakukan operasi pembuatan produk
3.11
Kepastian higienis kemasan Belum terdapat SOP secara tertulis mengenai kepastian higienis kemasan, yang ada hanya SOP pembersihan wadah produksi yang kontak dengan tangan.
3.12
Pemanfaatan mesin dan energy √ Dalam memanfaatkan mesin dan energy masih belum memiliki SOP secara tertulis.
4.1 Diagram alur proses produk madu standar internasional
√ Terdapat alur pembuatan produk madu yang sesuai dengan standar international
4.2 Diagram alur proses produk madu standar nasional
√ Alur proses produk madu juga sudah berada dalam standar nasional.
159
No Pernyataan Dokumentasi Ya Tidak Hasil Telaah Dokumentasi
5 Adanya denah lokasi produksi √ Memiliki denah lokasi produksi yang menjelaska tata letak masing masing ruangan.
6 Pendataan kode produksi √ Tidak ada aturan khusus yang menjelaskan mengenai kode produksi. Hanya kode produksi diadakan untuk mempermudah dalam pengecakan produk.
7 SOP operasionalisasi alat produksi √ Adanya SOP mengenai cara penggunaan saat melakukan alat produksi
8 Prosedur penarikan produk gagal/tidak sesuai √ Dalam setiap produk pasti akan memiliki cacat atau gagal sehingga tidak sesuai dengan permintaan konsumen, maka terdapat SOP tentang produk gagal/retuen.
9 Dokumen Informasi dan kejelasan logo lingkungan pada produk
√ Dalam menerapkan logo lingkungan pada kemasan tidak ada aturan tertentu hanya disesuaikan dengan inovasi dan kreatifitas bagian pemasaran.
10 Dokumen Tujuan dan manfaat penggunaan produk pada kemasan
√ Terdapat dokumen yang menjelaskan tentang penggunaan produk dan kemasan
11 Penjelaskan tentang madu organik dan keramahan lingkungan pada pamflet, brosur atau bannernya
√ Tidak ada aturan tertulis yang menjelaskan tentang madu organik dan ramah lingkungan pada pamflet, banner atau periklanan lainnya.
12 Terdapat dokumen deskripsi setiap produk √ Adanya dokumen tentang penjelasan produk yang terdapat dan dibuat dari setiap produk
160
No Pernyataan Dokumentasi Ya Tidak Hasil Telaah Dokumentasi
13 Adanya SOP pengendalian hama √ Untuk mencegah terdapatnya hama yang dapat mengganggu kualitas produk maka dibuat SOP tentang pengendalian hama.
14 Penyimpanan dan penggunaan alat pembersih √ Adanya SOP yang menerangkan tentang Penyimpanan dan penggunaan alat pembersih.
15
Pemeliharaan fasilitas peralatan √ Terdapat SOP yang menjelaskan mengenai pemeliharaan fasilitas peralatan produksi setelah digunakan.
16 Mencuci tangan dan kebersihan diri √ Dalam melakkukan produksi dangat dijaga kebersihan tangan, oleh karena itu terdapat aturan dalam mencuci tangan dan kebersihan diri
17 Penggunaan alat pelindung higienitas dan perlengkapan kerja
√ Adanya aturan yang menerapkan penggunaan alat pelindung dan pelengkap kerja untuk antisipasi terhadap keamanan karyawan dan produk.
18 Pembersihan peralatan setelah dipakai √ Adanya aturan yang menjelaskan aturan membersihkan peralatan setelah dipakai.
19 Monitoring mutu penggunaan air √ Terdapat SOP yang menjelaskan tentang monitoring dan ciri dalam mutu penggunaan air yang baik dan aman untuk membersihkan peralatan produksi.
20 Dokumen fungsi kerja setiap karyawan √ Adanya penjelasan dan aturan yang menerangkan fungsi kerja setiap karyawan sehingga karyawan tidak bingung dalam bekerja
161
No Pernyataan Dokumentasi Ya Tidak Hasil Telaah Dokumentasi
21 Sanitasi dan evaluasi kebersihan √ Terdapat SOP yang menjelaskan sanitasi pada kebersihan lingkungan, sehingga meminimalisir adanya kontaminasi pada produk.
22 Audit internal sarana produksi pangan √ Dilakukan audit internal sarana produksi pangan setiap sebulan sekali oleh bagian produksi dan pimpinan perusahaan.
23 SOP penggunaan label dan kemasan √ Terdapat SOP dalam penggunaan label dan kemasan untuk dilakukan pada perusahaan
24 SOP Pemasaran dan penjualan produk √ Belum terdapat SOP secara tertulis mengenai aturan dalam pemasaran dan penjualan produk
25 SOP daur ulang kemasan √ Belum terdapat SOP yang menjelaskan pemanfaatan daur ulang pada kemasan
Lampiran 10. Operasionalisasi GMP Perusahaan
NO.
KUNCI PERSYARATA
N SANITASI PROSEDUR
MONITORING KOREKSI REKAMAN
Apa Dimana Bagaimana Kapan Siapa
1.
Keamanan air; Prosedur Monitoring Mutu Air (SSOP 01)
Mutu sumber air tanah
Di tempat penampungan (torn)
Cek air setara organoletik, kejernihan
Setiap akan digunakan
Kepala Produksi
Stop produksi
Monitoring mutu air (formulir 08)
162
Kualitas air sudah memenuhi syarat
Di wastafel dan tempat pencucian/perendaman botol
Kualitas air memenuhi standar (warna, rasa, tidak berbau)
Sebelum proses produksi (pembotolan)
Kepala Produksi
Stop operasi, buang air yang keruh
Monitoring mutu air (formulir 08)
2.
Kondisi dan kebersihan permukaan yang kontak dengan bahan pangan;
1. Prosedur penyimpanan Pangan (SSOP 07)
2. Prosedur Pembersihan dan Sanitasi Peralatan (SSOP 02)
Permukaan peralatan harus bersih dan disatisi
Di tempat produksi (Saringan, Jerigen, Blung dan lainnya)
Inspeksi visual (pengamatan)
Setiap sebelum dan sesudah proses produksi
Kepala Gudang
Dibersihkan dan disanitasi ulang sesuai dengan jenis peralatannya
Retraining / tegur karyawan
Monitoring Penyimpanan (formulir 05)
Monitoring Pembersihan (formulir 03)
3. Prosedur Higiene Karyawan (SSOP 03)
Sarung tangan, masker, penutup kepala dan pakaian harus bersih
Karyawan di tempat produksi / pengemasan
Inspeksi karyawan (pengamatan)
Sebelum proses produksi berjalan
Kepala Gudang
Karyawan mengganti pakaian kerja dengan yang bersih
Monitoring Higiene Karyawan (formulir 09)
3 Pencegahan Kontaminasi Silang
1. Prosedur mencuci tangan (SSOP 04)
2. Prosedur Pembersihan Peralatan Produksi (SSOP 02)
1. Kebiasaan karyawan
2. Fasilitas produksi seperti : panci steanless
1. Wastafel
2. Ruang produksi
Sesuai tata cara mencuci tangan
Inpeksi lapangan
Setiap saat sebelum dan sesudah produksi
Semua karyawan Kebag. Produksi
Lepas perhiasan, aksesoris (gelang, cincin, jam tangan )
Monitoring harian (formulir 09)
4 Menjaga fasilitas pencuci tangan, sanitasi dan toilet
Prosedur pembersihan dan pemeliharaan fasilitas peralatan (SSOP 05)
Fasilitas cuci tangan, sanitasi, toilet
Diwastafel, Toilet dan tempat pencucian alat
1. Cek fasilitas cuci tangan dan toilet
2. Cek konsentrasi
Sebelum proses produksi
Kebag. Kebersihan
Perbaiki dan laporkan
Montoring harian (formulir 10)
163
sanitasi 5 Proteksi dari
bahan – bahan kontaminan
1. Prosedur Penyimpanan pangan (SSOP06)
2. Prosedur hygiene atau koreksi kebiasaan karyawan dan perlengkapan kerja (SSOP 03)
3. Prosedur pembersihan peralatan produksi yang kontak dengan pangan (SSOP 02)
Bahan pembersih dan bahan yang berpotensi mengkontaminasi.
Saringan, Gayung, Loyang, Panci Steanless, Filling, Botil Kemasan
Disemua permukaan yang kontak langsung dengan produk.
Tempat pencucian alat
Di infeksi visual
Cuci dengan air bersih beri pembersih kemudian bilas hingga tidak ada kotoran
Setiap hari sebelum produksi
Kebag. Produksi
Kebag. kebersihan
Hilangkan bahan kontaminan dari permukaan.
Hendaknya disikat, atau disanitasi jika terdapat kotoran yang sulit dibersihkan.
Montoring harian (formulir 02)
Monitoring harian (formulir 09)
Monitoring harian (formulir 03)
6 Pelabelan, Penyimpanan, dan Penggunaan bahan toksin yang benar
1. Prosedur pelabelan, penyimpanan (SSOP 07)
pelabelan, penyimpanan
Ditempat pelabelan
Ditempat penyimpanan
Cek lebel sesuai jenis produksi
Penyimpanan dengan cara FIFO
Setiap produksi Setiap produk jadi
Kepala Produksi
Kebag. Bahan Baku
Perbaiki label bila sudah tidak jelas/rusak
Pindahkan bahan toksin yang tidak berlabel dengan benar
Montoring harian (formulir 07)
7 Pengawasan kondisi kesehatan personil
Prosedur Hygiene sanitasi karyawan (SSOP 03)
Karyawan dengan tanda-tanda penyakit/luka
Karyawan masuk ruang kerja dan pada saat kerja
Inspeksi karyawan Sebelum dan sepanjang proses
Supervisor Istirahatkan karyawan dan beri obat (P3K) jika perlu/dipind
Monitoring harian (formulir 09)
164
produksi ah sementara diluar bagian produksi
8 Menghilangkan hama dari unit pengolahan
Prosedur pengendalian hama (SSOP 08)
Hama disarana produksi
Seluruh ruang produksi dan lingkungan
Inspeksi lapangan Tiap 6 bulan sekali (Pest Control)
Supervisor Pembasmian hama
Monitoring harian (formulir 11)
165
Lampiran 11. Keputusan Direktur Perusahaan
KEPUTUSAN DIREKUR PERUSAHAAN CV. MADU APIARI MUTIARA
Nomor : 002 /MMI/SK/XII/ Tahun 2016
Tentang
PEMBENTUKAN TIM GMP/CPPOB CV.MADU APIARI MUTIARA
Menimbang:
a. Bahwa banyaknya kasus keracunan pangan di Indonesia yanga disebabkan oleh produksi pangan pada kondisi sanitasi dan hygiene yang kurang memadai.
b. Bahwa untuk mendapatkan produk pangan olahan yang memenuhi syarat keamanan pangan setiap industri pangan wajib menerapkan cara produksi pangan olahan yang baik.
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana yang dimaksud pada huruf a dan b di atas perlu menetapkan keputusan direktur pimpinan CV. Madu Apiari Mutiara tentang pembuatan TIM GMP/CPPOB.
Mengingat:
a. Undang undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan. b. Peraturan pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang keamanan, mutu dan gizi pangan. c. Peraturan kepala badan pengawas obat dan makanan Nomor HK.038.8.28.04.12.2206
Tahun 2012 tentang cara produksi pangan yang baik untuk industri rumah tangga.
MEMUTUSKAN Menerapkan: KEPUTUSAN PIMPINAN PERUSAHAAN CV. MADU APIARI
MUTIARA TENTENG PEMBENTUKAN
TIM GMP/CPPOB PADA PERUSAHAAN CV. MADU APIARI MUTIARA
166
Pertama : Membentuk dan mengesahkan TIM GMP/CPPOB Kedua : Susunan TIM GMP/CPPOB terdiri atas : No NAMA BAGIAN KUALIFIKASI PELATIHAN
1. Ir. Sri Hidayat
• Owner • Pimpinan Pabrik
Manager • Deperind, Deptan, PKP
• GMP • Pelatihan
Keamanan Pangan
2. Saripah Aini, Spd
• Wakil Pimpinan • Keuangan
Ahli Pembukuan • GMP • Pelatihan
Keamanan Pangan
3. Muh. Fuad Amin, SE
• Quality Control • Pemasaran
Supervisor • GMP • Pelatihan
Keamanan Pangan
4. Sevia Anggraeni
• Dukumentasi arsip
Admin • GMP • Pelatihan
Keamanan Pangan
5. Istiono • Penerimaan dan Penyimpanan Bahan Awal
Kepbag. Gudang • GMP • Pelatihan
Keamanan Pangan
6. Usu Soraya • Produksi • Pengemasan
Kepbag.Produksi • GMP • Pelatihan
Keamanan Pangan
7. Khori • Perawatan Alat Produksi
Kepbag. Kebersihan
Ketiga : TIM GMP/CPPOB mempunyai tugas :
1. Membuat SOP GPM/CPPOB 2. Melatih staf dalam penerapan GMP CPPOB 3. Mengawasi kepatuhan dalam pelaksanaan GMP/CPPOB 4. Menjamin keamanan pangan mulai dari bahan baku dan penyimpanan,
pengolahan produk, penyimpanan produk akhir dan penanganan selama didistribusi ke konsumen.
Ditetapkan di Depok, Desember 2016
PIMPINAN PENGELOLAAN PRODUKSI
(Ir. Sri Hidayat)
167
Lampiran. 12 Prosedur Pengolahan Madu
No.
LANGKAH UTAMA PROSES
INTRUKSI KERJA
1. Menerima bahan baku dan bahan awal
• Periksa kesesuaian bahan baku dan kemasan dengan persyaratan yang ditetapkan dan jumlah yang ditentukan - MADU
• Periksa asal bahan baku dan jenisnya (Warna,rasa,aroma)
• Cek kadar air bahan baku awal • Periksa jumlah (jerigen,blung) • Timbang berat madu
2. Menyimpan bahan kemasan
• Isi tanggal dan jenis bahan kemasan - Botol kaca - Botol plastik - Tutup botol - Plastik Shring - Label
• Cek Keluar masuknya bahan kemasan 3. Mempersiapkan/P
embersihan peralatan
• Isi tanggal pencucian alat • Cek kebersihan alat-alat produksi sebelum
digunakan seperti: - Gayung - Saringan - Loyang - Panci steanless - Filling steanless - Kompor listrik - Kompor gas - Mesin Experied
4. Menyiapkan kemasan botol
• Isi tanggal pencucian alat • Cek kebersihan pada alat-alat produksi sebelum
digunakan seperti: - Botol kaca - Botol plastik - Tutup botol
5. Proses penyaringan I
• Isi tanggal penyaringan • Siapkan bahan baku awal (Madu encer) • Siapkan alat berupa (gayung, saringan , panci
steanless, blung) • Saring madu dengan saringan yang telah
disiapkan kedalam panci steanless/blung
168
• Buang kotoran-kotoran lebah seperti: kaki lebah, sayap lebah, lebah mati, dll.
6. Pengentalan/penurunan kadar air
• Isi tanggal proses penurunan kadar air • Siapkan bahan baku (madu encer) yang sudah
disaring kedalam ruangan penurunan kadar air • Masukan madu kedalam loyang-loyang yang
sudah disiapkan • Masukkan loyang-loyang yang sudah diisi madu
encer kedalam ruangan penurun kadar air • Nyalakan mesin • Atur suhu 400-600 C • Tunggu proses pengentalan madu selama 5 hari • Cek kadar air hingga 17 %- 19%
7. Penyaringan II • Isi tanggal penyaringan • Siapkan bahan baku • Siapkan alat berupa (gayung, saringan, panci
steanless, jeringen, blung) • Saring madu dengan saringan yang sudah
disiapkan kedalam panci steanless 8. Pengisian/Mixing
/Filling • Masukan madu kedalam filling (tempat madu
steanless) • Tuangkan dan ukur berat madu kedalam botol
kaca/botol plastic yang sudah disiapkan ukurannnya (250gr, 400gr, 450gr, 900gr, 2,8kg)
• Tutp botol yang sudah terisi madu • Masukkan madu yang sudah di botolkan
kedalam krat (keranjan madu) 9. Pelebelan dan
packing • Siapakan label yang akan dipakai • Beri kode produksi/experied pada label • Pasang dasi label dari botol hingga ketutup botol • Pasang kepala label pada tutup label • Pasang badan label pada botol kemasan • Masukkan plastic shring pada botol kemasan • Press pada air panas dengan suhu 800C • Rapikan kemasan dengan cutter • Masukkan kedalam dus yang sudah di siapkan
10. Penyimpanan produk jadi
• Isi tanggal penyimpanan - Jenis madu - Jumlah produk jadi - Jumlah dus
169
Lampiran 13. Prosedur Higienis dan koreksi kebiasaan kerja
1. Seluruh karyawan dibagian penyaringan dan penimbangan serta bagian
pengemasan (packing ) harus menggunakan perlengkapan kerja ( tutup kepala,
celemek, dan masker) yang bersih
2. Khusus untuk karyawan bagian pengisian kedalam botol, selain menggunakan
tutup kepala,masker juga harus menggunakan sarung tangan yang bersih.
3. Selama bekerja, karyawan dibagian tersebut dilarang :
4. Makan, minum, merokok dan meludah
5. Bersin / batuk kearah pangan yang diolah / pangan yang tidak tertutup dan
kearah permukaan yang kontak dengan pangan
6. Menggaruk, mengupil dan berbicara selama proses produksi
7. Memiliki kuku yang panjang dan menggunakan “ cutek “, menggunakan
perhiasan ( cincin, anting, jam tangan, gelang, kalung dll)
8. Karyawan yang memiliki luka terbuka harus ditutup dengan plester dan tidak
bekerja di bagian pengisian kedalam botol
9. Karyawan yang sakit, baru sembuh dari sakit, sakit yang menular serta memiliki
luka terbuka yang cukup parah disuruh istirahat di rumah.
10. Sebelum bekerja karyawan harus mencuci tangan terlebih dahulu ( lihat
prosedur mencuci tangan)
11. Sebelum masuk ruang produksi harus menggunakan perlengkapan kerja yang
khusus untuk di ruang produksi
12. Semua perlengkapan kerja dan barang pribadi karyawan disimpan diruang
khusus (locker).
13. Pimpinan dam atau karyawan yang ditunjuk melakukan pemantauan kondisi
tersebut di atas setiap sebelum operasi dan setiap saat.
170
Lampiran 14. Prosedur Cuci Tangan
1. Seluruh karyawan di jalur produksi harus mencuci tangan :
a. Sebelum masuk ruang produksi
b. Setelah keluar dari toilet
c. Setelah menangani penyaringan , pembotolan , dan penimbangan
d. Setelah memegang anggota tubuh
2. Tata cara mencuci tangan :
a. Basuh tangan dengan air kran di wastafel dan kran
b. Telapak tangan di beri sabun dan digosok gosok di sela – sela jari sampai
pergelangan tangan
c. Dibilas dengan air kran sampai bersih
d. Lap pakai lap kering dan bersih
3. Karyawan di ruang produksi yang ditunjuk melakukan pemantauan kebersihan
tangan karyawan yang bekerja di bagian produksi dan pengemasan setiap
sebelum operasi
171
Lampiran. 15. Prosedur Pembersihan dan pemeliharaan fasilitas
1. FASILITAS SANITASI dan PEMBERSIHAN
a. Fasilitas sanitasi atau pembersihan(seperti vakum, alat pel / kain pel, sikat,
kanebo,keran air dengan air mengalir, sabun, lap, dll) harus tersedia
lengkap,bersih dan berfungsi sebagaimana mestinya.
b. Sebelum operasi petugas pembersih melakukan pemeriksaan kelengkapan
dan fungsi serta kebersihan darifasilitas sanitasi atau pembersihan.
c. Jika fasilitas tersebut tidak ada atau tidak lengkap/ tidak bersih/rusak atau
tidak berfungsi sebagaimana mestinya maka segera laporkan kepada
Pimpinan kemudian segera sediakan atau lengkapi/ bersihkan/perbaiki atau
ganti dengan yang berfungsi/ yang baru.
2. FASILITAS CUCI TANGAN
a. Fasilitas cuci tangan( keran air dengan air mengalir, sabun, lap pengering,
saluran pembuangan, dll) harus tersedia lengkap, bersih dan berfungsi
sebagaimana mestinya.
b. Sebelum operasi petugas pembersih melakukan pemeriksaan kelengkapan
dan fungsi serta kebersihan dari fasilitas cuci tangan.
c. Jika fasilitas tersebut tidak ada atau tidak lengkap / tidak bersih / rusak atau
tidak berfungsi sebagaimana mestiny maka segera laporkan kepada
pemimpin kemudian segera sediakan atau lengkapi/ bersihkan / pebaiki atau
ganti dengan yang berfungsi / yang baru.
3. FASILITAS TOILET
a. Fasilitas toilet (keran air dengan air mengalir, sabun, lap pengering, saluran
pembuangan, dll) harus tersedia lengkap, bersih dan berfungsi sebagaimana
mestinya.
b. Sebelum operasi petugas pembersih melakukan pemeriksaan kelengkapan
dan fungsi serta kebersihan dan fasilitas toilet.
c. Jika serta tersebut tidak ada atau tidak lengkap / tidak bersih / rusak atau
tidak berfungsi sebagaimana mestinya maka segera laporkan kepada
pemimpin kemudian segera sediakan atau lengkapi / bersihkan / perbaiki
atau ganti dengan yang berfungsi / yang baru.
172
4. FASILITAS TEMPAT CUCI PERALATAN
a. Fasilitas tempat cuci peralatan ( keranair dengan air mengalir, sabun, lap
pengering , saluran pembuangan, dll ) harus tersedia lengkap, bersih dan
berfungsi sebagaimana mestinya.
b. Sebelum operasi petugas pembersih melakukan pemeriksaan kelengkapan
dan fungsi serta kebersihan dari fasilitas toilet.
c. Jika fasilitas tersebut tidak ada atau tidak lengkap / tidak bersih / rusak atau
tidak berfungsi sebagaimana mestinya maka segera laporkan kepada
pemimpin kemudian segera sediakan atau lengkapi / bersihkan / perbaiki
atau ganti dengan yang berfungsi / yang baru.
5. FASILITAS BANGUNAN
a. Sekali sebulan petugas pembersih memeriksa kelengkaan dan fungsi
fasilitas bangunan ( atap, pintu , langit-langit, lampu dll)
b. Bila fasilitas tidak ada atau tidak lengkap, rusak atau tidak berfungsi
sebagai mestinya segera laporkan kepada pimpinan.
c. Pimpinan segera menyediakan atau melengkapi , memperbaiki atau
mengganti fasilitas bangunan yang rusak atau tidak berfungsi.
173
Lampiran 16. SSOP Bahan Baku
CV.MADU APIARI MUTIARA
Di buat oleh : Admin
SSOP.06 Terbitan : 1
Di periksa oleh : Supervisor Revisi :
Di setujui oleh : Pimpinan PROSEDUR PENYIMPANAN
BAHAN BAKU (PANGAN)
Halaman : 1 dari 1 Efektif : 26
Desember 2016
1. PENYIMPANAN BAHAN BAKU
• Bahan baku madu disimpan di dalam blung yang bersih, kering dan
tertata rapi
• Bahan baku tersebut disusun sesuai System First Expired First Out
(FEFO)
• Lakukan pencatatan bahan baku yang disimpan.
2. PENYIMPANAN PRODUK JADI
c. Produk jadi di simpan di dalam ruang penyimpanan yang bersih, kering dan
terhindar dari sinar matahari sesuai System First In First Out ( FIFO ) First
Expired First Out (FEFO)
d. Lakukan pencatatan keluar masuknya produk jadi yang di simpan dalam
ruang penyimpanan.
3. PEMANTAUAN
Karyawan di bagian gudang yang di tunjuk melakukan pemantauan kondisi
bahan baku dan produk jadi.
174
175