analisis pendapatan diversifikasi …digilib.unila.ac.id/33237/3/skripsi tanpa bab pembahasan.pdf22....

64
ANALISIS PENDAPATAN DIVERSIFIKASI USAHATANI PADI DAN TERNAK ITIK PEDAGING SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI TERNAK ITIK PEDAGING DI KABUPATEN PRINGSEWU (Skripsi) Oleh Dwi Novitasari JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Upload: others

Post on 17-Jan-2020

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ANALISIS PENDAPATAN DIVERSIFIKASI USAHATANI PADI DAN

TERNAK ITIK PEDAGING SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI PRODUKSI TERNAK ITIK PEDAGING

DI KABUPATEN PRINGSEWU

(Skripsi)

Oleh

Dwi Novitasari

JURUSAN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

ABSTRACT

INCOME ANALYSIS OF RICE AND DUCK FARMING DIVERSIFICATION

AND FACTORS AFFECTING DUCK PRODUCTION REGENCY OF

PRINGSEWU

By

Dwi Novitasari

This study aims to (1) analyze the income rice and duck farming diversification,

(2) analyze income contribution of duck livestock to farmers household, and (3)

identify the factors affecting production of duck livestock. The research is

conducted in Pringsewu Regency. Data was collected in Januari to Februari 2018.

The sample are rice and duck diversification farmers which is selected by

snowball sampling method. The data is analyzed by farming income and Cobb-

Douglas Analysis. The results of this research show (1) income of rice and duck

diversification farmers is profit, (2) income contribution of duck livestock to

farmers household income is higer than other sources income, and (3) there are

three factors affecting duck production are bran, concentrate, and mortality rate.

Key words : diversification, duck livestock, farming income, rice farming

ABSTRAK

ANALISIS PENDAPATAN DIVERSIFIKASI USAHATANI PADI DAN

TERNAK ITIK PEDAGING SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI PRODUKSI TERNAK ITIK PEDAGING

DI KABUPATEN PRINGSEWU

Oleh

Dwi Novitasari

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan diversifikasi usahatani

padi dan ternak itik pedaging, kontribusi pendapatan usaha ternak itik terhadap

pendapatan rumah tangga petani, dan mengidentifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi ternak itik pedaging. Penelitian ini dilakukan di

Kabupaten Pringsewu yang datanya dikumpulkan pada bulan Januari hingga

Februari 2018. Sampel dipilih dengan metode snowball sampling untuk petani

yang berusahatani padi dan ternak itik pedaging. Data dianalisis dengan analisis

pendapatan usahatani dan Analisis Cobb-Douglas. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa pendapatan petani diversifikasi usahatani padi dan ternak itik

pedaging menguntungkan, kontribusi pendapatan usaha ternak itik pedaging

terhadap pendapatan rumah tangga petani lebih tinggi daripada sumber

pendapatan lain, dan ada tiga faktor yang mempengaruhi produksi itik pedaging

yaitu pakan dedak, konsentrat, dan tingkat kematian

Kata kunci: diversifikasi, pendapatan usahatani, usahatani padi, usaha ternak itik

ANALISIS PENDAPATAN DIVERSIFIKASI USAHATANI PADI DAN

TERNAK ITIK PEDAGING SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI PRODUKSI TERNAK ITIK PEDAGING

DI KABUPATEN PRINGSEWU

Oleh

DWI NOVITASARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

JURUSAN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2018

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pekon Pandansari Selatan tanggal 12

November 1996, merupakan anak kedua dari empat

bersaudara pasangan Purnomo dan Tugiyem. Penulis

menempuh pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD N 1

Pandansari Sukoharjo Pringsewu pada tahun 2002, lulus pada

tahun 2008. Penulis menempuh pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di

SMP N 2 Sukoharjo Pringsewu, lulus pada tahun 2011, kemudian melanjutkan

pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA N 1 Sukoharjo Pringsewu,

lulus pada tahun 2014. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tahun 2014. Penulis pernah aktif

sebagai anggota bidang 4 (Kewirausahaan) pada Organisasi Himaseperta, aktif

sebagai staff Kementrian Komunikasi dan Informasi Badan Eksekutif Mahasiswa

(BEM) Universitas Lampung, dan sebagai Skretaris Divisi Kesehatan Generasi

Baru Indonesia (GenBI) wilayah Provinsi Lampung. Pada tahun 2017 penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 40 hari di Desa Buyut Ilir

Lampung Tengah. Tahun 2017, penulis juga melaksanakan Praktik Umum (PU)

selama 40 hari di Sentulfresh Bogor Jawa Barat.

SANWACANA

Bismillahirahmannirrahim,

Alhamdulillahirobbil’alamiin Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya. Sholawat serta salam selalu

dimohonkan kepada nabi besar Muhammad SAW yang selalu menjadi suri

tauladan bagi umat manusia, serta syafaatnya yang selalu dinanti-nantikan seluruh

umat manusia.

Dalam penyelesaianskripsiyang berjudul ‘Analisis Pendapatan Diversifikasi

Usahatani Padi dan Ternak Itik Pedaging serta Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Produksi Itik Pedaging di Kabupaten Pringsewu’ ini, penulis

banyak mendapatkan bantuan serta bimbingan baik langsung maupun tidak

langsung dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis

mengucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung atas semua arahan dan nasihat yang diberikan.

2. Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.P., selaku ketua Jurusan Agribisnis atas

arahan dan motivasi yang telah diberikan.

3. Dr. Ir. Sudarma Widjaya, M.S., selaku pembimbing pertama atas ilmu,

bimbingan, masukan, arahan, saran, dan motivasi yang telah diberikan kepada

penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Ir. Eka Kasymir, M.Si., selaku pembimbing kedua atas atas ilmu, bimbinhan,

masukan, arahan, saran, dan motivasi yang telah diberikan kepada penulis

dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Ir. Rabiatul Adawiyah, M.Si., selaku pembahas terimakasih saran dan

masukannya dalam penulisan skripsi.

6. Dr. Ir. Dyah Aring Hepiana Lestari, M.Si selaku dosen Pembimbing

Akademik dan Kepala Laboratorium Agribisnis atas motivasi, arahan dan

nasihatnya.

7. Seluruh Karyawan Jurusan Agribisnis atas semua bantuan dan dukungan

yang telah diberikan selama penulis menjadi mahasiswa di Universitas

Lampung.

8. Keluarga tercinta, ayahanda tercinta Purnomo dan ibunda tercinta Tugiyem,

kakakku tersayang Tri Ruswanti, serta adikku tersayang Muhammad Erico

Febriansyah dan Oktavia Putri dan seluruh keluarga atas segala kasih sayang,

dukungan, dan doa yang tak tergantikan oleh apapun untuk penulis.

Terimakasih atas semua yang kalian berikan, dan telah menjadi semangat

terbesar penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Seluruh petani dan masyarakat Kecamatan Gadingrejo, atas bantuan yang

diberikan selama melaksanakan penelitian.

10. Seluruh Dosen dalam lingkungan jurusan, fakultas, maupun universitas atas

ilmu yang bermanfaat yang telah diberikan kepada penulis.

11. Sahabat-sahabatku Strong Women Squad, Arum Renanda, Dewi Irasanti, dan

Desi Aditia Mahardika yang tak pernah lelah memberikan dukungan, saran,

motivasi dan selalu menemani dalam keadaan apapun. Terimakasih atas

persahabatan dan kebersamaan selama ini.

12. Sahabat-sahabat penulis, Deta Pratiwi, Dita Nastiti Saputri, Anita Andarini T,

Dea Adelia, Gesti, Ajeng Citra, Dewi Lestari, Cindy Puri, Cindy Yulianti,

Faakhira, Della, Defline, Aryan, Adek Fitri, Ade Putra, Yudi, Aurora, Ayu,

Dwi Febrina, Asih, Eri, Rifa’i, Oktin, Measi, Nanda, Jessica, Siska, Septi,

Bagoes, Ade Putra, Danang, Abu Haris, Alvita, Yohana, Neni Marlina,

terimakasih atas bantuan, dukungan dan saran yang diberikan selama ini.

13. Teman sepermainan Faida, Yuli, Ambar, Nunung, Langgeng terimakasih

dukungan dan semangat yang diberikan selama ini.

14. Temen-temen KKN, Ridwan MK, M.Ridwan, Agnes, Atika, Ellen, Mely,

Sani, Umi, Rendara, Izudin, terimakasih atas candaan dan kebersamaan

selama melaksanakan KKN.

15. Teman-teman Generasi Baru Indonesia, bang Fauzi, mbk Milna, bang Ibnu,

Mbk Yosi, Indah, mbk Septi, Umi, Fadila, Fanisya, Syelendra, Imran, Ripusa,

Intan, Siti, Sulistyo, Mukhlis, bang Oim, bang Kholis, Panji, Lea, Medi, Iduy,

atas semua waktu, pengertian, dukungan, candaan, dan kebersamaan selama

menjadi anggota Generasi Baru Indonesia.

16. Teman-teman seruan Rio Suryadi, Rian, Mas Gunawan, Mas Bambang,

Agam, Pak Ustad Yadi, Ikhsan, Ibu Mitra, terimakasih atas candaan,

pengertian, nasehat, saran, dan motivasi yang telah diberikan.

17. Almamater tercinta, serta seluruh pihak yang membantu penulis dalam

meyelesakan penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah

diberikan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat

kekurangan, namun semoga karya kecil ini bermanfaat bagi semua pihak.

Aamiin.

Bandar Lampung, 5 September 2018

Penulis,

Dwi Novitasari

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ....................................................................................................... i

DAFTAR TABEL .......................................................................................... ..iv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... ... vi

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................8

C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 8

D. Kegunaan Penelitian ........................................................................... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 10

1. Diversifikasi Usahatani ................................................................. 10

2. Budidaya Ternak Itik ..................................................................... 11

3. Teori Biaya .................................................................................... 15

4. Teori Penerimaan .......................................................................... 16

5. Teori Pendapatan ........................................................................... 17

6. Teori Produksi ............................................................................... 21

B. Kajian Penelitian Terdahulu .............................................................. 24

C. Kerangka Pemikirian ......................................................................... 27

D. Hipotesis Penelitian ........................................................................... 28

III. METODE PENELITIAN

A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional .............................................30

B. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian ........................34

C. Jenis dan Metode Pengumpulan Data .................................................35

ii

D. Metode Analisis Data ..........................................................................36

1. Analisis Pendapatan Diversifikasi Usahatani Padi dan

Ternak Itik Pedaging................................................................ 36

2. Analisis Kontribusi Pendapatan Usaha ternak Itik Pedaging

Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani ..............................38

3. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Itik .........39

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ..................................................42

1. Kabupaten Pringsewu ...................................................................42

2. Kecamatan Gadingrejo..................................................................45

B. Keadaan Umum Responden ................................................................49

1. Umur Responden ..........................................................................49

2. Tingkat Pendidikan .......................................................................50

3. Pengalaman Berusahatani Padi .....................................................51

4. Pengalaman Berternak ..................................................................52

5. Jumlah Tangungan Keluarga ........................................................53

6. Pekerjaan Sampingan ....................................................................54

7. Luas Lahan Garapan dan Status Kepemilikan Lahan ...................55

C. Penggunaan Sarana Produksi Padi ......................................................57

1. Penggunaan Benih Padi ................................................................57

2. Penggunaan Pupuk ........................................................................58

3. Penggunaan Pestisida ....................................................................58

4. Penggunaan Tenaga Kerja ............................................................59

5. Penggunaan Peralatan Pertanian ...................................................60

D. Penggunaan Sarana Produksi Ternak Itik Pedaging ...........................61

1. Penggunaan Bibit atau DOD (Day Old Duck) ..............................61

2. Penggunaan Pakan ........................................................................62

3. Penggunaan Tenaga Kerja ............................................................63

4. Ternak Itik Pedaging .....................................................................64

E. Pendapatan Diversifikasi Usahatani Padi dan Ternak

Itik Pedaging .......................................................................................66

iii

F. Kontribusi Pendapatan Usaha Ternak Itik Pedaging terhadap

Pendapatan Rumah Tangga Petani ......................................................68

G. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ternak

Itik Pedaging .......................................................................................72

V. KESIMPULAN

A. Kesimpulan………………………………………………………… 78

B. Saran……………………………………………………………….. 78

DAFTAR PUSTAKA

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Luas panen, produksi dan produktivitas padi sawah menurut kabupaten

/kota di Provinsi Lampung ..........................................................................3

2. Produksi daging unggas itik menurut kabupaten/kota di Provinsi

Lampung.................................................................................................. 5

3. Populasi itik menurut kecamatan di Kabupaten Pringsewu....................... 6

4. Persebaran penduduk per kecamatan di Kabupaten Pringsewu ............... 43

5. Persebaran jumlah penduduk dan luas wilayah berdasarkan pekon di

Kecamatan Gadingrejo ............................................................................. 46

6. Prasarana Penunjang di Kecamatan Gadingrejo..................................... . 47

7. Sebaran kelompok umur petani di Kecamatan Gadingrejo ...................... 49

8. Sebaran petani berdasarkan tingkat pendidikan di Kecamatan

Gadingrejo ............................................................................................... 51

9. Sebaran petani berdasarkan pengalaman berusahatani padi di

Kecamatan Gadingrejo.............................................................................. 52

10. Sebaran petani bedasarkan pengalaman beternak di Kecamatan

Gadingrejo....................................................................................... ....... ..52

11. Sebaran petani berdasarkan jumlah tanggungan keluarga di Kecamatan

Gadingrejo..................................................................................................53

12. Sebaran petani berdasarkan pekerjaan sampingan di Kecamatan

Gadingrejo............................................................................................. ....54

13. Sebaran petani berdasarkan luas lahan sawah dan status kepemilikan

lahan di Kecamatann Gadingrejo..................................................... ..... ...55

14. Sebaran petani berdasarkan luas lahan pekarangan dan status

v

kepemilikan lahan di Kecamatan Gadingrejo……………………….…. 56

15. Rata-rata penggunaan benih padi pada lahan sawah di Kecamatan

Gadingrejo .............................................................................................. 57

16. Rata-rata penggunaan pupuk untuk tanaman padi di lahan sawah

per ha per di Kecamatan Gadingrejo ...................................................... 58

17. Jenis pestisida yang digunakan petani padi di Kecamatan Gadingrejo ... 59

18. Rata-rata penggunaan tenaga kerja usahatani padi di Kecamatan

Gadingrejo .............................................................................................. 60

19. Rata-rata nilai penyustan peralatan usahatani padi di Kecamatan

Gadingrejo ............................................................................................... 60

20. Rata-rata penggunaan bibit itik pedaging di Kecamatan Gadingrejo ..... 61

21. Rata-rata penggunaan pakan untuk ternak itik pedaging di Kecamatan

Gadingrejo ............................................................................................... 62

22. Rata-rata penggunaan tenaga kerja usaha ternak itik pedaging

di Kecamatan Gadingrejo ....................................................................... 63

23. Rata-rata pendapatan petani diversifikasi usahatani padi dan ternak itik

pedaging di Kecamatan Gadingrejo........................................................ 66

24. Rata-rata penerimaan, biaya, pendapatan, dan nisbah penerimaan

(R/C) petani diversifikasi usahatani padi dan ternak itik pedaging di

Kecamatan Gadingrejo per tahun .......................................................... 67

25. Kontribusi sumber pendapatan usahatani lainnya terhadap total

pendapatan usahatani lainnya per tahun ................................................ 68

26. Struktur pendapatan non pertanian terhadap total pendapatan non

pertanian per tahun ............................................................................... 67

27. Struktur pendapatan rumah tangga petani diversifikasi usahatani padi

dan ternak itik pedaging ....................................................................... 70

28. Hasil analisis fungsi Cobb Duglas faktor-faktor usaha ternak itik

pedaging ............................................................................................. 69

29. Hasil uji heteroskedastisitas ................................................................ 74

vi

DAFTAR GAMBAR

Tabel Halaman

1. Kerangka pemikiran analisis pendapatan petani diversifikasi usahatani padi

dan ternak itik pedaging sertafaktor-faktor yang mempengaruhi produksi

ternak itik pedaging .................................................................................. 29

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan sektor yang terus dikembangkan oleh pemerintah

untuk menunjang pembangunan pertanian dan perekonomian suatu daerah.

Tujuan pembangunan pertanian periode 2015-2019 yaitu, (1) terwujudnya

swasembada padi, jagung dan kedelai serta meningkatnya produksi daging dan

gula, (2) terpenuhinya akses pangan masyarakat terhadap pangan, (3) bergesernya

budaya konsumsi pangan, (4) meningkatnya stabilitas produksi dalam rangka

stabilitas harga, (5) berkembangnya komoditas pertanian bernilai ekonomi,

mendorong majunya agrobioindustri, (6) meningkatnya kualitas dan pendapatan

petani dan (7) terwujudnnya reformasi birokrasi kementrian pertanian

(Kementrian Pertanian, 2014).

Peranan sektor pertanian dalam pembangunan yang utama sehubungan dengan

beberapa pertimbangan seperti sebagian besar penduduk di negara berkembang

memiliki usaha di sektor pertanian, sebagai sumber utama untuk memenuhi

kebutuhan pokok terutama pangan, penyedia input tenaga kerja untuk menunjang

pembangunan sektor lainnya, menggerakkan dan memacu pertumbuhan ekonomi,

dan sebagai pasar potensial bagi hasil output sektor modern di perkotaan.

2

Pentingnya sektor pertanian dalam perekonomian dapat dilihat dari masih relatif

besarnya pangsa sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto

(Sofiyanto, 2015).

Pertanian, kehutanan dan perikanan merupakan sektor yang memberikan

kontribusi yang cukup besar terhadap Produk Dometik Regional Bruto.

Kontribusi rata-rata sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan terhadap Produk

Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan sebesar 31,32 persen

berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung (2016). Sektor

pertanian tidak hanya berkontribusi terhadap PDRB di Provinsi Lampung, tetapi

juga berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan, kesehjahteraan, dan

ketahanan pangan. Distribusi subsektor tanaman pangan tahun 2010-2016

terhadap total PDRB atas dasar harga berlaku di Provinsi Lampung adalah 11,04

persen (Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2016).

Sektor pertanian khususnya usahatani tanaman pangan di Provinsi Lampung

mempunyai peran yang sangat penting dalam peningkatan perekonomian daerah

karena besarnya jumlah tenaga kerja yang terserap. Sementara ketergantungan

pangan dari luar yang cukup besar akan melemahkan ketahanan pangan sehingga

mengakibatkan ketidaksetabilan sosial ekonomi. Sektor pertanian dihadapkan

kepada tuntutan peningkatan produktivitas dan efisiensi agar mempunyai daya

saing yang tinggi. Untuk peningkatan produktivitas dan daya saing tersebut

penggunaan sumber daya lahan perlu diupayakan secara optimal sehingga mampu

menghasilkan produktivitas tinggi dalam pengembangan suatu komoditi

(Sarwanto, 2011).

3

Provinsi Lampung saat ini mempunyai 15 kabupaten/kota dan semua

kabupaten/kota tersebut mempunyai produktivitas padi yang berbeda-beda.

Terdapat banyak faktor yang menyebabkan perbedaan produktivitas tersebut

diantaranya adalah masalah kesuburan tanah, pemakaian pupuk, bibit, cara

bercocok tanam, dan sebagainya. Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi

Lampung (2016) produktivitas padi menurut kabupaten/kota di Provinsi Lampung

tersaji pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas panen, produksi dan produktivitas padi sawah menurut

kabupaten/kota di Provinsi Lampung

Kabupaten/Kota Luas panen

(ha)

Produksi

(ton)

Produktivitas

(ton/ha)

Lampung Barat 26..220 141.374 5,392

Tanggamus 49.822 283.379 5,688

Lampung Selatan 90.450 494.629 5,469

Lampung Timur 121.314 638.817 5,266

Lampung Tengah 157.873 805.261 5,101

Lampung Utara 37.267 196.136 5,263

Way Kanan 38.227 209.076 5,469

Tulang Bawang 63.211 291.031 4,604

Pesawaran 38.809 205.442 5,294

Pringsewu 29.072 156.541 5,385

Mesuji 41.897 186.230 4,445

Tulang Bawang Barat 18.607 95.839 5,151

Pesisir Barat 16.057 84.751 5,278

Bandar Lampung 1.740 10.201 5,862

Metro 6.289 33.216 5,282

Lampung 736.855 3.831.923 78,947

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2016

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa total produktivitas padi sawah di

Provinsi Lampung sebesar 78,947 ton per ha. Total produktivitas padi sawah di

Provinsi Lampung berasal dari kontribusi 15 kabupaten/kota di Provinsi

4

Lampung. Kabupaten Pringsewu menempati urutan ke-6 produktivitas padi

sawah di Provinsi Lampung. Hal tersebut menjelaskan bahwa produktivitas padi

di Kabupaten Pringsewu lebih unggul dengan produktivitas 5,385 ton per ha jika

dibandingkan dengan Kabupaten Lampung Tengah sebesar 5,101 ton per ha yang

merupakan sentra produksi padi di Provinsi Lampung. Kabupaten Pringsewu

merupakan kabupaten baru yang merupakan pemekaran dari Kabupaten

Tanggamus pada 29 Oktober 2008. Meskipun kabupaten baru berkembang,

Kabupaten Pringsewu memiliki luas panen padi sawah yang cukup luas yaitu

29.702 ha.

Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung (2016) rata-rata produktivitas

padi Provinsi Lampung sebesar 5,263 ton per ha. Rata – rata luas lahan sawah di

Provinsi Lampung yaitu 26.704 ha. Besarnya rata-rata produktivitas padi Provinsi

Lampung lebih rendah dibandingkan dengan produktivitas padi Kabupaten

Pringsewu dan untuk rata – rata luas lahan sawah Provinsi Lampung relatif sempit

yaitu 26.704 ha. Dari rata - rata produktivitas padi yang rendah dan rata-rata luas

lahan sempit maka akan mengakibatkan penurunan pendapatan petani padi.

Sehingga, perlu adanya upaya untuk meningkatkan pendapatan petani padi,dengan

cara mengembangkan komoditas pertanian yang memerlukan lahan sempit tetapi

memiliki produksi tinggi dan peluang pasar potensial.

Petani padi dapat mengembangkan suatu komoditas pertanian sebagai usaha

sampingan dengan melakukan diversifikasi usahatani. Diversifikasi usahatani

adalah salah satu cara untuk meningkatkan pendapatan petani dan menghindari

ketergantungan petani terhadap satu hasil pertanian. Pertanian meliputi beberapa

5

subsektor antara lain perikanan, perkebunan, hortikultura, dan peternakan.

Subsektor peternakan merupakan subsektor yang berkembang di Provinsi

Lampung dan memiliki potensi sebagai diversifikasi usahatani (Martianto, 2009).

Potensi usahatani yang dapat dikembangkan oleh petani padi sebagai diversifikasi

usahataninya dalam subsektor peternakan salah satunya unggas seperti itik dan

ayam. Itik merupakan jenis unggas potensial untuk dikembangkan oleh petani

padi sebagai diversifikasi usahatani dengan mengoptimalkan penggunaan lahan.

Petani padi dapat memanfaatkan sisa hasil pertanian yang dihasilkan untuk diolah

menjadi alternatif pakan itik berupa dedak, sehingga akan meminimalisir biaya

pakan dan memperoleh lebih dari satu hasil usahataninya, berupa hasil dari

usahatani padi dan usaha ternak itik sebagai diversifikasi usahatani.

Tabel 2. Produksi daging unggas itik menurut kabupaten/kota di Provinsi

Lampung

Kabupaten/Kota Produksi (ton)

Lampung Barat 44.002

Tanggamus 2.278

Lampung Selatan 55.916

Lampung Timur 112.200

Lampung Tengah 81.276

Lampung Utara 7.126

Way Kanan 20.184

Tulang Bawang 30.622

Pesawaran 19.229

Pringsewu 66.797

Mesuji 182.726

Tulang Bawang Barat 25.097

Pesisir Barat 5.848

Bandar Lampung 2.576

Metro 10.810

Lampung 666.687

Sumber : Badan Pusat Statistik,2016

6

Berdasakan Tabel 2 Kabupaten Pringsewu mempunyai produksi daging itik

sebesar 66.797 ton. Kabupaten Pringsewu berada pada urutan ke- 4 sebagai

kabupaten/kota yang mempunyai produksi daging itik tertinggi di Provinsi

Lampung. Meskipun mempunyai produksi daging itik no 4 di Provinsi Lampung,

Kabupaten Pringsewu mempunyai produktivitas padi sawah yang tinggi sebesar

5,385 ton per ha dibandingkan dengan Kabupaten lampung Tengah sebagai sentra

produksi padi di Provinsi Lampung. Produksi daging itik di Kabupaten

Pringsewu memungkinkan kabupaten ini menjadi kabupaten pemasok daging bagi

pelaku-pelaku bisnis yang berbahan baku daging itik pedaging yang saat ini telah

banyak berkembang, sehingga dapat berkontribusi meningkatkan perekonomian

petani padi yang mengusahakan ternak itik sebagai diversifikasi usahataninya

(Doloksaribu, 2016).

Tabel 3. Populasi Itik menurut kecamatan di Kabupaten Pringsewu

Kecamatan Populasi Itik (ekor) Presentase

(%) 2015 2016

Pardasuka 1.500 2.800 2,85

Ambarawa 9.625 11.862 14,26

Pagelaran 2.974 3.269 4,14

Pagelaran Utara - - -

Pringsewu 10.988 9.687 13,72

Gadingrejo 30.523 52.327 54,99

Sukoharjo 2.395 2.095 2,98

Banyumas 1.966 4.143 4,05

Adiluwih 1.605 2.900 2,99

Jumlah

100

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Pringsewu, 2016

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat populasi itik di Kecamatan Gadingrejo tahun

2015 – 2016 mengalami peningkatan sebesar 27.507 ekor dengan presentase

7

sebesar 54,99 persen. Kabupaten Pringsewu sebagai salah satu penghasil itik di

Provinsi Lampung, sangat dipengaruhi dari produksi yang dihasilkan oleh

peternak-peternak itik di Kecamatan Gadingrejo yang menyumbangkan total

produksi itik bagi Kabupaten Pringsewu sebesar 54,99 persen, sedangkan

kecamatan lainnya menghasilkan kisaran 2-14 persen untuk total produksi dari

Kabupaten Pringsewu.

Berdasarkan prasurvei yang dilakukan di Kabupaten Pringsewu peternak itik

pedaging tersebar di beberapa desa yang menjadi sentra ternak itik pedaging di

Kabupaten Pringsewu. Rata- rata jumlah itik yang dipelihara adalah skala antara 150

sampai 2.500 ekor. Pemeliharaan ternak itik pedaging dilakukan selama 1 periode

dalam 70 hari, kemudian ternak itik dijual.

Peternak itik pedaging di Kabupaten Pringsewu telah menerapkan sistem

pemeliharaan secara intensif. Pemeliharaan intensif (dikandangkan) yaitu itik tidak

lagi digembalakan di sawah untuk mencari makan sendiri, tetapi pakan dan

minum disediakan dalam kandang, sehingga mempermudah dalam pemeliharaan.

Pengembangan usaha diversifikasi ternak itik secara intensif dapat membantu

peternak itik dalam mengelola usahanya. Permasalahan yang dihadapi peternak itik

pedaging yaitu tingginya biaya produksi yang dikeluarkan peternak itik pedaging dan

keterbatasan peternak dalam mengalokasikan faktor-faktor produksi sehingga

produktivitas belum optimal. Keterbatasan peternak dalam penggunaan faktor-faktor

produksi akan mengakibatkan pada rendahnya penerimaan. Prospek dan potensi

ternak itik di Provinsi Lampung sangat bagus, walaupun dalam beternak itik terdapat

banyak kendala dan resiko yang dihadapi. Oleh karena itu, agar usaha ternak itik

lebih dikembangkan sebagai diversifikasi usahatani, maka penting diketahui seberapa

8

besar pendapatan petani padi dari diversifikasi usahatani ternak itik pedaging. Hal

inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis

Pendapatan Diversifikasi Usahatani Padi dan Ternak Itik Pedaging serta Faktor-

Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ternak Itik Pedaging Di Kabupaten

Pringsewu”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari latar belakang yang telah diuraikan adalah:

1. Bagaimana pendapatan diversifikasi usahatani padi dan ternak itik pedaging

di Kabupaten Pringsewu?

2. Bagaimana kontribusi pendapatan dari usaha ternak itik pedaging terhadap

pendapatan rumah tangga petani diversifikasi usahatani padi dan ternak itik

pedaging di Kabupaten Pringsewu?

3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ternak itik pedaging di

Kabupaten Pringsewu?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pendapatan diversifikasi usahatani padi dan ternak itik pedaging

di Kabupaten Pringsewu.

2. Mengetahui kontribusi pendapatan usaha ternak itik pedaging terhadap

pendapatan rumah tangga petani di Kabupaten Pringsewu.

3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ternak itik pedaging

di Kabupaten Pringsewu.

9

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan berguna bagi:

1. Peternak itik pedaging sebagai masukan dalam menetapkan rencana usaha

untuk peningkatan hasil produksi dan pendapatan usaha ternak itik pedaging.

2. Pemerintah sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan

peningkatan produksi dan pendapatan petani diversifikasi usahatani padi dan

ternak itik pedaging.

3. Peneliti lain sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian sejenis.

10

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Diversifikasi Usahatani

Diversifikasi usahatani adalah salah satu program pokok pembangunan pertanian

di samping program ekstensifikasi, intensifikasi, dan rehabilitasi. Program

pengembangan diversifikasi usahatani di lahan sawah dikaitkan dengan upaya

peningkatan pendapatan, perluasan kesempatan kerja dan penanggulangan

kemiskinan adalah salah satu pilihan strategi yang tepat ( Nurasa, 2013).

Diversifikasi usahatani adalah menanam atau memelihara lebih dari satu jenis

tanaman, ternak, dan ikan. Diversifikasi dibagi menjadi diversifikasi dalam arti

sempit dan diversifikasi dalam arti luas. Diversifikasi dalam arti sempit adalah

mengusahakan antar jenis tanaman atau ternak sedangkan diversifikasi dalam arti

luas adalah mengusahakan antar jenis tanaman, ternak, dan perikanan.

Diversifikasi pertanian merupakan salah satu cara meningkatkan pembangunan

pertanian melalui penganekaragaman jenis usaha atau tanaman pertanian untuk

menghindari ketergantungan pada salah satu hasil pertanian. Diversifikasi

pertanian dapat memberikan manfaat kepada para petani untuk menjalankan

usahataninya (Darmawan, 2014).

11

Macam-macam diversifikasi pertanian dalam arti luas antara lain seperti

mengusahakan beragam jenis usaha komoditas pertanian seperti jenis tanaman,

perikanan, dan ternak. Jenis usaha diversifikasi yang saat ini berkembang yaitu

usaha ternak itik. Petani pangan seperti tanaman padi akan menghasilkan limbah

yang dapat dijadikan pakan alternatif bagi ternak itik, sehingga mempermudah

dalam memperoleh sumber pakan dan dapat meminimalisir biaya pakan. Usaha

diversifikasi ternak itik ini dapat dijadikan sebagai salah satu usaha sampingan

yang dapat berkontribusi terhadap pendapatan rumah tangga petani padi.

2. Budidaya Ternak Itik

Menurut Wakhid (2010) usaha ternak itik pedaging mempunyai segmen usaha

yang dapat dipilih oleh peternak itik diantaranya usaha ternak itik pembibitan dan

usaha ternak itik pembesaran. Usaha ternak itik pembibitan dimulai dari

penetasan telur ataupun dari pemeliharaan indukan itik dengan tujuan utama

menghasilkan bibit itik atau DOD (Day Old Duck). Usaha ternak itik pembesaran

adalah pemeliharaan DOD hingga mencapai ukuran panen. Menurut Srigandono

(1986) tipe itik pedaging yang dianggap paling populer yaitu tipe itik peking.

Tipe itik pedaging ini mempunyai kemampuan untuk memenuhi berbagai

tuntutansebagai sumber penghasil daging yang sangat efisien, terutama karena

tingkat pertumbuhannnya yang cepat.

Itik pedaging adalah unggas penghasil daging yang potensial. Daging itik

merupakan sumber protein yang tinggi dan itik pedaging mampu berproduksi

dengan baik, oleh karena itu pengembangan ternak itik pedaging diarahkan pada

produksi yang cepat sehingga mampu memenuhi permintaan konsumen. Daging

12

itik sudah diterima dan dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan baku

masakan seperti sate daging itik, daging itik bakar ataupun panggang. Saat ini,

sudah banyak bisnis kuliner yang memanfaatkan daging itik sebagai bahan utama.

Hal ini membuat permintaan daging itik sebagai bahan untuk dikonsumsi cukup

tinggi. Tipe itik jantan biasanya dimanfaatkan sebagai penghasil daging. Tetapi,

tipe betina juga dapat dijadikan itik pedaging saat memasuki masa afkir (kurang

berproduksi lagi) (Helmi, 2013).

Menurut Srigandono (1986) beternak unggas mempunyai 3 tujuan yaitu sebagai

unggas potong, sebagai unggas petelur, dan sebagai penghasil bibit. Seseorang

yang akan memulai usaha dalam beternak itik, maka harus mengetahui dan

memahami tentang budidaya beternak itik:

1) Lokasi Kandang

Lokasi kandang ternak itik yang harus diperhatikan adalah letak atau jarak

kandang dengan pemukiman penduduk, akses transportasi yang mudah dijangkau,

dan kondisi lingkungan kandang ternak itik yang kondusif bagi produktivitas

ternak.

2) Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana dalam beternak itik juga harus diperhatikan seperti, kondisi

kandang yang menyaman untuk ternak itik tidak harus dari bahan yang mahal

tetapi dapat bertahan lama, penerangan kandang diberikan untuk memudahkan

dalam pengaturan kandang agar tertata sesuai dengan fungsi bagian-bagian

kandang.

13

3) Pembibitan

Pembibitan dalam beternak itik ada 3 cara untuk mendapatkan bibit itik yang baik

sebagai berikut:

a) Membeli telur tetas dari induk itik yang dijamin keunggulannya

b) Memelihara induk itik yaitu itik jantan dan betina unggul untuk mendapatkan

telur tetas kemudian menetaskannya pada mesin tetas

c) Membeli DOD (Day Old Duck) dari pembibitan yang bermutu atau telah

mendapatkan rekomendasi dari dinas peternakan setempat. Adapun ciri-ciri

DOD yang baik yaitu tidak cacat ( tidak sakit) dengan warna bulu kuning

mengkilap.

4) Pemeliharaan

Pemeliharaan itik pedaging, biasanya berakhir pada umur 7 sampai 8 minggu

untuk kemudian dipotong atau dipasarkan. Bila pemeliharaan ingin diteruskan,

maka biasanya tujuannya ialah untuk menghasilkan bibit. Berikut fase umur itik

pedaging:

1) Fase pertama (starter) : 0 sampai 2 minggu

2) Fase kedua (grower) : 2 sampai 4 minggu

3) Fase akhir (finisher) : 5 sampai 7 minggu

Menurut Nurman (2009) pemeliharaan pada faser pertama (strater) dimulai dari

itik berumur 1 hari sampai 60 hari, anak itik dipelihara dalam kandang khusus

yaitu memakai pemanas/induk buatan untuk menghangatkan tubuh anak itik

tersebut, hal ini dilakukan karena pada umur 1 sampai 14 hari bulu itik belum

tumbuh sempurna dan belum mampu menahan cuaca dingin. Anak itik diberi

14

makan khusus yaitu pakan yang mempunyai kandungan protein sekitar 19- 21

persen kadar protein dan lebih dikenal dengan makanan “Starter”. Saat umur 14

hari anak itik sudah mampu menahan cuaca dingin sehingga tidak perlu dibantu

dengan induk buatan. Pada kandang khusus ini itik bisa dipelihara sampai umur

60 hari, kemudian itik umur diatas 60 hari dipindahkan ke kandang masa

pertumbuhan (grower).

Menurut Syanur (2012) itik pedaging dalam waktu kurang dari 2 bulan dapat

menghasilkan produksi daging dengan berat badan sekitar 3 - 3,3 kg. Dalam

usaha ternak ini dikenal dengan sistem atau cara pemeliharaan yaitu:

a) Pemeliharaan tradisional

Sistem pemeliharaan ini dilakukan dengan cara ternak itik digembalakan di

tempat-tempat yang mempunyai sumber apakan alami yang banyak misalnya

persawahan yang baru panen. Kandang ternak itik seadanya tanpa disediakan

parit. Pemeliharaan itik secara tradisional dilakukan tanpa penggunaan obat dan

vaksin. Sistem pemeliharaan ini dilakukan oleh para peternak yang bersifat

nomaden atau berpindah-pindah.

b) Pemeliharaan semi intensif

Sistem pemeliharaan secara semi intensif dilakukan dengan cara ternak-ternak itik

yang dipelihara sudah dikandangkan dan diberi makan, tetapi sewaktu-waktu

ternak itik akan dilepas di tempat-teampat yang banyak sumber pakan alami untuk

mencari makan. Pengobatan dan vaksin yang diberikan dalam pemeliharaan semi

intensif ini pada ternak itik belum intensif atau belum rutin.

15

c) Pemeliharaan intensif

Pemeliharaan secara intensif dilakukan dengan cara ternak-ternak itik ditempatkan

dalam kandang dan diberi makan secara terus menerus serta menerapkan aspek-

aspek teknis pemeliharaan baik secara ilmiah dan penggunaan teknologi yang

mendukung. Pengobatan obat dan vaksin secara intensif.

Usaha peternakan itik memerlukan modal dan biaya untuk keberlanjutan usaha

yang akan dijalankan. Suatu usaha ternak itik memerlukan biaya produksi, yaitu

biaya langsung yang berhubungan dengan usaha peternakan itik. Biaya ini terus-

menerus ada dan dikeluarkan selama usaha peternakan itik berjalan. Besarnya

tetap, tidak terpengaruh oleh tingkat produksi atau keaktifan ternak itik.

3. Teori Biaya

Biaya merupakan pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh barang atau jasa

yang berguna untuk masa yang akan datang atau mempunyai manfaat melebihi

satu periode akuntansi tahunan. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang

berhubungan dengan kegiatan produksi dan akan dipertemukan dengan

penghasilan di periode mana produk itu dijual. Sebelum produk dijual, biaya

produksi diperlukan sebagai persediaan. Biaya produksi terdiri dari biaya bahan

baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead (Halim, 2012).

Biaya usahatani terdiri dari dua biaya, yaitu biaya tunai dan biaya tidak tunai.

Biaya yang tunai adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga

kerja keluarga, biaya untuk pembelian input produksi seperti pakan, obat-obatan,

16

dll. Menurut Soekartawi (1995) biaya usahatani dapat diklasifikasikan menjadi

dua yaitu:

a. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus

dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi biaya

tetap tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Contohnya

pajak, biaya pajak akan tetap dibayar meskipun hasil suatu usahatani berhasil atau

gagal.

b. Biaya tidak tetap (variable cost) adalah biaya yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Biaya variabel dikeluarkan setiap

proses produksi, seperti biaya untuk sarana produksi. Contohnya jika ingin

produksi tinggi, maka tenaga kerja, pupuk, dan sebagainya perlu ditambah.

Biaya total (total cost) adalah penjumlahan dari biaya tetap total (total fixed cost)

dengan biaya tidak tetap total (total variable cost). Berikut rumus biaya total

sebagai berikut (Soekartawi, 1995):

TC = FC + VC........................................................ (1)

Keterangan:

TC = Total Cost (biaya total)

FC = Fixed Cost (biaya tetap)

VC = Variable Cost (biaya variable)

4. Teori Penerimaan

Keberhasilan suatu usaha ternak dapat dinilai dari segi penerimaan berdasarkan

tingkat efisiennya, yaitu kemampuan usaha tersebut menghasilkan kuntungan dari

setiap rupiah biaya yang dikeluarkan. Unsur-unsur yang diperlukan dalam

17

analisis penerimaan usaha ternak yaitu total penerimaan tidak tunai, total

penerimaan usaha peternak. Penerimaan setiap peternak bervariasi tergantung

pada jumlah populasi ternak yang dimiliki oleh setiap peternak dengan

menggunakan hubungan antara penerimaan dan biaya maka dapat diketahui

cabang-cabang usahatani yang menguntungkan untuk diusahakan.

Penerimaan usahatani dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penerimaan tunai dan

penerimaan yang diperhitungkan. Penerimaan tunai didasarkan pada hasil

penjualan produksi usahatani, baik berupa tanaman ataupun ternak, sedangkan

penerimaan yang diperhitungkan yaitu nilai usahatani yang dikonsumsi, nilai

ternak akhir dan nilai hasil ternak (Hernanto, 1996)

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan

harga jual produk (Soekartawi, 1995). Berikut penulisan secara matematis:

TR = Y . Py ........................................................... (2)

Keterangan :

TR = Total Penerimaan

Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani

Py = Harga Produk

5. Teori Pendapatan

Menurut Purwanti (2010) ada 2 sektor sebagai sumber pendapatan rumah tangga

yaitu sektor pertanian dan sektor non pertanian. Sumber pendapatan dari sektor

pertanian antara lain usahatani, ternak, dan buruh tani. Sumber pertanian dari

sektor non pertanian antara lain pendapatan dari industri rumah tangga,

18

perdagangan, pegawai, jasa buruh non pertanian serta buruh dari sektor non

pertanian lainnya.

Menurut Soekartiwi (1995) pendapatan adalah selisih antara penerimaan tunai

usahatani dan pengeluaran tunai usahatani. Menganalisis pendapatan diperlukan

dua keterangan yaitu keadaan pengeluaran dan penerimaan dalam jangka waktu

tertentu. Analisis pendapatan bertujuan untuk menggambarkan tingkat

keberhasilan usaha dan keadaan yang akan datang melalui proses perencanaan.

Pada umumnya pendapatan rumah tangga di pedesaan tidak berasal dari satu

sumber, tetapi berasal dari dua atau lebih sumber pendapatan.

Pendapatan rumah tangga diharapkan mampu mencerminkan tingkat besarnya

modal yang dimiliki. Tingkat pendapatan yang semakin besar cenderung lebih

berani mengambil resiko dan mencerminkan tersedianya dana yang cukup untuk

usahatani selanjutnya, sedangkan pendapatan yang rendah menyebabkan

menurunnya investasi dan upaya pemupukan modal.

Penerimaan usahatani merupakan penerimaan dari semua sumber usahatani yang

terdiri dari jumlah penambahan inventaris, nilai penjualan hasil serta nilai

penggunaan rumah dan termasuk yang dikonsumsi. Penerimaan usahatani

dibedakan menjadi dua, yaitu penerimaa tunai dan penerimaan yang

diperhitungkan. Penerimaan tunai dari hasil penjualan produksi usahatani baik

usahatani tanaman maupun ternak. Sedangkan penerimaan yang diperhitungkan

yaitu nilai usaha tani yang dikonsumsi, nilai ternak akhir dan nilai hasil ternak

(Hernanto, 1996).

19

Menurut Soekartawi (1995) biaya adalah nilai ekonomis dari semua korbanan

suatu produk dan dinyatakan dengan uang serta mencakup semua pengeluaran

dalam pengelolaan. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam usahtani

dan besarnya tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi yang dihasilkan,

sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan yang besarnya sangat

dipengaruhi oleh produksi yang dihasilkan.

Pendapatan usahatani diperoleh melalui penjualan tanaman dan hasil ternak

seperti daging dan telur. Pendapatan yang didapat dari usaha ternak itik adalah

salah satu pengukur yang penting untuk mengetahui keberhasilan dari usaha

ternak itik. Pendapatan adalah hasil keuntungan bersih yang diterima peternak

yang merupakan selisih anatara penerimaan dan biaya produksi (Rasyaf, 2002).

Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan yang diperoleh dari

usahatani dengan semua biaya yang dikeluarkan oleh usahatani tersebut.

Pendapatan usahatani dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

(1) Pendapatan kotor

Pendapatan kotor adalah seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam

usahatani selama satu tahun yang diperhitungkan dari hasil penjualan dan dinilai

dalam rupiah berdasarkan harga per satuan berat pada saat pemungutan hasil.

(2) Pendapatan bersih

Pendapatan bersih adalah semua pendapatan yang diperoleh petani atau peternak

dalam satu tahun dikurangi dengan biaya produksi selama proses usahatani.

Untuk menghitung pandapatan maka digunakan rumus sebagai berikut

(Soekartiwi, 2003) :

20

( ) ( )

Keterangan:

Π = Pendapatan / keuntungan yang diperoleh (Rp)

TR = Total Revenue / penerimaan yang diperoleh (Rp)

TC = Total Cost / biaya yang dikeluarkan (Rp)

Y = Produksi (Kg)

Py = Harga satuan produksi (Rp)

X = Faktor produksi

Px = Harga faktor produksi (Rp)

Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

(1) Jika R/C < 1, maka usahatani yang dilakukan belum menguntungkan

(2) Jika R/C > 1, maka usahatani yang dilakukan menguntungkan

(3) Jika R/C = 1, maka usahatani yang dilakukan berada pada titik impas

Menurut Heriyanto (2009) penerimaan yang dihasilkan dari setiap uang yang

dikeluarkan dalam suatu kegiatan usahatani dapat digunakan perhitungan rasio

penerimaan atas biaya (R/C rasio). Hasil dari perhitungan dari rasio penerimaan

atas biaya, dapat mengetahui apakah suatu kegiatan usahatani dapat

menguntungkan atau tidak dalam pelaksanaannya. Analisis pendapatan

mempunyai kegunaan bagi petani maupun pemilik faktor produksi. Bagi petani,

analisis pendapatan memberikan bantuan untuk mengukur apakah kegiatan

usahanya pada saat ini berhasil atau tidak.

Pendapatan rumah tangga petani adalah pendapatan yang diperoleh dari

penjumlahan pendapatan usahatani utama dengan pendapatan yang berasal dari

usahatani lain dan pendapatan non usahatani. Pendapatan yang besar

21

menggambarkan tersedianya dana yang cukup untuk berusahatani selanjutnya,

tetapi jika pendapatannya rendah dapat menyebabkan menurunnya investasi dan

upaya pemupukan modal, sehingga mengharuskan anggota rumah tangga untuk

bekerja atau berusaha lebih giat agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut ( Rahim dan Hastuti, 2008)

yaitu:

Prt = P usahatani + P usahatani lainnya + P non pertanian...............................(4)

Keterangan:

Prt = Pendapatan rumah tangga petani

P usahatani = Pendapatan usahatani

Pusahatani lainnya = Pendapatan usahatani lainnya

P non pertanian = Pendapatan non pertanian

6. Teori Produksi

Fungsi produksi adalah hubungan antara produksi dan satu faktor produksi adalah

hubungan antara produksi dan satu faktor produksi variabel. Menurut Mubyarto

(1989), fungsi produksi adalah fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil

produksi fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (input). Secara matematis

dirumuskan sebagai berikut:

Y = f (X1, X2, X3, X4,......,Xn)...........................................(5)

Keterangan:

Y = Jumlah Produksi

Xn = Faktor-faktor produksi yang digunakan

f = Fungsi produksi yang menunjukkan hubungan input dengan output

22

Dari fungsi produksi diatas, dapat dijelaskan bahwa hubungan X dan Y dapat

diketahui dan sekaligus hubungan Xi, Xn dan X lainnya juga dapat diketahui.

Penggunaan dari berbagai macam faktor-faktor tersebut diusahakan untuk

memberikan hasil maksimal dalam jumlah tertentu. Fungsi produksi adalah

hubungan fisik antara input dan produksi. Input produksi seperti tanah, pakan,

tenaga kerja, modal, iklim, dan sebagianya yang mampu mempengaruhi besar

kecilnya produksi yang diperoleh. Jika hasil produksi diketahui maka informasi

tentang harga dan biaya yang dikorbankan dapat dimanfaatkan untuk menentukan

kombinasi input-input yang terbaik (Soekartawi, 1995).

Menurut Soekartawi (2003), ada tiga macam bentuk fungsi produksi yaitu fungsi

produksi linier, kudratik, dan eksponensial (Cobb-Douglas). Fungsi Cobb-

Douglas adalah persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana

variabel yang satu disebut dengan variabel dependen atau variabel yang

menjelaskan (Y) dan yang lain disebut variabel independen atau variabel yang

menjelaskan (X). Hubungan antara Y dan X diselesaikan dengan cara regresi,

sehingga variasi dari Y akan dipengaruhi oleh variasi dari X. Secara matematis

fungsi Cobb-Douglas dapat dituliskan sebagai berikut:

Y = a X1bi

X2b2

........Xnbn

eu.......................................................(6)

ln Y = ln a + b1lnX1 + b2lnX2 + ..............bnlnXn + e.................(7)

Dari persamaan di atas dapat terlihat bahwa nilai b1, b2, ...bn adalah tetap

walaupun variabel yang terlibat telah dilogaritmakan. Hal ini karena b1, b2 pada

fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukkan elastisitas X terhadap Y, dan

jumlah dari elastisitas adalah merupakan ukuran return to scale.

23

Fungsi produksi Cobb-Duglas dapat diselesaikan dengan cara dilogaritmakan dan

diubah bentuknya menjadi fungsi linier, maka ada beberapa persyaratan yang

harus dipenuhi, yaitu:

a) Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol, karena logaritma dari nol

adalah suatu bilangan yang besarnya tidak diketahui.

b) Perlu asumsi tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan. Artinya,

kalau fungsi Cobb-Douglas yang dipakai sebagai model contohnya dua

model, maka perbedaan model tersebut terletak pada intersept dan bukan pada

kemiringan garis model tersebut.

c) Tiap variabel X adalah perfect competition.

d) Perbedaan lokasi seperti iklim adalah sudah tercakup pada faktor kesalahan u.

Fungsi Cobb-Douglas memiliki kelebihan dibandingkan dengan fungsi yang

lainnya, hal ini dikarenakan beberapa kelebihan fungsi Cobb-Douglas yaitu:

a) Penyelesaian fungsi Cobb-Douglas relatif lebih mudah dibandingkan dengan

fungsi yang lain, seperti fungsi kuadratik. Kemudahannya karena dapat

ditransformasikan ke dalam bentuk linier.

b) Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan

koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan besaran elastisitas.

c) Besaran elatisitas tersebut sekaligus menunjukkan tingkat besaran return to

scale.

24

B. Kajian Penelitian Terdahulu

Helmi (2013) melakukan penelitian tentang analisis pendapatan peternak itik

pedaging. Penelitian tersebut menggunakan analisis kuantitatif deskritif. Hasil

penelitian menunjukkan pendapatan terbesar adalah sebesar

Rp36.940.074 dengan skala 3000 ekor dan yang terkecil adalah sebesar

Rp3.811.989 dengan skala 500 ekor. Perbedaan pendapatan yang diperoleh

peternak disebabkan perbedaan jumlah ternak itik pedaging yang dimiliki.

Ismoyowati dan Imam (2011) melakukan penelitian tentang analisis produksi telur

dan pendapatan peternak itik pada pemeliharaan secara gembala dan terkurung.

Penelitian ini menggunakan analisis pendapatan model analisis cashflow.

Performa produksi telur itik tertinggi adalah pada sistem pemeliharaan terkurung

di daerah sentra pertanian dengan HDP sebesar 60,42 persen, akan tetapi

pendapatan usaha ternak itik pada sistem pemeliharaan terkurung dan gembala di

daerah pertanian dan perikanan relatif sama karena produksi yang tinggi

membutuhkan biaya yang tinggi pula.

Budiraharjo (2009) melakukan penelitian tentang analisis profitabilitas

pengembangan usaha ternak itik. Penelitian tersebut menggunakan analisis

kuantitatif, nilai Gross Profit Margin (GPM), Return on Investasi (ROI) dan rasio

laba biaya. Hasil penelitian menunjukkan usaha ternak itik mampu menghasilkan

laba sebesar Rp1.744.384,78 / bulan, dengan demikian setiap ekor itik yang

dipelihara mampu menghasilkan laba sebesar Rp7.551,45 / bulan. Nilai GPM

sebesar 49,6 persen, nilai ROI sebesar 226,3 persen, dan rasio Laba-Biaya sebesar

100,8 persen. Usaha ternak layak untuk dikembangkan lebih lanjut.

25

Nurana (2014) melakukan penelitian tentang analisis pendapatan peternak itik

petelur sistem pemeliharaan nomaden. Penelitian ini menggunakan analisis

kuantitatif deskriptif. Pendapatan peternak itik petelur dengan sistem nomaden

yang tertinggi yaitu Rp7.520.832 dengan R/C yaitu 1,15 persen dan terendah yaitu

Rp1.703.144 dengan R/C yaitu 1, 07 persen. Perbedaan pendapatan yang

diperoleh peternak disebabkan karena perbedaan jumlah ternak itik petelur yang

dimiliki.

Kamilah (2015) melakukan penelitian tentang analisis fungsi keuntungan usaha

itik pedaging. Penelitian ini menggunakan analisis fungsi keuntungan Cobb-

Douglas. Rata-rata keuntungan yang diperoleh dari usaha itik pedaging selama

satu tahun yaitu sebesar Rp22.244.980,4 dengan rata-rata jumlah pemeliharaan

sebanyak 3.700 ekor pertahun.

Polakitin, Mirah, Elly, dan Panelewen (2015) melakukan penelitian tentang

keuntungan usahatani padi sawah dan ternak itik. Penelitian tersebut

menggunakan analisis keuntungan dan π/C ratio. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa nilai π/C ratio sebesar 1,54. Usahatani padi yang dikombinasikan dengan

ternak itik memberikan keuntungan yang memadai dengan π/C ratio lebih besar

dari satu.

Rajasa (2013) melakukan penelitian tentang hubungan tingkat penerapan

teknologi dengan pendapatan pada peternak itik. Penelitian ini menggunakan uji

One Sampel t-test untuk membandingkan pendapatan peternak dengan UMR serta

dengan regresi berganda untuk menganalisis hubungan anatara pendapatan dengan

tingkat penerapan teknologi. Besarnya pendapatan peternak lebih dari UMR yaitu

26

sebesar Rp975.000,00 dan penerapan teknologi berpengaruh secara serempak

terhadap pendapatan.

Nizam (2013) melakukan penelitian tentang analisis pendapatan peternak ayam

broiler pada pola kemitraan yang berbeda. Penelitian tersebut menggunakan

analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan pendapatan yang

bermitra dengan perusahaan cenderung lebih tinggi dibandingkan pendapatan

peternak yang bermitra dengan kemitraan perseorangan.

Prawira (2015) melakukan penelitian tentang analisis pendapatan peternak itik

pedaging berdasarkan skala usaha yang berbeda. Penelitian ini menggunakan

analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan pendapatan peternak itik

pedaging terbesar adalah sebesar Rp23.901.389,- dengan skala 1001-1500, dan

yang terkecil adalah sebesar Rp1.460.875,- dengan skala 100-300.

Jaza (2014) melakukan penelitian tentang analisis pedapatan dan efisiensi faktor-

faktor produksi usaha ternak itik pedaging. Penelitian ini menggunakan analisis

kuantitatif dan analisis deskriptif. Hasil penelitian didapatkan skor R/Cratio dari

usaha ternak itik padaging adalah 1,13. Skor R/C ratio untuk pelaku usaha ternak

dengan kandang basah dan kering kandang adalah 1,16 dan 0,13. Berdasarkan

fungsi produksi Cobb-Douglas penelitian ini didapatkan bahwa pakan konsentrat,

pakan campuran, dan kepadatan kandang bisa menjelaskan fungsi produksi untuk

produksi daging itik.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu topik penelitian.

Penelitian ini menggunakan topik tentang analisis diversifikasi usahatani padi dan

27

ternak itik pedaging, hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini menjelaskan

kombinasi dua komoditas pertanian. Penelitian terdahulu hanya menggunakan

topik yang menjelaskan satu komoditas pertanian yaitu ternak itik saja.

Responden dan lokasi penelitian antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu

juga bebeda.

C. Kerangka Pemikiran

Petani di Kabupaten Pringsewu memiliki beberapa sumber pendapatan antara lain

pendapatan dari usahatani padi dan non padi, usaha ternak itik pedaging, dan

usaha non pertanian seperti home industri, bangunan, pedagang, dan pegawai.

Sumber daya lahan yang semakin sempit dan produktivitas padi yang rendah

dapat mengakibatkan penurunan pendapatan petani padi, sehingga perlu upaya

untuk mengoptimalkan sumber daya lahan yang dimiliki dengan melakukan

usaha sampingan atau diversifikasi usahatani. Usaha ternak itik pedaging

merupakan usaha yang dapat dikembangkan sebagai usaha sampingan atau

diverifikasi usahatani petani padi di Kabupaten Pringsewu, hal ini terlihat dari

tingkat produktivitas daging itik di Kabupaten Pringsewu yang tinggi, selain itu

itik pedaging dapat mengoptimalkan penggunaan sumber daya lahan sempit yang

dimiliki petani dan meningkatkan perekonomian rumah tangga petani padi.

Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam usaha ternak itik pedaging yaitu

luas kandang, pakan awal, dedak, konsentrat, tenaga kerja, dan tingkat kematian.

Faktor-faktor produksi tersebut dapat mempengaruhi produksi usaha ternak

berupa itik pedaging dan kotoran itik pedaging. Dari masing-masing sumber

pendapatan petani akan berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan rumah

28

tangga petani diversifikasi padi dan ternak itik pedaging di Kabupaten Pringsewu.

Bagan alir dari penelitian ini disajikan pada Gambar 1.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang permasalahan dan kerangka pemikiran, maka

dapat dirumuskan hipotesis yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi produksi

ternak itik pedaging adalah luas kandang (X1), pakan awal (X2), dedak (X3),

konsentrat (X4), tenaga kerja (X5) dan tingkat kematian (X6).

29

Harga Harga

Harga Harga

Gambar 1 Kerangka pemikiran analisis pendapatan diversifikasi usahatani padi

dan ternak itik pedaging serta faktor – faktor yang mempengaruhi

produksi ternak itik pedaging di Kecamatan Gadingrejo Kabupaten

Pringsewu.

Petani

Usaha Non Pertanian

- Home industri

- Bangunan

- Pedagang

- Pegawai

Usaha Ternak

Itik Pedaging Usahatani Lainnya

- Padi

- Non Padi

Input : Faktor-Faktor Produksi

- Luas Kandang (X1)

- Pakan awal (X2)

- Dedak (X3)

- Konsentrat (X4)

- Tenaga kerja (X5)

- Tingkat kematian (X6)

Output:

- Itik Pedaging

- Kotoran itik

Input Produk Penerimaan

Pendapatan rumah tangga petani

diversifikasi usahatani padi dan

ternak itik pedaging

Penerimaan

Biaya

Produksi

Biaya

Produksi

Pendapatan Usaha

Ternak Itik Pedaging

30

III. METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei di

Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu dengan kriteria petani diversifikasi

usahatani padi yang mengusahakan ternak itik pedaging di Kecamatan Gadingrejo

Kabupaten Pringsewu. Secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut:

A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

Konsep dasar dan definisi operasional digunakan untuk memberikan pengertian

pada beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian. Beberapa besaran,

ukuran dan klasifikasi variabel-variabel dalam penelitian ini meliputi:

Petani adalah seseorang yang bekerja di bidang pertanian, biasanya dengan cara

melakukan pengolahan tanah yang dimiliki untuk menumbuhkan dan memelihara

tanaman maupun komoditas pertanian lainnya. Petani dalam penelitian ini

diklasifikasikan dalam tiga usahatani, yaitu usahatani lainnya, usaha ternak itik

pedaging, dan non pertanian.

Usahatani lainnya adalah usaha yang dilakukan petani diversifikasi padi dan

ternak itik pedaging pada bidang tanaman padi dan non padi yaitu tanaman

jagung, pisang, kakau dan karet.

31

Usaha ternak itik pedaging adalah usaha yang dilakukan petani padi sebagai

diversifikasi usahataninya di bidang peternakan dengan mengusahakan itik

pedaging.

Usaha non pertanian adalah usaha yang dilakukan petani diversifikasi padi dan

ternak itik pedaging diluar bidang pertanian untuk meningkatkan perekonomian

rumah tangganya seperti home industri, buruh bangunan, jasa, pedagang, dan

pegawai.

Home industri adalah usaha non pertanian yang dimiliki petani diversifikasi

usahatani padi dan ternak itik pedaging seperti jasa jahit dan kue rumahan.

Bangunan adalah usaha atau pekerjaan yang dimiliki petani diversifikasi usahatani

padi dan ternak itik pedaging di bidang jasa berupa keahlian mereka dalam

merancang, merenovasi, dan membangun sebuah bangunan.

Pedagang adalah pekerjaan yang dimiliki petani diversifikasi usahatani padi dan

ternak itik pedaging dengan membuka warung atau toko sembako dirumah.

Pegawai adalah pekerjaan yang dimiliki petani diversifikasi usahatani padi dan

ternak itik pedaging di bidang pendidikan seperti guru honorer di sekolah.

Itik pedaging adalah itik yang siap dijual dalam keadaan hidup yang dipelihara

selama satu periode (± 75 hari).

Input adalah faktor-faktor produksi yang digunakan dalam usaha ternak itik

pedaging yaitu luas kandang, pakan awal, dedak, konsentrat, tenaga kerja, dan

tingkat kematian.

32

Output adalah jumlah ekor itik pedaging yang diproduksi dan kotoran itik

pedaging yang dihasilkan selama periode produksi (± 75 hari per periode

produksi).

Harga input adalah jumlah uang yang harus dibayar oleh peternak itik pedaging

untuk memperoleh input produksi yang diperlukan dalam usaha itik pedaging,

yang diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Harga output adalah jumlah uang yang harus dibayar oleh konsumen kepada

peternak itik pedaging untuk memperoleh itik pedaging, yang diukur dalam satuan

rupiah (Rp).

Pakan awal adalah pakan ternak itik pedaging yang diberikan saat usia itik

pedaging 0 - 14 hari dalam satu periode produksi, yang diukur dalam satuan

kilogram (kg).

Dedak adalah pakan ternak itik yang berasal dari olahan limbah padi yang

memiliki kandungan karbohidrat dan sumber energi yang baik untuk pertumbuhan

itik pedaging yang digunakan dalam satu periode produksi dan diukur dalam

satuan kilogram (kg).

Konsentrat adalah makanan ternak itik pedaging yang memiliki kandungan

protein dan mineral yang digunakan dalam satu periode produksi, yang diukur

dalam satuan kilogram (kg).

Tingkat kematian adalah presentase itik pedaging yang mati dalam satu periode

produksi, yang diukur dalam satuan persen (%).

33

Tenaga kerja adalah faktor produksi yang digunakan dalam usaha ternak itik

pedaging. Tenaga kerja manusia dibedakan menjadi dua yaitu tenaga kerja dalam

keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Penggunaan tenaga kerja diukur dalam

satuan hari orang kerja (HOK).

Biaya produksi adalah akumulasi dari semua biaya-biaya yang dibutuhkan

peternak itik pedaging dalam proses produksi dengan tujuan menghasilkan

suatu produk yaitu itik pedaging yang terdiri dari biaya pakan awal, dedak,

konsentrat, biaya bibit itik DOD (day old duck), dan biaya tenaga kerja.

Penerimaan adalah semua ternak itik pedaging yang siap dijual yang dipelihara

selama satu periode dikali dengan harga jual itik pedaging (Rp/Periode).

Pendapatan usaha ternak itik pedaging adalah pendapatan yang diperoleh dari

kegiatan usaha ternak itik pedaging, diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Input usahatani lainnya adalah faktor-faktor produksi yang digunakan petani

diversifikasi usahatani padi dan ternak itik pedaging dalam mengusahakan

usahatani tanaman padi maupun non padi seperti bibit, pupuk, pestisida, dan

tenaga kerja.

Produk usahatani lainnya adalah hasil dari usahatani yang diusahakan petani

diversifikasi usahatani padi dan ternak itik pedaging selama periode produksi baik

dari usahatani padi maupun non padi seperti pisang, jagung, kakau, dan karet.

Biaya produksi usahatani lainnya adalah akumulasi dari semua biaya-biaya yang

dibutuhkan petani diversifikasi usahatani padi dan ternak itik pedaging dalam

34

menjalankan usahataninya baik usahatani padi maupun non padi seperti kakau,

jagung, karet dan pisang diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Penerimaan usahatani lainnya adalah semua hasil produksi petani diversifikasi

usahatani padi dan ternak itik pedaging dari usahatani baik padi maupun non padi

seperti pisang, jagung, kakau, dan karet dikalikan dengan harga jual yang

dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp/periode).

Usaha non pertanian adalah usaha yang dimiliki petani diversifikasi usahatani

padi dan ternak itik pedaging diluar bidang pertanian seperti home industri,

bangunan, pedagang, dan pegawai.

Pendapatan rumah tangga petani diversifikasi padi dan ternak itik pedaging adalah

pendapatan yang diperoleh petani dari pendapatan padi dan non padi terdiri dari

jagung, pisang, kakau, dan karet, usaha ternak itik pedaging, dan usaha non

pertanian terdiri dari home industri, buruh bangunan, pedagang, dan pegawai,

diukur dalam satuan rupiah (Rp).

B. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian

Pemilihan lokasi penelitian adalah secara sengaja (purposive) dengan

pertimbangan bahwa produktivitas padi di Kabupaten Pringsewu lebih tinggi

dibandingkan Kabupaten Lampung Tengah sebagai sentra produksi padi dan

Kecamatan Gadingrejo memiliki produksi daging itik tertinggi di Kabupaten

Pringsewu. Penelitian dilakukan di lima desa yaitu Desa Tegal Sari, Bulukarto,

Tulung Agung, Wates dan Gadingrejo dengan pertimbangan memiliki populasi

itik tertinggi di Kecamatan Gadingrejo Kabupeten Pringsewu. Jumlah responden

35

yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 34 petani pola diversifikasi

usahatani padi dan ternak itik pedaging.

Menurut Arikunto (2002) penentuan pengambilan sampel sebagai berikut:

Apabila sampel kurang dari 100 lebih baik diambil semua hingga penelitiannya

merupakan penelitian populasi. Jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara

10-15 persen atau 20-55 persen atau lebih tergantung sedikit banyaknya dari:

1. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana

2. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini

menyangkut banyak sedikitnya dana

3. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti untuk peneliti yang

resikonya besar, tentu saja jika samplenya besar hasilnya akan lebih baik.

Responden dalam penelitian ini adalah petani diversifikasi usahatani padi dan

ternak itik pedaging yang diambil dengan metode snowball sampling dengan

pertimbangan karena tidak ada informasi yang pasti mengenai jumlah petani pola

diversifikasi usahatani padi dan ternak itik pedaging tersebut. Pengumpulan data

dilaksanakan pada bulan Januari – Februari 2018.

C. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer merupakan data yang dikumpulkan melalui wawancara

langsung dengan para responden yang merupakan petani diversifikasi usahatani

padi dan ternak itik pedaging dengan menggunakan daftar pertanyaan dalam

bentuk kuisioner serta pengamatan langsung pada usaha ternak itik pedaging.

36

Data primer meliputi luas kandang, harga bibit itik, harga jual itik pedaging, harga

pakan, harga vaksin, biaya tenaga kerja, tingkat kematian itik pedaging dan

produksi itik pedaging. Data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi

pemerintah yang berhubungan dengan penelitian ini, misalnya Badan Pusat

Statistik, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, pustaka, dan publikasi lainnya

yang berhubungan dengan penelitian ini.

D. Metode Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif. Analisis

ini digunakan untuk mengetahui besarnya pendapatan diversifikasi usahatani padi

dan ternak itik pedaging serta penggunaan faktor-faktor produksi yang

berpengaruh terhadap hasil produksi itik pedaging di Kecamatan Gadingrejo

Kabupaten Pringsewu. Metode pengolahan data dilakukan dengan menggunakan

metode tabulasi dan komputerisasi. Data yang diperoleh akan disederhanakan

dalam bentuk tabulasi yang selanjutnya akan diolah secara komputerisasi.

1. Analisis Pendapatan Petani Diversifikasi Usahatani Padi dan Ternak Itik

Pedaging

Diversifikasi usahatani padi dan ternak itik pedaging bertujuan untuk

penganekaragaman usahatani yang diusahakan petani dan meningkatkan

pendapatan rumah tangga petani. Pendapatan petani diversifikasi usahatani padi

dan ternak itik pedaging diperoleh dengan cara menghitung selisih antara

penerimaan yang diterima dari hasil diversifikasi usahatani padi dan ternak itik

pedaging dengan biaya produksi yang dikeluarkan dalam satu tahun. Pendapatan

37

petani diversifikasi usahatani padi dan ternak itik pedaging dihitung dengan

menggunakan rumus (Soekartawi, 2003):

Π = TR – TC = Y . Py –( X . Px)

Keterangan:

Π = Pendapatan diversifikasi usahatani padi dan ternak itik pedaging

Y = Produksi padi dan ternak itik pedaging

Py = Harga produksi padi dan ternak itik pedaging

X = Faktor produksi padi dan ternak itik pedaging

Px = Harga faktor produksi padi dan ternak itik pedaging

Analisis dilanjutkan dengan menghitung perbandingan antara penerimaan total

dan biaya total dengan menggunakan R/C rasio ( Revenue Cost Ratio). R/C rasio

digunakan untuk mengetahui rasio keuntungan petani terhadap biaya yang

dikeluarkan pada usaha ternak itik, secara sistematis dirumuskan:

R/C =

Keterangan :

R/C = Nisbah antara penerimaan dengan biaya

PT = Penerimaan total (Rp)

BT = Biaya total yang dikeluarkan oleh petani diversifikasi usahatani padi

dan ternak itik pedaging (Rp)

Jika R/C > 1 , maka diversifikasi usahatani padi dan ternak itik pedaging yang

diusahakan menguntungkan karena penerimaan lebih besar dari biaya total. Jika

R/C = 1, maka diversifikasi usahatani padi dan ternak itik pedaging yang

dilakukan berada pada titik impas (break even point). Jika R/C< 1, maka

38

diversifikasi usahatani padi dan ternak itik pedaging yang dilakukan tidak

menguntungkan karena penerimaan lebih kecil daripada biaya yang dikeluarkan.

2. Analisis Kontribusi Pendapatan Usaha Ternak Itik Pedaging Terhadap

Pendapatan Rumah Petani Diversifikasi Usahatani Padi dan Ternak Itik

Pedaging

Pendapatan rumah tangga petani diversifikasi usahatani padi dan ternak itik

pedaging untuk pemenuhan kebutuhan rumah tangganya bukan saja diperoleh dari

penerimaan pendapatan dari sektor usaha ternak itik daging saja, namun ada

beberapa tambahan pendapatan dari luar usaha ternak itik yaitu pendapatan dari

usahatani tanaman padi dan non padi, dan pendapatan non pertanian. Pendapatan

rumah tangga petani diversifikasi usahatani padi dan ternak itik pedaging dihitung

dengan menjumlahkan penerimaan total hasil usahatani lainnya terdiri dari

usahatani padi dan non padi, usaha ternak itik pedaging yang diusahakan dan

penerimaan usaha non pertanian. Hal ini dilakukan karena peternak itik pedaging

tidak hanya sebagai peternak itik pedaging, tetapi ada juga sebagai petani padi

sawah dan beberapa tanaman lainnya seperti kakau, jagung, pisang dan karet,

serta usaha non pertanian lainnya. Penerimaan non pertanian didapatkan dari

kegiatan sampingan mereka selain sebagai peternak itik, yaitu usaha di luar

pertanian seperti pedagang, pegawai, buruh bangunan dan home industri.

Pendapatan rumah tangga petani diversifikasi usahatani padi dan ternak itik

pedaging diperoleh dengan cara menjumlahkan pendapatan keluarga yang berasal

dari usaha ternak itik pedaging dengan pendapatan keluarga berasal dari usahatani

lainnya terdiri dari padi dan non padi dan pendapatan keluarga yang berasal dari

39

non pertanian. Untuk mengetahui pendapatan rumah tangga petani digunakan

rumus :

Prt= P usaha ternak itik pedgaing + P usahatani lainnya + P nonpertanian

Keterangan:

Prt = Pendapatan rumah tangga petani

P usahatani = Pendapatan usahatani ternak itik pedaging

Pusahatani lainnya = Pendapatan usahatani lainnya yaitu padi dan non padi

yaitu pisang, jagung, kakau dan karet.

P non pertanian = Pendapatan non pertanian yaitu home industri, bangunan,

pedagang, dan pegawai.

3. Analasis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Ternak Itik

Pedaging

Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh penggunaan faktor-faktor

produksi terhadap jumlah produksi. Dalam penelitian ini menggunakan motode

Cobb-Douglas. Menurut Soekartawi (2003) fungsi produksi Cobb-Douglas

adalah persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang

satu disebut variabel dependen, yang dijelaskan (Y) dan yang lain disebut variabel

independen, yang menjelaskan (X). Model regresi fungsi produksi ternak itik

pedaging terdiri dari variabel dependen yaitu produksi itik pedaging (Y) dan

variabel independen yaitu luas kandang (X1), pakan awal (X2), dedak (X3),

konsentrat (X4), tenaga kerja (X5), dan tingkat kematian (X6). Model fungsi

produksi ternak itik pedaging dapat dirumuskan sebagai berikut:

Y = f (X1, X2, X3, X4, X5X6)

40

Untuk memudahkan dalam perhitungan maka persamaan diubah menjadi

persamaan dalam model linier melalui transformasi logaritmik sehingga

persamaan menjadi sebagai berikut :

ln Y = ln a + b1 ln X1 + b2 ln X2 + b3 ln X3 + b4 ln X4 + b5 ln X5+ b6 ln X6

Keterangan:

a = Titik potong (intersep)

b = Koefisien regresi parameter yang ditaksir (i = 1 s/d 10)

X1 = Luas kandang (m2)

X2 = Pakan awal (kg)

X3 = Dedak (kg)

X4 = Konsentrat( kg)

X5 = Tenaga kerja (Rp)

X6 = Tingkat Kematian (%)

Dalam penelitian ini dilakukan pengujian untuk mengetahui pengaruh independen

terhadap variabel dependen, yaitu pengujian:

1) Uji simultan ( uji F- statistik)

Uji F- ststistik menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan

dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama atau simultan terhadap

variabel dependen. Untuk menguji parameter regresi secara serentak dilakukan

dengan uji F- stastistik, dengan hipotesis sebagai berikut :

H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = b5= b6=.....bk = 0, artinya tidak ada pengaruh secara

bersama-sama variabel bebas terhadap variabel terikat.

H1 : paling sedikit terhadap satu koefisien regresi ≠ 0, bi ≠ 0, artinya ada

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

41

2) Uji parsial ( uji t-statistik )

Uji t- statistik pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel

independen terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen

lainnya konstan. Untuk menguji parameter regresi secara tunggal dilakukan uji t-

statistik dengan hipotesis sebagai berikut:

H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = b5=.....bk = 0

H1 : paling sedikit terhadap satu koefisien regresi ≠ 0

Persamaan fungsi keuntungan Cobb-Douglas dilakukan dengan uji asumsi klasik

multikolinieritas dan heteroskedastisitas. Uji asumsi klasik dilakukan untuk

menguji hasil perhitungan agar tidak menghasilkan persamaan yang bias.

1. Uji Multikolinieritas

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi atau hubungan

antara variabel bebas (Gujarati, 2003). Jika nilai toleransi < 0,10 atau sama

dengan nilai VIF (Variance Inflation Factor) > 10 maka mengindikasikan

adanya multikolinieritas (Suliyanto, 2011).

2. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas terjadi jika kesalahan dari model yang diamati tidak

memiliki varians yang konstan dari satu observasi ke observasi lain (Gujarti,

2003). Heteroskedastisitas dapat dketahui jika Prob-Obs* R square ≤ 0,05,

maka ada heterskedastisitas, sedangkan jika Prob Obs*R square > 0,05, maka

tidak ada heteroskedastisitas.

78

V. KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

bahwa:

1. Pendapatan petani diversifikasi usahatani padi dan ternak itik pedaging di

Kabupaten Pringsewu menguntungkan.

2. Kontribusi pendapatan dari usaha ternak itik pedaging terhadap pendapatan

rumah tangga petani di Kabupaten Pringsewu paling tinggi dibandingkan

sumber pendapatan usahatani lainnya.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ternak itik pedaging di

Kabupaten Pringsewu yaitu pemberian pakan dedak, konsentrat dan tingkat

kematian.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka saran yang diajukan antara

lain:

1. Bagi peternak itik pedaging agar lebih selektif dalam membeli pakan yang

akan diberikan pada ternak itik pedaging dengan kriteria pakan yang baik

yaitu tidak bau apek, tidak berjamur, dan tidak menggumpal.

79

2. Bagi pemerintah dapat memberikan pendampingan kepada peternak itik

pedaging seperti pandampingan dalam penanganan kematian ternak itik

pedaging.

3. Bagi peneliti lain dapat meneliti tentang optimasi pemeliharaan ternak itik

pedaging oleh peternak.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto S. 2002. Metodologi Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.

Balai Pembibitan Ternak Unggul. 2012. Beternak Itik. Dinas Peternakan dan

Kesehatan Hewan. Bandar Lampung

Badan Pusat Statistik. Potret Usaha Pertanian Provinsi Lampung Menurut

Subsektor (Hasil Pencacahan Lengkap Sensus Pertanian 2013 dan Survei

Pendapatan Usaha Rumah Tangga Pertanian 2013). BPS Provinsi Lampung.

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2015. Lampung dalam Angka. Bandar

Lampung

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2016. Lampung dalam Angka. Bandar

Lampung.

Bandan Pusat Statistik Kabupaten Pringsewu. 2016. Pringsewu dalam Angka.

Bandar Lampung.

Budiraharjo, 2009. Analisis Profitabilitas Pengembangan Usaha Ternak Itik Di

Kecamatan Pagerbarang Kabupaten Tegal. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian.

Vol. 5 No. 2 : 124. Diakses pada tanggal 24 November 2017.

Darmawan, A. S. 2014. Perbedaan Pendapatan Antara Petani yang Melakukan

Dengan Yang Tidak melakukan Diversifikasi Usahatani. Artikel hasil

Penelitian Mahasiswa. Universitas Jember. Jember. Diakses pada tanggal 4

Desember 2017.

Doloksaribu, Y.M., Y. Indriani, dan U. Kalsum. 2016. Sikap, Kepuasan, Dan

Loyalitas Konsumen Produk Olahan Bebek (Kasus Di Rumah Makan Bebek

Belur Di Bandar Lampung). Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis. Vol 4, No.3 :

335. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Feniarti, E. 2010. Analisis Kelayakan Finansial Termak Itik Petelur dengan

Sistem Intensif dan Tradisional di Kabupaten Pringsewu. Skripsi. Fakultas

Pertanian. Universitas Lampung. Diakses pada tanggal 20 November 2017.

Ghozali, I. 2009. Ekonometrika Teori Konsep dan Aplikasi dengan SPSS 17.

Universitas Diponegoro. Semarang.

Gujarati, D.N. 2003. Ekonometrika Dasar. Diterjemahkan oleh S. Zain. Erlangga,

Jakarta.

Helmi, R. 2013. Analisis Pendapatan Peternakan Itik Pedaging di Desa

Mattongan-Tongang Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang.

Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin. Makasar. Diakses

pada tanggal 19 November 2017.

Hernanto, F. 1996. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya, Jakarta

Iskandar Sofjan, S.D. Setyaningrum, Y Amanda, H.S. Iman Rahayu. 2009.

Pengaruh Kepadatan Kandang terhadap Pertumbuhan dan Perilaku

AyamWareng-Tangerang Dara. JITV. Vol. 14 No. 1: 19-24. Diakses pada

tanggal 10 Mei 2018.

Ismoyowati dan Imam Surwoyo. 2011. Produksi Telur dan pendapatan Peternak

Itik Pada Pemeliharaan Secara Gembala dan Terkurung di Daerah Pertanian

dan Perikanan. Jurnal Pembangunan Pedesaan. Vol. 11 No. 1 : 243-244.

Diakses pada tanggal 24 November 2017.

Jaza, M. 2014. Analisis Pendapatan dan efisiensi Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Produksi Usaha Ternak Itik Pedaging di Kabupaten Bogor.

Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Diakses pada tanggal 12 Desember 2017.

Kamilah, D. 2015. Analisis Fungsi Keuntungan Usaha Itik Pedaging. Sensus.

Fakultas Peternakan. Universitas Padjadjaran. Diakses pada tanggal 23

November 2017.

Kecamatan Gadingrejo. 2016. Data Monografi. Pringsewu.

Kementrian Pertanian Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya

Manusia Pertanian. Bahan Pakan Alternatif Untuk Itik Petelur.

http://cybex.pertanian.go.id. Diakses pada tanggal 10 Mei 2018.

Kementrian Pertanian. 2014. Tujuan Pembangunan Pertanian.

http://www.pertanian.go.id/ap. Diakses pada tanggal 12 Desember 2017.

Mantra, I.B. 2004. Demografi Umum. Penerbit Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Martianto, D. 2009. Percepatan Diversifikasi Konsumsi Pangan berbasis Pangan

Lokal. Jurnal Gizi dan Pangan. Vol. 4 No. 3 : 123-131. Diakses pada

tanggal 24 November 2017.

Mubyarto.1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LLP3ES. Jakarta.

Mulyana E dan Hamzah M. 2014. Kontribusi pendapatan usaha perikanan

terhadap pendapatan rumah tangga petani padi sawah di Desa Kalibening

Kecamatan Tugumulyo Kabupaten Musi Rawas. Prosiding Seminar

Nasional BKS PTN Barat: 933-940.

http://eprints.unsri.ac.id/5343/1/Eka_Mulyana_AGB.pdf. Diakses pada

tanggal 20 Juli 2018.

Nizam, M. 2013. Analisis Pendapatan Peternak Ayam Broiler Pada Pola

Kemitraan Yang Berbeda di Kecamatan Tellusiattinge Kabupaten Bone.

Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin. Makasar. Diakses

pada tanggal 15 Oktober 2017.

Nurana. 2014. Analisis Pendapatan Peternak Itik Petelur Sistem Pemeliharaan

Nomaden di Desa Kaliang Kecamatan Duampanua Kabupaten Pinrang.

Skirpsi. Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan. Fakultas Peternakan.

Universitas Hasanuddin. Diakses pada tanggal 23 November 2017.

Nurasa, T. 2013. Meningkatkan Pendapatan Petani Melalui Difersivikasi

Tanaman Hortikultura di Lahan Sawah Irigasi. Jurnal Sosial Ekonomi

Pertanian. Volume 10 No 1: 71-87. Diakses pada tanggal 4 Desember 2017.

Polakitin D, Mirah AD, Elly FH, dan Panelewen VVJ. 2015. Keuntungan

usahatani padi sawah dan ternak itik di Pesisir Danau Tondano Kabupaten

Minahasa. Jurnal Zootek, 35 (2): 361-367.

http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/zootek/article/download/9331/8905.

Diakses pada tanggal 20 Juli 2018.

Prawira, R. 2015. Analisis Pendapatan Peternak Itik Pedaging Berdasarkan Skala

Usaha Yang berbeda di Desa Sipondeceng Kecamatan baranti Kabupaten

Sidrap. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian. Vol. 2 No.1: 51-60. Diakses pada

tanggal 23 November 2017.

Purwanti. 2010. Peternakan Itik rakyat Dalam Pembangunan Regional Di

Karawang. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor,

Bogor. Diakses pada tanggal 19 November 2017.

Rahim & Hastuti, D.R.D. 2008. Pengantar Teori dan Kasus Ekonometrika

Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rajasa, M. 2012. Hubungan Tingkat Penerapan Teknologi Dengan Pendapatan

Pada Peternak Anggota Gabungan Kelompok Rani Ternak Itik

Purwadiwangsa Kota Tegal. Animal Agriculture Journal. Vol. 1 No.2 :

331-341. Diakses pada tanggal 24 November 2017.

Rasyaf, 2002. Beternak Itik. Edisi ke-16. Kanisius, Yogyakarta.

Sarwanto. 2011. Kelayakan Usaha Pembesaran Itik Pedaging (Studi Kasus pada

Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga,

Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Skripsi: Institut Pertanian Bogor. Diakses

pada tanggal 24 November 2017.

Setioko A.R. 2012. Tekonologi Inseminasi Buatan untuk Meningkatkan

Produktivitas Itik Hibrida Serati Sebagai Penghasil Daging. Jurnal

Pengembangan Inovasi Pertanian. Vol. 5(2): 108-112. Diakses pada tanggal

20 Februari 2018.

Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia. Jakarta.

Soekartawi. 2003. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. PT. Raja Grafindo Persada,

Jakarta.

Sofiyanto. 2015. Analisis Peran Sektor Pertanian dalam pembangunan daerah di

Kabupaten Batang. Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Suliyanto. 2011. Ekonometrika Terapan ; Teori dan Aplikasi dengan SPSS. CV

Andi Offset. Yogyakarta.

Srigandono, B. 1986. Ilmu Unggas Air. Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta.

Sumodiningrat, G. dan Lanang, A.I. 1993. Materi Pokok Ekonomi Produksi.

Karunika. Jakarta.

Syanur. 2012. Beternak itik Pedaging.http://PesonaUnggas.posted.com/beternak-

itik pedaging.html. Diakses Tanggal 19 November 2017.

Tarigan, R. 2006. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Bumi Aksara. Jakarta

Wakhid, A. 2010. Buku Pintar Beternak dan Bisnis Itik. Jakarta: PT Agromedia

Pustaka.

Wakhid, A. 2013. Super Lengkap Beternak Itik. Jakarta (ID): Agro Media

Pustaka.