penampilan ayam pedaging yang diberi probiotik …

56
Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013 PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur 1 PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK (EM-4) SEBAGAI PENGGANTI ANTIBIOTIK Muhammad Syarif Djaya*, M. Ilmi Hidayat* *Staf Pengajar Fakultas Pertanian Unversitas Islam Kalimantan Banjarmasin ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penampilan ayam pedaging yang diberi probiotik (EM-4) sebagai pengganti antibiotik. Percobaan ini menggunakan rancangan lingkungan rancangan acak lengkap (Completely Randomized Design), dengan tiga perlakuan dan lima kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian probiotik EM4 memberikan peningkatan terhadap pertambahan berat badan dan memperbaiki tingkat efisiensi pakan. Pertambahan berat badan dan konversi ransum lebih baik pada ayam broiler dengan menggunakan probiotik 1 cc/liter air dibanding menggunakan sulfamix. Kata Kunci : EM-4, broiler, konsumsi ransum, pertambahan berat badan, konversi ransum THE APPEARANCE BROILER GIVEN PROBIOTICS (EM-4) INSTEAD OF ANTIBIOTICS This study aims to determine the performance of broilers fed probiotics (EM-4) as a substitute for antibiotics. This experiment used a completely randomized design (Completely Randomized Design), with three treatments and five replications. The results showed that administration of the probiotic EM4 gives increased weight gain and improve feed efficiency. Weight gain and better feed conversion in broilers by using probiotics 1 cc / liter of water than using sulfamix.

Upload: others

Post on 08-Nov-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

1

PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK (EM-4)

SEBAGAI PENGGANTI ANTIBIOTIK

Muhammad Syarif Djaya*, M. Ilmi Hidayat*

*Staf Pengajar Fakultas Pertanian Unversitas Islam Kalimantan Banjarmasin

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penampilan ayam pedaging yang diberi

probiotik (EM-4) sebagai pengganti antibiotik. Percobaan ini menggunakan rancangan

lingkungan rancangan acak lengkap (Completely Randomized Design), dengan tiga perlakuan

dan lima kali ulangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian probiotik EM4 memberikan

peningkatan terhadap pertambahan berat badan dan memperbaiki tingkat efisiensi pakan.

Pertambahan berat badan dan konversi ransum lebih baik pada ayam broiler dengan

menggunakan probiotik 1 cc/liter air dibanding menggunakan sulfamix.

Kata Kunci : EM-4, broiler, konsumsi ransum, pertambahan berat badan, konversi ransum

THE APPEARANCE BROILER GIVEN PROBIOTICS (EM-4) INSTEAD OF

ANTIBIOTICS

This study aims to determine the performance of broilers fed probiotics (EM-4) as a

substitute for antibiotics. This experiment used a completely randomized design (Completely

Randomized Design), with three treatments and five replications.

The results showed that administration of the probiotic EM4 gives increased weight gain and

improve feed efficiency. Weight gain and better feed conversion in broilers by using

probiotics 1 cc / liter of water than using sulfamix.

Page 2: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

2

PENDAHULUAN

Meningkatnya kebutuhan

masyarakat akan produk peternakan

menyebabkan penggunaan obat-obatan

untuk pencegahan dan

perawatan/perlakuan terhadap penyakit

ternak menjadi semakin penting agar

daging, telur, dan susu dapat diproduksi

secara efisien. Namun, hal ini

menyebabkan sebagian masyarakat di

Indonesia menolak membeli produk

peternakan yang diketahuinya

menggunakan antibiotik atau bahan kimia

dalam proses produksinya. Pemanfaatan

antibiotik pada level sub-terapi atau karena

kurang memperhatikan aturan

penggunaannya telah terbukti

mengakibatkan adanya residu antibiotik

dalam produk peternakan dan

berkembangnya mikroba yang resisten

dalam tubuh ternak maupun tubuh manusia

yang mengkonsumsinya (Jin et al., 1997;

Lee et al., 2001). Untuk mempertahankan

efisiensi produksi ayam pedaging disatu

sisi dan menyediakan produk peternakan

yang aman untuk dikonsumsi, perlu

diusahakan alternatif penggunaan

antibiotik atau obat-obatan dalam industri

peternakan.

Saat ini telah beredar produk

probiotik yang mengandung mikroba

lipolitik, selulolitik, lignolitik, dan mikroba

asam lambung. Beberapa penelitian pada

broiler menunjukkan bahwa penambahan

probiotik dalam ransum dapat

meningkatkan pertambahan bobot badan,

menurunkan konversi pakan dan

mortalitas. Kim et al. (1988), misalnya,

menunjukkan bahwa penambahan

probiotik yang terdiri atas Lactobacillus

sporegenes ke dalam pakan broiler yang

mengandung jagung yang agak berjamur

meningkatkan pertambahan bobot badan.

Penelitian yang dilakukan oleh

Wiryawan (unpublished) menunjukkan

bahwa suplementasi probiotik Yeast Sac

(Saccharomyces cerevisiae) pada pakan

broiler yang bahan utamanya gandum

menyebabkan peningkatan bobot badan

sebanyak 38.7% pada umur 21 hari dan

18% pada umur 42 hari jika dibandingkan

dengan kontrol. Namun, beberapa

penelitian lain gagal membuktikan

keuntungan pemanfaatan probiotik pada

pakan broiler. Variasi yang ditimbulkan

akibat pemberian probiotik pada broiler

kemungkinan berhubungan dengan

perbedaan strain bakteri atau mikroba yang

diberikan dan konsentrasi mikrobanya.

Berdasarkan uraian di atas, maka

penelitian ini dilakukan untuk

mengevaluasi apakah pemberian probiotik

(EM-4) dapat memperbaiki performan

ayam pedaging; b) apakah probiotik ini

dapat menggantikan antibiotik dalam

industri ayam pedaging; dan c) apakah

peningkatan dosis probiotik menimbulkan

respon yang lebih baik.

Salah satu upaya dalam mengatasi

masalah ini adalah dengan memanfaatkan

produk probiotik.Produk probiotik yang

mengandung mikroba lipolitik, selulolitik,

lignolitik, dan mikroba asam lambung.

Beberapa penelitian pada broiler

Page 3: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

3

menunjukkan bahwa penambahan

probiotik dalam ransum dapat

meningkatkan pertambahan bobot badan,

menurunkan konversi pakan dan mortalitas

sekaligus dapat menggantikan peran

antibiotik dalam membantu pertumbuhan

ternak unggas (ayam pedaging).

Menurut Fuller (1989) yang

disitasi oleh Ramia (2000) probiotik

merupakan pakan tambahan dalam

bentuk mikroba hidup yang dapat

memberikan pengaruh menguntungkan

bagi ternak inang dengan meningkatkan

keseimbangan populasi mikroba dalam

saluran pencernaan ternak. Menurut

Aryogi et al. (1999) probiotik

merupakan kumpulan hasil seleksi

mikrobia proteolytic, lignolytic,

cellulolytic, dan lipolytic yang mampu

menguraikan senyawa organik komplek

dalam suatu bahan pakan menjadi senyawa

organik sederhana yang lebih mudah

diserap oleh alat-alat pencernaan ternak.

Probiotik tergolong dalam makanan

fungsional dimana bahan makanan ini

mengandung komponen-komponen yang

dapat meningkatkan kesehatan ternak

dengan cara memanipulasi komposisi

bakteri yang ada dalam saluran

pencernaan ternak. Probiotik merupakan

mikroorganisme yang dapat

meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi

pakan ternak tanpa mengakibatkan

terjadinya proses penyerapan komponen

probiotik dalam tubuh ternak, sehingga

tidak terdapat residu dan tidak terjadi

mutasi pada ternak (Samadi, 2007).

Manfaat probiotik sebagai bahan

aktif ditunjukkan dengan meningkatkan

ketersediaan lemak dan protein bagi

ternak, disamping itu probiotik juga

meningkatkan kandungan vitamin B

kompleks melalui fermentasi makanan

(Samadi, 2007).

METODE PENELITIAN

Ayam yang digunakan adalah ayam

broiler strain CP 707 umur satu minggu

dengan berat badan homogen dan tidak

membedakan jenis kelamin. Ayam

diperoleh dari Poultry Shop setempat.

Kandang

Kandang yang digunakan adalah

kandang sistem battery colony yang terbuat

dari kawat dan bilah-bilah bambu. Tiap

petak kandang berukuran panjang 1 m,

lebar 0,80 m, dan tinggi 0,50 m. Tiap petak

kandang dilengkapi dengan tempat pakan

dan air minum.

Ransum dan Air Minum

Ransum yang diberikan adalah

ransum komersial yng umum beredar di

pasaran dengan kandungan protein dan

energi yang sama untuk kesemua

perlakuan. Ransum diberikan ad libitum

sepanjang periode penelitian.

Air minum yang diberikan

bersumber dari PAM setempat. Pemberian

air minum secara ad libitum.

Page 4: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

4

Rancangan Percobaan

Rancangan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Rancangan Acak

Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan

lima kali ulangan. Tiap ulangan (unit

percobaan) menggunakan empat ekor ayam

broiler umur satu minggu dengan berat

badan homogen. Ketiga perlakuan yang

dicobakan, yaitu ayam yang diberi ransum

komersial dengan penambahan antibiotik

Sulfamix (T1), ayam yang diberi ransum

komersial dan 1 cc probiotik/1 liter air

minum (T2), dan ayam yang diberi ransum

komersial dan 2 cc probiotik/1 liter air

minum yang diberikan (T3).

Model umum rancangan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

Yij = µ + αi + εij, dimana;

Yij = Nilai pengamatan pada perlakuan

ke-i dan ulangan ke-j

= Nilai tengah umum

i = Pengaruh perlakuan ke-i

ij = kesalahan percobaan (galat)

pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j.

Variabel yang diamati untuk

menggambarkan penampilan ayam

pedaging antara lain:

a. Konsumsi Ransum

b. Pertambahan Berat Badan

c. Konversi Ransum

Data yang diperoleh pada setiap

pengamatan yang meliputi konsumsi

ransum, berat badan, dan konversi ransum

diuji kehomogenannya dengan uji Bartlet,

bila data tersebut homogen dilanjutkan

dengan analisis ragam. Apabila hasil

analisis ragam menunjukkan pengaruh

yang nyata dilanjutkan dengan uji Duncan

untuk mengetahui perbedaan antara

perlakuan terhadap variabel pengamatan

serta mengamati kondisi kesehatan ternak

secara fisik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsumsi Ransum

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa perlakuan tanpa penggunaan

antibiotik pada T1 dan penggunaan

probiotik pada T2 dan T3, berpengaruh

nyata (P<0,05) terhadap konsumsi pakan.

Pemberian probiotik 1 cc/liter air (T2) dan

2 cc/liter air (T3) tidak berbeda satu sama

lain, tetapi kedua perlakuan ini berbeda

nyata dengan yang menggunakan antibiotik

(T1). Rata-rata konsumsi ransum pada

setiap perlakuan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata Konsumsi Ransum

Ayam Pedaging Masing-masing

Perlakuan

Perlakuan Rata-rata (g/ekor)

T1

T2

T3

1808,89a

1939,48b

1950,75b

Adanya pengaruh yang berbeda

nyata ini disebabkan karena ayam yang

diberi probiotik memiliki napsu makan

yang tinggi sehingga jumlah ransum yang

Page 5: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

5

dikansumsi pun relatif tinggi dibanding

tanpa menggunakan probiotik . Walaupun

dalam hal ini, kandungan energi dan

protein ransum sama satu sama lain.

Pemberian EM4 pada pakan dan air

minun ternak akan meningkatkan nafsu

makan ternak karena aroma asam manis

yang ditimbulkan. EM4 peternakan tidak

mengandung bahan kimiawi, sehingga

aman bagi ternak (Anonimus,1998)

Pemberian probiotik menyebabkan

peningkatan konsumsi pakan sebanyak

7,84% lebih tinggi dari T1 dan diduga

perbedaan ini akan menjadi signifikan jika

jumlah ayam (sampel) yang digunakan

ditingkatkan dan ransum yang digunakan

bukan ransum komersial, sesuai dengan

pendapat Soeharsono (2002) yang

menyatakan bahwa pemberian EM4 dapat

meningkatkan konsumsi pakan pada

ternak.

Pertambahan Berat Badan

Penggunaan probiotik EM4

memberikan kontribusi terhadap

pertambahan berat badan ayam pedaging.

Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis

ragam bahwa penggunaan probiotik

berpengaruh nyata terhadap pertambahan

berat badan ayam. Rata-rata konsumsi

ransum pada setiap perlakuan disajikan

pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata Pertambahan Berat

Badan Ayam Pedaging Masing-

masing Perlakuan

Perlakuan Rata-rata (g/ekor)

T1

T2

T3

1205,84a

1409,64b

1304,02c

Ayam yang diberi probiotik (T2

dan T3) memiliki pertambahan berat badan

16,13 % lebih tinggi dari pada ayam yang

tidak diberi probiotik (T1). Perbedaan

pertambahan bobot badan ini erat

kaitannya dengan lebih tingginya konsumsi

pakan dan kemungkinan karena

peningkatan daya cerna zat gizi akibat

pemberian probiotik. Mikroba lipolitik,

selulolitik, lignolitik, dan mikroba asam

lambung yang terkandung dalam probiotik

diduga telah berperan aktif dalam

meningkatkan kecernaan zat gizi.

Nahashon et al. (1994) menunjukkan

bahwa suplementasi kultur Lactobacillus

pada pakan yang terdiri atas jagung,

bungkil kedelai dan gandum meningkatkan

konsumsi pakan, retensi lemak, protein,

kalsium, cuprum, dan mangan pada ayam

petelur. Peningkatan pertambahan bobot

badan kemungkinan juga disebabkan

karena probiotik yang diberikan dapat

mempertahankan keseimbangan ekosistem

dalam usus seperti yang dilaporkan oleh

Nisbet et al. (1993) dan Corrier et al.

(1994).

Peningkatan dosis pemberian

probiotik dari 1 cc menjadi 2 cc per liter air

minum ternyata berpengaruh (P<0.05)

terhadap pertambahan bobot badan ayam.

Terjadi penurunan berat badan dengan

menaikkan dosis probiotik dari 1 cc

menjadi 2 cc, hal ini diakibatkan karena

dosis probiotik lebih dari 1 cc/liter air

menjadi tidak efektif lagi perannya dalam

Page 6: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

6

mencerna zat gizi ransum dalam tubuh.

Nampaknya ada batas-batas optimal pada

ayam dalam toleransinya terhadap populasi

mikroba dalam saluran pencernaannya.

Konversi Ransum

Konversi pakan diperlukan untuk

menggambarkan sejauh mana efektivitas

biologis pemanfaatan zat gizi dalam pakan.

Semakin kecil jumlah pakan yang

dibutuhkan untuk menghasilkan tambahan

bobot badan ayam, berarti semakin efisien

pemberian pakan tersebut. Rata-rata

konsumsi ransum pada setiap perlakuan

disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata Pertambahan Berat

Badan Ayam Pedaging Masing-

masing Perlakuan

Perlakuan Rata-rata

T1

T2

T3

1,50a

1,38c

1,50a

Hasil analisis ragam menunjukkan

bahwa pemberian probiotik 2 cc/liter air

(T3) tidak berbeda dengan tanpa pemberian

probiotik (T3), tetapi kedua perlakuan ini

berbeda nyata dengan pemberian probiotik

EM4 1 cc/liter air (T2). Efisien pakan yang

lebih baik pada pemberian probiotik (T2) 1

cc/liter air ini merupakan indikasi bahwa

pemberian probiotik EM-4 pada peternakan

ayam dalam skala besar akan memberikan

sumbangan yang cukup berarti bagi

peningkatan keuntungan.

Secara umum kondisi kesehatan

ayam pada semua perlakuan baik,

walaupun ada kematian selama penelitian,

tetapi hal ini diyakini itu tidak merupakan

akibat dari perbedaan perlakuan.

Pemberian probiotik EM4

memberikan peningkatan terhadap

pertambahan berat badan dan memperbaiki

tingkat efisiensi pakan. Pertambahan berat

badan dan konversi ransum lebih baik

dengan menggunakan probiotik 1 cc/liter

air dibanding menggunakan sulfamix.

Agar hasil yang diperoleh lebih

meyakinkan, diperlukan penelitian lanjutan

dengan menggunakan sampel yang lebih

besar, tidak menggunakan ransum

komersial, dan dilakukan di tingkat

peternak yang tingkat higienis

pemeliharaannya lebih rendah jika

dibandingkan dengan kondisi di

Laboratorium Terapan.

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R.,1985. Kemajuan Mutakhir

Ilmu Makanan Ternak Unggas.

Cetakan Pertama. Penerbit

Universitas Indonesia.

Jin, L.Z., Ho,Y.W., Abdullah, N. and

Jalaludin, S. 1997. Probiotics in

poultry Modes of Action. World’s

Poultry Science Journal 53: 351 –

368. 10

Kim, C.J., Namkung, H.An.M.S. and paik,

L.K. 1988. Suplementation of

probiotics to the broiler diets

containing moldy corn. Korean

Page 7: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

7

Journal of Animal Science 30 : 542-

548.

Soeharsono, H.,2002. Probiotik. Alternatif

Pengganti Antibiotik dalam Bidang

Peternakan. Labolaturium Fisiologi

dan Biokimia. Fakultas Peternakan,

Universitas Padjadjaran.

Rabbani, B. dan H. Susanto, 1997.

Fermentasi, Biotelnologi Alternatif

Meningkatkan Mutu Pakan. Poultry

Indonesia, Jakarta : Edisi Bulan

Februari No. 204 Tahun 1997.

Rahman, I.N., 1999. Penampilan Ayam

Pedaging ISB – 707 diberikan

Tambahan Enzim High Consentrate

dalam Air Minum pada Periode

Awal. Laporan Skripsi Uniska,

Banjarmasin.

Soccol, C.R., Marin, B., Rainbault, M. dan

Sebault, J.M., 1994. Breeding of

Rhizopus in Row Cassava by Solid

State Fermentation. Dalam Agricola

Article AppiMicrobial-Biotech. New

York : Springer International.

Supriyono, 1993. Beternak Jasad Renik.

Majalah ayam dan telur. No 84:39-

41.

Soeharsono, H.,2002. Probiotik. Alternatif

Pengganti Antibiotik dalam Bidang Peternakan. Labolaturium Fisiologi dan Biokimia. Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran.

Page 8: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

8

PENGARUH VARIASI HEATING RATE PROSES PIROLISIS

TERHADAP KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET CHAR MSW

TERSELEKSI

CAMPURAN DAUN PISANG DAN BAMBU

Sigit Mujiarto* , Teguh Suprianto* dan Murdjani

*

Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Banjarmasin

Jl. Brigjen H. Hasan Basry Banjarmasin 70123

ABSTRAK

Daun pisang dan bambu merupakan biomassa yang limbahnya termasuk sampah kota atau

MSW (municipal solid waste ), yang mempunyai energi density rendah. Limbah daun pisang

mempunyai potensi sebagai bahan baku untuk bahan bakar. Untuk menghasilkan energi

densitas tinggi digunakan proses pirolisis dan dilanjutkan dengan proses densifikasi atau

pembriketan untuk membentuk sebuah briket char (arang) campuran daun pisang dan bambu.

Dalam penelitian ini, akan dipaparkan pengaruh variasi heating rate (laju pemanasan) proses

slow pyrolisis (pirolisis lambat) terhadap karakteristik pembakaran briket char campuran daun

pisangdan bambu. Heating rate pada sampel 20 gram proses pirolisis divariasikan 5º C /

menit, 10 º C / menit dan 20

º C / menit, dengan temperatur akhir 400 ºC dan holding time 30

menit. Char yang terbentuk kemudian dipadatkan dengan proses densifikasi menjadi briket

char daun pisang yang dilakukan secara hidrolik pada tekanan 250 kg/cm2 yang diholding

selama 5 menit dan dikeringkan pada temperatur 105 º C selama 20 menit. Sampel briket

char daun pisang ± 3 gram ditempatkan dalam tungku dengan laju pemanasan 20 ºC/menit

sampai tidak terjadi perubahan massa. Analisis thermogravimetri dilakukan untuk mengetahui

karakteristik pembakaran briket char daun pisang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh heating rate proses slow pyrolisis untuk

pembakaran briket char daun pisang memiliki nilai kalor yang minimun pada Heating rate 10

ºC/menit. Harga karakteristik pembakaran ITVM (Volatile Metter Fixed Carbon Initiation

Temperature) menunjukkan keterkaitan dengan heating rate, dimana semakin lambat heating

rate maka harga ITFC semakin kecil. Untuk karakteristik pembakaran yang lain, yaitu ITFC

(Fixed Carbon Initiation Temperature), PT (Peak Temperature) dan BT (Burning

Temperature) menunjukkan keterkaitan dengan heating rate dengan sifat optimum di Heating

Rate 10 oC/menit. Harga Energi Aktivasi minimum pada Heating rate 10

ºC/menit.

Kata kunci : Daun pisang, bambu , char, briket, heating rate, thermogravimetry.

Page 9: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

9

PENDAHULUAN

Pohon pisang dan bambu sangat

banyak dijumpai di Indonesia, daun

pisang dan bambu dapat dikatagorikan

sebagai salah satu biomassa yang selama

ini pengolahan limbah pasca

penggunaannya belum dipikirkan dengan

baik. Hal ini terlihat bahwa salah satu

jenis sampah organik yang belum terolah

secara maksimal di tempat pembuangan

akhir (TPA) adalah sampah daun pisang,

sehingga perlu dipikirkan mengenai

pengolahan pasca penggunaannya.

Proses pirolisis merupakan salah satu

alternatif pengolahan daun pisang dan

bambu yang dipandang cukup prospektif

untuk dikembangkan. Beberapa

keuntungan proses pirolisis yang

menjadikannya sebagai salah satu

alternatif pengolahan biomassa yang

cukup prospektif antara lain memiliki

rasio konversi yang tinggi, produk-

produknya memiliki kandungan energi

yang tinggi, produk-produk yang

dihasilkan dapat ditingkatkan menjadi

bahan dasar keperluan lain.

METODE PENELITIAN

Langkah pertama dalam penelitian ini

adalah pengumpulan dan penyiapan

bahan baku. Bahan baku yang

dikumpulkan adalah sampah daun pisang

dan bambu . Sampel kemudian

dikeringkan sehingga memiliki kadar air

maksimal 10 % dan dihaluskan hingga

lolos ukuran 20 mesh. Selanjutnya bahan

baku diuji secara proximate dan uji nilai

kalor, pengujian meliputi nilai kalor

(heating value) sesuai standar ASTM

2015, kadar air dengan standar pengujian

ASTM D-3173, kadar abu sesuai dengan

standar pengujian ASTM D-3174,

kandungan volatile matter dengan

standard ASTM D-3175 dan kadar fixed

carbon sesuai dengan standar pengujian

ASTM D-3172.

Tahap selanjutnya adalah proses pirolisis

sampel penelitian dengan berat sampel ±

20 gram. Proses pirolisis yang dilakukan

adalah proses slow pyrolisis dengan

kenaikan temperatur pirolisis / heating

rate sebesar 5 0C/menit, 10

0C/menit dan

20 0C/menit dengan temperatur akhir

proses slow pyrolisis 400 0C serta lama

proses penghendelan/holding time 30

menit. Setelah menjalani proses pirolisis,

maka dilakukan uji proximate dan uji

nilai kalor terhadap hasil proses slow

pyrolisis untuk mengetahui sifat-sifat

char yang dihasilkan. Selanjutnya

dilakukan pembuatan briket char daun

pisang dan bambu yang dilakukan secara

hidrolis dengan tekanan kerja 250 kg/cm2

yang diholding selama 5 menit dan

dikeringkan pada temperatur 105 0C

selama 20 menit.

Uji karakteristik pembakaran briket char

daun pisang dan bambu dilakukan dengan

menggunakan metode thermogravimetri,

untuk mengetahui karakteristik bahan

bakar yang diuji meliputi temperatur

pembakaran dimana massa briket mulai

berkurang (volatile matter initiation

temperatur {ITVM}) , temperatur ruang

bakar dimana laju pengurangan massa

meningkat selama proses awal

pembakaran (fixed carbon initiation

temperature {ITFC}), temperatur ruang

bakar yang menghasilkan laju penurunan

massa briket terbesar (peak temperature

{PT}) dan temperatur ruang bakar

dimana massa briket konstan pada akhir

tahap pembakaran (burning

Page 10: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

10

temperature{BT}). Metode ini dilakukan

dengan cara menaikkan temperatur ruang

bakar dari temperatur kamar secara

bertahap dengan besar kenaikan

temperatur konstan tiap waktu sebesar 20 0C / menit sampai sampel bahan bakar

terbakar habis, pada kondisi aliran udara

0,1m/detik.

Gambar 1. Skematik Peralatan Penelitian

Page 11: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisa Proximate dan Nilai Kalor

Tabel I,

Hasil Uji Proximate dan Nilai Kalor

Sampel Uji Proximate Nilai kalor

(kal/gram) Kadar

Air ( %)

Kadar

Abu ( %)

Volatile

Matter (%)

Daun pisang dan bambu 8,735 10,783 76,692 4.095,366

Char daun pisang dan

bambu heating rate

pirolisis 5 0C /menit

5,665 17,835 67,045 5.607,535

Char daun pisang dan

bambu heating rate

pirolisis 10 0C /menit

6,19 19,63 68,505 5.098,899

Char daun pisang dan

bambu heating rate

pirolisis 20 0C /menit

5,18 20,08 70,865 5.372,116

Dalam tabel I, disajikan hasil uji

proximate dan nilai kalor dari bahan baku

(daun pisang dan bambu tanpa perlakuan

pirolisis) dan char hasil pirolisis bambu

dengan variasi heating rate yang

dilakukan. Dari tabel tersebut , tampak

bahwa proses pirolisis menyebabkan

turunnya kadar air dan kadar volatile

matter yang diikuti oleh naiknya kadar

abu. Proses pirolisis juga mengakibatkan

naiknya nilai kalor char yang dihasilkan.

Sementara itu semakin kecil kenaikan

temperatur pirolisis memberikan

kenaikan nilai kalor char kecuali pada

heating rate 10 0C /menit, hal ini diduga

pada heating rate 10 0C /menit yang

mengindikasikan bahwa char yang

terbakar pada proses pirolisis tersebut

paling banyak yang mengakibatkan

turunnya nilai kalor.

Page 12: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

12

Analisa Thermogravimetry Daun Pisang dan Bambu

Gambar 2, Grafik Hasil Analisa Thermogravimetry Briket Daun Pisang dan Bambu

Pada gambar 2, disajikan grafik hasil

analisa thermogravimetri dari briket daun

pisang dan bambu. Dalam gambar

tersebut, tampak pembagian zona

pembakaran atas zona drying,

devolalitisasi dan pembakaran char.

Sesuai dengan teori pembakaran bahan

bakar padat bahwa pembakaran biomassa

dibagi menjadi 3 tahap secara berurutan

(Borman dan Ragland, 1998). Tahap

yang pertama adalah pengeringan yang

ditandai dengan penurunan massa yang

berjalan secara lambat. Tahap kedua

adalah devolatilisasi yang ditandai

dengan penurunan massa yang mulai

meningkat. Tahap ketiga adalah

pembakaran arang yang ditandai dengan

penurunan massa yang sangat cepat. Pada

pembakaran briket bahan baku daun

pisang dan bambu mentah laju penurunan

massa maksimum sebesar 0,14

gram/menit tercapai pada temperatur

272,5 °C (PT). sementara ITVM terjadi

pada temperatur 185,7 °C, ITFC pada

temperatur 365,6 °C dan BT pada 410

°C.

Sesuai dengan uraian tersebut untuk

briket daun pisang dan bambu,

temperatur yang dibutuhkan untuk mulai

terjadi pengurangan massa atau

devolatilisasi adalah sebesar 185,7°C.

Pada temperatur 365,6 °C merupakan

awal proses pembakaran dengan ditandai

laju penurunan massa yang semakin

meningkat. Proses pembakaran terus

meningkat ditandai dengan temperatur

yang naik secara signifikan, hal itu

disebabkan karena api telah menyala

disekitar permukaan briket yang mulai

terbentuk pada temperatur 338,3 °C.

Analisa Thermogravimetry Briket

Char Bambu

Pada gambar 3, disajikan grafik hasil

analisa thermogravimetri dari briket char

daun pisang dan bambu. Dalam gambar

tersebut, pembagian zona pembakaran

atas zona drying, devolalitisasi dan

pembakaran char tidak begitu jelas

dibandingkan dengan pembakaran briket

daun pisang dan bambu, terutama zona

drying dan devolatilisasi. Awal zona

pembakaran char tidak begitu jelas,

0100200300400500600700800900

0

20

40

60

80

100

120

0 200 400 600 800 1000 1200Penurunan massa (%)Laju penurunan massa… Waktu

Karakteristik Pembakaran Briket Daun Pisang dan Bambu

mt/

mo

(%)

dm

/dt

(mg

/s)

Tem

per

atu

r (°

C)

mt/

mo

(%)

dm

/dt

(mg

/s)

Tem

per

atu

r (°

C)

Page 13: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

13

meskipun terdapat lonjakan laju

pembakaran briket. Untuk temperatur

pembakaran briket char tampak bahwa

relatif steady bila dibandingkan dengan

pembakaran briket daun pisang, hal ini

dimungkinkan karena abu hasil

pembakaran tidak begitu banyak

dibandingkan briket daun pisang dan

bambu, dimana abu menyebabkan

perpindahan oksigen ke dalam dan keluar

briket menjadi terhalang.

Kasus Sampel uji Hasil Pirolisis HR (°C/menit)

a RDF bambu 50% - daun pisang

50%

5

b RDF bambu 50% - daun pisang

50%

10

c RDF bambu 50% - daun pisang

50%

20

Ga

Gambar 3, Grafik Hasil Analisa Thermogravimetry Briket Char Daun Pisang dan

Bambu

Page 14: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

14

Pengaruh heating rate proses pirolisis

terhadap harga ITVM, ITFC, PT dan BT

pada analisa thermogravimetry briket char

daun pisang disajikan dalam tabel 2.

Tabel II, Perbandingan ITVM, ITFC, PT dan BT Pada Analisa Themogravimetry

Pembakaran Briket Char Daun Pisang- Bambu Akibat Variasi Heating Rate Pirolisis

Briket Daun

Pisang dan

Bambu Tanpa

Perlakuan

Briket Char

dengan

Heating Rate

Pirolisis

5 0C/menit

Briket Char

dengan

Heating Rate

Pirolisis

10 0C/menit

Briket Char

dengan

Heating Rate

Pirolisis

20 0C/menit

ITVM ( ºC) 185,7 169,3 201,1 246,5

ITFC ( ºC) 365,6 290,4 428,8 399,5

PT ( ºC) 272,5 231,6 376,1 320

BT ( ºC) 410 479,5 813,3 713,5

Dari tabel II, dapat dilihat bahwa variasi

heating rate selama proses pirolisis

memberikan pengaruh yang cukup

siginifikan pada hasil analisa

thermogravimetry briket char daun pisang

–bambu yang dihasilkan, dimana kenaikan

heating rate akan memberikan pengaruh

pada semakin tingginya harga ITFC.

Untuk harga ITVM, PT dan BT bersifat

optimum pada Heating Rate Pirolisis 10 0C/menit. Dengan semakin rendahnya

ITFC akan mengakibatkan semakin

mudahnya briket tersebut terbakar.

Perbandingan Energi Aktivasi Briket

Char Hasil Pirolisis

Perhitungan energi aktivasi proses

pembakaran briket daun pisang dan briket

char daun pisang yang diteliti didasarkan

dengan menggunakan rumus perhitungan

kinetika reaksi berorde satu atau yang

biasa disebut global kinetic, disajikan

dalam tabel III.

Tabel III, Perbandingan Harga Energi Aktivasi (Ea)

No

Variabel

Ea (kal/mol)

1

Briket Daun Pisang –Bambu Tanpa Pirolisis

47,159

2

Briket Char Daun Pisang dengan heating rate pirolisis 5 ºC

/menit

30,622

3

Briket Char Daun Pisang dengan heating rate pirolisis 10 ºC

/menit

21,809

4

Briket Char Daun Pisang dengan heating rate pirolisis 20 0C/menit

23,825

Page 15: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

15

Semakin rendah energi aktivasi ( Ea ) briket, maka semakin mudah pula briket tersebut

bereaksi (terbakar).

Dari hasil pengambilan dan pengolahan

data dapat disimpulkan bahwa proses

pirolisis akan menaikkan nilai kalor dari

char yang dihasilkan. Dengan semakin

besarnya heating rate, akan memberikan

pengaruh pada semakin tingginya harga

ITFC akan mengakibatkan semakin

mudahnya briket tersebut terbakar. Namun

demikian pengaruh heating rate terhadap

analisa thermogravimetri pembakaran

briket char daun pisang bersifat optimum,

dimana briket char yang dihasilkan dengan

heating rate 10 ºC /menit memiliki energi

aktivasi pembakaran terendah bila

dibandingkan dengan briket char yang

lain.

DAFTAR PUSTAKA

ASTM Committee on Standards, 1990,

Standard Method for Chemical

Analysis of Wood Charcoal, D 1762-

84.

Borman,G.L., Kenneth W. Ragland., 1998, Combustion Engineering, Mc Graw-Hill, New York.

Di Blasi, C. ,2008, Modeling Chemical and

Physical Processes of Wood and

Biomass Pyrolisis, Progress in

Energy and Combustion Science 34

, pp. 47-99

Grammelis,P., Basinas, P., Malliopoulou,

A., Sakellaropoulos, G., 2009,

Pyrolisis Kinetics and Combustion

Characteristics of Waste Recovered

Fuels, Fuel 88 (2009), pp. 195-205

Phan, A.N., Ryu, C., Sharifi, V.N.,

Swithenbank, J., 2008,

Characterisation of Slow Pyrolisis

Products from Segregated Wastes

for Energy Production,

J.Anal.Appl.Pyrolisis 81 (2008), pp.

65-71

Kalita,P.,Mohan,G.,Pradeep,K..,Mahanta,P

., “Determination and Comparasion

of Kinetic Parameter of Low Density

Biomass Fuels”, Journals of

Renewable and Sustainable Energy

1, 2009, 023109

Rhen, C., Othman, M., Gref, R.,

Wasterlund, I., 2007, Effect of Raw

Material Composition in Woody

Biomass Pellets on Combustion

Characteristics, Biomass and

Bioenergy 31 (2007) pp. 66-72

Swithenbank, J.,Sharifi,V.N., Ryu,C.,2005,

Waste Pyrolisis and Generation of

Storable Fuel, SUWIC Department

of Chemical and Process

Engineering, The University of

Sheffield

Yang, Y.B., Phan, A.N.,Ryu, C.,Sharifi,

V.,Swithenbank, J., 2007,

Mathematical Modelling of Slow

Pyrolisis of Segregated Solid Waste

in A Packed-Bed Pyroliser, Fuel 86,

pp. 169-180.

Page 16: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

16

OPTIMASI PROSES DEKOMPOSISI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (ELAEIS

GUINEENSIS) MENGGUNAKAN AKTIVATOR EM4

Uswatun Chasanah*, Linda Rahmawati* dan Gusti R. Iskarlia*

*Staf Pengajar Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan

Politeknik Hasnur

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kompos dari tandan kosong kelapa sawit

dengan aktivator EM4 dalam waktu yang singkat dan kualitas yang bagus. Untuk mempercepat

proses pengomposan ditambahkan EM4 karena mengandung lebih dari 80% populasi bakteri

asam laktat dan yeast dan sebagian kecil bakteri fotosintetik, bakteri pemfiksasi N dan

aktinomisetes. Sehingga diharapkan dapat membantu mempercepat proses dekomposisi tandan

kosong kelapa sawit. Rancangan yang digunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) tiga kali

ulangan dengan 3 perlakuan yaitu EM4 0 mL, EM4 10 mL dan EM4 20 mL. Berdasarkan hasil

penelitian, pada uji data statistik menggunakan Uji Jarak Duncan (DMRT), semua perlakuan

menunjukkan tidak berbeda nyata. Namun demikian, bahwa dengan penambahan EM4 sebanyak

20 mL dapat meningkatkan kualitas kompos jika dilihat dari kandungan unsur hara di dalamnya

terutama N, P, K dan rasio C/N 20,78 dengan suhu tertinggi saat pengomposan 350C dan suhu

mencapai stabil pada hari ke 14 dibandingkan dengan tanpa penambahan EM4.

Kata kunci : dekomposisi, tandan kosong kelapa sawit, EM4

PENDAHULUAN

Kelapa sawit di Kalimantan Selatan,

merupakan salah satu komoditas unggulan

yang mendapat prioritas dalam

pengembangannya selain karet, kelapa dalam.

Sejalan dengan perluasan areal perkebunan

kelapa sawit, selain meningkatkan produksi

kelapa sawit dan kegiatan ekspor per

tahunnya, di sisi lain juga menyebabkan

peningkatan jumlah limbah yang

dihasilkannya.

Pabrik kelapa sawit PT Hasnur Citra Terpadu

(HCT) berlokasi di area kebun kelapa sawit Jl

Hauling Km 12 Desa Pandahan Tapin

Kalimantan Selatan. Pabrik kelapa sawit yang

dibangun sejak April 2011 disiapkan mampu

memproduksi 45 ton per jam tandon buah

segar (TBS) dan dalam sehari, pabrik ini

mampu memproduksi 1000 ton TBS (Akhyar,

2013). Menurut data dari Dirjen Perkebunan

tahun (2009), dari setiap ton TBS yang diolah

dapat menghasilkan 140 – 200 kg CPO. Selain

CPO pengolahan ini juga menghasilkan

limbah/produk samping, antara lain: limbah

cair (POME=Palm Oil Mill Effluent),

Page 17: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

17

cangkang sawit, fiber/sabut, dan tandan

kosong kelapa sawit. Limbah cair yang

dihasilkan cukup banyak, yaitu berkisar antara

600 – 700 kg. Dihasilkan pula serat dan

cangkang yang mencapai 190 kg dan yang

paling besar limbah tandan kosong yaitu

sekitar 20.000 ton.

Secara alami jika tandan kelapa sawit

dibiarkan saja akan mengalami dekomposisi.

Dekomposisi merupakan proses pembusukan

yang terjadi pada bahan organik. Dekomposisi

bahan organik tanpa adanya aktivator akan

berlangsung 2 – 4 bulan, serta dapat

menghasilkan panas dan gas racun yang dapat

mengganggu pertumbuhan tanaman. Agar

proses pengomposan dapat berlangsung lebih

cepat dapat ditambahkan aktivator. Untuk

mengantisipasi hal tersebut dibutuhkan bahan

yang dapat meningkatkan kecepatan

fermentasi bahan organik sehingga

penyediaan dan penyerapan unsur hara oleh

tanaman dapat dipercepat.

Salah satu aktivator yang digunakan

adalah Effective microorganisms 4 (EM4),

karena EM4 mengandung lebih dari 80%

populasi bakteri asam laktat dan yeast dan

sebagian kecil bakteri fotosintetik, bakteri

pemfiksasi N dan aktinomisetes. Sehingga

diharapkan dapat membantu mempercepat

proses dekomposisi tandan kosong kelapa

sawit. Hartono et.al, (2007) dalam

penelitiannya menyebutkan bahwa pembuatan

pupuk organik tanpa adanya perlakuan apapun

memerlukan waktu 2,5 bulan sedangkan jika

diberi penambahan berupa EM-4 memerlukan

waktu 1,5 bulan. Upaya untuk memanfaatkan

kulit buah jarak pagar ini juga dapat mengatasi

terjadinya pencemaran lingkungan akibat

melimpahnya limbah industri pertanian, hal

ini sesuai dengan konsep pengolahan bahan

baku menjadi produk secara menyeluruh

dengan meminimalkan kehilangan material

dan energi yang bertujuan mendapatkan

produk dengan nilai tambah maksimal

(Prihandana et.al, 2007).

Penelitian ini bertujuan untuk

mendapatkan kompos dari tandan kosong

kelapa sawit dengan aktivator EM4 dalam

waktu yang singkat dan kualitas yang bagus.

METODE PENELITIAN

Peralatan yang digunakan pada saat

penelitian: bak, mesin pencacah, termometer,

soil tester (pengukur pH dan kelembaban),

peralatan analisa unsur hara N, P dan K.

Bahan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah: tandan kosong kelapa

sawit, starter Effective microorganisms-4

(EM-4), air dan gula merah.

Pembuatan Starter

Sebelum melakukan pembuatan

pupuk, terlebih dahulu dilakukan

pencampuran bahan untuk starter, yaitu 0 ml,

10 ml, dan 20 ml.

Pembuatan Kompos

Metode pengomposan yang digunakan adalah

pengomposan aerobik dengan wadah dari bak

plastik diameter 30 cm.

Menambahkan starter EM4 dan gula merah

yang sudah diencerkan dengan air yang

dimana bahan dasar pembuatan pupuk

organik dalam hal ini adalah tandan kosong

Page 18: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

18

yang sudah digiling dengan mesin giling

hingga ukuran kulit menjadi kecil. Mengaduk

sampai semua bahan tercampur rata.

Mempertahankan suhu antara 35-50oC, suhu

tersebut dikontrol setiap hari dengan cara

mengaduk-aduk bahan tersebut agar suhunya

tidak terlalu tinggi.

Selain proses pengadukan juga dilakukan

proses penyemprotan air pada masing-masing

bak, proses ini juga dilakukan setiap hari

bersamaan dengan proses pengadukan.

Pengambilan Data

Parameter yang diamati dalam

percobaan ini meliputi:

Analisis C organik, N total, C/N, P, K, pH,

dan kadar air.

Lama proses pengomposan/dekomposisi

Proses pengomposan ini dikatakan

berhasil jika mempunyai ciri-ciri fisik

diantaranya:

1. Jika diraba, suhu tumpukan bahan yang

dikomposkan sudah dingin, mendekati

suhu ruang.

2. Tidak mengeluarkan bau busuk lagi.

3. Bentuk fisiknya sudah menyerupai tanah

yang berwarna kehitaman

4. Strukturnya remah.

Analisis C organik, total N, C/N, P, K, pH,

dan kadar air.

Setelah dilakukan proses pengomposan

dilakukan analisis C organik, total N, C/N, P,

K, pH, dan kadar air kembali untuk

mengetahui hasil akhir dari zat-zat tersebut..

Rancangan Perlakuan

Penelitian ini akan menggunakan

perlakuan Rancangan Acak Lengkap (RAL)

dengan 3 konsentrasi yaitu 0 ml, 10 ml, dan 20

ml yang diulang sebanyak 3 kali, jadi ada 9

satuan percobaan. Persamaan untuk analisis

rancangan perlakuan ini adalah :

Yij = µ + τi + ɛij

Yij = kadar unsur hara penambahan

konsentrasi EM4 i, ulangan j

µ = rata-rata pengamatan pada

perlakuan ke-i ulangan ke-j

τi = pengaruh perlakuan ke-i

ɛij = pengaruh acak pada perlakuan ke-

i, ulangan j

Variabel yang diamati dalam penelitian ini,

beberapa variabel yang diamati antara lain

suhu, derajat keasaman (pH) dan kadar air

Analisis Data

Data hasil pengamatan untuk

parameter analisis kadar, C organik, total N,

C/N, P, K, dan kadar air sebelum dan sesudah

proses pengomposan dan lama proses

pengomposan dianalisa dengan menggunakan

analisis ragam untuk mengetahui perbedaan

antara masing-masing perlakuan terhadap nilai

kualitas dari hasil pupuk organik yang sudah

jadi, apabila ada beda nyata maka dilanjutkan

dengan Uji Jarak Duncan (DMRT) untuk

mengetahui pada perlakuan yang mana yang

menyebabkan terjadinya perbedaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses Pembuatan Kompos

Page 19: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

19

Pembuatan kompos diawali dengan

menggiling tandan kosong kelapa sawit

menggunakan mesin penggiling hingga

ukurannya lebih kecil dari ukuran semula.

Kemudian menentukan formula campuran

bahan yang akan dikomposkan yaitu tandan

kosong kelapa sawit sebagai bahan utama

sebanyak 1 kg, kotoran kambing 1kg sebagai

sumber N (Nitrogen). Porsi dari masing-

masing bahan tersebut berdasarkan wadah

pengomposan yang digunakan yaitu bak

plastik hitam . Sementara itu, menyiapkan

starter EM4 yang digunakan, perlakuan

pertama sebagai kontrol yaitu 0 mL EM4 atau

tanpa pemberian EM4. Perlakuan kedua yaitu

dengan perbandingan 1:100:5 yang terdiri atas

1000 mL air, 10 mL EM4, dan 200 mL

larutan gula merah. Selanjutnya untuk

perlakuan ketiga menyiapkan starter EM4

dengan perbandingan 1:50:5 yang terdiri atas

1000 mL air, 20 mL EM4, dan 200 mL

larutan gula merah.

Bahan yang sudah dicampur sesuai

dengan porsinya masing-masing, dimasukkan

ke dalam wadah pengomposan ditambahkan

starter EM4 yang sudah sesuai volumenya

berdasarkan perlakuan sebanyak 1000 ml pada

masing-masing perlakuan kecuali kontrol

hanya menggunakan air sebanyak 1000 mL.

Volume 1000 mL ini memenuhi syarat kadar

air untuk memulai pengomposan yaitu dengan

30-40%.

Selain kadar air, juga dilakukan

pengukuran kandungan hara serta rasio karbon

dan nitrogen (C/N). Berikut adalah hasil

pengukuran kandungan hara, kadar air serta

rasio C/N bahan setelah dicampur.

Tabel 1. Kandungan hara dan kadar air bahan dasar pembuatan kompos

No Bahan dasar N

(%) P (%)

K

(%)

C

(%)

Kadar

air

(%)

C/N

1

Tandan

kosong kelapa

sawit

1,45 0,032 0,111 42,12 6,53 24,48

Pentingnya mengetahui kandungan

unsur hara dan kadar air pada bahan dasar

untuk membuat kompos adalah untuk

mengkondisikan berlangsungnya proses

pengomposan yang baik sesuai dengan

persyaratannya. Berdasarkan kandungan hara

pada bahan dasar pembuatan kompos pada

Tabel 1, menunjukkan bahwa kandungan hara

pada tandan kosong tersebut belum memenuhi

syarat untuk dijadikan pupuk, oleh karena itu

pelu ditambahkan bahan lain serta aktivator

yang dapat menambah kandungan hara dan

Page 20: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

20

mempercepat dalam pengomposan.

Penambahan air dilakukan dengan

penyemporotan pada masing-masing

perlakuan apabila terlihat kering, sehingga

mikroogranisme dapat memanfaatkan bahan

organik apabila bahan organik tersebut larut di

dalam air.

Faktor penentu berjalannya proses

pengomposan yang dianggap penting yaitu

rasio C/N (Samudro and Hermana, 2007).

Menurut Natural Resources Conservation

Service Conservation Practice Standard

(2003), pengomposan akan berjalan baik jika

rasio C/N berada antara 20 : 1. Jika rasio C/N

terlalu rendah atau di bawah 20, maka

dekomposisi akan berjalan lambat karena

ketersediaan karbon tidak mencukupi untuk

pertumbuhan mikroba, selain itu menurut Kuo

et al (2005), karbon tidak dapat menstabilkan

nitrogen yang jumlahnya lebih banyak

sehingga menghasilkan ammonia dan berbau

busuk.

Karbon dan nitrogen adalah nutrisi

penting yang diperlukan oleh mikroorganisme

pada proses pengomposan. Karbon

menyediakan energi untuk pertumbuhan dan

nitrogen digunakan untuk menyusun protein

dan reproduksi. Umumnya, karbon diperlukan

25 kali lebih besar daripada nitrogen bagi

mikroorganisme (Sherman, 1998). Unsur lain

yang perlu diperhatikan adalah kalium yaitu

untuk metabolisme dan katalisator sel mikroba

(Sutedjo et.al, 1991).

Proses Pengomposan dan Pengontrolan

Untuk menjaga kondisi pengomposan,

dilakukan pengontrolan suhu, pH dan

kelembaban. Pengukuran suhu menggunakan

termometer, sedangkan pH menggunakan

kertas lakmus dan kelembaban dengan

menambahkan air dengan membolak-balik

bahan jika terlihat kering. Pengukuran suhu

dilakukan setiap hari untuk pengontrolan.

Pada awal setelah pencampuran, suhu masing-

masing diukur. Suhu awal hampir sama pada

semua perlakuan yaitu antara 30 – 350C.

Gambar 1. Grafik perubahan suhu pengomposan pada masing-masing perlakuan

0

5

10

15

20

25

30

35

40

EM4 0mL

EM4 10mL

EM4 20mL

Page 21: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

21

Pada hari ketiga saat pengukuran suhu,

semua perlakuan mengalami penurunan yaitu

antara 30 – 310C. Suhu paling rendah terdapat

pada perlakuan EM4 10 mL dan EM4 20 mL

di hari ketiga yaitu 280C. Sedangkan suhu

maksimum adalah 350C terjadi pada perlakuan

EM4 0mL, EM4 10mL, EM4 20mL masing-

masing hari ke 12, 12, dan 14.

Umumnya suhu optimum terjadinya

pengomposan yaitu 50 – 700C, namun pada

penelitian ini, suhu optimum dicapai pada

kurang dari 500C yaitu suhu paling tinggi

mencapai 350C. Hal ini terjadi karena tandan

kosong kelapa sawait (Elais guineensis)

sewaktu dilakukan penggilingan tidak

dihancurkan secara sempurna, hal ini

disebabkan oleh kondisi tandan kosong yang

terlalu kering sehingga sulit untuk

dihancurkan yang mengakibatkan banyak

menyimpan udara dan suhu cepat turun. Selain

itu, karena tumpukan terlalu rendah yaitu 20

cm, dimana pada tinggi tersebut merupakan

syarat minimal ketinggian tumpukan, namun

masih kurang mampu menyimpan panas

dengan baik. Sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Rochaeni et al (2003) di mana

suhu maksimum tidak mencaapai 500C.

Menurut Isro’i (2007) suhu antara 30-600C

menunjukkan aktivitas pengomposan yang

cepat karena jika suhu di atas 600C akan

membunuh sebagian mikroorganisme dan

hanya mikroorganisme termofilik yang

bertahan hidup. Ketika suhu puncak ini,

dilakukan pengambilan sampel kompos

masing-masing perlakuan untuk analisa

populasi mikroorganismenya.

Tabel 2. Perubahan suhu pada proses pengomposan

No Perlakuan

Suhu rata-rata

Awal

(oC)

Puncak Akhir/stabil

(oC)

Hari

ke- (oC)

Hari

ke-

1 EM4 0mL 33 35 12 31 17

2 EM4 10mL 33 35 12 32 20

3 EM4 20mL 31 35 14 30 17

Perubahan suhu dan lama pengomposan ditunjukkan pada Tabel 2 dan perubahan pH

pada Tabel 3.

Page 22: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

22

Tabel 3. Perubahan pH selama proses pengomposan

No Perlakuan

pH

Awal

Suhu

puncak

Suhu

turun

Suhu

stabil

1 EM4 0 mL 7 9 7 7

2 EM4 10 mL 6 8 7 9

3 EM4 20 mL 6 9 7 7

Pada hari ke 17, perlakuan EM4 10mL

suhu mulai stabil sekitar 320C dan sudah

menunjukkan penampakan fisik yang lebih

hancur daripada perlakuan yang lain,

warnanya lebih hitam dan bau menyerupai bau

tanah (Anonimous, 2008). Selain itu, jika

diremas akan menyatu kemudian terurai, serta

jika dimasukkan ke dalam kantong plastik

tidak terjadi pengembunan pada permukaan

dalam kantong yang menandakan tidak terjadi

aktivitas mikroorganisme (Wortmann et al,

2006).

Kandungan Hara dan Kadar Air Kompos

Untuk memastikan kompos benar-

benar matang, maka suhu pada semua

perlakuan dibiarkan stabil sampai hari ke 22.

Kemudian dilakukan analisa unsur hara dan

kadar air. Kandungan unsur hara dan kadar air

kompos matang ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Pengaruh EM4 dan campuran media

terhadap kandungan unsur hara dan kadar air

kompos tandan kosong kelapa sawait (Elais

guineensis.

Perlakuan

Kandungan Unsur Hara (%) Kadar

Air

(%) N P K C C/N

EM4

0mL 2,89 0,05 0,25 54,08 19,16 66,79

EM4

10mL 2,72 0,06 0,23 51,79 19,02 66,59

EM4

20ML 2,68 0,07 0,29 55,53 20,78 69,48

Page 23: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

23

Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak

berbeda nyata pada taraf 5 % uji DMRT.

Kualitas kompos biasanya diidentikkan

dengan kandungan unsur hara yang ada di

dalamnya. Kualitas kompos sangat bervariasi,

tergantung bahan baku dan lama proses

pengomposannya. Pada Tabel 4, menunjukkan

kandungan unsur hara dan kadar air pada

kompos tandan kosong kelapa sawait (Elais

guineensis.).

Data unsur hara yang diperoleh dari

pengukuran, dianalisa menggunakan

Kolmogorov-Smirnov test untuk

kenormalannya, homogenitas ragam galat

menggunakan Bartlett’s test. Analisa

dilanjutkan dengan uji keragaman (Analyse of

Varian), serta untuk mengetahui perbedaan

dari masing-masing perlakuan diuji

menggunakan uji beda nyata jarak Duncan

(Hanafiah, 1991).

Nitrogen (N)

Nitrogen adalah unsur hara yang esensial

untuk pembentukan protein dan asam-asam

amino (Natural Resources Conservation

Service, 2007). Pada penelitian ini,

pengukuran nitrogen menggunakan metode

Mikro Kjedahl.

Gambar 2. Grafik kandungan nitrogen dalam kompos

Berdasarkan analisa data pada uji beda

nyata Duncan dengan taraf 5%, kandungan

nitrogen tidak berbeda nyata antara tanpa

EM4 dan penambahan EM4. Hal ini,

menunjukkan bahwa tandan kosong kelapa

sawit memang memiliki kandungan nitrogen

yang tinggi yang ditunjukkan dengan analisa

2.55

2.6

2.65

2.7

2.75

2.8

2.85

2.9

EM4 0mL EM4 10mL EM4 20mL

2.89

2.72

2.68 Kan

du

nga

n H

ara

(%)

Perlakuan

Page 24: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

24

awal dengan kandungan nitrogen 1,45%.

Selain itu, karena adanya penambahan kotoran

kambing yang juga mengandung nitrogen

untuk nutrisi mikroorganisme.

Berdasarkan SNI 19-7030-2004,

nitrogen yang dalam kompos minimal 0,4%.

Pada semua perlakuan menunjukkan

kandungan nitrogen pada kompos sudah

memenuhi standar kualitas kompos.

Fosfor (P)

Fosfor merupakan salah satu unsur

penting untuk diserap tanaman, serta pada

proses pembentukan komponen sel. Fosfor

dibutuhkan tanaman untuk merangsang

pembentukan dan pertumbuhan akar sehingga

tanaman menjadi kokoh, cepat berbunga dan

berbuah. Fosfor juga diperlukan tanaman

untuk pembentukan protein dan enzim serta

untuk proses metabolisme yang menghasilkan

energi panas (Department of Natural

Resources and Parks, 2005).

Gambar 3. Grafik kandungan fosfor dalam kompos

Fosfor dianalisa menggunakan metode

Spectrofotometer. Pada tandan kosong kelapa

sawit, kandungan fosfor 0,032%. Setelah

terjadi pengomposan semua perlakuan

mengalami kenaikan kandungan fosfor.

Kandungan fosfor paling tinggi terdapat pada

perlakuan dengan EM4 20 mL yang tidak

berbeda nyata dengan penambahan EM4 10

mL dan kontrol. Namun yang paling mendekati

dengan standar kualitas kompos yaitu > 0,1

adalah pada perlakuan EM 20 mL dengan

kadar fosfor 0,07.

Kalium (K)

Kalium termasuk dalam unsur hara

makro dalam penentuan kualitas kompos.

Kalium berfungsi untuk memperkuat batang

tanaman, serta meningkatkan pembentukan

hijau daun dan karbohidrat pada buah. Selain

itu, kalium juga berfungsi meningkatkan

kualitas buah dan ketahanan tanaman terhadap

penyakit, merangsang pembentukan bunga dan

buah, dan mengatur keseimbangan hara N dan

P (Department of Natural Resources and

Parks, 2005).

0

0.02

0.04

0.06

0.08

EM4 0mL EM4 10mL EM4 20mL

0.05 0.06

0.07

Kan

du

nga

n H

ara

(%)

Perlakuan

Page 25: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

25

Gambar 4. Grafik kandungan kalium dalam kompos

Kalium diukur menggunakan metode

Flamefotometer. Kandungan kalium paling

tinggi terdapat pada perlakuan tanpa EM4 20

mL, tidak berbeda nyata dengan semua

perlakuan, hal ini sama dengan kandungan

nitrogen.

Kandungan kalium dalam kompos

sesuai dengan standar kualitas kompos yang

menetapkan kadar kalium minimal 0,2%.

Kalium sangat reaktif terhadap air dan kalium

juga merupakan mineral yang banyak terdapat

di air. Kadar air yang tinggi menyebabkan

transfor K+ semakin banyak sehingga

kandungan kalium masih termasuk tinggi

dalam penelitian ini (Lenntech, 2008).

Karbon (C)

Karbon merupakan sumber energi dan

komponen utama biomassa. Pentingnya unsur

karbon dalam kompos yaitu untuk mengatur

keseimbangan antara kandungan nitrogen. Hal

ini, karena keseimbangan antara karbon dan

nitrogen menentukan cepat tidaknya proses

pengomposan. Karbon diukur menggunakan

metode Walkey-Black.

Karbon adalah unsur penyusun

senyawa lignin dan selulosa yang merupakan

komponen paling banyak dalam tandan

kosong kelapa sawait. Untuk itu, menurunnya

kandungan lignin dan selulosa dapat diketahui

dengan pendekatan karbon. Karbon dalam

tandan kosong kelapa sawit itu sendiri sangat

tinggi, sehingga kurang berpengaruh dalam

penurunan karbon setelah pengomposan.

0.25 0.23 0.29

0

0.1

0.2

0.3

0.4

EM4 0mL EM4 10mL EM4 20mL

Kan

du

nga

n H

ara

(%)

Pelakuan

Page 26: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

26

Gambar 5. Grafik kandungan karbon (C) pada kompos matang

Karbon pada penambahan EM4 tidak

berbeda nyata satu sama lain, namun pada

perlakuan EM4 10 mL kandungan karbon

paling rendah. Karbon bukan satu-satunya

indikator dalam menentukan kualitas

kompos, karena unsur hara lain seperti

nitrogen merupakan penyeimbang karbon

karena memang karbon dibutuhkan 25 kali

lebih besar daripada nitrogen.

Gambar 6. Grafik rasio C/N pada kompos matang

Rasio antara karbon dengan

nitrogen menentukan kematangan dan

kualitas kompos (rasio C/N). Rasio C/N

pada tandan kosong kelapa sawit (Elais

guineensis.) termasuk tinggi yaitu 24,48%,

namun setelah terjadi pengomposan rasio

C/N mengalami penurunan pada semua

perlakuan. yaitu kontrol 19,16%, pada EM

10 mL rasio C/N paling rendah 19,02%

dan EM4 20 mL 20,78%, hal ini sudah

49

50

51

52

53

54

55

56

EM4 0mL EM4 10mL EM4 20mL

54.08

51.79

55.53

Kan

du

nga

n H

Ara

(%)

Perlakuan

18

18.5

19

19.5

20

20.5

21

EM4 0mL EM4 10mL EM4 20mL

19.16 19.02

20.78

Kan

du

nga

n H

ara(

%)

Perlakuan

Page 27: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

27

yang memenuhi standar SNI yaitu di

bawah 25.

Nitrogen untuk pertumbuhan

mencukupi sebagai nutrisi sel mikrobia.

Sejalan dengan penelitian Adegunloye

(2007), bahwa C/N lebih rendah setelah

pengomposan karena nitrogen yang tinggi

mengindikasikan bahwa sumber protein

yang bagus untuk pertumbuhan mikrobia.

Kadar Air

Analisa kadar air dilakukan

menggunakan metode oven. Berdasarkan

uji beda nyata Duncan, kadar air tanpa

EM4 tidak berbeda nyata pada semua

perlakuan. Grafik kadar air dapat dilihat

pada gambar 9 berikut.

Page 28: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

28

Gambar 7. Grafik kadar air kompos matang

Kadar air yang mendekati kriteria

SNI 19-7030-2004 terdapat pada perlakuan

EM4 10 mL. Nilai ini belum memenuhi

standar kualitas kompos, karena berdasarkan

SNI 19-7030-2004 maksimum kadar air pada

kompos adalah 50%, hal ini karena

penambahan air yang kurang terkontrol pada

saat terakhir pengomposan. Tingginya kadar

air ini, disebabkan tandan kosong kelapa

sawait (Elais guineensis.) yang mudah sekali

dalam mengikat air karena strukturnya

sebagian besar karbon sehingga mudah

mengikat molekul air.

Berdasarkan data dari unsur hara tersebut,

penambahan EM4 sebanyak 20 mL dapat

meningkatkan kualitas kompos jika dilihat

dari kandungan unsur hara di dalamnya

terutama N, P, K dan rasio C/N 20,78 dengan

suhu tertinggi saat pengomposan 350C dan

suhu mencapai stabil pada hari ke 14

dibandingkan dengan tanpa penambahan

EM4.

DAFTAR PUSTAKA

Akhyar. 2013. Peresmian Pabrik Kelapa

Sawit PT. Hasnur Citra Terpadu.

Banjarmasin Post.

Anonimous. 2008. Pedoman Teknis

Pemanfaatan Limbah Perkebunan

menjadi Pupuk Organik. Direktorat

Perlindungan Perkebunan, Ditjen

Perkebunan. Jakarta.

Djaja, W., 2008. Langkah Jitu Membuat

Kompos dari Kotoran Ternak dan

Sampah. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Higa, T and J. Parr. 1995. Beneficial and

Effective Microorganisms For A

Sustainable Agriculture and

Environment.

Bricke, T.B. 2009. Studi Latar Belakang:

Penggunaan Limbah dan Produk

Sampingan Kelapa Sawit Secara

65

65.5

66

66.5

67

67.5

68

68.5

69

69.5

EM4 0mL EM4 10mL EM4 20mL

66.79 66.59

69.48

Kan

du

nga

n H

ara(

%)

Perlakuan

Page 29: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

29

Berkelanjutan Terintegrasi dengan

Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit

untuk Penciptaan Kesempatan Kerja,

Kelestarian Sumberdaya Alam dan

Produksi Bahan Bakar Nabati di

Aceh. Development Alternatives, Inc.

Higa, T. 1995a. Effective Microorganisms

For Sustainable Community

Development.

Higa, T. 1995b. Effective Microorganisms:

A New Dimension for Nature

Farming.

Isroi. 2007. Pengomposan Limbah Kakao.

http://www.isroi.org Tanggal akses

20 Agustus 2008

Jauhari, Nurudin. 2007. Semua Tentang EM-

4 (Microorganisme yang Efektif).

EM indonesia © 2007 All Rights

Reserved. Using WordPress Engine.

http://www.maliyuri.blogspot.com

Tanggal akses Mei 2008.

Nasrul, T. M. Pengaruh Penambahan Jamur

Pelapuk Putih (White Rot Fungi)

pada Proses Pengomposan Tandan

Kosong Kelapa Sawit. Jurnal

Rekayasa Kimia dan Lingkungan

Vol. 7, No. 2, hal. 194-199, 2009.

Prihandini, P.W., dan T. Purwanto. 2007.

Petunjuk Teknis Pembuatan Kompos

Berbahan Kotoran Sapi. Pusat

Penelitian dan Pengembangan

Peternakan, Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian.P

Singh, Av. 2007. Effective microorganisms.

The Canadian Organic Grower.

Canada.

Yuwono, D. 2007. Kompos. Penebar

Swadaya. Jakarta.

Page 30: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

30

ANALISIS SOSISAL EKONOMI MASYARAKAT PENGELOLA KEBUN

PEKARANGAN SISTEM AGROFORESTRI DI DESA KERTAK EMPAT

KECAMATAN PENGARON KABUPATEN BANJAR KALIMANTAN SELATAN

Herry Iswahyudi* dan Mila Lukmana*

*Staf Pengajar Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan

Politeknik Hasnur Banjarmasin

ABSTRAK

Kabupaten Banjar, merupakan salah satu kabupaten yang sebagian besar

masyarakatnya bekerja sebagai petani di antaranya berkebun buah. Sebenarnya agroforestri

telah lama diperkenalkan pada daerah pedesaan, tapi masih belum terlalu diketahuai

masyarakat manfaat dari agroforestri itu sendiri apabila diterapkan pada lahan pekarangan

yang terdapat pada pedesaan Indonesia. Pemanfaatan dan pengusahaan lahan efektif

sebenarnya dapat memberikan berbagai fungsi, yang antara lain dapat memenuhi kebutuhan

hidup sehari-hari dijual. Dengan demikian agroforestri pekarangan merupakan penyokong

yang penting dalam kehidupan sehari-hari, jika dikelola dan dimanfaatkan oleh masyarakat

pedesaan sebagai lahan usaha dalam bentuk pemanfaatan lahan pekarangan secara efektif dan

produktif. Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Mengetahui bagaimana cara pengelolaan

sistem Agroforestri pada kebun pekarangan, di Desa Kertak Empat Kecamatan Pengaron (2)

Menggambarkan sketsa pola tanam/bentuk penataan pada lahan pekarangan (3) Mengetahui

manfaat sosial ekonomi sistem agroforestri lahan pekarangan. Jenis penelitian ini

menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Populasi dari penelitian ini diambil secara

sengaja (Porposive). Hasil dari data kuisioner akan di diskripsikan dimana Pengelolaan

Kebun Pekarangan di Desa Kertak Empat dikelola secara turun temurun dengan cara

sederhana, Penanaman yang dilakukan oleh masyarakat Desa Kertak Empat, untuk tanaman

kebun pekarangan, dengan menggunakan pola tanam tidak beraturan, dan dari Pengelolaan

kebun pekarangan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Kertak Empat ini, memberikan

manfaat terhadap keadaan sosial ekonomi masyarakat setempat, hal ini dikarenakan dengan

pendapatan rata–rata Rp.6.403.000,- pertahunya, yang di dapat dari kebun pkarangan saja,

menunjukan bahwa Desa Kertak Empat merupakan termasuk desa yang makmur atau maju.

Kata Kunci : Agroforestril, Kebun Pekarangan.

PENDAHULUAN

Hutan merupakan salah satu

sumberdaya alam yang telah banyak

memberikan manfaat dan fungsi yang sangat

besar bagi kehidupan manusia. Fungsi hutan

sangat tergantung dari kemampuan manusia

dalam mengelola dan menguasai sumber

daya alam tersebut. Hutan adalah

masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dikuasai

pohon-pohon lingkungan yang berbeda-beda

dengan keadaan lingkungan yang berbeda

dengan keadaan diluar hutan. Hubungan

antara masyarakat hutan, margasatwa dan

lingkungannya begitu erat sehingga hutan

Page 31: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

31

dapat dipandangi sebagai satu sistem

ekologi dan ekosistem.

Sejalan dengan perkembangan

zaman, terutama karena banyaknya

penduduk yang kita rasakan setiap tahunnya,

menimbulkan persoalan terutama dalam

memenuhi kebutuhan hidup penduduk untuk

mencukupi kebutuhan hidupnya dengan

mengambil hasil dari dalam hutan yang

secara bebas tanpa memperdulikan akan

kelestarian hutan itu sendiri. Usaha yang

dilakukan untuk meningkatkan

pendayagunaan dan potensi lahan, sistem

agroforestri merupakan sistem yang

dianggap dapat sebagai kunci keberhasilan

perkembangan perekonomian di daerah

tropis, dan merupakan sebagai salah satu

bentuk pengelolaan tanah yang

berkelanjutan.

Agroforestri merupakan cabang ilmu

pengetahuan dibidang pertanian dan

kehutanan. Secara sederhana agroforestri

berarti menanam pepohonan dilahan

pertanian. Dikarenakan lahan pertanian kini

mulai semakin berkurang dan sedangkan

penduduk semakin bertambah sehingga

kebutuhan akan lahan sangat begitu penting

bagi masyarakat. Pekarangan merupakan

salah satu alternatif untuk mengatasi

persoalan tersebut karena Pekarangan

merupakan salah satu penerapan sistem

agroforestri. Pekarangan dapat didefinisikan

sebagai sebidang tanah yang terletak di

sekitar rumah yang umumnya ditanami

dengan berbagai jenis tanaman. Pekarangan

mempunyai peranan yang sangat penting

dalam kehidupan masyarakat desa dan

merupakan sumber tambahan kebutuhan

sehari-hari yang cukup memadai.

Pengelolaan lahan dengan sistem

agroforestri telah diperkenalkan di daerah-

daerah pedesaan dan dapat meningkatkan

pendapatan petani. Akan tetapi untuk dapat

benar-benar efektif, agroforestri seyogyanya

dijadikan bagian yang tidak terpisahkan dari

program pembangunan pedesaan, agar lebih

banyak mencukupi kebutuhan petani, baik

keperluan subsistem maupun pendapatan

uang. Praktik agroforestri banyak dilakukan

dilahan masyarakat terutama di daerah

pedesaan, dimana biasanya disebut kebun

atau pekarangan.

Sebenarnya agroforestri telah lama

diperkenalkan pada daerah pedesaan, tapi

masih belum terlalu diketahuai masyarakat

manfaat dari agroforestri itu sendiri apabila

diterapkan pada lahan pekarangan yang

terdapat pada pedesaan Indonesia.

Pemanfaatan dan pengusahaan lahan efektif

sebenarnya dapat memberikan berbagai

fungsi, yang antara lain dapat memenuhi

kebutuhan hidup sehari-hari dijual. Dengan

demikian agroforestri pekarangan

merupakan penyokong yang penting dalam

kehidupan sehari-hari, jika dikelola dan

dimanfaatkan oleh masyarakat pedesaan

sebagai lahan usaha dalam bentuk

pemanfaatan lahan pekarangan secara efektif

dan produktif.

Sistem pengelolaan agroforestri juga

banyak mempunyai keunggulan dibanding

dengan sistem pengelolaan yang lain, seperti

keuggulan ekologi, agroforestri memiliki

stabilitas yang tinggi, selain itu juga

keunggulan ekonomi dapat memberikan

kesejahteraan kepada petani relatif lebih

tinggi dan berkesinambungan, keunggulan

sosial budaya, agroforestri mempunyai

kesesuaian yang tinggi dengan kondisi

pengetahuan, keterampilan dan sikap budaya

masyarakat petani

Berdasarkan permasalahan tersebut

diatas maka penulis tertarik untuk mencoba

meneliti bagaimana sistem pengelolaan

agroforestri kebun pekarangan di Desa

Kertak Empat Kecamatan Pengaron

Kabupaten Banjar Kalimanatan Selatan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui manfaat sosial ekonomi dari

sistem agroforestri lahan pekarangan.

Page 32: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

32

Dengan penelitian ini diharapkan

memberikan informasi tentang pengelolaan

kebun pekarangan dengan sistem

agroforestri serta sebagai pertimbangan

untuk menentukan langkah kebijaksanaan

selanjutnya dalam rangka untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat

pedesaan khususnya desa kertak empat

kecamatan Pengaron kabupaten Banjar,

Kalimantan Selatan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Desa

Kertak Empat Kecamatan Pengaron

Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan.

Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan

penelitian ini selama kurang lebih 5 bulan,

yang meliputi dari persiapan penelitian,

pengumpulan data dilapangan, pengolahan

data dan penyusunan laporan hasil

penelitian.

Obyek dan Peralatan Penelitian

Obyek penelitian dalam kegiatan ini

adalah pengelola kebun pekarangan dengan

sistem agroforestri dan masyarakat Desa

Kertak Empat Kecamatan Pengaron

Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan.

Peralatan yang digunakan dalam

kegiatan Penelitian ini adalah :

1. Peta lokasi desa

2. Daftar kuisioner dan pertanyaan untuk

data primer

3. Kamera untuk dokumentasi

4. Alat tulis menulis

5. Tenaga bantu.

Prosedur Penelitian

Prosedur yang dilakukan pada

penelitian pengelolaan kebun pekarangan

dengan sistem agroforestri di Desa Kertak

empat yaitu :

Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel di lakukan

dengan metode Purposive sampling, yaitu

desa Kertak Empat sebagai sampel desa

yang berdasarkan hasil orientasi dan survei

lapangan, diperoleh informasi terdapat 127

kepala keluarga yang memiliki atau

mengelola kebun pekarangan dangan sistem

agroforestri, sedangkan untuk responden

diambil 20% dari banyaknya kepala

keluarga yang mengelola kebun pekarangan

dan didapat sebanyak 25 orang.

Jenis Data

Data yang digunakan pada penelitian

ini terdiri dari dua macam, yaitu berupa data

primer dan data sekunder.

Data Primer

Meliputi data informasi pengelolaan

sistem agroforestri pada desa setempat. Data

pengelolaan terdiri dari data identitas

responden, asal bibit, cara pemeliharaan,

pola penanaman, jenis tanaman, pemanenan

dan pemasaran. Untuk menggambarkan

pola tanaman yang ada pada kebun

pekarangan, selain mendata jenis-jenis

tanaman yang ada pada kebun pekarangan

tersebut, juga menggambarkan dan

menentukan pola tanam yang terdapat pada

kebun pekarangan tersebut. Sedangkan

untuk data manfaat sosial ekonomi terdiri

dari data pendataan dari usaha pengelolaan

lahan pekarangan dengan sistem

agroforestri, data jumlah tanggungan dalam

keluarga dan keperluan hidup keluarga. Dan

untuk sistem pengumpulan datanya

dilakukan dari hasil observasi, wawancara

dan pengisian kuesioner.

Page 33: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

33

Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang

diperoleh melalui studi pustaka atau literatur

dan dengan mengumpulkan informasi dari

data yang sudah ada yang bersumber dari

instansi terkait, kantor BPS, Stasiun BMG

dan dari kepala desa, yaitu meliputi data

letak dan luas wilayah, jumlah penduduk,

tanah dan iklim, sosial ekonomi masyarakat,

sarana dan prasarana serta keadaan umum

lainnya di daerah penelitian yang di anggap

menunjang.

Analisis Data

Data yang akan dianalisis terdiri dari tiga

bagian, yaitu :

4.1.1. Manfaat Sosial ekonomi bagi

masyarakat

Manfaat sosial ekonomi bagi

masyarakat setempat meliputi data-data

pendapatan dari produk agroforestri yang di

analisis secara kuantitatif sedangkan data

jumlah tanggungan dalam keluarga,

keperluan hidup keluarga, di analisis secara

diskriptif.

Untuk mengetahui pendapatan, menurut

Hadisapoetra (1973) secara umum dapat

ditulis sebagai berikut:

j

Ii

j

Ii

CiYiPiLu ).(

Dimana :

Lu = Pendapatan usaha pengelolaan

sistem agroforestri pada kebun pekarangan

Pi = Harga komoditi Ke-I

Yi = Hasil produksi komoditi ke-I

Ci = Biaya yang dilakukan dalam

mengelola agroforestri

I = Satuan Produk/jenis ( 1,2,3,…)

Pendapatan di luar pengelolaan

kebun pekarangan dengan sistem

agroforestri adalah jumlah penerimaan

bersih yang diperoleh keluarga petani, yang

secara umum dapat ditulis sebagai berikut :

j

i

RiInu

Dimana :

Inu = Pendapatan diluar pengelolaan

sisitem agroforestri di kebun pekarangan

Ri = Penerimaan bersih dari usaha atau

kegiatan di luar usaha pengelolaan sistem

agroforestri lahan pekarangan

I = Satuan produk/jenis (1,2,3,…)

Kontribusi hasil pengelolaan

agroforestri lahan kebun pekarangan

terhadap penduduk desa setempat dapat

diasumsikan dengan rumus :

%100xInuLu

LuK

Dimana :

K = Kontribusi Usaha pengelolaan

agroforestri

Lu = Pendapatan usaha pengelolaan

agroforestri kebun pekarangan

Inu = Pendapatan diluar usaha

pengelolaan agroforestri kebun pekarangan

Pendapatan total petani (It) adalah

jumlah dari usaha pengelolaan sistem

agroforestri kebun pekarangan (Iu) dengan

pendapatan non usaha pengelolaan sistem

Page 34: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

34

agroforestri kebun pekarangan (Inu), dapat

ditulis sebagai berikut :

InuIuIt

Untuk mengetahui pendapatan

masyarakat yang mengelola sistem

agroforestri kebun pekarangan perkapita

pertahunnya, yaitu menurut Pattadirredja

(1981) dalam Sasmita (2003) dengan

menggunakan rumus :

Jumlah Pendapatan

PP =

Jumlah tanggungan

Dimana :

PP = Pendapatan perkapita

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Responden dan Kepemilikan

Lahan

Penduduk atau masyarakat yang

menjadi responden adalah kepala keluarga

yang mempunyai lahan atau kebun

pekarangan dengan sistem agroforestri,

sedangkan yang menjadi informan atau

sumber informasi adalah kepala keluarga

yang memang asalnya atau asli penduduk

Desa Kertak Empat dan memiliki kebun

pekarangan. Sebagian kepala keluarga yang

mempunyai kebun buah di Desa kertak

Empat adalah pendatang yang sudah sejak

lama tinggal di desa setempat dan ada

kepala keluarga yang memang sejak turun-

temurun menetap di desa tersebut.

Pendidikan responden secara umum adalah

SD/SR, kemudian SMP dan yang paling

tinggi adalah SMA(Sekolah Menengah

Atas). Untuk responden yang berpendidikan

SD/SR sampai tingkat SMA, pekerjaan

utamanya adalah sebagai petani dan

sebagian memiliki kerjaan sampingan

beternak, dan juga bertukang.

Masyarakat yang tinggal di Desa

Kertak Empat banyak berasal dari suku

Jawa. Sedangkan penduduk asli suku Banjar

hanya sebagian saja. Dari 501 jiwa jumlah

penduduk yang tinggal di Desa Kertak

Empat hanya terdapat 8 orang saja yang

merupakan asli dari suku Banjar.

Berdasarkan data primer yang

diambil secara purposive sampling di lokasi

penelitian terhadap 25 responden, diketahui

bahwa setiap kepala keluarga memiliki

jumlah anggota keluarga berkisar antara 2

sampai 5 orang. Sedangkan jumlah

tanggungan keluraga yang dipunyai tiap

kepala keluarga berkisar antara 1 sampai 4

orang.

Pengelolaan kebun pekarangan dengan

sisitem agroforestri yang ada di Desa Kertak

Empat sudah ada sejak dulu berupa kebun

buah campuran atau dukuh dan kepemilikan

lahannya adalah kebanyakan berasal dari

dari warisan orang tua mereka. Luas lahan

pekarangan yang dimiliki oleh responden

bervariasi, antara ¼ Ha sampai dengan

kurang lebih ½ Ha perkepala keluarga.

Sedangkan luas lahan di luar pekarangan

bervariasi antara ½ Ha sampai dengan 2 Ha,

perkepala keluarga.

Analisis Sosial Ekonomi Sistem

Agroforestri Kebun Pekarangan Besar kecilnya pendapatan kebun

buah pekarangan tergantung dari banyaknya

dan luasnya lahan pekarangan yang mereka

miliki, semakin luas dan banyaknya tanaman

buah yang mereka miliki secara tidak

langsung maka semakin banyak hasil yang

diperoleh para petani. Adapun manfaat

lainnya dari pengelolaan lahan pekarangan

dengan sistem agroforestri ini yaitu petani

dapat memanfaatkan hasil dari tanaman

penunjangnya yaitu tanaman rempah-

Page 35: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

35

rempah untuk keperluan keluarga sehari-

hari.

Jumlah tanggungan tiap keluarga

yang menjadi responden antara 2 sampai 4

orang, namun sebenarnya dalam satu

keluarga untuk jumlah keluarga ada yang

mencapai sampai 6 orang, tetapi yang masih

menjadi tanggungan tersisa empat orang

anggota, yang lainnya sudah berkeluarga

namun ada yang tetap tinggal di desa

setempat dan ada yang pindah keluar desa

atau ke daerah lain. Untuk pengelolaan

lahan dengan sisitem agroforestri yang ada

di Desa Kertak Empat ini cukup menyerap

tenaga kerja khususnya yaitu dari keluarga

mereka sendiri untuk dipekerjakan di lahan

mereka yang tidak lain adalah anak-anak

mereka sendiri dan juga bisa di bantu istri.

Biaya

Sitem pengelolaan lahan dengan sistem

agroforestri tidak lepas dari biaya

pengelolaan, dimana biaya tersebut meliputi

biaya investasi yang terdiri dari biaya tetap

(biaya pembelian lahan), biaya langsung (

biaya pembelian bibit, pupuk, herbisida) dan

biaya oprasional ( penebasan, pembersihan)

biaya pajak tanah.

Biaya pengelolaan lahan dengan sistem

agroforestri ini bervariasi tergantung luasan

lahan yang dimiliki oleh responden.

Semakin luasan lahan yang dimiliki oleh

responden semakin banyak biaya yang

diperlukan. Tetapi dari 25 responden yang di

wawancari kebanyakan mereka mempunyai

luasan lahan yang hampir sama yaitu

berkisar antara 0,25 Ha sampai 0,5 Ha yang

merupakan tanah pekarangan mereka

berbeda dengan di luar pekrangan mereka

yang luasnya mencapai 0,5 sampai 2 Ha.

Selain biaya untuk pengelolaan agroforestri,

biaya hidup juga termasuk biaya yang di

analisis untuk mengetahui keadaan ekonomi

masyarakat yang mana dalam penelitian ini

pengeluaran perbulan diketahui dengan cara

melakukan wawancara dengan tiap-tipa

kepal keluarga yang menjadi responden

yang mencakup biaya untuk konsumsi

keluarga, biaya sekolah untuk anak-anak

biaya iuran untuk pajak, dan biaya lainnya

yang mana biaya hidup perkepala keluarga,

bervariasi mulai dari Rp. 3600.000 sampai

dengan Rp.9.600.000,- pertahunnya. Untuk

biaya hidup ini dipengaruhi oleh sarana dan

prasarana untuk menunjang kehidupan

keluarga, semakin lengkap sarana dan

prasarana mereka miliki maka semakin

banyak pula biaya yang dikeluarkan.

Pendapatan

1. Pendapatan dari pengelolaan kebun

pekarangan dengan sistem

agroforestri

Pendapatan dari usaha pengelolaan kebun

pekarangan dengan sistem agroforestri ini

sangat berarti bagi pendapatan para petani

(responden) untuk kelangsungan hidupnya,

terutama bagi mereka yang pekerjaan

utamanya adalah bertani karena diketahui

bahwa pendapatan dari pengelolaan kebun

dipekarangan ini saja, sudah dapat

mencukupi atau menutupi ¼ bahkan ½ dari

besarnya pengeluaran yang dimiliki

masyarakat untuk keperluan hidup mereka,

bahkan ada yang untuk pendapatan mereka,

tergantung pada kebun pekarangan saja,

pendapatan pertahunnya dari kebun

buah/pekarangan yaitu dari Rp.3.825.000

sampai dengan Rp. 8.200.000 dengan luasan

pekarangan dari 0,25 Ha sampai dengan 0,5

Ha.

Tabel 3. Pendapatan dari Pengelolaan

Kebun Pekarangan yang dikomersilkan

No Responden

Pendapatan dari

Agroforestri Kebun

Pekarangan (Rp/tahun)

1 Nikam 5.400.000

2 Suhar 4.600.000

3 Wajiun 7.400.000

Page 36: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

36

4 Kuyud 6.400.000

5 Supriatno 8.200.000

6 Suyadi 7.850.000

7 Sadio 7.150.000

8 Sudiro 7.900.000

9 Wajino 5.300.000

10 Dariman 6.075.000

11 Nirman 7.700.000

12 Sumari 7.375.000

13 Hamdi 7.550.000

14 Suprianto 7.200.000

15 Samuji 6.000.000

16 Sagiman 8.200.000

17 Wagiro 5.000.000

18 Aji 3.975.000

19 Jurami 7.200.000

20 Supardi 6.700.000

21 Priyanto 7.200.000

22 Wijono 6.675.000

23 Iskandar 4.800.000

24 Kasirin 4.400.000

25 Tusirin 3.825.000

Jumlah 16.075.000

Rata-rata 6.403.000

Sumber : Analisis data Primer Tahun 2013.

2. Pendapatan di luar pengelolaan

kebun pekarangan dengan sistem

agroforestri Pendapatan dari luar usaha kebun

pekarangan didapatkan dari usaha

agroforestri juga tetapi diluar dari

pekarangan mereka dengan sekala besar

dengan luasan lahan dari 0,5 Ha sampai

dengan 2 Ha per kepala keluarga adapun

tanaman yang mereka tanam disini adalah

jenis tanaman buah seperti durian,

cempedak, langsat, rambutan, kuweni, dan

untuk tanaman pengisi atau tanaman

penunjang nya adalah jenis tanaman rempah

seperti kunyit, lengkoas, jahe, serai, kunci,

kunyit putih dan kencur selain itu juga

tanaman palawija seperti ubi, kacang

tanah,dan jugang, juga terdapat tanaman

pisang untuk tanaman tahunannya mereka

ada yang menanam karet dan baru beberapa

tahun terakhir ini mereka mencoba tanaman

jati.

Selain dari pengelolaan agroforestri tersebut

untuk pendapatan,masyarakat ada yang

memperolehnya dari usaha lainnya, yaitu

dari 25 responden yang ada 3 orang yang

mendapat penghasilan sampingan di luar

dari usaha agroforestri ini yaitu bapak

Suyadi, Dariman dan Tusirin, yang mana

pendapatan sampingan mereka di dapat dari

beternak, tukang dan dari gajih sebagai

kepala Desa Kertak Empat. Adapun

pendapatan total yang mereka peroleh di

luar dari kebun pekarangan, yaitu

pendapatan dari pengelolaan kebun secara

agroforestri yang mereka miliki diluar

pekarangan dan pendapatan dari pekerjaan

sampingan lainnya yang kisaran

pendapatannya dari Rp. 13.200.000 sampai

ada yang mencapai Rp. 26.850.000, namun

tidak semua dari masyarakat yang memiliki

pendapatan diluar kebun pekarangan,

contohnya dari 25 responden ada 2 orang

yang pendapatan mereka hanya bergantung

pada kebun pekarangan saja yaitu bapak

Hamdi dan bapak Sagiman.

Tabel 4. Pendapatan Responden diluar

Pengelolaan Kebun Pekarangan

No Responden Pendapatan diluar kebun

pekarangan (Rp)

1 2 3

1 Nikam 22.600.000

2 Suhar 14.000.000

3 Wajiun 18.000.000

4 Kuyud 17.200.000

Page 37: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

37

5 Supriatno 14.600.000

6 Suyadi 14.250.000

7 Sadio 23.900.000

8 Sudiro 25.400.000

9 Wajino 12.500.000

10 Dariman 23.750.000

11 Nirman 14.900.000

12 Sumari 13.775.000

13 Hamdi -

14 Suprianto 18.000.000

15 Samuji 12.400.000

16 Sagiman -

17 Wagiro 13.400.000

18 Aji 21.150.000

19 Jurami 13.600.000

20 Supardi 15.100.000

21 Priyanto 14.800.000

22 Wijono 22.950.000

23 Iskandar 13.200.000

24 Kasirin 20.600.000

25 Tusirin 26.850.000

Jumlah 406.925.000

Rata-rata 17.692.391

Sumber : Analisis data Primer Tahun 2013

5.2.1 Pendapatan Perkapita

Pendapatan perkapita ini merupakan

pendapatan total yang didapatkan oleh

responden pertahunnya di bagi dengan

jumlah tanggungan dalam keluarga

responden tersebut. Dari hasil penelitian

terlihat bahwa kebanyakan responden

mempunyai jumlah tanggungan 2 (dua)

orang saja. Walaupun jumlah keluraganya

lebih dari 2 (dua) orang, ada juga responden

mempunyai jumlah tanggungan yang paling

banyak adalah 4 (empat) orang yaitu bapak

Nikam, Supriatno, Suyadi, Sadio, Sudiro.

Dari pengelolaan data di peroleh hasil,

bahwa pendapatan responden perkapitanya

antara Rp. 1.350.000 sampai Rp. 8.200.000.

Menurut Biro Pusat statistik (BPS)

Kalimantan Selatan tahun 2005 menyatakan

bahwa penentuan batas kemiskinan setiap

daerah atau provinsi berbeda-beda. Batas

kemiskinan daerah perkotaan adalah Rp.

850.000 perbulannya atau 10.200.000,

perkapita per tahun. Sedangkan daerah

pedesaan sebasar Rp.500.000,- perbulannya

atau Rp. 6.000.000,- perkapita pertahunnya.

(BPS 2005 yang dikutip oleh Sari, 2007 ).

Pendapatan penduduk Desa kertak

Empat untuk pendapatan perkapita dari hasil

pendapatan totalnya hampir seluruh dari

responden memiliki pendapatan perkapita

diatas Rp.6.000.000,- pertahunnya walaupun

dari 25 responden terdapat 2 responden yang

pendapatan perkapitanya dibawah dari

Rp.6.000.000, dan untuk pendapatan

perkapita yang diketahui dari hasil

wawancara dan observasi terhadap

responden di ketahui pendapatan

perkapitanya berkisar antara Rp. 5.525.000

sampai Rp. 21.800.000 perkapita

pertahunnya. Data tersebut menunjukan

bahwa responden di Desa Kertak Empat

merupakan termasuk warga desa yang

makmur atau maju dengan tingkat

pendapatan perkapita rata – rata .

Kontribusi

Pendapatan yang di dapat oleh responden

bervariasi jumlahnya yaitu berkisar antara

Rp.3.825.000 sampai dengan Rp.8.200.000

pertahun hasil penelitian menunjukan bahwa

jumlah pendapatan dari usaha kebun

pekarangan rata rata pertahunnya sebesar

Rp. 6.403.000 Sehingga kontribusi rata-rata

dari usaha kebun pekarangan ini sebesar

33% adapun kontribusi di dapatkan dengan

membandingkan pendapatan dari usaha

kebun pekarangan dengan pendapatan total

dan kemudian dikalikan dengan 100%.

Hal ini menunjukan bahwa usaha dari

pengelolaan kebun pekarangan, memberikan

Page 38: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

38

kontribusi yang cukup besar bagi

peningkatan pendapatan total petani, dan

sangat membantu dalam menunjang

perekonomian di Desa Kertak Empat.

Walaupun hasil dari kebun pekarangan/

kebun buah(dukuh) ini hanya diperoleh

permusim, namun memberikan kontribusi

yang besar bagi petani.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilaksanakan maka dapat diambil

kesimpulan bahwa Pengelolaan kebun

pekarangan yang dilakukan oleh masyarakat

Desa Kertak Empat ini, memberikan

manfaat terhadap keadaan sosial ekonomi

masyarakat setempat, hal ini dikarenakan

dengan pendapatan rata–rata Rp.6.403.000,-

pertahunya, yang di dapat dari kebun

pkarangan saja, menunjukan bahwa Desa

Kertak Empat merupakan termasuk desa

yang makmur atau maju.

DAFTAR PUSTAKA

Akhdiyat, M. 1990. Agroforestri Suatu

Alternatif Dalam Meningkatkan

Produksi Lahan Yang Mengalami

Degradasi lingkungan. Fakultas

Kehutanan. Universitas Lambung

Mangkurat. Banjarbaru.

Andayani, W. 2005. Ekonomi Agroforestri.

Debut Press. Yogyakarta.

Anwar, K. 2003. Pola Pemanfaatan Lahan

Pekarangan Dengan Sistem

Agroforestri di Desa Mandiangin Barat

Kecamatan Karang Intan Kabupaten

Banjar Kalimantan Selatan. Skripsi

Fakultas Kehutanan. Universitas

Lambung Mangkurat. Banjarbaru.

Darmawan. D. 2006, Teknik Praktis Menulis

Karya Ilmiah. Metromedia Education

Surabaya

Departemen Kehutanan. RI. 1992. Manual

Kehutanan. Jakarta.

Gumaran. 2000. Kajian Sosial Ekologis

Kebun Hutan (Forest Garden) Sebagai

Salah Satu Pemanfaatan Lahan Secara

Tradisional Oleh Masyarakat Desa

Mangkalapi Kecamatan Kusan Hulu

Kabupaten Kotabaru Kalimantan

Selatan. Skripsi. Fakultas Kehutanan

Universitas Lambung Mangkurat

Banjarbaru, Tidak dipublikasikan

Hadisapoetra, 1973. Biaya dan Pendapatan

di dalam Usaha Tani. Jurusan Sosial

Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian

Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Hairiah, K, dkk, 2003. Pengantar

Agroforestri. International Center For

Research in Agroforestry (ICRAF)

Southeast Asia. Bogor.

Sardjono, MA. Djogo,H.S. Arifin, dan

N.Wijayanto. 2003. Klasifikasi dan

Pola Kombinasi Komponen

Agroforestry. International Center for

Research In Agroforestry (ICRAF).

Southeast Asia. Bogor

Sedar, I.R. 1990. Studi Tentang Struktur dan

Komposisi Tanaman Pekarangan Pada

Lahan Pemukiman Transmigrasi Tajau

Pecah Kabupaten Tanah Laut

Kalimantan Selatan. Skripsi pada

Fakultas Kehutanan Universitas

Lambung Mangkurat. Banjarbaru.

Wati, M. 2003. Ekologi Tanaman Kebun

Buah (dukuh) Hutan Cadangan Pangan

Desa Biih Kecamatan Karang Intan

Kabupaten Banjar Kalimantan selatan.

Skripsi. Fakultas kehutanan

Universitas Lambung Mangkurat

Banjarbaru. Tidak Dipublikasikan.

Page 39: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

39

APLIKASI Trichoderma spp SEBAGAI PENGENDALI

HAYATI PATOGEN SOIL DISEASSES

Gusti R Iskarlia*, Mila Lukmana* dan Linda Rahmawati*

*Staf Pengajar Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan

Politeknik Hasnur

ABSTRAK

The study of Trichoderma spp application as a biological control of pathogen soil born

diseases had been conducted at Department of Pests and Plant Diseases, Faculty of Agriculture,

University of Lambung Mangkurat, South Kalimantan, Indonesia. The objective of this research

was to determine the antagonism of Trichoderma spp against pathogens of Soil Born Diseasses on

soybean. Research was conducted in two steps. Firstly, laboratory scale study using randomized

design and duncan test. Secondly, application of Trichoderma spp in the greenhouse with different

concentration levels at [10]0, [10]6, [10]7, [10]8, and [10]9. The treatment was given by the

addition of pathogen such as dumping off (S rolfsii), hawar (R solani), and rust (P pachrizi).

Laboratory scale study showed that T. kongii and T. harzianum effective to inhibit the

growth of S. rolfsii, P. pachrizi and R. solani. The ability of T. koningii was higher than T.

harzianum to inhibit the pathogens growth. The application of Trichoderma spp in the greenhouse

showed that concentration at [10]6 of T. koningii dan T. harzianum could inhibit the infection of

dumping off, hawar, and rust. The increasing of concentration of T.koningii had significant effect

on infection inhibition. Inhibition treatment of T harzianum was effective at [10]9 of

concentration. The inhibition occurred as the expression of antagonist protein, such as glucanase

or chitinase.

Keyword: Trichoderma spp, dumping off (S rolfsii), Hawar (R Solani), Karat (P pachrizi)

PENDAHULUAN

Salah satu kendala budidaya tanaman

kedelai di Indonesia adalah adanya serangan

berbagai penyakit yang disebabkan oleh

jamur patogen, antara lain adalah; Sclerotinia

rolfsii, Phakospora pachirizi dan Rhizoctonia

solani.

Serangan pathogen – pathogen

tersebut membuat petani kedelai

mengeluarkan biaya extra untuk

mengatasinya baik secara kimiawi maupun

organic yang pada akhirnya membuat biaya

produksi meningkat. Peningkatan biaya

produksi ini berdampak pada peningkatan

harga jual kedelai, yang bersaing dengan

daya beli masyarakat.

Pengembangan pengendalian hayati

terhadap pathogen pada tanaman Kedelai

sangatlah diperlukan mengingat masalah

rawan pangan terutama komoditi kedelai ini

sudah sampai pada taraf krisis sumber protein

Page 40: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

40

nabati secara nasional. Karena apabila kita

hanya bergantung pada kedelai import maka

akan terjadi suatu reaksi jika harga kedelai

dipasar Internasional melonjak, atau

ketergatungan pada benih kedelai luar negeri

akan menyebabkan tanaman kedelai akan

musnah dan menjadi tanaman langka di

Indonesia.

Pengendalian Hayati adalah

pengurangan jumlah inokulum atau aktifitas

patogen melalui satu atau lebih organisme

selain manusia. Organisme tersebut dalam

(1) Patogen Avirulen atau Hipoverulen, (2)

Tanaman inang yang di manipulasikan secara

genetik dengan cara bercocok tanam, atau

dengan mikro organisme kearah yang lebih

efektif tahan terhadap patogen dan (3)

Antagonis terhadap Patogen. Trichoderma

merupakan salah satu organisme jamur yang

mempunyai potensi sebagai pengendali

biologi yang efektif (Sari, 1998; Adri dan

Putra, 2000).

Keutungan pengendalian hayati

tersebut adalah tidak mencemari lingkungan,

tidak berbahaya bagi manusia dan hewan,

dapat mengendalikan beberapa patogen

tanaman sekaligus. Salah satu mikro

organisme yang berpotensi untuk digunakan

adalah jamur Trichoderma sp. Jamur ini telah

diketahui dapat digunakan untuk

pengendalian patogen –patogen tanah dan

beberapa patogen udara.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di

Greenhouse Universitas Lambung

Mangkurat, Laboratorium Pengendaliaan

Hayati Hama Penyakit Tanaman, Fakultas

Pertanian Universitas Lambung Mangkurat

Banjarbaru.

Persiapan Inokulum Jamur R solani, S

rolfsii dan P pachrizi

Isolat R.solani, S rolfsii dan P

pachrizi didapat dari laboratorium Penyakit

Banjarbaru. Cara membuat media

perbanyakan R.solani, P pachrizi dan S

rolfsii untuk perlakuan adalah :3,5 kg jagung

yang sudah di cuci diberi air dan di masak ±

30 menit, dibiarkan sebentar kemudian

dimasukkan dalam 20 kantong plastik masing

– masing 350 gram. Dua puluh kantong

plastik yang sudah berisi beras jagung di

esterilkan selama 25 menit, di tunggu sampai

dingin. Dlam setiap kantong plastik di beri 10

plong isolat R.solani, P pachrizi dan S rolfsii,

kemudian plastik tersebut di kocok sampai

kira – kira masing-masing isolat merata.

Plastik – plastik tersebut diletakkan pada

tempat atau rak – rak seperti membuat tempe.

Ditunggu 4 sampai 7 hari. Semua dekerjakan

dengan cara aseptis.

Persiapan Inokulum Jamur T.koningii dan

T. Harzianum

Isolat T.koningii dan T.Harzenum

diperoleh dari laboratorium Pengendalian

Hama dan Penyakit Universitas Lambung

Mangkurat. Merupakan Isolat yang sudah di

identifikasi tersebut dimurnikan dengan cara

mengambil sebagian kecil dengan

menggunakan bor gabus dan diletakkan pada

cawan petri yang berisi media PDA. Tiga

hari kmudian jamur T.koningii dan

T.Harzianum sedah memenuhi cawan petri.

Semua dikerjakan secara aseptis.

Page 41: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

41

Pembuatan media perbanyakkan

trichoderma untuk perlakuan adalah : 3 kg

beras yang sudah di cuci diberi air

secukupnya dan dimasak ± 30 menit, setelah

dingin beras yang sudah setengah matang tadi

di letakkan dalam nampan plastik dan di

tumpuk dengan menggunakan sendok

sehingga ukuran butiran beras menjadi lebih

kecil. Isolat trichoderma dari media PDA

dalam cawan petri di tuangi air steril ± 10 ml.

Air steril yang telah bercampur dengan spora

trichoderma diambil dengan menggunakan

handautomycer dan di semprotkan diatas

beras yang sudah di letakkan pada nampan

plastik. Nampan plastik yang sudah di

semprot dengan suspensi trichoderma ditutup

dengan kaca dan diletakkan pada suhu

kamar. Ditunggu selama dua hari.Semua

dikerjakan dengan cara aseptic.

Percobaan di Laboratorium

Percobaan dilaboratorium ini untuk

mengetahui daya antagonis

T.koningii,T.harzianum terhadap

pertumbuhan R.solani, P pachrizi dan S

rolfsii. Percobaan dilakukan dalam cawan

petri yang berdiameter 9 cm dengan cara

oposisi langsung antara jamur R.solani dan

jamur antagonis. Untuk mengetahui

persentase hambatan digunakan rumus

adaptasi dari Fokkema dalam Abadi

(1987)sebagai berikut :

r1–

r2

I = r1

I : Persentase Penghambatan

R1 : Jari - jari koloni yang

mempunyai arah berlawanan

dengan jamur antagonis.

R2 :Jari - jari koloni yang

mempunyai arah menuju pusat

koloni jamur antagonis.

Jamur antagonis T.koningii,T.harzianum

dan R.solani, S rolfsii dan P pachyrizy

diinokulasi dalam cawan petri yang berisi

PDA dengan jarum ose dan dilakukan secara

aseptis. Letak kedua inokulum pada satu

garis dengn jarak 4 cm. Masing-masing

pathogen adalah sebagai sub sampling dalam

satu total sampling. Masing – masing

perlakuan diulang 10 kali sehingga didapat

50 cawan petri per patogen yang meliputi :

a. R.solani x.T.koninggi. / R.solani x. T.

Harzianum / R.solani / T.koninggi /

T.harzianum

b. S.rolfsii x.T.koninggi / S rolfsii x. T.

Harzianum / S rolfsiii / T.koninggi /

T.harzianum

c. S.rolfsii x.T.koninggi./ S rolfsii x. T.

Harzianum / S rolfsiii / T.koninggi /

T.harzianum

Pengamatan di laboratorium meliputi

persentase hambatan dengan mengukur jari-

jari koloni yang mempunyai arah berlawanan

dengan jamur antagonis (r1) dan jari-jari

koloni yang mempunyai arah menuju pusat

koloni jamur antagonis (r2).Pengukuran jari-

jari koloni dengan menggunakan penggaris.

Pengamatan dilakukan setiap 3 jam sekali

selama 3 hari. Data yang diperoleh dihitung

dengan menggunakan rumus persentase

Page 42: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

42

penghambatan kemudian diuji dengan

menggunakan Rancangan Acak Lengkap

(RAL), dan dilanjutkan dengan uji Duncant.

Percobaan di Greenhouse

Pengujian dengan menggunakan

Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan

dua perlakuan dan empat kali ulangan

kemudian dilanjutkan dengan uji Duncant.

Sehingga dalam percobaan di Greenhouse ini

seakan-akan terdapat tiga percobaan terpisah

yang memakai RAK pada setiap

percobaanya. Untuk setiap jenis pathogen

terdapat dua factor perlakuan,; Faktor

pertama (T1) T koningii dan (T2) T

harzianum; Faktor kedua; (K0) Kontrol

(tidak diberi Trichoderma), (K1) Konsentrasi

konidia 106, (K2) Konsentrasi konidia 10

7,

(K3) Konsentrasi konidia 108 dan (K4)

konsentrasi konidia 109

Biarkan murni dari media PDA

dimasukkan 10 ml air destilata, disemprotkan

ke dalam media perbanyakkan (beras).

Sekitar 4 HSI jamur yang sudah berkembang

di panen dengan cara menyemprotkan 500 ml

air pada nampan plastik, jamur yang terbawa

air semprotan di tampung dalam wadah yang

kemudian disebut suspensi jamur. Untuk

mengetahui konsentrasi konidia, diambil 1 ml

suspensi jamur dan di tambah 9 ml air

kemudian dihitung dengan menggunakan

haemocytometer. Pembuatan inokulum

T.koninggi dan T.harzianum dilakukan

dengan cara mencampur Trichonoderma

dalam beberapa kosentrasi pada bak – bak

yang telah berisi media tanah, pasir, pupuk

kandang dan bahan organik, berturut – turut

dengan perbandingan 1 : 1 : 1 : 2.

Tujuh hari kemudian, tanah yang

sudah mengandung trichoderma dipindah

dalam gelas – gelas plastik dan di tanami

bibit vanili yang berumur 3 bulan, satu hari

kemudian R.solani didapatkan 3 gr dalam

tiap gelas dengan cara ditabur di sekitar

tanaman kedelai.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Persentase Penghambatan T koningii dan

T harzianum Terhadap Pathogen

Pada penelitian ini dapat diketahui

adanya perbedaan yang nyata pada hasil

penghambatan T koningii dan T harzianum

terhadap S rolfsii, P pachyrizy dan R solani.

Hasil analisis secara statistic pada data hasil

percobaan menunjukkan bahwa terjadi

penghambatan pertumbuhan ketiga pathogen

Soil Born Diseasses tersebut oleh T

harzianum dan T koningii.

T koningii diketahui memiliki

kemampuan yang lebih efektif menekan S

rolfsii, P pachrizi dan R solani dibandingkan

T harzianum. Terlihat bahwa dari hasil

percobaan pada Tabel 1, beda nyata

ditunjukkan oleh T koningii lebih tinggi

daripada yang ditunjukkan oleh T harzianum.

Hasil analisa tersebut sesuai dengan

pendapat yang menyatakan bahwa jamur

jenis Trichoderma mempunyai kecepatan

tumbuh yang tinggi untuk menekan

Page 43: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

43

pertumbuhan jamur antagonisnya.

Disamping itu Family Trichoderma

dimungkinkan memiliki Gen penyandi

Protein Antagonis; Inhibitor Protein,

Glucanase dan Chitinase (Sari, 1998; Adri,

2000; dan Kirnoprasetyo, 2008)

Tabel 1. Prosentase Penghambatan T koningii dan T harzianum Terhadap S rolfsii, R solani

dan P pachyrizy

Waktu Inkubasi Prosen penghambatan pada media PDA (%)

S rolfsii R solani P pachyrisy

Tk Th Tk Th Tk Th

12 04.5a 04.0a 05.0a 05.0a 04.0a 04.5a

18 11.9a 11.9a 11.9a 11.9a 11.9a 11.9a

24 25.9a 16.7a 35.9a 16.7a 34.9a 16.7a

30 49.1ab 40.9a 59.1ab 50.9a 49.1a 40.9a

36 75.9ab 58.5a 75.9ab 58.5a 74.9ab 47.4a

42 79.2b 69.5a 79.3ab 70.5a 79.3ab 70.4a

48 89.1b 86.7a 89.2ab 86.8a 88.1ab 79.7a

54 98.7b 92.3a 99.8b 93.4a 98.6b 94.4a

Keterangan: Tk = Trichoderma Koningii

Th = Trichoderma harzianum

Gambar 1. S rolfsii dan T harzianum (1), S rolfsii (2), S rolfsii dan T koningii (3), T

harzianum (4), T koningii (5).

Waktu Inkubasi S rolfsii, P pachyrizy Dan

R solani Akibat Keberadaan Jamur

Antagonis

Pengamatan lama waktu inkubasi

penyakit Dumping Off, Karat dan Hawar

pada tabel terlihat bahwa perlakuan

konsentrasi menunjukkan adanya

Page 44: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

44

peningkatan waktu inkubasi seiring dengan

bertambahnya konsentrasi inokulum.

Peningkatan terlihat jelas pada T harzianum,

sedangkan pada T koningii waktu inkubasi

relative tetap. Akan tetapi pada konsentrasi

yang rendah T koningii telah mampu

memberikan pengaruh waktu inkubasi yang

lebih lama.

Perlakuan jamur antagonis pada

semua konsentrasi dapat memperpanjang

waktu inkubasi yang dibutuhkan oleh P

pachyrizyi,R solani dan S rolfsii

dibandingkan dengan control. Perlakuan

dengan T koningii memiliki waktu inkubasi

lebih lama dibandingkan dengan perlakuan

dengan T harzianum. Sehingga dapat

dikatakan bahwa T koningii lebih efektif

menekan ketiga patogen Soil Born Diseasses

tersebut dibandingkan T harzianum.

Pengaruh Konsentrasi T koningii dan T

harzianum Terhadap Infeksi oleh S rolfsii dan R

solani Pada Kedelai.

Symptom yang umum terjadi pada

penyakit Dumping Off adalah adanya bercak

bergaris yang dimulai dari pangkal batang. Hasil

dari analisis data pada pengamatan macam

konsentrasi menunjukkan T koningii memberikan

pengaruh yang beda nyata terhadap symptom

tersebut. Semakin tinggi konsentrasi T koningii,

semakin kecil ukuran symptom yang timbul.

Symptom dari Dumping Off umumnya

akan muncul dalam 2 sampai 4 hari setelah

inokulasi (HSI), oleh Karena itu pengamatan

dimulai pada hari ke 4. Pada perlakuan T

koningii [10]6 ternyata sudah mampu menekan

infeksi dari Dumping Off, semakin meningkat

kemampuannya seiring dengan peningkatan

konsentrasi. Sama halnya dengan T koningii,

pada perlakuan T harzianum juga menampakan

gejala yang sama dengan pemberian T koningii.

Tabel 2. Rata – rata Waktu inkubasi Pathogen Penyakit

Konsentrasi Waktu Inkubasi (Hari Setelah Inkubasi / HSI)

Konidia S rolfsii R solani P pachyrizy

Tk Th Tk Th Tk Th

Kontrol 2 2 3 3 2 2

[10]6 4 3 3 3 3 3

[10]7 4 3 4 3 3 3

[10]8 3 3 4 3 3 3

[10]9 4 4 4 4 4 3

Tabel 3a. Luasan Symptom Dumping Off Yang Timbul Pada Perlakuan Konsentrasi T koningii dan

T harzianum.

HSI Kontrol [10]6 [10]7 [10]8 [10]9

----------------------------------------------------------------------------------------------------

A B A B A B A B A B

4 1.8c 2.0b 1.4b 0.8a 1.1b 0.8a 0.7a 0.8a 0.4a 0.8a

8 7.3c 7.5b 5.2b 5.9a 4.9b 5.9a 2.0a 5.4a 1.3a 5.4a

12 15.7b 15.8c 11.5c 13.8b 12.2c 13.3ab 8.8b 12.5ab 6.5a 13.7a

16 23.1c 20.1c 18.2b 17.8b 20.3b 17.6b 19.0b 16.0ab 14.5a 15.4a

20 26.6c 23.1c 22.1b 21.1b 24.3bc 21.4bc 23.5b 19.8ab 18.1a 18.8a

Page 45: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

45

Keterangan: A = Trichoderma koningii

B = Trichoderma harzianum

Pada bibit yang diperlakukan hari ke 4 dan ke

8 memperlihatkan hasil secara statistik tidak

berbeda nyata, perbedaan mulai nampak pada

perlakuan 12 hari setelah tanam (HSI). Pada

table 3 terlihat bahwa keefektifan dari T

koningii maupun T harzianum mulai terlihat

pada perlakuan 12 hari sesudah tanam (HSI).

Tabel 3b. Luasan Symptom Hawar Yang Timbul Pada Perlakuan Konsentrasi T koningii dan T

harzianum.

HSI Kontrol [10]6 [10]7 [10]8 [10]9

----------------------------------------------------------------------------------------------------

A B A B A B A B A B

4 1.8c 3.0b 1.5b 0.8a 1.1b 0.8a 0.8a 0.8a 0.5a 0.8a

8 8.3c 8.5b 5.3b 5.9a 5.9b 5.9a 3.0a 5.5a 1.3a 5.5a

12 15.8b 15.8c 11.5c 13.8b 13.3c 13.3ab 8.8b 13.5ab 7.5a 13.8a

16 33.1c 30.1c 18.3b 18.8b 30.3b 18.7b 19.0b 17.0ab 15.5a 15.5a

20 37.7c 33.1c 33.1b 31.1b 35.3bc 31.5bc 33.5b 19.8ab 18.1a 18.7a

Keterangan: A = Trichoderma koningii

B = Trichoderma harzianum

Symptom yang umum terjadi pada penyakit

Hawar adalah adanya bercak coklat serupa

sarang laba-laba yang dimulai dari pangkal

batang atau pangkal daun. Bercak tersebut

akan muncul dalam 3 sampai 4 hari setelah

inokulasi (HSI), sehingga pengamatan

dimulai pada hari ke 4. Pada perlakuan T

koningii [10]6 ternyata sudah mampu

menekan infeksi dari Hawar, semakin

menekan seiring dengan peningkatan

konsentrasi. Sama halnya dengan T koningii,

pada perlakuan T harzianum juga

menampakan gejala yang sama dengan

pemberian T koningii. Semakin tinggi

konsentrasi T koningii, semakin kecil ukuran

symptom yang timbul.

Tabel 3c. Luasan Symptom Karat Yang Timbul Pada Perlakuan Konsentrasi T koningii dan T

harzianum.

HSI Kontrol [10]6 [10]7 [10]8 [10]9

----------------------------------------------------------------------------------------------------

A B A B A B A B A B

4 1.8c 2.0b 1.4b 0.8a 1.1b 0.8a 0.7a 0.8a 0.4a 0.8a

8 7.2c 7.5b 5.2b 5.8a 4.8b 5.8a 2.0a 5.4a 1.2a 5.4a

12 15.7b 15.8c 11.5c 12.8b 12.2c 12.2ab 8.8b 12.5ab 5.5a 12.7a

16 22.1c 20.1c 18.2b 17.8b 20.2b 17.5b 18.0b 15.0ab 14.5a 15.4a

20 25.5c 22.1c 22.1b 21.1b 24.2bc 21.4bc 22.5b 18.8ab 18.1a 18.8a

Keterangan: A = Trichoderma koningii

B = Trichoderma harzianum

Page 46: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

46

Symptom dari Karat secara umum

akan muncul dalam 2 sampai 4 hari setelah

inokulasi (HSI), oleh Karena itu pengamatan

dimulai pada hari ke 4. Pada perlakuan T

koningii [10]6 ternyata sudah mampu

menekan infeksi dari Dumping Off, semakin

meningkat kemampuannya seiring dengan

peningkatan konsentrasi. Sama halnya

dengan T koningii, pada perlakuan T

harzianum juga menampakan gejala yang

sama dengan pemberian T koningii.

Kemampuan Trichoderma dalam

menghambat pertumbuhan ketiga pathogen

soil born diseases ini dimungkinkan karena

adanya gen-gen penyandi protein antagonis

yang dimiliki oleh Trichoderma. Dimana

proses tersebut terjadi ketika pathogen

mengeluarkan enzim sebagai hasil sekresi ke

lingkungan sekitarnya, baik lingkungan

biotic maupun abiotik (host). Trichoderma

sebagai jamur antagonis akan

mengexpresikan pembentukan protein

antagonis sebagai expresi dari gen yang

dimiliki, bisa berupa inhibitor protease,

Glucanase ataupun Chitinase. Apabila hal

tersebut terjadi sebagai mekanisme

pertahanan pada tanaman maka bisa disebut

sebagai elisitor (Bowles, 1990., Dixon and

Lamb, 1990 dan Kirnoprasetyo, 2008).

Dari analisa data dan pembahasan

diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa:

(1) Hasil penelitian skala laboratorium

menunjukkan T kongii dan T harzianum

efektif menghambat perkembangan S rolfsii,

P pachrizi dan R solani; (2) Kemampuan

menghambat T koningii lebih besar daripada

T harzianum; (3) Hasil penelitian skala

greenhouse menunjukkan perlakuan [10]6 T

koningii dan T harzianum sudah dapat

menghambat infeksi Dumping Off, Karat dan

Hawar; (4) Peningkatan konsentrasi T

koningii signifikan dengan efek

penghambatan infeksi; (5) Penghambatan

oleh T harzianum efektif pada perlakuan

[10]9; (6) Penghambatan terjadi sebagai

akibat expresi gen Antagonis Protein;

Glucanase atau Chitinase.

Penelitian masih dapat dikembangkan

lagi sebagai penelitian terapan untuk

pengendalian penyakit dilapang, maupun

sebagai bahan kajian dalam kemungkinan

isolasi fragmen DNA menyandi gen

penghambatan terhadap jamur antagonis

untuk tujuan transgenic.

DAFTAR PUSTAKA

Adri, M., dan Putra, Y W., 2000.,

Trichoderma Sebagai Antagonisme

Fusarium Pada Perkebunan Panili.

2000. Bowles, D J., 1990. Defende-Related Protein

in Higher Plant. Annu Rev

Biochem. 59:873-907

Dixon, R A and Lamb, C J., 1990. Molecular

Comunication in Interaction

Between Plants and Microbiol

Pathogens. Annu Rev Palnt Physiol

Plant Mol Biol 41:339-367.

Kirnoprasetyo, I., 2008. Interaksi Pathogen

dan Ekspresi Gen Untuk Kontrol

Penyakit Tanaman. 2008.

Semangun, H., 2001. Penyakit-Penyakit

Tanaman Pangan di Indonesia.

Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta Indonesia.

Sari, Loulyta., 1998. Pengendalian Hayati

Penyakit Rebah Kecambah

Rhizoctonia solani Kuhn Pada Bibit

Kopi Arabika Dengan Trichoderma.

Page 47: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

47

Jurusan HPT. Fak Pertanian.

Universitas Brawijaya Malang.

Page 48: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

48

PERANCANGAN APLIKASI PENGIRIMAN SMS INFORMASI ALARM BERBASIS

WEB PADA PT SMARTFREN TELECOM BANJARMASIN

Laili Wahyunita1 dan Ronny Faslah

2

1Staf Pengajar Program Studi Teknik Informatika Politeknik Hasnur 2Staf Pengajar Teknik Informatika Politeknik Negeri Banjarmasin

ABSTRAK

Perancangan Sistem Pengiriman Informasi Alarm BTS dengan SMS Gateway Berbasis

Web Pada PT Smartfren Banjarmasin. Sistem pengiriman informasi alarm melalui SMS (Short

Message Service) merupakan sebuah teknologi layanan untuk penyampaian pesan dengan singkat.

PT Smartfren Telecom Banjarmasin adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang jasa

telekomunikasi yang memiliki banyak BTS di daerah Kalimantan yang memerlukan pemeliharaan

dalam menjaga kondisi BTS bebas dari masaah yang berupa alarm-alarm. Untuk itu diperlukan

aplikasi pengiriman informasi alarm BTS-BTS. Aplikasi ini dirancang menggunakan. Bahasa

pemrograman yang dipakai adalah PHP, penyimpanan basis data menggunakan MySQL dan

Engine SMS Gateway menggunakan Gammu. Manfaat dari perancangan sistem ini adalah

mempercepat proses alur penyampaian informasi alarm sehingga proses penanganan masalah

dapat cepat diselesaikan.

Kata kunci : sms informasi alarm, web, Smartfren Telecom

PENDAAHULUAN

Perkembangan dunia telekomunikasi

berlangsung dengan cepat di Indonesia. Salah

satunya adalah perkembangan dari teknologi

telepon selular (ponsel). Telepon seluler

(ponsel) mempunyai kelebihan yang bisa

dibawa kemana-mana baik di kantor, di

rumah, di kampus, di jalan atau di tempat

lainnya, sehingga seseorang dapat saling

berkomunikasi dengan cepat tanpa dibatasi

ruang atau posisi dimana seseorang itu

berada. Tentunya dengan catatan selama di

dalam area operator ponsel itu sendiri.

Sehingga tidak diragukan lagi, ponsel

memang sangat penting sekali

keberadaannya. saat ini fungsi dari telepon

selular tidak hanya untuk telepon saja salah

satu fitur tambahan ponsel adalah

munculnya layanan seperti pesan data pendek

atau Short Message Service (SMS) pada

sistem GSM. Orang tidak pernah menyangka

layanan SMS sedemikian tinggi dan disukai

orang. Kegemaran pengguna ponsel dalam

ber-SMS yang lebih murah, praktis dan

terdapat pada semua jenis serta tipe ponsel,

membuat fitur yang satu ini tetap digemari

dan bertahan hingga saat ini. Fitur ini

digunakan untuk mengirim pesan atau lebih

dikenal dengan SMS (Short Message

Services) maupun MMS (Multimedia

Message Services) dimana dengan

memanfaatkan teknologi ini dimungkinkan

Page 49: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

49

para pengguna ponsel dapat mengirim pesan

tidak hanya berupa teks saja melainkan dapat

mengirimkan gambar, suara, dan teks

sekaligus, selain itu juga dapat juga untuk

mengirim e-mail dan juga dapat digunakan

untuk browsing internet dengan WAP atau

dengan GPRS.

PT Smartfren Telecom Banjarmasin,

Tbk berlokasi di Jl. A. Yani Km 4,5 No 56

Banjarmasin. Perusahaan ini adalah operator

penyedia jasa telekomunikasi berbasis

teknologi CDMA yang memiliki lisensi

selular dan mobilitas terbatas (fixed wireless

access), serta memiliki cakupan jaringan

CDMA EV-DO (jaringan mobile broadband

yang setara dengan 3G) yang terluas di

Indonesia. Smartfren juga merupakan

operator telekomunikasi pertama di dunia

yang menyediakan layanan CDMA EV-DO

Rev. B (setara dengan 3,5G dengan

kecepatan unduh s.d. 14,7 Mbps) dan

operator CDMA pertama yang menyediakan

layanan Blackberry.

Salah satu bagian jaringan yang

sering di monitoring adalah BTS ( Base

Transmitter System ). Adapun monitoing

yang dilakukan pada BTS adalah jika ada

alarm-alarm anomally yang muncul di BTS-

BTS. OMC ( Operation and Maintenance

Center ) adalah bagian yang bertugas untuk

memantau kondisi BTS melalui layar

monitor. Monitoring yang dilakukan juga

mencakup pemberitahuan alarm BTS tersebut

kepada Staff Teknik dalam hal ini disebut

bagian FOP yang bertanggung jawab kepada

BTS tersebut.

Adapun sistem yang sekarang

diterapkan dalam proses pemberitahuan

informasi alarm BTS yaitu jika OMC staff

memonitore adanya alarm BTS, maka

mereka mengirimkan informasi tersebut

melalui email ke Jakarta dalam hal ini bisa

kita sebut NOC staff (bagian yang

mengirimkan SMS alarm) untuk dibuatkan

SMS ke pihat yang terkait. Dimana hal ini

banyak kendala dan kekurangan yang dinilai

penulis kurang efektif dan efisien.

Salah satu teknologi informasi yang

sangat populer saat ini adalah handphone

yang sudah menjadi semacam identitas diri

secara personal. Karena sifatnya yang

personal, semua info yang masuk ke dalam

handphone dirasakan oleh penggunanya

sebagai bentuk informasi personal. Ditambah

lagi dari secara psikologi bahwa seseorang

itu ingin selalu dianggap penting. Short

Message Service (SMS) merupakan salah

satu fitur dari teknik telekomunikasi telepon

bergerak baik itu dari CDMA maupun GSM

yang dikembangkan dan distandardisasi oleh

European Telecommunication Standard

Institute (ETSI).

SMS Gateway merupakan teknologi

informasi yang digunakan untuk

memudahkan pemberitahuan informasi

melalui pesan singkat yang dikirimkan secara

masal sehingga menjadi efektif dan efisien

dalam menghemat waktu. SMS Gateway

merupakan pintu gerbang bagi penyebaran

informasi dengan menggunakan SMS. Kita

dapat menyebarkan pesan ke ratusan nomor

secara otomatis dan cepat yang langsung

terhubung dengan database pengecekan nilai

nomor-nomor ponsel saja tanpa harus

mengetik ratusan nomor dan pesan di ponsel

karena semua nomor akan diambil secara

otomatis dari database tersebut.

Page 50: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

50

Oleh sebab itu penulis mencoba

menulis penelitian tentang pemecahan

masalah dengan melakukan Perancangan

Aplikasi Pengiriman SMS Informasi Alarm

berbasis web pada PT Smartfren Telecom

Banjarmasin. Dengan adanya sistem

informasi berbasis SMS ini pemberitahuan

tentang informasi alarm BTS dapat sampai

kepada PIC (Person in Charge) dapat lebih

cepat, efektif dan efisien. Sehingga dalam

proses penyelesaian alarm di BTS-BTS dapat

dengan cepat dikerjakan.

Tujuan yang di inginkan penulis dari

hasil penelitian dan perancangan program ini

adalah untuk merancang program sistem

informasi dengan menggunakan layanan

pesan singkat melalui handphone berisi

informasi alarm BTS yang dikirimkan

kepada staff PT Smartfren yang bertanggung

jawab terhadap BTS tersebut.

METODE PENELITIAN

Adapun alat dan bahan yang

diperlukan untuk merancang sistem informasi

alarm BTS melalui pesan singkat handphone

sebagai berikut:

1 buah komputer; Fungsi komputer disini

adalah sebagai yang akan menampung setiap

pesan yang dikirimkan dan diterima oleh

sistem. kita pakai OS Windows XP. Adapun

spesifikasi standard yang diharapkan:

1) Prosesor Intel Pentium IV 2.40 Ghz

2) Memori RAM 512 MB

3) Kapasitas Hard Disk 160 GB

4) Monitor dengan resolusi 1024 X 768

5) VGA Card 128 MB

6) Keyboard dan Mouse

7) USB Port

8) Kabel Data CA 42

1 buah GSM interface atau handphone

yang bisa difungsikan sebagai modem. GSM

Interface adalah perangkat keras tambahan

yang terhubung ke komputer sebagai

gateway yang menghubungkan aplikasi

dengan jaringan GSM. GSM Interface terdiri

dari :

1) Modem / Telepon seluler, disini

penulis menggunakan modem.

2) SIM (Subsriber Identity Module)

Card. SIM Card yang digunakkan penulis

disini adalah SIM Card IM3 dengan nomor

085751704260.

Kabel atau bluetooth untuk koneksi HP

dengan komputer

Driver modem atau PC suite handphone

1 buah handphone untuk mengirim sms

1 buah software sebagai gateway

Aplikasi server. Contoh:

Apache,MySQL,PHP

Prosedur Penelitian

Penelitian yang dilakukan meliputi

tahapan sebagai berikut:

Pengumpulan Data : Untuk mendukung

perancangan program ini dilakukan

pengumpulan data dengan mengumpulkan

bahan-bahan dari beberapa sumber, seperti

media internet, buku-buku yang membahas

tentang cara-cara pembutan program.

Page 51: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

51

Studi Literatul : Salah satu kegiatan

dalam pengumpulan data dengan cara

mengumpulkan jurnal, paper dan bacaan-

bacaan yang berkaitan dengan judul

penelitian.

Tahap desain atau perancangan: Tahap

desain atau perancangan ini meliputi

perancangan struktur sistem, perancangan

untuk input maupun output, perancangan

untuk user interface, dan perancangan

database.

Implementasi: implementasi dari semua

analisa dan perancangan yang telah dibuat.

Tahap ini juga meliputi perancangan program

untuk perancangan program. Dalam tahap ini

program bantu yang digunakan untuk

perancangan user.

Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan

adalah Rancangan database dan Rancangan

Web dengan menggunakan codeignitter.

Pengujian dilakukan di kantor PT Smartfren

Telecom Banjarmasin.

Rancangan input dan output

1. Perancangan Input

Perancangan input di buat untuk

memasukkan data ke dalam form atau

halaman inputan yang telah disediakan untuk

menghasilkan sejumlah informasi. Berikut

perancangan inputan sistem informasi alarm

BTS melalui SMS Gateway berbasis web:

Gambar 3.1 Rancangan input untuk form

tulis pesan

Gambar 3.2 Rancangan input untuk Nomor PIC

BTS

Page 52: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

52

Gambar 3.3 Rancangan input untuk group

contact

2. Perancangan Output

Perancangan output di buat untuk

menampilkan hasil informasi dari inputan

data ke dalam form atau halaman inputan

diatas. Berikut perancangan output sistem

pengiriman informasi alarm BTS dengan

SMS Gateway berbasis web :

Gambar 3.4 Rancangan output dari sistem

susulan

3. Interface Aplikasi

Dari rancangan program yang telah

disampaikan terdapat menu-menu yang

berfungsi sebagai interface antara user dan

aplikasi. Adapun masing-masing fungsi dari

menu-menu sebagai berikut:

Login Form

Tampilan awal program untuk keabsahan

user yang akan masuk dalam program.

Home

Sebagai tampilan awal program. Pada

halaman ini menampilkan welcome word

pada program serta pengenalan secara

singkat tentang aplikasi.

Send SMS

Tampilan form untuk mengisikan

nomor dan isi pesan yang akan dikirimkan.

Inbox SMS

Berisi daftar SMS inbox yang

diterima oleh gateway database. Outbox SMS

Berisi daftar SMS yang belum

berhasil dikirimkan oleh SMS Gateway.

Sent Item

Berisi daftar SMS yang telah

dikirimkan oleh SMS Gateway.

Phonebook

HASIL PEMBAHASAN

Tahap implementasi program adalah

tahapan dimana program yang dibuat oleh

penulis dicoba dilaksanakan atau dijalankan.

Sebelum sistem informasi ini dipergunakan,

maka diperlukan beberapa instalasi dan

konfigurasi. Proses instalasi komponen

tersebut meliputi instalasi web server,

instalasi engine SMS gateway.

Instalasi web server dalam hal ini

adalah instalasi XAMPP, serta database

server dalam hal ini penulis memakai heidi

Sql.

Page 53: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

53

Selanjutnya tinggal memasukkan

modem pada USB port dan mengaktifkan

Gammu yang sudah kita install.

Adapun database yang dibuat penulis

diberi nama Mysms. Setelah itu penulis

membuat script PHP dan codeigniter yang

telah disimpan pada folder

C:\xampp\htdoc\mysms. Sehingga untuk

mencoba aplikasi maka kita buka browser

Mozilla Firefox. Ketikkan pada alamat

website: http:\\localhost\mysms Setelah kita

memasukkan login Admin, pasword Admin

maka kita akan masuk di Tampilan home

aplikasi seperti gambar berikut :

Jika kita ingin mengirimkan SMS

maka kita pilih menu Send SMS. Setelah

pengiriman SMS sudah dilakukan maka

pesan tersebut akan masuk dalam daftar SMS

belum terkirim yang ada pada halaman

Outbox SMS. Jika SMS berhasil dikirimkan

maka akan masuk pada halaman Sent SMS

Evaluasi Hasil Implementasi Program

Tabel Pengujian Aplikasi Program

Pada tahapan evaluasi hasil

implementasi program ini penulis

mencoba menguraikannya dalam

beberapa tabel Pengujian sebagai

berikut:

1. Pengujian Form Login

Tabel 4.1 Pengujian Form Login

No Data yang diamati Hasil yang diharapkan Hasil Pengamatan Keterangan

1 User Login

Username:

Password:

Username dan password

diterima

Sesuai Sukses

2. Pengujian Send SMS

Tabel 4.2 Tabel pengujian SMS

No Data yang diamati Hasil yang diharapkan Hasil

Pengamatan

Keterangan

2. Pengujian form perubahan password

Page 54: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

54

Tabel 4.3 Pengujian Perubahan password

No Data yang diamati Hasil yang diharapkan Hasil Pengamatan Keterangan

1 User akan

mengubah

password dengan

memasukkan

password yang

lama dan mengisi

password yang

baru

Perubahan password

sukses dengan keabsahan

password lama

Sesuai Sukses

Berdasarkan uraian yang telah

dipaparkan pada bab-bab sebelumnya,

maka dapat diambil kesimpulan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. SMS (Short Message Service) adalah

salah satu fitur dari telepon selular

yang dapat digunakan untun

pengiriman informasi secara cepat

dan murah. Jika diintegrasikan

dengan Gateway seperti Gammu

maka Fitur SMS ini dapat lebih

maksimal digunakan.

2. Aplikasi dengan berbasis Web dinilai

merupakan aplikasi yang friendly use

artinya mudah digunakan dan

dipahami oleh pengguna. Karena dari

segi tampilan dan interface bisa lebih

komunikatif.

3. Sistem pengiriman informasi alarm

yang saat ini berjalan pada PT

Smartfren Telecom Banjarmasin

penulis nilai sangat tidak efisien dan

memakan waktu yang lama untuk

dapat sampai pada FOP staff dalam

hal ini yang bertanggung jawab pada

BTS tersebut.sistem pengiriman

alarm dengan memakai SMS

Gateway pada PT Smartfren

Banjarmasin dapat memberikan

efisiensi waktu dalam penanganan

alarm tersebut. Karena dapat

mengirimkan informasi secara cepat

kepada PIC BTS.

4. Sistem pengiriman alarm dengan

memakai SMS Gateway pada PT

Smartfren Banjarmasin berbasis web

ini diwujudkan dengan pembuatan

suatu aplikasi menggunakan PHP

sebagai bahasa pemrograman,

MySQL sebagai basis data dan

Gammu sebagai Engine SMS

Gateway.

Aplikasi yang dirancang penulis dalam

proyek tugas akhir ini memiliki

keterbatasan pada masih manualnya

deteksi alarm yaitu base on monitoring

view ke BSM oleh Tim OMC. Sehingga

Page 55: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …

Volume 1, Nomor 2, Oktober 2013

PolhaSains Jurnal Sains dan Terapan Politeknik Hasnur

55

diharapkan untuk pengembangan

selanjutnya sistem informasi alarm ini

dapat terintegrated pada Monitoring

System di PT Smarfren Banjarmasin

sehingga SMS bisa terkirimkan secara

otomatis.

Kekurangan dan Pengembangan sistem

informasi alarm ini disarankan kepada

peneliti selanjutnya untuk dapat

melanjutkan agar tercipta aplikasi yang

lebih lengkap dan lebih berguna.

DAFTAR PUSTAKA

Edison, Daud Tarigan. Membangun

SMS Gateway Berbasis Web

(Yogyakarta: Lokomedia:2012)

Henri, C.L. Analisis, Desain dan

Implementasi Sistem Informasi.

(Jakarta : Penerbit Erlangga, 1993)

Kadir, Abdul. Tuntunan Praktis Belajar

Database Menggunakan MySQL.

Yogyakarta: ANDI, 2008. Library IT

Telkom. SMS Gateway. 09 Februari

2009.

Ladjamudin, Al-Bahra bin. Analisis dan

Desain Sistem Informasi.

(Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu,

2005).

Muhadkly. SMS Gateway

Menggunakan GAMMU.

Nugroho, Adi. Analisis & Perancangan

Sistem Informasi dengan Metodologi

Berorientasi Objek: Edisi Revisi.

(Bandung: Informatika. 2005).

Priyo, Eko Utomo. 1 Menit Belajar PHP

& JQuery (Yogyajarta:

Mediakom:2012)

Rosidi, R., I. Membuat Sendiri SMS

Gateway (ESME) Berbasis Protokol

SMPP. (Yogyakarta : Penerbit ANDI,

2004).

Wahidin. Aplikasi SMS dengan PHP

untuk Oran Awam. Palembang:

axikom, 2010.

Wibisono, Gunawan. Konsep Teknologi

Seluler. Bandung: Informatika, 2008.

http://www.ittelkom.ac.id/library/index.php?v

iew=article&catid=17%3Asistem-

komunikasi-bergerak&id=404%3Asms-

gateway&option=com_content.

Page 56: PENAMPILAN AYAM PEDAGING YANG DIBERI PROBIOTIK …