analisis pendapatan asli daerah dan pembiayaan terhadap ... · pdf filepenelitian ini...
TRANSCRIPT
ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PEMBIAYAAN
TERHADAP BELANJA DAERAH DKI JAKARTA
(PERIODE 2003-2007)
SKRIPSI
Oleh:
ROMI ASRIANI
NIM : 105082002775
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009
The Analysis of Regional Riil Income and Financing Toward Regional
Expenditures of DKI Jakarta (Period 2003-2007)
ABSTRACK
This research purpose to analyze the influence of regional riil income and
financing toward regional expenditures of DKI Jakarta. The object of this
research is Dirjen Perimbangan Keuangan Republik Indonesia about Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta that taken 2003-
2007.researchdata id secondary data. The sampling method is convenience
sampling. Test method of this research used multiple linear regression, results of
this research are: (a) regional riil income has influence toward regional
expenditures, (b) financing has influence toward regional expenditures, (c)
regional riil income and financing have influence toward regional expenditures.
Key word: regional riil income, financing, regional expenditures.
Analisis Pendapatan Asli Daerah dan Pembiayaan terhadap Belanja Daerah
DKI Jakarta (Periode 2003-2007)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pendapatan asli
daerah dan pembiayaan terhadap belanja daerah DKI Jakarta. Objek penelitian adalah Dirjen Perimbangan Keuangan Republik Indonesia tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta yang diambil dari tahun
2003-2007. Data penelitian merupakan data sekunder. Metode penentuan sampel
yang digunakan adalah convenience sampling. Metode pengujian dalam penelitian
ini menggunakan regresi linear berganda, hasil penelitian menunjukkan: (a)
pendapatan asli daerah berpengaruh terhadap belanja daerah, (b) pembiayaan
berpengaruh terhadap belanja daerah, (c) pendapatan asli daerah dan pembiayaan
berpengaruh secara simultan terhadap belanja daerah.
Key word: pendapatan asli daerah, pembiayaan, belanja daerah.
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Kaya atas segala nikmat,
rahmat, dan karunia yang telah diberikan kepada semua hambaNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pendapatan Asli
Daerah dan Pembiayaan terhadap Belanja Daerah DKI Jakarta (Periode 2003-
2007)”. Shalawat serta salam tak lupa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad
Rasulullah SAW sebagai hamba Allah yang paling mulia, pemimpin seluruh umat
dan pembawa cahaya dalam kegelapan zaman, nabi penutup, dan sebagai
pembawa kabar gembira.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Orang tua yang telah membesarkan, merawat, mendidik dengan kasih
sayangnya yang tulus dan memberikan semangat serta tidak pernah berhenti
berdoa untuk kebaikan anak-anaknya. Adikku, Rosi (Rosya), terima kasih
atas doa dan dukungannya yang selalu engkau berikan.
2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan pengarahan selama penulisan.
3. Ibu Rahmawati, SE., MM., selaku dosen pembimbing II yang selalu
menyediakan waktu luang untuk membimbing dan memberikan pengarahan
selama penulisan.
4. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, selaku Pembantu Dekan bidang Akademik
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial.
5. Bapak Afif Sulfa., SE., Ak., MSi, selaku ketua jurusan Akuntansi dan Ibu
Yessi Fitri, SE., Ak., MSi., sebagai sekretaris jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial.
6. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang telah banyak
memberikan ilmu yang bermanfaat selama perkuliahan. Seluruh karyawan
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial.
7. Teman-teman Akuntansi kelas E angkatan 2005. Isma, Reni, Uti, Achi
(Khotmah), Dewi, Meli, Ucup (Yusup), Lion, dan teman-teman lain yang
tidak dapat disebutkan namanya satu persatu. Teman-teman Akuntansi dan
Manajemen 2005 serta Akuntansi Pajak (tadjir, vanni, made, ani, dan
lainnya). Semoga kita bisa selalu kompak kapan pun dan tetap saling menjaga
silturahmi.
8. Teman-temanku: Sari (Nugrahaeni), Opi (Oktaviani), Deasy. Terima kasih
atas bantuan dan dukungan semangat yang telah kalian berikan meskipun di
semester 6 kita tidak satu kelas lagi. Hanya Allah yang dapat memberikan
balasan yang baik untuk kalian. Semoga tali silaturahmi kita tetap terjalin.
Sukses buat kita semua. Amin.
9. Teman-teman kelompok belajar komprehensif. Iin, Baha, Rika, Fikri, dan
teman-teman lain yang selalu memberikan semangat. Terima kasih telah
mengajak dan memberikan “izin” untuk ikut belajar besama kalian. Mudah-
mudahan ilmu yang didapatkan dapat bermanfaat untuk masa depan dalam
meraih cita-cita. Semoga sukses buat kita semua. Amin.
10. Dua orang temanku, “The Masters” Ryan dan Irfan yang telah meluangkan
waktu dan tenaga membantu belajar untuk ujian komprehensif bersama
teman-teman lain, dengan izin Allah sehingga kami bisa lulus di ujian
komprehensif. Buat kami, kalian memang Masternya! Terima kasih juga atas
dukungan kalian.
11. Adik-adik kelas: Ika (Gustami, teman dekat rumah yang juga adik kelas),
Rahayu, dan kawan-kawannya yang telah memberikan doa dan semangatnya,
terima kasih. Semoga Allah memberikan kemudahan dalam menyelesaikan
skripsinya nanti. Kakak kelas (Kak Dede, Kak Dewe, Kak Pipit, Kak Nida
dan masih banyak lagi) terima kasih telah membagi pengalamannya. Teman-
teman BEMJ Akuntansi 2006-2008, terima kasih atas kebersamaan dalam
melaksanakan program kerja yang direncanakan bersama.
Penulis menyadari kekurangan dalam penulisan skripsi ini sehingga saran
dan kritik merupakan suatu apresiasi bagi penulis. Akhirnya dengan segala
keterbatasan yang dimiliki, penulis ingin mempersembahkan skripsi ini untuk
setiap orang yang perduli akan pendidikan dan perkembangan penelitian di
Indonesia. Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat. Amin.
Ciputat, November 2009
Romi Asriani
Daftar Tabel
Nomor Keterangan
Halaman
4.1 Standard Operating Procedures 41
4.2 Daftar Perkembangan Penerimaan Pendapatan
Asli daerah, pembiayaan, dan belanja daerah
Periode 2003-2007 45
4.3 Hasil Perhitungan Uji Multikolinearitas 48
4.4 Koefisien Determinasi 51
4.5 Hasil Uji t (t-test) 52
4.6 Hasil Uji F 54
Daftar Gambar
Nomor Keterangan
Halaman
2.1 Model Penelitian 28
4.1 Sturktur Organisasi Ditjen Perimbangan
Keuangan 43
4.2 Statistik Pegawai Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan 44
4.3 Uji Normalitas 47
4.4 Uji Heteroskedastisitas 50
Daftar Lampiran
Nomor Keterangan Halaman
1 Metode Analisis 61
2 Histogram 64
3 Uji Kolmogorov Smirnov 65
4 Struktur Organisasi DJPK 66
5 Data APBD DKI Jakarta 67
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi …………………………………………………….
i
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ………………………………………
ii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi …………………………………….………..
iii
Daftar Riwayat Hidup ………………………………………………………….
iv
Daftar Isi ……………………………………………………………………….
vi
Abstract ……………………………………………………………….………..
x
Abstrak ………………………………………………………………...……….
xi
Kata Pengantar ………………………………………………………………….
xii
Daftar Tabel …………………………………………………………….…..…..
xv
Daftar Gambar …………………………………………………………………..
xvi
Daftar Lampiran ………………………………………………………………..
xvii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian …………………………………………………
1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………
6
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………………….
6
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………………..
6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar-Dasar Perpajakan ………………………………………………….
8
1. Pengertian Pajak …………………………………………………………
8
2. Fungsi Pajak ……………………………………………………………..
9
3. Jenis Pajak ……………………………………………………………….
10
4. Pungutan Lain Selain Pajak ……………………………………………..
12
5. Asas Pemungutan Pajak …………………………………………………
13
6. Sistem Pemungutan Pajak ……………………………………………….
14
B. Pendapatan Daerah ……………………………………………….………
16
C. Pendapatan Asli Daerah …………………………………………………
17
1. Pajak Daerah …………………………………………………………….
17
2. Retribusi Daerah ………………………………………………………..
21
D. Pinjaman Daerah …………………………………………………………
22
E. Lain-Lain Penerimaan Daerah yang Sah ……………………………….
23
F. Pembiayaan Daerah ………………...…………………………………….
23
1. Penerimaan Pembiayaan ………….…………………………………….
24
2. Pengeluaran Pembiayaan ………….……………………………………
25
G. Belanja Daerah ….………………….….…………………………………
26
H. Kerangka Teoritis ………….……….……………………………………
28
I. Hipotesis ……………………………….………………………………….
29
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ……………………………………………….
30
B. Metode Penentuan Sampel ………………………………………………
30
C. Metode Pengumpulan Data ……………………………………………..
30
D. Metode Analisis …………………………………………………………..
31
1. Uji Normalitas …………………………………………………………
31
2. Uji Hipotesis …………………………………………………………..
33
a. Koefisien Determinasi ………………………………………………
33
b. Uji Statistik t (t-test) ……………………………………………….
34
c. Uji Statistik F ………………………………………………………
34
E. Definisi Operasional …………………………………………………….
35
1. Definisi Operasional …………………………………………………..
35
a. Variabel Bebas ……………………………………………………..
35
b. Variabel Terikat …………………………………………………….
36
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ……………………………………
37
1. Sejarah …………………………………………………………….……
37
2. Visi dan Misi ……………………………………………………..…….
38
3. Tupoksi ……………………………………………………..………….
39
4. Kewenangan …………………………………………………..…....…..
40
5. SOP (Standard Operating Procedures) …………………………….….
41
6. Stuktur Organisasi ………………………………………….…….…….
43
7. Statistik Pegawai ……………………………………………..…..….….
44
B. Hasil dan Pembahasan ………………………………………………….….
45
1. Perkembangan Penerimaan Pendapatan Asli Daerah, Pembiayaan
Daerah, dan Belanja Daerah Periode 2003-2007 …………………….
45
2. Uji Normalitas …………………………………………………………
47
3. Uji Hipotesis …………………………………………………………..
49
a. Koefisien Determinasi ……………………………………………..
49
b. Uji Statistik t (t-test) ……………………………………………….
50
c. Uji F ………………………………………………………………..
53
BAB V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan ………………………………………………………………
55
B. Implikasi …………………………………………………………………
56
Daftar Pustaka ……………………………………………………………….
58
Lampiran-Lampiran …………………………………………………………
61
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Romi Asriani
2. Nama Panggilan : Romi
3. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 05 Mei 1987
4. Alamat : Ksatrian Polri Brimob Rt 003/12
No.58Ciputat
5. Telepon : 081586519122
6. Agama : Islam
7. Anak ke : 1 dari 2 bersaudara
8. E-mail : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SD : SDN Ciputat VII
2. SLTP : SLTP Negeri 2 Ciputat
3. SMA : SMAN 1 Ciputat
4. S1 : Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam
Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota PMR SMPN 2 CIPUTAT
2. Anggota ROHIS SMAN 1 CIPUTAT
3. Anggota Div. Kemahasiswaan BEMJ Akuntansi UIN Jakarta periode
2006-2007
4. Anggota Div. Sosial Agama BEMJ Akuntansi UIN Jakarta periode 2007-
2008
IV. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Sunardi (Alm.)
2. Tempat, Tanggal Lahir : Klaten, 12 Juni 1960
3. Alamat : Ksatrian Polri Brimob Rt 003/12 No.58
Ciputat
4. Pekerjaan : Polisi
5. Pendidikan Terakhir : STM
6. Ibu : Surani
7. Tempat, Tanggal Lahir : Klaten, 12 Januari 1962
8. Alamat : Ksatrian Polri Brimob Rt 003/12 No.58
Ciputat
9. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
10. Pendidikan Terakhir : SMP
V. PENDIDIKAN INFORMAL
1. Arya Course, Lembaga Bahasa Inggris (2000-2001)
VI. PENGALAMAN MAGANG
1. PT. Arga Bangun Bangsa (ESQ) selama 1 bulan (4 Agustus 2008- 6
September 2008), divisi Akuntansi dan Keuangan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang mempunyai
potensi ekonomi yang baik. Secara geografis, letak Indonesia sangat strategis
dan dari sisi kekayaan alam, Indonesia sangat kaya akan sumber daya alamnya
baik yang bersifat dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui.
Kondisi yang seperti itu, seharusnya negara ini bisa mendapatkan sumber
pendapatan bagi negara yang cukup besar sehingga tidak bergantung pada
bantuan dari luar negeri. Pada kenyataannya, pemerimaan negara terbesar
berasal dari pajak bukan dari hasil kekayaan sumber daya alam tersebut.
Pajak adalah sumber penerimaan yang paling besar untuk membiayai
pengeluaran negara, baik untuk pusat maupun daerah. Melalui pajak,
diharapkan dapat memberikan kontribusi yang besar bagi negara karena
penerimaan ini sangat potensial guna melaksanakan pembangunan.
Penerimaan pajak merupakan pemasukan dana yang paling potensial bagi
negara karena besarnya pajak seiring dengan laju pertumbuhan penduduk,
perekonomian, dan stabilitas politik (Judisseno, 2005:4).
Khusus untuk penerimaan pemerintah di sektor pajak, upaya peningkatan
terhadap penerimaan pajak adalah bagian yang penting dari kebijakan fiskal
yang tidak dapat dikesampingkan atas dampaknya bagi stabilitas makro
(Ringoringo dan Arya, 2006: 186). Berbagai macam cara telah dilakukan
pemerintah untuk meningkatkan target penerimaan pajak guna membiayai
pengeluaran pemerintah di berbagai bidang baik di tingkat pusat maupun
tingkat daerah. Cara tersebut dilakukan dengan perencanaan ekstensifikasi dan
intensifikasi perpajakan.
Sesuai dengan berlakunya Undang-Undang (UU) No. 32 tahun 2004
tentang otonomi daerah maka pemerintah pusat memberikan wewenang
kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan dan mengatur kegiatan rumah
tangga daerah sesuai yang diamanatkan undang-undang, menyusun anggaran
rumah tangga daerahnya berupa pendapatan daerah termasuk pajak daerah
yang akan dialokasikan ke berbagai sektor. Otonomi daerah adalah wewenang
yang dimiliki daerah otonom untuk mengatur dan mengurus masyarakatnya
menurut kehendak sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat, sesuai dengan
peraturan yang berlaku (Halim, 2008: 1). Terbentuknya UU No. 32 tahun
2004 merupakan sarana untuk dilaksanakannya kebijakan desentralisasi serta
penyelenggaraan otonomi daerah. Pelaksanaan desentralisasi dapat
menghasilkan masyarakat yang berperan serta dalam meningkatkan taraf
hidup di daerahnya. Pentingnya otonomi daerah adalah untuk memacu
pembangunan daerah dan persoalan-persoalan daerah lebih cepat diatasi
sehingga dapat mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat (Sunardi
dan Mas’udi, 2007: 44). Adanya otonomi, suatu daerah dapat menggali
potensi lebih dalam kekayaannya dan mewujudkan efisiensi biaya
pemungutan pajak yang dikenakan di daerah tersebut.
Hal itu dapat terlaksana dengan adanya dukungan dari berbagai pihak.
Dukungan yang diberikan dapat berupa alokasi dana dari pemerintah pusat
serta pendapatan daerah itu sendiri untuk menyusun anggaran belanjanya.
Teori development from below yang dikemukakan oleh Devey (1988),
berpendapat bahwa orang akan lebih bersedia membayar pajak kepada
pemerintah daerah daripada kepada pemerintah pusat karena mereka dapat
melihat manfaat dalam kemudahan dan pembangunan di daerah mereka
(Prakosa, 2003: 23). Dari berbagai sumber penerimaan tersebut, pemerintah
membuat rancangan anggaran yang akan dialokasikan ke berbagai
pengeluaran (belanja) negara ataupun daerah, baik yang bersifat belanja rutin
maupun belanja modal yang telah ditetapkan berdasarkan undang-undang. Hal
itu dituangkan oleh pemerintah daerah dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD).
APBD merupakan instrumen dalam rangka mewujudkan pelayanan dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat untuk tercapainya tujuan bernegara
(Tim Penyusun Pedoman Bendaharawan, 2006: 14). Berdasarkan kebijakan
umum APBD yang telah disepakati, pemerintah daerah menyusun rancangan
PPAS (Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara) dengan tahapan sebagai
berikut (Nordiawan, 2006: 89): pertama, menentukan skala prioritas untuk
urusan wajib dan urusan pilihan; kedua, menentukan urutan program untuk
masing-masing urusan; ketiga, menyusun plafon anggaran untuk masing-
masing program.
Penganggaran yang dilakukan pemerintah daerah dalam APBD termuat
rincian atas pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah.
Pendapatan daerah itu sendiri berasal dari pendapatan asli daerah, dana
perimbangan, pinjaman daerah, dan lain-lain pendapatan yang sah. Menurut
UU No. 25 tahun 1999 dalam Prakosa (2003), pendapatan asli daerah terdiri
atas: hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah
dan hasil pengelolaaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan, dan lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah.
Kebijakan belanja daerah ditujukan untuk meningkatkan fungsi pelayanan
kepada masyarakat. Belanja daerah secara umum dikenal dengan 2 macam,
yaitu: belanja modal dan belanja operasional yang merupakan elemen penting
karena anggaran pengeluaran terbesar pemerintah daerah tersusun didalamnya.
Untuk pengeluaran yang bersifat jangka pendek atau pengeluaran sehari-hari,
pemerintah daerah menyusunnya dalam belanja operasional (revenue
expenditure). Belanja dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib digunakan
untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam
upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk
peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial, dan
fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial (Tim
Penyusun Pedoman Bendaharawan, 2006: 22).
Belanja wajib ini digolongkan dalam kategori belanja modal (capital
expenditure) untuk pengeluaran yang sifatnya jangka panjang. Capital
expenditure merupakan pengeluaran yang menghasilkan aset jangka panjang
(Muluk, 2007). Elemen lain yang terdapat pada APBD adalah pembiayaan
daerah. Pembiayaan daerah bersumber dari transfer dana cadangan, sisa
anggaran periode sebelumnya, dan hasil penjualan kekayaan daerah yang
dipisahkan. Pembiayaan berfungsi sebagai penutup defisit anggaran daerah
atau memanfaatkan surplus.
Pemerintah daerah harus benar-benar memperhitungkan antara pendapatan
yang akan diperoleh daerah dengan pengeluaran (belanja) operasional dan
belanja modal yang merupakan elemen utama dari belanja daerah sehingga
dapat tercapainya kesejahteraan masyarakat di tiap-tiap daerah dan tidak ada
kesenjangan yang mungkin terjadi akibat kegagalan pemerintah daerah
mengolah anggaran rumah tangga. Masyarakat juga dapat melihat manfaat
dari pengorbanan yang telah mereka lakukan untuk pembangunan daerahnya.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh
Darwanto dan Yulia Yustikasari (2007) yang berjudul “Pengaruh
Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli daerah, dan Dana Alokasi Umum
terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal”. Hal yang membedakan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu dengan menggunakan
belanja daerah sebagai dependent variable dan mengganti variabel Dana
Alokasi Umum dengan pembiayaan daerah sebagai independent variable.
Berdasarkan uraian mengenai pendapatan daerah dan belanja daerah maka
dilakukan penelitian ini dalam bentuk skripsi dengan judul “Analisis
Pendapatan Asli Daerah dan Pembiayaan Terhadap Belanja Daerah DKI
Jakarta (Periode 2003-2007)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjabaran mengenai pendapatan daerah dan belanja daerah,
maka rumusan masalah penelitian adalah:
1. Apakah pendapatan asli daerah berpengaruh terhadap belanja daerah?
2. Apakah pembiayaan berpengaruh terhadap belanja daerah?
3. Apakah pendapatan asli daerah dan pembiayaan berpengaruh terhadap
belanja daerah?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris mengenai:
1. Pengaruh pendapatan asli daerah terhadap belanja daerah.
2. Pengaruh pembiayaan terhadap belanja daerah.
3. Pengaruh pendapatan asli daerah dan pembiayaan terhadap belanja daerah.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:
1. Bagi Pemerintah
Adanya hasil penelitian ini diharapkan agar pemerintah, khususnya
pemerintah daerah dapat melaksanakan amanat Undang-Undang mengenai
pemanfaatan pendapatan yang diterima daerah untuk membiayai
kepentingan dan pelayanan masyarakat di daerahnya yang dijabarkan
dalam anggaran belanja daerah yang telah ditetapkan.
2. Bagi Pihak yang Berkepentingan
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi sesuai dengan kebutuhan
pihak yang berkepentingan, misalnya pegawai yang bekerja di bidang
perpajakan dan pejabat penyusun APBD.
3. Bagi Masyarakat
Dengan adanya penelitian ini, masyarakat dapat lebih memantau kinerja
pemerintah daerah dalam membiayai belanja daerah dari hasil pendapatan
daerah yang diterimanya yang dirangkum dalam APBD.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar-Dasar Perpajakan
1. Pengertian Pajak
Menurut Resmi (2009: 1-2), terdapat beberapa definisi pajak antara lain:
Pengertian pajak yang dikemukakan oleh Rochmat Soemitro, yaitu:
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan, dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum.
Kemudian defisi tersebut disempurnakan, sehingga berbunyi:
Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk
membiayai pengeluaran rutin dan “surplus”nya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.
Sedangkan definisi pajak yang dikemukakan S.I. Djajadiningrat:
Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas
negara yang disebabkan suatu keadaaan, kejadian, dan perbuatan yang
memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut
peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada
jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan
umum.
Definisi yang dikemukakan Mr. N. J. Feldmann:
Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada
penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya
kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.
Menurut UU No. 28 tahun 2007, “pajak adalah kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemampuan rakyat”.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa pajak adalah:
1. pajak merupakan iuran wajib kepada negara.
2. pajak dipungut berdasarkan undang-undang yang berlaku.
3. atas pembayaran pajak, tidak mendapat kontraprestasi secara langsung.
4. pajak digunakan untuk kesejahteraan rakyat.
2. Fungsi Pajak
Fungsi pajak menurut Resmi (2009: 3-4) adalah fungsi budgeter (sumber
keuangan negara) dan fungsi regulerend (mengatur).
1. Fungsi Budgeter (Sumber Keuangan Nagara)
Pajak mempunyai fungsi budgeter, artinya pajak merupakan salah satu
sumber pemerimaan pemerintah umtuk membiayai pengeluaran baik rutin
maupun pembangunan.
2. Fungsi Regulerend (Pengatur)
Pajak mempunyai fungsi regulerend, artinya pajak sebagai alat untuk
mengatur atau melaksanakan, kebijakan pemerintah dalam bidang sosial
dan ekonomi, dan mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang
keuangan.
3. Jenis Pajak
Terdapat berbagai jenis macam pajak yang dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu jenis pajak menurut golongannya, jenis pajak menurut sifatnya, dan jenis
pajak menurut lembaga pemungutnya. (Resmi, 2009: 7-9). Jenis-jenis pajak
tersebut dijelaskan secara rinci sebagai berikut:
1. Menurut Golongannya
a. Pajak langsung. Pajak langsung adalah pajak yang harus ditanggung
sendiri oleh wajib pajak dan tidak dilimpahkan atau dibebankan
kepada pihak lain. Pajak harus menjadi beban sendiri oleh wajib pajak
yang bersangkutan. Contoh pajak langsung: PPh yang dibayar oleh
pihak tertentu yang memperoleh penghasilan.
b. Pajak tidak langsung. Pajak tidak langsung adalah pajak yang pada
akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau
pihak ketiga. Pajak tidak langsung ini terjadi jika terdapat suatu
kegiatan, peristiwa, perbuatan yang menyebabkan terutang pajak,
misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa. Adapun contoh pajak
tidak langsung yaitu PPN. PPN dibayarkan oleh produsen atau pihak
yang menjual barang atau jasa tetapi dapat dibebankan kepada
konsumen baik secara eksplisit maupun implisit (dimasukkan dalam
harga jual barang atau jasa).
2. Menurut Sifatnya
a. Pajak Subyektif
Pajak yang pengenaannya memperhatikan pada keadaan pribadi wajib
pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan keadaan subyek
pajak. Contoh: PPh (pajak penghasilan). Dalam PPh terdapat subyek
pajak (wajib pajak) orang pribadi. Pengenaan pajak penghasilan untuk
orang pribadi tersebut memperhatikan keadaan pribadi wajib pajak
yang selanjutnya digunakan untuk menentukan besarnya penghasilan
tidak kena pajak (PTKP).
b. Pajak Obyektif
Pajak yang pengenaannya memperhatikan pada obyek pajak baik
berupa benda, keadaan, perbuatan atau peristiwa yang mengakibatkan
timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan
pribadi subyek pajak (wajib pajak) maupun tempat tinggal. Contohnya
adalah: PPN, PPnBM, PBB.
3. Menurut Lembaga Pemungutnya
a. Pajak Negara (pajak pusat), adalah yang dipungut oleh pemerintah
pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada
umumnya. Adapun contoh pajak pusat: PPh, PPN, PPnBM, dan PBB.
b. Pajak Daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik
daerah tingkat I maupun daerah tingkat II dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga daerah masing-masing.
Contoh Pajak Daerah Tingkat I (propinsi): Pajak Kendaraan Bermotor,
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Tanah, Pajak Izin
Penangkapan Ikan di wilayahnya.
Contoh Pajak Daerah Tingkat II (Kabupaten/Kotamadya): Pajak
pembangunan I, Pajak Penerangan Jalan, Pajak atas Reklame, Pajak
Anjing, dan lainnya.
4. Pungutan Lain Selain Pajak
Pungutan lain yang mirip dengan pajak tetapi mempunyai perlakuan dan
sifat yang berbeda dengan pajak yang dilakukan pemerintah kepada rakyatnya
menurut Resmi (2009: 2-3) antara lain Bea materai, Bea masuk dan Bea
keluar, Cukai, Retribusi, Iuran, dan Lain-lain pungutan yang sah/ legal.
a. Bea materai, yaitu pungutan yang dikenakan atas dokumen dengan
menggunakan benda materai atau alat lain.
b. Bea masuk dan bea keluar. Bea masuk adalah pungutan atas barang-barang
yang dimasukkan kedalam daerah pabean berdasarkan harga/nilai barang
itu atau berdasarkan tarif yang sudah ditentukan bagi masing-masing
golongan barang. Bea keluar adalah pungutan atas barang-barang yang
dikeluarkan keluar daerah pabean berdasarkan harga/nilai barang itu atau
berdasarkan tarif yang sudah ditentukan bagi masing-masing golongan
barang.
c. Cukai, yaitu pungutan yang dikenakan atas barang-barang tertentu yang
sudah ditetapkan untuk masing-masing jenis barang tertentu, misalnya
tembakau, gula, dan lain sebagainya.
d. Retribusi, yaitu pungutan yang dilakukan sehubungan dengan sesuatu jasa
atau fasilitas yang diberikan pemerintah secara langsung dan nyata kepada
pembayar (misalnya: parkir, pasar, jalan tol).
e. Iuran, yaitu pungutan yang dilakukan sehubungan dengan sesuatu jasa atau
fasilitas yang diberikan oleh pemerintah secara langsung dan nyata kepada
kelompok atau golongan pembayar.
f. Lain-lain pungutan yang sah/legal berupa sumbangan wajib.
5. Asas Pemungutan Pajak
Terdapat tiga asas pemungutan pajak (Resmi, 2009: 10-11) yaitu: asas
domisili (asas tempat tinggal), asas sumber, asas kebangsaan.
a. Asas Domisili (asas tempat tinggal)
Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas seluruh
penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal diwilayahnya, baik
penghasilan yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari luar
negeri.
b. Asas Sumber
Asas sumber menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas
penghasilan yang bersumber dari wilayahnya tanpa memperhatikan tempat
tinggal wajib pajak. Jadi, setiap orang yang memperoleh penghasilan dari
Indonesia dikenakan pajak atas penghasilan yang diperolehnya di
Indonesia.
c. Asas Kebangsaan
Asas kebangsaan ini, menyatakan bahwa pengenaan pajak dihubungkan
dengan kebangsaan suatu negara. Misalnya, pajak bangsa asing di
Indonesia dikenakan atas setiap orang asing yang bukan berkebangsaan
Indonesia yang bertempat tinggal di Indonesia.
6. Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak menurut Resmi (2009: 11-12) dikenal ada
beberapa sistem pemungutan, antara lain: official assesment system, self
assesment system, dan withholding system.
a. Official Assesment System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan kewenangan aparatur
perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap
tahunnya sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang
berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif dan kegiatan menghitung serta
memungut pajak sepenuhnya berada berada di tangan para aparatur pajak
(peranan dominan ada pada aparatur pajak).
b. Self Assesment System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada
wajib pajak untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap
tahunnya sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang
berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif dan kegiatan menghitung serta
pelaksanaan pemungutan pajak berada di tangan wajib pajak. Wajib pajak
dianggap mampu menghitung pajak, mampu memahami peraturan
perpajakan yang sedang berlaku, dan mempunyai kejujuran yang tinggi,
serta menyadari akan arti pentingnya membayar pajak. Oleh karena itu,
wajib pajak diberi kepercayaan untuk:
1). Menghitung sendiri pajak yang terutang.
2). Memperhitungkan sendiri pajak yang terutang.
3). Membayar sendiri pajak yang terutang.
4). Melaporkan sendiri pajak yang terutang.
5). Mempertanggungjawabkan sendiri pajak yang terutang.
Pada sistem ini, berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak
tergantung pada wajib pajak itu sendiri. Seperti yang sudah dijelaskan
diatas, bahwa dalam sistem ini, wajib pajak menghitung,
memperhitungkan, membayar, melaporkan, dan
mempertanggungjawabkan sendiri atas pajak yang terutang olehnya
selama masa pajak, atau tahun pajak atau bagian tahun pajak.
c. Withholding System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan kewenangan kepada
pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang
terutang oleh wajib pajak sesuai dengan ketentuan undang-undang
perpajakan yang berlaku. Penunjukan pihak ketiga ini bisa dilakukan
dengan undang-undang perpajakan, keputusan presiden, dan peraturan
lainnya. Berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak
tergantung pada pihak ketiga yang ditunjuk.
B. Pendapatan Daerah
Berdasarkan Undang-Undang (UU) No. 25 tahun 1999 dalam Prakosa
(2003), sumber penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi adalah
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana perimbangan, Pinjaman daerah, dan
Lain-lain penerimaan daerah yang sah.
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), terdiri dari: hasil pajak daerah, hasil
retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan
kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli
daerah yang sah.
2. Dana Perimbangan, yang terdiri dari: bagian daerah dari penerimaan Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan,
Penerimaan sumber daya alam; Dana Alokasi Umum; dan Dana Alokasi
Khusus.
3. Pinjaman Daerah.
4. Lain-lain Penerimaan Daerah yang sah antara lain hibah, dana darurat,
penerimaan lainnya yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
C. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Menurut UU No. 22 tahun 1999 pasal 79 huruf a dan UU No. 25 tahun 1999
pasal 3 (Nilawati dan Rika Lidyah, 2003), menyebutkan bahwa Pendapatan
Asli Daerah terdiri dari: pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan
milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan,
dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Sedangkan pelaksanaan
pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah berpedoman pada UU No. 34
tahun 2000 tentang pajak daerah dan retribusi daerah yang dalam
pelaksanaannya diserahkan kepada daerah masing-masing dan dibantu oleh
komponen masyarakat karena pemerintah daerah pasti lebih mengetahui
kondisi yang ada didaerahnya.
1. Pajak Daerah
a. Pengertian
Pajak daerah merupakan salah satu komponen dari pendapatan asli
daerah yang cukup besar dalam memberikan kontribusinya bagi daerah.
Secara umum, pajak daerah dapat diartikan sebagai pajak yang dipungut di
suatu daerah oleh pemerintah daerah itu sendiri. Menurut UU No. 34 tahun
2000 pasal 1 angka 6 (Nilawati dan Rika Lidyah, 2003: 556), pajak daerah
adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada
daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan
daerah.
Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 1997 dalam
Nilawati dan Rika Lidyah (2003: 557) tentang pajak daerah, yang dimaksud
dengan pajak daerah adalah semua pungutan yang oleh undang-undang
ditetapkan sebagai pajak atas daerah yang bersangkutan dan belum dipungut
oleh pemerintah pusat.
Pajak daerah adalah pajak-pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah
(misal: Propinsi, Kabupaten, dan Kotamadya) yang diatur berdasarkan
peraturan daerah masing-masing dan hasil pemungutannya digunakan untuk
pembiayaan rumah tangga daerahnya (Prakosa, 2003: 2).
b. Kriteria Pajak Daerah
Kriteria pajak daerah yang diuraikan oleh K.J. Davey (1988) dalam
bukunya yang berjudul Financing Regional Government (Prakosa, 2003: 2),
terdiri dari empat hal yaitu:
1) Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah berdasarkan pengaturan dari
daerah sendiri.
2) Pajak yang dipungut berdasarkan peraturan pemerintah pusat tetapi
penetapan tarifnya dilakukan oleh pemerintah daerah.
3) Pajak yang ditetapkan dan atau dipungut oleh pemerintah daerah.
4) Pajak yang dipungut dan diadministrasikan oleh pemerintah pusat tetapi
hasil pungutannya diberikan kepada pemerintah daerah.
c. Jenis-Jenis Pajak Daerah
Pajak daerah dapat diklasifikasikan menurut wilayah kekuasaan pihak
pemungutnya. Menurut wilayah pemungutannya pajak dibagi menjadi pajak
propinsi dan pajak kabupaten/kota (Prakosa, 2003: 3).
1) Pajak Propinsi
Pajak propinsi adalah pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah
daerah tingkat propinsi. Pajak propinsi terdiri dari: Pajak kendaraan
bermotor dan kendaraan di atas air, Bea balik nama kendaraan bermotor
dan kendaraan di atas air, Pajak bahan bakar kendaraan bermotor, Pajak
pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan.
2) Pajak Kabupaten/Kota
Pajak kabupaten/kota adalah pajak daerah yang dipungut oleh
pemerintah daerah tingkat kabupaten/kota. Pajak kabupaten/kota terdiri
dari: Pajak hotel, Pajak restoran, Pajak hiburan, Pajak reklame, Pajak
penerangan jalan, dan Pajak pengambilan bahan galian golongan C.
d. Kriteria Efektivitas Pajak Daerah
Setiap daerah mempunyai potensi yang cukup besar bagi pendapatan
daerah, namun tidak semuanya dapat dikenakan pajak. Ada lima kriteria
yang harus dipenuhi suatu potensi pendapatan agar dapat menjadi obyek
pengenaan pajak daerah (Davey, 1988) meliputi: kriteria kecukupan dan
elastisitas, pemerataan (keadilan), kemampuan administratif, penerimaan
politis, dan kecocokan suatu pajak (Prakosa, 2003: 13).
1) Kecukupan dan elastisitas.
Persyaratan pertama sumber pendapatan yang dapat dipajaki adalah
sumber tersebut harus menghasilkan pendapatan yang lebih besar
dibandingkan seluruh atau sebagian biaya pelayanan yang akan
dikeluarkan. Elastisitas mempunyai dua dimensi. Pertama adalah
pertumbuhan potensi dari dasar pengenaan pajak itu sendiri. Kedua,
kemudahan untuk memungut pertumbuhan pajak tersebut.
2) Keadilan.
Pada prinsipnya, beban pengeluaran pemerintah haruslah dipikul oleh
semua golongan dalam masyarakat sesuai dengan kekayaan dan
kesanggupan masing-masing golongan. Konsep ini memandang pajak
merupakan suatu alat redistribusi pendapatan, golongan kaya
menyumbang lebih besar daripada nilai pelayanan yang diterimanya,
sebaliknya golongan miskin nilai pelayanan yang ia peroleh lebih besar
dibanding sumbangan yang ia berikan.
3) Kemampuan administratif.
Sumber pendapatan berbeda-beda dalam jumlah, integritas dan
keputusan yang diperlukan dalam administrasinya.
4) Penerimaan politis.
Kemauan politis diperlukan dalam mengenakan pajak, menetapkan
struktur tarif, memutuskan siapa yang harus membayar dan bagaimana
pajak tersebut ditetapkan, memungut pajak secara fisik, dan
memaksakan sanksi terhadap para pelanggar. Hal ini pada gilirannya
tergantung pada dua faktor: kepekaan dan kejelasan dari pajak tersebut
dan adanya keleluasaan dalam mengambil keputusan. Kebutuhan untuk
membuat suatu keputusan dalam rangka meningkatkan tarif pajak yang
tertinggi dapat memaksa instansi Pemerintah lebih teliti tehadap
pertimbangan untuk pengeluaran tertentu atau mengurangi pemborosan.
Sering kali diusahakan untuk membuat pajak lebih diterima dengan
mengkaitkan penggunaanya secara langsung (earnmarking) yaitu dengan
meningkatkan pelayanan tertentu yang popular seperti pelayanan
pendidikan.
5) Kecocokan suatu pajak.
2. Retribusi Daerah
a. Pengertian
Retribusi daerah dapat diartikan sebagai pungutan yang dilakukan oleh
pemerintah sebagai akibat adanya kontraprestasi yang diberikan oleh
pemerintah daerah yang langsung dinikmati oleh masyarakat (Masmudi,
2003).
b. Jenis Retribusi
Ada jenis retribusi menurut Masmudi (2003), yaitu: Jasa Umum, Jasa
Usaha, dan Perizinan Tertentu.
1) Jasa umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah
daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat
dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
2) Jasa usaha adalah jasa yang diberikan oleh pemerintah daerah dengan
menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan
oleh sektor swasta.
3) Perizinan tertentu adalah kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam
rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang
dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan
pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya
alam, barang prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi
kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
D. Pinjaman Daerah
Pinjaman daerah dapat berupa pinjaman pada pihak swasta, pihak
masyarakat, maupun dengan cara menerbitkan surat obligasi kepada publik.
Pinjaman daerah merupakan semua transaksi yang mengakibatkan daerah
menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari
pihak lain sehingga daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar
kembali (Hidayat, 2005: 52).
Pinjaman daerah bersumber dari (Bratakusumah dan Dadang Solihin,
2001: 191-192): Dalam negeri dan Luar negeri.
1. Dalam negeri. Pinjaman daerah yang bersumber dari dalam negeri berupa:
pinjaman dari pemerintah pusat, lembaga keuangan bank, lembaga
keuangan bukan bank, masyarakat (berupa penerbitan obligasi), sumber
lainnya (misalnya pinjaman daerah dari pemerintah daerah lain).
2. Luar negeri. Pinjaman yang bersumber dari luar negeri berasal dari
pinjaman bilateral atau pinjaman multilateral.
E. Lain –Lain Penerimaan Daerah yang Sah
Lain-lain penerimaan daerah yang sah antara lain hibah, dana darurat,
penerimaan lainnya yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
F. Pembiayaan Daerah
Pembiayaan (financing) berdasarkan Peraturan Pemerintah Standar
Akuntansi Pemerintahan No.24 tahun 2005 adalah setiap penerimaan yang
perlu dibayarkan kembali dan atau pengeluaran yang akan diterima kembali,
baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun anggaran pada tahun-
tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama
dimaksudkan untuk menutup defisit atau pemanfaatan surplus anggaran
(Yuwono dkk, 2005:108).
Pembiayaan dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu penerimaan
pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. Pembiayaan bersih dapat diukur
dengan mengurangkan penerimaan pembiayaan dengan pengeluaran
pembiayaan. Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan yang terdapat
pada rekening kas umum daerah (Halim, 2008: 103).
1. Penerimaan Pembiayaan
Kelompok penerimaan pembiayaan terdiri atas: Sisa Lebih Perhitungan
Anggaran Tahun Lalu, Pencairan Dana Cadangan, Penerimaan Pinjaman
Daerah, Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah, Penerimaan
Piutang Daerah, dan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan.
a. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu
Merupakan sumber pembiayaan yang berasal dari sisa anggaran tahun
lalu yang mencakup penghematan belanja, kewajiban pada pihak ketiga
yang sampai akhir tahun belum terselesaikan, sisa dana kegiatan
lanjutan, dan semua pelampauan atas penerimaan daerah seperti
penerimaan PAD, penerimaan dana perimbangan, penerimaan lain-lain
pendapatan daerah yang sah, dan penerimaan pembiayaan.
b. Pencairan Dana Cadangan
Merupakan sumber pembiayaan yang dapat berasal dari penyisihan atas
penerimaan daerah, kecuali dari dana alokasi khusus, pinjaman daerah
atau penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi untuk pengeluaran
tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan.
c. Penerimaan Pinjaman Daerah
Merupakan sumber pembiayaan yang berasal dari kegiatan meminjam
dana termasuk menerbitkan obligasi.
d. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah
Merupakan sumber pembiayaan yang didapatkan dari diterimanya
kembali sejumlah pinjaman yang telah diberikan kepada pemerintah
pusat atau pemda (pemerintah daerah) lainnya.
e. Penerimaan Piutang Daerah
Merupakan sumber pembiayaan yang berasal dari pelunasan pihak ketiga
seperti penerimaan piutang daerah dari pendapatan daerah, pemerintah
pusat, pemda lainnya, lembaga keuangan bank dan bukan bank, serta
penerimaan piutang lainnya.
f. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Merupakan sumber pembiayaan yang berasal dari penjualan perusahaan
milik daerah/BUMD, dan penjualan aset milik pemda yang
dikerjasamakan dengan pihak ketiga, atau hasil divestasi penyertaan
modal pemda.
2. Pengeluaran Pembiayaan
Kelompok pembiayaan pengeluaran daerah menurut Halim (2008: 106)
terdiri atas pembiayaan berikut ini:
a. Pembentukan dana cadangan
Dana cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung
kebutuhan yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat
dipenuhi dalam satu tahun anggaran.
b. Penyertaan modal
Merupakan sumber pembiayaan yang berupa kegiatan penyertaan modal
(investasi).
c. Pembayaran pokok utang
Akun pembayaran pokok utang digunakan untuk menganggarkan
pembayaran kewajiban atas pokok utang yang dihitung berdasarkan
perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah, dan jangka
panjang.
d. Pemberian pinjaman daerah
Akun pemberian pinjaman daerah digunakan untuk menganggarkan
pinjaman yang diberikan kepada pemerintah pusat atau pemda lain.
G. Belanja Daerah
Berdasarkan karakternya, belanja dikelompokkan menjadi Belanja
Operasi, Belanja Modal, dan Belanja Tak Terduga (Ghozali dan Dwi Ratmono,
2008: 88).
1. Belanja Operasi adalah pengeluaran untuk kegiatan sehari-hari pemerintah
pusat/daerah yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja operasi antara
lain meliputi belanja pegawai, belanja barang non investasi, pembayaran
bunga hutang, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja operasional
lainnya.
2. Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap
dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi.
Belanja modal antara lain belanja modal perolehan tanah, gedung dan
bangunan, peralatan dan mesin, jalan, irigasi, dan jaringan, aset tetap
lainnya dan aset tak berwujud.
3. Belanja Tak Terduga adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang
sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan
bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang
sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah.
Pasal 26 PP No. 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
bagian keempat tentang Belanja Daerah ayat 1 berbunyi “Belanja Daerah
digunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan propinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib dan
urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan”. Di
ayat 2 disebutkan bahwa “Belanja penyelenggaraan urusan wajib sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diprioritaskan untuk melindungi masyarakat dalam
upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk
peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial, dan
fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial”
(Darwanto dan Yulia Yustikasari, 2007).
H. Kerangka Teoritis
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan, mengenai pengaruh
pendapatan asli daerah, dan pembiayaan daerah terhadap belanja daerah maka
kerangka teoritis dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1
Model Penelitian
I. Hipotesis
Pembiayaan Daerah
Belanja Daerah
Pendapatan Asli
Daerah
Hipotesis bisa didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara
logis diantara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk
pernyataan yang dapat diuji (Sekaran, 2006: 135 buku 1). Dalam penelitian
ini, hipotesis yang diungkapkan adalah sebagai berikut:
Ha1: Pendapatan asli daerah berpengaruh secara signifikan terhadap
belanja daerah.
Ha2: Pembiayaan berpengaruh secara signifikan terhadap belanja daerah.
Ha3: Pendapatan asli daerah dan pembiayaan berpengaruh secara
signifikan terhadap belanja daerah.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam rangka menganalisis pengaruh pendapatan
asli daerah dan pembiayaan terhadap belanja daerah DKI Jakarta periode 2003-
2007 (5 tahun). Penelitian ini mengambil periode selama 5 tahun yaitu tahun
2003-2007. Obyek penelitian adalah Direktorat Jenderal Perimbangan
Keuangan (DJPK) DKI Jakarta mengenai Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD).
B. Metode Penentuan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara non-probabilitas dengan metode
convenience sampling, yaitu pengambilan sampel secara nyaman dilakukan
dengan memilih sampel bebas sekehendak perisetnya (Jogiyanto, 2004: 79).
C. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Menurut Indriantoro (2004: 147), data sekunder merupakan sumber data
penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media
perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Sumber data berasal dari
laporan realisasi APBD DKI Jakarta yang diperoleh dari situs Direktorat
Jenderal Perimbangan dan Keuangan melalui internet. Data yang diambil
adalah pendapatan daerah, pembiayaan daerah dan belanja daerah DKI Jakarta
periode 2003-2007.
D. Metode Analisis
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif kuantitatif merupakan teknik analisis
yang dilakukan dalam bentuk data/angka yang kemudian dianalisis dan
diinterpretasikan dalam bentuk uraian (Nursiawan, 2003).
1. Uji Normalitas
Uji Kolmogorov Smirnov menurut Agung Nugroho (2005: 107)
bertujuan membantu penelitian dalam menentukan distribusi normal dengan
jumlah data penelitian yang sangat sedikit (kurang dari 30). Uji Kolmogorov
Smirnov ini sangat membantu peneliti untuk mengetahui apakah sampel
yang dipilih berasal dari populasi yang terdistribusi secara normal. Menurut
M. Nasser dan F. Agathasai Ayuningtyas (2007: 308) tujuan dari pengujian
ini adalah untuk menentukan apakah digunakan statistik parametrik atau non
parametrik. Fungsi uji Kolmogorov Smirniov (Usman dan Setiadi Akbar,
2006: 315):
a. Menguji kesesuaian antara distribusi harga-harga yang diobservasi
dengan distribusi yang teoritis tertentu (uniform, normal, maupun
poisson).
b. Ho: distribusi frekuensi observasi = teoritis
Ha: distribusi frekuensi observasi ≠ teoritis
c. Yang dibandingkan adalah distribusi frekuensi kumulatif hasil
pengamatan dengan distribusi frekuensi kumulatif yang terjadi di bawah
distribusi teoritis tertentu (direperesentasikan dalam Ho).
Pedoman yang digunakan ntuk menerima atau menolak hipotesis nol
(Ho) yang diusulkan (Agung Nugroho, 2005: 112):
1). Ho diterima jika nilai ρ- value pada kolom asimp.sig (2- tailed) > level of
significant (α).
2). Ho ditolak jika nilai ρ- value pada kolom asimp.sig (2- tailed) < level of
significant (α).
Pedoman yang digunakan ntuk menerima atau menolak hipotesis nol
(Ho) yang diusulkan (Agung Nugroho, 2005: 112):
1). Ha diterima jika nilai ρ- value pada kolom asimp.sig (2- tailed) < level of
significant (α).
2). Ha ditolak jika nilai ρ- value pada kolom asimp.sig (2- tailed) > level of
significant (α).
Level of significant yang digunakan adalah 0,05 atau 5%.
Rumus yang digunakan (Sugiyono, 2009: 64):
D = maksimum [Sn1 (X) – Sn2 (X)]
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis menggunakan model regresi berganda yang
didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal dua atau lebih variabel
independen dengan satu variabel dependen (Sugiyono, 2007: 243).
Persamaan model regresi berganda:
Y’= a + b1X1+ b2X2+ e
Y’ adalah variabel dependen, yaitu belanja daerah
a adalah konstanta
b1…2 adalah koefisien regresi
X1 adalah variabel independen, yaitu pendapatan asli daerah
X2 adalah variabel independen, yaitu pembiayaan
e adalah error
a. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur kemampuan
variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi untuk menunjukkan persentase timgkat kebenaran
prediksi dari pengujian regresi yang dilakukan. Nilai koefisien
determinasi memiliki range antara 0 sampai 1. Jika nilai koefisien
determinasi semakin mendekati 1 maka berarti semakin besar variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Jika angka R
diatas 0.5 maka korelasi atau hubungan antara variabel independen
dengan variabel dependen adalah kuat. Sebaliknya, jika angka R dibawah
0.5 maka korelasi atau hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen adalah lemah (Santoso dalam Christinawati, 2005).
b. Uji Statistik t (t-test)
Untuk menguji hipotesis kompartif rata-rata dua sampel bila
datanya berbentuk interval atau rasio, digunakan t-test (Sugiyono, 2007:
119). Untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan dari
variabel masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen
maka nilai signifikan t dibandingkan dengan derajat kepercayaan.
Apabila sig t lebih besar dari 0.05 maka Ho diterima. Jika sig t
lebih kecil dari 0.05 maka Ho ditolak. Bila Ho ditolak berarti ada
hubungan yang signifikan antar variabel independen terhadap variabel
dependen (Ghozali dalam Christinawati, 2005).
c. Uji Statistik F
Uji F dilakukan dengan tujuan untuk menguji variabel independen
terhadap variabel dependen. Secara bebas dengan signifikansi sebesar
0.05, dapat disimpulkan (Ghozali dalam Christinawati, 2005) sebagai
berikut:
1. Jika nilai signifikan < 0.05, maka Ha diterima.
2. Jika nilai signifikan > 0.05, maka Ha ditolak.
E. Definisi Operasional
1. Definisi Operasional
a. Variabel Bebas
Variabel bebas (independent variable) adalah tipe variabel yang
menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain (Indriantoro, 2004).
Variabel bebas yang digunakan adalah pendapatan asli daerah dan
pembiayaan daerah. Periode waktu data yang diteliti adalah lima tahun,
yaitu tahun 2003-2007.
Pendapatan asli daerah merupakan semua penerimaan daerah yang
berasal dari sumber asli ekonomi daerah (Halim, 2008: 96). Pendapatan
Asli Daerah terdiri dari: pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil
perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya
yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Pembiayaan yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayarkan
kembali dan atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada
tahun anggaran yang bersangkutan maupun anggaran pada tahun-tahun
anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama
dimaksudkan untuk menutup defisit atau pemanfaatan surplus anggaran
(Yuwono dkk, 2005:108).
b. Variabel Terikat
Variabel terikat (dependent variable) adalah tipe variabel yang
dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen (Indriantoro, 2004).
Dalam penelitian ini, variabel terikat yang digunakan adalah belanja
daerah, yaitu pengeluaran pemda pada satu periode anggaran. Periode
waktu data yang diteliti adalah lima tahun, yaitu tahun 2003-2007.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah
Dibentuk sesuai amanat Pasal 18A UUD (Undang-Undang Dasar) 1945,
Pasal 2d, 2e dan 2f Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004, dan Pasal 2
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, yang menyatakan bahwa hubungan
keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah merupakan hal
yang penting dan strategis dalam rangka pengelolaan keuangan negara. Hal
tersebut mengingat peta pengelolaan keuangan mengikuti kewenangan yang
telah diserahkan kepada daerah dimana jumlah dana yang disalurkan ke
daerah melalui pos Belanja untuk Daerah dalam APBN cenderung
meningkat setiap tahunnya.
Sampai dengan saat ini, tidak ada unit kerja di lingkungan Pemerintah
pusat yang ditugaskan menangani secara khusus pengelolaan hubungan
keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah secara terpadu.
Direktoral Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK) Departemen
Keuangan merupakan penggabungan dari beberapa unit eselon II dari
Direktorat Jenderal Anggaran dan Perimbangan Keuangan (DJAPK) Badan
Pengkajian Ekonomi Keuangan dan Kerjasama Internasional (BAPPEKI)
sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden No. 66 tahun 2006 tentang
unit organisasi dan tugas eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia.
Dengan terbentuknya unit baru tersebut diharapkan kebijakan dan
standarisasi teknis di bidang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat
dan pemerintah daerah dapat lebih fokus dan terarah sejalan dengan
skenario (road map) yang telah dicanangkan.
2. Visi Misi
Visi
“Menjadi unit organisasi yang profesional, kredibel, dan akuntabel dalam
perumusan dan pengelolaan kebijakan di bidang perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.”
Misi
a) Mewujudkan optimalisai pendapatan asli daerah melalui pengkajian,
supervisi, dan evaluasi kebijakan pajak daerah dan retribusi daerah yang
konstruktif, adil, dan selaras dengan kebijakan perpajakan nasional;
b) Mewujudkan optimalisasi perumusan dan pelaksanaan kebijakan dana
perimbangan yang transparan, adil, proporsional, dan demokratis;
c) Mewujudkan efisiensi dan efektivitas pengelolan keuangan dalam rangka
desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan berdasarakan prinsip
transparansi dan akuntabilitas;
d) Mewujudkan optimalisasi perumusan dan pelaksanaan kebijakan
pembiayaan daerah agar diperoleh sumber pembiayaan dengan biaya
rendah dan tingkat resiko yang dapat ditoleril;
e) Mewujudkan penyelenggaraan sistem informasi keuangan daerah yang
transparan, akurat, relevan, tepat waktu, dan dapat
dipertanggungjawabkan.
3. Tupoksi
Tugas Pokok
“Merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di
bidang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah.”
Fungsi
a) Penyiapan perumusan kebijakan di bidang perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan daerah;
b) Pelaksanaan kebijakan di bidang perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan daerah;
c) Perumusan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang
perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah;
d) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perimbangan
keuangan pemerintah pusat dan daerah;
e) Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal.
4. Kewenangan
a) Merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di
bidang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah sesuai
dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b) Menyiapkan perumusan kebijakan, standarisasi, bimbingan teknis,
pemantauan, dan evaluasi di bidang pajak daerah dan retribusi daerah.
c) Menyiapkan perumusan kebijakan, koordinasi dan fasilitasi, perhitungan
alokasi, standarisasi, bimbingan teknis, pemantauan dan evaluasi di
bidang belanja untuk daerah (Dana Perimbangan dan Dana Otonomi
Khusus).
d) Menyiapkan perumusan kebijakan, standarisasi, bimbingan teknis,
pemantauan dan evaluasi di bidang pinjaman, hibah dan kapasitas
daerah.
e) Menyiapkan perumusan kebijakan, standarisasi, bimbingan teknis,
pemantauan dan evaluasi pendanaan daerah serta penyelenggaraan
informasi keuangan daerah.
f) Memberikan pelayanan teknis dan administratif kepada semua unsur di
lingkungan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan.
5. SOP (Standard Operating Procedures)
Tabel 4.1
Standard Operating Procedures
NO. JUDUL SOP NOMOR SOP
1 Evaluasi rancangan peraturan daerah
tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (PDRD).
SOP -01/ PK.2/ 2007
2 Rekomendasi pembatalan peraturan
daerah daerah tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah (PDRD).
SOP -02/ PK.2/ 2007
3 Penyiapan bahan kebijakan formula
dan perhitungan Dana Alokasi Umum
SOP -89/ PK.3/ 2007
4 Penyusunan bahan perumusan
formula Dana Alokasi Umum
SOP -90/ PK.3/ 2007
5 Perhitungan alokasi Dana Alokasi
Umum
SOP -91/ PK.3/ 2007
6 Perhitungan alokasi Dana Alokasi
Khusus per daerah
SOP -104/ PK.3/ 2007
7 Analisis dan evaluasi usulan
pinjaman daerah dari pemerintah
yang dananya berasal dari pemerintah
SOP -04/ PK.4/ 2007
8 Penilaian usulan rencana penerbitan
obligasi daerah
SOP -05/ PK.4/ 2007
9 Penilaian kelengkapan dokumen
usulan penerusan pinjaman luar
negeri
SOP -11/ PK.4/ 2007
10 Penilaian kelayakan keuangan pemda SOP -12/ PK.4/ 2007
(pemerintah daerah) dalam menerima
penerusan pinjaman luar negeri
11 Penilaian pemberian hibah yang
bersumber dari pendapatan dalam
negeri
SOP -16/ PK.4/ 2007
12 Penilaian pemberian hibah yang
bersumber dari pendapatan luar
negeri
SOP -23/ PK.4/ 2007
13 Penyajian informasi keuangan SOP -57/ PK.5/ 2007
14 Layanan data informasi keuangan
daerah
SOP -59/ PK.5/ 2007
6. Struktur Organisasi
7. Statistik Pegawai
B. Hasil Dan Pembahasan
1. Perkembangan Penerimaan Pendapatan Asli Daerah, Pembiayaan, dan
Belanja Daerah Periode 2003-2007
Penerimaan dan pengeluaran daerah yang tersusun dalam APBD secara
ringkas terdiri dari: pendapatan asli daerah, dana alokasi, lain-lain
pendapatan yang sah, belanja, dan pembiayaan. Berikut ini daftar
perkembangan penerimaan pendapatan asli daerah, pembiayaan daerah, dan
belanja daerah.
Tabel 4.2
Daftar Perkembangan Penerimaan Pendapatn Asli daerah,
Pembiayaan, dan Belanja Daerah Periode 2003-2007 (dalam jutaan)
Tahun Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pembiayaan Daerah
Belanja Daerah
2003 5.261.851,41 400.225,56 10.382.597,14
2004 6.430.334,81 -53.053,04 11.493.273,27
2005 7.597.867,92 -1.029369,41 12.447.564,53
2006 7.799.278,79 843.099,31 15.162.194,37
2007 8.731.096,24 612.776,51 17.280.823,48
Sumber data: Ringkasan buku APBD
Berdasarkan tabel 4.2 pendapatan asli daerah dan belanja daerah
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pembiayaan daerah juga
mengalami peningkatan kecuali untuk tahun 2004 dan 2005 karena APBD
mengalami surplus maka pembiayaan bernilai negatif untuk menghapus
surplus sehingga antara penerimaan dan belanja daerah seimbang. Nilai
positif dalam pembiayaan berarti APBD mengalami defisit sehingga
membutuhkan dana tambahan untuk menutup defisit tersebut.
Tabel 4.3
Daftar Perkembangan Pendapatan Asli Daerah dalam Persentase
(dalam Jutaan)
Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Tahun ke-n
Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Tahun ke- n-1
Persentase
Perubahan
5.261.851,41 4.509.525,75 17%
6.430.334,81 5.261.851,41 22,4%
7.597.867,92 6.430.334,81 18,15%
7.799.278,79 7.597.867,92 2,65%
8.731.096,24 7.799.278,79 11,95%
Sumber data: Ringkasan buku APBD (data diolah)
Tabel 4.4
Daftar Pertumbuhan Pembiayaan secara Persentase
(dalam jutaan)
Pembiayaan Tahun ke-n Pembiayaan Tahun
ke- n-1
Persentase
Perubahan
400.225,56 - -
-53.053,04 400.225,56 (85,4%)
-1.029.369,41 -53.053,04 35,7%
843.099,31 -1.029.369,41 18%
612.776,51 843.099,31 (38%)
Sumber data: Ringkasan buku APBD (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa pertumbuhan pendapatan
asli daerah umumnya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Pertumbuhan pembiayaan berdasarkan tabel 4.4 mengalami perubahan
(kenaikan dan penurunan). Pada tahun 2002 tidak tercantum besarnya
pembiayaan karena pada tahun tersebut belumdipakai istilah pembiayaan
sehingga besarnya pertumbuhan sulit untuk diketahui.
Tabel 4.5
Daftar pertumbuhan Belanja Daerah secara Persentase
(dalam jutaan)
Belanja Daerah Tahun ke-n
Belanja Daerah Tahun ke- n-1
Persentase Perubahan
10.382.597,14 8.556.135,99 21%
11.493.273,27 10.382.597,14 11%
12.447.564,53 11.493.273,27 8%
15.162.194,37 12.447.564,53 22%
17.280.823,48 15.162.194,37 14%
Sumber data: Ringkasan buku APBD (data diolah)
2. Uji Normalitas
Uji Kolmogorov Smirnov menurut Agung Nugroho (2005: 107)
bertujuan membantu penelitian dalam menentukan distribusi normal dengan
jumlah data penelitian yang sangat sedikit (kurang dari 30).
Pedoman yang digunakan ntuk menerima atau menolak hipotesis nol
(Ho) yang diusulkan (Agung Nugroho, 2005: 112):
1). Ho diterima jika nilai ρ- value pada kolom asimp.sig (2- tailed) > level
of significant (α).
2). Ho ditolak jika nilai ρ- value pada kolom asimp.sig (2- tailed) < level of
significant (α).
Pedoman yang digunakan ntuk menerima atau menolak hipotesis nol
(Ho) yang diusulkan (Agung Nugroho, 2005: 112):
1). Ha diterima jika nilai ρ- value pada kolom asimp.sig (2- tailed) < level of
significant (α).
2). Ha ditolak jika nilai ρ- value pada kolom asimp.sig (2- tailed) > level of
significant (α).
Level of significant yang digunakan adalah 5% (0,05).
Ho: distribusi frekuensi observasi = teoritis (normal)
Ha: distribusi frekuensi observasi ≠ teoritis (tidak normal)
Tabel 4.5
Uji Kolmogorov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
PAD Pembiayaan Belanja Daerah
N 5 5 5
Normal Parameters
Mean 7164087.5000 154735.7813 13354491.0000
Std. Deviation 1342018.62500 739795.93750 2821782.75000Most Extreme Differences
Absolute .227 .230 .226
Positive .122 .176 .226 Negative -.227 -.230 -.146
Kolmogorov-Smirnov Z
.507 .514 .505
Asymp. Sig. (2-tailed)
.959 .954 .960
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Berdasarkan uji normalitas pada tabel 4.5, menunjukkan bahwa nilai
signifkan Kolmogorov Smirnov untuk pendapatan asli daerah sebesar 0.959
yang lebih besar dari α (yaitu 0.05) dan nilai signifkan Kolmogorov Smirnov
untuk pembiayaan sebesar 0.954 yang juga lebih besar dari 0.05 dan belanja
daerah sebesar 0.960 > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa data
berdistribusi normal.
3. Uji Hipotesis
a. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur kemampuan
variabel independen, yaitu pendapatan asli daerah dan pembiayaan
dalam menjelaskan variabel dependen, yaitu belanja daerah. Hasil uji
koefisien determinasi disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.6
Koefisien Determinasi
Model Summary Model R R Square Adjusted
R Square Std. Error of the Estimate
1 .995 .989 .978 415357.17097
a Predictors: (Constant), Pembiayaan, Pendapatan Asli Daerah b Dependent Variable: Belanja Daerah
Berdasarkan tabel 4.6 angka Adjusted R Square sebesar 0.978, yang
menunjukkan bahwa variabel belanja daerah dapat dijelaskan oleh
variabel pendapatan asli daerah dan pembiayaan sebesar 97,8%
sedangkan sisanya 2,2% dijelaskan oleh variabel lain di luar model.
Variabel-variabel lain tersebut dapat berupa lain-lain pendapatan daerah
yang sah dan pinjaman daerah. Angka R sebesar 0.995 menunjukkan
bahwa variabel-variabel penelitian mempunyai korelasi yang sangat erat.
b. Uji Statistik t (t- test)
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang
signifikan dari variabel masing-masing variabel tabel independen, yaitu
pendapatan asli daerah dan pembiayaan terhadap variabel dependen.
Hasil perhitungan statistik pada uji t ditunjukkan pada tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.7
Hasil Uji t (t- test)
Coefficients(a)
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -257689,642 1118427,373 -,223 ,844
Pendapatan Asli Daerah
1,868 ,154 ,889 12,099 ,007
Pembiayaan 1,445 ,280 ,379 5,161 ,036
a Dependent Variable: Belanja Daerah
Hasil perhitungan uji t pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa kedua
variabel independen (pendapatan asli daerah dan pembiayaan) secara
signifikan mempengaruhi variabel dependen (belanja modal). Variabel
pendapatan asli daerah mempunyai nilai signifikan 0,007 lebih kecil dari
tingkat signifikansi 0,05 yang berarti Ha1 diterima sehingga dapat
disimpulkan bahwa pendapatan asli daerah secara signifikan
berpengaruh terhadap belanja daerah.
Variabel pembiayaan mempunyai nilai signifikan 0,036 lebih kecil
dari tingkat signifikansi 0,05 yang berarti Ha2 diterima sehingga dapat
disimpulkan bahwa pembiayaan secara signifikan berpengaruh terhadap
belanja daerah. Penelitian yang dilakukan oleh A.A.B Widanta,
menyatakan bahwa pertumbuhan PDRB provinsi Bali tidak lepas dari
kontribusi pemerintah pusat dalam pembiayaan pembangunan. Menurut
penelitian yang dilakukan Eka Rosalina, adanya perkembangan SILPA
yang merupakan bagian dari pembiayaan daerah, yang bersaldo positif
menunjukkan kesehatan fiskal.
Model persamaan regresi dapat ditulis sebagai berikut:
Y’ = -257689,642 + 1,869 X1+ 1,446 X2 + e
Dari persamaan tersebut, dapat diartikan:
1. Nilai konstanta sebesar -257689,642 menunjukkan bahwa jika nilai
variabel-vaeriabel independennya nol maka belanja daerah yang
dikelurakan pemerintah daerah menurun sebesar 257689,642.
2. Koefisien regresi 1,869 pada variabel pendapatan asli daerah (PAD)
berarti, apabila PAD meningkat sebesar satu satuan sedangkan nilai
variabel lain tetap maka akan mengakibatkan naiknya belanja daerah
sebesar 1,869 satuan.
3. Koefisien regresi 1,446 pada variabel pembiayaan berarti, apabila
pembiayaan meningkat sebesar satu satuan sedangkan nilai variabel
lain tetap maka akan mengakibatkan naikknya belanja daerah sebesar
1,446 satuan.
c. Uji Statistik F
Uji F dilakukan dengan tujuan untuk menguji variabel-variabel
independen, yaitu pendapatan asli daerah dan pembiayaan apakah secara
bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Pengujian simultan ini
membandingkan antara nilai signifikan F dengan nilai signifikan yang
digunakan, yaitu 0,05 (Darwanto dan Yulia Yustikasari,2007: 16).
Tabel 4.8
Hasil Uji F ANOVA(b)
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 31461724567910,520
2 157308622839
55,260 92,278 ,011(a)
Residual 340946698306,169
2 170473349153,
085
Total 31802671266216,690
4
a Predictors: (Constant), Pembiayaan, Pendapatan Asli Daerah b Dependent Variable: Belanja Daerah
Hasil perhitungan statistik uji F berdasarkan tabel diatas memiliki
nilai signifikansi F sebesar 0,011 di bawah 0,05 yang berarti seluruh
variabel independen: pendapatan asli daerah dan pembiayaan secara
simultan berpengaruh terhadap variabel dependen, yaitu belanja daerah
maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi variabel dependen
(belanja daerah). Hal ini dapat dikatakan bahwa Ha3 diterima.
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, pendapatan asli
daerah berpengaruh terhadap belanja daerah. Hasil uji ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Darwanto dan Yulia Yustikasari, yang
menyatakan bahwa variabel pendapatan asli daerah berpengaruh positif
terhadap belanja modal. Pembiayaan berpengaruh terhadap belanja
modal. Penelitian yang dilakukan oleh A.A.B. Widanta, menyatakan hal
yang serupa yaitu pertumbuhan PDRB Provinsi Bali tidak lepas dari
kontribusi pemerintah pusat dalam pembiayaan pembangunan. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Eka Rosalina, adanya perkembangan
SiLPA (Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu) yang merupakan
bagian dari pembiayaan yang bersaldo positif menunjukkan kesehatan
fiskal. Terkait dengan hasil penelitian ini, pendapatan yang diperoleh
daerah mempengaruhi besarnya pengeluaran sehingga diperlukan upaya
yang intensif guna meningkatkan pendapatan daerah agar tidak terjadi
defisit anggaran, yang sering dialami pemrintah daerah di Indonesia.
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pendapatan asli
daerah dan pembiayaan daerah terhadap belanja daerah DKI Jakarta selama 5
tahun. Hasil penelitian menunjukkan kesimpulan:
1. Berdasarkan hasil uji t, menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah
memiliki tingkat signifikan 0.007, yaitu dibawah 0.05 yang berarti
pendapatan asli daerah berpengaruh secara signifikan terhadap belanja
daerah.
2. Berdasarkan hasil uji t, pembiayaan daerah memiliki tingkat signifikan
0.036 yaitu dibawah 0.05 yang berarti pembiayaan daerah berpengaruh
secara signifikan terhadap belanja daerah.
3. Berdasarkan hasil uji-F, besarnya signifikansi adalah 0.011 dimana lebih
kecil dari 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah dan
pembiayaan daerah secara bersana-sana berpengaruh secara signifikan
terhadap belanja daerah, yang berarti menerima Ha.
B. Implikasi
1. Pendapatan asli daerah merupakan salah satu sumber penerimaan daerah
yang akan digunakan untuk pembangunan dan kesejahteraan daerah dalam
belanja daerah. Setiap tahunnya, pendapatan asli daerah mengalami
peningkatan.
2. Timbulnya defisit anggaran daerah dapat diakibatkan oleh pemerintah
daerah yang kurang efektif dan efisien dalam membelanjakan pemerimaan
daerah, ataupun kurangnya efektifitas sosialisasi dan pengawasan terhadap
wajib pajak sehingga masih banyak wajib pajak yang belum melaporkan
dan menyetorkan pajaknya (dalam hal ini pajak daerah) yang
mengakibatkan masih kurangnya penerimaan pendapatan bagi daerah.
3. Tingkat kepatuhan dan kesadaran wajib pajak yang rendah dalam
melaporkan dan menyetorkan pajak daerah juga merupakan salah satu
penyebab penerimaan pendapatan daerah yang rendah meskipun terjadi
peningkatan setiap tahun.
4. Untuk menutup defisit, pemerintah daerah menggunakan penerimaan
pembiayaan daerah yang dapat berasal dari sisa anggaran tahun lalu yang
mencakup penghematan belanja, penyisihan atas penerimaan daerah, dan
sebagainya.
5. Pengeluaran pembiayaan daerah digunakan untuk pemanfaatan surplus
untuk dialokasikan ke pembentukan dana cadangan, penyertaan modal
(investasi) dan lain sebagainya.
6. Dilakukan pengawasan terhadap pekerjaan pembangunan yang dananya
berasal dari APBD DKI Jakarta sehingga dana tersebut dapat digunakan
sesuai dengan fungsinya dan mengeliminasi penyelewengan dana
pemerintah daerah.
7. Pengeluaran dana daerah untuk pembangunan dilakukan secara efektif dan
efisien sehingga pengeluaran tersebut sesuai dengan sasaran pembangunan
daerahnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Syukriy dan Abdul Halim. Studi atas Belanja Modal pada Anggaran
Pemerintah Daerah dalam Hubungannya dengan Belanja Pemeliharaan
dan Sumber Pendapatan, Jurnal Akuntansi Pemerintahan Vol.2, No.2,
November 2006: 17-32, www.bppk.depkeu.go.id/ondex.php/2008042271/, diakses 29 Februari 2009
Agung Nugroho, Bhuono. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian
dengan SPSS, CV. Andi Offset, Yogyakarta, 2005
Bratakusumah, Deddy Supriady dan Dadang Solohin. Otonomi Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001
Christinawati. Pengaruh Informasi Prospektus Terhadap Return Saham Di Pasar
Perdana, skripsi, Universitas Trisakti, Jakarta, 2005
Darwanto dan Yulia Yustikasari. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan
Asli Daerah, Dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian
Anggaran Belanja Modal, Simposium Nasional Akuntansi X Makasssar 26-28 Juli 2007, https://info.perbanasinstitute.ac.id/pdf/ASPP04.pdf.,
diakses 6 Maret 2009
Ghozali, Imam dan Dwi Ratmono. Akuntansi Keuangan Pemerintah Pusan
(APBN) Dan Daerah (APBD), Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2008
Halim, Abdul. Akuntansi Keuangan Daerah, ed.3, Salemba Empat, Jakarta, 2008
Hamid, Abdul. Pedoman Peulisan Skripsi, FEIS UIN Press, Jakarta, 2008
Hidayat, Arif dkk. Panduan Pengawasan Keuangan Daerah: Wawasan Dan
Instrumen Monitoring Keuangan Daerah, Penerbit Masyarakat
Transparansi Indonesia bekerja sama dengan Uni Eropa, Jakarta, 2005
Indriantoro, Nur dan Bambang Soepomo. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi Dan Manajemen, BPFE, Yogyakarta, 2004
Jogiyanto. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah Dan Pengalaman-
Pengalaman, BPFE, Yogyakarta, 2004
Judisseno, Rimsky K. Pajak Dan Strategi Bisnis, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2005
Masudi. Upaya Pemerintah Kota Yogyakarta dalam Meningkatkan Penerimaan
Pajak Daerah, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Sektor Publik Vol. 04,
No.02, Agustus 2003
Muluk, M.R. Khairul. Desentralisasi dan Pemerintahanan Daerah, Bayumedia
Publishing, Malang, 2007
Nasser, Etty M. dan F Agathasari Ayuningtyas. Expectation Gap Mahasiswa;
Auditor dan Manajer terhadap Sikap dan Kinerja Auditor, media Riset
Akuntansi, Auditing dan Informasi, vol. 7 No.3, Desember 2007
Nilawati, Umi dan Rika Lidyah. Pengaruh Realisasi Pajak daerah Terhadap
Peningkatan Pendapatan Asli daerah dalam Mendukung Pelaksanaan
Otonomi Daerah, Fordema volume 3 No.2, November 2003: 555-565
Nordiawan, Deddi. Akuntansi Sektor Publik, Salemba Empat, Jakarta, 2006
Nursiawan, Agung. Analisis Fee Base Income pada Bank-Bank yang go Public Di
Bursa Efek Jakarta (Studi pada Masa Krisis Moneter), skripsi, Institut
Teknologi Bandung, 2003,
http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op= resd&id=jiptumn-gdl-sr2003-agung-8842-2003&q, diakses 24 April 2009
Prakosa, Kesit Bambang. Pajak dan Retribusi Daerah, UII Press, Yogyakarta,
2003
Remi, Siti. Perpajakan: Teori dan Kasus, Salemba Empat, Jakarta, 2008
Ringoringo, B. Samuel dan Arya Ganna Heryanto. Kausalitas Pengeluaran
Pemerintah dan Penerimaan Pajak, Jurnal Ekonomi Dan Bisnis
Indonesia; vol.21, Nomor 2, April 2006
Rosalina, Eka. Analisis Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, Tesis, PFEUGM, 2007,
http://lib.feb.ugm.ac.id/ebdl/gdl.php?mod=browse&op=read&id=pfeugm--
rosalinaeka-678, diakses 5 Oktober 2009
Sekaran, Uma. Reaseach Methods For Business, buku 1, edisi 4, Salemba Empat,
Jakarta, 2006
Sugiyono. Statistik Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung, 2007
Sunardi dan Mas’udi. Pendidikan Kewarganegaraan, PT. Tiga Serangkai Pustaka,
Solo, 2007
Tim Penyusun Pedoman Bendaharawan. Pedoman Bendaharawan tentang
Pengelolaan/Pelaporan Keuangan Negara/Daerah, BP. Panca Usaha,
Jakarta, 2006
Undang-undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum Perpajakan
Yuwono, Sony dkk. Penganggaran Sektor Publik: Pedoman Praktis Penyusunan,
Pelaksanaan, dan Pertanggungajawaban APBD (Berbasis Kinerja), Bayumedia Publishing, Malang, 2005
LAMPIRAN 1
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Belanja Daerah 13353290,5600
2819692,85855
5
Pendapatan Asli Daerah 7164085,8
340 1342017,6015
1 5
Pembiayaan 154735,7860
739795,94933 5
Correlations
Belanja Daerah
Pendapatan Asli Daerah Pembiayaan
Belanja Daerah 1,000 ,920 ,452
Pendapatan Asli Daerah ,920 1,000 ,082
Pearson Correlation
Pembiayaan ,452 ,082 1,000
Belanja Daerah . ,013 ,222
Pendapatan Asli Daerah ,013 . ,448
Sig. (1-tailed)
Pembiayaan ,222 ,448 .
Belanja Daerah 5 5 5
Pendapatan Asli Daerah 5 5 5
N
Pembiayaan 5 5 5
Variables Entered/Removed(b)
Model Variables Entered
Variables Removed Method
1 Pembiayaan, Pendapatan Asli Daerah(a)
. Enter
a All requested variables entered. b Dependent Variable: Belanja Daerah Model Summary(b)
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 ,995(a) ,989 ,979
412884,18370
2,488
a Predictors: (Constant), Pembiayaan, Pendapatan Asli Daerah ANOVA(b)
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Regression 31461724567910,520
2 15730862283
955,260 92,278 ,011(a)
Residual 340946698306,169
2 17047334915
3,085
1
Total 31802671266216,690
4
a Predictors: (Constant), Pembiayaan, Pendapatan Asli Daerah b Dependent Variable: Belanja Daerah Coefficients(a)
Model Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients Collinearity Statistics
B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF 1 (Constant)
-249731,332 1118427,3
73 -,223 ,844
Pendapatan Asli Daerah
1,868 ,154 ,889 12,099 ,007 ,993 1,007
Pembiayaan 1,445 ,280 ,379 5,161 ,036 ,993 1,007
a Dependent Variable: Belanja Daerah Collinearity Diagnostics(a)
Model Dimension Eigenvalue Condition
Index Variance Proportions
(Constant) Pendapatan Asli Daerah Pembiayaan (Constant)
Pendapatan Asli Daerah
1 1 2,086 1,000 ,01 ,01 ,04
2 ,900 1,522 ,00 ,00 ,96
3 ,014 12,343 ,99 ,99 ,00
a Dependent Variable: Belanja Daerah
Residuals Statistics(a)
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value 10155477,
0000 16941672,
0000 13353290,
5600 2804537,5986
0 5
Std. Predicted Value -1,140 1,279 ,000 1,000 5
Standard Error of Predicted Value
221860,844
390075,531
314285,479
66225,439 5
Adjusted Predicted Value 9463394,0000
16411844,0000
13194618,5386
2909317,15013
5
Residual -372068,18
750
339150,75000
,00000 291953,20614 5
Std. Residual -,901 ,821 ,000 ,707 5
Stud. Residual -1,222 1,315 ,124 1,080 5
Deleted Residual -684030,18
750
919203,37500
158672,02144
709749,83436 5
Stud. Deleted Residual -1,716 2,525 ,325 1,624 5
Mahal. Distance ,355 2,770 1,600 ,952 5
Cook's Distance ,003 1,244 ,521 ,542 5
Centered Leverage Value ,089 ,693 ,400 ,238 5
a Dependent Variable: Belanja Daerah
LAMPIRAN 2
Charts
Regression Standardized Residual
1.00.50.0-0.5-1.0
Fre
qu
en
cy
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
Histogram
Dependent Variable: Belanja Daerah
Mean =7.11E-15�Std. Dev. =0.707�
N =5
LAMPIRAN 3
NPar Tests
Descriptive Statistics
Percentiles
N Mean Std. Deviation
Minimum Maximum 25th 50th
(Median) 75th
PAD 5 7164087.7000
1342018.56986
5261851.50
8731096.00
5846093.2500
7597868.0000
8265192.0000
Pembiayaan 5 154735.7797
739795.95951
-1029369.4
4
843099.31 -541211.23
83
400225.5625
727937.9063
Belanja Daerah
5 13354490.6000
2821782.86369
10382597.00
17286824.00
10937935.0000
12447565.0000
16224509.0000
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
PAD Pembiayaan Belanja Daerah
N 5 5 5
Normal Parameters
Mean 7164087.5000 154735.7813 13354491.0000
Std. Deviation
1342018.62500 739795.93750 2821782.75000
Most Extreme Differences
Absolute .227 .230 .226
Positive .122 .176 .226 Negative -.227 -.230 -.146
Kolmogorov-Smirnov Z
.507 .514 .505
Asymp. Sig. (2-tailed)
.959 .954 .960
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.