analisis pembuktian alasan pembenar dalam tindak …digilib.unila.ac.id/27708/3/skripsi tanpa bab...

63
ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BIASA (Studi Putusan No.4/Pid.Sus.Anak/2016/PN.Ban) (Skripsi) Oleh: MUHAMMAD RIDHO FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

Upload: others

Post on 19-Sep-2019

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK

PIDANA PEMBUNUHAN BIASA

(Studi Putusan No.4/Pid.Sus.Anak/2016/PN.Ban)

(Skripsi)

Oleh:

MUHAMMAD RIDHO

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2017

Page 2: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

ABSTRAK

ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR PADA TINDAK

PIDANA PEMBUNUHAN BIASA

(Studi Putusan No.4/Pid.Sus.Anak/2016/PN.Ban)

Oleh

MUHAMMAD RIDHO

Kasus yang sedang diteliti oleh penulis, menceritakan tentang seorang terdakwa

anak Wawan bin Kade yang didakwa melakukan pembunuhan biasa, walaupun

terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana seperti

yang telah didakwakan jaksa penuntut umum, namun majelis hakim tidak

menjatuhkan pidana terhadap terdakwa anak. Majelis hakim yang memeriksa dan

mengadili kasus ini berpendapat bahwa perbuatan terdakwa anak Wawan bin Kade

yang dengan sengaja menghilangkan nyawa korban Darwis, dilakukan atas dasar

pembelaan terpaksa yang merupakan alasan pembenar. Permasalahan yang diteliti

oleh penulis adalah, bagaimanakah pembuktian alasan pembenar bagi pelaku tindak

pidana pembunuhan biasa dan mengapa hakim menjatuhkan putusan lepas dari

segala tuntutan hukum (ontslag van alle rechtsvervolging) ?

Pendekatan masalah dalam penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis

normatif dan yuridis empiris. Data yang digunakan berupa data primer dan data

sekunder. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan

penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Analisis data menggunakan

analisis data kualitatif.

Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa pembuktian alasan

pembenar bagi pelaku tindak pidana pembunuhan biasa adalah, Majelis hakim akan

memeriksa seluruh saksi a charge serta alat bukti lain dari Jaksa Penuntut umum.

Penuntut umum yang menghadirkan saksi a charge dan alat bukti lain tersebut

bertujuan untuk membuktikan unsur-unsur tindak pidana pembunuhan yang telah

didakwakan kepada terdakwa. Setelah selesai memeriksa saksi a charge dan alat

bukti lainnya dari pihak jaksa penuntut umum, maka majelis hakim akan

mempersilahkan kepada penasehat hukum untuk menghadirkan saksi a de charge

dan alat bukti lainnya untuk membuktikan alasan pembenar yang terdapat pada

Pasal 49 ayat (1) KUHP tentang pembelaan terpaksa.

Alasan mengapa majelis hakim menjatuhkan putusan lepas dari segala tuntutan

hukum adalah, karena perbuatan terdakwa telah memenuhi unsur-unsur tindak

pidana yang didakwakan (Pasal 338 KUHP) namun terdapat alasan pembenar yang

diatur dalam Pasal 49 ayat (1) KUHP tentang pembelaan terpaksa ketika terdakwa

melakukan tindak pidana tersebut.

Page 3: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

Muhammad Ridho

Penulis menyarankan bahwa Penasehat Hukum yang mendampingi Terdakwa sejak

proses penyidikan sampai dengan dijatuhkannya putusan pengadilan, harus cermat

dalam meneliti apakah terdapat alasan penghapus pidana ketika terdakwa

melakukan tindak pidananya, jika terdapat alasan penghapus pidana baik alasan

pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

melakukan pembuktian agar terdakwa dapat dilepaskan dari segala tuntutan hukum.

Pembuktian tersebut dapat dilakukan dengan cara menghadirkan saksi a de charge,

atau dapat juga menggali keterangan yang membuktikan alasan penghapus pidana

tersebut dari saksi a charge, serta diharapkan terdakwa yang telah dilepaskan dari

segala tuntutan hukum dapat segera dikeluarkan dari tahanan serta mendapatkan

rehabilitasi, yaitu pemulihan haknya dalam kemampuan kedudukan, harkat serta

martabatnya

Kata Kunci : Pembuktian, Alasan Pembenar, Pembunuhan Biasa

Page 4: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK

PIDANA PEMBUNUHAN BIASA

(Studi Putusan No.4/Pid.Sus.Anak/2016/PN.Ban)

Oleh

Muhammad Ridho

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2017

Page 5: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha
Page 6: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha
Page 7: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap penulis adalah Muhammad Ridho, penulis

dilahirkan di Kota Metro pada tanggal 07 Agustus 1995.

Penulis adalah anak tunggal dari pasangan Bapak (Alm)

Muhyidin dan Ibu Tuti Setiawati

Penulis mengawali Pendidikan formal pertama kali pada Taman Kanak-kanak Al-

Qur’an Kota Metro diselesaikan pada tahun 2001, lalu melanjutkan Sekolah Dasar

Negeri 1 Metro Timur, Kota Metro diselesaikan pada tahun 2007, Sekolah

Menengah Pertama Negeri 2 Kota Metro diselesaikan pada tahun 2010. dan

Sekolah Menengah Atas Krida Kartikatama Kota Metro diselesaikan pada tahun

2013.

Selanjutnya pada tahun 2013 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Fakultas Hukum

Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi

Negeri (SBMPTN). Selama menjadi mahasiswa, Selanjutnya pada tahun 2016

penulis mengikuti program pengabdian kepada masyarakat yaitu Kuliah Kerja

Nyata (KKN) di Desa Sukorahayu, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten

Lampung Timur, selama 60 hari. Selama menjadi mahasiswa penulis juga aktif

sebagai anggota bidang internal dalam kegiatan kemahasiswaan Unit Kegiatan

Mahasiswa Fakultas Pusat Studi Bantuan Hukum (UKM-F PSBH).

Page 8: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

MOTTO

Bersungguh-Sungguh dalam mencari ilmu akan mendatangkan

kesuksesan

(Penulis)

Gunakanlah Ilmu untuk kebaikan

(Penulis)

“Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Dimana saja

kamu berada, pasti Allah.swt akan mengumpulkan kamu

semuanya. Sungguh Allah.swt Maha Kuasa atas segala sesuatu”

(Q.S Al BAqarah : 148)

Page 9: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

PERSEMBAHAN

Dengan Segala Kerendahan Hati Kupersembahkan Karya Kecilku

ini Kepada :

Ayahanda Alm. Muhyidin dan Ibunda Tuti Setiawati, Abang

Muhammad Reza Muhammad Hafiz Alfarizi, Yogi Arian Muchtar

dan Jovy Welly Andres, Adik-Adikku tercinta Rafika Annisa

Muchtar, Alfi Hakim, Shahelia Hakim, Om, Ibu, minan-minan yang

tidak dapat disebutkan satu persatu

Terimakasih Untuk Semua Kasih Sayang Dan Pengorbanannya

Sehingga Aku Bisa Menjadi Orang Yang Berhasil

Seluruh Keluarga Besar

Selalu Memberikan Memotvasi, Doa dan Perhatian Sehingga Aku

Lebih Yakin Dalam Menjalani Hidup Ini

Serta Untuk Teman Hati Isabella Maharani Rahma Putri Yang Setia

Mendampingiku saat susah maupun senang serta memberikan

semangat dan motivasi kepada penulis untuk segera menyelesaikan

skripsi ini.

Page 10: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT atas limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Pembuktian Alasan

Pembenar Dalam Tindak Pidana Pembunuhan Biasa (Studi Putusan

No.4/Pid.Sus.Anak/2016/PN.Ban)”. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini,

untuk itu saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan

untuk pengembangan dan kesempurnaan skripsi ini. Pada penulisan skripsi ini

penulis mendapatkan bimbingan, arahan serta dukungan dari berbagai pihak

sehingga penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan baik. Pada kesempatan kali

ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-

besarnya terhadap:

1. Bapak Armen Yasir, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Lampung;

Page 11: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

2. Bapak Eko Raharjo, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas

Hukum Universitas Lampung yang telah membantu penulis menempuh

pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Lampung

3. Ibu Dona Raisa Monica, S.H., M.H., selaku Sekretaris Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung;

4. Ibu Dr.Erna Dewi, S.H., M.H., selaku Pembimbing I atas kesabaran dan

kesediaan meluangkan waktu disela-sela kesibukannya, mencurahkan segenap

pemikirannya, memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses

penyelesaian skripsi ini;

5. Bapak Gunawan Jatmiko, S.H., M.H., selaku Pembimbing II atas kesabaran

dan kesediaan meluangkan waktu disela-sela kesibukannya, mencurahkan

segenap pemikirannya, memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses

penyelesaian skripsi ini;

6. Bapak Prof. Dr. Sanusi Husin, S.H., M.H., selaku Pembahas I yang telah

memberikan kritik, saran, dan masukan yang membangun terhadap skripsi ini;

7. Ibu Sri Riski, S.H., M.H., selaku Pembahas II yang telah memberikan kritik,

saran, dan masukan yang membangun terhadap skripsi ini;

8. Bapak Gunawan Jatmiko, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang telah membimbing penulis selama ini dalam perkuliahan.

9. Seluruh dosen Pengajar, Staf dan Karyawan Fakultas Hukum Universitas

Lampung yang penuh dedikasi dalam memberikan ilmu yang bermanfaat bagi

penulis;

Page 12: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

10. Bapak Muhammad Rama Ervan Putra Selaku Jaksa Penuntut Umum pada

Kejaksaan Negeri Bandar Lampung yang bersedia meluangkan sedikit

waktunya pada saat penulis melakukan penelitian.

11. Bapak Sukriadi Siregar Selaku Pemilik Kantor Advokat Sukriadi Siregar and

Partners yang bersedia meluangkan waktunya pada saat penulis melakukan

penelitian.

12. Bapak Mansur Selaku Hakim pada Pengadilan Negeri Tanjung Karang yang

bersedia meluangkan waktunya pada saat penulis melakukan penelitian.

13. Kedua orang tuaku (Alm.) Muhyidin dan Tuti setiawati, S.Pd.I. yang telah

memberikan perhatian, kasih sayang, doa, semangat dan dukungan yang

diberikan selama ini. Terimakasih atas segalanya semoga dapat

membahagiakan, membanggakan, dan menjadi anak yang berbakti kepada ayah

dan mama.

14. Kepada uwak Latifah dan Uwak Ajma’in yang telah ikut mengurus penulis

sejak umur 3 tahun sampai berumur 18 tahun. Terimakasih atas kasih sayang

yang kalian berikan, saya berharap keikhlasan, dan ketulusan hati kalian berdua

ketika mengurus saya diberikan ganjaran berupa kesehatan, dan keselamatan

hidup oleh Allah.swt.

15. Om Lukman, Minan Zubaidah, Minan Farida, Minan Rohana, Ibu Sri, Pakpuh

Muchtarom, Pakpuh Supriyanto, Ibu Ninik Winarni, Pakpuh Budi. Terima

Kasih Atas semua doa, dukungan dan semangat serta pengorbanannya.

16. Teman yang sama-sama menulis skripsi tentang pembuktian, Mirna Andita Sari

dan Putri Ayu Rindi Pramesti yang telah memberikan doa dan bantuan serta

dukungannya.

Page 13: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

17. Sahabat-sahabat terbaikku Tiras Adi Arisandi, Adi Juli Pratama, Riski Ampusa

Deparista, Aldo, Vido Ari Ahado, Prajodi Suanda, Agus Kurniawan, Yogi

Firmansyah, Ghalib Gumilang, Iqbal, Billy, Ilham Albar, dan Wahyu yang

selalu memberikan kebahagiaan dan keceriaan.

18. Sahabat-Sahabat seperjuangan, Gusti Tito Valiandra, Tyas Syahda, Setiawan

Wijaya, Arizal Tri Setiawan, yang selama ini telah sama-sama berjuang untuk

meraih gelar sarjana di Kota Bandar Lampung.

19. Terimakasih kepada segenap keluarga besar dan alumni unit kegiatan

mahasiswa fakultas (UKM-F) Pusat Studi Bantuan Hukum (PSBH).

Terimakasih atas segala ilmu tentang hukum acara pidana yang telah diberikan

kepada saya. Sungguh, ilmu-ilmu yang telah diberikan kepada saya tentang

hukum acara pidana tersebut, telah menginspirasi saya untuk menulis judul

yang berkaitan dengan hukum acara pidana.

20. Teman-teman di UKM-F Pusat Studi Bantuan Hukum Verdianan Pradana,

Abdul Rahman, Andi Kurniawan, Yakin Dwi Sutopo, Nika Lova Surbakti, dan

teman-teman yang lain yang tak bisa saya sebutkan satu persatu. Terima kasih

telah memberikan support, kebahagiaan dan keceriaannya selama ini.

21. Senior-senior di UKM-F Pusat Studi Bantuan Hukum Mutia Oktaria Mega

Nanda, Batinta O.P.S.M, Rita Novita Sari, Hestika Dwi Ningrum, dan seluruh

senior-senior yang lain yang tidak dapat saya sebutkan sat persatu. Terima kasih

telah memberikan saya ilmu tentang hukum acara pidana semasa saya masih

menjadi anggota muda sampai saya menjadi alumni.

22. Junior-Junior di UKM-F Pusat Studi Bantuan Hukum, Habibie, Maria Clara, I

Ketut Darma P Yoga, Meilinda Sari (Miss Nyinyir), Dayat, Nita Ivana, Made

Page 14: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

Atma Gebi, Febriana Citra, Ega Gamalia, Laila Nurlatifah, Darwin Manalu, dan

junior-junior yang lain yang tak dapat saya sebutkan satu persatu. Saya sangat

berharap, ditangan penerus-penerus UKM-F PSBH yang sangat berkualitas

seperti kalian PSBH dapat tetap bertahan di jalur juara.

23. Teman-teman KKN Desa Sukorahayu, Kecamatan Labuhan Maringgai,

Kabupaten Lampung Timur Egi Surya Pratama, Mey Handayani, Riska Helisia

Putri, Andi Nabila, Adlia Ulfa, Indah Iswara, Dea Gratia dan Intan Siti Hulaima,

serta Kawan-kawan sekecamatan Labuhan Maringgai terimakasih atas

kebersamaan selama 60 harinya;

24. Almamater tercinta, Universitas Lampung yang telah menghantarkanku menuju

keberhasilan;

25. Serta semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas jasa dan budi baik yang telah

diberikan kepada penulis. Akhir kata, penulis menyadari masih terdapat kekurangan

dalam penulisan skripsi ini dan masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit

harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya, khususnya

bagi penulis dalam mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan.

Bandar Lampung,

Penulis,

Muhammad Ridho

Page 15: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

DAFTAR ISI

Halaman

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup ............................................................ 15

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..................................................................... 16

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual .... ............................................................. 17

E. Sistematika Penulisan ...................................................................................... 22

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembuktian ........................................................................................................ 23

B. Sistem Pembuktian yang di Pakai di Indonesia ...................................................... 28

C. Pembunuhan Biasa (doodslag) ............................................................................. 30 D. Pembelaan Terpaksa (noodwer) ................................................................................. 31

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah ................................................................................................... 37

B. Sumber dan jenis Data ................................................................................................ 38

C. Penentuan Narasumber ............................................................................................... 40

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ............................................................. 40

E. Analisis Data .............................................................................................................. 42

IV. PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Mengenai Alasan Pembenar dalam Tindak Pidana Pembunuhan

Biasa Putusan Nomor : 4/Pid.Sus.Anak/2016/PN.Ban…........................................43

B. Pembuktian Alasan Pembenar Bagi Terdakwa Tindak Pidana Pembunuhan Biasa ... 47

C. Alasan Hakim Menjatuhkan Putusan Lepas Dari Segala Tuntutan Hukum (Ontslag Van

Alle Rechtsvervolging).........................................................................................93

V. PENUTUP

A. Simpulan .......................................................................................................104

B. Saran ..............................................................................................................105

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 16: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Unsur Tindak Pidana Pembunuhan Biasa dan identitas serta perbuatan

Materiil ................................................................................................... 84

2. Unsur Unsur Pembelaan Terpaksa dan Perbuatan Mateiil ..................... 86

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Tahapan Penanganan perkara pidana ................................................... 48

Page 17: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah Negara yang menjamin hak-hak warga negaranya termasuk

hak asasi manusia, menurut Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun

1999 tentang Hak Asasi Manusia. Hak asasi manusia adalah, seperangkat hak

yang melekat pada hakikatnya dan keberadaan manusia sebagai makhluk

Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib di hormati di

junjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang

demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.

Salah satu bagian yang tidak dapat dilepaskan dari hak asasi manusia tersebut

adalah hak untuk mempertahankan hidup. Hak untuk mempertahankan hidup

ini tentu sudah di tegaskan dalam dasar negara Indonesia yaitu Pasal 28 A

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang

menyatakan bahwa “Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak

mempertahankan hidup dan kehidupannya”, untuk lebih menegaskan bahwa

hak untuk mempertahankan kehidupan ini adalah bagian dari Hak Asasi

Manusia (HAM) pemerintah lewat Pasal 9 Ayat (1) Undang-Undang Nomor

39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia telah menyatakan bahwa “setiap

orang berhak untuk hidup, dan mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf

Page 18: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

2

hidupnya,“1 dalam rangka perlindungan hak asasi terkait dengan hak hidup dan

hak mempertahankan kehidupan bagi seluruh warga negara.

Pemerintah beserta penegak hukumnya telah mengesahkan Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana lewat Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946 Jo

Undang-Undang Nomor 73 Tahun 1958 tentang Kitab Undang-undang

Hukum Pidana. Salah satu fungsi dari hukum pidana ini diharapkan melindungi

kepentingan hukum dari perbuatan yang hendak memperkosa individu, dengan

sanksi pidana yang sifatnya lebih tajam dari sanksi cabang hukum lainnya.

Hukum pidana dibedakan menjadi dua yaitu hukum pidana materiil dan hukum

pidana formil. Hukum pidana materiil adalah, keseluruhan yang mengatur

tentang tindak pidana, pertanggung jawaban pidana, serta pidana,2 sedangkan

hukum pidana formil adalah. Aturan – aturan yang menjadi dasar bagi penegak

hukum untuk melaksanakan hukum pidana materil.3

Penulis akan mencoba menjelaskan terlebih dahulu 3 unsur hukum pidana

materiil yang berupa, tindak pidana, pertanggung jawaban pidana serta pidana,

sebelum nantinya akan dibahas pula mengenai hukum acara pidana/hukum

pidana formiil.

1 www.kontras.org 2 Tri Andrisman, Asas dan aturan umum hukum pidana di indonesia serta perkembangannya dalam

konsep KUHP 2013, Aura Publishing, Bandar Lampung, 2013, hlm.8 3 Tri Andrisman, Hukum Peradilan Militer, Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas

Lampung, Bandar Lampung, 2010, hlm.9

Page 19: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

3

a. Tindak Pidana

Unsur-unsur tindak pidana adalah :

1. Perbuatan itu harus memenuhi rumusan undang-undang

2. Perbuatan itu harus bersifat melawan hukum (tidak ada alasan

pembenar).4

b. Pertanggung Jawaban Pidana

Seseorang tak mungkin dipertanggungjawabkan untuk dipidana apabila ia

tak melakukan perbuatan pidana. Untuk adanya pertanggungjawaban

dalam hukum pidana harus terlebih dahulu dipenuhi unsur-unsur seperti

melakukan perbuatan pidana, ada kesalahan, dalam situasi tertentu dan

menyebabkan kerugian orang lain.5 Pertanggungjawaban pidana pada

hakikatnya merupakan suatu mekanisme yang dibangun oleh hukum

pidana untuk bereaksi terhadap pelanggaran atas kesepakatan menolak

suatu perbuatan tertentu.6

Dipidananya seseorang tidaklah cukup apabila orang tersebut telah

melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hukum.7 Meskipun

perbuatannya memenuhi rumusan delik dalam undang-undangdan tidak

dibenarkan, hal tersebut belum memenuhi syarat untuk menjatuhkan

pidana. Untuk dilaksanakan pemidanaan masih perlu adanya syarat, yaitu

bahwa yang melakukan perbuatan itu memiliki kesalahan atau bersalah.

4 Tri Andrisman 2013 Op.Cit hlm.84 5 Ibid, hlm.39 6 Chairul Huda, Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Kepada Tiada Pertanggungjawaban

Pidana Tanpa Kesalahan, Cetakan Kedua, Kencana, Jakarta ,2006 hlm.68 7 Ibid, hlm.41

Page 20: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

4

Sehubungan dengan itu, dalam pertanggugjawaban pidana berlaku asas

geen straf zonder schuld ( tiada pidana tanpa kesalahan ).8

Pengertian dari kesalahan menurut Moeljatno adalah, adanya keadaan

psychis yang tertentu pada orang yang melakukan perbuatan pidana dan

adanya hubungan antara keadaan dengan perbuatan yang dilakukan yang

sedemikian rupa, sehingga orang tersebut dapat dicela karena melakukan

perbuatan tadi.9 Untuk adanya kesalahan, hubungan antara keadaan psychis

atau batin dengan perbuatannya yang menimbulkan celaan tadi harus

berupa kesengajaan (dolus) dan kealpaan (culpa) adalah bentuk-bentuk

kesalahan.10

Unsur-unsur yang menentukan bahwa ada atau tidaknya unsur kesalahan

dari si pelaku tindak pidana untuk mempertanggungjawabkan

perbuatannya yaitu :

1. Melakukan tindak pidana

2. Diatas umur tertentu untuk mampu bertanggungjawab

3. Mempunyai suatu bentuk kesalahan yang berupa kesengajaan

atau kealpaan

4. Tidak adanya alasan pemaaf11

8 Mahrus Ali, Op.Cit hlm.157 9 Nikmah Rosidah, pertanggung jawaban kejahatan dalam hukum pidana internasional, justice

publisher, Bandar Lampung, 2014 hlm.42 10 Ibid 11 Mahrus Ali Op.Cit hlm. 158

Page 21: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

5

c. Pidana

Pengertian Pidana menurut Sudarto adalah, penderitaan yang sengaja

dibebankan kepada orang yang melakukan perbuatan yang memenuhi

syarat-syarat tertentu.12 Unsur-unsur dari pidana itu sendiri adalah :

1. Pidana itu pada Hakikatnya merupakan suatu pengenaan atau

penderitaan atau nestapa

2. Pidana itu diberikan dengan sengaja oleh pihak atau badan yang

mempunyai kekuasaan

3. Pidana itu dikenakan kepada seseorang yang telah melakukan tindak

pidana menurut undang-undang

4. Pidana itu merupakan pernyataan pencelaan oleh negara atas diri

seseorang karena telah melanggar hukum.13

Sebelumnya, penulis telah membahas tentang unsur-unsur hukum pidana

materiil, maka setelah itu penulis akan menjelakan tentang hukum pidana

formiil. Tri Andrisman menyatakan bahwa, apabila ingin membicarakan

hukum pidana formiil, maka pembicara biasanya secara langsung menyebutnya

dengan hukum acara pidana,14 karena judul dari penulis sangat berkaitan erat

dengan pembuktian, maka secara otomatis kita akan lebih mendalami tentang

hukum pidana formil atau hukum acara pidana.

Tujuan dari di berlakukannya hukum acara pidana tersebut antara lain ;

1) Mencari dan menemukan kebenaran materil

2) Memperoleh putusan hakim, dan

3) Melaksanakan putusan hakim15

12 Ibid, hlm.186 13 Ibid 14 Tri Andrisman, 2013 Op.Cit hlm.6 15 Waluyadi, Pengetahuan Dasar Hukum Acara Pidana (sebuah catatan Khusus) , Mandar Maju,

Bandung, 1999 hlm.15

Page 22: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

6

Harapan disahkannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum

Acara Pidana yang memuat tentang hukum pidana formiil adalah, penegak

hukum dapat mengungkapkan kebenaran materiil dari sebuah tindak pidana

yang diduga dilakukan oleh seseorang, dalam sistem peradilan pidana yang

telah di atur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

terdapat sebuah proses yang terpenting dalam rangka mengungkap kebenaran

materiil dari suatu tindak pidana, proses tersebut adalah pembuktian.

Pembuktian merupakan hal yang sangat penting dalam proses pemeriksaan di

sidang pengadilan, karena dalam proses pembuktian hak asasi seorang manusia

yang telah didakwa melakukan tindak pidana dipertaruhkan, jika dalam proses

pembuktian melalui alat bukti yang ditentukan oleh undang –undang tidak

cukup membuktikan kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa, maka

terdakwa dinyatakan tidak secara sah dan meyakinkan melakukan tindak

pidana sesuai yang telah didakwakan penuntut umum kepada terdakwa.

Konsekuensi apabila terdakwa dinyatakan tidak secara sah dan meyakinkan

melakukan tindak pidana sesuai yang telah didakwakan penuntut umum oleh

pengadilan, maka hakim akan memutus dengan putusan bebas (vrijspraak)

sesuai dengan Pasal 191 Ayat (1) KUHAP, sebaliknya jika kesalahan terdakwa

dapat dibuktikan dengan alat-alat bukti yang disebutkan dalam Pasal 184

KUHAP, maka terdakwa dinyatakan “bersalah”. Terdakwa yang telah

dinyatakan “bersalah” tersebut akan dikenakan pidana.16 Pembuktian berasal

dari kata bukti yang artinya adalah usaha untuk membuktikan, dalam Kamus

16 Muhammad taufik makaro, suhasril, Hukum acara pidana dalam teori dan praktek, ghalia

Indonesia, 2002, hlm.103

Page 23: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

7

Besar Bahasa Indonesia kata pembuktian diartikan sebagai, “memperlihatkan

bukti atau meyakinkan dengan bukti, sedangkan kata pembuktian diartikan

sebagai proses, perbuatan cara membuktikan, usaha menunjukkan benar atau

salahnya si terdakwa di dalam sidang pengadilan”.17

Tujuan dan kegunaan dari pembuktian bagi penuntut umum, terdakwa serta

hakim adalah sebagai berikut :

1. Bagi penuntut umum, pembuktian adalah merupakan usaha untuk

meyakinkan hakim yakni berdasarkan alat bukti yang ada, agar menyatakan

seseorang terdakwa bersalah sesuai dengan surat atau catatan dakwaan

2. Bagi terdakwa atau penasehat hukum, pembuktian merupakan usaha

sebaliknya, untuk mayakinkan hakim yakni berdasarkan alat bukti yang

ada, agar menyatakan terdakwa dibebaskan atau dilepaskan dari tuntan

hukum atau meringankan pidanya. Untuk itu terdakwa atau penasehat

hukum jika mungkin harus mengajukan alat-alat bukti yang menguntukan

atau meringankan pihaknya. Biasanya bukti tersebut disebut bukti

kebalikan.

3. Bagi hakim atas dasar pembuktian tersebut yakni dengan adanya alat-alat

bukti yang ada dalam persidangan baik yang berasal dari penuntut umum

atau penasehat hukum dibuat dasar untuk membuat keputusan.18

17 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 2004, Kamus Besar bahasa

Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta. hlm. 133. 18 Hari Sasangka, Lily Rosita, Hukum pembuktian dalam perkara pidana, Surabaya, Mandar Maju,

2003, hlm.13

Page 24: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

8

M. Yahya Harahap berpendapat bahwa, Pembuktian adalah ketentuan yang

membatasi sidang pengadilan usaha mencari dan mempertahankan kebenaran.

Baik hakim, penuntut umum, terdakwa, atau penasihat hukum, semua terkait

pada ketentuan tata cara dan penilaian alat bukti yang ditentukan undang-

undang. Tidak boleh leluasa bertindak dengan cara sendiri dalam menilai

pembuktian. Dalam mempergunakan alat bukti, tidak boleh bertentangan

dengan undang-undang, artinya, terdakwa tidak bisa leluasa mempertahankan

sesuatu yang dianggapnya di luar ketentuan yang telah digariskan undang-

undang.19

Paragragraf kedua telah menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak untuk

mempertahankan kehidupannya, lalu ketika ada seseorang yang melakukan

tindak pidana pembunuhan karena dia ingin menyelamatkan nyawa orang lain

atau bahkan anggota keluarganya sendiri yang terancam nyawanya apakah hal

ini diperbolehkan oleh undang-undang ? Hal tersebut jelas di perbolehkan,

karena dalam hukum pidana yang berlaku di Indonesia, KUHP telah mengatur

alasan penghapus pidana. Alasan penghapus pidana yang terletak dalam KUHP

meliputi :

a. Tidak mampu bertanggung jawab ( Pasal 44 KUHP )

b. Daya Paksa ( Pasal 48 KUHP )

c. Pembelaan Terpaksa ( Pasal 49 KUHP )

d. Melaksanakan ketentuan Undang-Undang ( Pasal 50 KUHP )

e. Melaksanakan perintah jabatan ( Pasal 51 KUHP )20

19 M. Yahya Harahap, Pembahasan Masalah dan Penerapan KUHAP (Pemeriksaan Sidang

Pengadilan, banding, Kasasi dan Peninjauan kembali) Edisi ke2, jakarta, Sinar Grafika,

2000. hlm. 253. 20 Diah Gustiniati, Budi Rizki H, Azas-Azas dan pemidanaan hukum pidana di Indonesia, Bandar

Lampung, Justice Publisher, 2014, hlm.130

Page 25: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

9

Ilmu pengetahuan hukum pidana membagi alasan penghapus pidana ini dalam

dua golongan yaitu ;

a. Alasan Pembenar

Yang dimaksud dengan alasan Pembenar adalah alasan yang

menghapuskan sifat melawan hukumnya perbuatan, sehingga apa yang

dilakukan oleh si pembuat lalu menjadi perbuatan yang patut dan benar.21

Alasan pembenar tersebut telah diatur dalam Pasal 49 Ayat (1), Pasal 50

dan Pasal 51 Ayat (1) KUHP. Alasan pembenar ini merupakan alasan

penghapus pidana yang terletak pada perbuatan pidana yang dilakukan,

yaitu perbuatannya dibenarkan.

b. Alasan Pemaaf

Pengertian dari alasan pemaaf adalah, alasan yang menghapuskan

kesalahan terdakwa. Perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa tetap bersifat

melawan hukum jadi tetap merupakan perbuatan pidana tetapi dia tidak

dipidana karena tidak ada kesalahan.22 Alasan pemaaf terdapat dalam Pasal

44, Pasal 49 Ayat (2), dan Pasal 51 Ayat (2) KUHP. Alasan pemaaf ini

merupakan alasan penghapus pidana yang terletak pada diri orangnya.

Perbuatan orang tersebut tetap dipersalahkan tetapi orang yang melakukan

tindak pidana dimaafkan atau tidak dapat dipertanggungjawabkan dalam

hukum pidana.

21 Tri Andrisman, Hukum Pidana Asas-Asas dan dasar aturan umum hukum pidana di Indonesia,

Bandar Lampung, Universitas Lampung, 2011, hlm.112 22 Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana Edisi Revisi, Jakarta, Rineka Cipta, 2008, hlm.148

Page 26: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

10

Skripsi ini nantinya akan membahas tindak pidana pembunuhan biasa yang

dilakukan atas dasar alasan pembenar berupa pembelaan terpaksa (noodwer)

dan telah diatur dalam Pasal 338 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, jo.

Pasal 49 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Ketentuan dari Pasal

49 KUHP itu sendiri adalah,

1. Barangsiapa terpaksa melakukan perbuatan untuk pembelaan, karena ada

serangan atau ancaman serangan seketika itu yang melawan hukum,

terhadap diri sendiri maupun orang lain, terhadap kehormatan kesusilaan

atau harta benda sendiri maupun orang lain tidak dipidana.

2. Pembelaan terpaksa yang melampaui batas, yang langsung disebabkan oleh

kegoncangan jiwa yang hebat karena serangan atau ancaman serangan itu

tidak dipidana.

Pembahasan dalam skripsi ini bukan hanya mengenai alasan pembenar yang

berupa pembelaan terpaksa, karena jika kita melihat judul skripsi ini maka kita

juga akan membahas tentang Tindak Pidana Pembunuhan biasa yang telah

diatur dan diancam pidana dalam Pasal 338 KUHP. Kasus yang terjadi di

Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan ini, melibatkan anak berumur

15 tahun bernama Wawan Bin Kade. Jaksa Penuntut umum dalam dakwaan

nya mendakwa Wawan Bin Kade dengan Pasal 338 KUHP tentang

Pembunuhan biasa.

Unsur-unsur dari pembunuhan biasa (doodslag) ini adalah ;

1. Bahwa perbuatan itu harus disengaja dan kesengajaan itu harus timbul

sketika itu juga, ditujukan dengan maksud agar orang itu mati

2. Melenyapkan nyawa orang itu harus merupakan perbuatan yang positif

walaupun dengan perbuatan yang kecil sekalipun.

3. Perbuatan itu harus menyebabkan matinya orang

4. Seketika itu juga, atau

5. Beberapa saat setelah dilakukannya perbuatan itu.23

23 Tri Andrisman, Delik Tertentu dalam KUHP, Bandar Lampung, Universitas Lampung, 2011

hlm.133

Page 27: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

11

Putusan Hakim Pengadilan Negeri Bentaeng dengan Nomor Register Perkara

4/Pid.Sus.Anak/2016/PN.Ban, majelis hakim yang menangani perkara pidana

atas nama Wawan bin Kade telah menjatuhkan putusan lepas dari segala

tuntutan hukum (ontslag van alle rechtsvervolging). Dasar dari majelis hakim

melepaskan Terdakwa Anak Wawan bin Kade tersebut adalah, karena di dapati

sebuah fakta hukum yang terungkap dalam persidangan bahwasannya

Terdakwa memang telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak

pidana pembunuhan biasa seperti yang diatur dan diancam dalam Pasal 338

KUHP sesuai dengan dakwaan jaksa penuntut umum, namun majelis hakim

berpendapat bahwa terdakwa wawan bin kade tersebut melakukan tindak

pidana pembunuhan biasa tersebut didasarkan pada bela paksa (noodweer)

yang telah diatur dalam Pasal 49 KUHP.

Dakwaan yang telah diajukan penuntut umum merupakan dakwaan berjenis

alternatif. Artinya, hakim dapat mengadakan pilihan dakwaan mana yang

paling tepat untuk dipertimbangkan terlebih dahulu berdasarkan fakta-fakta di

persidangan, dalam dakwaan kesatu terdakwa anak Wawan bin Kade didakwa

melakukan tindak pidana pembunuhan yang telah diatur dan diancam pidana

dalam Pasal 338 KUHP, sedangkan dalam dakwaan kedua. Terdakwa anak

Wawan bin Kade didakwa melakukan tindak pidana penganiayaan yang

mengakibatkan kematian seperti yang telah diatur dan diancam pidana pada

Pasal 351 Ayat (3) KUHP, dalam surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum, telah

diuraikan perbuatan anak Wawan bin Kade yang diduga merupakan sebuah

tindak pidana.

Page 28: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

12

Perbuatan anak Wawan bin Kade yang diduga merupakan suatu tindak pidana

dilakukannya dengan cara sebagai berikut. Pada hari Rabu tanggal 18

November tahun 2015 sekitar pukul 20.30 WITA atau pada waktu lain dalam

bulan November 2015, atau setidak-tidaknya pada waktu lain dalam tahun

2015 bertempat di Dusun Masunggu, Desa Pajukukang, Kecamatan

Pajukukang, Kabupaten Bentaeng atau setidak-tidaknya pada suatu tempat

yang masih termasuk dalam daerah hukum pengadilan Negeri Bentaeng.

Berawal ketika Korban Darwis bin Minalla berniat mengambil es batu dengan

menggunakan gunting, sehingga ayah kandung dari Terdakwa yaitu Kade bin

Sudu menegur korban Darwis agar supaya hati-hati dalam mencongkel es batu

yang ada di lemari es yang ada di rumah Kade bin Sudu.

Tidak terima dengan teguran dari ayah kandung Terdakwa anak Wawan bin

Kade, terdakwa pun langsung melempari Kade bin Sudu dengan menggunakan

es batu. Kade bin Sudu yang marah karena dilempari es batu oleh Korban

Darwis, pada saat itu langsung berniat untuk berdiri dan membalas perlakuan

korban Darwis, Belum sempat berdiri dan membalas perlakuan korban Darwis,

Darwis pun segera mengambil martil yang ada di sekitar pintu dan seketika itu

juga memukuli Kade bin Sudu dengan martil tersebut, setelah selesai Korban

Darwis memukuli Kade bin Sudu.

Kade bin Sudu pun berkata bahwa ia akan melaporkan Korban Darwis ke Polisi

karena Darwis telah melakukan penganiayaan. Mendengar Kade bin Sudu

berkata akan melaporkan perbuatan Darwis bin Minalla, Darwis pun marah dan

keluar rumah untuk mengambil parang. Kade bin Sudu yang melihat DARWIS

Page 29: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

13

Alias Daro bin Minalla datang membawa parang, kemudian Kade bin Sudu

mengambil balok kayu yang berada di belakang pintu.

Darwis kemudian menyerang Kade bin Sudu dengan parang, sehingga Kade

bin Sudu pun membalas serangan Darwis tersebut dengan memukul tangan

kanan Darwis dengan tujuan parang yang dibawa oleh Darwis terjatuh, namun

ternyata Darwis bertambah marah dan tetap menyerang Kade bin Sudu dengan

parangnya, kemudian datanglah Terdakwa membawa badik dan menikam

pungggung sebelah kanan Korban Darwis sebanyak satu kali, namun karena

Darwis tetap menyerang Kade bin Sudu, Terdakwa pun kembali menikam

punggung sebelah kanan korban Darwis sebanyak satu kali lagi. Kemudian

dalam keadaan terluka, korban Darwis berlari keluar rumah untuk mengejar

Terdakwa. Namun setelah berlari sekitar 100 meter korban Darwis pun terjatuh

akibat luka tikam yang dialaminya.

Korban Darwis meninggal dunia pada hari Rabu, tanggal 18 November tahun

2015 pukul 22.40 WITA di RSUD Bentaeng. Sesuai dengan surat visum et

repertum Nomor.1281/RSU/BTG/XII/2015 tertanggal 10 Desember 2015

yang ditandatangani oleh dokter pembuat visum et repertum dr.Pratiwi Tenri

Sau, atas nama Darwis alias Daro bin Minalla.

Fakta yuridis yang di dapat dari persidangan adalah, terdakwa melakukan

melakukan penikaman terhadap korban Darwis alias Daro bin Minalla karena

saksi Kade (Ayah dari Terdakwa) berada pada situasi yang terancam jiwanya.24

24 Putusan Pengadilan Negeri Bentaeng No.4/Pid.Sus.Aanak/2016/PN.Ban hlm.20

(www.putusan.mahkamahagung.go.id)

Page 30: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

14

Dimana pada saat itu korban Darwis sedang menyerang saksi Kade (Ayah

Terdakwa) dengan cara membabi buta dan pada saat itu pula saksi Kade (Ayah

Terdakwa) dalam keadaan tidak berdaya atau dalam keadaan terjatuh dengan

posisi terlentang sementara korban Darwis tetap menyerang saksi Kade dan

karena melihat keadaan saksi Kade seperti tidak berdaya.25 Terdakwa Anak

Wawan bin Kade, langsung mengambil badik yang letaknya tak jauh dari dari

posisi Kade. Kemudian anak menikam Korban Darwis sebanyak satu kali di

punggung sebelah kanan korban Darwis, akan tetapi tidak mengenai korban,26

kemudian Terdakwa Anak Wawan bin Kade kembali menusukkan badik

sebanyak satu kali lagi ke punggung sebelah kanan korban Darwis dan

mengenai korban.

Serangan yang diterima ayah kandung dari si terdakwa anak Wawan bin Kade

ini diketahui sangat mengancam kehidupan atau nyawa dari ayah kandungnya,

ketika terdakwa melihat ayahnya sedang diserang oleh orang lain yang dirasa

ancaman itu dapat menghilangkan nyawa ayahnya, seketika itu juga si anak

langsung mengambil badik yang letaknya tak jauh dari lokasi kejadian, dan

langsung menusuk bagian punggung kanan dari si korban dengan harapan

melumpuhkan si korban dan menyelamatkan nyawa ayah kandungnya.

Perhatikan, Pasal 49 Ayat (1) KUHP tentang Noodweer atau pembelaan

terpaksa yang juga di pertimbangkan oleh hakim dalam halaman 22 putusan

ini, maka jelaslah bahwa terdakwa memiliki alasan pembenar ketika

melakukan tindak pidana. Itulah sebabnya majelis hakim berdasarkan Pasal

25 Ibid 26 Ibid

Page 31: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

15

191 Ayat (2) KUHAP menjatuhkan putusan lepas dari segala tuntutan hukum.

Bagaimanakah melakukan upaya pembuktian untuk membuktikan bahwa

terdapat alasan pembenar dari tindak pidana yang telah dilakukan oleh

terdakwa ?

Dari latar belakang tersebut penulis tertarik mengkaji lebih lanjut dengan

menuangkan dalam skripsi yang berjudul “Analisis Pembuktian Alasan

Pembenar Dalam Tindak Pidana Pembunuhan Biasa (Studi Putusan

No.4/Pid.Sus.Anak/2016/PN.Ban)”

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam hal ini yang menjadi

permasalahan didalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah pembuktian alasan pembenar bagi pelaku tindak pidana

pembunuhan biasa ?

2. Mengapa hakim menjatuhkan putusan lepas dari segala tuntutan hukum

(ontslag van alle rechtsvervolging) ?

2. Ruang Lingkup

Guna menjaga agar penulisan skripsi ini tidak menyimpang dan sesuai

dengan permasalahan yang akan dibahas, maka penulis memandang perlu

adanya pembatasan permasalahan. Adapun permasalahan yang menjadi

ruang lingkup penulisan skripsi ini adalah kajian ilmu hukum pidana,

khususnya yang berkaitan dengan pembuktian alasan pembenar dalam

tindak pidana pembunuhan biasa dan mengapa hakim menjatuhkan putusan

Page 32: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

16

lepas dari segala tuntutan hukum. Ruang lingkup waktu penelitian adalah

tahun 2016 sampai tahun 2017 dan ruang lingkup lokasi penelitian adalah

pada Pengadilan Negeri kelas 1 A Tanjung Karang, Kejaksaan Negeri

Bandar Lampung dan Kantor Advokat milik Sukriadi Siregar.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian:

a. Untuk mengetahui pembuktian alasan pembenar bagi pelaku tindak

pidana pembunuhan biasa.

b. Untuk mengetahui alasan hakim menjatuhkan putusan lepas dari

segala tuntutan hukum (ontslag van alle rechtsvervolging).

2. Kegunaan Penelitian:

a. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penelitian diharapkan dapat memberikan pemahaman

mengenai bagaimana upaya-upaya penegak hukum dalam melaksanakan

pembuktian alasan pembenar dalam Tindak Pidana Pembunuhan biasa

yang telah diatur dalam Pasal 49 Ayat (1) KUHP jo. Pasal 338 KUHP.

Sehingga dapat memberikan sumbangan pemikiran sekaligus sebagai

bahan informasi, dokumentasi kepada kalangan akademisi dan juga

masyarakat luas tentang pembuktian alasan pembenar dalam tindak

pidana pembunuhan biasa. Serta dapat dijadikan pemahaman bagi para

pencari keadilan dalam mencari bukti kebenaran yang sebenar-benarnya

dalam menegakkan hukum yang adil.

Page 33: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

17

b. Kegunaan Praktis

Memberikan informasi kepada aparat penegak hukum maupun

masyarakat luas supaya dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan

terhadap kajian – kajian ilmiah, tentang sejauh mana upaya-upaya

pembuktian yang dilakukan oleh penegak hukum untuk membuktikan

alasan pembenar yang terdapat pada perbuatan terdakwa, ketika

terdakwa melakukan tindak pidana pembunuhan biasa .

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang sebenernya merupakan

abstarksi dari hasil penelitian atau kerangka acuan yang pada dasarnya

untuk mengadakan identifikasi terhadap dimensi yang dianggap relevan

oleh peneliti.

Pembuktian dalam hukum acara pidana, merupakan sebagian dari hukum

acara pidana yang mengatur macam-macam alat bukti yang sah menurut

hukum, sistem yang dianut dalam pembuktian, syarat-syarat dan tata cara

mengajukan bukti tersebut serta kewenangan hakim untuk menerima,

menolak dan menilai suatu pembuktian.27 Sedangkan yang dimaksud

sistem pembuktian adalah, pengaturan tentang macam-macam alat bukti

yang boleh dipergunakan, penguraian alat bukti dan dengan cara-cara

bagaimana alat-alat bukti itu dipergunakan dan dengan cara bagaimana

hakim harus membentuk keyakinannya.28

27 Hari Sasangka, Lily Rosita, Op.Cit hlm.10 28 Ibid, hlm.11

Page 34: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

18

Munir Fuady lebih lanjut mendefinisikan hukum pembuktian itu sebagai

suatu proses dalam hukum acara perdata, hukum acara pidana, maupun

hukum acara lainnya yakni penggunaan prosedur kewenangan hakim

untuk menilai fakta atau pernyataan yang dipersengketakan di pengadilan

untuk dapat dibuktikan kebenarannya,29 dengan adanya Pembuktian

tersebut diharapkan para penegak hukum dapat membuktikan kebenaran

materiil dari sebuah tindak pidana khususnya pada tindak pidana

pembunuhan biasa yang dilakukan atas dasar alasan pembenar berupa

pembelaan terpaksa (Noodweer), sesuai dengan salah satu tujuan hukum

acara pidana.

Dalam pelaksanaan pembuktian, pihak penuntut umum maupun

terdakwa yang didampingi oleh penasehat hukum nya dapat mengajukan

alat-alat bukti yang telah di tulis dalam Pasal 184 Ayat (1) KUHAP. Alat-

alat bukti yang dapat dipakai sebagai bahan pembuktian dalam hukum

acara pidana sesuai dengan Pasal 184 Ayat (1) KUHAP tersebut antara

lain :

1) Keterangan saksi

2) Keterangan ahli

3) Surat

4) Petunjuk

29 H.P Panggabean, Hukum Pembuktian Teori Praktik dan Yurisprudensi Indonesia, Alumni,

Bandung, 2012 hlm.1

Page 35: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

19

2. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah kerangka yang menggambarkan hubungan

antara konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan dari arti-arti

yang berkaitan dengan istilah-istilah yang ingin atau akan diteliti.30

Adapun istilah yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah:

a. Pembuktian, Pembuktian dalam hukum acara pidana, merupakan

bagian dari hukum acara pidana yang mengatur macam-macam alat

bukti yang sah menurut hukum, sistem yang dianut dalam

pembuktian, syarat-syarat dan tata cara mengajukan bukti tersebut

serta kewenangan hakim untuk menerima, menolak dan menilai suatu

pembuktian.31

b. Pembunuhan biasa (doodslag), Pembunuhan biasa ini merupakan

sebuah tindak pidana yang telah diatur dan diancam pidana pada Pasal

338 KUHP. Unsur-unsur dari tindak pidana pembunuhan biasa ini

adalah ;

1) Bahwa perbuatan itu harus disengaja dan kesengajaan itu harus

timbul sketika itu juga, ditujukan dengan maksud agar orang itu

mati

2) Melenyapkan nyawa orang itu harus merupakan perbuatan yang

positif walaupun dengan perbuatan yang kecil sekalipun.

3) Perbuatan itu harus menyebabkan matinya orang

4) Seketika itu juga, atau

30 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi baru, Jakarta, Rajawali Pers, 2009, hlm.

22. 31 Hari Sasangka, Lily Rosita, Op.Cit hlm.10

Page 36: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

20

5) Beberapa saat setelah dilakukannya perbuatan itu

c. Alasan Pembenar dan Alasan pemaaf, kedua alasan ini adalah alasan

penghapus pidana. Pengertian dari alasan pembenar adalah, alasan

yang menhapuskan sifat melawan hukumnya perbuatan, sehingga

apa yang dilakukan oleh si pembuat lalu menjadi perbuatan yang

patut dan benar.32 Adapun dimaksud dengan alasan pemaaf adalah,

alasan yang menghapuskan kesalahan si pembuat. Perbuatan yang

dilakukan oleh terdakwa tetap bersifat melawan hukum, jadi tetap

merupakan perbuatan pidana, tetapi ia tidak dipidana karena tidak

adanya unsur kesalahan.33 Dalam kasus ini penulis akan meneliti

tentang noodweer atau pembelaan terpaksa yang diatur dalam Pasal

49 Ayat (1) yang termasuk dari alasan pembenar.

d. Noodweer atau pembelaan terpaksa, kata noodweer berasal dari kata

nood dan weer. Nood berarti keadaan darurat sedangkan weer berarti

pembelaan.34 Noodweer dalam KUHP telah diatur dalam Pasal 49

KUHP, noodweer atau pembelaan terpaksa ini adalah termasuk

alasan pembenar. Apabila terbukti dalam persidangan bahwa

terdakwa melakukan tindak pidananya atas dasar pembelaan

terpaksa ini, maka hakim akan memutuskan perkara tersebut dengan

putusan ontslag van alle rechtsvervolging, yang berarti si terdakwa

dilepaskan dari segala tuntutan hukum seperti halnya kasus yang

32 Tri Andrisman, Op.Cit, 2013 hlm.112 33 Ibid, hlm.113 34 Leden Marpaung, Asas- Teori – Praktik Hukum Pidana, Jakarta, Sinar Grafika, 2005 hlm.60

Page 37: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

21

akan di jadikan bahan penelitian oleh penulis dalam skripsi ini.

Apabila seseorang yang akan melakukan pembelaan terpaksa

(noodweer) seseorang tersebut harus memenuhi syarat – syarat

sebagai berikut :

1. Tindakan itu dilakukan harus benar-benar terpaksa untuk

mempertahankan atau membela diri;

2. Pembelaan atau pertahanan yang harus dilakukan itu hanya

terhadap kepentingan – kepentingan diri sendiri atau orang lain;

3. Harus ada serangan yang melawan hak dan ancaman yang

mendadak pada saat itu juga.35

35 Putusan Pengadilan Negeri Bentaeng No.4/Pid.Sus.Anak/2016/PN.Ban hlm.20

(www.putusan.mahkamahagung.go.id)

Page 38: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

22

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini memuat keseluruhan yang akan disajikan dengan

tujuan mempermudah pemahaman konteks skripsi ini, maka penulis

menyajikan penulisan dengan sistematika sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN

Bab ini terdiri atas latar belakang, permasalah dan ruang lingkup, tujuan dan

kegunaan penelitian, kerangka teoritis dan konseptual serta sistematika

penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi materi-materi yang berubungan dalam membantu memahami,

dan memperjelas permasalahan yang akan diselidiki. Bab ini berisikan

tentang pembuktian, sistem pembuktian yang dipakai di Indonesia,

pembunuhan biasa, serta pembelaan terpaksa.

III. METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan mengenai langkah-langkah yang digunakan dalam

pendekatan masalah, sumber dan jenis data, penetuan narasumber, metode

pengumpulan dan pengolahan data, serta metode analisis data.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan pembahasan dari hasil penelitian yang diperoleh

penulis mengenai alasan pembenar dalam tindak pidana pembunuhan biasa.

V. PENUTUP

Bab ini merupakan kesimpulan mengenai skripsi, dan saran-saran yang

mengarah kepada penyempurnaan penulis tentang analisis alasan pembenar

dalam tindak pidana pembunuhan biasa

Page 39: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembuktian

Pembuktian merupakan sebagian dari hukum acara pidana yang mengatur

macam-macam alat bukti yang sah menurut hukum, sistem yang dianut dalam

pembuktian, syarat-syarat dan tata cara mengajukan bukti tersebut serta

kewenangan hakim untuk menerima, menolak dan menilai suatu pembuktian.

Menurut Pasal 184 Ayat (1) Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana

(KUHAP) alat-alat bukti yang di atur dalam hukum acara pidana di Indonesia

adalah :

a. Keterangan saksi

b. Keterangan ahli

c. Surat

d. Petunjuk

e. Keterangan Terdakwa.

Pengertian saksi menurut Pasal 1 Angka 26 KUHAP adalah, orang yang dapat

memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan

peradilan tentang suatu perkara yang ia dengar, ia lihat dan ia alami sendiri.

Pada umumnya semua orang dapat menjadi saksi. Pengecualian menjadi saksi

tercantum pada Pasal 168 KUHAP :

Kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini, maka tidak dapat didengar

keterangannya dan dapat mengundurkan diri sebagai saksi :

Page 40: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

24

a. Keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus keatas atau kebawah

sampai derajat ketiga dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai

terdakwa.

b. Saudara dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa,

saudara ibu atau saudara bapak, juga mereka yang mempunyai

hubungan karena perkawinan, dan anak-anak saudara terdakwa sampai

derajat ketiga.

c. Suami atau istri terdakwa meskipun yang bersama-sama sebagai

terdakwa.

Sifat dari Pasal 168 KUHAP tersebut adalah relatif, karena di dalam Pasal 169

KUHAP menyatakan bahwa apabila penuntut umum serta terdakwa

menghendaki orang-orang yang disebut dalam Pasal 168 KUHAP tersebut

diambil keterangannya sebagai saksi dalam persidangan, orang-orang yang

disebutkan dalam Pasal 168 tersebut dapat diambil keterangannya sebagai saksi

dibawah sumpah. Akan tetapi jika tanpa persetujuan penuntut umum ataupun

terdakwa orang-orang tersebut dapat diambil keterangannya tanpa sumpah

sesuai dengan Pasal 169 Ayat (2) KUHAP. Konsekuensi dari saksi yang tidak

di sumpah ada dalam Pasal 161 Ayat (2) KUHAP yaitu : “Keterangan saksi

yang tidak disumpah atau mengucapkan janji, tidak dapat dianggap sebagai alat

bukti yang sah, tetapi hanyalah merupakan keterangan yang dapat menguatkan

keyakinan hakim.”

Pasal 185 Ayat (5) KUHAP menyatakan bahwa baik pendapat maupun rekaan

yang diperoleh dari hasil pemikiran saja, bukan merupakan keterangan saksi.

Page 41: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

25

Di dalam penjelasan Pasal 185 Ayat (1) dikatakan, “ dalam keterangan saksi

tidak termasuk keterangan yang diperoleh dari orang lain atau testimonium de

auditu”. Dengan demikian, terjawablah dengan tegas bahwa keterangan saksi

yang diperoleh dari orang lain atau yang dalam ilmu hukum acara pidana yang

disebut testimonium de auditu bukanlah alat bukti yang sah. Pendapat Wirjono

Prodjodikoro tentang testimonium de auditu ini adalah, “Hakim dilarang

memakai sebagai alat bukti suatu keterangan saksi de auditu yaitu tentang suatu

keadaan yang saksi itu hanya dengar saja terjadinya dari orang lain.”

Larangan semacam ini baik bahkan sudah semestinya, akan tetapi harus

diperhatikan, bahwa kalau ada saksi yang menerangkan telah mendengar

terjadinya suatu keadaan dari orang lain, kesaksian semacam ini tak selalu

dapat disampingkan begitu saja. Mungkin sekali hal pendengaran suatu

peristiwa dari orang lain itu, dapat berguna untuk penyusunan suatu rangkaian

pembuktian terhadap terdakwa.”36

Urutan kedua selain keterangan saksi, KUHAP juga menganggap keterangan

seorang ahli juga dapat di gunakan sebagai alat bukti, dalam KUHAP tidak

dijelaskan siapakah yang disebut seorang ahli, namun jika kita melihat dalam

Pasal 343 Ned.Sv. seorang ahli diberkan pengertian sebagai berikut, “pendapat

seorang ahli yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan yang telah

dipelajarinya, tentang suatu apa yang dimintai pertimbangannya, ”37dari

36 Wirjono Prodjodikoro, Hukum Atjara Pidana di Indonesia, Sumur Bandung, Jakarta, 1967

hlm.80 37 Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia edisi kedua, Sinar grafika, Jakarta, 2012 hlm.273

Page 42: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

26

keterangan tersebut diketahui bahwa yang dimaksud dengan keahlian ialah

ilmu pengetahuan yang telah dipelajari seseorang.

Pengertian ilmu pengetahuan diperluas pengertiannya oleh HR yang meliputi

kriminalistik, sehingga Van Bemmelen mengatakan bahwa ilmu tulisan, ilmu

senjata, pengetahuan tentang sidik jari, dan sebagainya termasuk pengertian

ilmu pengetahuan menurut pengertian Pasal 343 Ned.Sv. tersebut. Oleh karena

itu, sebagai ahli seseorang dapat didengar keterangannya mengenai persoalan

tertentu yang menurut pertimbangan hakim orang itu mengetahui bidang

tersebut secara khusus.38 Isi dari keterangan seorang saksi dan ahli jelas

berbeda. Keterangan seorang saksi mengenai apa yang dialami saksi itu sendiri

sedangkan keterangan seorang ahli ialah mengenai suatu penilaian mengenai

hal-hal yang sudah nyata ada dan pengambilan kesimpulan mengenai hal-hal

itu.39

Alat bukti lainnya yang telah di atur dalam KUHAP selain keterangan saksi

dan ahli adalah, surat. Alat bukti surat di tegaskan dalam Pasal 187 yang

berbunyi ;

Surat sebagaimana tersebut pada Pasal 184 Ayat (1) Huruf c, dibuat atas

sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah adalah,

a. Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat

umum yang berwenang atau yang dibuat di hadapannya, yang memuat

keterangan tentang kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat, atau yang

38 Ibid 39 Wirjono Prodjodikoro, Op.Cit hlm. 87-88

Page 43: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

27

dialaminya sendiri disertai dengan alasan yang jelas dan tegas tentang

keterangan itu;

b. Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atau

surat yang dibuat oleh pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tata

laksana yang menjadi tanggung jawabnya dan yang diperuntukkan bagi

pembuktian sesuatu hal atau suatu keadaan;

c. Surat keterangan dari seorang ahli yang menurut pendapat berdasarkan

keahliannya mengenai sesuatu hal atau keadaan yang diminta secara resmi

daripadanya;

d. Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari

alat pembuktian yang lain.

Setelah alat bukti surat, alat bukti berupa petunjuk juga diatur dalam KUHAP.

Namun, alat bukti berupa petunjuk ini teah dihapus sebagai alat bukti sesuai

dengan Undang-Undang Mahkamah Agung dan digantikan alat bukti

pengamatan oleh hakim. Dan alat bukti yang terakhir yang telah diatur oleh

KUHAP adalah, keterangan terdakwa.

Undang-Undang di luar KUHAP pun ada yang mengatur tentang alat bukti

yang dapat di gunakan sebagai bahan pembuktian selain dari kelima alat bukti

yang telah diatur dalam KUHAP, dalam proses peradilan pidana. Alat bukti

diluar Pasal 184 Ayat (1) KUHAP tersebut contohnya adalah alat bukti

elektronik yang telah diatur dalam Pasal 5 Ayat (1) Undang–Undang No.11

Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.40 Dapat diketahui,

40 www.dpr.go.id

Page 44: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

28

untuk masalah jenis-jenis alat bukti yang dapat digunakan sebagai bahan

pembuktian baik penuntut umum atau terdakwa yang didampingi oleh

penasehat hukumnya dapat menggunakan alat bukti yang diatur dalam

Undang-Undang lain selain KUHAP.

Pada proses pembuktian maka adanya korelasi dan interaksi mengenai yang

akan diterapkan hakim dalam menemukan kebenaran materiil melalui tahap

pembuktian, alat-alat bukti, dan proses pembuktian terhadap aspek-aspek

sebagai berikut:

1. Perbuatan-perbuatan manakah yang dapat dianggap terbukti.

2. Apakah telah terbukti bahwa terdakwa bersalah atas perbuatan-perbuatan

yang didakwakan kepadanya.

3. Delik apakah yang dilakukan sehubungan dengan perbuatanperbuatan itu.

4. Pidana apakah yang harus dijatuhkan kepada terdakwa.41

B. Sistem Pembuktian yang dipakai di Indonesia

Pegertian dari sistem pembuktian adalah, pengaturan tentang macam-macam

alat bukti yang boleh dipergunakan, penguraian alat bukti dan dengan cara

bagaimana alat-alat bukti itu dipergunakan dan dengan cara bagaimana hakim

harus membentuk keyakinannya. 42Ada beberapa sistem pembuktian yang telah

dikenal dalam doktrin hukum acara pidana, ialah:

1. Sistem keyakinan belaka.

2. Sistem keyakinan dengan alasan logis.

41 Martiman Prodjohamidjojo, Penerapan Pembuktian Terbalik Dalam Delik Korupsi, Mandar

Maju, Bandung, 2001, hlm. 99 42 Hari Sasangka, Lily Rosita, Hukum pembuktian dalam perkara pidana, Surabaya, Mandar Maju,

2003, hlm.11

Page 45: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

29

3. Sistem melulu berdasarkan undang-undang.

4. Sistem menurut undang-undang secara terbatas.43

Jika kita melihat Pasal 183 KUHAP yang berbunyi ;

“Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila

dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan

bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang

bersalah melakukannya.”44 Maka dapat dilihat bahwa, Negara Indonesia adalah

negara yang menganut sistem pembuktian negatif (Negatief wettelijk).45

Menurut Pasal tersebut, hakim haruslah memutuskan suatu perkara didasarkan

pada 2 syarat yaitu ;

a. Minimum 2 alat bukti

b. Dari alat bukti tersebut, hakim memperoleh keyakinan bahwa terdakwa

bersalah melakukan tindak pidana.

Meskipun didalam persidangan telah diajukan dua atau lebih alat bukti, namun

bila hakim tidak yakin bahwa terdakwa bersalah, maka terdakwa tersebut akan

dibebaskan.

Pengertian dari sistem pembuktian negatif (Negatief Wettelijk) ini yaitu, hakim

dalam mengambil keputusan tentang salah atau tidaknya seorang terdakwa

terikat oleh alat bukti yang ditentukan dalam undang-undang serta

43 Adami Chazawi, Hukum Pembuktian Tindak Pidana Korupsi, Almuni, Bandung, 2006, hlm. 24-

25 44 KUHAP lengkap, Op.Cit hlm.77 45 Hari Sasangka, Lily Rosita, Op.Cit hlm.18

Page 46: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

30

nurani/keyakinan hakim sendiri. Dalam sistem pembuktian negatif ini ada 2 hal

yang merupakan syarat untuk membuktikan kesalahan terdakwa yakni ;

a. Negatief : adanya keyakinan (nurani) dari hakim, yakni

berdasarkan bukti-bukti yang telah diajukan tersebut

hakim meyakini kesalahan terdakwa.

b. Wettelijk : adanya alat bukti yang sah yang telah ditetapkan oleh

undang-undang baik itu KUHAP ataupun di dalam

undang-undang lain.

C. Pembunuhan Biasa (doodslag)

Pembunuhan merupakan kategori tindak pidana terhadap nyawa. Pengertian

nyawa yang dimaksudkan di sisni adalah yang menyebabkan kehidupan

pada manusia. Menghilangkan nyawa berarti menghilangkan kehidupan

pada manusia yang secara umum disebut “pembunuhan”.46 Pembunuhan

biasa (doodslag) ini telah diatur dan diancam pidana pada Pasal 338

KUHP yang berbunyi, “Barangsiapa sengaja merampas nyawa orang lain,

diancam karena pembunuhan, dengan pidana paling lama lima belas tahun”.

Menurut Tri Andrisman, unsur-unsur pembunuhan biasa (doodslag) ini

adalah :

a. Bahwa perbuatan itu harus disengaja dan kesengajaan itu harus timbul

seketika itu juga (dolus repentinus atau dolus impetus), ditunjukkan

dengan maksud agar orang itu mati.

46 Leden Marpaung, Tindak Pidana terhadap nyawa dan tubuh, Sinar Grafika, Jakarta, 2000 hlm.4

Page 47: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

31

b. Melenyapkan nyawa orang itu harus merupakan perbuatan yang positif

walaupun dengan perbuatan yang kecil sekalipun.

c. Perbuatan itu harus menyebabkan matinya orang

d. Seketika itu juga, atau

e. Beberapa saat setelah dilakukannya perbuatan itu.47

Harus ada hubungan diantara perbuatan yang dilakukan itu dengan kematian

orang tersebut. Jadi kematian itu harus diakibatkan oleh perbuatan tersebut.

Istilah “orang” dalam Pasal 338 itu maksudnya ialah “orang lain”. Terhadap

siapa pembunuhan itu dilakuan itu tidak menjadi persoalan. Meskipun

pembunuhan itu dilakukan terhadap bapak atau ibu sendiri, termasuk juga

pembunuhan yang dimaksud dalam Pasal 338.48

D. Pembelaan Terpaksa (Noodweer)

Menurut Simon, Tindak Pidana/strafbaarfeit adalah, kelakuan yang diancam

dengan pidana, bersifat melawan hukum, dan berhubungan dengan kesalahan

yang dilakukan oleh orang yang mampu bertanggung jawab,49 sedangkan

pengertian hukum pidana menurut Tri Andrisman adalah, “keseluruhan

peraturan yang mengatur tentang, tindak pidana, pertanggung jawaban pidana,

dan pidana. Penjabaran lebih lanjut dari pengertian hukum pidana tersebut

adlah bahwa, tindak pidana itu berkaitan dengan perbuatan yang dilarang,

pertanggung jawaban pidana itu berkaitan dengan orang yang melanggar

larangan. Maksudnya sampai sejauhmana seseorang yang melakukan tindak

47 Tri Andrisman, 2011, Op.Cit hlm.133-134 48 Ibid hlm.134 49 Chairul Huda, dari tiada pidana tanpa kesalahan menuju kepada tiada pertanggung jawaban

pidana tanpa kesalahan, Kencana media group, jakarta, 2011 hlm.27

Page 48: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

32

pidana mempunyai kesadaran dan kemampuan menilai baik atau buruk

perbuatannya. Serta pidana itu berkaitan dengan sanksi atau hukuman yang

dapat dijatuhkan kepada orang yang melakukan tindak pidana, yaitu hanya

melalui putusan hakim yang bersifat tetap dan jenis pidana yang dapat

dijatuhkan telah ditentukan dalam undang-undang.50

Syarat-syarat untuk memidana suatu perbuatan yang diduga merupakan suatu

tindak pidana adalah :

1. Perbuatan yang harus

a. Memenuhi syarat undang-undang

b. bersifat melawan hukum (tidak ada alasan pembenar)

2. Orang, dalam hal ini berhubungan dengan kesalahan yang meliputi

a. Kemampuan bertanggung jawab

b. Sengaja atau lalai (dolus atau (culpa) serta tiada alasan pemaaf

Untuk menyatakan suatu perbuatan itu sebagai tindak pidana, maka harus di

penuhi unsur-unsur tindak pidana sebagai berikut :

a. Perbuatan itu harus memenuhi rumusan undang-undang

Berdasarkan ketentuan diatas, dapat diketahui bahwa setiap perbuatan

manusia, baik yang positif maupun negatif untuk dapat dikatakan sebagai

tindak pidana harus memenuhi apa yang dirumuskan oleh undang-undang.

b. Perbuatan itu harus bersifat melawan hukum

Suatu perbuatan dikatakan melawan hukum, apabila perbuatan itu masuk

dalam rumusan delik sebagaimana dirumuskan dalam undang-undang.

50 Tri Andrisman, 2013, Op.Cit hlm.8

Page 49: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

33

Akan tetapi, perbuatan yang memenuhi rumusan delik itu tidak senantiasa

bersifat melawan hukum, sebab mungkin ada hal-hal yang menghilangkan

sifat melawan hukumnya perbuatan tersebut.

Sifat melawan hukumnya suatu perbuatan dibedakan menjadi 2 yaitu :

a. Sifat Melawan hukum yang formil.

Yang dimaksud dengan sifat melawan hukum formil adalah, “suatu

perbuatan itu daiancam pidana dan dirumuskan sebagai suatu delik dalam

undang-undang. Sedangkan sifat melawan hukumnya perbuatan itu dapat

dihapus hanya berdasarkan suatu ketentuan undang-undang”. Contoh

kasusnya adalah, regu tembak yang menembak terpidana mati sifat

melawan hukumnya hapus berdasarkan Pasal 51 Ayat (1) KUHP.

b. Sifat melawan hukum yang materiil

Yang dimaksud dengan sifat melawan hukum materiil ini adalah, “suatu

perbuatan itu melawan hukum atau tidak, tidak hanya yang terdapat dalam

undang-undang saja, tetapi harus juga melihat berlakunya asas-asas hukum

yang tidak tertulis.” Contohnya, menerobos masuk rumah orang untuk

memadamkan kebakaran.

Perbuatan yang telah memenuhi rumusan delik/tindak pidana dalam undang-

undang, belum tentu dapat dipidana, karena harus dilihat dulu orangnya

(pelaku tindak pidana), apakah mampu bertanggung jawabdalam hukum

Page 50: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

34

pidana. Dengan demikian pembicaraan kita telah memasuki pertanggung

jawaban pidana, yaitu menyangkut pada diri orang/pelaku tindak pidana. 51

Orang yang dapat dituntut di muka pengadilan dan dijatuhi pidana, haruslah

melakukan tindak pidana dengan kesalahan. Kesalahan ini dapat dibedakan

menjadi 3 yaitu :

1) Kemampuan bertanggung jawab

2) Sengaja (dolus) dan lalai (culpa)

3) Tidak ada alasan pemaaf.52

Pembelaan terpaksa (Noodweer) yang terdapat dalam Pasal 49 Ayat (1) KUHP

ini menurut Tri Andrisman merupakan suatu alasan pembenar53. Yang

dimaksud dengan alasan pebenar ini adalah, alasan yang menghapuskan sifat

melawan hukumnya perbuatan, sehingga apa yang dilakukan oleh si pembuat

lalu menjadi perbuatan yang patut dan benar.54 Adapun ketentuan dari Pasal 49

Ayat (1) KUHP ini adalah,

“Barangsiapa terpaksa melakukan perbuatan untuk pembelaan, karena ada

serangan atau ancaman serangan ketika itu yang melawan hukum, terhadap diri

sendiri maupun orang lain; terhadap kehormatan kesusilaan atau harta benda

sendiri maupun orang lain, tidak dipidana.”55

Alasan pembenar ini merupakan alasan penghapus pidana yang terletak pada

perbuatan pidana yang dilakukan, yaitu perbuatannya dibenarkan. Untuk

adanya pembelaan terpaksa harus dipenuhi syarat – syarat sebagai berikut :

51 Tri Andrisman, 2013, Op.Cit hlm.91 52 Ibid 53 Ibid hlm.112 54 Ibid

Page 51: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

35

1. Adanya serangan

a. Seketika

b. Yang langsung mengancam

c. Melawan hukum

d. Sengaja ditujukan pada badan, kehormatan kesusilaan dan harta benda.

2. Ada pembelaan yang perlu diadakan terhadap serangan itu

a. Pembelaan harus dan perlu diadakan

b. Pembelaan harus menyangkut kepentingan-kepentingan yang disebut

dalam undang-undang, yaitu badan, kehormatan kesusilaan dan harta

benda.

Dalam kasus yang akan diteliti oleh penulis, majelis hakim pada Pengadilan

Negeri Bentaeng yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dengan nomor

register perkara 4/Pid.Sus.Anak/2016/PN.Ban mempertimbangkan Pasal 49

Ayat (1) KUHP dalam putusannya.56 Dan setelah mempertimbangkan Pasal 49

Ayat (1) KUHP tersebut majelis hakim pun menyatakan dalam halaman 21 di

putusan tersebut bahwa terdakwa melakukan bela paksa (Noodweer) sesuai

dengan pembelaan dari penasehat hukum terdakwa.

Konsekuensinya apabila perbuatan terdakwa memenuhi rumusan dan unsur-

unsur tindak pidana, akan tetapi perbuatan tersebut tidak dianggap suatu

tindakan yang layak dikenai pidana. Karena perbuatan terdakwa ini terbukti

mempunyai alasan pembenar yang terdapat dalam Pasal 49 Ayat (1) KUHP

dan sesuai dengan bunyi Pasal tersebut “Barangsiapa terpaksa melakukan

56 Putusan No.4/Pid.Sus.Anak/2016/PN.Ban (www.direktoriputusanmahkamahagung.go.id)

hlm.20

Page 52: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

36

perbuatan untuk pembelaan, karena ada serangan atau ancaman serangan

ketika itu yang melawan hukum, terhadap diri sendiri maupun orang lain;

terhadap kehormatan kesusilaan atau harta benda sendiri maupun orang lain,

tidak dipidana”, maka hakim tidak menjatuhkan pidana terhadap terdakwa

walaupun terdakwa telah memenuhi rumusan dan unsur – unsur tindak pidana

pembunuhan biasa seperti yang telah didakwakan oleh penuntut umum dalam

Pasal 338 KUHP. Akhirnya dalam amar putusan hakim, di halaman 23 majelis

hakim pun menjatuhkan putusan lepas dari segala tuntutan hukum sesuai

dengan Pasal 191 Ayat (2) KUHAP.

Page 53: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

III. METODE PENELITIAN

Penelitian Hukum Merupakan Kegiatan ilmiah yang didasarkan pada

metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari

suatu atau beberapa gejala hukum tertenntu, dengan jalan menganalisannya.

Disamping itu juga, diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap faktor hukum

tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-

permasalahan yang timbul didalam gejala yang bersangkutan.58

A. Pendekatan Masalah

Penelitian ini menggunakan dua macam pendekatan, yaitu pendekatan yuridis

Normatif dan pendekatan yuridis Empiris :

1) Pendekatan Yuridis Normatif

Pendekatan Yuridis Normatif yaitu pendekatan yang dilakukan dengan cara

mempelajari bahan –bahan pustaka yang berupa literatur dan perundang-

undangan yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas, dalam hal

ini adalah yang berkaitan dengan pembuktian alasan pembenar dalam tindak

pidana pembunuhan biasa.

58Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2004,

hlm. 32.

Page 54: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

38

2) Pendekatan Yuridis Empiris

Pendekatan Yuridis Empiris yaitu pendekatan yang dilakukan dengan cara

menggali informasi dan melakukan penelitian dilapangan Guna mengetahui

secara lebih jauh mengenai permasalahan yang dibahas. Dalam hal ini penulis

melakukan wawancara dengan pihak kejaksaan, advokat, dan hakim guna

mendapatkan informasi yang akurat.

B. Sumber dan Jenis Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa:

1) Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh secara lisan dari pihak-pihak yang

terkait dalam penelitian ini melalui wawancara. Pengumpulan data primer

dilakukan dengan mengunakan teknik wawancara terhadap Pihak terkait atau

ahli hukum. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pembuktian alasan pembenar

dalam tindak pidana pembunuhan biasa.

2) Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan mempelajari peraturan

perundang-undangan terkait, buku-buku Hukum, dan dokumen yang

berhubungan dengan permasalahan yang dibahas. Data sekunder yang

digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

Page 55: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

39

a . Bahan Hukum Primer

Bahan–bahan hukum yang mempunyai kekuatan hukum mengikat seperti

perundang-undangan dan peraturan-peraturan lainya yang terdiri dari :

1) Undang-Undang Nomor 1 tahun 1946 Jo undang-undang nomor 73

tahun 1958 tentang Kitab Undang-undang Hukum Pidana.

2) Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang

Hukum Acara Pidana.

3) Undang-Undang Nomor 18 tahun 2003 tentang Advokat

4) Undang-Undang Nomor 11 tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana

anak.

5) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan-bahan yang erat kaitanya dengan bahan hukum primer, yang dapat

memberikan penjelasan terhadap bahan-bahan hukum primer, terdiri dari

buku-buku, literatur, dan hasil penelitian yang berkaitan dengan masalah

yang dibahas dalam penelitian ini.

c. Bahan-bahan tersier

Bahan-Bahan tersier yang dimaksud merupakan bahan-bahan yang ada

relevansinya dengan pokok permasalahan, memberikan informasi, petunjuk

dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, bukan

Page 56: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

40

merupakan bahan hukum, secara signifikan dapat dijadikan bahan analisa

terhadap penerapan kebijakan hukum dilapangan, seperti kamus besar

Bahasa Indonesia, artikel-artikel di internet dan bahan-bahan lainya yang

sifatnya seperti karya ilmiah berkaitan dengan masalah yang akan dibahas

dalam penelitian ini.

C. Penentuan Narasumber

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data primer dalam penelitian ini

adalah wawancara terhadap para narasumber atau informan. Wawancara ini

dilakaukan dengan metode depth interview (wawancara langsung secara

mendalam).

Narasumber atau responden yang akan diwawancarai adalah:

1. Advokat = 1 orang

2. Jaksa Penuntut Umum = 1 orang

3. Hakim Pengadilan Negeri = 1 orang

D. Prosedur Pengumpulan dan Metode Pengolahan Data

1.) Prosedur pengumpulan data

Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini

ditempuh prosedur sebagai berikut :

Page 57: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

41

a. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah mengumpulkan data yang dilakukan dengan cara

membaca, mengutip, mencatat dan memahami berbagai litertur yang ada

hubunnganya dengan materi penelitian, berupa buku-buku, peraturan

perundang-undangan, majalah-majalah, serta dokumen lain yang

berhubungan denga masalah yang dibahas.

b. Studi Lapangan

Studi Lapangan adalah mengumpulkan data dengan penelitian langsung

pada tempat atau objek penelitian yang dilakukan dengan wawancara

kepada para informan yang sudah ditentukan.

2.) Pengolahan Data

Data yang terkumpul, diolah melalui pengolahan data dengan tahap-tahap

sebagai berikut:

a. Identifikasi Data

Identifikasi yaitu mencari dan menetapkan data yang berhubungan

dengan pembuktian tindak pidana pembunuhan karena daya paksa..

b. Klasifikasi Data

Klasifikasi Data yaitu menyusun data yang diperoleh menurut

kelompok yang telah ditentukan secara sistematis sehingga data

tersebut siap untuk dianalisis.

Page 58: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

42

c. Sistematis Data

Sitematis Data yaitu penyusunan data secara teratur sehingga data

tersebut dapat dianalisa menurut susunan yang benar dan tepat.

E. Analisis Data

Data hasil pengolahan tersebut dianalisis secara deskriptif kualitatif yaitu

menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur, logis dan

efektif sehingga memudahkan interpretasi data dan pemahaman hasil analisis

Guna menjawab permasalahan yang ada.

Page 59: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

V. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan uraian sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, maka dapat

ditarik simpulan sebagai berikut :

1. Pembuktian alasan pembenar bagi terdakwa tindak pidana pembunuhan biasa

adalah,

Majelis hakim akan memeriksa seluruh saksi a charge serta alat bukti lain

dari Jaksa Penuntut umum. Dihadirkannya saksi a charge dan alat bukti

lain dari jaksa penuntut umum ini tujuannya untuk membuktikan unsur-

unsur tindak pidana pembunuhan yang telah didakwakan kepada terdakwa.

Setelah selesai memeriksa saksi a charge dan alat bukti lainnya dari pihak

jaksa penuntut umum, maka majelis hakim akan mempersilahkan kepada

penasehat hukum untuk menghadirkan saksi a de charge dan alat bukti

lainnya untuk membuktikan alasan pembenar yang terdapat pada Pasal 49

ayat (1) KUHP tentang pembelaan terpaksa.

2. Alasan Hakim Menjatuhkan Putusan Lepas dari Segala Tuntutan hukum

(Ontslag Van Alle Rechtsvervolging) adalah,

karena perbuatan terdakwa telah memenuhi unsur-unsur tindak pidana

yang didakwakan (Pasal 338 KUHP) namun terdapat alasan pembenar

Page 60: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

105

yang diatur dalam Pasal 49 ayat (1) KUHP tentang pembelaan terpaksa

ketika terdakwa melakukan tindak pidana tersebut.

B. Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan di atas, maka penulis

memberikan saran sebagai berikut :

1. Penasehat Hukum yang mendampingi Terdakwa sejak proses penyidikan

sampai dengan dijatuhkannya putusan pengadilan, harus cermat dalam

meneliti apakah terdapat alasan penghapus pidana ketika terdakwa

melakukan tindak pidananya, jika terdapat alasan penghapus pidana baik

alasan pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus

berusaha melakukan pembuktian agar terdakwa dapat dilepaskan dari

segala tuntutan hukum. Pembuktian tersebut dapat dilakukan dengan cara

menghadirkan saksi a de charge, atau dapat juga menggali keterangan

yang membuktikan alasan penghapus pidana tersebut dari saksi a charge.

2. Diharapkan terdakwa yang telah dilepaskan dari segala tuntutan hukum

dapat segera dikeluarkan dari tahanan serta mendapatkan rehabilitasi,

yaitu pemulihan haknya dalam kemampuan kedudukan, harkat serta

martabatnya.

Page 61: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

Andrisman,Tri. 2010. Hukum Peradilan Militer, Bandar Lampung: Bagian

Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung.

---------- 2011. Delik Tertentu dalam KUHP. Bandar Lampung: Universitas

Lampung.

---------- 2011. Hukum Pidana Asas-Asas dan Dasar Aturan Umum Hukum

Pidana Di Indonesia. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

---------- 2013. Asas dan aturan umum hukum pidana di indonesia serta

perkembangannya dalam konsep KUHP 2013. Bandar Lampung: Aura

Publishing.

---------- 2013. Hukum Peradilan Anak. Bandar Lampung: Bagian Hukum

Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Chazawi, Adami. 2006. Hukum Pembuktian Tindak Pidana Korupsi.

Bandung: Almuni.

Gustiniati, Diah, Budi Rizki H. 2014. Azas-Azas dan Pemidanaan Hukum

Pidana di Indonesia. Bandar Lampung: Justice Publisher.

Hamdan, M. 2012. Alasan Penghapus Pidana Teori dan Studi Kasus.

Bandung: Refika Aditama.

Harahap, M Yahya. 2000. Pembahasan Masalah dan Penerapan KUHAP

(Pemeriksaan Sidang Pengadilan, banding, Kasasi dan Peninjauan

kembali) Edisi ke2. Jakarta: Sinar Grafika.

Huda, Chairul. 2011. Dari tiada pidana tanpa kesalahan menuju kepada tiada

pertanggung jawaban pidana tanpa kesalahan. Jakarta: Kencana media

group.

Hamzah, Andi. 1985. Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta:

Ghalia Indonesia.

Jaya, Agusman Candra. 2009. Advokat Pengenalan Secara Mendasar Dan

Menyeluruh. Jakarta: Candra Jaya Institute.

Page 62: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

Kuffal, HMA. 2010. Penerapan KUHAP Dalam Praktik Hukum. Malang:

Umm Press.

Makaro, Muhammad Taufik, Suhasril. 2002. Hukum acara pidana dalam teori

dan praktek. Jakarta: ghalia indonesia.

Marpaung, Leden. 2000. Tindak Pidana terhadap nyawa dan tubuh. Jakarta:

Sinar Grafika.

---------- 2005. Asas- Teori – Praktik Hukum Pidana, Jakarta: Sinar

Grafika.

Moeljatno. 2008. Asas-Asas Hukum Pidana Edisi Revisi. Jakarta: Rineka

Cipta.

Muhammad, Abdulkadir. 2004 Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: PT.

Citra Aditya Bakti.

Panggabean, H.P. 2012. Hukum Pembuktian Teori Praktik dan Yurisprudensi

Indonesia. Bandung: Alumni.

Priyanto, Anang. 2012. Hukum Acara Pidana Indonesia. Yogyakarta: Ombak.

Prodjodikoro, Wirjono. 1967. Hukum Atjara Pidana di Indonesia. Jakarta:

Sumur Bandung.

Prodjohamidjojo, Martiman. 2001. Penerapan Pembuktian Terbalik Dalam

Delik Korupsi. Bandung: Mandar Maju.

Sasangka, Hari, Lily Rosita. 2003. Hukum pembuktian dalam perkara pidana.

Surabaya: Mandar Maju.

Subekti, R. 1993. Hukum Pembuktian. Jakarta: Pradnya Paramita.

Soekanto, Soerjono. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar Edisi baru. Jakarta:

Rajawali Pers.

Suharto, RM. 2004. Penuntutan Dalam Praktek Peradilan. Jakarta: Sinar

Grafika.

Waluyadi. 1999. Pengetahuan Dasar Hukum Acara Pidana (sebuah catatan

Khusus). Bandung: Mandar Maju.

B. Perndang-undangan

R.Soesilo. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana serta Komentar-Komentar

lengkap Pasal Demi Pasal. Bogor: Politea Bogor.

Page 63: ANALISIS PEMBUKTIAN ALASAN PEMBENAR DALAM TINDAK …digilib.unila.ac.id/27708/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · pembenar maupun alasan pemaaf maka penasehat hukum harus berusaha

Moeljatno, 2012. KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Jakarta: Bumi

aksara.

2001. KUHAP Lengkap pelaksanaan KUHAP Pedoman Pelaksanaan KUHAP

Tambahan pedoman Pelaksanaan KUHAP cetakan ke-7. Jakarta: Bumi

Aksara.

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

Undang–Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

C. Sumber Lain

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2004.

Kamus Besar bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

www.putusan.mahkamahagung.go.id diakses tanggal 10 September 2016

www.kontras.org diakses tanggal 13 Oktober 2016

www.dpr.go.id diakses tanggal 14 Oktober 2016