analisis pemanfaatan zakat dan infak di badan amil … · 2018. 9. 18. · siapa yang menghendaki...
TRANSCRIPT
ANALISIS PEMANFAATAN ZAKAT DAN INFAK DI BADAN
AMIL ZAKAT NASIONAL KOTA MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan Untuk memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syari’ah (SH) Pada Program Studi
Hukum Ekonomi Syari’ah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh :
SITI HAWA
10525017614
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1439 H/2018 M
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Siapa yang menghendaki kehidupan dunia, maka harus disertai dengan
ilmu. Dan siapa yang menghendaki kehidupan akhirat, juga harus
dengan ilmu.
(Imam Syafi’i)
“Apapun yang kita lakukan dalam kehidupan ini adalah perlombaan
dalam KEBAIKAN bukan perlombaan tentang KEUNGGULAN satu sama
lain”.
“Islam yang sebenarnya adalah islam melaksanakn shalat dan
menegakkan zakat”. (Abu Bakar Asshidiq)
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan dengan segenap cinta dan doa karya sederhana ini untuk
Kedua Orang Tuaku Tercinta, Bapak Majang dan Ibu Sukatun,
Kakak-Kakakku Tersayang, Nur Diana, Muh. Husain, Sri Wahidah, Abd.
Musyafir, Muabdi, Rafsan Jani,
Serta Sahabat-Sahabatku dan Teman-Temanku Tersayang,
Almamaterku,
Yang selalu memberikan doa, semangat, dukungan dan kasih sayang yang
tulus tidak ternilai besarnya
Terimakasih...
Semoga Allah SWT membalas jasa budi kalian dikemudian hari dan
memberikan kemudahan dalam segala hal. Amin
ABSTRAK
SITI HAWA. 105 25 0176 14. 2018. Analisis Pemanfaatan Zakat dan Infak di Badan Amil Zakat Nasional Kota Makassar. Dibimbing oleh Agussalim Harrang dan Hasanuddin.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana Pemanfaatan Zakat dan Infak di Badan Amil Zakat Nasional Kota Makassar. Penelitian ini dilaksanakan di kota Makassar yang berlangsung 2 bulan mulai dari Mei sampai Juli 2018. Teknik pengumpulan data dilakukan secara observasi, wawancara dan data dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan zakat dan infak ada dua macam penyaluran, pertama santunan konsumtif dan yang kedua santunan produktif. Penyaluran zakat dengan cara komsumtif ialah dengan membagikan dalam bentuk makanan seperti sembako atau kebutuhan pokok. Dan juga bisa dalam bentuk uang untuk dibelikan kebutuhan pokok bagi mustahik. Sedangkan penyaluran secara produktif ialah memberikan bantuan dana kepada para penerima zakat dengan cara dicicil tanpa bunga dengan syarat membayar setiap bulannya dana yang di ambil. Dengan ini dapat meningkatkan pendapatan para penerima zakat dengan bantuan dari BAZNAS serta mensejahterahkan kehidupan para mustahik.
Kata Kunci: Pemanfaatan, Zakat, Infak
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN SAMPUL ......................................................................... i
HALAMAN JUDUL ............................................................................. ii
PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................... iii
BERITA MUNAQASYAH .................................................................. iv
PERSETUJUAN PEMBIMBINGAN .................................................... v
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN .................................................. vi
ABSTRAK ......................................................................................... vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................... viii
KATA PENGANTAR .......................................................................... ix
DAFTAR ISI ....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 5
BAB II TINJAUAN TEOROTIS
A. Kajian Teoritis ........................................................................ 6
1. Pengertian Zakat ............................................................... 6
2. Dasar Hukum Zakat .......................................................... 8
3. Macam-Macam Zakat ........................................................ 9
4. Syarat Wajib Zakat ............................................................ 9
vii
5. Syarat Sahnya Zakat ......................................................... 11
6. Harta Yang Wajib Di Zakati ............................................... 11
7. Orang Yang Berhak Menerima Zakat ............................... 12
8. Pengertian Infak ............................................................... 14
9. Dasar Hukum Infak .......................................................... 18
10. Pengertian Pemanfaatan ................................................. 22
11. Pengertian Badan Amil Zakat Nasional .......................... 24
12. Dasar-Dasar Hukum ......................................................... 24
13. Tugas Dan Fungsi BAZNAS ............................................. 25
B. Kerangka Pikir ........................................................................ 28
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ...................................................................... 29
B. Lokasi dan Objek Penelitian .................................................. 29
C. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian ................................. 39
D. Sumber Data ........................................................................... 30
E. Instrumen Penelitian .............................................................. 31
F. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 31
G. Teknik Analisis Data .............................................................. 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Hasil Penelitian ........................................ 36
1. Sejarah Singkat BAZNAS Kota Makassar ....................... 36
2. Visi dan Misi BAZNAS Kota Makassar ............................ 38
3. Struktur Organisasi .......................................................... 39
viii
4. Kedudukan, Tugas dan Fungsi ........................................ 40
B. Hasil Penelitian....................................................................... 49
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 66
B. Saran ....................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengelolaan zakat di Indonesia semakin berkembang pesat, dapat
dilihat sudah banyak bermunculan lembaga-lembaga zakat, baik yang
dikelolah oleh swasta maupun pemerintah. Tetapi masih perlu
diperdayagunakan lagi potensi zakat agar pengelolaan zakat dan infak
tepat pada sasaran yang dituju dan sesuai dengan yang sudah dituliskan
dalam ajaran Islam serta yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang yang
berlaku di Indonesia.
Pengelolaan dana zakat telah lahir dari Undang-Undang No.38
tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat yang diikuti dengan Keputusan
Menteri Agama RI No. 373 tahun 2003 Tentang Pelaksaan Undang-
Undang No 38 tahun 1999 tentang Pengeloalaan zakat dan Keputusan
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji D/291
tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat.1
Kemiskinan masih menjadi permasalahan di Indonesia.
Sedangkan upaya menanggulangi ekonomi berjalan lambat sebagai
akibatnya, kemiskinan meningkat namun upaya untuk menanggulangi
masih minim dan tidak sebanding dengan akibat kemiskinan yang terjadi.
Adapun pengentasan kemiskinan yang telah dicanangkan pemerintah
hanya mampu merubah tidak lebih dari 1% per tahunnya. Hal ini terbukti
1Mursyid, Mekanisme Pengumpulan Zakat, dan Infak,(Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya,2006), h. 12.
2
dari laporan Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa jumlah penduduk miskin
(penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan di Indonesia pada
Maret 2011 mencapai 30,02 juta orang (13,33 persen).2
Periode Maret 2010-Marert2011 penduduk di daerah perkotaan
hanya berkurang sekitar 0,05 juta orang (dari 11,10 juta orang pada Maret
2010 menjadi 11,05 juta orang pada Maret 2011). Dari data tersebut kita
bisa tahu bahwa persentase penduduk miskin antara daerah perkotaan
dan pedesaan tidak berubah banyak berubah sampai saat ini.
Kondisi seperti ini sebenarnya potret dari kemiskinan yang bukan
hanya disebabkan oleh lemahnya etos kerja tetapi juga disebabkan oleh
ketidakadilan sistem. Jika ini terus dibiarkan akan membahayakan
masyarakat luas. Untuk itu perlu adanya suatu mekanisme yang sanggup
mengalirkan kekayaan yang dimiliki kelompok masyarakat yang
berkecukupan kepada kelompok masyarakat yang tidak mampu.
Mekanisme yang baik dalam usaha mengalirkan harta tersebut
diharapkan mampu memangkas mata rantai kemiskinan. Jika melihat
kembali sejarah umat Islam zaman Nabi Muhammad SAW tentu kita akan
dapati sebuah sistem ekonomi yang terbukti mampu mengangkat taraf
kesejahteraan masyarakat Mekkah dan Madinah saat itu. Sistem dalam
konteks ini adalah zakat. Zakat merupakan asas utama ajaran islam yang
berfungsi untuk mengalirkan harta kekayaan dari tangan orang miskin.
2PWM LAZISMU, Buku Panduan Pengelolaan Lazismu PWM DIY,
(Yogyakarta:Provinsi DIY, 2012), h. 6.
3
Zakat merupakan sistem ekonomi umat islam dengan pengelolaan
yang baik, pada akhirnya zakat akan mampu membantu pertumbuhan
ekonomi sekaligus pemerataan pendapatan. Selain itu, dalam zakat pun
mengandung nilai-nilai sosial, politik, moral, dan agama sekaligus. Hal ini
dapat di lihat dari segi manfaat yang akan di rasakan oleh pembeli
maupun penerima zakat. Dengan demikian, bila pendistribusian zakat
efektif, malah di tambah dengan infaq,maka sistem ekonomi Islam akan
lebih baik.3
Mencapai tujuan pengelolaan zakat di Makassar, ditentukan
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). Pembentukan Badan Amil Zakat
Nasionalini tidak terlepas dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor
38 Tahun 1999 dan 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. Dalam
pengelolaan zakat, pengumpulan dan pendistribusian merupakan dua hal
yang sama pentingnya. Namun Al-Qur‟an lebih memperhatikan masalah
pendistribusian. Hal ini disebabkan pendistribusiannya mencakup pula
pengumpulan. Apa yang akan didistribusikan jika tidak ada yang lebih
dahulu dikumpulkan. Selain itu pendistribusian zakat lebih sulit dan
memerlukan berbagai sarana dan fasilitas serta aktivitas pendataan dan
pengawasan. Tanpa itu, sangat mungkin pendistribusian dana zakat dapat
diselewengkan atau kurang efektif. Jadi harus disadari bahwa
keberhasilan badan/lembaga pengelola zakat bukan semata-mata terletak
pada kemampuan mendistribusikannya.
3Ibid, h. 7.
4
Dana zakat yang terkumpul juga harus didayagunakan.
Pendayagunaan adalah bentuk pemanfaatan dana zakat secara
maksimum tanpa mengurangi nilai dan kegunaannya, sehingga
berdayaguna untuk mencapai kemaslahatan umat. Sasaran yang harus
dicapai dari pendayagunaan adalah timbulnya keberdayaan umat. Dengan
kata lain, sasaran pendayagunaan adalah pembedayaan. Pembedayaan
adalah upaya memperkuat posisi sosial dan ekonomi dengan tujuan
mencapai penguatan kempauan umat melalui dana bantuan yang pada
umumnya berupa kredit untuk usaha produktif, sehingga mustahiq
sanggup meningkatkan pendapatannya dan juga membayar kewajiban
zakat dari hasil usahanya atas kredit yang dipinjamnya.
Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini akan membahas
“Analisis Pemanfaatan Zakat Dan Infak Di Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) Kota Makassar.”
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut “Bagaimana Pemanfaatan Zakat dan Infak di
Badan Amil Zakat Nasional Kota Makassar”?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan zakat dan infak di Badan Amil
Zakat Nasional Kota Makassar.
5
D. Manfaat penelitiaan
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memeberikan sumbangsih
konseptual bagi perkembangan dunia terhadap ilmu zakat dan
infak, khususnya pada analisis pemanfaatan zakat dan infak,
sebagai pembelajaran penerapan teori yang diperoleh selama
masa perkuliahan dan membandingkan dengan realita yang ada
di dunia nyata.
2. Manfaat praktis
a. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
b. Bagi penulis, sebagai sarana penerapan ilmu pengetahuan
dan tambahan wawasan mengenai analisis pemanfaatn zakat
dan infak di badan amil zakat nasional.
c. Bagi pembaca, diharapkan mampu memberikan referensi bagi
pembaca dan berguna untuk penelitian serupa dimasa yang
akan datang.
6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Kajian Teori
1. Pengertian Zakat
Kata zakat berasal dari kata zaka yang merupakan isim mashdar,
yang secara etimologis mempunyai beberapa arti, yaitu suci, tumbuh,
berkah, terpuji,4 dan berkembang. Sedangkan terminologis zakat adalah
sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah diserahkan kepada orang-
orang yang berhak.5 Menurut Undang-Undang No. 38 Tahun 1998 tentang
Pengelolaan Zakat, pengertian zakat adalah harta yang wajib disisihkan
oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai
ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.
Al-Qur‟an juga menggunakan kata shadaqah untuk
mengungkapkan maksud zakat seperti dalam surah at-Taubah ayat 58,
60, dan 103. Dalam hadist Nabi tentang penampilan Ma’az di Yaman,
Nabi telah bersabda; “Terangkanlah kepada mereka bahwa Allah
mewajibkan shadaqah yang dikenakan pada kekayaan orang-orang kaya.”
Semua ayat dan hadist tersebut adalah tentang zakat, tetapi diungkapkan
dengan istilah shadaqah. Terdapat pula penggunaan istilah mushaddiq
untuk amil, oleh karena itu bertugas mengumpulkan dan membagi-
bagikan shadaqah tersebut. Namun dalam penggunaan sehari-hari, kata
shadaqah itu disalah artikan, yaitu hanya berarti shadaqah yang diberikan
4Ahmad Warson Munawir, Al-Munawir: Kamus Arab Indonesia, (Yogyakarta: Pondok
Pesantren Al-Munawir, 1984), h. 615. 5Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, Penerjemah Dr. Salman Harun et al., (Jakarta: Litera
Antar Nusa, Cet. 10, 2007), h. 34.
7
kepada pengemesis dan peminta-minta (sedekah). Tetapi hal itu tidak
boleh membuat kita lupa bagaimana sebenarnya pengertian satu kata
dalam bahasa arab pada zaman al-Qur‟an turun. Kata shadaqah
sesungguhnya berasal dari kata shidq yang berarti benar.
Mazhab maliki mendefenisikan dengan mengeluarkan sebagian
yangkhusus pula yang telah mencapai nishab (batas kuantitas yang
mewajibkanzakat) kepada oeang orang yang berhak menerimanya.
Dengan catatan, kepemilikan itu penuh dan mencapai hawl (setahun),
bukan barang tambangdan bukan juga pertanian.6
Defenisi di atas tentang makna zakat yang di kemukakan para
ulama di atas maka penulis dapat memasukkan zakat adalah harta yang
dimiliki orang muslim yang apa bila sudah mencapai nasabnya maka wajib
di keluarkan zakatnya dan diberikan kepada mustahik sesuai dengan
perintah Allah SWT, hal ini di jelaskan dalam al-Qur‟an bahwa dalam harta
orang orang kaya terdapat bagian yang merupakan bagian hak orang
miskin, Islam telah memberi tuntunan kepada umat manusia, dan ini salah
satu bentuk cara hidup sosial yang peduli sesama manusia, dimana zakat
merupakan jambatan untuk memperdekat hubungan kasih sayang antara
umat manusia dan membuktikan bahwa Islam itu bersaudara dan saling
tolong menolong.
Seorang muslim yang mengeluarkan zakat akan dapat
membersihkan dirinya dari sifat kikir dan dosa, dia akan mendapat berkah
6Wahbah Alzuhaili, Zakat Kajian Berbagai Mahzab, alih bahasa oleh Abdul Hayyie Al
Kattani, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), Cet.7, h. 83.
8
dalam hartanya, keluarga dan peninggalannya. Begitu juga orang muslim
yang memberikan zakat, dia akan membersihkan dirinya dari dosa dan
dari harta yang haram.7
2. Dasar hukum zakat
Dasar hukum zakat atau dalil-dalil yang berkenaan dengan zakat
banyak terdapat di dalam Al qur‟an dan hadist , di antaranya:
Terjemahnya
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (Q.S. At-Taubah/9:60, TafsirAl-Qur‟an Word)
Terjemahnya
“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian”. (Q.S. Az-Zariyat/51:19, Al-Qur‟an Word)
7Gazi Inayah, op.cit. h. 198.
9
Terjemahnya
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka”. (Q.S. At-Taubah/9:103, Tafsir Al-Qur‟an Word)
3. Macam-Macam Zakat
Zakat itu, menurut garis besarnya, terbagi dua :
a. Zakat fitrah
Zakat fitrah merupakan zakat jiwa ( Zakat Al-Nafs ), yaitu
kewajiban berzakat bagi setiap individu baik untuk orang yang
sudah dewasa maupun yang belum dewasa, dan di barengi dengan
ibadah puasa (Shaum).8
b. Zakat Maal
Diuraikan terdahulu bahwa zakat sepadan dengan kata
shadaqah, juga bahkan dengan kata infaq. Ketiga istilah tersebut
merupakan kata yang mengindikasikan adanya ibadah amaliyah,
ibadah yang berkaitan dengan harta konsep ini sudah di sepakati
oleh para ahli dan ulama.9
4. Syarat wajib zakat
a. Merdeka artinya budak tidak memiliki apa-apa. Semua milik
tuannya. Oleh karena itu, budak tidak wajib mengeluarkan zakat.
b. Islam artinya zakat hanya wajib bagi orang yang beragama islam.
Non muslim tidak wajib mengeluarkan zakat.
8Mursyid, Akuntansi Zakat Kontemporer, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), Cet.
1, h. 78. 9Ibid. h. 79.
10
c. Baliq dan berakal artinya anak kecil (belum baliq) dan orang gila
tidak wajib mengeluarkan zakat karena keduanya tidak terkena
(beban) hukum syariat.
d. Harta yang dikeluarkan adalah harta yang wajib dizakati dan
berkembang.
e. Harta yang dizakati telah mencapai nisab artinya nisab adalah
ukuran jumlah tertentu yang mewajibkan harta dizakati.
f. Harta tersebut adalah milik penuh (al-milk al-tam) artinya harta
yang akan dizakati merupakan milik sepenuhnya dari orang yang
akan membayar zakat.
g. Kepemilikan harta telah mencapai setahun (cukup haul) artinya
ukuran tahun ini adalah menurut tahun qamariah.
h. Tidak adanya hutang atau harta yang dizakati bukan hasil dari
hutang artinya semua jenis hutang dapat menggagalkan kewajiban
zakat kecuali hutang yang tidak berkaitan dengan hak manusia,
seperti nazar, kafarat dan haji.
i. Harta yang akan dizakati melebihi kebutuhan pokok. Menurut Imam
Malik dalam al-Zuhayly yang dimaksud kebutuhan pokok adalah
harta yang secara pasti biasa mencegah seseorang dari
kebinasaan, seperti nafkah, tempat tinggal, perkara perang,
pakaian yang diperlukan untuk melindungi dari panas dan dingin
dan pelunasan hutang.
11
5. Syarat Sahnya Zakat
a. Niat, para fuqoha bersepakat bahwasannya niat adalah salah satu
syarat membayar zakat, demi membedakan dari kafarat dan
sadaqah-sadaqah yang lain.
b. Memberi kepemilikan. Disyariatkan pemberian hak kepemilikan
demi keabsahan pelaksanaan zakat. Yakni dengan memberikan
zakat kepada orang orang yang berhak.
6.Harta yang Wajib di Zakati
a. Barang dagangan
Jika barang perdagangan dalam satu tahun ternyata senilai
dengan harta emas yang wajib dikeluarkan zakatnya, barang
perdagangan tersebut pun wajib dikeluarkan zakatnya.
b. Emas, perak dan uang
Nishab emas adalah mitsqal atau sama dengan 93,4 gram,
zakatnya 2,5%. Adapun perak nisabnya adalah 200 dirham atau
setara dengan 524 gram, zakatnya 2,5%. Jika emas atau perak
telah mencapai atau melebihi dari ukuran nishab dan haul (satu
tahun), berkewajibanlah bagi pemiliknya untuk mengeluarkan zakat.
Demikian juga jika kepemilikan benda itu berlebih, pemiliknya harus
dibayarkan.
c. Hasil pertanian dan buah-buahan
Buah-buahan seperti kurma, biji-bijian yang mengeyangkan
seperti beras, gandum, dan yang semisal wajib dikeluarkan
12
zakatnya jika telah mencukupi nisabnya. Zakat buah-buahan dan
biji-bijian tidak perlu haul (satu tahun), tetapi dikeluarkan pada
waktu panen.
d. Hewan ternak
Peternakan yang wajib dizakati terdiri dari ternak, unta, sapi,
kerbau, kuda, serta kambing atau domba. Syarat zakat hewan,
sampai haul, mencapai nisabnya, digembalakan dan mendapatkan
makanan di lapangan tempat pengembalaan terbuka, tidak
dipekerjakan, tidak boleh memberikan binatang yang cacat dan tua
(ompong).
7. Orang yang Berhak Menerima Zakat
a. Orang fakir
Orang orang fakir adalah orang orang yang tidak mempunyai
sesuatu untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka dan mereka
tidak mampu berusaha. Atau mereka adalah orang orang hanya
memiliki sedikit harta untuk memenuhi kebutuhan mereka.
b. Orang orang miskin
Orang orang miskin adalah orang yang mempunyai harta
yang hanya cukup untuk memenuhi setengah atau lebih dari
kebutuhan mereka. Dan mereka diberi bagian dari zakat yang
dapat menutupi kekurangan dalam memenuhi kebutuhan mereka
selama satu tahun.
13
c. Para amil zakat
Mereka adalah para petugas yang ditunjuk oleh pemimpin
kaum muslimin untuk mengumpulkan zakat dari para pembayarnya
menjaganya dan membaginya kepada orang orang yang berhak
menerimanya.
d. Orang orang muallaf
Orang orang muallaf ada dua macam yaitu orang orang kafir
dan orang orang muslim. Orang kafir di beri bagian zakat apa bila
dengannya, maka kemmungkinan besar ia akan masuk islam. Jadi
pemberian zakat kepadanya adalah untuk menguatkan niat dan
keinginannya dalam masuk Islam. Atau juga apabila diberi bagian
zakat, maka ia akan menghentikan kejahatan terhadap orang lain.
Adapun muallaf muslim maka diberi bagian zakat untuk
menguatkan imannya atau untuk menarik temannya agar masuk
Islam.
e. Ar-Riqaab.
Ar-Riqaab adalah para budak yang ingin memerdekakan diri
namuntidak memiliki uang tebusan untuk membayarnya.
f. Al-Ghaarim.
Al-Gharim adalah orang yang menanggung hutang.
g. Fii Sabiilillah.
Fii Sabiilillah adalah orang orang yang berada di jalan allah.
14
h. Ibnu Sabiil.
Ibnu sabiil adalah musafir yang terlantar dalam perjalanannya
karena bekal yang ia miliki telah habis atau hilang.
8. Pengertian infak
Kata Infaq berasal dari kata anfaqo-yunfiqu, artinya
membelanjakan atau membiayai, arti infaq menjadi khusus ketika
dikaitkan dengan upaya realisasi perintah-perintah Allah. Dengan
demikian Infaq hanya berkaitan dengan atau hanya dalam bentuk materi
saja, adapun hukumnya ada yang wajib (termasuk zakat, nadzar), ada
infaq sunnah, mubah bahkan ada yang haram. Dalam hal ini infaq hanya
berkaitan dengan materi. Menurut kamus bahasa Indonesia Infaq adalah
mengeluarkan harta yang mencakup zakat dan non zakat. Sedangkan
menurut terminologi syariat, infaq berarti mengeluarkan sebagian dari
harta atau pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang
diperintahkan ajaran Islam.10
Oleh karena itu Infaq berbeda dengan zakat, infaq tidak mengena
lnisab atau jumlah harta yang ditentukan secara hukum. Infaq tidak harus
diberikan kepada mustahik tertentu, melainkan kepada siapapun misalnya
orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin, atau orang-orang yang
sedang dalam perjalanan. Dengan demikian pengertian infaq adalah
pengeluaran suka relayang di lakukan seseorang. Allah memberi
kebebasan kepada pemiliknya untuk menentukan jenis harta, berapa
10
Majalah QASE 5 Desember 2012,h. 15.
15
jumlah yang sebaiknya diserahkan. setiap kali ia memperoleh rizki,
sebanyak yang ia kehendakinya.
Definisi sebelumnya dapat disimpulkan bahwa infaq bisa diberikan
kepada siapa saja artinya mengeluarkan harta untuk kepentingan sesuatu.
Sedangkan menurut islilah syari'at, infaq adalah mengeluarkan sebagian
harta yang diperintahkan dalam islam untuk kepentingan umum dan juga
bisa diberikan kepada sahabat terdekat, kedua orang tua, dan kerabat-
kerabat terdekat lainnya. Seperti yang telah kita ketahui bahwa infaq
adalah mengeluarkan harta yang mencakup harta benda yang dimiliki dan
bukan zakat. Infaq ada yang wajib dan ada pula yang sunnah. Infaq wajib
diantaranya zakat, kafarat, nadzar, dan lain-lain. Infaq sunnah diantara
nya, infaq kepada fakir miskin sesama muslim, infaq bencana alam, infaq
kemanusiaan, dan lain lain. Terkaitdengan infaq ini Rasulullah SAW
bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim ada
malaikat yang senantiasa berdo‟a setiap pagi dan sore“Ya Allah SWT
berilah orang yang berinfaq, gantinya. Dan berkata yang lain“Ya Allah
jadikanlah orang yang menahan infaq, kehancuran”.11
Penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa infaq berasal dari
bahasa Arab, namun telah dibahasa Indonesiakan dan berarti; pemberian
(sumbangan) harta dan sebagainya untuk kebaikan. Dalam bahasa Arab
(infaq/ Akar kata yang berarti sesuatu yang habis. Dalam Al-Munjid,
dikatakan bahwa infaq boleh juga berarti dua lubang atau berpura-pura.
11
Az Zuhali, Wahbah Al Fiqhul Islami wa Adilatuhu Jus II. Darul Fikr. Damaskus. 1996.
h. 916.
16
Infaq mempunyai dua makna pokok, yakni 1) terputusnya sesuatu
atau hilangnya sesuatu, 2) tersembunyinya sesuatu atau samarnya
sesuatu. Dua pengertian Infaq tersebut, makna yang relevan dengan
pengertian infaq di sini, adalah makna yang pertama. Sedangkan
pengertian infaq yang kedua lebih relevan dipergunakan untuk pengertian
munafiq. Alasan penulis adalah; seseorang yang menafkahkan hartanya
secara lahiriyah, akan hilang hartanya di sisinya dan tidak ada lagi
hubungan antara harta dengan pemiliknya. Adapun makna kedua adalah;
seorang munafiq senantiasa menyembunyikan kekufurannya, dan atau
tidak ingin menampakkan keingkarannya terhadap Islam.12
Penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa kata “Infaq”
digunakan tidak hanya menyangkut sesuatu yang wajib, tetapi mencakup
segala macam pengeluaran / nafkah. Bahkan, kata itu digunakan untuk
pengeluaran yang tidak ikhlas sekalipun. Firman Allah dalam QS al-
Baqarah (2) : 262 dan 265 serta QS al-Anfal (8) : 36 dan al-Taubah (9) :
54 merupakan sebagian ayat yang dapat menjadi contoh keterangan di
atas.13
Infaq terambil dari kata berbahasa Arab infaq yang menurut
penggunaan bahasa berarti “berlalu, hilang, tidak ada lagi” dengan
berbagai sebab : kematian, kepunahan, penjualan dan sebagainya. Atas
dasar ini, Al-Quran menggunakan kata infaq dalam berbagai bentuknya –
bukan hanya dalam harta benda, tetapi juga selainnya. Dari sini dapat
12Abdul Matin, Wawancara, Lamongan ,tanggal 13 Oktober 2012. 13
An Nawawi. Sahih Muslim bi Syarhi An Nawawi Juz VII.,(Darul Fikr. Beirut 1982),.h.
32.
17
dipahami mengapa ada ayat-ayat Al-Quran yang secara tegas menyebut
kata “harta” setelah kata infaq. Misalnya QS al-Baqarah ayat 262. Selain
itu ada juga ayat di mana Al-Quran tidak menggandengkan kata infaq
dengan kata “harta”, sehingga ia mencakup segala macam rezeki Allah
yang diperoleh manusia. Misalnya antara lain QS al-Ra‟d ayat 22 dan al-
Furqan ayat 67.14
Pengertian Infaq menurut etimologi adalah pemberian harta benda
kepada orang lain yang akan habis atas hilang dan terputus dari pemilikan
orang yang memberi. Dengan ungkapan lain, sesuatu yang beralih ke
tangan orang lain atau akan menjadi milik orang lain.
Secara terminologi, pengertian infaq memiliki beberapa batasan,
sebagai berikut : Infaq adalah mengeluarkan sebagian dari harta atau
pendapatan/ penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan
ajaran Islam.
Kata infaq adalah kata serapan dari bahasa Arab: al-infaq. Kata
al-infaq adalah mashdar (gerund) dari kata anfaqa–yunfiqu–infaq. Kata
anfaqa sendiri merupakan kata bentukan; asalnya nafaqa–yanfuqu–nafaq
yang artinya: nafada (habis), faniya (hilang/lenyap), berkurang, qalla
(sedikit), dzahaba (pergi), kharaja (keluar). Karena itu, kata al-infaq secara
bahasa bisa berarti infad (menghabiskan), ifna‟ (pelenyapan/pemunahan),
taqlil (pengurangan), idzhab (menyingkirkan) atau ikhraj (pengeluaran).
14
Az Zaibari Amir Sa’id. Kiat Menjadi Pakar Fiqh, (Bandung: Gema Risalah Pres. 1998),
h. 143.
18
9. Dasar Hukum Infaq
Syariah telah memberikan panduan kepada kita dalam berinfaq
atau membelanjakan harta. Allah dalam banyak ayat dan Rasul SAW.
dalam banyak hadis telah memerintahkan kita agar menginfaqkan
(membelanjakan) harta yang kita miliki. Allah juga memerintahkan agar
seseorang membelanjakan harta untuk dirinya sendiri (QS at-Taghabun:
16) serta untuk menafkahi istri dan keluarga menurut kemampuannya (QS
ath-Thalaq: 7). Dalam membelanjakan harta itu hendaklah yang
dibelanjakan adalah harta yang baik, bukan yang buruk, khususnya dalam
menunaikan infaq (QS.Al-Baqarah:267).
Kemudian Allah menjelaskan bagaimana tatacara membelanjakan
harta. Allah Swt. berfirman tentang karakter ‟Ibadurrahman: yang artinya
“Orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak israf dan
tidak (pula) iqtar (kikir); adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara
yang demikian.”(QS. Al-Furqan: 67). Selain itu Allah Swt. Juga berfirman:
“Berikanlah kepada keluarga-keluarga dekat haknya, juga kepada orang
miskin dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah kalian
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.” (QS.Al-Isra‟: 26). Ibn
Abbas, Mujahid, Qatadah, Ibn al-Juraij dan kebanyakan mufassir
menafsirkan isrâf (foya-foya) sebagai tindakan membelanjakan harta di
dalam kemaksiatan meski hanya sedikit. Israf itu disamakan dengan
tabdzir (boros). Menurut Ibn Abbas, Ibn Mas„ud dan jumhur mafassirin,
tabdzir adalah menginfaqkan harta tidak pada tempatnya. Ibn al-Jauzi
19
dalam Zad al-Masir mengatakan, Mujahid berkata, “Andai seseorang
menginfaqkan seluruh hartanya di dalam kebenaran, ia tidak berlaku
tabdzir. Sebaliknya, andai ia menginfaqkan satu mud saja di luar
kebenaran, maka ia telah berlaku tabdzir.” Dengan demikian
menginfaqkan untuk pembangunan masjid dalam pembangunannya
mekanismenya tidak diperbolehkan berfoya-foya. Adapun iqtar maknanya
adalah menahan diri dari infaq yang diwajibkan atau menahan diri dari
infaq yang seharusnya. Asy-Syaukani, mengutip ungkapan An-Nihas,
menyatakan, “Siapa saja yang membelanjakan harta di luar ketaatan
kepada Allah maka itu adalah israf; siapa yang menahan dari infaq di
dalam ketaatan kepada Allah maka itu adalah iqtar (kikir); dan siapa saja
yang membelanjakan harta di dalam ketaatan kepada Allah maka itulah
infaq yang al-qawam”.15
Israf dan tabdzir, yaitu infaq dalam kemaksiatan atau infaq yang
haram. Infaq yang diperintahkan adalah infaq yang qawam, yaitu infaq
pada tempatnya; infaq yang sesuai dengan ketentuan syariah dalam
rangka ketaatan kepada Allah; alias infaq yang halal. Infaq yang demikian
terdiri dari infaq wajib, infaq sunnah dan infaq mubah. Infaq wajib dapat
dibagi: salah satunya adalah yang pertama, infaq atas diri sendiri,
keluarga dan orang-orang yang nafkahnya menjadi tanggungan. Kedua,
zakat.
15
Wahbah Az-Zuhaily, Al-Fiqh Al-Islamy jilid I, (Beriut: Dar Al-Fikr, 1984), h. 72.
20
Ketiga, infaq di dalam jihad. Infaq sunnah merupakan infaq dalam
rangka hubungan kekerabatan, membantu teman, memberi makan orang
yang lapar, dan semua bentuk sedekah lainnya. Sedekah adalah semua
bentuk infaq dalam rangka atau dengan niat ber-taqarrub kepada Allah,
yakni semata-mata mengharap pahala dari Allah Swt. Adapun infaq
mubah adalah semua infaq halal yang di dalamnya tidak terdapat maksud
mendekatkan diri kepada Allah.16
Dasar hukum infaq telah banyak dijelasakan baik dalam Al- Qur‟an
atau hadits. Artinya: Katakanlah: “Kalau seandainya kamu menguasai
perbendaharaan-perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya
perbendaharaan itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya”. Dan
adalah manusia itu sangat kikir”.
Kemudian dalam QS Az-Zariyat 51:19 disebutkan yang berbunyi:
Terjemahnya “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian”. (Q.S. Az-Zariyat/51:19, Tafsir Al-Qur‟an Word)
Kemudian dalam ayat lain juga di sebutkan tentang dasar hukum
infaq yang artinya sebagai berikut:
Terjemahnya “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
16
Ibid, h. 73.
21
mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”.(Q.S. Ali-Imran/3:134, Tafsir Al-Qur‟an Word)
Berdasarkan firman Allah di atas bahwa Infaq tidak mengenal
nishab seperti zakat. Infaq dikeluarkan oleh setiap orang yang beriman,
baik yang berpenghasilan tinggi maupun rendah, apakah ia disaat lapang
maupun sempit. Jika zakat harus diberikan pada mustahik tertentu (8
asnaf) maka infaq boleh diberikan kepada siapapun juga, misalkan untuk
kedua orang tua, anak yatim, anak asuh dan sebagainya. Dalam Al Quran
dijelaskan sebagai berikut :
Terjemahnya “Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan." dan apa saja kebaikan yang kamu buat, Maka Sesungguhnya Allah Maha mengetahuinya”.(Q.S. Al-Baqrah/2:215, Tafsir Al-Qur‟an Word)
10. Pengertian pemanfaatan
Pendayagunaan zakat adalah bentuk pemanfaatan dana zakat
secara maksimum tanpa mengurangi nilai dan kegunaannya, sehingga
berdayaguna untuk mencapai kemaslahatan umat.17
a. Investasi Dana Zakat
Pola pendayagunaan zakat adalah dengan menginvestasikan dana
zakat. Yusuf Qardhawi dalam Fiqhuz Zakat mengemukakan bahwa
17
GhozaliSyukri, Kementrian Agama RI, Pedoman Zakat Sembilan Seri, (Jakarta:
ProyekPembinaan Zakat danWakaf, 1990), h.95.
22
pemerintah Islam diperbolehkan membangun pabrik-pabrik atau
perusahaan-perusahaan dari dana zakat untuk kemudian
kepemilikan dan keuntungannya bagi kepentingan fakir miskin,
sehingga akan terpenuhi kebutuhan hidup mereka sepanjang
masa. Pengganti pemerintah untuk saat ini dapat diperankan oleh
Badan Amil Zakat atau Lembaga Amil Zakat yang amanah, dan
profesional.
b. Bila pemerintah atau yang mewakilinya (amil) menginvestasikan
dana zakat, menurut Ustman Zubair dalam bukunya Abhas
Fiqhiyyah fiQadaya Az-zakah Al- muasira. permasalahan ini belum
banyak dibahas dalam kajian fikih klasik, namun sejumlah ulama
kontemporer sudah menjadikannya bagian dari pembicaraan
alternatif pendayagunaan dana zakat. zakat yang diterima
pemerintah ataupun yang mewakili (BAZ) harus segera
mendistribusikannya pada para mustahiq dan tidak membenarkan
untuk menundanya, akan tetapi jika ada kepentingan (darurah
maslahiyyah) yang menundanya maka hal itu dapat dibenarkan,
sedang untuk menginvestasikannya hal ini dapat dibenarkan jika
ada alasan yang kuat dari kepentingan investasi tersebut, seperti
untuk menjamin adanya sumber-sumber keuangan yang relatif
permanen atau untuk mengurangi pengangguran dari pihak
mustahiq.
23
c. Jika kemudian pendapat di atas dijadikan acuan, kepentingan
selanjutnya adalah bagaimana dana zakat yang di investasikan
tersebut tidak habis, karena adanya kerugian investasi yang
mengakibatkan hilangnya hak mustahiq. Kepatutan ini
mengharuskan pihak-pihak yang menginvestasikan dana zakat
harus betul-betul mempelajari prospek dan fisibilitas dari setiap
bidang usaha (portofolio) yang menjadi objek investasi.
d. Permasalahan tentang adanya kemungkinan merugi dalam
menginvestasikan dana zakat oleh lembaga amil zakat masih
belum ditemukan pembahasan dari para ulama klasik.
Berikut rekomendasi bagi para amil sebagai upaya
mengakomodasi sejumlah pendapat mazhab yang melegalkan
investasi dana zakat:
1. Amil dapat menginvestasikan dana zakatnya setelah para mustahiq
menerima dana zakat terlebih dahulu, jadi dalam hal ini amil hanya
berlaku sebagai wakil dari keseluruhan mustahiq. Semisal jika di
investasikan pada surat berharga, maka pembelian dilakukan atas
nama mustahiq.
2. Amil dapat menginvestasikan dana zakatnya setelah mempunyai
perhitungan matang pada usaha/industri yang menjadi objek
investasi.
24
11. Pengertian Badan Amil Zakat Nasional
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan badan yang
dibentuk oleh pemerintah, yakni lembaga pemerintah non struktural dan
bersifat mandiri yang memiliki fungsi dan tujuan dalam mengumpulkan,
mendistribusikan dan pengdayagunaan zakat secara nasional. Maksud
non struktural di sini adalah lembaga yang tidak termasuk dalam struktur
organisasi kementrian ataupun lembaga ini dilakukan secara langsung
oleh presiden. Karena ia merupakan lembaga yang dibentuk oleh
pemerintah, pembiayaan pun difasilitasi oleh pemerintah (Anggaran
Negara).
Lembaga nonstruktural seperti ini berada di luar kekuasaan
Eksekutif, Yudikatif Dan Legislatif. Keberadaannya berfungsi untuk
menyeimbang bagi ketiga kekuasaan tersebut. Pembentukan lembaga
non struktural juga diharapkan mengisi kekosongan dalam sektor-sektor
tertentu atau dipertugas fungsi lembaga pemerintah yang dipandang tidak
dapat dijalankan fungsinya secara maksimal.
12. Dasar-dasar Hukum
Dasar pengelolaan ZIS BAZNAS Kota Makassar adalah sebagai
berikut :
1) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan
Zakat;
25
2) Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2014 Tentang
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 23 tahun 2011 Tentang
Pengelolaan Zakat;
3) Peraturan Menteri Agama RI Nomor 52 Tahun 2014 Tentang
Syarat dan Tata Cara Perhitungan Zakat Mal dan Zakat Fitrah
serta Pendayagunaan Zakat untuk Usaha Produktif;
4) Peraturan BAZNAS Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014
tentang Organisasi dan Tata Kerja BAZNAS, BAZNAS Provinsi
dan BAZNAS Kabupaten/Kota.
13. Tugas dan Fungsi BAZNAS
Pembentukan BAZNAS sendiri dinilai sebagai sebuah
keniscayaan mengingat pentingnya sektor zakat yang menjadi area
kerjanya. Pengelolaan zakat bukanlah perkara yang mudah mengingat
bangsa Indonesia sendiri, terutama yang muslim, belum menyadari letak
urgensinya zakat dan pendayagunanya. BAZNAS merupakan lembaga
pengelola zakat yang memiliki tugas utama pengelolaan zakat secara
nasional. Dalam rangka melaksanakan tugasnya sebagai lembaga
pengelola zakat nasional, BAZNAS menjalankan fungsi-fungsi utama
sebagaimana di atur dalam pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2011 adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan
zakat;
26
b. Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan
zakat;
c. Pengendalian pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan
zakat; dan
d. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan
zakat.
Secara umum, tugas zakat dan fungsi zakat adalah melakukan
upaya pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan, pelaporan dan
pertanggungjawaban atas pelaksanaan dan pengelolaan zakat18.
Zakat sebagai salah satu sumber daya yang dapat digunakan
pemerintah untuk memaksimalkan potensi di masyarakat, merubah pola
pikir konsumtif menjadi produktif sehingga dana yang didistribusikan oleh
BAZNAS dapat dimaksimalkan dan dapat menaikkan derajat ekonomi
umat di masyarakat. Pendayagunaan tidak sebatas untuk konsumtif tetapi
untuk usaha produktif sesuai dengan UU No. 23 Tahun 2011 pasal 27
tentang pendayagunaan zakat. Dengan mendayagunakan zakat untuk
produktif atau zakat produktif harapannya mustahiq penerima zakat dapat
menghasilkan sesuatu secara terus menerus sehingga dapat keluar dari
jeratan kemiskinan. Orang-orang atau golongan yang berhak menerima
zakat telah diatur dalam ajaran syariat islam, yakni ada delapan golongan
(asnaf). Ketentuan ini diatur dalam Al-Qur‟an Surat At-Taubah ayat 60 :
18
Ibid, h. 61.
27
Terjemahnya “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (QS.At-Taubah/2:60).19
19
Departemen Agama RI, OP. Cit.,h. 264.
28
B. Kerangka Pikir
Studi
Al Quran
Qs. At-Taubah : 60
Qs. Az-Zariyat : 19
Qs. Ali-Imran : 134
Studi Empirik
Analisis Pendistribusian
dan Pendayaagunaan Zakat, Infak, dan Shadoqah pada Mustahik
.
Studi Teoritik
Majelis Ulama
Indonesia (MUI)
Undang-Undang
BadanAmil Zakat
Nasional Pada
kota
MakasssarPada
Kelompok Orang
Miskin
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kualitatif
-Observasi
lapangan
-Wawancara
-Dokumentasi
Pembahasan
Kesimpulan dan
Saran
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian kualitatif dengan pendekatan studi mengandalkan
peneliti sebagai instrument utama dalam melakukan observasi dan
wawancara mendalam tentang “Analisis Pemanfaatan Zakat Dan Infak di
Badan Amil Zakat NasionalKota Makassar”.
B. Lokasi dan Objek Penelitian
Penulis akan melakukan penelitian di Badan Amil Zakat Nasional
Kota Makassar. Adapun waktu penelitian dilakukan kurang lebih dua bulan
pada tahun 2018.
C. Fokus dan Deskriftif Penelitian
Pendayagunaan zakat adalah bentuk pemanfaatan dana zakat
secara maksimum tanpa mengurangi nilai dan kegunaannya, sehingga
berdayaguna untuk mencapai kemaslahatan umat.
Zakat adalah harta yang dimiliki orang muslim yang apa bila
sudah mencapai nasabnya maka wajib di keluarkan zakatnya dan
diberikan kepada mustahik sesuai dengan perintah Allah SWT, hal ini di
jelaskan dalam Al-Qur‟an bahwa dalam harta orang orang kaya terdapat
bagian yang merupakan bagian hak orang miskin. Islam telah memberi
tuntunan kepada umat manusia, dan ini salah satu bentuk cara hidup
sosial yang peduli sesama manusia, dimana zakat merupakan jambatan
30
untuk memperdekat hubungan kasih sayang antara umat manusia dan
membuktikan bahwa islam itu bersaudara dan saling tolong menolong.
Infaq adalah pemberian harta benda kepada orang lain yang akan
habis atas hilang dan terputus dari pemilikan orang yang memberi.
Dengan ungkapan lain, sesuatu yang beralih ke tangan orang lain atau
akan menjadi milik orang lain.
D. Sumber Data
Penentuan sumber data dalam penelitian ini terbagi kepada dua
bagian, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.
a. Sumber data primer
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh
langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantar). Data
primer dapat berupa opini subjek atau seseorang secara individual
atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda kejadian atau
kegiatan, dan hasil pengujian. sumber data penelitian dalam ini
adalah salah satu staf penanggung jawab Badan Amil Zakat
Nasional kota makassar. Dalam penelitian ini sumber data fokus
pada kelompok orang miskin.
b. Sumber Data sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang
diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara.
Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan
historis yang telah tersusun dalam arsip yang dipublikasikan.
31
Adapun data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini
berasal dari buku-buku dan sumber lainnya.yang menunjang dan
berkaitan dengan penelitian ini.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk
mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, mengolah,
menganalisis dan menyajikan data-data secara sistematis serta objektif
dengan tujuan memecahkan suatu persoalan. Instrumen merupakan hal
yang penting dalam kegiatan penelitian. Hal ini karena perolehan suatu
informasi yang relevan atau tidaknya tergantung pada alat ukur tesebut.
Oleh karena itu, alat ukur penelitian harus memiliki validitas dan reabilitas
yang memadai.
Instrumen penelitian dirancang untuk suatu tujuan penelitian dan
tidak akan bisa digunakan pada penelitian ini. Setiap objek penelitian
membuat seorang peneliti harus merancang sendiri instrument yang akan
digunakannya. Dan dalam penelitian ini ada dua instrumen yang
digunakan yaiitu :
1. Peneliti sebagai instrument (human instrument)
2. Buku catatan, tape recorder, kamera, handycam dan lain-lain.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk memperoleh data yang dibutuhkan
dalam penelitian ini adalah:
32
1. Wawancara
Wawancara adalah suatu kegiatan komunikasi verbal dengan
tujuan mendapatkan informasi di samping mendapatkan gambaran
yang menyeluruh, juga akan mendapatkan informasi yang penting.
Wawancara merupakan salah cara untuk mengumpulkan data
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lisan kepada
subyek penelitian, instrumen ini digunakan untuk mendapatkan
informasi mengenai fakta, keyakinan, perasaan, niat dan
sebagainya.
Wawancara memilki sifat yang luwes, pertanyaan yang
diberikan dapat disesuaikan dengan subjek sehingga segala sesuatu
yang ingin diungkapkan dapat digali dengan baik. Wawancara
terbagi atas dua jenis yaitu wawancara berstruktur dan wawancara
tak berstruktur.
Dalam wawancara berstruktur, pertanyaan dan alternatif
jawaban yang diberikan kepada subjek telah ditetapkan terlebih
dahulu oleh peneliti.
Wawancara tak berstruktur bersifat informal. Pertanyaan
tentang pandangan, sikap, keyakinan subjek, atau keterangan
lainnya dapat diajukan secara bebas kepada subyek.
Dalam penelitian ini sumber data akan diperoleh dari hasil
wawancara kepada;
33
a. Staf BAZNAS
b. Masyarakat
2. Observasi
Observasi biasa, yaitu merupakan pengamatan secara
langsung menggunakan indra penglihatan dimana peneliti tidak ikut
ambil bagian secara langsung dalam situasi yang ditelitinya.
Observasi adalah: “Mengamati (watching) dan mendengar
(listening) perilaku seseorang selama beberapa waktu tanpa
melakukan manipulasi atau pengendalian serta mencatat penemuan
yang menghasilkan atau memenuhi syarat untuk digunakan ke
dalam tingkat penafsiran analisis”.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah cara pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mengumpulkan data-data, dokumen-dokumen tertulis
ataupun hasil gambar. Dokumentasi ini digunakan dalam upaya
melengkapi data-data yang telah diperoleh berupa gambaran
penelitian dan dokumen-dokumen penelitian.
Dokumentasi yang digunakan penelitian adalah arsip data
penelitian beberapa keterangan lisan dari beberapa narasumber
yang direkam oleh peneliti. Kalau perlu perekaman ini tidak harus
diberitahukan terlebih dulu agar tercipta keaslian dari penelitian yang
dibuat. Alat yang digunakan dalam teknik dokumentasi ini antara
lain, kamera digital atau handycamp yang digunakan untuk
34
mengambil gambar atau hasil foto dan video jika dibutuhkan oleh
peneliti.
Hasil dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data
sekunder yang melengkapi atau mendukung hasil wawancara dan
pengamatan dilapangan. Data hasil dokumentasi juga dapat
digunakan sebagia data yang kita gunakan untuk mengingat kembali
seluk-beluk, gambaran lokasi jika kita lupa ketika sampai di rumah.
G. Teknik Analisis Data
Anlisis data adalah proses menyusun data agar data tersebut
ditafsirkan. Menyusun data berarti menggolongkannya ke dalam pola,
tema atau kategori. Tafsiran atau interpretasi artinya memberikan makna
kepada analisis, menjelaskan pola atau kategori, hubungan antara
berbagai konsep. Berikut adalah langkah-langkah model analisis data
Miles dan Huberman menyatakan sebagai berikut:
1. Reduksi data, data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya sangat
banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti
telah dikemukakan, makin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah
data makin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera
dilakukan analisis dan melalui reduksi data. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting. Dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak
perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk
35
melekukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila
diperlukan.
2. Display data, setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya
adalah mendisplaykan data, penyajian data dapat dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart
dan sejenisnya. Dengan mendisplaykan data, maka akan
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan
kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
3. Penarikan kesimpulan atau verification, kesimpulan awal yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid
dan konsisten pada saat peneliti kembali ke lapanganmengumpulkan
data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan
yang kredibel20.
20
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif.
Bandung: Alfabeta. 2014., h. 338.
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Hasil Penelitian
1. Sejarah Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Makassar
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan badan resmi
dan satu-satunya yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan
Presiden RI No. 8 Tahun 2001 yang meliputi tugas dan fungsi
menghimpun dan menyalurkan zakat, infak, dan sedekah (ZIS) pada
tingkat nasional.
Pada tanggal 27 Oktober 2011, DPR RI menyetujui Undang-
Undang Pengelolaan Zakat pengganti Undang-Undang Nomor 38 Tahun
1999 yang kemudian diundangkan sebagai Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2011 pada tanggal 25 November 2011. Lahirnya Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat semakin mengukuhkan
peran BAZNAS sebagai lembaga yang berwenang melakukan
pengelolaan zakat secara Nasional. Dalam Undang-Undang tersebut
BAZNAS dinyatakan sebagai lembaga pemerintah nonstruktural yang
bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri
Agama.
Undang-Undang ini menetapkan bahwa Pengelolaan Zakat
bertujuan (1) meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam
pengelolaan zakat dan (2) meningkatkan manfaat zakat untuk
mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.
37
Untuk mencapai tujuan dimaksud, Undang-Undang mengatur bahwa
kelembagaan pengelolaan zakat harus terintegrasi dengan BAZNAS
Provinsi.
BAZNAS Kota Makassar adalah Organisasi yang didirikan oleh
Pemerintah dengan Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam Nomor DJ.II/568 Tahun 2014 tentang Pembentukan BAZNAS
Kabupaten/Kota se Indonesia. BAZNAS Kota Makassar berdasarkan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat dan
Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
Pimpinan BAZNAS Kota Makassar ditetapkan dengan Keputusan Walikota
Makassar Nomor 1762/451.12/KP/XII/2015 Tanggal 14 Desember 2015
tentang Pengangkatan Pimpinan BAZNAS Kota Makassar Periode 2015-
2020 setelah mendapatkan rekomendasi Ketua BAZNAS Nomor
349/BP/BAZNAS/XI/2015 Perihal Jawaban Permohonan Pertimbangan
Walikota Makassar. Dengan demikian BAZNAS Kota Makassar memiliki
landasan hukum yang kuat untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan
zakat di Kota Makassar. Sebagai lembaga pemerintah non struktural
bersifat mandiri yang dibentuk oleh pemerintah, maka pemerintah
berperan dalam menguatkan badan tersebut sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari Pemerintah Kota Makassar. Sebelumnya masih
dirasakan seakan organisasi pengelola zakat berjalan sendiri-sendiri, oleh
sebab itu perlunya meningkatkan sinergisitas dengan BAZNAS Pusat,
38
BAZNAS Provinsi dan BAZNAS Kota Makassar dan tatkala pentingnya
dengan Pemerintah Kota Makassar untuk menguatkan kedudukan
organisasi pengelola zakat dan peran BAZNAS Kota Makassar.21
2. Visi Dan Misi BAZNAS Kota Makassar
Visi :
Makassar kota zakat berkah dan nyaman untuk semua.
Misi :
Meningkatkan kesadaran muzaki berzakat, berinfak dan
bersedekah serta mengeluarkan dana sosial keagamaan
lainnya.
Mendistribusikan dan mendayagunakan zakat, infak,
sedekah, dana sosial keagamaan lainnya untuk
kesejahteraan mustahik.
Meningkatkan manajemen BAZNAS yang amanah,
berkeadilan, dan akuntabel.
21
Diperoleh dari hasil dokument Kantor BAZNAS Kota Makassar tanggal 10 Juli 2018
39
3. Struktur Organisasi BAZNAS
Struktur Organisasi Badan Amil Zakat Nasional Kota Makassar
Periode 2015-2020.
KETUA Dr. H.M. Anis Zakaria Kama, SH.,M.Si.,MH
dR
DEWAN PEMBINA
KA.SATUAN AUDIT INTERNAL
Hj. Darmawati, SE, MM.
WAKIL KETUA II Drs. KH. Jaluddin Sanusi
Kabid. Pendistribusian dan Pendayagunaan
H. Abdul Aziz Benu, S.Ag
STAF
WAKIL KETUA I
Drs. KH. Alwi Nawawi, M.Pd
Kabid. Pengumpulan You Yatsir Tonung
STAF
WAKIL KETUA III Dr. H. Mujetaba Mustafa, M.Ag
Kabag. Perencanaan, Keuangan dan Pelaporan
Ismail Hajiali, SE., M.Si
STAF
WAKIL KETUA IV H. PM. Alamsyach, SE, MS.
Kabag. Administrasi. SDM Dan Umum
H. Katjong Tahir, SH
STAF
UPZ
40
4. Kedudukan, Tugas dan Fungsi BAZNAS
Peraturan Badan Amil Zakat Nasional Undang-Undang Nomor 03
Tahun 2014, tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Amil Zakat
Nasional Provinsi dan Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten/Kota
mangatur berbagai hal terkait keberadaan BAZNAS yang menjadi rujukan
BAZNAS Kota Makassar.
Bagian Pertama
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan BAZNAS Nomor 03 Tahun 2014 Diatur :
Pasal 27
BAZNAS kabupaten/kota bertanggung jawab kepada BAZNAS peovinsi
dan pemerintah kabupaten/kota.
Pasal 28
BAZNAS kabupaten/kota mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan
zakat pada tingkat kabupaten/kota.
Pasal 29
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 28,
BAZNAS kabupaten/kota menyelenggarakan fungsi :
a. Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan
zakat di tingkat kabupaten/kota;
b. Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan
zakat di tingkat kabupaten/kota;
41
c. Pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan
zakat di tingkat kabupaten/kota;
d. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan
zakat, termasuk pelaporan pelaksanaan pengelolaan zakat di
tingkat kabupaten/kota;
e. Pemberian rekomendasi dalam proses izin pembukaan perwakilan
LAZ berskala provinsi di kabupaten/kota.
Pasal 30
(1) Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi, BAZNAS kabupaten/kota
wajib :
a. Melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian atas
pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat di
tingkat kabupaten/kota;
b. Melakukan koordinasi dengan kantor kementrian agama
kabupaten/kota dan instansi terkait di tingkat kabupaten/kota
dalam pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat;
c. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan zakat,
infak dan shadaqah serta dana sosial keagamaan lainnya
kepada BAZNAS provinsi dan bupati/walikota setiap 6 (enam)
bulan dan akhir tahun;
42
d. Melakukan verivikasi administrasi dan faktual atas pengajuan
rekomendasi dalam proses izin pembukaan perwakilan LAZ
berskala provinsi di kabupaten/kota.
(2) BAZNAS kabupaten/kota melaksanakan tugas dan fungsi BAZNAS
di kabupaten/kota masing-masing sesuai dengan kebijakan
BAZNAS.
Bagian Kedua
Susunan Organisasi
Berdasarkan Peraturan BAZNAS Nomor 03 Tahun 2014 Diatur :
Pasal 31
Susunan organisasi BAZNAS kabupaten/kota terdiri atas :
a. Ketua;
b. Wakil Ketua;
c. Bidang Pengumpulan;
d. Bidang Pendistribusian dan pendayagunaan;
e. Bagian Perencanaan, Keuangan, dan Pelaporan;
f. Bagian Administrasi, Sumber Daya Manusia, dan Umum; dan
g. Satuan Audit Internal
Pasal 32
(1) Bidang dan Bagian sebagaimana dimaksud pada Pasal 31 huruf c,
d, e, dan f dipimpin oleh Wakil Ketua BAZNAS kabupaten/kota.
43
(2) Satuan Audit Internal sebagaimana dimaksud pada Pasal 31 huruf
g dipimpin oleh Ketua BAZNAS kabupaten/kota.
(3) Pelaksanaan tugas dan fungsi bidang dan bagian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Amil BAZNAS
kabupaten/kota dalam koordinasi wakil ketua.
(4) Amil BAZNAS kabupaten/kota bukan merupakan pegawai negeri
sipil .
(5) Dalam hal diperlukan, pelaksanaan tugas dan fungsi sebagaimana
dimaksud pad aayat (3) dapat dilaksanakan oleh pegawai negeri
sipil yang diperbantukan.
Bagian Ketiga
Ketua dan Wakil Ketua
Berdasarkan Peraturan BAZNAS Nomor 03 Tahun 2014 Diatur :
Pasal 33
Ketua mempunyai tugas memimpin pelaksanaan tugas BAZNAS
kabupaten/kota.
Pasal 34
Wakil ketua mempunyai tugas membantu ketua memimpin pelaksanaan
tugas BAZNAS kabupaten/kota dalam perencanaan, pengumpulan,
pendistribusian dan pendayagunaan, keuangan, administrasi perkantoran,
sumber daya manusia, umum, pemberian rekomendasi, dan pelaporan.
44
Bagian Keempat
Bidang Pegumpulan
Berdasarkan Peraturan BAZNAS Nomor 03 Tahun 2014 Diatur :
Pasal 35
Bidang pengumpulan mempunyai tugas melaksanakan pengeloalaan
pengumpulan zakat.
Pasal 37
Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 36, bidang
pengumpulan menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan strategi pengumpulan zakat;
b. Pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan data muzaki;
c. Pelaksanaan kampanye zakat;
d. Pelaksanaan dan pengendalian pengumpulan zakat;
e. Pelaksanaan pelayanan muzaki;
f. Pelaksanaan evaluasi pengelolaan pengumpulan zakat;
g. Penyusunan pelaporan dan pertanggungjawaban pengumpulan
zakat;
h. Pelaksanaan penerimaan dan tindak lanjut komplain atas layanan
muzaki dan;
i. Koordinasi pelaksanaan pengumpulan zakat tingkat
kabupaten/kota.
45
Bagian Kelima
Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan
Berdasarkan Peraturan BAZNAS Nomor 03 Tahun 2014 Diatur :
Pasal 38
Bidang pendistribusian dan pendayagunaaan dipimpin oleh satu orang
wakil ketua dengan sebutan wakil ketua II.
Pasal 39
Bidang pendistribusian dan pendayaguanaan mempunyai tugas
melaksanakan pengelolaan pendistribusian dan pendayagunaan zakat.
Pasal 40
Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 39, bidang
pendistribusian dan pendayagunaan menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan strategi pendistribusian dan pendayaguanaan zakat;
b. Pelaksanaan pengelolaan dan pengembangan data mustahik;
c. Pelaksanaan dan pengendalian pendistribusian dan
pendayagunaan zakat;
d. Pelaksanaan evaluasi pengelolaan pendistribusian dan
pendayagunaan zakat;
e. Penyusunan pelaporan pendistribusian dan pertanggungjawaban
pendistribusian dan pendayagunaan zakat dan;
f. Koordinasi pelaksanaan pendistribusian dan pendayagunaan zakat
tingkat kabupaten/kota.
46
Bagian Keenam
Bagian Perencanaan, Keuangan dan Pelaporan
Berdasarkan Peraturan BAZNAS Nomor 03 Tahun 2014 Diatur :
Pasal 41
Bagian perencanaan, keuangan, dan pelaporan dipimpin oleh satu orang
wakil ketua dengan sebutan jabatan Wakil Ketua III.
Pasal 42
Bagian perencanaan, keuangan, dan pelaporan mempunyai tugas
melaksanakan pengelolaan perencanaan, keuangan dan pelaporan.
Pasal 43
Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 42, bagian
perencanaan, keuangan, dan pelaporan menyelenggarakan fungsi :
a. Penyiapan penyusunan rencana strategi pengeloaan zakat tingkat
kabupaten/kota.en/kota;
b. Penyusunan rencana tahunan BAZNAS kabupaten/kota;
c. Pelaksanaan evaluasi tahunan dan lima tahunan rencana
pengelolaan zakat kabupaten/kota;
d. Pelaksanaan pengelolaan keuangan BAZNAS kabupaten/kota;
e. Pelaksanaan sistem akuntansi BAZNAS kabupaten/kota;
f. Penyusunan laporan keuangan dan laporan Akuntabilitas kinerja
BAZNAS kabupaten/kota dan;
g. Penyiapan penyusunan laporan pengelolaan zakat tingkat
kabupaten/kota.
47
Bagian Ketujuh
Bagian Administrasi, Sumber Daya Manusia, dan Umum
Berdasarkan Peraturan BAZNAS Nomor 03 Tahun 2014 Diatur :
Pasal 44
Bagian administrasi, sumber daya manusia, dan umum dipimpin oleh satu
orang wakil ketua dengan sebutan jabatan Wakil Ketua IV.
Pasal 45
Bagian administrasi, sumber daya manusia, dan umum mempunyai tugas
melaksanakan pengelolaan Amil BAZNAS kabupaten/kota, administrasi,
perkantoran, komunikasi, umum, dan pemberian rekomendasi.
Pasal 46
Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 45, bagian
administrasi, sumber daya manusia, dan umum menyelenggarakan fungsi:
a. Penyusunan strategi pengelolaan Amil BAZNAS kabupaten/kota;
b. Pelaksanaan perencanaan Amil BAZNAS kabupaten/kota
c. Pelaksanaan rekrutmen Amil BAZNAS kabupaten/kota;
d. Pelaksanaan pengembangan Amil BAZNAS kabupaten/kota;
e. Pelaksanaan administrasi perkantoran BAZNAS kabupaten/kota;
f. Penyusunan rencana strategi komunikasi dan hubungan
masyarakat BAZNAS kabupaten/kota;
g. Pelaksanaan strategi komunikasi dan hubungan masyarakat
BAZNAS kabupaten/kota;
48
h. Pengadaan, pencatatan, pemeliharaan pengendalian dan
pelaporan aset BAZNAS kabupaten/kota;
i. Pemberian rekomendasi pembukaan perwakilan LAZ berskala
provinsi di kabupaten/kota.
Bagian kedelapan
Satuan Audit Internal
Berdasarkan Peraturan BAZNAS Nomor 03 Tahun 2014 Diatur :
Pasal 47
Satuan audit internal berada di bawah dan bertanggungjawab kepada
Ketua BAZNAS kabupaten/kota.
Pasal 48
Satuan audit internal mempunyai tugas pelaksanaan audit keuangan,
audit manajemen, audit mutu, dan audit kepatuhan internal BAZNAS
kabupaten/kota.
Pasal 49
Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 48, satuan
audit internal menyelenggarakan fungsi :
a. Penyiapan program audit;
b. Pelaksanaan audit;
c. Pelaksanaan audit untuk tujuan tertentu atas penugasan ketua
BAZNAS;
d. Penyusunan laporan hasil audit dan;
e. Penyiapan pelaksanaan audit yang dilakukan oleh pihak eksternal.
49
Bagian Kesembilan
Amil BAZNAS Kabupaten/Kota
Berdasarkan Peraturan BAZNAS Nomor 03 Tahun 2014 Diatur :
Pasal 50
(1) Amil BAZNAS kabupaten/kota sebagimana dimaksud pada Pasal
32 ayat (3) diangkat dan diberhentikan oleh ketua BAZNAS
kabupaten/kota.
(2) Amil BAZNAS kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) direkrut melalui proses seleksi dengan mempertimbangkan
kompetensi dan kebutuhan sesuai tugas dan fungsi BAZNAS
kabupaten/kota.
(3) Hak keuangan Amil BAZNAS kabupaten/kota bukan merupakan
pegawai negeri sipil.
Pasal 51
(1) Ketentuan tentang Amil BAZNAS kabupaten/kota diatur dalam
peraturan lembaga yang ditetapkan dalam kabupaten/kota.
(2) Peraturan lembaga sebagimana dimaksud pada ayat (1) disusun
berdasarkan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan
yang berlaku.
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
B.1 Hasil wawancara dengan staf BAZNAS
Data yang disajikan dalam penelitian adalah data yang di ambil
langsung dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Makassar
50
melalui beberapa narasumber dengan melakukan proses wawancara
secara langsung, melakukan observasi dan melakukan dokumentasi.
Pada bagian pertama dipaparkan hasil wawancara yang telah dilakukan
oleh peneliti kepada narasumber.
1. Bagaimana pemanfaatan zakat dan infak pada mustahik di Badan
Amil Zakat Nasional ?
Zakat memiliki banyak manfaat bagi kehidupan masyarakat muslim
di Indonesia. Zakat mempunyai manfaat sosial dan manfaat ekonomis.
Secara sosial, zakat berperan mempererat hubungan persaudaraan antar
muslim, menghindarkan diri dari sikap ujub dan takabur, serta melahirkan
solidaritas kehidupan bermasyarakat. Sedangkan manfaat zakat secara
ekonomis adalah memeratakan pendapatan masyarakat, mendukung
pembangunan fasilitas dakwah agama Islam, serta membangun
kemandirian fakir miskin dan anak yatim. Demikian besar manfaat zakat
bagi masyarakat sehingga Al-Quran menyebut kata zakat beriringan
dengan perintah menjalankan sholat. Pemanfaatan zakat dapat berupa
pemenuhan kebutuhan sehari-hari para mustahik maupun sebagai modal
bagi pengembangan keterampilan hidup mereka. Bila anda membayarkan
zakat kepada lembaga Amil BAZANS , maka pengelolaan dana zakat
akan diarahkan kepada usaha pengembangan ekonomi masyarakat fakir
miskin sehingga kelak mereka akan menjadi muzakki.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh H. Katjong Tahir (Staf
BAZNAS) bahwa :
51
“Pemanfaatannya ya kita salurkan ada dua, kita salurkan dalam bentuk konsumtif dan kita juga salurkan dalam bentuk produktif. Ya konsumtif dibagikan lagi, dibagikan langsung berdasarkan data dari kelurahan, itu diberikan konsumtif. Produktif kan kepada masyarakat yang kurang mampu untuk membantu usaha-usahanya, tarulah umpanya penjual kue dibantu permodalan, ya supaya bisa meningkat usahanya, bisa meningkat jualannya, karena kalau kita hanya bantu secara konsumtif semua habis hampir dikatakan tidak ada bekasnya kapan berubah miskin ah kalau kita tidak berusaha bagaimana meningkatkan masyarakat-masyarakat yang kurang mampu untuk tidak mau berusaha kalau hanya modalnya yang kurang kita bantu modal supaya dia bisa meningkat, jangan jadi minta-minta terus, kalau dia bisa berusaha dan meningkat ini kan mungkin satu tahun, dua tahun tidak lagi dibantu dari dana zakat bahkan kalau memang berkembang usahanya dia bisa mengeluarkan zakat, itulah cara yang kita peroleh mengenai fakta dana zakat yang ada.”22
Dari pembahasan di atas menunjukkan bahwa pemanfaatan zakat
dan infak ada dua macam penyaluran, pertama santunan konsumtif dan
yang kedua santunan produktif. Penyaluran zakat dengan cara komsumtif
ialah dengan membagikan dalam bentuk makanan seperti sembako atau
kebutuhan pokok. Dan juga bisa dalam bentuk uang untuk dibelikan
kebutuhan pokok bagi mustahik. Sedangkan penyaluran secara produktif
ialah memberikan bantuan dana kepada para penerima zakat dengan
cara dicicil tanpa bunga dengan syarat membayar setiap bulannya dana
yang di ambil. Dengan ini dapat meningkatkan pendapatan para penerima
zakat dengan bantuan dari BAZNAS serta mensejahterahkan kehidupan
para mustahik.
22
Hasil wawancara dengan Bapak H. Katjong Tahir, SH (Kabag. Administrasi SDM dan
Umum), tanggal 10 Juli 2018 di Kantor BAZNAS.
52
2. Bagaimana cara lembaga menyampaikan kepada muzaki untuk
membayar zakat dan infak di BAZNAS ?
Cara muzaki menyalurkan zakat yaitu dengan mengadakan
sosialisasi kepada ummat islam akan pentingnya zakat dan infak, para
amil yang mengelola zakat itu sendiri juga tak luput harus mendapat
perhatian. Dalam mnegelola dana zakat dan infak, para amil juga harus
mendapatkan pembekalan yang cukup agar tidak keliru dalam mengelola
dana zakat dan infak. Dalam kurung waktu belakang ini, kesadaran
masyarakat akan kewajiban mengeluarkan zakat sudah mulai meningkat.
Namun , penyaluran zakat belum bisa terkelola dengan maksimal melalui
lembaga-lembaga zakat yang ada.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh H. Katjong Tahir (Staf
BAZNAS) bahwa :
“Cara menyampaikan para muzaki untuk menyalurkan zakat dan infak lewat BAZNAS yaitu caranya melalui beberapa cara sosialisai e‟ baik melalui media surat kabar, dan Tv dan lain sebagainya dan banyak pun sosialisai langsung, ya tatap muka kepada calon-calon muzaki untuk dapat menyalurkan zakatnya, e‟ kewajibannya membayar zakat di BAZNAS Kota Makassar , itu cara-cara yang kita tempuh diadakan sosialisai, ya... cara yang kita tempuh, iyya ok.”23
Dari pembahasan di atas menunjukkan bahwa, cara lembaga
menyampaikan kepada muzaki untuk membayar zakat dan infak yaitu
dengan cara mensosialisasikan tentang pentingnnya membayar zakat dan
23 Hasil wawancara dengan Bapak H. Katjong Tahir, SH (Kabag. Administrasi SDM dan
Umum), tanggal 10 Juli 2018 di Kantor BAZNAS.
53
mengeluarkan infak, sehingga mereka tertarik untuk mengeluarkan zakat
harta mereka.
3. Bagaimana strategi penghimpunan dana Zakat dan Infak ?
Strategi penghipunan dana adalah rencana sebuah proses
mempengaruhi masyarakat atau calon donatur agar mau melakukan amal
kebajuka dalam bentuk penyerahan dana atau sumber daya lainnya yang
bernilai, untuk disampaikan kepada masyarakat yang membutuhkan.
Proses memepengaruhi disini yaitu, meliputi kegiatan memberitahukan,
mengingatkan, mendorong. Dalam hal menghimpun dana lembaga harus
terus melakukan edukasi, sosialisasi dan transfer informasi sehingga
menciptakan kesadaran dan kebutuhan kepada calon donatur, untuk
melakukan kegiatan program atau yang berhubungan dengan
pengelolaan kerja sebuah lembaga. Untuk mendapatkan hasil yang
maksimal dari penghimpunan dana di suatu lembaga, maka dibutuhkan
suatu strategi dan pendekatan yang tepat serta harus menentukan arahan
yang benar demi keberlanjutan langkah berikutnya,. Namun, tanpa
strategi yang kuat dalam menjalankan penghimpunan dana maka tidak
akan maksimal dalam memperoleh dana.
Sebagaimana yang dikatakan oleh H. Katjong Tahir (Staf BAZNAS)
bahwa :
“iya...strategi penghimpunan dananya dengan melalui sosialisai para calon muzaki e‟ sudah mengenal BAZNAS itu ya, bagi yang mau menyalurkan zakatnya e‟ apakah dia secara langsung ke BAZNAS untuk menyetor ataukah lewat rekening-rekening yang ada di Bank-Bank itu cara untuk e‟ apa itu cara untuk menghimpun dananya, karena sosialisasi tadi itu sudah , sudah merupakan
54
strategi juga bagaimana untuk menghimpun dana dari muzaki, ya dan kita juga dalam sosialisasi itu sekaligus kita sampaikan bahwa zakat, infak dan shadakah akan di salurkan kepada yang berhak menerima, dalam hal ini para fakir miskin dan e‟... golongan-golongan yang berhak menerima sebagaimana diatur di dalam e‟... syariahnya bahwa ada 8 golongan yang berhak mendapatkan, ah...menyampaikan kepada mereka bahwa manfaat atau guna zakat ini adalah dalam rangka penuntasan kemiskinan, ya menyampaikan bahwa zakat itu merupakan kewajiban bagi yang berhak bagi ynag memenuhi syarat karena banyak saja muzaki tetapi dia tidak mengerti betul bahwa zakatnya ini adalah suatu kewajiban, ya bahwa zakat kalau sudah memenuhi syarat itu adalah kewajiban karena sudah diatur di dalam e‟ rukun islam, zakat itu merupakan salah satu rukun islam yang ke tiga, jadi zakat itu kalau memenuhi syarat kalau adalah wajib sama dengan kalau bagaimana kalau wajib tidak di laksanakan menurut agama kan berdosa e‟ kalau mungkin tidak mengerti tidak mengerti betul maka itulah lewat sosialisasi, ya bagaimana untuk menyetor zakatnya kalau memang tidak sempat ke BAZNAS untuk menyetor zakatnya, menelfon ke petugas BAZNAS yang ada beberapa Bank, ya itu kita memberikan beberapa kemudahan.”24
Dari pembahasan menunjukkan bahwa strategi penyaluran zakat
dapat dilakukan secara langsung dengan menyetor stor tunai ke BAZNAS
dan bisa juga melalui Bank-Bank Syariah. Dalam strategi penyaluran
zakat muzaki harus terus menerus mengingatkan dan menjelaskan
kepada masyarakat akan pentingnnya mengeluarkan zakat dan infak.
4. Berapa potensi zakat dan infak saat ini (khususnya di Makassar)
dan beberapa yang dapat tereliasai ?
Potensi zakat yang ada di kota Makassar mencapai 41,6 Milliar per
Tahun. Hal itu didasarkan pada jumlah penduduk sebesar 1.3 juta jiwa
dengan jumlah zakat fitrah per orang sebesar 32.000 dengan di
24
Hasil wawancara dengan Bapak H. Katjong Tahir, SH (Kabag. Administrasi SDM dan
Umum), tanggal 10 Juli 2018 di Kantor BAZNAS.
55
asumsikan 4 Liter beras dengan harga 8 ribu per liter. Belum lagi zakat
harta jika dilihat dari produk domestik regional bruto yang notabeni
dijadikan sebagai salah satu acuan perhitungan pendapatan nasional dan
pendapatan perkapita. PDRD atas dasar harga konstan tahun 2017
sebesar 27, 3 Trilliun Rupiah, jika dikalikan dengan 2,5 % maka potensi
zakat harta sebesar 683 Milliar dalam satu tahun. Dari kedua potensi
tersebut bisa mencapai 724,6 Milliar per tahun, hal ini tentunya nilai yang
sangat fantastis di gunakan menuntaskan kemiskinan, menekan jumlah
putus sekolah, dan mengurangi permasalahn lainnya.
Sebagiamana yang dikemukakan oleh H. Katjong Tahir (Staf
BAZNAS) bahwa :
”Kalau potensi zakat, kalau bicara masalah potensi, kalau potensi zakat Kota Makassar itu cukup besar, bahkan trilliun, ya kalau potensi zakat yang ada di Makassar a...hanya saja mampu kita programkan kalau untuk tahun dua ribu, dua ribu tujuh belas (2017) itu kita targetkan 8 kita targetkan 4 Milliar 2017 dan kita mampu mencapai dari-dari 4 Milliar itu menjadi e‟...4 koma sekian Milliar lebih, ya jadi 100% sesuai dengan perencanaan kita, yaitu yang tereliasasi, ya jadi berbicara tentang potensi itu cukup besar, ya...”25
Dari penjelasan di atas menunjukkan bahwa potensi zakat yang
ada di Makassar itu sangat tinggi sehingga apabila di salurkan dengan
baik dan sesuai denga aturan yang ada maka potensi zakat tersebut
dalam mengurangi kemiskinan dan putus sekolah serta mengurangi
pengangguran yang semakin meningkat.
25
Hasil wawancara dengan Bapak H. Katjong Tahir, SH (Kabag. Administrasi SDM dan
Umum), tanggal 10 Juli 2018 di Kantor BAZNAS.
56
5. Bagaimana lembaga dalam menentukan target penghimpunan dan
distribusi zakat dan infak ?
Target penghimpunan zakat dan infak di Makassar saat ini
meningkat hingga 100% pada tahun 2017. Kenaikan target tersebut
merujuk pada besarnya potensi zakat dan infak di Kota Makassar. Tahun
lalu target dan realisasi penghimpunan zakat sebesar 4 Milliar dan tahun
ini naik hingga 2 kali lipat. Melihat besarnya potensi itu lembaga amil zakat
yakin bisa menghimpun dana zakat sampai 8 milliar. Namun tentu tidak
mudah dan banyak kendala, tetapi lembaga amil zakat terus
mengusahakan menyalurkan dana zakat tersebut kepada masyarakat
yang berhak menerimanya. Berbagai strategi yang disiapkan pihak badan
amil zakat untuk mendongkrak penghimpunan zakat. Dengan beberapa
program seperti sosialisasi ke kantor pemerintahan, masjid dan sekolah.
Sosialisasi juga di gencarkan melalui penyebaran spanduk dan baliho,
BAZNAS Makassar juga menggenjot pembentukan unit pengumpulan
zakat di masjid-masjid yang ada di Makassar.
Sebagaimana yang di kemukakan oleh H.Katjong Tahir (Staf
BAZNAS) bahwa :
”Iya karena memang target penghimpunan kita memang melakukan pendataan kita melakukan pendataan dan kita dalam menentukan target itu ada namanya Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan, disitu kita bisa menargetkan berapa kira-kira yang bisa kita capai pada tahun yang bersangkutan teruslah tahun 2018 ini kita targetkan 16 Milliar, ya dari 16 Milliar ini bagaimana kita bisa mencapai target ya kita sudah menempuh beberapa cara sosialisasi kepada seluruh muzaki bagaimana cara menyalurkan zakatnya kepada BAZNAS yaitu di‟ mungkin kalau bisa kita capai ini 16 Milliar 2018 tahun depan kita kasih naik lagi targetnya karena
57
potensi memang cukup besar, kalau bisa kita capai sampai semua potensi Makassar, nah apabila dengan potensi yang ada ini satu pintu ke BAZNAS bah bisa-bisa sampai 20, 30 Milliar kita bisa dapatkan asal satu pintu masuknya tapi di Makassar ini Adik-Adik tau bahwa banyak lembaga zakat, seperti LAZ dan lain sebagainya, kalau ini ter...terhimpun ini laporannya saya kira banyak , saya kira banyak.”26 Dari penjelasan di atas menunjukkan bahwa target yang di capai
BAZNAS Makassar sudah semakin meningkat karena mencapai hingga
100%. Untuk mencapai hal tersebut tidaklah mudah, pihak BAZNAS selalu
melakukan pendataan dan menentukan target dengan Rencana dan
Anggaran tahunan. dari situ, pihak BAZNAS bisa mencapai target untuk
tahun selanjutnya.
6. Kendala apa saja yang dihadapi oleh lembaga dalam
penghimpunan dan distribusi ?
Lembaga badan amil zakat nasional atau BAZNAS yang ada di
makassar mengakui bahwa BAZNAS belum berfungsi secara optimal
sesuai yang di amanahkan di dalam Undang-undang No.23 tahun 2011
tentang pengelolaan zakat. Ada beberapa yang dihadapi sehingga
pengeloalaan zakat belum berjalan secara optimal tantangan yang
dihadapi BAZNAS adalah terkait dengan sarana dan prasarana seperti
gedung kantor yang belum memadai. Kendala tersebut tidak hanya
dihadapi oleh BAZNAS pusat tetapi juga di daerah. Meskipun telah di
anggarkan dalam APBN dan APBD baik anggota BAZNAS pusat maupun
daerah belum mendapatkan hak keuangannya. Akibatnya, BAZNAS pusat
26
Hasil wawancara dengan Bapak H. Katjong Tahir, SH (Kabag. Administrasi SDM dan
Umum), tanggal 10 Juli 2018 di Kantor BAZNAS.
58
maupun daerah mengalami kesulitan untuk bergerak. Kendala lain yang
masih dihadapi BAZNAS adalah BAZNAS masih dalam pembangunan
manajemen informasi sistem. Manajemen informasi sitem BAZNASini
sangat dibutuhkan untuk membaca potret potensi mustahik dan muzaki.
Sebagaimana yang di kemukakan oleh H.Katjong Tahir (Staf
BAZNAS) bahwa :
“E...kendalanya hm kendala yang menghimpun itu yang banyak, kendalanya yang menghimpun e‟ tunggu dulu dipisahkan dulu, harus dipisahkan kendala penghimpunan baru kan hampir-hampir kalau disurat tidak ada kendalanya, kalau kita mau membagi itu e‟ hampir tidak ada orang yang mau dibagikan tidak mau iyyakan ? tetapi menghimpunnya itu kendalanaya, itulah salah satu kendala masih, masih kurangnya kesadaran para mustahik untuk menyalurkan zakatnya menyalurkan kewajibannya itulah kendala, bagaimana kendala ini bisa dihadapi tentu melakuakan banyak sosialisasi, iya itu kendala banyak sosialisasi , iya ..kendala dalam hal pendistibusian yang hampir dikatakan tidak ada karena jumlah para mustahik yang mau menerima zakat jauh lebih banyak dari pada yang mau dibagikan itu kendalanya yang mana mau di dahulukan yentu kita harus membagi, membagi rata ya jumlah para mustahik dari masing-masing kecamatan dan kelurahan itu cukup banyak sehingga kita bisa memberikan, kelurahan ini hanya sekian orang saja dulu, ini sekian orang, ya itu saya kira tidak ada kendala yang tidak turun, kendalanya kurang mi dibagi, iya kalau tercapai tadi kendala dari penghimpunan maka kendala yang akan didistribusikan tidak ada.”27
Dari wawancara di atas menunjukkan bahwa kendala yang di
hadapi oleh BAZNAS saat ini adalah terkait dengan sarana dan prasarana
yang belum memadai dan masih kurangnnya kesdaran para mustahik
untuk menyalurkan zakat sebagai kewajiban umat islam, dan kendala
27
Hasil wawancara dengan Bapak H. Katjong Tahir, SH (Kabag. Administrasi SDM dan
Umum), tanggal 10 Juli 2018 di Kantor BAZNAS.
59
tersebut tidak hanya di hadapi oleh BAZNAS pusat tetapi juga di rasakan
BAZNAS daerah.
7. Bagaimana lembaga menentukan mustahiq yang berhak menerima
bantuan dana zakat dan infak ?
Selama ini dalam zakat ada tiga golongan sederhana yang dapat
menerima zakat mereka adalah muzaki (pemberi zakat), lalu amil(ora ng
atau lemabaga yang menerima zakat dari menarik zakat sampai
menyalurkan kepada yang berhak menerima zakat) dan mustahik (mereka
yang memnag sudah sepantasnya menerima zakat). Di dalam Al-quran
telah tertulis jelas bahwa ada 8 golongan yang berhak menerima zakat.
Yaitu :
1) Al-fuqara atau orang fakir, yaitu orang yang amat sengasar
hidupnya, tidak memiliki harta dan tidak mempunyai tenaga untuk
menutupi kebutuhan keluarga dan dirinya.
2) Al-Mazakin atau orang miskin, orang miskin berlainan dengan
orang fakir, ia melarat dan ia mempunyai penghasilan tetap, tetapi
dalam keadaan kekurangan.
3) Al-Amilin atau Amil zakat, amil zakt adalah orang yang dipilih oleh
pihak berwenang untuk mengumpulkan dan membagikan zakat
kepada golongan yang berhak menerimanya.
4) Al-Muallafa atau Muallaf, yaitu orang yang baru masuk islam dan
belum mantap imannya.
60
5) Dzur-riqab atau hamba sahaya, yaitu yang ingin memerdekakan
dirinya dari majikannya dengan tebusan uang.
6) Al-Gharin atau orang yang terlilit utang, mereka yang memiliki
utang meskipun mampu namun dapat di bantu dengan zakat.
7) Jihad fi shabilillah, yaitu orang yang berjuang di jalan Allah.
8) Golongan Ibnu Shabil atau orang yang melakukan perjalanan yang
bukan bertujuan maksiat di negreri rantauan namun mengalami
kesulitan dan kesangsaraan dalam perjanannya itu berhak
menerima zakat.
Sebagimana yang di katakan oleh Junaedi (Staf BAZNAS) bahwa :
“Mustahik dih...jadi itu kan ada surveinya pendistribusian toh
kemudian yang tangani namanya bidang pendistribusian dan
pendayagunaan, dia seleksi dulu itu, misal muallaf itu kan harus
punya piagam bahwa betul-betul dia itu muallaf minima l muallafnya
itu e‟ 2 tahun yang lalu toh, atau 3 tahun yang lalu jadi bukan
muallaf 10 tahun yang lalu bukan, dia harus punya begitu kemudian
contolah kalau fakir miskin yang dibantu setiap bulan itu disurvei
diseleksi memang sama bidang pendistribusian sama juga dengan
beasiswa dilihat-lihat berkasnya semuanya apakah dia dari
golongan fakir miskin tuh, jadi ada survei sebelumnya, survei
dulu.”28
28Hasil wawancara dengan Bapak Junaedi (Staf BAZNAS), tanggal 10 Juli 2018 di
Kantor BAZNAS
61
Dari wawancara di atas menunjukkan bahwa dalam menentukan
orang yang berhak menerima zakat lembaga Badan Amil zakat terlebih
dahulu melakukan seleksi dan mensurvei masyarakat yang benar-benar
berhak menerima zakat dan mereka yang memang sudah sepantasnya
menerima zakat.
8. Dana yang telah terhimpun apakah langsung di salurkan kepada
yang berhak menerima atau harus sampai dana semua terkumpul
sampai target yang telah ditentukan ?
Berdasarkan data yang dirilis BAZNAS Makassarpada periode
semester satu tahun 2017 sebanyak 4,49 Milliar dana Amil zakat yang
terkumpul. Total dana tersebut yang terkumpul dari tiga sumber utama
yakni zakat 953 juta, infak 1,2 milliar serta dana sosial keagamaan lainnya
sebanyak 2,24 milliar. Anggaran tersebut langsung di salurkan kepada
umat islam yang berhak menerimanya untuk keperluan hidup di antara
seperti bidang ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. Dana yang
disalurkan itu diperuntukkan untuk beberapa bagian yang masuk dalam
daftar penerima zakat.
Sebagaimana yang di kemukakan Junaedi (Staf BAZNAS) bahawa:
“Jadi kalau misalnya zakat itu diperuntukkan untuk 8 Asnaf kalau infak masih fleksibel dia, kalau itu masih fleksibel tapi kalau zakat murni harus 8 golongan itu, kemudian apakah terkumpul semua ? jadi dilihat dari programnya kan setiap anu ada program –program itu tuh yang disalurkan kayak yang kemarin ini bulan Ramadhan disitu kan penyaluran paling besar itu, sekitar 1,5 Milliar jadi dilihat-liaht saja anunya apanya kondisinya karena audit syariah itu yang
62
terkumpul itu maksimal dana yang terkumpul itu harus disalurkan jadi tidak boleh disimpan-simpan.”29
Dari hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa dana zakat yang
terkumpul itu langsung di salurkan kepada masyarakat yang berhak
menerima zakat. Jika dilihat dari program amil zakat seperti program di
bulan ramadhan kemarin penyaluran dana zakat paling besar sekitar 1,5
milliar. Hal tersebut menunjukkan bahwa Badan Amil Zakat langsung
menyalurkan dana zakatnya kepada masyarakat.
9. Apakah ada penyaluran dana zakat yang dapat mendorong
kesejahteraan dalam bentuk modal usaha ?
Zakat ini tidak hanya berfungsi untuk menolong perekonomian
mustahik tetapi juag dapat menjadi instrumen dalam penyeimbang sektor
ekonomi nasional. Dalam jangka panjang tujuan utama zakat adalah
mentransformasi para mustahik menjadi muzaki. Hal ini menunjukkan
bahwa zakat sangat berpotensi mengatasi kesenjangan ekonomi dan
kemiskinan. Zakat dapat di dayagunakan untuk usaha produktif dalam
rangka penanangan fakir miskin dan peningkatan kualitas umat. Dalam
pendayagunaan zakat usaha produktif implikasi zakat adalah memenuhi
kebutuhan masyarakat yang kekurangan, memperkecil jiwa kesenjangan
ekonomi, menekan jumlah permaslahan sosial, dan menjaga kemampuan
beli masyarakat agar dapat memelihara sektor usaha.
29 Hasil wawancara dengan Bapak Junaedi (Staf BAZNAS), tanggal 10 Juli 2018 di
Kantor BAZNAS.
63
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Junaedi (Staf BAZNAS)
bahwa :
“Ada, namanya bantuan modal usaha tuh.. ada seperti yang Marisa itu kayak e‟ warung-warung makan itu e‟ pecah belah ada juga e‟ yang penjual-penjual makanan itu ada”.30
Dari hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa dalam
penyaluran zakat terdapat bantuan modal usaha untuk diberikan kepada
muzaki karena disini zakat tidak hanya untuk menolong perekonomian
dan dapat menjadi penyeimbang dalam sektor ekonomi dengan cara
menjalankan usaha dari modal yang di berikan oleh lembaga amil zakat.
10. Apakah ada pendampingan terhadap bentuk modal usaha ini ?
Setiap masyarakat yang di beri modala usaha itu di berikan
pendampingan dan pembinaan dalam mengelola usaha modal yang di
berikan. Dalam pendampingan tersebut masyarakat yang di beri modal
usaha diberi materi tentang kewirausahaan serta materi pembekalan
wawasan tentang bagaimana cara menjalankan usha yang baik dan
benar. Pada pendampingan ini di kontrol secara terus menerus. Hal ini
agar para penerima modal usaha tidak hanya mendapat asupam dana
dari program tersebut, akan tetapi ada manfaat dari segi syariat islam
sehingga hal ini dapat bermanfaat bagi halayak luas.
30 Hasil wawancara dengan Bapak Junaedi (Staf BAZNAS), tanggal 10 Juli 2018 di
Kantor BAZNAS.
64
Sebagaimana yang di kemukakan oleh Junaedi (Staf BAZNAS)
bahwa :
“Harus, itu wajib, wajib pendampingan semua bantuan modal usaha itu ada pendampingnya dan pendampingan tersebut. Junaedi menjelaskan bahwa, “Jadi mulai dari bagaimana cara pengelolaan uang tuh, bagaimana cara pengelolaannya kemudian manajemennya itu, bagaimana membuat laporan keuangan paling sederhana toh didampingi semua itu jadi sebenarnya pertanyaan ta‟ ke Pak H. Aziz karena mustahik toh... Jadi paling singkat itu pendampingannya bagaimana cara mengelolah dana yang di kasihkan itu, yang kedua bagaimana membuat e‟ laporan keuangan sederhana jangan sampai dia berusaha berusaha berusaha bukan untung apa rugi, jadi dia harus paling sedikit yah taulah mengenai laporan keuangan secara sederhana, idealnya seperti itu apakah mustahiknya paham atau tidak ya, menjadi juga motivasi bagaimana e‟...berusaha toh, dimotivasi pendampingannya”.31
Dari hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa setiap
masyarakat yang diberi modal usaha itu diberi pendampingan secara
khusus sehingga dalam menjalankan usahanya tidak terdapat kekeliriuan
dan pendampingan lainnya yaitu membuat laporan keuangan yang baik
dan tepat, sehingga ketika usahanya sudah jalan tidak terjadi resiko yang
tidak diinginkan.
11. Bagaimana cara lembaga menjaga kepercayaan muzaki serta
mustahik ?
Kepercayaan masyarakt terhadap pengeloalaan zakat dan infak
yang di laksanakn oleh BAZNAS terus meningkat setiap tahunnya.
BAZNAS telah melakukan berbagai inovasi dalam melayani muzaki dan
31
Hasil wawancara dengan Bapak Junaedi (Staf BAZNAS), tanggal 10 Juli 2018 di
Kantor BAZNAS.
65
mustahik. Selain BAZNAS di tingkat pusat, peningkatan kepercayaan
masyarakat ini juga terjadi pada BAZNAS provensi dan kabupaten.
Penghimpunan zakat naik dibandingkan perolehan tahun lalu sehingga
manfaatnya diraskan lebih besar untuk program-program kepada
mustahik. BAZNAS juga berperan sebagai operator zakat dengan
melakukan sosialisasi zakat melalui media, penyempurnaan sistem
keuangan dan pengembangan sistem informasi manajemen berbasis
teknologi informasi. Hal tersebut dapat meningkatkan kepercayaan muzaki
dan mustahik terhadap lembaga smil zakat.
Sebagaiman yang dikemukakan oleh Junaedi (Staf BAZNAS)
bahwa :
“Jadi BAZNAS itu harus apa namanya membuat laporan atas dana yang terkumpul dan yang disalurkan toh yang pertama itu membuat laporan pertanggung jawaban keuangan baik pengumpulan maupun pendayagunaan, yang kedua e‟ mendokumentasikan semua e‟ apa namanya kegiatan-kegiatan pendistribusian baik itu yang di imput sama media cetak ataupun media elektronik seperti kompas TV, TVRI jadi di dokumentasikan dan di publikasikan di media-media itu tadi kayak di Fajar Tribun Timur seperti itu”.32
Dari penjelasan diatas menujukkan bahwa, kepercayaan
masyarakat terhadap lembaga amil zakat sudah sangat meningkat, hal ini
di lihat dari meningkatnya dana zakat yang terjadi setiap tahunnya.
B.2 Hasil wawancara dengan orang yang menerima bantuan dana
zakat (MUSTAHIK)
32
Hasil wawancara dengan Bapak Junaedi (Staf BAZNAS), tanggal 10 Juli 2018 di
Kantor BAZNAS.
66
1. Apakah dana zakat dan infak yang di berikan cukup membantu
kebutuhan Anda ?
Dalam penghimpunanan dana zakat dan infak dana yang di
salurkan kepada masyarakat itu sangat membantu masyarakat itu sendiri
karena dana yang di salurkan bisa bermanfaat untuk menjalankan suatu
usaha. Sehingga dengan adanya usaha tersebut masyarakat yang
menerima dana zakat secara perlahan bisa keluar dari garis kemiskinan.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh ibu A. Muliati (Usaha
Warung Makan) bahwa :
“Ya, sangat membantu”.33
Dari pembahasan di atas menunjukkan bahwa zakat yang di
salurkan oleh lembaga amil zakat sangat membantu masyarakat yang
menerimanya.
2. Bagaimana Anda memanfaatkan dana zakat, infak yang di berikan oleh
lembaga BAZNAS ?
Sebagaimana kita ketahui bahwa zakat merupakan rukun islam
yang memiliki dua dimensi, yaitu dimensi ketuhanan dan dimensi
kemanusiaan. Zakat dikaitkan dengan dimensi ketuhanankarena zakat
merupakan simbol dari ketaatan dan wujud dari rasa syukur kepada
Tuhan. Selain memiliki dimensi ketuhanan zakat juga sangat terkait
dengan kemanusiaan, banyak sekali manfaat dari zakat bagi masuarakat
antara lain adalah bahwa zakat dapat dijadikan sarana untuk memupuk
33
Hasil wawancara dengan Ibu A. Muliati, (Usaha warung kecil), tanggal 11 Juli 2018.
67
solidaritas dan kepedulian terhadap umat manusia sebagai sumber dana
untuk memennuhi sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh
masyarakat. Dalam hal ini masyarakat dapat memanfaatkan dana zakat
tersebut sebagai modal usaha.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh ibu A. Muliati (Usaha
Warung Kecil) bahwa :
“Digunakan untuk modal usaha, seperti yang saya jalankan warung-warung kecil”.34
Dari hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa dana zakat yang
disalurkan oleh lembaga amil zakat kepada masyarakat itu dimanfaatkan
sebagai modal usaha dan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah.
3. Apakah ada dana zakat yang di janjikan untuk kegiatan usaha ?
Dalam lembaga amil zakat terdapat dana zakat yang akan
diberikan kepada masyarakat untuk menjalankan sebuah amal usaha.
Dana yang disalurkan kepada masrakat miskin yang berhak
menerimanya itu dari gaji PNS, dana zakat tersebut disalurkan kepada
masyarakat dalam bentuk penyaluran yang bersifat konsumtif dan
produktif.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh A. Muliati (Usaha Warung
Kecil) bahwa :
“iya ada, cara pengeloalaan dana tersebut dijelaskan oleh A. Muliati bahwa, “Ya dijadikan modal untuk usaha”, dan sifat dana pinjaman atau hibah juga dijelaskan oleh A. Muliati bahwa, “kalau dana zakat
34
Hasil wawancara dengan Ibu A. Muliati, (Usaha warung kecil), tanggal 11 Juli 2018.
68
itu tidak bisa dipinjamkan jadi kita langsung dikasih dek, diserakan langsung, diserahkan secara tunai, jadi begitu dek”.35
Dari pembahsan diatas menunjukkan bahwa dalam pengeloalan
zakat ada dana yang dijanjikan oleh masyarakat untuk menjalankan
kegiatan usaha, dan dana pinjaman langsung di serahkan secara tunai.
35
Hasil wawancara dengan Ibu A. Muliati, (Usaha warung kecil), tanggal 11 Juli 2018.
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pemanfaatan zakat dan infak ada dua macam penyaluran,
pertama santunan konsumtif dan yang kedua santunan
produktif. Penyaluran zakat dengan cara komsumtif ialah
dengan membagikan dalam bentuk makanan seperti sembako
atau kebutuhan pokok. Dan juga bisa dalam bentuk uang untuk
dibelikan kebutuhan pokok bagi mustahik. Sedangkan
penyaluran secara produktif ialah memberikan bantuan dana
kepada para penerima zakat dengan cara dicicil tanpa bunga
dengan syarat membayar setiap bulannya dana yang di ambil.
Dengan ini dapat meningkatkan pendapatan para penerima
zakat dengan bantuan dari BAZNAS serta mensejahterahkan
kehidupan para mustahik. Cara lembaga menyampaikan
kepada muzaki untuk membayar zakat dan infak yaitu dengan
cara mensosialisasikan tentang pentingnnya membayar zakat
dan mengeluarkan infak, sehingga mereka tertarik untuk
mengeluarkan zakat harta mereka.
2. Dalam zakat ada tiga golongan sederhana yang dapat
menerima zakat mereka adalah muzaki (pemberi zakat), lalu
amil(orang atau lemabaga yang menerima zakat dari menarik
zakat sampai menyalurkan kepada yang berhak menerima
70
zakat) dan mustahik (mereka yang memang sudah sepantasnya
menerima zakat).
B. Saran
1. Untuk masyarakat agar mempunyai kesadaran yang tinggi
untuk membayar zakat kepada BAZNAS kota makassar.
Dengan kesadaran yang tinggi dari masyarakat diharapkan
harta yang terkumpul dari zakat bisa meningkat, sehingga
penyaluran zakat baik secara produktif maupun konsumtif juga
akan meningkat.
2. Menambah program-program yang bersifat produktif, serta
pengelolaan zakat harus menerapkan sifat siddiq, tabliq,
amanah dan fathonah agar dapat terwujud BAZNAS Kota
Makassar yang efektif.
3. Bagi mustahik dalam menggunakan dana zakat produktif agar
benar-benar untuk usaha dan serius dalam menekuni
usahanya, dalam meningkatkan taraf perekonomian, tidak
digunakan untuk kegiatan komsumtif yang kurang bernilai
dedikasi agar tujuan dana zakat produktif itu tercapai makna
pemberdayaan para mustahik.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Word
Al-Hadist
Abdullah, Thamrin, 2014. Manajemen Pemasaran, Jakarta: Rajawali Pers.
Afandi, 2008. BukuIndukEkonomi Islam, Jakarta: Zahra.
Alzuhaili, Wahbah,1996. Zakat Kajian Mahzab, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Al-Zuhaili, Wahbah. 1996. Al-Fiqhul Islami wa adilatuhu Jus II. DarulFikr.
Damaskus.
Amir Sa’id, Az-Zaibari. 1998. Kiat Menjadi pakar Fiqh, Bandung: Gema
Risalah Pres.
An-Nawawi. 1982. Sahih Muslim bi Syarli An-Nawawijuz VII. Bariut.
Arikontu, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Proyek Pembinaan Zakat Dan Wakaf.
Az-Zuhalily, Wahbah, 1984. Al-Fiqh Al-Islamy Jilid I.Hadist Bukhari
Hafidhuddin, Didin, 2002. Zakat Dalam Perekonomian Modern, Jakarta:
Gema Insami.
Janwari, Yadidan Djazuli, 2002. Modifikasi hukum Islam, Jakarta: Raja
Grafindo.
Junaedi, 2018. Wawancara di BAZNAS, 10 Juli.
Tahir, Katjong, 2018. Wawancara di BAZNAS, 10 Juli.
Matin, Abdul, 2012. Wawancara Lamongan, 13 Oktober.
Meleong Lexy J.,200. Metedologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Munawir, Ahmad, 1984. Kamus Arab Indonesia, Yogyakarta: Pondok
Pesantren Al-Munawir.
Mursyid, 2003. Akuntansi Zakat Kontemporer, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mursyid, 2006. Mekanisme Pengumpulan Zakat Dan Infak, Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Qardawi, Yusuf, 2007. Hukum Zakat, Jakarta: LiteraAntar Nusa.
QASE”. 2012. 5 Desember
Spencer H Milton. 1977. Contemporary Economics, New York: Worb Pub.
Sugiyono, 2014. Metode Penelitian Pendidikan;Pendekatan Kuantitatif
Dan Kualitatif, Bandung: Alfabet.
Syukri, Ghozali, 1990. Pedoman Zakat Sembilan Seri, Jakarta: Proyek
Pembinan Zakat Dan Wakaf.
L
A
M
P
I
R
A
N
Wawancara dengan Bapak H. Katjong Tahir (Kabag. Administrasi SDM dan
Umum) pada tanggal 10 Juli 2018 di Kantor BAZNAS Kota Makassar.
Wawancara dengan Bapak Junaedi (Staf BAZNAS) pada tanggal 10 Juli 2018 di
Kantor BAZNAS.
Kantor Badan Amil Zakat Nasional Kota Makassar
Jl. Teduh Bersinar No. 5 Makassar 90221
Wawancara A. Muliati (Usaha warung kecil) pada tanggal 11 Juli 2018
Pedoman Wawancara
Narasumber : H. Katjong Tahir, SH (Kabag. Administrasi SDM dan
Umum)
Hari/Tanggal : Selasa, 10 Juli 2018
Tempat : Kantor BAZNAS kota Makassar
1. Bagaimana pemanfaatan zakat dan infak pada mustahik di Badan Amil Zakat
Nasional ?
2. Bagaimana cara lembaga menyampaikan kepada para muzaki untuk
membayar zakat dan infaq di BAZNAS?
3. Bagaimana strategi penghimpunan dana Zakat dan Infak ?
4. Berapa potensi ZI saat ini (khususnya di Makassar) dan berapa yang dapat
terealisasi?
5. Bagaimana lembaga dalam menentukan target penghimpunan dan distribusi
Zakat dan Infak?
6. Kendala apa saja yang di hadapi oleh lembaga dalam penghimpun dan
distribusi ?
Narasumber : Junaedi (Staf BAZNAS)
Hari/tanggal : Selasa, 10 Juli 2018
Tempat : Kantor BAZNAS kota Makassar
1. Bagaimana lembaga menentukan mustahiq yang berhak menerima bantuan
dana Zakat dan Infak?
2. Dana yang telah terhimpun apakah langsung di salurkan kepada yang berhak
menerima atau harus sampai dana semua terkumpul sampai target yang
telah ditentukan?
3. Apakah ada penyaluran dana zakat yang dapat mendorong kesejahteraan
dalam bentuk modal usaha?
4. Apakah ada pendampingan yang dilakukan lembaga terhadap bentuk
program pemberdayaan masyarakat?
5. Bagaimana cara lembaga menjaga kepercayaan muzaki serta mustahiq?
RIWAYAT HIDUP
SITI HAWA. Lahir di Serang Bu’ku, 27 November 1996.
Anak ke tujuh dari tujuh bersaudara dari pasangan Majang
dan Sukatun. Menempuh Pendidikan Sekolah Dasar di SDN
54 Kalosi pada tahun 2002 dan tamat pada tahun 2008,
kemudian pada tahun yang sama melanjutkan Pendidikan di SMPN 3 Alla
Kalosi dan tamat pada tahun 2011. Setelah tamat, pada tahun tersebut
penulis melanjutkan Pendidikan di tingkat SMA di SMAN 1 Anggeraja dan
mengambil jurusan IPA kemudian tamat pada tahun 2014. Setelah
menyelesaikan studi di Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang Atas
Ridha Allah SWT dan restu kedua orang tua, penulis melanjutkan hijrah ke
Kota Makassar untuk melanjutkan Pendidikan pada jenjang Perkuliahan dan
Alhamdulillah pada pertengahan tahun 2014 penulis secara resmi terdaftar
sebagai Mahasiswi di Kampus Universitas Muhammadiyah Makassar
Fakultas Agama Islam Prodi Hukum Ekonomi Syariah.
SITI HAWA NIM :10525017614