analisis parameter autocorrelation function antara musik gamelan dengan musik pop jepang

6

Click here to load reader

Upload: yuniar-gitta-pratama

Post on 27-Jul-2015

265 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Musik adalah salah satu fenomena akustik yang universal. Hampir seluruh bagian di dunia memiliki jenis musik yang unik sebagai salah satu ciri khasnya. Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa dan kebudayaan yang unik. Salah satu ciri khas musik Indonesia adalah musik gamelan. Dengan menggunakan analisis Autocorrelation Function kita dapat mengetahui beberapa karakteristik temporal musik gamelan dibandingkan dengan musik modern saat ini. membandingan yang digunakan disini adalah nilai ACF dan tau_e

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Parameter Autocorrelation Function antara Musik Gamelan dengan Musik Pop Jepang

Analisis Parameter Autocorrelation Function antara Musik Gamelan Jawa dengan Musik Pop Jepang

Yuniar Gitta Pratama (13307124)

Program Studi Teknik Fisika - Institut Teknologi Bandung Jln. Ganesha no.10, 40132 Bandung, Indonesia

1. Pendahuluan Musik adalah salah satu fenomena akustik yang universal. Hampir seluruh bagian di dunia memiliki jenis musik yang unik sebagai salah satu ciri khasnya. Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa dan kebudayaan yang unik. Salah satu ciri khas musik Indonesia adalah musik gamelan. Dengan menggunakan analisis Autocorrelation Function kita dapat mengetahui beberapa karakteristik temporal musik gamelan dibandingkan dengan musik modern saat ini. Pembandingan yang digunakan disini adalah nilai ACF dan .

2. Autocorrelation Function Autocorrelation Function adalah rumusan matematik korelasi silang suatu sinyal dengan sinyal itu sendiri yang digunakan untuk menganalisis fungsi waktu atau deret, seperti sinyal gelombang suara. Dalam pemrosesan sinyal, Autocorrelation Function didefinisikan sebagai :

( )

∫ ( ) ( )

dengan : ( ) = persamaan gelombang suara (N/m2) = waktu tunda (sekon) = rentang integrasi (sekon) Pengukuran ACF ini menghasilkan beberapa parameter penting, yaitu :

a. ( ) adalah energi suara yang ditransmisikan. Menunjukkan level tekanan suara ketika suara diukur oleh mikrofon terkalibrasi.

b. adalah waktu tunda dari puncak pertama dalam ACF. Kebalikan dari nilai ini menunjukkan frekuensi fundamental sinyal.

c. adalah amplituda dari puncak pertama dalam ACF. Nilai ini menunjukkan kekuatan sinyal tiap periode.

d. adalah durasi efektif dari ACF. Menunjukkan komponen dengung yang terkandung dalam sinyal. Nilai didefinisikan sebagai waktu pergeseran dimana envelope dari ACF mengalami penurunan sebesar 10 dB

Parameter adalah parameter yang unik dalam proses autocorrelation. didefinisikan sebagai waktu pergeseran dimana envelope dari ACF mengalami penurunan sebesar 10 dB. Nilai juga dapat menunjukkan kuantitas komponen frekuensi. Nilai yang besar mengindikasikan bahwa komponen dengung pada sinyal suara

Page 2: Analisis Parameter Autocorrelation Function antara Musik Gamelan dengan Musik Pop Jepang

cukup tinggi dan mengindikasikan bahwa sinyal tersebut memiliki komponen frekuensi sedikit. Sebagai perbandingan untuk sinyal suara berbentuk sinusoida murni dengan frekuensi sama dan fasa nol akan menghasilkan nilai yang tak berhingga. Namun pada sinyal white noise dengan pita frekuensi yang memiliki lebar tak hingga akan menghasilkan berbentuk dirac function yang memiliki tinggi menuju tak hingga. Agar mampu merepresentasikan repetitive feature pada sinyal musik, dihitung dengan menggunakan metode running ACF. Pada metode ini, sinyal musik yang akan dianalisis sebelumnya dibagi menjadi beberapa segmen data terpanjang 2T, seperti yang ditunjukkan gambar di bawah ini :

Nilai yang didapat dari masing-masing segmen data kemudian diplot terhadap running step. Nilai minimum akan dipilih sebagai durasi efektif ACF. Nilai dapat menunjukkan nilai waktu dengung setelah pantulan pertama (Tsub), yang didekati dengan persamaan :

( ) ( )

3. Perbandingan Musik Dalam melakukan perbandingan ini, penulis menggunakan satu musik gamelan jawa dan satu musik pop jepang. Musik gamelan jawa yang digunakan adalah Gendhing Kebo Giro. Sebagai pembandingnya akan digunakan musik pop jepang

(jpop) yaitu musik Melt (メルト) yang dinyanyikan

oleh Hatsune Miku (初音ミク).

a. Deskripsi Musik Musik Gamelan Jawa

Gambar 1 Pertunjukan Gendhing Kebo Giro

Sampel yang digunakan adalah Gendhing Kebo Giro. Gendhing (musik yang dimainkan dengan gamelan) ini dipilih karena seringnya dimainkan saat diadakan upacara pernikahan di Jawa. Permainan gendhing ini sudah menjadi tradisi yang selalu dimainkan setiap acara pernikahan bahkan sampai sekarang. Musik Pop Jepang

Gambar 2 Album Supercell

Sampel yang digunakan adalah lagu Melt (メルト)

yang dinyanyikan oleh Hatsune Miku (初音ミク). Lagu ini dibuat oleh grup musik Supercell. Lagu ini dipilih karena lagu ini pernah mencapai peringkat ke-4 dalam Chart Oricon (chart musik di Jepang). Hatsune Miku dihasilkan dari sampling suara Saki Fujita (Aktris Suara Jepang). Hatsune Miku

Page 3: Analisis Parameter Autocorrelation Function antara Musik Gamelan dengan Musik Pop Jepang

memiliki virtual tempo 70 – 150 BPM dan optimum range A#3 – E#5.

b. Perhitungan Perhitungan menggunakan software Noise Analyzing System (Yoshimasa Electronic inc). Parameter yang akan dihitung dalam hal ini adalah ACF dan . Musik Gamelan Jawa Hasil perhitungan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Gambar 3 Grafik ACF Musik Gamelan Jawa

Gambar 4 Grafik ACF Musik Gamelan Jawa pada 0-100 ms

Gambar 5 Grafik ACF Musik Gamelan Jawa pada 100-200 ms

Gambar 6 Grafik Musik Gamelan Jawa

Gambar 7 Grafik Musik Gamelan Jawa pada 0-200 ms

Gambar 8 Grafik Musik Gamelan Jawa pada 200-400 ms

Page 4: Analisis Parameter Autocorrelation Function antara Musik Gamelan dengan Musik Pop Jepang

Musik Pop Jepang Hasil perhitungan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Gambar 9 Grafik ACF Musik Pop Jepang

Gambar 10 Grafik ACF Musik Pop Jepang pada 0-100 ms

Gambar 11 Grafik ACF Musik Pop Jepang pada 100-200 ms

Gambar 12 Grafik Musik Pop Jepang

Gambar 13 Grafik Musik Pop Jepang pada 0-130 ms

Gambar 14 Grafik Musik Pop Jepang pada 130-255 ms

c. Perbandingan Hasil Perhitungan Musik Gamelan Jawa

Parameter Kriteria

ACF a. Bentuk teratur seperti modulasi gelombang

b. Nilai ACF berosilasi dengan

Page 5: Analisis Parameter Autocorrelation Function antara Musik Gamelan dengan Musik Pop Jepang

frekuensi yang sama c. Amplitudo osilasi nilai ACF

semakin mengecil

Nilai a. b. c. d. e.

Musik Pop Jepang

Parameter Kriteria

ACF a. Bentuk tidak teratur (tidak berpola)

b. Amplitudo osilasi nilai ACF relatif sama

Nilai a. b. c. d. e.

4. Analisis a. Nilai Autocorrelation Function pada gamelan

jawa cenderung berpola. Hal ini dikarenakan adanya instrumen Kenong yang dimainkan khas berulang dari awal permainan hingga akhir permainan. Sedangkan pada musik pop jepang cenderung memiliki beat pada irama lagunya dan terjadi “sentakan” suara pada bagian reff-nya sehingga terjadi pola ACF yang “tidak berpola”.

b. Suara musik gamelan jawa cenderung memiliki waktu dengung yang lama. Terlihat musik gamelan jawa memiliki waktu dengung

= 934,95 ms sedangkan pada musik modern (pop jepang) memiliki waktu dengung = 187,45 ms. Hal ini disebabkan karena sebagian besar alat musik gamelan berupa alat pukul yang bergetar.

c. Pada musik gamelan (gendhing kebo giro) terjadi lonjakan nilai pada detik ke 212.7. Hal ini terjadi saat pemukulan gong yang paling keras sehingga memberikan efek dengung yang lama.

d. Pada musik pop jepang (lagu Melt) terjadi lonjakan nilai pada detik ke-75,5 dan detik ke-174,2. Hal ini terjadi setelah penyanyi selesai menyanyikan bagian reff yang berisi dengungan suara yang panjang.

e. Secara subjektif, pola korelasi yang dihasilkan oleh gamelan jawa jauh lebih baik. Hal ini didasari dari pola grafik ACF yang sangat bagus. Sehingga musik gamelan ini sangat cocok didengarkan untuk bersantai. Biasanya musik gamelan ini dimainkan saat resepsi pernikahan. Karena pola ACF yang baik sehingga membuat nyaman didengar, maka musik ini pun bisa diterima (didengar) oleh kalangan tua dan muda.

f. Berbeda dengan musik pop jepang yang mengandalkan beat. Musik pop jepang memang didesain untuk memicu detak jantung, sehingga diberikan beat yang cepat. Akibatnya jenis musik ini hanya cocok untuk kaum muda untuk membangkitkan semangat, bukan untuk bersantai.

5. Kesimpulan

a. Autocorrelation Function (ACF) merepresen-tasikan korelasi (kemiripan) sinyal dengan dirinya sendiri dalam domain waktu

b. Nilai merepresentasikan lama dengung sebuah frekuensi dalam musik. Nilai ini sangat berguna untuk melihat karakteristik suara, khususnya untuk mendesain ruang sehingga didapatkan lama dengung yang cukup (hal ini sangat subjektif)

Page 6: Analisis Parameter Autocorrelation Function antara Musik Gamelan dengan Musik Pop Jepang

c. Nilai ACF dari gamelan jawa memiliki pola yang bagus sehingga nyaman untuk didengarkan. Namun pada musik pop jepang memiliki pola yang berantakan, hal ini dikarenakan adanya beat yang berfungsi untuk membuat memicu detak jantung.

d. Nilai pada musik gamelan jawa relatif lebih panjang, hal ini dikarenakan penggunaan alat musik pukul seperti gong sehingga memuat dengung yang lama. Pada musik pop jepang terlihat relatif kecil sehingga suara cukup jelas.

Daftar Pustaka The Temporal and Spatial Characteristic of Gamelan Sunda Music. Merthayasa, I. G. N. dan Pratomo, B. Paris : Acoustics 08 Paris, 2008.

http://en.wikipedia.org/wiki/Autocorrelation (22 Mei 2010) http://id.wikipedia.org/wiki/Gamelan_Jawa (22 Mei 2010)