studi deskriptif upacara dan musik pada … · untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan jawa...

216
STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA PERKAWINAN ADAT JAWA DI MEDAN SELAYANG SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H SUGIARDI NIM: 090707005 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2014

Upload: duongtram

Post on 03-Mar-2019

286 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA

PERKAWINAN ADAT JAWA DI MEDAN SELAYANG SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H SUGIARDI NIM: 090707005

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI

MEDAN

2014

Page 2: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

i

STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA PERKAWINAN

ADAT JAWA DI MEDAN SELAYANG

SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H SUGIARDI NIM: 090707005 Pembimbing I, Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D. NIP 196512211991031001

Pembimbing II, Dra. Heristina Dewi, M.Pd. NIP 196605271994032010

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang ilmu Etnomusikologi. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI

MEDAN

2014

Page 3: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

ii

DISETUJUI OLEH: FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Medan, 13 Oktober 2014

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI KETUA DEPARTEMEN

Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D. NIP. 196512211991031001

Page 4: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

iii

PENGESAHAN

Diterima Oleh:

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk

melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni dalam bidang disiplin

Etnomusikologi pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara,

Medan

Pada Tanggal : 13 Oktober 2014

Hari : Senin

FAKULTAS ILMU BUDAYA USU DEKAN

Dr. Syahron Lubis, M.A.

NIP 195110131976031001

Panitia Ujian:

No Nama Tanda Tangan

1. Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D. ( )

2. Dra. Heristina Dewi, M.Pd. ( )

3. Drs. Fadlin, M.A. ( )

4. Arifni Netrirosa SST,M.A. ( )

5. Drs. Prikuten Tarigan, M.Si. ( )

Page 5: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

iv

KATA PENGANTAR

Atas izin dan syukur serta anugrah penulis panjatkan kepada Allah SWT

karena rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik

penulisan skripsi ini yang berjudul Studi Deskriptif Upacara dan Musik pada

Perkawinan adat Suku Jawa di Medan Selayang.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang S1

dan memperoleh gelar Sarjana Seni (S.Sn) pada Departemen Etnomusikologi,

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berisikan hasil

penelitian mengenai upacara adat perkawinan suku Jawa yang ada di Kota Medan.

Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak dapat pungkiri, bahwa penulis

banyak menerima bantuan dari berbagai pihak yang luar biasa banyak dan baik.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ketua

Departemen Etnomusikologi Bapak Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D.

yang juga selaku Dosen Pembimbing I yang sangat banyak memberikan berbagai

motivasi serta bimbingan kepada penulis serta memberikan berbagai kemudahan

dalam mnyelesaikan berbagai segala urusan perkuliahan yang berdampak positif

bagi penulis selama beliau menjabat sebagai ketua Departemen Etnomusikologi,

dan Ibu Dra. Heristina Dewi, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang juga

sebagai Sekretaris Departemen Etnomusikologi yang sangat komunkatif terhadap

mahasiswanya sehingga memberikan energi yang baik bagi setiap mahasiswanya

agar terus bersemangat dalam menyelesaikan studi di Etnomusikologi, Ucapan

terima kasih yang teristimewa untuk beliau atas kebaikan beliau dalam membantu

Page 6: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

v

penulis untuk pada akhirnya penulis mendapatkan beasiswa pertama kali nya

dalam hidup penulis, yang pada akhirnya penulis alokasikan materi beasiswa

tersebut sebagai modal awal penulis menggeluti dunia fotografi, terkesan sangat

konyol memang, namun inilah cara satu-satunya penulis untuk mendapatkan dana,

semata-mata agar tidak membebankan biaya dari orang tua. Sehingga pada

akhirnya dapat mengobati kebimbangan akan jati diri penulis yang selama ini

merisaukan skill yang belum ada pada diri penulis selama ini. Kedua Dosen

Pembimbing ini yang telah bersedia dan sangat membantu penulis dalam

membimbing, mengarahkan, serta menyempurnakan didalam penyusunan skripsi

ini. Saran dan arahan mereka membuat penulis semakin termotivasi dan semakin

semangat untuk menyelesaikan skripsi ini, semoga amal baik dan ibadahnya

mendapatkan berkah dari Allah SWT.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas

Sumatera Utara, Dekan Fakultas Ilmu Budaya, serta seluruh Dosen-dosen dan

pegawai di lingkungan Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya,

Bapak Drs. Setia Dermawan Purba, M.Si., Bapak Prof. Mauly, M.A., Bapak Drs.

Kumalo Tarigan, M.A. Ph.D., Ibu Dra. Frida Deliana Harahap , M.Si., Drs. Torang

Naiborhu, M.Hum., Bapak Drs. Bebas Sembiring, M.Si., Bapak Drs. Prikuten

Tarigan, M.Si., Ibu Arifni Netrirosa SST,M.A., Ibu Dra. Rithaony Hutajulu, M.A.,

Bapak Drs. Irwansyah M.A., yang telah memberikan peluang, kesempatan dan

kemudahan secara moril kepada penulis sejak awal duduk di bangku perkuliahan

hingga sampai kepada tahap penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. Fadlin, M.A. atas sebuah ajaran mata kuliah

Metode Penelitian Lapangan dalam Etnomusikologi I, yang beliau ajarkan kepada

penulis serta obrolan-obrolan singkat yang beliau tuturkan, sehingga dapat

membuat penulis semakin ingin mengenal dunia Fotografi.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Abangda Suryadi

Darma Desky yang telah bersedia menjadikan penulis sebagai assisten jasa

Page 7: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

vi

Fotografi weddingnnya di Mamipapi Photowork sehingga pada akhirnya penulis

menemukan bahan untuk penulisan skripsi ini. Terima kasih juga kepada Bapak

Agus Wayan dkk, yang telah bersedia menjadi informan Kunci disaat penelitian.

Ucapan terima kasih juga kepada keluarga Bapak H. Djumali, SH., yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menjadikan pesta pernikahan

putri semata wayangnya menjadi bahan penelitian penulis.

Ucapan terima kasih yang sangat istimewa kepada kedua orang tua

penulis, Ayahanda Sugono dan Ibunda Jumariatik. Yang telah membesarkan,

mendidik, membimbing, dan yang telah memberikan dorongan, kesabaran serta

iringan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan studi pada Jurusan

Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada Kakak Sugiani beserta suami, Kakak Sugiarsih

beserta suami, Adik-adik penulis yang Penulis sayangi Sugiarlis dan Harmika atas

doa yang telah diberikan.

Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh teman-teman

seperjuangan selama proses perkuliahan yaitu stambuk 2019: Nesya Vania S.Sn.,

Reny Yulyati Lt Toruan S.Sn., Martin Tambunan S.Sn., Tetti Elena Siburian

S.Sn., Maruli Purba S.Sn., Syarifah Aini Nasution S.Sn., Fitri Suci Hati Saragih

S.Sn., Wahyu Boangmanalu S.Sn., Krisrendi Siregar S.Sn., Giat Sihotang S.Sn.,

Dicky Silalahi, Herman Simanjuntak S.Sn., Ranto Samuel Manik, Septianta

Bangun S.Sn., Verawati Simbolon, Anita R.P Purba. Berbagai kenangan bersama

selama lima tahun semoga terus menjadi motivasi penulis dalam menjalani dunia

kerja.

Page 8: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

vii

Tidak lupa juga penulis ucapkan kepada seluruh rekan Fotografren (yang

penting kita teman motret) group fotografer Koko Supri Yanto, Abang Rinaldie

Eka Putra Tarigan, Abang Vay Sianipar, Nov Heru W, serta ucapan trimakasih

kepada Talent foto model penulis: Astri Novita Sari, Moraulina, Claudia Yoranda

Tan, Amaliyah Utami, Kelana Syahputra, Ayu Lestari, Riza S Rizki, Desy Vita

Sari Ritonga, Lusi Candani, dan kawan-kawan, serta banyak lagi yang tidak dapat

penulis sebut namanya satu persatu yang telah banyak memberikan ilmu dalam

berfotografi serta kesempatan waktunya meluangkan ide dan kemampuan, berbagi

cerita dan pengalaman lainnya serta memberikan semangat untuk menyelesaikan

tugas akhir yang penulis jalani.

Tidak Lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada Alumni

Etnomusikologi Kakanda Ananda Mora Ichsan Pulungan S.Sn., dan kepada

Kakanda Kiki Alpiansyah S.Sn., yang turut serta memberikan dukungan,

semangat serta juga nasehat yang sangat bermanfaat bagi diri penulis.

Selanjutnya ucapan terimakasih kepada D’Eternity (Team Majalah Honda

Region Medan), Boesa Management, Daddy Evelyn, Putri Manda Make Up and

Collection, yang senantiasa selalu mendukung penulis dalam berbagai kesempatan

dan selalu bekerja sama kepada penulis.

Dalam penyelesaian skripsi ini penulis telah berusaha menyusun dengan

sebaik-baiknya. Namun demikian penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh

dari sempurna dan tidak luput dari kekurangan. Oleh karena itu penulis

mengucapkan beribu-ribu maaf dan mengharapkan kritik serta saran dari segenap

pembaca untuk kesempurnaan selanjutnya.

Page 9: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

viii

Akhir kata, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan

sumbangan fikiran dan pengetahuan yang bermanfaat bagi pembaca, khususnya

dalam budaya masyarakat Jawa dan dalam bidang ilmu Etnomusikologi.

Medan, 2014

Penulis

Sugiardi

NIM: 090707005

Page 10: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

ix

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Studi Deskriptif Upacara dan Musik pada Perkawinan Adat Suku Jawa di Medan Selayang. Penelitian ini membahas masalah mengenai bagaimana prosesi upacara perkawinan adat suku Jawa yang diselenggarakan oleh keluarga mempelai dalam hal ini ialah Yusrita Arini dengan Boy Budiansyah. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan bagaimana prosesi upacara perkawinan adat jawa tersebut yang di adakan di Kecamatan Medan Selayang, yang tiap-tiap prosesinya sangat berbeda dengan upacara perkawinan adat Jawa yang lainnya yang pernah penulis lihat sebelum-sebelumnya. Selain itu, penelitian ini juga mendeskripsikan bentuk dari tiap-tiap symbol-simbol yang terdapat dalam setiap prosesi upacara perkawinan adat jawa yang ada di Kecamatan Medan Selayang.

Teori yang digunakan dalam melakukan pendekatan terhadap teori semiotika penulis menggunakan teori yang di kemukakan oleh Koentjaraningrat (1985:234). Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale dari Malm (1977:8). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang dideskripsikan berupa tulisan, rekaman secara lisan, gambar, angka, pertunjukan kesenian dan berbagai bentuk data lain yang bersumber dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dalam menganalisis data digunakan metode padan dan di lanjutkan dengan teknik pilah unsur penentu. Untuk mendukung data-data yang diperoleh di lapangan, penulis melakukan studi kepustakaan yaitu dengan mempelajari buku-buku dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan topik penelitian. Proses pentranskripsian musiknya dilakukan dengan program sibelius yang hasilnya akan dituliskan kedalam notasi balok serta pentranskripsian juga dilakukan dengan cara sistem notasi kepatihan. Skripsi ini menjelaskan deskripsi upacara adat perkawinan suku jawa dan dituliskan dengan sistematis.

Page 11: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

x

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR ............................................................................. iv ABSTRAKSI ........................................................................................... ix DAFTAR ISI ........................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xiii DAFTAR TABEL ................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................ 1 1.2 Batasan Masalah .................................................................... 19 1.3 Pokok Permasalahan ............................................................. 19 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. 20

1.4.1 Tujuan Penelitian .............................................. 20 1.4.2 Manfaat Penelitian ............................................ 20

1.5 Konsep dan Teori .................................................................. 21 1.5.1 Konsep ............................................................. 21 1.5.2 Teori ................................................................. 23

1.6 Metode Penelitian ................................................................. 24 1.6.1 Studi Kepustakaan ............................................ 25 1.6.2 Penelitian Lapangan ......................................... 25 1.6.3 Kerja Laboratorium .......................................... 27

1.7 Pemilihan Lokasi Penelitian .................................................. 27

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT JAWA DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG .............................. 29 2.1 Identifikasi ............................................................................ 29 2.2 Letak Geografis .................................................................... 31 2.3 Mata Pencaharian ................................................................. 34 2.4 Sistem Religi dan Kepercayaan ............................................. 35

2.4.1 Agama ........................................................................ 35 2.4.2 Upacara-upacara Tradisional Suku Jawa ...................... 37

2.4.2.1 Upacara Kehamilan dan Kelahiran ................. 38 2.4.2.2 Upacara Perkawinan ...................................... 40 2.4.2.3 Upacara Selametan ........................................ 41

2.5 Sistem Kekerabatan .............................................................. 47 2.6 Kesenian ............................................................................... 51 BAB III DESKRIPSI JALANNYA UPACARA PERKAWINAN

ADAT SUKU JAWA DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG ............................................................. 54

3.1 Latar Belakang Pelaksanaan Upacara Perkawinan ................. 54 3.2 Tujuan Pelaksanaan Upacara Panggih ................................... 56 3.3 Pelaksanaan Upacara Perkawinan Adat ................................. 57

Page 12: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

xi

3.3.1 Tempat Upacara ............................................... 57 3.3.2 Saat Upacara ..................................................... 58 3.3.3 Benda-benda dan Alat Upacara ......................... 60 3.3.4 Pemimpin dan Pendukung Upacara ................... 76

3.4 Rangkaian Upacara Secara Kronologis ................................. 76 3.4.1 Proses Upacara Sebelum Perkawinan ................ 76

3.4.1.1 Nontoni ................................................ 77 3.4.1.2 Lamaran .............................................. 78 3.4.1.3 Srah-Srahan dan Paningsetan .............. 81 3.4.1.4 Pasang Tratag dan Tarub .................... 84

3.4.2 Persiapan Upacara Menuju Hari Perkawinan .... 86 3.4.2.1 Siraman ............................................. 86 3.4.2.2 Adol Dawet ....................................... 94 3.4.2.3 Midodareni ....................................... 96

3.4.3 Upacara Perkawinan ......................................... 100 3.4.3.1 Ijab Kabul ......................................... 101 3.4.3.2 Tepung Tawar ................................... 103 3.4.3.3 Selametan (Kenduri) ......................... 106 3.4.3.4 Paes .................................................. 107 3.4.3.5 Panggih Temanten ............................ 111

3.5 Fungsi dan Penggunaan Gendhing Jawa pada Upacara Perkawinan Adat Suku Jawa yang diputar Secara Rekaman ....................................... 136

BAB IV ANALISIS DAN TRANSKRIPSI ............................................. 140

4.1 Ensembel Gamelan Jawa .................................................... 140 4.2 Analisis Musik ................................................................... 142 4.3 Proses Transkripsi .............................................................. 146 4.4 Analisis .............................................................................. 148

4.4.1 Analisis Notasi Kepatihan ............................................ 148 4.4.1.1 Sistem Pelarasan ................................................. 148 4.4.1.2 Pathet .................................................................. 151 4.4.1.3 Gatra ................................................................... 153 4.4.1.4 Gongan ............................................................... 154

4.4.2 Analisi Notasi Barat ..................................................... 167 4.4.2.1 Tangga Nada ....................................................... 167 4.4.2.2 Nada Dasar .......................................................... 168 4.4.2.3 Wilayah Nada ...................................................... 169 4.4.2.4 Frekuensi Pemakaian Nada ..................................... 170 4.4.2.5 Jumlah Interval .................................................... 172 4.4.2.6 Formula Melody (Bentuk Melody) ...................... 175 4.4.2.7 Pola Kadensa ....................................................... 179 4.4.2.8 Kontur ................................................................. 181

BAB V PENUTUP ................................................................................... 184

5.1 Kesimpulan ........................................................................ 184 5.2 Saran .................................................................................. 188

Page 13: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

xii

GLOSARIUM ......................................................................................... 190 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 192 DAFTAR INFORMAN ......................................................................... 194 LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................................... 198

Page 14: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Busana Pengantin Gaya Solo .................................................. 72

Gambar 3.2 Busana Kepangeranan pada Upacara Kirab

dengan Corak Warna Biru Muda ......................................... 73

Gambar 3.3 Busana Pagar Ayu dan Pagar Bagus

dengan Motif Kebaya Modern pada Pagar Ayu dan

Gaya Jas Beskap dan kain batik pada Pagar Bagus ............ 73

Gambar 3.4 Busana Kepangeranan pada Upacara Kirab ......................... 74

Gambar 3.5 Foto Bersama dengan Mengenakan Busana Kepangeranan

Khas Adat Jawa ................................................................ 74

Gambar 3.6 Prosesi Lamaran dengan Gaya Adat Melayu ....................... 79

Gambar 3.7 Berbagai Bentuk Barang-barang Sebagai Srah-srahan ........ 81

Gambar 3.8 Busana Siraman Khas Adat Jawa ........................................ 88

Gambar 3.9 Prosesi Sungkeman sebelum Siraman ................................. 89

Gambar 3.10 Sarana dan Prasarana Siraman ............................................ 90

Gambar 3.11 Perlengkapan Siraman ........................................................ 90

Gambar 3.12 Kembang Setaman dan Cengkir

yang Sudah di Masukkan ke Dalam Bokor ........................ 91

Gambar 3.13 Prosesi Siraman pada Calon Pengantin Perempuan

Oleh Kedua Orang Tua ...................................................... 92

Gambar 3.14 Prosesi Pecah Kendi ........................................................... 93

Gambar 3.15 Prosesi Adol Dawet oleh Orang Tua Mempelai

Perempuan ............................................................................ 95

Gambar 3.16 Pemasangan Inai pada Jari Calon Pengantin ....................... 97

Gambar 3.17 Prosesi Ijab Kabul .............................................................. 102

Gambar 3.18 Suasana Marhaban Saat Prosesi Tepung Tawar .................. 103

Gambar 3.19 Perlengkapan Tepung Tawar .............................................. 104

Gambar 3.20 Prosesi Tepung Tawar yang di Lakukan

Oleh Ayah Mempelai Pengantin Perempuan ...................... 105

Gambar 3.21 Kembar Mayang ................................................................. 107

Page 15: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

xiv

Gambar 3.22 Cengkorongan Paes Ageng ................................................. 109

Gambar 3.23 Dua Orang Putri Domas ...................................................... 112

Gambar 3.24 Seorang Manggolo yang Membawa Kembar Mayang ......... 113

Gambar 3.25 Cucuking Lampa pembawa Jalan pengantin ........................ 113

Gambar 3.26 Rombongan Pagar Bagus dan Pagar Ayu ............................ 114

Gambar 3.27 Kata Sambutan dari Rombongan Pengantin Pria ................. 115

Gambar 3.28 Bapak Cipto, Pemimpin rombongan pengantin Pria ............ 117

Gambar 3.29 Bapak Sumardji, Pimpinan Rombongan

Pengantin Perempuan ......................................................... 118

Gambar 3.30 Penyerahan Kembar Mayang Kepada Remaja Putra ........... 119

Gambar 3.31 Persiapan untuk prosesi Gantal (Balangan Sirih) ................ 120

Gambar 3.32 Perlengkapan Prosesi Ngidak Endhok (Wiji Dadi) .............. 121

Gambar 3.33 Bokor Berisi Air Untuk Mencuci Kaki Pengantin Pria ........ 122

Gambar 3.34 Ngidak Endhok (Wiji Dadi) ................................................ 122

Gambar 3.35 Prosesi Sindur Binayang Menuju Pelaminan ....................... 123

Gambar 3.36 Prosesi Timbangan ............................................................. 125

Gambar 3.37 Prosesi Tanem Jero Oleh Ayah Pengantin Perempuan ........ 126

Gambar 3.38 Prosesi Kacar Kucur Oleh Pengantin Pria ........................... 128

Gambar 3.39 Prosesi Dahar Klimah ........................................................ 129

Gambar 3.40 Prosesi Mapag Besan ......................................................... 130

Gambar 3.41 Sungkeman Setelah Mapag Besan di Lakukan .................... 131

Gambar 3.42 Kirab Pengantin dengan busana Kepangeranan .................. 132

Gambar 3.43 Tari Golek Sirih .................................................................. 133

Gambar 3.44 Tarian Gatot Kaca .............................................................. 134

Page 16: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Daftar Nama Camat yang pernah Memimpin

di Kecamatan Medan Selayang .......................................... 32

Tabel 2.2 Komposisi Mata Pencaharian Penduduk menurut Kelurahan

di Kecamatan Medan Selayang .......................................... 34

Tabel 2.3 Komposisi Penduduk di Kecamata Medan Selayang

Berdasarkan Agama Tahun 2013 ........................................ 35

Tabel 4.1 Interval Melodi Gendhing Monggang ................................. 174

Tabel 4.2 Interval Melodi Gendhing Ladrang Wilujeng ..................... 174

Tabel 4.3 Interval Melodi Gendhing Kodok Ngorek ........................... 175

Tabel 4.4 Interval Melodi Gendhing Ketawang Larasmaya ................ 175

Page 17: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Masalah

Di Indonesia berbagai bentuk penyajian upacara perkawinan sangat

beragam, yang pastinya secara kuantitatif berdasarkan kepada keberadaan suku-

suku di Indonesia saat ini. Suku Jawa misalnya, memiliki upacara perkawinan

yang sangat khas, di antara berbagai suku-suku yang ada di Indonesia. Ritualisasi

upacara perkawinan dikemas dengan berbagai simbol, tata rias, tuturan, pesan,

dan nasehat yang sangat istimewa. Sehingga upacara yang dilakukan menjadi

sebuah upacara tradisional. Upacara tradisional merupakan upacara yang

dilakukan dan mengikuti aturan atau tata cara serta tradisi yang berlaku secara

turun temurun pada suatu lingkungan budaya tersebut.

Dalam tradisi budaya Jawa, perkawinan selalu diwarnai dengan serangkai-

an upacara yang mengandung nilai-nilai luhur, yang mengajarkan perlunya

keseimbangan, keselarasan serta interaksi dengan alam semesta. Iringan gamelan

yang dramatis dan magis mewarnai suasana hingga terasa lebih istimewa. Upacar

itu dilakukan baik oleh masyarakat jawa yang ada di pusat peradabannya yaitu

pulau Jawa, maupun diasporanya di seluruh Nusantara (termasuk di Sumatera

Utara).

Masyarakat Jawa yang ada di Sumatera Utara, sebahagian besar masih

melaksanakan upacara perkawinan menurut adat Jawa. Namun yang menarik

dalam konteks adaptasi dengan kebudayaan-kebudayaan etnik yang ada di

Sumarera Utara, beberapa unsur kebudayaan di sekitar orang Jawa di Sumatera

Page 18: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

2

juga di adopsi dalam ritual perkawinan adat Jawa ini. Misalnya penggunaan

tepung tawar yang berasal dari kebudayaan Melayu. Demikian pula ketika acara

hiburan, tidak mutlak semua lagu-lagu Jawa yang di sajikan, bisa saja lagu

Mandailing, Toba, Karo, Melayu, dan lainnya.1 Namun pada umumnya upacara

dan musik ritual dalam mengiringi upacara perkawinan adat Jawa ini masih

menggunakan tradisi upacara dan tradisi musik (karawitan) Jawa.

Pada masa-masa akhir ini, Provinsi Sumatera Utara dihuni oleh mayoritas

orang Jawa, bahkan ada catatan yang menyebutkan lebih dari 50%. Rinciannya

adalah suku Melayu 7.63%, Batak (Toba) tercatat 19.44%, Karo 6.64%, Mandailing

6.32%, Simalungun 2.72%, Nias, 0.40%, Pakpak 0.16. Sementara kelompok

pendatang selain Jawa adalah Cina 3.63% (kelompok ini pernah mencapai jumlah

lebih dari 20% untuk Kota Medan dan sekitarnya), Minangkabau 3.30%, dan Aceh

1.26%. Dengan demikian, berarti Suku Jawa secara keseluruhan meliputi jumlah

lebih dari 36% (Siyo, 2008:88).

Perpindahan orang Jawa ke Sumatera pada abad ke-19 dengan tujuan

sebagai pekerja kontrak yang menggantikan kuli kontrak asal Cina yang memiliki

upah yang relatif mahal. Oleh sebab itu pemerintah kolonial Belanda pada masa

1Orang-orang Jawa yang ada di Sumatera Timur (Sumatera Utara sekarang), secara umum mengalami transformasi-transformasi budaya. Di satu sisi mereka ingin mempertahankan budaya leluhurnya yang berasal daripada pulau Jawa, di sisi lain mereka juga harus berinteraksi dengan berbagai etnik setempat dan pendatang lainnya di Sumatera Timur yang pesat perkembangan ekonominya. Orang-orang Jawa ini mata pencaharian utamanya secara umum adalah petani dengan menggarap lahan untuk perkebunan kelapa sawit, karet, coklat, atau juga kelapa. Di antara tokoh-tokoh masyarakat Jawa yang terkenal di Sumatera Utara di antaranya adalah Drs. Kasim Siyo, M.Si., sebagai presiden Pujakesuma Sumatera Utara, kemudian Wagirin Arman seorang tokoh politik dan ahli parlemen di Kabupaten Deli Serang, Djati Oetomo, manejer radio Pasopati Medan yang menyiarkan khas budaya Jawa, Prof. Dr. Subanindyo Hadiluwih, S.H., seniman, dosen, dan penulis terkemuka mengenai kebudayaan Jawa di Sumatera Utara, dan banyak lagi yang lainnya. Di bidang kesenian, umumnya kebudayaan Melayu di kawasan ini paling banyak didukung oleh seniman beretnik Jawa ini, di samping seniman Melayu itu sendiri. Di antara seniman-seniman seni Melayu yang berasal daripaa etnik Jawa adalah: Sirtoyono yang bergabung dengan kumpulan kesenian Patria, ia seniman serba bisa, pemusik, penari, koreografer, pemain teater, dan penulis drama sekaligus. Seterusnya adalah Sumardi, sebagai pemain akordion Melayu yang handal. Di sisi lain ada pula Retno Ayumi, seorang penulis tari dan penari Melayu terkemuka di Sumatera Utara.

Page 19: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

3

itu lebih senang memilih kuli asal India dan juga Jawa yang upahnya relatif lebih

murah (Breman, 1997:53). Perpindahan orang Jawa sendiri di perkirakan

mencapai puncaknya pada abad ke-19 dan 20, hal ini karena faktor dorongan

kemaun sendiri yang didasarkan untuk tujuan pencarian lahan baru untuk

pertanian, atau paksaan yang di lakukan oleh kolonialisme Belanda. Orang Jawa

berpindah dalam jumlah besar di Semenanjung Malaysia, khususnya di Johor dan

Selangor, kemudian sebagai kuli kontrak di kawasan Deli, Sumatera Utara,

sehingga lahirlah istilah Pujakesuma yaitu akronim dari Putra Jawa Kelahiran

Sumatera [bukan sebatas Sumatera Utara] (Siyo, 2008:74).

Sebelumnya Orang Jawa pendatang ini dikenal deangan Sebutan Jakon2

(Jawa Kontrak) ataupun Jadel (Jawa Deli).3 Sebutan-sebutan itu adalah yang

dahulu identik dengan orang Jawa sebagai pekerja perkebunan di Tanah Deli.

Karena pada awal kedatangan orang Jawa ke Sumatera Utara, adalah sebagai kuli

kontrak perkebunan. Jakon atau Jadel adalah sebutan yang mungkin sebuah

streotip etnik yang diberikan oleh orang yang bukan Jawa. Sekarang untuk lebih

halusnya, orang sering menyebut orang Jawa dengan Pujakesuma (Putra Jawa

2Jawa Kontrak dalam istilah ini adalah merujuk kepada pengertiannya sebagai kelompok

buruh yang didatangkan dari Jawa oleh Belanda (terutama di masa awal pembukaan perkebunan-perkebunan oleh Nienhuys dan kawan-kawan di paruh akhir abad kesembilan belas). Sistem yang digunakan oleh para maskapai perusahaan Belanda ini adalah sistem kontrak, dan apabila telah habis masa kontraknya, mereka para buruh Jawa ini bisa kembali ke Jawa atau meneruskan kontraknya. Namun dalam catatan sejarah sebahagian besar buruh tersebut terus melanjutkan kontraknya, dan sebahagian yang telah bisa mandiri mendirikan kampung-kampung yang bersifat pertanian (agrikultural) di sleuruh wilayah Sumatera Timur (kini Sumatera Utara). Pengertian historis inilah yang ingin dimaknakan oleh penyebutan Jawa Kontrak.

3Pengertian Jawa Deli yang diakronimkan menjadi Jadel adalah istilah yang merujuk kepada masyarakat Jawa yang awalnya dating ke wilayah Sumatera Timur atau Deli sebagai buruh di perkebunan-perkebunan Belanda. Deli itu sendiri memiliki pengertian sebagai sebuah Kesultanan Melayu di Sumatera Timur, namun adakalanya pengertian Deli ini meluas, yaitu mewakili keseluruhan wilayah Sumatera Timur, yang terbentang dari daerah Tamiang, Kesultanan Langkat, Kesultanan Deli, Kesultanan Serdang, Kedatykan Batubara, Kesultanan Asahan, Kesultanan Bilah, Kesultanan Panai, Kesultanan Kualuh, Kesultanan Kotapinang, dan berbagai wilayah Sumatera Timur lainnya. Dengan demikian, istilah Jawa Deli merujuk kepada orang Jawa yang hidup dan beradaptasi sosiokultural di wilayah Sumatera Timur.

Page 20: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

4

Kelahiran Sumatera). Sebagian orang yang bukan orang Jawa, atau bahkan

mereka sendiri yang masih keturunan Jawa, atau karena lahir di Sumatera,

beranggapan bahwa Pujakesuma adalah sebutan yang lebih terhormat sebagai

pengganti istilah Jakon ataupun Jadel yang mengandung konotasi status sosial

yang rendah.

Jakon atau Jawa Kontrak adalah sebutan bagi mereka yang memiliki

ikatan kerja dengan para panguasa pada zaman kolonialisme, mereka di tempatkan

di kawasan-kawasan terdalam atau daerah daerah terpencil yang memiliki potensi

perkebunan seperti perkebunan karet, sawit dan juga kopi. Ketika masa kontrak

mereka habis, sebagian dari orang-orang Jawa tersebut tidak kembali ke Pulau

Jawa, mereka memilih tetap bertahan di perkebunan yang mereka tinggali.

Sedangakan istilah Jadel atau Jawa Deli, adalah sebutan bagi mereka yang datang

dan bekerja sebagai kuli di perkebunan di Tanah Deli (dengan pusatnya di

Medan). Mereka bakerja sebagai kuli (koeli) pada perkebunan tembakau di

Sumatera Timur atau pada saat itu lebih dikenal dengan sebutan Perkebunan

Tembakau Deli. Biasanya, ketika masa kontrak mereka juga habis, mereka

mamilih untuk tinggal di pedalaman atau mencari tempat baru yang lebih tenang

(Siyo, 2008:83),

Dalam perkembangannya, orang Jawa yang ada di Sumatera Utara

membentuk kelompok-kelompok yang mencirikan keetnikitasan mereka. Tujuan

pembentukan ini didasari dari rasa senasib dan sepenangunggan. Pada dasarnya

mereka adalah keturunan atau generasi dari para Jakon atau Jadel yang bekerja di

perkebunan-perkebunan yang terdapat di tanah Deli. Perkumpulan-perkumpulan

etnik yang muncul yang di dasari oleh berbagai macam latar belakang membuat

Page 21: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

5

orang Jawa yang ada di perantauan seakan semakin dekat dengan tanah kelahiran

mereka.

Pada tahun 1980-an munculah perkumpulan etnik Jawa yang di kenal

dengan Pujakesuma. Istilah ini memiliki pengertian sebagai budaya Jawa yang

masih melekat pada masyarakat Jawa yang ada di Sumatera. Munculnya

paguyuban juga dapat di katakan sebagai rasa etnikitas agar tetap eksis di tengah-

tengah persaingan hidup antar etnik.

Keberadaan perkumpulan atau paguyuban4 berdasarkan etnik atau

kedaerahan di berbagai daerah telah menyebabkan masyarakat di suatu tempat

juga berupaya untuk menunjukkan identitasnya. Dengan kata lain, perkumpulan

etnik atau marga menjadi simbol akan keberadaan mereka di tengah masyarakat

lain, misalnya saja pada etnik Batak, Minangkabau, dan Melayu. Paguyuban

secara khusus mencirikan suku ataupun kedaerahannya. Sehingga fungsi

paguyuban memiliki fungsi sosial dan juga budaya, bahkan sebagai tempat

berlindung untuk mencari ketenangan dan menjauhkan diri dari rasa kegelisahan

serta rasa takut di tempat yang bukan daerah tanah leluhurnya. Bahkan orang

Jawa sendiri merasa bahwa tanah Sumetara juga merupakan tanah kelahiran

mereka yang patut mereka bangun.

4Paguyuban adalah kata bentukan dari kata dasar guyub. Istilah guyub dalam bahasa Jawa

yang telah diserap menjadi bahasa Indonesia, dapat dimaknai sebagai persatuan yang biasanya dilatarbelakangi oleh persamaan-persamaan etnik, kelompok profesi, kelompok agama, dan lain-lainnya dalam masyarakat. Paguyuban memiliki makna luhur dalam filsafat Jawa, sebagai sebuah persatuan yang memiliki cita-cita bersama, dan menekankan kepada kerja secara bersama-sama atau gotong royong, yang di dalamnya juga mengandung pengertian akan kewajiban dan hak setiap individu, serta pengertiannya sebagai ekspresi dari solidaritas dan integritas sosial. Dalam masyarakat Sumatera Utara, selain istilah paguyuban ini, terdapat juga istilah-istilah yang berakar dari kearifan lokal seperti parsadaan pada masyarakat Toba dan Mandailing-Angkola. Demikian pula dalam masyarakat Nias dikenal sebagai persatuan ori (yaitu masyarakat yang disatukan wilayah teritorial dengan berbasis pada satu ori yang terdiri dari beberapa desa adat).

Page 22: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

6

Selain Pujakesuma, dalam kebudayaan masyarakat Jawa di Sumatera

Utara ini, seterusnya bermunculan pula berbagai perkumpuan yang belatar

belakang budaya etnik Jawa juga, seperti:

(a) Pajar (Paguyuban Jawa Rembug), paguyuban ini sama seperti Pujakesuma,

hanya saja dalam penyaluran aspirasi politiknya, lebih di arahkan pada PBR

(Partai Bintang Reformasi);

(b) PJB (Paguyuban Jawa Bersatu), persyaratan yang harus dipenuhi untuk

menjadi anggota paguyban ini adalah Orang Jawa dan beragama Islam;

(c) FKPPWJ (Forum Komunikasi Putra-Putri Warga Jawi), organisasi ini

didirikan sebagai wadah forum komunikasi menyatukan pendapat dan

aspirasi warga Jawa, baik yang lahir di Jawa maupun di luar Jawa bahkan di

luar negeri. Sedangkan organisasi untuk kaum mudanya adalah Generasi

Muda Jawa (Gema Jawa);

(d) Ikatan Keluarga Solo, dan lain-lain.

Pada saat ini adanya sebuah faktor yang di latar belakangi oleh nilai

politik, maka paguyuban masyarakat Jawa pada saat sekarang yang ada di

Sumatera Utara, khususnya di kota Medan telah mengalami peleburan paguyuban

menjadi beberapa paguyuban yang di landaskan oleh kepentingan-kepentingan

tertentu. Akan tetapi adat dan budaya Jawa tetap di jalankan dan di wariskan

kepada anak-anaknya. Orang Jawa pada hakikatnya memiliki watak untuk dapat

menyesuaikan diri dengan orang dan lingkungannya. Orang Jawa yang datang ke

Sumatera Utara bukanlah golongan priyayi yang harus merasa di hormati dan

harus memerintah. Ini juga didukung oleh kebudayaan Jawa, untuk menjaga

harmoni sosial dimana pun mereka berada. Mereka sebahagian besar adalah

Page 23: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

7

golongan abangan, dan sesampainya di Sumatera Utara, mereka tidak lagi

menerapkan tiga strata sosial seperti di Pulau Jawa, yang terdiri dari golongan

santri (golongan alim ulama), priyayi (bangsawan), dan abangan ( rakyat biasa).

Orang Jawa hampir sebagian menempati daerah Kota Medan, di antaranya

adalah Medan Johor, Medan Tembung, Medan Timur, Helvetia, Tanjung Sari,

Medan Tuntungan, Medan Marelan, dan sebagian kecamatan lain. Sebagian besar

masyarakat Jawa tinggal di kawasan padat, kompleks perumahan dan kumuh di

pinggiran kota, serta banyak memilih usaha sebagai buruh, pertukangan, pedagang

kecil, pembantu rumah tangga, dan pegawai rendahan. Namun ada sebagian orang

Jawa berstatus perantauan yang sementara tinggal di Medan untuk menyelesaikan

tugas dinas, sebagai mahasiswa, dan pebisnis.

Di Sumatera Utara, orang Jawa menikahkan anaknya dengan tradisi Jawa

yang di wujudkan dalam upacara perkawinan adat Jawa. Dan juga menghitung

penanggalan pernikahan berdasarkan penanggalan pasaran suku Jawa sesuai

dengan tanggal lahir anak yang akan menikah tersebut. Ini sangat berguna untuk

keberlangsungan hidup seseorang yang mengadakan acara ataupun bagi sanak-

saudara agar terhindar dari marabahaya, dan penanggalan ini telah di pakai selama

bertahun-tahun dalam melangsungkan setiap acara-acara maupun dalam hajatan

lainnya sehingga cara penanggalan ini menjadi suatu kepercayaan tersendiri di

dalam masyarakat suku Jawa di manapun berada.

Di dalam serangkaian upacara-upacara perkawinan tersebut terdapat

ungkapan-ungkapan dalam bahasa Jawa yang bermakna nasihat untuk kedua

mempelai. Ungkapan tersebut di pakai sebagai media penyampai pesan yang

berwujud tutur lisan dan memiliki bentuk ungkapan berupa kata, frasa, klausa,

Page 24: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

8

atau kalimat. Ungkapan tersebut memiliki fungsi untuk menyampaikan informasi

berupa nasihat, tuturan, petuah, dan saran yang di harapakan bisa bermanfaat bagi

semua pihak, terutama bagi kedua pengantin.

Pada suku Jawa, prinsipnya perkawinan terjadi karena keputusan dua insan

yang saling mencintai, meski ada juga perkawinan yang terjadi karena perjodohan

oleh kedua orang tua. Hubungan cinta kasih antara pria dan wanita setelah melalui

proses pertimbangan, biasanya dimantapkan dalam sebuah tali ikatan perkawinan,

hubungan dan hidup bersama secara resmi dan halal selaku suami istri dari segi

hukum, agama, dan adat.

Dalam masyarakat Jawa kehidupan kekeluargaan masih kuat, sehingga

akan mempertemukan dua buah keluarga besar. Oleh karena itu, sesuai kebiasaan

yang berlaku, kedua insan yang berkasih-kasihan akan memberi tahu kepada

keluarga atau sanak saudara masing-masing bahwa mereka telah menemukan

pasangan yang cocok dan ideal untuk di jadikan suami atau istri, dalam membina

rumah tangga yang di ridhoi Tuhan Yang Maha Kuasa.

Dengan demikian, setelah kedua belah pihak orang tua atau keluarga

menyetujui perkawinan, maka di lakukan langkah-langkah selanjutnya, yang

terbagi atas 5 (lima) babak yang dapat dipaparkan. Babak yang pertama, yaitu

intinya mencakup tahap pembicaraan pertama sampai tingkat melamar, disebut

sebagai pembicaraan, yang didalamnya terdapat beberapa prosesi yang penting

dilakukan, di antaranya ialah: nontoni, ngelamar.

Babak kedua terdapat pula beberapa prosesi. Di antaranya prosesi yang

pertama dalam babak yang kedua (tahap yang kedua disebut sebagai tahap

kesaksian), yaitu adalah: srah-srahan, paningsetan, asok tukon, dan gethok dina.

Page 25: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

9

Babak ketiga disebut sebagai tahap siaga, prosesi yang terdapat pada

babak ketiga yaitu pembentukan panitia dan pelaksana kegiatan yang melibatkan

para sesepuh atau sanak saudara, prosesinya adalah: sedhahan, kumbakarnan, dan

jenggolan atau jonggolan.

Kemudian di lanjutkan dengan babak keempat, yaitu tahapan rangkaian

upacara yang biasanya sehari sebelum pesta pernikahan, pintu gerbang dari rumah

orang tua mempelai perempuan di hias dengan tarub (dekorasi tumbuhan), yang

biasanya terdiri dari pohon pisang, buah pisang, tebu, buah kelapa, dan daun

beringin yang memiliki arti agar pasangan pengantin akan hidup baik dan bahagia

di mana saja. Pasangan pengantin saling cinta satu sama lain dan akan merawat

keluarga mereka. Namun pada kenyataannya pada saat sekarang ini tarub tidak

lagi menggunakan bahan-bahan tersebut melainkan menggunakan kain gorden

yang memiliki berbagai warna sesuai selera serta rangkaian bunga-bungan tiruan

yang di rangkai menjadi satu menggambarkan atau membentuk pintu gerbang.

Dekorasi yang lain yang di siapkan adalah kembar mayang, yaitu suatu karangan

bunga yang terdiri dari sebatang pohong pisang raja dan dauh pohon kelapa yang

masih muda (masih kuncup), yang biasa disebut janur kuning. Prosesi yang

terdapat pada babak keempat ialah mencakup: Pasang tratag lan tarub, kembar

mayang, siraman, adol dhawet (jual dawet/cendol), paes, midodareni, selametan,

dan nyantri atau nyatrik.

Masuk pada babak terkahir upacara perkawinan yaitu babak kelima, yaitu

prosesi upacara pertama pada puncak acara. Prosesi yang dilakukan adalah ijab

yang melibatkan pihak tuan kadi dari KUA (Kantor Urusan Agama), setelah acara

ini berjalan dengan lancar dan dianggap sah maka kedua mempelai resmi menjadi

Page 26: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

10

sepasang suami istri. Di lanjutkan dengan prosesi kedua yaitu upacara panggih

yang meliputi liron kembang mayang, gantal (balangan), ngidak endhok (wiji

dadi), masuk ke pasangan, dan sindur binayang. Setelah upacara panggih, kedua

mempelai kemudian di arak dengan menggunakan sehelai kain berwarna merah

bermotif putih (sindur) oleh ayah mempelai perempuan yang di lingkarkan di

belakang ayah mempelai perempuan, pengantin pria dan pengantin perempuan

berada dalam lingkaran kain sindur tersebut dan kemudian ibu mempelai

perempuan memegang pundak kedua pengantin dari belakang untuk di antar

duduk di sasana riengga (pelaminan).

Masuk prosesi yang ketiga adalah: timbangan, tanem, kacar-kucur, dan

dhahar kembul (dulangan). Prosesi keempat mapag besan (menerima besan).

Prosesi kelima disebut sungkeman, dan yang terkahir adalah prosesi kirab. Dari

penjabaran singkat upacara adat perkawinan suku Jawa (termasuk di Sumatera

Utara) di atas akan dijelaskan lebih rinci mengenai simbol, bahasa, dan musik

pada skripsi ini dalam bab tiga.

Musik yang di gunakan untuk mengiringi upacara perkawinan di atas yaitu

pada prosesi ketiga yakni pada saat upacara panggih. Sejauh pengamatan penulis

di Kota Medan umumnya menggunakan musik rekaman, yang di putar dengan

tape recorder atau VCD/MP3 player, atau lainnya. Biasaya di perkuat dengan

loudspeaker. Ini merupakan fenomena yang menarik dalam kebudayaan suku

Jawa di Sumatera Utara. Kalau di Jawa menurut pendapat para informan, musik

yang di sajikan cenderung live (langsung) dan menggunakan perangkat gamelan

(baik slendro atau pelog) secara lengkap, apalagi yang mengadakan adalah

keluarga dengan kemampuan ekonomi yang baik. Sementara di Sumatera Utara,

Page 27: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

11

termasuk Medan dan sekitarnya, orang Jawa yang melakukan upacara perkawinan

biasanya cukup menggunakan musik rekaman saja, walau ada sedikit orang yang

menggunakan gamelan secara live. Menurut keterangan para informan, keadaan

ini di sebabkan oleh karena faktor efektivitas, dan tidak menjadi sanksi sosial jika

tidak melaksanakan upacara memakai iringan gamelan secara live. Selain itu

adalah mereka merasa sebagai orang Jawa kelahiran Sumatera yang lebih tepat

mengadakan musik hiburan yang dapat mengakomodasi berbagai jenis budaya

(lagu) di kawasan ini. Oleh karena itu mereka cenderung menampilkan musik

keyboard atau yang sejenis.

Gendhing rekaman yang berjudul Monggang, Ladrang Wilujeng, Kodok

Ngorek, dan Ketawang Larasmaya ini di beli dari Solo melalui rekan dari Bapak

Agus Wayan (informan kunci sekaligus pembawa acara panggih) yang kebetulan

bepergian ke daerah Solo. Ini jugalah fenomena yang menarik musik dalam

upacara perkawinan adat Jawa di Kota Medan dan Sumatera Utara secara umum

yang telah berubah dalam penyajian musik dalam mengiringi upacara perkawinan

adat suku Jawa.

Perlengkapan busana dalam upacara perkawinan adat suku Jawa juga

menjadi bagian penting. Sebagian besar kalangan masyarakat Jawa, umum diluar

lingkungan kraton menggunakan busana pengantin Solo putri dan ada juga yang

mengenakan busana dodot, sesuai selera masing-masing pihak. Pengantin

perempuan mengenakan kebaya panjang, yang panjangnya bisa di bawah lutut,

sesuai selera, perhiasan berupa bros tiga susun dipasang di dada, giwang, serta

kalung. Kain batik untuk pengantin perempuan maupun pria menggunakan motif

khusus yang bermakna mulia, yakni sidomukti, sido mulyo, atau sidoasih yang di

Page 28: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

12

prada keemasan ataupun tanpa prada. Kain batik di wiru, yakni dilipat-lipat

bagian ujung lebarnya, sebanyak tujuh atau sembilan lipatan selebar masing-

masing dua jari. Busana pengantin Solo putri menggunakan sanggul bangun

tulak. Pada bagian atas kanan sanggul di sematkan ronce melati yang menjuntai

hingga dada.

Perlengkapan lain yang di perlukan adalah selop (sandal) warna yang di

anggap serasi dengan kebayanya. Pada busana mempelai pria Solo putri berupa

jas beskap Jawa lengkap yang disebut baju sikepan warna hitam, merah maron,

biru, atau hijau daun sesuai selera yang terbuat dari kain beludru dengan bordir

benang atau mote warna kuning keemasan, serasi dengan mempelai perempuan.

Bagian dalam di lapis dengan rompi berwarna putih. Perhiasan mempelai pria

berupa kalung ulur atau kalung karset yang ditahan dengan bros. Pada kepala

memakai blangkon warna hitam atau senada dengan warna busana. Sebagai

penyempurna, mempelai pria menggunakan keris berhias bunga kolong keris.

Yang menjadi objek penelitian penulis dalam rangka penulisan skripsi ini,

adalah upacara perkawinan adat Jawa di Jalan Sei Batu Gingging, Kelurahan

Padang Bulan Selayang I, Kecamatan Medan Selayang, Medan. Segala deskripsi

dan analisis baik itu musikal, upacara, hiburan, dan lainnya adalah berdasarkan

observasi penulis pada tanggal 4 sampai 5 Mei 2013, dimana penulis melakukan

penelitian dalam status penulis sebagai asisten penyedia jasa foto wedding yang

tergabung dalam Mamipapi Photowork.

Ketertarikan penulis akan upacara perkawinan adat Jawa tersebut adalah

dimana dalam setiap prosesi ritual yang dilakukan di kediaman Bapak Djumali,

S.H., orang tua mempelai wanita Yurista Arini, S.H. oleh para informan adalah

Page 29: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

13

dipandang lengkap (untuk ukuran orang Jawa di Sumatera Utara), mulai dari

perlengkapan, prosesi sesuai adat perkawinan Jawa yang semestinya telah

dijalankan turun-temurun dari generasi ke generasi dan berbeda dari apa yang

pernah penulis lihat pada upacara perkawinan adat suku Jawa sebelum-

sebelumnya yang hanya terkesan singkat dan dalam melaksanakan beberapa

prosesi banyak yang telah ditingggalkan. Artinya pada setiap prosesi upacara

perkawinan Jawa yang ada di Jalan Sei Gingging pada tanggal 4 sampai5 Mei

2013 yang dilakukan mulai dari tahap upacara sebelum pernikahan sampai

upacara setelah pernikahan mulai dari simbol, keperluan upacara, perlengkapan

upacara ritual, dan lain sebagainya sangat memenuhi syarat dari sebuah upacara

perkawinan adat Jawa seperti yang telah dijelaskan babak demi babak secara

ringkas di atas. Hal ini salah satu faktornya adalah disebabkan oleh adanya faktor

maupun tingkatan ekonomi yang dimiliki oleh setiap keluarga dalam masyarakat

Jawa.

Pada konteks penggunaan upacara perkawinan adat suku Jawa yang ada di

Sumatera Utara, sejauh penelitian penulis memiliki dua bentuk, yakni upacara

perkawinan adat Yogyakarta dan upacara perkawinan adat Solo (Surakarta).5

Hasil wawancara penulis dengan salah seorang informan yakni Bapak Agus

5Masyarakat Jawa pada masa kini, orientasi kebudayaannya adalah pada dua keraton

besar di Jawa Tengah. Yang pertama adalah Kasunanan Surakarta yang pusatnya ada di kota Solo atau Surakarta, dengan sebutan rajanya Paku Buwana. Yang kedua adalah Kasultanan Yogyakarta yang berpusat di Kota Yogyakarta, dengan sebutan rajanya Hamengku Buwana. Kedua kesultanan Jawa Islam ini adalah peninggalan dan kontinuitas dari Kesultanan Mataram (Islam) Jawa Tengah. Keduanya berpisah dalam proses politik kekuasaan di Tanah Jawa di abad ke-17, terutama kartena politik adu domba (divide et impera) yang dilakukan pemerintah kolonial Belanda, dengan tujuan menguasai Nusantara ini. Kedua kerajaan ini sepakat membagi wilayah mereka dalam Perjanjian Giyanti. Ketika terjadi penandatangan Perjanjian Giyanti pada tahun 1775 yang mengesahkan pembagian kerajaan Mataram Surakarta menjadi dua, yaitu yang tetap menjadi wewenang Sunan Paku Buwana III yang merupakan setengah dari kerajaan Mataram Surakarta, dan setengahnya yang menjadi hak Sultan Hamengku Buwana I yang menggunakan nama kerajaan barunya, Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.

Page 30: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

14

Wayan, yaitu beliau sebagai pembawa acara panggih temanten (pembawa upacara

pada perkawinan adat Jawa yang mempertemukan kedua mempelai pengantin)

serta pemilik Sanggar Cipto Budoyo di Jalan Istiqomah, Helvetia, Medan, pada

acara resepsi pernikahan Yusrita Arini, S.H. dengan Boy Budiansyah, S.H.,

menjelaskan bahwa upacara perkawinan adat Jawa yang di selenggarakan pada

tanggal 5 Mei 2013 tersebut dimana acara resepsinya sendiri di adakan di Hotel

Danau Toba Internasional Medan adalah menggunakan tata upacara perkawinan

adat Solo. Hal yang membedakan antara tata upacara perkawinan adat

Yogyakarta dengan tata upacara perkawinan adat Solo yang terdapat pada ritual

pecah telur dan busana yang di kenakan oleh kedua mempelai pengantin.

Telur yang di maksud adalah telur ayam kampung yang putih dan bersih

yang melambangkan kesucian dalam membangun rumah tangga baru. Hal ini

dapat di lihat pada adat Jogja yang ritual pecah telurnya di lakukan oleh mempelai

wanita yang kemudian telur tersebut di usapkan ke kening mempelai pria

kemudian di pecahkan di lantai. Sedangkan perkawinan adat Solo di kenal

dengan istilah ngidhak endhok (wiji dadi) dimana ritual pecah telur tersebut di

pecahkan dengan cara diinjak dengan kaki kanan oleh mempelai pria tanpa

menggunakan alas kaki dan kemudian kaki mempelai pria di basuh dengan air

yang telah di campur dengan bunga setaman oleh mempelai perempuan (hasil

wawancara dengan Pak Agus Wayan 15 Mei 2013).

Berbagai hal baru bagi diri pribadi penulis lihat dalam upacara perkawinan

adat Jawa pada pernikahan tersebut di antaranya adalah menampilkan dua bentuk

tarian sebagai hiburan setelah terselenggaranya upacara adat perkawinan dalam

Page 31: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

15

acara resepsi pernikahan tersebut. Tarian tersebut berupa Tari Gatot Kaca dan

Tari Golek Sirih.

Musik gendhing gamelan yang di gunakan dalam prosesi temu temanten

merupakan bagian yang cukup penting dari upacara perkawinan adat Jawa yang

tidak dapat dipisahkan dan tidak dapat ditinggalkan meski penggunaannya pada

saat ini sangat praktis hanya dengan menggunakan rekaman maupun format mp3

yang telah menjadi data digital yang bisa di perbanyak secara praktis pula melalui

komputer. Hal ini di sebabkan yang paling utama karena dari segi biaya yang

sangat bisa di jangkau oleh masyarakat Jawa yang ada di Sumatera pada

umumnya, apabila secara langsung menyediakan musik gamelan maka akan

membutuhkan biaya yang besar. Musik gamelan tidak dapat di tinggalkan dalam

upacara prosesi temu temanten maupun dalam acara upacara secara keseluruhan,

karena apabila musik tersebut tidak di sertakan, dalam jiwa Jawa merasa adanya

kekurangan, yang membuat suasana terasa kurang sakral dan kurang semarak

(hasil wawancara dengan Pak Agus Wayan). Gendhing-gendhing yang mengiringi

selama upacara sudah di atur secara kronologis sesuai dengan makna bagian-

bagian upacara tersebut.

Adapun gendhing-gendhing tersebut akan di jelaskan pada bab

selanjutnya, namun gending yang menjadi kajian penulis disini adalah:

1. Gendhing Monggang, yaitu gendhing yang dimainkan pada saat datangnya

pengantin pria beserta rombongan untuk melaksanakan upacara panggih.

2. Ladrang Wilujeng, yaitu gendhing untuk mengiringi pengantin putra masuk

kerumah pengantin putri untuk dipertemukan dengan pengantin putri.

Page 32: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

16

3. Gendhing Kodok Ngorek, yaitu gendhing yang dimainkan pada saat prosesi

upacara panggih berlangsung, kemudian dilanjutkan dengan gendhing,

4. Ketawang Laramaya, dimana gendhing ini dipergunakan pada saat pengantin

sindur binayang sampai didudukkan di pelamin oleh ayah pengantin

perempuan.

Gending-gendhing tersebut di hasilkan oleh beberapa instrumen di antaranya

ialah Kendang (membranofon), Kendang (membranofon), Gong, dan Saron

(idiofon) dan lain-lainnya. Namun penulis mengalami kendala dalam

mendengarkan gending-gendhng tersebut pada saat upacara berlangsung, dimana

ada beberapa suara yang bersumber pada pengeras suara yang lebih dari suara

musik yang terdengar, yaitu suara pembawa acara yang intensitasnya melebihi

suara musik gendhing-gendhing yang diputar pada saat upacara panggih. Pada

Akhirnya penulis tertarik untuk memutuskan lebih mendengarkan suara melodi

musik gendhing yang dominan terdengar yang dihasilkan oleh dua atau tiga

instruments musik seperti kendang, gong dan saron. Musik berfungsi sebagai

pelengkap dalam pelaksanaan upacara, pada saat prosesi upacara temu temanten

musik di percaya sebagai penambah khidmatnya upacara adat tersebut.

Di sini yang menjadi objek penelitian penulis adalah proses jalannya

upacara perkawinan adat suku Jawa serta musik iringan upacara dimaksud yang

paling dominan terdengar pada saat prosesi temu temanten yang mendukung

suasana upacara menjadi sangat khidmat. Sehingga pada akhirnya penulis ingin

mengetahui dan meneliti berbagai aspek yang terkandung dalam upacara adat

perkawinan suku Jawa di Medan khususnya, dengan pendekatan-pendekatan

etnomusikologis.

Page 33: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

17

Etnomusikologi merupakan sebuah disiplin ilmu yang merupakan fusi dari

musikologi dan antropologi (etnologi). Secara eksplisit apa itu etnomusikologi

sebagai sebuah disiplin ilmu pengetahuan manusia, didefinisikan oleh Merriam,

sebagai berikut.

Ethnomusicology carries within itself the seeds of its own division, for it has always been compounded of two distinct parts, the musicological and the ethnological, and perhaps its major problem is the blending of the two in a unique fashion which emphasizes neither but takes into account both. This dual nature of the field is marked by its literature, for where one scholar writes technically upon the structure of music sound as a system in itself, another chooses to treat music as a functioning part of human culture and as an integral part of a wider whole. At approximately the same time, other scholars, influenced in considerable part by American anthropology, which tended to assume an aura of intense reaction against the evolutionary and diffusionist schools, began to study music in its ethnologic context. Here the emphasis was placed not so much upon the structural components of music sound as upon the part music plays in culture and its functions in the wider social and cultural organization of man. It has been tentatively suggested by Nettl (1956:26-39) that it is possible to characterize German and American "schools" of ethnomusicology, but the designations do not seem quite apt. The distinction to be made is not so much one of geography as it is one of theory, method, approach, and emphasis, for many provocative studies were made by early German scholars in problems not at all concerned with music structure, while many American studies have been devoted to technical analysis of music sound (Merriam 1964:3-4).6

Apa yang di kemukakan oleh Merriam seperti kutipan di atas, bahwa para

pakar atau ahli etnomusikologi membawa dirinya sendiri kepada benih-benih

pembagian ilmu, yaitu musikologi dan antropologi. Selanjutnya dalam

memfungsikan kedua disiplin ini, akan menimbulkan kemungkinan-kemungkinan

6Dalam aplikasi disiplin etnomusikologi di Indonesia dan dunia, terdapat sebuah buku yang

terus populer sampai sekarang ini, dalam realitasnya menjadi “bacaan wajib ” bagi para pelajar dan mahasiswa etnomusikologi seluruh dunia, dengan pendekatan kebudayan, fungsionalisme, strukturalisme, sosiologis, dan lain-lainnya. Buku yang diterbitkan tahun 1964 oleh North Western University di Chicago Amerika Serikat ini, menjadi semacam “karya utama” di antara karya-karya yang berciri khas etnomusikologis.

Page 34: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

18

munculnya masalah besar dalam rangka menggabungkan kedua disiplin itu. Oleh

karena itu setiap etnomusikolog akan berada dalam fokus keahlian ilmu pada

salah satu bidangnya saja, tetapi tetap mengandung kedua disiplin tersebut.

Etnomusikologi seperti yang di uraikan oleh Merriam tersebut menekankan

perhatian pada dua aspek. Yang pertama adalah fungsi musik dalam kebudayaan

manusia yang mendukungnya. Ini berkaitan dengan konteks musik tersebut

digunakan dalam masyarakat, dan bagaimana kontribusi tersebut dalam

masyarakat pendukungnya. Yang kedua adalah struktur musik itu sendiri, yang

memiliki hukum-hukum internalnya, yang bisa saja berbeda antara satu musik

dengan musik lain, antara budaya musik etnik yang satu dengan yang lainnya.

Sesuai dengan penjelasan Merrtiam tentang etnomusikologi tersebut di

atas, maka sangatlah relevan mengkaji upacara perkawinan adat Jawa dan musik

yang digunakan serta berfungsi dalam upacara tersebut di Sumatera Utara.

Bagaimanapun masyarakat Jawa di Sumatera Utara ini memiliki kebijakan

adaptasi tersendiri dalam rangka melakukan kontinuitas dan perubahan

kebudayaannya di lokasi baru, bukan lokasi induknya di Jawa Tengah dan Jawa

Timur. Hal yang menarik lainnya adalah bagaimana terjadinya reduksi seni musik

untuk iringan upacara perkawinan yang hanya menggunakan rekaman dan alat

rekaman saja, tidak pertunjukan langsung (live). Ini juga sejauh perhatian penulis

adalah fenomena yang umum di dalam kebudayaan masyarakat Jawa di Sumatera

Utara. Hal yang menarik lainnya, masyarakat Jawa di Sumatera Utara umumnya

dan Medan khususnya selalu menggunakan musik keyboard (bukan perangkat

gamelan) dalam mengiringi upacara perkawinan adat Jawa. Musik keyboard juga

menjadi sebuah fenomena budaya yang menarik di Sumatera Utara, dan menjadi

Page 35: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

19

trend (kecenderungan) gaya seni dalam berbagai budaya etnik yang ada di

Sumatera Utara.

Hal-hal di atas tersebut yang menjadi dasar penulis sehingga memilihnya

menjadi tugas akhir dalam menyelesaikan studi di Departemen Etnomusikologi,

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara Medan. Dengan demikian

penulis memberi judul Studi Deskriptif Upacara dan Musik pada Perkawinan

Adat Jawa di Medan Selayang.

1.2 Batasan Masalah

Untuk menghindari kajian lebih luas, maka penulis membatasi penelitian

ini pada upacara Perkawinan adat Jawa yang ada di Jalan Sei Batugingging,

Kecamatan Medan Selayang, Medan. Lokasi acara perkawinan tersebut terbagi

dua, yaitu pada acara lamaran, siraman, serta akad nikah diselenggarakan di Jalan

Sei Batu Gingging, tepatnya berada di kediaman mempelai perempuan dan

upacara panggih serta acara resepsinya sendiri diselenggarakan di Hotel Danau

Toba Medan.

1.3 Pokok Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang seperti di atas, untuk memfokuskan

kajian dan penelitian penulis dan penulisan skripsi maka penulis menentukan

pokok permasalahan atau pertanyaan penelitian, adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses upacara perkawinan adat suku Jawa di Kecamatan

Medan Selayang, Medan.

Page 36: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

20

2. Bagaimana struktur musik, yang mencakup melodi pada gendhing

Monggang, gendhing Ladrang Wilujeng, gendhing Kodok Ngorek, dan

gendhing Ketawang Larasmaya pada alat musik saron demung, yang

di putar secara rekaman pada ritual temu temanten dalam upacara

perkawinan adat suku Jawa di Kecamatan Medan Selayang, Medan.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan dua pokok permasalahan diatas, maka tujuan dilakukannya

penelitian ini adalah didasarkan pada alasan-alasan sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan Prosesi upacara perkawinan adat suku Jawa

di Kecamatan Medan Selayang, Medan.

2. Untuk Mengetahui struktur musik melodi yang dominan terdengar

pada rekaman gendhing gamelan dalam upacara perkawinan adat

suku Jawa di Kecamatan Medan Selayang, Medan.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari tujuan penulisan dalam penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan refrensi penulis atau pihak-pihak tertentu atau

masyarakat yang ingin mengetahui Upacara Perkawinan adat Suku

Jawa.

Page 37: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

21

2. Menambah pengetahuan penulis dan peneliti lainnya tentang

kekayaan budaya Suku Jawa yang ada di Sumatera Utara, khususnya

Kota Medan.

3. Penulisan ini bermanfaat sebagai pengembangan teori dan metode

dalam disiplin Etnomusikologi.

1.5 Konsep dan Teori

1.5.1 Konsep

Kata deskriptif merupakan kata sifat dari deskripsi. Pengertian studi

deskriptif ialah tindakan atau kegiatan menguraikan gambaran situasi atau

kejadian-kejadian yang terdapat dalam studi objek ilmiah. Menurut Echols Shadly

(1990:179), deskripsi mempunyai pengertian gambaran atau lukisan. Dalam hal

ini penulis akan mencoba menguraikan atau menggambarkan tentang upacara

perkawinan adat suku Jawa sebagai bahan informasi untuk para pembaca yang

membutuhkan.

Upacara perkawinan adat merupakan unsur budaya yang di hayati dari

masa ke masa yang mengandung nila-nilai dan norma-norma yang sangat luas dan

kuat, mengatur dan mengarahkan tingkah laku setiap individu dalam masyarakat

(Suwondo, 1978:2), upacara perkawinan adat memiliki sebuah karya seni yang

sangat universal yang di jaga dan di pertahankan karena memiliki proses panjang

dari masa ke masa. Dalam proses tersebut terdapat banyak hal terhadap orang-

orang yang bersangkutan. Apa saja yang mereka lakukan serta sikap tertentu

sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Setiap tindakan dalam bentuk gerak

gerik tubuh memiliki makna, bukan hanya kata-kata yang di ucapkan. Upacara

Page 38: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

22

perkawinan adat Jawa meliputi beberapa tahapan prosesi, prosesi itu di antaranya

proses sebelum perkawinan, persiapan menuju hari perkawinan, dan pelaksanaan

upacara perkawinan yang di dalamnya terdapat beberapa ritual yang akan di bahas

dalam skripsi nantinya.

Suku adalah kelompok etnik yang memiliki suatu kesatuan orang-orang

yang secara bersama-sama menjalani pola-pola tingkah laku normatif, atau

kebudayaan, dan yang membentuk suatu bagian dari populasi yang lebih besar,

saling berinteraksi dalam kerangka suatu sistem sosial bersama, seperti Negara

Menurut Abner Cohen yang di kutip oleh Zulyani Hidayah (1999). Menurut

Koentjaraningrat (1989), suku bangsa merupakan kelompok sosial atau kesatuan

hidup manusia yang mempunyai sistem interaksi, sistem norma yang mengatur

interaksi tersebut, adanya kontinuitas dan rasa identitas yang mempersatukan

semua anggotanya serta memiliki system kepemimpinan sendiri. Suku yang

penulis maksud adalah suku Jawa.

Adapaun konsep musik dalam konteks upacara perkawinan adat suku Jawa

yang dimaksud adalah musik melodi Monggang, Ladrang Wilujeng, kodok ngorek

dan Ketawang Larasmaya yang dominan terdengar pada rekaman musik Gamelan

Jawa di upacara perkawinan adat suku Jawa di Kecamatan Medan Selayang,

Medan. Yang akan berpedoman pada pengertian musik, yakni kejadian bunyi atau

suara dapat di pandang dan di pelajari jika mempunyai kombinasi nada, ritem, dan

dinamika sebagai komunikasi secara emosi estetika atau fungsional dalam suatu

kebiasaan atau tidak berhubungan dengan bahasa (Malm dalam terjemahan Takari

1993:85).

Page 39: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

23

1.5.2 Teori

Teori merupakan hal pokok dan alat yang terpenting dari suatu

pengetahuan. Tanpa teori hanya ada pengetahuan tentang serangkaian fakta saja,

tetapi tidak akan ada ilmu pengetahuan (Koentjaraningrat, 1973:10).

Untuk mengkaji upacara perkawinan adat Jawa, dimulai dari persiapan

hingga terselenggaranya prosesi upacara penulis menggunakan teori semiotika.

Dalam melakukan pendekatan terhadap teori semiotika penulis menggunakan

teori yang sesuai dengan penelitian ini, yaitu teori yang di kemukakan oleh

Koentjaraningrat (1985:234) yang menyatakan bahwa komponen upacara ada 4,

yaitu: (1) tempat upacara, (2) saat upacara, (3) alat-alat perlengkapan upacara, dan

(4) pendukung dan pemimpin upacara.

Untuk mengkaji struktur musik rekaman gamelan Jawa gendhing

Monggang, gendhing Ladrang Wilujeng, gendhing Kodok Ngorek, dan gendhing

Ketawang Larasmaya yang digunakan dalam mengiringi upacara pada ritual temu

temanten menggunakan teori wighted scale (bobot tangga nada). Teori weighted

scale adalah sebuah teori yang mengkaji keberadaan melodi berdasarkan kepada

delapan unsurnya, teori weighted scale dari Malm (1977:8) mengatakan bahwa

ada beberapa karakteristik yang harus diperhatikan dalam mendeskripsikan

melodi, yakni: (1) scale (tangga nada), (2) Nada dasar, (3) range (wilayah nada),

(4) frequency of notes (jumlah nada-nada), (5) prevalent intervals (interval yang

dipakai), (6) cadence patterns (pola-pola kadensa), (7) melodic formulas

(formula-formula melodi), dan (8) contour (kontur). Dalam hal menganalisis

rekaman melodi musik yang digunakan dalam upacara perkawinan adat suku Jawa

Page 40: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

24

dalam prosesi ritual temu temanten penulis mendengarkan berulang kali terhadap

rekaman musik gamelan tersebut untuk di transkripsikan nantinya.

1.6 Metode Penelitian

Metode yang penulis gunakan adalah metode penelitian kualitatif.

Menurut Bogdan dan Taylor (1975:5) metode penelitian kualitatif adalah prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata (bisa lisan untuk

penelitian agama, social, budaya, filsafat), catatan-catatan yang berhubungan

dengan makna, nilai serta pengertian. Penulis juga mengacu pada disiplin

etnomusikologi seperti yang di sarankan Curt Sachs dan Nettl (1964:62) yaitu

penelitian etnomusikologi di bagi dalam dua jenis pekerjaan yakni kerja lapangan

(field work) dan kerja laboratorium (deks work).

Pada tahap pekerjaan lapangan seorang peneliti untuk mengumpulkan data

semaksimal mungkin, pada waktu yang menguntungkan penulis sekaligus

menjadi assisten dari penyedia jasa foto pernikahan yakni Mamipapi Photowork

yang bertempat di Jalan Ismaliyah Nomor 134 Medan, dalam hal ini penulis

menggunakan alat bantu berupa kamera Nikon D7000, kamera Canon 7D, kamera

Canon 60D, video shooting. Pengamatan dan pemotretan secara langsung pada

upacara perkawinan adat suku Jawa pada bulan Mei 2013.

Wawancara tidak berstruktur adalah wawancara yang dalam kegiatan

tanya jawabnya berlangsung seperti percakapan sehari-hari. Informan biasanya

terdiri dari mereka yang terpilih saja. Wawancara ini biasanya berlangsung relatif

lama.

Page 41: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

25

Untuk mengetahui segala permasalahan penelitian dan penulisan serta

mengaplikasikan metode penelitian kualitatif, penulis melakukan pengumpulan

data melalui pemahaman kepustakaan, penulisan juga di lakukan dalam beberapa

tahapan disamping pengumpulan data, yaitu pemilihan sampel, kerja

laboratorium, dan bimbingan, diskusi serta konseling. Sebagai hasil akhir dari

menganalisis data adalah membuat laporan yang dalam hal ini adalah penulisan

skripsi.

1.6.1 Studi Kepustakaan

Untuk mendukung penulisan mengenai upacara perkawinan adat suku

jawa penulis juga mencari, memahami serta menggunakan literatur-literatur yang

berhubungan sehingga akan dapat membantu memecahkan permasalahan. Di

antara berbagai buku yang telah penulis dapat yang berkaitan dengan judul yang

telah di sebutkan bertujuan untuk mendapatkan konsep-konsep, teori, serta

informasi yang dapat di gunakan sebagai acuan demi pembahasan dan penelitian,

dan menambah wawasan penulis mengenai upacara perkawinan adat suku Jawa.

1.6.2 Penelitian Lapangan

1.6.2.1 Observasi

Satori (2009: 105) mengemukakan bahwa observasi adalah pengamatan

langsung terhadapa objek untuk mengetahui keberadaan objek , situasi, kondisi,

konteks, ruang beserta maknanya dalam upaya pengumpulan data penelitian.

Observasi yang penulis lakukan dalam upacara perkawinan adat suku Jawa

dimana dalam hal ini penulis sebagai asisten penyedia jasa foto pernikahan

Page 42: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

26

sehingga dapat sekaligus mengumpulkan dengan cara memotret setiap ritual demi

ritual prosesi upacara perkawinan, mulai dari jalannya upacara, sarana yang

dipergunakan, pelaku upacara, dan masalah-masalah lain yang relevan dengan

pokok permasalahan.

1.6.2.2 Wawancara

Wawancara yang penulis lakukan dalam penelitian terdiri dari dua

kategori, yaitu wawancara terencana dan wawancara tak terencana. Wawancara

terencana telah memiliki format pertanyaan yang di susun dengan sistematis

sebelum melakukan wawancara, sedangkan wawancara tak terncana merupakan

wawancara yang tidak memiliki format atau daftar pertanyaan yang telah di susun

sebelumnya. Terkadang wawancara tak terencana bisa muncul dalam wawancara

yang telah terencanakan, hal tersebut di sebabkan karena pengetahuan penulis

maupun daya ingat penulis yang terganggu oleh situasi dan kondisi. Dalam

kegiatan wawancara penulis menggunakan media rekam berupa handphone

Blackberry 9300 untuk kemudian data yang didapat dalam wawancara disaring

dalam proses kerja laboratorium.

1.6.2.3 Perekaman

Dalam hal ini penulis melakukan perekaman dengan dua cara:

1. Perekaman audio-visual menggunakan kamera Sony video shooting yang

kemudian data gambar dan suara diburning ke dalam dvd. Perekaman ini

sebagai bahan analisis tekstual dan mendengarkan musik gamelan rekaman

Page 43: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

27

yang di putar dalam ritual temu temanten pada upacara perkawinan adat suku

Jawa.

2. Untuk mendapatkan dokumentasi dalam bentuk gambar di gunakan kamera

digital merk Nikon dan Canon serta aplikasi Snipping Tools untuk

mendapatkan gambar yang di tangkap dari video.

1.6.3 Kerja Laboratorium

Kerja laboratorium merupakan proses penganalisaan data-data yang telah

didapat di lapangan. Setelah semua data yang di peroleh dari lapangan maupun

bahan dari studi kepustakaan terkumpul penulis melakukan proses penyeleksi data

dengan membuang data yang tidak perlu dan menambahkan data yang kurang.

Semua data yang di peroleh di lapangan di olah dalam kerja laboratorium dengan

pendekatan etnomusikologi.

1.7 Pemilihan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah Jln. Sei Batu Gingging

Kecamatan Medan Selayang, Medan, di kediaman keluarga Bapak Djumali. S.H,

selaku pihak keluarga mempelai perempuan. Alasan penulis memilih lokasi ini

karena dalam sejarah hidup penulis baru pertama kali nya melihat pesta atau

upacara perkawinan adat suku Jawa yang begitu lengkap dan istimewa di banding

dengan apa yang pernah penulis lihat sebelum-sebelumnya meskipun dalam

penyajian musik pengiring upacara perkawinannya hanya sebatas rekaman saja,

Selain penulis sebagai orang Jawa juga di lain itu Medan merupakan salah satu

kota besar di Indonesia yang sebagian besar penduduknya adalah suku Jawa yang

Page 44: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

28

berkisar lebih dari 30% dari sekitar 13 juta jiwa. Di Medan juga banyak terdapat

pemuka-pemuka adat Jawa yang secara langsung berasal dari pulau Jawa maupun

Putra jawa kelahiran Sumatera yang bisa banyak ditemui di Kota Medan ini yang

tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Di samping itu juga penulis bertepatan

tinggal di kota Medan, sehingga nantinya agar dapat memudahkan proses

penulisan, kerja lapangan, dan pengumpulan data.

Page 45: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

29

BAB II

GAMBARAN UMUM MASYARAKAT JAWA

DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

2.1 Identifikasi

Daerah asal suku Jawa adalah pulau Jawa (terutama Jawa Tengah dan

Jawa Timur). Pulau Jawa terletak di bagian selatan dari Kepulauan Indonesia.

Suku Jawa hanya mendiami bagian tengah dan bagian timur dari pulau Jawa,

sementara bagian baratnya didiami oleh suku Sunda. Pulau Jawa yang luasnya 7%

dari seluruh wilayah Indonesia dan dihuni oleh hampir 60% dari seluruh

penduduk Indonesia adalah daerah asal kebudayaan Jawa (Koentjaraningrat,

1984:3-5). Namun pada masa sekarang ini, orang-orang Jawa menetap diberbagai

kawasan di seluruh pulau di Indonesia, bahkan sampai ke Malaysia. Begitu juga

penyebarannya sampai ke Afrika Selatan, Suriname, dan Madagaskar.

Kepadatan penduduk yang tinggi dipulau Jawa menyebabkan banyaknya

penduduk pulau ini dibawa dan dipaksa bekerja sebagai budak ke daerah jajahan

Belanda di Suriname pada sekitar abad ke-18. Kemudian pada abad ke-19, banyak

suku Jawa di kirim dan di paksa bekerja pada perkebunan-perkebunan di

Kaledonia Baru (Perancis) dan pada perkebunan-perkebunan di Sumatera Utara

(Koentjaraningrat, 1985: 5-10). Di Indonesia sendiri selain di Pulau Jawa, suku

Jawa ini tersebar ke berbagai kawasan, dengan tujuan meningkatkan taraf hidup

melalui transmigrasi yang dilakukan sejak zaman Belanda sampai sekarang. Di

antara kawasan-kawasan yang menjadi tempat tinggal baru suku Jawa adalah

Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Bangka Belitung, Provinsi Kalimantan

Page 46: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

30

Selatan, Provinsi Kalimantan Timur, Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Papua

Barat, Provinsi Riau, Provinsi Sumatera Utara, dan diberbagai daerah lainnya. Di

antara provinsi, jumlah yang paling menonjol suku Jawa nya adalah provinsi

Sumatera Utara.

Kebudayaan Jawa semula berpusat di Surakarta, tetapi dengan adanya

perjanjian Giyanti 1755, antara raja Surakarta dan Yogyakarta, pusat kebudayaan

Jawa juga terdapat di Yogyakarta. Di berbagai daerah tempat kediaman orang

Jawa terdapat variasi dan perbedaan-perbedaan yang bersifat lokal dalam

beberapa unsur kebudayaan, seperti perbedaan mengenai berbagai istilah teknis,

dialek, bahasa, dan lain sebagainya. Namun jika di teliti lebih jauh hal-hal itu

masih merupakan suatu pola atau sistem dalam kebudayaan Jawa.

Agama yang di anut mayoritas suku Jawa pada umunya adalah agama

Islam, kemudian agam Kristen Katolik, Protestan, Hindu, dan Buddha. Orang

Santri adalah mereka yang secara patuh dan teratur menjalankan ajaran-ajaran

Islam. Sedangkan orang Islam Kejawen biasanya tidak menjalankan shalat, puasa,

dan tidak bercita-cita naik Haji, tetapi mereka mengakui ajaran-ajaran agama

Islam pada umumnya.

Kedatangan suku Jawa di Sumatera Utara seperti yang sudah di jelaskan di

atas bermula dari pengiriman suku Jawa yang dipaksa bekerja sebagai budak pada

perkebunan-perkebunan di Sumatera Utara di sebabkan karena pada waktu itu

perkebunan-perkebunan yang di kelola oleh bangsa asing kekurangan tenaga kerja

(Said, 1990:49). Berdasarkan pengiriman inilah awal kedatangan suku Jawa di

tanah Sumatera Utara.

Page 47: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

31

2.2 Letak Geografis dan Wilayah Kecamatan Medan Selayang

Kondisi fisik Kecamatan Medan Selayang secara geografis berada

diwilayah Barat Daya Kota Medan yang merupakan dataran kemiringan 0-5%.

Wilayah-wilayah yang berdekatan yang berbatasan langsung dengan Kecamatan

Medan Selayang adalah :

Sebelah Utara : Kecamatan Medan Baru dan Medan Sunggal

Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Tuntungan dan Medan Johor

Sebelah Timur : Kecamatan Medan Polonia

Sebelah Barat : Kecamatan Medan Sunggal Kabupaten

Deli Serdang

Kecamatan Medan Selayang terbagi menjadi 6 (enam) kelurahan dan 63

(enam puluh tiga) lingkungan. Adapun luas Kecamatan Medan Selayang adalah

+/- 2.379 ha, disusul Kelurahan Tanjung Sari dengan luas +/- 510 ha, Kelurahan

Sempakata dengan Luas +/- 510 ha, dan yang terkecil adalah Kelurahan Beringin

dengan luas +/- 78 ha.

Page 48: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

32

Peta 2.1

Peta Kota Medan dan Kecamatan Medan Selayang

Sumber : http://www.pemkomedan.go.id

Kecamatan Medan Selayang adalah salah satu dari 21 kecamatan yang

berada di bagian Barat Daya Wilayah Kota Medan. Sebelum menjadi Kecamatan

Defenitif, terlebih dahulu melalui proses Kecamatan Perwakilan. Sesuai dengan

keputusan Kepala Daerah Tingkat 1 Sumatera Utara Nomor: 138/402/K/1991

tentang Penetapan dan Perubahan 10 (sepuluh) Perwakilan Kecamatan yang

merupakan pemekaran Wilayah Kecamatan Medan Baru, Medan Sunggal, dan

Medan Tuntungan dengan nama “Perwakilan Kecamatan Medan Selayang”

dengan 5 Kelurahan. Kantor masih menyewa bangunan rumah berukuran 6 x 12 m

di jalan Bunga Cempaka Kelurahan Padang Bulan Selayang II.

Page 49: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

33

Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

51 Tahun 1991 tentang Pembentukan beberapa Kecamatan di Sumatera Utara,

termasuk 8 (delapan) Kecamatan Pemekaran di Kota Medan secara resmi

Perwakilan Kecamatan Medan Selayang menjadi Kecamatan defenitif yaitu

Kecamatan Medan Selayang. Adapaun kantornya telah menempati bangunan

permanen dengan luas tanah +/- 2000 m2 dan luas bangunan 396 m2 dan dibangun

diatas bantuan partisipasi pihak ketiga/masyarakat.

Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Gubenur Sumatera Utara Nomor:

146.1/1101/K/1994 tentang Pembentukan 7 (tujuh) Kelurahan Persiapan di Kota

Medan. Berdasarkan itulah Kecamatan Medan Selayang berkembang dari 5

kelurahan menjadi 6 kelurahan, yaitu Kelurahan Sempakata.

Sejak terbentuknya Perwakilan Kecamatan Medan Selayang dari tahun

1991 sampai dengan sekarang, wilayah ini telah di pimpin oleh beberapa camat.

Daftar nama camat yang pernah memimpin di Kecamatan Medan Selayang dapat

dilihat pada Tabel 2.1 sebagai berikut.

Table 2.1

Daftar Nama Camat yang Pernah Memimpin di Kecamatan Medan Selayang

No Nama Pejabat Masa Bakti

1 OK Lailan Zaitun 1991 - 1993

2 Drs.Farid Wajedi, Msi 1993 - 1998

3 Drs. Parluhutan Hasibuan 1998 – 2000

4 H. Syarifuddin, SH 2000 – 2006

5 M. Reza Hanafi, S.STP, M.AP 2006 – 2009

Page 50: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

34

6 Drs. Halim Hasibuan 2009 – 2012

7 Zulfakhri Ahmadi S.Sos 2012 - Sekarang

Sumber: Kantor Kecamatan Medan Selayang

2.3 Mata Pencaharian

Orang Jawa meskipun pada umumnya di ketahui sebagai penghuni daerah

agraris, mereka sejak zaman dahulu melakukan perpindahan dalam berbagai

bentuk seperti perdagangan, migrasi secara spontan, dan sebagainya. Sebagai

pedagang, umpamanya, mereka terkenal bergerak antar pulau-pulau di Nusantara,

terutama membawa beras dan tekstil (Sartono Kartodirjo, 1988:10). Seiring

perkembangan zaman, kehidupan ekonomi masayarkat Jawa yang ada di

Sumatera Utara mengalami perkembangan pesat. Kini orang Jawa di Kota Medan,

khususnya di Kecamatan Medan Selayang banyak yang telah menggeluti berbagai

bidang-bidang pekerjaan lainnya seperti pegawai negeri sipil (PNS), tenaga

pendidik (guru dan dosen), wiraswasta, mekanik, buruh, seniman, tentara dan

polisi, wartawan, dan lain-lain sebagainya.

Kampung Jawa di sana-sini di bangun sejak zaman dahulu, seperti di

daerah Deli terdapat permukiman orang Jawa kira-kira 500 orang yang disebut

kota Jawa (Luckman Sinar, 1985:6), dan daerah Asahan sekitar Pasir Putih di

katakan sebagai pemukiman orang Jawa beberapa abad sebleum kunjungan John

Anderson (John Anderson, 1971:136). Di Semanjung Malaya juga terdapat

sejumlah migrant orang Jawa yang kini sudah turun temurun dan menetap di situ.

Page 51: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

35

Table 2.2

Komposisi Mata Pencaharian Penduduk menurut Kelurahan di

Kecamatan Medan Selayang Tahun 2011

No Kelurahan Pegawai

Negeri

Pegawai

Swasta

ABRI Petani

1 Sempakata 421 1730 41 402

2 Beringin 396 2322 42 283

3 PB Selayang II 1886 721 574 198

4 PB Selayang I 336 1376 47 196

5 Tanjung Sari 651 2026 79 277

6 Asam Kumbang 437 484 819 301

JUMLAH 4127 8659 1602 1657

Sumber: Kantor Lurah se-Kecamatan Medan Selayang

Berdasarkan data Kantor Lurah se Kecamatan Medan Selayang tahun 2011

di atas dapat disimpulkan bahwa mata pencaharian penduduk Kecamatan Medan

Selayang kebanyakan adalah pegawai swasta atau buruh.

2.4 Sistem Religi dan Kepercayaan

2.4.1 Agama

Mayoritas penduduk Kecamatan Medan Selayang memeluk agama Islam,

yaitu sebanyak 76.292 orang dari jumlah keseluruhan dari se-kecamatan. Sisanya

sebanyak 40.553 orang memeluk agama Kristen, pemeluk agama Khatolik

Page 52: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

36

sebanyak 7.368 orang dan pemeluk agama Hindu sebanyak 1.234 orang, dan

sisanya memeluk agama Budha sebanyak 1.423 orang. Dari uraian di atas dapat

di ketahui bahwa keberadaan agama Islam sangatlah besar, sehingga potensi

masyarakat suku Jawa dapat di ketahui 50% keberadaannya di Kecamatan Medan

Selayang.

Tabel 2.3

Komposisi Penduduk di Kecamata Medan Selayang

Berdasarkan Agama Tahun 2013

No

WIL

Nama Kecamatan ISLAM KRISTEN KHATOLIK HINDU BUDHA

21 Medan Selayang

1001 Asam Kumbang 17.670 2.947 478 292 1.111

1002 Tanjung Sari 27.654 10.406 1.879 276 152

1003 PB Selayang II 15.520 10.236 1.710 445 101

1004 Beringin 3.338 5.311 1.155 8 1

1005 PB Selayang I 7.819 4.509 631 212 40

1006 Sempakata 4.291 7.144 1.515 1 8

Jumlah/Kecamatan 76.292 40.553 7.368 1.234 1.423

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2014

Umumnya masyarakat Jawa yang akan melakukan hajatan, sebelumnya

mereka harus menentukan kapan hajatan itu akan dilaksanakan. Untuk melakukan

hajat terlebih dahulu mereka harus menentukan hari baik, hal ini dilakukan untuk

menghindari naas yaitu hari yang di anggap tidak baik atau pantang. Jika hajat di

lakukan bertepatan dengan geblak yaitu saat meniggalnya salah seorang

Page 53: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

37

keluarganya, maka hari tersebut harus segera di hindari agar tidak ada kejadian

buruk yang akan menimpa mereka.

Berdasarkan tingkat kemurnian dan ketaatan pelaksanaanya ajarannya,

masyarakat Jawa membedakan pemeluk agama menjadi dua kelompok, yaitu: (1)

Wong Putihan, yaitu orang putih yang dimaksud adalah orang-orang Jawa yang

Taat menjalankan ibadah dengan ajaran Islam; (2) Wong Lorek, yaitu orang yang

badannya belang-belang hitam dan putih, maksudnya adalah orang yang meyakini

terhadap ajaran agama Islam tetapi tidak menjalankan ritual peribadatannya

terutama shalat, namun mencampurkan unsur-unsur di luar Islam.

Faktor utama yang menjadi pembeda antara Wong Putihan dan Wong

Lorek adalah ketaatannya menjalankan ajaran agama Islam yaitu berupa shalat,

puasa, zakat, dan naik haji bagi yang mampu. Seseorang yang menjalankan shalat

lima waktu dengan rajin di golongkan ke dalam kelompok Wong Putihan

meskipun praktek kehidupan keagamanaanya mencampur dengan unsur-unsur di

luar Islam. Sedangkan Wong Lorek di berikan kepada orang yang mengaku Islam

tetapi tidak mau menjalankan ritual secara Islam terutama shalat (Nursilah,

2001:51).

2.4.2 Upacara-upacara Tradisional dalam Lingkaran Suku Jawa

Suku Jawa yang terdapat di kota Medan, khusunya di Kecamatan Medan

Selayang yang mempunyai golongan ekonomi menengah ke atas, sebagian besar

masih melaksanakan berbagai upacara yang terdapat dalam adat-istiadat

kebuadayaan mereka. Upacara-upacara yang masih di laksanakan pada dasarnya

hanya besifat simbolis, artinya upacara-upacara itu hanya menggambarkan suatu

Page 54: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

38

tujuan luhur yang diharapakan oleh pelakunya. Adapaun upacara-upacara itu

adalah seperti yang disebut dibawah ini, yang mana penjelasannya dari setiap

upacara penulis dapatkan dari berbagai sumber. Sebagai orang Jawa, sebahagian

upacara ini pernah penulis saksikan.

2.4.2.1 Upacara Kehamilan dan Kelahiran

Upacara pada saat kehamilan ada 2 tahapan, yaitu pada saat kandungan

berusia tujuh bulan (upacara tingkepan). Kemudian diteruskan pada saat

kandungan berusia sembilan bulan (slametan mumuli sedherek).

Upacara tingkeban disebut juga mitoni berasal dari kata pitu yang artinya

tujuh (Bratawidjaja, 1993:21). Upacara tingkeban ini di laksanakan apabila usia

kehamilan seseorang berusia tujuh bulan dan merupakan kehamilan yang pertama

kali. Upacara tingkeban mempunyai makna bahwa pendidikan bukan saja di

berikan setelah dewasa, akan tetapi semenjak benih tertanam di dalam rahim

seseorang anak perlu di beri pendidikan (Bratawidjaja, 1993:21).

Upacara tingkeban ini hanya sebagai pengharapan saja, dan belum

merupakan suatu kepastian. Tujuan dari pelaksanaan upacara tingkeban adalah

untuk merayakan kandungan yang berusia tujuh bulan, memberitahukan tentang

bakal adanya suatu peristiwa kelahiran, mencerminkan perasaan cemas dalam hal

menghadapi kelahiran, serta mengharapakan bayi yang akan lahir dapat dengan

mudah dan selamat.

Pelaksanaan upacara tingkeban yang ada di Kota Medan, khususnya di

Kecamatan Medan Selayang biasanya di lakukan oleh suku Jawa yang

mempunyai tingkatan ekonomi golongan menengah keatas karena untuk

Page 55: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

39

melaksanakan upacara tingkeban ini di perluakan biaya yang banyak. Sementara

suku Jawa yang memiliki tingkatan ekonomi golongan bawah, untuk

merayakannya hanya mengirimkan nasi yang berisi lauk-pauk dan di bungkus

dengan daun (kertas bungkus dan atau sejenisnya) sering disebut dengan berkat.

Tujuannya adalah sama seperti yang telah disebutkan di atas.

Upacara melahirkan di lakukan setelah jabang bayi sudah lahir, ari-ari

(plasenta) bayi di bersihkan oleh ayahnya. Menurut kepercayaan suku Jawa, ari-

ari di anggap sebagai saudara kembar dari bayi yang menemani bayi selama

dalam kandungan ibunya, sejak janin terbentuk hingga saat dilahirkan (Wardoyo,

n.d.:6).

Koentjaraningrat (1984:353) menyebutkan bahwa setelah tali pusat lepas,

maka bagi masyarakat suku Jawa mengadakan upacara pupur puser. Upacara

pupur puser ini di laksanakan pada malam hari setelah tali pusat lepas. Suku

Jawa yang ada di kota Medan tidak pernah melaksanakan upacara pupur puser,

Hal ini disebabkan mungkin bahwa suku Jawa di Kota Medan sudah mempunyai

pandangan yang tidak ingin terlalu terikat oleh adat-istiadatnya. Yang masih di

laksanakan adalah apabila tali pusat telah lepas, selanjutnya di bersihkan dan di

jemur hingga kering. Setelah itu di simpan oleh ibu bayi. Sebagian masyarakat

suku Jawa yang berada di lingkungan orang Jawa masih melaksanakan adat dalam

melakukan upacara kelahiran tersebut yang prosesinya di lakukan dengan cara

menggendong tali pusat oleh ayah sang bayi yang telah di letakkan di dalam

wadah mangkuk atau piring yang telah di tutup yang kemudian di kubur di sekitar

depan pintu atau samping pintu rumah bagian depan, yang kemudian setelah di

Page 56: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

40

kubur di beri pagar dari bambu-bambu. Pada setiap malam, kuburan tali pusat

tersebut di pasangi lampu teplok selama lebih kurang 30 hari.

2.4.2.2 Upacara Perkawinan

Upacara perkawinan merupakan tahapan penting dan sakral dalam

kehidupan seseorang. Dalam tradisi budaya Jawa, perkawinan selalu di warnai

dengan serangkaian upacara yang mengandung nilai-nilai luhur, yang

mengajarkan perlunya keseimbangan, keselarasan serta interaksi dengan alam,

sosial dan sang Pencipta alam semesta. Iringan gamelan baik secara langsung

maupun tidak langsung yang sangat dramatis dan magis mewarnai suasana hingga

terasa lebih istimewa.

Sebelum pernihakan dimulai, banyak ritual dan upacara yang harus

dilakukan. Mulai dari sebelum di laksanakan akad nikah hingga resepsi

pernikahan usai. Begitu banyak hal-hal yang harus di lengkapi, tata cara yang

harus di ikuti sesuai urutannya, pakaian yang harus di persiapkan, dan lain

sebagainya.

Untuk mencapai itu semua, penggambaran secara singkat upacara

perkawinan pada suku Jawa maka di perlukan serangkaian upacara adat, yang di

mulai dengan: (1) lamaran yaitu mengajukan permohonan memperistri seorang

anak perempuan untuk seorang anak laki-laki, (2) srah-srahan yaitu menyerahkan

barang-barang kepada pihak perempuan sebagai tanda ikatan resmi (peningset),

(3) pasang tratak yaitu mendirikan tenda untuk kepentingan upacara perkawinan.

(4) siraman yaitu memandikan kedua calon pengantin dengan air bunga setaman7

7 Bunga setaman atau kembang setaman adalah ramuan wewangian yang biasanya terdiri

dari tujuh macam bunga dan dedaunan, seperti bunga mawar, melati, pandan, jeruk nipis, dan lain-

Page 57: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

41

agar suci lahir dan bathin, (5) ngerik dan dodolan dawet yaitu menghilangkan

bulu-bulu halus yang ada di kening pengantin perempuan untuk memudahkan

merias wajah dan menjual es cendol (dawet) khas Suku Jawa yang di lakukan

oleh kedua orang tua mempelai calon pengantin perempuan dengan maksud agar

pesta perkawinan yang akan di laksanakan dapat di hadiri oleh orang banyak, (6)

midodareni yaitu secara simbolis malam menunggu kedatangan Dewi Nawang

Wulan untuk merestui perkawinan tersebut, (7) langkahan yaitu pengantin

perempuan meminta izin kepada kakak/abang yang belum menikah karena

pengantin perempuan akan menikah terlebih dahulu, (8) ijab Kabul yaitu suatu

acara yang mensahkan seorang pria dengan seorang perempuan sebagai suami-

istri. (9) panggih yaitu suatu upacara pertemuan pengantin perempuan dengan

pengantin pria melalui serangkaian ritual ataupun prosesi yang di saksikan oleh

seluruh keluarga dan para undangan, (10) kirab pengantin yaitu membawa kedua

pengantin atau arak-arakan menuju ruang ganti pakaian, (11) ngunduh mantu

yaitu membawa pengantin perempuan ketempat kediaman pengantin pria

(Harpi,1988:138). Dalam skripsi ini akan penulis uraikan secara lengkap tentang

tahapan upacara perkawinan.

2.4.2.3 Upacara Selametan

Selamatan atau selametan adalah sebuah tradisi ritual yang di lakukan oleh

masyarakat Jawa dengan tujuan untuk memperoleh keselamatan bagi orang yang

bersangkutan. Clifford Geertz (1969: 126) antara lain menulis tentang selamatan

sebagai upacara kecil di dalam sistem religius Jawa. Acara ini biasanya di hadiri

lain. Ketujuh bunga ini dalam kebudayaan masyarakat Jawa biasanya berkaitan dengan dunia supernatural yang memang dipercayai masyarakatnya.

Page 58: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

42

oleh para tetua desa, tetangga dekat, sanak saudara, dan keluarga inti. Setelah

selametan selesai, tetamu biasanya akan di bawakan aneka penganan basah (nasi,

lauk pauk, dan tambahan snack atau kue-kue) atau makanan kering (mi instan,

kecap, minyak goreng, saus tomat, saus sambal) yang di nama-

kan besekan atau berkat.

Upacara selamatan merupakan salah satu tradisi yang di anggap dapat

menjauhkan diri dari mala petaka. Selametan adalah konsep universal, di mana di

setiap tempat pasti ada dengan nama yang berbeda. Hal ini karena kesadaran akan

diri yang lemah di hadapan kekuatan-kekuatan di luar diri manusia. Secara

tradisional acara selamatan di mulai dengan doa bersama, dengan duduk bersila di

atas tikar, melingkari nasi tumpeng dengan lauk pauk dan sesaji ( kalau ada).

Sesaji yang di adakan untuk mengiringi upacara selamatan tersebut, maksud dan

tujuannya adalah seperti doa. Intinya adalah bersyukur kepada Allah S(Tuhan)

dan semoga dengan berkah-Nya, segala tugas akan di laksanakan dengan selamat,

baik, benar, dan membawa kesejahteraan dan kemajuan yang lebih baik. Nasi

tumpeng komplit sebenarnya mempunyai makna sebagai doa dan sesaji.

Praktik upacara selametan sebagaimana yang di ungkapkan oleh Hildred

Geertz pada umumnya di anut oleh kaum Islam Abangan, sedangkan bagi kaum

Islam Putihan (santri), praktik selametan tersebut tidak sepenuhnya dapat di

terima, kecuali dengan membuang unsur-unsur syirik yang menyolok seperti

sebutan dewa-dewa dan roh-roh. Karena itu, bagi kaum santri, selametan adalah

upacara doa bersama dengan seorang pemimpin atau modin (pemimpin agama)

yang kemudian di teruskan dengan makan-makan bersama sekadarnya dengan

Page 59: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

43

tujuan untuk mendapatkan keselamatan dan perlindungan dari Allah Yang Maha

Kuasa.

a. Jenis-Jenis Upacara Selametan Upacara selametan di lakukan untuk merayakan hampir semua kejadian,

termasuk kelahiran, kematian, pernikahan, pindah rumah, dan sebagainya. Geertz

mengkategorikan mereka ke dalam empat jenis utama:

(1) Yang berkaitan dengan kehidupan: kelahiran, khitanan, pernikahan,

dan kematian.

(2) Yang terkait dengan peristiwa perayaan Islam, misalnya Maulid Nabi.

(3) Bersih desa (“pembersihan desa”), berkaitan dengan integrasi sosial

desa.

(4) Kejadian yang tidak biasa misalnya berangkat untuk perjalanan

panjang, pindah rumah, mengubah nama, kesembuhan penyakit,

kesembuhan akan pengaruh sihir, dan sebagainya.

Perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi dan pengaruh

luar/asing selalu membawa perubahan termasuk dalam upacara

tradisional/selametan. Adapun selametan yang masih dilakukan yaitu:

a. Upacara tingkeban atau mitoni.

Pada acara tingkeban atau mitoni biasanya di adakan selamatan untuk usia

kandungan tujuh bulan. Tujuan mitoni atau tingkeban agar ibu dan janin

selalu dijaga dalam kesejahteraan dan keselamatan (wilujeng, santosa,

jatmika, rahayu)

b. Babaran, dekat menjelang kelahiran, beberapa orang mengadakan

slamatan kecil dengan anggota keluarga saja, yang hidangannya terdiri

Page 60: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

44

dari sepiring jenang (dodol pulut) dengan sebuah pisang yang telah

dikupas di tengahnya untuk melambangkan kelahiran yang lancar.

c. Sepasaran, lima hari sesudah selamatan pertama untuk bayi

diselenggarakan, sebuah selamatan yang agak lebih besar, pasaran dan

pemberian nama si bayi.

d. Selapan, saat bayi berumur 35 hari, di adakan upacara selapanan. Acara

ini biasanya juga diadakan acara selamatan. Pada upacara ini, untuk

pertama kali bayi di potong rambutnya. Biasanya yang memotong adalah

nenek si bayi.

e. Tedhak siten, selametan pada acara tedhak siten ini di lakukan saat bayi

berumur 6 bulan atau pitung weton. Sarana pada slametan ini adalah beras

kuning yang dicampur dengan uang anggris (ringgit), wukon (uang

setengan rupiah, sekarang Rp 500), talen salaka (uang 25 sen yang terbuat

dari logam berwarna putih, sekarang uang logam berapa saja, padi satu

genggam, dan kapas satu dhompol (untai).

f. Sunat, upacara selamatan pada acara sunatan biasanya di lakukan saat

anak laki-laki berusia 16 tahun atau sesudah tamat sekolah dasar

(SD). Sunat merupakan kewajiban bagi para pemeluk agama Islam.

g. Weton atau wetonan adalah peringatan hari lahir setiap 35-tiga puluh lima

hari sekali. Pada waktu-waktu tertentu, orang melakukan

peringatan weton dengan cara mengadakan selamatan dengan mengundang

beberapa kerabat atau kenalan baiknya. Pada saat seperti itu, biasanya

sesaji lebih komplit, termasuk nasi tumpeng dan lauk pauknya dan lain

Page 61: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

45

sebagainya. Sesudah di adakan doa bersama, di lanjutkan dengan

menyantap hidangan.

h. Perkawinan, di dalam Islam, selamatan perkawinan disebut juga

midadareni, di selenggarakan pada malam hari menjelang upacara yang

sebenarnaya.

i. Kematian, selametan ini untuk menyelamatkan jiwa orang yang sudah

meninggal. Perjalanan selamatan ini mendapat pengaruh ajaran Hindu dan

Budha. Akan tetapi, yang di ganti itu hanyalah mantranya atau doanya.

Prinsip dari selamatan itu sendiri masih tetap. Setelah agama Islam masuk,

berbagai tata cara dan mantranya diubah disesuaikan dengan prinsip-

prinsip ajaran Islam.

Di samping upacara yang telah di uraikan di atas, keluarga Jawa juga

mengenal pula berbagai upacara selamatan lain yang di sebabkan oleh kasus

tertentu. Misalnya selametan dalam rangka lingkaran hidup seseorang, selametan

yang bertalian dengan bersih desa, penggarapan tanah pertanian dan setelah

panen, dan selametan pada saat-saat tidak tertentu atau yang berkenaan dengan

kejadian-kejadian seperti mengadakan perjalanan jauh, menempati rumah

kediaman baru, menolak bahaya (ngruwat), janji kalau sembuh dari sakit (kaul),

dan lain-lain. Tujuannya tidak lain untuk memperoleh keselamatan bagi orang

yang bersangkutan khususnya dan bagi keluarga pada umumnya. Tujuan pokok

dari upacara ini tidak lain adalah untuk mencari keselamatan. Kegiatan selametan

menjadi tradisi hampir seluruh kehidupan di padusunan Jawa. Ada bahkan yang

meyakini bahwa selametan adalah syarat spiritual yang wajib dan jika di langgar

akan mendapatkan ketidakberkahan atau kecelakaan.

Page 62: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

46

Selametan adalah konsep universal yang di setiap tempat pasti ada dengan

nama yang berbeda-beda. Nama-nama yang berbeda-beda tersebut anara lain

adalah:

(1) Bancaan adalah upacara sedekah makanan karena suatu hajat leluhur,

yaitu yang berkaitan dengan problem dum-duman (pembagian) terhadap

kenikmatan, kekuasaan, dan kekayaan. Maksudnya agar terhindar dari

konflik yang disebabkan oleh pembagian yang tidak adil.

(2) Kenduren/Kenduri adalah upacara sedekah makanan karena seseorang

telah memperoleh anugrah atau kesuksesan sesuai dengan apa yag dicita-

citakan. Dalam hal ini kenduren mirip dengan acara tasyakuran. Acara

kenduren bersifat porsonal. Undangan biasanya terdiri dari kerabat, kawan

sejawat, dan tetangga.

b. Perkembangan Upacara Selametan Pada Masa Sekarang

Upacara-upacara selametan sebagai salah satu wujud budaya, selalu

mengalami perubahan-perubahan dan perkembangan-perkembangan. Hal ini di

sebabkan adanya perubahan pola pikir dari masyarakat pemangku budaya,

teknologi dan agama. Perubahan pola pikir, teknologi, dan agama ini akan

berpengaruh secara langsung terhadap sarana dan prosesi dalam upacara

selametan. Meskipun demikian namun ternyata masih ada sebagian masyarakat

Jawa yang masih mempertahankan nilai-nilai tradisional. Hal tersebut terlihat

dengan adanya pelaksanaan berbagai macam upacara, misalnya kematian,

pendirian rumah, dan lain-lain, termasuk upacara panggih. Sebagian masyarakat

tradisional ini, takut meninggalkan kebiasaan yang telah mengakar dalam segi-

Page 63: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

47

segi kehidupan mereka, dan masih setia mempertahankan tradisi peninggalan

leluhurnya.

Pada awalnya upacara selametan di pengaruhi unsur Animisme-

Dinamisme yang paling menonjol pada pelaksanaan selamatan, terutama

selamatan yang di laksanakan oleh orang Islam Kejawen. Dalam pola umum

selametan yang mereka lakukan, yang terdiri dari peserta selamatan, doa dan

hidangan atau sajian, di dalamnya nampak unsur-unsur Animisme-Dinamisme

yang cukup menonjol. Upacara selamatan yang berasal dari

kepercayaan Indonesia asli (Animisme-Dinamisme), setelah mendapat pengaruh

dari Hindu-Budha, pada perkembangan berikutnya juga mendapat pengaruh dari

Islam. Unsur Islam memang tidak begitu menonjol, akan tetapi dalam beberapa

hal, Islam cukup besar peranannya dalam memodifikasi selametan. Dalam

beberapa jenis selamatan ada yang mengesankan bahwa selametan itu seolah-olah

dari budaya Islam semata. Lebih-lebih jika yang menyelenggarakan selametan itu

dari kalangan Islam santri. Biasanya dari kalangan santri, praktik selamatan

tersebut tidak sepenuhnya dapat di terima, kecuali dengan membuang unsur-unsur

syirik yang menyolok seperti sebutan dewa-dewa, roh-roh, dan sesaji. Namun

pada masa sekarang, hal tersebut tidak hanya di lakukan oleh para santri saja

namun juga hampir seluruh masyarakat Jawa tidak mengadakan sesaji pada

upacara selamatan.

2.5 Sistem Kekerabatan

Sebelum penulis menguraikan tentang sistem kekerabatan pada

masyarakat Jawa secara umum, terlebih dahulu akan penulis kemukakan defenisi

Page 64: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

48

masyarakat menurut Koentjaraningrat (1977:103) yang mengatakan bahwa

masayarakat adalah kesatuan hidup manusia yang terikat oleh suatu sistem adat-

istiadat tertentu.

Orang-orang Jawa memiliki sistem kekerabatan, yang disebut bebrayat.

Menurut Bapak Subanindyo Hadiluwih, seorang tokoh masyarakat Jawa di

Sumatera Utara, bebrayat berasal dari kata brayat berarti sistem berkeluarga

dalam arti luas, yaitu keluarga inti, batih, atau keluarga budaya. Sistem

kekerabatan ini di landasi oleh sikap gotong royong, dengan konsep sepi ing

pamrih, rame ing gawe, artinya tidak mengharapkan balasan pamrih, dan

mengutamakan kerja bersama-sama. Dengan menggunakan sistem ini, mereka

meyakini bahwa semua manusia adalah keluarga, namun dalam penjabaran

tanggung jawab selalu di konsepkan dengan paseduluran: sedulur tunggal

kringkel merupakan saudara lahir daripada ibu dan ayah yang sama; sedulur

kuwalon yaitu saudara lain ayah tetapi ibunya sama, atau sebaliknya saudara lain

ibu namun ayahnya sama, dan saudara tiri; sedulur misanan merupakan saudara

satu nenek atau satu kakek, yang mencakup kandung atau tiri; sedulur mindoan

adalah saudara satu buyut (orang atau kakek atau nenek) berlaku baik untuk

saudara kandung atau tiri; sedulur mentelu yaitu saudara canggah (buyutnya ayah

dan ibu) baik saudara kandung atau tiri; bala yaitu menurut anggapan mereka

masih saudara, namun dari silsilah sudah tidak terlacak kedudukannya, dan di

sebabkan oleh interaksi mereka, karena kebutuhan yang erat, misalnya pekerjaan

yang sama, sering berkomunikasi, dan sejenisnya; tangga yang konsepnya tidak

terbatas pada letak rumah yang berdekatan saja, tetapi dalam kepentingan tertentu

mereka saling membutuhkan.

Page 65: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

49

Orang-orang Jawa yang ada di Sumatera Utara sekarang, secara umum

mengalami transformasi-transformasi budaya. Di satu sisi mereka ingin

mempertahankan budaya leluhurnya yang berasal daripada pulau Jawa, di sisi lain

mereka juga harus berinteraksi dengan berbagai etnik setempat dan pendatang

lainnya di Sumatera Utara yang pesat perkembangan ekonominya. Orang-orang

Jawa ini mata pencaharian utamanya adalah bertani dengan menggarap lahan

untuk perkebunan kelapa sawit, getah karet, dan kopra.

Sistem kekerabatan masyarakat Jawa berdasarkan prinsip keturunan

bilateral. Semua kakak laki-laki serta kakak perempuan ayah dan ibu, beserta istri

dan suami mereka masing-masing di klarifikasikan menjadi satu, yaitu dengan

istilah siwa atau uwa. Sedangkan adik-adik dari ayah atau ibu diklarifikasikan

kedala dua golongan yang berbeda menurut jenis kelamin, yaitu paman bagi adik

laki-laki dan bibi bagi adik perempuan.

Pada masyarakat berlaku adat-adat yang menentukan bahwa dua orang

tidak boleh saling menikah apabila: saudara kandung, yaitu anak dari dua orang

saudara sekandung laki-laki, pancer lanang, yaitu: pihak laki-laki lebih muda

menurut ibunya dari pihak perempuan. Adapun perkawinan yang di perbolehkan

adalah perkawinan antara dua orang yang tidak terikat karena hubungan-hubungan

kekerabatan seperti tersebut di atas. Dalam perkawinan masyarakat Jawa dikenal

beberapa istilah sebagai berikut: ngarang wulu, yaitu perkawinan seorang duda

dengan seorang wanita salah satu adik almarhum istrinya, wayuh, yaitu

perkawinan lebih dari seorang istri (poligami), kumpul kebo, yaitu laki-laki dan

perempuan yang tinggal dalam satu rumah, sudah atau belum mempunyai anak

dalam kurun waktu tertentu tetapi belum menikah secara agama dan sosial. Hal

Page 66: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

50

ini merupakan suatu bentuk perkawinan menyimpang dari tradisi dan ajaran

agama, pisah kebo, yaitu berpisahnya suami-istri tetapi tidak diikuti oleh

perceraian secara resmi.

Sistem istilah panggilan kekerabatan suku Jawa biasanya dibatasi oleh

kedudukan seorang sebagai anggota kelompok kerabatnya, yang dapat di mengerti

dari sebutan atau istilah-istilah yang di gunakan dalam kelompok kerabatnya. Hal

ini dapat di lihat dalam kehidupan sehari-hari untuk menyapa seseorang. Untuk

istilah panggilan kekerabatan pada suku Jawa, penulis melihat tulisan Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan (1977:16-20) seperti berikut:

1. Mbah canggah/eyang canggah: orang tua laki-laki atau perempuan yang berada

tiga tingkat di atas ayah atau ibu.

2. Mbah buyut : orang tua laki-laki atau perempuan yang berada dua tingkat di

atas ayah atau ibu.

3. Mbah eyang: orang tua kandung ayah atau ibu.

4. Bapak/rama: ayah kandung, mertua laki-laki, besan (orang tua laki-laki

menantu).

5. Ibu/si mbok : ibu kandung, mertua perempuan, besan (orang tua permpuan

menantu).

6. Pakde: saudara laki-laki kandung/sepupu ayah atau ibu yang umur lebih tua,

suami bude.

7. Bude: saudara perempuan kandung/ sepupu ayah atau ibu yang umurnya lebih

tua, istri pakde.

8. Paman/paklik: saudara laki-lai kandung/sepupu ayah atau ibu yang umurnya

lebih muda, suami buklik.

Page 67: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

51

9. Bibi/buklik: saudara perempuan kandung/sepupu ayah atau ibu yang umurnya

lebih muda, istri paklik.

10. Mas/kakang mas: abang kandung, abang ipar, anak laki-laki pakde/bukde

(walaupun umurnya lebih muda).

11. Mbak/mbakyu: kakak kandung, kakak ipar, anak perempuan pakde/bude

(walaupun umurnya masih muda).

12. Adhi/dhimas: adik kandung laki-laki, adik ipar laki-laki, anak laki-laki

paklik/buklik (walaupun umurnya lebih tua).

13. Adhi/dhiajeng: adik kandung perempuan, adik ipar perempuan, anak

perempuan paklik/buklik (walaupun umurnya lebih tua).

2.6 Kesenian

2.6.1 Musik Campur Sari

Musik campur sari adalah perpaduan antara alat musik gamelan dengan

alat musik di luar kebudayaan Jawa. Alat musik ini antara lain adalah keyboard,

drum, bass, gitar, gendang. Perpaduan ini membuat musik yang berbeda, karena

kedua jenis musik antara gamelan dengan campur sari mempunyai gaya, teknik

permainan, karakteristik nada yang berbeda. Dalam permainannya kedua musik

ini saling mengisi antara satu dengan yang lainnya. Perpaduan antara alat musik

tradisi gamelan dengan alat musik modern menghasilkan nada-nada yang baru

dan indah. Inilah yang dimaksud dengan campur sari.

Dalam perkembangannnya musik campur sari ini menyebar keberbagai

daerah yang ada di Indonesia di lingkungan masyarakat Jawa pada khususnya.

Terutama daerah yang ada masyarakat Jawa termasuk kota Medan. Di mana

Page 68: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

52

daerah kota Medan banyak terdapat masyarakat Jawa. Baik yang datang secara

merantau dari pulau Jawa ataupun yang lahir di Medan.

Musik campur sari berkembang di Kota Medan berawal pada tahun 2000.

Ketika seorang pegawai Dinas Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG)

sekaligus pemusik yang bernama Bapak Sunardi berkunjung ke pulau Jawa,

Sepulang dari Jawa, muncul ide ingin membuat musik campur sari di kota

Medan. Keinginan ini di wujudkan dengan membentuk group musik yang

bernama Krido Laras. Pada awalnya, kegiatan musik Krido Laras hanya untuk

tempat berkumpulnya pemusik dan sebagai sarana latihan antara Bapak Sunardi

dengan teman-temannya yang aktif di paguyuban warga Yogyakarta. Seiring

berjalannya waktu, group Krido Laras mulai tampil di acara paguyuban Yogya

yang ada di Kota Medan. Musik yang di tampilkan hanya untuk di konsumsi oleh

sesama mereka yang tergabung dalam paguyuban (lebih jauh lihat skripsi

Manrihot M. Sinaga, Deskripsi Musik Campur sari Krido Laras dalam Konteks

Hiburan Pada Masyarakat Jawa dikota Medan, 2010).

2.6.2 Kuda Lumping

Berbicara mengenai kesenian tradisonal masyarkat Jawa, kesenian Kuda

Lumping merupakan salah satu warisan budaya peninggalan nenek moyang

masyakarat Jawa dalam bentuk kesenian tradisional. Kesenian Kuda lumping

juga terdapat di berbagai daerah di Indonesia, dengan versi yang berbeda-beda

terutama yang ada di Kota Medan, Khususnya Medan Selayang sering

menyebutnya sebagai kuda kepang. Kesenian Kuda Lumping menampilkan

sekelompok prajurit tengah menunggah kuda yang terbuat dari bambu yang di

Page 69: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

53

anyam dan dipotong menyerupai bentuk kuda. Anyaman kuda ini dihias dengan

cat dan kain beraneka warna. Tarian kuda lumping biasanya hanya menampilkan

adegan prajuroit berkuda, akan tetapi beberapa penampilan kuda lumping juga

menyuguhkan atraksi kesurupan, kekebalan, dan kekuatan magis. Seperti aktraksi

memakan beling kaca dan kekebalan tubuh terhadap deraan pecut (Purwadi,

2005:33).

Alat musik yang di pakai lebih sederhana dari seni karawitan, hanya

terdiri dari kendang, gong, gamelan pelog, dan kenong yang bahan materialnya

berasal dari sisa drum yang telah di olah melalui sistematika pembuatannya, dan

selompret (terompet khas kuda lumping). Kesenian tari kuda lumping ini yang di

ketahui berasal dari Jawa Timur sangat popular di kota Medan khususnya di

Kecamatan Medan Selayang. Biasanya kuda lumping ini di tampilkan dalam

acara-acara tertentu misalnya menyambut tamu kehormatan, pesta sunatan, acara

khusus misalnya pada hari kemerdekaan, sebagai acara syukuran atas doa yang

di kabulkan Yang Maha Kuasa.

Dengan demikian masyarakat Jawa yang ada di Sumatera Utara, termasuk

yang ada di Kecamatan Medan Selayang Kota Medan, dalam proses strategi

budayanya adalah tetap mempertahankan budaya Jawa, sebagai budaya leluhurnya

di satu sisi. Namun di sisi lainnya, mereka juga berusaha untuk beradaptasi

dengan situasi sosial dan budaya yang terdapat di Sumatera Utara. Konteks yang

sedemikian rupa ini adalah sebagai sebuah upaya mempertahankan identitas etnik

dan juga sekaligus sebagai bagian dari masyarakat Sumatera Utara yang heterogen

secara etnik tersebut. Termasuk juga dalam penyelenggaraan upacara perkawinan

adat jawa yang penulis teliti ini.

Page 70: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

54

BAB III

DESKRIPSI JALANNYA UPACARA PERKAWINAN ADAT

SUKU JAWA DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

3.1 Latar Belakang Pelaksanaan Upacara Perkawinan

Perkawinan adat sebagai awal dari perkembangan hidup manusia yang

hidup dalam koloni adat. Upacara perkawinan adat Jawa merupakan langkah

awal pembentukan ciri khas karakter manusia Jawa. Upacara perkawinan adat

Jawa merupakan proses pelestarian budaya yang dijaga nilai-nilai budi luhurnya.

Perkawinan adalah suatu rangkaian upacara yang dilakukan sepasang kekasih

untuk menghalalkan semua perbuatan yang berhubungan dengan kehidupan

suami-istri guna membentuk suatu keluarga dan meneruskan garis keturunan

(Sumarsono, 2007).

Di suku Jawa maupun yang ada di Medan, dimana kehidupan

kekeluargaan masih kuat, sebuah perkawinan tentu akan mempertemukan dua

buah keluarga besar dari pihak pria dan pihak perempuan menjadi satu keluarga

serta mempersatukan pertalian sanak keluarganya. Oleh karena itu, sesuai

kebiasaan yang berlaku, dua insan yang berkasih-kasihan akan memberi tahukan

kepada keluarga masing-masing bahwa mereka telah menemukan pasangan yang

cocok dan ideal untuk di jadikan suami ataupun istri.

Hubungan cinta kasih antara pria dan wanita setelah melalui proses

pertimbangan, kemudian di mantabkan dalam sebuah tali ikatan perkawinan,

hubungan dan hidup bersama secara resmi dan halal selaku suami istri dari segi

hukum, agama, dan adat. Atas dasar hal tersebut, orang Jawa selalu mencari hari

Page 71: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

55

baik, oleh karena itu maka perlu dimintakan pertimbangan dari ahli perhitungan

hari baik berdasarkan patokan Primbon Jawa di mana juga biasanya ini dilakukan

oleh kerabat-kerabat keluarga yang sudah tua ataupun yang di tuakan yang faham

mengenai perhitungan hari baik di dalam adat Jawa. Oleh karena itu, pelaksanaan

perkawinan bagi masyarakat Jawa pada umumnya di lakukan dengan suatu

upacara adat.

Dalam penelitian ini yang melakasanakan rangkaian upacara perkawinan

adat Jawa adalah yang beragama Islam. Sehingga setiap rangkaian prosesi

upacaranya selalu di kaitkan dengan doa-doa keislaman terhadap Allah SWT.

Upacara perkawinan adat Jawa pada mulanya berasal dari kraton yaitu Kraton

Yogyakarta atau Kraton Surakarta (Harpi Melati, 1988:1). Kedua kraton itu oleh

suku Jawa di akui sebagai pusat dan sumber kebudayaan Jawa. Namun sekarang

upacara perkawinan adat Jawa yang sering di temui di daerah Sumatera,

khususnya Kota Medan lebih sering menggunakan adat upacara perkawinan Solo

(Kraton Surakarta).

Hal ini disebabkan adanya berbagai aspek yang melatar belakangi dengan

berbagai alasan, di antaranya ialah adanya sisi kepraktisan dalam melaksanakan

rangkaian upacara perkawinan adat Jawa yang di nilai jauh dari ritual sakral

seperti pada rangkaian upacara gaya Jogja pada umumnya, dan adanya tingkatan

kasta yang ada pada suku Jawa sendiri yaitu yang dimaksud adalah Kaum

Abangan yang menjadi cikal bakal upacara perkawinan adat Jawa yang sering di

temui hampir diseluruh pulau Sumatera hingga saat ini. Sehingga tidak ada lagi

perbedaan kasta dalam melaksanakan upacara perkawinan adat Jawa di pulau

Sumatera, khususnya di kota Medan.

Page 72: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

56

Oleh karena perkembangan agama yang pesat pada saat ini, maka upacara

yang bersifat ritual jarang sekali di laksanakan karena ajaran yang terdapat di

dalamnya tidak sesuai lagi dengan ajaran yang terdapat dalam agama (Wardoyo,

n.d.:5). Sementara itu upacara perkawinan adat yang bersifat simbolis masih

sering di laksanakan karena upacara ini hanya menggambarkan keinginan yang

ingin di capai dari yang melaksanakan upacara.

Dewasa ini upacara adat perkawinan sering di laksanakan meski pun

dalam bentuk yang sangat sederhana sekali. Hampir setiap orang tua yang akan

menikahkan putera-puterinya tidak lepas dengan upacara adat. Meskipun

masyarakat berkali-kali menyaksikan upacara perkawinan adat Jawa tetapi mereka

kurang dapat memahami arti dan makna upacara tersebut. Dari para penata rias

pengantin hanya terlihat sekedar dapat merias pengantin saja dan sekedar

pengetahuan upacara perkawinan adat. Sedangkan rangkaian upacara adat

tersebut sangat luas. Kurangnya informasi dan buku-buku petunjuk mengenai

upacara perkawinan adat, mengakibatkan sering terjadinya kesimpang-siuran

dalam pelaksanaannya dan mereka saling mempertahankan pendapat masing-

masing.

3.2 Tujuan Pelaksanaan Upacara Panggih

Dalam hal ini seseorang yang melaksanakan upacara perkawinan adat

Jawa di dasarkan atas keinginan pihak ayah keluarga mempelai perempuan yang

memang asli suku Jawa yang tinggal di kota Medan demi sebuah tuntutan

pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil. Sebagai orang Jawa, upacara

perkawinan adat Jawa ini dilaksanakannya selain untuk melaksanakan adat-

Page 73: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

57

istiadat juga ingin menunjukkan kepada masyarakat awam, bagaimana

pelaksanaan upacara perkawinan adat Jawa yang sebenarnya yang terdapat di

kraton Surakarta, Sehingga dapat menimbulkan kebanggan pada keluarga mereka.

Namun alasan yang paling mendasar tujuan pelaksanaan upacara

perkawinan adat Jawa tersebut adalah untuk menjalankan adat-istiadat yang ada

dalam lingkaran kehidupan suku Jawa serta untuk mengetahui bagaimana

tanggung-jawab seorang suami dan seorang istri dalam hidup berumah tangga.

Hal ini terlihat dalam rangkaian upacara panggih dimana di dalamnya tersirat

simbol-simbol bagaimana seorang suami atau seorang istri harus bertindak demi

keutuhan rumah tangga mereka.

3.3 Pelaksanaan Upacara Perkawinan Adat

Dalam mendeskripsikan upacara perkawinan adat Jawa, penulis akan

menguraikan menurut empat komponen, seperti apa yang dikemukakan oleh

Koentjaraningrat (1986:241), bahwa setiap upacara dapat di kelompokkan

kedalam empat komponen, yaitu (1) tempat upacara, (2) saat upacara, (3) benda-

benda dan alat-alat upacara, (4) orang yang melakukan dan pemimpin upacara.

Keempat komponen upacara tersebut, akan penulis uraikan masing-masing

sebagai berikut.

3.3.1 Tempat Upacara

Tempat untuk pelaksanaan upacara perkawinan adat Jawa dapat dilakukan

di rumah ataupun di gedung-gedung pertemuan. Jika upacara panggih selalu di

laksanakan dirumah, maka harus utama di laksanakan di rumah pengantin

Page 74: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

58

perempuan, karena di rumah pengantin pria tidak pernah di adakan, upacara

panggih ini di lakukan secara turun temurun di dalam adat suku Jawa dan di

laksanakan sesuai ketentuan adat yang sudah semestinya, kalau di adakan di

rumah pengantin pria itu hanya berupa upacara ngunduh mantu yang memiliki arti

bahwa keluarga pengantin pria menyambut dengan baik kedatangan pengantin

perempuan di dalam keluarga mereka.

Dalam penelitian ini tempat upacara terbagi dua, yakni yang pertama

sekali tempat untuk prosesi sebelum upacara panggih, dimana di antaranya adalah

upacara Siraman sampai pada upacara Ijab Kabul di laksanakan di kediaman

orang tua mempelai perempuan yang terletak di Jalan Sei Batu Gingging No 80,

Kecamatan Medan Selayang, Kotamadya Medan. Sedangkan pada Upacara

Panggih di laksanakan di dalam gedung pertemuan Hotel Danau Toba

Internasional Medan yang terletak di Jalan Imam Bonjol No. 17 Medan.

3.3.2 Saat Upacara

Dalam melakasanakan upacara suku Jawa pada umumnya masih

mempercayai adanya perhitungan hari baik dan hari tidak baik. Dimana orang

yang dapat mencari hari baik dan hari tidak baik tersebut biasanya di lakukan oleh

seorang dukun petangan (Koentjaraningrat, 1984:130). Dalam satu tahun terdapat

dua belas bulan dan terdapat pada tarikh Jawa. Nama-nama bulan yang terdapat

dalam tarikh Jawa tersebut adalah Suro, Sapar, Mulud, Rabiul awal, Jumadil

awal, Jumadil akhir, Rajab, Ruwah, Puasa, Syawal, Selo, Besar (Subanindro,

n.d:4). Menurut adat Jawa bulan yang di anggap baik untuk melakasanakan suatu

upacara panggih adalah Ruwah, Besar, Rabiul Awal, Jumadil Akhir, Mulud, dan

Page 75: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

59

Syawal. Sementara bulan yang di anggap kurang baik dalam adat Jawa untuk

melakasanakan suatu upacara adalah Syuro Dan Sapar yang di anggap suku Jawa

merupakan bulan panas. Karena jika melakasanakan suatu upacara pada bulan

yang kurang baik tersebut di percayai akan menimbulkan hal-hal yang tidak di

inginkan misalnya, menimbulkan malapetaka.

Dalam menentukan hari baik untuk melakukan suatu upacara biasanya

suku Jawa meminta bantuan seorang dukun Petangan dan menentukan hari yang

baik tersebut berdasarkan hari kelahiran (weton) seseorang, jumlah antara hari

kelahiran dan pasaran hari kelahiran seseorang (neptu), serta dapat juga di lihat

dari bulan yang terdapat dalam tarikh Jawa. Koentjaraningrat (1984:130)

menjelaskan bahwa untuk membuat perhitunga hari baik harus di cocok kan

dengan tiga macam tanggalan yaitu (1) Tanggalan Jawa pra-Islam, (2) Tanggalan

Islam, (3) Tanggalan Nasrani.

Dalam hubungan ini upacara panggi yang menjadi objek penelitian penulis

di laksanakan pada tanggal 5 Mei 2013 untuk pelaksanaan Upacara Panggih, pada

tanggal 4 Mei 2013 pelaksanaan upacara ijab kabul, sedangkan pada tanggal 3

Mei 2013 pelaksanaan upacara siraman. Maka dari semua tanggal yang di pilih

oleh ahli bait merupakan hasil dari perhitungan penanggalan Jawa sesuai dengan

hari lahir kedua pasangan mempelai. Dengan demikian agar upacara menjadi

sangat khidmat dan penuh dengan makna yang jauh dari malapetaka yang tidak di

inginkan.

Page 76: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

60

3.3.3 Benda –benda dan Alat-alat Upacara

Dalam melaksanakan perkawinan adat biasanya pihak orang tua calon

pengantin perempuan mengadakan persiapan-persiapan dan mempersiapkan alat-

alat upacara untuk kepentingan upacara panggih. Adapun benda-benda dan alat-

alat yang harus di persiapkan adalah:

a. Pemasangan Tratak

Pemasangan Tratak atau tenda di laksanakan apabila waktu pelaksanaan

perhelatan sudah dekat, dua atau tiga hari sebelum pelaksanaan ijab Kabul dan

upacara adat, ini berguna sebagai syarat dalam melaksanakan suatu acara maupun

upacara. Setelah pemasangan tarub di susul dengan pemasangan tarub, yaitu

memasang hiasan-hiasan dengan macam-macam daun-daun dan buah-buahan,

namun ada terdapat perubahan di era modern saat ini, dimana hiasan-hiasan yang

terbuat dari berbagai macam daun-daun dan buah-buahan serta janur kuning tidak

lagi di pergunakan melainkan menggunakan kain gorden yang memiliki ukuran

yang sesuai dengan tratak dan memiliki berbagai warna varian yang di sediakan

oleh penyedia jasa wedding organizer. Tempat-tempat yang perlu di pasang

tratak dan tarub yaitu: Bagian depan dan di dalam ruang tamu rumah, kamar calon

pengantin, di bagian depan dapur, di bagian kanan kiri samping rumah (ini di

lakukan untuk pelaksanaan upacara Siraman dan ijab Kabul dimana acara tersebut

di selenggarakan di kediaman orang tua calon pengantin perempuan).

b. Tempat Siraman

Hal yang menarik dalam penelitian ini adalah sarana dan prasarana

upacara Siraman yang sangat lengkap namun ada juga beberapa perubahan yang

Page 77: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

61

terjadi, diantaranya ialah karpet untuk upacara Siraman yang dulu nya terbuat dari

anyaman daun pandan atau daun kelapa kini berubah menjadi sangat praktis yang

terbuat dari karpet karet yang di ciptakan menyerupai anyaman daun kelapa muda.

Sisi kepraktisan sangat terasa dalam upacara perkawinan adat suku Jawa

yang ada di Kota Medan ini, khususnya di Kecamatan Medan Selayang. Namun

di balik itu makna yang terkandung masih kuat tersirat di dalam setiap ritualisasi

upacara adat perkawinan suku Jawa yang penulis lakukan pada penelitian tersebut

yang mengajarkan tentang makna kehidupan agar hidup harmonis sehingga kelak

menjadi keluarga yang baik dan bahagia. Sarana siraman yang harus di sediakan

terdiri dari: klasa (tikar) yakni tikar terbuat dari daun pandan berukuran kecil

sekitar 25 x 35 cm, di bagian pinggirnya di beri plisir atau lapisan kain merah dan

putih, tikar pandan, seikat daun opo-opo dan daun dadap serep di bungkus kain

mori, tebu wulung, daun jati, daun beringin, kelapa gading, jenang atau bubur

tujuh rupa, dan satu ekor ayam jantan hidup. Sesajen, jajan pasar, dan prasarana

acara siraman di atur dengan baik, kemudian di letakkan di area tempat

berlangsungnya siraman,

Sebelum acara siraman di mulai, terlebih dahulu di siapkan sesajen dan

perlengkapan lainnya yang harus di sediakan. Sesajen dan sarana kelengkapan

upacara Siraman adalah sebagai berikut:

1. Tumpeng Robyong

Sesaji siraman berupa tumpeng robyong, yakni tumpeng nasi putih

berbentuk kerucut pada puncaknya di beri telur rebus, bawang merah, dan cabe

merah yang di tancapkan. Juga di sertakan lauk pauk goring seperti tempe,

daging, dan ikan laut yang di tancapkan sekeliling tumpeng, serta bunga telon

Page 78: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

62

(melati, mawar, dan kenanga). Tumpeng di tempatkan dalam sebuah bakul,

sekelilingnya di sertakan tancapan sayur-sayur mentah, seperti terong, kacang-

panjang, dan lainnya di tata serasi. Makna dari sesaji ini sebagai symbol harapan

para tamu datang ramai berdatangan (robyong).

2. Jajan Pasar

Terdiri dari satu lirang pisang pulut atau pisang raja, aneka macam buah-

buahan seperti salak, jambu, nangka, bengkuang, sawo, dan sebagainya. Juga

disertakan makanan kecil antara lain ubi dan singkong rebus, wajik, kacang tanah

rebus, jagung rebus, nanas, ketan dan apem. Semua jajan pasar ini di letakkan

dalam satu tampah besar

3. Benda-benda pada upacara panggih.

a. Busana pengantin Jawa yang di kenakan oleh kedua pengantin.

b. Pelaminan, untuk tempat duduk kedua pengantin. Di kanan kiri

pelaminan di letakkan hiasan janur dan payung Jawa. Pelaminan di

letakkan tepi aula yang dipasang sehari sebelum upacara di

laksanakan. Pelaminan juga mengalami modernisasi dalam setiap

dekorasinya. Sarana dan prasaranya di sediakan oleh Event Organizer

yang telah di pesan sesuai hiasan adat Jawa yang semestinya.

c. Kacang-kacangan yaitu terdiri dari kacang tanah, kacang merah,

kacang hijau, kacang putih, jagung halus, jagung kasar, padi, dan beras

yang digunakan sebagai prosesi kacar kucur.

Page 79: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

63

d. Telur ayam kampong putih bersih yang di letakkan diatas nampan

(talam) kuningan dan di taburi dengan bunga setaman. Di gunakan

pada prosesi ngidak endhok (wiji dadi)

e. Nasi walimah, yaitu nasi kuning beserta lauk-pauknya untuk prosesi

upacara dulangan atau dahar klimah.

f. Selendang sindur, yaitu selendang yang tengahnya berwarna merah

dan di tepinya berwarna putih. Di gunakan pada saat gendongan.

g. Dua buah gantalan sirih yaitu beberapa lembar daun sirih yang di isi

pinang yang telah di tumbuk, gambir, kapur sirih, dan di ikat menjadi

satu dengan benang. Gantalan sirih di gunakan untuk acara balangan.

h. Kembar Mayang dua pasang, yaitu dua buah hiasan yang mempunya

bentuk yang sama terbuat dari janur kuning ( daun kelapa yang masih

muda). Sepasang di bawa oleh rombongan pengantin pria dan

sepasang lagi dibawa oleh rombongan pengantin perempuan. Kembar

mayang ini nantinya akan di tukar antara rombongan pengantin pria

dengan rombongan pengantin perempuan. Rangkaian kembar mayang

adalah sebagai berikut; 1. Bentuk keris-kerisan, 2. bentuk payung-

payungan, 3. Bentuk walang-walangan, 4. Bentuk kipas-kipasan, 5.

Bentuk pecut-pecutan.

i. Dua sisir pisang raja (gedang ayu) dan beberapa ikat dauh sirih (suruh

ayu) yang di letakkan dalam satu sanggan (tempat) serta sebuah kelapa

cikal bakal ( kelapa yang baru bertunas) yang di letakkan di dalam satu

sanggan yang di bungkus oleh kertas warna keemasan, yang di bawa

oleh rombongan pengantin pria.

Page 80: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

64

j. bokor yang berisi air bunga setaman (bunga melati, bunga mawar, dan

bunga kenanga) yang di gunakan untuk membasuh kaki pengantin pria

pada saat usainya upacara ngidak endhok (wiji dadi).

c. Perlengkapan Dapur

Sebelum malam midodareni tiba, pemasangan tratak dan tarub dengan

segala perlengkapannya harus sudah selesai sehinggap tidak mengganggu upacara

selanjutnya. Berbagai bumbu-bumbu dapur mulai di olah secara gotong royong

oleh para kerabat, tetangga, yang turut membantu, serta bahan sembako lainnya

seperti beras, minyak makan, daging, dan lain sebagainya. Sementara itu untuk

sajian menu makanan pada acara resepsi sudah di sediakan oleh pihak Hotel

Danau Toba Internasional Medan yang telah di sepakati bersama dari pihak

keluarga pengantin perempuan. Aneka sesaji dapur dan tarub yang perlu di

perhatikan adalah sebagai berikut:

1. Sesaji tarub terdiri dari:

Sesaji satu tembok/tampah (tampi) yang di buat dari pelepah pohon

pisang atau bamboo (sujen) di atasnya di isi dengan:

a. Satu takir (tempat terbuat dari daun pisang) jenang katul.

b. Satu takir jenang merah putih

c. Satu takir kembang boreh

d. Satu takir bumbu dapur tidak dengan terasi, telor ayam mentah,

dan kemiri

e. Dua tumpeng-tumpengan.

2. Sesaji Dapur (Tetuwuhan)

Page 81: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

65

Yang terdiri dari: tebu wulung, daun beringin, cengkir gading, janur

kuning, yang kesemuanya di atur rapi sehingga menimbulkan rasa

keagungan.

3. Sesaji malam Midodareni di selenggarakan tepat pada pukul 24.00

WIB.

C. Perlengkapan Busana Pengantin

Di dalam lingkungan orang Jawa yang ada di Kota Medan, khusunya di

Kecamatan Medan Selayang, perlengkapan busana memiliki kebebasan dalam

memilih, namun pada dasar nya tetap mengacu dan tidak menghilangkan ciri khas

tata cara serta pada busana pengantin adat Jawa Solo dalam melaksanakan upacara

panggih. Ini dapat di lihat adanya berbagai modernisasi di dalam bentuk warna,

motif, serta hiasan yang terdapat pada busana pengantin adat Jawa di Kota Medan

ini.

Jenis busana dan kelengkapannya yang di pakai oleh kalangan wanita

Jawa, khususnya di lingkungan budaya Yoyakarta dan Surakarta, Jawa Tengah

adalah baju kebaya, kemben dan kain tapih pinjung dengan stagen. Baju kebaya

dikenakan oleh kalangan wanita bangsawan maupun kalangan rakyat biasa baik

sebagai busana sehari-hari maupun pakaian upacara. Pada busana upacara seperti

yang dipakai oleh seorang garwo dalem.

Misalnya, baju kebaya menggunakan peniti renteng di padukan dengan

kain sinjang atau jarik corak batik, bagian kepala rambutnya digelung (sanggul),

dan di lengkapi dengan perhiasan yang di pakai seperti subang, cincin, kalung dan

gelang serta kipas biasanya tidak ketinggalan.

Page 82: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

66

Untuk busana sehari-hari umumnya wanita Jawa cukup

memakai kemben yang di padukan dengan stagen dan kain jarik. Kemben di pakai

untuk menutupi payudara, ketiak dan punggung, sebab kain kemben ini cukup

lebar dan panjang. Sedangkan stagen di lilitkan pada bagian perut untuk mengikat

tapihan pinjung agar kuat dan tidak mudah lepas.

Dewasa ini, baju kebaya pada umumnya hanya di pakai pada hari-hari

tertentu saja, seperti pada upacara adat misalnya. Baju kebaya di sini adalah

berupa blus berlengan panjang yang di pakai di luar kain panjang bercorak atau

sarung yang menutupi bagian bawah dari badan (dari mata kaki sampai pinggang).

Panjangnya kebaya bervariasi, mulai dari yang berukuran di sekitar pinggul atas

sampai dengan ukuran yang di atas lutut. Oleh karena itu, wanita Jawa mengenal

dua macam kebaya, yaitu kebaya pendek yang berukuran sampai pinggul dan

kebaya panjang yang berukuran sampai ke lutut.

Kebaya pendek dapat di buat dari berbagai jenis bahan katun, baik yang

polos dengan salah satu warna seperti merah, putih, kuning, hijau, biru dan

sebagainya maupun bahan katun yang berbunga atau bersulam. Saat ini, kebaya

pendek dapat di buat dari bahan sutera, kain sunduri (brocade), nilon, lurik atau

bahan-bahan sintetis. Sedangkan, kebaya panjang lebih banyak menggunakan

bahan beludru, brokat, sutera yang berbunga maupun nilon yang bersulam.

Kalangan wanita di Jawa, biasanya baju kebaya mereka di beri tambahan bahan

berbentuk persegi panjang di .bagian depan yang berfungsi sebagai penyambung.

Baju kebaya di pakai dengan kain sinjang jarik/ tapih dimana pada bagian

depan sebelah kiri dibuat wiron (lipatan) yang di lilitkan dari kiri ke kanan.

Untuk menutupi stagen di gunakan selendang pelangi dari tenun ikat celup yang

Page 83: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

67

berwarna cerah. Selendang yang di pakai tersebut sebaiknya terbuat dari batik,

kain lurik yang serasi atau kain ikat celup. Selain kain lurik, dapat juga memakai

kain gabardine yang bercorak kotak-kotak halus dengan kombinasi warna sebagai

berikut: hijau tua dengan hitam, ungu dengan hitam, biru sedang dengan hitam,

kuning tua dengan hitam dan merah bata dengan hitam. Kelengkapan

perhiasannya dapat di pakai yang sederhana berupa subang kecil dengan kalung

dan liontin yang serasi, cincin, gelang dan sepasang tusuk konde pada sanggul.

Baju kebaya panjang biasanya menggunakan bahan beludru, brokat,

sutera maupun nilon yang bersulam. Dewasa ini, baju kebaya panjang merupakan

pakaian untuk upacara perkawinan. Pada umumnya di gunakan juga oleh

mempelai wanita Sunda, Bali dan Madura. Panjang baju kebaya ini sampai ke

lutut, dapat pula memakai tambahan bahan di bagian muka akan tetapi tidak

berlengkung leher (krah). Pada umumnya kebaya panjang terbuat dari kain

beludru hitam atau merah tua, yang di hiasi pita emas di tepi pinggiran baju. Kain

jarik batik yang berlipat (wiron) tetap di perlukan untuk pakaian ini, tetapi

biasanya tanpa memakai selendang. Sanggulnya di hiasi dengan untaian bunga

melati dan tusuk konde dari emas. Sedangkan, perhiasan yang di pakai juga

sederhana, yaitu sebuah sisir berbentuk hampir setengah lingkaran yang dipakai di

sebelah depan pusat kepala. Baju kebaya panjang yang di pakai sebagai busana

upacara biasa, maka tata rias rambutnya tanpa untaian bunga melati dan tusuk

konde.

Mengenai teknik dan cara membuat baju kebaya sangat sederhana.

Potongan dan model kebaya Jawa, yang juga di pakai di Sumatera Selatan, daerah

pantai Kalimantan, Kepulauan Sumbawa, dan Timor sebenarnya serupa dengan

Page 84: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

68

blus. Baju ini terdiri dari dua helai potongan, yaitu sehelai bagian depan dan

sehelai lagi potongan bagian belakang, serta dua buah lengan baju. Modelnya

dapat di tambah dengan sepotong bahan berbentuk persegi panjang yang di pakai

sebagai penyambung antara kedua potongan bagian muka.

Pada bagian badan kebaya di potong sedemikian rupa sehingga tidak

memerlukan krup. Ini di maksudkan agar benar-benar membentuk badan pada

bagian pinggang dan payudara dan sedikit melebar pada bagian pinggul.

Sedangkan, lipatan bawah bagian belakang dan samping harus sama lebarnya dan

menuju ke bagian depan dengan agak meruncing. Lengkung leher baju menjadi

satu dengan bagian depan kebaya. Lengkung ini harus cukup lebar sehingga dapat

di lipat ke dalam untuk vuring kemudian di lipat lagi keluar untuk membentuk

lengkung leher. Semua potongan tersebut dapat di kerjakan dengan mesin jahit

ataupun di jahit dengan tangan. Sedangkan busana di kalangan pria, khususnya

kerabat keraton adalah memakai memakai baju beskap kembang-kembang atau

motif bunga lainnya, pada kepala memakai destar (blankon), kain samping jarik,

stagen untuk mengikat kain samping, keris dan alas kaki (cemila). Busana ini di

namakan Jawi jangkep, yaitu busana pria Jawa secara lengkap dengan keris.

Meskipun seni busana berkembang baik di lingkungan keraton, tidak berarti

busana di lingkungan rakyat biasa tidak ada yang khas. Busana adat tradisional

rakyat biasa banyak di gunakan oleh petani di desa. Busana yang di pakai adalah

celana kolor warna hitam, baju lengan panjang, ikat pinggang besar, ikat kepala

dan kalau sore pakai sarung. Namun pada saat upacara perkawinan, bagi orang tua

mempelai biasanya mereka memakai kain jarik dan sabuk sindur. Bajunya beskap

atau sikepan dan pada bagian kepala memakai destar.

Page 85: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

69

1. Busana Basahan

Salah satu jenis busana adat yang terindah dan terlengkap di Indonesia

terdapat di keraton Surakarta, Jawa Tengah. Sebab, tiap-tiap jenis busana tersebut

menunjukkan tahapan-tahapan tertentu dan siapa si pemakaiannya. Dalam adat

busana perkawinan misalnya, seorang wanita dan pria kalangan keraton

mengenakan beberapa jenis busana, yang di sesuaikan dengan tahapan upacara,

yaitu midodareni, ijab, panggih dan sesudah upacara panggih. Pada upacara

midodareni, pengantin wanita memakai busana kejawen dengan warna sawitan.

Busana sawitan terdiri dari kebaya lengan panjang, stagen dan kain jarik dengan

corak batik. Sedangkan pengantin prianya memakai busana cara Jawi Jangkep,

yang terdiri dari baju atela, udeng, sikepan, sabuk timang, kain jarik, keris dan

selop.

Saat upacara ijab, busana yang di pakai pengantin wanita adalah baju

kebaya dan kain jarik berwarna putih, sedangkan pengantin pria memakai busana

jass beskap modern yang juga berwarna putih dengan memakai kopiah. Begitu

pula pada upacara panggih kedua mempelai memakai jenis busana yang sudah di

tetapkan sebagaimana tata busana Solo putri yaitu pada busana pengantin

perempuan menggunakan kain batik yang bercorak sido mukti, sido mulya, dan

sido asih. Mengenakan kebaya beludru panjang warna hitam di prada dengan

sulaman warna keemasan dengan sematan bros tiga susun. Pada alas kaki

menggunakan selop berwarna hitam. Sementara itu, Busana pria juga senada

dengan busana perempuan yang menggunakan kain batik sido mukti, sido mulya,

sido asih, keris, jas beskap berwarna hitam dengan sulaman emas, kalung yang

Page 86: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

70

terbuat dari untaian kembang melati, alas kaki menggunakan selop berwarna

hitam, serta di bagian pinggang menggunakan sabuk khusus.

Pada upacara panggih ini, biasanya kedua mempelai pengantin melengkapi

busana basahan dengan aneka perhiasan. Perhiasan yang biasa digunakan oleh

mempelai pria adalah kalung ulur, timang/epek, cincin, bros dan buntal.

Sedangkan bagi pengantin wanita, perhiasan yang biasa di pakai adalah cunduk

mentul, jungkat, centung, kalung, gelang, cincin, bros, subang dan timang atau

epek.

Berbeda dengan tahapan upacara sebelumnya, pada upacara setelah

panggih, pengantin wanita memakai busana kanigaran, yaitu terdiri dari baju

kebaya, kain jarik, stagen dan selop. Sedangkan pengantin pria menggunakan

busana kepangeranan, yang terdiri dari kuluk kanigoro, stagen, baju takwo, sabuk

timang, kain jarik, keris warangka ladrang, dan selop.

Sebagai kelengkapan, dalam busana adat perkawinan, maka baik

pengantin wanita maupun pria biasanya di rias pada bagian wajah dan sanggul.

Tujuannya adalah agar mempelai wanita kelihatan lebih cantik dan angun dan

pengantin pria lebih gagah dan tampan. Bagi pengantin pria, cara meriasnya tidak

sedemikian rumit dan teliti sebagaimana pengantin wanita yang harus di rias pada

bagian wajahnya mulai dari muka, mata, alis, pipi dan bibir.

Busana Jawa baik pakaian sehari-hari maupun pakaian upacara sangat

kaya akan ragam hias yang tak jarang memiliki makna simbolik di baliknya. Jenis

ragam hias yang di kenal di daerah Surakarta maupun Jogyakarta adalah kain

yang bermotifkan tema-tema geometris, swastika (misalnya bintang dan

matahari), hewan (misal: burung, ular, kerbau, naga), tumbuh-tumbuhan (bunga

Page 87: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

71

teratai, melati) maupun alam dan manusia. Motif geometris di antaranya adalah

kain batik yang bercorak ikal, pilin, ikal rangkap dan pilin ganda. Motif berupa

garis-garis potong yang disebut motif tangga merupakan simbolisasi dari nenek

moyang naik tangga sedang menuju surga. Bahkan motif yang paling dikenal

oleh masyarakat Surakarta adalah motif tumpal berbentuk segi tiga yang disebut

untu walang, yang melambangkan kesuburan.

Pada busana-busana khusus untuk upacara perkawinan di kenal juga motif

pada batik tulis, seperti kain sindur dan truntum yang di pakai oleh orang tua

mempelai. Sedangkan kain sido mukti, kain sido luhur, dan sido mulyo

merupakan pakaian bagaian bawah mempelai.

Fungsi pakaian, awalnya di gunakan sebagai alat untuk melindungi tubuh

dari cuaca dingin maupun panas. Kemudian fungsi pakaian menjadi lebih

beragam, misalnya untuk menutup aurat, sebagai unsur pelengkap upacara yang

menyandang nilai tertentu, maupun sebagai alat pemenuhan kebutuhan akan

keindahan.

Pada masyarakat di Jawa Tengah, khususnya di Surakarta fungsi pakaian

cukup beragam, seperti pada masyarakat bangsawan pakaian mempunyai fungsi

praktis, estetis, religius, sosial dan simbolik. Seperti kain kebaya fungsi

praktisnya adalah untuk menjaga kehangatan dan kesehatan badan; fungsi estetis,

yakni menghias tubuh agar kelihatan lebih cantik dan menarik; fungsi sosial yakni

belajar menjaga kehormatan diri seorang wanita agar tidak mudah menyerahkan

kewanitaannya dengan cara berpakaian serapat dan serapi mungkin, serta

memakai stagen sekuat mungkin agar tidak mudah lepas.

Page 88: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

72

Berikut pedoman busana pengantin adat Jawa Solo yang sering di

gunakan di kota Medan:

1. Ayah Pengantin Perempuan

Memakai busana kain bermotif truntum (cakar ayam), sabuk sindur yaitu

sabuk yang terbuat dari kain selendang berwarna putih di tengah-tengahnya

merah. Untuk gaya Solo (Surakarta) Sabuk sindur di pakai pada pinggang yang

tertutup dengan baju beskap, sementara untuk gaya Jogyakarta sindur di pakai

melilit di pinggang di luar baju surjan.

2. Ibu Pengantin Perempuan

Untuk gaya Solo (Surakarta) sabuk sindur dipakai sebagai ikat pinggang

juga dan cara pemakaiannya tertutup oleh baju kebaya, sedangkan untuk gaya

Jogjakarta sindur tersebut digunakan sebagai kemben. Kain yang dipakai sama

bermotif truntum (cakar ayam) seperti ayah pengantin perempuan.

3. Busana Pengantin Perempuan

Pengantin perempuan berbusana kain yang bermotif nitik, sedangkan baju

kebaya yang digunakan bebas asal masih baru. Begitu pula dengan busana

pengantin pria.

4. Busana Pengantin Pria

Pengantin pria berbusana kain dengan corak sama dengan pengantin

perempuan, memakai blangkon, berkalung karset, dan memakai keris. Namun

praktisnya setelah upacara Panggih dalam resepsi busana pengantin adat Jawa

yang ada di Sumatera utara, khususnya Medan warna dan motif dipilih sesuai

kenginan ahli bait yang tetap mengutamakan gaya busana kebesaran seperti raja

dan permaisuri, dan apabila dalam resepsi tersebut di adakan kirab, maka kedua

Page 89: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

73

pengantin masuk keruangan yang telah di siapkan untuk ganti busana. Setelah

beberapa saat pengantin berdua keluar dalam berbusana seperti putra raja yang

disebut busana pangeran (Busana Pangeranan). Biasanya busana kirab ini di

siapkan atau di buat sendiri oleh ahli bait, dan apabila tidak memungkinkan,

biasanya telah di siapkan oleh jasa Wedding Organizer.

Gambar 3.1

Busana Pengantin Gaya Solo

(Dokumentasi Sugiardi 2013 ©Mamipapi Photowork)

Page 90: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

74

Gambar 3.2

Busana Kepangeranan pada Upacara Kirab dengan corak warna biru muda

(Dokumentasi Sugiardi 2013 ©Mamipapi Photowork)

Gambar 3.3

Busana Pagar Ayu dan Pagar Bagus dengan Motif Kebaya Modern pada

Pagar Ayu dan Gaya Jas Beskap dan kain batik pada Pagar Bagus

(Dokumentasi Sugiardi 2013 ©Mamipapi Photowork)

Page 91: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

75

Gambar 3.4

Busana Kepangeranan pada Upacara Kirab

(Dokumentasi Sugiardi 2013 ©Mamipapi Photowork)

Gambar 3.5

Foto Bersama dengan mengenakan Busana Kepangeranan khas adat Jawa

(Dokumentasi Sugiardi 2013 ©Mamipapi Photowork)

Page 92: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

76

3.3.4 Pemimpin dan Pendukung Upacara

Pemimpin upacara adalah seorang yang mengatur jalannya upacara, yaitu

juru rias pengantin. Sebagai pemimpin upacara, juru rias pengantin bertugas

mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan uapcara panggih. Untuk menjadi

juru rias pengantin, tidak ada persyaratan khusus, yang di butuhkan ialah meliputi:

(1) syarat keterampilan, (2) syarat pengetahuan, (3) syarat martabat, dan (4) syarat

kebatinan (Supadmi, 1993:6-8). Siapa saja dapat menjadi juru rias pengantin,

yang terpenting adalah harus menguasai syarat-syarat umum seperti tersebut di

atas.

Seorang pemimpin upacara harus mengetahui tentang tata cara dan

rangkaian upacara perkawinan adat Jawa yang meliputi bagaimana jalannya

upacara secara rinci serta apa makna simbolis dari rangkaian upacara dengan

segala kelengkapannya itu. Seorang pemimpin upacara juga harus memiliki

martabat yaitu mempunyai kehidupan berkeluarga yang baik dan harmonis serta

kehidupan bermasyarakat yang terpuji pula. Syarat martabat ini berkaitan dengan

harapan masyarakat agar dapat di jadikan contoh teladan bagi sepasang pengantin.

Sedangkan pendukung upacara adalah orang-orang yang terlibat langsung

dalam pelaksanaan upacara panggih, yang terbagi atas tiga kelompok, yaitu pihak

kerabat pengantin pria, pihak kerabat pengantin perempuan, dan para tamu.

3.4 Rangkaian Upacara Adat secara Kronologis

A. Proses sebelum Perkawinan

Ketika seorang pria atau perempuan hendak menikah, tentunya diawali

dengan proses panjang. Dalam tradisi masyarakat Jawa, rangkaian upacara

Page 93: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

77

perkawinan adat suku Jawa secara kronologis dapat di uraikan dari awal sampai

akhir. Antara lain, upacara Nontoni, upacara lamaran, upacara Siraman, Upacara

Malam Midodareni, Upacara Akad Nikah/ Ijab Kabul, Upacara Panggih, dan

Resepsi.

Dalam penelitian ini di mulai acara nontoni, lamaran, srah-srahan sampai

upacara siraman penulis tidak mengikuti jalannya upacara, hal ini di sebabkan

karena informasi yang penulis dapatkan dari informan pangkal yaitu Surya

Dharma Desky hanya tepat pada upacara akad nikah (Ijab Kabul) dan resepsi saja.

Namun, penulis berusaha mendapatkan informasi dari hasil wawancara dengan

calon mempelai pengantin perempuan yakni Yusrita Arini melalui via telepon

serta orang tuanya Bapak Djumali SH dan Ibu Djumali.

1. Nontoni

Nontoni adalah upacara untuk mengetahui lebih jauh tentang bagaimana

calon pasangan yang akan dinikahi. Hal ini di lakukan karena berkaitan dengan

tradisi tempo dulu, dimana seorang pria muda yang akan menikahi si gadis belum

tentu mengenal dengan si gadis itu, bahkan lebih jadi sama sekali belum pernah

melihatnya. Tetapi, untuk zaman sekarang, nontoni di lakukan agar si pemuda

dan keluarganya dapat mengenal lebih jauh tentang diri si gadis beserta

keluarganya, dengan begitu sebaliknya. Intinya, proses nontoni merupakan ajang

untuk saling mengenal antara keluarga si pemuda dan keluarga si gadis.

Upacara nontoni biasanya di prakarsai oleh pihak keluarga pria. Namun,

sebelum melakukan nontoni, biasanya (jaman dahulu) pihak keluarga pria terlebih

dahulu melakukan dom sumuruping banyu terhadap pihak si gadis yang akan di

jadikan menantu, dengan mengirim seseorang yang dipercaya. Dom sumuruping

Page 94: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

78

banyu bermakna penyelidikan secara rahasia oleh seseorang sebagai utusan

keluarga pria terhadap si gadis (termasuk keluarganya). Setalah di peroleh

informasi mengenai si gadis dan orang tua si pria menyetujuinya, baru kemudian

di lanjutkan dengan proses nontoni. Apabila hasil nontoni memuaskan dan si pria

bersedia menerima pilihan orang tua nya, maka di adakan lah musyawarah antara

orang tua atau pinisepuh dari pihak si pria untuk menentukan tata cara lamaran.

2. Lamaran

Acara lamaran di laksanakan setelah upacara nontoni berlangsung dengan

baik dan sepakat. Upacara lamaran ini hampir sama dengan upacara nontoni,

yang mana pihak keluarga calon mempelai pria datang kerumah orang tua calon

mempelai pengantin perempuan, tetapi tujuannya bukan lagi nontoni, melainkan

lamaran.

Lamaran adalah cara meminta seorang anak perempuan untuk seorang

anak laki-laki yang akan di jadikan istri olehnya, dil akukan oleh kedua belah

pihak (Saryoto, 1980:3). Selanjutnya apabila telah ada kesepakatan antara

seorang pria dengan seorang perempuan untuk hidup berumah tangga dan kedua

keluarga menyetujui, maka keluarga pria akan mengadakan lamaran kepada

keluarga perempuan. Cara melakukan lamaran ini menurut Wardoyo (n.d:18) ada

dua jenis yaitu: (1) Secara Langsung, artinya sudah pasti lamarannya akan

diterima. Hal ini terjadi jika antara seorang pria dengan seorang perempuan telah

ada kesepakatan, begitu juga antara kedua keluarga, maka keluarga pria

mengadakan lamaran kepada keluarga perempuan. Biasanya yang melamar orang

tua si pria, beserta para keluarga dekat dari pihak keluarga pria. Tetapi sebagai

juru bicara adalah salah seorang keluarga dekat pria, contohnya pakde calon

Page 95: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

79

penganti pria. Lamaran adalah suatu peristiwa yang penting sehingga di

khawatirkan kalau orang tua yang berbicara secara langsung kepada pihak

keluarga perempuan akan menimbulkan keharuan bagi orang tua kedua belah

pihak karena hal ini menyangkut hubungan anak mereka. Jika keharuan telah

timbul maka apa-apa yang telah di rencanakan di khawatirkan tidak dapat di

laksanakan sebagaimana semestinya. (2) Memakai surat, artinya lamarannya

belum pasti akan di terima. Hal ini terjadi apabila seorang pria dan seorang

perempuan belum akrab benar, begitu pula dengan kedua keluarga. Yang

membawa surat lamaran adalah congkong. Congkong dalam bahasa Indonesia bisa

berarti tiang penyangga. Maksudnya orang yang ikut berperan dalam

terlaksananya suatu perjodohan. Yang menjadi congkong biasanya orang yang

mempunyai hubungan saudara. Setelah congkong memberikan surat lamaran,

congkong pula yang akan membawa pulang surat jawaban, apakah lamaran di

terima atau tidak. Jika lamaran telah diterima, maka segera diatur dan

dipersiapkan srah-srahan.

Dalam penelitian ini, sepasang calon pengantin sudah saling mengenal dan

di antara keduanya memiliki cerita singkat dalam proses pendekatan (perkenalan)

terhadap satu sama lainnya dan memiliki hubungan kasih sayang yang terjalin di

antara keduanya, keterangan ini didapat atas cerita singkat dari kedua mempelai

pengantin pada puncak acara resepsi saat di wawancarai oleh pembawa acara.

Sehingga lamaran di lakukan secara langsung oleh orang tua calon pengantin pria

beserta para sanak saudara terdekatnya. Sebagai juru bicara adalah seorang

utusan dari pihak keluarga calon mempelai pria yang telah di percaya sebagai juru

bicara dalam proses upacara lamaran. Porses lamaran di laksanakan di Medan

Page 96: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

80

Selayang, Kecamatan Sei Batu Gingging No. 80 (di rumah kediaman Bapak

Djumali, SH.). lamaran tersebut di laksanakan pada tanggal 8 Maret 2013.

Lamaran yang di laksanakan menggunakan gaya Melayu, dimana dalam

kaitannya para wali yang menjadi utusan kedua belah pihak keluarga calon

mempelai pengantin menggunakan tata cara adat Melayu. Ini merupakan suatu

bentuk adaptasi budaya yang menyatukan dua buah insan yang berbeda suku

antara suku Jawa dengan suku Melayu. Prosesi ini dilakukan guna menghormati

pihak mempelai pria yang berasal dari suku Melayu.

Gambar 3.6

Prosesi Lamaran dengan Gaya Adat Melayu

(Dokumentasi Sugiardi 2013 ©Mamipapi Photowork)

Melakukan lamaran sama artinya dengan meminang. Jadi, lamaran adalah

upacara pinangan calon pengantin pria terhadap calon pengantin perempuan.

Upacara lamaran ini di lakukan setelah calon pengantin pria menyetujui untuk di

jodohkan dengan si gadis pada saat nontoni di lakukan beberapa waktu yang lalu.

Adapun urutan prosesi lamaran adalah sebagai berikut:

Page 97: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

81

Pertama-tama, pada hari yang telah di tetapkan tersebut, datanglah orang

tua calon pengantin pria dengan membawa ole-ole yang di wadahi jadong.

Jadong adalah tempat makanan dan sejenis atau wadah ole-ole yang di bawa oleh

pihak orang tua calon pengantin pria. Pada zaman dahulu, jadong ini biasanya di

pikul oleh empat orang pria. Sedangkan makanan yang di bawa pada saat

lamaran biasanya terbuat dari beras ketan, seperti jadah, wajik, rengginang, dan

sebagainya. Sebagaimana di ketahui, beras ketan (setelah dimasak) bersifat

lengket. Sehingga, aneka makanan yang terbuat dari beras ketan itu mengandung

makna sebagai pelekat, yaitu di harapkan kelak kedua calon penagntin dan antar

besan tetap lengket.

Namun pada penelitian ini, penulis melihat adanya perbedaan yang sangat

terasa dimana hal lamaran di lakukan dan di laksanakan menggunakan adat

melayu dalam tata bahasa penyampaian maksud dan tujuan. Namun seiring

dengan itu, cirri khas adat Jawa tetap di tampilkan oleh pihak keluarga calon

mempelai perempuan dalam menyajikan beberapa jamuan dan tata cara

penyambutan kepada pihak keluarga calon mempelai pria.

Selanjutnya, setelah lamaran diterima, kedua belah pihak merundingkan

hari baik (gethok dina) untuk melaksanakan acara srah-srahan dan upacara

paningsetan. Banyak keluarga Jawa yang masih melestarikan sistem pemilihan

hari pasaran pacarawa dalam menentukan hari baik untuk upacara paningsetan

dan hari ijab perkawinan.

Page 98: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

82

3. Srah-srahan dan Peningsetan

Setelah kesepakatan hari yang baik yang telah di dapat dari proses lamaran

maka di lanjutkan dengan upacara srah-srahan dan peningsetan. Srah-srahan

adalah penyerahan barang-barang tertentu dari calon pengantin pria kepada calon

pengantin perempuan sebagai paningset, yang artinya tanda pengikat (Harpi

Melati, 1988:2). Paningset di maksudkan sebagai tanda lamaran resmi yang

mengandung makna seorang perempuan sudah ada yang punya dan tidak boleh di

lamar oleh pria lain. Peningsetan berasal dari kata singset, yang artinya ikat.

Dalam perkawinan ada Jawa, peningsetan adalah upacara penyerahan suatu

simbol pengikat dari pihak orang tua calon pengantin pria kepada pihak calon

pengantin perempuan.

Adapun bahan atau barang-barang yang di jadikan sebagai srah-srahan

dan peningsetan kepada calon pengantin perempuan adalah bergantung dari

kemampuan calon pengantin pria memberinya. Tetapi pada umumnya barang-

barang yang di serahkan terdiri dari kain batik, bahan pakaian kebaya, sandal, tas,

seperangkat alat sembahyang, pakaian dalam perempuan, sejumlah uang tunai

sebagai bantuan dari pihak calon pengantin pria kepada pihak perempuan dalam

melaksana upacara perkawinan, alat-alat kosmetik, perhiasan emas, tidak lupa

perlengkapan seperti tempat tidur, dan lemari pakaian.

Page 99: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

83

Gambar 3.7

Berbagai bentuk barang-barang sebagai Srah-srahan

(Dokumentasi Sugiardi 2013 ©Mamipapi Photowork)

Sebagai ciri khas pengikat (peningsetan) yang dapat di lihat ialah di tandai

oleh adanya perhiasan emas berupa cincin sebagai tanda ikat. Jika calon

pengantin perempuan memiliki abang dan atau kakak yang belum menikah, maka

saat srah-srahan ini juga dibawa barang-barang untuk langkahan sesuai dengan

apa yang di minta oleh abang dan atau kakak. Pada penelitian ini calon pengantin

perempuan memilik dua orang abang yang belum menikah, sehingga harus di

laksanakan proses langkahan tersebut.

Sementara barang–barang yang di bawa oleh pihak calon pengantin pria

sebagai persayaratan adat dalam buku Harpi Melati (1988:2-3) adalah sebagai

berikut:

a. Pisang raja dua sisir, sebagai lambang orang tua kedua belah pihak akan

menyatu menjadi keluarga atau besan.

Page 100: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

84

b. Suruh ayu (daun sirih) secukupnya, sebagai lambang sedyo rahayu yang

artinya harapan kesejakteraan.

c. Dua batang tebu wulung yang panjang nya 30 cm, sebagai lambang anteb

ing kalbu yang artinya symbol kehidupan yang manis disertai dengan

kemantapan hati.

d. Dua buah jeruk gulung (jeruk besar), sebagai lambang kebulatan tekad

dalam membina kehidupan berumah tangga.

e. Dua buah cengkir gading (buah kelapa yang berwarna kuning), sebagai

lamabng kenceng ing piker yang artinya kuatnya tekad serta kesucian.

f. Makanan seperti kue-kue dan buah-buahan, sebagai simbol pangan.

Semua barang-barang yang di bawa tersebut tersusun rapi di dalam

nampan (talam) atau keranjang rotan. Pada waktu srah-srahan calon pengantin

pria juga ikut karena pada srah-srahan ini juga di adakan tukar cincin antara

kedua pengantin, sekalgus membicarakan dan di sepakati hari untuk pelaksanaan

upacara perkawinan. Pada umumnya jarak waktu antara srah-srahan dengan

upacara perkawinan tidak boleh lebih dari setahun. Hal ini di maksudkan untuk

menghindari perbuatan-perbuatan yang di larang oleh agama maupun adat-

istiadat. Pelaksanaa dari semua prosesi di lakukan ketika antara kedua calon

pengantin sudah dewasa dan telah memiliki pekerjaan masing-masing. Maka

keluarga Bapak Djumali, SH., menentukan hari pernikahan, yaitu pada tanggal 4

mei 2013 dan melaksanakan upacara panggih pada tanggal 5 mei 2013 di Aula

pertemuan Hotel Danau Toba Internasional Medan.

Page 101: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

85

4. Pasang Tratak dan Tarub

Empat hari sebelum upacara perkawinan di mulai, pihak keluarga calon

pengantin perempuan memasang tratak dan tarub. Hal tersebut juga di dasarkan

atas telah selesainya segala administrasi, seperti penyebaran undangan

perkawinan, surat izin pernikahan, dan lain-lain. Maka di dirikanlah tratak dan

tarub di depan rumah calon pengantin perempuan untuk melaksanakan beberapa

upacara yang harus di lakukan dirumah orang tua calon pengantin perempuan,

sedangkan pada upacara panggihnya di gedung aula pertemuan Hotel Danau Toba

Internasional Medan.

Pada penelitian ini, tratak dan tarub di pasang pada hari kamis (2 mei

2013). Di kanan kiri pintu masuk tarub di beri hiasan kain gorden yang

menyeluruh di antara tratak-tratak yang di pasang. Pada pintu masuk utama di

beri hiasan yang di sebut tuwuhan yang berasal dari kata tuwuh yang mengandung

makna tumbuh (Harpi Melati, 1988:4). Adapun bahan-bahan yang di gunakan

untuk membuat tuwuhan adalah sebagai berikut:

a. Dua buah pohon pisang raja yang masih lengkap dengan tandan buah

pisangnya, di pasang pada kanan dan kiri pintu masuk utama. Sebagai

lambang harapan agar sepasang mempelai bahagia seperti raja,

memperoleh banyak rejeki sebanyak buah yang ada, serta dapat

mengasuh anak-anak dengan tentram dan rukun seperti tunas pisang

muda yang selalu berkumpul di sekeliling batang induknya.

b. Cengkir legi dan cengkir gading (kelapa hijau dan kelapa kuning

muda). Cengkir legi (kelapa hijau) dipasang satu janjang ( yangmasih

mempunyai tangkai) pada pintu masuk utama sebelah kiri. Cengkir

Page 102: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

86

legi melambangkan kesehatan karena air kelapa hijau dikenal sebagai

obat penawar. Cengkir gading (kelapa kuning) di pasang satu janjang

di pintu masuk utama sebelah kanan. Cengkir gading melambangkan

koko dalam pendirian. Banyaknya cengkir (kelapa) yang di pasang

bisa dua atau tiga buah.

c. Dua buah tebu wulung yang di pasang pada kanan dan kiri pintu masuk

utama. Masing-masing satu batang. Tebu wulung melambangkan

symbol kehidupan yang manis, serta kemantapan hati.

d. Bermacam-macam dedaunan, seperti daun kluwih, daun apa-apa, daun

alang-alang, daun beringin, daun kemuning, dan daun girang. Daun

kluwih melambangkan bahwa kelak di harapkan keluarga pengantin

mempunyai kelebihan dari yang lainnya. Daun apa-apa dan daun

alang-alang melambangkan tiada satupun yang menghalangi serta di

jauhkan dari kesengsaraan. Daun beringin melambangkan kekokohan

serta perlindungan, artinya semoga kehidupan kedua pengantin bisa

koko dan dapat menjadi perlindungan bagi kerabatnya ataupun

tetangganya. Daun kemuning melambangkan keagungan dan

keharuman, artinya semoga kedua pengantin akan selalu harum

namanya di dalam leingkuangan masyarakat dan di gunakan di antara

yang lainnya. Daun girang malambangkan semoga kedua pengantin

dalam membentuk rumah-tangga selalu mendapat kebahagiaan.

e. Seikat padi dan seikat benih buah kelapa yang masih menguning yang

melambangkan kehidupan pokok dalam masayarakat.

Page 103: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

87

f. Pintu masuk utama (diatas tuwuhan) di beri hiasan janur kuning yang

melambangkan keselamatan.

Yang membuat tuwuhan adalah orang yang mengetahui tentang komponen

dari tuwuhan tersebut. Bisanya tukang janur, pembuatan tuwuhan di lakukan pada

hari jumat pagi (tanggal 3 Mei 2013).

B. Persiapan Upacara Menuju Hari Perkawinan

1. Siraman

Upacara Siraman yang menjadi objek penulisan ini, di laksanakan pada

tanggal 03 mei 2013 di kediaman rumah keluarga Bapak Djumali, SH. Upacara

Siraman pada umumnya di laksanakan di rumah masing-masing calon mempelai

pengantin, namun pada penelitian ini penulis melihat adanya prosesi upacara

siraman di laksanakan di rumah kediaman calon mempelai pengantin perempuan,

sehingga calon pengantin pria juga turut melaksanakan prosesi upacara siraman di

rumah calon pengantin perempuan. Sebelum di laksanakan upacara panggih,

terlebih dahulu di adakan upacara siraman bagi kedua pengantin. Upacara

siraman bagi kedua pengantin mengandung arti membersihkan dan mensucikan

diri, sehingga pada saat upacara akad nikah dan panggih, kedua pengantin bersih

jasmani dan rohaninya (Zebua, 1975:33). Acara siraman ini di laksanakan pada

hari jumat (3 Mei 2013) jam 10 siang. Penulis melihat dalam upacara siraman

tersebut menggunakan cara yang berbeda dalam melaksanakan prosesi siraman

yang semestinya yang menggunakan sarana gosokan badan (kosokan) yang

menggunakan bahan bahan seperti; Tepung beras tujuh warna, Mangir, Daun

Kemuning, Air satu Klenting, Ratus dengan anglonya, namun tidak demikian

Page 104: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

88

adanya dengan yang penulis teliti yaitu pada saat upacara siraman berlangsung

hanya melakukan siraman biasa yang di sertai bunga-bungaan setaman serta

cengkir (kelapa muda berwarna kuning) yang di masukkan kedalam sebuah wadah

gentong emas (bongkor) berisi air, kebagian-bagian badan calon mempelai

pengantin dengan hitungan ganjil yang di awali dengan doa yang di utarakan oleh

kedua orang tua kedua mempelai kepada Allah SWT, serta di akhiri dengan

prosesi ambil wudhu’ yang sama seperti ajaran Islam. Adapun bahan dan alat-alat

yang di gunakan dalam upacara siraman adalah sebagai berikut:

a. Dingklik (bangku kecil pendek terbuat dari kayu), yang di lapisi

dengan klasa bangka (tikar) yang melambangkan dasar kehidupan.

b. Air Tawar yang di beri bunga setaman (bunga melati, bunga mawar,

dan bunga kenanga, serta irisan daun pandan dan jeruk purut), dua

buah kelapa gading yang diikat menjadi satu, dan jeruk purut di dalam

bokor (mangkuk besar/gentong yang terbuat dari kuningan).

c. Sebuah kendi (tempat air yang terbuat dari tanah) yang di isi air.

d. Handuk yang berwarna hijau dengan motif bunga-bunga melati.

e. Nasi Tumpeng robyong

f. Bubur 2 warna (Merah dan Putih)

g. Alas Siraman:

1. Klasa Bangka barus

2. Kain Letrek

3. Kain Sindur

4. Kain yuyu sekandang

5. Kain Lurik puluh watu

Page 105: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

89

6. Kain lawon

7. Sembagi

8. Daun Kluwih

9. Daun dadap serep

10. Daun alang-alang.

Adapun proses jalannya upacara siraman adalah sebagai berikut:

Tata cara melakukan siraman ini sama untuk pihak calon pengantin pria,

karena upacara siraman di lakukan pada tempat yang sama di rumah kediaman

orang tua calon mempelai perempuan, sehingga tidak ada lagi proses siraman di

rumah calon mempelai pria. Semua utuh di lakukan secara serentak di rumah

kediaman orang tua calon mempelai perempuan.

Pada saat siraman calon pengantin perempuan memakai kain dan baju

yang berbentuk kemben (pakaian yang di gunakan sebatas dada ke bawah dan

mengggunakan kain dari pinggang sampai ke tumit kaki) berwarna hijau dengan

motif bunga-bunga berwarna putih. Setelah semua bahan dan alat untuk siraman

lengkap, maka calon pengantin perempuan di bimbing oleh juru rias pengantin

menghadap orang tuanya untuk melakukan sungkeman memohon doa restu karena

pengantin perempuan akan memasuki kehidupan baru dalam berumah tangga.

Page 106: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

90

Gambar 3.8

Busana Siraman Khas Adat Jawa

(Dokumentasi Sugiardi 2013 ©Mamipapi Photowork)

Selanjutnya setelah sungkeman, calon pengantin perempuan di bimbing

oleh kedua orang tuanya menuju ketempat siraman. Tempat untuk siraman ini

terletak di depan rumah yang dihiasi dengan tratak dan tarub (kain gorden) dan di

hiasi sedemikian rupa.

Page 107: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

91

Gambar 3.9

Prosesi Sungkeman sebelum Siraman

(Dokumentasi Sugiardi 2013 ©Mamipapi Photowork)

Page 108: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

92

Gambar 3.10

Sarana dan Prasarana Siraman

(Dokumentasi Sugiardi 2013 ©Mamipapi Photowork)

Gambar 3.11

Perlengkapan Siraman

(Dokumentasi Sugiardi 2013 ©Mamipapi Photowork)

Page 109: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

93

Gambar 3.12

Kembang Setaman dan Cengkir yang sudah di masukkan ke dalam Bokor

(Dokumentasi Sugiardi 2013 ©Mamipapi Photowork)

Sesampainya di tempat siraman, pengatin perempuan di dudukkan di

dingklik (bangku), kemudian sebelum di mulainya acara siraman terlebih dahulu

di bacakan doa keselamatan oleh orang yang telah di tunjuk oleh pihak keluarga

calon pengantin perempuan. Yang memandikan pertama adalah Ayah, di siram

dengan air yang terdapat di dalam bokor sebanyak tiga kali, lalu di lanjutkan

denga Ibu. Yang di akhiri dengan pengambilan air wudhu’ oleh calon pengantin

perempuan dari kendi yang di lakukan oleh ayah calon pengantin perempuan

kepada anak perempuannya tersebut.

Page 110: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

94

Gambar 3.13

Prosesi Siraman pada calon pengantin perempuan oleh kedua orang tua

(Dokumentasi Sugiardi 2013 ©Mamipapi Photowork)

Setelah itu di lanjutkan oleh para pinisepuh yang telah mantu atau tidak

ganjil (artinya masih lengkap suami-istri). Hal ini di maksudkan agar dapat

menurunkan kebahagiaan kepada pengantin. Pinisepuh yang menyirami

berjumlah ganjil, misalnya lima atau tujuh, termasuk juru rias pengantin, cara

menyiramnya juga sebanyak tiga kali.

Setelah air kendi habis, kemudian kendi tersebut di pecahkan dengan cara

membantingkannya ke lantai oleh ayah pengantin seraya mengucapkan kata-kata:

“Calon penganten wis pecah pamore”, yang artinya calon pengantin perempuan

telah muncul daya tariknya. Setelah siraman selesai dan tubuh calon pengantin

perempuan telah di bersihkan dan di keringkan, Ayah calon pengantin perempuan

membimbing pengantin perempuan menuju kamar pengantin. Calon pengantin

perempuan berjalan di belakang ayahnya sambil memegang pundak dan ibu

Page 111: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

95

mengikuti di belakang anaknya. Hal ini melambangkan ngentasake anak, yang

artinya akan membawa anak pada kehidupan mandiri dan membina keluarga

sendiri. Cara yang sama dan waktu yang sama di lakukan acara siraman untuk

calon pengantin pria dirumah calon pengantin perempuan dengan menggunakan

kain panjang berwarna kuning yang di selempangkan menjadi bentuk pakaian di

badan bagi calon pengantin pria.

Gambar 3.14

Prosesi Pecah Kendi

(Dokumentasi Sugiardi 2013 ©Mamipapi Photowork)

2. Adol Dawet (Dodolan Dawet)

Setelah siraman, kemudian calon pengantin perempuan di dudukkan di

atas tempat tidur yang sudah di beri alas klasa Bangka (tikar). Kemudian kedua

orang tua khususnya sang ayah calon pengantin perempuan, menggunting anak

rambut (pangkas rikma) calon pengantin perempuan. Hal ini menandakan di

mulainya tata rias pengantin, namun dalam penelitian ini penulis melihat upacara

Page 112: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

96

tata rias di laksanakan keesokan harinya setelah upacara ijab kabul tersebut.

Setelah acara pemotongan anak rambut (pangkas rikma) oleh kedua orang tua

calon pengantin selesai, rambut di kumpulkan di talam kecil berwarna putih yang

di lakukan oleh sang Ibu, kemudian kedua orang tuanya menuju teras depan

rumah. Ayah melubangi tanah dengan cangkul kecil dan kemudian menanam

anak rambut calon pengantin perempuan. Prosesi ini mengandung makna,

sekalipun anaknya telah berkeluarga sendiri, namun pengantin perempuan tetap

menjadi bagian dari keluarga besar orang tuanya.

Kemudian setelah acara gunting anak rambut (pangkas rikma) oleh kedua

orang tua calon pengantin terhadap anak perempuannya, kedua orang tua calon

pengantin perempuan kembali masuk untuk menjemput anak perempuannya yang

sudah berganti pakaian dan keluar menuju halaman depan rumah untuk

mengadakan acara dulangan (menyuapi) dan dodolan dawet (berjualan cendol).

Dulangan di lakukan hanya oleh kedua orang tua calon pengantin perempuan,

yang memiliki makna kasih sayang orang tua terhadap anaknya. Sementara itu

ketika acara dulangan telah selesai di lajutkan dengan Dodolan dawet yang juga

di lakukan hanya oleh kedua orang tuan calon pengantin. Ibu menjual cendol

(dawet), sedangkan ayah menerima uangnya yang berbentuk uang kreweng (

biasanya uang-uangan dari pecahan genteng, namun kali ini menggunakan uang

recehan) sambil memayungi ibu (istrinya). Yang membeli adalah para tamu yang

hadir pada saat siraman dengan uang kreweng tersebut. Dodolan dawet ini

memiliki makna suasana yang meriah, yang melambangkan harapan agar pada

pesta perkawinan nantinya akan banyak tamu yang datang. Selain itu juga di

sediakan kue-kue dan makanan bagi para tamu yang hadir. Dawet (cendol) juga

Page 113: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

97

di berikan kepada calon pengantin prianya. Hal ini di maksudkan supaya calon

pengantin pria dapat merasakan nikmatnya dawet (cendol) yang di berikan

tersebut.

Gambar 3.15

Prosesi Adol Dawet oleh Orang Tua mempelai perempuan

(Dokumentasi Sugiardi 2013 ©Mamipapi Photowork)

3. Midodareni

Midodareni berasal dari kata widodari, yang artinya bidadari. Bagi

pengantin Jawa, prosesi malam midodareni merupakan tradisi yang tidak pernah

di tinggalkan mengingat malam itu di yakini sebagai saat turunnya bidadari dari

khayangan ke kediaman calong pengantin perepmuan untuk menularkan aura

Page 114: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

98

kecantikannya agar sang mempelai tampak bersinar pada saat upacara keesokan

harinya.

Berlangsungnya prosesi midodareni dumulai dari pukul 18-00 sampai

dengan 24.00 WIB (tengah malam). Selama itu pula calon pengantin perempuan

tidak di perbolehkan keluar dari kamar pengantin dan tidak di perkenankan pula

untuk bertemu calon penganti pria. Begitu juga sebaliknya. Apabila ada tamu

yang ingin bertemu dengan calon pengantin perempuan, maka mereka harus

masuk ke kamar pengantin di damping oleh para kerabat dan pinisepuh. Adapun

maksud dia dakan nya tirakatan adalah sebagai upaya diri untuk laku prihatin dan

berlatih mengendalikan diri sekaligus sebagai permohonan kepada Yang Maha

Kuasa agar perkawinan yang akan di lakukan mendapatkan berkah dan rahmat

dari-Nya.

Malam itu calon pengantin perempuan hanya di rias tipis dan sederhana,

serta pemakaian inai di jari pengantin pada setiap calon mempelai pengantin.

Uniknya dalam penelitian ini juga penulis melihat ada perkembangan budaya

yang di adaptasikan ke dalam budaya yang di miliki oleh seseorang atau etnik,

baik itu di lakukan secara inisiatif sendiri yang di buat oleh kedua calon pengantin

maupun dari keluarga dimana ketika malam hari setelah prosesi upacara siraman

telah sukses di laksanakan maka kedua tangan dari kedua calon pengantin tersebut

di beri inai sebagaimana bentuk dan geometrisnya menyerupai budaya inai gadis

India ketika menjelang hari pernikahan. Beberapa pengalaman penulis dalam

melihat perkembangan budaya inai ini juga ada terdapat dalam acara resepsi-

resepsi pernikahan adat lainnya seperti Melayu, pada pernikahan suku Minang,

Page 115: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

99

serta percampuran dua suku yang berbeda selama bekerja dalam penyedia jasa

foto Wedding.

Gambar 3.16

Pemasangan Inai pada jari calon pengantin

(Dokumentasi Sugiardi 2013 ©Mamipapi Photowork)

Selanjutnya mengenakan busana sawitan (busana yang tidak menyolok

warnanya, atasan dan bawahan terbuat dari bahan dan warna senada). Dan tanpa

mengenakan perhiasan maupun bunga, hanya menggunakan cincin pertunangan.

Di dalam kamar, calon pengantin perempuan di temani oleh para pinisepuh dan

kerabat yang kesemuanya adalah perempuan juga. Acara malam midodareni juga

di maksudkan sebagai malam tirakatan, sehingga lebih terkesan hening dan tenang

karena tidak ada gamelan atau musik yang di bunyikan.

Page 116: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

100

Sekitar puku 19.00 WIB, calon pengantin pria datang kerumah calon

pengantin perempuan dengan menggunakan busana yang sopan, busana batik

yang di sertai jas hitam (pada kalangan masayarakat Jawa asli pada umumnya

menggunakan busana beskap jawa lengkap, yakni kain batik wiron, jas beskap dan

blangkon, tanpa mengenakan keris). Setibanya calon pengantin pria, salah

seorang pendamping mengutarakan maksud kedatangan calon pengantin pria

dengan membawa beberapa srah-srahan, bahwa tujuannya adalah untuk

menunjukkan bahwa calon mempelai pria dalam keadaan sehat dan selamat, dan

hatinya telah mantab untuk menikahi putri mereka, ini biasanya di kalangan orang

Jawa sendiri disebut sebagai Jonggolan. Jonggalan merupakan rangkaian upacara

yang terdapat di dalam upacara malam midodareni, yang di artikan bahwa calon

pengantin pria datang menghadap calon mertua. Jonggolan juga di maksudkan

untuk meyakinkan bahwa calon pengantin pria tidak kabur karena telah siap lahir

dan batin. Kemudian orang tua calon pengantin perempuan menyambut dengan

hangat maksud dan kedatangan calon pengantin pria dengan tangan terbuka,

dengan menyuguhkan berbagai makanan dan minuman.

Di tengah-tengah prosesi ini ada terdapat istilah Pasrah Sanggan. Kata

pasrah sanggan berasal dari dua suku kata, yaitu pasrah dan sanggan. Pasrah

berasal dari kata srah atau serah, yang memiliki arti menyerahkan, sedangkan

sanggan berasal dari kata sanggan, yang berarti melipat tangan; menjalani

(misalnya hukuman) atau membiayai. Maksud membiayai adalah pihak calon

pengantin pria memberikan atau ikut memberikan dana untuk menggelar acara

hajatan yang di adakan di rumah calon orang tua pengantin perempuan.

Page 117: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

101

Oleh karena itu, dalam pernikahan adat Surakarta (Solo) ada istilah sangga

tukon, yang berasal dari kata tuku (membeli). Kata tukon disini tidak dalam arti

membeli, melainkan lebih bersifat ikut membiayai upacara. Dengan demikian

pasrah sanggan adalah prosesi upacara penyerahan uba rampe (barang bawaan)

oleh keluarga pihak calon pengantin pria kepada keluarga pihak calon pengantin

perempuan.

Saat proses jonggolan berlangsung, maka ayah di dampingi istri calon

pengantin perempuan menghampiri anak perempuannya yang berada di dalam

kamar, ini juga merupakan bagian dari upacara malam midodareni yang di sebut

sebagai Tantingan. Tantingan adalah prosesi menanyakan sekali lagi kemantapan

hati putrinya oleh ayah kepada calon pengantin perempuan (putrinya) tersebut

untuk berumah tangga.

Menjawab pertanyaan kedua orang tua, maka calon pengantin perempuan

menyatakan bahwa ia menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada orang tuanya.

Biasanya ini jawaban putrinya menggunakan syarat, namun informasi yang

penulis dapat hanya berupa jawaban saja yang menyerahkan seutuhnya keputusan

kepada orang tuanya, tanpa menggunakan syarat seperti di carikan sepasang

kembar mayang sebagai syarat pernikahan.

C. Upacara Perkawinan

Upacara perkawinan secara agama merupakan sesi penting dalam seluruh

rangkainan perjamuan perkawinan. Perkawninan ini di laksanakan menurut agama

Islam sesuai agama yang di anut oleh kedua calon mempelai untuk menjadi suami

isteri secara sah di hadapan Allah SWT. Dengan di laksanakannya upacara

Page 118: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

102

perkawinan secara agama atau lazimnya di sebut akad nikah, berarti kedua

mempelai sudah resmi menjadi suami istri, baik dimata Allah SWT, maupun

secara hukum administrasi pemerintahan.

Pada hari upacara perkawinan sebagai puncak acara pernikahan yang berada

di Jln. Sei Batu Gingging, Kecamatan Medan Selayang adalah terbagi atas dua

hari seperti apa yang telah penulis jelaskan pada bab 1. Pelaksanaan ijab Kabul

berbeda hari dengan upacara panggih, yaitu upacara ijab Kabul di laksanakan

pada hari sabtu tanggal 4 mei 2013, sementara upacara panggih di lakukan pada

hari minggu tanggal 5 mei 2013 di Gedung aula Hotel Danau Toba Internasional

Medan.

Berikut prosesi puncak acara dari Upacara perkawinan adat Jawa yang ada di Jln

Sei Batu Gingging, Kecamatan Medan Selayang, Medan:

1. Ijab Kabul

Sebagai prosesi pertama pada puncak acara ini adalah pelaksanaan ijab

yang melibatkan pihak penghulu dari KUA. Setelah acara ini berjalan dengan

lancar dan di anggap sah, maka kedua mempelai resmi menjadi suami istri.

Ijab Kabul merupakan acara yang paling penting dalam rangkaian upacara

perkawinan, karena pada acara inilah seorang pria dan seorang perempuan telah

sah berdasarakan syari’ah (hokum islam) sebagai suami-isteri. Ijab-kabul ini di

laksanakan di kediaman rumah keluarga mempelai calon pengantin perempuan.

Jika saksi-saksi yang berkepentingan untuk upacara ijab-kabul telah hadir, yaitu

(1) penghulu (tuan kadi), (2) calon pengantin pria, (3) orang tua pengantin wanita

dan pria, (4) calon pengantin perempuan (menunggu di kamar pengantin), (5) dua

Page 119: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

103

orang saksi, maka di adakanlah upacara ijab-kabul. Dalam ajaran Islam, pada saat

ijab-kabul pengantin pria harus menyerahkan mas kawin kepada pengantin

perempuan. Mas kawin adalah sejumlah uang atau barang yang di berikan

pengantin pria kepada peneantin perempuan sebagai syarat untuk sahnya suatu

pernikahan (Depdikbud, 1977:42). Dalam tulisan ini mas kawinnya adalah

seperangkat alat shalat, sepasang perhiasan Cincin emas dan uang tunai.

Setelah semua para saksi mendengarkan prosesi ijab-kabul yang di

lakukan oleh pengantin pria terhadap ayah mempelai pengantin pria dalam

menikahkan putrinya di anggap sah maka seluruh saksi dan para undangan kerabat

maupun keluarga yang ada dalam upacara ijab-kabul menghanturkan doa syukur

kepada Allah SWT. Kemudian di lanjutkan dengan pemasangan cincin mas

kawin serta pembacaan syarat nikah dan ketentuannya oleh pengantin pria yang

ada di dalam buku nikah yang sudah di sediakan oleh pihak tuan Kadi (KUA)

yang di akhiri dengan penanda tanganan oleh pihak memplai pengantin dan para

saksi. Upacara ijab-kabul yang di laksanakan pada penulisan ini pada tanggal 04

Mei 2013 pukul 08.30 WIB.

Inti dari upacara ini, baik secara makna maupun tradisi, adalah keluarga

pengantin perempuan menyerahkan (menikahkan) anak gadisnya atau putri nya

kepada pengantin pria, dan keluarga pengantin pria menrima pengantin

perempuan disertai dengan penyerahan mas kawin bagi pengantin perempuan.

Page 120: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

104

Gambar 3.17

Prosesi Ijab Kabul

(Dokumentasi Sugiardi 2013 ©Mamipapi Photowork)

2. Tepung Tawar

Sebagai akulturasi budaya adat Jawa yang ada di Sumatera, Khususnya

Sumatera utara maka dalam setiap penyajian upacara-upacara perkawinan pada

masyarakat Jawa menggunakan prosesi tepung tawar yang di ambil dari budaya

Melayu, dimana dalam hal ini Melayu adalah suku yang paling banyak di temukan

di pulau Sumatera yang memiliki upacara tepung tawar.

Upacara tepung tawar yang ada dalam penelitian ini di laksanakan di

dalam ruang tamu dari kediaman orang tua pengantin perempuan yang telah di

hiasi dengan pelaminan yang berukuran kecil sesuai dengan ukuran ruang tamu

yang ada. Dekorasi yang di gunakan seperti dekorasi pelaminan adat melayu yang

di padukan dengan pelaminan adat Jawa, dari beberapa peralatan yang digunakan

seperti payung yang berwarna kuning keemasan, kursi pelaminan yang bercorak

Page 121: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

105

Melayu, dan beberapa bunga-bungan hidup. Upacara tepung tawar di laksanakan

setelah Ijab-kabul terlebih dahulu dilakukan beberapa jam sebelumnya pada

tanggal 04 mei 2013.

Setelah acara tepung tawar di lanjutkan dengan suasana alunan Marhaban

dari para Ibu-ibu persatuan perwiritan yang di undang oleh pihak keluarga

mempelai perempuan untuk mengisi acara tepung tawar tersebut dengan berbagai

lagu-lagu islami sebagai rasa syukur kepada Allah SWT. Group Marhaban yang

ditampilkan dalam setiap upacara Perkawinan Adat merupakan hasil adaptasi

budaya Jawa yang tinggal di Sumatera pada umumnya, dan khususnya di

Sumatera Utara maupun kota Medan.

Gambar 3.18

Suasana Marhaban saat prosesi Tepung Tawar

(Dokumentasi Sugiardi 2013 ©Mamipapi Photowork)

Upacara tepung tawar ini di maksudkan untuk memberikan doa restu bagi

kesejahteraan kedua pengantin dan seluruh keluarga mereka. Selain pemberian

doa restu, upacara ini juga memiliki makna sebagai simbol penolakan terhadap

Page 122: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

106

segala bala dan gangguan yang mungkin mereka terima kelak. Upacara ini di

lakukan oleh keluarga terdekat, pemimpin atau tokoh masyarakat, serta ulama

yang sekaligus sebagai pembaca doa.

Adapun urutan pelaksanaan upacara ini adalah sebagai berikut: (1)

menaburkan tepung tawar ke telapak tangan kedua pengantin. (2) mengoleskan

inai ke telapak tangan pengantin kedua pengantin. (3) menaburkan beras kunyit

dan bunga rampai kepada kedua pengantin. (4) membasahi kedua tangan

mempelai dengan 3 helai daun pandan yang di lipat dan di ikat dengan tali dari

daun pandan pula dengan air yang telah di beri irisan bunga panda, bunga setaman

dan jeruk nipis.

Gambar 3.19

Perlengkapan Tepung Tawar

(Dokumentasi Sugiardi 2013 ©Mamipapi Photowork)

Page 123: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

107

Gambar 3.20

Prosesi Tepung Tawar yang dilakukan oleh Ayah mempelai

pengantin perempuan

(Dokumentasi Sugiardi 2013 ©Mamipapi Photowork)

Setelah semua acara usai dalam prosesi ini di akhiri dengan acara foto

bersama dengan para keluarga masing-masing serta para tokoh masyarakat yang

telah di undang. Upacara juga di tutup dengan dengan jamuan santap bersama.

Dalam acara ini, para tamu bersama-sama menikmati makanan dan minuman yang

di sajikan oleh tuan rumah yakni Bapak Hj. Djumali SH. yang beralamat di Jln.

Sei Batu Gingging, Kecamatan Medan Selayang, Medan.

3. Selametan (Kenduri)

Setelah upacara ijab Kabul serta upacara tepung tawar telah sukses

terlaksana maka pada malam harinya di lanjutkan untuk upacara Selametan yang

di laksanakan setelah shalat Isya’ yang di hadiri oleh para kerabat, tetangga dan

para undangan lainnya untuk memanjatkan doa kepada Alla SWT agar acara

Page 124: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

108

resepsi dapat terlaksana aman dan lancar serta mendapat perlindungan dari Allah

SWT dari segala musibah.

4. Paes

Upacara menghilangkan rambut halus yang tumbuh di sekitar dahi agar

tampak bersih dan wajahnya bercahaya, kemudian merias wajah pengantin

perempuan. Paes sendiri menyimbolkan harapan kedudukan yang luhur di apit

lambang bapak ibu dan keturunan.

Pada malam setelah Ijab-Kabul maka pada penelitian ini di laksanakan

malam midodareni. Midodareni seperti yang di telah di jelaskan di atas ini yang

menjadi kelanjutan untuk melaksanakan paes, hal ini di sebabkan atas penentuan

hari baik yang sudah di dapat dari kedua belah pihak keluarga mempelai, sehingga

terdapat perbedaan dalam pelaksanaannya. Midodareni merupakan malam

terakhir bagi pengantin perempuan sebagai soerang gadis. Pada malam

midodareni di harapakan pengantin perempuan tidak tidur sebelum pukul 00.00

WIB. Hal ini di maksudkan agar pengantin perempuan menunggu datangnya

dewi dan mendapat restu dari dewi.

Pada malam midodareni ini, juga pihak keluarga mempelai pengantin juga

mengadakan nebus kembar mayang . kembar mayang adalah dua buah hiasan

yang mempunyai bentuk yang sama yang terbuat dari janur kuning, di bentuk

sedemikian rupa sehingga mengibaratkan semua manusia dari empat penjuru

angin mempunyai satu kepercayaan yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Kembar

Mayang terbagi atas tiga bagian (Wardoyo: n.d. :34-37) yaitu: (1) Dasar, yaitu

bokor (tempat) tumpuan kembar mayang yang mengibaratkan manusia masih

berada dalam kendungan; (2) tubuh (deleg), yaitu batang pohon pisang raja yang

Page 125: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

109

di hiasi janur, dibentuk seperti piramid dengan alas lebar segi empat meruncing

keatas, mengibaratkan manusia telah lahir dan mengetahui dunia seisinya hingga

mencapai jodohnya; (3) puncak, yaitu buah nenas yang di letakkan di atas kembar

mayang yang mengibaratkan kekuasaan tertinggi yang di percayai yaitu Tuhan

yang Maha Esa.

Gambar 3.21

Kembar Mayang

(Dokumentasi Sugiardi 2013 ©Mamipapi Photowork)

Setelah pagi hari menjelang sekitar waktu subuh, kemudian kening

pengantin perempuan di rias dan di buat pola cengkrongan, dimana dalam

penelitian ini cengkrongan paes sendiri tidak di rias menggunakan lotha hijau

merata sampai penuh seperti apa yang pernah di lihat pada umumnya, namun

pembuatan pola cengkorongan sudah sangat praktis sehingga tidak menghabiskan

Page 126: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

110

banyak waktu untuk membentuk pola cengkorongan pada kening pengantin

perempuan. Bentuknya terbuat seperti kain lembut yang tepian paes di hiasi

dengan warna keemasan, ini merupakan bentuk paes secara modern sering di

sebut sebagai paes ageng.

Sanggul pengantin solo basahan disebut sanggul bokor mengkurep, karen

bentuknya menyerupai bokor terlungkup. Sanggul ini ditutup dengan rajut melati

kawungan. Pada sebelah kanan atas konde di sematkan untaian melati tiba dada

yang menjuntai ke dada. Di atas sanggul di pasang perhiasan kembang goyang.

Bagian dahi wajah pengantin mengggunakan riasan berbentuk lengkungan warna

hijau namun pada penelitian ini berwarna hitam yang tepi nya di warnai dengan

warna keeamasan yang terbuat dari kain khusus yang disebut paes. Serta pada

telinga di hiasin dengan anting-anting.

Bentuk Cengkorongan Paes:

(1) Gajahan: berbentuk setengah bulatan seperti ujung telur bebek ditengah-

tengah dahi diatas pangkal alis. Lebarnya kurang lebih 4 jari dan berjarak

3 jari diatas alis.

(2) Pengapit: dengan ukuran kurang lebih 2,5 jari dari tepi luar gajahan, yang

menyerupai kuncup bunga kantil, terletak disebelah kanan dan kiri

gajahan, ujung pengapit menghadap kepangkal alis.

(3) Penitis: bentuk penitis dengan lebar 2,5 jari, seperti bulatan ujung telur

ayam, ujung penitis kanan dan kiri menghadap kepangkal alis.

(4) Godeq: dengan ukuran 1 jari, seperti kuncup bunga turi, dari pangkal

penitis, garis-garisnya diteruskan masuk kedalam rambut kuran glebih 1

cm, kiri dan kanan.

Page 127: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

111

Perhiasan Sanggul pada pengantin perempuan:

(1) Sempyok: berbentuk garuda, dipasang pada tengah-tengah sanggul.

(2) Cunduk Mentul: di pasang sebanyak 9 buah cundul mentul, corak

menghadap ke depan (tradisi lama menghadap kebelakang), berjarak sama

agar terlihat seperti kipas mekar.

(3) Cunduk Jungkat: letaknya kurang lebih 3 jari dari pangkal gajahan, dijepit

sebelah kiri dan kanannya.

(4) Centung: berjumlah dua buah, masing-masing di pasang pada pangkal

pengapit.

Gambar 3.22

Cengkorongan Paes Ageng

(Dokumentasi Sugiardi 2013 ©Mamipapi Photowork)

Page 128: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

112

5. Panggih Temanten

Upacara Panggih di laksanakan setelah upacara akad nikah atau Ijab-

kabul. Kata Panggih berasal dari bahasa Jawa, yang artinya bertemu. Sehingga,

upacara panggih berarti pertemuan kedua pengantin setelah psosesi upacara akad

nikah selesai.

Sebelum upacara di mulai, terlebih dahulu benda-benda dan alat-alat untuk

upacara dipersiapkan pada tempatnya masing-masing, yaitu:

a. Kembar mayang pihak pengantin perempuan diletakkan disamping

kanan pintu masuk.

b. Nasi walimah untuk dahar klimah disebelah kanan pelaminan

c. Empat buah kursi ukiran di letakkan disebelah kiri pelaminan untuk

prosesi sungkeman.

d. Mulai dari pintu masuk sampai jalan menuju pelaminan di lapisi karpet

berwarna merah.

e. Kacar kucur di letakkan di sebelah kanan pelaminan.

f. Bokor yang berisi air bunga setaman dan telur ayam kampong yang di

letakkan di talam kuningan serta di taburi dengan bunga setaman di

letakkan berdampingan.

g. Dua buah Cengkir (buah kelapa muda) sebagai pendamping kembar

mayang yang di letakkan di sisi kiri dan sisi kanan pelaminan.

Page 129: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

113

h. Musik rekaman gendhing gamelan serta beberapa speaker dan sound

system.

Dalam penulisan ini upacara panggih mulai di laksanakan pada pukul

08.00 WIB, para undangan dari kerabat dan keluarga mulai berdatangan di

Gedung pertemuan Hotel Danau Toba Internasional Medan yang telah di dekorasi

sesuai adat Jawa. 30 menit kemudian pihak pengantin perempuan hadir untuk

menuju kursi pelaminan. Suasana menjadi sangat terasa sakral saat rekaman

gendhing gamelan klenengan (lagu-lagu hiburan) di putar. Setelah itu musik

gendhing gamelan Kebo Giro mulai di putar sesaat sebelum pihak rombongan

mempelai pria tiba di gedung.

Kemudian pembawa acara menyampaikan kata-kata pembukaan dengan

menggunakan bahasa Jawa halus di sertai terjamahannya kedalam bahasa

Indonesia mengenai pelaksanaan upacara perkawinan ini. Pembawa acara (Bapak

Agus Wayan) adalah seseorang yang telah di tunjuk oleh pihak keluarga

mempelai perempuan untuk memandu urutan-urutan dalam pelaksanaan upacara

panggih. Kata-kata pembukaan yang di sampaikan adalah:

1. Mengucapkan terimakasih kepada para tamu yang telah bersedia hadir

pada pelaksanaan upacara perkawinan ini.

2. Di harapakan kepada para tamu untuk memberikan doa restu kepada

kedua pengantin, karena sebentar lagi kedua pengantin akan

melaksanakan upacara panggih.

Page 130: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

114

3. Pengantin perempuan beserta orang tua telah siap dan sekarang duduk

di pelaminan menunggu kedatangan rombongan pengantin pria.

Dalam setiap upacara perkawinan adat Jawa pada umumnya ketika

mempelai pengantin perempuan berada di pelaminan selalu di dampingi dengan

dua orang gadis kecil yang di sebut sebagai Putri Domas yang memiliki makna

sebagai dayang-dayang seorang ratu. Namun di samping itu juga terdapat dua

orang pemuda remaja yang biasanya sebagai pendamping pengantin pria yang

membawa kembar mayang serta sanggan yang biasa disebut sebagai Manggolo

yang memiliki makna sebagai punggawa kerajaan. Dan ketika mempelai

pengantin perempuan masuk menuju pelaminan terdapat seorang pembawa jalan

dengan menggunakan jas beskap lengkap beserta atributnya yang di sebut sebagai

Cucuking Lampa. Ini yang menjadi sangat menarik bagi penulis dengan adanya

sisi kelengkapan dalam sebuah upacara adat Jawa pada umumnya, yang jarang

sekali di temukan pada upacara-upacara perkawinan adat Jawa yang penulis

pernah lihat sebelum-sebelumnya.

Gambar 3.23

Dua Orang Putri Domas

Page 131: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

115

(Dokumentasi Sugiardi 2013 ©Mamipapi Photowork)

Gambar 3.24

Seorang Manggolo yang Membawa Kembar Mayang

(Dokumentasi Sugiardi 2013 ©Mamipapi Photowork)

Gambar 3.25

Cucuking Lampa Pembawa Jalan Pengantin

(Dokumentasi Sugiardi 2013 ©Mamipapi Photowork)

Pada pukul 09.00 WIB pihak rombongan pria telah tiba di gedung

pertemuan Hotel Danau Toba Internasional Medan. Maka di mulailah upacara

panggih. Gendhing Kebo giro terus berlanjut sampai pihak rombongan mempelai

Page 132: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

116

pria berada di Gerbang pintu masuk menuju pelaminan yang telah di rias

sedemikian indah. Pada waktu upacara panggih bapak dan ibu pengantin pria

tidak boleh ikut dalam rombongan. Pengiring dan pendamping pengantin putra

adalah keluarga bapak dan ibu terdekat atau kerabat terdekat. Posisi iring-iringan

adalah pengantin pria berada di tengah-tengah. Kedua orang sebagai pendamping

pendamping harus lebih tua daripada pengantin pria sendiri dan masih utuh

(bukan status duda).

Di sebelah dalam pintu gerbang yang telah di hiasi dengan kain gorden

dan bunga-bunga hiasan terdapat barisan pemuda-pemudi yang menyambut

kedatangan pengantin pria, disebut dengan Pagar Bagus dan Pagar Ayu yaitu

barisan yang di isi oleh tujuh atau sembilan (wajib dalam hitungan ganjil) yang

masih dalam ikatan kerabat maupun keluarga dari kedua belah pihak mempelai

pengantin yang telah dipilih dan mengenakan busana kebaya lengkap pada Pagar

Ayu dan Pagar Bagus mengenakan jas beskap berwarna hitam dengan

menggunakan blankon di kepala, keris, dan kain batik. Serta mengenakan selop

khas Jawa.

Gambar 3.26

Page 133: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

117

Rombongan Pagar Bagus dan Pagar Ayu

(Dokumentasi Sugiardi 2013 ©Mamipapi Photowork)

Setelah melihat bahwa rombongan pihak pengantin pria tiba, pembawa

acara (Bapak Agus Wayan) menjelaskan bahwa rombongan pengantin pria telah

datang dan membawa dua buah sanggan. Yang satu berisi pisang raja dua sisir

dan beberapa ikat daun sirih dan yang satu lainnya berisi kelapa cikal bakal, serta

kembar mayang, yang semuanya melambangkan keselamatan.

Adapun urutan rombongan pengantin pria adalah sebagai berikut: (1)

pimpinan rombongan (paling depan, Bapak Cipto sebagai pemimpin rombongan

pihak mempelai pengantin pria), (2) dua orang remaja putri (masing-masing

membawa satu sanggan), (3) dua orang remaja putra membawa kembar mayang,

(4) pengantin pria, (5) para kerabat pengantin pria.

Gambar 3.27

Kata Sambutan dari Rombongan Pengantin Pria

(Dokumentasi Sugiardi 2013 ©Mamipapi Photowork)

Page 134: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

118

Setelah kedua rombongan siap untuk di pertemukan maka alunan rekaman

gendhing kebor giro digantikan dengan alunan rekaman gendhing monggang.

Pihak rombongan pengantin perempuan berada di depan pelaminan di dampingi

oleh kedua orang tua nya. Berikut urutan rombongan pengantin perempuan

(dimulai dari depan) adalah: (1) pimpinan rombongan pengantin perempuan

(Bapak Sumardji), (2) dua orang remaja putri yang mengenakan kebaya lengkap

membawa kembar mayang yang akan menerimanya dari pihak pengantin pria, (3)

orang tua pengantin perempuan, (4) dua orang putri Domas, (5) pengantin

perempuan, (6) para kerabat pengantin perempuan.

Kemudian pembawa acara menjelaskan bahwa sekarang kedua pengantin

telah di kawal oleh para kerabatnya dengan di pimpin oleh seorang pimpinan

rombongan yang telah di tunjuk oleh masing-masing kedua belah pihak.

Kemudian pemabawa acara Bapak Agus Wayan mempersilahkan pimpinan pihak

rombongan pengantin pria yakni Bapak Cipto untuk menyampaikan sambutan

yang biasanya berbahasa Jawa asli (Jawa halus) yang inti isinya sebagai berikut:

(1) Bahwa beliau adalah wali wakil dari pengantin pria beserta

rombongan

(2) Menyampaikan salam dari orang tua pengantin pria kepada pihak

pengantin perempuan

(3) Mengantarkan pengantin pria yang telah siap untuk melaksanakan

upacara Panggih.

(4) Rombongan pengantin pria telah siap untuk mengikuti jalannya

upacara, dimana segala perlengkapan dan tata cara pelaksanaannya di

serahkan kepada pihak yang berwenang.

Page 135: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

119

Gambar 3.28

Bapak Cipto, Pemimpin rombongan pengantin Pria

(Dokumentasi Sugiardi 2013 ©Mamipapi Photowork)

Setelah selesai kata sambutan dari pihak pimpinan rombongan pengantin

pria, di lanjutkan dengan mempersilahkan pimpinan rombongan pengantin

perempuan yaitu Bapak Sumardji untuk menyampaikan kata sambutan dengan

berbahasa Jawa halus juga, yang inti maknanya sebagai berikut:

(1) Mengucapkan selamat datang kepada rombongan pengantin pria.

(2) Kedatangan rombongan pengantin pria tepat waktu untuk

melaksanakanacara yang telah di jadwalkan.

(3) Kemudian acara srah-tinampi (serah-terima) di lakukan setelah

jawaban dari pihak rombongan pengantin perempuan di terima

Page 136: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

120

Gambar 3.29

Bapak Sumardji, Ketua rombongan pengantin perempuan

(Dokumentasi Sugiardi 2013 ©Mamipapi Photowork)

6. Liron Kembar Mayang

Kemudian kedua pihak rombongan mempersilahkan remaja putri yang

membawa sanggan maju dan menyerahkan kedua sanggan kepada ibu pengantin

perempuan. Setelah itu remaja putra dan remaja putri yang membawa kembar

mayang maju dan saling menukarkan kembar mayang. Kembar mayang yang

diterima oleh remaja putri (pihak rombongan mempelai pengantin perempuan)

dari remaja putra (pihak rombongan mempelai pria) di bawa keluar rumah dan di

letakkan didepan pintu gerbang aula. Sementara kembar mayang yang diterima

oleh remaja putra di bawa masuk kedalam pelaminan di sebelah bangku kedua

mempelai pengantin. Setelah selesai, maka alunan rekaman gendhing gamelan

monggang dihentikan, di lanjutkan dengan alunan rekaman gendhing gamelan

Kodhok Ngorek.

Page 137: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

121

Gambar 3.30

Penyerahan Kembar mayang kepada remaja Putra

(Dokumentasi Sugiardi 2013 ©Mamipapi Photowork)

7. Gantal (Balangan)

Selanjutnya kedua mempelai pengantin bersama-sama untuk di dekatkan

berhadap-hadapan dengan jarang tiga meter yang di tengah-tengahnya di batasi

oleh bokor yang berisi air serta tlenan yang sudah berisi daun sirih serta bunga

setaman untuk melaksanakan upacara balangan (lempar sirih). Balangan sirih

sendiri mengandung makna khusus. Daun sirih yang di gunakan untuk balangan

sirih di yakini memiliki kekuatan untuk menolak dari berbagai gangguan buruk.

Dengan melempar daun sirih satu sama lain, menunjukkan bahwa kedua

pengantin benar-benar manusia sejati, bukan sebuah jelmaan dari siluman atau

setan dan atau orang lain yang menganggap dirinya sebagai pengantin pria atau

pun pengantin perempuan. Benda yang menjadi balangan adalah 3 gulung daun

sirih dan daun jeruk yang telah diikat dengan benang putih yang setiap mempelai

Page 138: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

122

pengantin telah memegangnya. Prosesi dipandu oleh kedua pihak pimpinan

rombongan yang telah di tunjuk.

Gambar 3.31

Persiapan untuk prosesi Gantal (Balangan Sirih)

(Dokumentasi Sugiardi 2013 ©Mamipapi Photowork)

8. Ngidak Endhok (Wiji Dadi)

Selanjutnya pengantin pria maju untuk melaksanakan upacara ngidak

endhok (wiji dadi) , pengantin pria melepaskan selop kaki kanan, dan sementara

itu mempelai perempuan jongkok berada di depan bokor kemudian pengantin pria

menginjak sebutir telur ayam kampung putih yang di letakkan diatas talam

keemasan sampai pecah. Upacara ngidak endhok (wiji dadi) adalah prosesi

memecahkan telur dengan menggunakan kaki kanan oleh pengantin pria dan

membasuh kaki pengantin pria oleh pengantin perempuan. Prosesi ini memiliki

makna bahwa pengantin pria siap untuk menjadi ayah serta suami yang

Page 139: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

123

bertanggung jawab, sedangkan pengantin perempuan akan melayani suaminya

dengan setia.

Setelah itu sambil berjongkok, pengantin perempuan membasuh dan

membersihkan kaki kanan pengantin pria dengan air bunga setaman yang sudah

tersedia didalam bokor keemasan lalu mengeringkannya dengan handuk kecil

sesaat setalah itu pengantin perempuan mengaturkan sembah kepada suaminya.

Membasuh kaki pengantin pria melambangkan bakti seorang istri kepada suami.

Kemudian pengantin pria selanjutnya membimbing dengan memegang kedua

pundak pengantin perempuan untuk berdiri kearah samping kirinya, lalu kedua

pengantin berdiri sejajar yang biasa disebut sebagai kepasangan.

Gambar 3.32

Perlengkapan Prosesi Ngidak Endhok (Wiji Dadi)

(Dokumentasi Sugiardi 2013 ©Mamipapi Photowork)

Page 140: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

124

Gambar 3.33

Bokor berisi air untuk mencuci kaki pengantin Pria

(Dokumentasi Sugiardi 2013 ©Mamipapi Photowork)

Gambar 3.34

Ngidak Endhok (Wiji Dadi)

(Dokumentasi Sugiardi 2013 ©Mamipapi Photowork)

9. Sindur Binayang

Setelah upacara ngidak endhok (wiji dadi) selanjutnya ibu mempelai

pengantin perempuan menyelimuti kedua pundak pengantin dengan selendang

sindur yang berwarna merah dengan motif putih pada tepi nya dari belakang

Page 141: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

125

kedua pengantin. Pengantin pria di sebelah kanan dan pengantin perempuan di

sebelah kiri kemudian di hampiri oleh ayah mempelai perempuan dari arah depan

untuk menyambut dan mengiring kedua mempelai pengantin dengan kain sindur

menuju pelaminan. Selendang sindur memiliki arti sebagai penolak bala, warna

merah melambangkan perempuan dan warna putih melambangkan seorang pria

yang di harapkan bisa menyatu melanjutkan keturunan.

Sementara ayah pengantin perempuan berjalan perlahan-lahan di depan

mempelai, secara simbolis bermakna “membukakan jalan” bagi kedua mempelai

menghadapi tahap kehidupan baru. Jari kelingking kedua mempelai saling

mengait, sembari memegangi pangkal keris pusaka sang ayah yang berada di

depan mereka. Hal ini mempunyai makna sang ayah selalu membimbing putra-

putrinya menuju kebahagiaan, sedangkan ibu memberikan dorongan “ing ngarso

sung tulodo, ing madyo mangun karso, dan tut wuri handayani” (didepan

memberi teladan, di tengah memberi bimbingan, di belakang memberi dorongan).

Gambar 3.35

Prosesi Sindur Binayang menuju pelaminan

(Dokumentasi Sugiardi 2013 ©Mamipapi Photowork)

Page 142: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

126

Dari arah depan di iring oleh cucuking lampa sebagai pembawa jalan menuju

pelaminan. Sesampainya dipelaminan, ayah pengantin perempuan melepaskan

kain sindur yang berada melingkari pundak kedua mempelai pengantin. Pada saat

itu alunan rekaman gendhing gamelan Kodok Ngorek di hentikan dan di gantikan

dengan alunan rekaman gedhing gamelan Ketawang Lara Maya.

10. Timbangan (pangkon)

Bapak Agus Wayan sebagai pembawa acara kemudian menjelaskan

upacara selanjutnya adalah upacara Timbangan (pangkon). Upacara Timbangan

(pangkon) adalah prosesi dimana ayah mempelai perempuan duduk terlebih

dahulu di tengah-tengah kursi pelaminan sembari memangku kedua mempelai

masing-masing di pangkuannya (pangkon). Posisi mempelai pengantin pria di

sebelah paha kanan, dan mempelai perempuan di sebelah paha kiri sang ayah.

Kemudian setelah kedua mempelai pengantinnya sudah berada pada posisi

pangkuan berlangsung tanya jawab antara ayah dan ibu mempelai perempuan.

Sang ibu menanyakan,”abot endi, Bapake? (lebih berat yang mana, Pak?)”,

kemudian di jawab oleh suaminya, “padha wae, ibune, wong loro-lorone yo anak

(sama saja Bu, karena keduanya adalah anak)”. Prosesi menimbang ini

mempunyai makna bahwa orangtua tidak membedakan antara anak dan menantu,

keduanya sama saja berharganya di mata orangtua.

Page 143: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

127

Gambar 3.36

Prosesi Timbangan

(Dokumentasi Sugiardi 2013 ©Mamipapi Photowork)

11. Tanem Jero

Setelah selesai upacara Pangkon, kemudian pembawa acara menjelaskan

acara selanjutnya adalah upacara Tanem Jero atau Nandur. Upacara Tanem Jero

merupakan prosesi dimana ayah pengantin perempuan mendudukkan pasangan

pengantin di kursi pelaminan sebagai tanda merestui pernikahan mereka. Artinya,

sang ayah menanam kedua mempelai dalam suatu dunia atau kehidupan baru.

Adapun rangkaian prosesi tanem ini, secara berturut-turut adalah sebagai

berikut:

(1) Kedua pengantin berdiri di depan kursi pelaminan setelah prosesi

timbangan di lakukan (pengantin pria disebalah kanan, sedangkan

pengantin putri disebelah kiri)

(2) Ayah pengantin perempuan kembali berdiri, kemudian sang ayah

berhadap-hadapan dengan kedua pengantin, tangan kirinya di atas bahu

Page 144: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

128

pengantin pria dan tangan kanannya berada di atas bahu kiri pengantin

perempuan seraya menepuk-nepuk secara perlahan.

(3) Ayah pengantin perempuan mendudukkan kedua pengantin ke kursi

pelaminan (di lakukan dengan sedikit menekan ke bawah, agar kedua

pengantin duduk dipelaminan).

Gambar 3.37

Prosesi Tanem Jero oleh ayah pengantin perempuan

(Dokumentasi Sugiardi 2013 ©Mamipapi Photowork)

12. Kacar-Kucur

Setelah prosesi upacara Tanem Jero, kemudian kembali pembawa acara

Bapak Agus Wayan, menjelaskan bahwa acara di lanjutkan dengan prosesi Kacar-

Kucur. Upacara Kacar-kucur adalah prosesi menuangkan bahan-bahan atau

barang-barang yang telah di siapkan sebelumnya untuk pengantin pria

Page 145: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

129

kepangkuan pengantin perempuan. Upacara ini lazimnya di pandu oleh pemimpin

upacara maupun perias pengantin. Perlengkapan upacara Kacar-Kucur terdiri

atas: (1) Kain sindur atau tikar pandan, (2) beras kuning, (3) uang logam recehan

dari nilai paling kecil hingga paling besar, (4) berbagai biji-bijian dan kacang-

kacangan seperti kedelai, kacang merah, kacang hijau, dan sebagainya, (5)

sejumlah bumbu dapur atau empon-empon, (6) kembang telon yakni mawar,

melati, dan kenanga.

Pelaksanaan dapat di jabarkan sebagai berikut: mempelai pria menuangkan

atau mengucurkan uang recehan logam yang telah di campuri beras kuning,

berbagai kacang-kacangan dan bumbu dapur dari dalam kantung yang di buat dari

kain yang di gulung, ke pangkuan mempelai perempuan yang telah di alasi dengan

kain sindur. Mempelai perempuan dengan hati-hati menjaga agar kucuran dari

suaminya tidak ada yang tercecer, kemudian membungkusnya erat-erat dengan

kain sindur, dan kemudian di titipkan kepada ibu pengantin perempuan untuk di

simpan dan di akhiri denga menghaturkan sembah oleh kedua mempelai sebagai

bukti kesunggguhan pengantin pria dalam menafkahi keluarga.

Upacara Kacar-Kucur ini menggambarkan tanggung jawab mempelai pria

sebagai kepala keluarga untuk menafkahi keluarganya kelak. Serta kesiapan istri

menggunakan hasil nafkah suaminya mencukupi kebutuhan rumah tangga secara

hati-hati.

Page 146: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

130

Gambar 3.38

Prosesi Kacar kucur oleh pengantin pria

(Dokumentasi Sugiardi 2013 ©Mamipapi Photowork)

13. Dhahar Klimah

Di teruskan acara selanjutnya pembawa acara menjelaskan prosesi Dhahar

Klimah. Upacara dhahar klimah lebih di kenal denga istilah suap-suapan, yaitu

ritual saling menyuapi sesuap nasi dan minum bersama, sebagai gambaran atau

symbol kemesraan, dan cumbu rayu antara suami dan istri.

Page 147: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

131

Gambar 3.39

Prosesi Dahar Klimah

(Dokumentasi Sugiardi 2013 ©Mamipapi Photowork)

Perlu di jelaskan bahwa dimulainya upacara Panggih Temanten sampai

prosesi Dhahar Klimah, kedua orang tua mempelai pria tidak di perbolehkan

hadir. Hal ini di maksudkan bahwa dalam upacara perkawinan adat Jawa seorang

laki-laki tidak membutuhkan wali untuk menikahkannya. Pada umumnya pihak

kedua orang tua mempelai pria berada diluar area tratag atau di luar area pesta,

namun pada penelitian ini kedua orang tua mempelai pria berada di barisan kursi

para undangan.

14. Mapag Besan

Selanjutnya pembawa acara kembali menjelaskan bahwa acara selanjutnya

adalah Mapag Besan. Mapag besan merupakan prosesi penjemputan orang tua

pengantin perempuan terhadap besan nya (kedua orangtua pria) untuk kemudian

berjalan bersama menuju pelaminan dan duduk di pelaminan, dalam tata cara

Mapag Besan ini kedua ibu berjalan di depan. Sedangkan kedua yah di belakang.

Sesampainya di pelaminan, orang tua pengantin pria duduk di sebelah kiri

Page 148: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

132

mempelai, sedangkan orang tua penagntin perempuan duduk di sebelah kanan

mempelai.

Gambar 3.40

Prosesi Mapag Besan

(Dokumentasi Sugiardi 2013 ©Mamipapi Photowork)

15. Sungkeman

Acara selanjutnya adalah Upacara Sungkeman. Upacara sungkeman

merupakan bagian upacara perkawinan adat suku Jawa yang tak pernah di

tinggalkan. Upacara ini melambangkan bakti dan rasa cinta kasih anak kepada

kedua orang tua. Kedua mempelai menghaturkan sembah dan sungkem

keharibaan kedua orang tua mereka seraya bersimpuh memohon doa restu kepada

masing-masing kedua orang tua.

Pada prosesi ini di pandu oleh pimpinan rombongan dari masing-masing

mempelai pengantin. Sebelum melakukan sungkeman, mempelai pria harus

mengikuti tata krama untuk melepas pusaka keris yang di pakainya terlebih

Page 149: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

133

dahulu, urutan sungkeman di mulai dari kedua orang tua mempelai perempuan.

Tata cara sungkem yang benar yakni posisi kedua telapak tangan yang

menghaturkan sungkem harus dibawah lutut orangtua, kemudian hidung mencium

lutut orangtua mereka.

Gambar 3.41

Sungkeman setelah Mapag Besan dilakukan

(Dokumentasi Sugiardi 2013 ©Mamipapi Photowork)

16. Kirab

Setelah upacara sungkeman telah selesai, maka pembawa acara kemudian

menjelaskan bahwa upacara panggih temanten diakhiri dengan Kirab. Prosesi

Kirab pengantin di tandai dengan prosesi masukknya pengantin keruangan

tertentu untuk mengganti pakaian diiringi rombongan kerabat untuk mengantar

pasangan pengantin beserta orang tua kedua belah pihak meninggalkan pelaminan

untuk kemudian kembali masuk ke pelaminan di lanjutkan acara resepsi dengan

busana yang berbeda yaitu busana Kepangeranan. Kirab pengantin ini di awali

Page 150: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

134

oleh iring-iringan cucuking lampah, para pagar ayu dan pagar bagus, putri domas

dan para kerabat terdekat.

Gambar 3.42

Kirab Pengantin

(Dokumentasi Sugiardi 2013 ©Mamipapi Photowork)

Setelah kedua mempelai pengantin berada di kursi pelaminan dengan

busana Kepangeranan berwarna biru muda, maka selesailah upacara panggih

yang di laksanakan oleh Bapak H. Djumali SH. Seluruh rangkaian acara ini

berlangsung pada pukul 07.30 hingga pukul 09.00 WIB.

Acara selanjutnya adalah acara hiburan yang di isi oleh dua bentuk tarian

Adat Jawa yaitu tarian Golek Sirih dan tarin Gatot Kaca. Tarian Golek Sirih

adalah Tarian ini sama atau mirip dengan tari Gambyong yaitu mengisahkan

kegairahan seorang putri yang menginjak remaja dengan menata diri atau

berdandan. Tari Golek Sirih ini tercipta dari wayang golek, wayang kurcil dan

wayang yang lain yang kemudian di ubah ke dalam bentuk tarian.

Page 151: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

135

Gambar 3.43

Tari Golek Sirih

(Dokumentasi Sugiardi 2013 ©Mamipapi Photowork)

Sedangkan tari Gatot Kaca yang di tampilkan merupakan tarian yang

menggambarkan tingkah laku Gatot kaca tatkala berangan-angan ingin

mempersunting putri itu menjadi istrinya. Kadangkala untuk lebih memberi hidup

pada tarian ini di tunjukkan pula tokoh Pregiwa sebagai bayangan atau ilusi pada

sesi akhir dalam penyajian tari Gatot Kaca tersebut penari memberikan sekuntum

bunga kepada pengantin perempuan. Acara selanjutnya adalah Resepsi hingga

berakhir pada pukul 17.30 WIB di Hotel Danau Toba Internasional Medan.

Page 152: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

136

Gambar 3.44

Tarian Gatot Kaca

(Dokumentasi Sugiardi 2013 ©Mamipapi Photowork)

Upacara yang penulis deskripsikan ini, merupakan satu versi saja dari

beberapa alternative yang ada dalam tingkatan social dan tingkatan ekonomi

masyarakat Jawa yang ada di Sumatera Utara, khususnya di Kota Medan.

Upacara yang penulis deskripsikan di lakukan oleh keluarga Pegawai Negeri sipil

yang bekerja di bagian Kejaksaan, sehingga mempunyai tingkat ekonomi dan

kehidupan yang baik, yang menganggap rangkaian upacara perkawinan

merupakan bagian terpenting dari upacara perkawinan. Namun dari uraian di atas,

maka dapat di simpulkan bahwa dalam penyajian musik gamelan dalam

mengiringi upacara perkawinan adat hanya sebatas rekaman, ini di sebabkan oleh

adanya factor biaya yang jika menggunakan musik gamelan secara live

membutuhkan biaya yang sangat besar, mengingat pelaksanaan upacara sendiri

sudah di lakukan di gedung yang mewah.

Page 153: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

137

3.5 Fungsi dan Penggunaan Gendhing Jawa pada Upacara Perkawinan Adat Suku Jawa yang diputar Secara Rekaman

Sebagaimana yang telah di kemukakan dalam Bab I bahwa dalam

mebicarakan fungsi dan penggunaan musk, penulis mengacu kepada pendapat

yang dikemukakan Merriam. Berkaitan dengan upacara panggih dapat di

kemukakan bahwa penggunaan gendhing Jawa dalam upacara panggih yaitu di

mulai sejak awal hingga akhir pelaksanaan upacara panggih. Dan dari

penggunaan tersebut dapat dikemukakan beberapa fungsi musik seperti dibawah

ini:

3.5.1 Fungsi Kesinambungan Budaya.

Adat Istiadat suku Jawa yang selalu melaksanakan upacara panggih

dengan iringan gendhing Jawa akan menimbulkan suatu kesinambungan budaya,

dalam arti kebudayaan tersebut akan terus berlangsung pada setiap pelaksanaan

upacara panggih dan di laksanakan dari suatu generasi ke generasi

3.5.2 Fungsi Perlambangan

Untuk mengiringi pelaksanaan upacara panggih di gunakan gendhing

Monggang, Ladrang Wilujeng, Kodhok ngorek, dan Ketawang Larasmaya.

Gendhing-gendhing tersebut merupakan gending-gendhing yang penggunaaanya

hanya khusus pada rangkaina prosesi upacara panggih saja. Hal ini sangat jarang

sekali di temukan walaupun ada penyimpangan tata aturan penggunaannya atau

dalam konteks seni pertunjukkan. Bagi masyarakat Jawa, pada umumnya

Page 154: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

138

gendhing-gendhing yang di maksud sudah sangat identik dan mengenalinya dalam

upacara panggih, dengan kata lain sudah menjadi lambang dari upacara panggih.

3.5.3 Fungsi pengungkapan Emosional

Iringan gendhing-gendhing Monggang, Ladrang Wilujeng, Kodhok

ngorekm dan Ketawang Larasmaya ini mampu mengungkapkan emosional orang

tua kedua pengantin dan kedua mempelai pengantin. Tanpa terasa, kedua orang

tua pengantin dan kedua pengantin menitikkan air mata. Dalam wawancara

penulis dengan informan Bapak Agus Wayan mengatakan bahwa mereka merasa

terharu karena telah berhasil mendidik anaknya hingga sampai ke jenjang

perkawinan.

3.5.4 Fungsi Pengintegrasian Masyarakat

Penggunaan gendhing Gamelan Jawa dalam pelaksanaan upacara panggih

menimbulkan rasa kebersamaan dan kesatuan diantara suku Jawa. Suku Jawa

yang ada di Kota Medan ini tidaklah berasal dari satu daerah yang sama,

melainkan dengan terdengarnya gendhing gamelan tersebut, mereka bersatu.

Meskipun gendhing yang di putar secara rekaman melalui VCD Player dapat di

lihat sebagai pengintegrasian masyarakat dalam satu rasa kebahagiaan dalam

mengadakan upacara perkawinan.

3.5.5 Fungsi Komunikasi

Sebagaimana di kemukakan Merriam (1964:223) bahwa musik yang tidak

menggunakan teks juga mampu memberikan komunikasi. Namun, kita sendiri

Page 155: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

139

belum tahu apa yang di komunikasikan oleh musik itu, bagaimana dan kepada

siapa. Musik itu sendiri bukanlah suatu bahasa yang universal yang dapat di

mengerti oleh siapa saja, dimana saja, karena setiap jenis musik lahir dan tumbuh

pada suatu masyarakat tertentu dengan kebudayaannya.

Dalam rangkaian pelaksanaan upacara panggih ada terdapat gendhing

gamelan Kebo giro yang di mainkan di awal sebelum upacara panggih, yang

berfungsi sebagai pemberi tanda kepada masyarakat bahwa dalam satu daerah itu

adanya sebuah upacara perkawinan yang akan segera di laksanakan. Bagi

masyarakat Jawa, musik gamelan (gendhing) ini dapat memberikan komunikasi

kepada pendengarnya. Dalam arti masyarakat yang mengenal musik tersebut akan

mengetahuti bahwa ada suatu upacara sedang dilaksanakan. Oleh karena itu dapat

di kemukakan bahwa musik disini berfungsi sebagai komunikasi kepada

masyarakat pendengarnya.

3.5.6 Fungsi Pengesahan Lembaga Sosial dan Upacara Agama

Seperti apa yang telah di jelaskan pada Bab I bahwa apabila dalam

pelaksanaan upacara perkawinan adat suku Jawa khususnya dalam prosesi

panggih tidak menggunakan gendhing Jawa, maka pelaksanaannya tidak

sempurna yang di rasa kurang sakral dan tidak semarak. Meskipun dalam

kebanyakan kasus yang ada di Kota Medan ini masyarakat Jawa khususnya dalam

pelaksanaan upacara perkawinan (panggih) hanya menghidupkan tape recorder

atau DVD Player tanpa di iringi langsung gendhing Jawa (musik live).

Tidak semua gendhing Jawa berfungsi sebagai pengesahan suatu upacara.

Namun, suatu keharusan bahwa tidak pernah berlangsung suatu upacara panggih

Page 156: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

140

jika tidak di iringi dengan gendhing Jawa. Upacara panggih dan penggunaan

gendhing gamelan jawa merupakan dua hal yang tidak dapat di pisahkan.

Masyarakat pendukungnya selalu berupaya mengumandangkan gendhing gamelan

jawa dalam upacara tersebut. Oleh karena itu dapat dikemukakan bahwa

gendhing gamelan jawa berfungsi sebagai pengesahan upacara panggih.

Page 157: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

140

BAB IV

TRANSKRIPSI DAN ANALISIS GENDHING GAMELAN PENGIRING

UPACARA PANGGIH

Pada bagian ini penulis membuat transkripsi dan menganalisis melodi

yang paling dominan terdengar sesuai dengan pembahasan pada BAB I pada

empat gendhing gamelan yang diputar secara rekaman pada upacara panggih

temanten yang ada di Jln. Sei Batu Gingging, Kecamatan Medan Selayang,

Medan yang pelaksanaan panggihnya di laksanakan di aula pertemuan Hotel

Danau Toba Internasional Medan.

4.1 Ensembel Gamelan Jawa

Untuk menjelaskan tentang ensambel gamelan Jawa yang digunakan akan

diuraikan sebagai berikut:

(1) Kendang Bedug (membranofon), yaitu gendang yang berbentuk barel dan

mempunyai ukuran yang paling besar antara kendang biasa dan kendang

tipung. Fungsinya sebagai pembuka lagu.

(2) Kecer (metalofon), yaitu dua buah kepingan tembaga dan mempunyai

pencu. Fungsinya sebagai pembawa ritem.

(3) Gong (metalofon), yaitu gong-gong berpencu yang digantung pada palng

kayu. Menghasilkan suara yang paling dalam, fungsinya sebagai

pembawa ritem.

(4) Ketuk (metalofon), yaitu satu set gong berpencu yang digantung dengan

tali dalam bingkai kayu. Mempunyai bentuk yang lebih kecil dari kenong.

Page 158: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

141

(5) Cara memainkannya dipukul dengan tabuh (pemukul). Fungsinya sebagai

pembawa ritem.

(6) Kempul (metalofon), yaitu satu set gong berpencu yang digantung pada

palng kayu. Cara memainkannya dipukul dengan tabuh (pemukul).

Fungsinya sebgai pembawa ritem.

(7) Kenong (metalofon), yaitu satu set gong berpencu yang digantung dengan

tali didalam bingkai kayu. Cara memaikannya dipukul dengan tabuh

(pemukul). Fungsinya sebagai pembawa ritem.

(8) Bonang penerus (metalofon), yaitu seperangkat gong berpencu yang

diletakkan didalam bingkai kayu. Mempunyai nada paling tinggi diantara

boning barung dan boning penembung. Fungsinya sebagai penghias lagu.

(9) Saron Peking (metalofon), yaitu seperangkat bilahan yang terbuat dari

tembaga diletakkan diatas kotak resonator. Memainkannya dengan

memakai tabuh (pemukul) yang terbuat dari tulang atau kayu. Cara

memainkkanya dengandidamping, yaitu setelah nada dimainkan

selanjutnya nada tersebut dipegang dengan lemah oleh ibu jari dan jari

telunjuk tangan kiri. dengan cara ini dihasilkan melodi yang bersih.

Mempunyai nada yang paling tinggi dan bentuk yang paling kecil di antara

saron demung dan saron barung. Fungsinya sebagai penghias lagu.

(10) Saron Demung (metalofon), yaitu seperangkat bilahan yang terbuat

dari tembaga diletakkan diatas kotak resonator. Mempunyai nada yang

paling rendah dan bentuk yang paling besar diantara saron barung dan

saron peking. Cara memainkannya dengan didamping. Fungsinya sebgai

pembawa lagu.

Page 159: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

142

(11) Saron Barung (metalofon), yaitu seperngkat bilahan yang terbuat dari

tembaga diletakkan diatas kotak resonator. Mempunyai nada yang lebih

rendah dari saron peking. Cara memainkannya dengan cara didamping.

Fungsinya sebagai penghias lagu.

(12) Bonang Barung (metalofon), yaitu seperangkat gong berpencu yang

diletakkan didalam bingkai kayu. Cara memainkannya dengan memakai

dua buah tabuh (pemukul) yang dilapisi kain. Mempunyai nada yang lebih

rendah dari boning penerus. Fungsinya sebgai penghias lagu.

(13) Slentem (metalofon), yaitu seperangkat bilahan yang terbuat dari

tembaga, digantung dengan tali diatas kotak resonator. Bentuknya lebih

besar dan mempunyai nada yang lebih rendah dari gender barung dan

gender penerus. Memainkannya dengan memakai satu buah tabuh

(pemukul) yang terbuat dari kayu dilapisi cakram. Fungsinya sebagai

penghias lagu.

(14) Gender Barung (metalofo), yaitu seperangkat bilahan yang terbuat dari

tembaga, digantung dengan tali diatas kotak resonator. Memainkannya

dengan memakai dua buah tabuh (pemukul) yang terbuat dari kayu dan

mempunyai nada yang lebih rendah dari gender penerus. Fungsinya

sebagai penghias lagu.

4.2 Analisis Musik

Menurut Nettl, (1964:98) ada dua pendekatan berkenaan dengan

pendeskripsian musik yaitu: (1) kita dapat mendeskripsikan dan menganalisis apa

Page 160: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

143

yang kita dengar; (2) kita dapat menuliskan berbagai cara keatas kertas dan

mendeskripsikan apa yang kita lihat.

Sebelum penulis melakukan deskripsi musical, maka yang paling penting

adalah adanya transkripsi. Nettl (1964:98) mengatakan bahwa transkripsi adalah

proses menotasikan bunyi menjadi symbol visual. Selain tiu, transkripsi juga

dikenal sebagai cara yang baik untuk mempelajari aspek-aspek mendetail dari

suatu gaya musik (Nettl, 1964:103)

Walaupun transkripsi merupakan hal yang penting dalam penulisan ilmiah

terutama dalam bidang studi Etnomusikologi, sejauh ini tidak ada satu pun metode

yang dapat dijadikan dasar sebagai bahan acuan. Problem ini telah dikemukakan

oleh Nettl (1964:131), bahwa sedikit sekali metode yang dapat digunakan untuk

mendeskripsikan setiap bagian dari musik. Masing-masing problem dari

pendeskripsian musik tergantung pada karakter bunyi yang ditranskripsikan.

Lebih lanjut Seeger dalam Bruno Nettl (1964:99-100) mengatakan bahwa

ada dua jenis notasi yang dibedakan menurut tujuan notasi tersebut. Kedua notasi

tersebut adalah notasi preskriptif dan notasi deskriptif. Notasi preskriptif adalah

notasi yang bertujuan untuk seorang penyaji, bagaimana ia harus menyajikan

sebuah komposisi musik. Notasi deskriptif adalah notasi yang bertujuan untuk

menyampaikan kepada pembaca cirri-dan detail-detail komposisi musik yang

belum diketahui oleh pembaca.

Dari pendapat diatas dapat dikatakan bahwa transkripsi mempunyai

kemampuan yang terbatas dalam mendeskripsikan musik. Sehubungan dengan hal

ini, dalam melakukan pentranskripsian terdahap empat komposisi gendhing,

penulis mengacu kepada pendekatan metode notasi deskriptif, karena menurut

Page 161: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

144

pengamatan penulis notasi deskriptif inilah yang paling tepat diguanakan untuk

kepentingan pendeskripsian komposisi gendhing.

Dalam hal ini pentranskripsian komposisi gendhing, penulis menggunakan

notasi Kepatihan dan notasi barat. Notasi Kepatihan adalah notasi yang

digunakan didalam kegiatan gemalan Jawa yang berlaku dewasa ini (Soeroso,

1082:19). Selanjutnya Malm (1977:16) menyebutkan bahwa notasi Kepatihan

adalah notasi angka modern Jawa.

Tujuan transkripsi dan analisis dalam penulisan ini adalah untuk

mendeskripsikan struktur musik yang terjadi dalam keempat komposisi gendhing

gamelan pada praktek kegiatan musik gamelan Jawa. Untuk keperluan ini

keempat gendhing gamelan yang diputar secara rekaman melaui tape recorder

dan atau VCD Player penulis mengambil sampel gendhing dalam kegiatan musik

gamelan Jawa pada upacara perkawinan adat suku Jawa pada prosesi Panggih

temanten, yaitu:

(1) Gendhing Monggang

Gendhing Monggang yang digunakan untuk menyambut pengantin

pria dalam melaksanakan upacara panggih.

(2) Gendhing Ladrang Wilujeng

Gendhing Ladrang Wilujeng ini biasa dimainkan atau diputar untuk

mengiringi pengantin pria datang ke menuju rumah pengantin

perempuan untuk siap dipertemukan dengan pengantin perempuan.

(3) Gendhing Kodok Ngorek

Page 162: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

145

Gendhing kodok ngorek adalah gendhing yang dimainkan atau diputar

yang digunakan untuk mengiring upacara panggih mulai dari upacara

ngidhak endhok sampai pada prosesi sindur binayang.

(4) Ketawang Larasmaya.

Gendhing Ketawang Larasmaya merupakan lanjutan dari gendhing

kodok ngorek yang dimainkan atau diputar pada saat kedua mempelai

pengantin berada pada prosesi timbangan sampai pada dhahar klimah.

Berdasarkan topik yang dibahas, maka pemilihan ke empat komposisi

gendhing ini menurut penulis telah mewakili pelaksanaan upacara panggih secara

sempurna, walaupun pelaksanaanya hanya berupa rekaman yang diputar melalui

tape recorder maupun VCD/MP3 Player yang di teruskan melalui pengeras suara

berupa loudspeaker yang telah disediakan pada saat upacara panggih.

Untuk pentrankripsian komposisi gendhing, penulis menggunakan notasi

Kepatihan dan notasi barat. Adapun hal-hal yang dibahas untuk mendeskripsikan

melodi dalam notasi Kepatihan, ada beberapa hal yang ditawarkan Becker

(1980:11-105). Dari beberapa point tersebut, penulis akan membahas mengenai

(1) sistem pelarasan (laras); (2) pathet; (3) gatra; dan (4) gongan. Pemilihan

notasi Kepatihan ini adalah disebabkan karena notasi ini selalu digunakan dalam

praktek kegiata musik Jawa. Selanjutnya untuk mendeskripsikan melodi dalam

notasi barat, juga ada beberapa point yang ditawarkan oleh Malm (1977:15). Dari

beberapa point tersebut, penulis akan membahas mengenai (1) tangga nada; (2)

nada dasar; (3) jumlah pemakaian nada; (4) jumlah interval; (5) formula melodi.

Page 163: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

146

4.3 Proses Transkripsi

Nettl (1964:119-120) menawarkan beberapa langkah kerja, diantaranya:

(1) Mendengarkan nada-nada dengan hati-hati, membaca seluruh persyaratan

dan materi yang tersedia, menentukan mana penyanyi, alat musik, dan

lain-lain;

(2) Menentukan bagian strukturnya dan penulisan notasi dengan

menggunakan satu pola;

(3) Menetapkan nada-nada yang dipakai;

(4) Bentuk yang pertama ditulis secara terperinci untuk menghindari

kesulitan;

(5) Memperlambat kecepatan tape setengah dari kecepatan normal, dan

periksa hasilnya, khususnya untuk masalah-masalah yang rumit pada

langkah sebelumnya;

(6) Normalkan kembali kecepatan tape, kemudian hasil transkripsi diperiksa

kembali, lalu teruskan pada bagian yang lain.

Becker (1980:xvi) telah membuat system notasi Kepatihan kedalam

paranada Barat. Adapun sistem tangga nada Slendro yang dipindahkan pada

paranada Barat adalah Sebagai Berikut:

Page 164: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

147

Sedangkan sistem tangga nada Pelog yang telah dipindahkan pada

paranada Barat adalah sebagai berikut:

Ada beberapa simbol notasi Barat yang digunakan dalam transkripsi musik

iringan upacara panggih dalam perkawinan adat suku Jawa, hal ini dilakukan agar

dapat dipahami secara universal, yaitu:

Garis paranada yang memiliki lima buah garis paranada dan empat buah spasi

dengan tanda kunci G.

Merupakan not ½ yang bernilai dua ketuk.

Merupakan not ¼ yang bernilai satu ketuk.

Merupakan not 1/8 yang bernilai setengah ketuk.

Page 165: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

148

Merupakan dua buah not 1/8 yang digabung menjadi satu ketuk.

4.4 Analisis

Pada dasarnya dalam proses pentranskripsian sudah terjadi proses analisis,

karena didalam proses itu sendiri telah dilakukan suatu pengamatan terhadap

semua karakter musik yang ditranskripsi. Untuk lebih jelasnya berikut ini

merupakan proses penjelasan struktur musik yang telah ditranskripsi.

4.4.1 Analisis Notasi Kepatihan

4.4.1.1 Sistem Pelarasan

Tangga nada dalam bahasa Jawa secara umum disebut laras atau secara

lengkap disebut titi laras, istilah titi dapat diartikan sebagai angka, tulis, tanda,

notasi atau lambang sedangkan istilah laras dalam pengertian ini berarti susunan

nada, atau tangga nada. Dan dalam bahasa Indonesia titilaras berarti tangga nada.

Dengan demikian istilah Titilaras mempunyai pengertian suatu notasi

tulis, huruf, angka atau lambang yang menunjuk pada ricikan tanda-tanda nada

menurut suatu nada tertentu. Dalam penggunaan sehari-hari istilah titi laras

sering disingkat menjadi laras. Laras ini mempunyai 2 macam, yaitu ada 2 jenis

titilaras yaitu:

Page 166: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

149

(1) Laras Slendro, secara umum suasana yang dihasilkan dari laras slendro

adalah suasana yang bersifat riang, ringan, gembira dan terasa lebih ramai.

Hal ini dibuktikan banyaknya adegan perang, perkelahian atau baris

diiringi gending laras slendro. Penggunaan laras slendro dapat

memberikan kesan sebaliknya, yaitu sendu, sedih atau romantis. Misalnya

pada gendhing yang menggunakan laras slendro miring. Nada miring

adalah nada laras slendro yang secara sengaja dimainkan tidak tepat pada

nada-nadanya. Oleh karena itu banyak adegan rindu, percintaan kangen,

sedih, sendu, kematian, merana diiringi gendhing yang berlaras slendro

miring.

(2) Laras Pelog, secara umum menghasilkan suasana yang bersifat

memberikan kesan gagah, agung, keramat dan sakral khususnya pada

permainan gendhing yang menggunakan laras pelog nem. Oleh karena itu,

banyak adegan persidangan agung yang menegangkan, adegan masuknya

seorang Raja ke sanggar pamelegan (tempat pemujaan). adegan marah,

adegan yang menyatakan sakit hati atau adegan yang menyatakan dendam

diiringi gendhing-gendhing laras pelog. Tetapi pada permainan nada-nada

tertentu laras pelog dapat juga memberi kesan gembira, ringan dan

semarak. misalnya pada gendhing yang dimainkan pada laras pelog

barang.

Page 167: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

150

Malm (1977:22) mengatakan bahwa ada dua dasar tangga nada di Jawa

yaitu tangga nada yang terdiri dari lima nada yang disebut Slendro dan tangga

nada yang terdiri dari tujuh nada yang disebut Pelog. Perbedaan dari dua jenis

tangga nada pada musik gamelan dapat dilihat dari penggunaan alat-alat musik

pembawa melodi yang terpisah, dilaras dengan cara masing-masing untuk

melengkapi suatu ensambel. Macam-macam nada dalam Notasi Kepatihan adalah

sebagai berikut:

Penanggul yaitu nada 1 : Siji dibaca ji.

Gulu yaitu nada 2 : Loro dibaca ro.

Dhada yaitu nada 3 : Telu dibaca lu.

Pelog yaitu nada 4 : Papat dibaca pat.

Lima yaitu nada 5 : Lima dibaca mo.

Nem yaitu nada 6 : Enem dibaca nem.

Barang yaitu nada 7 : Pitu dibaca pi. Selanjutnya Becker (1980:xv) menjelaskan bahwa sistem Slendro

mempunyai lima nada dalam satu oktaf. Nada-nada tersebut adalah:

Nada 1 2 3 5 6 1

Slendro Ji Ro Lu ma nem Ji Cilik

Page 168: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

151

Kemudian sistem Pelog mempunyai tujuh nada dalam satu oktaf, nada-nada yang

dimaksud adalah:

Nada 1 2 3 4 5 6 7

Pelog Ji Ro Lu Pat Ma Nem Pi

Setiap komposisi musik gamelan dapat dimainkan oleh sistem Slendro

atau sistem Pelog, atau penggabungan antara sistem Slendro dan sistem Pelog.

Dalam penelitian ini gendhing gamelan yang diputar secara rekaman

menggunakan sistem laras pelog. Dalam kaitannya dengan kedua komposisi

gendhing ini digolongkan kedalam sistem pelog.

4.3.1.3 Pathet

Pathet adalah tingkatan tangga nada (tinggi-rendahnya) suatu lagu dalam

Seni Karawitan. Becker (1980:11) mengemukakan bahwa pathet adalah dasar

nada. Pathet pada setiap sistem laras terdiri dari atas 3 bagian. Hal ini juga

dikemukakan oleh Malm (1977:32) bahwa di Jawa setiap tangga nada mempunyai

tiga buah pathet. Pathet pada laras slendro terdiri atas pathet nem (6), pathet

songo (9), dan pathet barang/mayura. Pathet pada laras pelog terdiri dari pathet

nem (6), pathet limo (5), dan pathet barang/mayuro (becker, 1980:78).

Untuk lebih mempermudah dalam pencarian pathet dapat diketahui dari

pukulan gong, yaitu gong nada berapa yang dipukul. Malm (1977:23-25)

mengemukakan bahwa dalam laras slendro, pada pathet nem, gong yang dipukul

adalah gong nada 6 atau gong nada 2, pada pathet songo gong yang dipukul

Page 169: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

152

adalah gong nada 1 atau gong nada-nada 5, dan pada pathet mayuro/barang gong

yang dipukul adalah gong nada 6 atau gong nada 1. Kemudian dalam Laras

Pelog, pada pathet bem/nem gong yang dipukul adalah gong nada 6, pada pathet

limo gong yang dipukul adalah gong nada 5, dan pada pathet barang/mayuro

gong yang dipukul adalah gong nada 6 atau gong nada 1.

Dari hasil transkripsi diperoleh bahwa nada yang dihasilkan oleh bunyi

gong pada gendhing Monggang adalah gong 5, sehingga gendhing monggang

mempunyai pathet limo dan dinamakan Pelog Barang.

Pathet pada Gendhing Monggang

6 5 6 . 6 5 6 .

Selanjutnya nada yang dihasilkan oleh bunyi gong pada gendhing Ladrang

Wilujeng adalah gong nada 1, sehingga gendhing Ladrang Wilujeng mempunyai

pathet limo dan dinamakan Pelog Barang.

i 3 2 3 i 3 2 3

Selanjutnya nada yang dihasilkan oleh bunyi gong pada gendhing kodok

ngorek adalah gong nada 6, sehingga gendhing kodok ngorek mempunyai pathet

limo dan dinamakan Pelog Barang.

Pathet pada Gendhing Kodok Ngorek

5 6 7 6 5 6 7 6

5

5

5

Page 170: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

153

Kemudian juga nada yang dihasilkan oleh bunyi gong pada gendhing

Ketawang Larasmaya sama dengan yang dihasilkan oleh sebagaimana gendhing

kodok ngorek yang merupakan lanjutan gendhing dalam mengiringi upacara

panggih sehingga memiliki gong nada 6, dan gendhing ketawang larasmaya

mempunyai pathet limo sehingga dinamakan Pelog Barang.

Pathet pada Gendhing Ketawang Larasmaya

5 6 i 2 i 6

4.3.1.4 Gatra

Menurut Malm ( 1977:16) menyebutkan bahwa gatra adalah seperangkat

melodi yang terkecil pada teori musik Jawa dan empat kejadian suara termasuk

munculnya istirahat. Templeton dalam Becker (1980-189) gatra adalah bagian

yang terkecil dari komposisi musik Jawa yang masih mempunyai arti yang terdiri

atas 4 satuan nada. Selanjutnya Templeton menjelaskan tentang bagaimana cara

menganalisa gatra. Setiap karakter gatra terdiri atas 3 bagian, yaitu (1) Kantur

atau pola melodi menerangkan nada relative yang berhubungan antara satu

dengan lainnya, terdiri atas empat nada dalam satu gatra, (2) tingkatan nada

dalam dalam mencapai kantur, dan (3) posisi gatra dalam struktur musik ditandai

oleh pukulan akhir dari alat musik gong, kenong, dan kempul.

Berdasarkan hasil transkripsi maka diperoleh gatra pada masing-masing

gendhing adalah sebagai berikut:

Gatra pada Gendhing Monggang

6 5 6 .

5

Page 171: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

154

Gatra pada Gendhing Ladrang Wilujeng

i 3 2 3

Gatra pada Gendhing Kodok ngorek

5 6 7 6

Gatra pada Gendhing Ketawang Larasmaya

5 6 i 2 i 6 i

4.3.1.5 Gongan

Becker (1980:105) menyebutkan bahwa gongan adalah rangkai satuan

melodi yang terdiri atas 2 gatra yang diakhiri dengan pukulan gong. Sedangkan

Malm (1977:16) menyebutkan bahwa gongan adalah unit dasar dari suatu

komposisi yang terdiri dari beberapa bagian atau pengembangan, terdiri dari

semua kejadian diantara pukulan gong terbesar dan selanjutnya. Lebih lanjut

Becker (1980:108) mengemukakan teori bagaimana cara untuk menganalisis suatu

gongan. Teori tersebut adalah sebagai berikut: (1) bentuk gongan adalah putaran.

Pengulangan gongan merupakan bagian dari sifatnya dalam sistem musik; (2)

struktur 2 gongan adalah unit pengulangan yang terkecil atau dapat terjadi dalam

bentuk yang lebih kecil lagi; (3) patokan sederhana untuk membantu adalah

berdasarkan struktur 2 gong dari pada struktur 1 gong yang merupakan unit

terbesar dalam analisis.

Berdasarkan teori diatas maka bentuk gongan pada keempat komposisi

gendhing adalah sebagai berikut:

Page 172: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

155

Gongan pada Gendhing Monggang:

. 5 6 . 6 5 6 . 6 5 6 .

Gongan pada Gendhing Ladrang Wilujeng:

1 3 2 3

Gongan pada Gendhing Kodok ngorek :

5 6 1 6 5 6 1 6

Gongan pada Gendhing Ketawang Larasmaya:

5 6 1 2 1 6 1 5 6 1 2 1 6 1

5 5 5 5

5

5

5

5

5

Page 173: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

156

GENDHING MONGGANG

Melodi : Saron Demung Transkriptor : Kiki Alpiansyah S.Sn dan Sugiardi MM : 76

Page 174: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

157

Page 175: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

158

Page 176: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

159

Gendhing Ladrang Wilujeng

Melodi : Saron Demung

Trnaskriptor : Kiki Alpiansyah S.Sn dan Sugiardi

MM : 120

Page 177: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

160

Page 178: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

161

Gendhing Kodok Ngorek

Melodi : Saron Demung

Transkriptor : Kiki Alpiansyah S.Sn dan Sugiardi

MM : 69

Page 179: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

162

Page 180: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

163

Page 181: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

164

Gendhing Ketawang Larasmaya

Melodi : Saron Demung

Transkriptor : Kiki Alpiansyah S.Sn dan Sugiardi

MM : 69

Page 182: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

165

Page 183: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

166

4.4.2 Analisis Notasi Barat

4.4.2.1 Tangga Nada

Tangga nada menurut Soeharto (1992:132) adalah susunan berjenjang dari

nada-nada pokok suatu sistem nada, mulai dari salah satu nada dasar sampai

dengan nada oktafnya. Tetapi dalam tulisan ini tangga nada bukan dimulai dari

nada dasarnya melainkan dari nada-nada pokok (modal). Nada pokok yang

dimaksud adalah nada-nada yang ada pada gending monggang, ladrang wilujeng,

kodok ngorek dan ketawang larasmaya.

Dari hasil transkripsi dapat diketahui bahwa nada dasar yang terdapat pada

gendhing monggang adalah C, nada pokok gendhing Ladrang Wilujeng adalah Eb

(E mol), kemudian nada dasar yang terdapat pada gendhing kodok ngorek C, serta

nada dasar gendhing Ketawang Larasmaya Bb (B mol).

Nettl (1964:145) mengemukakan bahwa cara untuk mendekripsikan

tangga nada adalah dengan menuliskan nada-nada yang dipakai, tanpa melihat

fungsi masing-masing dalam lagu. Tangga nada tersebut kemudian digolongkan

menurut beberapa klarifikasi, yaitu menurut jumlah nada yang dipakai, yaitu

diatonic (dua nada), tritonic (tiga nada), tetratonic (empat nada), pentatonic (lima

nada), hexatonic (enam nada), dan heptatonic (tujuh nada). Dua nada yang

mempunya jarak satu oktaf biasanya dianggap satu nada saja. Berdasarkan

transkripsi yang sudah dilakukan, maka masing-masing komposisi gendhing ini

digolongkan kepada tangga nada diatonic (dua nada), dan tetratonic (empat nada).

Nada-nada tersebut adalah:

Page 184: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

167

Tangga Nada Gendhing Monggang (Dwitonic):

Tangga Nada Gendhing Ladrang Wilujeng (Pentatonic):

Tangga Nada Gendhing Kodok Ngorek (Tetratonic):

Tangga Nada Gendhing Ketawang Larasmaya (Tetratonic):

Page 185: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

168

4.4.2.2 Nada Dasar

Dalam menentukan nada dasar pada sebuah komposisi musik, penulis

mengacu pada musik gendhing yang penulis dapatkan melalui informan. Nettl

(1964:147) telah mengemukakan beberapa metode yang bisa digunakan. Metode-

metode tersebut adalah sebagai berikut:

1. Patokan yang paling umum adalah melihat nada mana yang sering dipakai

dan mana yang jarang dipakai dalam komposisi tersebut.

2. Kadang-kadang nada yang harga ritmisnya besar dianggap nada-nada

dasar, biarpun jarang dipakai.

3. Nada yang dipakai pada akhir atau awal komposisi atau pada akhir atau

awal bagian-bagian komposisi, dianggap mempunyai fungsi penting dalam

tonalitas komposisi tersebut

4. Nada yang menduduki posisi paling rendah dalam tangga nada atau posisi

pas ditengah-tengah dapat dianggap penting.

5. Interval-interval yang terdapat antara nada kadang-kadang dipakai sebagai

patokan.

6. Adanya tekanan ritmis pada sebuah nada.

7. Harus diingat barangkali ada gaya-gaya musik yang mempunyai system

tonalitas yang tidak bisa dideskripsikan dengan patokan-patokan diatas.

Dari ketujuh metode diatas, maka berdasarakan metode yang pertama

yaitu melihat nada yang sering dipakai, dapat diketahui bahwa nada dasar

gendhing monggang adalah C, nada dasar gendhing Ladrang wilujeng adalah Db,

Nada dasar gendhing Kodok Ngorek adalah Bb, dan nada dasar gendhing

Ketawang Larasmaya adalah Bb.

Page 186: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

169

4.4.2.3 Wilayah Nada

Metode untuk menemukan wilayah nada berdasarkan ambitus suara yang

terdengar secara alami yang ditentukan oleh media penghasil bunyi itu sendiri,

ialah dengan memperhatikan nada yang paling rendah hingga nada yang paling

tinggi.

Wilayah nada melodi gendhing monggang yang diurutkan dari nada

terendah sampai nada tertinggi adalah:

Dari keterangan gambar diatas nada yang dihasilkan B-C ada 2 nada, dan

jarak intervalnya 1, sehingga wilayah nadanya dapat digolongkan menjadi 2M

(Sekunda Mayor).

Wilayah nada melodi gendhing Ladrang Wilujeng adalah:

Nada yang dihasilkan pada gendhing Ladrang Wilujeng adalah Des-Bes

ada 5 nada, dan jarak intervalnya 3 ½, sehingga wilayah nadanya dapat

digolongkan menjadi 5P (Kwint Perfect).

Page 187: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

170

Wilayah nada melodi gendhing Kodok ngorek adalah:

Nada yang dihasilkan dari gendhing Kodok Ngorek adalah Bes-F ada 5

nada, dan jarak intervalnya 3 ½, sehingga wilayah nadanya dapat digolongkan

menjadi 5P (Kwint Perfect).

Wilayah nada gendhing Ketawang Larasmaya adalah:

Nada yang dihasilkan dari gendhing Ketawang Larasmaya adalah Bes-F

ada 5 nada, dan jarak intervalnya 3 ½, sehingga wilayah nadanya dapat

digolongkan menjadi 5P (Kwint Perfect).

4.4.2.4 Frekuensi Pemakaian Nada

Nettl (1964:146) mengemukakan bahwa untuk mendeskripsikan modus

lagu paling tidak harus menyebut nada mana yang berfungsi sebagai nada dasar;

nada-nada yang terpenting dalam lagu itu; nada-nada yang hanya dipakai sebagai

nada awal atau pendamping lain, dan sebagainya.

Page 188: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

171

Jumlah pemakaian nada dapat dilihat dari banyaknya jumlah nada yang

dipakai dalam suatu musik atau nyanyian. Berdasarkan kepada metode diatas,

maka jumlah pemakaian nada-nada masing-masing dari ke empat komposisi

gendhing adalah sebagai berikut:

Jumlah pemakaian nada-nada pada Gendhing Monggang:

1. Nada B sebanyak 42

2. Nada C sebanyak 85

Jumlah pemakaian nada-nada pada Gendhing Ladrang Wilujeng:

1. Nada Des sebanyak 9

2. Nada Es sebanyak 20

3. Nada F sebanyak 15

4. Nada Aes sebanyak 6

5. Nada Bes sebanyak 10

Page 189: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

172

Jumlah pemakaian nada-nada pada Gendhing Kodok Ngorek:

1. Nada Bes sebanyak 20

2. Nada C sebanyak 40

3. Nada Es sebanyak 36

4. Nada F sebanyak 8

Jumlah pemakaian nada-nada pada Ketawang Larasmaya:

1. Nada Bes sebanyak 7

2. Nada C sebanyak 14

3. Nada Es sebanyak 21

4. Nada F sebanyak 7

4.4.2.5 Jumlah Interval

Interval adalah jarak antara satu nada dengan nada yang lain terdiri dari

interval naik maupun turun. Manoff (1991:73) menjelaskan bahwa kwalitas

interval mayor dan minor digunakan untuk mengindentifikasikan interval berjarak

Page 190: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

173

2, 3, 6, dan 7. Perfect, augmented, dan diminished digunakan untuk

mengidentifikasikan interval yang unison, atau interval 4, 5, dan 8 (oktaf).

Setelah ditranskripsi gendhing Moggang, gendhing Ladrang Wilujeng,

gendhing Kodok Ngorek, dan gendhing Ketawang Larasmaya, maka interval yang

digunakan adalah:

Tabel 4.1

Interval Melodi Gendhing Monggang

Interval Jumlah

1P 44

2m 42

7M 41

Tabel 4.2

Interval Melodi Gendhing Ladrang Wilujeng

Interval Jumlah

4P 4

7m 9

2M 11

2m 1

7M 5

Page 191: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

174

5P 5

7m 4

6m 4

Tabel 4.3

Interval Melodi Gendhing Kodok Ngorek

Interval Jumlah

2m 27

3M 27

6m 19

7M 14

5P 7

Tabel 4.4

Interval Melodi Gendhing Ketawang Larasmaya

Interval Jumlah

2m 14

3M 14

Page 192: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

175

7M 7

6m 7

5P 6

4.4.2.6 Formula Melodi (Bentuk Melodi)

Nettl (1964:149-150) mengatakan bahwa bentuk adalah hubungan-

hubungan diantara bagian-bagian dari sebuah komposisi, termasuk hubungan di

antara unsure-unsur melodis dan ritmis. Dalam mendeskripsikan bentuk harus

berhadapan dengan dua masalah pokok, yaitu (1) mengidentifikasikan unsure-

unsur musik yang dijadikan dasar yang merupakan tema dari sebuah kompsisi; (2)

mengidentifikasi sambungan-sambungan yang menunjukkan bagian-bagian, frasa-

frasa, dan motif-motif dalam sebuah komposisi.

Malm (1977:17) menyebutkan bahwa bentuk (form) dapat dibedakan atas

beberapa jenis, yaitu repetitive, literative, reverting, strophic, dan progressive.

Untuk menemukan bentuk melodi yang terdapat pada keempat gendhing dapat

diketahui berdasarkan (1) mengidentifikasi sambungan-sambungan yang

menunjukkan bagian-bagian, frasa-frasa, dan motif-motif dalam sebuah

komposisi; (2) pengulangan-pengulangan komposisi yang diulangi bisa dianggap

sebagai satu unit. Berdasarakan kedua hal tersebut dapat diketahui bahwa

gendhing monggang, Ladrang Wilujeng, Kodok Ngorek, dan Ketawang

Larasmaya terdapat satu bentuk melodi, dimana bentuk tersebut merupakan

pengulangan (repetitive) dari satu motif. Menurut Apel (1982:545) motif adalah

Page 193: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

176

suatu pola ritmik atau melodi yang terdiri dari beberapa nada yang diulang atau

dikembangkan dalam suatu komposisi.

Secara garis besar, bentuk, frasa, dan motif yang terdapat dalam melodi

keempat gendhing adalah sebagai berikut:

a. Bentuk

1. Bentuk pada melodi gendhing Monggang, yaitu:

2. Bentuk pada melodi gendhing Ladrang Wilujeng, yaitu:

3. Bentuk pada melodi gendhing Kodok Ngorek, yaitu:

4. Bentuk pada melodi gendhing Ketawang Larasmaya, yaitu:

Page 194: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

177

b. Frasa

1. Frasa pada melodi gendhing Monggang berjumlah dua buah frasa, untuk lebih

jelasnya:

2.Frasa pada melodi gendhing Ladrang Wilujeng berjumlah dua buah frasa, untuk

lebih jelasnya:

3. Frasa pada melodi gendhing Kodok Ngorek berjumlah dua buah frasa, untuk

lebih jelasnya:

A B

B

A

A

Page 195: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

178

4. Frasa pada melodi gendhing Ketawang Larasmaya berjumlah satu buah frasa,

untuk lebih jelasnya:

c. Motif

1. Adapun motif gendhing Monggang adalah sebagai berikut:

2. Motif gendhing Ladrang Wilujeng sebagai berikut:

B

A

Page 196: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

179

3. Motif gendhing Kodok Ngorek sebagai berikut:

4. Motif gendhing Ketawang Larasmaya sebagai berikut:

4.4.2.7 Pola Kadensa

Kadensa adalah nada akhir dari suatu bagian melodi lagu. Pola kadensa

dapat dibagi atas dua bagian, yaitu : semi kadens (half cadence) dan kadens penuh

(full cadence). Semi kadens adalah suatu bentuk istirahat yang tidak lengkap atau

tidak selesai (complete) dan member kesan adanya gerakan ritem yang lebih

Page 197: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

180

lanjut. Kadens penuh adalah suatu bentuk istirahat diakhir frasa yang terasa

selesai (complete) sehingga pola kadens seperti ini tidak memberikan kesan untuk

menambah gerakan ritem.

Pola Kadens melodi gendhing Monggang yaitu:

Pola Kadens melodi Gendhing Ladrang Wilujeng yaitu:

Pola Kadens melodi Gendhing Kodok Ngorek yaitu:

1.

2.

Dan, Pola Kadens melodi gendhing Ketawang Larasmaya yaitu:

Page 198: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

181

4.4.2.8 Kontur

Kontur adalah garis melodi dalam sebuah lagu. Malm (dalam Irawan

1997:85) membedakan beberapa jenis Kontur, yaitu:

1. Ascending yaitu garis melodi yang bergerak dengan bentuk naik dari nada

yang lebih rendah ke nada yang lebih tinggi.

2. Descending yaitu garis melodi yang bergerak dengan bentuk turun dari

nada yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah.

3. Pendulous yaitu garis melodi yang bentuk gerakannya melengkung dari

nada yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah, kemudian kembali lagi

ke nada yang lebih tinggi atau sebaliknya.

4. Conjuct yaitu garis melodi yang sifatnya bergerak melangkah dari satu

nada ke nada yang lain baik naik maupun turun.

5. Terraced yaitu garis melodi yang bergerak berjenjang baik dari nada yang

lebih tinggi ke nada yang lebih rendah atau dimulai dari nada yang lebih

rendah ke nada yang lebih tinggi.

6. Disjuct yaitu garis melodi yang bergerak melompat dari satu nada ke nada

yang lainnya, dan biasanya intervalnya diatas sekonde baik mayor

maupuan minor.

7. Static yaitu garis melodi yang bentuknya tetap yang jaraknya mempunyao

batas-batasan.

Page 199: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

182

Garis kontur yang terdapat pada melodi keempat gendhing temanten dalam

tulisan ini pada umunya adalah pada gendhing Monggang yaitu:

Grafik diatas menunjukkan terjadinya pergerakan melodi Conjuct.

Dimana terdapat pergerakan nada naik lalu turun, kemudian naik lagi.

Grafik diatas menunjukkan terjadinya pergerakan melodi Conjuct.

Dimana terdapat pergerakan nada turun lalu naik.

Kontur pada gendhing Ladrang Wilujeng yaitu:

Grafik diatas menunjukkan terjadinya pergerakan melodi pendulous.

Dimana terdapat pergerakan melengkung dari nada tinggi ke nada yang lebih

rendah, kemudian kembali lagi ke nada yang lebih tinggi atau sebaliknya.

Page 200: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

183

Grafik diatas menunjukkan terjadinya pergerakan melodi pendulous.

Dimana terdapat pergerakan melengkung dari nada tinggi ke nada yang lebih

rendah, kemudian kembali lagi ke nada yang lebih tinggi atau sebaliknya.

Kontur pada gendhing Kodok Ngorek yaitu:

Grafik diatas menunjukkan terjadinya pergerakan melodi Conjuct.

Dimana terdapat pergerakan nada naik lalu turun, kemudian naik lagi.

Grafik diatas menunjukkan terjadinya pergerakan melodi Conjuct.

Dimana terdapat pergerakan nada naik lalu turun, kemudian naik lagi.

Kontur pada gendhing Ketawang Larasmaya yaitu:

Grafik diatas menunjukkan terjadinya pergerakan melodi Conjuct.

Dimana terdapat pergerakan nada naik lalu turun, kemudian naik lagi.

Page 201: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

184

BAB V

PENUTUP

Pada bagian ini penulis mengambil kesimpulan setiap BAB secara garis

besar dan mengaitkannya satu dengan yang lainnya. Tentu saja didalam skripsi

masih terdapat kekurangan –kekurangan sehingga jauh dari sempurna. Untuk

mendampingi kesimpulan, pada bagian ini disertakan juga beberapa saran

terhadap apa saja yang belum dikerjakan bagi kepentingan-kepentingan penelitian

selanjutnya.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pada penjelasan bab-bab yang telah dibahas, penulis

menyimpulkan pembahsan dari hasil penelitian yang penulis lakukan.

Kesimpulan ini adalah jawaban dari dua poko permasalahan yang telah ditetapkan

pada Bab I. Adapun pokok masalah tersebut adalah: (a) Bagaimana proses

upacara perkawinan adat suku Jawa di Jln Sei gingging, kecamatan Medan

Selayang, Medan. (b) Bagaimana struktur musik melodi Gendhing Monggang,

Ladrang Wilujeng, Kodok Ngorek dan Ketawang Larasmaya yang paling

dominan terdengar pada alat musik gong, saron dan kendang di rekaman gendhing

gamelan pada ritual temu temanten dalam upacara perkawinan adat suku Jawa di

Jln Sei Batu Gingging, Kelurahan Padang Bulan Selayang I, Kecamatan Medan

Selayang, Medan.

Dari keseluruhan pembahasan yang telah penulis lakukan secara umum

dapat menyimpulkan bahwa upacara panggih pada suku Jawa adalah upacara

bertemunya pengantin pria dan pengantin perempuan setelah keduanya sah

Page 202: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

185

sebagai suami-istri, baik menurut adat maupun menurut agama, dan disaksikan

oleh kedua pihak keluarga serta para undangan.

Dalam melaksanakan upacara perkawinan, bagi suku Jawa harus

memperhitungkan perhitungan hari berdasarkan tanggal lahir, dan hari lahir dari

kedua mempelai yang telah dirumuskan sesuai penanggalan orang Jawa (weton)

serta perayaan pernikahan sangat dilarang apabila berkenaan dengan hari

meninggalnya sanak saudara. Perhitungan hari ini biasanya dilakukan oleh

seorang yang sudah ahli dan berpengalaman yang biasa disebut dukun petangan.

Secara umum suku Jawa tidak pernah melaksanakan upacara pada bulan Sura dan

bulan Safar dalam suatu tarikh Jawa. Kedua bulan ini bagi orang Jawa dianggap

sebagai bulan Panas, sehingga jika melaksanakan upacara pada salah satu bulan

ini, dapat menimbulkan suatu malapetaka.

Tata rias dan busana adalah merupakan hal yang pokok dalam rangka

pelaksanaan upacara perkawinan adat suku Jawa, karen pengantin merupakan

pusat perhatian. Tata rias tidak terbatas untuk segala kalangan keluarga dalam

masyarakat suku Jawa, bagi siapa saja yang dapat menyelenggarakan upacara

perkawinan adat Jawa dengan segala kemampuan materinya.

Pelaksanaan upacara perkawinan pada suku Jawa terdiri dari beberapa

tahapan, yaitu dimulainya dari nontoni untuk saling mengenal satu sama lain

antara keluarga pria dengan keluarga perempuan, Lamaran salah satu tahap

dimana keluarga pria mendatangi kediaman pihak perempuan degnan tujuan

meminta atau meminang putri keluarga tersebut menjadi istri putra mereka,

sampai pada akhirnya menuju proses tahapan upacara panggih yang menjadi

puncak dalam upacara perkawinan adat suku Jawa yang meliputi srah tinampi

Page 203: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

186

(serah-terima), pertukaran kembar mayang, balangan (lempar sirih), ngidak

endhok (wiji dadi), Sindur, sampai pada akhirnya ditutup dengan prosesi terakhir

yaitu sungkeman meminta restu kepada kedua orang tua pria dan kedua orang tua

perempuan. Masing-masing dalam pelaksanaan upacara panggih ini hanya

merupakan symbol-simbol yang menggambarkan suatu tujuan luhur yang ingin

dicapai dalam kehidupan berumah tangga, dan bagaimana tanggung jawab

seorang istri kepada suaminya dan sebaliknya serta kepada kedua orang tua.

Pelaksanaan upacara Panggih ini selalu diiringi dengan gendhing Jawa.

Upacara panggih dan penggunaan gendhing merupakan dua hal yang tidak dapat

dipisahkan, dua hal ini tidak dapat dipisahkan, karena jika upacara panggih

dilaksanakan tetapi tidak menggunakan gendhing gamelan, maka pelaksanaanya

serasa tidak sempurna, meskipun penggunaannya pada saat ini dipulau Sumatera,

khususnya Kota Medan sudah sangat instan melalui rekaman dengan tidak

mengurangi unsur budaya yang terkandung didalamnya. Adapaun gendhing-

gendhing yang digunakan adalah (1) gendhing Monggang yaitu gendhing yang

dimainkan untuk menyambut kedatangan pengantin pria beserta rombongan untuk

melaksanakan upacara panggih; (2) gendhing Ladrang Wilujeng adalah gendhing

yang dimainkan untuk mengiringi kedua pengantin untuk dipertemukan; (3)

Gendhing Kodok Ngorek adalah gendhing yang dimainkan pada saat upacara

panggih; (4) gendhing Ketawang Laramaya yaitu gendhing yang dimainkan pada

saat kedua pengantin diarak oleh orang tua pengantin perempuan dengan

menggunakan kain Sindur menuju pelaminan terus didudukkan oleh ayah

pengantin perempuan.

Page 204: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

187

Dari kajian musikologis terhadap keempat komposisi gendhing, penulis

melakukan transkripsi kedalam notasi Kepatihan dan notasi barat. Adapun hal-hal

yang dibahas dalam notasi Kepatihan meliputi system pelarasan, patet, gatra dan

gongan. Selanjutnya hal-hal yang dibahas dalam notasi barat adalah tangga nada,

nada dasar, jumlah pemakaian nada, jumlah interval, formula melodi, dan kadens.

Hasil transkripsi merupakan melodi yang dihasilkan alat musik saron demung.

Dari keseluruhan hasil transkripsi dapat diketahui bahwa keempat gendhing yaitu

gendhing monggang, Ladrang Wilujeng, Kodok Ngorek dan Ketawang

Larasmaya yang dimainkan dalam upacara panggih mempunya bentuk melodi

yang diulang-ulang (repetitive), dimana pengulangan itu merupakan pengulangan

satu motif.

Untuk melaksanakan suatu upacara perkawinan yang lengkap dibutuhkan

biaya yang tidak sedikit. Berdasarkan hal inimaka suku Jawa yang ada di kota

Medan, khususnya Kecamatan Medan Selayang yang mempunyai tingkat social

dan tingkat ekonomi menengah keatas yang dapat melaksanakan upacara

perkawinan menurut adat-istiadat secara sempurna, sedangkan suku Jawa atau

masyarakat Jawa yang memiliki tingkat social dan tingkat ekonomi yang cukup

dalam melaksanakan suatu upacara perkawinan cukup melaksanakan upacara

panggih dengan diiringi oleh gendhing gamelan yang berasal dari rekaman yang

diputar melalui video player atau Mp3 palyer yang ada dalam bentuk kaset

maupun dalam bentuk digital. Suku Jawa yang berada di Kota Medan, khususnya

di Kecamatan Medan Selayang masih memahami tentang pelaksanaan upacara

panggih beserta gendhing-gendhing yang digunakan. Pelaksanaan upacara

panggih di kota Medan yang menggunakan gamelan secara rekaman diketahui

Page 205: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

188

bahwa hal tersebut tidak mengurangi makna dari pelaksanaan upacara panggih itu

sendiri.

5.2 Saran

Upacara dan musik dalam prosesi perkawinan adat Suku Jawa tidak dapat

terlepas satu sama lainnya serta berbagai modifikasi dalam tata rias dan busana

turut menjadi hal yang sangat erat kaitannya dalam adat perkawinan suku jawa.

Semakin berkembangnya teknologi maka semakin terbarui pula hal-hal yang

terkandung didalam adat-istiadat yang tidak ataupun dapat mengurangi makna-

maknanya. Oleh karena itu, sebagai upaya pelestariannya diperlukan kesadaran

dalam upaya menjaga adat dan budaya agar tidak menjadi bentuk hal yang sangat

instan di era modern ini, penulis mencoba menerangkannya agar tidak menjadi

suatu kemunduran budaya dimasa yang akan datang.

Penulis juga menyadari bahwa peneltian yang penulis lakukan masih

banyak kekurangan dan perlu mendapatkan penyempurnaan. Penelitian ini

hanyalah sebahagian kecil permasalahan yang terkandung didalamnya. Oleh

karena itu, penulis menyarankan dan mengharapkan kepada siapa saja yang

berminat untuk melanjutkan penelitian ini untuk lebih mendalam lagi, sehingga

dapat bermanfaat bagi pengembangan Etnomusikologi dan sebagai dokumentasi

data mengenai budaya dan bagian musikal dalam ensambel gamelan Jawa yang

penulis anggap perlu untuk diteliti lebih lanjut berkatian dengan suku Jawa yang

ada di kota Medan ini maupun diluar kota Medan.

Akhir kata, penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat

ataupun kontribusi yang positif terhadap apresiai budaya dan pengetahuan

Page 206: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

189

terhadap ilmu pengetahuan secara umum dan bidang Etnomusikologi secara

khusus.

Page 207: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

190

GLOSARIUM

Adol Dawet: Jual dawet (sejenis minuman jajanan pasar atau cendol) Asok Tukon: Sejumlah Uang yang jumlahnya disesuaikan kemampuan ekonomi

pihak calon pengantin pria (imbalan). Degan: Kelapa yang masih muda Dulangan: Upacara makan dan minum bersama dengan cara saling sulang. Gamelan: Istilah umum untuk ensambel musik Jawa. Gendhing: Komposisi musik pada gamelan Jawa Gethok Dina: Penentuan hari pelaksanaan ijab kabul dan upacara perkawinan Kacar-Kucur: Upacara menuangkan berbagai kacang-kacangan (hasil bumi)

yang disertakan juga berbagai uang logam dari pengantin pria ke pengantin perempuan.

Karawitan: Tradisi musik pada suku Jawa Kembar Mayang: Terbuat dari janur kuning (daun kelapa yang masih muda dan

kuncup) yang dirangkai dan dibentuk menyerupai keranjang yang diisi dengan daun-daunan beralaskan batang pisang.

Kirab: Upacara membawa atau mengarak sesuatu dari satu tempat ketempat lain. Mapag Besan: Upacara menjemput kedua orang tua pengantin pria oleh kedua

orang tua pengantin perempuan untuk turut duduk bersama dipelaminan dengan kedua mempelai pengantin.

Midodareni: Upacara tirakatan bagi calon pengantin untuk senantiasa berlaku prihatin dan berlatih mengendalikan diri sekaligus sebagai permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Ngelamar: Upacara melamar atau meminang oleh calon pengantin pria terhadap calon pengantin wanita

Ngidak endhok: Upacara menginjak telur ayam kampung yang berwarna putih bersih diatas wadah yang berwarna perak atau keemasan yang di sertakan dengan bunga dan daun pandan yang di iris-iris kecil.

Nontoni: Upacara untuk mengetahui lebih jauh tentang calon pasangan yang akan dinikahi.

Nyantri: Upacara mengabdi di rumah orang tua calon pengantin perempuan oleh pengantin pria menjelang upacara perkawinan.

Paes: Merias pengantin perempuan oleh ahli yang dapat merias. Panggih: Mempertemukan Paningsetan: Upacara penyerahan suatu symbol pengikat dari pihak orang tua

calon pengantin pria. Pasang Tuwuhan(Pasren): Sasana Ringga: Pelaminan Selametan: Upacara makan bersama yang telah dibagikan doa sebelum dibagi-

bagikan. Sindur: Kain berwarna merah dan bermotif putih Siraman: Upacara memandikan secara tradisional kedua calon pengantin dengan

air kembang oleh kedua orang tua masing-masing. Srah-Srahan: biasa juga disebut asok tukon, yaitu memberikan hadiah seperti

hail-hasil bumi kepada keluarga calon pengantin wanita oleh pihak keluarga pria.

Page 208: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

191

Sungkeman: Upacara memohon restu dan memohon ampun kepada orang tua dengan gaya khas Jawa

Tarub: Hiasan atau dekorasi dari tumbuh-tumbuhan seperti daun kelapa muda, buah-buahan, batang pohon pisang.

Temu Temanten: Upacara mempertemukan kedua pengantin. Timbangan: Upacara menimbang kedua mempelai pengantin dengan cara

mendudukkan kedua pengantin dikedua paha ayah mempelai perempuan, pengantin pria dipaha kanan dan pengantin putrid dipaha kiri sang ayah.

Tratag: Bangunan sementara pada saat upacara maupun dalam pesta pernikahan.

Page 209: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

192

DAFTAR PUSTAKA

Anjasmara. 1976. Primbon lengkap untuk Wanita. Surabaya: Karya Utama

Becker, Judith. 1980. Traditional Music in Modern Java. Hawaii: The University

Bogdan, Robert and Steven J, Taylor. 1975. Introduction to Qualitative Research Methods.

Jhon Wiley Sons, New York

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1977. Adat dan Upacara Perkawinan Daerah

Istimewa Jogjakarta.Jakarta: Depdikbud

Echols, M dan Hasan Shadily. 1983. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: Gramedia

Hamidin, Aep S. 2012. Buku Pintar Adat Perkawinan Nusantara. Jogjakarta: Diva Press

Hariwijaya. M. 2004. Filsafat Jawa; Ajaran Luhur Warisan Leluhur. Jogjakarta: Gelombang

Pasang

Hood, Mantle. 1982. The Etnomusicologist. New Edition Kent: The Kent University

International Beauty School, Puspita Martha. 2010. Pengantin Solo Putri Basahan. Jakarta:

Gramedia

Irawati, Peri. 2011. Makna Simbolik Upacara Pernikahan Adat Jawa Di Hajoran Kecamatan

Sungai Kanan Kabupaten Labuhan Batu Selatan. Skripsi. Jurusan Sastra Indonesia

Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan Jawa. Jakarta. Balai Pustaka

Koentjaraningrat. 1973. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia

Koentjaraningrat. 1977. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia

Koentjaraningrat. 1980. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Jambatam

Koentjaraningrat. 1985. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia

Malm, William P. 1977. Music Cultures of Pacific, Near East, and Asia. Englewood Cliffs,

New Jersey: Prentice Hall; serta terjemahannya dalam bahasa Indonesia, William P.

Page 210: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

193

Malm, 1993, Kebudayaan Musik Pasifik, Timur Tengah, dan Asia, dialihbahasakan

oleh Muhammad Takari, Medan: Universitas Sumatera Utara Press

Mahligai, Majalah. 2013. Edisi ke 27. Pesona Wanita Indonesia; Mahar dan Seserahan.

Jakarta.

Melati, Harpi. 1988. Tata Upacara Pengantin Jawa Tengah. Medan: n.p.

Nettl, Bruno. 1964. Theory and Method in Ethnomusicology. New York: The Free Press

Perkawinan, Majalah. 2011. Edisi 09/XII. Precious Moment. Jakarta

Poerwadaminta,W.J.S. 1986. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:PN. Balai Pustaka.

Prawita Sari, Rahayu. 1996. Gamelan Jawa dalam Upacara Panggih: Studi Kasus di Kota

Medan. Skripsi. Jurusan Etnomusikologi USU

Satori, Djam’an dan Aan Komariah. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Alfabeta,

Bandung.

Seeger, Charles. 1977. Studies In Ethnomusikology. California: University of California

Sitopu, Dina Mayantuti. 2009. Studi Deskriptif Pertunjukkan Reog Ponorogo pada Upacara

Perkawinan Masyarakat Jawa di Desa Kampung Kolam Tembung Kecamatan Percut

Sie Tuan Kabupaten Deli Serdang. Skripsi. Jurusan Etnomusikologi USU

Shadily, Echols. 1990. Kamus Indonesia – Inggris. Jakarta:Gramedia

Suwondo, Bambang. 1982. Sistem Kesatuan Hidup Setempat Daerah Jawa Timur. Jakarta:

Depdikbud

Soeharto. 1982. Kamus Musik. Jakarta. Gramedia

Said, Muhammad. 1990. Koeli Koentrak Tempo Doeloe: dengan Derita dan Kemarahannya.

Medan: Harian Waspada

Takari, Muhammad dkk. 1992. Teknik dalam Penulisan Etnomusikologi. Medan;

Etnomuskologi USU

Internet:

Page 211: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

194

Digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED

www.youtube.com

http://lubisgrafura.wordpress.com/f-kejawen/mengenal-tata-upacara-pengantin-adat-jawa/

http://infopengantin.blogspot.com/2010/03/rangkaian-upacara-adat-pengantin-jawa.html

http://digilib.unimed.ac.id/proses-adaptasi-etnik-jawa-asal-solo-di-kota-medan/108

http://www.scribd.com/doc/143354571/KARAKTERISTIK-TATA-RIAS-PENGANTIN-SOLO#download

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13434/1/10E01061.pdf

http://karlinasetiyanti.wordpress.com/budaya-jawa/pranata-upacara-selamatan-masyarakat-jawa/

http://riaskuntik.wordpress.com/upacara-tradisional/upacara-perkawinan-tradisional-jawa/tata-

rias-pengantin-yogyakarta/

http://m.weddingku.com/article-gallery.asp?articleid=1015911

http://citra-keraton.blogspot.com/2011/09/perbedaan-tata-rias-busana-pengantin.html

Page 212: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

195

DAFTAR INFORMAN

a. Informan Kunci

1. Nama: Agus Wayan

Umur: 51 tahun

Pekerjaan: penarik beca

Status dalam penelitian ini: (pemilik sanggar Cipto Budoyo Jln. Istiqomah, Helvetia,

Medan), yaitu pembawa acara serta budayawan Jawa.

2. Nama: Sumaji

Umur: 48 tahun

Status dalam penelitian ini selaku pimpinan rombongan pihak mempelai pengantin

perempuan.

Arini, S.H. dan Boy Budiansyah, S.H.

Alamat: Sanggar Cipto Budoyo Jalan Istiqomah Helvetia, Medan.

3. Nama: Cipto

Umur: 45 tahun

Status dalam penelitian ini yaitu sebagai pimpinan rombongan pihak pengantin pria

dalam panggih temanten yang turut membantu pada upacara tersebut.

Alamat: Sanggar Cipto Budoyo Jalan Istiqomah Helvetia Medan

4. Nama: Kusen

Umur: 48 tahun

Status dalam penelitian ini yaitu sebagai wali manten pria.

Alamat: Helvetia Medan

5. Nama: Larasati

Page 213: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

196

Umur: 49 tahun

Status dalam penelitian ini yaitu sebagai pelatih tari di Sanggar Cipto Budoyo.

Alamat: Sanggar Cipto Budoyo Jalan Istiqomah Helvetia, Medan.

b. Informan “Pendukung”

6. Nama: Sigit

Umur: 19 tahun

Status dalam penelitian ini yaitu sebagai Cucuking Lampa (pembawa jalan manten

menuju pelaminan)

Alamat: Helvetia

7. Nama: Saritomo

Umur: 20 tahun

Status dalam penelitian ini yaitu sebagai seksi kelengkapan ritual upacara.

Alamat: Helvetia

c. Informan Pangkal

8. Nama: Surya Darma Desky

Umur: 29 tahun

Status dalam penelitian ini yaitu selaku pemilik jasa penyedia foto pernikahan

Mamipapi Photowork yang telah memberikan informasi tentang adanya acara

pernikahan di Jln Sei Gingging Kecamatan Medan Selayang, Medan.

8. Nama: Yusrita Arini, S.H.

Umur: 25 tahun

Mempelai wanita

Alamat: Jalan Sei Gingging Medan Selayang

Pekerjaan: Karyawati Bank Mandiri

9. Nama: Boy Budiansyah, S.H.

Page 214: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

197

Umur: 28 tahun

Mempelai Laki-laki

Alamat: Medan Selayang

Pekerjaan: Pengacara

10. Kedua Orang Tua Mempelai Wanita

a. Nama: Djumali, S.H

Umur: 60 tahun

Pekerjaan: Pegawai Negeri

Alamat: Jln Sei Gingging No. 80

b. Nama: Yeni Indrawati

Umur: 55 tahun

Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga

Alamat: Jln Sei Gingging No 80

Page 215: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

198

LAMPIRAN I

1. Gendhing Monggang (gendhing pengiring untuk menyambut pengantin pria dalam

melaksanakan upacara panggih) Laras pelog Barang, Melodi Saron Demung dengan nada

dasar C.

Buka: . . . . 5 6 . 6 5 6 . 6 5 6 . 6 5 6 . 6 5 6 . 6 5 6 . 6 5 6 . 6 5 6 . 6 5 6 .(6) 6 5 6 . 6 5 6 . . 6 . . 6

2. Gendhing Ladrang Wilujeng (gendhing pengiring calon mempelai pria memasuki ruangan

pelaminan) Laras pelog barang, melodi saron demung dengan nada dasar Eb (E Mol).

Buka: 1 3 2 3 . 1 3 2 3 1 3 3 3 1 5 3 . 3 5 1 5 . 3 3 2 3 . 1 3 2 3 3 2 3 3 . 1 3 2 3 . 3 3 2 3 . 1 3 3 . 3 1 5 3 3 5 1 5 . 3 3 2 3 . 1 3 2 3

3. Gendhing Kodok Ngorek (gendhing pengiring upacara temu temanten atau panggih yang

diputar pada saat prosesi ngidak endhok atau wiji dadi) Laras pelog barang, melodi saron

demung dengan nada dasar Cb (C mol).

Buka: 5 6 1 6 5 6 1 6(3) 5 6 1 6 5 6 1 6(3) 5 . 6 1 . 2 1 6 1 5 . 6 1 . 2 1 6 1(5) 5 . 6 1 . 2 1 6 1(3)

Dilanjutkan gendhing Ketawang Laras Maya

4. Gendhing Ketawang Laras Maya (gendhing yang diputar pada saat kedua mempelai

pengantin berada pada prosesi timbangan sampai pada dhahar klimah). Laras Pelog

barang, melodi saron demung dengan nada dasar Bb (B mol).

Buka : 5 . 6 1 . 2 1 6 1(5) 5 . 6 1 . 2 1 6 1(3)

Page 216: STUDI DESKRIPTIF UPACARA DAN MUSIK PADA … · Untuk mengkaji struktur musik gendhing gamelan Jawa yang digunakan pada ritual temu temanten (panggih) menggunakan teori wighted scale

199

LAMPIRAN II

Gambar Sampul Depan dan Belakang CD Mp3 gendhing Pengantin Jawa

Yang di pakai pada saat Upacara Perkawinan Adat Jawa di Medan Selayang

(foto hasil scanner dengan menggunakan printer Pixma MP45)