analisis novel novel negri 5 menara
DESCRIPTION
asasTRANSCRIPT
ANALISIS NOVEL
NEGERI 5 MENARA
Disusn Oleh :
Nama : Dewi Novita Sari
Kelas : VIII C
PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN
DINAS PENDIDIKAN
SMP NEGERI 1 TANGGUNGHARJO
2013 / 2014
ANALISIS NOVEL NEGERI 5 MENARA
A.Struktur Novel Negeri 5 Menara
Penulis: A. Fuadi
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Pertama Terbit: 2010
Jumlah Halaman: 424
B. Sinopsis Novel Negeri 5 Menara
Novel yang satu ini bisa dikatakan novel religious kontemporer bertemakan
pendidikan yang paling laris dicari pembaca. Novel Negeri 5 Merupakan rangkaian
pertama dari trilogy karya A. Fuadi ini. Secara umum, sang penulis mengisahkan
pegalaman hidup lima orang pemuda yang menempuh pendidikan di sebuah pesantren
terkenal beranama Pesantren Madani atau PM. Kelima tokoh utama tersebut adalah Alif
Fikri yang berasal dari Padang, Atang yang berasal dari Bandung Jawa Barat, Raja dari
Medan, Dulmajid yang datang dari daerah Sumenep, Said dari kota Mojokerto, dan
terakhir Baso yang berasal dari sebuah tempat di Sulawesi Selatan bernama Gowa.
Kelima sahabat ini bersama-sama mengarungi kehidupan pendidikan di Pesantren
Madani baik itu riang dan gamang, asam dan manis.
Pada mulanya, sang tokoh Alif ingin menjadi sosok intelek seperti Habibie. Ia
mengingkan bersekolah di SMA Bukittinggi demi mencapai cita-citanya. Sayangnya,
Amak, orang tua Alif tidak mengijinkan hal tersebut. Ia menginginkan Alif menjadi
seorang ustad atau pemuka agama sehingga ia berpikir menyekolahkannya di pondok
pesantren. Alif sebenarnya berberat hati, tapi pada akhirnya ia menuruti Amak-nya dan
melanjutkan pendidikan di Pesantren Madani. Pada mulanya, Alif begitu kaget
menjumpai kehidupan di dalam pondok pesantren yang begitu disiplin. Namun seiring
berjalannya waktu, ia kemudian ikut lebur di dalamnya bersama sahabat-sahabatnya
yang lain. Mereka semua percaya pada sebuah mantra: Man Jadda Wajada yang berarti
siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil.
Menurut beberapa pengamat, penulis novel Negeri 5 Menara ini berhasil
menggambarkan suasana modern di dalam pesantren yang selama ini dianggap kuno
dan kaku serta tidak menarik. Paham mengenai pesantren yang hanya mengajarkan
persoalan agama juga seolah hendak dikikis sang penulis. Di dalam novel ini secara
tersirat ia memperlihatkan sisi modern pesantren dengan mengisahkan mereka belajar
soal seni, bahasa dan juga kewajiban berbahasa Inggris yang tak bisa ditolerir. Sang
penulis juga dinilai cerdas menitip kisah humor yang membuat novel berat ini agak
sedikit ringan dan renyah untuk dinikmati.
Novel ini banyak dinilai masuk ke dalam novel motivasi seperti Laskar Pelangi
milik Andrea Hirata. Banyak yang mengecualikannya dari novel sastra mengacu pada
penggunakan kalimat dan gaya bercerita sang penulis yang kurang menggunakan unsur
alegori di dalamnya. Meski demikian, novel yang satu ini masuk ke dalam jajaran Best
Seller dan berhasil merubah paradigma salah mengenai dunia pesantren. Novel ini
direkomendasikan bagi siapapun yang sedang ada di dalam proses untuk mewujudkan
cita-cita. Resensi novel Negeri 5 Menara ini hanya mengisahkan sebagian kecil cerita
yang tersimpan di dalamnya. Jadi, ada baiknya Anda membeli dan membaca langsung
agar bisa memetik hikmah yang lebih dalam. Selamat berburu novel ya!
C.Unsur Intrinsik Novel Negeri 5 Menara
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya itu sendiri. Unsur
intrinsik dalam novel adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta membangun
cerita. Kepaduan antar bebagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel
berwujud. Unsur-unsur intrinsik yang membangun sebuah novel antara lain peristiwa,
cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang, bahasa atau gaya bahasa dan lain-
lain. Adapun analisis novel ini dilihat dari unsur intrinsik adalah sebagai berikut :
1. Tema
Adapun tema dari novel Negeri 5 Menara Karya A. Fuadi adalah
pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari latar tempat yaitu di pesantren dimana
kegiatan utama yang dilakukan sehari-hari tokoh utama adalah belajar. Hal ini
dapat dibuktikan pada kutipan novel berikut :
“Bagai sebuah konspirasi besar untuk mencuci otak, metode total immersion ini
cocok dengan lingkungan yang sangat mendukung. Tidak cukup dengan itu, entah
siapa yang menyuruh, banyak diantra kami yang membawa kamus. Kalau bukan
kamus cetak, kami pasti membawa buku mufradhat, buku tulis biasa yang dipotong
kecil sehingga lebih tipis dan gampang dibawah kemana-mana. Murid dengan
buku mufradhat ditangan gampang ditemukan sedang antri mandi, antri makan,
berjalan, bahkan di antara kegiatan olahraga sekalipun.( hal. 133-135 ).”
2. Plot/Alur
Alur dari Novel ini adalah alur maju mundur. dimana cerita adalah kilas
balik ingatan tokoh utama akan masa silam ketika menimba ilmu di Pondok
Pesantaren Madani hingga membuahkan hasil yang menyenangkan dimasa kini.
Kutipan Novel :
Washington DC, Desember 2003 jam 16:00
“Iseng saja, aku mendekat ke jendela kaca dan menyentuh permukaannya dengan
ujung telunjuk kananku. Tidak jauh, tampak The Capitol, gedung parlemen
Amerika Serikat yang anggun putih gading, bergaya klasik dengan tonggak-
tonggak besar. Aku tersenyum. Pikiranku langsung terbangun jauh ke masa lalu.
Masa yang sangat kuat terpatri dalam hatiku (hal 1). Aku tegak di atas aula
madrasah negeri setingkat SMP. Sambil mengguncang-guncang telapak tanganku,
Pak Sikumbang, Kepala Sekolahku memeberi selamat karena ujianku termasuk
sepuluh yang tertinggi di Kabupaten Agama (hal 5).”
London, Desember 2003.
“Gigiku gemeletuk. London yang berangin terasa mengigil dari Washington DC.
Dulu kami melukis langit dan membebaskan imajinasi itu lepas membumbung
tinggi. Setelah kami mengarahkan segala ikhtiar dan menggenapkan dengan do’a,
Tuhan mengirim benua impian kepelukan kami masing-masing. (hal 405)”
3. Tokoh dan Penokohan
Adapun tokoh dan penokohan pada novel tersebut adalah :
a. Alif (tokoh utama) dalam novel ini adalah tokoh yang protagonis. Alif
digambarkan sebagai sosok generasi muda yang penuh motivasi, bakat, mau
belajar, bersungguh-sungguh, selalu ingin perubahan, semangat untuk maju
dan tidak mudah pasrah.
b. Baso, yang berperan sebagai tokoh protagonis. Baso merupakan teman Alif
yang rajin dan paling disiplin jika disuruh ke masjid.
c. Raja dalam novel ini juga sebagai tokoh protagonis, teman Alif sesama sahibul
menara.
d. Said dalam novel ini juga sebagai tokoh protagonis, teman Alif sesama sahibul
menara.
e. Dulmajid dalam novel ini juga sebagai tokoh protagonis, teman Alif sesama
sahibul menara.
f. Atang dalam novel ini juga sebagai tokoh protagonis, teman Alif sesama
sahibul menara.
g. Ustad Salman dalam novel ini sebagai tokoh protagonis. Wali kelas Alif, laki-
laki muda bertubuh kurus, bersuara lantang, dan selalu memotivasi santri-
santrinya dalam segala hal yang positif.
4. Latar/Setting
a. Latar tempat
Latar tempat dari novel ini yaitu Pondok Pesantren Madani. Dapat
dilihat pada kutipan novel berikut :
“Pondok Madani diberkti oleh energi yang membuat kami sangat menikmati
belajar dan selalu ingin belajar berbagai macam ilmu. Lingkungannya
membuat orang yang tidak belajar menjadi orang aneh. Karena itu cukup sulit
menjadi pemalas di PM. (hal. 264)”
b. Latar waktu
Latar waktu yang terjadi pada novel ini adalah banyak yakni pagi, siang,
sore dan malam.
5. Sudut Pandang
Dalam novel ini penulis menggunakan sudut pandang orang pertama. Hal
ini dikarenakan tokoh utama selalu menyebut dirinya dengan kata aku.
Kutipan Novel :
“Aku baca suratnya sekali lagi. Senang membaca surat dari kawan lama. Tapi aku
juga iri. Rencana masuk SMA-nya juga rencanaku dulu. Aku menghela napas dan
menatap kosong kepuncak pohon kelapa. Aku tidak boleh terlambat lagi. Aku kapok
jadi jasus. Aku jera menjadi drakula. (hal. 102-103)”
6. Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang digunakan penulis dalam novel ini sangat inspiratif. Dari
tiap kata-katanya kita merasakan kekuatan pandangan hidup mendasari bangkitnya
semangat untuk mencapai harga diri dan prestasi.
Dapat dilihat kutipan novel berikut :
“Dulu kami melukis langit dan membebaskan imajinasi itu lepas membumbung
tinggi. Aku melihat awan yang seperti benua Amerika, Raja bersikeras awan yang
sama berbentuk Eropa, sementara Atang sangat percaya bahwa awan itu
berbentuk Afrika. Baso malah melihat semua ini dalam konteks Asia, sedang Said
dan Dulmajid awan itu berbentuk peta negara kesatuan Indonesia. Dulu kami tidak
takut bermimpi. Meski juga kami tidak tahu bagaimana merealisasikannya. Tapi
lihat hari ini, setelah kami mengerahkan segala ikhtiar dan menggenapkan dengan
doa, Tuhan mengirim benua impian kepelukan kami masing-masing. Kun fayakun,
maka semula awan impian, kini hidup yang nyata.”
7. Amanat
Adapun amanat dalam novel ini adalah sebuah perenungan yang diberikan penulis
bagi pembaca untuk tidak mudah putus asa dalam hidup dan dimanapun kita berada
semoga selalu bermanfaat bagi diri kita sendiri, keluarga, lingkungan masyarakat,
bangsa dan agama. Serta selalu membuat perubahan positif pada diri melalui
rencana dan impian hidup yang telah ditentukan.
Seperti kutipan berikut ini :
“Jangan pernah remehkan impian walau setinggi apapun. Tuhan sungguh Maha
Mendengar.
Man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh maka akan berhasil.”