analisis nilai tambah dan harga pokok ...digilib.unila.ac.id/61749/2/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
Oleh
NIDYA OKTAVIANI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
ANALISIS NILAI TAMBAH DAN HARGA POKOK
PRODUKSI SOSIS GULUNG
(Studi Kasus pada CV Cucurutuku Ceria Bandar Lampung)
Skripsi
ABSTRACT
ANALYSIS OF ADDED VALUE AND SAUSAGE ROLLS PRODUCTION COST
IN CV CUCURUTUKU CERIA BANDAR LAMPUNG
By
Nidya Oktaviani
This research aims to analyze the added value, the amount of production cost and
selling cost of sausage rolls. The method used in this research was a case study. The
location was chosen purposively at CV Cucurutuku Ceria in Bandar Lampung with
consideration that CV Cucurutuku Ceria trading business is one of the highest
producers of sausage rolls in Bandar Lampung. The data of this research are
primary data and secondary data, collected in Marchβ April 2019. The first objective
was analyzed by using the Hayami method, the second objective was analyzed using
the Variable Costing method, and the third objective was analyzed by adding the total
non-production cost and the cost of production per month. The results of the research
showed that the highest added value is earned from the cheesy sausage rolls while the
lowest is from potato sausage rolls and the all variants have positive added values
and are feasible to be produced. The average cost of a noodle sausage roll
production Rp962.85, a soya sausage roll Rp1,926.86, a cheesy sausage roll
Rp1,768.44, a potato sausage roll Rp2,182.56 and a spicy sausage roll Rp1,982.22.
The selling price of a noodle sausage roll Rp1,439.95, a soya sausage roll
Rp5,180.52, a cheesy sausage roll Rp4,216.63, a potato sausage roll Rp6,907.81 and
a spicy sausage roll Rp4,447.20.
Key words: added value, cost of production, sausage rolls
sebesar Rp6.907,81/buah dan sosis gulung pedas sebesar Rp4.447,20/buah.
Kata kunci: biaya produksi, nilai tambah, sosis gulung
ABSTRAK
ANALISIS NILAI TAMBAH DAN HARGA POKOK PRODUKSI SOSIS GULUNG
(Studi Kasus pada CV Cucurutuku Ceria Bandar Lampung)
Oleh
Nidya Oktaviani
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai tambah, harga pokok produksi dan
harga pokok penjualan sosis gulung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu studi kasus. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) di
CV Cucurutuku Ceria Bandar Lampung dengan pertimbangan bahwa CV Cucurutuku
Ceria merupakan salah satu usaha yang memiliki produksi terbesar di Bandar
Lampung. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret β April 2019. Tujuan
pertama dianalisis dengan menggunakan metode Hayami, tujuan kedua dianalisis
dengan metode Biaya Variabel, tujuan ketiga dianalisis dengan menambahkan total
biaya non-produksi ke biaya produksi per bulan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa nilai tambah tertinggi diperoleh dari sosis guling cheesy sedangkan terendah
adalah dari sosis gulung mie dan semua varian memiliki nilai tambah positif dan
layak untuk diperoleh. Harga pokok produksi sosis gulung mie sebesar Rp962,85/
buah, sosis gulung soya sebesar Rp1.926,86/ buah, sosis gulung keju sebesar
Rp1.768,44/buah, sosis gulung kentang sebesar Rp2.182,56/buah dan produksi sosis
gulung pedas sebesar Rp1.982,22/buah. Harga pokok penjualan sosis gulung untuk
sosis gulung mie sebesar Rp1.439,95/buah, sosis gulung soya sebesar
Rp5.180,52/buah, sosis gulung keju sebesar Rp4.216,63/buah, sosis gulung kentang
ANALISIS NILAI TAMBAH DAN HARGA POKOK
PRODUKSI SOSIS GULUNG
(Studi Kasus pada CV Cucurutuku Ceria Bandar Lampung)
Oleh
NIDYA OKTAVIANI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Bandar Lampung, 4 Oktober 1997 dari pasangan Bapak Nur
Arifin dan Ibu Rohani. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan tingkat Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 2
Rawa Laut Bandar Lampung pada tahun 2009, tingkat Sekolah Menengah
Pertama (SMP) di SMP Negeri 4 Bandar Lampung pada tahun 2012, dan tingkat
Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 9 Bandar Lampung pada tahun
2015. Penulis diterima di Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Lampung pada tahun 2015 melalui jalur Mandiri.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Kibang Tri Jaya
Kabupaten Tulang Bawang Barat selama 40 hari pada bulan Januari hingga
Februari 2018. Selanjutnya, pada bulan Juli 2018 penulis melaksanakan Praktik
Umum (PU) di PT. Siger Jaya Sentosa selama 30 hari kerja efektif. Selama masa
perkuliahan penulis berperan aktif dalam organisasi kemahasiswaan yaitu menjadi
anggota Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (Himaseperta)
Universitas Lampung di bidang III yaitu bidang minat, bakat, dan kreativitas pada
periode tahun 2015-2019.
SANWACANA
Bismillahirahmannirrahim,
Alhamdullilahirabbilβalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala berkat,
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul βAnalisis Nilai Tambah, Harga Pokok Produksi dan Strategi
Pengembangan Sosis Gulung di CV Cucurutuku Ceria Bandar Lampungβ.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tidak akan terealisasi
dengan baik tanpa adanya dukungan, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala ketulusan hati penulis
menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., sebagai Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
2. Dr. Teguh Endaryanto, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan Agribisnis, atas
arahan, bantuan, semangat dan nasihat yang telah diberikan.
3. Dr. Ir. Wuryaningsih Dwi Sayekti, M.S., yang telah bersedia menjadi Dosen
Pembimbing Pertama atas ketulusan hati, bimbingan, arahan, motivasi dan
ilmu yang bermanfaat yang telah diberikan kepada penulis hingga akhir
perkuliahan dan selama proses penyelesaian skripsi.
4. Dr. Indah Listiana, S.P., M.Si., sebagai Dosen Pembimbing kedua yang telah
memberikan ketulusan hati dan kesabaran, bimbingan, arahan, motivasi,
perhatian, nasihat, saran dan ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama
proses penyelesaian skripsi dan Sekertaris Jurusan Agribisnis, atas arahan,
bantuan, motivasi dan nasihat yang telah diberikan.
5. Ir. Adia Nugraha, M.S., selaku Dosen Pembahas atas ketulusannya
memberikan masukan, arahan, motivasi, bimbingan, nasihat, saran dan ilmu
yang bermanfaat yang telah diberikan untuk penyempurnaan skripsi ini.
6. Yuliana Saleh, S.P., M.Si., sebagai sebagai dosen pembimbing akademik yang
telah memberi pengarahan, motivasi, serta bimbingan selama perkuliahan.
7. Ani Suryani, S.P., M.Sc., sebagai sebagai dosen pembimbing akademik yang
telah memberi pengarahan, motivasi, serta bimbingan selama perkuliahan.
8. Seluruh dosen jurusan Agribisnis atas semua ilmu yang telah diberikan selama
penulis menjadi mahasiswa di Universitas Lampung.
9. Karyawan-karyawati di Jurusan Agribisnis Mba Iin, Mba Vannesa, Mas Boim,
dan Mas Bukhori atas semua bantuan yang telah diberikan selama penulis
menjadi mahasiswi di Universitas Lampung.
10. Teristimewa keluargaku, Ayahanda tercinta Nur Arifin, Ibunda tersayang
Rohani, kakak-kakak ku Nora Agustina, Dwi Widya Putrid an Ari Rahmat
Saputra serta seluruh keluarga besarku, atas semua limpahan kasih sayang,
doa, dukungan, nasihat, semangat, motivasi, saran, dan perhatian yang tulus
kepada penulis selama ini.
11. Seseorang yang selalu menemani, Galih Galingga Wisnu Wardhana atas
doa,nasihat, dukungan, motivasi dan kasih sayang yang telah diberikan.
12. Keluarga besar CV Cucurutuku Ceria Bandar Lampung terutama pemilik yaitu
Kak Erinda Putri atas semua arahan, bantuan, dan izin yang diberikan,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
13. Sahabat terbaikku yang tersayang selama masa perkuliahan yaitu Erisa,
Puput, serta Arnum atas saran, nasihat, bantuan, dukungan dan semangat
berjuang untuk penulis.
14. Sahabat-sahabat tersayang penulis, Empew, Angel, Empe, Vira, Aulia dan Rie
atas doa, dukungan, semangat, dan bantuan yang telah diberikan selama ini.
15. Teman β teman kelas C dan Agribisnis 2015 yang tidak bisa disebutkan satu
persatu oleh penulis terimakasih atas semangat dan bantuan selama
perkuliahan.
16. Almamater tercinta dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
per satu yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, dengan
segala kekurangan yang ada, penulis berharap semoga skripsi ini tetap
bermanfaat bagi kita semua. Mohon maaf atas segala kesalahan dan kekhilafan
selama proses penulisan skripsi ini. Semoga ALLAH SWT memberikan balasan
terbaik atas segala bantuan yang telah diberikan. Aamiin ya Rabbalalaamiin.
Bandar Lampung, Februari 2020
Penulis,
Nidya Oktaviani
ii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 7
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ............... 8
A. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 8
1. Konsep Agribisnis dan Agroindustri .......................................... 8
2. Usaha Pengolahan Daging Ayam ............................................... 11
3. Teori Nilai Tambah ..................................................................... 13
4. Harga Pokok Produksi ................................................................ 16
5. Unsur-Unsur Harga Pokok Produksi .......................................... 18
6. Harga Pokok Penjualan ............................................................... 19
7. Teori Pendapatan ........................................................................ 22
B. Kajian Penelitian Terdahulu .............................................................. 23
C. Kerangka Pemikiran........................................................................... 30
III. METODE PENELITIAN ....................................................................... 33
A. Metode, Lokasi, dan Waktu Penelitian .............................................. 33
B. Konsep Dasar dan Definisi Operasional ............................................ 33
C. Jenis dan Metode Pengumpulan Data serta Responden ..................... 39
D. Metode Analisis Dataβ¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦ ............. 40
iii
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .................................. 44
A. Gambaran umum Kota Bandar Lampung ........................................... 44
B. Gambaran umum usaha Sosis Gulung CV Cucurutuku Ceria ............ 46
1. Sejarah usaha sosis gulung CV Cucurutuku Ceria ....................... 46
2. Struktur organisasi usaha sosis gulung CV Cucurutuku Ceria .... 48
3. Tata letak/ lay out usaha sosis gulung CV Cucurutuku Ceria ...... 49
4. Sarana prasarana usaha sosis gulung CV Cucurutuku Ceria.. ..... 53
5. Karakteristik Responden CV Cucurutuku Ceria..... ..................... 54
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 57
A. Proses pengolahan pada CV Cucurutuku Ceria .................................. 57
B. Penerimaan .......................................................................................... 65
C. Pengadaan bahan baku pada CV Cucurutuku Ceria ........................... 66
1. Biaya bahan baku...... ...................................................................... 66
2. Investasi.... ...................................................................................... 68
3. Tenaga kerja... ................................................................................ 68
4. Overhead pabrik... .......................................................................... 70
a. Biaya overhead pabrik variable.. ................................................ 70
1) Bahan penunjang................................................................. 70
2) Biaya tenaga kerja... ............................................................ 73
3) Pajak usaha... ...................................................................... 74
4) Peralatan.............................................................................. 74
D. Pendapatan ........................................................................................... 78
E. Analisis Nilai Tambah.. ........................................................................ 79
F. Analisis Harga Pokok Produksi dan Harga Pokok Penjualan.. ............ 86
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 93
A. Kesimpulan ......................................................................................... 93
B. Saran ................................................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 95
LAMPIRAN .................................................................................................... 98
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Produksi daging ayam ras pedaging di Provinsi Lampung
tahun 2015-2017 ................................................................................... 2
2. Konsumsi daging ayam ras pedaging per kapita sebulan di
Provinsi Lampung tahun 2015-2017 .................................................... 3
3. Produksi sosis gulung pada CV Cucurutuku Ceria tahun
2015-2018 ............................................................................................ 5
4. Komposisi zat gizi pada daging ayam per 100 gram ........................... 11
5. Perhitungan nilai tambah metode Hayami ........................................... 15
6. Kajian penelitian terdahulu .................................................................. 25
7. Harga pokok produksi dengan menggunakan metode
full costing ............................................................................................ 43
8. Jumlah penduduk, kepadatan penduduk serta luas wilayah
Kota Bandar Lampung ......................................................................... 46
9. Umur dan tingkat pendidikan pemilik dan tenaga kerja ...................... 55
10. Total penerimaan per bulan olahan sosis gulung ................................. 66
11. Penggunaan bahan baku per bulan olahan sosis gulung ...................... 67
12. Tenaga kerja dan biaya tenaga kerja per bulan .................................... 69
13. Biaya penunjang yang digunakan pada usaha sosis gulung ................. 72
14. Jumlah dan upah tenaga kerja karyawan kantor ................................... 73
15. Alokasi biaya gabungan dengan metode nilai jual relatif .................... 75
v
16. Biaya penyusutan peralatan per bulan.................................................. 76
17. Biaya produksi olahan sosis gulung selama sebulan ........................... 77
18. Pendapatan olahan sosis gulung selama sebulan ................................. 78
19. Analisis nilai tambah masing-masing olahan ....................................... 83
20. Analisis harga pokok produksi per bulan sosgul varian noodle .......... 87
21. Analisis harga pokok produksi per bulan sosgul varian soya .............. 88
22. Analisis harga pokok produksi per bulan sosgul varian cheesy ........... 89
23. Analisis harga pokok produksi per bulan sosgul varian potato ........... 90
24. Analisis harga pokok produksi per bulan sosgul varian spicy ............. 91
25. Identitas responden usaha sosis gulung ............................................... 104
26. Penerimaan per bulan produk olahan sosis gulung .............................. 104
27. Penyusutuan alat yang digunakan untuk semua varian ........................ 105
28. Alokasi biaya gabungan alat yang digunakan untuk semua
varian .................................................................................................... 106
29. Alokasi biaya gabungan alat yang digunakan untuk 4 varian .............. 107
30. Alokasi biaya gabungan alat yang digunakan untuk 3 varian .............. 107
31. Alokasi biaya gabungan alat yang digunakan untuk 1 varian .............. 108
32. Total biaya penyusutan per bulan tiap varian olahan sosis
gulung ................................................................................................... 108
33. Alokasi biaya gabungan alat yang digunakan untuk semua
varian .................................................................................................... 108
34. Penggunaan bahan baku per bulan produk sosis gulung ...................... 109
35. Penggunaan bahan baku per bulan produk sosis gulung...... ................ 109
36. Biaya sarana produksi per bulan produk sosis gulung.. ....................... 111
37. Total biaya bahan-bahan produksi usaha sosis gulung.. ...................... 115
vi
38. Total biaya non produksi usaha sosis gulung.. ..................................... 117
39. Tenaga kerja pada usaha sosis gulung.. ............................................... 117
40. Nilai tambah produk olahan sosis gulung.. .......................................... 119
41. Perhitungan harga pokok produksi dan penjualan varian
noodle... ................................................................................................ 120
42. Perhitungan harga pokok produksi dan penjualan varian soya ............ 121
43. Perhitungan harga pokok produksi dan penjualan varian
cheesy.. ................................................................................................. 122
44. Perhitungan harga pokok produksi dan penjualan varian
potato.... ............................................................................................... 123
45. Perhitungan harga pokok produksi dan penjualan varian
spicy...................................................................................................... 124
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Pohon industri ayam ............................................................................. 12
2. Bagan alir penelitian ............................................................................. 32
3. Struktur organisasi usaha sosis gulung CV Cucurutuku Ceria ............ 48
4. Tata letak/ layout usaha sosis gulung ................................................... 50
5. Tempat penerimaan bahan baku ........................................................... 51
6. Vacum sealer ........................................................................................ 51
7. Freezer penyimpanan sosis gulung ...................................................... 52
8. Salah satu outlet CV Cucurutuku Ceria ............................................... 53
9. Sarana transportasi yang digunakan .................................................... 54
10. Pohon industri sosis gulung .................................................................. 57
11. Bagan alir pengolahan sosis gulung varian noodle .............................. 58
12. Produk sosis gulung noodle.. ................................................................ 59
13. Bagan alir pengolahan sosis gulung varian soya... ............................... 60
14. Produk sosis gulung soya ..................................................................... 61
15. Bagan alir pengolahan sosis gulung varian cheesy.. ............................ 62
16. Produk sosis gulung cheesy.. ................................................................ 62
17. Bagan alir pengolahan sosis gulung varian potato... ............................ 63
viii
18. Produk sosis gulung potato.. ................................................................ 64
19. Bagan alir pengolahan sosis gulung varian spicy.. ............................... 65
20. Produk sosis gulung spicy... ................................................................. 65
21. Faktor konversi CV Cucurutuku Ceria.. ............................................... 80
22. Koefisien tenaga kerja CV Cucurutuku Ceria... ................................... 81
23. Nilai tambah dan keuntungan olahan sosis gulung CV
Cucurutuku Ceria.. ............................................................................... 84
24. Foto produk yang ditampilkan di outlet-outlet.. ................................... 99
25. Foto bersama kak Erin (Pemilik CV Cucurutuku Ceria .. .................... 99
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peternakan merupakan salah satu penopang bagi kesejahteraan masyarakat
yang termasuk dalam bidang pertanian. Bidang peternakan sangat potensial
dan berpengaruh tidak hanya dalam kesejahteraan masyarakat umum saja
akan tetapi sangat berpengaruh juga terhadap pendapatan suatu daerah, baik
lokal maupun nasional. Bidang peternakan memiliki potensi bisnis yang
sangat besar dan mempengaruhi hajat hidup orang banyak yang terlibat di
dalam bidang tersebut, salah satu cabangnya yaitu unggas yang salah satunya
adalah ayam.
Daging ayam merupakan bahan makanan bergizi tinggi yang mudah untuk
didapat, rasanya enak, teksturnya empuk, baunya tidak terlalu amis serta
harga yang terjangkau sehingga disukai banyak orang dan sering digunakan
sebagai bahan utama dalam pembuatan makanan. Daging ayam yang biasa
dikonsumsi di Indonesia salah satunya adalah ayam pedaging (broiler) dan
ayam kampung. Setiap orang memiliki pilihannya masing-masing dengan
alasan yang berbeda misalnya ayam broiler lebih cepat empuk daripada ayam
kampung atau karena ayam kampung memiliki kandungan lemak yang lebih
sedikit daripada ayam broiler (Windiani dan Ari, 2014).
2
Daging ayam merupakan pangan hewani yang paling banyak dikonsumsi
oleh masyarakat Indonesia untuk memenuhi kebutuhan protein masyarakat
diikuti oleh daging sapi. Harga daging ayam yang cukup terjangkau dan
jumlah yang cukup banyak di pasaran membuat daging ayam cukup banyak
dipilih masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangan hewani dibandingkan
dengan daging hewan lainnya salah satunya daging ayam ras pedaging.
Selain itu, daging ayam pedaging dapat dijadikan suatu usaha mulai dari
skala usaha rumah tangga hingga skala usaha besar yang dapat ditemukan
hampir di seluruh provinsi di Indonesia, salah satunya adalah Provinsi
Lampung. Produksi daging ayam ras pedaging di Provinsi Lampung dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Produksi daging ayam ras pedaging di Provinsi Lampung tahun
2015-2017 (kg).
Kabupaten/kota Produksi (kg)
Tahun
2015 2016 2017
Lampung Barat 33.789 33.789 34.916
Tanggamus 387.105 402.239 426.374
Lampung Selatan 13.856.677 15.466.939 15.485.749
Lampung Timur 3.333.889 6.536.190 6.592.505
Lampung Tengah 2.425.734 2.499.620 2.815.775
Lampung Utara 1.468.991 1.499.841 1.531.338
Way Kanan 625.324 637.567 650.094
Tulang Bawang 1.954.399 1.960.031 1.964.285
Pesawaran 4.399.909 4.517.729 4.617.718
Pringsewu 2.948.116 2.975.711 3.064.982
Mesuji 257.700 261.079 261.079
Tulang Bawang Barat 728.885 741.641 749.058
Pesisir Barat 6.800 8.203 8.366
Kota Bandar Lampung 25.905 25.905 26.018
Kota Metro 1.332.650 1.532.683 1.543.946
Jumlah 33.785.872 39.099.166 39.772.201
Sumber : Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Lampung, 2018.
3
Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah produksi daging ayam ras
pedaging di Provinsi Lampung dari tahun 2015-2017 terus meningkat atau
mengalami peningkatan dengan jumlah produksi pada tahun 2017 sebesar
39.772.201 kg. Meningkatnya jumlah produksi daging ayam ras pedaging
diikuti juga dengan meningkatnya konsumsi daging ayam ras pedaging,
sehingga konsumsi daging ayam ras pedaging per kapita sebulan di Provinsi
Lampung dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Konsumsi daging ayam ras pedaging per kapita sebulan di
Provinsi Lampung tahun 2015-2017 (kg)
Tahun Konsumsi (kg) Penduduk Total
2015 0,20 979.287 195.857.40
2016 0,22 997.728 219.500.16
2017 0,29 1.015.910 294.613.90
Rata-rata 236.657.154
Sumber : Badan Pusat Statistik 2017.
Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa bertambahnya jumlah penduduk dari
tahun 2015 hingga 2017 berhubungan dengan tingkat konsumsi daging ayam
ras pedaging per kapita sebulan dapat dilihat bahwa konsumsi dari tahun 2015
hingga 2017 terus mengalami peningkatan sebesar 0.09, dengan
meningkatnya jumlah konsumsi daging ayam ras pedaging per kapita sebulan
dimanfaatkan oleh industri pengolahan ayam dan membuat para pelaku usaha
tertarik untuk membuka usaha kuliner. Produk olahan daging ayam ini dapat
diolah dalam beragam jenis produk agar memiliki nilai tambah yang tinggi
serta bernilai jual yang tinggi, sehingga dapat meningkatkan pendapatan para
pelaku usaha yang mengolah daging ayam, salah satu olahan daging ayam
adalah sosis.
4
Sosis ayam berbahan dasar daging ayam yang dihaluskan sebagai bahan
utamanya dan ditambahkan dengan bumbu, bahan pengisi serta bahan
pengikat sebagai bahan tambahan, kemudian dicetak ke dalam selongsong
yang dapat dimakan maupun tidak dapat dimakan (Meliasari, 2016).
Provinsi Lampung adalah salah satu wilayah yang memiliki banyak
perusahaan yang mengolah daging ayam khususnya sosis. Terdapat beberapa
perusahaan besar yang mengolah daging ayam menjadi sosis di Provinsi
Lampung yakni PT Ciomas Adisatwa, PT So Good Food dan PT Kemfood.
Selain industri yang berskala besar juga terdapat banyak industri olahan
daging ayam yang berskala kecil salah satunya CV Cucurutuku Ceria.
CV Cucurutuku Ceria terletak di Jalan Griya Utama Way Halim Permai no. II
C / 4 Bandar Lampung. CV Cucurutuku Ceria merupakan unit usaha yang
bergerak di bidang kuliner dengan makanan khas sosis gulung yang termasuk
ke dalam kriteria unit usaha mikro kecil menengah (UMKM) dalam skala
usaha kecil. CV Cucurutuku Ceria memiliki 16 outlet yang berada di Bandar
Lampung, Metro dan Malang.
Sosis gulung merupakan inovasi dari sosis yang dibalut dengan bahan
makanan lain yaitu gulungan seperti mie, kentang, keju, soya dan pedas.
Adanya usaha sosis gulung pada perusahaan ini sebagai salah satu usaha yang
menjual sosis ayam menjadi berbagai varian produk olahan seperti sosis
gulung mie, sosis berbalut keju, sosis berbalut kentang, pedas, dan soya.
Produk CV Cucurutuku Ceria terdapat beberapa varian, varian sosis gulung
akan memiliki konsekuensi biaya, harga yang berbeda-beda sehingga akan
5
menimbulkan nilai tambah yang dihasilkan dan memberikan kontribusi layak
atau tidak terhadap keberlangsungan perusahaan ini. Produksi sosis gulung
pada CV Cucurutuku Ceria pada tahun 2015-2018 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Produksi sosis gulung pada CV Cucurutuku Ceria tahun 2015-2018
(buah).
Tahun
Produk (buah)
Noodle
sosgul
Soya
sosgul
Cheesy
sosgul
Potato
sosgul
Spicy
sosgul
2015 796.909 - - - -
2016 546.037 15.549 14.672 6.647 -
2017 465.321 53.363 51.272 27.036 23.000
2018 422.774 47.376 76.735 47.260 68.787
Sumber : CV Cucurutuku Ceria, 2018.
Berdasarkan data pada Tabel 3, pada tahun 2015 CV Cucurutuku Ceria hanya
memproduksi sosis gulung mie, produksi sosis gulung mie pada tahun 2016-
2018 menurun karena pada tahun 2016-2018 terdapat varian baru dan mulai
dikenal oleh masyarakat, namun secara total produksi sosis gulung pada CV
Cucurutuku Ceria mengalami peningkatan.
CV Cucurutuku Ceria mengolah sosis menjadi berbagai produk akan
memberikan dampak yang cukup besar yaitu memberikan nilai tambah lebih
bagi pemilik usaha, selain itu terdapat dampak lain yang diperoleh dari usaha
ini yakni mendapatkan keuntungan, membuka lapangan pekerjaan dan
pendapatan masyarakat.
CV Cucurutuku Ceria memiliki 5 varian dengan harga jual yang berbeda-
beda,adanya perbedaan harga jual disebabkan oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah faktor biaya, sehingga perlu diketahui tentang biaya produksi
6
yang digunakan oleh usaha ini. Adanya perbedaan harga jual dan harga
pokok produksi pada usaha ini menimbulkan perbedaan harga pokok
penjualan, sehingga berdampak pada keuntungan yang diperoleh oleh usaha
ini. Oleh karena itu, penting untuk dikaji besarnya harga pokok produksi dan
penjualan pada masing-masing varian.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan
dikaji dalam penelitian ini sebagai berikut:
(1) Berapa besar nilai tambah yang dihasilkan dari olahan sosis menjadi
sosis gulung pada CV Cucurutuku Ceria ?
(2) Berapa besarnya harga pokok produksi dari kelima varian sosis gulung
pada CV Cucurutuku Ceria ?
(3) Berapa besarnya harga pokok penjualan dari kelima varian sosis
gulung pada CV Cucurutuku Ceria ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
(1) Menganalisis nilai tambah yang dihasilkan dari olahan sosis menjadi sosis
gulung pada CV Cucurutuku Ceria.
(2) Menganalisis harga pokok produksi dari kelima varian sosis gulung pada
CV Cucurutuku Ceria.
7
(3) Menganalisis harga pokok penjualan dari kelima varian sosis gulung pada
CV Cucurutuku Ceria.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah :
(1) Pelaku usaha agribisnis, sebagai pertimbangan dalam menjalankan dan
mengembangkan usahanya.
(2) Pemerintah, sebagai sumbangan pemikiran dalam pertimbangan dan
evaluasi terhadap penetapan kebijakan guna membantu mengembangkan
dan meningkatkan produksi produk pada pelaku usaha agribisnis sejenis.
(3) Peneliti lain, sebagai referensi dalam melakukan penelitian sejenis.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Konsep Agribisnis dan Agroindustri
Agribisnis adalah suatu kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau
keseluruhan dari rantai produksi, pengolahan hasil, dan pemasaran yang ada
hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Hubungan dalam arti luas yang
dimaksud adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian
(Soekartawi, 2000).
Agribisnis merupakan suatu cara untuk melihat pertanian sebagai suatu sistem
bisnis yang terdiri dari empat subsistem yang terkait satu sama lain. Empat
subsistem tersebut yaitu :
a. Subsistem Agribisnis Hulu
Pada subsistem ini kegiatan yang dilakukan berkaitan dengan pengadaan
sarana produksi, meliputi lahan, benih, pupuk, dan lain-lain.
b. Subsistem Agribisnis Usahatani
Kegiatan yang dilakukan pada subsistem ini adalah kegiatan budidaya
pertanian dalam arti luas yang menghasilkan berbagai macam komoditas
primer atau bahan mentah.
9
c. Subsistem Agribisnis Hilir
Kegiatan yang dilakukan pada subsistem ini terdiri dari dua macam, yaitu
pengolahan dan pemasaran komoditas primer atau produk olahan.
d. Subsistem Agribisnis Penunjang
Penunjang yang dimaksud dalam subsistem ini adalah semua kegiatan
kelembagaan yang bersifat mendukung, melayani serta mengembangkan
semua kegiatan yang terdapat pada ketiga subsistem agribisnis yang lain.
Lembaga-lembaga yang terlibat sebagai penunjang adalah lembaga
penyuluhan, konsultan, keuangan, serta penelitian dan pengembangan.
Agroindustri merupakan subsistem agribisnis yang memproses dan
mentransformasikan bahan-bahan hasil pertanian, perkebunan, kehutanan,
peternakan dan perikanan menjadi barang-barang setengah jadi ataupun
barang-barang jadi yang langsung dapat dikonsumsi. Agroindusti merupakan
industri bahan baku dari produk pertanian (Soekartawi, 2000).
Agroindustri merupakan suatu subsistem pengolahan secara terpadu antara
sektor pertanian dengan sektor industri sehingga akan diperoleh nilai tambah
dari hasil pertanian. Agroindustri merupakan bagian dari agribisnis hilir.
Agroindustri merupakan usaha meningkatkan efisiensi faktor pertanian hingga
menjadi kegiatan yang sangat produktif melalui proses modernisasi pertanian,
modernisasi di sektor agroindustri dalam skala nasional, penerimaan nilai
tambah dapat di tingkatkan sehingga pendapatan ekspor akan lebih besar lagi
(Saragih, 2004).
10
Usaha mikro kecil menengah merupakan usaha yang memiliki peran yang
cukup tinggi terutama di Indonesia yang masih tergolong negara berkembang.
Peran UMKM menciptakan kesempatan kerja bagi para pengangguran, dapat
dijadikan sebagai sumber pendapatan khususnya di daerah pedesaan dan rumah
tangga berpendapatan rendah (Dinas Koperasi dan UMKM, 2016).
Menurut Badan Pusat Statistik Tahun 2017, industri dapat dikategorikan ke
dalam empat kelompok usaha yaitu usaha mikro, kecil dan menengah
berdasarkan jumlah pekerja yang terdapat di usaha tersebut adalah
1) Usaha mikro atau industri rumah tangga adalah yang memiliki pekerja
kurang dari lima orang, termasuk tambahan anggota keluarga yang tidak
dibayar,
2) Usaha kecil adalah usaha yang memiliki pekerja lima sampai 19 orang,
3) Usaha menengah adalah usaha yang memiliki pekerja 20 sampai 99 orang,
4) Usaha besar adalah usaha yang memiliki pekerja lebih dari atau sama
dengan 100 orang.
CV Cucurutuku Ceria merupakan salah satu usaha yang berada dalam
subsistem pengolahan dalam sistem agribisnis. CV Cucurutuku Ceria adalah
unit usaha yang bergerak dalam bidang kuliner dengan makanan khas sosis
gulung yang termasuk ke dalam kriteria unit usaha mikro kecil menengah
(UMKM) dalam skala usaha menengah dengan jumlah tenaga kerja yang
berjumlah 20 orang dengan 10 orang karyawan dan 10 orang dalam proses
pengolahan.
11
2. Usaha Pengolahan Daging Ayam
a. Ayam Ras Pedaging
Ayam ras pedaging atau sering disebut Broiler yang merupakan jenis ras
unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya
produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Ayam
pedaging adalah jenis ternak bersayap dari kelas aves yang telah
didomestikasikan dengan cara hidupnya diatur oleh manusia dengan tujuan
untuk memberikan nilai ekonomis dalam bentuk daging (Yuwanta, 2004).
Hardjoswaro dan Rukmiasih (2000), menyatakan bahwa ayam broiler dapat
digolongkan ke dalam unggas penghasil daging artinya dipelihara khusus untuk
menghasilkan daging. Umumnya memiliki ciri-ciri kerangka tubuh besar,
pertumbuhan badan cepat, pertumbuhan bulu yang cepat, lebih efisien dalam
mengubah ransum menjadi daging. Kandungan gizi yang terkandung dalam
ayam pedaging dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Komposisi gizi pada daging ayam per 100 gram
Komposisi/satuan Jumlah
Energi (kkal) 302,00
Protein (g) 18,20
Lemak (g) 25,00
Kalsium (mg) 14,00
Fospor (mg) 200,00
Besi (mg) 1,50
Vitamin (B1) 0,08
Air (g) 55,90
Sumber : Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1995)
12
b. Pohon Industri Daging ayam
Ayam pedaging adalah istilah untuk menyebut salah satu strain ayam hasil
budidaya teknologi yang memiliki sifat ekonomis. (Hardjoswaro dan
Rukmiasih, 2000). Daging ayam dapat diproses menjadi berbagai makanan
olahan, salah satu hasil olahannya adalah sosis. Pohon industri pengolahan
ayam dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Pohon industri ayam
Sumber : Badan Litbang Pertanian (2009)
Ayam
Kotoran Bulu Daging Ceker
Pupuk
Kandang
Plastik Pakan Kemoceng
Nugget
Sosis
Kaldu
Ayam
Instan
Berbagai olahan
masakan (Fried Chicken,
Chicken Steak, dll)
Berbagai
olahan
masakan
Pupuk
Keripik Olahan
masakan
Gelatin
Kaldu Ayam
Instan
Tepung
13
3. Teori Nilai Tambah
Faktor yang mempengaruhi nilai tambah pada sistem pengolahan adalah faktor
teknis dan nonteknis. Faktor teknis meliputi unsur kualitas (mutu) produk,
penerapan teknologi, kapasitas produksi, penggunaan unsur tenaga kerja,
jumlah bahan baku, dan input penyerta. Faktor ini mempengaruhi harga jual
produk, sedangkan faktor nonteknis (faktor pasar) meliputi harga jual
output, upah tenaga kerja, harga bahan baku, informasi pasar, modal investasi
teknologi, dan nilai input lainnya. Faktor non teknis dapat mempengaruhi
faktor konversi (banyaknya produk yang dapat dihasilkan dari satu satuan
bahan baku) dan biaya produksi (Hayami, 1987).
Nilai tambah sebagai salah satu indikator dalam mengukur keberhasilan sektor
agribisnis. Nilai tambah menggambarkan tingkat kemampuan menghasilkan
pendapatan di suatu wilayah. Nilai tambah juga dapat digunakan untuk
mengukur tingkat kemakmuran masyarakat setempat dengan asumsi seluruh
pendapatan itu dinikmati masyarakat setempat (Tarigan, 2004)
Suatu agoindustri diharapkan mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi
selain mampu untuk memperoleh keuntungan yang berlanjut. Nilai tambah
yang diperoleh dari pengolahan merupakan selisih antara nilai komoditas yang
mendapat perlakuan pada suatu tahap dengan nilai korbanan yang harus
dikeluarkan selama proses produksi terjadi. Jika nilai tambah yang diperoleh
lebih dari 50 persen maka nilai tambah dikatakan besar dan sebaliknya, nilai
tambah yang diperoleh kurang dari 50 persen maka nilai tambah dikatakan
kecil (Sudiyono, 2004).
14
Menurut Suprapto (2006), perhitungan nilai tambah yang diperoleh dari proses
pengolahan suatu produk dapat menggunakan metode Hayami. Namun, metode
ini memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan dari
metode Hayami antara lain:
1) Dapat diketahui besarnya nilai tambah dan output.
2) Dapat diketahui besarnya balas jasa terhadap pemilik faktor-faktor
produksi.
3) Prinsip nilai tambah menurut Hayami dapat digunakan untuk
subsistem lain selain pengolahan, seperti analisis nilai tambah
pemasaran.
Suprapto (2006), menyatakan bahwa konsep pendukung dalam analisis
nilai tambah metode Hayami pada subsistem pengolahan adalah sebagai
berikut:
1) Faktor konversi, yang menunjukkan banyaknya output yang dapat
dihasilkan dari satu satuan input.
2) Koefisien tenaga kerja yang diperlukan untuk mengolah satu satuan input.
3) Nilai keluaran, menunjukkan nilai output yang dihasilkan dari satu
satuan masukan.
Kriteria nilai tambah (NT) adalah:
1) Jika NT > 0, berarti pengembangan suatu usaha memberi nilai tambah
yang positif.
2) Jika NT < 0, berarti pengembangan suatu usaha memberi nilai tambah
yang negatif.
15
Pada penelitian ini perhitungan nilai tambah yang diperoleh oleh CV
Cucurutuku Ceria akan dihitung berdasarkan masing-masing produk yang
dihasilkan oleh CV Cucurutuku Ceria. Perhitungan nilai tambah dengan
metode Hayami dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Perhitungan nilai tambah metode Hayami
No Variabel Nilai
Output, Input, Harga
1. Output (kg/bulan) A
2. Bahan Baku (kg/bulan) B
3. Tenaga Kerja (HOK/bulan) C
4. Faktor Konversi (kg) D = A/B
5. Koefisien Tenaga Kerja (HOK/kg) E = C/B
6. Harga Output (Rp/Kg) F
7. Upah Tenaga Kerja (Rp/HOK) G
Pendapatan dan Keuntungan
8. Harga Bahan Baku (Rp/kg) H
9. Sumbangan Input Lain (Rp/kg bahan baku) I
10. Nilai Output (Rp/kg) J = D x F
11. a. Nilai Tambah (Rp/kg) K = J β I β H
b. Rasio Nilai Tambah (%) L% = (K/J) x 100%
12. a. Imbalan Tenaga Kerja (Rp/kg) M = E x G
b. Bagian Tenaga Kerja (%) N% = (M/K) x 100%
13. a. Keuntungan (Rp/kg) O = K - M
b. Tingkat Keuntungan (%) P% = (O/K) x 100%
Balas Jasa untuk Faktor Produksi 14. Margin (Rp./kg) Q = J - H
a. Keuntungan (%) R R = O/Q x 100%
b. Tenaga Kerja (%) S = M/Q x 100%
c. Input Lain (%) T = I/Q X 100%
Sumber : Hayami (1987)
Keterangan
A = Output / total produksi masing-masing olahan sosis yang
dihasilkan CV Cucurutuku Ceria (buah)
B = Input / bahan baku sosis yang digunakan untuk memproduksi masing-
masing olahan sosis (ayam)
C = Tenaga kerja yang digunakan dalam memproduksi hasil olahan sosis
dihitung (HOK) dalam satu periode analisis
F = Harga produk yang berlaku pada satu periode analisis
16
G = Jumlah upah yang diterima oleh pekerja dalam setiap satu periode
produksi yang di hitung berdasarkan per HOK
H = Harga input bahan baku utama per kilogram (kg) pada saat periode analisis
I = Sumbangan / biaya input lainnya yang terdiri dari biaya bahan penunjang,
biaya penyusutan, biaya bahan bakar dan biaya pengemasan.
4. Harga Pokok Produksi
Harga pokok produksi adalah biaya-biaya yang di keluarkan dalam pengolahan
bahan baku menjadi sebuah produk (Mulyadi, 2009). Menurut Hasen dan
Mowen (2009), harga pokok produksi mencerminkan total biaya barang yang
diselesaikan selama periode berjalan. Biaya yang hanya dibebankan ke barang
yang diselesaikan adalah biaya bahan langsung, tenaga kerja, dan overhead.
Harga pokok produksi mempunyai kaitan erat dengan indikator-indikator
tentang sukses perusahaan, seperti misalnya: laba kotor penjualan, laba bersih.
Tergantung pada rasio antara harga jual dan harga pokok produknya,
perubahan pada harga. Pokok produk yang relatif kecil bisa jadi berdampak
singnifikan pada indikator keberhasilannya. Menurut Mulyadi (2004) Harga
pokok memiliki fungsi yang cukup penting yaitu diantaranya:
a. Harga pokok sebagai penetapan harga jual
Harga pokok merupakan hal penting yang perlu diketahui oleh perusahaan
karena harga pokok dapat memberikan pengaruh terhadap penentuan harga
jual produk tertentu.
b. Harga pokok sebagai dasar penetapan laba
Apabila perusahaan telah membuat perhitungan harga pokok maka
perusahaan dapat menetapkan laba yang diharapkan yang akan
mempengaruhi tingkat harga jual suatu produk tertentu.
17
c. Harga pokok sebagai dasar penilaian efisiensi
Harga pokok dapat dijadikan dasar untuk mengontrol pemakaian bahan, gaji
dan biaya produksi tidak langsung. Hal ini dapat dilakukan dengan
menetapkan harga pokok standar terlebih dahulu dan kemudian
membandingkan dengan harga pokok yang aktual atau yang sebenarnya
terjadi. Apakah terdapat selisih antara perhitungan kedua harga pokok
tersebut, apabila ada selisih negatif berarti proses produksi yang
dilaksanakan belum efisien dan perusahaan perlu mengetahui penyebab
terjadinya selisih tersebut, sehingga dapat diambil tindakan koreksi untuk
memperbaiki kesalahan tersebut sedangkan bila ada selisih positif maka
perlu ditelusuri terlebih lanjut atas selisih tersebut apakah karena perusahaan
telah menjalankan proses produksi secara efisien atau perhitungan harga
pokok standar yang kurang tepat.
Harga pokok sebagai dasar pengambilan berbagai keputusan manajemen.
Harga pokok merupakan suatu pedoman penting sekaligus sebagai suatu
dasar untuk pengambilan keputusan khusus perusahaan, misalnya:
1. Menetapkan penyesuaian proses produksi.
2. Menetapkan strategi persaingan di pasaran luas.
3. Merencanakan ekspansi perusahaan.
4. Menetapkan perubahan harga penjualan.
18
5. Unsur-unsur harga pokok produksi
Unsur-unsur harga pokok produksi adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya pabrik tidak langsung (overhead pabrik). Unsur-unsur
harga pokok produksi terdiri dari:
a. Biaya bahan baku langsung
Biaya bahan baku langsung merupakan semua biaya bahan sebagai bagian
integral dari barang jadi dan dapat langsung dibebankan kepada harga
pokok dari barang yang diproduksi. Dengan kata lain biaya bahan adalah
harga perolehan dari bahan yang dipakai dalam pengolahan proses produksi.
b. Biaya tenaga kerja langsung
Biaya tenaga kerja langsung adalah gaji yang diperoleh pekerja yang
mengubah bahan dari keadaan mentah menjadi produk jadi. Sebagai contoh,
gaji yang dibayarkan kepada pekerja pabrik pakaian yang memotong kain
dan menjahit hasil potongan tersebut adalah biaya tenaga kerja langsung.
c. Biaya pabrik tidak langsung
Biaya pabrik tidak langsung adalah bahan tidak langsung, pekerja tidak
langsung dan beban pabrik lainnya yang tidak secara merata mudah
diidentifikasikan atau dibebankan langsung ke pekerjaan atau produk atau
tujuan akhir biaya seperti kontrak-kontrak pemerintah. Penggolongan biaya
pabrik tidak langsung dapat dilakukan dengan berbagai cara, dimana
penggolongan ini tidaklah sama antara satu perusahaan dengan perusahaan
lainnya. Hal ini disebabkan setiap perusahaan mempunyai ciri-ciri tersendiri
dalam proses pengolahan produksinya.
19
6. Harga Pokok Penjualan
Harga pokok penjualan adalah (Cost of good sold) adalah seluruh biaya
langsung yang dikeluarkan perusahaan atau agroindustri untuk memperoleh
barang atau jasa yang dijual. Pada penelitian ini harga pokok penjualan
dihitung mencangkup biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik.
Analisis harga pokok penjualan adalah metode yang digunakan untuk
memperhitung besarnya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan atau
agroindustri untuk mengubah bahan baku menjadi suatu produk, termasuk
biaya pemasaran.
Perhitungan harga pokok penjualan sangat penting bagi perusahaan atau
agroindustri untuk menentukan laba/rugi. Jika harga jual produk lebih besar
dari harga pokok penjualan maka perusahaan akan menggalami laba.
Sebaliknya jika harga jual lebih rendah dari harga pokok penjualan, maka
perusahaan akan menggalami kerugian.
Perhitungan biaya produksi dalam penelitian kali ini terutama dalam
menghitung biaya penyusutan peralatan dilakukan dengan menghitung biaya
gabungan atau joint cost. Biaya gabungan (joint cost) adalah biaya produksi
yang dikeluarkan yang terdiri dari tenaga kerja dan biaya overhead pabrik atau
penyusutan alat yang sama dalam suatu proses produksi yang menghasilkan
berbagai jenis produk utama (Mursyidi, 2008).
Perhitungan joint cost diperlukan terutama ketika perusahaan menghasilkan
20
produk lebih dari satu atau terdiri dari beberapa produk. Biaya yang dihitung
adalah biaya yang digunakan secara bersama oleh produk bersama (Bustami,
2009). Pada penelitian ini biaya bersama yang dikeluarkan dalam proses
produksi sosis gulung adalah biaya overhead yaitu biaya penyusutan alat, biaya
listrik, dan pajak.
Menurut Bustami (2009) alokasi biaya adalah pembebanan biaya secara
proporsional dari biaya bersama ke objek biaya. Biaya bersama sulit
diperhitungkan kepada masing-masing produk. Oleh karena itu, untuk
memudahkan dalam perhitungan diperlukan alokasi biaya.
Pada dasarnya alokasi biaya bertujuan untuk mengetahui berapa besar
kontribusi masing-masing produk terhadap pendapatan usaha dan mengetahui
apakan seluruh biaya produksi yang dibebankan kepada masing-masing produk
sudah dihitung dengan seteliti mungkin (Mursyidi, 2008).
Biaya bersama atau joint cost dapat dialokasikan kepada tiap-tiap produk
bersama dengan menggunakan salah satu dari empat metode yakni metode
nilai jual relatif, metode satuan fisik, metode harga pokok rata-rata dan metode
rata-rata tertimbang, namun pada penelitian kali ini metode alokasi joint cost
yang digunakan adalah dengan metode nilai jual relatif yaitu harga jual
diketahui pada saat titik pisah. Dasar pemikiran metode ini adalah bahwa
harga jual suatu produk merupakan perwujudan biaya-biaya yang dikeluarkan
dalam mengolah produk tersebut. Jika salah satu produk terjual lebih tinggi
daripada produk yang lain, hal ini karena biaya yang dikeluarkan untuk produk
tersebut lebih banyak bila dibandingkan dengan produk yang lain. Oleh karena
21
itu, metode ini merupakan cara yang tepat untuk mengalokasikan joint cost
berdasarkan pada nilai jual relatif masing-masing produk yang dihasilkan.
Metode nilai jual relatif dapat dijelaskan dibawah ini yakni sebagai berikut:
1) Metode nilai jual relatif
Metode ini digunakan untuk mengalokasikan joint cost kepada produk
bersama. Metode ini didasarkan pada nilai jual relatif dari setiap jenis
produk bersama. Tahap pertama metode ini adalah memperhitungkan nilai
total penjualan yang merupakan harga penjualan dikalikan dengan unit
produksi, bukan penjualan sesungguhnya. Tahap kedua penentuan proporsi
nilai penjualan masing-masing produk bersama pada nilai penjualan total.
Tahap terakhir mengalokasikan total joint cost diantara produk bersama
berdasarkan proporsi tersebut (Mulyadi, 2009).
Menurut Bustami (2009), metode harga jual dapat dibedakan menjadi dua
diantaranya:
a) Harga jual diketahui pada saat titik pisah
Perhitungan ini apabila harga jual diketahui pada saat titik pisah maka
joint cost dibebankan kepada produk berdasarkan nilai jual masing-
masing produk terhadap jumlah nilai jual keseluruhan produk.
Alokasi joint cost dengan metode harga jual diketahui pada saat titik
pisah dapat dirumuskan sebagai berikut:
Alokasi πππππ‘ πππ π‘ =β nilai jual masing β masing produk
β nilai jual keseluruhan produkxbiaya bersama
22
b) Harga jual tidak diketahui pada saat titik pisah
Apabila suatu produk tidak bisa dijual pada titik pisah, maka harga tidak
dapat diketahui saat titik pisah. Produk tersebut memerlukan proses
tambahan sehingga harga jual dapat diketahui sebelum dijual. Dasar
yang dapat digunakan dalam menghasilkan biaya bersama adalah harga
pasar hipotesis. Harga pasar hipotesis adalah nilai jual suatu produk
setelah diproses lebih lanjut dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan
untuk memproses lebih lanjut. Alokasi biata bersama dengan metode
harga jual tidak diketahui pada saat titik pisah dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Alokasi πππππ‘ πππ π‘ =β πππππ ππ’ππ βππππ‘ππ ππ πππππ’π π ππ‘πππβ π‘ππ‘ππ πππ πβ
β πππππ ππ’ππ βππππ‘ππ ππ π πππ’ππ’β πππππ’π π ππ‘πππβ π‘ππ‘ππ πππ πβπ₯ ππππ¦π ππππ πππ
7. Teori Pendapatan
Kegiatan pengolahan hasil pertanian tentunya akan menghasilkan produk yang
bernilai tambah, dengan bertambahnya nilai dari suatu produk akan
meningkatkan pendapatan yang diterima oleh pelaku usaha (Pertiwi, 2015).
Besarnya pendapatan yang akan diperoleh dari suatu kegiatan pengolahan
produk hasil pertanian tergantung dari beberapa faktor yang
mempengaruhinya, seperti tingkat produksi, intensitas, dan efisiensi
penggunaan tenaga kerja. Dalam melakukan kegiatan pengolahan, diharapkan
dapat meningkatkan pendapatannya sehingga kebutuhan hidup sehari-hari
dapat terpenuhi. Harga dan produktivitas merupakan sumber dari faktor
23
ketidakpastian, sehingga bila harga dan produksi berubah, maka pendapatan
yang diterima juga akan berubah (Soekartawi, 2000).
Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan semua biaya selama
proses produksi (Rahim dan Hasyim, 2008). Penerimaan adalah hasil perkalian
jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan biaya adalah nilai
penggunaan sarana produksi dan lain-lain yang dikeluarkan pada proses
produksi tersebut (Soekartawi,2000).
Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam kegiatan
produksi. Biaya produksi dibedakan menjadi dua, yaitu biaya tetap dan biaya
tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak tergantung pada
besar kecilnya produksi yang akan dihasilkan, sedangkan biaya tidak tetap
adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh volume produksi. Untuk
biaya total dapat dihitung dengan mengunakan rumus sebagai berikut :
TC = FC + VC
Keterangan :
TC = Biaya total olahan sosis gulung (Rp)
FC = Biaya tetap olahan sosis gulung (Rp)
VC = Biaya variabel olahan sosis gulung (Rp)
B. Kajian Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu memberikan gambaran tentang penelitian sejenis
yang sudah dilakukan, namun penelitian dengan komoditas sosis memang
24
cukup sulit untuk ditemukan sehingga penulis mengambil beberapa penelitian
yang berhubungan dengan penelitian ini dan dapat dijadikan referensi bagi
penulis dalam penentuan metode yang digunakan dalam menganalisis data.
penelitian terdahulu yang memiliki persamaan dan perbedaaan dalam hal
komoditas, waktu, tempat dan metode penelitian. Ringkasan dari beberapa
penelitian terdahulu beserta alat analisis dan hasil penelitiannya dapat dilihat
pada Tabel 6.
Terdapat beberapa persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian
terdahulu, untuk perbedaan hanya berbeda dari sisi komoditas saja namun
untuk persamaannya adalah sama-sama meneliti mengenai nilai tambah, harga
pokok produksi dan harga pokok penjualan. Metode yang digunakan untuk
mengukur nilai tambah menggunakan analisis nilai tambah dengan metode
Hayami, untuk mengetahui nilai tambah yang dihasilkan dari olahan, penulis
juga menganalisis nilai tambah namun berbeda jenis olahan, seperti penelitian
yang dilakukan Ayu, Ismono dan Soelaiman (2013), Nasaruddin, Utama dan
Andani (2015) dan Lestari, Sayekti dan Prasmatiwi (2017), untuk mengetahui
harga pokok produksi dengan menggunakan metode variable costing yang
merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya
memperhitungkan biaya produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung dan untuk mengetahui harga pokok penjualan yaitu berdasarkan hasil
penjumlahan antara harga pokok produksi dengan biaya non produksi atau
biaya pemasaran.
25
Tabel 6. Kajian penelitian terdahulu
No Judul, Peneliti, Tahun Tujuan Metode
Analisis
Hasil
1. Strategi Pengembangan Usaha Abon Sapi Pada UKM Mutiara βHj Mbok Sriβ di Kota Palu (Yusran, Antara dan Rauf, 2014)
Mengetahui strategi pengembangan usaha abon sapi.
Analisis Deskriptif (Metode SWOT)
1. Posisi usaha untuk strategi pengembangan usaha abon sapi UKM Mutiara berada pada kuadran I, dimana pada posisi ini sebuah usaha maupun industri memiliki posisi yang kuat dan berpeluang untuk berkembang hasil.
2. Penerapan strategi yang dapat digunakan UKM Mutiara ini yaitu strategi SO, dengan memperluas jaringan distribusi, pengadaan bahan baku dan peningkatan produk. Strategi ini sebagai strategi yang menggunakan kekuatan perusahaan untuk memanfaatkan peluang yang ada
2. Analisis Nilai Tambah Pada Klaster Industri Pengolahan Ikan Teri Kering di Pulau Pasaran Kota Bandar Lampung (Ayu, Ismono dan Soelaiman, 2013)
Mengetahui nilai tambah pengolahan ikan teri kering.
Analisis Kuantitatif (Metode Hayami)
Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan satu kilogram ikan teri basah menjadi ikan teri kering tertinggi berada pada musim angin barat yaitu pada jenis ikan teri nasi sebesar Rp 7.253,02 dan rasio nilai tambah terhadap nilai produk adalah 29,73 persen, artinya setiap Rp 100,00 nilai produk akan diperoleh nilai tambah sebesar Rp 29,73.
26
3. Analisis Harga Pokok Produksi
dan Strategi Pengembangan
Industri Pengolahan Ikan Teri
Nasi Kering di Pulau Pasaran
Kecamatan Teluk Betung Barat
Kota Bandar Lampung (Laisa,
Sayekti dan Nugraha, 2013)
Menyusun strategi
pengembangan usaha
pengolahan ikan teri
nasi kering.
1. Analisis
Deskriptif
(Metode
SWOT)
2. Analisis
variabel
costing.
Strategi prioritas usaha pengolahan ikan teri
nasi kering di Pulau Pasaran yaitu
1. Mengadopsi teknologi yang lebih modern
2. Mengadakan pelatihan untuk menghasilkan
tenaga kerja yang berkualitas
3. Membuat pembukuan untuk
memaksimalkan penggunaan modal
4. Nilai Tambah Pengolahan Daging Sapi Menjadi Bakso Pada Usaha Al-Hasanah di Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan (Nasaruddin, Utama dan Andani, 2015)
Mengukur besarnya nilai tambah yang diperoleh dari proses pengolahan daging sapi menjadi bakso
Analisis Kuantitatif (Metode Hayami)
Nilai tambah yang diperoleh dari proses
pengolahan daging sapi menjadi bakso pada
usaha ini adalah sebesar Rp 10.052,96 Rp/Kg
atau 8,25% dari output yang dihasilkan.
5. Strategi Pengembangan Usaha
Abon Daging Sapi pada Industri
Citra Lestari di Kota Palu (Putri
dan Lamusa, 2017).
Mengetahui strategi
pengembangan usaha
abon sapi
Analisis
Deskriptif
(Metode
SWOT)
Posisi usaha untuk strategi pengembangan usaha
abon sapi ini berada pada kuadran I, dimana
pada posisi ini sebuah usaha maupun industri
memiliki posisi yang kuat dan berpeluang untuk
berkembang. Strategi yang digunakan yaitu
menerapkan strategi SO.
27
6. Strategi Pemasaran Produk
Sosis Siap Makan (Studi Kasus:
PT Primafood Internasional)
(Wibowo, Daryanto dan Rifin,
2018)
1 Mengidentifikasi
faktor internal dan
eksternal perusahaan
untuk meningkatkan
pemasaran sosis siap
makan
2. Memformulasikan
strategi yang dapat
dilakukan oleh
perusahaan
3. Merekomendasikan
strategi yamg
terbaik dari
beragam strategi
yang dirumuskan
Analisis
Deskriptif
(Metode
SWOT)
Rumusan alternatif strategi pemasaran yang
didapatkan berdasarkan faktor-faktor eksternal
dan internal adalah bekerjasama dengan partner,
diferensiasi produk, promosi gabungan dengan
grup Charoen Pokphand, serta promosi edukatif.
Prioritas strategi utama yang direkomendasikan
yakni promosi edukasi.
7. Kelayakan dan Strategi
Pengembangan Usaha pada
outlet Ayam Goreng Waralaba
dan Mandiri (Widuri, Saleh dan
Palupi, 2014)
1. Mendeskripsikan
kelayakan usaha
2. Mendeskripsikan
persepsi konsumen
terhadap produk
3. Menyusun strategi
yang tepat untuk
mengembangan
usaha waralaba
dan mandiri
Analisis
Kuantitatif
(NPV, IRR, Net
B/C, PP,
QSPM)
Analisis
Deskriptif
(Metode
SWOT)
1. Kelayakan usaha dilihat dari empat kriteria
menunjukkan bahwa usaha ayam goreng baik
waralaba maupun mandiri layak dilakukan.
2. Analisis persepsi konsumen, faktor yang
mempengaruhi pembelian, baik usaha ayam
goreng waralaba maupun usaha ayam goreng
mandiri adalah harga, mutu, higienisitas,
kepraktisan dan kemudahan diperoleh.
3. Urutan alternatif strategi untuk usaha ayam
goreng waralaba maupun mandiri adalah
melakukan penjagaan loyalitas konsumen
dengan menjaga rasa tetap renyah dan bersih,
bersikap ramah, menjaga kebersihan outlet,
dan tidak menaikan harga
28
8. Analisis Nilai Tambah dan
Pendapatan usaha Pengolahan
Ikan Asin di Provinsi Lampung
(Simamora, 2014)
1. Mengetahui nilai
tambah usaha
pengolahan ikan
teri nasi di Pulau
Pasaran Kota
Bandar Lampung
dan Desa Tarahan
Kabupaten
Lampung Selatan
2. Mengetahui
besarnya
pendapatan usaha
pengolahan ikan
teri nasi
Analisis Kuantitatif (Metode Hayami)
1. Nilai tambah yang dihasilkan usaha
pengolahan ikan teri nasi asin di Pulau
Pasaran Kota Bandar Lampung adalah
sebesar Rp.3.306,94 per kilogram dan nilai
tambah usaha pengolahan ikan teri nasi di
Desa Tarahan Kabupaten Lampung Selatan
adalah sebesar Rp.2.045,00 per kilogram.
2. Pendapatan rata-rata yang diperoleh usaha
pengolahan ikan teri nasi per bulan di Pulau
Pasaran Kota Bandar Lampung adalah
Rp32.615.942,75 dengan R/C rasio sebesar
1,13 sedangkan untuk pengolahan ikan teri
nasi di Desa Tarahan Kabupaten Lampung
Selatan adalah sebesar Rp.18.318.968,67
dengan R/C rasio sebesar 1,12
9. Nilai Tambah, Pengendalian
Persediaan Bahan Baku dan
Pendapatan Usaha pada KUB
Bina Sejahtera di Kelurahan
Kangkung Kecamatan Bumi
Waras Kota Bandar Lampung
(Pertiwi, Affandi dan Kasymir,
2015)
1. Mengevaluasi nilai
tambah.
2. Pendapatan pada
KUB Bina
Sejahtera.
1. Analisis
Kuantitatif
(Metode
Hayami)
2. Analisis
Deskripstif
(Metode
SWOT)
1. KUB Bina Sejahtera dapat memberi nilai
tambah lebih besar daripada nol.
2. Pendapatan yang dihasilkan untuk produk
olahan bakso Rp 231.826, ekado Rp 338.826,
lumpia Rp 388.826, otak otak Rp 2.159.423,
dan piletan Rp 27. 526.364
29
10 Analisis Pendapatan, Nilai
Tambah dan Strategi
Pengembangan Usaha
Pengolahan Ikan Bandeng
Pada Usaha Dagang
Sabily Kecamatan
Labuhan Maringgai
Kabupaten Lampung
Timur (Lestari, Sayekti
dan Prasmatiwi, 2015)
1. Menganalisis
pendapatan
2. Berapa besar
nilai tambah
yang dihasilkan
3. Bagaimana
strategi
pengembangan
usaha
1. Analisis
Pendapatan
2. Analisis
Nilai
Tambah
(Metode
Hayami)
3. Analisis
Deskriptif
(Metode
SWOT)
1. Pendapatan atas biaya total seluruh
olahan ikan bandeng sebesar
16.324.376,39 per bulan
2. Nilai tambah terbesar pada produk
keripik kulit bandeng sebesar Rp
80.733,60 sedangkan nilai tambah
terendah pada produk bandeng presto Rp
15.100,83 dan seluruh olahan ikan
bandeng dapat memberikan nilai
tambahn yang positif dan layak untuk
diusahakan
3. Strategi prioritaas usaha pengolahan ikan
bandeng yakni memanfaatkan lokasi yang
dekat dengan sumber bahan baku,
mempertahankan produk, memanfaatkan
pengelolaan keuangan secara efektif
30
C. Kerangka Pemikiran
Sosis merupakan salah satu produk olahan daging yang merupakan makanan
siap saji dan banyak diminati oleh masyarakat. Sosis merupakan salah satu
olahan daging ayam yang dapat meningkatkan nilai tambah bagi ayam itu
sendiri. CV Cucurutuku Ceria terletak di Jalan Griya Utama Way Halim
Permai No. II C / 4 Bandar Lampung yang merupakan unit usaha yang
bergerak dibidang kuliner dengan khas makanan Sosis Gulung yang
termasuk ke dalam kriteria unit usaha mikro kecil menengah (UMKM)
dalam skala usaha kecil.
Kegiatan pengolahan daging ayam menjadi sosis ini dapat memberikan nilai
tambah dari bahan baku (daging ayam) yang diproses dengan faktor
produksi lain pada proses pengolahan. Olahan sosis pada CV Cucurutuku
Ceria ini yaitu sosis gulung mie, sosis berbalut keju, soya, sosis pedas, dan
sosis berbalut kentang yang setiap produknya memiliki nilai tambah yang
berbeda-beda. Besarnya nilai tambah dipengaruhi oleh bahan baku, bahan
penunjang, tenaga kerja, mesin, peralatan dan bahan bakar. Semua biaya
yang dikeluarkan dalam proses produksi disebut sebagai biaya produksi.
Analisis nilai tambah dari usaha pengolahan sosis ini dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar keuntungan yang diperoleh dari proses mengolah
sosis ayam menjadi berbagai macam varian.
31
Perhitungan nilai tambah dibedakan menurut jenis produk. Peningkatan
pendapatan sosis gulung ini dapat dilakukan melalui perumusan strategi
yang tepat.
Hasil produksi yang dihasilkan dari proses pengolahan daging ayam
menjadi sosis ini berhubungan dengan harga pokok produksi serta harga
pokok penjualan. Bagan alir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2
32
Gambar 2. Bagan alir penelitian nilai tambah , harga pokok produksi, harga pokok penjualan pada CV Cucurutuku Ceria
Biaya Produksi Penerimaan Pendapatan
Harga Input Harga Output
Input:
Bahan Baku
Bahan Penunjang
Bahan Bakar
Tenaga Kerja
Peralatan
Output:
Cheesy Sosgul
Noodle Sosgul
Potato Sosgul
Soya Sosgul
Spicy Sosgul
Proses Pengolahan
Daging Ayam
CV Cucurutuku Ceria
Nilai Tambah
Sosis ayam
Split of point (Titik pisah)
Harga Pokok Produksi dan Harga Pokok Penjualan
33
III. METODE PENELITIAN
A. Metode, Lokasi dan Waktu Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus. Metode studi
kasus adalah metode yang bertujuan untuk memberikan gambaran secara
mendetail tentang latar belakang, sifat, maupun karakter, yang khas dari suatu
kasus (Aziz, 2003).
Penelitian ini dilakukan di perusahaan sosis gulung CV Cucurutuku Ceria
Bandar Lampung Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)
dengan pertimbangan bahwa sosis gulung di CV Cucurutuku Ceria
merupakan salah satu usaha sosis gulung yang memiliki produksi terbesar di
Bandar Lampung. Perusahaan sosis gulung CV Cucurutuku Ceria sudah
berdiri sejak akhir tahun 2012 dan masih aktif melakukan usahanya sampai
saat ini. Pengumpulan data penelitian dilakukan pada Bulan Maret-April
2019.
B. Konsep Dasar dan Batasan Operasional
Konsep dasar dan definisi operasional adalah suatu pengertian yang diberikan
kepada variabel yang digunakan sebagai petunjuk untuk memperoleh dan
34
menganalisis data yang akan memudahkan dan berhubungan dengan
penelitian. Adapun definisi operasional penelitian ini adalah sebagai berikut.
Proses pengolahan adalah suatu kegiatan mengolah ayam menjadi berbagai
olahan ayam salah satunya yaitu sosis ayam.
Sosis ayam adalah suatu produk olahan daging ayam yang merupakan
makanan siap saji, banyak beredar di pasaran dan banyak diminati masyarakat
khususnya anak-anak.
Input adalah seluruh bahan-bahan dan alat-alat yang digunakan dalam suatu
proses produksi pengolahan ayam pada CV Cucurutuku Ceria menjadi produk
olahan. Input yang digunakan dalam proses pengolahan sosis berupa bahan
baku, bahan penunjang, bahan bakar, tenaga kerja dan peralatan.
Bahan baku adalah bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi baik
bahan baku utama maupun bahan penunjang.
Bahan baku utama adalah bahan baku yang digunakan dalam kegiatan
pengolahan yakni sosis ayam diukur dalam satuan buah.
Bahan penunjang adalah bahan-bahan tambahan atau bahan pelengkap yang
digunakan dalam kegiatan proses produksi untuk membantu agar bahan baku
utama dapat di proses lebih lanjut dibedakan menurut jenis olahan sosis
gulung yang diukur dalam satuan kilogram (kg).
Bahan penunjang yang digunakan pengolahan sosis ini adalah dada ayam,
garam, gula, bawang putih, lada hitam, lada putih, royco ayam, cabai merah,
35
tepung terigu, tepung tapioka, telur, keju, susu, mentega, kentang, mie, soya,
minyak goreng, air minum, tusuk bambu dan kemasan.
Biaya produksi merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan
industri dalam satu periode produksi, meliputi biaya bahan baku, bahan
penunjang, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik atau peralatan yang
diukur dalam satuan rupiah (Rp).
Biaya operasional merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengolah
bahan baku menjadi produk jadi yang siap dijual dan diukur dalam satuan
rupiah (Rp).
Harga pokok produksi adalah total biaya produksi yang dikeluarkan oleh
agroindustri dan dibagi dengan jumlah produksi. Biaya yang dimaksud terdiri
dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
pabrik. Harga pokok produksi dihitung dalam satu periode produksi dengan
satuan rupiah per buah (Rp/Buah)
Metode variable costing ini merupakan penentuan harga pokok produksi
yang hanya akan memasukkan biaya-biaya yang lebih bersifat variable ke
dalam harga pokok produksi dan dibandingkan dengan volume produksi
selama satu periode, dihitung dalam satuan rupiah per buah (Rp/Buah).
Harga pokok penjualan adalah total biaya yang dibagi dengan jumlah
produksi. Pada penelitian ini, harga pokok penjualan dihitung dari besarnya
36
harga pokok produksi ditambah biaya non produksi atau biaya pemasaran dan
dibagi dengan jumlah produksi selama satu periode, dalam satuan rupiah per
buah (Rp/Buah)
Biaya tenaga kerja merupakan upah atau gaji yang diberikan kepada pekerja
yang melakukan pekerjaan di bagian produksi untuk membuat berbagai
varian sosis gulung dan diukur dalam satuan rupiah per HOK (Rp/HOK).
Biaya penyusutan merupakan biaya yang dihitung untuk mengetahui nilai sisa
aset per tahun yang diukur dalam satuan rupiah (Rp).
Bumbu adalah bahan penyedap makanan yang digunakan untuk menambah
cita rasa makanan berupa gula, telur, lada hitam, lada putih, bawang putih,
royco dan yang digunakan untuk menghasilkan produk dengan rasa dan
aroma pada sosis gulung yang digunakan untuk semua jenis sosis gulung
yang diukur dalam satuan kilogram (kg).
Bahan bakar adalah bahan-bahan yang digunakan untuk memasak olahan
ayam berupa tabung gas yang diukur dalam satuan rupiah per tabung
(Rp/tabung).
Peralatan adalah alat yang digunakan untuk membantu memperlancar
kegiatan usaha sosis gulung diantaranya vacum sealer, mesin penggiling,
deep fryer, baskom, pisau, telenan, gelas ukur, timbangan, freezer, kulkas
chiller, blender dan panci kukus
37
Jumlah tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang membantu
memperlancar proses produksi sosis gulung. Diukur dalam satuan hari orang
kerja (HOK) yang dibedakan berdasarkan waktu proses produksi untuk
masing-masing olahan sosis gulung.
Harga input adalah harga-harga seluruh bahan-bahan yang digunakan dalam
proses produksi pengolahan sosis gulung CV Cucurutuku Ceria. Diukur
dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/buah) dihitung menurut masing-masing
jenis olahan sosis gulung.
Output adalah hasil dari proses produksi yaitu berupa cheesy sosgul, noodle
sosgul, potato sosgul, soya sosgul dan spicy sosgul. Diukur dalam jumlah per
tusuk (buah/bulan) dan dengan melihat kualitas produk yang dihasilkan, serta
upaya yang diterapkan oleh CV Cucurutuku Ceria dalam mempertahankan
kualitas produk yang dihasilkan.
Harga output adalah harga cheesy sosgul, noodle sosgul, potato sosgul, soya
sosgul dan spicy sosgul yang diterima oleh pemilik CV Cucurutuku Ceria.
Diukur dalam satuan rupiah (Rp/buah).
Penerimaan adalah jumlah uang yang diterima dari menjual hasil produksi
yang dihitung dari total produksi (buah) yang dihasilkan, dikalikan dengan
harga olahan sosis. Diukur dalam satuan rupiah (Rp) dihitung menurut
masing-masing jenis olahan sosis.
Faktor konversi adalah banyaknya jumlah output yang dapat dihasilkan dalam
satu satuan input. Faktor konversi pada sosis gulung CV Cucurutuku Ceria
38
adalah perbandingan antara olahan sosis berupa cheesy sosgul, noodle sosgul,
potato sosgul, soya sosgul dan spicy sosgul, dengan penggunaan sosis ayam
dalam perhitungan nilai tambah dihitung menurut masing-masing jenis olahan
sosis gulung.
Koefisien tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja langsung yang
diperlukan dalam kegiatan pengolahan.
Sumbangan input lain adalah bahan-bahan penunjang yang digunakan dalam
pembuatan olahan sosis gulung dalam perhitungan nilai tambah dihitung
menurut masing-masing jenis olahan sosis gulung yang diukur dalam satuan
rupiah (Rp).
Nilai tambah adalah selisih antara nilai produksi dikurangi dengan nilai bahan
baku dan sumbangan input lain. Diukur dalam satuan rupiah (Rp) dihitung
menurut masing-masing jenis produk olahan.
Biaya tetap adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi yang tidak
tergantung dengan volume produksi, meliputi biaya penyusutan peralatan
yang diukur dalam satuan rupiah per bulan (Rp/bulan) dihitung menurut
masing-masing jenis olahan sosis gulung.
Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang
jumlahnya dapat berubah-ubah tergantung dengan volume produksi yang
dihasilkan. Biaya variabel meliputi upah tenaga kerja, biaya bahan baku dan
39
bahan penunjang yang diukur dalam satuan rupiah per bulan (Rp/bulan)
dihitung menurut masing-masing jenis olahan sosis gulung.
Biaya total adalah jumlah dari biaya variabel ditambah dengan biaya tetap
dalam proses produksi, yang diukur dalam satuan rupiah per bulan (Rp/bulan)
dihitung menurut masing-masing jenis olahan sosis gulung.
Pendapatan adalah besarnya penerimaan yang diperoleh dari produk hasil
pengolahan sosis gulung setelah dikurangi total biaya. Diukur dalam satuan
rupiah (Rp) dihitung menurut masing-masing jenis produk olahan.
C. Jenis dan Metode Pengumpulan Data serta Responden
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder sebagai data
penunjang. Data primer diperoleh secara langsung dari wawancara dan
observasi langsung atau pengamatan dan pencatatan langsung tentang proses
produksi seluruh produk dan keadaan di usaha olahan sosis gulung CV
Cucurutuku Ceria untuk menganalisis nilai tambah olahan sosis gulung dan
wawancara untuk menganalisis harga pokok produksi dan harga pokok
penjualan dengan menggunakan kuesioner (daftar pertanyaan) yang telah
dipersiapkan sebelumnya. Data primer berupa proses pengolahan, data
penjualan yang ada pada usaha sosis gulung.
Data sekunder merupakan data pendukung untuk penelitian yang didapatkan
dari penelitian terdahulu, jurnal, artikel, penelusuran pustaka, serta laporan
dari instansi pemerintahan terkait seperti Data Dinas Perkebunan dan
40
Perternakan Provinsi Lampung, Badan Pusat Statistik dan data internal usaha
olahan sosis gulung CV Cucurutuku Ceria. Data yang diperoleh akan
disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara deskriptif. Responden
pada penelitian ini yaitu pemilik usaha sosis gulung CV Cucurutuku Ceria
untuk mendapatkan data penjualan. data keuangan dan data pengolahan.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kuantitatif digunakan
untuk menganalisis nilai tambah , besarnya harga pokok produksi, harga
pokok penjualan dan joint cost (biaya gabungan). Metode deskriptif kualitatif
digunakan untuk menganalisis lingkungan internal dan eksternal usaha sosis
gulung pada CV Cucurutuku Ceria. Metode analisis nilai tambah olahan
sosis gulung digunakan untuk menjawab tujuan pertama dengan metode
deskriptif kuantitatif. Adapun metode analisis untuk menjawab tujuan
pertama adalah sebagai berikut :
1) Analisis Nilai Tambah Sosis Gulung
Analisis nilai tambah digunakan untuk mengetahui hasil pengolahan sosis
menjadi beberapa olahan berupa cheesy sosgul, noodle sosgul, potato
sosgul, soya sosgul dan spicy sosgul memiliki nilai tambah yang berbeda
setiap produknya. Untuk mengetahui peranan usaha olahan sosis gulung
CV Cucurutuku Ceria dalam meningkatkan nilai tambah maka dilakukan
analisis nilai tambah yang perhitungannya akan dibedakan menurut jenis
41
produk olahan dengan menggunakan metode Hayami dengan formula
seperti yang dapat dilihat pada Tabel 5.
Perhitungan biaya produksi dalam penelitian ini terutama dalam
menghitung biaya penyusutan peralatan dilakukan dengan menghitung
biaya bersama atau joint cost. Perhitungan joint cost diperlukan karena
usaha sosis gulung CV Cucurutuku Ceria menghasilkan produk lebih dari
satu yaitu lima produk. Biaya yang dihitung adalah biaya yang digunakan
secara bersama oleh produk bersama (Bustami, 2009). Pada penelitian ini
joint cost yang dikeluarkan dalam proses produksi sosis gulung adalah
biaya penyusutan alat, biaya listrik, dan pajak.
Perhitungan joint cost (biaya gabungan)yang dilakukan pada penelitian ini
mengacu pada Mulyadi (2009) yaitu dengan metode nilai jual relatif.
Metode ini didasarkan pada nilai jual relatif dari setiap jenis produk
bersama yaitu dengan memperhitungkan nilai total penjualan yang
merupakan harga penjualan dikalikan dengan unit produksi, bukan
penjualan sesungguhnya, kemudian dilakukan penentuan proporsi nilai
penjualan masing-masing produk bersama pada nilai penjualan total.
Selanjutnya mengalokasikan total joint cost diantara produk bersama
berdasarkan proporsi tersebut.
Metode nilai jual relatif yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada
teori Bustami (2009) yaitu metode harga jual diketahui pada saat titik
pisah. Perhitungan ini apabila harga jual diketahui pada saat titik pisah
42
maka joint cost dibebankan kepada produk berdasarkan nilai jual masing-
masing produk terhadap jumlah nilai jual keseluruhan produk. Alokasi
joint cost dengan metode harga jual diketahui pada saat titik pisah dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Alokasi πππππ‘ πππ π‘ =β πππππ ππ’ππ πππ πππ β πππ πππ πππππ’π
β πππππ ππ’ππ πππ πππ’ππ’βππ πππππ’ππ₯ ππππ¦π ππππ πππ
Pada penelitian kali ini metode alokasi joint cost yang digunakan untuk
menghitung biaya penyusutan peralatan dengan menggunakan metode
nilai jual relatif yaitu harga jual diketahui pada saat titik pisah tersebut
terlebih dahulu menghitung alokasi nilai produksi untuk masing-masing
produk, kemudian diperoleh biaya penyusutan alat dari diperolehnya
alokasi joint cost dengan metode nilai jual relatif kemudian dikalikan
dengan biaya penyusutan per alat selama sebulan, sehingga didapat biaya
penyusutan yang dikeluarkan untuk masing-masing produk.
2) Analisis Harga Pokok Produksi
Penentuan harga pokok produksi pada usaha sosis gulung CV Cucurutuku
Ceria yaitu dengan cara memperhitungkan unsur-unsur biaya. Pada
penelitian ini analisis harga pokok produksi pada usaha ini hanya
menggunakan metode variable costing.
Metode variable costing merupakan penentuan harga pokok produksi yang
hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke
43
dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik (Mulyadi, 2002).
Variable costing merupakan penentuan harga pokok produksi yang hanya
memasukan biaya-biaya yang bersifat variable ke dalam harga pokok
produski. Metode variable costing dapat dilihat pada Tabel 7.
Penentuan harga pokok produksi dalam penelitian menggunakan metode
metode variable costing dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Harga Pokok Produksi dengan metode full costing
Jumlah produksi per bulan xxx (A)
Biaya bahan baku langsung per bulan xxx (B)
Biaya tenaga kerja langsung per bulan xxx (C)
BOP variabel xxx (D)
Total harga pokok produksi (B+C+D) xxx (E)
Harga pokok produksi per buah (E/A) xxx (F)
Sumber: Mulyadi 2002
3). Analisis Harga Pokok Penjualan
Harga pokok penjualan adalah perhitungan manajerial yang mengukur biaya
langsung dalam memproduksi produk yang dijual selama suatu periode
dengan kata lain, harga pokok penjualan adalah total biaya yang dibagi
dengan jumlah produksi. Pada penelitian ini, harga pokok penjualan
dihitung dari besarnya harga pokok produksi ditambah biaya non produksi
atau biaya pemasaran dan dibagi dengan jumlah produksi selama satu
periode. Biaya non produksi antara lain terdiri dari biaya pemasaran atau
biaya sablon kemasan, biaya periklanan, biaya mui, biaya freezer outlet,
biaya sewa outlet, pajak, penyusutan dan biaya bensin.
44
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung
Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung yang menjadi
pusat kegiatan pemerintahan, politik, pendidikan, kebudayaan dan juga sebagai
pusat perekonomian di Provinsi Lampung. Kota Bandar Lampung terletak di
wilayah strategis karena merupakan daerah transit kegiatan perekonomian antar
Pulau Sumatera dan Pulau Jawa, sehingga menguntungkan bagi pertumbuhan
dan pengembangan kota Bandar Lampung sebagai pusat perdagangan, industri
dan pariwisata. Kota Bandar Lampung memiliki keuntungan sebagai Ibu Kota
Provinsi, karena setiap kegiatan baik pemerintahan, politik, pendidikan,
kebudayaan dan perekonomian lebih cepat tumbuh jika dibandingkan dengan
kabupaten lainnya di Provinsi Lampung (Badan Pusat Statistik, 2016).
Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada 5o20β sampai dengan
5o30β lintang selatan dan 105o28β sampai dengan 105o37β bujur timur, dengan
luas wilayah kota sebesar 197,22 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak
960.695 jiwa. Kota Bandar Lampung terletak pada ketinggian 0 sampai 700m
diatas permukaan laut dengan topografi yang terdiri dari:
(1) Daerah pantai yaitu sekitar Teluk Betung bagian selatan dan Panjang.
(2) Daerah perbukitan yaitu sekitar Teluk Betung bagian Utara.
45
(3) Daerah dataran tinggi serta sedikit bergelombang terdapat di sekitar
Tanjung Karang bagian barat yang dipengaruhi oleh Gunung Balau serta
perbukitan Batu Serampok di bagian Timur Selatan.
(4) Teluk Lampung dan pulau-pulau kecil bagian selatan (Badan Pusat
Statistik, 2016).
Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung yang menjadi
pintu gerbang utama Pulau Sumatera. Berdasarkan peraturan daerah Kota
Bandar Lampung Nomor 4 tahun 2012 tentang penataan dan pembentukan
Kecamatan dan Kelurahan, Kota Bandar Lampung terdiri 20 kecamatan dan
126 kelurahan (Badan Pusat Statistik,2016). Secara administratif Kota Bandar
Lampung dibatasi oleh :
(1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Selatan.
(2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Lampung.
(3) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Gedung Tataan dan Padang
Cermin Kabupaten Pesawaran.
(4) Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten
Lampung Selatan.
Sebagian wilayah Kota Bandar Lampung merupakan daerah perbukitan, seperti
Gunung Kunyit, Gunung Kelutum, Gunung Banten, Gunung Kucing, dan
Gunung Kapuk. Luas wilayah yang datar hingga landai meliputi 60% total
wilayah, landai hingga miring meliputi 35 persen total wilayah, dan sangat
miring hingga curam meliputi 4% total wilayah. Jumlah penduduk, luas
46
wilayah dan kepadatan penduduk Kota Bandar Lampung dapat dilihat pada
Tabel 8.
Tabel 8. Jumlah penduduk, kepadatan penduduk serta luas wilayah Kota
Bandar Lampung
No Kecamatan Jumlah
Penduduk
Luas
Kepadatan
Penduduk
Luas Wilayah
(jiwa) (km2) (jiwa/km2)
1 Teluk Betung Barat 29.799 11,02 2.704
2 Teluk Betung Timur 41.645 14,83 2.808
3 Teluk Betung Selatan 39.353 3,79 10.383
4 Bumi Waras 56.742 3,75 15.131
5 Panjang 74.506 15,75 4.731
6 Tanjung Karang Timur 37.108 2,03 18.280
7 Kedamaian 52.592 8,21 6.406
8 Teluk Betung Utara 50.593 4,33 11.684
9 Tanjung Karang Pusat 51.126 4,05 12.624
10 Enggal 28.084 3,49 8.047
11 Tanjung Karang Barat 54.710 14,99 3.650
12 Kemiling 65.637 24,24 2.708
13 Langkapura 33.944 6,12 5.546
14 Kedaton 49.055 4,79 10.241
15 Rajabasa 48.027 13,53 3.550
16 Tanjung Senang 45.775 10,63 4.306
17 Labuhan Ratu 44.843 7,97 5.626
18 Sukarame 56.921 14,75 3.859
19 Sukabumi 57.334 23,6 2.429
20 Way Halim 61.493 5,35 11.494
Kota Bandar Lampung 979.287 197,22 4.965
B. Gambaran umum usaha Sosis Gulung CV Cucurutuku Ceria Bandar
Lampung
1. Sejarah usaha sosis gulung CV Cucurutuku Ceria Bandar Lampung
Usaha Sosis Gulung CV Cucurutuku Ceria berdiri pada tanggal 7 Juli tahun
2012. Pemilik usaha ini bernama Erinda Putri Andaryani yang berusia 30
tahun dan pendidikan terakhir pemilik adalah Sarjana Ilmu Komputer
47
Universitas Lampung. Saat itu usaha ini hanya bermodal sebesar Rp 300.000
yang berasal dari uang pribadi.
CV Cucurutuku Ceria terletak di Jl. Griya Utama no IIC/4 Way Halim Permai
Kota Bandar Lampung. Pada awalnya hanya berjualan menggunakan sepeda
motor dan kardus ke sekolah-sekolah. CV Cucurutuku Ceria menjual produk
olahan sosisnya dengan membuka outlet di PKOR Way Halim. Oleh karena
permintaan konsumen semakin tinggi maka pemilik membuka outlet lainnnya
untuk menjangkau lebih banyak konsumen. Hingga saat ini CV Cucurutuku
Ceria sudah memiliki 16 outlet sosis gulung βJuraganβ yang tersebar di Kota
Bandar Lampung, Kota Metro dan Kota Malang.
Latar belakang usaha dibuka karena kegemaran pemilik mengonsumsi sosis
kemudian muncul ide menciptakan produk kreatif dengan bahan dasar sosis.
Produk kreatif berupa sosis gulung varian noodle. Varian noodle ini
merupakan varian pertama yang dibuat oleh pemilik. Melihat antusiasnya
konsumen dalam membeli sosis gulung varian noodle, pemilik memiliki
keinginan untuk menciptakan varian lainnya dengan mengikuti program yakni
berupa pembelajaran tentang cara pembuatan sosis,ketepatan adonan dalam
pembuatan bahan tambahan sosis.
Program tersebut mendatangkan seorang konsultan sosis asal Negara Belanda
bernama Jan Nederhoed dibantu oleh Bussines Coach Tegar Prajaksa.yang
dilakukan selama 10 hari. Dari kegiatan tersebut, pemilik mendapatkan ide
serta kreatifitas dalam membuat varian sosis gulung yang lain seperti varian
soya, cheesy, potato dan spicy.
48
Usaha sosis gulung CV Cucurutuku Ceria sudah memiliki surat perizinan resmi
dari pemerintah. Surat-surat yang dimiliki yaitu berupa Surat Izin Usaha
Perdagangan (SIUP), Surat Izin Tempat Usaha (SITU), Tanda Daftar
Perusahaan (TDP), Tanda Daftar Industri (TDI) dan Sertifikat Halal Majelis
Ulama Indonesia. Adanya surat-surat terbitan pemerintah tersebut menjadikan
produk sosis gulung dipercaya oleh masyarakat, sehingga tidak ada keraguan
bagi konsumen untuk membeli sosis gulung di CV Cucurutuku Ceria.
2. Struktur organisasi usaha sosis gulung CV Cucurutuku Ceria Bandar
Lampung
Struktur organisasi pada usaha Sosis Gulung CV Cucurutuku Ceria dapat
dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Struktur organisasi usaha sosis gulung CV Cucurutuku Ceria
Pada gambar 3 dapat dilihat bahwa struktur organisasi tertinggi pada CV
Cucurutuku Ceria yaitu Pemilik yang dipilih langsung, bertugas mengontrol
Pemilik
(Erinda Putri Andaryani)
Kepala
Distribusi
(Rosadi)
Kepala
Pemasaran
(Siti Nova)
Kepala Produksi
(Agung Erfandi)
Kepala Keuangan
(Paramita Eka)
Koor Lapangan
(Arya Eko)
TK Produksi Staff
Keuangan TK Oulet
49
dan mengatur setiap pekerjaaan yang dilakukan oleh para pekerja di bidang
administrasi maupun bidang produksi. Kepala distribusi bertugas untuk
mengarahkan dan mengkoordinasikan semua perpindahan barang baik produk
atau gerobak dan perlengkapan penjualan lainnya. Kepala pemasaran bertugas
untuk membuat laporan harga barang setiap bulan untuk menjadi informasi
bagi akuntan dalam pengambilan keputusan. Kepala produksi bertugas untuk
mengatur, mengkoordinasi dan mengawasi semua tugas tim produksi agar
sesuai dengan perencanaan, prosedur dan standar kerja perusahaan. Kepala
keuangan bertugas untuk menganalisa laporan keuangan perusahan sekarang
dan tahun sebelumnya untuk mengidentifikasi dan memperbaiki poin
kelemahannya agar keuangan perusahaan menjadi lebih baik. Koor lapangan
bertugas untuk mengatasi complain konsumen ketika tenaga kerja outlet atau
penjaga outlet membutuhkan bantuan.
3. Tata Letak / Layout usaha sosis gulung CV Cucurutuku Ceria
Bangunan yang digunakan sebagai tempat produksi olahan sosis gulung
merupakan bangunan milik pribadi. Tata letak layout bangunan produksi
olahan sosis gulung pada CV Cucurutuku Ceria dapat dilihat pada Gambar 4.
Dari Gambar 4 dapat dilihat tata letak usaha sosis gulung CV Cucurutuku Ceria
bagian I adalah total keseluruhan bangunan yang terdiri dari ruang produksi
dan pengolahan usaha sosis gulung. Tempat penerimaan bahan baku sosis
gulung CV Cucurutuku Ceria dapat dilihat pada Gambar 5. Lokasi tempat
penerimaan bahan baku ini berada di bagian depan bangunan, lokasi ini
50
digunakan sebagai tempat menerima bahan baku sekaligus tempat proses
penggilingan bahan-bahan baku untuk adonan tambahan sosis.
Gambar 5. Tata letak/layout usaha sosis gulung CV Cucurutuku Ceria
Keterangan gambar:
A1, A2 : Tempat freezer
B : Tempat vacum sealer
C : Tempat proses pengolahan
D : Tempat perebusan sosis
E : Tempat penggorengan sosis
F : Tempat pembuatan adonan
G : Tempat pendinginan sosis
H : WC
I : Bangunan rumah proses pengolahan sosis gulung CV
Cucurutuku Ceria
J : Tempat penerimaan bahan baku
C
B
D E
F
G H
A1 A
I
J
51
Gambar 5. Tempat penerimaan bahan baku
Alat vacum sealer usaha sosis gulung CV Cucurutuku Ceria terletak di dalam
ruang produksi. Vacum sealer digunakan mengemaskan produk sosis gulung
yang siap di simpan ke dalam freezer, sehingga membuat sosis gulung akan
tetap aman, awet (tahan lama), fresh dan bersih. Vacuum sealer dapat dilihat
pada Gambar 6.
Gambar 6 Vacum sealer
52
Freezer penyimpanan usaha sosis gulung CV Cucurutuku Ceria terletak di luar
ruang produksi. Terdapat beberapa ukuran freezer yang digunakan untuk
menyimpan sosis gulung yang sudah jadi dan siap untuk dikirim ke outlet-
outlet tempat penjualan sosis gulung. Freezer penyimpanan sosis gulung
dapat dilihat pada Gambar 7
Gambar 7. Freezer penyimpanan sosis gulung
Outlet yang digunakan untuk menjajakan sosis gulung yang sudah siap dijual
terdapat di beberapa lokasi. Outlet-outlet untuk menjajakan sosis gulung
sangat menarik perhatian para konsumen, di dalam oulet ini terdapat freezer,
etalase kaca, meja dan kursi. Freezer digunakan untuk menyimpan produk
sosis gulung agar tahan lama dan harus dalam keadaan beku, produk yang
disimpan di dalam freezer tersebut sudah siap digoreng dan dijual pada
konsumen. Outlet CV Cucurutuku Ceria dapat dilihat pada Gambar 8.
53
Gambar 8. Salah satu Outlet CV Cucurutuku Ceria
4. Sarana Prasarana CV Cucurutuku Ceria
Usaha sosis gulung CV Cucurutuku Ceria dalam menjalankan sudah
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi yang ada, hal ini
dikarenakan jaringan internet di sekitar lokasi sudah memadai. Teknologi
informasi dan komunikasi yang dimanfaatkan CV Cucurutuku Ceria, yaitu
televisi, handphone, dan jaringan internet. Usaha ini memanfaatkan teknologi
informasi dan jaringan internet agar dapat mengetahui perkembangan harga
bahan baku di pasaran dan media untuk mempromosikan produk sosis gulung.
Handphone mereka gunakan untuk menghubungi supplier sosis dan dada
ayam untuk memesan bahan baku, dengan cara seperti itu akan mempermudah
proses pengadaan bahan baku.
Sarana transportasi yang digunakan oleh CV Cucurutuku Ceria ini adalah
sepeda motor dan mobil pribadi. Usaha sosis gulung sebagian besar sudah
54
memiliki sarana transportasi yang baik. Sarana transportasi pada CV
Cucurutuku Ceria dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Sarana transportasi yang digunakan pada CV
Cucurutuku Ceria
Sarana transportasi dapat berjalan dengan baik apabila didukung dengan
kondisi infrastruktur yang memadai sehingga mempercepat proses pemasaran.
Sarana transportasi yang digunakan oleh para pelaku usaha sudah memadai
serta kondisi infrastruktur di sekitar tempat produksi sudah cukup baik
5. Karakteristik Responden CV Cucurutuku Ceria
Responden pada penelitian ini adalah pemilik usaha sosis gulung CV
Cucurutuku Ceria. Pemilik usaha sosis gulung CV Cucurutuku Ceria dipilih
sebagai responden karena memiliki pengetahuan yang lebih luas atau
menguasai seluruh kegiatan operasional dan manajemen usaha meliputi
keadaan umum usaha, ketenagakerjaan, kegiatan persediaan dan perolehan
bahan baku seluruh produk dan melakukan manajemen usaha seperti proses
pengawasan produksi serta seluruh kegiatan pemasaran dan penjualan sosis
55
gulung. Pemilik usaha juga memberikan informasi data untuk proses
pengolahan olahan sosis gulung, tujuan usaha, menganalisis nilai tambah,
harga pokok produksi dan harga pokok penjualan usaha ini.
Umur dan tingkat pendidikan pemilik dan tenaga kerja pada usaha sosis gulung
CV Cucurutuku dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Umur dan tingkat pendidikan pemilik dan tenaga kerja CV
Cucurutuku Ceria
Nama Kedudukan di CV
Cucurutuku Ceria
Umur
(Tahun)
Tingkat
pendidikan
Erinda Putri
Andaryani
Pemilik CV Cucurutuku
Ceria
30 S1
Siti Maharani Staff Produksi 28 SMA
Icha Riska Staff Produksi 32 SMP
Desi Ariyani Staff Produksi 35 SMP
Yanti Rohana Staff Produksi 28 SMA
Mutiya Wati Staff Produksi 30 SMP
Siti Mutmainah Staff Produksi 35 SMP
Nur Bayti Staff Produksi 33 SMA
Dewi Kartika Staff Produksi 26 SMA
Puji Rahayu Staff Memasak 34 SMA
Kholipah Kurnia Staff Produksi 28 SMP
Rosadi Kepala Produksi 31 S1
Paramita Eka Akuntan 29 S1
Rizka Rahmi Marketing Online 22 SMA
Siti Nova Purchasing 27 SMA
Agung Erfandi Kepala Produksi 32 S1
Insan Darmawan Desain Grafis 22 SMA
Arya Eko Kordinator Lapangan 24 SMA
Setiawan Office Boy 25 SMP
Taufik Hidayat Delivery 27 SMP
Sumber : CV Cucurutuku Ceria, 2019
Data pada Tabel 9 menunjukkan bahwa pemilik dan tenaga kerja pada usaha
sosis gulung CV Cucurutuku Ceria termasuk dalam kelompok umur produktif,
namun untuk tingkat pendidikan masih relatif rendah.
56
Umur mempengaruhi aktivitas dan tingkat produktivitas seseorang dalam
melakukan suatu kegiatan. Umur dari pemilik usaha sosis gulung CV
Cucurutuku Ceria yaitu 30 tahun, umur responden dapat dikatakan pada umur
produktif dengan memiliki umur ideal sehingga dapat bekerja dengan baik.
Menurut Mantra (2004), umur antara 15-60 tahun termasuk ke dalam umur
produktif. Hal ini dikarenakan pada usia produktif umumnya seseorang
memiliki tingkat kemauan, semangat, dan kemampuan yang cenderung lebih
tinggi untuk mengembangkan suatu usaha.
Tingkat pendidikan yang dicapai oleh pemilik yaitu srata satu (S1). Tingkat
pendidikan sangat berpengaruh dalam menjalankan usaha sosis gulung CV
Cucurutuku Ceria karena produksi olahan sosis gulung mengutamakan tenaga
fisik kemampuan dalam menerima atau mengadopsi inovasi, kreativitas yang
sudah cukup baik serta pengalaman.
93
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
1) Seluruh olahan sosis gulung pada usaha sosis gulung CV Cucurutuku
Ceria dapat memberikan nilai tambah yang positif dan layak untuk
diusahakan. Nilai tambah terbesar adalah varian sosgul cheesy sebesar Rp
4.828,72 sedangkan nilai tambah terkecil adalah varian sosgul potato
sebesar Rp 519,21.
2) Perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode variable costing,
harga pokok produksi sosis gulung varian noodle sebesar Rp962,85, sosis
gulung soya sebesar Rp1.926,86, sosis gulung varian cheesy sebesar
Rp1.768,44, sosis gulung varian potato sebesar Rp2.182,56, dan sosis
gulung varian spicy sebesar Rp1.982,22.
3) Harga pokok penjualan sosis gulung varian noodle sebesar Rp1.439,95,
sosis gulung varian soya sebesar Rp5.180,52, sosis gulung varian cheesy
sebesar Rp4.216,63, sosis gulung varian potato sebesar Rp6.907,81 dan
sosis gulung varian spicy sebesar Rp4.447,20.
94
B. Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan diperoleh saran sebagai berikut:
1) Bagi pengusaha sosis gulung disarankan pemasaran online selalu aktif
karena media sosial yang dimiliki oleh usaha ini masih kurang aktif. Selain
itu bagi pengusaha disarankan lebih memperhatikan mengenai pembukuan
yang rapih mengingat saat ini belum ada pembukuan dengan baik.
2) Bagi peneliti lain sebaiknya lebih mengkaji lebih dalam mengenai kinerja
produksi dan sistem pemasaran usaha sosis gulung di CV Cucurutuku Ceria
95
DAFTAR PUSTAKA
Ayu, B.W, R.H. Ismono dan A, Soelaiman 2013. Analisis Nilai Tambah pada
Klaster Industri Pengolahan Ikan Teri Kering di Pulau Pasaran Kota Bandar
Lampung. JIIA: 1 (3). Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Aziz, A.H. 2003. Metode Penelitiam dan Teknik Analisis Data. Salemba Medika.
Jakarta.
Badan Litbang Pertanian. 2009. Model Penerapan PSDS. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Jakarta.
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2017. Pola Konsumsi Penduduk
Provinsi Lampung.
https://lampung.bps.go.id/publication/2018/04/25/ae27fa7cdef55bafc892bac
a/pola-konsumsi-penduduk-provinsi-lampung-2017.html. Diakses pada
tanggal 20 Desember 2018.
Bustami, B dan Nurlella. 2009. Akuntansi Biaya : Kajian Teori dan Aplikasi
Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Mitra Wacana Media. Jakarta
Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Lampung. 2018. Produksi Daging
Ayam di Provinsi Lampung tahun 2016- 2018. Dinas Perkebunan dan
Peternakan Provinsi Lampung. Lampung.
___________________________________________. 2018. Kebutuhan Daging
Ayam di Provinsi Lampung tahun 2016- 2018. Dinas Perkebunan dan
Peternakan Provinsi Lampung. Lampung.
___________________________________________. 2018. Daftar Perusahaan
Pengolah Daging di Provinsi Lampung tahun 2016- 2018. Dinas Perkebunan
dan Peternakan Provinsi Lampung. Lampung.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Daftar Komposisi Zat Gizi
Pangan Indonesia: Edisi 1995. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.
Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Lampung. 2016. Perkembangan UMKM
di Provinsi Lampung tahun 2016. Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi
Lampung. Bandar Lampung.
96
Hamel, G. dan C.K. Prehalad. 1994. Competing For The Future. Harvard
Business School Press.
Hansen dan Mowen. 2009. Manajemen Biaya. Salemba Empat. Jakarta.
Hardjosworo, P.S., dan Rukmiasih. 2000. Meningkatkan Praduksi Daging
Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.
Hayami, K, Kawego, Marooka, Siregar. 1987. Agricultural Marketing and
Processing In Up Land Java : A Perspective frome A Sunda Village. The
CGPRT Centre. Bogor.
Laisa, D.D, W.D. Sayekti dan A. Nugraha 2013. Analisis Harga Pokok Produksi
dan Strategi Pengembangan Industri Pengolahan Ikan Teri Nasi Kering di
Pulau Pasaran Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung.
JIIA: 1 (2). Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Lestari, Y.A, W.D. Sayekti dan F.E. Prasmatiwi. Analisis Pendapatan, Nilai
Tambah dan Strategi Pengembangan Usaha Pengolahan Ikan Bandeng pada
Usaha Dagang Sabily Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung
Timur. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung
Meliasari, D. 2016. Pengaruh Imbangan Susu Skim dan Tepung Jamur Tiram
Putih (Pleurotus ostreatus) Terhadap Komposisi Kimia Sosis Ayam. Skripsi.
Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran, Sumedang.
Mulyadi. 2004. Akuntansi Biaya. Unit Penerbitan dan Percetakan Sekolah Tinggi
Ilmu Manajemen YKPN Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
______. 2009. Akuntansi Biaya. Edisi 5. Universitas Gadjah Mada. Aditya
Media.Yogyakarta.
Mursyidi. 2008. Akuntansi Biaya-Conventional Costing Just InTime and Activity
Based Costing. Cetakan Pertama. Refika Aditama. Jakarta.
Nasaruddin, M, S.P. Utama dan A. Andani 2015. Nilai Tambah Pengolahan
Daging Sapi menjadi Bakso Pada Usaha Al- Hasanah di Kelurahan Rimbo
Kedui Kecamatan Seluma Selatan. Jurnal Sosial Ekonomi Sosial Pertanian
Fakultas Pertanian: 14 (1). Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Pertiwi, K.A, M.I. Affandi dan E. Kasymir 2015. Nilai Tambah, Pengendalian
Persediaan Bahan Baku dan Pendapatan Usaha pada KUB Bina Sejahtera di
Kelurahan Kangkung Kecamatan Bumi Waras Kota Bandar Lampung.
JIIA: 3 (1). Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Putri, T, A. Lamusa. Strategi Pengembangan Usaha Abon Daging Sapi pada
Industri Citra Lestari Production di Kota Palu. Jurnal Ilmiah Agribisnis
Fakultas Pertanian: 5 (4). Universitas Tadulako. Palu.
97
Ramadani, R., H. Hasyim, dan Y. Mayunianta. 2013. Analisis dan Penyusunan
Strategi Pengembangan Nilai Tambah Produk Ikan Asin (Studi
Kasus pada Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang
Bedagai). Jurnal Universitas Sumatra Utara, 2 (7): 1-16.
Universitas Sumatera Utara. Medan.
http://jurnal.usu.ac.id/index.php/ceress/article/view/7912/3380.
Diakses 17 Oktober 2016 pukul 14.00.
Saragih, B. 2004. Membangun Pertanian Perspektif Agribisnis dalam
Pertanian Mandiri. Penebar Swadaya. Jakarta.
Simamora, S.M, A.I. Hasyim dan H. Yanfika 2014. Analisis Nilai Tambah dan
Pendapatan Usaha Pengolahan Ikan Asin di Provinsi Lampung. Skripsi.
Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Soekartawi. 2000. Pengantar Agroindustri. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sudiyono, A. 2004. Pemasaran Pertanian. UMM Press. Malang.
Suprapto. 2006. Proses Pengolahan dan Nilai Tambah. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Tarigan, R. 2004. Ekonomi Regional. Bumi Aksara. Jakarta.
Wibowo, M. E, A. Daryanto dan A. Rifin 2018. Strategi Pemasaran Produk Sosis
Siap Makan PT Prima Food Internasional. Jurnal Ilmiah Agribisnis: 13 (1).
Insitut Pertanian Bogor. Bogor.
Widilestariningtyas, O., D. W. Firdaus, dan S. D. Anggadini. 2012. Akuntansi
Biaya. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Widuri, B, A. Saleh dan N.S. Palupi 2014. Kelayakan dan Strategi
Pengembangan Usaha pada outlet Ayam Goreng Waralaba dan Mandiri.
Jurnal IPB: 9 (2). Insitut Pertanian Bogor. Bogor.
Windiani, A dan Ari. 2014. Variasi Resep Praktis Untuk Menu Ayam Goreng.
Fmedia. ISBN:9790065221. Jakarta.
Yusran, M. Antara dan R. Rauf 2014. Strategi Pengembangan Usaha Abon Sapi
pada UKM Mutiara Hj Mbok Sri di Kota Palu. Jurnal Ilmiah Agribisnis: 2
(1). Universitas Tadulako. Palu.
Yuwanta, T. 2004. Ilmu Ternak Unggas. Kanisius. Yogyakarta.