analisis metafora dalam lirik lagu iwan fals pada … · skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi...
TRANSCRIPT
ANALISIS METAFORA DALAM LIRIK LAGU IWAN FALS
PADA ALBUM TAHUN 1981-1983
BERDASARKAN TEORI RUANG PERSEPSI MANUSIA MODEL HALEY
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh:
Yonatan
NIM: 121224019
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
ANALISIS METAFORA DALAM LIRIK LAGU IWAN FALS
PADA ALBUM TAHUN 1981-1983
BERDASARKAN TEORI RUANG PERSEPSI MANUSIA MODEL HALEY
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh:
Yonatan
NIM: 121224019
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini peneliti persembahkan kepada
Allah Bapa, Anak dan Roh kudusTuhan kami atas berkat, kelancaran, kekuatan
yang telah diberikan.
Orang Tua tercinta, Bapak Kardi dan Ibu Srijah yang selalu memberikan
semangat, doa, perhatian dan kasih sayang yang tak pernah putus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“HASIL TIDAK AKAN MENGKHIANATI
PROSES KINERJAMU”
(Yonatan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Yonatan. 2017. Analisis Metafora dalam Lirik Lagu Iwan Fals pada Album Tahun
1981-1983 Berdasarkan Teori Ruang Persepsi Manusia Model Haley.
Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah kategori ruang persepsi
manusia model Haley yang digunakan untuk menciptakan ungkapan metafora,
distribusi kategori ruang persepsi manusia model Haley yang paling menonjol dan
keadaan sistem ekologi dalam lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983.
Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan kategori ruang persepsi manusia
model Haley yang digunakan untuk menciptakan ungkapan metafora, distribusi
kategori ruang persepsi manusia model Haley yang paling menonjol dan keadaan
sistem ekologi yang terlihat dalam metafora lirik lagu Iwan Fals pada album tahun
1981-1983.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data
penelitian ini adalah lirik-lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983.
Sumber data terdiri tiga album yaitu album Sarjana Muda tahun 1981 meliputi 10
judul lagu, album Opini tahun 1982 meliputi 9 judul lagu dan album Sumbang
tahun 1983 meliputi 9 judul lagu. Data penelitian ini berupa frasa, klausa dan
kalimat yang mengandung ungkapan metafora. Tahap analisis data mengacu
model Miles dan Huberman yang mencakup interpretasi, pengkategorian, dan
distribusi.
Hasil analisis terhadap 92 data penelitian ini menunjukkan bahwa dalam
lirik-lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983 terdapat 9 kategori ruang
persepsi manusia model Haley yang meliputi (1) kategori being, (2) kategori
cosmos, (3) kategori energy, (4) kategori substance (5) kategori terretrial, (6)
kategori object, (7) kategori living (8) kategori animal (9) kategori human. Hasil
distribusi persentase pemakaian kategori ruang persepsi manusia model Haley
yang paling monjol adalah kategori human dengan jumlah distribusi persentase
33,69%. Selain itu, hasil distribusi mencerminkan keadaan sistem ekologi dalam
lirik lagu Iwan Fals yang tidak seimbang.
Kata kunci: metafora, kategori ruang persepsi manusia model Haley, lirik lagu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Yonatan. 2017. Metaphor Analysis in Lyric of Iwan Fals Songs at Album in 1981-
1983 According The Category of Human Perceptual Space in Haley Theory.
Thesis. Yogyakarta: Study Program of Indonesian Literary Language
Education, Faculty of Teacher and education, Sanata Dharma University.
The issues that are discussed in this research is categoy of human perceptual
space in Haley model that used to create a metaphor expression, categoy of human
perceptual space in Haley model the most prominent and situation of ecology
system in the lyric of Iwan Fals song at his album in 1981-1983. The purpose of
the research to explained categoy of human perceptual space in Haley model that
used to create metaphor expression, distribution categoy of human perceptual
space in Haley model the most prominent and situation of ecology system in the
lyric of Iwan Fals song at his album in 1981-1983.
The research is a kind of qualtative descriptive. The data source this
research is the lyrics of Iwan Fals song at his album in 1981-1983. The data
source consist of three album that is Sarjana Muda in 1981 included ten song title,
Opini album in 1982 included nine song title and Sumbang album in 1983
included nine song title. The reasearch data shaped phrases, clause and sentences
that contains metaphor expression. The includes interpretation, categorization, and
distribution.
Result of analysis against the ninety-two reasearch data showing that in
lyrics of Iwan Fals song at his album in 1981-1983 there are nine category of
human perceptual space in Haley model included (1) being category, (2) cosmos
category, (3) energy category, (4) substance category, (5) terretrial category, (6)
object category, (7) living category, (8) animal category, (9) human category. The
result of percentage distribution of categoy of human perceptual space in Haley
model and the most prominent is human category by the number of percentage
distribution of 33,69%. Besides it, the distribution results reflect the state of
ecological system in the lyric of Iwan Fals songs that are not seim.
Keywords : metaphor, category of human perceptual space in Haley, song lyric.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul ANALISIS METAFORA DALAM LIRIK LAGU IWAN FALS
BERDASARKAN TEORI RUANG PERSEPSI MANUSIA MODEL
HALEY.Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Peneliti menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu serta memberikan
motivasi dalam penyusunan skripsi ini sampai selesai. Pada kesempatan ini,
peneliti mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma.
3. Dr. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku Wakil Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma.
4. Dr. B. Widharyanto, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan saran, kritik, dorongan, semangat, waktu, pikiran, dan tenaga
untuk membimbing peneliti dalam menyelesaikan skripsi.
5. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang
dengan penuh dedikasi mendidik, membimbing, memberikan dukungan,
bantuan, dan arahan yang sangat bermanfaat bagi penulis dari awal kuliah
sampai selesai.
6. Bapak Robertus Marsidiq, selaku karyawan seketariat prodi PBSI yang
dengan sabar memberikan pelayanan dan membantu kelancaran penulis
dalam menyelesaikan administratif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ............................................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. vi
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........................ vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
ABSTRACT ........................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR BAGAN ................................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 7
1.5 Batasan Istilah ................................................................................................... 8
1.6 Sistematika Penyajian ....................................................................................... 9
BAB II KAJIAN TEORI ..................................................................................... 10
2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan ................................................................. 10
2.2 Landasan Teori ................................................................................................. 12
2.2.1 Pengertian Metafora ................................................................................... 13
2.2.2 Unsur-Unsur Metafora ............................................................................... 15
2.2.3 Macam-Macam Sudut Pandang Peranan Metafora .................................... 17
a. Sudut Pandang Metafora dari Segi Sintaksis ............................................. 17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
b. Sudut Pandang Metafora dari Segi Semantik............................................. 20
c. Sudut Pandang Metafora dari Segi Sistem Ekologi
(Ruang Persepsi Manusia Model Haley).................................................... 20
2.2.4 Lirik Lagu................................................................................................... 28
a. Pengertian Lirik Lagu ................................................................................ 28
b. Bahasa Lirik Lagu ...................................................................................... 29
c. Iwan Fals dan Lirik Lagu Ciptaanya .......................................................... 30
2.3 Kerangka Pikir ................................................................................................. 31
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 33
3.1 Jenis Penelitian ................................................................................................. 33
3.2 Data dan Sumber Data ..................................................................................... 34
3.3 Instrumen Penelitian......................................................................................... 36
3.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 36
3.5 Teknik Analisis Data ........................................................................................ 39
3.6 Teknik Keabsahan Data ................................................................................... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 43
4.1 Deskripsi Data .................................................................................................. 43
4.2 Analisis Data .................................................................................................... 45
4.2.1 Tahap Interpretasi dan Pengkategorian ...................................................... 45
4.2.2 Tahap Distribusi ......................................................................................... 81
4.3 Pembahasan ...................................................................................................... 84
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 87
5.1 Simpulan ......................................................................................................... 87
5.2 Saran ................................................................................................................ 88
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 90
LAMPIRAN .......................................................................................................... 92
BIOGRAFI PENULIS ....................................................................................... 185
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kriteria Kategori Ruang Persepsi Manusia Model Haley ...................... 22
Tabel 3.1 Contoh Pengkodean Data ....................................................................... 38
Tabel 3.2 Contoh Tabel Distribusi Kategori Ruang Persepsi Manusia Model
Haley ...................................................................................................................... 41
Tabel 4.1 Jumlah Data Penelitan ............................................................................ 43
Tabel 4.2 Distribusi Kategori Ruang Persepsi Manusia Model Haley .................. 82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Hierarki Ruang Persepsi Manusia Model Haley ................................... 21
Bagan 2.2 Mind Mapping Kerangka Pikir ............................................................. 32
Bagan 3.1 Rumus Pesentase ................................................................................... 41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Unduhan Sumber Data........................................................................ 93
Lampiran 2 Hasil Pengumpulan Data .................................................................. 114
Lampiran3 Hasil Triangulasi Data ....................................................................... 119
Lampiran 4 Hasil Pengkategorian Data .............................................................. 180
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi manusia. Melalui bahasa
itulah, manusia menyampaikan gagasan, keinginan, ataupun perasaanya. Fungsi
bahasa itu sendiri adalah alat interaksi sosial, dalam arti alat untuk menyampaikan
pikiran, gagasan, konsep, ide atau perasaan. Dengan demikian, bahasa dapat
dinyatakan sebagai identitas dan media pengekspresian jiwa kelompok
masyarakat atau individu dalam berbagai situasi komunikasi (Chaer, 2009: 33).
Ditinjau dari fungsi bahasa yang dapat digunakan dalam berbagai situasi
komunikasi, salah satu wujudnya adalah karya sastra. Bahasa dalam karya sastra
memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan dari situasi komunikasi lainya.
Keistimewaan bahasa dalam karya sastra terbentuk adanya percampuran ekspresi
dunia nyata dan dunia kias, antara makna sesungguhnya dan makna kias. Salah
satu dari genre sastra yang terbentuk dari dunia nyata dan dunia kias itu adalah
puisi.
Wahab (1990: 144) menyatakan bahwa di dalam puisi ada campuran antara
dunia nyata dan duni kias. Dengan demikian, puisi itu kaya akan metafora. Selain
itu, Supriyadi (2013: 313) menyatakan di dalam puisi terdapat pernyataan-
pernyataan metaforis yang sering digunakan penyair ketika ia menciptakan suatu
sajak atau pun puisi.Pernyataan metaforis itu sebagai gejala kebahasan dalam
puisi yang direalisasikan dalam bentuk lambang kias (signifier) dan makna yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
dimaksudkan (signified).Selanjutnya dari Robert Fost dan Marvin K.I Ching
(1980 dalam Wahab, 1995: 75) menyatakan bahwa “poetry is the of saying one
thing and meaning of another”. Dengan demikian, puisi mempunyai fungsi yang
sama dengan metafora, yaitu mengatakan suatu hal tetapi mempunyai maksud
lain. Namun demikian, puisi bukanlah metafora dan begitupula sebaliknya,
metafora bukanlah puisi. Persamaan puisi dan metafora ini disebabkan oleh
adanya kenyataan bahwa penyair memiliki hak poetica licensia, dalam
mengkhayalkan dunia bebas melengkapi dunia ini dengan apa saja yang
dipilihnya, baik dengan benda-benda yang diambil dari dunia nyata maupun
dengan benda-benda yang ada pada khayalan penyair.
Puisi yang telah dijelakan di atas, tidak jauh berbeda dengan lirik lagu. Lirik
lagu biasanya identik dengan lambang-lambang kias atau bahasa yang bersifat
kias. Hal itu terjadi adanya fenomena khas penggunaan bahasa penyair lirik lagu
yang tersusun dalam bait-bait bernada liris (emosional/penuh perasaan). Lirik
lagu merupakan ekspresi seseorang dalam batinya tentang sesuatu hal yang sudah
dilihat, didengar maupun dialaminya (Awe, 2007:22). Selain itu, dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2007: 678) lirik adalah karya sastra (puisi) yang berisi
curahan perasaan pribadi. Dengan demikian, lirik lagu dapat dinyatakan memiliki
kesamaan dengan puisi dan memiliki keistimewaan dalam bahasanya.
Dalam lirik-lirik lagu karya Iwan Fals sebagain besar menampilkan
lambang-lambang kias atau bahasa yang bersifat kias. Lambang kias atau bahasa
yang bersifat kias itu dipakai untuk mengarah penyampaian gagasan, kritik sosial,
perasaan dan sebagainya. Seperti yang sudah peneliti jelaskan tentang puisi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
lirik lagu di atas, maka lirik lagu pun sebenarnya mengandung campuran antara
dunia nyata dan dunia kias. Dengan demikian, lirik lagu juga kaya akan ungkapan
metafora. Berdasarkan pernyataan tersebut, hal ini menarik untuk dianalisis lebih
lanjut terutama pengkajian metafora dalam lirik lagu.
Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara
langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat dan tidak menggunakan kata
pembanding; misalnya, seperti, sebagai, bagai, serupa, bak dan sebagainya (Keraf,
2008: 139). Selanjunya, Pradopo (2012: 66) menyatakan bahwa metafora ini
bahasa kiasan seperti perbandingan, hanya tidak mempergunakan kata-kata
pembanding seperti, bagai, laksana dan sebagainya. Selain itu, Wahab (1995:71)
menyatakan studi tentang metafora dapat dikaitkan dengan sistem ekologi
manusia (ruang persepsi manusia). Sehubungan hal itu, beliau menganalisis
metafora dalam puisi memakai konsep ruang persepsi manusia yang dikenalkan
oleh Michael C. Haley. Data penelitianya terdiri dari 111 metafora diambil dari 76
puisi yang ditulis sekitar tahun 1970-an, kemudian data itu digolongkan
berdasarkan kesesuaian kriteria lambangnya dengan kriteria klasifikasi ruang
persepsi manusia model Haley yang terdiri dari sembilan kategori, yaitu being,
cosmos, energy, substantial, terretrial, object, living, animate dan human.
Berdasarkan hal itu, dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk mengetahui dan
membuktikan khususnya tentang metafora dengan konsep ruang persepsi manusia
model Haley dalam lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983.
Berdasarkan analisis awal terhadap lirik-lirik lagu karya Iwan Fals pada
album tahun 1981-1983, cukup banyak ditemukan lambang kias dari ungkapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
metafora yang dapat diklasifikasikan kedalam sembilan kategori sistem ekologi
(ruang persepsi manusia) model Haley. Berikut salah satu contoh data ungkapan
metafora dalam lirik lagu Iwan Fals.
(1) Cepatlah besar matahariku (34-JL.1-AP.82-Fra)
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 772), matahari merupakan
benda angkasa, titik tata surya berupa bola berisi gas yang mendatangkan terang
panas pada bumi kala siang. Dengan demikian, kosep matahari dapat disebut
sebagai konsep benda yang berada diruang angkasa dan menggunakan ruang.
Dalam ungkapan metaforis pada data (34-JL.1-AP.82-Fra), Iwan Fals menghayati
matahari sebagai anak kandungya yang dapat tumbuh semakin besar atau dewasa.
Perhatikan penggalan lirik lagu di bawah ini.
(2) Galang rambu anarki anakku
Cepatlah besar matahariku
Menangis yang keras janganlah ragu
(Iwan Fals. Galang Rambu Anarki Dalam Album Opini. 1982)
Penggalan lirik lagu (2) di atas seoalah-olah menggambarkan seorang
penyair yang sedang mendoakan anaknya supaya cepat tumbuh dewasa. Anak
tersebut bernama Galang Rambu Anarki yang didoakan supaya lekas besar atau
tumbuh dewasa. Dalam ungkapan metaforis pada data (34-JL.1-AP.82-Fra) ini,
anak tersebut diungkapan Iwan Fals dengan lambang kias (signifier) matahari,
sedangkan makna yang dimaksudkan penyair (signified) adalah Galang Rambu
Anarki.
Dilihat dari kriteria lambang kias matahari pada ungkapan metafora penyair
di atas memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori cosmos. Hal tersebut
menunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan cosmos yang mencakup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
contoh kongkrit matahari, bumi, bulan dan lain-lain yang tidak hanya ada
melainkan menempati ruang di jagad raya. Dengan demikian, penciptaan
ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya tersebut dapat digolongkan
pada kategori cosmos dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
Penciptaan ungkapan metafora dengan lambang kias matahari di atas
menggambarkan sebuah interaksi penyair dengan lingkunganya. Lambang kias itu
memiliki kriteria yang sesuai dengan kategori cosmos dalam hierarki ruang
persepsi model Haley. Dengan demikian, penciptaan sebuah metafora tidak
terlepas dari interaksi penyair lagu dengan lingkungan di sekitarnya. Hal tersebut,
sejalan dengan pernyataan Wahab (1990: 147) yang mengungkapkan bahwa di
dalam berpikir dan menciptakan metafora manusia tidak dapat melepaskan diri
dari lingkunganya, karena ia selalu mengadakan interaksi dengan lingkunganya
itu. Studi tentang interaksi antara manusia dan lingkungannya (makhluk bernyawa
ataupun benda tak bernyawa) disebut dengan sistem ekologi.
Berdasarkan paparan di atas, peneliti tertarik pada lirik-lirik lagu karya Iwan
Fals tahun 1981-1983 dengan alasan ungkapan metafora yang ditemukan cukup
banyak. Oleh karena itu, lirik lagu tersebut akan dijadikan objek penelitian dan
dianalisis berdasarkan lambang kias yang digunakan pada ungkapan metaforanya.
Kemudian, data tersebut diklasifikasikan ke dalam kategori ruang persepsi
manusia model Haley dan dicari distribusi frekuensi pemakaiannya supaya
mengetahui kategori metafora ruang persepsi manusia model Haley yang paling
menonjol serta keadaan sistem ekologi penyairnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, disusunlah tiga rumusan
masalah sebagai berikut.
1. Apa saja kategori ruang persepsi manusia model Haley yang digunakan untuk
menciptakan ungkapan metafora dalam lirik lagu Iwan Fals pada album tahun
1981-1983 berdasarkan lambang kiasnya?
2. Distribusi kategori ruang persepsi manusia model Haley apa yang paling
menonjol digunakan untuk menciptakan ungkapan metafora dalam lirik lagu
Iwan Fals pada album tahun 1981-1983?
3. Bagaimana keadaan sistem ekologi yang terlihat dalam metafora lirik lagu
Iwan Fals pada album tahun 1981-1983 berdasarkan distribusi pemakaian
kategori ruang persepsi manusia model Haley?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, penelitian ini
bertujuan sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan kategori ruang persepsi manusia model Haley yang
digunakan untuk menciptakan ungkapan metafora dalam lirik lagu Iwan Fals
pada album tahun 1981-1983 berdasarkan lambang kiasnya.
2. Mendeskripsikan distribusi kategori ruang persepsi manusia model Haley yang
paling menonjol digunakan untuk menciptakan ungkapan metafora dalam lirik
lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
3. Mendeskripsikan keadaan sistem ekologiyang terlihat dalam metafora lirik lagu
Iwan Fals pada album tahun 1981-1983 berdasarkan distribusi pemakaian
kategori ruang persepsi manusia model Haley.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini ada dua, yaitu
manfaat secara teoretis dan manfaat secara praktis.
1. Manfaat teoretis penelitian ini sebagai berikut.
Adapun manfaat secara teoritis penelitian ini memperkaya khasanah penelitian
di bidang linguistik khususnya dalam lirik lagu. Selain itu, memberikan
perbendaharaan hasil penelitian dalam gaya bahasa khususnya majas metafora
yang dikaitkan dengan studi sistem ekologi atau ruang persepsi manusia yang
dikenalkan oleh Michael C. Haley.
2. Manfaat praktis dalam penelitian ini sebagai berikut.
Adapun manfaat secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi peneliti
selanjutnya, guru, dan pembaca. Bagi peneliti selanjutnya dapat menyumbang
sumber reverensi tentang analisis metafora yang dikaitkan dengan studi sistem
ekologi dalam lirik lagu. Selanjutnya, bagi guru dapat menjadi pedoman dan
mengajarkan pada siswa siwinya dalam menciptakan metafora agar lebih
imajinatif. Sedangkan bagi pemebaca dapat memberikan wawasan tentang
kemataforaan dalam lirik lagu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
1.5 Batasan Istilah
Sehubungan dengan judul penelitian ini, agar terdapat persamaan konsep
istilah dan agar pemanfaatan tersebut tampak jelas, perlu diberikan adanya
pembatasan istilah. Istilah yang perlu ditegaskan adalah sebagai berikut.
1. Metafora
Semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam
bentuk yang singkat dan tidak menggunakan kata pembanding; misalnya,
seperti, sebagai, bagai, serupa, bak, dan sebagainya (Keraf, 2008: 139).
2. Kategori ruang persepsi manusia model Haley
Suatu sistem ekologi atau ruang persepsi manusia tersusun dalam suatu hierarki
yang teratur yaitu, being, cosmos, energy, subtance, terrestrial, object, living,
animate, dan human (Wahab, 1995: 77).
3. Sistem ekologi
Studi tentang interaksi manusia dengan lingkunganya (makhluk bernyawa
maupun benda tak bernyawa) (Wahab, 1995: 76).
4. Lirik
Susunan kata sebuah nyanyian yang berisi curahan perasaan pribadi(KBBI,
2007: 678).
5. Lagu
Ragam suara yang berirama (dalam bercakap, beryanyi, membaca, dsb)
(KBBI, 2007: 677).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
1.6 Sistematika Penyajian
Sistematika penulisan penelitian ini terdiri atas lima bab. Hal ini bertujuan
untuk mempermudah pembaca dalam memahami penelitian ini. Bab I adalah bab
pendahuluan. Pada bab ini, peneliti mengkaji latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika
penyajian.Bab II adalah landasan teori. Bab ini menguraikan penelitian yang
relevan, kajian teori dan kerangka berpikir. Penelitian yang relevan berisi tentang
penelitian-penelitian yang sejenis dengan topik ini, sedangkan kajian teori berisi
uraian tentang teori-teori yang menjadi kajian teori penelitian.
Bab III adalah metodologi penelitian. Pada bab ini, peneliti membahas
seputar jenis penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik
analisis data dan teknik keabsahan data. Bab IV adalah deskripsi data, analisis
data, dan pembahasan. Dalam bab ini peneliti mendeskripsikan data penelitian,
cara menganalisa data dan pembahasan hasil penelitian.Bab V adalah penutup
yang berisi simpulan dari hasil penelitian dan saran. Selain itu, peneliti juga
menyajikan daftar pustaka yang dipergunakan untuk referensi yang menunjang
penelitian dan terdapat juga lampiran-lampiran yang mendukung penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Dalam penelitian ini, peneliti mempunyai acuan agar bisa tercipta lebih baik
lagi. Acuan untuk penelitian ini menggunakan penelitian-penelitian terdahulu,
berupa karya ilmiah dan skripsi. Acuan utama penelitian ini berjudul “Metafora
Sebagai Alat Pelacak Sistem Ekologi” yang ditulis oleh Wahab (1995). Penelitian
tersebut bertujuan mendeskripsikan kontribusi linguistik dalam mempelajari
sistem ekologi. Khususnya peranan apa yang dapat dimainkan oleh metafora
dalam mengetahui keadaan sistem ekologi di Indonesia? Dengan mengacu pada
kerangka berpikir Michael C. Haley (dalam Ching (ed.), 1980) tentang ruang
persepsi manusia dalam menciptakan metafora. Selain itu, Wahab mencoba
melihat hubungan penyair dengan keadaan sistem ekologi manusia. Data metafora
yang diambil dalam studi ini ada 111 satuan metafora dalam 76 puisi yang ditulis
sesudah tahun 1970-an oleh 15 orang penyair, sebagaian besar lahir sesudah tahun
1950-an.
Hasil penelitian metafora dilihat dari segi sintaksis terbagi menjadi tiga
kelompok, yaitu (1) metafora nominatif, (2) metafora predikatif dan (3) metafora
kalimatif. Hasil penelitian selanjutnya, metafora yang diciptakan oleh para penyair
itu digolong-golongkan lambangnya berdasarkan klasifikasi medan semantik
ruang persepsi manusia model Haley yang terdiri dari Being, Cosmos, Energy,
Substance, Terestrial, Object, Living, Animate, dan Human. Dari 111 metafora
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
yang ada, Wahab mencari distribusi persentasenya melalui simbol yang mewakili
kategori-kategori di atas. Distribusi persentase itu mencerminkan distribusi
persentase kesan penyair terhadap ruang persepsi manusia yang didapat dari
lingkunganya atau yang disebut dengan penggambaran sistem ekologi.
Penelitian yang kedua merupakan skripsi ditulis oleh Farida Trisnaningtyas
(2010) yang berjudul “Metafora pada Rubrik Opini dalam Majalah Tempo”.
Penelitian tersebut bertujuan (1) mendeskripsikan bentuk dan jenis metaforayang
digunakan pada rubrik Opini dalam majalah Tempo, (2)
mendeskripsikankemiripan antara wahana dan tenor metafora pada rubrik Opini
dalam majalahTempo, (3) mendeskripsikan metafora yang banyak digunakan pada
rubrik Opinidalam majalah Tempo.Metode yang digunakan dalam penelitian itu
adalah metode kualitatif yangbersifat deskriptif. Pendekatan yang digunakan
adalah semantik. Data penelitiantersebut adalah data kebahasaan berupa kata,
frasa, klausa, maupun kalimat yangmengandung metafora yang terdapat pada
rubrik Opini dalam majalah Tempo.Sumber data penelitian tersebut adalah rubrik
Opini yang terdapat dalam majalahTempo yang diterbitkan pada bulan Januari
2008. Data yang diperoleh darisumber data diedit, diklasifikasikan dan direduksi
sebelum disajikan. Prosesanalisis meliputi usaha menemukan kemiripan antara
wahana dan tenorberdasarkan komponen bersama yang dimiliki keduanya.
Analisis data berakhirapabila dalam kesimpulan telah diperoleh kaidah-kaidah
sesuai dengan tujuanpenelitian yang telah ditetapkan.
Dari analisis terhadap 187 buah data dapat ditarik simpulan bahwa
(1)bentuk metafora pada data yang diteliti dari segi sintaksisnya adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
metaforanominatif, metafora komplementatif, metafora predikatif dan metafora
kalimatifsedangkan metafora dari segi jenisnya adalah metafora antropomorfik,
metaforabinatang, metafora relasi abstrak-konkret dan metafora sinaestetik, (2)
metafora(sebagai wahana) selalu mengandung kemiripan komponen makna
dengantuturan yang digantikan (sebagai tenor). Dari hubungan tersebut
dapatdikelompokkan menjadi kemiripan objektif (bentuk) dan kemiripan
emotif(perseptual/kultural), (3) metafora yang paling banyak digunakan dari
segisintaksisnya adalah metafora kalimatif 45 % (84 buah), dan dari jenisnya
yangbanyak digunakan adalah RAK 55,6 % (104 buah), sedangkan pengimajian
berdasarkan ruang persepsi yakni kategori human (46,6 %).
Masing-masing penelitian di atas mempunyai ciri khusus yang berbeda-beda
karena ditinjau dari sudut yang berbeda dalam pembahasanya. Namun, dari
persamaanya dapat disimpulkan kedua penelitian yang telah dilakukan di atas
merupakan penelitian yang sama mengenai metafora baik itu dalam karya fiksi
seperti puisi pada penelitian Wahab (1995) maupun nonfiksi seperti teks opini
pada majalah Tempo dalam penelitian Trisnaningtyas (2010). Dengan demikian,
penelitian-penelitian di atas memiliki relevansi yang sama dengan penelitian ini
yaitu pembahasan tentang metafora.
2.2 Landasan Teori
Pada susbab kajian teori ini, peneliti akan memaparkan beberapa materi
yang terkait dengan judul penelitian. Materi-materi yang terkait dengan judul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
penelitian ini akan digunakan sebagai pedoman dalam pengerjaan penelitian.
Teori yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini sebagai berikut.
2.2.1 Pengertian Metafora
Metafora merupakan salah satu jenis majas dari gaya bahasa perbandingan.
Majas metafora itu membuat perbandingan suatu hal untuk hal lain, tetapi tanpa
menggunakan kata-kata pembanding. Sebelum melangkah lebih dalam pada
pengertian metafora, perlu kita ketahui terlebih dahulu tentang majas atau yang
biasa disebut dengan bahasa figuratif (figurative language). Waluyo (1987: 83)
menjelaskan bahwa bahasa figuratif adalah bahasa yang digunakan penyair untuk
mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung
mengungkapkan makna. Cara yang tidak biasa tersebut adalah bahasa yang
bermakna kias atau makna lambang. Pengungkapan bahasa figuratif dimaksudkan
untuk menghasilkan imajinasi, menambah intensitas perasaan dan sikap penyair
atau penulis, dan mengonsentrasikan makna yang dimaksudkan berdasarkan
lambang yang disampaikan dengan bahasa singkat. Selain itu, Tarigan (2013: 5)
menyatakan ragam gaya bahasa terdiri dari empat jenis gaya bahasa, yaitu
perbandingan, perulangan, pertautan dan pertentangan. Dalam empat kelompok
gaya bahasa tersebut mengandung berbagai jenis majas salah satunya metafora.
Metafora secara harafiah berasal dari bahasa Yunani metaphora yang berarti
“memindahkan” yang berasal dari kata meta “diatas” atau “melebihi” dan pherein
“membawa”. Jadi, metafora itu membuat perbandingan antara dua hal atau benda
untuk menciptakan suatu kesan mental yang hidup walaupun tidak dinyatakan
secara eksplisit dengan penggunaan kata-kata seperti, ibarat, bak, sebagai,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
umpama, laksana, penaka, serupa seperti pada perumpamaan (Tarigan, 2013: 15).
Seiring penjelasan harafiah metafora, Becker (1978 dalam Pradopo, 2012: 66)
berpendapat bahwa metafora ini bahasa kiasan seperti perbandingan, hanya tidak
mempergunakan kata-kata pembanding, seperti, bagai, laksana, dan sebagainya.
Selain itu, metafora itu melihat sesuatu dengan perantara benda yang lain. Sejalan
dengan hal tersebut, Keraf (2008: 139) menjelaskan bahwa metafora semacam
analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang
singkat dan tidak menggunakan kata pembanding; misalnya, seperti, sebagai,
bagai, serupa, bak, dan sebagainya.
Alternberd (1970 dalam Pradopo, 2012: 66) berpendapat metafora sebagai
sesuatu hal yang sama atau seharga dengan hal lain yang sesungguhnya tidak
sama. Maksud dari metafora ini adalah membandingkan sesuatu hal dengan hal
lain yang berbeda, baik dari sifat, wujud dan lain sebagainya. Perhatikan contoh
kutipan di bawah ini.
(1) Bumi ini perempuan jalang.
(Subagio, “Dewa Telah Mati”, 1975: 9)
(2) Tuhan adalah Warganegara yang paling modern
(Subagio,”Katekhisasi”,1975: 29)
(3) Sorga hanya permaianan sebentar
.......
(4) Cinta adalah bahaya yang lekas jadi pudar
(Chairil Anwar, “Tuti Artic”, 1959: 41)
Dalam sajak Subagio (1), bumi dipersamakan dengan perempuan jalang,
dan Tuhan dalam sajak Subagio (2) dipersamakan dengan warga negara yang
paling modern. Dalam sajak Chairil Anwar (3), sorga dipersamakan dengan
permainan sebentar, sedangkan cinta dalam sajak Chairil Anwar (4) dipersamakan
dengan bahaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Wahab (1990: 142) menjelaskan bahwa metafora sudah menjadi bahan studi
sejak lama, yaitu sejak zaman kuno. Aristoteles (384-322 SM dalam Wahab,
1990: 142) mendefinisikan metafora sebagai ungkapan kebahasaan untuk
menyatakan hal yang bersifat umum untuk hal yang bersifat khusus, khusus untuk
yang umum, khusus dengan yang khusus atau dengan analogi. Selain itu,
Quintilian (35-95, dalam Wahab, 1990: 142) menjelaskan bahwa metafora adalah
ungkapan kebahasaan untuk mengatakan sesuatu yang hidup bagi makhluk hidup
yang lainnya, hidup untuk yang mati, mati untuk yang hidup, atau mati untuk
yang mati. Selanjutnya, Wahab (1990: 142) mengartikan dalam definisi yang agak
longgar, metafora sebagai ungkapan kebahasaan yang maknanya tidak dapat
dijangkau secara langsung dari lambang, karena makna yang dimaksud terdapat
pada predikasi ungkapan kebahasaan ungkapan itu. Dengan kata lain, metafora itu
ialah pemahaman dan pengalaman akan sejenis hal yang dimaksudkan untuk
perihal yang lain.
Berdasarkan dari berbagai macam sudut pandang metafora oleh para ahli di
atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa metafora merupakan ungkapan kebahasaan
yang membandingkan antara dual hal, tetapi tanpa mempergunakan kata-kata
pembanding, seperti, bagai, laksana, dan sebagainya. Selain itu, bedasarkan
pengertian yang telah digali dapat diketahui di dalam metafora terdapat dua unsur,
yaitu lambang kias dan makna yang dimaksudkan.
2.2.2 Unsur-Unsur Metafora
Pada dasarnya, konsep metafora itu sangat sederhana hanya terdiri dari dua
hal antara hal pembanding dengan hal yang dibandingkan. Wahab (1995: 78)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
menjelaskan bahwa metafora itu mengandung lambang kias dan makna yang
dimaksudkan. Sejalan dengan hal itu, Pradopo (2012: 66-67) menjelaskan
metafora sebelumnya terdiri dari dua term atau dua bagian, yaitu term pokok
(principal term) dan term kedua (secondary term).Term pokok juga disebut
dengan tenor sedangkan term kedua disebut dengan vehicle. Term pokok atau
tenor menyebutkan hal yang dibandingkan, sedangkan term kedua atau vehicle
adalah hal yang untuk membandingkan. Contohnya sebagai berikut.
(5) ‘Bumi’ adalah ‘perempuan jalang’
Kata bumi dalam kutipan (5)adalah term pokok atau tenor, sedangkan
perempuan jalang sebagai term kedua atau vehicle. Gambaran keadaan tersebut
dicerminkan oleh pengarang dalam mengungkapkan metafora, dalam suatu
ungkapan metafora terdapat hal yang kita perbincangkan dengan sesuatu yang kita
bandingkan.
Selain itu, harus diketahui bahwa tindak tutur penerapan ungkapan metafora
yang menggunakan prinsip “The principle ease of articulation” banyak
ditemukan dalam bidang sastra, salah satunya dalam puisi (Supriyadi, 2013: 313).
Dalam puisi terdapat pernyataan-pernyataan metaforis yang sering digunakan
penyair ketika ia menciptakan suatu sajak atupun puisinya. Pernyataan metaforis
itu sebagai gejala kebahasaan dalam puisi direalisasikan dalam bentuk lambang
atau simbol (signifier) dan mengandung makna yang dimaksudkan (signified)
(Supriyadi, 2013: 313). Peryataan tersebut sesuai dengan Wahab (1995: 76) yang
menyatakan metafora dari sudut pandang semantik selalu terdiri dari dua unsur
makna, yaitu makna kias (signifier) dan makna yang dimaksudkan (signified).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Berdasarkan paparan dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa unsur
metafora dari sudut pandang linguistik terdiri dari dua hal, yaitu hal yang untuk
membandingkan atau lambang/simbol kias (signifier) dan hal yang dibandingkan
atau makna yang dimaksudkan (signified). Selain itu, metafora dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang berdasarkan lambang kias atau simbolnya.
2.2.3 Macam-Macam Sudut Pandang Peranan Metafora
Sudah banyak dikemukakan oleh para pakar tentang peranan metafora
dengan berbagai disiplin ilmu, yaitu hubungan metafora dengan teori linguistik
oleh Jerrold M. Saddock, L. Jonathan Cohen, dan David Rummelhat, hubungan
metafora dengan psikologi oleh Allan Paivio, Bruce Fraser, Andrew Ortony, dan
G. A. Miller, hubungan metafora dengan sosiologi oleh Donald P. Schon, Michael
J. Reddy, Robert J. Strenberg, Roger Tourangeau, dan Georgia Nigro, serta
hubungan metafora dengan pendidikan dibahasa oleh Hugh G. Petrie, Thomas F.
Green, dan Thomas G. Sticht (Wahab, 1995: 71). Selain itu, dalam penelitian
Wahab yang berjudul Metafora Sebagai Pelajak Sistem Ekologi metafora dapat
dilihat dari tiga sudut pandang disiplin ilmu. Ketiga sudut pandang tersebut
meliputi sudut pandang segi sintaksis, semantik, dan sistem ekologi (ruang
persepsi manusia model Haley).
a. Sudut Pandang Metafora dari Segi Sintaksis
Wahab (1995: 72) membagi tiga kelompok metafora dari sudut pandang
segi sintaksis, yaitu metafora nominatif, metafora predikatif, dan metafora
komplementatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
1) Metafora nominatif
Pada metafora nominatif, lambang kiasnya hanya terdapat pada nomina
kalimat karena posisi nonima dalam kalimat berbeda-beda. Metafora nominatif
dapat pula dibagi menjadi dua macam, yaitu metafora nominatif subjektif dan
metafora nominatif objektif, atau yang lazim berturut-turut disebut sebagai
metafora nominatif dan metafora komplementatif saja. Dalam metafora nominatif,
lambang kiasnya muncul hanya pada subjek kalimat saja, sedangkan komponen
lain dalam kalimat tetap dinyatakan dengan kata-kata yang mempunyai makna
langsung. Contoh metafora nominatif dalam Wahab (1995: 72) sebagai berikut:
(6) (Angin lama tak singgah
("Tunggu" Slamet Sukirnanto).
Penggalan puisi (6) subjek angin dipakai untuk mengkiaskan utusan
'pembawa berita' yang menyatakan benda mati untuk benda hidup, yaitu angin
untuk manusia si pembawa berita. Sementara itu,lama tak singgah yang menjadi
predikat tetap dinyatakan dalam makna sebenarnya tanpa dikiaskan. Adapun
metafora komplementatif (objek) lambang kiasnya hanya terdapat pada
komplemen kalimat yang dimaksud, sedangkan komplemen lain dalam kalimat
tetap dinyatakan dengan kata yang mempunyai makna langsung. Contoh metafora
komplementatif dalam Wahab (1995:73) sebagai berikut :
(7) Aku minta dibikinkan jembatan cahaya.
("Ismet Natsir" dalam Tonggak 4:59)
Pada kutipan (7) metafora di atas, kata jembatan cahaya berfungsi sebagai
komplemen kalimat 'Aku minta dibikinkan . . . '. Jembatan cahaya adalah kata kias
yang makna sebenarnya ialah 'jalan yang terang'.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
2) Metafora predikatif
Apabila kata-kata lambang kiasnya hanya terdapat pada predikat kalimat
saja disebut sebagai metafora predikatif, sedangkan subjek dan komponen lain
dalam kalimat itu (jika ada) masih dinyatakan dalam makna langsung. Contoh
metafora jenis ini dalam Wahab (1995: 73) sebagai berikut :
(8) Suara aneh terbaring di sini
(T. Mulia Lubis dalam Tonggak 4:15)
Kata terbaring pada kutipan (8) ungkapan metafora di atas, merupakan
predikat dari subjek kalimat 'Suara aneh... '. Predikat tersebut yang cocok hanya
untuk mamalia (termasuk manusia). Dalam metafora kutipan (8), 'suara aneh'
(ungkapan kebahasaan dengan makna langsung) dihayati sebagai manusia yang
dapat berbaring.
3) Metafora kalimatif
Metafora kalimatif, maksudnya seluruh lambang kias yang dipakai dalam
metafora jenis ini tidak terbatas pada nomina (sebagai subjek atau komplemen)
dan predikat saja, melainkan seluruh komponen dalam kalimat metaforis itu.
Contoh metafora ini dalam Wahab (1995: 74) sebagai berikut:
(9) Api apa membakar?
(Slamet Sukirnanto "Doa Pembakaran").
Seluruh kalimat pada kutipan (9) di atas adalah kias. Tidak ada satu
komponen pun dalam kalimat itu yang dipakai sebagai pengungkapan makna
langsung. Metafora kalimatif di atas mengandung makna yang dimaksud, yaitu
"semangat apa yang menyebabkan seseorang melakukan suatu tindakan".
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
b. Sudut Pandang Metafora dari Segi Semantik
Wahab (1995: 76) menjelaskan bahwa metafora dari sudut pandang
semantis selalu terdiri atas dua macam makna, yaitu makna kias (signifier) dan
makna yang dimaksudkan (signified). Makna yang dimaksudkan dapat
diungkapkan lewat serangkaian predikasi yang dapat diterapkan bersama pada
lambang kias dan makna langsung. Perhatikan contoh berikut.
(10) Aku mengembara di timur tengah
digoda demokrasi barat, didera sosialisme rusia
dibujuk semedi cinta, terpanggang padang pasir
(Beni Setia 1982: 2 “Legiun Asing”)
Kalimat pada kutipan (10) di atas adalah kalimat metaforis dengan predikasi
digoda, didera, dibujuk dan terpanggang. Predikasi itu dapat pula diterapkan
pada manusia. Dengan demikian, konsep demokrasi barat, sosialisme Rusia,
filsafat Cina dan religi Timur Tengah, yaitu konsep abstrak dan pengalaman hidup
penyair. Hal tersebut dihayati sebagai manusia yang memiliki inteligensi dan
kemampuan berpikir, sehingga ia dapat menggoda, mendera, membujuk dan
memanggang penyair. Jadi metafora pada kutipan (10) di atas, penyair telah
memiliki pengalaman hidup dan merasakan pahit getirnya demokrasi barat,
sosialisme Rusia, filsafat cina, serta pengalaman keagamaan dari Timur Tengah.
c. Sudut Pandang Metafora dari Segi Sistem Ekologi (Ruang Persepsi
Manusia Model Haley)
Wahab (1995: 76-77) menjelaskan di dalam berpikir dan menciptakan
metafora manusia tidak dapat melepaskan diri dari lingkungannya, karena ia
selalu mengadakan interaksi denganlingkungannya itu. Studi tentang interaksi
antara manusia dengan lingkungannya(makhluk bernyawa maupun tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
bernyawa) disebut studi tentang sistem ekologi.Selain itu, Wahab (1995: 71)
memaparkan untuk mengetahui peranan metafora dalam sistem ekologi manusia,
memakai konsep ruang persepsi manusia yang diperkenalkan oleh Michael C.
Haley. Konsep ruang persepsi manusia itu tersusun dalam suatu hierarki yang
sangat teratur. Dengan demikian, ruang persepsi manusia yang mampu
mempengaruhi penciptaan metafora pada kalangan penyair dan sastrawan juga
tersusun menurut hierarki yang teratur pula.
Michael C. Haley (dalam Wahab, 1995: 77) membuat hierarki ruangpersepsi
manusia itu seperti berikut.
BEING
COSMOS
ENERGY
SUBSTANCE
TERRESTRIAL
OBJECT
LIVING
ANIMATE
HUMAN
Bagan 2.1 Hierarki Ruang Persepsi Manusia Model Haley
Hierarki persepsi manusia terhadap ruang dimulai dari manusia
sendiri,karena manusia dengan segala macam tingkah lakunya merupakan
lingkunganmanusia yang terdekat. Jenjang ruang persepsi manusia yang ada di
atas HUMAN ialah ANIMATE (makhluk bernyawa), sebab manusia hanyalah satu
bagian sajadari makhluk bernyawa. Sebaliknya, tidak semua makhluk bernyawa
dapatdimasukkan ke dalam kategori HUMAN. Misalnya, hewan adalah
makhlukbernyawa, tetapi hewan bukanlah manusia. Kategori di atas makhluk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
bernyawa ialah LIVING. Kategori yang termasuk living adalah alam tetumbuhan,
sebab tumbuhan itu hidup. Tetapi, tidak semua yang hidup itu tetumbuhan. Begitu
hierarki itu seterusnya berjenjang ke atas sampai pada segala sesuatu yang ada di
jagad raya ini, termasuk konsep yang bersifat abstrak dan tidak dapat dihayati
oleh indra serta tak dapat disangkal keberadaannya. Oleh karena itu, kategori
ruang persepsi yang paling atas ialah BEING, untuk mewakili semua konsep
abstrak yang tidak dapat dihayati dengan indra manusia.
Perlu diutarakan di sini, bahwa antara nomina dengan predikasi dari masing-
masing jenis kategori ruang persepsi manusia harus ada kesesuaian. Kesesuaian
antara nomina dan predikasi masing-masing kategori dapat dibaca pada tabel yang
diambil Wahab (1991: 78) sebagai berikut.
Tabel 2.1 Kriteria Kategori Ruang Persepsi Manusia Michael C. Haley
KATEGORI CONTOH NOMINA PREDIKASI
BEING Kebenaran, kasih Ada
COSMOS Matahari, bumi, bulan Menggunakan ruang
ENERGY Cahaya, angin, api Bergerak
SUBSTANCE Semacam gas Lembam
TERRESTRIAL Gunung, sungai, laut Terhampar
OBJECT Semua mineral Pecah
LIVING Flora Tumbuh
ANIMATE Fauna Berjalan, lari
HUMAN Manusia Berpikir
Urutan kriteria kategori di atas dapat digunakan sebagai wujud lambang kias
dalam menciptakan metafora dari hasil interaksi manusia dengan lingkunganya.
Kategori-kategori tersebut menunjukkan adanya jenis kemetaforaan sebagaimana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
yang terdapat dalam ruang persepsi manusia dan tercermin dalam lambang kias
berikut.
1) Kategori being
Kategori BEING mencakup konsep atau pengalaman manusia yang abstrak.
Ciri khas kategori ini ialah predikasi ada, walaupun tak dapat dihayati langsung
oleh indra manusia. Perhatikan contoh berikut.
(11) Senja pun tiba
Suatu kurun waktu yang tak perlu kutanya
(Bambang Darto, dalam Tonggak 4:33 dalam Abdul Wahab, 1995:78)
Senja adalah konsep abstrak untuk menandai “tenggelamnya” matahari;
tetapi, konsep senja itu ada. Dalam kalimat metaforis kutipan (11), senja adalah
kias untuk konsep usia lanjut manusia. Konsep senja yang dipakai sebagai
lambang kias untuk konsep usia lanjut merupakan wujud interaksi antara manusia
dengan BEING.
2) Kategori cosmos
Kategori COSMOS predikasinyatidak hanya ada, melainkan menempati
ruang di jagad raya. Jadi yang termasuk benda-benda cosmos antara lain matahari,
bulan, bintang dan bumi. Perhatikan contoh berikut.
(12) Matilah kau bulan
Telah mampus bumi
Mentari pun kewalahan
(T. Mulia Lubis, dalam Tonggak 4: 16 dalam Abdul Wahab, 1995:79)
Bulan, bumi dan matahari adalah benda-benda cosmos. Dalam kutipan (12)
di atas, benda-benda itu tidak dipakai dalam arti yang sebenarnya. Simbolisme
tentang bulan sangat bervariasi antara budaya yang satu dengan budaya yang lain.
Ada yang mengasosiasikan bulan dengan perempuan karena antara perempuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
dan bulan ada persamaannya, yaitu masing-masing sangat terikat oleh siklus.
Namun demikian, di Indonesia bulan diasosiasikan dengan keindahan. Bumi
menurut Cirlot (1962 dalam Wahab, 1995) dihubungkan dengan tempat
tumbuhnya kebudayaan atau kebudayaan itu sendiri. Sementara matahari yang
sifatnya universal, melambangkan semangat atau sumber kehidupan. Benda-benda
angkasa tersebut dipakai oleh penyair untuk menyatakan pandangannya yang
pesimis, yaitu tiadanya keindahan (dengan lambang bulan), tak berdayanya
kebudayaan (dengan lambang bumi), dan hilangnya semangat hidup (dengan
lambang matahari).
3) Kategori energy
Predikasi khusus yang dipakai oleh kategori ini ialah bahwa ia tidak saja ada
dan menempati ruang, melainkan juga adanya perilaku gerak. Perhatikan contoh
berikut.
(13) Angin lama tak singgah.
(Slamet Sukirnanto, 1983. “Tunggu” dalam Horison/XXI/235 dalam
Abdul Wahab, 1995:79)
(14) Api apa membakar?
(Slamet Sukirnanto, 1984. “Doa Pembakara”. Dalam Horison/XXI/198
dalam Abdul Wahab, 1995:79).
Angin dan api adalah dua bentuk sumber energi. Angin sebagai lambang
kias tidak mempunyai sifat universal. Bagi kebudayaan Indonesia, angin dikaitkan
dengan pembawa pesan. Makna dengan konotasi positif dari angin mempunyai
fungsi pengantar sari kepada putik dalam proses pembuahan. Ungkapan metafora
kutipan (13) di atas berarti ‘pembawa pesan tak singgah’. Sementara pada kutipan
(14) api, dikaitkan dengan konsep kehidupan, kesehatan, kekuasaan, dan tenaga
spiritual.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
4) Kategori substance
Predikasi kategori ini ialah ada, membutuhkan ruang dan bergerak serta
mempunyai sifat lembam. Perhatikan contoh berikut.
(15) Sekumpulan puisi
Mencair diri
(TM. Lubis, dalam Tonggak 4:18 dalam Abdul Wahab,1995: 80)
Pada kutipan (15) di atas, puisi dihayati sebagai benda substansi yang dapat
berubah bentuk fisiknya, yaitu cair.
5) Kategori terrestrial
Terrestrial yaitu hamparan yang terikat oleh bumi seperti, samudra, sungai,
gunung, padang pasir, dan lain-lain. Perhatikan contoh berikut.
(16) Masuk ruang kegelapan, dan gelas aku tambahkan
Mengarungi karang-karang kehidupan
(Sapardi Djoko Damono. 1987. Horison XXI/234 dalam Abdul
Wahab,1995: 80)
Dalam metafora kutipan (16) ini dapat diketahui sulitnya kehidupan itu
dilambangkan oleh hamparan terrestrial, yaitu karang-karang. Makna karang
yang diasosiasikan dengan kesulitan hidup atau kekejaman hidup itu dapat
dimengerti, sebab predikasi yang cocok untuk karang ialah: keras, tajam dan sulit
dipegang erat-erat. Jika hal itu dipegang terlalu erat lukalah tangandan melukai
kulit jika tersentuh. Melalui ungkapan tersebut, penyair berusaha untuk
melupakan kekerasan atau kekejaman hidup ini dengan jalan menenggak
minuman keras di bar (digambarkan sebagai ruang gelap).
6) Kategori object
Predikasi yang cocok untuk kategori OBJECT ialah sifatnya yang dapat
pecah. Perhatikan contoh berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
(17) Mataku fiberglas
Bagai mainan bikinan Jepang
Aku berjalan sempoyongan
(YA. Nugraha, dalam Tonggak 4:200 dalam Abdul Wahab, 1995:80-
81)
Fiberglass adalah OBJECT atau benda yang sifatnya kuat, akan tetapi dapat
saja pecah. Benda ini biasanya kusam, tidak transparan seperti kaca bening.
Yudhistira dalam kutipan (17) menggunakan lambang fiberglass untuk
mengiaskan pandangannya yang tidak bening lagi terhadap dunia sekitarnya,
karena ia ada dalam keadaan kebingungan oleh perkembangan kehidupan.
7) Kategori living
Predikasi kategori LIVINGyaitu bisa tumbuh. Contoh metafora
dalamkategori ini biasanya dikaitkan dengan semua kehidupan flora dan segala
predikasinya. Contoh:
(18) Di taman bunga
Mekar juga bersama
(Hamid Jabbar, dalam Tonggak 4:22 dalam Abdul Wahab, 1995:81)
Dalam kalimat metaforis kutipan (18) kehidupan manusia, cinta, dan
kekecewaan adalah tiga konsep yang abstrak dihayati sebagai sesuatu yang
konkret, yaitu masing-masing sebagai taman bunga dan bunga itu sendiri.
Predikasi yang cocok untuk bunga ialah kata mekar. Bunga dipakai sebagai
simbol untuk cinta dan sifatnya universal.
8) Kategori animate
Predikasi kategori ini adalah kemapuannya berjalan, lari, atau terbang dan
tentu saja, bernyawa. Predikasi tersebut tidak dimiliki pada kategori yang ada di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
atasnya yaitu kategori living. Contoh konkret untuk kategori ini umumnya diambil
dari dunia fauna dan segala perilakunya sebagai berikut.
(19) Tiada bunga-bunga berkembang di sana
Kumbang pun tiada bersenda di sana
(John Dami Mukese, dalam Tonggak 4:37 dalam Abdul Wahab,
1995:81)
Bunga sebagai simbol kecantikan dan cinta, biasanya juga dikaitkan
dengan wanita. Secara alami, yang menghampiri bunga ialah kumbang, karena
terpikat oleh madu yang ada di sana. Dengan demikian, ungkapan metafora pada
kutipan (19) kumbang dihayati penyair sebagai pria.
9) Kategori human
Predikasi untuk kategori HUMANyaitu kemampuan berfikir, sehingga dapat
melakukan berbagai macam perbuatan yang tidak mungkin dikerjakan oleh
anggota-anggota kategori di atasnya. Perhatikan contoh berikut ini.
(20) Betapa tajamnya maut memandang
Betapa dalam maut mendulang
(Sugandi Putra. 1988. Seratus Sanjak:46 dalam Abdul Wahab, 1995:82)
Dalam kutipan kalimat (20) di atas, maut atau kematian dihayati sebagai
manusia yang dapat memandang dan mendulang emas atau intan. Kematian
digambarkan selalu mengintai dan mengambil kehidupan yang sulit, seperti
sulitnya orang mendapatkan intan atau emas.
Kesembilan jenis kategori yang telah dipaparkan sebelumnya, itulah
kategori ruang persepsi manusia bersifat hierarkis yang dipakai sebagai lambang
untuk meciptakan metafora dan hasil interaksi manusia dengan lingkunganya.
Wahab (1995: 82) menyatakan jika sistem ekologi kita masih seimbang, akan
seimbang pula interaksi manusia dengan lingkunganya. Sebaliknya, jika keadaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
lingkungan hidup kita sudah tidak lagi seimbang, tidak seimbang pula lingkungan
yang dapat diamati oleh penyair. Hal itu, seterusnya akan mempengaruhi
penciptaan metaforanya. Dengan kata lain, wujud keseimbangan interaksi itu ialah
keseimbangan distribusi pemakaian masing-masing kategori ruang persepsi
manusia model Haley.
2.2.4 Lirik Lagu
Seiring dengan penjelasan sebelumnya, lirik lagu merupakan gabungan
karya seni suara dan bahasa puitis yang dapat dikategorikan sebagai puisi dalam
karya sastra.
a. Pengertian Lirik Lagu
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:678), lirik lagu yaitu (1) karya
sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian.
Dengan demikian, seorang penyair atau pencipta lagu dalam meciptakan lirik
harus benar-benar pandai mengolah kata-kata. Hal itu sesuai dengan paparan
dalam KBBI (2007: 624) bahwa, lagu mempunyai arti ragam suara yang berirama.
Selain itu, lagu (nyayian) merupakan hasil karya sastra seni yang berhubungan
dengan seni suara dan seni bahasa, sebagai karya seni suara melibatkan melodi
dan warna suara penyanyinya.
Awe (2007: 22) menyatakan lirik lagu merupakan ekspresi seseorang dalam
batinnya tentang sesuatu hal yang sudah dilihat, didengar, maupun dialaminya.
Penuangan ekspresi lewat lirik lagu ini diperkuat dengan melodi dan notasi yang
disesuaikan dengan lirik lagunya, sehingga penikmat akan semakin terbawa dalam
alam batin pengarang. Selanjutnya, Semi (1984: 95) menyatakan lirik adalah puisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
yang sangat pendek dan mengapresiasikan emosi. Dengan demikian, lirik lagu
dapat dinyatakan memiliki kesamaan dengan puisi dan memiliki keistimewaan
dalam bahasanya.
b. Bahasa Lirik Lagu
Seiring dengan penjelasan pengertian lirik lagu di atas, bahwa lirik lagu
mempunyai persamaan dengan puisi dan memiliki keistimewaan dalam
bahasanya. Keistimewaaan dalam bahasa lirik lagu yang dimaksud adalah
menggunakan bahasa kiasan berupa lambang atau simbol kias. Salah satu
pengungkapan bahasa kiasannya adalah penggunaan majas metafora. Pernyataan
metaforis sering digunakan oleh penulis atau penyair ketika menciptakan sebuah
lagu. Pernyataan-pernyataan metaforis tersebut tercermin dalam tiap lirik lagu
yang diciptakan oleh penulis atau penyair. Pernyataan metaforis dalam lirik lagu
adalah metafora yang terbatas pada frasa, kluasa dan kalimat yang mengandung
metafora.
Pernyataan metaforis juga merupakan salah satu bentuk gejala kebahasaan
yang mencerminkan penggunaan lambang kias atau signifier dan mengandung
makna yang dimaksudkan atau signified. Hal ini sejalan dengan pernyataan
Wahab (1990: 146) yang mengatakan bahwa, metafora terdiri dari dua macam
yaitu lambang kias (signifier) dan makna yang dimaksudkan (signified). Jadi, segi
semantis metafora terdiri dari dua hal, yaitu lambang kias (signifier) yang
dijelaskan dan makna yang dimaksudkan (signified). Dengan demikian, sebuah
lirik lagu mengandung kata-kata metaforis yang berwujud baik berupa frasa,
klausa, ataupun kalimat. Jadi, metafora dalam lagu terbatas pada lirik-lirik lagu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
yang mengandung pernyataan metaforis. Pernyataan metaforis tersebut dapat
diklasifikasikan ke dalam kategori ruang persepsi manusia model Haley.
berdasarkan kesesuaian antara kriteria lambang kias dengan kriteria ruang
persepsi manusia.
c. Iwan Fals dan Lirik Lagu Ciptaanya
Iwan Fals bernama lengkap Virgiawan Listanto (lahir di Jakarta, 03
September 1961) adalah seorang penyayi dan pencipta lagu yang menjadi salah
satu musisi yang melegenda di Indonesia. Lewat lagu-lagunya ia memotret
suasana sosial kehidupan Indonesia di akhir tahun 1970-an hingga sekarang, dan
kehidupan pada umumnya serta dirinya sendiri.Kritik atas perilaku sekelompok
orang (seperti Wakil Rakyat, Tante Lisa dan lain-lain), empati kelompok marginal
(misalnya Siang Seberang Istana, Lonteku dan lain-lain), atau bencana-bencana
besar yang melanda dalam negerimaupun luar negeri mendominasi tema lagu-lagu
yang dibawakanya.
Iwan Flas merupakan musisi yang dikenal dengan suara khas bergenre
country/balada. Selain itu, ditambah dengan ciri khas dalam lirik lagunya yang
membuat ia seringkali diidentikkan dengan legengaris internasional, yaitu Bob
Dyan. Dalam hal lirik, Iwan Flas sudah menunjukkan “kenakalannya” pada lirik-
lirik lagunya yang bernuansa kritik baik yang bersifat sosial maupun politik.
Selain itu, lirik lagunya sering kali dibalut dengan humor-humor dan metafora
yang imajinatif. Judul-judul lagunya seperti, Serdadu, Barang Antik, Obat Awet
Muda, Guru Oemar Bakri, Tikus-tikus Kantor dan masih banyak yang lainya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
contoh lagu yang memamerkan kejeniusan pencipta lagu ini (dimodifikasi dari
http://www.iwanfals.co.id/article/our-story/53-biografi-iwan-fals).
2.3 Kerangka Pikir
Tujuan penelitian ini terdiri dari tiga bagian yaitu (1) mendeskripsikan
kategori ruang persepsi manusia model Haley yang digunakan untuk menciptakan
ungkapan metafora dalam lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983
berdasarkan lambang kiasnya, (2) mendeskripsikan kategori ruang persepsi
manusia model Haley yang paling menonjol digunakan untuk menciptakan
ungkapan metafora dalam lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983. (3)
Mendeskripsikan keadaan sistem ekologi yang terlihat dalam metafora lirik lagu
Iwan Fals pada album tahun 1981-1983 berdasarkan distribusi pemakaian kategori
ruang persepsi manusia model Haley.
Dalam menganalisis kategori ruang persepsi manusia model Haley yang
digunakan untuk menciptakan ungkapan metafora Iwan Fals pada album tahun
1981-1983, peneliti mengacu pada peranan metafora dari sudut pandang sistem
ekologi (ruang persepsi manusia model Haley). Wahab telah menjelaskan bahwa
sistem ekologi manusia itu tersusun berdasarkan sembilan kategori hierarki ruang
persepsi manusia yang teratur. Hierarki ruang persepsi manusia tersebut,
meliputiBeing (Keadaan), Cosmos (Kosmos), Energy (Energi), Substance
(Substansi), Terrestrial (Terestrial), Object (Benda), Living (Kehidupan), Animate
(MakhlukBernyawa), dan Human (Manusia). Kategori tersebut diambil
berdasarkan konsep hierarki ruang persepsi menurut Haley (dalam Wahab, 1995:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
77). Dalam proses menentukan kategori ruang persepsi manusia model Haley yang
digunakan untuk menciptakan ungkapan metaforanya, peneliti mempertimbangkan
kesesuaian kriteria lambang kias ungkapan metafora itu dengan kriteria kesembilan
kategori ruang persepsi manusia model Haley di atas.
Berdasarkan data-data lirik lagu yang telah diklasifikasikan ke dalam
kategori ruang persepsi manusia model Haley, dicari distribusi pemakaian tiap
kategori atau frekuensi persentase pemakaian kategorinya. Distribusi persentase
itu dilakukan untuk mengetahui kategori metafora ruang persepsi manusia model
Haley yang paling menonjol. Selain itu, hasil dari distribusi persentase pemakaian
kategori tersebut akan mencerminkan keadaan sisitem ekologi penyair. Berikut
mind mapping dibawah ini menjadi bentuk paparan alur kerangka berpikir.
Bagan 2.2 Mind Mapping Kerangka Pikir
Distribusi pemakaian atau
persentase kategori metafora
model Haley
Kategori metafora model
Haley yang paling
menonjol
Keadaan sistem ekologi
dalam lirik lagu Iwan
Fals pada album tahun
1981-1983
1. Ketegori being
2. Kategori cosmos
3. Kategori energy
4. Kategori substance
5. Kategori terrestrial
6. Kategori obejct
7. Kategori living
8. Kategori animate
9. Kategroi human
Lirik-lirik lagu Iwan Fals dalam
album tahun 1981-1983
Ungkapan metafora dan lambang
kiasnya
Kategori metafora berdasarkan
ruang persepsi model Haley
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini yang berjudul “Analisis Metafora Dalam Lirik Lagu Iwan
Fals Pada Album Tahun 1981-1983 Berdasarkan Teori Ruang Persepsi Manusia
Model Haley” termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif. Arikunto (dalam
Prastowo, 2014: 203) mengatakan bahwa penelitian deskriptif tidak dimaksudkan
untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan “apa adanya”
tentang sesuatu variabel, gejala, atau keadaan. Selain itu, Arikunto (dalam
Prastowo, 2014: 204), menyatakan penelitian deskriptif dilakukan untuk tujuan
mendeskripsikan apa adanya suatu variabel, gejala, atau keadaan, bukan untuk
menguji hipotesis. Selain itu, penelitian ini akan menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis dari variabel, gejala, atau keadaan yang diamati.
Moleong (2014: 6) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian
yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik,
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Berdasarkan pernyataan dari beberapa ahli di atas, dapat dinyatakan bahwa
penelitian dengan tujuan mendeskripsikan kategori ruang persepsi manusia model
Haley yang digunakan untuk menciptakan ungkapan metafora dalam lirik lagu
Iwan Fals pada album tahun 1981-1983, mendeskripsikan kategori ruang persepsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
manusia model Haley yang paling menonjol, dan mendeskripsikan keadaan sistem
ekologi dalam lirik-lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983 termasuk
dalam penelitian deskriptif kualitatif.
3.2 Data dan Sumber Data
Data peneletian ini berupa frasa, klausa ataupun kalimat yang mengandung
ungkapan metafora dalam lirik-lirik lagu Iwan Fals. Banyaknya lirik-lirik lagu
Iwan Fals yang ada, sumber data penelitian ini dibatasi pada album tahun 1981-
1983 dengan mempertimbangkan waktu dan keterbatasan peneliti. Sumber data
tersebut meliputi:
a. Album Sarjana Muda dirilis pada tahun 1981
Judul lagu:
1) Sarjana Muda
2) Guru Oemar Bakri
3) Hatta
4) Doa Pengobral Dosa
5) Si Tua Sais Pedati
6) Ambublance Zig Zag
7) 22 Januari
8) Puing I
9) Yang Terlupakan
10) Bangunlah Putra Putri Pertiwi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
b. Album Opini dirilis pada tahun 1982
Judul Lagu:
1) Galang Rambu Anarki
2) O.A.M
3) Antara Aku Kau dan Bekas Pacarku
4) Isi Rimba
5) Sapuku Sapumu
6) Opiniku
7) Ambisi
8) Tak Biru Lagi Lautku
9) Tarmijah
c. Album Sumbang dirilis pada tahun 1983
Judul lagu:
1) Sumbang
2) Kereta Tiba Pukul Berapa
3) Semoga Kau Tak Tuli Tuhan
4) Puing
5) Jendela Kelas I
6) Berikan Pijar Matahari
7) Siang Pelataran SD Sebuah Kampung
8) Asmara Tak Secengeng yang Aku Kira
9) Celoteh Camar Tolol dan Cemar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
3.3 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam megumpulkan data agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,
dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah
(Arikunto, 2013: 203). Selain itu, instrumen penelitian kualitatif adalah peneliti
sendiri (Moleong, 2006: 168). Selanjutnya, Sugiyono (2011: 222) juga menyatakan
dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen penelitian atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human instrument berfungsi
menentukan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan
pengumpulan data, dan membuat kesimpulan atas temuanya.
Sehubungan dengan penjelasan mengenai instrumen penelitian kualitatif di
atas, peneliti dalam penelitian ini merupakan orang yang bertindak sebagai
perencana, dan pelaksana, menentukan fokus penelitian, memilih sumber data
sebagai informan untuk pengumpulan data, analisis data, penafsir data, pada
akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Selain itu, laptop, kalkulator dan
alat-alat tulis lainya juga berperan sebagai alat pembantu dalam instrumen
penelitian ini.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Sugiyono (2011: 224-225) menyatakan peneliti tidak akan mendapatkan
data memenuhi standar yang ditetapkan tanpa mengetahui teknik pengumpulan
data. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, sumber dan cara
atauteknik. Bila dilihat dari dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
teknik pengumpulan data secara umum dapat dilakukan dengan observasi
(pengamatan), interview (wawancara), dokumentasi dan gabungan atau triangulasi.
Sehubungan dengan data penelitian ini sudah terfokus pada frasa, klausa dan
kalimat yang mengandung ungkapan metafora dalam lirik lagu Iwan Fals pada
album 1981-1983, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik
dokumentasi, observasi terfokus dan triangulasi. Arikunto (2013: 231) menyatakan
bahwa teknik dokumentasi adalah mencari data mengenai variabel yang berupa
catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan
sebagainya. Selanjutnya, Sugiyono (2011: 240) menyatakan dokumen merupakan
catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar
atau karya-karya monumental dari seseorang. Pada tahap ini, peneliti mengunduh
lirik-lirk lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983 di situs onlain yang dikelola
oleh Iwan Fals sendiri yaitu(http://www.iwanfals.co.id./discografi).
Sugiyono (2011: 231) menyatakan teknik observasi terfokus merupakan
tahap diamana peneliti sudah melakukan mini tour observation, yaitu suatu
observasi yang telah dipersempit untuk difokuskan pada aspek tertentu. Pada tahap
ini, peneliti sudah memfokuskan data yang akan diteliti, yaitu mengamati dan
mengidentifikasi ungkapan metafora pada tiap frasa, klausa, dan kalimat dalam
lirik-lirik lagu Iwan Fals. Selanjutnya, Sugiyono (2011: 241) mengartikan
triangulasi sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari
berbagai teknik pengumpulam data dan sumber data yang telah ada. Khususnya
pada tahap triangulasi, peneliti menguraikannya pada subbab 3.6 Teknik
Keabsahan Data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Berdasarkan penjelasan teknik pengumpulan di atas, langkah-langkah teknik
pengumpulan data penelitian ini disusun sebagai berikut.
a. Tahap pertama, peneliti mengunduh teks lirik-lirik lagu Iwan Fals pada album
tahun 1981-1983 dalam (http://www.iwanfals.co.id./discografi). (Dokumentasi)
b. Tahap kedua, peneliti memfokuskan data yang akan diteliti, yaitu mengamati
dan mengidentifikasi ungkapan metafora pada tiap frasa, klausa, dan kalimat
dalam lirik-lirik lagu Iwan Fals. (Observasi terfokus). Selanjutnya diikuti
langkah membuat kode data pada setiap frasa, klausa, dan kalimat dalam lirik
lagu yang mengandung ungkapan metaforis. Kode data tersebut berfungsi
untuk menunjukkan nomor urut data, judul lagu, album lagu, dan tahun rilis
serta wujud data. Contoh pengkodean data tersebut dapat dilihat pada Tabel di
bawah ini.
Tabel 3.1 Contoh Pengkodean Data
No. Data Kode
27 Pulu-pulu yang berpencar
bersatu dalam kibarmu
(27-JL.10-ASM.81-Kla)
Keterangan koding:
27 = Nomor urut data yang diperoleh
JL.10 = Judul lagu ke-10 (Bagunlah Putra Putri Pertiwi)
ASM.81 = Album Sarjana MudaTahun 1981
Kla = klausa; wujud data (ungkapan metafora)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan
cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
malakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, mimilih mana yang penting,
dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri
serta orang lain (Sugiyono, 2011-244). Miles and Huberman (1984 dalam
Sugiyono, 2011: 246-252) menyatakan bahwa aktivitas dalam analisis data
kualitatif terdiri dari, data reduction, data display,dan conslusion drawing atau
verification. Data Reduction (Reduksi Data) merupakan tahap merangkum,
memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema dan
polanya. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran
yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan tahap selanjutnya.
Selanjutnya data display (penyajian data) merupakan tahapan menyajikan
data dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan
sejenisnya. Dengan demikian, tahap ini akan memudahkan untuk memahami apa
yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami
tersebut. Langkah ketiga conslusion drawing atau verification merupakan tahap
penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Berdasarkan penjelasan teknik analisis data kualitatif di atas, tahap-tahap
analisis data penelitian ini mengunakan acuan ketiga teknik analisis data model
Miles and Huberman yang telah dimodifikasi dan disusun sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
a. Tahap interpretasi
Peneliti memaknai dan menafsirkan kriteria lambang kias pada data yang
telah dikumpulkan pada tahap sebelelumnya. Proses memaknai dan menafsirkan
lambang kias pada ungkapan metafora (data penelitian), peneliti menggunakan
bantuan Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Kamus Ungkapan.
b. Tahap pengkategorian
Pada tahap ini, peneliti mengklasifikasikan data berdasarkan kesesuaian
kriteria lambang kias ungkapan metafora penyair dengan kriteria kesembilan
kategori ruang persepsi manusia model Haley. Sembilan kategori ruang persepsi
manusia model Haley itu meliputi, being, cosmos, energy, substance, terrestrial,
object, living, animate dan human.
c. Tahap distribusi
Tahap ini, peneliti mecari distribusi pemakaian tiap kategori atau frekuensi
persentase pemakaian kategori ruang persepsi manusia model Haley yang
hasilnya disajikan dalam bentuk Tabel. Tahap ini dilakukan untuk melihat
distribusi kategori ruang persepsi manusia model Haley yang paling menonjol
digunakan dalam menciptakan ungkapan metafora lirik lagu Iwan Fals. Selain itu,
hasil distribusi akan mengambarkan keadaan sistem ekologi manusia (penyair)
berdasarkan pemakaian kategori ruang persepsi manusia model Haley yang
meliputi sembilan kategori. Berikut Bagan rumus dan contoh Tabel yang
digunakan untuk mencari dan meyajikan hasil persentase jenis-jenis kategori
metafora model Haley.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
𝑋
𝑌 𝑋 100 = 𝑃
Bagan 3.1 Rumus Persentasi
Dimana:
X = jumlah frekunsi
Y = jumlah data
P = hasil jumlah persentase
Tabel. 3.2. Contoh Tabel distribusi kategori ruang persepsi manusia model Haley.
No. Kategori Frekuensi Presentase
1. Being
2. Cosmos
3. Energy
4. Substance
5. Terrestrial
6. Object
7. Living
8. Animate
9. Human
Jumlah data
3.6 Teknik Keabsahan Data
Moleong (2006: 330) menyatakan bahwa triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Selain itu,
Sugiyono (2011: 273) menyatakan triangulasi dalam pengujian keabsahan data
diartikan sebagai pengecekkan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara,
berbagai waktu. Dengan demikian, triangulasi sangat penting dalam penelitian
untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan kontruksi kenyatan yang ada dalam
Mendekati
100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan
berbagai pandangan. Berdasarkan paparan pentingnya triangulasi dalam penelitian,
teknik keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi
penyidik. Moleong (2014: 331) menyatakan bahwa, triangulasi penyidik adalah
teknik pemeriksaan keabsahan data dengan jalan memanfaatkan peneliti atau
pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data.
Oleh karena itu, peneliti melakukan pemeriksaan keabsahan data dengan dua ahli
ilmu linguistik dan sastra.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data
Data penelitian ini berupa frasa, klausa, dan kalimat yang mengandung
ungkapan metafora dalam lirik-lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983.
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, lirik lagu Iwan Fals pada album
tahun 1981-1983 yang terdiri dari (1) Album Sarjana Muda dirilis pada tahun
1981, (2) Album Opini dirilis pada tahun 1982, dan (3) Album Sumbang dirilis
pada tahun 1983, ditemukan 101 kutipan ungkapan metafora. Jumlah data yang
diperoleh dari penelitian ini dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 4.1 Jumlah Data Penelitian
No. Sumber Data Jumlah Data
1 Album Sarjana Muda Tahun 1981 30
2 Album Opini Tahun 1982 30
3 Album Sumbang Tahun 1983 41
Jumlah 101
Jumlah data pada Tabel di atas merupakan jumlah data awal yang
ditemukan peneliti. Jumlah data tersebut masih memiliki kemungkinan berubah
karena belum dilakukan validitas data oleh peneliti. Oleh karena itu, penelitian ini
mengunakan teknik triangulasi penyidik atau peneliti lain untuk menguji
keabsahan data. Dalam upaya ini, peneliti melakukan trianggulasi data dengan dua
dosen Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma. Beliau
adalah Drs. B. Rahmanto, M. Hum., dan Septina Krismawati,S.S., M.A.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Berdasarkan hasil analisis dari kedua triangulator, data awal yang berjumlah
101 kutipan ungkapan metafora terdapat 9 data tidak valid dengan kriteria data
penelitian dan selebihnya berjumlah 92 data yang dianggap valid atau sesuai
dengan kriteria data penelitian. Oleh karena itu, data penelitian yang dianalisis
lebih lanjut dalam penelitian ini berjumlah 92 ungkapan metafora baik itu berupa
frasa, klausa, dan kalimat dalam lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-
1983. Sebelum masuk pada analisis data dan pembahasan, berikut salah satu
contoh kriteria data penelitian yang valid dan kriteria data yang tidak valid dengan
data penelitian.
(1) Aku berteman iblis yang baik hati(11-JL.7-ASM.81-Fra)
(2) Daun kelapa elok saat melambai (56-JL.8-AP.82-Kla)
Sehubungan dengan penjelasan sebelumnya mengenai adanya data
penelitian yang valid setelah melalui proses validasi atau keabsahan data, kutipan
data (1) dapat dinyatakan sebagai contoh data yang valid atau sesuai dengan
kriteria data penelitian ini. Data tersebut dapat dinyatakan valid setelah melewati
serangkaian uji validasi dan hasilnya disetujui oleh triangulator. Begitu
sebaliknya, data kutipan (2) dapat dinyatakan sebagai contoh data tidak valid
dengan kriteria data penelitian yang disebabkan adanya hasil uji validasi
keabsahan data yang menunjukkan triangulator tidak menyetujui hasil analisis
peneliti. Triangulator menyatakan tidak setuju dengan alasan, data kutipan (2)
tersebut terindikasi sebagai ungkapan personifikasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
4.2 Analisis Data
Pada bagian ini disajikan tahap-tahap analisis data model Miles and
Huberman yang meliputi: tahap interpretasi, tahap pengkategorian, dan tahap
distribusi. Terkhusus pada tahap interpretasi dan tahap pengkategorian akan
dipaparkan dalam bagaian satu subbab. Tahap-tahap tersebut bertujuan untuk
menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini.
4.2.1 Tahap Interpretasi dan Pengkategorian
Pada tahap interpretasi, peneliti memaknai dan menafsirkan ekspresi-
ekspresi ungkapan metafora dengan cara mencari kriteria lambang kias
berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Kamus Ungkapan. Selanjutnya
diikuti tahap pengkategorian, peneliti mengklasifikasi data dengan
mempertimbangkan berdasarkan kesesuaian kriteria lambang kias yang digunakan
untuk menciptakan metaforanya ke dalam sembilan kategori ruang persepsi
manusia model Haley. Sembilan kategori tersebut, antara lain (1) Being, (2)
Cosmos, (3) Energy, (4) Substance, (5) Terrestrial, (6) Object, (7) Living, (8)
Animate, dan (9) Human.
Dalam penyajian data, tidak semua data yang dianalisis disajikan karena
mengingat banyaknya data yang ada. Berikut disajikan beberapa data
penelitianyang mewakili kategori ruang persepsi manusia model Haley dalam lirik
lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983. Analisis data selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran pada halaman 118-177.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
a. Kategori being
Kategori being mencakup konsep atau pengalaman manusia yang abstrak.
Ciri khas kategori ini ialah predikasi ada, walaupun tak dapat dihayati langsung
oleh indra manusia. Kategori ini ditemukan 22 uangkapan metafora dalam lirik
lagu Iwan Fals pada tahun 1981-1983.
Berikut beberapa contoh analisis data mewakili dari 22 kategori being yang
digunakan untuk menciptakan ungkapan metafora dalam lirik lagu Iwan Fals.
1) Aku berteman iblis yang baik hati (11-JL.7-ASM.81-Fra)
Kata iblis pada data (11-JL.7-ASM.81-Fra) merupakan suatu konsep hal
yang abstrak dantidak dapat dihayati oleh semua indra manusia secara langsung,
melainkan hanya dapat dihayati keberadaanya dengan keyakinan serta
kepercayaan saja. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 415), iblis
merupakan makhluk halus yang selalu berupaya menyesatkan manusia dari
petunjuk Tuhan. Oleh karena itu, lambang iblis dapat disebut sebagaikonsep
pengalaman manusia yang abstrak dan benar adanya serta keberadaanya itu hanya
bisa dihayati dengan keyakinan. Dalam ungkapan metaforis data (11-JL.7-
ASM.81-Fra), iblis dikiaskan Iwan Fals seperti manusia yang memiliki inteligensi
sehingga mampu melakukan hal yang diinginkanya baik itu hal buruk atau
sebaliknya. Perhatikan penggalan lirik lagu di bawah ini.
(3) Dua dua Januari
Tidak sendiri
Aku berteman iblis
Yang baik hati
(Iwan Fals. 22 Januari dalam Album Sarjana Muda. 1981)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Penggalan lirik lagu (3) menggambarkan pengalaman kisah pertemanan
penyair dengan sesorang yang nakal, tetapi memiliki sisi lain yang baik hati.
Sosok seseorang yang dimaksud penyair itu digambarkan dengan signifier atau
lambang kias iblis, sedangkan signified atau makna yang dimaksudkan adalah
pengalaman kisah pertemanan penyair dengan sesorang yang nakal, tetapi
memiliki sisi lain yang baik hati.
Dilihat dari kriteria lambang kias iblis pada data (11-JL.7-ASM.81-Fra)
memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori being. Hal tersebut,menunjukkan
adanya wujud interaksi manusia dengan being yang mencakup pengalaman suatu
hal yang abstrak dan benar adanya. Dengan demikian, penciptaan ungkapan
metaforis penyair dengan lambang kiasnya iblis dapat digolongkan pada kategori
being dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
2) Apa yang tersembunyi
dibalik manis senyummu (41-JL.3-AS.82-Fra)
Lambang manis pada data (41-JL.3-AS.82-Fra) yang diikuti kata
senyumanmu menimbulkan makna yang kias. Manis adalah suatu konsep abstrak
dari pengalaman manusia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 712),
manis merupakan konsep rasa seperti gula. Oleh karena itu, lambang manis dapat
disebut sebagaikonsep pengalaman rasa manusia yang abstrak dan benar
adanya.Dalam ungkapan metaforis data (41-JL.3-AS.82-Fra), manis dihasilkan
dari indra pengecap manusia dikiaskan Iwan Fals sebagai konsep indah yang
dihasilkan dari indra penglihatan manusia. Perhatikan penggalan lirik lagu
dibawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
(4) Labil tawamu tak pasti tangismu
Jelas membuat aku sangat ingin mencari
Apa yang tersembunyi
Di balik manis senyummu...
(Iwan Fals. Antara Aku Kau dan Bekas Pacarmu dalam Album Opini.
1982)
Penggalan lirik lagu (4) mengambarkan konsep manis digunakan untuk
menggungkapan rasa kagum penyair pada senyuman seseorang. Rasa kagum
penyair timbul ketika melihat indah senyumannya. Keadaan itu digambarkan Iwan
Fals dengan lambang kias (signifier) manis pada ungkapan metaforanya,
sedangkan makna yang dimaksudkan (signified) penyair adalah tentang
kekaguman senyuman seseorang.
Dilihat dari kriteria lambang kias manis dalam ungkapan metafora data (41-
JL.3-AS.82-Fra) memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori being. Hal tersebut,
menunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan being yang mencakup
pengalaman suatu hal abstrak dan benar adanya. Dengan demikian, penciptaan
ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya tersebut dapat digolongkan
pada kategori being dalam hierarki ruang persepsi manusia model Haley.
3) Tak bermata
pandang dunia dengan jiwa(53-JL.7-AP.82-Fra)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 475), jiwa merupakan roh
manusia yang ada di dalam tubuh dan menyebabkan seseorang hidup; bernyawa.
Oleh karena itu, lambang jiwa dapat disebut sebagai konsep suatu hal abstrak
yang tidak dapat dihayati wujudnya oleh indra manusia, tetapi keberadaanya
benar-benar ada. Dalam data ungkapan metaforis (53-JL.7-AP.82-Fra), konsep
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
jiwa dihayati Iwan Fals sebagai mata atau indra penglihatan manusia. Perhatikan
penggalan lirik lagu dibawah ini.
(5) Tak bermata
Pandang dunia dengan jiwa
Tak bertelinga
Jangan cepat kecewa
(Iwan Fals. Ambisi dalam Album Opini. 1982)
Dari penggalan lirik lagu (5) mengambarkan konsep jiwa dihayati sebagai
indra penglihatan atau mata. Penyair memandang seseorang yang memiliki
keterbatasan seperti tunanetra yang tidak dapat melihat memiliki suatu kelebihan
tertentu dari keterbatasanya tersebut. Kelebihan itu digambarkan Iwan Fals
dengan lambang kias (signifier)jiwa yang seolah-olah dapat digunakan untuk
melihat. Hal tersebut mencerminkan makna yang dimaksudkan (signified) dari
ungkapan metaforis penyair, yaitu tentang suatu nasihat jangan pernah menyerah.
Dilihat dari kriteria lambang kias jiwa dalam ungkapan metafora data (53-
JL.7-AP.82-Fra)memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori being. Hal tersebut,
menunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan being yang mencakup
pengalaman suatu hal abstrak dan benar adanya. Dengan demikian, penciptaan
ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya jiwa dapat digolongkan
pada kategori being dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
4) Setan-setan politik (62-JL.1-AS.83-Fra)
Kata setan-setan pada data (62-JL.1-AS.83-Fra)terbentuk dari adanya
reduplikasi kata dasar setan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 1055),
setan merupakan roh jahat yang selalu berusaha mengoda manusia. Oleh karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
itu, lambang setan dapat disebut sebagai konsep suatu hal yang abstrak dan tidak
dapat dihayati wujudnya oleh indra manusia, tetapi keberadaanya benar-benar ada.
Dalam data ungkapan metaforis (62-JL.1-AS.83-Fra), setan-setan dihayati
Iwan Fals sebagai manusia yang berkecimpung di dunia politik. Perhatikan
penggalan lirik lagu di bawah ini.
(6) Setan setan politik
Kan datang mencekik
Walau dimasa paceklik
Tetap mencekik
(Iwab Fals. Sumbang dalam Album Sumbang. 1981)
Penggalan lirik lagu (6) mengambarkan pengalaman penyair tantang
kebijakkan-kebijakan politik yang tidak berpihak pada rakyat. Hal itu ditunjukkan
penyair dengan lambang kias (signifier) setan-setan pada ungkapan metaforanya,
yaitu “Setan-setan politik” kan datang mencekik walau dimasa paceklik.Hal
tersebut mencerminkan makna yang dimaksudkan (signified) dari ungkapan
metafora penyair, yaitu tentang pengalamanya atas kebijakan politik yang tidak
berpihak pada rakyat.
Dilihat dari kriteria lambang kias setan dalam ungkapan metafora (62-JL.1-
AS-83-Fra) memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori being. Hal tersebut,
menunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan being yang mencakup
pengalaman suatu hal yang abstrak dan benar adanya. Dengan demikian,
penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kias setan dapat
digolongkan pada kategori being dalam hierarki ruang persepsi manusia model
Haley.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
5) Kadar cinta mereka tak terhitung besarnya (90-JL.7-AS.83-Fra)
Cinta adalah konsep pengalaman manusia yang abstrak berkaiatan tentang
suatu perasaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 214), cinta
merupakan rasa suka sekali, sayang benar. Dengan demikian, lambang cinta dapat
disebut sebagai konsep suatu hal abstrak yang tidak dapat dihayati wujudnya oleh
indra manusia, tetapi keberadaanya benar-benar ada.
Dalam data ungkapan metaforis (90-JL.7-AS.83-Fra), konsep cinta dihayati
Iwan Fals sebagai sesuatu zat yang dapat diukur kandunganya. Perhatikan
penggalan lirik lagu di bawah ini.
(7) Tegap engkau berdiri walau tanpa alas kaki
Lantang suara anak anak disana
Kadar cinta mereka tak terhitung besarnya
Walau tak terucap namun bisa kurasa
Bergemalah
(Iwab Fals. Siang Pelataran SD Sebuah Kampung dalam Album
Sumbang. 1981)
Penggalan lirik lagu (7) menggambarkan pengalaman penyair tentang
kekagumannya pada anak-anak SD disebuah kampung yang terlihat semangat.
Kekaguman itu diungkapan penyair dengan lambang kias (signifier)cinta yang
seolah-olah seperti suatu zat yang dapat diukur. Dengan demikian makna yang
dimaksudkan (signified) dari penyair, yaitu tentang rasa sayang yang dimiliki
anak-anak SD terhadap tanah airnya.
Dilihat dari kriteria lambang kias cinta dalam ungkapan metafora (90-JL.7-
AS-83.Fra) memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori being. Hal tersebut,
menunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan being yang mencakup
pengalaman suatu hal yang abstrak dan benar adanya. Dengan demikian,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kias cinta dapat
digolongkan pada kategori being dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
b. Kategori cosmos
Kategori cosmos predikasinyatidak hanya ada, melainkan menempati ruang
di jagad raya. Jadi, benda-benda yang termasuk kategori cosmos antara lain:
matahari, bulan, bintang, bumi dan sejenisnya. Jenis kategori ini ditemukan 2 data
dalam lirik lagu Iwan Fals pada tahun 1981-1983.
Berikut dua contoh analisis data ungkapan metafora dari kategori cosmos
dalam lirik lagu Iwan Fals.
1) Cepatlah besar matahariku (34-JL.1-AP.82-Fra)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 722), matahari merupakan
benda angkasa sebagai titik pusat tata surya berupa bola berisi gas yang
mendatangkan terang panas pada bumi kala siang hari. Dengan demikian, konsep
matahari dapat disebut sebagai konsep benda yang berada di ruang angkasa dan
menggunakan ruang. Dalam data ungkapan metafora (34-JL.1-AP.82-Fra), Iwan
Fals menghayati matahari sebagai anak kandungnya yang dapat tumbuh semakin
besar atau dewasa. Perhatikan penggalan kutipan lirik lagu di bawah ini.
(8) Galang rambu anarki anakku
Cepatlah besar matahariku
Menangis yang keras janganlah ragu
(Iwan Fals. Galang Rambu Anarki Dalam Album Opini. 1982)
Penggalan kutipan lirik lagu (8) menggambarkan pengalaman penyair saat
mendoakan anak kandungnya. Anak tersebut bernama Galang Rambu Anarki
yang didoakan semoga lekas besar atau tumbuh dewasa. Dalam ungkapan
metaforis ini, anak tersebut diungkapkan Iwan Fals dengan lambang kias
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
(signifier) matahari dan makna yang dimaksudkan penyair (signified) adalah
Galang Rambu Anarki.
Dilihat dari kriteria lambang kias matahari pada ungkapan metafora (34-
JL.1-AP.82-Fra) memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori cosmos. Hal
tersebut, menunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan cosmos yang
mencakup contoh kongkrit matahari, bumi, bulan dan lain-lain serta tidak hanya
ada melainkan menempati ruang di jagad raya. Dengan demikian, penciptaan
ungkapan metaforis penyair dengan lambang kias matahari dapat digolongkan
pada kategori cosmos dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
2) Mari kita hentikan
Dansa mereka
Dengan memberi sinarmatahari(85-JL.6-AS.83-Fra)
Matahariadalah benda angkasa sebagai titik pusat tata surya berupa bola
berisi gas yang mendatangkan terang panas pada bumi kala siang hari (KBBI,
2007: 722). Dengan demikian, konsep matahari dapat disebut sebagai konsep
benda yang berada di ruang angkasa dan menggunkan ruang. Dalam data
ungkapan metaforis (85-JL.6-AS.83-Fra), lambang kias matahari dikiasakan
penyair sebagai konsep suatu nasehat. Perhatikan penggalan lirik lagu di bawah
ini.
(9) Seolah kita tidak mau mengerti
Seolah kita tidak mau perduli
Pura buta dan pura tuli
Mari kita hentikan
Dansa mereka
Dengan memberi pijar matahari
(Iwan Fals, Beri pijar Matahari dalam Album Sumbang. 1983)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Berdasarkan penggalan lirik (9) berjudul Beri Pijar Matahari
menggambarkan pengalaman Iwan Fals tentang konsep suatu tanda adanya
matahari yang membuat terang di saat gelap. Hal itu dihayati Iwan Fals sebagai
suatu nasihat. Dengan demikian data ungkapan metafora (85-JL.6-AS-83) konsep
matahari bertindak sebagai lambang kias (signifier), sedangkan konsep suatu
nasihat atau hal kebaikan tersebut berperan sebagai makna yang dimaksudkan
penyair (signified).
Dilihat dari kriteria lambang kias matahari dalam ungkapan metafora (85-
JL.6-AS.83-Fra) memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori cosmos. Hal
tersebutmenunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan cosmos yang
mencakup contoh kongkrit matahari, bumi, bulan dan lain-lain serta tidak hanya
ada, melainkan menempati ruang di jagad raya. Dengan demikian, penciptaan
ungkapan metaforis penyair dengan lambang kias matahari dapat digolongkan
pada kategori cosmos dalam hierarki ruang persepsi manusia model Haley.
c. Kategori energy
Kategori energy predikasinya tidak hanya ada dan menempati ruang,
melainkan juga adanya perilaku gerak. Contoh nomina dari kategori ini yaitu
cahaya, angin, dan api. Kategori ini ditemukan 6 data dalam lirik lagu Iwan Fals
pada tahun 1981-1983.
Berikut beberapa contoh analisis data ungkapan metafora yang mewakili
kategori energy dalam lirik lagu Iwan Fals.
1) Hujan air mata dari pelosok negeri (05-JL.3-ASM.81-Fra)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Ungkapan metaforis hujan air mata pada data (05-JL.3-ASM.81-Fra) terdiri
dari lambang kias hujan dan diikuti ungkapan klise air mata yang berarti
kesedihan. Hujan adalahtitik-titik air yang banyak berjatuhan dari udara karena
proses pendinginan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 409). Dengan
demikian, konsep hujan dapat disebut sebagai konsep suatu gerakan titik-titik air
yang banyak dari udara ke bumi.Dalam data ungkapan metaforis (05-JL.3-
ASM.81-Fra), lambang hujan dihayati Iwan Fals sebagai konsep jumlah
banyaknya manusia yang bersedih dari pelosok negeri. Hal tersebut
mengambarkan konsep hujan bertindak sebagai lambang kias (signifier),
sedangkan konsep jumlah banyaknya manusia bersedih dari pelosok negeri
sebagai maknayang dimaksudkan penyair (signified).
Dilihat dari kriteria lambang kias hujan yang telah dijelaskan di atas,
ungkapan metafora penyair ini memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori
energy. Hal tersebutmenunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan energy
yang mencakup contoh kongkrit cahaya, angin, api dan sejenisnya serta
predikasinya tidak hanya ada dan menempati ruang, melainkan juga adanya
perilaku gerak. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis penyair pada
data (05-JL.3-ASM.81-Fra) dengan lambang kias hujan dapat digolongkan pada
kategori energy dalam hierarki ruang persepsi manusia model Haley.
2) Sinar matamu tajam namun ragu (22-JL.10-ASM.81-Fra)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 1068), sinar merupakan
pancaran terang cahaya, seperti bulan, matahari dan sebagainya. Dengan
demikian, konsep sinar dapat disebut sebagai konsep wujud energi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
dihasilkan dari benda-benda cosmos seperti bulan, matahari dan sebagainya.
Dalam ungkapan metafora pada data(22-JL.10-ASM.81-Kla), sinar dihayati Iwan
Fals seperti pandangan seseorang. Hal tersebut menimbulkan makna kias, karena
hakikat sinar merupakan wujud energi yang berupa pancaran cahaya dan
dihasilkan dari benda-benda cosmos. Perhatikan penggalan lirik lagu di bawah ini.
(10) Sinar matamu tajam namun ragu
Kokoh sayapmu semua tahu
Tegap tubuhmu tak kan tergoyahkan
Kuat jarimu kala mencengkeram
(Iwan Fals. Bangunlah Putra Putri Pertiwi dalam Album Sarjana
Muda. 1981)
Penggalan lirik lagu (10) mengambarkan pengalaman penyair tentang
pandangan mata seseorang yang tajam, namun terlihat ragu. Dengan demikian,
konsep sinar pada data ungkapan metafora (22-JL.10-ASM.81-Kla) bertindak
sebagai lambang kias (signifier), sedangkan konsep pandangan yang terlihat ragu-
ragu berperan sebagai makna yang dimaksudkan penyair (signified).
Dilihat dari kriteria lambang kias sinar pada ungkapan metafora penyair
pada data (22-JL.10-ASM.81-Kla) memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori
energy. Hal tersebutmenunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan energy
yang mencakup mencakup contoh kongkrit cahaya, angin, api dan sejenisnya serta
predikasinya tidak hanya ada dan menempati ruang, melainkan juga adanya
prilaku gerak. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan
lambang kias sinar dapat digolongkan pada kategori energy dalam hierarki ruang
persepsi model Haley.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
3) Dengan sorot mata yang keduanya buta (13-JL.7-ASM.81-Fra)
Sorot adalah sinar cahaya atau lampu senter (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2007:1085). Dengan demikian, konsep sorot dapat disebut sebagai
predikasi gerakan cahaya yang menyorot dari hasil sumber cahaya. Dalam data
ungkapan metafora (13-JL.7-ASM.81-Fra), konsep sorot dihayati Iwan Fals
sebagai konsep pandangan mata. Hal tersebut mengambarkan konsep sorot
bertindak sebagai lambang kias (signifier), sedangkan konseppandangan mata
berperan sebagai makna yang dimaksudkan penyair (signified) dalam ungkapan
metafora di atas.
Dilihat dari kriteria lambang kias sorot dalam ungkapan metafora penyair
pada data (13-JL.7-ASM.81-Fra) memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori
energy. Hal tersebutmenunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan energy
yang mencakup contoh kongkrit cahaya, angin, api dan sejenisnya serta
predikasinya tidak hanya ada dan menempati ruang, melainkan juga adanya
prilaku gerak. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan
lambang kias sorot dapat digolongkan pada kategori energy dalam hierarki ruang
persepsi manusia model Haley.
4) Sentuhan anginwaktu siang
kibarkan satu kain bendera usang (89-JL.7-AS.83-Fra)
Angin adalahgerakan udara dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah
bertekanan rendah (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 49). Dengan demikian,
lambang angin dapat disebut sebagai konsep energi gerakan udara. Dalam
ungkapan metaforis pada data (89-JL.7-AS.83-Fra), angin dikiaskan Iwan Fals
sebagai konsep manusia yang dapat mengibarkan bendera. Hal tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
mengambarkan tentang konsep konsep angin bertindak sebagai lambang kias
(signifier), sedangkan konsep manusia sebagai makna yang dimaksudkan penyair
(signified).
Dilihat dari kriteria lambang kias angin dalam ungkapan metafora penyair
pada data (89-JL.7-AS.83-Fra) memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori
energy. Hal tersebutmenunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan energy
yang mencakup contoh kongkrit cahaya, angin, api dan sejenisnya serta
predikasinya tidak hanya ada dan menempati ruang, melainkan juga adanya
prilaku gerak. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan
lambang kias angin dapat digolongkan pada kategori energy dalam hierarki ruang
persepsi model Haley.
d. Kategori substance
Kelembaman merupakan predikasi dari kategori substance, di samping ada,
memerlukan ruang dan dapat bergerak. Kategori ini ditemukan 2 data dalam lirik
lagu Iwan Fals pada tahun 1981-1983.
Berikut contoh analisis data ungkapan metafora yang mewakili jenis
kategori substance dalam lirik lagu Iwan Fals.
1) O Tuhan beri setetes rejeki (09-JL.4-ASM.81-Fra)
Setetes terbentuk dari kata dasar tetes yang berarti benda cair (air, dsb) dan
jatuh menitik (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 1188). Dengan demikian
konsep setetes dapat disebut sebagai konsep benda cair, seperti air dan zat cair
lainya yang bersifat lembam. Dalam ungkapan metaforis pada data (09-JL.4-
ASM.81-Fra), lambang setetes terbentuk dari kata dasar tetes seperti zat cair yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
bisa menetesdikiaskan sebagai konsep jumlah suatu rejeki. Hal tersebut,
mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha
membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal
yang dibandingkan tersebut, konsep setetes dihayati sebagai konsep jumlah suatu
rejeki yang diminta pada Tuhan. Dengan demikian konsep setetes bertindak
sebagai lamabang kias (signifier), sedangkan konsep jumlah suatu rejeki yang
diminta pada Tuhan sebagai makna yang dimaksudkan penyair (signified).
Dilihat dari kriteria lambang kias setetes dalam ungkapan metafora penyair
pada data (09-JL.4-ASM.81-Fra) memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori
substance. Hal tersebutmenunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan
subtance yang memiliki kriteria kelembaman sebagai predikasi dari kategori ini,
di samping ada, juga memerlukan ruang dan dapat bergerak. Dengan demikian,
penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kias setetes dapat
digolongkan pada kategori subtance dalam hierarki ruang persepsi manusia model
Haley.
2) Pernahkah tuan renungkan
harga keringatnya (48-JL.5-AP.82-Fra)
Keringat adalah air yang keluar melalui pori-pori tubuh karena panas dan
sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 553). Dengan demikian,
konsep keringat dapat disebut sebagai konsep suatu zat cair yang keluar dari pori-
pori akibat panas. Dalam ungkapan metaforis data (48-JL.5-AP.82-Fra),konsep
keringat dihayati Iwan Fals sebagai konsep suatu benda yang memiliki nilai jual
atau harga. Perhatikan penggalan lirik lagu di bawah ini.
(11) Pernahkah tuan pikirkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Jasa mereka
Pernahkah tuan renungkan
Harga keringatnya
(Iwan Fals. Sapuku Sapumu dalam Album Opini. 1982)
Penggalan lirik lagu (11) dengan judul Sapuku Sapumu menggambarkan
nasip para perkerja tukang sapu yang bertugas membersihkan jalanan di Jakarta.
Dalam penggalan lirik ini, Iwan Fals mencoba mencerminkan nasib upah kerja
atau gaji para pekerja tukang sapu dikiaskan dengan lambang kias (signifier)
keringat, sedangkan konsep upah kerja atau gaji tersebut bertindak sebagai
makna yang dimaksudkan penyair (signified).
Dilihat dari kriteria lambang kias keringat yang telah dijelaskan di atas,
ungkapan metafora penyair pada data (48-JL.5-AP.82-Fra) memiliki kesesuaian
dengan kriteria kategori substance. Hal tersebut, menunjukkan adanya wujud
interaksi manusia dengan substance yang memiliki kriteria kelembaman sebagai
predikasi dari kategori ini, di samping ada, juga memerlukan ruang dan dapat
bergerak. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan
lambang kias keringat dapat digolongkan pada kategori substance dalam hierarki
ruang persepsi model Haley.
e. Kategori terrestrial
Kategori terrestrial predikasinya yaitu terhampar yang terikat oleh bumi dan
contoh nominaya seperti sungai, laut, samudra,gunung, dan padang pasir termasuk
di dalamnya. Kategori ini ditemukan 1 data dalam lirik lagu Iwan Fals pada tahun
1981-1983.
Berikut contoh analisis data ungkapan metafora yang termasuk kategori
being dalam lirik lagu Iwan Fals.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
1) Pulau-pulau yang berpencar bersatu dalam kibarmu (27-JL.10-ASM.81-Kla)
Hakikat kata pulau-pulau terbentuk adanya reduplikasi kata pulau. Kata
Pulaumemiliki arti daratan yang dikelilingi air (di laut, di sungai, di danau)
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 906). Dengan demikian, kata pulau dapat
dikatakan sebagai suatu daratan yang terhampar dikelilingi air, sungai dan
sebagainya. Dalam ungkapan metaforis pada data (27-JL.10-ASM.81-Kla),
lambang kias pulau-pulau dikiaskan penyair sebagai konsep manusia atau
masyarakat Indonesia. Hal tersebut mengambarkan konsep pulau-pulau bertindak
sebagai lambang kias (signifier), sedangkan konsepmanusia atau masyarakat
Indonesia yang dapat menyandang predikasi bersatu berperan sebagai makna yang
dimaksudkan penyair (signified) dalam ungkapan metafora di atas.
Dilihat dari kriteria lambang kias pulau-pulau dalam ungkapan metafora
penyair pada data (27-JL.10-ASM.81-Kla) memiliki kesesuaian dengan kriteria
kategori terretrial. Hal tersebutmenunjukkan adanya wujud interaksi manusia
dengan terrestrial yang mencakup hamparan terikat oleh bumi seperti, samudara,
sungai, gunung, padang pasir dan sejenisnya. Dengan demikian, penciptaan
ungkapan metaforis penyair dengan lambang kias pulau-pulau dapat digolongkan
pada kategori terrestrial dalam hierarki ruang persepsi manusia model Haley.
f. Kategori object
Predikasi dari jenis kategori object yaitu dapat pecah dan contoh nominanya
terdiri dari semua mineral. Jenis kategori ini ditemukan 7 data dalam lirik lagu
Iwan Fals pada tahun 1981-1983.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Berikut beberapa contoh analisis data ungkapan metafora yang mewakili
jenis kategori object dalam lirik lagu Iwan Fals.
1) Tak peduli itu istri orang yang penting bisa ngasah pedang(38-JL.2-AP.82-
Kla)
Pedang adalah parang panjang (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:
841). Dengan demikian, lambang pedang dapat disebut sebagai konsep sebuah
alat atau benda yang digunakan untuk memotong. Dalam ungkapan metaforis
data (38-JL.2-AP.82-Kla), pedang dihayati Iwan Fals sebagai konsep kepuasan
nafsu. Hal tersebut mengambarkan pengalaman penyair terhadap konsep pedang
ketika diasah akan menjadi tajam yang bertindak sebagai lambang kias (signifier),
sedangkan konsep kepuasan nafsu (dalam hubungan intim antara lawan jenis
manusia) sebagai makna yang dimaksudkan penyair (signified).
Dilihat dari kriteria lambang kias pedang dalam ungkapan metafora penyair
pada data (38-JL.2-AP.82-Kla) memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori
object. Hal tersebut, menunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan object
yang mencakup contoh kongkrit semua mineral denga predikasinya dapat pecah,
rusak dan sebagainya. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis penyair
dengan lambang kiasnya tersebut dapat digolongkan pada kategori object dalam
hierarki ruang persepsi manusia model Haley.
2) Beri watak baja padanya (71-JL.3-AS.83-Fra)
Baja adalah logam yang keras (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 91).
Dengan demikian, lambang baja dapat disebut sebagai konsep suatu benda yang
berwujud logam dan mempunyai sifat kuat. Dalam data ungkapan metaforis (71-
JL.3-AS.83-Fra), baja dihayati Iwan Fals sebagai konsep watak seseorang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
tidak mudah menyerah. Hal tersebut menggambarkan konsep baja yang
mempunyai sifat kuat bertindak sebagai lambang kias (signifier), sedangkan
konsep watak seseorang yang tidak mudah menyerah sebagai makna yang
dimaksudkan penyair (signified).
Dilihat dari kriteria lambang kias baja dalam ungkapan metafora penyair
pada data (71-JL.3-AS.83-Fra) memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori
object. Hal tersebut, menunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan object
yang mencakup contoh kongkrit semua mineral dengan predikasinya dapat pecah,
rusak dan sebagainya. Berdasarkan hal tersebut, penciptaan ungkapan metaforis
penyairdengan lambang kias baja dapat digolongkan pada kategori object dalam
hierarki ruang persepsi model Haley.
3) Serdadu bonekayang malang (74-JL.4-AS.83-Fra)
Boneka adalah tiruan anak untuk permainan anak-anak (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 2007: 162). Dengan demikian, konsep boneka dapat disebut
sebagai konsep suatu benda berupa mainan yang dimainkan anak-anak. Dalam
data ungkapan metaforis (74-JL.4-AS.83-Fra), boneka dihayati Iwan Fals sebagai
masyarakat yang menjadi korban karena adanya perang. Perhatikan penggalan
lirik lagu di bawah ini.
(12) Melihat tulang belulang
Serdadu boneka yang malang
Tuan tolonglah tuan
Perang dihentikan
(Iwan Fals, Puing dalam Album Sumbang. 1983)
Penggalan lirik lagu (12) dengan judul Puing menggambarkan pengalaman
penyair tentang akibat perang. Konsep boneka dalam ungkapan metafora pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
data (74-JL.4-AS.83-Fra) digunakan penyair sebagai lambang kias (signified) dari
masyarakat yang menjadi koban karena adanya perang. Dengan demikian, makna
yang dimaksudkan penyair (siegnified) dalam ungkapan metafora tersebut adalah
masyrakat yang malang menjadi korban akibat perang.
Dilihat dari kriteria lambang kias boneka dalam ungkapan metafora penyair
pada data (74-JL.4-AS.83-Fra) memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori
object. Hal tersebutmenunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan object
yang mencakup contoh kongkrit semua mineral dengan predikasinya dapat pecah,
rusak dan sebagainya. Berdasarkan hal tersebut, penciptaan ungkapan metaforis
penyair dengan lambang kias boneka dapat digolongkan pada kategori object
dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
g. Kategori living
Predikasi dari kategori living yaitu dapat tumbuh. Contoh nominanya
terbatas pada segala macam kehidupan flora. Kategori ini ditemukan 6 data dalam
lirik lagu Iwan Fals pada tahun 1981-1983.
Berikut contoh analisis data ungkapan metafora yang mewakili kategori
living dalam lirik lagu Iwan Fals.
1) Nada merambatpelan dikesunyian malam (17-JL.9-ASM.81-Kla)
Hakikat kata merambat terbentuk dari kata dasar rambat. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2007: 924) rambat merupakan bertambah banyak atau
tentang tumbuh-tumbuhan. Dengan demikian konsep merambat dapat disebut
sebagai konseppredikasi yang lazimnya diterapkan pada tumbuh-tumbuhan,
seperti pada ubi jalar yang tumbuhnya merambat. Dalam ungkapan metaforis data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
(17-JL.9-ASM.81-Kla), lambang merambat yang dikenakan pada subjek nada
menimbulkan makna kias. Lambang tersebut dikiaskan Iwan Fals sebagai konsep
terdengar yang seharusnya lebih cocok untuk predikasi nada. Jadi konsep
merambat bertindak sebagai lambang kias (signifier), sedangkan konsep
terdengar sebagai makna yang dimaksudkan penyair (singnified).
Dilihat dari kriteria lambang kias merambat dalam ungkapan metafora
penyair pada data (17-JL.9-ASM.81-Kla) memiliki kesesuaian dengan kriteria
kategori living. Hal tersebut, menunjukkan adanya wujud interaksi manusia
dengan living yang mencakup contoh kongkrit dari semua kehidupan flora dengan
segala predikasinya. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis penyair
dengan lambang kiasnya tersebut dapat digolongkan pada kategori living dalam
hierarki ruang persepsi manusia model Haley.
2) Dengarlah detak jantung benihku yang ku tanam dirahimmu
(68-JL.3-AS.83-Kla)
Benih adalah biji atau buah yang disediakan untuk ditanam atau disemaikan
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 133). Dengan demikian, konsep benih
dapat dikaitkan dengan konsep segala macam dunia flora. Dalam ungkapan
metaforis data (68-JL.3-AS.83-Kla), benih dikiaskan Iwan Fals sebagai konsep
calon anak yang masih di dalam rahim ibunya dan biasa disebut dengan janin. Hal
tersebut mengambarkan pengalaman penyair tentang konsep benih suatu tanaman,
jika disemaikan akan tumbuh menjadi besar. Begitupula dengan janin,
berjalannya waktu janin yang masih didalam rahim ibunya itu akan lahir ketika
mencapai usia kandungan sembilan bulan. Jadi konsep benih dari sebuah tanaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
berperan sebagai lambang kias (signifier), sedangkan konsep janin sebagai makna
yang dimaksudkan penyair (signified) dari ungkapan metafora di atas.
Dilihat dari kriteria lambang kias benih dalam ungkapan metafora penyair
pada data (68-JL.3-AS.83-Kla) memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori
living. Hal tersebut, menunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan living
yang mencakup contoh kongkrit dari semua kehidupan flora dengan segala
predikasinya. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan
lambang kiasnya tersebut dapat digolongkan pada kategori living dalam hierarki
ruang persepsi manusia model Haley.
3) Bibir merekah dan merah selalu basah (82-JL.5-AS.83-Kla)
Merekah adalah mulai mekar (tentang bunga) (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2007: 941). Dengan demikian, lambang merekah dapat disebut sebagai
konsep yang dikaitkan dengan semua kehidupan flora dan segala predikasinya.
Dalam ungkapan metaforis data (82-JL.5-AS.83-Kla), merekah dihayati Iwan Fals
sebagai konsep terbuka. Perhatikan penggalan lirik lagu di bawah ini.
(13) Bibir merekah dan merah selalu basah
Langkahmu tenang kala engkau berjalan
Tinggi semampai gadis idaman
(Iwan Fals, Jendela Kelas I dalam Album Sumbang. 1983)
Penggalan lirik lagu (13) di atas dengan judul Jendela Kelas
I,menggambarkan pengalaman penyair yang sedang melihat sosok gadis
idamanya.Gadis idaman penyair digambarkan memiliki bibir merekah (terbuka)
dan merah selalu basah, langkahnya tenang kala berjalan dan tinggi semampai.
Dengan demikian konsep merekah pada data (82-JL.5-AS.83-Kla)yang dikenakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
subjek bibir bertindak sebagai lambang kias (signifier), sedangkan konsep bibir
terbuka sebagai makna yang dimaksudkan penyair (signified).
Dilihat dari kriteria lambang kias merekah dalam ungkapan metafora
penyair pada data (82-JL.5-AS.83-Kla) memiliki kesesuaian dengan kriteria
kategori living. Hal tersebut, menunjukkan adanya wujud interaksi manusia
dengan living yang mencakup contoh kongkrit dari semua kehidupan flora dengan
segala predikasinya. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis penyair
dengan lambang kiasnya tersebut dapat digolongkan pada kategori living dalam
hierarki ruang persepsi manusia model Haley.
h. Kategori animate
Predikasi kategori animate ialah kemampuanya berjalan, berlari, atau
terbang dan contoh nominanya terbatas dalam segala macam dunia fauna serta
perilakunya. Kategori ini ditemukan 15 data dalam lirik lagu Iwan Fals pada
album tahun 1981-1983.
Berikut beberapa contoh analisis data ungkapan metafora yang mewakili
kategori animate dalam lirik lagu Iwan Fals.
1) Terpisah dari ramai berteman nyamuk nakal (07-JL.4-ASM.81-Fra)
Nyamuk adalah serangga bersayap, memiliki sepasang sungut dipakai
sebagai penghisap darah manusia dan binatang (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
2007: 789). Oleh karena itu, lambang nyamuk dapat dikaitkan dengan konsep
segala macam dari dunia fauna serta segala perilakunya. Dalam ungkapan
metaforis data (07-JL.4-ASM.81-Fra), nyamuk dihayati Iwan Fals sebagai seorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
wanita pekerja seks komersial (PSK). Perhatikan penggalan lirik lagu di bawah
ini.
(14) Terpisah dari ramai
Berteman nyamuk nakal... dan segumpal harapan
Kapankah datang... tuan berkantong tebal...
(Iwan Fals. Doa Pengobral Dosa dalam Album Sarjana Muda. 1981)
Penggalan lirik lagu (14) dengan judul Doa Pengobral
Dosa,menggambarkan nyamuk digunakan penyair sebagai lambang kias PSK atau
seseorang wanita yang berprofesi sebagai pekerja seks komersial. Dengan
demikian ungkapan metaforis pada data (07-JL.4-ASM.81-Fra) terebentuk dari
lambang kias (signifier) nyamuk, sedangkan makna yang dimaksud (signified)
penyair adalah sesorang wanita yang berprofesi sebagai pekerja seks komersial
(PSK).
Dilihat dari kriteria lambang kias nyamuk dalam ungkapan metafora penyair
pada data (07-JL.4-ASM.81.Fra) memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori
animate. Hal tersebut, menunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan
animate yang mencakup contoh kongkrit dari dunia fauna dan segala prilakunya.
Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang
kiasnya tersebut dapat digolongkan pada kategori animate dalam hierarki ruang
persepsi manusia model Haley.
2) Bermacam suku berbeda
Bersatu dalam cengkeramanmu(23-JL.10-ASM.81-Kla)
Kata cengkeramanmu terbentuk dari kata dasar cengkeram disertai akhiran
an dan mu. Kata cengkeram adalah memegang erat dengan cakar (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 2007: 207). Oleh karena itu, lambang cengkeram dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
dikatakan sebagai konsep predikasi dari binatang yang mempunyai cakar. Dalam
ungkapan metaforis (23-JL.10-ASM.81-Kla), Iwan Fals menghayati cengkraman
sebagai konsep kekuasaan. Perhatikan penggalan lirik lagu di bawah ini.
(15) Sinar matamu tajam namun ragu
Kokoh sayapmu semua tahu
Tegap tubuhmu tak kan tergoyahkan
Kuat jarimu kala mencengkeram
Bermacam suku yang berbeda
Bersatu dalam cengkerammu
(Iwan Fals. Bangunlah Putra Putri Pertiwi dalam Album Sarjana
Muda. 1981)
Penggalan lirik lagu (15) dengan judul Bangunlah Putra Putri Pertiwi
menggambarkan lambang Negara Indonesia, yaitu Burung Garuda yang
mencengkram kain berwana merah putih tertuliskan semboyan Bhinneka Tunggal
Ika. Hal itu digambarkan Iwan Fals dalam ungkapan metafora data (23-JL.10-
ASM.81-Kla) dengan lambang kias (signified) cengkraman, sedangkan makna
yang dimaksudkan (signified) penyair adalah kekuasaan.
Dilihat dari kriteria lambang kias cengkraman dalam ungkapan metafora
penyair pada data (23-JL.10-ASM.81-Kla) memiliki kesesuaian dengan kriteria
kategori animate. Hal tersebut, menunjukkan adanya wujud interaksi manusia
dengan animate yang mencakup contoh kongkrit dari dunia fauna dan segala
prilakunya. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan
lambang kiasnya tersebut dapat digolongkan pada kategori animate dalam hierarki
ruang persepsi manusia model Haley.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
3) Tabir gelap yang dulu hinggap(40-JL.3-AP.82-Fra)
Hinggap adalah bertengger setelah terbang (tentang burung): burung itu
terbang, kemudian hinggap di jendela (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:
403). Dengan demikian, lambang hinggap dapat disebut sebagai salah satu
predikasi dari dunia fauna. Dalam ungkapan metaforis data (40-JL.3-AP.82-
Fra),hinggap dihayati Iwan Fals sebagi konsep terpasang. Hal tersebut,
menggambarkan pengalaman penyair tentang tabir yang terpasang sebagai
menyekat dinding dihayati sebagai burung yang sedang hinggap di suatu tempat.
Tabir merupakan sebuah penyekat dinding atau benda mati yang tidak lazim
dikenakan predikasi hinggap. Dengan demikian, predikasi hinggap yang
dikenakan pada subjek tabir menimbulkan makna kias. Hal tersebut
mencerminkan makna yang dimaksudkan penyair sebagai konsep terpasang lebih
dan lebih sesuai dikenakan pada subjek tabir. Jadi konsep hinggap yang lazimnya
dikenakan pada fauna bertindak sebagai lambang kias (signified), sedangkan
konsep terpasang lebih sesuai dikenakan pada subjek tabir atau penyekat dinding
berperan sebagai makna yang dimaksudkan penyair (signified).
Dilihat dari kriteria lambang kias hinggap dalam ungkapan metafora penyair
pada data (40-JL.3-AP.82-Fra) memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori
animate. Hal tersebut, menunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan
animate yang mencakup contoh kongkrit dari dunia fauna dan segala perilakunya.
Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang
kiasnya tersebut dapat digolongkan pada kategori animate dalam hierarki ruang
persepsi manusia model Haley.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
4) Kala sisa ombak merayap(54-JL.8-AP.82-Kla)
Kata merayap adalah berkerumun seperti rayap bergerak maju dengan
tangan dan kaki serta badan bertumpu ke tanah (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
2007: 935). Oleh karena itu, konsep merayap dapat dikatakan sebagai predikasi
dari berberapa jenis serangga seperti rayap, lipan, dan sejenisnya. Dalam
ungkapan metafora data (54-JL.8-AP.82-Kla), merayap dihayati Iwan Fals
sebagai konsep bergelombang yang lazimnya diterapkan pada subjek ombak.
Dengan demikian ungkapan metaforis ini terbentuk dari lambang kias (signifier)
merayap, sedangkan signified atau makna yang dimaksudkan penyair adalah
bergelombang. Perhatikan penggalan lirik lagu di bawah ini.
(16) Hamparan pasir
Tampak putih berbuh
Kala sisa ombak merayap
(Iwan Fals. Tak Biru Lagi Lautku dalam album Opini. 1982)
Penggalan (16) dengan judul lagu tak Biru Lagi Lautku,menggambarkan
pengalaman penyair tentang ombak yang bergelombang menuju ke tepi pantai
dihayati seperti konsep binatang yang sedang merayap.
Dilihat dari kriteria lambang kias merayap dalam ungkapan metafora
penyair pada data (54-JL.8-AP.82-Kla) memiliki kesesuaian dengan kriteria
kategori animate. Hal tersebut, menunjukkan adanya wujud interaksi manusia
dengan animate yang mencakup contoh kongkrit dari dunia fauna dan segala
prilakunya. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan
lambang kiasnya tersebut dapat digolongkan pada kategori animate dalam hierarki
ruang persepsi model Haley.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
5) Terasa panas menyengat(55-JL.8-AP.82-Kla)
Kata menyengat terbentuk dari kata dasar sengat yang memiliki arti alat
tajam yang berbisa pada serangga dan binatang lain, seperti lebah, lipan, dan
sejenisnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:1035). Oleh karena itu, konsep
menyengat dapat disebut sebagai konsep segala kemapuan perilaku dari binatang
seperti lebah, kalajengking, lipan dan sejenisnya. Dalam ungkapan metaforis
“Panas menyengat” yang diungkapan Iwan Fals, menunjukkan bahwa ia pernah
mengalami rasa panas luar biasa dihayati seperti rasa sengatan lebah, lipan dan
sejenisnya. Dengan demikian ungkapan metaforis pada data (54-JL.8-AP.82-Kla)
terbentuk dari lambang kias (Signifier) menyengat, sedangkan signified atau
makna yang dimaksudkan penyair adalah rasa panas yang luar biasa.
Dilihat dari kriteria lambang kias menyengat dalam ungkapan metafora
penyair pada data (54-JL.8-AP.82-Kla) memiliki kesesuaian dengan kriteria
kategori animate. Hal tersebut, menunjukkan adanya wujud interaksi manusia
dengan animate yang mencakup contoh kongkrit dari dunia fauna dan segala
prilakunya. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan
lambang kiasnya tersebut dapat digolongkan pada kategori animate dalam hierarki
ruang persepsi manusia model Haley.
6) Lalu sibuk kasak kusuk mencari kambing hitam (64-JL.1-AS.83-Fra)
Frasa kambing hitam pada data (64-JL.1-AS.83-Fra) terbentuk dari
kumpulan dua kata dasar, yaitu kata kambing dan kata hitam. Hakikatnya
kambaing adalah binatang pemamah biak dan pemakan rumput (daun-daunan),
berkuku genap, tanduknya bergeronggang, biasanya dipelihara sebagai hewan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
ternak untuk diambil daging dan susu (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:
497), sedangkan hitam adalah warna dasar yang serupa dengan warna arang
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 405). Oleh karena itu, frasa kambing
hitam memiliki makna sebenarnya adalah kambing yang berwarna hitam. Selain
itu, frasa kambing hitam merupakan ungkapan klise atau ungkapan metafora yang
sudah sering digunakan oleh masyrakat untuk kosep lain. Dalam Kamus
Ungkapan Bahasa Indonesia (1984: 124), kambing hitam diartikan sebagai orang
yang dituduh.
Dalam ungkapan metaforis data (64-JL.1-AS.83-Fra), kambing hitam atau
kambing yang berwarna hitam dihayati Iwan Fals sebagai pengalamannya tentang
konsep seseorang yang tidak bersalah dituduh melakukan kesalahan. Jadi kambing
hitam (kambing yang berwarna hitam) bertindak sebagai lambang kias (signifier),
sedangkan konsep pengalaman manusia yang dituduh melakukan kesalahan
sebagai makna yang dimaksudkan penyair (signified).
Dilihat dari kriteria lambang kias kambnig hitam atau kambanig berwarna
hitam dalam ungkapan metafora penyair pada data (64-JL.1-AS.83-Fra),memiliki
kesesuaian dengan kriteria kategori animate. Hal tersebut,menunjukkan adanya
wujud interaksi manusia dengan animate yang mencakup contoh kongkrit dari
dunia fauna dan segala perilakunya. Dengan demikian, penciptaan ungkapan
metaforis penyair dengan lambang kiasnya tersebut dapat digolongkan pada
kategori animate dalam hierarki ruang persepsi manusia model Haley.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
i. Jenis kategori human
Predikasi kategori human yaitu kemampuanya berpikir dan contoh nominya
adalah manusia. Sehingga kriteria kategori ini dapat melakukan berbagai macam
perbuatan yang tidak mungkin dikerjakan oleh jenis-jenis kategori di atasnya.
Kategori ini ditemukan 31 ungkapan metafora dalam lirik lagu Iwan Fals pada
album tahun 1981-1983.
Berikut beberapa contoh analisis data ungkapan metafora yang mewakili
dari 31 kategori animate dalam lirik lagu Iwan Fals.
1) Jadi guru jujur berbakti memangmakan hati(03-JL.2-ASM.81-Fra)
Kata makan dan kata hati pada ungkapan metaforis data (03-JL.2-ASM.81-
Fra), merupakan wujud ungkapan metafora yang sudah klise atau sering
digunakan sebagai tanda perasaan dari manusia. Pernyataan itu didukung adanya
ungkapan makan hati dalam Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia (1984: 99) yang
diartikan sedih dan sakit hati. Oleh karena itu, lambang makan hati dapat disebut
sebagai tanda perasaan seseorang yang kecewa atau sakit hati.
Dalam ungkapan metaforis data (03-JL.2-ASM.81-Fra), Iwan Fals
menghayati konsep makan hati digunakan untuk mewakili keadaan perasaan
sesorang yang kecewa. Perhatikan penggalam lirik lagu dibawah ini.
(17) Oemar bakri... oemar bakri 40 tahun mengabdi
Jadi guru jujur berbakti memang makan hati
Oemar bakri... oemar bakri banyak ciptakan menteri
Oemar bakri... profesor dokter insinyur pun jadi
Tapi mengapa gaji guru oemar bakri seperti dikebiri
(Iwan Fals. Guru Oemar Bakri dalam Album Sarjana Muda. 1981)
Penggalan lirik lagu (17) di atas yang berjudul Guru Oemar Bakri
mengambarkan ungkapan rasa kecewa dari seorang guru. Ia telah lama mengabdi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
menjadi guru, tetapi entah mengapa? “Gajinya seperti dikebiri” Kata Iwan Fals
dalam liriknya. Itulah merupakan ungkapan rasa kecewa yang dibungkus dalam
dalam bentuk sindiran. Kondisi itu digambarkan Iwan Fals dengan lambang kias
(signifier) makan hati pada ungkapan metaforanya “Jadi guru jujur berbakti
memang makan hati...”. Hal tersebut, mencerminkan makna yang dimaksudkan
(signified) dari penyair tentang keadaan rasa kecewa menjadi guru kurang
diperhatikan kesejahtraan hidupnya oleh pemerintah.
Dilihat dari kriteria lambang kias makan hati dalam ungkapan metafora
penyair pada data (03-JL.2-ASM.81-Fra),memiliki kesesuaian dengan kriteria
kategori human. Hal tersebut, menunjukkan adanya wujud interaksi manusia
dengan human yang mencakup contoh kongkrit manusia dan segala kemampuan
berpikirnya. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan
lambang kiasnya tersebut dapat digolongkan pada kategori human dalam hierarki
ruang persepsi manusia model Haley.
2) Bernisan bangga, berkafan doadari kami yang merindukan orang sepertimu
(06-JL.3-ASM.81-Fra)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 101) bangga merupakan
besar hati atau merasa gagah karena mempunyai keunggulan, sedangkan doa
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 271) merupakan permohonan
(harapan, permintaan, pujian) dari manusia kepada Tuhan. Oleh karena itu,
konsep bangga dan doa dapat dikaitkan dengan predikasi dan sifat dari manusia
yang dapat berbangga dan berdoa. Dalam ungkapan metaforis data (06-JL.3-
ASM.81-Fra), bangga dikiaskan Iwan Fals sebagai konsep nisan yang biasa
terbuat dari batu, kayu, dan sejenisnya untuk menandai suatu makam, sedangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
lambang doadikiaskan sebagai konsep kafan (kain putih untuk membungkus
mayat). Perhatikan penggalan lirik lagu di bawah ini.
(18) Terbayang baktimu, terbayang jasamu
Terbayang jelas... jiwa sederhanamu
Bernisan bangga, berkafan doa
Dari kami yang merindukan orang sepertimu...
(Iwan Fals.Hatta dalam Album Sarjana Muda.1981)
Penggalan lirik lagu (18) berjudul Hatta menceritakan sosok wakil presiden
Repulik Indonesia yang pertama sebagai tokoh idola Iwan Fals. Penyair
menggambarkan rasa bangganya yang abadi dihayati seperti konsep nisan sebagai
tanda suatau makam, sedangkan doa yang selalu dipanjatkanya dihayati seperti
kain kafan digunakan untuk mengkafani mayat. Kondisi itu digambarkan Iwan
Fals dengan lambang kias (signifier) bangga dan doa pada ungkapan
metaforanya. Hal tersebut, mencerminkan makna yang dimaksudkan (signified)
dari penyair tentang rasa bangga yang tak pernah hilang dan doa selalu
dipanjatkan olehnya.
Dilihat dari kriteria lambang kias bangga dan doa dalam ungkapan metafora
penyair pada data (06-JL.3-ASM.81-Fra), memiliki kesesuaian dengan kriteria
kategori human. Hal tersebut, menunjukkan adanya wujud interaksi manusia
dengan human yang mencakup contoh kongkrit manusia dan kemampuan
berpikirnya. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan
lambang kiasnya tersebut dapat digolongkan pada kategori human dalam hierarki
ruang persepsi model Haley.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
3) Dan burung-burung bangkai berdansasenang (14-JL.8-ASM.81-Kla)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 236), berdansa merupakan
tari cara barat yang dilakukan oleh pasangan pria dan wanita. Oleh karena itu,
lambang berdansa dapat disebut sebagai predikasi dari manusia. Dalam ungkapan
metafora pada data (14-JL.8-ASM.81-Kla), Iwan Fals menghayati burung-burung
bangkai seperti manusia yang dapat berdansa. Perhatikan penggalan lirik lagu di
bawah ini.
(19) Mayat mayat bergeletakan
Tak terkubur dengan layak
Dan burung burung bangkai
Menatap liar
Dan burung burung bangkai
Berdansa senang
(Iwan Fals. Puing I dalam Album Sarjana Muda.1981).
Penggalan lirik lagu (19) berjudl Puing I, menggambarkan pengalaman
penyair yang melihat suatu kondisi dimana banyak burung bangkai berterbangan
menyantap mayat-mayat bergletakan tak terkubur dengan layak. Kondisi itu
digambarkan Iwan Fals dengan lambang kias (signifier) berdansa pada ungkapan
metaforanya. Hal tersebut, mencerminkan makna yang dimaksudkan (signified)
dari ungkapan metaforis penyair tentang burung-burung bangkai beterbangan.
Dilihat dari kriteria lambang kias berdansa dalam ungkapan metafora yang
diciptakan penyair pada data (14-JL.8-ASM.81-Kla),memiliki kesesuaian dengan
kriteria kategori human. Hal tersebut, menunjukkan adanya wujud interaksi
manusia dengan human yang mencakup contoh kongkrit manusia dan segala
kemampuan berpikirnya. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
penyair dengan lambang kiasnya tersebut dapat digolongkan pada kategori human
dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
4) Tawa kelakar badut-badut serakah
Tanpa HPH berbuat semaunya (44-JL.4-AP.82-Fra)
Kata badut-badut pada data (44-JL.4-AP.82-Fra) terbentuk dari adanya
reduplikasi kata badut. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 85), badut
merupakanpelawak dalam pertunjukkan dan sebagainya. Oleh karena itu, lambang
badut dapat disebut sebagai profesi sesorang dalam bekerja menghibur anak-anak
dengan segala macam bentuk kostumnya. Dalam ungkapan metafora data (44-
JL.4-AP.82-Fra), Iwan Fals menghayati badut-badut sebagai orang yang
melakukan tindakan kriminal. Perhatikan penggalan lirik lagu di bawah ini.
(20) Raung buldozer gemuruh pohon tumbang
Berpadu dengan jerit isi rimba raya
Tawa kelakar badut-badut serakah
Tanpa HPH berbuat semaunya
(Iwan Fals.Isi Rimba dalam Album Opini. 1982)
Penggalan lirik lagu (20) menggambarkan situasi dimana hutan di negeri
kita telah rusak akibat ulah oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
Rusaknya hutan di negeri kita akibat dari serakahnya oknum-oknum yang
menebangi pohon-pohon tanpa adanya HPH (Hak Pengusahaan Hutan). Oknum-
oknum yang menebangi pohon-pohon tanpa adanya HPH digambarkan Iwan Fals
dengan lambang kias (signifier) badut-badut pada ungkapan metaforanya. Hal
tersebut, mencerminkan makna yang dimaksudkan (signified) dari ungkapan
metaforis penyair sebagai oknum-oknum ilegal loging.
Dilihat dari kriteria lambang kias badut dalam ungkapan metafora penyair
pada data (44-JL.4-AP.82-Fra), memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
human. Hal tersebut, menunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan
human yang mencakup contoh kongkrit manusia dan segala kemampuan
berpikirnya. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan
lambang kiasnya tersebut dapat digolongkan pada kategori human dalam hierarki
ruang persepsi model Haley.
5) Bencana erosi selalu datang menghantui(46-JL.4-AP.82-Kla)
Kata menghantui pada data (46-JL.4-AP.82-Kla)terbentuk dari kata dasar
hantu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 387), hantu merupakan roh
jahat yang berada ditempat-tempat tertentu. Oleh karena itu, lambang menghantui
dapat disebut sebagai konsep predikasi dari manusia yang memiliki sifat jahat
atau buruk. Dalam ungkapan metaforis pada data (46-JL.4-AP.82-Kla), Iwan Fals
menghayati bencana erosi seolah-olah seperti manusia yang memiliki prilaku dan
kemampuan berpikirnya, seperti mampu datang dan menghantui. Perhatikan
penggalan lirik lagu dibawah ini
(21) Bencana erosi selalu datang menghantui
Tanah kering kerontang banjir datang itu pasti
Isi rimba tak ada tempat berpijak lagi
Punah dengan sendirinya akibat rakus manusia
(Iwan Fals.Isi Rimba dalam Album Opini. 1982)
Kutipan lirik lagu (21) mengambarkan pengalaman penyair akibat rakusnya
manusia yang merusak hutan dapat sewaktu-waktu mendatangkan bencana baik
erosi, banjir dan lainnya. Keadaan seperti itu digambarkan oleh Iwan Fals dengan
lambang kias (signifier) datang menghantui pada ungkapan metaforanya
“Bencana erosi selalu datang menghantui...”. Hal tersebut, mencerminkan makna
yang dimaksudkan (signified) dari ungkapan metaforis penyair tentang situasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
dimana sewaktu-waktu dapat tertimpa bencana erosi, banjir dan sejenisya akibat
rakusnya manusia merusak hutan.
Dilihat dari kriteria lambang kias menghantui dalam ungkapan metafora
penyair pada data (46-JL.4-AP.82-Kla),memiliki kesesuaian dengan kriteria
kategori human. Hal tersebut, menunjukkan adanya wujud interaksi manusia
dengan human yang mencakup contoh kongkrit manusia dan segala prilaku serta
kemampuan berpikirnya. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis
penyair dengan lambang kiasnya tersebut dapat digolongkan pada kategori human
dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
6) Banyaknya persoalan yang datang tak kenal kasihan(61-JL.1-AS.83-Kla)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 512), kasihan merupakan
rasa iba hati; rasa belas kasih. Oleh karena itu, konsep kasihan tersebut
merupakan predikasi yang lazimnya diterapkan pada manusia. Dalam ungkapan
metaforis pada data (61-JL.1-AS.83-Kla), konsep kasihan diterapkan Iwan Fals
sebagai predikasi dari persolan. Hal itu menimbulkan makna kias, karena
predikasi kasihan lazimnya diterapkan padamanusia. Perhatikan penggalan lirik
lagu di bawah ini.
(22) Lusuhnya kain bendera dihalaman rumah kita
Bukan satu alasan untuk kita tinggalkan
Banyaknya persoalan yang datang tak kenal kasihan
Menyerang dalam gelap
(Iwan Fals. Sumbang dalam Album Sumbang. 1983)
Penggalan lirik lagu (22) mengambarkan pengalaman penyair pada tahun
1983 tentang permasalahan di Negaranya yang tak kunjung selesai seperti
korupsi, hingga keadaan politik. Keadaam permasalahan yang tak kunjung selesai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
itu digambarkan Iwan Fals dengan lambang kias (signifier) tak kenal kasihan
yang lazimnya dipakai manusia. Hal itu mencerminkan makna yang dimaksudkan
(signified) dari ungkapan metaforis penyair sebagai pengalaman tentang
permasalahan yang tak kunjung selesai.
Dilihat dari kriteria lambang kias kasihan dalam ungkapan metafora penyair
(61-JL.1-AS.83-Kla),memiliki kesesuaian dengan kriteria kategori human. Hal
tersebut, menunjukkan adanya wujud interaksi manusia dengan human yang
mencakup contoh kongkrit manusia dan segala prilaku serta kemampuan
berpikirnya. Dengan demikian, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan
lambang kiasnya tersebut dapat digolongkan pada kategori human dalam hierarki
ruang persepsi model Haley.
4.2.2 Tahap Distribusi
Pada tahap ini, peneliti mengacu dari pendapat Haley (dalam Wahab, 1995:
82) tentang persepsi manusia yang bersifat hierarki dan konsep tersebut digunakan
untuk menciptakan metafora sebagai wujud hasil interaksi manusia dengan
lingkunganya. Hasil dari wujud interaksi manusia dengan lingkungnya akan
mencerminkan keadaan sistem ekologi manusia itu sendiri. Jika sistem ekologi
manusia masih seimbang, akan seimbang pula interaksi manusia dengan
lingkunganya. Sebaliknya, jika keadaan lingkungan hidup kita sudah tidak lagi
seimbang, tidak seimbang pula lingkungan yang dapat diamati oleh penyair. Hal
itu, seterusnya akan mempengaruhi penciptaan metaforanya. Dengan kata lain,
wujud keseimbangan interaksi itu ialah keseimbangan distribusi pemakaian
masing-masing kategori ruang persepsi manusia model Haley yang meliputi jenis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
kategori being, cosmos, energy, subtance, terrestrial, object, living, animate dan
human.
Pada tahap ini, peneliti mencari distribusi persentase pemakaian ketagori
ruang persepsi manusia model Haley pada ungkapan metafora dalam lirik lagu
Iwan Fals. Dari 92 ungkapan metafora dicari distribusi persentasenya, yaitu
persentase berdasarkan lambang kias ungkapan metafora yang telah mewakili dari
kesembilan kategori di atas. Upaya ini dilakukan untuk mengetahui distribusi
kategori ruang persepsi manusia model Haley yang paling menonjol dalam
ungkapan metafora lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983. Selain itu,
hasil dari distribusi persentasi tersebut akan mencerminkan keadaan sistem
ekologi dalam lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983. Dalam proses
mencari distribusi persentase tahap ini, peneliti menggunakan
rumus:𝑋
𝑌𝑥 100 = 𝑃
Dimana:
X = jumlah frekunsi
Y = jumlah data
P = hasil jumlah distribusi persentase
Selanjutnya, penyajian data hasil tahap mencari distribusi persentase pemakaian
kategori ruang persepsi manusia model Haley pada tabel dibawah ini.
Tabel. 4.2. Distribusi Kategori Ruang Persepsi Manusia Model Haley.
No. Kategori Frekuensi Presentase
1. Being 22 23,91%
2. Cosmos 2 2,17%
3. Energy 6 6,52%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
4. Substance 2 2,17%
5. Terrestrial 1 1,08%
6. Object 7 7,60%
7. Living 6 6,52%
8. Animate 15 16,30%
9. Human 31 33,69%
Jumlah data 92 99,96%
Berdasarkan hasil distribusi pemakaian kategori ruang persepsi manusia
model Haley untuk menciptakan 92 ungkapan metafora dalam lirik lagu Iwan
Fals, ada beberapa hal yang menarik untuk dipaparkan. Hal menarik pertama,
dalam menciptakan ungkapan metafora dalam lirik lagu Iwan Fals pada album
tahun 1981-1983 banyak menggunakan kategori human dengan distribusi
persentase 33,69%. Kedua, kategori being dengan distribusi persentase 23,91%.
Ketiga, kategori animate dengan distribusi persentase 16,30%. Keempat, kategori
object dengan distribusi persentase 7,60%. Kelima, ditempati oleh dua kategori
sekaligus, yaitu kategori energy dan living dengan distribusi persentase 6,52%.
Keenam juga ditempati oleh dua jenis kategori, yaitu kategori cosmos dan
substance dengan distribusi persentase 2,17%. Ketujuh, kategori terrestrial
dengan distribusi persentase yang paling kecil, yaitu 1,08%.
Hasil distribusi persentase yang dipaparkan di atas, menunjukkan bahwa
wujud interaksi Iwan Fals dengan lingkunganya tidak seimbang (keadaan sistem
ekologi tidak seimbang). Adanya ketidakseimbangan wujud interaksi penyair
dengan lingkunganya itu terjadi, karena adanyapula jumlah distribusi pemakaian
kategori ruang persepsi manusia model Haley yang tidak seimbang. Hal itu
dibuktikan dengan adanya distribusi pemakaian salah satu kategori yang paling
Mendekati
100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
menonjol digunakan Iwan Fals dalam menciptakan metaforanya, yaitu terlihat
pada kategori human. Dengan demikian, adanya ketidakseimbangan distribusi
pemakaian kategori ruang persepsi manusia model Haley dalam menciptakan
metafora penyair, maka keadaan sistem ekologi dalam lirik-lirik lagu Iwan Fals
pada album tahun 1981-1983 dapat dinyatakan tidak seimbang.
4.3 Pembahasan
Penelitian ini berjudul Analisis Metafora Dalam Lirik Lagu Iwan Fals Pada
Album 1981-1983 Berdasarkan Teori Ruang Persepsi Manusia Model Haley
yangbertujuan (1) mendeskripsikan kategori Ruang persepsi manusia model Haley
yang digunakan untuk menciptakan ungkapan metafora dalam lirik lagu Iwan Fals
pada tahun 1981-1983 (2) mendeskripsikan distribusi kategori ruang persepsi
manusia model Haley yang paling menonjol dalam lirik lagu Iwan Fals tahun
1981-1983 (3) mendeskripsikan keadaan sisitem ekologi dalam lirik lagu Iwan
Fals pada tahun 1981-1983 berdasarkan distribusi pemakaian kategori ruang
persepsi manusia model Haley.
Berdasarkan analisis terhadap 92 ungkapan metafora dalam lirik lagu Iwan
Fals pada album tahun 1981-1983, peneliti menemukan tiga hal yang menarik
untuk disampaikan, (1) peneliti menemukan sembilan kategori ruang persepsi
manusia model Haley digunakan untuk menciptakan ungkapan metafora dalam
lirik-lirik lagu Iwan Fals pada album tahun 1981-1983. Sembilan ketegori itu
meliputi kategori being, cosmos, energy, substance, terrestrial, object, living,
animate dan human, (2) berdasarkan hasil distribusi pemakaian kategori ruang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
persepsi model Haley, peneliti menemukan kategori human yang menunjukkan
sebagai jenis kategori metafora paling menonjol dengan distribusi persentase
33,69% (lihat. Tabel 4.2), (3) peneliti menemukan keadaan sistem ekologi yang
tidak seimbang dalam lirik lagu Iwan Fals pada tahun 1981-1983. Hal itu terbukti
dari hasil distribusi persentase pemakaian tiap kategori ruang persepsi manusia
model Haley yang tidak seimbang.
Berdasarkan hasil temuan analisis penelitian ini menunjukkan bahwa,
peneliti berperan mengkonfirmasi teori tentang metafora yang dikaitan dengan
studi sistem ekologi (ruang persepsi manusia model Haley dalam Wahab, 1995).
Hal itu dibuktikan berdasarkan temuan pemakaian sembilan kategori ruang
persepsi manusia model Haley yang digunakan untuk menciptakan ungkapan
metafora dalam lirik lagu Iwan Fals pada album 1981-1983. Kesembilan kategori
itu meliputi being, cosmos, energy, substance, terrestrial, object, living, animate
dan human. Selain itu, hasil penelitian ini menunjukkan kesamaan kajian
penelitianya dengan penelitian terdahulu dari Wahab (1995) dan Trisnaningtyas
(2010). Dalam hal ini, peneliti menemukan kesamaan kajian tentang metafora
baik itu dalam puisi pada penelitiannya Wahab (1995) dan teks opini pada
penelitiannya Trisnaningtyas (2010). Selain kesamaan tentang kajian penelitian
itu, peneliti juga menemukan kesamaan khususnya dalam penelitian Wahab
(1995) yang memperoleh gambaran keadaan sistem ekologi penyair berdasarkan
hasil distribusi pemakaian kategori ruang persepsi manusia model Haley.
Selain mengkonfirmasi teori metafora yang dikaitkan dengan studi tentang
sistem ekologi dan hasil temuan kedua penelitian terdahulu, peneliti dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
penelitian ini berperan melengkapi berdasarkan objek penelitian tentang analisis
metafora dalam lirik lagu yang dikaitan dengan studi sistem ekologi. Peneliti
memilih lirik lagu sebagai objek kajian penelitian ini dengan alasan, lirik lagu
memiliki kemiripan dengan puisi. Puisi itu sendiri di dalamnya terdapat campuran
antara dunia nyata dan duia kias serta kaya akan metafora. Oleh karen itu, peneliti
tertarik untuk menganalisis lirik lagu dengan harapan banyak menemukan
ungkapan metafora.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada penelitian ini dapat
disimpulkan sebagai berikut.
5.1.1 Kategori ruang persepsi manusia model Haley yang digunakan untuk
menciptakan ungkapan metafora dalam lirik lagu Iwan Fals tahun 1981-
1983 terdiri dari 9 kategori yaitu, (1) kategori being, (2) kategori cosmos,
(3) kategori energy, (4) kategori substance, (5) kategori terrestrial, (6)
kategori object, (7) kategori living, (8) kategori animate , (9) kategori
human.
5.1.2 Distribusi pemakaian kategori ruang persepsi manusia model Haley yang
paling menonjol untuk menciptakan ungkapan metafora dalam lirik-lirik
lagu Iwan Fals pada tahun1981-1983 yaitu kategori human.Posisi kedua
disusul oleh kategori being. Posisi ketigadisusul kategori animate. Posisi
keempat disusul kategori object. Sedangkan posisikelimadisusul oleh dua
kategori, yaitu kategori energy dan kategori living. Begitu juga posisi
keenam ditempati oleh dua jenis kategori sekaligus, yaitu kategori cosmos
dan substance. Posisi terakhir atau ketujuh ditempati kategori terrestrial.
5.1.3 Berdasarkan hasil distribusi pemakaian kategori ruang persepsi manusia
model Haley yang digunakan untuk mencipatakan metafora dalam lirik-lirik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
lagu Iwan Falspada album tahun 1981-1983, memperlihatkan bahwa adanya
keadaan sistem ekologi yang tidak seimbang. Hal itu, dibuktikan adanya
ketidakseimbangan distribusi pemakaian tiap kategori ruang persepsi
manusia model Haleydalam menciptakan metafora penyair.
Ketidakseimbangan distribusi ituditunjukkan adanya hasil distribusi
kategori human yang paling menonjol dengan distribusi persentasesnya
33,69%, sedangkan kategori terrestrial hanya menunjukkan hasil distribusi
persentasenya 1,08%. Hasil distribusi itulah yang membuktikan adanya
ketidakseimbangan pemakaian kategori ruang persepsi manusia model
Haley. Selain itu, interaksi Iwan Fals dengan lingkunganya dalam berpikir
dan menciptakan metafora lebih dekat pada ketegori manusia (human)
dengan segala macam tingkah lakunya.
5.2 Saran
Peneliti menyampaikan beberapa saran yang diharapkan dapat berguna bagi
kepentingan-kepentingan terkait. Saran ditujukan untuk para penyair dan peneliti
lain. Kedua saran tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.
5.2.1 Bagi para penyair
Pengkajian analisis metafora dalam lirik lagu Iwan Fals pada album tahun
1981-1983 berdasarkan teori ruang persepsi manusia model Haley ini, semoga
dapat menarik para penyair untuk lebih kreatif dan beragam dalam pemakaian
gaya bahasanya, khususnya dalam penciptaan ungkapan metafora dalam lirik
lagu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
5.2.2 Bagi peneliti lain
Penelitian ini masih terbatas pada penelitian ungkapan metafora dalam lirik
lagu berdasarkan teori ruang persepsi manusia model Haley, sedangkan kajian
metafora itu sendiri sangat luas. Oleh karen itu, Peneliti selanjutnya diharapkan
dapat mengembangkan tentang kajian peranan metafora dengan berbagai disiplin
ilmu, seperti dalam kajian linguistik, misalnya sintasksis, semantik, dan lain
sebagainya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Awe, Mokoo. 2007. Iwan Fals: Nyanyian di Tengah Kegelapan. Yogyakarta:
Ombak.
Badudu. J.S. 1987. Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia. Bandung: CV Pustaka
Prima.
Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik: Kajian Teoritik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Keraf, Gorys. 2008. Diksi dan Gaya Bahasa (Cetakan kedelapan belas). Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
----------------------. 2014. Metodology Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Pradopo, Rachmat Djoko. 2012. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Prastowo, Andi. 2014. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan
Penelitian. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.
Semi, M. Atar. 1984. Anatomi Sastra. Jakarta: Erlangga.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D). Bandung: Alfabeta.
Supriyadi. 2013. LITERA: Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra, dan Pengajaranya.
Yogyakarta: Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta.
Tarigan, Henry Guntur. 2013. Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa.
Trisnaningtyas, Farida. 2010. “Metafora pada Rubrik Opini dalam Majalah
Tempo”. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Wahab, Abdul. 1990. PELLBA 3: Pertemuan Linguistik Lembaga Bahasa Atma
Jaya 2 (Disunting oleh Bambang Kaswanti Purwo). Jakarta:
LembagaBahasa Unika Atma Jaya.
-------------------. 1995. Isu-isu Linguistik, Pengajaran Bahasa dan Sastra.
Surabaya: Airlangga University Press.
Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.
Daftar Laman:
Tiga Rambu. Tanpa tahun. Discografi. http://www.iwanfals.co.id./discografy.
Diakses pada tanggal 11September 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Lampiran 1Unduhan Sumber data
Sumber Data
Sumber data penelitian ini terdiri dari 28 judul lagu karya Iwan Fals pada album 1981-1983.
Sumber data penelitian ini diunduh dari website (http://www.iwanfals.co.id./discografi).
A. ALBUM SARJANA MUDA
Iwan Fals [1981]
1. SARJANA MUDA
Iwan Fals ( Album Sarjana Muda 1981)
Berjalan seorang pria muda
Dengan jaket lusuh dipundaknya
Di sela bibir tampak mengering
Derselip s'batang rumput liar
Delas menatap awan berarak
Wajah murung s'makin terlihat
Dengan langkah gontai tak terarah
Keringat bercampur debu jalanan
Engkau sarjana muda
Resah mencari kerja
Mengandalkan ijasahmu
Empat tahun lamanya
Bergelut dengan buku
Tuk jaminan masa depan
Langkah kakimu terhenti
Di depan halaman sebuah jawaban
Termenung lesu engkau melangkah
Dari pintu kantor yang di harapkan
Tergiang kata tiada lowongan
Untuk kerja yang di dambakan
Tak peduli berusaha lagi
Namun kata sama yang kau dapatkan
Jelas menatap awan berarak
Wajah murung s'makin terlihat
Engkau sarjana muda
Resah mencari kerja
Tak berguna ijasahmu
Empat tahun lamanya
Bergelut dengan buku
Sia-sia semuanya
Setengah putus asa dia berucap
"maaf ibu..."
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
2. GURU OEMAR BAKRI
Iwan Fals ( Album Sarjana Muda 1981)
Tas hitam dari kulit buaya
Selamat pagi, berkata bapak oemar bakri
Ini hari aku rasa kopi nikmat sekali
Tas hitam dari kulit buaya
Mari kita pergi, memberi pelajaran ilmu pasti
Itu murid bengalmu mungkin sudah menunggu
Laju sepeda kumbang di jalan berlubang
S'lalu begitu dari dulu waktu jaman jepang
Terkejut dia waktu mau masuk pintu gerbang
Banyak polisi bawa senjata berwajah garang
Bapak oemar bakri kaget apa gerangan
Berkelahi pak, jawab murid seperti jagoan
Bapak oemar bakri takut bukan kepalang
Itu sepeda butut dikebut lalu cabut, kalang kabut, cepat pulang
Busyet... standing dan terbang
Eemar bakri... oemar bakri pegawai negeri
Eemar bakri... oemar bakri 40 tahun mengabdi
Jadi guru jujur berbakti memang makan hati
Oemar bakri... oemar bakri banyak ciptakan menteri
Oemar bakri... profesor dokter insinyur pun jadi
Tapi mengapa gaji guru oemar bakri seperti dikebiri
Laju sepeda kumbang di jalan berlubang
S'lalu begitu dari dulu waktu jaman jepang
Terkejut dia waktu mau masuk pintu gerbang
Banyak polisi bawa senjata berwajah garang
Bapak oemar bakri kaget apa gerangan
Berkelahi pak, jawab murid seperti jagoan
Bapak oemar bakri takut bukan kepalang
Itu sepeda butut dikebut lalu cabut, kalang kabut
Bakrie kentut... cepat pulang
Oemar bakri... oemar bakri pegawai negeri
Oemar bakri... oemar bakri 40 tahun mengabdi
Jadi guru jujur berbakti memang makan hati
Oemar bakri... oemar bakri banyak ciptakan menteri
Oemar bakri... bikin otak seperti otak habibie
Tapi mengapa gaji guru oemar bakri seperti dikebiri
3. HATTA
Iwan Fals ( Album Sarjana Muda 1981)
Tuhan terlalu cepat semua
Kau panggil satu-satunya yang tersisa
Proklamator tercinta...
Jujur lugu dan bijaksana
Mengerti apa yang terlintas dalam jiwa
Rakyat indonesia...
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Hujan air mata dari pelosok negeri
Saat melepas engkau pergi...
Berjuta kepala tertunduk haru
Terlintas nama seorang sahabat
Yang tak lepas dari namamu...
Terbayang baktimu, terbayang jasamu
Terbayang jelas... jiwa sederhanamu
Bernisan bangga, berkafan doa
Dari kami yang merindukan orang sepertimu...
4. DOA PENGOBRAL DOSA
Iwan Fals ( Album Sarjana Muda 1981)
Disudut dekat gerbong... yang tak terpakai
Perempuan... bermake up tebal...
Dengan rokok ditangan...
Menunggu tamunya... datang....
Terpisah dari ramai
Berteman nyamuk nakal... dan segumpal harapan
Kapankah datang... tuan berkantong tebal...
Habis berbatang-batang... tuan belom datang
Dalam hati resah menjadi bimbang
Apakah esok hari... anak-anakku dapat makan...
O tuhan beri... setetes rejeki...
Dalam hati yang bimbang berdoa...
Beri terang jalan anak hamba....
Kabulkanlah... tuhan...
Terpisah dari ramai
Berteman nyamuk nakal... dan segumpal harapan
Kapankah datang... tuan berkantong tebal...
Habis berbatang-batang... tuan belom datang
Dalam hati resah menjadi bimbang
Apakah esok hari... anak anakku dapat makan..
O tuhan beri... setetes rejeki..
Dalam hati yang bimbang berdoa...
Beri terang jalan anak hamba....
Kabulkanlah... tuhan...
Kabulkanlah... tuhan...
5. SI TUA SAIS PEDATI
Iwan Fals ( Album Sarjana Muda 1981)
Bergerak perlahan dengan pasti
Di jalan datar yang berlumpur
Sesekali terdengar gletar cemeti diiringi teriakan lantang
Si tua sais pedati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Derak pedati sebentar berhenti
Nampak si tua sais pedati mulai membuka bungkusan nasi
Yang dibekali sang istri
Gerak pedati lalu jalan lagi
Singgah disetiap desa
Tanpa ragu-ragu tanpa malu-malu
Nafas segar terhembus
Dari sepasang lembu yang tak pernah merasakan
Sesak polusi
Dia tak pernah memerlukan
Dia tak pernah membutuhkan
Solar dan ganti olie
Bensin dan ganti busi
Apalagi charge aki
Dia tak pernah kebingungan
Dia tak pernah ketakutan
Apa kata orang tentang gawatnya krisis energi
Gerak pedati dan lenguh lembu
Seember rumbut dan gletar cemeti
Seakan suara azan yang di-cassete-kan
Sementara itu sang bilal pulas mendengkur
6. Ambulance Zig Zag
Iwan Fals ( Album Sarjana Muda 1981)
Deru ambulance
Memasuki pelataran rumah sakit
Yang putih berkilau
Di dalam ambulance tersebut
Tergolek sosok tubuh gemuk
Bergelimang perhiasan
Nyonya kaya pingsan
Mendengar kabar
Putranya kecelakaan
Dan para medis
Berdatangan kerja cepat
Lalu langsung membawa korban menuju ruang periksa
Tanpa basa basi
Ini mungkin sudah terbiasa
Tak lama berselang
Supir helicak datang
Masuk membawa korban yang berkain sarung
Seluruh badannya melepuh
Akibat pangkalan bensin ecerannya meledak
Suster cantik datang
Mau menanyakan
Dia menanyakan data si korban
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Di jawab dengan
Jerit kesakitan
Suster menyarankan bayar ongkos pengobatan
Ai sungguh sayang korban tak bawa uang
Suster cantik ngotot
Lalu melotot
Dan berkata “Silahkan bapak tunggu di muka!”
Hai modar aku
Hai modar aku
Jerit si pasien merasa kesakitan
Hai modar aku
Hai modar aku
Jerit si pasien merasa diremehkan
7. 22 Januari
Iwan Fals ( Album Sarjana Muda 1981)
Dua dua Januari
Kita berjanji
Coba saling mengerti
Apa di dalam hati
Dua dua Januari
Tidak sendiri
Aku berteman iblis
Yang baik hati
Berjalan berdampingan
Tak ada arah tujuan
Membelah malam
Mendung yang selalu datang
Kudekap erat
Kupandang senyummu
Dengan sorot mata yang keduanya buta
Lalu kubisikkan
Sebaris kata kata putus asa
Sebentar lagi hujan
Dua buku teori
Kau pinjamkan aku
Tebal tidak berdebu
Kubaca selalu
Empat lembar fotomu
Dalam lemari kayu
Kupandang dan kujaga
Sampai kita jemu
8. Puing I
Iwan Fals ( Album Sarjana Muda 1981)
Puing berserakan disegenap penjuru
Bekas pertempuran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Bau amis darah sisa asap mesiu
Sesak napasku
Mayat mayat bergeletakan
Tak terkubur dengan layak
Dan burung burung bangkai menatap liar
Dan burung burung bangkai berdansa senang
Diujung sana banyak orang kelaparan
Diujung lainnya wabah busung menyerang
Disudut sana banyak orang kehilangan
Disudut lainnya bayi bertanya bimbang
Mama kapan ayah pulang?
Mama sebab apa perang?
Mayat mayat bergeletakan
Tak terkubur dengan layak
Dan burung burung bangkai
Menatap liar
Dan burung burung bangkai
Berdansa senang
Banyak jatuh korban
Dari mereka
Yang tak mengerti apa apa
Suara tangis terdengar dari bekas reruntuhan
Seorang ibu muda yang baru melahirkan
Lama meratapi sesosok tubuh mayat suaminya
Dan burung burung bangkai
Menatap liar
Dan burung burung bangkai
Berdansa senang
Tinggi peradaban teknologi berkembang
Senjata hebat terciptakan
Sarana pembantaian semakin bisa diwujudkan
Oh mengerikan
Berhentilah jangan salah gunakan
Kehebatan ilmu pengetahuan
Untuk menghancurkan
Dan burung burung bangkai
Menatap liar
Dan burung burung bangkai
Berdansa senang
9. Yang Terlupakan
Karya : Iwan Fals ( Album Sarjana Muda 1981)
Denting piano kala jemari menari
Nada merambat pelan dikesunyian malam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Saat datang rintik hujan bersama sebuah bayang
Yang pernah terlupakan
Hati kecil berbisik untuk kembali padanya
Seribu kata menggoda seribu sesal didepan mata
Seperti menjelma waktu aku tertawa
Kala memberimu dosa
Oh maafkanlah
Oh maafkanlah
Rasa sesal didasar hati diam tak mau pergi
Haruskah aku lari dari kenyataan ini
Pernah ku mencoba tuk sembunyi
Namun senyummu tetap mengikuti
10. Bangunlah Putra Putri Pertiwi
Iwan Fals ( Album Sarjana Muda 1981)
Sinar matamu tajam namun ragu
Kokoh sayapmu semua tahu
Tegap tubuhmu tak kan tergoyahkan
Kuat jarimu kala mencengkeram
Bermacam suku yang berbeda
Bersatu dalam cengkerammu
Angin genit mengelus merah putihku
Yang berkibar sedikit malu malu
Merah membara tertanam wibawa
Putihmu suci penuh karisma
Pulau pulau yang berbencar
Bersatu dalam kibarmu
Terbanglah garudaku
Singkirkan kutu kutu di sayapmu
Berkibarlah benderaku
Singkirkan benalu di tiangmu
Hei jangan ragu dan jangan malu
Tunjukkan pada dunia
Bahwa sebenarnya kita mampu
Mentari pagi sudah membumbung tinggi
Bangunlah putra putri ibu pertiwi
Mari mandi dan gosok gigi
Setelah itu kita berjanji
Tadi pagi esok hari atau lusa nanti
Garuda bukan burung perkutut
Sang saka bukan sandang pembalut
Dan coba kau dengarkan pancasila itu
Bukanlah rumus kode buntut
Yang hanya berisi harapan
Yang hanya berisi khayalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
B. ALBUM OPINI
Iwan Fals, [1982]
1. GALANG RAMBU ANARKI
Iwan Fals ( Album Opini 1982)
Galang rambu anarki anakku
Lahir awal januari
Menjelang pemilu
Galang rambu anarki dengarlah
Terompet tahun baru
Menyambutmu
Galang rambu anarki ingatlah
Tangisan pertamamu
Ditandai bbm membumbung tinggi
Maafkan kedua orang tuamu kalau
(tak mampu beli susu)
Bbm naik tinggi (susu tak terbeli)
Orang pintar tarik subsidi
Mungkin bayi kurang gizi
Galang rambu anarki anakku
Cepatlah besar matahariku
Menangis yang keras janganlah ragu
Tinjulah congkaknya dunia buah hatiku
Doa kami di nadimu
Galang rambu anarki dengarlah
Terompet tahun baru
Menyambutmu
Galang rambu anarki ingatlah
Tangisan pertamamu
Ditandai bbm melambung tinggi
Maafkan kedua orang tuamu kalau
(tak mampu beli susu)
Bbm naik tinggi (susu tak terbeli)
Orang pintar tarik subsidi
Anak kami kurang gizi
Galang rambu anarki anakku
Cepatlah besar matahariku
Menangis yang keras janganlah ragu
Tinjulah congkaknya dunia buah hatiku
Doa kami di nadimu
Cepatlah besar matahariku
Menangis yang keras janganlah ragu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Hantamlah sombongnya dunia buah hatiku
Doa kami di nadimu
2. O. A. M.
Iwan Fals ( Album Opini 1982)
Tante tante yang kesepian
Bertingkah seperti perawan
Berlomba lomba mencari pasangan
Persis oplet tua yang cari omprengan
Di ujung jalan
Saling berebut cari muatan
Slop dasi gaun model paris
Eye shadow parfum impor
Duduk dibelakang stir mobil mercedes
Pasangannya seorang pemuda
Yang jimatnya melebihi dosis
Sebesar burung belibis
Hey aku mendesis
Tuan yang merasa hidung belang
Keranjingan main perempuan
Tak peduli itu istri orang
Yang penting bisa ngasah pedang
Warisan dari nenek moyang
Pedang tajam wanita ditendang
Jangan nyonya ingat dong suami
Jangan tuan ingat anak istri
Jawab mereka apa?
Justru itu harus kami lakukan
Mengapa harus dilakukan?
Ndak tau?
Karena itu karena itu
Obat awet muda
3. ANTARA AKU KAU DAN BEKAS PACARMU
Iwan Fals ( Album Opini 1982)
Tabir gelap yang dulu hinggap
Lambat laun mulai terungkap
labil tawamu tak pasti tangismu
Jelas membuat aku sangat ingin mencari
Apa yang tersembunyi
Dibalik manis senyummu
Apa yang tersembunyi
Dibalik bening dua matamu
Dapat kutemui mengapa engkau tak pasti
Lalu aku coba untuk mengerti
Saat engkau tiba disimpang jalan
Lalu kau bimbang untuk tentukan arah mana dekat tujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
(kau bimbang tentukan arah tujuan)
Jalan gelap yang kau pilih
Penuh lubang dan mendaki
Jalan gelap yang kau pilih
Penuh lubang dan mendaki
Jalan gelap yang kau pilih
Penuh lubang dan mendaki
Jalan gelap yang kau pilih
Penuh lubang dan mendaki
Jalan gelap yang kau pilih
Penuh lubang dan mendaki
Jalan gelap yang kau pilih
Penuh lubang dan mendaki
4. ISI RIMBA
Iwan Fals ( Album Opini 1982)
Raung buldozer gemuruh pohon tumbang
Berpadu dengan jerit isi rimba raya
Tawa kelakar badut badut serakah
Tanpa HPH berbuat semaunya
Lestarikan alam hanya celoteh belaka
Lestarikan alam mengapa tidak dari dulu
Oh mengapa?
Oh jelas kami kecewa
Menatap rimba yang dulu perkasa
Kini tinggal cerita
Pengantar lelap si buyung
Bencana erosi selalu datang menghantui
Tanah kering kerontang banjir datang itu pasti
Isi rimba tak ada tempat berpijak lagi
Punah dengan sendirinya akibat rakus manusia
Lestarikan hutan hanya celoteh belaka
Lestarikan hutan mengapa tidak dari dulu saja
Oh jelas kami kecewa
Mendengar gergaji tak pernah berhenti
Demi kantong pribadi
Tak ingat rejeki generasi nanti
5. SAPUKU SAPUMU
Iwan Fals ( Album Opini 1982)
Tukang sapu kuli PU besar jasamu
Oh kawan
Dengan sapu ganyang sampah dan debu
Tuk sesuap makan
Hari panas hari hujan memang tantangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Siapa bilang bukan
Namun tugas tetap jalan absen gaji melayang
Maklum kuli harian
Pernahkah tuan pikirkan
Jasa mereka
Pernahkah tuan renungkan
Harga keringatnya
Tukang sapu bawa sapu masuk di kantor
Bersihkan yang kotor
Cukong kotor mandor koruptor semua yang kotor
Awas kena sensor
Tukang sapu bawa sapu juga disapu
Kok bisa begitu
Istri iri lihat tetangga punya barang baru
Akupun begitu
Inilah manusia
Dengan segala macam warna hidupnya
Tuk mencapai bahagia
Semua jalan ditempuhnya
6. OPINIKU
Iwan Fals ( Album Opini 1982)
Manusia sama saja dengan binatang
Selalu perlu makan
Namun caranya berbeda
Dalam memperoleh makanan
Binatang tak mempunyai akal dan pikiran
Segala cara halalkan demi perut kenyang
Binatang tak pernah tahu rasa belas kasihan
Padahal disekitarnya petani berjalan pincang
Namun kadang kala ada manusia
Seperti binatang (kok bisa?)
Bahkan lebih keji
Dari binatang macan
Tampar kiri kanan alasan untuk makan
Padahal semua tahu dia serba kecukupan
Intip kiri kanan lalu curi jatah orang
Peduli sahabat kental kurus kering kelaparan
Manusia sama saja dengan binatang
Selalu perlu makan
Namun caranya berbeda
Dalam memperoleh makanan
Namun kadang kala ada manusia
Seperti binatang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Bahkan manusia lebih keji
Dari binatang
7. AMBISI
Iwan Fals ( Album Opini 1982)
Langkahmu pelan tertatih
Dengan denyut nadi nyaris terhenti
Namun jangan padam ambisi
Rambutmu kusut tak rapi
Melekat di tubuh sejuta daki
Namun jangan padam ambisi
Namun jangan padam ambisi
Tak berkaki
Coba untuk berlari
Tak berjari
Cengkeram berulang kali
Keinginan dihati
Sinar terang lampu merkuri
Pasti akan engkau dapati
Tentu berbekal ambisi
Tentu tak tinggal ambisi
Tak bermata
Pandang dunia dengan jiwa
Tak bertelinga
Jangan cepat kecewa
Tak berkaki
Coba untuk berlari
Tak berjari
Cengkeram berulang kali
Keinginan dihati
8. TAK BIRU LAGI LAUTKU
Iwan Fals ( Album Opini 1982)
Hamparan pasir
Tampak putih berbuih
Kala sisa ombak merayap
Hamparan pasir
Terasa panas menyengat
Di telapak kaki yang berkeringat
Camar camar hitam
Terbang rendah melayang
Di sekitar perahu nelayan
Daun kelapa
Elok saat melambai
Mengikuti arah angin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Tampak ombak
Kejar mengejar menuju karang
Menampar tubuh pencari ikan
Semilir angin berhembus
Bawa dendang unggas laut
Seperti restui jala nelayan
Gurau mereka
Oh memang akrab dengan alam
Kudengar dari kejauhan
Dan batu batu karang
Tertawa ramah bersahabat
Memaksa aku tuk bernyanyi
Tampak ombak
Kejar mengejar menuju karang
Menampar tubuh pencari ikan
Semilir angin berhembus
Bawa dendang unggas laut
Seperti restui jala nelayan
Itu dahulu
Berapa tahun yang lalu
Cerita orang tuaku
Sangat berbeda
Dengan apa yang ada
Tak biru lagi lautku
Tak riuh lagi camarku
Tak rapat lagi jalamu
Tak kokoh lagi karangku
Tak buas lagi ombakmu
Tak elok lagi daun kelapaku
Tak senyum lagi nelayanku
Tak senyum lagi nelayanku
9. TARMIJAH
Iwan Fals ( Album Opini 1982)
Cerita duka pembantu rumah tangga
Harga tarmijah sebulan delapan ribu rupiah
Di pagi buta sedang pulas tidur kita
Neng tarmijah sudah bangun lalu bekerja
Siapkan sarapan
Bersihkan halaman
Siapkan pakaian
Seragam sekolah untuk anak majikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Setelah beres tarmijah dipanggil nyonya
Pergi ke pasar belanja ini hari
Asin sedikit tarmijah di caci maki
Masakan lezat tak pernah di puji
Oh sudah pasti keki
Namun hanya disimpan dalam hati
Di malam minggu anak majikan berdandan
Sambut sang pacar itu suatu kewajiban
Nona tarmijah tak mau ketinggalan
Lalu berdandan siap untuk berkencan
Nyonya majikan lihat tarmijah berkencan
Di muka rumah terhalang pagar halaman
Nyonya naik pitam
Tarmijah kena hantam
Nyonya naik pitam
Tarmijah kena hantam
Tarmijah k.o.
Tarmijah k.o.
C. SUMBANG
Iwan Fals, [1983]
1. SUMBANG
Iwan Fals ( Album Sumbang 1983)
Kuatnya belenggu besi
Mengikat kedua kaki
Tajamnya ujung belati
Menghujam di ulu hati
Sanggupkah tak akan lari
Walau akhirnya pasti mati
Di kepala tanpa baja
Di tangan tanpa senjata
Ah itu soal biasa
Yang singgah didepan mata kita
Lusuhnya kain bendera dihalaman rumah kita
Bukan satu alasan untuk kita tinggalkan
Banyaknya persoalan yang datang tak kenal kasihan
Menyerang dalam gelap
Memburu kala haru dengan cara main kayu
Tinggalkan bekas biru lalu pergi tanpa ragu
Memburu kala haru dengan cara main kayu
Tinggalkan bekas biru lalu pergi tanpa ragu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Setan setan politik
Kan datang mencekik
Walau dimasa paceklik
Tetap mencekik
Apakah selamanya politik itu kejam?
Apakah selamanya dia datang tuk menghantam?
Ataukah memang itu yang sudah digariskan
Menjilat, menghasut, menindas, memperkosa hak hak sewajarnya
Maling teriak maling
Sembunyi di balik dinding
Pengecut lari terkencing kencing
Tikam dari belakang
Lawan lengah diterjang
Lalu sibuk (kasak kusuk) mencari kambing hitam
Selusin kepala tak berdosa
Berteriak hingga serak didalam negeri yang congkak
Lalu senang dalang tertawa
Ya ha ha
2. KERETA TIBA PUKUL BERAPA
Iwan Fals ( Album Sumbang 1983)
Hilang sabar dihati
Dan tak terbendung lagi waktu itu
Lama memang kutunggu
Kedatanganmu sobat karibku
Datang telegram darimu
(tiba kabar darimu)
Dua hari yang lalu (tunggu aku)
Di stasiun kereta itu pukul satu
Kupacu sepeda motorku
Jarum jam tak mau menunggu maklum rindu
Traffic light aku lewati
Lampu merah tak peduli jalan terus (asik)
Didepan ada polantas
Wajahnya begitu buas
Tangkap aku
Tawar menawar harga pas tancap gas
Sampai stasiun kereta pukul setengah dua
Duduk aku menunggu tanya loket dan penjaga
Kereta tiba pukul berapa?
Biasanya kereta terlambat
Dua jam mungkin biasa (rusak lo)
Biasanya kereta terlambat
Dua jam cerita lama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
3. SEMOGA KAU TAK TULI TUHAN
Iwan Fals ( Album Sumbang 1983)
Segitu halus tutur katamu
Seolah lagu termerdu
Begitu indah bunga-bungamu
Diatas karya sulam itu
Tampilkan kebajikan seorang ibu
Dengarlah detak jantung benihku
Yang ku tanam dirahimmu
Seakan pasrah menerima
Semua warna yang kita punya
Segala rasa yang kita bina
Kuharap kesungguhanmu
Kaitkan jiwa bagai sulam dikarya itu
Kuharap keikhlasanmu
Sirami benih yang kutabur ditamanmu
Oh jelas
Rakit pagar semakin kuat
Tak goyah
Walau diusik unggas
Pintaku pada tuhan mulia
Jauhkan sifat yang manja
Bentuklah segala warna jiwanya
Diantara lingkup manusia
Diarena yang bau busuknya luka
Bukakan mata pandang dunia
Beri watak baja padanya
Kalungkan tabah kala derita
Semoga kau tak tuli tuhan
Dengarlah pinta kami sebagai orang tuanya
Kuharap kesungguhanmu
Kaitkan jiwa bagai sulam dikarya itu
Kuharap keikhlasanmu
Sirami benih yang kutabur ditamanmu
Oh jelas
Rakit pagar semakin kuat
Tak goyah
Walau diusik unggas
4. PUING
Iwan Fals ( Album Sumbang 1983)
Perang perang lagi
Semakin menjadi
Berita ini hari
Berita jerit pengungsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Lidah anjing kerempeng
Berdecak keras beringas
Melihat tulang belulang
Serdadu boneka yang malang
Tuan tolonglah tuan
Perang dihentikan
Lihatlah ditanah yang basah
Air mata bercampur darah
Bosankah telinga tuan
Mendengar teriak dendam
Jemukah hidung tuan
Mencium amis jantung korban
Jejak kaki para pengungsi
Bercengkrama dengan derita
Jejak kaki para pengungsi
Bercerita pada penguasa
(bercerita pada penguasa )
Tentang ternaknya yang mati
Tentang temannya yang mati
Tentang adiknya yang mati
Tentang abangnya yang mati
Tentang ayahnya yang mati
Tentang anaknya yang mati
Tentang neneknya yang mati
Tentang pacarnya yang mati
( tentang ibunya yang mati )
Tentang istrinya yang mati
Tentang harapannya yang mati
Perang perang lagi
Pungkinkah berhenti
Bila setiap negara
Berlomba dekap senjata
Dengan nafsu yang makin menggila
Nuklir pun tercipta
(nuklir bagai dewa )
Tampaknya sang jenderal bangga
Dimimbar dia berkata
Untuk perdamaian (bohong)
Demi perdamaian (bohong)
Guna perdamaian (bohong)
Dalih perdamaian (bohong)
Mana mungkin
Bisa terwujudkan
Semua hanya alasan
Semua hanya bohong besar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
5. JENDELA KELAS I
Iwan Fals ( Album Sumbang 1983)
Duduk dipojok bangku deretan belakang
Didalam kelas penuh dengan obrolan
Selalu mengacau laju khayalan
Dari jendela kelas yang tak ada kacanya
Dari sana pula aku mulai mengenal
Seraut wajah berisi lamunan
Bibir merekah dan merah selalu basah
Langkahmu tenang kala engkau berjalan
Tinggi semampai gadis idaman
Kau datang membawa
Sebuah cerita
Darimu itu pasti lagu ini tercipta
Darimu itu pasti lagu ini tercipta
Dari jendela kelas yang tak ada kacanya
Tembus pandang ke kantin bertalu rindu
Datang mengetuk pintu hatiku
Kau datang membawa
Sebuah cerita
Darimu itu pasti lagu ini tercipta
Darimu itu pasti lagu ini tercipta
6. BERIKAN PIJAR MATAHARI
Iwan Fals ( Album Sumbang 1983)
Terhimpit gelak tertawa
Diselah meriah pesta
Seribu gembel ikut menari
Seribu gembel terus bernyanyi
Keras melebihi lagu tuk berdansa
Keras melebihi gelegar halilintar
Yang ganas menyambar
Kuyakin pasti terlihat
Dansa mereka begitu dekat
Kuyakin pasti terdengar
Nyanyi mereka yang hingar bingar
Seolah kita tidak mau mengerti
Seolah kita tidak mau perduli
Pura buta dan pura tuli
Mari kita hentikan
Dansa mereka
Dengan memberi pijar matahari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Dengan memberi pijar matahari
Terkurung gedung gedung tinggi
Wajah murung yang hampir mati
Biarkan mereka iri
Wajar bila mencaci maki
Napas terasa sesak bagai terkena asma
Nampak merangkak degup jantung keras berdetak
Setiap detik sepertinya hitam
Tak sanggup aku melihat
Lukamu kawan dicumbu lalat
Tak kuat aku mendengar
Jeritmu kawan melebihi dentum meriam
7. SIANG PELATARAN SD SEBUAH KAMPUNG
Iwan Fals ( Album Sumbang 1983)
Sentuhan angin waktu siang
Kibarkan satu kain bendera usang
Di halaman sekolah dasar
Di tengah hikmat anak desa nyanyikan lagu bangsa bergemalah
Tegap engkau berdiri walau tanpa alas kaki
Lantang suara anak anak disana
Kadar cinta mereka tak terhitung besarnya
Walau tak terucap namun bisa kurasa bergemalah
Ya ha ha hau
Harapan tertanam
Ha ha ha hau
Tonggak bangsa ternyata tak tenggelam
Dengarlah nyanyi mereka kawan
Melengking nyaring menembus awan
Lihatlah cinta bangsa di dadanya
Peduli usang kain bendera
8. ASMARA TAK SECENGENG YANG AKU KIRA
Iwan Fals ( Album Sumbang 1983)
Bekas tapak tapak sepatu
Yang kupakai selalu ikuti
Kemana ku berjalan
Debu dan keringat
Yang ada diatas kulit tubuh ini
Saksi bisu bahwasannya
Tak mudah dan tak segampang
Yang selama ini aku sangka tentang asmara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Cermin di segala tempat
Sahabat terdekat
Tak pernah terlambat
Menampung setiap ungkapan
Mendekap semua keluhan
Meraih suka
Menangkap tawa
Merebut duka
Satu cerita dua manusia
Terlibat dalam amuk asmara
Satu cerita yang memang ada
Tak mungkin mati jelas abadi
Selama manusia hidup dalam alam ini
Maafkan kalau ku salah duga
Ternyata asmara itu
Tak mudah tak gampang dan tak secengeng
Yang kukira yang kusangka
9. CELOTEH CAMAR TOLOL DAN CEMAR
Iwan Fals ( Album Sumbang 1983)
Api menjalar dari sebuah kapal
Jerit ketakutan
Keras melebihi gemuruh gelombang
Yang datang
Sejuta lumba lumba mengawasi cemas
Risau camar membawa kabar
Tampomas terbakar
Risau camar memberi salam
Tampomas dua tenggelam
Asap kematian
Dan bau daging terbakar
Terus menggelepar dalam ingatan
Hatiku rasa
Bukan takdir tuhan
Karena aku yakin itu tak mungkin
Korbankan ratusan jiwa
Mereka yang belum tentu berdosa
Korbankan ratusan jiwa
Demi peringatan manusia
Korbankan ratusan jiwa
Mereka yang belum tentu berdosa
Korbankan ratusan jiwa
Demi peringatan manusia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Bukan bukan itu
Aku rasa kita pun tahu
Petaka terjadi
Karena salah kita sendiri
Datangnya pertolongan
Yang sangat diharapkan
Bagai rindukan bulan
Lamban engkau pahlawan
Celoteh sang camar
Bermacam alasan
Tak mau kami dengar
Di pelupuk mata hanya terlihat
Jilat api dan jerit penumpang kapal
Tampomas sebuah kapal bekas
Tampomas terbakar di laut lepas
Tampomas tuh penumpang terjun bebas
Tampomas beli lewat jalur culas
Tampomas hati siapa yang tak panas
Tampomas kasus ini wajib tuntas
Tampomas koran koran seperti amblas
Tampomas pahlawanmu kurang tangkas
Tampomas cukup tamat bilang naas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Lampiran 2Hasil Pengumpulan Data
Pengumpulan Data
Data penelitian ini berupa frasa, klausa, dan kalimat yang mengandung ungkapan metafora dalam
lirik lagu Iwan Fals pada album 1981-1983.
No. Data Kode
1.
Empat tahun lamanya
bergelut dengan buku
'tuk jaminan masa depan
(01-JL.1-ASM.81-Kla)
2. Laju sepeda kumbang di jalan berlubang
s'lalu begitu dari dulu waktu jaman jepang (02-JL.2-ASM-81-Fra)
3. Jadi guru jujur berbakti memang makan hati (03-JL.2-ASM.81-Fra)
4. Tuhan terlalu cepat semua kau panggil satu-satunya yang
tersisa proklamator tercinta (04-JL.3-ASM.81-Kla)
5. Hujan air mata dari pelosok negeri (05-JL.3-ASM.81-Fra)
6. Bernisan bangga, berkafan doa
dari kami yang merindukan orang sepertimu (06-JL.3-ASM.81-Fra)
7. Terpisah dari ramai berteman nyamuk nakal (07-JL.4-ASM.81-Fra)
8. Dan segumpal harapan
kapankah datang tuan berkantong tebal (08-JL.4-ASM.81-Fra)
9. O Tuhan beri setetes rejeki (09-JL.4-ASM.81-Fra)
10. Dalam hati yang bimbang berdoa beri terang jalan anak
hamba (10-JL.4-ASM.81-Fra)
11. Aku berteman iblis yang baik hati (11-JL.7-ASM.81-Fra)
12. Membelah malam mendung yang selalu datang (12-JL.7-ASM.81-Fra)
13. Dengan sorot mata yang keduanya buta (13-JL.7-ASM.81-Fra)
14. Dan burung burung bangkai berdansa senang (14-JL.8-ASM.81-Kla)
15. Di ujung lainya wabah busung menyerang (15-JL.8-ASM.81-Kla)
16. Deting piano kala jemari menari (16-JL.9-ASM.81-Fra)
17. Nada merambat pelan dikesunyian malam (17-JL.9-ASM.81-Kla)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
18. Hati kecil berbisik untuk kembali padanya (18-JL.9-ASM.81-Kla)
19. Seribu kata menggoda seribu sesal di depan mata (19-JL.9-ASM.81-Kla)
20. Rasa sesal di dasar hati diam tak mau pergi (20-JL.9-ASM.81-Fra)
21. Namun senyummu tetap mengikuti (21-JL.9-ASM.81-Kla)
22. Sinar matamu tajam namun ragu (22-JL.10-ASM.81-Kla)
23. Bermacam suku berbeda bersatu dalam cengkeramanmu (23-JL.10-ASM.81-Kla)
24. Angin genit mengelus merah putihmu (24-JL.10-ASM.81-Fra)
25. Merah membara tertanam wibawa (25-JL.10-ASM.81-Kla)
26. Putihmu suci penuh karisma (26-JL.10-ASM.81-Fra)
27. Pulau-pulau yang berpencar bersatu dalam kibarmu (27-JL.10-ASM.81-Kla)
28. Terbanglah garudaku singkirkan kutu-kutu di sayapmu (28-JL.10-ASM.81-Kla)
29. Berkibarlah benderaku singkirkan benalu di tiangmu (29-JL.10-ASM.81-Kla)
30. Bukanlah rumus kode buntut (30-JL.10-ASM.81-Fra)
31. Terompet tahun baru menyambutmu (31-JL.1-AP.82-Kla)
32. Tangisan pertamamu
ditandai BBM tinggi (32-JL.1-AP.82-Kla)
33. BBM naik tinggi susu tak terbeli (33-JL.1-AP.82-Kla)
34. Cepatlah besar matahariku (34-JL.1-AP.82-Fra)
35. Tinjulah congkaknya dunia buah hatiku (35-JL.1-AP.82-Fra)
36. Doa kami di nadimu (36-JL.1-AP.82-Fra)
37. Tuan yang merasa hidung belang
keranjingan main perempuan (37-JL.2-AP.82-Fra)
38. Tak peduli itu istri orang yang penting bisa ngasah
pedang (38-JL.2-AP.82-Kla)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
39. Pedang tajam wanita ditendang (39-JL.2-AP.82-Fra)
40. Tabir gelap yang dulu hinggap (40-JL.3-AP.82-Fra)
41. Apa yang tersembunyi
dibalik manis senyummu (41-JL.3-AP.82-Fra)
42. Apa yang tersembunyi
dibalik bening dua matamu (42-JL.3-AP.82-Fra)
43. Jalan gelap yang kau pilih
penuh lubang dan mendaki (43-JL.3-AP.82-Fra)
44. Tawa kelakar badut-badut serakah tanpa HPH berbuat
semaunya (44-JL.4-AP.82-Fra)
45. Oh jelas kami kecewa
menatap rimba yang dulu perkasa (45-JL.4-AP.82-Fra)
46. Bencana erosi selalu datang menghantui (46-JL.4-AP.82-Kla)
47. Namun tugas tetap jalan absen gaji melayang (47-JL.5-AP.82-Kla)
48. Pernahkah tuan renungkan
harga keringatnya (48-JL.5-AP.82-Fra)
49. Tukang sapu bawa sapu juga disapu kok bisa begitu (49-JL.5-AP.82-Kla)
50. Inilah manusia
dengan segala macam warna hidupnya (50-JL.5-AP.82-Fra)
51. Namun jangan padam ambisi (51-JL.7-AP.82-Fra)
52. Sinar terang lampu merkuri
pasti akan engkau dapati (52-JL.7-AP.82-Fra)
53. Tak bermata
pandang dunia dengan jiwa (53-JL.7-AP.82-Fra)
54. Kala sisa ombak merayap (54-JL.8-AP.82-Kla)
55. Terasa panas menyengat (55-JL.8-AP.82-Kla)
56. Daun kelapa
elok saat melambai (56-JL.8-AP.82-Kla)
57. Tampak ombak
kejar-mengejar menuju karang (57-JL.8-AP.82-Kla)
58. Semilir angin berhembus
bawa dendang unggas laut (58-JL.8-AP.82-Kla)
59. Dan batu batu karang
tertawa ramah bersahabat (59-JL.8-AP.82-Kla)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
60. Tak buas lagi ombakmu (60-JL.8-AP.82-Fra)
61. Banyaknya persoalan yang datang tak kenal kasihan (61-JL.1-AS.83-Kla)
62. Setan-setan politik (62-JL.1-AS.83-Fra)
63. Apakah selamanya politik itu kejam? (63-JL.1-AS.83-Fra)
64. Lalu sibuk kasak kusuk mencari kambing hitam (64-JL.1-AS.83-Fra)
65. Berteriak hingga serak didalam negeri yang congkak (65-JL.1-AS.83-Fra)
66. Jarum jam tak mau menunggu maklum rindu (66-JL.2-AS.83-Kla)
67. Di depan ada polantas
wajahnya begitu buas (67-JL.2-AS.83-Fra)
68. Dengarlah detak jantung benihku yang ku tanam
dirahimmu (68-JL.3-AS.83-Kla)
69. Kuharap keikhlasanmu
sirami benih yang kutabur ditamanmu (69-JL.3-AS.83-Kla)
70. Bentuklah segala warna jiwanya
diantara lingkup manusia (70-JL.3-AS.83-Fra)
71. Beri watak baja padanya (71-JL.3-AS.83-Fra)
72. Kalungkan tabah kala derita (72-JL.3-AS.83-Fra)
73. Semoga kau tak tuli Tuhan
dengarlah pinta kami sebagai orang tuanya (73-JL.3-AS.83-Kla)
74. Serdadu boneka yang malang (74-JL.4-AS.83-Fra)
75. Jejak kaki para pengungsi
bercengkerama dengan derita (75-JL.4-AS.83-Kla)
76. Jejak kaki para pengungsi
bercerita pada penguasa (76-JL.4-AS.83-Kla)
77. Tentang harapannya yang mati (77-JL.4-AS.83-Kla)
78. Dengan nafsu yang makin menggila
nuklir pun tercipta (78-JL.4-AS.83-Kla)
79.
Mana mungkin bisa terwujudkan
Semua hanya alasan
Semua hanya bohong besar
(79-JL.4-AS.83-Fra)
80. Didalam kelas penuh dengan obrolan
Selalu mengacau laju khayalan (80-JL.5-AS.83-Fra)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
81. Dari sana pula aku mulai mengenal seraut wajah berisi
lamunan (81-JL.5-AS.83-Kla)
82. Bibir merekah dan merah selalu basah (82-JL.5-AS.83-Kla)
83. Datang mengetuk pintu hatiku (83-JL.5-AS.83-Fra)
84. Keras melebihi gelegar halilintar
yang ganas menyambar (84-JL.6-AS.83-Fra)
85.
Mari kita hentikan
dansa mereka
dengan memberi pijar matahari
(85-JL.6-AS.83-Fra)
86. Terkurung gedung- gedung tinggi (86-JL.6-AS.83-Fra)
87. Nampak merangkak degup jantung (87-JL.6-AS.83-Fra)
88. Tak sanggup aku melihat
lukamu kawan dicumbu lalat (88-JL.6-AS.83-Kla)
89. Sentuhan angin waktu siang
kibarkan satu kain bendera usang (89-JL.7-AS.83-Fra)
90. Kadar cinta mereka tak terhitung besarnya (90-JL.7-AS.83-Fra)
91. Harapan tertanam (91-JL.7-AS.83-Kla)
92. Debu yang ada diatas kulit tubuh ini saksi bisu (91-JL.7-AS.83-Kla)
93.
Sahabat terdekat
tak pernah terlambat
menampung setiap ungkapan
(93-JL.8-AS.83-Fra)
94. Mendekap semua keluhan (94-JL.8-AS.83-Fra)
95. Menangkap tawa
merebut duka (95-JL.8-AS.83-Fra)
96. Satu cerita dua manusia
terlibat dalam amuk asmara (96-JL.8-AS.83-Fra)
97. Sejuta lumba lumba mengawasi cemas (97-JL.9-AS.83-Kla)
98. Risau camar membawa kabar (98-JL.9-AS.83-Kla)
99. Risau camar memberi salam (99-JL.9-AS.83-Kla)
100. Jilat api dan jerit penumpang kapal (100-JL.9-AS.83-Fra)
101. Tampomas hati siapa yang tak panas (101-JL.9-AS.83-Fra)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Lampiran 3 Hasil Triangulasi Data
TRIANGULASI DATA
Berikut ini adalah hasil pengumpulan data dan analisis data penelitian tentang “Analisis Metafora dalam Lirik Lagu Iwan Fals pada Album 1981-1983 Berdasarkan
Teori Ruang Persepsi Manusia Model Haley. Data penelitian ini adalah ungkapan metafora berupa frasa, klausa, dan kalimat dalam lirik lagu Iwan Fals pada album
tahun 1981-1983, sedangkan hasil analisis data penelitian berupa kategori ruang persepsi manusia model Haley yang digunakan untuk menciptakan ungkapan
metaforanya. Kategori tersebut diperoleh berdasarkan klasifikasi kesesuaian kriteria lambang kias ungkapan metafora dengan krieteria kesembilan kategori ruang
persepsi manusia model Haley. Hasil pengumpulan data dan hasil analisis yang disajikan dibawah ini perlu ditriangulasi oleh ahli atau pakar. Berilah tanda centang (√)
pada kolom “setuju” atau “tidak setuju” yang menggambarkan penilaian Anda terhadap hasil pengumpulan data dan hasil analisis data penelitian ini, kemudian
berilah catatan pada kolom keterangan yang dapat membantu kebenaran hasil analisisnya.
No. Data Kode Keterangan Analisis
Triangulator
Keterangan
Setuju Tidak
setuju
1. Empat tahun lamanya
bergelut dengan buku
'tuk jaminan masa depan
(01-JL.1-ASM.81-Fra) Dalam ungkapan metaforis ini, lambang bergelut yang diikuti kata
dengan buku menimbulkan makna kias. Lambang kias bergelut
dikiaskan penyair sebagai konsep pengalamannya saat mencari ilmu
tuk jaminan masa depan. Hal tersebut mengambarkan tentang konsep
dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan
dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang
dibandingkan itu adalah konsep predikasi bergelut berperan sebagai
(signifier) dihayati penyair sebagai konsep predikasi mencari ilmu
(signified).
Dilihat dari lambang kias bergelut yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan human karena hakikat kata bergelut adalah bergulat;
peluk-memeluk disertai guling-menggulingkan (KBBI, 2007: 349).
Dengan demikian, lambang kias bergulat dapat disebut sebagai
predikasi dari manusia yang memiliki kesesuaian dengan kategori
human dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup
contoh kongkrit manusia dan kemampuan berpikirnya. Oleh karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kias
(bergelut) tersebut dapat digolongkan pada kategori human dalam
hierarki ruang persepsi model Haley.
2. Laju sepeda kumbangdi jalan
berlubang
s'lalu begitu dari dulu waktu jaman
jepang
(02-JL.2-ASM-81-Fra) Kata sepeda dan kata kumbang pada ungkapan metaforis sepeda
kumbang merupakan ungkapan metafora yang sudah klise atau
ungkapan yang sudah sering digunakan sebagai sebutan salah satu
jenis sepeda. Dalam KBBI (2007: 1043) dijelaskan sepeda kumbang
merupakan jenis sepeda yang dilengkapai dengan motor, jika
motornya mati dapat didayung dengan kaki.
Dalam ungkapan metaforis frasa sepeda kumbang, kata kumbang
digunakan penyair sebagai lambang kias. Lambang kumbang itu
dikiaskan penyair sebagai konsep jenis sepeda di jaman jepang . Hal
tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora
penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan
kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah
konsep kumbang berperan sebagai (signifier) dihayati sebagai
konsep jenis sepeda di jaman jepang berperan sebagai (signified).
Dilihat dari lambang kias yang digunakan penyair dalam penciptaan
ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan
animete, karena hakikat kata kumbang dalam KBBI (2007: 612)
dijelaskan sebagai konsep serangga besar dan hitam berkilap. Dengan
demikian, konsep kumbang inidapat disebut sebagai konsep salah
satu jenis binatang (serangga besar) berwarna hitam yang memiliki
kesesuaian dengan kategori animate dalam hierarki ruang persepsi
model Haley melipiti contoh kongkrit dari dunia fauna dan segala
prilakunya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair
dengan lambang kias (kumbang) tersebut dapat digolongkan pada
jenis kategori metafora animate dalam hierarki ruang persepsi model
Haley.
3. Jadi guru jujur berbakti
memangmakan hati
(03-JL.2-ASM.81-Fra) Kata makan dan kata hati pada ungkapan metaforis makan hati
merupakan ungkapan metafora yang sudah klise atau sering
digunakan sebagai tanda perasaan dari manusia. Pernyataan itu sesuai
dengan Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia (1984: 99) ungkapan
makan hati diartikan sedih dan sakit hati. Dengan demikian, konsep
makan hati dapat disebut sebagai tanda perasaan seseorang yang
kecewa atau sakit hati.
Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias makan hati dikiaskan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
penyair sebagai konsep perasaan kecewa seorang guru yang jujur dan
berbakti. Hal tersebut mengambarkan tentang konsep dasar
penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal
tanpa menggunakan kata-kata pembanding.Kedua hal yang
dibandingkan itu adalah konsep makan hati dihayatisebagai konsep
perasaan kecewa.
Dilihat dari lambang kias yang digunakan penyair dalam
menciptakan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan human, karena hakikat makan hati disebut sebagai
tanda perasaan seseorang. Dengan demikian, konsep makan hati
dapat disebut sebagai konsep perasaan seseorang yang sedang
kecewa atau sakit hati dan hal itu hanya bisa dihayati oleh manusia.
Selain itu, konsep lambang ini memiliki kesesuaian dengan jenis
kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley
yang mencakup contoh kongkrit manusia dan kemampuan
berpikirnya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair
dengan lambang kiasnya (makan hati) tersebut dapat digolongkan
pada jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi
model Haley.
4. Tuhan terlalu cepat semua kau
panggil satu-satunya yang tersisa
proklamator tercinta
(04-JL.3-ASM.81-Kla) Dalam ungkapan metaforis ini, klausa kau panggil merujuk dari
subjek Tuhan sebagai lambang kias yang digunakan penyair. Subjek
itu dikiaskan penyair sebagai manusia yang memanggil seorang
proklamator. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar
penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal
tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang
dibandingkan itu adalah konsep Tuhan dihayatisebagai konsep
manusia. Di samping itu, keadaan tersebut menggambarkan maksud
penyair tentang peristiwa wafatnya seorang proklamator.
Dilihat dari lambang kias Tuhan yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan being, karena hakikat kata Tuhan adalah sesuatu
yang diyakini, dipuja, dan disembah oleh manusia sebagai Yang
Mahakuasa (KBBI, 2007: 1216). Dengan demikian, konsep Tuhan
dapat disebut sebagaikonsep abstrak yang benar adanya dan
keberadaanya itu hanya bisa dihayati dengan keyakinan.
Selain itu, konsep lambang kias tersebut memiliki kesesuaian dalam
hireraki ruang persepsi model Haley pada jenis kategori being yang
mencangkup konsep pengalaman hal abstrak yang benar adanya.Oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang
kiasnya (Tuhan) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori
metafora being dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
5. Hujan air mata dari pelosok negeri (05-JL.3-ASM.81-Fra) Ungkapan metaforis hujan air mata terdiri dari lambang kias hujan
dan diikuti ungkapan klise air mata yang berarti kesedihan. Dalam
ungkapan metaforis ini, lambang hujan dikiaskan sebagai konsep
jumlah banyaknya manusia yang bersedih dari pelosok negeri. Hal
tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora
penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan
kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah
konsep hujan dihayati sebagai konsep jumlah.
Dilihat dari lambang kias hujan yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan energy, karena hakikat kata hujan adalahtitik-titik
air yang banyak berjatuhan dari udara karena proses pendinginan
(KBBI, 2007: 409). Dengan demikian, konsep hujan dapat disebut
sebagai konsep gerakan titik-titik air yang banyak dari udara ke
bumi. Selain itu, konsep lambang ini memiliki keseuaian dengan
jenis kategori kategori energy dalam hieraki ruang persepsi model
Haley yang tidak hanya ada dan mencakup predikasi menempati
ruang serta prilakunya bergerak. Oleh karena itu, penciptaan
ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (hujan) tersebut
dapat digolongkan pada jenis kategori metafora energy dalam
hierarki ruang persepsi model Haley.
6. Bernisan bangga,berkafan doa
dari kami yang merindukan orang
sepertimu
(06-JL.3-ASM.81-Fra) Ungkapan metaforis bernisan bangga dan berkafan doa terdiri
darilambang kias bangga dan doa. Dalam ungkapan metaforis ini,
lambang bangga dikiaskan penyair sebagai konsep nisan yang biasa
terbuat dari batu, kayu, dll untuk menandai suatu makam, sedangkan
konsep doa dikiaskan sebagai konsep kafan (kain putih untuk
membungkus mayat). Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep
dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan
dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang
dibandingkan tersebut adalah konsep bangga dan doa dihayati
sebagai konsep nissan dan kain kafan.
Dilihat dari lambang kias bangga dan doa yang digunakan penyair
dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan human, karena hakikat kata bangga adalah besar
hati atau merasa gagah karena mempunyai keunggulan (KBBI, 2007:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
101), sedangkanhakikat kata doa adalah permohonan (harapan,
permintaan, pujian) dari manusia kepada Tuhan (KBBI, 2007: 271).
Dengan demikian, konsep bangga dan doa dapat dikatakan sebagai
sifat dari manusia yang dapat berbangga dan berdoa. Konsep bangga
dan doa ini memiliki kesesuaian dengan jenis kategori human dalam
hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup contoh kongkrit
manusia dan kemampuan berpikirnya sehingga mampu berbangga
dan berdoa. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair
dengan lambang kiasnya (bangga dan doa) tersebut dapat
digolongkan pada jenis kategori metafora human dalam hierarki
ruang persepsi model Haley.
7. Terpisah dari ramai berteman
nyamuk nakal
(07-JL.4-ASM.81-Fra) Lambang nyamuk digunakan penyair sebagai lambang kias dalam
ungkapan metaforis nyamuk nakal. Dalam ungkapan metaforis
ini,lambang nyamuk dikiaskan sebagai konsep PSK atau seseorang
yang berprofesi seks komersial Hal tersebut, mengambarkan tentang
konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha
membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding.
Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep nyamuk
dihayati sebagai konsep seorang wanita yang berprofesi sebagai
perkerja seks kormersial (PSK).
Dilihat dari lambang kias nyamuk yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan animate, karena hakikat dari kata nyamuk adalah
serangga bersayap, yang betina memiliki sepasang sungut yang
dipakai sebagai penghisap darah manusia dan binatang (KBBI, 2007:
789). Dengan demikian, lambang nyamuk dapat disebut sebagai
konsep dari salah satu jenis binatang dan segala prilakunya. Konsep
lambang ini memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora
animate dalam hierarki ruang persepsi model haley yang memiliki
contoh kongkrit dari dunia fauna dan segala prilakunya. Oleh karena
itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya
(nyamuk) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora
animate dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
8. Dan segumpal harapan
kapankah datang tuan berkantong
tebal
(08-JL.4-ASM.81-Fra) Ungkapan metafora segumpal harapan terbentuk dari lambang kias
segumpal yang dipakai penyair dalam menciptakan ungkapan
metaforanya. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias segumpal
dikiaskan penyair sebagai konsep tentang adanya harapaan yang
merupakan hal abstrak. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan
dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang
dibandingkan tersebut adalah konsep segumpal dihayati sebagai
konsep adanya harapan.
Dilihat dari lambang kias segumpal yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan object, karena hakikat dari kata segumpal terbentuk
dari kata gumpal yang berarti bongkahsifat-sifat dari suatu benda,
seperti tanah, darah, awan, dll (KBBI, 2007:374). Dengan demikian,
lambang segumpal dapat disebut sebagai konsep sebongkah sifat-
sifat dari suatu benda yang dapat pecah. Konsep lambang ini
memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora object dalam
hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup semua mineral
dan memiliki sifat dapat pecah, rusak dan sejenisnya. Oleh karena
itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya
(segumpal) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora
object dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
9. O Tuhan beri setetes rejeki (09-JL.4-ASM.81-Fra) Dalam ungkapan metaforis Frasa ini, lambang setetes terbentuk dari
kata dasar tetes seperti zat cair yang bisa menetesdikiaskan sebagai
konsep jumlah suatu rejeki. Hal tersebut, mengambarkan tentang
konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha
membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding.
Kudua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep setetes dihayati
sebagai konsep jumlah suatu rejeki yang diminta pada Tuhan.
Dilihat dari lambang kias setetes yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan subtance, karena hakikat dari kata setetes terbentuk
dari kata tetes yang berarti benda cair (air, dsb) yang jatuh menitik
(KBBI, 2007: 1188). Dengan demikian, lambang setetes dapat
disebut sebagai konsep predikasi dari benda cair, seperti air, dan zat
cair lainya yang bersifat lembam. Konsep lambang ini memiliki
kesesuaian dengan jenis kategori metafora subtance dalam hierarki
ruang persepsi model Haleyyang ada, membutuhkan ruang, dan
bergerak serta bersifat lembam. Oleh karena itu, penciptaan
ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (setetes)
tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora subtance
dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
10. Dalam hati yang bimbang berdoa
beri terang jalan anak hamba
(10-JL.4-ASM.81-Fra) Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias terang dikiaskan
penyair sebagai konsep kemudahan dalam menjalani kehidupan. Hal
tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora
penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan
kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah
konsep terang dihayati sebgai konsep kemudahan dalam menjalani
kehidupan.
Dilihat dari lambang kias terang yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan energy, karena hakikat dari kata terang adalah
keadaan yang dapat dilihat, cerah, bersinar. (KBBI, 2007: 1180).
Dengan demikian, lambang terang dapat dipahami sebagai konsep
hasil dari gerakan cahaya yang menerangi sesuatu. Konsep lambang
tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora kategori
metafora energy dalam hierarki ruang persepsi model Haleyyang
tidak hanya ada dan mencakup predikasi menempati ruang serta
prilakunya bergerak.Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis
penyair dengan lambang kiasnya (terang) tersebut dapat digolongkan
pada jenis kategori metafora energy dalam hierarki ruang persepsi
model Haley.
11. Aku berteman iblis yang baik hati (11-JL.7-ASM.81-Fra) Kata iblis digunakan penyair sebagai lambang kias dalam ungkanpan
metaforis iblis yang baik hati. Dalam ungkapan metaforis
ini,lambang iblis dikiaskan penyair sebagai konsep manusia yang
mempunyai sifat baik. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep
dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan
dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang
dibandingkan tersebut adalah konsep iblis dihayati sebagai konsep
manusia.
Dilihat dari lambang kias iblis yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan being, karena hakikat dari kata iblis adalah makhluk
halus yang selalu berupaya menyesatkan manusia dari petunjuk
Tuhan (KBBI, 2007: 415). Dengan demikian, lambang iblis dapat
disebut sebagi konsep abstrak yang keberadaanya benar-benar ada.
Di samping itu, memiliki sifat jahat, seperti setan atau roh jahat yang
tidak berwujud secara nyata. Konsep lambang tersebut memiliki
kesesuaian dengan jenis kategori metafora being dalan hierarki ruang
persepsi model Haleyyang mencangkup konsep abstrak dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
keberadaanya benar-benar ada. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan
metaforis penyair dengan lambang kiasnya (iblis) tersebut dapat
digolongkan pada jenis kategori metafora being dalam hierarki ruang
persepsi model Haley.
12. Membelah malammendung yang
selalu datang
(12-JL.7-ASM.81-Fra) Kata malam digunakan penyair sebagai lambang kias dalam
ungkanpan metaforis membelah malam. Dalam ungkapan metaforis
ini,lambang malam dikiaskan penyair sebagai suatu konsep benda
yang dapat dibelah menjadi beberapa bagian. Hal tersebut,
mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair
yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-
kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah
konsep malam dihayati sebagai suatu benda yang dapat dibelah
menjadi beberapa bagian.
Dilihat dari lambang kias malam yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan being, karena hakikat dari kata malam adalah waktu
setelah matahari terbenam hingga matahari terbit (KBBI, 2007: 705).
Dengan demikian, lambang malam dapat disebut sebagai konsep
tanda suatu waktu untuk menandai keadaan sudah mulai gelap.
Konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori
metafora being dalam hieraki ruang persepsi model Haley yang
mencangkup konsep abstrak dan keberadaanya benar-benar ada. Oleh
karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang
kiasnya (malam) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori
metafora being dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
13. Dengan sorot mata yang keduanya
buta
(13-JL.7-ASM.81-Fra) Lambang kias sorot dalam ungkapan metaforis sorot mata ini
dikiaskan penyair sebagai konsep pandangan mata yang keduanya
buta. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan
metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa
menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan
itu adalah kata sorot dihayati sebagai pandangan.
Dilihat dari lambang kias sorot yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan energy, karena hakikat kata sorot adalah sinar
cahaya atau lampu senter (KBBI, 2007:1085). Dengan demikian,
sorot dapat disebut predikasi gerakan cahaya yang menyorot dari
hasil sumber cahaya. Konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian
dengan jenis kategori metafora kategori metafora energy dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
hierarki ruang persepsi model Haley yang tidak hanya ada dan
mencakup predikasi menempati ruang serta prilakunya bergerak.Oleh
karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang
kiasnya (sorot) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori
metafora energy dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
14. Dan burung burung bangkai
berdansa senang
(14-JL.8-ASM.81-Kla) Lambang kias berdansa dalam ungkapan metaforis ini dikiaskan
sebagai konsep pengalaman penyair saat melihat burung-burung
berterbangan menyambar makananya. Hal tersebut, mengambarkan
tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha
membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding.
Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep berdansa dihayati
sebagai konsep burung-burung saat terbang.
Dilihat dari lambang kias berdansa yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan human, karena hakikat kata berdansa adalah tari
cara barat yang dilakukan oleh pasangan pria dan wanita (KBBI,
2007: 236). Dengan demikian, lambang berdansa dapat disebut
sebagai predikasi dari manusia. Selain itu, konsep lambang tersebut
memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora human dalam
hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup contoh kongkrit
manusia dan kemampuan berpikirnya sehingga dapat berdansa. Oleh
karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang
kiasnya (berdansa) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori
metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
15. Di ujung lainya wabah busung
menyerang
(15-JL.8-ASM.81-Kla) Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias menyerangdikiasakan
penyair sebagai konsep menjangkit predikasi dari wabah busung. Hal
tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora
penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan
kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah
konsep menyerang dihayati sebagai konsep menjangkit atau
menulari.
Dilihat dari lambang kias menyerang yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan human, karena hakikat kata menyerang terbentuk
dari kata dasar serang yang memiliki arti medatangi untuk melawan
(melukai, memerangi, dsb) (KBBI, 2007:1045). Dengan demikian,
lambang menyerang dapat dikatakan sebagai predikat dari makhluk
hidup, seperti manusia. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
kesesuaian dengan jenis kategori metafora human dalam hierarki
ruang persepsi model Haley yang mencakup contoh kongkrit
manusia dan kemampuan berpikirnya sehingga dapat menyerang.
Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan
lambang kiasnya (menyerang) tersebut dapat digolongkan pada jenis
kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
16. Deting piano kala jemari menari (16-JL.9-ASM.81-Fra) Kata menari yang diikuti subjek jemari menimbulkan makna kias.
Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias menari dikiaskan
penyair sebagai konsep manusia yang lincah memainkan piano. Hal
tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora
penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan
kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah
konsep menari dihayati sebagai konsep manusia yang lincah
mamainkan sebuah piano.
Dilihat dari lambang kias menari yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan human, karena hakikat kata menari terbentuk dari
kata dasar tari dan kata dasar itu adalah gerakan badan, tangan, dsb
yang berirama (KBBI, 2007: 1144). Dengan demikian, lambang
menari dapat dikatakan sebagai konsep predikasi dari manusia.
Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan
jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model
Haley yang mencakup contoh kongkrit manusia dan kemampuan
berpikirnya sehingga dapat menari. Oleh karena itu, penciptaan
ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (menari)
tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora human
dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
17. Nada merambatpelan dikesunyian
malam
(17-JL.9-ASM.81-Kla) Dalam ungkapan metaforis ini, lambang merambat yang dikenakan
pada subjek nada menjadi kias. Hal itudikiaskan penyair sebagai
konsep terdengar yang lebih cocok untuk predikasi nada. Hal
tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora
penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan
kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah
konsep merambat dihayati sebagai konsep terdengar.
Dilihat dari lambang kias merambat yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan living, karena hakikat kata merambat terbentuk dari
kata dasar rambat dan kata dasar itu adalah bertambah banyak atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
tentang tumbuh-tumbuhan (KBBI, 2007: 924). Dengan demikian,
lambang merambat dapat disebut sebagai konseppredikasi yang
lazimnya diterapkan pada tumbuh-tumbuhan, seperti pada ubi jalar
yang tumbuhnya merambat. Selain itu, konsep lambang tersebut
memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora living dalam
hierarki ruang persepsi model Haley yang dikaitkan dengan semua
kehidupan flora dengan segala predikasinya. Oleh karena itu,
penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya
(merambat) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora
living dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
18. Hati kecil berbisik untuk kembali
padanya
(18-JL.9-ASM.81-Kla) Ungkapan metaforis pada kalausa hati kecil berbisik merupakan
ungkapan klise yang biasa digunakan. Dalam kamus Ungkapan
Bahasa Indonesia (1984: 97) frasa hati kecil yang diikuti predikasi
mengakui memiliki makna hati nurani atau bantinya. Dengan
demikian konsep hati kecil tersebut merupakan ungkapan klise
tentang perasaan seseorang. Dalam ungkapan metaforis ini, ungkapan
klise tersebut yang diikuti lambang kias berbisik menimbulkan
makna kias. Hal itudikiaskan penyair sebagai konsep batin seseorang
dihayati dapat berbisik. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep
dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan
dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang
dibandingkan itu adalah konsep berbisik yang merupakan predikasi
manusia dihayati dapat diterapkan sebagai konsep hal abstrak tentang
pengalaman batin seseorang.
Dilihat dari lambang kias berbisik yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan human, karena hakikat kata berbisik adalah berkata
dengan suara perlahan-lahan atau seakan hanya mendesis dan tidak
nyaring (KBBI, 2007:157). Dengan demikian, lambang berbisik
dapat disebut sebagai konseppredikasi yang lazimnya dikenakan
pada manusia. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki
kesesuaian dengan jenis kategori metafora human dalam hierarki
ruang persepsi model Haley yang mencakup contoh kongkrit
manusia dan kemampuan berpikirnya sehingga dapat menyerang.
Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan
lambang kiasnya (berbisik) tersebut dapat digolongkan pada jenis
kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
19. Seribu kata menggodaseribu sesal
di depan mata
(19-JL.9-ASM.81-Kla) Dalam ungkapan metaforis ini, lambang menggoda yang diterapkan
pada subjek seribu kata menimbukan makan kias. Hal itu dikiaskan
sebagai konsep manusia yang memiliki inteligensia sehingga mampu
menggoda. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar
penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal
tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang
dibandingkan itu adalah konsep seribu kata dihayati sebagai konsep
manusia yang dapat menggoda.
Dilihat dari lambang kias menggoda yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan human, karena hakikat kata menggoda terbentuk
dari kata dasar goda dan memiliki arti mengajak (menarik-narik hati)
supaya berbuat dosa atau berbuat jahat (KBBI, 2007: 366). Dengan
demikian, konsep menggoda dapat dikatakan sebagai predikasi dari
manusia yang dapat menggoda.Selain itu, konsep lambang tersebut
memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora human dalam
hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup contoh kongkrit
manusia dan kemampuan berpikirnya. Oleh karena itu, penciptaan
ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (menggoda)
tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora human
dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
20. Rasa sesal di dasar hati diam tak
mau pergi
(20-JL.9-ASM.81-Fra) Lambang rasa sesal yang diikuti predikasi diam tak mau pergi
menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang
kias rasa sesal dikiaskan penyair sebagai konsep manusia yang dapat
menyandang predikasi diam dan tak mau pergi. Hal tersebut,
mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair
yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-
kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep
rasa sesal dihayati sebagai konsep manusia.
Dilihat dari lambang kias seal yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan human, karena hakikat kata sesal adalah perasaan
tidak senang (susah, kecewa, dsb) karena telah berbuat kurang baik
(KBBI, 2007: 1054). Dengan demikian, lambang sesal dapat
dikatakan sebagai konsep wujud perasaan dari manusia.
Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan
jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model
Haley yang mencakup contoh kongkrit manusia dan kemampuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
berpikirnya sehingga ia dapat merasakan sesal. Oleh karena itu,
penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya
(sesal) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora
human dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
21. Namun senyummu tetap mengikuti (21-JL.9-ASM.81-Kla) Lambang senyumanmu diikuti predikasi mengikuti menimbulkan
makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias
senyumanmu dikiasakan penyair sebagai subjek manusia yang dapat
dikenai predikasi mengikuti. Hal tersebut, mengambarkan tentang
konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha
membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding.
Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep senyumanmu
dihayati sebagai konsep manusia.
Dilihat dari lambang kias senyumanmu yang digunakan penyair
dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan human, karena hakikat kata senyummu terbentuk
dari kata dasar senyum dan memiliki arti gerak tawa ekspresif yang
tidak bersuara untuk menunjukkan rasa senang, gembira, suka dsb
dengan mengembangkan bibir sedikit (KBBI, 2007: 1041). Dengan
demikian, konsep senyumanmu dapat dikatakan sebagai ekspresi
manusia saat menunjukkan rasa senang, gembira, dsb. Selain itu,
konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori
metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang
mencakup contoh kongkrit manusia dan kemampuan berpikirnya
sehingga ia dapat berekspresi. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan
metaforis penyair dengan lambang kiasnya (senyumanmu) tersebut
dapat digolongkan pada jenis kategori metafora human dalam
hierarki ruang persepsi model Haley.
22. Sinar matamu tajam namun ragu (22-JL.10-ASM.81-Fra) Lambang sinar diikuti kata matamu menimbulkan makna kias.
Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias sinar dikiasakan
penyair sebagai konsep predikasi pandangan dari mata subjek. Hal
tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora
penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan
kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah
konsep sinar dihayati sebagai konsep predikasi pandangan dari mata
subjek manusia.
Dilihat dari lambang kias sinar yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan cosmos, karena hakikat kata sinar adalah pacaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
terang cahaya, seperti bulan, matahari dll (KBBI, 2007: 1068).
Dengan demikian, lambang sinar dapat dikatakan sebagai konsep
sumber energy. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki
kesesuaian dengan jenis kategori metafora energy dalam hierarki
ruang persepsi model Haley yang mencakup contoh kongkrit cahaya,
api, angin dan lain-lain serta mempunyai prilaku gerak. Oleh karena
itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya
(sinar) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora
energy dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
23. Bermacam suku berbeda bersatu
dalam cengkeramanmu
(23-JL.10-ASM.81-Kla) Dalam ungkapan metaforis ini, kata cengkramanmu digunakan
sebagai lambang kias dari konsep kekuasaan dalam suatu negara. Hal
tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora
penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan
kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah
konsep cengkramanmu dihayati sebagai konsep kekuasaan.
Dilihat dari lambang kias cengkeramanmu yang digunakan penyair
dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan animate, karena hakikat kata cengkeramanmu
terbentuk dari kata dasar cengkeram disertai akhiran an dan mu.
Hakikat dari kata cengkeram adalah memegang erat dengan cakar
(KBBI, 2007: 207). Dengan demikian, lambang cengkeram dapat
dikatakan sebagai konsep predikasi dari binatang yang mempunyai
cakar.Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian
dengan jenis kategori metafora animate dalam hierarki ruang
persepsi model Haley yang mencakup segala kehidupan fauna dan
predikasinya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis
penyair dengan lambang kiasnya (cengkeram) tersebut dapat
digolongkan pada jenis kategori metafora animate dalam hierarki
ruang persepsi model Haley.
24. Angin genit mengelus merah
putihmu
(24-JL.10-ASM.81-Kla) Lambang angin yang diikuti predikasi genit mengelus menimbulkan
makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, konsep genit dan
mengelus dikiaskan penyair sebagai konsep hempasan angin yang
menerpa merah putihmu (benderamu). Hal tersebut, mengambarkan
tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha
membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding.
Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep sifat manusia yang
genit dan dapat mengelus dihayati sebagai hempasan dari hasil energi
angin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
Dilihat dari lambang kias genit yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan human, karena hakikat kata genit adalahbergaya-
gaya (tingkah lakunya); banyak tinggkahnya (KBBI, 2007: 354).
Dengan demikian, lambang genit dapat disebut sebagai konsep sifat
dari manusia. Hal tersebut, menunjukkan adanya kesesuaian kriteria
lambang kias genit dengan kriteria jenis kategori metafora human
dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup tidak
hanya ada dan menempati ruang serta adanya prilaku gerak. Oleh
karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang
kiasnya (genit) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori
metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
25. Merah membara tertanam wibawa (25-JL.10-ASM.81-Kla) Lambang merah dalam ungkapan metaforis ini dikiaskan penyair
sebagai konsep lambang wibawa yang bisanya dimiliki oleh seorang
pemimpin. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar
penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal
tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang
dibandingkan itu adalah konsep warna merah dihayati sebagai
konsep lambang wibawa dari seorang pemimpin.
Dilihat dari lambang kias merah yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan being, karena hakikat kata merah adalah warna
dasar yang serupa dengan warna darah (KBBI, 2007: 734). Dengan
demikian, lambang merah dapat dikatakan sebagai salah satu jenis
warna yang bersifat abstrak dan benar adanya.
Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan
jenis kategori metafora being dalam hierarki ruang persepsi model
Haley yang bersifat abstrak dan benar adanya. Oleh karena itu,
penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya
(merah) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafor
being dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
26. Putihmu suci penuh karisma (26-JL.10-ASM.81-Fra) Lambang putih dalam ungkapan metaforis ini dikiaskan penyair
sebagai konsep lambang kesucian dan penuh karisma. Hal tersebut,
mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair
yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-
kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep
warna putih dihayati sebagai konsep lambang kesucian yang penuh
karisma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
Dilihat dari lambang kias putih yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan being, karena hakikat kata putih adalah warna dasar
seperti warna kapas (KBBI, 2007: 913). Dengan demikian, lambang
putih dapat dikatakan sebagai salah satu jenis warna yang bersifat
abstrak dan benar adanya.
Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan
jenis kategori metafora being dalam hierarki ruang persepsi model
Haley yang bersifat abstrak dan benar adanya. Oleh karena itu,
penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya
(putih) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafor being
dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
27. Pulau-pulau yang
berpencarbersatu dalam kibarmu
(27-JL.10-ASM.81-Kla) Lambang pulau-pulau diikuti predikasi bersatu menimbulkan makna
kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias pulau-pulau
dikiaskan penyair sebagai konsep manusia yang dapat bersatu.
Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan
metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa
menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan
itu adalah konsep pulau-pulau dihayati sebagai konsep manusia yang
dapat menyandang predikasi bersatu.
Dilihat dari lambang kias pulau-pulau yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan terrestrial karena hakikat kata pulau-pulau
terbentuk adanya reduplikasi kata pulau yang memiliki arti daratan
yang dikelilingi air (di laut, di sungai, di danau) (KBBI, 2007: 906).
Dengan demikian, kata pulau dapat dikatakan sebagai suatu daratan
yang terhampar dikelilingi air, sungai dll.Selain itu, konsep lambang
tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora
terrestrial dalam hierarki ruang persepsi model Haley yaitu
hamparan yang terikat oleh bumi seperti, samudara, sungai, gunung,
padang pasir dan sejenisnya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan
metaforis penyair dengan lambang kiasnya (pulau-pulau) tersebut
dapat digolongkan pada jenis kategori metafor terrestrial dalam
hierarki ruang persepsi model Haley.
28. Terbanglah garudaku singkirkan
kutu-kutu di sayapmu
(28-JL.10-ASM.81-Kla) Kalimat terebut merupakan kalimat metaforis dengan lambang kias
garuda dan kutu-kutu. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias
garuda dikiaskan penyair sebagai konsep lambang negara di
Indonesia, sedangkan kutu-kutu dikiasakan penyair sebagai konsep
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
seseorang yang merugikan bagi negara Indonesia. Hal tersebut,
mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair
yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-
kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep
garuda dihayati sebagai konsep lambang negara, sedangkan konsep
kutu-kutu dihayati sebagai konsep seseorang yang merugikan bagi
negara Indonesia.
Dilihat dari lambang kias garuda dan kutu-kutu yang digunakan
penyair dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud
interaksi manusia dengan animate karena hakikat kata garuda adalah
burung besar pemakan daging yang menyerupai elang dan
mempunyai kekuatan terbang yang luar biasa (KBBI, 2007: 338),
sedangkan hakikat dari kata kutu-kutu merupakan wujud redublikasi
dari kata kutu yang memiliki arti sebuah serangga parasit tidak
bersayap yang menghisap darah binatang atau manusia (KBBI, 2007:
619). Dengan demikian, lambang garuda dapat dikatakan sebagai
konsep salah satu jenis binatang, sedangkan lambang kutu juga dapat
dikatakan sebagai konsep salah satu jenis serangga yang bersifat
merugikan.Selain itu, konsep dari kedua lambang tersebut memiliki
kesesuaian dengan jenis kategori metafora animate dalam hierarki
ruang persepsi model Haley yaitu yang mencakup semua kehidupan
fauna dan segala predikasinya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan
metaforis penyair dengan lambang kiasnya (garuda dan kutu-kutu)
tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafor animate
dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
29. Berkibarlah benderaku singkirkan
benalu di tiangmu
(29-JL.10-ASM.81-Kla) Lambang benalu dalam ungkapan metaforis ini digunakan penyair
sebagai lambang kias untuk konsep segala hal yang merugikan bagi
negara Indonesia. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar
penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal
tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang
dibandingkan itu adalah konsep benalu dihayati sebagai konsep hal
yang merugikan bagi negara Indonesiaseperti, koruptor, makar dan
lain sebagainya.
Dilihat dari lambang kias benalu yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan living karena hakikat kata benalu adalah tumbuhan
yang menumpang pada tanaman lain dan mengisap makanan dari
tanaman yang ditumpanginya (KBBI, 2007:129).Dengan demikian,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
lambang benalu dapat dikatakan sebagai konsep salah satu jenis
tumbuh-tumbuhan. Selain itu, konsep dari kedua lambang tersebut
memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora living dalam
hierarki ruang persepsi model Haley yaitu yang bias tumbuh dan
mencakup semua kehidupan flora dan segala predikasinya. Oleh
karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang
kiasnya (benalu) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori
metafor living dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
30. Bukanlah rumus kode buntut (30-JL.10-ASM.81-Fra) Lambang buntut yang diawali dengan kata kode menimbulkan makna
kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias buntut dikiaskan
penyair sebagai kode rumus yang posisinya diakhir. Hal tersebut,
mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair
yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-
kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah
konsep buntut dihayati sebagai konsep kode rumus yang posisinya
diakhir.
Dilihat dari lambang kias buntut yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan animate, karena hakikat kata buntut adalah bagian
yang di belakang sekali; ekor (KBBI, 2007:178). Dengan demikian,
lambang buntut dapat dikatakan sebagai konsep bagian tubuh yang
paling belakang dari binatang. Selain itu, konsep lambang ini
memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora animate dalam
hierarki ruang persepsi model haley yang memiliki contoh kongkrit
dari dunia fauna dan segala prilakunya. Oleh karena itu, penciptaan
ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (buntut)
tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora animate
dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
31. Terompet tahun baru
menyambutmu
(31-JL.1-AP.82-Kla) Lambang menyambut yang dikenakan pada subjek terompet
menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang
kias menyambut dikiaskan penyair sebagai konsep pengalamannya
tentang terompet tahun baru sebagai tanda kelahiran anaknya.
Dengan demikian ungkapan metaforis itu menggambarkan maksud
dari penyair sebagai pengalaman ketika buah hatinya lahir dimalam
tahun baru yang ditandai adanya suara-suara terompet. Hal tersebut,
mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair
yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-
kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
konsep terompet dihayati sebagai konsep manusia yang dapat
menyambut.
Dilihat dari lambang kias menyambut yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan human, karena hakikat kata menyambut terbentuk
dari kata dasar sambut yang memiliki arti menerima (KBBI, 2007:
989). Oleh karena itu, lambang menyambut dapat disebut sebagai
konsep predikasi dari manusia yang dapat menerima atau menyambut
kehadiran seseorang. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki
kesesuaian dengan jenis kategori metafora human dalam hierarki
ruang persepsi model Haley yang mencakup contoh kongkrit
manusia dan kemampuan berpikirnya. Oleh karena itu, penciptaan
ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (menyambut)
tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora human
dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
32. Tangisan pertamamu
ditandai BBM tinggi
(32-JL.1-AP.82-Fra) Lambang tinggi yang diawali dengan kata BBM menimbulkan
makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias tinggi
dikiaskan penyair sebagai konsep pengalamannya tentang suatu
harga yang mahal yaitu harga dari BBM. Hal tersebut,
mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair
yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-
kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah
konsep tinggi dihayati sebagai konsep mahalnya suatu harga yaitu
harga BBM.
Dilihat dari lambang kias tinggi yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan bing, karena hakikat kata tinggi adalah jauh jaraknya
dari posisi sebelah bawah (KBBI, 2007: 1196). Dengan demikian,
lambang tinggi dapat disebut dengan konsep keterangan jarak posisi
sesuatu hal yang berkonsep abstrak dan benar adanya. Selain itu,
konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori
metafora being dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang
mencakup pengalaman suatu hal abstrak dan benar adanya. Oleh
karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang
kiasnya (tinggi) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori
metafora being dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
33. BBM tinggisusu tak terbeli (33-JL.1-AP.82-Fra) Lambang naik dan tinggi yang diawali dengan kata BBM
menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang
kias naik dan tinggi dikiaskan penyair sebagai konsep
pengalamannya tentang suatu harga yang berubah menjadi mahal
dari harga sebelumnya. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep
dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan
dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang
dibandingkan tersebut adalah konsep naik dan tinggi dihayati sebagai
konsep harga yang berubah menjadi mahal dari harga sebelumnya.
Dilihat dari lambang kias naik dan tinggi yang digunakan penyair
dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan bing, karena hakikat kata naik adalah bergerak
keatas atau ketempat yang lebih tinggi (KBBI, 2007: 771), sedangkan
hakikat kata tinggi adalah jauh jaraknya dari posisi sebelah bawah
(KBBI, 2007: 1196). Dengan demikian, lambang naik dan tinggi
dapat disebut dengan konsep keterangan jarak posisi sesuatu hal yang
berkonsep abstrak dan benar adanya. Selain itu, konsep lambang
tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora being
dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup
pengalaman suatu hal abstrak dan benar adanya. Oleh karena itu,
penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya
(naik dan tinggi) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori
metafora being dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
34. Cepatlah besar matahariku (34-JL.1-AP.82-Fra) Lambang matahari yang diawali predikat cepatlah
besarmenimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini,
lambang kias matahari dikiasakan penyair sebagai konsep seorang
anak yang diharapkan cepat besar (dewasa). Hal tersebut,
mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair
yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-
kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep
matahari dihayati sebagai konsep seorang anak yang diharapkan
cepat besar (dewasa).
Dilihat dari lambang kias matahari yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan cosmos, karena hakikat kata matahariadalah benda
angkasa, titik pusat tata surya berupa bola berisi gas yang
mendatangkan terang panas pada bumi kala siang hari (KBBI, 2007:
722). Dengan demikian, konsep matahari dapat disebut sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
konsep benda yang berdasa di ruang angkasa yang menggunkan
ruang. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian
dengan jenis kategori metafora cosmos dalam hierarki ruang persepsi
model Haley yang mencakup contoh kongkrit matahari, bumi, bulan
dan lain-lain yang tidak hanya ada, melainkan menempati ruang di
jagad raya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair
dengan lambang kiasnya (matahari) tersebut dapat digolongkan pada
jenis kategori metafora cosmos dalam hierarki ruang persepsi model
Haley.
35. Tinjulah congkaknya dunia buah
hatiku
(35-JL.1-AP.82-Fra) Lambang congkak yang dikenakan pada dunia menimbulkan makna
kias. Dalam ungkpan metaforis ini, lambang kias congkak dikiaskan
penyair sebagai konsep keadaan sulitnya berjuang untuk hidup di
dunia. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan
metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa
menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan
itu adalah konsep dunia dihayati sebagai konsep manusia yang
memiliki sifat congkak. Fenomena penciptaan metafora juga
menggambarkan maksud penyair tentang pengalaman abstsrak
tentang keadaan sulitnya berjuang untuk hidup di dunia.
Dilihat dari lambang kias congkak yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan human karena hakikat kata congkak adalah merasa
dan bertindak dengan memperlihatkan diri sangat mulia (pandi, kaya,
dan sebagainya); sombong; angkuh (KBBI, 2007:219).Dengan
demikian, lambang congkak dapat dikatakan sebagai konsep salah
satu sifat yang dimiliki manusia. Selain itu, konsep lambang tersebut
memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora human dalam
hierarki ruang persepsi model Haley yaitu yang mencakup contoh
kongkrit manusia dan segala berpikirnya. Oleh karena itu, penciptaan
ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (congkak)
tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora human
dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
36. Doa kami di nadimu (36-JL.1-AP.82-Fra) Lambang nadi yang di awalai klausa “doa kami di...” menimbulkan
makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias nadi
dikiasakan penyair sebagai konsep doa kami yang selalu
menyertaimu. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar
penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal
tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
dibandingkan itu adalah konsep nadi dihayati sebagai konsep
menyertaimu.
Dilihat dari lambang kias nadi yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan human karena hakikat kata nadi adalah pembuluh
darah dipergelangan tangan (terasa berdenyut kalau ditekan) (KBBI,
2007: 770). Dengan demikian, Konsep nadi dapat disebut sebagai
konsep tanda adanya kehidupan dari manusia ketika nadi masih
berdenyut saat ditekan.Selain itu, konsep dari lambang tersebut
memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora human dalam
hierarki ruang persepsi model Haley yaitu yang mencakup contoh
kongkrit manusia dan segala berpikirnya. Oleh karena itu, penciptaan
ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (nadi) tersebut
dapat digolongkan pada jenis kategori metafora human dalam
hierarki ruang persepsi model Haley.
37. Tuan yang merasa hidung belang
keranjingan main perempuan
(37-JL.2-AP.82-Fra) Lambang hidung belang merupakan ungkapan klise atau sudah
sering digunakan oleh masyarakat. Dalam kamus Ungkapan Bahasa
Indonesia (1984: 101) konsep hidung belang diartikan sebagai
konsep orang yang sukamempaermainkan wanita. Dalam ungkapan
metaforis ini, lambang kias hidung belang awali subjek tuan juga
dikiaskan penyair sebagai konsep seseorang yang suka
mempermainkan wanita.
Dilihat dari penciptaan ungkapan metaforis ini, terdiri dari dua
lambang yang digunakan, yaitu konsep dari lambang hidung dan
lambang belang.
Hakikat kata hidung adalah alat pencium, penghirup, letaknya di atas
bibir (KBBI, 2007: 399), sedangkan hakikat kata belang adalah
berwarna loreng-loreng (KBBI, 2007: 124). Dengan demikian,
lambang hidung belang dapat dikatakan sebagai konsep sebuah alat
penciuman yang letaknya di atas bibir berwarna loreng-loreng. Hal
tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora
penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan
kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah
konsep hidung belang dihayati sebagai konsep seseorang yang suka
mempermainkan wanita.
Dilihat dari lambang kias hidung belang yang digunakan penyair
dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan human karena hakikat dari lambang hidung dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
belang dapat dikatakan sebagai konsep sebuah alat penciuman yang
letaknya di atas bibir berwarna loreng-loreng, seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya.
Selain itu, konsep dari lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan
jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model
Haley yaitu yang mencakup contoh kongkrit manusia dan segala
berpikirnya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair
dengan lambang kiasnya (nadi) tersebut dapat digolongkan pada
jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model
Haley.
38. Tak peduli itu istri orang yang
penting bisa ngasah pedang
(38-JL.2-AP.82-Fra) Lambang kias pedang pada kalimat, “Tak peduli itu istri orang yang
penting bisa ngasah pedang” menimbulkan makna kias. Dalam
ungkapan metaforis ini, lambang kias pedang dikiasakan penyair
sebagai konsep kepuasan nafsu. Hal tersebut, mengambarkan tentang
konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha
membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding.
Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep pedang ketika diasah
akan mejadi tajam dihayati sebagai konsep kepuasan nafsu (dalam
hubungan intim antara lawan jenis manusia.
Dilihat dari lambang kias pedang yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan object karena hakikat dari lambang pedang adalah
parang panjang (KBBI, 2007: 841). Dengan demikian, lambang
pedang dapat dikatakan sebagai konsep sebuah alat atau benda
gunanya untuk memotong. Selain itu, konsep dari lambang tersebut
memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora object dalam
hierarki ruang persepsi model Haley yaitu yang mencakup semua
mineral denga predikasinya yang dapat pecah, rusak dan sebagainya.
Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan
lambang kiasnya (pedang) tersebut dapat digolongkan pada jenis
kategori metafora object dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
39. Pedang tajam wanita ditendang (39-JL.2-AP.82-Fra) Lambang pedang pada kalimat, “Pedang tajam wanita ditendang”
menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang
kias pedang dikiasakan penyair sebagai konsep seorang laki-laki
yang merasa puas akan nafsunya. Hal tersebut, mengambarkan
tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha
membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding.
Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep pedang tajam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
sebagai konsep kepuasan nafsu seorang laki-laki (dalam hubungan
intim antara lawan jenis manusia.
Dilihat dari lambang kias pedang yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan object karena hakikat dari lambang pedang adalah
parang panjang (KBBI, 2007: 841). Dengan demikian, lambang
pedang dapat dikatakan sebagai konsep sebuah alat atau benda
gunanya untuk memotong. Selain itu, konsep dari lambang tersebut
memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora object dalam
hierarki ruang persepsi model Haley yaitu yang mencakup semua
mineral denga predikasinya yang dapat pecah, rusak dan sebagainya.
Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan
lambang kiasnya (pedang) tersebut dapat digolongkan pada jenis
kategori metafora object dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
40. Tabir gelap yang dulu hinggap (40-JL.3-AP.82-Kla) Lambang hinggap yang yang dikenakan pada subjek tabir
menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang
kias hinggap dikiasakan penyair sebagai sebagai konsep tabir atau
kain penyekat dinding yang terpasang . Hal tersebut, mengambarkan
tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha
membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding.
Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep hinggap sebagai
konsep tabir yang terpasang.
Dilihat dari lambang kias hinggap yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan animate karena hakikat dari lambang hinggap
adalah ......
Selain itu, konsep dari lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan
jenis kategori metafora animate dalam hierarki ruang persepsi model
Haley yang mencakup contoh kongkrit kehidupan founa dan segala
predikasinya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis
penyair dengan lambang kiasnya (tabir) tersebut dapat digolongkan
pada jenis kategori metafora object dalam hierarki ruang persepsi
model Haley.
41. Apa yang tersembunyi
dibalik manis senyummu
(41-JL.3-AP.82-Fra) Lambang manis yang diikuti kata senyumanmu menimbulkan makna
kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias manis dikiaskan
penyair sebagai konsep sifat dari senyuman yang lazimnya
merupakan predikasi dari manusia. Hal tersebut, mengambarkan
tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding.
Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep rasa manis
seperti sifat dari gula dihayati sebagai konsep predikasi senyuman
dari manusia.
Dilihat dari lambang kias manis yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan bing, karena hakikat kata manis adalah rasa seperti
gula (KBBI, 2007: 712). Dengan demikian, lambang manis dapat
disebut sebagai konsep suatu pengalam hal abstraks dari rasa manis
yang benar adanya dari suatu benda seperti gula.
Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan
jenis kategori metafora being dalam hierarki ruang persepsi model
Haley yang mencakup pengalaman suatu hal abstrak dan benar
adanya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair
dengan lambang kiasnya (manis) tersebut dapat digolongkan pada
jenis kategori metafora being dalam hierarki ruang persepsi model
Haley.
42. Apa yang tersembunyi
dibalik bening dua matamu
(42-JL.3-AP.82-Fra) Lambang mata pada ungkapan metafora “bening kedua matamu”
menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang
kias mata dikiaskan penyair sebagai pengalamannya tentang suatu
beningnya atau jernihnya air. Hal tersebut, mengambarkan tentang
konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha
membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding.
Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep indra
penglihatan dari manusia yaitu mata dihayati sebagai konsep sifat
jernih dari air.
Dilihat dari lambang kias mata yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan human, karena hakikat kata mata adalah indra untuk
melihat atau indra penglihatan (KBBI, 2007: 721). Dengan demikian,
lambang mata dapat disebut sebagai sebuah alat indra penglihatan
yang dimiliki oleh makhluk hidup, seperti manusia, dll.
Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan
jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model
Haley yang mencakup contoh kongkrit manusia dan segala
pemikiranya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair
dengan lambang kiasnya (mata) tersebut dapat digolongkan pada
jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
Haley.
43. Jalan gelap yang kau pilih
penuh lubang dan mendaki
(43-JL.3-AP.82-Fra) Lambang gelap pada kalimat “Jalan gelap yang kau pilih penuh
lubang dan mendaki ” menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan
metaforis ini, lambang kias gelap dikiaskan sebagai pengalaman
penyair tentang arah hidup yang tidak baik atau melanggar ajaran
agama sehingga digambarkan banyak rintangan cobaan-coabaan,
seperti berlubang dan mendaki. Hal tersebut, mengambarkan tentang
konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha
membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding.
Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep gelap dihayati
sebagai konsep arah hidup yang tidak baik atau melanggar ajaran
suatu agama..
Dilihat dari lambang kias gelap yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan being, karena hakikat kata gelap adalah tidak ada
cahaya, kelam atau tidak terang (KBBI, 2007: 344). Dengan
demikian, lambang gelap dapat disebut sebagai konsep suatu hal
abstrak yang tidak bisa dihayati berdasarkan wujudnya tetapi kosep
itu benar adanya.
Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan
jenis kategori metafora being dalam hierarki ruang persepsi model
Haley yang mencakup konsep pengalaman manusia yang abstrak dan
konsep itu keberadaanya benar-benar ada. Oleh karena itu,
penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya
(gelap) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora
being dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
44. Tawa kelakar badut-badut serakah
tanpa HPH berbuat semaunya
(44-JL.4-AP.82-Fra) Lambang badut-badut pada kalimat “Tawa kelakar badut-badut
serakah tanpa HPH berbuat semaunya” menimbulkan makna kias.
Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias badut-badut dikiaskan
sebagai pengalaman penyair tentang konsep manusia sebagai oknum
yang serakah menebang hutan tanpa Hak Pengusahaan Hutan
(HPH). Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan
metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa
menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan
tersebut adalah konsep badut-badut yang merupakan profesi
penghibur anak dihayati sebagai konsep manusia sebagai oknum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
yang serakah menebang hutan tanpa Hak Pengusahaan Hutan
(HPH).
Dilihat dari lambang kias badut-badut yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan human, karena hakikat kata badut-badut terbentuk
dari adanya reduplikasi kata badut yang memiliki arti pelawak dalam
pertunjukkan dan sebagainya (KBBI, 2007: 85). Dengan demikian,
lambang badut dapat disebut sebagai profesi sesorang dalam berkerja
menghibur anak-anak. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki
kesesuaian dengan jenis kategori metafora human dalam hierarki
ruang persepsi model Haley yang mencakup kongkrit manusia dan
segala kemampuanya dalam berpikir. Oleh karena itu, penciptaan
ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (badut) tersebut
dapat digolongkan pada jenis kategori metafora human dalam
hierarki ruang persepsi model Haley.
45. Oh jelas kami kecewa
menatap rimba yang dulu perkasa
(45-JL.4-AP.82-Fra) Lambang perkasa pada kalimat “Oh jelas kami kecewa menatap
rimba yang dulu perkasa” menimbulkan makna kias. Dalam
ungkapan metaforis ini, lambang kias perkasa dikiaskan sebagai
pengalaman penyair tentang konsep keadaan rimba yang luas dan
besar. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan
metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa
menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan
tersebut adalah konsep sifat perkasa dihayati sebagai konsepkeadaan
rimba yang luas dan besar.
Dilihat dari lambang kias perkasa yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan being, karena hakikat kata perkasa adalah kuat dan
tangguh serta berani (KBBI, 2007: 861). Dengan demikian, lambang
perkasa dapat disebut konsep pengalaman suatu hal abstrak dari
manusia tentang sifat tangguh dan berani. Selain itu, konsep
lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora
being dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang berupa
pengalaman suatu hal abstrak dari manusia dan keberadaan konsep
itu benar adanya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis
penyair dengan lambang kiasnya (perkasa) tersebut dapat
digolongkan pada jenis kategori metafora being dalam hierarki ruang
persepsi model Haley.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
46. Bencana erosi selalu datang
menghantui
(46-JL.4-AP.82-Kla) Lambang kias menghantui yang dikenakan pada subjek bencana
erosimenimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini,
lambang kias menghantui dikiasakan penyair sebagai konsep suatu
keadaan kapan saja bencana erosi dapat terjadi. Hal tersebut,
mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair
yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-
kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah
konsep menghantuidihayati sebagaikonsep keadaan kapan saja
bencana erosi dapat terjadi, seperti konsep hantu yang kapan saja
dapat menghantui manusia.
Dilihat dari lambang kias menghantui yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan human, karena hakikat kata menghantui terbentuk
dari kata dasar hantu yang memiliki arti roh jahat yang ada ditempat-
tempat tertentu (KBBI, 2007: 387). Dengan demikian, lambang
menghantui dapat disebut sebagai konsep predikasi dari hantu atau
manusia yang mempunyai niat jahat. Selain itu, konsep lambang
tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora human
dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencangkup contoh
kongkrit manusia dan segala kemampuan berpikirnya. Oleh karena
itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya
(menghantui) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori
metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
47. Namun tugas tetap jalan absen gaji
melayang
(47-JL.5-AP.82-Kla) Lambang melayang yang dikenakan pada subjek gaji menimbulkan
makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias melayang
dikiaskan penyair sebagai konsep pengalamannya tentang pekerja
yang tidak menerima gaji karena absen.
Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan
metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa
menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan
tersebut adalah konsep melayang dihayati sebagai konsep tentang
pekerja yang tidak menerima gaji karena absen.
Dilihat dari lambang kias melayang yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan animate, karena hakikat kata melayang adalah
terbang dengan sayap yang tidak bergerak (KBBI, 2007: 646).
Dengan demikian, lambang melayang dapat disebut sebagai konsep
predikasi dari binatang yang memiliki sayap, seperti burung,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
kelelawar dam lain-lain. Selain itu, konsep lambang tersebut
memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora animate dalam
hierarki ruang persepsi model Haley yang mencangkup semua
kehidupan dunia fauna, seperti terabng, berjalan, dan tentu saja
bernyawa. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair
dengan lambang kiasnya (melayang) tersebut dapat digolongkan pada
jenis kategori metafora animate dalam hierarki ruang persepsi model
Haley.
48. Pernahkah tuan renungkan
harga keringatnya
(48-JL.5-AP.82-Fra) Lambang keringat dalam kalimat “Pernahkah tuan renungkan harga
kerigatnya” menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis
ini, lambang kias keringat dikiasakan penyair sebagai konsep
pengalamannya tentang upah pekerja atau gaji. Hal tersebut,
mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair
yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-
kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah
konsep keringat dihayati sebagai konsep pengalaman penyair
btentang gaji atau upah kerja.
Dilihat dari lambang kias keringat yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan subtance, karena hakikat kata keringat adalah air
yang keluar melalui pori-pori tubuh karena panas dan sebagainya
(KBBI, 2007: 553). Dengan demikian, lambang keringat dapat
disebut sebagai konsep suatu zat cair yang keluar dari pori-pori
akibat panas. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki
kesesuaian dengan jenis kategori metafora subtance dalam hierarki
ruang persepsi model Haley yang wujudnya ada membutuhkan
ruang, bergerak dan mempunyai sifat lembam. Oleh karena itu,
penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya
(keringat) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora
subtance dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
49. Tukang sapu bawa sapu juga
disapu kok bisa begitu
(49-JL.5-AP.82-Kla) Lambang kias disapu pada kalimat “Tukang sapu bawa sapu juga
disapu kok bisa begitu” menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan
metaforis ini, lambang kias disapu dikiasakan penyair sebagai konsep
pengalamannya tentang kehidupan dari profesi seorang tukang sapu
yang kena marah istrinya. Hal tersebut, mengambarkan tentang
konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha
membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding.
Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep disapu dihayati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
sebagai konsep dimarah. Fenomena penciptaan ungkapan metafora
tersebut menggambarkan maksud dari pengalaman penyair tentang
konsep kehidupan dari profesi seorang tukang sapu yanga kena
marah istrinya.
Dilihat dari lambang kias disapu yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan object, karena hakikat kata disapu terbentuk dari
kata dasar sapu yang memiliki arti alat rumah tangga yang terbuat
dari ijuk, lidi dll (KBBI, 2007: 998). Dengan demikian, lambang
disapu dapat disebut sebagai konsep keterangan dari predikasi
menyapu.
Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan
jenis kategori metafora object dalam hierarki ruang persepsi model
Haley yang mencakup semua mineral dan dapat rusak, pecah dan
lain-lain. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair
dengan lambang kiasnya (disapu) tersebut dapat digolongkan pada
jenis kategori metafora object dalam hierarki ruang persepsi model
Haley.
50. Inilah manusia
dengan segala macamwarna
hidupnya
(50-JL.5-AP.82-Fra) Dalam ungkapan metaforis ini penyair menggunakan lambang kias
warna dikiaskan sebagai konsep macam-macam sifat manusia. Hal
tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora
penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan
kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah
konsep predikasi warna dihayati sebagai konsep predikasi macam-
macam sifat manusia.
Dilihat dari lambang kias warna yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan being, karena hakikat kata warna adalah kesan yang
diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda yang
dikenainya (KBBI, 2007:1269). Dengan demikian, konsep warna
dapat disebut sebagai konsep kesan abstrak yang benar
adanyadiperoleh dari mata. Selain itu, konsep lambang tersebut
memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora being dalam
hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup pengalaman
manusia tentang suatu hal abstrak dan benar adanya. Oleh karena itu,
penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya
(warna) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora
being dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
51. Namun jangan padam ambisi (51-JL.7-AP.82-Fra) Lambang ambisi pada kalimat “Namun jangan padam ambisi”
menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang
kias ambisi dikiasakan penyair sebagai pengalamannya tentang
konsep api yang dapat padam. Hal tersebut, mengambarkan tentang
konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha
membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding.
Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep ambisi dihayati
sebagai konsep api.
Dilihat dari lambang kias ambisi yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan human, karena hakikat kata ambisi adalah
keinginan, hasrat, nafsu yang besar untuk sesuatu yang diinginkan
(KBBI, 2007: 37). Dengan demikian, konsep ambisi dapat disebut
sebagai predikasi dari manusia yang mencakup segala kemampuan
berpikirnya sehingga dapat berambisi.Selain itu, konsep lambang
tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora human
dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup contoh
kongkrit manusia dan segala kemampuan berpikirnya. Oleh karena
itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya
(ambisi) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora
human dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
52. Sinar terang lampu merkuri
pasti akan engkau dapati
(52-JL.7-AP.82-Kla) Lambang sinar pada kalimat “Sinar terang lampu merkuri pasti akan
engkau dapati” digunakan penyair sebagai lambang kias. Lambang
kias sinar pada ungkapan metaforis itu dikiaskan penyair sebagai
pengalaman suatu hal abstrak tentang kemudahan, kelancaran dalam
menjalani hidup. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar
penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal
tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang
dibandingkan tersebut adalah konsep sinar dihayati sebagai konsep
keadaan dalam menjalai hidup.
Dilihat dari lambang kias sinar yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan cosmos, karena hakikat kata sinaradalah pacaran
terang cahaya, seperti bulan, matahari dll (KBBI, 2007: 1068).
Dengan demikian, konsep sinar dapat dikatakan sebagai wujud dari
predikasi cahaya bulan, matahari dll.Selain itu, konsep lambang
tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora cosmos
dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang tidak hanya ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
melainkan menempati ruang jagad raya, seperti bulan, bumi,
matahari. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair
dengan lambang kiasnya (sinar) tersebut dapat digolongkan pada
jenis kategori metafora cosmos dalam hierarki ruang persepsi model
Haley.
53. Tak bermata
pandang dunia dengan jiwa
(53-JL.7-AP.82-Fra) Lambang jiwa pada kaliamat “Tak bermata pandang dunia dengan
jiwa” menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini,
lambang kias jiwa dikiasakan penyair sebagai konsep suatu indra
penglihatan, yaitu mata yang berfungsi untuk memandang sesuatu di
depanya. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar
penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal
tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang
dibandingkan tersebut adalah konsep jiwa dihayati sebagai
konsepindra penglihatan, yaitu mata.
Dilihat dari lambang kias jiwa yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan being, karena hakikat kata jiwa adalah roh manusia
yang ada di dalam tubuh dan menyebabkan seorang hidup; nyawa
(KBBI, 2007: 475). Dengan demikian, lambang jiwa dapat disebut
sebagai konsep suatu hal abstrak yang tidak dapat dihayati wujudnya
oleh indra manusia tetapi keberadaanya benar ada.
Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan
jenis kategori being dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang
mencakup sutau pengalaman manusia suatu hal abstrak dan
keberadaanya benar adanya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan
metaforis penyair dengan lambang kiasnya (jiwa) tersebut dapat
digolongkan pada jenis kategori metafora being dalam hierarki ruang
persepsi model Haley.
54. Kala sisa ombak merayap (54-JL.8-AP.82-Kla) Lambang merayap yang dikenakan pada subjek ombak menimbulkan
makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias
merayapdikiasakan penyair sebagai konsep ombak yang
bergelombang dan bergerak menuju arah pantai. Hal tersebut,
mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair
yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-
kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah
konsep merayap dihayati sebagai konsep ombak bergelombang dan
bergerak menuju arah pantai.
Dilihat dari lambang kias merayap yang digunakan penyair dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan animate, karena hakikat kata merayap adalah
berkerumun seperti rayap bergerak maju dengan tangan dan kaki
serta badan bertumpu ke tanah (KBBI, 2007: 935). Dengan
demikian, konsep merayap dapat dikatakan sebagai predikasi dari
berberapa jenis reangga, seperti rayap, lipan, dll. Selain itu, konsep
lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori animate
dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup
kehidupan fauna dan segala kemampuanyanya, seperti berjalan, lari,
merayap dan lain-lain. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan
metaforis penyair dengan lambang kiasnya (merayap) tersebut dapat
digolongkan pada jenis kategori metafora animate dalam hierarki
ruang persepsi model Haley.
55. Terasa panas menyengat (55-JL.8-AP.82-Kla) Lambang menyengat pada kalimat “Terasa panasa menyengat”
menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang
kias menyengat yang merupakan prilaku dari binatang, seperti lebah,
kalajengking dan sejenisnya itu dikiaskan penyair sebagai konsep
panas yang terasa seperti sengatan lebah atau binatang sejenisnya.
Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan
metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa
menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan
tersebut adalah konsep predikasi dari binatang sepertilebah,
kalajengking atau binatang sejenisnya dihayati sebagai konsep
pengalaman manusia yang abstrak, yaitu rasa panas seoalah-olah
dapat menyengat, seperti binatang lebah dan sejenisnya.
Dilihat dari lambang kias menyengat yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan animate, karena hakikat kata menyengat terbentuk
dari kata dasar sengat yang memiliki arti alat tajam yang berbisa
pada serangga dan binatang lain, seperti lebah, lipan, dll (KBBI,
2007:1035). Dengan demikian, konsep menyengat dapat disebut
sebagai konsep dari segala kemapuan prilaku dari binatang, seperti
lebah, kalajengking, lipan dan sejenisnya.
Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan
jenis kategori animate dalam hierarki ruang persepsi model Haley
yang mencakup kehidupan fauna dan segala kemampuanyanya,
seperti berjalan, lari, merayap dan lain-lain. Oleh karena itu,
penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
(menyengat) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora
animate dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
56. Daun kelapa
elok saat melambai
(56-JL.8-AP.82-Kla) Lambang melambai yang dikenakan pada subjek daun kelapa
menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang
kias melambaidikiasakan penyair sebagai konsep keadaan daun
kelapa bergerak-gerak akibat tertiup angin. Hal tersebut,
mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair
yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-
kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah
konsep melambai yang merupakan predikasi dari manusia dihayati
sebagai konsep keadaan daun kelapa bergerak-gerak saat tertiup
angin.
Dilihat dari lambang kias melambai yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan human, karena hakikat kata melambai adalah
mengayun-ayun turun naik dan mengerak-gerakan tangan turun naik
(KBBI, 2007: 629). Dengan demikian, konsep melambai dapat
disebut dengan predikasi dari manusia yang dapat mengerak-
gerakkan turun naik tanganya.Selain itu, konsep lambang tersebut
memiliki kesesuaian dengan jenis kategori human dalam hierarki
ruang persepsi model Haley yang mencakup contoh kongkrit
manusia dan segala kemampuan berpikirnya. Oleh karena itu,
penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya
(melambai) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora
human dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
57. Tampak ombak
kejar-mengejar menuju karang
(57-JL.8-AP.82-Kla) Lambang ombak yang diikuti predikat kejar-mengejar menimbulkan
makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias
ombakdikiasakan penyair sebagai konsep makhluk hidup,seperti
manusia ataupun binatang yang lazim menyandang predikat dari
kejar-mengejar. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar
penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal
tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang
dibandingkan tersebut adalah konsep ombak dihayati sebagai konsep
makhluk hidup, seprti manusia dan binatang.
Dilihat dari lambang kias ombak yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan terrestrial, karena hakikat kata ombak adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
gerakan air laut yang turun-naik atau bergulung-gulung (KBBI,
2007:797). Dengan demikian, lambang ombak dapat disebut sebagai
konsep hamparan dari air laut yang membuat gerakan naik-turun
akibat tertiup angin. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki
kesesuaian dengan jenis kategori terrestrial dalam hierarki ruang
persepsi model Haley yang mencakup hamparan terikat oleh bumi
seperti, samudra , sungai, gunung, padang pasir dan sebagainya. Oleh
karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang
kiasnya (ombak) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori
metafora terrestrial dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
58. Semilir angin berhembus
bawa dendang unggas laut
(58-JL.8-AP.82-Kla) Lambang unggas yang diawali predikat dendang menimbulkan
makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias
unggasdikiasakan penyair sebagai konsep makhluk hidup,seperti
manusia yang dapat berdendang. Hal tersebut, mengambarkan
tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha
membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding.
Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep unggas dihayati
sebagai konsep makhluk hidup, seprti manusia yang dapat
berdendang.
Dilihat dari lambang kias unggas yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan animate, karena hakikat kata unggas adalah hewan
bersayap, berkaki dua, berparuh, dan berbulu, serta mencakupi segala
jenis burung (KBBI, 2007: 1246). Dengan demikian, lambang
unggas dapat disebut salah satu dari jenis binatang. Selain itu, konsep
lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori animate
dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup dunia
fauna dan segala prilakunya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan
metaforis penyair dengan lambang kiasnya (unggas) tersebut dapat
digolongkan pada jenis kategori metafora animate dalam hierarki
ruang persepsi model Haley.
59. Dan batu batu karang
tertawa ramah bersahabat
(59-JL.8-AP.82-Kla) Lambang batu-batu karang yang diikuti predikasi tertawa ramah
menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang
kias batu-batu karangyang merupakan benda mati dikiasakan
penyair sebagai konsep makhluk hidup,seperti manusia yang dapat
tertawa ramah. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar
penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal
tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
dibandingkan tersebut adalah konsep benda matai, seperti batu-batu
karang dihayati sebagai konsep makhluk hidup, seprti manusia yang
dapat tertawa ramah.
Dilihat dari lambang kias batu-batu karang yang digunakan penyair
dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan animate, karena hakikat kata batu-batu karang
terbentuk dari reduplikasi kata batu dan diikuti kata karang yang
memiliki arti batu kapur di laut yang terjadi dari zat yang dikeluarkan
oleh binatang kecil jenis anthozoa (KBBI, 2007: 506). Dengan
demikian, konsep batu-batu karang dapat disebut sebagai konsep
hamparan yang terikat oleh bumi. Selain itu, konsep lambang
tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori terrestrial dalam
hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup hamparan yang
terikat oleh bumi seperti samudara, sungai, gunung, padang pasir dan
lain-lain. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair
dengan lambang kiasnya (batu-batu karang) tersebut dapat
digolongkan pada jenis kategori metafora terrestrial dalam hierarki
ruang persepsi model Haley.
60. Tak buas lagi ombakmu (60-JL.8-AP.82-Fra) Lambang ombak pada kalimat “Tak buas lagi ombakmu”
menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang
kias ombakdikiasakan penyair sebagai konsep benda hidup, seperti
binatang yang mempunyai sifat buas atau tidak jinak.Hal tersebut,
mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair
yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-
kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah
konsep ombak dihayati sebagai konsep benda hidup, seprti binatang
yang mempunyai sifat buas.
Dilihat dari lambang kias ombak yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan terrestrial, karena hakikat kata ombak adalah
gerakan air laut yang turun-naik atau bergulung-gulung (KBBI,
2007:797). Dengan demikian, lambang ombak dapat disebut sebagai
konsep hamparan dari air laut yang membuat gerakan naik-turun
akibat tertiup angin. Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki
kesesuaian dengan jenis kategori terrestrial dalam hierarki ruang
persepsi model Haley yang mencakup hamparan terikat oleh bumi
seperti, samudra , sungai, gunung, padang pasir dan sebagainya. Oleh
karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
kiasnya (ombak) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori
metafora terrestrial dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
61. Banyaknya persoalan yang datang
tak kenal kasihan
(61-JL.1-AS.83-Kla) Lambang kasihan pada ungkapan metafora “Banyak persoalan yang
datang tak kenal kasihan” menimbulkan makna kias. Dalam
ungkapan metaforis ini, lambang kasihandikiasakan penyair sebagai
konsep pengalaman manusia tentang banyaknya masalah yang
dihadapi..
Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan
metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa
menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan
tersebut adalah konsep tak keneal kasihan dihayati sebagai konsep
pengalaman manusia tentang peroalan yang banyak menimpanya.
Dilihat dari lambang kias tak kenal kasihan yang digunakan penyair
dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan human, karena hakikatlambang kasihan terpusat
dengan lambang kasihan yang memiliki arti rasa iba hati; rasa belas
kasih(KBBI, 2007: 512), Dengan demikian, lambang tak
kenalkasihan dapat disebut sebagai konsep tak kenal rasaiba hati atau
tak kenal rasa belas kasih.
Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan
jenis kategori human dalam hierarki ruang persepsi model Haley
yang mencakup contoh kongkrit manusia dan segala kemampuan
berpikirnya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair
dengan lambang kiasnya (tak kenal kasihan) tersebut dapat
digolongkan pada jenis kategori metafora human dalam hierarki
ruang persepsi model Haley.
62. Setan-setan politik (62-JL.1-AS.83-Fra) Lambang setan-setan diikuti kata politik menimbulkan makna kias.
Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias setan-setan dikiasakan
penyair sebagai konsep makluk hidup, seprti manusia yang dapat
berpolitik. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar
penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal
tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang
dibandingkan tersebut adalah konsep setan dihayati sebagai konsep
makhluk hidup, seprti manusia yang dapat berpolitik.
Dilihat dari lambang kias setan-setan yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan being, karena hakikat kata setan-setan terbentuk dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
reduplikasi kata setan yang memiliki arti roh jahat yang selalu
berusaha menggoda manusia (KBBI, 2007: 1055). Dengan demikian,
lambang setan-setan dapat disebut sebagai konsep suatu hal abstrak
yang tak terlihat wujudnya tetapi keadaanya benar-benar ada.
Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan
jenis kategori being dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang
mencakup segala pengalaman manusia yang abstrak dan konsep itu
benar-benar adanya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis
penyair dengan lambang kiasnya (setan-setan) tersebut dapat
digolongkan pada jenis kategori metafora being dalam hierarki ruang
persepsi model Haley.
63. Apakah selamanya politik itu
kejam?
(63-JL.1-AS.83-Fra) Lambang kejam yang dikenakan pada subjek politik menimbulkan
makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias kejam
dikiasakan penyair sebagai konsep politik yang tidak baik hanya
menguntungan sebelah pihak. Hal tersebut, mengambarkan tentang
konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha
membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding.
Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep predikasi dari
makhluk hidup, seperti manusia yang tidak kenal belas kasih dihayati
sebagai konsep keadaan politik yang tidak baik hanya
menguntungkan sebelah pihak.
Dilihat dari lambang kias kejam yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan human, karena hakikat kata kejam adalah tidak
menaruh belas kasihan; bengis; zalim(KBBI, 2007: 526). Oleh
karena itu, konsep kejam dapat disebut sebagai konsep sifat-sifat
dalam lingkup manusia yang jahat.
Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan
jenis kategori human dalam hierarki ruang persepsi model Haley
yang mencakup contoh kongkrit manusia dan segala kemampuan
berpikirnya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair
dengan lambang kiasnya (kejam) tersebut dapat digolongkan pada
jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model
Haley.
64. Lalu sibuk kasak kusuk mencari
kambing hitam
(64-JL.1-AS.83-Fra) Lambang kambing hitam yang digunakan penyair pada kalimat
“Lalu sibuk kasak kusuk mencari kambing hitam” merupakan
ungkapan klise, atau ungkapan metafora yang sudah sering
digunakan. Hakikat dari kata kambaing adalah binatang pemamah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
biak dan pemakan rumput (daun-daunan), berkuku genap, tanduknya
bergeronggang, biasanya dipelihara sebagai hewan ternak untuk
diambil daging, susu (KBBI, 2007: 497), sedangkan hakikat dari kata
hitam adalah warna dasar yang serupa dengan warna arang (KBBI,
2007: 405). Oleh karena itu, lambang kambing hitam memiliki
makna yang sebenarnya adalah kambing yang berwarna hitam.
Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kambing hitam memiliki
maka kias atau memiliki arti lain dari arti yang sebenarnya. Lambang
kias yang digunakan penyair dalam ungkapan metaforis ini sebagai
pengalamannya tentang konsep seseorang yang tidak bersalah
difitnah melakukan kesalahan. Dalam Kamus Ungkapan Bahasa
Indonesia (1984: 124) lambang kambing hitam diartikan sebagai
orang yang dituduh.
Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan
metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa
menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan
tersebut adalah konsep kambing yang berwarna hitam dihayati
sebagai konsep pengalaman manusia yang dituduh melakukan
kesalahan.
Dilihat dari lambang kias Kambin hitam yang digunakan penyair
dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan animate, karena hakikat kata kambing hitam adalah
kambing yang berwarna hitam, seperti yang telah dijelaskan di atas.
Dengan demikian, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian
dengan jenis kategori human dalam hierarki ruang persepsi model
Haley yang mencakup dari dunia fauna dan segala prilakunya. Oleh
karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang
kiasnya (kambing hitam) tersebut dapat digolongkan pada jenis
kategori metafora animate dalam hierarki ruang persepsi model
Haley.
65. Berteriak hingga serak didalam
negeri yang congkak
(65-JL.1-AS.83-Fra) Lambang congkak yang dikenakan pada subjek negeri menimbulkan
makna kias. Dalam ungkpan metaforis ini, lambang kias congkak
dikiaskan penyair sebagai konsep pengalamannya tentang keadaan
suatu negara yang tidak bisa menampung aspirasi suara rakyat. Hal
tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora
penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan
kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah
konsep negeri dihayati sebagai konsep manusia yang memiliki sifat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
congkak. Fenomena penciptaan metafora juga menggambarkan
maksud penyair tentang pengalaman suatu hal abstrak tentang
keadaan suatu negara yang tidak bisa menampung aspirasi suara
rakyat.
Dilihat dari lambang kias congkak yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan human karena hakikat kata congkak adalah merasa
dan bertindak dengan memperlihatkan diri sangat mulia (pandai,
kaya, dan sebagainya); sombong; angkuh (KBBI, 2007:219).Dengan
demikian, lambang congkak dapat dikatakan sebagai konsep salah
satu sifat yang dimiliki manusia. Selain itu, konsep dari lambang
tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora human
dalam hierarki ruang persepsi model Haley yaitu yang mencakup
contoh kongkrit manusia dan segala berpikirnya. Oleh karena itu,
penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya
(congkak) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafor
human dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
66. Jarum jam tak mau menunggu
maklum rindu
(66-JL.2-AS.83-Kla) Lambang menunggu yang dikenakan pada subjek jarum jam
menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang
kias menunggu dikiaskan penyair sebagai konsep predikasi yang
dapat diterapkan pada benda mati. Hal tersebut, mengambarkan
tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha
membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding.
Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep predikasi dari
manusia, seperti menunggu dihayati sebagai predikasi yang dapat
diterapkan pada konsep benda mati seperti jarum jam. Fenomena
penciptaan metafora tersebut menggambarkan maksud penyair
tentang pengalamanya terhadap jarum jam yang menandakan suatu
waktu terasa cepat terlewati.
Dilihat dari lambang kias menunggu yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan human karena hakikat kata menungguterbentuk dari
kata dasar tunggu yang memiliki arti tinggal beberapa saat di suatu
tempat dan mengharap sesuatu akan terjadi (datang) (KBBI,
2007:1225).dengan demikian, konsep menunggu dapat disebut
sebagai predikasi dari manusia. Selain itu, konsep dari lambang
tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori metafora human
dalam hierarki ruang persepsi model Haley yaitu yang mencakup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
contoh kongkrit manusia dan segala berpikirnya. Oleh karena itu,
penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya
(menunggu) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori matafora
human dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
67. Di depan ada polantas
wajahnya begitu buas
(67-JL.2-AS.83-Fra) Lambang buas pada kalimat “ Di depan ada polantas wajahnya
begitu buas” menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis
ini, lambang kias buas dikiasakan penyair sebagai konsep sifat
polantas di Indonesia yang terkenal rakus dengan uang suap dari
pengendara yang tidak menaati peraturan lalu lintas. Hal tersebut,
mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair
yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-
kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah
konsep buas yang lazimnya sifat dari binatang dihayati sebagai
konsep sifat dari oknum polantas.
Dilihat dari lambang kias buas yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan animate, karena hakikat kata buas adalah galak; liar;
ganas: binatang (KBBI, 2007:168). Dengan demikian, lambang buas
dapat disebut sebagai konsep sifat dari bintang.Selain itu, konsep
lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori animate
dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup dunia
fauna dan segala prilakunya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan
metaforis penyair dengan lambang kiasnya (buas) tersebut dapat
digolongkan pada jenis kategori metafora animate dalam hierarki
ruang persepsi model Haley.
68. Dengarlah detak jantung benihku
yang ku tanam dirahimmu
(68-JL.3-AS.83-Kla) Lambang benih pada kalimat “Dengarlah detak jantung benihku
yang kau tanam di rahimmu” menimbulkan makna kias. Dalam
ungkapan metaforis ini, lambang kias benih dikiasakan penyair
sebagai konsep calon anak yang masih di dalam rahim ibunya dan
biasa disebut dengan janin. Hal tersebut, mengambarkan tentang
konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha
membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding.
Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep benih dari
suatu tanaman dihayati sebagai konsep janin atau calon anak yang
masih di dalam rahim ibunya.
Dilihat dari lambang kias benih yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan living, karena hakikat kata benih adalah biji atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
buah yang disediakan untuk ditanam atau disemaika (KBBI, 2007:
133). Dengan demikian, konsep benih dapat disebut sebagai konsep
bagian dari tanaman yang akan disemaikan.Selain itu, konsep
lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori living
dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang dikaitkan dengan
kehidupan flora dan sifatnya dapat tumbuh. Oleh karena itu,
penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya
(benih) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora
living dalam hierarki ruang persepsi model Haley
69. Kuharap keikhlasanmu
sirami benih yang kutabur
ditamanmu
(69-JL.3-AS.83-Kla) Lambang sirami benih yang kutabur ditamanmu pada klausa
“Kuharap keikhlasanmu sirami benih yang kutabur ditamanmu”
memiliki kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias sirami
benih yang ku tabur ditanamanmu dikiasakan penyair sebagai konsep
pengalamannya tentang permintaan seorang calon ayah untuk
merawat dan menjaga anaknya yang masih didalam kandungan
ibunya. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar
penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal
tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang
dibandingkan tersebut adalah konsep permintaan seseorang untuk
menjaga tanamaan dihayati sebagai konsep pengalaman manusia
tentang permintaan seorang calon ayah untuk merawat dan menjaga
anaknya yang masih dilam kandungan ibunya.
Dilihat dari lambang kias dalam penciptaan ungkapan metaforis di
atas merupakan wujud interaksi manusia dengan living, karena
hakikat kata benih adalah biji atau buah yang disediakan untuk
ditanam atau disemaika (KBBI, 2007: 133). Dengan demikian,
lambang benih yang merupakan pusat lambang kias di atas dapat
disebut sebagai konsep bagian dari tanaman yang akan
disemaikan.Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian
dengan jenis kategori living dalam hierarki ruang persepsi model
Haley yang dikaitkan dengan kehidupan flora dan sifatnya dapat
tumbuh. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair
dengan lambang kiasnya (benih) tersebut dapat digolongkan pada
jenis kategori metafora living dalam hierarki ruang persepsi model
Haley.
70. Bentuklah segala warna jiwanya
diantara lingkup manusia
(70-JL.3-AS.83-Fra) Lambang warna pada kalimat “Bentuklah segala warna jiwanya
diantara lingkup manusia” menimbulkan makna kias. Dalam
ungkapan metaforis ini, lambang kias warna yang diikuti kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
jiwanya dikiasakan penyair sebagai konsep bentuk segala macam
sifat kepribadian yang baik. Hal tersebut, mengambarkan tentang
konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha
membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding.
Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah konsep suatu hal
abstrak yaitu warna dihayati sebagai konsep macam-macam sifat
kepribadian manusia.
Dilihat dari lambang kias warna yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan being, karena hakikat kata warna adalah kesan yang
diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda yang
dikenainya (KBBI, 2007:1269). Oleh karen itu, lambang warna dapat
disebut sebagai konsep suatu pengalam manusia yang abstrak tentang
kesan warna dari suatu benda yang dilihatnya.
Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan
jenis kategori being dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang
mencakup semua pengalaman manusia yang abstrak dan konsep itu
benar-benar adanya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis
penyair dengan lambang kiasnya (warna) tersebut dapat digolongkan
pada jenis kategori metafora being dalam hierarki ruang persepsi
model Haley.
71. Beri watak baja padanya (71-JL.3-AS.83-Fra) Lambang baja pada kalimat “Beri watak baja padanya”
menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang
kias baja dikiasakan penyair sebagai konsep watak seseorang yang
tidak mudah menyerah. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep
dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan
dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang
dibandingkan tersebut adalah konsep baja yang keras dan kuat
dihayati sebagai konsep watak seseorang yang tidak mudah
menyerah.
Dilihat dari lambang kias baja yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan object, karena hakikat kata baja adalah logam yang
keras (KBBI, 2007: 91). Dengan demikian, lambang baja dapat
disebut sebagai konsep suatu benda logam yang bersifat kuat.
Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan
jenis kategori object dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang
mencakup semua mineral dan dapat pecah, rusak dan lain-lain. Oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang
kiasnya (baja) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori
metafora object dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
72. Kalungkan tabah kala derita (72-JL.3-AS.83-Fra) Lambang tabah pada kalimat “Kalungkan tabah kala derita”
menimbulkan makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang
tabah dikiaskan penyair sebagai konsep perhiasan seperti kalung
yang terbuat dari emas, perak yang biasa dikenakan dileher. Hal
tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora
penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan
kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah
konsep tabah dihayati sebagai perhiasan yang dapat dikalungkan
Dilihat dari lambang kias tabah yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan human, karena hakikat kata tabah adalah tetap dan
kuat hati dalam menghadapi bahaya (KBBI, 2007: 1116). Dengan
demikian, lambang tabah dapat disebut sebagai konsep sifat dari
manusia yang kuat hati dalam menghadapi bahaya.
Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan
jenis kategori human dalam hierarki ruang persepsi model Haley
yang mencakup contoh kongkrit manusia dan segala kemampuan
berpikirnya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair
dengan lambang kiasnya (tabah) tersebut dapat digolongkan pada
jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model
Haley.
73. Semoga kau tak tuli Tuhan
dengarlah pinta kami sebagai orang
tuanya
(73-JL.3-AS.83-Kla) Lambang Tuhan pada kalimat “Semoga kau tak tuli Tuhan
dengarlah pinta kami sebagai orang tuanya” menimbulkan makna
kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang Tuhan dikiaskan
penyair sebagai konsep konsep sesorang yang didoakan semoga
tidak tuli. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar
penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal
tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang
dibandingkan tersebut adalah konsep Tuhan dihayati sebagai konsep
manusia.
Dilihat dari lambang kias Tuhan yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan being, karena hakikat kata Tuhan adalah suatu yang
diyakini, dipuja dan disembah oleh manusia sebagai Yang
Mahakuasa (KBBI, 2007: 1216). Dengan demikian, Lambang Tuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
dapat disebut sebagai konsep suatu hal abstrak yang hanya bisa
diyakini dan diimani manusia atas keberadaanya.Selain itu, konsep
lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori being
dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup semua
pengalam manusia yang abstrak dan konsep itu benar-benar adanya.
Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan
lambang kiasnya (Tuhan) tersebut dapat digolongkan pada jenis
kategori metafora being dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
74. Serdadu boneka yang malang (74-JL.4-AS.83-Fra) Dalam ungkapan metaforis ini, Lambang kias boneka dikiasakan
penyair sebagai konsep suatu masyarakat yang keadaanya menderita
karena adanya perang. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep
dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan
dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang
dibandingkan tersebut adalah konsep boneka dihayati sebagai konsep
suatu masyarakat.
Dilihat dari lambang kias boneka yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan object, karena hakikat kataboneka adalah tiruan anak
untuk permaianan anak-anak (KBBI, 2007: 162). Dengan demikian,
lambang booneka dapat disebut sebagai konsep suatu benda yang
berupa mainan yang dimainkan anak-anak. Selain itu, konsep
lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori obejct
dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup semua
mineral dan sifatnya dapat pecah, rusak dan lain-lain. Oleh karena
itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya
(boneka) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora
object dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
75. Jejak kaki para pengungsi
bercengkerama dengan derita
(75-JL.4-AS.83-Kla) Lambang kias bercengkerama yang dikenakan pada subjek jejak kaki
dan diikuti kata derita derita dikiaskan penyair sebagai konsep
pengalaman manusia tentang jejak kaki para pengungsi
menggambarkan penderitaan yang dialaminya. Hal tersebut,
mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair
yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-
kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah
konsep bercengkerama dihayati sebagai konsep keadaan yang
menggambarkan penderitaan pengungsi.
Dilihat dari lambang kias bercengkerama yang digunakan penyair
dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
manusia dengan human, karena hakikat katabercengkerama adalah
percakapan untuk menggembirakan hati atau senda gurau (KBBI,
2007: 206). Dengan demikian, lambang bercengkerama dapat disebut
sebagai konsep predikasi dari manusia yang sedang bercanda gurau.
Selain itu, konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan
jenis kategori human dalam hierarki ruang persepsi model Haley
yang mencakup contoh kongkrit manusia dan segala kemampuan
berpikirnya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair
dengan lambang kiasnya (bercengkerama) tersebut dapat
digolongkan pada jenis kategori metafora human dalam hierarki
ruang persepsi model Haley.
76. Jejak kaki para pengungsi
bercerita pada penguasa
(76-JL.4-AS.83-Kla) Lambang kias bercerita yang dikenakan pada subjek jejak kaki dan
diikuti kata pada penguasa menimbulkan makna kias. Dalam
ungkapan metaforis ini, lambang bercerita dikiaskan penyair sebagai
konsep predikasi yang dapat diterapkan pada jejak kaki. Hal
tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora
penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan
kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah
konsep predikasi bercerita yang lazimnya diterapkan pada subject
manusia dihayati sebagai konsep predikasi yang dapat diterapkan
pada jejak kaki.
Dilihat dari lambang kias bercerita yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan human, karena hakikat katabercerita adalah
menuturkan cerita (KBBI, 2007: 210). Dengan demikian, lambang
bercerita dapat disebut sebagai konsep predikasi dari manusia yang
sedang menceritakan suatu cerita, seperti dongeng, dll.Selain itu,
konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori
human dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup
contoh kongkrit manusia dan segala kemampuan berpikirnya. Oleh
karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang
kiasnya (bercerita) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori
metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
77. Tentang harapannya yang mati (77-JL.4-AS.83-Kla) Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias mati pada kalimat “
Tentang harapanya yang mati” dikiaskan penyair sebagai konsep
suatu harapan yang sudah tiadak ada. Dengan demikian, konsep
harapan tersebut dihayati penyair seperti suatu makhluk hidup yang
setiap saat dapat mati. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan
dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding.
Dilihat dari lambang kias mati yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan being, karena hakikat katamati adalah sudah hilang
nyawanya tidak hidup lagi (KBBI, 2007: 723). Dengan demikian,
lambang mati dapat disebut dengan konsep pengalaman manusia
yang abstrak tentang konsep mati itu benar-benar adanya. Selain itu,
konsep lambang tersebut memiliki kesesuaian dengan jenis kategori
being dalam hierarki ruang persepsi model Haley yang mencakup
segala pengalaman manusia yang abstrak dan konsep itu benar-benar
adanya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair
dengan lambang kiasnya (mati) tersebut dapat digolongkan pada
jenis kategori metafora being dalam hierarki ruang persepsi model
Haley.
78. Dengan nafsu yang makin menggila
nuklir pun tercipta
(78-JL.4-AS.83-Kla) Lambang menggila pada kalimat “Dengan nafsu yang makin
menggila nuklir pun tercipta” menimbulkan makna kias. Dalam
ungkapan metafora ini, lambang kias menggila dikiaskan penyair
sebagai konsep nafsu manusia yang berlebihan. Hal tersebut,
mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair
yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-
kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan tersebut adalah
konsep menggila dihayati sebagai konsep berlebihan.
Dilihat dari lambang kias menggila yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan human, karena hakikat katamenggila terbentuk dari
kata dasar gila yang memiliki arti menjadi seperti gila tentang sikap
dan perbuatan (KBBI, 2007: 363). Dengan demikian, lambang
menggila dapat disebut sebagai konsep sikap dan perbuatan yang
tidak wajar dari manusia normal. Selain itu, konsep lambang tersebut
memiliki kesesuaian dengan jenis kategori human dalam hierarki
ruang persepsi model Haley yang mencakup contoh kongkrit
manusia dan segala kemampuan berpikirnya. Oleh karena itu,
penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya
(menggila) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora
human dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
79. Mana mungkin bisa terwujudkan
Semua hanya alasan
Semua hanya bohong besar
(79-JL.4-AS.83-Fra) Lambang bohong yang diikuti kata besar menimbulkan makna kias.
Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias bohong dikiaskan
sebagai konsep suatu benda kongkrit yang dapat diukur. Hal tersebut,
mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair
yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-
kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep
bohong dihayati sebagai konsep suatu benda yang dapat diukur.
Dilihat dari lambang kias bohong yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan human, karena hakikat kata bohong adalah tidak
sesuai dengan hal yang sebenarnya atau dusta (KBBI, 2007: 160).
Oleh karena itu, konsep bohong dapat disebut sebagai predikasi
manusia yang dapat mengungkapan konsep tersebut.Selain itu,
konsep lambang ini memiliki kesesuaian dalam hierarki ruang
persepsi model Haley pada jenis kategori metafora human yang
mencakup contoh kongkrit dan segala kemampuan berpikirnya. Oleh
karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang
kiasnya (bohong) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori
metafora being dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
80. Didalam kelas penuh dengan
obrolan
Selalu mengacau laju khayalan
(80-JL.5-AS.83-Fra) Lambang khayalan yang diawalai dengan kata laju menimbulkan
makna kias.Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias khayalan
dikiasakan penyair sebagai konsep kendaran yang melaju. Hal
tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora
penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan
kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah
konsep khayalan dihayati sebagai konsep suatu kendaraan yang dapat
melaju.
Dilihat dari lambang kias khayalan yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan being, karena hakikat kata khayalan terbentuk dari
kata dasar khayal yang memiliki arti lukiasan atau gambaran di
dalam angan-anagan atau fantasi (KBBI, 2007: 564). Dengan
demikian, lambang khayalan dapat dikatakan sebagai konsep
pengalaman manusia tentang angan-angan yang bersifat abstrak tidak
berwujud tapi keberadaanya benar ada. Selain itu, konsep lambang
ini memiliki kesesuaian dalam hierarki ruang persepsi model Haley
pada jenis kategori metafora being yang berkaitan pengalaman suatu
hal abstrak dan keberadaanya benar adanya. Oleh karena itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya
(khayalan) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora
being dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
81. Dari sana pula aku mulai mengenal
seraut wajah berisi lamunan
(81-JL.5-AS.83-Kla) Lambang berisi yang terdapat pada kalimat “Dari sana pula aku
mulai mengenal seraut wajah berisi lamunan” menimbulkan makna
kias. Dalam ungkapan metaforis ini, Lambang kias berisi dikiaskan
penyair sebagai konsep suatu pengalaman manusia melihat wajah
seseorang yang terlihat melamun. Hal tersebut, mengambarkan
tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha
membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding.
Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep berisi dihayati
sebagai konsep suatu pengalaman manusia yang melihat wajah
seseorang yang sedang melamun.
Dilihat dari lambang kias berisi yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan being, karena hakikat kata berisi adalah ada isinya;
tidak kosong; tidak hampa (KBBI, 2007: 443). Dengan demikian,
lambang berisi dapat disebut sebagai konsep suatu pengalaman
manusia yang abtrak tentang suatu keadaan.Selain itu, konsep
lambang ini memiliki kesesuaian dalam hierarki ruang persepsi
model Haley pada jenis kategori metafora being yang mencakup
semua pengalaman manusia yang abstrak dan konsep itu benar-benar
adanya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair
dengan lambang kiasnya (berisi) tersebut dapat digolongkan pada
jenis kategori metafora being dalam hierarki ruang persepsi model
Haley.
82. Bibir merekahdan merah selalu
basah
(82-JL.5-AS.83-Kla) Lambang merekah yang diawali kata bibir menimbulkan makna
kias.Dalam ungkapan metaforis ini, Lambang kias merekah dikiaskan
penyair sebagai konsep bibir yang bewarna merah merona seperti
bunga yang baru mekar. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep
dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan
dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang
dibandingkan itu adalah konsep merakah yang merupakan sifat
bungadihayati sebagai konsep bibir yang bewarna merah merona
karena memakai lipstik.
Dilihat dari lambang kias merekah yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan living, karena hakikat kata merekah adalah mulai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
mekar (tentang bunga) (KBBI, 2007: 941). Dengan demikian,
lambang merekah dapat disebut sebagai konsep yang dikaitkan
dengan semua kehidupan flora dan segala predikasinya. Selain itu,
konsep lambang ini memiliki kesesuaian dalam hierarki ruang
persepsi model Haley pada jenis kategori metafora living yang
mencakup dengan semua kehidupan flora dan segala predikasinya.
Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan
lambang kiasnya (merekah) tersebut dapat digolongkan pada jenis
kategori metafora living dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
83. Datang mengetuk pintu hatiku (83-JL.5-AS.83-Fra) Lambang hatiku yang diawali kata pintu menjadi kias.Dalam
ungkapan metaforis ini, lambang kias hatiku, dikiasakan penyair
sebagai konsep sebuah ruangan yang berpintu. Hal tersebut,
mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair
yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-
kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep
hatiku dihayati sebagai konsep sebuah ruangan yang berpintu, seperti
rumah.
Dilihat dari lambang kias hatiku yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan human, karena hakikat kata hatiadalah alat organ
badan yang berwarna kemerah-merahan di bagian atas rongga perut
(KBBI, 2007:392). Dengan demikian, lambang hati dapat dikatakan
sebagai konsep salah satu organ tubuh dari makhluk hidup, seperti
manusia dan binatang.Selain itu, konsep lambang ini memiliki
kesesuaian dalam hierarki ruang persepsi model Haley pada jenis
kategori metafora human yang mencakup contoh kongkrit manusia
dan kemampuan berpikirnya sehingga dapat menghayati dengan
perasaanya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair
dengan lambang kiasnya (hati) tersebut dapat digolongkan pada jenis
kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
84. Keras melebihi gelegar halilintar
yang ganasmenyambar
(84-JL.6-AS.83-Fra) Lambang ganas yang dikenakan pada subjek halilintar menimbulkan
makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias ganas
dikiasakan penyair sebagai konsephalilintar berbunyi keras sehingga
menyebabkan rasa takut. Hal tersebut, mengambarkan tentang
konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha
membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding.
Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep ganas dihayati
sebagai konsep halilintar yang berbunyi keras sehingga menimbulkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
rasa takut.
Dilihat dari lambang kias ganas yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan human, karena hakikat kata ganas adalah galak suka
menyerang atau melawan dan sebagainya (KBBI, 2007: 330).
Dengan demikian, lambang ganas dapat disebut dari predikasi dari
manusia yang memiliki sisi negatif seperti galak, suka melawan dan
lain-lain.
Selain itu, konsep lambang ini memiliki kesesuaian dalam hierarki
ruang persepsi model Haley pada jenis kategori metafora human
yang mencakup contoh kongkrit manusia dan kemampuan
berpikirnya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair
dengan lambang kiasnya (ganas) tersebut dapat digolongkan pada
jenis kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model
Haley.
85. Mari kita hentikan
dansa mereka
dengan memberi sinar matahari
(85-JL.6-AS.83-Fra) Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias matahari dikiasakan
penyair sebagai konsep suatu nasehat. Hal tersebut, mengambarkan
tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha
membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding.
Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep matahari dihayati
sebagai konsep suatu nasehat.
Dilihat dari lambang kias matahari yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan cosmos, karena hakikat kata matahari adalah benda
angkasa, titik pusat tata surya berupa bola berisi gas yang
mendatangkan panas pada bumi di siang hari (KBBI, 2007:
722).dengan demikian, lambang matahari dapat disebut sebagai
konsep sebuah benda angkasa yang menggunakan ruang di sana.
Selain itu, konsep lambang ini memiliki kesesuaian dalam hierarki
ruang persepsi model Haley pada jenis kategori metafora cosmos
yang tidak hanya ada melainkan mempati ruang di jagad raya, seperti
bulan, bumi, matahari dan lain-lain. Oleh karena itu, penciptaan
ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (matahari)
tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora cosmos
dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
86. Terkurung gedung-gedung tinggi (86-JL.6-AS.83-Fra) Dalam ungkapan metaforis ini, lambang gedung-gedung yang di
awalai kata terkurung menimbulkan makna kias. Lambang kias itu,
dikiaskan sebagai konsep suatu kurungan yang sifatnya mengurung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan
metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa
menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan
itu adalah konsep gedung-gedung dihayati sebagai konsep kurangan
yang sifatnya mengurung.
Dilihat dari lambang kias gedung-gedung yang digunakan penyair
dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan object, karena hakikat kata gedung-gedung
terbentuk dari adanya reduplikasi dari kata gedung yang memiliki arti
bangunan tembok yang besar sebagai tempat kegiatan, seperti kantor,
sekolah dll (KBBI, 2007: 342). Dengan demikian, lambang gedung
dapat disebut sebagai bangunan besar yang terbuat dari tembok
sebagai tempat segala aktivitas dari manusia.
Selain itu, konsep lambang ini memiliki kesesuaian dalam hierarki
ruang persepsi model Haley pada jenis kategori metafora object yang
mencakup dari semua mineral yang sifatnya dapat pecah, rusak dan
sejenisnya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair
dengan lambang kiasnya (gedung-gedung) tersebut dapat
digolongkan pada jenis kategori metafora object dalam hierarki ruang
persepsi model Haley.
87. Nampak merangkak degup jantung (87-JL.6-AS.83-Kla) Dalam ungkapan metaforis ini, lambang merangkak yang diikuti kata
degup jantung dikiasakan penyair sebagai konsep suatu gerakan
degup jantung yang bergerak lamban. Hal tersebut, mengambarkan
tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha
membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding.
Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep merangkak dihayati
sebagai konsep suatu gerakan degup jantung yang bergerak lamban.
Dilihat dari lambang kias merangkak yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan human, karena hakikat kata merangkak adalah
bergerak dengan bertumpu pada tangan dan lutut (KBBI, 2007: 928).
Oleh karena itu, konsep merangkak dapat disebut dengan konsep
predikasi dari manusia, seperti balita, ataupun seorang tentara.
Selain itu, konsep lambang ini memiliki kesesuaian dalam hierarki
ruang persepsi model Haley pada jenis kategori metafora human
yang mencakup contoh kongkrit manusia dan kemampuan
berpikirnya sehingga dapat menadahi sesuatu. Oleh karena itu,
penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
(merangkak) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora
human dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
88. Tak sanggup aku melihat
lukamu kawan dicumbu lalat
(88-JL.6-AS.83-Kla) Lambang dicumbu yang terdapat pada kalimat “Tak sanggup aku
melihat lukamu kawan dicumbu lalat”menimbulkan makna kias.
Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias dicumbu dikiasakan
penyair sebagai konsep predikasi yang dapat diterapkan pada subjek
lalat. Fenomena tersebut mengambarkan maksud penyair tentang
konsep lalat yang menghinggapi luka dihayati seperti manusia yang
saling bercumbu.
Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan
metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa
menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan
itu adalah konsep dicumbu lalat dihayati sebagai konsep lalat yang
menghinggapi luka.
Dilihat dari lambang kias dicumbu yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan human, karena hakikat kata dicumbu terbentuk dari
kata dasar cumbu yang memiliki arti kata-kata manis yang dipakai
untuk membujuk seorang kekasih (KBBI, 2007: 223). Dengan
demikian, konsep dicumbu dapat disebut predikasi dari manusia yang
sedang membujuk. Selain itu, konsep lambang ini memiliki
kesesuaian dalam hierarki ruang persepsi model Haley pada jenis
kategori metafora human yang mencakup contoh kongkrit manusia
dan kemampuan berpikirnya sehingga dapat menadahi sesuatu. Oleh
karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang
kiasnya (dicumbu) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori
metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
89. Sentuhan anginwaktu siang
kibarkan satu kain bendera usang
(89-JL.7-AS.83-Fra) Dalam ungkapan metaforis ini, angin dikiaskan penyair sebagai
konsep manusia yang dapat mengibarkan bendera. Hal tersebut,
mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair
yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-
kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep
angin dihayati sebagai konsep manusia. Dilihat dari lambang kias
angin yang digunakan penyair dalam penciptaan ungkapan
metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan energy,
karena hakikat kata angin adalahgerakan udara dari daerah yang
bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah (KBBI, 2007: 49).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
Dengan demikian, lambang angin dapat disebut sebagai konsep
gerekan udara.Selain itu, konsep lambang ini memiliki kesesuaian
dalam hierarki ruang persepsi model Haley pada jenis kategori
metafora energy yang tidak hanya ada dan mencakup predikasi
menempati ruang serta prilakunya bergerak. Oleh karena itu,
penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya
(angin) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora
energy dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
90. Kadar cintamereka tak terhitung
besarnya
(90-JL.7-AS.83-Fra) Dalam ungkapan metaforis ini, kata cinta merupakan hal abstrak dan
benar adanya itu diawali kata kadar menimbulkan makna kias. Hal
itu, dikiasakan penyair sebagai konsep zat yang dapat diukur seperti
zat cair, padat dan sejenisnya. Hal tersebut, mengambarkan tentang
konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha
membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding.
Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep cinta suatu hal
abstrak dan benar adanya dihayati sebagai konsep suatu hal zat yang
dapat diukur seperti zat cair, padat dan sejenisnya.
Dilihat dari lambang kias cinta yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan being, karena hakikat kata cinta adalah suka sekali,
sayang benar (KBBI, 2007: 214). Dengan demikian, konsep cinta
dapat disebut sebagai pengalaman suatu hal abstrak yang
keberadaanya benar adanya. Selain itu, konsep lambang ini memiliki
kesesuaian dalam hierarki ruang persepsi model Haley pada jenis
kategori metafora being yang berkaitan pengalaman suatu hal abstrak
yang keberadaanya benar adanya. Oleh karena itu, penciptaan
ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (cinta) tersebut
dapat digolongkan pada jenis kategori metafora being dalam hierarki
ruang persepsi model Haley.
91. Harapan tertanam (91-JL.7-AS.83-Kla) Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias tertanam yang diawali
kata harapan menimbulkan makna kias. Hal itu, dikiasakan penyair
sebagai konsep harapan yang masih ada. Hal tersebut,
mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair
yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-
kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep
tertanam seperti benih suatu tumbuh-tumbuhandihayati sebagai
konsep predikasi harapan yang masih ada.
Dilihat dari lambang kias tertanam yang digunakan penyair dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan living, karena hakikat kata tertanam terbentuk dari
kata dasar tanam yang memiliki arti melakukan pekerjaan tanam-
menanam, sepeti petani (KBBI, 2007: 1133). Dengan demikian,
konsep tertanam dapat disebut dengan konsep predikasi dari
kehidupan flora.
Selain itu, konsep lambang ini memiliki kesesuaian dalam hierarki
ruang persepsi model Haley pada jenis kategori metafora living yang
berkaitan semua kehidupan floraikasinya. Oleh karena itu, penciptaan
ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (tertanam)
tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora living dalam
hierarki ruang persepsi model Haley
92. Debu yang ada diatas kulit tubuh
ini saksi bisu
(92-JL.8-AS-Kla) Dalam ungkapan metaforis ini, predikasi saksi bisu yang dikenakan
pada subjek debu menimbulkan makna kias. Lambang kias debu
tersebut dikiaskan penyair sebagai manusia yang dapat bersaksi
tetapi tidak dapat berkata-kata. Hal tersebut, mengambarkan tentang
konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha
membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding.
Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep debu dihayati
sebagai konsep manusia bisu yang jadi saksi.
Dilihat dari lambang kias debu yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan being, karena hakikat debu adalah serbuk halus dari
tanah dan sebagainya (KBBI, 2007: 243). Dengan demikian, lambang
debu dapat disebut sebagai pengalaman manusia yang abstrak
tentang konsep debu yang tak terlihat secara langsung oleh indra
karena terbentuk dari serbuk halus dari tanah.Selain itu, konsep
lambang ini memiliki kesesuaian dalam hierarki ruang persepsi
model Haley pada jenis kategori metafora being yang mencakup dari
pengalaman manusia yang abstrak dan konsep itu benar-benar
adanya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair
dengan lambang kiasnya (debu) tersebut dapat digolongkan pada
jenis kategori metafora being dalam hierarki ruang persepsi model
Haley.
93. Menampung setiap ungkapan (93-JL.8-AS.83-Fra) Dalam ungkapan metaforis ini, lambang menampung diikuti kata
ungkapan menimbulkan makna kias. Hal itu, dikiasakan penyair
sebagai konsep sesorang (sahabat) yang mendengarkan dan
memahami sebuah keluhan. Hal tersebut, mengambarkan tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha
membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding.
Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep menampung sebagai
konsep mendengarkan sebuah ungkapan keluhan.
Dilihat dari lambang kias menampung yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan human, karena hakikat menampung terbentuk dari
kata dasar tampung yang memiliki arti menadah sesuatu yang jatuh
bertitik, tercurah, dan sebagainya dari atas (KBBI, 2007: 1132).
Dengan demikian, lambang menampung dapat disebut sebagai
konsep predikasi dari manusia yang menadahi sesuatu yang tercurah
atau tertitik dari atas.
Selain itu, konsep lambang ini memiliki kesesuaian dalam hierarki
ruang persepsi model Haley pada jenis kategori metafora human
yang mencakup contoh kongkrit manusia dan kemampuan
berpikirnya sehingga dapat menadahi sesuatu. Oleh karena itu,
penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya
(menampung) tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori
metafora human dalam hierarkir ruang persepsi model Haley
94. Mendekap semua keluhan (94-JL.8-AS.83-Fra) Dalam ungkapan metaforis ini, lambang mendekap diikuti kata
keluhan menimbulkan makna kias. Hal itu, dikiaskan penyair sebagai
konsep sesorang (sahabat) yang mendengarkan dan memahami
sebuah keluhan. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar
penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal
tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang
dibandingkan itu adalah konsep mendekap sebagai konsep predikasi
dari manusia dihayati sebagai sesorang (sahabat) yang mendengarkan
dan memahami sebuah keluhan.
Dilihat dari lambang kias mendekap yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan human, karena hakikat mendekap adalah memeluk
(KBBI, 2007: 246). Dengan demikian, lambang mendekap dapat
disebut sebagai konsep predikasi dari manusia. Selain itu, konsep
lambang ini memiliki kesesuaian dalam hierarki ruang persepsi
model Haley pada jenis kategori metafora human yang mencakup
contoh kongkrit manusia dan kemampuan berpikirnya sehingga dapat
menghayati dengan perasaanya. Oleh karena itu, penciptaan
ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (mendekap)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora human
dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
95. Menangkap tawa
merebut duka
(95-JL.8-AS.83-Fra) Dalam ungkapan metaforis ini, lambang tawa yang diawali kata
menangkap menimbulkan makna kias. Begitu juga dengan kata duka
yang diikuti kata merebut. Kedua hal itu, dikiasakan penyair sebagai
konsep sesorang yang dapat menghibur sahabatnya.
Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan
metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa
menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan
itu adalah konsep tawa dan duka dihayati sebagai konsep suatu
benda yang dapat di tangkap dan direbut.
Dilihat dari lambang kias tawa dan duka yang digunakan penyair
dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan human, karena hakikat kata tawa adalah ungkapan
rasa gembira, senang, geli dsb dengan mengeluarkan suara melalui
alat ucap (KBBI, 2007: 1150), sedangkan kata duka adalah susah
hati; sedih hati (KBBI, 2007: 278). Dengan demikian, lambang tawa
dan duka dapat disebut dengan konsep hasil penhayatan seseorang
terhadap suana disekitarnya.
Selain itu, konsep lambang ini memiliki kesesuaian dalam hierarki
ruang persepsi model Haley pada jenis kategori metafora human
yang mencakup contoh kongkrit manusia dan kemampuan
berpikirnya sehingga dapat menghayati dengan perasaanya. Oleh
karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair dengan lambang
kiasnya (tawa dan duka) tersebut dapat digolongkan pada jenis
kategori metafora human dalam haierarki ruang persepsi model
Haley.
96. Satu cerita dua manusia
terlibat dalam amuk asmara
(96-JL.8-AS.83-Fra) Dalam ungkapan metaforis ini, lambang asmara yang diawali kata
amuk menimbulkan makna kias. Hal itu, dikiaskan sebagai
pengalaman penyair tentang keadaan perasaan yang saling tersakiti
akibat jalinan asmaranya. Hal tersebut, mengambarkan tentang
konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha
membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding.
Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep asmara yang
merupakan konsep abstrak suatu pengalaman sesorang tentang rasa
tertarik dengan lawan jenisnya dihayati sebagai konsep sesorang
yang dapat mengamuk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
Dilihat dari lambang kias asmara yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan being, karena hakikat kata asmara adalah perasaan
senang kepada lain jenis atau rasa cinta (KBBI, 2007: 71). Dengan
demikian, lambang asmara dapat disebut dengan konsep abstrak
pengalaman seseorang tentang perasaan senang kepada lain jenis atau
rasa cinta yang benar adanya.Selain itu, konsep lambang ini memiliki
kesesuaian dalam hierarki ruang persepsi model Haley pada jenis
kategori metafora being yang mencangkup konsep abstrak dan
keberadaanya benar-benar ada.Oleh karena itu, penciptaan ungkapan
metaforis penyair dengan lambang kiasnya (asmara) tersebut dapat
digolongkan pada jenis kategori metafora being dalam hierarki ruang
persepsi model Haley.
97. Sejuta lumba lumba mengawasi
cemas
(97-JL.9-AS.83-Kla) Dalam ungkapan metaforis ini, lambang lumba-lumba yang diikuti
predikasi mengawasi cemasmenimbulkan makna kias. Hal itu,
dikiaskan penyair sebagai konsep sesorang dapat mengawasi cemas.
Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan
metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa
menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan
itu adalah konsep lumba-lumba yang merupakan salah satu dari jenis
binatang mamalia lautdihayati sebagai konsep sesorang yang dapat
mengawasi cemas.
Dilihat dari lambang kias lumba-lumba yang digunakan penyair
dalam penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan animate, karena hakikat kata lumba-lumba adalah
binatang mamalia laut sejenis ikan paus, bergigi kecil dengan
moncong yang panjang (KBBI, 2007: 688). Dengan demikian,
konsep lumba-lumba dapat disebut sebagai salah satu jenis binatang
mamalia laut.Selain itu, konsep lambang ini memiliki kesesuaian
dalam hierarki ruang persepsi model Haley pada jenis kategori
metafora animate yang memiliki contoh kongkrit dari dunia fauna
dan segala prilakunya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan
metaforis penyair dengan lambang kiasnya (lumba-lumba) tersebut
dapat digolongkan pada jenis kategori metafora animate dalam
hierarki ruang persepsi model Haley
98. Risau camar membawa kabar (98-JL.9-AS.83-Kla) Dalam ungkapan metaforis ini, Lambang camar yang diikuti
predikasi membawa kabarmenimbulkan makna kias. Hal itu,
dikiaskan penyair sebagai konsep sesorang dapat membawa kabar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
atau pesan yang akan disampaikan. Hal tersebut, mengambarkan
tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair yang berusaha
membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-kata pembanding.
Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep camar yang
merupakan salah satu jenis burungdihayati sebagai konsep sesorang
dapat membawa kabar atau pesan yang akan disampaikan.
Dilihat dari lambang kias camar yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan animate, karena hakikat kata camar adalah burung
yang berwarna putih keabu-abuan, berparuh panjang dan runcing
(KBBI, 2007: 189) Dengan demikian, lambang camar dapat disebut
sebagai salah satu jenis burung. Selain itu, konsep lambang ini
memiliki kesesuaian dalam hierarki ruang persepsi model Haley pada
jenis kategori metafora animate yang memiliki contoh kongkrit dari
dunia fauna dan segala prilakunya. Oleh karena itu, penciptaan
ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (camar)
tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora animate
dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
99. Risau camar memberi salam (99-JL.9-AS.83-Kla) Dalam ungkapan metaforis ini, lambang camar yang diikuti predikasi
memberi salam menimbulkan makna kias. Hal itu, dikiaskan penyair
sebagai konsep sesorang dapat memberi salam. Hal tersebut,
mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan metafora penyair
yang berusaha membandingkan dua hal tanpa menggunakan kata-
kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan itu adalah konsep
camar yang merupakan salah satu jenis burungdihayati sebagai
konsep manusia yang memberi salam.
Dilihat dari lambang kias camar yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi
manusia dengan animate, karena hakikat kata camar adalah burung
yang berwarna putih keabu-abuan, berparuh panjang dan runcing
(KBBI, 2007: 189) Dengan demikian, lambang camar dapat disebut
sebagai salah satu jenis burung. Selain itu, konsep lambang ini
memiliki kesesuaian dalam hierarki ruang persepsi model Haley pada
jenis kategori metafora animate yang memiliki contoh kongkrit dari
dunia fauna dan segala prilakunya. Oleh karena itu, penciptaan
ungkapan metaforis penyair dengan lambang kiasnya (camar)
tersebut dapat digolongkan pada jenis kategori metafora animate
dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
100. Jilat api dan jerit penumpang kapal (100-JL.9-AS.83-Fra) Dalam ungkapan metaforis ini, lambang api yang diawali kata
jilatmerupakan ungkapan klise atau sering digunakan. Pernyataan
tersebut sesuai dalam Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia (1984: 21)
lidah api mulai menjilat memiliki makna ujung nyala api. Hal itu,
dikiaskan penyair sebagai manusia atau binatang yang memiliki lidah
sehingga dapat menjilat.
Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar penciptaan
metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal tanpa
menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang dibandingkan
itu adalah konsep api yang merupakan sumber energidihayati sebagai
konsep manusia yang mempunyai lidah sehingga dapat menjilat.
Dilihat dari lambang kias api yang digunakan penyair dalam
penciptaan ungkapan metaforisnya merupakan wujud inetaraksi
manusia dengan energy, karena hakikat kata api adalah panas dan
cahaya yang berasal dari sesuatu yang terbakar nyala (KBBI, 2007:
60). Dengan demikian, konsep api dapat dikatakan sebagai suatu
sumber energi yang menimbulkan panas atau cahaya. Selain itu,
konsep lambang ini memiliki kesesuaian dalam hierarki ruang
persepsi model Haley pada jenis kategori metafora energy yang tidak
hanya ada dan mencakup predikasi menempati ruang serta prilakunya
bergerak. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair
dengan lambang kiasnya (api) tersebut dapat digolongkan pada jenis
kategori metafora energy dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
101. Tampomas hati siapa yang tak
panas
(101-JL.9-AS.83-Fra) Lambang hati yang diikuti klausa siapa yang tak panasmenimbulkan
makna kias. Dalam ungkapan metaforis ini, lambang kias hati
dikiaskan penyair sebagai konsep perasaan seseorang yang jengkel,
kecewa dsb. Hal tersebut, mengambarkan tentang konsep dasar
penciptaan metafora penyair yang berusaha membandingkan dua hal
tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Kedua hal yang
dibandingkan itu adalah konsep hati yang merupakan organ
manusiadihayati sebagai konsep suatu perasaan sesorang. Dilihat dari
lambang kias hati yang digunakan penyair dalam penciptaan
ungkapan metaforisnya merupakan wujud interaksi manusia dengan
human, karena hakikat kata hatiadalah alat organ badan yang
berwarna kemerah-merahan di bagian atas rongga perut (KBBI,
2007:392).Dengan demikian, lambang hati dapat dikatakan sebagai
konsep salah satu organ tubuh dari makhluk hidup, seperti manusia
dan binatang.Selain itu, konsep lambang ini memiliki kesesuaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
dalam hierarki ruang persepsi model Haley pada jenis kategori
metafora human yang mencakup contoh kongkrit manusia dan
kemampuan berpikirnya sehingga dapat menghayati dengan
perasaanya. Oleh karena itu, penciptaan ungkapan metaforis penyair
dengan lambang kiasnya (hati) tersebut dapat digolongkan pada jenis
kategori metafora human dalam hierarki ruang persepsi model Haley.
Yogyakarta, 08 Maret 2017
Triangulator hasil pengumpulan data dan analisis data
Drs. B, Rahmanto, M.Hum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
Lampiran 4 Hasil Pengkategorian Data
Pengkategorian Data
Hasil pengkategorian data ungkapan metafora berdasarkan kesesuaian kriteria lambang kias
dengan kriteria kesembilan kategori ruang persepsi manusia model Haley.
A. Kategori Being
Predikasi : ada (pengalaman manusia yang abstrak)
Contoh nomina : kebenaran, kasih, cinta
1. Tuhanterlalu cepat semua kau panggil satu-satunya yang tersisa proklamator tercinta (04-
JL.3-ASM.81-Kla)
2. Aku berteman iblis yang baik hati (11-JL.7-ASM.81-Fra)
3. Membelah malammendung yang selalu datang (12-JL.7-ASM.81-Fra)
4. Merah membara tertanam wibawa (25-JL.10-ASM.81-Kla)
5. Putihmu suci penuh karisma (26-JL.10-ASM.81-Fra)
6. Tangisan pertamamu
ditandai BBM tinggi(32-JL.1-AP.82-Fra)
7. BBM tinggi susu tak terbeli (33-JL.1-AP.82-Fra)
8. Apa yang tersembunyi
dibalik manis senyummu (41-JL.3-AP.82-Fra)
9. Jalan gelap yang kau pilih
penuh lubang dan mendaki (43-JL.3-AP.82-Fra)
10. Oh jelas kami kecewa
menatap rimba yang dulu perkasa(45-JL.4-AP.82-Fra)
11. Inilah manusia
dengan segala macamwarna hidupnya (50-JL.5-AP.82-Fra)
12. Tak bermata
pandang dunia dengan jiwa(53-JL.7-AP.82-Kla)
13. Setan-setan politik(62-JL.1-AS.83-Fra)
14. Bentuklah segala warna jiwanya
diantara lingkup manusia (70-JL.3-AS.83-Fra)
15. Semoga kau tak tuli Tuhan
dengarlah pinta kami sebagai orang tuanya (73-JL.3-AS.83-Kla)
16. Tentang harapannya yang mati(77-JL.4-AS.83-Kla)
17. Mana mungkin
bisa terwujudkan
semua hanya alasan
semua hanya bohong besar (79-JL.4-AS.83-Fra)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
18. Didalam kelas penuh dengan obrolan
selalu mengacau laju khayalan(80-JL.5-AS.83-Fra)
19. Dari sana pula aku mulai mengenal seraut wajah berisi lamunan(81-JL.5-AS.83-Kla)
20. Kadar cinta mereka tak terhitung besarnya (90-JL.7-AS.83-Fra)
21. Debu yang ada diatas kulit tubuh ini saksi bisu (92-JL.8-AS.83-Kla)
22. Satu cerita dua manusia
terlibat dalam amuk asmara (96-JL.8-AS.83-Fra)
B. Kategori Cosmos
Predikasi : menggunakan ruang
Contoh nomina : matahari, bumi, bulan, langit
1. Cepatlah besarmatahariku (34-JL.1-AP.82-Fra)
2. Mari kita hentikan
dansa mereka
dengan memberi sinar matahari(85-JL.6-AS.83-Fra)
C. Kategori Energy
Predikasi : bergerak, menempati ruang
Contoh nomina : cahaya, angin, api
1. Hujan air mata dari pelosok negeri (05-JL.3-ASM.81-Fra)
2. Sinar matamu tajam namun ragu (22-JL.10-ASM.81-Fra)
3. Dalam hati yang bimbang berdoa beriterang jalan anak hamba (10-JL.4-ASM.81-Fra)
4. Dengan sorot mata yang keduanya buta (13-JL.7-ASM.81-Fra)
5. Sinar terang lampu merkuri
pasti akan engkau dapati(52-JL.7-AP.82-Kla)
6. Sentuhan anginwaktu siang
kibarkan satu kain bendera usang (89-JL.7-AS.83-Fra)
D. Kategori Substance
Predikasi : lembam
Contoh nomina : semacam gas
1. O Tuhan beri setetes rejeki(09-JL.4-ASM.81-Fra)
2. Pernahkah tuan renungkan
harga keringatnya (48-JL.5-AP.82-Fra)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
E. Kategori Terrestrial
Predikasi : terhampar
Contoh nomina : gunung, sungai, laut
1. Pulau-pulau yang berpencar bersatu dalam kibarmu (27-JL.10-ASM.81-Kla]
F. Kategori Object
Predikasi : pecah, rusak
Contoh nomina : semua benda, mineral
1. Dan segumpal harapan
kapankah datang tuan berkantong tebal (08-JL.4-ASM.81-Fra)
2. Tak peduli itu istri orang yang penting bisa ngasah pedang(38-JL.2-AP.82-Fra)
3. Pedang tajam wanita ditendang(39-JL.2-AP.82-Fra)
4. Tukang sapu bawa sapu juga disapu kok bisa begitu(49-JL.5-AP.82-Kla)
5. Beri watak baja padanya (71-JL.3-AS.83-)
6. Serdadu boneka yang malang (74-JL.4-AS.83-Fra)
7. Terkurung gedung-gedung tinggi (86-JL.6-AS.83-Fra)
G. Kategori Living
Predikasi : tumbuh
Contoh nomina : semua kehidupan dunia flora
1. Nada merambatpelan dikesunyian malam (17-JL.9-ASM.81-Kla)
2. Berkibarlah benderaku singkirkan benaludi tiangmu (29-JL.10-ASM.81-Kla)
3. Dengarlah detak jantung benihku yang ku tanam dirahimmu (68-JL.3-AS.83-Kla)
4. Kuharap keikhlasanmu
sirami benih yang kutabur ditamanmu(69-JL.3-AS.83-Kla)
5. Bibir merekahdan merah selalu basah (82-JL.5-AS.83-Kla)
6. Harapan tertanam(91-JL.7-AS.83-Kla)
H. Kategori Animate
Predikasi : berjalan, lari
Contoh nomina : semua kehidupan dunia fauna
1. Laju sepeda kumbang di jalan berlubang
s'lalu begitu dari dulu waktu jaman jepang (02-JL.2-ASM.81-Fra)
2. Terpisah dari ramai berteman nyamuk nakal (07-JL.4-ASM.81-Fra)
3. Bermacamsuku berbeda bersatu dalam cengkeramanmu(23-JL.10-ASM.81-Kla)
4. Terbanglah garudaku singkirkan kutu-kutu di sayapmu(28-JL.10-ASM.81-Kla)
5. Bukanlah rumus kode buntut(30-JL.10-ASM.81-Fra)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
6. Tabir gelap yang dulu hinggap(40-JL.3-AP.82-Kla)
7. Namun tugas tetap jalan absen gaji melayang(47-JL.5-AP.82-Kla)
8. Kala sisa ombak merayap (54-JL.8-AP.82-Kla)
9. Terasa panas menyengat(55-JL.8-AP.82-Kla]
10. Semilir angin berhembus
bawa dendang unggas laut (58-JL.8-AP.82-Kla)
11. Tak buas lagi ombakmu (60-JL.8-AP.82-Fra)
12. Lalu sibuk kasak kusuk mencari kambing hitam (64-JL.1-AS.83-Fra)
13. Di depan ada polantas
wajahnya begitu buas(67-JL.2-AS.83-Fra)
14. Keras melebihi gelegar halilintar
yang ganas menyambar (84-JL.6-AS.83-Fra)
15. Sejuta lumba-lumba mengawasi cemas (97-JL.9-AS.83-)
I. Kategori Human
Predikasi : berpikir, mempunyai intelegensia
Contoh nomina : manusia dengan segala tingkah lakunya
1. Empat tahun lamanya
bergelut dengan buku
'tuk jaminan masa depan (01-JL.1-ASM.81-Fra)
2. Jadi guru jujur berbakti memangmakan hati (03-JL.2-ASM.81-Fra)
3. Bernisan bangga, berkafan doa
dari kami yang merindukan orang sepertimu (06-JL.3-ASM.81-Fra)
4. Dan burung burung bangkai berdansa senang(14-JL.8-ASM.81-Kla)
5. Di ujung lainya wabah busung menyerang(15-JL.8-ASM.81-Kla)
6. Deting piano kala jemari menari(16-JL.9-ASM.81-Fra)
7. Hati kecil berbisik untuk kembali padanya (18-JL.9-ASM.81-Kla)
8. Seribu kata menggoda seribu sesal di depan mata (19-JL.9-ASM.81-Kla)
9. Namun senyummu tetap mengikuti(21-JL.9-ASM.81-Kla)
10. Angin genit mengelus merah putihmu (24-JL.10-ASM.81-Kla)
11. Terompet tahun baru menyambutmu (31-JL.1-AP.82-Kla)
12. Tinjulah congkaknya dunia buah hatiku (35-JL.1-AP.82-Fra)
13. Doa kami di nadimu (36-JL.1-AP.82-Fra)
14. Tuan yang merasa hidung belang
keranjingan main perempuan (37-JL.2-AP.82-Fra)
15. Apa yang tersembunyi
dibalik bening dua matamu (42-JL.3-AP.82-Fra)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
16. Tawa kelakar badut-badut serakahtanpa HPH berbuat semaunya (44-JL.4-AP.82-Fra)
17. Bencana erosi selaludatang menghantui(46-JL.4-AP.82-Kla)
18. Namun jangan padam ambisi (51-JL.7-AP.82-Fra)
19. Banyaknya persoalan yang datang tak kenal kasihan(61-JL.1-AS.83-Kal)
20. Apakah selamanya politik itu kejam? (63-JL.1-AS.83-Fra)
21. Berteriak hingga serak didalam negeri yang congkak(65-JL.1-AS.83-Fra)
22. Jejak kaki para pengungsi
bercengkerama dengan derita(75-JL.4-AS.83-Kla)
23. Jejak kaki para pengungsi
bercerita pada penguasa(76-JL.4-AS.83-Kla)
24. Dengan nafsu yang makin menggila
nuklir pun tercipta (78-JL.4-AS.83-Kla)
25. Datang mengetuk pintu hatiku(83-JL.5-AS.83-Fra)
26. Nampak merangkak degup jantung (87-JL.6-AS.83-Kla)
27. Tak sanggup aku melihat
lukamu kawan dicumbu lalat (88-JL.6-AS.83-Kla)
28. menampung setiap ungkapan (93-JL.8-AS.83-Fra)
29. Mendekap semua keluhan (94-JL.8-AS.83-Fra)
30. Menangkap tawa
merebut duka(95-JL.8-AS.83-Fra)
31. Tampomas hati siapa yang tak panas (101-JL.9-AS.83-Fra)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
BIOGRAFI PENULIS
Yonatan anak kedua dari empat bersaudara, lahir di
Tegal Arum pada tanggal 11 Juni 1991. Pada tahun
ajaran 2002/2003 menyelesaikan pendidikan dasar di
SD Negeri 198 Kabupaten Tebo, kemudian pada
tahun ajaran 2005/2006 menyelesaikan pendidikan
menegah pertama di SMP Negeri 6 Kabupaten Tebo,
dan pada tahu ajaran 2008/2009 menyelesaikan
pendidikan menegah atas di SMA Negeri 11 Kabupaten Tebo. Pada tahun 2012,
peneliti melanjutkan studi di progam Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Selama
menjadi mahasiswa PBSI, Penulis aktif mengikuti dan terlibat aktif di berbagai
kegiatan baik di dalam prodi maupun di luar prodi. Pada tahun periode 2014/2015
penulis tercatat sebagai Koordinator Devisi Pemilu Himpunan Mahasiswa
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI