analisis masalah keluarga dan dampaknya

9
Analisis masalah keluarga dan dampaknya terhadap kehidupan keluarga Mata Kuliah : MSDK Hari/Tanggal: Kamis,18 Agustus 2011 Anggota Kelompok : Veni Issani (F24090024) Jian Septian (F24090046) Ayu Cahyaning Wulan (F24090130) Fernando Tandayu (I24090041) Febrika Setiawan (I24090049) Dosen Penanggung Jawab: Irni Rahmayani Johan,SP,MM Asisten Mata Kuliah : Ka Agus DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

Upload: jian-septian

Post on 05-Aug-2015

82 views

Category:

Documents


34 download

DESCRIPTION

Dampak dari masalah keluarga

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis masalah keluarga dan dampaknya

Analisis masalah keluarga dan dampaknya terhadap kehidupan keluarga

Mata Kuliah : MSDK Hari/Tanggal: Kamis,18 Agustus 2011

Anggota Kelompok :

Veni Issani (F24090024)

Jian Septian (F24090046)

Ayu Cahyaning Wulan (F24090130)

Fernando Tandayu (I24090041)

Febrika Setiawan (I24090049)

Dosen Penanggung Jawab:

Irni Rahmayani Johan,SP,MM

Asisten Mata Kuliah :

Ka Agus

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 2: Analisis masalah keluarga dan dampaknya

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Senyawa kimia ini tidak dapat

dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Manfaat air begitu besar bagi kehidupan mulai dari

kebutuhan rumah tangga yaitu sebagai air minum dan MCK, kebutuhan industri, air irigasi

untuk pertanian, sampai pembangkit listrik tenaga air. Dewasa ini, air bersih terutama untuk

keperluan sehari-hari keluarga sangat sulit diperoleh.

Ahli-ahli memprediksi Indonesia akan mengalami kelangkaan air bersih pada tahun

2025. Walaupun Indonesia diperkirakan memiliki total volume air sebesar 308 juta meter

kubik, sehingga termasuk Negara yang kaya akan ketersediaan air, potensi ketersediaan air

bersih dari tahun ke tahun cenderung menurun akibat pencemaran lingkungan dan kerusakan

daerah tangkapan air. Kondisi diperburuk dengan perubahan iklim yang mulai terasa

dampaknya sehingga membuat Indonesia mengalami banjir pada musim penghujan dan

kekeringan pada musim kemarau. Padahal di lain pihak kecenderungan konsumsi air bersih

justru naik secara eksponensial seiring pertambahan penduduk, beragamnya pemanfaatan air,

berkembangnya pembangunan, serta kecenderungan penurunan kualitas air akibat

pencemaran oleh berbagai kegiatan. (Wangsaatmaja dalam Hastri 2011). Oleh karena itu,

diperlukan pemanfaatan serta pengelolaan air yang efektif dan efisien.

Kondisi iklim tropis Provinsi Jawa Tengah yang terletak antara 5o40'-8o30' LS dan

antara 108o30'-111o30' BT menjadikan potensi dan ancaman bencana. Dampak dari bahaya

iklim tersebut adalah banjir, kekeringan, kebakaran lahan dan badai angin. Hal ini diperburuk

dengan adanya pemanasan global. Pemanasan global terjadi karena meningkatnya temperatur

rata-rata atmosfer, laut dan daratan. Penyebab utama pemanasan ini adalah pembakaran

bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam, yang melepas

karbondioksida dan gas-gas lainnya yang dikenal sebagai gas rumah kaca ke atmosfer. Ketika

atmosfer semakin kaya gas rumah kaca maka akan menjadi insulator yang menahan lebih

banyak panas matahari yang dipancarkan ke Bumi.

Daerah dengan iklim hangat akan menerima curah hujan yang lebih tinggi, tetapi

tanah akan lebih cepat kering. Kekeringan tanah akan merusak tanaman bahkan

menghancurkan suplai makanan. Perubahan iklim global berpengaruh terhadap kondisi iklim

di Jawa Tengah. Musim kemarau menjadi lebih panjang daripada musim hujan sehingga

menyebabkan kekeringan di daerah dengan cadangan air tanah yang minimum. Daerah yang

Page 3: Analisis masalah keluarga dan dampaknya

sering kali mengalami kekeringan terdapat adalah Kabupaten Blora, Grobogan, Pati,

Rembang, Demak, Wonogiri. Sedangkan Kabupaten lain seperti Sragen, Pemalang,

Pekalongan, Tegal, Kendal, dan Brebes pada kondisi ekstrem akan mengalami kekeringan

cukup parah (Bappenas 2011).

Kekeringan ini juga disebabkan oleh petani di Jawa Tengah yang kebanyakan

bersikap tidak patuh terhadap mulainya giliran masa tanam yang telah ditetapkan, gadu

spekulasi (tindakan nekad) pada lahan di luar yang direncanakan, gadu spekulasi pada areal

sawah tadah hujan dan pengambilan air illegal baik dari sungai ataupun saluran irigasi.

Padahal sudah diprediksi bahwa penanaman padi membutuhkan air yang cukup banyak

(Nursyirwan dalam Hastri 2011).

Krisis air bersih di Jawa Tengah ini tentunya mempengaruhi secara langsung

kehidupan masyarakat Jawa Tengah tersebut. Apabila sebelumnya sebuah keluarga merasa

nyaman dengan ketersediaan air bersih yang berlimpah, kini mereka harus mengubah sistem

keluarga mereka ditinjau dari kearifan mereka dalam memanfaatkan dan mengelola sumber

daya air yang sebenarnya merupakan sumber daya alam yang tidak terbatas karena akan

selalu terbaharui, namun dikarenakan berbagai faktor, predikat ini harus dieliminasi. Masalah

inilah yang melatarbelakangi penulisan makalah ini. Penulis ingin mengetahui bagaimana

keluarga sebagai bagian dari masyarakat menanggulangi krisis air bersih di daerah mereka

mulai dari upaya penanggulangan untuk jangka pendek hingga upaya pencegahan untuk

jangka panjang.

I.2 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini adalah:

1. Mengetahui jenis sistem keluarga yang digunakan oleh masyarakat Jawa Tengah saat

mengalami krisis air bersih.

2. Mengetahui model proses manajemen keluarga dari masyarakat Jawa Tengah mulai dari

input, proses, output, timbal balik, hingga interaksi mereka dengan lingkungan pasca

krisis air bersih.

TINJAUAN PUSTAKA

Input-Throughput-Output

Seperti pada umumnya suatu sistem,sistem keluarga dalam memenuhi fungsinya menerima masukan (input) yang terdiri dari materi,energi dan informasi yang memasuki sistem keluarga diklasifikasikan sebagai sumberdaya dan kebutuhan.Dalam keluarga sumberdaya ini digunakan untuk memenuhi

Page 4: Analisis masalah keluarga dan dampaknya

kebutuhan.Sumberdaya yang telah digunakan ini akan keluar dari sistem keluarga masuk ke lingkungan sebagai output.Kebutuhan merupakan input yang memberi rangsangan, motivasi dan arti pada kegiatan yang berlangsung di dalam sistem.Proses perubahan input dari materi,energi dan informasi kepada output disebut “throughput” atau transformasi.

Cara keluarga-keluarga dalam menggunakan sumberdaya berbeda-beda, maka output yang dihasilkan oleh keluarga-keluarga juga berbeda. Dengan kondisi awal yang berbeda, dua keluarga mungkin akan akan tiba pada hasil yang sama atau mendapatkan diri mereka pada situasi yang sama. Fenomena ini disebut “equifinality”. Sedangkan kesempatan-kesempatan yang relatif sama, demikian juga kondisi awal yang sama dapat membawa kepada hasil akhir yang berbeda disebut “multifinality”.Dua pasangan manusia yang memulai hidup berkeluarga dengan sumberdayanya yang sangat berbeda,dengan proses transformasi yang berbeda,keduanya akan memperlihatkan keadaan yang persis sama pada masa tuanya.

Di lain pihak,keluarga-keluarga yang memiliki sumberdaya awal yang sama,mungkin akan menjualnya dengan harga yang berbeda. Hal ini disebabkan perbedaan dalam pemeliharaan atau perbaikan-perbaikan untuk meraih keuntungan, tentu saja dengan asumsi kondisi pemasaran yang sama, pada saat penjualan kedua rumah tersebut.Konsep“equifinality” dan “multifinality” adalah sangat penting ditinjau dari perspektif manajemen, karena keduanya menekankan kebutuhan untuk mempertimbangkan faktor-faktor yang memberikan kontribusi mengapa keluarga-keluarga mencapai sukses yang berbeda.Perbedaan-perbedaan yang terjadi diantara keluarga pada situasi yang sama, dapat disebabkan oleh adanya perbedaan dalam bereaksi terhadap atau mengantisipasi sistem-sistem lain dalam pengambilan keputusan.

Feedback (umpan balik)

Umpan balik adalah hasil dari kemampuan sistem dalam memonitor kemajuan-kemajuan yang diperoleh dalam menuju sasaran,berguna untuk memperbaiki,mengelaborasi, bahkan mengubah proses dan tujuan.Dari uraian diatas,secara rinci umpan balik merupakan output yang kemudian digunakan oleh sistem sebagai input.Proses feedback penting,karena dapat mempengaruhi proses transformasi dan/atau hasil yang akan datang.

Umpan balik yang diterima dan dapat mendorong perubahan atau pembaharuan disebut umpan balik yang positip,umpan balik ini lebih bersifat mendorong daripada menghambat perubahan, merupakan input yang informatif, yang menunjukkan bahwa sistem dapat memperoleh keuntungan dari perubahan untuk menjadi sistem baru yang lebih maju dan berkembang.Umpan balik negatip merupakan umpan balik yang tidak diterima oleh sistem sehingga sistem tetap pada kondisi yang diinginkan semula.Feedback negatif menghambatperubahan.Walaupun keluarga mempunyai ciri-ciri sebagai penerima perubahan,tetapi pada kondisi-

Page 5: Analisis masalah keluarga dan dampaknya

kondisi tertentu keluarga cenderung lebih statis. Suatu sistem yang berada dalam keadaan stabil,tidak berubah,kaku dan agak tertutup disebut sistem morfostatik.Ia dicirikan oleh batas-batas yang kaku,dapat menerima input-input baru secara terbatas,kurang dapat menerima umpan balik atau terlalu mengutamakan umpan balik negatip dan cenderung mempunyai struktur internal yang tidak fleksibel,sukar menyesuaikan terhadap perubahan.Sementara sistem morfogenik mempunyai batas yang dapat ditembus,mampu menggunakan umaon balik positip dan mempunyai struktur internal yang fleksibel yang mampu menghadapai baeragam input dan menyesuaikan pada perubahan-perubahan yang terjadi.

Ditinjau dari segi sistem,fungsi dalam memelihara dan melindungi keluarga berorientasi pada umpan balik negatif,tetapi untuk perkembangan menekankan pada umpan balik positif.Mekanisme umpan balik berguna bagi individu atau keluarga untuk menilai aktivitas dan output yang dihasilkannya.Kelangsungan fungsi dan kemampuan keluarga untuk menerima atau menyesuaikan pada perubahan-perubahan tergantung pada: kondisi lingkungan,keterbukaan dan ketertutupan dalam hal hubungan dengan sistem lain dan bentuk interaksi yang terjadi antar komponen yang ada dalam sistem keluarga.Corak kehidupan yang diinginkan keluarga berbeda-beda,ada yang mengutamakan kestabilan dan ada yang mengutamakan adanya perubahan-perubahan.Kedua-duanya tidak ada yang salah atau benar.Kedua-duanya diperlukan pada situasi-situasi tertentu.

Komponen input keluarga

1. Nilai (Value) budaya keluarga dan individu

Nilai adalah kualitas suatu subjek yang menyebabkan objek tersebut diinginkan dan dijunjung tinggi dan dianggap penting.Nilai yang dianut oleh keluarga memberikan landasan bagi subsistem personal untuk mempertimbangkan dan memutuskan segala keinginan dan tujuan yang hendak dicapai serta tindakan apa yang perlu dilakukan.Banyak tindakan yang mungkin dapat membantu keluarga mencapai tujuan-tujuannya tetapi mungkin tidak semua tindakan itu dapat diterima keluarga,karena tidak sesuai atau bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut keluarga.

2. Tujuan yaitu hal-hal yang ingin dicapai.Tujuan ini berasal dari masing-masing anggota keluarga atau keluarga secara keseluruhan.

3. Standar yaitu ukuran yang dikehendaki baik untuk hasil akhir ataupun untuk cara mencapai hasil tersebut.

4. Permintaan/tuntutan/keinginan dari lingkungan sekitarnya.Misalnya kejadian mendadak,harapan-harapan masyarakat dan persyaratan yang harus dipenuhi agar diterima sebagai bagian dari masyarakat.

Page 6: Analisis masalah keluarga dan dampaknya

5. Sumberdaya dapat berasal dari luar dan dari dalam sistem: komoditi,kekayaan,dana,kemampuan dan segala aset-aset yang terlihat yang dimiliki oleh keluarga dan anggota-anggotanya.

Sumber :

Hastri. 2011. Dampak Perubahan Iklim, Indonesia Krisis Air Bersih [terhubung berkala]

http://www.itb.ac.id/news/3177.xhtml [10 September 2011]

Bappenas. 2011. Provinsi Jawa Tengah [terhubung berkala]

http://www.bappenas.go.id/file/8852.xhtml [10 September 2011]