analisis manajemen risiko pembiayaan musyarakah
TRANSCRIPT
ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MUSYARAKAH
MUTANAQISAH (STUDI KASUS BANK MUAMALAT INDONESIA KC
BANJARMASIN)
SKRIPSI
DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PERSYARATAN UNTUK
MENYELESAIKAN PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA SAINS TERAPAN
(DIPLOMA IV)
PROGRAM STUDI AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
PADA JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
OLEH:
QORI AKROMIN A04140024
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
JURUSAN AKUNTANSI
2018
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Qori Akromin
NIM : A04 140024
Tempat dan Tanggal Lahir : Banjarmasin, 22 Mei 1996
Agama : Islam
Alamat : Jl. Hasan Basri Komp. Kayu Tangi II RT 16 No 4
Nama Orang Tua ( Ayah) : Makmun Taher
Nama Orang Tua (Ibu) : Nuril Hikmawaty
E-mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
- SDN Pasar Lama 1 (2002-2008)
- SMP Islam Sabilal Muhtadin (2008-2011)
- SMA Negeri 7 Banjarmasin ( 2011-2014)
- POLIBAN Jurusan Akuntansi Program Studi
Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah
Riwayat Kerja : Praktik Kerja Lapangan di PT. Bank Muamalat
Indonesia Kantor Cabang Banjarmasin (2017)
iv
MOTTO
Family Over All
“The best of all of you is the kindest to
your family...”
HR. Tirmidji
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW
serta keluarga, para sahabat dan para pengikut beliau yang setia hingga akhir zaman.
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmat dan karunia serta hidayahnya sehingga penulisan
skripsi dapat diselesaikan dengan baik dan lancar.
Dalam penulisan skripsi, penulis banyak menerima bantuan, bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah memberikan
bimbingan, dorongan, arahan, dukungan dan do’a dalam penyelesaian laporan ini,
yaitu antara lain:
1. Orang tua yang telah memberikan kasih sayang dan motivasi yang berharga.
2. Keluarga yang telah menyediakan waktu senggang untuk memberikan
bantuan.
3. Bapak H. Edy Yohanes, ST, MT selaku Direktur Politeknik Negeri
Banjarmasin.
4. Ibu Andriani, SE, MM, M.Sc selaku Ketua Jurusan Akuntansi.
5. Bapak H. Mairijani, M.Ag selaku Ketua Program Studi D4 Akuntansi
Lembaga Keuangan Syariah.
6. Ibu Manik Mutiara Sadewa, SE, Ak, CA, Mbuss (Acc) selaku Dosen Wali.
vii
7. Ibu Lusiana Handayani SE, CIFP, Ak., CA selaku dosen pembimbing.
8. Seluruh dosen dan staff jurusan akuntansi Politeknik Negeri Banjarmasin.
9. Mila Diyanti Nur yang telah menjadi sahabat seperjuangan dalam
mengerjakan skripsi ini.
10. Akhmad Fauzan Novrizalni, Muhammad Afriza Hasany, dan Nasar
Ramadhan yang telah menjadi kerabat terbaik selama empat tahun bersama
di D4 Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah.
11. Kawan-kawan ALKS angkatan 2014 yang telah menjadi kerabat dekat selama
empat tahun bersama di D4 Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah.
Atas segala petunjuk, bimbingan, bantuan dan partisipasi yang telah
diberikan, semoga mendapat berkah dari Allah SWT. Semoga hasil penelitian ini
bermanfaat bagi saya dan bagi kita semua. Kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak sangat diharapkan untuk kesempurnaan hasil penelitian ini.
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca,
khususnya sebagai acuan dalam penelitian yang akan datang.
Amin Yaa Robbal ‘Alaamiin
Banjarmasin, Juli 2018
Penulis
Qori Akromin
A04140024
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................
PERSETUJUAN SKRIPSI ................................................................... i
PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................... ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................. iii
MOTTO ................................................................................................. iv
SURAT PERNYATAAN ...................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................... vi
DAFTAR ISI .......................................................................................... viii
DAFTAR TABEL.................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xiii
ABSTRAK ............................................................................................. xiv
ABSTRACT ........................................................................................... xv
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................... 1
B. Permasalahan...................................................................... 5
C. Batasan Masalah................................................................. 5
D. Tujuan Penelitian ............................................................... 6
E. Kegunaan Penelitian........................................................... 6
ix
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ................................................................. 8
1. Pembiayaan Musyarakah Mutanaqisah .................... 8
2. Risiko ........................................................................ 9
3. Manajemen Risiko .................................................... 10
4. Penerapan Manajemen Risiko Menurut Peraturan
Otoritas Jasa Keuangan Nomor 65/POJK.03/2016
Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi
Bank Umum Syariah Dan Unit Usaha Syariah ........ 11
5. Manajemen Risiko Pembiayaan
Musyarakah Mutanaqisah Menurut Buku
Standar OJK .............................................................. 11
B. Hasil Penelitian Terdahulu ............................................... 23
BAB III: METODE PENELITIAN
A. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ................ 27
B. Jenis Penelitian ................................................................. 27
C. Jenis dan Sumber Data ..................................................... 28
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................... 29
E. Teknik Analisa Data ......................................................... 30
F. Kerangka Pemikiran ......................................................... 32
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
1. Sejarah Singkat BMI & BMI KC Banjarmasin ........ 33
x
2. Visi dan Misi ............................................................. 36
3. Struktur Organisasi.................................................... 37
4. Job Description Retail Financing Center Unit .......... 39
5. Produk dan Layanan BMI ......................................... 39
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan
Musyarakah Mutanaqisah Bank Muamalat
Indonesia Kantor Cabang Banjarmasin ...................... 42
2. Kesesuaian Penerapan Manajemen Risiko
Pembiayaan Musyarakah Mutanaqisah
Di Bank Muamalat Indonesia Kantor Cabang
Banjarmasin Dengan POJK Nomor 65/POJK.03/2016
Dan Buku Standar Produk Musyarakah Dan
Musyarakah Mutanaqisah ........................................... 46
3. Strategi Bank Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin
Dalam Meminimalisir Risiko Pada Pembiayaan
Musyarakah Mutanaqisah ........................................... 51
BAB V: SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ........................................................................... 56
B. Saran ................................................................................. 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Strategi Mengelola Risiko Pada Risiko Pembiayaan ..................... 12
Tabel 2 Strategi Mengelola Risiko Pada Risiko Pasar ................................ 13
Tabel 3 Strategi Mengelola Risiko Pada Risiko Operasional ..................... 14
Tabel 4 Strategi Mengelola Risiko Pada Risiko Legal/Hukum .................. 15
Tabel 5 Produk Bank Muamalat ................................................................. 40
Tabel 6 Kesesuaian Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan
Musyarakah Mutanaqisah di BMI Kantor Cabang Banjarmasin ... 47
Tabel 7 Strategi Manajemen Risiko Pembiayaan Musyarakah
Mutanaqisah di BMI Kantor Cabang Banjarmasin ........................ 52
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Tingkat Rasio NPF Pembiayaan Musyarakah
4 BUS di Indonesia ....................................................................... 4
Gambar 2 Struktur Organisasi BMI Kantor Cabang Banjarmasin ............... 38
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Bimbingan Skripsi
Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian PT. Bank Muamalat Indonesia Kantor Cabang
Banjarmasin
Lampiran 3 Surat Balasan Riset PT. Bank Muamalat Indonesia Kantor Cabang
Banjarmasin
Lampiran 4 Lembar Kegiatan Penelitian di PT. Bank Muamalat Indonesia Kantor
Cabang Banjarmasin
Lampiran 5 Kuisioner dan Jawaban Kuisioner
Lampiran 6 Brosur Pembiayaan Musyarakah
Lampiran 7 Formulir Permohonan Pembiayaan
Lampiran 8 Foto Objek Penelitian
Lampiran 9 Tanda Terima Lembar Penilaian Pembimbingan Skripsi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbankan merupakan salah satu institusi yang mempunyai peran dalam
peningkatan sejahtera suatu bangsa dan negara. Berdasarkan UU Negara
Republik Indonesia No 10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak. Bank juga memiliki tugas utama yang menyalurkan
dana dari pihak yang kelebihan dana ke pihak yang kekurangan dana. Dapat
disimpulkan bahwa bank adalah badan usaha yang berfungsi sebagai
lembaga intermediasi finansial bagi masyarakat.
Di Indonesia sendiri, bank muncul karena pengaruh kolonial Belanda.
Pada abad ke 18, pemerintah Hindia Belanda membangun sebuah bank yang
dikenal sebagai De Javasche yang kemudian disusul oleh bank lainnya.
Seiring berjalannya waktu, muncul suatu usaha untuk membuat sebuah
lembaga keuangan yang dapat menjalankan usahanya dan memberikan
layanan jasa kepada nasabahnya dengan menggunakan prinsip-prinsip
syariah.
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI) memulai perjalanan
bisnisnya sebagai Bank Syariah pertama di Indonesia pada 1 November
1991 atau 24 Rabi’us Tsani 1412 H. Pendirian Bank Muamalat Indonesia
digagas oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ikatan Cendekiawan Muslim
2
Indonesia (ICMI) dan pengusaha muslim yang kemudian mendapat
dukungan dari Pemerintah Republik Indonesia. Sejak resmi beroperasi pada
1 Mei 1992 atau 27 Syawal 1412 H, Bank Muamalat Indonesia (BMI) terus
berinovasi dan mengeluarkan produk-produk keuangan syariah, salah
satunya adalah produk pembiayaan berbasis akad musyarakah mutanaqisah.
Menurut Annual Report BMI, musyarakah mutanaqisah adalah akad
antara dua pihak atau lebih yang berserikat atau berkongsi terhadap suatu
barang dimana salah satu pihak kemudian membeli bagian pihak lainnya
secara bertahap. Akad ini diterapkan pada pembiayaan proyek yang dibiayai
oleh lembaga keuangan dengan nasabah atau lembaga keuangan lainnya
dimana bagian lembaga keuangan secara bertahap dibeli oleh pihak lainnya
dengan cara mencicil.
Dalam pelaksanaannya memperdagangkan produk musyarakah
mutanaqisah, BMI berkemungkinan menghadapi ketidakpastian dalam
bentuk kerugian. Ketidakpastian merupakan suunatullah dalam kegiatan
usaha, termasuk dalam kegiatan perbankan syariah. Allah Swt. berfirman
dalam surah Luqman: 34, “Dan tidak seorang pun yang dapat mengetahui
dengan pasti apa-apa yang diusahakannya besok”. Ketidakpastian inilah
yang disebut dengan “Risiko”. Setiap badan usaha harus bisa
mengendalikan, menangani, dan mengelola risiko ini, sehingga
diperlukannya sistem Manajemen Risiko. Berdasarkan peraturan dari OJK,
selaku pengatur dan pengawas kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan
sejak tanggal 31 Desember 2013, nomor 65/POJK.03/2016 tentang
3
Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah, terdapat 10 macam jenis risiko, namun menurut Buku Standar
Produk Musyarakah Dan Musyarakah Mutanaqisah OJK hanya terdapat 4
risiko yang sesuai dengan karakteristik musyarakah mutanaqisah, yaitu
Risiko Pembiayaan, Risiko Pasar, Risiko Operasional, dan Risiko Hukum.
Semakin besar aset perusahaan, maka semakin besar risiko pada
perusahaan tersebut. Salah satu risiko yang sering terjadi pada produk
pembiayaan adalah kredit bermasalah atau sering disebut Non Performing
Financing (NPF) untuk Bank Syariah. Menurut kamus Bank Indonesia (BI),
kredit bermasalah atau Non Performing Financing (NPF) adalah kredit
bermasalah yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi Kurang Lancar,
Diragukan dan Macet. Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
(POJK) No. 15/POJK.03/2017 tentang penyediaan kewajiban modal
minimum bank umum berdasarkan prinsip syariah, tingkat NPF bank yang
dikatakan baik apabila berada kurang dari 5%. Berikut adalah grafik NPF
produk musyarakah tahun 2016 pada 3 Bank Umum Syariah (BUS) di
Indonesia:
4
Gambar 1
Tingkat Rasio NPF Pembiayaan Musyarakah 4 BUS di Indonesia
Sumber: Annual report Bank Umum Syariah tahun 2016, dibuat oleh penulis
Dapat dilihat tingkat rasio NPF nett produk musyarakah tahun 2016
pada BMI sebesar 1,17%. Bank yang memiliki rasio NPF Nett terendah
adalah Bank BNI Syariah dengan tingkat rasio 0,63%, dan Bank Nukopin
Syariah memiliki tingkat rasio NPF sebesar 1,14%. Dapat disimpulkan
bahwa sebagai bank syariah pertama di Indonesia, BMI memilki risiko yang
rendah dalam pembiayaan musyarakahnya, namun BMI tetap memiliki
rasio NPF yang lebih tinggi daripada Bank BNI Syariah dan Bank Bukopin
Syariah. Dapat disimpulkan juga bahwa BMI memiliki kemungkinan tidak
sepenuhnnya mengikuti POJK nomor 65/POJK.03/2016.
1,17%
0,63%
1,14%
0,00%
0,20%
0,40%
0,60%
0,80%
1,00%
1,20%
1,40%
Bank Muamalat Bank BNISyariah
Bank BukopinSyariah
Tingkat Rasio NPF Nett Pembiayaan Musyarakah Tahun 2016 pada 4 BUS di Indonesia
Bank Muamalat
Bank BNI Syariah
Bank Bukopin Syariah
5
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti penerapan dan
manajemen risiko dalam pembiayaan musyarakah BMI serta kesesuaiannya
dengan peraturan & standar yang berlaku selaku bank syariah pertama di
Indonesia dan menuangkan hasil penelitian kedalam skripsi berjudul
“ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MUSYARAKAH
MUTANAQISAH (STUDI KASUS BANK MUAMALAT INDONESIA
KC BANJARMASIN)”.
B. Permasalahan
1. Bagaimana penerapan manajemen risiko pembiayaan musyarakah
mutanaqisah di BMI Kantor Cabang Banjarmasin?
2. Apakah penerapan manajemen risiko pembiayaan musyarakah
mutanaqisah di BMI Kantor Cabang Banjarmasin sesuai dengan
Peraturan OJK Nomor 65/POJK.03/2016 dan Buku Standar Produk
Musyarakah dan Musyarakah Mutanaqisah Tentang Penerapan
Manajemen Risiko Bagi Bank Umum Syariah Dan Unit Usaha Syariah?
3. Bagaimana strategi Bank Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin
untuk mengurangi risiko pada pembiayaan musyarakah mutanaqisah?
C. Batasan Masalah
Berdasarkan masalah diatas, peneliti membatasi permasalahan yaitu
hanya meneliti risiko pada pembiayaan musyarakah mutanaqisah yang
dikendalikan oleh BMI Kantor Cabang Banjarmasin.
6
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan dan batasan masalah tersebut, adapun tujuan
penulis dalam penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui penerapan manajemen risiko pembiayaan
musyarakah mutanaqisah di BMI Kantor Cabang Banjarmasin.
2. Untuk mengetahui kesesuaian penerapan manajemen risiko
pembiayaan musyarakah mutanaqisah di BMI Kantor Cabang
Banjarmasin dengan Peraturan OJK nomor 65/POJK.03/2016 dan Buku
Standar Produk Musyarakah dan Musyarakah Mutanaqisah.
3. Untuk mengetahui strategi Bank Muamalat Indonesia Cabang
Banjarmasin dalam meminimalisir risiko pada pembiayaan musyarakah
mutanaqisah.
E. Kegunaan Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis berharap dapat memberikan
manfaat:
1. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan
memperluas wawasan penulis tentang manajemen risiko di BMI Kantor
Cabang Banjarmasin khususnya pada manajemen risiko produk
musyarakah mutanaqisah.
2. Bagi Akademis
7
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi
dan informasi tambahan mengenai Manajemen Risiko khususnya untuk
produk musyarakah mutanaqisah.
3. Bagi PT. Bank Muamalat Indonesia Kantor Cabang Banjarmasin
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan dan
gambaran informasi manajemen risiko dalam menerapkan prinsip
kehati-hatian terhadap pemberian pembiayaan khususnya produk
musyarakah mutanaqisah.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Untuk lebih memahami penulisan tugas akhir, teori yang digunakan
penulis dalam penyusunan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Pembiayaan Musyarakah Mutanaqisah
Menurut buku Standar Produk Musyarakah dan Musyarakah
Mutanaqisah dari OJK, musyarakah mutanaqisah adalah bentuk
musyarakah dimana para mitra (syarik) berjanji untuk membeli bagian
kepemilikan (equity share) dari mitra yang lain secara bertahap sampai
kepemilikannya secara sempurna berpindah kepadanya. Transaksi ini
dimulai dengan pembentukan sebuah musyarakah yang sesudahnya
diikuti dengan jual-beli dari bagian kepemilikan (equity) yang terjadi
diantara kedua mitra. Karenanya perlu ditekankan bahwa jual beli ini
tidak boleh disyaratkan dalam kontrak musyarakah. Dengan kata lain
mitra yang akan membeli itu diizinkan untuk memberi janji (wa'ad)
untuk membeli. Wa'ad ini harus terpisah (independent) dari kontrak
musyarakah. Sebagai tambahan, kesepakatan jual beli juga harus
terpisah dari musyarakah. Tidak dibolehkan satu kontrak menjadi suatu
syarat untuk melakukan kontrak lainnya. Fatwa Dewan Syariah
Nasional Nomor 73/DSN-MUI/XI/2008 Tentang Muyarakah
Mutanaqisah menyebutkan beberapa hal tentang ketentuan akad
musyarakah mutanaqisah, antara lain:
9
a. Akad Musyarakah Mutanaqisah terdiri dari akad Musyarakah/
Syirkah dan Bai’ (jual-beli).
b. Dalam Musyarakah Mutanaqisah berlaku hukum sebagaimana
yang diatur dalam Fatwa DSN No. 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Pembiayaan Musyarakah, yang para mitranya memiliki hak dan
kewajiban, di antaranya:
1) Memberikan modal dan kerja berdasarkan kesepakatan pada
saat akad.
2) Memperoleh keuntungan berdasarkan nisbah yang
disepakati pada saat akad.
3) Menanggung kerugian sesuai proporsi modal.
c. Dalam akad Musyarakah Mutanaqisah, pihak pertama (salah
satu syarik, LKS) wajib berjanji untuk menjual seluruh hishshah-
nya secara bertahap dan pihak kedua (syarik yang lain, nasabah)
wajib membelinya.
d. Jual beli sebagaimana dimaksud dalam angka 3 (point c)
dilaksanakan sesuai kesepakatan.
e. Setelah selesai pelunasan penjualan, seluruh hishshah LKS –
sebagai syarik-- beralih kepada syarik lainnya (nasabah).
2. Risiko
Menurut Bank Indonesia yang dikutip dari buku Ikatan Bankir
Indonesia berjudul Memahami Bisnis Bank Syariah, risiko adalah
potensi kerugian akibat terjadinya suatu peristiwa (events) tertentu.
10
Risiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kiejadian potensial,
baik yang dapat diperkirakan maupun yang tidak dapat diperkirakan
yang berdampak negati terhadap pendapatan dan permodalan bank.
Risiko juga dianggap sebagai kendala/penghambat pencapaian suatu
tujuan. Dengan kata lain, risiko adalah kemungkinan yang berpotensi
memberikan dampak negatif kepada sasaran yang ingin dicapai. Bank
syariah sebagai lembaga keuangan, meskipun salah satu landasan
utamanya adalah ajaran islam, tetap menghadapi risiko yang
disebabkan oleh kecurangan internal maupun eksternal.
3. Manajemen Risiko
Manajemen risiko adalah serangkaian prosedur dan metodologi
yang digunakan oleh perbankan untuk mengindentifikasi, memantau,
mengukur dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha
bank. Manajemen risiko adalah proses pengukuran atau penilaian risiko
serta pengembangan strategi pengelolaannya (UU Negara Republik
Indonesia No 21 Tahun 2008, 2008). Menurut buku Ikatan Bankir
Indonesia yang berjudul Manajemen Risiko 3, peran manajemen risiko
diperlukan untuk:
a. Pertumbuhan bisnis dan meningkatkan pangsa pasar dan dana.
b. Meningkatkan efisiensi operasional perbankan.
c. Menjaga tingkat kebutuhan modal minimum sesuai ketentuan
regulasi.
d. Implementasi risk management yang berorientasi bisnis.
11
4. Penerapan Manajemen Risiko Menurut Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 65/POJK.03/2016 Tentang Penerapan Manajemen
Risiko Bagi Bank Umum Syariah Dan Unit Usaha Syariah
Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
65/POJK.03/2016 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank
Umum Syariah Dan Unit Usaha Syariah, bahwa kegiatan usaha
perbankan tidak lepas dari risiko yang dapat mengganggu kelangsungan
bank. Bank syariah juga harus memiliki karakteristik produk dan jasa
perbankan syariah harus memerlukan fungsi identifikasi, pengukuran,
pemantauan dan pengendalian risiko yang sesuai dengan kegiatan usaha
perbankan syariah.
5. Manajemen Risiko Pembiayaan Musyarakah Mutanaqisah Menurut
Buku Standar OJK
a. Analisis dan Identifikasi Jenis Risiko
Menurut Buku Standar Produk Musyarakah dan Musyarakah
Mutanaqisah dari OJK, ada 4 risiko yang sesuai dengan
karakteristik musyarakah mutanaqisah dari seluruh risiko yang
terdapat pada Bank Umum Syariah, yaitu Risiko Pembiayaan,
Risiko Pasar, Risiko Operasional dan Risiko Hukum. Berikut jenis
risiko beserta strategi mengelola risiko tersebut menurut buku
standar produk manajemen risiko musyarakah dan musyarakah
munataqisah dari ojk:
12
1) Risiko Pembiayaan
Risiko pembiayaan adalah risiko yang diakibatkan oleh
kegagalan Nasabah dalam memenuhi kewajibannya kepada
BUS/UUS/BPRS atau jika Nasabah melakukan wanprestasi
atas ketentuan-ketentuan kontrak. Berikut risiko yang dihadapi
serta strategi mengelola risiko berdasarkan jenis risiko
menurut buku standar produk manajemen risiko musyarakah
dan musyarakah munataqisah dari ojk:
Tabel 1
Strategi Mengelola Risiko Pada Risiko Pembiayaan
Risiko Yang Dihadapi Strategi Mengelola Risiko
Menurut Standar Produk dari OJK
a. Adanya kemungkinan saat
Nasabah tidak membayarkan
porsi Bagi Hasil milik
BUS/UUS/BPRS sesuai akad
yang telah disepakati akibat
kurangnya informasi yang
dimiliki atau diperoleh
BUS/UUS/BPRS atas usaha
Musyarakah yang dijalankan
oleh Nasabah.
a. 1) Mewajibkan Nasabah untuk
memberikan laporan keuangan
bulanan kepada
BUS/UUS/BPRS.
2) BUS/UUS/BPRS memiliki
hak untuk mengakses
pembukuan dan melakukan
audit setiap waktu atas usaha
yang dijalankan.
b. Nasabah tidak mampu memenuhi
sebagian atau keseluruhan
kewajiban pengembalian modal
maupun Bagi Hasil milik
BUS/UUS/BPRS.
b. Sebelum pemberian fasilitas
Pembiayaan BUS/UUS/BPRS
harus melakukan analisa
mendalam atas profil Nasabah
(analisa 5C).
Sumber: Buku Standar Produk, dibuat oleh penulis
13
2) Risiko Pasar
Risiko pasar adalah risiko yang disebabkan oleh
pergerakan kondisi pasar secara makro ekonomi baik itu
terkait inflasi, nilai tukar mata uang dan tingkat suku bunga,
meskipun BUS/UUS/BPRS mengabaikan penghitungan Bagi
Hasil berdasarkan suku bunga, tetapi efek dari suku bunga itu
sendiri harus diperhatikan karena dampaknya yang cenderung
menyebar ke segala arah, termasuk sektor riil yang dibiayai
oleh BUS/ UUS/BPRS. Berikut risiko yang dihadapi serta
strategi mengelola risiko berdasarkan jenis risiko menurut
buku standar produk manajemen risiko musyarakah dan
musyarakah munataqisah dari ojk:
Tabel 2
Strategi Mengelola Risiko Pada Risiko Pasar
Risiko Yang Dihadapi Strategi Mengelola Risiko
Menurut Standar Produk dari OJK
a. Jika pembiayaan dalam mata
uang asing sementara pendapatan
tidak seluruhnya dalam mata
uang asing atau justru mayoritas
dalam mata uang rupiah (IDR)
maka saat rupiah melemah,
pendapatan akan menurun dan
target pendapatan tidak tercapai.
a. Idealnya, pembiayaan dalam
mata uang asing diberikan
kepada Nasabah jika
pendapatan usaha yang
dihasilkan juga mayoritas atau
keseluruhan dalam mata uang
asing juga sementara
pengeluaran dalam mata uang
rupiah.
b. Akad MMQ menyatakan bahwa
kerugian yang disebabkan oleh
faktor alami seperti bencana
alam atau kondisi makro
ekonomi, dan kerugian itu bukan
karena kelalaian atau kesalahan
b. Sebelum pemberian fasilitas
Pembiayaan, BUS/UUS/BPRS
harus melakukan analisa
mendalam atas pendapatan
Nasabah terutama terhadap
proyeksi kondisi
14
yang disengaja dilakukan oleh
Nasabah, maka BUS/UUS/BPRS
turut menanggung kerugian
tersebut.
perekonomian baik mikro
maupun makro.
Sumber: Buku Standar Produk, dibuat oleh penulis
3) Risiko Operasional
Risiko operasional adalah risiko yang disebabkan oleh
internal fraud seperti pencatatan keuangan yang tidak benar
atas nilai posisi, ketidaksesuaian pencatatan pajak secara
sengaja, kesalahan, manipulasi dan mark up dalam akuntansi
maupun pelaporan serta aktivitas penyogokan dan penyuapan.
Berikut risiko yang dihadapi serta strategi mengelola risiko
berdasarkan jenis risiko menurut buku standar produk
manajemen risiko musyarakah dan musyarakah munataqisah
dari ojk:
Tabel 3
Strategi Mengelola Risiko Pada Risiko Operasional
Risiko Yang Dihadapi Strategi Mengelola Risiko
Menurut Standar Produk dari OJK
a. Harga sewa properti yang lebih
rendah dari harga pasar
sementara pada masa itu belum
mencapai masa yang disepakati
untuk review ujroh.
a. Menghitung harga sewa
properti dan masa review ujroh
yang akurat dan berkeadilan.
Sumber: Buku Standar Produk, dibuat oleh penulis
15
4) Risiko Legal/Hukum
Risiko legal/hukum adalah risiko timbulnya kerugian
akibat tidak terpenuhinya aspek-aspek legalitas baik dari segi
identitas Nasabah selaku subyek pembiayaan; segi obyek
pembiayaan; segi jaminan maupun aspek akad dan perjanjian
pembiayaan itu sendiri. Berikut risiko yang dihadapi serta
strategi mengelola risiko berdasarkan jenis risiko menurut
buku standar produk manajemen risiko musyarakah dan
musyarakah munataqisah dari ojk:
Tabel 4
Strategi Mengelola Risiko Pada Risiko Legal/Hukum
Risiko Yang Dihadapi Strategi Mengelola Risiko
Menurut Standar Produk dari OJK
a. Dokumen-dokumen legal Calon
Nasabah tidak lengkap dan valid.
a. BUS/UUS/BPRS wajib
melakukan analisa dan
verifikasi legalitas seluruh
berkas dokumen Calon
Nasabah (baik perorangan
maupun badan usaha) dan
memastikan semuanya lengkap
sesuai standar yang berlaku.
b. Dokumen-dokumen legal
perizinan usaha Calon Nasabah
tidak lengkap dan valid.
b. BUS/UUS/BPRS wajib
melakukan taksasi/penilaian
atas agunan dan/atau jaminan
yang diajukan Calon Nasabah.
c. Dokumen-dokumen legal agunan
dan jaminan yang diajukan oleh
Calon Nasabah tidak lengkap dan
valid.
c. BUS/UUS/BPRS memastikan
bahwa Calon Nasabah
mengerti seluruh standar
dalam kontrak dan memastikan
Nasabah menandatangani
kontrak dengan rido dan
sepakat atas segala
konsekuensi dalam kontrak.
16
d. BUS/UUS/BPRS dirugikan oleh
Notaris maupun Pihak Jasa
Penilai Independen rekanan
BUS/UUS/BPRS itu sendiri.
d. BUS/UUS/BPRS
mengevaluasi kerjasama
dengan Notaris maupun Pihak
Jasa Penilai Independen
rekanan yang terbukti
merugikan pihak
BUS/UUS/BPRS.
Sumber: Buku Standar Produk, dibuat oleh penulis
b. Manajemen Risiko Disetiap Tahap Pembiayaan Musyarakah
Mutanaqisah
Pembiayaan Musyarakah termasuk dalam kategori produk
dengan profil risiko yang tinggi karena partisipasi modal
disetarakan dengan porsi bagi untung yang berarti juga setara
dengan penanggungan risiko sesuai porsi penyertaan modal
masing-masing pihak. Ada tiga tahap dalam pembiayaan
musyarakah yakni pra kontrak, masa kontrak dan penyelesaian
kontrak.
1) Tahap Pra Kontrak
Pada tahap pra kontrak, manajemen risiko disusun untuk
menghasilkan keputusan yang optimal sebelum Nasabah
diberikan fasilitas pembiayaan MMQ yang disepakati sesuai
perjanjian. Manajemen risiko pada tahap ini berupa
identifikasi risiko yang mungkin muncul di masa depan serta
menyusun solusi dan kebijakan apa saja yang pantas untuk
dilakukan. Manajemen risiko yang efektif pada tahap ini akan
bermanfaat dalam mengurangi eksposur atau dampak risiko
masa depan terhadap pembiayaan melalui pengerahan sumber
17
daya yang ada disertai dengan penerapan berbagai teknik
pengelolaan risiko yang tepat. Berikut ini adalah hal-hal terkait
Manajemen Risiko Pra Kontrak:
a) BUS/ UUS/BPRS harus memiliki kebijakan dan prosedur
manajemen risiko yang komprehensif dan efektif disertai
sistem dan pengawasan internal agar setiap risiko mampu
teridentifikasi dan sesuai dengan selera risiko (risk
appetite) BUS/UUS/BPRS yang bersangkutan. Meskipun
setiap BUS/UUS/BPRS memiliki risk appetite yang
berbeda, berikut adalah prosedur standar manajemen
risiko yang harus dipenuhi oleh BUS/UUS/BPRS:
(1) Cara dan pola identifikasi risiko;
(2) Metodologi valuasi dan kalkulasi risiko yang tepat
terhadap aset-aset dan distribusi profit;
(3) Batasan eksposur risiko (risk exposure limits);
(4) Teknik mitigasi risiko;
(5) Mekanisme pelaporan dan pengawasan;
(6) Alur komunikasi dan tanggung jawab manajemen
risiko;
(7) Mekanisme review, pembaharuan dan perubahan.
Seluruh poin kebijakan dan prosedur manajemen risiko di
atas harus disusun dan dijabarkan pada tahap pra kontrak
serta mengkomunikasikannya kepada seluruh fungsi
18
terkait pada internal BUS/UUS/BPRS. BUS/UUS/BPRS
juga harus menyusun mekanisme jika terjadi review,
pembaharuan dan perubahan poin- poin kebijakan dan
prosedur di atas. Review dan pembaharuan atas poin-poin
di atas merupakan hal yang mungkin terjadi seiring
perubahan risk appetite BUS/UUS/BPRS.
b) Penilaian uji kelayakan bayar nasabah menjadi prosedur
utama dalam hal pengelolaan risiko pra kontrak.
BUS/UUS/BPRS harus memastikan bahwa kriteria dari
calon Nasabah potensial baik dan sejalan dengan rencana
dan strategi investasi BUS/UUS/BPRS. Setidaknya BUS/
UUS/BPRS harus bisa memastikan hal-hal di bawah ini
telah dimiliki oleh Calon Nasabah Pembiayaan MMQ:
(1) Pastikan metodologi dan kerangka penilaian
(assesment method and framework) calon Nasabah
yang digunakan sesuai dengan tipe produk
pembiayaan MMQ dan plafond pembiayaan yang
tepat.
(2) Proses penilaian harus memiliki dasar seperti data
historis (baik internal BUS/UUS/BPRS maupun
internal Nasabah) dan bukti-bukti empiris lain yang
memungkinkan. Jika data dan bukti empiris terbatas,
BUS/UUS/BPRS dapat menggunakan data lain
19
sebagai proxy. Jika dibutuhkan, BUS/UUS/BPRS
juga bisa menggunakan judgment yang diatur dalam
Kebijakan dan Prosedur Manajemen Risiko
BUS/UUS/BPRS.
(3) Proses penilaian harus sudah memasukkan risiko-
risiko utama seperti analisis 5C (Capacity,
Characteristics, Collateral, Capital dan Condition)
Calon Nasabah, risiko pasar dan investasi terkait
proyeksi pembayaran dari pendapatan Nasabah, biaya
sewa atas obyek MMQ dan biaya-biaya lain.
(4) Proses penilaian harus mempertimbangkan potensi
perubahan-perubahan dalam hal perubahan
pendapatan Nasabah di masa depan, perubahan harga
properti di masa depan, dan fluktuasi harga sewa
properti di masa depan.
(5) BUS/UUS/BPRS harus memastikan bahwa data dan
informasi yang digunakan dalam proses penilaian
kelayakan ini diperoleh dari sumber yang relevan,
terkini dan dapat dipercaya.
(6) Proses penilaian ini harus dilakukan oleh pihak yang
memiliki pengetahuan dan ahli dalam bidang bisnis
tersebut, bias berasal dari pihak internal
BUS/UUS/BPRS maupun pihak eksternal. Pihak
20
penilai ini harus independen dan sama sekali tidak
terkait dan memiliki kepentingan atas usaha calon
Nasabah. Jika BUS/UUS/BPRS menggunakan jasa
pihak eksternal, harus ada standar lebih lanjut yang
diatur dalam Kebijakan dan Prosedur Manajemen
Risiko BUS/UUS/ BPRS masing-masing.
Proses penilaian uji kelayakan usaha merupakan salah
satu proses yang cukup panjang namun sangat penting
dalam hal manajemen risiko tahap pra kontrak.
2) Tahap Masa Kontrak
Pada tahap ini, selama masa kontrak berlangsung,
manajemen risiko tetap diperlukan untuk memastikan
keberlangsungan pengawasan aktif atas kemampuan bayar
Nasabah sehingga baik Nasabah maupun BUS/UUS/BPRS
dapat memperoleh keuntungan dan sesuai dengan strategi
bisnis BUS/UUS/BPRS maupun tujuan pribadi Nasabah.
Pengawasan aktif berkelanjutan ini bertujuan untuk menjaga
portofolio BUS/UUS/BPRS dan mengurangi eksposur risiko
terkini yang mungkin belum terpikirkan saat penilaian risiko
tahap pra kontrak. Segala anomali yang terjadi harus segera
dilaporkan pada pihak Manajemen agar bisa segera diambil
tindakan lebih lanjut.
a) Pengawasan Aktif
21
Pengawasan aktif yang bias dilakukan dapat berupa:
(1) BUS/UUS/BPRS membentuk mekanisme early-
warning dengan kriteria-kriteria pemicu terjadinya
risiko sehingga saat terjadi tanda-tanda yang sesuai
dengan kriteria tersebut, manajemen dapat
mengambil tindakan cepat sesuai mekanisme
tersebut.
(2) BUS/UUS/BPRS dapat meminta dan memantau
progres pembelian porsi hishshah BUS/UUS/BPRS
oleh Nasabah dan pembayaran ujroh yang sesuai
dengan kesepakatan kontrak.
(3) BUS/UUS/BPRS dapat menyusun beberapa kondisi
terkait pengelolaan usaha yang disepakati dalam
dokumen legal perjanjian yang menuntut Nasabah
jika Nasabah lalai dalam memenuhi kewajiban-
kewajiban tersebut.
(4) BUS/UUS/BPRS dapat melakukan review ujroh
sesuai ketentuan standar sebelumnya. Peninjauan
ulang ini dapat menggunakan beberapa asumsi yang
sesuai dengan kondisi dan bukti-bukti obyektif
terkini.
(5) BUS/UUS/BPRS harus memastikan bahwa
keterkaitan pihak-pihak lain (outsourced parties)
22
dalam usaha tidak menimbulkan tambahan risiko
yang signifikan. Pencegahan risiko ini dapat
dilakukan melalui cara-cara seperti analisis dan
seleksi dengan metodologi yang tepat sebelum
melakukan kesepakatan perjanjian dengan pihak lain,
memastikan bahwa seluruh informasi, data historis
dan reputasi pihak lain berstatus baik, serta penerapan
manajemen yang standar dan efektif selama
pelaksanaan kerja dengan pihak lain.
3) Tahap Penyelesaian kontrak
Pada akhirnya, suatu perjanjian akan mengalami masa
berakhir baik pada tanggal yang sesuai perjanjian atau berhenti
di tengah jalan dengan berbagai penyebab. Demi menjaga
kebaikan dan hak para pihak, maka syarat dan ketentuan pada
tahap penyelesaian kontrak juga harus termuat dalam kontrak
perjanjian. Hal ini juga menjadi poin dalam manajemen risiko.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh manajemen risiko
pada tahap penyelesaian kontrak diantaranya yaitu:
a) BUS/UUS/BPRS harus telah memiliki prosedur dan
mekanisme yang jelas dalam proses penyelesaian kontrak
dan didokumentasikan serta dikomunikasikan kepada
pihak-pihak terkait proses tersebut.
23
b) Prosedur dan mekanisme yang dimiliki harus terdiri dari
tahapan-tahapan yang dihadapi jika penyelesaian kontrak
akibat masa waktu perjanjian habis atau akibat lain yang
menyebabkan kontrak berakhir di tengah jalan.
c) BUS/UUS/BPRS harus membuat penilaian terhadap
berbagai cara penyelesaian kontrak dan dampak yang
diperoleh akibat penyelesaian kontrak tersebut.
d) BUS/UUS/BPRS harus memiliki opini legal (kekuatan
hukum) dalam melaksanakan mekanisme penyelesaian
kontrak sehingga eksekusi penyelesaian tidak melanggar
hukum.
e) BUS/UUS/BPRS harus menyusuri kemungkinan
kewajiban-kewajiban dengan Nasabah dan
menyelesaikannya sesuai perjanjian.
f) Jika ada biaya perbaikan dan/atau kerugian yang
disebabkan oleh kelalaian dan kesalahan kelola oleh
Nasabah, maka BUS/UUS/BPRS berhak mengajukan dan
menuntut klaim atas kerugian tersebut sesuai metode
mitigasi risiko yang ditetapkan.
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Dalam penulisan ini penulis menemukan penelitian terdahulu dan
membandingkan dengan penelitian yang penulis lakukan, yang dipaparkan
pada tabel berikut:
24
Tabel 4
Strategi Mengelola Risiko Pada Risiko Legal/Hukum
Identitas
Penulis
Aspek
Kurniati Amalia
A04 130015
Politeknik Negeri
Banjarmasin
Nur Amaliah
A04 130018
Politeknik Negeri
Banjarmasin
Judul
Analisis Manajemen Risiko
Produk Griya iB Hasanah di
BNI Syariah Cabang
Banjarmasin
Analisis Manajemen
Risiko Pembiayaan
Murabahah (Studi Kasus
Bank Kalsel Syariah)
Perusahaan yang
diteliti
PT. BNI Syariah cabang
Banjarmasin Bank Kalsel Syariah
Permasalahan 1) Bagaimana penerapan dan
pengelolaan manajemen
risiko pada pembiayaan
Griya iB Hasanah di Bank
BNI Syariah Cabang
Banjarmasin.
2) Bagaimana strategi Bank
BNI Syariah Cabang
Banjarmasin dalam
meminimalisir risiko
pembiayaan pada produk
Griya iB Hasanah?
1) Apa saja cakupan risiko
dalam analisa risiko
pembiayaan murabahah
dan potensial penyebab
timbulnya risiko
tersebut pada Bank
Kalsel Syariah?
2) Bagaimana penerapan
manajemen risiko
pembiayaan murabahah
di Bank Kalsel Syariah
3) Bagaimana kesesuaian
penerapan manajemen
risiko pembiayaan
murabahah pada Bank
Kalsel Syariah dengan
Peraturan Bank
Indonesia Nomor
13/23/PBI/2011
Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan
jenis penelitian kualitatif
Jenis penelitian dalam
skripsi ini yaitu penelitian
25
deskriptif dengan jenis data
yang digunakan yaitu data
primer dan data sekunder.
Teknik pengumpulan data
menggunakan kepustakaan,
studi lapangan dan wa
wancara.
deskriptif kualitatif.
Adapun yang dimaksud
dengan penelitian
deskriptif kualitatif.
Sumber data dalam
penelitian ini adalah data
sekunder yang berasal dari
laporan keuangan Bank
Kalsel Syariah dan data
primer yang didapatkan
dari pihak bank terkait.
Hasil Penelitian 1) Dalam manajemen risiko
atas produk Griya iB
Hasanah, penerapan dan
pengelolaan manajemen
risiko, dilakukan dengan cara
melakukan identifikasi risiko,
pengukuran risiko,
pemantauan risiko, dan
pengendalian risiko
2) Strategi yang digunakan
oleh BNI Syariah cabang
Banjarmasin dalam
meminimalisir risiko
pembiayaan pada produk
Griya iB Hasanah dilakukan
dengan 3 metode, dimana
metode ini berhasil
meminimalisir dan menekan
terjadinya NPF.
Penerapan manajemen
risiko untuk pembiayaan
murabahah di Bank Kalsel
Syariah secara keseluruhan
telah sesuai dengan
Peraturan Bank Indonesia
No.13/23/PBI/2011
tentang Penerapan
Manajemen Risiko Bagi
Bank Umum Syariah dan
Unit Usaha Syariah.
Kurniati Amalia dengan judul penelitian Analisis Manajemen Risiko
Produk Griya iB Hasanah di BNI Syariah Cabang Banjarmasin meneliti
tentang bagaimana penerapan dan pengelolaan manajemen risiko
pembiayaan produk Griya iB Hasanah di BNI Syariah cabang Banjarmasin
serta bagaimana strategi untuk meminimalisir risiko pada pembiayaan
26
tersebut. Bank BNI Syairah cabang Banjarmasin berhasil meminimalisir
risiko dengan menggunakan 3 metode, yaitu penganalisaan Wayout kepada
calon nasabah, metode 5C 7P R3, dan melakukan monitoring pembiayaan
secara intensif. Penelitian yang dilakukan oleh Kurniati Amalia telah
menjadi referensi pada pengisian salah satu rumusan masalah. Yang
membedakan penelitian yang dilakukan oleh Kurniati Amalia dengan
penelitian ini adalah objek yang diteliti.
Nur Amaliah dengan judul penelitian Analisis Manajemen Risiko
Pembiayaan Murabahah (Studi Kasus Bank Kalsel Syariah) meneliti jenis
risiko yang dihadapi oleh Bank Kalsel pada pembiayaan murabahah-nya.
Penelitian ini dilakukan karena tingginya tingkat Non Performing Finance
(NPF) pada Bank Kalsel Syariah dalam 3 periode berkelanjutan. Penelitian
ini memberikan beberapa referensi mengenai penanganan risiko yang sesuai
dengan permasalahan pada Bank Kalsel. Yang membedakan penelitian yang
dilakukan oleh Nur Amaliah dengan penelitian ini adalah objek yang diteliti.
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi dan Pemberian Definisi Operasional Variabel
Dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, maka penulis
menguraikan beberapa variabel yang menjadi pokok penelitian, yaitu:
1. Pembiayaan musyarakah mutanaqisah menurut Fatwa DSN MUI
Nomor 73/DSN-MUI/IV/2008 Tentang Pembiayaan Musyarakah
Mutanaqisah bahwa musyarakah mutanaqisah adalah musyarakah atau
syirkah yang kepemilikan aset (barang) atau modal salah satu pihak
(syarik) berkurang disebabkan pembelian secara bertahap oleh pihak
lainnya..
2. Manajemen risiko adalah serangkaian metodologi dan prosedur yang
digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan
mengendalikan risiko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha Bank.
(POJK No.65/ POJK.03/2016)
B. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif
kualitatif atas manajemen risiko pembiayaan musyarakah mutanaqisah BMI
Cabang Banjarmasin Jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian yang
dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status gejala yang
ada, penelitian deskriptif tidak menguji hipotesis tertentu tetapi
28
menggambarkan adanya suatu variabel, gejala atau keadaan. (Arikunto,
2005: 234)
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan peneliti adalah data kualitatif yaitu
dokumen – dokumen pembiayaan musyarakah mutanaqisah, struktur
organisasi, tugas dan tanggung jawab dari masing masing bagian yang
terdapat dalam struktur organisasi BMI Cabang Banjarmasin serta
informasi dari narasumber yang bersangkutan langsung dalam
pengelolaan risiko.
2. Sumber Data
a. Data Primer
Data Primer adalah sumber data yang penelitian yang
diperoleh secara langsung atau asli dari sumber utama untuk
memperoleh informasi (tidak melalui media perantara). Data
primer didapat dengan mewawancari narasumber terkait langsung
seperti bagian manajer atau bagian terkait lainnya.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber data yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan
dicatat). Data sekunder didapat dari dokumen yang berkaitan
dengan manajemen risiko pembiayaan akad musyarakah
mutanaqisah.
29
D. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data antara lain
sebagai berikut
1. Kepustakaan
Peneliti mengumpulkan bahan dari literature literature yang
relevan dan berkaitan dengan manajemen risiko akad pembiayaan
musyarakah mutanaqisah seperti buku, jurnal, dan hasil-hasil penelitian
terdahulu.
2. Kuisioner
Peneliti akan membuat pertanyaan terstruktur berupa angket atau
kuisioner yang akan diserahkan pada karyawan atau manajer yang
bersangkutan atau yang memahami tentang permasalahan dalam
penilitan ini. Adapun aspek yang diangkat dalam pertanyaan ini adalah:
a. Bagaimana prosedur pembiayaan MMQ di Bank Muamalat
Indonesia Cabang Banjarmasin
b. Apakah Bank Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin
melaksanakan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan,
dan pengendalian risiko untuk pembiayaan MMQ?
c. Apa saja risiko yang melekat pada pembiayaan MMQ?
d. Selama ini apa saja yang menjadi penyebab masing-masing
risiko tersebut?
e. Dari semua risiko, risiko apa yang sangat mempengaruhi
kenaikan dan penurunan NPF? Mengapa?
30
f. Bagaimana cara mengendalikan masing-masing risiko
tersebut?
g. Apakah ada SOP/Peraturan Internal BMI mengenai
Manajemen Risiko?
h. Apakah manajemen risiko terhadap produk pembiayaan MMQ
pada Bank Muamalat Indonesia Kantor Cabang Banjarmasin
merujuk pada peraturan POJK Nomor 65/POJK.03 dan/atau
Buku “Standar Produk Musyarakah dan Musyarakah
Mutanaqishah” dari OJK?
Apabila jawaban pihak narasumber pada point h mengindikasikan
bahwa Bank Muamalat Indonesia Kantor Cabang Banjarmasin merujuk
pada Buku “Standar Produk Musyarakah dan Musyarakah
Mutanaqishah”, maka peneliti akan membuat kuisioner berisikan
standar penanganan risiko yang disarankan OJK dari buku tersebut
untuk menentukan kesesuaiannya dalam pengelolaan risiko pada
produk pembiayaan MMQ.
3. Dokumentasi
Peneliti mengumpulkan bahan dari laporan keuangan, pedoman
pembiayaan musyarakah mutanaqishah, dan catatan atas laporan
keuangan agar mendapatkan data yang lebih kredibel.
E. Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian kualitatif yang
bersifat deskriptif. Penulis akan menganalisis serta menjelaskan hal – hal
31
yang berhubungan dengan manajemen risiko pembiayaan. Langkah-
langkah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Mengolah data dengan membuat daftar pertanyaan kuisioner.
2. Mengidentifikasi data-data yang telah terkumpul dari teknik kuisioner
maupun teknik kepustakaan terhadap manjemen risiko pembiayaan
musyarakah mutanaqishah
3. Mengolah tulisan dari data yang telah diklasifikasi.
4. Membuat simpulan dari hasil studi penelitian terhadap penerapan,
kesesuaian penerapan serta strategi meminimalisir risiko pembiayaan
musyarakah mutanaqishah.
32
F. Kerangka Penelitian
Gambar 1
Kerangka Pemikiran Penelitian
POJK No. 15/POJK.03/2017 Tentang Kewajiban Modal
Minimum Tingkat NPF Dikatakan baik ≤ 5%
Tingkat Rasio NPF Musyarakah Bank Muamalat Indonesia sebesar 1,17% dan
Market Share Bank Muamalat Indonesia sebesar 31%
Manajemen Risiko
Berdasar Buku Standar Produk
Musyarakah dan Musyarakah
Mutanaqisah dari OJK (Manajemen
Risiko)
1. Risiko Pembiayaan
2. Risiko Pasar
3. Risiko Operasional
4. Risiko Legal / Hukum
Peraturan OJK nomor
65/POJK.03/2016 tentang
penerapan Manajemen
Risiko Bagi Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha
Syariah
Penerapan, kesesuaian, dan strategi Manajemen Risiko
Bank untuk Pembiayaan Musyarakah Mutanaqisah
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
1. Sejarah Singkat BMI & BMI KC Banjarmasin
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk (“Bank Muamalat Indonesia”)
memulai perjalanan bisnisnya sebagai Bank Syariah pertama di
Indonesia pada 1 November 1991 atau 24 Rabi’us Tsani 1412 H.
Pendirian Bank Muamalat Indonesia digagas oleh Majelis Ulama
Indonesia (MUI), Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan
pengusaha muslim yang kemudian mendapat dukungan dari
Pemerintah Republik Indonesia. Sejak resmi beroperasi pada 1 Mei
1992 atau 27 Syawal 1412 H, Bank Muamalat Indonesia terus
berinovasi dan mengeluarkan produkproduk keuangan syariah seperti
Asuransi Syariah (Asuransi Takaful), Dana Pensiun Lembaga
Keuangan Muamalat (DPLK Muamalat) dan multifinance syariah (Al-
Ijarah Indonesia Finance) yang seluruhnya menjadi terobosan di
Indonesia. Selain itu produk Bank Muamalat yaitu Shar-e yang
diluncurkan pada tahun 2004 juga merupakan tabungan instan pertama
di Indonesia. Produk Shar-e Gold Debit Visa yang diluncurkan pada
tahun 2011 tersebut mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor
Indonesia (MURI) sebagai Kartu Debit Syariah dengan teknologi chip
pertama di Indonesia serta layanan e-channel seperti internet banking,
mobile banking, ATM, dan cash management. Seluruh produk-produk
34
tersebut menjadi pionir produk syariah di Indonesia dan menjadi
tonggak sejarah penting di industri perbankan syariah. Pada 27 Oktober
1994, Bank Muamalat Indonesia mendapatkan izin sebagai Bank
Devisa dan terdaftar sebagai perusahaan publik yang tidak listing di
Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada tahun 2003, Bank Muamalat dengan
percaya diri melakukan Penawaran Umum Terbatas (PUT) dengan Hak
Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) sebanyak 5 (lima) kali dan
merupakan lembaga perbankan pertama di Indonesia yang
mengeluarkan Sukuk Subordinasi Mudharabah. Aksi korporasi tersebut
semakin menegaskan posisi Bank Muamalat Indonesia di peta industri
perbankan Indonesia.
Seiring kapasitas Bank Muamalat yang semakin diakui, Bank
Muamalat semakin melebarkan sayap dengan terus menambah jaringan
kantor cabangnya di seluruh Indonesia. Pada tahun 2009, Bank
Muamalat mendapatkan izin untuk membuka kantor cabang di Kuala
Lumpur, Malaysia dan menjadi bank pertama di Indonesia serta satu-
satunya yang mewujudkan ekspansi bisnis di Malaysia. Hingga saat ini,
Bank Muamalat telah memiliki 325 kantor layanan termasuk 1 (satu)
kantor cabang di Malaysia. Operasional Bank Muamalat juga didukung
oleh jaringan layanan yang luas berupa 710-unit ATM Muamalat,
120.000 jaringan ATM Bersama dan ATM Prima, serta lebih dari
11.000 jaringan ATM di Malaysia melalui Malaysia Electronic
Payment (MEPS).
35
Menginjak usianya yang ke-20 pada tahun 2012, Bank Muamalat
Indonesia melakukan rebranding pada logo Bank Muamalat untuk
semakin meningkatkan awareness terhadap image sebagai Bank syariah
Islami, Modern dan Profesional. Bank Muamalat pun terus
mewujudkan berbagai pencapaian serta prestasi yang diakui baik secara
nasional maupun internasional. Hingga saat ini, Bank Muamalat
beroperasi bersama beberapa entitas anaknya dalam memberikan
layanan terbaik yaitu Al-Ijarah Indonesia Finance (ALIF) yang
memberikan layanan pembiayaan syariah, (DPLK Muamalat) yang
memberikan layanan dana pensiun melalui Dana Pensiun Lembaga
Keuangan, dan Baitulmaal Muamalat yang memberikan layanan untuk
menyalurkan dana Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS). Sejak tahun 2015,
Bank Muamalat Indonesia bermetamorfosa untuk menjadi entitas yang
semakin baik dan meraih pertumbuhan jangka panjang. Dengan strategi
bisnis yang terarah Bank Muamalat Indonesia akan terus melaju
mewujudkan visi menjadi “Top 10 Bank in Indonesia with Strong
Regional Presence”.
PT Bank Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin sendiri berdiri
pada 11 September 2003 yang diresmikan oleh gubernur Kal-Sel saat
itu, yakni H.M. Sjahriel Darham. Bank Muamalat Indonesia Cabang
Banjarmasin sendiri pada mulanya menaungi beberapa kantor
diantaranya adalah Martapura, Barabai, Kayutangi, Batulicin,
Banjarbaru, Kandangan, dan Harum Manis. Untuk saat ini Bank
36
Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin dipimpin oleh Bapak Ribut
Budi Putro Utomo dengan menaungi 5 kantor yang terdiri dari
Banjarmasin, Banjarbaru, Barabai, Kayutangi, dan Mobile Branch-1.
Dengan nomor cabang masing masing sebagai berikut: Banjarmasin-
611, Banjarbaru-613, Barabai-620, Kayutangi-638, dan
MobileBranch1-627. Selama berdiri dari tahun 2003 Bank Muamalat
Indonesia Cabang Banjarmasin telah mendapatkan award dari
MarkPlus yang merupakan korporasi konsultan, penelitian marketing,
edukasi, dan komunitas media untuk perusahaan atau individu, dimana
pada tahun 2012, dan 2013 secara berturut-turut sebagai “Banjarmasin
Service Excellence Champion” degan Kategori Sharia Banking. Tahun
2014 sebagai “The Champion Of MarkPlus WOW Service Excellence
2014” dengan kategori Islamic Banking. Dan pada tahun 2017 Bank
Muamalat Cabang Banjarmasin meraih penghargaan “Bronze
Champion of Banjarmasin WOW Service Excellence Award 2017”
dalam kategori Islamic Bank.
2. Visi dan Misi
a. Visi
“Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar
spritual, dikagumi di pasar nasional”
b. Misi
1) Menjadi role model lembaga keuangan syari’ah dunia dengan
penekanan pada semangat kewirausahaan.
37
2) Keunggulan manajemen dan orientasi investasi yang inovatif
untuk memaksimumkan nilai kepada stakeholder.
3. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi adalah bagaimana pekerjaan dibagi
dikelompokan dan dikordinasikan secara formal. Adapun struktur
organisasi di Bank Muamalat Indonesia cabang Banjarmasin sebagai
berikut:
38
Gambar 2
Struktur Organisasi BMI Kantor Cabang Banjarmasin
Sumber: Bank Muamalat Kantor Cabang Banjarmasim
39
4. Job Description Retail Financing Center Unit
Job Description adalah gambaran dari tugas dan wewenang pihak
yang terkait dalam suatu jenis pekerjaan pada sebuah
instansi/perusahaan. Adapun Job Description di Bank Muamalat
Indonesia yang berkaitan dengan pembiayaan musyarakah mutanaqisah
adalah Unit Retail Financing Center. Bapa Muhammad Muflih, selaku
narasumber dan Analysis Manager yang bertugas sebagai penganalisa
keuangan nasabah, menerangkan tugas yang harus dilaksanakan oleh
Unit RFC. Tugas-tugas itu antara lain:
a. Validasi Dokumen Nasabah
b. Verifikasi Dokumen Nasabah
c. Analisa Jaminan
d. Analisa Sumber Pengembalian
e. Keputusan Plafon Untuk Nasabah
5. Produk dan Layanan Bank Muamalat Indonesia
a. Produk
Dalam melaksanakan kegiatan usaha untuk memenuhi
kebutuhan nasabahnya Bank Muamalat menyajikan produk dan
layanan, dengan keterangan sebagai berikut:
40
Tabel 5
Produk Bank Muamalat
Pendanaan Pembiayaan
Giro Mumalat
1) Giro Ultima
2) Giro Attijary
Konsumen
1) KPR iB Muamalat
2) iB Muamalat Umroh
3) iB Muamalat Koperasi
Karyawan
4) iB Muamalat Multiguna
5) iB Muamalat Pensiun
6) pembiayaan Autolan (Via
Multifinance)
Tabungan
1) Tabungan iB Muamalat
2) Tabungan iB Muamalat
Dollar
3) iB Muamalat Haji dan
Umrah
4) Tabungan iB Muamalat
Rencana
5) TabunganKU iB
6) Tabungan iB Muamalat
Prima
Modal Kerja
1) iB Modal Kerja SME
2) iB Muamalat Rekening
Koran Muamalat
3) iB Muamalat Usaha Mikro
Deposito
1) Deposito Mudharabah
2) Dana Pensiun Muamalat
Investasi
1) iB Investasi SME
2) iB Properti Bisnis
Muamalat
Sumber: Bank Muamalat Kantor Cabang Banjarmasin, dibuat oleh penulis
Pada Bank Muamalat Indonesia, satu-satunya produk yang
berbasis akad MMQ adalah KPR iB Muamalat.
b. Layanan
1) Perbankan Internasional
a) Remittance
(1) Kas Kilat
(2) Remittance Bank Muamalat IndonesiaMaybank
41
(3) Remittance Bank Muamalat Indonesia-BMMB
(4) Remittance Bank Muamalat Indonesia-NCB
(5) Incoming Muamalat Remittance iB
(6) Outgoing Muamalat Remittance iB
(7) Tabungan Nusantara
b) Trade Finance
(1) Ekspor
(2) Impor
(3) Bank Garansi
(4) Klaim Bank Garansi
2) Transfer
a) Transfer ke rekening Bank Muamalat Indonesia
b) Transfer ke rekening 72 bank yang tergabung di ATM
BERSAMA dan 37 bank yang tergabung di ATM
BCA/PRIMA
3) Layanan 24 Jam
a) ATM Muamalat
b) Muamalat Mobile
c) Internet Banking Muamalat
d) Cash Management System
e) SalaMuamalat
42
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian ini berikut kebijakan bank Muamalat
Indonesia Cabang Banjarmasin syariah penerapan, kesesuaian dan strategi
manajemen risiko pada pembiayaan musyarakah mutanaqisah.
1. Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan Musyarakah Mutanaqisah
Bank Muamalat Indonesia Kantor Cabang Banjarmasin
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan yang digunakan Bank Muamalat Indonesia
cabang Banjarmasin adalah dengan menggunkan strategi dan
metode yang terorganisasi, komprehensif dan interaktif yaitu
dengan memilih nasabah dengan selektif yaitu dengan cara
penilaian. Penilaian yg digunakan adalah penilaian 5C dan 7P.
b. Pengorganisasian (Organization)
Organisasi manajemen risiko pembiayaan untuk Bank
Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin terbagi atas unit-unit
seperti unit pemasaran, penganalisis dan penyelamatan atas
pembiayaan bermasalah pada pembiayaan KPR.
c. Penilaian (Assessment)
1) Identifikasi (Identifying)
Di Bank Muamalat Indonesia cabang Banjarmasin hanya
menyediakan produk KPR iB Muamalat dengan pembiayaan
berakad musyarakah mutanaqisah.
43
2) Analisis (Analyzing)
Dalam pemberian pembiayaan KPR Bank Muamalat
Indonesia cabang Banjarmasin menganalisis dengan
menggunakan prinsip yang sesuai dengan aturan yang telah
berlaku seperti pemberlakuan 5C yaitu Character, Capacity,
Capital, Collateral, Condition of Economy, yaitu:
a) Penilaian Character
Character adalah hal yang paling menentukan
seseorang dalam melunasi hutangnya, walaupun nasabah
memiliki kecukupan modal, kapasitas keuangan yang
memenuhi syarat, jaminan yang memadai, kondisi
perekonomian yang stabil, semua itu tidak akan ada
hasilnya jika character nasabah tersebut tidak jujur dan
bertanggung jawab dalam melunasi pembiayaan yang
telah didapatkannya. Diakui bahwa character merupakan
hal yang sulit sekali diukur dan dinilai pada saat penilian
kelayakan nasabah, apalagi mayoritas nasabah yang
mengajukan pembiayaan KPR terbilang belum dikenal
secara dekat oleh pihak bank. Untuk mengantisipasi risiko
kesalahan penilaian character nasabah tersebut maka
Bank Muamalat Indonesia cabang Banjarmasin
menggunakan cara-cara penilaian character nasabah
44
dengan melalui beberapa cara diantaranya BI cheking dan
penilaian pihak lain.
b) Penilaian Capacity
Analisis terhadap capacity ini ditujukan untuk
mengetahui kemampuan keuangan calon nasabah dalam
memenuhi kewajibannya sesuai jangka waktu
pembiayaan. Cara yang ditempuh oleh Bank Muamalat
Indonesia cabang Banjarmasin yaitu melalui:
(1) Melihat Laporan Keuangan
Dalam laporan keuangan calon nasabah, maka akan
dapat diketahui sumber dananya.
(2) Memeriksa Slip Gaji dan Rekening Tabungan Calon
Nasabah
Nasabah yang merupakan pegawai, maka bank dapat
meminta fotokopi slip gaji tiga bulan terakhir dan
didukung oleh rekening tabungan sekurang-
kurangnya untuk tiga bulan terakhir. Dari data-data
slip gaji dan fotocopy rekening tabungan tiga bulan
terakhir, maka akan dapat dianalisis tentang sumber
dana dan penggunaan dana calon nasabah. Data
keuangan tersebut digunakan sebagai asumsi dasar
tentang kondisi keuangan calon nasabah setelah
mendapatkan pembiayaan dari bank syariah.
45
Pendapatan yang menjadi acuan dalam hal ini adalah
salary yang bersifat tetap bukan temporary seperti
pendapatan bonus, uang makan dan sebagainya,
namun lebih dilihat dari gaji pokok yang dibayarkan
perusahaan kepada calon nasabah yang bersangkutan.
c) Penilaian Capital
Bank Muamalat Indonesia cabang Banjarmasin
dalam melihat capital calon nasabah melalui laporan
keuangan dari usaha yang dijalankan apabila pada calon
nasabah yang tidak memilki laporan keuangan, capital
dapat dilihat dari taksiran pendapatan setiap bulannya.
Analisis ini sudah cukup baik karena dengan melihat hal
tersebut sudah dapat dijadikan parameter kemampuan
modal dari calon nasabah.
d) Penilaian Colleteral
Terkhusus untuk pembiayaan Pemilikan Rumah KPR
murni, collateral atau agunan yang digunakan Bank
Muamalat Indonesia cabang Banjarmasin adalah rumah
yang dijadikan sebagai objek KPR itu sendiri dengan
syarat jaminan tersebut memiliki sertifikat tanah, izin
pendirian bangunan (IMB), Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) terakhir. Sehingga jika terjadi pembiayaan macet
46
maka yang dilakukan bank adalah dengan melelang rumah
yang dibiayai tersebut.
e) Penilaian Condition of Economy
Bank Muamalat Indonesia cabang Banjarmasin selain
mengoptimalkan prinsip 5C dapat juga menambahkan
prinsip lain yaitu prinsip 7P (personality, party, purpose,
prospect, payment, profitability, protection).
2. Kesesuaian Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan Musyarakah
Mutanaqisah Di Bank Muamalat Indonesia Kantor Cabang
Banjarmasin Dengan POJK Nomor 65/POJK.03/2016 Dan Buku
Standar Produk Musyarakah Dan Musyarakah Mutanaqisah.
OJK telah mengatur tentang manajemen risiko dalam Peraturan
OJK No. 65/POJK.03/2016 yang kemudian dari peraturan tersebut
dibuat menjadi standar produk untuk setiap akad. Sehingga perbankan
harus menerapkan manajemen risiko mereka berdasarkan buku standar
tersebut. Berikut hasil kuisioner mengenai Kesesuaian Penerapan
Manajemen Risiko Pembiayaan Musyarakah Mutanaqisah:
47
Tabel 6
Kesesuaian Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan Musyarakah Mutanaqisah
di BMI Kantor Cabang Banjarmasin
No Tahap Risiko Manajemen Risiko dalam Setiap Tahap Pembiayaan dari Buku Standar OJK
Buku Standar OJK BMI
1 Pra Kontrak a. Penyusunan
Kebijakan dan
Prosedur
Manajemen
Risiko BUS/
UUS/BPRS
1) Cara dan pola identifikasi risiko;
2) Metodologi valuasi dan kalkulasi risiko
yang tepat terhadap aset-aset dan distribusi
profit;
3) Batasan eksposur risiko (risk exposure
limits);
4) Teknik mitigasi risiko;
5) Mekanisme pelaporan dan pengawasan;
6) Alur komunikasi dan tanggung jawab
manajemen risiko;
7) Mekanisme review, pembaharuan dan
perubahan.
1) Untuk
memitigasi risiko,
BMI KC
Banjarmasin
memliki divisi
khusus yang
bernama RFC,
dimana divisi ini
melakukan
verifikasi, validasi,
dan evaluasi
terhadap nasabah.
2) Mekanisme
pengawasan pada
BMI KC
Banjarmasin
dilakukan oleh
marketing dan
penanganan
angsuran.
Pengawasan juga
tidak terlepas dari
semua karyawan
BMI.
Untuk point
lainnya, pihak BMI
KC Banjarmasin
bahwa BMI KC
Banjarmasin telah
menerapkan
seluruh
rekomendasi
penanganan risiko
dari OJK pada
penyusunan
kebijakan dan
prosedur
manajemen risiko
UUS/BUS/BPRS
tanpa adanya
informasi
tambahan.
48
b Penilaian Uji
Kelayakan Usaha
1) Memastikan metodologi dan kerangka
penilaian (assesment method and
framework) calon Nasabah yang digunakan
sesuai dengan tipe produk pembiayaan
MMQ dan plafond pembiayaan yang tepat.
2) Proses penilaian harus memiliki dasar
seperti data historis (baik internal
BUS/UUS/BPRS maupun internal Nasabah)
dan bukti-bukti empiris lain yang
memungkinkan. Jika data dan bukti empiris
terbatas, BUS/UUS/BPRS dapat
menggunakan data lain sebagai proxy. Jika
dibutuhkan, BUS/UUS/BPRS juga bisa
menggunakan judgment yang diatur dalam
Kebijakan dan Prosedur Manajemen Risiko
BUS/UUS/BPRS.
1) BMI KC
Banjarmasin
mencari informasi
tentang kelayakan
nasabah tidak
hanya pada
nasabah tersebut,
tetapi juga pada
pihak ketiga yang
berada
dilingkungan
tempat tinggal atau
relasi dari nasabah.
Untuk point
lainnya, pihak BMI
KC Banjarmasin
menyatakan bahwa
BMI KC
Banjarmasin telah
menerapkan
seluruh
rekomendasi
penanganan risiko
dari OJK pada
penilaian uji
kelayakan usaha
tanpa adanya
informasi
tambahan.
3) Proses penilaian harus sudah
memasukkan risiko-risiko utama seperti
analisis 5C (Capacity, Characteristics,
Collateral, Capital dan Condition) Calon
Nasabah, risiko pasar dan investasi terkait
proyeksi pembayaran dari pendapatan
Nasabah, biaya sewa atas obyek MMQ dan
biaya-biaya lain.
4) Proses penilaian harus
mempertimbangkan potensi perubahan-
perubahan dalam hal biaya produksi, biaya
material, biaya tenaga kerja, harga dan
volume penjualan dan lain-lain sehingga
BUS/UUS/BPRS perlu membuat asumsi-
asumsi agar proyeksi arus kas (projected
cash flow) dan arus kas aktual (actual cash
flow) tidak mengalami perbedaan selisih
angka yang terlampau jauh.
5) BUS/UUS/BPRS harus memastikan
bahwa data dan informasi yang digunakan
dalam proses penilaian kelayakan ini
diperoleh dari sumber yang relevan, terkini
dan dapat dipercaya.
6) Proses penilaian ini harus dilakukan oleh
pihak yang memiliki pengetahuan dan ahli
dalam bidang bisnis tersebut, bisa berasal
dari pihak internal BUS/UUS/BPRS
maupun pihak eksternal. Pihak penilai ini
harus independen dan sama sekali tidak
terkait dan memiliki kepentingan atas usaha
calon Nasabah. Jika BUS/UUS/BPRS
menggunakan jasa pihak eksternal, harus
ada standar lebih lanjut yang diatur dalam
Kebijakan dan Prosedur Manajemen Risiko
BUS/UUS/ BPRS masing-masing.
49
7) Proses penilaian ini juga bisa
menggunakan kerangka
investment rating yang menjelaskan tentang
kriteria dan
deskripsi mendetil mengenai masing-masing
grade yang ada, hal ini akan memastikan
pengelompokan risiko berdasarkan tipe
Nasabah dengan usaha tertentu atau
berdasarkan jumlah Fasilitas Pembiayaan
tertentu.
2 Masa
Kontrak
a. Pengawasan Aktif 1) BUS/UUS/BPRS membentuk mekanisme
early-warning dengan kriteria-kriteria
pemicu terjadinya risiko sehingga saat
terjadi tanda-tanda yang sesuai dengan
kriteria tersebut, manajemen dapat
mengambil tindakan cepat sesuai
mekanisme tersebut.
2) BUS/UUS/BPRS dapat meminta dan
memantau progres pembelian porsi hishshah
BUS/UUS/BPRS oleh Nasabah dan
pembayaranujroh yang sesuai dengan
kesepakatan kontrak.
3) BUS/UUS/BPRS dapat menyusun
beberapa kondisi terkait pengelolaan usaha
yang disepakati dalam dokumen legal
perjanjian yang menuntut Nasabah jika
Nasabah lalai dalam memenuhi kewajiban-
kewajiban tersebut.
4) BUS/UUS/BPRS dapat melakukan
review ujroh sesuai ketentuan standar
sebelumnya. Peninjauan ulang ini dapat
menggunakan beberapa asumsi yang sesuai
dengan kondisi dan bukti-bukti obyektif
terkini.
1) BMI KC
Banjarmasin akan
melakukan filter-
filter pada setiap
pembiayaan yang
terealisasi dengan
harapan
meminimalisir
risiko di kemudian
hari.
Untuk point
lainnya, pihak BMI
KC Banjarmasin
menyatakan bahwa
BMI KC
Banjarmasin telah
menerapkan
seluruh
rekomendasi
penanganan risiko
dari OJK pada
pengawasan aktif
tanpa adanya
informasi
tambahan. 5) BUS/UUS/BPRS harus memastikan
bahwa keterkaitan pihakpihak lain
(outsourced parties) dalam kepemilikan
obyek (properti) MMQ tidak akan
menimbulkan tambahan risiko yang
signifikan. Pencegahan risiko ini dapat
dilakukan melalui cara-cara seperti analisis
dan seleksi dengan metodologi yang tepat
sebelum melakukan kesepakatan perjanjian
dengan pihak lain, memastikan bahwa
seluruh informasi, data historis dan reputasi
pihak lain berstatus baik, serta penerapan
manajemen yang standar dan efektif selama
pelaksanaan kerja dengan pihak lain.
50
3 Tahap
Penyelesaian
Kontrak
a. BUS/UUS/BPRS
harus telah
memiliki prosedur
dan mekanisme
yang jelas dalam
proses
penyelesaian
kontrak dan
didokumentasikan
serta
dikomunikasikan
kepada pihak-
pihak terkait
proses tersebut.
1) BMI KC
Banjarmasin akan
mengedukasi
nasabah pada saat
penyelesaian
kontrak agar tidak
ada
kesalahpahaman di
kemudian hari.
Untuk point
lainnya, pihak BMI
KC Banjarmasin
menyatakan bahwa
BMI KC
Banjarmasin telah
menerapkan
seluruh
rekomendasi
penanganan risiko
dari OJK pada 6
point di Tahap
Penyelesaian
Kontrak tanpa
adanya informasi
tambahan
b. Prosedur dan
mekanisme yang
dimiliki harus
terdiri dari
tahapantahapan
yang dihadapi jika
penyelesaian
kontrak akibat
masa waktu
perjanjian habis
atau akibat lain
yang
menyebabkan
kontrak berakhir
di tengah jalan.
c. BUS/UUS/BPRS
harus membuat
penilaian terhadap
berbagai cara
penyelesaian
kontrak dan
dampak yang
diperoleh akibat
penyelesaian
kontrak tersebut.
d. BUS/UUS/BPRS
harus memiliki
opini legal
(kekuatan hukum)
dalam
melaksanakan
mekanisme
penyelesaian
kontrak sehingga
eksekusi
penyelesaian
tidak melanggar
hukum.
51
e. BUS/UUS/BPRS
harus menyusuri
kemungkinan
kewajiban-
kewajiban dengan
Nasabah dan
menyelesaikannya
sesuai perjanjian.
f. Jika ada biaya
perbaikan
dan/atau kerugian
yang disebabkan
oleh kelalaian dan
kesalahan kelola
oleh Nasabah,
maka
BUS/UUS/BPRS
berhak
mengajukan dan
menuntut klaim
atas kerugian
tersebut sesuai
metode mitigasi
risiko yang
ditetapkan.
Sumber: Dibuat Oleh Penulis
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa BMI telah
menerapkan manajemen risiko mereka berdasarkan POJK No.
65/POJK.03/2016 & buku standar produk pembiayaan musyarakah dan
musyarakah mutanaqisah.
3. Strategi Bank Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin Dalam
Meminimalisir Risiko Pada Pembiayaan Musyarakah Mutanaqisah
Buku standar produk pembiayaan musyarakah mutanaqisah tidak
hanya mengatur tentang penerapan manajemen risiko tetapi juga
strategi dalam meminimalisir risiko yang ada pada pembiayaan
musyarakah mutanaqisah. Berikut hasil kuisioner mengenai Strategi
52
Manajemen Risiko Pembiayaan Musyarakah Mutanaqisah di BMI
Kantor Cabang Banjarmasin:
Tabel 7
Strategi Manajemen Risiko Pembiayaan Musyarakah Mutanaqisah di BMI Kantor
Cabang Banjarmasin
No Jenis Risiko Risiko Yang Dihadapi Strategi Mengelola Risiko
Menurut Standar Produk dari OJK BMI
1 Risiko
Pembiayaan
a. Adanya kemungkinan saat
Nasabah tidak membayarkan
porsi Bagi Hasil milik
BUS/UUS/BPRS sesuai akad
yang telah disepakati akibat
kurangnya informasi yang
dimiliki atau diperoleh
BUS/UUS/BPRS atas usaha
Musyarakah yang dijalankan
oleh Nasabah.
a. 1) Mewajibkan Nasabah
untuk memberikan laporan
keuangan bulanan kepada
BUS/UUS/BPRS.
2) BUS/UUS/BPRS
memiliki hak untuk
mengakses pembukuan dan
melakukan audit setiap
waktu atas usaha yang
dijalankan.
1) Pada risiko
pembiayaan,
Pihak BMI
KC
Banjarmasin
akan
melakukan
filter sebelum
pemberian
fasilitas
kepada
nasabah
dengan
menggunakan
analisa 5C dan
dengan
tambahan
analisa 7P
Untuk point
lainnya, pihak
BMI KC
Banjarmasin
menyatakan
bahwa seluruh
strategi
penanganan
risiko dari
OJK pada
Risiko
Pembiayaan
telah
dilaksanakan
oleh BMI KC
Banjarmasin.
b. Nasabah tidak mampu
memenuhi sebagian atau
keseluruhan kewajiban
pengembalian modal maupun
Bagi Hasil milik
BUS/UUS/BPRS.
b. Sebelum pemberian fasilitas
Pembiayaan
BUS/UUS/BPRS harus
melakukan analisa
mendalam atas profil
Nasabah (analisa 5C).
53
2 Risiko Pasar a. Jika pembiayaan dalam mata
uang asing sementara
pendapatan tidak seluruhnya
dalam mata uang asing atau
justru mayoritas dalam mata
uang rupiah (IDR) maka saat
rupiah melemah, pendapatan
akan menurun dan target
pendapatan tidak tercapai.
a. Idealnya, pembiayaan dalam
mata uang asing diberikan
kepada Nasabah jika
pendapatan usaha yang
dihasilkan juga mayoritas
atau keseluruhan dalam mata
uang asing juga sementara
pengeluaran dalam mata
uang rupiah.
Pihak BMI
KC
Banjarmasin
tidak memiliki
risiko pada
point a karena
BMI KC
Banjarmasin
tidak
merealisasikan
pembiayaan
dalam bentuk
uang asing.
Pada point b,
Pihak BMI
KC
Banjarmasin
telah
menerapkan
strategi
tersebut.
b. Akad MMQ menyatakan bahwa
kerugian yang disebabkan oleh
faktor alami seperti bencana
alam atau kondisi makro
ekonomi, dan kerugian itu
bukan karena kelalaian atau
kesalahan yang disengaja
dilakukan oleh Nasabah, maka
BUS/UUS/BPRS turut
menanggung kerugian tersebut.
b. Sebelum pemberian fasilitas
Pembiayaan,
BUS/UUS/BPRS harus
melakukan analisa
mendalam atas pendapatan
Nasabah terutama terhadap
proyeksi kondisi
perekonomian baik mikro
maupun makro.
3 Risiko
Operasional
a. Harga sewa properti yang lebih
rendah dari harga pasar
sementara pada masa itu belum
mencapai masa yang disepakati
untuk review ujroh.
a. Menghitung harga sewa
properti dan masa review
ujroh yang akurat dan
berkeadilan.
Pihak BMI
KC
Banjarmasin
menyatakan
bahwa seluruh
strategi
penanganan
risiko dari
OJK pada
Risiko
Operasional
telah
dilaksanakan
oleh BMI KC
Banjarmasin.
4 Risiko Legal /
Hukum
a. Dokumen-dokumen legal Calon
Nasabah tidak lengkap dan
valid.
a. BUS/UUS/BPRS wajib
melakukan analisa dan
verifikasi legalitas seluruh
berkas dokumen Calon
Nasabah (baik perorangan
maupun badan usaha) dan
memastikan semuanya
lengkap sesuai standar yang
berlaku.
1) Evaluasi
kerjasama
pada BMI KC
Banjarmasin
dilakukan
secara berkala
dilihat dari
hasil kinerja
akurasi dan
ketepatan
selesainya
setiap orderan
b. Dokumen-dokumen legal
perizinan usaha Calon Nasabah
tidak lengkap dan valid.
b. BUS/UUS/BPRS wajib
melakukan taksasi/penilaian
atas agunan dan/atau jaminan
yang diajukan Calon
Nasabah.
54
c. Dokumen-dokumen legal
agunan dan jaminan yang
diajukan oleh Calon Nasabah
tidak lengkap dan valid.
c. BUS/UUS/BPRS
memastikan bahwa Calon
Nasabah mengerti seluruh
standar dalam kontrak dan
memastikan Nasabah
menandatangani kontrak
dengan rido dan sepakat atas
segala konsekuensi dalam
kontrak.
yang
dilakukan oleh
BMI KC
Banjarmasin.
Untuk point
lainnya, pihak
BMI KC
Banjarmasin
menyatakan
bahwa seluruh
strategi
penanganan
risiko dari
OJK pada
Risiko Legal /
Hukum telah
dilaksanakan
oleh BMI KC
Banjarmasin.
d. BUS/UUS/BPRS dirugikan
oleh Notaris maupun Pihak Jasa
Penilai Independen rekanan
BUS/UUS/BPRS itu sendiri.
d. BUS/UUS/BPRS
mengevaluasi kerjasama
dengan Notaris maupun
Pihak Jasa Penilai
Independen rekanan yang
terbukti merugikan pihak
BUS/UUS/BPRS.
Sumber: Dibuat Oleh Penulis
BMI Kantor Cabang Banjarmasin memiliki strategi meminimalisir
risiko pada pembiayaan musyarakah mutanaqisah yang sesuai dengan
buku standar produk musyarakah dan musyarakah mutanaqisah. Pada
risiko pasar mengenai mata uang asing, BMI Kantor Cabang
Banjarmasin tidak dapat menerangkan strateginya karena BMI Cabang
Banjarmasin belum pernah merealisasikan pembiayaan tersebut. Pada
risiko pembiayaan, BMI Kantor Cabang Banjarmasin menambahkan
prinsip analisis 7P (personality, party, purpose, prospect, payment,
profitability, protection) untuk melengkapi aspek 5C yang telah
dimiliki oleh BMI, karena 5C masih belum cukup untuk memenuhi
kebutuhan dalam meminimalisir risiko. Prinsip analisis 7P antara lain:
55
a. Purpose yaitu melihat tujuan dari calon nasabah dalam
mengambil kredit;
b. Prospect yaitu menilai bagaimana usaha nasabah dalam masa
akan datang;
c. Payment yaitu ukuran bagaimana nasabah mengembalikan
kredit dan dari sumber mana saja;
d. Proteciont yaitu bagaimana cara nasabah menjaga agar kredit
yang diberikan dapat terjamin;
e. Personality yaitu kepribadian dari calon peminjam yang
mengajukan kreditnya;
f. Profitability yaitu pihak bank melihat bagaimana kemampuan
calon peminjam menghasilkan keuntungan atau laba.
56
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian pada Bank BMI Kantor
Cabang Banjarmasin terhadap Manjemen Risiko Pembiayaan Musyarakah
Mutanaqisah yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu:
1. Penerapan manajemen risiko pembiayaan musyarakah mutanaqisah di
BMI Kantor Cabang Banjarmasin telah sesuai dengan Peraturan OJK
Nomor 65/POJK.03/2016 dan Buku Standar Produk Musyarakah dan
Musyarakah Mutanaqisah Tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi
Bank Umum Syariah Dan Unit Usaha Syariah.
2. Strategi Bank Muamalat Indonesia Cabang Banjarmasin untuk
mengurangi risiko pada pembiayaan musyarakah mutanaqisah dengan
mengikuti strategi yang ada pada buku standar produk musyarakah dan
musyarakah mutanaqisah dari OJK. Pihak BMI Cabang Banjarmasin
juga menambahkan prinsip 7P sebagai tambahan dari prinsip 5C yang
ada pada risiko pasar.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti, maka peneliti
memberikan saran antara lain:
1. Manajemen risiko yang ada pada pembiayaan musyarakah
mutanaqishah BMI KC Banjarmasin termasuk dalam kategori bagus,
namun BMI KC Banjarmasin harus tetap menerapkan manajemen
57
risiko yang lebih kuat agar dapat menekan tingginya NPF didalam
sistem internal maupun eksternal. Salah satunya adalah memberikan
edukasi kepada calon nasabah mengenai betapa pentingnya memenuhi
akad yang telah disepakati.
2. Peneliti selanjutnya sebaiknya melakukan penelitian yang berkenaan
dengan strategi manajemen risiko kredit macet pada bank syariah.
Sebab risiko utama pada pembiayaan musyarakah mutanaqisah dengan
cicilan ada pada risiko kredit.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Kurniati. 2017. Analisis Manajemen Risiko Produk Griya iB Hasanah di
BNI Syariah Cabang Banjarmasin
Amaliah, Nur. 2017. Analisis Manajemen Risiko Pembiayaan Murabahah (Studi
Kasus Bank Kalsel Syariah).
Darmawi, Herman. 2016. Manajemen Risiko Edisi 2. Jakarta: PT Bumi Aksara
Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 73/DSN-MUI/XI/2008 tentang Muyarakah
Mutanaqisah menyebutkan beberapa hal tentang ketentuan akad musyarakah
mutanaqisah.
Ikatan Bankir Indonesia. 2014. Memahami Bisnis Bank Syariah. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama
Ikatan Bankir Indonesia. 2015. Manajemen Risiko 3. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama
Ikatan Bankir Indonesia. 2015. Mengelola Bisnis Pembiayaan Bank Syariah.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 15/POJK.03/2017 tentang
Penyediaan Kewajiban Modal Minimum Bank Umum Berdasarkan Prinsip
Syariah.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 65/POJK.03/2016 tentang Penerapan
Manajemen Risiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
http://www.bankmuamalat.co.id/en diakses pada tanggal 22 April 2018
DATA PERUSAHAAN OBJEK PENELITIAN
Nama Perusahaan : PT. Bank Muamalat Indonesia Kantor Cabang
Banjarmasin
Alamat Perusahaan : JL. Jendral A. Yani, Km. 5,2 No 1, Banjarmasin
Telp : (0511) 3264050
Email : www.bankmuamalat.co.id
Kordinat : -3.340211,114.619720
A. Denah / Peta Perusahaan
B. Foto Perusahaan