analisis manajemen program pemberian mp...

164
ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP-ASI BISKUIT PADA BADUTA YANG MENJADI KORBAN BANJIR DI KELURAHAN PETOGOGAN JAKARTA SELATAN TAHUN 2012 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Oleh : MIZNA SABILLA NIM: 108101000011 PEMINATAN GIZI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1433 H / 2012 M

Upload: dothien

Post on 06-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP-ASI BISKUIT

PADA BADUTA YANG MENJADI KORBAN BANJIR

DI KELURAHAN PETOGOGAN JAKARTA SELATAN

TAHUN 2012

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh :

MIZNA SABILLA

NIM: 108101000011

PEMINATAN GIZI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1433 H / 2012 M

Page 2: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

ii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN GIZI

Skripsi, Oktober 2012

Mizna Sabilla, NIM: 108101000011

Analisis Manajemen Program Pemberian MP-ASI Biskuit pada Baduta yang

menjadi Korban Banjir di Kelurahan Petogogan Jakarta Selatan Tahun 2012

xxi + 124 halaman, 9 tabel, 1 gambar, 3 bagan, 5 lampiran

ABSTRAK

Program MP-ASI biskuit untuk korban bencana bertujuan untuk mengantisipasi

agar baduta di daerah bencana tidak mengalami gizi kurang serta mempertahankan status

gizi baduta yang sudah baik.Sasaran pemberian MP-ASI adalah anak usia 6-24 bulan di

daerah rawan bencana. Akan tetapi, berdasarkan studi pendahuluan, MP-ASI tersebut

diberikan kepada semua anak usia 0-5 tahun, sedangkan usia 0 – 6 bulan masih harus

diberikan ASI secara eksklusif. Selain itu pengawasan dan penilaian program ini juga

belum dilaksanakan, sehingga penelitian ini dilakukan untuk mengetahui manajemen

yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan, dan penilaian

program pemberian MP-ASI biskuit pada baduta yang menjadi korban bencana banjir di

Kelurahan Petogogan, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan tahun 2012.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara

mendalam, observasi dan telaah dokumen. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-

Agustus 2012 dengan sasaran objek yang diteliti yaitu Staf Subdit Bina Konsumsi

Makanan Kemenkes RI, Koordinator Gizi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi

Jakarta Selatan, TPG Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru, TPG Puskesmas

Kelurahan Petogogan, Kader Kesehatan Puskesmas Kelurahan Petogogan dan ibu

baduta korban bencana banjir yang mendapat MP-ASI.

Dalam melaksanakan program MP-ASI buffer stock untuk bencana ini masih

terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman pemberian MP-ASI serta

ketentuan pemberian makan pada baduta. Hal ini terbukti dengan adanya pemberian

MP-ASI pada usia di bawah 6 bulan dan di atas 2 tahun. Pengawasan, pelaporan hasil

kegiatan dan penilaian program ini belum dilakukan oleh petugas pelaksana tingkat

manapun. Kelemahan tersebut disebabkan belum adanya ketentuan konsumsi MP-ASI

Page 3: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

iii

biskuit serta belum adanya sosialisasi terhadap pedoman MP-ASI biskuit pada kondisi

bencana ini.

Agar program ini dapat mencapai tujuannya, maka dalam perencanaan perlu

dilakukan pendataan sasaran terlebih dahulu. Perencanaan untuk melakukan

pengawasan, penilaian dan pelaporan hasil kegiatan juga perlu dilakukan. Petunjuk

teknis mengenai ketentuan konsumsi MP-ASI ini perlu ditambahkan dalam pedoman

MP-ASI buffer stock yang telah dibuat. Selain itu, sosialisasi dan publikasi buku

pedoman program ini perlu dilakukan kembali, salah satunya bisa melalui situs

perpustakaan Kemenkes RI.

Kata kunci: MP-ASI buffer stock, Bencana banjir, Manajemen

Daftar bacaan: 39 (1986-2012)

Page 4: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

iv

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

PUBLIC HEALTH DEPARTMENT

SPECIALIZATION NUTRITION

Undergraduate Thesis, October 2012

Mizna Sabilla, NIM: 108101000011

Analysis of Management of Providing Complementary Breastfeeding Program

among Children Less than Two Years at the Flood Victims in Petogogan Village,

South Jakarta in 2012

xxi + 124 pages, 9 tables, 1 picture, 3 charts, 5 attachments

ABSTRACT

Complementary breastfeeding in disaster aims to anticipate that toddlers in the

affected areas did not experience poor nutrition and maintaining nutritional status of

children that have been good. The goal of providing a complementary breastfeeding is

children aged 6-24 months in disaster prone areas, but the complementary breastfeeding

is given to all children aged 0-5 years. Though the age of 0-6 months should still be

breastfed exclusively. Besides monitoring and assessment program also has not been

implemented. So, the research is done to make aware about the implementation of

management include planning, organizing, actuating, monitoring and evaluation of

complementary breastfeeding to under two years of age children victims of the floods in

the village Petogogan, sub-district Kebayoran Baru, South Jakarta in 2012.

This study used a qualitative approach with in-depth interviews, observation and

document review. The research was conducted in June-August2012 with the object to be

studied is Staff of Sub-Directorate Development Food Consumption of Indonesia

Ministry of Health, Nutrition Coordinator of South Jakarta Health Department, Nutrition

Staff of Kebayoran Baru District Health Center, Nutrition Staff of Petogogan Village

Health Center, Health Cadre and mother toddler flood victims who received

complementary breastfeeding biscuits. This study can be used as an evaluation of the

complementary breastfeeding in South Jakarta, especially Petogogan Village.

In the implementation of the program, there is still a discrepancy with the

planning and provision of guidelines for complementary breastfeeding and feeding in

children. This is proven by the provision of complementary breastfeeding at under 6

months of age and over 2 years. Monitoring, reporting and assessment of the results of

the activities of this program has not been done by any level executive officers.

So that the program can achieve its objectives, it is necessary to inventory

planning goals first. Planning for monitoring, assessment and reporting of the results of

Page 5: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

v

activities also need to be done. Technical guidelines on the provision of complementary

breastfeeding consumption needs to be added to the guidelines that has been created. In

addition, dissemination and publication of the manual it needs to be done again, one can

go through the library website Indonesia Ministry of Health.

Key word: Buffer Stock complementary breastfeeding, Flood Disaster, Management

References: 39 (1986-2012)

Page 6: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007
Page 7: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007
Page 8: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

“Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati

dan mengatasi dari satu kegagalan ke kegagalan

berikutnya tanpa kehilangan semangat.”

-Winston Churcill-

Skripsi ini kupersembahkan untuk Mama,

Papa, dan Kakakku, kalian adalah semangatku

untuk mencapai keberhasilan.

I love you all.

Page 9: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

ix

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Mizna Sabilla

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 30 Juli 1990

Alamat : Jln. Abdul Wahab No. 30 Rt. 04

Rw. 08 Kedaung, Sawangan Depok 16516

Jenis Kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Email : [email protected]

No. Ponsel : 085715610600

Riwayat Pendidikan :

1994 – 1996 TK Raudhatul Ilmiyah, Jakarta Selatan

1996 – 2002 SDN 04, Jakarta Selatan

2002 – 2005 SMPN 68 Jakarta

2005 – 2008 SMAN 34 Jakarta

2008 - sekarang Peminatan Gizi - Kesehatan Masyarakat

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Riwayat Organisasi :

2004 – 2006 Bendahara Ikatan Pemuda Musholla Kedaung, Depok

2006 – 2007 Bendahara Karang Taruna Kelurahan Kedaung, Depok

2006 – 2007 Anggota ROHIS SMAN 34 Jakarta

2009 – 2010 Anggota Divisi Kesenian dan Olahraga BEM Jurusan Kesehatan

Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2010 – 2012 Sekretaris Divisi Kesenian dan Olahraga BEM Jurusan Kesehatan

Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2012 – sekarang Sekretaris Karang Taruna Kelurahan Kedaung, Depok

Page 10: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

x

Pengalaman Kerja :

1. Penyiar Radio komunitas Depok “Dapur Remaja Radio” tahun 2005 – 2006

2. Jurnalis majalah “Sehat Plus” tahun 2009

3. Magang di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan tahun 2012

Page 11: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

xi

KATA PENGANTAR

Assalamu ‘Alaikum Warohmatullah Wabarokatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang, atas

limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Analisis Manajemen Program Pemberian MP-ASI Biskuit pada Baduta yang Menjadi

Korban Banjir di Kelurahan Petogogan, Jakarta Selatan Tahun 2012” dengan baik,

meskipun tidak terlepas dari kekurangan. Shalawat dan salam senantiasa tecurahkan

kepada Rosul tercinta yang telah menjadi suri tauladan bagi umatnya.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan,

petunjuk, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, untuk itu dengan ikhlas dan

penuh kerendahan hati penulis ingin menghaturkan rasa syukur sebagai implementasi

dari rasa terima kasih kepada:

1. Orang tua penulis, Mama Tri Lestari dan Papa Zunawan, SH, MBA tercinta atas

doa, kasih sayang dan dukungan yang tak terhingga.

2. Kakanda Aby Maulana, SH atas dukungan dan doanya.

3. Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Prof. Dr (HC). dr. M. K. Tadjudin, Sp.And beserta staf.

4. Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat, dr. Yuli Prapanca Satar, MARS

selaku dan Sekretaris Program Studi Kesehatan Masyarakat, Yuli Amran, MKM

yang senantiasa mengorganisasi Prodi Kesehatan Masyarakat dengan baik.

5. Ketua panitia skripsi, Riastuti Kusuma Wardhani, SKM, MKM.

Page 12: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

xii

6. Dosen pembimbing skripsi, Ratri Ciptaningtyas, SKM, S.Sn.Kes dan Catur

Rosidati, SKM, MKM yang telah dengan sabar memberikan arahan, nasihat,

petunjuk serta motivasi kepada penulis selama penyusunan skripsi.

7. Dosen pembimbing akademik, Iting Shofwati, ST, MKKK, terima kasih atas

bimbingannya selama perkuliahan.

8. Penguji skripsi, Febrianti, M.Si, Riastuti Kusumawardhani, SKM, MKM dan

Ir. Itje Aisah Ranida, M.Kes yang bersedia meluangkan waktunya untuk menguji

serta memberi kritik serta saran guna perbaikan skripsi penulis.

9. Seluruh informan penelitian yang telah bersedia menerima, membantu dan

memberikan informasi kepada penulis seputar topik penelitian.

10. Staf Program Studi Kesehatan Masyarakat, Ahmad Ghozali yang telah

membantu mengurus kelancaran administrasi selama proses perkuliahan dan

penyusunan skripsi.

11. Seluruh teman-teman Kesehatan Masyarakat tahun 2008, terutama teman-teman

seperjuangan Rovita, Novia dan Zumrotun yang telah saling membantu, memberi

dukungan dan bersama-sama berbagi suka duka hingga penyusunan skripsi

selesai. Peristiwa 1 Oktober 2012 sepertinya tidak akan terlupakan ya, Zum.

12. Sahabat terbaik, Meyta Fitriani yang senantiasa berbagi dan memberi dukungan

dalam hidup penulis.

13. Para kakak kelas Kesmas, Kak Tika, Kak Hapsari, Kak Arbi, Kak Tamalia, Kak

Pipit dan Kak Ayu Pradipta atas diskusi dan masukkannya.

14. Seseorang yang berinisial “SB”, terima kasih ya, kau adalah semangat baru

bagiku.

Page 13: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

xiii

15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar di masa

mendatang penulis dapat menyusun karya ilmiah yang lebih baik lagi. Semoga skripsi

ini akan memberikan manfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Wassalamu ‘Alaikum Warohmatullah Wabarokatuh

Jakarta, Oktober 2012

Penulis

Page 14: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

xiv

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN …………………………………………..…. i

ABSTRAK …………………………………………………………......... ii

ABSTRACT ……………………………………………………….......... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN ……………………………………... vi

LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………..…. vii

LEMBAR PERSEMBAHAN ………………………………………….. viii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP..................................................... ix

KATA PENGANTAR………………………………………………….. xi

DAFTAR ISI …………………………………………………………….. xiv

DAFTAR TABEL ……………………………………………………….. xviii

DAFTAR BAGAN ………………………………………………………. xix

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………. xx

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………. xxi

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………. 1

1.1 Latar Belakang ………………………………………………

1.2 Rumusan Masalah …………………………………………...

1.3 Pertanyaan Penelitian ………………………………………

1

5

6

1.4 Tujuan Penelitian ……………………………………………. 7

1.4.1 Tujuan Umum……………………………………..... 7

1.4.2 Tujuan Khusus ……………………………………… 7

1.5 Manfaat Penelitian ……………………………………….. 8

1.5.1 Bagi Peneliti………………………………………….

1.5.2 Bagi Kader Posyandu di Kelurahan Petogogan……...

8

8

1.5.3 Bagi Puskesmas Kelurahan Petogogan dan

Kecamatan Kebayoran Baru………………………..

9

1.5.4 Bagi Koordinator Gizi Suku Dinas Kesehatan Jakarta

Selatan………………………………………………

9

Page 15: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

xv

Halaman

1.5.5 Bagi Subdit Bina Konsumsi Makanan Kemenkes

RI…………………………………………………….

9

1.5.6 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta ………………………... 9

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ………..……..……………….. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………...... 11

2.1 Bencana………………………………….…………………. 11

2.1.1 Pengertian Bencana ……..………………………… 11

2.1.2 Jenis-jenis Bencana………………………………… 11

2.1.3 Tanggap Darurat Bencana………………………….. 12

2.1.4 Prinsip dan Tujuan Penanggulangan Bencana......... 12

2.2 Pengertian MP-ASI…………………………………………. 13

2.3 Pemberian Makan Anak dalam Situasi Darurat …………...... 15

2.4 Program MP-ASI Buffer Stock ……………………………. 16

2.4.1 Buffer Stock MP-ASI untuk Daerah Bencana.............. 16

2.4.2 Tujuan Pemberian MP-ASI ………………………… 17

2.4.3 Spesifikasi MP-ASI Biskuit ………………………. 18

2.4.4 Cara Menghidangkan MP-ASI Biskuit …………… 20

2.4.5 Langkah Kegiatan Pemberian MP-ASI di Lokasi

Bencana ……………………………………………..

21

2.5 Manajemen Kesehatan ……………………………………… 27

2.5.1 Pengertian Manajemen Kesehatan ………………….. 27

2.5.2 Fungsi Manajemen Kesehatan …………………….. 28

2.6 Kerangka Teori ……………………………………………… 34

BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH ………….... 36

3.1 Kerangka Pikir …………….………………………………… 36

3.2 Definisi Istilah ………………………………………………. 37

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 40

4.1 Jenis Penelitian ........................................................................ 40

Page 16: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

xvi

Halaman

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 40

4.3 Informan Penelitian ………………..………………………... 41

4.4 Pengumpulan Data ………………………………………….. 44

4.5 Instrumen Penelitian …………………………………………

4.6 Sumber Data …………………………………………………

4.7 Validasi Data ………………………………………………..

4.8 Pengolahan dan Analisis Data ……………………………..

4.9 Penyajian Data ……………………………………………...

44

45

45

46

47

BAB V HASIL …………………………………………………………… 48

5.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian………………………. 48

5.1.1 Keadaan Geografis………………………………….. 49

5.1.2 Visi dan Misi Puskesmas Kelurahan Petogogan…….. 50

5.1.3 Ketenagaan Puskesmas Kelurahan Petogogan……… 50

5.1.4 Sarana Pelayanan Kesehatan……………………….. 53

5.1.5 Keadaan Sosial Ekonomi…………………………… 54

5.2 Gambaran Umum Informan Penelitian…………………….. 54

5.2.1 Karakteristik Informan Penelitian…………………… 54

5.3 Gambaran Umum Program MP-ASI Biskuit untuk Baduta

Korban Bencana di Puskesmas Kelurahan

Petogogan………………………………………...

59

5.4 Gambaran Perencanaan Program MP-ASI Biskuit untuk

Baduta Korban Bencana…………………………………….

61

5.5 Gambaran Pengorganisasian Program MP-ASI Biskuit untuk

Baduta Korban Bencana…………………………………….

68

5.6 Gambaran Penggerakan Program MP-ASI Biskuit untuk

Baduta Korban Bencana……………………………………

72

5.7 Gambaran Penggerakan Program MP-ASI Biskuit untuk

Baduta Korban Bencana……………………………………

82

Page 17: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

xvii

Halaman

5.8 Gambaran Penilaian Program MP-ASI Biskuit untuk Baduta

Korban Bencana……………………………………………..

84

BAB VI PEMBAHASAN ……………………………………………….. 87

6.1 Keterbatasan Penelitian…………………………………… 87

6.2 Gambaran Perencanaan Program MP-ASI Biskuit untuk

Baduta Korban Bencana ……………………………………

87

6.3 Gambaran Pengorganisasian Program MP-ASI Biskuit untuk

Baduta Korban Bencana…………………………………….

97

6.4 Gambaran Penggerakan Program MP-ASI Biskuit untuk

Baduta Korban Bencana…………………………………….

100

6.5 Gambaran Pengawasan Program MP-ASI Biskuit untuk

Baduta Korban Bencana……………………………………..

111

6.6 Gambaran Penilaian Program MP-ASI Biskuit untuk Baduta

Korban Bencana……………………………………………..

113

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN …………………………………... 117

7.1 Simpulan …………………………………………………….. 117

7.2 Saran ………………………………………………………… 118

7.2.1 Bagi Kader Posyandu……………………………….. 118

7.2.2 Bagi TPG Puskemas Kelurahan Petogogan…………. 119

7.2.3 Bagi TPG Puskemas Kecamatan Kebayoran Baru….. 120

7.2.4 Bagi Koordinator Gizi Sudinkes Jakarta Selatan…… 120

7.2.5 Bagi Subdit Bina Konsumsi Makanan Kemenkes RI.. 121

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 122

LAMPIRAN

Page 18: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

xviii

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

2.1 Komposisi Gizi dalam 100 gram MP-ASI Biskuit 19

4.1 Informan Penelitian 42

5.1 Daerah Rawan Banjir di Wilayah Kelurahan Petogogan 49

5.2 Tugas Pokok dan Fungsi Tenaga Kesehatan Puskesmas

Kelurahan Petogogan Tahun 2011

51

5.3 Sarana Pelayanan Kesehatan di wilayah Kelurahan

Petogogan

53

5.4 Distribusi Penduduk berdasarkan Jenis Pekerjaan 54

5.5 Karakteristik Informan Pendukung Program MP-ASI

Bencana

55

5.6 Karakteristik Kader Posyandu RW 01, 02 dan 03 57

5.7 Karakteristik Informan Ibu Baduta yang Mendapat MP-

ASI biskuit

58

Page 19: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

xix

DAFTAR BAGAN

No. Bagan Halaman

2.1 Kerangka Teori 35

3.1 Kerangka Pikir Program MP-ASI Biskuit pada Korban

Bencana

37

4.1 Pengolahan dsn Analisis Data 46

Page 20: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

xx

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

5.1 Kemasan MP-ASI Biskuit

80

Page 21: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Persetujuan Penelitian

Lampiran 2 Pedoman Wawancara Mendalam

Lampiran 3 Lembar Observasi

Lampiran 4 Lembar Telaah Dokumen

Lampiran 5 Matriks Hasil Wawancara

Page 22: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bertambahnya umur bayi, bertambah pula kebutuhan gizinya, sebab itu sejak

usia 6 bulan bayi mulai diberi makanan pendamping ASI (MP-ASI). Pemberian MP-

ASI yang tepat merupakan bekal terbaik bagi seorang bayi untuk menjamin proses

tumbuh kembang yang optimal. Diperkirakan lebih dari satu juta anak meninggal

setiap tahun akibat diare, infeksi saluran pernafasan, dan infeksi lainnya karena

berbagai sebab yang salah satunya akibat pemberian MP-ASI yang tidak tepat. Hal

ini terutama terjadi pada korban bencana (Depkes, 2007a).

Salah satu indikator keluaran Pembinaan Gizi Masyarakat yang berkaitan

dengan pemberian MP-ASI dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun

2010 – 2014 adalah penyediaan buffer stock MP-ASI untuk daerah bencana sebesar

100 %. Hal ini disebabkan Indonesia merupakan daerah rawan bencana alam.

Bencana merupakan keadaan darurat kesehatan yang akan mengakibatkan dampak

yang luas, tidak saja pada kehidupan masyarakat di daerah bencana, namun juga

pada kehidupan bangsa dan negara. Dalam kondisi tersebut anak-anak seringkali

lebih banyak yang menjadi korban (Kemenkes, 2010b).

Dalam keadaan darurat (bencana dan pasca bencana) banyak masalah yang

timbul berkaitan dengan anak di bawah dua tahun (baduta). Kondisi tersebut dapat

meningkatkan angka kesakitan pada bayi dan anak. Mereka merupakan kelompok

yang paling rawan dan memerlukan penanganan khusus agar terhindar dari sakit dan

Page 23: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

2

kematian. Pengalaman di pengungsian di Asia dan Afrika menunjukkan bahwa

angka kematian tinggi terutama terjadi pada kelompok rawan tersebut (Depkes,

2001). Penelitian lain menunjukkan bahwa kematian anak baduta 2-3 kali lebih besar

dibandingkan kematian pada semua kelompok umur (WHO-UNICEF, 2001 dalam

Depkes, 2007a).

Risiko kematian lebih tinggi pada anak-anak yang menderita kekurangan

gizi. Bayi yang kekurangan gizi lebih mudah meninggal dibandingkan dengan bayi

yang berstatus gizi baik (cukup makan). Pemberian makanan yang tidak tepat pada

usia ini meningkatkan risiko terhadap penyakit dan kematian. Data WHO 2001

menyebutkan bahwa 51 % angka kematian anak baduta disebabkan oleh pneumonia,

diare, campak, dan malaria. Lebih dari separuh kematian baduta yang menjadi

pengungsi tersebut (54%) berkaitan erat dengan buruknya status gizi (Depkes, 2001

dan Depkes, 2007a).

Selama ini bantuan pangan yang diberikan pada korban bencana lebih

banyak ditujukan untuk usia dewasa, seperti mie instan. Mie instan memiliki

kandungan gizi yang rendah serta masih memerlukan pengolahan lebih lanjut,

sedangkan di daerah bencana ditemukan kondisi seperti kekurangan pangan dan air

bersih, padatnya penghuni, serta sanitasi yang buruk. Akan tetapi korban bencana

usia baduta membutuhkan asupan gizi yang lebih baik. Terlebih lagi dua

tahun pertama pasca kelahiran merupakan masa yang kritis dalam upaya

menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas. Masa tersebut disebut juga masa

emas dimana sel-sel otak sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang

optimal (Hadi, 2005). Oleh karena itu prioritas penanganan utama pada baduta

Page 24: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

3

ditekankan pada upaya pencegahan dan pengobatan, yakni dengan memperbaiki

pemberian makan kepada bayi dan anak. Pemenuhan gizi baduta ini didapatkan

dari MP-ASI (Depkes, 2007a).Upaya pemenuhan gizi di tempat pengungsian seperti

pemberian makanan tambahan tersebut belum optimal karena adanya keterbatasan

seperti tenaga, sarana, tata laksana pemberian makanan tambahan dan sistem

surveilans (Depkes, 2001).

Banjir merupakan bencana alam yang rutin terjadi di DKI Jakarta setiap

tahunnya. Menurut salah seorang Anggota Komisi IX DPR, mayoritas lokasi banjir

berada di Jakarta Selatan (Fitriadi, 2012). Di Jakarta Selatan, Kecamatan Kebayoran

Baru merupakan wilayah yang memiliki beberapa daerah rawan banjir. Di

Kecamatan Kebayoran Baru, daerah rawan banjir terbanyak terdapat di Kelurahan

Petogogan (Sudinkes Jakarta Selatan, 2011). Kelurahan Petogogan sejak dahulu

memang dikenal sebagai daerah banjir. Jika dilihat secara geografis, keberadaan

daerah ini persis cekungan yang melintang serta dialiri air Sungai Krukut. Letak

wilayah yang berbentuk seperti wajan atau penggorengan semakin memperbesar

kemungkinan timbulnya genangan air ketika hujan turun (Sumandoyo, 2012).

Lintasan air Sungai Krukut di Kelurahan Petogogan memang menjadi masalah besar,

karena setiap meluap maka seluruh pemukiman yang berada di tiga RW, yaitu RW

01, 02 dan 03 akan tergenang air setinggi 2 hingga 3 meter (Husaini, 2012).

Berdasarkan penelitian Tunjiah (2005) dalam Ningrum (2008) tentang

evaluasi kegiatan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan Makanan Pendamping

ASI Blended Food (PMT-P MP-ASI) dalam keadaan tidak darurat menunjukkan

hasil bahwa penyelenggaraan fungsi-fungsi proses perencanaan (P1), pelaksanaan

Page 25: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

4

dan penggerakan (P2) dan monitoring evaluasi (P3) belum efektif karena

penyelenggaraannya belum sesuai dengan yang telah digariskan, hal ini terjadi

sebagai akibat dari aspek kinerja para pengelola program yang belum produktif.

Program pemberian MP-ASI untuk baduta dalam keadaan tidak darurat belum

efektif karena pelaksanaan pemberian MP-ASI secara gratis tidak tepat sasaran,

ditolak (tidak disukai) oleh masyarakat dan akhirnya tidak sedikit yang menumpuk

di gudang serta tempat penyimpanan lainnya. Nilai efektif dari program MP-ASI

tersebut hanya kurang lebih 12,4% (Sofia et al., 2004 dalam Hadi, 2005). Program

bantuan pangan seperti MP-ASI ini untuk baduta dalam keadaan normal (bukan

darurat) umumnya tidak efektif, kecuali jika diberikan dalam keadaan darurat seperti

bencana tsunami di Aceh, perang, gejolak politik, banjir dan sebagainya (Hadi,

2005). Pemberian MP-ASI tersebut bertujuan untuk mengantisipasi agar baduta di

daerah bencana tidak mengalami gizi kurang serta mempertahankan status gizi

baduta yang sudah baik (Kemenkes, 2011). Sehingga baduta korban banjir di

kelurahan Petogogan diberikan bantuan pangan berupa MP-ASI biskuit.

Berdasarkan studi pendahuluan terhadap koordinator gizi Sudinkes Jakarta

Selatan, Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru dan

Kelurahan Petogogan, diketahui bahwa pada saat banjir di wilayah Petogogan

tahun 2012 sudah dilaksanakan pemberian MP-ASI biskuit. Pemberian MP-ASI

pada baduta yang menjadi korban banjir tersebut bertujuan untuk memberi bantuan

pangan dan mencegah terjadinya gizi buruk. Apalagi para korban banjir bukanlah

keluarga yang tergolong ekonomi menengah atas. Dalam program tersebut,

perencanaan belum dilakukan secara optimal, yakni belum melakukan perencanaan

Page 26: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

5

kebutuhan MP-ASI berdasarkan dengan jumlah baduta yang ada. Selain itu dalam

pelaksanaannya, MP-ASI tersebut diberikan kepada semua anak usia 0-5 tahun.

Sedangkan sasaran pemberian MP-ASI buffer stock tersebut adalah anak usia 6-24

bulan di daerah rawan bencana (Kemenkes, 2011). Kemudian dalam Pedoman

Pemberian Makanan Bayi dan Anak dalam Situasi Darurat tahun 2007, usia 0 – 6

bulan masih harus diberikan ASI secara eksklusif. Selain itu, pengawasan dan

penilaian program ini juga belum dilakukan, sedangkan menurut Kemenkes

(2012a), frekuensi pengamatan kegiatan pemberian MP-ASI buffer stock adalah

setiap saat dan menurut Kemenkes (2011), penilaian dilakukan secara berjenjang

sebanyak 2 kali dalam setahun. Dari fakta tersebut, maka peneliti bermaksud

melakukan kajian lebih mendalam tentang manajemen program pemberian MP-ASI

biskuit pada baduta korban bencana banjir di Kelurahan Petogogan, Kecamatan

Kebayoran Baru, Jakarta Selatan tahun 2012yang meliputi perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan, pengawasan, dan penilaian .

1.2 Rumusan Masalah

Pemberian MP-ASI biskuit di Kelurahan Petogogan dilakukan di 3 RW yang

menjadi daerah rawan banjir, yaitu RW 01, 02 dan 03 untuk menanggulangi

bencana dan mencegah terjadinya gizi buruk. Apalagi para korban banjir bukanlah

keluarga yang tergolong ekonomi menengah atas.Dalam program tersebut,

perencanaan belum dilakukan secara optimal, yakni belum melakukan perencanaan

kebutuhan MP-ASI berdasarkan dengan jumlah baduta yang ada, sedangkan

menurut Kemenkes (2011), permintaaan MP-ASI dilakukan sesuai kebutuhan untuk

Page 27: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

6

baduta usia 6-24 bulan. Kemudian dalam pelaksanaannya, MP-ASI tersebut juga

diberikan kepada bayi berusia di bawah 6 bulan. Sedangkan dalam Pedoman

Pemberian Makanan Bayi dan Anak dalam Situasi Darurat tahun 2007, usia 0 – 6

bulan masih harus diberikan ASI secara eksklusif. Selain itu, pengawasan dan

penilaian program ini juga belum dilakukan, sedangkan menurut Kemenkes

(2012a), frekuensi pengamatan kegiatan pemberian MP-ASI ini adalah setiap saat

dan menurut Kemenkes (2011), penilaian dilakukan secara berjenjang sebanyak 2

kali dalam setahun.

Berdasarkan hal tersebut, terjadoi perbedaan antara pelaksanaan dengan

ketentuan program yang belum diketahui penyebabnya. Oleh sebab itu, peneliti

bermaksud melakukan analisis tentang fungsi manajemen yang meliputi

perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan, dan penilaian program

pemberian MP-ASI biskuit pada baduta yang menjadi korban bencana banjir di

Kelurahan Petogogan, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan tahun 2012.

1.3 Pertanyaan Penelitian

a. Bagaimana gambaran manajemen yang meliputi perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan, pengawasan, dan penilaianprogram

pemberian MP-ASI biskuit pada baduta yang menjadi korban bencana banjir

di Kelurahan Petogogan, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan tahun

2012?

b. Mengapa program MP-ASI biskuit pada baduta di Kelurahan Petogogan

Jakarta Selatan belum berjalan sesuai ketentuan program?

Page 28: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

7

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran

manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,

pengawasan dan penilaian program pemberian MP-ASI biskuit pada

baduta yang menjadi korban bencana banjir di Kelurahan Petogogan,

Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan tahun 2012 serta

mengetahui penyebab belum terlaksanaanya program tersebut sesuai

ketentuan yang telah dibuat Kemenkes.

1.4.2 Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran perencanaan serta penyebab masalah

dalam perencanaan program pemberian MP-ASI biskuit pada

baduta yang menjadi korban bencana banjir di Kelurahan

Petogogan, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan tahun

2012.

b. Diketahuinya gambaran pengorganisasian serta penyebab masalah

dalam pengorganisasian program pemberian MP-ASI biskuit pada

baduta yang menjadi korban bencana banjir di Kelurahan

Petogogan, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan tahun

2012.

c. Diketahuinya gambaran penggerakan serta penyebab masalah

dalam penggerakan program pemberian MP-ASI biskuit pada

Page 29: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

8

baduta yang menjadi korban bencana banjir di Kelurahan

Petogogan, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan tahun

2012.

d. Diketahuinya gambaran pengawasan serta penyebab masalah

dalampengawasan program pemberian MP-ASI biskuit pada

baduta yang menjadi korban bencana banjir di Kelurahan

Petogogan, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan tahun

2012.

e. Diketahuinya gambaran penilaian serta penyebab masalah

dalampenilaian program pemberian MP-ASI biskuit pada baduta

yang menjadi korban bencana banjir di Kelurahan Petogogan,

Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan tahun 2012.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti

1. Melatih pola berpikir sistematis dalam menghadapi masalah-masalah

khususnya dalam bidang gizi.

2. Sebagai aplikasi nyata dari keilmuan yang diperoleh selama

perkuliahan

1.5.2 Bagi Kader Posyandu di Kelurahan Petogogan

Sebagai masukan dalam menindaklanjuti pengembangan program

pemberian MP-ASI Kemenkes sebagai salah satu model intervensi gizi

buruk pada baduta di lokasi bencana.

Page 30: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

9

1.5.3 Bagi Puskesmas Kelurahan Petogogan dan Kecamatan Kebayoran

Baru

1. Sebagai masukan dalam menindaklanjuti pengembangan program

pemberian MP-ASI Kemenkes sebagai salah satu model intervensi

gizi buruk pada baduta di lokasi bencana.

2. Sebagai sebuah studi efektivitas program pemberian MP-ASI

Kemenkes di lokasi bencana banjir di Kelurahan Petogogan.

1.5.4 Bagi Koordinator Gizi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan

1. Sebagai masukan dalam meningkatkan upaya manajemen yang baik

guna meningkatkan efektifitas program MP-ASI.

2. Sebagai sebuah studi efektivitas program pemberian MP-ASI

Kemenkes di salah satu lokasi bencana banjir di Jakarta Selatan,

yaitu Kelurahan Petogogan.

1.5.5 Bagi Subdit Bina Konsumsi Makanan Kemenkes RI

1. Sebagai masukan dalam meningkatkan upaya manajemen yang baik

guna meningkatkan efektifitas program MP-ASI bencana.

2. Sebagai sebuah studi efektivitas program pemberian MP-ASI

Kemenkes di salah satu lokasi bencana banjir di Provinsi DKI Jakarta,

yaitu Kota Administrasi Jakarta Selatan.

1.5.6 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

1. Sebagai referensi keilmuan mengenai gizi, khususnya gambaran

manajemen program pemberian MP-ASI Kemenkes.

Page 31: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

10

2. Sebagai informasi dan dokumentasi data penelitian serta dapat

menjadi referensi tambahan bagi penelitian serupa.

3. Sebagai wujud peran akademisi dalam penerapan keilmuan di bidang

gizi.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa semester akhir Program Studi

Kesehatan Masyarakat untuk mengetahui gambaran manajemen yang meliputi

perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan, dan penilaianprogram

pemberian MP-ASI biskuit pada baduta yang menjadi korban bencana banjir di

Kelurahan Petogogan, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan tahun 2012.

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-Agustus 2012 dengan sasaran

objek yang diteliti yaitu Staf Subdit Bina Konsumsi Makanan Kemenkes RI,

Koordinator Gizi Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan, TPG

Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru, TPG Puskesmas Kelurahan Petogogan,

Kader Kesehatan Puskesmas Kelurahan Petogogan dan ibu baduta korban bencana

banjir yang mendapat MP-ASI. Penelitian ini dapat dijadikan bahan evaluasi

terhadap program pemberian MP-ASI Kemenkes di wilayah Jakarta Selatan,

khususnya Kelurahan Petogogan. Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan

kualitatif dengan metode wawancara mendalam, observasidan telaah dokumen.

Page 32: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bencana

2.1.1 Pengertian Bencana

Dalam UU No. 24 tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau

rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan

penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau

faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan

timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta

benda, dan dampak psikologis.

2.1.2 Jenis-jenis Bencana

Bencana terdiri dari berbagai bentuk. Undang-Undang No. 24

tahun 2007 mengelompokan bencana ke dalam 3 kategori yaitu:

a. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa

atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain

berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan,

angin topan, dan tanah longsor.

b. Bencana non-alam adalah bencana yang diakibatkan oleh

peristiwa atau rangkaian peristiwa non-alam yang antara lain

berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah

penyakit.

Page 33: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

12

c. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa

atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang

meliputi konflik sosial antarkelompok atau antar komunitas

masyarakat, dan teror.

2.1.3 Tanggap Darurat Bencana

Dalam UU No. 24 tahun 2007, tanggap darurat bencana adalah

serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian

bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang

meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda,

pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi,

penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.

Lebih lanjut didefinisikan pula bantuan darurat bencana, yaitu

upaya memberikan bantuan untuk memenuhi kebutuhan dasar pada

saat keadaan darurat. Sedangkan korban bencana adalah orang atau

sekelompok orang yang menderita atau meninggal dunia akibat bencana.

2.1.4 Prinsip dan Tujuan Penanggulangan Bencana

Dalam pasal 3 UU No. 24 tahun 2007, prinsip-prinsip dalam

penanggulangan bencana, yaitu:

a. cepat dan tepat;

b. prioritas;

c. koordinasi dan keterpaduan;

Page 34: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

13

d. berdaya guna dan berhasil guna;

e. transparansi dan akuntabilitas;

f. kemitraan;

g. pemberdayaan;

h. nondiskriminatif; dan

i. nonproletisi.

Sedangkan dalam pasal 4 UU No. 24 tahun 2007, penanggulangan

bencana bertujuan untuk:

a. memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman

bencana;

b. menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada;

c. menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara

terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh;

d. menghargai budaya lokal;

e. membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta;

f. mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, dan

kedermawanan; dan

g. menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara.

2.2 Pengertian MP-ASI

Makanan bayi dan anak usia 6-24 bulan adalah terdiri dari Air

Susu Ibu dan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (Depkes, 2006).

Page 35: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

14

Memasuki usia 4-6 bulan, bayi telah siap menerima makanan bukan cair,

karena gigi telah tumbuh dan lidah tidak lagi menolak makanan setengah

padat. Di samping itu, lambung juga telah baik mencerna zat tepung.

Menjelang usia 9 bulan bayi telah pandai menggunakan tangan untuk

memasuki benda ke dalam mulut. Jelaslah bahwa pada saat itu bayi siap

mengonsumsi makanan (setengah) padat. Akan tetapi, bukan berarti karena

bayi telah siap menerima makanan selain ASI, tetapi juga karena

kebutuhan gizi bayi tidak lagi cukup dipasok hanya oleh ASI. Yang perlu

diingat ialah bahwa makanan yang diberikan bukan untuk menggantikan

melainkan mendampingi ASI (Arisman, 2004).

MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi,

diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi

kebutuhan gizi selain dari ASI (Depkes, 2006). MP-ASI dapat berbentuk

bubur, nasi tim dan biskuit yang dapat dibuat dari campuran beras, dan atau

beras merah, kacang-kacangan, sumber protein hewani/nabati, terigu,

margarine, gula, susu, lesitin kedelai, garam bikarbonat dan diperkaya

dengan vitamin dan mineral (Depkes, 2004). Sedangkan MP-ASI pabrikan

berupa bubur instan untuk bayi usia 6-11 bulan dan biskuit untuk anak usia

12-24 bulan (Depkes, 2008). Akan tetapi, kini Kemenkes RI mengadakan

MP-ASI dalam bentuk biskuit sebagai buffer stock (cadangan) dengan

sasaran balita usia 6-24 bulan di daerah rawan bencana (Kemenkes, 2011).

Page 36: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

15

2.3 Pemberian Makan Anak dalam Situasi Darurat

Setelah umur 6 bulan, setiap bayi membutuhkan makanan lunak yang bergizi

yang sering disebut MP-ASI. MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke

makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara

bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan

bayi/anak. Dalam keadaan darurat, bayi dan balita seharusnya mendapat MP-ASI

untuk mencegah kekurangan gizi (Depkes, 2007a).

Intervensi Gizi untuk bayi dan baduta dalam situasai darurat adalah:

a. Bayi

1) Bayi tetap diberi ASI.

2) Bila bayi piatu, bayi terpisah dari ibunya atau ibu tidak dapat

memberikan ASI, upayakan bayi mendapat bantuan ibu susu/donor.

3) Bila tidak memungkinkan bayi mendapat ibu susu/donor, bayi

diberikan susu formula dengan pengawasan atau didampingi oleh

petugas kesehatan.

b. Baduta

1) Baduta tetap diberi ASI.

2) Pemberian MP-ASI yang difortifikasi dengan zat gizi mikro,

pabrikan atau makanan lokal pada anak usia 6-23 bulan.

3) Pemberian makanan olahan yang berasal dari bantuan ransum

umum yang mempunyai nilai gizi tinggi.

Page 37: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

16

4) Pemberian kapsul vitamin A warna biru pada bayi usia 6-11 bulan

dan kapsul vitamin A warna merah pada anak usia 12-59 bulan, bila

kejadian bencana terjadi pada bulan Februari dan Agustus.

5) Dapur umum wajib menyediakan makanan untuk anak usia 6-24

bulan

6) Air minum dalam kemasan di upayakan selalu tersedia di tempat

pengungsian.

Dalam keadaan darurat MP-ASI yang diberikan adalah makanan buatan. Hal

ini disebabkan beberapa hal seperti:

a. Tidak adanya air bersih

b. Sanitasi buruk

c. Alat masak tidak memadai

d. Kurangnya bahan bakar

e. Ketersediaan bahan pangan lokal yang terbatas (Depkes, 2007a).

2.4 Program MP-ASI Buffer Stock

2.4.1 Buffer Stock MP-ASI untuk Daerah Bencana

Buffer stock MP-ASI adalah MP-ASI yang disediakan untuk

mengantisipasi situasi darurat akibat bencana, KLB gizi dan situasi

sulit lainnya (Kemenkes, 2012a). MP-ASI buffer stock bertujuan untuk

mengantisipasi agar balita di daerah bencana tidak mengalami gizi kurang

serta mempertahankan status gizi balita yang sudah baik. MP-ASI dibuat

Page 38: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

17

dalam bentuk biskuit yang dapat dikonsumsi langsung atau dengan

ditambahkan air matang (Kemenkes, 2011).

Persentase penyediaan buffer stock MP-ASI adalah jumlah MP-

ASI yang diadakan dibagi dengan jumlah buffer stock MP-ASI yang

diperlukan untuk antisipasi situasi darurat akibat bencana, KLB gizi dan

situasi sulit lainnya. Target yang ditetapkan Kemenkes adalah sebesar

100%. Kinerja dinilai baik jika pengadaan buffer stock MP-ASI sesuai

dengan target. Sumber data yang digunakan adalah laporan pendistribusian

MP-ASI dengan frekuensi pengamatan setiap saat dan pelaporan setiap

bulan (Kemenkes, 2012a).

2.4.2 Tujuan Pemberian MP-ASI

Pemberian MP-ASI bertujuan untuk menanggulangi dan mencegah

terjadinya gizi buruk dan gizi kurang sekaligus mempertahankan status gizi

baik pada bayi dan anak 6-24 bulan (Depkes, 2005). Sebagai pelengkap

ASI, pemberian MP-ASI sangat membantu bayi dalam proses belajar

makan dan kesempatan untuk menanamkan kebiasaan makan yang baik

(Husaini, 1999 dalam Simanjuntak, 2007).

Sedangkan menurut Persagi (1994) dalam Ramadhan (2011) tujuan

pemberian Makanan Pendamping ASI adalah:

a. Melengkapi zat gizi yang kurang terdapat dalam ASI

b. Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam-

macam makanan dengan berbagai tekstur dan rasa

Page 39: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

18

c. Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan

menelan

d. Melakukan adaptasi terhadap makanan yang mengandung

energi yang tinggi.

2.4.3 Spesifikasi MP-ASI Biskuit

Menurut Depkes (2007b), spesifikasi MP-ASI biskuit yang

diberikan Kemenkes adalah sebagai berikut:

a. Bahan

1) MP-ASI biskuit terbuat dari campuran terigu, margarin,

gula, susu, lesitin kedelai, garam bikarbonat, dan

diperkaya dengan vitamin dan mineral serta ditambah

dengan penyedap rasa dan aroma (flavour).

2) Gula yang digunakan dalam bentuk sukrosa dan atau

fruktosa dan atau sirup glukosa dan atau madu. Jika

menggunakan fruktosa, jumlahnya tidak boleh lebih dari

15 gr/100 gr.

Page 40: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

19

b. Komposisi Gizi dalam 100 gram

Tabel 2.1

Komposisi Gizi dalam 100 gram MP-ASI Biskuit

No. Zat Gizi Kadar Satuan

1 Energi Min 400 kkal

2 Protein (kualitas protein tidak kurang

dari 70 % kasein)

8 – 12 gram

3 Lemak (kadar asam linoleat mim. 300

mg per 100 kkal atau 1,4 gr per 100 gr

produk)

10 - 15 gram

4 Karbohidrat

Serat

Gula

Maks. 5

15 – 20

gram

gram

5 Vitamin A (accetate) 350 mcg

6 Vitamin D 5 – 12 mcg

7 Vitamin E 5 mg

8 Vitamin B1 (Thiamin) 0,6 mg

9 Vitamin B2 (Riboflavin) 0,6 mg

10 Vitamin B6 (Pyridoksin) 0,8 mcg

11 Vitamin B12 1 mcg

12 Niasin 8 mg

13 Folic acid 40 mcg

14 Iron (Fumarate) 6 mg

15 Iodine 70 mcg

16 Zinc 3 mg

17 Kalsium 200 mg

18 Selenium 13 – 15 mcg

19 Air Maks. 5 %

Sumber: Depkes (2007b)

Page 41: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

20

c. Karakteristik Produk

1) Bentuk

MP-ASI biskuit berbentuk keping bundar berdiameter

5-6 cm, berat 10 gram per keping. Pada permukaan

atas biskuit tercantum tulisan “MP-ASI”.

2) Tekstur

MP-ASI biskuit bertekstur renyah yang bila dicampur

air menjadi lembut.

3) Rasa

MP-ASI biskuit mempunyai rasa manis gurih yang

disukai anak.

4) Kedaluarsa

MP-ASI biskuit aman dikonsumsi dalam waktu 24

bulan setelah tanggal produksi (Depkes, 2007b).

2.4.4 Cara Menghidangkan MP-ASI Biskuit

Setiap anak 12-24 bulan akan mendapat MP-ASI biskuit sebanyak

120 gr/hari. Makanan dapat diberikan 3-4 kali sehari (Depkes dan Kesos

RI, t.t). Cara menghidangkan MP-ASI biskuit adalah sebagai berikut:

a. Cuci tangan dengan sabun terlebih dahulu

b. Biskuit dapat langsung dikonsumsi atau terlebih dahulu

ditambah air dalam mangkok bersih sehingga dikonsumsi

dengan menggunakan sendok

Page 42: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

21

c. Setiap 120 gr biskuit harus dihabiskan dalam sehari, jumlah dan

waktu pemberian pada setiap kali makan disesuaikan dengan

kondisi dan kemampuan anak

d. Selama pemberian MP-ASI biskuit, ASI dan makanan lainnya

tetap diberikan (Depkes, 2005).

2.4.5 Langkah Kegiatan Pemberian MP-ASI di Lokasi Bencana

a. Pendataan Sasaran

1) Petugas di lokasi pengungsian melakukan registrasi sasaran

baduta dan kelompok balita lainnya yang mungkin

membutuhkan.

2) Menghitung kebutuhan MP-ASI: Anak usia 12-24 bulan = 120

gr/hari/anak,

3) Mengajukan usulan kebutuhan MP-ASI kepada Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota (Dekpes dan Kesos RI, t.t.).

b. Pengajuan Rencana Kebutuhan MP-ASI

Khusus di daerah pengungsian, ketua kelompok

mengajukan rencana kebutuhan MP-ASI kepada petugas di

pengungsian. Petugas pengungsian meneliti dan merekap

kebutuhan MP-ASI kemudian mengajukan ke Dinas kesehatan

Kabupaten/Kota (Dekpes dan Kesos RI, t.t.).

Page 43: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

22

c. Sosialisasi

Dinas kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota bersam

apemerintah daerah mensosialisasikan ketersediaan MP-ASI

buffer stock pada lintas program dan lintas sektor terkait di daerah

rawan bencana (Kemenkes, 2011).

Koordinator Gizi Kabupaten/Kota melakukan sosialisasi

kepada TPG setiap Puskesmas. TPG Puskesmas atau petugas di

pengungsian langsung melakukan penjelasan ke tempat bencana.

1) Penjelasan Koordinator Gizi Kabupaten/Kota ke TPG

a) Model penyelenggaraan MP-ASI ke sasaran

b) Komposisi dan kemasan MP-ASI

c) Cara penyiapan, jumlah dan frekuensi pemberian

d) Lama pemberian

e) Cara menghitung kebutuhan dan mengusulkan

permintaan MP-ASI

f) Cara penyimpanan

g) Pengisian register MP-ASI

h) Cara pencatatan MP-ASI

i) Cara melakukan rujukan

j) Tanda-tanda MP-ASI tidak layak konsumsi

2) Penjelasan petugas di pengungsian kepada ketua kelompok

dan ibu sasaran adalah mengenai:

a) Sasaran

Page 44: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

23

b) Cara penyiapan, jumlah dan frekuensi pemberian

c) Cara penyimpanan

d) Tanda-tanda MP-ASI tidak layak konsumsi

e) Anjuran melapor ke petugas kesehatan/puskesmas

jika ada tanda-tanda gangguan kesehatan setelah

mengkonsumsi MP-ASI (Dekpes dan Kesos RI, t.t.).

d. Penyimpanan MP-ASI

Syarat dan cara penyimpanan MP-ASI di tingkat

Puskesmas antara lain:

1) Tempat penyimpanan MP-ASI harus selalu bersih dan

higienis

2) MP-ASI diletakkan di atas alas dan usahakan tidak

menempel di dinding

3) Atap tidak bocor, mempunyai ventilasi dan

pencahayaan yang baik serta tidak lembab

4) Tempat penyimpanan harus bebas dari tikus, kecoa

dan binatang pengerat lainnya

5) Tumpukan maksimum adalah 12 karton dan tidak

boleh diinjak

6) Penyimpanan dikelompokkan sesuai dengan jenis dan

rasa MP-ASI

7) MP-ASI yang masuk ke tempat penyimpanan lebih

awal dikeluarkan terlebih dahulu (First In First Out)

Page 45: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

24

8) Penyimpanan MP-ASI tidak boleh dicampur dengan

bahan berbahaya

9) MP-ASI biskuit dinyatakan rusak apabila bungkus

berlubang, sobek, pecah atau biskuit tidak renyah

(Depkes, 2005).

e. Distribusi sampai ke sasaran

Khusus untuk lokasi pengungsian, MP-ASI dari Pusat

dikirimkan langsung ke propinsi, kemudian ke gudang

kabupaten/kota, puskesmas dan sasaran tempat kejadian bencana

(Depkes dan kesos RI, t.t.).

Selama pengangkutan diupayakan agar MP-ASI tidak

mengalami penurunan mutu. Untuk itu hal yang dapat dilakukan

antara lain :

1) Alat angkut yang digunakan hanya untuk mengangkut

bahan pangan.

2) Selama pengangkutan tidak dicampur dengan barang-

barang non pangan.

3) Selama pengangkutan kondisi barang harus terlindung

sedemikian rupa agar terhindar dari kotoran atau kerusakan

yang menyebabkan kontaminasi selama dalam perjalanan

(Depkes, 2005).

Page 46: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

25

f. Model penyelenggaraan di tempat bencana

Model penyelenggaraan di lokasi pengungsian adalah:

1) Masing-masing ketua kelompok menerima MP-ASI sesuai

dengan rencana kebutuhan.

2) Ketua kelompok diberikan informasi cara penyiapan dan

pemberian MP-ASI.

3) Ketua kelompok dibantu oleh beberapa ibu menyiapkan

dan menghidangkan MP-ASI, kemudian membagikan

kepada anggota sesuai dengan jumlah sasaran.

4) Ketua kelompok mencatat semua pemberian MP-ASI ke

dalam register pemberian MP-ASI

5) Ketua kelompok dibantu oleh petugas di lokasi

pengungsian melakukan penimbangan bayi setiap bulan

dan mencatat hasil penimbangan pada register pemberian

MP-ASI

6) Ketua kelompok dibantu oleh petugas di lokasi

pengungsian untuk memberikan penyuluhan mengenai:

manfaat MP-ASI, cara pengolahan dan penyimpanan,

nasihat agar pemberian ASI diteruskan, pemberian MP-

ASI yang tepat, serta informasi mengenai tanda-tanda MP-

ASI yang tidak layak dikonsumsi (kadaluarsa, warna,

aroma dan bentuk makanan berubah, tercemar bahan

berbahaya) (Dekpes dan Kesos RI, t.t.).

Page 47: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

26

g. Pemantauan dan evaluasi

Pengawasan merupakan komponen penting dalam kegiatan

pemberian MP-ASI. Mekanisme pemantauan di tingkat

Puskesmas adalah:

1) Pemantauan penyimpanan MP-ASI buffer stock

Pemantauan dilaksanakan oleh petugas kabupaten/kota

dengan melakukan pengamatan terhadap kondisi fisik

tempat penyimpanan, cara penyimpanan, pencatatan dan

pelaporan maupun administrasi tempat penyimpanan.

2) Pemantauan pendistribusian MP-ASI buffer stock

Pemantauan dilaksanakan oleh petugas kabupaten/kota

dengan melakukan pengamatan terhadap rencana

distribusi (Rensi) dan pelaksanaan pendistribusian MP-

ASI buffer stock (Kemenkes, 2011). Sedangkan TPG

dan petugas di lokasi pengungsian secara periodik

memantau unit pelaksana MP-ASI seperti ketua

kelompok pengungsi (Depkes dan Kesos RI, t.t).

3) Evaluasi

Evaluasi pelaksanaan pendistribusian MP-ASI buffer

stock dilakukan 2 kali dalam setahun yang dilaksanakan

secara berjenjang dengan mempertimbangkan

ketersediaan sumber daya yang ada. Data yang dicatat

dan dilaporkan adalah:

Page 48: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

27

a) Data dan informasi jumlah baduta 6-24 bulan

yang mendapat MP-ASI

b) Data dan informasi jumlah MP-ASI yang

dibagikan ke sasaran

2.5 Manajemen Kesehatan

2.5.1 Pengertian Manajemen Kesehatan

Menurut Terry (1986), manajemen adalah suatu proses yang khas,

yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan pelaksanaan,

dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran

yang telah ditentukan dengan memanfaatkan sumberdaya manusia dan

sumberdaya lainnya.

Menurut Muninjaya (2004), secara klasik manajemen adalah ilmu atau

seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien, efektif dan

rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Berdasarkan batasan tersebut, manajemen mengandung tiga prinsip pokok

yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisien dalam pemanfaatan

sumber daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan

organisasi, rasional dalam pengambilan keputusan manajerial.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat diambil suatu kesimpulan

umum bahwa manajemen adalah suatu kegiatan untuk mengatur orang lain

guna mencapai tujuan atau menyelesaikan pekerjaan. Bila diterapkan dalam

bidang kesehatan masyarakat, maka dapat dikatakan bahwa manajemen

Page 49: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

28

kesehatan adalah suatu kegiatan atau seni untuk mengatur para petugas

kesehatan dan nonpetugas kesehatan guna meningkatkan kesehatan

masyarakat melalui program kesehatan. Dengan kata lain manajemen

kesehatan masyarakat adalah penerapan manajemen umum dalam sistem

pelayanan kesehatan masyarakat sehingga yang menjadi objek dan sasaran

manajemen adalah sistem pelayanan kesehatan masyarakat (Notoatmodjo,

2007).

2.5.2 Fungsi Manajemen Kesehatan

Menurut Muninjaya (2004), yang dimaksud fungsi manajemen

adalah langkah-langkah penting yang wajib dilaksanakan oleh manajer untuk

mencapai tujuan organisasi. Banyak pakar manajemen yang mengemukakan

teorinya tentang fungsi manajemen, tergantung dari fungsi mana yang lebih

disorotinya. Tetapi dalam proses pencapaian tujuan organisasi, semua fungsi

manajemen mempunyai peranan yang sama pentingnya. Fungsi manajemen

yang digunakan oleh Depkes RI diambil dari fungsi manajemen yang

dikemukakan oleh Goerge Terry. Fungsi tersebut terdiri dari Planning,

Organizing, Actuating, dan Controlling (POAC).

a. Perencanaan

Menurut Muninjaya (2004), perencanaan adalah proses yang

dimulai dengan merumuskan tujuan organisasi sampai dengan

menetapkan alternatif kegiatan untuk mencapainya. Terry (1986)

mengatakan perencanaan adalah memilih dan menghubungkan

Page 50: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

29

fakta-fakta, membuat dan menggunakan asumsi-asumsi berdasar

masa yang akan datang, dalam gambaran dan perumusan kegiatan-

kegiatan yang diusulkan yang diperlukan guna mencapai hasil yang

diinginkan. Sedangkan menurut Siagian (2012), perencanaan

merupakan usaha sadar dan pengambilan keputusan yang telah

diperhitungkan secara matang tetang hal-hal yang akan dikerjakan

di masa depan dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dari beberapa

definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah

upaya untuk menentukan tujuan, sasaran, target dan kegiatan dalam

suatu program yang akan dilaksanakan oleh organisasi.

Perencanaan merupakan fungsi manajemen yang pertama

karena fungsi-fungsi manajemen lainnya baru berperan apabila

perencanaan telah selesai dilaksanakan. Perencanaan menjadi

landasan pokok fungsi manajemen lainnya. Selain itu, perencanaan

juga dijadikan standar untuk mengukur hasil pencapaian kegiatan.

Jika tidak ada perencanaan, tidak akan ada kejelasan kegiatan yang

dilaksanakan untuk mencapai tujuan.

b. Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah rangkaian kegiatan manajemen

untuk menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh

organisasi dan memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai

tujuan organisasi (Muninjaya, 2004). Menurut Azwar (1996),

Page 51: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

30

pengorganisasian adalah pengelompokkan berbagai kegiatan yang

diperlukan untuk melaksanakan suatu rencana sedemikian rupa

sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan

memuaskan. Pengorganisasian juga merupakan pengaturan

sejumlah personil yang dimiliki untuk memungkinkan tercapainya

suatu tujuan yang telah disepakati dengan jalan mengalokasikan

masing-masing fungsi dan tanggung jawabnya.

Terry (1986) mengatakan pengorganisasian adalah tindakan

mengusahakan hubungan-hubungan perilaku yang efektif antara

masing-masing orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara

efisien dan memperoleh kepuasan diri dalam melaksanakan tugas-

tugas terpilih di dalam kondisi lingkungan yang ada, untuk

mencapai tujuan dan sasaran.

Dari beberapa pengertian tersebut pengorganisasian

merupakan pembagian tugas dan wewenang kepada para pekerja

sesuai potensi yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan organisasi.

c. Penggerakan

Fungsi penggerakan adalah proses bimbingan kepada staf

agar mereka mampu bekerja secara optimal menjalankan tugas-

tugas pokoknya sesuai dengan keterampilan yang telah dimiliki, dan

dukungan sumber daya yang tersedia. Penggerakan dimaksudkan

sebagai rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas

Page 52: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

31

mempengaruhi orang lain agar mereka suka melaksanakan usaha-

usaha ke arah pencapaian sasaran atau tujuan administrasi.

Fungsi manajemen ini merupakan fungsi penggerak semua

kegiatan program (ditetapkan pada fungsi pengorganisasian)

untuk mencapai tujuan program (dirumuskan dalam fungsi

perencanaan) (Muninjaya, 2004).

Terry (1986) menyatakan penggerakan adalah membuat

semua anggota kelompok agar mau bekerja sama dan bekerja secara

ikhlas serta bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan

perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian. Sedangkan Siagian

(2012) mendefinisikan penggerakan sebagai keseluruhan cara,

teknik dan metode untuk mendorong para anggota organisasi agar

mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi tercapainya

tujuan organisasi.

Pekerjaan pelaksanaan atau penggerakan bukanlah

merupakan pekerjaan yang mudah, karena dalam melaksanakan

suatu rencana terkandung berbagai aktivitas yang bukan saja satu

sama lain saling berhubungan, melainkan juga bersifat komplek dan

majemuk. Kesemua aktivitas ini harus dipadukan sedemikian rupa

sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan

memuaskan. Memadukan berbagai aktivitas yang seperti ini dan

apalagi menugaskan semua orang yang terlibat dalam organisasi

Page 53: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

32

untuk melaksanakan aktivitas yang dimaksud, memerlukan

keterampilan khusus (Azwar, 1996).

Untuk dapat melaksanakan suatu rencana, seorang manajer

perlu menguasai berbagai pengetahuan dan keterampilan. Menurut

Muninjaya (2004), berdasarkan tingkatan manajer, ada tiga jenis

keterampilan yang harus dimiliki oleh manajer, yaitu keterampilan

yang bersifat teknis (Technical Skill), hubungan antar manusia

(Human Relation Skill), dan konseptual (Conseptual Skill).

Technical Skill adalah kemampuan untuk menggunakan

pengetahuan, metode, teknik atau peralatan yang diperlukan untuk

melaksanakan tugas-tugas organisasi. Kemampuan tersebut sangat

perlu dimiliki oleh manajer tingkat bawah. Human Relation Skill

meliputi kemampuan bekerjasama dengan orang lain, termasuk

memotivasi orang lain. Conseptual Skill membutuhkan pengetahuan

tentang seluruh aspek organisasi yang dipimpinnya. Semakin tinggi

kedudukan seorang manajer, ia semakin tidak memerlukan

keterampilan yang bersifat teknis, tetapi semakin tinggi tuntutan

untuk mengembangkan keterampilan yang bersifat konseptual.

Akan tetapi, yang penting semua manajer membutuhkan

kemampuan untuk mengembangkan Human Relation Skill karena

manusia adalah sumber daya utama sebuah organisasi (Muninjaya,

2004).

Page 54: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

33

d. Pengawasan

Pengawasan ialah suatu proses untuk mengukur penampilan

suatu program yang kemudian dilanjutkan dengan mengarahkannya

sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat

tercapai (Azwar, 1996). Terry (1986) menyatakan bahwa

pengawasan dapat dianggap sebagai aktivitas untuk menemukan,

mengoreksi penyimpangan-penyimpangan penting dalam hasil yang

dicapai dari aktivitas-aktivitas yang direncanakan.

Koontz dan Donnell mengatakan bahwa perencanaan dan

pengawasan merupakan “dua sisi satu mata uang” karena

perencanaan tanpa pengawasan akan timbul penyimpangan.

Sebaliknya pengawasan tanpa perencanaan tidak akan mungkin

terlaksana karena tidak ada pedoman untuk mengawasi (Siagian,

2012).

e. Penilaian

Menurut Siagian (2012), berbagai penelitian tentang fungsi

manajerial pada umumnya mengakhiri dengan pengawasan. Akan

tetapi, Siagian berpendapat lain, bahwa masih ada satu lagi fungsi

organik manajerial yang dapat dipertanggungjawabkan dan dengan

mudah dapat dibuktikan dalam praktik manajemen, yaitu penilaian.

Penilaian adalah suatu proses yang teratur dan sistematis

dalam membandingkan hasil yang dicapai dengan tolak ukur atau

kriteria yang telah ditetapkan, dilanjutkan dengan pengambilan

Page 55: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

34

kesimpulan serta penyusunan saran-saran, yang dapat dilakukan

pada setiap tahap dari pelaksanaan program (The International

Clearing House and Adolescent Fertility Control for Population

Option dalam Azwar, 1996). Menurut Siagian (2012) penilaian

adalah pengukuran dan pembandingan hasil-hasil yang nyatanya

dicapai dengan hasil-hasil yang seharusnya dicapai.

2.6 Kerangka Teori

Fungsi manajemen yang digunakan oleh Depkes RI diambil dari fungsi

manajemen yang dikemukakan oleh Goerge Terry. Fungsi tersebut terdiri dari

Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling (POAC). Akan tetapi, Siagian

(2012) berpendapat lain, bahwa masih ada satu lagi fungsi manajerial yang dapat

dipertanggungjawabkan dan dengan mudah dibuktikan dalam praktik

manajemen, yaitu penilaian. Dengan demikian, fungsi manajemen terdiri dari

perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan dan penilaian.

Perencanaan merupakan awal dari suatu program yang kemudian diikuti

pengorganisasian untuk menghimpun semua sumber daya yang dimiliki oleh

organisasi dan memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan

organisasi. Kemudian dilakukan penggerakan kepada para staf agar mau

melaksanakan pelaksanaan program sesuai apa yang telah direncanakan. Fungsi

pengawasan dilakukan di semua fungsi manajemen, mulai dari perencanaan

hingga penilaian. Sedangkan fungsi penilaian merupakan akhir dari siklus fungsi

manajemen dimana hasil dari fungsi tersebut dipergunakan kembali pada fungsi

Page 56: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

35

perencanaan guna memperbaiki perencanaan program di masa yang akan datang.

Kerangka teori manajemen menurut Terry (1986) dan Siagian (2012)

digambarkan pada bagan 2.1.

Bagan 2.1

Kerangka Teori

Sumber: Terry (1986), Siagian (2012)

Perencanaan

Pengorganisasian Pengawasan

Penggerakan

Penilaian

Page 57: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

36

BAB III

KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

3.1 Kerangka Pikir

Fungsi manajemen yang digunakan oleh Depkes RI diambil dari fungsi

manajemen yang dikemukakan oleh Goerge Terry. Fungsi tersebut terdiri dari Planning,

Organizing, Actuating, dan Controlling (POAC). Akan tetapi, Siagian (2012)

berpendapat lain, bahwa masih ada satu lagi fungsi manajerial yang dapat

dipertanggungjawabkan dan dengan mudah dibuktikan dalam praktik manajemen, yaitu

penilaian. Berdasarkan teori yang telah diuraikan pada studi kepustakaan, maka fokus

penelitian yang peneliti ingin kaji lebih dalam adalah manajemen dalam program

pemberian MP-ASI biskuit pada korban bencana mulai dari perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan, pengawasan dan penilaian sesuai dengan yang telah

ditetapkan sebelumnya.

Kerangka pikir manajemen program pemberian MP-ASI biskuit pada baduta

yang menjadi korban bencana ini dimulai dengan fungsi perencanaan, kemudian setealah

dilakukan perencanaan maka dilakukanlah pengorganisasian sesuai kemampuan dan

potensi petugas. Setelah itu dilakukan penggerakan kepada para petugas dan

pelaksanaan program sesuai perencanaan. Fungsi pengawasan dilakukan pada setiap

fungsi manajemen, mulai dari perencanaan hingga penilaian. Sedangkan fungsi penilaian

merupakan akhir dari siklus fungsi manajemen dimana hasil dari fungsi tersebut

dipergunakan kembali pada fungsi perencanaan guna memperbaiki perencanaan

Page 58: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

37

program di masa yang akan datang. Oleh sebab itu, kerangka pikir dari penelitian ini

dapat digambarkan pada bagan 3.1.

Bagan 3.1

Kerangka Pikir Program Pemberian MP-ASI Biskuit pada Korban Bencana

3.2 Definisi Istilah

1. Perencanaan

Definisi :

Proses untuk merumuskan tujuan, target, sasaran, anggaran dan

kegiatan dalam program pemberian MP-ASI biskuit pada baduta di

lokasi bencana.

Metode :

Wawancara mendalam dan telaah dokumen

Instrumen :

Pedoman wawancara mendalam dan pedoman telaah dokumen

Perencanaan

Pengorganisasian Pengawasan

Penggerakan

Penilaian

Page 59: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

38

2. Pengorganisasian

Definisi :

Proses untuk membagi tugas dan wewenang kepada para petugas

sesuai potensi yang dimiliki dalam program MP-ASI biskuit pada

baduta korban bencana.

Metode :

Wawancara mendalam dan telaah dokumen

Instrumen :

Pedoman wawancara mendalam dan pedoman telaah dokumen

3. Penggerakan

Definisi :

Proses untuk melaksanakan program sesuai rencana dan memotivasi

petugas agar mau melaksanakan program MP-ASI biskuit pada

baduta korban bencana sesuai rencana.

Metode :

Wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen

Instrumen :

Pedoman wawancara mendalam, observasi dan pedoman telaah

dokumen

Page 60: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

39

4. Pengawasan

Definisi :

Proses untuk menemukan dan mengoreksi penyimpangan-

penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan pemberian MP-ASI

biskuit pada baduta di lokasi bencana.

Metode :

Wawancara mendalam dan telaah dokumen

Instrumen :

Pedoman wawancara mendalam dan pedoman telaah dokumen

5. Penilaian

Definisi :

Proses untuk membandingkan hasil kegiatan yang telah dicapai dalam

pemberian MP-ASI biskuit pada baduta korban bencana dengan target

yang telah ditentukan.

Metode :

Wawancara mendalam dan telaah dokumen

Instrumen :

Pedoman wawancara mendalam dan pedoman telaah dokumen

Page 61: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

40

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif mengenai

manajemen program MP-ASI pada baduta yang menjadi korban bencana banjir di

Kelurahan Petogogan, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan tahun 2012.

Menurut Bogdan dan Taylor (1975) dalam Moleong (2007), penelitian kualitatif

merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penggunaan metode

kualitatif pada penelitian ini untuk memperoleh informasi yang mendalam sehingga

dapat memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai pelaksanaan program

pemberian MP-ASI biskuit dari Kemenkes kepada baduta korban banjir tersebut.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Petogogan pada bulan Juni-Agustus

tahun 2012. Kelurahan Petogogan dijadikan tempat penelitian karena memiliki

daerah rawan banjir terbanyak di Kecamatan Kebayoran Baru dan sudah dilakukan

pemberian MP-ASI biskuit untuk mencegah gizi buruk baduta yang menjadi korban

banjir tersebut.

Page 62: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

41

4.3 Informan Penelitian

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi

tentang kondisi latar penelitian, sehingga informan harus mempunyai banyak

pengalaman tentang latar penelitian (Moleong, 2007). Pemilihan informan dalam

penelitian ini tidak dilakukan secara acak, tetapi dengan menggunakan metode

purposive sampling (informan bertujuan), yaitu penentuan informan yang

dilakukan secara langsung melalui pertimbangan-pertimbangan yang ditentukan

oleh peneliti sesuai dengan tujuan dan masalah penelitian untuk memperoleh

informasi yang lengkap dan mencukupi dengan prinsip kesesuaian

(appropriatness) dan kecukupan (adequency).

Informan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi tiga, yaitu informan

utama, pendukung dan informan kunci. Informan utama adalah objek utama dalam

penelitian, yaitu TPG yang melaksanakan program pemberian MP-ASI di Puskesmas

Kelurahan Petogogan. Informan pendukung yaitu Koordinator program gizi

Sudinkes Jakarta Selatan, TPG Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru, Kader dan

ibu baduta yang mendapat MP-ASI biskuit. Informan Kunci adalah Kasie Bimbingan

dan Evaluasi Subdit Bina Konsumsi Makanan Kemenkes RI. Dalam lingkup

penelitian perencanaan, dilakukan wawancara mendalam terhadap para informan dan

telaah dokumen perencanaan kebutuhan dan pendistribusian MP-ASI. Dalam

lingkup pengorganisasian, dilakukan wawancara mendalam terhadap para informan

dan telaah dokumen profil ketenagaan Puskesmas. Dalam lingkup penggerakan,

dilakukan wawancara mendalam terhadap para informan, obserrvasi terhadap produk

MP-ASI dan telaah dokumen tanda terima pendistribusian MP-ASI. Dalam lingkup

Page 63: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

42

pengawasan dan penilaian, dilakukan wawancara mendalam terhadap para informan.

Kriteria informan penelitian berikut teknik yang digunakan dalam penelitian tertera

pada tabel 4.1.

Tabel 4.1

Informan Penelitian

No. Lingkup

penelitian

Kriteria Informan

Teknik Unsur yang

diteliti

1 Perencanaan - Koordinator gizi Sudinkes

Jaksel

- TPG Puskesmas

Kecamatan Kebayoran

Baru

- TPG Puskesmas

Kelurahan Petogogan

- Kader

- Kasie bimbingan dan

evaluasi Subdit Bina

Konsumsi Makanan

Kemenkes RI

- Wawancara

mendalam

- Telaah

dokumen

- Pembuatan

perencanaan

2 Peng-

organisasian

- Koordinator gizi Sudinkes

Jaksel

- TPG Puskesmas

Kecamatan Kebayoran

Baru

- TPG Puskesmas

Kelurahan Petogogan

- Kader

- Kasie bimbingan dan

evaluasi Subdit Bina

Konsumsi Makanan

Kemenkes RI

- Wawancara

mendalam

- Telaah

dokumen

- Pembagian

tugas dan

wewenang

sesuai

tupoksi

dalam

organisasi

3 Penggerakan - Koordinator gizi Sudinkes

Jaksel

- TPG Puskesmas

Kecamatan Kebayoran

Baru

- TPG Puskesmas

- Wawancara

mendalam

- Observasi

produk MP-

ASI biskuit

- Telaah

- Pelaksanaan

pemberian

MP-ASI dari

perencanaan

yang telah

dibuat

Page 64: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

43

Kelurahan Petogogan

- Kader

- Ibu baduta yang mendapat

MP-ASI biskuit

- Kasie bimbingan dan

evaluasi Subdit Bina

Konsumsi Makanan

Kemenkes RI

dokumen

- Upaya

menggerkan

petugas

pelaksana

- Observasi

produk MP-

ASI

4 Pengawasan - Koordinator gizi Sudinkes

Jaksel

- TPG Puskesmas

Kecamatan Kebayoran

Baru

- TPG Puskesmas

Kelurahan Petogogan

- Kader

- Ibu baduta yang mendapat

MP-ASI biskuit

- Kasie bimbingan dan

evaluasi Subdit Bina

Konsumsi Makanan

Kemenkes RI

- Wawancara

mendalam

- Telaah

dokumen

Upaya yang

dilakukan

dalam

pengawasan

terhadap

pelaksanaan

program MP-

ASI

5 Penilaian - Koordinator gizi Sudinkes

Jaksel

- TPG Puskesmas

Kecamatan Kebayoran

Baru

- TPG Puskesmas

Kelurahan Petogogan

- Kader

- Kasie bimbingan dan

evaluasi Subdit Bina

Konsumsi Makanan

Kemenkes RI

- Wawancara

mendalam

- Telaah

Dokumen

Pelaporan dan

Penilaian

terhadap hasil

kegiatan

pemberian

MP-ASI

Page 65: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

44

4.4 Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara

mendalam, oservasi dan telaah dokumen. Wawancara mendalam dilakukan tatap

muka terhadap informan dengan menggunakan pedoman wawancara mendalam

yang telah disiapkan peneliti terlebih dahulu. Hasil wawancara mendalam direkam

dengan alat perekam dan ditulis oleh peneliti. Observasi dilakukan dengan

mengamati produk MP-ASI yang diberikan Kemenkes. Telaah dokumen dilakukan

untuk memperoleh data yang berkaitan dengan permasalahan penelitian melalui

laporan dan dokumen lain yang berkaitan dengan program pemberian MP-ASI.

Beberapa contoh dokumen yang dapat dianalisis adalah laporan tahunan

Puskesmas, tanda terima distribusi MP-ASI, buku pedoman MP-ASI, data baduta di

Posyandu dan lain-lain.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

a. Pedoman wawancara mendalam

b. Pedoman observasi

c. Pedoman telaah dokumen

d. Perekam suara

e. Kamera

f. Buku tulis dan alat pencatat

Page 66: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

45

4.6 Sumber Data

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang dikumpulkan langsung oleh

peneliti dari informan. Sumber data primer penelitian ini adalah hasil

wawancara mendalam langsung dengan informan tentang manajemen

program pemberian MP-ASI dan data hasil observasi terhadap produk MP-

ASI yang diberikan.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang tidak langsung diperoleh peneliti

dari informan. Sumber data sekunder adalah dokumen-dokumen yang

berkaitan dengan topik penelitian seperti laporan tahunan Puskesmas, tanda

terima distribusi MP-ASI, buku pedoman pelaksanaan program MP-ASI

dan lain-lain.

4.7 Validasi Data

Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data yang valid maka dilakukan

triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2007). Triangulasi yang dilakukan

dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber dan metode.

a. Triangulasi sumber dilakukan dengan mengecek data dari sumber yang

berbeda, yaitu TPG Puskesmas Kelurahan Petogogan, TPG Puskesmas

Kecamatan Kebayoran Baru, Koordinator gizi Sudinkes Jaksel, Kader,

Page 67: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

46

Staf Subdit Bina Konsumsi Makanan Kemenkes RI serta ibu baduta yang

mendapat MP-ASI.

b. Triangulasi metode dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber

yang sama melalui metode pengumpulan data yang berbeda. Data

diperoleh dengan wawancara mendalam, lalu dicek dengan observasi dan

telaah dokumen, seperti melalui laporan tahunan Puskesmas, tanda terima

distribusi MP-ASI, buku pedoman MP-ASI buffer stock serta artikel

berita terkait topik penelitian.

4.8 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

model Miles dan Hubberman. Menurut Miles dan Huberman, analisis data kualitatif

dilakukan secara interaktif, sehingga disebut juga model interaktif. Aktivitas dalam

analisis data kualitatif, yaitu data reduction (Reduksi Data), data display (penyajian

data), dan conclusion drawing/verification (kesimpulan/verifikasi). Analisis data

model interaktif tergambar pada bagan 4.1.

Bagan 4.1

Pengolahan dan Analisis Data

Pengumpulan Data

Penyajian Data

Reduksi Data

Kesimpulan/Verifikasi

Page 68: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

47

Setelah data mengenai perencanaan, pengorganisasian, penggerakan

pengawasan dan penilaian terkumpul dari hasil wawancara mendalam, observasi

dan telaah dokumen, kemudian data direduksi. Data direduksi dengan cara

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang

penting dan dicari pola sesuai unsur penelitian. Data yang sudah direduksi

kemudian disajikan dalam bentuk tulisan berdasarkan unsur-unsur yang diteliti

sesuai kerangka pikir penelitian. Namun demikian, setelah merangkum hasil

penelitian dapat juga sudah diketahui kesimpulannya. Hasil penelitian yang telah

terkumpul dan terangkum kemudian diulang kembali dengan mencocokkan pada

reduksi data dan penyajian data agar kesimpulan yang telah dikaji dapat ditulis

sebagai laporan yang memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi.

4.9 Penyajian Data

Hasil penelitian disajikan dalam bentuk narasi berdasarkan unsur-unsur yang

diteliti sesuai kerangka pikir penelitian.

Page 69: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

48

BAB V

HASIL

5.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

5.1.1 Keadaan Geografis

a. Batas Wilayah

Kelurahan Petogogan merupakan bagian dari wilayah

administrasi Kecamatan Kebayoran Baru. Luas wilayah Kelurahan

Petogogan adalah 86,46 km2. Wilayah Kelurahan Petogogan terdiri

dari 6 RW yang meliputi 80 RT dengan jumlah penduduk sebesar

10.814 jiwa. Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Petogogan adalah

sebagai berikut :

Sebelah Utara : Jl. Wolter Monginsidi, Kelurahan Rawa Barat

Sebelah Selatan : Jl. Prapanca Raya, Kelurahan Pulo

Sebelah Barat : Jl. Prof. Joko Sutono, Kelurahan Melawai

Sebelah Timur : Sungai Krukut, Kelurahan Pela Mampang

b. Daerah Rawan Banjir

Wilayah Kelurahan Petogogan sejak dahulu memang dikenal

sebagai daerah banjir. Terjadinya banjir di wilayah Kelurahan

Petogogan selain diakibatkan oleh hujan yang terus menerus juga

akibat luapan air dari Sungai Krukut yang melalui wilayah ini.

Meskipun frekuensi banjir dalam setahun tidak dapat dipastikan,

namun terkadang jika hujan tidak turun pun air Sungai Krukut kerap

Page 70: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

49

meluap membanjiri seluruh wilayah tersebut. Apalagi jika hujan terus

menerus dalam 2-3 jam sudah dapat terjadi banjir. Daerah di tengah

Kota Administrasi Jakarta Selatan itu tidak pernah sepi dari berita

banjir. Adapun daerah rawan banjir yang ada di wilayah Kelurahan

Petogogan tertera pada tabel 5.1.

Tabel 5.1

Daerah Rawan Banjir di Wilayah Kelurahan Petogogan

No. RW Jumlah

RT

Jumlah

KK

Jumlah

Jiwa

1 01 5 739 2901

2 02 15 833 3079

3 03 15 1121 3063

Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Kelurahan Petogogan

Tahun 2011

Berdasarkan tabel 5.1, dapat diketahui bahwa di kelurahan

Petogogan terdapat 3 RW yang menjadi daerah rawan banjir. Untuk

jumlah KK dan penduduk terendah dimiliki oleh RW 01, yaitu

sebanyak 739 KK dan 2901 jiwa. Sedangkan RW 02 memiliki jumlah

penduduk tertinggi sebanyak 3079 jiwa dan RW 03 memiliki jumlah

KK tertinggi sebanyak 1121 KK. Selain menjadi daerah rawan banjir,

RW 02 dan 03 juga merupakan daerah kumuh di wilayah Kecamatan

Kebayoran Baru.

Page 71: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

50

5.1.2 Visi dan Misi Puskesmas Kelurahan Petogogan

a. Visi

Menjadi Puskesmas Mandiri yang berkualitas

b. Misi

1) Mengembangkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan

paripurna

2) Memberdayakan SDM dan masyarakat

3) Menggalang keikutsertaan Lintas Program dan Lintas

Sektoral serta fasilitas kesehatan yang lain

4) Mengembangkan manajemen Puskesmas

5.1.3 Ketenagaan Puskesmas Kelurahan Petogogan

Pada tahun 2011 Puskesmas Kelurahan Petogogan memiliki 7

orang pegawai yang terdiri dari :

- Dokter Umum : 1 orang

- Dokter Gigi : 1 orang

- Bidan : 2 orang

- Perawat : 1 orang

- Petugas kebersihan : 1 orang

- Petugas jaga malam : 1 orang

Dari 7 orang pegawai, terdapat 5 tenaga kesehatan yang masing-

masing memiliki fungsi dan tugas pokok untuk melaksanakan program

Page 72: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

51

Puskesmas. Tugas pokok dan fungsi dari tenaga kesehatan tersebut tertera

pada tabel 5.2.

Tabel 5.2

Tugas Pokok dan Fungsi Tenaga Kesehatan

Puskesmas Kelurahan Petogogan Tahun 2011

No

Jenis

Tenaga

Kesehatan

Tugas Pokok Fungsi

1. Dokter Gigi - Ka. Puskesmas

- BP Gigi

- UKGS

- UKGM

- Menjalankan tugas

kepemimpinan

- Melaksanakan pemeriksaan dan

pengobatan gigi di BPG

- Pembinaan Kesehatan Gigi di SD

- Pembinaan Kesehatan Gigi di

Posyandu & TK

2.

Dokter

Umum

- Keuangan

- BP Umum

- Askes

- Alkes

- Jiwa

- MTBS

- Pelaporan keuangan

- Pemeriksaan & pengobatan

- Penanggung jawab Askes

- Penanggung jawab Alkes

- Pelayanan Jiwa

- Pelayanan MTBS

3.

Bidan - KIA

- Imunisasi

- Obat

- UKS

- SP2TP & SIK

- Pemeriksaan Ibu Hamil

- Pembinaan APRAS ( TK )

- Pelayanan Imunisasi

- BIAS anak Sekolah

- Pelayanan resep obat

- Pembinaan Anak Sekolah

- Pelaporan SP2TP & SIK

4.

Bidan - Gizi

- Pembinaan & pelayanan

Posyandu

Page 73: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

52

- KB

- Lansia

- Promkes

- Laboratorium

- PSM

- Pelayanan KB

- Pelayanan Kesehatan Lansia

- Penyuluhan Promkes

- Pelayanan Laboratorium

5. Perawat - Gakin

- DBD

- Kesling

- TBC Paru

- Surveilans

- Perkesmas

- Tata Usaha

- Pelayanan Gakin

- Melaksanakan PE DBD dan

kegiatan Fogging Fokus

- Pelaksanaan Kegiatan

- PSN 30 menit

- Kesehatan Lingkungan

- Penjaringan Kasus & Pelayanan

Pasien

- Pelaksanaan PE penyakit menular

- Perawatan Kesehatan keluarga

binaan

- Pelaporan Tata Usaha

Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Kelurahan Petogogan Tahun 2011

Berdasarkan tabel 5.2, dapat diketahui bahwa Puskesmas

Kelurahan Petogogan memiliki 5 orang tenaga kesehatan. Setiap tenaga

kesehatan tersebut memiliki lebih dari satu tugas pokok dan fungsi

(Tupoksi). Salah satu contohnya, untuk program gizi dilaksanakan oleh

seorang bidan yang merangkap juga sebagai pelaksana program KB,

lansia, promkes dan petugas laboratorium. Hal ini disebabkan minimnya

sumber daya manusia di puskesmas tersebut. Kendati demikian,

Puskesmas Kelurahan Petogogan masih tetap dapat melaksanakan tugas

dan fungsinya dengan cukup baik karena senantiasa melakukan

Page 74: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

53

peningkatan kualitas SDM dengan mengikuti pelatihan yang diadakan

oleh Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan.

5.1.4 Sarana Pelayanan Kesehatan

Dalam wilayah kelurahan Petogogan terdapat beberapa sarana

pelayanan kesehatan, sebagaimana tertera pada tabel 5.3.

Tabel 5.3

Sarana Pelayanan Kesehatan di wilayah Kelurahan Petogogan

No. Sarana Kesehatan Jumlah

1 Puskesmas 1

2 Klinik Swasta 3

3 Praktek Dokter Umum 14

4 Apotek 3

5 Posyandu 9

5 Lain-lain 3

Jumlah 31

Sumber: Laporan Kegiatan program Gizi Puskesmas Kecamatan

Kebayoran Baru Tahun 2011

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa sarana pelayanan

kesehatan terbanyak di wilayah kelurahan Petogogan adalah Praktek

Dokter Umum sebanyak 14 unit. Sedangkan Puskesmas hanya terdapat 1

unit di Jalan Pulo Raya VIII No.3 RT 002 RW 01.

Page 75: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

54

5.1.5 Keadaan Sosial Ekonomi

Tabel 5.4

Distribusi Penduduk berdasarkan Jenis Pekerjaan

No. Jenis Pekerjaan Jumlah (Jiwa)

1 PNS 189

2 Swasta 2088

3 ABRI 75

4 Buruh 2203

5 Dagang 1546

6 Usia produktif & tidak bekerja 1753

Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Kelurahan Petogogan

Tahun 2011

Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar warga

kelurahan Petogogan bermata pencaharian sebagai buruh, yaitu sebanyak

2203 jiwa. Usia produktif dan tidak bekerja pun memiliki angka yang

cukup tinggi, yaitu sebesar 1753 jiwa. Namun juga terdapat 2088

penduduk yang menjadi pegawai swasta. Dengan demikian terlihat bahwa

keadaan sosial ekonomi di kelurahan Petogogan beragam dari golongan

ekonomi bawah hingga atas.

5.2 Gambaran Umum Informan Penelitian

5.2.1 Karakteristik Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini terdiri dari informan utama, informan

pendukung dan informan kunci. Berikut adalah gambaran dari masing-

masing informan:

Page 76: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

55

a. Informan Utama

Informan utama dalam penelitian ini ialah TPG Puskesmas

Kelurahan Petogogan. Beliau berusia 25 tahun dan berpendidikan

terakhir D3 kebidanan. Beliau telah bekerja di bidang gizi selama 2

tahun, yaitu mulai tahun 2010. Dalam program pemberian MP-ASI

pada balita korban banjir ini, beliau memberikan informasi mengenai

perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan dan

penilaian.

b. Informan Pendukung

Informan pendukung dalam penelitian ini ialah 1 orang

Koordinator Gizi Sudinkes Kota Jakarta Selatan, 1 orang TPG

Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru, 6 orang kader (1 orang dari

RW 01, 2 orang dari RW 02 dan 3 orang dari RW 03), serta 18 orang

ibu balita (3 orang ibu balita dari RW 01, 6 orang ibu balita dari RW

02 dan 9 orang ibu balita dari RW 03). Kriteria informan pendukung

dalam penelitian ini yang merupakan tenaga pelaksana program gizi

tertera dalam tabel 5.5.

Tabel 5.5

Karakteristik Informan pendukung Program MP-ASI Bencana

No. Inisial Usia Keterangan

1 LH 39 tahun Koordinator Gizi Sudinkes Kota

Jakarta Selatan

2 SD 42 tahun TPG PKM Kecamatan

Kebayoran Baru

Page 77: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

56

1) Koordinator Gizi Sudinkes Kota Jakarta Selatan berusia 39

tahun dan berpendidikan terakhir S1 gizi. Beliau bekerja di

bidang gizi sejak tahun 2001. Kemudian menjabat sebagai

koordinator program gizi Sudinkes Kota Jakarta Selatan

pada awal tahun 2012. Kendati demikian, beliau mampu

memberikan informasi mengenai perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan, pengawasan dan penilaian

program pemberian MP-ASI pada balita korban banjir

dengan baik.

2) TPG Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru berusia 42

tahun dan berpendidikan terakhir D3 gizi. Beliau telah

bekerja di bidang gizi selama 18 tahun, yaitu sejak tahun

1994. Dalam program pemberian MP-ASI pada balita

korban banjir ini, beliau memberikan informasi mengenai

perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan

dan penilaian.

Sedangkan untuk karakteristik kader Posyandu yang mendistribusikan

kepada ibu balita tertera dalam tabel 5.6.

Page 78: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

57

Tabel 5.6

Karakteristik Kader Posyandu RW 01, 02 dan 03

No. Nama Usia Pendidikan

Terakhir Posyandu / RW

1 ET 51 tahun D3 Dahlia / 01

2 A 54 tahun SD Melati / 02

3 TH 44 tahun SMA Kuntum Mekar / 02

4 SU 55 tahun SMA Anggrek / 03

5 MT 42 tahun SMA Seruni / 03

6 NR 46 tahun SMA Kenanga / 03

Berdasarkan tabel 5.6, dapat diketahui bahwa kader Posyandu yang

melaksanakan pendistribusian MP-ASI biskuit kepada ibu balita

berusia antara 42 sampai dengan 54 tahun. Para kader mayoritas

berpendidikan terakhir SMA, namun ada juga yang berpendidikan

terakhir D3 dan SD. Meskpiun demikian, kader dapat memberikan

informasi terkait pelaksanaan program ini dengan baik. Setelah terjadi

banjir, para kader mengaku telah mendistribusikan MP-ASI untuk para

balita di Posyandu. Dalam wawancara yang dilakukan dengan mereka,

dapat digali informasi mengenai pelaksanaan, pengawasan dan

pencatatan serta pelaporan data guna penilaian program MP-ASI

tersebut.

Sedangkan untuk karakteristik informan ibu balita yang mendapat

MP-ASI tertera dalam tabel 5.7.

Page 79: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

58

Tabel 5.7

Karakteristik Informan Ibu Baduta yang Mendapat MP-ASI

No. Inisial Usia Posyandu / RW

1 RY 40 tahun Dahlia / 01

2 N 24 tahun Dahlia / 01

3 AN 30 tahun Dahlia / 01

4 YJ 44 tahun Melati / 02

5 YN 34 tahun Melati / 02

6 YL 37 tahun Melati / 02

7 E 38 tahun Kuntum Mekar / 02

8 J 44 tahun Kuntum Mekar / 02

9 M 27 tahun Kuntum Mekar / 02

10 R 39 tahun Anggrek / 03

11 RN 45 tahun Anggrek / 03

12 W 30 tahun Anggrek / 03

13 S 30 tahun Seruni / 03

14 K 35 tahun Seruni / 03

15 D 28 tahun Seruni / 03

16 W 25 tahun Kenanga / 03

17 AR 29 tahun Kenanga / 03

18 U 35 tahun Kenanga / 03

Berdasarkan tabel 5.7, dapat diketahui bahwa ibu baduta yang

mendapat MP-ASI biskuit berusia antara 25 sampai dengan 45 tahun.

Setelah terjadi banjir, para ibu balita mengaku telah mendapat MP-ASI

untuk balitanya di Posyandu. Dalam wawancara yang dilakukan

dengan mereka, dapat digali informasi mengenai pelaksanaan dan

pengawasan program pemberian MP-ASI tersebut.

Page 80: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

59

c. Informan Kunci

Informan kunci dalam penelitian ini ialah Kasie Bimbingan dan

Evaluasi Subdit Bina Konsumsi Makanan Kemenkes RI. Beliau

berusia 49 tahun dan berpendidkan terakhir S2 Kesehatan Masyarakat.

Dalam program pemberian MP-ASI pada balita korban banjir ini,

beliau memberikan informasi mengenai perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan, pengawasan dan penilaian di tingkat

pusat.

5.3 Gambaran Umum Program MP-ASI Biskuit untuk Baduta Korban Bencana di

Puskesmas Kelurahan Petogogan

Program MP-ASI biskuit untuk baduta korban bencana merupakan salah satu

program gizi yang dilaksanakan oleh Puskesmas Kelurahan Petogogan pada tahun

2012. MP-ASI tersebut merupakan dropping dari Kemenkes yang ditujukan bagi

baduta korban bencana. Hal ini disesuaikan dengan indikator gizi yang tercantum

dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010 – 2014, yaitu 100 %

buffer stock MP-ASI bencana. Selain itu, karena pengadaan program MP-ASI

reguler sudah dapat diselenggarakan secara mandiri oleh Puskesmas melalui dana

Bantuan Opersional Kesehatan (BOK). MP-ASI yang diberikan adalah MP-ASI

biskuit untuk usia 6-24 bulan. Tujuannya untuk mencegah terjadinya gizi buruk dan

mempertahankan gizi yang sudah baik agar tidak jatuh ke gizi kurang atau buruk.

Berikut kutipan hasil wawancaranya:

Page 81: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

60

“MP-ASI untuk bencana memang diperlukan untuk situasi bencana, tidak

untuk situasi program yang normal. Sekarang ini MP-ASI reguler untuk

balita gizi kurang yang ada di masyarakat sudah ditolong oleh dana BOK,

itu salah satunya untuk melakukan pembelian atau penyelenggaraan MP-

ASI. Seharusnya MP-ASI kita kan 100 persen mutlak untuk diberikan kepada

balita-balita yang mengalami bencana, misal di kabupaten/kotamadya

tertentu mengalami bencana, banjir, gempa dan sebagainya, kemudian dia

ke tempat pengungsian, nah itu kita berikan MP-ASI kepada baduta-baduta

supaya kalau memang dia gizi baik kalau MP-ASI-nya cukup tetap

diberikan, tetap kita berikan karena enggak ada makanan kan, jadi

makanan itu makanan terbaik supaya dia tidak jatuh ke gizi kurang dan

yang gizi kurang supaya tidak jatuh ke gizi buruk. Tujuan utamanya itu.”

(Informan MS)

Hal yang sama juga disampaikan oleh petugas gizi di Sudinkes jakarta

Selatan hingga Puskesmas kelurahan bahwa program MP-ASI biskuit pada baduta

korban bencana sudah dilaksanakan pada tahun 2012 ini. Di Puskesmas Kelurahan

Petogogan, program MP-ASI ini disebut juga MP-ASI Gawat Darurat Bencana

(Gadarben). Pemberian makanan tambahan berupa MP-ASI biskuit tersebut

dilaksanakan untuk penanggulangan bencana dan kemiskinan serta mencegah

kekurangan pangan dan gizi kurang. Sasarannya adalah baduta yang menjadi korban

banjir. Berikut beberapa kutipan mengenai gambaran umum program MP-ASI di

Puskesmas Kelurahan Petogogan:

“MP-ASI biskuit tahun 2012 ini adalah dropping dari Kementerian

Kesehatan. MP-ASI itu diperuntukkan korban bencana. Diberikan kepada

baduta korban banjir, bisa melalui kader atau langsung dari petugas. Saya

baru dikasih tahu bahwa itu jangan diperuntukkan yang lain dulu, hanya

untuk bencana (banjir) saja. Tujuannya untuk penanggulangan bencana dan

kemiskinan.” (Informan LH)

“MP-ASI biskuit yang khusus untuk korban banjir, baru 2012 ini. Disebut

juga MP-ASI Gadarben. Sasarannya baduta juga, sebagai bantuan pangan

dan untuk mencegah gizi kurang.“ (Informan YAP)

Page 82: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

61

5.4 Gambaran Perencanaan Program MP-ASI Biskuit untuk Baduta Korban

Bencana

Berdasarkan wawancara dengan koordinator gizi Sudinkes Jakarta Selatan

dan Kasie Bimbingan dan Evaluasi Subdit Bina Konsumsi Makanan Kemenkes

RI, MP-ASI biskuit yang diajukan untuk bencana kepada Kemenkes untuk Jakarta

Selatan sebanyak 1 ton. Pengajuan ini dilakukan untuk mengantisipasi kejadian

banjir 5 tahunan di wilayah DKI Jakarta, termasuk Jakarta Selatan pada tahun

2012. Jumlah tersebut disamaratakan untuk setiap Kota Administrasi di Provinsi

DKI Jakarta. Tidak ada perencanaan anggaran di tingkat Kota karena pengadaan

MP-ASI bencana ini dilakukan oleh Kemenkes. Berikut kutipan pernyataannya:

“Di Jakarta, kita diminta 1 ton untuk antisipasi terjadi bencana. Kira-kira di

Jakarta ini bulan-bulan banjir kan sudah tahu kapan, nah makanya mereka

minta ditujukan untuk korban banjir.” (Informan MS)

“MP-ASI tahun 2012 ini sebanyak 1 ton untuk antisipasi bencana banjir

tahun ini.” (Informan LH)

Kemudian koordinator gizi Sudinkes Jakarta Selatan melakukan perencanaan

distribusi MP-ASI kepada semua Puskesmas Kecamatan di wilayah Kota

Administrasi Jakarta Selatan. Perencanaan ini dilakukan berdasarkan data

geografi, yaitu dengan melihat daerah rawan banjir di wilayah Jakarta Selatan.

Karena rata-rata semua wilayah di Jakarta Selatan memiliki daerah rawan banjir,

maka perencanaan pembagian MP-ASI dilakukan secara merata. Perencaanaan

anggaran tidak dilakukan karena MP-ASI ini merupakan dropping dari Kemenkes,

biaya pengiriman dari Kemenkes hingga kotamadya ditanggung oleh Kemenkes,

sedangkan untuk distribusi dari Sudinkes Jakarta Selatan ke kecamatan,

koordinator gizi Sudinkes Jakarta Selatan merencanakan agar MP-ASI tersebut

Page 83: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

62

diambil oleh pihak Puskesmas Kecamatan sesegera mungkin. Selain itu juga tidak

terdapat perencanaan untuk melakukan pengawasan dan penilaian, sedangkan

untuk pelaporan hasil kegiatan akan dilakukan jika ada permintaan laporan dari

Dinas Kesehatan Provinsi atau Kemenkes. Berikut kutipan pernyataannya:

“Rencana disribusinya merata aja, kita kan didrop 1 ton atau 143 dus, jadi

setiap Puskesmas dapat 14 dus – 18 dus. Harusnya kan ada alokasi,

proporsi, cuma karena kita belum ada penentuan lokasi banjir, jadi

disamakan saja. Di laptah (laporan tahunan) kan ada keterangan daerah

rawan banjir ya, dan setiap kecamatan itu pasti ada, rata-rata hampir sama

wilayah banjirnya, jadi disamaratakan saja alokasinya. Kita juga

rencananya minta mereka (pihak Puskesmas Kecamatan) yang ambil,

karena enggak ada anggaran transportasinya ya, atau biasa disebut juga

„handling cost‟. Untuk pengawasan dan evaluasi juga enggak ada

perencanaan karena enggak ditekankan untuk itu dan kita percaya aja sama

kadernya. Kalau untuk pelaporan baru kita lakukan kalau ada permintaan

dari Dinas (Dinkes Provinsi DKI Jakarta) atau Kemenkes.” (Informan LH)

Berdasarkan hasil telaah dokumen, diperoleh hasil bahwa Sudinkes Jakarta Selatan

memang menerima 1 ton atau sebanyak 143 dus MP-ASI biskuit, kemudian dari

143 dus tersebut Puskesmas Kecamatan diberi sebanyak 14 dus. Selain itu juga

ditemukan bahwa memang tidak ada perencanaan anggaran dalam program MP-

ASI biskuit untuk baduta korban bencana ini.

Begitu pula perencanaan yang dilakukan di tingkat Puskesmas Kecamatan

Kebayoran Baru dan Kelurahan Petogogan. Perencanaan ini tidak dilakukan secara

khusus dalam rapat koordinasi tetapi sesegera mungkin setelah mendapat

informasi bahwa ada pemberian MP-ASI dari Sudinkes Jakarta Selatan untuk

dibagikan kepada baduta korban banjir. Perencanan yang dilakukan di tingkat

kecamatan dilakukan oleh TPG. Perencanaan distribusi ini dilakukan berdasarkan

fakta pengalaman kejadian banjir sebelumnya dan data geografi, yaitu data daerah

Page 84: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

63

rawan banjir yang terdapat di kelurahan Petogogan. Selain menggunakan fakta dan

data geografi, juga menggunakan asumsi bahwa wilayah yang luas memiliki balita

yang banyak. Untuk pendistribusian, TPG Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru

berencana segera mendistribusikannya setelah mengambil MP-ASI dari Sudinkes

Jakarta Selatan. Perencanaan untuk pengawasan tidak dilakukan karena merasa

tidak perlu ada pengawasan jika pemberiannya hanya sedikit, selain itu

mempercayakan saja kepada kader. Perencanaan metode penilaian juga belum

dilakukan. Sedangkan perencanaan pelaporan hasil kegiatan akan dilakukan jika

ada permintaan laporan data hasil kegiatan dari Sudinkes Jakarta Selatan. Berikut

kutipan pernyataannya:

“Mungkin kalau perencanaan itu alokasi tempatnya yang mau dikasih di

mana dan berapa dikasihnya. Enggak ada penghitungan khusus, enggak ada

pengajuan juga. Langsung aja sesuai droppingan. Kita ngerencanain mulai

ngambil dari Sudin sampai pendistribusian ke puskesmas kelurahan. Kan

kemarin kita dapet dari Sudin 14 dus untuk banjir, itu saya harus cari lokasi

yang ada bencana banjir. Kita „mapping‟ dulu kan wilayah mana yang

banyak, jadi udah ada ancer-ancer wilayah mana yang mau dikasih. Nah,

dari 10 kelurahan di kecamatan ini, kita ada 3 daerah rawan banjir, ada

Rawa Barat, Petogogan, dan Cipete Utara. Wilayah yang daerah rawan

banjir terbanyak dapetnya ya lebih banyak, Petogogan kan banyak ya, ada 3

RW, jadi dapet 5 dus. Cipete Utara juga balitanya banyak kan, jadi dapet 5

dus juga. Kemudian 2 dus untuk Rawa Barat dan 2 dus lagi untuk stok di

kecamatan, karena untuk antisipasi banjir di wilayah lain. Biasanya

awalnya kita memang pendataan dulu, yang wilayah banjir mana aja, tapi

memang kebetulan yang wilayahnya luas ya banyak juga balitanya.

Kemudian ditambah berita banjir di Petogogan ini sampai masuk TV

(televisi) juga, karena cukup besar. Kalau perencanaan pengawasan enggak

ada ya, dan sepertinya juga tidak perlu pengawasan karena dapetnya hanya

sedikit sekali. Kalaupun ada nanti yang mengawasi adalah TPG kelurahan

dan dibantu kader, dipercayakan saja kepada mereka. Pelaporan juga nanti

saja kalau ada permintaan dari Sudin, tapi selama ini belum ada.”

(Informan SD)

Berdasarkan hasil telaah dokumen, hal yang disampaikan oleh telah sesuai dengan

dokumen yang ada, bahwa Puskesmas Kecamatan menerima 14 dus MP-ASI

Page 85: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

64

biskuit yang direncanakan untuk didistribusikan pada Puskesmas Kelurahan

Petogogan dan Cipete Utara masing-masing sebanyak 5 dus, sedangkan

Puskesmas Kelurahan Rawa Barat mendapat 2 dus, dan 2 dus lagi menjadi stok

cadangan di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru.

Perencanaan pendistribusian kepada baduta yang berada di wilayah rawan

banjir juga dilakukan oleh TPG Puskesmas Kelurahan Petogogan. Perencanaan

distribusi juga dilakukan berdasarkan fakta pengalaman sebelumnya dan data

geografi, yaitu wilayah yang memiliki daerah rawan banjir. Dari data tersebut

diketahui bahwa terdapat 3 RW yang menjadi daerah rawan banjir dan alokasinya

disamaratakan saja untuk setiap Posyandu di ketiga RW tersebut. TPG Puskesmas

Kelurahan Petogogan juga merencanakan untuk membuat stok MP-ASI di

Puskesmas sebagai antisipasi kejadian banjir di waktu atau tempat yang lain.

Untuk distribusi, direncanakan melalui kader Posyandu di wilayah banjir.

Perencanaan pengawasan tidak dilakukan karena MP-ASI yang diberikan hanya

sedikit sehingga tidak memerlukan pengawasan yang intensif. Perencanaan

penilaian juga tidak dilakukan karena tidak ada instruksi untuk melakukan

penilaian. Sedangkan untuk pelaporan hasil kegiatan akan dilakukan jika ada

permintaan dari Puskesmas Kecamatan. Berikut kutipan pernyataannya:

“Kita enggak ada perencanaan khusus, paling cuma pas didrop kita siapin

buat daerah yang rawan banjir. Dari data dan fakta yang ada kan di sini

ada 3 wilayah nih, RW 01, 02 dan 03. Itu juga instruksi dari Kecamatan

juga, kan Bu SD (TPG Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru) udah tahu

kalau di sana wilayah rawan banjir dan MP-ASI nya diperuntukkan ke

mereka. Tapi kalau untuk jumlahnya saya bagi rata aja ke RW yang banjir

sesuai yang kita terima. Kita akan kasih ke kader di tiap Posyandu yang

terkena banjir untuk membagikan langsung ke ibu balita. Tahun 2012 ini

saya terima 5 dus MP-ASI biskuit. Saya bagi rata ke setiap Posyandu di RW

01, 02 dan 03 sebanyak 28 rol (bungkus). Sisa 2 dus untuk antisipasi kalau

Page 86: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

65

ada banjir lagi. Pengawasan dan pelaporan enggak ada perencanaannya

sih, karena ini kan cuma sedikit ya, enggak seperti MP-ASI yang untuk

baduta gizi kurang yang 90 hari, mungkin baru dibagi juga mereka bisa

kangsung habis di tempat. Perencanaan evaluasi juga enggak ada, karena

enggak diminta. Kalau pelaporan nanti kita lakukan kalau ada permintaan

saja.” (Informan YAP)

Berdasarkan hasil telaah dokumen, hal yang disampaikan oleh TPG Puskesmas

Kecamatan Kebayoran Baru dan TPG Puskesmas Kelurahan telah sesuai dengan

dokumen yang ada, bahwa Puskesmas Kelurahan Petogogan mendapat 5 dus MP-

ASI biskuit. Setelah itu, TPG Puskesmas Kelurahan merencanakan pembagian ke

posyandu secara merata.

Perencanaan pendistribusian langsung kepada sasaran dilakukan oleh kader

di ketiga RW di Kelurahan Petogogan yang mendapat bantuan MP-ASI.

Perencanaan ini tidak dilakukan secara khusus, tetapi melalui kesepakatan antar

kader saja di masing-masing posyandu. Perencanaan tersebut sangat memudahkan

kader dalam menentukan sasaran dan metode pendistribusian MP-ASI tersebut.

Ada yang menggunakan data jumlah balita sebagai dasar pendistribusian dan

menyesuaikan dengan MP-ASI yang diterima sehingga setiap anak mendapat

jumlah yang sama dengan harapan pembagiannya dilakukan secara adil. Berikut

kutipan hasil wawancaranya:

“Kita lihat jumlah balitanya. Kebetulan di posyandu Dahlia ini ada 28.

Sesuai ya dengan jumlah MP-ASI yang kita dapat, jadi rencananya langsung

dibagi rata semua aja. Tiap anak dapet 1 bungkus.” (Informan ET)

“Balitanya ada 68, tapi kita dapat MP-ASI-nya cuma 4 pak. Kita siapinnya

tiap 2 bungkus untuk 3 anak. Jadi tiap anak dapetnya 8 biji. Yang penting

rata, adil pembagiannya.” (Informan A)

Page 87: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

66

Selain itu, karena MP-ASI yang diperoleh tidak sesuai dengan jumlah balitanya,

ada juga kader yang berencana menambahkan makanan lain dengan menggunakan

dana swadaya masyarakat. Berikut kutipan hasil wawancaranya:

“Karena kita (para kader) dapetnya sedikit tapi balitanya banyak, jadi ya

gimana caranya semua harus dapet, makanya setiap anak enggak mungkin

dapet 1 bungkus. Tapi biar dapat banyakan, kita tambahin biskuit lain pakai

uang kaleng (swadaya masyarakat) aja.” (Informan NR)

Akan tetapi ada juga yang berencana hanya membagi kepada baduta dan balita

BGM berdasarkan data di Posyandu, berikut kutipan hasil wawancaranya:

“Kita (para kader) enggak ngerencanain gimana-gimana, pas abis dikasih

ya kita lihat aja yang kurus sama yang BGM-BGM. Karena kita utamain

ke mereka, ya udah kita kasih ke mereka.” (Informan SU)

“Perencanaan, enggak ada sih, tapi abis dapet MP-ASI, terus pas

ditimbang dia BGM, ya kita kasih. Karena kan kadang bisa berubah ya.”

(Informan MT)

Berdasarkan telaah dokumen, diketahui bahwa perencanaan pendistribusian yang

dilakukan kader tersebut telah sesuai dengan pernyataan kader, bahwa

pembagiannya berbeda-beda karena jumlah balita dan baduta di setiap posyandu

berbeda-beda. Perbedaan dalam perencanaan pendistribusian tersebut dikarenakan

kader diberi kebebebasan dalam membagikan MP-ASI biskuit tersebut, selain itu

pemberitahunnya adalah agar diberikan kepada balita, bukan hanya baduta.

Berikut hasil wawancaranya:

“Tolong dikasih aja sesuai nama-nama (balita) yang pernah ibu (kader)

kasih waktu itu.” (Informan YAP)

“Model bagiiinya beda-beda ya, terserah kita (kader) yang penting habis

dibagikan.” (Informan MT)

Page 88: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

67

Dalam melakukan perencanaan tersebut terdapat hambatan. Hambatan yang

ditemui di tingkat Kota adalah dalam menentukan jumlah konsumsi per hari, lama

pemberian dan tempat penyimpanan MP-ASI. Hal ini disebabkan tidak adanya

ketentuan konsumsi dan anggaran daerah untuk biaya penyimpanan serta

distribusi. Berikut kutipan hasil wawancaranya:

“Hambatannya itu menentukan berapa lama dikasihnya, berapa banyak per

hari dan tempat penyimpanan. Karena tidak ada ketentuan konsumsi di

panduannya ya. Yang saya ketahui dari Dinas (Dinkes Provinsi DKI

Jakarta) hanya kalau lebih dari 14 hari harus sudah didirikan dapur umum.

Jadi pemberiannya perkiraan saja. Kemudian tempat penyimpanan,

harusnya ada tempatnya lah untuk nyimpen, karena yang didrop kan

lumayan banyak ya, tapi di Puskesmas kecamatan dan kelurahan kan tidak

ada tempat penyimpanan khusus. Sedangkan kalau disimpan di gudang

sudin yang di Jl. Pejaten itu tidak bisa karena tidak ada handling cost (biaya

transportasi, ongkos angkut).” (Informan LH)

Pernyataan tersebut dibuktikan dengan tidak adanya dokumen perencanaan

anggaran dari Sudinkes Jakarta Selatan serta tidak adanya ketentuan konsumsi

MP-ASI biskuit dalam pedoman MP-ASI buffer stock yang telah dibuat oleh

Kemenkes.

Sedangkan hambatan yang dirasakan di tingkat kecamatan adalah belum

adanya pemberitahuan pengalihan MP-ASI jika tidak terjadi banjir di wilayah-

wilayah yang sudah diberikan MP-ASI. Selain itu, dikhawatirkan pula tanggal

kadaluarsanya sudah mau habis, sehingga MP-ASI tersebut tidak terpakai. Berikut

kutipan pernyataannya:

“Hambatannya itu kalau sudah dikasih tapi enggak ada banjir, terus barang

mau diapakan? Gitu aja, karena kadaluarsanya ternyata juga kan enggak

lama. Dan belum ada instruksi jelas juga terkait itu.”(Informan SD)

Page 89: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

68

Hambatan ini diperkuat oleh pernyataan Koordinator gizi Sudinkes Jakarta Selatan

bahwa MP-ASI biskuit tersebut hanya untuk bencana banjir, belum diperbolehkan

untuk yang lain. Berikut kutipan pernyataannya:

“Saya dikasih tahu bahwa itu jangan diperuntukkan yang lain dulu, hanya

untuk bencana (banjir) saja.” (Informan LH)

Sedangkan menurut staf Subdit Bina Konsumsi Makanan Kemenkes, jika MP-ASI

yang ditujukan untuk bencana namun tidak terjadi bencana hingga MP-ASI

tersebut hampir kadaluarsa, MP-ASI dapat diberikan kepada baduta yang

membutuhkan sebagai program penganggulangan gizi buruk. Kebijakan tersebut

dapat dibuat oleh kotamadya setempat. Berdasarkan hasil wawancara dengan

Koordinator gizi Sudinkes Jakarta Selatan, pada akhirnya, para pelaksana program

di tingkat kecamatan dan kelurahan ada juga yang melakukan pengalihan MP-ASI

bencana ini kepada baduta 2T atau BGM. Sehingga MP-ASI masih dapat

dimanfaatkan dan tidak mubazir.

5.5 Gambaran Pengorganisasian Program MP-ASI Biskuit untuk Baduta

Korban Bencana

Berdasarkan wawancara mendalam dengan koordinator Gizi Sudinkes

Jakarta Selatan, setelah perencanaan dilakukanlah pengorganisasian.

Pengorganisasian yang dilakukan adalah pemberian tugas kepada para pelaksana

program, yaitu TPG Puskesmas Kecamatan, TPG Puskesmas Kelurahan hingga

kader. Di tingkat Kota, penugasan dilakukan oleh Koordinator Gizi kepada TPG

Puskesmas Kecamatan, tugas tersebut diberikan kepada TPG sebab mereka adalah

Page 90: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

69

tenaga yang bertanggung jawab melaksanakan program gizi di wilayah mereka.

Hal ini disesuaikan dengan tupoksi para pelaksana gizi di Puskesmas masing-

masing. Setiap Puskesmas Kecamatan memiliki TPG yang bertugas untuk

mengelola dan melaksanakan program gizi. Tupoksi tersebut juga telah

disesuaikan dengan bidang pendidikan mereka, yaitu gizi.

Dalam program MP-ASI bencana ini, tugas yang diberikan kepada para

TPG tidak dibuat secara tertulis tetapi secara lisan. Di tingkat Kota, penugasan

dilakukan dalam rapat koordinasi yang diadakan oleh Koordinator gizi Sudinkes

Jakarta Selatan. Tugas tersebut adalah mengambil MP-ASI di Sudinkes Jaksel dan

mendistribusikan MP-ASI tersebut. Selanjutnya, TPG diberikan wewenang untuk

mengatur pendistribusiannya, yaitu dapat dilakukan melalui para TPG kelurahan

atau langsung kepada sasaran. Berikut kutipan pernyataannya:

“Di puskesmas yang bertanggung jawab adalah TPG, sesuai dengan

tupoksinya sebagai pengelola dan pelaksana program gizi, juga sesuai

dengan bidangnya kan, yaitu lulusan gizi. Pembagian tugasnya adalah

ketika saya terima barang, nanti saya tinggal ngomong ke TPG-TPG untuk

ngambil, terus didistribusikan. Nanti terserah mereka mau melalui

Puskesmas Kelurahan atau langsung ke lokasi, tapi teman-teman (TPG

Puskesmas Kecamatan) kebanyakan membagikan ke Kelurahan.”

(Informan LH)

Pengorganisasian ini memang tidak dilakukan secara tertulis, namun berdasarkan

hasil telaah dokumen dari profil Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru, juga

diperoleh hasil bahwa pengorganisasian dilakukan kepada TPG Puskesmas

Kecamatan yang memiliki tupoksi sebagai penanggung jawab program gizi yang

juga merupakan lulusan bidang gizi.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan TPG Puskesmas

Kecamatan Kebayoran Baru, pengorganisasian yang dilakukan dari tingkat Kota

Page 91: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

70

ke kecamatan sudah sesuai dengan pernyataan Koordintor gizi Sudinkes Jakarta

Selatan. Setelah tugas dari koordinator gizi Sudinkes Jakarta Selatan diterima TPG

Puskesmas Kecamatan kebayoran Baru, tugas tersebut selanjutnya diberikan

kepada TPG Puskesmas kelurahan, salah satunya Puskesmas Kelurahan

Petogogan. Penugasan dan pemberian wewenang yang sama juga dilakukan secara

lisan melalui telepon. Berikut kutipan pernyataannya:

“Habis itu saya juga menugaskan TPG Kelurahan yang dapet MP-ASI ini.

Kan sesuai sama jabatannya, penanggung jawab program gizi. Jadi yang

bertanggung jawab dalam pemberian MP-ASI ini TPG kelurahan

langsung, begitu banjir di situ langsung dibagikan ke keluarga tersebut.

Bisa lewat kader atau langsung ya, tapi pasti dibantu kader. Saya juga

minta nanti dibuat pencatatan jumlah MP-ASI yang diberikan.” (Informan

SD)

Menurut TPG Puskesmas Kelurahan, pengorganisasian yang dilakukan oleh

TPG Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru telah sesuai dengan pernyataaanya.

Sedangkan pembagian tugas yang dilakukan oleh TPG Puskesmas Kelurahan

Petogogan kepada para kader dilakukan secara lisan dengan mengumpulkan

mereka di puskesmas sekaligus langsung membagikan MP-ASI tersebut. TPG juga

memberikan wewenang kepada kader untuk mengatur pembagian MP-ASI

tersebut kepada balita di wilayahnya. Berikut kutipan pernyataannya:

“Kan ada 6 posyandu, saya minta mereka (kader) datang ke puskesmas.

Saya bilang ke kader, ini ada MP-ASI biskuit untuk yang kena banjir.

Tolong dikasih aja sesuai nama-nama (balita) yang pernah ibu kasih

waktu itu.” (Informan YAP)

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kasie Bimbingan dan Evaluasi

Subdit Bina Konsumsi makanan Kemenkes RI, diketahui bahwa pengorganisasian

di tingkat Kemenkes tertera dalam panduan pengelolaan MP-ASI buffer stock

tahun 2010 dan 2011. Pengelolaan MP-ASI buffer stock saat ini dilakukan oleh

Page 92: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

71

pusat. Provinsi, kotamadya dan sebagainya bertugas melakukan pengajuan MP-

ASI sesuai kebutuhan mereka, mendistribusikan, melakukan pemantauan serta

pencatatan dan pelaporan. Sosialisasi, termasuk pembagian buku panduan telah

dilakukan oleh Kemenkes kepada Dinas Kesehatan Provinsi pada tahun 2010.

Akan tetapi, penugasan dari Kemenkes terkait pemantauan dan pelaporan hasil

kegiatan luput dilakukan. Sehingga penugasan untuk melakukan pengawasan dan

pelaporan hasil kegiatan juga tidak dilakukan hingga tingkat kelurahan.

Selain karena belum adanya penekanan untuk melakukan pemantauan dan

pelaporan hasil kegiatan pemberian MP-ASI ini, hambatan lain yang ditemui

dalam melakukan pembagian tugas kepada para tenaga pelaksana ialah kordinator

gizi Sudinkes Jakarta Selatan belum menerima petunjuk pelaksanaan dan teknis

(juklak juknis) Kemenkes terkait program ini, sehingga beliau merasa belum

begitu jelas ketentuan pengorganisasiannya. Hal ini dikarenakan beliau baru

menjabat sebagai koordinator gizi Sudinkes Jakarta Selatan awal tahun 2012,

sedangkan sosialisasi program MP-ASI buffer stock oleh Kemenkes sudah

dilakukan pada tahun 2010, sehingga yang mendapat sosialisasi program tersebut

dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta adalah koordinator gizi yang

sebelumnya. Oleh sebab itu, tugas yang ia berikan kepada TPG Kecamatan tidak

mengacu pada juklak juknis tetapi disesuaikan dengan tujuan program yaitu

memberikan MP-ASI kepada baduta yang menjadi korban bencana banjir di

Jakarta Selatan. Sedangkan pembagian tugas di tingkat kecamatan dan kelurahan

mengikuti tugas dari tingkat Kota. Kemudian berdasarkan telaah dokumen,

pedoman MP-ASI buffer stock tersebut tidak ditemukan di tingkat Kota hingga

Page 93: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

72

kelurahan, sehingga ketentuan-ketentuan terkait program ini tidak dapat diketahui

secara lengkap.

5.6 Gambaran Penggerakan Program MP-ASI Biskuit untuk Baduta Korban

Bencana

Berdasarkan wawancara dengan Kasie Bimbingan dan Evaluasi Subdit Bina

Konsumsi makanan Kemenkes RI, setelah permintaan MP-ASI diterima oleh pusat

kemudian disesuaikan dengan stok MP-ASI yang ada. Melihat stok MP-ASI masih

cukup, maka dikeluarkanlah MP-ASI sebanyak 1 ton untuk Jakarta Selatan sesuai

permintaan yang diajukan. MP-ASI tersebut langsung disitribusikan ke tingkat

kota karena prinsip pendistribusian dapat dilakukan hingga tingkat kota dan untuk

wilayah DKI Jakarta pendistribusian memang bisa dilakukan hingga tingkat kota

agar lebih efisien. Berikut kutipan pernyataannya:

“Kita terima permintaan MP-ASI untuk Jakarta Selatan, setelah ada

persetujuan kemudian kita drop. Sebenarnya prinsipnya kita bisa ngirim

sampai lokasi paling jauh itu sampai tingkat kota, selama kita ada anggaran

distribusinya. Untuk wilayah DKI Jakarta bisa langsung ke kotamadya,

enggak masalah, karena pertimbangan biaya dan agar lebih efisien juga ya.

Tapi kalau distribusi ke sasaran itu wewenang pemerintah daerah, silakan

bikin kebijakan sendiri.” (Informan MS)

Pendistribusian tersebut sesuai dengan hasil wawancara mendalam dengan

Koordinator gizi Sudinkes Jakarta Selatan bahwa distribusi memang dilakukan

oleh Kemenkes. Kemenkes, melalui rekanannya dan dengan berkoordinasi dengan

Dinas Provinsi DKI Jakarta, langsung mendistribusikan MP-ASI ke kantor

Sudinkes Jakarta Selatan. Hal ini karena tidak ada anggaran untuk penyimpanan di

Page 94: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

73

gudang serta agar memudahkan pendistribusian kepada Puskesmas Kecamatan.

Berikut kutipan pernyataannya:

“Jadi dari kementerian lewat rekanannya, terus dikoordinasikan ke dinas

provinsi untuk langsung didrop ke sudin, nah nanti dinas provinsi hubungi

kita, terus langsung dianter ke kita. Kalau yang 1 ton sekarang ini karena

enggak ada anggaran penyimpanan dan distribusi, jadi langsung didrop ke

kantor aja. Kalau di gudang kan nanti kalau Puskesmas mau ambil susah

kan, karena gudangnya enggak jadi satu dengan Sudin.” (Informan LH)

Pelaksanaan pendistribusian di tingkat Kota telah sesuai perencanaan singkat

yang disusun, yaitu membagikan secara merata dan sesegera mungkin setelah

menerima barang. Berdasarkan telaah dokumen melalui tanda terima dan surat

pengiriman MP-ASI, dari 1 ton atau sebanyak 143 dus MP-ASI biskuit yang

diterima, dibagikan secara merata kepada semua Puskesmas Kecamatan, yaitu

sebanyak 14-18 dus MP-ASI. Pendistribusian tidak dilakukan oleh Sudinkes

Jakarta Selatan, tetapi pihak Puskesmas Kecamatan yang mengambil MP-ASI

tersebut.

Begitu pula dengan pelaksanaan pendistribusian MP-ASI di tingkat

kecamatan, bahwa telah sesuai dengan perencanaan teknis yang dilakukan dan

telah sesuai dengan dokumen tanda terima distribusi MP-ASI biskuit.

Pendistribusiannya dilakukan langsung kepada puskesmas-puskesmas kelurahan

yang memiliki daerah rawan banjir. Di Puskesmas Kelurahan, TPG yang

bertanggung jawab dalam pemberian kepada keluarga balita. Berikut kutipan

pernyataannya:

“Kita ambil barang (MP-ASI) sebanyak 14 dus ke Sudin pakai ambulans,

terus langsung dibagikan ke 3 Puskesmas Kelurahan yang rawan banjir,

karena kita juga enggak ada tempat buat nyimpen. Instruksinya hanya via

telepon ke TPG. Sasarannya ya baduta di wilayah banjir itu. Diberikannya

hanya saat banjir dan harusnya pas banjir ya. Nanti Bu YAP (TPG

Page 95: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

74

Puskesmas Kelurahan Petogogan) yang kasih ke keluarga balita, bisa juga

dibantu kader ya. Satu anak dapet 1 pak yang isinya 7 bungkus. Itu untuk 1

minggu, jadi 1 bungkus untuk makan 1 hari. Kalau pun nimbul banjir lagi,

ya dikasih lagi kalau stok masih ada, dan kalau kurang di sini masih ada

kok, tapi biasanya sebelum diminta, saya udah tau, nanti kita kasih dari stok

kita, atau misal dari Cipete Utara kan belum dipakai, ini bisa kita alihkan ke

sana.” (Informan SD)

Pendistribusian di tingkat kelurahan juga telah sesuai dengan perencanaan

yang dibuat, yaitu membagi rata MP-ASI yang diterima kepada seluruh kader di

wilayah rawan banjir. MP-ASI yang diberikan pun sesuai dengan pernyataan TPG

Puskesmas Kelurahan Petogogan dan kader, serta sesuai dengan dokumen tanda

terima distribusi MP-ASI. MP-ASI yang diberikan kepada setiap kader sebanyak 4

pak atau sebanyak 28 bungkus. Sedangkan sisa 2 buah dus MP-ASI yang

direncanakan untuk antisipasi banjir lagi, kemudian diberikan kepada Posyandu

lain karena banjir tidak terjadi lagi dan dengan pertimbangan tanggal kadaluarsa

yang tidak lama lagi dan agar MP-ASI tersebut tidak mubazir. Setelah dibagikan

kepada para kader, mereka yang menentukan pembagiannya kepada para ibu

balita. Berikut kutipan pernyataannya:

“Dari 5 dus yang saya dapet, 3 dus dikasih ke 3 RW yang kena banjir. Aku

bagiinnya itu samain aja sih, kan ada 6 posyandu, jadi setiap posyandu aku

kasih 28 roll (4 pak). Nah terus kan sisa 2 dus, aku bagiin ke tempat lain

yang enggak kena banjir tapi disana ada juga balita BGM-nya, habis saya

rasa perlu juga, dan dari pada expired numpuk disini. Setelah diberikan,

nanti terserah kader ngebagiin ke balitanya.”(Informan YAP)

Hambatan yang ditemukan dalam pelaksanaan pemberian MP-ASI ini adalah

belum adanya ketentuan konsumsi, sehingga pelaksanaannya di lapangan bisa

dilakukan ketika banjir atau bahkan lain waktu. Sasaran yang diberikan pun bisa

terjadi bukan hanya yang usia 6-24 bulan, melainkan semua balita. Begitu pula

porsi pemberian MP-ASI, ada yang membagikan rata kepada seluruh balita sesuai

Page 96: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

75

MP-ASI yang diterima dan ada juga yang membagikannya kepada baduta BGM

sebanyak 7 bungkus untuk konsumsi 7 hari. Hal ini dikarenakan bencana tidak

bisa diprediksi. Selain itu, anak usia di bawah 6 bulan juga diberikan MP-ASI

biskuit ini. Hal ini terjadi karena petugas tidak ingin para ibu balita saling iri.

Pertimbangan lainnya adalah karena mereka termasuk kelompok rentan yang perlu

diberikan bantuan pangan juga.

Berdasarkan wawancara dengan para kader, diketahui bahwa pelaksanaan

pemberian MP-ASI dilakukan di Posyandu setelah banjir surut, sebab banjir yang

terjadi cukup besar sehingga ketika banjir mereka tidak bisa dan tidak berani

keluar rumah. Model pembagian MP-ASI di setiap posyandu berbeda-beda, ada

yang membagi rata kepada semua balita yang menimbang di posyandu dengan

pertimbangan agar semuanya mendapat tambahan makanan yang sama, selain itu

juga para ibu balita tidak saling iri dan karena di wilayah mereka tidak ada balita

BGM. Pembagian secara merata ini dilakukan di Posyandu Kenanga, Dahlia,

Kuntum Mekar dan Melati. Berikut kutipan pernyataannya:

“Kita dikasih Bu YAP (TPG Puskesmas Kelurahan Petogogan) di

Puskesmas, sama semua dapetnya, dapet 4 pak. Model bagiiinya beda-beda

ya, terserah kita. Di sini (Posyandu Kenanga) semua balita usia 0-5 tahun

yang nimbang dapet biskuit itu. Balitanya kan ada 83 balita, saya bagi rata

semua. MP-ASI itu saya bukain, terus saya bungkusin kecil, isinya 3 atau 4

keping. Nanti 3 atau 4 keping itu dimasukin ke plastik, trus kita tambah susu

biar banyakan dapetnya. Pokoknya kita kasih aja semuanya. Biar enggak

pada ngiri. Saya bilangin ke ibunya supaya dimakan anaknya.” (Informan

NR)

“Saya bagiinya di Posyandu setelah banjir surut, soalnya pas banjir enggak

bisa keluar rumah. Banjirnya cukup besar ya sampe hampir sedada. MP-

ASI-nya dikasih ke anak usia yang sesuai tulisan di bungkusnya itu. Di sini

ada 28 balita, sesuai dengan yang kita terima, ada 28 bungkus. Jadi semua

dapat.” (Informan ET)

Page 97: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

76

“Ngasihnya pas udah selesai banjir, gimana mau bagiin ya, takut hanyut

kita. Kita kasih di posyandu aja pas besokannya. Bagiinnya rata, kan

dapetnya 4 pak yang gede, 28 bungkus kan enggak cukup, jadi, 2 bungkus

dibagi buat 3 orang. Tapi 68 balita di sini dapet semua. Pokoknya dibagi

rata lah. Nah pas ngasih mereka mah enggak pakai kita bilangin lagi ya,

soalnya udah pernah dapet, terutama buat yang BGM.” (Informan A)

“Dari 4 pak yang kita dapet, kita bukain, kita masukin ke plastik kiloan, 1

plastik 5 biji biskuit isinya. Nanti kita tambahin susu sama pisang. Karena di

sini kan banyak balitanya ada 115 balita. Tapi kita enggak ada yang BGM,

jadi kita bagiin semua rata, semua dikasih. Semua umur 0- 5 tahun dapet.

Aku lupa Bu YAP (TPG Puskesmas Kelurahan Petogogan) bilangnya apa,

pokoknya dibagiin habis itu aja. Pas ngasih saya bilang: Abisin ya bu. Tapi

rata-rata pada langsung dimakan sih, apalagi dapetnya dikit, bisa langsung

habis.” (Informan TH)

Berdasarkan wawancara mendalam dengan para ibu baduta di masing-masing

Posyandu, pelaksanaan pemberian MP-ASI tersebut telah sesuai dengan yang

disampaikan oleh para kader. Jumlah yang mereka terima pun sesuai dengan

pernyataan tersebut.

Sedangkan di Posyandu Anggrek dan Seruni, MP-ASI tersebut diberikan

kepada anak usia 12-24 bulan dan baduta BGM. Dengan pertimbangan bahwa

mereka lebih membutuhkan dibanding baduta yang bergizi baik. Di Posyandu

Anggrek, jika baduta BGM tidak hadir ketika penimbangan di posyandu, maka

MP-ASI diantar langsung kerumah baduta tersebut. Sedangkan di Posyandu Seruni

dibagikan di Posyandu. Berikut kutipan pernyataannya:

“Dapat dari Bu YAP (TPG Puskesmas Kelurahan Petogogan) 4 pak gede.

Saya bagiiinya di posyandu. Kalau dia enggak datang ke posyandu saya

kasih kerumahnya. Saya kasih ke anak usia sesuai tulisan di bungkusnya aja.

Karena dapetnya sedikit, cuma berapa pak, jadi kita pilihin, pokoknya

diutamakan yang BGM dan kurus. Saya kasih ke Bu R (Ibu dari balita

kurus) 2 pak, 2 nya lagi dibagiinya ke Bu RN dan Bu W (Ibu dari balita

BGM). Tapi pas kita kasih, kita bilangin harus dihabisin dan dimakan

anaknya.” (Informan SU)

Page 98: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

77

“Kita utamain umur 2 tahun itu, kalau sisa, kita kasih yang BGM, jadi dia

dapet banyakan. Kalau ngasih, semua pengennya kita kasih, tapi ini kan

untuk 12-24 bulan, jadi kita kasih ke mereka aja, yang di atas enggak

dikasih, mereka dapetnya biskuit yang kita beli sendiri pakai duit kaleng

(swadaya). Kalau kata Bu YAP (TPG Puskesmas Kelurahan Petogogan) kan

harus habis 1 bungkus 1 hari, cuma kita enggak mendetil bilang ke ortunya

itu.” (Informan MT)

Dengan model pembagian seperti itu, para kader mengaku tidak mengalami

hambatan. Bagi mereka yang terpenting mereka dapat menjalankan tugas dengan

membagi habis semua MP-ASI kepada balita di wilayah mereka. Ibu Balita yang

mendapat MP-ASI juga merasa senang bisa mendapat bantuan tambahan makanan

untuk balitanya yang sudah terjamin kandungan gizinya. Berikut kutipan

pernyataannya:

“Aku dapat dari Bu SU (kader Posyandu Anggrek Dapatnya 2 bungkus

gede. Dia bilang ke saya harus dihabisin, jangan emaknya yang makan.

Anak saya mau sih makannya. Dicampur air, kan enak tuh jadi empuk,

lagian itu kan rasa susu juga ya. Ini mah pasti bagus gizinya, lumayan mbak

buat tambahan makanan, buat ngemil si adik (balitanya) juga. Soalnya saya

mah tetep ngasih nasi juga.” (Informan R)

Perbedaan pendistribusian tersebut disebabkan kader diberi kebebasan oleh

TPG kelurahan untuk membagikan kepada balita di wilayahnya sesuai MP-ASI

yang diberikan. Selain itu juga disebabkan oleh belum adanya ketentuan konsumsi

MP-ASI biskuit bagi korban bencana. Berdasarkan wawancara dengan Kasie

Bimbingan dan Evaluasi Subdit Bina Konsumsi makanan Kemenkes RI, diketahui

bahwa buku panduan pengelolaan program MP-ASI buffer stock telah dibuat dan

dikeluarkan pada tahun 2010. Pedoman tersebut juga sudah disebarkan kepada

Dinas Kesehatan Provinsi ketika rapat koordinasi pada tahun 2010. Hingga saat

ini, belum dilakukan sosialisasi kembali terhadap buku pedoman yang terbaru,

yaitu tahun 2011. Hal ini disebabkan hampir semua dari isi buku panduan tersebut

Page 99: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

78

sama, hanya ditambahkan bagan alur distibusi MP-ASI. Akan tetapi, berdaasrkan

telaah dokumen, pedoman MP-ASI tersebut belum merinci hingga ketentuan

konsumsi MP-ASI yang meliputi porsi konsumsi per hari dan lama waktu

pemberian. Berikut kutipan hasil wawancaranya:

“Sosialisasi secara lisan sudah ya. Panduan MP-ASI buffer stock kita juga

punya dan sudah kita sebarkan ke dinas provinsi ketika rapat koordinasi

tahun 2010. Buku pedoman ini juga sudah ada yang baru, yaitu tahun 2011,

tapi belum ada sosialisasi lagi karena tidak ada perubahan. Untuk ketentuan

konsumsi tidak ada di sini (buku pan duan pengelolaan MP-ASI buffer

stock)ya, sebenarnya kan itu ada di pedoman MP-ASI yg reguler (MP-ASI

untuk baduta gakin) dan kita masih menggunakan pedoman MP-ASI yang

lama untuk itu. Kita belum ada rencana untuk melakukan sosialisasi lagi,

karena sudah dilakukan pada waktu itu. Kita juga belum ada rencana untuk

melakukan publikasi pedoman MP-ASI buffer stock ini ke perpustakaan,

sedangkan ini mendesak saja buatnya waktu itu, yang penting untuk buffer

stock ini kita ada dasarnya, petunjuk teknisnya ini lho, jadi ada aturannya,

enggak sembarangan saja.” (Informan MS)

Berdasarkan hasil observasi, produk biskuit MP-ASI yang diberikan oleh

Kemenkes telah sesuai dengan produk MP-ASI yang direncanakan. Produk

tersebut adalah produk MP-ASI biskuit dengan model pelabelan kemasan yang

telah sesuai dengan ketentuan pelabelan menurut Kemenkes. Pendistribusian

produk dikemas dalam dus, dimana 1 dus berisi 4 pak, dan setiap pak berisi 7

bungkus MP-ASI biskuit.

MP-ASI biskuit tersebut dikemas dengan metalized plastic berwarna silver

yang bertuliskan MP-ASI. Pada kemasan metalized plastic tersebut bertuliskan:

a. Nama Produk: “MP-ASI biskuit” disertai lambang Kemenkes dan logo

halal Majelis Ulama Indonesia (MUI)

b. Keterangan berat bersih sebesar 120 gram

c. Nama dan alamat produsen

Page 100: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

79

d. Daftar bahan (Komposisi):

Tepung terigu, gula, minyak nabati, susu bubuk, bahan pengembang

(Natrium bikarbonat, Amonium bikarbonat), pengemulsi (lesitin

kedelai), garam, perisa susu, premix vitamin dan mineral.

e. Kandungan gizi per 100 gram = energi total 180 kkal

f. Informasi gizi:

- Ukuran takaran saji = 4 keping

- Jumlah sajian perkemasan = 3

- persentase AKG per takaran saji

g. Petunjuk penyimpanan sebelum dan sesudah kemasan dibuka

Setelah digunakan, tutup rapat dan masukkan ke dalam wadah kering,

bersih dan tertutup. Simpan di tempat sejuk dan kering. Jangan

dimakan bila biskuit telah berubah warna, bau dan rasanya secara

mencolok.

h. Tanggal kadaluwarsa: “Baik digunakan sebelum tanggal … bulan …

tahun …”

i. Kode produksi

j. Nomor pendaftaran pangan (registrasi) BPOM …

k. Pesan “Hanya untuk anak 12 – 24 bulan”

l. Tulisan “GRATIS”

Kemasan tersebut telah sesuai dengan ketentuan kemasan dan pelabelan

dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

224/Menkes/SK/II/2007 tentang Spesifikasi Teknis Makanan Pendamping Air

Page 101: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

80

Susu Ibu (MP-ASI) Biskuit untuk Anak 12 – 24 Bulan. Kemasan MP-ASI biskuit

tersebut tergambar pada gambar 5.1.

Gambar 5.1

Kemasan MP-ASI Biskuit

Koordinator gizi Sudinkes Jakarta Selatan mendapat informasi seputar

program MP-ASI ini secara lisan ketika rapat koordinasi di Dinas Kesehatan

Provinsi DKI Jakarta. MP-ASI ini diberikan kepada baduta di daerah bencana.

Ketentuan konsumsi MP-ASI ini adalah 1 bungkus untuk 1 hari dan dapat

diberikan sampai paling lama 14 hari jika cukup, karena setelah itu harus dibuat

dapur umum. Instruksi yang diberikan koordinator gizi Sudinkes Jakarta Selatan

kepada para TPG juga secara lisan ketika rapat program gizi di Sudin. Informasi

yang diberikan pun sama, yaitu sasarannya adalah baduta dan diberikan selama

banjir dengan ketentuan konsumsi 1 bungkus per hari.

Akan tetapi, berdasarkan informasi yang diperoleh dari para informan,

sosialisasi dari pelabelan kemasan tersebut tidak dilakukan, sedangkan informasi

tersebut dapat dijadikan petunjuk dalam melaksanakan pemberian porsi makan.

Oleh sebab itu, hanya ada beberapa kader yang memperhatikan tulisan tersebut

sebagai petunjuk pemberian kepada sasaran. Berikut kutipan hasil wawancaranya:

“Saya bagiinya ke anak 12-24 bulan doang, kan ada tulisannya di

bungkusnya.” (Informan SU)

Page 102: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

81

“Pas saya lihat ada tulisan hanya untuk anak 12-24 bulan di bungkusnya, ya

saya kasihnya ke mereka aja.” (Informan MT)

Penggerakan yang dilakukan oleh TPG Puskesmas Kecamatan Kebayoran

Baru kepada TPG Puskemas Kelurahan Petogogan telah sesuai dengan pernyataan

TPG Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru saat wawancara mendalam, yaitu

bahwa penggerakan hanya dilakukan secara lisan melalui telepon. Penggerakan

secara lisan juga dilakukan TPG Puskesmas Kelurahan Petogogan kepada Kader

Posyandu. Beliau selalu mengingatkan kader agar selalu membuat catatan dalam

setiap kegiatan posyandu. Menurut para kader posyandu, penggerakan yang

dilakukan oleh TPG Puskesmas Kelurahan Petogogan kepada para kader telah

sesuai dengan pernyataannya, bahwa penggerakan hanya dilakukan secara lisan

dengan meminta para kader datang ke Puskesmas.

Berdasarkan wawancara dengan TPG Puskesmas Kelurahan Petogogan,

dalam menggerakan kader juga terdapat sedikit kendala, karena setiap kader

memiliki kepribadian dan tingkat pendidikan yang berbeda-beda. Akan tetapi,

sejauh ini TPG Puskesmas Kelurahan Petogogan masih bisa mengatasi dan

menjaga hubungan baik dengan para kader tersebut agar mereka tetap dapat

membantu pelaksanaan program Puskesmas dengan baik juga. Berikut kutipan

pernyataannya:

“Sebenarnya enggak ada masalah yang terlalu gimana sih sampai sekarang,

karena hubungan ke kader juga masih bagus. Tapi yang namanya kader kan

beda-beda orang, ada yang mudah dibilangin ada yang enggak. Jadi

sebisanya kita aja menjaga hubungan baik dengan mereka. Misalnya untuk

MP-ASI ini, makanya saya bagi rata aja, biar enggak ada iri-irian, karena

dulu pernah ada yang enggak saya kasih, terus minta, akhirnya untuk

sekarang ini saya bagi rata aja, yang penting berdasarkan nama balitanya

dan ada datanya.” (Informan YAP)

Page 103: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

82

5.7 Gambaran Pengawasan Program MP-ASI Biskuit untuk Baduta Korban

Bencana

Berdasarkan wawancara mendalam dengan TPG Puskesmas Kelurahan

Petogogan, pengawasan belum dilaksanakan. Pengawasan tidak dilakukan karena

selain MP-ASI yang terlalu sedikit juga karena berlandaskan rasa kepercayaan

kepada para kader. Berikut kutipan pernyataannya:

“Enggak ada pengawasan karena sangat sedikit sekali, begitu dikasih bias

langsung habis di tempat ya. Dan saya azas kepercayaan aja sih ya ke

mereka (kader).” (Informan YAP)

Begitu pula di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru, pengawasan belum

dilaksanakan karena TPG Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru memberikan

kepercayaan yang tinggi terhadap TPG Puskesmas Kelurahan dan kader dalam

melaksanakan program ini.

Demikian juga pengawasan kepada ibu baduta dan badutanya baik dari TPG

Puskesmas Kelurahan Petogogan maupun kader, pengawasan tidak dilakukan

karena tidak ada instruksi untuk melakukan pengawasan dan selain itu setiap

baduta mendapat MP-ASI biskuit yang sedikit sehingga setelah mendapat biskuit

tersebut bahkan dapat segera habis dimakan saat itu juga. Berikut kutipan hasil

wawancaranya:

“Pengawasan dari saya (TPG) dan kader ke ibu balita untuk banjir ini

enggak ada ya, karena instruksinya juga enggak jelas. Pokoknya setelah

dibagikan, mereka terima, ya sudah. Enggak ada pemantuan seperti MP-ASI

yang untuk 90 hari itu ya.” (Informan YAP)

“Enggak ada. Karena kita cuma disuruh bagiin.” (Informan ET)

“Kita cuma kasih aja, enggak ngawasin ke rumah. Orang Cuma dikit

dapatnya.” (Informan TH)

Page 104: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

83

“Enggak ada. Cuma sedikit mba dapatnya. Malah bisa langsung dimakan di

Posyandu sama mereka.” (Informan NR)

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu baduta yang mendapat MP-ASI, mereka

juga mengaku bahwa tidak ada pengawasan dari kader dan TPG Puskesmas.

Berikut kutipan hasil wawancaranya:

“Enggak ada pengawasan.” (Informan RY)

“Pengawasannya enggak ada. Habis dikasih ya udah.” (Informan R)

Berdasarkan wawancara dengan Kasie Bimbingan dan Evaluasi Subdit Bina

Konsumsi makanan Kemenkes RI, diketahui bahwa pengawasan seharusnya

dilakukan oleh petugas kesehatan di tingkat kabupaten hingga bawah. Pengawasan

tersebut perlu dilakukan agar pelaksanaan konsumsi MP-ASI sesuai prosedur

sehingga dapat memberikan manfaat kepada sasaran. Berikut kutipan

pernyataannya:

“Seharusnya petugas kesehatan di tingkat kabupaten ke bawah yang awasin

untuk melihat ke sasaran.”

Sedangkan berdasarkan wawancara mendalam dengan koordinator Gizi

Sudinkes Jakarta Selatan, sejauh ini belum dilakukan pengawasan kepada TPG

Puskesmas Kecamatan terkait program MP-ASI biskuit untuk bencana, termasuk

salah satunya pada saat pelaksanaan program tersebut di Kelurahan Petogogan.

Pengawasan belum dilakukan karena belum ada rencana untuk melakukan

pengawasan. Hal ini juga diperkuat dengan tidak adanya pedoman untuk

melakukan pengawasan. Selain itu dikarenakan tidak semua wilayah terkena

bencana pada waktu yang dan adanya rasa kepercayaan yang tinggi pada petugas

di Puskesmas dan kader. Berikut kutipan hasil wawancaranya:

Page 105: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

84

“Sejauh ini kita memang agak lemahnya di situ ya. Sampai sekarang belum

ada pengawasan untuk pemberian MP-ASI bencana ini. Pertama karena

kejadian bencana ini kan beda-beda, ada yang di sini banjir, di sana enggak

kita juga enggak ditekankan untuk itu, kemudian karena kita percaya aja sih

sama TPG dan kadernya untuk bertanggung jawab dalam memberikan MP-

ASI ke ibu balita. Karena yang bagiin kan TPG kelurahan langsung dan

mungkin dibantu kadernya juga. Tapi seharusnya ada pengawasan dari

Sudin ke Kecamatan, nanya sudah sampai belum, dikasihnya ke kelurahan

mana, cuma sejauh ini belum dilaksanakan. Tapi kalau untuk di lokasi,

seharusnya ada pengawasan dari TPG puskesmasnya ya.” (Informan LH)

Tidak adanya pengawasan ini diperkuat dengan hasil telaah dokumen bahwa tidak

ditemukannya dokumen yang digunakan dalam melakukan pengawasan seperti

lembar pengecekan tempat penyimpanan MP-ASI, pendistribusian MP-ASI dan

konsumsi MP-ASI.

5.8 Gambaran Penilaian Program MP-ASI Biskuit untuk Baduta Korban

Bencana

Berdasarkan wawancara di tingkat kecamatan dan kelurahan, pencatatan

sudah dilakukan melalui tanda terima, namun pelaporan dan evaluasi belum

dilaksanakan karena belum ada instruksi untuk melaporkan hasil kegiatan

pemberian ini. Berikut kutipan pernyataannya:

“Kalau untuk bencana ini cuma dari tanda terima aja. Evaluasinya belum,

saya belum ngecek karena memang belum ada laporan yang jelas ya.

Kebetulan juga dari Sudin belum ada review. Tapi biasanya kalau ada rapat

atau pertemuan baru diminta. Sekarang belum diminta, jadi saya juga belum

tau barang (MP-ASI) di sana (Petogogan) gimana karena memang belum

ada pelaporan ya. Cuma setahu saya di sana sudah terpakai semua.”

(Informan SD)

“Penilaian dan pelaporan belum ya. Karena enggak ada instruksi kalau

harus melapor. Saya juga enggak diminta sama Bu SD (TPG Puskesmas

Kecamatan Kebayoran Baru), yang penting udah dikasih ya sudah. Paling

tahunya udah nyampe itu ya dari tanda terima aja.” (Informan YAP)

Page 106: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

85

Sedangkan pencatatan di kader tidak lengkap. Selain karena kader merasa

tidak mendapat instruksi untuk melapor, juga karena beberapa kekurangan, seperti

hilangnya catatan ketika banjir dan tercampurnya catatan dengan catatan yang lain.

Berikut kutipan pernyataannya:

“Enggak pernah lapor. Bu YAP (TPG Puskesmas Kelurahan Petogogan)

juga enggak minta, kalau habis dikasih ya udah, di posyandu juga enggak

minta. Dia juga kalau di posyandu ribet, banyak kerjaannya. Lagian catatan

saya hilang. Kalau banjir udah kebingungan, maen bruk-bruk ja.

Kemarenan kan enggak lama ini banjir tuh, saya berbenah sendirian, jadi

enggak tahu dah catatannya kemana.” (Informan SU)

“Tapi kalau data MP-ASI ini, belum ya. Kita juga enggak diminta ngelapor.

Kalau catatan, hambatannya paling itu karena banjir, jadi kadang suka

kecampur, keselip, gitu. Karena kan kita kader juga ngerjain Dasa Wisma,

RW siaga, PKK, PAUD, jadi kader keder dah.” (Informan MT)

Di tingkat kota, hambatan yang ditemukan yaitu sulitnya melakukan

permintaan laporan. Hal ini disebabkan tidak semua wilayah terkena bencana

banjir pada waktu yang sama. Selain itu juga karena pada saat memberikan

instruksi, koordinator gizi Sudinkes Jakarta Selatan tidak menekankan kepada

petugas di Puskesmas untuk membuat tanda terima dan laporan hasil kegiatan,

sehingga mereka tidak melakukannya. Tidak dilakukannya evaluasi program ini

diperkuat dengan hasil telaah dokumen bahwa tidak ada dokumen yang

dipergunakan sebagai alat untuk melakukan evaluasi program, tidak ada dokumen

yang telah dilaporkan dan dokumen yang menyatakan hasil pembandingan anatara

hasil kegiatan pemberian MP-ASI biskuit ini dengan ketentuan dan target

program.

Pernyataan-pernyataan dari tingkat bawah tersebut sama dengan hasil

wawancara dengan Kasie Bimbingan dan Evaluasi Subdit Bina Konsumsi

Page 107: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

86

makanan Kemenkes RI, yaitu diketahui bahwa sejauh ini penilaian program ini

belum dilakukan karena belum ada pelaporan dari tingkat bawah. Hal ini

disebabkan oleh kurangnya penekanan kepada petugas pelaksana untuk

mengirimkan laporan hasil kegiatan pemberian MP-ASI bencana ini. Berdasarkan

wawancara dengan koordinator Gizi Sudinkes Jakarta Selatan, penilaian belum

dilakukan. Pencatatan dilakukan melalui tanda terima yang telah dibuat pada saat

pembagian MP-ASI kepada para petugas Puskesmas kecamatan. Sedangkan untuk

pelaporan belum dilakukan karena belum ada permintaan dari Dinas Kesehatan

Provinsi DKI Jakarta untuk melaporkan hasil program MP-ASI bencana ini.

Berikut kutipan pernyataannya:

“Evaluasinya belum, paling pencatatan dan pelaporan aja. Pencatatan sih

ada dari tanda terima. Sudin buat tanda terima untuk bukti dari Sudin ke

Kecamatan, nanti Kecamatan buat sendiri untuk ke Kelurahan, nanti

Kelurahan buat sendiri untuk ke lokasi kejadian atau untuk RT/RW

setempat. Kalau pelaporannya seharusnya berjenjang aja, kelurahan lapor

ke kecamatan, kecamatan lapor ke saya, nanti saya ke Dinas. Yang dilaporin

jumlah yang diberikan aja, ke kelurahan mana aja, tidak sampai berapa

balita dan 1 balita dapet berapa. Nah, sampai sekarang saya belum minta

laporan dari bawah, karena belum ada permintaan dari Dinas. Jadi, kalau

Dinas minta karena Kementrian minta, baru kita bikin pelaporannya.”

(Informan LH)

Page 108: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

87

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat keterbatasan, yaitu tidak adanya pembedaan

pertanyaan wawancara mendalam di tingkat Kemenkes dan organisasi pelaksana

tingkat bawah, sehingga infomasi yang diperoleh kurang mendalam, khususnya di

tingkat kemenkes sebagai perencana strategis program ini.

6.2 Gambaran Perencanaan Program MP-ASI Biskuit untuk Baduta Korban

Bencana

Dalam penelitian ini, perencanaan adalah upaya untuk merumuskan

tujuan, target, sasaran dan kegiatan dalam program pemberian MP-ASI di lokasi

bencana. Dari hasil wawancara mendalam terhadap para informan, perencanaan

dilakukan dari tingkat Kemenkes hingga Posyandu. Perencanaan yang dilakukan

oleh Subdit Bina Konsumsi Makanan Kemenkes RI adalah penyusunan tujuan,

sasaran, target, hingga prosedur pelaksanaan program. Menurut Muninjaya (2004)

dan Siagian (2012), rencana yang baik dapat menjawab pertanyaan Apa, Dimana,

Siapa, Kapan, Bagaimana dan Mengapa. Rencana yang dibuat dalam program ini

telah dapat menjawab keenam pertanyaan tersebut, yaitu:

a. Apa – program ini adalah program MP-ASI biskuit diberikan kepada

baduta usia 6-24 bulan di daerah rawan gizi atau bencana untuk

mengantisipasi agar balita tersebut tidak mengalami gizi kurang serta

Page 109: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

88

mempertahankan status gizi balita yang sudah baik. Target persentase

MP-ASI buffer stock di daerah bencana ialah sebesar 100 %. Persentase

ini dijabarkan dengan penghitungan jumlah MP-ASI yang diadakan

dibagi dengan jumlah buffer stock MP-ASI yang diperlukan untuk

antisipasi situasi darurat akibat bencana, KLB gizi dan situasi sulit

lainnya.

b. Dimana – dilaksanakan di seluruh daerah rawan gizi dan bencana di

seluruh Indonesia, jika ada permintaan dari daerah tersebut.

c. Siapa – MP-ASI diberikan kepada anak usia 6-24 bulan gizi kurang di

daerah rawan gizi/keadaan darurat/bencana.

d. Kapan – program MP-ASI buffer stock dilaksanakan tahun 2010 hingga

2014. MP-ASI dikeluarkan jika ada permintaan dari stakeholder tempat

kejadian bencana.

e. Bagaimana – MP-ASI didistribusikan secara berjenjang dari pusat ke

provinsi atau bisa langsung ke tingkat kota sesuai permintaan.

f. Mengapa – karena Indonesia merupakan wilayah rawan bencana alam.

Bencana tersebut mengakibatkan permasalahan kesehatan dan gizi. Bayi

dan anak merupakan kelompok rentan yang perlu mendapat perhatian

saat terjadi bencana. Selain itu karena program MP-ASI reguler untuk

baduta gakin dan gizi kurang sudah dikelola sendiri oleh Puskesmas

dengan menggunakan dana BOK.

Menurut Siagian (2012), rencana yang baik harus disertai oleh suatu

rincian yang cermat. Dengan kata lain, suatu rencana tidak hanya merupakan

Page 110: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

89

keputusan tentang apa yang akan dikerjakan di masa depan, tetapi juga merupakan

petunjuk operasionalisasinya. Sedangkan Kemenkes belum membuat petunjuk

teknis pelaksanaan yang lengkap yang memuat ketentuan konsumsi dan teknis

pemantauan kepada sasaran. Muninjaya (2004) berpendapat bahwa tanpa ada

perencanaan yang tersusun lengkap, maka tidak lengkap pula kejelasan kegiatan

yang akan dilaksanakan dan akan berakibat pada pelaksanaan fungsi manajemen

lainnya.

Tidak adanya ketentuan konsumsi MP-ASI ini membuat para pelaksana

program di tingkat bawah berusaha melaksanakannya sebaik mungkin dengan cara

mereka sendiri. Ada yang berencana membagikan secara merata, sehingga setiap

anak hanya mendapat sedikit MP-ASI, namun ada pula yang berencana

membagikan seorang balita untuk konsumsi selama 7 hari. Meskipun program

tersebut merupakan program Kemenkes dan belum mendapat petunjuk

pelaksanaan dan petunjuk teknisnya, sebaiknya Dinas Kesehatan Provinsi/Kota

lebih aktif dan kritis untuk meminta petunjuk tersebut. Jika memang Kemenkes

belum menyusunnya, seyogyanya berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, asas desentralisasi yang sudah diterapkan dapat dijadikan

dasar untuk membuat prosedur teknis pemberian MP-ASI sesuai kondisi di

wilayah DKI Jakarta, termasuk Jakarta Selatan.

Sedangkan perencanaan yang dilakukan dari tingkat Kota hingga Posyandu

adalah perencanaan dalam menentukan lokasi rawan bencana banjir yang akan

diberikan MP-ASI, jumlah MP-ASI yang akan diberikan dan pendistribusiannya.

Perencanaan yang dilakukan oleh Koordinator Gizi Sudinkes Jakarta Selatan ialah

Page 111: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

90

perencanaan distribusi yang meliputi pengalokasian tempat dan jumlah MP-ASI

yang akan diberikan. Berdasarkan data geografi dalam profil Sudinkes Jakarta

Selatan, semua Kecamatan di wilayah Jakarta Selatan memiliki jumlah daerah

rawan banjir yang hampir sama. Oleh sebab itu, pembagian MP-ASI tersebut

disamakan saja untuk setiap Puskesmas Kecamatan. Perencanaan yang dilakukan

tersebut tidak berdasarkan data jumlah balita, sehingga dapat terjadi

ketidaksesuaian antara jumlah balita dengan jumlah alokasi MP-ASI yang

diberikan.

Begitu pula perencanaan yang dilakukan di Puskesmas Kecamatan

Kebayoran Baru. Perencanaan yang dilakukan ialah pengalokasian tempat yang

akan diberikan MP-ASI dan jumlah MP-ASI yang akan diberikan. Pengalokasian

tempat yang akan mendapat MP-ASI dilakukan dengan pemetaan terhadap daerah

rawan banjir terlebih yang diperoleh dari data geografi Kecamatan Kebayoran

Baru. Dari 10 Kelurahan yang ada di wilayah Kecamatan Kebayoran Baru, ada 3

kelurahan yang memiliki daerah rawan banjir. Setelah itu dilakukan penentuan

jumlah MP-ASI yang akan diberikan berdasarkan banyaknya daerah rawan banjir

tersebut. Penentuan jumlah MP-ASI tersebut juga menggunakan asumsi bahwa

wilayah rawan banjir yang luas juga memiliki balita yang banyak. Akan tetapi

asumsi tersebut tidak berdasarkan data jumlah balita, sehingga bisa terjadi

ketidaksesuaian antara MP-ASI yang diberikan dengan jumlah balita yang ada.

Menurut Muninjaya (2004), perencanaan kesehatan akan menjadi efektif

jika perumusannya dilakukan berdasarkan fakta dan data. Akan tetapi,

perencanaan distribusi yang dilakukan di tingkat kota dan kecamatan tersebut

Page 112: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

91

hanya melihat dari fakta yang terjadi bahwa daerah yang menjadi daerah rawan

banjir memang seringkali dilanda banjir dan data geografi saja, tidak sampai

melihat data demografi berupa jumlah balita, status gizi dan data sosial ekonomi.

Dengan perencanaan tersebut, dapat menyebabkan ketidaksesuaian antara jumlah

balita dengan jumlah alokasi MP-ASI yang diberikan. Dampak yang dapat terjadi

adalah kurangnya makanan di wilayah yang jumlah balitanya melebihi MP-ASI

yang diberikan. Menurut UNICEF (1998) dalam Azwar (2004), tidak cukupnya

asupan gizi secara kuantitas maupun kualitas secara langsung mempengaruhi

masalah gizi balita. Sebaliknya, kelebihan bantuan pangan dapat terjadi di wilayah

yang jumlah balitanya lebih sedikit dari MP-ASI yang diberikan.

Hambatan yang dirasakan oleh Koordinator Gizi Sudinkes Jakarta Selatan

adalah dalam penentuan lama hari pemberian MP-ASI dan tempat penyimpanan

MP-ASI. Hal ini disebabkan belum adanya petunjuk pelaksanaan dan petunjuk

teknis dari Kemenkes terkait hal tersebut tersebut dan terbatasnya jumlah MP-ASI

yang diberikan, sehingga bisa terjadi ketidaksesuaian dengan jumlah balita dan

lamanya kejadian banjir. Jika banjir yang terjadi melebihi stok MP-ASI yang

diberikan dapat mengakibatkan kekurangan pangan dan kelaparan. Sebaliknya,

jika lamanya kejadian banjir hanya beberapa hari, sedangkan MP-ASI yang

diberikan melebihi lamanya kejadian banjir, maka makanan tersebut akan berlebih

dan mubazir. Berdasarkan wawancara dengan para informan, masalah terbatasnya

stok tersebut dapat diatasi dengan pengalihan MP-ASI dari lokasi lain yang belum

terpakai dan pengadaan makanan tambahan serupa, yaitu biskuit produk lain

dengan menggunakan dana swadaya masyarakat.

Page 113: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

92

Sedangkan untuk tempat penyimpanan, karena tidak ada dana khusus untuk

penyimpanan, maka MP-ASI tersebut tidak disimpan dahulu di gudang khusus

yang berada di Jl. Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan tetapi langsung dibawa

ke gedung Sudinkes Jakarta Selatan untuk segera didistribusikan ke seluruh

Puskesmas kecamatan. Selain itu, juga karena keterbatasan gedung Puskesmas

untuk menyimpan barang, dikhawatirkan MP-ASI yang diberikan terlalu banyak

sehingga tidak ada tempat yang memadai untuk menyimpannya. Dengan tidak

adanya tempat khusus penyimpanan ini, MP-ASI dapat diletakkan di mana saja.

Jika tempat tersebut tidak aman, baik dari manusia maupun hewan dapat

mengakibatkan rusak dan hilangnya MP-ASI biskuit tersebut. Akan tetapi,

berdasarkan wawancara dengan TPG Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru, hal

ini dapat diatasi dengan dilakukannya pendistribusian langsung ke Puskesmas

kelurahan sehingga MP-ASI tidak menumpuk di Puskesmas kecamatan.

Selain itu, perencanaan yang dibuat oleh petugas pelaksana juga belum

memperhitungkan risiko. Hal ini terlihat pada hasil penelitian yang menunjukkan

belum adanya rencana alternatif jika suatu wilayah yang sudah mendapat alokasi

MP-ASI ternyata tidak mengalami banjir tetapi tidak lama lagi akan mengalami

kadaluarsa. Sedangkan menurut Siagian (2012), rencana yang baik harus

memperhitungkan risiko, sehingga faktor ketidakpastian dalam menghadapi masa

depan dapat dikurangi sampai tingkat yang minimal. Berdasarkan wawancara

dengan TPG Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru, risiko itu sebenarnya sudah

dipikirkan, akan tetapi masih belum ditentukan alternatif untuk mengatasinya

sebab belum ada instruksi terkait hal tersebut. Jika penentuan alternatif risiko ini

Page 114: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

93

belum direncanakan, maka stok MP-ASI tersebut dapat tidak terpakai dan

mubazir. Oleh sebab itu, sebaiknya dilakukan perencanaan yang memperhitungkan

risiko mubazirnya MP-ASI ini, seperti pengalihan MP-ASI kepada balita gizi

kurang dari keluarga miskin yang membutuhkan bantuan pangan. Hal ini perlu

dilakukan sebab bencana merupakan sesuatu yang tidak pasti.

Perencanaan yang dilakukan di Puskesmas Kelurahan Petogogan ialah

perencanaan distribusi, yaitu pengalokasian tempat dan jumlah MP-ASI yang akan

diberikan. Penentuan lokasi yang berhak mendapat MP-ASI dilakukan

berdasarkan data demografi Kelurahan Petogogan. Dari 6 RW di kelurahan

Petogogan, terdapat 3 RW yang merupakan daerah rawan banjir. Kemudian ketiga

RW tersebut mendapat alokasi MP-ASI secara merata. Sedangkan berdasarkan

hasil telaah dokumen data geografi dan demografi di daerah tersebut, luasnya

daerah rawan banjir dan jumlah balita di ketiga RW tersebut tidaklah sama. RW 01

hanya memiliki 5 RT yang menjadi daerah rawan banjir. Sedangkan RW 02 dan

03 memiliki 15 RT yang menjadi daerah rawan banjir. RW 01 terdapat 28 balita.

Sedangkan RW 02 terdapat 217 balita dan RW 03 terdapat 248 balita. Dari data

tersebut, dapat diketahui bahwa jumlah balita yang berada di wilayah RW 02 dan

03 lebih banyak dari RW 01. Pemerataan distribusi jumlah MP-ASI tersebut

tidaklah sesuai dengan data yang ada di lapangan. Akibatnya, balita di RW 02 dan

03 berpeluang mendapat MP-ASI yang lebih sedikit.

Sedangkan jika melihat data jumlah baduta, di RW 02 terdapat 4 orang

baduta, di RW 02 terdapat 44 orang baduta dan di RW 03 terdapat 44 orang

baduta. Dengan menggunakan data jumlah baduta tersebut, sebaiknya dapat

Page 115: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

94

dilakukan pembagian MP-ASI sesuai dengan jumlah baduta yang ada dengan

perhitungan 120 gr/hari/anak (Depkes dan kesos RI, t.t). Dengan demikian dapat

diketahui bahwa dari sejumlah MP-ASI yang diterima setiap anak berhak

mendapat berapa banyak MP-ASI. Sehingga dapat mengurangi risiko terjadinya

kekurangan ataupun kelebihan MP-ASI. Atau jika terbentur dengan ketersediaan

MP-ASI, maka dapat diprioritaskan mana yang sebaiknya diberikan MP-ASI,

yaitu baduta BGM dan 2T. Sebab pemberian MP-ASI dapat diprioritaskan untuk

kasus gizi kurang di masyarakat (Kemenkes, 2011).

Selain itu, dua hal lagi yang menjadi kelemahan dalam perencanaan baik di

tingkat kota maupun kelurahan adalah tidak adanya perencanaan pengawasan serta

penilaian termasuk pelaporan hasil kegiatan pemberian MP-ASI. Dengan tidak

adanya perencanaan pengawasan kegiatan pemberian MP-ASI maka petugas tidak

akan melakukan pengawasan jalannya program ini. Seperti apa yang dikatakan

Koontz dan Donnell bahwa tanpa perencanaan, pengawasan tidak akan mungkin

terlaksana karena tidak ada pedoman untuk mengawasi (Siagian, 2012). Tidak

adanya pengawasan akan mengakibatkan tidak diketahuinya penyimpangan dan

kesenjangan dalam pelaksanaan program. Sehingga tidak dapat diketahui apakah

program tersebut sudah berjalan dengan baik atau belum. Hal ini seperti teori

Muninjaya (2004), yaitu fungsi pengawasan sangat erat kaitannya dengan fungsi

perencanaan. Sebab dengan adanya pengawasan, maka kesenjangan dan

penyimpangan dari suatu program dapat dideteksi, yang kemudian harus

dikendalikan atau dikurangi. Hal ini bertujuan agar penggunaan sumber daya dapat

Page 116: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

95

lebih diefisienkan dan tugas-tugas staf untuk mencapai tujuan program dapat lebih

diefektifkan.

Sedangkan untuk pelaporan hasil kegiatan pemberian MP-ASI, mereka

menunggu adanya instruksi untuk melapor terlebih dahulu. Jika tidak ada

permintaan untuk melaporkan hasil kegiatan pemberian MP-ASI ini, maka

pelaporan tidak dilakukan. Dengan perencanaan yang seperti ini, maka pelaporan

belum tentu dilakukan, sebab tidak jelas unsur perencanaannya, seperti data apa

saja yang dilaporkan dan setiap kapan harus melaporkannya. Hal ini juga

berdampak pada tidak jelasnya hasil program dan berakibat pada tidak adanya

masukan dan perbaikan untuk pelaksanaan program di waktu mendatang.

Perencanaan yang telah dilakukan oleh para pelaksana program tersebut

pada dasarnya telah sesuai dengan pedoman yang dibuat Kemenkes mengenai

pengelolaan MP-ASI buffer stock, yaitu Dinkes Kota, lintas program dan sektor,

serta stakeholder menyusun rencana distribusi (Rensi) sampai ke sasaran

(Kemenkes, 2011). Meskipun masih terdapat kekurangan, perencanaan tersebut

telah memenuhi beberapa ciri rencana yang baik menurut Siagian (2012), antara

lain mempermudah tercapainya tujuan, keterkaitan rencana dengan pelaksanaan,

kesederhanaan, dan fleksibilitas. Berdasarkan hasil wawancara dengan para

informan yang melakukan perencanaan, secara garis besar perencanaan yang

dilakukan telah memenuhi ciri-ciri tersebut, antara lain:

a. mempermudah tercapainya tujuan

Tujuan dari program MP-ASI bencana ini adalah mengantisipasi

kejadian luar biasa yang berdampak pada status gizi dan kesehatan

Page 117: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

96

masyarakat dalam mencegah terjadinya gizi kurang dan gizi buruk pada

balita (Kemenkes, 2012b). Rencana yang disusun para petugas untuk

mendistribusikan MP-ASI sesegera mungkin setelah menerimanya telah

sesuai dengan tujuan yang ditetapkan tersebut. Selain itu, juga sesuai

dengan prinsip dan tujuan penanggulangan bencana, yaitu cepat. Selain

itu, perencanaan untuk diberikan kepada semua balita dan metode

distribusi yang melibatkan kader sebagai pelaksana kegiatan pemberian

MP-ASI tersebut sesuai dengan prinsip dan tujuan penanggulangan

bencana, yaitu pemberdayaan, nondiskriminatif, membangun partisipasi

dan kemitraan publik, mendorong semangat gotong royong dan

kedermawanan.

b. keterkaitan rencana dengan pelaksanaan

Menurut Siagian (2012), untuk mempermudah pelaksanaan

diperlukan data, saran dan informasi dari dalam organisasi. Dalam

perencanaan yang telah dilakukan oleh petugas program gizi tersebut

telah berdasarkan data geografi, namun masih belum baik karena tidak

menggunakan data jumlah balita. Sehingga terjadi ketidaksesuaian

antara MP-ASI yang dialokasikan dengan jumlah balita yang ada.

c. kesederhanaan

Menurut Siagian (2012), kesederhanaan menyangkut berbagai

hal seperti teknik penyusunan, bahasa yang digunakan, format, dan

sebagainya. Rencana yang dibuat oleh para petugas program gizi dibuat

begitu sederhana yaitu dengan membagi habis MP-ASI yang ada kepada

Page 118: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

97

sasaran, sehingga mudah dipahami oleh para pelaksana kegiatan,

terutama kader sebagai perpanjangan tangan Puskesmas dalam

melaksanakan kegiatan di masyarakat.

d. fleksibilitas

Fleksibilitas berarti memperhitungkan apa yang mungkin

dilaksanakan, tergantung pada kenyataan yang dihadapi (Siagian, 2012).

Fleksibilitas ini ditunjukkan dengan adanya perencanaan pengalihan

MP-ASI yang ada di wilayah lain jika di suatu wilayah mengalami

kekurangan MP-ASI untuk balita yang ada di sana. Selain itu rencana

pengalihan MP-ASI ke Puskesmas lain jika Puskesmas yang akan

diberikan tersebut menolak diberikan sebanyak yang direncanakan

karena masih memiliki stok yang banyak.

6.3 Gambaran Pengorganisasian Program MP-ASI Biskuit untuk Baduta

Korban Bencana

Dalam penelitian ini, pengorganisasian merupakan upaya untuk membagi

tugas dan wewenang kepada para petugas sesuai potensi yang dimiliki. Di setiap

organisasi pelaksana sudah terdapat struktur organisasi. Dalam setiap organisasi

pelaksana tersebut terdapat tenaga kesehatan yang bertanggung jawab mengelola

dan melaksanakan program gizi di wilayahnya. Berdasarkan hasil penelitan,

pengorganisasian telah dilakukan dengan baik berdasarkan kapasitas dan

spesialisasi bidang yang disesuaikan dengan bidang pendidikan para tenaga

Page 119: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

98

pelaksananya, sehingga sebagai pelaksana program MP-ASI yang merupakan

bagian dari program gizi diberikan kepada lulusan bidang gizi.

Berdasarkan hasil penelitian, program gizi di Puskesmas Kelurahan

Petogogan masih dipegang oleh lulusan kebidanan. Hal ini disebabkan minimnya

sumber daya manusia yang dimiliki Puskesmas tersebut sehingga 1 orang pegawai

dapat bertanggung jawab terhadap beberapa tupoksi. Akan tetapi hal tersebut tidak

menjadi masalah sebab bidang kebidanan juga masih berkaitan dengan kesehatan

anak balita. Selain itu TPG Puskesmas Kelurahan Petogogan juga senantiasa

mengikuti peningkatan wawasan dan pengetahuan tentang gizi yang diadakan

Sudinkes Jakarta Selatan agar ia dapat memahami program gizi dengan baik

sehingga dapat melaksanakannya dengan baik pula.

Pendelegasian wewenang dari Sudinkes Jakarta Selatan kepada TPG

Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru, kemudian TPG Puskesmas Kecamatan

Kebayoran Baru kepada TPG Puskesmas Kelurahan Petogogan dan TPG

Puskesmas Kelurahan Petogogan kepada kader terbilang baik. Sebab

pendelegasian wewenang ini seimbang dengan tanggung jawab yang mereka

emban. Tanggung jawab untuk mendistribusikan MP-ASI kepada baduta yang

menjadi korban banjir dan wewenang untuk meminta agar petugas pelaksana di

organisasi tingkat bawahnya melaksanakan tugas yang diberikan ini tidak berat

sebelah. Hal ini sesuai dengan pendapat Muninjaya (2004) yang menyatakan

bahwa dalam pembagian tugas harus ada keseimbangan antara wewenang dan

tanggung jawab staf. Sebab wewenang yang terlalu besar akan mendorong

terjadinya korupsi jika pengawasannya lemah. Sebaiknya, tanggung jawab yang

Page 120: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

99

terlalu besar akan mengakibatkan staf sangat berhati-hati dan sering ragu dalam

melaksanakan tugasnya sehingga dapat menghambat produktivitas.

Kelemahan dalam pengorganisasian program ini yaitu belum

dilakukannya penugasan terkait pengawasan dan pelaporan hasil kegiatan. Hal ini

disebabkan belum adanya penugasan dari tingkat pusat, sehingga penekanan

tentang pengawasan dan pelaporan juga tidak dilakukan hingga tingkat kelurahan.

Padahal menurut Muninjaya (2004), hal yang paling pokok dalam fungsi

pengorganisasian adalah pembagian tugas. Jika pembagian tugas dilakukan dengan

jelas, kelompok kerja akan mempunyai spesialisasi tugas yang terarah, sehingga

staf akan berusaha mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya untuk

melaksanakan tugasnya mencapai tujuan program yang telah ditetapkan. Jika

penugasan tidak dilakukan dengan jelas, seperti penugasan mengenai pengawasan

dan pelaporan ini, maka tidak akan jelas juga dalam pelaksanaannya. Bahkan

pengawasan dan penilaian program ini bias saja tidak dilakukan oleh petugas

pelaksana program.

Selain itu, di tingkat kota, koordinator gizi juga mengalami kesulitan

dalam pembagian tugas karena beliau kurang memperoleh informasi seputar

program tersebut. Hal ini disebabkan sosialisasi program dari Dinas Kesehatan

Provinsi DKI Jakarta kepada seluruh petugas gizi se-Jakarta Selatan terkait

program tersebut sudah dilakukan sebelum beliau menjabat sebagai koordinator

gizi Sudinkes Jakarta Selatan. Tugas yang diterima dari tingkat provinsi adalah

untuk mendistribusikannya kepada sasaran sesuai stok yang ada. Oleh sebab itu,

penugasan yang dilakukan kepada petugas pelaksana tingkat kecamatan dan

Page 121: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

100

seterusnya disesuaikan dengan penugasan yang diterima, yaitu memberikan MP-

ASI kepada baduta korban banjir. Lemahnya pengorganisasian ini sebaiknya

diatasi dengan meningkatkan pemahaman terhadap program tersebut, serta

berperilaku aktif dan kritis mengenai prosedur pelaksanaan program MP-ASI ini,

sehingga gambaran pelaksanaan program dapat diketahui dengan jelas dan

pembagian tugas dapat dilakukan dengan baik. Dengan pengorganisasian yang

baik, maka akan jelas setiap kegiatan yang harus dilakukan oleh petugas

pelaksana, sehingga petugas pelaksana dapat melakukannya serta

mengembangkanny asesuai kemampuan yang dimiliki.

6.4 Gambaran Penggerakan Program MP-ASI Biskuit untuk Baduta Korban

Bencana

Dalam penelitian ini, penggerakan adalah upaya untuk melaksanakan

program sesuai rencana dan memotivasi petugas agar mau melaksanakan program

MP-ASI sesuai rencana. Pendistribusian dilakukan secara berjenjang. Setelah

Sudinkes Jakarta Selatan menerima dari Pusat (Kemenkes) yang juga melalui

koordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, kemudian

didistribusikan sesegera mungkin ke Puskesmas Kecamatan, kemudian ke

Puskesmas Kelurahan kemudian kepada kader di tempat kejadian bencana banjir.

Pendistribusian tersebut sesuai dengan perencanaan distribusi yang dibuat

Kemenkes yaitu bahwa Kemenkes dapat mendistribusikan paling jauh hingga kota.

Hal ini juga sesuai ketentuan pendistribusian MP-ASI bencana menurut Depkes

Page 122: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

101

dan Kesos RI (t.t.) bahwa MP-ASI dari Pusat dikirimkan ke provinsi, ke kota,

kemudian ke puskesmas dan sasaran tempat kejadian bencana.

Pelaksanaan kegiatan pemberian MP-ASI di Sudinkes Jakarta Selatan telah

sesuai dengan perencanaan yang dibuat yaitu membagi habis 143 dus MP-ASI

kepada seluruh Puskesmas kecamatan di Jakarta Selatan. Pada perencanaan, setiap

Puskesmas berhak mendapat 14-18 dus MP-ASI. Ketika pembagian dilakukan, ada

Puskesmas yang mendapat sebanyak 14 dus dengan alasan masih memiliki stok

MP-ASI yang cukup banyak. Ada pula yang meminta lebih karena stok MP-ASI

yang dimiliki sudah mau habis, sehingga puskesmas tersebut bisa mendapat

sampai 18 dus MP-ASI. Hal ini tidak menjadi masalah karena ketentuan yang

dibuat berarti bersifat fleksibel seperti yang telah dikemukakan pada sub

pembahasan mengenai perencanaan.

Begitu juga pelaksanaan yang dilakukan di tingkat Kecamatan, kegiatan

pelaksanaan pemberian MP-ASI kepada puskesmas-puskesmas kelurahan yang

memiliki daerah rawan banjir telah sesuai dengan perencanaan yang dibuat. Dari 3

puskesmas kelurahan yang direncanakan mendapat MP-ASI, semua dapat

menerima dengan baik karena MP-ASI tersebut merupakan droppingan, bukan

atas permintaan mereka. Sehingga, nanti mereka yang mengatur pembagiannya

kepada sasaran sesuai jumlah MP-ASI yang diterima.

Hambatan yang dirasakan di tingkat Sudinkes Jakarta Selatan dalam

melaksanakan pendistribusian MP-ASI tersebut adalah transportasi dan tempat

penyimpanan, karena tidak ada rencana handling cost yang meliputi anggaran

biaya transportasi dan penyimpanan di gudang. Beliau juga khawatir kalau

Page 123: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

102

Puskesmas kecamatan mengalami kendala yang sama, sebab Puskesmas tidak

selalu tersedia alat transportasi yang cukup untuk mengangkut dan tempat

penyimpanan untuk menyimpan MP-ASI. Akan tetapi, hambatan tersebut tidak

dirasakan oleh TPG Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru. Beliau bisa

mengatasinya dengan mengupayakan penggunaan alat transportasi berupa mobil

ambulans dan pendistribusiannya dilakukan secara langsung ke kelurahan-

kelurahan yang berhak mendapat MP-ASI tersebut, sehingga tidak perlu disimpan

dahulu di Puskesmas Kecamatan. Dengan demikian dapat mencegah rusaknya atau

hilangnya MP-ASI tersebut sebelum sampai ke sasaran.

Untuk pelaksanaan di Puskesmas Kelurahan Petogogan sudah sesuai dengan

perencanaan yang dibuat di tingkat Kecamatan, bahwa MP-ASI tersebut diberikan

kepada 3 RW yang menjadi daerah rawan banjir. Sedangkan untuk sisa stok MP-

ASI yang disimpan di puskesmas, pada akhirnya diberikan kepada posyandu lain

yang cukup banyak terdapat balita BGM dan 2T. Pemberian MP-ASI kepada balita

BGM tersebut tidak bermasalah sebab pemberian MP-ASI dapat diprioritaskan

untuk:

1) kejadian bencana alam, kebakaran, KLB kelaparan,

2) kasus gizi kurang di masyarakat atas permintaan Posyandu

3) cadangan MP-ASI buffer stock regional untuk Pusat Krisis Kesehatan

(Kemenkes, 2011).

Melihat poin ke-dua di atas, maka apa yang telah dilakukan petugas pelaksana,

khususnya di tingkat kelurahan ini masih sesuai dengan ketentuan yang dibuat

Page 124: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

103

oleh Kemenkes RI. Hal ini juga baik dilakukan karena dapat memanfaatkan

sesuatu agar tidak mubazir tetapi masih tepat pada sasaran.

Ketidaksesuaian terjadi antara pelaksanaan pendistribusian di masyarakat

yang menjadi korban banjir dengan ketentuan program yang telah ditetapkan

Kemenkes. Hal ini dikarenakan perencanaan yang kurang baik terutama dalam

menentukan usia sasaran, sehingga berakibat pada kurang tepatnya sasaran yang

mendapat bantuan MP-ASI ini. Masalah ini juga ditemukan Kemenkes dalam

tinjauan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana tahun 2009, bahwa

pemberian bantuan MP-ASI kurang tepat sasaran (Kemenkes, 2010c). Kurang

tepatnya sasaran ini ditunjukkan dengan hasil bahwa MP-ASI juga diberikan

kepada bayi berusia di bawah 6 bulan, sedangkan sasaran dalam perencanaan ialah

baduta usia 6-24 bulan. Akan tetapi, jika melihat tulisan dalam kemasan produk

MP-ASI tersebut terdapat pesan “Hanya untuk anak 12 – 24 bulan”. Pesan tersebut

tidak sesuai dengan ketentuan sasaran pemberian MP-ASI biskuit dalam program

ini yaitu anak usia 6-24 bulan. Pesan tersebut juga menjadi salah satu penyebab

tidak tepatnya sasaran dalam pelaksanaan program ini. Kurangnya sosialisasi

menyebabkan ada beberapa kader yang memberikan biskuit MP-ASI tersebut

kepada korban yang berusia 12-24 bulan saja karena mereka mematuhi pesan

dalam kemasan, sehingga ddi Posyandu tersebut anak usia 6-11 bulan tidak

mendapat MP-ASI biskuit tersebut. Dengan melihat terganggunya pelaksanaan

program tersebut oleh karena pesan dalam kemasan produk MP-ASI biskuit, maka

sebaiknya pesan dalam kemasan MP-ASI biskuit tersebut disesuaikan dengan

ketentuan program bahwa sasarannya adalah anak usia 6-24 bulan.

Page 125: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

104

Bukan hanya tidak sesuai dengan perencanaan saja, pelaksanaan progam ini

juga tidak sesuai dengan kebijakan Kemenkes tentang pemberian makanan bayi,

yaitu kebijakan tentang pemberian ASI saja atau ASI eksklusif sejak bayi lahir

sampai umur 6 bulan, pemberian MP-ASI pada bayi mulai umur 6 bulan dan tetap

dilakukan pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun (Kemenkes, 2010a). Bahkan

Allah juga telah mengatur tentang pemberian ASI hingga usia 2 tahun dalam surat

Al-Baqarah ayat 233 yang berbunyi:

“Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun

penuh, bagi yang ingin menyusui dengan sempurna....”(QS. Al-

Baqarah: 233).

Menurut Shihab (2000), ayat tersebut menjelaskan tentang petunjuk Al-

Quran mengenai pemberian ASI serta menetapkan masa penyusuan yang ideal

selama 2 tahun tersebut termasuk proposional, dalam arti sesuai dengan kebutuhan

pemakan, tidak berlebih dan tidak berkurang. Aspek proposional ini termasuk ke

dalam makanan thayyib. Dengan memakan makanan yang thayyib maka akan

membawa dampak yang baik bagi tubuh.

Pemberian ASI hingga 2 tahun memiliki pertimbangan bahwa pemberian

ASI merupakan metode pemberian makan bayi yang terbaik, terutama pada bayi

umur kurang dari 6 bulan, selain itu juga bermanfaat bagi ibu. ASI mengandung

semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh gizi bayi pada

6 bulan pertama kehidupannya. Pada umur 6 sampai 12 bulan, ASI masih

merupakan makanan utama bayi, karena mengandung lebih dari 60 % kebutuhan

Page 126: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

105

bayi. Guna memenuhi semua kebutuhan bayi, perlu ditambah dengan MP-ASI.

Setelah umur 1 tahun, meskipun ASI hanya bisa memenuhi 30 % dari kebutuhan

bayi, akan tetapi pemberian ASI tetap dianjurkan karena masih memberikan

manfaat (Kemenkes, 2010a). Manfaat pemberian ASI eksklusif bagi bayi antara

lain meningkatkan daya tahan tubuh bayi, meningkatkan jalinan kasih sayang

antara ibu dan bayi dan meningkatkan kecerdasan bayi (Emilia, 2009).

Menurut Pudjiadi (2000) dan Syarief (1993) dalam Simanjuntak (2009),

apabila MP-ASI diberikan belum pada waktunya, maka terdapat risiko jangka

pendek dan jangka panjang, yaitu:

a. risiko jangka pendek

1) gangguan menyusui

Jika makanan selain ASI diberikan secara dini akan menurunkan

frekuensi dan intensitas pengisapan bayi, sehingga semakin besar

risiko terjadinya penurunan volume ASI.

2) penyakit diare

b. risiko jangka panjang

1) obesitas

Bayi yang mendapat ASI dapat mengatur asupannya sehingga

dapat disesuaikan dengan kebutuhannya.

2) beban ginjal yang berlebihan dan hiperosmolaris

Kandungan NaCl yang tinggi dalam makanan padat akan

menambah beban kerja ginjal.

Page 127: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

106

3) aterosklerosis

Diet yang mengandung tinggi energi dan kalori merupakan faktor

nutrisi yang berperan sebagai penyebab penyakit jantung iskemik.

4) alergi terhadap makanan

Belum matangnya sistem kekebalan usus pada umur yang dini,

dapat menyebabkan terjadinya alergi terhadap makanan pada masa

kanak-kanak. Pemberian MP-ASI secara dini menambah terjadinya

alergi bayi terhadap makanan.

Selain itu, hampir di semua posyandu, MP-ASI juga diberikan kepada anak

usia di atas 2 tahun, sehingga stok MP-ASI tidak dapat mencukupi sasaran.

Sehingga setiap anak hanya mendapat beberapa keping MP-ASI biskuit. Hal ini

terjadi di Posyandu Dahlia, Melati, Kuntum Mekar dan Kenanga. Balita-balita di

sana hanya mendapat 3-8 keping biskuit MP-ASI. Hal ini tidak sesuai dengan hasil

wawancara dengan staf Subdit Bina Konsumsi Makanan Kemenkes dan Depkes

(2005), bahwa setiap anak 12-24 bulan akan mendapat MP-ASI biskuit sebanyak

120 gr/hari selama 90 hari. Tidak tepatnya porsi pemberian ini berakibat pada

tidak efektifnya pemberian bantuan pangan MP-ASI ini kepada sasaran, karena

berdasarkan wawancara dengan para informan pemberian bantuan pangan bencana

ini tidak efektif dikarenakan pemberiannya terlalu sedikit, sehingga tidak dapat

meningkatkan status gizi sasaran. Dalam penelitian Hazwin dan Sudrago (2008)

pemberian MP-ASI selama 90 hari kepada anak baduta saja tidak berhasil

meningkatkan status gizi anak baduta dari gizi buruk ke gizi baik. Oleh sebab itu,

Page 128: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

107

akan semakin tidak efektif jika tidak diberikan selama 90 hari dan bahkan belum

mencukupi ketentuan konsumsi per hari.

Ketidaksesuaian pelaksanaan program ini dikarenakan belum adanya

sosialisasi atau instruksi secara tertulis baik dari Kemenkes maupun Sudinkes

Jakarta Selatan serta belum dimuatnya ketentuan konsumsi ini dalam buku

pedoman MP-ASI buffer stock, sehingga para petugas pelaksana program di

tingkat kecamatan dan kelurahan juga belum melakukan sosialisasi kepada sasaran

program. Tidak adanya sosialisasi tersebut mengakibatkan rendahnya kinerja

petugas pelaksana dan rendahnya tingkat efektivitas program. Hal ini juga

ditemukan dalam penelitian Hazwin dan Sudrago (2008) bahwa salah satu faktor

yang mempengaruhi ketidakefektifan program MP-ASI adalah rendahnya kinerja

TPG yang ditunjukkan dengan rendahnya sosialisasi MP-ASI kepada sasaran.

Oleh sebab itu, untuk mengatasinya sebaiknya Kemenkes selaku penyusun

kebijakan, termasuk penyusun ketentuan dan petunjuk pelaksanaan program

senantiasa melakukan sosialisasi terkait ketentuan konsumsi MP-ASI bencana ini.

Kemudian ditekankan agar Dinas Kesehatan Provinsi mensosialisasikannya lagi ke

organisasi tingkat bawahnya, yaitu Dinas Kesehatan Kota, dan begitu seterusnya

hingga tingkat masayarakat. Sehingga, para pelaksana program dapat memahami

program dengan baik, dan program MP-ASI buffer stock yang terbilang baru ini

dapat terlaksana dengan baik pula di semua tingkat organisasi pelaksana program.

Dengan terlaksananya program dengan baik, maka program ini akan berhasil

mencapai tujuannya dan memberi manfaat bagi sasarannya.

Page 129: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

108

Menurut Kemenkes (2011), sosialisasi dilakukan oleh Dinkes

Provinsi/Kota bersama pemerintah daerah kepada lintas program dan lintas sektor

terkait di daerah rawan gizi/bencana. Selain itu, menurut Depkes dan Kesos RI

(t.t.), sosialisasi dilakukan oleh Koordinator Gizi Kota dan TPG Puskesmas atau

petugas di lokasi bencana. Penjelasan Koordinator Gizi Kota ke TPG antara lain:

model penyelenggaraan MP-ASI ke sasaran, komposisi dan kemasan MP-ASI cara

penyiapan, jumlah dan frekuensi pemberian, lama pemberian, cara menghitung

kebutuhan dan mengusulkan permintaan MP-ASI, cara penyimpanan, pengisian

register MP-ASI, cara pencatatan MP-ASI, cara melakukan rujukandan tanda-

tanda MP-ASI tidak layak konsumsi. Sedangkan penjelasan petugas di

pengungsian kepada ketua kelompok dan ibu sasaran adalah mengenai:

a. Sasaran

b. Cara penyiapan, jumlah dan frekuensi pemberian

c. Cara penyimpanan

d. Tanda-tanda MP-ASI tidak layak konsumsi

e. Anjuran melapor ke petugas kesehatan/puskesmas jika ada tanda-tanda

gangguan kesehatan setelah mengkonsumsi MP-ASI.

Jika memang belum juga ada sosialisasi terkait ketentuan konsumsi MP-

ASI buffer stock ini, tidak ada salahnya jika Koordinator gizi Sudinkes Jakarta

Selatan dapat lebih aktif untuk menanyakan juklak dan juknis serta berbagai hal

tentang program tersebut kepada Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta ketika

rapat koordinasi atau pertemuan lainnya agar Dinas Kesehatan Provinsi juga

melakukan hal yang sama kepada pihak Kemenkes. Begitu pula yang dapat

Page 130: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

109

dilakukan oleh TPG Puskesmas Kecamatan atau Kelurahan kepada pelaksana

program di organisasi tingkat atasnya. Jika juklak dan juknis tersebut belum juga

dipublikasikan, maka dapat dilakukan sosialisasi menggunakan tulisan yang

terdapat pada kemasan MP-ASI tersebut, seperti sasaran pemberian dan takaran

saji. Pada kemasan tertulis hanya untuk anak usia 12-24 bulan dan ada keterangan

takaran saji, yaitu dengan ukuran takaran saji sebanyak 4 keping dan jumlah sajian

per kemasan sebanyak 3 kali. Dari informasi tersebut dapat diketahui bahwa tiap

kemasan MP-ASI biskuit tersebut adalah untuk konsumsi 1 hari yang dapat

disajikan sebanyak 3 kali, dan setiap sajian sebanyak 4 keping. Jadi pemberian

MP-ASI ini dapat diberikan dalam 3 kali, pada saat makan pagi, siang dan malam

atau sore dengan jumlah biskuit sebanyak 4 keping setiap kali makan. Jadi, 1

bungkus MP-ASI tersebut dapat habis dalam 1 hari.

Kemudian karena Kemenkes tidak memiliki rencana untuk melakukan

sosialisasi kembali, maka Subdit Bina Konsumsi Makanan yang bertanggung

jawab dalam pembuatan prosedur pelaksanaan program ini dapat melengkapi

pedoman MP-ASI buffer stock yang telah dibuat sebelumnya dengan

menambahkan ketentuan konsumsi MP-ASI yang meliputi porsi per hari dan lama

pemberian. Setelah itu dapat mempublikasikannya melalui situs perpustakaan

Kemenkes. Dengan demikian, pedoman program MP-ASI buffer stock ini dapat

diakses oleh semua orang, khususnya petugas pelaksana program di semua tingkat.

Untuk menggerakan para petugas pelaksana program agar mau

melaksanakan program dengan baik, selama ini dilakukan secara lisan.

Penggerakan dari Koordinator gizi Sudinkes Jakarta Selatan kepada TPG

Page 131: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

110

Puskesmas kecamatan dilakukan ketika rapat bulanan di Sudin. Sedangkan

penggerakan dari TPG Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru kepada TPG

Puskesmas Kelurahan Petogogan melalui telepon ketika MP-ASI didistribusikan.

Sedangkan penggerakan yang dilakukan kepada kader Posyandu juga melalui lisan

dengan mengadakan pertemuan kecil di Puskesmas Kelurahan Petogogan

sekaligus pembagian MP-ASI kepada para kader. Menurut Muninjaya (2004),

upaya penggerakan tersebut termasuk dalam penerapan komunikasi secara formal

dan informal. Penerapan komunikasi formal dilakukan oleh Koordinator Gizi

Sudinkes Jakarta Selatan ketika rapat bulanan. Sedangkan penerapan komunikasi

informal dilakukan oleh TPG Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru kepada TPG

Puskesmas kelurahan melalui telepon. Komunikasi sangat perlu diterapkan dengan

baik dalam manajemen organisasi, sebab komunikasi merupakan unsur yang

sangat menentukan suksesnya sebuah organisasi. Dengan adanya komunikasi yang

baik, maka dapat mengefektifkan kepemimpinan manajer organisasi, terutama

dalam menjalin hubungan antar pribadi (human relation). Keterampilan

berkomunikasi ini termasuk dalam keterampilan hubungan antar manusia (Human

Relation Skill), dan Human Relation Skill ini sangat penting dimiliki oleh semua

manajer karena manusia adalah sumber daya utama sebuah organisasi (Muninjaya,

2004).

Dalam upaya penggerakan terhadap TPG Puskesmas Kecamatan

Kebayoran Baru dan Kelurahan Petogogan tidak ada hambatan, sebab para petugas

kesehatan memiliki tingkat kesadaran dan tanggung jawab yang tinggi terhadap

pekerjaannya. Para petugas kesehatan tersebut tidak menjadikan pekerjaannya

Page 132: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

111

sebagai sebuah beban tetapi menikmatinya sebagai suatu pekerjaan yang

menyenangkan karena dapat melayani dan membantu orang lain. Hal ini juga

diperkuat oleh penggerakan yang telah dilakukan oleh pelaksana tingkat kota dan

kecamatan secara formal maupun informal. Sehingga, kendati program MP-ASI

bencana ini belum ada ketentuan baku dan petunjuk pelaksanaannya, namun

mereka berupaya melaksanakannya semaksimal mungkin.

6.5 Gambaran Pengawasan Program MP-ASI Biskuit untuk Baduta Korban

Bencana

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan pengawasan adalah upaya

untuk menemukan dan mengoreksi penyimpangan-penyimpangan dalam

pelaksanaan kegiatan pemberian MP-ASI di lokasi bencana. Berdasarkan hasil

penelitian, pengawasan di semua tingkat organisasi pelaksana belum dilaksanakan.

Tidak adanya pengawasan dalam penelitian ini dikarenakan memang belum

adanya perencanaan untuk melakukan pengawasan program ini. Hal ini sesuai

dengan pendapat Koontz dan Donnell dalam Siagian (2012) yang mengatakan

bahwa tanpa adanya perencanaan tentang pengawasan, maka pengawasan tidak

akan mungkin terlaksana karena tidak ada pedoman untuk mengawasi. Selain itu

juga karena tidak semua daerah terkena bencana sehingga sulit untuk melakukan

pengawasan dan tidak adanya instruksi terkait pengawasan program ini sehingga

petugas pelaksana tidak melakukannya.

Selain itu, berdasarkan hasil penelitian, pengawasan dipercayakan kepada

pelaksana di tingkat bawah, yaitu TPG dan kader. Meskipun sudah terdapat

Page 133: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

112

penanggung jawab kegiatan operasional di lapangan, namun pengawasan juga

perlu dilakukan oleh koordinator gizi Sudinkes Jakarta Selatan kepada TPG

Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru yang bertugas mendistribusikan MP-ASI

di wilayahnya. Begitu pula pengawasan dari TPG Puskesmas Kecamatan

Kebayoran Baru kepada TPG Puskesmas Kelurahan Petogogan. Menurut

Kemenkes (2011), pengawasan tidak hanya dilakukan terhadap pelaksanaan

pendistribusian MP-ASI buffer stock, tetapi dapat dilakukan terhadap tempat

penyimpanan, cara penyimpanan, pencatatan dan pelaporan tempat penyimpanan.

Bahkan menurut Kemenkes (2012a), frekuensi pengamatan kegiatan pemberian

MP-ASI buffer stock adalah setiap saat. Sebab tanpa pengawasan, berakibat pada

terjadinya penyimpangan-penyimpangan pada pelaksanaan program seperti yang

telah dikemukakan pada sub-pembahasan penggerakan. Hal ini sesuai dengan

pendapat Muninjaya (2004) yang menyatakan bahwa tanpa pengawasan atau

pengawasan yang lemah, berbagai penyalahgunaan wewenang dapat dengan

mudah terjadi. Begitu pula apa yang dikemukakan Koontz dan Donnell dalam

Siagian (2012) yang mengatakan bahwa perencanaan dan pengawasan merupakan

“dua sisi satu mata uang” karena perencanaan tanpa pengawasan akan timbul

penyimpangan. Hal ini terbukti dengan perbedaan pelaksanaan di Posyandu dan

kurang tepatnya sasaran yang mendapat MP-ASI.

Mengingat mudah dan canggihnya teknologi di era globalisasi ini,

seharusnya pengawasan semakin mudah untuk dilakukan. Jika para petugas

pelaksana tingkat atas tidak bisa mengawasi petugas pelaksana tingkat bawah

dengan cara observasi langsung, maka sebaiknya dilakukan melalui telepon atau

Page 134: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

113

melalui laporan khusus program MP-ASI. Sebagaimana metode pengawasan yang

dikemukakan Azwar (1996) bahwa pengawasan dapat dilakukan dengan beberapa

metode, diantaranya adalah melalui laporan khusus, observasi personal dan alat

elektronik.

Selain itu, sebaiknya dibuat pula instruksi untuk melakukan pengawasan

program MP-ASI ini, paling tidak ketika melakukan pendistribusian MP-ASI.

Sehingga para pelaksana program MP-ASI di seluruh tingkat organisasi pelaksana

dapat mengetahui bahwa terdapat ketentuan pengawasan program ini yang juga

sangat perlu untuk dilakukan.

6.6 Gambaran Penilaian Program MP-ASI Biskuit untuk Baduta Korban

Bencana

Dalam penelitian ini, yang dimaksud penilaian adalah upaya untuk

membandingkan hasil yang dicapai dengan target yang telah ditentukan. Akan

tetapi, dalam pelaksanaan program ini, penilaian belum dilakukan. Hal ini

disebabkan belum adanya perencanaan dan sosialisasi untuk melakukan penilaian

terhadap hasil pelaksanaan program ini. Sedangkan menurut Kemenkes (2011),

penilaian dilakukan 2 kali dalam setahun yang dilaksanakan secara berjenjang.

Menurut Muninjaya (2004), dengan adanya penilaian dapat memperbaiki

kebijaksanaan perencanaan dan pelaksanaan program yang akan datang. Selain itu

juga berguna sebagai alat untuk memperbaiki efisiensi dan efektivitas program.

Jika tidak dilakukan, maka tidak akan diketahui keefektifan dan keefisiensian

Page 135: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

114

program. Sehingga kelemahan yang terjadi dapat terjadi kembali pada pelaksanaan

program di waktu mendatang.

Sedangkan untuk pencatatan di Sudinkes Jakarta Selatan hingga Puskesmas

Kelurahan sudah dapat dilakukan dengan baik, karena tertib membuat tanda terima

keluar-masuknya barang. Sedangkan pencatatan di tingkat Posyandu belum

dilakukan dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan tidak lengkapnya data penerima

MP-ASI. Sehingga penggunaanya tidak jelas diberikan kepada siapa saja. Dalam

arti, apakah sudah tepat sasaran atau belum. Berdasarkan informasi para kader,

pencatatan tersebut tidak lengkap karena ada beberapa buku catatan yang hilang

dikarenakan daerah mereka kerap terkena banjir. Banjir yang melanda kawasan

mereka secara tiba-tiba mengakibatkan kader tidak ingat akan catatan tersebut

ketika membereskan barang-barangnya atau bahkan mungkin catatan tersebut

hilang terbawa arus sungai.

Pencatatan yang tidak baik ini juga disebabkan lemahnya tuntutan

melakukan pelaporan data kepada organisasi pelaksana yang lebih tinggi. Bukan

hanya di tingkat Posyandu saja, lemahnya pelaporan ini juga terjadi hingga tingkat

Kota. Tidak adanya instruksi terkait pelaporan dan penilaian program ini

memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap lemahnya pelaporan yang

berakibat pada belum adanya penilaian terhadap pelaksanaan program MP-ASI

buffer stock ini. Sedangkan menurut Kemenkes (2012a), sumber data berupa

laporan pendistribusian MP-ASI dengan frekuensi pengamatan setiap saat dan

pelaporan setiap bulan. Berdasarkan informasi baik dari pihak Kemenkes maupun

Koordinator Gizi Sudinkes Jakarta Selatan, mereka mengaku memang luput dalam

Page 136: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

115

hal pencatatan dan pelaporan guna dilakukan penilaian. Beliau mengaku belum

menekankan tentang pencatatan dan pelaporan data hasil kegiatan pemberian MP-

ASI tersebut. Sedangkan menurut Kemenkes (2011), terdapat 2 data yang

dilaporkan, yaitu data dan informasi jumlah baduta 6-24 bulan yang mendapat

MP-ASI dan jumlah MP-ASI yang dibagikan kepada sasaran tersebut. Sehingga,

dengan adanya data tersebut, dapat diketahui apakah MP-ASI buffer stock tersebut

benar-benar tepat sasaran sesuai kriteria yang ditetapkan dan apakah MP-ASI yang

diberikan mencukupi jumlah sasaran yang ada. Sebab menurut Kemenkes (2012a),

target persentase MP-ASI buffer stock di daerah bencana ialah sebesar 100%.

Persentase ini dijabarkan dengan penghitungan jumlah MP-ASI yang diadakan

dibagi dengan jumlah buffer stock MP-ASI yang diperlukan untuk antisipasi

situasi darurat akibat bencana, KLB gizi dan situasi sulit lainnya. Rumus

perhitungan persentase tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Dari rumus tersebut dapat dilihat hasil kinerja program. Kinerja dinilai baik

jika pengadaan buffer stock MP-ASI sesuai dengan target.

Akan tetapi, dengan tidak adanya pelaporan secara berjenjang dari tingkat

Posyandu hingga Dinas kesehatan, maka hingga saat ini belum dapat dilakukan

penilaian. Sehingga belum dapat diketahui apakah MP-ASI yang mereka berikan

tepat pada sasaran, mencukupi kebutuhan atau bahkan sebaliknya. Jika penilaian

dilakukan, faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan dari program MP-ASI ini

dapat dicari, dianalisis dan diberikan pemecahan masalah tertentu sehingga

Page 137: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

116

sumber-sumber dari faktor-faktor penyebab tersebut dapat dihilangkan secara

mendasar. Dengan demikian, maka dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan

organisasi faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan tersebut tidak timbul lagi,

meskipun faktor-faktor negatif mungkin saja timbul di masa yang akan datang

(Siagian, 2012). Oleh sebab itu, agar program MP-ASI buffer stock ini efektif dan

efisien, yang dapat diketahui melalui fungsi penilaian, maka sangat diperlukan

sosialisasi secara resmi dari Kemenkes kepada Dinas Kesehatan Provinsi yang

kemudian diteruskan secara berjenjang hingga masyarakat. Selain itu dapat juga

dilakukan dengan mempublikasikan pedoman MP-ASI buffer stock yang telah

direvisi ke dalam situs perpustakaan Kemenkes. Dengan demikian, para pelaksana

program di semua tingkat dapat memahami program dengan baik termasuk

memahami tugasnya untuk melakukan pelaporan dengan baik yang berguna untuk

fungsi penilaian program tersebut.

Page 138: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

117

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan data penelitian yang telah dilakukan

pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan :

1. Perencanaan yang telah dilakukan oleh para pelaksana program masih

terdapat kekurangan dalam menentukan jumlah MP-ASI yang diberikan dan

ketentuan konsumsinya, menentukan handling cost serta tidak adanya

perencanaan untuk melakukan pengawsaan dan penilaian. Sehingga MP-ASI

yang diberikan belum seluruhnya tepat pada sasaran. Hal ini disebabkan

kurangnya sosialisasi serta belum adanya ketentuan konsumsi dalam buku

pedoman MP-ASI buffer stock.

2. Pengorganisasian oleh para pelaksana program sudah berjalan dengan baik

karena sudah sesuai dengan jabatan, tugas pokok dan fungsi para pelaksana

program di masing-masing organisasi. Kelemahan dalam pembagian tugas

adalah belum adanya penekanan pentingnya pencatatan, pengawasan dan

pelaporan. Hal ini disebabkan belum adanya instruksi terkait hal tersebut dari

tingkat Sudinkes Kota, sehingga berakibat pada kurangnya penekanan akan

pencatatan dan pelaporan data MP-ASI ini di tingkat Posyandu.

3. Dalam melaksanakan program MP-ASI buffer stock untuk bencana ini masih

terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman pemberian MP-

ASI serta pemberian makan pada anak, yaitu anak usia kurang dari 6 bulan

Page 139: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

118

dan di atas 2 tahun juga mendapat MP-ASI tersebut. Sehingga balita di lokasi

sasaran hanya mendapat MP-ASI biskuit yang sangat sedikit, tidak sampai 1

bungkus untuk 1 hari. Hal ini disebabkan belum adanya sosialisasi serta

ketentuan konsumsi MP-ASI ini dalam buku pedoman MP-ASI buffer stock

ini serta tidak sesuainya pesan dalam kemasan MP-ASI biskuit dengan sasarn

program yaitu anak usia 6-24 bulan.

4. Pengawasan program ini belum dilakukan oleh petugas pelaksana tingkat

manapun karena belum adanya perencanaan untuk melakukan pengawasan

dan instruksi yang menekankan bahwa pengawasan perlu dilakukan untuk

melihat apakah program sudah berjalan sesuai rencana atau belum.

5. Penilaian program ini juga belum dilakukan. Hal ini disebabkan tidak adanya

perencanaan untuk melakukan penilaian hasil kegiatan pemberian MP-ASI

biskuit ini. Selain itu dikarenakan belum adanya instruksi terkait pelaporan

data program MP-ASI ini sehingga sejauh ini belum juga dilakukan

pelaporan.

7.2 Saran

7.2.1 Bagi Kader Posyandu

a. Melakukan pendataan sasaran baduta yang membutuhkan MP-ASI

terlebih dahulu sebelum melakukan pendistribusian MP-ASI. Hal ini

dilakukan agar MP-ASI yang jumlahnya terbatas tersebut dapat

diberikan kepada sasaran yang tepat sehingga bermanfaat bagi

mereka.

Page 140: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

119

b. Lebih memperhatikan pencatatan sebagai bukti otentik terhadap

pelaksanaan program MP-ASI bencana ini.

c. Data hasil kegiatan pemberian MP-ASI tersebut sebaiknya tetap

dilaporkan kepada TPG Puskesmas Kelurahan Petogogan meskipun

belum diminta sebab data ini sangat berguna untuk penilaian program

MP-ASI tersebut. Jika sewaktu-waktu ada permintaan dari

Puskesmas Kecamatan, maka dapat dilaporkan dengan mudah.

7.2.2 Bagi TPG Puskemas Kelurahan Petogogan

a. Menggunakan data jumlah baduta dan status gizi baduta dari kader

sebagai dasar perencanaan pendistribusian MP-ASI. Hal ini dilakukan

agar MP-ASI yang jumlahnya terbatas tersebut dapat diberikan

kepada sasaran yang tepat sehingga bermanfaat bagi mereka.

b. Membuat metode pengawasan program dan melakukan pengawasan.

Pengawasan dapat dilakukan melalui observasi langsung, telepon atau

melalui laporan khusus program MP-ASI.

c. Membuat metode penilaian dan pelaporan hasil kegiatan serta

melaporkannya kepada TPG Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru

sesegera mungkin setelah pelaksanaan program agar dapat diketahui

hasil kegiatan tersebut. Selain itu agar data yang diberikan juga dapat

dilaporkan kepada Sudinkes Jakarta Selatan hingga Kemenkes.

Page 141: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

120

7.2.3 Bagi TPG Puskemas Kecamatan Kebayoran Baru

a. Menggunakan data jumlah baduta dan status gizi baduta dari TPG

Kelurahan sebagai dasar perencanaan pendistribusian MP-ASI. Hal

ini dilakukan agar MP-ASI yang jumlahnya terbatas tersebut dapat

diberikan kepada sasaran yang tepat sehingga bermanfaat bagi

mereka.

b. Membuat metode pengawasan program ini dan melakukan

pengawasan. Pengawasan dapat dilakukan melalui observasi

langsung, telepon atau melalui laporan khusus program MP-ASI.

c. Membuat teknis penilaian dan pelaporan hasil kegiatan serta

melaporkannya kepada Koordinator Gizi Sudinkes Jakarta Selatan

sesegera mungkin setelah mendapat laporan dari Puskesmas

Kelurahan agar dapat diketahui hasil kegiatan tersebut. Selain itu agar

data yang diberikan dapat dilaporkan juga kepada Dinkes Provinsi

DKI Jakarta hingga Kemenkes.

7.2.4 Bagi Koordinator Gizi Sudinkes Jakarta Selatan

a. Menigkatkan keaktifan untuk menanyakan petunjuk pelaksanaan dan

teknis (juklak juknis) program MP-ASI yang dibuat Kemenkes

kepada Dinas Kesehatan provinsi DKI Jakarta. Jika memang juklak

juknis tersebut belum ada, dengan berdasarkan asas desentralisasi

dapat dibuat mekanisme pelaksanaan program tersebut sesuai kondisi

wilayah DKI Jakarta, khususnya Jakarta Selatan.

Page 142: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

121

b. Membuat perencanaan handling cost untuk biaya pendistribusian

MP-ASI, metode pengawasan program dan melakukan pengawasan.

Pengawasan dapat dilakukan melalui observasi langsung, telepon

atau melalui laporan khusus program MP-ASI.

c. Membuat teknis penilaian dan pelaporan hasil kegiatan serta

melaporkannya kepada Seksi Gizi Dinkes Provinsi DKI Jakarta

sesegera mungkin setelah mendapat laporan dari Puskesmas

Kelurahan agar dapat diketahui hasil kegiatan tersebut. Selain itu

agar data yang diberikan juga dapat dilaporkan kepada Kemenkes.

d. Lebih menekanakan dan mengingatkan para TPG Puskesmas

Kecamatan akan pentingnya pencatatan dan pelaporan data hasil

kegiatan pemberian MP-ASI ini.

7.2.5 Bagi Subdit Bina Konsumsi Makanan Kemenkes RI

a. Melengkapi pedoman MP-ASI buffer stock dengan menambahkan

ketentuan konsumsi MP-ASI dan mempublikasikannya. Jika memang

tidak bisa menyebarkan pedoman kepada seluruh Dinas kesehatan

Provinsi di Indonesia, dapat dimuat di situs perpustakaan Kemenkes,

sehingga para petugas pelaksana program MP-ASI ini dapat dengan

mudah mendapatkannya.

b. Memperbaiki pesan “Hanya untuk anak 12 – 24 bulan” pada kemasan

MP-ASI biskuit dengan menyesuaikan sasaran program, yaitu anak

usia 6-24 bulan.

Page 143: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

122

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan terjemahannya

Arisman, MB. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC

Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara

_________. 2004. Kecenderungan Masalah Gizi dan Tantangan di Masa Datang.

Disampaikan pada Pertemuan Advokasi Program Perbaikan Gizi Menuju

Keluarga Sadar Gizi, di Hotel Sahid Jaya. Jakarta:

Bappenas. 2011. Rencana Aksi Pangan dan Gizi tahun 2011-2015

Depkes dan Kesos RI. Tanpa tahun. Pedoman Pengelolaan Makanan Pendamping

ASI (MP-ASI).

Depkes RI. 2001. Pedoman Penanggulangan Masalah Gizi dalam Keadaan

Darurat. Jakarta: Depkes RI

___________. 2004. Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.

___________. 2005. Pedoman Pelaksanaan Pendistribusian dan Pengelolaan

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Tahun 2005. Jakarta:

Depkes RI

___________. 2006. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu

Ibu (MP-ASI) Lokal Tahun 2006. Jakarta: Depkes RI

___________. 2007 a. Pedoman Pemberian Makanan Bayi dan Anak dalam Situasi

Darurat. Jakarta: Depkes RI

___________. 2007 b. Spesifikasi Teknis Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-

ASI). Jakarta: Depkes RI

___________. 2008. Petunjuk Teknis Bantuan Sosial (Bansos) Program Perbaikan

Gizi Masyarakat. Jakarta: Depkes RI

Emilia, Rika Chandra. 2009. Pengaruh penyuluhan ASI eksklusif terhadap

pengetahuan dan sikap ibu hamil di mukim Laura-E kecamatan Simeulue

Tengah Kabupaten Simeulue (NAD) Tahun 2008. Skripsi. Medan: FKM

Universitas Sumatera Utara

Page 144: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

123

Fitriadi. 2012. Sebagian Besar Banjir di Jakarta Selatan. Tersedia di

http://bangka.tribunnews.com Diakses pada 20 April 2012 pkl. 08.00

WIB

Hadi, Hamam. 2005. Beban Ganda Masalah Gizi dan Implikasinya terhadap

Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional. Pidato Pengukuhan

Jabatan Guru Besar pada Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.

Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada

Hazwin, dan Sudrago, Toto. 2008. Kinerja TPG Puskesmas Hubungannya Dengan

Efektivitas Program MP-ASI pada Anak Bawah Dua Tahun dengan Gizi

Buruk Di Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau. Yogyakarta: Jurnal

Manajemen Pelayanan Kesehatan. No.03 September 2008. Vol.11 UGM

Husaini, Nazar. 2012. Kelurahan Petogogan yang Dikenal sebagai Daerah Banjir.

Tersedia di http://www.pelita.or.id Diakses pada 1 Juli 2012 pkl. 20.00

WIB.

Kemenkes RI. 2010a. Pedoman Penanggulangan Masalah Gizi dalam Keadaan

Darurat. Jakarta: Kemenkes RI

___________. 2010b. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014.

___________. 2010c. Tinjauan Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana

Tahun 2009. Jakarta: Kemenkes RI

___________. 2011. Panduan Pengelolaan MP-ASI Buffer Stock. Jakarta: Kemenkes

RI

___________. 2012a. Petunjuk Pelaksanaan Surveilans Gizi. Jakarta: Kemenkes RI

___________. 2012b. Rencana Kerja Pembinaan Gizi Masyarakat 2012. Jakarta:

Kemenkes RI

Moleong, Lexy. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Muninjaya, A.A Gde. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC

Ningrum, Setya Fatma. 2008. Analisis Hubungan Fungsi Manajemen Oleh Tenaga

Pelaksana Gizi Dengan Tingkat Keberhasilan Program Pemberian

Makanan Tambahan Pada Balita Gizi Buruk di Puskesmas Kabupaten

Tegal Tahun 2006. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro

Page 145: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

124

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka

Cipta

Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru. 2012. Laporan Kegiatan Gizi Tahun 2011.

Puskesmas Kelurahan Petogogan. 2012. Laporan Tahunan Tahun 2011.

Ramadhan, M. Arbi. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Berat Badan Tidak

Naik (2T) pada Baduta Gakin setelah Pemberian Program MP-ASI

Kemenkes di Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan Tahun 2011.

Skripsi. Jakarta: FKIK UIN

Shihab, M. Quraish. 2000. Wawasan Al-Quran: Tafsir Maudhu’I atas Pelbagai

Persoalan Umat. Bandung: Penerbit Mizan

Siagian. Sondang P. 2012. Fungsi-fungsi Manajerial. Edisi Revisi. Cetakan ketiga.

Jakarta: Bumi Akasara

Simanjuntak, Elvi N. 2007. Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Pola Pemberian

ASI, MP-ASI dan Pola Penyakit pada Bayi Usia 0-12 Bulan di Dusun III

Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli

Serdang Tahun 2007. Skripsi. Medan: USU

Sugiyono. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitaif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabet

Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan. 2011. Laporan Tahunan

Tahun 2010.

Sumandoyo, Arbi. 2012. Tiga Wilayah yang Jadi Langganan Banjir karena Kali

Krukut. Tersedia di http://www.merdeka.com Diakses pada 20 April 2012

pkl. 08.00 WIB

Terry, George R. 1986. Asas-asas Menejemen. Penerjemah: Winardi. Cetakan ke-4.

Edisi ke-8. Bandung: Penerbit Alumni

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Penanggulangan Bencana

Page 146: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

Pedoman Wawancara Mendalam untuk

Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas Kelurahan Petogogan

“Analisis Manajemen Program Pemberian MP-ASI Biskuit pada Baduta yang

Menjadi Korban Banjir di Kelurahan Petogogan

Jakarta Selatan Tahun 2012”

Tanggal :

Nama Pewawancara :

Karakteristik Informan

1. Nama Informan :

2. Tempat, Tanggal lahir :

3. Pendidikan terakhir :

4. Lama bekerja sebagai pelaksana program MP-ASI :

5. Nomor Ponsel :

Pertanyaan

1. Bagaimana cara Bapak/Ibu merencanakan kegiatan pemberian MP-ASI di lokasi

banjir?

2. Hambatan apa sajakah yang biasanya muncul dalam perencanaan?

3. Bagaimana cara menentukan kegiatan dan pembagian tugas dalam program MP-

ASI ini?

4. Hambatan apa sajakah yang biasanya muncul dalam pengorganisasian?

5. Bagaimana cara Bapak/Ibu mensosialisasikan program pemberian MP-ASI

kepada kader yang melaksanakan kegiatan pemberian MP-ASI?

Page 147: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

6. Bagaimana cara Bapak/Ibu menggerakan kader dalam pelaksanaan program MP-

ASI ini? Bagaimana kesesuaian dengan perencanaan yang telah dibuat?

7. Apa sajakah kesulitan Bapak/Ibu dalam menggerakan kader tersebut?

8. Bagaimana cara Bapak/Ibu melakukan pengawasan terhadap kinerja kader

dalam pelaksanaan program pemberian MP-ASI?

9. Apa sajakah kesulitan dan hambatan yang dialami dalam melaksanakan

pengawasan program pemberian MP-ASI?

10. Seperti apa evaluasi yang dilakukan terhadap pelaksanaan program MP-ASI di

tingkat masyarakat?

11. Apa saja hambatan dalam penilaian/evaluasi pelaksanaan program MP-ASI?

Page 148: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

Pedoman Wawancara Mendalam untuk

Tenaga Pelaksana Gizi Puskesmas Kebayoran Baru

“Analisis Manajemen Program Pemberian MP-ASI Biskuit pada Baduta yang

Menjadi Korban Banjir di Kelurahan Petogogan

Jakarta Selatan Tahun 2012”

Tanggal :

Nama Pewawancara :

Karakteristik Informan

1. Nama Informan :

2. Tempat, Tanggal lahir :

3. Pendidikan terakhir :

4. Lama bekerja sebagai pelaksana program MP-ASI :

5. Nomor Ponsel :

Pertanyaan

1. Dengan pihak mana saja Bapak/Ibu berkoordinasi dalam penyusunan rencana

pelaksanaan kegiatan pemberian MP-ASI ini? Hal apa saja yang

dikoordinasikan?

2. Hambatan apa sajakah yang biasanya muncul dalam perencanaan?

3. Bagaimana cara menentukan kegiatan dan pembagian tugas dalam program MP-

ASI ini?

4. Hambatan apa sajakah yang biasanya muncul dalam pengorganisasian?

5. Bagaimana cara Bapak/Ibu mensosialisasikan program pemberian MP-ASI

kepada TPG kelurahan yang melaksanakan kegiatan pemberian MP-ASI?

Page 149: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

6. Bagaimana cara Bapak/Ibu menggerakan TPG kelurahan dalam pelaksanaan

program MP-ASI ini? Bagaimana kesesuaian dengan perencanaan yang telah

dibuat?

7. Apa sajakah kesulitan Bapak/Ibu dalam menggerakan TPG kelurahan tersebut?

8. Bagaimana metode pengawasan untuk pelaksanaan program pemberian MP-

ASI ini?

9. Bagaimana metode penilaian/evaluasi terhadap pelaksanaan program MP-ASI

ini?

10. Apa saja hambatan dalam penilaian/evaluasi pelaksanaan program MP-ASI?

Page 150: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

Pedoman Wawancara Mendalam untuk

Koordinator Gizi Sudinkes Kota Jakarta Selatan

“Analisis Manajemen Program Pemberian MP-ASI Biskuit pada Baduta yang

Menjadi Korban Banjir di Kelurahan Petogogan

Jakarta Selatan Tahun 2012”

Tanggal :

Nama Pewawancara :

Karakteristik Informan

1. Nama Informan :

2. Tempat, Tanggal lahir :

3. Pendidikan terakhir :

4. Nomor Ponsel :

Pertanyaan

1. Bagaimana cara Ibu menyusun kebutuhan tenaga, logistik, tempat, anggaran dan

sasaran program MP-ASI?

2. Dengan pihak mana saja Ibu berkoordinasi dalam penyusunan rencana

pelaksanaan kegiatan pemberian MP-ASI ini? Hal apa saja yang

dikoordinasikan?

3. Hambatan apa sajakah yang biasanya muncul dalam perencanaan?

4. Bagaimana cara menentukan kegiatan dan pembagian tugas dalam program MP-

ASI ini?

5. Hambatan apa sajakah yang biasanya muncul dalam pengorganisasian?

Page 151: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

6. Bagaimana cara Ibu mensosialisasikan program pemberian MP-ASI kepada TPG

yang melaksanakan kegiatan pemberian MP-ASI?

7. Bagaimana cara Ibu menggerakan kader dalam pelaksanaan program MP-ASI

ini? Bagaimana kesesuaian dengan perencanaan yang telah dibuat?

8. Bagaimana cara Ibu menggerakan TPG dalam pelaksanaan program pemberian

MP-ASI ini? Bagaimana kesesuaian dengan perencanaan yang telah dibuat?

9. Apa sajakah kesulitan Ibu dalam menggerakan TPG tersebut?

10. Bagaimana metode pengawasan untuk pelaksanaan program pemberian MP-

ASI ini?

11. Bagaimana cara pemantauan terhadap gudang penyimpanan MP-ASI di

Puskesmas?

12. Bagaimana cara Ibu melakukan pengawasan terhadap kinerja TPG dalam

pelaksanaan program pemberian MP-ASI?

13. Apa sajakah kesulitan dan hambatan yang dialami dalam melaksanakan

pengawasan program pemberian MP-ASI?

14. Bagaimana metode penilaian/evaluasi terhadap pelaksanaan program MP-ASI

ini?

15. Apa saja hambatan dalam penilaian/evaluasi pelaksanaan program MP-ASI?

Page 152: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

Pedoman Wawancara Mendalam untuk Kader Posyandu

“Analisis Manajemen Program Pemberian MP-ASI Biskuit pada Baduta yang

Menjadi Korban Banjir di Kelurahan Petogogan

Jakarta Selatan Tahun 2012”

Tanggal :

Nama Pewawancara :

Karakteristik Informan

1. Nama Informan :

2. Tempat, Tanggal lahir :

3. Pendidikan terakhir :

4. Nomor Ponsel :

Pertanyaan

1. Bagaimana cara Ibu merencanakan kegiatan pemberian MP-ASI di lokasi banjir?

Apa saja rencana yang disusun?

2. Hambatan apa sajakah yang biasanya muncul dalam perencanaan?

3. Bagaimana pelaksanaan kegiatan pemberian MP-ASI ini, sesuaikah dengan

rencana yang telah dibuat?

4. Bagaimana cara pengawasan program pemberian MP-ASI ini?

5. Apa sajakah kesulitan dan hambatan yang dialami dalam melaksanakan

pengawasan pemberian MP-ASI?

6. Bagaimana metode penilaian/evaluasi terhadap pelaksanaan program MP-ASI

ini?

7. Apa saja hambatan dalam penilaian/evaluasi pelaksanaan program MP-ASI?

Page 153: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

Pedoman Wawancara Mendalam untuk Ibu Baduta

“Analisis Manajemen Program Pemberian MP-ASI Biskuit pada Baduta yang

Menjadi Korban Banjir di Kelurahan Petogogan

Jakarta Selatan Tahun 2012”

Tanggal :

Nama Pewawancara :

Karakteristik Informan

1. Nama Informan :

2. Tempat, Tanggal lahir :

3. Pendidikan terakhir :

4. Nomor Ponsel :

Pertanyaan

1. Berapa banyak MP-ASI biskuit yang ibu terima?

2. Siapa yang memberikannya dan bagaimana cara memberikannya?

3. Bagaimana cara kader dalam melakukan sosialisasi program MP-ASI ini?

4. Siapa saja yang mengonsumsi biskuit tersebut?

5. Bagaimana cara ibu menghidangkan MP-ASI biskuit tersebut?

6. Bagaimana pengawasan yang dilakukan kader atau TPG terhadap ibu saat

memberikan MP-ASI pada badutanya? Hal apa saja yang dipantau?

7. Apa saja hambatan yang ditemui dalam memperoleh MP-ASI biskuit tersebut?

Page 154: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

Pedoman Wawancara Mendalam untuk

Staf Subdit Bina Konsumsi Makanan Kemenkes RI

“Analisis Manajemen Program Pemberian MP-ASI Biskuit pada Baduta yang

Menjadi Korban Banjir di Kelurahan Petogogan

Jakarta Selatan Tahun 2012”

Tanggal :

Nama Pewawancara :

Karakteristik Informan

1. Nama Informan :

2. Tempat, Tanggal lahir :

3. Pendidikan terakhir :

4. Nomor Ponsel :

Pertanyaan

1. Bagaimana cara Bapak/Ibu menyusun tujuan, sasaran serta prosedur

pelaksanaan program MP-ASI bencana?

2. Bagaimana cara menentukan kegiatan dan pembagian tugas dalam program MP-

ASI ini?

3. Bagaimana cara Bapak/Ibu mensosialisasikan program MP-ASI bencana ini?

4. Bagaimana metode pengawasan untuk pelaksanaan program MP-ASI ini?

5. Bagaimana metode penilaian/evaluasi terhadap pelaksanaan program MP-ASI

ini?

Page 155: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

Lembar Observasi Karakteristik Produk MP-ASI

“Gambaran Manajemen Program Pemberian MP-ASI Biskuit pada Baduta yang

Menjadi Korban Banjir di Kelurahan Petogogan

Jakarta Selatan Tahun 2012”

Spesifikasi Teknis Produk MP-ASI Biskuit

No. Hal yang diamati Ya Tidak Keterangan

1 MP-ASI biskuit terbuat dari campuran terigu,

margarin, gula, susu, lesitin kedelai, garam

bikarbonat, dan diperkaya dengan vitamin dan

mineral serta ditambah dengan penyedap rasa

dan aroma (flavour).

2 MP-ASI biskuit berbentuk keping bundar

berdiameter 5-6 cm, berat 10 gram per keping.

Pada permukaan atas biskuit tercantum tulisan

“MP-ASI”.

3 Nama Produk: “MP-ASI biskuit” disertai

lambang Kemenkes dan logo halal Majelis

Ulama Indonesia (MUI)

4 Keterangan berat bersih sebesar 120 gram √

5 Nama dan alamat produsen √

6 Informasi dan kandungan gizi per 100 gram √

7 Petunjuk penyimpanan sebelum dan sesudah

kemasan dibuka

8 Kode produksi √

9 Nomor pendaftaran pangan (registrasi) BPOM √

10 Tanggal kadaluarsa (bulan dan tahun) √

11 Pesan “Hanya untuk anak 12 – 24 bulan” √

12 Tulisan “GRATIS” √

Page 156: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

Lembar Telaah Dokumen

“Analisis Manajemen Program Pemberian MP-ASI Biskuit pada Baduta yang

Menjadi Korban Banjir di Kelurahan Petogogan

Jakarta Selatan Tahun 2012”

No. Dokumen yang ditelaah Ya Tidak Keterangan

1 Tanda terima distribusi MP-

ASI dari Kemenkes

2 Tanda terima distribusi MP-

ASI Sudinkes Jakarta Selatan

√ Perencanaan distribusi

dibuat langsung di

tanda terima

3 Tanda terima distribusi MP-

ASI Puskesmas Kecamatan

Kebayoran Baru

√ Perencanaan distribusi

dibuat langsung di

tanda terima

4 Tanda terima distribusi MP-

ASI Puskesmas Kelurahan

Petogogan

√ Perencanaan distribusi

dibuat langsung di

tanda terima

5 Data balita di Posyandu √

6 Profil ketenagaan puskesmas

Kecamatan Kebayoran Baru

7 Profil ketenagaan puskesmas

Kelurahan Petogogan

9 Buku Pedoman Pengelolaan

MP-ASI buffer stock (di tingkat

kemenkes)

10 Buku Pedoman Pengelolaan

MP-ASI buffer stock (di tingkat

Sudinkes Jaksel)

√ Tidak terdapat buku

pedoman tersebut

11 Buku Pedoman Pengelolaan

MP-ASI buffer stock (di tingkat

Puskesmas Kecamatan dan

Kelurahan)

√ Tidak terdapat buku

pedoman tersebut

12 Lembar pengecekan tempat

penyimpanan MP

√ Tidak terdapat lembar

pengecekan tersebut

13 Lembar pengecekan

pendistribusian MP

√ Tidak terdapat lembar

pengecekan tersebut

14 Lembar pengawasan konsumsi

MP

√ Tidak terdapat lembar

pengawasan tersebut

15 Lembar evaluasi program

pemberian MP

√ Tidak terdapat lembar

evaluasi tersebut

Page 157: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

Matriks Wawancara Mendalam pada Kader Posyandu

No. Aspek Keterangan Kader Posyandu

Dahlia Melati Kuntum Mekar Anggrek Seruni Kenanga

1. Perencanaan

Penyusunan

rencana

kegiatan

pemberian

MP-ASI

biskuit untuk

baduta korban

bencana

Perencanaan dibuat oleh kader posyandu yang meliputi perencanaan sasaran dan jumlah MP-ASI biskuit yang

akan diberikan. Tidak ada perencanaan pengawasan dan penilaian hasil kegiatan.

Hambatan

dalam

penyusunan

perencanaan

kegiatan

pemberian

MP-ASI

biskuit untuk

baduta korban

bencana

Tidak ada

hambatan, yang

penting

membagi habis

MP-ASI yang

ada sebab

kebetulan

jumlah MP-ASI

yang diberikan

sesuai dengan

jumlah

balitanya,

sehingga 1

orang mendapat

1 bungkus MP-

ASI.

MP-ASI yang

diberikan

sedikit, sehingga

perlu

mensiasatinya

dengan

membagi 2

bungkus MP-

ASI biskuit

untuk 3 orang

anak. Serta

menambahkan

biskuit produk

lain. Sehingga 1

orang mendapat

8 keping biskuit

MP-ASI dan

produk lain.

MP-ASI yang

diberikan

sedikit, sehingga

1 orang

mendapat 3-4

keping biskuit

dan kader

menambahkan

biskuit produk

lain dengan

menggunakan

dana swadaya

mayarakat.

MP-ASI yang

diberikan

memang sedikit,

sehingga

pemberiannya

diutamakan

kepada baduta

BGM. Setiap

baduta

mendapat 1 pak

besar yang

berisi 7 bungkus

MP-ASI.

MP-ASI yang

diberikan

memang sedikit,

sehingga

pemberiannya

diutamakan

kepada baduta

BGM. Setiap

baduta

mendapat 1 pak

besar yang berisi

7 bungkus MP-

ASI.

MP-ASI yang

diberikan

sedikit, sehingga

1 orang

mendapat 5

keping biskuit

dan kader

menambahkan

makanan lain

dengan

menggunakan

dana swadaya

mayarakat.

Page 158: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

2. Pengorganisasian

Pembagian

tugas dalam

program MP-

ASI biskuit

untuk baduta

korban

bencana

Tugas diberikan oleh TPG Puskesmas Kelurahan Petogogan untuk mendistribusi-kan MP-ASI ketika banjir.

3. Penggerakan

Pelaksanaan

kegiatan sesuai

rencana

Kegiatan

dilaksanakan

sesuai rencana,

yaitu membagi

MP-ASI kepada

semua ibu balita

secara merata.

Kegiatan

dilaksanakan

sesuai rencana,

yaitu membagi

MP-ASI kepada

semua ibu balita

secara merata.

Kegiatan

dilaksanakan

sesuai rencana,

yaitu membagi

MP-ASI kepada

semua ibu balita

secara merata

Kegiatan

dilaksanakan

sesuai rencana,

yaitu membagi

MP-ASI kepada

baduta BGM.

Kegiatan

dilaksanakan

sesuai rencana,

yaitu membagi

MP-ASI kepada

baduta BGM.

Kegiatan

dilaksanakan

sesuai rencana,

yaitu membagi

MP-ASI kepada

semua ibu balita

secara merata

Kesulitan

dalam

melaksanakan

kegiatan sesuai

rencana

Tidak terdapat

kesulitan karena

dapat membagi

secara adil.

Tidak terdapat

kesulitan karena

dapat membagi

secara adil

meskipun

sedikit.

Tidak terdapat

kesulitan karena

dapat membagi

secara adil

meskipun

sedikit.

Tidak terdapat

kesulitan karena

dapat memberi

pengertian

kepada ibu

balita yang lain

yang tidak

mendapat MP-

ASI.

Tidak terdapat

kesulitan karena

dapat memberi

pengertian

kepada ibu

balita yang lain

yang tidak

mendapat MP-

ASI.

Tidak terdapat

kesulitan karena

dapat membagi

secara adil

meskipun

sedikit.

4. Pengawasan

Cara

melakukan

pengawasan

program

pemberian

MP-ASI

biskuit untuk

Tidak ada pengawasan karena tidak ada perencanaan dan isnstruksi untuk melakukan pengawasan.

Page 159: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

baduta korban

bencana

Hambatan

dalam

melaksanakan

pengawasan

program

pemberian

MP-ASI

biskuit untuk

baduta korban

bencana

Tidak adanya instruksi untuk melakukan pengawasan dan karena MP-ASI yang diberikan hanya sedikit,

sehingga bisa langsung habis setelah dibagikan.

5. Penilaian

Cara penialian

program MP-

ASI biskuit

untuk baduta

korban

bencana

Penilaian belum dilakukan karena tidak ada perencanaan untuk melakukan penilaian yang disebabkan tidak

adanya instruksi untuk melapor dan malakukan penilaian hasil kegiatan pemberian MP-ASI biskuit bencana ini.

Hambatan

dalam

penilaian/evalu

asi

program MP-

ASI biskuit

untuk baduta

korban

bencana

Tidak adanya instruksi untuk melapor dan malakukan penilaian hasil kegiatan pemberian MP-ASI biskuit

bencana ini.

Page 160: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

Matriks Wawancara Mendalam pada Ibu Baduta yang Mendapat MP-ASI

No. Aspek Keterangan Kader Posyandu

Dahlia Melati Kuntum Mekar Anggrek Seruni Kenanga

1. Penggerakan

MP-ASI yang

diperoleh

Tiap 1 anak

mendapat 1

bungkus MP-

ASI.

Tiap 1 anak

mendapat 8

keping biskuit

MP-ASI dan

ditambah

produk lain.

Tiap 1 anak

mendapat 3

keping biskuit

MP-ASI dan

ditambah

produk lain.

Tiap 1 anak

mendapat 1 pak

besar yang berisi

7 bungkus MP-

ASI.

Tiap 1 anak

mendapat 1 pak

besar yang berisi

7 bungkus MP-

ASI.

Tiap 1 anak

mendapat 5

keping biskuit

MP-ASI dan

ditambah

makanan lain.

Sosialisasi dari

kader

MP-ASI yang diberikan harus dihabiskan dan hanya boleh dikonsumsi oleh baduta.

Cara

memperoleh

MP-ASI

biskuit

Dibagikan di

Posyandu

setelah banjir

surut.

Dibagikan di

Posyandu

setelah banjir

surut.

Dibagikan di

Posyandu

setelah banjir

surut.

Dibagikan di

Posyandu

setelah banjir

surut dan diantar

kerumah bagi

yang tidak hadir

di Posyandu.

Dibagikan di

Posyandu

setelah banjir

surut dan diantar

kerumah bagi

yang tidak hadir

di Posyandu.

Dibagikan di

Posyandu

setelah banjir

surut.

Siapa dan cara

mengonsumsi

MP-ASI

biskuit

Dikonsumsi

hanya oleh

balita dengan

dimakan

langsung dan

dicelup air.

Dikonsumsi

hanya oleh

balita karena

hanya mendapat

sedikit, caranya

dengan dimakan

langsung.

Dikonsumsi

hanya oleh

balita karena

hanya mendapat

sedikit, caranya

dengan dimakan

langsung.

Dikonsumsi

hanya oleh

balita dengan

dimakan

langsung dan

dicelup air.

Dikonsumsi

hanya oleh

balita dengan

dimakan

langsung dan

dicelup air.

Dikonsumsi

hanya oleh

balita karena

hanya mendapat

sedikit, caranya

dengan dimakan

langsung.

2. Pengawasan

Pengawasan

dari kader

Tidak ada pengawasan, kader hanya membagikan biskuit.

Page 161: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

Matriks Wawancara Mendalam pada Koordinator Gizi Sudinkes

Kota Jakarta Selatan

No. Aspek Keterangan

1. Perencanaan

Penyusunan rencana

kegiatan pemberian MP-ASI

biskuit untuk baduta korban

bencana

Perencanaan dibuat oleh Koordinator Gizi

Sudinkes Kota Jakarta Selatan yang meliputi

perencanaan jumlah MP-ASI biskuit dan

wilayah yang akan diberikan serta

penanggung jawab kegiatan pemberian di

tingkat kecamatan. Tidak ada perencanaan

anggaran distribusi (handling cost). Tidak ada

perencanaan untuk melakukan pengawasan

dan penilaian.

Hambatan dalam

penyusunan perencanaan

kegiatan pemberian

MP-ASI biskuit untuk baduta

korban bencana

Tidak adanya ketentuan konsumsi MP-ASI

biskuit tersebut, tidak adanya ketentuan

anggaran untuk distribusi (handling cost).

2. Pengorganisasian

Penentuan kegiatan dan

pembagian tugas dalam program

MP-ASI biskuit untuk baduta

korban bencana

Penugasan diberikan kepada TPG Puskesmas

Kecamatan yang disesuaikan dengan

kapasitasnya sebagai penanggung jawab

program gizi di Puskesmas Kecamatan.

Hambatan dalam melakukan

pengorganisasian

Belum adanya ketentuan pengorganisasian

program ini, sehingga penugasan disesuaikan

dengan tujuan program untuk memberikan

MP-ASI tersebut. Tugas yang diberikan

kepada TPG Puskesmas Kecamatan adalah

untuk mendistribusikan MP-ASI biskuit

tersebut pada wilayah rawan banjir.

3. Penggerakan

Cara menggerakan petugas

program pemberian MP-ASI

biskuit untuk baduta korban

bencana

Penggerakan dilakukan melalui rapat koordinasi antar TPG

Puskesmas Kecamatan. Pembagian MP-ASI

dilakukan sesuai dengan perencanaan yang

telah dibuat. Kesulitan dalam menggerakan

TPG Puskesmas Kelurahan

Petogogan

Tidak terdapat kesulitan karena dapat

menjaga hubungan baik melalui komunikasi

yang baik dengan TPG Puskesmas

Kecamatan.

4. Pengawasan

Cara Tidak ada pengawasan karena tidak ada

Page 162: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

melakukan pengawasan program pemberian MP-ASI

biskuit untuk baduta korban

bencana

perencanaan untuk melakukan pengawasan

yang disebabkan tidak adanya instruksi untuk

mengawasinya dan adanya asumsi untuk

mempercayakan kepada TPG dan kader

dalam melakukan pengawasan.

Hambatan dalam melaksanakan pengawasan

program pemberian MP-ASI

biskuit untuk baduta korban

bencana

Tidak adanya instruksi untuk melakukan

pengawasan dan karena tidak semua wilayah

terjadi bencana pada waktu yang sama,

sehingga sulit mengawasi jalannya program

ini.

5. Penilaian

Cara penialian program MP-ASI biskuit untuk

baduta korban bencana

Penilaian belum dilakukan karena tidak ada

perencanaan untuk melakukan penilaian yang

disebabkan tidak adanya instruksi untuk

melapor dan malakukan penilaian hasil

kegiatan pemberian MP-ASI biskuit bencana

ini.

Hambatan dalam

penilaian/evaluasi program MP-ASI biskuit untuk

baduta korban bencana

Tidak adanya instruksi untuk melapor dan

malakukan penilaian hasil kegiatan pemberian

MP-ASI biskuit bencana ini.

Page 163: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

Matriks Wawancara Mendalam pada Kasie Bimbingan dan Evaluasi

Subdit Bina Konsumsi Makanan Kemenkes RI

No. Aspek Keterangan

1. Perencanaan

Penyusunan rencana

program pemberian MP-ASI

biskuit untuk baduta korban

bencana

Perencanaan yang dibuat adalah mengenai

tujuan, sasaran, target da prosedur

pelaksanaan program, tetapi masih belum

dilengkapi dengan ketentuan konsumsi MP-

ASI.

Hambatan dalam

penyusunan perencanaan

kegiatan pemberian

MP-ASI biskuit untuk baduta

korban bencana

Tidak adanya ketentuan konsumsi MP-ASI

biskuit tersebut karena pembuatan pedoman

dilakukan secara cepat untuk memenuhi

kebutuhan mendesak, yang penting program

ini memiliki petunjuk pelaksanaannya.

2. Pengorganisasian

Penentuan kegiatan dan

pembagian tugas dalam program

MP-ASI biskuit untuk baduta

korban bencana

Pengorganisasian program terdapat dalam

pedoman MP-ASI yang telah dibuat yang

disesuaikan dengan kapasaitas pelaksana di

tiap tingkat organisasi pelaksana.

3. Penggerakan

Cara mensosialisasikan program Sosialisasi dilakukan satu kali pada tahun

2010 melalui pertemuan regional antar

pelaksana program gizi tingkat provinsi.

Tidak ada rencana untuk mensosialisasikan

program ini kembali. 4. Pengawasan

Metode pengawasan program pemberian MP-ASI

biskuit untuk baduta korban

bencana

Seharusnya pengawasan dilakukan secara

berjenjang, untuk di lapangan yang

mengawasi adalah petugas gizi dan dibantu

kader. Namun sejauh ini belum ada

pengawasan.

Hambatan dalam melaksanakan pengawasan

program pemberian MP-ASI

biskuit untuk baduta korban

bencana

Belum adanya pelaporan dari tingkat bawah.

5. Penilaian

Metode penialian program MP-ASI biskuit untuk

baduta korban bencana

Seharusnya penilaian dilakukan secara

berjenjang setelah kegiatan pemberian MP-

ASI, minimal 2 kali dalam setahun, dengan

melihat apakah MP-ASI yang diberikan

sesuai dengan jumlah baduta yang ada, namun

Page 164: ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM PEMBERIAN MP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25949/1/mizna... · terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan dan pedoman ... 2007

sejauh ini belum dilakukan.

Hambatan dalam penilaian program MP-ASI biskuit untuk

baduta korban bencana

Belum adanya pelaporan hasil kegiatan dari

tingkat bawah.