analisis majas perbandingan, pertautan , dan pertentangan, dalam novel … · 2019. 5. 6. · novel...

243
ANALISIS MAJAS PERBANDINGAN, PERTAUTAN , DAN PERTENTANGAN, DALAM NOVEL DILAN: DIA ADALAH DILANKU TAHUN 1990 KARYA PIDI BAIQ SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh Eliana Dewi NIM : 141224038 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONSEIA JURUSAN PENIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 06-Feb-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • ANALISIS MAJAS PERBANDINGAN, PERTAUTAN , DAN

    PERTENTANGAN, DALAM NOVEL DILAN: DIA ADALAH DILANKU

    TAHUN 1990 KARYA PIDI BAIQ

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

    Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

    Oleh

    Eliana Dewi

    NIM : 141224038

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONSEIA

    JURUSAN PENIDIKAN BAHASA DAN SENI

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2019

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • i

    ANALISIS MAJAS PERBANDINGAN, PERTAUTAN, DAN

    PERTENTANGAN, DALAM NOVEL DILAN: DIA ADALAH DILANKU

    TAHUN 1990 KARYA PIDI BAIQ

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

    Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

    Oleh

    Eliana Dewi

    NIM : 141224038

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONSEIA

    JURUSAN PENIDIKAN BAHASA DAN SENI

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2019

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini saya persembahkan

    Kepada: Tuhan Yesus Kristus

    Yang telah memberikan hikmat, perlindungan, dan berkatnya kepada saya.

    Kepada orang tua saya yaitu Bapak Alexius Hartono dan Ibu saya Agnes Enik

    Yulianti

    Yang selalu mendukung, medoakan, dan meyemangati saya agar dapat

    menyelesaikan pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    MOTTO

    Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah. (Lessing)

    Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil, kita

    baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik.

    ( Evelyn Underhill)

    Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi

    nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam

    doa dan permohonan dengan ucapan syukur. (Filipi 4:6)

    Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan, maka terlaksanalah

    segala rencanamu. (Amsal 16:3)

    Lakukanlah kewajibanmu dengan setia terhadap Tuhan, Allahmu,

    dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya, dan dengan

    tetap mengikuti segala ketetapan, perintah, peraturan dan

    ketentuan-Nya, seperti yang tertulis dalam hukum Musa, supaya

    engkau beruntung dalam segala yang kaulakukan dan dalam

    segala yang kau tuju.

    (1 Raja-Raja 2:3)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    ABSTRAK

    Dewi, Eliana. 2018. Analisis Majas Perbandingan, Pertautan, Dan

    Pertentangan Dalam Novel Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990

    Karya Pidi Baiq. Skripsis S1. Yogyakarta: Pendidikan Bahasa dan Sastra

    Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata

    Dharma Yogyakarta.

    Penelitian ini menganalisis majas perbandingan, pertautan, dan

    pertentangan pada novel Dilan: Dia Dilanku tahun 1990 karya Pidi Baiq. Tujuan

    utama penelitian ini adalah mendeskripsikan jenis majas perbandingan, pertautan,

    serta pertentangan dan majas yang dominan digunakan pada novel Dilan: Dia

    Dilanku tahun 1990. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan

    pendekatan kualitatif. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dalam

    penelitian ini adalah membaca, mencermati, mencatat, membuat tabel, dan

    mendeskripsikan data yang diperoleh. Instrumen dalam penelitian ini yaitu

    peneliti sendiri yang dibantu alat pengumpulan data. Analisis data dilakukan

    dengan tahapan mengidentifikasi data hasil temuan, mengklasifikasikan data hasil

    temuan, mencermati berdasarkan jenis majas perbandingan, pertautan, dan

    pertentangan, serta mendeskripsikan hasil analisis data tersebut.

    Hasil penelitian pada novel Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 karya

    Pidi Baiq menunjukkan bahwa majas perbandingan meliputi personifikasi,

    depersonifikasi, antitesis, dan perifrasis. Majas pertautan mencakup metonimia,

    sinekdoke, alusi, antonomasia, dan erotesis. Adapun majas pertentangan meliputi

    hiperbola, litotes, oksimoron, satire, innuendo, klimaks, antiklimaks, dan apofasis

    atau preterisio. Majas yang dominan dalam novel Dilan: Dia Adalah Dilanku

    Tahun 1990 secara berturut-turut dari yang terbanyak yaitu: hiperbola, erotesis,

    satire, innuendo, perifrasis, antitesis, metonimia, antonomasia, dan personifikasi.

    Penelitian ini terdapat tiga saran yaitu bagi para sastrawan agar lebih kreatif lagi

    dalam penggunaan majas, bagi peneliti lain agar tidak terbatas dalam penggunaan

    majas, dan bagi pembaca untuk lebih mencermati pemakaian gaya bahasa agar

    dapat menikmati novel.

    Kata kunci: novel dan majas perbandingan, pertautan, dan pertentangan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ix

    ABSTRACT

    Dewi, Eliana. 2018. The Analysis of Comparative, Linkage, and Contradictive

    Figure of Speeches in Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 novel by

    Pidi Baiq. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language Education Study

    Program, Teaching and Education Faculty, Sanata Dharma University.

    This research analyzed the comparative, linkage, and contradictive figure

    of speeches in a novel entitled Dilan: Dia Dilanku tahun 1990 written by Pidi

    Baiq. The aim of the research is to describe the types of the comparative, linkage,

    and contradictive figure of speeches which are dominantly used in Dilan: Dia

    Dilanku tahun 1990 novel. This research was included as a descriptive research

    with qualitative approach. The data collection technique employed in this

    research was reading, scanning, note taking, tabling, and data describing. The

    research instrument was the the researcher herself helped by the data collections.

    The data analysis was done by identifying the findings, classifying the findings,

    analyzing the figure of speeches according to the types, and describing the

    analysis results of all the data collected.

    The findings of this research on Dilan: Dia Dilanku tahun 1990 novel by

    Pidi Baiq showed that the figure of speeches used were personification,

    depersonification, antithesis, and periphrases. The linkage included metonymy,

    sinekdoke, allusion, antimony, and erotics. The contradictive figure of speech

    were hyperbole, litotes, oksimoron, satire, innuendo, climax, anticlimax, and

    apophasis or preterisio. The figure of speeches used in Dilan: Dia Dilanku tahun

    1990 novel from the most frequent to the less one were hyperbole, erotics, satire,

    innuendo, periphrasis, antithesis, metonymy, antimony, and personification. This

    research study also gives suggestion to any book authors to be more creative in

    using figure of speeches, to the future researchers who will work on similar

    project to be more indefinite to explore more the figure of speeches, and to the

    readers to be more thoroughly perceiving various figure of speeches in order to

    enjoy the novel more.

    Keywords : novel, the comparative, linkage, and contradictive figure of speeches

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

    berkat dan perlindungan-Nya untuk penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

    dengan baik dan lancar. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang

    harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada prodi

    Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Penulis menyadari bahwa skripsi ini

    dapat diselesaikan berkat dukungan dari beberapa pihak. Untuk itu, penulis ingin

    mengucapkan terimakasih kepada:

    1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

    Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    2. Drs. J.Prapta Diharja, S.J. M.Hum., selaku dosen pembimbing pertama

    yang telah memberikan bimbingan, motivasi, perhatian, dan masukan demi

    kesempurnaan skripsi ini.

    3. Dr. Y.Karmin, M.Pd., selaku dosen pembimbing kedua yang telah

    memberikan bimbingan, motivasi, perhatian, dan masukan demi

    kesempurnaan skripsi.

    4. Para dosen PBSI yang telah membagikan ilmu dan pengalaman selama

    penulisan menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma

    Yogyakarta.

    5. Ayah dan Ibu, Alexius Hartono dan Agnes Enik Yulianti, yang telah

    memberikan dukungan, doa, dan semangat dalam meyelesaikan skripsi.

    6. Kakak-kakak penulis: Endi Purnama, Armela, Erni Sulistya, dan Erik

    FajarAdi Saputra yang selalu mendukung, memotivasi, dan menyemangati

    kepada penulis.

    7. Seluruh keluarga besar yang selalu memberikan dukungan kepada penulis.

    8. Teman-teman dekat saya dan seluruh teman PBSI atas kerjasama dan

    kebersamaan selama ini.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii

    HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii

    HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv

    HALAMAN MOTO ........................................................................................... v

    HALAMAN KEASLIAN KARYA ................................................................... vi

    HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ..................... vii

    ABSTRAK ....................................................................................................... viii

    ABSTRACT .......................................................................................................... ix

    KATA PENGANTAR ........................................................................................ x

    DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi

    BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

    A. Latar Belakang .................................................................................. 1

    B. Rumusan Masalah .............................................................................. 4

    C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 4

    D. Manfaat Penelitian.............................................................................. 4

    E. Batasan Istilah ..................................................................................... 5

    F. Sistematika Penyajian ......................................................................... 6

    BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 8

    A. Penelitian Relevan .............................................................................. 8

    B. Landasan Teori ................................................................................. 10

    C. Pengertian Sastra .............................................................................. 10

    D. Pengertian Novel .............................................................................. 10

    E. Pengertian Majas .............................................................................. 12

    F. Jenis-jenis Majas ................................................................................ 13

    1. Majas Perbandingan ...................................................................... 13

    2. Majas Pertautan ............................................................................ 17

    3. Majas Pertentangan ....................................................................... 22

    4. Majas Peulangan ............................................................................ 33

    G. Kerangka Berpikir ............................................................................. 34

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    BAB III METODE PENELITIAN.................................................................... 37

    A. Jenis Penelitian ................................................................................. 37

    B. Data dan Sumber .............................................................................. 38

    C. Instrumen Penelitian ......................................................................... 38

    D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 39

    E. Teknik Analisis Data ........................................................................ 40

    F. Keabsahan Data ................................................................................ 41

    BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ........................................ 43

    A. Novel ................................................................................................ 43

    B. Deskripsi Data .................................................................................. 45

    C. Analisis Data .................................................................................... 47

    D. Hasil Analisis ................................................................................... 47

    1. Jenis Majas Perbandingan di dalam novel Dilan: Dia adalah

    Dilanku tahun 1990 .................................................................... 47

    2. Jenis Majas Pertautan di dalam novel Dilan: Dia adalah Dilanku

    tahun 1990 .................................................................................. 52

    3. Jenis Majas Pertentangan di dalam novel Dilan: Dia adalah Dilanku

    tahun 1990 .................................................................................. 57

    4. Pembahasan ................................................................................. 65

    5. Pemaknaan Majas......................................................................... 70

    BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 76

    A. Kesimpulan ..................................................................................... 76

    B. Saran ................................................................................................ 78

    DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 79

    BIODATA PENULIS ....................................................................................... 81

    LAMPIRAN ...................................................................................................... 82

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Karya sastra adalah karya pengarang berdasarkan pengalaman yang

    dimiliki, imajinasi, dan ide-ide yang diwujudkan dalam bentuk tulisan. Karya

    sastra dapat berwujud puisi, prosa, dan drama. Karya-karya tersebut telah berada

    dalam kehidupan kita sedari dulu dan menjadi salah satu tempat menuangkan

    ekspresi yang paling efektif. Dalam karya sastra, kita dapat menemukan banyak

    tema yang menjadi toping utama, seperti tema percintaan, sosial, budaya, politik,

    dan religious (Suryanto: 2007:2). Jika membaca atau memahami suatu karya

    sastra, pembaca akan memperoleh atau menambah wawasan dan pengetahuan.

    Karena itu, karya sastra bermanfaat bagi kehidupan manusia.

    Salah satu karya sastra dalam bentuk prosa adalah novel. Novel

    merupakan karangan prosa yang panjang dan mengandung rangkaian cerita

    kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya dengan menonjolkan

    watak dan sifat para tokoh. Clara Reeve berpendapat bahwa novel adalah

    gambaran kehidupan dan perilaku yang nyata dari zaman saat nivel itu ditulis

    (Wellek, 1989:282). Novel adalah hasil cipta, rasa, seni manusia yang dapat

    dihayati dan dipelajari. Novel disukai oleh banyak orang karena menarik,

    menghibur, dan dapat mengisi waktu luang.

    Meskipun demikian, jarang mahasiswa mengangkat novel sebagai objek

    penelitian. Pada umumnya mahasiswa lebih memilih yang lain, mungkin mereka

    malas membacanya karena menurut mereka novel terlalu panjang untuk dibaca.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    Oleh karena itu, peneliti hendak mengadakan analisis mengenai novel. Dalam hal

    ini yang akan dianalisis adalah majas dalam novel itu. Peneliti memilih

    mengalisis majas dalam novel, karena peneliti sendiri tertarik dan belum banyak

    mahasiswa yang mengalisis majas di sebuah novel.

    Dalam sebuah novel jika tidak ada majas di dalamnya, maka cerita dalam

    novel tidak menarik. Maka setiap penulis novel akan menggunakan majas dalam

    karyanya untuk membangkitkan cerita menjadi lebih menarik bagi pembaca.

    Setiap pengarang memiliki ciri masing-masing dalam pemakaian majas, sehingga

    setiap pengarang dalam penyampaiannya berbeda-beda.

    Menurut Lexemburg dan kawan-kawan (dalam I Ketut Darma Laksana,

    2010: 33) bahwa majas dibentuk berdasarkan penyimpangan makna. Pemakaian

    kata, frasa, atau kalimat dengan makna yang menyimpang dimaksudkan untuk

    menciptakan efek stilistik dalam berbahasa. Jika kita berbicara tentang teori majas

    sekurang-kurangnya kita mengacu tiga macam teori, yaitu teori semantik, teori

    pragmatik, dan teori kognitif. Menurut Bartsch (dalam I Ketut Darma Laksana,

    2010: 34) mengungkapkan bahwa suatu tulisan akan lebih banyak memusatkan

    perhatiannya pada teori semantik dan teori pragmatik, karena kedua teori tersebut

    mengandung paham yang mendasar, yaitu dalam hal pemahaman makna, kecuali

    untuk pembicaraan mengenai tema-tema ungkapan majasi akan digunakan teori

    kognitif. Menurut Anton Moeliono majas adalah untuk mengongkretkan dan

    menghidupkan karangan (Moeliono, 1989: 175).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    Anton Moeliono (dalam I Ketut Darma, 2010: 35) membuat kategorisasi

    majas atas tiga macam, yaitu majas perbandingan, majas pertentangan, dan majas

    pertautan. Tarigan (dalam I Ketut Darma Laksana, 2010: 36) membuat

    kategorisasi majas menjadi empat macam, yaitu majas perbandingan, majas

    pertentangan, majas pertautan, dan majas perulangan. Tarigan

    mencampuradukkan majas denga trope sehingga penggolongannya menjadi empat

    macam. Perulangan yang dimaksudkan itu bukanlah majas (kiasan) melainkan alat

    gaya bahasa seperti majas itu sendiri. Dengan demikian, peneliti akan mengacu

    pada model Moeliono, karena model Moeliono memadai untuk diterapkan karena

    sifatnya komprehensif. Contoh beberapa majas yaitu perumpamaan, hiperbola,

    ellipsis, dan personifikasi. Majas tersebut paling banyak dikenal, baik dalam

    masyarakat pada umumnya maupun dalam bidang pendidikan.

    Peneliti memilih novel yang berjudul Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun

    1990 karya Pidi Baiq sebagai bahan penelitiannya. Novel Dilan: Dia Adalah

    Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq adalah novel yang sedang buming di

    masyarakat Indonesia. Pidi Baiq menggarap novel ini sesuai dengan ingatan masa

    lalunya. Novel ini terbit pada bulan Desember 2015 dan sudah dicetak sebanyak

    dua puluh kali. Penerbitnya adalah Patel Books. Novel ini menceritakan

    percintaan anak SMA di kota Bandung. Novel tersebut sudah pernah difilmkan

    dan menjadi film romansa terlaris di masyarakat saat ini.

    Majas dalam novel ini berbeda dengan novel lainnya. Majas yang

    digunakan Pidi Baiq cukup unik, membuat para pembaca merasa terhibur.

    Pembaca akan terpesona dengan ungkapan yang diuraikan dalam novel tersebut.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan menganalsis penggunaan majas

    yang terdapat dalam novel yang ditampilkan oleh Pidi Baiq ini. Adapun judul

    penelitian ini adalah Analisis Majas Perbandingan, Pertentangan, dan Pertautan

    Dalam Novel Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 Karya Pidi Baiq.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, masalah penelitian ini

    dirumuskan sebagai berikut.

    a. Bagaimana bentuk majas perbandingan, pertentangan, dan pertautan dalam

    novel Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq?

    b. Dari macam-macam majas yang terdapat pada perbandingan, pertautan,

    dan pertentangan gaya bahasa apa yang dominan dalam novel Dilan: Dia

    Adalah Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, penelitian ini

    bertujuan sebagai berikut.

    a. Mendeskripsikan bentuk majas perbandingan, pertentangan, dan pertautan

    dalam novel Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq.

    b. Mendeskripsikan gaya bahasa yang dominan dari majas perbandingan,

    pertautan, dan pertentangan dalam novel Dilan: Dia Adalah Dilanku

    Tahun 1990 karya Pidi Baiq.

    1.4 Manfaat Penelitian

    Manfaat penelitian yang dapat diperoleh dalam penelitian ini ada dua

    macam, yaitu manafat secara teoretis dan manfaat secara praktis.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    1.4.1 Manfaat Teoretis

    Manfaat secara teoretis penelitian ini memperkaya khasanah atau

    menambah ilmu dalam bidang sastra khususnya dalam novel. Selain itu,

    menambah banyaknya tulisan mengenai sastra khususnya dalam majas

    perbandingan, pertentangan, dan pertautan dalam novel.

    1.4.2 Manfaat Praktis

    Adapun manfaat secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi peneliti

    selanjutnya dan bagi pembaca. Bagi peneliti selanjutnya dapat menyumbang

    sumber reverensi tentang analisis majas perbandingan, pertentangan, dan

    pertautan dalam novel. Bagi pembaca dapat memberikan wawasan tentang

    majas perbandingan, pertentangan, dan pertautan dalam novel.

    1.5 Batasan Istilah

    Sehubungan dengan judul penelitian ini, agar terdapat persamaan konsep

    istilah dan agar pemanfaatan tersebut tampak jelas, perlu diberikan adanya

    pembatasan istilah. Istilah yang perlu dibatasi adalah sebagai berikut.

    a. Majas

    Majas adalah cara melukiskan sesuatu lewat kata-kata, frasa, atau kalimat

    dengan jalan menyamakan dengan sesuatu yang lain; kiasan (Kamus Bahasa

    Indonesia Untuk Pelajar, 2011: 290).

    Majas adalah untuk mengongkretkan dan menghidupakan karangan

    (Moeliono, 1989: 175).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    b. Majas Perbandingan

    Majas perbandingan adalah majas yang membandingkan dua hal yang

    pada hakikatnya berlainan dan sengaja kita anggap sama yang disebut

    perumpamaan (I Ketut Darma, 2010: 77).

    c. Majas Pertentangan

    Kesimpulan dari berbagai pendapat ahli, maka peneliti berpendapat bahwa

    majas pertentangan adalah mengungkapkan sesuatu namun bertentangan

    dengan makna yang sebenarnya.

    d. Majas Pertautan

    Majas pertautan adalah majas yang menggunakan nama ciri atau nama hal

    yang ditautkan dengan orang, barang, atau hal lain sebagai penggantinya yang

    disebut dengan metonimia (I Ketut Darma Laksana, 2010: 89).

    e. Novel

    Novel adalah karangan prosa yang panjang, mengandung rangkaian cerita

    kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya dengan menonjolkan

    watak dan sifat setiap pelaku (Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar, 2011:

    362).

    1.6 Sistematika Penyajian

    Penulisan penelitian ini terdiri dari lima bab. Hal ini bertujuan untuk

    mempermudah pembaca dalam memahami penelitian ini. Bab I adalah bab

    pendahuluan. Pada bab ini, peneliti mengkaji latar belakang masalah, rumusan

    masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    penyajian. Bab II adalah landasan teori. Bab ini menguraikan penelitian yang

    relevan, kajian teori, dan kerangka berpikir. Penelitian yang relevan berisi tentang

    penelitian-penelitian yang sejenis dengan topik ini, sedangkan kajian teori berisi

    uraian tentang teori-teori yang menjadi kajian teori penelitian.

    Bab III adalah metodelogi penelitian. Pada bab ini, peneliti membahas

    seputar jenis penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik

    analisis data, dan teknik keabsahan data. Bab IV adalah deskripsi data, analisis

    data, dan pembahasan. Dalam bab ini peneliti mendeskripsikan data penelitian,

    cara menganalisa data, dan pembahasan hasil penelitian. Bab V adalah penutup

    yang berisi simpulan dari hasil penelitian dan saran. Selain itu, peneliti juga

    menyajikan daftar pustaka yang dipergunakan untuk referensi yang menunjang

    penelitian dan terdapat juga lampiran-lampiran yang mendukung penelitian.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    2.1 Kajian Teori Terdahulu yang Relevan

    Dalam penelitian ini, peneliti menemukan dua penelitian terdahulu yang

    relevan dengan penelitian ini, yaitu penelitian Nur Rofiq Rfrajani (2012) dan Ika

    Wirna (2012). Penelitian Nur Rofiq (2012) yang berjudul“Analisis Gaya Bahasa

    Dalam Roman der Steppenwolf Karya Hermann Hesse” bertujuan

    mendeskripsikan gaya bahasa, fungsi, dan makna yang digunakan dalam roman

    karya Herman Hesse. Hasil penelitian gaya bahasa yang digunakan dalam roman

    tersebut ada empat jenis, yaitu gaya bahasa perbandingan, pertentangan, pertautan,

    dan perulangan. Gaya bahasa perbandingan meliputi (Perumpamaan atau Smile

    (27), Metafora (30), Personifikasi (15), Depersonifikasi (3), Alegori (2), Antitesis

    (27), Pleonasme dan Tautologi (4), Perifrasis (5), Koreksio (1). Gaya bahasa

    pertentangan meliputi (Hiperbola (80), Litotes (1), Ironi (3), Oksimoron (10),

    Paradoks (8), Klimaks (7), Antiklimaks (3), Sarkasme (10). Gaya bahasa

    pertautan meliputi (Metonimia (18), Eufimisme (1), Antonomasia (9), Erotesis

    (12), Paralelisme (4), Asindenton (17), Polisindeton (3) dan gaya bahasa

    perulangan meliputi (Asonansi (4), Kiasmus (3), dan Anafora (4)). Selanjutnya,

    mengetahui fungsi dan makna yang ada dalam roman tersebut. Fungsi dan makna

    roman adalah untuk menimbulkan efek keindahan, menggambarkan suatu

    keadaan, menggambarkan suatu perasaan, menggambarkan keindahan sesuatu,

    mengambarkan penderitaan tokoh, memuji seseorang, mengkongkretkan gambar

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    manusia yang putus asa dalam hidupnya, menegaskan sesuatu, memberikan pesan

    moral, menyindir atau mengejek seseorang, dan menekankan kebecian terhadap

    seseorang atau suatu hal.

    Penelitian yang kedua Ika Wirna (2012) yang berjudul “Analisis Gaya

    Bahasa Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata Serta Implikasi Pembelajaran

    Bahasa Dan Sastra Indonesia Di SMA”. Penelitian tersebut bertujuan

    mendeskripsikan gaya bahasa yang ditampilkan Andrea Hirata dalam novel

    Laskar Pelangi dan mengetahui implikasi gaya bahasa dalam pembelajaran

    bahasa dan sastra Indonesia di SMA. Hasil data gaya bahasa yang dapat diambil

    adalah Alegori (13), Alusio (6), Hiperbola (28), Ironi (8), Metafora (8),

    Metonimia (7), Persamaan (45), Personifikasi (34), Perumpamaan (22), Repitisi

    (10). Gaya bahasa tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa repitisi dalam

    novel Laskar Pelangi berjumlah sepuluh dan analisis yang dilakukan terhadap

    sepuluh gaya bahasa tersebut yang paling dominan adalah gaya bahasa persamaan.

    Dalam implikasi gaya bahasa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia dibagi

    menjadi tiga, yaitu imlikasi teoritis, impliasi pedagogis, dan implikasi praktis.

    Dari penelitian terdahulu yaitu penelitian dari Nur Rafiq yang meneliti

    tentang gaya bahasa, fungsi, dan makna dalam roman der Steppenwolf karya

    Hermann Hesse dan penelitian Ika Wirna yaitu analisis gaya bahasa novel Laskar

    Pelangi karya Andrea Hirata dan implikasi dalam pembelajaran bahasa dan Sastra

    Indonesia di SMA, maka penelitian saya memiliki beberapa kesamaan dan

    perbedaan dengan penelitian terdahulu. Persamaannya adalah sama-sama

    mendeskripsikan gaya bahasanya. Perbedaannya adalah penelitian terdahulu

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    membahahas gaya bahasa keselurahan atau secara umum tidak ada

    pengelompokan mana masuk dalam perbandingan, pertautan, pertentangan, dan

    perulangan. Sedangkan penelitian saya membahas tentang gaya bahasa yang

    terdapat dalam majas perbandinngan, pertautan, dan pertentangan serta majas

    yang dominan pada novel yang berjudul DILAN: DIA DILANKU Tahun 1990

    karya Pidi Baiq.

    2.2 Landasan Teori

    Pada landasan kajian terori ini, peneliti akan memaparkan beberapa teori

    yang terkait dengan judul penelitian. Teori-teori yang akan digunakan sebagai

    landasan dalam pengerjaan penelitian ini sebagai berikut.

    2.2.1 Pengertian Sastra

    Dalam Kamus Bahasa Indonesia: Untuk Pelajar (2010: 474) sastra

    diartikan sebagai kata-kata dan gaya bahasa yang dipakai dulu dalam kitab-kitab

    (bukan bahasa sehari-hari). (2) kesusastraan, karya tulis yang memiliki keaslian,

    keindahan isi dan ungkapannya. Dalam Kamus Istilah Sastra (1990: 71). Panuti

    Sudjiman menuliskan bahwa sastra (literature, Inggris, literature, Prancis) adalah

    karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisilan,

    keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya.

    2.2.2 Pengertian Novel

    Istilah novel dalam bahasa Indonesia berasal dari kata novel dalam bahasa

    Inggris. Istilah novel dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Itali, yaitu novella

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    (yang dalam bahasa Jerman novella). Novella berarti sebuah barang baru yang

    kecil, kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa (Abrams,

    198: 119). Istilah novella mengandung pengertian yang sama dengan istilah

    novelet (dalam bahasa Inggris novellete) yang berarti sebuah karya sastra prosa

    fiksi yang panjangnya cukup, tidak terlalu panjang, namun tidak terlalu pendek

    (Nurgiyantoro, 1995: 9). Ada juga yang mengemukakan bahwa kata novel berasal

    dari kata Latin, yaitu noveltus yang diturunkan dari kata noveis yang berarti baru.

    Dikatakan baru karena dibandingkan dengan jenis sastra lainnya seperti puisi dan

    drama (Tarigan, 1984: 164).

    H.B. Jassin berpendapat bahwa novel adalah cerita mengenai salah satu

    episode dalam kehidupan manusia, suatu kejadian yang luar biasa dalam

    kehidupan itu, sebuah krisis yang memungkinkan terjadinya perubahan nasib pada

    manusia (dalam Faruk, 1997: 265). Dalam Kamus Istilah Sastra, Abdul Rozak

    Zaidan, Anita K.Rustapa, dan Hani’ah mengatakan bahwa novel adalah jenis

    prosa yang mengandung unsur tokoh, alur, latar rekaan yang menggelarkan

    kehidupan manusia diolah dengan teknik kisahan dan ragaan yang menjadi dasar

    konvensi penulisan (1994: 136). Dalam Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar,

    novel adalah karangan prosa yang panjang, mengandung rangkaian cerita

    kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak

    dan sifat setiap pelaku (2011: 362).

    Berdasarkan berbagai macam pengertian novel di atas, dapat ditarik

    kesimpulan bahwa novel merupakan prosa yang cukup panjang yang mengandung

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    unsur tokoh, alur, suasana, dan latar rekaan dalam suatu kejadian dalam

    kehidupan.

    2.2.3 Pengertian Majas

    Dalam Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar dikatakan bahwa majas

    adalah gaya bahasa yang melukiskan sesuatu lewat kata-kata, frasa, atau kalimat

    dengan jalan menyamakan dengan sesuatu yang lain; kiasan. (Kamus Bahasa

    Indonesia Untuk Pelajar, 2011: 290).

    Menurut I Ketut Darma Laksana, majas adalah bahasa yang maknanya

    melampaui batas yang lazim. Ketidaklaziman makna itu disebabkan oleh beberapa

    hal. Pertama, pemakaian kata yang khas. Dalam menggunakan kata yang khas,

    pemakai bahasa dapat lebih menghidupkan karangannya, agar orang lain atau

    pembaca tersentuh perasaannya mengenai hal yang disampaikan. Kedua,

    pemakaian bahasa yang menyimpang dari kelaziman. Maksudnya, dengan

    menggunakan kata tertentu yang maknanya menyimpang, pengarang dapat

    membuat tuturannya lebih intens untuk mempengaruhi imajinasi pendengar atau

    pembaca. Ketiga, rumusannya yang jelas. Kejelasan rumusan itu lebih

    dimungkinkan oleh adanya gambaran bahwa satu hal sama atau seperti,

    sebanding, entah sebagian atau keseluruhan dengan hal lain (I Ketut Darma

    Laksana, 2010: 4). Menurut Anton Moliono majas adalah untuk mengongkretkan

    dan menghidupakan karangan (Moeliono, 1989: 175).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    Berdasarkan paparan dari para ahli di atas, maka dapat disimpulkan

    bahwa majas adalah kata-kata, frasa, atau kalimat yang memiliki makna melapaui

    batas dan bisa disebut dengan suatu kiasan untuk menghidupkan sebuah karangan.

    2.2.4 Jenis-jenis Majas

    Majas menurut Moeliono (dalam I Ketut Darma Laksana, 2010: 6) dibagi

    menjadi tiga kategori, yaitu majas perbandingan, majas pertentangan, dan majas

    pertautan.

    2.2.4.1 Majas Perbandingan

    I Ketut Darma Laksana mengungkapkan bahwa majas perbandingan adalah

    jenis majas yang membandingkan dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan

    yang sengaja dianggap sama. Perumpamaan atau persamaan itu bersifat eksplisit

    dengan dimarkahi oleh pemakaian kata sebagai, seperti, ibarat, dan sejenisnya

    (Ketut, 2010: 77). Henry Guntur Tarigan (2013: 9) berpendapat bahwa majas

    perbandingan dibagi menjadi sepuluh jenis gaya bahasa, yaitu: Perumpamaan,

    Metafora, Personifikasi, Depersonifikasi, Alegori, Antithesis, Pleonasme dan

    Tautologi, Periphrasis, Antisipasi Atau Prolepsis, dan Koreksi atau Epanortosis.

    a. Perumpamaan

    Perumpamaan adalah asal kata simile dalam bahasa Inggris. Kata simile

    berasal dari bahasa Latin yang bermakna ‘seperti’. Henry Guntur Tarigan (2013:

    9) berpendapat bahwa perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada

    hakikatnya berlainan dan sengaja dianggap sama dengan pemakaian kata seperti,

    ibarat, bak, sebagai, seumpama, laksana, penaka, dan serupa. Berikut ini

    beberapa contoh dari perumpamaan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    Seperti air dengan minyak

    Ibarat mengejar bayangan

    Bak merpati dua sejoli (Tarigan, 2013: 9).

    b. Metafora

    Menurut Poerwadarminta (dalam Tarigan, 2013: 15-16) metafora adalah

    pemakaian kata-kata bukan arti sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang

    berdasaarkan persamaan atau perbandingan. Menurut Moeliono (dalam Tarigan,

    2013: 15) metafora adalah perbandingan yang implisit tanpa kata sebagai di

    antara dua hal yang berbeda. Berikut ini merupakan beberapa contoh dari

    metafora.

    Nani jinak-jinak merpati.

    Ali mata keranjang.

    Aku terus memburu untung (Tarigan, 2013: 16).

    c. Personifiasi

    Personifikasi adalah jenis majas yang melekatkan sifat-sifat insani kepada

    barang yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak (Tarigan, 2013: 17-18). Berikut

    ini merupakan beberapa contoh dari majas personifikasi.

    Hujan memandikan tanaman.

    Mentari mencubit wajahku.

    Pepohonan tersenyum riang (Tarigan, 2013: 18).

    d. Depersonifikasi

    Henry Guntur Tarigan (2013: 21-22) mengungkapkan bahwa depersonifikasi

    adalah kebalikan dari personifikasi. Apabila personifikasi menginsankan benda-

    benda, maka depersonifikasi justru membendakan manusia atau insan. Berikut

    merupakan beberapa contoh dari majas depersonifikasi.

    Bila kakanda menjadi darah, maka adinda menjadi daging.

    Sekiranya suami menjadi ombak, maka istri menjadi pantai.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    Rupa-rupanya jikalau si Ani menjadi kembang, tentu si Ali menjadi kumbang

    (Tarigan, 2013: 22).

    e. Alegori

    Henry Guntur Tarigan (2013: 24) megungkapkan bahwa alegori adalah cerita

    yang dikisahkan dalam lambang-lambang. Biasanya alegori merupakan cerita-

    cerita yang panjang dan rumit dengan maksud dan tujuan yang terselubung.

    Bebeberapa contoh majas alegori.

    Cerita kancil dengan kura-kura.

    Cerita kancil dengan harimau.

    f. Antitesis

    Henry Guntur Tarigan (2013: 27) mengungkapkan bahwa antitesis adalah

    gaya bahasa yang mengadakan komparasi atau perbandingan antara dua antonim

    yaitu kata-kata yang mengandung ciri-ciri semantik yang bertentangan. Di bawah

    ini merupakan contoh majas antitesis.

    Dia bergembira-ria atas kegagalanku dalam ujian itu.

    Segala fitnahan tetangganya dibalasnya dengan budi bahasa yang baik.

    Kecantikannyalah justru yang menceelakakannya.

    g. Pleonasme dan Tautologi

    Pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir atau berlebihan yang

    sebenarnya tidak perlu (Tarigan, 2013: 29). Berikut beberapa contoh pleonasme.

    Saya telah mencatat kejadian itu dengan tangan saya sendiri.

    Mereka mendengar fitnahan itu dengan telinga mereka sendiri.

    Henry Guntur Tarigan (2013: 24-30) mengatakan bahwa suatu acuan disebut

    tautologi kalau kata yang berlebihan pada dasarnya mengandung sebuah

    perulangan dari sebuah kata yang lain. Berikut merupakan contoh dari tautologi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    Orang yang meninggal itu menutup mata buat selama-lamanya.

    Kegembiraanku menyenangkan hatiku (Tarigan, 2013: 30).

    h. Perifrasis

    Perifrasis adalah sejenis gaya bahasa yang mirip dengan pleonasme.

    Keduanya menggunakan kata-kata yang lebih banyak dari pada yang dibutuhkann

    namun yang membedakan antara keduanya yaitu dalam periphrasis kata-kata yang

    berlebihan itu pada prinsipnya diganti dengan sebuah kata saja. cf.Keraf ( melalui

    Tarigan 2013: 31). Berikut ini contoh perifrasis.

    Ayahanda telah tidur dengan tenang dan beristirahat dengan damai buat

    selama-lamanya (meninggal atau berpulang).

    Pemuda itu menumpahkan segala isi hati dan segala harapan ke pada gadis

    desa itu (cinta).

    i. Antisipasi atau Prolepsis

    Antisipasi adalah penempatan kata-kata yang mendahului tentang sesuatu

    yang masih akan dikerjakan atau akan terjadi (Tarigan, 2013: 33). Berikut ini

    merupakan beberapa contoh antisipasi.

    Kami sangat gembira, minggu depan kami memperoleh hadiah dari Bapak

    Bupati.

    Jelas seluruh kerabat merasa sedih dan malu, lusa si Dogol dijebloskan ke

    dalam penjara karena terlibat penjualan ganja.

    j. Koreksi atau Epanortosis

    Koreksi adalah sesuatu yang ingin ditegaskan kembali dengan memeriksa dan

    memperbaiki atau mengoreksi mana-mana yang salah (Tarigan, 2013: 34-35).

    Dia benar-benar mencintai Neng Tetty, eh bukan, Neng Terry.

    Pak Tarigan memang orang Bali, ah bukan, orang Batak (Tarigan, 2013: 35).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    2.2.4.2 Majas Pertautan

    I Ketut Darma Laksana (2010: 89) megungkapkan bahwa majas pertautan

    adalah menggunakan istilah “teracu” dan “mengacu”. Teracu adalah apa yang

    diacu oleh pengacu, sedangkan mengacu ialah ungkapan yang dipakai dalam

    proses pengacuan. Majas pertautan adalah kata-kata kiasan yang berhubungan

    atau bertautan degan sesuatu yang ingin disampaikan. Tarigan (2010,122)

    berpendapat bahwa majas pertautan dibagi menjadi tiga belas gaya bahasa, yaitu:

    metonimia, sinekdoke, alusi, aufermisme, eponim, epitet, antonomasia, erotesis,

    paralsisme, ellipsis, gradasi, asindeton, dan polisindeton.

    a. Metonimia

    Metonimia adalah sejenis gaya bahasa yang mempergunakan nama sesuatu

    barang bagi sesuatu yang lain berkaitan erat dengannya (Tarigan, 2010: 122).

    Anton Moeliono (dalam Tarigan, 2010:123) mengungkapkan bahwa metonimia

    adalah majas yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan nama

    orang, barang, atau hal sebagai penggantinya. Kita dapat menyebut pencipta atau

    pembuatnya jika yang kita maksudkan ciptaan atau buatannya atau kita menyebut

    bahannya jika yang kita maksudkan barangnya. Berikut contoh metonimia.

    Saya tidak dapat membaca dengan jelas kini karena kontak lensa saya jatuh

    dan pecah.

    Dalam prtandingan kemarin saya hanya memperoleh perunggu sedangkan

    teman saya perak (Tarigan, 2013: 123).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    b. Sinekdoke

    Sinekdoke adalah majas yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti

    nama keseluruhannya, atau sebaliknya. Majas sinekdoke dibagi menjadi dua

    macam yaitu: pertama majas sinekdoke pras prototo digunakan untuk menyatakan

    keseluruhan suatu objek tetapi hanya menyebutkan sebagian dari objek tersebut

    (Tarigan, 2013: 124-125). Berikut contoh majas sinekdoke pras prototo.

    Seekor ayam yang masuk ke dalam rumah sudah membuat ibu sangat

    kewalahan.

    Majas sinekdoke totem proparte adalah majas yang digunakan untuk

    menyatakan bagian dari suatu objek dengan menyebutkan keseluruhan bagian atau

    objek lain yang mempunyai makna luas. Berikut ini contoh dari sinekdoke

    proparte.

    Indonesia meraih emas dalam olimpiade matematika tahun 2016.

    c. Alusi

    Henry Guntur Tarigan (2013: 126-127) mengungkapkan bahwa alusi adalah

    gaya bahasa yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa atau tokoh

    berdasarkan anggapan adanya pengetahuan bersama yang dimiliki oleh pengarang

    dan pembaca serta adanya kemampuan para pembaca untuk menangkap

    pengacuan itu. Berikut contoh ilusi.

    Saya ngeri membayangkan kembali peristiwa Westerling di Sulawesi Selatan.

    Tugu ini mengenangkan kembal ke peristiwa Bandung Selatan (Tarigan,2013:

    127).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    d. Eufemisme

    Eufemisme adalah ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan

    yang dirasa kasar atau tidak menyenangkan (Tarigan, 2013: 128-129). Berikut

    beberapa contoh eufemisme.

    Tunaaksara pengganti buta huruf.

    Tunakarya pengganti tidak mempunyai pekerjaan.

    Tunawicara pengganti tidak dapat bicara (bisu) (Tarigan, 2013: 129).

    e. Eponim

    Henry Guntur Tarigan (2013: 130) mengungkapkan bahwa eponim adalah

    semacam gaya bahasa yang mengandung nama seseorang yang begitu sering

    dihubungkan dengan sifat tertentu sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan

    sifat. Dibawah ini contoh eponim.

    Hercules menyatakan kekuuatan.

    Vera menyatakan kebenaran.

    Dewi Sri menyatakan kesuburan.

    f. Epitet

    Henry Guntur Tarigan (2013: 131) mengungkapkan bahwa epitet adalah gaya

    bahasa yang mengandung acuan yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang khas

    dari seseorang atau suatu hal. Berikut contoh epitet.

    Lonceng pagi bersahut-sahutan di desa terpencil ini menyongsong mentari

    bersinar. (lonceng pagi= ayam jantan).

    Putri malam menyambut kedatangan para remaja yang sedang dimabuk

    asmara. (putri malam= bulan).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    g. Antonomasia

    Antonomasia adalah gaya bahasa yang merupakan penggunaan gelar resmi

    atau jabatan sebagai pengganti nama diri (Tarigan, 2013: 132). Di bawah ini

    contoh antonomasia.

    Rakyat mengharapkan agar Yang Mulia dapat menghadiri upacara itu.

    Pangeran menandatangani surat penghargaan itu.

    Pendeta mengukuhkan perkawinan anak kami di Gereja Bethel.

    h. Erotesis

    Erotesis adalah sejenis gaya bahasa yang berupa pertanyaan yang digunakan

    dalam tulisan atau pidato yang bertujuan untuk mencapai efek yang lebih

    mendalam dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menuntut suatu

    jawaban (Tarigan, 2013: 134). Berikut ini merupakan contoh erotesis.

    Apakah sudah wajar bila kesalahan atau kegagalan itu ditimpakan seluruhnya

    kepada para guru?

    Para gurukah yang harus menanggung akibat semua kegagalan dan

    kemrosotan pendidikan di Tanah Air tercinta ini?

    i. Paralelisme

    Paralelisme adalah semacam gaya bahasa yang berusaha mencapai

    kesejajaran dalam pemakaian kata-kata atau frase-frase yang menduduki fungsi

    yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama (Tarigan, 2013: 136). Berikut

    contoh paralelisme.

    Baik kaum pria maupun kaum wanita mempunyai hak dan kewajiban yang

    sama secara hukum.

    Bukan saja para guru yang bertanggung jawab atas pendidikan para siswa,

    tetapi juga harus ditunjang oleh para orang tua dengan cara mengawasi

    pelajaran anak-anak di rumah.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    j. Ellipsis

    Ellipsis adalah gaya bahasa yang di dalamnya dilaksanakan penanggalan atau

    penghilangan kata atau kata-kata yang memenuhi bentuk kalimat berdasarkan tata

    bahasa (Tarigan, 2013: 138). Berikut ini merupakan contoh ellipsis.

    Mereka ke Jakarta minggu yang lalu. (penghilangan predikat: pergi,

    berangkat).

    Pulangnya membawa banyak barang berharga serta perabot rumah tangga. (

    penghilangan subyek: mereka, dia, saya, kami, dan lain-lain).

    k. Gradasi

    Gradasi adalah gaya bahasa yang mengandung suatu rangkaian atau urutan

    kata atau istilah secara sintaksis bersamaan yang mempunyai satu atau beberapa

    ciri-ciri semantik secara umum dan ada diantaranya paling sedikit satu ciri iulang-

    ulang dengan perubahan-perubahan bersifat kuantitatif (Tarigan, 2013: 140). Di

    bawah ini contoh gradasi.

    Kami berjuang dengan tekad; tekad harus maju; maju dalam kehidupan;

    kehidupan yang layak dan baik; baik secara jasmani dan rohani; jasmani dan

    rohani yang diridoi oleh Tuhan Yang Maha Pengasih.

    l. Asindeton

    Asindeton adalah semacam gaya bahasa yang berupa acuan padat dan mampat

    dimana beberapa kata,frase, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan

    kata sambung (Tarigan, 2013: 142). Berikut ini merupakan contoh asindedeton.

    Ayah, ibu, anak, merupakan inti satu keluarga.

    Hasil utama Tanah Karo adalah jeruk, nanas, kentang, kol, tomat, bawang,

    sayur putih, jagung, padi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    m. Polisindeton

    Polisindeton adalah suatu gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari

    asindeton (Tarigan, 2013: 143-144). Berikut ini contoh polisindeton.

    Polisi menangkap pak Ogah beserta istrinya beserta anak-anaknya beserta

    pembantunya dan membawanya ke penjara.

    Harga padi dan jagung dan sayu mayor sangat menggembirakan para petani

    tahun ini (Tarigan, 2013: 144).

    2.2.4.3 Majas Pertentangan

    Henry Guntur Tarigan mengungkapkan majas pertentangan adalah sesuatu

    namun bertentangan dengan makna yang sesungguhnya (Tarigan, 2013: 55).

    Tarigan (2013: 55) mengungkapkan bahwa majas pertentangan ini terdapat dua

    puluh gaya bahasa, yaitu: Hiperbola, Litotes, Ironi, Oksimoron, Paronomasia,

    Paralipsis, Zeugma (silepsis), Satire, Innuendo, Antifrasis, Paradoks, Klimaks,

    Antiklimaks, Apostrof, Anastrof, Apofasis, Histeron proteron, Hipalase, Sinisme,

    dan Sarkasme.

    a. Hiperbola

    Henry Guntur Tarigan (2013: 55) mengungkapkan bahwa hiperbola adalah

    sejenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan

    jumlahnya, ukurannya atau sifatnya dengan maksud memberi penekanan pada

    suatu pernyataan atau situasi untuk memperhebat, meningkatkan kesan dan

    pengaruhnya. Gaya bahasa ini melibatkan kata-kata, frase, atau kalimat (Tarigan

    1985: 186). Menurut Dale dalam Tarigan (2013: 55) bahwa kata hiperbola berasal

    dari bahasa Yunani yang berarti ‘pemborosan; berlebih-lebihan’ dan diturankan

    dari hyper ‘melebihi’+ ballien ‘melemparkan’. Berikut ini contoh hiperbola.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    Kurus kering tiada daya kekurangan pangan buat pengganti kelaparan

    Sempurna sekali, tiada kekurangan suatu apapun buat pengganti baik atau

    cantik.

    Tabungannya berjuta-juta, emasnya berkilo-kilo, sawahnya berhektar-hektar

    sebagai pengganti dia orang kaya (Tarigan, 2013: 56).

    b. Litotes

    Anton Moeliono (dalam Tarigan, 2013: 58-59) mengungkapkan bahwa litotes

    adalah ungkapan menyatakan sesuatu yang positif dengan bentuk yang negatif

    atau bentuk yang bertentangan. Litotes mengurangi atau melemahkan kekuatan

    pernyataan yang sebenarnya. Di bawah ini contoh litotes.

    Hasil usahanya tidaklah mengeceakan.

    Anak itu sama sekali tidak bodoh.

    Icuk Sugiarto sama sekali bukan pemain jalanan.

    H.B Yasin bukannya kritikus murahan.

    Pancasila bukanlah merupakan falsafah negara yang rapuh yang dapat

    digoyahkan begitu saja (Tarigan, 2013:59).

    c. Ironi

    Ironi adalah majas yang menyatakan makna yang bertentangan dengan

    maksud untuk mengolok-olok (Tarigan, 2013: 61-62). Berikut ini merupakan

    contoh ironi.

    Aduh, bersihnya kamar ini, putumh rokok dan sobekan kertas bertebaran di

    lamtai.

    O, kamu cepat bangun, baru pukul sembilan pagi sekarang ini.

    Bukan main rajinmu, sudah lima hari kamu bolos dalam dua minggu ini

    (Tarigan, 2013:62).

    d. Oksimoron

    Menurut Ducrot and Tororov (dalam Tarigan, 2013: 63) mengungkapkan

    bahwa kata aksimoron berasal dari bahasa Latin okys ‘tajam’+moros ‘goblok,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    gila’. Oksimoron adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung penegasan atau

    pendirian suatu hubungan sintaksis – baik koordinasi maupun determinasi –

    antara dua antonim. Contoh oksimoron.

    Olah raga mendagi gunung memang menarik hati walaupun sangat

    berbahaya.

    Bahan-bahan nuklir dapat dipakai untuk kesejahteraan umat manusia tetapi

    dapat juga memusnahkannya.

    Mencopet merupakan suatu keterampilan yang tercela dan merugikan

    (Tarigan, 2013: 62).

    e. Paronomasia

    Menurut Ducrot & Todorov (dalam Tarigan, 2013: 64-65) mengungkapkan

    bahwa paronomasia adalah gaya bahasa yang berisi penjajaran kata-kata yang

    berbunyi sama tetapi bermakna lain; kata-kata yang sama bunyinya tetapi artinya

    berbeda. Berikut ini merupakan contoh paronomasia.

    Waktu saya sibuk mengukur luas kamar ini dan ibu sedang mengukur kelapa

    di dapur, maka terdengarlah burung balam tetangga mengukur bersahut-

    sahutan.

    Pada pohon paku di muka rumah kami tertancap beberapa buah paku tempat

    menyangkutnya pot bunga (Tarigan, 2013: 65).

    f. Paralipsis

    Paralipsis adalah gaya bahasa yang merupakan suatu formula yang digunakan

    sebagai sarana untuk menerangkan bahwa seseorang tidak mengatakan apa yang

    tersirat dalam kalimat itu sendiri (Ducrot & Todov dalam Tarigan, 2013: 66). Di

    bawah ini contoh paralipsis.

    Semoga Tuhan Yang Mahakuasa menolak doa kita ini, (maaf) bukan maksud

    saya mengabulkan.

    Biarlah masyarakat mendengar wasiat tersebut, yang (maafkan saya) saya

    maksud bukan membacanya.

    Tidak ada orang yang menyenangi kamu (maaf) yang saya maksud membenci

    kamu di desa ini.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    g. Zeugma dan Silepsis

    Menurut Ducrot & Todov zeugma dan silepsis (dalam Tarigan, 2013: 68)

    adalah gaya bahasa yang mempergunakan dua kontruksi rapatan dengan cara

    menghubungkan sebuah kata dengan dua atau lebih kata lain yang pada

    hakikatnya hanya sebuah saja yang mempunyai hubungan dengan kata yang

    pertama. Walaupun begitu, terdapat perbedaan atanra zeugma dan silepsis. Dalam

    zeugma terdapat gabungan gramatikal dua buah kata yang mengandung ciri-ciri

    semantik yang bertentangan. Dengan kata lain dapat dirumuskan bahwa “dalam

    zeugma kata yang dipakai untuk membawahi kedua kata berikutnya, sebenarnya

    hanya cocok untuk salah satu daripadanya, baik secara logis maupun secara

    gramatikal”. Berikut ini merupakan contoh zeugma.

    Anak itu memang rajin dan malas di sekolah.

    Paman saya nyata sekali bersifat sosial dan egois.

    Nenek saya peramah dan pemarah.

    Kami menyanyikan lagu itu dengan mulut dan mata kami.

    Saya membaca buku itu dengan mata dan tangan saya.

    Gorys Keraf (dalam Tarigan, 2013: 68-69) menyatakan bahwa dalam silepsis,

    kontruksi yang digunakan itu secara gramatikal benar, tetapi secara semantik

    salah. Berikut ini merupakan contoh silepsis.

    Wanita itu kehilangan harta dan kehormatannya.

    Kakaknya menerima uang dan penghargaan.

    Makna dan sikap hidup (Tarigan, 2013:69).

    Kontruksi yang lengkap adalah kehilangan harta dan kehilangan kehormatan;

    menerima uang dan menerima peghargaan; yanga pertama (kehilangan

    harta;menerima uang) mengandung makna denotatif, dan yang kedua (kehilangan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    kehormatan;menerima penghargaan) mengandung makna majasi atau kiasan.

    Begitu juga ada kontruksi makna hidup dan sikap hidup yang jelas makna

    gramatikalnya berbeda (Tarigan, 2010: 69).

    Makna hidup berarti ‘makna dari hidup’

    Sikap hidup berarti ‘sikap terhadap hidup’ (Tarigan, 2013: 69).

    h. Satire

    Henry Guntur Tarigan (2013: 70) mengungkapkan bahwa satire merupakan

    sejenis argumen yang beraksi secara tidak langsung, terkadang secara aneh

    bahkan ada kalanya dengan cara yang cukup lucu yang menimbulkan tertawaan.

    Pada umumnya, orang mengenal satire terutama sebagai suatu bentuk serangan,

    orang mengharapkan satire menertawakan ketololan orang lain, masyarakat,

    praktik-praktik, kebiasaan-kebiasaan serta lembaga-lembaga adat. Akan tetapi,

    kalau cukup jeli memperhatikan serta memahaminya, tentu dapat menemui dalam

    satire nilai-nilai yang dipromosikan secara tidak langsung. Memang, nilai-nilai itu

    hanya berada sebagai sejenis tantangan yang tidak dikatakan secara gambling

    terhadap praktik-praktik atau kebiasaan-kebiasaan yang menertawakan atau yang

    menggelikan ataupun kepura-puraan. Seperti juga halnya bentuk-bentuk serangan

    lainnya, satire pun dapat terjadi dalam berbagai suasana hati (atau moods).

    Berikut ini merupakan contoh satire.

    Kadang-kadang bernada ramah-ramah;

    Kadang-kadang bernada pahit dan kuat; dan

    Kadang-kadang bernada menusuk dan memilukan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    i. Inuendo

    Menurut Gorys Keraf (dalam Tarigan, 2013: 74) mengungkapkan bahwa

    inuendo adalah sejenis gaya bahasa yang berupa sindiran dengan mengecilkan

    kenyataan yang sebenarnya. Gaya bahasa ini menyatakan kritik dengan sugesti

    yang tidak langsung, dan tampaknya tidak menyakitkan hati kalau ditinjau sekilas.

    Di bawah ini contoh inuendo.

    Jadinya sampai kini NengSyarifah belum mendapat jodoh karena setiap ada

    jejaka yang meminang ia sedikit jual mahal.

    Abangku sedikit gemuk karena terlalu kebanyakan makan daging berlemak.

    Pak Ogah agak kurang dipercayai orang karena selalu berohong dan tidak

    pernah menepati janji.

    j. Antifrasis

    Henry Guntur Tarigan (2013: 76) mengungkapkan bahwa antifrasis adalah

    gaya bahasa yang berupa penggunaan sebuah kata dengan makna kebalikannya.

    Perlu diingat benar-benar bahwa antifrasis akan dapat diketahui dan dipahami

    dengan jelas bila pembaca atau penyimak dihadapkan ada kenyataan bahwa yang

    dikatakn itu adalah sebaliknya.

    Bila diketahui bahwa yang hadir adalah sesorang yang kurus, lalu dikatakan

    bahwa si gendut tela hadir maka jelas gaya bahasa tersebut adalah antifrasis.

    Begitu pula halnya kalau siswa yang malas yang berada di tengah-tengah teman-

    temannya disebut siswa teladan. Kalau tidak diketahui secara pasti, maka gaya

    bahasa itu disesbut saja ssebagai ironi yang telah kita bahas sebelumnya. Berikut

    ini merupakan contoh antifrasis.

    Mari kita sambut kedatangan sang Raja (maksudnya si Jongos).

    Memamg engkau orang pintar!

    Hadirin harap beridiri, mahasiswa teladan memasuki ruangan

    Ini dia petinju ulung yang merobohkan Ellyas Pical!

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    Ia menerima pujian dari masyarakat sekelilingnya.

    k. Paradoks

    Menurut Gorys Keraf (dalam Tarigan, 2013: 77-78) bahwa paradoks adalah

    semacam gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-

    fakta yang ada. Paradoks dapat juga berarti semua hal yang menarik perhatian

    karena keberaniannya. Berikut ini merupakan contoh paradoks.

    Aku kesepian di tengah keramaian.

    Teman akrab ada kalanya merupakan musuh sejati.

    Dia kedinginan di kota Jakarta yang panas.

    Mereka merasa tenang di tengah kebisingan kota Medan (Tarigan, 2013: 78).

    l. Klimaks

    Menurut Shadily (dalam Tarigan, 2013: 79) bahwa kata klimaks berasal dari

    bahasa Yunani klimax yang berarti ‘tangga’. Klimaks adalah sejenis gaya bahasa

    yang berupa susunan ungkapan yang semakin lama semakin mengandung

    penekanan; kebalikannya adalah antiklimaks. Menurut Gorys Keraf (dalam

    Tarigan, 2013: 79) bahwa klimaks adalah semacam gaya bahasa yang

    mengandung urutan-urutan pikiran yang setiap kali semakin meningkat

    kepentingannya dari gagasan-gagasan sebelumnya. Beberapa contoh klimaks.

    Setiap guru yang berdiri di depan kelas harus mengetahui, memahami, serta

    menguasai bahan yag diajarkan.

    Seorang guru harus bertindak sebagai seorang pengajar, pembimbing,

    penyuluh, pengelola, penilai, pemberi kemudahan, atau pendidik yang sesjati.

    Dengan pengajaran bahasa Indonesia kita mengharapkan agar para siswa

    terampil menyimak, terampil berbicara, terampil membaca, terampil menulis,

    pendeknya terampil berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    m. Antiklimaks

    Menurut Henry Guntur Tarigan (2013: 81) bahwa antilimaks adalah kebalikan

    dari gaya bahasa klimaks. Sebagai gaya bahasa, Antilimaks merupakan suatu

    acuan yang berisi gagasan-gagasan yang diurutkan dari yang terpenting berturut-

    turut ke gagasan yang kurang penting. Agar perbedaan gaya bahasa antilimaks

    dengan klimaks semakin jelas, perhatikan gambar berikut ini.

    Gambar 3.3 Perbedaan antara klimaks dan antiklimaks

    Menurut Henry Guntur Tarigan (2013:81) bahwa antiklimaks dapat digunakan

    sebagai suatu istilah umum yang masih mengenal spesifikasi lebih lanjut, yaitu:

    a) Dekrementum

    b) Katabasis, dan

    c) Batos.

    Dekrementum adalah semacam antiklimaks yang berwujud menambah

    gagasan yang kurang penting pada suatu gagasan yang penting

    (Tarigan, 2013: 82) contoh:

    KLIMAKS

    ANTIKLIMAKS

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    Kita hanya dapat merasakan betapa nikmatnya dan mahalnya kemerdekaan

    bangsa Indonesia, apabila kita mengikuti sejarah perjuangan para pemimpin

    kita serta pertumbuhan darah para prajurit kita melawan serdadu penjajah.

    Mereka akan mengakui betapa besarnya jasa orang tua mereka, apabila

    mereka mengenangkan pederitaan, kegigihan orang tua itu mengasuh dan

    mendidik mereka (Tarigan, 2013: 82).

    Henry Guntur Tarigan (2013: 82) katabasis adalah sejenis gaya bahasa

    antiklimaks yang mengurutkan sejumlah gagasan yang semakin kurang penting.

    Katabasis adalah kebalikan gaya bahasa anabasis yang telah dibahas sebelumnya.

    Contoh:

    Penataan P4 diberikan kepada para dosen Perguruan Tinggi, para guru

    SMA,SMP,SD, dan TK.

    Pembangunan lima tahun dilaksanakan serentak di Ibu Kota Negara, ibu kota

    propinsi, kabupaten, kecamatan, dan semua desa di seluruh nusantara ini.

    Bahasa Indonesia diajarkan kepada para mahsiswa, siswa-siswi SMA, SMP,

    dan murid Taman Kanak-Kanak.

    Menurut Henry Guntur Tarigan (2013: 82) botos adalah sejenis gaya bahasa

    antilimaks yang mengandung penukikkan tiba-tiba dari suatu gagasan yang sagat

    penting ke suatu gagasan yang sama sekali tidak penting. Contoh:

    Memang kamu seorang perwira yang gagah berani yang disegani anak

    buahmu, seorang suami yang diperintah dan diperbudak oleh istrimu dalam

    segala hal.

    Dia memang raja uang di darah itu, seorang budak hawa nafsu dan

    keserakahan.

    Engkaulah seorang pemuda yang menjadi rebutan dan idaman para gadis di

    kota ini, seorang pemuda yang takkan dapat memberi keuasan pada mereka.

    n. Apostrof

    Apostrof adalah sejenis gaya bahasa yang berupa pengalihan amanat dari yang

    hadir kepada yang tidak hadir (Tarigan, 2013: 83-84).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    Wahai roh-roh nenek moyang kami yang beada di negeri atas, tengah, dan di

    bawah, lindungilah warga desaku.

    Wahai dewa-dewa yang berada di nirwana, segralah datang dan lepaskanlah

    kami dari cengkraman yang durjana.

    Hai mambang, jin dan setan-setan yang berada di goa-goa terkamlah orang-

    orang yang berhati jahat kepadaku (Tarigan, 2013: 84).

    o. Anastrof atau Inversi

    Menurut Gorys Keraf (dalam Tarigan, 2013: 85) anastrof atau inversi adalah

    semacam gaya retoris yang diperoleh dalam pembalikan susunan kata yang biasa

    dalam kalimat. Dengan kata lain perubahan urutan SP (subjek-predikat) menjadi

    PS (predikat-subjek). Berikut ini merupakan contoh anastrof atau inversi.

    Merantaulah dia ke negeri seberang tanpa meniggalkan apa-apa.

    Diceraikannya istrinya tanpa setahu sanak-saudaranya.

    Kehausanlah kami beberapa hari terapung-apung di atasa pelampung

    diombang-abingkan ombak Samudera Hindia.

    Datanglah dia, makanlah dia, lalu pulang tanpa sepatah kata.

    p. Apofasis atau Preterisio

    Apofasis atau disebut preterisio merupakan sebuah gaya di mana penulis atau

    pengarang menegaskan sesuatu, tetapi tampaknya menyangkal (Tarigan, 2013:

    86-87). Berpura-pura membiarkan sesuatu berlalu, tetapi sebenarnya ia

    menekankan hal itu. Berpura-pura melindungi atau menyembunyikan sesuatu,

    tetapi sebenarnya memamerkannya. Di bawah ini contoh apofasis.

    Jika saya tidak menyadari reputasimu dalam kejujuran, maka sebenarnya saya

    ingin mengatakan bahwa Anda membiarkan anda menipu diri sendiri.

    Saya tidak mau mengungkapkan dalam forum ini bahwa saudara telah

    menggelapkan ratusan juta rupiah uang negara (Tarigan, 2013: 87).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    q. Histeron Proteron

    Menurut Henry Guntur Tarigan (2013: 88) histeron proteron adalah semacam

    gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari sesuatu yang logis atau kebalikan

    dari sesuatu yang wajar, misalnya menempatakn sesuatu yang terjadi kemudian

    pada awal peristiwa. Gaya bahasa histeron proteon juga bisa disebut hiperbola.

    Berikut ini merupakan contoh histeron proteron.

    Saudara-saudara, sudah lama terbukti bahwa Anda sekalian tidak lebih baik

    sedikit pun dari para pesuruh, hal itu tampak dari anggapan yang berkembang

    akhir-akhir ini.

    Jendela ini telah memberi sebuah kamar padamu untuk dapat berteduh dengan

    tenang.

    Kereta melaju dengan cepat di depan kuda yang menariknya.

    Bila ia sudah berhasil mendaki karang terjal itu, sampailah ia di tepi pantai

    yang luas dengan pasirnya yang putih.

    r. Hipalase

    Hipalase adalah sejenis gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari suatu

    hubungan alamiah antara dua komponen gagasan (Keraf, 2013: 89-90). Berikut ini

    merupakan contoh hipalase.

    Kami tetap menagih bekas mertuamu utang pinjaman kepada pakcikmu.

    (maksudnya: Kami tetap menagih utang pinjaman bekas mertuamu kepada

    pakcikmu).

    Aku menarik sebuah kendaraan yang resah. (yang resah adalah aku, bukan

    kendaraan).

    Ia duduk pada sebuah bangku yang gelisah. (yang gelisah adalah ia, bukan

    bangku).

    Nenek tidur pada sebuah kasur yang nyenyak. (yang tidur nyenyak adalah

    nenek, bukan kasurnya) (Tarigan, 2013: 90).

    s. Sinisme

    Sinisme adalah sejenis gaya bahasa yang berupa sindiran yang berbentuk

    kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    Sinisme adalah ironi lebih kasar sifatnya; namun kadang-kadang sukar ditarik

    batas yang tegas antara keduanya (Tarigan, 2013: 91). Di bawah ini contoh

    sinisme.

    Tidak dapat disangkal lagi bahwa Bapaklah orangnya, sehingga keamanan dan

    ketentraman di daerah ini akan ludes bersamamu!

    Memang Andalah gadis tercantik di sejagat raya ini yang mampu

    menundukkan segala jejaka di bawah telapak kakimu di seantero dunia ini.

    Memang tidak dapat diragukan lagi bahwa Andalah yang paling kaya di dunia

    yang mampu membeli kelima benua di dunia ini.

    t. Sarkasme

    Menurut Gorys Keraf (dalam Tarigan, 2013: 92) kata sarkasme berasal dari

    bahasa Yunani sarkasmos yang diturunkan dari kata kerja sakasein yang berarti

    ‘merobek-robek daging seperti anjing’, ‘menggigit bibir karena marah’ atau

    ‘bicara dengan kepahitan’. Menurut Poerwadarminta dalam Tarigan (2013: 93)

    bila dibandingkan dengan ironi dan sinisme, maka sarkasme ini lebih kasar.

    Sarkasme adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung ‘olok-olok atau sindiran

    pedas dan menyakitkan hati’. Ciri utama gaya bahasa sarkasme ialah selalu

    mengandung kepahitan dan celaan yang getir, menyakitkan hati, dan kurang enak

    didengar. Berikut ini merupakan contoh sarkasme.

    Mulutmu harimaumu.

    Tingkah lakumu memalukan kami.

    Memang kamu tidak rakus, daging itu beserta tulang-tulangnya ludes kamu

    makan.

    Meminang anak gadis orang memamg mudah, memeliharanya setengah mati.

    2.2.4.4 Majas Perulangan

    Menurut Tarigan (2013: 173), majas perulangan adalah kiasan yang

    mengandung perulangan bunyi, suku kata, kata atau frasa, ataupun bagian

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah kontes

    yang sesuai. Kelompok perulangan termasuk dua belas jenis gaya bahasa

    antara lain: aliterasi, asonansi, antanaklasis, kiasmus, epizeukis, tautotes,

    anaphora, eipistrofa, simploke, mesodilopsis, epanalepsis, dan anadiplos.

    Berdasarkan pandangan Tarigan peneliti dapat menyimpulkan bahwa majas

    perulangan adalah menyatakan penegasan utuk meningkatkan suatu kesan dan

    pengaruh kepada pendengar. Salah satu contoh majas perulangan yaitu:

    Antanaklasis adalah gaya bahasa yang memuat pengulangan kata akan

    tetapii mempunyai makna yang berbeda. Berikut ini adalah contoh

    antanaklasis:

    Ibu merasa terluka karena buah hatinya menjadi buah bibr di desa karena

    gossip murahan.

    2.3 Kerangka Berpikir

    Pada bagan ini akan dipaparkan oleh peneliti kerangka berpikir yang

    digunakan dalam bentuk majas dan gaya bahasa yang dominan dalam majas

    perbandingan, pertautan, dan pertentangan dalam novel Dilan: Dia Adalah

    Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq. Majas merupakan cara seseorang atau

    pengarang untuk mengungkapkan pikiran dengan menggunakan bahasa-bahasa

    yang bersifat indah dan menarik. Dalam hal ini dalam penggunaan majas juga

    dapat menambah kosakata bagi para pembaca terutama dalam sebuah karya sastra.

    Penggunaan majas perbandingan, pertautan, dan pertentangan pada novel novel

    Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq ini bertujuan untuk

    mendeskripsikan bentuk majas perbandingan, pertautan dan pertentangan dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    gaya bahasa yang dominan dalam majas perbandingan, pertautan, serta

    pertentangan. Dengan data berupa frasa dan kalimat yang dicurigai sebagai majas

    perbandingan, pertautan, dan pertentangan dengan sumber data yaitu novel novel

    Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq. Dengan berbekal teori

    dan wawasan peneliti, maka peneliti menemukan beberapa kalimat yang dicurigai

    sebagai majas perbandingan, pertautan, dan pertentangan.

    Data yang ditemukan dalam novel novel Dilan: Dia Adalah Dilanku

    Tahun 1990 karya Pidi Baiq ini, akan dideskripsikan bentuk majas dan gaya

    bahasa yang dominan dalam majas perbandingan, pertautan, dan pertentangan.

    Setiap data akan ditafsirkan bantuk majas dan gaya bahasa yang dominan ke

    dalam bahasa yang mudah dipahami, karena bahasa yang digunakan dalam novel

    novel Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq menggunakan

    bahasa yang cukup menarik artinya setiap kalimat akan ditafsirkan dengan bahasa

    yang sederhana oleh peniliti dengan berbekalkan teori dan contoh. Harapannya

    dengan mendeskripsikan bentuk majas dan gaya bahasa yang dominan dalam

    majas perbandingan, pertautan, serta pertentangan dalam novel ini dapat

    memberikan pemahaman bagi pembaca sastra.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    Kajian semantik

    Gaya bahasa

    Majas pertentangan Majas pertautan Majas perbandingan

    Gaya bahasa

    Gaya bahasa

    Pleonasme

    Metafora

    Perifrrasis Personifikasi

    Antisipasi

    Depersonifikasi

    Koreksi

    Alegori

    Antitesis

    Metonimia Antonomasia

    Gradasi Eponim

    Elipsis

    Eufemisme

    Paralelisme Alusi

    Erotesis Sinekdoke

    Polisindeton

    Asindeton Epitet

    Paronomas

    ia

    Oksimoron

    Ironi

    Litotes

    Hiperbola

    Zeugma

    dan silepsis

    Paralipsis Antiklimaks

    Klimaks

    Paradoks

    Antifrasis

    Inuendo

    Satire

    Apostrof

    sarkasme

    sinisme

    Hipalase

    Histeron

    proteron

    Apofasis

    Anastrof

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    BAB III

    METODELOGI PENELITIAN

    3.1 Jenis Penelitian

    Penelitian yang berjudul Analisis Majas Perbandingan, Pertentangan, dan

    Pertautan Dalam Novel Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 Karya Pidi Baiq

    termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif. Arikunto (dalam Prastowo, 2014:

    204) mengatakan bahwa metode penelitian deskriptif dilakukan untuk tujuan

    mendeskripsikan apa adanya suatu variabel, gejala, atau keadaan, bukan untuk

    menguji hipotesis. Oleh karena itu, penelitian ini menghasilkan data dengan

    bsentuk deskriptif yang menggunakan uraian kata-kata dengan mendeskripsikan

    hasil analisis yang diamati.

    Lexy J Moleong (2014: 6) menyatakan penelitian kualitatif adalah

    penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami

    oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan. Secara

    holistik, dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu

    konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

    Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat dikemukakan bahwa penelitian

    dengan tujuan mendeskripsikan macam-macam majas dan mendeskripsikan majas

    yang dominan dalam novel Dilan : Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 karya Pidi

    Baiq termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif karena peneliti

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    mendeskripsikan data dengan uaraian kata-kata yang diperoleh dengan apa adanya

    sesuai yang diamati.

    3.2 Data dan Sumber Data

    Data penelitian ini berupa frasa, klausa, ataupun kalimat yang

    mengandung majas perbandingan, majas pertentangan, dan majas pertautan.

    Sumber data dalam penelitian ini adalah narasi pengarang dan percakapan atau

    dialog yang terdapat dalam novel yang berjudul Dilan: Adalah Dilanku Tahun

    1990 karya Pidi Baiq. Novel tersebut disunting oleh Andika Budiman, cetakan ke

    XX, dan diterbitkan oleh Pastel Books pada tahun 2018 . Panjang novel adalah

    348 halaman.

    3.3 Instrumen Penelitian

    Menurut Suharsimi Arikunto (2013: 203) intrumen penelitian adalah alat

    atau fasilitas yang digunakan olaeh peneliti dalam mengumpulkan data, agar

    pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,

    lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen penelitian

    kualitatif adalah peneliti sendiri (Moleong, 2006 : 168). Sugiyono (2011: 222)

    juga menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen

    penelitian atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif sebagai

    human instrument berfungsi menentukan fokus penelitian, memilih informan

    sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, dan membuat kesimpulan

    atas semuanya.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    Sehubungan dengan penjelasan mengenai instrumen penelitian kualitatif di

    atas, peneliti dalam penelitian ini merupakan orang yang bertindak sebagai

    perencana dan pelaksana, menentukan fokus penelitian, memilih sumber data

    sebagai informan untuk pengumpulan data, analisis data, penafsir dan data, pada

    akhirnya menjadi pelapor hasil penelitiannya. Laptop, dan alat-alat tulis lainnya

    juga berperan sebagai alat pembantu dalam instrumen penelitian ini. (Moleong,

    2006: 168)

    3.4 Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah membaca,

    menandai, dan mencatat. Peneliti terlebih dahulu membaca novel yang berjudul

    Dilan: Adalah Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq. Peneliti membaca novel

    tersebut tidak hanya sekali, tetapi berulang kali untuk memperoleh data yang

    akurat. Sambil membaca, peneliti menandai kalimat-kalimat yang menjadi data

    dalam buku novel tersebut. Dalam menandai kalimat untuk menjadi data, peneliti

    harus memahami kalimat yang mana yang masuk dalam macam-mcam majas

    yang akan diteliti. Setalah menandai, penulis mencatat hasil temuan yang dibaca

    dari sumber buku. Frasa dan kalimat yang dicurigai sebagai majas perbandingan,

    pertautan, dan pertentangan akan dicatat dalam sebuah kertas dengan membuat

    perbedaan masing-masing majas perbandingan, pertautan, dan pertentangan.

    Selanjutnya langkah yang berikutnya adalah menginventarisasi atau mendaftar

    hasil temuan-temuan berupa frasa dan kalimat yang dicurigai sebagai majas

    perbandingan, pertautan, dan pertentangan ke dalam penelitian ini.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 40

    3.5 Teknik Analisis Data

    Analisis data akan dilakukan pada saat pertama kali peneliti

    mengumpulkan data. Setelah pengumpulan data, peneliti melakukan analisis data

    dengan langkah sebagai berikut.

    a. Megidentifikasi dan mengiventarisasi

    Tahap ini peneliti akan menggidentifiasi dan mengiventarisasi data setiap

    majas perbandingan, pertautan dan pertentangan dalam novel Dilan: Dia Adalah

    Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq.

    b. Mengidentifikasi hasil intervensi data

    Dalam tahap ini peneliti akan mengklasifikasikan hasil temuan yang telah

    dicatat berdasarkan jenis majas khususnya perbandingan, pertautan, dan

    pertentangan.

    c. Menginterpretasikan

    Langkah selanjutnya yaitu peneliti menginterpretasikan atau menafsirkan

    makna jenis majas perbandingan, pertautan, dan pertentangan yang ditulis oleh

    Pidi Baiq dalam novel Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990. Interpretasi data

    merupakan upaya untuk memperoleh arti dan makna yang lebih mendalam dan

    luas terhadap hasil penelitian yang dilakukan. Pembahasan hasil penelitian

    dilakukan dengan cara meninjau hasil penelitian secara kritis dengan teori yang

    relevan dan informasi yang akurat (Moleog, 2006: 151).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 41

    d. Mendeskripsikan data

    Pada tahap ini yaitu menjelaskan tentang majas perbandingan, pertautan, dan

    pertentangan dalam suatu bentuk laporan penelitian. Pada bagian ini, peneliti akan

    mencantumkan hasil data yang berupa frasa dan kalimat yang dicurigai sebagai

    majas perbandigan, pertautan, dan pertentangan dan mencantumkan makna dalam

    pemakaian gaya bahasa dari majas perbandingan, pertautan, dan pertentangan

    dalam novel Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 Dilan: Dia Adalah Dilanku

    Tahun 1990 karya Pidi Baiq.

    3.5 Keabsahan Data

    Ghony & Fauzan (2014: 322) menyatakan bahwa triangulasi adalah teknik

    pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data

    itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbanding terhadap data itu. Selain

    itu, Moleong dalam Prastowo (2011: 369) menyatakan triangulasi bahwa teknik

    pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data

    tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data

    tersebut. Teknik ini dibedakan menjadi empat macam, yaitu triangulasi sumber,

    teknik, waktu, penyidik, dan teori. Dengan demikian, triangulasi sangat penting

    dalam penelitian untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan kontruksi kenyataan

    yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai

    kejadian dan berbagai pandangan.

    Berdasarkan paparan pentingnya triangulasi dalam penelitian, pemeriksaan

    keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi penyidik.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 42

    Moleong dalam Prastowo (2014: 270) menyatakan bahwa triangulasi penyidik

    adalah cara pemeriksaan kredibilitas data yang dilakukan dengan memanfaatkan

    pengamat lain untuk pengecekan drajat kepercayaan data. Oleh karena itu, peneliti

    melakukan pemeriksaan keabsahan data dengan satu ahli sastra yaitu Ibu Septina

    Krismawati M.A.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 43

    BAB IV

    ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

    4.1 Novel

    Novel Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 merupakan kisah tentang

    isi hati yang diungkapkan oleh seorang wanita atau bisa disebut dengan curhat.

    Kisah ini diungkapkan oleh seorang wanita kenalan Pidi Baiq (pengarang).

    Wanita tersebut tidak ingin nama aslinya diungkapkan dalam novel yang akan

    dibuat oleh Pidi Baiq, jadi nama penyamaran wanita tersebut adalah Milea Adnan

    Husain. Maka dari itu, Pidi Baiq mengambil cerita Dilan dari kisah seorang

    wanita dan dibuatlah sebuah novel. Sebelum dibuat novel, tentunya Pidi

    menghubungi orang-orang yang terlibat dalam cerita dan ingin memastikan cerita

    itu benar atau tidak. Jadi, Pidi tidak asal membuat novel yang akan diterbitkan,

    karena Pidi Baiq sendiri adalah seorang wartawan yang tidak tertarik membuat

    novel yang mengarang-ngarang. Menurut dia cerita mengarang-ngarang suka

    menjadi lebay dan dia berpendapat bahwa biar orang lain saja yang melakukan.

    Novel ini berceritakan tentang kisah masa muda seorang wanita saat masih

    SMA dan menceritakan tentang awal mula dia dekat dengan seorang lelaki yang

    sangat menarik bagi dirinya. Wanita dalam novel ini bernama Milea Adnan

    Hussain. Nama belakang Milea diambil dari nama ayahnya. Ayahnya adalah

    seorang prajurit TNI Angkatan Darat. Di dalam cerita Milea tidak menyebutkan

    nama ayahnya dan hanya menyebutkan nama ibunya, yaitu Marissa Kusumarini.

    Milea menceritakan tentang masa muda ibunya yang sebagai vocalist band dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 44

    lumayan dikenal di masyarakat. Nama band ibu Milea adalah Gang of Harry

    Roesli. Maka dari itu, musik menjadi bagian dari keluarga Milea.

    Sejak kecil Milea tinggal di Jakarta, di daerah Slipi. Pada tahun 1990, ayah

    Milea dipindah tugaskan ke Bandung, jadi seluruh keluarga Milea ikut serta

    bersama ayahnya. Milea tinggal di Buah Batu, tepatnya di jalan Benteng dan

    rumah itu adalah milik kakek Milea. Tetapi, kakek Milea sudah meninggal dan

    hanya ada neneknya saja yang ada di rumah itu. Setalah Milea tinggal di situ, tak

    lama kemudian neneknya meninggal dan akhirnya rumah tersebut diwariskan

    untuk ibu Milea. Rumah yang ditempati Milea tipe 70, terdapat halaman di depan

    rumah Milea, terdapat berbagai bunga, dan pohon jambu.

    Setelah Milea pindah rumah, Milea juga pindah sekolah. Ia pindah di

    SMA Negeri. Menurut Milea sekolah itu adalah sekolah yang paling romantis. Di

    sekolah Milea terdapat pohon besar, memiliki cabang yang begitu banyak, dan

    menurut Milea bagus kalau dilihat saat senja. Bagi Milea sekolah itu selain bagus

    dan romantis, sekolah itu juga menyimpan kenangan ketika masih SMA.

    Kenangan saat remaja dan berpacaran dengan seorang pemuda yang pernah

    bersamanya dan yang selalu mengisi hari-hari Milea. Seorang pemuda yang

    sangat berarti itu adalah Dilan. Dilan adalah seorang pemuda yang suka usil

    meramal Milea. Dilan adalah seorang lelaki yang mendekati Milea dengan cara

    yang unik. Cara yang ia lakukan membuat Milea slalu penasaran dan juga merasa

    kagum. Setelah merasa terbiasa dengan kehadiran Dilan, Milea merasa ingin

    selalu dekat dengan Dilan, karena menurutnya Dilan yang bisa menghiburnya saat

    sedih maupun susah.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 45

    Awal mula Milea bertemu Dilan yaitu saat berangkat sekolah. Saat Milea

    berjalan sendiri, terdengar suara motor yang datang dari arah belakang. Motor itu

    mulai sejajar dengan Milea dan diperlambat kecepatannya. Saat itulah awal Dilan

    menyapa Milea dan meramal Milea. Awalnya Milea merasa terusik dengan cara

    dan perkataan Dilan yang menurutnya itu aneh. Ramalan yang diungkapkan Dilan

    tidak berhenti disitu saja, ia terus-menerusan meramal Milea. Milea penasaran

    dengan Dilan, maka dia mencari informasi pada teman-temannya yang sekelas

    dengan Milea. Akhirnya Milea mengetahui bahwa Dilan adalah seorang pemuda

    yang memiliki geng motor yang suka tawuran dengan sekolah lain. Setelah

    mengetahui Dilan orang seperti itu, awalnya Milea takut, tapi setelah apa yang

    dilakukan Dilan terhadapnya dan mendengar cerita dari pihak lain yang membela

    Dilan Milea tidak takut lagi. Lama-kelamaan Milea menyukai Dilan, walupun dia

    sudah memiliki kekasih. Kekasih Milea adalah seorang lelaki yang tipe cemburu

    dan suka berkata kasar dengan Milea. Sikap kekasih Milea itu membuat Milea

    merasa geram dan akhirnya Milea putus dengan kekasihnya itu. Setelah putus

    hubungan Milea dan Dilan semakin dekat dan akhirnya mereka berpacaran. Dilan

    mengumandangkan peresmian bahwa mereka sudah berpacaran sangat unik, yaitu

    membuat pernyataan layaknya teks proklamasi.

    4.2 Deskripsi Data

    Data penelitian ini berupa frasa, klausa, dan kalimat yang mengandung

    ungkapan majas perbandingan, pertautan dan pertentangan dalam novel Pidi Baiq

    tahun 2018. Tarigan (2013: 5) membagi menjadi empat kelompok majas yaitu

    perbandingan, pertautan, prtentangan, dan perulangan. Dalam penelitian ini,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 46

    peneliti membahas majas perbandingan, pertautan, dan pertentangan sebagai

    objek kajian makna dari itu peneliti memilih menggunakan pendapat dari Tarigan

    sebagai teori yang digunakan dalam penelitian ini. Berdasarkan penelitian yang

    sudah dilakukan, novel Pidi Baiq yang berjudul Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun

    1990 ditemukan seratus enam puluh empat data yang terdapat dalam majas

    perbandingan, pertautan, dan pertentangan. Jumlah data tersebut merupakan

    jumlah data awal yang ditemukan peneliti.

    Jumlah data tersebut masih memiliki kemungkinan berubah karena belum

    dilakukan validitas data oleh peneliti. Oleh karena itu, peneliti menggunakan

    teknik triangulasi penyidik atau peneliti lain untuk menguji keabsahan data.

    Dalam upaya ini, peneliti melakukan triangulasi data dengan satu dosen

    Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma. Beliau adalah

    Ibu Septina Krismawati M.A.

    Berdasarkan hasil analisis dari triangulator, data awal yang berjumlah 164

    kutipan dari majas perbandingan, pertautan, dan pertentangan terdapat 158 data

    yang dianggap valid atau sesuai dengan kriteria data penelitian. Oleh karena itu,

    data penelitian yang dianalisis lebih lanjut dalam penelitian ini berjumlah 158

    kutipan yang berupa frasa, klausa, dan kalimat di dalam novel yang berjudul

    Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 47

    4.3 Hasil Analisis Data

    4.3.1 Jenis Majas Perbandingan

    Majas perbandingan menurut Tarigan yang ditemukan peneliti yaitu gaya

    bahasa personifikasi, gaya bahasa depersonifikasi, gaya bahasa antitesis, dan gaya

    bahasa perifrasis. Novel Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq

    menggunakan majas perbandingan sebagai salah satu gaya pengarang untuk

    mengembangkan c