analisis majas perbandingan, pertautan , dan pertentangan, dalam novel … · 2019. 5. 6. · novel...
TRANSCRIPT
-
ANALISIS MAJAS PERBANDINGAN, PERTAUTAN , DAN
PERTENTANGAN, DALAM NOVEL DILAN: DIA ADALAH DILANKU
TAHUN 1990 KARYA PIDI BAIQ
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh
Eliana Dewi
NIM : 141224038
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONSEIA
JURUSAN PENIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
i
ANALISIS MAJAS PERBANDINGAN, PERTAUTAN, DAN
PERTENTANGAN, DALAM NOVEL DILAN: DIA ADALAH DILANKU
TAHUN 1990 KARYA PIDI BAIQ
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh
Eliana Dewi
NIM : 141224038
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONSEIA
JURUSAN PENIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan
Kepada: Tuhan Yesus Kristus
Yang telah memberikan hikmat, perlindungan, dan berkatnya kepada saya.
Kepada orang tua saya yaitu Bapak Alexius Hartono dan Ibu saya Agnes Enik
Yulianti
Yang selalu mendukung, medoakan, dan meyemangati saya agar dapat
menyelesaikan pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
v
MOTTO
Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah. (Lessing)
Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil, kita
baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik.
( Evelyn Underhill)
Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi
nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam
doa dan permohonan dengan ucapan syukur. (Filipi 4:6)
Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan, maka terlaksanalah
segala rencanamu. (Amsal 16:3)
Lakukanlah kewajibanmu dengan setia terhadap Tuhan, Allahmu,
dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya, dan dengan
tetap mengikuti segala ketetapan, perintah, peraturan dan
ketentuan-Nya, seperti yang tertulis dalam hukum Musa, supaya
engkau beruntung dalam segala yang kaulakukan dan dalam
segala yang kau tuju.
(1 Raja-Raja 2:3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
viii
ABSTRAK
Dewi, Eliana. 2018. Analisis Majas Perbandingan, Pertautan, Dan
Pertentangan Dalam Novel Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990
Karya Pidi Baiq. Skripsis S1. Yogyakarta: Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Penelitian ini menganalisis majas perbandingan, pertautan, dan
pertentangan pada novel Dilan: Dia Dilanku tahun 1990 karya Pidi Baiq. Tujuan
utama penelitian ini adalah mendeskripsikan jenis majas perbandingan, pertautan,
serta pertentangan dan majas yang dominan digunakan pada novel Dilan: Dia
Dilanku tahun 1990. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah membaca, mencermati, mencatat, membuat tabel, dan
mendeskripsikan data yang diperoleh. Instrumen dalam penelitian ini yaitu
peneliti sendiri yang dibantu alat pengumpulan data. Analisis data dilakukan
dengan tahapan mengidentifikasi data hasil temuan, mengklasifikasikan data hasil
temuan, mencermati berdasarkan jenis majas perbandingan, pertautan, dan
pertentangan, serta mendeskripsikan hasil analisis data tersebut.
Hasil penelitian pada novel Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 karya
Pidi Baiq menunjukkan bahwa majas perbandingan meliputi personifikasi,
depersonifikasi, antitesis, dan perifrasis. Majas pertautan mencakup metonimia,
sinekdoke, alusi, antonomasia, dan erotesis. Adapun majas pertentangan meliputi
hiperbola, litotes, oksimoron, satire, innuendo, klimaks, antiklimaks, dan apofasis
atau preterisio. Majas yang dominan dalam novel Dilan: Dia Adalah Dilanku
Tahun 1990 secara berturut-turut dari yang terbanyak yaitu: hiperbola, erotesis,
satire, innuendo, perifrasis, antitesis, metonimia, antonomasia, dan personifikasi.
Penelitian ini terdapat tiga saran yaitu bagi para sastrawan agar lebih kreatif lagi
dalam penggunaan majas, bagi peneliti lain agar tidak terbatas dalam penggunaan
majas, dan bagi pembaca untuk lebih mencermati pemakaian gaya bahasa agar
dapat menikmati novel.
Kata kunci: novel dan majas perbandingan, pertautan, dan pertentangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
ix
ABSTRACT
Dewi, Eliana. 2018. The Analysis of Comparative, Linkage, and Contradictive
Figure of Speeches in Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 novel by
Pidi Baiq. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language Education Study
Program, Teaching and Education Faculty, Sanata Dharma University.
This research analyzed the comparative, linkage, and contradictive figure
of speeches in a novel entitled Dilan: Dia Dilanku tahun 1990 written by Pidi
Baiq. The aim of the research is to describe the types of the comparative, linkage,
and contradictive figure of speeches which are dominantly used in Dilan: Dia
Dilanku tahun 1990 novel. This research was included as a descriptive research
with qualitative approach. The data collection technique employed in this
research was reading, scanning, note taking, tabling, and data describing. The
research instrument was the the researcher herself helped by the data collections.
The data analysis was done by identifying the findings, classifying the findings,
analyzing the figure of speeches according to the types, and describing the
analysis results of all the data collected.
The findings of this research on Dilan: Dia Dilanku tahun 1990 novel by
Pidi Baiq showed that the figure of speeches used were personification,
depersonification, antithesis, and periphrases. The linkage included metonymy,
sinekdoke, allusion, antimony, and erotics. The contradictive figure of speech
were hyperbole, litotes, oksimoron, satire, innuendo, climax, anticlimax, and
apophasis or preterisio. The figure of speeches used in Dilan: Dia Dilanku tahun
1990 novel from the most frequent to the less one were hyperbole, erotics, satire,
innuendo, periphrasis, antithesis, metonymy, antimony, and personification. This
research study also gives suggestion to any book authors to be more creative in
using figure of speeches, to the future researchers who will work on similar
project to be more indefinite to explore more the figure of speeches, and to the
readers to be more thoroughly perceiving various figure of speeches in order to
enjoy the novel more.
Keywords : novel, the comparative, linkage, and contradictive figure of speeches
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan perlindungan-Nya untuk penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik dan lancar. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang
harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada prodi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Penulis menyadari bahwa skripsi ini
dapat diselesaikan berkat dukungan dari beberapa pihak. Untuk itu, penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Drs. J.Prapta Diharja, S.J. M.Hum., selaku dosen pembimbing pertama
yang telah memberikan bimbingan, motivasi, perhatian, dan masukan demi
kesempurnaan skripsi ini.
3. Dr. Y.Karmin, M.Pd., selaku dosen pembimbing kedua yang telah
memberikan bimbingan, motivasi, perhatian, dan masukan demi
kesempurnaan skripsi.
4. Para dosen PBSI yang telah membagikan ilmu dan pengalaman selama
penulisan menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
5. Ayah dan Ibu, Alexius Hartono dan Agnes Enik Yulianti, yang telah
memberikan dukungan, doa, dan semangat dalam meyelesaikan skripsi.
6. Kakak-kakak penulis: Endi Purnama, Armela, Erni Sulistya, dan Erik
FajarAdi Saputra yang selalu mendukung, memotivasi, dan menyemangati
kepada penulis.
7. Seluruh keluarga besar yang selalu memberikan dukungan kepada penulis.
8. Teman-teman dekat saya dan seluruh teman PBSI atas kerjasama dan
kebersamaan selama ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv
HALAMAN MOTO ........................................................................................... v
HALAMAN KEASLIAN KARYA ................................................................... vi
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ..................... vii
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
ABSTRACT .......................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................ x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian.............................................................................. 4
E. Batasan Istilah ..................................................................................... 5
F. Sistematika Penyajian ......................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 8
A. Penelitian Relevan .............................................................................. 8
B. Landasan Teori ................................................................................. 10
C. Pengertian Sastra .............................................................................. 10
D. Pengertian Novel .............................................................................. 10
E. Pengertian Majas .............................................................................. 12
F. Jenis-jenis Majas ................................................................................ 13
1. Majas Perbandingan ...................................................................... 13
2. Majas Pertautan ............................................................................ 17
3. Majas Pertentangan ....................................................................... 22
4. Majas Peulangan ............................................................................ 33
G. Kerangka Berpikir ............................................................................. 34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xii
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................... 37
A. Jenis Penelitian ................................................................................. 37
B. Data dan Sumber .............................................................................. 38
C. Instrumen Penelitian ......................................................................... 38
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 39
E. Teknik Analisis Data ........................................................................ 40
F. Keabsahan Data ................................................................................ 41
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ........................................ 43
A. Novel ................................................................................................ 43
B. Deskripsi Data .................................................................................. 45
C. Analisis Data .................................................................................... 47
D. Hasil Analisis ................................................................................... 47
1. Jenis Majas Perbandingan di dalam novel Dilan: Dia adalah
Dilanku tahun 1990 .................................................................... 47
2. Jenis Majas Pertautan di dalam novel Dilan: Dia adalah Dilanku
tahun 1990 .................................................................................. 52
3. Jenis Majas Pertentangan di dalam novel Dilan: Dia adalah Dilanku
tahun 1990 .................................................................................. 57
4. Pembahasan ................................................................................. 65
5. Pemaknaan Majas......................................................................... 70
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 76
A. Kesimpulan ..................................................................................... 76
B. Saran ................................................................................................ 78
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 79
BIODATA PENULIS ....................................................................................... 81
LAMPIRAN ...................................................................................................... 82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Karya sastra adalah karya pengarang berdasarkan pengalaman yang
dimiliki, imajinasi, dan ide-ide yang diwujudkan dalam bentuk tulisan. Karya
sastra dapat berwujud puisi, prosa, dan drama. Karya-karya tersebut telah berada
dalam kehidupan kita sedari dulu dan menjadi salah satu tempat menuangkan
ekspresi yang paling efektif. Dalam karya sastra, kita dapat menemukan banyak
tema yang menjadi toping utama, seperti tema percintaan, sosial, budaya, politik,
dan religious (Suryanto: 2007:2). Jika membaca atau memahami suatu karya
sastra, pembaca akan memperoleh atau menambah wawasan dan pengetahuan.
Karena itu, karya sastra bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Salah satu karya sastra dalam bentuk prosa adalah novel. Novel
merupakan karangan prosa yang panjang dan mengandung rangkaian cerita
kehidupan seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya dengan menonjolkan
watak dan sifat para tokoh. Clara Reeve berpendapat bahwa novel adalah
gambaran kehidupan dan perilaku yang nyata dari zaman saat nivel itu ditulis
(Wellek, 1989:282). Novel adalah hasil cipta, rasa, seni manusia yang dapat
dihayati dan dipelajari. Novel disukai oleh banyak orang karena menarik,
menghibur, dan dapat mengisi waktu luang.
Meskipun demikian, jarang mahasiswa mengangkat novel sebagai objek
penelitian. Pada umumnya mahasiswa lebih memilih yang lain, mungkin mereka
malas membacanya karena menurut mereka novel terlalu panjang untuk dibaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
2
Oleh karena itu, peneliti hendak mengadakan analisis mengenai novel. Dalam hal
ini yang akan dianalisis adalah majas dalam novel itu. Peneliti memilih
mengalisis majas dalam novel, karena peneliti sendiri tertarik dan belum banyak
mahasiswa yang mengalisis majas di sebuah novel.
Dalam sebuah novel jika tidak ada majas di dalamnya, maka cerita dalam
novel tidak menarik. Maka setiap penulis novel akan menggunakan majas dalam
karyanya untuk membangkitkan cerita menjadi lebih menarik bagi pembaca.
Setiap pengarang memiliki ciri masing-masing dalam pemakaian majas, sehingga
setiap pengarang dalam penyampaiannya berbeda-beda.
Menurut Lexemburg dan kawan-kawan (dalam I Ketut Darma Laksana,
2010: 33) bahwa majas dibentuk berdasarkan penyimpangan makna. Pemakaian
kata, frasa, atau kalimat dengan makna yang menyimpang dimaksudkan untuk
menciptakan efek stilistik dalam berbahasa. Jika kita berbicara tentang teori majas
sekurang-kurangnya kita mengacu tiga macam teori, yaitu teori semantik, teori
pragmatik, dan teori kognitif. Menurut Bartsch (dalam I Ketut Darma Laksana,
2010: 34) mengungkapkan bahwa suatu tulisan akan lebih banyak memusatkan
perhatiannya pada teori semantik dan teori pragmatik, karena kedua teori tersebut
mengandung paham yang mendasar, yaitu dalam hal pemahaman makna, kecuali
untuk pembicaraan mengenai tema-tema ungkapan majasi akan digunakan teori
kognitif. Menurut Anton Moeliono majas adalah untuk mengongkretkan dan
menghidupkan karangan (Moeliono, 1989: 175).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
3
Anton Moeliono (dalam I Ketut Darma, 2010: 35) membuat kategorisasi
majas atas tiga macam, yaitu majas perbandingan, majas pertentangan, dan majas
pertautan. Tarigan (dalam I Ketut Darma Laksana, 2010: 36) membuat
kategorisasi majas menjadi empat macam, yaitu majas perbandingan, majas
pertentangan, majas pertautan, dan majas perulangan. Tarigan
mencampuradukkan majas denga trope sehingga penggolongannya menjadi empat
macam. Perulangan yang dimaksudkan itu bukanlah majas (kiasan) melainkan alat
gaya bahasa seperti majas itu sendiri. Dengan demikian, peneliti akan mengacu
pada model Moeliono, karena model Moeliono memadai untuk diterapkan karena
sifatnya komprehensif. Contoh beberapa majas yaitu perumpamaan, hiperbola,
ellipsis, dan personifikasi. Majas tersebut paling banyak dikenal, baik dalam
masyarakat pada umumnya maupun dalam bidang pendidikan.
Peneliti memilih novel yang berjudul Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun
1990 karya Pidi Baiq sebagai bahan penelitiannya. Novel Dilan: Dia Adalah
Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq adalah novel yang sedang buming di
masyarakat Indonesia. Pidi Baiq menggarap novel ini sesuai dengan ingatan masa
lalunya. Novel ini terbit pada bulan Desember 2015 dan sudah dicetak sebanyak
dua puluh kali. Penerbitnya adalah Patel Books. Novel ini menceritakan
percintaan anak SMA di kota Bandung. Novel tersebut sudah pernah difilmkan
dan menjadi film romansa terlaris di masyarakat saat ini.
Majas dalam novel ini berbeda dengan novel lainnya. Majas yang
digunakan Pidi Baiq cukup unik, membuat para pembaca merasa terhibur.
Pembaca akan terpesona dengan ungkapan yang diuraikan dalam novel tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
4
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan menganalsis penggunaan majas
yang terdapat dalam novel yang ditampilkan oleh Pidi Baiq ini. Adapun judul
penelitian ini adalah Analisis Majas Perbandingan, Pertentangan, dan Pertautan
Dalam Novel Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 Karya Pidi Baiq.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, masalah penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut.
a. Bagaimana bentuk majas perbandingan, pertentangan, dan pertautan dalam
novel Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq?
b. Dari macam-macam majas yang terdapat pada perbandingan, pertautan,
dan pertentangan gaya bahasa apa yang dominan dalam novel Dilan: Dia
Adalah Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, penelitian ini
bertujuan sebagai berikut.
a. Mendeskripsikan bentuk majas perbandingan, pertentangan, dan pertautan
dalam novel Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq.
b. Mendeskripsikan gaya bahasa yang dominan dari majas perbandingan,
pertautan, dan pertentangan dalam novel Dilan: Dia Adalah Dilanku
Tahun 1990 karya Pidi Baiq.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang dapat diperoleh dalam penelitian ini ada dua
macam, yaitu manafat secara teoretis dan manfaat secara praktis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
5
1.4.1 Manfaat Teoretis
Manfaat secara teoretis penelitian ini memperkaya khasanah atau
menambah ilmu dalam bidang sastra khususnya dalam novel. Selain itu,
menambah banyaknya tulisan mengenai sastra khususnya dalam majas
perbandingan, pertentangan, dan pertautan dalam novel.
1.4.2 Manfaat Praktis
Adapun manfaat secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi peneliti
selanjutnya dan bagi pembaca. Bagi peneliti selanjutnya dapat menyumbang
sumber reverensi tentang analisis majas perbandingan, pertentangan, dan
pertautan dalam novel. Bagi pembaca dapat memberikan wawasan tentang
majas perbandingan, pertentangan, dan pertautan dalam novel.
1.5 Batasan Istilah
Sehubungan dengan judul penelitian ini, agar terdapat persamaan konsep
istilah dan agar pemanfaatan tersebut tampak jelas, perlu diberikan adanya
pembatasan istilah. Istilah yang perlu dibatasi adalah sebagai berikut.
a. Majas
Majas adalah cara melukiskan sesuatu lewat kata-kata, frasa, atau kalimat
dengan jalan menyamakan dengan sesuatu yang lain; kiasan (Kamus Bahasa
Indonesia Untuk Pelajar, 2011: 290).
Majas adalah untuk mengongkretkan dan menghidupakan karangan
(Moeliono, 1989: 175).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
6
b. Majas Perbandingan
Majas perbandingan adalah majas yang membandingkan dua hal yang
pada hakikatnya berlainan dan sengaja kita anggap sama yang disebut
perumpamaan (I Ketut Darma, 2010: 77).
c. Majas Pertentangan
Kesimpulan dari berbagai pendapat ahli, maka peneliti berpendapat bahwa
majas pertentangan adalah mengungkapkan sesuatu namun bertentangan
dengan makna yang sebenarnya.
d. Majas Pertautan
Majas pertautan adalah majas yang menggunakan nama ciri atau nama hal
yang ditautkan dengan orang, barang, atau hal lain sebagai penggantinya yang
disebut dengan metonimia (I Ketut Darma Laksana, 2010: 89).
e. Novel
Novel adalah karangan prosa yang panjang, mengandung rangkaian cerita
kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya dengan menonjolkan
watak dan sifat setiap pelaku (Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar, 2011:
362).
1.6 Sistematika Penyajian
Penulisan penelitian ini terdiri dari lima bab. Hal ini bertujuan untuk
mempermudah pembaca dalam memahami penelitian ini. Bab I adalah bab
pendahuluan. Pada bab ini, peneliti mengkaji latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
7
penyajian. Bab II adalah landasan teori. Bab ini menguraikan penelitian yang
relevan, kajian teori, dan kerangka berpikir. Penelitian yang relevan berisi tentang
penelitian-penelitian yang sejenis dengan topik ini, sedangkan kajian teori berisi
uraian tentang teori-teori yang menjadi kajian teori penelitian.
Bab III adalah metodelogi penelitian. Pada bab ini, peneliti membahas
seputar jenis penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik
analisis data, dan teknik keabsahan data. Bab IV adalah deskripsi data, analisis
data, dan pembahasan. Dalam bab ini peneliti mendeskripsikan data penelitian,
cara menganalisa data, dan pembahasan hasil penelitian. Bab V adalah penutup
yang berisi simpulan dari hasil penelitian dan saran. Selain itu, peneliti juga
menyajikan daftar pustaka yang dipergunakan untuk referensi yang menunjang
penelitian dan terdapat juga lampiran-lampiran yang mendukung penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
8
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Kajian Teori Terdahulu yang Relevan
Dalam penelitian ini, peneliti menemukan dua penelitian terdahulu yang
relevan dengan penelitian ini, yaitu penelitian Nur Rofiq Rfrajani (2012) dan Ika
Wirna (2012). Penelitian Nur Rofiq (2012) yang berjudul“Analisis Gaya Bahasa
Dalam Roman der Steppenwolf Karya Hermann Hesse” bertujuan
mendeskripsikan gaya bahasa, fungsi, dan makna yang digunakan dalam roman
karya Herman Hesse. Hasil penelitian gaya bahasa yang digunakan dalam roman
tersebut ada empat jenis, yaitu gaya bahasa perbandingan, pertentangan, pertautan,
dan perulangan. Gaya bahasa perbandingan meliputi (Perumpamaan atau Smile
(27), Metafora (30), Personifikasi (15), Depersonifikasi (3), Alegori (2), Antitesis
(27), Pleonasme dan Tautologi (4), Perifrasis (5), Koreksio (1). Gaya bahasa
pertentangan meliputi (Hiperbola (80), Litotes (1), Ironi (3), Oksimoron (10),
Paradoks (8), Klimaks (7), Antiklimaks (3), Sarkasme (10). Gaya bahasa
pertautan meliputi (Metonimia (18), Eufimisme (1), Antonomasia (9), Erotesis
(12), Paralelisme (4), Asindenton (17), Polisindeton (3) dan gaya bahasa
perulangan meliputi (Asonansi (4), Kiasmus (3), dan Anafora (4)). Selanjutnya,
mengetahui fungsi dan makna yang ada dalam roman tersebut. Fungsi dan makna
roman adalah untuk menimbulkan efek keindahan, menggambarkan suatu
keadaan, menggambarkan suatu perasaan, menggambarkan keindahan sesuatu,
mengambarkan penderitaan tokoh, memuji seseorang, mengkongkretkan gambar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
9
manusia yang putus asa dalam hidupnya, menegaskan sesuatu, memberikan pesan
moral, menyindir atau mengejek seseorang, dan menekankan kebecian terhadap
seseorang atau suatu hal.
Penelitian yang kedua Ika Wirna (2012) yang berjudul “Analisis Gaya
Bahasa Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata Serta Implikasi Pembelajaran
Bahasa Dan Sastra Indonesia Di SMA”. Penelitian tersebut bertujuan
mendeskripsikan gaya bahasa yang ditampilkan Andrea Hirata dalam novel
Laskar Pelangi dan mengetahui implikasi gaya bahasa dalam pembelajaran
bahasa dan sastra Indonesia di SMA. Hasil data gaya bahasa yang dapat diambil
adalah Alegori (13), Alusio (6), Hiperbola (28), Ironi (8), Metafora (8),
Metonimia (7), Persamaan (45), Personifikasi (34), Perumpamaan (22), Repitisi
(10). Gaya bahasa tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa repitisi dalam
novel Laskar Pelangi berjumlah sepuluh dan analisis yang dilakukan terhadap
sepuluh gaya bahasa tersebut yang paling dominan adalah gaya bahasa persamaan.
Dalam implikasi gaya bahasa terhadap pembelajaran bahasa Indonesia dibagi
menjadi tiga, yaitu imlikasi teoritis, impliasi pedagogis, dan implikasi praktis.
Dari penelitian terdahulu yaitu penelitian dari Nur Rafiq yang meneliti
tentang gaya bahasa, fungsi, dan makna dalam roman der Steppenwolf karya
Hermann Hesse dan penelitian Ika Wirna yaitu analisis gaya bahasa novel Laskar
Pelangi karya Andrea Hirata dan implikasi dalam pembelajaran bahasa dan Sastra
Indonesia di SMA, maka penelitian saya memiliki beberapa kesamaan dan
perbedaan dengan penelitian terdahulu. Persamaannya adalah sama-sama
mendeskripsikan gaya bahasanya. Perbedaannya adalah penelitian terdahulu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
10
membahahas gaya bahasa keselurahan atau secara umum tidak ada
pengelompokan mana masuk dalam perbandingan, pertautan, pertentangan, dan
perulangan. Sedangkan penelitian saya membahas tentang gaya bahasa yang
terdapat dalam majas perbandinngan, pertautan, dan pertentangan serta majas
yang dominan pada novel yang berjudul DILAN: DIA DILANKU Tahun 1990
karya Pidi Baiq.
2.2 Landasan Teori
Pada landasan kajian terori ini, peneliti akan memaparkan beberapa teori
yang terkait dengan judul penelitian. Teori-teori yang akan digunakan sebagai
landasan dalam pengerjaan penelitian ini sebagai berikut.
2.2.1 Pengertian Sastra
Dalam Kamus Bahasa Indonesia: Untuk Pelajar (2010: 474) sastra
diartikan sebagai kata-kata dan gaya bahasa yang dipakai dulu dalam kitab-kitab
(bukan bahasa sehari-hari). (2) kesusastraan, karya tulis yang memiliki keaslian,
keindahan isi dan ungkapannya. Dalam Kamus Istilah Sastra (1990: 71). Panuti
Sudjiman menuliskan bahwa sastra (literature, Inggris, literature, Prancis) adalah
karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisilan,
keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya.
2.2.2 Pengertian Novel
Istilah novel dalam bahasa Indonesia berasal dari kata novel dalam bahasa
Inggris. Istilah novel dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Itali, yaitu novella
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
11
(yang dalam bahasa Jerman novella). Novella berarti sebuah barang baru yang
kecil, kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa (Abrams,
198: 119). Istilah novella mengandung pengertian yang sama dengan istilah
novelet (dalam bahasa Inggris novellete) yang berarti sebuah karya sastra prosa
fiksi yang panjangnya cukup, tidak terlalu panjang, namun tidak terlalu pendek
(Nurgiyantoro, 1995: 9). Ada juga yang mengemukakan bahwa kata novel berasal
dari kata Latin, yaitu noveltus yang diturunkan dari kata noveis yang berarti baru.
Dikatakan baru karena dibandingkan dengan jenis sastra lainnya seperti puisi dan
drama (Tarigan, 1984: 164).
H.B. Jassin berpendapat bahwa novel adalah cerita mengenai salah satu
episode dalam kehidupan manusia, suatu kejadian yang luar biasa dalam
kehidupan itu, sebuah krisis yang memungkinkan terjadinya perubahan nasib pada
manusia (dalam Faruk, 1997: 265). Dalam Kamus Istilah Sastra, Abdul Rozak
Zaidan, Anita K.Rustapa, dan Hani’ah mengatakan bahwa novel adalah jenis
prosa yang mengandung unsur tokoh, alur, latar rekaan yang menggelarkan
kehidupan manusia diolah dengan teknik kisahan dan ragaan yang menjadi dasar
konvensi penulisan (1994: 136). Dalam Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar,
novel adalah karangan prosa yang panjang, mengandung rangkaian cerita
kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak
dan sifat setiap pelaku (2011: 362).
Berdasarkan berbagai macam pengertian novel di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa novel merupakan prosa yang cukup panjang yang mengandung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
12
unsur tokoh, alur, suasana, dan latar rekaan dalam suatu kejadian dalam
kehidupan.
2.2.3 Pengertian Majas
Dalam Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar dikatakan bahwa majas
adalah gaya bahasa yang melukiskan sesuatu lewat kata-kata, frasa, atau kalimat
dengan jalan menyamakan dengan sesuatu yang lain; kiasan. (Kamus Bahasa
Indonesia Untuk Pelajar, 2011: 290).
Menurut I Ketut Darma Laksana, majas adalah bahasa yang maknanya
melampaui batas yang lazim. Ketidaklaziman makna itu disebabkan oleh beberapa
hal. Pertama, pemakaian kata yang khas. Dalam menggunakan kata yang khas,
pemakai bahasa dapat lebih menghidupkan karangannya, agar orang lain atau
pembaca tersentuh perasaannya mengenai hal yang disampaikan. Kedua,
pemakaian bahasa yang menyimpang dari kelaziman. Maksudnya, dengan
menggunakan kata tertentu yang maknanya menyimpang, pengarang dapat
membuat tuturannya lebih intens untuk mempengaruhi imajinasi pendengar atau
pembaca. Ketiga, rumusannya yang jelas. Kejelasan rumusan itu lebih
dimungkinkan oleh adanya gambaran bahwa satu hal sama atau seperti,
sebanding, entah sebagian atau keseluruhan dengan hal lain (I Ketut Darma
Laksana, 2010: 4). Menurut Anton Moliono majas adalah untuk mengongkretkan
dan menghidupakan karangan (Moeliono, 1989: 175).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
13
Berdasarkan paparan dari para ahli di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa majas adalah kata-kata, frasa, atau kalimat yang memiliki makna melapaui
batas dan bisa disebut dengan suatu kiasan untuk menghidupkan sebuah karangan.
2.2.4 Jenis-jenis Majas
Majas menurut Moeliono (dalam I Ketut Darma Laksana, 2010: 6) dibagi
menjadi tiga kategori, yaitu majas perbandingan, majas pertentangan, dan majas
pertautan.
2.2.4.1 Majas Perbandingan
I Ketut Darma Laksana mengungkapkan bahwa majas perbandingan adalah
jenis majas yang membandingkan dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan
yang sengaja dianggap sama. Perumpamaan atau persamaan itu bersifat eksplisit
dengan dimarkahi oleh pemakaian kata sebagai, seperti, ibarat, dan sejenisnya
(Ketut, 2010: 77). Henry Guntur Tarigan (2013: 9) berpendapat bahwa majas
perbandingan dibagi menjadi sepuluh jenis gaya bahasa, yaitu: Perumpamaan,
Metafora, Personifikasi, Depersonifikasi, Alegori, Antithesis, Pleonasme dan
Tautologi, Periphrasis, Antisipasi Atau Prolepsis, dan Koreksi atau Epanortosis.
a. Perumpamaan
Perumpamaan adalah asal kata simile dalam bahasa Inggris. Kata simile
berasal dari bahasa Latin yang bermakna ‘seperti’. Henry Guntur Tarigan (2013:
9) berpendapat bahwa perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada
hakikatnya berlainan dan sengaja dianggap sama dengan pemakaian kata seperti,
ibarat, bak, sebagai, seumpama, laksana, penaka, dan serupa. Berikut ini
beberapa contoh dari perumpamaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
14
Seperti air dengan minyak
Ibarat mengejar bayangan
Bak merpati dua sejoli (Tarigan, 2013: 9).
b. Metafora
Menurut Poerwadarminta (dalam Tarigan, 2013: 15-16) metafora adalah
pemakaian kata-kata bukan arti sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang
berdasaarkan persamaan atau perbandingan. Menurut Moeliono (dalam Tarigan,
2013: 15) metafora adalah perbandingan yang implisit tanpa kata sebagai di
antara dua hal yang berbeda. Berikut ini merupakan beberapa contoh dari
metafora.
Nani jinak-jinak merpati.
Ali mata keranjang.
Aku terus memburu untung (Tarigan, 2013: 16).
c. Personifiasi
Personifikasi adalah jenis majas yang melekatkan sifat-sifat insani kepada
barang yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak (Tarigan, 2013: 17-18). Berikut
ini merupakan beberapa contoh dari majas personifikasi.
Hujan memandikan tanaman.
Mentari mencubit wajahku.
Pepohonan tersenyum riang (Tarigan, 2013: 18).
d. Depersonifikasi
Henry Guntur Tarigan (2013: 21-22) mengungkapkan bahwa depersonifikasi
adalah kebalikan dari personifikasi. Apabila personifikasi menginsankan benda-
benda, maka depersonifikasi justru membendakan manusia atau insan. Berikut
merupakan beberapa contoh dari majas depersonifikasi.
Bila kakanda menjadi darah, maka adinda menjadi daging.
Sekiranya suami menjadi ombak, maka istri menjadi pantai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
15
Rupa-rupanya jikalau si Ani menjadi kembang, tentu si Ali menjadi kumbang
(Tarigan, 2013: 22).
e. Alegori
Henry Guntur Tarigan (2013: 24) megungkapkan bahwa alegori adalah cerita
yang dikisahkan dalam lambang-lambang. Biasanya alegori merupakan cerita-
cerita yang panjang dan rumit dengan maksud dan tujuan yang terselubung.
Bebeberapa contoh majas alegori.
Cerita kancil dengan kura-kura.
Cerita kancil dengan harimau.
f. Antitesis
Henry Guntur Tarigan (2013: 27) mengungkapkan bahwa antitesis adalah
gaya bahasa yang mengadakan komparasi atau perbandingan antara dua antonim
yaitu kata-kata yang mengandung ciri-ciri semantik yang bertentangan. Di bawah
ini merupakan contoh majas antitesis.
Dia bergembira-ria atas kegagalanku dalam ujian itu.
Segala fitnahan tetangganya dibalasnya dengan budi bahasa yang baik.
Kecantikannyalah justru yang menceelakakannya.
g. Pleonasme dan Tautologi
Pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir atau berlebihan yang
sebenarnya tidak perlu (Tarigan, 2013: 29). Berikut beberapa contoh pleonasme.
Saya telah mencatat kejadian itu dengan tangan saya sendiri.
Mereka mendengar fitnahan itu dengan telinga mereka sendiri.
Henry Guntur Tarigan (2013: 24-30) mengatakan bahwa suatu acuan disebut
tautologi kalau kata yang berlebihan pada dasarnya mengandung sebuah
perulangan dari sebuah kata yang lain. Berikut merupakan contoh dari tautologi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
16
Orang yang meninggal itu menutup mata buat selama-lamanya.
Kegembiraanku menyenangkan hatiku (Tarigan, 2013: 30).
h. Perifrasis
Perifrasis adalah sejenis gaya bahasa yang mirip dengan pleonasme.
Keduanya menggunakan kata-kata yang lebih banyak dari pada yang dibutuhkann
namun yang membedakan antara keduanya yaitu dalam periphrasis kata-kata yang
berlebihan itu pada prinsipnya diganti dengan sebuah kata saja. cf.Keraf ( melalui
Tarigan 2013: 31). Berikut ini contoh perifrasis.
Ayahanda telah tidur dengan tenang dan beristirahat dengan damai buat
selama-lamanya (meninggal atau berpulang).
Pemuda itu menumpahkan segala isi hati dan segala harapan ke pada gadis
desa itu (cinta).
i. Antisipasi atau Prolepsis
Antisipasi adalah penempatan kata-kata yang mendahului tentang sesuatu
yang masih akan dikerjakan atau akan terjadi (Tarigan, 2013: 33). Berikut ini
merupakan beberapa contoh antisipasi.
Kami sangat gembira, minggu depan kami memperoleh hadiah dari Bapak
Bupati.
Jelas seluruh kerabat merasa sedih dan malu, lusa si Dogol dijebloskan ke
dalam penjara karena terlibat penjualan ganja.
j. Koreksi atau Epanortosis
Koreksi adalah sesuatu yang ingin ditegaskan kembali dengan memeriksa dan
memperbaiki atau mengoreksi mana-mana yang salah (Tarigan, 2013: 34-35).
Dia benar-benar mencintai Neng Tetty, eh bukan, Neng Terry.
Pak Tarigan memang orang Bali, ah bukan, orang Batak (Tarigan, 2013: 35).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
17
2.2.4.2 Majas Pertautan
I Ketut Darma Laksana (2010: 89) megungkapkan bahwa majas pertautan
adalah menggunakan istilah “teracu” dan “mengacu”. Teracu adalah apa yang
diacu oleh pengacu, sedangkan mengacu ialah ungkapan yang dipakai dalam
proses pengacuan. Majas pertautan adalah kata-kata kiasan yang berhubungan
atau bertautan degan sesuatu yang ingin disampaikan. Tarigan (2010,122)
berpendapat bahwa majas pertautan dibagi menjadi tiga belas gaya bahasa, yaitu:
metonimia, sinekdoke, alusi, aufermisme, eponim, epitet, antonomasia, erotesis,
paralsisme, ellipsis, gradasi, asindeton, dan polisindeton.
a. Metonimia
Metonimia adalah sejenis gaya bahasa yang mempergunakan nama sesuatu
barang bagi sesuatu yang lain berkaitan erat dengannya (Tarigan, 2010: 122).
Anton Moeliono (dalam Tarigan, 2010:123) mengungkapkan bahwa metonimia
adalah majas yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan nama
orang, barang, atau hal sebagai penggantinya. Kita dapat menyebut pencipta atau
pembuatnya jika yang kita maksudkan ciptaan atau buatannya atau kita menyebut
bahannya jika yang kita maksudkan barangnya. Berikut contoh metonimia.
Saya tidak dapat membaca dengan jelas kini karena kontak lensa saya jatuh
dan pecah.
Dalam prtandingan kemarin saya hanya memperoleh perunggu sedangkan
teman saya perak (Tarigan, 2013: 123).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
18
b. Sinekdoke
Sinekdoke adalah majas yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti
nama keseluruhannya, atau sebaliknya. Majas sinekdoke dibagi menjadi dua
macam yaitu: pertama majas sinekdoke pras prototo digunakan untuk menyatakan
keseluruhan suatu objek tetapi hanya menyebutkan sebagian dari objek tersebut
(Tarigan, 2013: 124-125). Berikut contoh majas sinekdoke pras prototo.
Seekor ayam yang masuk ke dalam rumah sudah membuat ibu sangat
kewalahan.
Majas sinekdoke totem proparte adalah majas yang digunakan untuk
menyatakan bagian dari suatu objek dengan menyebutkan keseluruhan bagian atau
objek lain yang mempunyai makna luas. Berikut ini contoh dari sinekdoke
proparte.
Indonesia meraih emas dalam olimpiade matematika tahun 2016.
c. Alusi
Henry Guntur Tarigan (2013: 126-127) mengungkapkan bahwa alusi adalah
gaya bahasa yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa atau tokoh
berdasarkan anggapan adanya pengetahuan bersama yang dimiliki oleh pengarang
dan pembaca serta adanya kemampuan para pembaca untuk menangkap
pengacuan itu. Berikut contoh ilusi.
Saya ngeri membayangkan kembali peristiwa Westerling di Sulawesi Selatan.
Tugu ini mengenangkan kembal ke peristiwa Bandung Selatan (Tarigan,2013:
127).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
19
d. Eufemisme
Eufemisme adalah ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan
yang dirasa kasar atau tidak menyenangkan (Tarigan, 2013: 128-129). Berikut
beberapa contoh eufemisme.
Tunaaksara pengganti buta huruf.
Tunakarya pengganti tidak mempunyai pekerjaan.
Tunawicara pengganti tidak dapat bicara (bisu) (Tarigan, 2013: 129).
e. Eponim
Henry Guntur Tarigan (2013: 130) mengungkapkan bahwa eponim adalah
semacam gaya bahasa yang mengandung nama seseorang yang begitu sering
dihubungkan dengan sifat tertentu sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan
sifat. Dibawah ini contoh eponim.
Hercules menyatakan kekuuatan.
Vera menyatakan kebenaran.
Dewi Sri menyatakan kesuburan.
f. Epitet
Henry Guntur Tarigan (2013: 131) mengungkapkan bahwa epitet adalah gaya
bahasa yang mengandung acuan yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang khas
dari seseorang atau suatu hal. Berikut contoh epitet.
Lonceng pagi bersahut-sahutan di desa terpencil ini menyongsong mentari
bersinar. (lonceng pagi= ayam jantan).
Putri malam menyambut kedatangan para remaja yang sedang dimabuk
asmara. (putri malam= bulan).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
20
g. Antonomasia
Antonomasia adalah gaya bahasa yang merupakan penggunaan gelar resmi
atau jabatan sebagai pengganti nama diri (Tarigan, 2013: 132). Di bawah ini
contoh antonomasia.
Rakyat mengharapkan agar Yang Mulia dapat menghadiri upacara itu.
Pangeran menandatangani surat penghargaan itu.
Pendeta mengukuhkan perkawinan anak kami di Gereja Bethel.
h. Erotesis
Erotesis adalah sejenis gaya bahasa yang berupa pertanyaan yang digunakan
dalam tulisan atau pidato yang bertujuan untuk mencapai efek yang lebih
mendalam dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menuntut suatu
jawaban (Tarigan, 2013: 134). Berikut ini merupakan contoh erotesis.
Apakah sudah wajar bila kesalahan atau kegagalan itu ditimpakan seluruhnya
kepada para guru?
Para gurukah yang harus menanggung akibat semua kegagalan dan
kemrosotan pendidikan di Tanah Air tercinta ini?
i. Paralelisme
Paralelisme adalah semacam gaya bahasa yang berusaha mencapai
kesejajaran dalam pemakaian kata-kata atau frase-frase yang menduduki fungsi
yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama (Tarigan, 2013: 136). Berikut
contoh paralelisme.
Baik kaum pria maupun kaum wanita mempunyai hak dan kewajiban yang
sama secara hukum.
Bukan saja para guru yang bertanggung jawab atas pendidikan para siswa,
tetapi juga harus ditunjang oleh para orang tua dengan cara mengawasi
pelajaran anak-anak di rumah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
21
j. Ellipsis
Ellipsis adalah gaya bahasa yang di dalamnya dilaksanakan penanggalan atau
penghilangan kata atau kata-kata yang memenuhi bentuk kalimat berdasarkan tata
bahasa (Tarigan, 2013: 138). Berikut ini merupakan contoh ellipsis.
Mereka ke Jakarta minggu yang lalu. (penghilangan predikat: pergi,
berangkat).
Pulangnya membawa banyak barang berharga serta perabot rumah tangga. (
penghilangan subyek: mereka, dia, saya, kami, dan lain-lain).
k. Gradasi
Gradasi adalah gaya bahasa yang mengandung suatu rangkaian atau urutan
kata atau istilah secara sintaksis bersamaan yang mempunyai satu atau beberapa
ciri-ciri semantik secara umum dan ada diantaranya paling sedikit satu ciri iulang-
ulang dengan perubahan-perubahan bersifat kuantitatif (Tarigan, 2013: 140). Di
bawah ini contoh gradasi.
Kami berjuang dengan tekad; tekad harus maju; maju dalam kehidupan;
kehidupan yang layak dan baik; baik secara jasmani dan rohani; jasmani dan
rohani yang diridoi oleh Tuhan Yang Maha Pengasih.
l. Asindeton
Asindeton adalah semacam gaya bahasa yang berupa acuan padat dan mampat
dimana beberapa kata,frase, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan
kata sambung (Tarigan, 2013: 142). Berikut ini merupakan contoh asindedeton.
Ayah, ibu, anak, merupakan inti satu keluarga.
Hasil utama Tanah Karo adalah jeruk, nanas, kentang, kol, tomat, bawang,
sayur putih, jagung, padi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
22
m. Polisindeton
Polisindeton adalah suatu gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari
asindeton (Tarigan, 2013: 143-144). Berikut ini contoh polisindeton.
Polisi menangkap pak Ogah beserta istrinya beserta anak-anaknya beserta
pembantunya dan membawanya ke penjara.
Harga padi dan jagung dan sayu mayor sangat menggembirakan para petani
tahun ini (Tarigan, 2013: 144).
2.2.4.3 Majas Pertentangan
Henry Guntur Tarigan mengungkapkan majas pertentangan adalah sesuatu
namun bertentangan dengan makna yang sesungguhnya (Tarigan, 2013: 55).
Tarigan (2013: 55) mengungkapkan bahwa majas pertentangan ini terdapat dua
puluh gaya bahasa, yaitu: Hiperbola, Litotes, Ironi, Oksimoron, Paronomasia,
Paralipsis, Zeugma (silepsis), Satire, Innuendo, Antifrasis, Paradoks, Klimaks,
Antiklimaks, Apostrof, Anastrof, Apofasis, Histeron proteron, Hipalase, Sinisme,
dan Sarkasme.
a. Hiperbola
Henry Guntur Tarigan (2013: 55) mengungkapkan bahwa hiperbola adalah
sejenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan
jumlahnya, ukurannya atau sifatnya dengan maksud memberi penekanan pada
suatu pernyataan atau situasi untuk memperhebat, meningkatkan kesan dan
pengaruhnya. Gaya bahasa ini melibatkan kata-kata, frase, atau kalimat (Tarigan
1985: 186). Menurut Dale dalam Tarigan (2013: 55) bahwa kata hiperbola berasal
dari bahasa Yunani yang berarti ‘pemborosan; berlebih-lebihan’ dan diturankan
dari hyper ‘melebihi’+ ballien ‘melemparkan’. Berikut ini contoh hiperbola.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
23
Kurus kering tiada daya kekurangan pangan buat pengganti kelaparan
Sempurna sekali, tiada kekurangan suatu apapun buat pengganti baik atau
cantik.
Tabungannya berjuta-juta, emasnya berkilo-kilo, sawahnya berhektar-hektar
sebagai pengganti dia orang kaya (Tarigan, 2013: 56).
b. Litotes
Anton Moeliono (dalam Tarigan, 2013: 58-59) mengungkapkan bahwa litotes
adalah ungkapan menyatakan sesuatu yang positif dengan bentuk yang negatif
atau bentuk yang bertentangan. Litotes mengurangi atau melemahkan kekuatan
pernyataan yang sebenarnya. Di bawah ini contoh litotes.
Hasil usahanya tidaklah mengeceakan.
Anak itu sama sekali tidak bodoh.
Icuk Sugiarto sama sekali bukan pemain jalanan.
H.B Yasin bukannya kritikus murahan.
Pancasila bukanlah merupakan falsafah negara yang rapuh yang dapat
digoyahkan begitu saja (Tarigan, 2013:59).
c. Ironi
Ironi adalah majas yang menyatakan makna yang bertentangan dengan
maksud untuk mengolok-olok (Tarigan, 2013: 61-62). Berikut ini merupakan
contoh ironi.
Aduh, bersihnya kamar ini, putumh rokok dan sobekan kertas bertebaran di
lamtai.
O, kamu cepat bangun, baru pukul sembilan pagi sekarang ini.
Bukan main rajinmu, sudah lima hari kamu bolos dalam dua minggu ini
(Tarigan, 2013:62).
d. Oksimoron
Menurut Ducrot and Tororov (dalam Tarigan, 2013: 63) mengungkapkan
bahwa kata aksimoron berasal dari bahasa Latin okys ‘tajam’+moros ‘goblok,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
24
gila’. Oksimoron adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung penegasan atau
pendirian suatu hubungan sintaksis – baik koordinasi maupun determinasi –
antara dua antonim. Contoh oksimoron.
Olah raga mendagi gunung memang menarik hati walaupun sangat
berbahaya.
Bahan-bahan nuklir dapat dipakai untuk kesejahteraan umat manusia tetapi
dapat juga memusnahkannya.
Mencopet merupakan suatu keterampilan yang tercela dan merugikan
(Tarigan, 2013: 62).
e. Paronomasia
Menurut Ducrot & Todorov (dalam Tarigan, 2013: 64-65) mengungkapkan
bahwa paronomasia adalah gaya bahasa yang berisi penjajaran kata-kata yang
berbunyi sama tetapi bermakna lain; kata-kata yang sama bunyinya tetapi artinya
berbeda. Berikut ini merupakan contoh paronomasia.
Waktu saya sibuk mengukur luas kamar ini dan ibu sedang mengukur kelapa
di dapur, maka terdengarlah burung balam tetangga mengukur bersahut-
sahutan.
Pada pohon paku di muka rumah kami tertancap beberapa buah paku tempat
menyangkutnya pot bunga (Tarigan, 2013: 65).
f. Paralipsis
Paralipsis adalah gaya bahasa yang merupakan suatu formula yang digunakan
sebagai sarana untuk menerangkan bahwa seseorang tidak mengatakan apa yang
tersirat dalam kalimat itu sendiri (Ducrot & Todov dalam Tarigan, 2013: 66). Di
bawah ini contoh paralipsis.
Semoga Tuhan Yang Mahakuasa menolak doa kita ini, (maaf) bukan maksud
saya mengabulkan.
Biarlah masyarakat mendengar wasiat tersebut, yang (maafkan saya) saya
maksud bukan membacanya.
Tidak ada orang yang menyenangi kamu (maaf) yang saya maksud membenci
kamu di desa ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
25
g. Zeugma dan Silepsis
Menurut Ducrot & Todov zeugma dan silepsis (dalam Tarigan, 2013: 68)
adalah gaya bahasa yang mempergunakan dua kontruksi rapatan dengan cara
menghubungkan sebuah kata dengan dua atau lebih kata lain yang pada
hakikatnya hanya sebuah saja yang mempunyai hubungan dengan kata yang
pertama. Walaupun begitu, terdapat perbedaan atanra zeugma dan silepsis. Dalam
zeugma terdapat gabungan gramatikal dua buah kata yang mengandung ciri-ciri
semantik yang bertentangan. Dengan kata lain dapat dirumuskan bahwa “dalam
zeugma kata yang dipakai untuk membawahi kedua kata berikutnya, sebenarnya
hanya cocok untuk salah satu daripadanya, baik secara logis maupun secara
gramatikal”. Berikut ini merupakan contoh zeugma.
Anak itu memang rajin dan malas di sekolah.
Paman saya nyata sekali bersifat sosial dan egois.
Nenek saya peramah dan pemarah.
Kami menyanyikan lagu itu dengan mulut dan mata kami.
Saya membaca buku itu dengan mata dan tangan saya.
Gorys Keraf (dalam Tarigan, 2013: 68-69) menyatakan bahwa dalam silepsis,
kontruksi yang digunakan itu secara gramatikal benar, tetapi secara semantik
salah. Berikut ini merupakan contoh silepsis.
Wanita itu kehilangan harta dan kehormatannya.
Kakaknya menerima uang dan penghargaan.
Makna dan sikap hidup (Tarigan, 2013:69).
Kontruksi yang lengkap adalah kehilangan harta dan kehilangan kehormatan;
menerima uang dan menerima peghargaan; yanga pertama (kehilangan
harta;menerima uang) mengandung makna denotatif, dan yang kedua (kehilangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
26
kehormatan;menerima penghargaan) mengandung makna majasi atau kiasan.
Begitu juga ada kontruksi makna hidup dan sikap hidup yang jelas makna
gramatikalnya berbeda (Tarigan, 2010: 69).
Makna hidup berarti ‘makna dari hidup’
Sikap hidup berarti ‘sikap terhadap hidup’ (Tarigan, 2013: 69).
h. Satire
Henry Guntur Tarigan (2013: 70) mengungkapkan bahwa satire merupakan
sejenis argumen yang beraksi secara tidak langsung, terkadang secara aneh
bahkan ada kalanya dengan cara yang cukup lucu yang menimbulkan tertawaan.
Pada umumnya, orang mengenal satire terutama sebagai suatu bentuk serangan,
orang mengharapkan satire menertawakan ketololan orang lain, masyarakat,
praktik-praktik, kebiasaan-kebiasaan serta lembaga-lembaga adat. Akan tetapi,
kalau cukup jeli memperhatikan serta memahaminya, tentu dapat menemui dalam
satire nilai-nilai yang dipromosikan secara tidak langsung. Memang, nilai-nilai itu
hanya berada sebagai sejenis tantangan yang tidak dikatakan secara gambling
terhadap praktik-praktik atau kebiasaan-kebiasaan yang menertawakan atau yang
menggelikan ataupun kepura-puraan. Seperti juga halnya bentuk-bentuk serangan
lainnya, satire pun dapat terjadi dalam berbagai suasana hati (atau moods).
Berikut ini merupakan contoh satire.
Kadang-kadang bernada ramah-ramah;
Kadang-kadang bernada pahit dan kuat; dan
Kadang-kadang bernada menusuk dan memilukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
27
i. Inuendo
Menurut Gorys Keraf (dalam Tarigan, 2013: 74) mengungkapkan bahwa
inuendo adalah sejenis gaya bahasa yang berupa sindiran dengan mengecilkan
kenyataan yang sebenarnya. Gaya bahasa ini menyatakan kritik dengan sugesti
yang tidak langsung, dan tampaknya tidak menyakitkan hati kalau ditinjau sekilas.
Di bawah ini contoh inuendo.
Jadinya sampai kini NengSyarifah belum mendapat jodoh karena setiap ada
jejaka yang meminang ia sedikit jual mahal.
Abangku sedikit gemuk karena terlalu kebanyakan makan daging berlemak.
Pak Ogah agak kurang dipercayai orang karena selalu berohong dan tidak
pernah menepati janji.
j. Antifrasis
Henry Guntur Tarigan (2013: 76) mengungkapkan bahwa antifrasis adalah
gaya bahasa yang berupa penggunaan sebuah kata dengan makna kebalikannya.
Perlu diingat benar-benar bahwa antifrasis akan dapat diketahui dan dipahami
dengan jelas bila pembaca atau penyimak dihadapkan ada kenyataan bahwa yang
dikatakn itu adalah sebaliknya.
Bila diketahui bahwa yang hadir adalah sesorang yang kurus, lalu dikatakan
bahwa si gendut tela hadir maka jelas gaya bahasa tersebut adalah antifrasis.
Begitu pula halnya kalau siswa yang malas yang berada di tengah-tengah teman-
temannya disebut siswa teladan. Kalau tidak diketahui secara pasti, maka gaya
bahasa itu disesbut saja ssebagai ironi yang telah kita bahas sebelumnya. Berikut
ini merupakan contoh antifrasis.
Mari kita sambut kedatangan sang Raja (maksudnya si Jongos).
Memamg engkau orang pintar!
Hadirin harap beridiri, mahasiswa teladan memasuki ruangan
Ini dia petinju ulung yang merobohkan Ellyas Pical!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
28
Ia menerima pujian dari masyarakat sekelilingnya.
k. Paradoks
Menurut Gorys Keraf (dalam Tarigan, 2013: 77-78) bahwa paradoks adalah
semacam gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-
fakta yang ada. Paradoks dapat juga berarti semua hal yang menarik perhatian
karena keberaniannya. Berikut ini merupakan contoh paradoks.
Aku kesepian di tengah keramaian.
Teman akrab ada kalanya merupakan musuh sejati.
Dia kedinginan di kota Jakarta yang panas.
Mereka merasa tenang di tengah kebisingan kota Medan (Tarigan, 2013: 78).
l. Klimaks
Menurut Shadily (dalam Tarigan, 2013: 79) bahwa kata klimaks berasal dari
bahasa Yunani klimax yang berarti ‘tangga’. Klimaks adalah sejenis gaya bahasa
yang berupa susunan ungkapan yang semakin lama semakin mengandung
penekanan; kebalikannya adalah antiklimaks. Menurut Gorys Keraf (dalam
Tarigan, 2013: 79) bahwa klimaks adalah semacam gaya bahasa yang
mengandung urutan-urutan pikiran yang setiap kali semakin meningkat
kepentingannya dari gagasan-gagasan sebelumnya. Beberapa contoh klimaks.
Setiap guru yang berdiri di depan kelas harus mengetahui, memahami, serta
menguasai bahan yag diajarkan.
Seorang guru harus bertindak sebagai seorang pengajar, pembimbing,
penyuluh, pengelola, penilai, pemberi kemudahan, atau pendidik yang sesjati.
Dengan pengajaran bahasa Indonesia kita mengharapkan agar para siswa
terampil menyimak, terampil berbicara, terampil membaca, terampil menulis,
pendeknya terampil berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
29
m. Antiklimaks
Menurut Henry Guntur Tarigan (2013: 81) bahwa antilimaks adalah kebalikan
dari gaya bahasa klimaks. Sebagai gaya bahasa, Antilimaks merupakan suatu
acuan yang berisi gagasan-gagasan yang diurutkan dari yang terpenting berturut-
turut ke gagasan yang kurang penting. Agar perbedaan gaya bahasa antilimaks
dengan klimaks semakin jelas, perhatikan gambar berikut ini.
Gambar 3.3 Perbedaan antara klimaks dan antiklimaks
Menurut Henry Guntur Tarigan (2013:81) bahwa antiklimaks dapat digunakan
sebagai suatu istilah umum yang masih mengenal spesifikasi lebih lanjut, yaitu:
a) Dekrementum
b) Katabasis, dan
c) Batos.
Dekrementum adalah semacam antiklimaks yang berwujud menambah
gagasan yang kurang penting pada suatu gagasan yang penting
(Tarigan, 2013: 82) contoh:
KLIMAKS
ANTIKLIMAKS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
30
Kita hanya dapat merasakan betapa nikmatnya dan mahalnya kemerdekaan
bangsa Indonesia, apabila kita mengikuti sejarah perjuangan para pemimpin
kita serta pertumbuhan darah para prajurit kita melawan serdadu penjajah.
Mereka akan mengakui betapa besarnya jasa orang tua mereka, apabila
mereka mengenangkan pederitaan, kegigihan orang tua itu mengasuh dan
mendidik mereka (Tarigan, 2013: 82).
Henry Guntur Tarigan (2013: 82) katabasis adalah sejenis gaya bahasa
antiklimaks yang mengurutkan sejumlah gagasan yang semakin kurang penting.
Katabasis adalah kebalikan gaya bahasa anabasis yang telah dibahas sebelumnya.
Contoh:
Penataan P4 diberikan kepada para dosen Perguruan Tinggi, para guru
SMA,SMP,SD, dan TK.
Pembangunan lima tahun dilaksanakan serentak di Ibu Kota Negara, ibu kota
propinsi, kabupaten, kecamatan, dan semua desa di seluruh nusantara ini.
Bahasa Indonesia diajarkan kepada para mahsiswa, siswa-siswi SMA, SMP,
dan murid Taman Kanak-Kanak.
Menurut Henry Guntur Tarigan (2013: 82) botos adalah sejenis gaya bahasa
antilimaks yang mengandung penukikkan tiba-tiba dari suatu gagasan yang sagat
penting ke suatu gagasan yang sama sekali tidak penting. Contoh:
Memang kamu seorang perwira yang gagah berani yang disegani anak
buahmu, seorang suami yang diperintah dan diperbudak oleh istrimu dalam
segala hal.
Dia memang raja uang di darah itu, seorang budak hawa nafsu dan
keserakahan.
Engkaulah seorang pemuda yang menjadi rebutan dan idaman para gadis di
kota ini, seorang pemuda yang takkan dapat memberi keuasan pada mereka.
n. Apostrof
Apostrof adalah sejenis gaya bahasa yang berupa pengalihan amanat dari yang
hadir kepada yang tidak hadir (Tarigan, 2013: 83-84).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
31
Wahai roh-roh nenek moyang kami yang beada di negeri atas, tengah, dan di
bawah, lindungilah warga desaku.
Wahai dewa-dewa yang berada di nirwana, segralah datang dan lepaskanlah
kami dari cengkraman yang durjana.
Hai mambang, jin dan setan-setan yang berada di goa-goa terkamlah orang-
orang yang berhati jahat kepadaku (Tarigan, 2013: 84).
o. Anastrof atau Inversi
Menurut Gorys Keraf (dalam Tarigan, 2013: 85) anastrof atau inversi adalah
semacam gaya retoris yang diperoleh dalam pembalikan susunan kata yang biasa
dalam kalimat. Dengan kata lain perubahan urutan SP (subjek-predikat) menjadi
PS (predikat-subjek). Berikut ini merupakan contoh anastrof atau inversi.
Merantaulah dia ke negeri seberang tanpa meniggalkan apa-apa.
Diceraikannya istrinya tanpa setahu sanak-saudaranya.
Kehausanlah kami beberapa hari terapung-apung di atasa pelampung
diombang-abingkan ombak Samudera Hindia.
Datanglah dia, makanlah dia, lalu pulang tanpa sepatah kata.
p. Apofasis atau Preterisio
Apofasis atau disebut preterisio merupakan sebuah gaya di mana penulis atau
pengarang menegaskan sesuatu, tetapi tampaknya menyangkal (Tarigan, 2013:
86-87). Berpura-pura membiarkan sesuatu berlalu, tetapi sebenarnya ia
menekankan hal itu. Berpura-pura melindungi atau menyembunyikan sesuatu,
tetapi sebenarnya memamerkannya. Di bawah ini contoh apofasis.
Jika saya tidak menyadari reputasimu dalam kejujuran, maka sebenarnya saya
ingin mengatakan bahwa Anda membiarkan anda menipu diri sendiri.
Saya tidak mau mengungkapkan dalam forum ini bahwa saudara telah
menggelapkan ratusan juta rupiah uang negara (Tarigan, 2013: 87).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
32
q. Histeron Proteron
Menurut Henry Guntur Tarigan (2013: 88) histeron proteron adalah semacam
gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari sesuatu yang logis atau kebalikan
dari sesuatu yang wajar, misalnya menempatakn sesuatu yang terjadi kemudian
pada awal peristiwa. Gaya bahasa histeron proteon juga bisa disebut hiperbola.
Berikut ini merupakan contoh histeron proteron.
Saudara-saudara, sudah lama terbukti bahwa Anda sekalian tidak lebih baik
sedikit pun dari para pesuruh, hal itu tampak dari anggapan yang berkembang
akhir-akhir ini.
Jendela ini telah memberi sebuah kamar padamu untuk dapat berteduh dengan
tenang.
Kereta melaju dengan cepat di depan kuda yang menariknya.
Bila ia sudah berhasil mendaki karang terjal itu, sampailah ia di tepi pantai
yang luas dengan pasirnya yang putih.
r. Hipalase
Hipalase adalah sejenis gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari suatu
hubungan alamiah antara dua komponen gagasan (Keraf, 2013: 89-90). Berikut ini
merupakan contoh hipalase.
Kami tetap menagih bekas mertuamu utang pinjaman kepada pakcikmu.
(maksudnya: Kami tetap menagih utang pinjaman bekas mertuamu kepada
pakcikmu).
Aku menarik sebuah kendaraan yang resah. (yang resah adalah aku, bukan
kendaraan).
Ia duduk pada sebuah bangku yang gelisah. (yang gelisah adalah ia, bukan
bangku).
Nenek tidur pada sebuah kasur yang nyenyak. (yang tidur nyenyak adalah
nenek, bukan kasurnya) (Tarigan, 2013: 90).
s. Sinisme
Sinisme adalah sejenis gaya bahasa yang berupa sindiran yang berbentuk
kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
33
Sinisme adalah ironi lebih kasar sifatnya; namun kadang-kadang sukar ditarik
batas yang tegas antara keduanya (Tarigan, 2013: 91). Di bawah ini contoh
sinisme.
Tidak dapat disangkal lagi bahwa Bapaklah orangnya, sehingga keamanan dan
ketentraman di daerah ini akan ludes bersamamu!
Memang Andalah gadis tercantik di sejagat raya ini yang mampu
menundukkan segala jejaka di bawah telapak kakimu di seantero dunia ini.
Memang tidak dapat diragukan lagi bahwa Andalah yang paling kaya di dunia
yang mampu membeli kelima benua di dunia ini.
t. Sarkasme
Menurut Gorys Keraf (dalam Tarigan, 2013: 92) kata sarkasme berasal dari
bahasa Yunani sarkasmos yang diturunkan dari kata kerja sakasein yang berarti
‘merobek-robek daging seperti anjing’, ‘menggigit bibir karena marah’ atau
‘bicara dengan kepahitan’. Menurut Poerwadarminta dalam Tarigan (2013: 93)
bila dibandingkan dengan ironi dan sinisme, maka sarkasme ini lebih kasar.
Sarkasme adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung ‘olok-olok atau sindiran
pedas dan menyakitkan hati’. Ciri utama gaya bahasa sarkasme ialah selalu
mengandung kepahitan dan celaan yang getir, menyakitkan hati, dan kurang enak
didengar. Berikut ini merupakan contoh sarkasme.
Mulutmu harimaumu.
Tingkah lakumu memalukan kami.
Memang kamu tidak rakus, daging itu beserta tulang-tulangnya ludes kamu
makan.
Meminang anak gadis orang memamg mudah, memeliharanya setengah mati.
2.2.4.4 Majas Perulangan
Menurut Tarigan (2013: 173), majas perulangan adalah kiasan yang
mengandung perulangan bunyi, suku kata, kata atau frasa, ataupun bagian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
34
kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah kontes
yang sesuai. Kelompok perulangan termasuk dua belas jenis gaya bahasa
antara lain: aliterasi, asonansi, antanaklasis, kiasmus, epizeukis, tautotes,
anaphora, eipistrofa, simploke, mesodilopsis, epanalepsis, dan anadiplos.
Berdasarkan pandangan Tarigan peneliti dapat menyimpulkan bahwa majas
perulangan adalah menyatakan penegasan utuk meningkatkan suatu kesan dan
pengaruh kepada pendengar. Salah satu contoh majas perulangan yaitu:
Antanaklasis adalah gaya bahasa yang memuat pengulangan kata akan
tetapii mempunyai makna yang berbeda. Berikut ini adalah contoh
antanaklasis:
Ibu merasa terluka karena buah hatinya menjadi buah bibr di desa karena
gossip murahan.
2.3 Kerangka Berpikir
Pada bagan ini akan dipaparkan oleh peneliti kerangka berpikir yang
digunakan dalam bentuk majas dan gaya bahasa yang dominan dalam majas
perbandingan, pertautan, dan pertentangan dalam novel Dilan: Dia Adalah
Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq. Majas merupakan cara seseorang atau
pengarang untuk mengungkapkan pikiran dengan menggunakan bahasa-bahasa
yang bersifat indah dan menarik. Dalam hal ini dalam penggunaan majas juga
dapat menambah kosakata bagi para pembaca terutama dalam sebuah karya sastra.
Penggunaan majas perbandingan, pertautan, dan pertentangan pada novel novel
Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq ini bertujuan untuk
mendeskripsikan bentuk majas perbandingan, pertautan dan pertentangan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
35
gaya bahasa yang dominan dalam majas perbandingan, pertautan, serta
pertentangan. Dengan data berupa frasa dan kalimat yang dicurigai sebagai majas
perbandingan, pertautan, dan pertentangan dengan sumber data yaitu novel novel
Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq. Dengan berbekal teori
dan wawasan peneliti, maka peneliti menemukan beberapa kalimat yang dicurigai
sebagai majas perbandingan, pertautan, dan pertentangan.
Data yang ditemukan dalam novel novel Dilan: Dia Adalah Dilanku
Tahun 1990 karya Pidi Baiq ini, akan dideskripsikan bentuk majas dan gaya
bahasa yang dominan dalam majas perbandingan, pertautan, dan pertentangan.
Setiap data akan ditafsirkan bantuk majas dan gaya bahasa yang dominan ke
dalam bahasa yang mudah dipahami, karena bahasa yang digunakan dalam novel
novel Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq menggunakan
bahasa yang cukup menarik artinya setiap kalimat akan ditafsirkan dengan bahasa
yang sederhana oleh peniliti dengan berbekalkan teori dan contoh. Harapannya
dengan mendeskripsikan bentuk majas dan gaya bahasa yang dominan dalam
majas perbandingan, pertautan, serta pertentangan dalam novel ini dapat
memberikan pemahaman bagi pembaca sastra.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
36
Kajian semantik
Gaya bahasa
Majas pertentangan Majas pertautan Majas perbandingan
Gaya bahasa
Gaya bahasa
Pleonasme
Metafora
Perifrrasis Personifikasi
Antisipasi
Depersonifikasi
Koreksi
Alegori
Antitesis
Metonimia Antonomasia
Gradasi Eponim
Elipsis
Eufemisme
Paralelisme Alusi
Erotesis Sinekdoke
Polisindeton
Asindeton Epitet
Paronomas
ia
Oksimoron
Ironi
Litotes
Hiperbola
Zeugma
dan silepsis
Paralipsis Antiklimaks
Klimaks
Paradoks
Antifrasis
Inuendo
Satire
Apostrof
sarkasme
sinisme
Hipalase
Histeron
proteron
Apofasis
Anastrof
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
37
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian yang berjudul Analisis Majas Perbandingan, Pertentangan, dan
Pertautan Dalam Novel Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 Karya Pidi Baiq
termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif. Arikunto (dalam Prastowo, 2014:
204) mengatakan bahwa metode penelitian deskriptif dilakukan untuk tujuan
mendeskripsikan apa adanya suatu variabel, gejala, atau keadaan, bukan untuk
menguji hipotesis. Oleh karena itu, penelitian ini menghasilkan data dengan
bsentuk deskriptif yang menggunakan uraian kata-kata dengan mendeskripsikan
hasil analisis yang diamati.
Lexy J Moleong (2014: 6) menyatakan penelitian kualitatif adalah
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan. Secara
holistik, dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat dikemukakan bahwa penelitian
dengan tujuan mendeskripsikan macam-macam majas dan mendeskripsikan majas
yang dominan dalam novel Dilan : Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 karya Pidi
Baiq termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif karena peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
38
mendeskripsikan data dengan uaraian kata-kata yang diperoleh dengan apa adanya
sesuai yang diamati.
3.2 Data dan Sumber Data
Data penelitian ini berupa frasa, klausa, ataupun kalimat yang
mengandung majas perbandingan, majas pertentangan, dan majas pertautan.
Sumber data dalam penelitian ini adalah narasi pengarang dan percakapan atau
dialog yang terdapat dalam novel yang berjudul Dilan: Adalah Dilanku Tahun
1990 karya Pidi Baiq. Novel tersebut disunting oleh Andika Budiman, cetakan ke
XX, dan diterbitkan oleh Pastel Books pada tahun 2018 . Panjang novel adalah
348 halaman.
3.3 Instrumen Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2013: 203) intrumen penelitian adalah alat
atau fasilitas yang digunakan olaeh peneliti dalam mengumpulkan data, agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,
lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen penelitian
kualitatif adalah peneliti sendiri (Moleong, 2006 : 168). Sugiyono (2011: 222)
juga menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen
penelitian atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif sebagai
human instrument berfungsi menentukan fokus penelitian, memilih informan
sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, dan membuat kesimpulan
atas semuanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
39
Sehubungan dengan penjelasan mengenai instrumen penelitian kualitatif di
atas, peneliti dalam penelitian ini merupakan orang yang bertindak sebagai
perencana dan pelaksana, menentukan fokus penelitian, memilih sumber data
sebagai informan untuk pengumpulan data, analisis data, penafsir dan data, pada
akhirnya menjadi pelapor hasil penelitiannya. Laptop, dan alat-alat tulis lainnya
juga berperan sebagai alat pembantu dalam instrumen penelitian ini. (Moleong,
2006: 168)
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah membaca,
menandai, dan mencatat. Peneliti terlebih dahulu membaca novel yang berjudul
Dilan: Adalah Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq. Peneliti membaca novel
tersebut tidak hanya sekali, tetapi berulang kali untuk memperoleh data yang
akurat. Sambil membaca, peneliti menandai kalimat-kalimat yang menjadi data
dalam buku novel tersebut. Dalam menandai kalimat untuk menjadi data, peneliti
harus memahami kalimat yang mana yang masuk dalam macam-mcam majas
yang akan diteliti. Setalah menandai, penulis mencatat hasil temuan yang dibaca
dari sumber buku. Frasa dan kalimat yang dicurigai sebagai majas perbandingan,
pertautan, dan pertentangan akan dicatat dalam sebuah kertas dengan membuat
perbedaan masing-masing majas perbandingan, pertautan, dan pertentangan.
Selanjutnya langkah yang berikutnya adalah menginventarisasi atau mendaftar
hasil temuan-temuan berupa frasa dan kalimat yang dicurigai sebagai majas
perbandingan, pertautan, dan pertentangan ke dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
40
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data akan dilakukan pada saat pertama kali peneliti
mengumpulkan data. Setelah pengumpulan data, peneliti melakukan analisis data
dengan langkah sebagai berikut.
a. Megidentifikasi dan mengiventarisasi
Tahap ini peneliti akan menggidentifiasi dan mengiventarisasi data setiap
majas perbandingan, pertautan dan pertentangan dalam novel Dilan: Dia Adalah
Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq.
b. Mengidentifikasi hasil intervensi data
Dalam tahap ini peneliti akan mengklasifikasikan hasil temuan yang telah
dicatat berdasarkan jenis majas khususnya perbandingan, pertautan, dan
pertentangan.
c. Menginterpretasikan
Langkah selanjutnya yaitu peneliti menginterpretasikan atau menafsirkan
makna jenis majas perbandingan, pertautan, dan pertentangan yang ditulis oleh
Pidi Baiq dalam novel Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990. Interpretasi data
merupakan upaya untuk memperoleh arti dan makna yang lebih mendalam dan
luas terhadap hasil penelitian yang dilakukan. Pembahasan hasil penelitian
dilakukan dengan cara meninjau hasil penelitian secara kritis dengan teori yang
relevan dan informasi yang akurat (Moleog, 2006: 151).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
41
d. Mendeskripsikan data
Pada tahap ini yaitu menjelaskan tentang majas perbandingan, pertautan, dan
pertentangan dalam suatu bentuk laporan penelitian. Pada bagian ini, peneliti akan
mencantumkan hasil data yang berupa frasa dan kalimat yang dicurigai sebagai
majas perbandigan, pertautan, dan pertentangan dan mencantumkan makna dalam
pemakaian gaya bahasa dari majas perbandingan, pertautan, dan pertentangan
dalam novel Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 Dilan: Dia Adalah Dilanku
Tahun 1990 karya Pidi Baiq.
3.5 Keabsahan Data
Ghony & Fauzan (2014: 322) menyatakan bahwa triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data
itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbanding terhadap data itu. Selain
itu, Moleong dalam Prastowo (2011: 369) menyatakan triangulasi bahwa teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data
tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data
tersebut. Teknik ini dibedakan menjadi empat macam, yaitu triangulasi sumber,
teknik, waktu, penyidik, dan teori. Dengan demikian, triangulasi sangat penting
dalam penelitian untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan kontruksi kenyataan
yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data tentang berbagai
kejadian dan berbagai pandangan.
Berdasarkan paparan pentingnya triangulasi dalam penelitian, pemeriksaan
keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi penyidik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
42
Moleong dalam Prastowo (2014: 270) menyatakan bahwa triangulasi penyidik
adalah cara pemeriksaan kredibilitas data yang dilakukan dengan memanfaatkan
pengamat lain untuk pengecekan drajat kepercayaan data. Oleh karena itu, peneliti
melakukan pemeriksaan keabsahan data dengan satu ahli sastra yaitu Ibu Septina
Krismawati M.A.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
43
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Novel
Novel Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 merupakan kisah tentang
isi hati yang diungkapkan oleh seorang wanita atau bisa disebut dengan curhat.
Kisah ini diungkapkan oleh seorang wanita kenalan Pidi Baiq (pengarang).
Wanita tersebut tidak ingin nama aslinya diungkapkan dalam novel yang akan
dibuat oleh Pidi Baiq, jadi nama penyamaran wanita tersebut adalah Milea Adnan
Husain. Maka dari itu, Pidi Baiq mengambil cerita Dilan dari kisah seorang
wanita dan dibuatlah sebuah novel. Sebelum dibuat novel, tentunya Pidi
menghubungi orang-orang yang terlibat dalam cerita dan ingin memastikan cerita
itu benar atau tidak. Jadi, Pidi tidak asal membuat novel yang akan diterbitkan,
karena Pidi Baiq sendiri adalah seorang wartawan yang tidak tertarik membuat
novel yang mengarang-ngarang. Menurut dia cerita mengarang-ngarang suka
menjadi lebay dan dia berpendapat bahwa biar orang lain saja yang melakukan.
Novel ini berceritakan tentang kisah masa muda seorang wanita saat masih
SMA dan menceritakan tentang awal mula dia dekat dengan seorang lelaki yang
sangat menarik bagi dirinya. Wanita dalam novel ini bernama Milea Adnan
Hussain. Nama belakang Milea diambil dari nama ayahnya. Ayahnya adalah
seorang prajurit TNI Angkatan Darat. Di dalam cerita Milea tidak menyebutkan
nama ayahnya dan hanya menyebutkan nama ibunya, yaitu Marissa Kusumarini.
Milea menceritakan tentang masa muda ibunya yang sebagai vocalist band dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
44
lumayan dikenal di masyarakat. Nama band ibu Milea adalah Gang of Harry
Roesli. Maka dari itu, musik menjadi bagian dari keluarga Milea.
Sejak kecil Milea tinggal di Jakarta, di daerah Slipi. Pada tahun 1990, ayah
Milea dipindah tugaskan ke Bandung, jadi seluruh keluarga Milea ikut serta
bersama ayahnya. Milea tinggal di Buah Batu, tepatnya di jalan Benteng dan
rumah itu adalah milik kakek Milea. Tetapi, kakek Milea sudah meninggal dan
hanya ada neneknya saja yang ada di rumah itu. Setalah Milea tinggal di situ, tak
lama kemudian neneknya meninggal dan akhirnya rumah tersebut diwariskan
untuk ibu Milea. Rumah yang ditempati Milea tipe 70, terdapat halaman di depan
rumah Milea, terdapat berbagai bunga, dan pohon jambu.
Setelah Milea pindah rumah, Milea juga pindah sekolah. Ia pindah di
SMA Negeri. Menurut Milea sekolah itu adalah sekolah yang paling romantis. Di
sekolah Milea terdapat pohon besar, memiliki cabang yang begitu banyak, dan
menurut Milea bagus kalau dilihat saat senja. Bagi Milea sekolah itu selain bagus
dan romantis, sekolah itu juga menyimpan kenangan ketika masih SMA.
Kenangan saat remaja dan berpacaran dengan seorang pemuda yang pernah
bersamanya dan yang selalu mengisi hari-hari Milea. Seorang pemuda yang
sangat berarti itu adalah Dilan. Dilan adalah seorang pemuda yang suka usil
meramal Milea. Dilan adalah seorang lelaki yang mendekati Milea dengan cara
yang unik. Cara yang ia lakukan membuat Milea slalu penasaran dan juga merasa
kagum. Setelah merasa terbiasa dengan kehadiran Dilan, Milea merasa ingin
selalu dekat dengan Dilan, karena menurutnya Dilan yang bisa menghiburnya saat
sedih maupun susah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
45
Awal mula Milea bertemu Dilan yaitu saat berangkat sekolah. Saat Milea
berjalan sendiri, terdengar suara motor yang datang dari arah belakang. Motor itu
mulai sejajar dengan Milea dan diperlambat kecepatannya. Saat itulah awal Dilan
menyapa Milea dan meramal Milea. Awalnya Milea merasa terusik dengan cara
dan perkataan Dilan yang menurutnya itu aneh. Ramalan yang diungkapkan Dilan
tidak berhenti disitu saja, ia terus-menerusan meramal Milea. Milea penasaran
dengan Dilan, maka dia mencari informasi pada teman-temannya yang sekelas
dengan Milea. Akhirnya Milea mengetahui bahwa Dilan adalah seorang pemuda
yang memiliki geng motor yang suka tawuran dengan sekolah lain. Setelah
mengetahui Dilan orang seperti itu, awalnya Milea takut, tapi setelah apa yang
dilakukan Dilan terhadapnya dan mendengar cerita dari pihak lain yang membela
Dilan Milea tidak takut lagi. Lama-kelamaan Milea menyukai Dilan, walupun dia
sudah memiliki kekasih. Kekasih Milea adalah seorang lelaki yang tipe cemburu
dan suka berkata kasar dengan Milea. Sikap kekasih Milea itu membuat Milea
merasa geram dan akhirnya Milea putus dengan kekasihnya itu. Setelah putus
hubungan Milea dan Dilan semakin dekat dan akhirnya mereka berpacaran. Dilan
mengumandangkan peresmian bahwa mereka sudah berpacaran sangat unik, yaitu
membuat pernyataan layaknya teks proklamasi.
4.2 Deskripsi Data
Data penelitian ini berupa frasa, klausa, dan kalimat yang mengandung
ungkapan majas perbandingan, pertautan dan pertentangan dalam novel Pidi Baiq
tahun 2018. Tarigan (2013: 5) membagi menjadi empat kelompok majas yaitu
perbandingan, pertautan, prtentangan, dan perulangan. Dalam penelitian ini,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
46
peneliti membahas majas perbandingan, pertautan, dan pertentangan sebagai
objek kajian makna dari itu peneliti memilih menggunakan pendapat dari Tarigan
sebagai teori yang digunakan dalam penelitian ini. Berdasarkan penelitian yang
sudah dilakukan, novel Pidi Baiq yang berjudul Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun
1990 ditemukan seratus enam puluh empat data yang terdapat dalam majas
perbandingan, pertautan, dan pertentangan. Jumlah data tersebut merupakan
jumlah data awal yang ditemukan peneliti.
Jumlah data tersebut masih memiliki kemungkinan berubah karena belum
dilakukan validitas data oleh peneliti. Oleh karena itu, peneliti menggunakan
teknik triangulasi penyidik atau peneliti lain untuk menguji keabsahan data.
Dalam upaya ini, peneliti melakukan triangulasi data dengan satu dosen
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma. Beliau adalah
Ibu Septina Krismawati M.A.
Berdasarkan hasil analisis dari triangulator, data awal yang berjumlah 164
kutipan dari majas perbandingan, pertautan, dan pertentangan terdapat 158 data
yang dianggap valid atau sesuai dengan kriteria data penelitian. Oleh karena itu,
data penelitian yang dianalisis lebih lanjut dalam penelitian ini berjumlah 158
kutipan yang berupa frasa, klausa, dan kalimat di dalam novel yang berjudul
Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
47
4.3 Hasil Analisis Data
4.3.1 Jenis Majas Perbandingan
Majas perbandingan menurut Tarigan yang ditemukan peneliti yaitu gaya
bahasa personifikasi, gaya bahasa depersonifikasi, gaya bahasa antitesis, dan gaya
bahasa perifrasis. Novel Dilan: Dia Adalah Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq
menggunakan majas perbandingan sebagai salah satu gaya pengarang untuk
mengembangkan c