ANALISIS LKPJ AKHIR MASA JABATANWALIKOTA PEMATANG SIANTAR 2010 - 2015

A. PENDAHULUANDARI SEJARAH KOTA PEMATANG SIANTAR, KITA MENGETAHUI BAHWA DI MASA LAMPAU KOTA KITA INI MERUPAKAN TEMPAT YANG MENYENANGKAN UNTUK HIDUP, BEKERJA DAN BERSANTAI. BEGITU BANYAK PILIHAN UNTUK TEMPAT HUNIAN, BEGITU BERAGAM LAPANGAN KERJA YANG DITAWARKAN, BEGITU BERVARIASI SARANA DAN PRASARANA UMUM YANG TERSEDIA. KOTA PEMATANG SIANTAR PADA MASA LALU BETUL-BETUL MENJADI HARAPAN DAN IDAMAN. WARGA KOTA PUN MERASA BANGGA DENGAN KOTANYA SENDIRI DAN MERASA BAHAGIA TINGGAL DI KOTA INI..ISTILAH CITY (KOTA) PUN SANGAT ERAT KAITANNYA DENGAN CITIZEN (WARGA KOTA). KEDUANYA BERKEMBANG SECARA INTERAKTIF, INKREMENTAL, DAN GRADUAL, IBARAT PERTUMBUHAN KERANG DENGAN CANGKANG YANG SELALU PAS. BAHKAN KETIKA PENDUDUK (CITIZEN) KOTA PEMATANG SIANTAR BEPERGIAN ATAU PINDAH SECARA MENETAP MAUPUN SEMENTARA KE KOTA LAIN, MEREKA SELALU DENGAN BANGGA MENUNJUKKAN IDENTITASNYA DENGAN SEBUTAN SIANTAR MEN. MOST CITIES IN THE PAST ARE PEOPLE-FRIENDLY, HAVE A POSITIVE ENVIRONMENTAL IMPACT, AND WORK VERY WELL, BEGITU PENDAPAT HILDEBRAND FREY DALAM BUKUNYA DESIGNING THE CITY: TOWARDS A MORE SUSTAINABLE URBAN FORM (1999). KAIDAH PRO-JOBS, PRO-PEOPLE, DAN PRO-NATURE DITERAPKAN BETUL DALAM PROSES PEMBANGUNAN KOTA PEMATANG SIANTAR DI MASA LALU.AKAN TETAPI, APA KEMUDIAN YANG TERJADI DENGAN KOTA KITA DALAM BEBERAPA DEKADE TERAKHIR INI? LEDAKAN PENDUDUK KOTA, KUATNYA TEKANAN EKONOMI, LEMAHNYA PENEGAKAN HUKUM (LAW ENFORCEMENT) DAN KURANGNYA KOORDINASI DALAM PEMBANGUNAN KOTA, MENGAKIBATKAN TERJADINYA PENURUNAN KUALITAS KEHIDUPAN BAHKAN KESENGSARAAN BAGI MASYARAKAT KOTA. RENDAHNYA PENEGAKAN HUKUM (LAW ENFORCEMENT) MENCAPAI TINGKAT KOMPLIKASI YANG SANGAT AKUT DAN KOMPLEKS PADA KURUN 5 (LIMA) TAHUN TERAKHIR INI, KARENA BUKAN WARGA KOTA SAJA YANG MELAKUKAN PELANGGARAN, TETAPI JUGA PEMERINTAH KOTA SENDIRI, TERUTAMA KETIKA PEMERINTAH MENERBITKAN IJIN KEPADA MASYARAKAT UNTUK MELANGGAR HUKUM ITU SENDIRI. AMBIL SAJA PENERBITAN IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) SEBAGAI CONTOH. BANGUNAN-BANGUNAN YANG SECARA KASAT MATA MELANGGAR ATURAN SEMPADAN JALAN MERUPAKAN PEMANDANGAN YANG SANGAT AKRAB JIKA KITA BERKELILING DI SEPUTAR KOTA PEMATANG SIANTAR, DAN PADA UMUMNYA BANGUNAN TERSEBUT DIDIRIKAN BERDASARKAN IMB YANG DITERBITKAN OLEH PEMERINTAH KOTA. PLESETAN YANG LAZIM TERDENGAR DI TELINGA MASYARAKAT KOTA, PENATAAN RUANG DI KOTA PEMATANG SIANTAR TAK BANYAK BEDANYA DENGAN PENATAAN UANG. SIAPA YANG MEMILIKI KEKUATAN FINANSIAL DAN POLITIK, DIALAH YANG AKAN BANYAK MENENTUKAN WAJAH DAN NASIB KOTA. KOTA PEMATANG SIANTAR MENJADI LADANG PERTEMPURAN EKONOMI (ECONOMIC BATTLEGROUND). PEMILIK MODAL SERTA PEMILIK KEKUATAN POLITIK BISA MEMBANGUN APA SAJA, DIMANA SAJA, DAN DENGAN GAMPANG MENDAPATKAN IJIN APA SAJA. MAKA TAK HERAN JIKA MISALNYA KOTA PEMATANG SIANTAR SAAT INI DIPENUHI DENGAN HUTAN RUKO YANG MELANGGAR BERBAGAI PERATURAN, DAN SEBAGIAN BESAR ITU DILAKUKAN DENGAN MENDAPATKAN IJIN (LEGALISASI) DARI PEMERINTAH KOTA.SECARA SPORADIS (DAN MUNGKIN LATAH-LATAHAN) PEMERINTAH KOTA PEMATANG SIANTAR DALAM BEBERAPA TAHUN TERAKHIR MENCOBA MELAKSANAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN YANG KONON PRO-PEOPLE DAN PRO-NATURE MELALUI PROGRAM SIANTAR GREEN CITY DENGAN BERBAGAI KEGIATAN DI BIDANG PERTAMANAN DAN PENGHIJAUAN. NAMUN YANG TERJADI JUSTRU TONTONAN KEPANDIRAN EKOLOGIS, KETIKA TROTOAR DIUBAH MENJADI TAMAN DAN JUGA DITANAMI POHON, DAN MANUSIA PEJALAN KAKI DIPAKSA UNTUK MENYABUNG NYAWA DENGAN KENDARAAN BERMOTOR DI ATAS JALAN ASPAL.KOTA PEMATANG SIANTAR MENGALAMI KRISIS YANG BELUM PERNAH TERJADI SEBELUMNYA. SUMPEK, MACET, BANJIR, TERCEMAR (BAIK SECARA FISIK ALAMIAH MAUPUN SOSIAL BUDAYA), MENIMBULKAN DEGRADASI LINGKUNGAN DAN DEHUMANISASI. ANGKA KRIMINILITAS PUN MENINGKAT, KENAKALAN ANAK-ANAK MEREBAK, TAWURAN PELAJAR SERTA NARKOTIKA DAN OBAT-OBAT BERBAHAYA (NARKOBA) MERAJALELA. SENYUMAN WARGA PUN LANTAS HILANG DARI PEMANDANGAN. YANG TERLIHAT ADALAH WAJAH-WAJAH YANG CEMBERUT YANG MENYIRATKAN KEPEDIHAN DAN KESENGSARAAN.MAKA BUKANLAH SESUATU YANG MENGHERANKAN JIKA SAUDARA WALIKOTA PEMATANG SIANTAR -KARENA MERASA MALU ATAU BERUSAHA MENUTUP-NUTUPI KEGAGALANNYA- PADA LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN (LKPJ) MASA AKHIR JABATANNYA (TAHUN 2010-2015) HANYA MAMPU MENYAJIKAN 4 (EMPAT) DARI 7 (TUJUH) BAB YANG DIATUR PADA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH KEPADA PEMERINTAH, LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN KEPALA DAERAH KEPADA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH, DAN INFORMASI LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH KEPADA MASYARAKAT (LIHAT LAMPIRAN III PP NOMOR 7 TAHUN 2007). DAN DARI 4 (EMPAT) BAB YANG DISAJIKAN OLEH WALIKOTA, TERDAPAT SATU BAB YANG MUNGKIN BUAH DARI KREATIFITASNYA KARENA TIDAK ADA DALAM SISTEMATIKA LKPJ PADA LAMPIRAN III PP NOMOR 3 TAHUN 2007 TERSEBUT, YAITU BAB III: ANALISIS PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN TAHUN ANGGARAN 2010-2015. JUDULNYA SANGAT KEREN, TAPI MOHON MAAF, ISINYA NYARIS HAMPA MAKNA DAN NYARIS TIDAK ADA KORELASI DENGAN JUDULNYA. SEPERTINYA SAUDARA WALIKOTA SEDANG MEMBERIKAN CONTOH YANG BAIK UNTUK MENJELASKAN PEPATAH LAMA: TONG KOSONG NYARING BUNYINYA.SEJUJURNYA, KAMI TIDAK PANTAS MEMBERIKAN REKOMENDASI ATAS LKPJ SEPERTI YANG DISAMPAIKAN OLEH SAUDARA WALIKOTA. SESUAI PASAL 1 ANGKA 9 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 3 TAHUN 2007, LKPJ SEYOGIANYA ADALAH LAPORAN BERUPA INFORMASI PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH SELAMA 1 (SATU) TAHUN ANGGARAN ATAU AKHIR MASA JABATAN YANG DISAMPAIKAN OLEH KEPALA DAERAH KEPADA DPRD. SELANJUTNYA PASAL 18 MENGATUR BAHWA LKPJ SEKURANG-KURANGNYA MENJELASKAN:A. ARAH KEBIJAKAN UMUM PEMERINTAHAN DAERAH;B. PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SECARA MAKRO, TERMASUK PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH;C. PENYELENGGARAAN URUSAN DESENTRALISASI; D. PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN; DANE. PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN.BERDASARKAN KEDUA PASAL TERSEBUT. MAKA SANGAT JELAS BAHWA BAIK LKPJ TAHUNAN MAUPUN LKPJ AKHIR MASA JABATAN HARUS MENYAJIKAN INFORMASI PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH SECARA MEMADAI ATAS 5 (LIMA) ASPEK, YAITU ARAH KEBIJAKAN UMUM PEMERINTAHAN DAERAH; PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SECARA MAKRO, TERMASUK PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH; PENYELENGGARAAN URUSAN DESENTRALISASI; PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN; DAN PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN.NAMUN TANPA SUATU ALASAN YANG DAPAT KAMI PAHAMI, SAUDARA WALIKOTA TELAH MENYUSUN DOKUMEN LKPJ MASA AKHIR JABATAN SESUAI SELERANYA SENDIRI. SELAIN TIDAK MEMENUHI KAIDAH PENYUSUNAN LKPJ SEHINGGA TIDAK MEMENUHI KELENGKAPAN INFORMASI YANG MEMADAI, KAMI JUGA MENGIDENTIFIKASI UPAYA PEMBOHONGAN DALAM LKPJ TERSEBUT, SETIDAKNYA DALAM PENYAJIAN ANGKA INDIKATOR KINERJA URUSAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN. DALAM URAIANNYA, WALIKOTA TELAH MENYAJIKAN INDIKATOR-INDIKATOR PENDIDIKAN DAN KESEHATAN TAHUN 2014 (YANG UMUMNYA MENUNJUKKAN PENINGKATAN/PERBAIKAN) DARI SUMBER YANG TIDAK JELAS, KARENA BERDASARKAN KONFIRMASI KAMI KEPADA KANTOR BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KOTA PEMATANG SIANTAR SEBAGAI PEMEGANG OTORITAS DATA STATISTIK, INDIKATOR-INDIKATOR TAHUN 2014 TERSEBUT BELUM SELESAI DIHITUNG DAN MASIH DALAM PROSES PENGHITUNGAN.SETELAH KAMI TELITI DENGAN HATI-HATI, MAKA MENURUT KAMI DALAM DOKUMEN LKPJ AKHIR MASA JABATAN INI SAUDARA WALIKOTA TIDAK MENYAJIKAN SETIDAKNYA 3 (TIGA) ASPEK DARI LKPJ SESUAI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 3 TAHUN 2007, YAITU:1. PENYELENGGARAAN URUSAN DESENTRALISASI; 2. PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN; DAN3. PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN.BERDASARKAN KONDISI TERSEBUT, MAKA DENGAN SANGAT MENYESAL KAMI MEMUTUSKAN UNTUK TIDAK MELAKUKAN ANALISIS DAN EVALUASI TERHADAP KETIGA ASPEK TERSEBUT DI ATAS, DAN DENGAN DEMIKIAN SEBAGAI KONSEKUENSI LOGIS DARI KONDISI TERSEBUT, MAKA KAMI TIDAK AKAN MEMBERIKAN REKOMENDASI SECARA SPESIFIK ATAS KETIGA ASPEK TERSEBUT.MESKIPUN DEMIKIAN, SEBAGAI WAKIL RAKYAT, KAMI TETAP HARUS MENGEMBAN AMANAH RAKYAT KOTA PEMATANG SIANTAR YANG KAMI WAKILI DENGAN SEDAYA UPAYA KAMI. MESKI TIDAK MUDAH, MAKA DALAM RANGKAIAN PEMBAHASAN LKPJ MULAI DARI RAPAT-RAPAT PANITIA KHUSUS, RAPAT PEMBAHASAN DENGAN SKPD-SKPD, DAN RAPAT GABUNGAN KOMISI, DENGAN BERSUSAH PAYAH KAMI MENCOBA MENGIDENTIFIKASI CAPAIAN VISI-MISI SAUDARA WALIKOTA HINGGA MENJELANG AKHIR MASA JABATAN INI, TERUTAMA DENGAN MENGIDENTIFIKASI CAPAIAN ATAS PROGRAM PRIORITAS YANG DIAJUKAN OLEH SAUDARA WALIKOTA SEBAGAI PENJABARAN VISI DAN MISI YANG TELAH DIUNDANGKAN DALAM BENTUK DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KOTA PEMATANG SIANTAR TAHUN 2010-2015. SEPANTASNYALAH SAUDARA WALIKOTA BERTERIMAKASIH KEPADA KAMI YANG TELAH BERSUSAH PAYAH MELAKUKAN IDENTIFIKASI ATAS CAPAIAN-CAPAIN TERSEBUT MESKIPUN SAUDARA TELAH BERUSAHA MENUTUP-NUTUPI INFORMASI TERSEBUT KEPADA KAMI DENGAN MENYAMPAIKAN LKPJ YANG KURANG BERMAKNA.SEBELUM MEMASUKI PENDALAMAN MATERI YANG AKAN KAMI AKHIRI DENGAN REKOMENDASI, MAKA SECARA JUJUR HARUS KAMI UNGKAPKAN SEJAK AWAL, BAHWA MENURUT HASIL EVALUASI KAMI, SAUDARA WALIKOTA TELAH GAGAL MELAKSANAKAN VISI-MISI DAN PROGRAM PRIORITAS YANG SAUDARA JANJIKAN KEPADA RAKYAT PEMATANG SIANTAR SELAMA 5 TAHUN. TAPI ADA SUATU MISTERI YANG HINGGA SAAT INI KAMI BELUM MAMPU PECAHKAN: SAUDARA GAGAL MERENCANAKAN ATAU JUSTRU MERENCANAKAN UNTUK GAGAL?DALAM MELAKUKAN ANALISIS DAN EVALUASI ATAS LKPJ AKHIR MASA JABATAN, KAMI TERUTAMA MELAKUKAN ANALISIS ATAS KEBIJAKAN ANGGARAN UNTUK MENILAI CAPAIAN VISI, MISI SEKTOR DAN PROGRAM PRIORITAS SAUDARA WALIKOTA YANG DIJABARKAN DALAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA PEMATANG SIANTAR TAHUN 2010-2015. PILIHAN TERSEBUT KAMI LAKUKAN TERUTAMA KARENA KAMI MENGALAMI KESULITAN UNTUK MEMPEROLEH DATA-DATA REALISASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN DARI PEMERINTAH KOTA PEMATANG SIANTAR UNTUK PERIODE TAHUN ANGGARAN 2010 SAMPAI DENGAN TAHUN 2014. PRAKTIS HANYA DATA-DATA REALISASI PADA DOKUMEN LKPJ TAHUN 2014 DAN LKPJ AKHIR MASA JABATAN YANG KAMI PEROLEH, SEMENTARA ANALISIS DAN EVALUASI YANG MEMADAI DAPAT DILAKUKAN APABILA TERSEDIA DATA-DATA REALISASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UNTUK PERIODE YANG DILAPORKAN OLEH SAUDARA WALIKOTA DALAM DOKUMEN LKPJ AKHIR MASA JABATAN 2010-2015. DASAR HUKUM DARI PELAKSANAAN ANALISIS, EVALUASI DAN PENYAMPAIAN REKOMENDASI ATAS LKPJ AKHIR MASA JABATAN WALIKOTA PEMATANG SIANTAR TAHUN 2010-2015 ADALAH SEBAGAI BERIKUT:..(sama dengan dasar hukum pada dokumen LKPJ)B. ANALISIS DAN EVALUASI ATAS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN UMUM PEMERINTAH DAERAHSESUAI PERATURAN DAERAH KOTA PEMATANG SIANTAR NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA PEMATANG SIANTAR TAHUN 2010-2015, VISI PEMBANGUNAN KOTA PEMATANG SIANTAR UNTUK PERIODE 2010-2015 ADALAH TERWUJUDNYA KOTA PEMATANG SIANTAR MANTAP, MAJU DAN JAYA.UNTUK MEWUJUDKAN VISI TERSEBUT, DITETAPKAN 7 (TUJUH) MISI, YAITU:1. MEWUJUDKAN PEMERINTAHAN YANG BERSIH;2. MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN;3. MENINGKATKAN PELAYANAN KESEHATAN;4. MEMPERKUAT SISTEM EKONOMI, USAHA KECIL MENENGAH (UKM) DAN KOPERASI;5. MENINGKATKAN KUALITAS DAN KUANTITAS INFRASTRUKTUR;6. MENATA SISTEM PELAYANAN PUBLIK YANG LEBIH BAIK DAN PROFESIONAL;7. MENATA SISTEM ALOKASI DANA PENGGUNAAN ANGGARAN YANG EFISIEN DAN PRO RAKYAT. BERDASARKAN ANALISIS POTENSI PEMBANGUNAN DAN MEMPEDOMANI PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI DAN NASIONAL, DAN DENGAN SEPERANGKAT STRATEGI YANG DIANGGAP LAYAK, MAKA DITETAPKAN 4 (EMPAT) PRIORITAS PEMBANGUNAN SERTA MASING-MASING DENGAN SEPERANGKAT PROGRAM PRIORITAS, YAITU:1. SEKTOR PENDIDIKAN1) KEBIJAKAN PENINGKATAN KUALITAS PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN, PEMERATAAN PENGEMBANGAN KURIKULUM, PENATAAN SISTEM PEMBIAYAAN DAN PENINGKATAN PERAN SERTA MASYARAKAT, DIIMPLEMENTASIKAN DENGAN 6 (ENAM) PROGRAM PRIORITAS SBB: PROGRAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI PROGRAM WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR SEMBILAN TAHUN PROGRAM PENDIDIKAN MENENGAH PROGRAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PROGRAM PENINGKATAN KAPASITAS SUMBERDAYA APARATUR PROGRAM MANAJEMEN PELAYANAN PENDIDIKAN

2) KEBIJAKAN PENINGKATAN DAYA SAING STANDAR MUTU TENAGA KERJA, KUALITAS PENDIDIKAN KETERAMPILAN DAN PELATIHAN TENAGA KERJA, DIIMPLEMENTASIKAN DENGAN 3 (TIGA) PROGRAM PRIORITAS SBB: PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PROGRAM PENINGKATAN KESEMPATAN KERJA PROGRAM PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN LEMBAGA KETENAGAKERJAAN

2. SEKTOR KESEHATAN1) KEBIJAKAN PENINGKATAN PEMBERDAYAAN JEJARING PELAYANAN KB UNTUK MEWUJUDKAN KELUARGA SEJAHTERA, DIIMPLEMENTASIKAN DENGAN 6 (ENAM) PROGRAM PRIORITAS SBB: PROGRAM KELUARGA BERENCANA PROGRAM KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PROGRAM PELAYANAN KONTRASEPSI PROGRAM PEMBINAAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PELAYANAN KB/KR YANG MANDIRI PROGRAM PENGEMBANGAN PUSAT PELAYANAN INFORMASI DAN KONSELING KKR PROGRAM PENINGKATAN PENANGGULANGAN NARKOBA, PMS TERMASUK HIV/AIDS 2) KEBIJAKAN PENINGKATAN MANAJEMEN MUTU PELAYANAN KESEHATAN SECARA MERATA DAN TERJANGKAU SERTA PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT UNTUK BERPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT, DIIMPLEMENTASIKAN DENGAN 16 PROGRAM PRIORITAS SBB: PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR PROGRAM PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN PROGRAM OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN PENDUDUK MISKIN PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT PROGRAM PENCEGAHAN PENYAKIT TIDAK MENULAR PROGRAM PENINGKATAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM PENGADAAN, PENINGKATAN DAN PERBAIKAN SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS/PUSKESMAS PEMBANTU DAN JARINGANNYA PROGRAM UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM KEMITRAAN PENINGKATAN KESEHATAN PROGRAM PENINGKATAN GIZI MASYARAKAT PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS KESEHATAN PROGRAM PENINGKATAN PELAYANAN KESEHATAN LANSIA PROGRAM PENINGKATAN KESELAMATAN IBU MELAHIRKAN DAN ANAK

3. SEKTOR INFRASTRUKTUR1) KEBIJAKAN PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS INFRASTRUKTUR DAN MANAJEMEN MASALAH PERKOTAAN, DIIMPLEMENTASIKAN DENGAN 8 (DELAPAN) PROGRAM PRIORITAS SBB: PROGRAM PEMBANGUNAN JALAN DAN JEMBATAN PROGRAM REHABILITASI/PEMELIHARAAN JALAN PROGRAM SISTEM INFORMASI/DATABASE JALAN DAN JEMBATAN PROGRAM PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA KEBINAMARGAAN PROGRAM PEMBANGUNAN SALURAN DRAINASE/GORONG-GORONG PROGRAM PENGELOLAAN JARINGAN IRIGASI PROGRAM PENCEGAHAN BAHAYA KEBAKARAN PROGRAM PENGELOLAAN TPA

2) KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN KOTA YANG BERKUALITAS DENGAN MEMPEDOMANI RENCANA TATA RUANG WILAYAH, DIIMPLEMENTASIKAN DENGAN 6 (ENAM) PROGRAM PRIORITAS SBB: PROGRAM PENGEMBANGAN PERUMAHAN PROGRAM PERENCANAAN TATA RUANG PROGRAM PEMANFAATAN RUANG PROGRAM PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG PROGRAM PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH STRATEGIS DAN CEPAT TUMBUH PROGRAM PERENCANAAN PRASARANA WILAYAH DAN SUMBERDAYA ALAM

4. SEKTOR PERDAGANGAN DAN PARIWISATA1) KEBIJAKAN PENINGKATAN JARINGAN PENDUKUNG UNTUK UMKM, KOPERASI DAN INVESTASI, DIIMPLEMENTASIKAN DENGAN 4 (EMPAT) PROGRAM PRIORITAS SBB: PROGRAM PENCIPTAAN IKLIM USAHA KECIL MENENGAH YANG KONDUSIF PROGRAM PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEUNGGULAN UKM PROGRAM PENGEMBANGAN SISTEM DUKUNGAN BAGI USAHA MIKRO KECIL MENENGAH PROGRAM PENINGKATAN IKLIM INVESTASI DAN REALISASI INVESTASI

2) KEBIJAKAN PENINGKATAN PERLUASAN KESEMPATAN KERJA MELALUI OPTIMALISASI POTENSI PERDAGANGAN DAN PARIWISATA, DIIMPLEMENTASIKAN DENGAN 7 (TUJUH) PROGRAM PRIORITAS SBB: PROGRAM PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PENGAMANAN PERDAGANGAN PROGRAM PENINGKATAN KERJASAMA PERDAGANGAN INTERNASIONAL PROGRAM PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN EKSPOR PROGRAM PENINGKATAN EFISIENSI PERDAGANGAN DALAM NEGERI PROGRAM PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DAN ASONGAN PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA PENGEMBANGAN KEMITRAAN

MESKIPUN SECARA EKSPLISIT TIDAK DIUNGKAPKAN DALAM DOKUMEN RPJMD KOTA PEMATANG SIANTAR TAHUN 2010-2015, NAMUN BERDASARKAN PENGKLASIFIKASIAN ATAS 55 (LIMA PULUH LIMA) PROGRAM PRIORITAS TERSEBUT BERDASARKAN URUSAN PEMERINTAHAN, MAKA DAPAT DIIDENTIFIKASI SETIDAKNYA 12 (DUA BELAS) URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI URUSAN PRIORITAS DALAM UPAYA PENCAPAIAN VISI-MISI WALIKOTA PEMATANG SIANTAR, YAITU 10 (SEPULUH) URUSAN WAJIB DAN 2 (DUA) URUSAN PILIHAN. JIKA DIPADUKAN DENGAN KEEMPAT SEKTOR PRIORITAS YANG DICANANGKAN OLEH WALIKOTA, MAKA HUBUNGAN ANTARA MISI, SEKTOR PRIORITAS, URUSAN PRIORITAS DAN PROGRAM PRIORITAS DAPAT DIGAMBARKAN SEBAGAI BERIKUT:

BERDASARKAN MATRIKS DI ATAS, MAKA TERNYATA TERDAPAT 3 (TIGA) MISI YANG TIDAK DIDUKUNG DENGAN MASING-MASING PROGRAM PRIORITAS, YAITU:1. MEWUJUDKAN PEMERINTAHAN YANG BERSIH;2. MENATA SISTEM PELAYANAN PUBLIK YANG LEBIH BAIK DAN PROFESIONAL;3. MENATA SISTEM ALOKASI DANA PENGGUNAAN ANGGARAN YANG EFISIEN DAN PRO RAKYAT.

DENGAN PERTIMBANGAN BAHWA VISI-MISI SAUDARA WALIKOTA DIIMPLEMENTASIKAN DALAM 55 (LIMA PULUH LIMA) PROGRAM PRIORITAS YANG MERUPAKAN BAGIAN DARI 12 URUSAN PRIORITAS (YAITU 10 URUSAN WAJIB DAN 2 URUSAN PILIHAN), MAKA ANALISIS DAN EVALUASI KAMI TERHADAP IMPLEMENTASI DARI KEBIJAKAN UMUM PEMERINTAH KOTA PEMATANG SIANTAR TAHUN 2010-2015 AKAN LEBIH DITEKANKAN PADA IMPLEMENTASI ATAS 55 PROGRAM PADA KE-12 URUSAN PRIORITAS TERSEBUT, TERMASUK EVALUASI ATAS FUNGSI KOORDINASI YANG DILAKSANAKAN OLEH SEKRETARIS DAERAH KOTA PEMATANG SIANTAR MAUPUN YANG DILAKSANAKAN SECARA LANGSUNG ANTAR SKPD YANG MELAKSANAKAN URUSAN-URUSAN TERSEBUT MAUPUN SKPD TERKAIT.

EVALUASI KEBIJAKAN ANGGARANANALISIS DAN EVALUASI TERHADAP PELAKSANAAN VISI, MISI DAN SEKTOR PRIORITAS YANG DITETAPKAN OLEH SAUDARA WALIKOTA SEBAGAI DRIVER (PENDORONG UTAMA) DALAM RANGKA PENCAPAIAN VISI TERWUJUDNYA KOTA PEMATANG SIANTAR MANTAP, MAJU DAN JAYA KAMI AWALI DENGAN MELAKUKAN ANALISIS ATAS KEBIJAKAN SAUDARA WALIKOTA DALAM PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA LANGSUNG TERHADAP PROGRAM PRIORITAS UNTUK MASING-MASING URUSAN DAN SEKTOR PRIORITAS YANG DITETAPKAN DALAM RPMJD TAHUN 2010-2015 YANG MENJADI ACUAN SAUDARA WALIKOTA DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK JANGKA 5 TAHUN (2010-2015).SAUDARA WALIKOTA PADA LKPJ AMJ BAB III PADA TABEL 3.2 (HALAMAN 36) YANG MERUPAKAN BAGIAN DARI SUB JUDUL A (EVALUASI PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN TAHUN 2010-2015 DAN REALISASI RPJMD TAHUN 2010-2015) MEMBERIKAN GAMBARAN KEBIJAKAN (DUKUNGAN) ANGGARAN (APBD) SELAMA KURUN WAKTU 2010-2014 TERHADAP PERKEMBANGAN KEEMPAT BIDANG PRIORITAS PEMBANGUNAN YAITU ANGKA-ANGKA REALISASI TOTAL BELANJA YANG DIALOKASIKAN UNTUK KEEMPAT SEKTOR PRIORITAS TERSEBUT. TOTAL REALISASI BELANJA UNTUK KEEMPAT SEKTOR PRIORITAS TERSEBUT ADALAH SEBESAR RP 1.969, 88 MILIAR, YAITU UNTUK SEKTOR PENDIDIKAN RP 1.277,13 MILIAR, SEKTOR KESEHATAN RP 403.02 MILIAR, SEKTOR INFRASTRUKTUR RP 267,54 MILIAR, DAN SEKTOR PERDAGANGAN DAN PARIWISATA RP 22,19 MILIAR. DALAM URAIAN TERSEBUT TIDAK TERDAPAT PENJELASAN TENTANG PORSI BELANJA TIDAK LANGSUNG MAUPUN BELANJA LANGSUNG. NAMUN KAMI MENDUGA BAHWA ANGKA REALISASI YANG DISAJIKAN TERSEBUT ADALAH REALISASI TOTAL BELANJA (LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG), KARENA TOTAL AKUMULASI ANGGARAN BELANJA LANGSUNG UNTUK PERIODE 2010-2014 HANYA SEBESAR RP 1.269,07 MILIAR (LIHAT TABEL 2), JAUH DIBAWAH TOTAL REALISASI BELANJA UNTUK KEEMPAT SEKTOR PRIORITAS YANG DISAJIKAN SAUDARA WALIKOTA, YAITU 1.969,88 MILIAR. DEMIKIAN JUGA TIDAK ADA PENJELASAN APAKAH AKUMULASI REALISASI ANGGARAN DIMAKSUD ADALAH KHUSUS UNTUK REALISASI BELANJA ATAS PROGRAM PRIORITAS YANG ADA PADA 10 URUSAN WAJIB DAN 2 URUSAN PILIHAN, ATAU APAKAH ANGKA TERSEBUT ADALAH REALISASI BELANJA ATAS KE-12 URUSAN TERSEBUT. NAMUN KAMI MENDUGA BAHWA ANGKA REALISASI TERSEBUT ADALAH KESELURUHAN REALISASI BELANJA TIDAK LANGSUNG DAN BELANJA LANGSUNG PADA KE-12 URUSAN YANG TERCAKUP DALAM KE-4 SEKTOR PRIORITAS.

BERHUBUNG PENJELASAN ATAS ANGKA-ANGKA REALISASI DIMAKSUD TIDAK MENYAJIKAN INFORMASI YANG DIBUTUHKAN UNTUK ANALISIS DAN EVALUASI PELAKSANAAN KEBIJAKAN ALOKASI ANGGARAN TERHADAP PENCAPAIAN VISI WALIKOTA, MAKA KAMI MENCOBA MENGHITUNG ALOKASI ANGGARAN BELANJA LANGSUNG TERHADAP 55 PROGRAM PRIORITAS YANG TERDAPAT PADA 12 URUSAN YANG DIKELOMPOKKAN MENJADI 4 SEKTOR PRIORITAS UNTUK PERIODE 2010-2014 YANG KAMI SAJIKAN PADA TABEL3..PILIHAN KAMI UNTUK MENGGUNAKAN ALOKASI ANGGARAN BELANJA LANGSUNG SEBAGAI ALAT ANALISIS TERUTAMA KARENA DAYA DORONG PEMBANGUNAN TERLETAK PADA SEBERAPA BESAR ALOKASI BELANJA LANGSUNG UNTUK PELAKSANAAN PEMBANGUNAN SEKTOR, URUSAN DAN PROGRAM PRIORITAS, BUKAN SEBERAPA BESAR ALOKASI BELANJA TIDAK LANGSUNG.

(Tabel 3 ditempatkan kira-kira pada halaman berikutnya)BERDASARKAN HASIL REKAPITULASI ATAS ALOKASI ANGGARAN BELANJA LANGSUNG UNTUK 4 (EMPAT) SEKTOR PRIORITAS UNTUK PERIODE TAHUN 2010-2014, KAMI MENEMUKAN FAKTA-FAKTA SEBAGAI BERIKUT:1. TOTAL ALOKASI BELANJA LANGSUNG UNTUK SELURUH PROGRAM PRIORITAS YANG MERUPAKAN BAGIAN DARI 12 URUSAN PRIORITAS YANG TERCAKUP DALAM 4 SEKTOR PRIORITAS UNTUK PERIODE TAHUN 2010-2014 ADALAH SEBESAR RP 175,35 MILIAR. NILAI ALOKASI TERSEBUT HANYA SETARA DENGAN 13,82% DARI ALOKASI ANGGARAN BELANJA LANGSUNG UNTUK PERIODE DIMAKSUD, DAN HANYA 4,96% DARI TOTAL ALOKASI ANGGARAN BELANJA (LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG). 2. DARI 55 (LIMA PULUH LIMA) PROGRAM PRIORITAS YANG DIRANCANG UNTUK MENJADI DRIVER (PENDORONG UTAMA) PENCAPAIAN VISI SAUDARA WALIKOTA, TERNYATA SEBANYAK 18 (DELAPAN BELAS) PROGRAM SAMASEKALI TIDAK DILAKSANAKAN PADA PERIODE 2010-2014 DENGAN RINCIAN: 8 (DELAPAN) DARI 21 (DUA PULUH SATU) PROGRAM PRIORITAS PADA SEKTOR PRIORITAS KESEHATAN; 5 (LIMA) DARI 14 (EMPAT BELAS) PROGRAM PRIORITAS PADA SEKTOR PRIORITAS INFRASTRUKTUR; 5 (LIMA) DARI 11 (SEBELAS) PROGRAM PRIORITAS PADA SEKTOR PRIORITAS PERDAGANGAN DAN PARIWISATA.

SELANJUTNYA KAMI MENGUJI SIGNIFIKANSI ALOKASI ANGGARAN BELANJA LANGSUNG DARI PROGRAM PRIORITAS PADA MASING-MASING URUSAN UNTUK PERIODE 2010-2014, DAN MENEMUKAN FAKTA-FAKTA SEBAGAI BERIKUT:1. PORSI BELANJA UNTUK 6 PROGRAM PRIORITAS PADA URUSAN PENDIDIKAN ADALAH SEBESAR RP 172,50 MILIAR DARI TOTAL ALOKASI BELANJA LANGSUNG UNTUK URUSAN PENDIDIKAN SEBESAR RP 194,34 MILIAR, ATAU 88,76%;2. PORSI BELANJA UNTUK 3 PROGRAM PRIORITAS PADA URUSAN KETENAGAKERJAAN ADALAH SEBESAR RP 2,71 MILIAR DARI TOTAL ALOKASI BELANJA LANGSUNG UNTUK URUSAN KETENAGAKERJAAN, SEBESAR RP 2,71 MILIAR ATAU 100%;3. PORSI BELANJA UNTUK 6 PROGRAM PRIORITAS PADA URUSAN KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA (KB-KS) ADALAH SEBESAR RP 5,04 MILIAR DARI TOTAL ALOKASI BELANJA LANGSUNG UNTUK URUSAN KB-KS SEBESAR RP 7,37 MILIAR ATAU 68,39%;4. PORSI BELANJA UNTUK 15 PROGRAM PRIORITAS PADA URUSAN KESEHATAN ADALAH SEBESAR RP 52,62 MILIAR DARI TOTAL ALOKASI BELANJA LANGSUNG UNTUK URUSAN KESEHATAN SEBESAR RP 193,46 MILIAR ATAU 27,20%;5. PORSI BELANJA UNTUK 6 PROGRAM PRIORITAS PADA URUSAN PEKERJAAN UMUM ADALAH SEBESAR RP 175,35 MILIAR DARI TOTAL ALOKASI BELANJA LANGSUNG UNTUK URUSAN PEKERJAAN UMUM SEBESAR RP 240,97 MILIAR ATAU 72,77%;6. PORSI BELANJA UNTUK 1 PROGRAM PRIORITAS PADA URUSAN LINGKUNGAN HIDUP ADALAH SEBESAR RP 7,20 MILIAR DARI TOTAL ALOKASI BELANJA LANGSUNG UNTUK URUSAN LINGKUNGAN HIDUP SEBESAR RP 64,65 MILIAR ATAU 11,14%;7. PORSI BELANJA UNTUK 2 PROGRAM PRIORITAS PADA URUSAN PERUMAHAN ADALAH SEBESAR RP 2,61 MILIAR DARI TOTAL ALOKASI BELANJA LANGSUNG UNTUK URUSAN PERUMAHAN SEBESAR RP 8,72 MILIAR, ATAU 29,93%;8. PORSI BELANJA UNTUK 5 PROGRAM PRIORITAS PADA URUSAN PENATAAN RUANG ADALAH SEBESAR RP 1,80 MILIAR DARI TOTAL ALOKASI BELANJA LANGSUNG UNTUK URUSAN PENATAAN RUANG SEBESAR RP 107,60 MILIAR ATAU 1,67%;9. PORSI BELANJA UNTUK 3 PROGRAM PRIORITAS PADA URUSAN KOPERASI DAN UKM ADALAH SEBESAR RP 0,89 MILIAR DARI TOTAL ALOKASI BELANJA LANGSUNG UNTUK URUSAN KOPERASI DAN UKM SEBESAR RP 6,76 MILIAR ATAU 13,17%;10. PORSI BELANJA UNTUK 1 PROGRAM PRIORITAS PADA URUSAN PENANAMAN MODAL ADALAH SEBESAR RP 0,38 MILIAR DARI TOTAL ALOKASI BELANJA LANGSUNG UNTUK URUSAN PENANAMAN MODAL SEBESAR RP 3,17 MILIAR ATAU 11,99%;11. PORSI BELANJA UNTUK 5 PROGRAM PRIORITAS PADA URUSAN PERDAGANGAN ADALAH SEBESAR RP 2,32 MILIAR DARI TOTAL ALOKASI BELANJA LANGSUNG UNTUK URUSAN PERDAGANGAN SEBESAR RP11,60 MILIAR ATAU 20%;12. PORSI BELANJA UNTUK 2 PROGRAM PRIORITAS PADA URUSAN PARIWISATA ADALAH SEBESAR RP 0 (NIHIL) DARI TOTAL ALOKASI BELANJA LANGSUNG UNTUK URUSAN PARIWISATA SEBESAR RP 0,72 MILIAR, ATAU 0%.KECUALI ATAS 4 (EMPAT) URUSAN YANG PORSI BELANJA LANGSUNG UNTUK PROGRAM PRIORITAS SANGAT SIGNIFIKAN (PENDIDIKAN, KETENAGAKERJAAN,, KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA, SERTA URUSAN PEKERJAAN UMUM), MAKA SEBAGIAN BESAR PROGRAM PRIORITAS PADA 8 (DELAPAN) URUSAN MENDAPATKAN PORSI BELANJA LANGSUNG YANG SANGAT KECIL, BAHKAN UNTUK 2 (DUA) PROGRAM PRIORITAS PADA URUSAN PARIWISATA SAMASEKALI TIDAK MEMPEROLEH PAGU ANGGARAN (0%).PERSENTASI ALOKASI BELANJA LANGSUNG TERHADAP KE-55 PROGRAM PRIORITAS TERSEBUT SAMASEKALI TIDAK MENCERMINKAN KOMITMEN SAUDARA WALIKOTA UNTUK MEWUJUDNYATAKAN VISI YANG DIJANJIKANNYA KEPADA RAKYAT KOTA PEMATANG SIANTAR KETIKA KAMPANYE.FAKTA-FAKTA TERSEBUT DI ATAS MENJADI BUKTI YANG SANGAT NYATA BAHWA SAUDARA WALIKOTA TERNYATA TIDAK KONSISTEN DALAM RANGKA PENCAPAIAN VISI DAN MISI YANG TERTUANG DALAM RPJMD.REALISASI PELAKSANAAN PROGRAM PRIORITASKAMI TIDAK DAPAT MELAKUKAN ANALISIS ATAS REALISASI PELAKSANAAN PROGRAM PRIORITAS KARENA SAUDARA WALIKOTA TIDAK MEMBERIKAN INFORMASI YANG MEMADAI ATAS PELAKSANAANNYA, DAN DI DALAM DOKUMEN LKPJ JUGA TIDAK MENYAJIKAN TINGKAT CAPAIAN KINERJA PROGRAM MAUPUN CAPAIAN VISI. (jika memungkinkan, supaya dikutip aturan berkenaan dari Per Menpan dan PP).FUNGSI KOORDINASI DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PRIORITASPASAL 10 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH MENGATUR BAHWA SEKRETARIAT DAERAH MERUPAKAN UNSUR STAF. SEKRETARIAT DAERAH MEMPUNYAI TUGAS DAN KEWAJIBAN MEMBANTU KEPALA DAERAH DALAM MENYUSUN KEBIJAKAN DAN MENGKOORDINASIKAN DINAS DAERAH DAN LEMBAGA TEKNIS DAERAH (SKPD). DALAM MELAKSANAKAN TUGAS DAN KEWAJIBANNYA, SEKRETARIAT DAERAH MENYELENGGARAKAN FUNGSI:1. PENYUSUNAN KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH;2. PENGKOORDINASIAN PELAKSANAAN TUGAS DINAS DAERAH DAN LEMBAGA TEKNIS DAERAH;3. PEMANTAUAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH;4. PEMBINAAN ADMINISTRASI DAN APARATUR PEMERINTAHAN DAERAH; DAN 5. PELAKSANAAN TUGAS LAIN YANG DIBERIKAN OLEH KEPALA DAERAH SESUAI DENGAN TUGAS DAN FUNGSINYA.NAMUN DALAM KENYATAANNYA, SEKRETARIAT DAERAH TIDAK DAPAT MENJALANKAN FUNGSI TERSEBUT SECARA MEMADAI. CONTOH YANG PALING GAMBLANG UNTUK MENJELASKAN HAL TERSEBUT ADA DI DEPAN MATA KITA SENDIRI, KETIKA SAUDARA SEKRETARIS DAERAH KOTA PEMATANG SIANTAR TELAH MENYIAPKAN DOKUMEN LKPJ AKHIR MASA JABATAN WALIKOTA PEMATANG SIANTAR TAHUN 2010-2015 YANG KUALITASNYA SANGAT RENDAH, BAIK DARI ASPEK SISTEMATIKA, APALAGI ISINYA. MENURUT HEMAT KAMI, PENYUSUNAN LKPJ ADALAH SALAH SATU BENTUK PELAKSANAAN FUNGSI KOORDINASI, DIMANA SELURUH SKPD DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PEMATANG SIANTAR HARUS DIKOORDINASIKAN DENGAN BAIK DALAM PENYUSUNAN SUATU LAPORAN KINERJA PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN DI MASING-MASING SKPD YANG DIORGANISIR DAN DIDORONG UNTUK PENCAPAIAN VISI WALIKOTA. APABILA SAUDARA SEKRETARIS DAERAH MELAKSANAKAN FUNGSI KOORDINASI YANG MEMADAI MULAI DARI PROSES PERENCANAAN, PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENGENDALIAN, MAKA TENTU SAJA PENYUSUNAN LKPJ YANG OBJEKTIF DAN KOMPREHENSIF SESUAI ATURAN YANG BERLAKU AKAN DAPAT DISAJIKAN DENGAN BAIK. NAMUN HAL ITU TIDAK TERJADI, DAN LKPJ YANG DITERIMA OLEH DPRD KOTA PEMATANG SIANTAR MENJADI SUATU LKPJ YANG SANGAT INFERIOR DAN KURANG BERNILAI SEBAGAI SUATU LAPORAN.DEMIKIAN HALNYA DENGAN FAKTA-FAKTA YANG TELAH KAMI URAIKAN DI ATAS TENTANG PENGALOKASIAN ANGGARAN YANG TIDAK LAYAK UNTUK YANG DINAMAKAN SEBAGAI PROGRAM PRIORITAS. PENGALOKASIAN ANGGARAN YANG TIDAK LAYAK, DAN KELALAIAN UNTUK MELAKSANAKAN 18 (DELAPAN BELAS) PROGRAM PRIORITAS, MERUPAKAN BUKTI NYATA DARI KELALAIAN SEKRETARIS DAERAH DALAM MELAKUKAN FUNGSI KOORDINASI MAUPUN FUNGSI PEMANTAUAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH. KONDISI TERSEBUT MENJADI SEMAKIN BURUK KARENA SEKRETARIAT DAERAH KOTA PEMATANG SIANTAR JUSTRU IKUT-IKUTAN MELAKSANAKAN PROGRAM-PROGRAM YANG ADALAH DOMAIN SKPD TEKNIS.

C. ANALISIS DAN EVALUASI ATAS KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAHPASAL 20 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH MENGATUR BAHWA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN BERPEDOMAN PADA ASAS UMUM PENYELENGGARAAN NEGARA YANG TERDIRI ATAS ASAS KEPASTIAN HUKUM, TERTIB PENYELENGGARA NEGARA, KEPENTINGAN UMUM, KETERBUKAAN, PROPORSIONALITAS, PROFESIONALITAS, AKUNTABILITAS, EFISIENSI; DAN EFEKTIVITAS. DALAM MENYELENGGARAKAN PEMERINTAHAN DAERAH, PEMERINTAHAN DAERAH MENGGUNAKAN ASAS OTONOMI DAN TUGAS PEMBANTUAN.(telah diganti dengan UU 23 tahun 2014).

SELANJUTNYA PASAL 22 UU YANG SAMA MENGATUR BAHWA DALAM MENYELENGGARAKAN OTONOMI, DAERAH MEMPUNYAI KEWAJIBAN UNTUK:1. MELINDUNGI MASYARAKAT, MENJAGA PERSATUAN, KESATUAN DAN KERUKUNAN NASIONAL, SERTA KEUTUHAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA;2. MENINGKATKAN KUALITAS KEHIDUPAN, MASYARAKAT;3. MENGEMBANGKAN KEHIDUPAN DEMOKRASI;4. MEWUJUDKAN KEADILAN DAN PEMERATAAN;5. MENINGKATKAN PELAYANAN DASAR PENDIDIKAN;6. MENYEDIAKAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN;7. MENYEDIAKAN FASILITAS SOSIAL DAN FASILITAS UMUM YANG LAYAK;8. MENGEMBANGKAN SISTEM JAMINAN SOSIAL;9. MENYUSUN PERENCANAAN DAN TATA RUANG DAERAH;10. MENGEMBANGKAN SUMBER DAYA PRODUKTIF DI DAERAH;11. MELESTARIKAN LINGKUNGAN HIDUP;12. MENGELOLA ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN;13. MELESTARIKAN NILAI SOSIAL BUDAYA;14. MEMBENTUK DAN MENERAPKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN SESUAI DENGAN KEWENANGANNYA; DAN15. KEWAJIBAN LAIN YANG DIATUR DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

SESUAI PASAL 23, HAK DAN KEWAJIBAN DAERAH SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM PASAL 21 DAN PASAL 22 DIWUJUDKAN DALAM BENTUK RENCANA KERJA PEMERINTAHAN DAERAH DAN DIJABARKAN DALAM BENTUK PENDAPATAN, BELANJA,. DAN PEMBIAYAAN DAERAH YANG DIKELOLA DALAM SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH. PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DILAKUKAN SECARA EFISIEN, EFEKTIF, TRANSPARAN, AKUNTABEL, TERTIB, ADIL, PATUT, DAN TAAT PADA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.(mohon disesuaikan dengan isi UU yang baru, yaitu UU No. 2 tahun 2015)

SELANJUTNYA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG KEUANGAN NEGARA PADA PASAL 16 MENGATUR BAHWA APBD MERUPAKAN WUJUD PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH YANG DITETAPKAN SETIAP TAHUN DENGAN PERATURAN DAERAH. APBD TERDIRI ATAS ANGGARAN PENDAPATAN, ANGGARAN BELANJA, DAN PEMBIAYAAN. PENDAPATAN DAERAH BERASAL DARI PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA PERIMBANGAN, DAN LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH. SEDANG BELANJA DAERAH DIRINCI MENURUT ORGANISASI, FUNGSI, DAN JENIS BELANJA. SELANJUTNYA PADA PASAL 17 DIATUR BAHWA APBD DISUSUN SESUAI DENGAN KEBUTUHAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAN KEMAMPUAN PENDAPATAN DAERAH. PENYUSUNAN RANCANGAN APBD BERPEDOMAN KEPADA RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM RANGKA MEWUJUDKAN TERCAPAINYA TUJUAN BERNEGARA.

DENGAN MEMPEDOMANI KEDUA UNDANG-UNDANG TERSEBUT, MAKA KAMI MELAKUKAN ANALISIS DAN EVALUASI ATAS KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KOTA PEMATANG SIANTAR DENGAN URAIAN SEBAGAI BERIKUT:

PENDAPATANSALAH SATU WUJUD DARI PELAKSANAAN DESENTRALISASI FISKAL ADALAH PEMBERIAN SUMBER-SUMBER PENERIMAAN BAGI DAERAH YANG DAPAT DIGALI DAN DIGUNAKAN SENDIRI SESUAI DENGAN POTENSI SETIAP JENIS PAJAK DAERAH MAUPUN RETRIBUSI. SEJALAN DENGAN REFORMASI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI PASCA UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI, PEMERINTAH DAERAH DITUNTUT UNTUK DAPAT MENGGALI SUMBER-SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH SESUAI DENGAN PERATURAN YANG BERLAKU TANPA MENDISTORSI PEREKONOMIAN DAERAH.SECARA UMUM, TERJADI PENINGKATAN REALISASI PENERIMAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) YANG TERKESAN SIGNIFIKAN SEJAK TAHUN 2010 SAMPAI DENGAN TAHUN 2014. NAMUN MENURUT KAMI CAPAIAN TERSEBUT MASIH JAUH DI BAWAH POTENSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI YANG SESUNGGUHNYA DAPAT DIHASILKAN SESUAI PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU.POTENSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI YANG POTENSINYA BELUM DIKELOLA SECARA OPTIMAL ANTARA LAIN SEBAGAI BERIKUT:1. PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) PERKOTAANNILAI JUAL OBJEK TANAH SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN DALAM PERHITUNGAN NILAI PENETAPAN PBB SECARA UMUM JAUH DI BAWAH NILAI PASAR TANAH DI KOTA PEMATANG SIANTAR. SEJAK PENYERAHAN PENGELOLAAN PBB SEKTOR PERKOTAAN DARI DIREKTORAT JENDRAL PAJAK KEPADA PEMERINTAH KOTA PEMATANG SIANTAR PADA TAHUN 2013, PEMERINTAH KOTA BELUM MELAKUKAN PENYESUAIAN NILAI OBJEK TANAH YANG SECARA BERTAHAP MENDEKATI HARGA PASAR TANAH DI KOTA PEMATANG SIANTAR. PEMERINTAH KOTA PEMATANG SIANTAR JUGA BELUM MELAKSANAKAN PENDATAAN ULANG ATAS KONDISI RIIL TANAH DAN BANGUNAN YANG MENJADI OBJEK PAJAK, SEHINGGA SANGAT BERPOTENSI MENGURANGI NILAI PENETAPAN PAJAK. PERLU DIKETAHUI BAHWA SETIDAKNYA 5 (LIMA) TAHUN TERAKHIR PENGELOLAAN PBB OLEH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK, INTENSITAS PENDATAAN ULANG OBJEK PBB KOTA PEMATANG SIANTAR SANGAT MENURUN, SEHINGGA DATA OBJEK PBB YANG DISERAHTERIMAKAN KEPADA PEMERINTAH KOTA PEMATANG SIANTAR PADA TAHUN 2013 YANG LALU KEMUNGKINAN BESAR TIDAK SESUAI DENGAN KONDISI YANG SEBENARNYA.

2. PAJAK RESTORANREALISASI PENYETORAN PAJAK OLEH WAJIB PAJAK RESTORAN PADA UMUMNYA MASIH JAUH DI BAWAH NILAI PAJAK YANG SEHARUSNYA MENJADI BEBAN WAJIB PAJAK SESUAI HASIL PENJUALAN RIIL PADA SETIAP MASA PAJAK. HAL TERSEBUT TERUTAMA DISEBABKAN OLEH BELUM OPTIMALNYA UPAYA-UPAYA PERSUASIF DAN REPRESIF YANG DILAKUKAN OLEH DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH (DPPKAD) KOTA PEMATANG SIANTAR. SESUAI HASIL AMATAN KAMI, KECUALI WAJIB PAJAK RESTORAN CEPAT SAJI KENTUCKY FRIED CHICKEN JALAN SUTOMO, WAJIB PAJAK RESTORAN LAINNYA MASIH TERLALU RENDAH MEMPERHITUNGKAN KEWAJIBAN PAJAK YANG DISETORKAN KE REKENING KAS DAERAH KOTA PEMATANG SIANTAR.

3. PAJAK HOTELSAMA HALNYA DENGAN WAJIB PAJAK RESTORAN, REALISASI PENYETORAN PAJAK OLEH WAJIB PAJAK HOTEL PADA UMUMNYA MASIH JAUH DI BAWAH NILAI PAJAK YANG SEHARUSNYA MENJADI BEBAN WAJIB PAJAK SESUAI HASIL PENJUALAN RIIL PADA SETIAP MASA PAJAK. HAL TERSEBUT TERUTAMA DISEBABKAN OLEH BELUM OPTIMALNYA UPAYA-UPAYA PERSUASIF DAN REPRESIF YANG DILAKUKAN OLEH DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH (DPPKAD) KOTA PEMATANG SIANTAR, TERMASUK TERHADAP PENGUSAHA RUMAH KOST YANG TELAH MENJADI WAJIB PAJAK HOTEL SESUAI UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2009.

4. PAJAK REKLAMESELAIN BELUM OPTIMALNYA UPAYA-UPAYA PERSUASIF DAN REPRESIF YANG DILAKUKAN OLEH DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH (DPPKAD) KOTA PEMATANG SIANTAR, RENDAHNYA REALISASI PENERIMAAN PAJAK REKLAME JUGA DISEBABKAN KURANGNYA KOORDINASI ANTAR SKPD TERKAIT DENGAN PENGELOLAAN REKLAME TERSEBUT, ANTARALAIN DPPKAD SELAKU PENGELOLA PAJAK REKLAME, BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU (BPPT) SELAKU PENGELOLA PERIZINAN, DAN SATPOL PP. SELAKU PELAKSANA PENGAWASAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH (PERDA).

5. RETRIBUSI PARKIR TEPI JALAN UMUMRENDAHNYA PENGAWASAN TERHADAP PENGELOLAAN PARKIR TEPI JALAN UMUM MENJADI PENYEBAB UTAMA RENDAHNYA REALISASI PENERIMAAN RETRIBUSI PARKIR TEPI JALAN UMUM.

6. RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUN-BANGUNAN (IMB)SAMA HALNYA DENGAN RETRIBUSI PARKIR TEPI JALAN UMUM, RENDAHNYA PENGAWASAN TERHADAP PENGELOLAAN RETRIBUSI IMB MENJADI PENYEBAB UTAMA RENDAHNYA REALISASI PENERIMAAN RETRIBUSI PARKIR TEPI JALAN UMUM.

7. RETRIBUSI MENARA TELEKOMUNIKASIRENDAHNYA REALISASI PENERIMAANRETRIBUSI MENARA TELEKOMUNIKASI TERUTAMA DISEBABKAN OLEH BELUM OPTIMALNYA UPAYA-UPAYA PERSUASIF DAN REPRESIF YANG DILAKUKAN OLEH DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA SEBAGAI PENGELOLA RETRIBUSI.

BELANJA SESUAI PERATURAN DAERAH KOTA PEMATANG SIANTAR NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA PEMATANG SIANTAR TAHUN 2010-2015, SALAH SATU DARI 7 (TUJUH) MISI SAUDARA WALIKOTA PEMATANG SIANTAR DALAM PENCAPAIAN VISINYA ADALAH MENATA SISTEM ALOKASI DANA PENGGUNAAN ANGGARAN YANG EFISIEN DAN PRO RAKYAT. MISI INI BERTUJUAN UNTUK MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH, EFISIENSI PENGGUNAAN ANGGARAN, PENGENTASAN KEMISKINAN, PENGANGGURAN DAN PERBAIKAN IKLIM KERJA. ADAPUN SASARAN DARI MISI INI ADALAH:1. MENINGKATNYA TATANAN SISTEM PENGELOLAAN ANGGARAN YANG EFISIEN DAN TERPADU DENGAN PERENCANAAN;2. MENURUNNYA ANGKA KEMISKINAN MENJADI 6,9% DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA MENJADI 9,4%.SALAH SATU INDIKATOR PENGGUNAAN ANGGARAN YANG EFISIEN DAN PRO RAKYAT ADALAH MENURUNNYA PORSI ANGGARAN BELANJA TIDAK LANGSUNG, DAN SEBALIKNYA MENINGKATNYA PORSI ANGGARAN BELANJA LANGSUNG YANG DIGUNAKAN UNTUK PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PELAYANAN PUBLIK. PADA TABEL 4 KAMI SAJIKAN PERBANDINGAN ANGGARAN BELANJA TIDAK LANGSUNG DAN LANGSUNG TAHUN 2010-2015 BERDASARKAN DATA YANG DISAJIKAN PADA TABEL INI, KITA BISA MELAKUKAN ANALISIS APAKAH SAUDARA WALIKOTA TELAH MENJALANKAN MISI TERSEBUT SECARA KONSISTEN ATAU TIDAK SELAMA MASA PEMERINTAHANNYA. KAMI MEMBERIKAN APRESIASI TERHADAP UPAYA PENURUNAN PORSI BELANJA TIDAK LANGSUNG PADA 3 TAHUN PERTAMA (2011-2013) SEHINGGA TERJADI PENINGKATAN PORSI BELANJA LANGSUNG. PORSI BELANJA TIDAK LANGSUNG TURUN DARI 65,20% PADA TAHUN 2010 MENJADI 64,57% PADA TAHUN 2011, 63,94% PADA TAHUN 2012 DAN 61,26% PADA TAHUN 61,26% PADA TAHUN 2013. SEJALAN DENGAN ITU MAKA PORSI BELANJA LANGSUNG DAPAT DITINGKATKAN MENJADI 35,43% PADA TAHUN 2011, 36,06% PADA TAHUN 2010, DAN 38,74% PADA TAHUN 2013.TAPI PADA TAHUN 2014 KOMITMEN DAN KONSISTENSI UNTUK MENJALANKAN MISI TERSEBUT MENURUT KAMI HILANG OLEH GODAAN PRAGMATISME POLITIK MENJELANG PEMILUKADA TAHUN 2015. UNTUK MENDAPATKAN DUKUNGAN DARI BIROKRAT PEMERINTAH KOTA PEMATANG SIANTAR, SAUDARA WALIKOTA MEMUTUSKAN UNTUK MENAIKKAN TUNJANGAN PERBAIKAN PENGHASILAN SECARA SIGNIFIKAN SEHINGGA SANGAT MEMBEBANI ANGGARAN BELANJA TIDAK LANGSUNG. AKHIRNYA PORSI BELANJA TIDAK LANGSUNG MELONJAK MENJADI 65,86% PADA TAHUN 2014, DAN KEMBALI MENINGKAT MENJADI 67,52% PADA TAHUN 2015. KOMPOSISI TERSEBUT MENJADI LEBIH BURUK DARI KONDISI TAHUN 2010 YAITU AWAL PEMERINTAHAN SAUDARA WALIKOTA, DIMANA KEBIJAKAN ANGGARAN MASIH DILAKUKAN OLEH WALIKOTA PERIODE SEBELUMNYA. JIKA PADA AWAL PEMERINTAHAN SAUDARA WALIKOTA PORSI BELANJA TIDAK LANGSUNG ADALAH 65,20%, MAKA PADA AKHIR PEMERINTAHANNYA TAHUN 2015 MENINGKAT MENJADI 67,52%. ALAT ANALISIS KEDUA YANG KAMI LAKUKAN ADALAH MENDALAMI DISTRIBUSI ALOKASI BELANJA LANGSUNG YANG KAMI SAJIKAN PADA TABEL 5.

MESKIPUN TREN PORSI BELANJA PEGAWAI BERTURUT-TURUT TURUN DARI 19,61% PADA TAHUN ANGGARAN 2011 MENJADI 17,33% PADA TAHUN 2012, 15,91% PADA TAHUN 2013, DAN 14,60% PADA TAHUN 2014, NAMUN KEMBALI MELONJAK TAJAM MENJADI 19,81% PADA TAHUN ANGGARAN 2015.DI SISI LAIN TREN PORSI BELANJA MODAL PADA TAHUN 2012 DAN 2013 SEMPAT MENINGKAT MENJADI 43,50% DAN 48,38%, NAMUN PADA TAHUN 2014 TURUN DENGAN TAJAM MENJADI 41,14%, DAN PADA TAHUN 2015 KEMBALI TURUN KE 37,34%.HAL TERSEBUT DI ATAS MENUNJUKKAN RENDAHNYA KONSISTENSI PEMERINTAH KOTA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENGALOKASIAN BELANJA AGAR MENJADI LEBIH EFISIEN DAN PRO RAKYAT.ALAT ANALISIS KETIGA YANG KAMI LAKUKAN ADALAH MENGANALISIS KEBIJAKAN ALOKASI ANGGARAN BELANJA LANGSUNG TERHADAP 26 URUSAN WAJIB DAN 7 URUSAN PILIHAN (MINUS URUSAN PILIHAN KETRANSMIGRASIAN) YANG DILAKSANAKAN OLEH SAUDARA WALIKOTA DALAM MENJALANKAN PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN DALAM KURUN WAKTU 2010-2015.PADA TABEL 6 KAMI MENAMPILKAN AKUMULASI DISTRIBUSI BELANJA LANGSUNG MENURUT URUSAN DARI TAHUN ANGGARAN 2010 SAMPAI DENGAN TAHUN ANGGARAN 2015.

C MENURUT KAMI, REALISASI DISTRIBUSI BELANJA LANGSUNG DALAM APBD TAHUN ANGGARAN 2010-2015 SAMASEKALI TIDAK MENCERMINKAN PELAKSANAAN MISI MENATA SISTEM ALOKASI DANA PENGGUNAAN ANGGARAN YANG EFISIEN DAN PRO RAKYAT, YANG DITUJUKAN ANTARA LAIN UNTUK PENGENTASAN KEMISKINAN, PENGANGGURAN DAN PERBAIKAN IKLIM KERJA.PENJELASAN KAMI ADALAH SEBAGAI BERIKUT:1. PORSI BELANJA LANGSUNG PER URUSAN YANG TERTINGGI JUSTRU DIALOKASIKAN UNTUK URUSAN OTONOMI, PEMERINTAHAN UMUM, ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH, PERANGKAT DAERAH, KEPEGAWAIAN, DAN PERSANDIAN, YAITU RP 310, 86 MILIAR ATAU 19,48% DARI AKUMULASI ANGGARAN BELANJA LANGSUNG PERIODE 2010-2015. URUSAN INI NYARIS TIDAK BERSINGGUNGAN SECARA LANGSUNG DENGAN PELAYANAN PUBLIK MAUPUN PEMBANGUNAN, NAMUN IRONISNYA JUSTRU MENDAPAT ALOKASI BELANJA PALING BESAR DIBANDINGKAN DENGAN SISA 25 URUSAN WAJIB DAN 6 URUSAN PILIHAN YANG DILAKSANAKAN OLEH PEMERINTAH KOTA PEMATANG SIANTAR. BANDINGKAN DENGAN URUSAN PENDIDIKAN YANG HANYA MENDAPAT PORSI 14,62%, KESEHATAN 17,69%, DAN PEKERJAAN UMUM 18,72%.

2. SEBALIKNYA URUSAN-URUSAN YANG SECARA LANGSUNG DENGAN PELAYANAN PUBLIK DAN PEMBANGUNAN KHUSUSNYA DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DAN PENGANGGURAN JUSTRU MENDAPATKAN ALOKASI YANG SANGAT KECIL, ANTARA LAIN SBB: URUSAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN & PERLINDUNGAN ANAK 0,22%; URUSAN KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA 0,56%; URUSAN SOSIAL 0,37%; URUSAN KETENAGAKERJAAN 0,28%; URUSAN KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH 0,56%; URUSAN KEBUDAYAAN 0,06%; URUSAN PEMUDA DAN OLAHRAGA 0,37%; URUSAN KETAHANAN PANGAN 0,39%; URUSAN PERTANIAN 0,84%;AKUMULASI ALOKASI ANGGARAN BELANJA LANGSUNG UNTUK 9 (SEMBILAN) URUSAN PEMERINTAH YANG SANGAT MENYENTUH KEHIDUPAN MASYARAKAT TERSEBUT DIATAS HANYA 3,65% DARI ALOKASI BELANJA LANGSUNG UNTUK PERIODE 2010-2015.SEJALAN DENGAN MISI MENATA SISTEM ALOKASI DANA PENGGUNAAN ANGGARAN YANG EFISIEN DAN PRO RAKYAT, PEMERINTAH KOTA PEMATANG SIANTAR SEHARUSNYA SECARA KONSISTEN DAN BERKESINAMBUNGAN MENDORONG PENINGKATAN PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH YANG BERSIFAT WAJIB DENGAN MEMPEDOMANI STANDAR PELAYANAN MINIMAL YANG DITETAPKAN OLEH PEMERINTAH PUSAT.

D. ANALISIS DAN EVALUASI ATAS KINERJA PENYELENGGARAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH (DESENTRALISASI)DESENTRALISASI ADALAH PENYERAHAN WEWENANG PEMERINTAHAN OLEH PEMERINTAH KEPADA DAERAH OTONOM UNTUK MENGATUR DAN MENGURUS URUSAN PEMERINTAHAN DALAM SISTEM NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA.PASAL 7 AYAT (1) PERATURAN PEMERINTAH RI NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI, DAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA MENYATAKAN BAHWA URUSAN WAJIB ADALAH URUSAN PEMERINTAHAN YANG WAJIB DISELENGGARAKAN OLEH PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI DAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA, BERKAITAN DENGAN PELAYANAN DASAR. SELANJUTNYA PASAL 7 AYAT (3) PERATURAN PEMERINTAH RI NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI, DAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA MENYATAKAN BAHWA URUSAN PILIHAN ADALAH URUSAN PEMERINTAHAN YANG SECARA NYATA ADA DAN BERPOTENSI UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT SESUAI DENGAN KONDISI, KEKHASAN, DAN POTENSI UNGGULAN DAERAH YANG BERSANGKUTAN.SEPERTI TELAH KAMI JELASKAN PADA BAGIAN SEBELUMNYA BAHWA LKPJ AKHIR MASA JABATAN WALIKOTA PEMATANG SIANTAR TIDAK MENYAJIKAN SETIDAKNYA 3 (TIGA) ASPEK DARI LKPJ SESUAI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 3 TAHUN 2007, TERMASUK ASPEK PENYELENGGARAAN URUSAN DESENTRALISASI. MAKA BERDASARKAN FAKTA TERSEBUT, MAKA KAMI TIDAK DAPAT MELAKUKAN ANALISIS DAN EVALUASI YANG MEMADAI ATAS ASPEK TERSEBUT, SEHINGGA KAMI TIDAK DAPAT MEMBERIKAN REKOMENDASI KEPADA SAUDARA WALIKOTA.

E. ANALISIS DAN EVALUASI ATAS PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUANTUGAS PEMBANTUAN SEBAGAI SALAH SATU ASAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DI NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA DISELENGGARAKAN KARENA TIDAK SEMUA WEWENANG DAN TUGAS PEMERINTAHAN DAPAT DIDESENTRALISASIKAN DAN DIOTONOMKAN KEPADA DAERAH. PEMBERIAN TUGAS PEMBANTUAN KEPADA DAERAH DIMAKSUDKAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN, PENGELOLAAN PEMBANGUNAN, DAN PELAYANAN UMUM. SEDANGKAN TUJUANNYA ADALAH UNTUK MEMPERLANCAR PELAKSANAAN TUGAS DAN PENYELESAIAN PERMASALAHAN SERTA MEMBANTU PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAN PENGEMBANGAN PEMBANGUNAN DAERAH.SEBAGAI KONSEKUENSI PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN INI, PEMERINTAH PUSAT SEBAGAI PEMBERI TUGAS MENGALOKASIKAN ANGGARAN SERTA PEDOMAN PELAKSANAANNYA DARI MASINGMASING KEMENTERIAN /LEMBAGA/DEPARTEMEN/DIREKTORAT JENDERAL (DITJEN) MELALUI KEMENTERIAN KEUANGAN (BENDAHARA UMUM NEGARA) BERUPA DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA) KEPADA SATUAN KERJA (SATKER) PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA YANG ADA DI DAERAH, DEMIKIAN PULA PEMERINTAH DAERAH BERKEWAJIBAN UNTUK MEMPERTANGGUNGJAWABKAN PELAKSANAANNYA KEPADA PEMBERI TUGAS PEMBANTUAN.SESUAI DENGAN PASAL 21 AYAT (3) PP NOMOR 3 TAHUN 2007, SEYOGIANYA DALAM LKPJ AMJ INI SAUDARA WALIKOTA MENGURAIKAN SECARA MEMADAI TUGAS PEMBANTUAN YANG DITERIMA SELAMA TAHUN 2010-2015, MELIPUTI:A. DASAR HUKUM;B. INSTANSI PEMBERI TUGAS PEMBANTUAN;C. PROGRAM, KEGIATAN DAN PELAKSANAANNYA;D. SUMBER DAN JUMLAH ANGGARAN YANG DIGUNAKAN; DANE. PERMASALAHAN DAN SOLUSI.NAMUN SEBAGAIMANA KAMI TELAH UTARAKAN PADA BAGIAN AWAL, BAHWA LKPJ YANG SAUDARA WALIKOTA SAMPAIKAN TIDAK MEMENUHI KAIDAH PENYUSUNAN LKPJ SEHINGGA TIDAK MEMENUHI KELENGKAPAN INFORMASI YANG KAMI BUTUHKAN UNTUK KEPERLUAN ANALISIS DAN EVALUASI, SEHINGGA KAMI TIDAK DAPAT MEMBERIKAN REKOMENDASI APAPUN TENTANG PELAKSANAAN TUGAS PEMBANTUAN DIMAKSUD.SEYOGIANYA BERDASARKAN INFORMASI YANG MEMADAI KAMI AKAN DAPAT MELAKUKAN ANALISIS DAN EVALUASI DAN SELANJUTNYA MEMBERIKAN REKOMENDASI, SETIDAKNYA ATAS BEBERAPA ASPEK SBB:1. APAKAH KOORDINASI ANTARA PEMBERI TUGAS PEMBANTUAN (PEMERINTAH ATASAN) DENGAN PEMERINTAH KOTA PEMATANG SIANTAR TELAH BERJALAN DENGAN BAIK MULAI DARI PERENCANAAN, PELAKSANAAN DAN PEMANFAATAN OUTPUT DARI PROGRAM/KEGIATAN;2. APAKAH FUNGSI PENGAWASAN TERUTAMA ATAS PELAKSANAAN PROGRAM/KEGIATAN TELAH BERJALAN DENGAN MEMADAI, MENGINGAT KENDALA RENTANG KENDALI DARI PEMBERI TUGAS YANG RELATIF JAUH;3. APAKAH OUTPUT DARI PELAKSANAAN PROGRAM/KEGIATAN TELAH DIMANFAATKAN SESUAI TUJUAN DARI PELAKSANAAN PROGRAM/KEGIATAN. 4. APAKAH TERDAPAT OUTPUT BERUPA BARANG MILIK NEGARA (BMN) DAN BAGAIMANA PERLAKUANNYA, APAKAH TETAP MENJADI MILIK PEMERINTAH ATASAN ATAU DIHIBAHKAN KEPADA PEMERINTAH KOTA PEMATANG SIANTAR. SEMUA BARANG YANG DIBELI ATAU DIPEROLEH DARI PELAKSANAAN DANA TUGAS PEMBANTUAN MERUPAKAN BARANG MILIK NEGARA. BARANG MILIK NEGARA DAPAT DIHIBAHKAN KEPADA DAERAH. PENGHIBAHAN, PENATAUSAHAAN, PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN BARANG SESUAI PASAL 57 AYAT (2) PP 7/2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN, MERUPAKAN BAGIAN YANG TIDAK TERPISAHKAN DARI PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH.

F. ANALISIS DAN EVALUASI ATAS PENYELENGGARAN TUGAS UMUM PEMERINTAHANLAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNG JAWABAN (LKPJ) WALIKOTA, SELAIN MELAPORKAN MENGENAI PELAKSANAAN URUSAN WAJIB DAN URUSAN PILIHAN, SERTA TUGAS PEMBANTUAN, MAKA SALAH SATU SUBSTANSI PENTING LAINNYA SEBAGAIMANA DIAMANATKAN DALAM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 3 TAHUN 2007 ADALAH PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN (TUP). HAL INI MERUPAKAN PERWUJUDAN ADANYA TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS KEPALA DAERAH TERHADAP PUBLIK /MASYARAKAT.SEBAGAIMANA DIMAKLUMI BAHWA TUGAS UMUM PEMERINTAHAN MERUPAKAN TUGAS YANG DILAKUKAN DI LUAR PELAKSANAAN ASAS DESENTRALISASI DAN ASAS TUGAS PEMBANTUAN. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 3 TAHUN 2007 MENJELASKAN BAHWA TUGAS UMUM PEMERINTAHAN ADALAH TUGAS KEPALA DAERAH PROVINSI, DAN KABUPATEN/KOTA DI LUAR PELAKSANAAN ASAS DESENTRALISASI DAN ASAS TUGAS PEMBANTUAN.PASAL 6 AYAT (1) PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 3 TAHUN 2007, MENYEBUTKAN BAHWA LINGKUP TUGAS UMUM PEMERINTAHAN MELIPUTI :1. KERJASAMA ANTAR DAERAH;2. KERJASAMA DAERAH DENGAN PIHAK KETIGA;3. KOORDINASI DENGAN INSTANSI VERTIKAL DI DAERAH;4. PEMBINAAN BATAS WILAYAH;5. PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BENCANA;6. PENGELOLAAN KAWASAN KHUSUS YANG MENJADI KEWENANGAN DAERAH;7. PENYELENGGARAAN KETENTERAMAN DAN KETERTIBAN UMUM; DAN8. TUGAS-TUGAS UMUM PEMERINTAHAN LAINNYA YANG DILAKSANAKAN OLEH DAERAH.SELANJUTNYA PASAL 22 MENJELASKAN BAHWA INFORMASI TENTANG PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN SEKURANGKURANGNYA MENJELASKAN:1. KEBIJAKAN DAN KEGIATAN SERTA REALISASI PELAKSANAAN KEGIATAN; DAN2. PERMASALAHAN DAN SOLUSI.NAMUN SAMA HALNYA DENGAN PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN, PERIHAL PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN JUGA TIDAK DISAJIKAN OLEH SAUDARA WALIKOTA DALAM DOKUMEN LKPJ AMJ INI, SEHINGGA KAMI TIDAK DAPAT MELAKUKAN ANALISIS DAN EVALUASI APAPUN.

G. KESIMPULAN DAN REKOMENDASISETELAH DENGAN SEGALA KETERBATASAN KAMI MELAKUKAN ANALISIS DAN EVALUASI ATAS LKPJ AKHIR MASA JABATAN SAUDARA WALIKOTA TAHUN 2010-2015, AKHIRNYA KAMI SEMAKIN YAKIN BAHWA PENYAJIAN LKPJ AKHIR MASA JABATAN YANG TIDAK LAYAK INI LEBIH SEBAGAI UPAYA UNTUK MENYEMBUNYIKAN KEGAGALAN PENCAPAIAN VISI SAUDARA WALIKOTA.

SELANJUTNYA KAMI AKAN MEMBERIKAN KESIMPULAN ATAS HASIL ANALISIS DAN EVALUASI YANG KAMI LAKUKAN ATAS 2 (DUA) ASPEK YAITU ARAH KEBIJAKAN UMUM PEMERINTAHAN DAERAH, DAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH, PADA BAGIAN AKHIR AKAN KAMI SAMPAIKAN REKOMENDASI ATAS KEDUA ASPEK TERSEBUT.

KESIMPULAN1. BERDASARKAN HASIL ANALISIS DAN EVALUASI KAMI ATAS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN UMUM PEMERINTAH DAERAH YANG MERUPAKAN PENJABARAN VISI SAUDARA WALIKOTA PEMATANG SIANTAR, KAMI BERKESIMPULAN BAHWA SAUDARA WALIKOTA SECARA UMUM TELAH GAGAL MENCAPAI VISI TERWUJUDNYA KOTA PEMATANG SIANTAR MANTAP, MAJU DAN JAYA. SESUAI PERATURAN DAERAH KOTA PEMATANG SIANTAR NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA PEMATANG SIANTAR TAHUN 2010-2015, 2. PENGELOLAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) MASIH LEMAH, BAIK PADA ASPEK PENINGKATAN KESADARAN WAJIB PAJAK DAN RETRIBUSI (UPAYA PERSUASIF DAN REPRESIF), ASPEK KOORDINASI ANTAR SKPD TERKAIT, DAN ASPEK PENGAWASAN.3. KEBIJAKAN PENGALOKASIAN ANGGARAN SECARA EFISIEN DAN PRO RAKYAT TIDAK DILAKSANAKAN SECARA KONSISTEN, SEHINGGA TERJADI KECENDERUNGAN PENINGKATAN PORSI BELANJA TIDAK LANGSUNG MAUPUN PENGABAIAN TERHADAP PENDANAAN URUSAN-URUSAN WAJIB DAN URUSAN PILIHAN SECARA OBJEKTIF SESUAI KEBUTUHAN MASYARAKAT KOTA PEMATANG SIANTAR, SEHINGGA MISI MENATA SISTEM ALOKASI DANA PENGGUNAAN ANGGARAN YANG EFISIEN DAN PRO RAKYAT. TIDAK DIPEDOMANI.

REKOMENDASIBERDASARKAN KESIMPULAN TERSEBUT, MAKA KAMI MEREKOMENDASIKAN KEPADA SAUDARA WALIKOTA HAL-HAL SEBAGAI BERIKUT:1. MELAKUKAN LANGKAH-LANGKAH KONSTRUKTIF UNTUK KEMBALI KE VISI DAN MISI AWAL DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN PERUBAHAN APBD TAHUN 2015. DENGAN MELAKUKAN UPAYA PERBAIKAN KEBIJAKAN PENGALOKASIAN ANGGARAN PADA R.PAPBD TAHUN ANGGARAN 2015, SAUDARA WALIKOTA MASIH MEMILIKI KESEMPATAN UNTUK MELAKUKAN HAL YANG BAIK DI PENGHUJUNG MASA PENGABDIAN INI.2. MENINGKATKAN KUALITAS PENGELOLAAN, KOORDINASI DAN PENGAWASAN DALAM PENGELOLAAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD).

H. PENUTUP31