analisis kualitas pelayanan publik pada kantor …repository.utu.ac.id/608/1/bab i_v.pdf · 2017....
TRANSCRIPT
ANALISIS KUALITAS PELAYANAN PUBLIK PADAKANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU
(KPPT) KABUPATEN ACEH BARAT
SKRIPSI
OLEH
NOVRIZAL
NIM: 09C20101137
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNANFAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH, ACEH BARAT
2014
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sebagaimana dicantumkan dalam pembukaan Undang–Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, salah satu dari tujuan negara adalah
memajukan kesejahteraan umum. Perwujuan kemajuan kesejahteraan umum
tersebut dilakukan dengan semaksimal mungkin negara dapat memnuhi baik
kebutuhan maupun keinginan rakyat. Dikatakan sejahtera apabila masyarakat
dengan mudah dapat memenuhi kebutuhan–kebutuhannya. Untuk itu negara
memiliki kewajiban terjaminan akses dengan mudah masyarakat memenuhi
kebutuhan hidupnya. Untuk menjalankan kewajiban itu negara menjalankan
fungsi pelayanan. Buruknya kinerja pelayanan publik antara lain dikarenakan
belum di laksanakannya transparansi dan akuntabilitas secara maksimal dalam
penyelenggaraan pelayanan publik.
Percepatan proses pembangunan pada suatu daerah bergantung pada
mekanisme penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Dalam hal ini Pemerintah
Daerah memiliki andil yang besar dalam pencapaian kriteria keberhasilan
daerahnya. Penerapan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintah Daerah sebagaimana yang telah direvisi dengan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 dan yang kedua Nomor 12 Tahun 2008, telah menjadi
sebuah landasan hukum bagi instansi pemerintahan di daerah untuk mengelola
dan mengatur daerahnya secara otonomi/desentralisasi. Otonomi daerah akan
berimplikasi pada perubahan beban tugas dan struktur organisasi yang ada di
daerah. Pemerintah Pusat memberikan kewenangan yang luas kepada Pemerintah
2
Daerah untuk meningkatkan potensi daerahnya guna menghadapi tantangan
persaingan global dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara.
Menurut Kotler dalam Adrian (2000:16) produk pelayanan publik dalam
negara demokrasi harus memenuhi tiga indikator, yakni : pertama, Responsivitas
adalah daya tanggap penyedia jasa terhadap harapan, keinginan, aspirasi maupun
tuntutan pengguna layanan; kedua, responsibilitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan seberapa jauh proses pemberian pelayanan publik itu dilakukan
sesuai dengan prinsip-prinsip atau ketentuan-ketentuan administrasi dan
organisasi yang benar dan telah ditetapkan; ketiga, akuntabilitas adalah suatu
ukuran yang menunjukkan seberapa besar proses penyelenggaraan pelayanan
sesuai dengan kepentingan stakeholders dan norma-norma yang berkembang
dalam masyarakat.
Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan upaya negara untuk
memenuhi kebutuhan dasar dan hak-hak sipil setiap warga negara atas barang,
jasa, dan pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan
publik. Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan kepada negara memenuhi
kebutuhan dasar setiap warga negara demi kesejahteraannya sehingga efektivitas
suatu sistem pemerintahan sangat ditentukan oleh baik buruknya penyelenggaraan
pelayanan publik. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pun secara tegas
menyatakan bahwa salah satu tujuan didirikan Negara Republik Indonesia adalah
untuk memajukan kesejahteraan publik dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Disadari bahwa kondisi penyelenggaraan pelayanan publik masih
dihadapkan pada sistem pemerintahan yang belum efektif dan efisien serta
kualitas sumber daya manusia aparatur yang belum memadai. Hal ini terlihat dari
3
masih banyaknya keluhan dan pengaduan dari masyarakat baik secara langsung
maupun melalui media massa, seperti: prosedur yang berbelit-belit, tidak ada
kepastian jangka waktu penyelesaian, biaya yang harus dikeluarkan, persyaratan
yang tidak transparan, sikap petugas yang kurang responsif dan lain-lain, sehingga
menimbulkan citra yang kurang baik terhadap citra pemerintah. Untuk mengatasi
kondisi tersebut perlu dilakukan upaya perbaikan kualitas penyelenggaraan
pelayanan publik secara berkesinambungan demi mewujudkan pelayanan publik
yang prima. Upaya perbaikan kualitas pelayanan publik dilakukan melalui
pembenahan sistem pelayanan publik secara menyeluruh dan terintegrasi yang
dituangkan dalam peraturan perundang-undangan dalam bentuk undang-undang.
Di negara sedang berkembang seperti Indonesia, kesejahteraan
masyarakat sangat tergantung pada kemampuan mereka mendapat akses dan
kemampuan untuk dapat menggunakan pelayanan publik. Akan tetapi permintaan
akan pelayanan tersebut biasanya jauh melebihi kemampuan pemerintah untuk
dapat memenuhinya.
Pemerintah pada hakekatnya adalah pelayan masyarakat, ia tidaklah
diadakan untuk melayani dirinya sendiri, tapi juga untuk melayani masyarakat
serta menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap anggota masyarakat
mengembangkan kemampuan dan kreatifitasnya demi mencapai tujuan bersama,
karenanya birokrasi publik berkewajiban dan bertanggung jawab untuk
memberikan layanan publik yang baik dan profisional. Dengan demikian
pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan (melayani) keperluan
orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai
dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.
4
Sabarno (2007, h.190) menyebutkan bahwa persyaratan dalam
pembentukan daerah otonom menurut pasal 5 ayat 1 UU Nomor 32 Tahun 2004
adalah syarat administratif, syarat teknis dan syarat kewilayahan. Ketiga syarat
tersebut bukan menjadi formalitas bagi tingkat pengambil kebijakan, tetapi
menjadi pedoman dan panduan dalam menentukan dapat tidaknya suatu daerah
dimekarkan. Atas dasar rumusan ke tiga syarat di atas, daerah otonom akan
berfungsi demi peningkatan peranan pemerintah daerah secara aktif dalam
melayani kegiatan publik dan mendekatkan fungsi kepemerintahan kepada
masyarakat. Pemekaran daerah otonom juga harus menjadi dasar partisipasinya
birokrasi daerah yang dimekarkan dalam melayani kegiatan publik.
Padahal dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara(MENPAN) Nomor 63 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Pelayanan Publik menjelaskan tentang prinsip-prinsip Pelayanan
Publik, yaitu:
1. Kesederhanaan yaitu: prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit mudah
dipahami dan mudah dilaksanakan.
2. Kejelasan yaitu:
a. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik
b. Unit kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam
memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/ persoalan/sengketa
dalam pelaksanaan pelayanan publik
c. Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran
3. Kepastian waktu yaitu pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan
dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
5
4. Akurasi yaitu: produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat, dan
sah.
5. Keamanan yaitu: proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman
dan kepastian hukum.
6. Tanggungjawab yaitu: pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau
penjabat yang ditunjuk, bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan
dan penyelesaian keluhan /persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.
7. Kelengkapan Sarana dan Prasarana yaitu: tersedianya sarana dan prasarana
kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk
penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan informatika (Telematika).
8. Kemudahan Akses yaitu: tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang
memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan
teknologi telekomunikasi dan informatika.
9. Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan yaitu: pemberian pelayanan harus
bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah, serta memberikan pelayanan
dengan ikhlas.
10. Kenyamanan yaitu: lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan
ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat
serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti parkir, toilet,
tempat ibadah dan lain-lain.
Di Kabupaten Aceh Barat, Pelayanan Publik yang banyak mendapatkan
sorotan dari masyarakat adalah kualitas pada Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
(KPPT) sebagai penyedia layanan pembuatan izin.Masalah yang kian datang dari
masyarakat pada Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kabupaten Aceh
6
Barat dalam hal pelayanannya memberikan izin yaitu pelayanan yang tidak tepat
waktu, ada beberapa pegawai yang hadir tidak tepat waktu. Hal ini dilihat pada
saat masyarakat dating untuk mengurus izin para pegawai atau karyawan pada
Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) ada yang belum datang sehingga
masyarakat hasu menunggu untuk mendapat pelayanan. Selain itu bayak
masyarakat yang kurang mengerti tentang persyaratan pengurusan izin seperti izin
usaha, sehingga pengurusan izin harus ditunda untuk memenuhi syarat yag
ditetapkan.
Pelayanan Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kabupaten Aceh
Barat secara keseluruhan telah baik hal ini terbukti dengan banyaknya usaha yang
berdiri di Kabupaten Aceh Barat yang telah memiliki izin, serta adanya izin pada
pendirian bangunan sehingga dampak buruk dari hal pembangunan dapat di
minialisirkan. Hanya saja ketepatan pelayanan yang masih kurang maksimal.
Berdasarkan pada uraian latar belakang diatas, maka penulis mengambil
penelitian dengan judul “Analisis Kualitas Pelayanan Publik pada Kantor
Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kabupaten Aceh Barat”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah: “untuk menganalisisKualitas Pelayanan
public pada Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kabupaten Aceh Barat”.
7
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan
tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Kualitas Pelayanan
Publik pada Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kabupaten Aceh Barat.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, manfaat yang akan diperoleh
dengan diadakannya penelitian ini:
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Penulis
Menambah wawasan penulis sebagai bahan perbandingan antara teori yang
telah dipelajari dengan praktek yang telah diterapkan berdasarkan hasil data
Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kabupaten Aceh Barat.
2. Lingkungan Akademik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam menambah bahan bacaan
bagi mahasiswa Universitas Teuku Umar khususnya bagi mahasiswa Fakultas
Ekonomi.
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil analisis dalam penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan masukan bagi pihak Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT)
Kabupaten Aceh Barat agar dapat memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan
masyarakat dalam hal pelayanan publik.
8
1.5 Sistematika Pembahasan
Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian yang penulis lakukan
terdiri atas tiga bagian, yakni:
Bagian I Menjelaskan latar belakang yang mendasari munculnya masalah
dalam penelitian, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta
sistematika pembahasan.
Bagian II Membahas mengenai teori-teori yang melandasi penelitian dan
menjadi dasar acuan teori untuk menganalisis dalam penelitian serta menjelaskan
penelitian terdahulu yang terkait, menggambarkan kerangka teori dan menarik
hipotesis.
Bagian III Menjelaskan metode penelitian yang dipakai dan sampel data
yang lebih terperinci.
Bagian IV Hasil Penelitian dan Pembahasan terdiri dari gambaran umum
daerah penelitian, hasil penelitian dan pembahasan.
Bagian V Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Nilai Guna (Utiliti)
Nilai guna atau utiliti merupakan kepuasan atau kenikmatan yang
diperoleh seseorang dari mengkonsumsi suatu barang.Jika kepuasan itu semakin
tinggi maka semakin tinggi juga nilai guna atau utilitinya. Dalam membahas nilai
guna perlu dibedakan diantara dua pengertian yaitu, nilai guna total dan nilai guna
marjinal. Nilai guna total merupakan jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari
mengkonsumsi sejumlah barang tertentu, sedangkan nilai guna marjinal
merupakan pertambahan atau pengurangan kepuasan sebagai akibat bertambahnya
penggunaan satu unit barang tertentu.Tambahan nilai guna yang akan diperoleh
seseorang dari mengkonsumsi suatu barang akan menjadi semakin sedikit apabila
orang tersebut terus-menerus menambah konsumsinya atas barang tersebut. Pada
akhirnya tambahan nilai guna akan negative (Adiningsih, 2004, h. 18).
2.1.1 Teori Nilai Guna dan Teori Permintaan
Menurut Sudarman (2003, h.25) kurva permintaan yang bersifat menurun
dari kiri atas kekanan bawah dapat dijelaskan dengan menggunakan teori nilai
guna. Ada dua faktor yang menyebabkan permintaan atas suatu barang berubah
apabila harga barang itu mengalami perubahan, yaitu:
1. Efek Penggantian
Penurunan harga menyebabkan nilai guna marginal suatu barang lebih tinggi
daripada nilai guna marginal barang-barang lainnya. Jadi, membeli suatu
barang akan memaksimumkan nilai guna barang tersebut maka permintaan atas
10
barang tersebut menjadi bertambah banyak apabila harganya bertambah
rendah.
2. Efek Pendapatan
Kalau pendapatan tidak mengalami perubahan maka kenaikan harga
menyebabkan pendapatan riil menjadi semakin sedikit.Maka kenaikan harga
menyebabkan konsumen mengurangi jumlah berbagai barang yang dibelinya,
termasuk barang yang mengalami kenaikan harga.Penurunan harga suatu
barang menyebabkan pendapatan riil bertambah dan hal ini mendorong
konsumen menambah jumlah barang yang dibelinya.
2.2 Pendekatan Indiference Curve (Ordinal)
Pendekatan ordinal mengasumsikan bahwa konsumen mampu
meranking/membuat urutan-urutan kombinasi barang yang akan dikonsumsi
berdasarkan kepuasan yang akan diperolehnya tanpa harus menyebutkan secara
absolut. Pendekatan ordinal digunakan dengan menggunakan analisis kurva
indiferensi. Kurva indiferensi adalah kurva yang menunjukkan berbagai titiktitik
kombinasi dua barang yang memberikan kepuasan yang sama. Mengukur
kepuasan konsumen dengan pendekatan kurva indiferensi didasarkan pada 4
(empat) asumsi (Winardi, 2001, h.32), yakni :
a. Konsumen memiliki pola preferensi akan barang-barang konsumsi yang
dinyatakan dalam bentuk peta indiferensi.
b. Konsumen memilikidana dalam jumlah tertentu.
c. Konsumen selalu berusaha untuk mencapai kepuasan maksimum.
d. Semakin jauh dari titik origin, maka kepuasan konsumen semakin tinggi.
11
2.2.1 Karakteristik Kurva Indiferens
Kurva indiferensi memiliki karakteristik atau ciri-ciri umum sebagai
berikut:
1. Memiliki kemiringan yang negatif
Bila jumlah suatu barang dikurangi maka jumlah barang yang lain harus
ditambah agar dapat memperoleh tingkat kepuasan yang sama.
2. Tidak dapat berpotongan
Perpotongan antara dua kurva indiferensi tidak mungkin terjadi.
3. Cembung terhadap titik origin
2.2.2 Tingkat Penggantian Marginal (Marginal Rate of Substitution/MRS)
1. Garis Anggaran (Budget Line)
Salah satu syarat yang dibutuhkan agar seorang konsumen dapat
mengkonsumsi barang dan jasa adalah memiliki pendapatan untuk dibelanjakan.
Daya beli seorang konsumen dalam melakukan permintaan terhadap barang dan
jasa dipengaruhi oleh:
a) pendapatan yang dimiliki
b) harga barang yang diinginkan (Sudarman, 2003, h. 33).
Bila diandaikan bahwa hanya ada 2 barang yang dikonsumsi maka secara
matematis persamaan garis anggaran dapat ditulis sebagai berikut :
PxQx + Py Qy = I
Dimana :
Px = harga barang X
Py = harga barang Y
Qx = jumlah barang X
12
Qy = jumlah barang Y
I = pendapatan konsumen
2. Konsep Elastisitas
Terdapat tiga macam konsep elastisitas permintaan,yaitu:
a. Elastisitas Harga.
Elastisitas harga yaitu persentase perubahan jumlah barang yang
diminta yang disebabkan oleh perubahan harga barang itu sebesar satu
persen.
b. Elastisitas Silang.
Elastisitas silang yaitu(elastisitas harga silang) yaitu persentase jumlah
barang yang diminta yang disebabkan oleh perubahan harga barang lain
(barang yang mempunyai hubungan) sebesar satu persen.
c. Elastisitas Pendapatan.
Elastisitas pendapatan yaitu persentase perubahan jumlah barang yang
diminta yang disebabkan oleh perubahan pendapatan riel konsumen
sebesar satu persen.
2.3 Pengertian Pelayanan
Menurut Tjiptono (2002, h.6). Pelayanan merupakan aktivitas, manfaat,
atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual. Menurut Munir (2000, h.98)
pelayanan adalah aktivitas yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang
dengan landasan faktor material melalui sistem, prosedur, dan metode tertentu
dalam rangka memenuhi kebutuhan orang lain sesuai dengan haknya. Hal ini
menjelaskan bahwa pelayanan adalah suatu bentuk sistem, prosedur atau metode
13
tertentu yang diberikan kepada orang lain dalam hal ini pelanggan agar kebutuhan
pelanggan tersebut dapat terpenuhi sesuai dengan harapan mereka.
Menurut Tjiptono (2002, h.12), ada 4 karakteristik pokok pelayanan
(jasa) yang membedakannya dengan barang , yaitu :
1. Intangibility : tidak ada bentuk fisiknya sehingga tidak dapat dilihat, oleh
karena itu pemasar menggunakan sejumlah alat untuk membuktikan kualitas
pelayanan (jasa) yang ditawarkan.
2. Inseparability : pelayanan (jasa) yang dijual tidak terpisahkan dari orang yang
memasarkan. Pelayanan (jasa) diproduksi dan dikonsumsi pada saat yang
bersamaan. Service provider (penyedia jasa) dan customer (pelanggan) akan
bertemu secara langsung maupun tidak langsung sehingga hal ini
mempengaruhi kualitas pelayanan (jasa) dan karena itu pula tidak dapat
distandarisasi.
3. Variability : pelayanan (jasa) yang beragam sangat tergantung siapa yang
menyajikan, oleh karena itu untuk dapat mengendalikan kualitas.
4. Perishability : Karena sifatnya yang tidak dapat disimpan.
a. Sedangkan menurut Siagian (2000, h.79) pelayanan secara umum adalah rasa
menyenangkan yang diberikan kepada orang lain disertai kemudahan-
kemudahan dan memenuhi segala kebutuhan mereka. Dengan demikian
pelayanan merupakan upaya memberikan kesenangan-kesenangan kepada
pelanggan dengan adanya kemudahankemudahan agar pelanggan dapat
memenuhi kebutuhannya.
Payne (2000, h.5) menyatakan kualitas jasa berkaitan dengan
kemampuan sebuah organisasi untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
14
pelayanan sebagai aktivitas ekonomi yang mempunyai sejumlah elemen (nilai dan
manfaat) intangible yang berkaitan dengannya, yang melibatkan sejumlah
interaksi dengan konsumen/barang-barang milik dan tidak menghasilkan transfer
kepemilikan. Menurut Mulyono (2000, h.43) pelayanan adalah rasa
(menyenangkan atau tidak menyenangkan) yang oleh penerima pelayanan pada
saat memperoleh pelayanan.
Fitzsimmons & Fitz-Simmons (dalam Soetjipto, 2001, h.95) mengatakan
service quality didefinisikan sebagai seberapa jauh perbedaan antara kenyataan
dan harapan para pelanggan atas layanan yang mereka terima/peroleh .Sementara
itu menurut Parasuramen service quality adalah harapan sebagai keinginan para
pelanggan ketimbang layanan yang mungkin diberikan oleh perusahaan.
Sedangkan pengertian pelayanan menurut Keputusan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara(Kep. MenPan) No.81/93 menyatakan bahwa
pelayana umum adalah segala bentuk pelayanan yang diberikan oleh pemerintah
pusat / daerah, BUMN / BUMD, dalam rangka pemenuhan kebutuhan
masyarakat, dan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Moenir (2006, h.125) mendefinisikan pelayanan : “Kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor material
melalui sistem prosedur dan dengan metode tertentu dalam rangka usaha
memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya.”
Pelayanan dalam pengertian Kotler (2005, h.473), mengemukakan bahwa
pelayana itu tidak memiliki bentuk secara nyata sehingga pelayanan itu hanya
dapat dirasakan oleh pengguna atau pemakai jasa. pelayanan merupakan setiap
tindakan/unjuk kerja yang ditawarkan oleh salah satu pihak kepihak lain yang
15
secara prinsip intangible (tidak berwujud) dan tidak menyebabkan kepemilikan
apapun. Setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau
kesatuan dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu
produk disebut juga sebagai pelayanan.
Sementara defenisi lain yang dikemukakan oleh Philip Kotler (2001,
h.476) mengemukakan ; “Pelayanan atau service adalah setiap kegiatan atau
manfaat yang dapat diberikan suatu pihak kepada pihak lainnya, yang pada
dasarnya tidak berwujud dan tidak pula berakibat pemilihan sesuatu dan
produksinya dapat atau tidak dapat dikaitkan dengan suatu produk fisik.”
Menurut Hansen, Mowen, (2005, h.46) Perubahan dalam kondisi bisa
saja atau bisa juga tidak mempunyai kaitan dengan produksi fisik. Pelayanan
(jasa) adalah tugas atau aktivitas yang dilakukan untuk seorang pelanggan dengan
menggunakan produk atau fasilitas organisasi.
Kemudian dipertegas kembali oleh Hasibuan (2007, h.57), bahwa ;
“Pelayanan adalah kegiatan pemberian jasa dari satu pihak kepada pihak lainnya,
dimana pelayanan yang dilakukan secara ramah tamah dan dengan etika yang baik
sehingga memenuhi kebutuhan dan kepuasan yang menerimanya.”
Endar Sugiarto (2006, h.78) mengartikan pelayanan sebagai penguraian
masing-masing huruf pada kata service sebagai berikut : S : Smile for everyone (
Tersenyum kepada setiap orang ), E: Exellence in everything we do ( bekerja
dengan maksimal), R: Reaching every guest with hospitality (menerima tamu
dengan sopan), V: Viewing every guest as special (menganggap semua orang
sama), I: Inviting guest to return (mengundang tamu untuk datang kembali), C:
16
Creating a warm atmosphere ( menciptakan atmosfer hangat ), E: Eye control that
shows we care ( pengawasan ).
2.4 Pengertian Kualitas Pelayanan Jasa
Menurut Zeithaml dan Bitne (2006, h.112) Kualitas pelayanan (jasa),
adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat
keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Dengan demikian ada
2 faktor utama yang mempengaruhi kualitas pelayanan (jasa), yaitu : expected
service dan perceived Service.Apabila pelayanan (jasa) yang diterima atau
dirasakan (perceived service) sesuai dengan yang diharapkan (expected service),
maka kualitas pelayanan (jasa) dipersepsikan baik dan memuaskan. Jika
pelayanan (jasa) yang diterima melampaui harapan pelanggan,maka kualitas
pelayanan (jasa) dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal.Sebaliknya jika
pelayanan (jasa) yang di terima lebih rendah daripada yang di harapkan, maka
kualitas pelayanan (jasa) dipersepsikan buruk.Maka, baik tidaknya kualitas
pelayanan (jasa) tergantung pada penyedia pelayanan (jasa) dalam memenuhi
harapan pelanggannya secara konsisten.
Dalam rangka menciptakan gaya manajemen dan lingkungan yang
kondusif bagi organisasi jasa untuk menyempurnakan kualitas, organisasi
bersangkutan harus mampu mengimplementasikan enam prinsip utama yang
berlaku bagi perusahaan manufaktur maupun organisasi jasa. Keenam prinsip ini
sangat bermanfaat dalam membentuk mempertahankan lingkungan yang tepat
untuk melaksanakan penyempurnaan kualitas secara berkesinambungan dengan
didukung oleh para pemasok, karyawan, dan pelanggan.
17
Menurut Wolkins (2000, h.68) Prinsip-prinsip Kualitas Jasa adalah sebagai
berikut:
1. Kepemimpinan
Strategi kualitas perusahaan harus merupakan inisiatif dan komitmen dari
manajemen puncak. Manajemen puncak harus memimpin dan
mengarahkan organisasinya dalam upaya peningkatan kinerja kualitas.
Tanpa adanya kepemimpinan dari manajemen puncak, usaha peningkatan
kualitas hanya akan berdampak kecil.
2. Pendidikan
Semua karyawan perusahaan, mulai dari manajer puncak sampai
karyawan operasional, wajib mendapatkan pendidikan mengenai kualitas.
Aspek-aspek yang perlu mendapatkan penekanan dalam pendidikan
tersebut antara lain konsep kualitas sebagai strategi bisnis, alat dan teknik
implementasi strategi kualitas, dan peranan eksekutif dalam implementasi
strategi kualitas.
3. Perencanaan strategi
Proses perencanaan strategik harus mencakup pengukuran dan tujuan
kualitas yang digunakan dalam mengarahkan perusahaan untuk mencapai
visi dan misinya.
4. Review
Proses review merupakan satu-satunya alat yang paling efektif bagi
manajemen untuk mengubah perilaku organisasi. Proses ini
menggambarkan mekanisme yang menjamin adanya perhatian terus-
menerus terhadap upaya mewujudkan sasaransasaran kualitas.
18
5. Komunikasi
Implementasi strategi kualitas dalam organisasi dipengaruhi oleh proses
komunikasi organisasi, baik dengan karyawan, pelanggan, maupun
stakeholder lainnya.
6. Total Human Reward
Reward dan recognition merupakan aspek krusial dalam implementasi
strategi kualitas. Setiap karyawan berprestasi perlu diberi imbalan dan
prestasinya harus diakui. Dengan cara seperti ini, motivasi, semangat
kerja, rasa bangga dan rasa memiliki (sense of belonging) setiap anggota
organisasi dapat meningkat, yang pada akhirnya berkontribusi pada
peningkatan produktifitas dan profitabilitas bagi perusahaan, serta
kepuasan dan loyalitas pelanggan.
2.5 Dimensi Kualitas Pelayanan
Menurut Zeithaml, Parasuraman, Berry (2006, h.115) dimensi dari
kualitas pelayanan adalah sebagai berikut:
1. Reliability: melaksanakan layanan yang dijanjikan, konsistensi, dan
ketepatan, dalam mengukur reliability dapat dilihat dari jadwal
pelayanan, persyaratan perizinan, kecepatan pelayanan, dan kesigapan
petugas.
2. Responsiveness: kesediaan untuk membantu dan rnenyediakan layanan
yang dijanjikan, dalam mengukur responsiveness dapat dilihat dari
keramahan petugas, cepat tanggap petugas, dan ketersediaan mekanisme
keluhan.
19
3. Competence yang bermakna memiliki keahlian dan pengetahuan yang
dibutuhkan untuk memberikan pelayanan.
4. Access menyangkut kemudahan untuk dihubungi.
5. Courtesy menyangkut etika kesopanan, rasa hormat, kesungguhan,
kerama-tamahan dari penyedia jasa.
6. Communication berarti menjaga agar tiap pelanggan mendapat informasi
sesuai dengan bahasa yang mereka pahami dan mendengarkan keinginan
mereka. Hal ini berarti perusahaan jasa transportasi tersebut harus
menyesuaikan bahasa mereka dengan konsumen yang berbeda--
meningkatkan level bahasa pada pelanggan yang berpendidikan baik serta
berbicara secara mudah dan sederhana kepada orang yang baru.
7. Credibility menyangkut dapat dipercaya, kejujuran penyedia jasa. Hal ini
bermakna konsumen memiliki ketertarikan di hati.
8. Security adalah bebas dari bahaya, resiko, ataupun keraguan.
9. Understanding/knowing the customer menyangkut berusaha untuk
memahami apa yang konsumen butuhkan.
10. Assurance: pengetahuan dan perilaku karyawan serta kemampuan untuk
menginspirasikan kepercayaan dan keyakinan, dalam mengukur
assurance dapat dilihat dari, rasa tanggung jawab petugas, kesempurnaan
dokumen, dan usaha memberikan pemahaman kepada pelanggan terkait
dengan perijinan.
11. Empathy: rnenunjukkan perhatian individu dari perusahaan kepada
pelanggannya. Dalam mengukur empathy dapat dilihat dari tanggapan
terhadap keluhan pengguna, dan kemampuan memberikan solusi
20
12. Tangible, meliputi: sarana komunikasi, fasilitas fisik, perlengkapan,
pegawai. Dalam mengukur tangible dapat dilihat dari kenyamanan
ruangan kerja, penampilan petugas, pelengkapan peralatan pelayanan,
kenyamanan ruang tunggu pelayanan, ketersediaan tempat parkir yang
memadai, dan ketersediaan toilet yang memadai
2.6 Pelayanan Publik
2.6.1 Pengertian Pelayanan Publik.
Menurut Syafiie (2001, h.17-18). Istilah publik, dari bahasa Inggris yang
antara lain memiliki definisi sebagai “Masyarakat”, yakni public service
(pelayanan masyarakat), public relation (hubungan masyarakat).
Dalam pandangan Albrecht dan Zemke dalam Dwiyanto, dkk (2005,
h.145) kualitas pelayanan publik merupakan hasil interaksi dari berbagai aspek,
yaitu: Sistem pelayanan, sumberdaya manusia pemberi pelayanan, dan strategi
pelanggan”. Sistem pelayanan publik yang baik akan menghasilkan kualitas
pelayanan publik yang baik pula. Suatu sistem yang baik akan memberikan
prosedur pelayanan yang berstandar dan memberikan mekanisme kontrol di dalam
dirinya (built in control) sehingga segala bentuk penyimpangan yang terjadi akan
mudah diketahui. Selain itu, sistem pelayanan juga harus sesuai dengan kebutuhan
pelanggan. Ini berarti organisasi harus mampu merespons kebutuhan dan
keinginan pelanggan dengan menyediakan sistem pelayanan dan strategi yang
tepat. Dalam kaitannya dengan sumberdaya manusia, dibutuhkan petugas
pelayanan yang mampu memahami dan mengoperasikan sistem pelayanan yang
baik. Disamping itu, petugas pelayanan juga harus mampu memahami kebutuhan
dan keinginan pelanggan.
21
Pelayanan publik atau pelayanan umum dapat didefinisikan sebagai segala
bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang
pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi
Pemerintah di Pusat, di Daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara
atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan
masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Menurut Rasyid (2000, h.139) Pemerintah pada hakekatnya adalah
pelayan masyarakat, ia tidaklah diadakan untuk melayani dirinya sendiri, tapi juga
untuk melayani masyarakat serta menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap
anggota masyarakat mengembangkan kemampuan dan kreatifitasnya demi
mencapai tujuan bersama. Karenanya birokrasi publik berkewajiban dan
bertanggung jawab untuk memberikan layanan publik yang baik dan profisional.
Dengan demikian pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian
layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai
kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang
telah ditetapkan.
2.6.2 Karakteristik Pelayanan Masyarakat (Publik)
Ada lima karakteristik yang dapat dipakai untuk membedakan ketiga jenis
penyelenggaraan pelayanan publik tersebut, yaitu:
a. Adaptabilitas layanan. Ini berarti derajat perubahan layanan sesuai dengan
tuntutan perubahan yang diminta oleh pengguna.
22
b. Posisi tawar pengguna/klien. Semakin tinggi posisi tawar pengguna/klien,
maka akan semakin tinggi pula peluang pengguna untuk meminta
pelayanan yang lebih baik.
c. Type pasar. Karakteristik ini menggambarkan jumlah penyelenggara
pelayanan yang ada, dan hubungannya dengan pengguna/klien.
d. Locus kontrol. Karakteristik ini menjelaskan siapa yang memegang
kontrol atas transaksi, apakah pengguna ataukah penyelenggara pelayanan.
e. Sifat pelayanan. Hal ini menunjukkan kepentingan pengguna atau
penyelenggara pelayanan yang lebih dominan.
Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Moenir (2006, h.41) bahwa “hak
atas pelayanan itu sifatnya sudah universal, berlaku terhadap siapa saja yang
berkepentingan atas hak itu, dan oleh organisasi apapun juga yang tugasnya
menyelenggarakan pelayanan. Selanjutnya tugas pemerintah adalah untuk
melayani dan mengatur masyarakat.
2.6.3 Prosedur Pelayanan Publik
Mengenai Prosedur pelayanan menurut Keputusan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara(Kep. MenPan)Nomor 63/Kep/M.Pan/7/2003,
bahwa dalam sistem dan prosedur pelayanan publik sekurang-kurangnya harus
memuat hal-hal sebagai berikut:
a. Tata Cara pengajuan permohonan pelayanan
b. Tata Cara penanganan pelayanan
c. Tata Cara penyampaian hasil pelayanan
d. Tata Cara penyampaian pengaduan pelayanan.
23
Penjelasan mengenai empat tata cara yang dimaksud dalam Keputusan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara(Kep. MenPan)No.
63/Kep/M.Pan/7/2003 tersebut dapat diketahui dengan memahami pengertian
prosedur pelayanan itu sendiri. Adapun pengertian prosedur pelayanan tersebut,
menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara(Kep. MenPan)No.
26 tahun 2004 Tentang Petunjuk Teknis Transparansi Dan Akuntabilitas Dalam
Penyelenggaraan Pelayanan Publik, menjelaskan bahwa Prosedur pelayanan
adalah rangkaian proses atau tata kerja yang berkaitan satu sama lain, sehingga
menunjukkan adanya tahapan secara jelas dan pasti serta cara-cara yang harus
ditempuh dalam rangka penyelesaian sesuatu pelayanan. Penjelasan Keputusan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara(Kep. MenPan)No. 26 tahun 2004
mengenai prosedur pelayanan tersebut menunjukkan adanya langkah-langkah atau
cara-cara sebagai pedoman yang harus dilaksanakan pada setiap tahapan dalam
serangkaian proses penyelesaian pelayanan publik.
Berdasarkan pengertian prosedur pelayanan tersebut diatas, maka dapat
dijelaskan bahwa empat tata cara yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Tata cara pengajuan permohonan pelayanan, ialah tahapan-tahapan yang
jelas dan pasti serta cara-cara yang harus dilaksanakan dalam rangka
mengajukan suatu permohonan pelayanan agar permohonan yang diajukan
tersebut dapat dilayani atau diproses ke tahap berikutnya. Pada tahap ini
biasanya memuat tahap-tahap dan cara-cara yang harus dilaksanakan dan
dipenuhi oleh seorang pemohon yang mengajukan permohonan pelayanan
tertentu kepada petugas atau pejabat yang berwenang memberikan
pelayanan tersebut.
24
2. Tata cara penanganan pelayanan, ialah tahapan-tahapan yang jelas dan
pasti serta cara-cara yang harus dilaksanakan dalam rangka menindak-
lanjuti atau menangani suatu permohonan pelayanan yang diajukan. Pada
tahap ini petugas atau pejabat yang berwenang harus menangani dan
memproses permohonan pelayanan yang diajukan sesuai dengan tata kerja
dan ketentuan yang berlaku.
3. Tata cara penyampaian hasil pelayanan, ialah tahapan-tahapan yang jelas
dan pasti serta cara-cara yang harus ditempuh dalam rangka
menyampaikan hasil pelayanan yang telah selesai ditangani. Pada tahap ini
permohonan pelayanan yang telah ditangani oleh petugas atau pejabat
yang berwenang akan disampaikan hasilnya kepada pemohon yang
bersangkutan. Pemohon dapat menerima hasil pelayanan dengan
memenuhi ketentuan tertentu yang berlaku dan terkait dengan jenis
pelayanan yang diajukan.
4. Tata cara penyampaian pengaduan pelayanan, adalah tahapan-tahapan
yang jelas dan pasti serta cara-cara yang harus ditempuh untuk dapat
menyampaikan pengaduan yang berhubungan dengan masalah pelayanan.
Pemohon dapat mengadukan atau mengajukan masalah ketidakpuasan dan
masalah-masalah lain yang berhubungan dengan proses pelayanan pada
setiap tahapannya.:
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
prosedur pelayanan publik adalah Kumpulan dari beberapa perintah yang harus
dilaksanakan dalam menyelesaikan pelayanan publik agar sesuai dengan apa yang
diharapkan. Agar penyelesaian pelayanan publik sesuai dengan yang diharapkan,
25
maka diperlukan kejelasan dan kepastian pada setiap tahapannya. Tahapan-
tahapan dalam penyelesaian pelayanan publik, seperti yang telah disebutkan di
atas sekurang-kurang harus memuat kejelasan dan kepastian mengenai tata cara
dalam proses penyelenggaraan pelayanan publik. Dalam serangkaian proses
penyelenggaraan pelayanan harus memuat sekurang-kurangnya mengenai tata
cara-tata cara yang pelayanan mulai dari tahap pengajuan permohonan pelayanan,
penanganan pelayanan, penyampaian hasil pelayanan hingga penyampaian
pengaduan pelayanan. Dengan adanya kejelasan tersebut baik pemberi pelayanan
maupun pemohon pelayanan akan mendapatkan kemudahan, kejelasan dan
kepastian dalam rangka proses pelayanan publik.
Berkaitan dengan penerapan prosedur pelayanan, maka agar lebih jelas
dalam rangka memahami prosedur pelayanan terlebih dahulu perlu diketahui
mengenai pengertian prosedur dan pelayanan. Dengan demikian berikut akan
dijelaskan pengertian prosedur dan pengertian pelayanan menurut para ahli dan
lembaga pemerintah.
Pengertian Prosedur menurut Mulyadi ( 2009, h.5 ). adalah “suatu kegiatan
klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih,
yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan
yang terjadi berulang-ulang”.
Sedangkan menurut Zaki Baridwan ( 2009, h.30). “prosedur merupakan
suatu urutan-urutan pekerjaan kerani ( clerical ) biasa nya melibatkan beberapa
orang dalam suatu bagian atau lebih, disusun untuk menjamin adanya perlakuan
yang seragam terhadap transaksi-transaksi perusahaan yang sedang terjadi”.
26
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa prosedur
merupakan kumpulan tahapan-tahapan dan beberapa perintah yang harus
dijalankan dalam rangka menyelenggarakan suatu kegiatan secara terarah. Setiap
tahapan dan perintah tersebut memiliki fungsi tertentu dan saling berhubungan
satu sama lainnya sehingga harus dijalankan tahap demi tahapnya sesuai dengan
fungsinya masing-masing.
Kemudian mengenai pelayanan umum, Departemen Dalam Negeri
menyebutkan bahwa; “Pelayanan Publik adalah Pelayanan Umum”, dan definisi
dari “Pelayanan Umum adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan
cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal tercipta
kepuasan dan keberhasilan. Setiap pelayanan menghasilkan produk, baik berupa
barang dan jasa”.
Menurut Dwiyanto ( 2005, h.141 ). pelayanan publik dapat didefinisikan
sebagai serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh birokrasi publik untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat bahwa pelayanan umum merupakan kegiatan
yang dilakukan oleh pemerintah dalam memenuhi kewajibannya, akan tetapi tidak
disebabkan oleh hal itu saja melainkan pemerintah memang harus memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan publik yang diberikan kepada
masyarakat harus sesuai dengan standar pelayanan, karena masyarakat berhak
mendapatkan pelayanan dari pemerintah secara prima atau pelayanan yang
berkualitas.
Menurut Sedarmayanti (2004, h.78 ). mendefinisikan pelayanan sebagai
suatu pendekatan organisasi total yang menjadi kualitas pelayanan yang diterima
pengguna jasa sebagai kekuatan penggerak utama dalam pengoperasian bisnis.
27
Pelayanan publik dapat diartikan sebagai pemberian layanan (melayani)
keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi
itu sesuai dengan aturan pokok dantata cara yang telah ditetapkan.
Dari pengertian mengenai pelayanan publik tersebut, maka dalam kontek
pemerintah daerah, pelayanan publik yang dimaksud dapat disimpulkan sebagai
pemberian layanan atau melayani keperluan orang atau masyarakat dan/atau
organisasi lain yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu, sesuai dengan
aturan pokok dan tata cara yang ditentukan dan ditujukan untuk memberikan
kepuasan kepada penerima pelayanan. Berdasarkan hal tersebut, terdapat 3 unsur
penting dalam pelayanan publik, yaitu unsur pertama, adalah organisasi pemberi
(penyelenggara) pelayanan yaitu Pemerintah Daerah, unsur kedua, adalah
penerima layanan (pelanggan) yaitu orang atau masyarakat atau organisasi yang
berkepentingan, dan unsur ketiga, adalah kepuasan yang diberikan dan/atau
diterima oleh penerima layanan (pelanggan).
Dari pengertian mengenai pengertian prosedur dan pelayanan menurut
para ahli dan lembaga pemerintah tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
penerapan prosedur pelayanan dapat mengendalikan setiap orang yang melakukan
berbagai tugas mempunyai pertanggung jawaban yang berkaitan dengan
pekerjaannya sehingga mencapai hasil yang lebih baik melalui cara, usaha dan
metode pekerjaan yang telah distandarisasi. Dengan demikian baik unsur
penyelenggara pelayanan, penerima pelayanan (pelanggan), maupun kepuasan
yang diberikan dan/atau diterima oleh penerima layanan (pelanggan), dalam
rangka harus berjalan sesuai dengan prosedur pelayanan yang jelas dan pasti.
Penerapan prosedur pelayanan dengan memuat sekurang-kurangnya tata cara
28
permohonan, tata cara penanganan, tata cara penyampaian hasil dan tata cara
penyampaian pengaduan sperti yang telah dijelaskan sebelumnya akan
memberikan kendali, kejelasan, kepastian kepada semua unsur penting dalam
suatu kegiatan penyelenggaraan pelayanan.
2.6.4 Indikator-indikator Pelayanan Publik
Menurut Kep.MENPAN No. 38/2012Penilaian Kinerja Pelayanan Publik
adalah sebagai berikut:
1. Visi- Misi-Motto
Adanya visi dan misi yang dijabarkan dalam perencanaan (Renstra, Renja)
mengacu UU Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Penetapan
motto pelayanan yang mampu memotivasi pegawai untukmemberikan
pelayanan terbaik, Motto pelayanan diumumkan secara luas kepada pengguna
layanan.
2. Standar Pelayanan dan Maklumat Pelayanan
Penyusunan, Penetapan, dan Penerapan Standar Pelayanan yang mengacu
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik dan
Maklumat Pelayanan yang dipublikasikan.
3. Sistem, Mekanisme, dan Prosedur
Memiliki sertifikat ISO 9001:2008 dalam menyelenggarakan pelayanan
publik dengan ruang lingkup semua jenis mengacu UU 25/2009, Menerapkan
Sistem Manajemen Mutu (SMM), namun tidak memiliki sertifikat ISO
9001:2008, Penetapan Standar Operasional Prosedur (SOP)dan Penetapan
uraian tugas yang jelas.
29
4. Sumber Daya Manusia
Penetapan dan penerapan pedoman kode etik pegawai, Sikap dan perilaku
pegawai dalammemberikan pelayanan kepada pengguna layanan, Tingkat
kedisiplinan pegawai dalammemberikan pelayanan kepada pengguna layanan,
Tingkat kepekaan/ respon pegawai dalam memberikan pelayanan kepada
pengguna layanan, Tingkat keterampilan pegawai dalam memberikan
pelayanan kepada pengguna layanan, dan Penetapan kebijakan
pengembangan pegawai dalam rangka peningkatan keterampilan/
profesionalisme pegawai dengan tujuan meningkatkan kualitas pelayanan
kepada pengguna pelayanan.
5. Sarana dan Prasarana Pelayanan
Sarana dan prasarana yang dipergunakan untuk proses pelayanan telah
didayagunakan secara optimal, Sarana dan prasarana pelayanan yang tersedia
memberikan kenyamanan kepada pengguna layanan (perhatikan: kebersihan,
kesederhanaan, kelayakan dan kemanfaatan), Sarana pengaduan (Kotak
pengaduan, loket pengaduan, telepon tol, emaildan lainnya).
6. Penanganan Pengaduan
Sistem/prosedur pengelolaan pengaduan pengguna layanan, Petugas khusus/
unit yang menangani pengelolaan pengaduan, Persentase jumlah pengaduan
yang dapat diselesaikan, Pengelolaan pengaduan yangmengacu Peraturan
Menteri PAN-RB Nomor 13 Tahun 2009 dalam rangka peningkatan kualitas
pelayanan.
30
7. Indeks Kepuasan Masayarakat
Pelaksanaan survei IKM dalam periode penilaian, Survei IKM yang
dilakukan yang mengacu Kepmenpan 25 Tahun 2004 dalam periode
penilaian, Rata –rata skor IKM yang diperolehTindak lanjut dari hasil survei
IKM.
8. Sistem Informasi Pelayanan
Sistem informasi pelayanan secara elektronik, Penyampaian informasi
pelayanan publik kepada pengguna layanan, dan Tingkat keterbukaan
informasi pelayanan kepada pengguna layanan.
9. Produktivitas dalam Penyampaian Target Pelayanan
Penetapan target kinerja pelayanan dan Tingkat Pencapaian target kinerja
Menurut Kep.MENPAN No. 63/2004 indikator- indikator Pelayanan
Publik adalah sebagai berikut:
1. Prinsip pelayanan publik;
Sesuai Kep.MENPAN No.No. 63/2004 prinsip penyelenggaran pelayanan
adalah sbb:
a. Kesederhanaan; prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah
dipahami dan mudah dilaksanakan.
b. Kejelasan; mencakup kejelasan dalam hal: (1) persyaratan teknis dan
administratif pelayanan publik; (2) unit kerja/pejabat yang berwenang dan
bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian
keluhan/persoalan / sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik; (3) rincian
biaya pelayanan publik dan tatacara pembayaran.
31
c. Kepastian waktu; pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam
kurun waktu yang telah ditentukan.
d. Akurasi; produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat, dan sah.
e. Keamanan; proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan
kepastian hukum.
f. Tanggung jawab; pimpinan penyelenggara pelayanan publik / pejabat yang
ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan
penyelesaian keluhan/persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.
g. Kelengkapan sarana dan prasarana; tersedianya sarana prasarana kerja,
peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk sarana
telematika.
h. Kemudahan akses; tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai,
mudah dijangkau oleh masyarakat dan memanfaatkan teknologi telematika.
i. Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan; pemberi pelayanan harus bersikap
disiplin, sopan dan santun, ramah serta ikhlas dalam memberi pelayanan.
j. Kenyamanan; lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, ruang tunggu yang
nyaman, bersih, rapi, serta disediakan fasilitas pendukung seperti tempat
parkir, toilet, tempat ibadah, dll.
2. Standar Pelayanan Publik.
Merupakan ukuran yang dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan
publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan atau penerima pelayanan; sekurang-
kurangnya meliputi:
a. Prosedur pelayanan; yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan
termasuk pengaduan.
32
b. Waktu penyelesaian; yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan
sampai dengan penyelesaian pelayanan, termasuk pengaduan.
c. Biaya pelayanan; termasuk rincian tarif yang ditetapkan dalam proses
pemberian pelayanan.
d. Produk pelayanan; hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan.
e. Sarana dan prasarana; penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang
memadai oleh penyelenggara pelayanan publik.
f. Kompetensi petugas pemberi pelayanan; harus ditetapkan dengan tepat
berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan perilaku yang
diperlukan.
3. Pola penyelenggaraan pelayanan publik.
Sesuai Kep. MENPAN No. 63/2004 ada 4 pola pelayanan yaitu :
a. Fungsional; Pola Pelayanan publik diberikan oleh penyelenggara pelayanan,
sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangannya.
b. Terpusat ; Pola pelayanan publik diberikan secara tunggal oleh
penyelenggara pelayanan berdasarkan pelimpahan wewenang dari
penyelenggara pelayanan terkait lainnya yang bersangkutan.
c. Terpadu; Pola penyelenggara pelayanan terpadu dibedakan menjadi dua
yaitu:
i. Terpadu satu atap; diselenggarakan dalam satu tempat yang meliputi
berbagai jenis pelayanan yang tidak mempunyai keterkaitan proses dan
dilayani beberapa pintu.
33
ii. Terpadu satu pintu; diselengarakan pada satu tempat yang meliputi
berbagai jenis pelayanan yang memiliki keterkaitan proses dan dilayani
melalui satu pintu.
d. Gugus tugas; petugas pelayanan publik secara perorangan atau dalam bentuk
gugus tugas ditempatkan pada instansi memberi pelayanan dan lokasi
pemberian pelayanan tertentu.
4. Biaya pelayanan publik.
Sesuai Kep. MENPAN No. 63/2004 penetapan besaran biaya pelayana
publik perlu memperhatikan hal-hal berikut:
a. Tingkat kemampuan dan daya beli masyarakat;
b. Nilai/ harga yang berlaku atas barang dan atau jasa;
c. Rincian biaya harus jelas untuk jenis pelayanan publik yang memerlukan
tindakan seperti penelitian, pemeriksaan, pengukuran dan pengajuan;
d. Ditetapkan oleh pejabat yang berwenang dan memperhatikan proses sesuai
ketentuan peraturan perundangan.
5. Pelayanan bagi penyandang cacat, lanjut usia, wanita hamil dan balita.
Sesuai Kep. MENPAN No. 63/2004 penyelenggara pelayanan wajib
mengupayakan tersedianya sarana dan prasarana yang diperlukan serta
memberikan akses khusus berupa kemudahan pelayanan bagi penyandang cacat,
lanjut usia, wanita hamil dan balita.
6. pelayanan khusus.
Sesuai Kep.MENPAN No. 63/2004 penyelenggaraan jenis pelayanan
publik tertentu seperti pelayanan kesehatan, transportasi, dimungkinkan untuk
memberikan penyelenggaraan pelayanan khusus, dengan ketentuan seimbang
34
dengan biaya yang dikeluarkan sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan
perundangan seperti ruang perawatan VIP di Rumah Sakit, gerbong eksekutif
kereta api.
7. Biro jasa pelayanan.
Sesuai Kep. MENPAN No. 63/2004, pengurus pelayanan publik pada
dasarnya dilakukan sendiri oleh masyarakat, namun dengan pertimbangan tertentu
sebagai wujud partisipasi masyarakat dalam penyelengaraan pelayanan publik
tertentu dimungkinkan adanya biro jasa yang membantu penyelenggaan pelayanan
publik.
8. Tingkat kepuasan masyarakat.
Ukuran keberhasilan penyelenggaraan pelayanan ditentukan oleh tingkat
kepuasan penerima pelayanan sesuai dengan yang dibutuhkan dan
diharapkan.Oleh karenanya kep.MENPAN No. 63/ 2004 mengamanatkan agar
tetap penyelenggara pelayanan secara berkala melakukan survey indeks kepuasan
masyarakat.
9. Pengawasan penyelenggaraan pelayanan publik.
Pengawasan sesuai dengan Kep. MENPAN No. 63/2004 dilakukan melalui
berbagai cara sebagai berikut:
a. Pengawasan melekat; pengawasan yang dilakukan oleh atasan langsung,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan.
b. Pengawasan fungsional; pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawas
fungsional sesuai dengan peraturan perundangan.
35
c. Pengawasan masyarakat; pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat
berupa laporan atau pengaduan masyarakat tentang penyimpangan dan
kelemahan dalam penyelenggaraan pelayanan publik.
10. Penyelesaian pengaduan.
Sesuai Kep. MENPAN No. 63/2004 dalam menyelesaikan pengaduan
masyarakat, pimpinan unit penyelenggara pelayanan publik perlu memperhatikan
hal-hal berikut:
a. Prioritas penyelesaian pengaduan.
b. Penentuan pejabat yang menyelesaikan pengaduan.
c. Prosedur penyelesaian pengaduan.
d. Rekomendasi penyelesaian pengaduan.
e. Pemantauan dan evaluasi penyelesaian pengaduan.
f. Pelaporan proses dan hasil penyelesaian pengaduan kepada pimpinan.
g. Penyampaian hasil pengaduan kepada yang mengadukan.
h. Dokumentasi penyelesaian pengaduan.
11. Penyelesiaan sengketa.
Apabila pengaduan tidak dapat diselesaikan oleh unit penyelenggara
pelayanan publik yang bersangkutan dan terjadi sengketa, maka Kep. MENPAN
No. 63/2004 mengatur bahwa penyelesaiannya dapat dilakukan melalui jalur
hukum.
12. Evaluasi kinerja penyelenggaraan pelayanan publik.
Sesuai Kep.MENPAN No. 63/2004 pimpinan penyelenggara pelayanan
publik wajib secara berkala mengadakan evaluasi terhadap kinerja
penyelenggaraan pelayanan dilingkungan secara berkelanjutan dan hasilnya secara
36
berkala dilaporkan kepada pimpinan tertinggi penyelenggara pelayanan
publik.Dalam mengevaluasi kinerja pelayanan publik harus menggunakan
indikator yang jelas dan terukur sesuai ketentuan yang berlaku.
2.7 Dasar- dasar dan Pengertian Perizinan
2.7.1 Azas Hukum Perizinan.
Pemerintah dalam menggunakan wewenang publik wajib mengikuti
aturan-aturan hukum administrasi negara agar tidak terjadi penyalahgunaan
wewenang. Keputusan-keputusan tersebut terikat pada tiga asas hukum, yakni:
1. Asas yuridikitas (rechtmatiheid), artinya keputusan pemerintahan maupun
administratif tidak boleh melanggar hukum;
2. Asas legalitas (wetmatigheid), artinya keputusan harus diambil berdasarkan
suatu kesatuan undang-undang;
3. Asas diskresi (discretie, freies ermessen), artinya pejabat penguasa tidak
boleh menolak mengambil keputusan dengan alasan “tidak ada
peraturannya”. Oleh karena itu, diberi kebebasan untuk mengambil
keputusan menurut pendapatnya sendiri asalkan tidak melanggar asas
yuridiksi dan asas legalitas.
2.7.2. Pengertian Perizinan
Sebelum dipaparkan lebih jauh tentang perizinan, disini akan diuraikan
dulu tentang arti perizinan. Perizinan yang berasal dari kata dasar izin,
mempunyai makna beraneka ragam sesuai bidangnya.
IZIN (verguning), adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan
Undang-undang atau Peraturan Pemerintah untuk dalam keadaan tertentu
menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan peraturan perundang-undangan.
37
Jadi izin itu pada prinsipnya adalah sebagai dispensasi atau pelepasan/
pembebasan dari suatu larangan (Adrian Sutedi, 2010, h.168).
Jadi perizinan adalah suatu bentuk pelaksaanaan fungsi pengaturan dan
fungsi pengaturan dan bersifat pengendalian yang dimiliki oleh pemerintah
terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. Perizinan ini dapat
berbentuk pendaftaran, rekomendasi, sertifikasi, penentuan kuota dan izin untuk
melakukan suatu usaha yang biasanya harus dimiliki atau diperoleh oleh suatu
organisasi perusahaan atau seseorang sebelum yang bersangkutan dapat
melakukan suatu kegiatan atau tindakan.
Pasal 1 ayat (8,9) Pemerintah Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006
Ayat (8), Izin adalah dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah
berdasarkan peraturan daerah atau peraturan lainnya yang merupakan bukti
legalitas, menyatakan sah atau diperbolehkannya seseorang atau badan untuk
melakukan usaha atau kegiatan tertentu.
Ayat (9), perizinan adalah pemberian legalitas kepada sesorang atau
pelaku usaha/kegiatan tertentu, baik dalam bentuk izin maupun daftar usaha.
2.7.3 Sifat Izin
Dari uraian tentang izin diatas, yang pada dasarnya adalah sebagai
keputusan pejabat/badan tata usaha Negara yang berwenang, yang isinya atau
sustansinya mempunyai berbagai sifat, antara lain :
1. Izin yang bersifat bebas.
2. Izin yang bersifat terikat.
3. Izin yang bersifat menguntungkan.
4. Izin yang bersifat memberatkan
38
5. Izin yang segera berakhir
6. Izin yang berlangsung lama
7. Izin yang bersifat pribadi
8. Izin yang bersifat kebendaan
Di dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2009, tentang Pelayanan Publik
juga dikemukakan hak dan kewajiban masyarakat (yang memohon izin) dan
instansi pemberi pelayanan perizinan.
A. Fungsi Pemberian Izin
Ketentuan tentang perizinan mempunyai dua fungsi, yaitu :
a. Fungsi penertib
b. Fungsi pengatur.
B. Tujuan Pemberian Izin
Tujuan Perizinan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu :
a. Dari Sisi Pemerintah
Dari sisi pemerintah, tujuan pemberian izin itu adalah sebagai berikut :
• Untuk melaksanakan peraturan
Apakah ketentuan-ketentuan yang termuat dalam peraturan tersebut sesuai
dengan kenyataan dalam praktiknya atau tidak, dan sekaligus untuk mengatur
ketertiban.
• Sebagai sumber pendapatan daerah
Dengan adanya permohonan izin, maka secara langsungn pendapatan
pemerintah akan bertambah, karena setiap izin yang dikeluarkan, pemohon harus
membayar retribusi lebih dahulu. Dampaknya semakin banyak pula pendapatan
39
dibidang retribusi yang tujuan akhirnya akhirnya adalah untuk biaya
pembangunan.
b. Dari Sisi Masyarakat
Dari sisi masyarakat, tujuan pemberian izin itu adalah sebagai berikut :
• Untuk adanya kepastian hukum;
• Untuk adanya kepastian hak
• Untuk mudahnya mendapatkan fasilitas.
Suatu misal dalam hal Izin Mendirikan Bangunan (IMB), tujuan dari Izin
Mendirikan Bangunan (IMB) ini adalah untuk melindungi kepentingan
pemerintah maupun kepentingan masyarakat yang ditujukan atas kepentingan hak
atas tanah.
C. Format dan Substansi Izin
Sesuai dengan sifatnya, yang merupakan bagian dari ketetapan, izin selalu
dibuat dalam bentuk format tertulis. Sebagai ketetapan tertulis, secara umum izin
memuat substansi sebagai berikut :
1. Kewenangan lembaga
2. Pencantuman alamat
3. Substansi dalam dictum
4. Persyaratan
5. Pengguanaan alasan
6. Penambahan substansi lainnya
40
2.7.4 Dasar Hukum Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Aceh
Barat
a. Peraturan Pemerintah dan Menteri Dalam Negeri
Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2000 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal. Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu.
b. Peraturan Bupati Aceh Barat
Peraturan Bupati Aceh Barat Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pembentukan
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu.
Menurut Perbub No. 12 Tahun 2007, Izin adalah dokumen yang
dikeluarkan oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan daerah atau peraturn
lain yang merupakan bukti legalitas, menyatakan sah atau diperbolehkannya
seseorang atau badan untuk melakukan usaha atau kegiatan tertentu. Perizinan
adalah pemberian legalitas kepada seseorang atau pelaku usaha tertentu, baik
dalam bentuk izin maupun tanda daftar usaha, Penyederhanaan Pelayanan adalah
upaya peningkatan terhadap waktu, prosedur dan biaya pemberian perizinan dan
non perizinan, Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu adalah kegiatan
penyelenggaraan perizinan dan non perizinan yang diproses pengelolaannya mulai
dari tahap permohonan sampai ke tahap terbitnya dokumen dilakukan dalam satu
tempat, Perizinan Paralel adalah penyelenggaraan perizinan yang diberikan
kepada pelaku usaha yang dilakukan sekaligus mencakup lebih satu jenis, yang
diproses secara terpadu dan bersamaan, Biaya pelayanan adalah biaya yang
41
dikeluarkan oleh pemohon untuk memperoleh dokumen yang besarannya telah
ditetapkan sesuai dengan peraturan daerah atau peraturan perundang-undangan
lainnya.
Pelayanan Terpadu Satu Pintu mempunyai fungsi;
(1) Merumuskan dan merencanakan kebijakan teknis dibidang perizinan dan
bukan perizinan
(2) Melaksanakan pembinaan, pemberian dan pembatalan perizinan
(3) Menyelenggarakan pelayanan perizinan dan bukan perizinan sesuai
kewenangannya
(4) Melaksanakan sistem informasi dan pelayanan terpadu
(5) Melaksanakan pungut retribusi sesuai dengan kewenangan yang diberikan
(6) Melaksanakan koordinasi dlam pelaksanaan tugas
(7) Melaksanakan ketatausahaan kantor
(8) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan
e. Qanun Kabupaten Aceh Barat
Qanun Kabupaten Aceh Barat Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis. Pasal 2 Qanun ini, di bentuk Susunan
Organisasi dan Tata Lembaga Teknis Kabupaten Aceh Barat sebagai berikut:
1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
2. Badan Pemberdayaan Masyarakat
3. Badan kepegawaian, pendidikan dan pelatihan
4. Badan pelaksanaan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan
5. Inspektorat
6. Kantor Lingkungan Hidup
42
7. Kantor Arsip dan Perpustakaan
8. Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik
9. Kantor Pemberdayaan perempuan dan keluarga sejahtera
10. Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
11. Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien dan
12. Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayatul Hisbah
Tugas, Fungsi dan Kewenangan
Kantor pelayanan Perizainan Terpadu mempunyai tugas membantu Bupati
dalam penyelenggaraan pemerintahan kabupaten di bidang pelayanan perizinan,
untuk melaksanakan tugasnya kantor pelayanan perizinan terpadu mempunyai
fungsi sebagai berikut;
1. Pelaksanaan urusan ketatausahaan
2. Menyusun program kerja tahunan, jangka menengah dan jangka panjang
3. Perumusan dan perencanaan kebijakan teknis dibidang pelayanan perizinan
4. Pelaksanaan pembinaan di bidang pelayanan perizinan
5. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian teknis dibidang pelayanan
perizinan
6. Pelaksanaan pungutan retribusi dan pelayanan umum serta membantu tugas
sesuai dengan kewenangan yang diberikan
7. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan
8. Pelaksanaan tugas-tugas kedinasan laninya yang diberikan oleh Bupati sesuai
bidang tugas dan fungsinya.
Untuk menyelenggarakan fungsinya Kantor Pelayanan Terpadu
mempunyai kewenangan sebagai berikut;
43
1. Melaksanakan urusan ketatausahaan
2. Menyusun program kerja tahunan, janka menengah dan jangka panjang
3. Merumuskan kebijakan teknis penyelenggaraan pelayanan perizinan
4. Melaksanakan operasional di bindang pelayanan perizinan
5. Melakukan pungutan retribusi dan pelayanan umum sesuai dengan
kewenangan yang diberikan
6. Mengelola sistem informasi perizinan
7. Melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan
f. Surat Keputusan Bupati Aceh Barat.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2000 tentang
Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal. Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Qanun Kabupaten Aceh Barat Nomor 4 Tahun
2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah. Nomor
Surat Keputusan Bupati Aceh Barat Nomor 2.b Tahun 2010 tentang Pelimpahan
Kewenangan dibidang Perizinan Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu, jenis-nenis
perizinan yang dilimpahankan
1. Izin mendirikan Bangunan (IMB)
2. Surat Izin Tempat Usaha (SITU)
3. Izin Gangguan (HO)
4. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
5. Tanda Daftar Industri (TDI)
6. Tanda daftar Perusahaan (TDP)
7. Izin Reklame
44
8. Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK)
9. Tanda Daftar Gudang (TDG)
10. Izin Usaha Industri (IUI)
11. Surat Izin Penangkapan Ikan
12. Izin Perikanan Terisoler
13. Kuasa Pertambangan (KP)
14. Surat Izin Pertambangan Daerah (SIPD)
15. Surat izin Penetapan Pengelolaan Air Bawah Tanah (SIPPABT)
16. Izin Penyimpanan dan Penimbunan BBM (Minyak Tanah, Solar, Premium)
17. Izin Pendirian SPBU
18. Izin Usaha Tenaga Listrik (IUTL)
19. Izin Pengelolaan dan Pengusahaan Sarang Burung Walet di Luar Habitat
Alami
2.8 Perumusan Hipotesis
Hipotesis atau dugaan sementara dalam penelitian ini adalah : “Kualitas
Pelayanan Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kabupaten Aceh Barat
sudah berjalan dengan baik.
45
III. METODE PENELITIAN
3.1 Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Objek penelitian ini adalah Analisis Kualitas Pelayanan pada Kantor
Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kabupaten Aceh Barat.Ruang lingkup
penelitian terbatas melihat bagaimana Kualitas Pelayanan pada Kantor Pelayanan
Perizinan Terpadu (KPPT) Kabupaten Aceh Barat.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh pengunjung atau
masyarakat yang yang mengurus izin padaKantor Pelayanan Perizinan Terpadu
(KPPT) Kabupaten Aceh Barat yang berjumlah ± 100 orang. Mengingat luasnya
aspek analisis maka penulis menarik populasi dalam penelitian ini dengan cara
acak. Sampel adalah bagian dari populasi yang terdiri dari beberapa anggota
populasi, dikarenakan jumlah populasi ± 100 orang konsumen, maka jumlah
sampel dapat ditentukan dengan menggunakan metode accidental samplingyaitu
pengambilan sampel dilakukan dengan tidak secara sengaja, atau secara kebetulan
(Tatang, M. Arimin, 2011).
Jadi jumlah keseluruhan yang diambil adalah sebanyak 50orang
responden, teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Dalam
penelitian ini, penulis melakukan wawancara langsung dengan pengunjung atau
masyarakat yang yang mengurus izin pada Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
(KPPT) Kabupaten Aceh Barat.
46
3.3 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
3.3.1 Sumber Data
Untuk keperluan analisis, maka dalam penelitian ini digunakan data
sekunder dan primer yaitu:
1. Data Primer
Data primer adalah merupakan data yang diperoleh secara langsung dari
sumber asli (tidak melalui perantara) dilapangan, data primer secara khusus di
kumpulkan oleh peneliti untuk menjawab penelitian. Sumber data primer di
peroleh dengan melakukan wawancara kepada masyarakat yang datang untuk
mengurus izin pada Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kabupaten
Aceh Barat yang terpilih sebagai sampel didasarkan pada kuisioner yang telah
disiapkan.
2. Data Sekunder
Sumber data yang berbentuk dalam rangkaian waktu ini bersumber dari
data/dokumen yang diambil dari Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT)
dan instansi lain yang terkait yang memiliki relevansi dengan pokok permasalahan
pada penelitian ini.
3.3.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Library Research (Riset Kepustakaan)
Kegiatan penggumpulan data secara ilmiah dan teoritis, yaitu dengan membaca
dan mengutipnya secara langsung dari beberapa buku yangberkaitan dengan
47
masalah yang akan di bahas dalam penelitian ini. Hal ini dilakukan agar data
yang didapatkan lebih relevan.
b. Field Research (Riset Lapangan), yaitu pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara:
Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung ke objek yang akan
diteliti.
Dokumentasi, yaitu menulis semua keterangan yang merupakan dokumen-
dokumen yang ada hubungannya dengan data yang dibutuhkan dalam
penelitian.
Wawancara, yaitu melakukan wawancara dengan pihak Kantor Pelayanan
Perizinan Terpadu (KPPT), dan Masyarakat Kabupaten Aceh Barat.
Kuesioner adalah pertanyaan tertulis yang diberikan kepada responden
untuk dijawab. Responden dapat memberikan jawaban dengan memberi
tanda pada salah satu atau beberapa jawaban yang telah disediakan, atau
dengan menuliskan jawabannya.
3.5 Model Analisis Data
Untuk menganalisis data yang dipreroleh, penulis menggunakan metode
analisis yang bersifat kualitatif yaitu merupakan suatu analisis data yang diolah
dalam bab-bab pembahasan melalui argument dan disertai dengan pendapat para
ahli dan data yang telah dikumpul ditabulasikan dan dianalisis sehingga
menggambarkan kesimpulan.
48
3.6 Skala Pengukuran
Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert dengan
menetapkan poin (nilai) ke dalam 5 macam sebagai mana tabel dibawah ini:
Tabel 1.Skor skala pengukuran
Setelah mendapatkan berbagai macam data atau informasi dari instrument
pengumpulan data yang digunakan, maka langkah selanjutnya adalah mengolah
data tersebut dengan menggunakan rumus sederhana dengan cara mentabulasikan
berdasarkan rumus persentase sebagai berikut:
FP = X 100%
N
Keterangan : P = Persentase yang dicari
F = Frekuensi jawaban masing-masing option
N = Jumlah objek yang diteliti
100% = Nilai tetap (konstanta)
Keterangan (pilihan) Nilai
1. Sangat Tida Setuju (STS)2. Tidak Setuju (TS)3. Netral (N)4. Setuju (S)5. Sangat Setuju (SS)
12345
49
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum KPPT Aceh Barat
Tugas terpenting Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kabupaten
Aceh Barat adalah memberikan pelayanan publik, menempatkan seluruh proses
perizinan secara terpadu mulai dari permohonan sampai terbitnya dokumen yang
dikelola di bawah satu pintu (one stop service), sehingga prosedur pelayanan
perizinan dapat disederhanankan menjadi semakin mudah, cepat, transparan
kepastian mutu pelayanan, kepastian hukum, keseimbangan hak dan kewajiban,
profesionalisme, partisipatif, persamaan perlakuan/tidak diskriminatif,
keterbukaan, akuntabilitas, fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan,
ketepatan waktu, kecepatan waktu, kemudahan dan keterjangkauan, yang
bermuara pada peningkatan pelayanan publik dengan melibatkan partisipasi
masyarakat.
Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kabupaten Aceh Barat
mulai beroperasi pada tahun 2007 dengan fasilitas yang sangat terbatas. Kantor
Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Aceh Barat saat ini beralamat di Jln.
Swadaya Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Kantor Pelayanan
Perizinan Terpadu (KPPT) Aceh Barat mempunyai tugas melaksanakan
koordianasi, dan menyelenggarakan pelayanan administrasi dibidang perizinan
dan non perizinan secara terpadu dengan prinsip koordinasi, intergrasi,
singkronisasi, simplifikasi, keamanan dan kepastian.
Visi dan Misi Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Aceh Barat
sebagai berikut:
Visi: “Terwujudnya pelayanan publik yang unggul, dan berkualaitas”.
50
Misi:
a. Meningkatkan kualitas pelayana publik.
b. Menyederhanakan prosedur pelayanan.
c. Memberikan kepastian waktu dan biaya.
d. Meningkatkan citra aparatur pemerintah dan kepercayaan masyarakat.
e. Mendorong meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
f. Memberikan kemudahan akses serta kepastian hukum dan juga kenyamanan.
Sedangkan yang menjadi Motto Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
(KPPT) Aceh Barat adalah “Melayani dengan penuh hati, mudah, cepat,
transparan dan berkualitas”.
4.1.1 Susunan Organisasi Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Aceh Barat
Sumber: Kantor PelayananPerizinan Terpadu Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014
UPTD
KEPALA KANTOR
KELOMPOK JABATANFUNGSIONAL
SUB BAGIAN TATAUSAHA
SEKSI
BINA PROGRAM DANINFORMASI
SEKSI PERIZINANSEKSIPELAYANAN
51
Susunan Organisasi Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu terdiri dari;
1. Kepala Kantor
2. Sub Bagian Tata Usaha
3. Seksi Bina Program dan Informasi
4. Seksi Pelayanan
5. Seksi Perizinan
6. Kelompok Jabatan Fungsional
2.7 Karakteristik Responden
Untuk mengetahui tanggapan masyarakat yang mengurus izin di kantor
Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kabupaten Aceh Barat, maka
penulis akan mengambil sampel penelitian yaitu sebanyak 50 orang responden
yang merupakan masyarakat yang berkunjung untuk mengurus izin di Kantor
Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kabupaten Aceh Barat. Dalam hal
mengumpulkan data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan mmembagikan
quisioner yang diberikan atau disampaikan secara langsung oleh penulis kepada
para responden sebagai mana yang diperlihatkan oleh tabel berikut ini:
Tabel 3Karakteristik Responden
No Uraian Frekuensi Presentase1 Jenis Kelamin
Pria Wanita
3020
60%40%
2 Usia Responden < 25 tahun 25 –40 tahun 41 – 55 tahun > 55 tahun
2723
54%46%
3 Status Perkawinan Belum Kawin Kawin Duda/Janda
2921
58%42%
52
4 Pendidikan Terakhir Tidak Sekolah SD SMP SLTA Diploma Sarjana Pasca Sarjana
1018175
20%36%34%10%
Total 100 100.0Sumber : Data Primer (diolah), 2014
Jumlah responden berjenis kelamin pria adalah 30 orang (60 persen),
sedangkan wanita adalah 20 orang (40 persen). Selanjutnya responden yang
berumur 25-40 tahun adalah 27 orang (54 persen), dan responden yang berumur
41-55 tahun adalah 23 orang (46 persen). Responden yang berstatus menikah
adalah sebanyak 29 orang (58 persen), dan berstatus duda/janda adalah 21 orang
(42 persen). Jumlah responden yang berpendidikan SLTA adalah 10 orang (20
persen), yang berpendidikan Diploma adalah sebanyak 18 orang (36 persen), yang
berpendidikan Sarjana 17 orang (34 persen dan yang berpendidikan Pasca Sarjana
adalah 5 orang (10 persen).
4.3 Analisis Penelitian
Ada beberapa variabel yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan.
Adapun yang menjadi variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini
yang memepengaruhi kualitas pelayanan menurut masyarakat, adalah sebagai
berikut:
4.3.1 Variabel Visi-Misi-Motto
Variabel ini akan membahas tentang visi, misi dan motto Kantor
Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kabupaten Aceh Barat, dilihat dari variabel
visi, misi dan motto, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
53
Tabel 4Variabel visi, misi dan motto
NO
Varibel visi, misi dan motto(X1)
visi, misi danmotto
Frekuensi Total
Ya Tidak Ya Tidak1 Adanya visi dan misi yang
dijabarkan dalam perencanaan(Renstra, Renja) mengacu UUNomor 25 Tahun 2009 tentangPelayanan Publik
35 15 70% 30% 100%
2 Penetapan motto pelayananyang mampu memotivasipegawai untuk memberikanpelayanan terbaik
36 14 72% 28% 100%
Jumlah 67 29 100%Rata-rata 36 14 71% 29% 100%
Sumber: Data Primer, 2014 (diolah)
Tanggapan responden terhadap variable visi, misi dan motto ialah :
Adanya visi dan misi yang dijabarkan dalam perencanaan (Renstra, Renja)
mengacu UU Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, dimana sebanyak
35 orang (70 persen) yang memilih ya terhadap pernyataan tersebut, dan sebanyak
15 orang (30 persen) yang memilih tidak.
Pernyataan yang menyatakan Penetapan motto pelayanan yang mampu
memotivasi pegawai untuk memberikan pelayanan terbaik, dimana sebanyak 36
orang (72 persen) yang memilih ya terhadap pernyataan tersebut, dan sebanyak 14
orang (28 persen) yang memilih tidak.
Dari tanggapan responden terhadap Variabel visi, misi dan motto dapat
disimpulkan bahwa kualitas pelayanan pada Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
(KPPT) Kabupaten Aceh Barat dilihat dari variabel visi, misi dan motto sudah
baik dimana jawaban rata-rata responden yang menjawab ya lebih besar dari yang
menjawab tidakadalah sebanyak 71 persen , ya>tidak.
54
4.3.2 Variabel Standart Pelayanan dan Maklumat Pelayanan
Variabel ini akan membahas tentang ukuran yang dibakukan dalam
penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan atau
penerima pelayanan. Untuk lebih jelasnya antara penilaian masyarakat tentang
kualitas pelayanan Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kabupaten Aceh
Barat, dilihat dari variabel Standart Pelayanan, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5Variabel Standart Pelayanan dan Maklumat Pelayanan
NO Varibel StandartPelayanan dan Maklumat
Pelayanan (X2)
Varibel StandartPelayanan dan
Maklumat Pelayanan
Frekuensi Total
Ya Tidak Ya Tidak1 Penyusunan, Penetapan,
dan Penerapan StandarPelayanan yang mengacuUndang-undang Nomor 25Tahun 2009 tentangPelayanan Publik
36 14 72% 28% 100%
2 Maklumat Pelayanan yangdipublikasikan
38 12 76% 24% 100%
Jumlah 74 26Rata-rata 37 13 74% 26% 100%
Sumber: Data Primer, 2014 (diolah)
Tanggapan responden terhadap variabel Standart Pelayanan dan
Maklumat Pelayananialah :
Pernyataan yang menyatakan bPenyusunan, Penetapan, dan Penerapan
Standar Pelayanan yang mengacu Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik, dimana sebanyak 36 orang (72 persen) yang memilih ya, dan
sebanyak 14 orang (28 persen) yang memilih tidak.
Terhadap pernyataan yang menyatakan Maklumat Pelayanan yang
dipublikasikan, dimana sebanyak 38 orang (76 persen) yang memilih ya, dan
sebanyak 12orang (24 persen) yang memilih tidak.
55
Dari tanggapan responden terhadap Variabel Standart Pelayanan dan
Maklumat Pelayanandapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan pada Kantor
Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kabupaten Aceh Barat dilihat dari variabel
pelayanandapatsudah baik dimana jawaban rata-rata responden yang menjawab ya
lebih besar dari yang menjawab tidak adalah sebanyak 74 persen , ya> tidak.
4.3.3 VariabelSistem, Mekanisme dan Prosedur
Variabel ini akan membahas tentang tata cara pelayanan public di KPPT
Aceh Barat. Untuk lebih jelasnya antara penilaian masyarakat tentang kualitas
pelayanan KPPT Kabupaten Aceh Barat, dilihat dari variabel Pola
Penyelenggaraan Pelayanan Publik, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5VariabelSistem, Mekanisme dan Prosedur
NO
Varibel Sistem, Mekanisme danProsedur(X3)
Varibel Sistem,Mekanisme dan
Prosedur
Frekuensi Total
Ya Tidak Ya Tidak1 Memiliki sertifikat ISO
9001:2008 dalammenyelenggarakan pelayananpublik dengan ruang lingkupsemua jenis mengacu UU 25/2009
38 12 76% 24% 100%
2 Penetapan Standar OperasionalProsedur (SOP)dan Penetapanuraian tugas yang jelas
36 14 72% 28% 100%
Juml ah 74 26Rata-rata 37 14 74% 26% 100%
PersentaseSumber: Data Primer, 2014 (diolah)
Tanggapan responden terhadap variabel Sistem, Mekanisme dan
Prosedurialah :
Terhadap pernyataan yang menyatakan bahwa Memiliki sertifikat ISO
9001:2008 dalam menyelenggarakan pelayanan publik dengan ruang lingkup
56
semua jenis mengacu UU 25/2009, dimana sebanyak 38 orang (76 persen) yang
memilih ya, sebanyak 12 orang (24 persen) yang memilih tidak.
Kemudian pada pernyataan bahwa Penetapan Standar Operasional
Prosedur (SOP)dan Penetapan uraian tugas yang jelas dimana sebanyak 36 orang
(72 persen) yang memilih ya, dan sebanyak 14 orang (28 persen) yang memilih
tidak.
Dari tanggapan responden terhadap Variabel Sistem, Mekanisme dan
Prosedur dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan pada Kantor Pelayanan
Perizinan Terpadu (KPPT) Kabupaten Aceh Barat dilihat dari variabel Sistem,
Mekanisme dan Prosedurdapat sudah baik dimana jawaban rata-rata responden
yang menjawab ya lebih besar dari yang menjawab tidak adalah sebanyak 74
persen , ya> tidak.
4.3.4 Variabel Sumber Daya Manusia
Variabel ini akan membahas tentang Sumber daya atau para karyawan
yang bekerja di KPPT Aceh Barat. Untuk lebih jelasnya antara penilaian
masyarakat tentang kualitas pelayanan KPPT Kabupaten Aceh Barat, dilihat dari
variabel Sumber Daya Manusia, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 6VariabelSumber Daya Manusia
NO Varibel Sumber Daya Manusia(X4)
Varibel SumberDaya Manusia
Frekuensi Total
Ya Tidak Ya Tidak1 Tingkat keterampilan pegawai
dalam memberikan pelayanankepada pengguna layanan
35 15 70% 30% 100%
2 Tingkat kedisiplinan pegawaidalam memberikan pelayanankepada pengguna layanan
36 14 72% 28% 100%
Jumlah 67 29Rata-rata 36 14 71% 29% 100%
Sumber: Data Primer, 2014 (diolah)
57
Tanggapan responden terhadap variabelSumber Daya Manusiaialah :
Tingkat keterampilan pegawai dalam memberikan pelayanan kepada
pengguna layanan, dimana sebanyak 35 orang (70 persen) yang memilih ya,
sebanyak 15 orang (30 persen) yang memilih tidak.
Kemudian pada pernyataan bahwa Tingkat kedisiplinan pegawai dalam
memberikan pelayanan kepada pengguna layanan, dimana sebanyak 36 orang (72
persen) yang memilih ya, dan sebanyak 14 orang (28 persen) yang memilih tidak.
Dari tanggapan responden terhadap Variabel Sumber Daya Manusia dapat
disimpulkan bahwa kualitas pelayanan pada Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
(KPPT) Kabupaten Aceh Barat dilihat dari variabel Sumber Daya Manusiadapat
sudah baik dimana jawaban rata-rata responden yang menjawab ya lebih besar
dari yang menjawab tidak adalah sebanyak 71 persen , ya> tidak.
4.3.5 Variabel Sarana dan Prasarana Pelayanan
Variabel ini akan membahas tentang tata cara penyelesaian pengaduan
masyarakat di KPPT Kabupaten Aceh Barat. Untuk lebih jelasnya antara penilaian
masyarakat tentang kualitas pelayanan KPPT Kabupaten Aceh Barat, dilihat dari
variabel Penyelesaian Pengaduan, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
58
Tabel 7VariabelSarana dan Prasarana Pelayanan
NO Varibel Sarana dan PrasaranaPelayanan (X5)
Varibel Sarana danPrasaranaPelayanan
Frekuensi Total
Y Tidak Ya Tidak1 Sarana dan prasarana pelayanan
yang tersedia memberikankenyamanan kepada penggunalayanan (perhatikan: kebersihan,kesederhanaan, kelayakan dankemanfaatan)
37 13 74% 26% 100%
2 Sarana pengaduan (Kotakpengaduan, loket pengaduan,telepon tol, emaildan lainnya).
36 14 72% 28% 100%
Jumlah 73 27Rata-rata 37 14 73% 27% 100%
Sumber: Data Primer, 2014 (diolah)
Tanggapan responden terhadap variabelSarana dan Prasarana Pelayanan
ialah :
Tingkat keterampilan pegawai dalam memberikan pelayanan kepada
pengguna layanan, dimana sebanyak 37 orang (74 persen) yang memilih ya,
sebanyak 13 orang (26 persen) yang memilih tidak.
Kemudian pada pernyataan bahwa Tingkat kedisiplinan pegawai dalam
memberikan pelayanan kepada pengguna layanan, dimana sebanyak 36 orang (72
persen) yang memilih ya, dan sebanyak 14 orang (28 persen) yang memilih tidak.
Dari tanggapan responden terhadap Variabel Sumber Daya Manusia dapat
disimpulkan bahwa kualitas pelayanan pada Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu
(KPPT) Kabupaten Aceh Barat dilihat dari variabel Sumber Daya Manusiadapat
sudah baik dimana jawaban rata-rata responden yang menjawab ya lebih besar
dari yang menjawab tidak adalah sebanyak 73 persen , ya> tidak.
59
4.3.6 Variabel Penanganan dan Pengaduan
Variabel ini akan membahas tentang tata cara penyelesaian pengaduan
masyarakat di KPPT Kabupaten Aceh Barat. Untuk lebih jelasnya antara penilaian
masyarakat tentang kualitas pelayanan KPPT Kabupaten Aceh Barat, dilihat dari
variabel Penanganan dan Pengaduan, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 8VariabelPenanganan dan Pengaduan
NO Varibel Penanganan danPengaduan (X6)
Varibel Penanganandan Pengaduan
Frekuensi Total
Y Tida Ya Tidak1 Sistem/prosedur pengelolaan
pengaduan pengguna layanan,Petugas khusus/ unit yangmenangani pengelolaanpengaduan
38 12 76% 24% 100%
2 Pengelolaan pengaduan yangmengacu Peraturan MenteriPAN-RB Nomor 13 Tahun2009 dalam rangkapeningkatan kualitaspelayanan
35 15 70% 30% 100%
Jumlah 73 27Rata-rata 37 14 73% 27% 100%
Sumber: Data Primer, 2014 (diolah)
Tanggapan responden terhadap variabelPenanganan dan Pengaduan ialah :
Sistem/prosedur pengelolaan pengaduan pengguna layanan, Petugas
khusus/ unit yang menangani pengelolaan pengaduan, dimana sebanyak 38 orang
(76 persen) yang memilih ya, sebanyak 12 orang (24 persen) yang memilih tidak.
Kemudian pada pernyataan bahwa Pengelolaan pengaduan yang mengacu
Peraturan Menteri PAN-RB Nomor 13 Tahun 2009 dalam rangka peningkatan
kualitas pelayanan , dimana sebanyak 35 orang (70 persen) yang memilih ya, dan
sebanyak 15 orang (30 persen) yang memilih tidak.
60
Dari tanggapan responden terhadap Variabel Penanganan dan
Pengaduandapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan pada Kantor Pelayanan
Perizinan Terpadu (KPPT) Kabupaten Aceh Barat dilihat dari variabel
Penanganan dan Pengaduandapat sudah baik dimana jawaban rata-rata responden
yang menjawab ya lebih besar dari yang menjawab tidak adalah sebanyak 73
persen , ya> tidak.
4.3.7 Variabel Indeks Kepuasan Masyarakat
Variabel ini akan membahas tentang kepuasan masyarakat terhadap
pelayanan yang diberikan oleh KPPT Kabupaten Aceh Barat. Untuk lebih
jelasnya antara penilaian masyarakat tentang kualitas pelayanan KPPT Kabupaten
Aceh Barat, dilihat dari variabel Indeks Kepuasan Masyarakat, dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 9VariabelIndeks Kepuasan Masyarakat
NO Varibel Indeks KepuasanMasyarakat (X7)
Varibel IndeksKepuasan
Masyarakat
Frekuensi Total
Ya Tidak Ya Tidak1 Pelaksanaan survei IKM dalam
periode penilaian40 10 80% 20% 100%
2 Survei IKM yang dilakukanyang mengacu Kepmenpan 25Tahun 2004 dalam periodepenilaian
38 12 76% 24% 100%
Jumlah 78 22Rata-rata 39 11 78% 22% 100%
Sumber: Data Primer, 2014 (diolah)
Tanggapan responden terhadap variabelIndeks Kepuasan Masyarakat ialah
:
61
Pelaksanaan survei IKM dalam periode penilaian, dimana sebanyak 40
orang (80 persen) yang memilih ya, sebanyak 10 orang (20 persen) yang memilih
tidak.
Kemudian pada pernyataan bahwa Survei IKM yang dilakukan yang
mengacu Kepmenpan 25 Tahun 2004 dalam periode penilaian, dimana sebanyak
38 orang (76 persen) yang memilih ya, dan sebanyak 12 orang (24 persen) yang
memilih tidak.
Dari tanggapan responden terhadap Variabel Indeks Kepuasan
Masyarakatdapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan pada Kantor Pelayanan
Perizinan Terpadu (KPPT) Kabupaten Aceh Barat dilihat dari variabel Indeks
Kepuasan Masyarakatdapat sudah baik dimana jawaban rata-rata responden yang
menjawab ya lebih besar dari yang menjawab tidak adalah sebanyak 78 persen ,
ya> tidak.
4.3.8 Variabel Sistem Informasi Pelayanan Publik
Variabel ini akan membahas tentang tata cara pelayanan public yang di
informasikan KPPT Kabupaten Aceh Barat kepada masyarakat. Untuk lebih
jelasnya antara penilaian masyarakat tentang kualitas pelayanan KPPT Kabupaten
Aceh Barat, dilihat dari variabel Sistem Informasi Pelayanan Publik, dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 10VariabelSistem Informasi Pelayanan Publik
NO Sistem Informasi PelayananPublik (X8)
Sistem InformasiPelayanan Publik
Frekuensi Total
Ya Tidak Ya Tidak1 Penyampaian informasi
pelayanan publik kepadapengguna layanan
42 8 84% 16% 100%
2 Tingkat keterbukaan 38 12 76% 24% 100%
62
informasi pelayanan kepadapengguna layanan.Jumlah 80 20 100Rata-rata 40 10 80% 20% 100%
Sumber: Data Primer, 2014 (diolah)
Tanggapan responden terhadap variabelSistem Informasi Pelayanan Publik
ialah :
Penyampaian informasi pelayanan publik kepada pengguna layanan,
dimana sebanyak 42 orang (84 persen) yang memilih ya, sebanyak 8 orang (16
persen) yang memilih tidak.
Kemudian pada pernyataan bahwa Tingkat keterbukaan informasi
pelayanan kepada pengguna layanan, dimana sebanyak 38 orang (76 persen) yang
memilih ya, dan sebanyak 12 orang (24 persen) yang memilih tidak.
Dari tanggapan responden terhadap Variabel Sistem Informasi Pelayanan
Publik dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan pada Kantor Pelayanan
Perizinan Terpadu (KPPT) Kabupaten Aceh Barat dilihat dari variabel Sistem
Informasi Pelayanan Publikdapat sudah baik dimana jawaban rata-rata responden
yang menjawab ya lebih besar dari yang menjawab tidak adalah sebanyak 80
persen , ya> tidak.
4.3.9 Variabel Produktivitas dan Pencapaian Target Layanan
Variabel ini akan membahas tentang target kerja yang akan di capai dan
yang telah dicapai oleh karyawan KPPT Kabupaten Aceh Barat kepada
masyarakat. Untuk lebih jelasnya antara penilaian masyarakat tentang kualitas
63
pelayanan KPPT Kabupaten Aceh Barat, dilihat dari variabel Produktivitas dan
Pencapaian Target Layanan, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 11VariabelProduktivitas dan Pencapaian Target Layanan
NO Sistem Produktivitas danPencapaian Target Layanan
(X9)
Sistem Produktivitasdan PencapaianTarget Layanan
Frekuensi Total
Ya Tidak Ya Tidak1 Penetapan target kinerja
pelayanan42 8 84% 16% 100%
2 Tingkat Pencapaian targetkinerja
40 10 80% 20% 100%
Jumlah 82 18Rata-rata 41 9 82% 18% 100%
Sumber: Data Primer, 2014 (diolah)
Tanggapan responden terhadap variabelProduktivitas dan Pencapaian
Target Layanan ialah :
Penetapan target kinerja pelayanan, dimana sebanyak 42 orang (84 persen)
yang memilih ya, sebanyak 8 orang (16 persen) yang memilih tidak.
Kemudian pada pernyataan bahwa Tingkat Pencapaian target kinerja,
dimana sebanyak 40 orang (80 persen) yang memilih ya, dan sebanyak 10 orang
(20 persen) yang memilih tidak.
Dari tanggapan responden terhadap Variabel Produktivitas dan Pencapaian
Target Layanan dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan pada Kantor
Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kabupaten Aceh Barat dilihat dari variabel
Produktivitas dan Pencapaian Target Layanandapat sudah baik dimana jawaban
rata-rata responden yang menjawab ya lebih besar dari yang menjawab tidak
adalah sebanyak 82persen , ya> tidak.
64
4.3.6 Gabungan Kseleruhan Variabel
Kualitas pelayanan pada KPPT secara keseluruhan variabel atau gabungan
ke lima variabel yang diteliti pada penelitian ini berada pada kategori baik. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut dibawah ini:
Tabel 12Tanggapan responden keseluruhan dalam persentase (%)
NO Variabel
Tanggapan RespondenYa%
Tidak%
Total
1 Visi, Misi dan Motto (X1) 71 29 100%2 Standar Pelayanan dan Maklumat
Pelayanan(X2)74 26 100%
3 Sidstem Mekanisme dan Prosedur(X3) 74 26 100%4 Sumber Daya Manusia (X4) 71 29 100%5 Sarana dan pra sarana Pelayanan (X5) 73 27 100%
Penanganan dan Pengaduan (X6) 73 27 100%Indeks Kepuasan Masyarakat (X7) 78 22 100%Sistem Informasi Pelayanan Publik (X8) 80 20 100%
9 Produktivitas dalam Pencapaian Target danPelayanan(X9)
82 18 100%
Jumlah 676 224 900Rata-rata 75% 25% 100
Sumber: Data Primer, 2014 (diolah)
Kesimpulan dari pembahasan tabel diatas adalah kualitas pelayanan pada
KPPT Kabupaten Aceh Barat sudah berjalan dengan baik, dimana
jumlahresponden yang menjawab yalebih besar yaitu sebanyak 75 persen
dibandingkan dengan responden yang menjawab tidak yang hanya25 persen,
maka dengan demikian hipotesa di terima.
65
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang “Analisis Kualitas
Pelayanan Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kabupaten Aceh Barat”,
maka dapat di ambil kesimpulan bahwa kualitas pelayanan pada KPPT Kabupaten
Aceh Barat sudah berjalan dengan baik, dimana jumlah responden yang
menjawab yalebih besar yaitu sebanyak 75 persen dibandingkan dengan
responden yang menjawab tidak yang hanya25 persen, maka dengan demikian
hipotesa di terima.
5.2 Saran
1. Diharapkan bagi pihak KPPT Kabupaten Aceh Barat agar dapat lebih
memperhatikan lagi kualitas pelayanan kepada masyarakat agar terciptanya
kualitas yang lebih baik lagi dikemudian hari
2. Untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan secara kuantitatif, agar hasil
penelitian yang dilakukan memperoleh hasil yang lebih baik.
66
DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih. 2004. Ekonomi Mikro. BPFE.Yogyakarta.
Berry dan Parasuraman (2006) jurnal “pengaruh kualitas pelayanan terhadapkepercayaan” vol. 21 24-30 (januari 2003)
Dwimawanti, S. 2004. Kualitas Pelayanan Publik. Jurnal Ilmu Administrasi danKebijakan Publik. DIALOGUE. Volume I no. I. Magister AdministrasiPublik Program Pasca Sarjana. Universitas Diponegoro. Semarang.
Dwiyanto, dkk, 2005. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Handayaningrat, S. 2002. Pengantar Study Administrasi dan Manajemen. CVHaji Masagung. Jakarta.
Hansen,. Mowen, 2005. Kinerja Pelayanan (Dalam Pemasaran Jasa). Penerbit:Andi, Yogyakarta.
Kotler, Philip. 2005. Manajamen Pemasaran,Jilid 1 dan 2. Jakarta: PT. IndeksKelompok Gramedia
Lukman, Sampara. 2000. Manajemen Kualitas Pelayanan. STIA LAN Press.Jakarta
Moenir. 2006. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Bumi Aksara. Jakarta..
Munir, A.A.S. 2000. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, Gramedia.Jakarta.
Payne, Adrian. 2000. Pemasaran Jasa. Andi. Yogyakarta.
Peraturan Bupati Aceh Barat Nomor 12 Tahun 2007. Pembentukan SusunanOrganisasi dan Tata Kerja Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2000. Pedoman Penyusunan danPenerapan Strandar Pelayanan Minimal.
Qanun Aceh Barat Nomor 11 Tahun 2012. Susunan organisasi dan tata kerjalembaga teknis
Rasyid, Ryas. 2000. Perspektif Otonomi Luas, di dalam Otonomi atauFederalisme, Dampaknya terhadap Perekonomian, Suara Pembaruan,Jakarta.
67
Ratminto dan Winarsih, A. 2006. Manajemen Pelayanan Pengembangan ModelKonseptual, Penerapan Citizen’s Charter dan Standar PelayananMinimal. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Siagian, Sondang P. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara.Jakarta..
Sudarman Ari. 2003. Teori Ekonomi Mikro. BPFE. Yogyakarta
Sutedi, Adrian. 2010. Hukum Perizinan Dalam Sektor PelayananPublik. Jakarta:Sinar Grafika.
Tjiptono, Fandy. 2004. Prinsip-prinsip Total Quality Service. Penerbit AndiOffset. Yogyakarta.
Winardi. 2001. Teori Ekonomi Mikro. Tarsito. Bandung